TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Insidensi
Kejadian KPD aterm terjadi pada sekitar 6,46-15,6% kehamilan aterm dan PPROM
terjadi pada sekitar 2-3% dari semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari kehamilan
kembar. PPROM merupakan komplikasi pada sekitar 1/3 dari semua kelahiran
prematur, yang telah meningkat sebanyak 38% sejak tahun 1983 dan merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Dapat diprediksi bahwa ahli
obstetri akan pernah menemukan dan melakukan penanganan kasus KPD dalam
karir kliniknya.1,2,4
Kejadian KPD preterm berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan
mortalitas maternal maupun perinatal.KPD Preterm dikaitkan dengan 30-40%
kelahiran prematur dan diidentifikasi penyebab utama kelahiran premature, dan
terjadi pada sekitar 150.000 kehamilan setiap tahun di Amerika Serikat. Sekitar 1/3
10
11
dari perempuan yang mengalami KPD preterm akan mengalami infeksi yang
berpotensi berat, bahkan fetus/ neonatus akan berada pada risiko morbiditas dan
mortalitas terkait KPD preterm yang lebih besar dibanding ibunya, hingga 47,9%
bayi mengalami kematian. Persalinan prematur dengan potensi masalah yang
muncul, infeksi perinatal, dan kompresi tali pusat in utero merupakan komplikasi
yang umum terjadi. KPD preterm berhubungan dengan sekitar 18-20% kematian
perinatal di Amerika Serikat.2,3
2.1.3 Etiologi
Pecahnya selaput membran ketuban dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab yaitu :
1. Kelainan Jaringan Ikat
Kelainan jaringan ikat berhubungan dengan melemahnya selaput membran
ketuban dan peningkatan angka kejadian dari Ketuban Pecah Dini Prematur.
2. Defisiensi Nutrisi
Kekurangan gizi merupakan salah satu presdiposisi untuk terjadinya
abnormalitas dari struktur kolagen, dimana hal ini dikaitkan dengan peningkatan
resiko terjadinya pecahnya selaput membran ketuban.Vitamin C merupakan
kofaktor dari pembentukan kolagen. Jika seseorang didapatkan dengan difisiensi
vitamin C, maka struktur kolagen yang terbentuk tidak akan sempurna, sehingga
molekul akan lemah dan mudah hancur. Vitamin C sendiri memegang peranan
dalam sintesis dan degradasi kolagen. Kurangnya asupan vitamin C selama
kehamilan merupakan salah satu faktor resiko untuk terjadinya Ketuban Pecah
Dini.2,3
3. Peningkatan Degradasi Kolagen
Aktifitas dari degradasi kolagen terutama dipengaruhi oleh Matriks
Metalloproteinases (MMP), dimana aktivfitas ini akan dihambat oleh jaringan
inhibitor jaringan yang spesifik. Sebagian besar kehamilan, integritas dari selaput
membran ketuban tetap tidak berubah, hal ini mungkin sebagian besar disebabkan
oleh karena adanya keseimbangan dari aktivitas Matriks Metaloproteinase (MMP)
dan Tissue Inhibitor of Matrik Metalloproteinase (TIMP). Pada saat kehamilan
12
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD
dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat
KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali.
Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan
kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan
ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau
menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari
pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi
membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada
kehamilan berikutnya.2,3,4
e. Inkompetensia serviks
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin
yang semakin besar. Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan
anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau
merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya
dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester
kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan
selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.
f. Tekanan intra uterm yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :
1) Trauma; berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
2) Gemeli; Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan
adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya
berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relatif kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
15
3) Kondisi posisi janin yang abnormal dan Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)
dapat menyebabkan kegagalan kepala janin memasuki pintu masuk panggul.
Panggul yang kosong dapat mengakibatkan tekanan intrauterin yang tidak merata
disebabkan oleh cairan ketuban yang memasuki rongga kosong tersebut sehingga
dapat menyebabkan KPD.6
Pasien yang juga berisiko adalah pasien dengan status sosioekonomi rendah.
