Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

Lingkungan yang sehat terdiri dari keluarga dan anak-anak yang sehat. Anak
yang sehat didefinisikan sebagai anak yang tidak menderita penyakit dan gangguan
apapun, namun bertumbuh secara stabil, serta matang dalam aspek fisik maupun
kognitif.(1) Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembangnya.
Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor genetik/keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen
yang berasal dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan
biologis, fisik, psikologis, dan sosial.(2)
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada
usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase
”Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk
memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat
terdeteksi apabila terjadi gangguan. Selain itu, penanganan gangguan yang sesuai
pada masa golden age dapat meminimalisir kelainan pertumbuhan dan perkembangan
anak sehingga kelaianan yang bersifat permanen dapat dicegah (2)
Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi pemantauan dari aspek fisik,
psikologi, dan sosial. Pemantauan tersebut harus dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan. Sedini mungkin pemantauan dapat dilakukan oleh orang tua.
Selain itu pemantauan juga dapat dilakukan oleh masyarakat melalui kegiatan
posyandu dan oleh guru di sekolah. Oleh karena itu, pengetahuan tentang deteksi dini
pertumbuhan dan perkembangan anak perlu dimiliki oleh orang tua, guru, dan
masyarakat.(2)
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) dan

1
ukuran panjang (cm, meter). Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari seluruh bagian
tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil berinteraksi dengan
lingkungannya.(3)
Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan, sehingga
setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan merupakan
hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya.(2)
Tumbuh kembang anak akan berlangsung secara teratur, saling berkaitan, dan
berkesinambungan dimulai sejak pembuahan sampai dewasa. Walaupun terdapat
variasi, namun setiap anak akan melewati suatu pola tertentu. Tahapan tumbuh
kembang anak yang terbagi menjadi dua, yaitu masa prenatal dan masa postnatal.
Setiap masa tersebut memiliki ciri khas dan perbedaan dalam anatomi, fisiologi,
biokimia, dan karakternya.(2)
Masa prenatal adalah masa janin didalam kandungan, dan terdiri atas dua periode
yaitu masa embrio dan masa fetus. Masa embrio adalah periode setelah konsepsi
hingga umur kehamilan 8 minggu, dimana ovum yang dibuahi akan mengalami
diferensiasi yang berlangsung cepat hingga membentuk suatu sistem organ dalam
tubuh. Masa fetus adalah kehamilan pada awal minggu ke 9, dan dibagi pada dua
tahap yaitu masa fetus dini dan masa fetus lanjut. Masa fetus dini mulai saat
kehamilan berusia 9 minggu sampai dengan trimester kedua. Pada tahap ini, terjadi
kecepatan yang meningkat pada pertumbuhan dan pembentukan janin, sehingga
membentuk manusia dengan organ-organ tubuh yang mulai berfungsi. (5)
Masa akhir trimester kedua memasuki trimester ketiga, menunjukkan fase fetus
dini memasuki fase fetus lanjut dimana, pertumbuhan berlangsung dengan pesat dan
perkembangan fungsi-fungsi tubuh mulai terlihat. Pada fase ini juga terjadi transfer
immunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui plasenta sedangkan di daerah otak
dan retina fetus terjadi akumulasi asam lemak essensial dari seri omega 3 dan omega
6. (5)

