Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wanita banyak menderita penyakit ginekologi karena infeksi bakteri atau
penyakit menular seksual. Salah satu masalah ginekologi yang paling umum
adalah servisitis kronik. Servisitis adalah kondisi yang sangat umum. Bahkan
lebih dari setengah dari semua perempuan dapat mengembangkan servisitis
dibeberapa titik dalam kehidupan mereka. Servisitis adalah peradangan dari
sekviks uterus. Servisitis terjadi pada banyak kasus yang disebabkan oleh infeksi
menular. Gangguan ini mempengaruhi sekitar 60% perempuan karena infeksi
seperti gonore atau infeksi pasca persalinan. Faktor resiko untuk pengembangan
servisitis termasuk memulai hubungan seksual pada usia dini, resiko tinggi
perilaku seksual, riwayat penyakit menular seksual, dan riwayat memiliki banyak
pasangan seksual.
Serviks uteri adalah penghalang penting bagi masuknya kuman-kuman
kedalam genitalia interna wanita. Dalam hal ini seorang wanita multipara dimana
ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas ke atas dari daerah bebas
kuman ialah ostium uteri internum sehingga lebih rentan terjadinya infeksi. Jika
serviks sudah terinfeksi maka akan mempermudah terjadinya infeksi pada organ
genitalia interna seperti uterus, tuba fallopi, ovarium. Jika servisitis tidak diobati
maka dapat menyebabkan penyakit PID, infertilitas, kehamilan ektopik, aborsi
spontan, kanker serviks, dan komplikasi lain jika wanita tersebut sedang dalam
kehamilan.

i
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Servisitis adalah peradangan pada mukosa dan submukosa kanalis
servikalis, karena epitel selaput lendir pada kanalis servikalis hanya terdiri dari
satu lapisan sel silindris sehingga lebih mudah terinfeksi dibandingkan selaput
lendir vagina. Walaupun begitu kanalis servikalis terlindung oleh lendir yang
kental yang merupakan barrier terhadap kuman-kuman yang ada divagina.
Terjadinya servisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks terutama yang
menimbulkan ektropion. Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior. Jika tidak
ditangani dapat menyebabkan masalah medis yang lama, termasuk infertilitas dan
ketidakmampuan mempertahankan kehamilan. Servisitis dapat berupa:
 Infeksi non spesifik pada serviks.
 Erosi ringan (permukaan licin), erosi kapiler (permukaan kasar), erosi
folikuler (kistik).

2
2.2 Epidemiologi
Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri yang sering terjadi karena
adanya luke kecil akibat persalinan yang tidak dirawat atau infeksi karena
hubungan seksual. Penyakit servisitis masuk kedalam golongan penyakit infeksi
menular seksual (IMS). Servisitis disebabkan oleh IMS, infeksi jamur, bakteri
atau virus. Pada beberapa kasus penyakit kekamin seperti gonore, sifilis, ulkus
mole, granuloma inguinal, dan tuberkulosis dapat ditemukan peradangan pada
serviks. Menurut WHO tahun 1999 diperkirakan 340 juta orang terinfeksi oleh
IMS diantaranya gonore (62 juta), klamidia (92 juta), sifilis (12 juta), dan
trikomoniasis (174 juta). Menurut data hasil jumlah grafik penderita IMS yang
berobat di rumah sakit kota Semarang dari tahun 2005-2010 angka kejadian
servisitispada peringkat pertama 5111 jiwa, candidiasis 1147 jiwa, bakterial
vaginosis 1058 jiwa, condiloma 591 jiwa, herpes simplex 473 jiwa, dan gonore
403 jiwa.
Menurut data rekapitulasi dinas kesehatan kota medan kasus infeksi
menular seksual (IMS) di provinsi sumatera utara tahun 2015 adalah, sifilis 344
jiwa, gonore 418 jiwa, uretritis GO 19 jiwa, servisitis 1939 jiwa, proctitis 116
jiwa, uretritis non GO 1143 jiwa, trikomoniasis 135 jiwa, Herpes genital 80 jiwa,
kandidiasis 71 jiwa.

