Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

LAPORAN PENDAHULUAN
NSTEMI
DI RUANG CVCU RSUP DR MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

OLEH :
MSY HARTINA ULFA
04064881820029

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
KONSEP DASAR
1. Definisi
NSTEMI adalah adanya ketidakseimbangan antara pemintaan dan suplai oksigen
ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan menyebabkan iskemia
miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan
reversibel pada tingkat sel dan jaringan. (Sylvia,2008). NSTEMI adalah infark miokard
akut tanpa elevasi ST yang terjadi dengan mengembangkan oklusi lengkap arteri koroner
kecil atau oklusi parsial arteri koroner utama yang sebelumnya terkena aterosklerosis.
Hal ini menyebabkan kerusakan ketebalan parsial otot jantung. Jumlah NSTEMI sekitar
30% dari semua serangan jantung.

2. Patofisiologi
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi
karena thrombosis akut atau vasokonstriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner
diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya
mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis
dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang yang cenderung ruptur
mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang
tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan limposit T yang
menunjukkan adanya proses imflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan sel sitokin
proinflamasi , dan IL-6. Selanjutnya IL-6 akan merangsang pengeluaranaseperti TNF
hsCRP di hati (Sudoyo Aru W, 20010).

3. Etiologi
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan
oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena
thrombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner, sehingga terjadi iskemia miokard
dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan miokard dengan derajat lebih kecil, biasanya
terbatas pada subendokardium. Keadaan ini tidak dapat menyebabkan elevasi segmen
ST, namun menyebabkan pelepasan penanda nekrosis.
Penyebab paling umum adalah penurunan perfusi miokard yang dihasilkan dari
penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombus nonocclusive yang telah
dikembangkan pada plak aterosklerotik terganggu. Penyempitan abnormal dari arteri
koroner mungkin juga bertanggung jawab.

Faktor resiko
a. Yang tidak dapat diubah
1) Umur
2) Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause
3) Riwayat penyakit jantung coroner pada anggota keluarga di usia muda (anggota
keluarga laki-laki muda dari usia 55 tahun atau anggota keluarga perempuan yang
lebih muda dari usia 65 tahun).
4) Hereditas
5) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
b. Yang dapat diubah
1) Mayor : hiperlipidemia, hipertensi, Merokok, Diabete, Obesitas, Diet tinggi lemak
jenuh, kalori.
2) Minor : Inaktifitas fisik, emosional, agresif, ambisius, kompetitif, stress psikologis
berlebihan.

Faktor penyebab
a. Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada
b. Obstruksi dinamik (spasme coroner atau vasokontriksi)
c. Obstruksi mekanik yang progresif
d. Inflamasi dan atau inflamasi
e. Faktor atau keadaan pencetus

4. Manifestasi Klinis
a. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar, ditindih
benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang berlangsung ≥ 20
menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala yang menyertai : berkeringat,
pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas.
b. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
c. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung akut.
d. Bisa atipik:
1) Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
2) Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal jantung bisa
tanpa disertai nyeri dada.

5. Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien NSTEMI, adalah:
a. Disfungsi ventrikuler
Setelah NSTEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial dalambentuk,
ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses
inidisebut remodeling ventikuler dan umumnya mendahului berkembangnya gagal
jantung secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun pasca infark.
b. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama kematian di rumah
sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik
dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal ( 10 hari infark ) dan
sesudahnya. Tanda klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi
jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti paru.
c. Gagal jantung
d. Syok kardiogenik
e. Perluasan IM
f. Emboli sitemik/pilmonal
g. Perikardiatis
h. Ruptur
i. Ventrikrel
j. Otot papilar
k. Kelainan septal ventrikel
l. Disfungsi katup
m. Aneurisma ventrikel
n. Sindroma infark pascamiokardias

