Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dahulu dikatakan bahwa TB lebih banyak terdapat di kota-kota. Tapi
karena adanya urbanisasi dan alat transportasi yang semakin lancar, keadaan
TB di desa dan di kota sama saja. Untuk mencegah penularan TB yang kini
terus meningkat, pemerintah kian gencarnya melakukan promosi kesehatan
tentang TB melalui penyuluhan, media cetak, media elektronik, spanduk dan
poster-poster yang banyak di jumpai di tepi jalan. Tetapi kenyataannya pada
saat praktek di RSUD. Prof. Dr. W.Z. Johanes Kupang, ditemukan bahwa
seluruh keluarga pasien yang menjaga anggota kelurganya yang menderita TB
paru dan dirawat di ruangan III laki, berinteraksi bahkan sampai berhari-hari
bersama pasien tanpa memakai pelindung tubuh (masker), dan data yang
diperoleh pada tahun 2007 terdapat 37 kasus TB dan pada tahun 2008
meningkat menjadi 56 kasus.
Mycobakterium Tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk
dunia, menurut WHO sekitar 9 juta penderita baru TB dengan kematian 3 juta
orang pertahun (WHO 1997). Di negara-negara berkembang kematian TB
merupakan 25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah.
Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara berkembang, 75% penderita
TB adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun).Dengan munculnya epidemi
HIV/AIDS di dunia, diperkirakan penderita TB akan meningkat. Kematian
wanita karena TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan,
persalinan dan nifas (WHO). Pada tahun 1993 WHO mencanangkan
kedaruratan global penyakit TB, karena pada sebagian besar negara di dunia,
penyakit TB tidak terkendali. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2000).
WHO sedang mencoba untuk melawan TB yang resisten terhadap
banyak obat dengan menitikberatkan usahanya tersebut dalam strategi
pencegahan terhadap kasus TB resisten banyak obat generasi baru. Program
teapi observasi langsung (DOTS) telah meningkatkan pemakaian obat
keseluruh dunia, dan sekarang terdapat 119 negara yang memakai program
DOTS. Program ini telah sukses di banyak negara dalam mencegah
peningkatan kasus TB resisten terhadap banyak obat, khususnya pada negara
yang jumlah kasusnya rendah, contohnya di Chili, yang hanya terdapat 0,4%
kasus TB resisten terhadap banyak obat. WHO bekerja sama dengan rekan
kerjanya disetiap negara untuk menetapkan keefektifan program DOTS
berdasarkan pada ketetapan pemerintah lokal dalam menggunakan berbagai
segi usaha untuk mendeteksi kasus dengan menggunakan sputum yang di
periksa dengan mikroskop, tetapi observasi langsung dengan regimie terapeutik
standar, mempertahankan suplai obat agar tidak terputus dan mengawasi hasil-
hasil sistem pelaporan.(Price dan Wilson, 2005).
Di Amerika Serikat menunjukan penurunan pada tahun 1940-1985.
Penurunan ini berhubungan dengan keefektifan kemoterapi anti tuberkulosis
dan karena penurunan kepadatan serta peningkatan standar hidup. Pada awal
1980, eliminasi terhadap TB di Amerika Serikat (diidentifikasi sebagai angka
kasus tahunan <1/1.000.000 populasi) dipertimbangkan dapat mencapai tujuan
dan meliputi tujuan pelayanan kesehatan masyarakat untuk tahun 2010. Namun,
antara tahun 1983 dan 1993, terdapat 60.000 kasus TB lebih dari pada yang
diperkirakan sebelumnya. Infeksi HIV, tunawisma, penyalahgunaan obat intra
vena adalah tiga variabel utama yang telah berperan pada peningkatan jumlah
kasus. (Brunner dan Suddarth, 2000).
Di Indonesia penyakit TB merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat. Pada tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
menunjukan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga (3)
setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua
kelompok usia, dan nomor satu (1) dari golongan penyakit infeksi. Tahun 1999,
WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TB dengan
kematian karena TB sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan setiap 10.000
penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA positif. Penyakit
TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif, kelompok
ekonomi lemah, dan berpendidikan rendah. Sampai saat ini program
penanggulangan TB dengan straregi DOTS belum dapat menjangkau seluruh
Puskesmas. Demikia juga Rumah Sakit Pemerintah, swasta dan unit pelayanan
kesehatan lainnya. Cakupan penderita TB dengan strategi DOTS baru mencapai
sekitar 10% pada tahun 1995-1998 dan error rate belum di htung dengan baik
meskipun cure rate lebih besar dari 85%. Penatalaksanaan penderita dan sistem
pencatatan, pelaporan belum seragam disemua unit pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swastsa. Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat
yang tidak lengkap dimasa lalu, diduga telah menimbulkan kekebalan ganda
kuman TB terhadap OAT atau Multi Drug Resistance (MDR). (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia,2000).

