PENDAHULUAN
i
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Servisitis adalah peradangan pada mukosa dan submukosa kanalis
servikalis, karena epitel selaput lendir pada kanalis servikalis hanya terdiri dari
satu lapisan sel silindris sehingga lebih mudah terinfeksi dibandingkan selaput
lendir vagina. Walaupun begitu kanalis servikalis terlindung oleh lendir yang
kental yang merupakan barrier terhadap kuman-kuman yang ada divagina.
Terjadinya servisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks terutama yang
menimbulkan ektropion. Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior. Jika tidak
ditangani dapat menyebabkan masalah medis yang lama, termasuk infertilitas dan
ketidakmampuan mempertahankan kehamilan. Servisitis dapat berupa:
Infeksi non spesifik pada serviks.
Erosi ringan (permukaan licin), erosi kapiler (permukaan kasar), erosi
folikuler (kistik).
2
2.2 Epidemiologi
Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri yang sering terjadi karena
adanya luke kecil akibat persalinan yang tidak dirawat atau infeksi karena
hubungan seksual. Penyakit servisitis masuk kedalam golongan penyakit infeksi
menular seksual (IMS). Servisitis disebabkan oleh IMS, infeksi jamur, bakteri
atau virus. Pada beberapa kasus penyakit kekamin seperti gonore, sifilis, ulkus
mole, granuloma inguinal, dan tuberkulosis dapat ditemukan peradangan pada
serviks. Menurut WHO tahun 1999 diperkirakan 340 juta orang terinfeksi oleh
IMS diantaranya gonore (62 juta), klamidia (92 juta), sifilis (12 juta), dan
trikomoniasis (174 juta). Menurut data hasil jumlah grafik penderita IMS yang
berobat di rumah sakit kota Semarang dari tahun 2005-2010 angka kejadian
servisitispada peringkat pertama 5111 jiwa, candidiasis 1147 jiwa, bakterial
vaginosis 1058 jiwa, condiloma 591 jiwa, herpes simplex 473 jiwa, dan gonore
403 jiwa.
Menurut data rekapitulasi dinas kesehatan kota medan kasus infeksi
menular seksual (IMS) di provinsi sumatera utara tahun 2015 adalah, sifilis 344
jiwa, gonore 418 jiwa, uretritis GO 19 jiwa, servisitis 1939 jiwa, proctitis 116
jiwa, uretritis non GO 1143 jiwa, trikomoniasis 135 jiwa, Herpes genital 80 jiwa,
kandidiasis 71 jiwa.
2.3 Etiologi
Servisitis akut disebabkan karena infeksi klamidia, gonore, ataupun
herpes. Ketika episode akut servisitis tidak diobati, maka akan berkembang
menjadi servisitis kronik dan mungkin dapat menjalar ke oran genitalia lebih
dalam lagi. Kuman akan menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan
perubahan inflamasi kronik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma.
Servisitis sering disebabkan oleh infeksi melalui aktivitas seksual.
Penyebab servisitis sangat bervariasi, paling sering disebabkan oleh :
Infeksi Chlamydia trachomatis
Infeksi Neisseria gonorrhea
Infeksi Trichomonas vaginalis
3
Infeksi Trikomoniasis asosiasi dengan kandidiasis
Infeksi Virus herpes simplex
Infeksi Human papilloma virus (HPV)
Penyebab yang kurang umum lainnya adalah: mikosis, sifilis, tuberculosis,
mycoplasma.
Beberapa kasus servisitis disebabkan oleh penggunaan kondom, (cervical
cup, diafragma), penggunaan pessarium, alergi spermatisida, kondom yang
berbahan karet lateks.
Servisitis sering terjadi dan mengenai hampir 50% wanita dewasa dengan
faktor resiko:
Perilaku seksual bebas resiko tinggi
Riwayat infeksi menular seksual
Memiliki pasangan seksual lebih dari satu
Aktivitas seksual pada usia dini
Pasangan seksual dengan kemungkinan menderita IMS
Servitis juga dapat disebabkan oleh bakteri (Stafilococcus dan
Streptoccous) atau akibat pertumbuhan berlebihan bakteri normal
flora vagina (vaginosis bacterial).