2.3 Etiologi
Servisitis akut disebabkan karena infeksi klamidia, gonore, ataupun
herpes. Ketika episode akut servisitis tidak diobati, maka akan berkembang
menjadi servisitis kronik dan mungkin dapat menjalar ke oran genitalia lebih
dalam lagi. Kuman akan menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan
perubahan inflamasi kronik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma.
Servisitis sering disebabkan oleh infeksi melalui aktivitas seksual.
Penyebab servisitis sangat bervariasi, paling sering disebabkan oleh :
 Infeksi Chlamydia trachomatis
 Infeksi Neisseria gonorrhea
 Infeksi Trichomonas vaginalis

3
 Infeksi Trikomoniasis asosiasi dengan kandidiasis
 Infeksi Virus herpes simplex
 Infeksi Human papilloma virus (HPV)
 Penyebab yang kurang umum lainnya adalah: mikosis, sifilis, tuberculosis,
mycoplasma.
 Beberapa kasus servisitis disebabkan oleh penggunaan kondom, (cervical
cup, diafragma), penggunaan pessarium, alergi spermatisida, kondom yang
berbahan karet lateks.
Servisitis sering terjadi dan mengenai hampir 50% wanita dewasa dengan
faktor resiko:
 Perilaku seksual bebas resiko tinggi
 Riwayat infeksi menular seksual
 Memiliki pasangan seksual lebih dari satu
 Aktivitas seksual pada usia dini
 Pasangan seksual dengan kemungkinan menderita IMS
 Servitis juga dapat disebabkan oleh bakteri (Stafilococcus dan
Streptoccous) atau akibat pertumbuhan berlebihan bakteri normal
flora vagina (vaginosis bacterial).
 Menderita diabetes, vagina akut dan servisitis berulang.

2.4 Klasifikasi
1. Servisitis akut.
Infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada penyakit
gonorrea, infeksi post abortus yang disebabkan oleh streptococcus,
stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini serviks merah dan membengkak
dan mengeluarkan cairan mukopurulen, akan tetapi gejala-gejala pada
serviks biasanya tidak seberapa tampak ditengah-tengah gejala lain dan
infeksi yang bersangkutan. Pengobatan diberikan dalam rangka
pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau
dapat menjadi kronik.

4
2. Servisitis kronik.
Penyakit ini dijumpai pada sebagian wanita yang pernah melahirkan.
Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus atau abortus
memasukkan kuman-kuman masuk ke dalam endoserviks serta kelenjar-
kelenjarnya sehingga menyebabkan infeksi menahun.
Klasifikasi servisitis menurut sanusi (1989) antara lain:
1. Servisitis gonococcus
Bersifat asimtomatik, gejala berupa disuria karena uretritis yang
bersamaan, serviks dapat eritematous, sekren serviks dapat mukopurulen
atau purulen.

2. Servisitis chlamydia
Bersifat asimtomatik dan dapat menetap berbulan-bulan, sekret serviks
bersifat mukopurulen dan epitel endoserviks tampak hipertropik.

5
3. Servisitis herpetika
Biasanya disebabkan oleh virus herpes tipe 2, ditularkan melalui
hubungan seksual dengan lama inkubasi berkisar antara 2-20 hari dengan
rata-ratanya 6 hari, gejalanya yaitu sering mengeluhkan banyak sekret
vagina, disuria dan dispareunia.