1.2 Rumusan Masalah


Dengan adanya berbagai informasi baik dari media massa maupun
melalui penyuluhan-penyuluhan dari petugas kesehatan mengenai penyakit TB
paru, tetapi sampai saat ini angka mortalitas akibat penyakit TB paru masih
cukup tinggi. Atas dasar masalah itulah peneliti tertarik melakukan penelitian
dimaksud dengan rumusan masalahnya adalah “Sejauh manakah Tingkat
pengetahuan keluarga tentang penularan penyakit TB paru di ruangan III Laki
RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang?”

1.3 Batasan Masalah


Karena sangat kompleksnya permasalahan yang ditemukan pada
penyakit TB paru maka dalam penelitian ini, peneliti membatasi pada masalah
”Tingkat pengetahuan keluarga tentang penularan penyakit TB paru diruangan
III Laki RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang”.

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang penularan penyakit TB
paru.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang
penularan TB paru.
2. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang resiko
penularan TB paru.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Rumah Sakit
Sebagai acuan untuk melakukan penyuluhan pencegahan penularan
penyakit TB paru.
1.5.2 Untuk Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa lain
sebagai motivator untuk melakukan penelitian sederhana dan menambah
wawasan untuk lebih mengenalkan penyakit TB paru melalui penjelasan
dengan sungguh-sungguh dan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut.
1.5.3 Untuk Responden
Dapat meningkatkan pengetahuan keluarga dan motivasi untuk mengenal
penularan dan pencegahan penyakit TB paru.
1.5.4 Untuk Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman dan wawasan bagi
peneliti dalam melakukan penelitian selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.(Notoadmojo,2002).
Tingkat pengetahuan adalah pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai enam (6) tingkat yaitu:

a.Tahu (Know), diartikan sebagai sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Yang termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c.Aplikasi (Application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
d. Analisis (Analysis),adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e.Sintesis (Synthetis), menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penelitian-
penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang sudah ditentukan sendiri
maupun menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Suatu pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menenyakan tentang isi materi yang ingin diukur dan subyek
penelitian/responden.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :


1. Karakteristik umur dan jenis kelamin
2. Tingkat pendidikan
3. Kepercayaan dan keyakinan
4. Pengalaman
5. Intormasi dari berbagai sumber

2.2 Konsep Keluarga


Pengertian keluarga akan berbeda. Hal ini bergantung pada orientasi
yang digunakan dan orang yang mendefinisikan.

a.Friedman (1998).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluaga.
b. Sayekti (1994).
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasa perkawinan
antar orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang
laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa
anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah
tangga.
c.UU No. 10 thn 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Tipe keluarga :

1. Keluarga inti ( Nuclear family ) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,
dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar ( Exstended family ) yaitu keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek,
paman-bibi).

Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa


individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang
menjadi:
1. Keluarga bentukan kembali (dyalic family) adalah keluarga baru
yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
Keadaan ini di Indonesia juga menjadi tren karena adanya pengaruh gaya
hidup barat pada zaman dahulu jarang sekali ditemui sehingga seorang yang
telah atau ditinggal pasangannya cenderung hidup sendiri untuk
membesarkan anak-anaknya.
2. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang
terdiri dari salah satu orang tua dan anak-anak akibat perceraian atau
ditinggal pasangannya.
3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage
mother).
4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri
tanpa pernah menikah (the single adult living alone). Kecenderungan di
Indonesia juga meningkat dengan dalih tidak mau di repotkan oleh
pasangan atau anaknya kelak jika telah menikah.
5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non
marital heterosexual cohabiting family). Biasanya dapat dijumpai pada
daerah kumuh perkotaan (besar) tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan
oleh pemerintah daerah (kabupaten atau kota) meskipun usia pasangan
tersebut telah tua demi status anak-anaknya.
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis pasangan
sama (gay dan lesbian family).
2.3 Konsep Dasar Tuberkulosis

