Kata Pengantar
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat nya
referat ini diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti KKS pada Ilmu Penyakit
Selain itu saya juga mengucapkan Terima kasih kepada dr. Muhammad
klinik bagian Ilmu penyakit dalam dan dapat menyelasaikan penulisan dan pembahasan
referat ini. Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari
kesempurnaan, penulis mohon maaf atas segala kesalahan, sehingga kritik dan saran
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sangat dominan di daerah
tropis dan sub tropis serta dapat mematikan atau membunuh lebih dari satu juta
manusia di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu
Negara dengan Negara lain dan dari satu kabupaten atau wilayah dengan wilayah lain.
Menurut WHO, pada tahun 1990, 80% kasus di Afrika, dan kelompok potensial
Plasmodium Falciparum adalah spesies paling dominan dengan 120 juta kasus baru
pertahun, dan lebih dari satu juta kematian pertahun secara global. Dalam tahun 1989
global.1
balita, ibu melahirkan dan produktivitas sumber daya manusia. Saat ini ditemui 15 juta
penderita malaria dengan angka kematian 30 ribu orang setiap tahun, sehingga
Lingkungan.1
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui program
pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan pengendalian vektor yang kesemuanya
3
Sejak tahun 1973 ditemukan pertamakali adanya kasus resistensi P. falciparum
terhadap klorokuin di Kalimantan Timur Sejak itu kasus resistensi terhadap klorokuin
yang dilaporkan semakin meluas Tahun 1990, dilaporkan telah terjadi resistensi parasit
meningkatkan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit malaria OIeh sebab itu, upaya
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 EPIDEMIOLOGI
terutama penting dalam hal ini. Penularan malaria terjadi pada kebanyakan daerah
tropis dan subtropics, walaupun Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia dan
Israel sekarang bebas malaria local, wabah setempat dapat terjadi melalui infeksi
barier plasenta, jarang ada. Sebaliknya malaria neonates, agak sering dan dapat
sebagai akibat dari pencampuran darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi
5
Gambar Peta Distribusi Malaria.
O, daerah dimana malaria tidak ditemukan, telah berhasil dieradikasi atau tidak
pernah ada; +, daerah dengan risiko rendah; ++, daerah dimana transmisi terjadi
6
2.2 DEFINISI
primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi
protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas
spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas
dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai
pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik. Jenis malaria paling
ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan
gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi
sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi
lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya
tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut
kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari. Jenis ke empat dan merupakan jenis
7
malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium ovale yang
Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa
menyebabkan demam.3
2.3. ETIOLOGI
Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit
malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Pada keadaan
Parasit malaria
pada manusia maupun nyamuk, yaitu nyamuk anopheles. Ada empat jenis spesies
parasit malaria di dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia, yaitu :
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
8
Keempat spesies parasit malaria tersebut menyebabkan jenis penyakit
1. Plasmodium falciparum
merupakan jenis penyakit malaria yang terberat atau paling ganas, kadar
seperti cerebral malaria (malaria otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut,
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.
9
Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium.
sekaligus jarang sekali terjadi. Infeksi jenis ini biasanya terjadi di daerah yang
tinggi angka penularannya. Malaria yang disebabkan oleh P.Vivax dan P.Malariae
dapat kambuh jika tidak diobati dengan baik. Malaria yang disebabkan oleh spesies
Nyamuk Anopheles
Nyamuk yang dapat menularkan malaria pada manusia hanya nyamuk Anopheles
betina. Pada saat menggigit penderita malaria (manusia yang terinfeksi malaria),
darah, sebab di dalam darah manusia yang telah terinfeksi malaria banyak terdapat
parasit malaria. Parasit malaria tersebut kemudian bereproduksi dalam tubuh nyamuk
Anopheles, dan pada saat menggigit manusia lain (yang tidak terinfeksi malaria), maka
parasit malaria masuk ketubuh korban bersamaan dengan air liur nyamuk.4
10
Cara penularan :
Nyamuk Anopheles yang infektif menggigit orang yang sehat (belum menderita
malaria)
Sesudah +12-30 hari (bervariasi tergantung spesies parasit) kemudian, bila daya
tahan tubuhnya tidak mampu meredam penyakit ini maka orang sehat tsb berubah
11
2.4. SIKLUS PARASIT MALARIA
merozoit. 5
membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk
sporogoni). 5
(mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot
12
menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, keluar sporozoit yang
Khusus P. vivax dan P. ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (sizon
jaringan) sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya
ke sel eritrosit, akan tetapi tertanam di jaringan hati –disebut hipnosit-. Bentuk
mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh
menurun misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress atau perubahan iklim (musim
hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit
dari sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul kembali
dan sembuh setelah diobati, bila kemudia mengalami kelelahan atau stress, gejala
malaria akan muncul kembali sekalipun yang bersangkutan tidak digigit oleh
vivax/ovale. 5
Pada P. Falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ tubuh lain dan
menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang
dalam jaringan yang mengandung parasit tua – bila jaringan tersebut berada di
dalam otak- peristiwa ini disebut sekustrasi. Pada penderita malaria berat, sering
tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi karena telah mengalami sekuestrasi.