2
Sesudah lahir, tahap pertumbuhan dan perkembangan akan masuk ke masa post
natal. Masa post natal terdiri dari beberapa periode, yaitu masa neonatal (0-28 hari),
masa bayi (bayi dini dan bayi lanjut), masa prasekolah, masa sekolah atau pra-
pubertas dan masa remaja. (5)
Tahap awal neonatus adalah beradaptasi terhadap lingkungan, yang termasuk
perubahan sirkulasi darah dan mulainya berfungsi berbagai organ-organ tubuhnya
yang lain seperti parunya.(5)
Setelah berakhirnya masa neonatus, fase berikutnya adalah fase bayi, yang terbagi
dua fase yaitu bayi dini dan bayi lanjut. Fase bayi dini yang berawal dari usia 1 bulan
hingga 12 bulan. Pada fase bayi dini pertumbuhan akan terjadi dengan pesat dan
proses pematangan organ akan berlangsung secara berkelanjutan terutama
meningkatnya fungsi sistem saraf.(5)
Setelah bayi mencapai usia 1 tahun, ia akan masuk ke masa bayi akhir, yang
berlangsung hingga ia mencapai usia 2 tahun, ditahap ini kecepatan pertumbuhan
mulai menurun dan ada kemajuan pada perkembangan motorik dan fungsi ekskresi.(5)
Pada saat usianya masuk 2 tahun, dia akan memasuki tahap prasekolah, di usia ini
pertumbuhan anak akan berlangsung dengan stabil dan terjadi perkembangan dengan
aktifitasnya sehari-hari dan meningkatnya keterampilan dan proses berpikir. Masa
sekolah atau masa prapubertas terjadi pada anak wanita dikalangan usia 6 hingga 10
tahun, sedangkan anak laki laki usia 8 hingga 12 tahun. Pada periode ini anak-anak
akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan masa
prasekolah, keterampilan dan intelektual makin berkembang, serta senang bermain
berkelompok dengan jenis kelamin yang sama. Anak wanita biasanya akan memasuki
masa remaja 2 tahun lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Usia anak wanita
memasuki masa remaja adalah antara usia 10 hingga 18 tahun, sedangkan anak laki -
laki akan mengalami masa remaja diusia 12 hingga 20 tahun. Masa ini merupakan
transisi periode anak memasuki tahap menjadi seorang dewasa. Pada tahap ini akan
terjadi percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat, dan

3
disertai dengan pertumbuhan dan perkembangan pesat dari alat kelamin dan
timbulnya tanda- tanda alat reproduksi sekunder.(5)
Monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya dapat dinilai
berdasarkan usinya menggunakan parameter ukur tertentu seperti fisik, gizi, maturitas
dan penilaian milestones perkembangan.(5) Perkembangan anak pada fase awal
terbagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional, yaitu motorik kasar, motorik halus
dan penglihatan, berbicara dan bahasa, serta sosial emosi dan perilaku. Jika terjadi
kekurangan pada salah satu aspek kemampuan tersebut dapat mempengaruhi
perkembangan aspek yang lain.(2) Kurangnya stimulasi mungkin berkaitan dengan
keterlambatan perkembangan terutama pada kemampuan berbicara, bahasa dan
sosial.(5)
Pada tahun 2005, Meadow dan Newell membagi tahap-tahap perkembangan
menurut usia anak sebagai berikut(6) :
1. Motorik Kasar

Usia Motorik Kasar


1. Berjalan mengelilingi perabotan dengan melangkah di sisi-sisi
perabotan
12 bulan
2. Merangkak dengan keempat tungkai; berjalan dengan tangan
dituntun
Berjalan sendiri dan mengambil sebuah mainan dari lantai tanpa
18 bulan
terjatuh
1. Berlari
2 tahun
2. Naik turun tangga dengan dua kaki tiap anak tangga
1. Naik tangga dengan satu kaki tiap anak tangga
3 tahun
2. Berdiri dengan satu kaki selama beberapa saat

2. Motorik Halus

Usia Motorik Halus

1. Jari telunjuk mendekati objek kecil kemudian mengambilnya


12 bulan dengan genggaman menjepit
2. Menjatuhkan mainan dengan sengaja kemudian mengamatinya

4
1. Membangun menara dengan tiga kubus
18 bulan
2. Menulis tak beraturan
2 tahun Membangun menara dengan enam kubus
1. Membangun menara dengan Sembilan kubus
3 tahun
2. Meniru gambar O

3. Pendengaran dan Kemampuan Bicara

Usia Pendengaran dan Kemampuan Bicara


1. Mengoceh tanpa terputus
12 bulan 2. Beberapa kata
3. Memahami beberapa perintah sederhana
1. Menggunakan banyak kata, menyebutkan nama beberapa orang
18 bulan
2. Sesekali menggunakan dua kata bersambung
Menyambung beberapa kata menjadi frase sederhana untuk
2 tahun
menyatakan sebuah ide
1. Berbicara dalam satu kalimat
3 tahun
2. Menyebutkan nama lengkapnya

4. Emosi dan Perilaku

Usia Emosi dan Perilaku

1. Bekerjasama saat berpakaian, misalnya berpegangan pada lengan


12 bulan
2. Melambaikan tangan
1. Minum dari gelas dengan dua tangan
18 bulan
2. Menuntut perhatian terus menerus
1. Menggunakan sendok
2 tahun 2. Menyatakan kebutuhan toilet, mengompol di siang hari
berkurang
1. Makan dengan sendok dan garpu
3 tahun 2. Dapat melepas pakaian tanpa bantuan
3. Berhenti mengompol malam hari