2.3.1 Pengertian
Beberapa defenisi menjelaskan tentang tuberkulosis paru antara lain:
a. Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobakterium
Tuberkulosis. (Brunner da Suddarth, 2001).
b. Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobakterium Tuberkulosis. (Price dan Wilson, 2005).
c. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobakterium Tuberkulosis).(Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2000).
d. Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Tuberkulosis
adalah Penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh Mycobakterium
Tuberkulosis.

2.3.2 Penyebab
Penyebab dari Tuberkulosis paru adalah Mycobakterium Tuberkulosis.

2.3.3 Penularan
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif, yang dapat
menularkan kepada orang yang berada disekelilingnya, terutama kontak erat.
Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan dahak).Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi
kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak
terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk Of Tuberculosis Infection =
ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada
daerah dengan ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk,
10 (sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang yang
terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya 10% dari yang terinfeksi
akan menjadi penderita.
Dari keterangan tersebut diatas, dapat diperkirakan bahwa didaerah dengan
ARTI 1%, di antara 100.000 penduduk terjadi rata-rata 100 (seratus) penderita
tuberkulosis setiap tahun, dimana 50 penderita adalah BTA positif.
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seorang menjadi penderita TB adalah
daya tahan tubuh yang rendah; diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS.

2.3.4 Penanganan
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk
kuman persister) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan
ditelan sebagai dosis tunggal pada saat perut kosong. Apabila panduan obat
yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan),
kuman TB akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). Pengobatan
dilakukn dengan pengawasan langsung (DOT= Directly Observed Treatment)
oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO), untuk menjamin kepatuhan
penderita menelan obat.
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, tahap intensif dan lanjutan.
Tahap intensif:
Pada tahap awal (intensif) penderita mendapat obat setiap hari dan
diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap rifampisin.
Bila saat tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita
TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif.
Tahap lanjutan:
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat dalam jangka waktu yang
lebih lama dan jenis obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
Program Nasional Penanggulan TB di Indonesia menggunakan panduan
OAT:
1. Kategori - I (2HRZE / 4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z),
Etambutol (E). Obat-obatan tersebut diberikan setiap hari selama dua bulan
(2HRZE). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari
Isoniasid (H), Rifampisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu dalam enpat
bulan (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk:
- Penderita baru TB paru BTA positif.
- Penderita TB paru BTA negatif rontgen positif yang ”sakit berat”.
- Pendeita TB ekstra paru berat.
2. Kategori - II (2HRZES / HRZE / 5H3R3E3)
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri 2 bulan dengan
isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), Etambutol (E), dan suntikan
streptomisin setiap hari di UPK. Dilanjutkan 1 bulan dengan isoniasid (H),
Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu
diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang
diberikan dalam 3 kali seminggu. Perlu di perhatikan suntikan streptomisin
diberikan setelah penderita selesai menelan obat.
Obat ini diberikan untuk:
- Penderita kambuh (Relaps)
- Penderita gagal (Faisure)
- Penderita dengan pengobatan setelah lalai (After Default)
3. Kategori – III (2HRZ/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan
(2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan
diberikan 3 kali seminggu (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk:
- Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan.
- Penderita ekstra paru ringan, yaitu TB kelenjar limfe (limfedenitis),
pleuritis eksudativa unilateral, TB kulit, TB tulang (kecuali tulang
belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
4. OAT sisipan
Bila pada akhir tahap intensif dan dengan pengobatan dari kategori 1 atau
kategori 2, hasil hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat
sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.

