Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi Prematur adalah bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan yang normal (37 minggu)
dan juga dimana bayi mengalami kelainan penampilan fisik. Prematuritas dan berat lahir rendah
biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan badan 1500 gr atau kurang saat lahir,
sehingga keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan mordibitas dan mortalitas neonatus dan
sering di anggap sebagai periode kehamilan pendek (Nelson 1988 dan Sacharin 1996). Masalah
Kesehatan pada bayi prematur, membutuhkan asuhan keperawatan, dimana pada bayi prematur
sebaiknya dirawat di rumah sakit karena masih membutuhkan cairan-cairan dan pengobatan /serta
pemeriksaan Laboratorium yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan terapi pada bayi dan
anak yang meliputi peran perawat sebagai advokad, fasilitator, pelaksanaan dan pemberi asuhan
keperawatan kepada klien. Tujuan pemberian pelayanan kesehatan pada bayi prematur dengan asuhan
keperawatan secara komprehensif adalah untuk menyelesaikan masalah keperawatan.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
bayi dengan prematur.

2. Tujuan Khsusus
Agar memperoleh gambaran nyata mengenai :
a. Pengkajian keperawatan pada bayi prematur
b. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada bayi prematur.
c. Perencanaan Keperawatan yang akan dilaksanakan pada bayi prematur
d. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada bayi prematur
e. Evaluasi keperawatan pada bayi prematur
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR BAYI PREMATUR


1. Pengertian
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan 37
minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong 2004). Bayi premature adalah bayi
yang lahir sebelu minggu ke 37, dihitung dari mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai
periode kehamilan memendek. (Nelson. 1998 dan Sacharin, 1996). Prematoritas dan berat lahir rendah
biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir.
Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.

2. Etiologi
a. Faktor Maternal
Toksenia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus
kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak mampu untuk
menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan plasenta dan infark dari
plasenta.

b. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi antosomal), fetus multi ganda, cidera
radiasi (Sacharin. 1996)
Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature :
a. Kehamilan
- Malformasi Uterus
- Kehamilan ganda
- TI. Servik Inkompeten
- KPD
- Pre eklamsia
- Riwayat kelahiran premature
- Kelainan Rh

b. Penyakit
- Diabetes Maternal
- Hipertensi Kronik
- UTI
- Penyakit akut lain

c. Sosial Ekonomi
- Tidak melakukan perawatan prenatal
- Status sosial ekonomi rendah
- Mal nutrisi
- Kehamilan remaja
Faktor Resiko Persalinan Prematur :
a. Resiko Demografik
- Ras
- Usia (<> 40 tahun)
- Status sosio ekonomi rendah
- Belum menikah
- Tingkat pendidikan rendah

b. Resiko Medis
- Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
- Abortus trimester kedua (lebih dari 2x abortus spontan atau elektif)
- Anomali uterus
- Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
- Resiko kehamilan saat ini :
Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalah-masalah
plasenta (misal : plasenta previa, solusio plasenta), pembedahan abdomen, infeksi
(misal : pielonefritis, UTI), inkompetensia serviks, KPD, anomaly janin

c. Resiko Perilaku dan Lingkungan


- Nutrisi buruk
- Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
- Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)
- Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal

d. Faktor Resiko Potensial


- Stres
- Iritabilitas uterus
- Perestiwa yang mencetuskan kontraksi uterus
- Perubahan serviks sebelum awitan persalinan
- Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat
- Defisiensi progesteron
- Infeksi
(Bobak, Ed 4. 2005)

3. Patofisiologi
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau minor. Faktor
resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12
minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II,
riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali. Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple,
hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester
II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm,
riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus. Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau
lebih faktor resiko mayor atau bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya.
(Kapita selekta, 2000 : 274)
4. Klasifikasi pada bayi premature :
a. Bayi prematur digaris batas
 37 mg, masa gestasi
 2500 gr, 3250 gr
 16 % seluruh kelahiran hidup
 Biasanya normal
 Masalah :
- Ketidak stabilan
- Kesulitan menyusu
- Ikterik
- RDS mungkin muncul
 Penampilan :
- Lipatan pada kaki sedikit
- Payudara lebih kecil
- Lanugo banyak
- Genitalia kurang berkembang

