OLEH
Kucing dan anjing merupakan hewan yang populer untuk dijadikan hewan
kesayangan (pet animal). Menurut survei, terdapat sekitar 78,2 juta anjing dan sekitar 86,4
juta kucing peliharaan di Amerika Serikat pada tahun 2009-2010. Tren ini juga dialami di
Indonesia dan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kedekatan psikologi pemilik
dengan hewan kesayangan sebagai salah satu anggota keluarga menuntut pemilik untuk
memperhatikan keadaan fisik, makanan maupun kesehatan tubuh hewan kesayangannya.
Kesehatan hewan kesayangan menjadi sangat penting selain faktor kedekatan
psikologi untuk tidak membiarkan anggota keluarganya sakit juga berpotensi menularkan
penyakit terhadap pemiliknya. Untuk menjaga kesehatan hewan kesayangannya pemilik
mempercayakan kepada dokter hewan. Sehingga sebagai calon dokter hewan harus memiliki
skill dalam menangani hewan kesayangan.
Salah satu penyakit saluran kencing pada kucing adalah urolitiasis. Urolitiasis
(Kalkuli urinaria/ batu saluran kencing) dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana terdapat
mineralisasi makroskopik, urolit, didalam sistem urinari. Urolithiasis adalah penyakit yang
disebabkan oleh adanya batu (urolith) atau kristal-kristal pada saluran air kencing (tractus
urinarius). Urolit memiliki ukuran yang bermacam-macam, mulai dari partikel seperti pasir
sampai berukuran lebih besar yang terlihat bila dilakukan radiografi. Urolit ini merupakan
perwujudan polycrystalline yang terdiri dari satu atau lebih mineral. Urolit atau disebut juga
bladder stone merupakan batu yang terbentuk akibat supersaturasi di urin dengan kandungan
mineral-mineral tertentu. Batu dapat bergerak turun sepanjang ureter dan masuk ke dalam
vesika urinaria. Sekali pengendapan telah terjadi, partikel-partikel yang telah mengkristal
dapat bertambah ukurannya sehingga dapat menimbulkan gejala klinis pada hewan tersebut
(Gipson, 1996).
Urolithiasis juga dapat terjadi karena adanya infeksi urin oleh bakteri seperti
Protheus dan E. coli yang dapat menyebabkan peradangan kronis pada ginjal. Kadar kalsium
yang tinggi di dalam ginjal juga dapat mempengaruhi terjadinya batu, sedangkan faktor-
faktor lain yang mendukung terjadinya batu adalah kurang minum, makanan yang banyak
mengandung kalsium, oksalat dan fosfat serta penurunan pH urin (Sastrowardoyo, 1997;
Govan, 1986).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi Ginjal
Salah satu sistem urinari yang mempunyai peranan penting untuk osmoregulasi
organisme adalah ginjal. Ginjal mampu menyaring urin, kemudian ditampung oleh pelvis
ginjal dan dialirkan masuk ke kandung kencing, selanjutnya secara periodik dibuang melalui
uretra (Dellmann, 1971).
Pada umumnya fungsi ginjal adalah mempertahankan keseimbangan susunan darah
dengan mengeluarkan air yang berlebihan dari darah, mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
seperti ureum, asam kencing dan amonia serta mengeluarkan garam-garam anorganik yang
kebanyakan berasal dari makanan dan bahan-bahan asing yang terlarut dalam darah, misalnya
pigmen-pigmen darah (Ressang, 1984)
Definisi Urolithiasis
Urolithiasis adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kencing individu terbentuk
batu berupa kristal yang mengendap dari urin. Pembentukan batu dapat terjadi ketika
tingginya konsentrasi kristal urin yang membentuk batu seperti zat kalsium, oksalat, asam
urat dan/atau zat yang menghambat pembentukan batu (sitrat) yang rendah.
