Anda di halaman 1dari 18

PEDOMAN PROGRAM

UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK


MENULAR

PUSKESMAS AIR PUTIH


KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Alllah SWT, Panduan Kegiatan Program DBD Puskesmas UPT Puskesmas
Air putih kota Samarinda telah selesai disusun.

Panduan ini dibuat untuk melaksanakan Kegiatan DBD di Puskesmas Industri sebagai unit
penyelenggara pelayanan public.

Selain itu, penyusunan panduan ini bertujuan untuk memberikan petunjuk cara pelaksanaan
DBD di Puskesmas Air Putih bagi seluruh staf Puskesmas UPT Puskesmas Air Putih.

Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi pengguna layanan Puskesmas UPT
Puskesmas Air Putih dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Pedoman

C. Sasaran Pedoman

D. Ruang Lingkup Pedoman

E. Batasan Operasional

BAB II STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber daya Manusia

B. Distribusi Ketenagaan

C. Jadwal Kegiatan

BAB III STANDART FASILITAS

A. Denah Ruang

B. Standart Fasilitas

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan

B. Metode

C. Langkah Kegiatan

BAB V LOGISTIK

BAB VI KESELAMATAN SASARAN PROGRAM

BAB VII KESELAMATAN KERJA PELAKSANA

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

BAB IX PENUTUP

BAB I

PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang besar di Indonesia. Prevalensi PTM dan cedera di Indonesia
berdasarkan Riskesdas 2013, hipertensi usia >18 tahun (25.8%), rematik
(24.7%), cedera semua umur (8.2%) dengan cedera akibat transportasi darat
(47.7%),asma (4.5%), PPOK umur ≥ 30 tahun (3.8%), diabettes mellitus
(2,1%), PJK umur ≥ 15 tahun (1.5%), batu ginjal (0.6%), hipertiroid umur ≥15
tahun berdasarkan diagnosis (0.4%), gagal jantung (0.3%), gagal ginjal kronik
(0.2%), stroke (12.1%) dan kanker (1.4%)
Penyakit Tidak Menular terjadi akibat berbagai berbagai faktor resiko,
seperti merokok, diet tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan konsumsi
minuman beralkohol. Faktor resiko tersebut akan menyebabkan terjadinya
perubahan fisiologis di dalam tubuh manusia, sehingga menjadi faktor resiko
lain tekanan darah meningkat, gula darah meningkat, kolesterol darah
meningkat, dan obesitas. Selanjutnya dalam waktu yang relatif lama terjadi
PTM. Berdasarkan Riskesdas 2013 prevalensi obesitas pada laki-laki umur
>18 tahun (19.7%) dan pada perempuan (32.9%), obesitas sentral (26.6%),
konsumsi tembakau usia ≥15 tahun (36.6%), kurang konsumsi sayur dan
buah (93.5%)
Program pengendalian PTM dan faktor resikonya dilaksanakan mulai dari
pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan, serta rehabilitasi. Kegiatan
pencegahan dan deteksi dini dapat dilaksanakan melalui pemberdayaan
masyarakat melalui Posbindu PTM, sedangkan deteksi dini, pengobatan dan
rehabilitasi di fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas kesehatan tingkata
pertama(FKTP) maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKRTL).

B. TUJUAN PEDOMAN
Sebagai panduan pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM bagi pengelola
program Posbindu PTM di Puskesmas Air Putih dan institusi serta organisasi lainnya
dalam terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM berbasis peran
serta masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik.

C. SASARAN

PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


Sasaran dari pedoman ini adalah semua pemangku kepentingan terkait dalam
hal ini adalah pengelola program PTM di puskesmas Air Putih untuk bekerjasama
dengan masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik dalam terlaksananya program
PTM.

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


Ruang lingkup pedoman ini meliputi tujuan dan strategi kegiatan, konsep dasar
program PTM, pengorganisasian PTM, pemantauan, penilaian dan pembinaan serta
peran pemangku kepentingan.

