Psikom 6
Psikom 6
Ilusi
Yaitu salah menafsirkan rangsang, Jadi persepsi tidak sesuai kenyataan
atau dengan kata lain ilusi adalah kesalahan dalam memaknai stimulus yang
datang. Perbedaannya dengan hakusinasi adalah bila halusinasi tidak terdapat
stimulus sedangkan ilusi stimulusnya ada hanya disalah persepsikan.
Ilusi terjadi karena otak merasakan berbagai perbedaan pendapat pokok
dari kualitas yang sebenarnya yang terdapat pada stimulus atau objek yang
diamati. Ilusi bisa terjadi pada indera penglihatan, pendengaran, perasa dan
penciuman. Ilusi bukanlah kelainan dalam jiwa seseorang.
Ilusi adalah umum terjadi dalam persepsi yang normal dan itu merupakan
konsekwensi alami dari sistem kerja yang berhubungan dengan perasaan
manusia. Psikologi mempelajari ilusi karena dalam ilusi terdapat petunjuk
penting tentang fungsi sistem perceptual. Tukang sulap bersandar pada
muslihat ilusi penonton yang mereka hibur. Bagaimanapun ukuran kesalahan
dalam persepsi dapat dikatakan sebagai ilusi jika sebagian besar orang
mengalami hal tersebut. Sebagai contoh, jika anda adalah satu-satunya orang
yang salah membaca suatu kalimat, maka tidak dapat disebut sebagai ilusi.
Namun jika kesalahan baca tersebut terjadi pada sejumlah banyak orang maka
mungkin saja hal tersebut dipertimbangkan sebagai suatu ilusi.
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 2
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
Pada contoh diatas garis AB nampak lebih panjang daris garis CD, padahal
ke dua garis tersebut panjangnya adalah sama. Bentuk miring dari dua garis
yang membentuk sudut yang berada di ujung garis tadi yang menyebabkan
terjadinya ilusi, Jika garis yang membentuk sudut tadi dipindahkan maka bisa
dengan mudah menilai bahwa dua garis mendatar tersebut adalah sama.
Penjelasan proses terjadinya ilusi Müller-Lyer adalah bahwa manusia
secara tidak tepat menggunakan pengalaman perseptual mereka tentang
objek tiga dimensi pada objek dua dimensi. Garis pembatas yang berbentuk
sudut keluar menyebabkan sistem perseptual menginterpretasikan garis AB
terlihat lebih jauh sementara garis yang membentuk sudut ke dalam
menyebabkan sistem perseptual dalam melihat garis CD lebih dekat. Ini
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 3
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
terjadi sebab manusia akan mengambil jarak ketika akan menentukan suatu
ukuran,. Prinsip ini bisa menjelaskan mengapa interprestasi pada garis AB
lebih panjang dibanding garis CD.
Bentuk Ilusi yang kedua disebut sebagai ilusi Ponzo, yang mengambil
nama dari psikolog Itali Mario Ponzo. Seperti pada Müller-Lyer illusion, dua
garis mendatar tidak nampak sama panjangnya. Penjelasan untuk ilusi ini juga
melibatkan persepsi kedalaman. Manusia menginterpretasikan garis sudut
menandakan suatu kedalaman, yang menuntun untuk mempersepsi garis
horizontal bagian bagian atas terlihat lebih jauh dibanding garis horizontal di
bawah. Walaupun gambaran yang dibentuk pada retina mata terhadap dua
garis horizontal adalah sama panjang, namun mata manusia merasa garis yang
di atas terlihat lebih panjang karena terlihat lebih jauh.
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 4
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
membandingkan ukuran bulan di kaki langit dengan objek jauh lainnya,
seperti pohon, bukit, dan bangunan. Ketika dibandingkan ke objek tersebut,
bulan kelihatan besar. Sampai hari ini para psikolog tetap tidak sepakat
terhadap pada penyebab ilusi bulan itu.