Urolithiasis merupakan obstruksi benda padat pada saluran kencing yang terbentuk
karena faktor presipitasi endapan dan senyawa tertentu. Urolithiasis merupakan kumpulan
batu saluran kencing, namun secara rinci ada beberapa penyebutannya. Berikut ini adalah
istilah penyakit batu bedasarkan letak batu antara lain:
1) Nefrolithiasis disebut sebagai batu pada ginjal
2) Ureterolithiasis disebut batu pada ureter
3) Vesikolithiasis disebut sebagai batu pada vesika urinaria/ batu buli
4) Uretrolithisai disebut sebagai batu pada ureter
Kejadian Penyakit
Urolithiasis umumnya terjadi pada semua spesies hewan, terutama pada kucing,
anjing, dan sapi. Terbentuknya batu pada anjing sering terjadi, kecuali pada ras dalmatian
hanya 1%, sedangkan pada kucing frekuensinya lebih besar yaitu 5-10%. Kejadian
urolithiasis pada jantan berbeda-beda. Urolithiasis sering terjadi pada hewan jantan dibanding
betina. Hewan yang terserang umumnya berumur antara 1-7 tahun. Ras hewan juga
merupakan faktor yang menentukan terjadinya batu di dalam saluran urinaria.
Etiologi
Urolitiasis dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana terdapat mineralisasi
makroskopik, urolit, didalam sistem urinari. Urolithiasis adalah penyakit yang disebabkan
oleh adanya batu (urolith) atau kristal-kristal pada saluran air kencing (tractus urinarius).
Urolit memiliki ukuran yang bermacam-macam, mulai dari partikel seperti pasir sampai
berukuran lebih besar yang terlihat bila dilakukan radiografi. Urolit ini merupakan
perwujudan polycrystalline yang terdiri dari satu atau lebih mineral. Urolit atau disebut juga
bladder stone merupakan batu yang terbentuk akibat supersaturasi di urin dengan kandungan
mineral-mineral tertentu.
Kejadian terbentuknya urolit pada vesica urinaria biasa terjadi pada hewan, terutama
pada hewan domestik seperti anjing dan kucing. Urolit ini terbentuk di dalam vesica urinaria
dalam berbagai bentuk dan jumlah tergantung pada infeksi, pengaruh diet/konsumsi, dan
genetik. Urolit dapat terbentuk pada bagian manapun dari traktus urinari anjing dan kucing.
Urolit dengan berbagai komposisi mineral telah ditemukan pada kucing, termasuk struvite,
kalsium oksalat, kalsium fosfat, uric acid/urate, dan cystine. Pada anjing, urolit dengan
berbagai komposisi mineral juga telah ditemukan seperti struvite, kalsium oksalat, kalsium
fosfat, urate, cystine, silica, dan xanthine. Biasanya diidentifikasi oleh mineral yang
menyusun 70% atau lebih dari komposisinya.
Urolit ini membentuk nidus disekelilingnya, yang dapat terdiri dari leukosit, bakteri,
dan matrix organik bercampur dengan kristal, atau hanya kristalnya saja. Nidus menyusun
sekitar 10-20% dari total massa urolit. Hal ini memungkinkan nidus dibentuk dari berbagai
tipe kristal daripada bagian lainnya, yang biasa dikenal sebagai epitaxial growth. Struvite dan
kalsium oksalat adalah yang paling banyak ditemukan pada kasus klinik (Buffington 2001) .
Batu dan kristal tersebut dapat ditemukan di ginjal, urethra, dan kebanyakan di vesika
urinaria (kandung kencing). Adanya batu atau kristal tersebut dapat membuat iritasi saluran
air kencing, akibatnya saluran tersebut rusak, ditemukan darah bersama urin yang dapat
menimbulkan rasa sakit.
Gejala Klinis
1. Depresi
2. Lemah
3. Muntah
4. Nafsu makan menurun
5. Biasanya disertai cystitis, infeksi saluran urinaria bagian bawah, adanya sumbatan
(debris dan Kristal membentuk sumbatan di urethra), uremia (akumulasi produk
toksik seperti nitrogen dan kreatinin dalam aliran darah)
6. Hematuria (adanya darah dalam urine)
7. Polliuria (peningkatan frekuensi urinasi)
8. Dysuria
9. Urinasi tidak pada tempatnya (tidak di litter box)
10. Sering menjilati daerah genital.
11. Mengeong ketika urinasi, karena terasa sakit (Nelson et.al., 2003).
Diagnosis
Diagnosa urolithiasis dapat dilakukan berdasarkan gejala-gejala klinik yang terlihat,
pemeriksaan klinik pada hewan penderita, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiografi. Selain itu diperlukan juga anamnesa lengkap dari hewan tersebut.