13
penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa neurologis (sekuele) pada
pemeriksaan SD sering dijumpai SD positif tanpa gejala klinis pada lebih dari 60%
penduduk. 5
a. Demam
sel darah merah matang, sifat-sifat ini yang cenderung membatasi parasitemia
dari dua bentuk terakhir diatas sampai kurang dari 20.000 sel darah merah
/mm3. Infeksi falsifarum pada anak non imun dapat mencapai kepadatan hingga
500.000 parasit/mm3. 5
14
b. Anemia
Akibat hemolisis, sekuestrasi eritrosit di limpa dan organ lain, dan depresi
sumsum tulang
(blackwater fever). Perubahan autoantigen yang dihasilkan dalam sel darah merah
peningkatan fragilitas osmotic terjadi pada semua eritrosit, apakah terinfeksi apa
tidak. Hemolisis dapat juga diinduksi oleh kuinin atau primakuin pada orang-orang
Pigmen yang keluar kedalam sirkulasi pada penghancuran sel darah merah
hiperplastik dan kadang-kadang nekrotik, dalam sel kupffer hati dan dalam sumsum
tulang, otak, dan organ lain. Pengendapan pigmen dan hemosiderin yang cukup
c. Kejadian immunopatologi
15
golingan darah duffy negative kebal terhadap infeksi plasmodium
respon imun non spesifik yang terutama dilakukan oleh magrofag dan
d. Anoxia jaringan
red cells ke sel-sel endotel vaskular otak, ginal, organ yang terkena lainnya à
obstruksi aliran darah & kerusakan kapiler à leakage protein dan cairan
vaskular, edema, serta anoxia jaringan otak, jantung, paru, usus, ginjal.
16
Kerentanan bervariasi secara genetik, beberapa fenotip sel darah merah:
Hemoglobin S
Hemoglobin F
Thalassemia
malaria yang utama yaitu: demam, dan menggigil, juga dapat disertai sakit
yang timbul dapat bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita dan
Gejala malaria yang klasik terdiri dari tiga stadium berurutan yang
nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik),
17
2. Stadium demam (hot stage)
Muka merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi
menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat
hingga 41oC atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi
tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada
biasanya dialami oleh penderita yang berasal dari daerah non endemis
malaria. 4
18
tidak mengalami demam, tetapi dapat muncul gejala lain, misalnya:
diare dan pegal-pegal. Hal ini disebut sebagai gejala malaria yang
pada malaria falciparum, 36 jam pada malaria vivax dan ovale, dan 60
19
Grafik 2. Kurva temperatur pada penderita malaria vivax.
20
B. Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)
Sediaan Darah Tepi atau Rapid Diagnostic Test (RDT) dan disertai
mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah) 4
3) Kejang-kejang
10) Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
11) Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
12) Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5
g%)
21
Penderita malaria berat harus segera dibawa/dirujuk ke fasilitas kesehatan
2.7. DIAGNOSIS
1) Anamnesis
endemik malaria.