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 5
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
menjadi hidup karena satu rangkaian gambar “mati” diproyeksikan secara
cepat sebanyak 24 bingkai per detik sehingga terlihat bergerak. Dengan cara
yang sama jika di telivisi terdiri dari 30 rangkaian gambar per detik. Dari
gambar mati ini, otak manusia merasa dan mempersepsi gerakan yang
berubah-ubah yang dikenal sebagai gerakan stroboscopic atau stroboscopic
movement. Fenomena ini menunjukkan bahwa manusia dapat mempersepsi
suatu objek terlihat bergerak meskipun sebenarnya objek yang terlihat tidak
bergerak atau mati
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 6
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
Mendengarkan (listening)
Hakekat Mendengarkan
Karena kegiatan mendengarkan acapkali hanya dipahami secara samar-samar
dan adakalanya dipahami secara tidak akurat, maka perlu adalah perlu menelaah
hakekat mendengarkan secara lebih menyeluruh. Mendengarkan diartikan sebagai
proses aktif menerima rangsangan (stimulus) telinga (aural). Berlawanan dengan
konsepsi yang populer, mendengarkan merupakan proses yang aktif tidak pasif.
Mendengarkan tidak terjadi begitu saja; manusia harus melakukannya. Mendengarkan
menuntut tenaga dan komitmen. Mendengarkan (listening) menyangkut penerimaan
rangsangan dan karenanya berbeda dengan mendengar (hearing) sebagai suatu proses
fisiologis. Kata menerima menegaskan bahwa seseorang menyerap rangsangan
(stimulus) dan memprosesnya dengan cara tertentu. Setidak-tidaknya selama beberapa
waktu, isyarat yang diterima ditahan. Mendengarkan menyangkut rangsangan aural
yaitu, isyarat (gelombang suara) yang diterima oleh telinga. Mendengarkan, karenanya,
tidak terbatas hanya pada isyarat-isyarat verbal (kata), melainkan juga mencakup semua
isyarat yang dapat didengar: suara bising selain juga kata-kata, musik selain juga prosa.
Mendengarkan adalah keterampilan yang sangat penting dalam segala bentuk
komunikasi antarmanusia.
Jenis-jenis Mendengarkan
Seperti halnya berbicara untuk berbagai tujuan, manusia juga mendengarkan untuk
berbagai tujuan. Ada tiga jenis mendengarkan yaitu :
a. Mendengarkan untuk Kesenangan. Mendengarkan untuk kesenangan menyita
cukup banyak waktu. Mendengarkan musik, siaran olahraga, atau pertunjukan
televisi pada dasarnya untuk kesenangan. Ketika mendengarkan untuk kesenangan,
seorang mahasiswa mungkin melupakan sementara dosen yang cerewet,
menjauhkan diri dari rangsangan yang lain, santai dan menikmati rangsangan ini.
Kegiatan mendengarkan kategori ini relatif pasif.
b. Mendengarkan untuk informasi. Seorang mahasiswa atau pelajar, memiliki
tanggungjawab utama mendengarkan untuk memperoleh informasi. Di kelas
mendengarkan guru atau dosen dan rekan mahasiswa yang lain. Ketika menyetel
radio mobil mendengarkan hasil pentandingan final sepakbola dan sebagainya.
Dalam kelompok kecil atau situasi antarpribadi, banyak dan waktu manusia
digunakan untuk mendengarkan informasi - apa yang terjadi. Sekali waktu, tujuan
manusia sekadar mendapatkan informasi baru, mempelajari data tertentu yang
belum diketahui. Kali lain, manusia mendengarkan untuk mendapatkan informasi
sedemikian hingga bisa memperoleh keterampilan baru atau melakukan sesuatu
secara lebih efektif - mengoperasikan komputer, melemparkan bola, menyajikan
makan malam. Kali lain lagi, mendengarkan untuk informasi tertentu sehingga
kemudian dapat melakukan evaluasi atau kritik.
c. Mendengarkan untuk Membantu. Fungsi membantu pada kegiatan
mendengarkan merupakan hal yang sangat penting yang akan disinggung
berulangkali. Bila manusia mendengarkan seseorang mengeluh, membicarakan
suatu masalah atau akan berusaha mengambil keputusan, mansuia seringkali mende-
ngarkan untuk membantu. Barangkali bantuan ini sekadar berupa menjadi
pendengar yang beperhatian dan mendukung. Kali lain, bantuan yang diberikan
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 7
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
dapat bersifat lebih langsung, misalnya dalam bentuk pemberian saran dan nasihat.
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 8
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
Bila mendengarkan, seringkali manusia terhanyut dalam pesan pembicara.
