Anda di halaman 1dari 14

Psikologi Komunikasi 1

Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6


………………………………………………..……lanjutan persepsi

Penyimpangan dalam persepsi.


Melakukan persepsi kadang kala manusia melakukan kesalahan
interpretasi atau penyimpangan (ketidaktepatan dalam mempersepsi) suatu
stimulus. Terdapat dua penyimpangan dalam persepsi yaitu :
Halusinasi (gambaran khayal)
Bila rangsang dari luar terhadap indra itu tidak nyata, tetapi penderita
yakin kalau itu ada, maka keadaan seperti itu dinamakan halusinasi (Soewadi,
1999). Sedangkan menurut Maramis (1986) menyatakan Halusinasi ialah:
pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang pasien,
yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, dasarnya mungkin organik,
fungsional, psikotik ataupun histerik. Sehingga dapat dikatakan yang disebut
dengan halusinasi adalah sangkaan dari organisme seolah-olah melihat,
mendengar, padahal objek tidak ada atau individu merasa melakukan persepsi
padahal individu tersebut tidak dikenai stimulus, jadi ini merupakan persepsi
subjektif dari individu. Contoh orang mabuk kadang melihat sesuatu yang
objeknya tidak ada karena terganggu indera dan sensorisnya. Keadaan ini
merupakan kondisi yang tidak normal dan umumnya merupakan pertanda
bahwa jiwanya telah mengalami gangguan. Halusinasi merupakan salah satu
gejala yang sering muncul dan ditemukan pada pasien gangguan jiwa.
Halusinasi sering diidentikan dengan schizofrenia.

Ilusi
Yaitu salah menafsirkan rangsang, Jadi persepsi tidak sesuai kenyataan
atau dengan kata lain ilusi adalah kesalahan dalam memaknai stimulus yang
datang. Perbedaannya dengan hakusinasi adalah bila halusinasi tidak terdapat
stimulus sedangkan ilusi stimulusnya ada hanya disalah persepsikan.
Ilusi terjadi karena otak merasakan berbagai perbedaan pendapat pokok
dari kualitas yang sebenarnya yang terdapat pada stimulus atau objek yang
diamati. Ilusi bisa terjadi pada indera penglihatan, pendengaran, perasa dan
penciuman. Ilusi bukanlah kelainan dalam jiwa seseorang.
Ilusi adalah umum terjadi dalam persepsi yang normal dan itu merupakan
konsekwensi alami dari sistem kerja yang berhubungan dengan perasaan
manusia. Psikologi mempelajari ilusi karena dalam ilusi terdapat petunjuk
penting tentang fungsi sistem perceptual. Tukang sulap bersandar pada
muslihat ilusi penonton yang mereka hibur. Bagaimanapun ukuran kesalahan
dalam persepsi dapat dikatakan sebagai ilusi jika sebagian besar orang
mengalami hal tersebut. Sebagai contoh, jika anda adalah satu-satunya orang
yang salah membaca suatu kalimat, maka tidak dapat disebut sebagai ilusi.
Namun jika kesalahan baca tersebut terjadi pada sejumlah banyak orang maka
mungkin saja hal tersebut dipertimbangkan sebagai suatu ilusi.

http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 2
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6

Orang-Orang sering mengacaukan istilah ilusi, halusinasi, dan khayalan,


tetapi psikolog menggunakan istilah tersebut dengan makna/arti yang jelas
berbeda. Suatu ilusi terjadi ketika seseorang melakukan salah interprestasi
bentuk fisik dari stimulus. Sedangkan halusinasi, adalah kondisi seseorang
yang mempersepsi adanya stimulus namun secara fisik stimulus tersebut tidak
ada. contoh, mendengar suara namun tak ada seorangpun yang ada di
sekeliling. Sedangkan delusi ( khayalan ) adalah keyakinan yang keliru yang
dipertahankan walaupun fakta-faktanya tidak terbukti atau keliru. Ilusi terjadi
pada orang-orang yang normal kondisi kejiwaannya, sementara halusinasi dan
delusi terjadi pada umumnya terjadi karena efek yang diderita orang akibat
demam, sakit ingatan, atau narkoba.
Suatu ilusi terjadi ketika otak merasakan perbedaaan hakekat kualitas
yang nyata dari suatu obyek atau stimulus. Ilusi bisa terjadi dalam pikiran
sehat manusia yang mencakup visi, tatap muka, sentuhan, bau, dan perasa. Di
dalam kenyataannya ilusi yang paling sering dilakukan manusia adalah ilusi
visual atau ilusi yang berhubungan dengan indera penglihatan. Ilusi visual
tersebut terdiri dari :
Ilusi Panjang (illusions of length)
Adalah kondisi salah persepsi pada diri manusia berkenaan dengan
konteks panjang suatu bidang. Salah satu bentuk ilusi jenis ini yang terkenal
adalah the Müller-Lyer illusion, yang diciptakan oleh Franz Müller-Lyer Dokter
jiwa Jerman pada 1889. Ilusi ini terjadi ketika dua bidang garis mendatar yang
sama panjang tetapi salah satunya nampak lebih panjang,