Menderita diabetes, vagina akut dan servisitis berulang.
2.4 Klasifikasi
1. Servisitis akut.
Infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada penyakit
gonorrea, infeksi post abortus yang disebabkan oleh streptococcus,
stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini serviks merah dan membengkak
dan mengeluarkan cairan mukopurulen, akan tetapi gejala-gejala pada
serviks biasanya tidak seberapa tampak ditengah-tengah gejala lain dan
infeksi yang bersangkutan. Pengobatan diberikan dalam rangka
pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau
dapat menjadi kronik.
4
2. Servisitis kronik.
Penyakit ini dijumpai pada sebagian wanita yang pernah melahirkan.
Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus atau abortus
memasukkan kuman-kuman masuk ke dalam endoserviks serta kelenjar-
kelenjarnya sehingga menyebabkan infeksi menahun.
Klasifikasi servisitis menurut sanusi (1989) antara lain:
1. Servisitis gonococcus
Bersifat asimtomatik, gejala berupa disuria karena uretritis yang
bersamaan, serviks dapat eritematous, sekren serviks dapat mukopurulen
atau purulen.
2. Servisitis chlamydia
Bersifat asimtomatik dan dapat menetap berbulan-bulan, sekret serviks
bersifat mukopurulen dan epitel endoserviks tampak hipertropik.
5
3. Servisitis herpetika
Biasanya disebabkan oleh virus herpes tipe 2, ditularkan melalui
hubungan seksual dengan lama inkubasi berkisar antara 2-20 hari dengan
rata-ratanya 6 hari, gejalanya yaitu sering mengeluhkan banyak sekret
vagina, disuria dan dispareunia.
2.5 Patofisiologi
Peradangan pada serviks terjadi akibat kuman pathogen aerob atau
anaerob, peradangan ini terjadi akibat adanya luka bekas persalinan yang tidak
dirawat, atau karna infeksi karena hubungan seksual. Proses peradangan
melibatkan epitel serviks dan stroma yang mendasarinya. Inflamasi serviks ini
dapat menjadi penyakit akut atau kronik. Masuknya infeksi dapat terjadi melalui
perlukaan yang menjadi pintu masuk saluran genitalia, yang terjadi pada waktu
persalinan, hubungan seksual, atau tindakan medis yang menimbulkan perlukaan.
Selama perkembangannya, epitel silindris penghasil mucus di endoserviks
bertemu dengan epitel gepeng yang melapisi ektoserviks, oleh karena itu
keseluruhan serviks yang terpajan dilapisi oleh epitel gepeng. Epitel sel silindris
tidak tampak dengan mata atau secara kolposkopi. Seiring dengan waktu pada
sebagian wanita terjadi penyebaran kebawah, epitel silindris mengalami
ektropion, sehingga tautan skuamo kolumnar menjadi terletak dibawah
ektoserviks dan mungkin epitel yang terpajan ini mengalami erosi. Remodeling
6
ini bisa terus berlanjut dengan regenerasi epitel gepeng dan silindris sehingga
membentuk zona transformasi. Pertumbuhan berlebihan epitel gepeng sering
menyumbat orifisium kelenjar endoserviks di zona transformasi dan menyebabkan
terbentuknya kista nabothian kecil yang dilapisi epitel silindris penghasil mucus.
2.8 Diagnosis
Servisitis dapat dicurigai setelah dilakukan pemeriksaan klinis dengan
melihat adanya inflamasi, lesi ulseratif, dan sekret dari serviks. Diagnosis
servisitis selanjutnya ditentukan oleh pemeriksaan kolposkopi dan pap smear.
Pemeriksaan sitologi bakteri berguna untuk mendeteksi penyebab infeksi
servisitis.