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Secara


garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu faktor

5
internal dan faktor eksternal (lingkungan). Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan hasil interaksi dua faktor tersebut. (2)
Faktor internal terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis
kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom. Anak yang terlahir dari suatu ras
tertentu, misalnya ras Eropa mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang daripada
ras Mongol. Wanita lebih cepat dewasa dibanding laki-laki. Pada masa pubertas
wanita umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki, kemudian setelah melewati
masa pubertas sebaliknya laki-laki akan tumbuh lebih cepat. Adanya suatu kelainan
genetik dan kromosom dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak,
seperti yang terlihat pada anak yang menderita Sindrom Down.(2)
Selain faktor internal, faktor eksternal juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Contoh faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak adalah gizi, stimulasi, psikologis, dan sosial
ekonomi. Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses tumbuh
kembang anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang terdapat dalam
darah ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada tersedianya bahan makanan dan
kemampuan saluran cerna. Hasil penelitian tentang pertumbuhan anak Indonesia yang
dilakukan Sunawang pada gahun 2002 menunjukkan bahwa kegagalan pertumbuhan
paling gawat terjadi pada usia 6-18 bulan. Penyebab gagal tumbuh tersebut adalah
keadaan gizi ibu selama hamil, pola makan bayi yang salah, dan penyakit infeksi.(2)
Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh stimulasi dan psikologis. Rangsangan
atau stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya dengan penyediaan alat mainan,
sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain akan mempengaruhi anak
dalam mencapai perkembangan yang optimal. Seorang anak yang keberadaannya
tidak dikehendaki oleh orang tua atau yang selalu merasa tertekan akan mengalami
hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangan.(2)
Faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan dan perkembangan
anak adalah faktor sosial ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan
makanan, kesehatan lingkungan yang jelek, serta kurangnya pengetahuan.(2)

6
Namun tidak semua anak dapat bertumbuh dan berkembang normal sesuai
tahapan usianya. Dalam masa pertumbuhannya, seorang anak bisa saja mengalami
keterlambatan dalam banyak aspek.(2)
Menurut World Health Organization (WHO), terdapat sekitar 5% dari total
populasi anak dibawah 14 tahun yang menderita kecacatan, mulai dari tingkat ringan
hingga berat. Di Amerika Serikat, gangguan perkembangan dapat mengenai 16-18%
anak di bawah usia 18 tahun. Peneliti lain melaporkan prevalensi kecacatan pada anak
di beberapa wilayah lain seperti Jamaica dan Pakistan dapat mencapai 15%.(7)
Tampaknya, masalah keterlambatan perkembangan merupakan hal yang tidak boleh
diabaikan, karena akan berdampak sangat besar terhadap psikologis, emosional, dan
ekonomi penderita serta keluarga dan masyarakat disekitarnya.(8)

7
BAB II
ISI

Bayi lahir dalam tahap perkembangannya akan mempelajari beberapa


kemampuan penting secara bertahap sesuai usianya. Kemampuan-kemampuan
tersebut dikenal sebagai tahapan perkembangan. Perkembangan yang terlambat
(developmental delay) adalah ketertinggalan secara signifikan pada aspek fisik,
kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan sosial seorang anak bila
dibandingkan dengan anak normal seusianya. Seorang anak dengan developmental
delay akan tertunda dalam mencapai satu atau lebih perkembangan kemampuannya.
Global Developmental Delay (GDD) adalah istilah yang digunakan bagi anak
yang mengalami keterlambatan perkembangan pada 2 atau lebih lingkup
perkembangan yaitu motorik kasar, motorik halus, kata-kata berbahasa, kognisi sosial
dan aktivitas sehari-hari yang harusnya sudah dapat dicapai anak normal seusianya.
Prevalensi GDD diperkirakan mencapai 5-10% dari total seluruh populasi anak di
dunia dan sebagian besar anak dengan GDD memiliki kelemahan pada semua tahapan
kemampuannya. Sementara di Indonesia khususnya di Jakarta, telah dilakukan
Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SSDIDTK).
Hasilnya, dari 476 anak yang diberi pelayanan SDIDTK, ditemukan 57 (11,9%) anak
dengan kelainan tumbuh kembang. Adapun lima jenis kelainan tumbuh kembang
yang paling banyak dijumpai adalah, Delayed Development (tumbuh kembang yang
terlambat) sebanyak 22 anak, Global Delayed Development sebanyak 4 anak, gizi
kurang sebayak 10 anak, mikrosefal sebanyak 7 anak dan anak yang tidak mengalami
kenaikan berat badan dalam beberapa bulan terakhir sebanyak 7 anak.4
Global Developmental Delay dapat terjadi pada semua aspek yang terdapat pada
masa perkembangan seorang anak. Ciri khas GDD biasanya berupa fungsi intelektual
yang lebih rendah dibanding anak seusianya disertai hambatan dalam berkomunikasi
yang cukup berarti, keterbatasan kepedulian terhadap diri sendiri, keterbatasan
kemampuan dalam pekerjaan, akademik, kesehatan dan keamanan dirinya.