Pada contoh diatas garis AB nampak lebih panjang daris garis CD, padahal
ke dua garis tersebut panjangnya adalah sama. Bentuk miring dari dua garis
yang membentuk sudut yang berada di ujung garis tadi yang menyebabkan
terjadinya ilusi, Jika garis yang membentuk sudut tadi dipindahkan maka bisa
dengan mudah menilai bahwa dua garis mendatar tersebut adalah sama.
Penjelasan proses terjadinya ilusi Müller-Lyer adalah bahwa manusia
secara tidak tepat menggunakan pengalaman perseptual mereka tentang
objek tiga dimensi pada objek dua dimensi. Garis pembatas yang berbentuk
sudut keluar menyebabkan sistem perseptual menginterpretasikan garis AB
terlihat lebih jauh sementara garis yang membentuk sudut ke dalam
menyebabkan sistem perseptual dalam melihat garis CD lebih dekat. Ini

http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 3
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
terjadi sebab manusia akan mengambil jarak ketika akan menentukan suatu
ukuran,. Prinsip ini bisa menjelaskan mengapa interprestasi pada garis AB
lebih panjang dibanding garis CD.
Bentuk Ilusi yang kedua disebut sebagai ilusi Ponzo, yang mengambil
nama dari psikolog Itali Mario Ponzo. Seperti pada Müller-Lyer illusion, dua
garis mendatar tidak nampak sama panjangnya. Penjelasan untuk ilusi ini juga
melibatkan persepsi kedalaman. Manusia menginterpretasikan garis sudut
menandakan suatu kedalaman, yang menuntun untuk mempersepsi garis
horizontal bagian bagian atas terlihat lebih jauh dibanding garis horizontal di
bawah. Walaupun gambaran yang dibentuk pada retina mata terhadap dua
garis horizontal adalah sama panjang, namun mata manusia merasa garis yang
di atas terlihat lebih panjang karena terlihat lebih jauh.

Ilusi Bentuk (illusions of shape)


Manusia tidak hanya mengalami ilusi panjang, tetapi dapat juga
mengalami ilusi bentuk. Pada ilusi " Zöllner." Terlihat bahwa suatu
bujursangkar nampak seperti bentuk trapezoidal yaitu bagian puncak terlihat
lebih luas dibanding yang di bawah. Mengapa ini terjadi sekali lagi karena
ilusi yang muncul disebakan garis miring pembentuk sudut yang mengarahkan
pada bentuk ke kedalaman.

Ilusi Ukuran (illusions of size)


Ketika manusia didorong ke arah salah persepsi karena jarak, manusia
tidak hanya salah menilai panjang dan bentuknya, tetapi juga salah menilai
ukurannya. Ilusi ukuran ini dapat terlihat pada ilusi yang disebut sebagai
“moon illusion” yaitu peristiwa mata kita melihat bulan nampak seperti lebih
besar ketika ketika berada di garis cakrawala dibandingkan ketika berada di
ats kepala kita. Ilusi ini telah menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan.
Ptolemy seorang ahli falak berteori bahwa yang menyebabkan ilusi tersebut
adalah debu atmosfir dan teori ini kemudian dibantah. Penjelasan yang
modern menyatakan bahwa manusia mempersepsi bulan lebih besar karena
ketika bulan berada di cakrawala kedudukannya dengan manusia jaraknya
lebih jauh daripada ketika berada di titik kuliminasi kepala manusia. Inilah
mengapa yang menyebabkan bulan nampak lebih besar di cakrawala daripada
di titik kulminasi. Penjelasan yang lain memperkirakan bahwa manusia

http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 4
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
membandingkan ukuran bulan di kaki langit dengan objek jauh lainnya,
seperti pohon, bukit, dan bangunan. Ketika dibandingkan ke objek tersebut,
bulan kelihatan besar. Sampai hari ini para psikolog tetap tidak sepakat
terhadap pada penyebab ilusi bulan itu.

Bentuk Khayalan ( illusory contours)


Pada gambar di bawah hampir bisa dipastikan bahwa terlihat suatu segi
tiga putih melapisi pada tiga lingkaran biru dan segi tiga bergaris batas.
Tetapi jika diperhatikan bentuk segitiga tersebut sebenarnya tidak ada.
Dengan cara yang sama gambar di sisi kanan juga terlihat sebuah kurva
sungguhpun tidak ada benar-benar ada. Penjelasan dari fenomena adalah
penafsiran dari Gestalt psikologi yang menyatakan bahwa manusia cenderung
melengkapi/menyempurnakan bentuk yang tidak sempurna dalam satu
kesatuan utuh ingat hukum closure (pengakhiran) pada kuliah ke tiga,

Bentuk Yang Mustahil (impossible figure)


Format lain tentang fenomena ilusi terjadi ketika manusia mempersepsi
suatu obyek sebagai bentuk yang rasional, walaupun sebenarnya mustahil
untuk dibentuk. Jika melihat dengan cermat ilustrasi di bawah maka kedua
figur tidak mungkin ada ada. Mengapa ini bisa terjadi ? penjelasannya adalah
sebagai berikut bahwa manusia tidak melihat suatu obyek dalam konteks
keseluruhan tetapi kadang-kadang hanya melihat satu bagiannya saja.