b. Bayi Prematur Sedang


 31 mg – 36 gestasi
 1500 gr – 2500 gram
 6 % - 7 % seluruh kelahiran hidup
 Masalah :
- Ketidak stabilan
- Pengaturan glukosa
- RDS
- Ikterik
- Anemia
- Infeksi
- Kesulitan menyusu
 Penampilan :
- Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih parah
- Kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak

c. Bayi Sangat Prematur


 24 mg – 30 mg gestasi
 500 gr – 1400 gr
 0,8 % seluruh kelahiran hidup
 Masalah : semua
 Penampilan :
- Kecil tidak memiliki lemak
- Kulit sangat tipis
- Kedua mata mungkin berdempetan
(Bobak. Ed 4. 2005)

Karakteristik Bayi Prematur :


o Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan
o Kepala dan badan disporposional
o Kulit tipis dan keriput
o Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala
o Lanugo pada extremitas, punggung dan bahu
o Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat
o Labia dan clitoris tampak menonjol
o Sedikit lipatan pada telapak tangan & kaki

Kondisi yang menimbulkan masalah bayi prematur :


a. Sistem Pernapasan
~ Otot-otot pernapasan susah berkembang
~ Dinding dada tidak stabil
~ Produksi surfaktan penurunan
~ Pernafasan tidak teratur dengan periode apnea dan ajanosis
~ Gag reflek dan batuk

b. Sistem Pencernaan
~ Ukuran Lambung Kecil
~ Enzim penurunan
~ Garam Empedu Kurang
~ Keterbatasan mengubah glukosa menjadi glikogen
~ Keterbatasan melepas insulin
~ Kurang koordinasi reflek menghisap dan menelan

c. Kestabilan Suhu
~ Lemak subkutaneus sedikit, simpanan glikogen & lipid sedikit
~ Kemampuan menggigil menurunan
~ Aktivitas kurang
~ Postur flaccid, permukaan terexpose meningkat

d. Sistem Ginjal
~ Ekskresi sodium meningkat
~ Kemampuan mengkonsentrasi & mengeluarkan urin menurun
~ Jumlah tubulus glomerulus tidak seimbang untuk protein, as. Amino & sodium

e. Sistem Syaraf
~ Respon untuk stimulasi lambat
~ Reflek gag, menghisap & menelan kurang
~ Reflek batuk lemah
~ Pusat kontrol pernafasan, suhu & vital lain belum berkabung

f. Infeksi
~ Pembentukan antibodi kurang
~ Tidak ada munoglobulin M
~ Kemotaksis terbatas
~ Opsonization penurunan
~ Hypo fungsi kel. Axrenal

g. Fungsi Liver
~ Kemampuan mengkonyugasi bill
~ Penurunan Hb setelah lahir
5. Komplikasi Umum Pada Bayi Prematur
a. Sindrom Gawat Napas (RDS)
Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis, peningkatan
usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi dan syok

b. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP)


Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan
faring. (Whaley & Wong, 1995)

c. Duktus Arteriosus Paten (PDA)


d. Necrotizing Enterocolitas (NEC)  (Bobak. 2005)

6. Pemeriksaan Diagnostik :
~ Jumlah darah lengkap : Hb/Ht
~ Kalsium serum
~ Elektrolit (Na , K , U) : gol darah (ABO)
~ Gas Darah Arteri (GDA) : Po2, Pco2
(Doengoes. Ed. 2, 2001)

B. KONSEP PERAWATAN METODE KANGURU


1. Perawatan Metode Kanguru
Perawatan Metode Kanguru (PMK) pertama kali diperkenalkan oleh Ray dan Martinez di
Bogota, Columbia pada tahun 1979 sebagai cara alternatif perawatan BBLR ditengah tingginya angka
BBLR dan terbatasnya fasilitas kesehatan yang ada. Metode ini meniru binatang berkantung
kanguru yang bayinya lahir memang sangat prematur, dan setelah lahir disimpan di kantung perut
ibunya untuk mencegah kedinginan sekaligus mendapatkan makanan berupa air susu induknya.

