Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK


USIA 7-12 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SEYEGAN SLEMAN
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
JULI PRABOWO
201310201167

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2015
HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK
USIA 7-12 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SEYEGAN SLEMAN
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh :
JULI PRABOWO
201310201167

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2015
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK
USIA 7-12 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SEYEGAN SLEMAN
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :
JULI PRABOWO
201310201167

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Oleh :

Pembimbing : Ns. Sarwinanti, M. Kep., Sp. Kep., Kom.


Tanggal : 16 Februari 2015

Tanda Tangan : ..........................................


HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK
USIA 7-12 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SEYEGAN SLEMAN
YOGYAKARTA

Juli Prabowo, Sarwinanti, Warsiti


STIKES „Aisyiyah Yogyakarta
Email : jlprabowo@gmail.com

Abstract : This research puporsed for knowing the relationship between the
exclusive breastfeeding and diarrhea on 7-12 months children in working area of
public health Seyegan SlemanYogyakarta. This study used analytic survey method
with time approach used is retrospective. The research samples were 36 respondents
who have 7-12 monthschildren in working area of Seyegan Public Health. Sampling
techniques used the purposive sampling technique. The data were gathered using the
checklist (Closed Ended). The data analysis used chi-square. The results of the chi-
squareanalysis showed that the variabel of exclusive breastfeeding associated with
diarrhea obtained the results (p-value = 0.023 <Level of Significant = 0.05) which
means that there is a relationship between exclusive breastfeeding with diarrhea. The
significant relationship is proved by contingency coefficient value 0.326 <0.5
Keywords : exclusive breast milk, diarrhea, 7-12 months infants