Gerakan Khayalan (illusory motion)


Ketika menonton film di bioskop bioskop atau televisi seseungguhnya
manusia sedang benar-benar mengalami suatu ilusi, karena sesungguhnya
tidak ada gerakan yang nyata pada layar bioskop atau tv. Suatu gambar

http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 5
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
menjadi hidup karena satu rangkaian gambar “mati” diproyeksikan secara
cepat sebanyak 24 bingkai per detik sehingga terlihat bergerak. Dengan cara
yang sama jika di telivisi terdiri dari 30 rangkaian gambar per detik. Dari
gambar mati ini, otak manusia merasa dan mempersepsi gerakan yang
berubah-ubah yang dikenal sebagai gerakan stroboscopic atau stroboscopic
movement. Fenomena ini menunjukkan bahwa manusia dapat mempersepsi
suatu objek terlihat bergerak meskipun sebenarnya objek yang terlihat tidak
bergerak atau mati

Bentuk Yang Dapat Dibalik ( reversible figures)


Beberapa gambar dan bentuk dapat dipersepsi dalam beberapa
prepektif atau cara. Ini dikenal sebagai bentuk yang dapat dibalik atau
bentuk yang rancu. Bentuk yang dapat dibalik bukanlah ilusi, sebab tidak
menunjukkan kesalahan persepsi yang terjadi. Manusia mempertimbangkan
penafsiran stimulus lebih dari satu makna yang masing-masing bersifat akurat.
Sebagai contoh, pada ilustrasi di bawah dapat diinterpretasikan dalam dua
makna yaitu sebagai jambangan putih atau sebagai dua wajah.

http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 6
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
Mendengarkan (listening)
Hakekat Mendengarkan
Karena kegiatan mendengarkan acapkali hanya dipahami secara samar-samar
dan adakalanya dipahami secara tidak akurat, maka perlu adalah perlu menelaah
hakekat mendengarkan secara lebih menyeluruh. Mendengarkan diartikan sebagai
proses aktif menerima rangsangan (stimulus) telinga (aural). Berlawanan dengan
konsepsi yang populer, mendengarkan merupakan proses yang aktif tidak pasif.
Mendengarkan tidak terjadi begitu saja; manusia harus melakukannya. Mendengarkan
menuntut tenaga dan komitmen. Mendengarkan (listening) menyangkut penerimaan
rangsangan dan karenanya berbeda dengan mendengar (hearing) sebagai suatu proses
fisiologis. Kata menerima menegaskan bahwa seseorang menyerap rangsangan
(stimulus) dan memprosesnya dengan cara tertentu. Setidak-tidaknya selama beberapa
waktu, isyarat yang diterima ditahan. Mendengarkan menyangkut rangsangan aural
yaitu, isyarat (gelombang suara) yang diterima oleh telinga. Mendengarkan, karenanya,
tidak terbatas hanya pada isyarat-isyarat verbal (kata), melainkan juga mencakup semua
isyarat yang dapat didengar: suara bising selain juga kata-kata, musik selain juga prosa.
Mendengarkan adalah keterampilan yang sangat penting dalam segala bentuk
komunikasi antarmanusia.
Jenis-jenis Mendengarkan
Seperti halnya berbicara untuk berbagai tujuan, manusia juga mendengarkan untuk
berbagai tujuan. Ada tiga jenis mendengarkan yaitu :
a. Mendengarkan untuk Kesenangan. Mendengarkan untuk kesenangan menyita
cukup banyak waktu. Mendengarkan musik, siaran olahraga, atau pertunjukan
televisi pada dasarnya untuk kesenangan. Ketika mendengarkan untuk kesenangan,
seorang mahasiswa mungkin melupakan sementara dosen yang cerewet,
menjauhkan diri dari rangsangan yang lain, santai dan menikmati rangsangan ini.
Kegiatan mendengarkan kategori ini relatif pasif.
b. Mendengarkan untuk informasi. Seorang mahasiswa atau pelajar, memiliki
tanggungjawab utama mendengarkan untuk memperoleh informasi. Di kelas
mendengarkan guru atau dosen dan rekan mahasiswa yang lain. Ketika menyetel
radio mobil mendengarkan hasil pentandingan final sepakbola dan sebagainya.
Dalam kelompok kecil atau situasi antarpribadi, banyak dan waktu manusia
digunakan untuk mendengarkan informasi - apa yang terjadi. Sekali waktu, tujuan
manusia sekadar mendapatkan informasi baru, mempelajari data tertentu yang
belum diketahui. Kali lain, manusia mendengarkan untuk mendapatkan informasi
sedemikian hingga bisa memperoleh keterampilan baru atau melakukan sesuatu
secara lebih efektif - mengoperasikan komputer, melemparkan bola, menyajikan
makan malam. Kali lain lagi, mendengarkan untuk informasi tertentu sehingga
kemudian dapat melakukan evaluasi atau kritik.
c. Mendengarkan untuk Membantu. Fungsi membantu pada kegiatan
mendengarkan merupakan hal yang sangat penting yang akan disinggung
berulangkali. Bila manusia mendengarkan seseorang mengeluh, membicarakan
suatu masalah atau akan berusaha mengambil keputusan, mansuia seringkali mende-
ngarkan untuk membantu. Barangkali bantuan ini sekadar berupa menjadi
pendengar yang beperhatian dan mendukung. Kali lain, bantuan yang diberikan

http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 7
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
dapat bersifat lebih langsung, misalnya dalam bentuk pemberian saran dan nasihat.