2. Pengertian Perawatan Metode Kanguru


Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan
perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan melakukan kontak langsung
antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya
untuk menghangatkan bayi. Metode perawatan ini juga terbukti mempermudah pemberian ASI
sehingga meningkatkan lama dan pemberian ASI. Metode Kanguru adalah metode perawatan dini dan
terus menerus dengan sentuhan kulit ke kulit (Skin to skin contact) antara ibu dan bayi prematur dan
BBLR dalam posisi seperti kanguru (Hadi, 2005).

3. Prinsip Metode Kanguru


Menggantikan perawatan bayi baru lahir dalam incubator dengan ibu bertindak seperti ibu
kanguru yang mendekap bayinya dengan tujuan mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal (36.5 –
37.5oC).

4. Tujuan metode kanguru


Ibu bertindak seperti ibu kanguru yang mendekap bayinya dengan tujuan mempertahankan
suhu bayi stabil dan optimal. Suhu optimal ini diperoleh dengan kontak langsung secara terus menerus.

5. Keuntungan metode kanguru


 Meningkatkan hubungan emosi ibu dan anak
 Menstabilkan suhu tubuh (36,50 C-37,50C), denyut jantung (120-160x/menit), dan pernafasan
bayi (40-60x/menit).
 Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik
 Mengurangi stress pada ibu dan bayi
 Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi
 Meningkatkan produksi ASI
 Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan di rumah sakit
 Mempersingkat masa rawat di rumah sakit.

6. Kriteria bayi untuk metode kanguru


Adapun kriteria bayi untuk metode kanguru menurut Suriviana adalah
 Bayi dengan berat badan > 2000 gram.
 Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai.
 Refleks dan koordinasi isap dan menelan yang baik.
 Perkembangan selama di inkubator (rumah sakit) baik.
 Kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat mendukung dalam keberhasilan

7. Langkah-langkah metode kanguru.


a. Persiapan pelaksanaan metode kanguru
1) Persiapan ibu
a) Membersihkan daerah dada dan perut dengan cara mandi dengan
sabun 2-3 kali sehari.
b) Membesihkan kuku dan tangan
c) Baju yang dipakai harus bersih dan hangat sebelum dipakai
d) Selama pelaksanaan metode kanguru ibu tidak memakai BH
e) Bagian bawah baju diikat dengan pengikat baju atau kain
f) Memakai kain baju yang dapat diregangkan
2) Persiapan bayi
a) Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih
dan hangat
b) Bayi perlu memakai tutup kepala atau topi dan popok selama
penggunaan metode ini.

b. Bila metode kanguru dilakukan dengan baju kanguru


1) Badan ibu sudah dalam keadaan bersih, dan dada tidak terhalang BH
2) Memakaikan topi , popok dan kaos kaki pada bayi
3) Meletakkan bayi diantara payudara, dada bayi menempel pada dada ibu.
4) Memalingkan kepala ke sisi kanan/kiri dengan sedikit menengadah
5) Memposisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk , seperti katak.
6) Memakaikan baju model kanguru, dengan batas kain atas berada dibawah
telinga bayi
7) Mengikat dengan kencang agar ibu dapat beraktivitas dengan bebas seperti
berdiri , duduk , jalan, makan dan mengobrol.
8) Mengenakan pakaian luar sebagai penutup.

c. Bila metode kanguru dilakukan dengan selendang.


1) Badan ibu sudah dalam keadaan bersih, dan dada tidak terhalang BH
2) Memakaikan topi , popok dan kaos kaki pada bayi
3) Meletakkan bayi diantara payudara, dada bayi menempel pada dada ibu.
4) Memalingkan kepala ke sisi kanan/kiri dengan sedikit menengadah
5) Memposisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk , seperti katak.
6) Menggunakan selendang, handuk atau kain lebar yang dibuat sedemikian untuk
menjaga tubuh bayi.
7) Mengikat dengan kencang agar ibu dapat beraktivitas dengan bebas seperti
berdiri , duduk , jalan, makan dan mengobrol.
8) Mengenakan pakaian luar sebagai penutup
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode kanguru.
1) Posisi ibu saat tidur yaitu dengan setengah duduk dengan meletakkan bantal di
belakang punggung ibu.
2) Bila ibu perlu istirahat , dapat digantikan oleh ayah atau anggota keluarga yang
lain.
3) Dalam pelaksanaan perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, pisisi bayi,
pemantauan bayi, cara pemberian ASI dan kebersihan ibu dan bayi