4. Servisitis kronik non spesifik

2.5 Patofisiologi
Peradangan pada serviks terjadi akibat kuman pathogen aerob atau
anaerob, peradangan ini terjadi akibat adanya luka bekas persalinan yang tidak
dirawat, atau karna infeksi karena hubungan seksual. Proses peradangan
melibatkan epitel serviks dan stroma yang mendasarinya. Inflamasi serviks ini
dapat menjadi penyakit akut atau kronik. Masuknya infeksi dapat terjadi melalui
perlukaan yang menjadi pintu masuk saluran genitalia, yang terjadi pada waktu
persalinan, hubungan seksual, atau tindakan medis yang menimbulkan perlukaan.
Selama perkembangannya, epitel silindris penghasil mucus di endoserviks
bertemu dengan epitel gepeng yang melapisi ektoserviks, oleh karena itu
keseluruhan serviks yang terpajan dilapisi oleh epitel gepeng. Epitel sel silindris
tidak tampak dengan mata atau secara kolposkopi. Seiring dengan waktu pada
sebagian wanita terjadi penyebaran kebawah, epitel silindris mengalami
ektropion, sehingga tautan skuamo kolumnar menjadi terletak dibawah
ektoserviks dan mungkin epitel yang terpajan ini mengalami erosi. Remodeling

6
ini bisa terus berlanjut dengan regenerasi epitel gepeng dan silindris sehingga
membentuk zona transformasi. Pertumbuhan berlebihan epitel gepeng sering
menyumbat orifisium kelenjar endoserviks di zona transformasi dan menyebabkan
terbentuknya kista nabothian kecil yang dilapisi epitel silindris penghasil mucus.

2.6 Gejala Klinis


Gejala servisitis dapat berupa:
1. Flour albus, biasanya berlangsung lama, warna putih keabu-abuan atau
kuning yang kental, atau purulen yang biasanya berbau.
2. Sering menimbulkan erosi (erytthroplakia) pada porsio yang tampak
seperti darah merah menyala.
3. Dyspareunia.
4. Adanya rasa gatal pada kemaluan.
5. Nyeri abdomen bawah.
6. Rasa nyeri pada panggul lebih kedaerah sakral.
7. Gangguan berkemih (disuria).
8. Perdarahan pasca senggama.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Sediaan hapus untuk biakan dan tes kepekaan.
b. Pap smear
c. Biakan clamydia
d. Biopsy
e. Pewarnan gram  didapatkan 10 leukosit PMN per lapangan biakan

2.8 Diagnosis
Servisitis dapat dicurigai setelah dilakukan pemeriksaan klinis dengan
melihat adanya inflamasi, lesi ulseratif, dan sekret dari serviks. Diagnosis
servisitis selanjutnya ditentukan oleh pemeriksaan kolposkopi dan pap smear.
Pemeriksaan sitologi bakteri berguna untuk mendeteksi penyebab infeksi
servisitis.
Diagnosis servisitis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan dengan
speculum didapatkan hasil pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat

7
dilihat keputihan yang purulen keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal
tidak ada ektropion, maka harus diingat kemungkinan gonorroe. Sering
menimbulkan erusio (Erythroplaki) pada portio yang tampak seperti daerah merah
menyala. Pada servisitis kronik kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah
selaput lender yang merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebabkan oleh ovuli
nabothi dan akibat retensi kelenjar-kelenjar serviks karena saluran keluarga
tertutup oleh pengisutan dari luka serviks atau kerena peradangan.
Pada gambaran sitologi servisitis kronik pada mukosa skuamosa-kolumnar
serviks terlihat limfosit kecil yang bulat di submukosa dan terlihat juga adanya
perdarahan. Beberapa gambaran patologi yang dapat ditemukan:
1. Serviks terlihat normal, hanya pada pemmeriksaan mikroskopis dijumpai
infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks.
2. Disekitar ostium uteri eksternum pada porsio tampak daerah kemerahan,
sekret yang dikeluarkan terdiri dari mukus yang bercampur nanah.
3. Trauma pada serviks dapat lebih luas dan mukosa endoserviks terlihat dari
luar (ekstropion). Mukosa dalam keadaan demikian mudah terkena infeksi
dari vagina. Serviks dapat menjadi hipertropis dan mengeras, sekret
mukopurulen akan bertambah banyak.
Pada pemeriksaan dalam dapat meperlihatkan adanya::
1. Keputihan
2. Serviks kemerahan
3. Inflamasi dinding vagina

2.9 Diagnosa Banding


Proses awal neoplastik, lesi primer sifilis, Chancroid, tuberculosis,
granuloma inguinale, gonorrea, kanker serviks. Servisitis yang berat dapat
menyebabkan infertilitas dan penyakit radang panggul (PID).