Hambatan-Hambatan Terhadap Mendengarkan Yang Efektif


Terdapat berbagai penghambat ke efektifan dalam mendengarkan. Menurut Nichols &
Stevens (1957) hambatan dalam mendengarkan terdiri dari :
1. Sibuk dengan Diri Sendiri
Barangkali penghambat paling serius dan paling merusak atas
mendengarkan yang efektif adalah kecenderungan manusia untuk menjadi sibuk
dengan diri sendiri. Sebagai contoh, manusia mungkin memusatkan perhatian
pada tindak-tanduknya sendiri selama berinteraksi. Adakalanya kesibukan
dengan diri sendiri timbul karena manusia memikul peran sebagai pembicara.
Manusia mulai menyiapkan tanggapan dan memikirkan apa yang akan di
katakan untuk menjawab pertanyaan dari lawan bicaranya. Selama saat
pemusatan perhatian pada diri sendiri ini, pasti tidak memperhatikan apa yang
dikatakan pembicara.
2. Sibuk dengan Masalah-masalah Eksternal
Penghambat lain adalah kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada
masalah-masalah yang tidak relevan dengan interaksi. Manusia memikirkan apa yang
dilakukan Sabtu kemarin, membuat rencana untuk malam ini atau memikirkan film
yang akan disaksikan nanti malam. Tentu saja, makin sibuk manusia memikirkan
soal-soal eksternal ini, makin tidak efektif kegiatan mendengarkan.
3. Mempertajam (Sharpening)
Dalam mempertajam, satu atau dua aspek dan pesan disoroti, ditekankan, dan
barangkali dibumbui. Seringkali konsep yang dipertajam adalah hal tertentu yang
kebetulan menonjol dibandingkan dengan aspek yang lain.
4. Asimilasi
Asimilasi adalah kecenderungan untuk merekonstuksi pesan sedemikian
hingga sesuai dengan sikap, prasangka, kebutuhan, dan nilai manusia sendiri.
Misalnya saja, Jika seseorang mempunyai pandangan negatif terhadap manajemen
perusahaan tempatnya bekerja. Ia menerima pesan yang sifatnya netral. Sebagai
contoh, buletin perusahaan mengatakan ”Manajemen akan memberlakukan
perubahan jadwal secara drastis. Para karyawan akan dimintakan tanggapannya.”
Perhatikanlah bahwa pernyataan ini tidak bersifat pro ataupun anti manajemen.
Karena asimilasinya mungkin melihat pesan ini sebagai evaluasi negatif terhadap
manajemen. Dalam menyampaikan pesan ini kepada rekan lain, ia mengisyaratkan
evaluasi negatifnya sendiri dan mengatakan, misalnya, “Mereka akan mengacaukan
jadwal lagi.” Orang yang menerima pesan ini tidak tahu menahu akan pesan
pertama yang netral, mereka hanya mendengar evaluasi yang negatif: bahwa
manajemen akan memberlakukan jadwal yang akan menyulitkan karyawan.
5. Faktor Kawan-atau-Lawan
Faktor kawan-atau-lawan seringkali membuat manusia mendistorsi pesan
karena sikapnya terhadap orang lain. Sebagai contoh, jika anda menganggap Freddy
adalah teman maka anda akan bersusah payah mencoba mendengarkan Freddy
secara obyektif. Anda harus berusaha keras untuk mendengar dan mengevaluasi apa
yang dikatakannya secara adil dan tanpa prasangka tapi akan berbeda jika Freddy
tadi adalah musuh anda
6. Mendengar yang Diharapkan

http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 8
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
Bila mendengarkan, seringkali manusia terhanyut dalam pesan pembicara.
Tetapi, acapkali tidak mendengar apa yang sebenarnya dikatakan dan sebaliknya
mendengar apa yang diharapkan. Anda tahu bahwa Lin seringkali memprotes dosen
tentang nilai yang didapatnya, karenanya, ketika Lin menceritakan kepada anda
tentang masalahnya dengan seorang dosen, hampir otomatis anda “mendengar”
bahwa Lin sedang mengeluh (lagi-lagi!) tentang nilainya.

Kesadaran dan Pengungkapan diri


Kesadaran-Diri
Jika manusia harus mendaftarkan berbagai kualitas yang ingin dimiliki, kesadaran-
diri pasti menempati prioritas tinggi. Semua manusia ingin mengenal diri sendiri secara
lebih baik dengan cara mengendalikan pikiran dan perilakunya. Sebagian besar manusia
hanya sampai batas pada memahami diri sendiri atau sebatas menyadari siapa dirinya.
Kesadaran-diri merupakan landasan bagi semua bentuk dan fungsi komunikasi
(Kleinke, 1978). Ini dapat dijelaskan dengan baik melalui Jendela Johari (Johari Window),
(Luft, 1969, 1970). Jendela ini dibagi menjadi empat daerah atau kuadran pokok, yang
masing-masing berisi diri (self) yang berbeda.