8
Terdapat beberapa penyebab yang mungkin menyebabkan Global Developmental
Delay. Beberapa diantaranya dapat dimodifikasi dan diterapi, namun sebagian besar
diturunkan secara genetik.
1. Genetik
 Mudah teridentifikasi, contoh : Sindrom Down
 Sulit diidentifikasi, contoh : Fragile X, Velo-cardio-facial syndrome
neurological signs, dysmorphic features (22q11 deletion), Angelman’s,
Soto’s, Rett's, maternal Phenylketonuria, Mucopolysaccharidoses, or a
family history Duchenne Muscular Dystrophy, Tuberous Sclerosis,
Neurofibromatosis Type 1, and subtelomeric deletions
2. Metabolik (contoh : Urea Cycle disorders)
3. Endokrin (contoh : Hipertiroidisme)
4. Trauma (contoh : cedera otak)
5. Lingkungan (contoh : kurangnya stimulasi yang diberikan orangtua bagi
anaknya)
6. Malformasi otak (contoh : Neuronal Migration Disorders)
7. Infeksi (contoh : Rubella, CMV, HIV, Neonatal meningitis)
8. Racun (contoh : ibu yang mengkonsumsi alkohol ataupun obat-obatan pada
masa kehamilan, racun timbal)
Sebagian besar pemeriksaan pada anak dengan GDD difokuskan pada
keterlambatan perkembangan kemampuan kognitif, motorik, atau bahasa. Gejala yang
mungkin terdapat pada anak penderita GDD antara lain :
 Keterlambatan perkembangan sesuai tahap perkembangan pada usianya : anak
terlambat duduk, berdiri, berjalan
 Keterlambatan kemampuan motorik halus
 Rendahnya kemampuan sosial
 Perilaku agresif
 Masalah dalam berkomunikasi

9
Oleh karena itu, penilaian pertumbuhan dan perkembangan harus dilakukan sedini
mungkin sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang
dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh
kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada anak usia dini. Melalui
deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini,
sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan
dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-
upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan demikian
dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal. Penilaian pertumbuhan dan
perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan
penilaian perkembangan. Masing-masing penilaian tersebut mempunyai parameter
dan alat ukur tersendiri. (2)
Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian
menggunakan alat baku (standar). Untuk menjamin ketepatan dan keakuratan
penilaian harus dilakukan dengan teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan dalam
kurun waktu tertentu untuk menilai kecepatan pertumbuhan. (2)
Kemajuan perkembangan anak mengikuti suatu pola yang teratur dan mempunyai
variasi dalam batas pencapaian dan kecepatan. Batasan usia menunjukkan bahwa
suatu patokan kemampuan harus dicapai pada usia tertentu. Batas ini menjadi penting
dalam penilaian perkembangan, apabila anak gagal mencapai dapat memberikan
petunjuk untuk segera melakukan penilaian yang lebih terperinci dan intervensi yang
tepat.(2)
Penilaian perkembangan anak dilakukan melalui program kegiatan surveilans dan
skrining. Kepedulian orang tua sangatlah penting ketika terdapat hal-hal ganjil yang
ditemukan oleh para profesional pada perkembangan anak. Skrining perkembangan
adalah instrumen yang standard dan valid yang telah diteliti kepekaannya untuk
mendeteksi gangguan perkembangan pada anak. Instrumen standard pengukuran
memerlukan kepekaan dan spesifisitas sebanyak 70-80%. Ada beberapa instrumen
yang dapat digunakan untuk deteksi gangguan perkembangan anak, salah satu yang

