Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

GAGAL GINJAL KRONIS DAN CUCI TANGAN

DI RUANG 26 HCU IPD RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh :

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

UNIVERSITAS JEMBER

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

2018

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema : Gagal Ginjal Kronis dan Cuci Tangan


Sasaran : Pasien, keluarga pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan
Ruang 26 HCU IPD RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Tempat : Ruang 26 HCU IPD RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Hari/tanggal : Rabu, 10 Oktober 2018
Waktu : 15 menit
Pelaksana : Mahasiswa UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG,
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG, UNIVERSITAS
NEGERI JEMBER

I. TOPIK
Gagal ginjal kronis dan cuci tangan

II. LATAR BELAKANG


Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan penyakit yang terjadi setelah berbagai
macam penyakit yang merusak masa nefron ginjal sampai pada titik keduanya
tidak mampu untuk menjalankan fungsi regulatorik dan ekstetoriknya untuk
mempertahankan homeostatis (Lukman et al., 2013). Gagal gijal kronik secara
progresif kehilangan fungsi ginjal nefronnya satu persatu yang secara bertahap
menurunkan keseluruhan fungsi ginjal (Sjamsuhidajat & Jong, 2011).
Setiap tahun penderita penyakit gagal ginjal meningkat, di Amerika serikat
pada tahun 2002 sebanyak 34.500 penderita, tahun 2007 80.000 penderita, dan
tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu 2 juta orang yang menderita penyakit
ginjal. Sedangkan di Indonesia menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia jumlah yang menderita penyakit gagal ginjal kronik sekitar 50 orang per
satu juta penduduk (Lukman et al., 2013). Data Dinkes Jawa tengah (2008) bahwa
angka kejadian kasus gagal ginjal di Jawa Tengah yang paling tinggi adalah Kota
Surakarta dengan 1497 kasus (25.22 %) dan di posisi kedua adalah Kabupaten
Sukoharjo yaitu 742 kasus (12.50 %).

2
Tindakan medis yang dilakukan penderita penyakit gagal ginjal adalah
dengan melakukan terapi dialisis tergantung pada keluhan pasien dengan kondisi
kormobid dan parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor hidup yang
ditentukan, keharusan transplantasi terhambat oleh langkanya pendonor. Pilihan
terapi dialisis meliputi hemodialisis dan peritoneal dialisis (Hartono, 2013).
Hemodialisis (HD) merupakan salah satu terapi untuk mengalirkan darah ke
dalam suatu alat yang terdiri dari dua kompartemen yaitu darah dan dialisat.
Pasien hemodialisis mengalami kecemasan karena takut dilakukan tindakan terapi
hemodialisis. Menurut Soewandi (2002) gangguan psikiatrik yang sering
ditemukan pada pasien dengan terapi hemodialisis adalah depresi, kecemasan,
hubungan dalam perkawinan dan fungsi seksual, serta ketidakpatuhan dalam diet
dan obat-obatan.
Mengatasi masalah kecemasan pada pasien yaitu dapat berupa tindakan
mandiri oleh perawat, contoh seperti teknik relaksasi dan distraksi (Potter, 2006).
Teknik yang digunakan untuk mengatasi kecemasan pada pasien adalah dengan
terapi relaksasi progresif, karena relaksasi progresif merupakan teknik
merelaksasikan otot dalam pada bagian tubuh tertentu.
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pada akhir proses penyuluhan, para pengunjung dapat mengetahui tentang
pengertian gagal ginjal kronis, penyebab, klasifikasi, tanda dan gejala,
penatalaksaan dan komplikasi serta pengaturan pola makan dan pemberian
dosis obat penderita gagal ginjal kronis.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan para pengunjung Poli Penyakit Dalam
diharapkan dapat :
1. Menjelaskan Pengertian gagal ginjal kronis
2. Menyebutkan Penyebab gagal ginjal kronis
3. Menyebutkan Klasifikasi gagal ginjal kronis
4. Menyebutkan Tanda dan gejala gagal ginjal kronis
5. Menyebutkan Penatalaksanaan gagal ginjal kronis
6. Menyebutkan Komplikasi gagal ginjal kron

3
III. SASARAN
1. Hari/Tanggal : Rabu, 10 Oktober 2018
2. Waktu : 30 menit
3. Tempat : Depan Ruang 26 HCU IPD RSU Dr. Saiful Anwar
Malang
4. Sasaran :
a. Langsung : Pasien ruang 26 HCU IPD RSU Dr. Saiful
Anwar Malang
b. Tidak Langsung : Keluarga Pasien di ruang 26 HCU IPD RSU Dr.
Saiful Anwar Malang
IV. MATERI
A. Pengertian

Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan


metabolism serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur
ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik
uremik) di dalam darah (Muttaqin & Sari, 2011). Gagal ginjal kronis merupakan
perubahan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, pada gagal ginjal kronis,
ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan homeostasis dengan
keseimbangan cairan dan akumulasi sisa metabolism sehingga menyebabkan
penyakit ginjal stadium akhir dan harus didialisis (Terry & Weaver, 2013).