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian


ASI eksklusif dengan kejadian diare pada anak usia 7-12 bulan di willayah kerja
Puskesmas Seyegan Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode survey
analytic dengan metode pendekatan waktu yang di gunakan yaitu retrospective.
Sampel dari penelitian ini sebanyak 36 responden yang memiliki anak usia 7-12
bulan di wilayah kerja Puskesmas Seyegan. Tehnik pengambilan sampel
menggunakan tehnik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan ceklist
(Closed Ended). Teknik analisa data mengunakan analisa chi_square. Hasil analisis
chi_squaer menunjukkan bahwa variabel pemberian ASI eksklusif berhubungan
dengan kejadian diare, ditunjukkan dengan hasil (p-value = 0,023 < Level of
Significant = 0,05) yang berarti ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif
dengan kejadian diare. Dengan keeratan hubungan yang signifikan dibuktikan
dengan nilai Koefisien Kontingensi 0,326 < 0,5.
Kata Kunci : ASI eksklusif, Diare, Anak usia 7-12 bulan,
PENDAHULUAN
Tahun 2015 merupakan target dari Millenium Development Goals (MDGs). Yaitu
deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000,
berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Pada butir ke 4 dari
delapan butir tujuan MDGs yaitu mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-
anak usia di bawah 5 tahun. berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012
sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup menurun dari 20 per 1000 kelahiran hidup di
tahun 2007 dan 23 per 1000 kelahiran hidup berdasarkan hasil SDKI 2002. Perhatian
terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting
karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 56% kematian bayi. Untuk
mencapai target penurunan AKB pada MDG 2015 yaitu sebesar 23 per 1000
kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir
(neonatal) menjadi prioritas utama. sehingga target ke 4, yaitu menurunkan angka
kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKBa) menjadi 2/3 dari
pencapaian di tahun 1990, yaitu menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (KH) untuk
AKB dan 32 per 1.000 KH untuk AKBa di tahun 2015. Tinggi AKB di Indonesia,
disebabkan karena kelahiran prematur, infeksi saat kelahiran, kelainan bawaan
(kongenital) serta rendahnya pemberian ASI segera setelah lahir (inisiasi ASI) dan
pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi (Depkes RI, 2008).
Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun
2013 sebesar 54,3%, Persentase pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa
Tenggara Barat sebesar 79,74%, diikuti oleh Sumatera Selatan sebesar 74,49%, dan
Nusa Tenggara Timur sebesar 74,37%. Sedangkan persentase pemberian ASI
eksklusif terendah terdapat di Provinsi Maluku sebesar 25,21%, diikuti oleh Jawa
Barat sebesar 33,65% dan Sulawesi Utara sebesar 34,67%. Dan Yogyakarta
menempati urutan ke 4 sebesar 70,83% (Profil Kesehatan Indosesia, 2013).
Masih banyak orang yang beranggapan semua susu baik ASI ataupun susu formula
sama saja sehingga masih banya yang memberikan susu formula kepada bayi di
bawah umur 6 tahun dengan berbagai alasan diantaranya daripada menangis terus
kaarena ASI dari ibu belum keluar banyak dan sebagai nya.Perbedaan ASI dan susu
botol adalah bahwa banyak zat yang terdapat dalam kandungan didalam ASI yang
tidak terdapat sama sekali atau bahkan hanya dalam jumlah yang sangat sedikit pada
susu formula dan susu botol. Diantaranya yaitu bahwa ASI mengandung
imunoglobulin, fagosit, limfosit T, enzim-enzim penting lainnya seperti lisozim dan
banyak zat bermanfaat dan berguna lainnya yang terdapat pada ASI yang melindungi
bayi terhadap infeksi seperti halnya sel tubuh, antibodi, hormon dan juga zat penting
lainnya. Meskipun pabrik-pabrik produsen susu formula telah berusaha
menambahkan beberapa zat yang sama dengan yang diatas telah disebutkan pada
beberapa merek susu formula, tetapi zat tersebut bukan berasal dari manusia
sehingga hal ini tidaklah sama dan juga identik. Ini juga yang menyebabkan
perbedaan antara susu ASI dengan susu formula. Selain itu ASI memiliki efek
laktasi maka bayi yag meminum nya mudah buang air besar,jarang terjadi diare, ASI
tanpak nya mengurangi risiko sakit perut dengan dua cara: pertama dengan langsung
menghancurkan mikro organism penyebab yang berbahaya kedua, dengan
menghambat mikroorganisme yang berbahaya karena mendukung pertumbuhan
mikroorganisme yang menguntungkan (indiarti 2008).
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan
penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Menurut hasil
Riskesdas 2007, Diaremerupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%)
dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakanpenyebab
kematianyang ke empat (13,2%). Menurut Riskesdas 2013, insiden diare (≤ 2
minggu terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala pada seluruh kelompok
umur sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada
balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%). Sedangkan period prevalensi
diare pada seluruh kelompok umur (>2 minggu-1 bulan terakhir sebelum
wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%. diare
pada tahun 2013 terjadi di 6 provinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Jawa
Tengah yang mencapai 294 kasus. Sedangkan angka kematian (CFR) akibat KLB
diare tertinggi terjadi di Sumatera Utara yaitu sebesar 11,76% (Profil Kesehatan
Indosesia, 2013). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 24
september 2014 peneliti mewawancarai dua petugas puskesmas yang berada di ruang
gizi dan pelayanan, dan didapat data dari buku kunjungan sakit bayi dan balita di
Puskesmas Seyegan Sleman Yogyakarta, terdapat 22 kasus kejadian diare pada balita
selama bulan januari – juli 2014. Selain itu didapatkan data pemberian ASI pada bayi
usia 0 – 5 bulan dari 5 desa di wilayah kerja Puskesmas Seyegan dengan rician 142
bayi mendapat ASI eksklusif, 52 bayi mendapat ASI yang sudah tidak eksklusif,
serta 4 bayi yang belum di ketahui status pemberian ASI nya.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survey analytic yaitu survey atau penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi. Selanjutnya
melakukan analisis dinamika kolerasi antara fenomena, baik antar faktor risiko
dengan faktor efek, antar faktor risiko, maupun antar faktor efek (Hidayat,2007).
Metode pendekatan waktu yang di gunakan yaitu retrospective. Pendekatan ini
digunakan untuk menanyakan kembali riwayat pemberian ASI eksklusif dan
kejadian diare pada responden (Notoatmodjo, 2010).
Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia 7-12 bulan yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Seyegan. Populasi dalam penelitian ini sebanyak kurang
lebih 144. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2010). Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik
purposive sampling. Dengan cara pengambilan sampel berdasarkan “penilaian”
(judgment) peneliti mengenai siapa-siapa saja yang pantas (memenuhi persyaratan)
untuk dijadikan sampel sesuai kreteria inklusi.
Besarnya sample dalam penelitian ini menggunakan kaidah yang ditetapkan
Arikunto (2002) yaitu apabila sampelnya lebih dari 100 maka diambil 10-15% atau
20-25% atau lebih. peneliti mengambil 25% dari total populasi. Dengan demikian
besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25% dari 144 anak usia
7-12 bulan yaitu 36. Alat pengumpulan data menggunakan alat ukur ceklis yaitu
apakah anak diberi ASI eksklusif atau tidak, dan apakah anak mengalami diare pada
usia 7-12 bulan, pertanyaan dalam ceklis merupakan jenis pertanyaan tertutup.
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara menemui ibu yang mempunyai anak
usia 7-12 bulan di kediaman masing-masing yang bersedia menjadi responden, dan
memasuki kreteria inklusi penelitian.
Setelah data diperoleh selanjut nya dilakukan analisa data. Untuk mengetahui
hubungan antara variabel, dilakukan ujii statistic chi square dengan tingkat
signifikan 0,05 menggunakan sistem komputerisasi uji ini untuk mengetahui ada
tidak nya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat
(Sugiyono, 2006). Jika p < 0,05 maka Ho (hipotesa nol) ditolak, artinya ada
hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare.