Tetapi, acapkali tidak mendengar apa yang sebenarnya dikatakan dan sebaliknya
mendengar apa yang diharapkan. Anda tahu bahwa Lin seringkali memprotes dosen
tentang nilai yang didapatnya, karenanya, ketika Lin menceritakan kepada anda
tentang masalahnya dengan seorang dosen, hampir otomatis anda “mendengar”
bahwa Lin sedang mengeluh (lagi-lagi!) tentang nilainya.
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Hidden Unknown
Area Area
Psikologi Komunikasi 9
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
Hidden Unknown
Area Area
Unknown
Area
Hidden
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id Area edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 10
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
Open Blind
Area Area
Hidden
Area Unknown
Area
PENGUNGKAPAN-DIRI
Bila manusia mengungkapkan informasi dari daerah tertutup (hidden self), manusia
melakukan pengungkapan-diri (Jourard, 1968, 1971a, 1971b). Dalam bagian ini, manusia
mengamati sejumlah aspek pengungkapan-diri (self-discloure): hakikatnya, faktor-faktor yang
mempengaruhinya, penghindarannya, manfaat atau kegunaannya, dan kemungkinan
bahayanya.
Hakikat Pengungkapan-Diri
Pengungkapan-diri adalah jenis komunikasi dimana manusia mengungkapkan
informasi tentang dirinya sendiri yang biasanya disembunyikan. Catatan khusus perlu
diberikan mengenai beberapa aspek dari definisi elementer ini.
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 11
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
Pengungkapan-diri adalah jenis komunikasi. Jadi, pernyataan-pernyataan tak disengaja
yang menyangkut diri manusia seperti selip-lidah, gerakan nonverbal yang tidak disadari,
serta pengakuan terbuka umumnya dapat digolongkan ke dalam komunikasi
pengungkapan-diri. Tetapi, biasanya, istilah pengungkapan-diri digunakan untuk mengacu
pada pengungkapan informasi secara sadar, seperti pernyataan “saya takut terbang” atau
“saya menghabiskan waktu dalam penjara selama dua tahun sebelum saya berjumpa
denganmu.”
Pengungkapan diri adalah “informasi”. Sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui oleh
penerima. Informasi adalah pengetahuan baru. Agar pengungkapan-diri terjadi, suatu
pengetahuan baru harus dikomunikasikan.
Pengungkapan-diri adalah informasi tentang diri sendiri; tentang pikiran, perasaan, dan
perilaku seseorang; atau tentang orang lain yang sangat dekat yang sangat dipikirkannya.
Jadi, pengungkapan-diri dapat diartikan sebagai tindakan diri sendiri.
Pengungkapan-diri menyangkut informasi yang biasanya dan secara aktif disembunyikan.
Sementara beberapa periset (misalnya, Derlega dkk., 1987) memandang pengungkapan-diri
sebagai setiap informasi tentang diri sendiri. Pengungkapan-diri adalah informasi yang
biasanya tidak diungkapkan dan manusia secara aktif berusaha tetap menjaga
kerahasiaannya.
Pengungkapan-diri melibatkan sedikitnya satu orang lain. Agar pengungkapan-diri terjadi,
tindak komunikasi harus melibatkan sedikitnya dua orang. Pengungkapan-diri tidak bisa
merupakan tindak intrapribadi. Untuk menjadi pengungkapan-diri, informasi harus diterima
dan dimengerti oleh orang lain.
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 12
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
terbang. Michael McGill (1985), dalam McGill Report on Male Intimacy, menamai
hubungan macam ini “keakraban perjalanan” (“in-intimacy”). Dalam situasi ini, dua
orang membina hubungang pengungkapan-diri yang intim selama perjalanan yang
singkat, tetapi tidak melanjutkan setelah itu.
3. Efek Diadik. Kita melakukan pengungkapan-diri bila orang yang bersama kita
juga melakukan perngungkapan-diri. Efek diadik ini barangkali membuat kita
merasa lebih aman dan, nyatanya, memperkuat perilaku pengungkapan-diri kita
sendiri. Berg dan Archer (1993) melaporkan bahwa pengungkapan-diri menjadi
lebih akrab bila itu dilakukan tanggapan atas pengungkapan-diri orang lain.
4. Kompetensi. Orang yang kompeten lebih banyak melakukan dalam
pengungkapan-diri ketimbang orang yang kurang kompeten. “Sangat mungkin”,
kata James McCroskey dan Lawrence Wheeless (1976), mempunyai rasa percaya diri
yang diperlukan untuk lebih memanfaatkan pengungkapan-diri. Atau, lebih
mungkin lagi, orang yang kompeten barangkali memiliki banyak hal positif tentang
diri mereka sendiri untuk diungkapkan ketimbang orang-orang yang tidak
kompeten.”