B. Fisiologi ginjal

Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan


ekstrasel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini
dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorpsi dan sekresi tubulus.

A. Fungsi eksresi Ginjal


 Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mili osmol
 Mempertahankan kadar masing-masing elekrtolit plasma dalam
rentang normal
 Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4
 Mengeskresikan urea, asam urat, dan kreatinin

4
B. Fungsi non sekresi
 Menghasilkan renin, penting unutk pengaturan tekanan darah
 Menghasilkan eritropoeitin, faktor dalam stimulasi sel darah merah
oleh sumsum tulang
 Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktifnya
 Degradasi insulin
 Menghasilkan prostaglandin

C. Penyebab

Menurut Muttaqin & Sari (2011) Kondisi klinis yang memungkinkan


dapat mengakibatkan gagal ginjal kronis bisa disebabkan dari ginjal sendiri
dan luar ginjal
A. Penyakit dari Ginjal
 Penyakit pada saringan: Glomerulonefritis
 Infeksi kuman : Pyelonefritis & Ureteritis
 Batu ginjal: nefrolitiasis
 Kista di ginjal: polcystis kidney
 Trauma langsung pada ginjal
 Keganasan pada ginjal
 Sumbatan: batu, tumor, penyempitan
B. Penyakit umum di luar ginjal
 Penyakit sistemik: diabetes mellitus, hipertensi, kolestrol tinggi
 Dyslipidemia
 SLE
 Infeksi di badan: TBC Paru, sifilis, malaria, hepatitis
 Preeklamsi
 Obat-obatan
 Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)

D. Klasifikasi

Menurut Suharyanto & Madjid (2009) klasifikasi gagal ginjal kronis


dibagi menjadi tiga yaitu:

5
1). Stadium I (Penurunan cadangan ginjal)
Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal,
dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat
diketahui dengan tes pemekatan kemih dan tes GFR yang teliti.
2). Stadium II (Insufisiensi Ginjal)
Pada stadium ini lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah
rusak. GFR besarnya 25% dari normal. Kadar BUN dan kreatinin
serum mulai meningkat dari normal. Gejala-gejala nokturia atau sering
berkemih dimalam hari sampai 700 ml dan polyuria (akibat kegagalan
dari pemekatan) mulai timbul.
3). Stadium III (Gagal ginjal stadium akhir/ uremia)
Sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau
hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh. Nilai GFR hanya
10% dari keadaan normal. Kreatinin serum dan BUN akan meningkat
dengan mencolok. Gejala-gejala yang timbul karena ginjal tidak
sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam
tubuh, yaitu: oliguria karena kegagalan glomelurus, sindrom uremik.
Stadium gagal ginjal kronik berdasarkan GFR (GLOMELURAL
FILTRATION RATE)
1) Stadium I
Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih), kerusakan pada
ginjal dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun.
2) Stadium II
Kerusakan ginjal dengan GFR (60-89). Saat ini fungsi ginjal mulai
menurun.
3) Stadium III
Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat gagal ginjal kronik sudah
berlanjut pada stadium ini, anemia dan masalah tulang menjadi
semakin umum.
4) Stadium IV
Penurunan berat pada GRF (15-29)
5) Stadium V

6
Kegagalan ginjal (GRF di bawah 15). Ginjal sudah tidak mampu untuk
menjalankan fungsinya.
E. Tanda dan Gejala

Menurut Terry & Weaver (2013) manifestasi klinis yang terjadi pada
penyakit gagal ginjal kronis sesuai dengan stadium pasien yaitu:
1) Stadium I (penurunan cadangan ginjal)
 Asimtomatik
 Peningkatan (BUN, Kreatinin, dan LFG)
2) Staidum II (Insufisiensi ginjal
 BUN dan kreatinin meningkat
 Anemia
 Ketidakseimbangan elektrolit
 Nokturia
 Polyuria
3) Satidum III (gagal ginjal stadium akhir)
 Oliguria < 500 ml/ hari
 Meningkatkan racun-racun uremia menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat dalam tubuh.

E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Muttaqin & Sari (2011) adapun pemeriksaan penunjang yang


harus dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronis adalah:
A. Pemeriksaan kimia darah dan fungsi ginjal (Laju endap darah, Ureum
dan kreatinin, hiponatremi, hipokalsemia, hipoalbuminemia,
peningkatan gula darah, hipertrigliserida, asidosis metabolik.
B. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal
C. Intra Vena Pielografi ( IVP) untuk menilai sistem pelviokalises dan
ureter
D. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tabel parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih dan prostat.

7
E. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri serta sisa fungsi
ginjal
F. EKG untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit (hyperkalemia).

F. Penatalaksanaan

Menurut Suharyanto & Madjid (2009) pengobatan gagal ginjal kronik


dibagi menjadi dua tahap yaitu tindakan konservatif dan dialysis atau
transplantasi ginjal.\
1) Tindakan Konservatif
a. Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan
b. Pencegahan dan pengobatan komplikasi (hipertensi, hyperkalemia,
anemia, asidosis, diet rendah fosfat dan hiperurisemia)
2) Dialisis
Pengobatan gagal ginjal stadium akhir adalah dengan dialisis. Dialisis
dapat digunakan untuk mempertahankan penderita dalam keadaan
klinis yang optimal sampai tersedia donor ginjal. Dialisis dilakukan
apabila kadar kreatinin serum biasanya di atas 6 mg/ 100 ml pada
wanita, dan GFR luring dari 4 lt/menit. Dialisis memperbaiki
abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium
dapat dikonsumsi secara bebas.