10
paling sering digunakan secara internasional adalah Denver II atau DDST II.
Sedangkan di Indonesia alat yang paling sering digunakan oleh para ahli medis
adalah KPSP atau Kuesioner Pra Skrining Perkembangan.(5)
Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang Denver Development
Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-
R). DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak.
Adapun tujuan DDST II antara lain :
 Mendeteksi dini perekembangan anak
 Menilai dan memantau perkembangan anak sesua usia (0 – 6 tahun)
 Salah satu antisipasi bagi orang tua
 Identifikasi perhatian orang tua dan anak tentang perkembangan
 Mengajarkan perilaku yang tepat sesuai usia anak
Dalam pemeriksaan DDST II ada empat aspek yang dinilai, yaitu perilaku sosial,
gerakan motorik halus, bahasa, dan gerakan motorik kasar. Pada point perilaku sosial,
aspek yang dinilai berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Pada point gerakan motorik halus, aspek yang
dinilai berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Pada point bahasa, aspek yang dinilai
berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan. Pada point gerak motorik kasar, aspek
yang dinilai berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Dalam proses penilaiannya, DDST II menggunakan beberapa simbol :
 O = F (Fail/gagal)
Bila anak tidak mampu melakukan uji coba dengan baik, ibu/pengasuh
memberi laporan anak tidak dapat melakukan tugas dengan baik
 M = R (Refusal/menolak)
Anak menolak untuk uji coba

11
 V = P (Pass/lewat)
Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik, ibu/pengasuh memberi
laporan tepat/dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukan dengan baik.
 No = No Opportunity
Anak tidak punya kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada
hambatan, uji coba yang dilakukan orang tua.
Cara pemeriksaan DDST II :
a. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan
diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu
tahun. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke
bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
b. Buat garis lurus dari atas sampai bawah berdasarkan umur kronologis yang
memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir.
c. Uji semua item dengan cara :
1) Pertama pada tiap sektor, uji 3 item yang berada di sebelah kiri garis umur
tanpa menyentuh batas usia
2) Kedua uji item yang berpotongan pada garis usia
3) Ketiga item sebelah kanan tanpa menyentuh garis usia sampai anak gagal
d. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa
yang F.
Interpretasi nilai DDST II :
a. Advanced
Bila anak mampu melaksanakan tugas pada item disebelah kanan garis umur,
lulus kurang dari 25% anak yang lebih tua dari usia tersebut.
b. Normal
Bila anak gagal/ menolak tugas pada item disebelah kanan garis umur,
lulus/gagal/menolak pada item antara 25-75% (warna putih).
c. Caution

12
Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal/menolak pada item antara 75-100%
(warna hijau).
d. Delay
Gagal/menolak item yang ada disebelah kiri dari garis umur.
Hasil tes dapat diklasifikasikan dalam : normal, abnormal, meragukan dan tidak
dapat dites.
1) Abnormal
 Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
 Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus
1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia .
2) Meragukan
 Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
 Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada
sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia.
3) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau
meragukan.
4) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.

Lain halnya dengan KPSP. KPSP merupakan suatu kuesioner yang berisi 9
hingga 10 pertanyaan yang disusun merurut umur anak, dengan tujuan untuk
mengetahui perkembangan seorang anak apakah sesuai dengan usianya ataukah
ditemukan kecurigaan penyimpangan. Sasaran KPSP adalah anak umur 0 hingga 72

13
bulan. Acuan yang digunakan dalam penyusunan KPSP adalah 'Prescreening
Developmental Questionaire' (PDQ) dari Frankenburg dkk pada tahun 1976. (5)
Kriteria penilaian pada aspek perkembangan terdiri dari: motorik kasar,
motorik halus, kemampuan berbicara dan berbahasa serta kemampuan bersosialisasi
dan kemandirian. KPSP dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan ataupun tenaga non
kesehatan yang terlatih. (9)
Skrining KPSP rutin dilakukan pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42,
48, 54, 60, 66 dan 72 bulan, jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta
ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin.
Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
perkembangan sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan
menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda. (9)
Prosedur pemeriksaan KPSP (9) :
1. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir.
Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh: bayi umur 3
bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari,
dibulatkan menjadi 3 bulan.
3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
4. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
- Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: “Dapatkah bayi
makan kue sendiri ?”
- Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan
tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang,
tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi
duduk”.
5. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya.