5. Kepribadian. Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrovert melakukan
pengungkapan-diri lebih banyak ketimbang mereka yang kurang pandai bergaul dan
lebih introvert. Perasaan gelisah juga mempengaruhi derajat pengungkapan-diri.
Rasa gelisah ada kalanya meningkatkan pengungkapan-diri dan kali lain
menguranginya sampai batas minimum. Orang yang kurang berani bicara pada
umumnya juga kurang mengungkapkan diri ketimbang mereka yang merasa lebih
nyaman dalam berkomunikasi.
6. Topik. Kita lebih cenderung membuka diri tentang topik yang lain. Sebagai contoh,
kita lebih mungkin mengungkapkan informasi diri tentang pekerjaan atau hobi kita
ketimbang tentang kehidupan seks atau situasi keuangan kita (Jourard, 1968, 1971a).
Kita juga mengungkapkan informasi yang lebih bagus cepat ketimbang informasi
yang kurang baik. Umumnya, makin pribadi dan makin negatif suatu topik, makin
kecil kemungkinan kita mengungkapkannya.
7. Jenis Kelamin. Faktor terpenting yang mempengaruhi pengungkapan-diri adalah
jenis kelamin. Umumnya, pria kurang lebih terbuka ketimbang wanita. Judy Pearson
(1980) berpendapat bahwa peran seks-lah (sex role) dan membuka jenis kelamin
dalam arti biologis yang menyebabkan perbedaan dalam hal pengungkapan-diri ini.
“Wanita yang maskulin,” misalnya, kurang membuka diri ketimbang wanita yang
nilai dalam skala maskulintasnya lebih rendah. Selanjutnya, “pria feminin”
membuka diri lebih besar ketimbang pria yang nilai dalam skala feminitasnya lebih
rendah. Pria dan wanita jug amengemukakan alasan yang berbeda untuk
penghindaran mereka terhadap pengungkapan-diri, seperti diilustrasikan pada Tabel
3.1. (Rosenfeld, 1979).
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 13
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
seringkali muncul ketika klien sedang melakukan pengungkapan-diri. Klien
mungkin saja menyadari adanya aspek perilaku atau hubungan yang selama ini tidak
mengetahuinya. Karenya, melalui pengungkapan-diri, kita dapat memahami diri
sendiri secara mendalam.
2. Kemampuan Mengatasi Kesulitan. Argumen lain yang berkaitan erat adalah kita
akan lebih mampu menanggulangi masalah atau kesulitan kita, khususnya perasaan
bersalah, melalui pengungkapan-diri. Salah satu perasaan takut yang besar yang ada
pada diri banyak orang adalah bahwa mereka tidak diterima lingkungan karena
suatu rahasia tertentu, karena sesuatu yang pernah mereka lakukan, atau karena
perasaan atau sikap tertentu yang mereka miliki. Karena kita percaya bahwa hal-hal
ini merupakan dasar penolakan (rejection), kita membangun rasa bersalah. Dengan
mengungkapkan perasaan seperti itu dan menerima dukungan, bukan penolakan,
kita menjadi lebih siap untuk mengatasi perasaan bersalah dan barangkali
mengurangi atau malah menghilangkannya sama sekali.
3. Bahkan penerimaan-diri (self-acceptance) menjadi sulit tanpa pengungkapan-diri. Kita
menerima diri kita sebagian besar melalui kacamata orang lain. Jika kita merasa
orang lain menolak kita, kita cenderung menolak diri sendiri juga. Melalui
pengungkapan-diri dan dukungan-dukungan yang datang, kita menempatkan diri
sendiri dalam posisi yang lebih baik untuk menangkap tanggapan positif kepada
kita, dan kita akan lebih mungkin memberikan reaksi dengan mengembangkan
konsep-diri yang positif.