2.4 Kerangka Konsep

Pengetahuan dari
petugas Kesehatan
TV, Radio, Surat
Kabar, Spanduk,
Poster
Lingkungan,
Sosial Budaya

Pengetahuan
Keluarga Tentang Upaya pencegahan
Penularan Penyakit penularan
TB Paru

Karakteristik umur dan


jenis kelamin,Tingkat
pendidikan
Kepercayaan dan
keyakinan,Pengalaman

KETERANGAN :

= Tidak diteliti

= Diteliti
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan metode deskriptif untuk menjawab pertanyaan riset bagaimana
tingkat pengetahuan keluarga tentang penularan penyakit TB paru di ruangan
III Laki RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajai dan kemudian ditarik kesimpulannya. (DR. Sugiyono,
1995). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah keluarga yang salah
satu anggota keluarganya menderita TB paru dan dirawat di ruangan III Laki
RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang sebanyak 56 orang.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakterisrik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. (DR. Sugiyono, 1995). Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagian keluarga yang anggota keluarganya menderita TB
paru dan dirawat diruangan III Laki RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang,
sebanyak 23 orang.
Dengan Kriteria inklusi:
1. istri pasien maupun keluarga pasien yang berusia >15tahun dan <55 tahun.
2. Bisa menulis dan membaca
3. Tidak mengalami gangguan jiwa
3.2.3. Sampling Penelitian
Sampling penelitian yang digunakan adalah sampling Purposive yaitu
pengambilan sample didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti sendiri yang berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya.(DR. Sugiyono, 1995).

3.3 Variabel Penelitian dan defenisi operasional


3.3.1 Variabel Penelitian
Variabel dapat didefenisikan sebagai atribut dari seorang atau obyek
yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek
dengan obyek yang lain. (Hatch dan Farhady, 1981-DR. Sugiyono, 1995).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu
pengetahuan keluarga tentang penularan penyakit TB paru.

3.3.2 Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian

Variabel Defenisi Parameter Skala Alat Ukur Skor


Operasional
Pengetahuan Pengetahuan Defenisi Ordinal Kuesioner Untuk
keluarga tentang TB paru pertanyaan
tentang penularan TB Penyebab positif jawaban
penularan paru adalah TB paru Ya: 1, Tidak: 0
penyakit Mengingat dan untuk
TB paru tentang TB paru pertanyaan
serta cara negatif
penularannya. jawaban Ya:0,
Tidak:1. dengan
Kriteria: Baik
Resiko Resiko penularan Resiko Ordinal Kuesioner 80-100%,
penularan adalah Mereka penularan Cukup 56-79%,
yang kontak erat TB paru Kurang <56%
dengan penderita
dan mereka yang
berdaya tahan
tubuh rendah.

3.4 Instrumen Penelitian


Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
Kuesioner tertutup yang berisi 10 pertanyaan tentang pengetahuan dengan
jawaban ya = 1, tidak = 0 untuk pertanyaan positif dan jawaban ya = 0, tidak =1
untuk pertanyaan negatif.
3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di ruang III Laki RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang pada 24 januari 2009.

3.6 Pengolahan dan Analisa Data


Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan
tahap :
1. Editing: Untuk mengetahui dan mengecek apakah data yang dikumpulkan
sudah terisi atau belum.
2. Coding: Untuk memudahkan dalam perolehan data maka setiap jawaban dari
masing- masing kuesioner yang telah diisi oleh responden diberikan kode
tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana.
3. Analisa: dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dengan
presentase (%) dalam bentuk tabel tentang pengetahuan keluarga diruangan
III Laki RSUD. Prof. Dr. W.Z Johanes Kupang tentang penularan TB paru.
Dari tabel diperoleh skor sebagai berikut :