E. BATASAN OPERASIONAL
Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan
deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan
berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini
terhadap PTM mengingat hampir semua faktor risiko PTM tidak memberikan gejala
pada yang mengalaminya.
Posbindu PTM menjadi salah satu bentuk upaya kesehatan masyarakat atau
UKM yang selanjutnya berkembang menjadi upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) dalam pengendalian faktor risiko PTM di bawah pembinaan
puskesmas.
Kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM meliputi wawancara
untuk perilaku merokok, kurang konsumsi sayur dan buah, kurang aktifitas fisik,
konsumsi alkohol, kemudian pengukuran secara berkala tinggi badan dan berat badan,
menghitung nilai indeks massa tubuh (IMT), mengukur lingkar perut, tekanan
darah,dan pemeriksaan gula darah sewaktu , kolesterol total, trigliserida.
Jika pada saat wawancara, pengukuran, pemeriksaan ditemukan faktor risiko
PTM, maka dilakukan tindak lanjut dini berupa pembinaan secara terpadu melalui
penyuluhan individu, kelompok atau konseling secara perorangan sesuai dengan
kebutuhan. Selanjutnya bagi yang memerlukan penanganan lebih lanjut dapat dirujuk
ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).
Posbindu PTM dapat dikelompokkan menjadi dua bagian :
1. Posbindu PTM dasar meliputi pemeriksaan deteksi dini faktor risiko yang
dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan instrument atau
formulir untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam keluarga dan
yang telah diderita sebelumnya, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar
perut, IMT, pemeriksaan tekanan darah, serta konseling.
2. Posbindu PTM utama meliputi kegiatan Posbindu PTM dasar ditambah dengan
pemeriksaan guladarah, kolesterol total,yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih (dokter,bidan,perawat kesehatan/tenaga ahli teknologi laboratorium
medik/lainnya).

PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


Posbindu PTM utama dilaksanakan bila memiliki sumber daya berupa
peralatan, tenaga kesehatan dan tempat pemeriksaan yang memadai. Bila
kelompok/organisasi/institusi di masyarakat ini belum memiliki sumber daya yang
mencukupi, maka pengembangan dilakukan pada tahap awal dengan Posbindu PTM
dasar. Seiring dengan perkembangan sumber daya yang dimiliki, maka Posbindu PTM
dasar dapat ditingkatkan menjadi Posbindu PTM utama.
Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan, namun dalam situasi
kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama.
Kegiatan tersebut berupa pelayanan deteksi dini, monitoring terhadap faktor risiko
penyakit tidak menular dan tindak lanjut dini seperti konseling serta rujukan ke
puskesmas.

F. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan Pasal 96 “Penyelenggara Kegiatan menjadi tanggungjawab
bersama pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat”
3. Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.
5. Peraturan Pemerintah No.109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.741 Tahun 2008 tentang
standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2269 tahun 2011 tentang
pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat
9. Peraturan menteri dalam negeri republik Indonesia No.40 tahun 2013 tentang
pemberdayaan masyarakat melalui gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan
keluarga.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.45 tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan surveilans kesehatan
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.40 Tahun 2013 tentang peta
jalan pengendalian dampak konsumsi rokok
12. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1479 tahun 2003 tentang
Pedoman Penyelenggaraan system surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan
PTM terpadu

PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Penyelenggaraan Posbindu PTM dilakukan oleh petugas pelaksana Posbindu
PTM yang berasal dari kader kesehatan yang telah ada atau beberapa orang dari
masing-masing kelompok/organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia
menyelenggarakan Posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi
untuk melakukan pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing kelompok atau
organisasinya.
Pelaksana Posbindu PTM dibina oleh Puskesmas penanggung jawab wilayah
tersebut dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Setempat. Petugas Pelaksana
Posbindu PTM memiliki kriteria antara lain : mau dan mampu melakukan kegiatan

PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


Posbindu PTM minimal bisa membaca dan menulis, lebih diutamakan berpendidikan
minimal SLTA atau sederajat.
Semua Pegawai Puskesmas Wajib berpartisipasi dalam kegiatan Posbindu
PTM.Penanggung jawab Posbindu PTM merupakan koordinator dalam
penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pengaturan dan penjadwalan Penanggung Jawab Posbindu PTM, dan Pegawai
puskesmas termasuk kader kesehatan yang telah ada atau beberapa dari masing-
masing kelompok yang bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM yang dikoordinir
oleh penanggung jawab Posbindu PTM sesuai dengan kesepakatan.

C. JADWAL KEGIATAN
Jadwal pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM disepakati dan disusun bersama
dengan sektor terkait yang biasanya di laksanakan sebulan sekali.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Koordinasi pelaksanaan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
dilakukan oleh Penanggung Jawab Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
puskesmas. Pelaksanaan rapat koordinasi dilakukan di Aula Puskesmas Air Putih yang
terletak di Lantai 2 Puskesmas Air Putih.

B. Standar Fasilitas
1. Pedoman Umum Pos Pembinaan terpadu PTM : 1 buah
2. Panduan pengukuran Faktor Risiko PTM : 1 buah
3. Panduan Penyakit Tidak Menular dan Faktor Risiko : 1 buah
4. Petunjuk teknis Penyelenggaraan pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
: 1 buah
5. Panduan Penyelenggaraan Posbindu PTM : 1 buah
6. Tensimeter Digital : 1 buah
7. Alat Pengukur Tinggi Badan : 1 buah
8. Timbangan : 1 buah
9. Pita Pengukur : 1 buah
10. Alat pengukur Gula darah,kolesterol dan asam urat : 1buah

PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu PTM Puskesmas mencakup :
1. Posbindu PTM merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang
berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam pengendalian PTM
dengan melibatkan masyrakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan evaluasi. Masyarakat di perankan sebagai sasaran kegiatan, target
perubahan, agen perubahan, sekaligus sebagai sumber daya. Dalam
pelaksanaan selanjutnya kegiatan Posbindu PTM menjadi upaya kesehatan
Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dimana kegiatan ini diselenggarakan oleh
masyarakat sesuai dengan sumber daya, kemampuan dan kebutuhan
masyarakat.
2. Substansi Posbindu PTM mengacu kepada kegiatan, bukan terhadap tempat. Hal
ini yang membedakan Posbindu PTM dengan UKBM lainnya. Kegiatan berupa
deteksi dini, pemantauan faktor risiko PTM serta tindak lanjut dini faktor risiko
PTM. Persiapan dalam penyelenggaraan Posbindu PTM didahului dengan
identifikasi kelompok potensial yang ada di masyarakat, sosialisasi dan advokasi,
pelatih petugas pelaksana Posbindu PTM atau fasilitas tekhnis, fasilitas logistik,
pengaturan mekanisme kerja antara petugas pelaksana Posbindu PTM dengan
pembinanya, serta sumber pembiayaan.

PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


3. Penyelenggaraan Posbindu PTM meliputi kegiatan wawancara, pengukuran,
pemeriksaan dan tindak lanjut dini.Biaya penyelenggaraan kegiatan Posbindu
PTM dapat berasala dari berbagai sumber. Pada awal pelaksanaan mendapat
stimulasi atau subsidi dari pemerintah. Secara bertahap di harapkan masyrakat
mampu membiayai penyelenggaraan kegiatan secara mandiri.Kegiatan posbindu
PTM dalam situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
kesepakatan bersama.
4. Pemantauan dan penilaian keberhasilan dari penyelenggaraan kegiatan Posbindu
PTM harus dilakukan dengan membandingkan indikator yang telah ditetapkan
sejak awal dan dibandingkan dengan hasil pencapaiannya. Penilaian tingkat
perkembangan Posbindu PTM berdasarkan penilaian terhadap tingkat
perkembangan Posbindu yang dilakukan sebagai bahan dasar perencanaan dan
pengembangan kegiatan. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai rujukan untuk
melakukan kegiatan yang bekelanjutan.
B. METODE
Untuk mencapai keberhasilan program kegiatan Posbindu PTM perlu dikembangkan
strategi pelaksanaan kegiatan, yaitu :
1. Sosialisasi dan advokasi kepada pemerintah, pihak legislatif, pemerintah daerah
serta pemangku kepentingan.
2. Pemberdayaan masyarakat
3. Pendekatan integratif pada kelompok masyarakat khusus dan pada berbagai
tatanan seperti sekolah, tempat kerja, lingkungan pemukiman.
4. Peningkatan jejaring kerja PTM dengan melibatkan lintas program,lintas sektor
dan pemangku kepentingan terkait baik di pusat maupun propinsi , dan
kabupaten/kota dan puskesmas.
5. Peningkatan peran pemerintah dan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi.
6. Peningkatan kemampuan dan keterampilan masyarakat dalam pengendalian
faktor risiko PTM
7. Faslitas ketersediaan sarana dan prasarana
Dalam upaya mencapai tujuan Posbindu PTM diperlukan peran petugas
pelaksana Posbindu PTM yang berasal dari kader kesehatan yang telah ada atau
beberapa dari masing-masing kelompok yang bersedia menyelenggarakan
posbindu.
Tujuan dilakukannya kegiatan ini agar pengembangan Posbindu PTM dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya di masyarakat
sehingga dapat berjalan secara mandiri dan berkesinambungan.
Langkah persiapan Posbindu PTM diawali dengan pengumpulan data dan
informasi besaran masalah PTM yang ada. Informasi ini bisa didapat secara
langsung dari masyarakat melalui berbagai metode sebagai berikut:
PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
a) Wawancara
b) Pengamatan
c) Angket
d) Tehnik Participatory Rural Appraisal (PRA) atau pemahaman Partisipatif
pedesaan
e) Fokus diskusi kelompok terarah
Selain itu, informasi juga didapatkan dari data Rumah Sakit, Puskesmas,
Profil kesehatan daerah, riskesdas, atau hasil survey lainnya. Informasi ini berupa
besaran masalah penyakit tidak menular dan dampaknya terhadap pembiayaan
kesehatan.
C. LANGKAH KEGIATAN
1. Identifikasi kelompok potensial yang ada dimasyarakat.
Langkah persiapan untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat diawali
dengan pengumpulan data dan informasi besaran masalah PTM yang ada, sarana
dan prasarana pendukung dan sumber daya manusia yang tersedia dalam
kelompok tersebut.
Identifikasi merupakan kegiatan mencari, menemukan, mencatat data yang
belum diketahui mengenai kelompok-kelompok masyarakat potensial yang ada
yang merupakan sasaran yang akan menjadi subyek atau obyek dalam
pengembangan Posbindu PTM ini. Tujuan dilakukannya kegiatan ini agar
pengembangan Posbindu PTM dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
ketersediaan sumber daya di masyarakat dapat berjalan secara mandiri dan
berkesinambungan.Kelompok masyarakat potensial antara lain : Kelompok
masyarakat di tatanan desa seperti karang taruna, PKK/dasa wisma,pengajian,
majelis taklim, kelompok kebaktian , LSM, organisasi profesi, swasta, klub olah
raga, koperasi dan kelompok masyarakat di tempat kerja, sekolah, perguruan tinggi
dan lain-lain.
2. Sosialisasidan Advokasi
Sosialisasi dan advokasi dilakukan kepada kelompok masyarakat
potensial terpilih tentang besarnya permasalahan PTM yang ada, dampaknya bagi
masyarakat dan dunia usaha, strategi pencegahan dan pengendalian serta tujuan
dan manfaat kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM melalui
Posbindu PTM. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat agar diperoleh dukungan dan komitmen dalam menyelenggarakan
Posbindu PTM.
Pertemuan sosialisasi dan advokasi dapat dilakukan beberapa kali. Pada
pertemuan sosialisasi dan advokasi tersebut akan teridentifikasi kelompok yang
bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM.Tindak lanjut dari advokasi adalah
kesepakatan bersama berupa penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM yaitu:

PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


1) Menetapkan klasifikasi Posbindu PTM sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan
2) Menetapkan dan membagi peran dan fungsi petugas pelaksana dalam
penyelnggaraan Posbindu PTM
3) Menetapkan jadwal pelaksanaan Posbindu PTM
4) Merencanakan besaran dan sumber pembiayaan
5) Melengkapi sarana dan prasarana
6) Menetapkan mekanisme kerja dengan petugas kesehatan pembinanya.
3. Pelatihan Tenaga Pelaksana Posbindu PTM
Kegiatan ini dapat diselenggerakan oleh masyarakat/kelompok/institusi
yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM dengan difasilitasi oleh
puskesmas maupun Dinas Kesehatan. Tujuannya adalah memberikan
pengetahuan tentang PTM faktor resiko, dampak, dan upaya yang diperlukan
dalam pencegahan dan pengendalian PTM, memberikan pengetahuan tentang
posbindu PTM, memberikan kemapuan dan keterampilan dalam memantau faktor
risiko PTM dan memberikan keterampilan dalam melakukan konseling serta tindak
lanjutnya.
Peserta pelatihan adalah petugas pelaksana posbindu PTM, agar
pelatihan berlangsung efektif, jumlah seluruh peserta maksimal 30 orang yang
berarti puskesmas akan melatih 6 posbindu PTM yang masing-masing posbindu
PTM terdiri dari 5 orang. Waktu pelatihan disesuaikan dengan kondisi setempat
dengan modul yang telah dipersiapkan.
4. Pengorganisasian dan Pembagian Peran
Setelah petugas pelaksana posbindu PTM dilatih, mereka harus memahami semua
peranan masing-masing.
5. Pelaksanaan Posbindu PTM
Pelaksanaan kegiatan posbindu PTM yang rutin dilaksanakn sebulan
sekali disuatu tempat yang sudah disepakati dapat ditambahkan dengan
melakukan kegiatan posbindu PTM secara bergerak dengan mendatangi tiap-tiap
rumah dalam lingkup desa untuk meningkatkan cakupan peserta posbindu PTM di
wilayah tersebut.
Posbindu dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan, namun dalam kondisi
tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama.Kegiatan
tersebut berupa pelayanan deteksi dini, pemantauan terhadap faktor risiko penyakit
tidak menular dan tindak lanjut sederhana seperti konseling serta rujukan ke
puskesmas.
Dalam pelaksanaannya ada 5 tahap :
a. Registrasi
b. Wawancara
c. Pengukuran
d. Pemeriksaan
e. Identifikasi faktor risiko PTM dan konseling

PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


6. Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Posbindu PTM
Penilaian faktor risiko PTM dilakukan pada setiap indivisu untuk masing-
masing faktor risiko PTM. Selanjutnya akan dianalisa dan dilakukan langkah-
langkah atau intervensi yang harusdilakukan oleh individu tersebut sesuai dengan
faktor risiko yang dimiliki.
Tindak lanjut dan pembinaan yang dilakukan dapat berupa penyuluhan
dan edukasi lebih mendalam terhadapa para peserta posbindu PTM yang beresiko,
peningkatan aktifitas fisik bersama, merujuk ke puskesmas dan berkonsultasi
dengan tenaga kesehatan.

BAB V

PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


LOGISTIK

Kebutuhan dan dan logistik untuk pelaksanaan posbindu PTM di rencanakan dalam
pertemuan sesuai dengan tahapan kegiatan dan metode Posbindu PTM yang akan
dilaksanakan.Dalam Penyelenggaraan Posbindu PTM agar dapat berlangsung secara
berkelanjutan, diperlukan pembiayaan yang memadai. Pembiayaan dapat berasal dari
pemerintah, swasta, kelompok masyarakat/lembaga atau pihak lain yang peduli terhadap
persoalan penyakit tidak menular.

Puskesmas dapat memanfaatkan sumber pembiayaan yang potensial untuk


mendukung dan memfasilitasi terselenggaranya posbindu PTM, melalui pemanfaatan
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Pelaksanaan posbindu PTM mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai


dengan penilaian dan evaluasi kegiatan perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan
melakukan identifkasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk
tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam persiapan sampai dengan pelaksanaan kegiatan posbindu PTM perlu


diperhatikan keselamatan kerja semua petugas penyelenggara posbindu PTM dan lintas
sektor terkait dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat
terjadi pada saat pelaksanaan kegiata. Upaya pencegahan risiko terhadap kegiatan harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk melihat sejauh mana keberhasilan posbindu PTM dalam melakukan


pengelolaan faktor risiko bagi pesertanya, perlu dilakukan penilaian terhadap proporsi faktor
risiko PTM pada posbindu PTM yang merupakan perhitungan persentase hasil pengukuran
faktor risiko PTM dari semua peserta posbindu yang diperiksa. Proporsi faktor risiko
dikelompokkan menjadi 2 yaitu: merah jika proporsi faktor risiko PTM tinggi dan hijau jika
proporsi faktor risiko PTM rendah. Kondisi tersebut menjadi dasar bagi koordinator posbindu
PTM untuk merencanakan pembinaan pada anggotanya secara optimal lagi.Kinerja
pelaksanaan posbindu di monitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai
berikut :
1. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM dengan ketepatan pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan jadwal
2. Terlaksananya pemantauan faktor risiko PTM dengan kesesuaian petugas yang
melaksanakan kegiatan
3. Terlaksananya tindak lanjut dini faktor risiko PTM dengan ketepatan metode yang
digunakan
4. Terlaksanaya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM berbasis peran serta
masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik.

PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas puskesmas dan lintas sektor terkait dalam
pelaksanaan dan pembinaan posbindu PTM dengan tetap memperhatikan prinsip proses
pembelajaran dan manfaat.
Keberhasilan kegiatan posbindu PTM tergantung pada komitmen yang kuat dari
semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dan peran serta
aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.

PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


PEDOMAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

Anda mungkin juga menyukai