Diagnosis servisitis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan dengan
speculum didapatkan hasil pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat
7
dilihat keputihan yang purulen keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal
tidak ada ektropion, maka harus diingat kemungkinan gonorroe. Sering
menimbulkan erusio (Erythroplaki) pada portio yang tampak seperti daerah merah
menyala. Pada servisitis kronik kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah
selaput lender yang merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebabkan oleh ovuli
nabothi dan akibat retensi kelenjar-kelenjar serviks karena saluran keluarga
tertutup oleh pengisutan dari luka serviks atau kerena peradangan.
Pada gambaran sitologi servisitis kronik pada mukosa skuamosa-kolumnar
serviks terlihat limfosit kecil yang bulat di submukosa dan terlihat juga adanya
perdarahan. Beberapa gambaran patologi yang dapat ditemukan:
1. Serviks terlihat normal, hanya pada pemmeriksaan mikroskopis dijumpai
infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks.
2. Disekitar ostium uteri eksternum pada porsio tampak daerah kemerahan,
sekret yang dikeluarkan terdiri dari mukus yang bercampur nanah.
3. Trauma pada serviks dapat lebih luas dan mukosa endoserviks terlihat dari
luar (ekstropion). Mukosa dalam keadaan demikian mudah terkena infeksi
dari vagina. Serviks dapat menjadi hipertropis dan mengeras, sekret
mukopurulen akan bertambah banyak.
Pada pemeriksaan dalam dapat meperlihatkan adanya::
1. Keputihan
2. Serviks kemerahan
3. Inflamasi dinding vagina
2.10 Penatalaksanaan
Pemberian antibiotik terutama bila ditemukan gonococcus dalam secret.
Servisitis non-spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam Albothyl dan irigasi,
namun jika servisitis tidak segera sembuh dilakukan tindakan opertif dengan
8
melakukan kolnisasi, dan jika sebabnya ektropion dapat dilakukan amputasi.
Erosion dapat disembuhkan dengan obat keras seperti Albothyl yang
menyebabkan nekrosis epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti
dengan epitel gepeng berlapis banyak, namun jika radang sudah menjadi servisitis
kronik pengobatanya lebih baik dilakukan dengan jalan kauterisasi-radial dengan
termokauter atau dengan krioterpi.
Menurut pedoman nasional penanganan infeksi menular seksual Depkes
RI 2011:
Azitromisin 1 gr, dosis tunggal, per oral atau
Doksisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari per oral selama 7 hari. Pilihan
terapi lainnya
Eritromisin 4x500 mg per oral selama 7 hari
Untuk terapi servisitis akibat Neisseria gonorrhea adalah:
Cefixime 400 mg dosis tunggal peroral atau
Levofloxacin 500 mg dosis tunggal peroral, pilihan terapi lainnya
Kanamisin 2 gr, IM, dosis tunggal atau
Tiamfenikol 3,5 gr per oral dosis tunggal atau
Ceftriaxon 250 mg, IM dosis tunggal.
2.11 Komplikasi
Jika tidak diobati, infeksi dapat meluas ke dalam uterus, tuba fallopi dan
rongga pelvis. Jika wanita hamil terinfeksi maka dapat terjadi abortus, terjadi lahir
mati, atau persalinan prematur. Dapat menyebabkan kista nabothi. Servisitis
kronik dapat menyebabkan infertilitas.
2.12 Prognosis
Prognosis servisitis biasanya baik, namun penyakit ini dapat kambuh.
Semua wanita dengan servisitis perlu pemeriksaan teratus sampai kondisinya
benar-benar sembuh. Pada kasus yang berat, servisitis dapat berlangsung selama
beberapa bulan, jika servisitis disebabkan oleh infeksi menular seksual maka
kedua pasangan harus diobati.