2) Pemeriksaan fisik
a. Malaria Ringan
22
b. Malaria Berat
Mortalitas:
Definisi: Infeksi P. falciparum disertai dengan salah satu atau lebih kelainan
berikut:
Malaria serebral
Kejang multipel
Koma
Distress pernafasan
Hipotensi
Parasitemia > 5%
darah tepi
Hemoglobinuria
Perdarahan spontan
Kuning 5
23
3. Pemeriksaan laboratorium
untuk menentukan:
o Kepadatan parasit
berikut:
1) Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6
2) Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di
daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survey tertentu.
Hal yang penting lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari
24
c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:
1) Darah rutin
2) Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
3) EKG
4) Foto toraks
7) Urinalisis.
25
Gambar. Stadium darah parasit,
(♂).
26
GAMBAR. Stadium-stadium dalam siklus hidup P. falciparum. A: Bentuk cincin
(tropozoid awal). B: Schizont matur, jarang terlihat di sediaan apus darah perifer karen
2.8. PENATALAKSANAAN
membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong
karena bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih
27
2.8.1. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.
a) Malaria Falsiparum
Primakuin
Setiap kemasan Artesunat + Amodiakuin terdiri dari 2 blister, yaitu
dan blister artesunat terdiri dari 12 tablet @ 50 mg. Obat kombinasi diberikan
per-oral selama tiga hari dengan dosis tunggal harian sebagai berikut:
lbu hamil
28
Tabel III.1.1.
Pengobatan lini kedua malaria falsiparum diberikan, jika pengobatan lini pertama
tidak efektif dimana ditemukan: gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual
29
Kina tablet
Kina diberikan per-oral, 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kgbb/kali selama 7(tujuh)
hari. 2
Doksisiklin
Doksisiklin diberikan 2 kali per-hari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis orang dewasa
adalah 4 mg/Kgbb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2 mg/kgbb/hari.
Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia <8 tahun. Bila tidak ada
Tetrasiklin
mg/kgbb/kali Seperti halnya doksisiklin, tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak
Primakuin
30
Tabel III.1.2.
31
Tabel III.1.3.
Tetrasiklin - - - *) 4 X 1**)
7 Tetrasiklin - - - *) 4 X 1**)
Untuk penderita malaria mix (P.falciparum + P.vivax) dapat diberikan pengobatan obat
kombinasi peroral selama tiga hari dengan dosis tunggal harian sebagai berikut:
32
Tabel III.1.4
1 Artesunat 1/4 ½ 1 2 3 4
Amodiakuin 1/4 ½ 1 2 3 4
2 Artesunat 1/4 ½ 1 2 3 4
Amodiakuin 1/4 ½ 1 2 3 4
3 Artesunat 1/4 ½ 1 2 3 4
Amodiakuin 1/4 ½ 1 2 3 4
33
2. Pengobatan malaria vivaks, malaria ovale, malaria malariae
Lini pertama pengobatan malaria vivaks dan malaria ovale adalah seperti yang tertera
dibawah ini:
Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria vivaks dan
malaria ovale. 2
Klorokuin
basa/kgbb. 2
Primakuin
Dosis Primakuin adalah 0.25 mg/kgbb per hari yang diberikan selama 14 hari dan
boleh diberikan kepada: ibu hamil, bayi <1 tahun, dan penderita defisiensi G6-PD. 2
34
Tabel III.2.1.
Hari Jenis Obat 0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 >15 Tahun
35
Primakuin
Dosis Primakuin adalah 0,25 mg/kgbb per hari yang diberikan selama 14 hari. Seperti
pengobatan malaria pada umumnya, primakuin tidak boleh diberikan kepada Ibu hamil,
*) Dosis kina adalah 30mg/kgbb/hari yang diberikan 3 kali per hari. Pemberian kina
pada anak usia di bawah 1 tahun harus dihitung berdasarkan berat badan.
Dosis dan cara pemberian primakuin adalah sama dengan cara pemberian primakuin
pada malaria vivaks terdahulu yaitu 0.25 mg/kgbb perhari selama 14 hari. 2
Tabel III.2.2
36
B. Pengobatan malaria vivaks yang relaps
selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kgbb dan primakuin diberikan selama 14
hari dengan dosis 0,5 mg/kgbb/hari. Dosis obat juga dapat ditaksir dengan memakai
Tabel III.2.3.