8. Pelaksanaan Metode Kanguru dapat dilakukan pada waktu:


a. Segera setelah lahir
b. Sangat awal, setelah 10-15 menit
c. Awal, setelah umur 24 jam
d. Menengah, setelah 7 hari perawatan
e. Lambat, setelah bayi bernafas sendiri tanpa O2
f. Setelah keluar dari perawatan incubator

9. Kriteria keberhasilan Perawatan Metode Kanguru adalah:


a. Suhu tubuh bayi stabil dan optimal (36,5 0C -37,50C)
b. Kenaikan berat badan stabil
c. Produksi ASI adekuat
d. Bayi tumbuh dan berkembang optimal
e. Bayi dapat menetek kuat

C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama pasien,Umur,Jenis kelamin,Alamat,Agama,Suku,Nama orang tua.

b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh rendah.

c. Riwayat penyakit sekarang


Lahir spontan, SC, umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu, berat badan
kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan
kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal.

d. Riwayat penyakit dahulu


Ibu memliki riwayat kelahiran prematur, kehamilan ganda, hidramnion.

e. Riwayat penyakit keluarga


Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB paru, tumor kandungan,
kista, dan hipertensi.

f. ADL
1) Pola nutrisi: reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi
kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu.

2) Pola istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia.


3) Pola personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan.
4) Pola aktivitas: gerakan kaki dan tangan lemas.
5) Pola eliminasi: b.a.b. yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi urin
rendah.
6) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis.
b) Nadi: 180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 120-
140X/menit.
c) RR: 80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 40X/menit.
d) Suhu: kurang dari 36,5 C.
e) SpO2: 88%

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala: lingkar kepala 32-35 cm, rambut hitam atau merah, panjang rambut 2 cm, kulit
wajah kemerahan dan licin.
b. Panjang badan: kurang dari 48 cm.
c. Berat badan: kurang dari 2.500 gram, lapisan lemak subkutan sedikit/tidak ada.
d. Thorax: lingkar dada 30-38 cm.
e. Abdomen: penonjolan abdomen, tali pusat layu, peristaltik usus terdengar maksimal
kurang dari 5 detik.
f. Genetalia: pada bayi laki-laki testis belum turun ke scrotum,pada bayi perempuan labio
perempuan labio mayora belum menutupi labia minora.
g. Anus: keluar mekonium.

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakkan pada bayi dengan BBLR yaitu:
a. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan
ketidakseimbangan metabolik.
b. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat
regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak
subkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik
buruk).
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan
simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks
lemah.
d. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak
efektif.
e. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat
ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal
imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.
f. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
g. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan
kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
h. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas,
kelembaban kulit.
i. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai
dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir melihat kondisi bayinya, dan
berharap agar bayinya cepat sembuh.

4. Intervensi
a. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan
metabolik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif.

Kriteria hasil:
1) Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik.
2) Membran mukosa merah muda
Intervensi:
1) Kaji frekwensi dan pola pernapasan, perhatikan adanya apnea dan perubahan
frekwensi jantung.
Rasional: Membantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dari
serangan apnetik sejati, terutama sering terjadi pada gestasi minggu ke-30.
2) Isap jalan napas sesuai kebutuhan.
Rasional: Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas.
3) Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok
dibawah bahu untuk menghasilkan hiperekstensi.
Rasional: Posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apnea,
khususnya bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnea.
4) Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan fungsi
pernapasan.

b. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi
residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan,
ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk).
Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan.
Kriteria hasil: Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C).
Intervensi:
1) Kaji suhu aksila
Rasional: Hipotermia membuat bayi cenderung merasa stres karena dingin,
penggunaan simpanan lemak tidak dapat diperbaruai bila ada dan penurunan
sensivitas untuk meningkatkan kadar CO2 atau penurunan kadar O2.
2) Tempatkan bayi pada inkubator atau dalam keadaan hangat.
Rasional: Mempertahankan lingkungan termonetral, membantu mencegah stres
karena dingin.
3) Pantau penambahan berat badan berturut-turut. Bila penambahan berat badan
tidak adekuat, tingkatkan suhu lingkungan sesuai indikasi.
Rasional: Ketidakadekuatan penambahan berat badan meskipun masukan kalori
adekuat dapat menandakan bahwa kalori digunakan untuk mempertahankan suhu
lingkungan tubuh, sehingga memerlukan peningkatan suhu lingkungan.
4) Perhatikan perkembangan suhu, takikardia, warna kemerahan, diaforesis,
letargi, apnea atau aktifitas kejang.
Rasional: Tanda-tanda hipertermi ini dapat berlanjut pada kerusakan otak bila tidak
teratasi.
5) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (GDA, glukosa serum,
elektrolit dan kadar bilirubin).
Rasional: Stres dingin meningkatkan kebutuhan terhadap glukosa dan oksigen serta
dapat mengakibatkan masalah asam basa bila bayi mengalami metabolisme
anaerobik bila kadar oksigen yang cukup tidak tersedia. Peningkatan kadar bilirubin
indirek dapat terjadi karena pelepasan asam lemak dari meta bolisme lemak coklat
dengan asam lemak bersaing dengan bilirubin pada pada bagian ikatan di albumin.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan
simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan.
Kriteria hasil :
1) Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat.
2) Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal
dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
Intervensi:
1) Kaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan (misalnya:
mengisap, menelan, dan batuk).
Rasional: Menentukan metode pemberian makan yang tepat untuk bayi.
2) Auskultasi adanya bising usus, kaji status fisik dan status pernapasan.
Rasional: Pemberian makan pertama bayi stabil memiliki peristaltik dapat dimulai 6-
12 jam setelah kelahiran. Bila distres pernapasan ada cairan parenteral diindikasikan
dan cairan peroral harus ditunda.
3) Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setiap hari.
Rasional: Mengidentifikasikan adanya resiko derajat dan resiko terhadap pola
pertumbuhan. Bayi SGA dengan kelebihan cairan ekstrasel kemungkinan kehilangan
15% BB lahir. Bayi SGA mungkin telah mengalami penurunan berat badan dalam
uterus atau mengalami penurunan simpanan lemak/glikogen.
4) Kaji tanda-tanda hipoglikemia; takipnea dan pernapasan tidak teratur, apnea,
letargi, fruktuasi suhu, dan diaphoresis. Pemberian makan buruk, gugup, menangis,
nada tinggi, gemetar, mata terbalik, dan aktifitas kejang.
Rasional: Memberikan informasi tentang masukan aktual dalam hubungannya
dengan perkiraan kebutuhan untuk digunakan dalam penyesuaian diet.

d. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif.
Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi.
Kriteri hasil :
1) Suhu 36,5-37,50C.
2) Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor,dolor,kalor,tumor,fungsio laesa).
3) Leukosit 5.000 – 10.000
Intervensi
1) Sebelum dan setelah menangani bayi, lakukan pencucian tangan.
Rasional: cuci tangan merupakan salah satu tindakan memutus mata rantai terjadinya
infeksi.
2) Kaji adanya tanda–tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungsio laesa).
Rasional: Untuk mengetahui lebih dini adanya tanda-tanda terjadinya infeksi.
3) Cegah personal yang mengalami infeksi menular untuk tidak kontak langsung
dengan bayi.
Rasional: Tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan terjadinya infeksi yang
lebih luas.

e. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem,
kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan
mengonsentrasikan urine.
Tujuan : cairan terpenuhi
Kriteria hasil :

1) Bebas dari tanda dehidrasi.


2) Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.
Intervensi :
1) Bandingkan masukan dan pengeluaran urine setiap shift dan keseimbangan
kumulatif setiap periodik 24 jam.
Rasional: memantau keseimbangan cairan dalam tubuh.
2) Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, dan keadaan fontanel anterior.
Rasional: Kehilangan atau perpindahan cairan yang minimal dapat dengan cepat
menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor kulit yang buruk, membran mukosa
kering, dan fontanel cekung.
3) Kolaborasi pemberian cairan infus.
Rasional: cairan infus membantu memenuhi pemenuhan kebutuhan cairan.

f. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.


Tujuan: pasien tidak memperlihatkan adanya nyeri yang dirasakan.
Kriteria hasil :
1) Pasien tidak merintih/menagngis kesakitan.
2) Pasien tidak memperlihatkan tanda nyeri atau tanda nyeri yang minimal.
Intervensi
1) Kaji keefektifan upaya kontrol nyeri non farmakologis.
Rasional: Beberapa upaya (misalnya menggosok) dapat meningkatkan distres bayi
prematur.
2) Dorong orang tua untuk memberikan upaya kenyamanan bila mungkin.
Rasional: Sebagai orang tua bayi, kenyamanan lebih efektif diberikan langsung oleh
orang tua kepada bayinya.
3) Tunjukkan sikap sensitif dan kasih sayang pada bayi.
Rasional: Seorang bayi sangat membutuhkan kasih sayang, khususnya dari orang tua

g. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran


premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
Intervensi:
1) Berikan nutrisi yang maksimal.
Rasional: Untuk menjamin penambahan berat badan dan pertumbuhan otak yang
tetap.
2) Berikan periode istrahat yang teratur tanpa gangguan.
Rasional: Untuk mengurangi panggunaan O2 dan kalori yang tidak perlu.
3) Kenali tanda stimulus yang berlebihan (terkejut, menguap, aversi aktif,
menangis).
Rasional: Bayi hanya dapat berespon dengan tangisan yang mungkin karena lapar,
haus, tidak nyaman, dan sakit.
4) Tingkatkan interaksi orang tua-bayi.
Rasional: Sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal.

h. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban


kulit.
Tujuan: bayi mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil:
1) Kulit tetap bersih dan utuh.
2) Tidak terlihat adanya tanda-tanda terjedinya iritasi seperti ruam, kemerahan,
dekubitus.
Intervensi:

1) Observasi tekstur dan warna kulit.


Rasional: Perubahan tekstur dan warna kulit dapat menandakan terjadinya kelainan
kulit secara dini.
2) Jaga kebersihan kulit bayi.
Rasional: Meminimalkan kontak kulit bayi dengan zat-zat yang dapat merusak kulit
pada bayi.
3) Ganti pakaian setiap basah.
Rasional: pakaian yang basah dapat menyebabkan tidak nyaman dan memicu iritasi
kulit.
4) Jaga kebersihan tempat tidur.
Rasional: meminimalkan faktor risiko terjadinya iritasi.
5) Lakukan mobilisasi setiap 2 jam.
Rasional: posisi yang menetap dapat menyebabkan penekanan yang terlokalisasi
menyebabkan iritasi.

i. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan
orang tua klien tampak cemas dan khawatir melihat kondisi bayinya, dan berharap agar
bayinya cepat sembuh.
Tujuan: keluarga mendapat informasi tentang kemajuan kondisi bayinya.
Kriteria hasil: Orang tua atau keluarga mengekpresikan perasaan dan keprihatinan mengenai
bayi dan prognosis serta memperlihatkan pemahaman dan keterlibatan dalan asuhan.
Intervensi:
1) Kaji tingkat pemahaman klien berikan instruksi/informasi pada klien maupun
keluarga tentang penyakitnya, baik tertulis atau lisan.
Rasional: Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada
rencana pengobatan.
2) Jelaskan proses penyakit individu. Dorong orang terdekat menanyakan
pertanyaan.
Rasional: Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah
penghentian obat sesuai perbaikan kondisi pasien.
3) Jelaskan tentang dosis obat, frekwensi, tujuan pengobatan dan alasan tentang
pemberian obat kepada keluarga.
Rasional: Mencegah/menurunkan ketidaknyaman sehubungan dengan terapi dan
meningkatkan kerjasama dalam program.

5. Evaluasi :
- Jalan nafas tetap paten
- Bayi tidak menunjukan tanda-tanda TIK
- Bayi menunjukan bukti homeostatis
- Bayi dapat menunjukan penambahan berat badan (2x20-30 gr/hr)
- Suhu aksila bayi tetap dalam rentang normal untuk usia pasca konsepsi
DAFTAR PUSTAKA

Boback. 2004. Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta : EGC.


Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal. Ed. 2. Jakarta : EGC.
Saccharin, Rossa M. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Ed. 2. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai