Anda di halaman 1dari 644

dan lainnya) dan penguasaan oleh sektor mengalahkan masyarakat Minangkabau dalam

bisnis, khususnya sektor industri skala besar, pepe rangan, namun tidak dapat mengalahkan
perkebunan, kehutanan dan pertambangan adat Minangkabau yang mengakar. Dalam
dan penguasaan oleh Negara yang masih tradisi perkawinan di Minangkabau, terdapat
menegasi adanya hak-hak masyarakat adat. peribahasa “awak sama awak”. Artinya,
perkawinan yang ideal menurut adat
Dalam mamangan (peribahasa Minang
Minangkabau adalah perkawinan antara
kabau), kesetian pada adat diungkapkan
keluarga dekat, seperti perkawinan antara anak
dengan hiduik dikanduang adik, mati dikanduang
dan kemenakan. Dalam konteks masyarakat
tanah (hidup dikandung adat, mati dikandung
Minangkabau tertentu, bahkan terdapat
tanah). Peribahasa ini mengandung makna
larangan keras menikah dengan orang yang
bahwa antara hidup dan mati mereka sudah
bukan berasal dari nagari mereka.
tahu tempatnya dan tidak akan ada pilihan lain.
Peribahasa ini digunakan sebagai perlawanan [Adib M Islam]
terhadap penjajah Belanda yang dapat

Sumber Bacaan
A.A. Navis, Alam Berkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau, (Jakarta: PT Temprint, 1986).
Abdul Wahab Khallaf, ‘Ilm Ushul al-Fiqh, (Mesir: Mathba’ah al-Madani, t.th).
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus
Besar Bahasa Indonesia Aplikasi Ruling.
Fauziah, Konsep ‘Urf dalam Pandangan Ulama Ushul Fiqh (Telaah Historis), Jurnal Nurani, Vol. 14, No.2, Desember
2014.
Hayatul Ismi, Pengakuan dan Perlindungan Hukum Hak Masyarakat Adat atas Tanah Ulayat dalam Upaya
Pembaharuan Hukum Nasional, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3, No. 1, t.th.
Ibnu Faris, Maqayis al-Lughah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979).
Ibnu Manzhur, Lisan al-‘Arab, (Beirut: Dar Shadir, 1414 H).
Yasin al-Fadani, Fawaid Al-Janiyyah, (Beirut: Dar al-Mahajjah al-Baidha, 2008).
Sa’ud bin Abdullah al-Waraqy, al-‘Urf wa Tathbiqatuh al-Mu’asharah, hlm 9. Dikutip dari http://elibrary.mediu.edu.
my/books/MAL03775.pdf.

Edisi Budaya
Yanis Maladi, Eksistensi Hukum Adat dalam Konstitusi Negara Pasca Amandemen, Jurnal Mimbar Hukum, Volume
22, Nomor 3, Oktober 2010.

Edisi Budaya | 5i
kali. Oleh karena itu, al-‘urf dalam arti dasar kasus mazhab Maliki, penerapan al-‘urf
yang pertama tepat bila diterjemahkan dengan terlihat dalam kasus wanita-wanita Arab yang
kata adat dalam bahasa Indonesia. Menurut diperbolehkan tidak menyusui anak mereka.
Syekh Yasin, yang memiliki julukan musnid Dalam kasus mazhab Syafi’i, jual beli tanpa
al-dunya, kata al-‘urf sering digunakan dalam mengucapkan ijab dan kabul (ba’i al-mu’athah)
arti yang sama dengan al-‘adah. Menurutnya, dalam barang yang tidak terlalu mahal di
al-‘adah adalah suatu kebiasaan yang diterima kalangan masyarakat umum, seperti membeli
oleh akal sehat. Namun demikian, menurut mie instan, termasuk hal yang diperbolehkan.
sebagian pakar, al-‘urf dan al-’adah itu berbeda. Dalam mazhab Hanbali, Ibnu Qudamah
Al-‘urf suatu kebiasaan baik yang diterima berpendapat bahwa kewajiban memberikan
oleh akal sehat masyarakat pada umumnya. makan sepuluh orang miskin dalam kasus
Kebiasaan baik itu berupa suatu perkataan. bayar kifarat harus dikembalikan pada tradisi
Sementara itu, kebiasan baik yang berupa lokal masyarakat setempat. Selain itu, Ibnu
suatu perbuatan atau tindakan disebut dengan Taimiyah berpendapat bahwa jarak seseorang
al-‘adah. dapat melakukan qasar shalat seharusnya
dikembalikan pada ketentuan umum
Dalam literatur usul fikih, al-‘urf dijadikan
masyarakat Muslim setempat.
sebagai dasar landasan hukum dalam
menetapkan suatu permasalahan hukum. Dalam konteks Indonesia, hukum adat
Namun, al-‘urf termasuk salah satu landasan menjadi pengukuh hukum nasional pertama
Penulis:
hukum Tim
yang DirektoratPenulis:
diperdebatkan Jenderal
ulama UsulPendidikan
Tim Kementerian Agama
Fikih. Islam
kali dicetuskanKementerian oleh para Agama
pemuda RIpada 1928
Secara
Penulis: formal,
TimAhli:
Kementerian al-‘urf
AgamadiakuiTim sebagai dalil oleh dalam kongres pemuda. Pada 1948, Soepomo
Tim
tiga mazhab fikih, yaitu Abu
Ahli

Hanifah,Amin ● IshomMalik,
Penulis: Timresmi menggunakan istilah hukum adat
● Kamaruddin Yusqi ● Amin Haedari ● Imam
Kementerian
Safe‘i ● Mastuki HS
● Affandi Muchtar Agama
dan Ahmad. Sementara itu, al-Syafi’i dalam menggantikan isilah adatrecht yang digunakan
● Kamaruddin Amin ●Editor M. Arskal Salim GP ●
Tim kitabnya
Ahli al-Risalah tidak menuliskan secara sarjana Belanda, Vollenhoven. Selama
● Anis Masykhur ● Isom Elsaha ● Idris Mas’udi
formal tentang al-‘urf. Namun demikian,
Amin ● Ishom Yusqi ● Amin Haedari ●Tim AhliSafe‘i perjalanan hukum ketatanegaraan Indonesia
Tim Asistensi:
● Kamaruddin Imam ● Mastuki HS
secara praktik
● Affandi Muchtar al-Syafi’i juga mengakui
Kontributor: al-‘urf di masa-masa Orde Lama, Orde Baru, Orde
Penulis: Tim Kementerian Agama ● Kamaruddin Amin ● Ishom Yusqi ● Amin Haedari ● Imam Safe‘i ● Mastuki HS
merupakan hal penting yang perlu diterima Reformasi,
● Adib M Islam ● Saifuddin Jazuli ● Arik Dwijayanto ● Dawam Multazam ● Ulil
sampai amandemen Konstitusi
●IshomYusqi● Amin Haedari● Hadrawi ● M. UlinnuhaImam
● Affandi SafeiMuchtar
● Jamaluddin Muhammad ●Mastuki
● Muhammad Idris Mas’udi HS ● Affandi Muchtar ●
dalam menentukan sebuah hukum. Hal Negara, secara
● Ismail Yahya ● Ayatullah ● Nur said ● A. Ginanjar Sya’ban ● M Isom Saha ●
Ali Mashar ● Masyhar ● M. Jamaludin ● Mahrus el-Mawa ● Hamdani ● Asrori
konsisten pemerintahan negara
Editor
ini dibuktikan
Editor: dengan adanya qaul qadim merespon positif terlaksananya kepastian
S Karni ● Zainul Milal Bizawie ● Ala’i Nadjib ● Fathoni Ahmad ● Adib M Misbah
TimAhli
Tim
(pendapat al-Syafi’i ketika
● Anis Masykhur ● Isom Elsaha ● Idris Mas’udi
di Irak) dan qaul
Editor hukum perspektif hukum adat. Hal ini
● Kamaruddin
jadid
●Suwendi(pendapat●Amin ● Ishom●Yusqi
al-Syafi’i
Mahrus ketika
Muh. ● Amin di Haedari
Aziz Mesir).
Hakim ● Imam Safe‘i ● Mastuki
dibuktikan
●Zulfakhri HS Ponodengan
di antaranya
Sofyan ● adanya TAP
● Affandi demikian,
Dengan Muchtar para fukaha mazhab Syafi’i ● Anis Masykhur IX/MPR/2001● Isom Elsaha ● Idris Pembaharuan
tentang Mas’udi Agraria
beranggapan
Kontributor:
Tim Kontributor: bahwa perubahan pendapat al- dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, yang
Syafi’i itu dikarenakan pada kondisi sosial, menghendaki pengakuan, penghormatan,
● Adib M Islam ● Saifuddin Jazuli ● Arik DwijayantoKontributor: ● Dawam Multazam ● Ulil
Editor
● Anis
budaya,
Hadrawi
tradisi ●yang
Masykhur●
● M. Ulinnuha Mberbeda
Jamaluddin Isom Muhammad
antara● Muhammad
El-Saha ●Adib M
dua dan Islam
Idris
perlin
Mas’udi ● dungan
Muhammad hak masyarakat
Idris Mas’udi● hukum
● Adib M Islam ● Saifuddin Jazuli ● Arik Dwijayanto ● Dawam
konflikMultazam
negara
● Anis
Saifuddin
● Ismail tempat
Masykhur
Yahya al-Syafi’i
Jazuli ●● Nur
● Isom
● Ayatullah Elsaha
Arik ●●Idris
saidDwijayanto●DawamMas’udiSya’ban ● MMultazam
A. Ginanjar adat.
Isom Saha ● ● Ulil Hadrawi● M. Ulinnuha Tingginya ● ● Ulil
tinggal●pada waktu● M.itu.
Jamaludin●●Ismail Hadrawi ●●● M. Ulinnuha ● Jamaluddindalam
Muhammadpengelolaan
● Muhammad Idris Mas’udi
Ali Mashar
JamaluddinMasyhar Muhammad Mahrus el-Mawa Yahya
● Ismail
Hamdani
Ayatullah
Yahya ●
● Asrori
Ayatullah
● Nur

said●
Nur said ●
A.
A.
Ginanjar
Ginanjar
Sya’ban●
Sya’ban ● M Isom Saha ●
S Karni ● PZainul sumber daya alam yang
Ali e mMilal
Mashar bBizawie
b e ●Masyhar●
asan ● Ala’i Nadjib ● Fathoni Ahmad ● Adib M Misbah
M. Jamaludin ●Mahrus ● Hamdani ● Asrori S Karni ● Zainul
Kontributor: Ali Mashar ● Masyhar ● M. Jamaludin ● Mahrus
terjadi di el-Mawa ● Hamdani ● Asrori
Indonesia
kewajiban membayar Nadjib ● Fathoni Ahmad ● Adib M Misbah●
Milal Bizawie●Ala’i S Karni ● Zainul Milal Bizawie ● Ala’i Nadjib ● Fathoni Ahmad
disebabkan ● Adib M Misbah
oleh
● Adib bagi
pajak M Islam
para● Saifuddin
petani Jazuli ● Arik Dwijayanto ● Dawam Multazam ● Ulil
adanya ketimpangan
Hadrawi ● M.mengalami
yang Ulinnuha ● Jamaluddin Muhammad ● Muhammad Idris Mas’udi
penguasaan sumber
● Ismail Yahya ● Ayatullah
kegagalan panen ● Nur said ● A. Ginanjar Sya’ban ● M Isom Saha ●
Diterbitkan
Diterbitkan oleh:
oleh : daya alam antara
Ali Mashar ● Masyhar
merupakan produk● M. Jamaludin ● Mahrus el-Mawa ● Hamdani ● Asrori
Direktorat
Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam
Abu Pendidikan Bizawie ● Tinggi Keagamaan Islam masyarakat yang
S Karni ● Zainul
hukum Milal
Hanifah Ala’i Nadjib ● Fathoni Ahmad ● Adib M Misbah
Direktoratmengadopsi
Direktorat
yang
Jenderal
JenderalPendidikanPendidikan Islam Islam menggantungkan
Kementerian
Kementerian
praktik Agama
hukum Agama yang RI RI hidup dari ekonomi
Jalan Lapangan
Jalan
biasa Lapangan Banteng
dilakukan Banteng Barat Barat Kav.3-4 Kav. 3-4 Jakarta Jakarta PusatPusat 10710 10710
berbasis sumber
http://pendis.kemenag.go.id/diktis.kemenag.go.id daya alam (tanah,
http://pendis.kemenag.go.id/diktis.kemenag.go.id
penguasa Persia.
Contoh buku yang membicarakan hukum Adat di Indonesia hutan, perkebunan,
Tahun 2018
Sementara itu, dalam
Tahun 2018 jasa. lingkungan,

ii
4 | Ensiklopedi Islam Nusantara
dan lainnya) dan penguasaan oleh sektor mengalahkan masyarakat Minangkabau dalam
KATA PENGANTAR
DIREKTUR
perkebunan, kehutanan PENDIDIKAN Kata Pengantar
bisnis, khususnya sektor industri skala besar,
dan pertambanganTINGGI
pepe rangan, namun tidak dapat mengalahkan
adat KEAGAMAAN
Minangkabau yang ISLAM
mengakar. Dalam
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam
dan penguasaan oleh Negara yang masih
menegasi adanya hak-hak masyarakat adat.
tradisi perkawinan di Minangkabau, terdapat
peribahasa “awak sama awak”. Artinya,
perkawinan yang ideal menurut adat
Dalam mamangan (peribahasa Minang
Minangkabau adalah perkawinan antara
Pujikesetian
kabau), Syukur pada ke adat
hadirat Illahi Rabbi, yang telah menganugerahkan
diungkapkan
keluarga dekat, seperti perkawinan antara anak
dengan hiduik dikanduang adik, mati dikanduang
berbagai kenikmatan kepada bangsa Indonesia.
dan kemenakan.Shalawat
Dalam konteksdanmasyarakat
salam
Penerbitan
tanah Ensiklopedi
(hidup dikandung Islam
adat, mati Nusantara ini menjadi tolok ukur sekaligus
dikandung
Minangkabau tertentu, bahkan terdapat
disanjungkan
tanah). ke
Peribahasa
pengakuan iniharibaan
bahwa Islam Nabi
mengandung maknaBesar mempunyai
Nusantara Muhammadsejarah SAW, panjang
yang telah
larangan keras menikah dengan orang di yang
bahwa antara hidup
Indonesia. dan matiinimereka
Penerbitan juga sudah
menemukan momentumnya terutama setelah
memberikan
tahu tempatnya pencerahan
dan tidak akan untuk beragama
ada pilihan lain. secara
bukan santun
berasal danmereka.
dari nagari damai.
launching titik nol Islam Nusantara di Baros awal tahun 2017 oleh Presiden
Penerbitan
Joko Widodo. buku Ensiklopedi Islam Nusantara ini menjadi tolok ukur
Peribahasa ini digunakan sebagai perlawanan [Adib M Islam]
terhadap penjajah Belanda yang dapat
sekaligus pengakuan bahwa Islam Nusantara mempunyai sejarah panjang
Launching tersebut sekaligus menunjukkan akan adanya pengakuan bahwa
di Indonesia.
Islam Nusantara Penerbitan
memberikan ini juga menemukan
kontribusi momentumnya
yang signifikan terutama
dalam pengelolaan
Sumber Bacaan
setelahbangsa Indonesia
launching yangNol
“Titik majemukIslamini; dengan jumlah
Nusantara” penduduk
di Baros awallebih dari 250
tahun 2017
A.A.juta,
Navis,yang dihuni oleh 714 suku bangsa, 500-an bahasa, ribuan tradisi budaya,
Alam Berkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau, (Jakarta: PT Temprint, 1986).
oleh
AbdulPresiden H.‘Ilm
Wahab Khallaf, Joko Widodo.
Ushul al-Fiqh, Launching
(Mesir: tersebut
Mathba’ah al-Madani, t.th). sekaligus menunjukkan
dan
Badan 6 agamadanserta
Pengembangan ratusan
Pembinaan Bahasa,kepercayaan lokal.
Kementrian Pendidikan dan Islam Nusantara
Kebudayaan mampu
Republik Indonesia, Kamus
akanmemposisikan
adanya
Besar Bahasapengakuan
Indonesia Aplikasibahwa
Ruling. Islam Nusantara
diri sebagai kekuatan agama yang mengintegrasikan dan memberikan kontribusi
Fauziah, Konsep ‘Urf dalam Pandangan Ulama Ushul Fiqh (Telaah Historis), Jurnal Nurani, Vol. 14, No.2, Desember
yangmempertahankan
signifikan
2014. dalam keutuhan
pengelolaanbangsa bangsa
Indonesia dalam bingkai
Indonesia yang utuh majemukNegara ini;
Hayatul Ismi, Pengakuan dan Perlindungan Hukum Hak Masyarakat Adat atas Tanah Ulayat dalam Upaya
Kesatuan Republik Indonesia.
Pembaharuan Hukum Nasional, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3, No. 1, t.th.
dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta, yang dihuni oleh 714 suku
Ibnu Faris, Maqayis al-Lughah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979).
IbnuPerlu ditegaskan
Lisan al-‘Arab,bahwa Islam
Shadir,Nusantara sebagai
dansebuah identitas
serta adalah
Manzhur, (Beirut: Dar 1414 H).
bangsa, 500-an
Yasin al-Fadani, Fawaidbahasa,
Al-Janiyyah,ribuan tradisi
(Beirut: Dar budaya
al-Mahajjah al-Baidha, 2008). 6 agama ratusan
nilai-nilai Islam yang diimplementasikan di bumi Nusantara, dan sudah
Sa’ud bin Abdullah al-Waraqy, al-‘Urf wa Tathbiqatuh al-Mu’asharah, hlm 9. Dikutip dari http://elibrary.mediu.edu.
kepercayaan lokal. Islam Nusantara mampu memposisikan
lama dipraktikkan oleh para pendahulu kita. Salah satu ciri Islam Nusantara
my/books/MAL03775.pdf. diri sebagai
Yanis Maladi, Eksistensi Hukum Adat dalam Konstitusi Negara Pasca Amandemen, Jurnal Mimbar Hukum, Volume
adalah
kekuatan yang
22, Nomorbagaimana 2010.santun dalam
mengintegrasikan
3, Oktober dan menyebarkan
mempertahankan ajarankeutuhan
agama. Islam bangsa
disebarkan oleh para ulama yang sebagiannya diinformasikan dalam buku
Indonesia dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
ini.
Perlu ditegaskan bahwa Islam Nusantara merupakan sebuah
Islam Nusantara mengedepankan ajaran-ajaran Islam yang moderat yang
identitas
penuhnilai-nilai
toleransi, Islam
Islam yangyang diimplementasikan
bisa hidup dalam keberagaman, di bumi Nusantara Islam yang yang
telahmenjunjung
lama dipraktekkan tinggi hak-hak oleh para pendahulu
perempuan, hak kita.
azasiSalah
manusia,satu dan ciri lain
Islam
sebagainya.
Nusantara adalah Sehingga,
kesantunanIslam Nusantara dapat menjadiajaran
dalam menyebarkan model agama.
bagi bangsa Islam
lain untuk mengambil nilai-nilai positif di wilayahnya masing-masing.
disebarkan oleh para ulama yang sebagiannya diinformasikan dalam buku
Penerbitan Ensiklopedi Islam Nusantara ini menginformasikan bagaimana
ini. Islam Nusantara mengedepankan ajaran-ajaran Islam yang moderat
penafsiran ajaran Islam yang menekankan pada prinsip-prinsip ajaran
yangmoderat
penuh (wasatiyah),
toleransi, inklusif,
Islam yang toleran,hidup
tidak dalam
mengklaim keragaman,
hanya agama Islam yang
sendiri
yang benar,
menjunjung tinggibersatu dalam perempuan,
hak-hak keragaman (Bhineka hak azasi Tunggal Ika) yang
manusia, dan
berdasarkan pada UUD 1945 dan Pancasila. Dengan komitmen tersebut yang
sebagainya. Islam Nusantara
diimplementasikan dapat menjadi
dalam bingkai Negara model Kesatuan bagiRepublik
bangsa Indonesia
lain untuk
mengambil nilai-nilai
telah berhasil positif di wilayahnya
mempertahankan keutuhanmasing-masing.
bangsa Indonesia yang majemuk
ini.
Buku ini menginformasikan bagaimana penafsiran ajaran Islam yang
menekankan pada prinsip-prinsip ajaran moderat (wasatiyah), inklusif,
toleran, tidak mengklaim hanya agama sendiri yang benar, bersatu dalam

Edisi Budaya v
Edisi Budaya | iii
5
kali. Oleh karena itu, al-‘urf dalam arti dasar kasus mazhab Maliki, penerapan al-‘urf
keragaman
yang (Bhinneka
pertama tepat Tunggal
bila diterjemahkan Ika) yang
dengan berdasarkan
terlihat pada UUD Arab
dalam kasus wanita-wanita 1945 dan
yang
kata adat dalam bahasa Indonesia. Menurut diperbolehkan tidak menyusui anak mereka.
Pancasila. Dengan komitmen tersebut,
Syekh Yasin, yang memiliki julukan musnid
Islam dapat hidup berdampingan
Dalam kasus mazhab Syafi’i, jual beli tanpa
dengankata
al-dunya, damai
al-‘urf bersama komunitas
sering digunakan dalam agama-agama
mengucapkan ijablainnya, dalam
dan kabul (ba’i bingkai
al-mu’athah)
arti yang sama dengan al-‘adah. Menurutnya, dalam barang yang tidak terlalu mahal di
Negaraadalah
al-‘adah Kesatuan Republik
suatu kebiasaan yangIndonesia.
diterima kalangan masyarakat umum, seperti membeli
oleh akal Selaku Direktur,
sehat. Namun kamimenurut
demikian, menyampaikan ungkapan
mie instan, termasuk hal terima kasih kepada
yang diperbolehkan.
sebagian pakar, al-‘urf dan al-’adah itu berbeda. Dalam mazhab Hanbali, Ibnu Qudamah
semua
Al-‘urf pihak
suatu yang baik
kebiasaan telahyang mampu
diterimamempersembahkan
berpendapat bahwa kewajiban karya ini. Sungguh,
memberikan
karya
oleh akal ini
sehatsangat
masyarakatbermanfaat
pada umumnya. untuk makan kita semua.
sepuluh orang Semogamiskindapat segera
dalam kasus
Kebiasaan baik itu berupa suatu perkataan. bayar kifarat harus dikembalikan pada tradisi
disusul itu,
Sementara dengan
kebiasankarya-karya
baik yang berupa lainnya. lokal Atas
masyarakat segala kekhilafan,
setempat. kami
Selain itu, Ibnu
suatu perbuatanmohon
sampaikan atau tindakan
maafdisebut
yang dengan
tulus. Taimiyah berpendapat bahwa jarak seseorang
al-‘adah. dapat melakukan qasar shalat seharusnya
dikembalikan pada ketentuan umum
Dalam literatur usul fikih, al-‘urf dijadikan
masyarakat Muslim setempat.
sebagai dasar landasan hukum dalam
menetapkan suatu permasalahan hukum. Jakarta, Agustus Dalam konteks2018 Indonesia, hukum adat
Namun, al-‘urf termasuk salah satu landasan menjadi pengukuh hukum nasional pertama
hukum yang diperdebatkan ulama Usul Direktur Fikih. Pendidikan
kali dicetuskan oleh TinggiparaKeagamaan Islam
pemuda pada 1928
Secara formal, al-‘urf diakui sebagai dalil oleh dalam kongres pemuda. Pada 1948, Soepomo
tiga mazhab fikih, yaitu Abu Hanifah, Malik, TTD resmi menggunakan istilah hukum adat
dan Ahmad. Sementara itu, al-Syafi’i dalam menggantikan isilah adatrecht yang digunakan
Arskal Salim GP
kitabnya al-Risalah tidak menuliskan secara sarjana Belanda, Vollenhoven. Selama
formal tentang al-‘urf. Namun demikian, perjalanan hukum ketatanegaraan Indonesia
secara praktik al-Syafi’i juga mengakui al-‘urf di masa-masa Orde Lama, Orde Baru, Orde
merupakan hal penting yang perlu diterima Reformasi, sampai amandemen Konstitusi
dalam menentukan sebuah hukum. Hal Negara, secara konsisten pemerintahan negara
ini dibuktikan dengan adanya qaul qadim merespon positif terlaksananya kepastian
(pendapat al-Syafi’i ketika di Irak) dan qaul hukum perspektif hukum adat. Hal ini
jadid (pendapat al-Syafi’i ketika di Mesir). dibuktikan di antaranya dengan adanya TAP
Dengan demikian, para fukaha mazhab Syafi’i IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agraria
beranggapan bahwa perubahan pendapat al- dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, yang
Syafi’i itu dikarenakan pada kondisi sosial, menghendaki pengakuan, penghormatan,
budaya, tradisi yang berbeda antara dua dan perlin dungan hak masyarakat hukum
negara tempat al-Syafi’i adat. Tingginya konflik
tinggal pada waktu itu. dalam pengelolaan
sumber daya alam yang
Pembebasan
terjadi di Indonesia
kewajiban membayar
disebabkan oleh
pajak bagi para petani
adanya ketimpangan
yang mengalami
penguasaan sumber
kegagalan panen
daya alam antara
merupakan produk
masyarakat yang
hukum Abu Hanifah
menggantungkan
yang mengadopsi
hidup dari ekonomi
praktik hukum yang
berbasis sumber
biasa dilakukan
daya alam (tanah,
penguasa Persia.
Contoh buku yang membicarakan hukum Adat di Indonesia hutan, perkebunan,
Sementara itu, dalam
jasa. lingkungan,

iv
4 | Ensiklopedi Islam Nusantara
dan lainnya) dan penguasaan oleh sektor mengalahkan masyarakat Minangkabau dalam
KATA SAMBUTAN
bisnis, khususnya sektor industri skala
perkebunan, kehutanan dan Kata Sambutan
besar,
DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN
pertambangan
pepe rangan, namun tidak dapat mengalahkan
adat Minangkabau ISLAM
yang mengakar. Dalam

Direktur Jenderal Pendidikan Islam


KEMENTERIAN AGAMA
dan penguasaan oleh Negara yang masih REPUBLIK INDONESIA
tradisi perkawinan di Minangkabau, terdapat
menegasi adanya hak-hak masyarakat adat. peribahasa “awak sama awak”. Artinya,
perkawinan yang ideal menurut adat
Dalam mamangan (peribahasa Minang
Minangkabau adalah perkawinan antara
kabau),
Islamkesetian pada adat
Nusantara telahdiungkapkan
memberikan keluarga
warna danseperti corak keberagamaan
Puji
dengan syukur
hiduik dipanjatkan
dikanduang ke hadirat Allahdekat,
adik, mati dikanduang SWT. Shalawat dan
perkawinan salam
antara anak
masyarakat Indonesia. Penyebutan dan istilah ini menjadi
kemenakan. khas, masyarakat
Dalam konteks bahkan
semoga tercurah
tanah (hidup ke haribaan
dikandung Nabi Besar Muhammad SAW.
adat, mati dikandung
cenderung menjadi istilah identitas Minangkabau tertentu,sebenarnya
bahkan terdapat
tanah). Peribahasa ini mengandung
Indonesia merupakan negara makna spesifik.
yang
Hal demikian
amat besar. Negara
ingin
larangan keras menikah dengan ini
orangtelah
yang
bahwa antara hidup dan
menyampaikan mati bahwa
pesan mereka sifat
sudahkelenturan ajaran Islam itu terlihat nyata
dikaruniai olehdan
tahu tempatnya Allah Yang
tidak akan adaMaha
pilihanKuasa
lain. dengan limpahan
bukan berasal kenikmatan
dari nagari mereka. yang
ketika masuk ke daratan Nusantara. Islam yang dianut masyarakat tidak
beragam.
PeribahasaBentangan luas wilayah
ini digunakan sebagai perlawanandari Sabang sampai Merauke,[Adib dengan
M Islam]
selalu harus
terhadap penjajahidentik atau yang
Belanda sama persis
dapat dengan Islam di mana ia dilahirkan.
luas daratan sepanjang 1.922.570 Km dan luas perairan 3.257.483 Km2,
2

yakniKata
terletak di antara
Nusantara 6° berasal
yang LU sampai
dari 11°
kataLSnusa
dan dan
95° BT sampai
antara 141°
adalah BT. Ia
sebutan
memiliki setidaknya
identitas 17.000
untuk daratan pulau.
tanah JawiPosisinya
Sumber
saatBacaan terletak
itu, yang di antara
jika dilihat dua negara
dari batas benua,
yakni Asia
A.A. saat
Navis, ini dan
Alam Australia,
meliputi
Berkembang Jadi Guru:dan
negara di Kebudayaan
Indonesia,
Adat dan antara dua Thailand,
Philipina, samudra,
Minangkabau, yakni
(Jakarta:Malaysia,
PT Samudra
Temprint, Brunei,
1986).
Abdul Wahab Khallaf, ‘Ilm Ushul al-Fiqh, (Mesir: Mathba’ah al-Madani, t.th).
Hindia
Badan dan
Singapura, Samudra
Pengembangandan Pasifik,
Vietnam.
dan Pembinaan sehingga
Di Kementrian
Bahasa, dikenal
tujuh negara sebagai
inilah,
Pendidikan posisi
Islam menyebar
dan Kebudayaan silang (cross
dengan
Republik Indonesia, Kamus
Besar Bahasa Indonesia Aplikasi Ruling.
position).
Fauziah,
Letak dalam
kekhasan geografis
Konsep ‘Urf daerah
ini Ulama
sangat
masing-masing.
Pandangan
strategis
Islamuntuk
Ushul Fiqh (Telaah
negara Indonesia,
betul-betul
Historis), memperlihatkan
Jurnal Nurani,
sebab
Vol. 14, No.2, Desember
tidak“fluiditas”-nya.
hanya
2014. kondisi alamyang
Inilah yang mempengaruhi
kemudian dikenal dengankehidupan sebutan penduduk
Islam
Hayatul Ismi, Pengakuan dan Perlindungan Hukum Hak Masyarakat Adat atas Tanah Ulayat dalam Upaya
Indonesia, tetapiHukum
Pembaharuan
Nusantara. jugaNasional,
lintas Jurnal
benua Ilmudan
Hukum,samudera ini
Volume 3, No. 1, berpengaruh terhadap
t.th.
Ibnu Faris, Maqayis al-Lughah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979).
kebudayaan yang
Ibnu Manzhur, Lisan beragam,
al-‘Arab, (Beirut: Daryakni dalam
Shadir, 1414 H). bidang seni, bahasa, peradaban,
dan agama dengan keanekaragaman suku-bangsa yangyang
YasinIslam Nusantara
al-Fadani, juga
Fawaid Al-Janiyyah, dicirikan dengan
(Beirut: Dar al-Mahajjah Islam
al-Baidha,moderat
2008). penuh toleransi,
dimiliki.
Sa’ud bin Abdullah al-Waraqy, al-‘Urf wa Tathbiqatuh al-Mu’asharah, hlm 9. Dikutip dari http://elibrary.mediu.edu.
Islam yangagamabisa hidup
my/books/MAL03775.pdf.
Kondisi yang dalam keberagaman,
dianut olehNegara
masyarakat IslamIndonesia
yang menjunjungjugaHukum, tinggi
demikian
Yanis Maladi, Eksistensi Hukum Adat dalam Konstitusi Pasca Amandemen, Jurnal Mimbar Volume
hak-hak
22, Nomorperempuan,
3, Oktober 2010. menghargai hak azasi manusia, dan lain sebagainya.
beragam. Setidaknya ada 6 agama yang berkembang di Indonesia, yakni
Islam
Islam, Nusantara
Kristen diharapkan
Protestan, Katolik, bisa menjadi
Hindu, model
Buddha, danbagi bangsa
Kong lainSebagai
Hu Cu. untuk
mengambil
agama nilai-nilai
mayoritas, Islam positif
yang di wilayahnya
hadir masing-masing.
di Indonesia IslamIslam
merupakan Nusantara
yang
menjadi model ajaran Islam yang tepat diterapkan pada sebuah bangsa
damai, Islam yang rahmatan lil’alamin. Islam lahir dan berkembang selaras yang
majemuk.
dengan kondisiIslam Nusantara
budaya adalah
dan tradisi ajaran Islam
Indonesia, yang menekankan
yang biasa pada
kita kenal dengan
Islamprinsip-prinsip
Nusantara. ajaran yang moderat, inklusif, toleran, tidak mengklaim hanya
agama sendiri yang benar, dan bersatu dalam keragaman (Bhineka Tunggal
Islam Nusantara telah memberikan warna dan corak keberagamaan
Ika) berdasarkan pada UUD 1945 dan ideologi Pancasila dalam bingkai
masyarakat Indonesia yang khas. Islam Nusantara yang mengidentikkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah berhasil mempertahankan
diri sebagai praktek dan sikap keberagamaan yang linier dengan karakter
keutuhan bangsa Indonesia yang sangat majemuk.
keindonesiaan menjadikan Islam mudah difahami dan dapat diterima oleh
masyarakat
SebagianIndonesia
orang yangsecara masif. bahwa
meyakini otentitias tawasuth
Prinsip-prinsip (moderat),
Islam adalah Arab,
tawazun
memandang Islam tasamuh
(seimbang), Nusantara(tenggang
ini sebagairasa) dengan
bagian tanpa mencerabut
dari “bid’ah” yang tidak
kultur dan fakta
dianjurkan sosial
dalam keindonesiaan
Islam. menjadikan
Islam Nusantara Islam tampil dengan
telah termanifestasikan dalam
wajahamaliah-amaliah
yang damai, santun,
ibadah dan
yang toleran.
memilikiIslam Nusantara
ciri-ciri denganBeberapa
yang berbeda. prinsip-
prinsipnya itu sesungguhnya
nomenklatur inginNusantara
padanan Islam menyampaikan pesan
ini telah bahwa Islam para
diperkenalkan yang
dianut masyarakat secara sosio-kultural tidak selalu harus identik atau
cendikiawan muslim Indonesia, seperti KH Abdurrahman Wahid yang telah
sama persis dengan Islam di mana ia dilahirkan.

Edisi Budaya iii


Edisi Budaya | 5v
kali. Oleh karena itu, al-‘urf dalam arti dasar kasus mazhab Maliki, penerapan al-‘urf
Sejarah
yang pertama tepatislamisasi di Indonesia
bila diterjemahkan dengan yang berlangsung
terlihat cepat tidak
dalam kasus wanita-wanita terlepas
Arab yang
kata adat dalam bahasa Indonesia. Menurut diperbolehkan tidak menyusui anak mereka.
dari sumbangsih para ulama yang telah berhasil membumikan Islam di
Syekh Yasin, yang memiliki julukan musnid Dalam kasus mazhab Syafi’i, jual beli tanpa
tanah Nusantara
al-dunya, kata al-‘urf seringini. digunakan
Bagi mereka, dalam Islam tidak harus
mengucapkan ijab dan ditonjolkan sebagai
kabul (ba’i al-mu’athah)
Islam
arti yangketika
sama dengandi bumi Nusantara.
al-‘adah. Menurutnya,Akan tetapi,
dalam barang Islam
yang menjadi
tidak terlaluspirit
mahal dalam
di
al-‘adah adalah suatu kebiasaan yang diterima kalangan masyarakat umum, seperti membeli
perilaku masyarakat, meski tanpa harus mengenalkan kalau itu adalah
oleh akal sehat. Namun demikian, menurut mie instan, termasuk hal yang diperbolehkan.
Islam. Ini
sebagian pakar,adalah usaha
al-‘urf dan al-’adahyang luar biasaDalam
itu berbeda. cerdas dan melampaui
mazhab Hanbali, Ibnu zamannya.
Qudamah
Bukukebiasaan
Al-‘urf suatu yang hadirbaik yang di diterima
tangan pembaca berpendapat inibahwa
merupakan
kewajiban bagian
memberikan dari
oleh akal sehat masyarakat pada umumnya. makan
ikhtiar Direktorat Jenderal Pendidikan Islam untuk menunjukkan fakta- sepuluh orang miskin dalam kasus
Kebiasaan baik itu berupa suatu perkataan. bayar kifarat harus dikembalikan pada tradisi
fakta sosiologis
Sementara Islam
itu, kebiasan baikNusantara
yang berupa itu. Islam Nusantara
lokal masyarakat yang Selain
setempat. dibangun atas
itu, Ibnu
keragaman
suatu perbuatankulktur kenusantaraan
atau tindakan disebut dengan itu Taimiyah
sungguh amat kaya
berpendapat bahwadengan praktek-
jarak seseorang
al-‘adah. dapat
praktek keberagamaan yang mulia. Dengan memahami budaya dan praktek melakukan qasar shalat seharusnya
dikembalikan pada ketentuan umum
keberagamaan
Dalam literatur usul yang selama
fikih, ini dibangun oleh para ulama dan masyarakat
al-‘urf dijadikan
masyarakat Muslim setempat.
sebagai dasar landasan hukum dalam
Indonesia, diharapkan dapat menghadirkan cara pandang dan sikap
menetapkan suatu permasalahan hukum. Dalam konteks Indonesia, hukum adat
keberagamaan yang terbuka,
Namun, al-‘urf termasuk salah satu landasan berwawasan menjadi luas,
pengukuh saling
hukummenghargai,
nasional pertama dan
tidak yang
hukum saling menyalahkan.
diperdebatkan ulama Usul Masyarakat
Fikih. dan
kali kita semua,
dicetuskan oleh parasebagai
pemudamasyarakat
pada 1928
Secara formal, al-‘urf
dan bangsa diakui sebagai
Indonesia butuhdalil atasolehpersatuan
dalam kongres pemuda. Pada
dan kesatuan: 1948, Soepomo
bahwa kita Satu
tiga mazhab fikih, yaitu Abu Hanifah, Malik, resmi menggunakan istilah hukum adat
Bangsa,
dan Ahmad.yakni Bangsa
Sementara itu, Indonesia.
al-Syafi’i dalam menggantikan isilah adatrecht yang digunakan
kitabnyaKami menyambut
al-Risalah tidak menuliskanbaik atassecara terbitnya
sarjana buku Belanda,ini. Buku ini amat
Vollenhoven. kaya
Selama
formal
dengantentang al-‘urf. Namun
keragaman budaya demikian, perjalanan hukum
dan fakta-fakta ketatanegaraan
perilaku Indonesia
keberagamaan
secara praktik al-Syafi’i juga mengakui al-‘urf di masa-masa Orde Lama, Orde Baru, Orde
masyarakat Indonesia yang patut untuk
merupakan hal penting yang perlu diterima
disyukuri. Untuk itu, kami
Reformasi, sampai amandemen Konstitusi
haturkan
dalam terima sebuah
menentukan kasih hukum.dan penghargaan
Hal Negara,yang
secarasetulus-tulusanya
konsisten pemerintahan negara kepada
ini
para dibuktikan
penulis dengandan semua adanya pihak,
qaul qadim
baik yang merespon
terlibat positif
secaraterlaksananya
langsungkepastianmaupun
(pendapat al-Syafi’i ketika di Irak) dan qaul hukum perspektif hukum adat. Hal ini
tidak langsung dalam proses penerbitan buku ini. Semoga karya ini
jadid (pendapat al-Syafi’i ketika di Mesir). dibuktikan di antaranya dengan adanya TAP
memiliki
Dengan makna
demikian, paratersendiri
fukaha mazhab di Syafi’i
hati para pembaca.
IX/MPR/2001 Selamat
tentang membaca
Pembaharuan dan
Agraria
menikmatibahwa
beranggapan karyaperubahan
ini. pendapat al- dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, yang
Syafi’i itu dikarenakan pada kondisi sosial, menghendaki pengakuan, penghormatan,
budaya, tradisi yang berbeda antara dua dan perlin dungan hak masyarakat hukum
negara tempat al-Syafi’i Jakarta, Agustus adat.2018
Tingginya konflik
tinggal pada waktu itu. Direktur Jenderal dalamPendidikan
pengelolaanIslam
sumber daya alam yang
Pembebasan
TTD terjadi di Indonesia
kewajiban membayar
disebabkan oleh
pajak bagi para petani Kamaruddin Amin adanya ketimpangan
yang mengalami
penguasaan sumber
kegagalan panen
daya alam antara
merupakan produk
masyarakat yang
hukum Abu Hanifah
menggantungkan
yang mengadopsi
hidup dari ekonomi
praktik hukum yang
berbasis sumber
biasa dilakukan
daya alam (tanah,
penguasa Persia.
Contoh buku yang membicarakan hukum Adat di Indonesia hutan, perkebunan,
Sementara itu, dalam
jasa. lingkungan,

vi
4 | Ensiklopedi Islam Nusantara
dan lainnya) dan penguasaan oleh sektor mengalahkan masyarakat Minangkabau dalam
bisnis, khususnya sektor industri skala besar, pepe rangan, namun tidak dapat mengalahkan
perkebunan, kehutanan dan pertambangan adat Minangkabau yang mengakar. Dalam

Daftar Isi
dan penguasaan oleh Negara yang masih tradisi perkawinan di Minangkabau, terdapat
menegasi adanya hak-hak masyarakat adat. peribahasa “awak sama awak”. Artinya,
perkawinan yang ideal menurut adat
Dalam mamangan (peribahasa Minang
Minangkabau adalah perkawinan antara
kabau), kesetian pada adat diungkapkan
keluarga dekat, seperti perkawinan antara anak
dengan hiduik dikanduang adik, mati dikanduang
dan kemenakan. Dalam konteks masyarakat
tanah (hidup dikandung adat, mati dikandung
A Hisab ........................................................................
Minangkabau tertentu, bahkan terdapat 127
tanah). Peribahasa ini mengandung makna
Adat ............................................................................ 3 larangan keras menikah dengan orang yang
bahwa antara hidup dan mati mereka sudah
Akikahan........................................................................ 6 bukan berasal dari nagari I mereka.
tahu tempatnya dan tidak akan ada pilihan lain.
Ilmu Falak .................................................................. 135
Peribahasa ini digunakan sebagai perlawanan
B
[Adib M Islam]
Ilmu Firasat ............................................................... 141
terhadap penjajah Belanda yang dapat
Babad .......................................................................... 13 Ilmu Hikmah ............................................................. 147
Baiat .......................................................................... 20 Ilmu Kasyaf ................................................................ 149
Baju Takwa .................................................................. 24 Imkan Rukyah ........................................................... 153
Sumber Bacaan
Bakiak .......................................................................... 27 Istighotsah ................................................................ 157
Bancakan
A.A. Navis,.....................................................................
Alam Berkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan 29 Minangkabau, (Jakarta: PT Temprint, 1986).

Pendidikan dan Kebudayaan JRepublik Indonesia, Kamus


Abdul Wahab Khallaf, ‘Ilm Ushul al-Fiqh, (Mesir: Mathba’ah al-Madani, t.th).
BarikanPengembangan
Badan ........................................................................
dan Pembinaan Bahasa, Kementrian 35
Bedug ..........................................................................
Besar Bahasa Indonesia Aplikasi Ruling. 41 Jampi ........................................................................ 163
Fauziah, Konsep ‘Urf dalam Pandangan Ulama Ushul Fiqh (Telaah Historis), Jurnal Nurani, Vol. 14, No.2, Desember
Berjanjen ..................................................................... 45 Janur ........................................................................ 165
2014.
Basapa .........................................................................
Hayatul Ismi, Pengakuan dan Perlindungan Hukum 51 Hak Masyarakat Adat atas Tanah Ulayat dalam Upaya
Pembaharuan Hukum
Berkah/Berkat/Barokah Nasional, Jurnal Ilmu55
............................................. Hukum, Volume 3, No. 1, t.th. K
Ibnu Faris, Maqayis al-Lughah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979).
Bisyaroh .......................................................................
Ibnu Manzhur, Lisan al-‘Arab, (Beirut: Dar Shadir, 1414 H). 58 Kasunyatan ................................................................ 171
Buka Tableg ................................................................. 61
Yasin al-Fadani, Fawaid Al-Janiyyah, (Beirut: Dar al-MahajjahKenduri ...................................................................... 175
al-Baidha, 2008).
Sa’ud bin Abdullah al-Waraqy, al-‘Urf wa Tathbiqatuh al-Mu’asharah, hlm 9. Dikutip dari http://elibrary.mediu.edu.
Kentongan ................................................................. 180
my/books/MAL03775.pdf.
Yanis Maladi, Eksistensi Hukum C Adat dalam Konstitusi Negara Keris ........................................................................
Pasca Amandemen, Jurnal Mimbar Hukum, Volume 184
22, Nomor
Cigawiran 3, Oktober 2010.
................................................................... 69 Kerudung ................................................................... 188
Cium Tangan .............................................................. 71 Khalîfah...................................................................... 192
Khataman .................................................................. 196
D Kiai ........................................................................ 200
Dayah .......................................................................... 75 Kidung ....................................................................... 205
Diniyah......................................................................... 85 Kupatan ..................................................................... 212
Dungo .......................................................................... 90
L
E Ladunni ..................................................................... 217
Ela-Ela dan Kolano Uci Sabea .................................... 93 Lampu Cangkok/Colok, ............................................ 221
Langgar...................................................................... 224
F Lebaran ..................................................................... 228
Fida’ .......................................................................... 99
M
G Mahfuzhat ................................................................. 235
Gending .................................................................... 105 Majelis Ta’lim ............................................................ 238
Majzub ....................................................................... 244
H Makan Bedulang ....................................................... 250
Hadrah ....................................................................... 111 Makna Gandul ........................................................... 255
Halal Bihalal .............................................................. 114 Manaqiban ................................................................ 260
Haul ........................................................................ 118 Manganan.................................................................. 272
Hikayat ....................................................................... 121 Mbangun Nikah ........................................................ 275

Edisi
Edisi Budaya| |vii
Budaya 5 vii
Mandi Belimau
kali. Oleh ..........................................................
karena itu, al-‘urf dalam arti dasar 279 Sedekah
kasus Bumi ...........................................................
mazhab Maliki, penerapan al-‘urf 462
Metik ........................................................................
yang pertama tepat bila diterjemahkan dengan 285 Selametan .................................................................
terlihat dalam kasus wanita-wanita Arab yang 465
Meunasah
kata adat..................................................................
dalam bahasa Indonesia. Menurut 289 Semakan ....................................................................
diperbolehkan tidak menyusui anak mereka. 468
Midodareni ................................................................
Syekh Yasin, yang memiliki julukan musnid 292 Serat
Dalam........................................................................
kasus mazhab Syafi’i, jual beli tanpa 472
Mudik ........................................................................
al-dunya, kata al-‘urf sering digunakan dalam 299 Seserahan ..................................................................
mengucapkan ijab dan kabul (ba’i al-mu’athah) 475
Mukena .....................................................................
arti yang sama dengan al-‘adah. Menurutnya, 302 Sewelasan .................................................................
dalam barang yang tidak terlalu mahal481 di
Muktabar(ah) ............................................................
al-‘adah adalah suatu kebiasaan yang diterima 305 Singir ........................................................................
kalangan masyarakat umum, seperti membeli 488
Munggah
oleh akalMolo ..........................................................
sehat. Namun demikian, menurut 308 Sinoman ....................................................................
mie instan, termasuk hal yang diperbolehkan. 490
Muqoddaman ............................................................
sebagian pakar, al-‘urf dan al-’adah itu berbeda. 313 Sorogan
Dalam .....................................................................
mazhab Hanbali, Ibnu Qudamah 498
Mursyid
Al-‘urf ......................................................................
suatu kebiasaan baik yang diterima 315 Sowan ........................................................................
berpendapat bahwa kewajiban memberikan 503
oleh akal sehat masyarakat pada umumnya. Suroan
makan.......................................................................
sepuluh orang miskin dalam kasus 510
Kebiasaan baik itu berupa N suatu perkataan. Surau
bayar ........................................................................
kifarat harus dikembalikan pada tradisi 516
Nazham
Sementara .....................................................................
itu, kebiasan baik yang berupa 321 Syair ........................................................................
lokal masyarakat setempat. Selain itu, Ibnu 520
Ngabsahi ...................................................................
suatu perbuatan atau tindakan disebut dengan 328 Syawalan
Taimiyah...................................................................
berpendapat bahwa jarak seseorang 524
Ngelmu
al-‘adah....................................................................... 331 dapat melakukan qasar shalat seharusnya
Ngrasul ..................................................................... 333 dikembalikan pada T ketentuan umum
Dalam literatur usul fikih, al-‘urf dijadikan
Nyadran ..................................................................... 335 Tabayun .....................................................................
masyarakat Muslim setempat. 529
sebagai dasar landasan hukum dalam
Tabut ........................................................................ 531
menetapkan suatu permasalahan hukum. Dalam konteks Indonesia, hukum adat
O Tadarus ...................................................................... 536
Namun, al-‘urf termasuk salah satu landasan menjadi pengukuh hukum nasional pertama
Omah-Omah .............................................................. 341 Tahlil ........................................................................ 538
hukum yang diperdebatkan ulama Usul Fikih. kali dicetuskan oleh para pemuda pada 1928
Takbir Keliling ........................................................... 541
Secara formal, al-‘urf diakui sebagai dalil oleh dalam kongres pemuda. Pada 1948, Soepomo
P Tarekat ....................................................................... 547
tiga mazhab fikih, yaitu Abu Hanifah, Malik, resmi menggunakan istilah hukum adat
Palastren, Pawestren................................................ 351 Tarhim........................................................................ 552
dan Ahmad. Sementara itu, al-Syafi’i dalam menggantikan isilah adatrecht yang digunakan
Patitis ........................................................................ 355Tasrifan ...................................................................... 554
kitabnya al-Risalah tidak menuliskan secara sarjana Belanda, Vollenhoven. Selama
Peci ........................................................................ 357 Tawajjuh .................................................................... 557
formal tentang al-‘urf. Namun demikian, perjalanan hukum ketatanegaraan Indonesia
Pegon ........................................................................ 360 Tawassuth ................................................................ 561
secara praktik al-Syafi’i juga mengakui al-‘urf di masa-masa Orde Lama, Orde Baru, Orde
Pengajian .................................................................. 365 Tawazun ................................................................... 564
merupakan hal penting yang perlu diterima Reformasi, sampai amandemen Konstitusi
Perang Ketupat ......................................................... 371 Tembang ................................................................... 566
dalam menentukan sebuah hukum. Hal Negara, secara konsisten pemerintahan negara
Pesantren .................................................................. 375 Tembang Macapat .................................................... 569
ini dibuktikan dengan adanya qaul qadim merespon positif terlaksananya kepastian
Petilasan .................................................................... 381 Tepung Tawar ........................................................... 575
(pendapat al-Syafi’i ketika di Irak) dan qaul hukum perspektif hukum adat. Hal ini
Pribumisasi Islam ..................................................... 388 Tirakat........................................................................ 579
jadid (pendapat al-Syafi’i ketika di Mesir). dibuktikan di antaranya dengan adanya TAP
Primbon ..................................................................... 391 Topeng ....................................................................... 581
Dengan demikian, para fukaha mazhab Syafi’i IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agraria
Pupuh ........................................................................ 393
beranggapan bahwa perubahan pendapat al- dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, yang
U
Syafi’i itu dikarenakan pada kondisi sosial, menghendaki pengakuan, penghormatan,
R Ulih-Ulihan ................................................................ 587
budaya, tradisi yang berbeda antara dua dan perlin dungan hak masyarakat hukum
Rahmatan Lil ‘Âlamîn ............................................... 399
negara tempat al-Syafi’i adat. Tingginya konflik
Rajaban...................................................................... 402 W
tinggal pada waktu itu. dalam pengelolaan
Rebo Wekasan .......................................................... 407 Wali ........................................................................ 595
sumber daya alam yang
P e ....................................................................
Riyadhah mbebasan 415 Walimahan ................................................................ 599
terjadi di Indonesia
kewajiban membayar
Rukyah ....................................................................... 418 Wangsit ..................................................................... 603
disebabkan oleh
pajak bagi
Ruwahan para petani
................................................................... 423 Wayang ...................................................................... 607
adanya ketimpangan
yang mengalami Wirid ........................................................................ 611
penguasaan sumber
kegagalan panenS
daya alam antara
merupakan
Samadiyah produk
................................................................. 431 Y
masyarakat yang
hukum.......................................................................
Saman Abu Hanifah 435 Ya Qowiyu ................................................................. 617
menggantungkan
yang
Sambatan mengadopsi
.................................................................. 437
hidup dari ekonomi
praktik ...................................................................
Samenan hukum yang 441 Z
berbasis sumber
biasa ........................................................................
Sanad dilakukan 444 Zapin ........................................................................ 625
daya alam (tanah,
penguasa
Santri Persia.
........................................................................ 454 Ziarah ........................................................................ 630
Contoh buku yang membicarakan hukum Adat di Indonesia hutan, perkebunan,
Sementara itu, dalam
Sarung ....................................................................... 457
jasa. lingkungan,

viii
4 | |
viii Ensiklopedi
Ensiklopedi
Islam
Islam
Nusantara
Nusantara
A
Adat
Akikahan
Adat
[Al-‘Urf]

A
dat berasal dari kata al-‘adah yang perbuatan saja, tidak dalam bentuk perkataan,
bersinonim dengan kata al-‘urf. kebudayaan, dan lain sebagainya. Dengan
Derivasi kata al-‘urf yang lebih dipakai demikian, al-munkar berarti sesuatu yang
di masyarakat adalah kata makruf. Kata makruf suatu bentuk tindakan, perkataan, dan sikap
sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia yang yang tidak disukai oleh manusia secara umum.
berasal dari bahasa Arab al-ma’ruf yang berarti;
Al-‘urf, menurut Ibnu Faris, memiliki dua
(1) perbuatan baik, jasa, dan (2) terkenal atau
arti dasar; (1) sesuatu yang terus menerus
masyhur. Kata al-ma’ruf masih satu akar kata
dilakukan secara turun-temurun; dan (2)
dengan kata al-‘urf. Al-ma’ruf merupakan
kedamain serta ketenangan. Arti dasar yang
antonim kata al-munkar, dan al-nukr antonim
pertama, bersinonim dengan kata al-‘adah,
dari kata al-’urf. Dalam ungkapan keagamaan di
namun terdapat sedikit perbedaan komponen
Indonesia, kita sering mendengar istilah amar
makna. Bila al-‘urf adalah suatu perbuatan yang
makruf nahi mungkar. Secara etimologi, kata al-
sudah dilakukan berkali-kali, sehingga telah
‘urf bermakna segala bentukan kebaikan yang
menjadi kebiasaan, namun al-‘adah adalah
disukai oleh setiap manusia. Namun demikian,
suatau perbuatan yang dilakukan lebih dari dua
al-Zujaj membatasi kebaikan ini dalam bentuk

Musyawarah Adat di Minangkabau Sumatera Barat –


Doa sebelum menanam dan memanen padi di sawah
Sumber foto: Antaranews

Edisi Budaya | 3
kali. Oleh karena itu, al-‘urf dalam arti dasar kasus mazhab Maliki, penerapan al-‘urf
yang pertama tepat bila diterjemahkan dengan terlihat dalam kasus wanita-wanita Arab yang
kata adat dalam bahasa Indonesia. Menurut diperbolehkan tidak menyusui anak mereka.
Syekh Yasin, yang memiliki julukan musnid Dalam kasus mazhab Syafi’i, jual beli tanpa
al-dunya, kata al-‘urf sering digunakan dalam mengucapkan ijab dan kabul (ba’i al-mu’athah)
arti yang sama dengan al-‘adah. Menurutnya, dalam barang yang tidak terlalu mahal di
al-‘adah adalah suatu kebiasaan yang diterima kalangan masyarakat umum, seperti membeli
oleh akal sehat. Namun demikian, menurut mie instan, termasuk hal yang diperbolehkan.
sebagian pakar, al-‘urf dan al-’adah itu berbeda. Dalam mazhab Hanbali, Ibnu Qudamah
Al-‘urf suatu kebiasaan baik yang diterima berpendapat bahwa kewajiban memberikan
oleh akal sehat masyarakat pada umumnya. makan sepuluh orang miskin dalam kasus
Kebiasaan baik itu berupa suatu perkataan. bayar kifarat harus dikembalikan pada tradisi
Sementara itu, kebiasan baik yang berupa lokal masyarakat setempat. Selain itu, Ibnu
suatu perbuatan atau tindakan disebut dengan Taimiyah berpendapat bahwa jarak seseorang
al-‘adah. dapat melakukan qasar shalat seharusnya
dikembalikan pada ketentuan umum
Dalam literatur usul fikih, al-‘urf dijadikan
masyarakat Muslim setempat.
sebagai dasar landasan hukum dalam
menetapkan suatu permasalahan hukum. Dalam konteks Indonesia, hukum adat
Namun, al-‘urf termasuk salah satu landasan menjadi pengukuh hukum nasional pertama
hukum yang diperdebatkan ulama Usul Fikih. kali dicetuskan oleh para pemuda pada 1928
Secara formal, al-‘urf diakui sebagai dalil oleh dalam kongres pemuda. Pada 1948, Soepomo
tiga mazhab fikih, yaitu Abu Hanifah, Malik, resmi menggunakan istilah hukum adat
dan Ahmad. Sementara itu, al-Syafi’i dalam menggantikan isilah adatrecht yang digunakan
kitabnya al-Risalah tidak menuliskan secara sarjana Belanda, Vollenhoven. Selama
formal tentang al-‘urf. Namun demikian, perjalanan hukum ketatanegaraan Indonesia
secara praktik al-Syafi’i juga mengakui al-‘urf di masa-masa Orde Lama, Orde Baru, Orde
merupakan hal penting yang perlu diterima Reformasi, sampai amandemen Konstitusi
dalam menentukan sebuah hukum. Hal Negara, secara konsisten pemerintahan negara
ini dibuktikan dengan adanya qaul qadim merespon positif terlaksananya kepastian
(pendapat al-Syafi’i ketika di Irak) dan qaul hukum perspektif hukum adat. Hal ini
jadid (pendapat al-Syafi’i ketika di Mesir). dibuktikan di antaranya dengan adanya TAP
Dengan demikian, para fukaha mazhab Syafi’i IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agraria
beranggapan bahwa perubahan pendapat al- dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, yang
Syafi’i itu dikarenakan pada kondisi sosial, menghendaki pengakuan, penghormatan,
budaya, tradisi yang berbeda antara dua dan perlin dungan hak masyarakat hukum
negara tempat al-Syafi’i adat. Tingginya konflik
tinggal pada waktu itu. dalam pengelolaan
sumber daya alam yang
Pembebasan
terjadi di Indonesia
kewajiban membayar
disebabkan oleh
pajak bagi para petani
adanya ketimpangan
yang mengalami
penguasaan sumber
kegagalan panen
daya alam antara
merupakan produk
masyarakat yang
hukum Abu Hanifah
menggantungkan
yang mengadopsi
hidup dari ekonomi
praktik hukum yang
berbasis sumber
biasa dilakukan
daya alam (tanah,
penguasa Persia.
Contoh buku yang membicarakan hukum Adat di Indonesia hutan, perkebunan,
Sementara itu, dalam
jasa. lingkungan,

4 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dan lainnya) dan penguasaan oleh sektor mengalahkan masyarakat Minangkabau dalam
bisnis, khususnya sektor industri skala besar, pepe rangan, namun tidak dapat mengalahkan
perkebunan, kehutanan dan pertambangan adat Minangkabau yang mengakar. Dalam
dan penguasaan oleh Negara yang masih tradisi perkawinan di Minangkabau, terdapat
menegasi adanya hak-hak masyarakat adat. peribahasa “awak sama awak”. Artinya,
perkawinan yang ideal menurut adat
Dalam mamangan (peribahasa Minang
Minangkabau adalah perkawinan antara
kabau), kesetian pada adat diungkapkan
keluarga dekat, seperti perkawinan antara anak
dengan hiduik dikanduang adik, mati dikanduang
dan kemenakan. Dalam konteks masyarakat
tanah (hidup dikandung adat, mati dikandung
Minangkabau tertentu, bahkan terdapat
tanah). Peribahasa ini mengandung makna
larangan keras menikah dengan orang yang
bahwa antara hidup dan mati mereka sudah
bukan berasal dari nagari mereka.
tahu tempatnya dan tidak akan ada pilihan lain.
Peribahasa ini digunakan sebagai perlawanan [Adib M Islam]
terhadap penjajah Belanda yang dapat

Sumber Bacaan
A.A. Navis, Alam Berkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau, (Jakarta: PT Temprint, 1986).
Abdul Wahab Khallaf, ‘Ilm Ushul al-Fiqh, (Mesir: Mathba’ah al-Madani, t.th).
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus
Besar Bahasa Indonesia Aplikasi Ruling.
Fauziah, Konsep ‘Urf dalam Pandangan Ulama Ushul Fiqh (Telaah Historis), Jurnal Nurani, Vol. 14, No.2, Desember
2014.
Hayatul Ismi, Pengakuan dan Perlindungan Hukum Hak Masyarakat Adat atas Tanah Ulayat dalam Upaya
Pembaharuan Hukum Nasional, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3, No. 1, t.th.
Ibnu Faris, Maqayis al-Lughah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979).
Ibnu Manzhur, Lisan al-‘Arab, (Beirut: Dar Shadir, 1414 H).
Yasin al-Fadani, Fawaid Al-Janiyyah, (Beirut: Dar al-Mahajjah al-Baidha, 2008).
Sa’ud bin Abdullah al-Waraqy, al-‘Urf wa Tathbiqatuh al-Mu’asharah, hlm 9. Dikutip dari http://elibrary.mediu.edu.
my/books/MAL03775.pdf.
Yanis Maladi, Eksistensi Hukum Adat dalam Konstitusi Negara Pasca Amandemen, Jurnal Mimbar Hukum, Volume
22, Nomor 3, Oktober 2010.

Edisi Budaya | 5
Akikahan
[‘Aqiqah]

A
kekahan berasal dari bahasa Arab Muhammad SAW bersabda, “Setiap anak
“’aqiqah” yang memiliki beberapa yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak
makna. Di antaranya bermakna yang saleh dengan ditebus oleh binatang yang
rambut kepala bayi yang telah tumbuh ketika disembelih pada hari ketujuh kelahirannya.
lahir, atau hewan sembelihan yang ditujukan Kemudian dicukur dan diberi nama yang baik.
bagi peringatan dicukurnya rambut seorang (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibn Majah dan An-
bayi. Bila bayi itu laki-laki, maka hewan Nasai)
sembelihannya berupa dua ekor kambing.
Dalam memahami hadits tersebut, para
Bila perempuan, maka cukup dengan seekor
ulama berbeda pendapat mengenai hukum
kambing saja. Selain itu, akikah juga dapat
melaksanakan akikah. Sebagian dari mazhab
bermakna sebuah upacara peringatan atas
Az-Zahiri berpendapat bahwa hukum
dicukurnya rambut seorang bayi.
melaksanakan akikah adalah wajib. Sedangkan
Dalam sejarahnya, tradisi akikah menurut mayoritas ulama hukumnya sunah.
merupakan warisan dari tradisi Arab pra Islam Sementara menurut Abu Hanifah hukum
yang dilaksanakan dengan cara menyembelih akikah bukan wajib dan juga bukan sunnah,
hewan kambing pada saat bayi lahir yang melainkah hanya mubah (dibolehkan). (Ibn
kemudian darahnya dioleskan kepada kepala si Rushdi, 2008: 187)
bayi. Setelah Islam datang, kemudian praktik
Munculnya perbedaan pendapat mengenai
tersebut diubah dengan mengolesi kepala
hukum akikah ini menurut Ibn Rushdi dalam
si bayi dengan minyak. Akikah dalam Islam
karyanya berjudul Bidayatul Mujtahid adalah
juga tidak membedakan bayi laki-laki dan
karena perbedaan dalam memahami hadits
perempuan. Tidak sebagaimana tradisi Arab
yang menerangkan masalah akikah, yaitu
pra Islam yang hanya mengkhususkan akikah
bahwa secara tekstual hadits riwayat Samrah
bagi bayi laki-laki. (Nasarudin Umar, 2002: 98)
yang menunjukkan bahwa akikah adalah wajib.
Secara umum, hewan (kambing) yang (Ibn Rushdi, 188)
akan disembelih dalam acara akikah tidak
Dalam pelaksanaan akikah, para ulama
jauh berbeda dari berkurban di hari raya
berbeda pendapat mengenai kapan akikah
idul adha. Baik dari jenis, usia hewan, tidak
dilangsungkan. Sejumlah ulama menyatakan
cacat, niat dalam penyembelihan hewan serta
bahwa akikah dilaksanakan sebelum hari
menyedekahkan daging (yang telah masak) ke
ketujuh setelah kelahiran si bayi. Imam
sejumlah fakir miskin.
Syafi’i sendiri berpendapat bahwa akikah
boleh dilaksanakan baik sebelum maupun
sesudah hari ketujuh kelahiran si bayi sampai
Hukum Pelaksanaan Akikah
dia berakal baligh. Pada acara akikah ini,
Dalam hukum Islam (fikih), akikah dianjurkan pula untuk memberi nama si bayi.
dilaksanakan berdasarkan hadits dari Samrah (Zainudin Ali Al-Malaybari, 382)
bin Jundab yang menyatakan bahwa Nabi

6 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Secara sistematis, prosesi akikah dilihat
dari kadar kemampuan orang tua si bayi dalam
pelaksanaannya terbagi menjadi lima tahapan
secara berurutan:
1. Jika di hari pertama kelahiran si
bayi sampai hari ketujuh orang tua si
bayi mampu secara ekonomi untuk
melaksanakan akikah, maka sebaiknya
segera dilaksananakan. Namun, jika
sampai hari ketujuh belum mampu, maka
boleh dilaksanakan sampai masa nifas ibu
bayi selesai, yakni dalam masa 60 hari.
2. Jika setelah ibu bayi selesai nifas dan
belum mampu melaksanakan akikah,
maka akikah boleh dilaksanakan hingga
berakhirnya masa menyusui (radha’ah),
yakni usia 2 tahun.
3. Jika sampai pada masa menyusui masih
juga belum mampu melaksanakan akikah,
Tampak seorang ustadz sedang memegang
maka dianjurkan agar akikah dilaksanakan cabe merah, lalu garam dan gula kemudian
hingga anak berusia 7 tahun. menempelkannya ke mulut si bayi.

4. Jika sampai berusia 7 tahun dan belum


mampu melaksanakan akikah maka bayi yang masih keluarga bangsawan dengan
dipersilakan berakikah sampai anak gelar; karaeng, andi, atau daeng, dengan
berusia sebelum baligh. masyarakat biasa. Sebagai anak yang masih
memiliki darah bangsawan suku Makassar,
5. Jika sampai berusia baligh dan orang tua ia diwajibkan untuk menyediakan 29 bibit
tidak mampu melaksanakan akikah, maka kelapa. Dalam acara akikahan tersebut, bibit
si anak dipersilakan untuk melakukan kelapa dihias dengan indah dan ditaruh dalam
akikah untuk dirinya sendiri.(KH. kamar bayi. Beras yang ditaruh dalam baskom
Muhammad Solikin, 2010: 147-148) juga dihias dengan bentuk kepala manusia.
Penanaman kelapa ini merupakan upaya
Akikah di Indonesia agar bayi yang baru lahir telah dipersiapkan
sebagian dari kehutuhan hidupnya. Kelapa,
Pada dasarnya, akikah adalah bagian dari
buah yang bermanfaat dari akar sampai
ajaran Islam. Meski demikian, tradisi akikahan
ujung daun tersebut akan berbuah ketika bayi
yang berlangsung di Indonesia memiliki
sudah menginjak remaja yang hasilnya bisa
keunikan tersendiri. Hal ini sebagaimana yang
dimanfaatkan untuk kebutuhan hidupnya.
terjadi, misalnya di suku Bugis Makassar.
Terdapat pesan moral yang penting bahwa
Syukuran akikahan di daerah tersebut
segala sesuatu telah dipersiapkan bagi
sangat kental dengan makna penyelamatan
kehidupan bayi dalam perspektif jangka
lingkungan dan pesan moral agar melihat
panjang dan tidak merusak alam.
dalam perspektif jangka panjang sampai lintas
generasi, bukan berpikir secara instan sehingga Selain itu disediakan pula sebuah kelapa
kelahiran sebuah generasi tidak merusak atau muda yang dibuka dan airnya digunakan untuk
membebani alam sekitar sekaligus menjaga membasahi gunting guna memotong rambut
tradisi gotong royong dan memelihara sang bayi. Kelapa muda melambangkan sebuah
kekerabatan. Prosesi syukuran akikahan di kesegaran, kemuda an, dan kesehatan yang
Makassar terlihat perbedaan persyaratan bagi diharapkan selalu menyertai kehidupan anak

Edisi Budaya | 7
yang dilahirkan tersebut. Sebelas lilin kecil kelahiran Nabi). Ketika para peserta dan
merupakan simbol agar kehidupannya selalu undangan melanunkan marhaban atau saat
diliputi jalan terang. mahallul qiyam (berdiri) sang ayah dari si
bayi ini membawa si bayi ke tengah-tengah
Dua potong gula merah juga disediakan
peserta, diikuti seorang lain yang membantu
sebagai simbolisasi agar kehidupan anak
membawakan baki berisi bunga, wewangian,
tersebut selalu manis, menyenangkan, dan
dan gunting. Tamu yang paling dihormati
penuh kegembiraan. Ditambah pula dengan
mengawali secara simbolis dengan mencukur
dua buah pala yang berisi pengharapan agar
beberapa helai rambut bayi, kemudian ayah
bayi tersebut bisa bermanfaat bagi orang
membawa bayi ke tamu lain secara bergilir
lain. Ia akan selalu ada ketika orang lain
satu per satu, dan masing-masing tamu
membutuhkannya.
bergiliran mencukur secara simbolis saja.
Tak ketinggalan, sebuah tasbih dengan Sementara pembawa wewangian bertugas
sebuah cincin emas yang dicelupkan ke air mengusapkan wewangian ke tangan orang
kemudian disentuhkan di dahi menunjukkan yang baru mendapat giliran. Bila semua sudah
agar ajaran agama selalu menjadi pegangan mendapatkan giliran, bayi dikembalikan ke
dalam seluruh kehidupannya. Untuk kamar tidur. (Muhaimin, 206)
menambah suasana, dinyalakan pula dupa
Menurut Martin, teks keagamaan yang
untuk wewangian dalam prosesi potong
paling populer di seluruh Nusantara, yang
rambut bayi yang dilakukan oleh dukun bayi
hanya kalah populer dengan al-Qur’an, adalah
terlatih yang telah membantu merawat bayi.
karya yang dikenal sebagai barzanji. Sebuah
Bagi dukun bayi, mereka diberi sedekah kitab mawlid yang dibaca oleh masyarakat
berupa 12 macam jenis kue yang ditaruh Nusantara tidak hanya di sekitar tanggal
dalam satu nampan, 8 liter beras dan uang 20 12 Rabi’ al-Awwal, hari kelahiran Nabi
ribu rupiah yang dibawa pulang setelah prosesi Muhammad SAW., tetapi juga pada banyak
tersebut selesai. Ari-ari yang merupakan upacara yang lain: pada berbagai upacara yang
bagian tubuh bayi saat dilahirkan menjadi mengikuti daur kehidupan manusia seperti
bagian penting. Setelah dicuci, ari-ari tersebut pemotongan rambut seorang bayi untuk
ditanam dengan harapan agar bayi tersebut pertama kalinya (aqiqah), dalam situasi krisis,
selalu ingat akan kampung halaman dimana ia sebagai bagian dari ritual untuk mengusir
dilahirkan. setan, atau secara rutin dijadikan sebagai
Pembacaan
barasanji atau syair
barzanji juga umum
diselenggarakan pada
malam akikahan.
Pada acara tersebut
rambut bayi dipotong
dan ada pula
pembagian minyak
wangi kepada jamaah
yang membacakan
syair-syair pujian
kepada Rasulullah.
Pembacaan barzanji
ini bentuk upacaranya
mirip marhabanan
(perayaan mauludan Tradisi pembacaan Barzanji dalam Aqiqah
Sumber foto: beritafoto.com
memperingati

8 | Ensiklopedi Islam Nusantara


bagian dari wiridan berjamaah yang dilakukan
secara rutin. (Martin, 2015: 22)
Berbeda dari tradisi akikah di Bugis, tradisi
akikah yang berkembang di Minangkabau.
Dalam prosesi aqiqah di Minangkabau daging
kambing dimasak tanpa meninggalkan santan,
cabe merah dan bumbu-bumbu lainnya.
Proses memasak kambing akikah sekarang
kebanyakan diserahkan kepada restoran
atau mereka yang spesial memasakan daging
akikah. Setelah masak gulai kambing yang Anak-anak rebutan Kembang Telur setelah
acara Aqiqah,
berkuah kental dan lezat itu disedekahkan. Sumber foto: beritafoto.com

Tapi keluarga yang punya hajat juga boleh


itu dipotong secara sembarangan maka akan
menikmatinya. Dipimpin Ustadz atau guru
berdampak penyakit linu kelak di kemudian
mengaji prosesi di mulai dengan membaca
hari. Pada acara seperti ini, kerabat-kerabat
ayat-ayat al-Qur’an. Diikuti oleh doa-doa
dekat pun berdatangan untuk membantu
keselamatan bagi sang anak. Harapannya,
pelaksanaan ritual. Kesan kemewahan juga
Insya Allah anak akan tumbuh jadi pribadi
tampak di dalam berkat yang dibawa pulang
saleh, terhindar dari gangguan setan dan
oleh peserta upacara. Erek (wadah nasi) terbuat
binatang buas. Juga agar dijaga dirinya
dari plastik yang berkualitas bagus, jajan atau
dari segala pandangan yang akan merusak
kue-kue dan buah-buahan yang disajikan juga
kehidupannya kelak.
berkualitas. (Nur Syam, 173)
Dari segi perlengkapan prosesi akikah
Dari prosesi akikah ini terlihat jelas
terlihat kelapa muda berhias bunga-bunga,
hubungan antara Islam dan tradisi lokal
madu, gula, garam dan cabe. Kegunaan kelapa
terjalin berkelindan. Islam tidak menegasikan
berair ini untuk merendam potongan rambut
tradisi. Sebaliknya tradisi tidak menafikan
sang anak. Pelan Pak Ustad memasukan tiap
ajaran Islam. Keduanya saling melengkapi.
rambut yang di potongnya ke dalam kelapa.
Dengan sifatnya yang elastis dan fleksibel
Harapannya agar kelak jika menghadapi
tersebut, maka sangatlah wajar bilamana
masalah anak tetap berkepala dingin.
ekspresi keberislaman antara satu daerah
Selesai memotong rambut, sekarang Pak
dengan daerah lain memiliki perbedaan. Sebab
Ustad memipil cabe dan bumbu-bumbu
budaya dan tradisi suatu tempat tidak mesti
yang terdapat disitu ke bibir sayang bayi. Ini
sama dengan tradisi dan di tempat lain. Oleh
adalah simbolisasi dari kehidupan yang akan
karena itu, dalam memahami keberislaman
dijalaninya kelak. Bahwa hidup tak selalu
masyarakat di Nusantara misalnya, tidaklah
manis. Ada yang pahit, asin dan pedas.
tepat untuk kemudian dibandingkan dengan
Penggolongan sosial pun kelihatan di model keberislaman masyarakat Arab. Apalagi
dalam kegiatan-kegiatan ritual, tak terkecuali menganggap bahwa Islam Arab adalah Islam
prosesi akikah. Bagi orang kaya, kemewahan murni dan Islam Nusantara adalah Islam
acara ini sangat kentara. Jika anak yang pinggiran.
dilahirkan adalah anak laki-laki, maka
mereka akan menyembelih dua kambing,
tetapi jika yang lahir adalah anak perempuan, Akikah di Era Modern
maka cukup dengan menyembelih satu ekor Di tengah arus modernisasi, prosesi akikah
kambing. Pemotongan tulang kambing pun juga mengalami sedikit banyak perubahan.
diperhitungkan, misalnya seluruh bagian kaki Terutama dalam proses penyembelihan hewan
kambing tidak boleh dipotong. Pemotongan yang hendak dijadikan akikah. Sejumlah
hanya dilakukan di bagian sendi-sendirnya penyedia jasa, sudah melihat adanya prospek
saja. Kono katanya, jika tulang-tulang kambing

Edisi Budaya | 9
bisnis dalam prosesi akikah. Para penyedia
jasa menyediakan hewan sembelihan akikah
sekaligus siap untuk membagikan dagingnya.
Munculnya penyedia jasa seperti ini di satu
sisi mempermudah orang yang hendak
mengakikahkan putra-putrinya. Di sisi
lain, hal ini pada gilirannya menghilangkan
sejumlah prosesi dalam tradisi akikah yang
telah mengakar di masyarakat seperti tradisi
barzanjian dan lain sebagainya.
Kambing Aqiqah
[Saifuddin Jazuli] Sumber foto: Aqiqahonline

Sumber Bacaan:
A Khoirul Anam, dkk, Ensiklopedia NU, Jakarta: Mata Bangsa dan PBNU, 2014
Ibn Rushdi, Bidayah al-Mujtahid, Beirut: Dar Fikr, 2008
KH. Muhammad Solikin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, Yogyakarta: Narasi, 2010
Nur Syam, Islam Pesisir, Yogyakarta: LKiS, 2005, cet.I
Muhaimin AG, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal, Ciputat: Logos, 2002, cet. II
Nasarudin Umar, Bias Jender dalam Pemahaman Islam, Jogjakarta: Gama Media, 2002
Zainudin Ali Al-Malaybari, Fathul Muin, Beirut: Dar al-Fikr, tt
http://www.nu.or.id/post/read/11265/menilik-tradisi-aqiqah-di-sulsel
http://www.eviindrawanto.com/2012/06/prosesi-aqiqah-di-minangkabau/

10 | Ensiklopedi Islam Nusantara


B
Babad
Baiat
Baju Takwa
Bakiak
Bancakan
Barikan
Bedug
Berjanjen
Basapa
Berkah/Berkat/Barokah
Bisyaroh
Buka Tableg
Babad

Genealogi Babad Menurut Firmanto (2015: 47-48), babad

B
sebagai karya klasik merupakan karya tulis
abad secara etimologis berasal dari
orisinal yang berupa naskah-naskah atau
bahasa Jawa yang berarti “buka, tebang,
manuskrip asli tulisan tangan yang masih
sejarah, riwayat,”. (Prawiroatmodjo,
tersimpan di beberapa lembaga maupun
1980: 2). Selaras dengan Mangunsuwito
perorangan, yang termasuk dalam karya tulis
(2002: 303) babad juga dapat dimaknai sebagai
ini bukan merupakan suntingan atau edisi dari
“hikayat, sejarah, cerita tentang peristiwa
naskah aslinya. Babad pada umumnya tumbuh
yang sudah terjadi”. Babad merupakan salah
dan berkembang di lingkungan tertentu saja.
satu jenis karya sastra Jawa yang digubah
Kebanyakan babad ditulis dilingkungan kraton,
dalam rangka kehidupan masyarakat yang
kadipaten dan tanah perdikan. Kraton, sejak
bersangkutan serta memilki aspek historis.
dulu hingga sekarang pada umumnya memiliki
(Rupadi, 2006: 23). Dalam kenyataanya,
abdi dalem kapujanggan, yaitu hamba raja yang
babad sebagai hasil kebudayaan mempunyai
bekerja di bidang kepujanggaan. Tugasnya
peranan penting dalam kehidupan masyarakat
berkaitan dengan aktifitas tulis menulis,
Jawa, sesuai dengan situasi dan kondisi
baik yang bersifat sastra maupun non sastra,
zamannya. Penyebutan babad di Jawa sama
seperti menggubah babad yang berisi semacam
dengan di Madura dan Bali, sedangkan di
sejarah atau riwayat raja dan para pengikut
Sulawesi Selatan dan Sumatera disebut lontara
istana. Pokok persoalan yang ditulis mengenai
dan di Burma dan Thailand dikenal dengan
diri raja, para adipati, para bangsawan, kerabat
sebutan kronikel (Soedarsono dalam Sulastin
dekat raja, para tokoh di tanah perdikan,
Sutrisno dkk., 1991: 305). Sedangkan secara
beserta hal ikhwal yang bertalian dengan
terminologis, babad merupakan karya sastra
kehidupan dan peristiwa yang terjadi di
yang berkaitan atau yang menceritakan hal-
tempat-tempat tersebut. Dengan demikian
hal yang berhubungan dengan pembukaan
jelas bahwa bahwa babad mempunyai nilai
hutan, penobatan penguasa daerah, pendiri
sebagai pengesahan dan pengukuhan kepada
kerajaan, pemindahan pusat kerajaan atau
penguasa-penguasa tersebut (Darusuprap-ta,
pemerintahan, peperangan, adat istiadat,
1975: 21).
bahkan sering terdapat jalinan perkawinan dan
ikatan perkerabatan. (Darusuprapta, 1980: Oleh karena itu, babad sebagai salah
5). Babad menurut Rokhman (2014:11) berisi satu peninggalan tertulis merupakan naskah
cerita sejarah, namun tidak selalu berdasarkan penting yang lebih banyak menyimpan
fakta. Teks babad isinya merupakan campuran informasi tentang masa lampau jika
antara fakta sejarah, mitos, dan kepercayaan. dibandingkan dengan peninggalan yang
Itulah sebabnya, babad sering disamakan berwujud bangunan. Haryati Soebadio (1975:
dengan hikayat. Di tanah Melayu tulisan yang 1) menyatakan bahwa “naskah-naskah lama
mirip dengan babad dikenal dengan sebutan merupakan dokumen bangsa yang menarik
tambo atau silsilah. Contoh Babad adalah Babad bagi peneliti kebudayaan lama, karena
Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad Mataram, memiliki kelebihan yaitu dapat memberikan
Babad Surakarta dan Babad Ponorogo. informasi yang lebih luas dibanding puing

Edisi Budaya | 13
bangunan megah seperti candi, istana raja dan Secara teoritis dan metodologis babad
pemandian suci yang tidak dapat berbicara memiliki kelemahan, terutama apabila
dengan sendirinya, tapi harus ditafsirkan”. dikaitkan dengan masalah temporal, spasial
(Rupadi, 2006: 3) dan faktual. Akan tetapi, bagaimanapun juga,
babad tetap bisa dipergunakan sebagai sumber
sejarah, karena di dalamnya mengandung
Babad dalam Historiografi Nusantara beberapa peristiwa yang dapat disebut
Historiografi dalam ilmu sejarah sebagai peristiwa sejarah. Penggunaan babad
merupakan titik puncak seluruh kegiatan sebagai sumber sejarah oleh sejarawan untuk
penelitian sejarah. Dalam metodologi sejarah, dijadikan sumber pembanding. Dengan
historiografi merupakan bagian terakhir. adanya sumber pembanding, terutama dari
Langkah terakhir, tetapi langkah terberat, luar maka tidak mustahil beberapa peristiwa
karena di bidang ini letak tuntutan terberat yang diceritakan dalam babad akan muncul
bagi sejarah untuk membuktikan legitimasi sebagai fakta sejarah. Sehingga sependapat
dirinya sebagai suatu bentuk disiplin ilmiah. dengan pandangan Ricklefs (2008) yang
(Poespopronjo, 1987:1). Pada umumnya mengemukakan beberapa teks dalam babad
tradisi penulisan sejarah di Indonesia berada dapat dijadikan sumber rujukan penulisan
dalam lingkungan keraton (istana sentris) sejarah. Misalnya, Babad Pati yang ditulis oleh
dimana hasilnya dikenal dengan penulisan Ki Sosrosumarto dan Dibyosudiro pada tahun
sejarah tradisional (historiografi tradisional). 1925 dan diterbitkan dalam tulisan Jawa oleh
Dalam hal ini babad merupakan bagian NV. Mardimulya. Babad Pati dijadikan sumber
dari historiografi tradisional. Historiografi primer dalam memperoleh gambaran tentang
tradisional bersifat etno sentris (kedaerahan), perang tanding antara Adipati Jayakusuma
istana sentris (lingkungan keraton) dan melawan Panembahan Senopati. (Harianti
magis religius (dilandasi unsur magis dan dkk, 2007:10).
kepercayaan), makanya hasil historiografi Purwanto (2006:98) juga menyatakan
tradisional selain dalam bentuk sejarah ada pula bahwa karya sastra termasuk babad telah
dalam bentuk sastra, babad, hikayat, kronik, menjadi bagian yang integral dengan sejarah
dan lain-lain. Dalam historiografi tradisional sebagai sebuah tradisi. Sebagai sebuah tradisi,
tokoh sejarahnya sering dihubungkan dengan karya sastra mempunyai empat fungsi utama.
tokoh popular jaman dahulu bahkan dengan Pertama, sebagai alat dokumentasi, kedua
tokoh yang ada dalam mitos maupun legenda. sebagai media untuk mentransfer memori
hal ini di maksudkan untuk mengukuhkan dan masa lalu antar generasi, ketiga sebagai alat
melegitimasi kekuasaan, identitas dari tokoh untuk membangun legitimasi, dan keempat
tersebut serta untuk mendapatkan pulung sebagai bentuk eskpresi intelektual. Sebagai
(kharisma) yang diwariskan dari tokoh-tokoh sebuah karya tradisi, babad memuat realitas
sebelumnya. Contoh dalam Babad Tanah Jawi yang terbungkus dalam fantasi. Sehingga
disebutkan bahwa raja Mataram Islam pertama sejarawan perlu meningkatkan pemahaman
merupakan keturunan dari para nabi, tokoh metodologis dan pengetahuan substansi
wayang dalam Mahabharata, Iskandar agung historis yang luas dan mendalam untuk dapat
dari Macedonia, raja-raja Jawa bahkan punya mengungkap realitas yang ada di dalamnya.
hubungan dengan Nyai Roro Kidul penguasa (Harianti dkk, 2007:12-13). Meskipun
pantai selatan. Selain tradisi penulisan sejarah terdapat unsur-unsur sejarah dan sering kali
dalam lingkungan istana, tradisi penulisan digunakan sebagai sumber sejarah, Babad
sejarah juga berkembang di beberapa daerah awalnya tidak dipandang sebagai karya sejarah
atau wilayah tertentu sehingga melahirkan melainkan sebagai karya sastra. Menurut I
sejarah lokal yang kebanyakan muncul dari Wayan Sueta (1993:2), meskipun dalam babad
sumber-sumber teks babad. (Firmanto, terdapat unsur-unsur sejarah, namun babad
2015:37-38). tidaklah pertama-tama dapat dipandang

14 | Ensiklopedi Islam Nusantara


sebaga karya sejarah, melainkan babad dapat dari pengarang dan merefleksikan suasana
merupakan suatu cerita yang dikarang oleh waktu ketika karya itu diciptakan. (Purwanto,
seorang pujangga atau pratisentana dari suatu 2006: 90)
klen yang mempunyai kemampuan untuk
Sumber penulisan babad menggunakan
mengarang cerita baik yang berhubungan
rujukan tertulis atau lisan, seperti naskah
dengan suatu kelompok, kerajaan maupun
lama, silsilah, nama tempat dan lain-lain,
jalannya pemerintahan.
akibatnya banyak muncul unsur-unsur dalam
Beberapa permasalahan dalam babad yaitu mite, legende, simbolisme, hagiografi,
historiografi Nusantara khususnya di Indonesia sugesti dan sejenisnya. Darusuprapta (1992:8)
sampai saat ini masih terus mengemuka, salah berpendapat bahwa unsur-unsur mite, legende,
satunya adalah kurangnya sumber tertulis, hagiografi, simbolisme dan sugesti dimaksudkan
khususnya masa abad XVI-XVIII. Padahal masa untuk menggerakkan cerita, dan memberikan
tersebut merupakan masa yang sangat penting bayangan hal-hal yang bakal terjadi, yang
dimana kerajaan-kerajaan Islam memainkan memberikan dukungan penuh kepada pelaku
peranan yang signifikan. Untuk masa kerajaan utama atau menjadi penunjang istimewa
Islam, sumber tertulis yang dapat ditemui terhadap kejadian yang dilukiskan. Mite yaitu
masih terbatas pada historiografi tradisi cerita prosa yang benar- benar terjadi serta
seperti: babad, kronik, hasil kesusastraan, dianggap suci, misalnya silsilah raja-raja, nabi-
dan kitab-kitab sastra yang lain. (Harianti nabi, tokoh-tokoh dalam wayang atau tokoh
dkk, 2007:15). Sumber sejarah yang berupa suci lainnya. Legende adalah lukisan tokoh
babad sampai saat ini masih belum banyak manusia yang mempunyai keistimewaan
dimanfaatkan oleh para sejarawan. Mungkin berhubungan dengan makluk halus, bertalian
karena secara teoritik dan metodologis babad dengan unsur- unsur tanah, air, udara dan
memiliki banyak kekurangan, khususnya api. Simbolisme berupa lambang-lambang,
bila dikaitkan dengan persoalan temporal, misalnya pusaka-pusaka bertuah, kata-kata
faktual maupun spasial. Di samping itu, kiasan, bilangan-bilangan keramat. Hagiografi
karena merupakan sebuah karya sastra, maka yaitu lukisan kemukjijatan seseorang yang
babad menggunakan bahasa sastra yang sukar banyak diperlihatkan oleh tokoh keramat.
dipahami oleh masyarakat awam. Babad Tanah Sugesti berupa ramalan, suara gaib, tabir mimpi
Jawi misalnya, sampai saat ini masih belum dan pamali atau pantangan. (Rupadi, 2006:25)
dapat dipahami seluruhnya mengenai asal,
maksud, bahan dan komponennya. Bahkan
Graaf (1985) menyebutkan bahwa Babad Babad Sebagai Sumber Sejarah Islam
Tanah Jawi sebagai sebuah tulisan yang aneh. Nusantara
Ada dugaan bahwa babad tersebut ditulis Penulisan sejarah Islam di Nusantara tidak
oleh beberapa orang yang ditujukan untuk bisa dilepaskan teks babad sebagai salah satu
memperkuat legitimasi dari raja yang sedang sumber sejarah. Sebagaimana Islamisasi di
berkuasa. Faktor isi yang kadang-kadang tidak tanah Jawa yang digerakkan oleh Wali Songo
dapat diterima dengan akal sehat, semakin banyak diungkap dalam teks babad. Peran Wali
menjauhkan perhatian sejarawan terhadap Songo di pesisir utara Jawa dalam sumber
karya sastra ini. (Harianti dkk, 2007:16). babad telah banyak memberikan gambaran
Terlepas dari semua kelemahan-kelemahan tentang kapan dan bagaimana Islam masuk
tersebut, sebenarnya babad juga mengandung ke tanah Jawa, termasuk tentang siapa dan
beberapa fakta sejarah. Dalam hal ini Taufik bagaimana Islam disebarkan dan disemaikan
Abdullah menyatakan bahwa melalui karya di lingkungan masyarakat Jawa. Babad
sastra termasuk babad kita dapat memahami Demak, Babad Gersik, Babad Majapahit, Babad
prosesi peristiwa masa lalu dan menangkap Cirebon dan Babad Tanah Jawi, dalam berbagai
kembali struktur waktu dari realitas. Lebih versinya, merupakan sumber historiografi
lanjut Taufik Abdullah menyatakan bahwa Islam Nusantara yang penting dalam
karya sastra merupakan pengalaman kolektif

Edisi Budaya | 15
memberikan gambaran kesejarahan proses lokal sejarah Jawa. Tidak mengherankan,
interaksi antara Islam dan kebudayaan Jawa. apabila orang Jawa menempatkan kiai sebagai
Demikian juga halnya tentang interaksi dan golongan pemimpin yang kharismatik, seperti
reaksinya. Babad Demak, Babad Majapahit, halnya Ulama di lingkungan masyarakat Islam
Babad Jaka Tingkir. Babad Pajang, Babad lainnya. (Suryo, 2000:5).
Cirebon, Babad Tanah Jawi dan beberapa
serat, seperti Serat Sunan Bonang, Pitutur Seh
Bari, Serat Siti Jenar, Serat Cabolek dan Serat Sumbangsih Babad dalam Peradaban
Centhini banyak menggambarkan tentang Islam Nusantara
dialog antara Islam dan tradisi budaya lokal. Sumber-sumber babad menurut sejarawan
Mengenai kapan Islam masuk ke tanah Jawa, Islam Agus Sunyoto (2016:193-199) telah
sumber-sumber Babad menceritakan bahwa mengungkapkan fakta sejarah yang menarik
komunitas Islam telah tumbuh di lingkungan misalnya dalam Babad Ngampeldenta diungkap
kota pelabuhan Surabaya, Gresik dan Tuban bahwa pengangkatan Raden Rahmat secara
sekalipun Kerajaan Hindu Majapahit masih resmi sebagai Imam di Surabaya dengan gelar
berkuasa. Kota-kota pelabuhan Kerajaan sunan dan kedudukan wali di Ngampeldenta
Majapait itu sesungguhnya telah tumbuh sejak dilakukan oleh Raja Majapahit. Dengan
akhir abad ke-13 dan meningkat pada abad ke- demikian, Raden Rahmat lebih dikenal dengan
15-16, serta telah memiliki jaringan pelayaran sebutan Sunan Ngampel. Begitu juga dalam
dan perdagangan dengan Pasai dan Malaka, Babad Tanah Jawi dituturkan bagaimana
serta daerah Maluku dan Nusa Tenggara Raden Rahmat atau Sunan Ampel dalam
Timur. Sumber Babad juga menjelaskan bahwa upaya memperkuat kekerabatan untuk tujuan
penyebaran Islam dilakukan oleh para mubalig dakwah menikahkan Khalifah Usen (nama
atau da’i yang terkenal dengan sebutan Wali tempat di Rusia selatan dekat Samarkand)
yang dalam tradisi Jawa lebih dikenal sebagai dengan putri Arya Baribin, Adipati Madura.
“Wali Songo” (Wali Sembilan). Mereka yang
banyak disebut dalam Babad antara lain ialah Dari tilikan teks babad dapat diketahui
Sunan Ngampel-Denta, Sunan Bonang, Sunan salah satu hasil proses Islamisasi di Nusantara
Giri, Sunan Kudus, Sunan Gunungjati, Sunan khususnya di Jawa yang cukup penting adalah
Muria, Sunan Dradjat, Sunan Tembayat, lahirnya unsur tradisi keagamaan santri
Sunan Wali Lanang (Sunan Malik Ibrahim), dalam kehidupan sosio-kultural masyarakat
dan Sunan Seh Siti Jenar. (Suryo, 2000:4) Jawa. Tradisi keagamaan santri ini bersama
dengan unsur pesantren dan kiai telah
Dalam sumber historiografi Jawa, baik menjadi inti terbentuknya Tradisi Besar
dalam bentuk Babad maupun Serat istilah (Great Tradition) Islam di Jawa, yang pada
santri, kiai atau ulama telah lama dikenal, hakekatnya merupakan hasil akulturasi antara
terutama dalam kaitan penggambaran proses Islam dan tradisi pra-Islam di Jawa. Selain
masuknya Islam dan berdirinya kerajaan- itu, Islamisasi di Jawa juga telah melahirkan
kerajaan Islam di Jawa. Selain itu, babad sebuah tradisi besar Kraton Islam-Jawa, yang
sebagai sumber lokal banyak memberikan menjadikan keduanya, yaitu tradisi santri dan
gambaran tentang bagaimana orang Jawa tradisi Kraton, sebagai bagian (subkultur)
memberikan penghargaan dan penghormatan yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan
tinggi kepada raja, guru atau kiai, di samping Jawa. (Suryo, 2000:1) Tradisi keagamaan
kepada orang tua atau orang yang dipandang santri terlihat dalam Babad Demak yang
tua, sebagai bagian dari pandangan budayanya. menggambarkan bagaimana Sunan Ampel
Ada pertanda bahwa pandangan ini merupakan sebagai guru memberikan ajaran esoteris
kecenderungan umum yang berlaku dalam kepada muridnya Raden Paku (Sunan Giri)
kebudayaan Asia. Demikian pula kepercayaan yaitu ilmu tasawuf yang didasarkan pada ilmu
tentang adanya kelebihan (karomah) dan kalbu sebagaimana dituturkan dalam kalimat
barokah yang dimiliki oleh para wali, kiai, atau berikut:
ulama banyak dijumpai dalam sumber-sumber

16 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Jeng sinuhun angandika aris/ mengko Islam di Jawa yang disebut Santri, yang
raden sira ingsun wejang/ ilmu ingkang berbeda dari tradisi sosio-kultural lainnya,
sayektine / den dhemit anggonipun/ para yaitu Abangan dan Priyayi. Dari perspektif
raden karepe iki/ ana lafadz kang endah/ historis menunjukkan bahwa tradisi Santri
dhemit enggonipun/ mengkana unining secara berkelanjutan telah menjadi basis
lafadz/ paran raden karepe puniki/ tegese kekuatan sosial politik pada masa awal
bi nasrih_// pendirian kerajaan Islam Demak, Cirebon
dan Banten di daerah pesisir utara Jawa dan
Raden Paku matur awot sari/ mangsa
pada masa kerajaan Mataram Islam di daerah
borong ing ngarsa sampeyan/ dereng
pedalaman Jawa. (Suryo, 2000:2).
dugi kula angger/ ing rahos kang punika/
Sunan Ampel ngandika aris/ bisa nara Menurut Suryo (2000:6) Ampeldenta atau
bisaha/ lah jawaben kulup/ raden paku Ampelkuning di Surabaya, yang terletak tidak
atur sembah sigra jawab bi ru’yatil fuad/ jauh dari Gresik, sebagaimana disebut-sebut
punika atur kula// dalam Babad Demak dan Babad Majapahit
dan Para Wali, merupakan komunitas Islam
Jeng sinuhun angandika malih/ fa innama
dan pesantren pertama, yang didirikan
tuwallau fatsamma wajhullah paran
oleh Raden Rakhmat atau Sunan Ngampel.
artine/ rahaden nembah atur/ kabiran
Pendirian pemukiman itu dilakukan atas
alhamdulillah/ lan malih katsiran/ katur
ijin raja Majapahit Brawijaya. Demikian pula
pukulun fa subhanallahi bukratan wa
penyiaran agama Islam yang dilakukan oleh
ashila inni wajjahtu puniki/ wajhiya
Sunan Ngampel. Sekalipun Brawijaya sendiri
mangga karsa//
belum mau masuk agama Islam, tetapi ia tidak
Apan lafadz tunggale puniki// atur melarang rakyat Majapahit masuk Islam dan
kula dhumateng sampeyan/ jeng sunan berguru kepada Sunan Ngampel. Di dalam
pangandikane/ ya bener raden iku/ Babad Demak disebutkan sebagai berikut.
idhepira dipun tubail/ den jeneng idhepira/
“Dyan Rahmat pinrenah mungging/
nembah ira iku/ raden cinandhak kang
Ngampeldenta sengga katong/ Nenggya
asta/ dipun wejang ilmu ingkang sidiq-
Sunan ing Ngampel jejulukipun/ Sang
sidiq ru’yah kang karu’yatan//
Nata wus Anglilani/ ngadekaken
Berdasarkan Babad Demak diatas menurut Jumungah wektu/ karseng narpa tan
penafsiran Sjamsudduha ajaran Sunan Ampel mangeni/ marang sagung kang ponang
berangkat dari tiga kata: bi nasrih, tubadil, dan wong/ Kang asama Islam anut gama
daim dengan kata kunci bi ru’yatil fuad. Ilmu Rasul/ nging sang Nata dereng arsi/ tan
yang diajarkan itu hanya bisa dipahami melalui winarna lamenipun/ kang dhedhukuh
mata hati atau mata batin. Inti ajarannya pada Ngampelgadhing/ tangkar-tumangkar
fa innama tuwallau fatsamma wajhullah. Kabiran wus argon_//.”
alhamdulillah katsiran, fa subhanallahi bukratan
(Terjemahan bebas: “Raden Rakhmat
wa ashila, inni wajjahtu wajhiya. (Sunyoto,
diperintah oleh raja (Brawijaya) agar bermukim
2016:200).
di Ampeldenta, yang kemudian bergelar
Dari teks-teks babad diatas Sunan Ngampel. Sang raja telah mengijinkan
memperlihatkan Islamisasi di Jawa telah mendirikan Jamaah Sholat Jum’at dan raja juga
melahirkan peradaban santri sebagaimana tidak melarang terhadap setiap orang Islam
pernyataan Benda (1983:12-14) yang untuk menjalankan perintah ajaran agamanya.
menyebutkan bahwa peradaban santri Sekalipun demikian sang raja belum mau
memberikan pengaruh yang besar terhadap masuk Islam. Tidak lama desa Ngampelgading
kehidupan agama, masyarakat dan politik. (Ampeldenta) berkembang menjadi pemukiman
Sementara Geertz (1976) memandang besar”). Seperti halnya Babad Demak, Babad
kehadiran Islam di Jawa telah menjadikan Majapahit dan Para Wali, juga menceritakan hal
terbentuknya varian sosio-kultural masyarakat yang sama seperti berikut dibawah ini.

Edisi Budaya | 17
“Kawarnaa Njeng Sunan Ngampelgading/ memberikan rekaman yang tak ternilai dalam
Wus lami nggennya dhedhukuh/ Sampun memberikan gambaran historis tentang
tengkar-tumangkar/ Langkung arja yata proses Islamisasi di Jawa sebagai bagian
wau dhukuhipun/ Agemah dadi negara, tak terpisahkan dari perjalanan Islam di
Kathah ingkang sobat murid_//.” Nusantara. Sebagaiman dalam Babad Gresik
dituturkan peran Pesantren Giri dalam proses
(Terjemahan bebas:” diceritakan bahwa
Islamisasi cukup luas, tidak hanya terbatas
Kanjeng Sunan Ngampel, telah lama membangun
di daerah pedalaman Jawa Timur, melainkan
pemukiman, lama-kelamaan penduduknya
juga ke daerah Kalimantan Timur, Maluku,
berkembang banyak, hidupnya makmur, dan
Lombok, dan Sumbawa sejalan dengan arus
tumbuh menjadi sebuah kota pesantren yang
perdagangan di Nusantara. Sehingga Wiselius
banyak dikunjungi oleh para santri dari jauh”).
dan de Graaf menyebut Pesantren Giri sebagai
Suryo (2000:6-7) juga menyatakan bahwa “Kerajaan Ulama” atau “Geestelijke Heeren”
Pesantren Ampel Denta berkembang pesat yang didirikan pada tahun 1478. Disebut
tidak hanya menjadi tempat belajar para santri demikian, karena kekuasaan para ulama di
yang berasal dari daerah sekitarnya, termasuk Giri ini hampir menyerupai kekuasaan raja
keluarga raja Majapahit yang masuk Islam, yang memiliki istana (kraton atau kedaton),
tetapi juga tempat belajar para santri yang para pengikut, dan penjaga keamanan keraton.
datang dari jauh, misalnya Raden Patah (putra (Suryo: 2000: 7-8).
Brawijaya dengan Putri Cina), sebelum menjadi
Hasil proses penyebaran Islam di
Sultan Demak, dan bersama dengan adiknya
Nusantara terutama di Jawa dari sumber-
Raden Husen yang datang dari Palembang
sumber babad juga telah melahirkan kreativitas
(putra Aria Damar dengan putri Cina). Para
intelektual di lingkungan pesantren di Pesisir
putra Sunan Ngampel sendiri juga menjadi
santri di Ampeldenta, sebelum menjadi
tokoh Wali dan pendiri pesantren di Giri,
Tuban, Muria dan lainnya. Menurut Babad
Demak, Sunan Ngampel menjadi salah satu
induk kerabat Wali. Perkawinannya dengan
Dyah Manila putri Arya Teja di Tuban, Sunan
Ngampel menurunkan Sunan Bonang, Prabu
Satmata atau Sunan Giri, Syeh Benthong atau
Syeh Bondan yang kemudian menjadi Sunan
Kudus, Syeh Maulana Iskak atau Sunan Muria,
dan seorang putri yang menjadi istri Raden
Patah, Sultan Demak. Sunan Giri kemudian
mendirikan Pesantren Giri, yang pada masa
kemudian dapat menggantikan kedudukan
pesantren Ampel Denta, setelah Sunan
Ngampel wafat. Sunan Giri juga digambarkan
tampil menjadi pemuka para Wali Sembilan
dan Dewan Para Wali, selain menjadi
pemimpin spiritual-keagamaan. Karena itu
perannya dalam proses Islamisasi di Jawa dan
di luar Jawa cukup besar. Dalam hubungan ini,
Babad memberikan petunjuk tentang adanya
hubungan kekerabatan antara sesama para
Babad Tanah Jawi,1862. Page 2. Manuscript.
wali dan hubungan kekerabatan para wali Southern Asian Section, Asian Division, Library of
Congress (43)
dengan para elite kerajaan. Sumber: http://www.loc.gov/exhibits/world/images/s43p1.jpg

Sumber-sumber Babad juga telah

18 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Utara Jawa pada sekitar abad ke-16 sampai yang sampai sekitar 1950-an masih digemari
ke-17. Menurut Suryo (2000: 10) karya Babad sebagai bahan acara macapatan oleh sebagian
dan Serat yang ditulis dalam bentuk tembang masyarakat pedesaan di bekas Karesidenan
macapat, dan dengan aksara Arab Pegon, Pekalongan. Semuanya ditulis dengan aksara
merupakan ciri karya sastra Pesisiran. Selain pegon dan dengan gaya bahasa Pesisiran. Ciri
itu, cerita dalam karya sastra tersebut banyak ini tidak ditemukan dalam karya sastra bentuk
yang mengambil tema tentang riwayat sekitar tembang di kraton pedalaman Jawa baik
Nabi, Sahabat, dan para keluarganya serta para Surakarta dan Yogyakarta. (Arik Dwijayanto &
Wali di Jawa. Babad Ceribon, Babad Demak Dawam Multazam)
Pesisiran, Serat Yusuf, dan Serat Pertimah,
[Arik Dwijayanto & Dawam Multazam]
merupakan contoh dari karya sastra Pesisiran,

Sumber Bacaan
Atmodarminto. 1955. Babad Demak. Yogyakarta: Pesat.
Benda, H.J. 1983. The Crescent and the Rising Sun. Indonesian Islam under the Japanese Occupation, 1942-1945.
Leiden: KITLV.
Darusuprapta, 1982. Serat Wulang Reh, Surabaya: Citra Jaya.
Darusuprapta, 1991. Ringkasan Centhini dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
De Graaf, HJ. 1985. Awal Kebangkitan Mataram: Masa Panembahan Senopati terj. De Regering van
Panembahan Senapati Ingalaga). Jakarta: Grafitti Pers.
Firmanto, Alfian. 2015. Historiografi Islam Cirebon. Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 13, No. 1.
Geertz, Clifford. 1976. The Religion of Java. Chicago & London: University of Chicago Press.
Harianti dkk. 2007. Perang Tanding Adipati Jayakusuma Melawan Panembahan Senopati Dalam Babad Pati.
Laporan Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta.
Mangunsuwito, 2002. Kamus Bahasa Jawa: Indonesia – Jawa. Bandung: Irama Widya.
Prawiroatmodjo. S. 1980. Bausastra Jawa-Indonesia Jilid I. Jakarta: Haji Masagung.
Purwanto, Bambang. 2006. Gagalnya Historiografi Indonesia Sentris, Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Ras, J.J. 1987. The Genesis of the Babad Tanah Jawi: Origin and Function of the Javanese Court Chronicle. Leiden.
Ricklefs, M.C. 2008. A History of Modern Indonesia Since C. 1200, Palgrave MacMillan, New York.
Rupadi, Eko. 2006. Babad Pracimaharja Kaparingan Nama Serat Sri Udyana: Suatu Tinjauan Filologis, Skripsi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Rokhman, M. Nur. 2014. Perpaduan Budaya Lokal, Hindu Buddha, dan Islam di Indonesia. Diktat Universitas
Negeri Yogyakarta.
Soedarsono dalam Sutrisno, Sulastin. dkk. 1991. Bahasa, Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Sueta, I Wayan. 1993. Babad Ksatrya Taman Bali. Upada Sastra Bali.
Sunyoto, Agus. 2016. Atlas Walisongo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah.
Depok: Pustaka IIMaN.
Suryo, Djoko. 2000. Tradisi Santri Dalam Historiografi Jawa: Pengaruh Islam Di Jawa. Makalah Seminar Pengaruh
Islam Terhadap Budaya Jawa.

Edisi Budaya | 19
Baiat

B
aiat secara harfiah berarti kesepakatan Pada musim haji tahun berikutnya, 12
atau transaksi dan perjajian. Kata orang Ansar telah datang ke Makkah. Mereka
ini memiliki akar yang sama dengan sengaja menemui Rasulullah SAW dan
baya’a yang berarti menjual. Orang arab biasa meminta baiat untuk masuk Islam. Kiranya
mengakatan jarat al-ba’iatu fi as-suqi, yang mereka telah mendapat banyak informasi
artinya kesepakatan telah dilakukan di pasar. tentang kenabian Muhammad SAW dan
Pastiya baiat mengandaikan keterlibatan dua ajaran islam yang dibawanya dari teman-
belah pihak. Tidak ada baiat yang dilakukan teman mereka sebelumnya. dalam baiatnya
hanya oleh seseorang atau sepihak saja. Rasulullah SAW berkata kepada mereka
“Silahkan kalian berba’iat kepadaku untuk
Sepanjang sejarahnya, term baiat
tidak menyekutukan Allah dengan apa pun,
digunakan dalam berbagai wacana keislaman
mencuri, berzina, membunuh anak-anak
dari keimanan (aqidah), politik (siyasah),
kalian, membuat kedustaan (fitnah) dengan
hingga mistik Islam (thariqah). Kata baiat
tangan dan kaki-kaki kalian, kericuhan
pertama kali digunkan dalam khazanah Islam
di antara kalian dan menentangku dalam
oleh Rasulullah SAW ketika mengikat janji
kebaikan. Barangsiapa yang menepati sumpah
dengan para jama’ah haji dari Madinah yang
ini, niscaya ia akan mendapatkan pahala dari
terkenal dengan Baiat Al-Aqabah. Baiat al-
sisi Allah. Namun, barangsiapa melanggarnya,
Aqabah ini terjadi secara bergelombang selama
maka keputusannya adalah hanya pada
tiga tahun berturut-turut.
Allah. Dia bisa mengazabnya dan juga bisa
Baiat al-Aqabah pertama terjadi pada mengampuninya.” Demikian baiat ini usai
tahun 11 dari kenabian. Setiap musim dan untuk menambah pengetahuan tentang
haji Rasulullah SAW (dan para segenap keislaman mereka di Madinah, Rasulullah
pendahulunya) adalah tuan rumah bagi para SAW mengutus sahabat Musab bin Umair
peziarah yang datang dari berbagai penjuru. untuk menyertai mereka dan tinggal di sana.
Seperti biasanya, Rasulullah selalu menemui Nampaknya usaha sahabat Musab bin Umair
para tamu yang datang untuk mengunjungi selama tinggal di Madinah mendapat cukup
ka’bah. Kesempatan ini dimanfaatkan untuk sukses. Pada musim haji selanjutnya, orang
berdakwah mengajak mereka kepada Islam dan madinah yang memeluik Islam dan berniat
menyeru mereka meninggalkan penyembahan berbait kepada Rasulullah SAW berlipat-lipat.
berhala. Satu rombongan pertama yang di
Di bawah pimpinan Al-Barra ibn Ma’mur,
ambil janji adalah kaum Aus dan Khazraj yang
pada tahun haji selanjutnya tepatnya tahun
datang dari madinah dengan jumlah tujuh
ke-13 kenabian, sekumpulan sahabat Ansar
orang. Rasulullah kemudian mengambil janji
berjumlah 70 orang lelaki dan dua orang
mereka untuk mengikuti ajaran Islam, dan
wanita datang menemui Rasulullah SAW
mereka pun menerimanya. Hal ini terjadi
secara sembunyi-sembunyi. Kali ini mereka
ketika mereka berada di di Aqabah, salah
berjanji untuk menolong dan mendukung
satu tempat melontar jumrah. Karena itulah
dan mempertahankan dakwah Rasulullah
kejadian ini dalam sejarah dikenal dengan
saw, sebagaimana mereka mempertahankan
Baiat Al-Aqabah.
wanita dan anak-anak mereka sendiri.

20 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Kemudian mereka kembali ke Madinah setelah berkata “Kita tidak akan bergerak memerangi
Rasulullah SAW memilih 12 pemimpin dari mereka (quraisy)”. Bahkan Rasulullah SAW
kalangan mereka sendiri sebagai juru bicara mengajak semua orang Islam berbaiah untuk
menyampaikan kepada kaum-kaumnya. Inilah berjihad dan mati syahid di jalan Allah.
kali pertama istilah baiat digunakan dalam Mereka mengambil janji setia di bawah pohon
Islam dalam konteks aqidah dan keimanan. (samurah) untuk tidak lari dari medan perang.
Baiat yang sangat emosional ini diabadikan
Selanjutnya baiat yang terkenal dalam
dalam Surat al-Fath ayat 18 yang berbunyi:
sejarah Islam adalah baiat ar-ridhwan. Baiat
ar-ridhwan terjadi pada tahun bulan Dzul Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap
Qa’dah tahun 6 hijriah. Setelah enam tahun orang-orang mukmin ketika mereka
hijrah ke Madinah Rasulullah SAW dan umat berjanji setia kepadamu di bawah pohon,
Islam lainnya sangat merindukan Ka’baitullah. maka Allah mengetahui apa yang ada
Ingin sekali mereka datang ke Makkah untuk dalam hati mereka lalu menurunkan
menunaikan ibadah. Begitu rindunya hingga ketenangan atas mereka dan memberi
suatu malam Rasulullah SAW bermimpi balasan kepada mereka dengan
memasuki Baitullah al-Haram bersama para kemenangan yang dekat (waktunya).
sahabatnya dengan rambut bercukur dan rasa
Karena ridha Allah terhadap semua orang
aman tentram. Hal ini lah yang kemudian
Muslim yang mengambil berbait inilah yang
mendorong Rasulullah dan 1500 Muslim dari
kemudian dikenal dengan baiatur ridhwan.
Madinah berangkat untuk menunaikan ibadah
semata, bukan untuk berperang maupun Mengetahui hal ini kelompok Quraisy
menaklukkan Makkah. Sehingga mereka tidak merasa gentar dan sangat takut. Sebagain
membawa senjata peperangan kecuali hanya iwayat mengatakan, karena ketakutan itulah
beberapa pedang bersarung yang difungsikan mereka meleaskan kembali Usman bin Affan
untuk menggembala. yang telah di tawan. Selain itu mereka mencoba
melakukan gencatan senjata degan membuat
Sesampainya di daerah Usfan, Rasulullah
kesepakatan yang dikemudian hari terkenal
mendapatkan laporan bahwa kaum Quraisy
dengan Hudaibiyah.
telah mengetahui kedatangannya, mereka
berkumpul dan bersumpah untuk tidak Baiat ar-ridhwan merupakan satu momen
membiarkan orang-orang Muslim memasuki baiat yang sangat emosional. Rasa rindu
kota Makkah. Meski demikian Rasulullah terhadap baitullah yang tidak terobati, serta
SAW tetap melanjutkan perjalanan hingga dakwaan tidak beralasan dari orang Quraisy
sampailah di daerah Hudaibiah dan datanglah terhadap kaum Muslim dari Madinah yang
utusan bani Khuzaah menemui Rasulullah ingin membuka peperangan. Ditambah
SAW bertanya tentang tujuan kedatangannya. dengan kabar terbunuhnya Sahabat Usman
Rasulullah SAW pun menjawab bahwa kaum bin Affan. Sebagian pemerhati sejarah melihat
Muslimin datang untuk menziarahi Baitullah baiat ridhwan sebagai baiat politik, karena janji
dan mengerjakan umrah. Lalu mereka kembali itu diambil oleh seorang pemimpin (Rasulullah
dan memberitahu kaum Quraisy: Nampaknya Saw) dari para pengikutnya yang setia untuk
orang-orang Qurasiy tidak mau mengerti tidak lari dari medan perang hingga titik darah
mereka tetap menuduh umat Islam ingin penghabisan. Sebuah baiat yang mengandaikan
menguasai mereka dengan cara berperang. ketaatan dan kepatuhan serta pengakuan
kekuasaan. Tetapi bagi para sufi, baiat ini
Untuk keperluan inilah kemudian
merupakan momentum luar biasa yang
Rasulullah SAW mengirim sahabt Usman bin
melibatkan dunia spiritual kaum Muslimin,
Affan menemui kaum Quraisy Mekkah dengan
karena baiat inilah yang mendapatkan ridha
harapan menghilangkan kesalahpahaman.
dari Allah sebagaimana dijawab dalam Surat
Tetapi lama sahabat Usman tidak kunjung
Al-Fath ayat 18.
kembali hingga tersebar isu bahwa Usman
telah dibunuh. Seketika itu, Rasulullah SAW Secara politik baiat bagi seorang penguasa

Edisi Budaya | 21
tidak hanya bermakna janji setia, namun Pertama, murid wajib taat kepada mursyid
lebih penting dari itu. Baiat berlaku sebagai secara mutlak dalam berbagai hal, walaupun
pengakuan lawan politik atas kekuasannya. terkesan menyalahi aturan agama. Bahkan
Sebagaimana pentingnya baiat Ali bin Abi sebagian tarekat memposisikan taat kepada
Thalib yang notabene adalah menantu mursyid didahulukan di atas taat kepada Allah
Rasulullah SAW kepada Abu Bakar sebagai swt. Karena taat kepada Allah SWT tidak akan
khalifah pertama pengganti Rasulullah Saw. berhasil tanpa terlebih dahulu taat kepada
Pola baiat seperti ini berbeda dari baiat Umar mursyid. Begitu pula bagi mursyid, demi
bin Khattab untuk siap menjadi penggantinya kepentingan murid ia harus menghadapkannya
sepeninggal Abu Bakar Ash-Shiddiq. kepada Allah swt. mempergaulinya dengan
penuh kasih sayang, terutama ketika murid
Dalam kerangka politik, baiat juga bisa
dalam posisi menanggung beban latihan
dimaknai sebagai kontrak politik. Seperti
(riyadhah). Maka mursyid harus mendidik
halnya baiat penduduk Kufah kepada Husain
dan menasehatinya sebagaimana layaknya
Bin Ali untuk melawan khalifah Yazid bin
perlakuan orang tua kepada anaknya sendiri.
Muawiyah yang dianggap sebagai penguasa
dhalim oleh penduduk Kufah. Baiat ini terjadi Kedua, murid harus menjaga rahasia
pada tahun 60 H. Inilah yang kemudian batinnya, bahkan dari kancing bajunya
melahirkan tragedi Karbala. sekalipun, kecuali kepada mursyid. Begitu pula
mursyid harus merahasiakan kondisi murid
Inilah beberapa pola baiat dalam wacana
dan tidak boleh menunjukkan keberhasilannya
politik yang memiliki karakter berbeda dari
dalam membimbing murid. Bahkan mursyid
baiat di dunia tarekat yang dilakukan oleh
tidak dibenarkan mengharap imbalan dari
murid kepada guru mursyid. Pada dasarnya
baiat dalam tarekat berisikan pada janji setia
seorang murid untuk bertakwa kepada Allah
dan mengikuti amal-amal perbuatannya.
Bahkan dalam tarekat tertentu baiat seorang
murid lebih bersifat praktis, yakni berjanji
untuk mengamalkan wirid atau dzikir yang
ditugaskan oleh seorang mursyid. Masing-
masing tarekat memiliki ketentuan dan ritual
baiat yang berbeda satu sama lain.
Bagi penganut tarekat, baiat merupakan
momen yang sangat sakral. Mereka meyakini
bahwa baiat seorang murid kepada mursyid
pada hakikatnya adalah baiat seorang hamba
kepada Allah swt. Baiat merupakan mata
rantai spiritual yang menghubungkan mursyid
dengan murid, sehingga memungkinkan
murid mudah menjalani hari-hari di bawah
lindungan Allah swt. Baiat merupakan pintu
gerbang penyerahan diri seorang murid
kepada mursyid. Dalam hal ini mursyid berlaku
sebagai pembimbing ruhaniah yang akan
menghantarkan murid ke hadapan Allah swt.
Mengenai pola hubungan mursyid-
murid, masing-masing tarekat sebenarnya Ulama Hamka (Haji Muhammad Abdul Karim)
memiliki model sendiri-sendiri. Akan tetapi ketika dibaiat oleh Abah Anom Suryalaya pada
tahun 1981
perbedaan itu memiliki dasar yang sama. Sumber: http://www.Muslimedianews.com/

22 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Allah SWT sebagai ganti bimbingannya apalagi keduanya sebenarnya telah ditentukan oleh
mengambil manfaat materiil dari murid. Allah swt, keduanya baik murid maupun
mursyid hanya melaksanakan dan menindak
Ketiga, sebelum melakukan baiat kepada
lanjuti ketetapan-Nya dan bersama-sama
seorang mursyid, murid wajib melakukan
berusaha menuju kepada-Nya. Jika demikian
pertaubatan terlebih dahulu. Tidak sekadar
adanya, maka perjalanan keduanya dalam
membaca istighfar dan bertekad meninggalkan
tarekat adalah representasi dari ketetapan-
kemaksiatan, tetapi murid harus mantap
Nya.
dengan langkahnya menuju hidup baru di
bawah tuntunan mursyid. Karenanya mursyid Adapun upacara dalam baiat masing-
harus meluruskan dan memberi petunjuk masing tarekat memiliki normanya sendiri-
secara rahasia kepada murid ketika ia berada sendiri. Ada yang melakukannya secara
pada jalan yang melanggar syariat agar tidak empat mata dengan bersalaman dalam satu
mengulanginya kembali. ruan khusus, ada yang melakukannya secara
berjamaah dalam ritual yang ditentukan.
Keempat, murid tidak boleh berbeda
Dan adapula yang melaksanakannya secara
pandangan dengan mursyid dalam berbagai
fleksibel tidak harus dalam ruang tertentu dan
hal yang diisyaratkan kepadanya. Sebagaimana
menggunakan acara tertentu pula.
tidak diperbolehkan seorang murid menilai
salah terhadap mursyid. Yang demikian Dalam perkembangannya kemudian baiat
ini adalah suatu bahaya besar, karena awal juga digunakan sebagai pengambilan janji
perjalanan ruhaninya menentukan perjalanan setia seorang anggota atau pengurus baru
hidup selanjutnya. Jika memang terjadi dalam sebuah organisasi untuk selalu loyal dan
demikian hendaknya seorang murid segera setia dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
berikrar dihadapan mursyid dan menunggu Rumah Tangga. Dalam konteks ini baiat
dengan pasrah hukuman yang akan diberikan biasanya dilaksanakan dalam acara pelantikan.
karena ulah dan sikap kontranya. Sebagaimana dilakukan oleh Nahdlatul Ulama
dalam pelantikan pengurus baru. Pola baiat
Apabila seorang murid menaruh dendam
seperti ini tidak bisa lepas dari asal muasalnya
jiwanya kepada mursyid, maka rusaklah
sebagai pengambilan janji setia seorang murid
hubungan keduanya. terhadap hal-hal yang
kepada mursyid dalam dunia tarekat.
menimbulkan prasangka buruk tentang
mursyid, murid wajib menyampaikannya Demikianlah berbagai makna baiat
kepada mursyid. sepanjang sejarah Islam. Dalam konteks
keindonesiaan baiat sufistik yang berlaku
Dari keterangan di atas sesungguhnya
dalam tarekat kini mulai berkembang menjadi
murid yang telah memasrahkan dirinya kepada
salah satu pola pengambilan sumpah setia
mursyid tidak dapat menuntut apa pun dari
sebuah organisai keislaman. Tentunya dengan
mursyid. Murid hanya memiliki kewajiban,
bentuk dan sistem yang berbeda, yang
kewajiban pasrah, menunggu dan sabar.
cederung lebih fleksibel, tidak sakral dan tidak
Demikian pula bagi mursyid, sesungguhnya
terlalu mengikat.
murid yang datang kepadanya tanpa dipilihnya
merupakan kiriman dan hadiyah dari Allah [Ulil Hadrawi]
SWT yang harus diterimanya. Jadi hubungan

Sumber Bacaan
Ibn Atsir, 1987. Al-Kamil fi At-Tarikh. Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah
Mustafa Al-Syiba’i. Al-Sirah Al-Nabawiyah, Durus wa Al-Ibra’.
Abu Al-Wafa Al-Taftazani, tanpa tahun. Madkhal ila Al-Tasawwuf Al-Islami. Kairo: Dar Al-Tsaqafah.
Al-Jaylani, Abdul Qadir. 2012. Al-Ghunyah Li Thalabi Thariq al-Haqq Azza wa Jalla. Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.

Edisi Budaya | 23
Baju Takwa

P
ada awalnya kata ‘Baju Takwa’ adalah masyarakat Indonesia, sebagai pakaian yang
terjemahan bentuk matafora dari bahasa menunjukkan sifat-sifat ketaqawaan. Secara
Arab (libasut taqwa) yang terdapat fisik ditandai dengan tertutupnya aurat, yang
dalam al-Qur’an Surat Al-Araf ayat 26 yang akan mempengaruhi pemakaianya untuk
lengkapnya sebagai berikut: senantiasan berada pada jalan yang lurus,
beramal saleh dan memiliki rasa malu yang
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami
tinggi. Demikianlah konsep ini kemudian
telah menurunkan kepadamu pakaian
diterjemahkan oleh para desainer Nusantara
untuk menutup auratmu dan pakaian
dalam bentuk fisik baju takwa.
indah untuk perhiasan. Dan pakaian
takwa itulah yang paling baik. Yang Salah satu perancang baju takwa yang
demikian itu adalah sebahagian dari berhasil mengartikulasikan konsep ‘libasut
tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah- taqwa’ secara fisik adalah Raden Mas Said
mudahan mereka selalu ingat. Sunan Kalijaga. Dialah salah satu wali penyebar
Islam di Nusantara yang mempergunakan
Para mufassir berbeda pendapat mengenai
budaya sebagai media pembelajaran Islam,
maksud kata ‹libasut taqwa’. Perbedaan itu
termasuk dalam hal busana. Ia berhasil
dapat dibagi menjadi dua. Pertama kelompok
merancang baju takwa sebagai busana yang
yang menafsirkan kata baju takwa sebagai
mencitrakan keislaman dengan kandungan
makna hakiki, makna sebenarnya. Yaitu
nilai-nilai kejawaan yang sarat dengan amal
makna baju sebagai busana takwa yang
saleh. Karena itulah ia memulai membuat
menutupi aurat sebagaimana dikemukakan
dasar baju takwa dari baju surjan pakaian khas
oleh Abd al-Rahman bin Zaid(w.182 H).
lelaki Jawa yang dimodifikasi sedemikian rupa
Sementara kelompok kedua menilai kata
dengan ciri-ciri; pertama, berlengan panjang
‘libasut taqwa’ sebagai bentuk majas yang
dengan kedua ujung lengan terbuka (tidak
maknanya beragam. Misalkan Ibn Abbas
berkancing). Kedua, kerah berdiri dan longgar.
memaknainya dengan amal saleh. Sedangkan
Ketiga, biasanya berwarna putih. Demikianlah
sahabat Usman bin Affan memahaminya
bentuk baju semacam ini pada mulanya
sebagai jalan hidup yang lurus. Adapun Urwah
disebut oleh masyarakat Jawa dengan ‘kelambi
bin Zubair menghubungkannya dengan sikap
jawan’ (dengan tambahan huruf ‘n’ di belakang
takut (taqwa) kepada Allah. Sebagaimana
kata jawa) yang mengandung arti baju yang
Al-Hasan merujukkan kata ini kepada rasa
mirip bajunya orang Jawa. Adapun istilah baju
malu, karena malu itu yang akan membawa
takwa sendiri menyusul bersama gelombang
seseorang bertakwa kepada Allah swt.
puritanisasi islam di awal tahun akhir abad
Bagaimanapun keterangan para mufassir 20an.
tersebut memiliki posisi penting dalam
Adapun nilai-nilai ketakwaan yang
pembentukan konsep baju takwa oleh

24 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Baju takwa dikenakan oleh KH. Dimyati Rois Kaliwungu dan para santri saat
berkunjung.
Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017.

terkandung dalam baju takwa dapa dirunut dari sesuai ajaran syariat, yakni yang menutup
warna putih sebagai warna yang melambangkan aurat baik laki maupun perempuan dari
hati yang bersih dari segala penyakitnya (iri, penglihatan orang lain yang bukan muhrim.
dengki, sombong, riya dll). Sementara ujung
Dalam perjalanannya kemudian, konsep
lengan yang longgar menunjukkan hati yang
baju takwa yang berasal dari kelambi jawan
luas, mudah berbagi, semangat tinggi untuk
ini megalami perkembangan dan perubahan
saling membantu dan saling menghormat.
karena persinggungannya dengan berbagai
Adapun model kerah berdiri yang tutup dapat
kebudayaan di Indonesia hingga sering kali
diartikan dengan keagungan ajaran Islam,
di samakan dengan baju koko. Padahal tidak
yang tegas dan berwibawa. Secara keseluruhan
selalu demikian, karena baju koko sendiri
baju ini dapat dimaknai sebagai prototip orang
memiliki asal muasal yang berbeda dari
yang bertakwa. Longgar secara sosial dan ketat
baju takwa. Meskipun keduanya memiliki
dalam soal akidah dan keimanan.
kesamaan desain. Dalam hal ini ruang budaya
Pada mulanya kelambi jawan yang dan penggunaan bahasa di dalamnya yang
kemudian dikenal dengan nama baju takwa, memiliki peran dominan.
hanya dipergunakan untuk melaksanakan
Secara fisik baju takwa memang memiliki
shalat dan kegiatan-kegiatan ibadah lainnya.
pola yang mirip dengan baju koko. Tetapi
Seperti membaca al-Qur’an, menghadiri
baju koko memiliki sejarahya sendiri. Baju
pengajian, yasinan, dan lain sebagainya.
koko merupakan hasil adaptasi masyarakat
Begitulah kekhususan baju ini sehingga di
Betawi dari baju tui-khim, yaitu busana khas
kemudian hari disebut sebagai baju Muslim.
masyarakat Tionghoa yang telah membudaya
Dalam perkembangannya selanjutnya
pada masyarakat Betawi yang dikenal kemudian
baju Muslim sendiri menjadi satu model
dengan sebutan tikim. Baju tikim ini memiliki
busana yang cakupannya sangat luas. Tidak
model kerah longgar dengan beberapa kancing
hanya melingkupi pakaian lelaki saja tetapi
yang selalu terbuka. Oleh masyarakat Betawi
juga perempuan. Baju Muslim kemudian
baju tikim ini biasa dipasangkan dengan celana
didefinisikan sebagai busana yang dibuat
komprang berbatik.

Edisi Budaya | 25
Adapun istilah koko sendiri merupakan perkembangan yang sangat pesat. Tidak hanya
kata panggilan untuk lelaki Tionghoa yang dalam model lengan (panjang dan pendek)
pada masanya adalah pengguna baju tui- tetapi juga pola bordir dengan berbagai jenis
khim. Karena itulah tui-khim yang sudah batik yang mengidentifikasi berbagai budaya
beralih menjadi tikim di lidah orang Betawi nusantara.
juga disebut sebagai baju koko, yakni bajunya
Begitu pula dengan fungsinya, baju
engkoh-engkoh. Di sinilah perbedaan teoritis
koko tidak lagi identik dengan baju ibadah
antara baju takwa dan baju koko, yang dibangun
sebagaimana fungsi baju takwa, ataupun
di atas sejarah serta ruang perkembangan
sebagai baju resmi seperti baju tikim orang
keduanya.
betawi. Tetapi lebih dari itu. Baju koko kini
Demikianlah baju koko menjadi muara bersifat multi fungsi, bisa untuk ibadah,
dari perkembangan dua model baju yang mnghadiri acara formal, pakaian santai
berbeda asal tetapi memiliki kemiripan poala, informal dan lain sebagainya.
antar baju takwa dan baju tikim. Dalam
[Ulil Hadrawi]
masa modern ini baju koko telah mengalami

Sumber Bacaan:
Imam Al-Mawardi, tanpa tahun. Adab al-Dunya wa al-Din. Bairut: Al-Maktabah al-Tsaqafiyah
Kess Van Dijk, Sarung, Jubah dan Celana Penampilan sebagai Sarana Pembedaan dan Diskriminasi, dalam Henk Schulte
Nordholt. 2005. Outward Appearances, Trend, Identitas, Kepentingan. Yogyakarta: LkiS

26 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Bakiak

S
ecara umum bakiak dapat dijelaskan sebelum masehi. Dalam perkembangannya
sebagai salah satu jenis alas kaki yang kemudian mu-ju atau bak-kia menyebar ke
terbuat dari kayu. Ada yang menggunakan berbagai negeri bersama dengan penyebaran
sistem japit dengan memasang kayu berkepala masyarakat dinasti Han. Sebagaimana di
bulat yang dijapit dengan ibu jari dan jari berbagai pelosok negeri, di Filipina juga dikenal
telunjuk. Dan ada juga yang menggunakan bakya sebagai salah satu jeni alas kaki. Bakiak
sistem selop dengan bahan pengait dari karet pada masa itu merupakan simbol strata sosial
atau yang lain yang dipakukan di sebelah para pemakainya.
kiri dan kanan. Sebagain masyarakat dengan
tradisi bahasa melayu menyebut bakiak
dengan terompah, sementara orang-orang
Sunda mengatakannya dengen keletek dan
sebagian orang jawa menemakannya dengan
bangkiak, klompen atau teklek. Demikian
gambaran umum bakiak sebagai alas kaki
populer pada zamannya di tengah masyarakat.
Selain itu banyak ada juga bakiak istimewa Salah satu bentuk bakiak
yang sengaja dibuat secara khusus untuk Sumber: http://www.cirebontrust.com

digunakan orang-orang tertentu dalam acara-


acara tertentu. Semisal bakiak yang digunakan
Semenjak modernisasi hadir di Indonesia
keluarga bangsawan, ataupun bakiak yang
dengan berbagai produk budayanya, bakiak
sengaja dipesan untuk keperluan teater dan
menjadi simbol kesederhanaan. Bakiak
semacamnya. Keistimewaan ini biasanya
berusaha mempertahankan diri sebagai
terletak pada bahan mentah pembuatan
identitas masyarakat tradisional yang
bakiak, motif dan hiasan yang digunakan
menghargai keindahan di atas nilai fungsi.
sebagai ornamen.
Memakai bakiak tidak hanya menjadi orang
Secara pribadi, orang-orang biasa yang sederhana, tetapi juga menjadi orang
membuat bakiak dari sembarangan kayu dari yang tidak suka dengan modernisme. Oleh
pohon yang ada di sekitar tempat tinggal. para pemakainya, bakiak menjadi bentuk
Namun secara profesional, para pengrajin resistensi terhadap modernisasi. Sebagaimana
bakiak memakai kayu sengon atau kayu yang dilakukan para kiai di pesantren sebagai
jenis albasiah sebagai bahan mentahnya, salah satu kelompok pengguna bakiak. Bahkan
ini dikarenakan pertimbangan pasar yang bagi Kiai Abbas Buntet pengasuh pesantren
menuntut bakiak yang berkwalitas dan murah. Buntet di Cirebon, bakiak tidak hanya
Dari sisi bahasa kata bakiak berasal dari menjadi simbol perlawanan tetapi menjadi
bak-kia yaitu bahasa hokkian dari mu-ju, alat perlawanan menghadapi kolonialisme di
semacam alas kaki yang dipakai oleh bangsawan Indonesia. Dengan bakiak Kiai Abbas berhasil
wanita bangsa pada masa Dinasti Han, 2 abad mengkoordinasi para pejuang di Surabaya

Edisi Budaya | 27
untuk mengusir dan menjatuhkan pesawat-
pesawat penjajah belanda.
Setelah Indonesia merdeka, bakiak masih
tetap berjuang. Kini bakiak harus berjuang
berebut pasar dengan berbagai jenis alas kaki
murah dan praktis. Akhirnya bakiak sekarang
hanya berhasil merebut ruang di pinggiran.
Bakiak hanya bisa ditemukan di mushalla, di
masjid, di toilet, di kamar dan beberapa ruang
yang jauh dari dunia formal. Bakiak menjadi
alas kaki alternatif yang digunakan sebagai
pengganti sepatu dan alas kaki lain yang
dianggap lebih bermartabat.
Bakiak asli Jawa Timur bahan dari
kayu mentaos
Atau bakiak berubah bentuk dan fungsi
sebagai salah satu alat perlombaan. Dalam
perlombaan balap bakiak, bakiak tidak lagi Yahya Al-Muqri At-Tilmisani dalam Fathul
berupa dua potong alas kaki berukuran normal. Muta’al fi Madhi An-Ni’al bahwa diantara
Tetapi menjadi alas kaki dengan ukuran tuah itu adalah: Orang yang selalu membawa
panjang 50-100 cm yang dapat digunakan lukisan terompah Rasulullah akan selamat
tiga sampai lima orang. Perlombaan ini biasa dari gangguan pengacau, dan orang yang akan
diadakan untuk merayakan hari-harit tertentu berbuat hasud, dan juga sihir, Jika ditaruh
termasuk hari kemerdekaan banga Indonesia. dalam rumah, maka rumah tersebut tidak
Lain halnya lukisan terompah Rasulullah akan terbakar. Jika diletakkan dalam barang
SAW yang dalam wacana ilmu hikmah diyakini dagangan akan selamat dari pencurian dan
memiliki beberapa tuah. Sebagaimana lain sebagainya.
diterangkan oleh Ahmad bin Muhammad [Ulil Hadrawi]

Sumber Bacaan
Muhammad Nuril Ardan, 2016. From Bangkiak up to High Hill. XII IIA-3/No.19 dalam Diakses melalui www.scribd.com/
document/ 329730546/BANGKIAK-IS-OUR-SOUL- docx pada 21.11.2016/22.38
www.buntetpesantren.org/2016/11/misteri-kesaktian-bakiak-milik-kiai.html. Diakses pada pada 21.11.2016/22.38
Ahmad bin Muhammad Yahya Al-Muqri At-Tilmisani, 1997. Fathul Muta’al fi Madhi An-Ni’al. Kairo: Dar Al-Qadhi Iyadh

28 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Bancakan

S
ejalan dengan terus bergeraknya relasi.
peradaban menuju arah modernisasi
Dalam Ensiklopedi Sunda, bancakan
dan globalisasi, masih ada sisa-sisa
atau babacakan didefenisikan sebagai nama
tradisi budaya di Nusantara yang masih diuri-
hidangan makanan yang diwadahi nyiru (niru),
uri oleh sebagian masyarakat kita. Salah satu
dengan tilam dan tutup daun pisang, disajikan
tradisi budaya yang menarik perhatian adalah
untuk dimakan bersama pada slametan atau
tradisi budaya lokal Jawa yang berhubungan
syukuran. Macam makanan yang dihidangkan
dengan ‘keselamatan’ dalam konsep hidup
lazimnya nasi congcor atau tumpeng beserta
manusia Jawa. Adapun produk budaya yang
lauk-pauknya antara lain urab sebagai sesuatu
dimaksud adalah upacara tradisi Bancakan.
yang khas dalam hidangan slametan. Tidak
Hampir setiap peristiwa dalam masyarakat
disediakan piring, para hadirin makan dengan
Jawa selalu dipenuhi dengan ritual bancakan
memakai daun pisang sebagai alasnya. Makan
ini. Mulai dari kehamilan, kelahiran, kematian
bancakan dimulai setelah pembacaan doa
atau bahkan hal-hal lain. Secara esensi, di luar
selesai, setiap orang langsung mengambil
yang bersifat spiritual (batiniah), bancakan
dari nyiru nasi beserta lauk-pauknya (Rosidi,
sendiri mengemban pesan penting dalam
2000).
hubungan kemasyarakatan. Keselarasan dan
harmoni menjadi dasar utama setiap laku yang Menurut Purwadi (2007: 92) bancakan
diwujudkan itu. Bancakan memang satu fungsi adalah upacara sedekah makanan karena
utamanya adalah untuk menunjukkan rasa suatu hajat leluhur, macam-macam bancakan
syukur (doa) kepada Yang Maha Kuasa. antara lain berkenaan dengan dum-
duman “pembagian” terhadap kenikmatan,
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kekuasaan, kekayaan. Upacara bancakan
(KBBI) edisi empat menjelaskan, bahwa kata
sering digunakan dalam acara bagi waris,
bancakan berasal dari kata dasar bancak yang
sisa hasil usaha dan keuntungan perusahaan.
memperoleh akhiran –an. Dapat diartikan
Harapannya agar masing-masing pihak merasa
ban-cak, ban-cak-an (n) (1) slametan; kenduri;
dihargai hak dan jerih payahnya sehingga
(2) hidangan yang disediakan dalam slametan;
solidaritas anggota terjaga (Purwadi, 2005:
(3) slametan bagi anak-anak dalam merayakan
23). Berdasarkan pendapat tersebut dapat
ulang tahun atau memperingati hari kelahiran
dirinci bahwa bancakan merupakan upacara
disertai pembagian makanan atau kue-
sedekah makanan karena suatu hajat leluhur
kue. Kata bancakan juga berasal dari tempat
agar terhindar dari konflik yang disebabkan
tumpeng pungkur yang dibuat dari anyaman
oleh pembagian yang tidak adil. Dan dengan
bambu secara renggang. Anyaman semacam
adanya bancakan menumbuhkan solidaritas
ini disebut ancak. Perkembangan selanjutnya
yang sangat tinggi.
berubah menjadi kata bancak (Suwardi, 1998:
169). Dalam tradisi Jawa, bancakan dikenal Sistem penyelenggaraan upacara
sebagai simbol rasa syukur kepada nenek tradisional dilakukan demi memenuhi
moyang dan Tuhan sebagai pencipta dengan kebutuhan rohani yang berkaitan erat dengan
cara-cara membagi-bagikan makanan kepada kepercayaan masyarakat Jawa. Siklus hidup

Edisi Budaya | 29
manusia yang meliputi masa kelahiran, ikatan kemasyarakatan kembali menguat.
perkawinan dan kematian mendapat Bancakan juga berperan dalam menyebarkan
perhatian dengan melakukan upacara khusus. informasi secara meluas atas suatu hal. Bahkan
Tujuanya adalah memperoleh kebahagiaan yang punya hajat pun berkepentingan untuk
lahir batin, setelah mengetahui hakikat menyebarkan informasi tentang keluarganya.
sangkan paraning dumadi atau dari mana Sehingga dalam setiap bancakan selalu
dan ke mana arah kehidupan. Dalam hal ini, disebutkan alasan apa yang membuat sebuah
puncak pribadi manusia paripurna ditandai bancakan diselenggarakan. Sangat biasa di
oleh kemampuanya dalam mengendalikan dalam sebuah prosesi bancakan disebutkan apa
diri sebagaimana tersirat dalam ngelmu hajat orang yang bersangkutan.
kesampurnaan yang menghendaki hubungan
Bancakan punya tujuan ataupun makna
selaras antara Tuhan dan alam (Purwadi, 2007:
sendiri. Orang ataupun warga yang melakukan
1).
bancakan karena ingin meminta keslametan,
Di dalam kebudayaan Jawa, orang yang melancarkan suatu keinginan agar terkabul,
dibancaki biasanya diperlakukan dengan ungkapan rasa syukur karena telah
sangat istimewa. Mereka diperlakukan bak mendapatkan nikmat tertentu, dan juga untuk
seorang pangeran, putri atau bahkan raja. mencegah datangnya mara bahaya. Meminta
Sehingga yang menjadi pusat dari upacara keslametan yang dimaksud adalah sebentuk
bancakan adalah orang yang dihajati. Meskipun doa supaya mendapat kebahagiaan dalam
demikian, upacara ritus yang dikenal di menjalani hidup, diberikan kelancaran usaha
Jawa dengan “slametan” menimbulkan rasa dan dijauhkan dari segala mara bahaya secara
solidaritas di antara mereka yang terlibat umum. Hal ini biasanya dilangsungkan secara
dan berpartisipasi, walaupun mereka punya rutin. Ada yang sifatnya setiap seminggu
status sosial yang berbeda-beda. Di luar fungsi sekali, sebulan sekali, sampai setahun sekali.
utama itu, bancakan telah mengambil peran
Bancakan, selain digunakan untuk
untuk merekatkan ikatan kemasyarakatan.
menangkal keburukan atau kesialan, juga
Setiap hajat yang disertai dengan bancakan ini,
dilangsungkan sebagai ungkapan rasa syukur.
selalu ditandai dengan kedatangan tetangga
Ungkapan rasa syukur masyarakat Jawa, secara
dan sanak saudara. Ikatan-ikatan yang mulai
simbolik diungkapkan dengan mengadakan
longgar sebagai akibat interaksi keseharian,
bancakan; berkumpul dan makan bersama yang
kemudian kembali menguat dengan adanya
dihadiri oleh sanak kerabat dan tetangga dekat.
bancakan yang dilakukan oleh seseorang.
Hal ini dilakukan saat misalnya mengiringi
Bincang-bincang di awal atau akhir prosesi
upacara pernikahan, khitan, atau beberapa
bancakan setidaknya telah mencairkan
momen yang menghadirkan kebahagiaan
kebekuan yang diakibatkan berbagai konflik
seperti lulus sekolah, wisuda dan sejenisnya.
keseharian. (Sumukti, 2006).
Sedangkan, bentuk bancakan selanjutnya
Bancakan merupakan tatanan serta dilakukan sebagai upaya untuk menghindari
tuntunan tentang kebersamaan, kerukunan datangnya mara bahaya. Seperti saat dimana
dan kesederhanaan melalui sebuah simbol ada petunjuk akan datangnya bencana banjir,
nasi tumpeng yang dinikmati bersama dan angin topan, gunung meletus, dan sebagainya.
ada doa yang menyertainya. Tradisi adat Jawa Orang-orang Jawa sangat menghormati alam.
bancakan ini dilakukan oleh sebagian kecil Sehingga saat terdapat ancaman bahaya
masyarakat Jawa dimaksudkan sebagai bentuk yang sifatnya disebabkan oleh faktor alam,
pelestarian budaya, yang mereka harapkan dari maka mereka segera menyikapinya dengan
bancakan ini lebih kepada pengenalan untuk mengadakan upacara “tolak bala” (menghindar
anak-anak supaya tidak lupa asal usul dan dari musibah dan bencana) yang disimbolkan
akar budaya mereka. Prosesi bancakan yang pada tradisi bancakan.
mengharuskan orang berbaur dan melupakan
Setidaknya ada dua cara untuk merayakan
segala konflik/persoalan itulah yang membuat
bancakan yaitu bancakan perorangan, bancakan

30 | Ensiklopedi Islam Nusantara


perorangan ini memiliki berbagai jenis bancakan sepasaran. Menurut Herawati (2011:
ragamnya, seperti tasyakuran, akikah, wiwit, 248) bancakan berupa nasi tumpeng beserta
unggah, ruwat, serta bancakan untuk orang gudhangan telur ayam kampung, gereh petek,
yang telah meninggal. bancakan perorangan jenang putih dan jajan pasar. Selanjutnya anak-
dilakukan oleh seorang tokoh agama setempat, anak kecil diundang untuk bancakan. Selesai
bancakan disaksikan oleh orang yang telah didoakan, nasi beserta gudhangan dan jajan
diundang sebelumya oleh si pemilik hajat. pasar dibagi-bagikan ke seluruh anak yang
Kemudian mereka melakukan doa bersama datang. Pada saat berlangsungnya bancakan
dan pada akhir acara biasanya orang yang telah sepasaran diadakan pula pemberian nama bayi
diundang tadi diberi suatu bentuk imbalan. oleh orang tua bayi.
Kebanyakan imbalan tersebut bisa berupa
Slametan selapanan lazimnya diadakan
makanan siap saji, bahan makanan mentah,
pada waktu bayi waktu bayi berumur 35 hari
pakaian, atau uang tunai.
(Yusuf, 1997: 63). Dalam bahasa Jawa selapan
Bancakan kelompok merupakan adalah tiga puluh lima. Perhitungan tiga puluh
permohonan atas suatu kelompok orang lima hari ini didasarkan pada kelipatan hari
banyak. Ritual ini terkesan lebih mudah. lahir bayi menurut hitungan Jawa (Pahing,
Masyarakat berkumpul dengan kesadaran diri Pon, Wage, Kliwon, Legi) dan hari penanggalan
tanpa ada paksaan. Dalam adat ini mereka Masehi (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat,
biasanya membawa suatu bentuk makanan Sabtu, Minggu) karena itulah setiap 35
yang disebut asahan. Ini merupakan suatu hari seorang manusia akan mengulang hari
sumber kebersamaan. Setelah berkumpul kelahirannya. Slametan selapanan bertujuan
tokoh agama memanjatkan doa disertai sebagai ungkapan rasa syukur atas keslametan
seluruh warga, setelah itu baru asahan yang dan kesehatan bayi.
telah dibawa itu dimakan bersama-sama.
Salah satu bancakan yang popular di
selain dimakan bersama asahan tersebut juga
telinga masyarakat kita adalah bancakan weton
bisa dibawa pulang oleh masing-masing warga.
(slametan kelahiran). Bancakan weton adalah
Bancakan ini memiliki berbagai jenis seperti
peringatan hari lahir berdasarkan saptawara
sedekah bumi, mauludan, megengan, tahun
dan pancawara, yang merupakan tradisi
baru, sedekah laut, dan tolak bala.
masyarakat yang dilakukan pada hari kelahiran
Jenis-jenis bancakan dilihat dari saat bayi berdasarkan perhitungan kalender Jawa yang
lahir meliputi brokohan, sepasaran, selapanan berputar selama 35 hari. Artinya peringatan
dan wetonan. Brokohan adalah upacara adat hari kelahiran manusia Jawa dilakukan setiap
Jawa untuk menyambut kelahiran bayi. 35 hari sekali, berbeda dari acara ulang tahun
Menurut Hardjowirogo (1980: 19) bancakan yang diperingati setiap tahun sekali. Tujuan
pertama yang diberikan berhubungan dengan wetonan atau bancakan weton adalah sebagai
lahirnya bayi dinamakan brokohan. Bancakan ucapan rasa syukur atas rahmat-Nya sekaligus
ini mempunyai makna ungkapan syukur dan sebagai permohonan kepada-Nya agar orang
sukacita karena proses kelahiran berjalan yang dislameti diberi keslametan serta
lancar. Brokohan berasal dari bahasa Arab kesuksesan pada hari-hari selanjutnya. Pada
barokah yang bermakna ‘mengharapkan beberapa daerah di Jawa wetonan di sebut juga
berkah’. Upacara brokohan bertujuan untuk tironan.
keslametan kelahiran dan juga perlindungan
Bancakan weton dilakukan tepat pada
untuk bayi dengan harapan menjadi manusia
hari weton. Dalam tradisi Jawa, setiap orang
yang baik. Seperti layaknya slametan pada
seyogianya dibuatkan bancakan weton minimal
umunya, dalam brokokan ini disajikan tumpeng
sekali selama seumur hidup. Namun akan
beserta lauk pauknya dan berbagai macam
lebih baik dilakukan paling tidak setahun
buah-buahan (Purwadi, 2007: 89).
sekali. Apabila seseorang sudah merasakan
Setelah bayi berumur lima hari diadakan sering mengalami kesialan (sebel-sial),
slametan dengan mengadakan kenduri dan ketidakberuntungan, selalu mengalami

Edisi Budaya | 31
kejadian buruk, lepas kendali, biasanya dapat simbolisme telah membuat makna bancakan
berubah menjadi lebih baik setelah dilakukan weton menjadi lebih dalam dan bermakna.
bancakan weton. Bagi seseorang yang sudah Kenyataannya, simbol-simbol yang digunakan
sedemikian parah tabiat dan kelakuannya, dalam bancakan weton ada juga yang
dapat dibancaki weton selama 7 kali berturut- menterjemahkannya secara berbeda. Adanya
turut, artinya setiap 35 hari dilakukan materi-materi kembang setaman, jenang,
bancakan weton untuk yang bersangkutan, dan lain-lain, dianggap sebagai pakan demit.
berarti bancakan weton dilakukan lebih kurang Adanya perbedaan makna ini merupakan
selama 8 bulan berturut-turut. konsekuensi dari penggunaan simbol yang
bisa saja diterjemahkan berbeda oleh masing-
Hakikatnya bancakan weton pada anak
masing orang. Di sini, tradisi bancakan weton
adalah untuk membentuk keseimbangan
dikaitkan dengan anggapan bahwa praktik ini
antara lahir dan batin, harmonis dan sinergis.
dianggap sebagai klinik atau syirik dikarenakan
Anak yang sering dibuatkan bancakan weton
penterjemahan simbol-simbol dalam bancakan
secara rutin oleh orangtuanya, dipercaya
weton yang “berbeda” oleh orang-orang
bahwa hidupnya akan lebih terkendali, lebih
tertentu.
berkualitas, lebih berhati-hati, tidak liar dan
ceroboh, serta terhindar dari musibah. Akar Anggapan kejawen sebagai klenik dan
pelaksanaan bancakan weton bagimasyarakat syirik tersebut sudah pasti tidak nyaman
Jawa yang mempercayainya, menurut dirasakan bagi kebanyakan orang pada
Budiharso (2014) ialah sistem tradisi dan komunitas Jawa. Oleh karena itulah,
kepercayaan yang mendalam terhadap leluhur. diperlukan penjelasan-penjelasan yang masuk
Tradisi ini melekat kuat pada sistem kehidupan akal tentang Kejawen guna menepis anggapan
sehari-hari dalam bentuk perhitungan hari minor tersebut. Untuk itulah, diperlukan
baik, peruntungan, ucapan syukur, tradisi sebuah usaha dan sekaligus penjelasan untuk
gotong royong, toleransi, dan keyakinan menggugah kesadaran masyarakat Jawa agar
terhadap sedulur papat limo pancer, kekuatan kembali melaksanakan adat tradisinya.
adi kodrati yang melekat pada setiap individu
Dalam perkembangannya dan perubahan
berupa Kakang Kawah, Adi Ari-ari, Kaki
pada bancakan weton masyarakat pada saat
Among dan Nini Among.
ini ternyata masih banyak yang melakukan
Bancakan weton merupakan bagian dari bancakan weton karena bancakan merupakan
ajaran kejawen yang mengalami benturan- salah satu bentuk rasa syukur terhadap
benturan dengan agama dan juga budaya asing kenikmatan atas lahirnya seorang anak. Akan
(Belanda, Arab, Cina, India, Jepang, AS). Yang tetapi seiring dengan adanya modernisasi
paling keras adalah benturan dengan agama, ritual bancakan weton banyak mengalami
karena kehadiran Kejawen dianggap suatu perubahan, contohnya saja pada zaman
hal yang bertentangan dengan agama. Di dulu ketika bancakan weton masyarakat
lain pihak, dari sisi budaya asing ada upaya- masih menggunakan nasi dan lauk pauknya
upaya membangun kesan bahwa budaya Jawa yang masih tradisional dan wadah-wadah
itu hina, memalukan, rendah martabatnya, yang masih tradisional juga seperti wadah
bahkan kepercayaan lokal disebut sebagai untuk nasi, mereka masih menggunakan
kekafiran, sehingga harus ditinggalkan daun pisang dan lidi yang kemudian nasi-
sekalipun oleh tuannya sendiri, dan harus nasi tersebut dijadikan satu dalam tampah
diganti dengan “kepercayaan baru” yang besar sebelum dibagikan. Sebelum makanan
dianggap paling mulia segalanya. tersebut dibagikan, ada sesepuh yang biasanya
membacakan do’a dan tahlilan dengan tujuan
Kejawen mengandung filosofis yang
demi keslametan anak tersebut. Setelah itu
tinggi, yang tidak mengajak manusia kepada
makanan bancakan tersebut dibagikan pada
kemusyrikan tetapi memanfaatkan prana
tetangga dekat dan kerabat dekatnya.
manusia untuk mencapai kesempurnaan
hidup. Penyampaiannya yang menggunakan Bancakan weton sebagai simbol tradisi

32 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dalam kepercayaan agama Jawi nampak dari Penggunaan simbol ini bisa dilihat dengan
bagaimana masyarakat Jawa yang meyakini jelas dalam uba rampe bancakan weton. Semua
bancakan weton melaksanakan tradisi. materi yang digunakan dalam bancakan weton
Bancakan weton menurut Budiharso (2014: bukan hanya sematamata sebagai makanan
165-166) merupakan simbolisasi terhadap yang akan disedekahkan kepada orang lain,
priritualitas orang Jawa, simbol social dan tetapi mengandung suatu simbol, yang dengan
moral, dan simbol tradisi. Pertama, bancakan melihatnya saja, sesama orang Jawa atau
weton dilaksanakan sebagian besar oleh orang non-Jawa yang mempelajari Kejawen
masyarakat Jawa dari kalangan bawah, dapat langsung memahaminya. Oleh karena
menengah, terpelajar dan begitu dipegang itu penggunaan simbol ini sangat efektif
kuat oleh kalangan kraton. Kedua, makna untuk berkomunikasi. Pepatah Jawa klasik
simbolisme bancakan weton menyatu dengan mengatakan wong Jawa iku nggoning semu,
system tata kehidupan bermasyarakat yang sinamun ing samudana, sesadone ingadu manis.
sudah lahir sejak jaman kerajaan dan secara Maksudnya, orang Jawa itu tempatnya segala
turun-temurun dianut dalam tradisi. Sistem simbol. Segala sesuatunya disamarkan berupa
itu, di antaranya perhitungan hari baik melalui cara semu dengan maksud tampak indah dan
hari pasaran lima (pancawara), Pon, Wage, manis (Hariwijaya, 2004: 3).
kliwon, Legi, Pahing; pasaran hari 7 (sadwara):
Simbol-simbol yang dipakai dalam
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu,
bancakan weton merupakan bentuk
Minggu. Ketiga, simbolisme untuk meraih
komunikasi tidak langsung yang ditujukan
harmoni dan sinergi dengan masyarakat
baik kepada sesama manusia, kepada
dan lingkungan bagi masyarakat Jawa juga
makhluk Tuhan lainnya, dan kepada Tuhan.
mendasarkan pada falsafah penyatuan antara
Penggunaan simbol ini walaupun merupakan
diri manusia sebagai mikrokosmos dan Allah
komunikasi tidak langsung, tetapi sudah
sang pencipta sebagai makrokosmos.
tidak membutuhkan penjelasan lagi, karena

Suguhan nasi bancakan yang dimakan beramai-ramai terlihat sedap, walaupun mungkin
sebenarnya isinya biasa saja.
Sumber: http://www.satuharapan.com/

Edisi Budaya | 33
sudah ada kesepahaman mengenai makna perubahan.
yang terungkap di dalam masing-masing
Namun kenyataannya pada saat ini
simbol. Pemahaman ini didapatkan dari
bancakan weton tidak dilakukan seperti itu lagi.
penjelasan para sesepuh sebelumnya yang
Sekarang masyarakat melakukan bancakan
disampaikan kepada generasi muda, demikian
dengan menggunakan makanan dan lauk
seterusnya, sehingga terdapat pemahaman
pauknya dan wadahnya yang modern, seperti
yang sama mengenai arti simbol-simbol yang
wadah untuk nasi sekarang menggunakan
dipergunakan. Adanya bancakan weton yang
tempat nasi yang terbuat dari plastik
menggunakan simbol-simbol sejalan dengan
yang lebih praktis. Dan sebelum makanan
pendapat Cohen (1994), Hendry dan Watson
dibagikan tidak lagi ditaruh di tampah tetapi
(2001), yaitu bahwa uba rampe bancakan
sudah ditaruh langsung di tempat plastik
weton merupakan komunikasi dimana
tersebut. Kemudian dalam bancakan sudah
terdapat pesan-pesan yang tersembunyi yang
ada masyarakar yang tidak lagi menggunakn
merupakan komunikasi “tidak langsung” dari
nasi melainkan mereka menggantinya dengan
manusia kepada alam dan kepada penciptanya.
makanan-makanan ringan atau jajanan pasar
Tradisi bancakan sudah mulai menghilng yang dianggap lebih instan.
seiring perjalanan zaman, tidak ada lagi yang
Demikianlah keselarasan dalam
ingat weton, slametan dan lainnya. Pada
masyarakat diciptakan dengan melalui sarana
kondisi seperti ini, tradisi bancakan secara
bancakan. Ini yang kadang tidak terbaca oleh
perlahan mulai menghilang. Karena, pengaruh
masyarakat modern. Bahwa ritual bancakan
dari kota yang masuk ke desa. Pengaruh dari
tidak saja sekadar bernilai mistis untuk
kota tersebut, selain mempengaruhi gaya
mendapatkan bantuan atau jalan keluar atas
hidup semata, namun juga mempengaruhi
sebuah masalah. Harus dipahami bahwa
pola pikir yang pada gilirannya akan
bantuan atau jalan keluar masalah selain
berpengaruh terhadap perilaku sosial. Melihat
berasal dari Yang Kuasa, juga merupakan hasil
kondisi yang semacam ini, perubahan dalam
dari kontribusi bantuan tetangga sekitar. Itulah
masyarakat yang semakin rasionalis pada
kenapa keselarasan dalam masyarakat menjadi
taraf tertentu akan mempengaruhi kelestarian
penting dan perlu. Jadi tradisi bancakan adalah
suatu tradisi tertentu. Walaupun keberadaan
merupakan bentuk simbolisasi rasa syukur
tradisi-tradisi semacam bancakan perlahan-
dan doa kepada Tuhan yang biasa dilakukan
lahan menghilang. Namun, tidak berarti telah
oleh masyarakat tradisional Jawa. Dan
benar-benar sirna. Selama keberadaan tradisi
sayangnya tradisi bancakan ini sudah mulai
semacam ini belum benar-benar menghilang,
kurang dikenal atau dilakukan oleh kalangan
masih terbuka peluang untuk terus bertahan.
masyarakat Jawa sekarang ini, khususnya di
Toh, memang sudah menjadi sifat segala
kalangan keluarga muda.
sesuatu di dunia ini untuk mengalami
[M. Ulinnuha]

Sumber Bacaan
Chodjim, Achmad. Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2003.
Danadibrata, R.A. Kamus Bahasa Sunda. Bandung: Panitia Penerbitan Kamus Basa Sunda, 2006.
Hardjowirogo, Marbangun. Adat Istiadat Jawa: Sedari Seseorang Masih dalam Kandungan hingga Sesudah ia Tiada lagi.
Bandung: Penerbit Patma, 1979.
Hariwijaya. Kamus Idiom Jawa. Jakarta: Eska Media, 2004.
Herawati, Nanik. Mutiara Adat Jawa 2. Klaten: PT Intan Pariwara, 2011.
Purwadi. Pranata Sosial Jawa. Yogyakarta: Cipta Karya, 2007.
. Upacara Tradisional Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 2005.
Rosidi dkk, Ajip. Ensiklopedi Sunda: Alam, Manusia dan Budaya (Termasuk Budaya Cirebon dan Betawi). Jakarta: Pustaka
Jaya, 2000.
Suwardi. Sinkretisme dan Simbolisme Tradisi Slametan Kematian di Desa Purwosari Kulon Progo. Yogyakarta: Diksi UNY,
1998.
Yusuf, Wiwik Pertiwi dkk. Tradisi dan Kebiasaan Makan pada Masyarakat Tradisional di Jawa Tengah. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1997.
www.jurnal-ingua.info

34 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Barikan

H
ubungan masyarakat dengan alam Ritual ini merupakan ritual yang
di sekelilingnya merupakan wujud dilaksanakan oleh penduduk desa secara rutin
kesatuan harmonis yang selalu dalam waktu tertentu dan telah dilaksanakan
dijaga keseimbangannya. Kejadian-kejadian secara turun temurun dari generasi ke generasi.
alam seperti gempa, gerhana bulan dan Selain sebagai ritual tolak balak, ritual barikan
matahari, paceklik, banjir, wabah penyakit juga dimaksudkan untuk mendoakan semua
dianggap sebagai pertanda bagi kehidupan arwah leluhur desa yang telah meninggal
manusia. Dengan adanya pertanda baik atau dunia sebagai bentuk pengkhurmatan atas
pertanda buruk, diharapkan masyarakat telah berbagai jasa para leluhur dalam melakukan
bersiap untuk menghadapinya dari segala babat (perjuangan membangun) desa di masa
kemungkinan atas petunjuk alam itu. Untuk lalu. Wujud ritual barikan sejatinya merupakan
menghindari hal-hal tersebut, seluruh anggota ritual yang berbentuk pemberian sedekah
masyarakat suatu desa mengadakan upacara berupa berbagai makanan yang diolah dari
barikan. Tradisi barikan atau bari’an merupakan hasil pertanian masyarakat sekitar (Pambudi,
salah satu praktik ritual keagamaan yang 2009).
dilakukan oleh suatu masyarakat tertentu
Ritual barikan ini merupakan bentuk
sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat atau
akulturasi tradisi Jawa dengan ajaran Islam.
berkah yang telah mereka terima dari sang
Dimana pada dasarnya ritual ini berasal dari
Kuasa.
tradisi nenek moyang suku Jawa yang beragama
Barikan atau bari’an sendiri berasal dari Hindu-Budha. Ritual barikan ini merupakan
kata bahasa Arab baro’a, yubarri’u, bara’atan/ metamorfosa dari ritual bersedekah dengan
bari’an yang berarti bebas (al-Marbawi, t.th: berbagai persembahan yang dikenal dengan
45). Dalam hal ini yang dimaksud dengan istilah sesajen (lazimnya kepala hewan berkaki
bebas adalah bebas dari barbagai marabahaya, empat yang disembelih) yang asal mulanya
wabah penyakit, malapetaka, marabahaya, dan merupakan bentuk tradisi ritual Hindu-Budha
balak yang ada. Istilah lain dari ritual barikan Nusantara yang dilaksanakan secara turun
juga seringkali disebut sebagai ritual “bersih temurun oleh masyarakat yang tadinya bersifat
desa” (Simuh, 1998: 119). Sedangkan secara memuja kemudian berubah menjadi meminta
terminologi, barikan adalah sebuah ritual perlindungan dari mara bahaya (Hensastoto,
tradisi Jawa yang dilakukan suatu penduduk 1991: 100).
desa sebagai bentuk upaya melakukan
Ritual sedekahan dan sesajen yang
tolak balak (menghindarkan berbagai mara
ditinggalkan di tempat ritual tersebut
bahaya), agar hidup mereka terhindar dari
ditujukan sebagai bentuk pengkhurmatan
berbagai bencana yang merugikan seperti
arwah yang ada di sekitar dukuh/desa setempat.
datangnya kekeringan, bencana alam (banjir,
Masyarakat pra Islam mempunyai keyakinan
longsor), kelaparan, wabah penyakit baik
bahwa bahwa arwah-arwah orang meninggal
yang menyangkut manusia, tanaman ataupun
tersebut apabila tidak diberi sesajen atau
ternak mereka (Soepanto, 1981: 23).
makanan dari sedekahan masyarakat sekitar

Edisi Budaya | 35
maka akan mendatangkan berbagai murka sehingga mereka melaksanakan secara
(kemarahan) dalam masyarakat desa. Para bersama empat kali dalam setahun, sedangkan
arwah akan menggangu masyarakat dengan tempat pelaksanaannya di perempatan jalan,
mendatangkan berbagai macam balak (mara sanggar, petren/dayang, banyu yang dianggap
bahaya) seperti penyakit (baik dalam manusia, ada arwahnya yang bertempat tinggal. Upacara
hewan ternak dan tumbuh-tumbuhan), barikan ini dipimpin oleh dukun dan mudin,
bencana alam seperti banjir, longsor, gempa yang diakhiri dengan makan dan doa. Dan
bumi dan gunung meletus. Keyakinan tersebut dalam melaksanakan upacara ada hal‐hal yang
dilaksanakan secara turun-temurun oleh harus dihindari dalam istilah Tengger disebut
masyarakat sehingga mengakar kuat menjadi wewaler (pantangan) (Ma’rufiati, 1998: 28).
sebuah ritual atau tradisi di masyarakat hingga Model ritual barikan kedua, yakni ritual
sekarang ini. barikan yang dilaksanakan warga setiap satu
Ritual barikan sebenarnya sudah lama windu sekali. Artinya kegiatan ritual ini
dilakukan oleh masyarakat Jawa mulai masa hanya bisa dilaksanakan oleh masyarakat
Hindu-Budha di Nusantara. Namun kapan selama kurun waktu delapan tahun sekali
waktu awal ritual barikan tersebut dilakukan (Mukaromah, 2013: 7-9.). Hal ini terjadi di
sampai saat ini masih belum diketahui secara Jawa Tengah tepatnya wilayah pantura, barikan
pasti dan belum ada sumber yang valid yang biasanya dilakukan oleh warga setempat pada
bisa digunakan sebagai acuan. Ritual ini momentum-momentum tertentu khususnya
dimungkinkan pada masa wali songo terutama pada acara besar desa yang dalam istilah
Sunan Kalijaga sekitar abad ke-15, abad Jawa disebut gawe gede deso seperti pada saat
ke-16, kalau di wilayah pantura khususnya pelaksanaan pemilu, pilkades, sedekah bumi
Pati-Jepara, kemungkinan pada masa Sunan (kabumi) dan hari pelaksanaannya yang lazim
Muria atau pada masa Sunan Hadirin. Hal digunakan adalah pada hari Jum’at Wage baik
ini dapat dilihat pada cerita rakyat ketika sore atau malam hari. Pemilihan hari Jum’at
Ratu Kalinyamat bertapa di Sonder Keling Wage didasarkan pada kepercayaan masyarakat
Jepara, para abdi kerajaan Mantingan sering Jawa Tengah bahwa hari Jum’at Wage termasuk
mengadakan kendurenan di perbatasan hari keramat. Selain persyaratan ketentuan
sekeliling daerah pertapaan (Sunyoto, 2012: hari pelaksanaan, dalam ritual ini tempat
76). juga menjadi pertimbangan khusus sebagai
salah satu syarat kesempurnaan pelaksanaan
Secara substansi ritual barikan di berbagai
ritual. Dalam tradisi barikan baik di Jawa
daerah di Jawa mempunyai makna atau nilai-
Tengah maupun di Jawa Timur hampir ada
nilai yang sama yaitu keimanan kepada Allah
kemiripan dimana dalam setiap pelaksanaan
dan makhluk gaib, nilai keberkahan, sedekahan
ritual barikan tempat yang lazim digunakan
sebagai aksi sosial, asas kekeluargaan dan
adalah perempatan, pertigaan, batas dusun
kebersamaan. Dalam implementasinya, ritual
atau desa. Pemilihan tempat ini menggunakan
barikan ini mempunyai perbedaan model,
pertimbangan-pertimbangan tertentu baik
syarat serta tatacara pelaksanaanya. Ritual
dari sisi strategis maupun sisi mistisisme.
barikan di Jawa terbagi dalam dua model.
Berbagai pendapat sesepuh desa mengatakan
Pertama, ritual barikan tahunan, artinya ritual
bahwa perempatan, pertigaan atau tapal batas
ini hanya boleh dilakukan oleh masyarakat
desa ataupun dusun mempunyai unsur mistis
dalam setiap satu tahun sekali. Tradisi upacara
yang kuat dimana di tempat-tempat tersebut
barikan ini dilakukan di berbagai daerah di
dipercaya sering dilewati oleh kekuatan gaib
Jawa seperti halnya di masyarakat Mororejo
penjaga desa.
kecamatan Tosari atau di kawasan Suku
Tengger. Upacara barikan yang ada di dalam Dari dua model barikan, ada beberapa
kehidupan masyarakat Mororejo atau Tengger, proses tatacara yang harus dilakukan dalam
mempunyai hubungan erat dengan kehidupan ritual ini. Barikan yang dilakukan setiap
bermasyarakat dan kehidupan beragama, tahunnya:

36 | Ensiklopedi Islam Nusantara


1. Pagi sekali kepala dusun membunyikan dari masing-masing kepala keluarga dusun
kentongan dengan suara khusus untuk setempat.
memanggil warga agar segera berkumpul Dalam konteks ritual barikan terdapat
di perempatan jalan dusun. simbol-simbol yang digunakan sebagai tanda
2. Acara pagi hari itu diisi dengan khataman penyampai pesan. Ritual barikan adalah
Al-Qur’an kurang lebih sampai jam tiga budaya yang di beberapa tempat khususnya
siang, dan di pagi itu pula ada sebagian wilayah pulau Jawa banyak dilakukan, ritual
orang yang memotong kambing untuk ini dipercaya sebagai pertemuan penting untuk
dimasak. Uang untuk membeli kambing, seluruh warga setempat untuk mendoakan
dan semua keperluan dalam acara tersebut desa mereka agar terhindar dari berbagai mara
berasal dari uang yang dikumpulkan warga bahaya dan musibah. Dalam ritual ini ada
(iuran perkepala rumah tangga). beberapa simbol yang digunakan sebagai suatu
keharusan bagi yang melakukannya. Karena
3. Warga berbondong-bondong mendatangi
simbol itu mempunyai arti yang sangat penting
perempatan jalan dusun dengan
bagi masyarakat setempat. Sebuah simbol
membawa makanan (berkat) dari masing-
dari leluhur dengan nama “barikan”, sebuah
masing kepala keluarga warga dusun
nama yang digunakan sebagai simbol acara
setempat, dan isi makan ini harus ada
yang akan dilakukan masyarakat secara turun
potongan kelapa yang dipotong tipis-tipis
temurun untuk mendoakan desanya. Simbol
lalu disangria tanpa minyak, untuk lauk
sebuah ritual mempunyai banyak arti, dan
pauknya bisa bermacam-macam. Dan ada
setiap individu atau kelompok melakukannya
pula bubur dari beras tanpa dibumbuhi
sesuai dengan kesepakatan bersama dari awal
warga sering menyebut dengan nama
dilakukannya ritual tersebut, jika mereka
“jenang sengkolo” dan hasil potongan
tidak memiliki kesepakatan maka moment
kambing yang sudah di masak dibagi-
itu hanya berpaku pada penentuan banyak
bagikan kepada seluruh warga dusun
hal, hal itu harus tetap disepakati agar tidak
untuk dimakan bersama.
ada lagi kesalahpahaman dalam menafsirkan
4. Setelah semua berkumpul acara pun segala simbol yang dilakukan di kemudian hari
dimulai dengan membacakan doa-doa (Pambudi, 2009).
khusus yang dipimpin oleh orang yang
Sebuah simbol tidak hanya berupa verbal,
sudah dipilih masyarakat. Dan setelah
dengan bunyi pun simbol-simbol dapat
berdoa, makanan dibagi-bagikan lagi dan
ditunjukkan kepada orang yang menerima
acara pun selesai.
pesan (komunikan), dengan bunyi yang sengaja
Barikan yang kedua yakni yang dibuat oleh akal manusia, dapat menjadi
dilaksanakan warga setiap satu windu sekali sebuah pesan yang mampu dipahami bagi
atau delapan tahun sekali. Proses kegiatan sama orang yang hidup dalam lingkungan dimana
dengan barikan setiap tahunnya, akan tetapi simbol-simbol itu digunakan. Kentongan
sedikit berbeda setelah proses pemotongan merupakan alat pemberitahu kepada
kambing yang khusus umur dua tahun ini masyarakat yang masih aktif digunakan,
diambil kepalanya lalu dikubur di tengah sekalipun di desa-desa mungkin sudah banyak
perempatan desa yang dimana sudah ada yang tidak menggunakan dengan diganti
tempatnya yang dikhususkan setiap windunya michrophon masjid/mushala terdekat. Bunyi
untuk tempat kepala kambing yang dikubur, kentongan masih berlaku khusus untuk ritual
sebelum proses penguburan kepala, terlebih barikan. Untuk mengumpulkan masyarakat
dahulu oleh sesepuh setempat dibacakan agar segera berkumpul pada tempat dimana
doa-doa khusus. Setelah penguburan kepala acara akan berlangsung, bunyi yang digunakan
tersebut, acara berlangsung seperti biasanya yakni “Tok tok” hanya dua kali dan jarak dari
yakni khataman Al-Qur’an dan dilanjutkan bunyi yang pertama kurang lebih tiga detik.
makan makanan yang sudah dikumpulkan Meskipun perkembangan zaman terus maju,

Edisi Budaya | 37
namun para pelaku ritual barikan masih banyak kuning bermakna sebagai jalan untuk
yang mempertahankan tradisi dan adat yang mencari pencerahan, dan jenang katul
mereka yakini. Bunyi menjadi sebuah simbol diibaratkan untuk bertemu dengan
bagi orang-orang yang mengerti makna dan sedulur tuo (air mani dan ari-ari). Dari ke
maksud dari bunyi yang dikeluarkan. semua komponen itu, ambengan dengan
nasi byar bermakna untuk menghilangkan
Makanan juga dapat menjadi simbol bagi
malapetaka.
orang-orang yang melakukan ritual ini, sebuah
simbol yang menunjukkan bahwa begitu 2. Nasi golong atau nasi pulen
efektifnya pesan leluhur yang mereka hargai
Nasi pulen yaitu nasi yang baru matang
hingga acara ritual ini berlangsung secara
lalu dibiarkan hingga dingin. Untuk
terus menerus hingga sekarang. Nasi ambeng
ambengan yang menggunakan nasi pulen,
adalah hidangan khas Jawa berupa nasi putih
bucunya berjumlah Sembilan. Dibumbui
yang diletakkan di atas tampah dan diberi lauk
dengan makanan yang tidak mengandung
pauk di sekelilingnya. Lauk pauk dapat berupa
garam, misalnya rebusan daun singkong.
perkedel, ikan asin goreng, rempeyek, sambal
Bucu yang berjumlah sembilan diibaratkan
goreng, telur rebus, tempe goreng, urap, bihun
sebagai wali songo. Ambengan dengan
goreng, dan opor ayam. Nasi ambeng adalah
nasi pulen bermakna untuk merukunkan
hidangan yang disajikan dalam selamatan
antara saudara dan tetangga.
sebagai lambang keberuntungan. Nasi dimakan
beramai-ramai oleh empat hingga lima orang
dewasa. Nasi dimakan dengan memakai
dengan tangan telanjang, tanpa sendok dan
garpu. Penyajian nasi ambeng mengandung
permohonan agar semua pihak yang turut
serta dikaruniai banyak rezeki. Selain itu
ambengan ini juga menjadi pesan simbolik
yang memberikan makna tentang budaya
sedekah dan berbagi dengan sesama yang
penuh dengan nuansa egaliter, kesederhanaan
dan kepedulian sosial.
Jenis ambengan yang biasanya digunakan
untuk barikan ada tiga macam, yaitu sebagai
berikut: Contoh nasi tumpeng dalam barikan

1. Nasi byar
Nasi byar adalah nasi putih yang sudah 3. Nasi putih biasa
matang seperti yang dimakan sehari-
Ambengan yang hanya menggunakan
harinya. Untuk jenis ambengan ini,
nasi putih biasa komponennya lebih
dibuat bucu yang di atasnya terdapat satu
sedikit dari pada nasi byar dan nasi pulen.
butir telur ayam. Di pinggir bucu diberi
Ambengan yang menggunakan nasi putih
kendhit kuning (terbuat dari parutan
biasa hanya ada satu bucu dan bumbunya
kunyit sehingga warnanya kuning) dan
pun sederhana. Untuk bumbunya harus
dibumbui dengan jenang katul. Masing-
makanan mengandung garam. Ambengan
masing komponen ini mempunyai filosofi
jenis ini bermakna untuk menghormati
yang berbeda. Bucu dengan telur ayam
sedulur tuo, hewan ternak, dan segala yang
(posisinya paling tinggi) diibaratkan
dimiliki.
sebagai manusia, bahwasanya derajat
manusia merupakan derajat yang paling Ada pula kelapa disangrai, masakan
tinggi di antara jin dan setan. Kendhit yang terbuat dari potongan kelapa tua yang

38 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dicintang tipis-tipis lalu disangrai tanpa tempat-tempat tertentu, sama sekali tidak
minyak. Nama kelapa yang disangrai ini disebut boleh dilangkahi.
dengan istilah “Ngering” atau kering untuk
4. Dilarang meninggalkan peralatan upacara
sebutan di Jawa Timur dan srundeng untuk
dan sesajen yang baku, seperti halnya
di Jawa tengah. Buah kelapa sebagai simbol
ubek-ubek, prasen, prapen, gedang
bahwa dengan keringnya buah tersebut, maka
ayu dan rarang-arang kambang yang
penyakit yang akan turun menjadi kering dan
digunakan saat upacara barikan.
tidak lagi menyebar kepada warga sekitar
setelah dilakukannya ritual ini. Sebuah simbol
yang sangat berharga dan dihargai demi hasil
yang baik, karena sebuah simbol tidak hanya
digunakan oleh antar individu saja, tetapi
simbol juga dapat dijadikan sebagai budaya
pada setiap individu yang melakukannya.
Untuk itu tidak ada salahnya jika seseorang
mempercayai adanya kepercayaan yang dibawa
oleh leluhur mereka demi kebaikan bersama
(Pambudi, 2009).
Bubur abang putih sebagai pra lambang
terjadinya manusia yang melalui benih dari
ibu yang dilambangkan dengan jenang warna
merah dan benih dari bapak yang dilambangkan
dengan jenang warna putih. Jenang ini terbuat Sejumlah warga membawa nasi tumpeng kecil beceng
dalam mengawali tradisi barikan di Pulau Karimunjawa
dari nasi putih, untuk warna merah dalam Jepara, Jawa Tengah.
penyajiannya nasi putih dicampur dengan gula Sumber: http://www.antarafoto.com/

merah dan untuk yang satunya nasi disajikan


secara utuh. Tradisi ritual barikan pada hakikatnya
Seperti halnya masyarakat tradisional merupakan bentuk ritual yang mencerminkan
di berbagai tempat di Indonesia mengenal nilai-nilai keimanan kepada Allah dan mahluk
“pantangan”, istilah yang lebih populer adalah gaib, nilai-nilai keberkahan, bersedekah
tabu atau wewaler. Dalam tradisi masyarakat sekaligus sebagai aksi sosial, asas kekeluargaan
yang melakukan upacara barikan ini, ada dan kebersamaan. Semua nilai-nilai tersebut
beberapa hal pantangan yang harus dilakukan: dapat terlihat dari semua “ubarampe” atau
piranti slametan yang menyiratkan makna-
1. Semua orang hadir dilarang buang air
makna simbolik diatas.
kecil maupun kotoran di punden desa,
karena merupakan tempat masyarakat Pertama, nilai filosofis merupakan nilai
melakukan kremasi atau pembakaran asasi atau fondasi dasar sebagai sebuah tradisi.
petra. Hal ini dapat dilihat dari rumusan dasar yang
diajadikan pijakan dan rekam jejak historis.
2. Dilarang mengucapkan mantra di luar
Sebagaimana diketahui bersama, rumusan
saat upacara, dilarang menyebutkan
dasar yang dijadikan pijakan adalah dalil-dalil
jenis-jenis sesajen dan meragakannya
syar’i dan ideologi/kepercayaan yang sudah
di luar waktu upacara, hal ini berkaitan
mendarah daging mulai nenek moyang sampai
dengan anggapan bahwa mantra itu
sekarang ini yaitu dalam bentuk sebuah
merupakan rangkaian kata-kata suci yang
keimanan dan ritual keimanan. Sebelum
mengandung kekuatan gaib.
Islam masuk ke Nusantara, masyarakat
3. Dilarang melangkahi sesajen, sesajen baik Nusantara sudah memiliki peradaban
yang masih akan dihaturkan, maupun agung tentang konsep ketuhanan, baik yang
yang sudah disucikan dan diletakkan di bercorak animisme, dinamisme, hinduisme

Edisi Budaya | 39
dan budhisme serta theisme semisal agama lahirlah nilai-nilai sosial-religius yang mapan
kapitayan. Nilai-nilai dari ajaran ketuhanan ini pada masyarakat ini. Unsur dan nilai sosial-
termanifestasi dalam banyak ritual-ritual yang religius ini ahirnya menjadikan karakter dan
ada di dalam tradisi masyarakat Nusantara. identitas tersendiri dalam memposisikan diri
sebagai individu abdun (hamba) Tuhan dan
Kedua, nilai edukatif adalah nilai-nilai
sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi.
pendidikan. Dimana pendidikan adalah
Konsep sosial-religius ini dapat termanifestasi
bimbingan secara sadar untuk membentuk
dalam tiga hubungan yaitu individu sebagai
kepribadian yang utuh dan berkarakter.
abdun muthi’ (hamba yang bertakwa), individu
Tradisi Barikan merupakan sebuah khazanah
sebagai bagian dari masyarakat serta individu
budaya Islam Nusantara yang adi luhung,
sebagai bagian dari alam semesta. Dari sinilah
sehingga dapat dipastikan adanya proses yang
akan tercermin masyarakat yang di dalamnya
mengarah kepada pembentukan kepribadian
terdapat individu-individu/insan kamil, insan
dan karakter bangsa secara utuh baik dari
yang yang mempunyai daya keimanan yang
aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
tinggi (Amin, 2000: 98).
Ketiga, nilai sosial relegius merupakan
Sampai saat ini tradisi barikan masih tetap
nilai-nilai luhur yang bersumber atas dasar
dilaksanakan oleh sebagian warga desa di Jawa.
fenomena sosial keagamaan baik sebagai
Tradisi barikan yang dilakukan masih sama
komunal maupun prifat serta berhubungan
dari tahun ke tahun. Namun untuk saat ini
erat dengan nilai hubungan vertical dan
yang membedakan hanyalah pada ambengan
horizontal, maka tradisi barikan mempunyai
yang dibawa. Tidak lagi beranekaragam
banyak hal yang tersirat yang mengandung
jenisnya, tetapi kebanyakan warga desa
nilai-nilai luhur di dalamnya. Fenomenologis
hanya membawa ambengan jenis ketiga,
sosial dan keagamaan masyarakat pelestari
yaitu ambengan dengan nasi putih biasa. Hal
tradisi ini, walaupun banyak berkembang di
itu disebabkan karena untuk mempermudah
daerah-daerah pedalaman dan pantura, walau
warga tetapi yang terpenting bagi mereka
bagaimanapun tetap mempunyai peranan yang
masih melaksanakan tradisi ini.
kuat dalam tatanan sosial yang berkembang.
Dengan konteks dan latar demikian, maka [Saifuddin Jazuli]

Sumber Bacaan
Amin, Darori dkk. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media, 2000.
Hensastoto, Budiono. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hamidita, 1991.
Ma’rufiati, Atik. Upacara Barikan pada Masyarakat Desa Mororejo Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan. Surabaya: UIN
Sunan Ampel, 1998.
Marbawi al-, Muhammad Idris Abd. Rauf. Kamus Idris al-Marbawi. Surabaya: al-Hidayah t.th.
Mukaromah, Umul. Makna Simbol Komunikasi dalam Ritual Bari’an di Desa Kedungring Kertosono Nganjuk. Surabaya: UIN
Sunan Ampel, 2013.
Pambudi, Dwi Santosa. Hukum Islam dan hukum Adat tentang Tradisi Barikan di Dukuh Bakalan, Kecamatan Ceper,
Kabupaten Klaten. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.
Simuh. Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Rangga Warsita. Jakarta:UI-Press, 1998.
Soepanto. Cerita Rakyat Daerah Tengger. Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 1981.
Sunyoto, Agus. Atlas Walisongo. Depok: PustakaII. MaN, 2012.
Upacara Kasada Daerah Jawa Timur, Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1984.

40 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Bedug

Arti Kata dan Sejarah Di sisi lain, terdapat sejumlah pendapat

B
yang mengaitkan sejarah awal bedug dengan
edug merupakan sebuah alat yang terbuat
tradisi dan budaya Islam. Jika pandangan ini
dari batang kayu yang berdiameter lebar
ditarik ke dalam lingkup yang lebih mikro,
dengan lubang pada bagian tengahnya
semisal pada budaya Jawa, keberadaan bedug
sehingga membentuk tabung dan kedua sisinya
Jawa dikaitkan dengan islamisasi Jawa, yang
ditutup menggunakan kulit binatang seperti
mulai intensif dilakukan pada Era Kewalian
kulit kerbau, kulit sapi atau kulit kambing
pada sekitar abad XV-XVI Masehi. Terkandung
yang sudah dikeringkan yang berfungsi
arti di dalam pandangan ini bahwa sebelum
sebagai membran. Penggunaan alat ini dengan
abad itu, yakni pada Masa Hindu-Buddha
cara memukul membran atau kulit pada kedua
(abad V-XVI Masehi), terlebih lagi pada masa
sisi bedugnya dengan menggunakan tongkat
Prasejarah, bedug belum bercokol di Jawa.
kayu yang akan menimbulkan suara yang berat
Kalaupun pada akhir masa Hindu-Buddha
dan khas dan dimungkinkan dapat terdengar
(abad XV-XVI Masehi) sudah mulai muncul
hingga jarak yang cukup jauh apabila dipukul
waditra bedug, namun jumlahnya masih
dengan cukup keras. (Hery Nuryanto, 2012:
terbatas dan persebarannya belum merata
8-9).
ke berbagai tempat di Jawa. Oleh karena itu,
Alat ini digunakan untuk menyampaikan pendapat yang menyatakan bahwa bedug baru
informasi penanda waktu bagi kaum Muslimin ada di Pulau Jawa pada masa Perkembangan
atau umat Islam untuk menunaikan ibadah Islam perlu dikritisi guna menemukan
shalat (Hery Nuryanto, 2012: 9). Bedug kesejarahannya (Mudzakkir Dwi Cahyono,
sebagai sebuah alat yang menandai masuknya 2008).
waktu shalat dan dipasang di serambi masjid
Lebih lanjut Mudzakkir mengemukakan
bersandingan dengan kentongan ini digunakan
pendapat dengan menyodorkan catatan
di hampir seluruh masjid di Nusantara sejak
Cornelis de Houtman (1595-1597) yang berupa
awal mula masuknya Islam ke Nusantara (A.
catatan perjalanan bangsa Belanda yang
Khoirul Anam, 2014: 192).
pertama di Indonesia. Di mana di dalamnya
Jauh sebelum Islam datang ke Nusantara, antara lain disebut tentang beberapa waditra di
bedug telah ada dan digunakan oleh Jawa, seperti bedug, bonang, gender dan gong.
masyarakat Nusantara dan dijadikan sebagai Perihal bedug, Houtman menyatakan bahwa
media mengumpulkan warga masyarakat. bedug merupakan waditra yang populer dan
Menurut Hendri F Isnaeni (2010), pada masa tersebar luas di Banten. Sumber data tekstual
Hindu, jumlah bedug masih terbatas dan lain yang lebih awal memberitakan mengenai
penyebarannya belum merata ke berbagai bedug adalah Kidung Malat (pupuh XLIX)”
tempat di Jawa. Dalam Kidung Malat, pupuh (Poerbatjaraka, 1968:325). Dalam penyebut-
XLIX, disebutkan bahwa bedug berfungsi an itu, waditra bedug difungsikan sebagai
sebagai media untuk mengumpulkan media untuk mengumpulkan penduduk dari
penduduk dari berbagai desa dalam rangka berbagai desa dalam rangka persiapan perang.
persiapan perang. Kitab sastra berbentuk Kitab sastra yang berbentuk kidung, termasuk
kidung, seperti Kidung Malat, ditulis pada pula susastra kidung dengan lakon Panji
masa pemerintahan Majapahit. sebagaimana halnya Kidung Malat tersebut,

Edisi Budaya | 41
merupakan susastra yang ditulis pada pencipta seni memandang seni Rampak Bedug
masa pemerintah-an Majapahit. Jika benar sebagai sebuah karya seni yang patut dihargai
demikian, berarti bedug telah ada sejak masa (Muna Zakiah, 2014)
Majapahit (XIV-XVI Masehi) (Mudzakkir,
2008).
Fungsi Rampak bedug:
Rampak Bedug sebagai sebuah seni
Seni Rampak Bedug
bukan hanya sekadar hiburan yang menjadi
Dalam perkembangan selanjutnya, bedug tontonan warga masyarakat, lebih dari itu
yang wujudnya dapat kita temukan di hampir seni Rampak Bedug memiliki fungsi dan nilai
setiap masjid dan digunakan sebagai media yang terkandung di dalamnya, fungsi dan nilai
informasi masuknya waktu shalat ini kemudian tersebut antara lain adalah:
dijadikan sebagai salah satu model kesenian.
• Nilai Religi, yakni menyemarakan bulan
Salah satunya adalah kesenian Rampak Bedug.
suci Ramadhan dengan alat-alat yang
Kesenian Rampak Bedug adalah kesenian
memang dirancang para ulama pewaris
yang menggunakan media bedug yang ditabuh
Nabi. Selain menyemarakan Tarawihan
secara serempak.
juga sebagai pengiring Takbiran dan
Kata “Rampak” mengandung arti Marhabaan.
“Serempak”. Jadi “Rampak Bedug” adalah seni
• Nilai rekreasi/hiburan.
bedug dengan menggunakan waditra berupa
“banyak” bedug dan ditabuh secara “serempak” • Nilai ekonomis, yakni suatu karya seni
sehingga menghasilkan irama khas yang enak yang layak jual. Masyarakat pengguna
didengar. Rampak bedug hanya terdapat di sudah biasa mengundang seniman
daerah Banten sebagai ciri khas seni budaya rampak bedug untuk memeriahkan acara-
Banten (Muna Zakiah, 2014). acara mereka.

Pada mulanya seni Rampak Bedug • “Rampak Bedug” dapat dikatakan sebagai
dimaksudkan untuk menyambut bulan suci pengembangan dari seni bedug atau
Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, persis ngadulag. Bila ngabedug dapat dimainkan
seperti seni ngabedug atau ngadulag. Tapi oleh siapa saja, maka “Rampak Bedug”
karena merupakan suatu kreasi seni yang hanya bisa dimainkan oleh para pemain
genial dan mengundang perhatian penonton, profesional. Rampak bedug bukan hanya
maka seni Rampak Bedug ini berubah menjadi dimainkan di bulan Ramadhan, tapi
suatu seni yang “layak jual”, sama dengan dimainkan juga secara profesional pada
seni-seni musik komersial lainnya. Walau para acara-acara hajatan (hitanan, pernikahan)
pencetus dan pemainnya lebih didasari oleh dan hari-hari peringatan kedaerahan
motivasi religi, tapi masyarakat seniman dan bahkan nasional. Rampak bedug
merupakan pengiring Takbiran, Ruwatan,
Marhabaan, Shalawatan (Shalawat Badar),
dan lagu-lagu bernuansa religi lainnya.
• Di masa lalu pemain rampak bedug terdiri
dari semuanya laki-laki. Tapi sekarang
sama halnya dengan banyak seni lainnya
terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Mungkin demikian karena seni rampak
bedug mempertunjukkan tarian-tarian
yang terlihat indah jika ditampilkan oleh
perempuan (selain tentunya laki-laki).
Jumlah pemain sekitar 10 orang, laki-laki
Sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/kesenian-rampak-bedug-dari-banten/ 5 orang dan perempuan 5 orang. Adapun

42 | Ensiklopedi Islam Nusantara


fungsi masing-masing pemain adalah pelestarian tradisi khas Indonesia. Biasanya
sebagai berikut pemain laki-laki sebagai festival ini diadakan di malam hari raya Idul
penabuh bedug dan sekaligus kendang Fitri dan diadakan di alun-alun kota atau
sedangkan pemain perempuan sebagai kabupaten. Selain sebagai sebuah lomba
penabuh bedug, baik pemain laki-laki yang diikuti oleh masyarakat, festival bedug
maupun perempuan sekaligus juga sebagai juga merupakan bagian dari upaya menjalin
penari (Muna Zakiah, 2010). ukhuwah islamiyyah dan mengandung nilai
dakwah.

Sejarah Rampak Bedug


Bedug Terbesar di Dunia
Tahun 1950-an merupakan awal mula
diadakannya pentas rampak bedug. Pada Bedug Kyai Bagelen atau Bedug Pendowo
waktu itu, di Kecamatan Pandeglang pada adalah bedug salah satu bedug peninggalan
khususnya, sudah diadakan pertandingan bersejarah yang cukup terkenal. Bedug yang
antar kampung. Sampai tahun 1960 rampak berada di dalam masjid Darul Muttaqien
bedug masih merupakan hiburan rakyat, persis Purworejo ini merupakan bedug terbesar di
ngabedug. Awalnya rampak bedug berdiri di dunia. Bedug ini merupakan karya besar umat
Kecamatan Pandeglang. Kemudian seni ini Islam Indonesia. Pembuatan bedug ini atas
menyebar ke daerah-daerah sekitarnya hingga perintah dari Adipati Cokronegoro I, bupati
ke Kabupaten Serang. Purworejo pertama yang terkenal sangat
peduli terhadap perkembangan agama Islam.
Kemudian antara tahun 1960-1970 Haji
Ilen menciptakan suatu tarian kreatif dalam Pada awal mulanya, ia ingin mempunyai
seni rampak bedug. Rampak bedug yang sebuah bangunan masjid agung yang terletak
berkembang saat ini dapat dikatakan sebagai di pusat kota alun-alun purworejo. Maka dari
hasil kreasi Haji Ilen. Rampak bedug kemudian itu kemudian di bangunlah sebuah masjid
dikembangkan oleh berempat yaitu: Haji Ilen, di sebelah barat alun alun purworejo pada
Burhata, Juju, dan Rahmat. Dengan demikian tanggal 16 april 1834 M dan tepatnya hari
Haji Ilen beserta ketiga bersahabat itulah yang minggu. Bupati Cokronagoro I memerintahkan
dapat dikatakan sebagai tokoh seni Rampak pembuatan Bedug dengan ukuran yang luar
bedug. Dari mereka berempat itulah seni biasa besar dengan tujuan supaya dentuman
rampak bedug menyebar. Hingga akhir tahun bunyi bedug tersebut terdengar sejauh
2002 ini sudah banyak kelompok-kelompok mungkin sebagai panggilan waktu shalat
pemain rampak bedug (Muna Zakiah, 2014) umat Islam untuk berjamaah di masjid agung
tersebut.
Sebagai sebuah kesenian daerah, tradisi
rampak bedug merupakan bagian dari upaya Raden Patih Cokronagoro bersama
pelestarian terhadap tradisi dan kebudayaan Raden Tumenggung Prawironagoro yang juga
daerah setempat. Di tengah gempuran merupakan adik dari Cokronagoro I menjadi
modernisasi ini seni Rampak Bedug harus terus pelaksana tugas membuat Bedug besar itu.
melakukan inovasi-inovasi dalam mengemas Sama seperti bahan pembuatan masjid
seni pertunjukannya agar tetap diminati oleh yang menggunakan kayu jati pilihan, bedug
masyarakat sembari tetap mempertahankan besar ini pun juga disepakati untuk dibuat
nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dari pangkal kayu jati bang bercabang lima.
dalamnya. Daerah tempat asal pohon jati tersebut adalah
Dusun Pendowo, Desa Bragolan, Kecamatan
Purwodadi.
Festival Bedug
Bedug yang mempunyai nama bedug
Di sejumlah daerah di Indonesia, festival Kyai Bagelen atau Bedug Pendowo tersebut
bedug diselenggarakan di setiap tahun. mempunyai panjang sekitar 282 cm garis
Festival bedug merupakan bagian dari upaya tengah depan 194 cm garis tengah belakang

Edisi Budaya | 43
180 cm keliling bagian dan dirawat untuk
depan 601 cm keliling mengenang para
bagian belakang 564 pembuatnya juga
cm dengan jumlah paku perkembangan Islam
depan 120 buah dan di tanah Bagelen
jumlah paku belakang atau Purworejo nama
98 buah dan lulangnya kabupaten saat ini.
dari kulit banteng, Bedug yang sudah
menjadikan bedug berusia 177 tahun
ini termasyhur dan kini menjadi ikon
terkenal di Asia dan kebanggan umat Islam
Dunia. Bedug Kyai Bagelen (Bedug Pendowo) di wilayah Purworejo
Sumber: Koleksi Foto Drs. Eko Riyanto, Widiharto
dan akan menjadi saksi
Sampai sekarang
sejarah perkembangan Islam di daerah selatan
bedug pendowo menjadi cagar budaya atau
wilayah Jawa Tengah.
peninggalan budaya yang harus di jaga
[Jamaluddin Muhammad]

Sumber Bacaan
Hery Nuryanto, Sejarah Perkembangan Teknologi dan Informasi, Jakarta: Balai Pustaka, 2012
http://www.telusurindonesia.com/menengok-bedug-terbesar-purworejo.html#
Hendri F Isnaeni, Tak-Tak-Tak, Dung, Ini Sejarah Bedug, Dung, 2010 http://historia.id/budaya/taktaktak-dung-ini-
sejarah-bedug
Mudzakkir Dwi Cahyono, Waditra Bedug dalam Tradisi Jawa, 2008 http://nasional.kompas.com/
read/2008/09/24/18422736/waditra.bedug.dalam.tradisi.jawa
http://banjarkab.go.id/festival-bedug-tahun-ini-lebih-meriah/
Muna Zakiah, Kesenian Rampak Bedug dari Banten, 2014, http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1439/kesenian-
rampak-bedug-dari-banten

44 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Berjanjen

Istilah Kata kaum Muslim adalah sesuatu yang utama.

P
Bentuk-bentuk bacaan pelantunan shalawat
ada umumnya, hari kelahiran Nabi
kepada Nabi Muhammad SAW juga beraneka
Muhammad SAW disebut Mawlid, sebuah
ragam. Bahkan bukan hanya shalawat-
istilah kata yang juga sering berarti
shalawat yang dilantunkan, melainkan juga
peringatan-peringatan yang diselenggarakan
pembacaan biografi beliau. Salah satu bentuk
pada hari kelahiran Nabi Muhammad, tanggal
pembacaan shalawat dan biografi serta sifat-
12 Rabiul Awwal. Di Jawa, bulan Rabiul Awwal
sifat dan perilaku Nabi Muhammad SAW
dinamakan bulan mulud (diambil dari kata
dikenal dengan istilah barzanjian.
maulid, sebuah nama yang menunjukkan
bulan kelahiran Nabi). Istilah lain dari Maulid Istilah barzanjian sendiri merujuk kepada
adalah milad (hari kelahiran, ulang tahun) dan seorang pengarangnya bernama Syaikh Ja’far
partisip pasif mawlud, dari akar kata bahasa bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad
Arab walada. (Annemarie Schimmel, 1995: Al-Barzanji. Jadi, barzanjen adalah sebuah
200) tradisi pembacaan sirah atau biografi Nabi
Muhammad SAW serta sifat dan prilakunya
Masyarakat Muslim di berbagai Negara
dan disertai dengan pelantunan shalawat-
memberikan penghormatan kepada Nabi
shalawat dengan menggunakan kitab yang
Muhammad SAW dengan beragam cara. Salah
disusun oleh Syaikh Ja’far al-Barzanji.
satunya adalah dengan memperingati hari
kelahiran Nabi yang kemudian di Indonesia Kitab Maulid Al-Barzanji karangan Syaikh
dikenal dengan istilah muludan (dari akar kata Ja’far al-Barzanji ini termasuk salah satu kitab
mawlid). maulid yang paling populer dan paling luas
tersebar ke pelosok negeri Arab dan Islam, baik
Menurut Schimmel, di Mesir, tradisi
Timur maupun Barat. Bahkan banyak kalangan
mawlid terus berlangsung dari zaman
Arab dan non-Arab yang menghafalnya dan
Fathimiyyah hingga dinasti-dinasti
mereka membacanya dalam acara-acara
berikutnya. Para penguasa Mamluk pada abad
keagamaan yang sesuai. Kandungannya
ke-14 dan 15 biasa memperingati mawlid (pada
merupakan Khulasah (ringkasan) Sirah
umumnya bukan pada tanggal 12 rabiul awwal,
Nabawiyah yang meliputi kisah kelahiran
tetapi tanggal 11) dengan penuh kebesaran di
beliau, pengutusannya sebagai rasul, hijrah,
pelataran benteng Kairo. (Schimmel, 1995:
akhlaq, peperangan hingga wafatnya.
201-202)
Keturunan Barzanji (Barzinji) yang
Sementara di Indonesia, tradisi peringatan
menjadikan nama keluarga tersebut menjadi
Nabi Muhammad SAW atau mawlid ini biasanya
nama yang dikenal luas di Indonesia adalah
dengan membaca dan melantunkan shalawat
cicitnya, Ja’far Ibn Hasan Ibn Abd al-Karim
kepada Nabi Muhammad SAW dilakukan secara
Ibn Muhammad (1690-1764), yang lahir di
individual maupun berjamaah (komunal).
Madinah dan menghabiskan seluruh usianya
Pembacaan dan pelantunan shalawat kepada
di sana. Dia menulis sejumlah karya tentang
Nabi Muhammad SAW bagi kaum Muslim yang
ibadah yangmenjadi sangat populer di dunia
menganut paham Ahlussunnah wal Jamaah
Islam pada saat itu, dan di Indonesia sampai
adalah sunnah. Oleh karena itu, pembacaan
sekarang ini. (Martin, 2015: 31)
shalawat kepada Nabi Muhammad SAW bagi

Edisi Budaya | 45
Kitab Al-Barzanji ditulis dengan tujuan Selain kitab barzanji, beberapa kitab
untuk meningkatkan kecintaan kepada serupa lainnya yang juga cukup populer di
Rasulullah SAW dan meningkatkan gairah tengah masyarakat Indonesia dan dibaca dalam
umat. Dalam kitab itu riwayat Nabi SAW SAW kegiatan-kegiatan adalah diba’ (yang kemudian
dilukiskan dengan bahasa yang indah dalam popular dengan istilah diba’an), simtuddurar,
bentuk puisi dan prosa (nasar lawan dari dliya’ al-lami’, dan kitab-kitab serupa lainnya
nadzam) dan kasidah yang sangat menarik. yang berisi tentang shalawat kepada Nabi
Secara garis besar, paparan Al-Barzanji dapat Muhammad sekaligus biografi sang Nabi dari
diringkas sebagai berikut: (1) Sislilah Nabi lahir sampai wafatnya.
adalah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Muttalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin
Qusay bin Kitab bin Murrah bin Fihr bin Malik Definisi, Cakupan dan Kompleksitas
bin Nadar bin Nizar bin Maiad bin Adnan. (2) Istilah
Pada masa kecil banyak kelihatan luar biasa Istilah barzanjen (pembacaan maulid
pada dirinya. (3) Berniaga ke Syam (Suraih) barzanji) ini kemudian pada gilirannya
ikut pamannya ketika masih berusia 12 tahun. merujuk pada sebuah kegiatan pembacaan
(4) Menikah dengan Khadijah pada usia 25 maulid Nabi dengan menggunakan kitab
tahun. (5) Diangkat menjadi Rasul pada usia barzanji. Sebenarnya tidak hanya kitab ini
40 tahun, dan mulai menyiarkan agama sejak yang dijadikan pedoman atau kitab yang
saat itu hingga umur 62 tahun. dibaca dalam maulid. Terdapat kitab-kitab
lain dengan isi yang hampir serupa dengannya
seperti Diba’, Simtuddurar, atau Syaraf al-Anam,
Tradisi Barzanjian di Nusantara
dan kitab-kitab yang berisi sirah dan pujian-
Menurut Martin, teks keagamaan yang pujian kepada Nabi Muhammad SAW lainnya.
paling populer di seluruh Nusantara, yang
Di Indonesia, pembacaan maulid barzanji
hanya kalah populer dengan al-Qur’an, adalah
ini dilakukan oleh masyarakat Islam yang sering
karya yang dikenal sebagai barzanji. Sebuah
disebut kelompok tradisionalis. Kalangan
kitab mawlid yang dibaca oleh masyarakat
pesantren dan masyarakat-masyarakat yang
Nusantara tidak hanya di sekitar tanggal
masih memegang tradisi yang diwariskan
12 Rabi’ al-Awwal, hari kelahiran Nabi
leluhurnya masih berpegang teguh melakukan
Muhammad SAW., tetapi juga pada banyak
pembacaan maulid Nabi, meski kalangan lain
upacara yang lain: pada berbagai upacara yang
yang sering disebut modernis dan puritan
mengikuti daur kehidupan manusia seperti
menganggap pembacaan maulid Nabi dalam
pemotongan rambut seorang bayi untuk
segala bentuknya adalah sesuatu yang
pertama kalinya (aqiqah), dalam situasi krisis,
dianggap mereka sebagai bid’ah. Sesuatu yang
sebagai bagian dari ritual untuk mengusir
bukan saja tidak boleh dilakukan, melainkan
setan, atau secara rutin dijadikan sebagai
harus dibuang-buang jauh.
bagian dari wiridan berjamaah yang dilakukan
secara rutin. (Martin, 2015: 22) Perdebatan-perdebatan sunnah vis a
vis bid’ah dalam tradisi pembacaan barzanji
Masih menurut Martin, tradisi pembacaan
ini hingga kini masih berlangsung. Bahkan
dan popularitas kitab barzanji ini merupakan
bisa jadi tidak akan pernah selesai. Sebab
sebuah bukti bahwa Islam di Nusantara
kedua kelompok ini di samping memiliki cara
memiliki hubungan atau bahkan bisa dikatakan
pandang sendiri juga mempunyai dalil dan
terpengaruh oleh tradisi Kurdi, Irak. Sebab,
argumentasi yang lain. Di sisi lain, terdapat
tidak pernah diperhatikan sebelumnya bahwa
ruang yang harus dipahami oleh terutama
barzanji (lebih tepatnya: barzinji) adalah nama
kelompok yang menganggap bahwa tradisi
dari keluarga ulama dan syekh-syek tarekat
barzanji ini adalah sebuah perbuatan bid’ah
yang paling berpengaruh di daerah Kurdistan
adalah bahwa pembacaan barzanji memiliki
bagian Selatan. (Martin, 22)
nilai dakwah yang cukup efektif. Ia secara tidak

46 | Ensiklopedi Islam Nusantara


langung merupakan bagian dari sebuah sarana Aspek Keberlangsungan (continuity) dan
mendakwahkan akhlak, sifat, dan perilaku Perubahan (change) Istilah
Nabi Muhammad SAW.
Tradisi pembacaan barzanji yang esensinya
Ta’rifin sebagaimana dikutip oleh Wasisto, adalah sebentuk pujian yang ditujukan kepada
mengatakan bahwa dalam pembacaan Nabi Muhammad SAW sebenarnya telah ada
maulid barzanji atau berzanjen ini paling semenjak rasulullah SAW masih hidup. Hal ini
tidak memiliki nilai-nilai kebaikan berupa: sebagaimana dikatakan oleh Syekh Ibrahim al-
Pertama, meningkatkan semangat kecintaan Bajuri yang mengatakan bahwa tiga sahabat
dan pengamalan nilai kesalehan kepada Nabi Nabi yang merupakan seorang penyair,
Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah yaitu Hasan Ibnu Tsabit, Abdullah Ibnu
yang patut dicontoh oleh masyarakat masa Rawahah, dan Ka’ab Ibnu Malik. Ketiganya
kini. Dalam hal ini, terdapat transfer nilai-nilai adalah sahabat-sahabat Nabi yang pernah
luhur yang bisa diambil dari sosok Nabi sendiri membacakan puisi-puisi tentang pujian Nabi.
untuk bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-
Sedangkan berkenaan dengan tradisi
hari. Kedua, merekatkan ukhuwah islamiyah
perayaan maulid nabi sendiri telah dirayakan
diantara umat Islam karena pergelaran bazanji
oleh masyarakat Muslim sejak abad kedua
sendiri selalu melibatkan banyak orang dan
hijriah. Hal ini berdasarkan pada apa yang ditulis
massa melihatnya juga banyak sehingga
oleh Nuruddin Ali dalam kitabnya berjudul
disamping mendapatkan nilai edukasi dari
Wafaul Wafa bi Akhbar Dar al-Musthafa,
pembacaan tradisi barzanji serta meningkatkan
dikatakan bahwa Khaizuran (170 H/ 786 M),
interaksi antar sesama masyarakat. Ketiga,
ibu Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-
meningkatkan amalan ibadah tertentu bagi
Rasyid, datang ke Madinah dan memerintahkan
individu yang senantiasa membaca barzanji
kepada penduduk untuk mengadakan Maulid
di setiap waktu senggangnya karena barzanji
Nabi SAW di Masjid Nabawi. Kemudian beliau
secara langsung menuntun seseorang untuk
ke Mekkah dan memerintahkan agar penduduk
mengamalkan salah satu poin dalam rukun
Mekkah juga menyelenggarakan Maulid di
iman yakni kepada Rasul dan Nabi Allah.
rumah-rumah mereka.
(Wasisto, 2012)

Edisi Budaya | 47
Khairuzan merupakan sosok yang memiliki Oleh karena itulah, tradisi barzanji ini
pengaruh cukup besar di masa pemerintahan kemudian berkembang pesat di kalangan
tiga khalifah Dinasti Abbasiyyah. Yaitu pada pesantren-pesantren yang tersebar di Jawa
masa pemerintahan khalifah al-Mahdi bin Tengah maupun Jawa Timur. Nahdlatul
Manshur al-Abbas, Khalifah al-Hadi dan Ulama (NU) yang notabene dianggap sebagai
Khalifah al-Rasyid. Melalui “pengaruh”-nya ini, pesantren besar dianggap sebagai organisasi
Khairuzan menginstruksikan perayaan hari pelestari tradisi ini. Hal ini dikarenakan
lahir Nabi SAW. Al-Azraqi mengatakan bahwa pengaruh Syi’ah di NU sangat besar dan
kota Mekah memiliki satu sudut istimewa yang mendalam. Kebiasaan membaca
sangat dianjurkan dijadikan tempat shalat.
barzanji atau Diba’i yang menjadi ciri
Tempat itu adalah rumah Rasulullah SAW
khas masyarakat NU berasal dari tradisi
dilahirkan. Tempat itu, menurut al-Azraqi,
Syi’ah. Makanya kemudian Kiai Abdurrahman
kemudian dialih-fungsikan menjadi masjid
Wahid atau Gus Dur pernah menyebut
oleh Khairuzan. (Tsauri, 2015: 37)
bahwa salah satu pengaruh tradisi Syiah
Sementara proses transmisi tradisi dalam corak keislaman di Indonesia adalah
perayaan maulid di Indonesia tentu tidak praktik nyanyian (biasa disebut juga pujian)
bisa dilepaskan dengan proses islamisasi menjelang shalat yang biasa dipraktikkan di
yang terjadi di negeri ini. Para penyebar dan kalangan warga nahdliyyin (NU). Nyanyian itu
pendakwah Islam di Nusantara menjadikan berisi pujian untuk “ahl albait” atau keluarga
tradisi maulid ini sebagai media dakwah. Nabi, istilah yang sangat populer di kalangan
Bahkan dikatakan memiliki dampak yang Syiah maupun nahdliyyin. Bunyi nyanyian itu
cukup baik. ialah: Li khamsatun uthfi biha, harra al Waba’
al Hathimah, al Mushthafa wa al Murtadla, wa
Bersamaan dengan masuk dan
Ibnuahuma wa al Fathimah. Terjemahannya:
berkembangnya Islam di Nusantara serta
Aku memiliki lima “jimat” untuk memadamkan
dijadikannya maulid sebagai bagian dari
epidemi yang mengancam; mereka adalah
dakwah yang dilakukan oleh para penyebar
al Musthafa (yakni Nabi Muhammad), al
ajaran Islam di negeri ini, peringatan maulid
Murtadla (yakni Ali Ibnu Abi Talib, menantu
Nabi dalam bentuk pembacaan barzanji
dan sepupu Nabi), kedua putra Ali (yakni Hasan
ini juga berlangsung. Hal ini sebagaimana
dan Husein), dan Fatimah (istri Ali). Gus Dur
dikatakan oleh Suparjo, bahwa masuknya
menyebut gejala ini sebagai “Syiah kultural”
tradisi barzanji ke Indonesia tidak terlepas
atau pengaruh Syiah dari segi budaya, bukan
dari pengaruh orang-orang Persia yang pernah
dari segi akidah. (Wasisto Raharjo Jati, 2012)
tinggal di Gujarat yang berpaham Syiah yang
pertama kali menyebarkan Islam di Indonesia. Pembacaan barzanji dilakukan oleh
Pendapat ilmiah yang lain mengatakan bahwa masyarakat Nusantara memiliki beragam
tradisi barzanji sendiri dibawa oleh ulama tradisi dan kekhasan di setiap daerah
bermahzab Syafii terutama Syekh Maulana masing-masing. Sebagian besar masyarakat
Malik Ibrahim yang dikenal gurunya Wali Songo Islam Nusantara membacakan naskah kitab
berasal kawasan Hadramaut (Yaman) dalam barzanji ini pada bulan mulud (Rabiul Awwal)
menyebarkan Islam di daerah pesisir Sumatera bulan dimana Nabi Muhammad SAW lahir
Timur maupun Pantai Utara Jawa yang dikenal sebagai bagian dari rangkaian peringatan
amat toleran dan moderat dalam berdakwah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pembacaan
dengan mengasimilasikannya dengan tradisi ini biasanya dilakukan di masjid-masjid atau
maupun kultur lokal. Seni barzanji kemudian mushalla. Jadi, pembacaan barzanji ini tidak
turut menginsipirasi Sunan Kalijaga untuk bisa dilepaskan dari tradisi maulid Nabi
menciptakan lagu li-ilir maupun tombo ati Muhammad SAW.
yang sangat familiar di kalangan pesantren
Selain dilakukan di masjid dan mushala-
dalam melakukan dakwahnya di kawasan
mushala, pembacaan barzanji juga diadakan
pedalaman Jawa (Suparjo, 2008: 180).
di rumah-rumah masyarakat. Biasanya, orang

48 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Para santri Babakan Ciwaringin dalam Pementasan Teater Permata Kalung
Barzanji di TIM, Jakarta
(Sumber foto: http://www.djarumfoundation.org/aktivitas/ detail_kegiatan/284/5/kalung-permata-barzanji)

yang menjadi tuan rumah pengajian barzanji maulid barzanji yang dilakukan oleh
ini memiliki hajat baik berbentuk tasyakuran masyarakat Islam di Bugis adalah tradisi
atas kelahiran anak dan hal lainnya. Mereka pembacaan barzanji di daerah-daerah lain
mengundang tetangga-tetangganya untuk seperti Cirebon. Selain dilakukan di Masjid
turut serta dalam pembacaan maulid barzanji dan mushala, masyarakat Muslim yang
di rumahnya. Tuan rumah akan menyediakan memiliki hajat baik berupa tasyakuran dalam
hidangan makan dan menyiapkan “berkat” segala bentuknya juga melakukan pembacaan
(makanan yang dibungkus dengan sebuah maulid ini di rumahnya masing-masing. Di
wadah atau plastik) untuk dibagikan kepada sebuah desa di Cirebon misalnya, masyarakat
para jamaah yang datang mengikuti pembacaan yang telah melakukan walimah ursy atau
barzanji. khitan, esok hari setelah acara walimah
akan mengundang tetangga-tetangganya
Dalam tradisi masyarakat Muslim Bugis,
untuk membacakan maulid barzanji secara
tuan rumah yang mengadakan pembacaan
berjamaah. Penduduk sekitar diundang
barzanji di rumahnya terlebih dahulu membuat
untuk turut mendoakan acara walimah yang
sebuah hidangan yang akan dibawa keluar dan
dilakukan sehari sebelumnya sekaligus sebagai
diletakkan di depan Imam (seorang ulama yang
bentuk tasyakuran.
memimpin pembacaan barzanji). Hidangan
yang dalam bahasa Bugis dinamakan “nanre Dalam pembacaan barzanji ini ada sebuah
barzanji” (makanan barzanji) ini kemudian istilah lain yang merujuk pada sebuah waktu
didoakan oleh sang Imam agar menjadi saat pembacaan naskah barzanji telah sampai
berkat bagi tuan rumah dan para jamaah yang pada kalimat “asyraqal badru ‘alaina” yang
mengikuti pembacaan barzanji. (M. Junaid, kemudian diikuti dengan tindakan berdiri
2005) oleh para peserta atau jamaah. Berdirinya
para jamaah ini sebagai bentuk penghormatan
Hampir sama dengan tradisi pembacaan

Edisi Budaya | 49
terhadap Nabi Muhammad SAW yang diyakini di kalangan santri atau masyarakat Islam di
turut hadir dalam pembacaan barzanji. Istilah pedesaan-pedesaan. Ia bahkan sejak lama
lain untuk menyebut hal ihwal ini adalah telah merambah ke dalam panggung teater.
marhabanan atau mahallul qiyam (posisi Barzanji di pentaskan secara teatrikal oleh para
berdiri). seniman dan pegiat kebudayaan. Adalah WS
Rendra, seniman yang dikenal sebagai “burung
Pada saat mahallul qiyam ini kemudian
merak” menampilkan teater kasidah barzanji.
pujian-pujian terhadap Nabi Muhammad
Pementasan Shalawat Barzanji beranjak
dilantunkan. Pujian-pujian berbentuk puisi
dari naskah terjemahan Syubah Asa yang
Arab ini dibacakan oleh seorang Imam yang
sebenarnya merupakan sequel dari Kasidah
diikuti oleh para jamaah dengan khusyuk.
Barzanji yang pernah menghebohkan jagad
Syair-syair indah dibacakan dengan nada-nada
perteateran nasional pada tahun 1970. Sekuel
tertentu dan pilihan serta terkadang diiringi
ini kali pertama dimainkan di Taman Ismail
dengan tabuhan rebana.
Marzuki Jakarta, yang pada waktu itu berhasil
Pembacaan barzanji atau barzanjen menyedot penonton paling banyak sepanjang
adalah salah satu tradisi yang memiliki akar sejarah pertunjukan teater di Indonesia.
yang kuat dan bertahan hingga sekarang.
Ken Zuraidah, istri dari WS Rendra,
Sebuah pembacaan sirah atau biografi, sifat-
sepeninggal suaminya mencoba melakukan
sifat, prilaku, dan puisi-puisi yang berisi pujian
sosialisasi teater barzanji ini ke pesantren-
kepada Nabi Muhammad SAW yang umumnya
pesantren. Hasilnya, ia berhasil menarik
dilaksanakan pada bulan mulud (rabiul awwal),
simpati kalangan pesantren. Bahkan ia
serta bulan-bulan lainnya, diadakan di masjid-
melakukan kolaborasi dengan pesantren
masjid, mushala bahkan di rumah-rumah
Babakan Ciwaringin Cirebon melakukan
penduduk sebagai bentuk penghormatan
pementasan Kasidah Barzanji ini di Taman
kepada Nabi Muhammad SAW.
Ismail Marzuki Jakarta dan tiga kota lainnya.
Pementasan teater barzanji ini menarik
Dari Masjid-Masjid ke Pangung Teater simpati banyak kalangan.

Barzanji tidak hanya menjadi daya tarik [Muhammad Idris Mas’udi]

Sumber Bacaan
Ahmad Tsauri, Sejarah Maulid Nabi; Meneguhkan Semangat Keislaman dan Kebangsaan Sejak Khairuzan (173 H) Hingga
Habib Luthfi Bin Yahya, Pekalongan: Menara Publisher, 2015
A. Khoirul Anam, dkk, Ensiklopedia NU, Jakarta: Mata Bangsa dan PBNU, 2014
Annemarie Schimmel, And Muhammad is His Messenger: The Veneration of the Prophet in Islamic Piety, penterjemah Astuti
dan Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1998) cet. V
Martin Van Bruinessen, Pesantren, Kitab Kuning dan Tarekat (Jogjakarta: Gading Publishing, 2015) Cet. II
M. Junaid, Tradisi Barzanji Sya’ban Masyarakat Bugis Wajo Tanjung Jabung Timur, Jurnal Kontekstualita Jurnal Penelitian
Sosial Keagamaan Vol. 20 No. 1 tahun 2005
Ta’rifin, Tafsir Budaya atas Tradisi barzanji dan Manakib, Jurnal Penelitian Vol. 7 No. 2 tahun 2010
Wasisto Raharjo Jati, Tradisi, Sunnah, dan Bid’ah: Analisa Barzanji dalam Perspektif Cultural Studies, Jurnal el Harakah Vol.
14 No. 02 Tahun 2012
http://www.djarumfoundation.org/aktivitas/detail_kegiatan/284/5/kalung-permata-barzanji

50 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Basapa

S
ebagaimana kesulitan menentukan melahirkan konflik antara penganut ajaran
kapan awal pertama kali Islam masuk lslam yang taat dan kelompok masyarakat yang
ke Nusantara, begitu pula yang terjadi masih ingin mempertahankan tradisi tersebut,
dengan daerah Minangkabau. Secara umum yang kemudian di Minangkabau dikenal
sebagaimana diyakini oleh para sarjana Barat dengan nama Perang Paderi. Di beberapa
bahwa Islam masuk ke Nusantara abad ke-13 daerah di Nusantara, ketegangan seperti ini
masehi. Sementara di Minangkabau agama juga bisa ditemukan, walau tetap diakui oleh
lslam mulai berpengaruh pada abad ke-14 para ahli bahwa Islam di Nusantara pada
yang dibawa oleh para mubaligh dan pedagang. umumnya disebarkan dengan jalan damai.
Dengan masuknya agama lslam ke Namun tetap tidak dapat dihindari bahwa
Minangkabau, hal tersebut memberikan pertemuan ajaran Islam dengan budaya lokal
pengaruh besar kepada masyarakat melahirkan suatu bentuk wujud adaptasi dan
Minangkabau sehingga Islam menjadi bagian adopsi, terlebih dengan kuatnya pengaruh
yang tidak terpisahkan dari adat Minangkabau. aspek esoterik ajaran Islam yaitu tasawuf yang
Sejarahwan, Taufik Abdullah, bahkan pernah ikut secara massif berpartisipasi di dalam
mengatakan bahwa, “Minangkabau merupakan penyebaran Islam di Nusantara. Salah satu
salah satu daerah yang mengalami proses bentuk adaptasi dan adopsi ajaran Islam dan
lslamisasi yang sangat dalam dan agama lslam budaya lokal ini di dalam tradisi orang Minang
telah menyatu dengan kehidupan masyarakat. adalah basapa.
Begitu kuatnya pengaruh Islam ke dalam Ucapan orang Minang dengan istilah
kehidupan masyarakat Minang sehingga basapa sebenarnya berasal dari kata bersafar
dikenal suatu pepatah yang sangat populer yang tidak lain adalah gabungan antara kata
bahwa di Minang “Adat basandi sarak, ber dan kata Safar. Kata Safar merupakan bulan
sarak basandi Kitabulla” yang mengandung kedua dalam penanggalan tahun Hijriyah. Pada
pengertian bahwa setiap orang Minang adalah
penganut Islam, dan jika tidak lslam berarti
hilanglah keminangannya, karena adatnya
yang bersendikan Kitabullah (Al Qur’an).
Sebagaimana pola umum yang berlaku
tentang masuknya Islam ke Nusantara
dengan jalan damai (peaceful penetration)
yang mengakibatkan terjadinya proses
harmonisasi antara adat istiadat dan ajaran
Islam, masyarakat Nusantara pada umumnya
dapat menerima ajaran Islam karena dianggap
tidak bertentangan dengan hukum adat yang
mereka miliki. Walaupun pada sedikit kasus
ditemukan ketegangan antara ajaran Islam
dan adat lokal yang masih dijalani masyarakat Makam Syekh Burhanuddin Ulakan.
Sumber: http://jalan2.com/
seperti kebiasaan berjudi. Ketegangan ini

Edisi Budaya | 51
bulan Safar sebagian umat Islam berziarah ke
komplek makam Syekh Burhanuddin yang
terletak di Ulakan, Pariaman, pada hari Rabu
setelah tanggal 10 pada bulan Safar. Tradisi
berziarah ke makam Syekh Burhanuddin
pada bulan Safar ini yang dikenal dengan
nama bersafar yang dalam ucapan lidah orang
Minang kemudian menjadi basapa. Menurut
Fathurahman, penentuan acara basapa setelah
tanggal 10 Safar berkaitan dengan hari yang
diyakini sebagai tanggal wafatnya Syekh
Burhanuddin Ulakan, yaitu 10 Safar 1111
H/1691 M.
Syekh Burhanuddin dikenal sebagai
penyebar tarekat Syattariyah di Minangkabau.
Namun meskipun Syekh Burhanuddin Ulakan
Maqbaroh Syekh Burhanuddin Ulakan.
adalah tokoh ulama tarekat Syattariyyah, Sumber: http://jalan2.com/

tetapi dalam acara basapa ini, mereka yang


hadir tidak saja berasal dari penganut tarekat itu sangat dalam, yang telah dipakai bertahun-
Syattariyyah, melainkan juga masyarakat tahun. Tuan Syekh berkata: “Siapa di antara
Muslim pada umumnya. Ritual basapa murid-muridku yang sudi membersihkan
ini dilakukan untuk menghormati Syekh kakus untuk mengambil tempat kapur sirihku
Burhanuddin yang dianggap telah berjasa yang jatuh ke dalamnya?” Murid-murid
dalam penyebaran tarekat Syattariyyah yang banyak merasa keberatan, lantas Pono
khususnya, dan Islam pada umumnya. berkata bahwa ia sanggup mengambilnya dan
Dengan demikian tradisi basapa terkait mulailah Pono bekerja membersihkan sumur
erat dengan Syekh Burhanuddin penyebar hingga tempat kapur sirih itu didapatnya,
tarekat Syattariyah di Minangkabau yang sehingga bertambah yakinlah Syekh Abdul
juga merupakan murid dari Syekh Abdurrauf Rauf. Selanjutya Syekh Abdul Rauf berdoa
Singkel. Berdasarkan sumber-sumber yang dan berkata, tanganmu akan dicium oleh
ada dilaporkan bahwa Burhanuddin dilahirkan Raja, penghulu, orang-orang besar dan murid-
di Padang Panjang pada abad ke-17 M yang muridmu tidak akan putus-putusnya sampai
memiliki nama kecil Pono. Setelah belajar akhir zaman dan ilmu kamu akan memberkati
Islam kepada seorang ulama terkenal di Lubuk dunia ini.
Alung, Tuanku Madinah, maka atas saran Dalam cerita lain disebutkan saat Syekh
gurunya tersebut Burhanuddin kecil diminta Burhanuddin menyelesaikan studinya:
meneruskan menuntut ilmu kepada Syekh
Setelah ujian tersebut dilaluinya, dan
Abdurrauf Singkel di Aceh, seorang mursyid
ilmu yang diberikan oleh Syekh Abdul
tarekat Syattariyah di Nusantara. Setelah
Rauf sudah semuanya dipahami, maka
belajar selama 13 tahun, Burhanuddin kembali
Syekh Abdul Rauf merasa bahwa Pono
ke Minangkabau, berlabuh di Pariaman.
sudah benar-benar mantap keimanannya
Dalam berguru kepada Syekh Abdurrauf, sehingga digantilah nama Pono menjadi
Burhanuddin alias Pono mengalami ujian-ujian Burhanuddin yang berarti penyuluh
bagi ketinggian dan kebersihan ruhaninya, agama, dan diberi gelar Syekh. Nama ini.
diceritakan: diberikan pada saat Syekh Burhanuddin
Pada suatu hari Syekh Abdul Rauf akan kembali ke Minangkabau dan beliau
memakan sirihnya, tiba-tiba tempat kapur juga memberikan sebuah buku tuhfah
sirihnya jatuh ke dalam kakus yang mana kakus dan empat lembar jubah, ikat pinggang
dan sebuah kopiah dari negeri Yaman.

52 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Semua pemberian ini melambangkan Burhanuddin di dalam penyebaran Islam ini,
tanda kebesaran dengan ilmu yang sudah para pengikutnya kemudian menghormatinya
penuh di dalam hati. Syekh Burhanuddin dengan melakukan tradisi basapa.
diminta kembali ke Minangkabau untuk
Dalam praktiknya, pelaksanaan tradisi
megamalkan dan mengembangkan
basapa dilakukan dua kali yang dikenal
semua ilmu yang telah diperolehnya
dengan istilah sapa gadang (Safar besar) dan
selama berguru di Aceh. Mulai saat itu
sapa ketek (Safar kecil). Sapa gadang adalah
resmilah Syekh Burhanuddin diangkat
upacara basapa pertama yang dilakukan
sebagai kalifah Syekh Abdul Rauf untuk
setelah tanggal 10 bulan Safar yang diikuti
daerah Minangkabau.
oleh peziarah dalam jumlah yang besar yang
Sekembalinya Syekh Burhanuddin berasal dari berbagai daerah di Sumatera
ke Minangkabau, bersama sahabat- Barat serta provinsi lainnya seperti Riau dan
sahabatnya mereka menyebarkan Islam Jambi. Sementara sapa ketek adalah tradisi
dengan menekankan bahwa ajaran Islam basapa yang dilakukan seminggu setelah sapa
tidak bertentangan dengan adat istiadat gadang dilakukan untuk menampung peziarah
Minangkabau. Kesepakatan ini dibuat dari daerah Padang Pariaman dan masyarakat
dengan menemui Yang Dipertuan Agung perantau dari Padang Pariaman, sekaligus
Raja Pagaruyung yang kemudian melahirkan menujuh hari dari hari wafatnya sang Syekh.
keputusan Marapalam. Sejak itu Syekh Dalam kenyataannya pada sapa ketek peziarah
Burhanuddin secara leluasa menyebarkan yang datang juga berasal dari luar daerah
Islam di ranah Minang yang sejak saat itu Padang Pariaman.
lahirlah pepatah: “Adat basandi Syara’, Syara’
Dalam aktivitas berziarah atau basapa ini
basandi Kitabullah, Syara’ mangato, Adat nan
banyak peziarah yang melakukan aktivitas-
mamakaikan, Syara’ mandaki, Adat manurun.”
aktivitas yang berhubungan dengan ajaran
Sebagai balas budi atas jerih payah Syekh
agama lslam seperti: pertama, ziarah dan

Maqbaroh Syekh Burhanuddin Ulakan.


Sumber: http://jalan2.com/

Edisi Budaya | 53
berdoa; kedua, shalat, baik shalat wajib maupun kompleks makam yang diberi dengan tanda
sunnat; dan ketiga, dzikir. tertentu ataupun yang tidak diberi tanda serta
surau-surau yang ada di sekeliling makam.
Namun ada juga praktik-praktik yang
Peziarah lain ada yang memanfaatkan rumah-
masih dipengaruhi dari kepercayaan dan
rumah penduduk dan daerah terbuka untuk
budaya lokal seperti mengambil pasir makam
melaksanakan basapa.
Syekh Burhanuddin, mengambil air sumur
di komplek makam dengan tujuan-tujuan Tujuan utama para peziarah umumnya
tertentu, meletakkan ramuan obat-obatan dan selain untuk melakukan ziarah ke makam
kemenyan di atas makam, mengambil air di Syekh Burhanuddin, juga untuk menunaikan
kimo (kulit-kulit kerang besar), mengambil air atau melepas nazar, memperoleh kesehatan
batu ampa (batu pipih berwarna hitam yang dan ketenangan.
terus disirami air pada saat basapa), membawa
Tradisi basapa dilaksanakan dimulai pada
dan meletakkan hewan peliharaan seperti
malam hari setelah shalat Maghrib sampai
ayam dan kambing, atau meletakkan sesajen.
shalat Subuh besok paginya, baik pada basapa
Pada tahun-tahun sebelumnya bahkan, makam
gadang maupun ketek. Ritual keagamaan
Syekh Burhanuddin yang ditutupi dengan kain
yang dilaksanakan mulai dari shalat wajib,
tirai makam diambil oleh sebagian peziarah
shalat sunnah, dzikir, berzanji, shalawat Nabi,
dengan jalan disobek sebahagiannya untuk
dan pengajian agama dilaksanakan sesudah
tujuan-tujuan tertentu.
shalat Isya. Sementara aktivitas-aktivitas
Dalam praktiknya basapa dapat dilakukan “tambahan” lain yang mengikuti ritual agama
secara individual ataupun berkelompok: seperti mengambil pasir kubur, mengambil
untuk yang melakukannya secara individual, air sumur dan air kimo, mengambil air batu
tempat pelaksanaan dilakukan di lapangan ampa dilakukan sesudah shalat Maghrib dan
di sekeliling makam dan di dalam masjid sebelum shalat Isya. Dengan masuknya waktu
Syekh Burhanuddin. Sedang untuk yang shalat Subuh besok harinya berakhirlah tradisi
melakukannya secara berkelompok, tempat basapa.
pelaksanaan basapa di lapangan di dalam
[Ismail Yahya]

Sumber Bacaan
Adri Febrianto, Sinkretisme dalam Upacara Basapa di Makam Syekh Burhanuddin, Laporan Penelitian, Jurusan Sejarah,
Fakultas Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang, 2000
Oman Fathurahman http://oman.uinjkt.ac.id /2007/03/ritual-basapa-di-minangkabau.html

54 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Berkah/Berkat/Barokah

K
ata “berkah” atau “berkat” atau digunakan dalam ragam cakap.
“barokah” berasal dari bahasa arab al-
Sedangkan kata “berkat” yang kedua yang
barakah (‫)ﺍﻟﺒﺮﻛﺔ‬. Di dalam kamus-kamus
terdapat dalam KBBI berkedudukan sebagai
Arab, al-barakah memiliki arti pertumbuhan,
partikel yang searti dengan karena dan akibat
pertambahan, kebaikan. Jika mengkaji konteks
(2008:180). contoh: berkat bantuannya kami
makna berkah yang ada di dalam Al-Qur’an
dapat pulang segera, sama dengan karena
dan hadits, maka berkah mengandung makna
bantuannya kami dapat segera pulang.
“manfaat” atau inti dari kebaikan sesuatu.
Ar-Râghib al-Asfihânî mendefinasikan al- Dalam ragam cakap (Jawa khususnya),
barakah sebagai “tsubût al-khair al-ilâhî fî syai’ lebih sering diucapkan berdasarkah pelafalan
(tetapnya kebaikan Tuhan di dalam sesuatu).” bahasa Arab /barokah/. Kata barokah yang
(al-Asfihânî, 2000:87). Sementara dalam digunakan dalam bahasa Indonesia merujuk
kamus Al-Munawwir, kata ini diterjemahkan pada rahmat/nikmat dari tuhan. Selain itu,
sebagai nikmat (Munawwir, 1997:78). Dengan juga merujuk pada berkah yang bermakna doa
demikian, apabila sesuatu dikatakan berkah, restu orang suci. Akan tetapi, pada dasarnya
artinya sesuatu itu memiliki banyak kebaikan keduanya merupakan hal yang sama. Barokah
dan kenikmatan yang bersifat tetap, karena dari kiai misalnya, merupakan berkah dari
dijadikan demikian oleh Allah Swt. Tuhan. Mendapat berkah (barokah) dari Tuhan
karena didoakan oleh orang yang suci. Jadi,
Kata berkah diserap ke dalam bahasa
pada dasarnya rahmat dan nikmat tetaplah
Indonesia menjadi dua bentuk yang berbeda,
dari Tuhan. Selain berkah dan barokah, kata
yaitu “barokah” dan “berkat”. Keduanya
berkat juga sering digunakan dalam ragam
memiliki makna yang serupa tapi tak
tutur (khususnya Jawa) yang sama persis
sama. “Berkah” dalam Kamus Besar Bahasa
artinya dengan arti yang ketiga dalam KBBI,
Indonesia (2008:179) yang masuk dalam kelas
yaitu makanan yang dibawa sepulang kenduri.
kata nomina memiliki makna ‘karunia Tuhan
yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan Dalam masyarakat tutur Jawa yang suka
manusia’. Sedangkan kata “berkat” dalam otak-atik-gathuk (cara mencari asal-usul dari
KBBI Pusat Bahasa, memiliki dua makna yang sudah ada), berkat (biasa juga dilafalkan
yang berbeda (homonim). Kata berkat yang /brekat/) memiliki arti mari dibrekno diangkat,
pertama memiliki empat makna, yaitu: 1. setelah diletakkan kemudian diangkat.
karunia Tuhan yang membawa kebaikan dalam Memang dalam kenduri yang berlaku dalam
hidup manusia; 2. doa restu dan pengaruh baik masyarakat begitu adanya. Makanan yang
dari orang yang dihormati (guru); 3. makanan telah dibungkus dalam kotak atau wadah lain,
dan sebagainya yang dibawa pulang sehabis dibagikan dengan cara diletakkan di hadapan
kenduri; 4. mendatangkan kebaikan atau peserta kenduri kemudian diangkat oleh
bermanfaat (2008:179-180). Berdasarkan masing-masing peserta untuk dibawa pulang.
kelas katanya, kata berkat dalam arti 1, 2, dan Oleh karena sangat luasnya makna kata
3 berkedudukan sebagai nomina. Sedangkan berkah tersebut, dalam Tesaurus Alfabetis
arti yang keempat merupakan verba yang Bahasa Indonesia (TABI), kata berkah memiliki

Edisi Budaya | 55
Ribuan warga memadati sebidang tanah lapang di samping kompleks
makam Ki Ageng Wonolelo, di Dukuh Pondok, Widodomartani, Ngemplak.
Sumber http://jogja.tribunnews.com/

sinonim yang tidak sedikit. Dalam TABI Pusat Nusantara kerap melakukan kegiatan mencari
Bahasa, berkah bersinonim dengan bantuan, keberkahan hidup yang biasa dikenal dengan
berkat, hidayah, hidayat, inayat, karunia, istilah ngalap berkah (jawa). Ngalap berkah
kebahagiaan, kurnia, pangestu, pertolongan, adalah suatu kegiatan untuk mencari manfaat
rahmat, restu, sempena, dan tuah (2009:83). dan kebaikan dari suatu Dzat, benda, manusia
Kata berkah ini berantonim dengan musibah. atau sesuatu yang dianggap memiliki manfaat
dan kebaikan yang dicari manusia tersebut.
Pada dasarnya, hidayah dan hidayat;
Dalam bahasa Arab ngalap berkah dapat disebut
kurnia dan karunia; bantuan dan pertolongan;
dengan istilah tabarruk yang kemudian di Jawa
rahmat, hidayah dan inayah; memiliki makna
dikenal dengan tabarukan. Bertabarruk dengan
yang sama, dan sudah sering didengar oleh
sesuatu berarti mencari berkah (manfaat/
masyarakat luas. Yang terasa masih asing
kebaikan) dengan perantaraan sesuatu
adalah tuah dan sempena. Sempena dalam
tersebut. (Ibnu al-Atsîr, 1/120).
KBBI diberi label (kl) yang berarti kata yang
digunakan dalam ragam melayu klasik, suah Secara sosiologis, manusia, bahkan
jarang digunakan dalam percakapan dewasa ini makhluk yang lain, memang mempunyai
dan searti dengan kata tuah. Kata tuah selain hasrat yang sama untuk menginginkan
memiliki arti berkat (berkah) juga memiliki keberkahan hidup, baik dalam bentuk materi,
arti keramat dan sakti. kesehatan atau hal-hal lain yang dibutuhkan
makluk tersebut. Nah, untuk mendapatkan
Dari sekian banyak pengertian barokah,
berkah tersebut, manusia akan berusaha
berkah, dan berkat di atas, maka hidup
sekuat tenaga walaupun usaha tersebut
seseorang akan indah bila digunakan untuk
belum tentu masuk akal atau baik bagi orang
mencari berkah. Dengan kata lain, agar
lain. Karenanya, praktik ngalap berkah dapat
kehidupan dapat dinikmati dengan penuh
dilakukan pada tempat-tempat tertentu yang
kebahagiaan, maka seyogianya digunakan
dianggap keramat (suci dan bertuah yang dapat
untuk mencari nikmat yang berasal dari
memberikan efek magis), seperti kuburan para
Tuhan, bukan nikmat duniawi semata.
wali, pohon-pohon yang dianggap keramat
Dalam perkembangannya, umat Islam atau bangunan-bangunan tua. Kegiatan

56 | Ensiklopedi Islam Nusantara


tersebut biasanya juga dilakukan pada waktu- barokah, dan tabarruk yang dikategorikan
waktu tertentu seperti, selasa kliwon, jumat salah kaprah karena bertentangan dengan
kliwon atau hari-hari yang dianggap keramat. ajaran Islam. Baik tabrruk kategori pertama
dan kedua mencakup beberapa bentuk, bias
Seiring dengan masuknya Islam ke
tabarruk dengan perkataan dan perbuatan,
Nusantara, tradisi ngalap berkah yang
tempat, waktu, makanan atau minuman dan
demikian itu “diislamisasi” dengan merubah
dengan Nabi Saw.
orientasi dan tujuan ritualnya, bahkan ada
juga yang dirubah bentuk ritusnya. Para Contoh tabarruk kategori pertama
pendakwah Islam awal seperti wali songo di misalnya membaca Al-Qur’an, berdzikir,
Jawa, telah berhasil menyuntikkan nilai-nilai belajar ilmu agama dan mengajarkannya,
Islam dalam tradisi ngalap berkah, sehingga ia makan dengan berjamaah dan menjilati jari
menjadi aktifitas yang dilakukan dengan cara sesudah makan (perkataan & perbuatan),
berdoa dan munajat yang ditujukan hanya i’tikaf di masjid, tinggal di Mekkah, Madinah
kepada Allah Swt, Dzat yang Maha Pemberi atau Syam (tempat), beribadah di malam
barakah. Cara lain untuk mendapatkan berkah Lailatul Qodar, banyak berdoa di waktu
misalnya adalah dengan bekerja keras, karena sahur, shalat di sepertiga malam terakhir
bekerja juga merupakan kegiatan untuk (waktu), meminum madu dan air zam-zam,
mencari keberkahan atau kebermanfaatan. memakai minyak zaitun, mengonsumsi jintan
Dengan demikian ngalap berkah tidak lagi hitam (makanan & minuman), dan berebut
berkaitan dengan sesuatu yang mistis (magis), ludah Nabi Saw, mengambil keringatnya,
tapi menjadi ritual yang ditujukan dan mengumpulkan rontokan rambutnya ketika
dipersembahkan untuk Allah Swt. beliau masih hidup, dan berziarah ke makan
beliau.
Dalam perkembangannya kemudian,
ngalap berkah (tabbaruk) dikategorikan oleh Adapun contoh tabarruk kategori kedua
para ulama menjadi dua macam yaitu; tabarruk (terlarang) adalah meminta kekayaan kepada
yang diketahui secara pasti atau ada dalilnya Nyai Roro Kidul (penjaga laut selatan) di
bahwa sesuatu tersebut mendatangkan Yogyakarta, berobat dengan benda-benda
keramat seperti keris dan semacamnya tanpa
meminta pertolongan kepada Allah, berebut
kotoran “Kyai Slamet” yang biasa dilakukan
di Surakarta dan lain-lain. Kehadiran Islam
di Nusantara telah berhasil memberikan
warna profetik-monoteistik terhadap ritus
keagamaan ngalap berkah yang telah menjadi
tradisi dan diwarisi dari generasi ke generasi.
Gambar berkat.
Sumber: http://sugitcakgit.blogspot.co.id/ [M. Ulinnuha]

Sumber Bacaan:
Munawwir, A.W. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997).
Sugono, Dendy (peny.), Kamus Besar Bahasa Indoesia Pusat Bahasa edisi keempat. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008)
Sugono, Dendy (peny.), Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Mizan, 2009).
Ibnu al-Atsir, an-Nihayah fi Gharib al-Hadits, (Kairo: Bab el-Halabi, t.th.), Juz, 1

Edisi Budaya | 57
Bisyaroh

Pengertian tidak menghapkannya, dalam arti, tanpa

B
isyaroh secara bahasa berasal dari kata bisyaroh pun mereka akan tetap melakukan
Bahasa Arab Bisya<rah yang berarti hal tersebut.
kabar gembira, dalam arti sebuah kabar Penulis juga menjumpai atau menemukan
gembira yang Allah turunkan kepada umatnya, istilah bisyaroh dalam masyarakat kususnya
baik melalui al-Qur’an maupun ucapan rasul. di daerah Indramayu. Istilah Bisyaroh yang
Umumnya dalam masyarakat Indonesia, penulis temukan di masyarakat Indramayu
istilah bisyaroh merupakan tanda terima adalah untuk menunjukkan tanda terima
kasih atas jasa yang telah dilakukan seseorang kasih atas jasa seseorang yang telah melakukan
yang diminta untuk melakukan sesuatu dalam sesuatu dalam hal ibadah, seperti; bisyaroh
hal ibadah. Istilah Bisyaroh, lebih sering untuk mubaliq (penceramah), bisyaroh untuk
kita dengar dalam dunia Pondok Pesantren, pemimpin tahlil, dan bisyarah untuk para
dibandingkan dengan yang ada di masyarakat. pemimpin dalam acara-acara keagamaan yang
Makna Bisyaroh dalam pondok pesantren lainnya. Penulis juga menjumpai penggunaan
adalah pesangon atau insentif. Pergeseran istilah tersebuat dalam masyarakat Cirebon,
makna Bisyaroh dari “kabar gembira” menjadi Jombang, dan Kediri. Hasil wawancara penulis
“pesangon atau insentif”, tidak terlepas dari di daerah Indramayu, menunjukkan bahwa
tradisi dan kebudayaan yang ada di dalam istilah bisyaroh berasal dari kalangan pondok
Pondok Pesantren. pesantren, yang kemudian digunakan dalam
Pada saat ini, kususnya di kalangan masyarakat. Menurut penulis, ini merupakan
pesantren, Istilah Bisyaroh (pesangon) salah satu contoh terjadinya komunikasi atau
digunakan untuk sebutan gaji atau bayaran hubungan pesantren dengan masyarakat
terhadap para pengurus atau ustad atas sekitarnya.
dasar jasa layanan, atau jasa pengajaran di
podok pesantren. Pemahaman ini, bisa anda
Bentuk Bisyaroh
jumpai dalam pondok pesantren salaf, seperti;
Pondok pesantren Kempek, Babakan, Lirboyo, Jenis dari Bisyaroh yang diberikan kepada
Sarang, dan sebagainya. Secara keumuman seseorang sangat beragam, sesuai dengan
dalam pesantren, jumlah Bisyaroh itu tidak apa yang dimiliki dan kegiatannya. Bisyaroh
besar, tidak seperti gaji atau honor yang biasa tersebut, ada yang berbentuk barang kebutuhan
diterima oleh para pekerja pada umumnya. sehari-hari, (besar, pakaian, peralatan mandi,
Hal ini di karenakan, mereka tidak bertujuan dan lain-lain) dan ada juga yang berbentu
untuk berkerja, melainkan untuk tujuan uang, sesuai dengan kebiasaan dari masing-
mulia, yaitu mengharap barokah (berkah) dan masing daerah. Biasanya bentuk bisyaroh
khidmah (pengabdian) terhadap kiai. Bisyaroh di pondok pesantren yang diberikan kepada
dalam dunia pesantren, lebih pada sikap para pegaiwainya, berupa; beras, peralatan
penghargaan kiai terhadap para pembantunya mandi, dan uang, yang cukup dalam waktu
(pengajar dan pegaiwai yang lain) atas sesuatu satu bulan dengan hidup yang sederhana. Hal
yang mereka kerjakan, walaupun, mereka ini berbeda, dengan bisyaroh yang di terima

58 | Ensiklopedi Islam Nusantara


oleh para mubalig (penceramah). Para mubalig komunikasi seperti ini, akan melahirkan sikap
menerima bisyarah dalam bentuk makanan keseganan santri kepada kiai, dan model
dan uang. komunikasi ini, akan lebih mudah dalam
proses transfer of knowledge, serta dipandang
cukup ideal dalam pendidikan akhlak.
Tradisi Bisyaroh
Penjelasan di atas, menunjukkan adanya
Kita sepakat bahwa pondok pesantren hubungan (komunikasih) timbal-balik antara
adalah lembaga pendidikan keagamaan yang kiai dan santri dalam mengembangkan
mandiri, baik dari segi materi (kebutuhan pendidikan dan perekonomian pesantren, yang
keluarga dan operasional pesantren), maupun bersifat kelembagaan dan personal. Hubungan
non materi (kulikulum pesantren). Hal ini, ini, bukan hanya hubungan antara guru dan
dapat dilihat dari segi masih tetap eksisnya murid, tetapi juga hubungan kemitraan dalam
lembaga tersebut dalam kurun waktu yang membangun dan mengembangkan pondok
panjang. Pondok pesantren dengan sosok pesantren. Penulis berpendapat bahwa
figure besar seorang kiai akan terus mengelola hubungan kemitraan dan kebaikan kiai ini,
pondok pesantrennya agar tetap eksis, baik yang memunculkan sejarah adanya istilah
dari segi kurikulum, peekonomian dan lulusan bisyaroh dalam pondok pesantren.
yang diinginkan, serta mempertahankan
Manajemen unik yang ada di pondok
pesantrennya agar tetap menjadi pilihan
pesantren, akan susah bahkan mustahil
ditengah-tengah lembaga-lembaga pendidikan
untuk di praktikkan ke dalam lembaga-
yang lain.
lembaga pendidikan yang lain, di luar pondok
Salah satu kontrol kiai dalam memenuhi pesantren. Lembaga pendidikan di luar
kebutuhan materi, baik untuk kepentingan pesantren akan kesusahan dalam menjaring
keluarga ataupun pesantrennya, dengan cara tenaga handal, bila menggunakan system
membuat usaha. Usaha yang biasa digeluti oleh bisyaroh dalam menggaji karyawannya. Ada
para kiai adalah pertanian dan perdagangan. beberapa penelitian bahwa system bisyaroh
Kiai dalam memenej usahanya, butuh terhadap adalah salah satu dari kelemahan pondok
para pegawai yang keumuman adalah para pesantren, dengan alasan minimnya bisyaroh
santrinya, yang dianggap memiliki kapasitas yang diterima pegawai. Hal ini akan berdampak
atau dengan pertimbangan-pertimbangan lain. pada sebagian pegawai yang kurang puas
Disisi lain, kedewasaan santri dan kemauan dengan minimnya insentif, atas dasar tesebut,
mereka untuk mandiri (tidak bergantung lagi kemudian pegawai akan bercabang dengan
pada orang tua) serta keinginan mereka untuk mencari pekerjaan lain agar dapat mencukupi
meringankan beban orang tua, ada beberapa kebutuhan hidupnya. Penulis tidak sependapat
santri yang ikut serta mengabdi di pesantren dengan kesimpulan tersebut. Hemat penulis,
sebagai dewan asatidz dan khodim. Hal ini, hal tersebut, kemungkinan besar ada
akan terjadinya komunikasih antara kiai dan dilembaga pendidikan yang lain, bukan pondok
santri lebih inten. pesantren, dengan alasan, tujuan para pegawai
Menurut Mansur Hidayat dalam di pondok pesantren bukan untuk bekerja,
penelitiannya tentang, Model Komunikasi Kyai berbeda dari lembaga-lembaga yang lain.
dengan Santri di Pesantren Raudhatul Qur’an An- Pada awalnya, masyarakat Indonesia juga
nasimiyyah, menyatakan bahwa komunikasi memiliki tradisi yang menyerupai system
antara kiai dengan santri terjadi sangat inten, bisyaroh, yang kita kenal dengan gotong-
baik melalui lembaga yaitu pesantren, maupun royong. Kita masih menjumpai, masyarakat
secara langsung. Lebih lanjut ia menyatakan dengan inisiatifnya sendiri akan membantu
bahwa sifat komunikasi kiai ke santri adalah tetangganya yang sedang memiliki hajat atau
intruksi yang mutlak, sedangkan model musibah, tetapi tradisi ini, lama kelamaan
komunikasi santri kepada kiai adalah terbatas sudah mulai luntur, seiring dengan perubahan
dalam lingkup persoalan tertentu. Menurutnya social budaya masyarakat.

Edisi Budaya | 59
Kesimpulan pesantren.
Model penggajian bisyaroh (pesangon) 2. Para pegawai di pondok pesantren
hanya dapat di praktikkan dalam dunia keumumannya adalah para santri (murid)
pesantren, dan akan kesulitan jika dipraktikkan pondok tersebut.
pada lembaga-lembaga yang lain. Hal yang
3. Para pegawai di pondok pesantren
membedakan hal tersebut yaitu;
keumumannya belum menikah, sehingga
1. Tujuan pegawai (khodim) di pondok kebutuhan materi masih relative minim.
pesantren bukan untuk bekerja, tetapi
4. Kaderisasi atau regenerasi para pegawai di
pengabdian (mencari berkah/barokah),
pondok pesantren berjalan dinamis.
berbeda dari tujuan para pegawai pada
lembaga-lembaga lain, di luar pondok [Ayatullah]

Sumber Bacaan
M. Dian Nafi’ dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren (Yogyakrta: Forum Pesantren, 2007)
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi, esai-esai pesantren, (yogyakarta: LKiS, 2001)
Abdurrahman Wahid, Prolog, Pesantren Masa Depan; Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, ed. Marzuki
Wahid dkk. (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999)
Mansur Hidayat, Model Komunikasi Kyai dengan Santri di Pesantren, Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 6,
Januari 2016

60 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Buka Tableg

D
alam Islam nusantara, rumah (Jawa:
Omah) adalah bagian dari proses
meneguhkan sikap mental keislaman
dalam keluarga. Rumah disamping sebagai
tempat berlindung dari dingin, panas dan
mara bahaya dari luar, juga sebagai media
pemagangan budaya berbasis nilai-nilai Islam
baik dalam hubungan dengan Allah Swt,
sesama manusia, dan juga sekaligus dengan
lingkungannya menuju kebahagian hidup
dunia dan akhirat. Maka proses mendirikan
rumah di nusantara merupakan salah satu Fondasi rumah (Tableg)
momentum penting yang diawali dengan Sumber: desainrumahmini.com

persiapan lahir maupun batin yang bersih dan


suci melalui ritual khusus yang disebut dengan Kesadaran akan pentingnya fondasi
buka tableg. rumah juga dibarengi dengan kesadaran
Buka tableg atau sering disebut buka eksistensi adanya situasi dan kondisi dimana
pandeman merupakan prosesi ritual yang rumah itu dibanguan. Si calon penghuni
diselenggarakan sebelum penggalian tableg sebagai pribadi yang beragama Islam sangat
atau pandeman (fondasi) rumah. Kata Buka sadar akan adanya dunia lahir dan dunia
tableg dari bahasa Jawa buka berarti membuka batin. Fondasi rumah adalah aspek lahir dalam
atau memulai, dan tableg berarti fondasi. Maka memperkuat struktur bangunan, sementara
buka tableg bermakna membuka atau memulai terhindarnya dari gangguan “dunia lain” serta
pembangunan fondasi rumah yang sangat dimensi etik dan estetik dalam fondasi rumah
penting bagi ketahanan sebuah rumah. adalah aspek dunia batin yang tak tampak,
namun bisa dirasakan dan dihayati.
Fondasi rumah memiliki fungsi sangat
penting, yaitu untuk menahan beban berat Kesadaran diri batiniah inilah yang dalam
dari semua komponen di atasnya. Sebuah tradisi Jawa disebut pramana, sehingga bagi
bangunan yang baik untuk rumah, baik umat Islam hal sebagai wujud kewaspadaan
itu bangunan bertingkat tinggi ataupun dalam menjalani hidup termasuk ketika akan
berukuran kecil, kekuatan utamanya terletak mendirikan rumah, buka pandeman. Pramana
pada fondasinya. Karena itu dalam membuat muncul apabila jiwa manusia dalam keadaan
fondasifondasi perlu mempertimbangkan nglilir (bangkit). Sementara kebangkitan
jumlah konstruksi yang akan berada di atas jiwa akan memupuk nurani yang terang
fondasifondasi tersebut. Pertimbangan (Endraswara, 2016: 242).
ini selain untuk memastikan kekuatan Ritual buka tableg adalah bagian dari upaya
fondasifondasi bangunan di atasnya, efisensi membangikutkan jiwa batin calon penghuni
biaya juga sebagai dasar estetika sebuah rumah agar rumah yang akan dibangun ini
rumah. bisa megantarkan penghuninya mendapatkan

Edisi Budaya | 61
pepadhang (cahaya penuntun) sehingga anugerah, keinginan terpenuhi dan menanam
tercipta keluarga harmonis (sakinah mawaddah berhasil; (5) Jumadilawal, prihatin, hati gelap,
wa rahmah). kekurangan rezeki; (6) Jumadilakir, banyak
rezeki, tetapi tidak bermanfaat, kecurian,
sering kena denda; (7) Rejeb, sering sedih,
Persiapan Ritual Buka Tableg menanam tidak jadi, sering kisruh; (8) Sakban,
Waktu pelaksanaan ritual buka tableg banyak, rezeki, apa yang dicita-citakan tercapai;
bukanlah sembarangan, tetapi merupakan (9) Ramelan, selalu sengsara, banyak orang iri,
hari tertentu yang didapatkan dari “orang dan kena masalah; (10) Sawal, prihatin, orang
pintar” yang biasanya adalah kiai sepuh lain iri, sering kena masalah; (11) Dulkangidah,
yang dianggap memiliki kelebihan secara selalu dikasihi sanak saudara dan orang tua;
spiritual. Ada perhitungan khusus untuk (12) Besar, banyak rezeki. Selain bersasarkan
mengawali mendirikan rumah atau buka bulan, penentuan pendirian awal pendirian
tableg. Mengapa perhitungan atau dalam Jawa rumah juga sering berdasarkan pertimbangan
disebut pèthungan Jawa dianggap penting, hari kelahiran melalui suatu perhitugan
hal ini tak lepas dari alam pikiran Jawa yang khusus (Endraswara, 2016: 132-133).
selalu asosiatif. Meskipun setiap hari adalah Sekali lagi itu semua berdasarkan ngelmu
sebagai hari yang berpotensi untuk melakukan titin Jawa. Namun begitu Islam sudah mulai
kebaikan, namun dunia diciptakan selalu masuk di nusantara, terutama di Jawa melalui
berpasangan, misalnya ada laki-laki dan kiprah para Walisongo, sedikit mengalami
perempuan, ada baik dan buruk, ada swarga pergeseran. Ngelmu titen tetap dimanfaatkan,
dan ada neraka. Swarga diasosiakan sebagai namun diiringi dengan ritual doa dan
tempat yang enak membahagiakan, sementara ketulusan niat dalam mendirikan rumah.
neraka sebagai tempat yang tidak enak Ngelmu titen adalah bagian dari kearifan lokal
menyengsarakan. namun perlu “disyahadatkan” bahwa kebaikan
Seperti dimaklumi bersama bahwa dunia sebuah hunian tidak semata-mata ditentukan
Jawa memiliki ngelmu titen, maka segala oleh bulan atau hari, tetapi faktor anugerah
sesuatu harus diupayakan benar-benar cocog dari Sang Pencipta, Allah Awt.
(cocok, sesuai). Prinsip cocog dalam tradisi Maka pola akulturasi tradisi dan Islam
Jawa inilah sebagai buah dari ngelmu titen, dalam mendirikan rumah itulah yang kemudian
yaitu ilmu yang berlandaskan kebiasaan diwujudkan dalam bentuk ritual buka tableg
yang berulang-ulang, dicatat, direnungkan, yang dimulai pada hari-hari yang terpilih tadi,
dan diamalkan (Endraswara, 2016: 27). meskipun tidak terlalu kaku. Hari apa pun
Orang Jawa dan beberapa suku di nusantara prinsipnya bisa saja mendirikan rumah atau
berpegang pada prinsip cocog dan ngelmu titen buka tableg, namun yang terpenting adalah
sebagai salah satu rujukan dalam meniti arah diringi dengan doa sebagaimana tertuang
hidupnya termasuk dalam mendirikan rumah. dalam prosesi buka tableg.
Maka dalam mendirikan rumah,
orang Jawa umumnya menggunakan
Prosesi Ritual Buka Tableg
perhitungan memet (sungguh-sungguh)
dengan memperhatikan baik buruknya bulan Ritual ini dilakukan dengan menggelar
menurut ngelmu titen, meski hal ini tidak bancakan atau slametan yang biasanya
sebagai sebuah kemutlakan. Pertimbangan diiringi dengan doa rasulan (doa dengan
bulan tersebut antara lain: (1) Muharram atau wasilah Kanjeng Rasul Muhammad SAW)
Suro biasanya akan mendapatkan kesusahan, atau manaqiban (doa dengan wasilah
sakit susah obatnya: (2) Sapar menunjukkan Waliyyulah Syaikh Abdul Qadir al-Jilani)
sakit-sakitan, namun tidak sampai mati; (3) di tempat yang akan didirikan rumah itu.
Rabingulawal, menanam tidak jadi, mandeg Untuk memeriahkan acara tersebut, biasanya
di tengah jalan; (4) Rabingulakir, mendapat shāhibul hājat (yang punya gawe) mengundang

62 | Ensiklopedi Islam Nusantara


saudara/keluarga dan tetangga sebelah yang kuluban urap sayur alami dari kebun.
dipimpin oleh kiai langgar atau kiai kampung Tumpeng yang terbuat dari nasi kuning
untuk berdoa dengan maksud agar semua dengan dibuat meninggi sebagai wujud
rencana pembangunan rumah bisa berjalan kepasrahan total kepada Dzat Yang Maha
lancar, tidak ada halangan serta mendapatkan Tinggi (al-Aliy) dan pemberi rizki (al-
kemudahan dalam menyelesaikan rumah Razaq) serta harmoni dalam mambangun
tersebut. Keterlibatan keluarga dan tetangga relasi sesama manusia dan dengan
sebelah dalam bancakan buka tableg tersebut lingkungan sekitar. Sementara lauk-
sebagai wujud kesadaran sosial calon pemilik pauk dan kluban urap sebagai pengingat
rumah bahwa dirinya tidak bisa hidup tanpa pentingnya menjaga kesimbangan
orang lain, maka dalam mengawali pendirian lingkungan semesta alam baik dari
rumah tersebut juga tak lepas dari peran orang dunia binatang (fauna) maupun dunia
lain. tetumbuhan (flora).
Namun sebelum acara buka tableg dimulai
ada ubarampe yang dipersiapkan sebagai wujud
sesajian yang akan dipersembahkan untuk para
hadirin yang budiman. Simbol-simbul ritual
yang diwujudkan dalam bentuk bermacam-
macam ubarampe merupakan ekspresi
atau pengejawentahan dari penghayatan
dan pemahaman akan “realitas yang tak
terjangkau” sehingga menjadi “sangat dekat”.
Dengan berbagai simbul-simbul dalam
ritual dan ubarampe tersebut terasa bahwa Nasi Tumpeng dan seperangkat kuluban/
Allah SWT selalu hadir dan terlibat dan lauk yang biasa digunakan untuk pelengkap
ritual buka tableg
“menyatu” dalam dirinya (manunggaling kawulo Gambar 2 (Koleksi Nur Said):

Gusti). Hal ini juga sebagai kesadaran manusia


bahwa dirinya adalah tajalli, atau bagian yang
tak terpisahkan dari Sang Pencipta (Sholikhin, d. Jadah pasar atau jajan pasar, yaitu
2010: 49; Endraswara, 2016: 230). Beberapa belanjaan jajan yang dibeli dari pasar
ubarampe untuk ritual buka tableg tersebut tradisional. Jajan pasar adalah lambang
antara lain: dari sesrawungan (hubungan kemanusiaan,
silaturrahim) dan sekaligus lambang
a. Bubur abang-putih (merah-putih) sebagai kemakmuran. Hal ini diasosiasikan
perlambang mengingatkan kejadian bahwa pasar pusat bertemunya berabagai
manusia yang terdiri dari darah merah dan lapisan masyarakat dan sekalgus tempat
darah putih dan sekaligus sebagai lambang bermacam-macam barang hasil pertanian
keberanian (merah) dalam menegakkan dan juga jajan tardisional yang khas
kebenaran dalam berkeluarga (putih). nusantara. Di pasar inilah setiap orang
b. Ingkung ayam jantan, yaitu daging ayam bisa menemukan apa saja dan semua
jago matang yang diikat masih utuh kebutuhan akan terpernuhi.
seperti sedang bersujud, diasosiasikan e. Kembang setaman, yaitu bermacam-
agar manusia selalu njungkung (bersujud). macam bunga (setaman, satu taman)
Ingkung jago juga sebagai lambang yang biasanya terdiri dari lima atau tujuh
pentingnya menghilangkan nafsu sok macam kemudian dicampur dalam air di
jagoan dalam hidup sehingga yang tersisa baskom juga sebagai wujud persembahan
adalah rasa empati, ramah dan cinta kasih. kepada Yang Maha Indah. Tujuh bunga
c. Nasi tumpeng dan lauk-pauk secukupnya dalam bahasa Jawa (pitu), harapannya
yang dihias mengitari tumpeng dilengkapi mendaptkan pitulungan (pertolongan)

Edisi Budaya | 63
dari Allah SWT dalam menggapai cita-cita kepada Allah Swt.
dan harapan yang mementaskan nilai-nilai
Semua itu dilakukan sebagai tawasul
rukun Islam yang lima (dilambangkan
kepada kekasih Allah yaitu para nabi dan
dengan lima warna bunga). Bunga adalah
juga para waliyyullah yang diyakini memiliki
simbol keindahan dengan harapan agar
keberkahan atas ridla Allah Swt.
kehidupan yang akan dilalui melalui
rumah tersebut bisa dinikmati dengan Begitu doa selesai, maka dilanjutkan
indah baik dalam keluarga, dengan makan bersama atas sesajian yang telah
tetangga maupun dalam masyarakat dipersiapkan sebelumnya. Sebagian sajian
yang lebih luas (Said, 2012: 89; Triyanto, dimakan oleh khalayak yang hadir di tempat
2001: 186-187; Santoso, 2001). Di ritual, namun sebagian yang lain juga dibagikan
harapkan rumah yang sedang dibangun kepada tetangga sebelah yang terdekat dan
ini nantinya bisa menjadi tempat hunian sekaligus sebagai penanda dan kulo nuwun
yang menenteramkan sehingga para (mohon permisi) bahwa segera akan ada warga
penghuninya selalu betah di rumah bagai baru yang menghuni di lingkungan itu yakni
di taman yang selalu membuat siapa pun yang sedang buka tableg.
betah berlama karena keindahannya tadi.
Begitu sarana atau ubarampe sudah Pemaknaan dan Kontekstualisasi
disiapkan, maka seorang kiai kampung
yang dipasrahi untuk mewakili tuan ramah, Mencermati prosesi dalam ritual buka
mengantarkan atau menyampaikan tujuan tableg yang berkembang dalam tradisi Islam
dari ritual tersebut kepada masyarakat atau di Jawa menunjukkan bahwa pengaruh Islam
tetangga sebelah yang hadir untuk ikut sangat kuat meskipun aspek kejawaannya juga
sambatan, yaitu gotong royong menggali tanah kental. Do’a yang dipanjatkan semua tujuan
untuk buka pandeman/tableg. akhirnya adalah kepada Allah Swt. Kalau dalam
praktikpraktiknya dengan menghadirkan
Acaranya biasanya diselenggarakan di shalawat dan pembacaan manaqib Syaikh
hamparan tanah terbukayang akan didirikan Abdul Qodir Jilani, hal itu sebagai ikhtiar
rumah dengan menggelar tikar secukupnya. dalam memperkuat komunikasi dengan Allah
Rentetan acara antara lain diawali pembukaan SWT melalui orang yang dicintaiNya yakni
dengan membaca surat al-Fatihah yang para Nabi dan para wali.
pahalanya disampaikan kepada Nabi terpilih,
Muhammad Saw, para sahabat, dan juga Terlihat juga dalam mengawali ritual buka
keluarganya. Juga disampaikan kepada para tableg didahului dengan doa-doa khusus serta
wali, ulama dan guru-guru yang telah wafat pembacaan Surat al-Fatihah yang ditujukan
yang berperan dalam menyampaikan ajaran kepada para Nabi, keluarga dan sahabatnya.
Islam masuk dalam diri yang punya hajat Juga ditujukan kepada para wali, para guru,
dan manusia pada umumnya. Hadiah surat serta para leluhur yang telah wafat, khususnya
al-Fatihah juga ditujukan secara khusus kepada orang tua, keluarga dan orang-orang
kepada orang tua, sanak saudara serta semua saleh (shālihin), serta kaum Muslimin dan
kaum Muslimin dan Muslimat yang telah Muslimat. Kesadaran ini menunjukkan bahwa
mendahului menghadap Sang Pencipta. ritual buka tableg sebagai momen untuk selalu
mengingat asal-usulnya (sangkan paraning
Setelah pembukan dengan hadlrah dumadi), dengan mengingat para leluhur
atau tawasul tersebut sudah lengkap, maka yang sudah meninggal sebagai isyarat rumah
dilanjutkan doa rasulan atau sebagian dengan hanyalah sebagai tempat singgah sementara.
pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Karena itu kesadaran dan niat yang bulat bahwa
Jilani. Doa rasulan memang doa khusus rumah sebagai media dalam memerankan
yang isinya banyak pujian-pujian terhadap diri sebagai hamba dan khalifatullah di bumi
Nabi Muhammad SAW atas kemuliaan dan menjadi fondasi dalam menempuh hidup di
keteladanannya sebagai wasilah dalam berdoa rumah baru yang akan dibangun itu.

64 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Maka ketika rumah sudah jadi, harus tetap
memiliki kesalehan sosial terutama kepada
kepada tetangga sebelah dengan selalu berbagi
kebaikan sebagaimana ketika buka tableg
juga berbagi dengan sedekah makan bersama
dan sambatan, gotong royong buka tableg.
Momentum buka tableg mengingatkan diri
betapa menusia sebagai makhluk sosial tidak
akan bisa hidup tanpa partisipasi orang lain.
Tetapi semakin kerja sama yang kuat maka
fondasi rumah juga akan kuat, sebagaimana
tableg yang terdiri dari pasir, batu, kapur, air
serta para tukang batu yang menyatu akhirnya
terciptalah fondasi rumah yang kokoh sehingga
membuat rumah nantinya tetap tegak berdiri
meskipun hujan, angin dan panas akan selalu
menerpanya. Inilah indahnya kebersamaan
dalam buka tableg.
[Nur said]

Sumber Bacaan
Endraswara, Suwardi, Prof. Dr., (2016). Falsafah Hidup
Jawa, Menggali Kebijakan dari Intisari Filsafat
Jawa. Yogyakarta: Cakrawala.
Said, Nur. (2012). Tradisi Pendidikan Karakter dalam
Keluarga, Tafsir Sosial Rumah Adat Kudus. Kudus:
Brillian Media Utama.
Santoso, Revianto Budi. (2000). Omah; Membaca Makna
Rumah Jawa, Yogyakarta: Bentang Budaya, 2000.
Sholikhin, Muhammad, KH. (2010). Ritual dan Tradisi
Islam Jawa. Yogyakarta: Narasi.
Triyanto. (2001). Makna Ruang & Penataannya dalam
Arsitektur Rumah Kudus.Semarang: Kelompok
Studi Mekar.

Teks Doa Rasul/Rasulan


Dokumen Nur Said

Edisi Budaya | 65
66 | Ensiklopedi Islam Nusantara
C
Cigawiran
Cium Tangan
Cigawiran
(Garut, Jawa Barat)

C
igawiran adalah seni tarik suara Islam mengasuh sebuah pesantren di sana. Raden
Nusantara yang berasal dari desa Hadji Djalari bukan hanya piawai dalam ilmu-
Cigawir, Garut, Jawa Barat (Sunda). ilmu agama Islam, tetapi juga mahir dalam
Tembang Cigawiran berbeda dengan tembang- kesenian Sunda, utamanya kesenian tembang.
tembang khas Sunda lainnya, seperti Cianjuran
Ia pun mulai menggunakan seni tembang
dan Ciawian, karena selain memiliki cengkok
Sunda sebagai sarana berdakwah, agar pesan-
dan karakter yang khas, Cigawiran juga sangat
pesan luhur ajaran agama Islam mudah diteri-
kental dengan nuansa Islaminya. Cigawiran
ma semua kalangan masyarakat Sunda. Pesan-
bisa dikatakan salah satu produk seni-budaya
pesan luhur ajaran agama Islam dituangkan
hasil akulturasi antara agama Islam dengan
dalam bentuk “guguritan” (puisi Sunda, atau
budaya lokal.
pupuh dalam tradisi Jawa) yang beraturan
Cigawiran menjadi jenis seni tembang dan dan sarat akan keluhuran nlai-nilai sastrawi.
budaya Islam Sunda yang unik karena berasal Syair-syair itu kemudian dilantunkan dengan
dan lahir dari rahim pesantren yang notabena suara yang indah dan nada yang khas. Maka
adalah basis utama perkembangan dakwah terciptalah tembang langgam Cigawiran yang
agama Islam di Nusantara. .masyhur itu
Dalam sejarahnya, tembang Cigawiran Selain menyampaikan pesan-pesan
dikembangkan oleh Raden Hadji Djalari pada luhur ajaran agama Islam, Cigawiran juga
tahun 1823 M. Beliau adalah salah seorang menyampaikan nilai-nilai budaya dan tata
ulama dari desa Cigawir, Garut, yang juga karama Sunda yang khas, petuah-petuah yang
berkaitan dengan aspek-aspek kebenaran
dalam kehidupan,
termasuk di dalamnya
tentang keindahan alam
Sunda yang tiada banding.
Pada perkembangannya,
tradisi Cigawiran kemudian
diteruskan, dilestarikan,
dan dikembangkan oleh
panerus H. Djalari dari
generasi ke generasi, mulai
dari Raden Hadji Abdullah
Usman, Raden Muhammad
Isa, hingga pada generasi
kontemporer yang diampu
Sumber: http://www.kangkamal.com/
oleh Raden Agus Gaos,

Edisi Budaya | 69
Raden Muhammad Amin dan Raden Iyet Aya naon di jerona
Dimyati. Sihoreng ujudna seni
Nu dicandak
Salah satu contoh dari syair tembang
Ku para alim ulama
Cigawiran adalah syair tembang “Bubuka Lagu
Ela-Ela” (Sinom); Tembang Sunda Cigawiran biasanya
dilantunkan oleh penembang lelaki atau
Bismillah wiwitan kedah
perempuan secara perorangan. Cigawiran
Muji ka Gusti Hyang Widi
dilantunkan dalam majlis pengajian, acara-
Salawat sinareng salam
acara keagamaan, atau bahkan perayaan
Mugi tetep ka kanjeng Nabi
upacara tradisional dan hajatan. Termasuk
Miwah ka sakumna jalmi
yang membedakan Cigawiran dengan tembang
Anu turut sarta tumut
Sunda lainnya, adalah Cigawiran dapat
Kana pilacak anjeuna
dinyanyikan secara berjamaah, yang biasanya
Kukuh pengkuh teu (tur?) gumingsir
dilakukan pada acara-acara pengajian.
Deungdeung mayeuh
Dugi ka poe kiamat Hingga saat ini, wilayah perkembangan
Cigawir ma’na nu asan (?) Cigawiran masih berada di sekitaran pesantren
Cai nu ngalir na gawir di Cigawir, dan belum meluas ke luar wilayah
Dugi ka yaumal jaza tersebut. Pesantren-pesantren di Cigawir lah
Mugi ulah saat deui yang menjadi media yang mewadahi, menjaga,
Urang sungsi tur pilari melestarikan, dan mengembangkan tradisi
Pibekeleun geusan hirup seni khas Islam Sunda-Nusantara ini.
[A. Ginanjar Sya’ban]

Bahan Bacaan:
Budiwati, D.S. 2003. Tembang Sunda Cigawiran: Sosialisasi Nilai-Nilai Budaya dan Fungsi Tembang Sunda Cigawiran
Pada Kehidupan Masyarakat Cigawir. Bandung. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia.
Cigawiran. Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Garut. www.pariwisata.garutkab.go.id
Rahmi, Isna Asri (2015). Rumpaka Tembang Pesantren Hariring Dangding Cigawiran Karya K.R. Iyet Dimyati: Kajian
Struktural dan Semiotik. Bandung. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia.

70 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Cium Tangan

B
udaya merupakan kristalisasi nilai dan
pola hidup yang dianut suatu komunitas.
Budaya tiap komunitas tumbuh dan
berkembang secara unik, karena perbedaan
pola hidup komunitas itu. Salah satu sumber
terbentuknya budaya dalam suatu komunitas
adalah agama. Sebagai agama mayoritas yang
dianut oleh bangsa Indonesia, sedikit banyak
ajaran Islam membentuk kebudayaan bangsa
Indonesia, salah satunya adalah tradisi cium
tangan.
Tradisi cium tangan lazim dilakukan
sebagai bentuk penghormatan dari seorang
anak kepada orang tua, dari seorang awam
kepada tokoh masyarakat atau agama, dari KH. Mustofa Bisri, salah satu kiai panutan
masyarakat Muslim di tanah Jawa.
seorang murid ke gurunya. Untuk yang terakhir Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017

ini menjadi trend tersendiri terlebih menjelang


dilaksanakannya ujian nasional (UN) di sekolah
atau madrasah. Tidak jelas dari mana tradisi
ini berasal, namun ada dugaan kebiasaan ungkapan permohonan maaf kepada orang
ini berasal dari pengaruh budaya Arab yang tua, dan meminta doa restunya.
tentunya berasal dari ajaran Islam. Di Eropa Di Indonesia, instensitas pelaksanaan
lama, dikenal tradisi cium tangan juga, tetapi majelis pengajian, ditambah ketokohan dan
sebagai penghormatan seorang pria terhadap keluasan ilmu pimpinan menjelis seperti kyai,
seorang wanita yang bermartabat sama atau ustaz, atau habib, lambat laun menimbulkan
lebih tinggi. Dalam agama Katolik Romawi, sikap hormat jamaah kepada pimpinan majelis.
cium tangan merupakan tradisi yang dilakukan Sikap hormat tersebut lahir dengan sendirinya
dari seorang umat kepada pimpinannya (Paus, sebagai sebagai bentuk hormat murid kepada
Kardinal). gurunya. Oleh karena itu praktik mencium
Di Indonesia, selain cium tangan dikenal tangan (muqbil) kepada para pimpinan majelis
juga tradisi sungkem. Tradisi sungkem lazim oleh jamaahnya bukanlah bentuk kultus
di kalangan masyarakat Jawa, tapi mungkin kepada manusia seperti yang dituduhkan
tidak lazim di suku lain. Sungkem dilakukan sebagian orang.
sebagai tanda bakti seorang anak kepada Majelis khotmil Qur’an Al-Hidayah di
orang tuanya, seorang murid kepada gurunya. Surakarta dalam buletinnya menyinggung
Sungkem biasa dilakukan jika seorang anak masalah ini ketika ada jamaah yang bertanya:
akan melangsungkan pernikahan, atau saat “Bagaimana pula hukum mencium tangan
hari raya Idul Fitri (bagi muslim), sebagai ulama?”

Edisi Budaya | 71
Dengan mengutip Hadis dalam Sunan Abi
Daud hadis no. 4548 dari Zari’ ra. Ketika beliau
menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais,
beliau berkata, “Kemudian kami bersegera
turun dari kendaraan kita, lalu kami mengecup
tangan dan kaki Nabi saw.”
Kalau mengecup tangan dan kaki Nabi
saw dianggap sebagai bentuk kultus dan itu
dilarang, tentu Nabi akan melarang para
sahabatnya mengecup tangan dan kaki beliau.
Sementara ulama merupakan pewaris para Tamu yang berkunjung mencium
tangan KH. Maimun Zubair Sarang.
Nabi, yang dengan ilmu dan akhlaknya umat Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017.

memberikan penghormatan kepada mereka,


salah satunya dengan mencium tangan mereka.
Teknik berjabat tangan secara umum diwali tangan Kyai ditarik sedikit ke atas agar dalam
dengan ucapan salam, kemudian maju sambil posisi yang tidak melebihi posisi rukuk tadi.
mengulurkan tangan, disertai engan wajah Tetapi tidak semua orang memahami teknik
berseri-seri dan senyum menyungging di seperti ini seperti orang awam, mereka hanya
sudut bibir. Menjabat tangan kawan dengan meniru amaliah yang dilakukan para santri
sekali ayun dan mantap itu tidak perlu diikuti tanpa mengetahui duduk persoalannya.
dengan mencium tangan kawan. Mencium Mereka mencium setiap tangan orang yang
tangan biasanya dilakukan kepada orang tua sudah lanjut, bolak-balik, dengan melebihi
atau kepada guru atau kepada orang saleh. batas rukuk.
Bagian yang dicium adalah telapak tangan
Dilarangnya mencium tangan melebihi
bagian luar, tetapi sebagian santri ada yang
batas rukuk alasannya karena tidak seorang
mencium bolak balik tangan kiainya. Alasan
pun pantas disembah kecuali Allah. Toleransi
yang dikemukakan adalah bagian di luar saja
berjabat tangan hanya sebatas mencium
dicium apalagi yang dalam. Maka cara yang
tangan dan itu hanya kepada orang tua dan
paling sempurna haruslah mencium luar
guru atau orang alim atau orang saleh. Hal
dalam.
ini berdasarkan: “disunahkan mencium tangan
Bila berjabat tangan, apalagi dalam posisi orang saleh, orang alim, orang zuhud” (HR.
mencium tangan tidak diperbolehkan melebihi Usamah bin Syuraih, Abu Dawud mengtakan
posisi orang yang sedang rukuk. Oleh karena itu sanadnya kuat. Usamah mengatakan: kami
jika seorang Kyai duduk, santri berdiri, supaya berdiri lalu mencium tangan Nabi).
tidak melebihi batas rukuk, santri hendaknya
[Ismail Yahya]
jongkok atau bila tidak memungkinkan maka

Sumber Bacaan
Novi Andari, Perbandingan Budaya Indonesia dan Jepang (Tinjauan Tradisi Penamaan dan Gerak Isyarat Tubuh), Jurnal
Parafrase Vol. 09, No. 02 September 2009, hlm. 27-28.
Majlis Khotmil Qur’an Al-Hidayah, Anda Bertanya Kami Menjawab II. Website: http://mkqalhidayah.co.cc
Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006), hlm. 214-216.

72 | Ensiklopedi Islam Nusantara


D
Dayah
Diniyah
Dungo
Dayah

D
ayah di Aceh merupakan sebutan mendiskusikan permasalahan-permasalahan
untuk lembaga pendidikan semacam yang timbul yang berkaitan dengan ajaran
pesantren di Jawa atau surau di Padang. Islam lazim disebut zawiyah. Dari zawiyah-
Secara bahasa, kata dayah diserap dari bahasa zawiyah semacam itu muncul lembaga
Arab zawiya yang berarti ‘sudut’, mengacu pendidikan di Aceh yang dinamakan Dayah.
pada tempat-tempat di sudut masjid Madinah Melalui lembaga ini Islam mengakar kuat di
sebagai pusat pendidikan dan dakwah Islam Aceh.
pada masa Nabi Muhammad saw. Kehadiran
Lembaga dayah diperkirakan telah ada
dayah sebagai lembaga pendidikan Islam dan
di Aceh pada sekitar tahun 840 M. (225 H.),
pengkaderan ulama di Indonesia diperkirakan
dimulai sejak Islam datang pertama kali ke
setua hadirnya Islam di Nusantara.
daerah tersebut. Sultan Karajaan Peureulak
mendirikan lembaga pendidikan Islam di Aceh
dengan mendatangkan para pengajar dari
Sejarah
Arab, Persia, dan Gujarat. Dayah ini disebut
Sejarah tumbuhnya dayah di Aceh erat Dayah Cot Kala, disandarkan kepada nama
kaitannya dengan perjalanan dakwah Islam di tokoh ulama yang memegang kendali dayah
daerah tersebut. Tome Pires mencatat bahwa tersebut, yaitu Teungku Chiek Muhammad
pada sekitar abad ke-14 di Samudra Pasei telah Amin (Teungku Chik Cot Kala).
terdapat kota-kota besar yang di dalamnya
Dayah Cot Kala pada masa itu telah
terdapat pula orang-orang yang berpendidikan.
menjadi pusat pendidikan Islam pertama
Hal ini diperkuat oleh Ibnu Batutah yang
di Asia Tenggara. Lembaga ini dipandang
menyebutkan bahwa pada saat itu Pasei sudah
berjasa dalam menyebarkan Islam dengan
merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara
banyaknya lulusan yang menjadi ulama
dan di sini banyak berkumpul ulama-ulama
dan pendakwah Islam ke berbagai penjuru
dari negeri-negeri Islam. Ibnu Batutah juga
kepulauan Nusantara. Dakwah ini merangsang
menyebutkan bahwa Sultan Malikul Zahir
lahirnya kerajaan-kerajaan Islam di berbagai
(1297-1326) adalah orang yang cinta kepada
daerah, seperti Kerajaan Islam Samudera
para ulama dan ilmu pengetahuan. Ketika
Pasai, Kerajaan Islam Benua, Kerajaan Islam
hari Jumat tiba, Sultan melaksanakan salat
Lingga, Kerajaan Islam Darussalam, dan
di Mesjid dengan mengenakan pakaian ulama
Kerajaan Islam Indra Jaya. Kerajaan-kerajaan
dan setelah itu mengadakan diskusi dengan
ini kemudian melebur pada awal abad ke-16
para ulama. Ulama-ulama terkenal pada waktu
menjadi Kerajaan Aceh Darussalam dengan
itu antara lain Amir Abdullah dari Delhi, Kadhi
raja pertama bernama Ali Mughayatsyah yang
Amir Said dari Shiraz, Tajuddin dari Isfahan.
memerintah pada 916-936 H./1511-1530 M.
Teungku Cot Mamplam dan Teungku Cot
Geureudong. Kehadiran Dayah Cot Kala kemudian diikuti
oleh dayah-dayah lainnya, antara lain Dayah
Perkumpulan (halaqah) semacam itu,
Seureuleu di Kerajaan Lingga (Aceh Tengah) di
yang dilakukan di sudut-sudut bagian masjid
bawah pimpinan Syekh Sirajuddin, didirikan
untuk menyampaikan ajaran Islam atau

Edisi Budaya | 75
antara tahun 1012-1059; Dayah Blang Peria 1) Dayah Tgk. Chiek Tanoh Abee, terletak
di Kerajaan Samudra Pasei (Aceh Utara) di di dekat Selimeum (Aceh Besar). Dayah
bawah Pimpinan Teungku Chiek Biang Peuria ini diperkirakan berdiri pada sekitar
(Teungku Ja’kob), didirikan antara tahun awal abad ke-19 oleh seorang ulama
1155-1233; Dayah Batu Karang di Kerajaan yang datang dari Bagdad, Syekh Idrus
Tamiyang di bawah pimpinan Teungku Ampon Bayan (Teungku Chiek Tanoh Abee), atas
Tuan; Dayah Lamkeneeun di Kerajaan Lamuria permintaan Sultan Muhammad Syah
Islam (Aceh Besar) di bawah pimpinan Teungku (1824-1836). Dayah ini termasuk Dayah
Syekh Abdullah Kan’an, didirikan antara tahun yang besar dan paling berpengaruh selama
1196-1225; Dayah Tanoh Abee juga di Aceh abad ke-19. Sampai sekarang daya yang
Besar, didirikan antara tahun 1823-1836. ini mempunyai khazanah yang lengkap
Selain itu juga ada Dayah Tiro di Pidie yang dengan buku-buku hasil karya para ulama
didirikan antara 1781-1795. terkenal masa lampau, ada di antaranya
yang berumur lebih 400 tahun.
Dengan dukungan sultan, lembaga-lembaga
pendidikan agama Islam terus menyebar 2) Dayah Tgk. Chiek Kuta Karang (Dayah
hingga ke daerah di pedalaman. Meunasah, Ulee Susu). Dayah ini diperkirakan berdiri
mesjid, rangkang dan dayah sebagai lembaga pada sekitar paruh kedua abad ke-19 oleh
pendidikan Islam di Samudra Pasei pada waktu Syekh Abbas Ibnu Muhammad (Teungku
itu telah memegang peranan penting dalam Chiek Kuta Karang) yang pada waktu itu
mencerdaskan rakyat ketika itu, sama halnya menjadi Kadi Malikul Adil Sultan Ibrahim
juga di kemudian hari pada masa kerajaan Mansyur Syah (1857 - 1870).
Aceh Darussalam.
3) Dayah Lam Birah. Dayah ini diperkirakan
Ketika Malaka ditaklukkan Portugis berdiri pada akhir abad ke-18 oleh dua
(tahun 1511 M), perkembagangan dayah di bersaudara yaitu: Ja Meuntroe dan
Aceh justru bertambah dengan hijrahnya Bendahara yang keduanya kemudian
beberapa ulama dan mubaligh Islam Malaka ke digelari dengan Teungku Chiek Lam Birah.
Aceh. Di sana mereka juga turut serta dalam Mereka hidup sekitar masa pemerintahan
menyiarakan agama Islam dengan mendirikan Sultan Johan Syah (1735-1960) dan masa
dayah. Kegiatan pendidikan Islam di Aceh pemerintahan Sultan Mahmud Syah atau
ini mengalami zaman keemasan pada masa Tuanku Raja (1760-1781). Setelah itu
Kerajaan Aceh Darussalam dipegang oleh selama abad ke-19 dayah ini dipimpin
Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Kemajuan oleh Teungku Chiek Cot Keupeung dan
pendidikan pada waktu itu ditandai oleh Teungku Chiek Lam Baro.
banyaknya ahli ilmu pengetahuan (ulama)
4) Dayah Lam Nyong. Dayah ini diperkirakan
yang berkumpul terutama di ibu kota kerajaan
berdiri pada masa pemerintahan Sultan
dan usaha pembangunan lembaga-lembaga
Mahmud Syah (1870-1874), didirikan
pendidikan di seluruh wilayah kerajaan. Di
oleh Teungku Syekh Abdussalam (Teungku
antara yang sangat masyhur adalah Syekh
Chiek Lam Nyong).
Nurrudin Arraniri, Syekh Ahmad Khatib
Langin, Syekh Syamsuddun al-Sumatrani, 5) Dayah Lam Krak. Dayah ini diperkirakan
Syekh Hamzah Fansuri, Syekh Abdur Rauf, dan berdiri masa pemerintahan Sultan
Syekh Burhanuddin yang kemudian menjadi Sulaiman Syah (1836-1857). Didirikan
ulama besar di Minangkabau. oleh Datu Muhammad (seorang pejabat
tinggi pemerintahan pada waktu itu).
Pembangunan dayah tidak hanya terjadi
pada masa kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam, 6) Dayah Lam Pucok di Aceh Besar. Dayah
tetapi juga pada masa kemundurannya (akhir ini diperkirakan berdiri pada waktu yang
abad ke-18 dan ke-19). Sejumlah dayah yang relatif bersamaan dengan pendirian Dayah
diperkirakan didirikan dan berkembang Lam Krak, yaitu pada masa pemerintahan
selama abad ini antara lain ialah: Sultan Sulaiman Syah (1836-1857).

76 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Didirikan oleh Teungku Muhammad Sa’ad lebih dikenal sebagai Teungku Chiek
(Teungku Chiek Lam Pucok). Pantee Geulima ialah anaknya Teungku
Chiek Haji Ismail. Selama perang ulama
7) Dayah Lam U di Aceh Besar. Dayah ini
ini turut aktif melawan Belanda dengan
diperkirakan berdiri relatif bersamaan
mengerahkan sebagian besar murid
dengan berdirinya Dayah Lam Nyong,
(santri)-nya ke medan pertempuran
yaitu pada masa pemerintahan Sultan
sampai ke Aceh Besar. Pada Februari
Mahmud Syah (1870-1874). Diridikan
1901 Teungku Chiek Haji Ismail gugur
oleh Teungku Syekh Umar (Teungku Chiek
dalam pertempuran mempertahankan
Di Lam U).
Kuta Batee Iliek (Samalanga) bersama
8) Dayah Rumpet di Kuala Daya, pantai dengan para ulama pemimpin dayah di
barat Aceh. Dayah ini diyakini masyarakat sekitar benteng pertahanan itu (antara
setempat telah berdiri sejak masa lain Teungku Chiek Lueng Keubeu dan
Poteumeureuhom Daya, salah seorang raja Teungku Chiek Kuta Glee).
yang terkenal Lamho Daya. Namun dayah
Selain itu masih ada sejumlah sejumlah
ini diperkirakan mencapai kemajuan
dayah lainnya yang didirikan dan/atau
selama abad ke-19, terutama pada masa
berkembang pada sekitar akhir abad ke-18
pimpinan Teungku Muhammad Yusuf
hingga awal abad ke-19, yaitu: Dayah Lam
(Teungku Chiek Di Rumpet).
Bhuk dan Dayah Krueng Kalee di Aceh Besar,
9) Dayah Teungku Chiek Di Tiro, terletak Dayah Meunasah Biang di Samalanga, serta
di daerah Pidie. Dayah ini merupakan beberapa Dayah di sekitar kuta pertahanan
salah satu dayah yang cukup terkenal di Batee Iliek yang memegang peranan penting
daerah IX Mukim Keumangan. Dayah selama perang Belanda, antara lain: Dayah Cot
ini mencapai kemajuan pesat pada masa Meurak dan Dayah Pulo Baroh di Aceh Utara.
Teungku Muhammad Saman atau yang
Selama perang kolonial Belanda, dayah
masyhur dengan sebutan Teungku Chiek
memegang peranan penting dalam pengerahan
Di Tiro (1836-1891), seorang ulama
tenaga pejuang (murid) ke medan pertempuran
penggerak Perang Sabi melawan Belanda
maupun dalam menumbuhkan semangat juang
yang sangat terkenal (sekarang telah
rakyat secara masal. Sejak Belanda menyatakan
diangkat sebagai Pahlawan nasional).
perang kepada Kesultanan Aceh pada tanggal
Sebelum kepemimpinannya, dayah ini
26 Maret 1873 keberadaan ulama dayah selalu
terdiri dari dua dayah yaitu:
menjadi ujung tombak dalam pertahanan
(1) Dayah Tiro Keumangan, dipimpin dan perlawanan. Contoh mencolok misalnya
oleh Teungku Dhiek Muhammad ketika agresi pertama Belanda ke Aceh pada
Amin atau yang dikenal juga dengan tahun 1873. Belanda mengalami kesulitan
sebutan Teungku Chiek Dayah Cut mengetahui letak keraton tempat kediaman
(guru Tgk. Muhammad Saman), dan sultan karena pusat perlawanan berasal dari
(2) Dayah Tiro Cumbok, berada di Masjid Raya di Kutaraja. Demikian kerasnya
sebelah Dayah Tiro Keumangan perlawanan sehingga masjid itu dianggap
dengan dibatasi oleh sungai. Dayah sebagai benteng keraton. Butuh waktu
ini dipimpin oleh Teungku Chiek Übet sekitar sepuluh bulan bagi Belanda untuk
(paman Tgk. Muhammad Saman). dapat benar-benar menguasai Masjid Raya
tersebut dari tangan kaum muslimin pejuang
10) Dayah Tgk. Chiek Pantee Geulima, di Aceh. Dengan telah dikuasainya Masjid Raya
Aceh Pidie. Dayah ini didirikan pada masa Kutaraja, pertahanan keraton pun semakin
pemerintahan Sultan Muhammad Syah lemah. Selanjutnya, hanya butuh 18 hari bagi
(1870-1874) oleh Teungku Chiek Pantee Belanda untuk dapat menguasai Keraton.
Ya’cob, seorang ulama yang dianggap
sebagai pengarang hikayat terkenal, Meskipun pada saat itu Belanda
Hikayat Malem Dagang. Namun yang memproklamirkan kejatuhan Aceh, tetapi

Edisi Budaya | 77
perjuangan para ulama dan santri dayah terus ulama - dengan menawarkan “pemerintahan
berlanjut, baik melalui gerilya maupun perang sendiri” bagi para uleebalang dengan cara
terbuka, yang berlangsung hingga sekitar korteverklaring (deklarasi singkat) pada tahun
tahun 1912. Peran ulama dayah benar-benar 1874. Cara ini menghasilkan hubungan yang
jelas terlihat setelah pemimpin-pemimpin tidak harmonis antara uleebalang dan ulama
pemerintahan adat, yaitu raja-raja kecil hingga memunculkan konflik berdarah di
yang disebut uleebalang makin banyak yang antara mereka pada selang beberapa waktu
mengakui kedaulatan Belanda, para pemimpin setelah Indonesia Merdeka.
agama tidak mengikuti langkah para pemimpin
Dengan cara tersebut Belanda berhasil
adat itu. Sebagian besar dari pemimpin agama
memecah belah persatuan rakyat Aceh
menempuh jalan meneruskan perlawanan
yang pada gilirannya menyebabkan konflik
bersenjata, bahu-membahu bersama-sama
berkepanjangan antara kelompok pendukung
dengan para uleebalang dan keluarga mereka
uleebalang dengan pendukung sultan. Di antara
yang anti Belanda untuk mengeluarkan
para uleebalang ada yang telah mempersiapkan
Belanda dari tanah Aceh.
deklarasi dan ada pula yang masih setia pada
Sejalan dengan itu muncullah tipe sultan. Dalam keadaan demikian, sultan
kepemimpinan kharismatik dari para ulama. mendapatkan dukungan yang sangat kuat
Rakyat Aceh yang sebagian terbesar adalah dari para ulama, mereka sangat anti terhadap
petani dan tidak semua sanggup mengikuti Belanda. Mereka memimpin perlawanan
pendidikan agama untuk mampu mendalami terhadap Belanda. Bersama para petinggi
kitab-kitab agama, menumpukkan harapan istana yang tetap setia kepada sultan, para
mereka kepada para ulama dan teungku- ulama ikut berperang dengan berlandaskan
teungku lainnya tidak saja sebagai orang yang ajaran agama. Dengan strategi gerilya mereka
dapat memberi petunjuk dan bimbingan terus berjuang menghalangi Belanda.
tentang bagaimana seharusnya bersikap dan
Selama perang kolonial Belanda,
bertindak dalam menghadapi agresi Belanda,
dayah memegang peranan penting dalam
tetapi juga sebagai orang yang mampu
pengerahan tenaga pejuang (murid) ke medan
menimba dari kitab suci al-Qur’än dan sunah
pertempuran maupun dalam menumbuhkan
Nabi dalam menghadapi krisis. Para ulama
semangat juang rakyat secara masal, terutama
tampil sebagai pemberi arahan dengan antara
melalui pembacaan Hikayat Perang Sabi di
lain menggubah hikayat perang sabil untuk
dayah-dayah, rangkang, meunasah dan mesjid;
mengerahkan rakyat dan mengumpulkan dana
dan bahkan ada dayah seperti dayah di sekitar
untuk melawan musuh.
Batee Iliek - yang langsung menjadi pusat
Pada bulan Desember 1877, misalnya, pertahanan. Karena itu tidak mengherankan
Teungku Muhammad Amin Dayah Cut Tiro apabila selama akhir abad ke-19 banyak dayah
menyerukan agar barang siapa yang yakin akan yang terbengkalai atau langsung diserang oleh
Allah dan Rasul-Nya hendaklah berperang tentara Belanda karena dianggap sebagai basis
sabil ke Aceh Besar. Rakyat dianjurkannya konsentrasi kekuatan pejuang rakyat.
untuk berpuasa tiga hari, membaca Qur’an
dan mengadakan kenduri, memberi sedekah
untuk menolak bala serta bertobat jika telah Perkembangan
melanggar syariat Islam. Peperangan dahsyat antara Aceh dan
Kegigihan para ulama dayah dalam bertahan Belanda yang terjadi hingga memasuki abad
atau melawan ketika kesultanan Aceh diserang ke-20 menyebabkan banyak tempat pengajian
Belanda digambarkan Amiruddin sbb: agama atau dayah yang digunakan sebagai
pusat kegiatan perlawanan luluh lantak. Hal
Dalam usaha mereka untuk menguasai
ini terjadi misalnya pada dayah di Lembada
Aceh, Belanda mencoba memisahkan kekuatan-
yang terbakar bersama koleksi kitabnya yang
kekuatan tradisional - sultan, uleebalang, dan
sangat banyak.

78 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Tidak banyak yang diketahui perihal dan Dayah Teupin Raya yang didirikan oleh
proses pendidikan dayah waktu itu, kecuali Teungku Chiek Teupin Raya sedang di Aceh
sebagai pusat motivasi sekaligus kekuatan Utara antara lain: Dayah Tanjungan, Dayah
perlawanan terhadap Belanda. Barulah setelah Mesjid Raya, Dayah Kuala Biang, Dayah Biang
perang rakyat semesta berhenti (lebih kurang Bladeh, Dayah Cot Meurak, Dayah Juli, Dayah
tahun 1904; meskipun perlawanan secara Pulo Kiton yang didirikan oleh Teungku Chiek
bergerilya tetap berlangsung) para ulama Pulo Kiton dan masih banyak lagi.
(Teungku Chiek) kembali memperhatikan
Di daerah Aceh Barat, selain dibangun
nasib pendidikan rakyat mereka. Dayah-dayah
kembali Dayah Rumpet oleh keturunan
dan rangkang yang selama ini ditinggalkan
Teungku Chiek Muhammad Yusuf, pada
kembali dibangun. Tampaknya, sejak waktu
perempatan pertama abad ke-20 juga didirikan
itu untuk menyebut dayah atau rangkang
beberapa pesantren. Di antaranya, yaitu di
kadang-kadang digunakan juga Pasantren
Ujung Kalak dan Biang Meulaboh; di Paya
sebagaimana di Jawa. Bahkan, di daerah Aceh
Lumpai Samatiga dipimpin oleh Teungku
Barat dan Selatan istilah ini lebih populer bila
Syekh Abu Bakar (sampai tahun 1936).
dibandingkan dengan dayah dan rangkang.
Sebelum membangun pesantren ini Syekh Abu
Dayah atau pesantren yang didirikan Bakar memperoleh pendidikan di Dayah Lam
atau dibangun kembali pada pertengahan Bhuk, Aceh Besar. Jumlah santri pada masing-
pertama abad ke-20, antara lain di Aceh masing pesantren tersebut dalam ukuran
Besar: Dayah Tanoh Abee, Dayah Lam Birah puluhan orang. Selain itu di Kuala Bhee Woyla
oleh Teungku H. Abbas (Teungku Chiek Lam terdapat juga pesantren di bawah pimpinan
Birah) sementara adiknya Teungku H. Jakfar Teungku Ahmad; di Peureumeu di bawah
(Teungku Chiek Lam Jabad) mendirikan pimpinan Teungku Ahmad; di Peureumbeu di
Dayah Jeureula; selanjutnya Dayah Lam bawah pimpinan Teungku Di Tuwi. Pesantren
Nyong, Dayah Lam U, Dayah Lam Bhuk, ini juga menampung santri adalah jumlah
Dayah Ulee Susu, Dayah Indrapuri didirikan puluhan orang.
oleh Teungku Chiek Indrapuri, Dayah Lam
Di daerah Aceh Selatan, sejak perempatan
Seunong oleh Teungku Chiek Lam Seunong,
pertama abad ke 20 juga berdiri beberapa
Dayah Ulee U oleh Teungku Chiek Ulee U,
dayah/pesantren. Di antaranya, Dayah Teungku
Dayah Krueng Kalee, Dayah Montasik. Dayah
Syekh Mud di Biang Pidie. Teungku Syekh Mud
Piyeurig, Dayah Lam Sie dan masih banyak
memperoleh pendidikan di Dayah Lam Bhuk
lagi. Sedang Teungku Fakinah, seorang pejuang
wanita, setelah berhenti berjuang pada tahun
1910, mendirikan Dayah Lam Diran sebagai
kelanjutan dayah neneknya di Lam Krak dan di
Lam Pucok. Suatu keistimewaan dari dayah ini
adalah, kepada santri wanita selain diajarkan
ilmu agama juga diajarkan berbagai jenis
ketrampilan, seperti menjahit, menyulam dan
sebagainya.
Di daerah Aceh Pidie dibangun kembali
atau didirikan dayah-dayah antara lain:
Dayah Tiro, Dayah Pantee Geulima, Dayah
Cot Plieng, Dayah Biang, Dayah Leupoh Raya,
Dayah Garot/Gampong Aree, Dayah Ie Leubeu
yang didirikan oleh Teungku Muhammad
Arsyad (Teungku Chiek Di Yan), Dayah
Meunasah Raya oleh Teungku Muhammad Dayah Umi Rawiyah.
Yusuf (Teungku Chiek Geulumpang Minyeuk) Sumber: http://www.wikiwand.com/ace/Dayah

Edisi Budaya | 79
dan Dayah Indrapuri, Aceh Besar. Setelah mereka mendirikan pesantren di kampung
kemerdekaan Dayah Teungku Syekh Mud halamannya.
bernama Pesantren Bustanul Huda. Di Suak
Setelah Indonesia merdeka lembaga-
Samadua berdiri pula pesantren dengan nama
lembaga pendidikan Islam tradisional di Aceh,
Islahul Umam di bawah pimpinan Teungku Abu
sebagaimana halnya di daerah-daerah lain,
dan Teungku M. Yasin. Di Terbangan berdiri
tampaknya dapat hidup dan berkembang
Pesantren Al-Muslim di bawah pimpinan
terus berdampingan dengan lembaga-lembaga
Teungku H. M. Di Tapaktuan berdiri Pesantren
pendidikan modern, seperti madrasah,
Al-Khairiyah di bawah pimpinan Teungku
sekolah dan sebagainya yang didirikan oleh
Zamzami Yahya dan Labuhan Haji berdiri
pemerintah dan badan-badan swasta lainnya.
pesantren yang juga disebut Al-Khairiyah; di
Pada era pembangunan, dayah/pasantren tetap
bawah pimpinan Teungku Mohammad Ali
difasilitasi untuk tumbuh dan berkembang.
Lampisang. Perlu dijelaskan ketiga pesantren
Sebagaimana layaknya pendidikan formal,
yang disebutkan terakhir kemudian sistemnya
pendidikan non-formal dayah/pesantren juga
diubah menjadi sistem madrasah (sistem
dilindungi dan diberi bantuan. Dalam kaitan
klasial), sehingga sejak saat itu pesantren
ini, pada tahun 1968, Presiden Soeharto hadir
tersebut tidak dapat lagi digolongkan ke dalam
meresmikan sebuah Dayah Teungku Chiek di
lembaga pendidikan tradisional. Semua tenaga
Kota Pelajar Mahasiswa Darussalam Banda
pengajar di pesantren-pesantren tersebut
Aceh yang diberi nama Dayan Teungku Chiek
memperoleh pendidikan di salah satu dayah/
Pante Kulu, diambil dari nama seorang ulama
pesantren yang terdapat di Aceh Besar. Bahkan
pejuang, pengarang Hikayat Perang Sabi,
Teungku Syekh Mud dan Teungku Mohammad
Teungku Haji Muhammad yang digelar dengan
Ali Lampisang sendiri berasal dari Aceh Besar.
Teungku Chiek Pante Kulu.
Selain itu, pada permulaan pendudukan
Dayah-dayah terus tumbuh dan
militer Jepang tahun 1942 di Aceh Selatan
berkembang dengan dinamikanya masing-
juga didirikan sebuah pasantren yang
masing. Kemampuan dan kesediaan dayah
sampai sekarang terkenal di seluruh Aceh,
untuk mengadopsi nilai-nilai baru akibat
yaitu: Pasantren Darussalam Labuhan Haji.
modernisasi, menjadikan dayah berkembang
Pasantren telah ini membuka sistem madrasah
dari yang tradisional ke modern. Beberapa
(sekolah), di samping jalur pendidikan
dayah, seperti telah disebutkan, mampu
tradisional dayah/pasantren. Sistem madrasah
bersaing di tengah kebutuhan zaman, tetapi
tetap mempelajari kitab-kitab sebagaimana
tidak sedikit pula justru tenggelam. Namun
dayah/pasantren. Tiga jenjang pendidikan
demikian, lembaga pendidikan dayah tetap
yang ditawarkan di Pasantren Darussalam,
terpelihara dengan sistemnya yang khas,
yaitu: tingkat Subiah (pendahuluan, 3
meskipun selalu saja ada perubahan untuk
tahun), tingkat Ibtidaiyah (dasar, 7 tahun),
mendukung eksistensinya.
dan tingkat Bustanul-Muhaqqiqin (mahir, 3
tahun). Sejak tahun 1968, jenjang pendidikan
tersebut mengalami perubahan, yaitu: tingkat Pembelajaran
Ibtidaiyah (4 tahun), Tsanawiyah (3 tahun),
Aliyah (3 tahun) dan Bustanul Muhaqqiqin (3 Pada dasarnya di Aceh terdapat dua jenis
tahun). Pada tahun pertama didirikan, dayah/ dayah, yaitu: dayah biasa dan dayah teungku
pesantren ini telah memiliki 60 santri dan 125 chiek. Dibedakan dengan dayah pada umumnya,
pengikut tarekat. Jumlah tersebut meningkat dayah teungku chiek dipimpin oleh oleh seorang
drastis pada 20 tahun berikutnya. Pada ulama besar. Teungku Chiek merupakan gelar
tahun 1962 jumlah santrinya mencapai 1839 bagi seorang ulama besar yang luas kajiannya
orang dengan pengikut tarikat 1900 orang. dalam berbagai cabang ilmu Islam. Hal ini
Lulusannya banyak yang telah menjadi ulama yang menyebabkan dayah teungku chiek
tersebar di hampir seluruh Aceh, bahkan ada dipandang memiliki kedudukan lebih tinggi
juga yang di luar daerah. Sebagian besar dari dibandingkan dayah-dayah lainnya, meskipun

80 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dayah yang lain juga tetap lebih tinggi tingkat seorang Teungku Chiek. Meskipun demikian,
pembelajarannya dibandingkan dengan di ada pula dayah yang menyediakan tiga jenjang
rangkang atau masjid. sekaligus, yaitu rangkang (tingkat dasar),
balee (tingkat menengah), dan dayah manyang
Dalam melaksanakan tugasnya pemimpin
(tingkat lanjut) sebagaimana telah berlangsung
dayah selalu dibantu oleh beberapa orang
sejak Kesultanan Aceh.
santri senior yang dipandang lebih luas
pengetahuannya. Guru bantu ini biasa disebut Dengan kata lain, mereka yang belajar di
Teungku di Rangkang, sedang pemimpin dayah -munkin juga di rangkang- biasanya
dayah itu sendiri disebut Teungku Di Balee adalah aneuk dara dan aneuk muda yang
(harus dibedakan dengan teungku balee yang telah memiliki dasar, setidaknya telah
statusnya sama dengan teungku meunasah). mampu membedakan huruf-huruf Arab yang
Dalam proses pembelajaran, teungku di merupakan modal dasar untuk keberhasilan
rangkang belajar pada teungku di balee; proses belajar mengajar di dayah. Karena di
sedangkan para santri yang baru datang dayah mereka akan belajar ilmu agama yang
mereka belajar pada teungku di rangkang. Di lebih luas dan lebih mendalam. Meskipun
samping itu para santri yang sudah agak lama demikian, hal ini tidak menutup kemungkinan
di sana, meskipun belum menjadi teungku di adanya ureung ciek, yaitu orang-orang dewasa
rangkang juga langsung belajar pada teungku yang telah berumur sekitar 25 tahun ke atas,
di balee. untuk menimba ilmu di sana. Demikian
juga tidak menutup kemungkinan adanya
Para santri dayah pada dasarnya tidak
orang yang sudah berkeluarga meninggalkan
dibatasi usia. Tetapi secara tradisional
keluarganya di gampong pergi merantau, yang
masyarakat Aceh mengenal tingkatan
disebut jak meudagang atau jak beut ke suatu
pembelajaran bagi usia-usia tertentu. Anak-
dayah teungku chiek untuk memperdalam
anak pada usia dini, baik aneuk miet ineung
ilmunya.
(anak wanita, umur sekitar 5—13/14 tahun)
juga aneuk miet agam (anak laki-laki, umur Kegiatan pembelajaran di dayah biasanya
sekitar 5-14/15 tahun) belajar di rumoh kepada berlangsung pada malam hari, yaitu setelah
Teungku di Rumoh, baik kepada Teungku salat Magrib, sekitar jam 19.30-22.00 WIB;
Inoung (wanita) ataupun kepada Teungku Agam kadang-kadang juga pada pagi hari setelah
(laki-laki), yaitu suami-isteri yang mendiami salat Subuh sampai jam 09.30 WIB dan sore
rumah tersebut. Setelah munculnya lembaga hari setelah salat Asar, sekitar jam 16.00
meunasah, anak laki-laki, baik anouk miet agam sampai pukul 17.30 WIB (waktu disesuaikan
ataupun aneuk muda pindah ke meunasah, dengan sekarang). Kegiatan belajar itu
belajar pada teungku meunasah; sedangkan berlangsung sepanjang minggu, kecuali malam
anak perempuan, baik anouk miet inoung Jumat yang umumnya digunakan untuk acara
maupun aneuk dara tetap belajar di rumoh pada kesenian yang bernafaskan Islam, seperti
teungku inoung yang biasanya adalah isteri qasidah, dalael, meureukon yaitu semacam
dari teungku meunasah. Di tempat tersebut diskusi kelompok membahas masalah agama;
mereka belajar dasar-dasar ilmu agama Islam, pesertanya dibagi dalam dua kelompok dan
khususnya membaca Alquran. Selain belajar tanya-jawab berlangsung dengan dilagukan
di Rumoh atau meunasah, di antara anak usia dan sebagainya.
dini juga ada yang belajar di mesjid. Beberapa
Di samping memperdalam Alquran dan
meunasah atau masjid juga mengadakan
bahasa Arab, mata pelajaran utama yang
pengajian umum rutin untuk pengenalan
diajarkan di lembaga pendidikan dayah
agama Islam lebih lanjut. Pendidikan Islam
meliputi berbagai cabang ilmu pengetahuan
selanjutnya, di tingkat menengah, adalah
Islam yang pada waktu itu sedang berkembang
Rangkang, gurunya disebut Teungku Di
di dunia Islam. Cabang-cabang ilmu
Rangkang. Barulah setelah itu mereka dapat
pengetahuan tersebut, antara lain ialah: ilmu
belajar di dayah teungku chiek di bawah asuhan
fiqh (hukum Islam), ilmu tafsir, ilmu hadits,

Edisi Budaya | 81
ilmu tasawuf, etika/akhlak, ilmu tauhid, rasa bertanggung jawab terhadap ilmu yang
ilmu mantiq (logika), ilmu hisab/astronomi dimiliki. Melalui metode itu para santri
dan masih banyak lagi. Kitab-kitab yang dayah diharapkan dapat termotivasi untuk
dipergunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu mengembangkan pengetahuannya, karena
itu semuanya dalam bahasa Arab, seperti untuk menurut tradisi dayah, pengetahuan seseorang
ilmu fiqh, kitab-kitab Bajuri, Matan Minhaj, diukur oleh jumlah buku yang telah dipelajari
Fathul mu’min, Fathul wahab, al-Mahalli dan dan kepada teungku dayah mana ia telah
lain-lain; untuk ilmu tafsir; Al-Jalalain, Shawi berguru.
dan lain-lain; sedang untuk ilmu tasawuf, kitab
standar yang dinilai cukup baik ialah kitab Ihya
‘ulumiddin karangan Imam Ghazali. Fungsi Sosial

Kitab-kitab klasik tersebut dipelajari Dayah merupakan lembaga otonom


secara berjenjang berdasarkan tingkatan yang bergerak di bidang pembelajaran dan
kelas keahlian. Pembelajaran dimulai dengan pendidikan agama. Sebagai lembaga otonom,
kitab-kitab yang sederhana, biasanya berupa dayah berada di bawah kendali penuh Sang
kitab jawoe (kitab Arab Melayu) kemudian Teungku Chik, baik pembangunan maupun
dilanjutkan dengan kitab-kitab yang lebih kegiatannya. Sebuah dayah pada dasarnya
tinggi atau mendalam isinya yang murni didirikan atas inisiatif ulama (Teungku atau
berbahasa Arab. Dengan demikian tingkatan Teungku Chiek), baik inisiatif itu muncul atas
suatu dayah sebenarnya dapat diketahui dari dorongan cita-citanya sendiri, maupun karena
jenis kitab-kitab yang diajarkan/dipelajari. permintaan uleebalang, imeum mukim,
atau pemuka masyarakat setempat yang
Pada masa perang kolonial Belanda di
menghendaki. Lahan yang digunakan untuk
Aceh, para santri yang sedang belajar di dayah,
membangun dayah berstatus wakaf, baik
selain belajar ilmu agama juga selalu dibekali
diberikan oleh masyarakat umum maupun
dengan semangat “ajaran perang sabi” sehingga
milik pribadi teungku pimpinan. Pada masa
pada waktunya kelak, setelah meninggalkan
lalu, masyarakat sekitar membantu aktif
rangkang atau dayah, mereka rela terjun ke
pembangunan fisik sarana dan prasarana
kancah peperangan untuk mempertahankan
dayah secara gotong royong dan memberikan
agama dan negara dari penjajahan kaphee
sebagian hasil pertanian mereka untuk
Belanda. Akan tetapi, pada zaman modern hal
mencukupi kebutuhan dayah. Atas dasar
ini sudah jarang dilakukan.
keterkaitan antara ulama dan masyarakat
Tuntutan zaman modern adalah itulah kehadiran dayah tidak dapat lepas dari
kemandirian. Lembaga dayah dituntut fungsi sosialnya bagi masyarakat.
mampu membina para santrinya untuk dapat
Nuraini menyebutkan adanya empat
membina diri dan berdiri sendiri agar tidak
fungsi signifikan dayah, yaitu sebagai: (1)
menggantungkan sesuatu kepada orang lain
pusat belajar agama dan cendekiawan, (2)
kecuali kepada Tuhan. Oleh sebab itu, para
benteng terhadap kekuatan melawan serangan
teungku dayah selalu menaruh perhatian dan
penjajah, (3) agen pembangunan, dan (4)
mengembangkan watak pendidikan. Murid
sekolah bagi masyarakat.
dididik sesuai dengan kemampuannya. Anak-
anak yang cerdas dan memiliki kelebihan 1) Dayah sebagai Pusat Belajar Agama dan
kemampuan dibandingkan yang lain, diberi Cendekiawan
perhatian istimewa dan selalu didorong Seperti telah diungkapkan, dayah
untuk mengembangkan diri. Untuk membina merupakan lembaga pendidikan pertama
kemandirian dan pengembangan diri itu, di Aceh. Lembaga ini telah banyak
metode pembelajaran pada kelas yang lebih dikunjungi oleh para cendekiawan yang
tinggi dapat dilakukan melalui diskusi atau kemudian tersohor pada zamannya.
berdebat (meudeubat). Metode ini dipandang Beberapa ulama terkemuka yang
efektif untuk membentuk kepribadian dan pernah belajar di Aceh antara lain Syekh

82 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Muhammad Yusuf al-Makkasari (1626- atau tidak sanggup menjalankan roda
1699), dari Makasar, Syekh Burhanuddin kepemimpinan. Tokoh ulama dayah yang
dari Minangkabau yang kemudian aktif melakukan perlawanan terhadap
menyebarkan Islam di Ulakan. Selain itu, Belanda ketika itu antara lain: Teungku
Daud al-Fatani dari Pattani (sekarang Abdul Wahab Tanoh Abee (Tgk. Chik
satu wilayah di Thailand), yang kemudian Tanoh Abee), Teungku Chik Dayah Cut,
dikenal di Mekkah sebagai Murid Teungku Muhammad Saman (Teungku
Muslim dari Asia Tenggara juga pernah Chik Di Tiro), Teungku Chik Kuta
mengunjungi Aceh sekitar tahun 1760-an. Karang, Teungku Dayah Krueng Kale,
Tgk. Chik Pante Kulu, dsb. Di samping
Sejak sejak Hamzah Fansuri sampai
seruan para ulama dayah secara lisan,
kedatangan Belanda, ada 13 ulama dayah
pembacaan Hikayat Prang Sabi di dayah-
yang menulis kitab; karya yang ditulis
dayah membangkitkan motivasi dari para
jumlahnya 114 kitab. Dari kitab-kitab
pasukan santri.
tersebut terdiri dari berbagai subjek,
seperti tasawuf, kalam, logika, filsafat, 3) Dayah sebagai Agen Pembangunan
fiqh, hadits, tafsir, akhlaq, sejarah, tauhid,
Pada kenyataannya dayah, khususnya di
astronomi, obat-obatan, dan masalah
era pembangunan saat ini, tidak hanya
lingkungan.
penting dalam pembinaan bidang agama.
2) Peran Dayah dalam Melawan Penetrasi Tuntutan dunia modern merupakan
Penjajah tantangan yang harus dihadapi lembaga
dayah. Untuk menghadapi tantangan
Pada saat perang Aceh melawan Belanda,
itu, saat ini dayah-dayah melengkapi
keterlibatan para ulama dayah dalam
lulusannya dengan berbagai keahlian
pertahanan dan perlawanan jelas terlihat.
praktis. Dalam hal ini, apa yang terjadi
Terlebih ketika banyak uleebalang
di Dayah Darussalihin Lam Ateuk, Aceh
yang memilih tunduk kepada Belanda
Besar, dapat dijadikan contoh. Para santri

Dayah MUDI Mesra berada di Desa Mideuen Jok,


Kemukiman Mesjid Raya Samalanga, Bireuen Aceh
Sumber: http://ulama-aceh.blogspot.co.id/

Edisi Budaya | 83
di sana dibekali keterampilan menjahit. 4) Dayah sebagai Sekolah bagi Masyarakat
Anak laki-laki diajarkan menjahit
Belajar di dayah tidak membutuhkan
kopiah sementara murid perempuan
banyak uang. Umumnya, dayah-dayah
diajarkan menjahit pakaian wanita.
tidak membebankan murid-murid
Di beberapa dayah, kegiatan koperasi
untuk membayar uang pendidikan.
juga digalakkan hal ini bertujuan untuk
Sebagaimana dilaporkan oleh Kustadi
membina kemandirian ekonomi santri.
Suhendang, 47 persen dayah-dayah
Hal semacam ini sebenarnya bukan hal
tidak memungut uang pendidikan; 20
baru, karena sebelum kedatangan Belanda
persen memberlakukannya, tetapi tidak
ke Aceh, beberapa ulama yang tamat dari
mewajibkan dengan jumlah tertentu.
dayah juga aktif dalam bidang ekonomi,
Bagi murid yang fakir miskin, dayah
khususnya bidang pertanian. Sebagai
dengan sendirinya menyediakan makan,
contoh, Teungku Chik di Pasi memimpin
yang diberikan oleh Teungku (pimpinan
masyarakat membangun sistem irigasi,
dayah) atau dari masyarakat yang selalu
seperti yang dilakukan oleh Tgk. Chik di
siap membantu. Mengajar dipandang
Bambi dan Tgk. Chik di Rebee. Demikian
sebagai ibadah, keadaan ini menjadikan
pula pada sekitar tahun 1963, Teungku
agak mudah bagi masyarakat untuk
Daud Beureueh menjadi motor penggerak
memperoleh kesempatan belajar. Sebagai
pembuatan jalan-jalan, pengadaan
guru, teungku bukan hanya bertanggung
jembatan, membangun jaringan irigasi
jawab dalam hal mengajar, namun juga
dan pembersihan irigasi yang telah lama.
berfungsi sebagai penasehat, pelatih,
Para ulama Dayah juga mempunyai
pembimbing dan penolong. Hubungan
kemampuan mendorong masyarakat
antara murid dan guru lebih pada
untuk berpartisipasi dalam proses
hubungan personal ketimbang hubungan
pembangunan yang dapat meningkatkan
birokrasi.
nilai-nilai kemanusiaan.
[A. Ginanjar Sya’ban]
Sumber Bacaan
Amirudin, “Ulama Dayah” dalam Dody S. Truna, dan Ismatu Ropi (ed.), Pranata Islam Di Indonesia. (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 2002).
Tim Peneliti DEPDIKBUD RI, Sejarah Pendidikan... (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984)
Amiruddin, The Response of The Ulama Dayah (McGill University, 1994), hlm. xx; Amirudin, op.cit.
Tome Pires, The Suma Oriental..., Vol I translated and edited by Armando Cortesao, Printed for the Hakluyt-Cociety,
London. 1944.
Ibnu Batuttah, Travel in Asia and Afrika, translated and edited by H.A. R. Gibb, George Routledge & Son, Ltd., London,
dst.; T. Iskandar, Aceh Dalam Lintasan Sejarah. Prasasaran pada Seminar Kebudayaan dalam rangka PKA II. Banda
Aceh 1972, hlm. x
Zainudin, Tarich Atjeh dan Nusantara (Medan: Pustaka Iskandar Muda, 1961), hlm. xx.; Bustamam-Ahmad, Islam Historis
(Yogyakarta: Galang Press, 2002)
Arnold, The Preaching of Islam (Jakarta: Widjaya, 1979)
Ali Hasjmy. “Pendidikan Islam... ”, Sinar Darussalam, no 63 (1975), hlm. x-x; lihat juga Tim Peneliti DEPDIKBUD RI,
op.cit.,
Tim Badan Pendidikan dan Pembinaan Dayah, Dayah: Sejak Sultan Hingga Sekarang. http://archive.is/bppd.acehprov.
go.id (Selasa, 08 Januari 2013 M | 26 Safar 1434 H) diakses melalui laman (xxxxx) pada September 2016.
Ali Hasjmy, op.cit., hlm. x-x; Tim Peneliti DEPDIKBUD RI, op.cit., hlm. 14; Lihat juga Snouck Hurgronje, Aceh: Rakyat dan
Adat Istiadatnya (Jakarta: INIS, 1997) II,.
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Indonesia, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1995),.
Muhammad Amin Dayah Cut Tiro pada Teungku di Dalam, 3 Zulkaedah 1294 [9 Desember 1877], Cod. Or.
Baihaqi, “Ulama dan Madrasah Aceh” dalam Taufik Abdullah (ed.), Agama dan Perubahan Sosial (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1996),
Ali Hasjmy, “Srikandi Teungku Fakinah,” Sinar Darussalam, no. 66, Pebruari 1976,; H.M. Zainuddin, Srikandi Atjeh,
Iskandar Muda, Medan, 1965;
Rusdi Sufi, Pandangan dan Sikap Ulama di Daerah Istimewa Aceh (Jakarta: LIPI, 1987),
Alyasa’ Abubakar, Manuskripsi Dayah Tanoh Abee: Kajian Keislaman di Aceh pada masa Kesultanan, Kajian Islam (Banda
Aceh: Ar-Ranirry Press, 2000)
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1999),
Nuraini, “Potret Islan Tradisional Dayah dan Ulama Aceh Abad ke-20 dalam Perspektif Sejarah”, Jurnal Mudarrisuna, vol.
4 No. 2 (Juli-Desember, 2014)

84 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Diniyah

K
ata diniyah berasal dari Bahasa arab kemudian berkembang, dengan lahirnya
yang berarti keagamaan, dari akar kata madrasah, PTAI (Perguruan Tinggi Agama
din yang memiliki arti; pasrah, tunduk, Islam), Madrasah Diniyah dan seterusnya.
patuh, tingkah laku, kebiasaan, kepercayaan,
tauhid, ibadah. Umumnya kata din bermakna
agama. Kata din dalam al-qur’an diulang Masa Awal
sebanyak 101 kali, dan memiliki makna yang Pendidikan keagamaan dalam tradisi Islam
bermacam-macam. Menurut Harun Nasution, memiliki model yang beragam, terlebih setelah
paling tidak ada empat unsur yang terkandung umat Islam yang hampir ada diseluruh penjuru
dalam agama yaitu; percaya terhadap dunia. Pendidikan keagamaan Islam memiliki
keagungan hal gaib, dengan percaya terhadap pola yang berbeda-beda, baik pendidikan yang
yang gaib manusia akan bahagia dunia akhirat, ada di berbagai wilayah. Model dan kurikulum
rasa takut terhadap hal gaib, dan menyakini pendidikan keagamaan yang berada di Arab
kesucian hal gaib. Menurut Atho Mudhar Saudi, bisa jadi berbeda dengan yang ada di
istilah “agama” dan “keagamaan” memiliki Iran, Turki, Mesir, Maroko, Tunis atau wilayah-
pemahaman yang berbeda. Kajian agama Islam wilayah yang lainnya, termasuk di Indonesia.
adalah kajian yang membahas agama Islam itu
sendiri, sedangkan kajian keagamaan Islam Madrasah telah muncul sebagai lembaga
meliputi seluruh kajian yang berhubungan Pendidikan di dunia sejak abad 11 M dan telah
dengan Islam, dan dapat didekati dari berbagai tumbuh berkembang pada masa kejayaan
aspek. Islam. Di antaranya yang terkenal adalah
Madrasah yang dibangun oleh perdana menteri
Penjelasan di atas, menunjukkan bahwa Nizham Al-Mulk, yang populer dengan nama
pengertian diniyah adalah pembahasan Madrasah Nizhamiyah. Pendirian Madrasah
tentang keagamaan dari berbagai aspek. Kata ini telah memperkaya khasana lembaga
diniyah dalam tradisi Indonesia, umumnya pendidikan di lingkungan masyarakat Islam,
bersandingan dengan istilah madrasah. Kata karena pada masa sebelumnya masyarakat
“madrasah” juga berasal dari bahasa Arab yang Islam hanya mengenal pendidikan tradisional
berarti tempat belajar. Kata “madrasah” berasal yang diselenggarakan di masjid-masjid, pada
dari akar kata “darasa” (telah belajar). Jadi saat itu Islam telah berkembang secara luas
pengertian madrasah diniyah adalah tempat dalam berbagai macam ilmu pengetahuan,
(lembaga pendidikan) yang mengkaji agama dengan berbagai macam aliran atau madzab
dari berbagai sudut pandang atau pendekatan. dan pemikirannya. Pembidangan ilmu
Pergeseran makna diniyah sebagai lembaga pengetahuan tersebut bukan hanya meliputi
pendidikan, akan terus berubah, seiring ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Al-
dengan perkembangan pendidikan keagamaan qur’an dan Hadis, tetapi juga bidang-bidang
yang ada di Indonesia. Pada awalnya filsafat, astronomi, kedokteran, matematika
pendidikan diniyah di Indonesia hanya dikenal dan ilmu kemasyarakatan. Lahirnya Madrasah
pada lembaga pendidikan Pondok Pesantren, di dunia Islam pada dasarnya merupakan

Edisi Budaya | 85
usaha pengembangan
dan penyempurnaan
zawiyah-zawiyah dalam
rangka menampung
pertumbuhan dan
perkembangan ilmu
pengetahuan dan jumlah
pelajar yang semakin
meningkat.
Pada abad ke 14
Ibnu Batuta pernah
menjadi guru hadis di
lembaga pendidikan
Siswa Madrasah Diniyah Nidhomiyah Putra, Kencong.
Al-Mansur di Baghdad. Sumber: ARRAHMAH.CO.ID

Pada masa Al-Maghrizi


di mushalla ‘Amr dibuka 8 kelas dalam bidang kedokteran, falaq, dan lain lain. Tradisi
ilmu fiqih. Pada abad ke 14 di Al-Azhar, banyak keilmuan di madrasah dapat dilihat dari tiga
lembaga pendidikan madrasah didirikan aspek. Pertama, aspek transformasi madrasah.
diantaranya di mushalla Al-Hakim. Madrasah Dilihat dari sisi keilmuan, ilmu yang diajarkan
Naysabur adalah lembaga pendidikan yang di madrasah masih merupakan kelanjutan
memfokuskan pada kajian fiqh Syafii. dari yang diselenggarakan di masjid. Kedua,
Salahuddin adalah raja yang pertama kali aspek aliran agama. Madrasah merupakan
memperkenalkan madrasah di Yerussalem. lembaga sunni atau aliran fiqh dan hadits dan
Beliau telah mendirikan 31 madrasah yang madrasah menolak filsafat dan mantiq Yunani
khusus kajian ilmu yang berkaitan dengan al- karena mantiq merupakan pintu menuju
qur’an dan al-hadist. Perkembangan lembaga filsafat dan kesesatan. Hal ini mengakibatkan
pendidikan madrasah di wilayah Spanyol, madrasah kurang memperhatikan ilmu-ilmu
Persia, dan Tunisia tergolong sangat banyak, yang berbasis logika dan filsafat kuat seperti
di antaranya madrasah al-Ma’rad, al-Saffarin, ilmu kimia, fisika, kedokteran dll. Apalagi
al-Halfa’iyyah, dan sebagainya. metode yang dominan di madrasah adalah
Pada perkembangan berikutnya yang iqra’ (ceramah) dan imla’ (dikte) sehingga
dipelopori oleh Dahhâk bin Muzâhim lebih merangsang budaya menghafal dari pada
berkembang pendidikan ke arah yang memahmi. Ketiga, Aspek politik pemerintah.
lebih sistematik, dan ditambahkan disiplin
pengetahuan yang lain. Pada waktu itu murid
Masa Perkembangan
beliau mencapai 3.000 siswa.
Lembaga pendidikan Islam di Indonesia
Pembelajaran di Madrasah yang paling
telah muncul dan berkembang seiring dengan
utama adalah kajian al-qur’an dan al-hadist,
masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia.
dengan dukungan bahasa Arab, serta kajian
Lembaga pendidikan Islam telah mengalami
kajian yang lain, di ataranya, ilmu yang
perkembangan jenjang dari jenisnya. Seirama
berkaitan dengan al-qur’an (tafsir, dan qira’ah
dengan perkembangan bangsa Indonesia
al-sabah), ilmu yang berkaitan dengan hadits
sejak masa kesultanan, masa penjajahan dan
(al-nasikh al-mansukh, dan musthalah hadits),
masa kemerdekaan. Perkembangan tersebut
kajian teologi, filsafat, fiqh, tasawuf, faraid.
telah mengubah pendidikan dari bentuk
Ilmui-lmu tersebut tergolong dalam ulum
tradisional menjadi lembaga pendidikan
naqliyah yang termaktub dalam Mukaddimanya
formal dengan landasan pendidikan nasional
Ibn Khaldun. Sedangkan yang tergolong
seperti Madrasah yang saat ini kita kenal
ulum aqkliyyah, yaitu; mantiq, aritmatika,
bersama, Madrasah merupakan fenomena
geometri, astronomi, musik, tarbiyyah,

86 | Ensiklopedi Islam Nusantara


modern yang muncul pada awal abad ke- 20 sangat bersifat lokal, pemberian pembelajaran
dengan sebutan mengaca kepada lembaga tidak seragam, sering tidak ujian untuk
pendidikan yang memberikan pelajaran mengetahui keberhaasilan siswa.
agama Islam tingkat dasar, menenga, dan atas.
Dengan demikian kehadiran Madrasah
Perkembangan lembaga pendidikan Islam
dalam perkembangannya penuh dinamika
merupakan reaksi terhadap faktor-faktor yang
yang sangat kompleks. Pendidikan Islam
berkembang dari luar lembaga pendidikan
setidaknya mempunyai latar belakang:
yang secara taradisional sudah ada, terutama
sejak munculnya pendidikan modern. 1. Sebagai manifestasi dan realisasi
Dengan kata lain perkembangan Madrasah pembaharuan sistem pendidikan Islam
adalah hasil tarik menarik antara pesantren 2. Usaha penyempurnaan terhadap sistem
sebagai lembaga pendidikan asli yang sudah pendidikan pesantren ke arah suatu sistem
ada dengan pendidikan modern. Madrasah pendidikan yang lebih memungkinkan
merupakan perkembangan lebih lanjut untuk menempuh jenjang yang lebih
dari pesantren, suatu lembaga pendidikan tinggi.
keagamaan yang konon bentuknya sudah
dikenal penduduk nusantara sejak zaman 3. Sebagai upaya menjembatani antara
hindu budha, di masa lalu pesantren hanya sistem pendidikan tradisional yang
mengajarkan pengetahuan agama. dilakukan pesantren dengan sistem
pendidikan modern.
Dengan perkembangan yang sangat
pesat, dalam hal ini pendidikan di Madrasah Menulusuri sejarah pertumbuhan dan
sudah seharusnya menjadi perioritas dalam perkembangannya, Madrasah ternyata
mencerdaskan pengembangan pengetahuan, tidak dapat dipisahkan dari perkembagan
dan mampu menghadapi tantangan zaman masyarakat atau tegasnya seluruh kehidupan
dan bangsa. Madrasah merupakan hasil masyarakat. Di antara aspek yang menonjol
perkembanan modern dari pendidikan dalam mempengharuhi perkembangan
pesantren. Menurut sejarah bahwa sebelum Madrasah itu sejak klasik ialah aspek politik
Belanda menjajah Indonesia, lembaga dan pemikiran. Hanon mengatakan bahwa
pendidikan Islam yang ada adalah pesantren Madrasah pada permulaan perkembangannya
yang memusatkan kegiatannya untuk merupakan lembanga pendidikan yang mandiri
mendidik siswanya untuk mendalami ilmu (swadana dan swakelola), tanpa bimbingan
agama. Ketika Belanda membutuhkan tenaga dan bantuan materil dari pemerintah. Kini
terampil untuk membantu administrasi Madrasah di Indonesia sudah mendapatkan
pemerintah jajahannya di Indonesia, maka perhatian pemerintah dan ditetapkan
diperkenalkannya jenis-jenis pendidikan sebagai model sumber pendidikan nasional.
yang berorientasi pada pekerjaan. Proklamasi Selanjutnya seiring dengan perkembangan
Kemerdekaan pada tahun 1945 ternyata zaman dan peta politik bangsa, Madrasah
melahirkan kebutuhan banyak tenaga pendidik dengan berbagai kebijakan pemerintah
yang terampil untuk menangani administrasi semakin mendapat pengakuan dan menempati
pemerintah dan untuk membangun negara posisi yang strategis karena peranannya dalam
dan bangsa. Untuk mengimbangi kemajuan mencerdaskan kehidupan bangsa (cerdas
zaman, di kalangan umat Islam, timbul intelektual cerdas emosional dan cedas
keinginan untuk memodernkan lembaga spiritual) terasa semakin dibutuhkan.
pendidikan mereka dengan pendidikan Madrasah Diniyah adalah salah satu
Madrasah. Perbedaan Madrasah dengan lembaga pendidikan keagamaan pada jalur
pesantren terletak pada sistem pendidikannya. luar sekolah yang diharapkan mampu secara
Madrasah menganut sistem pendidikan formal menerus memberikan pendidikan agama
dengan pemberian ujian yang terjadwal dan Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi
segala proses belajar seperti halnya sekolah. pada jalur sekolah yang diberikan melalui
Sedangkan pesantren dengan kurikulum yang sistem klasikal serta menerapkan jenjang

Edisi Budaya | 87
pendidikan yaitu: Madrasah Diniyah Awaliyah, lembaga-lembaga pendidikan agama, maka
dalam menyelenggarakan pendidikan agama penyelenggaraan Madrasah Diniyah mendapat
Islam tingkat dasar selama selama 4 tahun dan bimbingan dan bantuan Departemen Agama.
jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu; Dalam perkembangannya, Madrasah Diniyah
Madrasah Diniyah Wustho menyelenggarakan yang di dalamnya terdapat sejumlah mata
pendidikan agama Islam tingkat menengah pelajaran umum disebut Madrasah lbtidaiyah.
pertama sebagai pengembangan pengetahuan
yang diperoleh pada Madrasah Diniyah
Awaliyah, masa belajar selama selama 2 (dua) Jenis Pendidikan Diniyah
tahun dengan jumlah jam belajar 18 jam Pendidikan Diniyah (keagamaan) di
pelajaran seminggu; dan Madrasah Diniyah Indonesia ada beberapa macam, seperti;
Ulya, dalam menyelenggarakan pendidikan majlis ta’lim, pondok pesantren, madrasah,
agama Islam tingkat menengah atas dengan madrasah diniyah, perguruan tinggi dan
melanjutkan dan mengembangkan pendidikan univesitas di bawah naungan Kementrian
Madrasah Diniyah Wustho, masa belajar 2 Agama. Model pendidikan diniyah dilihat dari
(dua) tahun dengan jumlah jam belajar 18 jam diakuinya ijazah (syahadah) oleh pemerintah
per minggu. dapat dibagi menjadi dua.
Dalam perkembangan berikutnya, Pendidikan Keagamaan formal
pendidikan di Madrasah ini juga beradaptasi
dengan perkembangan zaman dan mengambil Pendidikan Keagamaan Formal adalah
bentuk-bentuk lembaga pendidikan modern. lembaga pendidikan keagamaan yang
Hal ini diperkuat dengan di undangkannya legalitas ijazahnya diakui oleh pemerintah
UU Sistem Pendidikan Nasional yang Indonesia. Model pendidikan ini, terdapat dua
ditindaklanjuti dengan disyahkannya PP No. macam yaitu; Pendidikan Keagamaan yang
55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama kurikulumnya diatur oleh pemerintah dan
dan keagamaan memang menjadi babak baru Pendidikan Keagamaan yang kurikulumnya
bagi dunia pendidikan agama dan keagamaan diatur sendiri.
di Indonesia, diakuinya adanya sekolah umum a) Pendidikan Keagamaan yang
yang berciri khas keagamaan yang merupakan kurikulumnya diatur pemerintah
pengakuan atas keberadaan Madrasah dan • Madrasah (Madrasah Ibtidaiyah,
sekolah Islam. Karena itu berarti negara telah Madrasah Tsanawiyah, dan
menyadari keanekaragaman model dan bentuk Madrasah Aliyah)
pendidikan yang ada di Indonesia. • Pendidikan Tinggi Agama Islam
Keberadaan peraturan perundangan (PTAI)
tersebut telah menjadi ”tongkat penopang” • Univesitas Islam (UI)
bagi Madrasah Diniyah. Karena selama b) Pendidikan Keagamaan yang
ini, penyelenggaraan pendidikan diniyah kurikulumnya diatur sendiri
ini tidak banyak diketahui bagaimana pola • Pondok Pesantren Mu’adalah
pengelolaannya. Tapi karakteristiknya (disamakan)
yang khas menjadikan pendidikan ini layak • Ma’had ‘Ali
untuk dimunculkan dan dipertahankan • Madrasah Diniyah
eksistensinya. Pendidikan Keagamaan non formal
Sebagian Madrasah Diniyah khususnya Pendidikan Keagamaan non-Formal adalah
yang didirikan oleh organisasi-organisasi lembaga pendidikan keagamaan yang legalitas
Islam, memakai nama Sekolah Islam, Islamic ijazahnya tidak diakui oleh pemerintah
School, Norma Islam dan sebagainya. Setelah Indonesia. Keterangan lebih lanjut mengenai
Indonesia merdeka dan berdiri Departemen Pendidikan Keagamaan Non Formal telah
Agama yang tugas utamanya mengurusi dijelaskan secara rinci dalam PP no. 55 tahun
pelayanan keagamaan termasuk pembinaan 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan

88 | Ensiklopedi Islam Nusantara


pasal 22 yaitu bahwa “Pendidikan diniyah Islam Nusantara.
nonformal diselenggarakan dalam bentuk
Pesantren bukan hanya sebagai pusat
pengajian kitab, Majelis Taklim, Pendidikan al-
lembaga pendidikan yang konsen dalam
Qur’an, Diniyah Takmiliyah, atau bentuk lain
mengkaji pengetahuan keagamaan (diniyah),
yang sejenis. Pendidikan diniyah nonformal
tetapi juga menjadi sumber pemahaman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
keagamaan masyarakat sekitarnya. Hubungan
berbentuk satuan pendidikan. Pendidikan
timbal balik antara pesantren dan masyarakat
diniyah nonformal yang berkembang menjadi
lambat laun tidak bisa dipisahkan dan saling
satuan pendidikan wajib mendapatkan izin
mempengarugi. Atas dasar ini, pesantren
dari kantor Departemen Agama Kabupaten/
merupakan bagian dari budaya setempat.
Kota setelah memenuhi ketentuan tentang
persyaratan pendirian satuan pendidikan”,
seperti; Kesimpulan
• Pondok Pesantren
• Majlis Ta’lim Diniyah (keagamaan) dalam tradisi
• Madrasah Diniyah Takmiliyah. pendidikan Islam memiliki pemahaman yang
luas, disebabkan seluruh pendidikan yang telah
berkembang sekarang dapat dihubungkan
Titik singgung Diniyah dengan Islam dengan agama. Universitas Islam Negeri
Nusantara Jakarta program pasca sarjana misalnya, telah
membuka studi Islam. Ia menyakini bahwa
Pendidikan Diniyah, kususnya pesantren
ajaran agama dapat dilihat dari berbagai aspek,
di Indonesia memiliki keunikan dari berbagai
termasuk dalam bidang pengetahuan. Hal
hal. Perkembangan tradisi keilmuan dan
ini menunjukkan bahwa pendidikan diniyah
pengetahuan Islam Nusantara tidak bisa
mengalami kemajuan yang luar biasa, yang
dilepaskan dari sejarah perkembangan
awalnya hanya mengkaji permasaalan ibadah
pensantren. Hal ini dapat kita lihat dalam
saja.
beberapa karya sarjana, yang konsen terhadap
perkembangan keilmuan dan pengetahuan [Ayatullah]

Sumber Bacaan
M. Dian Nafi’ dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren,
Sa’dullah Affandy, Menyoal Status Agama-Agama Pra Islam (Bandung: Mizan, 2015).
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspek, (Jakarta: UI Press, 2001), Jilid 1, 3.
H.M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)
Haidar Putra Dauly, Pendidikkan Islam dalam System Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta; Pranada Media, 2004),
Hasbullah, Sejarah Pendidikkan Islam Lintas Sejarah Perubahan dan Perkembangan, (Jakarta; LKiS, 2004),
Akmal Hawi, Otonomi Pendidikan dan Eksistensi Madrasah, Jurnal Madrasah dan Pendidikan Agama Islam Quantum No.1,
(Sulsel; MDC, 2006),
Abdurrahman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, (Jakarta: Grafindo Persada, 2004),
Ari Furchan, Tranformasi Pendidikan Islam Indonesia, (Bandung: CV. Bumi Aksara, 2005),
Departemen Agama, Sejarah Perkembangan Madarsah, (Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1998),
Asrori S. Karni, Etos Studi Kaum Santri: Wajah Baru Pendidikan Islam (Jakarta: PT Mizan Publika, 2009),
H. Amin Haedari, Transformasi Pesantren, (Jakarta: LekDis dan Media Nusantara, 2006),
Departemen Agama, Sejarah Perkembangan Madarsah, (Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1998),
30, Himpunan Perundang-Undangan, Standar Nasional Pendidikan, (Bandung: FokusMedia, 2008), 2. Lihat juga
Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
Affandi Mochtar, Pendidikan Islam; Tradisi Keilmuan dan Modernisasi, (Yogyakarta: Pustaka Isfahan, 2008),
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi, Esai-esai Pesantren, (Yogyakarta: LKiS, 2001),

Edisi Budaya | 89
Dungo

D
ungo (bahasa Jawa) berasal dari
kata do’a yang diambil dari bahasa
Arab yaitu al-du’a berarti memanggil,
mengundang, meminta tolong, memohon,
dan sebagainya. Do’a dalam al-Qur’an memiliki
banyak arti, diantaranya al-Nida’ (panggilan),
al-Thalab (permintaan), al-Qaul (perkataan/
ucapan), al-‘Ibadah (ibadah), al-Isti’anah
(minta pertolongan). Dungo dapat diartikan,
Illustrasi santri sedang berdoa.
permintaan seorang hamba kepada Tuhan. Sumber http://www.andikafm.com/news/detail/2036/1

Istilah Dungo berakar pada Bahasa Arab perubahan. Islam datang ke Nusantara dan
yaitu Do’a Istilah tersebut kemudian dijawakan mengubah tradisi dungo menjadi dungo yang
menjadi Dungo. Kata dungo dalam masyarakat bernafas Islam.
Islam Jawa memiliki kemiripan dengan kata
jampi. Dalam masyarakat Indramayu terdapat Datangnya tokoh Wali Songo di bumi
istilah “dungo sholat, dungo zakat, dungo Nusantara memiliki jasa besar dalam
puasa” atau “jampi sholat, jampi zakat, jampi mengislamkan Nusantara, khususnya Jawa.
puasa”, dan sebagainya. Persamaan makna dua Wali Songo memiliki metode dakwah dan
istilah itu, masih ditemukan sampai sekarang. pengajaran Islam yang unik, sehingga Islam
dengan cepat menyebar di belahan pelosok
Fungsi Dungo Nusantara. Wali Songo menyebarkan ajaran
Masyarakat Nusantara, khususnya Jawa Islam dengan tanpa membrangus tradisi yang
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, selalu ada di Nusantara. Mereka memberi ruh ajaran
mengaturkan do’a. Dungo memiliki beberapa Islam pada tradisi tersebut.
fungsi, di antaranya: Masyarakat Nusantara boleh melakukan
1. Sebagai bentuk penghambaan makhluk ritual mapag sri (ritual yang dilakukan
pada sang Khaliq2. Sebagai amal ibadah masyarakat Jawa menjelang musim tanam
3. Sebagai solusi dalam permasalahan dunia padi), tetapi ritual tersebut kemudian diisi
dan akhirat dengan dzikir dan tahlil bersama. Ketika
4. Sebagai media untuk meningkatkan salah satu keluarga hamil, masyarakat Jawa
dimensi spritual. biasanya mengadakan ritual, tetapi ritual itu
Titik singgung Istilah Dungo dengan tidak dihilangkan oleh Wali Songo, cuma ritual
Islam Nusantara itu diisi dengan membaca al-qur’an, biasanya
membaca surat Muhammad, al-Rahman,
Praktek dungo dalam masyarakat
Maryam, dan Yusuf.
Nusantara, sebelum datangnya Islam itu
memiliki dua bentuk: pertama, ritual dengan Tradisi yang dibangun Wali Songo masih
mengucapkan jampi; dan kedua, hanya dapat dijumpai hingga sekarang, khususnya
mengucapkan jampi. Dungo ditunjukkan dalam masyarakat Jawa.
pada roh nenek moyang dan dewa-dewa Sumber Bacaan
(dalam tradisi Hindu-Bhuda). Seiring dengan
Syukriadi Sambas dan Tata Sukayat, Epistimologi Doa,
berjalanya waktu, tradisi itu mengalami (Bandung: TPK Warois, 2002).

90 | Ensiklopedi Islam Nusantara


E
Ela-Ela dan Kolano Uci Sabea
Ela-Ela dan Kolano Uci Sabea
(Kesultanan Ternate)

K
esultanan Ternate adalah salah satu perayaan yang berbeda-beda.
kesultanan Islam tertua yang ada di
Salah satunya adalah yang dilakukan oleh
Nusantara wilayah timur. Kesultanan
masyarakat Muslim di Kesultanan Ternate.
tersebut berdiri sejak tahun 1257 M dan masih
Mereka menyambut, menyemarakkan, dan
eksis hingga saat ini. Selama berabad-abad
merayakan Malam Lailatul Qadar dengan
lamanya, kesultanan tersebut tumbuh dan
sebuah tradisi yang unik dan khas, yaitu “Ela-
berkembang sebagai kekuatan yang besar di
ela”.
kawasan timur Nusantara, termasuk menjadi
kekuatan politik dan ekonomi. Ela-ela sendiri dalam bahasa lokal Ternate
berarti “obor” atau “suluh”. Pada malam 27
Kesultanan Ternate juga mewariskan
Ramadhan yang diyakini sebagai Malam
khazanah dan identitas kebudayaan Islam
Lailatul Qadar, masyarakat Muslim Ternate
yang unik, kaya, dan khas. Di antara warisan
di pelbagai pelosok menggelar tradisi “Ela-
budaya dan tradisi keislaman khas Kesultanan
ela” untuk menyambut, menyemarakkan, dan
Ternate yang turun temurun dari dulu hingga
memeriahkan malam sakral tersebut.
kini adalah “Ela-ela” dan “Kolano Uci Sabea”.
Setiap rumah di Ternate, pada malam 27
Ramadhan, memasang obor di pekarangan
Ela-Ela rumah mereka dan menyalakannya, sebagai
ungkapan sambutan mereka akan datangnya
Ela-ela adalah sebuah festival rutin
Malam Lailatul Qadar yang disucikan dan
tahunan yang diselenggarakan untuk
diberkati. Pada malam tersebut seluruh
memeriahkan dan menyemarakkan Malam
perkampungan di Ternate tampak terang
Lailatul Qadar pada tanggal 27 Ramadhan.
benderang dan semarak oleh cahaya obor yang
Malam Lailatul Qadar adalah malam yang
menyala di setiap sudut.
istimewa sekaligu sakral dalam kepercayaan
umat Muslim, di mana malam tersebut Selain menyalakan obor di pekarangan
dikatakan dalam al-Qur’an sebagai malam masing-masing rumah, masyarakat
yang lebih baik dari seribu bulan, malam yang juga menggelar ritual bersama selepas
diberkati, ketika malaikat turun ke bumi, melaksanakan shalat tarawih berjamaah.
ketika doa-doa yang dipanjatkan oleh siapapun Selesai tarawih, masyarakat berkumpul di
akan didengar dan dikabulkan oleh Allah SWT. halaman masjid sambil melaksanakan do’a
bersama, sekaligus menggelar pengajian
Umat Muslim dianjurkan untuk
dan tausiah keagamaan yang disampaikan
merayakan malam yang istimewa dan sakral
oleh pemuka agama, di mana masyarakat
ini dengan memperbanyak ibadah, dzikir,
diingatkan untuk selalu menjaga ketakwaan
do’a, munajat, dan melakukan amal-amal
kepada Allah, mematuhi perintahNya dan
kebajikan lainnya. Seluruh umat Muslim
menjauhi laranganNya, senantiasa beramal
di pelbagai negeri di dunia, memperingati,
saleh, berbuat baik kepada sesama manusia
menyemarakkan, dan menyambut kedatangan
dan alam semesta, serta berpegang teguh pada
Malam Lailatul Qadar dengan berbagai macam
nilai-nilai luhur agama Islam.

Edisi Budaya | 93
di Masjid Agung Kesultanan Ternate. Sang
Sultan keluar untuk menemui rakyat sekaligus
bersilaturahim dengan mereka.
Dalam budaya Kesultanan Ternate, Sultan
melaksanakan “Kolano Uci Sabea” hanya 4
kali dalam setahun, yaitu pada malam tanggal
15 Ramadan (malam Qunut), malam ke-27
Ramadan (malam Ela-ela/Lailatul Qadr), Hari
Raya Idul Fitri, dan Hari Raya Idul Adha.
Namun, khusus untuk “Kulano Uci Sabea”
yang dilakukan pada malam “Ela-ela” atau
Malam Lailatul Qadar, ada nuansa yang khas
Setelah itu, masyarakat menggelar pawai
dan tersendiri.
obor mengelilingi kampung. Ratusan warga
ikut serta dalam pawai ini, mulai dari anak- Pada malam 27 Ramadhan, selepas
anak hingga orang tua. Hampir di setiap berbuka puasa menjelang waktu isya, Sultan
rumah warga di masing-masing kelurahan, keluar istana dengan disertai iring-iringan
terdapat ela-ela. Masing-masing rumah seluruh pembesar dan perangkat kesultanan.
menyediakan tiga sampai empat ela-ela, baik Sultan duduk di atas kursi tandu yang ditandu
yang terbuat dari bambu ataupun botol bekas oleh beberapa pengawalnya. Rombongan
minuman. Ela-ela yang disiapkan warga ini pengiring Sultan juga membawa umbul-umbul
untuk dinyalakan usai salat Tarawih. dan panji-panji kesultanan, dengan diiringi
alunan musik khas Kesultanan Ternate yang
Selama pawai, dalam perjalanan mereka
disebut “Cika Momo” dan dibunyikan dari
juga melantunkan shalawat kepada Nabi
seperangkat Gamelan pemberian Sunan
Muhammad, doa-doa kebaikan, dan juga puji-
Gresik.
pujian.
Rombongan iring-iringan Sultan tersebut
Pawai “Ela-ela” ini bukan hanya ajang bagi
melewati jalan menuju Masjid Agung
masyarakat untuk menyambut kedatangan
Kesultanan yang tak jauh dari istana, yang
Malam Lailatul Qadar semata, tetapi juga
di samping kanan-kiri jalan diterangi dengan
sebagai ajang silaturahim, saling berbagi,
obor “Ela-ela”, dan dipenuhi oleh barisan
mengaji, melantunkan shalawat kepada Nabi
masyarakat Ternate.
dan memanjatkan do’a bersama, mengingat
tradisi leluhur dan sejarah Islam di Ternate, Sultan dan rombongan istana lalu
sekaligus mengkampanyekan syiar Islam melaksanakan shalat isya dan tarawih
dengan festival khas yang sarat akan kearifan berjamaah di Masjid Agung Kesultanan yang
lokal. diimami oleh Imam Besar Kesultanan yang
sekaligus menjabat sebagai Qadhi dan Mufti
Kesultanan. Sultan duduk di barisan paling
Kolano Uci Sabea depan, tepat di belakang imam.
Berasamaan dengan perayaan “Ela-ela”, Masjid Agung Kesultanan dibangun pada
berlaku pula perayaan tradisi khas Islam tahun 1606 M, tepatnya saat masa-masa akhir
Kesultanan Ternate lainnya, yaitu “Kolano Uci kekuasaan Sultan Saidi Barakat Syah bin Sultan
Sabea”. Babullah Syah (memerintah pada tahun 1583-
“Kolano Uci Sabea” sendiri dalam bahasa 1606 M), yang dilanjutkan oleh puteranya,
lokal Ternate berarti “Raja (Kolano) Turun Sultan Muzaffar Syah bin Sultan Saidi Barakat
Shalat (Uci Sabea)”. Maksudnya, pada saat Syah (memerintah pada tahun 1607-1627 M).
itu, Sultan Ternate akan keluar dari istana Setelah pelaksanaan shalat tarawih
dan shalat berjamaah dengan masyarakat berjamaah, sang Sultan akan kembali ke istana

94 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dengan ditandu seperti ketika singgasana ruang utama (Foris Lamo) untuk
keberangkatannya ke masjid. Sementara, menerima rakyat yang hendak bersalaman dan
sebagian masyarakat ada yang melaksanakan bersungkeman dengan sang Sultan. Setelah
festival “Ela-ela” atau pawai obor. prosesi salaman dan sungkeman selesai,
Sultan akan menuju pendopo istana untuk
Di istana, Sultan bersama permaisuri
bersilaturahim dan makan bersama bersama
memanjatkan doa di area makam para leluhur.
rakyat.
Usai berdoa, sultan dan permaisuri duduk di
[A. Ginanjar Sya’ban]

Edisi Budaya | 95
96 | Ensiklopedi Islam Nusantara
F
Fida’
Fida’

F
ida’ ialah sebuah ritual keagamaan yang sudah datang, maka pelaksanaan fida’ akan
kebanyakan kegiatannya berisi doa- segera dimulai. Urutan bacaan yang dibaca
doa dan bacaan kalimat thayyibah. Fida’ adalah sebagai berikut:
menurut bahasa dari kata fidyah yang artinya
1. Tawasul kepada Nabi Muhammad SAW
tebusan. Akan tetapi dalam pengetahuan
ُ ‫ﻟﻤ ْﺼ َﻄﻰﻔ َﺳ�ْﺪﻧَﺎ ُﺤﻣَ َّﻤﺪ َﺻ َّﻰﻠ‬
‫اﷲ‬ ُ ْ ‫اﺠَ� ا‬ ّ ‫ﺮﻀ ِة‬ َ ْ ‫ﻰﻟ َﺣ‬ َ ‫ِا‬
umum fida’ ialah penebusan diri pribadi dari ٍ ِ ِ
api neraka. ِّ ٌ ْ َ َ َ ّ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ِ ِ ‫َﻋﻠَ�ْ ِﻪ َو َﺳﻠَّ َﻢ َو‬
‫ﺊ ِﺑ‬ �‫اﺟ ِﻪ واوﻻ ِدهِ وذ ِرﻳﺎﺗِﻪ ﺷ‬
ِ ‫ا� وازو‬
َ ْ َُ
Awal mula munculnya fida’ dilatarbelakangi ‫ﺎﺤﺗَﺔ‬ ِ ‫ﻟﻬ ُﻢ اﻟﻔ‬
oleh keyakinan dengan sebuah hadits Nabi
Muhammad saw yang menjelaskan tentang 2. Tawasul kepada para Nabi dan Rasul
tebusan kepada diri sendiri dari api neraka, kemudian membaca surat al-Fatihah
yang lebih terkenal dengan dengan sebutan sekali
fida’. َ ْ ‫ﻟﻤ ْﺮ َﺳﻠ‬ ُ ْ ‫ﻷﻧْﺒ�َﺎ ِء َوا‬ َ ْ َ َْ َ ْ َ َّ ُ
‫ﻦﻴ‬ ِ ِ ‫ات ِإﺧﻮاﻧِ ِﻪ ِﻣﻦ ا‬ ِ ‫ﻋﻢ ِاﻰﻟ ﺣﺮﻀ‬
َ ‫اﻟﺼ‬ َّ ‫ﻦﻴ َو‬ َ ْ ‫اﻟﺼﺎﺤﻟ‬ َّ ‫اﻟﺸ َﻬ َﺪا ِء َو‬ُّ َ َ ْ
‫ﺤﺎﺑَ ِﺔ‬ ‫َواﻻ ْو ِ�َﺎ ِء و‬
Fida’ atau Ataqoh sebagian menyebut
Syarwa adalah pengungkapan yang umum ِِ
َ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ ْ َّ َ
untuk bacaan berupa surat Al-Ikhlas atau ‫ﻟﻤﻼﺋِﻜ ِﺔ‬ ‫ﻤﺟ� ِﻊ ا‬ ِ ‫واﺤﻛﺎﺑِ ِﻌﻦﻴ واﻟﻌﻠﻤﺎ ِء اﻟﻌﺎ ِﻣ ِﻠﻦﻴ و‬
tasbih atau tahlil atau yang lain dalam bilangan
‫ﺎن‬ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ِّ َ َ َ َ
ٰ ‫ﺧﺼ ْﻮﺻﺎ ً ِا‬ُ ‫ﻦﻴ‬ َ ْ ‫ﻟﻤ َﻘ َّﺮﺑ‬ ُ ْ‫ا‬
tertentu dengan harapan Allah membebaskan ِ ‫ﻲﻟ ﺣﺮﻀ ِة ﺳ�ﺪﻧﺎ وﻣﻮﺠﺎ ﺳﻠﻄ‬ ِ
ُ‫ﺮﺳه‬ َّ ‫ﻼ� ﻗَ َّﺪ َس اﷲ‬ َ َْ َ ْ ْ َ ْ َّ َ َْ ْ
dari neraka terhadap orang yang membaca, ِ ِ �‫اﻻو ِ�ﺎ ِء اﻟﺸ� ِﺦ ﻗﺒ ِﺪاﻟﻘﺎ ِد ِر اﺠﻟ‬
atau orang mati yang dibacakan amalan fida’
‫ﻦﻴ‬َ ْ ‫اﻟْ َﻌﺰﻳْﺰ ﺛﻢ اﻰﻟ ﻤﺟ�ﻊ ا َ ْﻫﻞ اﻟْ ُﻘﺒُ ْﻮر ﻣ َﻦ اﻟ ْ ُﻤ ْﺴﻠﻤ‬
ini. Sekarang ini sering dijumpai amalan fida’ ِِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َ َ ْ ُ َْ َْ ْ ُْ َ َ ْ ُْ َ
yang dilakukan di Jawa pada hari ketujuh ‫ﺎرق‬ ِ ‫ﺎت ِﻣﻦ ﻣﺸ‬ ِ ‫ﺎت واﻟﻤﺆ ِﻣ ِﻨﻦﻴ واﻟﻤﺆ ِﻣﻨ‬ ِ ‫واﻟﻤﺴ ِﻠﻤ‬
َ ََْ َ َ َْ َ َ َّ َّ َ َ َ ْ
‫اح اﺑَﺎﺋِﻨَﺎ‬ ِ ‫اﻻ ْر ِض ِاﻰﻟ ﻣﻐ ِﺮﺑِ ِﻬﺎ ﺑ ِﺮﻫﺎ وﺤﺑ ِﺮﻫﺎ و ِاﻰﻟ ارو‬
atau hari pertama dari wafatnya seseorang,
utamanya bagi pengamal tarekat.
َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ َ َّ ُ
Tujuan utama dari kegiatan fida’ ini ‫ﺎﺨﻳﻨَﺎ َوﻣﺸﺎ�ِ ِﺦ‬ ِ ِ ‫َواﻣﻬﺎﺗِﻨﺎ َواﺟﺪا ِدﻧﺎ َوﺟﺪاﺗِﻨﺎ َوﻣﺸ‬
َ ْ َ ّٰ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
ialah untuk penebusan dosa atau memohon .‫ﺎﺤﺗﺔ‬ِ ‫ﺑ ﻬﻟ ُﻢ اﻟﻔ‬ ِ ِ ‫ﺎﺨﻳﻨﺎ واﺳﺎﺗِﺬاﺗِﻨﺎﺷ�ﺊ‬ ِ ِ ‫ﻣﺸ‬
ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa
yang dilakukan semasa hidup. Sama sepertinya 3. Membaca Istigfar sebanyak 7 kali
ْ َ ُ ََْْ
‫اﷲ اﻟ َﻌ ِﻈ�ْﻢ‬
pelaksanaan tahlil, fida’ secara sosial juga
dimaksdukan untuk selalu menjalin ukhuwah
‫أﺳﺘﻐ ِﻔﺮ‬
Islamiyah dan syiar agama Islam. 4. Membaca Shalawat sebanyak 7 kali
ُ َ َ ِّ ِّ ّ
‫اﻟﻠ ُﻬ َّﻢ َﺻﻞ َو َﺳﻠ ْﻢ َﺒﻟ َﺳ�ِّ ِﺪﻧﺎ ﺤﻣ َّﻤ ٍﺪ‬
Tahap-tahap pelaksanaan Fida’
5. Membaca Shalawat kamaliyah 7 kali
Dalam pelaksanaan zikir fida’ secara teknis
ُ
ialah setelah melaksanakan shalat magrib, �� ‫اﻢﻬﻠﻟ ﺻﻞ وﺳﻠﻢ وﺑﺎرك ﺒﻟ ﺳ�ﺪﻧﺎ ﺤﻣﻤﺪ وﺒﻟ‬
seluruh jamaah fida’ berkumpul di mushalla,
�‫ﻛﻤﺎ ﻻﻧﻬﺎ�ﺔ ﻟﻜﻤﺎﻟﻚ ﻋﺪد ﻛﻤﺎ‬
jika ustaz atau kyai yang biasa memimpin

Edisi Budaya | 99
‫‪6.‬‬ ‫‪Membaca La ilaha illallah sebanyak 1000‬‬ ‫َ ْ ُ َ َّ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َ‬
‫ﺮﺼﻧﺎ‬ ‫واﻗﻒ ﻗﻨﺎ واﻏ ِﻔﺮ ﺠﺎ وارﻤﺣﻨﺎ أﻧﺖ ﻣﻮﻻﻧﺎ ﻓﺎﻧ‬
‫‪kali‬‬ ‫َ َ َّ َ َ ُ ْ ُ ُ َ َ َ ْ َ ْ‬ ‫َْ‬ ‫َ َْ‬
‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َﺒﻟ اﻟﻘ ْﻮمِ اﻟﺎﻜﻓِ ِﺮﻳﻦ‪ .‬رﺑﻨﺎ ﻻ ﺗ ِﺰغ ﻗﻠﻮﺑﻨﺎ ﻧﻌﺪ ِإذ‬
‫ﻻ ِإ َ� ِإﻻ اﷲ‬ ‫ﺖ اﻟ ْ َﻮ َّﻫ ُ‬ ‫ﻚ أَﻧ ْ َ‬
‫َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ ْ َ ً َّ َ‬
‫ﺎب‪.‬‬ ‫ﻫﺪ�ﺘﻨﺎ وﻫﺐ ﺠﺎ ِﻣﻦ �ﻧﻚ رﻤﺣﺔ ِإﻧ‬
‫‪7.‬‬ ‫‪Doa‬‬ ‫ً‬
‫اﺿ�َﺔ‬ ‫َ ِّ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َّ ُ َ َّ ْ ُ ْ ُ ْ َ َّ ُ ْ‬
‫�ﺎﻛﻓﺘﻬﺎ اﺠﻔﺲ اﻟﻤﻄﻤﺌِﻨﺔ ار ِﺟ ِﻲﻌ إِﻰﻟ رﺑ ِﻚ ر ِ‬
‫اﻟﺮﺟ�ْﻢ ‪ ِۢ .‬اﻟﻞ َّ‬ ‫اﻟﺸ�ْ َﻄﺎن َّ‬ ‫َ َّ‬ ‫َ ُُْ‬ ‫َّ‬ ‫ْ ُ‬ ‫ً َ ْ ُ‬
‫اﻟﺮ ِﻤﺣﻦ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺎﺑ‬ ‫أﻋﻮ ِ‬
‫ﺑ‬ ‫ذ‬ ‫َﻣ ْﺮ ِﺿ َّ�ﺔ ﻓﺎدﺧ ِﻲﻠ ِﻲﻓ ِﻋﺒَﺎ ِدي َوادﺧ ِﻲﻠ َﺟﻨ ِﻲﺘ‪َ .‬ر َّﺑﻨَﺎ‬
‫َّ‬ ‫ﻟﻌﺎﻟﻤ ْﻦﻴ ‪ً .‬‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ْ ُ ِّ َ ِّ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ﻤﺣﺪا اﻟﺸﺎ ِﻛ ِﺮﻳْ َﻦ‬ ‫اﻟﺮ ِﺣ� ِﻢ ‪ .‬اﺤﻟْﻤﺪ ِﺑ رب ا ِ‬
‫َّ ْ‬ ‫َ‬ ‫�ﻦ َﺳﺒَ ُﻘﻮﻧَﺎ ﺑ ْ َ‬ ‫ا� َ‬ ‫ْ ْ َ َ َ ْ َ َّ‬
‫ﺎن َوﻻ‬ ‫ﺎﻹ�ﻤ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ﻹﺧ َﻮاﻧِﻨﺎ ِ‬ ‫اﻏ ِﻔﺮ ﺠﺎ و ِ ِ‬
‫ﺊ َﻣ ِﺰﻳْ َﺪه ‪.‬‬ ‫ﻜﺎﻓ ُ‬ ‫ََُ َُ َ‬
‫�ﻮ ِاﻲﻓ ﻧِﻌﻤﻪ وﻳ‬ ‫ﻦﻴ‪َ ،‬ﻤﺣْ ًﺪا َ‬ ‫اﺠﺎﻋﻤ ْ َ‬ ‫ﻤﺣﺪا َّ‬ ‫ً‬ ‫ُ ُ َ ًّ َّ َ َ ُ َ َّ َ َّ َ َ ُ ٌ‬ ‫ََْْ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ﺜ�ﻦ آﻣﻨﻮا رﺑﻨﺎ ِإﻧﻚ رءوف‬ ‫ﺠﺗﻌﻞ ِﻲﻓ ﻗﻠﻮﺑِﻨﺎ ِﻏﻼ ﻟ ِ ِ‬
‫َ ْ َ‬ ‫ﻤﻤ ُﺪ َﻛ َﻤﺎ �ﻨْﺒَ ْ‬ ‫َ َ َ َ َ ْ‬ ‫َ َ َُْ‬
‫ﻲﻐ ﺠﻟَﻼ ِل َوﺟ ِﻬﻚ َو َﻋ ِﻈ�ْ ِﻢ‬ ‫اﺤﻟ ْ‬ ‫ْ َ َْ َ َ َ‬
‫ِ‬ ‫�ﺎ رﺑﻨﺎ ﻟﻚ‬ ‫�ﻢ‪َ .‬ر َّﺑﻨَﺎ ﻇﻠ ْﻤﻨَﺎ أﻏﻔ َﺴﻨَﺎ َوإِن ﻟ ْﻢ ﻳﻐ ِﻔ ْﺮ ﺠَﺎ َوﺗ ْﺮﻤﺣْﻨَﺎ‬ ‫َرﺣ ٌ‬
‫ِ‬
‫َّ‬ ‫ُ ْ َ َ َ ّ ُ َّ َ ِّ َ َ ِّ ْ َ َ َ ِّ َ ُ‬ ‫ُّ ْ َ َ َ َ ً‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫َﺠَﻜﻮﻏﻦ ِﻣ َﻦ اﺨﻟﺎﺮﺳ َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫ﺳﻠﻄﺎﻧِﻚ ‪.‬أﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ وﺳﻠﻢ ﺒﻟ ﺳ� ِﺪﻧﺎ ﺤﻣﻤ ٍﺪ ِﻲﻓ‬ ‫ﻳﻦ‪ .‬رﺑﻨﺎ آﺗِﻨﺎ ِﻲﻓ ا�ﻏ�ﺎ ﺣﺴﻨﺔ‬
‫ْ‬ ‫ْ َ َّ ْ َ َ َ ِّ َ َ ِّ ْ َ َ‬ ‫ِ ِ‬
‫ﻷﺧ ِﺮﻳْ َﻦ‪.‬‬ ‫ا‬ ‫ﻲﻓ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺒﻟ َﺳ�ِّﺪﻧﺎ َ ُﺤﻣ َّ‬
‫ﻤ‬ ‫اﻷو ِﻟﻦﻴ ‪ .‬وﺻﻞ وﺳﻠﻢ‬ ‫َ ْ َ َ َ َ ً َ َ َ َ َ َّ َ َ َّ ُ َ َ‬
‫ِ‬ ‫ٍ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺎر‪ .‬وﺻﻰﻠ اﺑ ﺒﻟ‬ ‫و ِ� ا� ِﺧﺮ ِة ﺣﺴﻨﺔ وﻗِﻨﺎ ﻋﺬاب اﺠ ِ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ِّ‬ ‫ُ‬ ‫ُ َّ‬ ‫َ‬ ‫َ ِّ َ ِّ ْ َ َ َ ِّ‬ ‫َ َ ْ َ ََ َ ََ َ ُ ْ َ َ‬
‫َّ‬
‫ﺖ َو ِﺣﻦﻴ‪.‬‬ ‫َوﺻﻞ َوﺳﻠﻢ ﺒﻟ ﺳ� ِﺪﻧﺎ ﺤﻣﻤ ٍﺪ ِﻲﻓ ﻞﻛ َوﻗ ٍ‬ ‫ﺤﺎن‬ ‫آ� وﺻﺤ ِﺒ ِﻪ وﺑﺎرك وﺳﻠﻢ ‪ .‬ﺳﺒ‬
‫َ ِّ َ ُ َّ َ َ‬
‫ﺳ� ِﺪﻧﺎ ﺤﻣﻤ ٍﺪ َوﺒﻟ ِ ِ‬
‫ْ َ َْ َ‬ ‫َ ُ‬ ‫ِّ َ‬ ‫ِّ‬
‫َو َﺻﻞ َو َﺳﻠ ْﻢ َﺒﻟ َﺳ�ِّ ِﺪﻧﺎ ﺤﻣ َّﻤ ٍﺪ ِﻲﻓ اﻤﻟﻼء اﻷﺒﻟ إِﻲﻟ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ ْ‬ ‫ُ َ‬ ‫َ‬
‫َر ِّﺑﻚ َر ِّب اﻟ ِﻌ َّﺰ ِة ﻗ َّﻤﺎ �َ ِﺼﻔ ْﻮن َو َﺳﻼ ٌم َﺒﻟ اﻟ ُﻤ ْﺮ َﺳ ِﻠﻦﻴ‬
‫ْ‬ ‫َ‬
‫ْ‬
‫ا�� ْ ِﻦ ‪.‬‬ ‫�ﻮمِ ِّ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ ْ‬
‫َواﺤﻟ ْﻤ ُﺪ ﺑ ِ َر ِّب اﻟ َﻌﺎﻟ ِﻤﻦﻴ‪.‬‬
‫ْ‬
‫أن‬ ‫َ ّ ُ َّ ْ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ ُ َ ْ ُ ْ‬
‫أﻟﻠﻬﻢ اﺟﻌﻞ وأو ِﺻﻞ ﺛﻮاب ﻣﺎ ﻗﺮأﻧﺎه ِﻣﻦ اﻟﻘﺮ ِ‬ ‫‪Tata cara pelaksanaan zikir fida’ sama‬‬

‫اﺑ‪َ ،‬و َﻣﺎ‬ ‫ﻻ إ َ� إﻻ ُ‬ ‫َ َ َ َّ ْ َ ُ ْ َ ْ َ‬ ‫َْ‬ ‫‪dengan pelaksanaan tahlil pada umumnya.‬‬


‫�ﻢ ‪ .‬وﻣﺎ ﻫﻠﻠﻨﺎه ِﻣﻦ ﻗﻮ ِل ِ ِ‬ ‫اﻟﻌ ِﻈ ِ‬ ‫‪Bacaan yang dibacanya pun hampir tidak ada‬‬
‫َّ‬ ‫َ َّ ْ َ ُ ْ ْ ُ ْ َ َ‬
‫ﺤﺎن اﺑ ِ َو ِﺤﺑ ْﻤ ِﺪهِ‪َ ،‬و َﻣﺎ َﺻﻠ�ْﻨَ ُﺎه‬ ‫ﺳﺒﺤﻨﺎه ِﻣﻦ ﻗﻮ ِل ﺳﺒ‬ ‫‪bedanya dengan tradisi tahlilan, yakni membaca‬‬
‫َ‬ ‫َ َّ ُ َ َ ْ َ َ َّْ‬ ‫ﺒﻟ َّ‬ ‫ََ‬ ‫‪surat Al-Fatihah sebagai penghadiahan‬‬
‫اﺠ ِﻲﺒ ﺻﻰﻠ اﺑ ﻋﻠ� ِﻪ وﺳﻠﻢ ِﻲﻓ ﻫﺬا اﻤﻟﺠﻠﺲ‬ ‫‪kepada si mayit, surat Al-Ikhlash, surat‬‬
‫ًَ َ ًَ‬ ‫َ َّ ً َ َ ً َّ َ ً َّ َ ً‬
‫ﺎزﻟﺔ َّو َﺑﺮاﻛﺔ ﺷﺎ ِﻣﻠﺔ‬ ‫اﺻﻠﺔ ورﻤﺣﺔ ﻧ ِ‬ ‫اﻤﻟﺒﺎرك ﻫ ِﺪ�ﺔ و ِ‬ ‫‪Mu’awwizatain, akhir surat Al-Baqarah, ayat‬‬
‫َ ْ َ َ ِّﺪﻧَﺎ َو َﺣﺒﻴْﺒﻨَﺎ َو َﺷﻔ�ْﻌﻨﺎَ‬ ‫َ َ َ ً ُ َ َ َّ َ ً‬ ‫‪kursi dan lain-lain. Perbedaannya terletak‬‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫َوﺻﺪﻗﺔ ﻣﺘﻘﺒﻠﺔ ِإﻲﻟ ﺣﺮﻀ ِة ﺳ� ِ‬ ‫‪pada bilangan yang dibaca pada masing-‬‬
‫ْ‬ ‫َ َ‬ ‫ََ ُ‬ ‫َ ُّ َ ْ‬
‫ﻗﺮ ِة اﻗ�ُ ِﻨﻨَﺎ َو َﻣ ْﻮﻻﻧﺎ ﺤﻣ َّﻤ ٍﺪ َو ِاﻲﻟ ﻤﺟ�ْ ِﻊ ِاﺧ َﻮاﻧِ ِﻪ ِﻣ َﻦ‬ ‫و‬ ‫‪masing kalimah thayyibah dan diakhiri dengan‬‬
‫ْ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ُّ َ َ َ َّ ْْ‬ ‫‪doa wahbah (doa menghadiahkan pahala‬‬
‫اﻻﻧ ِﺒ�ﺎ ِء واﻟﻤﺮﺳ ِﻠﻦﻴ‪ ،‬واﻻو ِ�ﺎ ِء واﻟﺸﻬﺪا ِء واﻟﺼﺎﺤﻟﻦﻴ‬ ‫)‪bacaan tahlil). Jika fida’ sughra (tebusan kecil‬‬
‫ْ ْ ِّ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ َّ َ َ َ َّ ْ ْ َ‬
‫اﺤﻛﺎﺑِ ِﻌﻦﻴ َواﻟ ُﻌﻠ َﻤﺎِ ِء اﻟ َﻌﺎ ِﻣ ِﻠﻦﻴ َواﻟ ُﻤ َﺼﻨ ِﻔﻦﻴ‬ ‫واﻟﺼﺤﺎﺑ ِﺔ و‬ ‫‪membaca tasbih 1000 kali dan tahlil 70.000‬‬
‫ﺠﺎﻫﺪ ْﻓ َﻦ ﻲﻓ َﺳﺒ�ْﻞ اﺑ ِ َربِّ‬ ‫ﺨﻠَﺼ ْﻦﻴ َو َﻤﺟ�ْﻊ اﻟ ْ ُﻤ َ‬ ‫ُْ ْ‬ ‫)‪kali. Sedangkan fida’ kubra (tebusan besar‬‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫اﻟﻤ ِ‬ ‫‪membaca surat al-Ikhlas sebanyak 100.000‬‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ َ ْ َ ْ ُ‬ ‫ْ َ ْ‬
‫اﻟ َﻌﺎﻟ ِﻤﻦﻴ َواﻟ َﻤﻼﺋِﻜ ِﺔ اﻟ ُﻤﻘ َّﺮﺑِﻦﻴ ﺧ ُﺼ ْﻮ ًﺻﺎ ِاﻲﻟ َﺳ�ِّ ِﺪﻧﺎ‬ ‫‪kali. Baik fida’ sughra maupun kubra bisa‬‬
‫َْ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ ُ‬ ‫َّ ْ َ ْ ْ َ‬
‫ﻤﺟ�ْ ِﻊ اﻫ ِﻞ‬
‫‪diamalkan dalam satu waktu tertentu secara‬‬
‫اﻟﺸ� ِﺦ ﻗﺒ ِﺪ اﻟﻘﺎ ِد ِر اﺠﻟَ��ﻼ ِ� ‪.‬ﻋ َّﻢ ِاﻰﻟ ِ‬ ‫‪pribadi (perseorangan) bisa juga diangsur‬‬
‫ﻦﻴ‬ ‫ﻦﻴ َواﻟ ْ ُﻤ ْﺴﻠ َﻤﺎت َواﻟ ْ ُﻤ ْﺆﻣﻨ ْ َ‬ ‫اﻟْ ُﻘﺒُ ْﻮر ﻣ َﻦ اﻟ ْ ُﻤ ْﺴﻠﻤ ْ َ‬ ‫‪dalam beberapa waktu maupun beberapa hari‬‬
‫ِِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َّ َ‬ ‫َ ََ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ‬ ‫َ َ َ‬ ‫َْ ُْ َ‬ ‫‪sampai genap bilangannya.‬‬
‫ﺎرﺑِ ِﻬﺎ ﺑ ِﺮﻫﺎ‬ ‫ﺎرق اﻻرض ِاﻰﻟ ﻣﻐ ِ‬ ‫ﺎت ِﻣﻦ ﻣﺸ ِ‬ ‫واﻟﻤﺆ ِﻣﻨ ِ‬
‫َ ْ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َْ َ‬ ‫‪Kegiatan fida’ fokus tujuannya ialah‬‬
‫اح اﺑَﺎﺋِﻨَﺎ َوا َّﻣ َﻬﺎﺗِﻨَﺎ َواﺟ َﺪا ِدﻧﺎ‬ ‫َوﺤﺑ ِﺮﻫﺎ َو ِاﻰﻟ ا ْر َو ِ‬ ‫‪menebus diri sendiri ataupun orang lain‬‬
‫َ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ‬
‫ﺎﺨﻳﻨَﺎ َوا َﺳﺎﺗِﺬاﺗِﻨﺎ ‪.‬‬ ‫ﺎﺨﻳﻨﺎ َوﻣﺸﺎ�ِ ِﺦ ﻣﺸ ِ ِ‬ ‫وﺟﺪاﺗِﻨﺎ وﻣﺸ ِ ِ‬ ‫‪dari api neraka, yang caranya ialah dengan‬‬
‫‪memohon ampun kepada Allah. Cara memohon‬‬
‫ْ ُ َْ‬ ‫َ ّ ُ َّ ْ ْ َ ُ ْ َ ْ َ‬
‫ارﻤﺣْ ُﻬ ْﻢ َو َﺨﻓِ ِﻬ ْﻢ َواﻗﻒ ﻗﻨ ُﻬ ْﻢ‬ ‫اﻟﻠﻬﻢ اﻏ ِﻔﺮ ﻟﻬﻢ و‬ ‫‪ampun tersebut ialah dengan cara berzikir dan‬‬
‫َ ّ ُ َّ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ْ ََ‬ ‫‪membaca kalimah-kalimat thayyibah, dengan‬‬
‫اﻟﻠﻬﻢ ﻻ ﺤﺗ ِﺮﻣﻨﺎ اﺟﺮﻫﻢ وﻻ ﻳﻔ ِﺘﻨﺎ ﻧﻌﺪ ﻫﻢ واﻏ ِﻔﺮ ﺠﺎ‬ ‫‪harapan mendapat ampunan dan ridha dari‬‬
‫َ َ ُ ْ َ َّ َ َ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ ْ ً َ َ َ َ ْ ُ َ‬
‫ﻤﺣﻠﺘَﻪ َﺒﻟ‬ ‫وﻟﻬﻢ‪ .‬رﺑﻨﺎ وﻻ ﺤﺗ ِﻤﻞ ﻋﻠ�ﻨﺎ إِﺮﺻا ﻛﻤﺎ‬ ‫‪Allah swt, yang akhirnya bisa dimasukan ke‬‬
‫َّ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ َ َ ُ َ ِّ ْ َ َ َ َ َ َ ََ‬ ‫‪dalam surga dan dijauhkan dari neraka.‬‬
‫ا��ﻦ ِﻣﻦ ﻗﺒ ِﻠﻨﺎ رﺑﻨﺎ وﻻ ﺤﺗﻤﻠﻨﺎ ﻣﺎ ﻻ ﻃﺎﻗﺔ ﺠﺎ ﺑِ ِﻪ‬ ‫ِ‬

‫| ‪100‬‬ ‫‪Ensiklopedi Islam Nusantara‬‬


Sama halnya dengan tradisi tahlilan, untuk menghadiahkan bacaan dan kalimat
secara pelaksanaannya pun juga mengirimkan thayyibah kepada orang yang wafat dan
doa dan surah al-Fatihah melalui pembacaan kepada dirinya sendiri sebagai tebusan atau
kalimat tayyibah dengan jumlah tertentu. permohonan ampun atas dosa-dosa yang ada.
Teknis pelaksanaannya pun sama dengan
[Ismail Yahya]
tahlilan yaitu dengan mengumpulkan
masyarakat sekitar yang diiringi dengan niat

Sumber Bacaan
Khotim Ahsan, Nilai-nilai Pendidkan Sosial dalam Kegiatan Fida’ di Kelurahan Tingkir Tengah, Kota Salatiga, Tahun
2014-2015, Skripsi, IAIN Salatiga, 2015.

Edisi Budaya | 101


102 | Ensiklopedi Islam Nusantara
G
Gending
Gending

G
ending dalam bahasa Jawa awal yang memakai kata Jipang, seperti Jipang
mulanya berarti “ahli pembuat Lontang, Jipang Keraton, Jipang Wayang dan
gamelan”. Di kemudian hari, Gending lainnya. Dari berbagai istilah gendingan ini
dipakai untuk bunyi instrumental atau lagu kiranya para leluhur pada waktu yang lampau
yang berasal dari bunyi gamelan. Sementara telah secara khusus mengelompokkan lagu-
menurut Rd. Machyar Anggakusumadinta, lagu itu menurut fungsi dan pembawaannya.
Gending ialah aneka suara yang didukung
Sebagai alat pengiring, gending dapat
oleh suara-suara tetabuhan. Pengertian suara
berfungsi sebagai pengiring instrumental
tetabuhan ini tidak terbatas gamelan tetapi
tembang/pupuh, seperti pembacaan Macapat,
termasuk pula angklung, calung, kacapi,
serta pengiring pementasan kesenian, seperti
suling, gambang, rebaban, padindang, suling,
pagelaran wayang, pementasan (tari-tarian,
dan sebagainya.
wayang orang, ketoprak, dan lain-lain),
Secara umum orientasi gending dalam pengiring ritual adat, dan hiburan lepas
lagu cenderung pada alat-alat yang bernada, (karawitan). Bahkan gending juga dapat
sekalipun ada pula yang tidak bernada, seperti berfungsi sebagai; (a) rasa kelenganan (mengisi
kendang, dogdog, kohkoh dan lainnya. Dalam waktu santai); (b) iberan atau pemberitahuan;
keseniaan Sunda, apabila alat instrument ini (c) penghantar upacara; (d) pengiring/pririgan;
dipakai secara mandiri untuk permaian dalam (e) pemberi suasana; (f) pengungkap ceritra.
alunan bunyi suatu pagelaran biasa disebut Berdasarkan fungsinya itu, muncul beberapa
Karesmian Padindangan. Sementara bunyi alu istilah seperti Gending Jawa, Gending
dan lesung telah mempunyai nama tersendiri Karawitan, Gending Palembang, dan lain-lain.
yang telah dikenal yaitu Tutunggulan.
Khusus Gending Jawa di sini dijelaskan
Pengembangan makna gending secara khusus Gending pengiring wayang
menunjukkan bahwa instrumental ini karena lebih kompleks bentuknya dan juga
berkembang dinamis tidak hanya di Jawa bersifat universal. Berdasarkan adegan
tetapi di seluruh Nusantara. Gending juga pementasan wayang, Gending dapat
menggambarkan bahwa budaya Nusantara dikelompokkan menjadi empat kegunaan,
sangat terbuka, menerima budaya-budaya baru yaitu: Pertama, petolan yang dalam bahasa
asalkan “bergandeng”, berirama dan terpenting Jawa berasal dari kata “Talu” (mulai atau
harmonis. Satu dengan lainnya tidak terpecah mengawali), sehingga petolan berarti gending
dan bertabrakan sehingga merusak irama yang pembukaan atau gending-gending untuk
harmonis yang dikeluarkan masing-masing mengawali sebuah acara.
instrument.
Gending petolan umumnya
Dalam Gending Jawa, beberapa istilah mengungkapkan suatu harapan dan doa.
yang menunjukkan identitas gendingan Misalnya Landrang Slamet atau Landrang
ialah Landrang, seperi Landrang Slamet atau Wilujeng dengan maksud agar acara yang
Landrang Wilujeng Karawitan, dan lain-lain. digelar dapat berlangsung selamat. Termasuk
Sementara beberapa istilah yang menunjukkan gending petolan ialah Landrang Cucur Bawuk,
identitas gendingan Karawitan adalah lagu Pareanom, Banteng Wareng, Widosari, Ayak-

Edisi Budaya | 105


ayakan, srepek/sampak.
Bahkan oleh seniman Jawa
dimasukkan “petolan
anyar” misalnya Mugi
Rahayu, Puji Rahayu, dan
Sriwidodo yang intinya
pengaharapan supaya
lancer dan selamat.
Kedua, Gending
Babak Pertama (Patet
Nem) untuk mengiringi
urutan adegan
pementasan wayang kulit
mulai dari;
1. Jejer I (kawitan)).
Contoh Alat-alat Gamelan.
Gending yang Sumber: https://tukanggamelan.wordpress.com/

d i g u n a k a n
Sabrangan atau Bodet) yakni kumpulan
menyesuaikan adegan raja/kerajaan yang
bala tentara dari seberang lautan yang
dipentaskan. Misalnya untuk kerajaan
tidak sedaratan dengan kerajaan pada
Hastina dipakai Gending Kabor –yang
Jejer I yang konotasinya adalah berada
memiliki arti kabur, tidak jelas, tidak ada
di Tanah Jawa. Gending yang dipakai
visi dan misi. Sedangkan untuk kerajaan
adalah Majemuk, Remong, Gliyung, Peksi
Amerta atau Pandawa menggunakan
Kuwung.
Gending Kawit atau Kawah –yang memiliki
makna awal dari sebuah rencana yang Ketiga, Gending Babak Kedua (Patet
terdapat visi dan misi dan terprogram. Songo) yang memuat beberapa agedan, yaitu:
Pada adegan ini jika mengharuskan ada (a) Goro-goro di mana gending yang diawali
peperangan maka perangnya disebut dengan sempek Banyumasan atau lainnya,
“perang rempak” atau perang yang tidak lalu diteruskan dengan Gending Dolanan atau
berlanjut dan akan dilanjutkan setelah Gending-gending Jineman; (b) Jejer III (jejer
beberapa adegan berikutnya. Gending Pandito) yang menampilkan adegan yang
yang dipakai ialah Srempeg/sampak. menceritakan sebuah pertapaan. Gending yang
dipakai antara lain Gending Lara-lara supaya
2. Gending untuk mengiringi datangnya
terenyuh. (c) Perang Kembang sebagai adegan
tamu. Jika dalam adegan Jejer ada tamu
selingan. Gending pengiring yang umum
yang datang maka untuk mengiringi
dipakai pada adegan ini adalah Srempek,
datangnya tamu juga ada gending-gending
Palaran, Sampak Pathet Songo atau Pelog Pthet
khusus, misalnya Landrang Mangu,
Barang. (d) Jejer IV diiringi Gending Renyep,
Landrang Diradameta, Lindrang Srikaton.
Gambir Sawit, Bendrong; (e) Perang Pupuh
3. Gending pengiring adegan Jengkar dengan iringan gending Srempeg/Sampak.
Kedaton digunakan Ayak Nawung
Keempat, Gending Babak III (Patet
4. Gending pengiring adegan Limbukan Manyura) terdiri beberapa agedan, yaitu:
memakai Gleyongan, Ginonjing, dan (a) Jejer V dengan iringan Gending Kutut
Gending Dolanan Manggung, Pucung, Ricik-ricik, Liwung, dan
5. Gending pengiring adegan Bodolan Landrangmanis; (b) Perang Brubuh dengan
memakai Nebo, Majemukan, atau iringan Gending Srempek, Sampak, Ayak-ayak;
Srempek Mediun. dan (c) Penutup dengan iringan Gending Ayak-
ayak, Pamungkas.
6. Gending pengiring Jejer II (Jejer

106 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Gending sebagai bunyi instrumental atau digambarkan dalam Serat Centini dan
lagu yang berasal dari bunyi gamelan secara Cabolang yang juga memuat sejumlah Suluk.
umum merupakan alat kesenian tradisional
Sebagai satu alat Gending/Gamelan
yang digunakan untuk mengiringi upacara
merupakan warisan budaya yang bernilai
dan pementasan, baik dalam acara-acara ritual
sejarah. Sampai sekarang keseniaan ataupun
yang sakral maupun pagelaran seni biasa.
benda kesenian ini masih terus dijaga
Sebagai alat pengiring pagelaran ritual yang
kelestariaannya. Di Keraton Yogyakarta,
sakral, Gending/Gamelan sering dipakai untuk
misalnya terdapat Gamelan Monggang KK
menciptakan suasana hening pada saat prosesi
Guntur Laut dan Gamelan KK Maeso Ganggang
berlangsung. Sebagai contoh penggunaan
yang berasal dari jaman Majapahit dan hanya
Gending sebagai alat instrumental dilagukan
dimainkan pada upacara kenegaraan, seperti
“Suluk” dan “Serat” (sajak sebagai alat
mengiringi penobatan Sultan, dan lain-lain.
dakwah di Jawa) dalam pertemuan para wali.
Terdapat pula Gamelan Sekati KK Guntur
Begitu pula penggunaan Gending/Gamelan
Madu yang dimainkan pada acara Sekatenan.
untuk mengiringi tari-tarian tradisional
yang dipentaskan di Keraton. Hal ini seperti [M Isom Saha]

Sumber Bacaan
Bachtiar, Harsja, “The Religion of Java: a Commentary”, Madjalah Ilmu Sastra Indonsia. V 5 NI, 1973
Ensiklopedi Wayang, Jakarta: Balai Pustaka, 1979
Holt, Claire, Art in Indonesia, Cornell UP, Ithaca, 1967
Poedjosoebroto, R, Wayang: Lambang Ajaran Islam, Jakarta: Pradnya Paramita, 1978
Sudiyanto Pandji, Mengenal Gending Jawa, S.Pandji Online

Edisi Budaya | 107


108 | Ensiklopedi Islam Nusantara
H
Hadrah
Halal Bihalal
Haul
Hikayat
Hisab
Hadrah

K
ecenderungan kepada seni merupakan medan pertempuan, para perempuan Arab
salah satu kodrat manusia, dengan juga sering memainkan rebana untuk melepas
pengertian banyak di antara manusia para pemuda dan membangkitkan semangat
yang memiliki jiwa seni yang berkembang berperang.
menurut bakat dan minat masing-masing.
Di Indonesia bila disebut istilah hadrah
Kesenian merupakan bagian yang sangat
perhatian orang akan tertuju kepada sebuah
penting bagi pembentukan pibadi manusia,
bentuk kesenian dengan menggunakan
karena kesenian berfungsi menghaluskan
alat-alat musik tepuk yang memiliki hiasan
perasaan dan budi pekerti manusia.
kerincing logam di sekitar bingkainya, dibuat
Pandangan umat Islam Indonesia dari papan kayu yang dilobangi ditengahnya,
terhadap seni secara umum dirumuskan dan pada salah satu sisinya dipasang kulit
dalam musyawarah besar Seniman Budayawan kambing tipis yang telah disamak yang dikenal
Islam tahun 1961 sebagai berikut: “Islam dengan nama rebana atau terbangan di Jawa.
memperkenalkan karya segala cabang kesenian
Secara etimologi istilah hadrah berasal
untuk keluhuran budi (akhlak) dan untuk
dari kata ‫ ﺣﻀﺮﺓ‬yang berarti “kehadiran.” Di
kehadirat Allah dan tidak berunsur asusila,
dalam tasawuf hadrah mengacu kepada jamaah
maksiat, cabul, dan syirik serta melanggar
yang di dalamnya melakukan zikir secara
larangan Allah dan Sunnah Rasul”.
kolektif. Menurut Trimingham, kebanyakan
Islam yang dibawa, sebagian, oleh orang tarekat Sufi memiliki bacaan zikir yang regular
Arab ke Nusantara juga dengan membawa di dalam majelis mereka yang dikenal dengan
tradisi dan kebudayaan Arab itu sendiri nama hadrah. Hadrah yang berarti kehadiran
termasuk bidang kesenian, tidak ketinggalan dimaksudkan bukan kehadiran Allah, namun
instrumen-instrumennya, walaupun tentu kehadiran Nabi Muhammad.
tidak mudah untuk memastikan kapan waktu
Secara sederhana, hadrah di dalam tasawuf
kesenian ini pertama kali diperkenalkan di
terdiri atas 2 bagian: pertama, pembacaan
Nusantara. Salah satu jenis kesenian yang
hizib tarekat dan doa lainnya yang terkadang
sangat populer dan terpengaruh dari Arab
diselingi dengan musik dan nasyid (lagu);
adalah kesenian musik dengan instrumen
kedua, melakukan dzikir yang diiringi dengan
rebana atau terbangan di Jawa, yang digunakan
musik dan lagu yang umumnya dimulai dengan
dalam marawis, qasidah, dan hadrah. Dalam
doa khusus yang disebut dengan fatihah az-
perkembangannya, alat musik rebana
dzikir. Hadrah berlangsung pada hari Jum’at
dijadikan sebagai simbol identitas kultural
atau malam Jum’at dan pada acara-acara
Islam di Nusantara.
khusus di dalam kalender Islam, atau pada saat
Kesenian qasidah dan lagu-lagu Arab kelahiran anak atau berkhitan. Pembacaan
sudah dinyanyikan semenjak zaman pra-Islam maulid Nabi merupakan aspek sangat penting
dan kesenian tersebut dipilih orang-orang di dalam majelis hadrah. Pelacakan hadrah ke
Arab pra-Islam sebagai penghibur pada malam dunia tasawuf ini paling tidak memberikan
hari atau pun di dalam perjalanan. Di dalam petunjuk ada kaitan antara tradisi musik

Edisi Budaya | 111


hadrah dengan tasawuf.
Sedangkan tradisi kesenian hadrah identik
dengan kesenian Islam. Hadrah merupakan
kesenian Islam yang di dalamnya berisi
shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang
digunakan sebagai media menyiarkan ajaran
agama Islam. Dalam kesenian ini tidak ada alat
musik lain kecuali rebana. Kesenian ini selain
sebagai media untuk menyebarkan ajaran
agama Islam juga sebagai sebuah hiburan.
Sebab di dalam kesenian hadrah terdapat
sebuah dorongan untuk mengagungkan asma
Allah dan Nabi Muhammad serta amar ma’ruf
nahi munkar. Hal ini dapat dilihat jelas dari
Sumber: https://fahmialinh.wordpress.com/2015/05/08
syair-syair yang dilantunkannya.
Kesenian hadrah menjadi salah satu hadrah berfungsi sebagai pola pukulan utama
kesenian yang banyak dipertunjukkan di dalam mengiring lagu; (2) terbang keprak,
masyarakat, biasa digunakan untuk mengiringi dalam permainan terbang hadrah berfungsi
lagu-lagu bernafaskan Islam. Musik hadrah memberi tekanan pada lagu, biasanya pada
atau rebana atau musik terbang diperkirakan posisi naik atau rol; (3) terbang dumbuk atau
berasal dari bentuk-bentuk musik yang marawis, mengingat karakter suaranya yang
bercirikan Islam yang ada sebelumnya. Bentuk- lembut dan pola pukulannya yang rapat, dalam
bentuk musik tersebut adalah (1) Salawatan terbang hadrah berfungsi mengisi kekosongan
yaitu bentuk puji-pujian yang mengagungkan pukulan; (4) terbang tung, dalam terbang
kebesaran Nabi Muhammad SAW; (2) Barzanji hadrah mengawal tempo dan pergerakan
yaitu jenis musik vocal yang bercirikan Islam; pukulan bas; (5) terbang bas, dalam terbang
(3) Kentrung yaitu musik bercirikan Islam hadrah membentuk pola pukulan bas.
yang diperkirakan paling awal kedatangannya Formasi tempat duduk pemain dalam
di pulau Jawa, berkembang di daerah pertunjukan hadrah, bagian depan dua
Blora, Pati Jepara dan Purwodadi; (4) Zapin orang sejajar sebagai penyanyi atau vokalis,
pesisiran yaitu kesenian tarian yang diiringi di belakangnya empat orang sejajar pemain
dengan terbangan, berkembang di Demak terbang genjring, di belakangnya lagi lima
dan Semarang; (5) Kuntulan yaitu tarian yang orang sejajar pemain bas, pemain terbang
diiringi oleh musik terbangan, dan berkembang tung, pemain terbang dumbuk, dan dua orang
di daerah Kendal, Pemalang sampai Tegal; (6) pemain terbang keprak.
Simtuduror yaitu kesenian musik salawatan
dengan membaca kitab maulid yang bernama Musik terbang hadrah merupakan
Simtuduror dengan diiringi musik terbang, dan permainan musik terbang sederhana, baik
musik ini berkembang di daerah Pekalongan, pola pukulan dari masing-masing alat musik,
Kendal dan Semarang; (7) Gambus yaitu musik maupun lagunya. Syair lagu terbang hadrah
yang bercirikan Islam yang mendapat pengaruh berbentuk bait-bait, maksudnya syair lagu
dari Arab dengan alat musik gambus, dan terbang hadrah terdiri dari beberapa bait, dan
berkembang di daerah pantura pulau Jawa. tiap bait terdiri dari empat baris, sehingga
tidak menyulitkan bagi para pemula. Lagu-
Musik terbang hadrah merupakan lagu terbang hadrah bervariasi, ada yang
nyanyian Islami atau shalawat yang diiringi menggunakan syair berbahasa Arab, bahasa
dengan permainan beberapa alat musik Indonesia dan bahasa Jawa.
terbang atau ansambel. Terbang yang
dipergunakan dalam terbang hadrah yaitu (1) Lagu-lagu terbang hadrah tidak selalu
terbang genjring, dalam permainan terbang syairnya bershalawat tetapi ada juga syair lagu

112 | Ensiklopedi Islam Nusantara


yang sifatnya memberi nasihat. Misalnya lagu mudah dipahami.
Ya Rosul, merupakan lagu berbahasa Arab
Dewasa ini hadrah tidak saja bernuansa
dan syairnya shalawat. Lagu terbang hadrah
seni, namun ia juga terkait dengan masalah
yang berjudul kisah Rasul merupakan lagu
identitas. Seiring dengan semakin menguatnya
berbahasa Indonesia, sedangkan lagu Padang
peranan kelompok tradisional Muslim di
Bulan merupakan lagu terbang hadrah yang
Indonesia, hadrah merupakan salah satu bentuk
menggunakan bahasa Jawa dan bersifat
identitas kebangkitan Muslim tradisional di
memberi nasihat. Melodi lagu dalam musik
Jawa, bahkan di daerah Surakarta atau Solo,
terbang hadrah menggunakan tangga nada
parade hadrah diselenggarakan setiap tahun
diatonis minor artinya lagu-lagu dalam musik
pada saat menjelang memperingati Isra’ Mi’raj
terbang hadrah menggunakan tangga nada
Nabi Muhammad SAW.
diatonis seperti musik modern, sehingga
[Ismail Yahya]

Sumber Bacaan
Abdul Khair, Sinoman Hadrah Seni Islam yang perlu mendapat perhatian, Jurnal Himmah Vol. IV No. 10 Edisi Mei –
Agustus, 2003,
Abdul Khair, Sinoman Hadrah Seni Islam,
Mahmudah Nur, Pertunjukan Seni Rebana Biang di Jakarta sebagai Seni Bernuansa Islam, Jurnal Penamas, Vol. 28,
Nomow 2, Juli-September 2015,
Junaidi, Estetika Terbang Hadroh Nuurussa’adah,
Ismail Yahya, Kebangkitan Muslim Tradisional di Surakarta, artikel di IBDA’: Jurnal Kebudayaan Islam, IAIN Purwokerto,
Vol. 14 Nomor 1 (2016: 51-56), jurnal terakreditasi DIKTI 2014,

Edisi Budaya | 113


Halal Bihalal

B
erbeda dengan tradisi di negara-negara Meminta maaf atas segala bentuk
Arab yang menjadikan hari raya Idul kesalahan merupakan kewajiban dalam Islam.
Adha sebagai perayaan paling besar dan Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
paling meriah, di Indonesia kaum Muslimin Abu Hurairoh, Rosulullah saw bersabda:
menjadikan Idul Fitri sebagai hari raya
yang paling penting dan dirayakan dengan ‫ﻣﻦ ﺎﻛﻧﺖ ﻋﻨﺪه ﻣﻈﻠﻤﺔ �ﺧ�ﻪ ﻓﻠ���ﻠﻠﻪ ﻣﻨﻬﺎ ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻴﺲ‬
sangat meriah, sehingga pemerintah pun
‫ﺛﻢ د�ﻨﺎر وﻻ درﻫﻢ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ أن ��ﺧﺬ �ﺧ�ﻪ ﻣﻦ ﺣﺴﻨﺎﺗﻪ‬
menjadikannya libur nasional dengan waktu
paling lama dibandingkan hari libur lainnya. ‫ﻓﺈن ﻟﻢ ��ﻦ � ﺣﺴﻨﺎت أﺧﺬ ﻣﻦ ﺳﻴﺌﺎت أﺧ�ﻪ ﻓﻄﺮﺣﺖ‬
Kaum Muslimin di Indonesia ‫ﻋﻠ�ﻪ‬
memanfaatkan panjangnya hari libur pada
“Barang siapa melakukan kezaliman kepada
hari raya Idul Fitri untuk mengunjungi orang
saudaranya, hendaklah meminta dihalalkan
tua, kerabat dan sanak famili. Di banyak
(dimaafkan) darinya, karena di akhirat tidak
daerah bahkan ada tradisi saling mengunjungi
ada lagi perhitungan dinar dan dirham,
rumah tetangga dan teman. Selain menjaga
sebelum kebaikannya diberikan kepada
silaturahmi, kunjungan pada hari raya Idul Fitri
saudaranya, dan jika ia tidak punya kebaikan
di Indonesia digunakan sebagai kesempatan
lagi, maka keburukan saudaranya itu akan
untuk saling meminta maaf.
diambil dan diberikan kepadanya.”
Dalam berinteraksi sehari-hari, baik
Setiap kezaliman yang dilakukan manusia
dalam hubungan bisnis, maupun pertemanan,
kepada lainnya akan menjadi beban yang
manusia tidak luput dari kesalahan baik
sangat berat di akhirat jika tidak dimaafkan
dalam bentuk ucapan maupun tindakan,
oleh orang yang terzalimi sebagaimana
disengaja maupun tidak disengaja. Tradisi
diingatkan oleh Rasulullah saw dalam hadits
saling meminta maaf pada hari raya Idul Fitri
yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar bahwa
di Indonesia menjadi kesempatan yang sangat
kezaliman akan menjadi biang kegelapan di
baik untuk memperbaiki hubungan-hubungan
hari kiamat. Oleh karena itu meminta maaf
yang kurang harmonis antar saudara, teman,
atas kesalahan merupakan hal yang sangat
bahkan rekan bisnis.
penting karena berkaitan dengan keselamatan
Meskipun meminta maaf atau saling seseorang di akhirat kelak.
memaafkan merupakan kewajiban bagi umat
Salah faham dan perasaan tersinggung
Islam, namun ada kalanya orang merasa
juga sering terjadi di antara manusia. Hal ini
canggung bahkan gengsi untuk melakukannya.
jika tidak segera diselesaikan terkadang bisa
Dengan adanya tradisi saling memaafkan pada
menjadi bibit permusuhan yang akhirnya
hari raya Idul Fitri, hal tersebut lebih mudah
menjerumuskan manusia kedalam neraka.
dan lebih nyaman untuk dilakukan.
Ucapan dan tindakan yang tidak sengaja
Melakukan sungkem kepada orang tua melukai perasaan orang lain pun bisa menjadi
dan para sesepuh sambil meminta maaf masalah besar dan menyebabkan permusuhan,
bahkan menjadi tradisi yang sangat penting di tidak saling menyapa, dan saling membenci.
kalangan umat Islam Indonesia sehingga para Mengenai hal ini Rasulullah saw bersabda:
penduduk kota-kota besar yang memiliki orang
tua dan kerabat di desa merasa berkewajiban ‫ﻻ ﺤﻳﻞ ﻤﻟﺴﻠﻢ أن �ﻬ�ﺮ أﺧﺎه ﻓﻮق ﺛﻼث �ﺎ� �ﻠ���ﺎن‬
untuk mudik setiap hari raya Idul Fitri.

114 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Tradisi-tradisi dalam merayakan hari
‫ﻓ�ﻌﺮض ﻫﺬا وﻳﻌﺮض ﻫﺬا وﺧﺮﻴﻫﻤﺎ ا�� ��ﺪأ ﺑﺎﻟﺴﻼم‬
raya idul fitri ini tidak biasa dilakukan di
“Haram bagi seorang Muslim marah kepada negara-negara Arab meskipun Rosulullah saw
saudaranya dan memutuskan persaudaraan memberi contoh tradisi mengunjungi kerabat
lebih dari tiga malam, sehingga jika bertemu pada hari raya. Dalam sebuah hadis diceritakan
mereka saling menghindari. Adapun yang bahwa Rasulullah saw melewati jalan yang
paling baik di antara keduanya adalah yang berbeda untuk berangkat dan pulang dari
lebih dulu menyapa dengan salam.” sholat Ied. Ibnu Hajar menyebutkan bahwa
di antara sebabnya adalah karena beliau saw
Dalam riwayat lain bahkan dikatakan
mengunjungi kerabat-kerabat beliau baik yang
jika ada orang yang marah dan membenci masih hidup maupun yang sudah meninggal
saudaranya sesama Muslim lebih dari tiga hari, setiap hari raya. Namun apa yang dilakukan
lalu mati sebelum berbaikan, maka ia masuk oleh Rasulullah saw ini tidak menjadi tradisi
neraka. Oleh karena itu meskipun terlambat, yang dijaga oleh bangsa Arab sampai hari ini.
saling memaafkan tetap sangat penting untuk
dilakukan. Dan tradisi lebaran dengan saling Tidak salah jika Umar Kayam menyebut
tradisi lebaran merupakan tradisi khas kaum
meminta maaf menjadi momen yang sangat
Muslimin Indonesia. Hal ini tak lepas dari
berharga karena memberikan kesempatan
tradisi dan kebudayaan masyarakat Jawa
kepada kaum Muslimin untuk bertemu,
yang kemudian oleh para ulama dipadukan
berjabat tangan, dan saling memaafkan tanpa
dengan nilai-nilai keIslaman. Menurut Umar
harus malu.
Kayam, tradisi lebaran ini awalnya dilakukan
Selain itu berjabat tangan di antara dua oleh kaum Muslimin di Jawa, baru kemudian
orang Muslim bisa mengugurkan banyak dosa. menyebar dan saat ini dipraktikkan oleh kaum
Rosulullah saw bersabda: Muslimin di seluruh Indonesia.
Saat ini, kaum Muslimin yang bukan
‫إن اﻤﻟﺴﻠﻢ إذا ﻟﻲﻘ أﺧﺎه ﻓﺄﺧﺬ ﺑ�ﺪه ﺤﺗﺎﺗﺖ ﻋﻨﻬﻤﺎ ذﻧﻮﺑﻬﻤﺎ‬ berasal dari suku Jawa juga melakukan
‫ﻛﻤﺎ ��ﺤﺎ� اﻟﻮرق ﻋﻦ اﻟﺸﺠﺮة ا�ﺎ�ﺴ� ﻲﻓ �ﻮم رﻳﺢ‬ sungkem kepada orang tua di hari raya.
Sungkem merupakan tradisi khas Jawa. Sejarah
‫ وإﻻ ﻏﻔﺮ ﻬﻟﻤﺎ وﻟﻮ ﺎﻛﻧﺖ ذﻧﻮﺑﻬﻤﺎ ﻣﺜﻞ زﺑﺪ‬، ‫ﺨﺻﻒ‬ tentang sungkem ini setidaknya bisa dilacak
‫اﻛﺤﺮ‬ sejak zaman Adipati Arya Mangkunegara I,
yang juga bergelar pangeran Sambernyawa,
“Sesungguhnya seorang Muslim itu jika ketika ia memimpin Surakarta. Pada hari
bertemu Muslim lainnya lalu mengambil raya Idul Fitri ia biasa mengumpulkan para
tangan dan menyalaminya maka berguguranlah punggawa dan prajurit di pendopo istana
dosa-dosa mereka sebagaimana gugurnya untuk sungkem kepada raja dan permaisuri.
dedaunan dari pohon yang telah mengering Sejak saat itu, tradisi mencium tangan para
pada saat angin kencang, atau diampuni dosa- sesepuh sambil duduk di hadapan mereka atau
dosa mereka meskipun dosa-dosa mereka itu sungkem menjadi tradisi yang dilakukan pula
sebanyak buih di laut.” oleh masyarakat luas.
Berjabat tangan sesama Muslim Selain hal-hal di atas, belakangan muncul
jika dilakukan dengan tulus dan didasari istilah halal bihalal yang dalam kamus besar
persaudaraan bisa menggugurkan dosa-dosa bahasa Indonesia berarti “Maaf-memaafkan
keduanya. Dan tradisi hari raya di Indonesia setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan,
memberikan kesempatan yang sangat besar biasanya diadakan di sebuah tempat
kepada kaum Muslimin untuk bersalaman. (auditorium, aula, dan sebagainya) oleh
Bahkan sebelum saling mengunjungi antar sekelompok orang”.
tetangga pada hari raya, setelah sholat Ied
kaum Muslimin di Indonesia biasa melakukan Halal bihalal memang memiliki arti yang
tradisi jabat tangan secara massal sehingga lebih khusus dari lebaran atau riyaya, karena ia
setiap orang yang datang untuk sholat Ied merupakan sebuah acara yang diadakan secara
akan bisa saling bersalaman. khusus, di sebuah tempat khusus. Adapun

Edisi Budaya | 115


mengunjugi kerabat atau teman di hari raya ditulis oleh Masdar Farid Mas’udi dalam
biasanya disebut sejarah atau ziarah lebaran, sebuah artikel, istilah halal bihalal dipercaya
dan riyayan (berlebaran), bukan halal bihalal. merupakan istilah yang diciptakan oleh Kiyai
Abdul Wahab Chasbullah.
Menurut Geertz lebaran atau riyaya
merupakan penampakan paling menonjol Dikisahkan, pada tahun 1948, republik
dari budaya Jawa yang dikatakannya sangat yang baru berdiri ini dilanda gejala disintegrasi
toleran terhadap keragaman ideologi dan bangsa. Banyak elit politik yang saling bertikai
agama. Sifat toleran ini disebutnya sebagai sehingga sangat sulit mengajak mereka untuk
karakteristik fundamental budaya Jawa. Dan duduk bersama dalam satu forum. Padahal
Riyaya pulalah yang menyatukan semua orang sedang terjadi pemberontakan serius yang
baik dari kalangan santri, abangan, maupun dilakukan oleh DI/TII maupun Partai Komunis
priyayi. Lebaran disebutnya memiliki makna Indonesia. Pada pertengahan bulan Ramadan
yang sangat personal bagi orang Jawa di mana tahun itu, presiden Soekarno mengajak Kiyai
orang-orang yang kedudukannya lebih rendah Abdul Wahab berdiskusi untuk mencari solusi
sungkem kepada orang yang kedudukannya dari masalah perpecahan para elit politik itu.
lebih tinggi, seperti anak kepada orang tua,
Kiyai Abdul Wahab lalu mengusulkan
santri kepada kiyai, dan sebagainya. Sungkem
untuk mengumpulkan semua tokoh politik
dan mengunjungi rumah sesepuh serta kerabat
dalam sebuah acara silaturahmi bertepatan
untuk maaf-maafan ini dikatakan oleh Geertz
dengan hari raya yang akan datang. Namun
sebagai inti dari perayaan Riyaya.
Soekarno waktu itu menganggap acara
Nah, halal bihalal menurutnya merupakan silaturahmi biasa tidak akan menarik bagi para
sebuah simplifikasi dari ritual yang paling politisi yang sedang bertikai itu sehingga sulit
penting dari tradisi riyaya itu. Ia bahkan diharapkan mereka mau datang berkumpul.
menyebut halal bihalal sebagai sebuah “pesta
Saat itu muncullah ide dari Kiyai
sekuler” karena selain mendegradasi nilai
Wahhab untuk membuat acara halal bihalal.
ritual yang sangat penting, halal bihalal
Menurutnya para politisi itu bisa diberi
juga dianggap hanya memperhatikan aspek
pengertian bahwa sikap saling menyalahkan
semarak pestanya saja. Ia juga menyimpulkan
di antara mereka itu adalah sesuatu yang salah
bahwa acara halal bihalal ini biasanya dilakukan
dan haram. Karena haram, maka harus dibuat
oleh orang-orang dengan status sosial yang
halal dengan cara saling bertemu, duduk
tinggi saja. Halal bihalal hanya menjadi pesta
satu meja, dan saling memaafkan. Maka
bergengsi kaum elit.
acara silaturahmi yang digagas itu kemudian
Apa yang diungkapkan oleh Geertz ini ada disepakati dengan istilah halal bihalal.
benarnya jika acara halal bihalal digunakan
Acara halal bihalal pada hari raya saat
sebagai pengganti tradisi riyayan, sungkeman,
itu berhasil dilaksanakan. Para politisi yang
dan saling mengunjungi rumah kerabat dan
bertikai bersedia duduk bersama dalam suasana
tetangga, sehingga tradisi-tradisi unik dalam
hari raya dan saling memaafkan. Selanjutnya
berlebaran tak bisa dirasakan lagi. Beberapa
instansi-instansi pemerintah di bawah
keluarga kaya memang lebih suka mengadakan
kekuasaan Bung Karno juga mengadakan acara
acara halal bihalal yang dikemas dalam bentuk
serupa. Sedangkan di kalangan masyarakat,
reuni keluarga besar, yang bersifat ekslusif.
kiyai Abdul Wahab yang merupakan salah satu
Tapi tidak semua halal bihalal tokoh pendiri NU ini mempopulerkan tradisi
menghilangkan tradisi riyaya, karena sekolah- tersebut di masyarakat.
sekolah, madrasah, kantor, bahkan majelis
Menurut Nikolaos Van Dam, seorang
ta’lim yang biasa mengadakan halal bihalal
duta besar Belanda untuk Indonesia yang juga
tidak menjadikannya sebagai pengganti tradisi
seorang pakar bahasa Arab, istilah halal bihalal
lebaran. Tradiri riyayan tetap dilaksanakan,
ini meskipun terbentuk dari kata “halal” dalam
baru setelah selesai kupatan, halal bihalal
bahasa Arab, tetapi ia merupakan istilah khas
diadakan.
Indonesia. Ia sempat menyangka bahwa istilah
Di kalangan Nahdliyin, sebagaimana itu ada dalam bahasa dan tradisi Arab, namun

116 | Ensiklopedi Islam Nusantara


setelah mencarinya dalam kamus dan tradisi berkebangsaan India yang berjualan di
Arab, ia tidak berhasil menemukannya. Karena gerbang taman Sriwedari Surakarta. Ia dibantu
itu ia berkesimpulan bahwa istilah halal oleh seorang pribumi untuk mendorong
bihalal berasal dari tradisi kaum Muslimin di gerobak dan mengurus api yang digunakan
Indonesia. untuk menggoreng. Dalam menjajakan
barang daganganya, si pembantu ini berteriak
Adapun Mas’udi berusaha memberikan
“Martabak Malabar, halal bin halal, halal bin
analisa mengenai terbentuknya istilah halal
halal!” lalu anak-anak menirukannya dengan
bihalal ini dengan mengungkapkan dua
berteriak “halal behalal”. Sejak itu istilah ini
kemungkinan. Pertama, istilah itu mungkin
menjadi terkenal di Surakarta.
bermakna thalabu halalin bi thariqin halalin,
yakni mencari penyelesaian masalah atau Kata “halal” juga digunakan dalam
mencari keharmonisan hubungan dengan bertransaksi para jamaah haji dari Nusantara
cara mengampuni kesalahan. Kedua, bisa jadi pada zaman Belanda. Karena keterbatasan para
ia berasal dari ungkapan halal yujza’u bi halal, jamaah haji dalam menggunakan bahasa Arab,
yakni pembebasan kesalahan dibalas pula maka ketika tawar menawar harga barang di
dengan pembebasan kesalahan; dengan cara Mekah, mereka hanya bertanya “halal?” Jika
saling memaafkan. kemudian penjualnya menjawab “halal”, maka
akad jual beli dianggap sah dan disetujui.
Tapi istilah halal bihalal sendiri bukan
istilah yang baru ada sejak tahun 1948. Dua kisah di atas meskipun menyebutkan
Pernyataan Mas’udi bahwa istilah halal bihalal tentang penggunaan kata halal, dan secara
ini dicetuskan oleh kiyai Abdul bisa jadi khusus halal behalal (halal bin halal), tapi
benar—tetapi bukan sejak tahun 1948. Karena nampaknya tidak memiliki korelasi langsung
istilah ini sudah dikenal pada tahun 1935, dan dengan tradisi maaf-memaafkan pada hari
Kiyai Abdul Wahab lahir pada tahun 1888. raya Idul Fitri yang sudah dicatat oleh Pigeaud
dalam kamusnya yang terbit pada tahun 1938.
Theodore Pigeaud menyusun sebuah
kamus bahawa Jawa-Belanda sejak tahun Meskipun tidak diketahui secara pasti
1926 atas perintah Gubernur Jenderal Hindia- siapa yang menciptakan istilah halal bihalal,
Belanda. Dalam terbitan pertama kamus itu namun sejarah dimulainya tradisi halal bihalal
tahun 1938, sudah terdapat kata “Alalbihalal” secara nasional dapat dilacak sejak tahun
digabung dalam satu kata dengan huruf 1948 ketika kiyai Wahab mengusulkan untuk
awalan “A” dan menunjukkan arti yang mirip membuat acara silaturahmi para tokoh politik
dengan yang ada dalam Kamus Besar Bahasa dengan menyebut acara tersebut dengan istilah
Indonesia saat ini, serta disebutkan pula halal bihalal. Semua peneliti juga sepakat
bahwa ia merupakan tradisi khas lokal. bahwa istilah dan tradisi halal bihalal adalah
khas Indonesia.
Ada riwayat menyebutkan bahwa sekitar
tahun 1935, ada seorang penjual martabak [Ali Mashar ]

Sumber Bacaan
Al-Asqollani, Ahmad ibn Ali ibnHajar, Fathu al-Bari Syarhu Shahih al-Bukhari, Dar al-Royan li al-Turots, 1986.
AL-Hathimiy, Nurudin Ali bin Abi Bakr, Majmu’u al-Zawaid wa Manba’u al-Fawaid, Maktabah al-Qudsiy, 1994.
Al-Mausu’aa al-Fiqhiyyah, Wazaratu al-Awqof wa al-Syu’un al-Islamiyah al-Kuwaitiyah, Dar al-Salasil, Kuwait, 1994.
Al-Nawawi, Yahya bin Syarof Abu Zakariya, Syarh Nawawi ‘Ala Muslim, Dar al-Khoir, 1996.
Al-Safariny, Muhammad bin Ahmad bin Salim, Ghodza al-Albab Fi Syarhi Mandhumat al-Adab, Muassasah Qurthubah,
1993.
Geertz, Clifford , Religion of Java , The University of Chicago Press, Chicago, 1976.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2007.
Masdar Farid Mas’udi, KH. Wahab Chasbullah Penggagas Istilah “Halal Bihalal”. http://www.nu.or.id/post/read/60965/
kh-wahab-chasbullah-penggagas-istilah-ldquohalal-bihalalrdquo
Pigeaud, Theodore Gauthier Th., Javaans-Nederlands Woordenboek, Springer, 1983 edition.
Umar Kayam, Ziarah Lebaran, Pustaka Utami Grafiti, Jakarta, 2010.
Van Dam, Nikolaos, Bahasa Arab di Indonesia Kontemporer, dalam Abu Hasan Asy’ari (ed.), Membaca Takdir Pemikiran dan
jejak STA, Dian Rakyat, Jakarta, 2009.

Edisi Budaya | 117


Haul

I
stilah Haul pada dasarnya berasal dari atau haflah akhirussanah (acara tahunan yang
bahasa Arab. Haala-Yahuulu-Hawlan menandai berakhirnya masa studi tahunan
yang memiliki arti satu tahun. Istilah ini para santri).
dalam fikih digunakan sebagai salah satu
Kegiatan haul biasanya dilaksanakan
syarat kewajiban zakat. Kemudian istilah ini
tepat pada tanggal meninggalnya almarhum.
oleh masyarakat Islam Indonesia digunakan
Penanggalan hijriyah pada umumnya
sebagai upacara peringatan tahunan atas
digunakan sebagai penentuan satu tahun
wafatnya seseorang. Tidak ada keterangan
pertama meninggalnya almarhum dan
jelas yang menunjukkan siapa yang pertama
tahun-tahun selanjutnya. Namun, sebagian
kali menggunakan istilah haul sebagai hari
masyarakat ada juga yang menggunakan
peringatan kematian. Yang pasti, tradisi
kalender Masehi yang relatif lebih mudah
ini sudah ada seiring dengan masuk dan
diingat dan ditentukan jauh-jauh hari.
berkembangnya Islam di Indonesia.
Bagi masyarakat yang menggunakan
Dalam definisi yang berkembang di
penanggalan hijriyah sebagai acuan
masyarakat Indonesia, haul adalah sebuah
penyelenggaran haul, biasanya mengadakan
peringatan kematian seseorang satu tahun
musyawarah keluarga untuk menentukan hari
sekali dengan tujuan untuk mendoakan agar
pelaksanaan peringatan haul. Pada acara haul
semua amal ibadahnya diterima oleh Allah
juga dilakukan ziarah ke makam orang yang
SWT. Orang yang diperingati haulnya biasanya
sedang diperingati. Bahkan haul bagi seorang
adalah dari pihak keluarga atau juga seorang
tokoh atau wali, mengalami puncaknya pada
tokoh atau ulama yang memiliki jasa.
peringatan haul ini.
Haul sebagai peringatan kematian
Sebagaimana tradisi yang lainnya, haul
anggota keluarga diselenggarakan oleh pihak
merupakan efek transmigrasi yang menyebar
keluarga dan biaya serta akomodasinya
ke berbagai wilayah di Sumatra, Kalimantan,
didapat dari iuran anggota keluarga. Pihak
Sulawesi, dan beberapa wilayah lain. Tradisi
keluarga biasanya mengundang tetangga-
peringatan kematian, yang biasa masyarakat
tetangga terdekatnya untuk diminta turut
Jawa laksanakan seperti “nelung dina”
membacakan tahlil dan doa-doa. Sedangkan
(peringatan yang dilaksanakan pada hari atau
haul seorang tokoh biasanya tidak hanya
malam ke-3 dari kematian), “mitung ndina”
dari pihak keluarga dan tetangga-tetangga
(hari atau malam ketujuh), “matang puluh”
terdekat saja yang turut datang menghadiri
(hari atau malam ke 40), “nyatus” (hari atau
acara peringatan haulnya. Beberapa orang
malam ke 100), dan “nyewu” (hari atau malam
dari tetangga desa, kecamatan, kabupaten
ke 1000), bukanlah asli tradisi masyarakat
dan kota lain juga turut serta dalam upacara
Jawa. Tradisi peringatan kematian tersebut
haul seorang tokoh. Terlebih bagi mereka yang
berasal dari tradisi sosio religi bangsa Campa
merasa memiliki hubungan emosional semisal
muslim (yang mendiami kawasan Vietnam
haul kiai pesantren di mana ia mengaji. Haul
Selatan sampai mengalami pengusiran sekitar
kiai pesantren ini biasanya disesuaikan dengan
tahun 1446 dan 1471 M). Sementara tradisi
acara-acara tahunan pesantren seperti imtihan

118 | Ensiklopedi Islam Nusantara


muslim Campa tersebut diwarisi dari kultur
kaum muslim kawasanTurkistan, Persia,
Bukhara, dan Samarkand, yang dari tiga
kawasan itulah Islam berkembang di kawasan
Indo-Cina, termasuk Campa pada abad ke-10
M, tradisi yang paling banyak mempengaruhi
masyarakat Campa adalah tradisi Persia,
sehingga wajar terdapat tradisi haul, perayaan
hari ‘Asyura, Mauled Nabi, nishfu sya’ban, rebo
wekasan, larangan hajat di bulan Muharram,
madah Nabi, ahl bait, dan sebagainya.
Menurut Agus Sunyoto, bagi kebanyakan
umat Islam yang kurang memahami sejarah,
ada anggapan bahwa adat kebiasaan dan
tradisi keagamaan yang dilakukan oleh
kalangan umat Islam tradisional adalah hasil
pencampuradukan antara ajaran Hindu- Brosur Susunan Acara Haul Sunan Bonang
Buddha dengan Islam atau yang lebih familiar (http://www.wongjonegoro.com/2016/10/haul-sunan-bonang-tuban-2016.html)

disebut sinkretik. Tanpa didukung fakta


Haul Wali dan Para Tokoh
sejarah, dinyatakan bahwa tradisi keagamaan
yang berkaitan dengan kenduri memperingati Pengidolaan dan pemujaan terhadap
kematian seseorang pada hari ke-3, ke-7, ke- seorang wali adalah sebuah ritual yang sudah
40, ke-100, dan ke-1000 adalah warisan Hindu- ada sejak lama dalam sejarah umat Islam.
Buddha. Padahal, dalam agama Hindu dan Namun, sejak munculnya Ibn Taymiyyah dan
Buddha sendiri tidak dikenal tradisi kenduri Ibn Qayyim al-Jauziyyah, ritual ini mendapat
dan tradisi memperingati kematian seseorang tantangan serius. Terlebih ketika Arab Saudi
pada hari ke-3, ke-7, ke-40, dan ke-1000. diambil alih oleh kerajaan Saud, dimana bentuk
Pemeluk Hindu mengenal kematian seseorang pelarangan terhadap pemujaan terhadap wali
dalam upacara sraddha yang dilaksanakan dua terjadi di Negara tersebut. Terlepas dari hal
belas tahun setelah kematian seseorang. itu, pengidolaan dan pemujaan terhadap wali
terus berkembang di Negara-negara lainnya.
Lebih lanjut Agus Sunyoto menyatakan
Tak terkecuali di Indonesia.
bahwa tinjauan sosio-historis terjadinya
perubahan adat kebiasaan dan tradisi Di Indonesia, lebih khusus di tanah Jawa,
kepercayaan di Nusantara khususnya di pemujaan wali atau dalam arti lebih sempit lagi,
Jawa pasca runtuhnya Majapahit, tidak menziarahi makam wali adalah sebuah ritual
bisa ditafsirkan kecuali sebagai akibat dari yang sangat lazim. Mengenai pemujaan wali
pengaruh kuat para pendatang asal negeri yang terjadi di Indonesia dan hubungannya
Champa yang beragama Islam, yang ditandai dengan tradisi umum masyarakat dianggap
kehadiran dua bersaudara Raden Rahmat sebagai bagian dari ketakwaan. Kecaman keras
dan Raden Ali Murtadho. Peristiwa yang dari kalangan modernis sejak pertengahan
diperkirakan terjadi sekitar tahun 1440 Masehi tahun 1920-an tidak berpengaruh banyak
yang disusul hadirnya pengungsi-pengungsi terhadap suburnya praktik pemujaan terhadap
asal Campa pada rentang waktu antara para wali. (Muhaimin AG, Islam dalam Bingkai
tahun 1446 hingga 1471 Masehi, yaitu masa Budaya Lokal, 2002: 227-228)
runtuhnya kekuasaan Kerajaan Campa akibat Salah satu bentuk dari pemujaan terhadap
serbuan Vietnam, kiranya telah memberikan seorang wali adalah dengan mengadakan
kontribusi yang tidak kecil bagi terjadinya haul seorang wali. Haul Sunan Bonang (salah
perubahan sosiokultural-religius masyarakat satu tokoh penyebar Islam di Indonesia dan
Majapahit yang mengalami kemunduran. termasuk anggota walisongo) misalnya. Dalam

Edisi Budaya | 119


berkumpul di suatu tempat tertentu untuk
mengadakan peringatan haul dengan
melakukan pembacaan tahlil dan doa bersama.
Fungsi Sosial Haul
Haul menjadi tradisi yang menjanjikan
di kalangan umat Islam. Haul mejadi pola
penghubung bagi generasi penerus dengan
generasi pendiri sebuah orde keagamaan,
misalnya tarekat atau pendiri pesantren
yang pada masanya memiliki kharisma yang
Haul Habib Anis Solo tahun 2016
(http://www.nu.or.id/post/read/64842/haul-habib-ali-di-masjid-riyadh- sangat tinggi. Haul menghadirkan nuansa
solo-digelar-29-31-januari)
kharismatik. Semakin besar charisma kiai atau
upacara peringatan haul Sunan Bonang, wali semakin besar nuansa haul tersebut. (Nur
terdapat beberapa prosesi kegiatan, yaitu: Syam, Islam Pesisir, 184)
pertama, musyawarah alim ulama yang
diadakan di Masjid Sentono. Kedua, takhtimul Pada titik ini, haul juga memiliki fungsi
qur’an bi nazhar (khataman al-Quran dengan sosial sebagai perekat persaudaran bagi sebuah
membaca kitab al-Quran secara langsung). keluaga dan masyarakat setempat. Bahkan bila
Ketiga, Takhtimul Qur’an bil Ghayb (khataman yang diperingati adalah seorang tokoh, fungsi
al-Quran oleh para penghafal al-Quran dengan sosial dari peringatan haul ini sangat besar.
tanpa melihat al-Quran). Keempat, Tahlil Para tamu yang datang dari berbagai daerah
Kubra. Sebagaimana halnya haul Sunan Bonang bertemu di acara tersebut. Haul habib Anis
yang didatangi puluhan ribu kaum muslim Solo (salah seorang habib yang memiliki massa
untuk turut mengikuti acara haul, haul habib yang cukup banyak) bisa dijadikan contoh
Anis di Solo juga tak kalah menarik perhatian bagaimana para muhibbin (kelompok pecinta
kaum muslim di Indonesia untuk datang ke ahlul bait atau keturunan Nabi Muhammad
Solo. Haul Habib Anis Solo juga dilaksanakan SAW) dari berbagai daerah datang ke Solo
tidak hanya satu hari. Pelaksanaan haul Habib untuk menghadiri peringatan haul tahunan
Anis tahun 2016 misalnya, digelar selama tiga sang habib.
hari berturut-turut. Rangkaian acara haul Fungsi Ekonomi
Habib Anis selain diisi dengan pembacaan
Selain memiliki fungsi sosial, acara haul
tahlil dan doa bersama juga diadakan pengajian
–terutama haul para wali dan tokoh – juga
bagi jamaah yang hadir di acara tersebut.
memiliki dampak ekonomi. Ribuan orang
Haul para tokoh kharismatik juga biasanya dari berbagai daerah datang di suatu tempat
tidak hanya dilakukan di rumah atau makam diselenggarakannya acara haul dimanfaatkan
sang tokoh di semayamkan. Peringatan haul oleh para pedagang untuk mengais rejeki.
KH Abdurrahman Wahid (Presiden RI ke- Tempat-tempat penginapan juga biasanya
4) misalnya, diadakan di berbagai daerah dipenuhi oleh para peserta haul yang datang
di Indonesia. Meski tidak ada hubungan dari luar daerah.
kekeluargaan dengannya, masyarakat
[M. Idris Mas’udi]
tanpa pamrih meluangkan waktunya untuk

Sumber Bacaan
Muhaimin AG, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal, Ciputat: Logos, 2002, cet. II
Nur Syam, Islam Pesisir, Yogyakarta: LKiS, 2005
Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Depok: Pustaka IIMaN, 2014
Al-Munawwir, Kamus al-Munawwir,
A. Khoirul Anam, dkk, Ensiklopedia NU, Jakarta: Mata Bangsa dan PBNU, 2014
http://www.nu.or.id/post/read/64842/haul-habib-ali-di-masjid-riyadh-solo-digelar-29-31-januari;http://www.
wongjonegoro.com/2016/10/haul-sunan-bonang-tuban-2016.html

120 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Hikayat

Genealogi Hikayat yang dekat dengan raja-raja yang memerintah

K
(Raja Noor, 1972: 18).
ata hikayat berasal dari bahasa Arab
yang secara harfiah diterjemahkan Selaras dengan pandangan Norazimah
menjadi cerita atau kisah, berkaitan Bt Zakaria (2011: 2), dalam Hikayat Melayu
erat dengan kisah pahlawan bangsa Melayu diuraikan tentang keturunan raja-raja Melayu
atau lebih khusus tentang kisah yang terjadi yang memiliki hubungan kekeluargaan dengan
di istana dan silsilah para Sultan Melayu. raja-raja Siak. Hikayat Melayu sarat dengan
(Wagner, 1959: 246). Hikayat merupakan karya unsur sastra yang juga berkaitan erat dengan
sastra yang berkaitan atau yang menceritakan unsur sejarah Siak. Sebagai sebuah teks
hal-hal yang berhubungan dengan suatu sastra sejarah, Hikayat Melayu ditulis dengan
kesultanan atau suatu daerah seperti Hikayat tujuan tertentu yakni untuk memuji dan
Raja-Raja Pasai dan Hikayat Aceh (Raja Noor, mengagungkan kehebatan sang raja supaya
1972: 18). Dalam khazanah literatur Melayu, kelak diketahui oleh anak cucu sebagaimana
hikayat merupakan karya sastra sejarah yang termaktub pada bagian mukadimah
Melayu klasik. Sebagai sastra sejarah Melayu mengenai cerita Raja Iskandar Zulkarnain
klasik, hikayat menjadi catatan penting setiap yang ditulis pada 24 Juli tahun 1893” (Hikayat
kerajaan Melayu di Nusantara. Umumnya Melayu. 1998: 1).
hikayat menceritakan peristiwa-peristiwa yang
benar-benar terjadi di istana dan beberapa
keturunan raja yang menjadi pusat kajiannya. Hikayat dalam Historiografi Islam
Dalam sastra sejarah Melayu, banyak dijumpai Nusantara
beberapa hikayat sebagai kata pertama dalam Historiografi Islam di Nusantara
karya sastra sejarah selain juga menggunakan mengalami perkembangan seiring dengan
kata silsilah dan tambo, seperti Hikayat Melayu, perkembangan historiografi lokal di Indonesia.
Hikayat Siak, Hikayat Merong Mahawangsa, Historiografi tersebut dimulai dengan
Silsilah Melayu dan Tambo Minangkabau. (Teng, munculnya corak historiografi tradisional.
2015: 51-52). Sedangkan corak historiografi awal Islam di
Latar sejarah munculnya hikayat tidak Nusantara lebih ditekankan kepada periode
bisa dilepaskan dari suatu tradisi lama dan gambaran mengenai peran pahlawan
yang kebanyakan merupakan tradisi lisan dan sultan dalam dinamika kebangkitan dan
(oral tradition) sehingga para pujangga kemunduran kesultanan Islam di Kepulauan
diberi perintah dan tugas oleh sultan Nusantara. Sementara Rosenthal dalam
untuk menghasilkan karya-karya sejarah. melacak historiografi Islam awal di Nusantara
Sebagaimana sultan memerintah Tun Sri melihat bahwa bentuk dasar historiografi
Lanang menulis kembali catatan sejarah Islam adalah karya sastra klasik yang isinya
mengenai peraturan raja-raja Melayu dengan banyak menyebutkan istilah-istilah kepada
segala adat-istiadatnya supaya kelak diketahui narasi tertentu seperti haba, hikayat, kisah, dan
oleh anak cucu di masa mendatang. Dalam hal tambo yang berasal dari bahasa Arab. Argumen
ini, hikayat menjadi salah satu karya sejarah ini didukung Hamka dalam melakukan
yang ditulis atau dikarang oleh orang-orang penulisan sejarah yang bahannya diambil dari

Edisi Budaya | 121


sumber lokal meskipun bercampur dengan bangsa Melayu. Dengan menonjolkan konsep
mitos dan legenda, seperti Hikayat Raja-Raja individualisme yang dihadapkan dengan
Pasai, dan Sejarah Melayu yang menjelaskan konsep kerajaan yang selama ini mendominasi
interaksi langsung antara Nusantara dengan kehidupan politik dunia Melayu. Hikayat
Arab. Adanya karangan klasik seperti haba Abdullah berupaya memantik kesadaran
(kata diambil dari bahasa Aceh yang berarti masyarakat Melayu sebagai komunitas politik
Khabar), hikayat, kisah, dan tambo inilah yang memiliki hak-hak untuk dilibatkan dalam
yang oleh Rossenthal disebut dapat dijadikan politik di dunia Melayu (Budiman, 2010: 2-3).
bahan penting dalam studi karya historiografi
Menurut Henri Chambert-Loir (2014:
Islam, sehingga akan terbentuk suatu horizon
105) selain beberapa hikayat yang identik
baru dalam penulisan sejarah Islam yang lebih
dengan unsur Islam, ada jenis karya hikayat
banyak berpijak pada bumi sendiri dalam
yang belum mengandung unsur Islam
pengembangan keahlian dan pengetahuan
seperti Hikayat Dewa Mendu. Sebuah karya
sejarah Islam yang dilakukan oleh penulis-
epos Melayu yang dikarang sebelum masa
penulis Islam sendiri (Yakub, 2013: 160-161).
kedatangan Islam. Selain merupakan karya
Sebagaimana teks Sejarah Melayu oleh sastra yang bermutu tinggi, sebanding dengan
Tun Seri Lanang, teks Tuhfat Al Nafis oleh karya-karya sastra Melayu yang lain karya ini
Raja Ali Haji, Hikayat Merong Mahawangsa menarik dari segi filologi, karena unsur-unsur
yang disalin oleh Muhammad Yusuf bin klasik yang khas masih tetap dipertahankan
Nasruddin termasuk Silsilah Raja-Raja oleh para penyalin selanjutnya. Hikayat
Melayu dan Bugis ditulis oleh Raja Ali Haji, Dewa Mendu dikenal melalui 15 naskah yang
dan Hikayat Melayu ditulis oleh Tengku Said. panjangnya bervariasi: paling tebal berjumlah
Hampir semua teks sastra sejarah termasuk 470 halaman. Karya ini berupa prosa yang
hikayat memperlihatkan gaya penulisan diselingi pantun; dalam naskah yang paling
sastra yang masih bercampur antara mitos banyak pantunnya, jumlahnya 237, sedangkan
dan legenda. Dalam Hikayat Melayu misalnya, dalam naskah-naskah lain, jumlahnya hanya
unsur tersebut terlihat pada halaman satu beberapa puluhan. Ke-15 naskah tersebut
(1) sampai halaman empat ratus dua (402). cukup baik terpelihara dan menggambarkan
Halaman seterusnya memperlihatkan mitos dengan baik cara karya-karya Melayu sampai
dan legenda yang menyatu dengan realitas tersebar di berbagai perpustakaan di Eropa
masyarakat pada masa itu. Sebagai sebuah teks dan di Indonesia (6 di Jakarta, 4 di London, 1
sastra sejarah, Hikayat Melayu mempunyai di Cambridge, 1 di Leiden, 1 di Brussels, dan 1
gaya bahasa sastra yang menarik dan mudah di Berlin).
dipahami sehingga tetap menjadi salah satu
Hikayat dalam historiografi Melayu selalu
rujukan dalam historiografi Islam Nusantara
memperlihatkan keistimewaan seorang tokoh
(Bt Zakaria, 2011: 2)
yang telah menjadi legenda pada masyarakat.
Hikayat dalam historiografi Islam Misalnya tokoh Seri Sultan Perkasa Alam
Nusantara merupakan sebuah karya Johan Berdaulat (Sultan Iskandar Muda-Aceh)
intelektual Melayu yang monumental. Hikayat dalam Hikayat Aceh, Seri Sultan Iskandar
Abdullah, sebuah karya dari Abdullah bin Zulkarnainsyah Khalifatur Rahman Johan
Abdul Kadir Munsyi, banyak menekankan Berdaulat Zilullahi (Sultan Iskandarsyah-
pentingnya bangsa Melayu memperjuangkan Perak) dalam Hikayat Melayu, Pengiran
hak-haknya baik sosial maupun politik. Dalam Bendahara Seri Maharaja Sekam (A wang
karya ini pula penulisnya banyak mengkritik Semaun-Berunai) dalam Silsilah Raja-Raja
ideologi politik kerajaan yang telah membuat Brunei dan Gocah Pahlawan (Muhamad
kekacauan karena raja-rajanya telah berbuat Dalikhan-Deli) dalam Hikayat Keturunan Raja
tiran dan tidak adil. Hikayat Abdullah Negeri Deli. Tokoh-tokoh yang dimunculkan
merupakan salah satu karya intelektual Melayu dalam historiografi Melayu tersebut masing-
yang menekankan pentingnya independensi masing memperlihatkan keistimewaan asal-

122 | Ensiklopedi Islam Nusantara


usul keturunannya. Dalam Hikayat Keturunan sebagai pakar “sihir sastra”, yang tugasnya
Raja Negeri Deli keistimewaan tokoh Gocah bukan untuk memberikan informasi faktual
Pahlawan diperlihatkan mengungguli tokoh di dalam karyanya, melainkan mengupayakan
Iskandar Muda. Walaupun belum diketahui tercapainya efek supranatural atau takhayul
bagaimana keunggulan tokoh Gocah Pahlawan tertentu yang berguna baik bagi penguasa
sebagai seorang tokoh legenda sejarah dari maupun kekuasaannya (Hermawan, 2003:
kesultanan Deli diperlihatkan, padahal dalam 4-5).
teks Hikayat Keturunan Raja Negeri Deli lebih
Sebagaimana dalam teks Hikayat
menyoroti cerita kelegendaan Gocah Pahlawan
Melayu yang menceritakan hubungan politik
tersebut (Kembaren, 2011: 15-16).
Raja Kecil beserta keturunannya dengan
Hikayat dalam historiografi Nusantara kekuasaaan meliputi daerah Trengganu,
juga muncul sebagai upaya mempertahankan seluruh kepulauan Riau-Lingga-Bentan, barat
tradisi yang banyak bersentuhan dengan daya Borneo dan beberapa buah kerajaan kecil
kehidupan istana. Hoesein Djajadiningrat di pantai timur Sumatera dengan keluarga
(dalam Ras, 1968: 13) menyatakan bahwa Bugis di Johor sebagai dua pihak Melayu
di mana pun ada kerajaan atau kesultanan, yang saling bermusuhan sepanjang abad
pasti ada semacam upaya pelanggengan ke-18 dan awal abad ke-19. Hikayat Melayu
tradisi sejarah. Sebagian tradisi tertulis dalam historiografi Nusantara mengalami tiga
telah diterbitkan, atau dalam sebagian kasus tahap perkembangan yakni zaman berdirinya
sinopsisnya diterbitkan dalam bahasa kolonial. kerajaan di Melaka yang diperintah oleh
Isi tradisi lokal ini biasanya berisi kegemilangan beberapa orang raja, mengalami tahap kejayaan
atau kejayaan seorang raja. Selain itu, isinya dan juga mengalami tahap kemunduran. Zaman
juga bisa berupa asal-usul kerajaan tertentu. kejayaan Mlaka dikaitkan dengan sikap raja-
Beberapa fakta dibangun berdasarkan sumber rajanya yang adil, dan tidak mendzalimi rakyat.
lain yang kadang-kadang bisa ditemukan Tahap kemunduran kerajaan Melaka terjadi
melalui jejak-jejak kecil peristiwa tertentu akibat pembangkangan rakyat terhadap raja
dalam sejarah Melayu. Akan tetapi dalam yang dirasakan tidak adil, kejam dan dzalim.
kasus semacam ini orang juga bisa kehilangan Sultan Mahmud II yang dibunuh dikatakan
sejarah yang dicarinya (Hermawan, 2003: 4). telah meninggalkan pewaris yang sah di dalam
teks Hikayat Melayu. Zaman setelah kejatuhan
Dalam kaitan ini, A. Teeuw dan Situmorang
kesultanan Melayu Melaka diteruskan
(dalam Ras, 1968: 25-16) menyatakan bahwa
dengan zaman pemerintahan kerajaan Siak.
teks sejarah klasik seperti hikayat sebaiknya
Pemerintahan di Siak digambarkan oleh
tidak dianggap sama dengan teks sejarah yang
pengarang dengan beberapa peristiwa seperti
ditulis pada abad ke-20. Hal ini mengingat
terjadinya perang saudara, masuknya penjajah
fakta bahwa sejarah Melayu bisa saja telah
asing seperti Inggris dan Belanda, hubungan
ditulis berulang kali. Dengan pandangan ini
baik kerajaan dengan penjajah, monopoli
perlu ditekankan untuk mencoba mengisolir
perdagangan dan hasil bumi di Siak oleh
“lapis-lapis” atau strata kompisisi dari zaman
penjajah serta raja yang menjalani kehidupan
yang berbeda. Selain itu juga perlu diingat
seperti rakyat biasa pada akhirnya turut
bahwa teks-teks sejarah Melayu klasik harus
memengaruhi keadaan sosial-politik di Siak.
dipandang sebagai dokumen fungsional,
Berdasarkan ciri-ciri yang dijelaskan, maka
yang ditulis bukan untuk tujuan memberikan
teks Hikayat Melayu merupakan sebuah teks
pertimbangan sejarah, tetapi disusun demi
sastra sejarah. Justru, Tengku Said dalam
kepentingan sang raja atau dinasti yang
tulisannya masih mempertahankan nilai yang
memilikinya. Episode historis ini dengan
ada dalam karya Hikayat Melayu dengan tetap
mudah mengatur silsilah dan raja-raja yang
merujuk pada karya legendaris yakni Sejarah
diidentifikasi dengan figur-figur epik tertentu.
Melayu dan meletakkan dirinya sebagai penulis
Teeuw memberikan contoh misalnya fungsi
yang tetap bersandar pada tradisi (Bt Zakaria,
penyair istana Jawa dengan peran utamanya
2011: 12).

Edisi Budaya | 123


Senada dengan hal tersebut, Braginsky karya sastra sejarah lebih banyak diminati oleh
(1993) dalam karyanya The System of Classical para peneliti (Hashim, 1992: 15).
Malay Literature membagi empat kategori
Karya-karya tersebut juga kaya dengan
atau tahap dalam penulisan karya-karya
rekaman peristiwa heroik tentang spirit
sastra sejarah Melayu. Tahap pertama, “myth
nasionalisme masyarakat Melayu. Sehingga
of origin” atau mitos asal usul. Di antara
karya-karya dalam historiografi Melayu,
karya yang termasuk dalam kategori ini,
termasuk hikayat, sejatinya telah membangun
Salasilah Kutai dan Hikayat Banjar. Tahap
sebuah peradaban Islam khas Nusantara
kedua yang muncul sekitar tahun 1400-an
dengan segala lika-liku perjalanan sejarah.
hingga tahun 1600-an. Pada tahap ini, masih
Hal ini terlihat melalui beberapa karya sastra
mempertahan “myth of origin”, tetapi sudah
sejarah yang mengisahkan tentang etnik
semakin berkurang, sedangkan nilai sejarah
pribumi Melayu yang berjuang menentang
semakin diutamakan. Di antara karya yang
musuh (pihak penjajah) demi mempertahankan
dikategorikan dalam tahap kedua ini, Hikayat
tanah air mereka. Pengalaman berabad-abad
Raja Pasai, Sejarah Melayu dan Hikayat Patani.
lamanya dikuasai penjajah menyediakan
Pada tahap ketiga, unsur “myth of origin”
satu ruang dan kesempatan kepada penulis-
hanya sedikit disinggung oleh pengarang
penulis masa silam untuk membangkitkan
karena karya-karya yang muncul lebih berkisar
kesadaran kepada generasi mendatang
kepada “Panegyrical Chronicles” sekitar pada
tentang sejarah perjuangan leluhur mereka.
tahun 1700-an sampai 1800-an. Di antara
Penentangan tersebut tumbuh sebagai bentuk
contoh karya sastra dalam tahapan ketiga ini,
sikap mencintai tanah air ataupun semangat
Hikayat Aceh dan Misa Melayu. Pada tahap
kebanggaan terhadap bangsanya. Nasionalisme
keempat “myth of origin” hampir sudah tidak
tersebut lahir dan bangkit sejak kedatangan
muncul lagi, sebaliknya karya yang muncul
kaum kolonial di Nusantara yang berawal dari
lebih fokus pada aspek penulisan sejarah.
kedatangan Portugis (seperti yang terangkum
Hikayat Johor dan Tuhfat al-Nafis yang
dalam Sulalatus Salatin), diikuti Belanda,
dikarang sekitar tahun 1800-an sampai 1900-
Spanyol dan Inggris. Kekuasaan kaum kolonial
an merupakan contoh karya yang muncul
dan imperialis telah melahirkan konflik
dalam dunia penulisan Melayu (Kembaren,
yang berkepanjangan antara pihak penjajah
2011: 1-2).
dengan masyarakat pribumi. Peperangan
menjadi jalan akhir, titik puncak dari respons
masyarakat pribumi terhadap pengaruh asing
Signifikansi Hikayat dalam Peradaban
yang akhirnya membawa implikasi besar bagi
Islam Nusantara
kedua belah pihak. Semangat penentangan
Menurut Mardiah Mawar Kembaren, masyarakat pribumi terhadap pihak Portugis
(2011: 1) hasil-hasil kesusastraan Melayu di Nusantara turut menjadi cerita-cerita
tradisional termasuk hikayat telah lama lisan yang terekam dalam penulisan sejarah
digunakan oleh peneliti asing dan peneliti lokal di wilayah-wilayah yang menjadi basis
sebagai sumber penulisan sejarah. Beberapa kekuasaannya. Di antaranya yakni Hikayat
sumber penulisan sejarah yang sering menjadi Anggun Cik Tunggal, Hikayat Malim Dewa
tumpuan para peneliti seperti Hikayat Raja- dan Cerita Bongsu Pinang Peribut (Zubir Idris,
Raja Pasai, Hikayat Aceh, Hikayat Patani, Hikayat 2011: 109).
Siak dan sebagainya. Hal ini dikarenakan
Menurut Hamka (1963: 106-108), cerita-
pada umumnya karya sastra bercorak sejarah
cerita lisan seperti “Anggun Cik Tunggal” (di
mengandung sumber informasi masa lalu yang
Minangkabau dikenal dengan “Nan Tonggal
mempunyai nilai sejarah untuk mengetahui
Megat Djebang”), ditulis untuk menunjukkan
budaya masyarakat Melayu dan melihat
kekejaman yang telah dilakukan oleh kolonial
lebih dekat silsilah-keturunan, falsafah serta
Barat (Portugis). Dengan menggunakan kata
pemikiran masyarakat Melayu. Ketertarikan
yang penuh kiasan dan sindiran, cerita ini
terhadap beberapa hal tersebut menjadikan

124 | Ensiklopedi Islam Nusantara


disebarkan dari mulut ke mulut, tentang bahasa. “Euro-centrism” bermakna penelitian
bagaimana buruk dan kejinya bangsa yang maupun kajian mengenai Nusantara dilihat
menjajah negeri Melayu. Melalui cerita- dari sudut pandang orang Eropa. Misalnya
cerita seperti “Anggun Cik Tunggal,” segala E. Netscher, seorang ilmuwan dan pegawai
kekejaman orang Barat (Portugis) dapat kolonial Belanda di Riau, dalam bukunya De
diperlihatkan sebagaimana kutipan dibawah Netherlanders in Johor Siak (Orang Belanda di
ini. Johor dan Siak) menyatakan bahwa sejarah
negeri-negeri Melayu hanya sebagai sejarah
“Demikianlah, apabila bangsa kita telah
orang Eropa di dalamnya. Netscher tidak
merasa lemah, tidak dapat melawan
memperhatikan sejarah orang-orang Melayu
lagi, mereka buat cerita. Di dalam
sendiri. Penjajahan di Nusantara oleh orang-
cerita itu diisikanlah sindiran dan rasa
orang Eropa mengabaikan warisan umat
benci kepada musuh, dihinakan dan
muslim Nusantara. Orang-orang Eropa tidak
ditunjukkan kejahatannya, sehingga
memahami secara mendalam sejarah Islam di
anak cucu mengerti, dan pada suatu masa
Nusantara. Hal ini karena Muslim di Nusantara
kelak, ‘malu yang tercoreng di kening’
selalu dianggap oleh orang Eropa sebagai
itu akan dapat dihapuskan juga dengan
pesaing yang dalam perjuangannya untuk
kedatangan Nan Tonggal.”
memonopoli perdagangan di Asia Tenggara.
Dalam penulisan sastra sejarah atau Menurut Abdul Haris Nasution (1963: 37):
karya historiografi, setelah penjajah datang
“…tidak perlu heran bahwa Islam dalam
ke Nusantara, kebanyakan karya-karya
alam Melayu belum dipelajari lagi
tersebut ditulis kembali karena permintaan
secara sepatutnya. Selama penjajahan
pihak penjajah sendiri selain faktor hubungan
Eropah yang berlangsung selama 350
baik antara penulis dengan penjajah yang
tahun itu, pemerintah kolonial selalu
juga mendorong lahirnya pusat penerbitan.
berusaha untuk mengaibkan Islam dan
Beberapa karya yang diterbitkan oleh pihak
umat Islam, menganggap orang Muslim
penjajah contohnya karya Raja Ali Haji,
sebagai golongan masyarakat yang paling
Gurindam Dua Belas diterbitkan oleh majalah
mundur”.
TBG 2 Betavia. Begitu juga karyanya yang
lain yakni Mukhtasar Syariat al-Islam dan Taj Persepsi negatif dan sikap prejudis para
al-Salatin (Bt Zakaria, 2011: 5). Menurut orientalis jelas tidak membawa kemajuan
Denisova (2008: 132-134) hal ini berimbas dalam perkembangan Islam di Nusantara
pada karakter para orientalis yang meneliti terutama dalam bidang sejarah masuknya
sejarah Islam Nusantara umumnya mengawali Islam di Nusantara, cara penyebaran Islam di
penelitian dengan tradisi-tradisi lama Nusantara dan aliran umat Islam di Nusantara.
(sebelum Islam) termasuk dalam kebudayaan, Selain itu, tulisan-tulisan para orientalis itu
sejarah dan adat-istiadat Hindu-Buddha justru mendorong beberapa prasangka atau
sebagai subjek kajiannya. Menurut Denisova “mitos” tentang Islam Nusantara dan warisan
(2008), salah satu penyebabnya adalah ‘euro- sejarah Islam Nusantara (Denisova, 2008: 132-
centrism’ dan sikap apatis terhadap peran 134). Semestinya sudah menjadi bukti bahwa
Islam di Nusantara. Biasanya para orientalis warisan sejarah Islam Nusantara seperti
menganggap Islam sebagai faktor negatif dalam Hikayat Raja Pasai, Hikayat Aceh, Hikayat Siak,
proses perkembangan Islam di Nusantara. Sejarah Melayu, Tuhfat an-Nafis, Peringatan
Para orientalis terlebih yang berpihak pada Sejarah Negri Johor dan yang lainnya telah
kolonialis enggan memperhatikan bahwa menunjukkan bahwa khazanah ini merupakan
Islam memajukan peradaban masyarakat sumber-sumber sejarah yang sangat penting
di Nusantara. Mereka juga tidak jeli dalam dalam literatur Islam di Nusantara. Tetapi bagi
memperhatikan pengaruh Islam dalam sebagian para orientalis Barat, hasil penulisan
mengembangkan kebudayaan dan pemikiran sejarah lokal sering dianggap sebagai sumber-
termasuk dalam hal keilmuan, filosofi dan sumber yang bukan bersejarah dan tidak bisa

Edisi Budaya | 125


dijadikan sebagai rujukan penulisan sejarah ada dalam karya-karya tersebut jika dikaji
(Denisova, 2008: 135) secara kritis dan terperinci ada jejak fakta-
fakta sejarah yang bisa ditemukan. Sehingga
Sumber-sumber sejarah Islam Nusantara
sebagai rujukan dalam setiap kajian ilmiah
pada kurun abad 14 sampai abad 19 dalam
teks-teks tersebut memiliki nilai sejarah
bentuk hikayat, babad atau chronicles atau
dan dapat digunakan sebagai pintu masuk
annals biasanya ditulis oleh para pengarang
untuk mengkaji sejarah dan peradaban Islam
atas titah sultan, untuk mengagungkan atau
di Nusantara (Denisova, 2008: 136). (Arik
untuk mempromosikan kepentingan dan
Dwijayanto & Dawam Multazam)
pemikiran keluarga istana sehingga terdapat
unsur mitologi. Namun setiap informasi yang [Dawam Multazam]

Sumber Bacaan
Ahmad, A.Samad (peny). 1996. Sulalatus Salatin. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Budiman, Daniel Arief. 2010. Ideologi Politik Melayu Abad Ke-19 (Studi Komparasi Pemikiran Abdullah Bin Abdul
Kadir Munsyi Dan Raja Ali Haji). Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Chambert-Loir, Henri. 2014. Iskandar Zulkarnain, Dewa Mendu, Muhammad Bakir dan Kawan-Kawan: Lima Belas
Karangan Tentang Sastra Indonesia Lama. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).
Denisova, Tatiana. 2008. Kajian Teks-Teks Melayu Islam Di Barat: Masalah Dan Kesalahfahaman Utama. Jurnal
Afkar Jilid 9.
Hashim, Muhammad Yusof (peny). 1998. Hikayat Melayu. Melaka: IKSEP.
Hashim, Muhammad Yusof (peny). 1992. Hikayat Siak. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Hermawan, Sainul. 2003. Kompleksitas Penggunaan Teks Sastra Sebagai Sumber Kajian Sejarah: Catatan Dari
Kajian Hikajat Bandjar J. J. Ras, Makalah tidak dipublikasikan.
Idris, Zubir. 2011. Etnosentrisme Melayu Dalam Sulalatus Salatin (Malay Ethnocentrism In Sulalatus Salatin).
Jurnal Melayu Jilid 7.
Kembaren, Mardiah Mawar. 2011. Hikayat Keturunan Raja Negeri Deli: Kelahiran Sebuah Legenda Sejarah.
Disertasi Universiti Sains Malaysia.
Matheson, Virginia (peny). 1998. Tuhfat Al-Nafis. Kuala Lumpur: Yayasan Karyawan dan Dewan Bahasa dan Pustaka.
Nasution, Abdul Haris. 1963. ‘Pidato Restu/Pembukaan Yang Mulia Wampa Bidang Pertahanan/Keamanan, KASAB’,
dalam Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia. Risalah Seminar. Medan: Panitia Seminar Sedjarah Masuknja
Islam ke Indonesia.
Raja Noor, Raja Hassan. 1972. Pola-Pola Historiografi Tradisional Dalam Pensejarahan Melayu. Jurnal Jebat Jilid 2.
Teng, Muhammad Bahar Akkase. 2015. Tuhfat Al –Nafis: Karya Sastra Sejarah (Melayu) Dalam Perspektif Sejarah.
Jurnal Paramasastra Volume 2 Nomor 1.
Wagner, Frits A. 1959. Indonesia; The Art of An Island Group, Ann E. Kepp, tr. New York: McGraw-Hill.
Yakub, M. 2013. Historiografi Islam Indonesia: Perspektif Sejarawan Informal. Jurnal MIQOT, Vol. XXXVII No. 1,
Januari-Juni.
Zakaria, Norazimah Bt. 2011. Kajian Teks Hikayat Melayu Versi Tengku Said, Disertasi Akademi Pengajian Melayu,
Universiti Malaya.

126 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Hisab

D
alam menentukan awal bulan manzilah-manzilah (posisi-posisi bulan)
Qomariyah, terutama bulan Ramadhan supaya kamu dapat mengetahui bilangan
dan Syawal, metode rukyat menjadi tahun dan perhitungannya (waktu).
pilihan utama umat Islam dan disepakati Allah tidak menciptakan yang demikian
oleh para ulama karena terdapat hadis yang itu melainkan dengan haq (benar). Dia
secara jelas memerintahkan untuk melakukan menjelaskan tanda-tanda (kebesarannya)
rukyat untuk memulai puasa Ramadhan dan kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS
mengakhirinya. Selain hadis-hadis nabawi, juga 5:5).
terdapat ayat Al-Qur’an yang secara eksplisit
Orbit dan posisi bulan yang telah
menyebutkan tentang melihat (syahida) hilal
ditetapkan oleh Allah bisa dijadikan
untuk memulai berpuasa di bulan Ramadhan,
patokan oleh manusia untuk menghitung
yaitu surat al-Baqarah ayat 185:
dan memperkirakan keberadaan bulan
“Karena itu barang siapa di antara kalian setiap saat. Dengan alasan ini beberapa
menyaksikan (datangnya) bulan (Ramadhan) itu ulama berpendapat bahwa ilmu hisab
maka berpuasalah.” bisa diandalkan dalam menentukan posisi
hilal.
Namun ada pula beberapa ulama yang
mengambil kesimpulan dari ayat-ayat Al- 3. Al-Qur’an berbicara mengenai perubahan-
Qur’an yang saling berhubungan tentang perubahan bentuk bulan dalam
astronomi, bahwa manzilah-manzilah hilal perjalanannya setiap hari. Allah ta’ala
dapat dihitung, sehingga baik metode hisab berfirman:
maupun rukyat, sama-sama bisa digunakan
Dan telah kami tetapkan bagi bulan
dan saling melengkapi. Beberapa ayat yang
manzilah-manzilah, sehingga (setelah
dijadikan dalil oleh mereka di antaranya:
ia sampai ke manzilah yang terakhir)
1. Bulan (al-syahru) hanya ada dua belas kembalilah dia seperti pelepah yang tua. (QS
dalam ketentuan Allah. Dalam hitungan 36:39)
ilmu astronomi, dua belas bulan adalah
Allah memudahkan kepada manusia untuk
satu tahun. Allah ta’ala berfirman:
mengetahui manzilah-manzilah bulan
“Sesungguhnya bilangan bulan pada dengan perubahan-perubahan bentuknya;
sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam dari bentuk sabit lalu membesar menjadi
ketetapan Allah ketika Dia menciptakan bulan purnama dan kembali lagi seperti
langit dan bumi, di antaranya ada empat bentuk sabit menyerupai lengkungan
bulan haram.” (QS 9:36) tipis pelepah kurma. Hal ini juga dianggap
menjadi isyarat bahwa perputaran bulan
2. Allah menetapkan manzilah-manzilah
merupakan sesuatu yang telah ditentukan
bulan agar manusia mengetahui hitungan
dan bisa diprediksi serta dihitung.
tahun dan waktu. Allah ta’ala berfirman:
4. Al-Qur’an menyatakan bahwa manzilah-
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar
manzilah bulan merupakan penentu waktu
dan bulan bercahaya, dan ditetapkannya

Edisi Budaya | 127


(mawaqit). Allah ta’ala berfirman: matahari. Orbit yang berbeda inilah yang
menyebabkan “matahari tidak mungkin
“Mereka bertanya kepadamu tentang hilal
mengejar bulan” sampai kapanpun.
(bulan sabit). Katakanlah: Bulan sabit itu
adalah penentu waktu bagi manusia dan Ayat ini mengisyaratkan bahwa peredaran
(penentuan waktu bagi ibadah) haji. (QS. matahari dan bulan yang bisa dijadikan
2:189) pedoman menghitung waktu tidak pernah
berubah. Ayat ini menguatkan pendapat
Ayat ini secara jelas menyatakan bahwa
yang menyatakan bahwa hisab atau ilmu
salah satu hikmah diciptakannya hilal
falak dapat diandalkan untuk mengetahui
adalah untuk menjadi pedoman waktu
waktu, sehingga kedudukan hisab bisa
bagi manusia dalam berbagai hal, di
dianggap sejajar dengan rukyah dalam
antaranya untuk menentukan kapan
menentukan datangnya awal bulan.
dilaksanakannya waktu haji.
Ada ibadah dalam Islam yang waktunya
berkenaan dengan perjalanan matahari, Perkembangan Metode Hisab
seperti sholat lima waktu. Ada pula
Sebagaimana diungkapkan oleh Nabi
ibadah-ibadah dalam Islam yang
Muhammad saw, umat Islam Arab pada
ditentukan waktunya berdasarkan pada
masa beliau bukanlah kaum yang terbiasa
perputaran bulan, serta berulang setiap
dengan budaya literasi dan berhitung, maka
tahun. Keduanya mengikuti hitungan
untuk menentukan awal bulan, mereka
astronomi yang diciptakan oleh Allah,
menggunakan metode rukyat. Namun setelah
dan keduanya dapat dihitung. Datangnya
Islam berkembang sampai ke Andalusia, dan
awal bulan Qomariyah, selain bisa
umat Islam semakin banyak berinteraksi
diketahui dengan cara rukyah, juga
dengan kebudayaan luar, ilmu astronomi mulai
bisa dihitung berdasarkan rumusan
diperhatikan dan dipelajari.
keteraturan fase-fase bulan—yang juga
diciptakan dan ditentukan oleh Allah. Ilmu astronomi yang sampai kepada umat
Data-data tentang rukyat hilal pada tahun Islam pada abad pertengahan merupakan
sebelumnya juga bisa dijadikan pegangan disiplin ilmu yang sebelumnya dikembangkan
untuk menghitung dan memprediksi oleh orang-orang Yunani, India, dan Mesir.
kemungkinan terlihatnya bulan pada Beberapa nama ahli astronomi di kalangan
tahun berikutnya (imkanurukyah). umat Islam pada abad pertengahan yang
terkenal di antaranya: Yaqub bin Thariq,
5. Al-Qur’an menyatakan bahwa matahari
Habash, Alkhawarizmi, Moses bin Maimoen,
dan bulan berjalan pada garis edarnya
Al-Battan, Abdurrahman al-Shufi, Al-Biruni,
masing-masing yang telah ditentukan.
Nasi al-Thusi.
Allah ta’ala berfirman:
Ilmu astronomi yang berkembang saat itu
Tidaklah mungkin matahari mengejar bulan,
didasarkan pada teori-teori Ptolemy atau teori
dan malam haripun tidak dapat mendahului
Geosentris. Menurut teori tersebut, bumi
siang, dan masing-masing beredar pada garis
adalah pusat alam semesta dan tidak bergerak.
edarnya. (QS. 36:40)
Benda-benda langit termasuk bulan dan
Ayat di atas menjelaskan tentang kondisi mataharilah yang bergerak mengelilingi bumi.
fisik keberadaan dan peredaran matahari,
Perkembangan ilmu hisab di Indonesia
bulan, dan bumi. Meskipun matahari
juga mengalami perkembangan melalui
dan bulan sama-sama berada di langit
beberapa fase. Awalnya ilmu hisab yang
(dilihat dari bumi), sesungguhnya
berkembang di Indonesia mengikuti ilmu hisab
keduanya mempunyai garis edar dan orbit
abad pertengahan. Setelah itu berkembang
yang berbeda. Bulan mengorbit bumi,
ilmu astronomi yang bersumber dari ilmu
sedangkan matahari mengorbit pada pusat
astronomi modern. Dan terakhir, ilmu hisab
galaksi. Bumi sendiri berjalan mengitari

128 | Ensiklopedi Islam Nusantara


pada waktu ijtima’ atau konjungsi rata-rata.
Rata-rata interval ijtima’ menurut sistem ini
adalah 29 hari, 12 menit, 44 detik, yang sesuai
dengan hitungan astronomi modern.
Karena gerak matahari dan bulan tidak
rata, maka waktu konjungsi rata-rata ini
belum mewakili kepastian ijtima’. Masih
terdapat jarak sebesar koreksi gerak anomali
bulan dikurangi dengan koreksi gerak anomali
matahari (ta’dil markaz). Koreksi gerak anomali
matahari ini kemudian masih dikoreksi lagi
dengan ta’dil markaz dikali lima menit. Setelah
itu dicari wasath atau longitude matahari
Sumber: http://www.antaranews.com/berita/269698
dengan cara menjumlah markaz matahari dan
gerak auj (titik equinox), dan dengan koreksi
markaz yang juga telah dikoreksi tersebut
di Indonesia mengikuti perkembangan ilmu (muqowwam).
astronomi dan matematika kontemporer. Setelah itu dengan menggunakan dalil
Berdasarkan perkembangannya, ilmi hisab muqowwam, dicarilah koreksi jarak bulan-
di Indonesia bisa dikelompokkan menjadi tiga matahari (daqaid ta’dilil ayyam). Kemudian
generasi: dicari waktu yang dibutuhkan bulan untuk
menempuh busur satu derajat (khisshatu
1. Generasi Ilmu hisab hakiki taqribi. Yang
al-sa’at). Terakhir, dicari waktu ijtima’ yang
termasuk dalam generasi ini di antaranya,
sebenarnya, yaitu dengan mengurangi waktu
Muhammad Manshur al-Damiri al-
ijtma’ rata-rata dengan jarak matahari-bulan
Batawi, yang menyusun kitab Sullami
dibagi dengan khisshatu al-sa’at.
al-Nayyiraini, dan KH. Dahlan Semarang
yang menyusun kitab Fathu al-Ruufil Meskipun algoritma dan metode
Manan. penghitungan waktu ijtima’ di atas sudah
benar, namun koreksi-koreksi yang
2. Generasi ilmu hisab hakiki tahqiqi. Yang
digunakannya terlalu sederhana, sehingga
termasuk dalam generasi ini antara
tidak bisa menghasilkan angka waktu yang
lain, KH. Zubair yang mengarang kitab
akurat. Dari waktu ke waktu perlu penyesuaian
Khulashotul Wafiyah, KH. Ma’shum yang
dan tambahan waktu sampai satu jam agar
mengarang kitab Badi’atul Mitsal, dan KH.
hitungan hisab dengan cara ini bisa akurat.
Wardan dengan kitabnya Hisab Hakiki.
Pada waktu gerhana matahari 11 Juni 1983,
3. Generasi ilmu hisab kontemporer. Para hasil perhitungan menggunakan metode hisab
ahli ilmu hisab kontemporer banyak ini meleset sampai dua jam.
mengambil data dari buku-buku dan tabel
Pada metode hisab hakiki taqribi,
seperti New Comb, Astronomical Almanac,
gerak harian bulan dan matahari tidak
Nautical Almanac, Islamic Calender,
diperhitungkan. Irtifa’ hilal (derajat ketinggian
Astronomical Formulae for Computer.
bulan) di sini dihitung dengan membagi dua
selisih waktu terbenam matahari dengan
Metode Hisab Hakiki Taqribi waktu ijtima’ didasarkan pada hitungan bulan
meninggalkan matahari ke arah timur sebesar
Metode hisab jenis ini didasarkan pada 12 derajat setiap sehari semalam. Seharusnya
tabel posisi matahari dan bulan yang disusun irtifa’ tersebut masih perlu dikoreksi lagi
oleh sultan Ulugh Beuk al-Samarqandi (w. 804 dengan menghitung mathla’ul ghurub
H.), yang disusun berdasarkan teori Ptolemy matahari dan bulan berdasarkan wasath
yaitu teori Geosentris. Hisab ini berpangkal

Edisi Budaya | 129


matahari dan wasath lalu dikoreksi
bulan. sebanyak lima kali
karena adanya
Oleh sebab itu
gaya-gaya dalam
teori yang didasarkan
sistem matahari
pada tabel Ulugh
yang besarnya
Beuk ini disebut
tergantung pada
dengan hisab hakiki
posisi bulan dan
taqribi, karena
matahari serta
memerlukan koreksi-
satelit-satelitnya.
koreksi lagi pada
Adapaun waktu
hasilnya. Metode ini
ijtima’ dihitung
tidak bisa digunakan
berdasarkan waktu
untuk menentukan
terbenam matahari
imkanurrukyah
dikurangi dengan
b e rd a s a r k a n
selisih dibagi
ketinggian hilal
kecepatan gerak
(altitiude). Ia hanya
bulan terhadap
bisa digunakan
Salah satu rumus dalam ilmu hisab. matahari. Dalam
untuk menentukan Sumber : https://muslimminang.files.wordpress.com/2015/06/
menentukan
imkanurrukyah
atau menghitung
dengan irtifa’ hilal
ketinggian hilal di atas ufuk mar’iy, koordinat
minimal 6 derajat. Para ulama juga masih
matahari dan bulan ditransformasikan
berbeda mengenai batas irtifa’ hilal yang
dulu ke dalam koordinat horizon dengan
bisa dijadikan patokan untuk menentukan
menggunakan rumus-rumus segitiga bola
imkanurrukyah. Di antara mereka ada yang
(yang belum disederhanakan).
berpendapat 6 derajat, 7 derajat, dan 8 2/3
derajat. Metode ini memiliki kelemahan karena
menggunakan sudut orbit bulan matahari
yang tidak berubah. Padahal penelitian dan
Metode Hisab Hakiki Tahkiki pengetahuan saat ini menunjukkan bahwa ia
Penghitungan dalam hisab ini selalu berubah secara berkala. Demikian juga
menggunakan Rubu’ Mujayyab serta daftar dengan sudut ekliptika equator langit. Selain
logaritma dan goniometri. Metode ini diambil itu metode ini menghitung paralak (ikhtilaful
dari kitab al-Mathla’u al-Sa’id bi Risydi al- mandhar) dan refraksi dengan angka tetap,
Jadid yang didasarkan pada ilmu astronomi padahal sains membuktikan hitungan itu
dan matematika modern. Inti dari metode ini selalu berubah.
adalah menghitung atau menentukan posisi
matahari, bulan, dan titik simpul orbit bulan
Metode Hisab Hakiki Kontemporer
dengan orbit matahari dalam sistem koordinat
ekliptika. Setelah itu ditentukan keceptan gerak Metode ini mengandalkan hasil penelitian
matahari dan bulan pada orbitnya masing- mutakhir dan menggunakan matematika yang
masing. Terakhir, mentransformasikan telah dikembangkan. Metodenya sama dengan
koordinat tersebut dalam sistem koordinat metode hisab Hakiki Tahkiki, tapi dilengkapi
horizon (ufuk mar’iy). dengan sistem koreksi yang lebih teliti dan
kompleks, sesuai dengan kemajuan sains dan
Untuk menentukan posisi bulan dan
teknologi.
matahari pada sistem koordinat ekliptika,
perlu ditentukan terlebih dulu posisi rata- Rumus-rumus yang digunakan dalam
rata keduanya pada akhir bulan ketika metode ini telah disederhanakan dan bisa
matahari terbenam. Posisi rata-rata tersebut dihitung menggunakan kalkulator ataupun

130 | Ensiklopedi Islam Nusantara


PC. Kalau pada metode sebelumnya, Matahari
koreksi dilakukan lima kali, pada metode ini a = A TAN (COS E*TAN L)
koreksi dilakukan hingga seratus kali untuk d = A SIN (SIN E*SIN L)
mendapatkan hitungan yang akurat. Rumus- t = A COS (+TANp*TAN d-SIN h/COS d/COS P)
rumus yang digunakan untuk menghitung
Bulan
posisi matahari dan hilal dalam sistem
d = A SIN (SIN B*COS E+ COSB*SIN E*SIN L)
koordinat ekliptika ini dapat diprogram dalam
a = A COS (COS B*COS E/CODd)
komputer dan kalkulator. Sehingga selain
h = A SIN (SIN p*SIN d = COS p*COS d*COS t)
mudah, hasilnya juga lebih akurat.
[Ali Mashar]
Rumus-rumus sederhana itu adalah
sebagai berikut:

Sumber Bacaan
Almanak Hisab Rukyat, Direktorat Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung RI, 2007.
Farid Ismail, Selayang pandang Hisab Rukyat, Direktorak Jenderal Bisam Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat
Pembinaan Peradilan Agama, 2004.
Thomas Djamaluddin, Astronomi Memberi Solusi Penyatuan Umat, LAPAN, 2011.
Wahyu Widiana, Hisab Rukyat Jembatan Menuju Pemersatu Umat, Yayasan Asy Syakirin Rajadatu Cineam, Tasikmalaya,
2005.

Edisi Budaya | 131


132 | Ensiklopedi Islam Nusantara
I
Ilmu Falak
Ilmu Firasat
Ilmu Hikmah
Ilmu Kasyaf
Imkan Rukyah
Istighotsah
Ilmu Falak

K
ata falak berarti lintasan, orbit, madaar planet (sayyaraat) maupun bintang-
al-nujum (lintasan bintang-bintang/ bintang (tsawabit).
benda-benda langit 1. Dalam al-Qur’an,
Sedangkan yang kedua adalah ilmu falak
kata falak ditemukan pada dua tempat, pada
bersifat praktis (practical astronomy) atau ilmu
QS. Al-Anbiya’ (33) dan Q.S. Yasin (40):
falak amali yaitu ilmu falak yang mempelajari
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam lintasan/orbit benda-benda langit dengan
dan siang, matahari dan bulan. masing-masing tujuan dapat diketahui posisi benda langit
dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” antara satu dengan yang lainnya sehingga
(QS. Al-Anbiya’ : 33) dapat membantu dalam pelaksanan ibadah
yang terkait dengan arah dan waktu.
“Tidaklah mungkin bagi matahari
mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat Di kalangan umat Islam, ilmu falak juga
mendahului siang. dan masing-masing beredar dikenal dengan sebutan Ilmu Hisab (Arithmatic),
pada garis edarnya.” (QS. Yasin : 40) sebab kegiatan yang paling menonjol pada
ilmu tersebut adalah melakukan “perhitungan-
Secara terminologi, definisi ilmu falak,
perhitungan.” gerakan benda-benda langit.
antara lain;
Dari perhitungan tersebut didapatkan
a. Ilmu Falak didefinisikan sebagai ilmu posisi benda langit, ketinggian, kerendahan,
pengetahuan yang mempelajari benda- terjadinya waktu malam dan siang, awal waktu
benda langit, tentang fisik, gerak, ukuran, sholat, bilangan bulan, tahun, hilal, awal bulan
dan segala sesuatu yang berhubungan Qamariyah, gerhana dan lain sebagainya.
dengannya.
Obyek dan ruang lingkup pembahasan
b. Ilmu Falak adalah ilmu yang mempelajari Ilmu Falak dapat dibedakan menjadi dua
lintasan benda-benda langit seperti macam, yaitu meliputi :
matahari, bulan, bintang, dan benda-
1. Ilmu falak ilmy, yaitu ilmu yang membahas
benda langit lainnya, dengan tujuan
teori dan konsep benda-benda langit, yang
mengetahui posisi dan kedudukan benda-
kemudian dikenal sebagai ilmu Astronomi.
benda langit lainnya.
Obyek dan ruang lingkup pembahasan
Menentukan batasan ilmu falak yang ilmu falak yang bersifat teori ini secara
memenuhi kreteria jami’ dan mani’, tentunya mendalam tidak dibahas dalam buku ini.
tidak dapat dilepaskan dari dua aspek, teori Adapun cakupan ilmu Astronomi ini lebih
dan praktik. Ilmu falak yang bersifat teoritis lanjut dapat dilihat pada pembahasan
(theoretical astronomy) atau ilmu falak ilmy Cabang-Cabang Ilmu Falak.
adalah ilmu falak umum, yang didefinisikan
2. Ilmu falak amaly yaitu ilmu yang melakukan
sebagai berikut :
perhitungan untuk mengetahui posisi dan
“Ilmu Pengetahuan yang mempelajari kedudukan benda-benda langit antara satu
berbagai keadaan (hal) dan gerakan- dengan yang lain. Pengetahuan posisi dan
gerakan benda-benda langit baik planet- kedudukan benda-benda langit tersebut

Edisi Budaya | 135


kemudian dikaitkan dengan waktu-waktu 7. Cosmogoni ; Ilmu yang mempelajari
pelaksanaan ibadah bagi umat Islam. benda-benda langit dengan tujuan untuk
Ilmu falak inilah yang kemudian dikenal mengetahui latar belakang kejadian dan
dengan ilmu hisab praktis. perkembangan selanjutnya.
Selanjutnya pembahasan ilmu falak 8. Cosmologi; Ilmu yang mempelajari benda-
amaly meliputi mempunyai ruang lingkup benda langit dengan menekankan pada
pembahasan: bentuk, tata himpunan, sifat-sifat dan
1. Penentuan arah kiblat dan bayangan arah perluasan benda-benda langit tersebut.
kiblat
2. Penentuan waktu shalat
3. Penentuan awal bulan (khususnya bulan Kedudukan dan Hukum Mempelajari
Qamariyah) Ilmu Falak
4. Penentuan gerhana baik gerhana matahari Ilmu Falak memiliki kedudukan yang
maupun gerhana bulan. sangat penting dan strategis dalam pelaksanaan
ibadah. Ilmu Falak dapat digunakan sebagai
sarana mencari dan menetapkan arah kiblat,
Cabang-Cabang Ilmu Falak
waktu shalat, waktu berpuasa ramadhan,
Kemajuan IPTEK yang semakin pesat menunaikan ibadah haji, berhari raya dan lain-
menambah berkembangnya obyek materiil lain.
penelitian ilmu falak, selanjutnya melahirkan
Dalam hadits Rasulullah saw bersabda :
berbagai obyek formal yang menandai makin
beragam cabang-cabang ilmu falak. Cabang- “Pelajarilah keadaan bintang-bintang supaya
cabang ilmu falak, antara lain sebagai berikut: kamu mendapat petunjuk dalam kegelapan darat
dan lautan, lalu berhenti”. (HR. Ibnu Sunni)
1. Astronomi; Ilmu yang mempelajari benda-
benda langit secara umum. “Sesungguhnya sebaik-baik hamba Allah
adalah mereka yang selalu memperhatikan
2. Astrologi; Ilmu yang mempelajari
matahari dan bulan untuk mengingat Allah. (HR.
benda-benda langit yang dihubungkan
Ath-Thabrani)
dengan tujuan mengetahui nasib dan
keberuntungan manusia. Allah SWT berfirman QS. Al-Isra’, 78 :

3. Astrofisika; Ilmu yang mempelajari benda- “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari
benda langit dan menerangkan dengan tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah
cara, hukum-hukum, alat dan teori ilmu pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh
fisika. itu disaksikan (oleh malaikat)”. (QS. Al-Isra’, 78).

4. Astrometrik;Ilmu yang menekankan pada Ayat Ini menerangkan waktu-waktu shalat


kegiatan pengukuran terhadap benda- yang lima. Saat matahari tergelincir (zawal)
benda langit, dengan tujuan antara lain untuk waktu shalat Zhuhur dan Ashar, saat
untuk mengetahui ukurannya dan jarak gelap malam untuk waktu Magrib dan Isya,
antara satu benda langit dengan lainnya. kemudian ditambah lagi dengan waktu shalat
shubuh.
5. Astromekanik; Ilmu yang mempelajari
benda-benda langit yang menekankan “Berpuasalah kamu karena melihat hilal, dan
pada gerak dan gaya tarik benda-benda berbukalah kamu karena melihat hilal. Bila hilal
tersebut dengan cara, hukum-hukum dan tertutup debu atasmu maka sempurnakanlah
teori mekanika. bilangan bulan Sya’ban tiga puluh” (H.R.
Mutafaq Alaih).
6. Cosmographi; Ilmu yang mempelajari
benda-benda langit dengan tujuan Secara khusus Sayidina Ali bin Abi Thalib
mengetahui data-data dari seluruh benda- ra menyatakan:
benda langit tersebut. “Barang siapa yang mempelajari ilmu

136 | Ensiklopedi Islam Nusantara


tentang bintang-bintang, sedangkan ia Imam Ibn Hajar al-Haitami berpendapat
dari orang yang sudah memahami al- belajar ilmu hisab, yakni belajar menentukan
Qur’an, niscaya bertambahlahiman dan arah kibat, ketika hendak bepergian di mana
keyakinannya.” sedikit orang yang mengetahui arah kiblat
maka hukumnya fardhu ain. Atau pada waktu di
Demikian juga para ulama telah
rumah atau bepergian yang melintasi banyak
memberikan justivikasi tentang pentingnya
negeri (desa) yang di dalamnya terdapat
dan mulianya ilmu falak, antara lain Syekh al-
banyak petunjuk sehingga tidak sampai lewat
Ahdhariy pernah menyatakan dalam syairnya
waktu sebelum melintasi satu negeri (desa),
8:
atau terdapat banyak orang yang mengetahui
“Ketahuilah, bahwasanya ilmu sehingga mudah mencari rujukan yang dapat
perbintangan adalah ilmu yang mulia dipercaya sebelum lewat waktu shalat, maka
tidak terlarang. Oleh karena dengan ilmu hukumnya fardhu kifayah.
itu dapat diketahui waktu umpama fajar,
Lebih lanjut Imam Ibnu Hajar
sahur dan jam. Begitulah dengan ilmu
mengingatkan peminat ilmu falak/hisab
itu orang ‘abid dapat membagi waktu
untuk tetap dalam aqidah Islamiyah dan
ibadahnya”
tidak mempercayai ramalan yang memastikan
Para ulama sepakat bahwa Ilmu falak kejadian-kejadian yang akan datang dengan
secara fungsional menjadi wasilah atau argumentasi bahwa kejadian itu disebabkan
lantaran atau alat untuk dapat menjalankan karena bertepatan dengan posisi dan gerakan
ibadah secara tepat, benar dan sah. Karena benda-benda langit tertentu, maka orang
keberadaan ilmu falak sebagai wasilah atau tersebut telah Fasiq bahkan bisa sampai
alat atau sarana untuk tepat, benar dan sahnya derajat kekufuran. Adapun orang yang
suatu ibadah maka kedudukan hukumnya berpendapat bahwa posisi dan gerakan benda
pun menjadi sepadan dengan hukum ibadah benda langit tersebut itu dijadikan Allah SWT
tersebut. Sebagaimana dalam sebuah Qaidah sebagai tanda-tanda (alamat) akan terjadi
fiqhiyah : suatu peristiwa (kejadian) tertentu, dan itu
“Sesuatu yang perkara wajib itu bisa sebagai adat ilahiyah yang dalam istilah lain
sempurna hanya dengannya maka dikenal sebagai sunnatullah dan kadang-
sesuatu itupun menjadi perkara yang kadang bisa berubah sesuai dengan kehendak
wajib pula.” dan kekuasaan Allah SWT., pendapat yang
demikian adalah yang dibenarkan oleh syariat
Kedudukan ilmu falak sangat urgen dalam Islam. Dalam konteks inilah, secara dini dapat
hukum Islam terutama jika dikaitkan dengan ditetapkan waktu-waktu shalat , arah kiblat,
hal keabsahan ibadah, maka mempelajari ilmu awal bulan Qomariah atau gerhana. Semuanya
falak atau hisab hukumnya wajib sebagaimana yang diperhitungkan berdasarkan posisi
dikatakan oleh Abdullah bin Husain : tempat-tempat di bumi, posisi dan gerakan
Hukum mempelajari ilmu falak benda-benda langit, terutama bumi (al-ardl),
adalah wajib bahkan diperintahkan bulan (al-qomar) dan matahari (al-samsy).
mengetahuinya secara mendalam karena
ilmu falak mencakup pengetahuan tentang
kiblat dan hal-hal yang berhubungan Sekilas Sejarah Ilmu Falak dalam Islam
dengan penanggalan misalnya puasa. Pada awal perkembangan Islam, ilmu
Lebih-lebih pada masa sekarang ini falak tidak banyak dikenal, juga belum
karena ketidak tahuan para hakim masyhur di kalangan umat Islam. Rasulullah
tentang ilmu falak sikap mempermudah SAW bersabda “Kami adalah umat yang
dan kecerobohan mereka sehingga mereka tidak pandai menulis dan menghitung”2 Akan
menerima kesaksian hilal seseorang yang tetapi, Nabi Muhammad SAW sendiri pernah
seharusnya tidak dapat diterima. menggunakan pijakan peristiwa Hijriyah,

Edisi Budaya | 137


yakni ketika beliau menulis surat kepada kaum Khawarizmi, al.: (1) penemuan angka 0
Nasrani bani Najran, tertulis ke-5 Hijriyah. (nol) India, sistem pecahan decimal sebagai
Namun di dunia Arab lebih mengenal peristiwa- kunci terpenting dalam pengembangan
peristiwa yang terjadi sehingga ada istilah ilmu hisab, (2) tabel trigonometri Daftar
tahun gajah, tahun izin, tahun amar dan tahun logaritma, (3) Penemuan kemiringan
zilzal. Orang Arab mengenal tahun kelahiran zodiac sebesar 23,5 º atas ekuator. Kitab al-
Nabi Muhammad saw sebagai Tahun Gajah Khawarizmi yang terkenal Al-Mukhtashar
karena pada tahun itu terjadi penyerangan fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah dan
tentara dari negeri Habasah (sekarang Suratul Ardl diterjemahkan ke bahasa
bernama etiopia) yang mengendarai gajah Latin oleh Robert Chester tahun 535 H.
ingin menghancurkan Ka’bah. Disebut Tahun dengan judul Liber algebras et almucabala,
Izin, tahun diizinkannya hijrah Ke Madinah. dan pada tahun 1247 H. diterjemahkan ke
Disebut Tahun Amar, tahun diperintahkannya bahasa Inggris oleh Frederic Rosen.
diri dengan menggunakan senjata. Disebut
b. Ibn Jabir al-Battany atau Albatenius
Tahun Zilzal, karena terjadi gonjang-ganjing
(858-929 M.) melakukan penelitian
pada tahun Ke-4 Hijriyyah.
do Observatorium Al-Raqqah, di hulu
Pada abad III Hijriyah, masa kejayaan sungai al-Furat Baghdad. Dia melakukan
daulah Abasiyah, perkembangan ilmu falak perhitungan jalan bintang, garis edar dan
mengalami kemajuan yang ditandai dengan gerhana, menetapkan garis kemiringan
proses penerjemahan karya-karya di bidang perjalanan matahari, tahun sideris, tahun
astronomi ke dalam bahasa Arab. Pada tahun tropis, musim-musim serta lintasan
773 M, terdapat seorang pengembara India matahari semu dan sebenarnya, adanya
menyerahkan sebuah buku data astronomi bulan mati, dan fungsi sinus, tangens,
berjudul Sindhid (Sidhanta) kepada kerajaan cotanges. al-Battany mengkoreksi buku
Islam di Bagdad. Kemudian oleh kholifah Syntasis Ptolomeus, dengan memperbaiki
Abu Ja’far al-Manshur (719–775 M.) perhitungan-perhitungan mengenai
memerintahkan Muhammad Ibn Ibrahim al- peredaran bulan dan planet-planet
Farizi (w.796 M.) untuk menerjemahkan buku tertentu dalam judul barunya Tabril al-
tersebut ke dalam bahasa Arab. Atas usaha Maghesti, di-samping bukunya sendiri
inilah al-Fazari dikenal sebagai ahli ilmu falak yang berjudul Tamhid al-Musthafa li
yang pertama di dunia Islam. Ma’na al-Mamar. Buku ini berpengaruh
di Barat dan Timur abad modern, dan
Pada masa kholifah al-Makmun, ilmu
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh
falak mengalami perkembangan pesat, yaitu
Nallino tahun 1905 M.
sejak al-Makmun mendirikan Observatorium
di Sinyar dan Junde Shahfur Bagdad, dengan c. Abul Raihan al-Biruni (973 – 1048 M.)
meninggalkan teori Yunani kuno dan membuat dari Paris, Ia sangat termasyhur dalam
teori sendiri dalam menghitung kulminasi sejarah pertumbuhan ilmu falak, sehingga
matahari. beliau diberi gelar al-Ustad fi al-’Ulum
(maha guru). Di era keemasan Islam
Perkembang berikutnya, banyak tokoh
(golden era of Islam), beliau juga dikenal
dari muslim yang ikut membangun dan
sebagai ahli filsafat, matematika, geografi,
mengembangkan Ilmu Falak, antara lain :
dan fisika. Beliau telah membentangkan
a. Abu Ja’far bin Musa Al-Khawarizmi (780- teori perputaran bumi pada porosnya dan
847 M.), seorang ketua observatorium menentukan bujur dan lintang setiap kota
al-Makmun, mempelajari karya al-Fazari di atas bumi dengan teliti. Karya beliau
(Sidhanta), al-Khawarizmi berhasil Al-Atsar Baqiyyat min al-Qurun al-Kholiyat”
mengolah sistem penomoran India diterjemahkan ke bahasa Inggris The
menjadi dasar operasional ilmu hitung Chronology of Ancient Nations dan kitab Al-
(ilmu hisab). Karya monumental al- Qanun al-Mas’udiy fi al-Haiat wa al-Nujumi

138 | Ensiklopedi Islam Nusantara


yang ditulis pada tahun 421 H. / 1030 M. menjadi lunar system yang kemudian dikenal
Menurut Prof. Ahmad Baiquni, al-Biruni dengan Penanggalan Jawa.
adalah orang yang pertama menolak teori
Perkembangan ilmu falak di Indonesia
geosentris Ptolomeus. Oleh karena itu, al-
cukup pesat ditandai dengan banyaknya
Baruni dipandang sebagai peletak dasar
kitab-kitab falak yang beredar di masyarakat.
teori heliosentris.
Pakar ilmu falak, misalnya Noor Ahmad SS
d. Muhammad Turghay Ulughbeik (1394- menyusun kitab Syamsul Hilal dan Nurul
1449 M.) lahir di Salatin, Iskandaria, Anwar, kitab karya ini ditengarai merupakan
dan pada tahun 823 H. berhasil pengembangan dari kitab al-Khulashatul
membangun observatorium di Samarkad. Wafiyah. Syekh Abdurrahman bin Ahmad
Jadwal Ulughbeik (zij sulthani), menjadi al-Misri (mertua Habib Usman) pada tahun
rujukan pada perkembangan ilmu hisab (1314 H/1896 M) datang ke Jakarta membawa
selanjutnya, terutama di Indonesia. tabel astronomis Zaij Ulugh Bek (w. 1420
Misalnya, kitab klasik Sullamunnaiyirain M) dan mengajarkanya kepada para ulama
menggunakan tabel dari Ulughbek. muda di Indonesia waktu itu. Di antaranya
adalah Ahmad Dahlan as-Simarani atau at-
Karya dan temuan Ulugh Bek (1344-1449)
Tarmasi (w. 1329 H/1911 M) beliau berasal
yang berupa Jadwal Ulughbeik yang berupa
dari Semarang, namun kemudian bertempat
data astronomi matahari, bumi dan bulan
tinggal di Termas (Pacitan-Jawa Tengah) dan
menjadi rujukan perkembangan Ilmu Falak di
anak menantunya sendiri, yaitu Habib Usman
Indonesia. Pada tahun 1650 M diterjemahkan
bin Abdillah bin Aqil bin Yahya yang dikenal
dalam bahasa Inggris oleh J. Greaves dan
dengan julukan Mufti Betawi. Ahmad Dahlan
Thyde, dan oleh Saddilet disalin dalam bahasa
as-Simarani mengajarkan ilmu falak di daerah
Prancis. Di sisi lain adalah karya Simon New
Termas (Pacitan) dengan menyusun buku ilmu
Comb (1835-1909 M), yang berupa jadwal
falak “Tadzkiratul Ikhwan fi ba’dli Tawarikhi wal
astronomi baru ketika beliau berkantor di
„amalil Falakiyati bi Semarang” yang naskahnya
Nautical Al Manac Amerika (1857-1861).
selesai ditulis tanggal 28 Jumadil Akhir 1321
Kedua jadwal itulah yang mewarnai tipologi
H / 21 September 1903 M. Kitab Tadzkiratul
ilmu falak di Indonesia. Tipologi ilmu falak
Ikhwan ini memuat perhitungan ijtima’ dan
klasik diwakili oleh kitab Sullamun Nayyirain
gerhana dengan mabda’ kota Semarang.
yang memakai data jadwal bersumber pada
Sedangkan Habib Usman mengajarkan ilmu
data Ulugh Beik. Sedangkan tipologi hisab
falak di Jakarta, dan tahun 1321 H / 1903 M
modern, sebagaimana yang berkembang
menyusun buku yang berkaitan dengan ilmu
dalam wacana ilmu falak dan tehnik hisab,
falak “Iqadzun Niyam fi Mayata „Alaqohu bil
bahwa Almanac Nautica, diklasifikasikan
Ahillah was Shiyam. Ilmu falak yang diajarkan
dalam tipologi hisab (hakiki) kontemporer.
oleh Habib Usman kemudian dibukukan oleh
Pembagian ini berdasarkan pada pembagian
seorang muridnya, yaitu Muhammad Mansur
sistem hisab yang berkembang di Indonesia
bin Abdul Hamid Dumairi al-Batawi dalam
yakni hisab hakiki taqribi, hisab hakiki tahkiki
kitab “Sullamun Nayyirain fi Ma’rifati Ijtima’i
dan hisab hakiki kontemporer, sebagaimana
Kusufain” yang pertama kali dicetak tahun
hasil seminar nasional sehari Ilmu falak pada
1344 H / 1925 M oleh percetakan Borobudur,
tanggal 27 April 1992 di Tugu Bogor Jawa
Batavia.
Barat.
Masing-masing metode Ilmu Falak
Pada dasarnya perkembangan ilmu falak di
mempunyai pengikut dan pengamal yang
Indonesia dimulai sejak Raja Mataram II Sultan
secara istiqomah sebagai panduan ibadah.
Agung (1613 – 1645 M) melakukan asismilasi
Praktis saat ini masih (terkadang) belum
tahun Soko dengan tahun Hijriyah. Yaitu
seragam, sebagai dampak adanya perbedaan
sejak tahun 1043 H / 1633 M yang bertepatan
pemahaman antara beberapa pemahaman
dengan 1555 tahun Soko, dan merubahnya
yang ada dalam wacana ilmu Falak. Dimana
system penanggalan Soko dari solar system

Edisi Budaya | 139


hampir setiap organisasi masyarakat termasuk Menurut Dr. Bambang Hidayat (2000)
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyyah selalu perkembangan ilmu astronomi di Indonesia
juga mengeluarkan “Ketetapannya” yang lain sangat pesat, hal ini nampak dari banyaknya
seperti fatwa dan ikhbar. pakar astronomi yang muncul, bahkan juga
memiliki perhatian besar terhadap fiqh ilmu
Kemudian mengenai eksistensi kitab-
falak, seperti Prof. DR. Bambang Hidayat,
kitab Ilmu Falak di Indonesia sampai saat ini,
Prof. Ahmad Baiquni, MSc, PhD, DR. Djoni N.
nampak masih mewarnai diskursus Ilmu Falak
Dawanas, DR. Moedji Raharto dan DR. Thomas
di Indonesia.
jamaluddin.
[Masyhar]

140 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Ilmu Firasat

S
alah satu tradisi keilmuan yang dikenal (artinya: firasat merupakan ilmu, bukan yang
diperdebatkan keberadaannya adalah lain). Firasat sebagai bagian dari ilmu tidak
ilmu firasat. Ilmu membahas mengenai dapat difahami oleh setiap manusia, akan
ciri khas dan perilaku manusia berdasarkan tetapi hanya bagi hamba Allah yang suci yang
perangai yang ada di dalam muka seseorang. mampu mendaki pendakian ilmu tersebut.
Jika dibandingkan dengan kedokteran, maka
Firasat secara bahasa adalah mempunyai
ilmu kedokteran juga tidak dapat difahami
arti memastikan dan mempertimbangkan.
oleh setiap orang, kecuali hanya oleh orang
Adapula yang mengartikan firasat dengan ilmu
yang mengkaji khusus mengenai kedokteran.
hanya Allah yang mengetahui. Dalam kamus
Taj al-Arus, Ibn Faris menyebutkan istilah Ibn Atsir mengartikan firasat dengan
firasah dengan dibaca kasrah ra’nya dengan dua arti yaitu, pertama pemahaman yang
didasarkan suatu hadits “takutlaj atas firasat
Dalam kamus bahasa Indonesia firasat
orang mukmin. Sebab diperoleh dari cahaya
diartikan dengan: 1. keadaan yang dirasakan
Allah.”(ittaqû firasat al-mu’min fa innahu
(diketahui) akan terjadi sesudah melihat
yanzhuru bi nur Allah). Artinya, bahwa firasat
gelagat: rupanya dia sudah mendapat -- bahwa
orang mukmin yang menjadi kekasih Allah
tidak lama lagi polisi akan membekuknya;
adalah benar. Sebab hal itu merupakan bagian
2. kecakapan mengetahui (meramalkan)
dari karamat yang diberikan Allah kepada
sesuatu dengan melihat keadaan (muka dan
hambanya yang dicintai.
sebagainya): menurut -- ku, ia adalah orang
yang bijaksana; 3. pengetahuan tentang tanda- Kedua, semacam kemampuan seseorang
tanda pada badan (tangan dan sebagainya) yang mampu membaca sifat, akhlak dan
untuk mengetahui tabiat (untung malang dan lainnya orang lain melalui petunjuk, percobaan
sebagainya) orang: setengah orang percaya benar dan lain sebagainya. Akan tetapi hal ini yang
kepada ilmu --; 4. keadaan muka (mata, bibir, memperolehnya adalah tetap yang bersih
dan sebagainya) yang dihubung-hubungkan hatinya dan merupakan salah satu karamah
dengan tabiat orangnya (untuk mengetahui Allah swt.
tabiat orang): menilik -- nya orang itu keras hati
Salah satu contoh tokoh yang dijadikan
sebab rambutnya tebal dan kaku.
prototype seperti ini adalah nabi Khidir as yang
Para ahli berbeda pendapat mengenai berperilaku aneh di depan Nabi Musa as. (QS: al-
firasat ini. akan tetapi perbedaan tersebut Kahfi: 65)
mempunyai satu pengertian yang sama yaitu,
Al-Zabidi mengartikan firasah dengan
prasangka yang benar yang didasarkan atas
tawassum. Firasat menurut al-Harawi (396-
fenomena zahir untuk memamhami fenomena
481 H) dalam Manazil al-Sairin dinyatakan
batin. Pemahaman fenomena ini bukan
bahwa fisarat merupakan suatu ilmu yang
didasarkan dari petunjuk syetan akan tetapi
disandarkan dalam surat al-Hijr ayat 75 yang
menggunakan kerangka dan metode ‘ilmiah’

Edisi Budaya | 141


artinya: Sesungguhnya pada yang demikian itu (natural). Sedangkan firasah imaniyah atau
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan disebut pula dengan firasat ilahiyah adalah
Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan firasat cahaya (nur) ilahi dalam mata hati
tanda-tanda. (‘ain bashirah) orang mukmin yang dapat
memahami suatu yang akan terjadi.
Dalam ayat di atas dijelaskan mengenai
tawasum. Term ini oleh al-Harawi disamakan Ibn Arabi dalam tadbirat al-ilahiyah
tafarus. Sedangkan pengertiannya adalah menjelaskan mengenai firasat dengan
menyingkap suatu hikmah yang ghaib tanpa mendasarkan pendapatnya dengan firman
menggunakan metode trial dan error atau Allah surat al-Hijr ayat 75., dan hadits Nabi
penelitian ilmiah terlebih dahulu. Muhammad saw mengenai perlunya takat
atas firasat orang mukmin yang diriwayatkan
Perbedaan tersebut, ketika dilihat dari
oleh Imam al-Turmudzi, Imam al-Thabari
aspek bahasa asilnya (bahasa Arab) maka
dan lain sebagainya. Masih dalam kitab yang
ditemukan bahwa fisarah merupakan akar kata
sama, Ibn Arabi menjelaskan bahwa firasat
dari farasa yang arti aslinya adalah kuda. Oleh
merupakan cahaya (nur) dari cahaya Allah
karena adalah wajar ketika KH Umar Samarani
yang dapat memberi petunjuk kepada hamba-
menulis ilmu firasah dalam salah satu kitabnya
Nya. Firasat ini dapat diketahui tanda-tanda
dikenal dengan istilah ilmu katuranggan
dalam fenomena zhahir makhluk. Dalam
(kuda).
kitab ini, Ibn Arabi membagi firasat menjadi
Al-Zajjaj sebagaimana yang dikutip oleh dua yaitu, Syar’iyyah dan hikmiyyah. Firasat
Ibn Manzur dalam Lisan al-Arab menyatakan syar’iyah tidak akan melenceng dari kebiasan.
bahwa orang yang hebat dari firasat ada tiga Semua ini berjalan sesuai dengan firman Allah
yaitu: Istrinya Aziz mengenai keberadaan atau dalam surat al-Kahfi 82 (dan bukanlah aku
masa depan Nabi Yusuf, Anak perempuan Nabi melakukannya itu menurut kemauanku sendiri
Syu’aib mengenai keberadaan Nabi Musa, dan {wa ma fa’altuhu ‘an amri)). Sedangkan firasat
Abu Bakar yang memprediksi kepemimpinan hikmiyyah adalah pengetahuan berdasar
Umar Ibn Khaththab. pemikiran dan perenungan dan percobaan.
Al-Kamasykhanawiya dalam kitab Jami’ Firasat ini yang biasa terjadi dan dapat dikaji
al-Ushul fi al-Awliya menyebutkan bahwa oleh seseorang.
firasat mempunyai arti bahasa tatsabbut dan Salah satu contoh mengenai firasat
nazhr. Sedangkan menurut ishtilah adalah adalah seseorang ideal orang yang rambutnya
terbukanya keyakinan dan tertolongnya berwarna blonde (merah kekuning-kuningan)
hati. Firasat juga dapat diartikan dengan adalah tanda sebagai orang khiyanat, fasiq dan
kemampuan melihat beberapa hal yang ghaib kurang akalnya. Contoh ini adalah salah satu
dengan cahaya pancaran Allah atas hati contoh yang diberikan oleh Ibn Arabi sebagai
seseorang. Firasat dapat pula diartikan dengan bentuk firasat hikmiyyah.
ingatan yang tertancap dalam hati yang
Dalam al-Quran firasat dapat difahami
mampu menafikan yang berlawanan.
dalam surat Muhammad ayat 30 “Dan kalau
Junaid al-Baghdadi menyatakan bahwa Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka
Firasah adalah ……..? kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat
Ibn Arabi dalam futuh al-Makiyyah mengenal mereka dengan tanda-tandanya.
memandang firasat berasal dari iftirah yaitu Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka
suatu sifat ilahi yang hukumnya menjadi dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah
pemaksaan dalam aspek-aspek yang di luar mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.
nalar biasa. Firasat oleh Ibn Arabi dibagi Ayat di atas turun kepada Nabi Muhammad
menjadi dua yaitu firasah hikmiyyah dan saw yang telah diberi kemampuan untuk
nafsiniyyah. Firasah hikmiyyah adalah firasah memahami sikap batin seseorang berdasarkan
yang terjadi pada seseorang yang diketahui sifat zhahirnya.
tanda-tanda yang dapat diamati secara alami

142 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Ayat yang kedua adalah surat al-Hijr ayat akan meleset. Ungkapan seperti ini juga
75 “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- disepakati oleh Ibn Taymiyyah.
benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
Firasat seperti ini adalah berbeda dengan
bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-
prasangka (zhann). Sebab zhan terkadang
tanda.
salah dan terkadang pula benar.oOleh karena
Ulama ahli firasat mendasarkan firman itu dalam al-Quran dan Hadis Nabi zhan adalah
Allah swt terutama dalam kata ‘mutawassimin. sesuatu yang dilarang. Sedangkan firasah dalah
Kata ini yang kemudian menjadi perdebatan. suatu kepastian dari Allah.
Al-Qusyairi sebagai salah satu tokoh sufi dalam
Firasat menurut Ibn Qayyim dalam kitab
tafsirnya memaknai mutawasimin dengan
Madarij al-Salikin tingkatanya berada di
ahli firasat. Ahli firasat dalam pandangan
bawah ilham. Ilham mempunyai kedudukan
al-Qusyairi ini adalah wali Allah yang diberi
lebih tinggi dibandingkan firasat. Ibn Qayyim
anugerah untuk mengetahui sesuatu yang
juga menjelaskan bahwa sebab terjadinya
masih rahasia bagi orang lain. Hanya saja ahli
firasat ada dua yaitu; cerdas dan bersihnya
firasat tidak selalu mampu menggunakan
hati serta baiknya perilaku seseorang. Kedua,
pengetahuan setiap saat dan setiap waktu.
nampaknya tanda dan petunjuk atas orang
Akan tetapi dalam waktu-waktu tertentu tidak
yang diberi firasat. Tanda yang nampak ini
mampu menggunakannya. Al-Tustari dalam
dapat terjadi pada sesuatu yang berlainan.
tafsirnya menyatakan bahwa ayat itu diartikan
Akan tetapi sebenarnya jika berlainan
dengan ahli firasat dengan mengambil contoh
hakekatnya keduanya dapat terjadi.
ketika Umar khutbah di atas mimbar tiba-
tiba berkata “Hai Sariyah musuh ada di atas Tahapan mencapai firasat.
gunung, musuh ada di atas gunung, dan Firasat dapat dicapai dengan tahapan-
pasukan Sariyahpun pergi dan menghindari tahapan yang harus dilakukan yaitu:
dari gunung tersebut.
Iman yang dalam kepada Allah, mempunyai
Zamakhsyari dengan pemikiran secara sikap ikhlas kepada Allah baik ketika sendiri
rasionya menyatakan bahwa mutawassimin atau bersama orang lain, memperbanyak
merupakan proses perenungan sehingga zikir kepada Allah, bersihnya pola fikir dan
mampu memahami tanda-tanda. Artinya, cerdsanya perasaan, bersihnya hati dari
dalam pandangan Zamakhsyari hal ini syahwah dan hal subhat, mengosongkan
merupakan proses nalar murni, bukan hati dari aspek duniawi. Menjahui perbuatan
karomah dari Allah sebagaimana kelompok maksiat dan dosa, berakhlak baik dhahir batin,
sufi. selalu makan yang halal, mencegah pandangan
Sementara itu, tawasum sendiri jika dari perbuatan yang diharamkan, mengisi
dilihat dari aspek bahasa mempunyai arti bathin dengan muraqabah dan zhahir dengan
menetapkan dan memikirkan. Hal ini dapat mengikuti sunnah, berbuat jujur bukan
terjadi jika proses tersebut disertai dengan berbuat bohong.
ketajaman hati dan kebersihan dalam berfikir. Derajat-derajat firasat
Berdasarkan ayat di atas maka firasah akan Ibn Qayyim dalam madarij al-Salikin
terjadi hanyak pada orang-orang yang sholeh. membagi firasat menjadi tiga derajat.
Pola kesolehan ini diakui oleh Syah ibn Syuja’
al-Kirmani yang menyatakan, “ orang yang Pertama, firasat yang muncul, langka dan
meramaikan zhahirnya dengan mengikuti hanya terjadi sekali dalam hidup seseorang.
sunnah dan bathinnya dengan melanggengkan Firasat seperti ini terjadi dan tidak mungkin
muraqabah dan menjaga pandangan mata dari salah dan bukan bagian dari perdukunan
hal-hal yang diharamkan serta mencegah dari firasat ini terjadi karena adanya hajat dari yang
perbuatan syahwat, membiasakan makan menginginkan dengan cara melakukan banyak
makanan yang halal, maka firasatnya tidak zikir sehingga mendapatkan petunjuk dari
Allah secara langsung

Edisi Budaya | 143


Kedua, firasat yang muncul karena yang difahami masyarakat Indonesia atas para
dalamnya iman seseorang, sehingga mampu wali Allah yang mendapatkan karomah. Hal
melihat kebenaran hakiki. Firasat ini hanya ini terjadi misalnya dalam KH Khalil Madura
terjadi bagi orang-orang yang beriman kepada yang mendapatkan karomah sehingga mampu
Allah dengan imam yang sebenarnya, bukan untuk membaca kondisi santrinya yang kelak
iman karena suatu aspek yang lain. Aspek akan terjadi.
kedua ini merupakan bagian dari kasyf Kedua, firasat riyadhah, yaitu firasat
dari Allah swt. Tingkat akuritas firasat ini yang dapat diperoleh oleh seseorang dengan
tergantung atas kekuatan iman dan kasyf yang menjalan olah badan seperti puasa tertentu,
diberikan oleh Allah swt tidak tidur malam dalam waktu tertentu dan
Ketiga, firasat yang terjadi atas orang- menyendiri (khalwat dalam waktu tertentu).
orang mulia untuk melakukan suatu hal dan Firasat ini dapat terjadi untuk setiap orang
bukan untuk diucapkan. Hal sebagaimana yang melakukan suatu ritual tertentu dan tidak
terjadi pada Maryam ketika akan melahirkan membedakan agama atau keyakinan. Firasat
anak, ibunya Nabi Musa yang menghayutkan ini jika dilihat di Indonesia, dapat dilihat dari
bayinya. Semua itu adalah firasat yang beberapa ahli kejawen, para tokoh di suku dayak
diberikan oleh Allah tanpa harus diucapkan yang dianggap mempunyai kesaktian, dan
akan tetapi dilakukan saja demi keselamatan tokoh lainnya yang tidak menjalankan syariat
meraka. Islam akan tetapi mempunyai kemampuan di
atas kemampuan manusia biasa.
Macam-macam firasat
Ketiga, firasat khalqiyah. Firasat ini dibuat
Firasat dilihat dari aspek yang
oleh ilmuan yang meneliti suatu kondisi zhahir
mendapatkannya dibagi menjadi dua yaitu
seseorang untuk melihat kondisi perilaku
firasat agung muli dan firasat rendah. Firasat
(khalq) seseorang. Misalnya ketika ada orang
rendah adalah firasat yang didapatkan baik
yang dahinya lebar, maka orang itu dianggap
orang mukmin atau orang kafir. Firasat ini
sebagai penyabar dan lain sebagainya
dapat terjadi oleh semua orang yang melakukan
ritual tertentu seperti riyadhah, tidak Cara mengaplikasikan firasat
makan makanan terntu, tidak tidur malam, Dalam tradisi masyarakat kita, ada
menyendiri, dan membersihkan batin dari hal seseorang yang menjadi rujukan dalam
yang menyebabkan orang tersibukkan dari mempertanyakan sesuatu yang akan terjadi,
keinginan mendapatkan fitasat. Sedangkan atau sesuatu yang lain. Orang dianggap
firasat agung mulia adalah firasat yang terjadi mempunyai firasat dapat mengaplikasikan
hanya bagi orang yang beriman dan selalu firasatnya. caranya adalah dengan
jujur dalam kehidupannya. Firasat seperti ini mengheningkan cipta memanfaatkan
dapat diperoleh dengan cara cukup beriman pandangan, pendengaran dan hati secara
kepada Allah secara utuh dan selalu berlaku bersamaan.
jujur secara zhahir dan bathin.
Orang-orang yang mendapatkan firasat
Firasat jika dilihat dari aspek cara dalam al-Quran
memperolehnya dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu pertama, firasat imaniyah, yaitu Data mengenai orang yang mendapat
cahaya Allah yang menghunjam dalam hati firasat dalam al-Quran didasarkan pada
orang mukmin yang dapat memahami dan pendapat Ibn Mas’ud yang diriwayatkan
membedakan tanda-tanda yang hak dan batil. oleh Imam Sufyan al-Tsauri: “ahli firasat
Semakin kuat iman seseorang, maka akan ada tiga yaitu Aziz ketika mengambil Nabi
semakin baik firasatnya dalam membedakan Yusuf sebagai anak, anak Syuaib meminta
hal yang hak dan batil. Firasat seperti ini adalah ayahnya agar menjadikan Nabi Musa sebagai
firasat yang terjadi pada para wali Allah dengan pengembala yang kuat lagi dapat dipercaya,
mendapatkan karamah Allah sebagaimana dan terakhir adalah Abu Bakar yang meminta
Umar sebagai khalifah setelah beliau.

144 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Berdasarkan pendapat Ibn Abbas peraturan tidak secara utuh. Ada tahun dimana
tersebut, setidaknya dalam al-Quran adalah anak laki-laki yang lahir dibolehkan. Dalam
dua tokoh yang dianggap mampunyai firasat kesempatan tersebut, Harun saudara laki-laki
kuat yaitu Aziz dan anaknya Nabi Syuaib. Musa lahir, sedangkan pada waktu kelahiran
Kisah Aziz disebutkan dalam surat Yusuf ayat Nabi Musa hukum membunuh anak laki-laki
21. “Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) berlaku. Firaun juga mempunyai firasat bahwa
yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita anak itu bukanlah dari jauh akan tetapi dari
atau kita pungut dia sebagai anak.” suku Qibthi. Hal ini dilihat dari warna kulit
dan perawakan anak tersebut. Namun, Firaun
Aziz yangmembeli Yusuf menjadi
tidak dapat membunuh anak tersebut atas
perdebatan para ahli tafsir mengenai status
permintaan Asiah.
agamanya, kafir atau muslim. Imam Alusi
menyatakan bahwa ia adalah kafir sedangkan Firasat lain yang berkaitan dengan Musa
Imam Mujahid mengenai adalah mukmin. adalah yang diperoleh oleh Khidr as yang
Akan tetapi para mufasir sepakat bahwa melakukan perbuatan yang di luar batas
firasatnya Aziz adalah benar, bahwa Yusuf manusia. Firasat inilah yang membuat Musa
benar-benar menjadi orang yang mulia dan merasa kecil walaupun ia seorang Rasul.
menjadi Nabi yang membantu membebaskan Firasat pada sahabat
masyarakatnya dari belenggu kemiskinan.
Sahabat Nabi Muhammad adalah generasi
Sementara itu, anaknya Nabi Syu’aib yang baik dan mempunyai banyak firasat yang
ketika melihat perilaku Nabi Musa yang tidak diakui kebenarananya. Misalnya, Firasatnya
dikenal dan peduli untuk membantunya dalam Abu Bakar bahwa yang akan menjadi pemimpin
mencarikan minuman untuk ternaknya, setelah ia adalah Umar. Menurut Abu Bakar,
menganggap bahwa perilaku itu menunjukkan Umar orangnya adalah keras dan tidak kenal
perilaku firasat akan kebaikan Nabi Musa. kompromi, walaupun begitu jika menjadi
Aspek lain yang menjadi perhatian para pemimpin, Umar dapat memimpin dengan
mufassir sehingga menganggap sebagai firasat baik dan tegas. Ternyata firasat Abu Bakar
baik adalah ketika dalam perjalanan menuju benar. artinya, sepanjang kepemimpinan
pulang dari tempat pengembala sampai rumah Umar, umat Islam mengalami kejayaan
dengan sikap yang baik pula. yang luar biasa. Keadilan dapat ditegakkan,
Hal ini yang menjadi salah satu indikasi kesejahteraan terwujud.
bahwa ada tabiat baik dalam diri Musa as. Umar merupakan sahabat yang
Bentuk firasat lain yang hanya diketahui mempunyai firasat yang kuat. Saking kuatnya
oleh orang baik adalah firasat yang dirasakan firasatnya Umar. Ibn Qayyim menyatakan
oleh istrinya FIraun, sebagaimana yang “Umar adalah guru besar dalam bidang
disebutkan dalam surat al-Qashash ayat 9. “Dan firasat yang tidak ada kesalahan dalam
berkatalah isteri Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk menjalankannya. Umar dalam memimpin
mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu Negara menggunakan firasat yang dikuatkan
membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat dengan wahyu.” Untuk menulusuri mengenai
kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”, firasat Umar ini dapat dilihat karyanya Imam
sedang mereka tiada menyadari” Suyuthi, Qathfu al-Tsamar fi Mauqifi Sayyidina
Umar.
Dalam rangkaian cerita mengenai Musa
dan istrinya Firaun ini ada beberapa bentuk Para sahabat lain juga masih banyak yang
firasat yang muncul yaitu firasat riyadhah memiliki firasat seperti Umar, yaitu antara
yang dimiliki oleh tukang sihirnya raja Firaun lain Ali, Utsman, Abdullah Ibn Umar dan lain
yang menyatakan bahwa akan ada anak laki- sebagainya.
laki yang dapat menggulingkan kekuasannya. Sementara ulama lainnya juga memiliki
Namun kesalahan yang terjadi atas firasat firasat antara lain Imam Syafii bertemu gurunya
tersebut adalah raja fir’aun memberlakukan Imam Malik bin Anas untuk yang pertamakali,

Edisi Budaya | 145


Imam Malik berkata: “Hai Muhammad, Alloh perempuan berdasarkan muka dan telapak
telah meletakkan nur ilmu di dalam hatimu. tangan. Kitab tersebut berjudul Majmua’ah
Maka janganlah kamu memadamkannya al-Syariah al-Kafiyah li al-‘Awam. Pokok
dengan melakukan maksiat kepada-Nya”. bahasannya adalah dalam fash al-khitbah.
Ucapan itu pertanda bahwa Imam Malik Dalam kitab tersebut disebutkan dikutip
dengan firasatnya telah mengetahui bahwa menurut pendapat ahli firasah, namun tidak
Imam Syafii adalah calon ulama besar di masa disebutkan dari mana sumber tersebut.
yang akan datang. Dan firasatnya itu benar
Dua buku ini merupakan salah satu sarana
dan terbukti, satelah Imam Malik meninggal,
yang dapat dipakai oleh setiap orang yang
Imam Syafii benar-benar menjadi kiblat bagi
akan menikah untuk melihat kebaikan dan
para ulama pada saat masih hidup dan sesudah
ketidakbaikan dari jodoh yang akan dinikah.
wafat, hingga pengaruhnya menyebar ke
seluruh pelosok dunia Islam. Dan Imam Syafii Dalam kasus tertentu, firasat dapat terjadi
tercatat sebagai murid yang bisa melebihi dalam keadaan mendeteksi kejadian yang akan
gurunya.2. Imam Syafii bersama teman dan datang. Misalnya pernyataan KH Shonhaji
sekaligus gurunya, Imam Muhammad bin Al- menyatakan Gus Dur akan menjadi Presiden,
Hasan As-Syaibani, sedang beristirahat di Al- padahal saat itu, gus Dur sedang sakit.
Masjid Al-Haram seusai melakukan umroh. Pernyataan KH Shonhaji ini adalah benar
Pada saat bersamaan datanglah sesorang di adanya. Masih dalam kasus Gus Dur misalnya
bagian masjid yang tidak jauh dari tempat ketika ziarah ke makam Kakeknya, lantas
keduanya beristirahat. Lalu Imam Muhammad mengatakan besok tanggal 31 Desember saya
berkata dalam rangka berfirasat terhadap akan ke sini lagi dan banyak tokoh yang datang
orang yang datang itu : ke sini. Aspek firasat ini menunjukkan bahwa
ia meninggal dan dikuburkan pada tanggal
Firasat di Nusantara.
tersebut.
Tanah Nusantara ini mempunyai banyak
Aspek firasat ini juga pernah ditulis oleh
tokoh yang memiliki firasat yang kuat.
Ronggowarsito yang menulis tanda-tanda
Firasat tersebut ada yang hanya menjadi
(firasat) orang yang akan meninggal. Firasat
cerita melegenda. Firasat yang ditulis antara
ini dimulai sejak setahun sebelum meninggal
lain dengan menggunakan bahasa Jawa oleh
sampai beberapa jam sebelum meninggal.
Kanjeng Pangeran Harya Tjakraningkrat.
Firasat yang dibukukan merupakan firasat Firasat lain misalnya yang dilakukan
khalqiyah berupa rajah tangan. Dalam tulisan oleh KH Kholil ketika mendidikan muridnya
tersebut, ia menulis beberapa tanda garis dengan berbagai model dan cara. Firasat yang
tangan yang berkaitan dengan watak dan ia peroleh ditunjukkan dengan beberapa cara
sifat seseorang. Rajah tangan ini tidak dapat kepada santri dan calon santrinya. Sampai
diaplikasikan oleh setiap orang, sebelum orang akhirnya, berdirinya NU juga atas firasat
tersebut melakukan riyadhah tertentu. yang diberikan KH Kholil kepada KH Hasyim
Asy’ari.
Bentuk Syekh Umar Semarang salah
satu ulama besar di Indonesia menulis kitab [Masyhar]

yang didalamnya berisi mengenai ilmu firasat


yang bermanfaat untuk mengetahui sifat

Sumber Bacaan
Ibnu Manzur, Lisan al-Arabi, Baerut : Dar al-Shadir, 2008
Ibn Qayyim, Siraj al-Salikin,
Ibn Arabi, Futuh al-Makiyyah
Ibn Arabi, Insya al-Dawair,
Al-Syaukani, Fath al-Qadir,
Al-Qusyairi, lathaif al- Isyarah
Al-Jurjani, al-Ta’rifat

146 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Ilmu Hikmah

K
ata hikmah dalam tradisi intelektual mengenai rahasia huruf itu kemunculannya
Islam mempunyai banyak arti. Menurut tergolong baru, yakni muncul di kalangan
al-Jurjani, hikmah merupakan suatu sufi yang telah mengalami penyingkapan
ilmu yang membahas hakikat sesuatu sesuai hijab inderawi dan memperoleh kemampuan
kenyataannya dalam wujud sesuai batas supranatural (khariqul ‘adah) sehingga mampu
kemampuan manusia. Oleh karena itu, bertindak di alam anasir. Menurut Ibnu
hikmah merupakan suatu ilmu yang sifatnya Khaldun, para sufi tersebut menganngggap
teoritis non-mekanistik. Selain itu, hikmah bahwa manifestasi kesempurnaan asma itu
juga berarti kondisi potensi intelektual-ilmiah terletak pada roh bintang-bintang; sementara
yang berada di tengah-tengah antara naluri tabiat huruf-huruf dan rahasianya itu
(insting) manusia yang ingin melampaui batas mengalir dalam asma, dan dengan demikian
potensi intelektualnya dan sifat kebodohan mengalir pula ke alam semesta. Sementara itu,
yang merupakan sikap pengabaian terhadap berkaitan dengan rahasia di balik penggunan
potensi intelektualnya tersebut. huruf, para ahli ilmu rahasia huruf berbeda
pendapat: sebagian berpendapat bahwa
Selain itu, dalam tradisi spiritual Islam,
rahasia huruf terlepak pada wataknya;
hikmah merupakan pengetahuan mengenai
sebagian berpendapat bahwa rahasia huruf
rahasia spiritual yang terkandung dalam ayat-
terletak pada empat unsur-unsur alam yang
ayat suci, nama-nama-nama Tuhan yang indah,
terkandung di dalamnya; dan sebagian lain
huruf-huruf hijaiyah, dan doa-doa atau bacaan
berpendapat bahwa rahasia huruf terletak
tertentu yang dipercaya atas kuasa Allah
pada nilai bilangannya.
mengandung kekuatan spiritual sehingga dapat
digunakan untuk memenuhi berbagai hajat, Uraian Ibnu Khaldun lebih jauh mengenai
baik yang sifatnya meteria maupun spiritual. ilmu simiya atau ilmu rahasia huruf di atas
Dalam konteks ini, karya-kaya Abu al-Abbas menunjukkan bahwa pengetahuan spiritual
Ahmad bin Ali al-Buni, seperti Manba’u Ushul mengenai asma dan rahasia huruf sebenarnya
al-Hikmah dan Syams al-Ma’aarif merupakan merupakan buah dari laku spiritual seorang
dua kitab tentang ilmu hikmah yang popular sufi dalam perjalanan menuju Tuhan, bukan
dan menjadi menjadi rujukan penting bagi tujuan dari laku tasawuf itu sendiri. Dengan
peminat ilmu hikmah. Dalam dua kitab demikian, buah dari laku para ahli tasawuf
tersebut, al-Buni menguraikan berbagai segi tersebut kemudian diterima oleh orang
mengenai hikmah, yang mencakup berbagai lain dan dipelajari serta diamalkan dengan
rahasia mengenai ilmu bilangan, ilmu huruf, mengikuti prosedur tertentu, sehingga dikenal
ilmu wafaq, ilmu tabi’ah, ilmu astronomi, ilmu sebagai ilmu hikmah.
asma’, ilmu ruqyah, dan doa-doa tertentu. Di
Pada tataran praktik, pengamalan ilmu
di kalangan ahli spiritual, ilmu-ilmu tersebut
hikmah, baik berupa pengamalan doa atau
berada di bawah payung ilmu simiya, sebuah
asma’; baik untuk memenuhi kepentingan
penamaan yang berasal dari bahasa Ibrani
pribadi pengamalnya maupun untuk
yang berarti asma Tuhan.
memenuhi kebutuhan orang lain, seringkali
Berkaitan dengan kemunculan ilmu melalui serangkaian ritual tertentu, seperti
simiya, Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa ilmu berpuasa dengan menghindari makanan

Edisi Budaya | 147


tertentu, seperti menghindari makanan dari tarekat, seperti zikir, wirid, dan ratib oleh
unsur hewani. Hal yang menarik, meskipun penduduk Nusantara dianggap memiliki
doa-doa dan asma’-asma’ yang diajarkan dalam efek supranatural, sehingga amalan-amalan
kitab-kitab ilmu hikmah tidak semuanya tersebut digunakan untuk hal-hal di luar
menggunakan bahasa Arab, tetapi juga tasawuf. Ilmu debus Banten merupakan satu
menggunakan bahasa Semit lainnya, seperti contoh dari penggunaan amalan-amalan yang
bahasa Ibrani atau Suryani. berasal dari tarekat Rifaiyyah dan Qadiriyyah.
Berbagai amalan hizib yang berasal pendiri
Selain itu, pada tataran praktik,
tarekat, terutama hizib-hizib yang disusun oleh
pengamalan ilmu hikmah adakalanya
Imam al-Syadzili, pendiri tarekat Syadziliyyah,
menggunakan sarana atau media tertentu,
seringkali juga digunakan dan difungsikan
seperti penggunaan bukhur, yaitu wangi-
layaknya amalan ilmu hikmah.
wangian yang dibakar, wafaq, yaitu huruf-
huruf yang mengandung rahasia tertentu Hal yang menarik, di samping menerima
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai ilmu hikmah yang berasal dari tradisi spiritual
oleh pengamal ilmu hikmah atau pihak-pihak Arab-Islam, kalangan muslim Nusantara juga
yang memerlukan jasa ilmu hikmah. Dari segi memiliki khazanah ilmu yang sifatnya spiritual
bentuk, wafaq ditulis dalam pola segi empat sebagaimana ilmu hikmah yang berkembang
yang terdiri atas tiga kolom (mutsallas), empat di dunia Arab-Islam. Oleh karena itu, tidak
kolom (murabba’), lima kolom (mukhammas), mengherankan jika berbagai ilmu hikmah
enam kolom (musaddas), tujuh kolom yang berkembang di Nusantara mengandung
(musabba’), delapan kolom (mutsamman), muatan lokal-Nusantara, seperti penggunaan
dan sembilan kolom (mutassa’). Selain itu, bahasa-bahasa daerah dalam doa-doa yang
dalam beberapa hal, penulisan wafaq tersebut diamalkan sebagai sarana mencapai tujuan-
dikombinasikan dengan sebagain asmal husna tujuan spiritual dan supranatural tertentu yang
atau ayat-ayat Alquran. Teknik penulisan dikombinasikan dengan doa-doa berbahasa
penulisan wafaq dengan berbagai polanya itu Arab, dan dalam batas minimal diawali atau
disebut juga dengan ism atau yang populer di diakhiri dengan kalimah thayyibah. Berbagai
Nusantara sebagai rajah. jenis aji-ajian yang dikenal dalam tradisi ilmu
kanuragan di Jawa, seperti aji brajamusti dan
Seiiring kuatanya pengaruh Islam di
aji penglimunan, terlihat memasukkan kalimah
Nusantara, Ilmu hikmah yang berkembang di
thayyibah di dalam bacaan amalannya.
dunia Arab-Islam itu pada perkembangannya
Selain itu, dalam beberapa hal unsur lokal
juga diterima oleh kalangan muslim
dalam pengamalan ilmu hikmah juga terlihat
Nusantara. Penerimaan masyarakat muslim
dari penggunaan berbagai jenis ritual yang
Nusamtara terhadap ilmu hikmah terserbut
digunakan dalam pengamalannya, seperti yang
tampaknya tidak dapat dilepaskan dari peran
tampak dalam jenis puasa yang dipilih. Puasa
penting yang dimainkan oleh tasawuf dan
mutih, ngrowot, ngebleng, pati geni, merupakan
tarekat dalam proses Islamisasi Nusantara.
sekian jenis puasa yang biasa digunakan untuk
Mengingat penduduk Nusantara mempunyai
mengamalkan ilmu kanuragan atau ilmu
kecenderungan kuat pada hal-hal yang
hikmah tertentu dalam laku tirakatnya.
sifatnya supranatural, berbagai amalan dalam

Sumber Bacaan
Ahmad, M. Athaullah. 2011. Rahasia Kesaktian Para Jawara. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Bruinessen, Martin van. 1995. Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat. Cet. II, Bandung: Mizan
Al-Buni, Abu al-‘Abbas Ahmad bin ‘Ali. 1941. Manba’ Ushul al-Hikmah. Kairo: Musthafa al-Babi al-Halabi.
Al-Buni, Abu al-‘Abbas Ahmad bin ‘Ali. t.t. Syams al-Ma’arif al-Kubra. Beirut: al-Maktabah al-Sya’biyyah
Ibnu Khaldūn, ’Abd ar-Ra mān bin Mu ammad. 2004. Muqaddimah Ibnu Khaldūn. ed. Abdullah Muhammad ad-Darwīsyī.
Damaskus: Dāru Ya‘rib.
al-Jurjānī, ‘²lī bin Mu ammad. 1988. Kitāb at-Ta‘rīfāt. Ed.ke-3. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah.

148 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Ilmu Kasyaf

I
lmu dalam terminologi bahasa Arab pengertian seperti inilah perkataan ilmu
adalah pengetahuan yang mendalam atau dipergunakan pada zaman Nabi Muhammad
pengetahuan hakekat sesuatu, sedangkan saw., tetapi setelah generasi para sahabat,
akar katanya ‘alima ya‘lamu ‘ilman yang artinya Islam mulai berkembang sebagai sebuah
pengetahuan, informasi, kognisi, persepsi, “tradisi.” Ada bukti perkataan ilmu mulai
pelajaran. Ibn Manzhûr mengartikan ilmu dipergunakan dengan pengertian pengetahuan
dengan lawan dari kebodohan dan diri sendiri yang diperoleh melalui belajar terutama sekali
(nafs). Ilmu juga dapat diartikan sebagai dari generasi yang lampau (Nabi, para sahabat
suatu cabang studi yang berkenaan dengan dan lain lainnya).
pengamatan dan pengklasifikasian fakta,
Quraish Shihab ketika menerangkan kata
dan khususnya dengan penetapan kaidah
‘ilm mengartikannya sebagai menjangkau
umum yang bisa diuji. Kata ‘ilmu bisa juga
sesuatu sesuai keadaan sebenarnya atau sesuatu
disepadankan dengan kata Arab lainnya, yaitu
pengenalan yang sangat jelas terhadap suatu
ma`rifat (pengetahuan), Fiqh (pemahaman),
objek, karena itu seseorang yang menjangkau
hikmah (kebijaksanaan), dan syu‘ur (perasan).
sesuatu dengan benaknya tetapi jangkauannya
Sedangkan ma`rifat adalah padanan kata yang
itu masih dibarengi dengan sedikit keraguan,
sering digunakan.
maka ia tidak dapat dinamai mengetahui
Dalam bahasa Inggris ilmu dipadankan apa yang dijangkaunya itu. Lebih lanjut,
dengan science, bahasa latinnya scientia Quraish Shihab menjelaskan bahwa bahasa
(pengetahuan)- scire (mengetahui), yang menggunakan semua kata yang tersusun
sinonim yang lebih akurat dalam bahasa dari huruf huruf ‘ain, lam dan mim dalam
Yunani adalah episteme. Dalam Kamus berbagai bentuknya untuk menggambarkan
Besar Bahasa Indonesia ilmu secara definitif sesuatu yang sedimikian jelas sehingga tidak
diartikan sebagai pengetahuan tentang menimbulkan keraguan. Misalnya kata ‘alamât
suatu bidang yang disusun secara bersistem yang berarti tanda yang jelas bagi sesuatu
menurut metode-metode tertentu, yang dapat atau nama jalan yang mengantar seseorang
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala menuju tujuan yang pasti. A`lam yang berarti
tertentu dibidang (pengetahuan) itu. Ilmu bendera menjadi tanda yang jelas bagi suatu
juga didefinisikan sebagai pengetahuan atau bangsa atau kelompok, atau dapat berarti
kepandaian (tentang soal, akhirat, dunia, lahir, gunung yang karena ketinggiannya menjadi
bathin, dan sebagainya), sehingga kata ilmu sedemikian jelas dibandingkan dengan dataran
selalu dirangkaikan dengan sesuatu saeperti disekelilingnya. Atas dasar itu pula Allah swt.
ilmu akhirat, ilmu hitam, ilmu akhlak dan lain- Dinamai `Alim adalah karena pengetahuannya
lain. yang amat jelas sehingga terungakap bagi-Nya
hal-hal yang paling kecil sekalipun.
Fazlur Rahman mengemukakan bahwa al-
Qur`ân sering mengemukakan perkataan ilmu, Sedangkan term kasyf dalam bahasa
kata jadianya yang umum, dan pengertiannya Inggris dipadankan dengan unveiling
sebagai “pengetahuan” melalui belajar, berfikir, (pembukaan), manifestation (manifestasi).
pengalaman dan lain sebagainya. Dengan Dalam bahasa Arab istilah ini dapat dibaca

Edisi Budaya | 149


dengan fathah fa’nya atau dibaca sukun penglihatan dan tersingkapnya mata batin
fa’nya, yang tentunya mempunyai makna dengan ittishal.
yang berbeda. Dalam Lisan al-Arab, Ibn
Berdasarkan term kasyf ini, Ibn Arabi
Manzhur menyebutkan bahwa kasyf (dibaca
dalam kitab Insya al-Dawa’ir membagi kasyf
sukun) berarti terbukanya tirai yang menutupi
menjadi beberapa bagian. Pertama, kasyf ‘Aqli
anda. Sementara itu, al-Jauhari mengartikan
yaitu sesuatu yang akal mampu menemukan
kasyafah dengan dibaca berharakat dengan
dengan menggunakan pemikiran dan
sesuatu yang botak dibagian kepala.
perenungan. Kedua, kasyf nafsani, yaitu sesuatu
Berdasarkan dua makna tersebut, maka kasyf
yang terbentuk dalam jiwa imajinatif secara
adalah sesuatu yang terbuka. Kasyf juga
mutlak berdasarkan penggunaan perenungan
dapat diartikan suatu genus yang dibawahnya
dengan melalui beberapa riyadhah dan
ada spesies. Kasyf ini merupakan bagian
mujahadah setelah terbukan tirai penjelas dan
dari pengetahuan syariah dan pengetahuan
pembeda. Ketiga, kasyf ruhani yaitu setelah
tentang alam, seperti melihat Rasulullah saw
terbukanya penutup akal dan nafs (jiwa) dan
setelah beliau wafat, bertemu Nabi Hidhir,
diperlihatkannya munculnya jiwa rahmani
isra’ mi’raj dan lain sebagaianya
(nafs rahmani). Keempat, kasyf rabbani,
Kasyf dalam istilah diartikan dengan yaitu dengan jalan tajalli yang perolehannya
sebagian karamah bagi orang mukmin yang adakalanya melalui tanazzul atau ta’azruj.
shaleh yang selalu menjalankan al-Quran,
Dalam kitab Futuh al-Makiyyah, Ibn
Sunnah tanpa melakukan penyelewengan
Arabi menjelaskan bahwa kasyf juga dapat
terhadap ajaran tersebut. Adapula yang
digolongkan ke dalam, pertama, kasyf al-
mendefinisikan dengan keberadaan tentang
Haqaiq yaitu yaitu terbuka hakekat yang
terbukanya ruh manusia beriman sehingga
ditemukan bagian-bagiannya secara akal,
mampu mengetahui beberapa hal yang ghaib.
dan adakalanya ditemukan dengan wujudnya
Sedangkan Imam al-Jurjani dalam kitab
susunan yang ada seperti adanya langit, alam,
al-Ta’rifat mendefiniskan Kasyaf dengan
manusia dan batu. Kedua, kasyf al-Ilmu al-
tersingkapnya hijab.
shahih yaitu ilmu yang ditancapkan oleh Allah
Dalam term tasawuf istilah kasyaf dalam hati seorang alim. Ilmu ini merupakan
juga didefinisikan dengan tersingkapnya nur ilahi yang diberikan kepada yang telah
penghalang dari hati dan mata bashirah ditentukan oleh Allah seperti malaikat, para
seorang sufi setelah mampu menyatu (ittihad) rasul, wali, orang-orang mukmin. Oleh karena
dengan Allah swt, sehingga orang yang kasyf itu, orang yang tidak mempunyai kasyf maka
mengetahui sebagian kejadian yang ada di alam ia tidak mempunyai ilmu.
atau mampu memahami makna yang baru
Al-Yasyruthiyyah dalam kitab Nafahât
mengenai isi al-Quran dan Hadits yang dikenal
al-Ins menyebutkan bahwa kasyf merupakan
dengan ilmu Haqiqah yang tidak diketahui
istilah yang digunakan oleh para wali dalam
oleh ulama syariah dan ulama zhahir. Imam al-
tiga martabat, yaitu pertama, wali yang kasyf
Thusi dalam kitab al-Luma menyebutkan Kasyf
mengeni bentuknya para Nabi. Kedua, wali
sebagai tersikap jelasnya sesuatu yang masih
yang kasyf mengenai ruhnya para Nabi, dan
menjadi rahasia dalam memahami sesuatu,
ketiga, yang kasyf mengenai sifat ruhaniyyah
sehingga seseorang dibuka tirainya, seakan-
Nabi Muhammad saw., yang kemudian, dalam
akan mampu melihat dengan pandangan mata.
hati mereka terpantri nur tauhid dzati.
Hal ini berkaitan dengan ungkapan Imam
Abu Muhammad al-Hariri yang menyatakan Al-Jilli dalam kitab al-Isfar yang
“orang yang tidak beramal antara dia dan Allah merupakan syarh dari karya Ibn Arabi
dengan taqwa dan muraqabah, maka ia tidak yang berjudul al-Isfar ‘An risalah al-Anwar
akan sampai pada kasyf dan musyahadah. membedakan antara al-kasyf al-khayyali
Sementara itu, Imam al-Nuri menyatakan dan al-kasyf al Hissi. Kasyf khayyali adalah
bahwa tersingkapnya mata lahir dengan jika seseorang matanya ditutup dan orang

150 | Ensiklopedi Islam Nusantara


tersebut masih mampu membayangkan dilanjutkan dengan musyahadah.
bentuk seseorang atau perbuatan seseorang.
Muhadlarah adalah hadirnya hati
Sedangkan kasyf al-Hissi adalah terbukanya
yang terkadang dapat diperoleh dengan
seluruh alam material yang gaib dari aspek
menggunakan demonstrative (burhan).
kebiasaan karen a jauhnya benda tersebut atau
Setelah itu, muncul mukasyafah yang
tertutupnya. Jika Kasyf ini telah tercapai maka
merupakan
tidak ada yang menghalangi pandangan mata
dari semua benda yang hendak dilihat oleh Ilmu mukasyafah tidak dibukukan karena
indera. khawatir akan jatuh kepada orang yang bukan
ahlinya justru akan menyebabkan kerusakan
Ilmu Kasyf menjadi bagian dari kajian
bagi pemiliknya. Ilmu hanya dipelajari melalui
dalam tasawuf yang kemudian dikenal
mudzakarah (diskusi) dan melalui jalan yang
dengan term mukasyafah. Mukasyafah adalah
rahasia.
terangkatnya hijab yang ada antara ruh jasmani
yang tidak mungkin ditemukan dengan panca Ilmu mukasyafah jika dilihat dari aspek
indera. Mukasyafah terkadang juga digunakan hadits maka menjadi bagian dari Isyarat hadits
dengan musyahadah. Nabi saw diungkapkan bahwa sebagian ilmu
adalah bagaikan mutiara yang tidak dikenal
Imam al-Ghazali mengartikan ilmu
kecuali oleh ahli ma’rifat kepada Allah. Jika hal
mukasyafah dengan ilmu yang membahas
itu dibicarakan secara jelas maka orang bodoh
mengenai Allah dan sifat-Nya, atau ilmu
akan terbujuk.
ini biasanya disebut dengan ilmu ma’rifat.
Pembicaraan al-Ghazali mengenai ilmu
Mukasyafah ini berkaitan dengan pembagian Macam-macam mukasyafah
ilmu yang memberi manfaat di akhirat yaitu
menjadi ilmu mu’amalah dan ilmu Mukasyafah. Dalam al-Luma’ disebutkan bahwa
Syekh Ihsan al-Jampesi dalam Siraj al-Thalibin mukasyafah dapat dibagi menjadi beberapa
mendefinisikan ilmu mukasyafah dengan macam. Pertama, mukasyafah penglihatan
nur yang nampak dalam dalam hati ketika dengan mata pada hari kiamat, mukasyafah
seseorang sudah membersihkan diri, sehingga hati dengan memahami hakekah iman dengan
akan muncul dalam dirinya makna-makna yang pandangan keyakinan tanpa cara dan batasan,
indah. Orang yang sudah membersihkan diri ketiga mukasyafah ayat al-Quran dengan cara
juga akan memperoleh ma’rifah Allah, asma, mu’jizat, karamat dan ijabat.
sifat, kitab, para rasul. Ia juga akan menemukan
berbagai rahasia yang tidak dimiliki oleh orang
Aspek-aspek ilmu mukasyafah.
lain. Perolehan ilmu ghaib ini minimal adalah
mempercayai dan menyerahkan kepada ahli Aspek untuk mendapatkan kasyf adalah;
dibidangnya. pertama, Tauhid sebagai rasahia utama. Tauhid
merupakan aspek utama ilmu mukasyafah.
Imam al-Qashthalani menyebutkan
Dalam tauhid yang menjadi catatan adalah
jika seseorang tidak memiliki ilmu kasyf
tauhid yang dipegang oleh Ulama ahl Sunnah
dikhawatirkan akan meninggal dalam keadaan
wa al-Jamaah. Orang yang tidak mengikuti
su’ul khatimah (akhir yang tidak baik). Ilmu
tauhid ahli Sunnah wa al-Jamaah maka secara
mukasyafah merupakan ilmu yang tertulis
otomatis tidak mampu memperoleh ilmu
dalam kitab dan keadaanya menjadi misteri.
Kasyf. Hal ini berkaitan dengen kepercayaan
Sebab ilmu ini adalah ilmu dzauqiyah kasyfiyah
mengenai adanya tasawuf yang benar dan
yang hanya difahami melalu musyahadah
lurus.
bukan melalui dalil ataupun logika
demonstrative. Adapula yang mendefinisikan Dalam perspektif keislaman Nusantara,
mukasyafah dengan suatu tahapan dalam ilmu kasyf merupakan salah satu ilmu yang
tasawuf untuk mencapai makrifat. Tahapan menjadi tujuan dalam pencarian hakekat
tersebut adalah muhadlarat, mukasyafat dan kebenaran. Mereka ada yang melakukannya

Edisi Budaya | 151


dengan menggunakan metode tertentu seperti tersebar di kalangan masyarakat Indonesia.
melakukan ritual puasa dalam waktu tertentu Selain itu, mereka juga menjadi rujukan dalam
disertai dengan melakukan wirid tertentu. menyelesaikan masalah terutama dengan
Adapula yang mereka lakukan dengan permasalahan yang tidakdapa diselesaikan oleh
mempercaryai mendapatkannya dengan masyarakat dengan cara meminta pandangan
langsung pemberian Allah swt. dari ulama yang dianggap mempunyai kasyf.
Tokoh-tokoh besar di kalangan pesantren [Masyhar]
hampir semuanya mempunyai kasyf. Hal
ini dibuktikan dengan beberapa cerita yang

Sumber Bacaan
Muhammad Ali al-Tahanawi, Kasysyaf Ishtilahat al-Funun wa al-Ulum, Beirut: Maktabah Lubnan, 1996
Muhammmad Ibn Hamid al-Ghazali, Ihya al-Ulum al-Din,
Abu Nashr al-Thusi, al-Luma fi tasawuf
Imam al-Qusyairi, Risalah al-Qusyairiyah
Ibn Arab, Futuh al-Makiiyah
Ibn Arabi, al-Isfar
Al-Jilli, al-Insan al-Kamil
Ibn Qayyim, Madarij al-Salikin

152 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Imkan Rukyah

M
endasarkan pada kelangkaan (sadz) seperti tentang shalat Iid, musafir, puasa dan
penelitian di bidang ini, maka penulis lain-lain.
mencoba meramaikan penelitian
Muhammad Mas Manshur al-Batawi nama
di bidang ini dengan mengangkat penelitian
lengkapnya adalah Muhammad Manshur bin
tentang pemikiran hisab rukyah Muhammad
Abdul Hamid bin Muhammad Damiri bin Habib
Mas Manshur al -Batawi. Mengingat
bin Pangeran Tjakradjaja Temenggung Mataram,
berdasarkan pelacakan sejarah, pemikiran
lahir di Jakarta pada tahun 1295 H/1878 M.
hisab rukyah Muhammad Mas Manshur
Bermula dari didikan orang tuanya sendiri,
yang terakumulasi dalam kitabnya Sullamun
Abdul Hamid, dan saudara-saudara orang
Nayyirain dan Mizanul I’tidal termasuk yang
tuanya seperti Imam Mahbub, Imam Tabrani,
paling tradisional dan paling klasik dalam
dan Imam Nudjaba Mester, dia sudah nampak
khasanah pemikiran hisab rukyah.
tertarik dengan ilmu falak (Panitia Haul ke1,
Ketradisionalan dan keklasikannya, t.th: 2).
nampak dari data yang digunakan yakni
Ketika usia 16 tahun atau tepatnya pada
menggunakan data Ulugh Beik Al-Samarqandy
tahun 1894 M, dia pergi ke Makah bersama
(As-Samarqandy, 854H) dalam bentuk
ibunya untuk menunaikan ibadah haji dan
table “Abajadun Hawazun Chathayun…, ”.
bermukim di sana selama empat tahun. Di sana
Di samping secara prinsip menggunakan
dia belajar ilmu dengan banyak guru besar, di
prinsip Ptolomeus–Geosentris–Homosetris
antaranya guru Umar Sumbawa, guru Muhtar,
(Taufik, 1992: 20) dan menggunakan dasar
guru Muhyidin, Syeh Muhammad Hajat, Sayyid
matematika yang sangat sederhana. Namun
Muhammad Hamid, Syeh Said Yamani, Umar al-
demikian, dalam realita di masyarakat masih
Hadramy dan Syeh Ali al-Mukri. Ini merupakan
digunakan sebagai dasar penetapan awal bulan
salah satu bukti bahwa memang pada masa itu
sebagai acuan ibadah secara syar’i, walaupun
masih banyak orang Indonesia yang melakukan
dalam klasifikasi hisab hakiky taqriby. Tidak
ibadah haji sekaligus melakukan rihlah ilmiyah
diklasifikasikan dalam katagori hisab urfi
– meguru dengan bermukim di Makkah.
yang dianggap tidak layak untuk acuan ibadah
secara syar’i, padahal masih menggunakan Namun demikian menurut lacakan
prinsip geosentris yang secara ilmiah sudah penulis, kemahiran Mas Manshur al –Batawi
tumbang dengan prinsip yang baru yakni dalam bidang ilmu falak kiranya tidak banyak
prinsip heliosentris. dari hasil rihlah ilmiyahnya di Makah. Tapi dari
rihlah ilmiyah yang dilakukan Syeh Abdurrahman
Di samping itu, jika dilihat dalam kitab
al-Misra ke Betawi (Jakarta) dengan membawa
Mizanul I’tidal, ternyata Muhammad Mas
data Ulugh Beik –Zeij Ulugh Beik. Dengan
Manshur al-Batawi dalam kajian hisab rukyah
melihat Betawi terdapat tempat rukyah yang
tidak hanya sekedar hisab murni, namun
layak, sehingga dalam waktu yang tidak lama,
juga dikemukakan pemikiran-pemikiran
Syeh Abdurrahman al- Misra mengadakan
beliau tentang fiqh hisab rukyah dengan
penyesuaian data dengan merubah markas
mengkomparasikan pemikiran ulama-ulama
data dari bujur Samarkand menjadi bujur
yang lain. Di antaranya tentang had (batasan)
Betawi. Lalu beliau memberi pelajaran kepada
imkanurrukyah, had (batasan) mathla’urrukyah,
para kyai –kyai Betawi, termasuk Abdul Hamid
persaksian hilal dan masih banyak lagi yang
bin Muhammad Damiri (ayah Mas Manshur
lain. Bahkan juga dibahas kajian fiqh yang
al- Betawi) (Panitia Haul ke1, t.th: 2). Dari
sedikit melebar dari kajian hisab rukyah,

Edisi Budaya | 153


sinilah cikal bakal pemikiran hisab rukyah Arab (al-Betawi).
yang ada dalam kitab Sullamun Nayyirain karya
“Perdebatan” ini sebagaimana diceritakan
monumental Mas Manshur al-Betawi.
Mas Manshur dalam kitab Mizanul I’tidal,
Namun demikian, rihlah ilmiyah para ketika terjadi persoalan persaksian rukyah
ulama Indonesia ke Makah (termasuk yang yang dilakukan dalam penetapan awal
dilakukan oleh Abdul Hamid bin Muhammad Ramadan 1299, di mana pada malam Ahad,
Damiri maupun Mas Manshur) kiranya tetap hilal dalam ketinggian 2,5 derajat, salah satu
menjadi awal munculnya pemikiran hisab murid Syeh Abdurrahman yakni Muhammad
rukyah di Indonesia. Karena sangat tidak Shaleh bin Syarbini al-Betawi menyatakan dapat
mungkin, kedatangan Syeh Abdurrahman al- melihat hilal (al-Betawi, t.th: 7).
Misra ke Betawi dalam acara rihlah ilmiyah
Dalam pemikiran hisab rukyah mas
tanpa diawali dengan hubungan meguru (atau
Manshur al-Batawi ternyata tidak hanya
paling tidak silaturahim) yang dilakukan oleh
berasal dari seorang guru, Syeh Abdurahman
para ulama Indonesia termasuk oleh Abdul
al-Misra. Terbukti dengan banyak kitab Falak
Hamid bin Muhammad Damiri ke sana (Mesir).
yang menjadi rujukan pemikirannya. Selain
Sebelum kitab Sullamun Nayyirain, di merujuk pada kitab Syarh al-Bakurah lil-Khiyath,
Betawi (Jakarta) ternyata sudah ada kitab hisab Syarh al-Syily ala risalatih, dan al-Mukhlis
yang dipelajari dan diamalkan oleh masyarakat karya Syeh Abdurahman al-Misra, juga merujuk
Betawi yakni kitab Iiqazhun Niyam karya banyak kitab hisab rukyah. Di antaranya Durar al
Sayyid Usman bin Yahya. Model perhitungan -Natwij karya Ulugh Beik, syarh al-Jafny karya
kitab ini, sama persis dengan kitab Sullamun Qadi Zadah al-Rumi, Hasyiah karya Maulana
Nayyirain, hanya berbeda dalam ketentuan Muhammad Abdul Alim, al –Darur al-Tauqiqiyah
batas minimal hilal dapat dilihat (dirukyah) dan al-Hidayah al-Abasiyah karya Musthafa al-
yakni 7 derajat. Kitab ini banyak berkembang di Falaki, Kusyufat al-Adilah karya Judary, Syarh
daerah bukit duri Puteran, Cikoko Pengadegan al-Tasyrih karya al-Dahlawy, Syarh Natijatul
Jakarta Selatan, Cipinang Muara dan sekitar Miiqaat karya Marzuqy, Wasilah al-Thulab karya
tanah delapan puluh Klender Jakarta Timur Muhammad al-Khitab (al-Betawi, t.th: 7).
(Asadurhaman, 2000: 27-28.
Kitab pembahasan tentang hilal
Kebenaran keberadaan kitab Iiqazhun diantaranya al-Minhah karya Dimyathy, Ilm
Niyam karya Sayyid Usman bin Yahya di al- Mansyur karya al-Subkhy, al-Irsyad karya
Betawi sebelum kitab Sullamun Nayyirain Muthi’I, Iiqazhun Niyam dan Tamziyulhaq karya
nampak dari adanya “perdebatan” tentang Sayyid Usman, Tanbih al-Ghafil karya ibn Abidin,
batas imkanurrukyah antara Abdul Hamid Thiraz al-Lal karya Ridwan Afandi, Natijatul
bin Muhammad Damiri dan para santri Syeh Miiqaat karya Mahmud Afandi, Rasail al -Hilal
Abdurrahman al-Misra dengan Sayyid Usman. karya Thanthawi (al-Betawi, t.th: 7).
Di mana menurut Abdul Hamid bin Muhamad
Banyak juga kitab-kitab yang berisi data-
Damiri dan para santri Syeh Abdurahman
data bulan – matahari (zaij) yang dirujuknya,
al -Misra bahwa rukyah dalam kondisi hilal
di antaranya al-Zaij Ulugh Beik karya ibn al-
di bawah 7 derajat adalah sulit bukan tidak
Syatir, al-Zaij karya ibn al-Bina, al-Zaij karya
mungkin ( istihalah).
Abi al-Fath al-Shufi, al-Zaij karya Abdul Hamid
Sedangkan menurut Sayyid Usman, al-Musy (al-Betawi, t.th: 7).
kondisi demikian tidak mungkin dapat
Dengan merujuk banyak kitab tersebut,
dilihat (istihalaturrukyah). Perbedaan ini
diakhir hayat Mas Manshur al –Betawi
muncul karena memang Sayyid Usman tidak
meninggalkan banyak karya yang merupakan
menggunakan dasar zaij Syeh Abdurahman
kumpulan pemikiran hisab rukyah Mas
al-Misra, tapi berdasarkan zaij dari gurunya
Manshur al-Betawi. Diantaranya kitab
Syeh Rahmatullah al-Hindi di Makah. Sayyid
Sullamun Nayyirain, Chulashal al-Jadwal,
Usman tidak pernah bertemu dengan Syeh
Kaifiyah Amal Ijtima’, Khusuf dan Kusuf, Mizanul
Abdurrahman di Betawi, karena sejak kecil dia
I’tidal, Washilah al -Thulab, Jadwal Dawairul
sudah meninggalkan Betawi dan menetap di
Falakiyah, Majmu Arba Rasail fi Masalah Hilal,

154 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Jadwal Faraid, dan masih banyak lagi yang Sehingga dengan berpangkal pada
intinya masalah ilmu falak dan faraid. Diantara waktu ijtima rata-rata. Interval ijtima rata
banyak kitab tersebut, yang dapat penulis rata menurut system ini selama 29 hari 12
temukan hanya Sullamun Nayyirain, Kaifiyah menit 44 detik. Dengan pertimbangan bahwa
Amal Ijtima’, Khusuf dan Kusuf, dan Mizanul gerak matahari dan bulan tidak rata, maka
I’tidal (al-Betawi, t.th: 7). diperlukan koreksi gerakan anamoli matahari
(ta’dil markas) dan geraka anamoli bulan
(ta’dil khashshah), yang mana ta’dil khashshah
Posisi Pemikiran Mas Manshur dikurangi ta’dil markas. Koreksi markas
Merujuk pada kitab rujukannya, jelas kemudian dikoreksi lagi dengan menambahnya
bahwa pemiki ran hisab rukyah Mas Manshur ta’dil markas kali lima menit. Kemudian
berdasarkan pada Zaij Ulugh beik al-Samarkand dicari wasat (longitud) matahari dengan cara
(wafat 804 M) yang ditalhis (dijelaskan ) menjumlah markas matahari dengan gerak auj
ayahnya Abdul Hamid bin Muhammad Damiri (titik equinox) dan dengan koreksi markas yang
al-Betawi dari Syeh Abdurahman bin Ahmad al- telah dikoreksi tersebut (muqawwam). Lalu
Misra (al-Betawi, t.th.: 1). Zaij Ulugh beik ini dengan argumen, dicari koreksi jarak bulan
disusun berdasarkan teori Ptelomeus yang matahari (daqaiq ta’dil ayyam). Seterusnya
ditemukan Claudius Ptolomeus (140 M). Jadwal dicari waktu yang dibutuhkan bulan untuk
tersebut dibuat oleh Ulugh Beik (1340-1449 M) menempuh busur satu derajat ( hishshatusa’ah).
dengan maksud untuk persembahan kepada Terakhir dicari waktu ijtima sebenarnya yaitu
seorang pangeran dari keluarga Timur Lenk, dengan mengurangi waktu ijtima rata -rata
cucu Hulagho Khan (Husein, 1964: 115). tersebut dengan jarak matahari bulan dibagi
hisasatussa’ah)(al-Betawi, t.th.).
Namun dalam perjalanan sejarah, teori
geosentris tersebut tumbang oleh teori Meskipun metode serta algoritma (urutan
Heliosentris yang dipelopori oleh Nicolass logika berfikir) perhitungan waktu ijtima
Copernicus (1473-1543). Di mana teori yang tersebut sudah benar, tetapi koreksi -koreksinya
dikembangkan adalah bukan bumi yang terlalu sederhana. Sebagai contoh sebagai
dikelilingi matahari, tetapi sebaliknya dan dalam perhitungan irtifaul hilal (ketinggian
planet-planet serta sateliti-satelitnya juga hilal), dimana iitafaul hilal dihitung dengan
mengelilingi matahari. Teori ini pernah hanya membagi dua selisih waktu terbenam
dilakukan uji kelayakan oleh Galileo Galilie dan matahari dengan waktu ijtima dengan dasar
John Keppler walaupun ada perbedaan dalam bulan meninggalkan matahari kearah timur
lintas planet mengelilingi matahari (Izuddin, sebesar 12 derajat setiap sehari semalam (24
2003: 45-46). jam). Dari sini nampak bahwa gerak harian
bulan matahari tidak diperhitungkan, hal ini
Namun dalam lacakan sejarah hisab dapat dimengerti karena berdasarkan pada
rukyah Islam, berkembang wacana bahwa teori Ptolomius.
yang mengkritik dan menumbangkan teori
geosentris adalah al -Biruni (Baiquni, 1996: 9.; Padahal sebenarnya busur sebesar 12
Amin, 2001: 122-124). derajat tersebut adalah selisih rata -rata
antara longitud bulan dan matahari, sebab
Dalam kitab Sullamun Nayyirain yang kecepatan bulan pada longitud rata-rata 13
asli dengan menggunakan angka –angka Arab derajat dan kecepatan matahari pada longitud
“Abajadun Hawazun Khathayun Kalamanun sebesar rata-rata satu derajat. Seharusnya
Sa’afashun Qarasyatun Tsakhadhun Dhadlagun” irtifa tersebut harus dikoreksi lagi dengan
(Schimmel, 1993) yang menurut lacakan menghitung mathla’ul ghurub matahari dan
merupakan angka yang akar - akarnya berasal bulan berdasarkan wasat matahari dan wasat
dari India, menunjukkan keklasikan data yang bulan (Taufik, 1992: 19-21).
dipakainya. Dengan angka-angka itu, sistem
hisabnya bermula dengan mendata al-alamah, Di samping itu, hisab ini tidak
al-hishah, alkhashshah, al-markas dan al-auj memperhitungkan posisi hilal dari ufuk. Asal
yang akhirnya dilakukan ta’dil (interpolasi) data. sebelum matahari terbenam sudah terjadi
ijtima walupun hilal masih di bawah ufuk

Edisi Budaya | 155


maka malam harinya masuk bulan baru.
Sebagaimana diutarakan sendiri Mas Manshur:
“Apabila terjadi ijtima sebelum matahari
terbenam maka malam hari berikutnya termasuk
bulan baru, baik terjadi rukyah maupun tidak.
Dan apabila ijtima itu terjadi setelah matahari
terbenam maka malam itu dan keesokan harinya
masih bagian dari bulan yang telah lalu atau
belum masuk bulan baru” (al-Betawi, t.th: 11).
System hisab ini nampak sekali lebih
menitik beratkan pada penggunaan astronomi Indonesia, di mana kitab Sullamun Nayyirain
murni, di dalam ilmu astronomi dikatakan karya monumental Mas Manshur hanya
bahwa bulan baru terjadi sejak matahari dan dikatagorikan system hisab hakiki taqribi
bulan dalam keadaan konjungsi (ijtima). (Badan Hisab Rukyah Depag Pusat, 1981: 35),
Dalam system ini menghubungkan dengan sebagaimana diakui secara gentelmant oleh
perhitungan awal hari adalah terbenamnya pengarangnya sendiri Mas Manshur bahwa
matahari sampai terbenam matahari “ Ini sedikit kira-kira (taqribi). Hal ini diketahui
berikutnya, sehingga malam mendahului dari gerak bulan pada orbitnya sehari semalam
siang yang dikenal dengan system ijtima qablal dengan satuan derajat dan jam” (al-Betawi,
ghurub. Sehingga dikenal sebagai penganut t.th.).
kaidah “Ijtima’unnayyirain istbatun baina al- Namun demikian, system hisab Sullamun
syahrain” (Ijtima adalah batas pemisah antara Nayyirain yang merupakan akumulasi
dua bulan (Badan Hisab Rukyah Depag Pusat, pemikiran Mas Manshur tersebut masih
1981: 35). banyak dipergunakan dasar oleh masyarakat
Dengan prinsip demikian, maka wajar muslim Indonesia di antaranya keluarga besar
manakala hasil dari seminar sehari Hisab Yayasan al-Khairiyah al-Manshuriyyah Jakarta
Rukyah pada tanggal 27 April 1992 di Tugu dan Pondok Pesantren Ploso Mojo Kediri.
Bogor, dihasilkan kesepakatan paling tidak [Masyhar]
ada tiga klasifikasi pemikiran hisab rukyah di

Sumber Bacaan
Abdul Hamid, Muhammad Mas Manshur al-Batawi. t.th. Mizanul I’tidal, Jakarta: Madrasah Al-Khairiyyah.
----------------- t.th. Sullam al-Nayyirain, Jakarta: Madrasah Al-Khairiyah.
Abdul Wahd Wafi Ali. 1989. Perkembangan Madzhab Dalam Islam. Jakarta: Minaret.
Abdurrahim. 1983. Ilmu Falak, Yogyakarta: Liberty.
Ahmad bin Hajar al-Haitami Syihabuddin. t.th. Tuhfatul Muhtaj, Kairo: Beirut, t.th.
Ahmad SS Noor. t.th. Nurul Anwar, Kudus: TBS Kudus.
-------------------- t.th. Syamsul Hilal, Kudus: TBS Kudus.
Al-Falaky Muhammad. 1981. Haul Asbab Ikhtilaf Awail al-Syukur al-Qomariyah, dalam
Dirasat Haul Tauhid al-Ayyad waa al-Mawasim al-Diniyah, Tunisia: Idarah Su’un al-Diniyah.
Alfonso Nallino Carlo. 1911. Ilmu Falak wa Tarjih Inda al-Arab, Roma.
Al-Ghazaly. t.th. Al-Mustashfa min illm al-Ushul, Kairo: Sayyid al-Husain.
Al-Hayyan. t.th. Al-Bahr al Muhith, Kairo: Beirut.
A. Alies Elias,. 1970. Pockeet Dictionary, Kairo: Elias Modern Press.
Al-Jaelani Zubaer Umar. t.th. al Khulashoh al-Wafiyah, Kudus: Menara Kudus.
Al-Jaziry Abdurrahman. t.th. Fiqh Ala Madzahib Al-Arba’ah, Kairo: Beirut.
Al-Qulyubi, Syihabuddin. 1956.Hasyiah Al Minhaj al Thalibin, Kairo: Musthafa al-Baby al-
Halaby.
Al-Subkhi Taqiyuddin. t.th. Fatawa al-Subkhy, Beirut: Dar al-Maarif.
Al-Syarwani. t.th. Hasyiah Syarwani, Kairo: Beirut.
Al-Syatibi, Abu Ishaq. 1341 H.al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam, Beirut: Dar al-Fikr.
Amin KH Ma’ruf. 1993. Rukyah Untuk Penentukan Awal dan Akhir Ramadhan Menurut
Pandangan Syari’ah dan Sorotan IPTEK, dalam Mimbar Hukum, Jakarta: Dirjen Binbaga Depag RI.
Astonomical Club al-Farghani. 1992-1993. Mawaqit Islamic Keeping, Copyright.

156 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Istighotsah

A
da banyak cara dan bentuk ekspresi yang datang berturut-turut.
keberagamaan Islam Nusantara,
Istighatsah juga disebut dalam al-Ahqaf
salah satunya Istighatsah. Istighatsah
17
sendiri sebetulnya adalah bentuk ritual doa
َ ۡ ُ ۡ َ ٓ َ َ َ ٓ َ ُ َّ ّ ُ ۡ َ ٰ َ َ َ َّ َ
bersama (berjamaah). Umumnya dilakukan ‫ِن أن أخ َر َج َوق ۡد‬ ِ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫د‬ ‫ع‬
ِ ‫ت‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ٖ ‫أ‬ ِ ‫ه‬ ‫ي‬‫ل‬ ِ ‫ِو‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ِي‬ ‫ٱل‬ ‫و‬
َ َ َّ َ َ ُ َ ُ ُ ۡ َ َ
‫ٱ� َو ۡيلك َءام ِۡن‬ َ ‫ت ٱلق ُرون مِن ق ۡبل َوه َما ي ۡس َتغِيثان‬
di alun-alun, halaman masjid, juga di ruang
publik lainnya. ِ ِ ِ ‫خل‬
َ ۡ َ ٓ َّ ٓ َ ُ ُ َ ٞ َّ َ ۡ َ َّ
Secara bahasa “al-istighatsah” berasal dari ١٧ ‫ِي‬ َ ‫ي ٱل َّول‬ ٰ َ ‫ٱ�ِ َح ّق ف َيقول َما َهٰذا إِ� أ‬
ُ ‫س ِط‬ ‫إِن وعد‬
akar kata “al-ghauts” artinya “pertolongan”. “Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu
Dalam tata bahasa Arab disebut, sebuah bapaknya: «Cis bagi kamu keduanya, apakah
kalimat yang mengikuti pola (wazan) kamu (keduanya) memperingatkan kepadaku
“istaf’ala” dengan menambah “alif”, “syin”, bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh
dan “fa” maka artinya adalah “pertolongan” telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu
atau “permintaan”. Sebagaimana “al-ghufran” kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan
diikutkan wazan istif’al menjadi “istighfar” kepada Allah seraya mengatakan, «Celaka kamu,
yang meminta ampunan berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah
Sehingga, jika mengacu pada arti semantik benar». Lalu dia berkata: «Ini tidak lain hanyalah
dari istilah ini, istighatsah berarti “meminta dongengan orang-orang yang dahulu belaka».
pertolongan”. Karena yang dimintai adalah Ayat ini bercerita tentang orang tua
Allah SWT, maka disebut doa. menghadapi anaknya yang durhaka dan
Namun, meskipun secara bahasa artinya mengingkari hari kebangkitan
sama, para ulama membedakan antara Istighatsah biasanya dilakukan ketika
“isti’anah” dan “istighatsah”. Yang pertama menghadapi persoalan-persoalan besar
meminta pertolongan ketika dalam keadaan dan berat, membutuhkan campur tangan
sukar, sulit, darurat, dan biasanya ketika Tuhan, mengharapkan sebuah keajaiban dan
menghadapi persoalan besar. Sedangkan yang mukjizat. Karena itu, seringkali istighatsah
kedua lebih bersifat umum. dilakukan secara bersama-sama, melibatkan
Sebagai ritual keagamaan khas Nusantara, orang banyak, sebab problem yang dihadapi
istighatsah sendiri memiliki landasan teologis bukanlah problem biasa.
dan secara eksplisit disebut baik di dalam al- Al-Quran surat al-Baqarah 45 juga
Quran maupun al-Hadis. menyuruh umat Islam atau orang-orang
Dalam al-Anfal ayat 9 disebut: beriman untuk senantiasa meminta
ُ ّ َ ُ َ َ َ َ ۡ َ ۡ ُ َّ َ َ ُ َ ۡ َ ۡ pertolongan dengan sabar dan salat. Hal ini
‫اب لك ۡم أ ِن ُم ِم ُّدكم‬‫إِذ تستغِيثون ربكم فٱستج‬ menunjukkan betapa pentingnya istighatsah
َ ٰٓ َ َ ۡ َ ّ ۡ َ
َ ‫كةِ ُم ۡردِف‬ َ َ َّ َ َ َ َ َّ َ َّ َ ۡ َّ ْ ُ َ ۡ َ
٩ ‫ِي‬ ِ ‫بِأل ٖف مِن ٱلملئ‬ � �ِ‫يةٌ إ‬ِ ‫ب وٱلصل ٰوة ِۚ ��ها لكب‬ِ ‫وٱستعِينوا بِٱلص‬
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan َ ۡ
َ ‫خٰشِ ع‬
٤٥ ‫ي‬ ِ ‫ٱل‬
kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya
bagimu: «Sesungguhnya Aku akan mendatangkan Dan mintalah pertolongan (kepada Allah)
bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat

Edisi Budaya | 157


dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imron: 191)
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
Surat al-Ahzab ayat 35, 41 dan 42
kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,
َ ۡ ۡ َ ۡ ۡ َ ۡ ۡ َ ۡ ۡ َّ
Dalam sebuah hadis disebut: ‫ت‬ ِ ٰ‫ت َوٱل ُمؤ ِمن ِي َوٱل ُمؤمِن‬ ِ ٰ ‫إِن ٱل ُمسل ِ ِمي َوٱل ُمسل ِم‬
َ ‫ٱلصٰب‬ َّ َ ٰ َ ٰ َّ َ َ ٰ َّ َ ٰ َ ٰ َ ۡ َ َ ٰ َ ۡ َ
‫ين‬ ِِ ‫تو‬ِ ‫ت وٱلص ِدقِي وٱلصدِق‬ ِ ‫وٱلقنِتِي وٱلقن ِت‬
‫ان اﻟﺸﻤﺲ ﺗﺪﻧﻮا �ﻮم اﻟ��ﺎ�� �� �ﺒ�� اﻟﻌﺮق ﻧﺼﻒ‬ ۡ ۡ
َ ‫خٰشِ َعٰت َوٱل ُم َت َص ّ ِدق‬ َ َ َ َ ۡ َّ
‫اﻻذن ﻓﺒﻴﻨﻤﺎﻫﻢ ﻛﺬاﻟﻚ اﺳﺘﻐﺎﺛﻮا ﺑﺎدم ﺛﻢ �ﻮ� ﺛﻢ‬
‫ِي‬ ِ ‫ت َوٱلخٰشِ عِي وٱل‬ ِ ٰ ‫َوٱلصٰب ِ َر‬
َ ‫حٰفظ‬ َ ۡ َ ٰٓ َّ ‫ي َو‬ َ ‫ٱلصئم‬ َّ َ ّ َ َ ۡ
‫ﺑﻤﺤﻤﺪ‬
‫ي‬ ِ ِ ‫ت َوٱل‬ ِ ٰ ‫ٱلصئِم‬ ِ ِ ٰٓ ‫ت َو‬ ِ ٰ ‫َوٱل ُمتصدِق‬
َّ ٗ ِ ‫ٱ� َكث‬َ َّ ‫ين‬ َّ َ ٰ َ ٰ َ ۡ َ ۡ ُ َ ُ ُ
‫ت‬ ِ ٰ ‫يا َوٱلذٰك َِر‬ َ ‫ٱلذٰكِر‬
ِ ‫تو‬ ِ ‫فروجهم وٱلحفِظ‬
Hadis tersebut di atas dengan gamblang َ
ٗ ‫ٱ� ل َ ُهم َّم ۡغفِ َر ٗة َوأج ًرا ع ِظ‬
َ ۡ ُ َّ ‫أَ َع َّد‬
menyebut bahwa istighatsah tidak harus ٣٥ ‫يما‬
ditunjukkan langsung pada Allah SWT.,
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang
melainkan bisa juga dialamatkan kepada para
muslim, laki-laki dan perempuan yang Mu’min,
Nabi, bahkan para wali dan orang-orang salih.
laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
Di lingkungan pesantren Istighatsah keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar,
diartikan sebagai dzikir atau wirid yang laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan
dilakukan secara bersama-sama (jamaah) dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan
biasanya diadakan di tempat-tempat terbuka. yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
Tujuannya untuk meminta ampunan serta berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memel
pertolongan dari Allah SWT. hara kehormatannya, laki-laki dan perempuan
yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah
meny diakan untuk mereka ampunan dan pahala
Dzikir dalam Istighatsah yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 35)
Bacaan dzikir dalam istighatsah memiliki ٗ ِ ‫ٱ� ذ ِۡك ٗرا َكث‬ ۡ ْ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ ٰٓ َ
َ َّ ْ ‫ٱذ ُك ُروا‬
banyak versi dan pada umumnya sama. Dzikir, ٤١ ‫يا‬ ‫يأيها ٱلِين ءامنوا‬
secara bahasa adalah “mengingat”. Maksudnya “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah
mengingat Allah SWT. Dzikir sendiri memiliki (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
pijakan dalil di dalam al-Quran. Misalnya sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41)
Surat al-Baqoroh ayat 152 ً ََ َٗ ۡ ُ ُ ُ ّ َ َ
َ ٤٢ �‫صي‬ِ ‫وسبِحوه بكرة وأ‬
١٥٢ ‫ون‬ ُ ُ ۡ َ َ َ ْ ُ ُ ۡ َ ۡ ُ ۡ ُ ۡ ٓ ‫ٱذ ُك ُر‬
ۡ َ
ِ ‫ون أذكركم وٱشكروا ِ� و� تكفر‬ ِ ‫ف‬ “Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya petang.” (QS. Al-Ahzab: 42)
Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah Sementara Hadits Nabi salah satunya
kepada- Ku, dan janganlah kamu mengingkari yang artinya
(ni’mat)-Ku.” (QS. Al-Baqoroh: 152)
“Diriwayatkan dari Abu Huroiroh bahwa
Surat Ali Imron ayat 191 Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah
ٰ َ َ ‫ودا َو‬
‫� ُج ُنوب ِ ِه ۡم‬
ٗ ُ ُ َ ٗ ٰ َ َ َّ َ ُ ُ ۡ َ َ َّ memiliki para Malaikat yang berkeliling di jalanan
‫ٱلِين يذكرون ٱ� ق ِيما وقع‬
ۡ َ
َ ‫ۡرض َر َّب َنا َما َخلق‬ َۡ َ َ َّ ‫ون ف َخ ۡلق‬ َ َّ َ َ َ َ
untuk mencari orang-orang ahli dzikir. Dan ketika
‫ت‬ ِ ‫ت َوٱل‬ِ ٰ ‫ٱلسمٰو‬ ِ ِ ‫ويتفك ُر‬ mereka mene- mukan sekelompok orang yang
َ َٰ َ ۡ ُ ٗ َٰ َ َٰ
َ ‫ك فَقِ َنا َع َذ‬
١٩١ ِ‫اب ٱلَّار‬
senantiasa berdzikir kepada Allah, para Malaikat
‫هذا ب ِط� سبحن‬ ini kemudian memanggil, “Ambillah kebutuhan
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil kalian.” (HR. Muttafakun Alaihi. Tirmidzi dan
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring Ahmad)
dan mereka memikirkan tentang penciptaan Menurut Imam al-Alamah Ibnu Abidin
langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan dalam kitabnya “hasyiah fi ma’rodi dzikrillah”
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan berkata, Bahwa dzikir berjamaah itu lebih
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah besar pengaruhnya di hati daripada dzikir

158 | Ensiklopedi Islam Nusantara


sendirian (Ibnu abidin “hasyiah ibnu abidin”, Wahai Allah, wahai Dzat Yang Maha Mendengar
hal. 263, vol 5). Sementara Imam Abdul dan Maha Melihat
Wahab Sya’roni dalam kitabnya “dzi- kru adz-
٣٣× ‫�ﺎ ﻣﺒﺪع �ﺎ ﺧﺎﻟﻖ‬
dzakir…” mengatakan, bahwa ulama’ salaf
maupun ulama’ khalaf telah sepakat atas Wahai Dzat yang mewujudkan sesuatu dari tidak
disun- nahkannya dzikir berjama’ah baik di ada, wahai Dzat Yang Maha Pencipta
masjid maupun di luarnya. Juga pendapat
٣٣× ‫�ﺎ ﺣﻔـ�� �ﺎ ﻧﺼـﺮﻴ �ﺎ وﻛ�ـﻞ �ﺎ اﷲ‬
ulama lain yang telah masyhur kealiman dan
kesalehannya. Wahai Dzat yang memelihara dari keburukan dan
kebinasaan, wahai Dzat Yang Maha Menolong,
wahai Dzat yang menjamin rizki para hamba dan
Bacaan dalam Istighatsah mengetahui kesulitan-kesulitan hamba, ya Allah
ُ َ َ ْ َ ُ ْ ُّ َ َ
x٣٣ ‫أﺳﺘَ ِﻐ�ْﺚ‬
ْ ‫ﻚ‬
Berikut ini adalah doa-doa yang dibaca ‫�ﺎ � �ﺎ ﻗ�ﻮم ﺑِﺮﻤﺣ ِﺘ‬
dalam istighotsah, sebagaimana dalam buku
“Panduan Praktis Istighotsah” oleh Pengurus
ّ ‫� �ﺎ‬
٣٣× ‫ﻗـ�ﻮم ﺑﺮﻤﺣـﺘﻚ أﺳﺘـﻐ�ﺚ‬ ّ ‫�ﺎ‬
Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama
Wahai Dzat Yang Hidup, yang terus menerus
(LDNU):
mengurus makhluknya, dengan rahmat-Mu aku
‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﻤﺣﻦ اﻟﺮﺣ�ﻢ‬ memohon pertolongan-MU
ُ َ
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi x٤١ ‫�َﺎ ﻟ ِﻄ�ْﻒ‬
Maha Penyayang
َ ٤١× ‫�ﺎ ﻟﻄـ�ﻒ‬
١× ‫ﺎﺤﺗَﺔ‬
ِ ‫اﻟﻔ‬
Wahai Dzat yang Maha Pengasih dan Maha
(Surat Al-Fatihah)
Penyayang
٣× ‫أﺳﺘﻐﻔﺮ اﷲ اﻟﻌﻈ�ﻢ‬ ً ‫اﷲ اﻟْ َﻌﻈ�ْ َﻢ إﻧَّ ُﻪ َﺎﻛ َن َﻟ َّﻔ‬
x٣٣ ‫ﺎرا‬ َ ‫أﺳﺘَ ْﻐﻔ ُﺮ‬
ْ
ِ ِ
Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha ّ ّ
٣٣× ‫أﺳﺘﻐـﻔﺮ اﷲ اﻟـﻌﻈـ�ﻢ إﻧﻪ ﺎﻛن ﻏـﻔﺎرا‬
Agung
ّ ‫ﻻ ﺣﻮل وﻻ‬
ّ ‫ﻗﻮة إﻻ ﺑﺎ ﷲ اﻟﻌ‬
٣× ‫ﻲﻠ اﻟﻌﻈ�ﻢ‬
Aku mohon ampung kepada Allah Yang Maha
Agung, sunggu Allah Dzat Yang Maha Pengampun
Tiada daya untuk menjauhi maksiat kecuali ّ
‫أﻟﻠﻬـﻢ ﺻﻰﻠ ﺒﻟ ﺳـ�ﺪﻧﺎ ﺤﻣـﻤﺪ ﻓﺪ ﺿﺎﻗﺖ ﺣ�ﻠ� أدرﻛﻲﻨ‬
dengan pemeliharaan Allah dan tiada kekuatan
untuk melakukan ketaatan kecuali dengan
٣× ‫�ﺎ اﷲ‬
pertolongan Allah
ّ ‫ﺤﻣﻤﺪ وﺒﻟ آل ﺳ�ﺪﻧﺎ‬
٣× ‫ﺤﻣﻤﺪ‬ ّ ‫أﻟﻠﻬـﻢ ﺻﻰﻠ ﺒﻟ ﺳ�ﺪﻧﺎ‬ Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan kemuliaan
kepada junjungan kami Nabi Muhammad,
Ya Allah. Limpahkanlah rahmat dan kemuliaan sungguh telah habis daya dan upayaku maka
kepada junjungan kami Nabi Muhammad tolonglah kami, Ya Allah Ya Allah Ya Allah
berserta keluarganya ّ ‫أﻟﻠﻬـﻢ ﺻﻰﻠ ﺻﻼة ﺎﻛﻣﻠﺔ وﺳـﻠّﻢ ﺳﻼﻣﺎ‬
ّ
‫ﺗﺎﻣﺎ ﺒﻟ ﺳ�ـﺪﻧﺎ‬
ّ ّ ّ ّ
٤٠× ‫ﻻ ﻪﻟ إﻻ أﻧﺖ ﺳﺒﺤﺎﻧﻚ إﻧـ� ﻛﻨﺖ ﻣﻦ اﻟﻈﺎﻤﻟﻦﻴ‬ ‫ﺤﻣﻤﺪ ا�ي ﺗﻨﺤـﻞ ﺑﻪ اﻟﻌﻘـﺪ وﺗﻨﻔـﺮج ﺑﻪ اﻟﻜﺮب‬
Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau, ّ ‫وﺗﻘـ� ﺑﻪ اﺤﻟﻮاﺋﺞ وﺗﻨـﺎل ﺑﻪ‬
‫اﻟﺮﺬﻟﺋﺐ وﺣﺴﻦ اﺨﻟﻮاﺗﻢ‬
Maha Suci Engkau, Sungguh aku termasuk orang-
orang yang telah berbuat dzalim ‫وﻳﺴﺘﺴﻰﻘ اﻟﻐﻤـﺎم ﺑﻮﺟﻬـﻪ اﻟﻜﺮﻳﻢ وﺒﻟ آ� وﺻﺤـﺒﻪ ﻰﻓ‬
ّ
٣٣× ‫�ﺎ اﷲ �ﺎ ﻗﺪ�ـﻢ‬ ١× ‫ﻞﻛ ﻤﻟﺤـﺔ وﻧﻔﺲ ﺑﻌﺪد ﻞﻛ ﻣﻌﻠﻮم ﻟﻚ‬
Wahai Allah, wahai Dzat yang ada tanpa Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna
permulaan dan curahkanlah salam kesejahteraan yang
penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad,
٣٣× ‫�ﺎ ﺳﻤـ�� �ﺎ ﺑﺼـﺮﻴ‬
yang dengan sebab beliau semua kesulitan

Edisi Budaya | 159


dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat
‫ﻣﺎ ﺎﻛن ﻣﻦ ﻧﻌـﻤﺔ ﻓﻤﻦ اﷲ ﺑﺴﻢ اﷲ ﻣﺎ ﺷـﺎء اﷲ ﻻ ﺣﻮل‬
dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, ّ ّ
dan semua yang didambakan serta husnul ّ ‫ﻗﻮة إﻻ ﺑﺎﷲ اﻟﻌـ‬
١× ‫ﻲﻠ اﻟﻌ�ـ�ﻢ‬ ‫وﻻ‬
khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang Dengan nama Allah yang segala sesuatu
mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkan terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada yang
kepada keluarganya serta para sahabatnya, mendatangkan kebaikan kecuali la. Dengan
di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan
bilangan semua yang diketahui oleh Engkau kehendak-Nya, tidak ada yang menyingkirkan
٤١× ��‫�ﺎ ﺑﺪ‬ keburukan kecuali la. Dengan nama Allah yang
segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya,
Wahai Dzat yang menciptakan makhluk tanpa
tidak ada kenikmatan melainkan dari Allah.
ada contoh sebelumnya
Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi
٣٣× ‫ﺣﺴﺒﻨﺎ اﷲ وﻧﻌﻢ اﻟﻮ�ـ�ﻞ‬ dengan kehendak-Nya, tiada daya untuk berbuat
kebaikan kecuali dengan pertolongan Allah dan
Cukup bagi kami Allah, dan Dia sebaik-baik
tiada kekuatan untuk menghindar dari perbuatan
penolong
maksiat kecuali dengan perlindungan Allah yang
١× �‫�ـ‬ maha Mulia dan maha agung
ّ
ّ ‫ﻏﻔـﺎر ﻋﻔـﻮا وﺗﻮﺑﺔ وﺑﺎﻟﻘﻬـﺮ �ﺎ‬
(Surat Yasiin) ‫ﻗﻬـﺎر‬ ‫�ﺎ اﷲ ﺳﺄﺤﻛـﻚ �ﺎ‬
ّ ‫اﷲ أﻛـﺮﺒ �ﺎ‬ ّ ‫ﺧﺬ ﻣﻦ‬
٣× ‫�ـ�ﻼ‬
‫رﺑﻨﺎ وإﻟـﻬﻨﺎ وﺳـ�ﺪﻧﺎ أﻧﺖ ﻣﻮﻻﻧﺎ ﻓﺎﻧﺮﺼﻧﺎ‬
٣× ‫ﺒﻟ اﻟﻘﻮم اﻟﺎﻜﻓﺮﻳﻦ‬ Ya Allah, aku memohon ampunan dan taubat
yang diterima kepada-Mu Ya Allah yang maha
Allah maha besar maha mulia, Wahai Tuhan pengampun, dan dengan kekuatan dan kekuasaan-
kami, sesembahan kami, tuan kami, Engkau-lah Mu Wahai Dzat yang maha mengalahkan,
penolong kami, menangkan kami atas orangorang tundukkan dan hukumlah orang yang melakukan
kafir tipu muslihat dan ingin mencelakai kami
ّ ّ ّ ّ
‫ﺑﺎﻟ� اﻟﻘـ�ﻮم ا�ي ﻻ �ﻤﻮ� أﺑﺪا ودﻓﻌـﺖ‬ ‫ﺣﺼﻨﺘﻜﻢ‬ ّ ‫ﺣﻘـﻨﺎ‬ ّ ‫�ﺎ��ﺎر‬
ّ
‫وﺣﻖ‬ ‫�ﺎﻗﻬـﺎر �ﺎ ذا اﻛﻄـﺶ اﻟ�ـﺪ�ﺪ ﺧﺬ‬
ّ ّ ّ
‫ﻗﻮة إﻻ‬ ‫ﻋﻨـﻜﻢ اﻟﺴـﺆ ﺑﺄﻟﻒ أﻟﻒ أﻟﻒ ﻻ ﺣﻮل وﻻ‬ ‫ﻣﻤﻦ ﻇﻠﻤﻦ واﻤﻟﺴﻠﻤﻦﻴ وﺗﻌـﺪى ﻋﻠـ�ﻨﺎ‬ ّ ‫اﻤﻟﺴـﻠﻤﻦﻴ‬
ّ ‫ﺑﺎﷲ اﻟﻌ‬
٣× ‫ﻲﻠ اﻟﻌ�ـ�ﻢ‬ ٣× ‫وﻋـﻰﻠ اﻤﻟﺴﻠﻤـﻦﻴ‬
Aku mohonkan pemeliharaan untuk kalian Wahai Dzat yang maha mengalahkan, maha
kepada Dzat yang maha hidup dan terus menerus menundukkan, Dzat yang keras azab-Nya,
mengatur hamba-Nya yang tidak pernah mati ambilkan hak-hak kami dan hak-hak umat Islam
selamanya, dan aku tolak dan hindarkan dari dari orang-orang yang menzhalimi kami dan
kalian segala keburukan dengan sejuta bacaan menzhalimi umat Islam, yang telah menganiaya
“La haula wa la quwwata illa billahil aliyyil adzim” kami dan menganiaya umat Islam
٣× ‫اﺤﻟﻤﺪ ﷲ ا�ي أﻧﻌﻢ ﻋﻠ�ﻨﺎ وﻫﺪاﻧﺎ ﺒﻟ د�ﻦ اﻹﺳﻼم‬ ١× ‫اﻟﻔﺎﺗـﺤﺔ‬
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita (Surat Al-Fatihah)
ْ َّ
‫اﺤﻛﻬ ِﻠ�ْﻞ‬
nikmat dan petunjuk kepada agama Islam
ّ
‫ﺑﺴﻢ اﷲ ﻣﺎ ﺷـﺎء اﷲ ﻻ ﻳﺴﻮق اﺨﻟـﺮﻴ إﻻ اﷲ ﺑﺴﻢ اﷲ ﻣﺎ‬ (Bacaan tahlil lengkap...)
ّ
‫ﺷـﺎء اﷲ ﻻ �ﺮﺼ� اﻟﺴﻮء إﻻ اﷲ ﺑﺴﻢ اﷲ ﻣﺎ ﺷـﺎء اﷲ‬ [Jamaluddin Muhammad]

Sumber Bacaan
Ahmad Ibnu Taymiyah, al-Istighatsah al-Rad Ala al-Bakri, (Riyadh: Maktabah Darul Minhaj, 1426 H)
Soeleiman Fadeli Mohammad Subhan, Antologi NU: Sejarah, Istilah, Amaliyah, Uswah, (Jakarta: Khalista, 2004)
Tim NU Online: Amaliyah NU dan Dalilnya
http://www.nu.or.id/post/read/16456/doa-doa-istighotsah

160 | Ensiklopedi Islam Nusantara


J
Jampi
Janur
Jampi
Istilah dan definisi Jampi Penggunaan Jampi

K
ata Jampi adalah Bahasa Jawa, yang Jampi memiliki fungsi atau manfaat yang
sudah menjadi bahasa Indonesia. bermacam-macam, yang mencakup seluruh
“Jampi” dapat diartikan sebagai kebutuhan dan permasalahan manusia.
susunan kata atau kalimat, layaknya puisi Menurut Snouck Hurgronje, terdapat beberapa
yang dianggap mengandung kekuatan gaib, naskah mengenai astrologi (ilmu nujum dan
biasanya diucapkan oleh ahlinya untuk primbon) yang memiliki fungsi bermacam-
menandingi kekuatan gaib yang lain. Padanan macam, yang memiliki kesamaan fungsi
kata “jampi” adalah mantera. Istilah “jampi” dengan mantera dan jampi, diantaranya yang
dalam masyarakat, bisa digunakan pada istilah bisa mengakibatkan kekebalan, keselamatan,
jampi kebal, jampi selamat, jampi pengasihan, dan pengasihan. Peugawe salah satu bentuk
jampi berusaha dan lain sebagainya. Penulis azimat yang berbentuk tulisan di atas kertas
juga menemukan istilah jampi angina sarhabat yang kemudian dibungkus dengan endapan
dan jampi terkeliat (urat yang tergilir) getah (ekmalo). Getah tersebut, dalam waktu
dalam karya Harun Mat Piah, Kitab Tib; Ilmu tertentu berubah menjadi besi dengan disertai
Perobatan Melayu. do’a. benda itu, memiliki fungsi kebal, khusus
dibuat dari unsur ‘bahr an-Nubuwwah’
Istilah “jampi” dalam masyarakat
berarti ‘laut kenabian’. Bila benda ini dipakai
Indramayu Jawa Barat, memiliki dua arti;
seseorang, maka akan menunjukkan kekebalan
pertama, jampi diartikan sebagai kalimat yang
atau kekuatan.
mengandung kekuatan gaib, seperti jampi
pengasihan, jampi kebal, jampi kesuksesan, Penelitian Hermansyah pada masyarakat
dan lain-lain. Kedua, jampi yang disamakan Melayu di Kawasan Embau menunjukkan
dengan arti do’a dan niat, seperti; Jampi sholat persamaan dengan penelitian Syamsul
(niat sholat), jampi bepergian (do’a bepergian), Kurniawan tentang praktik jampi-jampi, di
jampi puasa, dan sebagainya. Kampung Saigon Kota Pontianak. Menurut
Hermansyah praktik jampi-jampi yang
Istilah jampi di Kampung Adat Naga
berkembang di daerah Melayu di Kawasan
kabupaten Tasikmalaya, di Kampung Adat
Embau adalah cuca dan tawar. “Cuca”
Dukuh kabupaten Garut, di Kampung Adat
adalah bacaan jampi-jampi yang diyakini
Kuta dan Kampung Adat Urug, Jawa Barat
mempunyai kekuatan magis, yang berfungsi
disebut dengan istilah syariat (jampe). Syariat
untuk keselamatan, melemahkan musuh
ini, memiliki kegunaan yang serupa dengan
dan menaklukkan perempuan, atau berbagai
tradisi jampi di daerah-daerah lain.
keperluan lainnya. “Tawar” adalah bacaan
Istilah jampi juga memiliki keserupaan jampi-jampi yang dipercayai memiliki
dengan istilah Ruqyah. Perbedaan ruqyah kekuatan magis untuk menyembuhkan
dengan jampi hanya dari segi penggunaan berbagai penyakit. Adapun “Serapah” diyakini
kalimat. Ruqyah hanya dengan bacaan al- mempunyai kekuatan magis, dengan berbagai
qur’an, sedangkan kalimat-kalimat jampi tidak fungsi seperti untuk melindungi diri dan
hanya sebatas dengan bacaan al-qur’an, bisa harta, melemahkan musuh dan menaklukkan
jadi Bahasa daerah atau yang lainnya. perempuan, dan lain-lain.
Hasil penelitian terkini mengenai “syariat”

Edisi Budaya | 163


di beberapa Kampung Adat lainnya, “syariat” kesehatan adalahsSunangGunungjJati (Syaik
di Kampung Adat Naga, Tasikmalaya biasa Syarif Hidayatullah).
dimanfaatkan untuk mengobati sakit yang
Sunan Gunung Jati memiliki metode
bersifat “sasalad” (medis) dan “kabadi” (magis)
dakwah yang khas terutama dalam bidang
serta digunakan ketika hendak melakukan
kesehatan. Metode pengobatan yang
sesuatu. Bacaan yang digunakan meliputi
dilakukansSunangGunungjJati, ada dua
Bahasa Sunda Buhun (kuno), Jawa Kuno dan
metode, yaitu; pertama, Pengobatan lahir
Arab. “Syariat” atau “jampe” di Kampung Adat
harus diatasi dengan obat-obatan maddiyah
Naga merupakan bacaan yang digunakan
(lahiriah) seperti daun-daun dan akar-
untuk menyembuhkan penyakit atau bahaya
akaran, kedua, pengobatan batin diatasi
kecelakaan.
dengan pengobatan spiritual yang awalnya
Penjelasan di atas, menunjukkan bahwa menggunakan jampi-jampi dan mantra-
manfaat atau fungsi jampi di berbagai daerah mantra yang diubah menjadi doa-doa (Islam).
memiliki persamaan. Ada 4 fungsi jampi secara
Penelitian Muhammad Qais Izzuddin dan
global, yaitu;
Rodiyati Azrianingsih mempertegas tentang
1) Pengobatan.
perubahan jampi, yang awalnya dengan ajaran-
2) Pelindung diri.
ajaran terdahulu, berubah menjadi jampi yang
3) Pekerjaan.
bernafaskan Islam. Mereka menyatakan bahwa
4) Adat-istiadat.
“syariat” atau “jampe” adalah suatu kegiatan
untuk memohon atau berdo’a kepada Allah
SWT melalui perantara tokoh. Tokoh tersebut
Titik singgung Istilah Jampi dengan
biasanya adalah Kepala Adat.
Islam Nusantara
Banyak orang salah mengartikan dan
memahami jampi, dari segi bacaan dan Kesimpulan
permintaannya. Kalimat atau bacaan “jampi”,
Perubahan makna dan rutual jampi
mengalami perubahan dalam masyarakat
dalam masyarakatnNusantara menjadi
Islam Nusantara. Awalnya bacaan jampi
jampi yang bernafaskan Islam, merupakan
itu, dengan menggunakan bacaan ajaran
kearifan dan kecerdasanwWalisSongo dalam
agama hindu, budha, atau ajaran yang
mengembangkan dan mensiarkan ajaran
lainnya, lalu setelah datangnya agama Islam,
Islam. Wali songo adalah figure yang harus
melalui wali songo, bacaan jampi itu, diubah
kita contoh, dalam kehidupan beragama,
menjadi bacaan Islam atau bacaan dengan
berbangsa, dan bernegara.
BahasadDaerah yang tidak bertentangan
dengansSyariat Islam. Salah satuwWalisSongo [Ayatullah]

yang memiliki pengetahuan dalam bidang

Sumber Bacaan
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
Harun Mat Piah, Kitab Tib; Ilmu Perobatan Melayu, (Kuala Lumpur: Perpustakaan Negara Malaysia, 2006),
Muhammad Qais Izzuddin dan Rodiyati Azrianingsih, “Etnobotani Tradisi Syariat di Kampung Adat Urug, Desa Urug,
Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor”, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Brawijaya, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia, (Jurnal Biotropika,Vol. 2 No. 3 2014),
Snouck Hurgronje, Aceh Rakyat dan Adat Istiadat (Jakarta: INIS, 1997),
Syamsul Kurniawan, Serapah Dalam Masyarakat Melayu Kampung Saigon Kota Pontianak, (Jurnal Religi, Vol. IX, No. 1,
Januari 2013),
Muhammad Qais Izzuddin dan Rodiyati Azrianingsih, “Etnobotani Tradisi Syariat di Kampung Adat Urug, Desa Urug,
Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor”, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Brawijaya, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia, (Jurnal Biotropika,Vol. 2 No. 3 2014),
Dadan Wildan, Sunan Gunung Jati. (Ciputat: Salima, 2012),
Muhammad Qais Izzuddin dan Rodiyati Azrianingsih, “Etnobotani Tradisi Syariat di Kampung Adat Urug, Desa Urug,
Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor”, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Brawijaya, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia, (Jurnal Biotropika,Vol. 2 No. 3 2014),

164 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Janur

K
ata “Janur” yang berasal dari bahasa sedemikian rupa sehingga tampak seperti
Jawa merupakan penyebutan untuk tatanan sesaji buah yang biasa dipersembahkan
daun muda dari tumbuhan berjenis dalam upacara ritual keagamaan. Secara
palma besar seperti kelapa dan sejenisnya. lengkap, “kembar mayang” merupakan hiasan
Dalam tradisi suku bangsa di Nusantara, janur yang dirangkai pada batang semu pisang (jw.
biasa dipakai sebagai bagian dari kehidupan gedebog). Batang semu pisang ini biasanya
sehari-hari. Di antara suku bangsa Nusantara ditegakkan pada wadah kuningan. Hiasan
yang memiliki tradisi pemanfaatan “janur” janur yang disertakan paling tidak memiliki
adalah suku Jawa, Sunda, Bali, Melayu, dan empat ragam anyam, yaitu keris, belalang,
beberapa suku di Indonesia Timur, terutama payung, dan burung. Selain itu, disertakan juga
masyarakat pesisir atau pulau di Sulawesi dan empat macam daun, yakni daun kemuning,
Maluku. Penggunaan “janur” dalam tradisi nering, alang-alang, dan croton. Bunga yang
masyarakat Nusantara berada dalam aneka disertakan adalah melati, kantil, dan pudak,
ragam pranata, mulai dari pranata keagamaan serta bunga merak. Buah yang biasanya
hingga budaya, dan lain sebagainya. digunakan adalah nanas yang diletakkan di
posisi paling atas, kadang-kadang ditambah
apel dan jeruk. “Sindur” (selendang pinggang
Penggunaan Janur dalam Tradisi Jawa berwarna merah-putih) juga dibebatkan pada
Dalam tradisi masyarakat Jawa, “janur” kembar mayang. Namun demikian, aturan
digunakan sekurang-kurangnya dalam dua kelengkapan isi dari “kembar mayang” ini saat
pranata; pernikahan dan lebaran. Dalam ini sudah tidak lagi ketat diberlakukan.
pernikahan, “janur” biasa digunakan sebagai Ragam anyam janur yang berjumlah
kembar mayang yang merupakan perangkat empat memiliki simbol tersendiri. Ragam keris
penting dalam adat pernikahan Jawa. berarti melindungi dari bahaya dan pesan agar
Kemudian dalam suasana lebaran, “janur” berhati-hati dalam kehidupan. Ragam belalang
dimanfaatkan sebagai bahan utama membuat memberi pesan agar tidak ada halangan
ketupat. di kemudian hari. Ragam payung berarti
pengayoman atau perlindungan. Yang terakhir,
ragam burung melambangkan kerukunan dan
Kembar Mayang kebahagiaan seperti burung.
Kembar mayang adalah hiasan dekoratif Sebagai perangkat simbolik, kembar
simbolik yang digunakan dalam upacara mayang ada sepasang, yang masing-masing
perkawinan adat Jawa, khususnya dalam dinamakan Dewandaru dan Kalpandaru.
prosesi midodareni sampai panggih. Kembar “Kembar mayang” difahami sebagai pinjaman
mayang biasanya dibawa oleh pemuda dan dari “dewa”, sehingga setelah upacara selesai
mendampingi sepasang cangkir gading yang harus dikembalikan dengan membuang di
dibawa oleh sepasang gadis. perempatan jalan atau dilabuh (dihanyutkan)
“Kembar mayang” tersusun dari bunga, di sungai atau laut.
buah, serta anyaman janur yang disusun

Edisi Budaya | 165


Ketupat dari bahasa Jawa ku = ngaku (mengakui) dan pat
= lepat (kesalahan) yang digunakan oleh Sunan
“Ketupat” atau “kupat” adalah hidangan
Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di
khas Nusantara - yang selain di Jawa,
Pulau Jawa. Selain itu, rumitnya membuat
sebenarnya juga dapat dijumpai di tempat-
anyaman ketupat dari janur sebagai bungkus
tempat lain di Nusantara, seperti di Bali,
beras, dipandang pula sebagai cerminan
Sumatera, hingga Malaysia dan Brunei bahkan
kesalahan manusia. Warna putih ketupat
juga di Filipina. Hidangan ini berupa beras
ketika dibelah melambangkan kebersihan dan
yang dibungkus dengan pembungkus terbuat
kesucian hati setelah saling memaafkan.
dari anyaman daun kelapa (janur) yang
berkualitas bagus, tidak terlalu muda tapi Penggunaan janur sebagai kemasan
juga belum terlalu tua. Ada dua bentuk utama pun memiliki makna tersembunyi. “Janur”
ketupat yaitu 1) kepal bersudut tujuh – yang dipercaya sebagian masyarakat berasal dari
lebih umum dan lazim juga disebut ketupat kata dalam bahasa Arab ja’a an-nur (telah datang
bawang karena bentuknya yang seperti cahaya), dan sebagian yang lain mengartikan
bawang, dan 2) jajaran genjang bersudut enam. janur dengan sejatining nur (cahaya sejati).
Masing-masing bentuk tersebut memiliki alur Artinya, keadaan suci manusia dapat diperoleh
anyaman yang berbeda. setelah mendapatkan pencerahan cahaya
selama bulan Ramadan dan bermaaf-maafan
Di Nusantara, “ketupat” paling banyak
di momen Lebaran.
ditemui pada saat musim Lebaran, baik pada
hari pertama Idul Fitri atau pada hari kedelapan Meskipun menghadapi tantangan yang
– setelah enam hari puasa sunnah Syawal. Di berasal dari alam, yakni semakin terbatasnya
kalangan masyarakat yang menghidangkan keberadaan pohon kelapa yang merupakan
ketupat pada hari kedelapan Lebaran, momen bahan utama mendapatkan “janur” sebagai
ini biasa pula disebut sebagai Bakda Kupat pembungkus, tradisi ketupat hingga saat ini
(Hari Raya Ketupat). masih tetap eksis sebagai salah satu simbol
budaya Islam Nusantara. Di komunitas
Menurut H.J. de Graaf (19xx), ketupat
masyarakat Jawa yang berdiaspora ke banyak
merupakan simbol resmi perayaan hari raya
daerah di luar Pulau Jawa pun, terutama yang
Islam sejak masa pemerintahan Demak yang
ada di Indonesia, di Pulau Sumatera (terutama
dipimpin Raden Patah awal abad ke-15. De
Lampung) dan Pulau Sulawesi (terutama
Graaf menduga kulit ketupat yang terbuat
Tondano), tradisi ketupat ini juga masih lestari.
dari janur berfungsi untuk menunjukkan
identitas budaya pesisiran yang ditumbuhi
banyak pohon kelapa. Warna kuning pada
Penggunaan Janur di Bali
janur dimaknai oleh de Graff sebagai upaya
masyarakat pesisir Jawa untuk membedakan Di Bali, sebutan nama untuk daun kelapa
warna hijau dari Timur Tengah dan merah dari muda adalah busung, sedangkan untuk daun
Asia Timur. Namun demikian, tradisi ketupat kelapa tua adalah selepan. Keduanya (busung
di Jawa sebenarnya dapat dilacak hingga masa dan selepan), tetapi terutama adalah daun
sebelum Walisanga di mana Sunan Kalijaga yang muda, dapat dimanfaatkan sebagai
menggunakan ketupat yang sudah merupakan janur untuk pranata adat yang disebut dengan
tradisi lokal sebagai salah satu media istilah sampian. Bentuk sampian ada yang segi
dakwahnya. Artinya, ketupat mengalami tiga (ilukiluk, celemik, tangkih dan kojong), segi
Islamisasi dari yang awalnya merupakan empat (ceper dan taledan), bundar (tamas dan
hidangan khas masyarakat Nusantara, menjadi taledan) dan berbentuk wakul.
hidangan khas masyarakat Islam Nusantara. Di masyarakat yang erat dengan tradisi
Secara filosofis, tradisi ketupat (kupat) khas Hindu ini, “janur” juga banyak digunakan
pada waktu lebaran dipercaya oleh sebagian dalam kehidupan sehari-hari, terutama
masyarakat Jawa sebagai simbolisasi ungkapan dalam kegiatan-kegatan adat. Selain sebagai
sampian, janur juga dijadikan penjor, di mana

166 | Ensiklopedi Islam Nusantara


“janur” yang masih terangkai pada tangkai darat), Manganu Ina (mengambil hasil
daun diikat dengan bambu panjang dan tangkapan/ikan), Matahia Ina (membagi hasil)
kemudian dipasang di gerbang atau tepi jalan. dan Manarm’Ma Alama (ucapan syukur lewat
Selain sebagai penjor, sebagaimana di Jawa, makan bersama hasil tangkapan).
penggunaan janur di Bali juga sebagai sejenis
Acara puncak “Mane’e” dimulai sehari
instrumen kembar mayang dalam pernikahan
sebelum hari pelaksanaan. Seorang Ratumbanua
dan ketupat dalam upacara adat lainnya.
atau tetua adat setempat memimpin sebuah
Selain dalam kegiatan-kegiatan adat, ritual bernama Malahaan sebagai ungkapan
“janur” juga dimanfaatkan untuk peralatan syukur kepada Tuhan. Pada ritual ini, semua
biasa dalam kehidupan sehari-hari, seperti perlengkapan yang akan digunakan dalam
daun tua (selepan) yang dapat dibuat anyaman acara puncak Mane`e didoakan, seperti perahu
penutup kepala (capil) yang banyak dipakai oleh dan tali hutan yang telah dililit janur. Tak
petani Bali. Kemudian model anyaman lainnya ketinggalan, sejumlah warga pilihan yang akan
yang disebut kelabang, dipakai untuk dinding terlibat langsung dalam prosesi tersebut juga
dan atap bangunan sementara – seperti gedhek diberikan restu agar diberi kekuatan.
dalam masyarakat Jawa.
Perlengkapan acara adat berupa tali
mendapat perhatian khusus dari penyelenggara.
Karena unsur ini menjadi jantung dari prosesi
Penggunaan Janur di Indonesia Timur
itu. Tali yang digunakan haruslah diambil dari
Masyarakat Pulau Kakorotan dan Intata dalam hutan oleh beberapa orang kampung
di Kepulauan Talaud Sulawesi Utara memiliki Kakorotan-Intata. Mereka kemudian bertugas
tradisi unik yang memanfaatkan penggunaan merangkai penggalan-penggalan tali yang
janur. Daun pohon kelapa ini, atau yang dalam diambil dari hutan tersebut menjadi sebuah
bahasa masyarakat pulau ini disebut sammi, tali yang panjang. Tali dengan panjang sekitar
digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan. 600 meter ini lantas dililit dengan janur dari
Memang penggunaan janur untuk menangkap ujung hingga pangkal.
ikan tidak dilakukan sepanjang tahun,
Pada hari pelaksanaan, tali serupa jaring
melainkan hanya pada satu momen tersendiri,
ikan tersebut dibentangkan di daerah perairan
tepatnya dalam kegiatan adat tradisional yang
yang telah ditentukan sebelumnya dengan
disebut “Mane’e”.
perahu untuk membentuk setengah lingkaran.
Sebagai sebuah tradisi yang diawariskan Beberapa pria ditunjuk untuk menggerak-
turun menurun, bahkan dipercaya telah ada gerakkan lilitan janur dan secara perlahan
sejak abad ke-17, “Mane’e” diselenggarakan mendorongnya ke perairan yang lebih dangkal.
setiap bulan Mei atau Juni. Periode ini Ikan-ikan akan mengikuti arah tarikan jaring
bertepatan dengan puncak surut terendah air tersebut menuju pantai di mana para warga
laut ketika berakhirnya masa Eha atau periode telah berkumpul.
pelarangan mengambil hasil laut dan darat
Sebelum menangkap ikan di nyare atau
yang berlangsung antara 3 hingga 6 bulan.
perairan dangkal yang telah dikurung dengan
Prosesi adat “Mane’e” terdiri dari sembilan jaring alami tersebut, Ratumbanua melafalkan
tahapan yang dilaksanakan secara berurutan sebuah mantra dalam bahasa setempat. Dalam
dalam beberapa hari. Rangkaian tahapan itu situasi ini, seluruh peserta Mane’e harus
meliputi Maraca Pundangi (memotong tali tenang agar ikan-ikan tidak terlepas kembali
hutan), Mangolom Par’ra (permohonan kepada ke laut. Sampai pada waktunya, prosesi
Tuhan), Mattuda Tampa Pane’can (menuju penangkapan ikan dilakukan. Ratumbanua
lokasi acara), Mamabi’u Sammi (membuat alat membukanya dengan memotong ikan yang
tangkap dari janur kelapa yang dilingkarkan dia tangkap. Setelah itu, giliran warga untuk
pada tali hutan), Mamoto’u Sammi (menebar menangkap berbagai jenis ikan yang hidup di
janur), Mamole Sammi (menarik janur ke perairan Kakorotan-Intata. Sebut saja ikan

Edisi Budaya | 167


Layar, Bawal, Barongan, Kakap Merah, Marlin Tentunya, anak kecil dan orang tua kalah
Putih, Todak bahkan Hiu menjadi rebutan para cekatan dengan orang dewasa dalam
warga. menangkap ikan. Maka, hasilnya pun akan
lebih sedikit. Dengan dikumpulkannya ikan
Hasil tangkapan ikan tak boleh langsung
terlebih dahulu, setiap warga dijamin akan
dibawa pulang oleh warga. Namun harus
mendapatkan bagiannya secara adil. Setelah
dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian baru
masing-masing orang mendapatkan jatahnya,
dibagi-bagi kepada tamu dan warga masyarakat.
mereka menuju ke pantai untuk berpesta ikan
Hal ini ditempuh untuk menerapkan prinsip
bersama. (Dawam Multazam)
keadilan mengingat perbedaan kemampuan
menangkap ikan masing-masing warga. [Dawam Multazam]

Sumber Bacaan:
Anjas Prasetiyo, Prosesi Adat Mane’e; Perlambang Cinta Laut Masyarakat Kakorotan-Intata http://www.
kompasiana.com/anjasprasetiyo/prosesi-adat-mane-e-perlambang-cinta-laut-masyarakat-kakorotan-
intata_559604abf57a615705a881f1 diakses tanggal 10 November 2016
Kinayati Djojosuroto, “Ikon Tradisi Ba’do Katupat sebagai Refleksi Kebudayaan Masyarakat Jaton di Sulawesi Utara”
dalam el Harakah Vol.15 No.2 Tahun 2013.
Nyoman Adiputra, dkk., “Kelapa Dalam Budaya Bali Serta Upaya Pelestariannya”, dalam Jurnal Bumi Lestari, Volume 15
No. 1, Pebruari 2015, hlm. 87 - 91
Observasi terhadap folklor di Ponorogo, Jawa Timur, Agustus 2016.

168 | Ensiklopedi Islam Nusantara


K
Kasunyatan
Kenduri
Kentongan
Keris
Kerudung
Khalîfah
Khataman
Kiai
Kidung
Kupatan
Kasunyatan

Istilah dan definisi Kasunyatan tetapi lebih dalam dari itu. Ha Na Ca Ra Ka,

K
yang berarti ada utusan. Maksudnya adalah
asunyatan adalah sebuah istilah yang
utusan hidup, berupa napas yang menjadi
memiliki arti realitas, dalam tradisi
penanda bagi bersatunya jiwa dan jasad dalam
filsafat Yunani, masuk dalam kajian
diri manusia. Karena ada utusan (pembawa
ontology. Istilah kasunyatan merupakan istilah
utusan) berarti ada pula yang mengutus (Sang
yang selalu disandarkan pada istilah kaweruh
Pemberi Utusan) dan sesuatu yang dibawa (isi
(pengetahuan, ilmu, atau memahami).
risalah atau utusan). Da Ta Sa Wa La, artinya
Kasunyatan dapat didefinisikan sebagai
saling bertengkar. Terjadi perselisihan antara
pengetahun terhadap realitas (wujud dalam
utusan dan yang menerima utusan, yaitu
Bahasa filsafat Islam). Kaweruh kasunyatan
dalam hal menafsirkan amanah kehidupan.
adalah pengetahuan tentang hakikat seluruh
Pertarungan sengit antara jiwa yang tenang
realitas.
(nafs muthmainnah) dan jiwa yang gelisah
“Kasunyatan” adalah realitas sehati, (nafs lawwamah). Pada maqam yang lebih
jelas, dan self evident. Dalam filsafat Jawa tinggi diartikan sebaliknya, yaitu tidak ada
yang terdapat dalam tulisan Ha-na-ca-raka: perselisihan antara yang mengutus dan
Ha-na itu nyata ada, mengisyaratkan ilmu yang menerima utusan. Lebih tepatnya lagi
kasunyatan. Ca-ra-ka, mengandung aksara yang perselisihan yang dimaksud adalah dialog yang
menyiratkan kata cipta, rasa dan karsa, yakni akrab. Pa Dha Ja Ya Nya, artinya sama-sama
salah satu unsur kelengkapan hidup manusia. jaya atau digdaya. Keduanya sama-sama kuat
Da-ta-sa-wa-la: mengiaskan zat yang da-ta-sa- dan tidak ada yang mau mengalah. Dan pada
wa-la, yakni zat yang tidak pernah dapat salah, tingkatan spiritiual yang lebih tinggi diartikan
yaitu Tuhan. Pa-dhaja-ya-nya: “sama jayanya”. sebagai kesetaraan dalam penyatuan, artinya
Sedang Ma-ga-ba-tha-nga: Ma menyiratkan baik yang mengutus maupun penerima utusan
kata sukma, dan ga menyiratkan kata angga telah melebur. Sedangkan Ma Ga Ba Tha Nga,
(badan). Maksudnya jika sukma masih bersatu artinya paling popular adalah sama-sama
dengan badan, manusia itu masih hidup, mati (palastra), drama kehidupan di dunia
tetapi jika sukma telah meninggalkan badan, telah tutup layar. Namun, bagi mereka yang
manusia itu mati, tinggal ba-tha-nga yaitu menghayatinya secara pegedhongan (kalangan
bangkainya. Sukma kembali kepada Tuhan. terbatas), mengartikan sebagai “Mangga
Para penghayat Kasunyatan Jawi Batanga” (silahkan ditemukan sendiri
meyakini bahwa huruf Jawa yang berjumlah misterinya).
20 huruf sesungguhnya adalah kitab sucinya Para penghayat Kejawen di Tengger
orang Jawa yang mengandung Japa, Mantra, menafsirkan Ha Na Ca Ra Ka sebagai Kirata
Guna, Sarana, dan Sabda selaligus. Urutan atau singkatan dari: Hingsun Nitahake Cahya
hurufnya dari yang pertama (Ha) hingga yang Rasa Karsa (Aku Menciptakan Cahaya, Rasa,
terakhir (Nga), sesungguhnya tidak sekedar dan Karsa). Da Ta Sa Wa La dari: Dumadi
mengandung arti sebuah hikayat atau kisah, Tetesing Sarira Wadi Laksana (Menjadi Tetes

Edisi Budaya | 171


Badan (air mani) yang mengandung rahasia kita dalam berpikir. Rasa suka dan tidak
Pencipta alam semesta). Pa Dha Ja Ya Nya suka ini sering muncul pada diri seseorang
dari: Panca Dhawuh Jagat Yekti Nyawiji sesuai dengan keadaannya. Bekal berikutnya
(Lima Unsur Bersabda, Alam Semesta Pasti adalah ketabahan, yaitu kesungguhan dan
Menyatu), dan Ma Ga Ba Tha Nga dari: keberanian dalam mengambil sikap atas
Marmane Gayuhen Bali Thukul Ngakasa segala sesuatu secara objektif, apa adanya,
(Hakikatnya Temukanlah, maka Kamu akan walaupun bertentangan dengan pemahaman
Kembali Merdeka). Ketika susunan aksara dan keinginan kita.
Jawa ditukar posisi, ia pun dapat menjadi
Mencari tahu tentang hakikat ilmu
tuntunan hidup yang kombinasinya bisa tak
Kasunyatan secara mandiri dan objektif.
terhingga. Salah satunya adalah Ha Ma Ca Ja
Pemahaman atau pengetahuan parsial
Wa diartikan: Menghayati budaya Jawa, Sa
(particular) dapat membantu kita untuk
Nya Ta Da Ya diartikan: Selamat dari Petaka,
mengetahui dan memahami persamaan dan
Ba Tha Ra Ga Na diartikan: Orang yang arif
perbedaan zat benda-benda dan segenap
dan bijaksana akan mampu meghadapi segala
peristiwa secara sekaligus, sedangkan Ilmu
rintangan, dan Ka La Pa Dha Nga diartikan:
Kasunyatan hanya dapat kita pakai untuk
Saat yang telah terang benderang. Semua itu
memahami persamaan seluruh zat benda-
merupakan khasanah kebudayaan adiluhung
benda dan peristiwa yang ada, dan tidak dapat
yang dimiliki manusia Jawa.
kita pergunakan untuk membeda-bedakannya.
Pemahaman rasa antara batas tahu objektif
Tradisi Kasunyatan dan rasa tahu subjektif dapat kita ketahui dari
pemahaman berikut; Sesungguhnya manusia
Masyarakat Jawa, hingga hari ini, masih
terbagi menjadi empat kategori dalam
berusaha mempertahankan ajaran Kasunyatan
pengetahuannya, pertama orang yang sudah
Jawi (Kasunyatan Jawa) yang mereka yakini
mengetahui dan dia mengetahui bahwa dirinya
sudah ada sejak jaman nenek moyang. Ilmu
tahu. Kedua, orang yang sudah tahu, tetapi
itu diyakini telah diturunkan oleh Yang Maha
belum tahu bahwa dirinya tahu. Ketiga, orang
Kuasa kepada para leluhur mereka bersamaan
yang belum tahu, namun tahu bahwa dirinya
dengan lahirnya huruf Jawa sekitar 900
tidak tahu. Dan keempat, orang yang tidak
sebelum Masehi, sebelum masuknya Hindu
tahu dan tidak pernah tahu bahwa dirinya
ke nusantara. Inti dari Ilmu Kasunyatan Jawi
tidak pernah tahu.
adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menurut Agus Sunyoto yang dinamakan Orang yang sudah tahu dan menyadari
dengan agama Kapitayan. Siapa pun yang bahwa dirinya memang mengetahui secara
berusaha mendalaminya kasunyatan, harus objektif, antara pembenarannya terhadap
dapat bersinergi dengan keempat saudaranya ilmu Kasunyatan dan ilmu Kasunyatan yang
(dulur papat) terlebih dahulu, yaitu Sukma, dipercayainya berjalan selaras. Orang-orang
Jiwa, Raga dan Jagat Raya, beserta saudara yang termasuk dalam kategori ini akan selalu
kelimanya (lima pancer), yaitu Tanah (paing), percaya diri dan tidak pernah terpengaruh
Air (pon), Api (Wage), Angin (kliwon), dan opini public. Kalaupun pendapat kebanyakan
Matahari (Legi). orang dapat memepengaruhinya, pengaruhnya
hanya sebatas memberi permakluman. Orang
Bekal dalam meneliti dan mempelajari
yang sudah tahu, tetapi belum atau tidak
ilmu Kasunyatan adalah kebersihan hati dan
menyadari bahwa dirinya tahu, mengetahui
ketabahan. Bersih hati dalam hal ini adalah hati
dengan pasti kebenaran ilmu Kasunyatan
yang tidak terkontaminasi agenda keinginan
yang telah dipercayainya. Akan tetapi,
dan tidak dicampuri oleh rasa suka dan tidak
dalam membenarkan ilmu Kasunyatan yang
suka. Dalam memikirkan ilmu Kasunyataan,
dipercayai masih menggunakan rasa aku
rasa suka dan tidak suka pengaruhnya
subjektif sehingga kesimpulannya tidak tepat.
sangaa besar sekali dalam menghalangi
Orang-orang yang masih dalam kelompok ini

172 | Ensiklopedi Islam Nusantara


akan senantiasa ragu-ragu dalam bersikap segala sesuatu dan peristiwa, maka ketika
dan mudah diombang-ambingkan oleh opini bereaksi terhadapnya kitaakan dengan mudah
public. Orang yang belum tahu, namun menyesuaikan diri dengan karakteristik
menyadari sepenuhnya bahwa dirinya tidak masing-masing. Untuk mengetahui dan
tahu, merasakan dengan pasti akan adanya memahami persamaan serta perbedaan
ilmu Kasunyatan yang benar dan berlaku zat benda-benda atau beragam peristiwa
universal, sehingga mutlak harus dipercaya (maujud), kita memang harus menggunakan
dalam hidup dan kehidupan ini. Akan tetapi, ilmu-ilmu parsial. Sementara ketika kita butuh
dia belum menemukan cara untuk mengetahui memahami persamaan seluruh zat benda-
sekaligus memverifikasi secara langsung benda dan segenap peristiwa yang ada tanpa
keberadaan ilmu Kasunyatan. Orang-orang membeda-bedakannya (wujud), maka yang
yang termasuk dalam golongan ini akan selalu mutlak dapat kita gunakan hanyalah ilmu
berhati-hati dalam menyikapi setiap informasi, Kasunyatan.
tanda-tanda, atau apa saja yang terkait dengan
Ketika rasa ingin tahu total bercampus
ilmu Kasunyatan. Tidak mudah membenarkan
dengan rasa ingin tahu parsial, maka akan
dan tidak gegabah menyalahkan. Orang yang
menimbulkan kerancuan. Sehingga timbul
tidak tahu atau belum tahu dan tidak pernah
pertanyaan “Apa tujuan Barang Asal (Wujud)
menyadari bahwa dirinya tidak tahu bermuara
menciptakan barang jadi (mauwjuwd)?”.
pada kerancuan dalam memahami ilmu
Kerancuan bermula dari sebuah pendapat yang
Kasunyatan yang mutlak benarnya.
menjelaskan bahwa manusia diadakan oleh
Untuk menghindari kompleksitas Barang Asal dengan tujuan untuk megolah
berbagai istilah dan definisi dalam mengetahui serta memelihara alam semesta (khalifah). Dan
secara total, atau memahami secara utuh segala sesuatu di alam semesta ditujukan untuk
dan menyeluruh maka semua barang yang melayani manusia. Ada lagi pendapat yang
ada (wujuwd) harus dibatasi menjadi “Aku” menerangkan bahwa manusia adalah sukma
dan “Bukan Aku”. Setelah melakukan yang dicoba. Apabila perjalanan hidupnya
penyederhanaan, subjek yang mengetahui benar, setelah mati ia akan diterima dan
disebut “Aku”, dan seluruh objek yang mendapatkan anugerah kemuliaan yang kekal.
diketahui disebut “Bukan Aku”. Karena Tetapi bila laku hidupnya tidak benar, maka
mengetahui merupakan keselarasan antara setelah mati akan mendapat siksaan tanpa
berpikir, merasa, memahami, merespon, dan henti. Sebuah pendapat yang religious adalah
mengalami dengan pancaindera yang harus bahwa manusia diciptakan oleh Barang Asal
kita padu padankan secara komprehensif. dengan tujuan agar senantiasa menyembahNya
“Barang Asal” dalam hal ini merupakan satu- dengan setia di dunia, dalam keadaan apapun.
satunya objek dalam mengetahui secara total. “tujuan mengadakan” yang dilebelkan kepada
“Barang Asal” adalah sesuatu yang tidak berasal Barang Asal, sesungguhnya hanya ide, konsep,
dan menjadi asal segala sesuatu dan peristiwa atau gagasan rasa aku manusia yang subjektif,
yang ada. Bersifat tidak dapat dihitung, tidak karena di dalam setiap aktivitasnya ia tiada
kasatmata dan tidak dapat diindera, dan tidak pernah terlepas dari adanya sebuah tujuan.
beruang waktu (timeless-spaceless). Barang Adalah sebuah kerancuan jika menganggap
Asal yang dimaksud disini adalah satu-satunya Barang Asal (Wujud) memiliki tujuan seperti
penyebab dari seluruh akibat yang senantiasa halnya subjectivitas manusia yang secara nyata
memiliki sebab-sebab antara sebelum berhulu adalah barang jadi (maujud). Kerancuan yang
kepada-Nya. dimaksud adalah upaya menggunakan ilmu
parsial pada wilayah global ilmu Kasunyatan.
Menegtahui secara parsial adalah meneliti
Sebab Barang Asal asal segala sesuatu adalah
barang jadi satu per satu dan mengobservasi
keniscayaan yang tidak perlu lagi direka-reka
gerak laku peristiwa yang dialami langkah
atau diimajinasikan. Sebagaiman karakteristik-
demi langkah. Apabila kita telah memiliki
Nya yang tidak terbilang, tidak kasatmata, dan
pengetahuan parsial yang spesifik terhadap
tidak dapat diindera, serta tida beruang waktu,

Edisi Budaya | 173


maka Barang Asal juga tidak dapat diserupakan Pertama, wali songo menafsirkan istilah
dengan barang jadi dalam hal apapun, baik “dulur papat, lima pancer” sebagai symbol
secara lahir maupun batin. rukun Islam. Syahadat disebut sebagai pusat
rukun Islam (lima pancer), sedangkan sholat,
zakat, puasa, dan haji, sebagai penopangnya
Tokoh yang mengusung Kasunyatan (dulur papat). Kedua, istilah “dulur papat,
Ada banyak tokoh yang mengusung dan lima pancer” merupakan simol dari Nabi
memiliki teori tentang kaweruh kasunyatan Muhammad dan 4 (empat) sahabatnya. Nabi
(pengetahuan tenang realitas hakikat) walau Muhammad sebagai pusat (lima pancer), dan
dengan istilah yang berbeda-beda. Diantara sahabat Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali
teori tentang kaweruh kasunyatan adalah sebagai (dulur papat).
sebagai beriku, yatu; kisah dewa ruci dalam Kearifan dan kecerdasan wali songo
lakon pewayangan Jawa, wali songo, Syaikh dalam berdawah, menjadi dasar para kyai
Siti Jenar dengan ajaran manunggaling kawulo Pondok Pesantren dalam mengembangkan
gustinya, Ki ageng Sela, Sultan Agung Adi ajaran Islam. Penulis telah menjelaskan
Prabu Hanyakrakusuma, Syaik Amongraga, bahwa pesantren merupakan bagian budaya
Ranggawarsita, Sri Mangkunegara IV, Ki masyarakat pada pembahasan diniyah. Hal itu,
Ageng Suryamentaram, Sosrokartono, dan salah satunya disebabkan, karena para kyai
sebagainya. menggunakan metode yang digunakan wali
songo dalam menyiarkan agama Islam.