0-1 Bln 2-11 Bln 1-4 Thn 5-9 Thn 10-14 Thn >15 Thn
37
Khusus. untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dapat diketahui melalui
anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah minum obat
(golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan lain-lain), maka pengobatan diberikan
secara mingguan. 2
Tabel: III.2..3.1.
38
C. Pengobatan malaria malariae
selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kgbb Pengobatan juga dapat diberikan
Tabel III.2.4.
Hari Jenis Obat 0-1 2-11 1-4 Thn 5-9 Thn 10-14 >15
3. Catatan
stadium aseksual.
39
Obat ini diberikan dengan dosi tunggal sulfadoksin 25 mg/kgbb atau berdasarkan
dosis pirimetamin 1,25 mg/kgbb Primakuin juga diberikan untuk membunuh parasit
stadium seksual dengan dosis tunggal 0,75 mg/kgbb Pengobatan juga dapat diberikan
Tabel III.3.1.
amodiakuin
Hari Jenis Obat <1 1-4 Tahun 5-9 Tahun 10-14 >15 Tahun
Tahun Tahun
H1 SP - 3/4 1 1/2 2 3
Jika pengobatan dengan SP tidak efektif (gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit
aseksual tidak berkurang atau timbul kembali) atau penderita mempunyai riwayat
alergi terhadap SP atau golongan sulfa lainnya, penderita diberi regimen kina +
doksisiklin/tetrasiklin + primakuin. 2
40
Pengobatan alterflatif = Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
Pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur seperti tertera pada tabel
III.3.2. dan tabel III.3.3 Dosis maksimal penderita dewasa yang dapatdiberikan untuk
kina 9 tablet, dan primakuin 3 tablet. Selain pemberian dosis berdasarkan berat badan
penderita, obat dapat diberikah berdasarkan golongan umur seperti tertera pada table
III.3.2. 2
Tabel III.3.2.
41
Tabel III.3.3.
Tahun Tahun
Tetrasiklin - - - *) 4 X 1**)
Tetrasiklin - - - *) 4 x 1**)
gejala klinis malaria dapat diobati sementara dengan regimen klorokuin dan primakuin.
Pemberian klorokuin 1 kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kgbb.
Primakuin diberikan bersamaan dengan klorokuin pada hari pertarna dengan dosis 0,75
42
Tabel III.3.4.
stadium aseksual dengan satu atau beberapa manifestasi klinis dibawah ini
(WHO,1997):
3) Gagal ginjal akut (urin<400 mI/24 jam pada orang dewasa atau<1 ml/kgbb/jam
padä anak setelah dilakukari rehidrasi; dengan kreatinin darah >3 mg%).
43
6) Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik <70 mm Hg (pada anak: tekanan nadi_
7) Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan/atau disertai kelainan
8) Kejang berulang > 2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia
10) Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat
3. Hiperparasitemia > 5 %.
5. Hiperpireksia (temperatur rektal > 40° C pada orang dewasa, >41° C pada anak) 2
44
Perbedaan manifestasi malaria berat pada anak dan dewasa dapat dilihat pada tabel
III.4.1
Anak Dewasa
terapi kina)
prostation)
45
Komplikasi terbanyak pada anak : Komplikasi dibawah ini lebih sering
Keterangan :
Pengobatan malaria berat ditujukan pada pasien yang datang dengan manifestasi
untuk dirujuk ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. 2
46
Penatalaksanaan kasus malaria berat pada prinsipnya meliputi:
1) Tindakan umum
2) Pengobatan simptomatik
4) Penanganan komplikasi
Artemeter Intramuskular
lapangan atau Puskesmas tanpa fasilitas perawatan. Obat ini tidak boleh diberikan pada
Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam
artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi 0,6 ml natrium bikarbonat 5%. Untuk
sebanyak 3-5 ml. Artesunat diberikan dengan loading dose secara bolus: 2,4 mg/kgbb
per-iv selama ± 2 menit, dan diulang setelah 12 jam dengan dosis yang sama.
Selanjutnya artesunat diberikan 2,4 mg/kgbb per-iv satu kali sehari sampai penderita
47
mampu minum obat. Larutan artesunat ini juga bisa diberikan secara intramuskular
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan
Selanjutnya artemeter diberikan 1,6 mg/kgbb intramuskular satu kali sehari sampai
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan
Kina dihidroklorida
parenteral
Kemasan dan cara pemberian kina parenteral
Kina per-infus masih merupakan obat alternatif untuk malaria berat pada daerah yang
tidak tersedia derivat artemisinin parenteral, dan pada ibu hamil trimester pertama Obat
ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%, Satu ampulberisi 500 mg /2
ml. 2
48
Dosis dan cara pemberian kina pada orang dewasa termasuk untuk ibu hamil:
0,9% diberikan selama 4 jam pertama. Selanjutnyá selama 4 jam ke-dua hanya
diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%. Setelah itu, diberikan kina dengan dosis
maintenance 10 mg/kgbb dalam larutan 500 ml dekstrose 5 % atau NaCI selama 4 jam
Empat jam selanjutnya, hanya diberikan lagi cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%
Setelah itu diberikan lagi dosis maintenance seperti diatas sampai penderita dapat
minum kina per-oral. Bila sudah sadar / dapat minum obat pemberian kina iv diganti
(dengan total dosis 7 hari dihitung sejak pemberian kina perinfus yang pertama). 2
Dosis anak-anak: Kina.HCI 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan
: 6-8 mg/kg bb) diencerkan dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0,9 % sebanyak 5-10
cc/kgbb diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat
minum obat. 2
Apabila tidak memungkinkan pemberian kina per-irifus, maka dapat diberikan kina
kina diencerkan dengan 5-8 cc NaCI 0,9% untuk mendapatkan konsentrasi 60-100
mg/ml. 2
49
Catatan :
Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik bagi jantung dan
Pada penderita dengan gagal ginjal, loading dose tidak diberikan dan dosis
Pada hari pertama pemberian kina oral, berikan primakuin dengan dosis 0,75
mg/kgbb.
50
2.9. PENCEGAHAN (KEMOPROFlLAKSIS)
sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat Kemoprofilaksis ini
ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam waktu
yang tidak terlalu lama, seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain
Untuk kelompok atau individu yang akan bepergian/tugas dalam jangka waktu
tidak Iebih dari 4-6 minggu. Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak umur
dengan dosis 5 mg/kgbb setiap minggu. Obat tersebut diminum satu minggu
51
2.10. PROGNOSIS
kecepatan pengobatan.
meningkat sampai 50 %.
3) Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik
yaitu:
52
2.11 RUJUKAN PENDERITA
penderita tidak bersedia dirujuk dapat dirawat di puskesmas rawat inap dengan
Cara merujuk :
1) Setiap merujuk penderita harus disertakan surat rujukan yang berisi tentang
53
DAFTAR PUSTAKA
M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V. Jakarta: Interna
2010;375:1468–81.
5. Williams TN, Mwangi TW, Wambua S, Alexander ND, Kortok M, Snow RW,
dkk. Cell trait and the risk of plasmodium falciparum malaria and other
1-53
8. Mandei JM, Rampengan NH, Tatura SNN, Runtunuwu AL, Rampengan TH.
54
9. Meadow SR, Newell SJ. Lectures notes pediatrika. Ed. 7. Jakarta: Erlangga;
2007. h 243-45.
10. Rampengan TH. Infeksi parasit. Dalam: penyakit infeksi tropik pada anak.
12. Soedarmo SSP, Gama H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Malaria. Dalam: buku
ajar infeksi & pediatri tropis. Edisi 2. Jakarta: IDAI; 2012. h 408-37.
13. World malaria report: 2011. Geneva: the World Health Organization; 2011.
14. Harijanto PN. ACT sebagai Obat pilihan malaria ringan di indonesia. CDK
2011;183:112-14.
2012;5:1-19.
16. Syarif A, Zunilda DS. Obat malaria. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R,
17. Direktorat PPBB, Ditjen PP Dan PL. Kementerian kesehatan RI. Buku saku
55