2.10 Penatalaksanaan
Pemberian antibiotik terutama bila ditemukan gonococcus dalam secret.
Servisitis non-spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam Albothyl dan irigasi,
namun jika servisitis tidak segera sembuh dilakukan tindakan opertif dengan

8
melakukan kolnisasi, dan jika sebabnya ektropion dapat dilakukan amputasi.
Erosion dapat disembuhkan dengan obat keras seperti Albothyl yang
menyebabkan nekrosis epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti
dengan epitel gepeng berlapis banyak, namun jika radang sudah menjadi servisitis
kronik pengobatanya lebih baik dilakukan dengan jalan kauterisasi-radial dengan
termokauter atau dengan krioterpi.
Menurut pedoman nasional penanganan infeksi menular seksual Depkes
RI 2011:
 Azitromisin 1 gr, dosis tunggal, per oral atau
 Doksisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari per oral selama 7 hari. Pilihan
terapi lainnya
 Eritromisin 4x500 mg per oral selama 7 hari
Untuk terapi servisitis akibat Neisseria gonorrhea adalah:
 Cefixime 400 mg dosis tunggal peroral atau
 Levofloxacin 500 mg dosis tunggal peroral, pilihan terapi lainnya
 Kanamisin 2 gr, IM, dosis tunggal atau
 Tiamfenikol 3,5 gr per oral dosis tunggal atau
 Ceftriaxon 250 mg, IM dosis tunggal.

2.11 Komplikasi
Jika tidak diobati, infeksi dapat meluas ke dalam uterus, tuba fallopi dan
rongga pelvis. Jika wanita hamil terinfeksi maka dapat terjadi abortus, terjadi lahir
mati, atau persalinan prematur. Dapat menyebabkan kista nabothi. Servisitis
kronik dapat menyebabkan infertilitas.

2.12 Prognosis
Prognosis servisitis biasanya baik, namun penyakit ini dapat kambuh.
Semua wanita dengan servisitis perlu pemeriksaan teratus sampai kondisinya
benar-benar sembuh. Pada kasus yang berat, servisitis dapat berlangsung selama
beberapa bulan, jika servisitis disebabkan oleh infeksi menular seksual maka
kedua pasangan harus diobati.

9
BAB IV
KESIMPULAN

Servisitis adalah radang pada mukosa dan submukosa kanalis servikalis,


disebabkan oleh karena epitel nya hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka
akan lebih mudah terinfeksi dibandingkan dengan mukosa pada vagina. Servisitis
disebabkan oleh infeksi trikomonas vaginalis, kandida, mikoplasma, neisseria
gonorrea, mikroorganisme aerob atau anaerob endogen vagina, seperti
streptococcus, enterococcus, e.coli, dan stafilococcus. Kuman dapat masuk melalu
trauma yang terjadi pada serviks. Selain itu servisitis dapat disebabkan oleh
pengguanaa cup vagina, diafragma, spermatisida, atau bahan kimia lain. Servisitis
dibagi menjadi servisitis akut dan servisitis kronik. Pengobatan servisitis adalah
dengan pengobatan dengan medikamentosa yang sesuai dengan penyebabnya.
Salah satu pencegahan servisitis adalah melakukan perilaku seksual yang aman,
tidak melakukan aktivitas seksual pada usia dini. Jika servisitis disebabkan oleh
penyakit menular seksual paka pasangan juga harus diobati.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Arif, M. dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta.