Titik singgung Istilah Kasunyatan


dengan Islam Nusantara Kesimpulan
Masyarakat Jawa menyakini, siapapun Kasunyatan adalah pengetahun tentang
yang berusaha mendalaminya kasunyatan, hakikat realitas. Banyak tokoh-tokoh
harus dapat bersinergi dengan keempat nusantara yang memiliki konsep original
saudaranya (dulur papat) terlebih dahulu, yaitu tentang hakikat realitas. Hakikat hidup dalam
Sukma, Jiwa, Raga dan Jagat Raya, beserta ajaran filsafat Jawa adalah salah satu poin
saudara kelimanya (lima pancer), yaitu Tanah penting yang harus dipahami dan diamalkan
(paing), Air (pon), Api (Wage), Angin (kliwon), masyarakat nusantara, sebagai dasar dalam
dan Matahari (Legi). kehidupan berbangsa, dan bernegara. Penulis
Pemahaman tentang “dulur papat, lima menyakini, dengan berpegang pada ajaran
pancer” yang ada dalam tradisi jawa memiliki tersebut, kita akan menjadi bangsa yang arif,
banyak pemahaman dan penafsiran. Wali songo santun, dan disegani bangsa lain.
menambahkan dengan 2 (dua) pemahaman. [Ayatullah]

Sumber Bacaan
Purwadi, “Konsep Pendidikan Keagamaan Menurut Paku Buwana IV,” P3M STAIN Purwokerto, (INSANIA, Vol. 11, No.
3 Sep-Des 2006, 287-302),
Waryunah Irmawati, “Makna Simbolik Upacara Siraman Pengantin Adat Jawa,” IAIN Surakarta, (Walisongo, Volume 21,
Nomor 2, November 2013),
Muhaji Fikriono, Puncak Makrifat Jawa, (Jakarta: Noura Books, 2012),
Agus wahyudi, silsilsh dan ajaran Makrifat Jawa, (Jogjakarta: Diva Press, 2013),

174 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Kenduri

Arti Istilah Kenduri ada anggapan bahwa adat kebiasaan dan

D
tradisi keagamaan yang dilakukan oleh
alam kamus besar bahasa Indonesia
kalangan umat Islam tradisional adalah hasil
(KBBI), arti kenduri adalah perjamuan
pencampuradukkan antara ajaran Hindu-
makan untuk memperingati peristiwa,
Buddha dengan Islam atau yang lebih familiar
meminta berkat, dan sebagainya. “Kenduri”
disebut sinkretik. Tanpa didukung fakta
tidak hanya persoalan perjamuan makan
sejarah, dinyatakan bahwa tradisi keagamaan
bagi yang memperingatinya dan disuguhkan
yang berkaitan dengan kenduri memperingati
kepada para tamu, melainkan juga pembacaan
kematian seseorang pada hari ke-3, ke-7, ke-
doa yang dipimpin oleh seorang tokoh agama
40, ke-100, dan ke-1000 adalah warisan Hindu-
untuk mendoakan orang yang telah meninggal
Buddha. Padahalh, dalam agama Hindu dan
dan keluarga yang ditinggalkan.
Buddha sendiri tidak dikenal tradisi kenduri
Istilah lain yang serupa atau mewakili dan tradisi memperingati kematian seseorang
istilah kenduri adalah selametan. Kata pada hari ke-3, ke-7, ke-40, dan ke-1000.
“selametan” dipinjam dari bahasa Arab salamah Pemeluk Hindu mengenal kematian seseorang
yang berarti selamat. Padanan lain yang dalam upacara sraddha yang dilaksanakan dua
serupa dengannya adalah hajatan, syukuran belas tahun setelah kematian seseorang.
atau tasayakuran, dan juga sedekah yang juga
Lebih lanjut Agus Sunyoto menyatakan
berasal dari bahasa Arab. Selametan sendiri
bahwa tinjauan sosio-historis terjadinya
adalah upacara dengan mengundang para
perubahan adat kebiasaan dan tradisi
tetangga, disertai doa bersama yang dipimpin
kepercayaan di Nusantara khususnya di
oleh seorang rois/modin, dengan menyajikan
Jawa pasca runtuhnya Majapahit, tidak
makanan yang terdiri dari nasi tumpeng, ikan
bisa ditafsirkan kecuali sebagai akibat dari
ayam, jajan pasar, sayur, dan buah-buahan.
pengaruh kuat para pendatang asal negeri
(Sutiyono, “Benturan Budaya Islam: Puritan
Champa yang beragama Islam, yang ditandai
dan Sinkretis,” Jakarta: Kompas, 2010: 357)
kehadiran dua bersaudara Raden Rahmat
Setiap ritus peralihan atau siklus dan Raden Ali Murtadho. Peristiwa yang
kehidupan masyarakat Islam Nusantara diperkirakan terjadi sekitar tahun 1440 Masehi
hampir selalu dilakukan upacara kenduri atau yang disusul hadirnya pengungsi-pengungsi
selametan. Tradisi kenduri kematian yang asal Champa pada rentang waktu antara
dilakukan umat Islam di Nusantara, khususnya tahun 1446 hingga 1471 Masehi, yaitu masa
di tanah Jawa bukan karena pengaruh Hindu runtuhnya kekuasaan Kerajaan Champa akibat
atau Budha. Dalam Agama Hindu atau Budha serbuan Vietnam, kiranya telah memberikan
tidak dikenal Kenduri dan tidak pula dikenal kontribusi yang tidak kecil bagi terjadinya
peringatan orang meninggal pada hari ketiga, perubahan sosiokultural-religius masyarakat
ketujuh, ke empat puluh, ke seratus atau ke Majapahit yang meagalami Kemunduran.
seribu.
Mengutip Antoine Cabaton dalam Les
Menurut Agus Sunyoto, bagi kebanyakan Chams Musulmans de I’Indochine Francaise, Agus
umat Islam yang kurang memahami sejarah, Sunyoto mengatakan bahwa masyarakat Cam

Edisi Budaya | 175


Bani (orang-orang Champa muslim) di Binh- Masyarakat tradisional menggambarkan
Thuan setelah melakukan upacara pemakaman bahwa setelah memasuki bulan ketujuh,
anggota keluarganya yang meninggal dunia, dunia manusia sudah sempurna, di mana
mengadakan upacara peringatan ke-3, ke- bayi sudah memilih struktur anggota
7, ke-10, ke-30, ke-40, ke-100, dan ke-1000. badan yang lengkap, juga bersih dan
(Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, 370) bebas dari dosa. Keadaan yang bersih dan
tidak berdaya ini menjadi kondisi yang
sempurna dan menjadi semacam kondisi
Ragam Kenduri acuan bagi muslim yang bail dalam usaha
Sebagai tradisi yang telah berlangsung spiritualnya.
sejak lama di Nusantara, kenduri dilihat dari Proses upacara mitui lebih rumit dari
macamnya dapat dipetakan ke dalam beberapa proses ngupati. Puncaknya adalah
acara: pemandian ibu hamil sebagai lambing
1. Siklus Kehidupan Manusia pembersihan secara total. Air mandi yang
diambil dari tujuh mata air ditampung
Dalam memaknai kehidupan, masyarakat dalam wadah yang cukup besar dan
nusantara memandang bahwa setiap gerak dicampur dengan tujuh macam bunga
kehidupan manusia harus disyukuri dan serta bahan tetumbuhan lain. Ibu hamil
didoakan. Perkawinan, kehamilan, kelahiran, didudukkan di kursi; berpakaian kain
khitanan, hingga kematian, yang merupakan batik atau kain panjang yang baru dan
bagian dari siklus kehidupan manusia, bagi terbaik, untuk menutupi payudara
orang nusantara adalah tahapan yang harus (kembenan, jawa) hingga batas mata kaki.
dilakukan upacara kenduri. Selama permandian, kain diganti sebanyak
a. Upacara Kehamilan tujuh kali. Sebuah kelapa gading muda
bertuliskan ayat al-Quran dan kadang
Upacara kehamilan antara lain adalah
juga lukisan tokoh wayang favorit, dengan
upacara waktu kehamilan tujuh bulan
beberapa uang logam yang disisipkan
yang disebut tingkeban atau juga disebut
di seputar permukaan kulit kelapa,
mitoni atau selapanan. Upacara tingkeban
diletakkan di pangkuannya, tepatnya di
ialah upacara utama sehingga seringkali
bawah perutnya yang membesar. Makna
dibuat secara besar-besaran terutama bagi
filosofis dari kelapa muda adalah sebagai
kehamilan pertama. Kehamilan kedua,
perlambang anak yang diharapkan
ketiga, dan seterusnya hanya dengan
berwajah tampan yang tokohnya
brokohan saja atau upacara sederhana.
diidealkan dengan sosok lukisan wayang,
(Nur Syam, 168)
hidup bahagia dan berkecukupan yang
Di Cirebon, sebagaimana hasil penelitian diandai dengan sisipan uang logam, serta
Muhaimin AG, menunjukkan bahwa selamat dunia-akhirat yang dilambangkan
upacara kehamilan dilakukan tiga kali. dengan ayat al-Quran. (Muhaimin AG,
Yaitu saat usia kehamilan mencapai 202-203)
4 bulan, 7 bulan, dan 9 bulan. Untuk
Permandian dimulai oleh seorang
tahapan yang pertama atau usia empat
wanita yang merupakan tokoh sesepuh
bulan kehamilan diadakan selametan atau
dan dianggap bijak dan salehah, serta
kenduri dengan mendoakan kesehatan
diyakini telah berhasil membesarkan dan
sang ibu dan bayi yang dikandungnya dan
mendidik anak-anaknya menjadi orang
diadakan selametan ngupati. Selametan ini
baik. Dengan gayung, sesepuh tersebut
biasanya ditandai dengan ketupat dalam
menyiramkan air dari wadah ke sekujur
brekat (besek). Slametan berikutnya adalah
tubuh ibu hamil, mulai dari bagian
saat bayi di dalam kandungan memasuki
kepala. Setelah itu, sesepuh tersebut
usia 7 bulan yang dinamakan dengan
mendampingi sang suami, sementara
mitui, ngrujaki, memitu, atau tingkeban.

176 | Ensiklopedi Islam Nusantara


tugasnya dilanjutkan oleh yang lain yang yang lengkap, ia masih memerlukan
pada umumnya oleh para sesepuh pria pematangan yang proses normalnya
dan wanita. Prosesi pemandian berakhir membutuhkan waktu sekitar dua bulan,
begitu semua sesepuh telah mendapat sebelum akhirnya dilahirkan di bulan ke
giliran menyiramkan air mandi dan kain -9. Melahirkan, khususnya kelahiran anak
sudah mengalami tujuh kali penggantian. pertama, merupakan saat-saat genting
bagi seorang wanita. Keselamatan atas
Setelah permandian, emas dan permata
dirinya dan bayinya dipertaruhkan. Agar
di dalam wadah air dikelurakan, Sang
proses melahirkan berjalan mudah, lancar,
suami membawa wadah yang terbuat dari
dan selamat, dan tidak terlalu menyiksa,
tempayan ke tempat orang yang biasa lalu
di bulan terakhir kehamilan kepada Allah
lalang (biasanya di perempatan jalan) dan
SWT dipanjatkan doa melalui slametan
membantingnya ke tanah. Ketika wadah
yang disebut nglolosi, yaitu membuat
tersebut hancur berkeping-keping, anak-
bubur (bubur yang terbuat dari tepung
anak dan remaja bertepuk tangan dan
beras dan santan yang dibungkus dengan
bersorak gembira. (Muhaimin AG, 203-
daun pisang yang kedua ujungnya terbuka.
204) Biasanya di dalam tempayan yang
Ketika bubur tersebut diletakkan dengan
dibanting tersebut sebelumnya diisi uang
posisi berdiri maka secara perlahan bubur
recehan yang diperebutkan oleh anak-anak
tersebut akan keluar dengan sendirinya,
dan remaja yang menunggu di tempat
filosofi ini dikaitkan dengan proses
yang akan dipilih untuk membanting
kelahiran si bayi agar mudah keluar dari
tempayan tersebut.
perut ibunya) untuk dibagikan kepada
Sementara berdasarkan hasil penelitian tetangga dan keluarga. (Muhaimin AG,
Nur Syam, upacara tingkeban didominasi 204-205)
oleh jumlah angka dua dan tujuh. Angka
b. Upacara Kelahiran dan Pasca Kelahiran
dua melambangkan jenis kelamin, lelaki
dan perempuan, yang salah satunya Setelah bayi keluar dari perut ibunya dan
akan dilahirkan, sedangkan angka terlahir ke dunia, maka ritual kenduri
tujuh melambangkan usian kandungan pertama adalah mengadakan selametan
si jabang bayi. Punar dan polopendem atau tasyakuran kecil yang disebut dengan
melambangkan hasil bumi, bucu atau bancakan (keluarga dari ibu dan bayi yang
buceng melambangkan cita-cita yang baru lahir tersebut menyiapkan nasi dan
digantungkan dan kembang setaman lauk pauk yang kemudian ditaruh di sebuah
melambangkan suka-cita, bubur merah tempat dan dibagikan ke tetangga dan
putih melambangkan darah perempuan sanak famili). Lalu selametan berikutnya
dan sperma lelaki yang telah menyatu adalah puputan yang diselenggarakan
dan kelapa muda melambangkan cengkir saat tali pusar bayi terlepas (puput).
(kencenge pikir) atau keteguhan cita-cita. Dalam selametan ini biasanya keluarga
(Nur Syam, 169-170) menyiapkan sega bugana (semacam nasi
uduk) untuk para tetangga.
Secara umum, upacara tingkeban ini tidak
memiliki perbedaan yang menonjol. Hanya Upacara selanjutnya adalah pencukuran
saja teknis upacara antar daerah memiliki rambut bayi. Cukuran pertama adalah saat
sejumlah perbedaan sebagaimana hasil bayi telah berusia genap empat puluh hari.
penelitian Muhaimin AG di Cirebon dan Untuk slametan ini dihidangkan bubur
Nur Syam di Tuban yang dijelaskan di atas. abang putih (bubur merah putih) pada
pukul 10 pagi untuk dijadikan bancakan.
Setelah melewati ritual kenduri atau
Di malam harinya, keluarga yang cukup
selametan tingkeban di usia bayi yang
mampu akan mengadakan selametan
ketujuh bulan dan meskipun di usia
resmi, yaitu akikahan (lihat dalam entri
tersebut si bayi telah menjadi makhluk
Akikah).

Edisi Budaya | 177


Jika usia anak telah mencapai usia 7 bulan
dari sisi ekonomi keluarga si anak. (lihat
(batas usia ini berbeda-beda antar satu
dalam entri walimah)
daerah dengan yang lainnya), upacara
selanjutnya adalah upacara tedhak siten Sedangkan untuk selametan pernikahan
(mudun lema/turun tanah). Sebuah upacara juga memiliki tradisi yang berbeda-beda
yang menandai bahwa seorang anak telah antar satu suku dengan suku lainnya.
siap untuk berjalan di atas bumi dimana Prosesi walimah yang digelar satu
sebelumnya ia dilarang untuk menginjak masyarakat dengan masyarakat lainnya
tanah. Prosesi upacara ini juga beragam. juga bisa berbeda-beda dengan melihat
Di sebagian daerah upacara tedhak siten status sosial dan tingkat ekonomi yang
ini dilakukan pada pagi hari pukul 09.00. dimilikinya. (lihat dalam entri walimah)
Perangkat peralatan maupun sajian yang d. Kematian
biasanya digunakan untuk upacara ini
terdiri dari sebuah kurungan ayam yang Dalam ajaran Islam, ketika seorang
cukup besar, tujuh macam makanan yang muslim meninggal dunia, maka
dibuat dari beras ketan, dan sepuluh diwajibkan bagi yang ditinggalkan
macam makanan yang berwarna yang (yang masih hidup) untuk memandikan
disebut jenang, yang terbuat dari beras jenazahnya, mengkafani, menshalati
ketan atau dari beras biasa. Semuanya jenazah, membawa dan menguburkan
itu diletakkan teratur dalam beberapa jenazahnya untuk dikebumikan di
deret menuju sebuah tangga kecil (anda), pemakaman. Prosesi selametan kematian
yang terbuat dari batang-batang tebu. diadakan di rumah jenazah dari hari
(Sulaiman, 1993: 103) pertama meninggal hingga hari ke-7
dengan mengundang para tetangga
Di dalam kurungan ayam tadi juga dan kerabat untuk membaca tahlil dan
diletakkan berbagai macam benda, bacaan-bacaan lainnya yang dihadiahkan
seperti misalnya pensil, padi, uang logam, kepada si mayyit. Pada selametan atau
kadang-kadang juga kepingan emas dan kenduri hari ke-3 dan hari ke-7, makanan
sebagainya. Tentu saja tidak semua orang dan brekat disediakan oleh keluarga yang
menyediakan sekalian benda itu kalau ia ditinggalkan untuk dibagikan kepada
akan mengadakan upacara tedhak siten. orang yang datang mengikuti tahlil.
Hal ini kembali lagi pada status sosial Selanjutnya upacara selametan diadakan
dan kondisi ekonomi dari yang punya kembali pada hari ke-40, 100 hari, dan
hajat. Upacara ini juga mengundang 1000 hari. (Muhaimin AG, 220-221)
para tetangga dan kerabat untuk turut
mendoakan anak yang sedang melakukan Setelah 1000 hari, biasanya akan
tedhak siten dengan membaca barzanji. diadakan selametan di setiap tahunnya.
Pada saat pembacaan barzanji dalam Penentuan hari di selametan terakhir ini
keadaan berdiri (mahallul qiyam), maka hasil kesepakatan keluarga. Sedangkan
si anak tersebut akan dibopong oleh bila yang meninggal adalah seorang tokoh
seseorang yang dianggap sesepuh untuk agama (Kiai) acara terakhir ini disebut
melewati tangga yang telah disediakan. haul. Dan diadakan dengan cukup besar.
(lihat dalam entri Haul)
c. Khitanan dan Pernikahan
Setelah bayi (laki-laki) telah tumbuh besar
dan sudah berusia sekitar 6 atau 7 tahun 2. Kenduri Hari Besar Islam
maka akan diadakan upacara khitanan. Tradisi kenduri atau selametan dalam
Prosesinya berkisar dari perayaan masyarakat Jawa tidak hanya terbatas pada
sederhana atau ada pula yang penting ritus peralihan atau siklus kehidupan. Dalam
menggelar acara biasa ala kadarnya hingga memperingati hari-hari besar Islam juga
pesta besar-besaran. Hal ini tentu melihat dilakukan upacara-upacara tertentu. Misalnya

178 | Ensiklopedi Islam Nusantara


upacara awal bulan syuro (Muharam). Upacara atau masjid. Upacara megengan, upacara yang
di bulan ini ialah upacara tompo tahun, menandai masuknya bulan puasa juga bagian
yaitu menandai pergantian tahun. Ini hanya dari kenduri hari besar Islam.
upacara selametan biasa sekadar mengundang
tetangga –dan tanpa keruwetan yang berarti.
(Nur Syam, 180) 3. Kenduri Nyadran atau Sedekah Laut

Selain bulan syuro atau muharam, Upacara ini dilakukan untuk menandai
beberapa bulan lain juga dilakukan upacara masa awal musim penangkapan ikan setelah
tertentu. Misalnya di bulan Sapar (Shofar) masa paceklik, sehingga dengan upacara
bagi keluarga yang memiliki rejeki biasanya ini diharapkan membawa berkah agar
mengadakan selametan apeman. Yaitu penangkapan ikan mendapatkan hasil yang
membuat apem dan membagikannya ke sangat baik. Upacara ini disebut juga babakan
tetangga dan sanak saudara. (Lihat dalam entri atau permulakan atau masa awal. (Nur Syam,
Apem). Di bulan mulud (Rabiul Awwal) mereka 183) Upacara ini dilakukan oleh masyarakat
mengadakan maulidan yang melibatkan pesisir yang memang mata pencahariannya
semua masyarakat untuk turut serta membaca adalah sebagai nelayan.
maulid Nabi yang diselenggarakan di musolla [Saifuffin Jazuli]

Sumber Bacaan:
Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Depok: Pustaka IMaN, 2012
Koentjaraningrat, Ritus Peralihan di Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1993, cet. II
Muhaimin AG, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal, Ciputat: Logos, 2002, cet. II
Nur Syam, Islam Pesisir, Yogyakarta: LKiS, 2005
Sutiyono, Benturan Budaya Islam: Puritan dan Sinkretis, Jakarta: Kompas, 2010
http://www.antara.co.id/arc/2008/4/27/kenduri-kematian-bukan-pengaruh-hindu-budha

Edisi Budaya | 179


Kentongan

Arti Kata dan Sejarahnya ruang shalat dan terutama adanya kebiasaan

D
untuk memanggil umat untuk melakukan
alam kamus besar bahasa Indonesia,
salat dengan sebuah kentongan yang terbuat
kentongan atau kentung-kentung
dari kayu nakus. Kentongan-kentongan yang
sebagai bunyi-bunyian yang berasal
ada di Jawa ini, bagi Lombard, mengingatkan
dari bambu atau kayu berongga, dibunyikan
pada muyu-muyu tertentu, melihat bentuknya
atau dipukul untuk menyatakan tanda waktu
yang seperti ikan; dan beberapa motif hiasan
atau tanda bahaya atau mengumpulkan
di masjid Sendang Duwur dan di Mantingan
massa. Dinamakan kentongan atau kentungan
– seperti daun seroja dan gunung dengan
sehubungan dengan bunyinya “thung, thung”
karang-karang tegak lurus- langsung diilhami
(dalam bahasa Jawa). Selain itu, menurut buku
oleh contoh-contoh Cina.
Ensiklopedi Umum menyebutkan hal serupa
dengan Kamus Umum Bahasa Indonesia,
bahwa kentongan terbuat dari kayu atau bambu
Bentuk dan Fungsi Kentongan
dengan panjang yang berbeda-beda di tengah-
tengahnya terdapat alur/rongga memanjang. Bentuk kentongan bermacam-macam.
Jika kentongan dipukul dengan pasangannya Dari kentongan dengan ukuran kecil yang
tongkat pemukul, udara di dalamnya akan biasa dipasang di pos ronda hingga kentongan
beresonansi, sehingga dapat menimbulkan yang berukuran cukup besar yang dipasang
suara (F. Sumiyati, 2011: 4). Dalam sejarahnya, di serambi musholla atau masjid. Kentongan
orang-orang dahulu menggunakan kentongan dengan ukuran kecil biasanya terbuat dari
yang terbuat dari bambu untuk memanggil bambu tua. Bagian yang diambil cukup satu
warga masyarakat agar berkumpul dalam ruas. Di antara ruas ini kemudian diberi
suatu tempat. Sedangkan sejarah awal lubang sekitar 2 hingga 4 cm memanjang
munculnya kentongan serta siapa yang hampir sepanjang ruas bambu. Karena bagian
pertama kali menemukan atau menciptakan dalam bambu itu hampa, maka lubang persegi
kentongan belum ada ditemukan tulisan yang memanjang itu akan menimbulkan efek
membahasnya. Oleh karena itu, perdebatan bunyi yang keras ketika dipukul. Sedangkan
teologis dalam persoalan penggunaan kentongan dengan ukuran besar biasanya
kentongan di mushalla atau masjid menjadi terbuat dari batang pohon jati atau nangka.
tak terelakkan. Pembuatan kentongan jenis ini cukup rumit.
Bagian dalam dari batang pohon harus
Menurut Denys Lombard (Jilid 2,
dikeluarkan sehingga membentuk ruang
2005:219), salah satu kesulitan dalam
dan menyisakan celah lebar. Panjangnya
melakukan penelitian pengaruh kebudayaan
tergantung besar dan panjang batang pohon
lain terkait pola arsitektur masjid di
kayu yang hendak dijadikan kentongan (A.
Nusantara adalah adanya fakta bahwa tidak
Khoirul Anam, jilid 3, 2012: 168).
ada satu model tunggal masjid di sepanjang
pesisir Jawa. Meski demikian, tampaknya ada Dalam sejarahnya, kentongan digunakan
beberapa ciri khas yang umum yaitu; adanya sebagai alat komunikasi warga masyarakat
suatu serambi lebar (teras masjid) di depan guna menandakan adanya kegiatan. Awalnya

180 | Ensiklopedi Islam Nusantara


melaporkan kejadian tersebut kepada Jaksa
Tuduh, yang bersangkutan akan kena denda
(Marwati Djoened Poesponegoro, jilid 3, 2008:
236).
Dahulu, di berbagai daerah kentongan
berfungsi bermacam-macam.Kentongan
difungsikan sebagai pemanggil masyarakat
untuk melakukan kegiatan gotong royong
,memberitahukan kabar baik maupun kabar
buruk, meminta bantuan tetangga sekitar,
atau bahkan difungsikan sebagai ritual adat
istiadat seperti munculnya gerhana matahari,
acara penyambutan pernikahan, dan acara-
acara adat lainnya.
Di dalam kentongan terdapat banyak
sekali filosofi dan makna hidup di dalamnya,
sebenarnya apa saja sih filosofi yang terdapat
dalam kentongan? Berikut beberapa filosofi
yang terdapat dalam kentongan:
http://zakyz88.blogspot.co.id/2011/02/kentongan.html

Tentang Menyatukan
kentongan digunakan sebagai alat pendamping
ronda, sebagai tanda apabila ada maling atau Kentongan yang hanya terbuat dari
bencana alam (banjir, tanah longsor, gempa, sebilah bambu, dapat mengumpulkan
dll). Saat ini kegunaan kentongan semakin masyarakat, membuat masyarakat berkumpul
bervariatif, kentongan digunakan untuk hanya dari bunyi yang dihasilkan dari pukulan
pemanggil agar masyarakat berkumpul di sederhana. Masyarakat dapat bersilaturahmi
suatu tempat untuk tujuan tertentu. Petani ketika kentongan dipukul, masyarakatpun
menggunakan kentongan untuk mengusir dapat lebih peka terhadap isu sosial yang ada
hewan yang merusak tanamannya. Selain di daerahanya. Kentongan itu menyatukan,
itu suara kentongan yang khas membuat bukan hanya memanggil dan memukul saja.
kentongan dikenal sebagai salah satu alat
musik tradisional.
Tentang Kebersamaan
Dari Papakem Cirebon kita mendapatkan
Berawal dari kentongan yang dipukul
catatan bahwa kentongan atau titir sebagai
dan menghasilkan bunyi itulah, didengar
alat komunikasi. Kentongan atau titir pada
masyarakat sekitar di dekatnya pasti akan
umumnya ditempatkan dekat alun-alun atau
menghampirinya, sehingga menimbulkan
dekat balai desa. Penduduk setempat bila
suatu kumpulan yang dapat digunakan dalam
mendengar bunyi titir atau kentongan sudah
memecahkan sesuatu masalah untuk mencapai
paham bahwa saat itu terjadi huru-hara.
mufakat. Dari kebersamaan itu juga kita dapat
Dalam papakem Cirebon juga disebutkan
menghargai orang lain, terjauhkan dari hal-hal
bahwa jika terjadi suatu huru-hara, misalnya
yang negatif, dan sebagainya.
pembunuhan atau perampokan yang
mengganggu penduduk, maka kentongan
akan dibunyikan yang kemudian melaporkan Tentang Informasi
kejadian kepada seorang Jaksa Tuduh (jaksa
pepitu). Apabila ada kejadian dan seseorang Seperti yang sudah dijelaskan diawal,
membunyikan kentongan tetapi tidak segera kentongan dapat memberitahukan kabar

Edisi Budaya | 181


baik maupun kabar buruk. Dan tentunya dari menerima kehadiran bedug dan kentongan di
sebuah kentongan saja kita dapat menggali masjid-masjid.Tradisi penggunaan kentongan
informasi yang lebih akurat tentang apa sangat akrab dengan tradisi warga jamiyyah
yang terjadi. Jika kentongan dipukul dan Nahdlatul Ulama (NU), tapi tidak bagi sebagian
mengajak masyarakat untuk berkumpul, orang kelompok muslim lain yang menganggapnya
yang memukul tersebut dapat memberikan sebagai bid’ah. Perdebatan mengenai
informasi apa adanya. penggunaan bedug dan kentongan ini sempat
menjadi perdebatan hangat di kalangan Islam
Sedangkan kentongan yang dipasang
tradisional dan modernis. NU sendiri, pada
di serambi musholla atau masjid fungsinya
Muktamar ke-11 di Banjarmasin Kalimantan
adalah sebagai penanda masuk waktu shalat,
Selatan tahun 1936, kembali mengukuhkan
buka puasa, sahur, atau undangan berkumpul.
penggunaan bedug dan kentongan di masjid-
Selain kentongan, alat penanda kegiatan
masjid karena diperlukan untuk syiar Islam.
keagamaan yang diletakkan di serambi masjid
Perdebatan itu, selain soal-soal lainnya, masih
adalah bedug. Biasanya kentongan ditabuh
mengemuka pada 1950-an dan 1960-an.
terlebih dahulu kemudian disusul dengan
memukul bedug. Sesudah itu adzan pun Abdurrahman Wahid (2006: 235-236)
dikumandangkan. memaparkan tentang perdebatan antara Kiai
Hasyim Asy’ari dan Kiai Faqih Maskumambang
perihal hukum penggunaan kentongan
Sumbangsih dari Beragam Budaya di Masjid dalam terbitan perdana sebuah
Asal usul tradisi kentongan tidak jurnal ilmiah bulanan Nahdlatul Ulama,
diketahui secara pasti. Apakah ia berasal yang diterbitkan pada 1928 dan bertahan
dari hasil kreativitas masyarakat pribumi sampai tahun 60-an, KH. M. Hasyim Asy’ari
atau merupakan sumbangan dari tradisi dan menuliskan fatwa: bahwa kentongan (alat dari
budaya luar. Konon, Sejarah budaya teknologi kayu yang dipukul hingga ber-bunyi nyaring)
kentongan sebenarnya dimulai sebenarnya tidak diperkenankan untuk memanggil shalat
berasal dari legenda Cheng Ho dari Cina dalam hukum Islam. Dasar dari pendapatnya
yang mengadakan perjalanan dengan misi itu adalah kelangkaan hadits Nabi; biasanya
keagamaan. Dalam perjalanan tersebut, Cheng disebut sebagai tidak adanya teks tertulis (dalil
Ho menemukan kentongan ini sebagai sarana naqli) dalam hal ini. dalam penerbitan bulan
komunikasi ritual keagamaan. Penemuan berikutnya, pendapat tersebut disanggah oleh
kentongan tersebut diboyong ke China, wakil beliau, Kyai Faqih dari Maskumambang,
Korea, & Jepang. Kentongan telah ditemukan Gresik, yang menyatakan bahwa kentongan
sejak awal masehi. Tiap-tiap daerah pastinya harus diperkenankan, karena bisa
mempunyai peristiwa penemuan yang dianalogikan atau di-giyas-kan kepada beduk
berlainan dengan nilai sejarahnya yang sebagai alat pemanggil shalat. Karena beduk
tinggi. Di Nusa Tenggara Barat, kentongan diperkenankan, atas adanya sumber tertulis
ditemukan di kala Raja Anak Besar Agung {dalil naqli) berupa hadits Nabi Muhammad
Ngurah yg berkuasa kurang lebih abad XIX SAW mengenai adanya atau dipergunakannya
menggunakannya buat menyatukan massa. Di alat tersebut pada zaman Nabi, maka kentongan
Yogyakarta kala musim kerajaan Majapahit, pun harus diperkenankan. Segera setelah
kentongan Kyai Gorobangsa tidak jarang uraian Kyai Faqih Maskumambang itu muncul,
dimanfaatkan yang merupakan pengumpul KH. M. Hasyim Asy’ari segera memanggil para
penduduk. ulama se-Jombang dan para santri senior
beliau untuk berkumpul di pesantren Tebu
Ireng, Jombang. Ia pun lalu memerintahkan
Perdebatan Hukum Penggunaan kedua artikel itu untuk dibacakan kepada para
Kentongan di Masjid hadirin. Setelah itu, beliau menyatakan mereka
dapat menggunakan salah satu dari kedua alat
tidak semua umat Muslim di Indonesia
pemanggil itu dengan bebas. Yang beliau minta

182 | Ensiklopedi Islam Nusantara


hanyalah satu hal, yaitu hendaknya di Mesjid di musholla dan masjid-masjid. Teknologi
Tebu Ireng, Jombang kentongan itu tidak pengeras suara di beberapa masjid di sejumlah
digunakan selama-lamanya. Pandangan beliau daerah dianggap lebih efektif sebagai pengganti
itu mencerminkan sikap sangat menghormati bunyi kentongan dan bedug. Pada titi ini,
pendirian Kyai Faqih dari Maskumambang tradisi kentongan dan bedug yang telah lama
tersebut, dan bagaimana sikap itu didasarkan menjadi ciri khas Islam di Nusantara mulai
pada “kebenaran” yang beliau kenal. terkikis. Meski demikian, di sejumlah masjid
di daerah kentongan dan bedug masih tetap
ada dan digunakan sebagai penanda masuknya
Kentongan di Era Teknologi waktu shalat dan kegiatan keagamaan lainnya.
Derasnya laju perkembangan teknologi [M. Jamaludin]
turut memengaruhi keberadaan kentongan

Sumber Bacaan
Abdurrahman Wahid, Islamku, Islam Anda, Islam Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi, Jakarta : The Wahid
Institute, 2006
Denys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia, jilid II, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996
A.Khoirul Anam, Ensiklopedia Nahdlatul Ulama Jakarta: Mata Bangsa dan PBNU, 2014
F. Sumiyati, Makna Lambang dan Simbol Kentongan dalam Masyarakat Indonesia,
Marwati Djoened Poeponegoro & Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia Jilid III, Jakarta: Balai Pustaka, 2008
http://historia.id/budaya/taktaktak-dung-ini-sejarah-bedug
http://www.beritasatu.com/hiburan/201941-bedug-bermula-dari-alat-komunikasi-hingga-menjadi-alat-bermusik.html
http://muspen.kominfo.go.id/index.php/berita/281-filosifi-kehidupan-dalam-kentongan
http://kentongandotnet.blogspot.co.id/2016/05/sejarah-kentongan-ternyata-sejauh-ini.html

Edisi Budaya | 183


Keris

B
enda tajam terbuat dari besi dengan Dari segi keilmuan, “keris” adalah benda
rupa khusus sesuai dengan kemauan seni yang meliputi seni tempa, seni ukir, seni
pembuatnya. Pembuat keris disebut pahat, seni bentuk dan dan seni perlambang.
empu. Teknologi keris bukan semata-mata Oleh karena itu, terdapat beberapa jenis
seni atau budaya, tetapi juga sains. Dalam istilah keris, seperti keris pusaka dan keris
kehidupan modern dan global saat ini, biasa. Keris pusaka itulah yang sering menjadi
pewarisan keris sebagai budaya Indonesia perbincangan peradaban Nusantara, mulai pra
sudah ditetapkan badan dunia, U N E S C O Majapahit hingga saat ini. Contoh keris pusaka
melalui pengakuannya pada da adalah keris kyai Sangk
Sangkelat atau kyai Ageng
tanggal 25 Nopember 2005. 5. Puworo, awalnya keris ini diperuntukkan
Dengan pengakuan UNESCO O Sunan Ampel, tetapi
tersebut, maka ris
keris karena tidak sesuai
Indonesia merupakan karya rya pesanan, maka keris
agung warisan kemanusiaan aan itu diberikan kepada
lam
yang harus dilestarikan. Dalam P
Prabu Brawijaya V.
konteks Islam di Nusantara, ara,
keris pernah menjadi salah alah
unan
satu alih media pada era Sunan Keris Pus
Pusaka dan Fungsinya
Giri. Saat itu, Sunan Giri Berbe
Berbeda dengan senjata
bersama para muridnya sedangdang lainnya, kkeris selalu dikaitkan
berdakwah dengan penanya, anya, dengan sang pembuatnya,
tetapi karena sesuatu hal, Sunan terutama keris pusaka. Empu
Giri mengubahnya menjadii keris Keris Pusa
Pusaka tidak mungkin
yang dapat menyelamatkan umat. membuat karya keris tanpa
ntuhan
Beberapa keris yang bersentuhan tujuan, dan semua tujuannya
dengan dakwah para wali, antara untuk kebaik
kebaikan. Di Jawa, hampir
lain, keris Kyai Carubuk milik semua keris p pusaka dibuat karena
Sunan Kalijaga. sa penguasa, kerabat
permintaan sang
kerajaan atau atas dasar kemauan
kerajaan,
sendiri. Para empu berkarya untuk tujuan
Sudut Keilmuan Keris mamayu-hayuning bawana yaitu memenuhi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan memelihara kesejahteraan manusia
keris adalah senjata tajam bersarung, berujung dalam mengarungi kehidupan (Purwadi dalam
tajam dan bermata dua, bilahnya ada yang Waluyo: 84).
lurus dan ada yang berkelok-kelok. Dalam Fungsi keris pusaka sesuai dengan daya
arti lain, keris adalah senjata tikam termasuk yoni. Keris semacam itulah yang membedakan
dalam belati, berujung runcing dan tajam pada dengan keris biasa, tanpa daya yoni. Biasanya
kedua sisinya. keris pusaka tersebut sebagai wadah wahyu,

184 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dimana sebenarnya yoni keris itu berasal dari alu, alugara, sarampang, gada, palu, busur,
Tuhan. Bedanya, jika wahyu berasal dari sabda gayur, calimprit, berang, rajang, karangtang,
Tuhan, maka wahyu keris itu hasil dari jerih dan luyang. Nenek moyang orang Jawa pada
payah dan laku tapa brata sang empu. Dalam umumnya beragama Hindu atau Budha, tetapi
lingkungan keraton, keris pusaka dapat menjadi belum ada bukti bahwa budaya keris berasal
tanda kebesaran, tanda jabatan, dan tanda dari India, atau Negara lain. Dalam sejarahnya,
pangkat serta kelengkapan pakaian resmi, tidak ada senjata berpamor dari India. Dalam
barang pusaka yang dipuja. Keris pusaka dapat cerita Mahabrata dan Ramayana juga tidak
dipahami secara diakronis untuk membangun dijumpai ada keris, kecuali setelah cerita itu
jembatan legitimasi antara penguasa kerajaan diadaptasi orang Jawa dalam wayang, maka
sebelumnya dengan penguasa kerajaan baru. Arjuna memiliki keris bernama keris Kyai
Sejak zaman dinasti Mataram, keris pusaka Pulanggeni dan Kyai Pasopati.
berfungsi sebagai simbol kekuasaan dan
Keris juga selalu dikaitkan dengan
kedaulatan atas wilayah. Makna dan fungsi
lambang maskulinalitas (laki-laki) dan
keris pusaka dalam mendukung legitimasi
kekuasaan. Raja-raja di Jawa (Yogyakarta
kekuasaan raja semacam itu dipelihara melalui
dan Surakarta) dalam penobatannya selalu
ritual siraman pusaka.
tidak lepas dari keris pusaka sebagai penanda
Fungsi lain keris bagi masyarakat kekuasaannya. Di Bali, seperti disebut dalam
Jawa antara lain dapat digunakan untuk Babad Buleleng, kekuatan dan legitimasi sang
menghindarkan serangan wabah penyakit, raja dan kerajaannya terletak pada kepemilikan
mala petaka, hama tanaman, menyingkirkan keris yang digambarkan sebagai ‘pasupati astra’
dan menangkal gangguan makhluk halus. yaitu senjata sakti yang diberikan dewa Siwa
ke Arjuna (Waluyo: 69).
Sebutan “kyai” dan “nyai” pada keris
pusaka karena di dalamnya mempunyai daya Pada masa Sunan Giri juga diceritakan
yoni. Daya kekuatan itu dianggap sebagai pernah membuat keris dan langsung berfungsi
pribadi yang hidup. Oleh karena itu keris pada saat itu, dengan caranya sendiri, seperti
juga perlu sesajian tertentu, dibersihkan, disebutkan dalam Serat Centhini:
dan “dimandikan”, sebagaimana perlakuan
(1) Sang Prabu utusan gupuh, Gadjah Mada
manusia terhadap makhluk hidup yang
kyana patih, kinen lumampah priyangga,
memerlukan makan dan kebersihan badan.
mukul perang ing Giri Gresik, tan cinatur
Praktik semacam itu orang yang merawat keris
lampahira, wus prapta jajahan Giri.
pusaka adalah orang yang melakukan ritual
penghayatan suatu doa dan harapan. (2) Gegere kadya pinusus, kang katjarang
samnya ngeli, minggah Giri Prawata, jeng
Dalam konteks sekarang, keris seringkali
Sunan Giri marengi, anyerat manedhak
hanya sebagai benda pusaka yang bersifat
Qur’an, kagyat mireng swaraning.
turun temurun dalam keluarga, sebagaimana
naskah kuno yang disimpan para pewaris (3) Tiyang alok mungsuh rawuh, sumedya
naskah. Keris menjadi benda yang sangat ngrisak ing Giri, kalam ingkang kagem
mahal harganya. nyerat, anulya binucal aglis, andodonga ing
Pangeran, sinembadan ing sakapti.
(4) Kalam lajeng dadya dhuwung, cumlorot
Sejarah Keris
ngamuk pribadi, pra wadya ing Majalengka,
Di Nusantara, keris dikenal sejak abad kathah ingkang angemasi, sakantune kang
ke-6 Masehi. Keris terbuat dari besi, baja, palastra, pra samya lumayu nggendring.
dan bahan pamor. Sebelum keris, senjata atau
(5) Mantuk marang Majalangu, sawusira
pusaka orang Jawa, seperti disebut dalam
mengsah gusis dhuwung wus wangsul
Serat Pustaka Raja Purwa, antara lain trisula,
pribadya, sumeleh ing ngarsaneki, panyeratan
limpung, musara, lori, bajra, kretala, alu-
Sang Pandhita, sarta akukuthah getih.

Edisi Budaya | 185


(6) Kagyat ri sang amanengkung, miyat sebelumnya, antara lain Keris Mpu Gandring
dhuwung kuthah getih dahat panalanganira, yang sangat terkenal pada masa Kerajaan
dyan dodonga mring Hyang Widi, mugi Allah Singhasari (1222-1294). Awalnya keris itu
ngapuntena, solah amba ingkang sisip. dipesan oleh Ken Arok untuk membangun
Kerajaan Singhasari di Tumapel. Keris terkenal
(7) Sang pandhita ngandika rum, marang ing
lainnya yaitu Keris Kyai Setan Kober (milik
waadyanireki, kabeh padha piyarsakna,
Arya Penangsang, murid Sunan Kudus, Jakfar
myang aneksanana sami, katgeki sunwehi
Shadiq), Keris Kanjeng Kyai Ageng Sengkelat
aran Si Kalam Munyeng prayogi.
atau Kyai Ageng Puworo (Mpu Supa, santri
Sunan Ampel), Kyai Nagasasra dan sabuk
Terjemahannya: inten, dan Keris Kyai Carubuk (keris milik
Sunan Kalijaga).
(1) Sang Prabu segera mengirim utusan,
Patih Gadjah Mada (bukan Gadjah Mada Keris biasanya dibuat dengan cara dan
zaman Hayam Wuruk), disuruh langsung tujuan tertentu, seperti beberapa nama keris di
memimpin, memukul perang Giri Gresik, atas. Dilihat dari cara dan niat pembuatannya,
tidak diceritakan bagaimana di jalan, keris dapat dibagi atas dua golongan besar,
sudah sampai di daerah kekuasaan Giri. yaitu keris ageman dan tayuhan. Keris Ageman
itu hanya mementingkan keindahan eksoteris.
(2) Geger seperti badai, yang diterjang lari, Keris tayuhan itu lebih mementingkan tuah
naik ke Giri Prawata, Kanjeng Sunan Giri atau kekuatan gaib isoteris.
yang sedang menulis Al-Qur’an, kaget
mendengar suara. Ada juga keris yang memang benar-benar
untuk membunuh orang, seperti keris yang
(3) Orang-orang berteriak kedatangan dulu dipakai algojo untuk melaksanakan
musuh, hendak merusak Giri, pena yang hukuman terpidana mati dan untuk para
dipakainya menulis, segera dilempar dan prajurit. Akan tetapi, kegunaan keris sebagai
berdoa kepada Tuhan dan terkabul alat pembunuh itu lebih bersifat seremonial
(4) Pena menjadi keris, berkelebat mengamuk dan khusus, seperti keris Kanjeng Kyai
sendiri, para prajurit Majapahit, banyak Balabar milik Pangeran Puger. Keris-keris jenis
yang tewas, selain yang mati, lari terbirit- ini disebut sebagai sifat kandel, yakni untuk
birit. menambah keberanian dan rasa percaya diri
pemilik keris.
(5) Kembali ke Majapahit. Setelah musuh
bersih, keris kembali sendiri, berhenti
di tempat penulisan, sambil berlumuran Masa Depan Per-keris-an
darah.
Sesuai dengan perkembangan zaman,
(6) Terkejut Sunan Giri, melihat keris keris takkan lekang waktu. Sejak masa era
berlumuran darah, menyesal batinnya, menggapai kemerdekaan hingga saat mengisi
kemudian berdoa kepada Allah, memohon kemerdekaan, keris ternyata mampun
ampunan karena merasa bersalah. bertahan. Pertama, secara akademik, keris
(7) Sunan Giri berkata kepada seluruh masih dapat dijadikan perumpamaan dalam
pengikutnya, wahai semua ketahuilah dan ajaran tasawuf di Jawa. Zoetmulder (1990:
jadilah saksi, keris ini aku beri nama Kyai 336) dalam penjelasannya tentang suluk Jawa,
Kalamunyeng, “pena mengamuk” menggunakan perumpamaan keris dan sarung
(tempatnya), disetarakan dengan wayang dan
Melihat tuturan dalam Serat Centhini di
dalang. Perumpamaan tersebut berkaitan
atas, keris juga pernah dibuat dan dipergunakan
dengan gambaran Tuhan dan manusia,
Sunan Giri untuk mempertahankan diri,
manunggal atau tidak, serta kemanunggalan
sekalipun dalam kondisi darurat. Keris seperti
dalam perlawanan.
Kyai Kalamunyeng ini, ternyata sudah ada

186 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Kedua, keris masih menjadi simbol Ratu Kidul yang mengingatkan Diponegoro
keberanian pada era kolonial. Salah satu jangan mau menerima apapun jabatannya
contohnya, Pangeran Diponegoro sebagai dari Belanda sebagai penjajah. Setelah suara
salah seorang Pahlawan Nasional yang itu hilang jatuhlah sinar putih membawa
menggunakan keris pada masa perjuangan senjata cundrik. Dengan cundrik itu semangat
melawan kolonial. Keris kecil, cundrik Pangeran Diponegoro semakin membara.
yang sering dibawa Pangeran Diponegoro
Ketiga, keris dapat menjadi benda unik,
bernama Keris Sarotaman, hasil khalwat
khas milik bangsa Indonesia. Contohnya, keris
dan diberi keris oleh Ratu Kidul. Cundrik
sebagai souvenir yang khas dari Indonesia.
ini diporelah setelah Pangeran Diponegoro
Presiden Soekarno pernah melakukan itu pada
mandi di Parangtritis, lalu bersandar di sebuah
tahun 1960 untuk Fidel Castro di Kuba.
batu (Watu Gilang) di Parangkusuma, dan
mendengar suara tanpa wujud dari Kanjeng [Mahrus el-Mawa]

Sumber Bacaan
Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya, Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris, Jakarta: Gramedia, 2005, cet. III.
(Bagian I-III).
Hariwijya, M. Islam Kejawen: Sejarah, Anyaman Mistik, dan Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Gelombang Pasang, 2004.
Solikhin, K.H. Muhammad. Kanjeng Ratu Kidul dalam Perspektif Islam Jawa. Jakarta: Narasi, 2009
Wahyudi, Agus. Serat Centini 1: Kisah Pelarian Putra Putri Sunan Giri Menjelajah Nusa Jawa. Yogyakarta: Cakrawala, 2015
Waluyo Wijayatno dan Unggul Sudradjat (edit.), Keris dalam Perspektif Keilmuan, (PPPK BPSDKP Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata, 2011)

Edisi Budaya | 187


Kerudung

K
erudung adalah kain penutup Kerudung Sebagai Status Kelas
kepala perempuan. Ia berasal dari
Di masa awal Indonesia modern,
kata “kudung” atau “tudung” yaitu
perempuan yang mengenakan kerudung
sesuatu yang dipakai untuk menutup kepala
cenderung menunjukkan kelas santri. Baik
perempuan. Mendapatkan awalan ke-r sebagai
pelajar puteri dan ibu nyai di pesantren atau
ungkapan yang bermakna mempunyai sifat
madrasah mengenakan pakaian penutup
menutup atau menyelubungi kepala.
kepala ini ketika melakukan berbagai aktivitas.
Ide menutup kepala ini merujuk pada Pada masa pemerintahan Sukarno, ibu-
standar kesopanan yang dibentuk oleh nilai- ibu yang tergabung dalam gerakan wanita
nilai kultural dan keagamaan serta pada Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) bahkan
tingkat tertentu estetika yang terus berubah. mengenakan kerudung yang diikatkan pada
Kerudung yang dibuat dari kain tipis segitiga leher sambil memanggul senjata saat berlatih
ataupun selendang segi empat biasanya militer. Hal ini juga nampak pada ibu-ibu yang
menempel di kepala dan menjulur hingga tergabung dalam organisasi Aisyiah sebagai
ke bagian dada. Kerudung oleh sebagian organisasi sayap perempuan Muhammadiyah.
pemakainya digunakan untuk kegiatan- Kerudung dalam hal ini merupakan cara santri
kegiatan keagamaan seperti pengajian, majelis menampilkan kesalehannya dan membedakan
ta’lim, kenduri, atau pertemuan perempuan mereka dari kelas sosial yang lain.
kalangan santri.
Praktek berkerudung juga terlihat
Dalam perkembangannnya, istilah pada Ibu Fatmawati, istri Presiden Pertama
kerudung sering dipertukarkan dengan jilbab. Republik Indonesia. Dalam berbagai peristiwa
Padahal konsep jilbab di tempat asalnya penting, Fatmawati mengenakan kerudung
merujuk pada pakaian yang menutup seluruh tradisional yang longgar dan sederhana.
tubuh. Bukan hanya bagian kepala. Menurut Tampilan semacam ini oleh banyak pihak
Fadwa El-Guindi, konsep jilbab sesungguhnya sering dilihat sebagai simbol wanita nasionalis.
mengacu pada jubah longgar yang panjang Dalam konteks kekinian, gaya berkerudung
dengan ukuran lengan baju yang lebar. semacam ini masih dikenakan oleh sebagian
perempuan Muslim, meski sudah tergolong
Baik jilbab maupun khimar (penutup
klasik. Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid
kepala) dicelup ke dalam warna yang keras dan
dan puterinya Yeni Wahid cenderung memakai
kuat (seperti biru laut, coklat, atau abu-abu)
kerudung jenis ini.
serta terbuat dari bahan tebal dan tidak tembus
cahaya. Perempuan yang memilih kostum jenis Paduan kerudung dan kebaya di masa
ini biasanya tidak bermake-up, tidak pernah lalu menjadi penanda menyatunya Islam dan
mengenakan warna terang atau pakaian budaya lokal. Unsur kerudung yang merupakan
ketat yang menampakkan lekuk tubuhnya. ciri khas muslimah santri dan pakaian
Terkadang penggunanya melengkapinya khas perempuan Jawa menyatu menjadi
dengan sarung tangan. entitas penting yang mengisi perubahan

188 | Ensiklopedi Islam Nusantara


kultur berpakaian dimana perempuan Jawa Situasi sosial dan politik masa Orde
sebelumnya mengenakan kemben alias kain Baru yang membatasi gerak kelompok-
penutup dada. kelompok Islam tercermin pada peraturan
tentang seragam Sekolah Menengah. Melalui
Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar
Kerudung Sebagai Gerakan Politik dan Menengah Departemen Pendidikan dan
Sejak rezim Suharto mencurigai dan Kebudayaan (Dikdasmen) No. 052/C/Kep/D
menekan kelompok Islam, gerakan dakwah 82, banyak pengelola sekolah menggunakannya
di masjid-masjid dan kampus sekuler sangat sebagai landasan formil untuk melarang
gencar dilakukan. Materi-materi dakwah tidak siswi yang mengenakan kerudung di sekolah.
hanya berkaitan dengan fikih ibadah dan Sejumlah demonstrasi anak-anak berkerudung
mu’amalah, tetapi juga mendorong bentuk di berbagai tempat terjadi menyusul berbagai
“kesalehan superfisial” sebagai idealisasi kasus intimidasi yang semakin gencar di
dari masyarakat Muslim yang sempurna. sekolah umum. Kerudung pada masa gejolak
Seruan-seruan para penceramah terkait isu ini politik ini sering dipertukarkan dengan istilah
kemudian disikapi dengan munculnya sejumlah jilbab.
siswi sekolah menengah yang mengenakan Seiring dengan perubahan haluan politik
kerudung di sekolah-sekolah umum. Sebagai rezim penguasa dari kelompok Abangan-
praktek yang tidak lazim masa itu, para siswi Kristen ke kelompok Islam, kebijakan negara
yang berkurudung mendapatkan berbagai pun berubah. Kontrol terhadap seragam
intimidasi dari lingkungan sekitarnya, sekolah menjadi lebih longgar dengan
termasuk teman sebaya, guru, dan kepala terbitnya pedoman pakaian seragam sekolah
sekolah. No. 100/C/Kep/D/1991. Peraturan ini pada
tingkat tertentu menjadi penanda mencairnya
ketegangan antara negara dan kelompok-
kelompok Islam.

Kerudung Sebagai Mode Pakaian


Ketika negara telah menunjukkan
semangat akomodatif terhadap aspirasi
kelompok-kelompok Islam, kampanye
penggunaan kerudung dalam paket busana
muslim semakin gencar. Sejumlah selebritis
dikerahkan untuk memperagakan kerudung
dengan berbagai mode dan tampilan. Dalam
berbagai acara fashion show busana Muslim,
aneka kerudung ditampilkan dalam rangka
menarik minat berbagai segmen perempuan
Muslim. Pada saat yang sama, industri fashion
juga menawarkan banyak alternatif kerudung
berikut perlengkapannya sehingga mendorong
banyak konsumen pakaian hijrah dari pakaian
ala Barat ke busana muslim.
Gairah industri fashion direspons dengan
gairah konsumen Muslim yang terus tumbuh.
Perempuan berkerudung sebelum
Produksi busana Muslim sejak periode awal
kemerdekaan di Minangkabau. reformasi hingga pemerintahan Jokowi
Sumber: http://www.rajawow.com/2015/03
begitu pesat menyusul semakin banyaknya

Edisi Budaya | 189


perempuan yang memilih berkerudung dalam
aktifitas kesehariannya. Pada tahap ini,
hubungan antara praktek berkerudung dengan
keberagamaan atau kesalehan sudah semakin
longgar. Motif perempuan yang mengenakan
busana Muslim tidak lagi melulu didasarkan
pada semangat menjalankan agama, tetapi
juga pertimbangan-pertimbangan pragmatis
yang manusiawi. Misalnya, mereka merasa
bisa tampil lebih rapih dan cantik dengan
balutan kerudung yang menghiasi busana
kesehariannya. Sumber: http://www.rajawow.com/2015/03/inilah-sejarah-hijab-di-indonesia.html

Perkembangan busana muslim yang


agama, tetapi lebih cenderung terminologi
demikian pesat menyebabkan munculnya
sosial budaya. Dalam pandangan kyai senior
tarik menarik kepentingan bisnis di satu
ini, perintah menutup aurat memang perintah
sisi dan upaya pencarian kriteria kerudung
agama, tetapi batasan mengenai aurat adalah
syar’i. Fenomena kerudung gaul yang
ditentukan olehpertimbangan-pertimbangan
banyak digandrungi anak-anak muda telah
kemanusiaan dalam berbagai aspeknya. Untuk
mendapat kritikan dari kalangan muslim
itu, dalam menentukan batas aurat, baik
konservatif yang risih dengan kecenderungan
untuk laki-laki maupun perempuan diperlukan
berkerudung tetapi dengan pakaian yang
mekanisme tertentu yang akomodatif
ketat atau membentuk tubuh. Istilah
dan responsif terhadap segala nilai yang
kerudung yang sering dipertukarkan dengan
berkembang di masyarakat sehingga dalam
jilbab menemukan label tersendiri yang
tingkat tertentu batasan itu bisa diterima
dilekatkan pada pengguna kerudung gaul
oleh sebagian besar komponen masyarakat.
yang mengkombinasikan gaya berpakaian
Tetapi Kyai Husein juga mewanti-wanti bahwa
Barat yang menonjolkan bentuk tubuh dengan
pertimbangan khauf al-fitnah yang sudah
sebutan jilboob.
dikembangkan oleh ulama fiqih juga harus
menjadi salah satu penentu pertimbangan,
Kerudung Sebagai Pilihan Berpakaian agar tubuh manusia tidak dieksploitasi
Muslimah untuk kepentingan-kepentingan rendah dan
murahan yang bahkan bisa menimbulkan
Gelombang Islamisasi pada tingkat gejolak (fitnah) yang mengakibatkan
permukaan ditandai dengan menguatnya kerusakan yang tidak diinginkan terhadap
simbol-simbol keagamaan superfisial yang tatanan kehidupan masyarakat.
tergolong baru dalam jejak rekam Islam
nusantara. Para pendakwah sufistik seringkali M. Quraish Shihab juga menyimpulkan
kurang menaruh perhatian pada keberagamaan adanya ketidakpastian mengenai kewajiban
simbolik, tetapi lebih menekankan kepada mengenakan kerudung bagi perempuan
keberagamaan yang esensial dan berorientasi Muslim. Menurutnya, konsep-konsep aurat,
pada wilayah esoterik. batas kesopanan dan isyarat-isyarat teks
suci cenderung menempatkannya dalam
Di kalangan ulama nusantara wilayah yang tidak mutlak. Misalnya, Hadis
kontemporer, persoalan pakaian perempuan tentang kewajiban menutup kepala bagi
ini juga dipandang sebagai sesuatu yang tidak wanita ketika shalat tidak menyinggung
pasti atau tidak tegas (dzanni). Sehingga secara langsung tentang keharusan wanita
anjuran mengenakan kerudung (khimar) tidak menutup kepala di luar aktivitas shalat.
bisa dianggap setara dengan kewajiban agama Sehingga Hadis tersebut tidak bisa dijadikan
lainnya. Menurut Husein Muhammad, konsep dasar mengenai kewajibapemakaian kerudung
busana muslim bukan melulu terminologi

190 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Berbagai macam bentuk kerudung masa kini

bagi wanita dalam ranah publik. Menutup sehingga menimbulkan berbagai pendapat.
kepala, menurutnya, bisa menjadi kewajiban Untuk itu, alih-alih menjadi kewajiban,
jika saja hadis riwayat ‘Aisyah ra tentang praktek berkerudung bagi perempuan Muslim
‘pengecualian aurat wanita yang meliputi Nusantara lebih tepat disebut sebagai pilihan
wajah dan telapak tangan’ dianggap sahih pribadi.
oleh sebagian besar ulama. Sayangnya hadis
[Hamdani]
tersebut dinilai beragam oleh para ulama

Sumber Bacaan
Hamdani, Deny, Anatomy of Muslim Veils: Practice, Discourse and Changing Appearance of Indonesian Women. Germany:
Lambert, 2011.
Muhammad, Husein, Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan Gender. Yogyakarta: LkiS, 2001.
Shihab, M. Quraish, Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah: Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendekiawan Kontemporer. Jakarta:
Lentera Hati, 2004.
El-Guindi, Fadwa. “Veiling Infitah with Muslim ethic: Egypt’s contemporary Islamic Movement.” Social Problems, Vol. 28,
(1981), h. 465-485.

Edisi Budaya | 191


Khalîfah

K
halîfah adalah gelar yang diberikan perkembangannya sebutan ini diganti menjadi
untuk pemimpin umat Islam setelah “Khalifatu Rasûlillah” (pengganti Rasul/
wafatnya Nabi Muhammad Saw (570– Nabi Allah) yang kemudian menjadi sebutan
632). Kata “Khalifah” (‫ﺧﻠﻴﻔﺔ‬/Khalîfah) sendiri standar untuk menggantikan “Khalîfatullah”.
secara etimologis dapat diterjemahkan sebagai Meskipun demikian, beberapa akademisi
“pengganti” atau “perwakilan”. memilih untuk menyebut “Khalîfah” sebagai
pemimpin umat Islam tersebut.
Kata lain yang satu akar dengan khalîfah
adalah al-khalfu yang berarti punggung. Selain disebut khalifah, pemimpin Islam
Karena punggung berada di belakang, maka juga kerap disebut sebagai Amîr al-Mu’minîn
bahasa Arabnya belakang (tempat) adalah (‫ )ﺃﻣﻴﺮ ﺍﳌﺆﻣﻨﲔ‬yang berarti “pemimpin orang
khalfu atau khalfa sebagai lawan amâma/al- yang beriman”, atau “pemimpin orang-orang
amâm yang berarti depan atau di depan. Orang mukmin”, yang kadang-kadang disingkat
yang tempatnya di depan disebut al-Imîm. menjadi “Amîr”. Pemimpin umat Islam juga
Kemudian generasi penerus dari generasi dikenal dengan sebutan sulthân (‫ )ﺳﻠﻄﺎﻥ‬yang
sebelumnya disebut khalfun atau khalafun. berarti penguasa atau pemimpin.
(Lihat surat Maryam ayat 59).
Jika ditilik secara genealogis, kebutuhan
Dari kata khalafa ini kemudian terbentuk manusia terhadap seorang penguasa/
kata khilâfah yang secara bahasa berarti pemimpin memang inheren dalam kehidupan
representasi/keterwakilan. Dengan demikian mereka. Karena itu, salah satu tujuan utama
khilâfah dapat diartikan sebagai pemantulan penciptaan manusia (Adam) adalah untuk
atau keterpantulan suatu sifat, sikap, dan mengemban tugas kepemimpinan/khilâfah di
perilaku pihak lain ke dalam atau pada sesuatu muka bumi sebagai keberlanjutan tugas-tugas
yang lain karena posisinya yang lebih rendah ketuhanan. Hal ini dapat dibaca dari firman
atau lebih belakang baik secara waktu maupun Allah dalam surat Al-Baqarah [2]: 30:
tempat.
“Dan (ingatlah) tatkala Rabbmu berkata
Dengan demikian, khalifah adalah kepada malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak
seseorang yang bisa memantulkan atau menjadikan di bumi seorang khalifah’. Mereka
memerankan sikap, sifat, dan perilaku pihak berkata: ‘Apakah Engkau hendak menjadikan
lain ke dalam perilakunya karena dia lebih padanya orang yang merusak di dalamnya dan
rendah atau terbelakang. Bisa dikatakan juga menumpahkan darah, padahal kami bertasbih
khalifah adalah agency of Allah atau Rasulullah. dengan memuji Engkau dan memuliakan
Maka tolak ukur kekhalifahan sejatinya Engkau?’. Dia berkata: ‘Sesungguhnya Aku lebih
adalah sejauh mana dia menjadi representasi mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS.
pihak yang dijadikan sebagai al-amâm atau al- Al-Baqarah [2]: 30)
imâm. Namun demikian kata khalifah dalam
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah
terminologi politik Islam (siyâsah syar’îyah)
menjadikan manusia (Adam) sebagai khalifah
lebih dipahami sebagai pemimpin umat Islam.
(pengganti) di muka bumi, ia menggantikan
Pada awalnya, para pemimpin umat Islam makhluk sebelumnya (jin) yang berbuat
ini disebut sebagai “Khalîfatullah” yang berarti kerusakan dan tidak istiqamah (dalam
perwakilan Allah (Tuhan). Akan tetapi pada mengerjakan perintah Allah). Perkataan

192 | Ensiklopedi Islam Nusantara


“malaikat” ini adalah bukti umat, baik urusan negara
bahwa sudah ada kaum yang maupun urusan agama.
melakukan kerusakan di muka Mekanisme pemilihan khalifah
bumi, mereka masih menghuni dilakukan baik dengan pemilu
bumi sehingga malaikat langsung ataupun keterwakilan
berkata sesuai apa yang sedang melalui majelis Syura yang
terjadi di muka bumi. Atau disebut Ahlul Halli wal ‘Aqdi
bisa juga kaum tersebut telah yakni para ahli ilmu (khususnya
keluar dari bumi, dan malaikat keagamaan) dan mengerti
menceritakan kelakuan permasalahan umat. Sedangkan
mereka di muka bumi dahulu. mekanisme pengangkatannya
Hingga kemudian Allah Swt dilakukan dengan cara bai’at
mengabarkan kepada mereka yang merupakan perjanjian
bahwa Dia lebih mengetahui setia antara Khalifah dengan
Sultan Malikus Shaleh
apa yang tidak diketahui oleh umat.
malaikat. Bahwasanya khalifah
Kaum muslim yang terdiri dari berbagai
yang menggantikan mereka akan mengelola
etnis dengan latar belakang budaya yang
bumi dengan syari’at dan agama Allah,
berbeda dipersatukan ke dalam satu institusi
menyebarkan dakwah tauhid, mengikhlaskan
yang disebut umat. Umat Islam dipimpin oleh
peribadatan dan beriman kepada-Nya.
seorang khalifah yang dianggap sebagai penerus
Demikian juga anak keturunan Adam kepemimpinan Rasulullah Saw. Ini berarti
yang kemudian menjadi para Nabi, para Rasul, bahwa seorang khalifah merupakan pimpinan
orang-orang pilihan, ulama yang shalih, dan negara dan sekaligus sebagai pemimpin agama.
hamba-hamba yang ikhlas. Mereka inilah yang Mengenai hal ini Ibn Khaldun menyatakan
mewujudkan peribadatan pada Allah semata, bahwa “Kekhalifahan itu pada hakekatnya
mengelola dan memakmurkan bumi dengan adalah pelimpahan kekuasaan dari peletak
syariat dan agama-Nya, mengerjakan perintah- Syari’at (Allah) untuk memelihara agama dan
Nya, dan mencegah apa yang dilarang-Nya. mengatur dunia,” (Ibn Khaldun, 1999:163 dan
Inilah apa yang diupayakan para Nabi, para Abu Zahrah, 1996:19)
Rasul, ulama yang shalih, dan hamba yang
Sampai runtuhnya pemerintahan dinasti
ikhlas. Setelah nampak ketetapan Allah dalam
Umayyah yang berpusat di Damaskus,
hal ini, para malaikat memahami bahwa
seluruh dunia Islam mengakui satu
penobatan Adam (manusia) sebagai khalifah
khilafah (kekhalifahan). Akan tetapi mulai
(wakil Allah di muka bumi) adalah kebaikan
pemerintahan Bani Abbas, kekhalifahan di
yang agung. Tugas ke-khalifah-an Adam ini
dunia Islam sudah tidak tunggal lagi. Artinya,
kemudian diwariskan kepada para nabi hingga
khilafah sebagai lambang kesatuan dunia Islam
sampai kepada Nabi Muhammad Saw.
Dalam catatan sejarah, kepemimpinan
Islam terspektakuler pasca wafatnya baginda
Muhammad Saw adalah Khulafaur Rasyidin
(Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib). Kemudian
setelah itu kekhalifahan secara berturut-turut
dipegang oleh Bani Umayyah, Bani Abbasiyah,
dan Kesultanan Utsmaniyah, dan beberapa
kekhalifahan kecil. Di tangan mereka akhirnya
Islam berhasil meluaskan kekuasaannya
sampai ke Spanyol, Afrika Utara, Mesir, bahkan
Asia Tengah, Asia Timur termasuk Nusantara.
Khalifah berperan sebagai pemimpin Sultan Iskandar Muda

Edisi Budaya | 193


seluruhnya, sudah tidak ada lagi. sejak awal-awal periode Islam. Dalam catatan
Azra, pada tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya
Fase kedua dari periode pertengahan
Jambi yang bernama Srindravarman mengirim
sejarah Islam (tahun 1500-1800 M) muncul
surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz
tiga kesatuan politik (khilafah) di dunia Islam.
dari Khilafah Bani Umayyah. Sang Raja
Wujud tiga kesatuan politik tersebut adalah tiga
meminta dikirimi dai yang bisa menjelaskan
kerajaan besar, yaitu: kerajaan Usmani, Safawi
Islam kepadanya. Dua tahun kemudian, yakni
dan Mughal (Nasution, 1994:13). Meskipun
tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang
dunia Islam waktu itu terbagi ke dalam tiga
semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi
kerajaan besar, akan tetapi masyarakat di tiga
pun dikenal dengan nama Sribuza Islam.
kerajaan besar itu masih menganggap khalîfah
(Azra, 2005).
yang memimpin mereka adalah pemimpin
agama dan negara –lebih tepat disebut pemimpin Sebagian pengemban dakwah Islam juga
Islam. Disamping itu wilayah kekuasaan masing- merupakan utusan langsung yang dikirim oleh
masing kerajaan yang masih bersifat lintas etnis Khalifah melalui amilnya. Tahun 808H/1404M
dan lintas budaya mengakibatkan kesadaran adalah awal kali ulama utusan Khalifah
bernegara yang dilandasi oleh sentimen ras atau Muhammad I ke Pulau Jawa (yang kelak
suku bangsa belum muncul. dikenal dengan nama Walisongo).
Dalam bernegara mereka Setiap periode ada utusan yang
masih dilandasi oleh sentimen- tetap dan ada pula yang diganti.
sentimen keagamaan. Pengiriman ini dilakukan selama
lima periode. (Rahimsyah, t.th.,
Pendaratan Napoleon
6).
di Mesir (tahun 1798),
merupakan titik permulaan Bernard Lewis (2004)
terbukanya pandangan orang menyebutkan bahwa pada tahun
Islam, khususnya di Mesir 1563 penguasa Muslim di Aceh
terhadap dunia luar. Napoleon mengirim seorang utusan ke
datang ke Mesir bukan Istanbul untuk meminta bantuan
hanya dalam rangka politik melawan Portugis. Dikirimlah 19
kolonialnya, tetapi ia juga kapal perang dan sejumlah kapal
memperkenalkan kemajuan- Sultan Hasanuddin, Raja Gowa lainnya pengangkut persenjataan
Sulawesi Selatan
kemajuan materi, gaya hidup, dan persediaan; sekalipun hanya
dan sistem nilai Barat, serta ide-ide yang satu atau dua kapal yang tiba di Aceh.
baru dalam pandangan masyarakat Mesir
Hubungan ini tampak pula dalam
(Nasution, 1994:13 dan Ushama, 1995:4).
penganugerahan gelar-gelar kehormatan
Salah satu ide yang dikenalkan adalah ide seperti sultan (‫ )ﺳﻠﻄﺎﻥ‬dan khalifatullah. Ketika
pratiotisme dan nasionalisme yang berbasis kesultanan Samudra Pasai resmi menjadi
pada cinta tanah air dan bangsa. Maka sejak kesultanan Islam, misalnya, Syarif Makkah
awal abad ke-19 M dunia Islam sudah mulai (Gubernur Hijaz) memberi Meurah Silu gelar
mengenal sistem negara bangsa (nation Sultan di Kesultanan Samudra Pasai pada tahun
state), dan secara resmi sistem khilafah telah 1261 M. Lalu Abdul Qadir dari Kesultanan
berubah seiring dengan digantinya sistem Banten, pada tahun 1048 H (1638 M)
kekhalifahan Turki Utsmani dengan sistem dianugerahi gelar Sultan Abulmafakir Mahmud
pemeritahan sekuler di masa pemerintahan Abdul Kadir oleh Syarif Zaid, Syarif Makkah
Kemal Attaturk pada tahun 1024 M. Semenjak saat itu. Sementara Pangeran Rangsang dari
itulah, secara resmi bangsa-bangsa Islam tidak Kesultanan Mataram memperoleh gelar Sultan
lagi menyebut pemimpin mereka dengan dari Syarif Makkah tahun 1051 H (1641 M)
khalifah, tapi dengan nama-nama lain seperti dengan gelar, Sultan Abdullah Muhammad
amîr (pemimpin) atau sulthân (raja/penguasa). Maulana Matarami. (Tjandrasasmita, 2002).
Dalam konteks Nusantara, hubungan Khusus pada kasus Mataram, sebenarnya
Nusantara dengan Khilafah Islam pun terjalin gelar kehormatan bagi raja-raja Mataram

194 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Setelah Perjanjian Giyanti pada 1755
yang memecah Mataram menjadi Kesultanan
Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta, gelar
Khalifatullah digunakan oleh sultan-sultan
Yogyakarta sedangkan raja-raja Surakarta
memakai gelar sunan.
Sementara sebutan gelar secara lengkap
untuk raja-raja Surakarta adalah Sampeyan
Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sunan Paku
Buwana Senapati ing Alaga Abdur Rahman
Sayidin Panatagama. Sementara sebutan untuk
raja keraton Yogyakarta adalah Sampeyan
Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan
Hamengku Buwana Senapati ing Alaga Abdur
Sultan Agung Mataram
Rahman Sayidin Panatagama Kalifatullah.
Senopati berarti sultanlah penguasa yang
kadangkala disebut panembahan, sultan, sah di dunia fana ini. Ing Alogo artinya raja
dan sunan. Raja terbesar Mataram, Sultan mempunyai kekuasaan untuk menentukan
Agung menggunakan gelar sultan. Untuk perdamaian dan peperangan, atau sebagai
melegitimasi kekuasaanya, dia mengirim panglima tertinggi saat perang. Abdur Rahman
utusan ke Mekah untuk meminta gelar Sayyidin Panatagama, berarti sultan dianggap
sultan pada 1641. Dia mengikuti jejak Sultan sebagai penata, pemuka dan pelindung agama.
Banten, Pangeran Ratu yang menjadi raja Jawa Dan Khalifatullah sebagai wakil Allah di dunia.
pertama yang mendapatkan gelar sultan dari Menurut ahli sejarah, gelar yang disandang
Mekah, sehingga namanya menjadi Sultan oleh Sultan Mataram dan Yogyakarta sejatinya
Abulmafakir Mahmud Abdul Kadir. mengungkapkan konsep keselarasan antara
Raja-raja Mataram berikutnya, urusan politik, sosial dan agama. Hanya
Amangkurat I sampai III menggunakan gelar saja dalam perkembangan terakhir, Sultan
Sunan. Sedangkan Amangkurat IV (1719- Hamengkubuwono X mengeluarkan Sabda
1724) menjadi yang pertama menggunakan Raja pada 30 April 2015 yang menghilangkan
gelar Khalifatullah. Menurut Denys Lombard gelar Khalifatullah. Dengan dikeluarkannya
dalam Nusa Jawa Silang Budaya Jilid 3, gelar sabda tersebut, gelar khalifah secara resmi
khalifatullah (dari kata khalifah yang berarti tidak lagi disematkan kepada raja keraton
wakil) menegaskan perubahan konsep lama Yogyakarta.
Raja Jawa, dari perwujudan dewa menjadi [M. Ulinnuha]
wakil Allah di dunia.

Sumber Bacaan
Abu Zahrah, Imam Muhammad. Tarikh al-Madzâhib al-Islâmiyah, (terj) Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib dengan
judul Aliran Politik dan ‘Aqidah dalam Islam, (Jakarta: Logos, 1996).
Alfian, Teuku Ibrahim. Islam dan Khazanah Budaya Kraton Yogyakarta, (Yogyakarta: Yayasan Kebudayaan Islam Indonesia,
2005)
Arifin, Hadi. Malikussaleh: Mutiara dari Pasai, (PT. Madani Press, 2005).
Azra, Ayzumardi. Jaringan Ulama Nusantara, (Jakarta: Prenada Media, 2005), Cet. II.
Bernard Lewis, Apa Yang Salah? Sebab-sebab Runtuhnya Khilafah dan Kemunduran Umat Islam (Terj.), (Jakarta: PT. Ina
Publikatama, 2004)
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (LP3ES, 1991), Cet VI.
Ibrahim, Hasan. Sejarah dan Kebudayaan Islam, (terj.) H.A. Bahauddin, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), Jilid II, Cet. I.
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994).
Raharjo, M. Dawam. Ensiklopedia Al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 1996).
Rahimsyah, Kisah Wali Songo, (Surabaya: Karya Agung, t.th.)
Tjandrasasmita, Uka. Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Kedatangan dan Penyebaran Islam, (Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2002).
Ushama, Thameem. Hasan al-Banna: Vision & Mission, (Kuala Lumpur: A.S. Noordeen, 1995).

Edisi Budaya | 195


Khataman

I
stilah khataman berasal dari bahasa Arab, dari panitia. Mereka yang tidak memiliki
khatama – yakhtimu – khatman – khitaaman, undangan, biasanya tidak diperkenankan
berarti menamatkan atau menyelesaikan. mengikuti tahtiman jenis bil ghaib. Pendek
Kata ini telah terserap dalam bahasa Indonesia: kata, tahtiman bil ghaib diperuntukan bagi
khatam – mengkhataman – khataman. Kamus kalangan tertentu.
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan
Sedangkan khataman yang sering terihat,
khatam sebagai tamat dan khataman diartikan
terutama pada bulan Ramadhan, adalah
sebagai upacara selesai menamatkan bacaaan
tahtiman bin nadhar. Artinya, menghatamkan
Al-Qur’an.
Al Qur’an dengan nadhar/melihat teks-teks
Sebagian daerah di nusantara pada mushaf Al-Qur’an. Tidak ada persyaratan
menggunakan sebutan tahtiman/takhtiman khusus untuk melaksanakan tahtiman bin
untuk menggantikan istilah khataman. nadhar. Tidak harus hafal tiga puluh juz terlebih
Tahtiman artinya proses mengkhatamkan Al- dahulu. Asalkan mau dan mampu, siapapun
Qur’an. Kedua kata ini pada dasarnya sama. boleh mengikuti tahtiman bin nadhar.
Tahtiman mencerminkan proses yang sedang
Syarat paling dasar adalah lancar ilmu
dijalankan, sedangkan khataman adalah
tajwid/tata cara membaca Al- Qur’an. Namun
kondisi terakhir ketika seseorang sudah
itu bukan syarat ketat. Mereka yang belum
menamatkan membaca Al-Qur’an.
lancar tajwid juga tidak dilarang mengikuti
Khataman diselenggarakan setelah tamat tahtiman bin nadhar. Cakupan tahtiman bin
membaca seluruh isi Al-Quran, yang terdiri nadhar lebih luas dan berlaku umum.
114 surat, dari Al Fatihah, surat pembuka,
Perbedaan tahtiman bin nadhar dan bil
sampai An-Nas, surat penutup. Sebagian
ghaib hanya terletak pada cara membaca dan
pesantren menggunakan istilah tahtiman
kekhususan peserta. Sistem pembagian ayat
dibanding khataman. Terutama pada sejumlah
relatif sama. Setiap orang yang mengikuti
pesantren khusus untuk hafalan (tahfidz) Al-
khataman dibagi dalam beberapa kelompok.
Qur’an. Pesantren tersebut membagi tahtiman
Masing-masing kelompok terdiri dari dua
menjadi dua jenis: tahtiman bil ghaib dan
puluh, tiga puluh, bahkan bisa empat puluh
tahtiman bin nadhar.
orang. Pada setiap kelompok, masing-masing
Dikatakan tahtiman bil ghaib bila anggota membaca satu juz atau beberapa ayat
seseorang menghatamkan seluruh isi Al Quran tergantung kesepakatan.
tanpa melihat teks. Orang tersebut sudah hafal
Umumnya setiap peserta membaca
dan biasa disebut hafidz/hafidzah. Tahtiman
satu juz. Dari tiga puluh peserta, masing-
jenis ini biasanya tidak dihadiri banyak orang.
masing mendapatkan satu juz. Ketika
Bukan karena orang lain tidak mau hadir,
seseorang mendapat bagian membaca, orang
namun karena peserta khataman terdiri
lain menyimak/mendengarkan bacaannya.
orang-orang yang sudah hafal tiga puluh juz
Tujuannya antara lain untuk mengorksi
dan jumlahnya terbatas.
bila ada bacaan keliru. Ini penting karena
Bagi yang belum hafal 30 juz, biasanya perbedaan panjang nada di Al-Qur’an bisa
hanya bisa bergabung bila menerima undangan memengaruhi arti kata.

196 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Khataman biasanya dilaksanakan sehari Misalnya, khataman pada momentum
penuh. Dimulai setelah shalat subuh dan khitananan anak. Pada malam sebelum anak
berakhir menjelang shalat maghrib. Sistem dikhitan, seringkali diadakan khataman.
pembagian jatah siapa membaca dan siapa Biasanya yang dibaca hanya juz ke-30, juz
menyimak biasanya tidak begitu berlaku bila ‘amma. Bahkan ada yang lebih singkat, hanya
sudah memasuki waktu akhir. Misalnya, ketika membaca 22 surat pendek paling akhir,
sudah jam 14.00 tapi bacaan baru sampai juz dimulai dari Ad Duha (surat ke-93) sampai An-
ke-20, sistem harus diubah. Nas (surat ke-114).
Masing-masing orang tidak harus Jumlah surat yang dibaca biasanya
menyimak terlebih dahulu untuk mendapatkan tergantung capaian belajar ngaji seorang
giliran bacaan. Pembacaan dilakukan secara anak. Bila kadarnya sudah lulus TPA (Taman
paralel. Ketika ada yang masih membaca juz 20 Pendidikan Al-Qur’an), biasanya ia akan
jam 14.00, peserta yang lain dibagi membaca membaca juz ‘amma sendiri. Bila belum sampai
juz 21 dan seterusnya. Ketika nanti orang yang TPA, ia akan membaca dari surat Ad Duha. Bila
kebagian juz 20 selesai membaca, dilanjutkan kemampuan baca Al-Qur’an, masih di bawah
mulai tengah-tengah atau ayat terakhir juz 21 dari dua hal di atas, pembacaan khataman
yang sedang dibaca. Begitu seterusnya. dilakukan oleh seorang ustadz atau tokoh
setempat.
Bila sudah demikian, khataman bisa
selesai sebelum shalat ashar. Pembaca pada Khataman Al Qur’an untuk khitanan
jam-jam terakhir biasanya orang yang sudah anak tidak hanya berisi pembacaan Al-Quran.
rutin mengikuti khataman. Sehingga, tingkat Biasanya dirangkai dengan membaca dzikir
kelancaran bacaannya tidak diragukan. dan shalawat lalu ditutup dengan doa. Sebelum
para tamu undangan khataman pulang ke
rumah masing-masing, mereka menikmati
Khataman Lintas Daerah jamuan makanan dan minuman dari tuan
Tradisi khataman di Aceh dinamai rumah.
kenduri peutamat daruih. Peutamat artinya Khataman yang paling banyak
menamatkan dan daruih artinya bergantian. diselenggarakan adalah dalam rangka
Bila digabungkan, maksudnya adalah memperingati khatamnya santri belajar
mengkhatamkan Al-Quran dengan ganti- membaca Al Quran. Tahap akhir pembelajaran
gantian antara satu orang dengan orang lain. Al Quran setelah jilid enam adalah membaca Al
Masing-masing mendapatkan bagiannya. Bagi Quran dari juz awal sampai juz ketiga puluh.
yang tidak membaca, wajib menyimak bacaan. Santri yang sudah melewati tahap ini akan
Masyarakat Gayo menamai tradisi ini sebagai diwisuda. Wisuda inilah yang dinamakan
tamat ndarus, artinya menamatkan tadarus khataman.
(membaca Al-Qur’an).
Metode pembacaan Al Qurannya
Bila khataman di Jawa umumnya bermacam-macam, seperti Iqro’, Qiraati,
dilaksanakan pada pagi hari dan ditutup Ummi, dan metode yang lain. Berbagai metode
menjelang maghrib, di Aceh berbeda. Peutamat tersebut terdiri dari enam jilid. Jilid enam
dilakukan di meunasah, pusat keagamaan menandakan bahwa seorang siswa sudah
warga Aceh, setelah shalat tarawih dan bisa mengaji Al Quran dengan lancar. Kecuali
selesai ketika memasuki waktu sahur. Warga Qiraati, jilid enam saja tidak cukup untuk
berbondong-bondong menuju meunasah untuk mengatakan seorang sudah lancar membaca
melangsungkan kenduri peutamat daruih. Al Quran. Setelah jilid enam, anak akan
Kenduri ini dihadiri hampir semua warga menggenapkan dengan ujian-ujian lain sampai
kampung. lulus. Bila sudah lulus, anak tersebut akan
Khataman Al-Quran tidak selalu berarti mendapatkan sertifikat.
menghatamkan bacaan seluruh isi Al-Qur’an. Sebelum wisuda berlangsung, biasanya

Edisi Budaya | 197


seorang guru ngaji akan mendatangi rumah kelompok. Setiap kelompok menamatkan satu
orang tua murid. Guru ngaji tersebut juz. Tiap kelompok terdiri dari sepuluh santri:
menyampaikan kepada orang tua bahwa 8 yunior dan 2 senior. Muqaddiman biasanya
anaknya telah lulus mengaji. Setelah itu, orang dilakukan sekali setahun ketika penutupan
tua akan memberitahukan kepada sekeliling atau perpisahan para santri.
rumahnya. Dalam satu kali wisuda, terdapat
beberapa anak yang mengikuti khataman Al
Quran. Momentum Khataman

Di Jawa, salah satu menu makanan Khataman dilaksanakan pada beberapa


khas khataman anak adalah ingkung, yaitu momentum penting seperti malam Nuzulul
ayam jantan yang dimasak utuh, kemudian Quran. Usai khataman dari pagi, warga biasanya
dibagi-bagikan kepada tamu undangan dan mengadakan buka bersama di masjid. Setiap
warga sekitar, sebagai wujud syukur kepada rumah membuat masakan dan disuguhkan ke
Allah SWT, karena anaknya sudah mampu masjid untuk disantap bersama-sama.
membaca Al Quran dengan baik. Ingkung akan Khataman di Banyuwangi Jawa Timur
dipotong-potong langsung dengan tangan dilaksanakan setiap Ahad pahing. Usai shalat
dan dibagi merata sesuai jumlah tamu. Inilah subuh, beberapa sesepuh kampung mulai
yang paling unik dari ingkung. Orang yang membaca Al-Quran. Biasanya, kegiatan ini
membagikan ingkung bisa piawai membagi selesai setelah shalat Ashar. Dari subuh sampai
secara proporsional. ashar, setiap orang membaca Al-Quran sambil
Prosesi khataman untuk mensyukuri memegang mikrofon sehingga terdengar
belajar anak di kalangan suku Mandar, warga sekitar. Tiap daerah memilih hari
Sulawesi Barat, dan Bugis, Sulawesi Selatan, berbeda untuk jadwal khataman. Dalam satu
dengan nama Mappatammag Koroang atau kabupaten, jadwal tiap kecamatan berbeda.
bahasa bugisnya Mappanre temme. Di Kalimantan Selatan, khataman
Pada acara Mappatammag, diselenggarakan diberi nama Batamat. Sama-sama dalam
Sayyang Pattudu. Seremoni yang ditandai rangka khatamnya anak membaca Al-Quran.
atraksi seekor kuda yang diiringi rebana Konsepnya mirip khataman di Jawa. Hanya,
dan pembacaan kalindaqdaq atau puisi khas prosesinya yang berbeda. Kalau khataman
mandar. Anak yang sudah khatam akan naik digunakan untuk anak muda atau remaja yang
kuda yang loncat-loncat tersebut. baru mengkhatamkan Al-Quran, Batamat
tidak. Batamat dilaksanakan antara lain ketika
Beberapa daerah Kalimantan mengadakan
acara pernikahan oleh kedua mempelai.
khataman massal untuk beberapa murid
SMP dan SMA. Pemerintah Kota Samarinda Acara khataman sebelum akad nikah juga
menggelar khataman massal untuk SMA dilaksanakan pada masyarakat Betawi. Acara
sederajat. ini menandakan bahwa kedua calon pengantin
telah cukup bekal ilmu agamnaya sehingga
Di Sulawesi Utara yang muslimnya
dapat membentuk keluarga sakinah.
minoritas pun, tradisi khataman ini tidak
hilang. Ada kampung bernama Jaton (Jawa Selain pada hajatan pernikahan dan
Tondano), berisi orang Jawa yang transmigrasi khitanan, khataman juga dilaksanakan untuk
dan menetap di dekat danau Tondano. Di sana, mendoakan orang-orang yang sudah wafat.
adat ambengan untuk memperingati anak Terutama ulama dan tokoh masyarakat yang
yang baru mengkhatamkan Al-Qur’an masih berjasa penting. Seperti pada haul Maulana
dilaksanakan. Malik Ibrahim di samping makamnya di Gresik,
tiap tanggal 12 Robiul Awal. Biasanya, prosesi
Selain khataman dan tahtiman, ada
khataman khusus menggunakan tahtiman bil
istilah muqoddaman. Caraya, pembacaan Al-
ghaib. Peserta khataman adalah para undangan
Qur’an dengan membagi menjadi beberapa
terbatas yang telah menghafalkan seluruh isi

198 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Al-Qur’an. program ODOJ (one day one juz), program
mengkhatamkan Al Quran tiga puluh juz
Di Pati dan Jepara, khataman dilaksanakan
selama sebulan. Setiap habis shalat, anggota
pada haul Syaikh Ahmad Al Mutamakkin, tokoh
ODOJ diminta membaca dua lembar Al-
ulama setempat, tiap tanggal 6 Muharram.
Quran. Dalam sehari, ia bisa membaca sepuluh
Acara haul berlangsung sampai tanggal 10,
halaman atau satu juz. Dalam tiga puluh hari,
namun seperti pada haul-haul lainnya, prosesi
ia sudah megkhatamkan tiga puluh juz.
khataman Al Quran menjadi prosesi pertama.
Kedua, program Nusantra Mengaji.
Khataman juga diselenggarakan pada
Gerakan ini mendorong setiap daerah
syukuran kelahiran anak. Di Jawa namanya
senusantara untuk mengkhatamkan Al-Quran
neptonan. Tetangga diundang. Khataman
serentak. Tercatat 2,4 juta orang terlibat dalam
berisi bacaan tujuh surat: Al Mulk, Ar Rohman,
gerakan ini.
Al Farah, Al Kahfi, Maryam, Yusuf, dan Al
Waqiah. Gerakan ini menggelar Safari Dakwah
untuk menggelorakan khataman. Kampus-
Di Pamekasan, Madura, tradisi Khataman
kampus termasuk menjadi destinasi gerakan
dilaksanakan pada hari kedua Rokat Tase’,
ini. Mereka membuat program khataman
pelarungan sesaji di laut pada bulan Muharam.
Al-Qur’an secara online. Dirilis pula aplikasi
Proses berlangsung selama tiga hari. Hari
Nusantara Mengaji dengan program khataman
pertama dilaksanakan pembacaan yasin dan
melalui ponsel cerdas. Ada Infaq Sejuta Quran
tahlil. Hari kedua khataman Al-Qur’an. Hari
dan beasiswa bagi para hafidz.
terakhir pelarungan sesaji ke tengah laut.
Pesantren-pesantren khusus penghafal
Al-Qur’an melaksanakan khataman Al Quran Khataman juga memasuki ranah
ketika shalat Tarawih. Dalam semalam bisnis. PT Buya Barokah menjual air minum
shalat tarawih, imam membaca satu juz al- dalam kemasan gelas yang sudah diberikan
Quran. Dalam tiga puluh hari, imam sudah khataman Al-Quran. Ide ini semula karena
menghatamkan Al Quran. Tradisi ini sudah banyaknya warga yang menyambangi seorang
lama berlangsung antara lain di pesantren Al Kiai untuk minta air yang sudah didoakan agar
Munawwir Krapayak Yogyakarta. berkah. Agar jamaah tetap bisa mendapatkan
air yangtelah didoakan itu, PT Buya Barokah
membuat bisnis ini. Nama produknya KH-Q
Inovasi Khataman (Khataman Quran). Produk ini lebih dikenal
Perkembangan terbaru, ada dua dengan air doa.
fenomena unik yang menggambarkan [Asrori S Karni]
inovasi menggerakkan khataman. Pertama,

Daftar Pustaka
Babcock, Tim G. 1989. Kampung Jawa Tondano: Religion and Cultural Identity. Gadjahmada University Press.
Daud, Alfani. Islam dan Masyarakat Banjar. 1997. Raja Grafindo. Banjar.
Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES.
Dinas Pariwisata Kabupaten Pamekasan. 1992. Tradisi Roka Rase’. Pamekasan: Dinas Pariwisata.
Fathurrahman, Aman. Pendalaman Ilmu Tafsir di PTAI Non Tafsir.
Muhaimin, Abdul. tuntunan Ziarah Wali Songo. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pratikno dkk. 1984. Upcara Kematian Daerah Jawa Tengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan KEbudayaan Ditektorat
Sejarah dan Nilai Tradisional
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Adat Istiadat Daerah
Propinsi Daerah Istimewa Aceh. 1977.
Saransi, Ahmad. 2003. Tradisi Masyarakat Islam di Sulawesi Selatan. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Tradisi
Masyarakat dan Lamacca Press.
Sigar, Edi. 2007. Buku Pintar Indonesia. Delapratasa.
Simuh. 2003. Islam dan Pergumuln Budaya Jawa. Bandung: Teraju.
Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol II No 2 Tahun 2005. IAIN Sunan Kalijaga. R Umi Basoroh. Pelembagaan Tradisi
Membaca Al Quran Masyarakat Mlangi.

Edisi Budaya | 199


Kiai

Sejarah dan Arti Kata semua hal ini digunakan untuk menunjukkan

D
sesuatu atau seseorang yang memiliki kualitas
alam Kamus Besar Bahasa Indonesia
di atas rata-rata. Seorang kiai, sebagaimana
istilah “Kiai” bermakna sebutan bagi
dikutip Ronald Alan Lukens-Bull (2004: 89),
alim ulama (cerdik pandai dalam agama
berkata bahwa secara etimologis, kiai berasal
Islam). Sedangakan awal mula atau sejarah
dari kata ‘iki wae’, yang bisa diartikan ‘orang
munculnya istilah ini konon bermula dari
yang dipilih’. Ini menunjukkan bahwa kiai
keampuhan benda-benda kuno yang dimiliki
adalah spesial karena mereka pilihan Allah
para penguasa di Tanah Jawa (raja, senopati
SWT. Akan tetapi, istilah ‘kiai’ bisa diterapkan
atau para punggawa kerajaan). Benda berupa
pula pada selain manusia. Beberapa pusaka
pusaka mengandung kekuatan gaib yang
keraton Jawa yang disebut pula kiai, termasuk
dipercaya masyarakat dapat menentramkan
keris (pisau panjang Jawa) dan kereta yang
dan memulihkan kekuasaan dan ketenteraman
dipakai keluarga-keluarga kerajaan. K.H. Kholil
suatu daerah atau negara. Benda itu dapat
Bisri (2004), menambahkan bahwa “kiai”
menambah kekuatan kesaktian pemakaiannya
adalah “sesuatu (atau segala sesuatu) yang
(Sukamto, 1999: 84-85).
istimewa. Bahkan besi dan sapi yang istimewa
Secara umum istilah “kiai” dipergunakan bisa bernama Kiai Pleret, Kiai Nogososro-
untuk ketiga jenis gelar yang saling berbeda: Sabukinten, Kiai Laburjagat, Kiai Slamet, dan
1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang- lain-lain”.
barang yang dianggap keramat; semisal, Namun pengertian Kiai yang paling
“Kiai Garuda Kencana” dipakai untuk luas dalam Indonesia modern adalah
sebutan Kereta Emas yang ada di Keraton pendiri dan pimpinan sebuah pesantren,
Yogyakarta. yang sebagai muslim “terpelajar” telah
2. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua membaktikan hidupnya “demi Allah” serta
pada umumnya. menyebarluaskan dan memperdalam ajaran-
ajaran dan pandangan Islam melalui kegiatan
3. Gelar yang diberikan oleh masyarakat pendidikan. Kadar semantik dari istilah Kiai
kepada seorang ahli agama Islam yang di sini mencakup secara mutlak komponen
memiliki atau menjadi pemimpin tradisional Jawa. Juga bila di sini berada dalam
pesantren dan mengajarkan kitab-kitab kesinambungan tradisional dan mencakup
Islam Klasik (Kitab Kuning) kepada arti sebagai sesepuh kerohanian masyarakat,
para santrinya. Selain gelar Kiai, ia juga yang dianggap memiliki sesuatu kesaktian.
sering disebut sebagai seorang alim Misalnya, ahli hikmah dan guru maupun
atau ulama yang menunjukkan sebuah pimpinan (politik) di daerah yang berwibawa,
keluasan pengetahuan agama Islam yang yang memiliki legitimasi wewenangnya
dimilikinya. (Zamakhsyari Dhofier, 1982: berdasarkan kepercayaan penduduk. Dengan
93) demikian, jelaslah bahwa predikat “Kiai”
Sementara istilah “kiai” dalam bahasa Jawa berhubungan dengan sesuatu gelar, yang
sering dipakai dalam banyak hal. “Kiai” adalah menekankan pemuliaan dan pengakuan, yang

200 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Wejangan KH. Mustofa Bisri kepada para santri di kediamannya Pesantren
Raudlatut Thalibin, Rembang.
Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017.

diberikan secara suka rela kepada ahli Islam Karenanya julukan yang diberikan kepadanya
pimpinan masyarakat setempat. (Ziemek, 131) adalah Kiai Teko atau Kendi. Para Kiai
penceramah ini diibaratkan sebuah teko berisi
Kiai adalah sebuah gelar kehormatan
air, yang senantiasa memberikannya kepada
yang disandang bagi seseorang yang memiliki
setiap orang yang memerlukannya, dengan
keluasan pemahaman dalam agama Islam.
cara menuangkan air ke dalam gelas. Ceramah
Di sisi lain, Kiai merupakan elemen penting
yang disampaikan Kiai ini sebagai siraman
bagi sebuah pondok-pondok pesantren di
keagamaan kepada masyarakat. Sedangkan
Indonesia. Sebab, kiai seringkali merupakan
julukan Kiai yang memiliki lembaga pondok
pendiri sebuah pesantren. Dimana sudah
pesantren adalah Kiai Sumur. Keberadaan Kiai
sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu
ini berdiam diri di rumah (pondok pesantren),
pesantren semata-mata bergantung pada
dan masyarakat akan datang ke pondok
kemampuan pribadi kiainya.
pesantren berniat menjadi santri untuk
Kiai dan pesantren adalah dua hal yang mendapatkan pengetahuan agama. Ibarat
hampir-hampir tidak bisa dipisahkan satu sama orang kehausan akan mengambil air dari
lainnya. Sebab, secara umum Kiai bukan hanya dalam sumur. Masyarakat yang memerlukan
orang yang memiliki keluasan pengetahuan pengetahuan agama harus datang sendiri di
agama. Melainkan juga orang yang sekaligus tempat kediaman Kiai. (Sukamto, 1999: 85-
memiliki lembaga pondok pesantren. Tetapi 86)
ada lagi sebutan Kiai yang ditujukan kepada
mereka yang memiliki pengetahuan luas
tentang agama, namun tidak memiliki lembaga Kompleksitas Istilah Kiai
pondok pesantren. Kiai yang terakhir ini
Istilah Kiai sebagian besar hanya berlaku
mengajarkan pengetahuan agama dengan cara
di sebagian daerah Jawa Barat (Cirebon,
berceramah dari desa ke desa, menyampaikan
Indramayu, Subang), Jawa Tengah, Yogyakarta,
fatwa agama kepada masyarakat luas.

Edisi Budaya | 201


dan Jawa Timur. Sedangkan untuk sejumlah kepada seorang ahli agama yang berusia masih
daerah lainnya, istilah lain yang semisal Kiai cukup muda. Sebagaimana sebutan ustadz bagi
dan lazim digunakan di daerah lainnya adalah santri-santri senior di pesantren yang diberi
ajengan, tuan guru, anregurutta, syekh, buya, tugas khusus oleh Kiai untuk memberikan
dan lain sebagainya. pengajian kepada santri junior. Sedangkan
istilah ulama yang merupakan bentuk plural
Lalu apa persyaratan seseorang untuk
dari alim (orang yang mengerti agama) adalah
menjadi seorang Kiai? Apakah untuk menjadi
istilah yang terbilang cukup umum.
seorang Kiai ada ukuran-ukuran tertentu?
Aboebakar Atjeh menyebutkan beberapa faktor Di sisi lain, istilah “kiai” memiliki
yang menyebabkan seseorang menjadi Kiai perbedaan yang mencolok dengan istilah
besar, seperti: Pengetahuannya, kesalehannya, ulama. Menurut Horikhosi, perbedaan Kiai
keturunannya dan Jumlah muridnya. dan ulama lebih pada fungsi sosialnya. Seorang
Sedangkan menurut Karel A Steenbrink, ulama lebih berperan dalam komunitas
dalam bukunya Pesantren, Madrasah, Sekolah, berskala kecil, seperti di pedesaan. Sedangkan
Pendidikan Islam dalam Kurun Modern, fungsi sosial Kiai lebih besar dari pada
mengemukakan kriteria lain, yaitu: Prinsip ulama. Sedangkan fungsi sosial Kiai lebih
keluarga, ortopraksi atau kesalihan seorang besar daripada ulama, karena ditopang oleh
Kiai, pengabdiannya pada masyarakat, kekuatan-kekuatan karismatik. (Horikhoshi,
prinsip interpretasi yang berwibawa 1976: 211)
(pengetahuannya), dan prinsip wahyu, atau
Dari segi konsepsional, kiai dan ulama
Kiai dalam posisinya sebagai perantara wahyu.
memiliki perbedaan yang cukup tajam. Sebutan
(Asep Saeful Muhtadi, 2004: 51)
Kiai lahir dari kesepakatan sosial yang sudah
Jadi, untuk menjadi seorang Kiai, terlebih lazim di sebuah komunitas masyarakat yang
dalam lingkungan masyarakat beragama, kemudian dalam perkembangan selanjutnya
unsur-unsur tersebut di atas harus ada dalam istilah tersebut dinisbatkan kepada orang yang
diri seseorang. Di mana modal sosial belum memiliki kapasitas pengetahuan keagamaan
dianggap cukup bila tidak didukung dengan yang luas. Berbeda dengan istilah ulama, yang
kemampuan keilmuan atau intelektualitasnya. lebih cenderung diambil dari surat al-Fathir
Hal ini menunjukkan bahwa faktor keturunan ayat 68 dimana disebutkan redaksi: Innama
hanyalah bagian dari persyaratan saja. yakhsya Allah min ibadihil ulama, yang kemudian
diperkuat oleh sabda Nabi Muhammad SAW;
Selain itu, secara umum Kiai dipandang
al-Ulama’ waratsatul ambiya’. (Sukamto, 1999:
sebagai sosok yang berakhlak mulia (al-akhlaq
87-88)
al-karimah), baik dalam ukuran teologis seperti
tersirat dalam kaidah-kaidah kewahyuan,
maupun dalam ukuran etika sosial, tempat
Kiai dan Perubahan Sosial
seorang Kiai itu tinggal. Ukuran akhlak ini
penting bagi seorang Kiai, sebab dalam banyak Para agamawan sejak dahulu sering
hal dia menjadi panutan yang senantiasa dinilai sebagai penghambat bagi kemajuan.
diikuti oleh masyaraka secara tunduk. Dan, Karena tidak ada kemajuan tanpa perubahan,
ukuran ini pula akan dengan sendirinya hilang maka mudah saja tudingan jari diteruskan
jika sewaktu-waktu seorang Kiai dipandang kepada mereka sebagai pihak yang menentang
telah me”Langgar” etika tersebut. (Asep Saeful perubahan. Tanpa harus menjadi apologetik,
Muhtadi, 53) kita dapat merasakan sikap itu dalam
ungkapan “harus ada kelompok dinamis yang
Di Indonesia sendiri, terdapat istilah-
akan memulai modernisasi, walaupun masih
istilah serupa Kiai yang disematkan oleh
ada keberatan dari mereka mempertahankan
masyarakat kepada seseorang yang memiliki
tradisi”. Modernisasi dihadapkan kepada
pengetahuan keagamaan seperti ulama dan
tradisi, perubahan dipertentangkan dengan
ustadz. Sebutan ustadz biasanya disematkan
“statusquo”, dinamika berhadapan pada

202 | Ensiklopedi Islam Nusantara


keadaan statis. (Abdurrahman Wahid, 1976) terhadap kekuasaan kolonial. (Manfred
Ziemek, 1986: 91)
Menurut Geertz, Kiai berperan sebagai
cultural broker atau makelar budaya yang
melakukan filter atau penyaringan atas arus
Kiai Kharismatik dan Regenerasi Kiai
informasi yang masuk ke dalam lingkungan
kaum santri, menularkan apa yang dianggap Kenyataan bahwa nama dan pengaruh
berguna dan membuang apa yang dianggap sebuah pesantren berkaitan erat dengan
merusak bagi mereka. Berbeda dengan Geertz, masing-masing Kiai, telah menunjukkan,
Horikoshi menyatakan bahwa Kiai berperan betapa kuatnya kecakapan dan pancaran
aktif dalam perubahan sosial. Ia bukan hanya kepribadian seorang pimpinan pesantren
melakukan penyaringan informasi, melainkan menentukan kedudukan dan tingkat suatu
menawarkan agenda perubahan yang pesantren. Bila pada saat pendirian sebuah
dianggapnya sesuai dengan kebutuhan nyata pesantren kepemimpinan dan kecakapan
masyarakat yang dipimpinnya. seorang Kiai menggerakkan massa merupakan
faktor menentukan, untuk mengajak
Dengan merujuk pada hasil penelitiannya,
penduduk sekitarnya bekerja dan turut serta
Horikoshi memperbaiki –bila tidak dikatakan
dalam pembiayaan, selanjutnya seorang Kiai
mengkritik- teori Geertz tentang peranan
sering dapat membangun peran strategisnya
Kiai sebagai makelar budaya. Bagi Geertz,
sebagai pimpinan masyakartak yang non
peran Kiai sebagai penyaring informasi itu
formal melalui suatu komunikasi yang intensif
akan macet manakala arus informasi yang
dengan penduduk. (Ziemek, 138)
masuk begitu deras dan tidak mungkin bisa
disaring lagi oleh sang Kiai. Dalam keadaan Kharisma Kiai didasarkan pada kekuatan
demikian, kiai akan kehilangan perananannya spiritual dan kemampuan memberi berkah
yang sekunder dan tidak kreatif, kiai akan bagi para santrinya. Bahkan kuburan Kiai juga
mengalami kesenjangan budaya (cultural lag) dipercaya dapat memberikan berkah. Sikap
dengan masyarakat sekitarnya. Sementara inilah yang membedakan secara tajam antara
bagi Horikoshi kiai berperan kreatif dalam kaum modernis dan fundamentalis yang
perubahan sosial. Hal ini bukan karena kiai menganggap bahwa setelah mati seseorang
mencoba meredam akibat perubahan yang tidak mungkin lagi ada komunikasi, dan
terjadi, melainkan justru karena sang kiai setiap usaha untuk berhubungan dengannya
mempelopori perubahan sosial dengan caranya adalah syirik. Di sisi lain, kaum tradisionalis
sendiri. Ia bukan melakukan penyaringan menganggapnya sebagai sebuah aspek integral
informasi, melainkan menawarkan agenda dari konsep wasilah, keperantaraan spiritual.
perubahan masyarakat yang dipimpinnya. Ia (Martin, 2015: 88-89)
bukan berperan karena menunda datangnya Pada titik ini, kepemimpinan seorang
perubahan melalui proses penyaringan Kiai seperti tak tergantikan. Di satu sisi ia
informasi, melainkan ia sepenunya berperan memimpin pesantrennya dengan mengabdikan
karena ia mengerti bahwa perubahan sosial dirinya untuk mengajar para santri, di sisi lain
adalah perkembangan yang tak terelakkan ia harus menjaga hubungan baiknya dengan
lagi. (Wahid, 1976: xvi-xvii) masyarakat sekitar. Sentralitas peran seorang
Dalam sejarah kemerdekaan Negara Kiai pun tidak bisa diwakili secara utuh oleh
Indonesia, Kiai memiliki peranan yang sangat santri senior yang ditunjuk sebagai lurah atau
penting dan tidak bisa diabaikan begitu saja. bahkan putranya sekalipun.
Menurut Ziemek, Kiai berperan sebagai Untuk menjadi seorang Kiai, seorang
kelompok perantara antara agama dan budaya calon harus berusaha keras melalui jenjang
selama perkembangan sejarah kolonial di yang bertahap. Pertama-tama, biasanya ia
Indonesia telah mendapat peranan tambahan merupakan anggota keluarga Kiai. Setelah
sebagai pimpinan perlawanan sosial budaya menyelesaikan pendidikan dan pelajarannya di

Edisi Budaya | 203


pesantren, kiai pembimbingnya yang terakhir mendirikan, memimpin atau mengambil alih
melatihnya mendirikan pesantrennya sendiri. suatu pesantren, pembinaan peran seorang
Seringkali kiai pembimbing turut secara Kiai muda dibantu oleh faktor-faktor berikut:
langsung dalam pendirian proyek pesantren
1. Berasal dari suatu keluarga Ulama/Kiai
baru, sebab kiai muda dianggap mempunyai
terpandang di lingkungannya, agar dapat
potensi untuk menjadi seorang alim yang baik
menggunakan kesetiaan kerabat dan
dan berfungsi sebagai penyaji santri senior.
masyarakat;
(Dhofier, 97)
2. Sosialisasi dan pendidikan dalam
Campur tangan kiai terhadap calon kiai
suatu pesantren terpandang, dengan
biasanya tidak hanya sekadar dalam persoalan
pengalaman dan latar belakang
pengetahuan, melainkan juga dalam urusan
pengetahuan untuk memimpin sebuah
jodoh serta diberikan pendidikan khusus di
pesantren telah ditanamkan;
pesantren untuk mengembangkan bakan
kepemimpinannya. Cara-cara inilah yang 3. Kesiapan pribadi yang tinggi untuk
dilakukan oleh KH Hasyim Asy’ari, pemimpin bertugas, yakni kemauan untuk
Pesantren Tebuireng, kepada murid-muridnya mengabdikan kehidupan pribadinya dei
yang antara lain adalah Kiai Abdul Karim tugasnya di pesantren;
(pendiri pondok pesantren Lirboyo), Kiai 4. Karena tergolong dalam suatu keluarga
Jazuli (Ploso Kediri) dan Kiai Zubair pendiri Kiai (mungkin dengan perkawinan)
Pesantren Reksosari Salatiga. (Dhofir, 98) biasanya sang Kiai muda termasuk elit
Pengaruh Kiai tergantung pada kualitas desa yang lebih mampu, kaya, dan dapat
pribadi, kemampuan, dan kedinamisannya, mengerahkan sebagian harta keluarga
sehingga puteranya yang tidak memenuhi untuk pembangunan pesantren;
persyaratan yang diperlukan tidak dapat 5. Sebagai pimpinan agama dan masyarakat
menggantikan kedudukannya. Meninggalnya ia harus mampu dengan daya
seorang kiai yang demikian biasanya menjadi meyakinkan dan potensi kharismatiknya
pertanda berakhirnya fenomena kharismatik, (menggerakkan anggota warga lingkungan
dan sedikitnya masyarakat akan merasa yang lebih miskin untuk bekerja
sangat kehilangan pemimpin pemersatu dan suka rela dalam swadaya masyarakat
sekaligus kehilangan kekuatan attau daya bagi (gotong-royong) untuk membangun dan
kelangsungan hidupnya. (Horikoshi, 2) membiayai pesantren;
Pada titik ini, kaderisasi Kiai sebagai 6. Mengumpulkan dana dan bantuan
pimpinan pondok pesantren adalah sesuatu (tanah wakaf) dari warga yang berpunya.
yang sangat penting. Tongkat estafet (Ziemek, 136-137)
kepemimpinan Kiai biasanya diteruskan oleh
[Saifuddin Jazuli]
putera, menantu, atau kerabatnya. Pada saat

Sumber Bacaan
Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Nahdlatul Ulama: Pergulatan Pemikiran Radikal dan Akomodatif, Jakarta: LP3ES,
2004
Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, 1986
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, Yogyakarta: Gading Publishing, 2015
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, Jakarta:
LP3ES, 2011
Sukamto, Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren, Jakarta: LP3ES, 1999
Hiroko Horikoshi, Kyai dan Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, 1985
Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Jakarta: Pustaka Jaya, 1981

204 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Kidung

Genealogi Kidung doa sebagai sarana permintaan kepada Tuhan.

