PENDAHULUAN
sementara itu di provinsi Jawa Timur 5.196 balita meninggal tiap tahunnya karena
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa
penyakit menular yang termasuk ke dalam penyakit yang dapat dicegah dengan
pertusis, campak, polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak yang
telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut;
2016)
Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/bakteri/protozoa/jamur,
masuk ke dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh
manusia akan dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen.
Secara alamiah, sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut
antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi berinteraksi
dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini disebabkan
dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah mengenali antigen yang masuk ke
1
2
dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam waktu
antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan antigen yang telah
terhadap penyakit tertentu. Kejadian luar biasa difteri dan campak yang akhir-
akhir ini terjadi merupakan salah satu peringatan untuk kita sebagai tenaga
mutu, atau kualitas vaksin yang ada. Program imunisasi diberikan kepada populasi
yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita, anak-anak,
wanita usia subur, dan ibu hamil. (Profil Kesehatan Indonesia, 2016)
Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Seorang anak diimunisasi dengan vaksin yang disuntikkan pada
lokasi tertentu atau diteteskan melalui mulut. Sebagai salah satu kelompok yang
dasar lengkap yang terdiri dari satu dosis BCG, tiga dosis DPT-HB dan/atau DPT-
HB-Hib, empat dosis polio, dan satu dosis campak. (Profil Kesehatan Indonesia,
2016)
Program imunisasi pada bayi bertujuan agar setiap bayi mendapatkan
Capaian indikator ini di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 86,54%. Angka ini
3
belum mencapai target Renstra (Rencana strategi) pada tahun 2015 yang sebesar
mencapai target Renstra tahun 2015. Tiga provinsi dengan capaian imunisasi dasar
lengkap pada bayi yang tertinggi pada tahun 2015 yaitu Jambi (99,85%), Nusa
dengan capaian terendah yaitu Papua (47,27%), kemudian Papua Barat (57,11%),
cakupan imunisasi dasar lengkap tahun 2015; 82,80% pada tahun 2016 dan
76,59% pada tahun 2015. Namun bila dibandingkan dengan target yang telah
tahun 2016 yaitu sebesar 96%, maka cakupan UCI (Universal Child Imunization)
desa saat ini masih belum memenuhi target. (Profil Kesehatan Indonesia, 2016)
Imunisasi juga menimbulkan efek samping dalam pelaksanaannya.
Fenomena ini dikenal juga dengan istilah adverse event atau lebih dikenal dengan
kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) dalam dunia kesehatan. Berdasarkan data
Riskesdas tahun 2013, didapatkan bahwa dari 91,3 % anak di Indonesia yang
Keluhan yang sering terjadi adalah kemerahan dan bengkak, sedangkan keluhan
menyalahkan tenaga kesehatan untuk efek samping dari imunisasi. Hal ini
merupakan akibat kurangnya pengetahuan ibu tentang imunisasi dan juga efek
samping yang mungkin bisa terjadi. Pengetahuan ibu terhadap imunisasi menjadi
hal yang sangat penting, agar ibu dapat cepat tanggap dan tahu apa yang harus
4
dilakukan ketika timbul efek samping pada anaknya. Hal tersebut nantinya akan
Randuagung Kabupaten Lumajang adalah 67%. Angka ini sangat jauh dari target
yang telah ditetapkan secara nasional untuk cakupan imunisasi dasar lengkap,
yaitu 96%. Hal ini menunjukan masih kurangnya kesadaran ibu untuk membawa
peneliti ingin mengetahui lebih lanjut lagi mengenai pengetahuan ibu terhadap
imunisasi, apakah kurangnya pengetahuan menjadi penyebab masih ada ibu yang
sehingga dapat menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya seperti mencari
ibu. Selain itu dapat menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai
media informasi lain. Selain itu dapat menjadi data dasar bagi Puskesmas
6