FK UI. Hal: 267-271
2. Biggs, WS, William RM. Common gynecologic Infection. Prim Care. 2009.
Hal: 33-51.
3. David, O. 1995. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Bina Pura Aksara.
4. Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC.
5. Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kandungan. Edisi ke 4. PT. Bina Sarwono
Prawirohardjo. Hal: 201-207.
6. Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi ke 3. PT. Bina Sarwono
Prawirohardjo. Hal: 201-207.
7. Sastrawinata, Sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung: Elstar Offset.

11
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI
STATUS ORANG SAKIT

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. HS
Umur : 68 tahun
Agama : Islam
Suku : Mandailing
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Bilal ujung No. 120
Tanggal masuk : 22-10-2018
Pukul : 09.00 WIB
Identitas suami
Nama : Tn. MI
Umur : 72 tahun
Agama : Islam
Suku : Mandailing
Pekerjaan : Pensiunan
Pendidikan : S1
Alamat : Jl. Bilal ujung No. 120

II. ANAMNESIS
Ny. HS, 68 tahun, P6A0, Mandailing, Islam, SMA, IRT, i/d Tn. MI, 72
tahun, Mandailing, Islam, S1, Pensiunan, datang ke RS Haji Medan dibawa oleh
anak pada tanggal 22-10-2018, jam 09:00 WIB dengan :

Keluhan Utama : Ada benjolan keluar dari kemaluan


Telaah : Pasien Datang Ke RS Haji Medan dengan keluhan utama adanya
benjolan yang keluar dari kemaluan yang sudah dirasakan ± 1 tahun ini. Dan
memberat sejak 1 bulan ini. Awalnya benjolan terasa kecil dan terasa berada

12
didalam kemaluan, namun perlahan terasa membesar dan keluar dari vagina
sehingga pasien merasa terganggu. Pasien mengatakan berjolan akan bertambah
besar saat pasien mengedan dan kembali mengecil saat beristirahat dan berbaring.
Benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali kedalam kemaluan. Tidak terdapat
nyeri, benjolan berwarna kemerahan dan terasa lunak. Pasien mengatakan BAB
dan BAK sedikit terganggu, keluar darah (-), demam (-), riwayat mengangkat
beban berat (-), riwayat trauma (-).

RPT : (-)
RPO : (-)
RPK : (-)
Riwayat alergi : (-)

RIWAYAT HAID :
 Menarche : 13 tahun
 Lama haid : 5-6 hari
 Siklus Haid : 28 hari
 Volume : Ganti 2 – 3 duk (pembalut) per hari
 Dysmenorrhea : (-)
 Metrorrhagia : (-)
 Menorrhagia : (-)
 Darah beku : (-)
 Contact bleeding : (-)
 Climacterium : (-)
 Menopause : (+)

KEPUTIHAN
 Jumlah : sedikit
 Warna : kekuningan
 Bau : (-)

13
 Konsistensi : encer
 Gatal (pruritus vulvae) : (+)

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN :


1. Laki-laki, Aterm, 2950 gr, PSP, Klinik, Bidan, sehat, 49 tahun,
hidup, sehat.
2. Laki-laki, Aterm, 3100 gr, PSP, Klinik, Bidan, sehat, 46 tahun,
hidup, sehat.
3. Perempuan, Aterm, 3400 gr, PSP, Klinik, Bidan, sehat, 42 tahun,
hidup, sehat.
4. Laki-laki, Aterm, 3180 gr, PSP, Klinik, Bidan, sehat, 40 tahun,
hidup, sehat.
5. Perempuan, Aterm, 2980 gr, PSP, Klinik, Bidan, sehat, 37 tahun,
hidup, sehat.
6. Laki-laki, Aterm, 2795 gr, PSP, Klinik, Bidan, sehat, 33 tahun,
hidup, sehat.

