“PEMAKAIAN PATOGRAF”
Oleh :
Putri Rizky Humaira
71160891794
Pembimbing :
dr. H. Muhammad Haidir, Sp.OG
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan judul :
“Pemakaian Patograf“. Penyelesaian paper ini banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
rasa terimakasih yang tulus kepada dr. H. Muhammad Haidir, Sp.OG selaku
pembimbing, yang telah banyak memberikan ilmu, petunjuk, nasehat dan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan tugas paper ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka kematian Bayi (AKB) merupakan salah
satu indikator yang sering digunakan untuk menilai derajat kesehatan suatu
bangsa atau negara. Kematian ibu di latarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda
bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta
terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukan Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2002
mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan terjadi penurunan AKI di
tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 KH. Namun angka tersebut masih jauh dari
yang diharapkan untuk mencapai target MDGs (Millenium Development Goals)
tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup. Kasus kematian maternal
disebabkan oleh komplikasi perdarahan (30%), preeklampsia / eklampsia (25%),
infeksi (12%), komplikasi nifas (8%) dan penyebab lainnya (15 %)
(BMSyamsulhuda, et al. 2018).
Deteksi dini komplikasi persalinan merupakan salah satu penerapan peran dan
fungsi bidan sebagai pelaksana. Untuk itu kompetensi bidan yang meliputi
pendidikan, pengetahuan dan keterampilan harus dimiliki oleh bidan dalam
melaksanakan praktik kebidanan secara aman dan bertanggung jawab pada
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Bidan sebagai pemberi pelayanan terdepan
1
dalam pelayanan KIA dan KB perlu ditingkatkan kualitas pelayanan kebidanan
sehingga mampu mencapai target dan standar yang diharapkan. Bidan dituntut
memiliki kemampuan mendeteksi komplikasi sedini mungkin agar dapat segera
melakukan tindakan dan rujukan. Ketika komplikasi tidak dapat dihindarkan,
maka bidan dapat memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat serta
merujuk pasien secara efektif (tepat waktu dan menstabilkan pasien)
(BMSyamsulhuda, et al. 2018).
Partograf harus digunakan pada semua persalinan pada fase aktif kala satu
yang dilakukan dimana saja (JNPKR, 2007) namun pada kenyataannya data
terakhir (2007) yang diperoleh dari WHO tentang penggunaan partograf yang
diteliti di tiga negara yaitu Ecuador, Jamaica dan Rwanda menyatakan bahwa
hanya 57,7% tenaga kesehatan (dokter, bidan dan perawat) yang melakukan
pertolongan persalinan dengan mengisi partograf, dan dari angka tersebut bidan
mendapatkan proporsi angka 34,1%. Penelitian yang dilakukan di negara Nigeria
2
(2008) oleh Fowole menyatakan hanya 32,3% bidan yang menggunakan partograf
pada saat pertolongan persalinan. Tiga penyebab kematian ibu terbanyak menurut
WHO (2010) adalah perdarahan 45%, infeksi 15% dan eklamsia 13%. WHO
memperkirakan, sebanyak 37 juta kelahiran terjadi di kawasan Asia Tenggara
setiap tahun, sementara total kematian ibu di kawasan ini diperkirakan berturut-
turut 170 ribu dan 1,3 juta per tahun. Sebanyak 98% dari seluruh kematian ibu dan
anak di kawasan ini terjadi di India, Bangladesh, Indonesia , Nepal dan Myanmar
(Gustiawati, 2012).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk :
4
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan
5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk:
5
b. Mencatat kondisi ibu dan janin.
c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan.
e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu.
a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua
persalinan baik yang normal maupun patologis.
b. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik
bidan swasta, rumah sakit, dan lain sebagainya).
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayi.