HASIL DAN PEMBAHASAAN


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Seyegan Sleman Yogyakarta, yang berdiri
sejak tahun 1950 yang berlokasi di dusun Seyegan Desa Margomulyo Kecamatan
Seyegan, dimana mengalami beberapa kali renovasi dan pada tahun 2006 mengalami
renovasi secara total menjadi bangunan berlantai 2 (dua) yang peresmiannya
dilakukan oleh Bupati Sleman pada tanggal 15 April 2006.
Wilayang UPT Puskesmas Seyegan termasuk wilayah Sleman bagian barat yang
terletak diketinggian 165 m dari permukaan laut. Yang dibatasi sebelah utara oleh
Kecamatan Tempel dan Sleman, sebelah timur dibatasi kecamatan Melati, sebelah
selatan oleh kecamatan Godean, dan sebelah barat oleh kecamatan Minggir. Luas
wilayah Kecamatan Seyegan 2.662,99 ha yang terbagi menjadi 5 Desa yaitu, Desa
Margodadi, Margoluwih, Margomulyo, Margoagung, dan Desa Margokaton, yang
terdiri dari 67 dusun, 149 Rukun Warga (RW), dan 378 Rukun Tangga (RT) 378.
Penduduk Kecamatan Seyegan berjumlah 46.946 jiwa yang terdiri dari laki-laki
23.069 jiwa dan perempuan 23.880 jiwa dan jumlah kepala keluarga (KK) 14.400
orang, dimana sejumlah 23.342 jiwa (49,1%), dan 1.668 KK (11,58%) adalah
penduduk miskin.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Variabel Frekuensi Persentase(%)
Umur Ibu
20-35 tahun 31 86,1
>35 tahun 5 13,9
Pendidikan
SLTP 6 16,7
SLTA 22 61,1
PT 8 22,2
Pekerjaan
Bekerja 15 41,7
Tidak Bekerja 21 58,3
Umur Bayi
7-7,9 7 19,4
8-8,9 7 19,4
9-9,9 8 22,2
10-10,9 6 16,7
11-11,9 8 22,2
Jmlah Total 36 100
Sumer : Data Primer diolah, 2015

Tabel 2. Distribusi Pemberian ASI di Wilayah kerja Puskesmas Seyegan Sleman


Yogyakarta
Jenis ASI Frekuensi Persentase(%)

Tidak 11 30,6
Eksklusif 25 69,4
Total 36 100,0
Sumer : Data Primer diolah, 2015
Tabel 3. Kejadian Diare di Wilayah kerja Puskesmas Seyegan Sleman Yogyakarta
Jenis ASI Frekuensi Persentase(%)

