Anda di halaman 1dari 4

Sosiologi Hukum

VALDI
B 121

1. Sosiologi Hukum menurut Soerjono Soekanto

Menurut Soejono Soekanto yang dimaksud dengan sosiologi hukum adalah suatu

cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris menganalisis atau

mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya.

Sebagaimana definisi yang dikatakan Soerjono Soekanto di atas, untuk

mengetahui hukum yang berlaku diperlukan analisis terhadap gejala-gejala hukum

dalam masyarakat secara langsung seperti meneliti proses-proses peradilan,

konsepsi-konsepsi hukum yang berlaku dalam masyarakat semisal tentang keadilan,

efektivitas hukum sebagai sarana pengendalian sosial, serta hubungan antara hukum

dan perubahan-perubahan sosial. Perkembangan masyarakat yang semakin

kompleks menghendaki pengaturan hukum juga harus mengikuti perkembangan

sosial yang demikian itu.

Artinya konsep sosiologi yang berkaitan dengan masalah hukum tidak mungkin

untuk bisa kita pahami secara matematis. Karena itu setiap orang yang mencoba

menciptakan konsep sosiologi hukum berarti dia melibatkan diri dengan fenomena

sosial, suatu fenomena yang sangat kompleks sehingga untuk memahaminya tidak

bisa hanya dengan menggunakan teori hokum yang bersifat kaku dan normative saja.

Hukum secara sosiologis penting dan merupakan suatu lembaga kemasyarakatan

yang merupakan himpunan nilai, kaidah dan pola perikelakuan yang ujungnya adalah

untulk kebutuhan pokok manusia.


2. Sosiologi Hukum menurut Satjipto Rahardjo

Sosiologi Hukum menurut Satjipto Raharjo adalah pengetahuan hukum

terhadap pola perilaku masyarakat dalam konteks sosialnya. Menurutnya ilmu ada

untuk kenyataan, bukan sebaliknya, kenyataan untuk ilmu. Yang dimaksud oleh

Satjipto Rahardjo adalah bahwa kompleksitas permasalahan hukum tidak hanya

semata-mata permasalahan hukum saja melainkan masalah perilaku manusia.

hukum dibuat untuk mengatur perilaku manusia agar tertib dan teratur. Namun realitas

menunjukkan bahwa hukum menjadi mainan manusia untuk mewujudkan

kepentingannya. Hukum dijadikan alat untuk mencapai tujuan. Seorang politisi

menggunakan hukum untuk kepentingan politiknya, seorang pengusaha akan

seorang pengusaha akan menggunakan hukum untuk kepentingan bisnis dan

sebagainya. Pemaknaan hukum berdasarkan tujuan dan kepentingan masing-masing

menjadi suatu dilema tersendiri dalam dunia peradilan. Asas-asas keadilan

cenderung diabaikan, digeser oleh asas-asas kepentingan bersifat personal atau

kelompok, yang pada akhirnya menyebabkan menurunnya derajat hukum sebagai

alat untuk memberikan keadilan.

Manusia menjadi aktor utama dalam proses penegakan hukum. Masalahnya,

belakangan ini banyak perilaku-perilaku oknum cenderung menggunakan kelemahan

hukum untuk mengambil suatu kesempatan dalam menggapai tujuannya. Logikanya,

hukum dijadikan suatu alat untuk memutarbalikkan fakta bahkan menjadi suatu alat

untuk menyerang orang lain. Fenomena demikian sering nampak ke permukaan dan

semakin meningkat frekuensinya. Berkaitan dengan perilaku manusia, salah satu ilmu
yang relevant dengan hal tersebut adalah sosiologi. Sosiologi -ilmu yang mempelajari

perilaku masyarakat dan pengetahuan kemsyarakatan- dalam perjalannya banyak

berinteraksi dengan ilmu-ilmu lain, termasuk ilmu hukum.

3. Sosiologi Hukum menurut R. Otje Salman

Sedangkan R. Otje Salman berpendapat bahwa sosiologi hukum adalah ilmu yang

mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya

secara empiris analitis. Artinya bahwa ada hubungan yang erat dan timbal balik antara

hukum dan masyarakat. Hal tersebut memang harusnya demikian karena

bagaimanapun keberadaan hukum terutama ada di masyarakat. Hal ini menunjukkan

bahwa hukum bukanlah sesuatu yang statis, hukum dari waktu ke waktu senantiasa

mengalami perubahan dan perkembangan. Hal ini merupakan suatu konsekuensi

logis karena pertumbuhan dan perkembangan hukum itu sendiri dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Hukum yang ada sekarang tidak muncul secara tiba-tiba begitu saja,

melainkan merupakan hasil dari suatu perkembangan tersendiri. Apabila dikatakan

hukum mempunyai perkembangan tersendiri maka yang dimaksudkan adalah bahwa

terdapat hubungan yang erat dan timbal balik antara hukum dengan masyarakat.

4. Sosiologi Hukum menurut H.L.A. Hart

Menurut Hart, sosiologi hukum adalah suatu konsep hukum mengandung unsur-

unsur kekuasaan yang terpusatkan kepada kewajiban tertentu di dalam gejala hukum

yang tampak dari kehidupan masyarakat. Hal ini berkaitan dengan teori positivisme

hukum dari H.L.A. Hart yang berbeda dengan positivisme klasik seperti yang diajukan

Austin yang mengatakan bahwa aturan itu adalah produk dari penguasa , bahwa
sesuatu disebut aturan, menurut Hart bukan karena ia diproduksi oleh penguasa,

melainkan ia diterima dan berlaku di masyarakat. Hart juga berpendapat bahwa

hukum dan moralitas memiliki hubungan mutlak karena keduanya memiliki hubungan

timbal balik. Moralitas suatu masyarakat mempengaruhi produk hukum dan hukum

mempengaruhi pandangan baik dan buruk masyarakat tersebut. Berkaitan dengan

sosiologi hokum, Konsep dasar atau konsep awal Hart mengenai hukum adalah

bahwa eksistensi hukum melibatkan perilaku dan persepsi masyarakat terhadap

hukum lebih daripada eksistensi suatu aturan.

Anda mungkin juga menyukai