6. Penatalaksanaan Medis
Tatalaksana awal pasien dugaan SKA (dilakukan dalam waktu 10 menit):
a. Memeriksa tanda-tanda vital
b. Mendapatkan akses intra vena
c. Merekam dan menganalisis EKG
d. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
e. Mengambil sediaan untuk pemeriksaan enzim jantung, elektrolit serta pemeriksaan
koagulasi.
f. Mengambil foto rongten thorax (<30 menit).
EKG harus dilakukan segera dan dilakukan rekaman EKG berkala untuk
mendapatkan ada tidaknya elevasi segmen ST. Troponin T/I diukur saat masuk, jika
normal diulang 6-12 jam kemudian. Enzim CK dan CKMB diperiksa pada pasien
dengan onset < 6 jam dan pada pasien pasca infark < 2minggu dengan iskemik
berulang untuk mendeteksi reinfark atau infark periprosedural.

Tatalaksana awal SKA tanpa elevasi segmen ST di unit emergency:


a. Oksigen 4 L/ menit (saturasi oksigen dipertahankan > 90%)
b. Aspirin 160 mg (dikunyah)
c. Tablet nitrat 5mg sublingual (dapat diualang 3x) lalu per drip bila masih nyeri dada.
d. Mofin IV (2,5mg-5mg) bila nyeri dada tidak teratasi dengan nitrat.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Biomarker Jantung:
Troponin T dan Troponin I
Petanda biokimia troponin T dan troponin I mempunyai peranan yang sangat penting
pada diagnostik, stratifikasi dan pengobatan penderita Sindroma Koroner Akut
(SKA).Troponin T mempunyai sensitifitas 97% dan spesitifitas 99% dalam
mendeteksi kerusakan sel miokard bahkan yang minimal sekalipun (mikro
infark). Sedangkan troponin I memiliki nilai normal 0,1. Perbedaan troponin T
dengan troponin I:
1) Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu komponen
inhibitorik yang berfungsi mengikat aktin.
2) Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang berfungsi mengikat
tropomiosin.
b. EKG (T Inverted dan ST Depresi)
Pada pemeriksaan EKG dijumpai adanya gambaran T Inverted dan ST depresi yang
menunjukkan adanya iskemia pada arteri koroner. Jika terjadi iskemia, gelombang T
menjadi terbalik (inversi), simetris, dan biasanya bersifat sementara (saat pasien
simptomatik). Bila pada kasus ini tidak didapatkan kerusakan miokardium, sesuai
dengan pemeriksaan CK-MB (creatine kinase-myoglobin) maupun troponin yang
tetap normal, diagnosisnya adalah angina tidak stabil. Namun, jika inversi
gelombang T menetap, biasanya didapatkan kenaikan kadar troponin, dan
diagnosisnya menjadi NSTEMI. Angina tidak stabil dan NSTEMI disebabkan oleh
thrombus non-oklusif, oklusi ringan (dapat mengalami reperfusi spontan), atau
oklusi yang dapat dikompensasi oleh sirkulasi kolateral yang baik.
c. Echo Cardiografi pada Pasien Non-ST Elevasi Miokardial Infark
1) Area Gangguan
2) Fraksi Ejeksi
Fraksi ejeksi adalah daya sembur jantung dari ventrikel ke aorta. Freksi pada
prinsipnya adalah presentase dari selisih volume akhir diastolik dengan volume
akhir sistolik dibagi dengan volume akhir diastolik. Nilai normal > 50%. Dan
apabila < dari 50% fraksi ejeksi tidak normal.
d. Angiografi koroner (Coronari angiografi)
Untuk menentukan derajat stenosis pada arteri koroner. Apabila pasien mengalami
derajat stenosis 50% padapasien dapat diberikan obat-obatan. Dan apabila pasien
mengalami stenosis lebih dari 60% maka pada pasien harus di intervensi dengan
pemasangan stent.

Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik atau compos
mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perusi
sistem saraf pusat.
b. B1 (Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan mengeluh sesak napas
seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya ditemukan. Sesak napas terjadi akibat
pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri
yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat
kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada saat melakukan kegiatan
fisik. Dispnea kardiak pada infark miokardium yang kronis dapat timbul pada saat
istirahat.
c. B2 (Blood)
1) Inspeks : adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri biasanya di
daerah substernal atau nyeri atas pericardium. Penyebaran nyeri dapat meluas di
dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
2) Palpasi : denyut nadi perifer melemah. Thrill pada IMA tanpa komplikasi biasanya
tidak ditemukan.
3) Auskultasi : tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup
yang disebabkan IMA. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya
tidak ditemukan pada IMA tanpa komplikasi.
4) Perkusi: batas jantung tidak mengalami pergeseran
d. B3 (Brain)
Kesadaran umum klien biasanya CM. Pengkajian objektif klien, yaitu wajah meringis,
menangis, merintis, merenggang, dan menggeliat yang merupakan respons dari
adanya nyeri dada akibat infark pada miokardium. Tanda klinis lain yang ditemukan
adalah takikardia, dispnea pada saat istirahat maupun saat beraktivitas.
e. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Oleh karena itu, perawat
perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan IMA karena merupakan tanda
awal syok kardiogenik.
f. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi abdomen ditemukan nyeri
tekan pada keempat kuadran, penurunan peristaltic usus yang merupakan tanda utama
IMA.
g. B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa kelemahan,
kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga teratur.
perubahan postur tubuh.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan
kebutuhan miokardium akibat sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium,
peningkatan produksi asam laktat.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernafasan
c. Penururnan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, konduksi
elektrikal.
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Nyeri akut Setelah diberikan asuhan NIC Label : Pain Management NIC Label : Pain Management
keperawatan asuhan 1. Kaji secara komprehensip 1.Untuk mengetahui tingkat
keperawatan selama …x 2 jam, terhadap nyeri termasuk nyeri pasien
nyeri yang dirasakan klien lokasi, karakteristik, durasi,
berkurang dengan criteria hasil : 2.Untuk mengetahui tingkat
frekuensi, kualitas, intensitas
ketidaknyamanan dirasakan
NOC label : Pain Control nyeri dan faktor presipitasi
oleh pasien
 Klien melaporkan nyeri 2. Observasi reaksi
berkurang 3. Untuk mengalihkan perhatian
ketidaknyaman secara
pasien dari rasa nyeri
 Klien dapat mengenal nonverbal
lamanya (onset) nyeri 4. Untuk mengetahui apakah
3. Gunakan strategi
nyeri yang dirasakan klien
 Klien dapat menggambarkan komunikasi terapeutik untuk
berpengaruh terhadap yang
faktor penyebab mengungkapkan pengalaman
lainnya
nyeri dan penerimaan klien
 Klien dapat menggunakan terhadap respon nyeri 5. Untuk mengurangi factor
teknik non farmakologis yang dapat memperburuk
4. Tentukan pengaruh
 Klien menggunakan nyeri yang dirasakan klien
pengalaman nyeri terhadap
analgesic sesuai instruksi kualitas hidup( napsu makan, 6. Untuk mengetahui apakah
tidur, aktivitas,mood, terjadi pengurangan rasa
Pain Level hubungan sosial) nyeri atau nyeri yang
 Klien melaporkan nyeri
dirasakan klien bertambah.
berkurang 5. Tentukan faktor yang dapat
memperburuk nyeriLakukan 7. Untuk mengurangi tingkat
 Klien tidak tampak mengeluh evaluasi dengan klien dan tim ketidaknyamanan yang
dan menangis kesehatan lain tentang ukuran
 Ekspresi wajah klien tidak pengontrolan nyeri yang telah dirasakan klien.
menunjukkan nyeri dilakukan
8. Agar nyeri yang dirasakan
 Klien tidak gelisah 6. Berikan informasi tentang klien tidak bertambah.
nyeri termasuk penyebab
9. Agar klien mampu
nyeri, berapa lama nyeri akan
menggunakan teknik
hilang, antisipasi terhadap
nonfarmakologi dalam
ketidaknyamanan dari
memanagement nyeri yang
prosedur
dirasakan.
7. Control lingkungan yang
10. Pemberian analgetik dapat
dapat mempengaruhi respon
mengurangi rasa nyeri pasien
ketidaknyamanan klien( suhu
ruangan, cahaya dan suara)
8. Hilangkan faktor presipitasi
yang dapat meningkatkan
pengalaman nyeri klien(
ketakutan, kurang
pengetahuan)
9. Ajarkan cara penggunaan
terapi non farmakologi
(distraksi, guide
imagery,relaksasi)
10. Kolaborasi pemberian
analgesic
NIC Label : Airway NIC Label : Airway
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan
Management Management
keperawatan selama 3 x 24jam 1. Posisikan pasien semi fowler 1. Untuk memaksimalkan
2. Auskultasi suara nafas, catat potensial ventilasi
pasien menunjukkan 2. Memonitor kepatenan jalan
hasil penurunan daerah
keefektifan pola nafas, napas
ventilasi atau tidak adanya
3. Memonitor respirasi dan
dengan kriteria hasil: suara adventif keadekuatan oksigen
3. Monitor pernapasan dan
NOC Label : Respiratory NIC Label : Oxygen Therapy
status oksigen yang sesuai
Status: Airway patency 1. Menjaga keadekuatan
1. Frekuensi, irama, kedalaman NIC Label : Oxygen Therapy ventilasi
pernapasan dalam batas 1. Mempertahankan jalan napas 2. Meningkatkan ventilasi dan
normal paten asupan oksigen
2. Tidak menggunakan otot- 2. Kolaborasi dalam pemberian 3. Menjaga aliran oksigen
otot bantu pernapasan oksigen terapi mencukupi kebutuhan pasien
3. Monitor aliran oksigen
NOC Label : Vital Signs NIC Label : Respiratory
NIC Label : Respiratory Monitoring
1. Tanda Tanda vital dalam
Monitoring 1. Monitor keadekuatan
rentang normal (tekanan pernapasan
darah, nadi, pernafasan) (TD 1. Monitor kecepatan, ritme, 2. Melihat apakah ada obstruksi
kedalaman dan usaha pasien di salah satu bronkus atau
120-90/90-60 mmHg, nadi saat bernafas adanya gangguan pada
80-100 x/menit, RR : 18-24 2. Catat pergerakan dada, ventilasi
simetris atau tidak,
x/menit, suhu 36,5 – 37,5 C) 3. Mengetahui adanya sumbatan
menggunakan otot bantu pada jalan napas
pernafasan 4. Memonitor keadaan
3. Monitor suara nafas seperti pernapasan klien
snoring
4. Monitor pola nafas:
bradypnea, tachypnea,
hiperventilasi, respirasi
kussmaul, respirasi cheyne-
stokes dll