Tampaknya tidak ada etiologi tunggal yang menyebabkan KPD. Infeksi atau
inflamasi koriodesidua juga dapat menyebabkan KPD preterm. Penurunan jumlah
kolagen dari membran amnion juga diduga merupakan faktor predisposisi KPD
preterm.3
2.1.5 Diagnosis
Penilaian awal dari ibu hamil yang datang dengan keluhan KPD aterm harus
meliputi 3 hal, yaitu konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia gestasi dan presentasi
janin, dan penilaian kesejahteraan maternal dan fetal. Tidak semua pemeriksaan
penunjang terbukti signifikan sebagai penanda yang baik dan dapat memperbaiki
luaran. Oleh karena itu, akan dibahas mana pemeriksaan yang perlu dilakukan dan
mana yang tidak cukup bukti untuk perlu dilakukan.:
• Anamnesis dan pemeriksaan fisik
KPD aterm didiagnosis secara klinis pada anamnesis pasien dan visualisasi
adanya cairan amnion pada pemeriksaan fisik. Dari anamnesis perlu diketahui
waktu dan kuantitas dari cairan yang keluar, usia gestasi dan taksiran persalinan,
riwayat KPD aterm sebelumnya, dan faktor risikonya. Spekulum yang digunakan
dilubrikasi terlebih dahulu dengan lubrikan yang dilarutkan dengan cairan steril dan
sebaiknya tidak menyentuh serviks. Pemeriksaan spekulum steril digunakan untuk
menilai adanya servisitis, prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah janin
(pada presentasi bukan kepala); menilai dilatasi dan pendataran serviks,
mendapatkan sampel dan mendiagnosis KPD aterm secara visual. 3
Dilatasi serviks dan ada atau tidaknya prolaps tali pusat harus diperhatikan
dengan baik. Jika terdapat kecurigaan adanya sepsis, ambil dua swab dari serviks
16
(satu sediaan dikeringkan untuk diwarnai dengan pewarnaan gram, bahan lainnya
diletakkan di medium transport untuk dikultur.3
Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak diperlukan lagi
pemeriksaan lainnya untuk mengkonfirmasi diagnosis. Jika diagnosis tidak dapat
dikonfirmasi, lakukan tes pH dari forniks posterior vagina (pH cairan amnion
biasanya ~ 7.1-7.3 sedangkan sekret vagina ~ 4.5 - 6). Jika tidak terlihat adanya
aliran cairan amnion, pasien tersebut dapat dipulangkan dari rumah sakit, kecuali
jika terdapat kecurigaan yang kuat ketuban pecah dini.3
• Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dapat berguna untuk melengkapi diagnosis untuk menilai
indeks cairan amnion. Jika didapatkan volume cairan amnion atau indeks cairan
amnion yang berkurang tanpa adanya abnormalitas ginjal janin dan tidak adanya
pertumbuhan janin terhambat (PJT) maka kecurigaan akan ketuban pecah sangatlah
besar, walaupun normalnya volume cairan ketuban tidak menyingkirkan diagnosis.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Dikenal tiga cara pengukuran cairan ketuban, yaitu secara subyektif,
semikuantitatif (pengukuran satu kantong), dan pengukuran empat kuadran
menurut Phelan. Sayangnya tidak ada satupun metode pengukuran volume cairan
ketuban tersebut yang dapat dijadikan standar baku emas. Penilaian subyektif oleh
seorang pakar dengan menggunakan USG “real-time” dapat memberikan hasil yang
baik.11
Penilaian subyektif volume cairan ketuban berdasarkan atas pengalaman
subyektif pemeriksa didalam menentukan volume tersebut berdasarkan apa yang
dilihatnya pada saat pemeriksaan. Dikatakan normal bila masih ada bagian janin
yang menempel pada dinding uterus, dan bagian lain cukup terisi cairan ketuban.
Bila sedikit, maka sebagian besar tubuh janin akan melekat pada dinding uterus,
sedangkan bila hidramnion, maka tidak ada bagian janin yang menempel pada
dinding uterus.11
Pengukuran semikuantitatif dilakukan melalui pengukuran dari satu
kantong (single pocket) ketuban terbesar yang terletak antara dinding uterus dan
17
tubuh janin, tegak lurus terhadap lantai.Tidak boleh ada bagian janin yang terletak
didalam area pengukuran tersebut. Klasifikasinya dapat dilihat dalam table dibawah
ini.