SEKSUAL ATAU PERKAWINAN


 Umur kawin istri : 19 tahun
 Umur kawin suami : 23 tahun
 Lama menikah : 49 tahun
 Kemandulan : (-)
 Frigiditas / Vaginismus : (-)
 Libido : sedang
 Frekuensi koitus : tidak di tanyakan
 Orgasmus : (-)
 Dispareunia : (-)
 Keluarga berencana : riwayat memakai KB suntik

14
GIZI DAN KEBIASAAN
 Nafsu makan : sedang
 Perubahan berat badan : tidak ada
 Merokok/suntil : tidak ada
 Alkohol : tidak ada
 Kebiasaan makan obat : tidak ada
 Obat-obat yang dimasukkan kedalam vagina : tidak ada

PENYAKIT-PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA


 Hipertensi : (-)
 Diabetes melitus : (-)
 Penyakit jantung dan pembuluh darah : (-)
 Penyakit ginjal : (-)
 Penyakit endokrin : (-)
 Penyakit kelamin : (-)
 Penyakit hati : (-)
 Tuberkulosis : (-)

PENGOBATAN PENYINARAN
 Lokalisasi : (-)
 Lama penyinaran : (-)
 Operasi terdahulu : (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. STASUS PRESENT
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Sensorium : Compos Mentis, GCS :E4M6V5
Tanda-tanda vital :
 TD : 110/70 mmHg Anemis : (-/-)
 HR : 88 x/menit Dyspnoe : (-)

15
 RR : 20 x/menit Sianosis : (-)
 T : 36,4 C Oedem : (-)
Ikterik : (-/-)
Keadaan gizi : baik
Keadaan penyakit :
 Bisa berjalan sendiri : (+)
 Bisa duduk sendiri : (+)
 Hanya berbaring saja : (-)
Tinggi Badan : 157 cm
Berat badan sebelum hamil : 55 kg

B. STATUS GENERALISATA
Kepala : Normochepali
Mata : Pupil isokor (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat
Thorax : Cor : Bunyi jantung normal, reguler, bunyi tambahan (-)
Pulmo : Suara pernapasan vesikuler, suara napas tambahan (-)
Mamae : dalam batas normal
 Membesar : (-)
 Hiperpigmentasi : (-)
 Colostrum : (-)
 Secret : (-)
 Tumor-tumor : (-)
 Tegang : (-)
Abdomen :
 Membesar : (-)
 Simetris / asimetris : simetris
 Soepel : (+)
 Defense musculare : (-)
 Hepar : tidak teraba

16
 Lien : tidak teraba
 Shifting dullness : (-)
 Meteorismus : (-)
 Asicites : (-)
 Peristaltik usus : (+) normal
 Tumor : (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-/-).
Genitalia eksterna :
 Mone pubis : tertutup bulu kemaluan secara merata
 Labia mayora : dalam batas normal
 Klitoris : dalam batas normal
 Introitus vagina : terdapat massa berbentuk lonjong berwarna merah
muda, ± sebesar telur ayam, benjolan keluar tidak lebih dari 2 cm dari
panjang vagina, permukaan licin, darah (-), flour albus (-), erosi/luka (-)
 Perineum : dalam batas normal
 Orifisium uretra eksterna : dalam batas normal

C. STATUS GINEKOLOGI
Pemeriksaan dalam
1. Inspekulo
- Portio : licin - Darah : (-)
- Erosi : (-) - Polip : (-)
- Ectropion : (-) - Bunga Kol (exophytik) : (-)
- Laserasi : (-) - Leukoplakia : (-)
- Ovulinaboti : (-) - Schiller test : (-)
2. Vaginal toucher
Uterus Serviks
- Posisi : Antefleksi - Portio : Licin
- Besar : 2 cm x 2 cm x 3 cm - OUE : (-)
- Mobilitas : mobile - Contact bleeding : (-)
- Konsistensi : kenyal - Nyeri goyang : (-)