1. Pengetahuan baik 80 -100%


2. Pengetahuan cukup 56-79%
3. Pengetahuan kurang < 56%

3.7 Etika Penelitian


Penelitian dilakukan dengan tetap menjaga kerahasian responden dan
menghormati hak-hak respoden setelah mendapat peresetujuan, barulah
penelitian ini dilakukan dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi:
1. Lembar persetujuan menjadi responden
Lembaran persetujuan diberikan kepada keluarga yang salah satu anggota
keluarganya menderita TB paru dan dirawat diruangan III laki RSUD Prof.
Dr. W.Z. Johanes Kupang, peneliti menjelaskan maksud dari penelitian serta
damapak yang mungkin terjadi selama dan sewaktu pengumpulan data. Jika
respoden bersedia maka harus mendatangani surat persetujuan penelitian.
Jika respoden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
2. Tanpa nama (anonimity)
Untuk menjaga kerahasian dan privasi masing-masing subyek dalam
lemabar data tidak akan dicantumkan nama responden diganti dengan
inisial nomor atau kode.
3. Kerahasian (confidentiality)
Kerahasian informasi yang diperoleh dari respoden (keluarga yang salah
satu anggota keluarganya menderita TB paru dan dirawat diruangan III Laki
RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang) dijamin oleh peneliti hanya
sekelompok data-data tertentu saja yang akan dilaporkan dan disajikan
sebagai hasil riset.

3.8 Jadwal Penelitian


Dalam bagian ini diuraikan kerangka konsep kegiatan mulai dari
penyusunan proposal hingga penulisan laporan yang disertai dengan waktu
berlangsungnya setiap kegiatan.
Bulan
No Kegiatan
November Desember Januari
1. Penyusunan proposal
2. Seminar proposal
3. Penelitian
4. Pengolahan data dan analisa data
5. Penyusunan laporan
6. Seminar hasil penelitian

3.9 Organisasi Penelitian


1. Peneliti : Bernadinus T. Puho
Nim : 02291106
2. Pembimbing : Sabinus B. Kedang, S.Kep, Ns

3.10 Biaya Penelitian


Rencana penelitian sesungguhnya hanya ditanggung oleh peneliti
sendiri dengan rincian sebagai berikut:
Biaya penyusunan proposal : Rp. 50.000
Biaya transportasi : Rp. 50.000
Biaya perbaikan proposal : Rp. 50.000
Biaya penelitian : Rp. 50.000
Lain-lain : Rp. 50.000
Total : Rp. 250.000
DAFTAR PUSTAKA

Price dan Wilson, 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi.
6, Volume. 2, EGC Jakarta, hlm 852-854.

Brunner dan Suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi. 8,
Volume. 3, EGC Jakarta, hlm 2428-2429.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis, Cetakan ke 5, Jakarta, hlm 1-2, 7-8, 34-37.

Prof. Dr. Soekidjo Notoadmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-


Prinsip Dasar), PT. Rineka Cipta Jakarta, hlm 127-130.

Suprajitno, S.Kp, 2003, Asuhan Keperawatan Keluarga (Aplikasi Dalam Praktik),


EGC Jakarta, hlm 1-3.

dr. Indan Entjang, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti
Bandung, hlm 51-52.

DR. Sugiyono, 1995, Metode Penelitian Administrasi, CV. Alfabeta Bandung, hlm
20, 57.
KUESIONER

Judul penelitian: Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Penularan Penyakit TB Paru


Yang Dilakukan Di RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

1. Identitas Respoden
Nomor responden :
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
2. Pengisian kuesioner ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagaimana
tingkat pengetahuan keluaga yang salah satu anggota keluarganya menderita TB
paru.
Berilahlah tanda () pada salah satu kolom yang tersedia dibawah ini sesuai
dengan jawaban yang dianggap paling benar.
Skor Total
No Pengetahuan
Ya Tidak (%)
1. Apakah TB paru merupakan penyakit infeksi
menular ?
2. Apakah penyebab TB adalah mycobacterium
tuberculosis?
3. Apakah penyebaran melalui udara atau kontak
dengan penderita TB sebelumnya ?
4. Apakah penularan TB dapat terjadi pada saat
pasien bersin atau batuk ?
5. Apakah penularan TB dapat terjadi pada saat
pasien berbicara atau membuang ludah ?
6. Apakah penularan TB dapat terjadi melaui seks
mulut ?
7. Apakah TB hanya dapat menular melalui udara ?
8. Apakah pasien TB harus di pisahkan dari pasien
yang bukan sakit TB ?
9. Apakah orang dengan daya tahan tubuh yang baik
dapat tertular TB ?
10. Apakah memisahkan pasien TB dengan yang
bukan TB memperkecil penularan TB ?
Skor Total
No Pengetahuan
Ya Tidak (%)
1. Apakah daya tahan tubuh rendah mempunyai resiko
tertular TB ?
2. Apakah kontak yang erat dengan penderita TB
mempunyai resiko tertular TB ?
3. Apakah bebicara dengan pasien tanpa memakai
pelindung (masker)mempunyai resiko tertular TB ?
4. Apakah menjaga kebersihan diri dapat memperkecil
resiko tertular TB ?
5. Apakah makan makan bergizi dan olahraga teratur
dapat memper kecil resiko tertular TB ?
6. Apakah tinggal serumah dengan penderita
mempunyai resiko tertular TB?
7. Apakah memisahkan pasien TB dengan yang bukan
TB memperkecil resiko tertular TB ?
8. Apakah menjaga daya tahan tubuh dapat
memperkecil resiko tertular TB
9. Apakah lingkungan sekitar yang kurang bersih
merupakan suatu resiko tertular TB ?
10. Apakah gaya hidup yang kurang sehat dapat
menyebabkan seseorang mempunyai resiko tertular
TB ?
Lembar Persetujuan

