OLEH
KELOMPOK 1
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah yang kami buat berjudul “Analisa Kasus Peran Hak Dan
Kewajiban Penata Anestesi”. Dalam penyusunan makalah ini kami di bantu
oleh banyak orang, dan pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami.
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak kekurangan yang ada pada makalah kami.
Tetapi kami mencoba untuk membuat makalah semampu yang kami bisa.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif untuk kesempurnaan makalah yang kami susun ini. Akhir kata,
kami ucapkan terimakasih dan mohon maaf. Dan semoga makalah yang
kami susun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR ..........................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah ..............................................................................4
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
2) Bagaimana penerapan kewajiban penata anestesi?
3) Bagaimana contoh kasus penerapan hak dan kewajiban penata
Anestesi?
1.3 Tujuan
1) Agar pembaca dapat memahami penerapan hak penata anestesi.
2) Agar pembaca dapat memahami penerapan kewajiban penata
anestesi.
3) Agar pembaca dapat memahami dan menangani kasus dengan
menerapkan hak dan kewajiban penata Anestesi.
BAB II
PEMBAHASAN
4
Permenkes 18 Tahun 2016 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Penata Anestesi:
Pasal 24
5
d. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilaksanakan kepada
pasien
e. Mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar
operasional prosedur.
Pasal 16
1) Tindakan asuhan keperawatan pra anestesi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 huruf a meliputi:
a. pengkajian keperawatan pra anestesia;
b. pemeriksaan dan penilaian status fisik klien;
c. pemeriksaan tanda-tanda vital;
d. persiapan administrasi pasien;
e. analisis hasil pengkajian dan merumuskan masalah
pasien;
f. mendokumentasikan hasil anamnesis/pengkajian;
g. persiapan mesin anestesia secara menyeluruh setiap kali
akan digunakan dan memastikan bahwa mesin dan
monitor dalam keadaan baik dan siap pakai;
h. pengontrolan persediaan obat-obatan dan cairan setiap
hari untuk memastikan bahwa semua obat-obatan baik
obat anestesia maupun obat emergensi tersedia sesuai
standar rumah sakit; dan memastikan tersedianya sarana
prasarana anestesia berdasarkan jadwal, waktu, dan jenis
operasi tersebut.
2) Tindakan asuhan keperawatan intra anestesi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 huruf b dilakukan dengan
6
kolaborasi/supervisi oleh dokter spesialis anestesiologi, yang
meliputi:
a. menyiapkan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan
perencanaan teknik anestesia;
b. membantu pelaksanaan anestesia sesuai dengan instruksi
dokter spesialis anestesiologi;
c. membantu pemasangan alat monitoring non invasif;
d. membantu dokter melakukan pemasangan alat
monitoring invasif;
e. pemberian obat anestesi;
f. mengatasi penyulit yang timbul;
g. pemeliharaan jalan napas;
h. pemasangan alat ventilasi mekanik;
i. pemasangan alat nebulisasi;
j. pengakhiran tindakan anestesia; dan
k. pendokumentasian semua tindakan yang dilakukan agar
seluruh tindakan tercatat baik dan benar.
7
f. pendokumentasian pemakaian obat-obatan dan alat
kesehatan yang dipakai; dan pemeliharaan peralatan agar
siap untuk dipakai pada tindakan anestesia selanjutnya.
Pasal 18
Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seorang
pasien dimana tidak ada dokter spesialis anestesiologi di tempat
kejadian, Perawat Anestesi dapat melakukan pelayanan anestesi di
luar kewenangan.
Pasal 19
1) Bagi Perawat Anestesi yang bekerja pada daerah yang tidak
ada dokter spesialis anestesiologi, dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintah, dapat memberikan
pelayanan anestesi dalam batas tertentu.
2) Dalam rangka melaksanakan pelayanan anestesi sebagaimana
dimaksud ayat (1) harus mempertimbangkan kompetensi,
tingkat kedaruratan, dan kemungkinan untuk dirujuk.
Pasal 20
(1) Perawat Anestesi dalam melaksanakan pelayanan anestesi
wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.
(2) Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh dokter yang
mempunyai keahlian dan kemampuan untuk itu.
8
Tn. N berumur 34 tahun datang ke Rumah Sakit dengan
keluhan nyeri terasa sakit, saat berkemih. Perawat Vitri segera
memasang infus dan tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut kepada
pasien dan keluarga pasien tersebut. Selama beberapa saat kemudian Dokter
melakukan pemeriksaan, dari hasil pemeriksaan yang ada Tn.N terkena
penyakit kanker kandung kemih. Kemudian Dokter menginstruksikan
kepada Perawat Vitri untuk melakukan asuhan keperawatan lebih lanjut
kepada Tn.N namun karena terlalu banyak mengurus pasien Perawat Vitri
sampai lupa untuk mengobservasi dan memberikan asuhan keperawatan
lebih lanjut kepada Tn.N.
Selama beberapa jam kemudian Dokter datang kembali untuk
mengobservasi kondisi Tn.N ternyata keadaan Tn.N memburuk dan Tn.N
mengalami peningkatan suhu badan sampai 39˚C, Dokter menanyakan
kepada perawat Vitri apakah sudah memberikan asuhan keperawatan
terhadap Tn.N atau belum dan Perawat Vitri mengatakan dia sudah
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan instruksi Dokter.
Dokter masih kurang yakin dengan jawaban yang diberikan oleh
Perawat Vitri lalu Dokter mencari tau lebih lanjut apakah benar Perawat
Vitri sudah menjalankan apa yang sudah diinstruksikan tersebut dan
keluarga mengatakan bahwa dari tadi setelah Dokter memeriksa tidak ada
perawat yang datang untuk mengobservasi sehingga dengan adanya
keterangan lebih lanjut dari keluarga pasien tersebut ternyata apa yang
diinstruksikan olehnya tidak dilaksanakan oleh perawat Vitri sehingga hal
tersebut dapat memperburuk keadaan Tn.N sehingga tanpa berkerja sama
dengan perawat Dokter langsung mengambil tindakan sendiri untuk
menangani Tn.N yang kondisinya semakin parah dan segera mengambil
keputusan pembedahan karena mengingat kondisi Tn.N semakin buruk
ANALISIS KASUS
1. Tanggung jawab perawat individu, keluarga maupun masyarakat.
Pada kasus di atas perawat sudah menerapkan tanggung
jawab, yang mana perawat tersebut tanpa disuruh oleh dokter.
9
Perawat itu melakukan tindakan pemasangan infuse dalam
mengatasi gejala awal dari pasien, akan tetapi perawat tersebut tidak
bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan sehingga
keadaan atau kondisi dari pasien itu semakin memburuk.
2. Hak-hak Pasien
Pada kasus diatas perawat melanggar hak pasien yang mana
perawat tidak memberikan penjelasan serta meminta persetujuan
pada pasien dan keluarga saat memasang infuse.
3. Perawat lalai akan kewajiban
a) Memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai
standar profesi
b) Menghormati hak-hak pasien
Pada kasus diatas, jelas perawat tidak menunjukkan
profesionalnya. Sebagai seorang perawat seharusnya dapat
bertindak sebagai pemberi rasa nyaman (comforter) dan
pelindung (protector), sedangkan perawat tersebut tidak
memberikan asuhan keperawatan dan mengobservasi lebih
lanjut terhadap keadaan pasien tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
10
Etik. Profesi Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI). Tanggung
jawab utama Penata Anestesi adalah memberikan dan
berpartisipasi dalam penyediaan jasa pelayanan anestesi.
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Talib, Ratna; 2014; Issue Dan Legal Praktik Keperawatan; PR,GRA- STUDI S1
KEPERAWATANSTIKES CITRA HUSADA -ANDIRI KUPANG
(https://www.academia.edu/10729552/CONTOH_KASU1)
11