Pengukuran volume cairan ketuban empat kuadran atau indeks cairan
amnion (ICA)/amnion fluid index (AFI) diajukan oleh Phelan, dkk (1987) lebih
akurat dibandingkan cara lainnya. Pada pengukuran ini, abdomen ibu dibagi atas
empat kuadran. Garis yang dibuat melalui umbilikus vertikal ke bawah dan
transversal. Kemudian transduser ditempatkan secara vertikal tegak lurus lantai dan
cari diameter terbesar dari kantong ketuban, tidak boleh ada bagian janin atau
umbilikus didalam kantong tersebut. Setelah diperoleh empat pengukuran,
kemudian dijumlahkan dan hasilnya ditulis dalam millimeter atau sentimeter.11
• Pemeriksaan laboratorium
18
2.1.6 Patogenesis
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu
terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh,
bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.4
Pecahnya selaput membran janin adalah bagian penting dari proses
persalinan dan biasanya diikuti oleh onset dari kontraksinya uterus. Pecahnya
selaput membrane janin akan mengakibatkan inisiasi kontraksi uterus di setidaknya
10% pada persalinan aterm dan hampir 30% pada persalinan prematur. Masa
interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten. Makin
panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi. Makin muda kehamilan,
makin sulit upaya penatalaksanaannya tanpamenimbulkan morbiditas janin. Kami
menduga bahwa selaput membran ketuban yang melemah selama kehamilan
19
sebagai hasil dari kombinasi dua proses: sebuah proses biokimia yang
menyebabkan remodeling dan apoptosis dari kolagen, dan peregangan dari selaput
membran ketuban yang mengarah langsung ke kerusakan jaringan. Akan tetapi
mediator fisiologis yang akan mengakibatkan proses yang akan menyebabkan
melemahnya dan pecahnya selaput membran ketuban masih belum diketahui.1, 2, 3
Perubahan Kolagen dari Selaput Membran Ketuban merupakan penyebab
dari pecahnya membran selaput ketuban. Kemampuan kekuatan regangan dari
selaput membrane ketuban diduga akibat adanya keseimbangan antara sintesis dan
degradasi dari komponen komponen matriks ekstraseluler. Dikatakan bahwa
adanya perubahan pada selaput membrane ketuban disebabkan oleh karena adanya
perubahan struktur dari kolagen selaput membrane ketuban dan peningkatan
aktivitas kolagenase yang berhubungan dengan terjadinya pecahnya selaput
membran ketuban.1, 2
Perubahan struktur dan degradasi kolagen dari selaput membran ketuban
merupakan penyebab dari pecahnya selaput membran ketuban. Di mana degradasi
kolagen ini di mediasi oleh Matrik Metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh
inhibitor jaringan spesifik / tissue inhibitor metalloproteinase-1 (TIMP-1) dan
inhibitor protease. Pecah ketuban pada saat persalinan disebabkan oleh karena
semakin melemahnya selaput membran ketuban oleh karena adanya kontraksi
uterus yang semakin kuat dan peregangan yang berulang dari selaput membran
ketuban.Mendekati waktu aterm, keseimbangan antara MMP dan TIMP – 1
mengarah pada degradasi proteolitik dari matrik ekstraseluler dari selaput membran
janin, sehingga degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan yang
dapat mengakibatkan pecahnya dari selaput membran ketuban.7,8,9
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga
selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, serta gerakan janin.Pada
trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban sehingga
pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah
dini pada kehamilan preterm disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal
misalnya infeksi yang menjalar darivagina. Disamping itu ketuban pecah dini
20
preterm juga sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten servik, serta solusio
plasenta.4
Banyak teori, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi.
Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).
Termasuk diantaranya; high virulensiyaitu Bacteroides, dan low virulensiyaitu
Lactobacillus.4
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta ketuban, fibroblast, jaringan
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagendikontrol
oleh sistem aktifas dan inhibisi interleukin-1 (iL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan
prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi
kolagen pada selaput korion/amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah
pecah spontan.4
2.1.8 Penatalaksanaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan KPD adalah;
memastikan diagnosis, menetukan umur kehamilan, mengevaluasi ada tidaknya
infeksi maternal ataupun infeksi janin, serta apakah dalam keadaan inpartu, atau
terdapat kegawatan janin.2,4
Prinsip penanganan Ketuban Pecah Dini adalah memperpanjang kehamilan
sampai paru-paru janin matang atau dicurigai adanya atau terdiagnosis
khorioamnionitis. Setelah mendapatkan diagnosis pasti, dokter kemudian
melakukan penatalaksanaan berdasarkan usia gestasi. Hal ini berkaitan dengan
proses kematangan organ janin, dan bagaimana morbiditas dan mortalitas apabila
dilakukan persalinan maupun tokolisis.
Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu manajemen
aktif dan ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah penanganan dengan
pendekatan tanpa intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan klinisi untuk
lebih aktif mengintervensi persalinan. Berikut ini adalah tatalaksana yang dilakukan
pada KPD berdasarkan masing-masing kelompok usia kehamilan.
2.1.8.1 Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu)
Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD
keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian
22
infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan
permulaan dari persalinan disebut periode latent = L.P = “lag” period. Makin muda
umur kehamilan makin memanjang L.P-nya.
Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan
dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam
waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban
pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan
bila gagal dilakukan bedah caesar.
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu.
Walaupun antibiotik tidak bermanfaat terhadap janin dalam uterus namun
pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya
sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian
antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan
pertimbangan: tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah
terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa penulis
meyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau ditunggu
samapai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya.
Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD dapat diperpendek sehingga
resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi.
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat
terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan
komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi
yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi
semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi dilakukan dengan mempehatikan
bishop score jika > 5 induksi dapat dilakukan, sebaliknya < 5, dilakukan
pematangan servik, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan
KPD pada kehamilan aterm:
1. Diberikan antibiotika prafilaksis, Ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari
2. Dilakukan pemeriksaan "admision test" bila hasilnya patologis dilakukan
terminasi kehamilan
23
Algorithm for evaluation and management of preterm premature rupture of the membranes
(pPROM).(Mercer BM: Premature rupture of the membranes. Obstet Gynecol 101:178–193,
2003)