K
(Widodo dkk., 2013: 36).
idung secara terminologis diartikan
sebagai karya sastra rakyat atau puisi Menurut Bambang Wiwoho, sebelum
dalam bahasa Jawa kuno, berupa cerita Islam hadir di tanah Jawa, kidung merupakan
romantikal dan cerita pelipur lara. Kidung susunan sastra yang ditembangkan oleh
umumnya berbentuk tembang yang dapat orang - orang khusus (sakti) sebagai perantara
dinyanyikan. Di antara kidung yang cukup permohonan kepada Sang Hyang Widi (Tuhan)
populer dikenal adalah Kidung Rumeksa Ing sehingga estetika nuansa kidung sangat
Wengi karya Sunan Kalijaga. Sebuah kidung identik dengan kesakralan dan mistis. Pada
berbahasa Jawa Tengahan dalam bentuk zaman Wali Songo, keberadaan Kidung tetap
tembang yang memiliki makna untuk menjaga di lestarikan, hanya saja nilai-nilai kidung
atau merawat sesuatu di malam hari. Kidung di selaraskan dengan ajaran Islam tanpa
Rumeksa Ing Wengi merupakan kidung mengurangi nilai kesakralan dan kemistisan
wingit (keramat), berisi mantra ataupun doa sebagai bagian dari keindahan warisan sastra
yang disusun sebagai doa perlindungan dan Jawa. Pada zaman Walisongo, kidung menjadi
penyembuhan. Selain kidung Rumeksa Ing media berdakwah para wali secara halus tanpa
Wengi dalam bahasa Jawa juga terdapat kidung menimbulkan gejolak sosial, menyusup dalam
berbahasa Bali atau yang dikenal dengan adat budaya masyarakat Jawa waktu itu dalam
kidung Bali. Kidung ini sering dinyanyikan menanamkan pemahaman keislaman, keesaan
pada upacara Panca Yadnya. Beberapa kidung serta kekuasaan Tuhan, para malaikat, para
Bali diantaranya Wargasari, Tantri, Nalat, nabi kepada masyarakat Jawa yang masih
Alis Ijo, Bramara Sangupati. Kidung-kidung kental dengan nilai-nilai adat budaya lama
tersebut digubah di Bali yang menceritakan termasuk agama Syiwa (Hindu – Budha).
zaman sesudah Majapahit. (Sijito, 2006: 36)
Munculnya kidung dalam sejarah Islam di
Selaras dengan Holt (1967: 67), kidung Jawa tidak terlepas dari sejarah Islamisasi di
merupakan karya sastra atau puisi Jawa tanah Jawa, karena kidung merupakan salah
Kuno yang diadaptasi pada peristiwa sejarah. satu media dakwah selain diyakini sebagai
Sedangkan menurut Wahyu Iryana, kidung doa mistis. Keberhasilan Islamisasi di Jawa
adalah karya sastra sejenis pupuh, guguritan juga berkat peran para mubaligh tangguh
yang memiliki makna mendalam dan biasanya yang terhimpun dalam suatu lembaga dakwah
ditembangkan pada malam hari oleh pujangga, yang dikenal Wali Songo. Islamisasi yang
maha guru, ataupun seorang ibu yang sedang terjadi secara damai dengan pendekatan yang
memberi wejangan atau nasehat kepada anaknya. akomodatif dan fleksibel dalam memahami
Dalam makna teologis, kidung merupakan kondisi sosio-kultural masyarakat Jawa
rangkaian kata dari perpaduan sastra dan doa sehingga para wali menciptakan kidung
sebagai sarana ritual yang disenandungkan sebagai alat dakwah dalam menyebarkan
dengan titi nada tertentu. Disebut sastra sebab Islam (Sijito, 2006: 32). Seperti halnya
berkaitan dengan tembang yang memiliki ciri Kidung Gunung Jati yang menjadi falsafah
khas keindahan dan keteraturan sedangkan hidup masyarakat Cirebon. Menurut Wahyu

Edisi Budaya | 205


Iryana, kidung tersebut kini diadopsi oleh dengan nama kidung rumeksa ing wengi
para seniman sebagai produk budaya. Kidung (perlindungan di malam hari). Kidung tersebut
diejawantahkan oleh para sinden dalam sebagai salah satu media dakwah Sunan Kalijaga
pertunjukan wayang, selametan kelahiran, yang dituangkan dalam doa-doa berbahasa
khitanan, dan pernikahan yang dilantunkan Jawa (mantra). Sunan Kalijaga juga menyusun
dengan gitar dan seruling. Berikut adalah berbagai macam doa dalam bahasa Jawa untuk
contoh kidung Gunung Jati sebagai pemaknaan berbagai kepentingan dan kegunaan masyarakat
jati diri kelahiran manusia kemuka bumi. pada zamannya. Doa dalam bahasa Jawa berupa
kidung atau mantra diyakini masyarakat saat
Bismillah/purwaning wiwit/liwang liwung
itu memiliki daya magis atau kekuatan gaib yang
randu kurung/ gunung sembung/ gunung
kuat bagi pengamalnya (Sidiq, 2008: 136)
jati gunung amparan/ ingkang sejatining/
sejajare lawang sanga/kang jageni tamengana Menurut Chodjim (2003: 16), uraian-
pasangan damar/ panggone lingging saking uraian dalam Kidung Rumeksa Ing Wengi Sunan
kursi gading gilang kencana. Kalijaga berkaitan dengan urusan-urusan
praktis dalam kehidupan sehari-hari. Kidung ini
Terjemahannya: Bismillah sebagai pembuka,
mempunyai 45 bait tembang yang bermetrum
belantara Gunung Sembung, Gunung Amparan
dandhanggula, tetapi yang sering dilantunkan
Jati, yang sejati sejajar pintu sembilan simbol para
oleh orang Jawa adalah bait pertama sampai bait
wali, sebagai cahaya penerang yang menduduki
kelima. Dalam Kidung-nya ini Sunan Kalijaga
singgasana kursi gading gilang kencana.
memaparkan bahwa setiap hari manusia tidak
bisa terlepas dari istirahat (tidur) khususnya
Dinamika Kidung: Perpaduan Sastra, dimalam hari, namun malam merupakan tempat
Doa, dan Dakwah berlindung yang baik bagi perbuatan jahat.
Kelemahan di waktu malam ini sangat penting
Sunan Kalijaga sebagai salah satu dari agar besoknya bisa melanjutkan kehidupan
sembilan wali (Walisongo) yang berdakwah di di bumi. Ia menawarkan tata cara berdoa
tanah Jawa menciptakan kidung yang terkenal keselamatan di malam hari karena keselamatan

Sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

206 | Ensiklopedi Islam Nusantara


merupakan bagian pokok dari misi agama. Agama oleh Sunan Kalijaga dengan sangat puitis
apa saja kurang memiliki makna bagi pemeluknya dan dianggap sakral oleh masyarakat Jawa
jika tidak ada keselamatan yang bisa ditawarkan (Sakdullah, 2014: 13)
kepada pemeluknya (Sakdullah, 2014: 5).
Kidung Rumeksa Ing Wengi ditulis oleh
Dimensi Teologis Kidung
Sunan Kalijaga untuk menjembatani hal-
hal yang bersifat supranatural. Sebab, pada Kidung sebagai karya sastra tidak hanya
tahun-tahun awal perkembangan Islam berdimensi seni tetapi juga berdimensi pada
di Jawa bersifat sangat mistis yang pada aspek teologi. Kidung rumeksa ing wengi
dasarnya merupakan kepercayaan pra-Islam ciptaan Sunan Kalijaga memiliki makna
yang masih sangat dipengaruhi oleh paham teologis yang mendalam sebagaimana yang
animisme dan dinamisme. Kenyataan yang tertulis dalam beberapa baitnya dibawah ini.
terjadi pada saat Sunan Kalijaga menyebarkan Ana kidung rumeksa ing wengi
Islam adalah serangan dari lawan-lawannya teguh hayu luputa ing lara
dengan menggunakan ilmu hitam (black luputa bilahi kabeh
magic). Untuk membentengi diri dan para jim setan datan purun
pengikutnya, Sunan Kalijaga menggubah paneluhan tan ana wani
kidung tersebut yang berisi berbagai macam miwah panggawe ala
mantra (doa) untuk menolak balak di malam gunaning wong luput
hari seperti teluh, tenung, santet, dan lain-lain geni atemahan tirta
(Sijito, 2006: 38) maling adoh tan ana ngarah mring mami
Kidung Rumeksa Ing Wengi merupakan guna duduk pan sirna
sarana dakwah dalam bentuk tembang yang Sekehing lara pan samya bali
populer dan menjadi “kidung wingit” karena sekeh ngama pan sami miruda
dipercaya membawa tuah seperti mantra welas asih pandulune
sakti. Dakwah yang dirangkai menjadi sebuah sekehing braja luput
tembang berisi sembilan bait dan seolah-olah kadi kapuk tibaning wesi
sampai saat ini kidung tersebut abadi. Orang- sekehing wisa tawa
orang pedesaan masih banyak yang hafal dan sato galak tutut
mengamalkan syair kidung ini. Sebagai sarana kayu aeng lemah sangar
dakwah kepada anak cucu, nasehat dalam songing landak guwaning mong lemah miring
bentuk tembang lebih langgeng dan awet myang pakiponing merak
dalam ingatan. Sepeninggal Sunan Kalijaga,
kidung ini menjadi milik rakyat, mereka Pagupakaning warak sakalir
dengan tulus membaca dan mengamalkannya nadyan arca myang segara asat
sebagai doa (Purwadi, 2003: 191-192). temahan rahayu kabeh
apan sariro ayu
Kidung Rumeksa Ing Wengi lebih dari
ingideran kang widadari
sebuah karya sastra yang berupa simbol
reneksa malaikat
verbal, namun juga menjadi media pendidikan
sekatahing rarasul
dan juga alat dakwah Sunan Kalijaga saat
pan dadi sarira tunggal
itu. Kidung tersebut memiliki kandungan
ati Adam utekku baginda Esis
isi filosofis dan bermakna sangat mendalam
pangucapku ya Musa
serta memuat unsur-unsur teologis Islam yang
mencakup beberapa aspek kehidupan manusia
Napasku Nabi Isa linuwih
dan masih relevan sampai sekarang. Adapun
Nabi Yakub pamyarsaningwang
unsur-unsur teologis yang terkandung dalam
Yusuf ing rupaku mangke
Kidung tersebut mencakup tentang Tuhan,
Nabi Daud swaraku
manusia, dan hubungan manusia dengan
Jeng Sulaiman kasekten mami
Tuhan. Semua unsur teologis tersebut dikemas

Edisi Budaya | 207


Nabi Ibrahim nyawa
Idris ing rambutku Lamun arsa tulus nandur pari
Baginda Ali kulitingwang puwasaa sawengi sadina
Abu Bakar getih daging Umar singgih iderana galengane
balung baginda Usman wacanen kidung iki
sekeh ngama sami abali
Sumsungingsun Fatimah linuwih yen sira lunga perang
Siti Aminah bajuning angga wateken ing sekul
Ayub ing ususku mangke antuka tigang pukulan
Nabi Nuh ing jejantung mungsuhira rep sarirep tan ana wani
Nabi Yunus ing otot mami rahayu ing payudan
netraku ya Muhammad
panduluku Rasul Sing sapa reke bisa nglakoni
pinayungan Adam syara’ amutiha lawan anawaa
sampun pepak sekatahing para Nabi patang puluh dina bae
dadya sarira tunggal lan tangi wektu subuh
lan den sabar sukuring ati
Wiji sawiji mulane dadi Insya Allah tinekan
apan pencar saisining jagad sukarsanireku
kasamadan dening date tumrap sanak rakyatira
kang maca kang angrungu saking sawabng ngelmu pangiket mami
kang anurat kang anyimpeni duk aneng Kalijaga
dadi ayuning badan Terjemahannya:
kinarya sesembur
Ada nyanyian yang menjaga di malam
yen winacakna ing toya
hari. Kukuh selamat terbebas dari penyakit.
kinarya dus rara tuwa gelis laki
Terbebas dari semua malapetaka. Jin setan
wong edan nuli waras
jahat pun tidak ada yang berani. Juga berbuat
Lamun ana wong kadendan kaki
jahat. Guna-guna pun tak ada yang berani.
wong kabanda wong kabotan uatang
Api dan juga air. Pencuri pun jauh tak ada
yogya wacanen den age
yang menuju padaku. Guna-guna sakti pun
nalika tengah dalu
lenyap. Semua penyakitpun bersama-sama
ping sawelas macanen singgih
kembali, Barbagai hama sama-sama habis,
luwar saking kabanda
Dipandang dengan kasih sayang, Semua
kang kadenda wurung
senjata lenyap, Seperti katuk jatuhnya besi,
aglis nuli sinahuran
Semua racun menjadi hambar, Binatang buas
mring Hyang Sukma kang utang punika
jinak, Kayu ajaib dan tanah angker, Lubang
singgih
landak rumah manusia tanah miring, Dan

208 | Ensiklopedi Islam Nusantara


tempat merak berkipu. Tempat tinggal semua teologis tentang Tuhan, manusia, dan relasinya
badak, Walaupun arca dan lautan kering, Pada dengan Tuhan. Persoalan teologis tersebut
akhirnya semua selamat, Semuanya sejahtera, dimaksudkan untuk memberikan pedoman bagi
Dikelilingi bidadari, Dijaga oleh Malaikat, masyarakat Jawa dalam menghadapi datangnya
Semua rasul menyatu menjadi berbadan beragam tantangan zaman. Pertama, Tuhan.
tunggal, Hati Adam, otakku Baginda Sis, Iman kepada Allah menjadikan landasan yang
Bibirku Musa Napasku Nabi Isa as, Nabi Yakub kuat bagi kehidupan setiap Muslim untuk
mataku, Yusuf wajahku, Nabi Daud suaraku, mengarungi bahtera kehidupan yang penuh
Nabi Sulaiman kasaktianku, Nabi Ibrahim dengan gelombang sehingga mereka tidak
nyawaku, Idris di rambutku, Baginda Ali bimbang, tidak ragu-ragu menghadapi setiap
kulitku, Abu Bakar darah, daging Umar, balung persoalan. Pikirannya cerah, hatinya terang
baginda Usman. Sumsumku Fatimah yang dan tentram, mempunyai pendirian yang kuat
mulia, Siti Aminah kekuatan badanku, Ayub serta mempunyai sikap optimis dalam hidup
dalam ususku, Nabi Nuh di jejantung, Nabi sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran: “Yaitu
Yunusdi ototku, Mataku Nabi Muhammad, orang-orang yang beriman dan hati mereka
Wajahku Rasul, Dipayungi oleh syariat Adam, menjadi tentram dengan mengingat Allah.
Sudah meliputi seluruh para Nabi, Menjadi Ingatlah Allah hanya dengan mengingat Allah
satu dalam tubuhku. Kejadian dari biji-biji hati menjadi tentram.” (QS.al-Ra’d [13]:28).
yang satu, kemudian berpencar keseluruh
Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa.
dunia, terimbas oleh Dzat-Nya, yang membaca
Segala sesuatu mengenai Tuhan disebut ke-
dan yang mendengarkan, yang menyalin dan
Tuhan-an. Iman kepada Allah merupakan
yang menyimpannya, menjadi keselamatan
dasar-dasar keselamatan manusia menurut
badan, sebagai sarna pengusir, jika dibacakan
al-Quran. Tanpa keimanan ini perbuatan
dalam air, dipakai mandi perawan tua cepat
manusia menjadi sia-sia. Demikian pula
bersuami. Orang gila cepat sembuh. Jika
dinyatakan bahwa kekufuran menghapus
ada orang didenda cucuku. Atau orang yang
amal, sebagaimana syirik, ketiadaan iman,
terbelenggu keberatan hutang. Maka bacalah
pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah dan
dengan segera. Di malam hari. Bacalah dengan
kehidupan yang berdasarkan kepentingan
sungguh-sungguh sebelas kali. Maka tidak
duniawi semata. Sedemikian sentralnya posisi
akan jadi didenda. Segera terbayarkan oleh
teologis dalam Islam, sehingga dengan hal
Tuhan. Karena Tuhanlah yang menjadikannya
tersebut diukur segala perbuatan manusia,
berhutang. Yang sakit segera sembuh.
baik dan buruknya. Allah pun memberikan
Jika ingin bagus menanam padi. sarana kepada manusia untuk sampai kepada-
Berpuasalah sehari semalam. Kelilingi Nya (Sakdullah, 2014: 5).
pematangnya. Bacalah nyanyian itu. Semua
Dari kata-kata ‘ana Kidung rumeksa
hama kembali. Jika engkau pergi berperang.
ing wengi’ (ada nyanyian yang menjaga di
Bacakan kedalam nasi. Makanlah tiga suapan.
malam hari), Sunan Kalijaga ingin mengajak
Musuhmu tersihir tidak ada yang berani.
umat Islam saat itu untuk membaca dan
Selamat di medan perang. Siapa saja yang dapat
mengamalkan sungguh-sungguh Kidung-nya
melakukan puasa mutih dan minum air putih
ini demi keselamatan di malam hari. Sebab
selama 40 hari. Dan bangun waktu subuh.
dengan cara inilah niscaya mereka akan
Bersabar dan bersyukur di hati. Insya Allah
selamat dari berbagai macam kejahatan yang
tercapai semua cita-citamu. Dan semua sanak
berasal dari jin, setan, dan manusia yang
keluargamu. Dari daya kekuatan seperti yang
menggunakan ilmu hitam. Sunan Kalijaga
mengikatku ketika di Kalijaga (Wiryapanitra,
menekankan pentingnya berjaga-jaga dari
1979:12)
kejahatan di malam hari yang merupakan
pemahaman Sunan Kalijaga atas surah al-
Falaq dan an-Nas, yang masing-masing
Menurut Sakdullah (2014: 5), dalam
berbunyi sebagai berikut: Katakanlah: “Aku
Kidung Rumeksa Ing Wengi terdapat unsur-unsur

Edisi Budaya | 209


berlindung kepada Tuhan yang menguasai dapat dijadikan pedoman tekad sehingga
subuh; dari kejahatan makhluk-Nya; dan dari pada siang harinya dapat mawas dan sadar
kejahatan malam apabila telah gelap gulita; diri. Bila tujuannya tadi dapat tercapai dengan
dan dari kejahatan wanita-wanita tukang Sang Sabda Kun maka tentu juga memiliki
sihir yang menghembus pada buhul-buhul; daya kekuasaan seperti yang dijelaskan dalam
dan kejahatan orang yang dengki apabila ia Kidung Rumeksa Ing Wengi (Sakdullah, 2014:
dengki” (QS. al-Falaq [113]: 1-5). Katakanlah: 8-9).
“Aku berlindung kepada Tuhan manusia; Raja
Kedua, tentang manusia. Sunan Kalijaga
manusia; Sembahan manusia; dari kejahatan
pun mengajarkan jati diri manusia kepada
(bisikan) setan yang biasa bersembunyi; Yang
masyarakat. Seperti juga pada do’a ajaran
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada
tentang falsafah kehidupan yang dituangkan
manusia; dari jin dan manusia” (QS. an-Nas
dalam Kidung Rumeksa Ing Wengi. Ajaran
[114]: 1-6). Pada ayat ke-3 surat al-Falaq
Kidung Rumeksa Ing Wengi Sunan Kalijaga,
disebutkan “dan dari kejahatan malam apabila
lebih difokuskan kehidupan nyata menjadi
telah gelap gulita”, yang mengisyaratkan bahwa
manusia yang waspada. Sunan Kalijaga
biasanya malam memang menakutkan, karena
mengajak untuk memahami perjalanan hidup
sering kali kejahatan dirancang dan terjadi
dan posisi seseorang dalam menghadapi
dicelah kegelapannya, baik dari para pencuri,
hidup agar bisa menerima tugas atau kodrat
perampok, pembunuh, maupun binatang
yang telah disetujui dengan suka rela dalam
buas, berbisa, atau serangga. Tentu, malam
mengemban tugas dengan hati yang lapang
tidak selalu melahirkan kejahatan. Sebaliknya,
(Sakdullah, 2014: 10).
bahkan dalam al-Quran (QS. al-Muzzammil
[73]: 6) memuji malam sebagai saat yang Sunan Kalijaga dalam Kidung Rumeksa Ing
terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah Wengi juga memberikan warisan pengetahuan
(Sakdullah, 2014: 9). berharga yang terangkum dalam syair dibawah
ini:
Dengan demikian, peringatan Sunan
Kalijaga agar berhati-hati di malam hari itu Songing landak guwaning wong lemah
ada dua hal yang disampaikannya. Pertama, miring,
pada saat itu memang kejahatan sering terjadi Myang pakiponing merak
pada malam hari. Kedua, ia sesungguhnya Liang landak jadilah gua untuk orang
tengah menafsirkan firman Allah dalam surat berlaku jahat
al-Falaq dan an-Nas tersebut secara implisit. Dan tempat merak bermandi pasir.
Hal ini didasarkan pada bentuk-bentuk
kejahatan yang dikemukakannya sangat Penggalan bait diatas merupakan makna
berkaitan dengan bentuk-bentuk kejahatan kiasan yang ada dalam kidung Rumeksa
dalam kedua surat tersebut. Karena itu, Ing Wengi. Songing landak guwaning wong
tempat untuk berlindung yang sejati adalah lemah miring, myang pakiponing merak.
kepada Allah, yang menguasai alam semesta Wiryapanitra (1979) menjelaskan bahwa
dan seluruh makhluk di dunia ini. Haruslah makna filosofi sebenarnya adalah asal-usul
dipahami sebagai kiasan, adapun filosofis kejadian manusia. Sebagai perantaranya adalah
yang sesungguhnya itu adalah Sang Sabda laki-laki dan perempuan (bapak dan ibu).
Kun (Sang Guru Sejati atau Tuhan Yang Maha Adapun keterangan dari bapak ibu terlebur
Esa). Dialah yang menjaga malam artinya Sang dalam perpaduan kama (persetubuhan dalam
Guru Sejati tersebut akan membawa segala bentuk mani/sperma, madi/ovum, wadi/rasa
kepastian (takdir) manusia dan yang memiliki malu pada laki-laki dan maningkem/rasa malu
daya kuasa yang demikian besar itu. Maka sama pada perempuan). Di situlah Sang Maha Suci
dengan orang yang sudah menguasai ilmu, bila menciptakan makhluk (Sakdullah, 2014: 11).
waktu malam selalu berdoa menunggu ilham Ketiga, Hubungan Manusia dengan
apa yang harus dilakukannya setiap harinya Tuhan. Dalam Kidung Rumeksa Ing Wengi ini
menunjukkan tentang teologis yang ketiga

210 | Ensiklopedi Islam Nusantara


yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, yang tersimpan di dalam rusuk. Tidak ada
haltersebut tercermin pada potongan bait ke satupun musibah, penderitaan, ancaman
delapan yang berbunyi sebagai berikut: dan kesengsaraan duniawi yang mampu
menggeser kedua kakinya, sehingga ia bersedia
Lan den sabar sukur ing Ati Widhi
mengendorkan tali kesadaran yang mengikat
Insya Allah tinekanan
keteguhan dirinya itu. Kekuatan sabar,
Sakarsanireku
tawakkal, dan istiqamah seperti ini merupakan
Seperti dijelaskan diatas yakni setiap kekuatan yang jauh di atas kekuasaan
perbuatan ditampakkan dengan sikap sabar, manusia sehingga para Rasul ataupun para
syukur dan pasrah kepada Tuhan sehingga Nabi mampu menghadapi kesulitan dan
apabila ini dilakukan dengan sungguh- kejahatan tanpa mempergunakan kekuatan
sungguh apa yang dicita-citakan dapat fisik ketika menaklukkannya. Kejahatan atau
dikabulkan oleh Tuhan. Secara implisit kidung kesulitan dapat muncul di malam hari baik
ini mengajak untuk menguatkan tauhid yang berasal dari kejahatan manusia, binatang
seseorang kepada Tuhan mengingat sangat dan sebagainya. Sehingga dengan menyakini
tidak mungkin seseorang syukur serta pasrah bahwa kekuatan Allah yang mampu membelah
kepada sesuatu yang tidak ia percayai. Kualitas kegelapan malam dengan terangnya pagi maka
keyakinan penuh terhadap Tuhan dengan akan lahir keyakinan bahwa Allah juga mampu
mengharap ampunan dan kemuliaan dari- menyingkirkan kejahatan dan kesulitan baik
Nya bisa meningkatkan jiwa orang beriman kapanpun dan dimanapun akan muncul
kepada Tuhan itu sampai pada tingkat sabar, pertolongan untuk menyingkirkan kesulitan
teguh dan tawakkal kepada-Nya, dimana (Sakdullah, 2014: 12).
keteguhan hati bisa diibaratkan sebagai batu
[Arik Dwijayanto & Dawam Multazam]

Sumber Bacaan:
Chodjim, Achmad. 2000. Mistik dan Ma’rifat Sunan Kalijaga, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Holt, Claire. 1967. Art in Indonesia: Continuities and Change. Ithaca: Cornel UP.
Iryana, Wahyu. 2015. Kidung Sunan Gunung Jati, Makalah tidak publikasikan.
Purwadi, 2004. Dakwah Sunan Kalijaga: Penyebaran Agama Islam di Jawa Berbasis Kultural, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sakdullah, M. 2014. “Kidung Rumeksa Ing Wengi Karya Sunan Kalijaga Dalam Kajian Teologis,” Jurnal Teologia,
Volume 25, Nomor 2, Juli-Desember.
Sidiq, Achmad. 2008. “Kidung Rumeksa Ing Wengi: Studi Tentang Naskah Klasik Bemuansa Islam.” Jurnal Analisa
Volume XV, No.01, Januari – April.
Sijito, Riyanto. 2006. “Kidung Rumeksa Ing Wengi Karya Sunan Kalijaga Dalam Kajian Teologis.” Skripsi Fakultas
Ushuluddin IAIN Walisongo.
Tanoyo, R. 1975. Kidungan Ingkang Djangkep. Solo: Sadu Budi.
Widodo, Wahyu dkk. 2013. “Mantra Kidung Jawa: Perangkat Linguistik dan Kemanjuran.” Jurnal Transling Volume 1
Nomor 1, UNS.
Wiryapanitra, R. 1979. “Serat Kidungan Kawedhar,” Jakarta: Depdikbud.

Edisi Budaya | 211


Kupatan

K
upatan” atau “Lebaran Kupat” Nusantara. Di Jawa makanan ini dikenal
adalah salah satu tradisi Islam khas dengan nama kupat. Bahan dasar ketupat
Nusantara yang dilakukan pada hari adalah beras yang kemudian dimasukkan ke
ke-8 bulan Syawwal. Tradisi ini masih lestari dalam pembungkus berbentuk segi empat
dan dilakukan turun temurun khususnya di yang terbuat dari anyaman daun kelapa (janur)
kalangan masyarakat Jawa. yang masih muda. Setelah terbungkus rapat,
ketupat kemudian dikukus hingga matang.
Masyarakat Jawa memiliki dua kali
Makanan ini jamak dijumpai saat perayaan
tradisi lebaran, yaitu “lebaran idul fitri” yang
lebaran Idul Fitri (1 Syawwal) dan lebaran
dirayakan pada tanggal 1 Syawwal, dan lebaran
ketupat (8 Syawwal).
yang kedua adalah “lebaran ketupat” yang
terjadi pada tanggal 8 Syawwal, yaitu setelah Di luar masyarakat Jawa, “ketupat” dikenal
puasa sunnah Syawwal selama enam hari. Hari dengan nama yang berbeda-beda. Di Sunda,
raya ketupat atau lebaran ketupat ini dikenal misalnya, makanan ini dikenal dengan nama
juga dengan istilah “kupatan”. “kupat”, atau “tupat” (Betawi), “tipat” (Bali),
“katupat” (Banjar), “patupat” (Kapampangan),
Umumnya, masyarakat Jawa merayakan
“katupa” (Makassar), “katupek” (Minang),
hari raya “kupatan” ini dengan membuat
ketupat dan berdoa bersama di mushola,
masjid, atau lapangan terbuka. Setelah ritual
berdoa bersama selesai, mereka pun makan
ketupat bersama dengan aneka macam lauk
pauknya, seperti gulai, opor, rendang, dan
aneka masakan lainnya. Setelah acara makan-
makan bersama selesai, sebagian dari mereka
ada yang berziarah ke makam keluarga yang
sudah meninggal, atau saling kunjung dan
bersilaturahim antar sanak famili dan kerabat
yang masih hidup. Ada juga yang memeriahkan
hari raya ketupat ini dengan menggelar
karnaval dan festival rakyat. Di beberapa
wilayah pesisir utara laut Jawa, sebagian
masyarakat memeriahkan hari raya ini dengan
festival laut.
Suasana kehangatan, kebersamaan,
silaturahim, saling memaafkan, saling berbagi,
dan gotong royong terasa demikian sangat
kuat terpancar dalam ritual tradisi “kupatan”
ini. Suasana halaman Masjid Al-Yahya di lingkungan
Dukuhan RT 01 RW 03 Kelurahan Mlangsen Blora.
“Ketupat” adalah jenis kudapan khas Sumber: http://www.infoblora.com/

212 | Ensiklopedi Islam Nusantara


“ketopak” (Madura), “atupato” (Gorontalo),
“topat” (Lombok), dan lain-lain.
Sebagaimana tradisi “kupatan” atau
“lebaran kupat” di masyarakat Jawa, tradisi
ini pun dikenal di pelbagai wilayah Nusantara
lainnya dengan nama yang berbeda-beda, dan
jenis ritual dan festival yang juga berbeda-
beda.
Ketupat bukan hanya sekedar makanan
belaka. Lebih dari itu, ketupat juga memiliki
nilai filosofi yang sarat makna. Tradisi ketupat
erat kaitannya dengan sejarah awal penyebaran
agama Islam di Jawa yang dilakukan oleh Wali
Sanga, khususnya Sunan Kali Jaga.
Dalam proses islamisasi masyarakat Kupat dan Menu lauknya.
Jawa, para Wali Sanga dikenal dengan Sumber; http://mtsmaarifkarangan.blogspot.co.id/

metode dakwahnya yang sarat akan filosofi


makna, kearifan lokal, dan simbol-simbol
kebijaksanaan. Termasuk hal ini adalah usaha berhubungan dengan hak-hak Allah (habl min
Sunan Kali Jaga, salah satu anggota dewan Allâh) dan juga hak-hak manusia (habl min
Wali Sanga, untuk menjadikan “ketupat” dan al-nâs). Karena itulah, keberadaan “kupat”
“lebaran” sebagai salah satu sarana dakwah jamak dijumpai saat hari raya lebaran yang
Islam. merupakan hari raya kembali pensucian diri
dan momen saling memaaf-maafkan antar
Orientalis H.J. de Graaf dalam “The
sesama. Ketupat seolah-olah manifestasi dari
Malay Annals” menyatakan bahwa ketupat
ungkapan doa yang lazim dipanjatkan saat hari
merupakan simbol perayaan hari raya Islam
raya idul fitri, yaitu “kullu ‘âm wa nahnu ilâ Allâh
pada masa Wali Sanga, tepatnya masa
wa al-hasanât aqrab. Taqabbalallâhu minnâ wa
pemerintahan Kesultanan Demak yang
minkum” (semoga setiap tahun kita semakin
berpusat di Jawa dan dipimpin Raden Patah
dekat dengan Allah dan kebaikan-kebaikan.
awal abad ke-16 M.
Semoga Allah [memaafkan kita semua dan]
Dalam bahasa Jawa, “kupat” berasal menerima amal kita).
dari asal kata “papat” atau empat, dan juga
“Kupat” juga merupakan kependekan
bentuknya yang “persegi empat”. Hal ini
dari “laku papat” atau “empat tindakan”
adalah simbol yang hendak mengarahkan
yang merupakan etape stasiun spiritual”
kepada esensi rukun ajaran agama Islam yang
(al-maqâmât al-rûhiyyah al-arba’ah), yaitu
keempat, yaitu puasa bulan Ramadhan.
(1) lebaran, (2) luberan, (3) leburan, dan (4)
Kupat dalam bahasa Jawa juga konon laburan.
merupakan kependekan dari kalimat “ngaku
Tindakan pertama adalah “lebaran”, yang
lepat” yang berarti “mengakui kesalahan”.
berasal dari kata lebar (usai atau selesai). Di
Karena itu, saling berbagi dan memberi kupat
sini, lebaran menandakan sudah usai dan
di hari raya lebaran idul fitri dan lebaran
berakhirnya waktu menjalankan ibadah puasa
ketupat adalah symbol atas pengakuan
selama sebulan penuh di bulan Ramadhan.
kesalahan dan kekurangan diri masing-masing
terhadap Allah, terhadap keluarga, handai Tindakan kedua adalah “luberan”, yang
taulan, dan juga terhadap sesama. berasal dari kata luber (meluap atau melimpah).
Dalam hal ini luberan diartikan sebagai ajakan
“Ketupat” adalah simbolisasi makna
untuk saling berbagi limpahan rezeki dengan
permohonan ampun dan maaf yang
berzakat dan bersedekah untuk kaum miskin

Edisi Budaya | 213


dan mereka yang berhak menerimanya. Shirât-alladzîn-a an’amta ‘alaihim ghair-il
maghdhûbi ‘alaihim wa lâdh-dhâllîn”.
Tindakan ketiga adalah “leburan”,
yang berasal dari kata lebur (melebur atau Sebagian sumber menyatakan jika lebaran
menghilangkan). Artinya mengakui kesalahan, ketupat pertama kali diperkenalkan oleh
memohon maaf dan memberi maaf. Manusia Sunan Kalijaga dan Raden Patah saat masa
dituntut untuk saling memaafkan antar satu pemerintahan Kesultanan Demak. Saat itu,
sama lain. Dengan demikian, dosa-dosa dan beliau memperkenalkan dua lebaran kepada
kesalahan pun menjadi lebur. masyarakat Jawa, yaitu lebaran (bada) idul fitri
dan lebaran kupat.
Adapun tindakan yang keempat adalah
“laburan”, yang berasal dari kata labur, atau Lebaran Idul Fitri dilaksanakan pada
kapur untuk memutihkan dinding rumah tanggal 1 Syawwal setelah umat Muslim
dan menjernihkan air. Dalam hal ini, leburan melaksanakan ibadah puasa selama satu
memaksudkan agar manusia selalu menjaga bulan penuh di bulan Ramadhan. Lebaran Idul
kesucian lahir dan batinnya. Fitri dimaknai dengan prosesi pelaksanaan
shalat id hingga tradisi saling kunjung dan
Dibungkusnya ketupat dengan daun
memaafkan sesama muslim. Setelah itu, beliau
kelapa muda yang dianyam juga memiliki nilai
menganjurkan masyarakat Muslim Jawa
filosofi tersendiri. Dalam bahasa Jawa, daun
generasi awal untuk kembali berpuasa sunnah
kelapa muda pembungkus ketupat dikenal
selama 6 hari, yaitu sejak 2 Syawwal hingga
juga dengan nama “janur”.
7 Syawwal. Selepas menjalani puasa Sunnah
Kata “janur” berasal dari bahasa Arab, selama enam hari itulah, dirayakan kembali
yaitu “jâ’a nûr”, yang atinya “telah datang “lebaran syawwal” atau “lebaran kupat”.
seberkas cahaya terang”. Filosofi makna yang
Tradisi “lebaran kupat” ini pada gilirannya
tersimpan di balik “janur” sebagai bungkus
menyebar ke pelbagai pelosok Nusantara
“kupat” adalah bahwa manusia senantiasa
beriringan dengan menyebarnya agama
mengharapkan datangnya cahaya petunjuk
Islam di wilayah itu. Maka tidaklah heran
dari Allah yang memberikan petunjuk dan
jika tradisi “lebaran ketupat” ini pun akan
membimbing mereka pada jalan kebenaran
banyak dijumpai di wilayah-wilayah lain di
yang diridhai oleh-Nya, bukan pada jalan yang
luar masyarakat Muslim Jawa, tentu dengan
tidak disukai oleh-Nya.
istilah yang berbeda-beda dan dengan berbagai
“Janur” seakan-akan sebuah simbolisasi macam variasi ritual perayaan yang berbeda-
atas harapan yang dipanjatkan umat Islam dan beda pula.
manifestasi atas do’a yang termaktub dalam
[A Ginanjar Sya’ban]
surat al-Fâtihah; “ihdinâ-s shirâth-al mustaqîm.

214 | Ensiklopedi Islam Nusantara


L
Ladunni
Lampu Cangkok/Colok,
Langgar
Lebaran
Ladunni

O
rang Islam Nusantara sudah lama yang artinya “hampir denganku, dekatku, di
mengenal istilah Ladunni; atau yang sisiku”; (3) akronim dari kata lada tsanaiyah
biasa dilafalkan orang Jawa dengan (tarkib majzi) atau hayyarah yang berarti
Iladuni (menggabungkan kata ilmu dan mengherankan atau mengagumkan.
ladunni). Kemampuan Iladuni di Jawa erat
Sedangkan secara terminology ladunni
kaitannya dengan kemampuan meramalkan
merupakan istilah ahli tasawuf untuk
kejadian yang akan datang dan belum
menyebut ilmu intuitif tanpa proses belajar.
diketahui oleh orang biasa yang disebut “tiyang
Dalam kitab Al-Lujjain al-Daniy fi Dzikr Nubdat
petang iladuni palakiyah”. Orang yang memiliki
min Manaqib al-Quthb al-Rabbani Syekh Abd
kemampuan Iladuni termasuk 3 (tiga)
al-Qadir al-Jailani, misalnya, ada kalimat;
kelompok orang suci yang sangat dihormati
wa afadh ‘alahim min buhur al-mawahib al-
dan dijunjung tinggi di Jawa.
laduniyyat (semoga Allah SWT memberikan
Hal ini seperti terdeskripsikan dalam kepada mereka samudra berupa ilmu berian
Babad Tanah Jawi yang menuturkan nasehat berupa ilmu ladunni --yang aman dari keraguan
Senopati kepada Pangeran Banowo di Keraton dan kekeliruan yang berbeda dari ilmu yang
Pajang, yakni; (a) kalau memerlukan nasehat diperoleh melalui penggunaan nalar (nazhar)
mengenai tata tertib negara, maka harus dan akal pikiran; peny.). Ilmu Ladunni disebut
minta petunjuk kepada para Pandhita (Yen dika pula ilmu kasyf dan dzauq serta ilm al-mawhub
pakewedan mranata Negara atakena dhateng merupakan ilmu para nabi dan para wali. Ilmu
pandhita); (b) kalau ingin tahu mengenai ini “lawan” dari ilmu muktasab yakni ilmu yang
ramalan waktu yang akan dating, maka harus diperoleh melalui proses pembelajaran.
minta nasehat kepada ahli ilmu ladunni (Yen
Menurut Ibn ‘Arabi setiap ilmu yang
dika ajeng sumerep ingkang dereng kelampahan,
diperoleh manusia sebetulnya bisa muncul
atakena dhateng “tiyang petang iladuni
spontan dari dalam jiwanya yang kemudian
palakiyah”); dan (c) kalau ingin mendapat
muncul sedikit demi sedikit dan sebelumnya
kekuatan gaib atau kesaktian, maka dapat
masih bersifat global. Kemunculannya tak lain
dicari pada orang-orang yang bertapa (yen dika
hanyalah pengingatan kembali ilmu fitri yang
ajeng sumerep ing kesakten, atakena dhateng
diberikan Allah SWT sewaktu pengambilan
tiyang ahli tapa).
janji. Boleh jadi manusia melupakannya,
Secara etimologi, Ladunni berasal dari padahal ilmu itu tetap berada di kedalam
akar kata; (1) Laduna-yaldunu-lad nah yang jiwanya dan tidak terhapus selama ia masih
tersambung dengan ya’ nisbat yang berarti mau mengetahuinya (Al-Futuhat al-Makkiyah:
“sesuatu yang terbilang lembut”; (2) ladun- II, 686; Mawaqi’ al-Nujum wa Mathali’ Ahl al-
ladan-ludun (dzaraf) yang berakhiran nun Asrar wa ‘Ulum; 45).
wiqayat dan ya’ nisbat --seperti dalam bait Al-
Pandangan serupa juga dikemukakan
Fiyah ibn Malik; “wa fi ladunni laduni qalla wafi”
Al-Ghazali yang menyatakan: seluruh ilmu

Edisi Budaya | 217


sebenarnya telah tersimpan dalam instink sufi) adalah kewajiban, karena orang yang
manusia secara alami sehingga ilmu itu menempuh suluk sebelum mantap ilmunya ia
bukanlah sesuatu yang baru dating dari luar. mudah terkena was-was dan kekeliruan (Ihya
Ia telah tersimpan dalam jiwa semenjak di Ulum al-Din; I, 301).
alam malakut dan baru muncul kemudian. Hal
Sementara datangnya ilmu ladunni
ini sama dengan air yang ada di dalam bumi,
kepada seseorang, di antara para Sufi terdapat
minyak goring di dalam kelapa, dan air mawar
perbedaan pendekatan. Menurut Ibn Arabi
di dalam bunga mawar (Ihya Ulum al-Din; 147-
dan para pengikutnya, bahwa ilmu ladunni
148).
tidak bisa diraih dengan usaha yang dilakukan
Kemasyhuran ilmu ladunni di kalangan oleh manusia, karena ia merupakan pemberian
ahli tasawwuf diduga didasarkan pada Ilahi yang diberikan kepada hamba yang
perkataan Abu Yazid al-Busthami yang dikehendaki-Nya.
mengkritik para ahli hadits; “Mereka (para
Ibn Arabi menuturkan pengalaman
ahli hadits) mengambil ilmu mati dari orang
pribadinya sebagai berikut: Sesungguhnya,
mati, sedangkan kita mengambil ilmu hidup
dirinya tidak pernah berpikir sama sekali
dari Yang Maha Hidup dan tidak akan mati (al-
meminta kepada al-Haqq untuk mengetahui
Muhyi). Ungkapan ini lalu diikuti oleh tokoh-
salah satu ciptaan (kawn) atau suatu peristiwa
tokoh sufi lainnya, seperti Al-Syibli yang
(haditsah). Tetapi yang dilakukannya adalah
dalam gubahan syairnya menyebutkan: “Ketika
merelakan diri dan menyerahkan segala
mereka menuntutku dengan ilmu tulis, tampak
urusan jiwanya kepada-Nya, sampai Allah
dari mereka ilmu yang janggal”.
SWT memperlakukannya dalam perlakuan
Ibn Arabi juga memiliki pandangan yang disenanginya. Ia tidak ingin diberikan
sendiri tentang ilmu intuitif ini di tengah maqam tertentu oleh Allah yang lebih tinggi
arus besar perkembangan ilmu eksoterik dan dari manusia lainnya, kerena ia memandang
para tokohnya. Menurutnya, mereka adalah bahwa hal itu terjadi sebagai efek dari ibadah
ulama lahiriah yang terhalang pandangannya yang betul-betul murni.
dalam melihat ilmu yang sahih karena mereka
Selain itu pemilik ilmu ladunni hakekatnya
mengambil ilmunya dari kitab-kitab dan lidah
ialah orang yang bukan mencarinya melainkan
para tokoh. Mereka, menurut Ibn Arabi, adalah
datang sendiri kepadanya secara tiba-tiba
ahli ilmu kertas (Mawaqif Ibn ‘Arabi min Ahl al-
sebab ilmu ini tidak mempunyai hakekat yang
Zhahir wa al-Falasifah, 54-55). Demikian juga
dapat ditelusuri kembali (mustanad). Manusia
pernah dinisbatkan bahwa sebagian dari kaum
yang mengalaminya tidak mengetahui dari
sufi telah membuang kitab-kitabnya ke lautan
mana datangnya. Ilmu ini sangat lembut
atau menguburnya dengan keyakinan bahwa
sehingga yang mengetahuinya hanyalah jiwa-
cara ini dapat menggapai wushul (sampai
jiwa dan lubuk hati kaum arif. Ilmu ladunni,
kepada hakekat al-Haqq), sedangkan bersibuk
masih menurut Ibn Arabi, merupakan imbalan
diri dengan kitab-kitab setelah wushul adalah
bagi tindakannya mengikuti jejak Rasulullah
suatu kesalahan (Al-Shufiyyat wa al-‘Aql, 233).
SAW dalam semua ucapan dan perilakunya;
Sekalipun demikian, bukan berarti ulama dan bahwa kaum arif pemilik ilmu ini juga
sufi menolak eksistensi akal dan ilmu muktasab senantiasa menapaki jejak para Nabi terdahulu
karena para ulama sufi juga menjadi pakar (Al-Munqid min al-Dhalal, 137; Al-Khayal fi al-
di bidang ilmu-ilmu al-Qur’an, tafsir, hadits, Mazhab Muhyiddin ibn Arabi: 94-97).
dan fiqh. Al-Ghazali juga mengomentari
Adapun menurut Al-Ghazali dan para
kalangan sufi yang mengatakan bahwa ilmu
pengikutnya, ilmu ladunni merupakan ilmu
itu hijab (penghalang) sebagai kalangan yang
berian (al-mawhub) yang datang setelah
dungu karena kedunguan adalah hijab itu
seseorang sampai pada titik wushul dan
sendiri. Ilmu adalah asal agama dan terjaga
wishal serta ittishal. Wushul ialah titik dimana
dari penyelewengan. Karena itu, mencari
manusia berhasil menyingkap keindahan
ilmu sebelum menuju pada suluk (praktik

218 | Ensiklopedi Islam Nusantara


al-Haqq yang menjadikannya larut dengan dengan musyahadah. Baik cara “laku” maupun
keindahannya itu. Jika ia memandang dengan “lakon” apabila dilakukan terus-menerus akan
mata batinnya maka tidak ada yang terlihat membuahkan manusia berilmu ladunni.
kecuali Allah. Jika ia memandang menuruti
Pemahaman tentang ilmu ladunni, baik
kemauannya maka kemauan itu hanya tertuju
dalam perspektif Ibn Arabi maupun Al-Ghazali,
kepada-Nya.
juga berkembang di Nusantara selaras dengan
Di sinilah manusia mengalami musyahadah penyebaran Islam sufistik sejak awal mulanya.
dengan al-Haqq, sehingga fisiknya bergerak Hamzah Fansuri, misalnya, memperoleh ilmu
hanya untuk ibadah dan batinnya terbasuh ladunni dengan cara yang ditunjukkan Ibn
menyucikan hatinya. Al-Ghazali menyebut Arabi. Dalam penggalan syair Asrar al-‘Arifin
tahapan penyucian ini sebagai permulaan dinyatakan: “Hamzah fansuri sekalipun dhaif ”,
(bidayah) sedangkan pamungkas (nihayah)-nya “Hakekatnya hamper pada Dzat al-Syarif ”.
diri manusia menyesuaikan kemutlakan Allah “Sungguhpun habab (biuh, peny.) rupanya
dan hanya terfokus kepada-Nya. Demikianlah khathif (kasar)”, Washilnya daim dengan Bahr
yang dimaksud washul, menurut Al-Ghazali, al-Lathif ”. Sedangkan cara memperoleh ilmu
sedangkan wishal adalah melihat (ru’yat) dan ladunni yang diajarkan Al-Ghazali seperti
menyaksikan (musyahadah) dengan sanubari tampak dari kemahiran yang diperoleh Syekh
(sir al-qalb) di dunia dan dengan mata kepala Mahfudz al-Tarmasi serta ulama Nusantara
(ain al-ra’s) di akhirat, serta Wishal bukanlah lainnya yang berhasil menorehkan banyak
berarti dzat manusia manunggal dengan kitab, konon, berkat diberi ilmu oleh Allah (ilm
Dzat-Nya. Seseorang yang sudah sampai titik al-mawhub).
wushul dan wishal berarti ia sudah ittishal yaitu
Di dunia pesantren, ilmu ladunni juga
sudah terbuka hatinya dan sudah bisa melihat
sering dihubungkan dengan Nabi Khidhir
macam-macam rahasia (Rawdhat al-Thalibin,
(khadhir, Khidhr, Khadhr) –disebut demikian
37-39).
karena beliau dijumpai duduk di atas gundukan
Secara garis besar perbedaan antara tanah putih yang memancarkan warna
dua ulama Sufi garda depan itu tentang hijau (khadhra’) dari arah punggung beliau.
perolehan ilmu ladunni ialah: menurut Ibn Nama aslinya Abu al-Abbas Balya b. Mulkan.
Arabi, bahwa ilmu ladunni merupakan milik Seseorang yang dapat berjumpa langsung
ahl al-Haqq yakni orang-orang yang sampai ke dengan Nabi Khidir akan mendapatkan ilmu
maqam persahabatan (maqam al-khullah) yang makrifat atau ilmu ladunni.
memungkinkannya mengambil ilmu secara
Pengalaman ini, diantaranya, terjadi pada
langsung dari Allah atau dari sumber yang
Sunan Kalijaga. Seperti dikisahkan dalam Serat
menjadi tempat pengambilan malaikat untuk
Dewa Ruci, bahwa syekh Malaya atau Sunan
diwahyukan kepada Rasulullah SAW. Ilmu
Kalijaga semula bermaksud menunaikan
Ladunni tidak dapat diraih oleh orang-orang
ibadah haji dengan berlayar mengarungi
yang masih mengikuti mazhab dan thariqah,
samudra. Akan tetapi di tengah perjalanan ia
melainkan mereka yang sudah mencapai
terdampar di satu tempat dan bertemu dengan
Wahdat al-Wujud. Sedangkan menurut Al-
Nabi Khidir. Di hadapan Nabi Khidir, tubuh
Ghazali, ilmu ladunni milik orang-orang yang
Sunan Kalijaga menyusut menjadi kecil dan
telah sampai maqam ittishal dan muwashalah,
masuk ke dalam diri Nabi Khidir lewat telinga
dimana ada kalanya dengan “laku” (thariq al-
kirinya. Sesudah Sunan Kalijaga berhasil
af ’al) yaitu dengan menampakkan (tajalli)
keluar dari dalam diri Nabi Khidir, ia mampu
perbuatan dan amal ibadahnya sesuai yang
menguasai ajaran-ajaran inti agama Islam dari
dikehendaki Allah. Adakalanya dengan
mulai syariat, hakikat, dan makrifat.
“lakon” (thariq al-shifat) yaitu membangun
diri selalu rindu dengan Allah yang Maha Ilmu Ladunni juga dipercai dapat
Agung dan Maha Indah atau meningkatnya diperoleh orang-orang yang berhasil mimpi
menjadi diri yang kosong (fana) lalu diisi bertemu dengan Rasulullah SAW. Diceritakan

Edisi Budaya | 219


oleh Syekh Nawawi al-Bantani dalam Syarh Marzuqi bertanya; “Wahai Rasulullah! Apakah
Nur al-Dzalam, bahwa Syekh Marzuqi al-Makki nazam itu?” Rasulullah lalu membacakan
pemilik nazam ‘Aqidat al-‘Awwam pada malam nazam yang bunyinya; “Abdau bismillahi war
Jum’at di bulan Rajab tahun 1258 H. bertemui rahmani..” Syekh Marzuqi pun tiba-tiba dapat
dengan Rasulullah SAW. Kemudia Nabi SAW menguntai bait demi bait nazam ‘Aqidat al-
berketa kepadanya; “Bacalah nazam yang siapa ‘Awwam dalam mimpinya dengan disimak
saja menghafalnya akan masuk surga dan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat beliau.
akan mendapatkan tujuan yang setara dengan Wallahu A’lam.
keagungan al-Qur’an dan Hadits!” Syekh
[Ishom Saha]

Sumber Bacaan
Al-Bantani, Muhammad Nawawi, Syarh Nur al-Dhalam, Surabaya: Dar al-‘Ilm
Al-Ghazali, Rawdhat al-Thalibin wa ‘Umdat al-Salikin, Beirut; Dar al-Fikr
Al-Syarqawi, Al-Shufiyyah wa al-‘Aql: Dirasat Tahliliyyat Muqaranat li al-Ghazali wa Ibn Rusyd wa Ibn al-‘Arabi, Beirut: dar
al-Jalal
Al-Tarmizdi, al-Hakim, Ma’rifat al-Asrar, Dar al-Nahdhah al-‘Arabiyyah, 1977
Hilal, Ibrahim, Al-Tashawwuf al-Islam bain al-Din wa al-Falsafah, Kairo: Dar al-Nahdhah al-‘Arabiyyah, 1979
Mastuki dan M. Ishom el-Saha, Intelektualisme Pesantren, Jakarta Diva Pustaka, 2003
Steenbrink, Karel A., Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat: Kajian Kritis Mengenai Agama di Indonesia, Yogyakarta: IAIN
Sunan Kalijaga Press, 1988

220 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Lampu Cangkok/Colok,
Damar Malam, Malam Likuran

S
alah satu tradisi keagamaan (Islam) yang meramaikan malam ganjil di bulan Ramadan.
unik-distingtif dan masih cukup bertahan
Di Cirebon misalnya, selepas maghrib
di tengah gempuran arus modernisasi
anak-anak kecil usia 7 tahun hingga belasan
adalah tradisi malam likuran di bulan Ramadan.
keluar rumah sambil menyalakan “damar
Tradisi malam likuran yang dimaksud di
malam” yang diletakkan di sudut-sudut rumah
sini adalah sebuah tradisi masyarakat Islam
sambil menyanyikan yel-yel: damar malam
Indonesia dalam meramaikan bulan Ramadan
selikure (damar malam tanggal dua puluh satu
dengan cara menyalakan damar malam, lampu
Ramadan) damar malam “telulikure” (damar
cangkok/colok, tepatnya di malam ganjil di
malam tanggal dua puluh tiga), dan seterusnya.
sepertiga terakhir di bulan Ramadan.
Kegiatan menyalakan damar malam
Tidak diketahui secara persis kapan dan
ini menjadi simbol bahwa puasa yang telah
siapa yang memulai tradisi malam likuran ini
dijalani sudah beranjak ke setelah hari ke-
di Nusantara. Namun, uraian Hamka (1982)
20. Tradisi tersebut akan terus berlangsung
mengenai penyalaan api di malam likuran
hingga selesainya bulan puasa, namun hanya
adalah simbol petunjuk hidayah Islam yang
dilakukan pada setiap malam tanggal ganjil
diajarkan oleh Syekh ‘Ainul Yaqin atau yang
saja: malam tanggal 21, 23, 25, 27, dan malam
lebih dikenal dengan Sunan Giri. Pelita-pelita
tanggal 29. Syahdan, tradisi yang turun
itu pada mulanya dipasang di Masjid Giri.
temurun itu sudah ada sejak Islam masuk
Terlepas dari belum ditemukannya data- Cirebon. Setelah dinyalakan biasanya damar
data sejarah terkait dengan awal mula tradisi malam tersebut akan diletakkan pada sudut
likuran, yang pasti jika dilihat dari segi pelaku rumah atau sudut halaman rumah.
yang merayakan tradisi ini adalah bagian dari
“Damar malam” adalah sejenis lentera
tradisi masyarakat Islam. Di sisi lain, tradisi ini
yang terbuat dari bilahan bambu yang sudah
dilakukan di sepertiga terakhir bulan Ramadan
dilekati dengan ter atau lilin batik. “Damar
yang tujuannya adalah untuk menyemarakkan
malam” harus dinyalakan dengan hati-hati.
malam-malam ganjil di mana dalam literatur-
Bila gegabah, bahan malam yang terbakar akan
literatur Islam disebutkan bahwa di malam
menetes dan bisa melukai kulit tangan. Tradisi
tersebut malam yang kemuliaannya melebihi
menyalakan damar malam ini dilakukan
seribu malam (lailatul qadar) turun ke muka
sesudah berbuka puasa atau sesaat setelah
bumi.
Maghrib tiba. Damar malam itu akan padam
Ragam Ekspresi Malam Likuran dengan sendirinya saat memasuki waktu salat
tarawih, atau selepas Isya.
Sebagai ekspresi keberislaman masyarakat
Islam Nusantara, perayaan “malam likuran” Seorang bocah di Desa Tuk Cirebon sedang
di satu daerah di Nusantara berbeda dengan menyalakan damar malam
daerah lainnya. Kendati pun secara ekspresi
Sedangkan di Wonogiri, sebagaimana
perayaan berbeda-beda, pada hakikatnya
dalam Sartono (2000:4), disebutkan bahwa
tujuan perayaan “malam likuran” di beberapa
tradisi perayaan di malam likuran di sana
daerah di Nusantara tidak berbeda; yakni

Edisi Budaya | 221


dilakukan dengan menaruh malam Lailatul Qadar”,
sebuah ting (lampu kecil) mungkin itu yang ada di
yang berbentuk rupa-rupa, benak mereka. Sedangkan, di
seperti ikan, kapal, dan lain masjid-masjid yang dikelola
sebagainya. Banyak suara keturunan Arab, diadakan
gaduh yang disebabkan bunyi buka puasa bersama yang
petasan yang disulut, dan diteruskan dengan shalat
pada malam itu diadakan Tarawih. Acara ini sudah
selametan. Pada salah satu berlangsung sejak masa
“maleman” dipasang meja di kolonial. Namun, acaranya
muka Krobongan dan ditaruh tidak pernah berubah hingga
sesajen bagi para leluhur, kini. Seperti, malam 23
antara lain macam-macam Ramadhan di Masjid Empang
masakan, juadah, wajik, Bogor, dua hari kemudian
jenang, dan lain sebagainya. di Masjid Kwitang, Jakarta
Baru maleman terakhir Pusat. Kemudian, berturut-
makanan itu diambil (dilorod) untuk dimakan turut di Masjid Al-Hawi,Condet, Jakarta
oleh keluarga. Timur, Masjid Luar Batang, Jakarta Utara, dan
terakhir pada malam 27 Ramadhan di Masjid
Sementara Nur Syam dalam penelitiannya
Zawiyah, Pekojan, Jakarta Barat.
di kawasan Pesisir Tuban mengatakan bahwa
tradisi “malam likuran” dikenal dengan tradisi Tidak setiap daerah melakukan ekspresi
colokan, yaitu kebiasaan membuat colok yang perayaan “maleman” di tanggal ganjil di
terbuat dari kain yang ditalikan di kayu-kayu sepertiga terakhir bulan Ramadan. Di daerah
kecil yang dicelupkan ke minyak tanah dan Tanda Hulu Daik Lingga Riau, menurut hasil
ketika waktu magrib tiba dibakar di sudut- penelitian Fina Yuriani (2016: 6), tradisi
sudut rumah. Sayangnya tradisi ini di beberapa di Daik Lingga, malam likuran secara rutin
daerah sudah hilang dan diganti selamatan dilakukan oleh masyarakat hanya setahun
biasa di rumah-rumah. (Nur Syam, 2005: 182) sekali dalam bulan Ramadhan yaitu tepatnya
pada tanggal 27 Ramadhan. Malam 27
“Tradisi colokan” juga rutin dilakukan
Ramadhan dianggap masyarakat Daik Lingga
di desa Sambongrejo Bojonegoro. Di desa
sebagai malam yang suci, masyarakat Daik
tersebut tradisi likuran dengan cara membuat
memasang pelita di sekeliling rumah mereka,
lampu colok ini disebut dengan tradisi colokan
pelita tersebut dipasang di tiap tiap jendela
malam 9. Konon, tradisi ini merupakan bagian
yang menggelilingi rumah, dipasang berderet
dari memperingati orang atau keluarga yang
mengikuti panjang jalan, serta dipasang ditiap
telah meninggal. Di samping itu tradisi colokan
tiap gerbang yang dibuat menyerupai masjid.
adalah tradisi pungkasan atau mengakhiri
Masyarakat mempercayai bahwa malam “Tujuh
bulan puasa dengan menyalakan obor kecil di
Likur” ini malam turunnya Lailatul Qadar. Jadi
setiap sudut rumah.
setiap rumah harus terang benderang, supaya
Tidak berbeda secara jauh dengan tradisi Lailatul Qadar bisa masuk ke dalam rumah jika
malam likuran di daerah lain seperti Cirebon, rumah kita terang. Kegiatan malam tujuh likur
Bojonegoro, maupun Wonogiri, tradisi malam dilaksanakan dengan memasang pelita atau
likuran di Bogor dan Jakarta juga diekspresikan lebih dikenal dengan “lampu colok.”
dengan menerangi halaman-halaman rumah
“Pelita (lampu colok)” adalah salah satu
dengan lilin dan lampu minyak. Abah Alwi
alat penerangan yang dipakai nenek moyang
(2010) menuturkan bahwa para warga,
dahulu pada saat listrik belum dikenal, lampu
khususnya yang sudah tua, begadang semalam
ini menggunakan bahan bakar minyak tanah
suntuk sambil membaca kitab suci Alquran
yang dibuat sedemikan rupa.sedangkan tradisi
dan berzikir. “Insya Allah kita akan mendapati
yang biasa dilakukan oleh pemuda - pemuda

222 | Ensiklopedi Islam Nusantara


setempat ialah membuat beberapa pintu gerbang Aspek Filosofis dan Sosial Malam Likuran
sebagai kerangka untuk menyusun lampu-
Tradisi “malem likuran” yang dilakukan
lampu tersebut. Susunan tersebut membentuk
oleh hampir seluruh umat Islam di daerah-
berbagai macam formasi seperti memanjang,
daerah di Indonesia dengan beragam ekspresi
melingkar dan membentuk pola masjid yang
dan tata cara pelaksanaannya menunjukkan
dibuat dalam bentuk gerbang. Pemasangan
kesamaan di satu titik, yakni dengan
“lampu colok” biasanya dimulai pada 21 hari
menyalakan alat-alat penerang baik damar
bulan ramadhan yang disebut malam Satu Likur
malam, lampu colok, maupun lampu pelita
hingga pada malam 27 Ramadhan atau sering
di malam Ramadan, menunjukkan ekspresi
disebut dengan “Tujuh Likur.”
keberislaman yang cukup tinggi masyarakat
Malam “Tujuh Likur” di Daik dimeriahkan muslim Indonesia.
dan dirayakan dengan bermacam-macam
Penyalaan alat penerang ini sebagaimana
kegiatan seperti membuat makanan lalu
dikatakan oleh Hamka merupakan simbol
diantarkan di mesjid untuk dibacakan doa.
petunjuk Islam yang didakwahkan oleh Sunan
Setelah itu mereka beramai-ramai datang
Giri. Pelita mengandung makna melambangkan
bersilaturahmi dari gerbang ke gerbang
jiwa yang terang kembali. Karena umat
yang lain. Selain membuat makanan untuk
Islam telah menjalankan ibadah puasa dan
diantarkan di Mesjid, warga juga membuat
meminta ampunan dosa. Di sisi lain, lampu
makanan untuk diletakkan di masing-masing
atau damar yang dinyalakan di malam-malam
gerbang. Karena disetiap gerbang juga ada
ganjil merupakan pertanda bahwa umat Islam
acara doa selamat digerbang tersebut pada
Indonesia bersiap untuk melakukan ibadah di
malam Tujuh Likur. (Fina Yuriani: 2016, 6)
malam hari agar memperoleh malam lailatul
Selain lampu pelita, perayaan malem qadar.
likuran pada tanggal 27 Ramadan di Daik juga
Selain memiliki nilai filosofis dalam
dirayakan dengan membuat gerbang yang
perayaan malem likuran, tradisi ini juga
dibangun khusus pada Bulan Suci Ramadhan
mengandung nilai-nilai sosial. Di beberapa
saja. Kegiatan dan antusiasme yang tinggi
daerah, seperti Lombok tradisi malem likuran
telah nampak demi menyemarakkan malam
selain dilakukan dengan menyalakan lampu-
turunnya Lailatul Qadar dengan cara membuat
lampu pelita, masyarakat secara bergiliran
gerbang-gerbang indah yang nantinya bakal
menghidangkan makanan untuk para kyai
dihiasi dengan lampu-lampu pelita yang indah
yang melaksanakan shalat tarawih di masjid
yang dikolaborasikan dengan ayat-ayat suci
kuno. Adapun pada malam ke-22, 24, 26, dan
Al-Quran. Pembuatan gerbang tersebut, telah
28 dirayakan dengan makan bersama oleh para
di lahirkan sejak dahulu kala sejak zaman
kyai. Perayaan ini disebut sedekah maleman
sultan Lingga katanya, dan sampai saat ini
likuran (Harfin Zuhdi, 2014)
pintu gerbang yang lebih akrab dikenal dengan
gerbang Ramadhan telah menjadi ikon dalam [M Idris Mas’udi]

menyambut bulan suci Ramadhan.

Sumber Bacaan
Fina Yuriani, Tradisi Malam Tujuh Likur: 27 Ramadhan Di Kampung Tanda Hulu Daik Lingga, Tanjung Pinang: Universitas
Maritim Raja Ali Haji, Skripsi, 2016
Hamka, Dari Perbendaharaan Lama, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982
Muhammad Harfin Zuhdi, Islam Wetu Telu di Bayan Lombok: Dialektika antara Islam Normatif dan Kultural , Istinbath
Jurnal Hukum Islam, Vol.13, No. 2, 2014
Nur Syam, Islam Pesisir, Yogyakarta: LKiS, 2005
Sartono Kartodirdjo, Beberapa Pengaruh Islam terhadap Budaya Jawa, Makalah dalam Seminar Pengaruh Islam terhadap
Budaya Jawa, 2010
http://kedungdawa.desa.id/berita-jelang-akhir-ramadan-cirebon-gelar-malam-selikuran.html
http://www.suarabojonegoro.com/2014/07/tradisi-colok-malam-9-dibulan-ramadhan.html
http://www.republika.co.id/berita/ramadhan/ibrah/13/07/29/mqokdl-meramaikan-malammalam-likuran
http://kabarlingga.com/gerbang-lampu-tujuh-likur-mulai-bermunculan-menjelang-ramadhan/

Edisi Budaya | 223


Langgar
(Tajug/Surau/Mushalla)

L
anggar merupakan bangunan untuk digunakan oleh orang-orang Jawa. Di Sunda
tempat peribadatan kelompok sebutannya Tajug; di Banten disebut Bale;
masyarakat Muslim di sebuah dusun di Minang dikenal dengan Surau; di Sulawesi
atau kampung. Biasanya tempat peribadatan disebut langgara, di Aceh disebut Dayah.
sekelas langgar tidak dipergunakan untuk Masyarakat Gayo menyebutnya dengan Joyah
shalat Jum’at karena 2 (dua) faktor. Pertama, yang sifat dan tujuannya serupa dengan
faktor keyakinan agama. Dalam fiqh ditentukan apa yang di Aceh disebut Deah atau Dayah,
untuk mendirikan shalat Jumat harus terdiri yakni bangunan tambahan dari Meunasah,
laki-laki dewasa paling sedikit 40 orang yang khusus digunakan untuk ibadah atau di
yang semuanya merupakan penduduk asli mana sebagian pengajaran agama diadakan
(mustawthin). Selain itu dalam fiqh Syafi’iyyah oleh imam atau penggantinya. Belakangan di
juga tidak diperbolehkan mengadakan kota-kota, masyarakat menyebutnya dengan
ta’addud al-jumu’ah (memperbanyak kelompok Mushalla atau tempat mengerjakan shalat.
jum’atan) dalam satu desa terkecuali karena
Dari sekian penyebutan tempat
desa itu dibelah sungai besar atau jalan besar.
peribadatan umat Islam di luar mesjid,
Kedua, faktor tekanan politik. Di masa “Langgar” dan “Tajug” seringkali dikonotasikan
penjajahan Belanda sejak tahun 1903 negatif berdasarkan asal katanya. “Langgar”
dikeluarkan perintah agar Bupati mendata dalam bahasa Jawa berarti bertubrukan
jumlah tempat peribadatan yang digunakan atau bersalah-salahan. Begitupula “Tajuk”
untuk melaksanakan shalat jum’at. Bahkan dalam bahasa Sunda berarti melawan atau
pada tahun 1931, Bupati diperintahkan membangkang. Dipersepsikan bahwa warga
untuk mengawasi tempat peribadatan yang masyarakat yang menetap di sekitar “Langgar”
digunakan shalat jum’at. Akibatnya pada saat atau “Tajuk” tergolong pembangkang atau
terjadi pertumbuhan penduduk dan diperlukan menyalahi keyakinan dan tradisi leluhur.
tempat peribadatan baru maka hanya Dalam hal ini disebut “Langgar” sebab orang-
dibolehkan pendirian tempat peribadatan orang Islam di Jawa pada mulanya dianggap
selain mesjid. Masyarakat di sebuah dusun bertentangan dengan keyakinan dan praktik
atau kampung yang sedang berkembang juga keagamaan Hindu-Budha. Hal yang sama
tidak kekurangan akal. Mereka mengadakan juga terjadi pada peristilahan “Tajug” dalam
pungutan derma untuk merintis didirikannya masyarakat Sunda, sebab orang-orang Belanda
tempat peribadatan yang dimulai dari bentuk menganggap masyarakat di sekitar “Tajug”
Langgar dan lama kelamaan dirubah menjadi sebagai pembangkang dan suka melawan.
mesjid seiring perkembangan jaman. Jadi,
Namun demikian ada pula pandangan
antara mesjid dengan bangunan sejenis
lain, terutama seputar ““Langgar”” dan
Langgar dalam sejarahnya tidak dapat
“Tajug,” bahwa pada dasarnya keduanya
dipisahkan satu dengan lainnya.
merupakan bangunan panggung berlantai
Sebutan “Langgar” pada umumnya kayu yang atapnya berbentuk limas, yang

224 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Langgar Tinggi Pekojan Jakarta
Sumber: http://www.panoramio.com/photo/76923079

dibedakan dengan model bangunan rumah dipersunting Dalem Waturenggong. Sekalipun


tinggal di sekitarnya. Berdasarkan struktur pada akhirnya “Pura Langgar” ini tetap
bangunan, Langgar dan Tajug dipahami sebagai dimanfaatkan sebagai tempat sembahyang
“pertanda” karena memiliki ciri khusus. umat Hindu.
“Langgar” di sini dari kata “Leger” Ada pula tradisi lisan di daerah Banyumas
yang berarti “balok penyangga lantai” sebab yang menyebutkan asal usul penggunaan
umumnya langgar berbentuk bangunan istilah “Langgar” dalam kaitannya dengan seni
panggung yang lantainya ditopang dengan tari “Langgaran” yang konon diciptakan oleh
kayu balok. Asal usul Langgar dari kata “leger” Sunan Kalijaga. Tarian atraktif “tubrukan”
juga diperkuat dengan sejarah “Pelinggih yang menggambarkan treartikal peperangan
Langgar” atau tempat duduk yang disangga ini konon pertamakalinya dimainkan sesudah
balok penyangga lantai, yang sekarang dikenal para penari turun dari Langgar menuju
“Pura langgar” di Desa Bunutin, Kabupaten pelataran Langgar. Dengan kata lain penamaan
Bangli, Bali. tari “Langgaran” dikaitkan dengan lokasi awal
dimainkannya pertunjukan tari, yakni Langgar.
“Pura Langgar”” ini juga menjadi symbol
“Turun dari Langgar” berarti “Langgar” itu
harmonisasi antara Hindu dengan Islam.
bangunan tinggi yang pada jaman dulu identik
Untuk menghormati keturanan Jawa di Bali,
dengan bangunan panggung.
dibangun “Pura Langgar” setelah terjadi
konflik antara Dalem Waturenggong di “Langgar” pada masa dulu sengaja dibuat
Gelgel Bali dengan Kerajaan Blambangan, dalam konstruksi panggung berfungsi untuk
akibat penolakan Raja Blambangan untuk menjaga kesucian, baik dari manusia maupun
memberikan putrinya, Ayi Ayu Mas yang binatang. Hal ini sebagai suatu kearifan, sebab

Edisi Budaya | 225


jika dipagar berarti tertutup untuk orang Di antara bangunan “Tajug” bersejarah
yang ingin memasukinya. Sementara dengan ialah Tajug Pejlagrahan yang dibangun
konstruksi panggung, masih memungkinkan Cakrabuana pada 1540 M dan terletak di Jl.
orang-orang maupun binatang berdiam di Mayor Sastraatmaja, Kampung Grubukan,
lorong/di bawah lantai “Langgar”, dengan Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
kondisi tetap terpelihara kesucian lantai Pangeran Cakrabuwana atau Mbah Kuwu
langgar. . Cirebon, Uwa dari Sunan Gunung Jati
membangun “Tajug” tersebut di pinggir laut
“Langgar” yang dianggap bernilai
untuk para nelayan dan masyarakat yang
sejarah dan sampai sekarang masih berdiri
memanfaatkannya sebagai tempat ibadah dan
kokoh, diantaranya ialah; (a) Di Kauman,
pengajian. Namun lama kelamaan kawasan
Yogyakarta terdapat langgar bersejarah yang
sekitarnya mengalami pendakalan sehingga
menjadi saksi bisu berdirinya organisasi Islam
Tajug Pejlagrahan kini berada di dataran. Tajug
Muhammadiyah, yang kini dikenal sebagai
Pejlagrahan terlebih dahulu berdiri, tepatnya
Langgar KH. Ahmad Dahlan Kauman. (b)
100 tahun sebelum dibangunnya Mesjid Sang
Langgar Tinggi di Pekojan Jakarta Barat. (c)
Cipta Rasa Cirebon.
Langgar Dalem Kudus yang dulunya menjadi
kediaman Sunan Kudus sekaligus sebagai Secara garis besar, Langgar/ Langgara/
tempat mengajarkan ilmua agama kepada Tajug/Bale/Surau/Dayah/Joyah merupakan
para santrinya. (d) Langgar Agung Mantiasih, bangunan suci selain mesjid yang digunakan
Magelang, yang dulunya sempat dijadikan umat Islam untuk shalat lima waktu dan
basis perjuangan Pangeran Diponegoro; serta transformasi agama serta pengembangan
(e) Langgar Bafadhol di Surabaya. budaya Islam. Model dan fungsinya hanya
bisa didapati di bumi Nusantara, sebab pada
Sedangkan “Tajug” dapat disepadankan
umumnya di dunia Islam hanya dikenal tempat
dari asal kata “Tajuk” yang oleh para nelayan
ibadah, yang disebut Mesjid.
merupakan sebutan dari kili-kili (sepotong
kayu) yang dipasang mencuar atau menganjur Di Indonesia, “Langgar” dan lainnya
di tepi perahu. “Tajuk” juga bisa diartikan sengaja dibedakan dari mesjid dari sisi ruang
sebagai Mahkota, patam, jamang (perhiasan dan ornamennya maupun fungsinya. Misalnya,
kepala) hingga tampak lebih tinggi karena mesjid biasanya memiliki ruang serambi di
menganjur ke atas. sebelah kanan-kiri dan depan sedangkan
mushalla hanya memiliki satu ruang utama
“Tajug” bisa juga berarti “menggunung”
atau penambahan serambi kecil di depannya.
atau “gundukan” misalnya dalam ungkapan
Mesjid pada ruang mihrabnya terdiri 3 (tiga)
“setajug padi” yang artinya padi segunduk.
bilik; kanan (khutbah), tengah (imam), dan kiri
“Tajug” merupakan bentuk atap arsitektur
(ruang tunggu imam dan khatib), sementara
tradisional yang sangat kuno dipakai tujuan
“Langgar” dan lainnya hanya terdapat satu
kramat. “Tajug” dulunya digunakan sebagai
bilik untuk imam.
tempat persembahyangan orang Hindu.
Identifikasi ini berdasarkan nama asal kota Mesjid-mesjid tua biasanya terdapat
Kudus, yang dulunya disebut kota Tajug karena bedug dan kenthongan sedangkan mushalla
di kota ini pada mulanya terdapat banyak cukup dengan kenthongan saja. Mesjid bisa
Tajug sebagai tempat peribadatan agama digunakan untuk I’tikaf dan shalat Jumat
Hindu. Kota Tajug dulunya sudah memiliki sementara Mushalla tidak dipakai untuk
kekeramatan tertentu dan dianggap kota ritual dan ibadah itu. Imam Mesjid umumnya
suci oleh umat Hindu. Atas dasar itu Sunan disebut Kiai, sedangkan imam mushalla belum
Kudus tidak menghilangkan kekeramatan tentu dipanggil Kiai.
dan kesucian kota Tajuk, sehingga beliau
Tidak digunakannya “Langgar” dan
mengganti namanya menjadi Kudus, yang
lainnya untuk shalat Jumat juga dapat
dalam bahasa Arab berarti suci.
dipahami bahwa umat Islam Indonesia itu

226 | Ensiklopedi Islam Nusantara


tertib, tidak hanya dalam peribadatanya Mesjid sementara Santri/Muda menjadi imam
tetapi juga tempat ibadahnya. Selain karena Mushalla. Bahkan keberadaan “Langgar”
pertimbangan teologis, bahwa tidak boleh dan lainnya di antara Mesjid juga dianggap
mendirikan dua jumatan dalam satu kampung, mencerminkan hierarkhi kepemimpinan Islam
terkandung pula pertimbangan sosiologis tempo dulu, sebab Mesjid imamnya merupakan
yaitu menjunjung tinggi kekerabatan dan penghulu, sementara “Langgar” dan lainnya
persaudaraan satu kampung dan desa. Sebab dipimpin oleh imam yang jabatan seharinya
jika tiap-tiap “Langgar” dan lainnya digunakan menjadi modin, amil, atau lebe. Baik penghulu
untuk shalat Jum’at maka akan menipis sebagai imam mesjid maupun modin, amil
ikatan kekerabatan dan persaudaraan diantara atau lebe sebagai imam “Langgar” dan lainnya,
mereka. selain mereka menangani keperdataan umat
Islam juga melaksanakan kewajiban dakwah
Selain itu keberadaan “Langgar” dan
dan pendidikan di masing-masing tempat
lainnya yang berdiri di sekitar mesjid
peribadatan yang dikelolanya itu.
menunjukkan adanya jaringan antara Kiai-
Santri atau Tua-Muda. Kiai/Tua menjadi imam [Ishom Saha]

Sumber Bacaan
Anasom, dkk., Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2000
Feener, R. Michael dan Terenjit Sevea, Islamic Connections: Muslim Societies in South and Southeast Asia, Singapore:
Institute of Southeast Asian Studies, 2009
Heuken, Adolf, SJ. Mesjid-mesjid Tua di Jakarta, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2003
Hurgronje, C. Snouck, Tanah Gayo dan Penduduknya, Jakarta: INIS, 1996
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976

Edisi Budaya | 227


Lebaran
(Bodho/Riyoyo/Riyadi)

S
ecara umum, “lebaran” merupakan selama sebulan berpuasa.
peristilahan orang-orang Melayu untuk
Istilah “Lebaran” juga dipakai oleh
menyebut hari raya sehabis mengerjakan
kalangan masyarakat Jawa secara khusus
ibadah puasa (tanggal 1 Syawal), dan hari
untuk menyebut Hari Raya Idul Fitri. Lebaran
raya tanggal 10 Dzulhijjah atau yang disebut
dalam bahasa Jawa berasal dari kata “lebar”
Lebaran Haji. Ada pula yang mengaitkan
(bahasa Jawa halus) atau “bar” atau “bubar”
Lebaran dengan kata “lébar” yang bermakna
(bahasa Jawa kasar) yang berarti selesai.
luas dan tidak sempit. Dalam artian umat Islam
Karena bahasa Jawa sering memberikan
yang merayakan Lebaran hati mereka lebar,
akhiran “an” maka disebutlah istilah “Lebaran”.
dapat menerima dan memaafkan kesalahan
Dikatakan demikian sebab umat Islam telah
orang lain, dan hati mereka riang bergembira
menyelesaikan kewajiban menjalankan puasa
sesudah berhasil mengalahkan hawa nasfu
sebulan penuh, dan mereka kembali menjalani

Suasana Lebaran keluarga Jawa tahun 1925.


(Foto: Majalah Kejawen 1925)

228 | Ensiklopedi Islam Nusantara


kehidupan yang normal serta dibolehkan memperoleh kemenangan dalam perang
makan dan minum di siang hari. Badar, beliau justru mengingatkan para
sahabatnya: “Kita kembali dari jihad kecil untuk
Pada saat lebaran, orang Islam satu dengan
menyongsong jihad yang lebih besar.” “Jihad
yang lain biasa mengucapkan kalimat; “Minal
kecil” ialah berperang menegakkan agama (al-
‘aidin wal faizin fi kulli ‘am wa antum bi khair”
muqatalah li iqamat al-din), sementara jihad
(selamat menjadi golongan orang-orang yang
besar adalah memerangi diri dari segala hawa
kembali dan bahagia. Semoga kalian dalam
nafsu (mujahadat al-nafs).
kebaikan selama setahun penuh). Kalimat ini
merupakan ungkapan kegembiraan karena Puasa menjadi salah satu cara memerangi
dapat menyelesaikan puasa dan kembali hawa nafsu dalam diri manusia, sehingga bagi
menjalani hidup seperti sediakala. yang tuntas mengerjakannya layak diucapkan
selamat dengan kalimat “Minal ‘aidin wal faizin”.
Ucapan selamat sekaligus do’a yang
Adapun penambahan kalimat fi kulli ‘am wa
mengiringi tradisi lebaran ini hanya digunakan
antum bi khair adalah do’a sekaligus peringatan
di kalangan Muslim Nusantara dan Asia
bahwa perang besar itu belum selesai dan
Tenggara pada umumnya. Kalimat Minal ‘aidin
harus diperjuangkan dalam setahun, hingga
wal faizin sendiri pada mulanya merupakan
bulan puasa berikutnya –begitu seterusnya
ungkapan kegembiraan yang disampaikan
sepanjang hayat!
penduduk Madinah sewaktu pasukan
Rasulullah kembali dari medan Perang Badar Selain istilah “Lebaran”, di kalangan
dengan membawa kemenangan. Akan tetapi masyarakat Jawa juga terdapat istilah “Bhodo”
ungkapan itu justru dipakai oleh masyarakat (dari Bahasa Arab, Ba’da yang berarti sesudah).
Islam Nusantara untuk menyampaikan ucapan Bhodo sendiri dalam tradisi Jawa ada 3 (tiga)
selamat lebaran. macam; yaitu (a) Bhodo Syawwal atau tanggal 1
Syawwal sesudah bulan Puasa; (b) Bhodo Kupat
Bagi sebagian besar umat Islam di
yaitu lebaran tanggal 8 Syawal yang biasa
Nusantara ucapan Minal ‘aidin wal faizin tidak
dirayakan Muslim Pesisir Jawa dengan berbagi
dianggap menyalahi konteks dan konten.
ketupat kepada sanak family dan tetangga; dan
Alasannya pada saat Rasulullah menyaksikan
(c) Bhodo Besar yaitu lebaran yang bertepatan
luapan kegembiraan penduduk Madinah

Ragam Tradisi lebaran Yang Sering Dilakukan Masyarakat


Di Indonesia; bersalam-salama usai sholat idul fitri

Edisi Budaya | 229


dengan 10 Dzulhijjah. Menu kuliner ini juga mengandung nilai
filosofis, di mana Ketupat menjadi simbol
Di samping istilah “Lebaran” dan
pengakuan kesalahan, dan Lontong menjadi
“Bhodho” masih terdapat lagi dalam tradisi
symbol penerimaan maaf/kesalahan orang lain
Jawa yaitu yang disebut perayaan Riyoyo (dari
dengan sikap hati yang “lonjong” alias terbuka.
kata “Ri” yang berarti “hari atau masa yang
Sementara Opor dari bahan dasar santan
sebentar” dan “Yokyo” yang mengandung
kelapa dimaknai, bahwa sikap sombong,
pengertian “sikap meluapkan”). Sebutan
takabur, merasa tinggi –seperti buah kepala
Riyoyo biasa digunakan oleh kalangan Jawa
di pohon yang tinggi- harus ditanggalkan
biasa. Sedangkan para priyayi/bangsawan
karena nasib orang sombong tidak akan baik.
biasa menggunakan istilah Riyadi (dari kata
Seperti buah kelapa, “nasibnya” dijatuhkan
“Ri” yang artinya “hari atau masa sebentar”
dari atas, dikuliti, diparut dan diperas, dan
dan kata “adi” yang berarti baik).
begitu juga nasib orang-orang yang sombong.
Pengertiannya Riyoyo/Riyadi adalah hari Oleh karena itu kuliner “Lebaran Syawalan” ini
baik untuk mengutarakan dan meluapkan dianggap mengajarkan sikap yang seharusnya
isi hati. Oleh sebab itu untuk pengucapan dimiliki setiap Muslim, yaitu rendah hati,
selamat lebaran biasanya orang Jawa lebih jujur mengaku salah, dan terbuka mampu
memilih menggunakan kata Riyoyo atau memaafkan kesalahan orang lain.
Riyadi, misalnya “Sugeng Riyadi” atau
Kedua, Lebaran Kupat/Ketupat. Disebut
“Sugeng Riyoyo” daripada “Sugeng Bodho”.
demikian karena berkaitan dengan kupat yaitu
Sebagaimana umumnya masyarakat Indonesia
barang berbentuk segitiga empat sejajar yang
lebih memilih penggunaan kalimat “Selamat
terbuat dari bahan dasar Janur, lontar atau
Idul Fitri” daripada “Selamat Lebaran”.
gebang, yang di dalamnya terisi beras/nasi.
Berikut ini adalah tradisi dan ritual yang Kupat sendiri berasal dari kata “Ngaku Lepat”
berhubungan dengan Lebaran/Bodho/ Riyoyo/ atau mengaku salah, sebagai simbol ketulusan
Riyadi; hati untuk meminta maaf kepada orang lain
Pertama, Lebaran Syawalan atau perayaan atas kesalahan yang disengaja maupun tidak
Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 1 Syawwal, disengaja. Bhodo Kupat awalnya berkembang
sesudah umat Islam mengerjakan Shalat Id. di kalangan santri-santri (konon dimulai oleh
Sekalipun Idul Fitri jatuhnya hanya sehari di Kiai Sholeh Darat Semarang) sebagai unjuk
dalam setahun akan tetapi sebagian masyarakat eksistensi budaya sub-culture santri. Sebab saat
Indonesia masih ada yang mempertahankan itu para priyayi Jawa rajin merayakan “Lebaran
perayaan Lebaran Syawwal selama sebulan Syawal” dengan berpegang penanggalan
penuh. Dalam artian selama bulan Syawwal kalender yang masih diperdebatkan, sekalipun
umat Islam masih memanfaatkannya untuk mereka tidak menjalankan puasa Ramadhan.
kegiatan-kegiatan, seperti; silaturahmi dan Dalam catatan Snouck Hurgonje, antara
halal bi halal. lain disebutkan: “Oleh karena itu, tidaklah
Hal ini seperti terjadi di Betawi (misalnya mengherankan jika permulaan puasa dan
Betawi Cengkareng, Kembangan, Cileduk), jatuhnya hari Lebaran setiap tahunnya
di dimana masyarakat setempat bergantian dapat berbeda…. Juga di Jawa dan Sumatra
saling mengunjungi keluarga dari satu perbedaan itu terjadi setiap tahunnya. Memang
kampung ke kampung lain selama bulan di beberapa kabupaten di Jawa, di mana
Syawal dan menutupnya dengan pertemuan orang, mengenai soal Lebaran dengan terang-
seluruh keluarga besar di Kampung yang terangan untuk mudahnya berpegangan
sudah ditentukan, atau disebut “Lebaran pada tanggal di penanggalan, tetapi hal ini
Betawi”, pada hari terakhir bulan Syawal. disebabkan kebanyakan pnduduk di situ ikut
Dalam Lebaran ini juga ada menu khusus yang merayakan dengan rajin hari Lebaran. Tidak
tidak didapati di bulan-bulan yang lain, yaitu begitu menjadi soal apakah bupati yang tidak
Menu Ketupat/Lontong Opor. berpuasa menerima tamunya pada hari Selasa

230 | Ensiklopedi Islam Nusantara


atau Rabu, dan apakah sebagian penduduk luas di kalangan masyarakat pesisir Jawa.
yang tidak berpuasa berpesta pora dalam pesta Bahkan tradisi merayakan lebaran Kupat
rakyat di alun-alun pada hari Selasa atau Rabu. lebih semarak dibandingkan Lebaran Syawal,
Tetapi orang menginsyafinya bahwa yang khususnya di daerah Pesisir Utara Jawa
demikian itu tidaklah sesuai dengan hukum Tengah. Pada hari lebaran kupat setiap keluarga
Islam. Mereka yang mematuhinya tetap masih memasak ketupat dengan aneka macam menu
berpuasa satu hari lagi, apabila sesudah 29 hari masakan untuk diantarkan kepada saudara
bulan baru betul-betul belum dapat dilihat.” dan kerabat yang diangap lebih tua. Selain
itu menu ketupat ini juga untuk dihidangkan
Untuk merubah kebiasaan priyayi dan
kepada tamu-tamu yang berkunjung.
sebagian umat Islam Jawa itulah, Kiai Sholeh
Darat dalam Kitab al-Qawanin al-Syar’iyyah Ketiga, Lebaran Haji yang jatuh pada
li Ahl al-Majalis al-Hukmiyyat wa al-Ifta’iyyat tanggal 1 Dzulhijjah. Orang Islam Nusantara
(1883 M), menganjurkan santri-santrinya merayakan Lebaran Haji dengan cara berduyun-
untuk membiasakan puasa sunnat 6 hari duyun ke mesjid atau lapangan terbuka
syawal dan disudahi dengan Lebaran Kupat. untuk mengerjakan Shalat Id, menyembelih
Puasa sunnah selama enam hari di bulan hewan kurban dan membagi daging kurban.
Syawal diajarkan oleh Rasulullah Saw. Dalam Pada umumnya perayaan Lebaran Haji
sebuah hadits, beliau bersabda: “Barang siapa tidak semeriah peyaraan Lebaran Syawalan,
puasa Ramadhan kemudian meneruskannya terkecuali di kalangan etnis tertentu, seperti
puasa enam hari di bulan Syawal maka ia seperti Madura.
puasa setahun lamanya” (HR. Muslim).
[Ishom Saha]
“Tradisi lebaran” kupat telah berkembang

Sumber Bacaan
Anasom, dkk., Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2000
Bachtiar, Harsja, “The Religion of Java: a Commentary”, Madjalah Ilmu Sastra Indonsia. V 5 NI, 1973
Hurgronje, C. Snouck, “Penetapan Berakhirnya Bulan Puasa 1898” dalam Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje VIII,
Jakarta: INIS, 1993
Steenbrink, Karel A., Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat: Kajian Kritis Mengenai Agama di Indonesia, Yogyakarta: IAIN
Sunan Kalijaga Press, 1988

Edisi Budaya | 231


232 | Ensiklopedi Islam Nusantara
M
Mahfuzhat
Majelis Ta’lim
Majzub
Makan Bedulang
Makna Gandul
Manaqiban
Manganan
Mbangun Nikah
Mandi Belimau
Metik
Meunasah
Midodareni
Mudik
Mukena
Muktabar(ah)
Munggah Molo
Muqoddaman
Mursyid
Mahfuzhat

P
eribahasa adalah kalimat yang singkat allegori yang mengandung makna tertentu.
namun bermakna alegoris (kiyasan)
Sebelum datangnya Islam, perumpaan
sehingga membutuhkan proses
seluruhnya bersumber dari syair dan prosa
pemahaman tertentu dalam memahaminya.
(natsr) Arab. Muhammad Taufiq Abu ‘Ali
Dalam bahasa Arab, peribahasa adalah bagian
berpendapat bahwa perumpaan adalah
dari al-hikmah (kebijaksanaan).
sebuah bidang yang mengakar kuat dalam
Bicara soal hikmah, terdapat sebuah hadis kebudayaan masyarakat Arab. Hampir setiap
yang berbicara soal itu, al-Hikmatu Dhallaatun sisi kehidupan mereka, memiliki ungkapan-
al-Mu’min, aynamaa tajiduhaa akhadzahaa ungkapan perumpaannya. Lewat media
(hikmah adalah “barang hilang” seorang inilah, perumpaan menjadi sebuah sarana
mukmin, maka dimanapun ia mendapati, menunjukkan kemurnian bahasa Arab lewat
ambillah). Meski begitu, tidak ada pembatasan gaya bahasa perumpaan yang sastrawi.
apakah hikmah haruslah sebuah kata
Setelah kedatangan Islam, al-Matsal
mutiara atau peribahasa. Salah satu bentuk
tidak hanya bersumber dari syair Jahiliyah,
penyampaian hikmah yang populer dikalangan
tapi juga Quran dan Hadis serta syair yang
masyarakat muslim dikenal dengan nama
muncul sesudah kedatangan Islam. Dalam al-
Mahfuzhat. Istilah ini sebenarnya tidak dikenal
Qur’an misalnya, tercatat Allah menyebutkan
oleh penutur bahasa arab sendiri. Justu istilah
beberapa kali ungkapkan kata al-matsal
ini lahir dari umat muslimin di Indonesia. Ini
secara eksplisit, lewat kata al-matsal dan
terbukti karena di masa kini masyarakat Timur
matsalan. Tercatat, kata pertama hanya
Tengah menggunakan istilah mahfuzhat untuk
disebutkan sebanyak dua kali, dengan konteks
memaknai arsip, sehingga penggunaannya
menunjukkan bahwa apa yang diperintahkan
dirangkai dengan kata al-watsaaiq.
Allah Swt. adalah sebuah model yang tertinggi
Selain itu, dari sisi etimologi mahfuuzhaat kualitasnya (lahu al-matsal al-a’laa). Sementara
adalah bentuk jama’ (plural) dari kata untuk kata kedua, disampaikan sebanyak 18
mahfuuzh, sebuah kata yang berbentuk objek kali, yang keseluruhannya bertujuan untuk
(maf ’ul) dan berarti “diingat”. Dalam bahasa memberikan pelajaran, baik perumpaan yang
Arab, istilah yang digunakan adalah al-matsal baik maupun yang buruk.
(jamak: al-amtsaal). al-Matsal sudah dikenal
Jawwad Ali dalam karyanya al-Mufasshal
sebagai bagian dari bidang sastra Arab. Dari
fi Taarikh al-‘Arab fi al-Islam memasukkan al-
kata al-Matsal ini, - mungkin - dikenallah dalam
Amtsal sebagai salah satu cabang keilmuan
bahasa Indonesia istilah perumpaan (Arab: al-
yang dikenal masyarakat Arab. Ia bisa berupa
Mitsaal atau al-Matsal). Sesuai namanya, dalam
hikmah, kisah-kisah lama yang bernuansa
bahasa Arab ada pula kata-kata yang modelnya
mitologi (al-asaathir), atau cerita-cerita yang
adalah perumpaan. Selain itu, kata ini secara
memiliki ibrah. Menurutnya, Matsal tidak
etimologi adalah bentuk masdar dari kata ma-
selalu berbentuk natsr, dan tidak seluruhnya
tsa-la yang berarti serupa. Dari sini kemudian
pula disampaikan dalam bentuk syair. Sampai
dimaknai perumpaan pada kalimat-kalimat

Edisi Budaya | 235


di sini, kita dapat menyimpulkan bahwa baik kertasnya berwarna kuning) dan tidak
matsal, mahfuzhat, peribahasa, perumpaan, menerima ijazah formal dari negara, sementara
seluruhnya adalah sama-sama bentuk pesantren modern adalah pesantren yang
“bijak bestari” penuh yang bersumber dari berupaya menggabungkan antar kurikulum
kebudayaan tertentu dan bertujuan untuk berbasis kitab klasik dengan kurikulum formal
memberikan pelajaran kearifan bagi manusia. yang ditetapkan oleh negara
Karena itulah, dalam mahfuzhat yang dikenal Tetapi pembagian ini sesungguhnya
di Indonesia meski berasal dari bahasa Arab, kurang akurat. Pasalnya, mahfuzhat justru
akan ada yang tidak bersumber dari sumber- awalnya diajarkan di pesantren-pesantren yang
sumber keislaman, seperti peribahasa para para gurunya berlatar belakang pendidikan
filosof dari Barat dan sebagainya. modern Mesir, yaitu Darul ‘Ulum. Sementara,
pesantren yang mengajarkan murni kitab-
kitab klasik, adalah jaringan ulama yang
Sejarah Mahfuzhat di Indonesia
belajar ke Mekkah dan Madinah. Mereka yang
Pada prinsipnya, setiap kebudayaan pulang dari pendidikan modern di Mesir,
memiliki bentuk-bentuk peribahasanya membuat sekolah-sekolah yang disebut
masing-masing. Peribahasa adalah Kulliyatu al-Mu’allimiin (Normal School). Dua
manisfestasi kearifan sebuah institusi sosial, dari Tiga pendiri Pondok Modern Gontor, K.H.
baik suku, adat, maupun bangsa. Indonesia, Imam Zarkasyi dan K.H. Zainuddin Fannanie
sebagai sebuah negara yang majemuk adat pernah belajar langsung ke Sumatera Barat
istiadat dan agamanya – meski yang diakui di Kweekschool, dan ketika pulang membuat
negara hanyalah enam agama (Islam, Kristen kurikulum yang dibentuk di Kulliyatu al-
Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan Mu’allimiin. Dari sinilah, Pondok Modern
Konghuchu) – pada masing-masing institusi Gontor – dan sekolah yang memiliki relasi
sosial memiliki kearifannya masing-masing. secara kelembagaan atau keguruan – dikenal
Meski begitu, Indonesia juga menetapkan sebagai Pondok Modern.
peribahasa nasionalnya. Beberapa contoh Beberapa contoh Mahfuzhat yang terkenal
misalnya peribahasa “ada gula, ada semut”, “katak di Indonesia ada yang bersumber dari al-
dalam tempurung”. Peribahasa-peribahasa Qur’an, Hadis, maupun syair atau prosa yang
ini umumnya berasal dari peribahasa yang redaksi bernada Matsal. Mahfuzhat Kullu
populer di masyarakat Melayu, dan tidak ada Ma’rufin Shadaqatun (segala hal baik adalah
catatan yang pasti juga siapa yang pertama kali sedekah) misalnya, adalah sebuah hadis.
menyebutkan peribahasa itu. Contoh lainnya adalah al-Yadu al-’Ulya Khairun
Sejauh ini belum ditemukan pencatatan min Yadi al-Suflaa (“Tangan diatas lebih baik
yang pasti sejak kapan berbagai mahfuzhat daripada tangan di bawah”). Redaksi ini juga
masuk dan populer di Indonesia. Tapi, melihat berasal dari hadis, meski sebagian riwayatnya
istilah yang digunakan berbahasa arab, lemah. Ada juga yang berasal dari syair-syair
kemungkinan mahfuzhat dikembangkan oleh Arab. Peribahasa “Kullu Man Saara ‘ala al-
masyarakat muslim Indonesia yang menerima Darbi Washala (Siapa yang meniti sebuah
pendidikan keagamaan dari Timur Tengah. jalan (menuju satu tujuan) ia akan kesana.
Tetapi, mereka yang belajar ke Timur Tengah Mahfuzhat ini sebenarnya adalah potongan
tidak menerima model pendidikan yang dari sebuah syair gubahan Ibn al-Wardi.
seragam. Pada saat ini, Mahfuzhat menjadi Dari beberapa contoh Mahfuzhat diatas,
bagian kurikulum pesantren yang bernuansa yang penting untuk dicatat adalah beberapa
modern. Perbedaan antara pesantren modern diantaranya sebenarnya diambil dari konteks
dan tradisional di Indonesia pada awalnya keseluruhan teks itu, meski tidak seluruhnya
diasosiasikan dengan mereka yang hanya terambil dari konteks aslinya. Mahfuzhat
mempelajari kitab klasik atau lazim disebut tangan diatas lebih baik dari tangan di bawah
sebagai kitab kuning (karena kebanyakan misalnya sering dijadikan dalil bahwa mereka

236 | Ensiklopedi Islam Nusantara


yang memiliki ekonomi lebih dan mampu “tangan di atas lebih baik daripada tangan di
berbagi kepada yang miskin, lebih baik dari bawah”.
mereka yang minta-minta. Tetapi, seperti
Ada juga Mahfuzhat yang memiliki
yang telah disunting oleh Fu’ad ‘Abdu al-
kesamaan makna dengan peribahasa latin.
Baaqi tentang hadis ini, justru menganjurkan
Sebut saja al-‘Aqlu al-Saliim fi al-Jismi al-
orang untuk menahan diri dari meminta-
Saliim. Peribahasa ini biasa diterjemahkan
minta. Diantara hadis yang dikutip adalah
dengan “di dalam tubuh yang sehat terdapat
kisah Hakim bin Hizam yang sampai akhir
jiwa yang kuat”. Peribahasa ini kemungkinan
hayatnya, tidak pernah meminta-minta lagi
besar adalah terjemahan dari peribahasa latin
setelah terakhir kali diberikan sedikit uang
yang biasa digunakan untuk “penyemangat”
oleh Nabi Saw. Perlu dicatat, menurut riwayat
para olahragawan, Mens Sana in Corpore Sano.
al-Bukhari, Hakim bin Hizham wafat di masa
Padahal, kata ini juga tercerabut dari konteks
kekhalifan ‘Umar bin Khattab Ra. dan tidak
lainnya. Redaksi kalimat yang masuk di dalam
pernah meminta-minta lagi. Pesan Nabi Saw.
buku Proverbia Latina (Peribahasa Berbahasa
tersebut adalah “Duhai Hakim, harta ini begitu
Latin) ini adalah Orandum est ut sit Mens Sana
manis kalau diterima. Mereka yang menerimanya
in Corpore Sano (hendaklah engkau berdoa agar
dengan sikap murah tangan/dermawan, akan
ada jiwa sehat dalam tubuh yang sehat). Syair
diberkahi hartanya. Tapi yang menerima dengan
ini digubah oleh seorang Penyair Romawi,
membanggakan diri kalau ia hebat dengan harta,
Decimus Iunius Juvenalis.
harta itu tidak bakal berkah. Ia akan seperti orang
makan yang tidak pernah kenyang. Sementara, [Adib M Islam]

Sumber Bacaan
Khalil Hasan Noufal, Collocations in English and Arabic: A Comparative Study, English Language and Literature
Studies; Vol. 2, No. 3; 2012, 2.
Muhammad Taufiq Abu ‘Ali, al-Amtsal al-‘Arabiyyah wa al-‘Ashr al-Jaahilii, (Beirut: Dar al-Nafaais, 1988).
Muhammad Jawwad ‘Ali, al-Mufasshal fii Tarikh al-‘Arab Qabla al-Islam, (Beirut: Dar al-Saaqi, 2001).
Abu al-Shaikh al-Ashbihani, al-Amtsaal fi al-Hadits, (Bombay: al-Dar al-Salafiyyah, 1987).
Ibn al-Mulaqqan Siraju al-Din al-Syafi’i, al-Badru al-Munir fi Takhrij al-Ahaadits wa al-Aatsar al-Waaqi’ah fi al-
Syarh al-Kabiir, (Riyadh, Dar al-Hijrah, 2004).
Muhammad Fu’ad ‘Abdu al-Baqi, al-Lu’lu wa al-Marjaan Fiima Ittafaqa ‘alaihi al-Syaikhaani (Kairo: Dar al-Hadits,
1987).
Baha’u al-Diin al-‘Aamili, al-Kushkuul, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilimiyyah, 2004).

Edisi Budaya | 237


Majelis Ta’lim

M
ajelis taklim terdiri dari dua akar “tempat atau wadah umat untuk melaksanakan
kata bahasa Arab yaitu majlis (‫ﻣﺠﻠﺲ‬ proses belajar mengajar tentang iman, Islam
) yang berarti tempat duduk, tempat dan ihsan, aqidah, syari’ah, akhlak, tauhid,
sidang atau dewan, sedangkan ta’lim berarti fikih, tasawuf, surga dan neraka, pahala dan
pengajaran (Kamus Al-Munawwir). Dalam dosa, ekonomi, zakat, infak, sadaqah dan
bahasa Arab kata majelis adalah bentuk isim lain sebagainya”. Lain halnya dengan Arifin
makan (kata tempat), kata kerjanya (‫ )ﺟﻠﺲ‬yang (1991 : 202) yang memaknai majelis ta’lim
artinya tempat duduk, tempat sidang, dewan. dalam strategi pembinaan umat, merupakan
Kata ta’lim dalam bahasa Arab merupakan wadah/wahana dakwah Islamiah yang murni
masdar dari kata kerja ( ‫ﺗﻌﻠﻢ‬-‫ﻳﻌﻠﻢ‬-‫ ) ﻋﻠﻢ‬yang Instruksional keagamaan Islam.
mempunyai arti pengajaran. Dalam Kamus
Hasil Musyawarah Majelis Ta’lim se-DKI
Bahasa Indonesia pengertian majelis adalah
Jakarta tahun 1980, merumuskan pengertian
pertemuan atau perkumpulan orang banyak
majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan non
atau bangunan tempat orang berkumpul.
formal yang memiliki kurikulum tersendiri
Dari pengertian terminologi tentang majelis
diselenggarakan secara berkala dan teratur
ta’lim di atas dapatlah dikatakan bahwa
diikuti oleh jamaah yang relatif banyak, yang
majelis adalah tempat duduk melaksanakan
bertujuan untuk membina, mengembangkan
pengajaran atau pengajian agama Islam.
hubungan yang santun dan serasi antara
Jika digabungkan dua kata itu dan manusia dengan sesamanya, dan antara
mengartikannya secara istilah, maka dapatlah manusia dengan lingkungannya, dalam rangka
disimpulkan bahwasanya “majelis taklim” membina masyarakat yang bertaqwa kepada
memiliki arti tempat berkumpulnya seseorang Allah SWT (Hasbullah, 1996 : 202). Dari
untuk menuntut ilmu (khususnya ilmu agama) beberapa pengertian “majelis ta’lim” yang
bersifat nonformal. telah dikemukakan di atas, selanjutnya dapat
diberikan kesimpulan majelis ta’lim dapat
Majelis ta’lim dapat diartikan sebagai
diartikan sebagai sebuah lembaga pendidikan
“tempat untuk melaksanakan pengakaran atau
non formal, tempat berkumpul sekelompok
pengajian Islam” (Baiquni, 1996 : 273). Secara
orang/individu untuk membicarakan masalah
bahasa (etimologi) majelis ta’lim berasal dari
yang menyangkut kepentingan kelompok
bahasa Arab, yang berasal dari dua kata majelis
tersebut dan masyarakat pada umumnya.
dan ta’lim. Menurut Munawir yang dikutip
Sedangkan secara khusus majelis ta’lim berarti
oleh Hasbullah (1996 : 95) menjelaskan,
suatu tempat/wadah untuk berkumpul dan
“majelis adalah tempat duduk, tempat
melaksanakan pengajian yang membahas
sidang. Sedangkan ta’lim diartikan dengan
materi ke-Islaman secara menyeluruh.
pengajaran”.
Majelis taklim bersifat nonformal, namun
Menurut istilah (terminologi) para
walaupun demikian fungsi dari majelis taklim
ahli pengertian majelis ta’lim sebagaimana
itu sendiri sangatlah dirasa dalam masyarakat.
menurut Saefudin (1996 : 45-46) adalah

238 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Tujuan dari fungsi Majlis Taklim antara lain Majelis Ta’lim menjadi ajang berkumpulnya
Pertama, berfungsi sebagai tempat belajar, orang-orang yang berminat mendalami agama
yang bertujuan menambah ilmu dan keyakinan Islam dan sarana berkomunikasi antar-sesama
agama, yang akan mendorong pengalaman umat. Bahkan, dari Majelis Ta’limlah kemudian
ajaran agama. Kedua, berfungsi sebagai muncul metode pengajaran yang lebih teratur,
tempat kontak social, yang bertujuan menjaga terencana dan berkesinambungan, seperti
silaturrahmi. Ketiga, berfungsi mewujudkan pondok pesantren dan madrasah. Para wali dan
minat sosial yang bertujuan meningkatkan juru dakwah Islam pada awal perkembangan
kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga Islam di Indonesia salah satu metode dakwah
dan lingkungan jamaahnya (Tutty Alawiyah, yang mereka gunakan adalah majelis ta’lim.
1997). Oleh karena itu untuk Indonesia keberadaan
majelis ta’lim merupakan lembaga pendidikan
non formal tertua (Aini, 2005 : 20).
Sejarah dan Dasar Hukum Majelis Taklim
Adalah ulama Nusantara dari Jakarta,
Majelis ta’lim merupakan lembaga KH. Abdullah Syafi’ie (1910-1985) orang
pendidikan tertua dalam Islam, walaupun pertama yang memperkenalkan istilah majlis
tidak disebut majelis ta’lim namun pengajian ta’lim (sering ditulis “majelis taklim”). Ia
yang berlangsung secara sembunyi-sembunyi mengembangkan pengajian di Masjid Al-
yang dilakukan oleh para sahabat Nabi Barkah yang disebut dengan majlis ta’lim, baik
Muhammad SAW di rumah sahabat Arqam untuk bapak-bapak maupun yang dikhusukan
dapat dianggap sebagai sebuah kegiatan untuk ibu-ibu. Akhirnya Istilah majlis ta’lim
majelis ta’lim. Sejak zaman Rasulullah SAW menjadi trade mark dari pengajian-pengajian
saat dakwah pertamanya yang bertempat di KH. Abdullah Syafi’ie. Sebelum itu orang
rumah Arqom bin Al-Arqom. Di masa Islam kalau mau menghadiri pengajian tidak pernah
Mekkah, Nabi Muhammad SAW menyiarkan menyebutnya pergi ke majlis ta’lim, tetapi lebih
agama Islam secara sembunyi-sembunyi, dari suka menyebutnya mau pergi ke pengajian.
satu rumah ke rumah lain dan dari satu tempat Penamaan majlis ta’lim akhirnya melahirkan
ke tempat lain. Sedangkan di era Madinah, identitas tersendiri yang membedakan dengan
Islam mulai diajarkan secara terbuka dan pengajian umum biasa, yaitu sifatnya yang
diselenggarakan di masjid-masjid. Apa yang tetap dan berkesinambungan. Akhirnya
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yaitu terbukti bahwa kegiatan yang bersifat majlis
mendakwahkan ajaran-ajaran Islam, baik di ta’lim itu menjadi kebutuhan masyarakat
era Mekkah ataupun Madinah-adalah cikal Islam, baik dikota-kota yang sibuk maupun di
bakal berkembangnya Majelis Ta’lim yang kita desa-desa yang terpencil.
kenal saat ini.
Apabila dilihat dari makna dan sejarah
Pada periode Madinah, ketika Islam telah berdirinya “majelis taklim” dalam masyarakat,
mempunyai kekuatan yang besar pelaksanaan bisa diketahui dan dimungkinkan lembaga
pengajian dalam masyarakat meningkat dakwah ini berfungsi sebagai tempat kegiatan
lebih pesat lagi. Nabi Muhammad SAW aktif belajar mengajar umat Islam, khususnya bagi
berdakwah di masjid untuk memberikan kaum perempuan dalam rangka meningkatkan
pengajian kepada para sahabat. Cara dakwah pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman
dalam bentuk pengajian seperti itu merupakan ajaran Islam. Majelis taklim juga berfungsi
bagian kesuksesan keberhasilan Nabi sebagai lembaga pendidikan dan keterampilan
Muhammad SAW menyebarluaskan Islam. bagi kaum perempuan dalam masyarakat yang
Di awal masuknya Islam ke Indonesia, berhubungan, antara lain dengan masalah
Majelis Ta’lim merupakan sarana yang paling pengembangan kepribadian serta pembinaan
efektif untuk memperkenalkan sekaligus keluarga dan rumah tangga sakinah mawaddah
mensyiarkan ajaran-ajaran Islam ke masyarakat warohmah. Melalui Majelis taklim inilah,
sekitar. Dengan berbagai kreasi dan metode, diharapkan mereka menjaga kemuliaan dan

Edisi Budaya | 239


kehormatan keluarga dan rumah tangganya. dan tradisi yang baik sehingga mampu
Majelis taklim juga berfungsi sebagai wadah bertahan di tengah kompetisi lembaga-
berkegiatan dan berkreativitas bagi kaum lembaga pendidikan keagamaan yang bersifat
perempuan. Antara lain dalam berorganisasi, formal. Bedanya, kalau dulu Majelis Ta’lim
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. hanya sebatas tempat pengajian yang dikelola
secara individual oleh seorang kyai yang
“Majelis taklim” juga berfungsi sebagai
merangkap sebagai penqajar sekaligus, maka
pusat pembinaan dan pengembangan
perkembangan kemudian Majelis Ta’lim telah
kemampuan dan kualitas sumber daya
menjelma menjadi lembaga atau institusi yang
manusia dalam berbagai bidang seperti
menyelenggarakan pengajaran atau pengajian
dakwah, pendidikan sosial, dan politik yang
agama Islam dan dikelola dengan cukup baik,
sesuai dengan kodratnya. Majelis taklim juga
oleh individu, kelompok perorangan, maupun
diharapkan menjadi jaringan komunikasi,
lembaga (organisasi).
ukhuwah, dan silaturahim antar sesama kaum
perempuan, antara lain dalam membangun Bahkan dalam system pendidikan
masyarakat dan tatanan kehidupan yang nasional, majelis taklim dinyatakan sebagai
Islami (Muhsin MK, 2009). lembaga pendidikan diniyah non-formal
yang keberadaannya di akui dan diatur dalam
Dalam prakteknya, “majelis taklim”
Undang-undang nomor 20 tahun 2003
merupakan tempat pangajaran atau
tentang sistem pendidikan nasional, Peraturan
pendidikan agama Islam yang cukup fleksibel
Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tantang
dan tidak terikat oleh waktu. Majelis taklim
standar nasional pendidikan, Peraturan
bersifat terbuka terhadap segala usia, lapisan
Pemerintah nomor 55 tahun 2007 tentang
atau strata sosial, dan jenis kelamin. Waktu
pendidikan agama dan pendidikan keagamaan,
penyelenggaraannya pun tidak terikat,
Keputusan MA nomor 3 tahun 2006 tentang
bisa pagi, siang, sore, atau malam. Tempat
struktur departement agama tahun 2006.
pengajarannya pun bisa dilakukan di rumah,
masjid, mushalla, gedung Aula, halaman, dan “Majelis ta’lim” dalam pelaksanaan
sebagainya. Selain itu majelis taklim memiliki programnya merupakan sebuah realisasi
dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai lembaga kegiatan dakwah Islam, dengan dakwah
dakwah dan lembaga pendidikan non-formal. tersebut diharapkan dapat menyebarlauaskan
Fleksibelitas majelis taklim inilah yang ajaran Islam di muka bumi ini. Keberadaan
menjadi kekuatan sehingga mampu bertahan majelis ta’lim diharapkan sebagai wadah untuk
dan merupakan lembaga pendidikan Islam menciptakan terjalinnya ukhuwah Islamiyah,
yang paling dekat dengan umat (masyarakat). yang pada akhirnya dapat memberikan
“Majelis taklim” juga merupakan wahana kelapangan dalam hidup di dunia dan akhirat.
interaksi dan komunikasi yang kuat antara Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah
masyarakat awam dengan para mualim, dan Al-Mujadilah ayat 11 yang artinya: “Hai
antara sesama anggota jamaah majelis taklim orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu. Dengan kepadamu: berlapang-lapanglah dalam
demikian majelis taklim menjadi lembaga majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah
pendidikan keagamaan alternatif bagi mereka akan memberi kelapangan untukmu…” (Depag
yang tidak memiliki cukup tenaga, waktu, RI, 1989: 910).
dan kesempatan menimba ilmu agama dijalur
Kata majelis dalam ayat di atas dapat
pandidikan formal. Inilah yang menjadikan
berarti duduk bersama. Asal mulanya duduk
majlis taklim memiliki nilai karkteristik
bersama mengelilingi Nabi karena hendak
tersendiri dibanding lembaga-lembaga
mendengar ajaran-ajaran dan hikmat yang
keagamaan lainnya.
akan beliau keluarkan. Makna berlapang-
Meski telah melampaui beberapa fase lapang dalam ayat di atas juga mengandung
perubahan zaman, eksistensi Majelis Ta’lim arti kita hendaknya melapangkan hati dalam
cukup kuat dengan tetap memelihara pola menerima materi pengajian (Hamka, t.t : 26).

240 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Dasar pokok pelaksanaan program majelis dan mencegah dari yang mungkar melalui
ta’lim adalah landasan yang bersumber dari pelaksanaan pengajian majelis ta’lim, 2)
ajaran agama Islam. Syukir (t.t : 63) menulis: Mengajak umat manusia yang sudah memeluk
“agama Islam adalah agama yang menganut agama Islam untuk meningkatkan taqwanya
ajaran kitab Allah yakni Al-Quran dan Hadits kepada Allah SWT, 3) Membina mental
Rasulullah SAW yang mana keduanya ini keagamaan umat Islam sebagai jamaah majelis,
merupakan sumber utama ajaran Islam”. 4) Mengajak umat manusia yang belum beriman
Secara operasional pelaksanaan program agar beriman kepada Allah SWT, 5) Mendidik
majelis ta’lim berlandaskan kepada firman dan membina serta mengajarkan ajaran agama
Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 104 Islam kepada jamaah, 6) Memperbaiki Akhlak
yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara umat, melalui siraman rohani ceramah agama
kamu segolongan umat yang menyeru kepada dalam setiap pengajian majelis ta’lim.
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
Berdasarkan hal tersebut, majelis ta’lim
mencegah dari yang munkar, merekalah orang-
mempunyai kedudukan dan ketentuan sendiri
orang yang beruntung” (Depag RI, 1989: 93).
dalam mengatur pelaksanaan pendidikan
Dari firman Allah SWT di atas, jelas atau pun dakwah Islamiyah. Secara strategis
bahwa sebagai dasar pokok pelaksanaan majelis ta’lim menjadi sarana dakwah
majelis ta’lim adalah bersumber dari ajaran yang Islami dengan corak yang berperan
Al-Quran dan Hadits. Dengan berpedoman serta dalam pembinaan dan peningkatan
kepada dua sumber utama ini majelis ta’lim kualitas kehidupan umat Islam. Proses
dalam kegiatannya diharapkan dapat menjadi penyadaran umat dalam rangka menghayati,
sebuah organisasi dakwah Islam yang menyeru memahami, dan mengamalkan ajaran Islam
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari pada dengan sungguh-sungguh dalam kehidupan
kemungkaran. Lebih lanjut Hasbullah (1996 pribadi, lingkungan sosial budaya, dan alam
: 201) menyebutkan tujuan majelis ta’lim sekitarnya.. Dengan demikian diharapkan
adalah: “Menanamkan akhlak yang luhur umat Islam dapat menjadi umat yang benar-
dan mulia serta meningkat kemajuan ilmu benar umat yang rahmatan lil’alamin.
pengetahuan dan keterampilan jamaah,
Keberadaan majelis ta’lim dipandang
memberantas kebodohan umat Islam agar
efektif dan efisien dalam membantu kegiatan
dapat memperoleh kehidupan yang bahagia
dakwah Islam, karena majelis ta’lim dapat
dan sejahtera yang diridhoi oelh Allah SWT”
mengumpulkan orang banyak dalam sebuah
Berdasarkan kepada pendapat di atas, kegiatan pengajian dalam satu waktu untuk
hakekat tujuan majelis ta’lim adalah agar membicarakan hal-hal keagamaan. Karena itu
jamaah yang mengikutinya memperoleh kedudukan majelis ta’lim di tengah-tengah
kehidupan yang bahagia dan sejahtera di masyarakat eksistensinya tidak diragukan lagi.
dunia akhirat yang diridhoi oleh Allah SWT.
Peranan majelis ta’lim dalam masyarakat
Menanamkan akhlak yang luhur dan mulia
selain berkaitan dengan peranan dakwah Islam
telah diberikan penjelasan oleh Al-Quran, hal
di antaranya adalah mengokohkan landasan
ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surah
dan meningkatkan kualitas hidup manusia.
Al-Ahzab ayat 21 artinya: “Sesungguhnya pada
Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh
(diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
Arifin (1991 : 120): “peranan majelis ta’lim
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
adalah mengokohkan landasan hidup manusia
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
di bidang mental spiritual keagamaan Islam
dan dia banyak menyebut Allah” (Depag RI,
dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya
1989: 670).
secara integral, lahiriyah dan batiniyah,
Berdasarkan konsep di atas, dapat duniawi dan ukhrawi yang bersamaan,
diberikan kesimpulan tujuan majelis ta’lim sesuai dengan ajaran Islam yaitu iman dan
adalah sebagai berikut: 1) Melaksanakan takwa yang melandasi kehidupan di dunia
kegiatan menyeru kepada yang ma’ruf dan segala bidang kegiatannya”. Sedangkan

Edisi Budaya | 241


Hasbullah (1996 : 206) memberikan rincian di tengah-tengah masyarakat yaitu antara
peranan majelis ta’lim adalah sebagai lain sebagai wadah untuk membina dan
berikut: 1) Membina dan mengembangkan mengembangkan kehidupan beragama dalam
ajaran Islam dalam rangka membentuk rangka membentuk masyarakat yang bertakwa
masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT, kepada Allah SWT, taman rekreasi rohaniah,
2) Sebagai teman rekreasi rohaniah, karena karena penyelenggaraannya bersifat santai,
penyelenggaraannya bersifat santai, 3) Sebagai wadah silaturahmi yang menghidup suburkan
ajang berlangsungnya silaturrahmi massal syiar Islam, dan media penyampaian gagasan-
yang dapat menghidupkan dan menyuburkan gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan
dakwah dan ukhuwah Islamiah, 4) Sebagai umat dan bangsa.
sarana dialog berkesinambungan antara
Secara strategis majelis-majelis talim
ulama dan umara serta umat, 5) Sebagai
menjadi sarana dakwah dan tabligh yang
media penyampaian gagasan yang bermanfaat
berperan sentral pada pembinaan dan
bagi pembangunan umat dan bangsa pada
peningkatan kualitas hidup umat agama Islam
umumnya.
sesuai tuntunan ajaran agama. Majelis ini
menyadarkan umat Islam untuk, memahami
dan mengamalkan agamanya yang kontekstual
Strategi dan Kiprah Majelis Taklim
di lingkungan hidup sosial budaya dan alam
Majelis taklim bila dilihat dari struktur sekitar masing-masing, menjadikan umat
organisasinya, termasuk organisasi pendidikan Islam sebagai ummatan wasathan yang
luar sekolah yaitu lembaga pendidikan yang meneladani kelompok umat lain. Untuk
sifatnya non formal, karena tidak di dukung tujuan itu, maka pemimpinnya harus berperan
oleh seperangkat aturan akademik kurikulum, sebagai penunjuk jalan ke arah kecerahan sikap
lama waktu belajar, tidak ada kenaikan hidup Islami yang membawa kepada kesehatan
kelas, buku raport, ijazah dan sebagainya mental rohaniah dan kesadaran fungsional
sebagaimana lembaga pendidikan formal yaitu selaku khalifah dibuminya sendiri.
sekolah. Dilihat dari segi tujuan, majelis talim
Materi yang pelajari dalam majelis
termasuk sarana dakwah Islamiyah yang secara
talim mencakup pembacaan Al-Quran serta
self standing dan self disciplined mengatur dan
tajwidnya, tafsir bersama ulum Al-Quran,
melaksanakan berbagai kegiatan berdasarkan
hadits dan Fiqih serta ushul fiqh, tauhid, akhlak
musyawarah untuk mufakat demi untuk
ditambah lagi dengan materi-materi yang
kelancaran pelaksanaan talim Islami sesuai
dibutuhkan para jamaah misalnya masalah
dengan tuntutan pesertanya. Dilihat dari
penanggulangan kenakalan anak, masalah
aspek sejarah sebelum kemerdekaan Indonesia
Undang-Undang. Perkawinan dan lain-lain.
sampai sekarang banyak terdapat lembaga
Majelis talim di kalangan masyarakat Betawi
pendidikan Islam memegang peranan sangat
biasanya memakai buku-buku berbahasa
penting dalam penyebaran ajaran Islam di
Arab atau Arab Melayu seperti Tafsir Jalalain,
Indonesia. Di samping peranannya yang ikut
Nail Nautar dan lain-lain. Pada majelis talim
menentukan dalam membangkitkan sikap
lain dipakai juga kitab-kitab yang berbahasa
patriotisme dan nasionalisme sebagai modal
Indonesia sebagai pegangan misalnya fiqih
mencapai kemerdekaan Indonesia, lembaga
Islam, karangan Sulaiman Rasyid dan beberapa
ini ikut serta menunjang tercapainya tujuan
buku terjemahan.
pendidikan nasional. Dilihat dari bentuk
dan sifat pendidikannya, lembaga-lembaga Ada berbagai metode yang digunakan
pendidikan Islam tersebut ada yang berbentuk di majelis talim, yaitu Metode Ceramah
langgar, suarau, rangkang. yang dimaksud adalah penerangan dengan
penuturan oleh guru terhadap peserta.
Meskipun bukan organisasi massa
Metode Tanya Jawab, metode ini membuat
atau organisasi politik. Namun, majelis
peserta lebih aktif. Keaktifan dirangsang
talim mempunyai kedudukan tersendiri
melalui pertnyaan yang disajikan. Metode

242 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Latihan, metode ini sifatnya melatih untuk ikhlas, jelas dalam berbicara, dan mengajak
menimbulkan keterampilan dan ketangkasan. pada kebenaran.
Metode Diskusi, metode ini akan dipakai harus
Hasil observasi data dari majelis-majelis
ada terlebih dahulu masalah atau pertanyaan
ta’lim menunjukkan tujuan keimanan
yang jawabannya dapat didiskusikan.
mendominasi pencapaian tujuan kegiatan.
Dewasa ini metode ceramah sudah Maka kontribusi pendidikan majelis ta’lim
membudaya, seolah-olah hanya metode itu adalah menanamkan keimanan dalam keluarga
saja yang dipakai dalam majelis talim. Dalam islami. Karenanya, proses pendidikan yang
rangka pengembangan dan peningkatan mutu dilaksanakan di majelis ta’lim dimaksimalkan
Majelis Talim dapat digunakan metode yang terutama dari sisi pemateri (mu’allim). Mu’allim
lain, walaupun dalam taraf pertama mengalami sebagai pendidik di majelis ta’lim hendaknya
sedikit keanehan. memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan kompetensi profesional. Kemudian,
Dr Helmawati dalam disertasi yang
pengadaan penilaian (evaluasi) kegiatan guna
dibimbing oleh Prof Didin Hafidhuddin, Prof
mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan
Ahmad Tafsir, dan Prof Endin Mujahidin
yang telah dicapai oleh jamaah. Selain itu,
menyatakan bahwa kontribusi pendidikan di
untuk melihat tingkat keberhasilan mu’allim
majelis ta’lim menghasilkan jamaah (pendidik/
dalam proses pengajaran, mengetahui tingkat
orangtua) yang memiliki keimanan. Keimanan
keberhasilan pengurus dalam memberi
tersebut diperoleh lewat pengetahuan agama
pelayanan kepada jamaah. Juga sebagai
seperti, tafsir, fiqh, tauhid, ibadah dan akhlak,
pedoman untuk memperbaiki program atau
dan keterampilan.Helma juga menambahkan
tata kerjanya.
bahwa majelis ta’lim telah berkontribusi
besar dalam membentuk sifat mulia bagi para [Zainul Milal Bizawie]
pendidik dalam keluarga. Antara lain, sifat
takwa, shaleh, amanah, tanggung jawab, sabar,

Sumber Bacaan
Muhsin MK, Manajemen Majelis Taklim, Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009
Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, Bandung: Mizan, 1997
Arifin, M., H., Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-3
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997), cet. Ke 14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama, 2008), cet. Ke-4
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang,CV.Toha Putra Semarang,1989, hal. 421
Enung K. Rukiati,Dra.,Hj. dan Dra.Fenti Hikmawati,Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,( Bandung : Pustaka Setia , 2006
), Cet. 1
Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia, ( Bandung, 1996, )
Hasbullah,Kapita Selekta Pendidikan Islam,Rajawali Pers,Jakarta,1995,
Nata Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010). hal. 102.

Edisi Budaya | 243


Majzub

I
stilah jazab untuk orang yang belum waham, gangguan kepribadian dissosial,
mengetahui dunia tasawuf atau belum gangguan kepribadian emosional tak stabil
belajar tasawuf sama sekali (orang atau skizofrenia. Akan tetapi secara hakikat
awam), pasti sangatlah asing dengan istilah sangatlah berbeda Majzub dengan orang yang
ini. Sebenarnya orang awam sering melihat sedang terkena gangguan kejiwaan secara
fenomena ataupun bersinggungan langsung umumnya, jika ditinjau dari berbagai aspeknya.
dengan istilah atau pelaku jazab, sering
orang awam mengatakan,” kyai koyok wong
edan (bahasa Jawa yang artinya kyai seperti Definisi dan Bentuknya
orang gila)”, atau “wah, wong ka’e kakean ilmu Majzub berasal dari sebaran kata Jazab,
(agama), trus durung wayahe ngamalke malah di dalam istilah tasawuf adalah suatu maqom
diamalke dadine edan (bahasa jawa yang artinya atau keadaan di luar kesadaran seseorang,
wah, orang itu terlalu banyak ilmu (agama), atau bahkan, sudah tidak tertaklif secara
belum saatnya diamalkan, justru diamalkan, syariat. Dalam kamus bahasa arab asal dari
jadinya gila)”. Fenomena-fenomena itulah JAZAB adalah – Jazaba-Yajzibu-Jazban –
yang disebut dengan jazab. yang berarti mempunyai makna ”menarik”,
Orang yang jazab disebut majzub. Pada sementara obyek atau maf ’ulnya adalah majzub
umumnya majzub adalah para sufi atau para yang berarti mengandung makna tertarik, di
praktisi taswuf, atau didalam dunia tasawuf dalam istilah sufi, biasanya jazab di gunakan
disebut dengan orang salik dalam menempuh terhadap situasi bagi seseorang yang sedang
thariqah. Jazab jika diistilahkan ke dalam mengalami (khoriqul adat) atau jenis yang lain,
bahasa Indonesia adalah wali gila. Dimana wali seperti nyleneh, keluar dari adat kebiasaan
gila ini bertingkah laku seperti orang gila, dan umum, atau mungkin bisa di kategorikan
tidak sering melakukan hal-hal yang sering orang gila yang berkeramat, dikatakan gila
bertentangan dengan syariat agama Islam, sebab munculnya pemahaman bahwa jazab
seperti meminum-minuman keras, berjudi, adalah hilangnya keumuman secara manusia,
bergaul (melakukan hubungan suami-istri) tentu beda dengan arti dari gila sendiri, sebab
dengan para WPS (wanita pekerja seks) akan gila di dalam bahasa arabnya adalah Junna-
tetapi pada hakikatnya perilaku para Majzub Junuunan – gila- atau, Janna-Yajunnu-Jannan
ingin memberikan suatu pesan tertentu – yang artinya menutup. Istilah Jazab ditulis
kepada seseorang atau kepada masyarakat. oleh Imam Ahmad bin Muhammad bin Abdul
Dan Perilaku tersebut sering menimbulkan Karim bin Athoillah Assakandari (658 H/1259
perdebatan para ulama, ada yang menentang M –709 H/1309 M) dalam kitab Al-Hikam.
dengan keras karena dapat menyesatkan umat, Secara etimologis, jazab adalah bentuk
dan ada yang memaklumi karena dianggap superlatif (mubalaghah) dari kata jazaba, yang
sebagai anugerah langsung dari Allah. artinya “menarik”, dan dalam format superlatif
Jika dipandang dari dunia psikologi, dapat diartikan “sangat menarik”. Dalam
maka jazab hampir sama dengan gangguan terminologi pesantren, ia sering digunakan
buatan (malingering), stres, depresi, gangguan dalam konteks pengalaman batin dan

244 | Ensiklopedi Islam Nusantara


pemahaman seseorang yang dimanifestasikan minnah dan masyi’ah-Nya, sebagai bentuk cara
dalam perbuatan dan kata yang kurang dapat menjadi wali lebih cepat, ia juga mempunyai
dipahami oleh publik. pengalaman keberagaman, yang secara
otomatis mempunyai kesadaran mistis.
Jazab adalah suatu istilah dalam dunia
tasawuf yang berarti suatu keadaan di luar Kesadaran Spiritual Kesadaran batin yang
kesadaran. Kaum sufi mengatakan bahwa paling dalam merupakan perkembangan jiwa
Jazab adalah suatu keadaan dimana seseorang manusia yang sempurna. Dimana seorang sufi
benar-benar mampu untuk menyingkap mampu melihat Allah melalui Allah, dan hanya
dan melihat dengan nyata sifat-sifat Allah Allah-lah yang merupakan kesadarannya yaitu
dalam alam sadar dan mampu merasakan hal berisi pengetahuan tentang realitas-realitas
tersebut. Menurut mayoritas kaum sufi, jazab yang berlapis-lapis, yang terangkum dalam ke-
disebabkan oleh rasa keimanan pada Allah Esaan Allah SWT. Kesadaran batin terdalam
yang sangat kuat, sehingga mereka yang Jazab ini yang juga aspek terdalam hikmah, yaitu
akan diberikan sesuatu yang tidak akan bisa sebuah kesadaran dimana para sufi merasakan
dilihat, tidak bisa didengar, dan tidak akan dan mendapat kenikmatan di dalamnya. Dan
bisa dirasakan oleh manusia lain. Selain itu, dengan kondisi itu, mereka menjadi bahagia,
orang yang mengalami Jazab akan senantiasa yang tidak dapat dilihat oleh akal. Menurut
berdoa pada Allah dengan tetak khouf (takut Al-Ghozali, kesadaran hati manusia ada dua.
pada adzab Allah) dan thoma’ (keinginan untuk Pertama yaitu kesadaran terhadap alam malakut
melihat Allah). (berhubungan dengan al-lawh al-mahfuzh dan
alam malaikah). Alam ini hanya dapat dipelajari
Eksistensi Jazab dalam Tasawuf Jazab
dengan penuh keyakinan, dengan mengangan-
sebagai jalan spiritual seorang salik, menuju
angan pada aja’ib al-ru’ya (keajaiban mimpi).
pengalaman rohani yang lebih tinggi
Kedua, yaitu kesadaran terhadap alam empiris,
ketimbang melalui jalur tarekat. Jazab
maksudnya bahwa hati mampu memahami
merupakan keniscayaan yang harus dijalani
dan merespon terhadap semua informasi yang
manusia, artinya bukan pilihan hidup. Kata
diberikan oleh panca indera.
Jazab berasal dari kata kerja Jazaba, yang
berarti menarik, memikat, dan menawan Wali Majzub, jika dilihat dari
(hati), memindah dari suatu tempat, cepat, kesadarannya, mereka ada yang masih sadar
atau sebuah jarak. Dalam al-Qur’an terdapat dengan eksistensi dirinya, dan ada yang
dalam surat Al-Syura’13 yang sering digunakan kehilangan control kesadaran normalnya. Bagi
sebagai argumentasi oleh para ulama. Para wali Majzub yang masih mempunyai kesadaran
ulama sering mendifinisikan Jazab dengan dan kekuatan mental serta kesiapan menerima
tarikan Ilahiyah pada seorang hamba yang Jazab, maka dia akan tetap sadar terhadap
Dia kehendaki, agar hamba itu lebih dekat eksistensi ciptaan Allah dan dirinya, mampu
kepada-Nya dengan mendapat pertolongan- berpikir secara rasional, dan mempunyai
Nya secara langsung tanpa ada usaha atau mukasyafah (terbukanya rahasia-rahasia
susah payah (anugerah/minnah) dan kehendak Ilahiyyah) baginya. Berbeda dengan wali
(masyi’ah). Bentuk Jazab ada dua, yakni yang Majzub yang kehilangan control kesadarannya,
sadar dan tidak sadar artinya ada Jazab yang yang sudah tidak sadar terhadap fenomena
dirasakan dalam batin dan tidak nampak, dan sosial yang ada di sekitarnya, kesadaran
adapula yang terlihat dari luar. Jazab dalam mereka lebih condong dan didominasi oleh
tasawuf, secara umum, ada yang muktasab alam malakut, yang tidak diketahui oleh
(dapat diusahakan atau diperoleh) dengan banyak orang. Oleh karena itu, tidaklah
jalan mujahadah dan ada yang ghayr muktasab mengherankan jika ada wali majzub yang tidak
(tidak dapat diusahakan) atau merupakan puasa di bulan Ramadhan atau meninggalkan
minnah dan masyi’ah langsung dari Allah. shalat fardhu. Menurut al-Dabusi, kondisi
Berkaitan dengan wali Majzub-yaitu seorang seperti ini merupakan tingkatan yang terakhir
wali yang mendapat tarikan Ilahiyyah dengan yang menyebabkan linglung-bingung dengan

Edisi Budaya | 245


mabuk, yaitu sakrah li al-mahabbah (mabuk dibenarkan ataupun dimaklumi karena dapat
cinta yang berasal dari ma’rifat Allah yang menyesatkan umat Islam yang masih awam.
sejati), sakrah al-khasyyah (mabuk karena
Ibn Taimiyah, al-Syawkani, Abdul Rahman
takut, yang timbul dari pengetahuan hamba
Abdul Khaliq beranggapan bahwa seorang wali
tentang dirinya dengan sifat-sifat-Nya),
seharusnya konsisten dengan ajaran syari’at
sakrah al-humiyyah (mabuk karena semangat
Islam. Seseorang yang perbuatannya bertolak
yang menggelora yang berasal dari keyakinan
belakang dengan ajaran Rasulullah Saw, dia
kewajiban taat terhadap perintah dan
bukanlah seorang wali. Kalaupun dia memiliki
larangan Allah), dan sakrah al-minnah (mabuk
kelebihan-kelebihan yang di luar nalar, itu
karena anugerah, yang berasal dari keyakinan
bukanlah karamah, merupakan pemberian
bahwa berbuat baik adalah dari Allah SWT).
yang diberikan setan.
Kemudian jika mereka telah kembali dari
alam kesatuan menuju alam eksistensi ciptaan Haji Muhammad Shalih Ibn ‘Umar al-
dan sadar terhadap eksistensi dirinya, maka Samarani yang dikenal sebagai Kiai Saleh Darat
seluruh perbuatan mereka bisa dipertanggung menyatakan jangan mudah tertipu dengan
jawabkan dan ajara-ajaran syariat yang ada orang yang mengaku mempunyai ilmu haqiqat,
juga kembali berlaku pada mereka. akan tetapi meninggalkan shalat, menjalankan
ma’siat atau melanggar syari’at Islam. Orang
yang paling utama disisi Allah adalah para nabi,
Pandangan Ulama terhadap Wali Majzub baru kemudian para wali-Nya. Apakah pantas
seorang wali meninggalkan atau melanggar
Para ulama yang menentang para Wali
perintah Allah, sedangkan para nabi itu tidak
Majzub diantaranya al-Junayd, Abu al-Abbas
pernah meninggalkan perintah Allah.
Sayyari, Abu Bakar Wasithi, Ibn al-Jawzi al-
Baghdadi, Ibn Taimiyah, al-Syawkani, Haji Sedangkan para tokoh yang memandang
Muhammad Shalih Ibn ‘Umar al-Samarani wali madjzub penuh dengan kearifan,
yang dikenal sebagai Kiai Saleh Darat, Abdul diantaranya Ibn’ Atha’ Allah, al-Hakim al-
Rahman Abdul Khaliq. Al-Junayd (w. 297 Tirmidzi, J. Spencer Trimingham, Mihrabi.
H atau 910 M), Abu al-Abbas Sayyari, Abu Tokoh-tokoh ini mampu memahami kondisi
Bakar Wasithi, memiliki pendapat, bahwa spiritual yang sedang menimpa para wali
karamah (keajaiban-keajaiban spiritual) para Majzub, yang berperilaku seperti orang “gila”.
wali seharusnya diaplikasikan dalam keadaan
Ibn ‘Atha’ Allah berpendapat (w 674 H
sadar, tenang tidak dalam keadaan ”mabuk”.
atau 1309 M), para wali majzub berperilaku
Mereka menyatakan bahwa awliya’ Allah adalah
seperti orang gila dikarenakan dia kehilangan
para penguasa dan pengawas alam semesta
kesadaran yang disebabkan, ditariknya
beserta isinya, yang telah dititipkan oleh Allah
kesadaran wali Majzub olh Allah. Ibn ‘Atha’
kepada para awliya’ Allah, sehingga tidaklah
Allah juga berpendapat pada hekekatnya para
pantas orang-orang yang dalam keadaan tidak
wali majdub itu masih sadar dengan realitas
sadar atau “mabuk” itu menjadi penguasa dan
yang terjadi disekitarnya.
pengawas alam semesta beserta isinya.
Al-Hakim al-Tirmidzi menyatakan untuk
Ibn al-Jawzi al-Baghdadi menyatakan
mendapatkan derajat al-wilayah , seseorang
para sufi yang berperilaku menyimpang dari
dapat menempuh dengan jalan jazab. Jika
syari’at Islam, seperti tidak makan dan tidak
seseorang benar-benar mengalami jazab, maka
minum sehingga menimbulkan keburukan,
bisa dikatakan dia telah mendapatkan derajat
suka mendengarkan lagu dan gendang disertai
seorang wali. Dengan berjazab, dia memperoleh
dengan tepuk tangan, yang diiringi dengan
pengetahuan tentang realitas superior secara
perasaan taubat seperti yang dilakukan oleh
tiba-tiba dan memiliki banyak keajaiban
para wali Majzub merupakan bagian dari
dari kata-kata atau ilmunya. J. Spencer
rayuan setan yang merasuki jiwa para sufi
Tirmingham menjelaskan, sesungguhnya wali
tersebut. Sehingga perbuatan itu tidak dapat
Majzub telah kehilangan kesadaran personal

246 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dalam keesaan Ilahi. Maka dari itu, wali Majzub Sedangkan Majzub awalnya dapat tarikan
tidak dikenakan sangsi atas segala ucapan langsung dari Allah dan dikenalkan hakikat
dan perbuatanya, meskipun perkataan dan kesempurnaan Zat yang suci, kemudian
perbuatannya menyimpang dianggap orang daripadanya dialihkan kepada musyahadah
lain sebagai penyimpangan atas norma yang sifat, dan dikembalikan kepada pergantungan
berlaku. Sedangkan, Mihrabi berpendapat kepada asma, kemudian meeaka diturunkan
yang pendapatnya dinyatakan oleh Jean Aubin, kepada penyaksian syuhud af ’al. Dalam hal
beliau melihat wali Majzub dari segi positifnya. ini mereka tanazzul (turun perlahan-lahan,
Yang mana keberadaan para wali Majzub dapat setingkat-demi setingkat) dari yang tertinggi
menimbulkan kemakmuran dan kesejahteraan menuju yang paling rendah. Majzub adalah hal
pada masyarakat disekitarnya. yang jarang sekali terjaya.
Perjalanan salik adalah menyaksikan
bekas-bekas yang merupakan kesudahan bagi
Perbedaan Antara Majzub Dan Salik
orang-orang majzub, dan awal perjalanan
Dalam terjemah Al Hikam juga orang-orang majzub adalah tersingkapnya
menyebutkan bahwa orang yang dapat diberi hakikat zat kepadanya, lalu turun ke bawah
kedekatan kepada Allah itu ada dua macam yang merupakan kesudahan orang-orang salik.
Salik dan Majzub. Salik yaitu perjalanan
Apa yang dikehendaki salik ialah
usaha memperoleh dapat dekat kepada
menyaksikan segala sesuatu bagi Allah (ILAH),
Allah mencapai ma’rifatullah, dengan cara
sedangkan apa yang dikehendaki orang-orang
meningkatkan dan mengembangkan iman
majzub ialah menyaksikan segala sesuatu
dengan menghilangkan akhlaq tercela
dengan Allah (BILLAH). Salik ialah orang yang
menggantinya dengan akhlak yang terpuji,
beramal atas jalan fana (hilang) dan orang-
seperti halnya akhlak imaniyah ataupun
orang majzub yang dijalaninya ialah jalan baqo’.
ijtimaiyyah (kemasyarakatan).
Sebagai pendekatan, salik mencari air
Majzub yaitu orang yang ditarik ke
dengan menggali sumur hingga keluar airnya,
hadirat Allah; dengan kehendak Allah, tanpa
sedangkan orang yang majzub itu seperti orang
melewati urutan suluk dalam thariqat. Jika
yang mencari air, maka tiba-tiba turun hujan.
salik dapat menguasai akal sedang majzub
Perlu diketahui perumpamaan ini hanya
tidak bisa menguasai akal sebab tertutup oleh
pendekatan dan dibedakan menjadi dua hanya
Nur Ilahiyyah, maka terkadang majzub sering
untuk mempermudah pemahaman, sebab
meninggalkan kewajiban agama, dan menurut
salik satu dengan yang lainnya perjalanan
syar’i tidak berdosa sebab seperti orang gila.
rohaninya tidak harus sama, demikian pula
Sedang majnun hilang akal / gila sebab tertutup
para majzub juga tidak harus sama, semuanya
oleh Nur Syayatiin.
berdasar ketentuan dan kehendakNya.
Salik Allah yang mengkhususkan diri
Secara syar’i orang Jazab dan Majnun
untuk mencapai kehampiran/kedekatan
mungkin memiliki persamaan yaitu hilang
dengan Allah dan sampai kepadaNya ada dua
akal dan dikatakan sebagai orang gila,
yaitu orang-orang salik dan orang-orang yang
dihukumi sama dalam arti tidak berkewajiban
majzub. Salik mengambil langkah dengan
menjalankan syariat sebagaimana mestinya
segala sesuatu untuk sampai kepadaNya.
sebab hilang akalnya (‘Udzur). Jika Allah
Merekalah orang-orang yang berkata, Tiada
menghendaki untuk menyempurnakan Majzub
kami melihat sesuatu, melainkan kami
maka akan diberi kesadaran akal. Jika salik
melihat Allah sebelumnya. Awalnya tiada ragu
berawal memahami Af ’al Allah -Asma-asma
menjalankan syariat, setelah itu mereka naik
Allah -Sifat-sifat Allah (Hayat, Ilmu, Irodat,
setingkat demi setingkat dari satu anak tangga
Qudrat, Sama’, Basor, dan Kalam)- kemudian
ke satu anak tangga yang lebih tinggi. Dari
mengerti Dzat Allah, jadi salik naik secara
af ’al, kemudian dengan af ’al ke asma, dengan
sedikit-sedikit.
asma ke sifat,dan dengan sifat ke wujud Zat.