Setelah dilakukan tindakan 1. Aukskultasi nadi, kaji 1. Agar mengetahui seberapa


Penururnan curah jantung
keperawatan selama 3 x 24jam frekuensi jantung, irama besar tingkatan
curah jantung kembali normal jantung. perkembangan penyakit
Kriteria Hasil : 2. Pantau tekanan darah secara universal
1. Menununjukan tanda vital 3. Kaji kulit terhadap pucat dan 2. Pada kelainan jantung
dalam batas normal, dan sianosis. peningkatan tekanan darah
bebas gejala gagal jantung. 4. Berikan oksigen tambahan bisa terjadi kapanpun
2. Melaporkan penurunan dengan kanula nasal/masker 3. Pucat/sianosis menunjukan
episode dispnea, angina. sesuai indikasi. menurunnya perfusi perifer
3. Ikut serta dalam aktvitas 5. Kolaborasi pemberian sekunder terhadap tidak
mengurangi beban kerja vasodilator adekuatnya curah jantung
jantung. 4. Meningkatkan sediaan
oksigen untuk kebutuhan
miokard
5. Vasodilator digunakan untuk
meningkatkan curah jantung,
& menurunkan volume
sirkulasi
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. III. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius
Doengoes, E. Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.III. Jakarta : EGC
Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th
Edition. Missouri: Mosby Elsevier
Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi
2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan
Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica
Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.

Anda mungkin juga menyukai