Diare 5 13,9
Tidak Diare 31 86,1
Total 36 100,0
Sumer : Data Primer diolah, 2015

Pemberian ASI eksklusif


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 36 responden
menunjukan ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 25 orang atau 69,4%,
sedangkan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 11 orang atau 30,6%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Seyegan
sudah cukup baik dengan persentase ASI eksklusif nya lebih banyak dari yang tidak
eksklusif. Tinggi nya angka pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Seyegan tidak lepas dari peran petugas kesehatan dan kader-kader balita yang ada di
sana untuk menginformasikan manfaat pemberian ASI eksklusif. Seperti yang di
sampaikan oleh Dr. Dien di dalam bukunya Prasetyono (2009) bahwa bayi harus
mendapatkan ASI eksklusif, tidak hanya bayi yang terlahir normal, bayi yang terlahir
premature dan bayi dengan kondisi yang lemah harus mendapatkan ASI eksklusif
meskipun bayi tidak dapat meminum ASI langsung dari ibu nya ASI dapat diberikan
melalui selang. Bayi harus mendapat ASI karena ASI mengandun semua nutrisi yang
diperlukan untuk pertahanan hidup selama 6 bulan pertama , bahkan untuk
kelangsungan hidup selanjutnya.
Dan jika dilihat dari usia mayoritas ibu sebagian besar berusia 20-35 tahun sebanyak
31 orang atau 86,1%, dan ibu yang berusia >35 tahun sebanyak 5 orang atau13,9%.
Hubungan usia dan pemberian asi dapat dikaitkan sebagaimana yang telah di
sampaikan oleh Proverawati (2010), bahwa biasanya ibu berusia 19-23 tahun
produksi ASI lebih banyak dari ibu yang berusia diatas 30 tahun. ASI diproduksi
oleh alveoli yang merupakan bagian hulu dari pembuluh kecil air susu. Produksi asi
di pengaruhi oleh hormon prolaktin dan kontrol laktasi serta penekanan fungsi
laktasi (Nugroho T, 2011) bukan di pengaruhi oleh besar kecil nya ukuran payudara.
Pada tingkat pendidikan terakhir responden, menunjukkan jika mayoritas responden
memiliki tingkat pendidikan terakhirnya adalah SLTA sebanyak 22 responden atau
sebesar 61,1%, perguruan tinggi sebanyak 8 responden atau 22,2%, dan SLTP
sebanyak 6 responden atau 16,7%. Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan
mempengaruhi seseorang dalam mengubah prilaku kesehatan diawali dengan cara
pemberian informasi-informasi kesehatan. Sehingga pendidikan turut menentukan
sikap dan prilaku seseorang didalam mengambil keputusan khususnya dalam
pemberian ASI eksklusif. Sehingga dapat diambil kesimpulan jika pendidikan juga
ikut mempengaruhi tinggi rendahnya pemberian ASI eksklusif di suatu wilayah.
Dilihat dari status pekerjaan sebagian besar reponden tidak bekerja, hanya sebagai
ibu rumah tangga sebanyak 21 responden atau 58,3% dan yang bekerja sebanyak 15
responden atau sebanyak 41,7%. Ibu-ibu yang tidak berja atau hanya sebagai ibu
rumah tangga memiliki waktu dan kesempatan untuk memberikan ASI secara
eksklusif kepada bayi nya sedangkan sebagian besar responden yang bekerja
cenderung tidak memmberikan ASI eksklusif kepada bayinya, hal ini disebabkan
karena ibu-ibu yang bekerja tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk
memberikan ASI nya, waktu nya habis untuk pekerjaan nya. Hal ini selaras dengan
yang diungkapkan oleh Santosa (2004) bahwa salah satu yang mempengaruhi
pemberian ASI adalah faktor pekerjaan. Dimana pekerjaan membuat waktu ibu habis
dan ibu tidak memiliki kesempatan untuk memberikan ASI nya kepada anak nya.
Kejadian Diare
Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.7 bahwa kejadian diare dialami oleh 5 anak dari
36 responden atau 13,9%, sedangkan yang tidak mengalami diare sebanyak 31 anak
atau 86,1%. Dari 5 anak yang menderita diare 4 diantaranya adlah anak yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif.
Penelitian menunjukan bayi yang diberikan ASI eksklusif lebih terlindungi dari
penyakit diare. Hal tersebut disebabkan oleh zat-zat yang terkandung di dalam ASI
yang memberikan kekebalan tubuh dalam melawan bakteri dan penyakit yang
menyerang tubuh. Penelitian ini didukung oleh penelitian Winda Wijayanti (2010)
dengan judul “Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Angka Kejadian
Diare Pada Bayi Umur 0-6 Bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjar Sari
Surakarta” dimana dalam penelitian itu menunjukkan bahwa dari 30 bayi yang
mendapat ASI eksklusif hanya 6 yang mengalami diare sedangkan dari 30 bayi yang
tidak mendapat ASI eksklusif terdapat 20 bayi yang megalami diare.
Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari sebelumnya, untuk bayi yang berusia lebih dari 1 bulan
dan anak-anak di nyatakan diare bila frekuensi buang air besar nya lebih dari 3x
dalam sehari.
Dalam penelitian ini, anak yang menderita diare pada kelompok ASI eksklusif ada 1
orang, saat di lakukan wawancara ibu bayi mengatakan anak nya diare karana tidak
cocok dengan salah satu susu formula yang diberikan. Ini membuktikan teori pada
bab 2 yang mengatakan bahwa salah satu penyebab diare adalah faktor makanan
seperti yang disampaikan Hasan dan Alatas (2007) bahwa makanan basi, zat kimia
beracun, alergi terhadap makanan dan makanan pendamping ASI yang diberikan
terlalu dini kepada bayi, dikarenakan sistem pencernaan bayi belum siap menerima
berbagai jenis makanan yang masuk. Selain yang di sampaikan oleh Winda