17
- Nyeri tekan : (-)
3. Parametrium kanan/kiri : lemas/lemas
4. Adneksa kanan/kiri : tidak teraba
 Besar : (-)
 Konsistensi : (-)
 Mobilitas : (-)
 Permukaan : (-)
 Nyeri tekan : (-)
5. Cavum douglass
 Douglass crise : (-)
 Menonjol/ tidak : tidak menonjol

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Darah rutin Nilai Nilai Rujukan satuan
Hemoglobin 11,6 12 – 16 g/dl
Hitung eritrosit 4,1 3,9 - 5,6 10*5/µl
Hitung leukosit 8,200 4,000- 11,000 /µl
Hematokrit 37,8 36-47 %
Hitung trombosit 273.000 150,000-450,000 /µl
Index eritrosit
MCV 95,3 80 – 96 Fl
MCH 29,0 27 – 31 pg
MCHC 32,5 30 – 34 %
Hitung jenis leukosit
Eosinofil 2 1–3 %
Basofil 1 0–1 %
N.Stab 0 2– 6 %
N. Seg 82 53–75 %
Limfosit 15 20–45 %

18
Monosit 4 4–8 %
LED 4 0-20 mm/jam
Kimia Klinik
GLUKOSA DARAH Satuan Nilai Rujukan
Glukosa Darah Sewaktu 104 mg/dL < 140 mg/dL
Golongan darah : O

V. DIAGNOSA BANDING
1. Prolaps uteri
2. Mioma servikal
3. Uretrokel
4. Sistokel
5. Rektokel
6. Kista bartholin

VI. DIAGNOSA
Prolaps uteri grade III

VII. PENATALAKSANAAN
Lapor supervisor dr. Ahmad khuwailid Sp.OG, Rencana pemasangan pessarium
ring, pasien menolak dilakukan operasi transvaginal histerektomi.

Langkah – langkah:
1. Diskusikan mengenai penggunaan pessarium dengan pasien dan keluarga
pasien.
2. Persiapkan alat dan bahan pemasangan pessarium ( handscoon, betadine,
alkohol 70%, pessarium, jelli).
3. Posisikan pasien litotomi di atas meja pemeriksaan dengan sebelumnya
kandung kemih dikosongkan.
4. Lakukan aseptik dan antiseptik pada vulva, dan introitus vagina.

19
5. Lakukan pemeriksaan vagina untuk menetukan derajat prolapsus dan
estimasi ukuran vagina ( sebagai pedoman untuk mencari ukuran yang
cocok, diukur dengan jari jarak antara forniks vagina dengan pinggir atas
introitus vagina ukuran tersebut dikurangi 1 cm untuk mendapatkan
diameter dari pessarium yang akan dipakai.
6. Lubrikasi ujung pessarium dan introitus vagina.
7. Masukkan ujung pessarium secara perlahan dengan cara menjauhi uretra
sambil menyuruh pasien untuk menarik napas, setelah bagian atas masuk
kedalam vagina, bagian tersebut ditempatkan di forniks serviks posterior.
8. Memeriksa ekspulsi pessarium dengan cara meminta pasien untuk
mengedan dan batuk.
9. Apabila tidak terjadi ekpulsi, selipkan jari di antara pessarium dan dinding
vagina untuk memastikan pemasangan tidak terlalu ketat.
10. Apabila ukuran pessarium cukup beri instruksi pasien untuk mengedan
seperti pada saat BAB.
11. Minta pasien untuk berjalan beberapa menit.
12. Apabila tidak ada keluhan minta pasien untuk kontrol ulang 2 minggu
kemudian, namun jika ada keluhan seperti nyeri, kesulitan BAB atau BAK
suruh pasien untuk kontrol ke RS.
13. Pemasangan pessarium selesai.

Terapi :

Cefadroxil 2x 500 mg tab

Asam mefenamat 3x 500 mg tab

Neurodek 2x1 tab

20

Anda mungkin juga menyukai