14
6. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada
formulir.
7. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu.
8. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
Interpretasi hasil KPSP (9) :
 Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab anak bisa atau pernah atau
sering atau kadang-kadang melakukannya.
 Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
 Apabila jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai (S)
dengan tahap perkembangannya.
 Apabila jumlah jawaban Ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M),
tentukan jadwal untuk dilakukan pemeriksaan ulang dua minggu kemudian
sambil dilakukan stimulasi.
 Apabila jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P) maka anak tersebut memerlukan pemeriksaan lebih lanjut
atau dirujuk.
Jika didapatkan hasil yang menyimpang, maka anak harus segera diterapi agar
gangguan perkembangan yang diderita dapat diminimalisir. Terapi yang diberikan
disesuaikan dengan ruang lingkup keterlambatan sang anak.
1. Jika terjadi gangguaan bahasa, maka :
 Telusuri apakah gangguan bahasa merupakan keterlambatan
perkembangan atau akibat etiologi tertentu seperti gangguan neurologis
dan adanya lesi anatomis.
 Terapi ahli wicara : bahasa reseptif dan ekspresif.

15
 Terapi ini akan membantu anak dalam memahami bahasa yang diucapkan
orang lain dan membentuk cara anak berkomunikasi.
 Orang tua bisa memberikan stimulasi dengan mengajak anak berbicara,
bernyanyi, membaca, memberi penghargaan bila anak mulai mengucapkan
sesuatu
2. Jika terjadi gangguan pada motorik kasar dan motorik halus, maka :
 Telusuri keterlambatan anak lalu diberikan fisioterapi untuk motorik kasar
dan terapi okupasi untuk motorik halus
3. Jika terjadi gangguan personal sosial
 Untuk gangguan personal sosial, maka terapi dimulai dari keluarga dengan
memberi contoh pada anak dan apabila anak berhasil melakukan suatu hal
dengan baik, dapat diberi hadiah. Selain itu juga perlu dilakukan kerja
sama dengan psikiatri dan pemberian pelatihan kemampuan sosial.
Untuk mencegah terjadinya hasil yang menyimpang, maka kemampuan dan
tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat bertumbuh
dan berkembang secara optimal sesuai usianya. Anak yang mendapat stimulasi yang
terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak
mendapat stimulasi. Orang tua dapat mengajak anak bermain, berbicara, dan
memberikan kasih sayang. Bagi anak, bermain bukan sekedar mengisi waktu luang
saja, tetapi melalui bermain anak belajar mengendalikan dan mengkoordinasikan
otot-ototnya, melibatkan perasaan, emosi, dan pikirannya. Sehingga dengan bermain
anak mendapat berbagai pengalaman hidup, selain itu bila dilakukan bersama orang
tuanya hubungan orang tua dan anak menjadi semakin akrab dan orang tua juga akan
segera mengetahui kalau terdapat gangguan perkembangan anak secara dini. (3)

16
Daftar Pustaka

1. Cetinkaya, Senay. The Growth and Development in Healthy Child. 2011.


Turkey.
2. Chamidah, Atien Nur. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak. 2012
3. Kania, Nia. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk Mencapai Tumbuh
Kembang yang Optimal. 2012
4. Royhanaty, Isy. Tumbuh Kembang Anak. 2013
5. Mandala, Ratna. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. 2012.
6. Srikandi, Remi. Tumbuh Kembang Balita. 2011
7. Poon JK, Larossa CL, Pai GS. Developmental Delay : Timely Identification
and Assesment. Indian Pediatrics Vol. 47. 2010.
8. Chiu, Simon. Basics to the Approach of Developmental Delay. 2013.
9. Kadi FA, Garna H, Fadlyana E. Kesetaraan Hasil Skrining Risiko
Penyimpangan Perkembangan Menurut Cara Kuesioner Praskrining
Perkembangan (KPSP) dan Denver II pada Anak Usia 12-14 Bulan dengan
Berat Lahir Rendah. Sari Pediatri Vol 10 no 1. 2008.

17

Anda mungkin juga menyukai