Wijayanti (2010) dan Alatas (2007) pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan Sasongko (2012) dengan judul “Hubungan pemberian MP-ASI
dengan kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di Kecamatan Pedan Kabupaten
Klaten”.
Selain faktor makanan diare juga bisa disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti
faktor infeksi baik internal atau parental, faktor malabsorsi, dan faktor
psikologis.beberapa faktor bisa diatasi dengan ASI eksklusif. menurut UNICEF
didalam penelitian Dewi (2013) bayi-bayi yang mendapatkan ASI mengalammi
buang air besar dengan frekuensi 5-6x perhari dengan konsistensi tinja baik, yakni
bukan diaare.
Sedangkan dari kelompok bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif terdapat 4 dari 11
anak yang menderita diare, hal tersebut menandakan tingginya angka kejadian diare
pada anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. salah satu dari anak penderita
diare yang menjadi responden sampai harus mendapatkan perawatan serius dan
menjalani rawat inap di salah satu RS swasta di wilayah kerja Puskesmas Seyegan
karena kondisinya semakin lemah. Sedangkan ketiga anak yang lain nya hanya
dibawa berobat ke bidan setempat, saat responden ditanya penyebab diare pada
anaknya meraka menjawab jika tidak mengetahui apa yang menyebabkan anaknya
terserang diare, mereka hanya meyampaikan gejala dan keluhan yang dialami oleh
anak mereka seperti sering BAB, feses cair, anak terlihat lemas dan rewel.
Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Diare Pada
Anak Usia 7-12 Bulan.
Berdasrkan tabel 4.8 diketahui bahwa ada 4 anak atau 11,1% yang terkena diare dari
total 7 orang atau 30,6% kelompok yang tidak mendapat ASI eksklusif , dan terdapat
1 anak yang menderita diare dari total 25 anak dari kelompok yang mendapat ASI
eksklusif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian diare pada anak usia 7-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seyegan.hal ini
ditunjukan dari hasil uji statistik dengan analisis Chi-square bahwa variabel
pemberian ASI eksklusif secara signifikan berhubungan dengan kejadian diare (p-
value = 0,023 < Level of Significant = 0,05).
Angka kejadian diare pada bayi umur 7-12 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif
lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif.
Hal itu dikarenakan ASI adalah asupan yang aman dan bersih bagi bayi dan
mengandung antibodi penting yang ada dalam kolustrum, sehingga sangat kecil
kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk ke dalam tubuh bayi.
diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang
merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun banyak nyacairan tubuh yang
dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan dehidrasi yang dapat berakibat
kematian (Masri 2004).
ASI memang sangat diperlukan oleh bayi terutama diawal kehidupan nya, Purwanti
(2004) menambahkan, pembentukan kekebalan tubuh pada bayi umur 0-6 bulan
belum sempurna, ASI merupakan makanan bagi bayi yang sangat bermanfaat dan
paling sempurna dibanding dengan susu formula atau makanan pendamping ASI
lainnya, di dalam ASI mengandung banyak sekali kandungan yang dibutuhkan bayi,
seperti kolustrum, kolustrum merupakan cairan emas, yaitu cairan pelindung yang
kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi yang dikeluarkan pada hari pertama dan
kedua sesaat setelah melahirkan. Kandungan zat anti infeksi dan protein lebih besar
10-17 kali disbanding ASI matang (matur) zat ini membantu bayi untuk melindungi
diri nya dari penyakit termasuk diare. Ini sejalan dengan jurnal penelitian Zizka
(2007) dengan judul “Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi anak
pada usia 7-12 bulan”.
Dalam penelitian Dewi (2013) menuliskan bahwa menurut Badan Kesehatan Dunia
(WHO) dan American Academy of Pediatrics, pemberian ASI eksklusif paling
sedikit 6 bulan dapat menurunkan moralitas kaarena diare, penyakit pernafasan, dan
berbagai penyakit infeksi lain nya, hingga 55%. Selain itu UNICEF menyatakan,
sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di
dunia setiap tahun nya sesungguh nya bisa dicegah dengan memberikan ASI secara
eksklusif. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang dikemukakan pada bab
sebelumnya, yaitu ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
diare pada bayi umur 7-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seyegan Sleman
Yogyakarta.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan data pada bab sebelum nya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
Kejadian diare pada nak usia 7-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seyegan
Sleman Yogyakarta sebanyak 5 anak atau 13,9%. Hasil analisis chi_squaer
menunjukkan bahwa variabel pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan
kejadian diare, ditunjukkan dengan hasil (p-value = 0,023 < Level of Significant =
0,05) yang berarti ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
diare. Dengan keeratan hubungan yang signifikan dibuktikan dengan nilai Koefisien
Kontingensi 0,326 < 0,5. Hasil penelitian ini untuk dapat dijadikan masukan dalam
upaya Puskesmas memberikan pelayanan dalam penanganan kejadian diare dan
penyuluhan tentang program pemberian ASI eksklusif. Dari Hasil penelitian ini
dapat dijadikan sumber wawasan dan pengetahuan tentang diare dan manfaat
pemberian ASI eksklusif.
DAFTAR RUJUKAN