G. Komplikasi

Komplikasi yang biasa terjadi yaitu:

1.Kardiovaskuler
2.Gangguan keseimbangan asam basa, cairan, dan elektrolit
3.Anemia
4. Hipotensi/hipertensi
5. Hipotermi/hipertermi
6. Odem
(T.M Marelli, 2007)

8
V. METODE DAN ALAT BANTU
METODE
 Ceramah
 Tanya jawab

KEGIATAN PENYULUHAN
No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA
1 2Menit Pembukaan :
- Membuka kegiatan dengan - Menjawab salam
mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan - Mendengarkan
penyuluhan - Memperhatikan
- Menyebutkan materi yang
akan diberikan - Memperhatikan

2 10 Menit Pelaksanaan :
- Menjelaskan Pengertian gagal - Memperhatikan
ginjal kronis
- Menjelaskan Penyebab gagal - Memperhatikan
ginjal kronis
- Memperhatikan
- Menjelaskan Klasifikasi gagal
ginjal kronis
- Menjelaskan Tanda dan
- Memperhatikan
Gejala gagal ginjal kronis
- Menjelaskan Penatalaksanaan
- Bertanya dan
gagal ginjal kronis
menjawab pertanyaan
- Menjelaskan Komplikasi
yang diajukan
gagal ginjal kronis
- Memperhatikan

9
3 2 Menit Evaluasi :
Menanyakan kepada peserta - Menjawab pertanyaan
tentang materi yang telah
diberikan, dan reinforcement
kepada warga yang dapat
menjawab pertanyaan
4 1 Menit Terminasi :
- Mengucapkan terimakasih - Mendengarkan
atas peran serta peserta
- Mengucapkan salam - Menjawab salam
penutup

VI. MEDIA
LCD
Laptop
Power Point
Leaflet

VII. EVALUASI PROSES DAN HASIL


1. Moderator : UMM
2. Penyaji : UNEJ
3. Observer : UMM
4. Fasilitator : POLTEKKES
Evaluasi
a. Evaluasi proses
1) Banyak peserta kurang lebih 50 orang
2) Antusias peserta : menyimak dengan baik dan memberikan umpan
baik positif
b. Evaluasi Hasil
1) Jumlah Peserta
2) Antusias Peserta

10
VIII. PROSES PENYULUHAN
Mulai persiapan sampai dengan akhir penyuluhan lancar, penyuluhan
dimulai dari jam 10.00 WIB sampai dengan 10.15 WIB. Pretest dan posttest
dilaksanakan audience antusias untuk mengikuti jalannya penyuluhan.

DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : EGC

Sudoyo, Aru W dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Edisi.5. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi.3. Jakarta : Media
Aesculapius

Smeltzer, suzanna C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan


Suddart. Alih Bahasa Agung Waluyo dkk. Editor Monica Ester dkk. Ed.8.
Jakarta : EGC ; 2001

Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono.


Ed. 1. Jakarta : Salemba Medika ; 2001

11
LEMBAR OBSERVASI

Topik : Gagal ginjal kronis


Tanggal : 10 oktober 2018
Tempat : Ruang 26 HCU IPD RSU Dr. Saiful Anwar
Jam Kegiatan

12
1. Pembukaan
2. Penyampaian materi
3. Diskusi

1. Nama penanya
Pertanyaan

Jawab

2. Nama penanya
Pertanyaan

Jawab

3. Nama penanya
Pertanyaan

Jawab

Malang, 10 Oktober 2018


Observer

( )

LEMBAR OBSERVASI PROSES

Topik : Gagal ginjal kronis


Hari/tanggal : Rabu, 10 Oktober 2018
Sasaran : Klien dan keluarga yang ada ruang 26 HCU IPD RSU Dr. Saiful
Anwar

13
Malang
Waktu : 15 menit

A. ANALISA DATA
1. Peserta penyuluhan
Klien dan keluarga yang ada di Ruang 26 HCU IPD RSU Dr. Saiful
Anwar Malang
2. Penyuluh
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Jember,
Poltekkes Malang.
3. Tempat penyuluhan
Ruang 26 HCU IPD RSU Dr. Saiful Anwar Malang
4. Penyuluhan berjalan lancar

B. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap Kegiatan
Pembukaan

Penyampaian

Penutup

C. EVALUASI HASIL
1. Jumlah peserta
........................................................................................................................
........................................................................................................................
..........

14
2. Antusias peserta
........................................................................................................................
........................................................................................................................
..........
Malang, 10 Oktober 2017
Observer

( )

LEMBAR KONSULTASI

15
TANGGAL ISI KONSULTASI OLEH TTD

16

Anda mungkin juga menyukai