Daerah Terbuka (Open Self)


Daerah terbuka (open self) berisikan semua informasi, perilaku, sikap, perasaan,
keinginan, motivasi, gagasan dan sebagainya yang diketahui oleh diri sendiri dan oleh orang
lain. Macam informasi yang termasuk disini dapat beragam mulai dari nama, warna kulit,
dan jenis kelamin seseorang sampai pada usia, keyakinan politik dan agama. Daerah terbuka
masing-masing orang akan berbeda-beda besarnya bergantung pada dengan siapa orang ini
berkomunikasi. Ada orang yang membuat kita merasa nyaman dan mendukung kita;
terhadap mereka, kita membuka diri kita lebar-lebar. Terhadap orang yang lain kita lebih
suka menutup sebagian besar diri kita.
Besarnya daerah terbuka juga berbeda-beda dari satu orang ke orang lain. Sebagian
orang cenderung mengungkapkan keinginan dan perasaan mereka yang paling dalam.
Lainnya lebih suka berdiam diri baik dalam hal yang penting maupun tak penting. Tetapi,
kebanyakan diantara kita, membuka diri kepada orang-orang tertentu tentang hal-hal
tertentu pada waktu-waktu tertentu. Makin kecil kuadran pertama “kata Luft” (1970)
“makin buruk komunikasi”. Komunikasi bergantung pada sejauh mana kita membuka diri
kepada kita sendiri. Jika kita tidak membiarkan orang lain mengenal kita, komunikasi
menjadi sangat sukar, jika malah tidak mungkin. Kita dapat berkomunikasi secara bermakna
hanya bila kita saling mengenal dan juga mengenal diri sendiri. Untuk meningkatkan
komunikasi, kita terlebih dulu harus berusaha memperbesar daerah terbuka ini.
Perubahan pada daerah terbuka atau pada sebarang daerah atau kuadran akan
mengakibatkan perubahan pada kuadran yang lain. Bayangkanlah sebuah jendela yang
besarnya tetap, dengan besar setiap kotak dapat berubah-ubah adakalanya kecil, adakalanya
besar. Jika salah satu kotak menjadi lebih kecil, kotak lain akan menjadi lebih besar. Begitu
juga, jika salah satu kotak menjadi lebih besar, kotak lain pasti menjadi lebih kecil. Daerah-
daerah diri ini, dengan demikian, tidaklah saling terpisah dan berdiri sendiri. Mereka
masing-masing bergantung kepada orang lain.
Open Blind
Area Area

http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Hidden Unknown
Area Area
Psikologi Komunikasi 9
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6

Daerah Buta (Blind Self)


Darah buta (blind self) berisikan informasi tentang diri kita yang diketahui orang lain
tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Ini dapat berupa kebiasaan-kebiasaan kecil
mengatakan “tahu kan” atau memegang-megang hidung bila anda marah atau hal-hal lain
yang lebih berarti seperti sikap defensif, atau pengalaman terpendam.
Sebagian orang mempunyai daerah buta yang luas dan tampaknya tidak menyadari
berbagai kekeliruan yang dibuatnya. Orang lain kelihatannya sangat cemas jika memiliki
sedikit saja daerah buta. Mereka berusaha melakukan terapi dan mengikuti semua kegiatan
kelompok penyadaran-diri. Sementara orang yang lain mengira mereka tahu segalanya
tentang diri mereka sendiri, percaya bahwa mereka telah menghilangkan daerah buta ini
sampai nol. Masih ada lagi orang yang hanya berpura-pura ingin mengurangi daerah buta
mereka. Mereka menunjukkan kesediaan untuk mendengar tentang diri mereka, tetapi baru
saja komentar bernada negatif muncul, mereka bersikap defensif dan membela diri.
Kebanyakan dari kita terletak di antara ekstrim-ekstrim ini.
Komunikasi menuntut keterbukaan pihak-pihak yang terlibat. Bila ada daerah buta,
komunikasi menjadi sulit. Tetapi, daerah seperti ini akan selalu ada pada diri kita masing-
masing. Walaupun kita mungkin dapat menciutkan daerah ini, menghilangkannya
samasekali tidaklah mungkin.
Open Blind
Area Area

Hidden Unknown
Area Area

Daerah Gelap (Unknown Self)


Daerah gelap (unknown self) adalah bagian dari diri manusia yang tidak diketahui baik
oleh dirinya maupun oleh orang lain. Ini adalah informasi yang tenggelam di alam bawah
sadar atau sesuatu yang lupa dari perhatian. Manusia memperoleh gambaran mengenai
daerah gelap ini dari sejumlah sumber. Adakalanya daerah ini terungkap melalui perubahan
temporer akibat minum obat, melalui kondisi eksperimen khusus seperti hipnotis atau
deprivasi sensori, atau melalui berbagai tes proyektif atau mimpi. Eksplorasi daerah ini
melalui interaksi yang terbuka, jujur dan empatik dengan rasa percaya dengan orang lain,
orangtua, sahabat, konselor, anak-anak, kekasih merupakan cara efektif untuk mendapatkan
gambaran.
Blind
Open Area
Area

Unknown
Area
Hidden
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id Area edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 10
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6

Daerah Tertutup (Hidden Self)