Abbas.2011, Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Infeksi Saluran


Pernafasan Akut (ISPA) Pada Anak Usia 12 Bulan di Rumah Susun
Bedagan Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang.
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

_______ 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Dewi, L. K., 2013. Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Frekuensi Kejadian
Sakit Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Puskesmas Seyegan Kabupaten
Sleman Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. STIKES Aisyiyah
Yogyakarta. Yogyakarta.
Hidayat, A., 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Jakarta :
Salemba Medika.
Indiarti. 2008. ASI Susu Formula dan Makanan Bayi. Yogyakarta : Elmatera.

Kartini, K., 2007. Perkembangan Psikologi Anak. Jakarta: Erlangga.

KEMENKES RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI. 2014.

Machfoedz, I., 2007. Statistika Induktif, Yogyakarta : Fitramaya.

Maryunani, A., 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info
Media.
Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.

Nugroho, T., 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta : Nuha Medika.

Probowati, Y., 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif


pada ibu yang mempunyai bayi usia 7-24 bulan di Desa Srigading
Sanden Bantul Yogyakarta. Skripsi ini tidak di publikasikan. Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Proverawati dan Rahmawati., 2010. Kapita Selekta Asi dan Menyusui. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Sugiyono, 2010. MetodePenelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung :


Alfabeta.

Wijayanti W., 2010. Hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan Angka
Kejadian Diare pada Bayi Umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan
Kecamatan Banjarsari Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.

Yurizqi, A., 2014. http://www.vemale.com/topik/kesehatan-anak/50569-mitos-


seputar-anak-diare-i.html. Di akses tanggal 15 November 2014.

Zizka. 2007. di Jakarta. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi pada
anak usia 7-12 bulan. Universitas Indinesia.

Anda mungkin juga menyukai