6
a) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Menilai denyut jantung janin dilakukan setiap 30 menit (lebih sering
jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf
menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri
menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberikan tanda titik pada garis
yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan
titik yang satu dengan titik yang lainnya dengan garis tegas dan
bersambung.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada
angka 180 dan 100. Sebaiknya penolong harus waspada bila DJJ
mengarah hingga di bawah 120 atau di atas 160 untuk melakukan
tindakan segera jika DJJ melewati kisaran normal (Depkes RI, 2008).
b) Warna dan Adanya Air Ketuban
Nilai kondisi air ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan
nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan
dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ dan gunakan lambang-
lambang berikut ini:
1. U : selaput ketuban utuh (belum pecah).
2. J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
3.M :selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium.
4. D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.
5. K : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban tidak mengalir lagi
(kering)
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat
janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali
tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika terdapat tanda-tanda gawat
janin (DJJ 180 kali per menit), maka ibu harus segera dirujuk. Tetapi jika terdapat
mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki kemampuan
pelaksanaan kegawatdaruratan obstetrik dan bayi baru lahir.
7
c) Penyusupan (molase)
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang kepala
janin. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air
ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
3. Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan. Angka nol sampai sepuluh yang tertera di kolom paling kiri adalah
besarnya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi
8
serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri.
Perubahan nilai atau perubahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan
penambahan dilatasi serviks sebesar 1 centimeter. Pada lajur dan kotak yang
mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka satu sampai lima
yang sesuai dengan metode perlimaan. Setiap kotak segi empat atau kubus
menunjukkan 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan, denyut jantung
janin, kontraksi uterus, dan frekuensi nadi ibu.
9
Gambar 2.1 Contoh Lembaran Patograf
Pencatatan dimulai saat fase aktif yaitu pembukaan serviks 4 cm dan berakhir
titik dimana pembukaan lengkap. Pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju
pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus
dimulai di garis waspada. Kondisi ibu dan janin dinilai dan dicatat dengan cara:
1) Denyut jantung janin : setiap ½ jam.
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam.
3) Nadi : setiap ½ jam.
4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam.
5) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam.
6) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.
7) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam.
(Depkes, 2008).
10
Cara pengisian partograf yang benar adalah sesuai dengan pedoman pencatatan
partograf. Menurut Depkes RI (2008) cara pengisian partograf adalah sebagai
berikut:
1) Lembar depan partograf.
a) Informasi ibu ditulis sesuai identitas ibu. Waktu kedatangan ditulis sebagai
jam. Catat waktu pecahnya selaput ketuban, dan catat waktu merasakan
mules.
b) Kondisi janin.
(1) Denyut Jantung Janin.
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering
jika terdapat tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak menunjukkan waktu
30 menit. Kisaran normal DJJ tertera diantara garis tebal angka 180 dan
100. Bidan harus waspada jika DJJ mengarah di bawah 120 per menit
(bradicardi) atau diatas 160 permenit (tachikardi).
Beri tanda ‘•’ (tanda titik) pada kisaran angka 180 dan 100. Hubungkan
satu titik dengan titik yang lainnya.
(2) Warna dan adanya air ketuban.
Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina,
menggunakan lambang-lambang berikut:
U : Selaput ketuban Utuh.
J : Selaput ketuban pecah, dan air ketuban Jernih.
M : Air ketuban bercampur Mekonium.
D : Air ketuban bernoda Darah.
K : Tidak ada cairan ketuban/Kering.
(Saifuddin, 2002)
(3) Penyusupan/molase tulang kepala janin.
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar
tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada di kotak yang
sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut:
0 : Sutura terpisah.
11
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : Sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki.
3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
Sutura/tulang kepala saling tumpang tindih menandakan kemungkinan
adanya CPD ( cephalo pelvic disproportion).
c) Kemajuan persalinan.
Angka 0-10 di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.
(1) Pembukaan serviks.
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap
temuan dari setiap pemeriksaan. Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam.
Cantumkan tanda ‘X’ di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya
pembukaan serviks.
(2) Penurunan bagian terbawah janin.
Untuk menentukan penurunan kepala janin tercantum angka 1-5 yang
sesuai dengan metode perlimaan.
Tuliskan turunnya kepala janin dengan garis tidak terputus dari 0-5. Berikan
tanda ‘0’ pada garis waktu yang sesuai.
(3) Garis waspada dan garis bertindak.
(a) Garis waspada, dimulai pada pembukaan serviks 4 cm (jam ke 0), dan berakhir
pada titik di mana pembukaan lengkap (6 jam). Pencatatan dimulai pada garis
waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada,
maka harus dipertimbangkan adanya penyulit.
(b) Garis bertindak, tertera sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4 jam) pada garis
waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah
kanan garis bertindak maka menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk
menyelasaikan persalinan. Sebaiknya ibu harus berada di tempat rujukan
sebelum garis bertindak terlampaui.
d) Jam dan waktu.
(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan.
Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau persalinan.
12
Cantumkan tanda ‘x’ di garis waspada, saat ibu masuk dalam fase aktif
persalinan.
e) Kontraksi uterus.
Terdapat lima kotak kontraksi per 10 menit. Nyatakan lama kontraksi
dengan:
(1) ░ : Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi
yang lamanya < 20 detik.
(2) / : Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi
/
yang lamanya 20-40 detik.
/
(3) : Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya > 40 detik.
f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan.
(1) Oksitosin. Jika tetesan drip sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan dan dalam
satuan tetes per menit.
(2) Obat lain dan caira IV. Catat semua dalam kotak yang sesuai dengan
kolom waktunya.
g) Kondisi ibu.
(1) Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh.
(a) Nadi, dicatat setiap 30 menit. Beri tanda titik (•) pada kolom yang sesuai.
(b) Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam atau lebih sering jika diduga ada
penyulit. Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
(c) Suhu tubuh, diukur dan dicatat setiap 2 jam atau lebih sering jika terjadi
peningkatan mendadak atau diduga ada infeksi. Catat suhu tubuh pada
kotak yang sesuai.
(2) Volume urine, protein dan aseton.
Ukur dan catat jumlah produksi urine setiap 2 jam (setiap ibu berkemih).
Jika memungkinkan, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam
urine.
13
2) Lembar belakang partograf.
Lembar belakang partograf merupakan catatan persalinan yang berguna
untuk mencatat proses persalinan yaitu data dasar, kala I, kala II, kala III, kala
IV, bayi baru lahir (terlampir).
a) Data dasar.
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat
tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat merujuk, pendamping saat
merujuk dan masalah dalam kehamilan/persalinan ini.
b) Kala I.
Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis
waspada, masalah lain yang timbul, penatalaksanaan, dan hasil
penatalaksanaannya.
c) Kala II.
Kala II terdiri dari episiotomy, pendamping persalinan, gawat janin,
distosia bahu dan masalah dan penatalaksanaannya.
d) Kala III.
Kala III berisi informasi tentang inisiasi menyusu dini, lama kala III,
pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri,
kelengkapan plasenta, retensio plasenta > 30 menit, laserasi, atonia uteri,
jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya.
e) Kala IV.
Kala IV berisi tentang data tekanan darah, nadi, suhu tubuh, tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.
f) Bayi baru lahir.
Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang badan, jenis kelamin,
penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya.
14
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang . Pengetahuan secara rinci tentang penggunaan
partograf merupakan syarat mutlak bagi penolong persalinan5,35 . Seperti hasil –
hasil penelitian yang pernah dilakukan menyatakan bahwa pengetahuan provider
kesehatan tentang partograf berhubungan dalam proses pncatatan dan kepatuhan
mengisi partograf .
2) Pendidikan
Perilaku dalam bentuk praktik yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap
situasi atau rangsangan dari luar. Kompetnsi dan ketrampilan bidan terbukti
berpengaruh terhadap proses pengisian partograf.
Sarana dan prasarana merupakan segala sesuatu yang dapat di pakai sebagai
alat dan bahan untuk mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses. Sedangkan
prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya proses. Sumber daya yang dimaksud adalah termasuk
ketersediaan kertas grafik partograf, peralatan untuk melaksanakan observasi
tanda-tanda vital.
5) Sikap
15
Perilaku dalam bentuk sikap / tanggapan atau rangsangan dari luar diri
seseorang untuk melakukan pencatatan dengan baik.
7) Pengawasan
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
18