Daerah tertutup (hidden self) mengandung semua hal yang manusia ketahui tentang
diri sendiri atau tentang orang lain tetapi ia simpan hanya untuk dirinya sendiri. Ini adalah
daerah tempat manusia menghasilkan segala sesuati tentang dirinya sendiri dan tentang
orang lain. Pada ujung-ujung ekstrim, terdapat mereka yang terlalu terbuka (overdiscosers) dan
mereka yang terlalu tertutup (underdisclosers). Mereka yang terlalu terbuka menceritakan
segalanya. Mereka tidak menyimpan rahasia tentang diri sendiri dan tentang orang lain.
Mereka akan menceritakan kepada anda kisah keluarga, masalah seksual, masalah
perkawinan, keadaan keuangan, tujuan, kesuksesan dan kegagalan, pokoknya segala macam.
Masalah dengan mereka yang terlalu terbuka ini adalah bahwa mereka tidak membedakan
antara orang-orang yang boleh dan seharusnya tidak boleh mendengar pengungkapan ini.
Selanjutnya mereka juga tidak membedakan berbagai informasi yang boleh mereka
ungkapkan dan informasi yang seharusnya mereka rahasiakan.
Mereka yang terlalu tertutup tidak mau mengatakan apa-apa. Selanjutnya mereka
akan berbicara tetang orang lain tetapi tidak tentang mereka sendiri. Mereka mungkin
merasa bahwa mereka takut ditolak; atau mungkin merasa ditolak karena tidak mau
mempercayai orang lain. Kebanyakan diri kita berbada di antara kedua ekstrim ini. Kita
merahasiakan hal-hal tertentu dan kita membuka hal-hal yang lain; kita terbuka kepada
orang-orang tertentu dan kita tidak terbuka kepada orang yang lain. Pada dasarnya, kita
adalah orang-orang terbuka yang selektif.

Open Blind
Area Area

Hidden
Area Unknown
Area

PENGUNGKAPAN-DIRI
Bila manusia mengungkapkan informasi dari daerah tertutup (hidden self), manusia
melakukan pengungkapan-diri (Jourard, 1968, 1971a, 1971b). Dalam bagian ini, manusia
mengamati sejumlah aspek pengungkapan-diri (self-discloure): hakikatnya, faktor-faktor yang
mempengaruhinya, penghindarannya, manfaat atau kegunaannya, dan kemungkinan
bahayanya.

Hakikat Pengungkapan-Diri
Pengungkapan-diri adalah jenis komunikasi dimana manusia mengungkapkan
informasi tentang dirinya sendiri yang biasanya disembunyikan. Catatan khusus perlu
diberikan mengenai beberapa aspek dari definisi elementer ini.

http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 11
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
Pengungkapan-diri adalah jenis komunikasi. Jadi, pernyataan-pernyataan tak disengaja
yang menyangkut diri manusia seperti selip-lidah, gerakan nonverbal yang tidak disadari,
serta pengakuan terbuka umumnya dapat digolongkan ke dalam komunikasi
pengungkapan-diri. Tetapi, biasanya, istilah pengungkapan-diri digunakan untuk mengacu
pada pengungkapan informasi secara sadar, seperti pernyataan “saya takut terbang” atau
“saya menghabiskan waktu dalam penjara selama dua tahun sebelum saya berjumpa
denganmu.”
Pengungkapan diri adalah “informasi”. Sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui oleh
penerima. Informasi adalah pengetahuan baru. Agar pengungkapan-diri terjadi, suatu
pengetahuan baru harus dikomunikasikan.
Pengungkapan-diri adalah informasi tentang diri sendiri; tentang pikiran, perasaan, dan
perilaku seseorang; atau tentang orang lain yang sangat dekat yang sangat dipikirkannya.
Jadi, pengungkapan-diri dapat diartikan sebagai tindakan diri sendiri.
Pengungkapan-diri menyangkut informasi yang biasanya dan secara aktif disembunyikan.
Sementara beberapa periset (misalnya, Derlega dkk., 1987) memandang pengungkapan-diri
sebagai setiap informasi tentang diri sendiri. Pengungkapan-diri adalah informasi yang
biasanya tidak diungkapkan dan manusia secara aktif berusaha tetap menjaga
kerahasiaannya.
Pengungkapan-diri melibatkan sedikitnya satu orang lain. Agar pengungkapan-diri terjadi,
tindak komunikasi harus melibatkan sedikitnya dua orang. Pengungkapan-diri tidak bisa
merupakan tindak intrapribadi. Untuk menjadi pengungkapan-diri, informasi harus diterima
dan dimengerti oleh orang lain.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan-Diri


Pengungkapan-diri terjadi lebih lancar dalam situasi-situasi tertentu ketimbang
situasi yang lain. Di sini, kita mengidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi
pengungkapan-diri.
1. Besar Kelompok. Pengungkapan-diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil
ketimbang dalam kelompok besar. Diad (kelompok terdiri atas dua orang)
merupakan lingkungan yang paling cocok untuk pengungkapan-diri. Dengan satu
pendengar, pihak yang melakukan pengungkapan-diri dapat meresapi tanggapan
dengan cermat. Dengan dukungan atau ketiadaan dukungan ini, orang dapat
memantau pengungkapan-diri ini, meneruskannya jika situasinya mendukung dan
menghentikannya jika situasi tidak mendukung. Bila ada lebih dari satu orang
pendengar, pemantauan seperti ini menjadi sulit, karena tanggapan yang muncul
pasti berbeda dari pendengar yang berbeda.
2. Perasaan menyukai. Kita membuka diri kita kepada orang-orang yang kita sukai
atau cintai dan tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak kita sukai (Derlega
dkk., 1987). Ini tidak mengherankan karena orang yang kita sukai (dan barangkali
menyukai kita) akan bersikap mendukung dan positif. Pengungkapan-diri John Berg
dan Richard Archer (1983) melaporkan bahwa tidak saja kita membutukan diri
kepada mereka yang kita sukai, kita tampaknya menjadi suka kepada mereka
terhadap siapa dan membuka diri. Kita juga membuka diri lebih banyak kepada
orang yang kita percayai (Wheeles dan Gross., 1977). Sewaktu-waktu,
pengungkapan-diri lebih mungkin terjadi dalam hubungan yang bersifat sementara
ketimbang dalam hubungan yang bersifat permanen misalnya, antara pelacur dan
pelanggannya, dan bahkan diantara sesama penumpang kereta api atau pesawat