9
BAB IV
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI
STATUS ORANG SAKIT
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. HS
Umur : 68 tahun
Agama : Islam
Suku : Mandailing
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Bilal ujung No. 120
Tanggal masuk : 22-10-2018
Pukul : 09.00 WIB
Identitas suami
Nama : Tn. MI
Umur : 72 tahun
Agama : Islam
Suku : Mandailing
Pekerjaan : Pensiunan
Pendidikan : S1
Alamat : Jl. Bilal ujung No. 120
II. ANAMNESIS
Ny. HS, 68 tahun, P6A0, Mandailing, Islam, SMA, IRT, i/d Tn. MI, 72
tahun, Mandailing, Islam, S1, Pensiunan, datang ke RS Haji Medan dibawa oleh
anak pada tanggal 22-10-2018, jam 09:00 WIB dengan :
12
didalam kemaluan, namun perlahan terasa membesar dan keluar dari vagina
sehingga pasien merasa terganggu. Pasien mengatakan berjolan akan bertambah
besar saat pasien mengedan dan kembali mengecil saat beristirahat dan berbaring.
Benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali kedalam kemaluan. Tidak terdapat
nyeri, benjolan berwarna kemerahan dan terasa lunak. Pasien mengatakan BAB
dan BAK sedikit terganggu, keluar darah (-), demam (-), riwayat mengangkat
beban berat (-), riwayat trauma (-).
RPT : (-)
RPO : (-)
RPK : (-)
Riwayat alergi : (-)
RIWAYAT HAID :
Menarche : 13 tahun
Lama haid : 5-6 hari
Siklus Haid : 28 hari
Volume : Ganti 2 – 3 duk (pembalut) per hari
Dysmenorrhea : (-)
Metrorrhagia : (-)
Menorrhagia : (-)
Darah beku : (-)
Contact bleeding : (-)
Climacterium : (-)
Menopause : (+)
KEPUTIHAN
Jumlah : sedikit
Warna : kekuningan
Bau : (-)
13
Konsistensi : encer
Gatal (pruritus vulvae) : (+)
14
GIZI DAN KEBIASAAN
Nafsu makan : sedang
Perubahan berat badan : tidak ada
Merokok/suntil : tidak ada
Alkohol : tidak ada
Kebiasaan makan obat : tidak ada
Obat-obat yang dimasukkan kedalam vagina : tidak ada
PENGOBATAN PENYINARAN
Lokalisasi : (-)
Lama penyinaran : (-)
Operasi terdahulu : (-)
15
RR : 20 x/menit Sianosis : (-)
T : 36,4 C Oedem : (-)
Ikterik : (-/-)
Keadaan gizi : baik
Keadaan penyakit :
Bisa berjalan sendiri : (+)
Bisa duduk sendiri : (+)
Hanya berbaring saja : (-)
Tinggi Badan : 157 cm
Berat badan sebelum hamil : 55 kg
B. STATUS GENERALISATA
Kepala : Normochepali
Mata : Pupil isokor (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat
Thorax : Cor : Bunyi jantung normal, reguler, bunyi tambahan (-)
Pulmo : Suara pernapasan vesikuler, suara napas tambahan (-)
Mamae : dalam batas normal
Membesar : (-)
Hiperpigmentasi : (-)
Colostrum : (-)
Secret : (-)
Tumor-tumor : (-)
Tegang : (-)
Abdomen :
Membesar : (-)
Simetris / asimetris : simetris
Soepel : (+)
Defense musculare : (-)
Hepar : tidak teraba
16
Lien : tidak teraba
Shifting dullness : (-)
Meteorismus : (-)
Asicites : (-)
Peristaltik usus : (+) normal
Tumor : (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-/-).
Genitalia eksterna :
Mone pubis : tertutup bulu kemaluan secara merata
Labia mayora : dalam batas normal
Klitoris : dalam batas normal
Introitus vagina : terdapat massa berbentuk lonjong berwarna merah
muda, ± sebesar telur ayam, benjolan keluar tidak lebih dari 2 cm dari
panjang vagina, permukaan licin, darah (-), flour albus (-), erosi/luka (-)
Perineum : dalam batas normal
Orifisium uretra eksterna : dalam batas normal
C. STATUS GINEKOLOGI
Pemeriksaan dalam
1. Inspekulo
- Portio : licin - Darah : (-)
- Erosi : (-) - Polip : (-)
- Ectropion : (-) - Bunga Kol (exophytik) : (-)
- Laserasi : (-) - Leukoplakia : (-)
- Ovulinaboti : (-) - Schiller test : (-)
2. Vaginal toucher
Uterus Serviks
- Posisi : Antefleksi - Portio : Licin
- Besar : 2 cm x 2 cm x 3 cm - OUE : (-)
- Mobilitas : mobile - Contact bleeding : (-)
- Konsistensi : kenyal - Nyeri goyang : (-)
17
- Nyeri tekan : (-)
3. Parametrium kanan/kiri : lemas/lemas
4. Adneksa kanan/kiri : tidak teraba
Besar : (-)
Konsistensi : (-)
Mobilitas : (-)
Permukaan : (-)
Nyeri tekan : (-)
5. Cavum douglass
Douglass crise : (-)
Menonjol/ tidak : tidak menonjol
18
Monosit 4 4–8 %
LED 4 0-20 mm/jam
Kimia Klinik
GLUKOSA DARAH Satuan Nilai Rujukan
Glukosa Darah Sewaktu 104 mg/dL < 140 mg/dL
Golongan darah : O
V. DIAGNOSA BANDING
1. Prolaps uteri
2. Mioma servikal
3. Uretrokel
4. Sistokel
5. Rektokel
6. Kista bartholin
VI. DIAGNOSA
Prolaps uteri grade III
VII. PENATALAKSANAAN
Lapor supervisor dr. Ahmad khuwailid Sp.OG, Rencana pemasangan pessarium
ring, pasien menolak dilakukan operasi transvaginal histerektomi.
Langkah – langkah:
1. Diskusikan mengenai penggunaan pessarium dengan pasien dan keluarga
pasien.
2. Persiapkan alat dan bahan pemasangan pessarium ( handscoon, betadine,
alkohol 70%, pessarium, jelli).
3. Posisikan pasien litotomi di atas meja pemeriksaan dengan sebelumnya
kandung kemih dikosongkan.
4. Lakukan aseptik dan antiseptik pada vulva, dan introitus vagina.
19
5. Lakukan pemeriksaan vagina untuk menetukan derajat prolapsus dan
estimasi ukuran vagina ( sebagai pedoman untuk mencari ukuran yang
cocok, diukur dengan jari jarak antara forniks vagina dengan pinggir atas
introitus vagina ukuran tersebut dikurangi 1 cm untuk mendapatkan
diameter dari pessarium yang akan dipakai.
6. Lubrikasi ujung pessarium dan introitus vagina.
7. Masukkan ujung pessarium secara perlahan dengan cara menjauhi uretra
sambil menyuruh pasien untuk menarik napas, setelah bagian atas masuk
kedalam vagina, bagian tersebut ditempatkan di forniks serviks posterior.
8. Memeriksa ekspulsi pessarium dengan cara meminta pasien untuk
mengedan dan batuk.
9. Apabila tidak terjadi ekpulsi, selipkan jari di antara pessarium dan dinding
vagina untuk memastikan pemasangan tidak terlalu ketat.
10. Apabila ukuran pessarium cukup beri instruksi pasien untuk mengedan
seperti pada saat BAB.
11. Minta pasien untuk berjalan beberapa menit.
12. Apabila tidak ada keluhan minta pasien untuk kontrol ulang 2 minggu
kemudian, namun jika ada keluhan seperti nyeri, kesulitan BAB atau BAK
suruh pasien untuk kontrol ke RS.
13. Pemasangan pessarium selesai.
Terapi :
20