Tes laboratorium sangat berguna dalam membuat diagnosa klinis pada urolithiasis
seperti pemeriksaan urin dan darah. Pada pemeriksaan urin, biasanya akan ditemukan
kandungan asam urin yang berlebihan dan protein serta kenaikan pH urin akibat perombakan
urea menjadi amonia. Pada pemeriksaan darah ditemukan urea dan kreatinin dalam jumlah
yang banyak. Pemeriksaan bakteri juga termasuk dalam tes laboratorium, karena infeksi
bakteri juga dapat menginduksi terjadinya batu yang terdapat dalam vesika urinaria (Doxey,
1983).
Anamnesa (perubahan lingkungan, pakan, stress)
a. Gejala klinis, pemeriksaan fisik (palpasi abdomen: FLUTD → jika dipalpasi terasa
sakit)
b. Analisis urin
1. Pemeriksaan visual
a. Pemeriksaan turbiditas (cloudnes / kekeruhan)
b. Warna urin
normal : kuning , bersih
abnormal : keruh, tercampur darah
bila berbusa ada masalah di hati
pink, biru karena pengaruh obat
2. Specific Gravity (SG)
Untuk mengukur seberapa baik ginjal mampu mengkonsentrat urin dan jumlah zat
yang terlarut dalam urin. Tes ini digunakan untuk mengukur berat urin disbanding
dengan jumlah airnya.
Bila SG urin naik, menunjukkan bahwa terdapat banyak materi padat yang terlarut
dalam urin.
3. Dipstik analisis
Tes kimia berupa strip yang digunakan untuk mengukur /melihat darah, glukosa,
protein, bilirubin, dan keton dalam urin.
4. White Blood Cell (pyuria)
Dalam keadaan normal tidak ditemukan WBC, namun bila ditemukan adanya WBC
dalam urin dapat diindikasikan terjadinya infeksi pada saluran urinasi, sakit ginjal,
atau kanker.
5. Red Blood Cell (hematuria)
Sama halnya dengan WBC, dalam keadan normal RBC tidak ditemukan dalam urin.
Bila ditemukan RBC dalam urin, kemungkinan terjadi radang, penyakit atau luka
pada ureter, vesica urinaria, atau uretra.
6. Protein (proteinuria)
Pada keadaan normal tidak ada. Protein pada diute urin lebih signifikan daripada
concentraled urin. Hasil ini akan berhubungan dengan SG.
Hal ini mengindikasikan terjadinya radang, hemoraghi atau penyakit ginjal
7. Glukosa (glukosuria)
Glukosa merupakan type gula yang ditemukan dalam darah, bila terdapat glukosa
dalam urin mengindikasikan adanya penyakit diabetes
8. Bilirubin (bilirubinuria)
Bilirubin merupakan Orange-bile-pigmen yang dibentuk dihati, yang kemudian
dieksresikan melalui urin. Bila terlalu banyak terdapat bilirubin mengindikasikan
adanya hepatitis/hemolisis (destruksi RBC), penyakit ginjal, FIP, Feline hepatic
lipidosis
9. Keton
Keton normalnya tidak terdapat dalam urin. Seperti halnnya glukosa, keton diproduksi
dari pemecahan lemak untuk kemudian diubah menjadi energy. Namun bila terdapat
keton dalam urin, mengindikasikan adanya penyakit diabetes, ketoacidosis/insuficien
food intake/malnutrisi.
10. pH urin
normal pH urin adalah 6-7. Namun semua tergantung dari diet, obat-obatan serta
penyakit.
Kucing cenderung sedikit acidic pH.
11. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan pengambilan sample urin yang
disentrifuge (sedimentasi urin) kemudian dilihat sedimennya dengan menggunakan
mikroskop untuk melihat adanya Crystal, RBC, WBC, bakteri, jamur, cast.
a. Cast (cylinduria)
Bentukan siindris dari mukoprotein yang beku dalam tubulus renalis.Dibentuk
karena bedatipe material termasuk RBC, WBC, lemak, renal tubulus epithelial cell
cast / protein Bisa digunakan untuk membantu diagnose penyakitnya
b. Crystal (crystaluria)
Dalam pemeriksaan urin dapat ditemukan beberapa tipe crystal yang berbeda,
namun yang paling umum adalah crystal stuvit, dan calcium oxalate.
c. Bakteri
Bila dalam pengambilan sample urin yang dilakukan secara steril terdapat bakteri
dalam jumlah banyak, mengindikasikan aadanya infeksi pada vesica urinaria.
Cara pengambilan sample urin
1. Cateterisasi
2. Cystocentesis untuk mengkultur urin,
Dengan menggunakan spuit melalui dindding abdominal untuk mendapatkan
sample steril langsung dari bladder.
d. Free catched
Pengambilan sample langsung saat kucing urinasi, namun kemungkinan
kontaminasi tinggi.
12. Komponen urin kucing normal
a. Ammonia 0,05 %, sulfat 0,18 %, fosfat 12 %, Cl 0,6 %, Sodium 0,1 %, Creatinin 0,1
%, Uric acid 0,003 %, Urea 2 %, dan Air 95 %.
b. Selama 24 jam produksi urin mencapai 20 – 44 ml/kg.
c. Produksi urin meningkat → feline polyuria, disebabkan karena pengaruh fisiologis
seperti efek samping dari obat-obatan
d. Produksi urin turun bias diebabkan karena dehidrasi, gagal ginjal, blockade urinaria
e. Bau urin
Ammonia kuat → infeksi bakteri.
Ammonia lemah→ normal.
Acetonnemia → obesitas / DM.
13. Pemeriksaan darah: complete blood cell count (CBC) dan serum chemistries
14. Abdominal radiography
15. Abdominal ultra sounds
16. Pemeriksaan Cystoscopy atau endoscopic pada urethra dan bladder Bladder biopsi
b. Kalsium oksalat
Terbentuknya kristal oksalat terjadi pada urin yang bersifat asam dan jika
kucing memiliki kandungan kalsium yang tinggi di dalam darah. Penyebabnya bias
karena pakan yang tinggi kalsium, protesodium, atau vitamin D. beberapa penyakit
metabolic seperti hiperparathiroidism, kanker, dapat menyebabkan kristal oksalat
lebih mudah berkembang. Kristal oksalat juga sering terjadi pada kucing dengan
kadar kalsium darah normal (Nash, 2008).
Pengobatan
Tindakan-tindakan yang bisa dilakukan bila pasien dipastikan terkena urolith adalah
sebagai berikut:
1. Pemberian suntikan penenang guna memudahkan pengeluaran urine.
2. Evakuasi urin menggunakan kateter propylene dengan berbagai ukuran sesuai dengan
besar ukuran kucing.
Cairan infus yang perlu diberikan ialah larutan Ringer Laktat 5% dengan dosis 20 – 40
cc/kgBB/hari. Bilamana kucing banyak muntah (karena sudah terjadi uremia/gagal ginjal),
maka cairan yang diberikan ialah Ringer Dextrose 5%.
Disamping melakukan evakuasi urine, perlu dilakukan juga pemeriksaan darah:
hematologi lengkap, kimia darah (fungsi ginjal: ureum dan kreatinin), serta beberapa kadar
elektrolit di dalam darah seperti Kalium, Natrium, dan Klor. Pemeriksaan urin juga
diperlukan untuk mengetahui adanya peradangan di kandung kencing, serta jenis batu atau
kristal yang menjadi sumbatan.
Pengendalian
Kasus ini cenderung akan terulang kembali sehingga untuk mengendalikan dapat
menggunakan tindakan pembedahan. Dalam teknik pembedahan ada dua jenis yaitu sebagi
berikut:
1. Cystotomy (Pembukaan kandung kencing)
Operasi cystotomy dilakukan dengan membuka abdomen dibagian ventral kemudian
membuka vesika urinaria (kandung kencing). Batu atau kristal diambil dari dalam
kandung kencing kemudian kandung kencingnya dijahit kembali.