http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 12
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
terbang. Michael McGill (1985), dalam McGill Report on Male Intimacy, menamai
hubungan macam ini “keakraban perjalanan” (“in-intimacy”). Dalam situasi ini, dua
orang membina hubungang pengungkapan-diri yang intim selama perjalanan yang
singkat, tetapi tidak melanjutkan setelah itu.
3. Efek Diadik. Kita melakukan pengungkapan-diri bila orang yang bersama kita
juga melakukan perngungkapan-diri. Efek diadik ini barangkali membuat kita
merasa lebih aman dan, nyatanya, memperkuat perilaku pengungkapan-diri kita
sendiri. Berg dan Archer (1993) melaporkan bahwa pengungkapan-diri menjadi
lebih akrab bila itu dilakukan tanggapan atas pengungkapan-diri orang lain.
4. Kompetensi. Orang yang kompeten lebih banyak melakukan dalam
pengungkapan-diri ketimbang orang yang kurang kompeten. “Sangat mungkin”,
kata James McCroskey dan Lawrence Wheeless (1976), mempunyai rasa percaya diri
yang diperlukan untuk lebih memanfaatkan pengungkapan-diri. Atau, lebih
mungkin lagi, orang yang kompeten barangkali memiliki banyak hal positif tentang
diri mereka sendiri untuk diungkapkan ketimbang orang-orang yang tidak
kompeten.”
5. Kepribadian. Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrovert melakukan
pengungkapan-diri lebih banyak ketimbang mereka yang kurang pandai bergaul dan
lebih introvert. Perasaan gelisah juga mempengaruhi derajat pengungkapan-diri.
Rasa gelisah ada kalanya meningkatkan pengungkapan-diri dan kali lain
menguranginya sampai batas minimum. Orang yang kurang berani bicara pada
umumnya juga kurang mengungkapkan diri ketimbang mereka yang merasa lebih
nyaman dalam berkomunikasi.
6. Topik. Kita lebih cenderung membuka diri tentang topik yang lain. Sebagai contoh,
kita lebih mungkin mengungkapkan informasi diri tentang pekerjaan atau hobi kita
ketimbang tentang kehidupan seks atau situasi keuangan kita (Jourard, 1968, 1971a).
Kita juga mengungkapkan informasi yang lebih bagus cepat ketimbang informasi
yang kurang baik. Umumnya, makin pribadi dan makin negatif suatu topik, makin
kecil kemungkinan kita mengungkapkannya.
7. Jenis Kelamin. Faktor terpenting yang mempengaruhi pengungkapan-diri adalah
jenis kelamin. Umumnya, pria kurang lebih terbuka ketimbang wanita. Judy Pearson
(1980) berpendapat bahwa peran seks-lah (sex role) dan membuka jenis kelamin
dalam arti biologis yang menyebabkan perbedaan dalam hal pengungkapan-diri ini.
“Wanita yang maskulin,” misalnya, kurang membuka diri ketimbang wanita yang
nilai dalam skala maskulintasnya lebih rendah. Selanjutnya, “pria feminin”
membuka diri lebih besar ketimbang pria yang nilai dalam skala feminitasnya lebih
rendah. Pria dan wanita jug amengemukakan alasan yang berbeda untuk
penghindaran mereka terhadap pengungkapan-diri, seperti diilustrasikan pada Tabel
3.1. (Rosenfeld, 1979).

Imbalan Pengungkapan Diri


Mengapa seseorang harus mengungkapkan diri kepada orang lain? Apa jenis
komunikasi ini yang memberi banyak perhatian, mari kita menjawab pertanyaan ini dengan
melihat manfaat dari pengungkapan diri.
1. Pengetahuan-diri. Salah satu manfaat pengungkapan-diri adalah kita mendapatkan
perspektif baru tentang diri sendiri dan pemahaman yang lebih mendalam
mengenai perilaku kita sendiri. Dalam terapi, misalnya, pandangan ke dalam

