Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

infeksi bakteri Myobacterium tuberculosis, bakteri tersebut dapat menyerang

berbagai organ terutama paru-paru. Jika penyakit ini tidak ditangani atau

Penanganannya tidak tuntas dapat menimbulkan gejala/kondisi lain yang

menambah tingkat keparahannya bahkan berdampak pada kematian.

Tuberkulosis diasumsikan telah berada didunia semenjak 5000 tahun sebelum

masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit

Tuberkulosis paru terjadi dalam dua abad terakhir.[1]

Penyakit ini menyebar melalui droplet (partikel air yang keluar saat

batuk atau bersin) orang yang telah terjangkit basil tuberkulosis. Sejalan

dengan penyakit malaria dan HIV/AIDS, tuberkulosis menjadi salah satu

penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MGDs (tujuan

pembangunan milenial). Penyakit Tuberkulosis dapat di takar menurut temuan

jumlah kasus pada periode tertentu sebagai poin prevalensi, total kasus baru

dan kasus lama sebagai poin insiden, serta insiden total kematian yang

disebabkan sebagai poin mortalitas.[2]

Penderita Tuberkulosis paru mengalami kerusakan paru-paru yang

menurunkan fungsinya sebagai alat pernapasan paling penting, sehingga

penderita akan mengalami gejala klasik berupa batuk/batuk berdarah, keringat

di malam hari dan sesak napas. Gejala awal penyakit ini tidak terlihat seperti
penyakit membahayakan karena gejala awal yang ditampilkan seperti batuk-

batuk biasa yang berterusan dan akan ditemukan diagnosa Tuberkulosis paru

ketika pasien menunjukkan gejala yang semakin serius seperti batuk berdarah

dan sulit bernapas.

World Health Organization melaporkan bahwa angka insiden

terjadinya kasus tuberculosis di Indonesia berjumlah 391 per 100.000

penduduk dan angka kematian sejumlah 42 per 100.000 penduduk. Pada

pemodelan berdasarkan data hasil survei prevalensi Tuberkulosis tahun 2013-

2014, angka prevalensi pada tahun 2017 sebesar 619 per 100.000 penduduk,

sedangkan pada tahun 2016 sebesar 628 per 100.000 penduduk.[3]

Tuberkulosis menjadi salah satu masalah kesehatan besar diwilayah

Asia Tenggara sebagai wilayah yang menyumbang 38% dari total kasus

Tuberkulosis. Diperkirakan sekitar 3,4 juta kasus Tuberkulosis baru terjadi

setiap tahun dan sekitar 440.00 orang telah meninggal karena penyakit ini.[4]

Negara Indonesia tercatat sebagai peringkat ketiga di wilayah Asia Tenggara

setelah Bangladesh dan India sebagai negara yang insiden kasus

tuberkulosisnya dikategorikan tertinggi.[5]

Dalam Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2016 dan 2017,kasus

Tuberkulosis paru belum memasuki daftfar 10 besar penyakit, namun grafik

penemuan kasus Tuberkulosis paru meningkat dari tahun ke tahun.[6] Data

survei awal pada Puskesmas Karangayu Kecamatan Semarang Barat Kota

Semarang pada penderita Tuberkulosis tahun 2016, penderita kasus

Tuberkulosis paru tertinggi adalah perempuan sejumlah 11 penderita dan laki-

laki sejumlah 8 penderita, tahun 2017 penderita kasus Tuberkulosis paru

tertinggi adalah perempuan sejumlah 9 penderita dan laki-laki sejumlah 8


penderita. Dan pada tahun 2018, didapatkan data penderita tertinggi adalah

laki-laki sebanyak 12 penderita dan perempuan sejumlah 10 penderita.

Sistem Informasi Geografis merupakan sebuah sistem teknologi

terkomputerisasi dimana berguna dalam mengolah data untuk disajikan

informasi baru berupa pemetaan. Selain itu, Sistem Informasi Geografis

bermanfaat bagi petugas dalam pelaporan pelayanan kesehatan dalam

penyajian data dan dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen.

Dengan adanya penyajian data laporan pada pasien yang menderita

Tuberkulosis paru serta pemetaannya menggunakan program aplikasi mapinfo

professional sebagai wujud pembangunan kesehatan maka kemajuan

informasi kesehatan menjadi meningkat dan semakin akurat. Karena mulai

tingginya kasus Tuberkulosis paru di Kota Semarang khususnya di Kecamatan

Semarang Barat, peneliti terdorong untuk mengambil penelitian yang berjudul

“Pemetaan Penyakit Tuberkulosis paru berdasarkan Wilayah kerja, umur dan

Jenis Kelamin di Puskesmas Karangayu pada tahun 2016 – 2018”.

B. Rumusan Masalah

Peneliti melakukan survei awal di Puskesmas Karangayu Semarang,

didapatkan mulai tingginya temuan kasus Tuberkulosis paru dan belum ada

laporan yang memetakan distribusi dari penderita Tuberkulosis paru, dengan

pemetaan diharapkan dapat membantu petugas untuk melihat pasien

Tuberkulosis paru di Kecamatan Semarang Barat berdasarkan wilayah kerja,

maka dari itu peneliti tertarik untuk memetakan persebaran penyakit

Tuberkulosis paru di Puskesmas Karangayu berdasarkan Wilayah kerja, umur

dan Jenis Kelamin di Puskesmas Karangayu pada tahun 2017 – 2018.