Usulan Karya Tulis Ini Telah Disetujui


Untuk Diuji Pada Tanggal

Oleh

Pembimbing
SABINUS B. KEDANG, S.Kep, Ns

KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DINILAI DAN DIUJI

Oleh panitia penguji pada AKPER MARANATHA Kupang

Pada hari/tanggal :

Penguji I Penguji II
Kamilus Mamoh, SKM, MPH Sabinus B. Kedang, S.Kep, Ns

Mengetahui
Direktur AKPER MARANATHA Kupang,

Juleha P. Geno, SKp.M.Kes.

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PENULARAN


TB PARU DIRUANGAN III LAKI RSUD Prof.Dr.W.Z. JOHANES KUPANG
OLEH

BERNADINUS T. PUHO
NIM : 02291106

YAYASAN MARANATHA GROUPS WILAYAH NTT


AKADEMI KEPERAWATAN MARANATHA KUPANG
2009
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan kemurahan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Peneltian ini dengan judul “ Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang
Penularan Penyakit TB Paru Diruangan III Laki RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johanes
Kupang “
Proposal penelitian ini merupakan salah satu persyaratan Akademi
dalam rangka meyelesaikan study akir di Akademi Keperawatan Maranatha
Kupang. Peneliti menyadari bahwa proposal penelitian ini dapat diselesaikan
dengan baik atas bantuan dukungan moril dan material dari berbagai pihak
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati dan ketulusan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Sabinus B. Kedang, S. Kep.Ns selaku pembimbing dan penguji II
yang dengan tulus membimbing penulis dslsn menyelesaikan proposal ini.
2. Bapak Kamilus Mamoh MKS. MPH selaku penguji I yang telah
meluangkan waktu untuk menguji penulis.
3. Bapak Samuel Selan, selaku ketua Yayasan Maranatha Groups Wilayah
NNT.
4. Ibu Juleha Pua Geno S Kep, M Kes, selaku Direktur Akademi Keperawatan
Maranatha Kupang yang telah mengijinkan penulis dalam menyelesaikan
proposal ini.
5. Bapak Riky Terik,SKM yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan proposal ini.
6. Ibu Welhelmina Solsepa, S.Kep selaku kepala ruangan III Laki RSUD.Prof.
Dr. W. Z. Johanes Kupang yang telah memberi izin kepada penulis untuk
mengambil data dan melakukan penelitian.
7. Responden yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi
tentang bagaimana pemahaman tentang penularan dan Resiko Penularan TB
paru dalam penelitian ini.
8. Ibunda tercinta yang dengan kasih sayang yang tulus membesarkan,
membimbing, mengarahkan dan memberi kesempatan kepada penulis untuk
mengenyam pendidikan hingga sekarang.
9. Kakak dan adik ku tercinta: Erni, Reren, Cici dan George serta semua
keluarga yang telah mendorong dan mendukung penulis dalam
meyelesaikan penelitian ini.
10. Teman-teman seperjuangan dan semua yang telah membantu dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
Kritik dan saran guna perbaikan proposal ini dengan senang hati dan
lapang dada penulis menerimanya, guna meningkatkan pengetahuan
bersama.Semoga proposal ini dapat bermanfaat.

Kupang, Januari 2009


Penulis

Anda mungkin juga menyukai