4. Efisiensi Komunikasi. Pengungkapan-diri memperbaiki komunikasi. Kita
memahami pesan-pesan dari orang lain sebagian besar sejauh kita memahami orang
lain secara individual. Kita dapat lebih memahami apa yang dikatakan seseorang jika
kita mengenal baik orang tersebut. Kita dapat mengenal apa makna nuansa-nuansa
tertentu, bila orang itu sedang bersikap serius dan bila ia sedang bercanda, dan bila
ia menjadi sarkastis atau bila sedang marah. Pengungkapan-diri adalah kondisi yang
penting untuk mengenal orang lain. Anda dapat saja meneliti perilaku seseorang
atau bahkan hidup bersamanya selama bertahun-tahun, tetapi jika orang itu tidak
pernah mengungkapkan dirinya, anda tidak memahami orang itu sebagai pribadi
yang utuh.
5. Kedalaman Komunikasi. Barangkali alasan utama pentingnya pengungkapan-diri
adalah bahwa ini perlu untuk membina hubungan yang bermakna di antara dua
orang. Tanpa pengungkapan-diri, hubungan yang bermakna dan mendalam tidak
mungkin terjadi. Melalui pengungkapan-diri, kita memberitahu orang lain bahwa
kita mempercayai mereka, menghargai mereka, dan cukup peduli akan mereka dan
akan hubungan kita untuk mengungkapkan diri kita kepada mereka. Ini kemudian
akan membuat orang lain mau membuka diri dan membentuk setidak-tidaknya aal
dari suatu hubungan yang bermakna, hubungan yang jujur dan terbuka dan sekedar
hubungan yang seadanya.
Bahaya Pengungkapan-Diri
Banyaknya manfaat pengungkapan-diri jangan sampai membuat kita buta terhadap
risiko-risikonya (Bochmer, 1984). Berikut ini kita bahas beberapa bahaya utamanya.
Penolakan Pribadi dan Sosial. Bila kita melakukan pengungkapan-diri biasanya
kita melakukannya kepada orang yang kita percaya. Kita melakukan pengungkapan-diri
kepada seseorang yang kita anggap akan bersikap mendukung pengungkapan-diri kita.
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com
Psikologi Komunikasi 14
Edwi Arief Sosiawan, SIP, MSi Kuliah - 6
Tentu saja, orang ini mungkin ternyata menolak kita. Orang tua, yang biasanya paling
mendukung kita, seringkali menolak anak yang mengungkapkan sifat homoseksnya, yang
berminat menikah dengan orang yang berbeda agama, yang bermaksud pindah keyakinan.
Sahabat paling akrab mungkin juga akan menolak kita bila kita lakukan pengungkapan-diri
serupa.
Kerugian Material. Adakalanya, pengungkapan-diri mengakibatkan kerugian
material. Politisi yang mengungkapkan bahwa ia pernah dirawat psikiater mungkin akan
kehilangan dukungan partai politiknya sendiri dan rakyat akan enggan memberikan suara
baginya. Guru yang mengungkapkan bahwa ia pernah kecanduan minuman keras atau
bertindak tidak senonoh atas muridnya di masa yang lalu mungkin akan dijatuhi oleh rekan-
rekannya, mendapatkan penugasan mengajar yang “tidak menyenangkan”, atau
diberhentikan dengan alasan penghematan biaya. Dalam dunia bisnis, pengungkapan-diri
dalam kecanduan alkohol atau obat bius seringkali diikuti dengan pemecatan, demosi, atau
mutasi.
Kesulitan Intrapribadi. Bila reaksi orang lain tidak seperti yang diduga, kesulitan
intrapribadi dapat terjadi. Bila anda ditolak dan bukan didukung, bila orangtua anda malah
mencemooh dan bukan membelai anda, dan bila kawan-kaan anda menghindar dari anda
dan bukan mendekati anda seperti sebelumnya, anda berada dalam jalur menuju kesulitan
intrapribadi. Tak seorangpun senang ditolak, dan mereka yang egonya rapuh perlu
memikirkan kerusakan yang dapat disebabkan oleh penolakan seperti ini.
Ingatlah bahwa pengungkapan-diri, seperti bentuk komunikasi yang lain, bersifat
tak reversibel (lihat unit 2). Kita tidak dapat mengungkapkan-diri kepda seseorang dan
kemudian menariknya kembali. Betepapun kerasnya usaha kita untuk menarik
pengungkapan-diri kita, sekali sesuatu itu sudah dikatakan, ia tidak dapat ditarik kembali.
Juga, kita tidak dapat menghapus kesimpulan yang ditarik oleh pendengar berdasarkan
pengungkapan-diri kita.
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id edwias@yahoo.com