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui penyebaran penyakit Tuberkulosis paru dengan

memetakan berdasarkan Wilayah kerja, umur dan Jenis Kelamin di

Puskesmas Karangayu pada tahun 2016 – 2018

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Jumlah penyakit Tuberkulosis paru di Puskesmas Karangayu

pada tahun 2016 – 2018

b. Memetakan distribusi pasien Tuberkulosis paru di Puskesmas Karangayu

berdasarkan Wilayah kerja di Puskesmas Karangayu pada tahun 2016 –

2018

c. Memetakan distribusi pasien Tuberkulosis paru di Puskesmas Karangayu

berdasarkan umur di Puskesmas Karangayu pada tahun 2016 – 2018

d. Memetakan distribusi pasien Tuberkulosis paru di Puskesmas Karangayu

berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Karangayu pada tahun 2016 –

2018

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademik
Pemetaan penyebaran Penyakit Tuberkulosis paru dapat digunakan sebagai

referensi untuk penelitian selanjutnya dan sebagai perbandingan teori yang

telah diberikan dengan keadaan dilapangan.

2. Bagi Puskesmas Karangayu Semarang

Menjadi sebuah masukkan dan referensi yang bias digunakan dalam

pengolahan data, sehingga laporan dapat terlaksana dengan baik. Dan

menjadi dasar untuk mendapatkan informasi dan mengambil keputusan bagi

pihak manajemen puskesmas.

3. Bagi Peneliti

Mengukur kemampuan peneliti mengenai Sistem Informsi Geografis serta

menambah pengetahuan dan pengalaman keterampilan mengenai

pemetaan penyakit Tuberkulosis paru di kecamatan Semarang Barat.

E. Ruang Lingkup

1. Lingkup Keilmuan

Penelitian ini merupakan bagian dari lingkup keilmuan rekam medis dan

informasi kesehatan.

2. Lingkup Materi

Penelitian ini didasarkan pada materi tentang Sistem Informasi Geografis

(SIG), penggambarannya menggunakan aplikasi mapinfo professional

khususnya mengenai analisa pemetaan penyakit Tuberkulosis paru di

Kecamatan Semarang Barat.

3. Lingkup Lokasi
Penelitian ini mengambil lokasi di Puskesmas Karangayu, Kecamatan

Semarang Barat, Kota Semarang .

4. Lingkup Metode

Penelitian ini mengunakan metode observasi dan wawancara pada petugas

Puskesmas Karangayu Semarang.

5. Lingkup Objek

Objek yang diteliti adalah penyebaran kasus Tuberkulosis paru di

Kecamatan Karangayu Semarang.

6. Lingkup Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2019 dengan data yang diolah

ialah data pada tahun 2017 dan tahun 2018.

F. Keaslian Penelitian

No Penulis Judul Variabel Hasil

1 Alvina Pemetaan 1. Data Laporan Pada tahun 2013,

Karolina Kasus Pentakit kasus

Bagah, Tuberkulosis tuberkulosis tuberkulosis

tahun 2015 di terkecil didapati

Kecamatan pada kelurahan

Tuminting Tumumpa II,

Tahun 2013 sedangkan

kelurahan

Sindulang I

didapati temuan

kasus
tuberkulosis

tertinggi.

2 Mimin Pemetaan 1. Data Laporan Penderita

Dewantoro, Pasien Penyakit Tuberkulosis paru

tahun 2014 Tuberkulosis TUBERKULOSIS BTA (+) di Kota

paru BTA (+) Semarang

Berbasis terbanyak ada di

Rekam Kecamatan

Medis di Pedurungan,

Balai yaitu mencapai

Kesehatan 61 orang.

Paru

masyarakat

(BKPM)

Guna

Monitoring

Drop Out

Pengobatan

3 Faiqatul Pemetaan 1. Data Penyakit Angka

Hikma, dkk, Persebaran TUBERKULOSIS persebaran

tahun 2016 Penyakit 2. Wilayah penyakit

Tuberkulosis Kecamatan Tuberkulosis di

di Kabupaten

Kabupaten Jember pada tiga

Jember tahun terakhir


Tahun 2013- yaitu di tahun

2015. 2013

TUBERKULOSIS

BTA+ 1981

penderita,

TUBERKULOSIS

Extra Paru 220

penderita,

TUBERKULOSIS

MDR 3 penderita.

Tahun 2014

TUBERKULOSIS

BTA+ 2055

penderita,

TUBERKULOSIS

Extra Paru 190

penderita,

TUBERKULOSIS

MDR 22

penderita. Tahun

2015

TUBERKULOSIS

BTA+ 527

penderita,

TUBERKULOSIS
Extra Paru 62

penderita,

TUBERKULOSIS

MDR 4 penderita.

4 Setya Ika Sistem 1. Data Penyakit Peta

Nur Informasi Leptospirosis Leptospirosis

Rahmawati, Geografis 2. Wilayah divisualisasikan

dkk, tahun Penyebaran Kelurahan ke dalam SIG

2016 Penyakit dengan metode

leptospirosis overlay dengan

di hasil peta

Kecamatan Kecamatan

Semarang Semarang Timur

Timur dengan daerah

kritis dan daerah

aman.

5 Riska R.S, Pemetaan 1. Data Laporan Dengan jumlah

dkk, tahun Penyebaran Penyakit DBD 54 kasus,

2015 Penyakit 2. Umur Penduduk kecamatan

Demam 3. Jenis Kelamin Kotamobagu

Berdarah Penduduk menduduki

Dengue wilayah tertinggi

dengan atas kasus DBD

Geoghraphic pada tahun 2013

Information dan 2014,


System sedangkan yang

(GIS) di terendah dengan

Kotamobagu jumlah 12 kasus

berada di

kecamatan

Kotamobagu

Selatan.

Anda mungkin juga menyukai