Setelah operasi, kateter masih perlu dipasang selama 4-5 hari untuk mencegah
kemungkinan penyumbatan oleh bekuan darah. Pemberian antibiotik secara parenteral
atau peroral perlu diberikan selama ±6 hari. Untuk mencegah agar kateter tidak dicabut
oleh kucing, maka perlu dilakukan pemasangan Elizabeth collar. Tindakan penanganan
yang saya lakukan ini mempunyai successful rate kurang lebih 90%, apabila fungsi kedua
ginjal masih baik. Untuk mengeluarkan batu/kristal yang ada di urethra maka perlu
membuka urethra (urethrotomy) dimana batu berada. Andaikata terpaksa harus
melakukan cystotomy dan urethrotomy, maka urethrotomy didahulukan. Setelah kateter
bisa masuk ke dalam vesika urinaria, baru dilakukan cystotomy.
2. Urethrotomy
Urethrotomy dilakukan apabila batu atau kristal tidak berhasil dimasukkan ke dalam
vesika urinaria menggunakan kateter. Biasanya urethrotomy saya lakukan pada kucing
jantan dengan menguakkan preputium ke arah kaudal terlebih dahulu sebelum melakukan
sayatan pada penis bagian ventral tepat dimana batu atau kristal berada. Keberadaan batu
atau kristal tadi dapat dideteksi dengan menggunakan kateter atau sonde yang panjang.
Setelah batu atau kristal diketahui posisinya, maka dilakukan sayatan pada uretra
kemudian batu atau kristal tersebut dikeluarkan. Selanjutnya, kateter dimasukkan sampai
ke dalam vesika urinaria, lalu sayatan dijahit.
Pencegahan
Ginjal sebagai salah satu organ dalam sistem perkemihan yang membentuk suatu
sistem yang kompleks baik anatomi maupun mekanisme kerjanya dengan unsur lain bersama
sistem tubuh yang lain. Walau berat ginjal umumnya kurang dari 1 % berat badan, namun
ginjal menerima 20 – 25 % darah yang dipompa oleh jantung kedalam tubuh. Jantung
berperanan akti memompa dan ginjal ber peranan pasif sebagai filter tubuh. Sistem
perkemihan bertanggung jawab untuk berlangsungnya ekskresi bermacam produk buangan
dari dalam tubuh. Sistem ini juga penting sebagai faktor dalam mempertahankan homeostatis
serta mempertahankan asam basa tubuh dengan mengatur konsentrasi bikarbonat dan ion
hidrogen dalam darah. Urin me rupakan produk akhir dari sistem perkemihan. Peningkatan
bikarbonat menyebabkan meningkatnya pH urin, sedang pH urin yang asam akibat
pertukaran natrium dengan ion hidrogen atau ammonium klorida. Produksi metabolik suatu
zat maupun asupan suatu zat kedalam tubuh akan diikuti oleh sekresi urin atas zat tersebut
atau metabolitnya, agar tetap mempertahankan komposisi darah yang relatif konstan. Dengan
kata lain, meningkatnya konsentrasi suatu zat dalam darah akan meningkatkan ekskresi zat
tersebut atau hasil metaboliknya melalui urin pada hewan normal (Frandson, 1992).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Studi Kasus
Pada tanggal 25 Mei 2018 seekor kucing datang ke Rumah Sakit Hewan Provinsi
Sumatera Barat dengan data sebagai berikut.
B. Signalement
Nama hewan : Zeus
Jenis hewan : Kucing
Ras : Persian mix
Jenis Kelamin : Jantan
Warna : Abu-abu
Berat Badan : 4,9 kg
Umur : ± 5 tahun
Tanda Khusus : Hitam daerah nasal, Bagian abdomen warna abu lebih terang
C. Anamnesa
Menurut pemilik kucing bernama Zeus kucingnya lemas, nafsu makan tidak ada, tidak
bergerak, tidak urinasi. Sudah pernah dilakukan kateterisasi tiga kali, setelah sembuh pakan
diganti seperti pakan semula.
D. Pemeriksaan Fisik
Kondisi fisik kucing ketika datang ke rumah sakit hewan terlihat lesu, nafsu makan
berkurang, kesakitan, tidak banyak bergerak, mukosa mulut pucat, nafas berbau, dan perut
bengkak. Ketika di palpasi di bagian abdomen, kucing merasa sakit dan vu terasa besar dan
keras.
E. Pemeriksaan Laboratoris
Pemeriksaan fisik urin
Setelah pemasangan kateter urin disedot menggunakan spuit 10 ml. Kemudian
Vesika urinaria dibersihkan dengan memasukkan NaCl kedalam Vesica urinaria lalu
disedot kembali dengan menggunakan spuit. Perlakuan ini diulang sebanyak beberapa
kali. Pada pemeriksaan fisik urin setelah pemasangan kateter warna urin terlihat
berwarna merah yang menandakan adanya sel darah dalam urin.
Penyebab reaksi darah positif yaitu, hematuria akibat dari trauma maupun
patologis atau iatrogenik, adanya peradangan, adanya urolitiasis, neoplasia,
koagulopati dan penyakit infeksi saluran perkencingan.
Pemeriksaan dibawah mikroskop
Pada pemeriksaan dibawah mikroskop dilakukan dengan metode natif.
Dimana urin diteteskan 1 tetes ke atas objek gelas lalu ditutup dengan cover glass,
kemudian diperiksa dibawah mikroskop.
F. Diagnosa
Penegakan diagnosa dilakukan dengan cara menyimpulkan hasil dari pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan laboratoris sehingga dapat disimpulkan bahwa kucing tersebut
menderita Urolithiasis.
G. Penanganan
Atas persetujuan pemilik, kucing di pasang kateter agar urin yang berada di vesica
urinaria keluar dengan menggunakan anastesi ketamin xylazin. Kemudian di flushing
dan di keluarkan urinnya.
Pemberian antibitoik Penstrep untuk mengobati peradangan dan mencegah infeksi
sekunder.
Pencegahan
Ginjal sebagai salah satu organ dalam sistem perkemihan yang membentuk suatu
sistem yang kompleks baik anatomi maupun mekanisme kerjanya dengan unsur lain bersama
sistem tubuh yang lain. Walau berat ginjal umumnya kurang dari 1 % berat badan, namun
ginjal menerima 20 – 25 % darah yang dipompa oleh jantung kedalam tubuh. Jantung
berperanan akti memompa dan ginjal ber peranan pasif sebagai filter tubuh. Sistem
perkemihan bertanggung jawab untuk berlangsungnya ekskresi bermacam produk buangan
dari dalam tubuh. Sistem ini juga penting sebagai faktor dalam mempertahankan homeostatis
serta mempertahankan asam basa tubuh dengan mengatur konsentrasi bikarbonat dan ion
hidrogen dalam darah. Urin me rupakan produk akhir dari sistem perkemihan. Peningkatan
bikarbonat menyebabkan meningkatnya pH urin, sedang pH urin yang asam akibat
pertukaran natrium dengan ion hidrogen atau ammonium klorida. Produksi metabolik suatu
zat maupun asupan suatu zat kedalam tubuh akan diikuti oleh sekresi urin atas zat tersebut
atau metabolitnya, agar tetap mempertahankan komposisi darah yang relatif konstan. Dengan
kata lain, meningkatnya konsentrasi suatu zat dalam darah akan meningkatkan ekskresi zat
tersebut atau hasil metaboliknya melalui urin pada hewan normal (Frandson, 1992).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Urolithiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya batu (urolith) atau kristal-
kristal pada saluran kencing (tractus urinarius). Penyakit ini harus segera ditangani apabila
ditemui gejala hewan peliharaan tidak urinasi. Terapi untuk penyakit ini yaitu pemasangan
kateter untuk menghancurkan kristal urolit dan diet pakan. Apabila kejadian ini berulang
maka pemilik harus lebih waspada karena keterlambatan akan menyebabkan toxemia dan
uremia yang menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA