Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE

Posted by Aliyatul Muhimmi Sunday, November 30 2014

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Diare adalah kehilangan cairan dan ekolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali
atau lebih BAB dengan tinja yang encer atau cair.Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi,
selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari
penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi
sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare” karena dengan sebutan penyakit diare akan
mempercepat tindakan penanggulangan. Penyakit diare terutam pada bayi perlu mendapatkan
tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bila terlambat.

Walaupun penyakit diare tidak semua menular misalnya karena faktor malabsorbsi, tetapi perlu
perawatan di kamar yang terpisah dengan perlengkapan cuci tangan untuk mencegah infeksi serta
tempat pakaian kotor tersendiri. Masalah pasien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadi
gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa aman dan
nyaman, kurangnya pengetahuan mengenai penyakit.

Penyakit diare dapat menyerang siapa saja mulai dari anak, dewasa maupun orang tua (lansia) dan
penyakit diare ini biasanyakebanyakan disebabakan oleh infeksi.

1. TUJUAN
Agar mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, membuat
diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
melakukan evaluasi keperawatan pada pasien diare.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada
anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat

pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005: 223).

1. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
1. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan penyebab utama diare
pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
 Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis), adeno-virus, rotavirus,
astrovirus.
 Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides); protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, tri chomonas nominis); jamur (candida albicans).
1. Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut
(OMA), transilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama pada bayi dan anak berumur 2 tahun.
1. Faktor malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat
 Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)
 Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
 Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
1. Malabsorbsi lemak
2. Malabsorbsi protein
1. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)
2. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar.
3. Faktor imunodefisiensi
4. Faktor obat-obatan, antibiotik
5. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.
1. TANDA DAN GEJALA
1. Tanda
Cengeng,Anus dan daerah sekitar lecet, BB menurun,Turgor berkurang,Mata dan ubun-ubun besar
dan menjadi cekung (pada bayi), Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, Nadi
cupat dan kecil, Denyut jantung jadi cepat,TD menurun Kesadaran menurun, Pucat, nafas cepat,
Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau dewasa, Suhunya tinggi

1. Gejala
Tidak nafsu makan, Lemas, Dehidrasi, Cengeng, Oliguria, Anuria Rasa haus

1. PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare baik akut/kronis akanterjadi:

1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input) merupakan penyebab
terjadinya kematian pada diare

1. Gangguan keseimbangan asambase (asidosis-metabolik)


Asidosis metabolik terjadi karena: Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja, Adanya ketosil
kelaparan, Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di dalam
tubuh.Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan. Pemindahan ion Na dari
cairan ekstra seluler

1. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare.Padaorang dengan gizi cukup
(baik, hipoglikemia jarang terjadi, le bih sering terjadi pada anak sebelumnya pernah menderita
lalep).

1. Gangguan gizi
Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan BB
dalam waktu singkat.Hal ini disebabkan karena makanan yang sering tidak dicerna dan diabsorbsi
baik karena hiperperistaltik.Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan-cairan dan elektrolit yang
berlebihan.Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan
areapermukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan
elektrolit.

1. Gangguan sirkulasi darah


Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi gangguansirkulasi darah berupa
kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat dan mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera ditolong penderita dapat meninggal.

1.
1. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut Ngastiyah, 2005 adalah:Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair
mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan
karena bercampur dengan empedu.Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi
dan tinja makin lama makin asam sebagai ak ibat makin banyak asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.Gejala muntah dapat timbul sebelum dan
sesudah diare, dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Akan terjadi dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan
turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir
bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Manifestasi klinis yang terjadi pada klien diare berdasarkan dehidrasi:

1. Diare dengan dehidrasi ringan


 Kehilangan cairan 5% dari berat badan
 Kesadaran baik (samnolen)
 Mata agak cekung
 Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal
 Berak cair 1-2 kali per hari
 Lemah dan haus
 Ubun-ubun besar agak cekung
1. Diarae dengan dehidrasi sedang
 Kehilangan cairan lebih dari 5-10% dari berat badan
 Keadaan umum gelisah
 Rasa haus
 Denyut nadi cepat dan pernafasan agak cepat
 Mata cekung
 Turgor dan tonus otot agak berkurang
 Ubun-ubun besar cekung
 Kekenyalan kulit sedikit berkurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik
1. Diare dengan dehidrasi berat
 Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan
 Keadaan umum dan kesadarna umum koma (apatis)
 Denyut nadi cepat nsekali
 Pernafasan kusmaul (cepat sekali)
 Ubun-ubun besar cekung sekali
 Mata cekung sekali
 Turgor/tonus kurang sekali
 Selaput lendir kurang/asidosis
1. KLASIFIKASI
1. Diare Akut Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada
bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
2. Diare Kronis Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu
3. Diare osmotik : Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-obatan dihentikan). Pada
diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik utama yang tidak terabsorbsi
dan atau tidak diabsorbsi. Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda
osmotiknya bertambah besar (> 160 mOsm/L). Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan,
kekurangan kalori protein, bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir. Kelainan-
kelainan yang menyebabkan diare osmotik kronis dapat diklasifikasi dari mekanisme
patofisiologinya, umur pada saat mulainya/pola tampilannya.
4. Diare sekretorik : Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan. Diare sekretorik jarang
dan merupakan kelainan pada bayi. Frekuensi BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak.
Tinja mempunyai kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan osmotiknya < 20 mOsm/L.
1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Makroskopis
Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.

1. Mikroskopis
Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-95 mEq/l ), kalium
dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja ( normal : 14-31 mEq/l ). PH dan kadar
gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label klining test bisa diduga terjadi intoleransi gula. PH
normal kurang dari 6, Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja. Pemeriksaan gangguan
keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat dilakukan dengan pemeriksaan analisa gas
darah. Dalam pemeriksaan gas darah nilai jika terjadi alkaliosis metabolic/asidosis respiratorikmaka
nilai CO2 lebih tinggi dari nilai O2, sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolikalkalosis respiratori
maka nilai CO2 lebih rendah dari O2. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui fool
ginjal. Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya dehidrasi. Kreatinin
normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya penurunan fungsi ginjal.
Pemeriksaan darah lengkap, Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, menunjukan
adanya dehidrasi. Nilai normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%. Hemoglobin
dan hematokrit biasanya mengalami penurunan diare akut. Duodeual Intubation. Gunanya untuk
mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare kronik. Penyebab yang ditemukan tidak
ada yang berupa mikroba tunggal baik itu Shigela, Crypto Sporodium danE. Colienteroagregatif.
Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan adanya 3 kuman bakteri
yang menjadi penyebab diare.

1. KOMPLIKASI
1. Berdasarkan kehilangan cairan dan elektrolit atau tonisitas dalam tubuh
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). Dehidrasi ( ringan, sedang,
berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena kehilangan cairan dan elektrolit yang
banyak dalam waktu yang singkat.
2. Dehidrasi tonik
Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan osmolality cairan ekstra sel yang sisa
sama dengan vontanela normal, frekuensi jantung normal kadar natrium dalam serumant 130-150
mEq/l

1. Dehidrasi hipotonik
Tonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering( lembab). Pemeriksaan laboratorium kadar
ion natrium dalam serum, 131 mEq/l.

1. Dehidrasi hipertonik
Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada garam, terjadi karena cairan peroral
sangat kurang excessive evaporative losses misalnya, panas tinggi, hiperventilasi, misalnya
bronkopenemonia, pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium dalam serum > 150 mEq/l

1. Berdeasarkan derajatnya
1. Dehidrasi ringan
Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit kering, tekanan jadi normal, hanya
ada ekstremitas perfusi, mata sedikit cekung, fontanela normal, tugor masih baik, status mental
normal.

1. Dehidrasi sedang
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat, tugor turun, frekuensi janting
meningkat, membran mukosa kering, merah, kadang sianosis, mata cekung, tekanan nadi mengecil,
dan frekuesi keluar urin mengurang, kembalinya kapiler lambat,setatus mental normal sampai lesu.

1. Dehidrasi berat
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai apatis,bibir kering, merah, kadang
sianosis, tugor kulit jelek, mata dan fontanela cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar
urin tidak ada, nafas frekuesi tachikardi, ekstremitas dingin, haus meningkat

1. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya bayi berumur <6 bulan ).
Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah dengan intake cairan atau makanan kurang / cairan
yang diminum terlalu banyak mengandung Na, pada bayi juga dapat terjadi jika setelah diare
sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan.
1. Hiponatremia
Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak mengandung Na. Penderita gizi
buruk mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia.

1. Demam
Demam sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus. Pada demam umumnya akan
timbul jika penyebab diare mengadakan infasi kedalam epitel usus. Demam juga dapat juga terjadi
karena dehidrasi. Demam yang terjadi akibat dehidrasi umumnya tidak tinggidan akan turun setelah
mengalami hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam.

1. Asidosis Metabolic
Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya basa cairan ekstra seluler. Sebagai kompensasi
terjadi asidosis respirasi , yang diatandai dengan pernafasan cepat dan dalam.

1. Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)


Penggantian K sealama dehidrasi yang tidak cukup, maka akan terjadi kekurangan K yang ditandai
dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal, dan aritmia jantung

1. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase
1. Ileus paratukus
Komplikasi yang sering dan fatal terutama pada anak kecil sebagai akibat penggunaan obat anti
motilitas.

1. Intoleransi laktosa
Pada penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula pada penderita diare dapat
menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak bertambah, tanda dan gejala dehidarasi memburuk
dan tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.

1. Kejang, terjadi karena :


Hipoglikemia, kalau anak dipuasakan terlalu lama

Kejang demam

Hipernatremia dan hiponatremia

1. Penyakit pada SSP yang tidak ada hubunganya dengan diare seperti meningitis,
ensefalitis/epilepsi.
2. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
3. Cardiac dysrhythmias akibat hipokalsemi dan hipokalsemi.
4. Mutah : Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus yang menyebabkan
gangguan fungsi usus yang ber hubungan dengan infeksi sistemik. Mutah dapat disebabkan
karena pemberian cairan oral terlalu cepat.
1. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis

Dasar pengobatan diare adalah:

1. Pemberian cairan
1. Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi

1. Dehidrasi ringan
1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik)

selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)

Dehidrasi sedang

1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik (sonde)

selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.

1. Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.

1 jam pertama

12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13


tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes).

7 jam berikut:

12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes) atau4 tetes/kgBB/menit (set infus 1


ml = 20 tetes).

16 jam berikut:

125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa intravena 2
tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.1 jam pertama:

30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20


tetes).

7 jam berikutnya:

10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20


tetes).

16 jam berikutnya:

125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan
DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan BB 15-25 kg

1 jam pertama
20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20
tetes).

7 jam berikut:

10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20


tetes).

16 jam:

105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan DG aa intravena 1
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 1 ½ tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)

Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 g

Kebutuhan cairan:

125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.

Jenis cairan:

Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)


4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1
ml = 20 tetes).

20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)atau 2 ½


tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg .

Kebutuhan cairan:

25 ml/kgBB/24jam

Jenis cairan:

Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)


Sama dengan pada bayi baru lahir.

Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat. Misalnya untuk anak umur
1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.

Jenis cairan: DG aa

Jumlah cairan: 250 ml/kgBB/24 jam (tabel 3.3).


4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 menit)
atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit
(1 tetes).

20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml =


15tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

Pemberian cairan pasienMEP tipe marasmik.

Kwaskhiorkor dengan diare dehidrasi berat dan pasien MEP 3-10 kg, umur 1 bulan – 2 tahun jumlah
cairan 200 ml/kg BB/24 jam.

1. Pengobatan dietetik
Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7 kg, jenis makanannya:

 Susu (ASI dan atau formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh).
 Makanan ½ padat (bubur), makanan padat (nasi tim).
 Susu khusus sesuai dengan kelainannya misalnya tidak mengandung laktosa/asam lemak
berantai sedang atau jenuh.
1. Obat-obatan
Obat anti – sekresi

Obat spasmolitik

Antibiotik, diberikan jika jelas penyebabnya misal oleh bakteri.

Cairan per oral :

 Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per oral yaitu NaCl dan NaHCO3, KCl dan
glukosa.
 Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi Natrium 90 mEq/L.
 Pasien umur 6 bulan de ngan dehidrasi ringan/sedang diberi Natrium 50-60 mEq/L.
 Pemberian formula tidak lengkap (mengandung garam dan gula), lengkap (oralit).
Cairan parenteral : Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya penyakit dan juga sesuai umur dan
BBnya.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
Umur : pada pasien geriatric biasanya akibat tumor , divertikulitis, laksan berlebih. Pada pasien
muda dan anak- anak biasanya infeksi, intoleransi lactase, sindrom kolon iritatif.

Frekuensi diare : biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari ke hari makin
sering, berbeda dengan diare akibat minum laksan atau akibat salah makan

Lamanya diare : diare akut biasanya berlangsung cepat, diare kronik berlansung lama
Nyeri Abdomen : nyeri abdomen disertai diare terjadi pada infeksi bakterial pada usus, sedangkan
nyeri sesudah diare yang tidak pernah puas pada infeksi maupun sindrom mauoun usus iritabel

1. Data subyektif :
1. Keluhan utama : BAB cair , lemas, gwelisah, mual muntah, anoreksia, badan panas.
2. Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x
3. Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/inuman, atau lingkungan.
4. Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya
5. Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka makan makanan pedas.
1. Data obyektif :
1. Mata cekung
2. Ubun – ubun besar dan cekung
3. Turgor kulit kurang dan kering
4. Lidah, bibir dan mukosa kering
5. Konsistensi feses cair
6. Peningkatann suhu tubuh
7. Penurunan BB
8. Pasien tampak lemah dan lemas
1. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan Muka
Kepala :inspeksi ada tidaknya ubun – ubun yang besar dan agakcekung

Rambut: terjadi rontok atau merah karena malnutrisi

Mata: mata pada umumnya agak cekung

Mulut: mukosa kering, bibir pecah – pecah , lidah kering bibir sianosis.

Pipi: pada tulang pipi biasanya menonjol

Wajah: tampak lebih pucat

1. Leher : Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid


1. Jantung : Menimbulkan aritmia jantung
1. Abdomen
Inspeksi : inspeksi umumnya simetris, supel tidak ada lesi Perkusi : tympani ( kembung)

Palpasi: umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian usus dan dapat terjadi kejang
perut .

Auskultasi : bising usus >30x / menit

1. Anus : Anus terjadi iritasi, kemerahan padsa daerah sekitarnya


2. Kulit : Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 – 2 detik kesadaran :
compasmentis, pasda dehidrasi berat dapat terjadiapatis, somnolen, kadaang sopokomateus.
3. Keadaan umum : sedamg atau lemah
4. Vital sign : pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hupovolemik dengan :
TDmenurun ( missal 90/40 mmHg )
Nadi sepat sekali (tachikardi )

Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena adanya infeksi dalam usus

Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena adanya kompensasi asam basa.

1. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium
1. Pemeriksaan Tinja
makroskopis : Bentuk cair, kurang lebih jumlahnya 250 gram dalam sehari

mikroskopis: Na normal dalam tinja 56 – 105 mEq/l, chloride normal dalam tinja 55 – 95 mEq/l,
kalium normalnya 25 – 26 mEq/l,HCO3 normalnya 14 – 31 meq/l.

1. Pemeriksaan PH
PH dan kadar gula dapat diperiksqa dengan kertas lakmus dan tablet clini test bila didugaterjadi
intoleransi gula.

1. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah lebih tepat lagi dengan dilakukan
pemeriksaan analisa gas darah
2. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
3. Pemeriksaan Darah
Darah lengkap meliputi elektrolit serum, kreatinin, BUN menunjukan adanya dehidrasi, hemoglobin,
hematokrit, dan BUN biasanya mengalami penurunan pada diare akut

1. Duodenal Intubation
untuk mengetahui kuiman penyebab secar kuantitatif terutama pada diarekronik.

1. Rekto kolonoskopi
kolonoskopi tidak diindikasikan pada diare akuttapiu pada waktu lebih dari 10 haritidak berhenti /
cenderung menjadi kronik maka rekto sigmoidoskopi sangat perlu . Bila diare berdarah mutlak perlu
dilakukan rektokolomoskopi.

1. Foto sinar X ( Rontgen )


foto sinar X tidak perlu dilakukan pada diare akut. Pada kasus diare akur peranan

Rontgen sudah digantikan oleh endoskopi. Lain halnya pada diare kronik dimana pemeriksaan sinar
X memegang peranan yang sama dengan endoskopi.

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
5. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
1. INTERVENSI
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi.

Kriteria Hasil :

1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia


2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik. Membran mukosa lembato, tidak
ada rasa haus yang berlebihan
1.
1.
1. Monitor status hidrasi (kelemahan membran mukosa, nadi adekuat)
2. Monitor vital sign
3. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
4. Monitor cairan/makanan dan hitung intake kalon harian
5. Kolaborasikan pemberian cairan IV
6. Berikan obat oral sesuai dengan advis
7. Berikan health education pada pasien dan keluarga tentang penyakit diare
1. Untuk mengetahui tanda tanda dehidrasi
2. Untuk mengetahui gejala dini yang terjadi pada pasien
3. Untuk memastikan dengan tepat input dan output pasien
4. Untuk memberikan diit dan cairan yang tepat
5. Dapat memberikan cairan yang sesuai dengan kebutuhan
6. Untuk mencegah komplikasi yang terjadi
7. Untuk menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nutrisi
pasien terpenuhi

Kriteria Hasil :

1. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan (BB dan TB ideal)


2. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi (pasien mengerti jadwal makanan dan jenis
makanan)
3. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi (tanda-tanda malnutrisi dan jenis makanan bibir pecah-
pecah kulit, rambut rontok, BB menurun dan rambut kemerahan)
4. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan menelan (pasien mau makan, porsi makan habis)
5. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti (BB normal)
1.
1.
1. Kaji status pasien
Dan faktor-faktor penyebab kurangnya intrake nutris kien

1. Anjurn pada klien, untuk makan dalam porsi kecil taapi sering.
2. Hindari makanan yang keras dan makanan yang banyak mengandung lemak.
3. Sajikan makanan dalam keadaan hangat
4. Timbang BB tiap pagi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat
1. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari keadaan pasien.
2. Mencegah peransangan yang mendadak pada lambung.
3. Untuk mrnghindarkan instansi pada daerah pencernaan
4. Untuk merangsang nafsu makan klien
5. Untuk mengetahui perubahan BB klien
6. Untuk memberikan diit yang tepat
BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam
tinja. Diare juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih
dengan bentuk encer atau cair.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir
sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

1. SARAN
Diharapan mahasiswa lebih banyak lagi mengembangkan ilmu pengetahuan terutama bidang
keperawatan sehingga kedepannya ilmu kesehatan terutama ilmu keperawatan lebih maju.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Jakarta: EGC.

Dona. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4.Jakarta: EGC.

Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17.Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I.Jakarta: Media
Aesculapius.

Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2.Jakarta: EGC.

Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran Edisi 24.Jakarta: Djambatan.

Suharyono, dkk. 1998. Gastroenterologi Anak Praktis.Jakarta:Gaya Baru.

Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan
Klasifikasi.Yogyakarta: Prima Medika.

Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratama

Anda mungkin juga menyukai