http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 13
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
seringkali muncul ketika klien sedang melakukan pengungkapan-diri. Klien
mungkin saja menyadari adanya aspek perilaku atau hubungan yang selama ini tidak
mengetahuinya. Karenya, melalui pengungkapan-diri, kita dapat memahami diri
sendiri secara mendalam.
2. Kemampuan Mengatasi Kesulitan. Argumen lain yang berkaitan erat adalah kita
akan lebih mampu menanggulangi masalah atau kesulitan kita, khususnya perasaan
bersalah, melalui pengungkapan-diri. Salah satu perasaan takut yang besar yang ada
pada diri banyak orang adalah bahwa mereka tidak diterima lingkungan karena
suatu rahasia tertentu, karena sesuatu yang pernah mereka lakukan, atau karena
perasaan atau sikap tertentu yang mereka miliki. Karena kita percaya bahwa hal-hal
ini merupakan dasar penolakan (rejection), kita membangun rasa bersalah. Dengan
mengungkapkan perasaan seperti itu dan menerima dukungan, bukan penolakan,
kita menjadi lebih siap untuk mengatasi perasaan bersalah dan barangkali
mengurangi atau malah menghilangkannya sama sekali.
3. Bahkan penerimaan-diri (self-acceptance) menjadi sulit tanpa pengungkapan-diri. Kita
menerima diri kita sebagian besar melalui kacamata orang lain. Jika kita merasa
orang lain menolak kita, kita cenderung menolak diri sendiri juga. Melalui
pengungkapan-diri dan dukungan-dukungan yang datang, kita menempatkan diri
sendiri dalam posisi yang lebih baik untuk menangkap tanggapan positif kepada
kita, dan kita akan lebih mungkin memberikan reaksi dengan mengembangkan
konsep-diri yang positif.
4. Efisiensi Komunikasi. Pengungkapan-diri memperbaiki komunikasi. Kita
memahami pesan-pesan dari orang lain sebagian besar sejauh kita memahami orang
lain secara individual. Kita dapat lebih memahami apa yang dikatakan seseorang jika
kita mengenal baik orang tersebut. Kita dapat mengenal apa makna nuansa-nuansa
tertentu, bila orang itu sedang bersikap serius dan bila ia sedang bercanda, dan bila
ia menjadi sarkastis atau bila sedang marah. Pengungkapan-diri adalah kondisi yang
penting untuk mengenal orang lain. Anda dapat saja meneliti perilaku seseorang
atau bahkan hidup bersamanya selama bertahun-tahun, tetapi jika orang itu tidak
pernah mengungkapkan dirinya, anda tidak memahami orang itu sebagai pribadi
yang utuh.
5. Kedalaman Komunikasi. Barangkali alasan utama pentingnya pengungkapan-diri
adalah bahwa ini perlu untuk membina hubungan yang bermakna di antara dua
orang. Tanpa pengungkapan-diri, hubungan yang bermakna dan mendalam tidak
mungkin terjadi. Melalui pengungkapan-diri, kita memberitahu orang lain bahwa
kita mempercayai mereka, menghargai mereka, dan cukup peduli akan mereka dan
akan hubungan kita untuk mengungkapkan diri kita kepada mereka. Ini kemudian
akan membuat orang lain mau membuka diri dan membentuk setidak-tidaknya aal
dari suatu hubungan yang bermakna, hubungan yang jujur dan terbuka dan sekedar
hubungan yang seadanya.

Bahaya Pengungkapan-Diri
Banyaknya manfaat pengungkapan-diri jangan sampai membuat kita buta terhadap
risiko-risikonya (Bochmer, 1984). Berikut ini kita bahas beberapa bahaya utamanya.
Penolakan Pribadi dan Sosial. Bila kita melakukan pengungkapan-diri biasanya
kita melakukannya kepada orang yang kita percaya. Kita melakukan pengungkapan-diri
kepada seseorang yang kita anggap akan bersikap mendukung pengungkapan-diri kita.

http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 14
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
Tentu saja, orang ini mungkin ternyata menolak kita. Orang tua, yang biasanya paling
mendukung kita, seringkali menolak anak yang mengungkapkan sifat homoseksnya, yang
berminat menikah dengan orang yang berbeda agama, yang bermaksud pindah keyakinan.
Sahabat paling akrab mungkin juga akan menolak kita bila kita lakukan pengungkapan-diri
serupa.
Kerugian Material. Adakalanya, pengungkapan-diri mengakibatkan kerugian
material. Politisi yang mengungkapkan bahwa ia pernah dirawat psikiater mungkin akan
kehilangan dukungan partai politiknya sendiri dan rakyat akan enggan memberikan suara
baginya. Guru yang mengungkapkan bahwa ia pernah kecanduan minuman keras atau
bertindak tidak senonoh atas muridnya di masa yang lalu mungkin akan dijatuhi oleh rekan-
rekannya, mendapatkan penugasan mengajar yang “tidak menyenangkan”, atau
diberhentikan dengan alasan penghematan biaya. Dalam dunia bisnis, pengungkapan-diri
dalam kecanduan alkohol atau obat bius seringkali diikuti dengan pemecatan, demosi, atau
mutasi.
Kesulitan Intrapribadi. Bila reaksi orang lain tidak seperti yang diduga, kesulitan
intrapribadi dapat terjadi. Bila anda ditolak dan bukan didukung, bila orangtua anda malah
mencemooh dan bukan membelai anda, dan bila kawan-kaan anda menghindar dari anda
dan bukan mendekati anda seperti sebelumnya, anda berada dalam jalur menuju kesulitan
intrapribadi. Tak seorangpun senang ditolak, dan mereka yang egonya rapuh perlu
memikirkan kerusakan yang dapat disebabkan oleh penolakan seperti ini.
Ingatlah bahwa pengungkapan-diri, seperti bentuk komunikasi yang lain, bersifat
tak reversibel (lihat unit 2). Kita tidak dapat mengungkapkan-diri kepda seseorang dan
kemudian menariknya kembali. Betepapun kerasnya usaha kita untuk menarik
pengungkapan-diri kita, sekali sesuatu itu sudah dikatakan, ia tidak dapat ditarik kembali.
Juga, kita tidak dapat menghapus kesimpulan yang ditarik oleh pendengar berdasarkan
pengungkapan-diri kita.

http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai