Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Aceh

Populasi sapi aceh yang teramati menunjukan warna beragam. Warna tubuh

dominan sapi aceh adalah merah bata, cokelat kehitaman, hitam, putih kemerahan,

putih dan putih keabuan. Warna-warna yang diidentifikasi secara umum

dikelompokkan ke dalam warna merah bata, cokelat, hitam, putih, dan kombinasi

yang mengarah kewarna terang dan gelap (Abdulla et al., 2006).

Pembibitan sapi aceh BPTU Indrapuri

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, maka dapat mengkarakterisasi

keragaman fenotipik sapi aceh yang berguna sebagai informasi tambahan yang dapat

menjadi dasar penyusun program pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah sapi

aceh. Keragaman fenotipik pada api aceh akan digunakan dalam kegiatan seleksi

individu pada polulasi dasar yang diikuti culling turunan sapi jantan dan betina yang

menunjukan penampilan yang jelek. Seleksi pada sapi aceh ditujukan untuk

perbaikan mutu genetik sapi tersebut sehingga meningkatkan nilai ekonomis

(Abdulla et al., 2006)


Samonella

Salmonella sp adalah bakteri batang gram negatif yang bersifat motil, dengan

panjang 1,0 sampai 3,0 mm memiliki lebar 0,8 sampai 1,0 mm. Salmonella sp akan

menghasilkan batang warna merah muda pada perwarnaan gram pada pemeriksaan

makroskopis. Salmonella sp dapat memfermentasikan glukosa, memproduksi gas,

namun tidak menfermentasikan laktosa atau sukrosa. Salmonella sp bersifat patogen

terhadap manusia dan hewan bila tertelan (Anjung, 2016). Morfologi koloni

Salmonella sp berwarna hitam dan black center (bulatan hitam ditengah koloni),

bakteri Salmonella sp yang menghasilkan H2S (Sari et al., 2018) Sesuai dengan

pernyataan Zaraswati (2006), bahwa hasil ujian SSA memberikan zona kuning

diantara koloni hitam dan pertumbuhan mikrobanya berwarna merah atau hitam.

Mikroba melakukan reduksi tiosulfat menjadi sulfat sehingga terlihat sebagai koloni

hitam.

Salmonella sp. Merupakan salah satu bakteri dari famili Entrobacteriaceae

yangs sering digunakan sebagai indikator higine dan sanitasi dalam pengolahan

pangan asal hewan. Salah satu bahaya pangan adalah adanya kontaminasi dari

mikroorganisme terutama oleh bakteri patogen yang dapat membahayakan kesehatan

konsomen. Salah satu mikroorganisme patogen yang penting dari aspek kesehatan

masyarakat dan keamanan pangan adalah Salmonella sp (Loisa et al., 2016).

Kontaminasi bahan organik seperti bakteri, dapat terjadi dalam air bersih atau air

minum baik jenis patogen (bisa bertahan lama didalam air) maupun apatogen.

Kelompok bakteri yang terdapat dalam air yang dapat menyebabkan gangguan
pencernaan antara lainya : Samonella, Shigella, Leptospira, Escheria coli (strain

patogen) , dan Pseudomonas (Sulistio, 2012).

Proses Salmonella sp menginfeksi tubuh, sel Salmonella sp masuk ke dalam

saluran pencernaan dan tahan terhadap kondisi lingkungan pada jalur pencernaan,

maka bakteri dapat menempel pada dinding usus dan berkembang biak sehingga

menginfeksi bagian usus merupakan tempat tumbuhnya. Pada kondisi tertentu,

bakteri ini mampu menembus dinding usus halus dan masuk ke dalam aliran darah

sehingga dapat menginfeksi organ-organ terutama hati, oleh sebab itu salmonella

sangat tidak boleh ada dalam makanan (Srianta dan Elisa, 2003).

Foodborn disease

Foodborn disease adalah suatu penyakit yang merupakan hasil dari

pencernaan dan penyerapan makanan yang mengandung mikroba oleh tubuh

manusia. Foodborn disease yang disebabkan oleh Salmonella sp dapat menyebabkan

kematian pada manusia. media pencemarannya dapat berasal dari air pencuci yang

telah terkontaminasi (Gustiani, 2019).

Makanan yang telah terkontaminasi oleh mikroorganisme atau racun masuk

ke dalam tubuh melalui percernaan yang dapat menyebabkan penyakit, seperti

syndrome gastrointestinal atau gejala neurologik. Frekuensi penyakit ini memang

kurang mewabah, tetapi akan menimbulkan pontensi yang sangat berbahaya bahkan

kematian (Herman et al, 2015)

Resistensi

Antibiotik adalah zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme untuk

menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme lain. Resistensi


antibiotik adalah kemampuan suatu organisme untuk bertahan terhadap suatu obat

yang bersifat mematikan bagi sebagian besar spesies bakteri (Dianne et.al., 2009).

Mikroorganisme yang sudah resisten tidak dapat dihambat oleh konsentrasi agen

antimikroba, resistensi obat terhadap mikroorganisme juga tergantung pada

lingkungan.

Spesies Salmonella resistensi terhadap antibiotik konvensional seperti

Ampisilin, Kloramfenikol, Trimethoprim Sulfamethoxazole, dan antibiotik yang

lebih baru lainya. Dilaporkan meningkat frekuensinya dalam beberapa area di seleruh

dunia, pola resistensi yang terjadi sangat tergantung dari pola atau sifat bakteri dan

penggunaan antibiotik dan penatalaksanaan penyakit serta kecepatan bakteri terhadap

antibiotic. Tiap-tiap daerah mempunyai pola sensitivitas Salmonella yang berbeda,

sehingga perlu dilakukan uji sensitivitas secara berkala karena pola sensitivitas

bakteri dapat bervariasi pada waktu dan tempat berbeda (Perdana dan Tri, 2016).

Resistensi antibiotik terjadi karena pemakaian antibiotik dalam jangka waktu

yang lama dan dipakai secara terus-menerus, sehingga bakteri akan sulit dimatikan

atau disebut juga dengan resisten. Bakteri yang sudah resisten terhadap antibiotik

akan membentuk mekanisme pertahanan diri, sehingga sulit untuk dimatikan jika

memakai antibiotik yang sama (Juwita et.al., 2013). Bakteri yang resisten pada

antibiotik terdapat dua jenis yaitu bakteri yang secara alamiah resisten terhadap

antibiotik dan bakteri yang berubah sifatnya dari peka menjadi resisten, perubahan

sifat bakteri tersebut dapat terjadi karena mutasi kromosom dan perolehan materi

genetik dari luar (Cita, 2011).


Resistensi dapat terjadi pada bakteri Salmonella sp, yang merupakan salah

satu bakteri komensal pada percernaan hewan dan hampir semua galur bersifat

patogen. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini bisa menyebabkan mortalitas dan

morbiditas pada sapi, dan hewan yang terinfeksi secara sub klinis ( Wray dan Davies,

2000). Pemakaian antibiotik yang tidak sesuai aturan pemakaian antibiotik dapat

meningkatkan pontensi resistensi bakteri terhadap antibiotik. Kesalahan pemakain

antibiotik dibidang kesehatan, terutama dibidang pengobatan penyebabkan pilihan

obat terbatas untuk menyembuhkan penyakit (Shakya et al., 2013).

Air

Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan makhluk hidup baik

manusia, hewan maupun tumbuhan. Hampir 70% suplai air dalam tubuh digunakan

untuk mengangkut zat makanan dari satu bagian ke bagian lain, membantu proses

metabolisme di dalam tubuh, mengatur suhu tubuh melalui penguapan, serta

membantu proses pencernaan dan penyerapan zat makanan. Dengan tercukupi

kebutuhan air, persentase kandungan air dalam tubuh akan konstan (Fadilah, 2013).

Air merupakan sumber daya alam yang dibutuhkan oleh mahkluk hidup. Oleh

karena itu, air harus dilindungi agar tetap bermanfaat bagi kehidupan seluruh

mahkluk hidup. Air adalah zat yang tidak mempunyai warna, rasa dan bau yang

terdiri atas hydrogen dan oksigen (Lusandika et al., 2017). Kualitas air yang baik

adalah air yang bebas dari berbagai macam mikroorganisme yang membahayakan

(Suharsa et al, 2015). Adanya bakteri patogen lainya seperti Shigella yang

menyebabkan diare dan muntah juga merupakan pertunjuk bahwa kualitas air yang
rendah. Disamping itu bakteri Samonella sp tidak boleh ada dalam air minum sebagai

syarat baku mutu air (Naria, 2015).

Kloramfenikol

Kloramfenikol masih merupakan jenis antibiotika yang digunakan dalam

pengobatan demam tifoid (53,55%), demam tifoid merupakan demam yang

disebabkan oleh spesies salmonella yaitu salmonella typhi dan kloramfenikol

menjadi antibiotik pilihan utama yang diberikan untuk demam tifoid. Berdasarkan

efektivitasnya bagus terhadap salmonella dan antibiotic juga relatif murah dan

mudah dicari (Cita, 2011).

Menurut Nurtjhayani, (2007). Salmonella typhi resisten terhadap

kloramfenikol jika diambil plasmidnya, kemudian di masukan kedalam kultur

Salmonella typhi yang sensitif Kloramfenikol, maka Salmonella typhi yang sensitive

ini berubah menjadi resisten terhadap Kloramfenikol karena menerima transfer DNA

plasmid dari Salmonella typhi resiten Kloramfenikol. Selain itu secara molecular

pada Salmonella typhi dikode oleh satu dari 4 tipe plasmid. Plasmid sebagai

perantara gen resisten untuk Kloramfenikol, Trimethoptrim dan Seftriakson.

Ampisilin

Mekanisme resistensi terhadap ampisilin, dapat terjadi karena bakteri

menghasilkan inaktivator berupa enzim 𝛽 lactamase, perubahan target antibiotika

sehingga kekurangan Penicillus Binding Protein (PBP), kegagalan dalam

mengaktifkan enzim autolisis dan bakteri tidak memiliki peptidoglikan (Cita,2011).


Penisilin

Mekanisme resistensi golongan penisilin ada dua. Pertama resistensi karena

ketiadaan beberapa reseptor penisilin dan terjadi sebagai hasil mutasi kromosom.

Kedua adalah kegagalan obat 𝛽-laktamase untuk mengaktivasi enzim otolitik pada

dinding sel. Sebagai hasilnya, organisme dihambat tapi tidak dibunuh (Erviani,

2013). Sehingga terjadinya perubahan pada metabolik pathway yang menjadi target

obat. Bakteri yang resisten terhadap obat golongan Sulfonamida, tidak dapat

menggunakan asam folat: sehingga sulfonamide yang berkompetesi dengan PABA

tidak berpengaruh apa-apa pada metebolisme sel (Marhama,2016).

Tetrasiklin

Tetrasiklin merupakan antibiotic spektrum luas berperan menghambat sintesis

protein bakteri dengan cara berikatan pada bagian 16S ribosom subunit 30S,

sehingga mencegah aminoasil-tRNA terikat pada situs aktif ribosom, ikatan ini

secara alami bersifat reversible, menggangu penempelan tRNA yang membawa asam

amino ke ribosom 30S dari ribosom 70S, mencegah penambahan asam amino ke

rantai polipeptida yang sedang tumbuh (Chudlori et al, 2016).

Eritromisin

Eritromisin adalah agen antibiotik termasuk dalam golongan makrolida .

resisten terhadap eritromisin ini dapat terjadi melalui beberapa mekanisme yang

diperantai oleh plasmid, antara lain modifikasi reseptor atau target obat yang

melibatkan gen erythromycin resistence methylase dan inaktivasi antibiotic

(hidrolisis obat) oleh enzim esterase yang dihasilkan oleh Enterobacteriaceae

termasuk Salmonella spp (istiana, 1998).


Streptomisin

Streptomisin adalah antibiotik yang termasuk dalam grup aminoglikosida.

Resistensi terhadap aminoglikosida (streptomisin) pada Salmonella terkait dengan

modifikasi enzim aminoglikosida adeniltransferase yang dikodekan oleh protein aada

dan aadb yang berhubungan dengan resistensi streptomisin ( Hur et al., 2012)

Anda mungkin juga menyukai