Edisi Budaya | 247


Majzub langsung menyaksikan Sufi, beliau mengatakan bahwa, hal-hal seperti
kesempuraan Dzat Allah menuju Sifat-sifat fana’, wahdatul wujud (termasuk juga Jazab)
Allah -menuju kejadian makhluk dengan sudang melenceng dari agama Islam, sebab
asma-asma Allah, menuju perubahan semua hal itu merupakan kepercayaan-kepercayaan
makhluk. Contoh Tokoh Tasawuf Falsafi (Yang dari agama Hindu, Budha Zoroaster. Di
mengalami Jazab / ekstase) antara lain Abu samping iut, menurut Aly Awajiy, hal yang
Yazid Thaifur bin Isa Al-Bustami lahir 188 H, dikemukakan oleh ahli sufi bahwa saat dia
Abul Mughits Al-Husain bin Mansur Al-Hallaj mengalami Jazab tidak tertatklif, hanya sebuah
lahir di Baiha Persia, Abu Bakar Muhammad bentuk kemalasan untuk thoat pada perintah
Muhyidin bin Arabi Hatimi Al-Thai, lahir agama, dan pendapat ini juga didukung oleh
di Mursieh, Spanyol bagian selatan 570 H guru besar kaum sufi, imam sya’roni, beliau
/1165 M, dan Dan masih banyak lagi tokoh- mengatakan bahwa para wali-wali ahli sufi pun
tokoh sufi yang pernah mengalami JAZAB. tetap terkena hukum taklif dari syariat.
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan KH
Sedangkan menurut Syekh Muhammad
Hamim Djazuli (Gus Miek) diyakini termasuk
bin Sulaiman al Baghdadi, beliau mengatakan
diantaranya yang pernah mengalami Jazab.
bahwa sesungguhnya Jazab tanpa adanya
ketaqwaan atau menjalankan perintahNya
tak akan ada artinya , begitu juga jika hanya
Tanda-Tanda Jazab dan Hukumnya
melakukan syariat tanpa adanya Jazab, karena
Ketika mengalami Jazab, seseorang tidak akan menghasilkan apapun, kecali
akan mengalami khudur atas menyatunya menjadi golongan ulama yang cenderung
jiwa dengan Allah (fana’). Selain itu, tanda- dzohiriyah atau tekstual.
tanda Jazab yang lain adalah bertingkah laku
Syekh Ismail Haqqi menyatakan, bahwa
seperti orang gila, namun dia tidaklah gila,
orang jazab tidak terkena khithab aturan
karena sebenarnya orang yang sedang Jazab
syariat, karena akal mereka sudah hilang
sedang menyatu, dalam penjelasan ulama sufi,
disebabkan pengalaman agung bersama
dikatakan bahwa Gila yang dialami orang yang
Allah yang mereka alami. Ulama fikih pun
sedang Jazab adalah karena mereka sedang
juga memaklumi hal itu. Imam as-Suyuthi
asyik larut ke dalam kecintaan mereka kepada
dalam al-Hâwi lil-Fatâwa menyatakan bahwa,
Allah. Menurut salah satu ulama tasawuf yang
cara paling elegan dalam menyikapi ucapan-
mashur, Syekh Abdul Aziz bin Muhammad Ad
ucapan nyeleneh yang muncul dari kalangan
Dibaghu (1094H-1132H), beliau mengatakan
sufi semisal “Aku adalah Allah” adalah dengan
bahwa sesungguhnya Allah tidak akan
menyatakan bahwa hal itu mereka lakukan
mencintai seorang hamba, sebelum orang
dalam keadaan sakar dan tenggelam dalam
tersebut diangkat derajatnya sebagai manusia
akalnya yang menghilang. Atau, mereka
yang ma’rifat billah, dan hal inilah yang
menyatakan hal itu atas dasar hikâyah
menyebabkan seseorang mengalami fenomena
(menceritakan firman Allah). Sikap semacam
Jazab.
ini perlu diambil jika ucapan atau tindakan
Hukum orang yang sedang Jazab, ada aneh itu muncul dari orang yang memang
beberapa pendapat ulama tasawuf yang masyhur memiliki ilmu yang tinggi, amal yang
bertentangan dalam hal ini. Menurut Al baik, tekun mujahadah, dan patuh terhadap
Burhami, orang yang sedang Jazab tidak syariat. Lain halnya jika muncul dari orang
terkena taklif dari syariat, dan dia tidak bodoh atau orang-orang yang fasiq.
berkewajian mengerjakan hal-hal yang
Namun demikian, perlu juga diketahui
diperintahkan oleh Allah atas hambanya,
bahwa penyimpangan yang dilakukan oleh
karena saat seseorang mengalami Jazab dia
orang-orang wali tidak semuanya dilakukan
seperti orang gila dan hilang kesadarannya.
dalam keadaan tidak sadar. Ada pula yang
Namun pendapat di atas dibantah oleh melakukannya dalam keadaan sadar. Dengan
Abu Qosim al Amidi. Dalam kita Tholai’ul A demikian berarti dia melakukan maksiat.

248 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Syekh Zarruq dalam kitab an-Nashîhah al- dia normal, tapi batinnya sedang terpukau dan
Kâfiyah menyatakan, “Mengenai perbuatan terkesima.
(orang-orang sufi) yang harus diingkari (secara
Ketiga, pengalaman metafisis itu tidak
syariat), maka harus diingkari, tapi dengan
bertahan lama menguasai dirinya. Jazabnya
tetap meyakini bahwa mereka adalah orang-
cuma sebentar. Dia segera kembali normal,
orang baik. Sebab, seorang wali tidak mustahil
hidup wajar, menyadari segala ucapan
melakukan kesalahan. Mereka cuma mahfûzh
dan rangsangan di sekelilingnya, disertai
(dijaga, tapi tidak maksum). Orang mahfûzh
dengan tadbîr (perencanaan yang disadari
masih mungkin melakukan maksiat.
sepenuhnya) seperti manusia pada umumnya.
Kondisi jazab yang menyebabkan seorang Di kalangan sufi, ini disebut Shâhibul-Qadam
sufi terlepas dari akalnya, menurut Syekh al-Muhammadi atau orang yang menapaki
Ismail Haqqi ada tiga tingkat. Pertama, jejak Nabi Muhammad. Pada detik-detik
pengalaman metafisisnya bersama Allah (al- sedang menerima wahyu, Rasulullah seperti
wârid) jauh lebih tinggi daripada kekuatan terlepas dari kemanusiaannya dengan tubuh
yang ada dalam dirinya. Pengalaman itu gemetar dan tidak menghiraukan apa yang
menguasai dirinya secara penuh, sehingga dia ada di sekelilingnya. Setelah selesai, beliau
tidak bisa mengendalikan diri sendiri. Akalnya langsung kembali ke dalam keadaan sediakala,
hilang sama sekali. menyampaikan wahyu tersebut kepada para
Sahabat seperti biasa. Jazab ada yang mirip
Kedua, akalnya masih ada dan perasaan
dengan kondisi itu. Dan, inilah tingkat jazab
kemanusiaannya masih tersisa. Dia masih
yang paling sempurna, jazab yang disertai
makan, minum, dan hidup wajar secara
keseimbangan antara rangsangan fisik dan
lahiriah, tapi tidak disertai tadbîr (perencanaan
tarikan metafisik.
yang disadarinya secara penuh). Merekalah
yang disebut uqalâ’ul-majânîn atau orang- [Zainul Milal Bizawie]
orang waras yang gila, karena secara lahiriah

Sumber Bacaan
Abu Khalid, MA, “Kisah Teladan dan Karomah Para Sufi“, CV. Pustaka Agung Harapan, Surabaya, th 1998.
Davison, Gerald C., John M. Naele, Ann M. Kring. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Rajawali Press,.
Drs. Imron abu amar “Disekitar masalah Thariqat”, Menara Kudus,1980.
Drs.H.M. Laily Mansur,L.PH, “Ajaran dan teladan para sufi”,PT.Raja Grapindo Persada, Jakarta,1999
H.Alim Bahreisy, “TerjemahAl-Hikam”, Madya,Surabaya, th 1984.
Kartono, Kartini. 1986. PatologiSosial 3: Gangguan-Gangguan Kejiwaan. Jakarta: Raja Wali.
Kyai Misbah bin Zainal Mustofa, “Tarjamah Matan Khikam “, Wisma pustaka, Surabaya,Tt.
Masyhudi, In’amuzzahidin. 2007. Dari Waliyullah Menjadi Wali Gila: Antara Tasawuf dan Psikologi. Semarang: Syifa Press.
Minister Supply and Service Canada. 2005. Schizophrenia: Sebuah Panduan Bagi Keluarga Penderita Skizofrenia. Yogyakarta:
DOZZ.
Muhammad Zaki Ibrahim, “Tasawuf Hitam Putih“, Tig sSerangkai,Solo, th 2004.
Reber, Arthur S. dan Emily S. Reber. 2010. Kamus Psikologi, penterj: Yudi Santoso. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Edisi Budaya | 249


Makan Bedulang

M
akan Bedulang secara harfiah Belitung. Cara penyajian makanannya, 7
diartikan sebagai “makan piring berisi makanan dihidangkan dalam satu
menggunakan dulang”. Makan nampan besar yang disebut “dulang.” Nampan
bedulang adalah makan sesuatu yang disajikan itu diletakkan di atas meja. Di dalamnya
diatas dulang, biasanya terdiri dari 4 (empat) tersuguh sayur ikan dalam mangkuk model
orang duduk dilantai, duduk berhadapan kuno, ikan nila goreng garing, oseng-oseng,
dan ditengah-tengahnya ada dulang. Makan sate ikan (mirip pepes), ayam ketumbar,
bedulang merupakan tradisi orang Belitung sambal serai, dan lalapan (daun singkong da
secara turun temurun. “Makan Bedulang” +timun). Sumber daya alam yang tersedia
berasal dari kata “makan” yang berarti diolah menjadi makanan-makanan lezat dan
memasukan sesuatu ke dalam mulut kemudian menyantapnya pun dilakukan secara bersama.
dikunyah dan ditelan. Dan dari kata “dulang”,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
yaitu sebangsa tulam yang biasanya berbibir
adalah sebuah provinsi di Indonesia yang
pada tepinya, serta terbuat dari kayu.
terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau
“Makan Bedulang” adalah prosesi makan Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau
bersama yang dilakukan menurut adat Belitung kecil seperti Pulau Lepar, Pulau Pongok, Pulau
dengan tata cara dan etika tertentu. Satu dulang Mendanau dan Pulau Selat Nasik, total pulau
diperuntukan bagi empat orang yang duduk yang telah bernama berjumlah 470 buah dan
bersila dilantai, saling berhadapan. Dalam yang berpenghuni hanya 50 pulau. Bangka
tradisi ini disajikan berbagai makanan khas Belitung terletak di bagian timur Pulau
Belitung dalam seperangkat piranti Makan Sumatera, dekat dengan Provinsi Sumatera
Bedulang, yang mencerminkan keterkaitan Selatan. Bangka Belitung dikenal sebagai
erat antara sistem sosial dan ekologi pulau daerah penghasil timah, memiliki pantai yang
Belitung. Salah satu makna fisolofis yang indah dan kerukunan antar etnis. Ibu kota
terkandung dalam Makan Bedulang adalah provinsi ini ialah Pangkalpinang. Pemerintahan
rasa kebersamaan dan saling menghargai provinsi ini disahkan pada tanggal 9 Februari
antara anggota masyarakat. Duduk sama 2001. Selat Bangka memisahkan Pulau
rata, berdiri sama tinggi. Biar tambah ramai, Sumatera dan Pulau Bangka, sedangkan Selat
biasanya tradisi bedulang dilakukan di masjid Gaspar memisahkan Pulau Bangka dan Pulau
dan balai desa sehingga bisa disantap lebih Belitung. Di bagian utara provinsi ini terdapat
meriah. Laut Cina Selatan, bagian selatan adalah Laut
Jawa dan Pulau Kalimantan di bagian timur
Makna filosofis yang terkandung di
yang dipisahkan dari Pulau Belitung oleh
dalamnya adalah tentang rasa kebersamaan
Selat Karimata. Provinsi Kepulauan Bangka
dan saling menghargai antara anggota
Belitung sebelumnya adalah bagian dari
masyarakat yang menjadi cermin keterkaitan
Sumatera Selatan, namun menjadi provinsi
erat antara sistem sosial dan ekologi Pulau

250 | Ensiklopedi Islam Nusantara


sendiri bersama Banten dan Gorontalo pada tuan rumah yang dilatih sebaik mungkin untuk
tahun 2000. Provinsi Kepulauan Bangka memberi suguhan kepada tamunya.
Belitung didirikan berdasarkan Undang-
Umumnya bedulang disesuaikan dengan
Undang Nomor 27 Tahun 2000 Tentang
kemampuan tuan rumah dan ketersediaan
Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka
bahan makanan di suatu wilayah. Kuliner
Belitung tanggal 21 November 2000 yang
pesisir akan berbeda dengan kuliner
terdiri dari Kabupaten Bangka, Kabupaten
pedalaman namun tetap diracik dengan
Belitung dan Kota Pangkalpinang.
citarasa khas Belitung. Beberapa menu khas
yang bisa dinikmati adalah gangan darat yaitu
sup daging ayam atau daging sapi, serati atau
Sejarah dan Prosesi
cumi yang dimasak dengan ketumbar, sate
“Dulang” bagi masyarakat Belitung adalah ikan, sambal, dan kuliner khas lainnya.
sebidang nampan besar berbentuk bundar.
Setelah mak panggong selesai membawa
Mulanya yang digunakan adalah dulang kayu,
seluruh keperluan bedulang ke hadapan
dulang seng yang hingga kini masih dipakai
tamu, kini giliran tamu yang melakukan
baru diperkenalkan pada 1950. Diperkirakan
etika bedulang. Tamu paling muda bertugas
munculnya tradisi makan bedulang berkaitan
mengambil piring dan memberikannya pada
dengan masuknya tradisi Islam ke tanah
tamu yang lebih tua. Umur tidak hanya
Belitung. Prosesi makan bersama akan
patokan satu-satunya untuk menentukan ini,
melibatkan empat orang yang mengelilingi
status sosial pun menjadi ukuran. Sebelum
dulang. Mereka duduk bersila untuk menikmati
makan tangan terlebih dahulu dicuci. Lalu
dulang dengan tata cara tertentu. Bukan hanya
lauk pauk baru bisa diambil dan tentunya
menjadi bagian upacara adat seperti syukuran
dengan cara yang tertib. Makanan yang sudah
kelahiran, pernikahan, ataupun sunatan,
diambil harus dihabiskan agar tidak mubazir,
bedulang juga merupakan sarana komunikasi
sedangkan makanan yang masih ada di dalam
informal antar anggota keluarga. Secara tidak
bedulang tidak boleh dikotori agar dapat
langsung, orang tua mengajarkan etika kepada
dikembalikan ke dapur.
anak-anaknya melalui prosesi makan bersama.
Kemudian bagi yang merasa paling muda
Seperangkat “dulang” terdiri dari lauk-
dalam kelompok itu seharusnya membagikan
pauk khas Belitung yang disediakan di dalam
nasi ke ketiga teman lainnya. Setelah itu bagi
piring-piring kecil, semua piring diletakkan
yang merasa paling tua boleh mengambil lauk
di dalam nampan dulang. Dulang ditutup
pauknya terlebih dahulu kemudian diikuti oleh
dengan tudung saji yang disebut mentudong.
yang lainnya secara bergiliran. Tata cara makan
Nasi disajikan terpisah, demikian pula dengan
adat ini saat ini dilestarikan oleh restaurant-
air minum, buah-buahan, dan panganan
restaurant kuliner Belitung dengan penyajian
pencuci mulut. Untuk membersihkan tangan
makan dalam dulang untuk satu keluarga.
disediakan kobokan dan serbet yang dilipat
empat. “Makan Bedulang” tidak boleh
menggunakan sendok, maka diwajibkan untuk
Uniknya, tamu yang hendak santap
mencuci tangan terlebih dahulu. Karena hanya
bedulang tidak serta-merta melayani diri
satu “kobokan” sehingga mencuci tangan juga
sendiri. Ada seseorang yang disebut “mak
ada aturan sendiri yakni orang paling tua harus
panggong” untuk membantu pelaksanaan
mendapat urutan pertama dan yang muda
makan bedulang. Mak panggong tidak
mendapat giliran paling akhir. Satu bedulang
sendirian dalam memasak, menata bedulang,
berisi berbagai lauk pauk menggugah selera
menuangkan air minum, menyiapkan kue,
lengkap dengan nasi merah, buah dan jus.
dan piranti lainnya. Ia berkoordinasi dengan
empat petugas yang disebut tukang rage, “Makan bedulang” menggambarkan
tukang perikse, tukang isi aik dan tukang angkat kebersamaan, toleransi, menghargai yang lebih
dulang. Biasanya petugas-petugas ini adalah tua, rasa syukur dan persatuan. Duduk bersila

Edisi Budaya | 251


Makan Bedulang pada Acara Halal Bihalal di Rumah Adat Belitung.
Sumber: http://portal.belitungkab.go.id/news-photo-index/1113

dinilai menjadi posisi duduk yang paling baik, maafan, tradisi bedulang yang masih dilakukan
menyehatkan dan sempurna saat makan hingga sekarang selalu identik dengan makan-
bedulang. Dalam tradisi ini, terjadi transfer makan.
kearifan lokal, pengetahuan dan keterampilan
Tradisi ini pun dianggap menjadi salah
dari generasi ke generasi.
satu alternatif untuk memanfaatkan potensi
“Bedulang” kini tidak hanya bisa dinikmati alam serta mengurangi ketergantungan
oleh warga asli Belitung. Seiring dengan produk dari luar karena apa yang dikeluarkan
meningkatnya pariwisata, Bedulang bisa oleh perut bumi, itulah yang nanti akan diracik
dicicipi wisatawan di Rumah Adat Belitung dan dimasak menjadi sajian lezat dalam tradisi
namun tetap mentaati peraturan yang ada. bedulang.
Selain satu bedulang hanya bisa dinikmati oleh
Karena itulah kenapa tradisi bedulang
empat orang, juga hanya tersedia untuk makan
erat kaitannya dengan ungkapan rasa syukur
siang dan makan malam.
dengan hasil bumi yang diperoleh sehingga
“Makan bedulang” disebut juga Makan hanya produk dari daerahlah yang tersaji
Bagawai. Makan Bagawai masih sering dalam nampan bedulang. Mungkin kalau di
dijumpai dalam acara acara pernikahan di Jawa lebih dikenal dengan istilah gunungan
Belitung. Makan Begawai artinya makan di yang menjadi simbol rasa syukur dari hasil
tempat orang begawai atau hajatan. Cara bumi yang dipanen.
makan ini adalah dengan menaruh nasi dan
Sebenarnya ada dua kesempatan untuk
lauk pauknya ke dalam “Dulang”.
menikmati meriahnya tradisi Bedulang, yaitu
Tradisi ini selalu membuat para perantau saat hari raya Idul Fitri dan saat Maulud Nabi
kangen ingin mudik lebaran. Kumpul bareng Muhammad SAW. Biasanya, makan bedulang
keluarga, ketemu dengan sobat lama, dan juga dilakukan di Balai Desa atau masjid saat hari
bisa bersilaturahmi dengan tetangga. Kalau di raya umat Muslim. Makan bersama dilakukan
tempat lain momen lebaran orang-orang saling usai berdoa bersama atau mengaji.Tradisi
berkunjung ke rumah kerabat untuk bermaaf- “Makan Bedulang” biasanya dilaksanakan

252 | Ensiklopedi Islam Nusantara


untuk menyambut/menghi-dangkan tamu- Pada puncak perayaan, acara dibuka
tamu undangan dalam acara adat seperti dengan lagu dan tari Maras Taun yang
perkawinan adat, selamat kampong dsbnya. dibawakan oleh dua belas gadis remaja, yang
menggunakan kebaya khas petani perempuan,
lengkap dengan topi capingnya. Lagu yang
Makan Bedulang dalam Tradisi Maras dinyanyikan oleh para remaja ini merupakan
Taun lantunan ucapan syukur atas hasil bumi yang
“Maras Taun” pada awalnya merupakan mereka dapatkan. Sementara itu, gerak dalam
acara peringatan hari panen bagi para petani tarian ini menyimbolkan para petani yang
padi ladang di Desa Selat Nasik, Pulau bekerja sama saat memanen padi ladang.
Mendanau Kabupaten Belitung. Padi ladang Usai tarian dipentaskan, acara dilanjutkan
hanya dapat dipanen setelah masa tanam dengan Kesalan. Kesalan sendiri merupakan
sembilan bulan, oleh karena itulah perayaan haturan doa syukur atas panen yang telah
panen ini hanya dilaksanakan satu tahun dilewati dan permohonan berkah untuk masa
sekali. Pada perkembangannya, pesta rakyat ini depan, yang dipimpin oleh dua orang tetua
berubah, tidak sekadar untuk memperingati adat Selat Nasik. Usai doa dipanjatkan, kedua
panen padi, melainkan juga sebagai ungkapan tetua adat ini menyiramkan air yang telah
syukur semua penduduk pulau, baik petani dicampur dengan daun Nereuse dan Ati-ati.
maupun nelayan. Jika petani merayakan hasil Penyiraman air ini merupakan simbol untuk
panen padi, maka para nelayan merayakan membuang kesialan bagi warga desa.
musim penangkapan ikan tenggiri serta
Suasana perayaan Maras Taun akan
keadaan laut yang tenang.
semakin meriah ketika lepat (makanan dari
Maras sendiri berarti memotong, dan taun beras ladang berwarna merah, yang diisi
berarti tahun. Makna dari nama ini adalah potongan ikan atau daging), diperebutkan
semua penduduk meninggalkan tahun yang oleh masyarakat. Dalam upacara Maras Taun,
lampau dengan ucapan syukur dan memohon akan disajikan dua macam lepat, yakni sebuah
untuk semua yang baik di tahun selanjutnya. lepat berukuran besar dengan berat sekitar 25
Peristiwa Maras Taun ini, sebenarnya tidak kilogram, dan lepat berukuran kecil berjumlah
hanya dilakukan oleh masyarakat Selat Nasik 5.000 buah. Lepat besar akan dipotong
saja, namun juga oleh beberapa desa di Pulau oleh pemimpin setempat ataupun tamu
Belitung, Pulau Mendanau, dan pulau-pulau kehormatan, yang kemudian dibagi-bagikan
kecil lain yang termasuk dalam Kabupaten kepada warga setempat.
Belitung. Kendati demikian, perayaan Maras
Pemotongan dan pembagian lepat ini
Taun di Selat Nasik merupakan perayaan
merupakan simbol dari seorang pemimpin
pertama yang dijadikan agenda wisata dan
yang harus melayani warganya. Setelah itu,
telah didukung oleh pemerintah Provinsi
masyarakat setempat akan berebut untuk
Bangka Belitung.
mengambil lepat-lepat kecil. Berebut lepat
Rangkaian perayaan Maras Taun dapat merupakan simbol kegembiraan warga atas
berlangsung selama tiga hari, dengan hari hasil panen dan tangkapan ikan yang baik.
terakhir sebagai puncak perayaan. Sebelum
Tradisi ini bertujuan untuk mencari
puncak perayaan, masyarakat yang hadir
keselamatan kampung. Dalam tradisi yang
disuguhi beragam pertunjukan kesenian dari
diadakan setiap tahun ini seluruh warga
Desa Selat Nasik maupun dari daerah-daerah
berkumpul di rumah seorang tokoh atau bisa
lainnya. Beragam kesenian seperti Stambul
dibilang dukun yang dihormati di seluruh
Fajar khas Belitung, Tari Piring khas Minang,
kampung untuk didoakan bersama-sama.
dan Teater Dulmuluk dipertontonkan. Selain
Inilah tradisi marastaun yang masih dianggap
kesenian tradisional, pentas musik organ
sakral di negeri Belitung.
tunggal juga turut menambah kemeriahan
pesta rakyat ini. Tradisi yang biasanya diadakan setiap

Edisi Budaya | 253


bulan Mei ini diawali dengan sambutan dari Makan Bedulang Dalam Iringan Gambus
dukun yang dianggap tokoh di kampung.
Dalam acara tersebut juga diiringi alat
Selanjutnya, ritual dilanjutkan dengan doa-
musik gambus. Gambus adalah alat musik
doa yang dipimpin oleh sang dukun. Dalam
tradisional yang umum ditemukan dalam
memanjatkan doa, seluruh warga secara
masyarakat Melayu. Alat musik ini dimainkan
khusyuk mengikuti rangkaian doa dan
dengan cara dipetik seperti kecapi atau gitar.
permohonan kepada Tuhan. Setelah doa-doa
Bagian badan gambus berbentuk seperti
selesai dipanjatkan, acara diakhiri dengan
labu yang dibelah dua dengan tiga hingga 12
makan bersama yang dilakukan seluruh warga
senar. Susunan senarnya ada yang berupa
kampung.
senar tunggal dan ada pula yang memiliki
Makan bersama ini dilakukan dengan cara senar ganda. Di Nusantara, gambus datang
tradisional Belitung yakni makan Bedulang. bersama syiar Islam dari Semenanjung Arab.
Setiap warga membentuk lingkaran dan Penggunaan alat musik ini terus berkembang
menikmati sajian makanan khas yang hanya dalam kebudayaan Melayu hingga saat ini.
ada saat tradisi marastaun yakni berupa Lepat, Gambus dapat ditemukan dalam kesenian-
gula aren cair, ikan, ketan, dan ayam. kesenian tradisional di berbagai daerah di
Sumatera. Beberapa daerah yang diketahui
Ada yang unik dari tradisi Maras Taun
menggunakan alat musik gambus antara lain
yakni sebelum pulang seluruh warga diberikan
Aceh, Deli, Belitung, dan Lampung.
bedak tepung yang sudah diberikan bacaan-
bacaan oleh sang dukun. Bedak tepung ini Alat musik gambus juga digunakan sebagai
wajib dipakai di wajah dan seluruh badan guna hiburan dalam masyarakat Melayu Belitung,
mendapatkan keselamatan harta benda dan antara lain dalam tradisi makan bedulang.
dijauhkan dari segala mara bahaya. Sedangkan dalam kesenian masyarakat Melayu
Deli, gambus menjadi bagian dari aransemen
Di Belitung sendiri perayaan tradisi
pengiring tari zapin. Di Lampung, gambus
Maras Taun biasanya dilakukan selama satu
juga digunakan sebagai aransemen dalam
minggu penuh. Perayaan ini selalu diisi dengan
berbagai tarian, baik tari tradisional maupun
hiburan-hiburan tradisional seperti menggelar
tari kreasi khas Lampung. Gambus juga
sandiwara Dul Mulok dan Beripat Beregong,
menjadi instrumen utama dalam musik orkes
sebuah tradisi adu ketangkasan dua orang pria
gambus bersama seruling, biola, gendang, dan
dengan menggunakan cambuk.
tabla yang masih tetap lestari dalam budaya
tradisional masyarakat Betawi.
[Zainul Milal Bizawie]

Sumber Bacaan
Alfonso, 2014, Jhon, “Makalah Seni Budaya Belitung”, http://cekouff.blogspot.co.id/2014/01/makalah-seni-budaya-
belitung.html,
Belitung Info, 2015 , “Kebudayaan Masyarakat Belitung”, http://belitunginfo.com/kebudayaan-masyarakat-belitung,
Dudung, 2013, ”Maras Taun Tradisi Budaya Belitung”, http://dudung30.blogspot.co.id/2013/06/ maras-taun-tradisi-
budaya-belitung.html,
Belitung Info, 2015 , “Kebudayaan Masyarakat Belitung”, http://belitunginfo.com/kebudayaan-masyarakat-belitung,
Dudung, 2013, ” Maras Taun Tradisi Budaya Belitung”, http://dudung30.blogspot.co.id/ 2013/06/maras-taun-tradisi-
budaya-belitung.html,
Jhon Alfonso, 2014 , “Makalah Seni Budaya Belitung”, http://cekouff.blogspot.co.id/2014/01/ makalah-seni-budaya-
belitung.html,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung, Jalan Depati Gegedek No.17, Tanjung Pandan, Belitung.

254 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Makna Gandul

P
esantren sebagaimana dikatakan oleh terjemahannya tepat di bawah teks Arab
Abdurrahman Wahid adalah sebuah dengan menggunakan huruf Arab. Sementara
sub-culture. Ia adalah komunitas yang tulisan hasil kegiatan ngesahi, ngapsahi,
memiliki banyak keunikan berbentuk tradisi maknani, ataupun ngalogat ini dinamakan
yang tidak dijumpai di tempat lain. Salah satu dengan makna gandul. Dinamakan demikian
keunikan dalam pesantren adalah “ngapsahi” karena bentuk dari tulisan ini menggantung
“ngesahi” atau “maknani” (Ensiklopedi NU, (nggandul, jawa) di dalam teks utama.
163) (Jawa) dan “ngalogat” (Yahya, 363)
Melalui proses ini, pemahaman terhadap
(Sunda), yaitu memberi makna dalam di
sebuah teks berbahasa Arab menjadi lebih
bagian bawah teks atau kalimat yang terdapat
mudah didapatkan. Pemberian makna
dalam kitab kuning dengan menggunakan
dengan cara ini dilakukan kata per kata dan
huruf pegon jawa. Ngesahi, ngapsahi, maknani,
sesuai dengan kedudukannya dalam bahasa
maupun ngalogat merupakan sebuah praktik
Arab (I’rab-nya). Dengan demikian, proses
memberikan arti bahasa Arab yang terkandung
pemberian makna ini sedapat mungkin bisa
dalam sebuah kitab dengan menuliskan

Edisi Budaya | 255


sesuai dengan struktur dan gramatika bahasa dimaknai dengan utawi (jawa) atau ari (sunda),
Arab. Sehingga kesalahan dalam memahami khabar dengan iku (jawa) atau eta (sunda).
teks asli sangat tipis. Hal ini membuktikan bahwa proses ngesahi
sangat rinci dan detail. Ia bukan hanya proses
menerjemah dari bahasa sumber (Arab) tapi
Sejarah Makna Gandul juga memberikan penjelasan tentang tarkib
Sebagaiman dijelaskan di atas, bahwa atau susunan gramatikal sebuah kalimat.
“makna gandul” adalah hasil kegiatan tulis- Untuk dapat memahami bagaimana cara
menulis yang dilakukan para santri di kerja dan praktik makna gandul ini dapat
pesantren dengan membubuhkan makna di diperhatikan dalam contoh berikut:
bawah teks aslinya (Arab) yang dinamakan
1. Contoh makna gandul berbentuk jumlah
dengan istilah ngesahi, ngapsahi, maknani, atau
fi’liyyah (Kata Kerja ):
ngalogat. Dengan demikian menilik sejarah
makna gandul sama halnya dengan menilik Dharaba Zaidun Amran
sejarah aktivitas ngesahi.
Dalam makna gandul bahasa Jawa kalimat
Sejauh ini diskusi mengenai asal usul tersebut dibaca: (Dharaba) wis nabok , sopo
tradisi makna gandul serta siapa penggagas (Zaidun) zaid, (Amran) ing Amar.
pertama tradisi ini masih menjadi perdebatan.
Lafadz dharaba dalam kalimat tersebut
Sebagian kalangan mengatakan bahwa tradisi
adalah berbentuk fiil madhi (sebuah
makna gandul pertama kali dipelopori oleh
pekerjaan yang telah lampau), oleh karena
Raden Rahmat alias Sunan Ampel. Sebagai
itu dalam makna gandul diberi makna wis
pendiri pesantren Ampel Denta, menurut
nabok (telah memukul). Sedangkan lafadz
pendapat ini, Sunan Ampel telah mengajarkan
Zaidun adalah fa’il (pelaku atau subyek),
kitab dengan menggunakan makna gandul.
dalam makna gandul di atas diberi tanda
Sementara menurut Iip Dzulkifli Yahya,
(sopo/siapa) sebagai penunjuk bahwa kata
apabila merujuk pada keberadaan sebuah
itu adalah fa’il. Dan Amran dalam tata
sekolah agama di Jawa Barat, pesantren Quro
bahasa Arab adalah maf ’ulun bih (obyek).
di Pura Karawang, yang didirikan oleh Syekh
Sehingga makna gandulnya adalah ing
Hasanuddin pada awal abad ke-15 maka bisa
(terhadap).
jadi bukan warisan dari Ampel. Menurutnya,
bukanlah hal yang mustahil bila Syekh Kalimat di atas dalam bahasa Indonesia
Hasanuddin alias Syekh Quro inilah perintis diterjemah menjadi Zaid telah memukul
tradisi ngalogat (makna gandul) sebagai media Amar.
pengajaran kitab-kitab berbahasa Arab kepada 2. Contoh makna gandul berbentuk jumlah
masyarakat setempat. (lihat Pegon) ismiyyah (kebendaan):
Zaidun Qaimun
Praktik Ngesahi, Ngapsahi, Maknani, Dalam makna gandul bahasa Jawa,
Ngalogat: Ngesahi sebagai sebuah tradisi kalimat tersebut dibaca: (Zaidun) utawi
khas pesantren Zaid, iku (Qaimun) ngadeg.
Cara ngesahi ini sama dengan penulisan Lafadz Zaidun dalam kalimat di atas
dalam huruf Arab, dari kanan ke kiri. Salah dalam tata bahasa Arab kedudukannya
satu fungsinya adalah untuk memudahkan sebagai mubtada. Oleh karena itu dalam
para santri dalam memahami teks sumber makna gandulnya diberi makna utawi Zaid
(bahasa Arab). Sebab, ngesahi bukan (Adapun Zaid). Sedangkan lafadz qaimun
menerjemahkan teks sumber secara bebas. Ia posisinya sebagai khabar. Sehingga makna
justru sangat rigid. Struktur dan kedudukan gandulnya adalah iku (qaimun), ngadeg
kalimat bahasa Arab yang terdapat dalam teks (berdiri).
sumber juga diberi makna. Misalnya, Mubtada

256 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Kalimat di atas apabila diterjemahkan ke Di samping rumus-rumus singkatan
dalam bahasa Indonesia akan menjadi: Zaid dari kedudukan atau tarkib seperti di atas,
berdiri. makna gandul juga memiliki rumus lain untuk
menyingkat sebuah makna yang kembali
Sementara dalam makna gandul bahasa
kepada kata sebelumnya (dalam bahasa
sunda (ngalogat sunda), perubahan serta
pesantren disebut marji’). Hal ini hanya ada
perbedaan dengan makna gandul jawa
dalam kata-kata bahasa Arab yang berbentuk
sebagaimana contoh di atas hanya terletak
dhamir (kata ganti). Dalam penulisan ini, tidak
dari segi bahasa. Artinya, pada titik ini, baik
ada standar tetap. Para santri memiliki kreasi
makna gandul jawa maupun ngalogat sunda
sendiri-sendiri. Sebab, yang terpenting dari
sebenarnya sama. Yang membedakan hanyalah
hal ini di samping mempersingkat waktu juga
bahasanya saja. Utawi sebagai makna tarkib
bisa dibaca sendiri oleh masing-masing santri.
mubtada dalam bahasa Jawa diganti menjadi
ari dalam bahasa Sunda. Iku sebagai makna 1. Ari/Utawi/Adapun, digunakan untuk
dari tarkib khabar dalam bahasa Jawa, diganti menunjukan kalimat yang berkedudukan
menjadi eta dalam bahasa Sunda. sebagai mubtada.
Selain pemberian makna terhadap susunan 2. Eta/Iku/Adalah, digunakan untuk
gramatikal Arab ke dalam bahasa lokal, dalam menunjukan kalimat yang berkedudukan
penulisannya makna gandul juga memiliki sebagai khobar.
rumus yang digunakan untuk mempersingkat
3. Saha/Sopo/Siapa, digunakan untuk
dan memangkas waktu agar tidak tertinggal
menunjukan kalimat yang berkedudukan
dari kyai yang sedang membacakan kitabnya
sebagai fail/naibul fail yang berakal.
serta menyiasati dari ruang penulisan dalam
kitab yang cukup sempit. Rumus-rumus 4. Naon/Opo/Apa, digunakan untuk
tersebut seperti huruf mim sebagai pengganti menunjukan kalimat yang berkedudukan
dan sekaligus tanda mubtada. Huruf kha sebagai fail/naibul fail yang tidak berakal
menunjukkan kedudukan sebagai khabar. 5. Kana/Ing/Kepada, digunakan untuk
Fa’ sebagai fa’il. Mim Fa’ sebagai Maf ’ul Bihi, menunjukan kalimat yang berkedudukan
Mim Tha’ sebagai tanda maf ’ul mutlaq, dan sebagai maf ’ul bih.
seterusnya (lihat dalam gambar)

Edisi Budaya | 257


6. Kalayan/Kalawan/Dengan, digunakan
untuk menunjukan kalimat yang
berkedudukan sebagai maf ’ul muthlaq.
7. Dina/Ingdalem/Di, digunakan untuk
menunjukan kalimat yang berkedudukan
sebagai dharaf zaman.
Sedangkan dalam hal penulisan “makna
gandul,” para santri biasanya menggunakan
pena yang runcing (ada yang terbuat dari
bambu maupun besi) dan juga tinta cina.
Pena yang runcing (disebut pentul alias
bolpen tutul) agar mendapatkan tulisan yang
tipis sehingga tidak melebar dan meluber ke
teks asli serta bisa terbaca di antara baris-
baris teks kitab kuning yang rata-rata ditulis
dalam ukuran satu spasi. Sementara tinta
cina (sebagian pesantren mengistilahkannya
dengan tinta bak) yang digunakan sebagai
medium penulisan makna gandul ini dianggap
lebih awet dan bertahan cukup lama. Sebagai gambar kitab “pethuk”
wadah dari tinta ini, para santri menggunakan
wadah yang terbuat dari besi atau sebuah
dilakukan untuk mengoreksi kitab-kitab milik
wadah bekas yang terbuat dari plastik seperti
para santri apakah semua kitab yang dipelajari
balsem.
mereka sudah penuh dengan makna gandul
Sebagian santri (bisa jadi mayoritas) atau belum. Bila penuh maka para santri akan
sekarang lebih suka dengan penggunaan mendapatkan salah satu syarat mengikuti
ballpoint sebagai pengganti dari pentul. ujian. Bila tidak, maka harus mengikuti ujian
Meski demikian, tidak semua ballpoint ulang serta diwajibkan menyetorkan kitab dan
digunakan oleh para santri. Biasanya mereka dikoreksi kembali.
menggunakan ballpoint yang tintanya tidak
Dalam memenuhi keperluan komunitas
meluber dan tipis.
masyarakat pesantren terhadap kitab kuning
dengan makna gandul, beberapa pesantren
mulai menerbitkan kitab-kitab yang dikaji di
Perkembangan Makna Gandul: Produksi
pesantren lengkap dengan makna gandulnya.
Kitab
Sejumlah pesantren di Kediri seperti
Sampai saat ini, praktik pemberian Pesantren Petuk dan Kwagean Pare Kediri
makna gandul terhadap kitab kuning masih mulai memproduksi kitab-kitab dengan makna
berlangsung di pesantren-pesantren salaf pesantren. Penggandaan kitab dengan makna
(tradisional). Bahkan beberapa pesantren gandul ini kemudian dipasarkan di sejumlah
seperti pondok pesantren hidayatul mubtadiin toko di pesantren-pesantren di Jawa dan luar
Lirboyo Kediri, mewajibkan para santrinya Jawa. Selain produksi di dalam pesantren
untuk memberikan makna gandul di setiap sendiri, terdapat sejumlah penerbit yang juga
kitab yang dipelajarinya. Untuk mengawasi turut memproduksi kitab makna gandul ini.
praktik “makna gandul” ini dilakukan oleh Seperti penerbit Menara Kudus, Penerbit
para santrinya, pesantren lirboyo Kediri Bungkul Indah Surabaya, dan lain sebagainya.
menjadikan salah satu syarat mengikuti
Kitab-kitab yang dijual lengkap dengan
ujian ganjil maupun genap semesternya. Di
“makna gandul”nya ini kemudian terkenal
setiap menjelang ujian semester diadakan
dengan sebutan “Kitab Petuk”. Nama ini
ujian “tam-taman” koreksian kitab. Hal ini

258 | Ensiklopedi Islam Nusantara


merujuk pada pesantren Pethuk Kediri lulus dan dianggap telah mampu membaca
yang merupakan salah satu pesantren yang kitab kuning tanpa makna. Jadi, kitab petuk
memproduksi kitab kuning lengkap dengan ini hanya dijadikan sebagai “muqabalah” atau
makna gandulnya. Proses penerbitan kitab perbandingan dari kitab yang telah diberikan
petuk ini dimuali dengan penulisan makna oleh makna gundul milik para santri sendiri.
santri-santri senior yang tulisannya bagus. Meski demikian, kitab petuk ini juga tidak
Mereka bertugas mencatat semua makna mudah dibaca bagi mereka yang tidak pernah
yang dibacakan oleh Kiainya. Setelah selesai mengenyam pendidikan di pesantren.
pemaknaannya, lalu hasilnya diselaraskan lagi
Dari sini terlihat dengan jelas bahwa
dengan isi kitab. Setelah dikoreksi berulang-
proses pemberian makna gandul masih
ulang maka kitab ini siap diproduksi secara
banyak dilakukan di sejumlah pesantren.
massal.
Hal ini membuktikan bahwa tradisi makna
Menurut KH. Yasin Asymuni, pengasuh gandul masih lestari di tengah gempuran arus
Pondok Pesantren Petuk yang sering modernisasi.
memimpin proses pemaknaan kitab kuning,
dengan penggunaan kitab petuk maka kitab
kuning akan lebih mudah dipahami oleh para Kontribusi Makna Gandul Merawat
pembacanya. Waktu belajar para santri juga Bahasa Lokal
menjadi lebih efektif. Menurutnya, selama Makna gandul kiranya memiliki peranan
ini target kurikulum pesantren sering tidak yang cukup penting sebagai salah satu cara
tercapai karena para santri terlalu lama melestarikan bahasa Arab Pegon yang kini
mempelajari kitab kuning yang rumit. posisinya tergantikan dengan aksara latin.
Meski demikian, sejumlah pesantren ada Pada titik ini aksara pegon dan makna gandul
yang melarang menggunakan kitab ini bagi berkait kelindan. Dan pesantren adalah tempat
para santrinya. Para santri tetap diharuskan persemaian keduanya. Hal ini menunjukkan
mengikuti pengajian dan memberikan makna bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan
gandul dengan tulisannya sendiri. Hal ini tradisional masih setia merawat tradisi lokal
konon agar tetap mendapatkan keberkahan. ini dengan baik.
Memang, pada dasarnya kitab petuk ini hanya [M Idris Mas’udi]
diperuntukkan bagi para santri yang telah

Sumber Bacaan
IIP D Yahya, “Ngalogat di Pesantren Sunda Menghadirkan yang dimangkirkan.” Dalam Henri Chambert-Loir, Sadur Sejarah
Terjemahan di Indonesia dan Malaysia,

Edisi Budaya | 259


Manaqiban

T
radisi Manaqiban begitu populer moral (Fadeli dan Subhan, 2007: 131). Dalam
di sebagian masyarakat Islam di Kamus Al Munawwir (hlm. 1451) dicontohkan
Nusantara, terutama dalam kalangan faakhrojahu bilmanaqib, diartikan berlomba-
umat Islam tradisional atau di kalangan kultur lomba dalam kebaikan. Kamus Al-Munjid
pesantren. Selain memiliki aspek seremonial (hlm. 829) menjelaskan manaqibul al insan
dan mistikal, Manaqiban juga merupakan ma‘urifa bihi minal khishali al hamidah wal
modal sosial dan kultural. Hal ini ditunjukkan akhlaqi al jamilah , manaqib seseorang adalah
dengan adanya prosesi khusus yang melibatkan apa yang diketahui dari orang tersebut terkait
relasi sosial dan kultural baik berupa bacaan- kepribadiannya yang terpuji dan akhlaknya
bacaan khusus dan rentetan kegiatan yang di yang mulia. Secara khusus manaqib juga bisa
dalamnya sarat nilai-nilai spiritual. diartikan riwayat hidup atau biografi seorang
tokoh teladan seperti para nabi, tabi’in,
Hingga sekarang tradisi manaqiban masih
tabi’ittabi’in, waliyyullah dan ulama’ (Tim Nurul
hidup dan berlangsung dalam kehidupan
Huda, 1996: 2). Dengan pengertian tersebut
masyarakat Islam Nusantara meskipun
berarti pula bahwa manaqib merupakan
seiring dengan perkembangan sosial, ilmu
bagian dari sejarah atau tarikh, di dalamnya
pengetahuan dan teknologi mengalami
menyangkut peristiwa masa lalu yang benar
pergeseran pola, namun tetap masih ada
adanya (z|i haqqin haqqahu) dan terdapat
substansi yang sama. Lebih-lebih setelah
sejumlah keteladanan berbagai perilaku yang
terjadinya fenomena Islamophopia dalam
baik untuk diambil pelajaran (Musthofa, 1952:
media, sebagai dampak dari gerakan sosial
i).
Islamis atau fundamentalis, maka tradisi
ritual kolektif semacam manaqiban akan Namun dalam perkembangan berikutnya
memupuk kepekaan perasaan dan pengalaman kata “manaqib” sudah menjadi istilah populer,
atas kompleksitas kehidupan sosial sehingga sebagai bagian dari terminologi khas dari
tumbuh rasa saling pengertian dan juga Islam nusantara. Di kalangan nahdhiyyin,
keterbukaan. Dalam konteks inilah tradisi yakni warga ahlisunnah wal jama’ah (aswaja)
manaqiban menjadi tetap penting untuk yang tergabung dalam Nahdlatul Ulama (NU),
dipahami lebih mendalam baik oleh orang manaqib adalah sebuah buku yang berisi kisah,
dalam sendiri (insider) maupun orang luar sejarah dan biografi Syekh Abdul Qodir Jilani.
komunitas (outsider). Beliau adalah Sayyid Abu Muhammad Abdul
Qodir Jilani dilahirkan di Jilani, Irak, pada
tanggal 1 bulan Romad}on, tahun 470 Hijriyah
Pelacakan Istilah Manaqiban (versi lain 471 Hijriyah), bertepatan dengan
Kata manaqiban berasal dari kata bahasa 1077 Masehi. Beliau wafat pada tanggal 11
Arab ‘manaqib’ ditambah akhiran –an, yang Rabi’ul Akhir tahun 561 Hijriyah bertepatan
merupakan jamak dari kata manqobah yang dengan 1166 Masehi, pada usia 91 tahun.
berarti beberapa kebaikan atau keindahan. Beliau dikebumikan di Bagdad, Irak (Manaqib,
Bisa juga bermakna sifat yang baik, etika dan bagian 1). Maka setiap tanggal 11 Rabi’ul
Akhir di berbagai penjuru nusantara, umat

260 | Ensiklopedi Islam Nusantara


aksara Latin dengan dikombinasi bahasa
aslinya yaitu bahasa Arab.
Kitab-kitab tersebut seperti kitab
Annurul al Burhani, terjemahan Manaqib
Syekh Abdul Qadir Jilani memakai bahasa
Jawa dengan aksara pegon, disusun oleh Abi
Luthfi Al Hakim Muslih bin Abdurrahman,
Mranggen, Demak, Jawa Tengah. Jawahirul
Ma’ani, dilengkapi kaifiyah dan penjelasan
faedah dengan bahasa Jawa, aksara Pegon,
disusun oleh Syaikh KH. Ahmad Jauhari
Umar, Tanggulangin, Kejayan, Pasuruan, Jawa
Timur. Ada juga dalam bentuk Buku Pelajaran
Nurul Huda seri 1 sampai 6 Yayasan Nurul Huda,
memakai bahasa Indonesia yang disusun oleh
KH. Machmudi dan Tim Yayasan Nurul Huda,
Keleng Kelet, Jepara, Jawa Tengah. Ada juga
dalam bentuk Penjelasan Manqobah (Kisah
tentang keshalehan dan keutamaan ilmu)
dari Syekh Abdul Qodir Jilani yang disadur
dari Tafrikhul Khothir fi Manaqibisy Syaikh
Abdul Qodir dan kitab ‘Uqudul Laili fi Manaqibil
Kitab Induk Manaqib yang menjadi salah satu rujukan Jaili seperti dilakukan di Pondok Pesantren
utama Manaqib Syekh Abdul Qodir Jilani di Nusantara
Koleksi Nur Said Suryalaya, Jawa Barat, di bawah asuhan KH.
A. Shohibulwafa Tadjul Arifin yang dikenal
dengan Abah Anom semasa hidupnya.
Islam aswaja banyak yang menyelenggarakan Seluruh kitab-kitab manaqib tersebut,
haul, peringatan wafat Syekh Abdul Qodir berisi berbagai kisah keteladanan antara lain
Jilani dengan berbagai acara pengajian dan berupa keteladanan perilaku moral (akhlak
pembacaan manaqib sebagai puncaknya. mulia), kedalaman ilmu dan berbagai kejadian
keluarbiasaan (khawariqul’adah) yang dipercaya
sebagai “karamah” (kekeramatan) dari Syekh
Seputar Kitab manaqib dan Keteladanan
Abdul Qadir Jilani. Secara lebih rinci beberapa
Syekh Abdul Qodir Jilani
manqobah dalam manaqib Syekh Abdul Qadir
Kitab manaqib Syekh Abdul Qodir Jilani Jilani antara lain:
yang berkembang di nusantara cukup beragam.
1) Manqobah pertama: Menerangkan
Hal itu tergantung pada pemberi ijāzah atau
tentang nasab keturunan Syekh Abdul
seorang guru yang memiliki sanad keilmuan
Qodir Jaelani.
dalam menjalankan ritual pembacaan manaqib.
2) Manqobah kedua: Beberapa macam tanda
Kitab-kitab Manaqib Syekh Abdul Qadir
kemuliaan pada waktu Syaikh Abdul Qodir
Jilani yang banyak beredar di nusantara
dilahirkan.
pada umumnya disusun oleh penulis-penulis
Indonesia sendiri yang maraji’ (sumber 3) Manqobah ketiga : Kecerdasan Syekh
rujukan) dari kitab-kitab berbahasa Arab yang Abdul Qodir dalam waktu menuntut ilmu.
dipandang mu’tabar, terutama kitab Lujainud- 4) Manqobah keempat : Kepribadian dan
Dani karangan Sayyid Syaikh Ja’far bin Hasan budi pekerti Syekh Abdul Qodir.
al Barzanzy yang kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Jawa, aksara Pegon. Sebagian 5) Manqobah kelima : Pakaian Syekh Abdul
lagi ditulis memakai bahasa Indonesia dengan Qodir dan ujian yang beliau terima.

Edisi Budaya | 261


6) Manqobah keenam : Syekh Abdul Qodir Qodir, lalu jatuh dan mati.
bersama Nabi Khidhir di Iraq.
21) Manqobah kedua puluh satu : Syekh Abdul
7) Manqobah ketujuh : Kebiasaan Syekh Qodir mengusap burung elang yang
Abdul Qodir setiap malam digunakan terputus kepalanya dan terbang kembali.
untuk ibadah sholat dan dzikir.
22) Manqobah kedua puluh dua : Syekh Abdul
8) Manqobah kedelapan : Berlaku benar Qodir tiap tahun membebaskan hamba
dan jujur adalah pandangan hidup Syekh sahaya dari perbudakan, serta nilai
Abdul Qodir. busana.
9) Manqobah kesembilan: Syekh Abdul Qodir 23) Manqobah yang kedua puluh tiga : Syekh
untuk pertama kalinya memberikan Abdul Qodir menerima makanan yang
ceramah pengajian di hadapan para ulama turun dari langit.
Baghdad.
24) Manqobah keduapuluh empat : Masyarakat
10) Manqobah kesepuluh : Para ulama yang menderita penyakit tho’un/kolera
Baghdad berkumpul di madrasah Syekh sembuh dengan rumput dan air madrasah
Abdul Qodir dengan membawa masalah Syekh Abdul Qodir.
yang berbeda.
25) Manqobah kedua puluh lima : Tulang
11) Manqobah kesebelas : Telapak kaki Nabi belulang ayam hidup kembali berkat
Muhammad Saw. memijak pundak Syekh karomah Syekh Abdul Qodir.
Abdul Qodir pada malam Mi’raj.
26) Manqobah kedua puluh enam: Anjing
12) Manqobah kedua belas: Para wali penjaga istal (kandang kuda) Syekh Abdul
menyaksikan peringkat ketinggian Syekh Qodir membunuh seekor harimau.
Abdul Qodir.
27) Manqobah kedua puluh tujuh : Syekh
13) Manqobah ketiga belas: Kerusakan orang- Abdul Qodir membeli empat puluh ekor
orang yang menyebut Syekh Abdul Qodir kuda untuk cadangan obat orang sakit.
tanpa berwudlu.
28) Manqobah kedua puluh delapan : Jin dan
14) Manqobah keempat belas : Orang yang syetan di bawah kekuasaan Syekh Abdul
membaca hadiah bertawasul kepada Qodir.
Syekh Abdul Qodir akan hasil maksudnya.
29) Manqobah kedua puluh sembilan :
15) Manqobah kelima belas: Nama Syekh Mengampuninya raja jin kepada orang
Abdul Qodir seperti ismu al a’z}om yang telah membunuh anaknya.
16) Manqobah keenam belas: Syekh Abdul 30) Manqobah ketiga puluh : Berkat karomah
Qodir menghidupkan orang yang sudah Syekh Abdul Qodir bisa menolak gangguan
mati dalam kubur. jin dan orang jahat.
17) Manqobah ketujuh belas : Syekh Abdul 31) Manqobah ketiga puluh satu : Syekh Abdul
Qodir merebut ruh dari malakul maut. Qodir berziarah ke makam Rosululloh Saw
dan mencium tangan beliau.
18) Manqobah kedelapan belas: Berkat
karomah Syekh Abdul Qodir bayi 32) Manqobah ketiga puluh dua: Syekh
perempuan menjadi bayi laki-laki. Abdul Qodir berbuka puasa di rumah
murid-muridnya pada satu waktu yang
19) Manqobah kesembilan belas :
bersamaan.
Diselamatkannya orang yang fasiq karena
menjawab Syekh Abdul Qodir kepada 33) Manqobah ketigapuluh tiga :
malaikat Munkar Nakir. Menyelamatkan seorang perempuan
muridnya syekh abdul qodir dari
20) Manqobah kedua puluh : Seekor burung
khianatnya seorang lelaki fasik.
pipit terbang di atas kepala Syekh Abdul

262 | Ensiklopedi Islam Nusantara


34) Manqobah ketiga puluh empat: Syekh Abdul Qodir duduk di atas sejadah
Abdul Qodir memberikan pertolongan melayang-layang di atas sungai Dajlah.
kepada seorang wali yang telah dilepas
44) Manqobah Keempat puluh empat : Berkat
pangkat kewaliannya.
syafa’at Syekh Abdul Qodir, wali yang
35) Manqobah ketigapuluh lima : Syekh mardud (ditolak) dapat diterima kembali
Ahmad Kanji menjadi murid Syekh Abdul menjadi wali maqbul (diterima).
Qodir atas petunjuk gurunya.
45) Manqobah keempat puluh lima: Syekh
36) Manqobah ketiga puluh enam : Syekh Abdul Qodir menyelamatkan muridnya
Ahmad Kanji menjunjung kayu bakar dari api dunia dan akhirat.
diatas kepalanya.
46) Manqobah keempat puluh enam :
37) Manqobah ketiga puluh tujuh : Berkat do’a Keberadaan, perwujudan, Syekh Abdul
Syekh Abdul Qodir seorang perempuan Qodir adalah wujud Nabi Muhammad
mempunyai tujuh anak laki-laki. Saw.
38) Manqobah ketiga 47) Manqobah keempat
puluh delapan : puluh tujuh: Syekh
Syekh Abdul Qodir Abdul Qodir tak tergoda
menyelamatkan oleh tipu daya syetan.
muridnya dari
48) Manqobah keempat
siksaan malaikat
puluh delapan : Syekh
Munkar dan Nakir.
Abdul Qodir menampar
39) M a n q o b a h dan mengusir syetan.
ketigapuluh
49) Manqobah keempat
sembilan : Setiap
puluh sembilan : Raja
datang tahun baru
Baghdad memberi
tahun itu memberi
hadiah uang kepada
tahu kepada Syekh
Syekh Abdul Qodir, uang
Abdul Qodir
itu berubah menjadi
peristiwa yang akan
darah.
terjadi pada tahun
ini. 50) Manqobah keempat
kelima puluh: Syekh
40) Manqobah keempat
Abdul Qodir diminta
puluh : Syekh
memberikan buah apel
Abdul Qodir diberi
oleh Raja Baghdad bukan
buku, daftar untuk
pada musim berbuah.
mencatat murid- Kitab Manaqib Jawahirul Ma’ani, Pegangan Tradisi
Manaqiban di Pasuruan Jawa Timur dan sekitarnya 51) Manqobah kelima
muridnya sampai Gambar 3 (Koleksi Nur Said)

hari kiamat. puluh satu : Wasiat


Syekh Abdul Qodir
41) Manqobah Keempatpuluh satu: Salah
kepada putranya Abdul Rozak.
seorang murid Syekh Abdul Qodir tidak
merasa lapar dan haus setelah menghisap 52) Manqobah kelima puluh dua; Keutamaan
jari tangan Syekh Abdul Qodir. praktek sholat hajat dan tawasul kepada
Syekh Abdul Qodir.
42) Manqobah Keempat puluh dua : Syekh
Son’ani karena tidak taat kepada 53) Manqobah kelima puluh tiga: Tanda-tanda
Syekh Abdul Qodir nasibnya menjadi keistimewaan Syekh Abdul Qodir ketiaka
penggembala babi. menjelang wafat wafat.

43) Manqobah Keempat puluh tiga Syekh 54) Manqobah kelima puluh empat: Syekh

Edisi Budaya | 263


Suasana Manaqiban Suryalaya Kuno, Tasikmalaya, Jawa Barat
Gambar 4 (Sumber: suryalaya.com)

Abdul Qodir bertemu dengan wali ini seorang mursyid boleh memodifikasi atau
pembimbing Syekh Hamad wali besar memadukan dengan aliran thariqah lain yang
pada zamannya beliau. dianggap cocok sebagaimana terbentuknya
Thariqah Qadiriyyah Naqsabandiyyah yang
55) Manqobah Kelima Puluh Lima : Syekh
banyak diikuti oleh jama’ah manaqib dari
Abdul Qodir dengan latihan-latihan
berbagai kota di Indonesia.
rohaninya.
Hal ini bisa dicermati dari jama’ah manaqib
56) Manqobah kelima puluh enam: Syekh
yang berpusat di Pondok Pesantren Futuhiyyah
Abdul Qodir tekun dan istiqomah
Mranggen Demak, dengan perintisnya Rama
membaca wirid asmul husna dan asmuun
KH. Muslih Abdurrahman; juga di Pondok
Nabi serta jiwa sosialnya yang tinggi.
Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus, Jawa Tengah
57) Manqobah kelima puluh tujuh : Syekh dengan tokoh sentralnya Rama KH. M. Arwani
Naqsyabandi menerima talqin z|ikir Amin serta Pondok Pesantren Suryalaya,
Ismuz|z|at dari Syekh Abdul Qodir Tasikmalaya, Jawa Barat dibawah bimbingan
yang telah wafat jauh sebelumnya Abah Anom.
(Fafirruuilalloh, 2016).
Thariqah Qadiriyyah Naqsabandiyyah
Dari beberapa manqobah yang penuh merupakan perpaduan dari dua buah thariqah
dengan kemuliaan dan keluarbiasaan tersebut (tarekat) besar, yaitu Thariqah Qadiriyyah dan
mencerminkan keluhuran akhlak dan pancaran Thariqah Naqsabandiyyah. Pendiri tarekat ini
Cahaya Ilahi yang melekat pada diri Syekh Abdul adalah seorang Sufi Syekh besar Masjid Al-
Qodir yang dikenal sebagai pendiri Thariqah Haram di Makkah al-Mukarramah bernama
Qadiriyyah yang dikenal luwes. Salah satu Syaikh Ahmad Khatib Ibn Abd. Ghaffar al-
keluwesannya adalah bahwa murid yang sudah Sambasi al-Jawi (w.1878 M.). Beliau adalah
mencapai derajat gurunya (mursyid) dianggap seorang ulama besar dari Indonesia yang
sudah mandiri sebagai Syekh bisa langsung tinggal sampai akhir hayatnya di Makkah.
menjadikan Allah sebagai walinya. Dalam hal Syaikh Ahmad Khatib adalah Mursyid dari

264 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Thariqah Qadiriyyah dan juga sebagai Mursyid Islam sufistik adalah Islam pertama yang
atas Thariqah Naqsabandiyyah. Sebagai berpengaruh di Indonesia bahkan hingga
seorang Mursyid Thariqah Qadiriyyah, beliau sekarang (Mas’ud, 2004: 64-65; Said, 2010:
memiliki kewenangan untuk memodifikasi 54; Shihab, 2004). Tanpa sufisme, Islam tidak
atas thariqah yang dipimpinnyan, maka beliau akan pernah menjadi “Agama Jawa” atau
menggabungkan inti ajaran kedua tarekat sufisme Islam Jawa dengan cirinya antara lain
tersebut, yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah dominasi sifatnya yang sarat dengan nilai-nilai
Naqsabandiyah dan mengajarkannya kepada toleransi dan akomodatif terhadap tradisi Jawa
murid-muridnya terutama dari Indonesia yang yang antara lain mewujud tradisi manaqiban
berkembang hingga sekarang. yang berkembang hingga sekarang.
Seperti di singgung di atas bahwa thariqah
Qadiriyyah Naqsabandiyyah yang banyak
Sejarah dan Keberlansungan Manaqiban
diikuti oleh jamaah manaqib berkembang
Kalau dicermati betul manaqib dalam di nusantara pada pertengahan abad XIX,
pengertian kisah, sejarah atau biografi tepatnya dibawa oleh Syaikh Ahmad Khatib
sosok-sosok panutan sudah ada sejak Nabi Ibn Abd. Ghaffar al-Sambasi al-Jawi yang
Muhammad Saw lahir, selama hidup maupun wafat tahun 1878 M. Maka diduga kuat tradisi
setelah wafat. Bahkan manaqiban terkait manaqiban juga berkembang sejak tahun itu,
kisah-kisah teladan juga banyak disinggung meskipun manaqib itu sendiri sudah ada jauh
dalam Al Qur’an dan Hadis. Misalnya saja sebelumnya.
manaqib Maryam, Ashhabul Kahfi, Zulqornain,
Dalam perkembangan sejak akhir abad
Abu Bakar as-Sidiq, Umar bin Khatab, Ali bin
XX dan awal abad XXI tradisi manaqiban
Abi Thalib, dan juga para Walisongo di Jawa
mengalami dinamika yang cukup menarik.
termasuk Syekh ‘Abdul Qodir Jilani. Karya
Dari segi penyelenggaraannya, paling tidak
manaqib seperti itu mengalami perkembangan
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) pola
yang cukup dinamik yang sebagian memang
unik:
telah dikisahkan dalam Al Qur’an, namun
sebagian yang lain memang belum tertulis 1) Manaqiban Berbasis Kekeluargaan (MBK)
(QS. Al-Mu’min: 78; An Nisa’: 164).
Pola MBK ini biasanya diselenggarakan
Untuk yang belum tertulis atau belum untuk memenuhi kepentingan individu
terdokumentasi tugas generasi penerus atau keluarga ketika sedang memiliki
Islam nusantara segera bangkit bergerak hajat tertentu, misalnya mau mendirikan
mengadakan penelitian sejarah, baik dari rumah, khitanan, pernikahan atau
sumber al-Qur’an, Hadis atau juga sumber- berbagai hajat lain yang bersifat mendesak.
sumber lain yang dapat dipercaya sehaingga Dalam pelaksanaannya terkadang
terlahir berbagai kitab manaqib berbagai tokoh dilakukan dengan menggabungkan dalam
teladan yang darinya bisa diambil pelajaran bentuk nazar (janji seseorang kepada Allah
dan hikmahnya. untuk melakukan sesuatu hal jika apa yang
diharapkan terpenuhi atau terkabulkan).
Khusus manaqib Syekh Abdul Qodir Jilani
Hal ini seperti sering dilakukan sebagian
yang berkembang di nusantara memang
umat Islam dalam momen ziarah ke
memiliki sejarah tersendiri yang sangat erat
makam Kangjeng Sunan Muria Kudus
kaitannya dengan jejak sufisme Jawa pada
atau ziarah para auliya yang lainnya.
periode kewalian (Walisongo) sejak abad
XV-XVI. Dalam sejarahnya Walisongo telah Figur kunci sebagai agen penguatan tradisi
berperan sebagai agen perubahan yang unik dalam MBK adalah para kiai kampung
di Jawa sehingga mampu mengawinkan aspek atau kiai langgar/masjid yang sudah
spiritual yang sakral dengan aspek sekuler mendapatkan ijazah manaqib dari dari kiai-
yang profan dalam menyemaikan Islam di kyai sepuh atau mursyid yang memiliki
Jawa dalam bentuk sufisme Islam Jawa. sanad keilmuan. Figur kunci kelompok

Edisi Budaya | 265


MIBK ini terkadang juga dari kepala
keluarga sendiri yang kebetulan sudah
mendapatkan ijazah manaqib. Sementara
pesertanya adalah para anggota keluarga
yang sedang memiliki hajat (nduwe gawe)
dengan mengundang sejumlah kerabat
atau tetangga dekat yang biasanya
terdiri dari sekitar 5 sampai 10 orang
untuk kelompok kecil atau 10 sampai 20
orang ukuran keluarga besar. Pesertanya
bisa dari kaum laki-laki maupun kaum
perempuan, masing-masing yang memiliki
waktu boleh mengikuti sesuai kesepatan
keluarga.
Jama’ah Manaqiban K.H. Ahmad Asrori Utsman Al-Ishaqi,
Bermacam-macam hajat yang sering Kedinding, Surabaya
didahului dengan Manaqiban antara Gambar 7 (Sumber: google.com)

lain: khitanan, pernikahan, membangun


rumah (mbuka pandeman), ulih-ulihan utamanya adalah Abah Anom atau KH.A.
(menempati rumah baru), memiliki Shohibulwafa Tadjul Arifin secara terinci
kendaraan baru, menempati kios/ menjelaskan 57 (lima puluh tujuh)
pertokoan baru, selametan weton (hari manqobah (kisah tentang keshalehan dan
lahir) seseorang, mengawali awal keutamaan ilmu) dari Syekh Abdul Qodir
pendidikan dan kegiatan lain yang Jilani dengan merujuk dari beberapa kitab
diharapkan membawa kebaikan. menggunakan bahasa Indonesia dan juga
bahasa Sunda.
2) Manaqiban Berbasis Pesantren (MBP)
Legitimasi karya-karya berupa kitab
Pola ini biasanya berkembang di pesantren
terjemahan atau penjelasan (syarah)
yang dikelola oleh kyai yang memiliki
dari manaqib Syekh Abdul Qodir al-
kewenangan memberi ijazah dan atau
Jilany didukung dengan sanad keilmuan
mursyid. Beberapa kyai yang menjadikan
yang jelas menjadi daya tarik tersendiri
pondok pesantrennya sebagai pusat
bagi jamaah manaqib di tiga pesantren
pengembangan dan penyebaran ritual
tersebut. Namun faktor utamanya adalah
manaqiban biasanya memiliki karya kitab
kebesaran dan kharisma guru/mursyid
karangan khas baik berupa penerjemahan
di masing-masing pesantren seperti KH
atau penjelasan (syarah) kitab manaqib
Muslih Abdurrahman, Mranggen, Demak;
yang secara khusus diperuntukkan
K.H. Ahmad Asrori Utsman Al-Ishaqi,
kepada para anggota jamaahnya.
Kedinding, Surabaya; KH. Ahmad Jauhari
Misalnya kitab Jauharul Ma’ani, disusun
Umar, Pasuruan; KH. A. Shohibulwafa
oleh Syaikh KH. Ahmad Jauhari Umar,
Tadjul Arifin atau yang terkenal dengan
dengan Pondok Pesantren Darus Salam
Abah Anom, Tasikmalaya dan tokoh-
Tanggulangin, Kejayan, Pasuruan, Jawa
tokoh lainnya. Beberapa hal itulah yang
Timur sebagai pusat dan kedudukan guru
antara lain menjadi faktor pengiring
atau mursyidnya. Ada juga kitab Annurul
berkembangnya jama’ah manaqib hingga
al Burhani karangan Abi Luthfi Al Hakim
jutaan jamaah dari berbagai propinsi di
Muslih bin Abdurrahman, Mranggen,
Indonesia dan juga dari manca negara.
Demak, Jawa Tengah dengan Pondok
Pesantren Futuhiyyah sebagai sentral 3) Manaqiban Berbasis Jam’iyyah (MBJ)
pemberian ijazah dan kegiatan jamaah. Pola ini berkembang diawali dengan
Sementara di Pondok Pesantren Suryalaya adanya figur kunci seorang guru atau pembina
Tasikmalaya, Jawa Barat dengan tokoh

266 | Ensiklopedi Islam Nusantara


utama yang memiliki pengalaman spiritual “Jam’iyyah Manaqib Nurul Huda iku #
tingkat tinggi sebagai cikal bakal berdirinya Kang diamalake kabeh ana telu
Jam’iyyah Manaqib. Hal ini sebagaimana
Maca tahlil, maca manāqib kanthi saestu
dialami oleh KH. Machmudi di Keleng
# Maiz}ah h}asanah amalan kang kaping
Kelet, Jepara yang awalnya mendalami dan
telu”
mengamalkan bacaan manaqib sejak tahun
1993 dan dirasakan besar karomahnya. Suatu (Jam’iyah Manaqib Nurul Huda itu # Yang
saat ketiak menunaikan ibadah haji tahun diamalkan semua ada tiga
1995, sempat bermimpi bebera kali ditemui (1) Membaca tahlil, (2) membaca
Syekh Abdul Qodir Jilani sejak di tanah suci Manaqib dengan sungguh# (3) Nasehat
hingga bahkan hingga kembali ke tanah air. utama itu amalan yang ketiga)
Dengan pertimbangan pengikutnya semakin
banyak dan dari berbagai daerah akhirnya Tempat pertemuan selapanan (35 hari)
tahun 1996, mendirikan Yayasan Jam’iyyah sekali diselenggarakan di rumah masing-
Manaqib Nurul Huda (JMNH). Strategi masing anggota NH secara bergantian. Setiap
pengembangannya adalah dengan membentuk kali putaran selesai, semua rumah anggota
kelompok di berbagai kota bahkan hingga sudah ditempati, maka Pembina Utama yakni
manca negara. KH Macmudi biasanya hadir langsung dalam
forum pertemuan kelompok. Kepentigannya
Setiap kelompok terdiri dari 15 sampai 20 adalah disamping untuk membangun
orang boleh dari kalangan muslimin maupun silaturrahim dan kedekatan emosional, juga
muslimat. Masing-masing kelompok disebut memberikan bimbingan secara langsung
kelompok Nurul Huda (NH). Di seluruh kepada anggota kelompok termasuk dalam
Indonesia ada seribu lebih kelompok NH atau merespon berbagai masalah anggota NH.
terdiri dari NH1, NH2, NH3 dan seterusnya Dalam hal ini, setiap kelompok NH disamping
hingga seribu lebih. memiliki fungsi solutif atas permasalahan
Secara nasional Jam’iyyah Manaqib NH hidup umat, cinta kepada waliyyullah dan
menyelenggarakan mu’tamar setiap lima tahun taqarrub ila Allah juga memiliki nilai-nilia
sekali dan setahun sekali menyelenggarakan pendidikan tasawuf yang lebih sistematis dan
pertemuan dengan pembina utama terarah.
(tawajjuhan) yang bertempat di kota tertentu
secara bergantian.
Prosesi Ritual Manaqiban
Sisi lain dari pola MBJ adalah, setiap
kelompok NH bukan sekedar menjalankan Sebelum ritual manaqiban diselenggarakan
pertemuan rutin ritual manaqiban, tetapi juga ada persyaratan khsuus yang harus dipenuhi.
ada pendampingan dan pendalaman materi
berhubungan dengan tasawuf yang dipimpin
langsung oleh pembina kelompok. Disamping
itu juga disediakan modul atau buku pelajaran
seri satu hingga enam yang dapat dijadikan
sebagai sumber materi belajar (mengaji).
Untuk memudahkan pendalaman dan
penyerapan materi JMNU juga menggunakan
pendekatan syi’iran yang berisi materi
terkait tasawuf dan nilai-nilai utama dalam
JMNU. Pada intinya orientasi materi yang
dikembangkan dalam JMNI ada 3 (tiga)
Peserta Muktamar Jam’iyyah Manaqib Nurul Huda
sebagaimana disampaikan dalam syi’iran asuhan KH. Machmudi Jepara, Jawa Tengah
Nurul Huda: Gambar 8 (Sumber: google.com)

Edisi Budaya | 267


Setiap jamaah dianjurkan dalam keadaan kepada kyai kampung atau modin (bagian
suci lahir maupun batin, bebas dari najis dan kesejahteraan rakyat) dari aparat desa.
berwudlu. Bersaaan dengan itu, sejumlah
Di tengah proses pembacaan Manaqib,
sarana pelengkap juga dipersiapkan antara
setiap kali nama Syekh Abdu Qodir Jilani
lain: (1) nasi, diutamakan nasi uduk kuning; (2)
disebut, maka jamaah Manaqib yang hadir
ingkung ayam jago 1 (satu) ekor; (3) satu kendi
menjawab dengan bacaan Al Fatihah atau
atau botol air putih; (4) bunga sembilan jenis;
membaca doa radliyallahu anhu (semoga Allah
(5) empat cawik (cawan) bubur merah putih;
mencurahkan rida kepadanya). Selama bacaan
(6) dua lirang pisang raja (Versi JMNU).
Manaqib dibacakan sebagian jamaah juga ada
Dalam menjalankan proses ritual yang terus membaca shalawat kepada Nabi
manaqiban masing-masing jamaah manaqib, Muhammad Saw. Ada juga yang membaca zikir
terkadang memang ada sedikit perbedaan. “lailaha illah, Muhammadurrasulullah, Syaikh
Hal ini sesuai petunjuk guru, pembina utama Abdul Qodir waliyyullah” (tiada Tuhan selalin
atau mursyid. Namun pada umumnya prosesi Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah,
Manaqiban meliputi acara pokok antara Syaikh Abdul Qodir wali Allah).
lain: (1) Pembukanaan (iftitahul majlis) yang
Pada bagian penutupan bacaan Manaqib
diawali dengan pembacaan Surat Al Fatihah.
biasanya dilanjutkan dengan doa istigoshah
(2) Pembacaan hadhrah atau tawas}s}ul yang
yang isinya berupa tawashshul melalui Syaikh
dilanjutkan tahlil dan doanya. Sebagian ada
Abdul Qodir Jilani dalam mengantarkan doa-
yang diselingi dengan pembacaan tanbih
doa khusus kepada Allah Swt. Para jamaah
(peringatan) dan pembacaan manqobah (kisah
Manaqib ini memiliki keyakinan teologis
tentang keshalehan dan keutamaan ilmu)
dalam bahwa bertawasul kepada waliyullah
Syekh Abdul Qodir Jilani. (3) Pembacaan
sebagaimana kepada Syaikh Abdul Qodir Jilani
Manaqib yang dipimpin oleh sesepuh jamaah;
adalah dianjurkan dan tidak bertentangan
(4) Istirahat (5) Mauidzah Hasanah (pengajian);
dengan akidah Islam Kalaupun ini tergolong
(6) Pesan-pesan dari anggota jamaah; (7) do’a
bagian dari bid’ah, namun tergolong bid’ah
penutup.
mahmudah atau bid’ah yang membawa berkah
Namun untuk ritual manaqiban yang (Muslih, 2013: 83).
diselenggarakan oleh individu atau keluarga
Apalagi begitu prosesi manaqiban selesai
tertentu karena memiliki hajat tertentu,
beberapa sarana manaqiban seperti nasi,
maka biasasanya proses acara lebih simpel.
bubur, ingkung ayam berikut air berkah yang
Sebelum upacara manaqiban dimulai terlebih
bertabur doa juga dibagikan kepada jama’ah
dahulu diberi penjelasan terkait maksud
dan tetangga sebelah sebagai wujud sedekah
diselenggarakan manaqiban oleh orang yang
dan syukur kepada Sang Maha Rahmah.
ditunjuk sebegai juru bicara mewakili tuan
Dengan manaqiban, Islam justru terasa lebih
rumah dan sekaligus sebagai pembawa acara.
indah.
Acara diawali dengan pembacaan surat
Al Fatihah yang ditujukan pahalanya kepada
Nabi Muhammad SAW, para nabi dan rasul, Manaqiban, Jalan Cinta Insan Beriman
para syuhada, para wali, ulama dan kaum Semarak manaqiban di kalangan umat
muslimin, muslimin yang sudah wafat. Pahala Islam nusantara ini, tidak menunjukkan bahwa
bacaan surat Al Fatihah juga secara khusus itu sebagai tujuan hidup. Manaqiban hanyalah
dihadiahkan kepada orang tua, leluhur dan sebagai bagian dari alat atau media dalam
sanak saudara yang sudah meninggal dimana menempuh jalan cinta kepada Yang Maha
data nama-namanya sudah dipersiapkan lebih Rahmah dengan mencintai para kekasihnya
awal oleh tuan rumah. Begitu pembacaan surat (waliyyullah).
Al Fatihah selesai secara berjamaah, maka
dilanjutkan pembacaan Manaqib oleh salah Meskipun dalam upacara manaqiban
seorang yang ditunjuk, biasanya diberikan ada perlengkapan yang disiapkan, namun

268 | Ensiklopedi Islam Nusantara


itu tidaklah baku. Yang lebih utama perlu tambahan bacaan tertentu. Antara lain bisa
diperhatikan adalah memperkuat robithoh mendapatkan ‘ilmu ladunni, keluasan rezeki,
(ikatan batin) kepada Guru atau Mursyidnya. Di dagangan menjadi laris, cepat tercapai hajat
sampung itu di tengah manaqiban para jamaah pembangunan, banyak murid, kanuragan,
mengkondisikan situasi dan kondisi agar tetap cepat memperoleh jodoh dan lainnya (Umar,
tenang dan fokus sebagaimana sedang wukuf tt: 34-36).
dalam ibadah haji. Wukuf adalah diam penuh
Dari beberapa uraian di atas dapat
kesadaran untuk mengaktifkan kepekaan 7
dipahami bahwa tradisi manaqiban sebagai
(tujuh) indra dari anggota badan sekaligus,
bagian dari warisan budaya Islam nusantara
yaitu; (1) telinga tidak mendengarkan suara
tereproduksi dalam relasi sosial dan kontestasi
kecuali suara dari bacaan-bacaan yang
tanda budaya yang dibalut dalam kesadaran
dibacakan dalam manaqib; (2) mata dipejamkan
keislaman yang kuat sehingga di dalamnya
untuk membantu bisa fokus; (3) keluar dan
sarat dengan modal sosial, kultural dan
masuk nafas hidung diiringi dengan zikir khofi;
sekaligus modal spiritual.
(4) mulut tidak bersuara, kecuali ketika sedang
membacakan bacaan-bacaan dalam manaqib; Kekayaan modal sosial dalam tradisi
(5) tangan tidak memegang kecuali alat-alat manaqiban dapat dicermati adanya rasa saling
manaqib; (6) perut tidak diisi oleh makanan percaya (trust), tepo sliro (toleransi), dan
atau minuman ketika manaqib sedang dibaca; tolong menolong (kooperasi). Maka adanya
(7) kaki dalam posisi diam, baik dengan duduk kesadaran untuk mengundang sanak saudara
ataupun berdiri. dan tetangga sebelah dalam manaqiban adalah
wujud nguwongke (menghargai) sebagai bagian
Diamnya tujuh indra seperti di atas masih
penting dalam kehidupan sosial. Yang menarik
didukung dengan kesadaran batin yakni yang
ketika prosesi manaqiban selesai juga ada
paling utama adalah hati yang harus dalam
ruang untuk ramah tamah, makan bersama
bertawajuh (berdzikir kepada Allah swt).
yang diselingi berbagai cerita hidup untuk
Melalui olah batin dengan penuh “diam” dan
saling memperkaya pengalaman. Pengalaman
keheningan tersebut diyakini akan menjadikan
adalah guru yang terbaik. Suasana seperti itu
manaqib bisa berfungsi sebagai 3 (tiga) alat
hanya bisa ditemukan dalam relasi sosial yang
sekaligus yaitu: (1) alat untuk menebus dosa;
dialogis sebagaimana dalam tradisi manaqiban.
(2) alat untuk menerima dan mengumpulkan
kucuran Rohmat Allah swt.; (3) Alat untuk Kekayaan modal kultural dapat dicermati
menghasilkan suatu berkah dan jalan keluar dalam berbagai sarana manaqiban yang
bagi berbagai masalah (Fafirruuilalloh, 2016). disiapkan seperti nasi kuning, ingkung ayam
jago yang masih utuh, empat bubur merah
Hal ini juga disadari secara ekplisit dalam
putih, satu kendi air putih dan warna-warni
panduan manaqib Nurul Huda (NH) Jepara
sembilan bunga, semua itu adalah bagian dari
diantara tujuan manaqiban adalah antara lain:
bahasa simbol yang sarat makna. Simbol dan
(1) memupuk rasa cinta kepada z|urriyyah
ungkapan dalam tradisi Jawa Islam adalah
Nabi Saw.; (2) Memperkuat cinta kepada
manifestasi pikiran, kehendak dan rasa Jawa
para salihin (orang-orang shaleh) dan para
yang halus. Maka ada istilah Wong Jawa Nggone
auliya; (3) Memperoleh berkah dan syafa’at
Semu, yang bermakna bahwa orang Jawa dalam
dari Syekh Abdul Qodir Jilani; (4) Bertawasul
memandang realitas tak hanya menampilkan
kepada Syekh Abdul Qodir Jilani hanya karena
wadhag (kasat mata), namun penuh dengan
Allah semata; (5) Ada juga sebagian orang yang
isyarat atau sasmita (Endaswara, 2016: 24).
menjalankan ritual manaqib untuk memenuhi
nazar karena Allah. Hal ini juga berlaku dalam memahami
modal kultural dalam media ritual manaqiban.
Sementara dalam kitab Manaqib Jauharul
Nasi yang ditampilkan dalam manaqiban
Ma’ani disebutkan secara eksplisit paling tidak
diupayakan harus kuning. Warna kuning
ada 20 (dua puluh) faedah ‘az}imah (manfaat
adalah simbol kemakmuran sebagaimana para
agung) dari bacaan manaqib dengan beberapa

Edisi Budaya | 269


petani ketika padi sudah menguning akan Terkait sajian ingkung ayam jago yang
melahirkan kebahagiaan karena sebentar lagi masih utuh, hal ini tak lepas dari kisah dalam
akan panen. manaqib yang termasuk paling kontroversial
karena ini bagian dari keluarbiasan. Diceritakan
Demikian juga adanya bubur merah putih
suatu ketika Syekh Abdul Qadir Jilani pernah
sebagai wujud simbol keberanian (merah)
“menghidupkan” tulang-belulang ayam atas
dalam membela yang benar (putih). Dalam
izin Allah. Begitu ayam hidup ternyata ayam
keadaan apapun hidup harus dilalui penuh
tersebut langsung berzikir mengucapkan:
dengan keberanian, optimisme selagi dilalui
“Lailaha illallah, Muhammadurrasulullah, Syekh
dengan jalan yang benar. Ibarat pepatah Jawa,
Abdul Qadir waliyyullah” (Tiada Tuhan selain
becik ketitik ala ketara (yang baik dikenang,
Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah,
yang buruk jelas dipandang).
Syekh Abdul Qadir wali Allah) (Hasan Al
Sedangkan penggunaaan pisang raja Barzanzy, tt: 23).
dalam sarana manaqiban adalah wujud
Peristiwa seperti di atas kalau dilihat
penegasan bahwa dalam tradisi manaqiban
dengan paradigma sain maupun paradigma
Syekh Abdul Qadir Jilani adalah rajanya
filsafat tentu akan tertolak. Namun dalam
para wali sehingga dikenal dengal Sulthanul
epistemologi ilmu disamping ada paradigma
Auliya, yang tentu memiliki kelebihan dan
sain yang mengedepankan kriteria rasional
keistimewaan di antara para wali Allah yang
empiris dan paradigma filsafat dengan
lain sehingga jamaah manaqib diharapkan
kriterianya adalah rasional murni. Maka
semakin semangat dalam meneladaninya. Hal
paridigma mistik dengan kriteria kepekaan
ini termasuk dalam meneladani para Walisongo
rasa, iman, logis dan kadang empiris lebih
yang telah berjasa mengenalkan Islam di tanah
cocok dalam mencermati peristiwa itu (Tafsir,
Jawa. Maka adanya bunga sembilan macam
2004: 11).
(kembang sangang werno) adalah sebagai
simbol pengingat peran Walisongo sebagai Pengalaman Syekh Abdul Qadir
auliyaillah yang harus dingat dan senantiasa menghidupkan tulang-tulang ayam mati
didoakan kerana perannya dalam Islamisasi menjadi hidup kembali atas ijin Allah dalam
Jawa dengan penuh ramah dan damai. paradigma mistik termasuk logis meskipun
tidak rasional. Harus dibedakan antara logis
Sementara penyedian air kendi atau
dan rasional. Sesuatu yang rasional itu sesuai
wadah yang tanpa tutup ketika pembacaan
hukum alam. Rasionalitas ternyata begitu
manaqib berlangsung diharapkan bacaan-
sempit hanya dibatasi oleh kesesuainnya
bacaan kalimah thayyibah bisa dengan mudah
dengan hukum alam yang empirik. Misalnya
menyerap dalam air itu. Di mana ada air di
tulang belulang ayam yang remuk bisa hidup
situ ada kehidupan. Maka air perlu dirawat
kembali itu tidak rasional, namun dalam
antara lain dengan tetap selalu ingat asal
paradigma mistik, peristiwa itu bisa saja
sumber air adalah dari bumi (tanah) yang
terjadi karena persoalan hidup dan mati itu
diwujudkan dengan kendi yang terbuat dari
atas kehendak dari Sang Maha Menghidupkan
tanah. Penggunaan media air juga wujud
yaitu Allah Swt. Kalau Allah menghendaki
tafa’ulan (mengikuti perbuatan), ketika
tulang-tulang ayam itu hidup kembali itu
suatu ketika Syekh Abdul Qodir, warganya
masuk akal (logis). Logis itu melampoi
banyak terjangkit wabah penyakit tho’un/
rasional, karena termasuk logis adalah sesuatu
kolera sehingga ratusan ribu orang yang
yang masuk akal meskipun dalam obyek
meninggal dunia. Berkat karomahnya, air yang
abstrak supra rasional. Maka metode yang
berasal dari madrasahnya bisa sebagai sarana
cocok untuk memahami fenomena tersebut
penyembuhan berbagai penyakit waktu itu.
dengan menggunakan metode intuisi atau
Maka menyediakan air dalam ritual manaqib
dalam istilah epietemologi mistik disebut akal
sebagai wujud tabarrukan agar bisa menjadi
mustafad atau qalb atau zauq (Tafsir, 2004: 12-
media penyembuh dari segala macam penyakit
13). Maka dengan paradigma mistik, berbagai
bagi yang meminumnya.

270 | Ensiklopedi Islam Nusantara


kejadian keluarbiasaan (khawariqul’adah) spirital, ritual manaqib yang paling menonjol
yang dialami oleh Syekh Abdul Qadir menjadi adalah sarat dengan nilai-nilai spiritual menuju
bagian dari pengetahuan yang bisa diterima ma’rifat kepada Allah. Seperti ditegaskan di
dalam epistemologi ilmu. awal, manaqiban bukanlah tujuan tetapi sebagai
sarana atau alat, yaitu alat untuk menebus dosa
Adanya ingkung ayam jago dalam ritual
dengan mencintai para kekasih Allah dan juga
manaqiban mengingatkan akan kisah luar biasa
sebagai upaya mendapatkan kucuran Rohmat
tentang “ayam berdzikir”, sehingga kepada
Allah swt dengan berwasilah kepada orang-
jama’ah manaqib agar tak henti-hentinya
orang yang jelas-jelas menjadi kekasih Allah.
selalu mengingat Allah (zikrullah) baik dalam
Mengambil i’tibar (pelajaran) atas kehidupan
hati, pikiran maupun tindakan. Ingkung ayam
para wali Allah adalah anjuran Islam dan
jago sebagai wujud penghormatan yang tinggi
semua itu adalah sebagai upaya menempuh
kepada tamu antara lian dengan suguhan
jalan cinta sejati kepada Allah Swt yang dalam
yang terbaik apalagi dan sekaligus wujud
tasawuf disebut dengan ma’rifatullah. Maka
cinta kepada auliya Allah yang ramah kepada
tak berlebihan kalau dikatakan bahwa ritual
kehidupan. Salah satu tanda cinta adalah
manaqiban adalah bagian dari jalan cinta bagi
mempersembahkan yang terbaik.
insan-insan beriman.
Disamping modal sosial dan modal
[Nur Said]

Sumber Bacaan
Abi Luthfi Al Hakim wa Hanif Muslih bin Abdurrahman, Annurul al Burhani, fi Tarjamati Al Lujaini al Dani fi Zikri Nubzati
min Manaqibi al Syekh Abdil Qadir al Jilani. (Juz 1). Semarang: Thoha Putra.
Abi Luthfi Al Hakim wa Hanif Muslih bin Abdurrahman, Annurul al Burhani, fi Tarjamati Al Lujaini al Dani fi Zikri Nubz|ati
min Manaqibi al Syekh Abdil Qadir al Jilani. (Juz 2). Semarang: Thoha Putra.
Abi Luthfi Al Hakim wa Hanif Muslih bin Abdurrahman, Yawaqitu al Asani fi Manaqibi al Syaikhi Abdil Qadir al Jilani. (Juz
1). Semarang: Thoha Putra.
Endraswara, Suwardi, Prof. Dr., (2016). Falsafah Hidup Jawa, Menggali Kebijakan dari Intisari Filsafat Jawa. Yogyakarta:
Cakrawala.
Fafirruuilallah, (2016). “Manaqiban”, dalam http://fafirruuilalloh.com/blog/2016/11/01/manaqiban-pengertian-
manaqib/ (diakses 1 Desember 2016).
Machmudi, KH. dan tim, (1998). Buku Pelajaran Nurul Huda ke-2 Yayasan Nurul Huda, Jepara: Nurul Huda.
Mas’ud, Abdurrahman, (2004). Intelektual Pesantren; Perhelatan Agama dan Tradisi. Yogyakarta: LKIS, 2004.
Hanif, Muhammad, KH. (2013). Bid’ah Membawa Berkah, Semarang: Ar-Ridha (Thoga Putra).
Musthofa, Bisri. (1952), Tarikhul Auliya, Tarikh Wali Sanga, Kudus: Menara Kudus.
Said, Nur. (2005). Jejak Perjuangan Sunan Kudus dalam Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Brillian Media Utama.
Shihab, Alwi. (2001). Islam Sufistik; IslamPertama dan Pengaruhnya hingga kini di Indonesia, Bandung: Mizan.
Tafsir, Ahmad. (2004). Filsafat Ilmu, Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan. Bandung: Rosda.
Umar, Ahmad Jauhari, Al Syekh, Al Hajj. (tt). Jawahirul Ma’ani fi Manaqibi al Syekh Abdil Qadir al Jilani Radiyallahu Anhu,
Pasuruan: PP Darussalam.
Yayasan Jam’iyyah Manaqib Nurul Huda. (1998). Kitabul Manakib Lujainuddani fi Manaqibi Sayyidi al Syekh Abdil Qadir
al-Jilani, Jepara: Nurul Huda.

Edisi Budaya | 271


Manganan

M
anganan adalah kegiatan berkumpul perasaan ragu atau malu dengan apa yang
yang digelar di sebuah tempat di dibawa oleh orang lain. (Okyana R Siregar & FX
desa yang dianggap paling baik atau Sri Sadewo, Kearifan Lokal Tradisi Manganan
sakral. Mulai dari sendang yang memiliki dalam Pembentukan Karakter Masyarakat
pohon besar dengan air yang melimpah, Desa Sugihwaras, 2013: 202 )
di area pemakaman leluhur yang dituakan
Prosesi pertama, adalah dengan menggelar
atau dan tak jarang “Manganan” juga digelar
tahlil, ngaji dan doa bersama yang dipimpin
di balai desa atau rumah Ketua Kampung,
sorang ulama setempat. Sementara penduduk
seorang Kamituwo atau di rumah Kepala desa
desa yang laki-laki melakukan prosesi ngaji
setempat.
dan doa bersama, penduduk perempuan,
Istilah yang serupa dengan tradisi mulai ibu-ibu, nenek-nek dan para remajanya
“manganan” adalah sedekah bumi. Di Cirebon, berdatangan, dengan membawa bakul berisi
“tradisi sedekah bumi” juga dilangsungkan jajan dan makanan.
di tempat-tempat tertentu. Biasanya
Acara ngaji dan doa bersama diikuti
kepala desa dan perangkat desa lainnya
dengan sangat khidmat mereka tertata rapi
mengkoordinir acara tersebut. Pada intinya,
memanjang dengan saling berhadapan.
acara “manganan” adalah sebuah tradisi yang
Penduduk wanita terus berdatangan dengan
berkembang dan bertahan di masyarakat
membawa jajan dan makanan khas desa.
dengan tujuan memperoleh keselamatan
Jajan dan makanan di keluarkan dari bakul
(selametan). Adapun ragam dan proses
ibu-ibu. Dikelompokkan pada jenis makanan
ritual atau penamaannya berbeda antar satu
yang sama, digelar di atas daun pisang untuk
daerah dengan daerah lainnya, diantaranya
kemudian dibagi lagi dengan rata.
Botram di Sunda, Bajamba di Minangkabau
dan Bukittinggi, ada juga yang menggunakan Do’a adalah ritual penting dalam tradisi
dengan istilah munjung, biasanya untuk tukar “manganan” perahu yang menyimbolkan
menukar makanan yang kemudian dimakan keberadaan Islam, hal ini dikarenakan do’a
bersama. yang dilakukan adalah do’a Islami yakni
memanjtakan puja syukur kepada Allah.
Pada hakikatnya, masyarakat memaknai
Dipimpin oleh tokoh agama masyarakat desa
tradisi manganan dengan memandang status
Panyuran. Berdo’a kepada Allah sebagai bentuk
sosial seseorang dalam memabawa makanan
ucapan syukur atas nikmat yang diberikan dari
ke acara manganan. Orang yang memiliki
hasil laut serta sebagai bentuk permintaan
status sosial yang tinggi mewujudkan
kepada Nya untuk diberikan kemudahan
makanan tersebut dengan lauk-pauk yang
dalam mencari rejeki. (DS Utami, Upacara
mencerminkan kondisi ekonomi dirinya.
Ritual Sunan Andong Willis di Desa Panyuran,
Meski demikian, jika dilihat dari fakta yang
skripsi UIN SBY, 2016, h.70 )
ada di lapangan, status sosial ini tidak menjadi
sekat yang memberi jarak antara status sosial Setelah melakukan doa secara bersama-
yang tinggi dan status sosial di bawahnya. sama kemudian mereka melakukan tradisi
Buktinya, mereka tidak memiliki rasa iri atau makan bersama dengan guyub. Mereka
memakan dari hasil makanan yang

272 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dikumpulkan bersama kemudian dimakan pengajian tersebut. Beliau mendeskripsikan
secara bersama-sama pula. perlunya mendoakan orang tua yang telah
meninggal. Sopone wong sing ora seneng
Di daerah Tuban Jawa Timur, tepatnya
ndungakno marang wong sing wis mati, sesuk yen
di desa Gesikharjo, upacara “manganan”
mati ora bakal didungakno wong sing sik urip,
dilakukan setiap hari Senin Kliwon bulan
artinya, siapa pun yang tidak suka mendoakan
Maulid pada setiap tahun. Jadi patokannya
orang yang telah mati, nanti ketika dia mati,
bukan tanggal tetapi hari sekaligus
maka tidak akan didoakan oleh orang lain.
pasarannya. Pelaksanaan ritual “manganan,”
(Nur Syam, hal. 209)
dengan demikian bergantung kepada hari
yang bertepatan dalam bulan Mulud tersebut. Dalam upacara manganan tak ada
Tidak diketahui secara pasti, siapa yang hingar bingar festival yang bernuansa dan
memulai menggunakan hari itu untuk upacara dikonstruksi oleh kaum elit. Oleh karena itu,
manganan, tetapi hal itu telah dilakukan secara tradisi manganan berbeda dengan tradisi
turun temurun. ( Nur Syam, hal. 208) lain seperti haul yang lebih sering hanya
dikhususkan sebagai bagian dari acara orang
Dahulu, acara manganan dilakukan
elit. Tradisi ini hanya khusus dihadiri oleh
disertai dengan sindiran pada malam hari.
orang lokal, tokoh lokal dengan kesederhanaan
Semenjak tahun 1980-an tradisi mengundang
khas pedesaan. Upacara manganan meskipun
sindir (tayuban) dihilangkan dan diganti
tidak bisa dilepaskan dengan tradisi orang
dengan pengajian. Hari Ahad malam Senin
besar berupa wasilah kepada para awliya (wali-
Kliwon di halaman kompleks Masjid Ibrahim
wali) dan Nabi, akan tetapi pada hakikatnya
Asmaraqandi telah disiapkan tempat
ditujukan kepada masyarakat desa- terutama
pengajian umum dalam rangkaian manganan.
yang telah meninggal- dengan harapan akan
Kiai Maimun Jakfar dari Bojonegoro sengaja
memperoleh ampunan dan kebahagiaan di
diundang untuk memberikan siraman
alam kubur dan akhirat. (Nur Syam, hal. 206)
rohani pada pengajian tersebut. Beliau
mendeskripsikan siraman rohani pada

Para Ibu Yang Sibuk Tengah Mempersiapkan Jajanan Sedekah Bumi.


Courtesy : http://blokbojonegoro.com

Edisi Budaya | 273


Nilai-Nilai Filosofis dan Sosiologis membangun kebersamaan masyarakat dari
Tradisi Manganan segala lapisan. Bila tradisi ini dilakukan
oleh para petani, maka tradisi manganan
Tradisi manganan bukan hanya tradisi
dapat menambah informasi mengenai dunia
yang diwariskan dari leluhur yang tanpa nilai-
pertanian melalui acara manganan. Selain
nilai filosofis yang terkandung di dalamnya.
para petani, tradisi manganan juga diikuti oleh
Justru dalam tradisi ini terdapat nilai-
masyarakat non petani. Pedangang misalnya.
nilai filosofis. Pertama, membangun ikatan
Acara manganan dapat mempertemukan
emosional dengan alam sekitar. Warga desa
semua kelompok masyarakat dengan berbagai
yang melakukan tradisi manganan ini tengah
jenis pekerjaan. Kedua, berbagi. Sebagaimana
mewujudkan ungkapan rasa syukur kepada
diketahui, acara manganan ini mereka saling
Allah SWT atas karunia hasil panen yang
membawa makanan dari rumah kemudian
melimpah. Kedua, menghargai lingkungan.
membagikannya kepada yang lain. Lalu mereka
Hal ini didasarkan pada rasa takut akan
juga menerima hasil bawaan orang lain yang
dampak perusakan terhadap lingkungan yang
juga turut dikumpulkan dalam acara manganan.
akan berdampak pada hasil panen yang tidak
Apapun yang mereka terima tetaplah
sesuai harapan. Mereka berharap agar hasil
menunjukkan rasa kebahagiaan. Bukan
panen ke depan lebih baik dan melimpah.
perasaan menggerutu terhadap makanan
(Okyana R Siregar & FX Sri Sadewo, Kearifan
tersebut karena mereka merasa kemampuan
Lokal Tradisi Manganan dalam Pembentukan
orang berbeda dalam mewujudkan makanan
Karakter Masyarakat Desa Sugihwaras, 2013:
untuk ditukarkan dalam acara manganan.
206)
(Okyana R Siregar & FX Sri Sadewo, Kearifan
Selain nilai filosofis, manganan Lokal Tradisi Manganan dalam Pembentukan
juga memiliki nilai-nilai sosiologis Karakter Masyarakat Desa Sugihwaras, 2013:
(kemasyarakatan). Pertama, membangun 208)
kebersamaan. Tradisi manganan mampu
[Saifuddin Jazuli]

Sumber Bacaan
Okyana R Siregar & FX Sri Sadewo, Kearifan Lokal Tradisi Manganan dalam Pembentukan Karakter Masyarakat Desa
Sugihwaras, 2013
Nur Syam, Islam Pesisir, Jogjakarta: LKiS, 2005
http://www.eastjavatraveler.com/limpah-ruah-manganan/

274 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Mbangun Nikah

D
i Betahwalang, sebuah desa di hal yang merusak pernikahan sebelumnya tapi
kabupaten Demak, masyarakatnya karena faktor lain yang mempengaruhinya
memiliki sebuah tradisi unik terkait seperti perselisihan dalam rumah tangga.
masalah perceraian yang dikenal dengan
Dalam bahasa fikih mbangun nikah
nama “mbangun nikah”. Dalam praktiknya,
sering disebut dengan istilah tajdidun nikah.
tradisi mbangun nikah di desa ini mempunyai
Secara etimologi tajdidun nikah berasal
dua makna. Pertama bahwa mbangun nikah
dari kata jaddada-yujaddidu-tajdidan yang
itu dilakukan apabila dalam kehidupan
artinya memperbaharui atau pembaharuan.
rumah tangga terjadi ketidak harmonisan,
Sedangkan nikah berasal dari kata nakaha-
perselisihan dan sering terjadi pertikaian yang
yankih}u-nikahan yang artinya menikah.
terus menerus sehingga mengakibatkan suami
Jadi secara umum tajdidun nikah adalah
mengucapkan kata talak kepada istrinya.
pembaharuan akad nikah atau mengulang
Untuk kembali kepada isterinya, berbeda
nikah atau menjadi baru lagi.
dengan ketentuan dalam fiqh Islam, suami
harus melakukan mbangun nikah dengan akad Mbangun nikah atau tajdidun nikah} yang
baru. Kedua, mbangun nikah dilakukan apabila terjadi di masyarakat Desa Betahwalang adalah
pada saat terjadi pernikahan antara pasangan melakukan akad baru yang dilakukan oleh
calon suami istri tersebut, hari pasaran antara suami terhadap isteri yang secara syar’i selama
calon pasangan suami istri kurang baik atau nikah atau akad yang pertama masih (belum
rizkinya kurang lancar. batal) dan tidak ada hal-hal yang merusak akad
sebelumnya atau dengan kata lain seorang
Walaupun dibedakan dalam
suami menikahi lagi isterinya yang sah dengan
pemaknaannya, namun dalam pelaksanaan
akad baru sedangkan akad yang sebelumnya
tradisi mbangun nikah, baik dalam pemaknaan
tidaklah rusak. Hal inilah yang biasanya
yang pertama dan yang kedua, adalah sama
dipakai oleh masyarakat Betahwalang dalam
persis dengan pelaksanaan nikah pada
hal memperbaharui nikah atau mbangun nikah,
umumnya, yang mana rukun-rukunnya harus
yang dalam istilah bahasa Jawa disebut dengan
terpenuhi semuanya seperti yang ada dalam
“nganyar-nganyari nikah”.
Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Tujuan diadakannya tajdīdun nikāh}
Istilah lain untuk menyebut mbangun
yaitu yang pertama, untuk memperbaiki
nikah adalah istilah nganyar-nganari nikah yang
atau memperbaharui nikah; kedua, untuk
berarti memperbarui nikah. Dalam kamus
memperoleh kebahagiaan dan keselamatan
Jawa-Indonesia kata “bangun” mempunyai
dalam hidup berumah tangga; ketiga,
arti membangun, memperbaiki, sementara
untuk memperoleh kelapangan rizki dalam
“nikah” mempunyai arti kawin atau menikah.
rumah tangga; keempat untuk menghindari
Apabila kata tersebut dirangkai secara
keturunan mereka yang seterusnya supaya
bahasa, mbangun nikah mempunyai makna
tidak menjadi “anak haram” (menjaga
memperbaiki nikah atau membangun nikah.
kemurnian dalam berhubungan suami istri).
Dalam masyarakat desa Betahwalang mbagun
nikah dipahami sebagai melakukan akad baru Dari beberapa penjelasan diatas dapat
antara suami isteri bukan karena adanya hal- disimpulkan bahwa dalam tradisi mbangun

Edisi Budaya | 275


nikah di desa Betahwalang yang dilakukan suatu hal yang lumrah terjadi dalam rumah
oleh laki-laki dan perempuan yang menikah tangga. Akan tetapi ketika perselisihan-
sebenarnya masih memiliki ikatan pernikahan perselisihan dan permasalahan-
yang sah sebagai suami isteri. Sehingga tujuan permasalahan tersebut tidak kunjung
dari mbangun nikah atau tajdīdun nikāh} dapat diselesaikan, maka perselisihan
tidak hanya untuk menghalalkan hubungan dan permaslahan tersebut akan menjadi
kelamin antara keduanya saja, karena secara semakin besar dan kemudian bisa
hukum mereka masih halal dalam melakukan berlanjut dengan perselisihan fisik, maka
hubungan kelamin, melainkan karena keadaan kemudian munculah kekerasan dalam
rumah tangga yang tidak harmonis lagi, sering rumah tangga. Hubungan semakin tidak
terjadi kesialan dalam rumah tangganya, jelas, tidak saling peduli, salah satu dari
rizkinya kurang lancar dan lama belum mereka pulang ke rumah orang tuanya.
dikarunia keturunan dalam rumah tangganya.
2. Adanya ketidak cocokan hitungan weton
Masyarakat percaya bahwa setelah melakukan
atau pasaran pasangan suami istri.
mbangun nikah kehidupan rumah tangganya
akan kembali harmonis dan menjadi lebik baik Ada juga pasangan suami isteri yang
lagi. melakukan mbangun nikah ini disebabkan
karena sering terjadi musibah. Maka oleh
Sejarah tradisi mbangun nikah sendiri susah
Kiai atau orang yang dituakan dalam desa
dicari dari mana tradisi itu bermula. Tidak
tersebut disarankan untuk memperbarui
satupun dari masyarakat desa Betahwalang
kembali pernikahannya, dimungkinkan
mengetahui dari mana istilah mbangun nikah
karena hari dan pasaran pada waktu nikah
berasal, baik orang yang melakukan tradisi
yang terdahulu tidak cocok dan harus
mbangun nikah, atau orang yang memberikan
dilakukan mbangun nikah agar kembali
anjuran untuk melakukannya, atau orang yang
harmonis kehidupan rumah tangganya.
menikahkan lagi. Dalam melakukan mbangun
Hal ini pernah dialami oleh pasangan
nikah sendiri tidak ada batasannya, jadi
suami isteri yang melakukan mbangun
pasangan suami istri yang pernah melakukan
nikah karena setelah mereka berdua
mbangun nikah bisa melakukannya lagi, sampai
melakukan pernikahan, kehidupan
pasangan suami istri tersebut sadar dengan
rumah tangganya dilanda musibah yang
sendirinya.
beruntun. Kemudian setelah melakukan
Terjadinya fenomena tradisi mbangun mbangun nikah ini kehidupan rumah
nikah pada masyarakat desa Betahwalang tangga mereka semakin membaik.
tidak terlepas dari adanya penyebab yang
3. Dihawatirkan ada perkataan yang
mempengaruhi terlaksananya tradisi tersebut.
menjurus pada talak
Berdasarkan pengamatan dan wawancara
yang penulis lakukan, ada beberapa faktor Pasangan suami isteri yang melakukan
yang menyebabkan terjadinya tradisi mbangun mbangun nikah karena faktor ini
nikah ini yaitu: yaitu pasangan yang dalam rumah
tangganya sering terjadi perselisihan
1. Ketidak harmonisan hubungan suami
dan pertengkaran kemudian ketika
isteri
perselisihan dan pertengkaran telah
Hubungan suami dan isteri dalam sebuah berlangsung berulang kembali, mereka
rumah tangga tidak selamanya berjalan mulai menyadari kesalahan mereka
dengan aman, tenteram, bahagia atau masing-masing dan sudah saling
pun harmonis, adakalanya terdapat memaafkan. Biasanya mereka merasa agak
perselisihan-perselisihan, perbedaan ragu-ragu untuk memulai lembaran baru
pendapat serta permasalahan yang dengan pasangan mereka masing-masing
lainnya. Perselisihan kecil maupun besar karena mereka takut apa yang telah
dan perbedaan pendapat merupakan mereka perbuat secara tidak langsung

276 | Ensiklopedi Islam Nusantara


merusak pernikahan mereka, sehingga tidak menjadi anak haram.
kemudian mereka melakukan mbangun
6. Rumah tangga yang dibina belum
nikah untuk memantapkan keyakinan
mendapatkan keturunan
mereka.
Ada pasangan suami isteri yang sudah
4. Faktor Ekonomi
lama menikah tetapi belum dikaruniai
Mereka melakukannya lebih dikarenakan keturunan. Mereka merasakan kehidupan
melihat orang yang melakukan bangun rumah tangga menjadi hambar dan
nikah ini yang tidak hanya rumah kurang sempurna,sehingga pasangan
tangganya kembali berjalan harmonis suami istri tersebut berinisiatif untuk
tetapi juga kehidupan perekonomiannya melakukan mbangun nikah, karena mereka
ikut membaik. Oleh karenanya ada berkeyakinan bahwa setelah melakukan
sebagian orang yang memandang bahwa mbangun nikah rumah tangga mereka
membaiknya kehidupan ekonominya menjadi lebih baik lagi dan terhindar dari
lebih disebabkan karena apa yang telah keburukan sehinga mereka bisa segera
dilakukan oleh pasangan yang melakukan mendapatkan keturunan.
mbangun nikah tersebut sehingga ada saja
pasangan yang secara ekonomi kurang atau
kehidupan perekonomiannya kurang baik Tempat dan Pelaksanaan
ikut melakukan mbangun nikah ini dengan Pasangan suami istri melakukan mbangun
harapan kehidupan perekonomiannya nikah dengan harapan bahwa kehidupan rumah
menjadi lebih baik. tangga mereka akan menjadi lebih baik lagi.
Tetapi tidak banyak masyarakat yang Mereka biasanya melakukan mbangun nikah di
melakukan mbangun nikah karena faktor kediaman pasangan suami isteri sendiri atau
ini. Lebih banyak masyarakat melakukan di rumah orang tua salah satu pasangan suami
bangun nikah ini karena faktor istri. Mereka biasanya mengundang keluarga
perselisihan dalam rumah tangga yang mereka atau kerabat dekat dari pasangan suami
menimbulkan hubungan rumah tangga istri yang jumlahnya tidak begitu banyak.
yang tidak harmonis lagi. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam
5. Atas petunjuk ustad atau kyai prosesi mbangun nikah seperti pernikahan pada
umumnya. Hanya saja pelaksanaan mbangun
Banyak orang melakukan mbangun nikah
nikah ini tidak dicatat dan hanya disaksikan
atas petunjuk para tokoh agama dalam
oleh kerabat dekat atau hanya beberapa
masyarakat seperti ustad atau kyai.
orang saja. Hal inilah yang menyebabkan
Mereka pergi ke ustad atau kyai tersebut
tidak ditemukannya bukti tertulis tentang
untuk mengkonsultasikan masalah dalam
terjadinya pelaksanaan mbangun nikah ini.
rumah tangga mereka dan atas anjuran
ustad atau kyai untuk melaksanakan Dalam pelaksanaan tradisi mbangun
mbangun nikah agar mereka terbebas dari nikah ini prosesi akad nikah juga sama dengan
masalah dan beban yang mereka alami pernikahan pada umumnya yaitu biasanya
dalam rumah tangga. Seperti yang terjadi yang menikahkan adalah ustad, kiai atau
pada satu pasangan suami istri dimana modin (orang yang mengurus pekerjaan yang
mereka melakukan hubungan suami istri bertalian dengan agama Islam di Dusun atau
di luar nikah dan sang wanita kemudian kampung) desa tersebut. Kadang juga modin
hamil, maka demi nama baik keluarga saat sebelum menikahkan ulang masyarakat yang
hamil mereka melangsungkan pernikahan. melakukan mbangun nikah, modin memberikan
Setelah selang beberapa bulan sampai wejangan-wejangan kepada kedua pasangan
sang istri melahirkan, mereka melakukan tersebut tentang bagaimana membina rumah
mbangun nikah demi untuk menghidari tangga yang sakinah, mawadah, warahmah,
keturunan mereka yang seterusnya supaya

Edisi Budaya | 277


dan manfaat atau hikmah pada pelaksanaan ingkung ayam Jawa, pisang raja, jenang merah
mbangun nikah ini. putih (bubur tolak balak), dengan tujuan ngalap
(mencari) berkah semoga setelah melakukan
Setelah itu prosesnya sama dengan
mbangun nikah rumah tangganya menjadi
pernikahan pada umumnya diawali dengan
selamet dan terhindar dari mara bahaya.
syahadat yang kemudian diakhiri dengan
doa bersama yang dipimpin oleh orang yang Mengenai masalah pemberian mahar
menikahkan meraka untuk mendoakan pelaksanaan mbangun nikah ini juga ada
agar pernikahan mereka lebih baik lagi dan pemberian mahar dari suami kepada isterinya.
diberkahi oleh Allah. Tidak ketinggalan pula Karena pada pernikahan pada umumnya ada
bahwa pelaksanaan mbangun nikah biasanya pemberian mahar maka pada pelaksanaan
disertai dengan pembacaan manaqib syaikh mbangun nikah ini juga ada mahar sesuai
Abdul Qadir al-Jailani serta beberapa makanan dengan kesepakatan suami isteri tersebut.
yang menjadi uborampe dalam prosesi tersebut,
[Ismail Yahya]
biasanya jenis makanan itu adalah: satu

Sumber
Wawancara dengan Bapak Sho’im
Kompilasi Hukum Islam pasal 14.
Wawancara dengan Bapak Waselam.
Wawancara dengan Bapak Abdul Fatah.
Wawancara dengan Bapak Sholikhin.
Wawancara dengan Ibu Khoifah
Wawancara Bapak Sholikhin.

278 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Mandi Belimau

M
andi Belimau adalah tradisi mensucikan diri secara lahir dan batin.
menyambut bulan Ramadhan oleh
Pelaksanaan Mandi Belimau ini bertujuan
masyarakat Melayu khususnya
untuk membersihkan diri menjelang Bulan
masyarakat Bangka Belitung dan Riau.
Ramadhan, Perayaan upacara Mandi Belimau
Tradisi mandi Belimau merupakan tradisi
dilakukan 1 (satu) minggu sebelum puasa
yang dilaksanakan turun-temurun hingga
bulan Ramadhan.
saat ini. Mandi Belimau artinya pencucian
atau pensucian lahir dan batin menggunakan Selanjutnya pelaksanaan mandinya
air limau. Di Bangka Belitung, tradisi mandi dimulai dengan membasahi telapak tangan
Belimau sudah ada sekitar 300 tahun yang dari kanan dan kiri, kemudian kaki kanan
lalu dan sempat berhenti. Tradisi mandi dan kiri yang diteruskan dengan membasahi
Belimau dimulai dengan ziarah ke makam ubun-ubun dan seluruh anggota tubuh dengan
tokoh masyarakat atau ke pahlawan yang siraman air yang dicampur dengan jeruk limau
sangat dihormati. Selepas melakukan ziarah, yang disimpan dalam gentong air. Masyarakat
masyarakat pergi ke tempat acara mandi yang ingin dimandikan sebelumnya dianjurkan
Belimau. Tepat di panggung disiapkan air terlebih dahulu berdoa apa saja untuk kebaikan
yang diisi dalam sebuah guci besar yang mereka. Selain itu banyak masyarakat yang
bertuliskan kalimat Arab. Air limau dibuat juga membawa pulang air yang digunakan
dengan beberapa bahan yang ditentukan oleh pada ritual Mandi Belimau ini karena mereka
para kaum pandai dan kaum ulama terdahulu. meyakini bahwa air ini mempunyai khasiat
Bahan-bahan untuk membuat air limau antara tertentu.
lain daun pandan wangi, daun serai wangi, Ritual adat Mandi Belimau ini adalah
mayang pinang, daun limau, daun soman, daun simbol-simbol tradisi yang baik untuk
liman, daun mentimun, akar siak-siak, daun perenungan dan pensucian diri baik lahir
limau purut, dan buah limau purut. Bahan- maupun batin. Diharapkan simbol-simbol
bahan tersebut dipilih karena keharumannya. Mandi Belimau ini dapat membekas bagi
Keharuman bahan-bahan tersebut baik masyarakat untuk kehidupan selanjutnya dan
untuk penyambutan bulan Ramadhan dan bukan hanya prosesi saja.
pembersihan diri.
Sebelum air limau disiram ke seluruh
badan, masyarakat menguatkan niat dalam Sejarah dan Aneka Ragam Nama
rangka menyambut dan menjalani kewajiban Tradisi Mandi Belimau merupakan ritual
puasa nantinya. Setelah air limau membasahi turun temurun. Diperkirakan kegiatan ini
seluruh badan, tidak perlu dibilas dengan air sudah ada sejak 300 tahun lalu, dan kepercayaan
biasa. Hal ini dimaksudkan agar keharuman masyarakat setempat tradisi ini diperkenalkan
menyatu dengan badan. Setelah mandi pertama kali oleh Depati Bahrin, bangsawan
Belimau, sanak keluarga beserta tetangga keturunan kerajaan Mataram, Jogyakarta dan
bersalam-salaman, dan meminta maaf antara dan para pejuang lain di antaranya seperti Akek
sesama. Hal ini yang dimaksudkan dengan Jok, Akek Pok, Akek Daek. Menurut cerita

Edisi Budaya | 279


masyarakat setempat, adat ini dimulai saat Nganggung adalah suatu tradisi turun
Depati Bahrin dikejar pasukan Belanda hingga temurun yang hanya bisa dijumpai di
sampai ke Pulau Bangka. Ketika itu pula, Depati Bangka. Karena tradisi nganggung merupakan
Bahrin melakukan ritual mandi pertaubatan identitas Bangka, sesuai dengan slogan
atau lebih dikenal dengan sebutan Mandi Sepintu Sedulang, yang mencerminkan
Belimau. Masyarakat dan petinggi pemerintah sifat kegotong royongan, berat sama dipikul
terlihat menyatu dalam acara adat ini. Ritual ringan sama dijinjing. Nganggung atau yang
tahunan ini berlangsung seminggu sebelum dikenal masyarakat Bangka dengan Sepintu
Ramadan. Adapun lokasi pelaksanaan berada di Sedulang merupakan warisan nenek moyang
tepi Sungai Limbung, Desa Limbung, Kecamatan yang mencerminkan suatu kehidupan
Merawang, Kabupaten Bangka. Masyarakat sosial masyarakat berdasarkan gotong-
desa meyakini dengan menyelenggarakan royong. Setiap bubung rumah melakukan
upacara adat Mandi Belimau, ibadah puasa kegiatan tersebut untuk dibawa kemasjid,
akan berjalan lancar dan segala yang diinginkan surau atau tempat berkumpulnya warga
tercapai. Keinginan dapat terwujud dengan kampung. Adapun nganggung merupakan
lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT suatu kegiatan yang dilakukan masyarakat
melalui salat dan dzikir serta bersalawat. Selain dalam rangka memperingati hari besar agama
itu melakukan sunah yang dilakukan Nabi Islam, menyambut tamu kehormatan, acara
Muhammad SAW selama Ramadan. Tanamkan selamatan orang meninggal, acara pernikahan
semangat dan ikhlas dalam menjalankan atau acara apapun yang melibatkan orang
ibadah kepada Allah SWT, niat yang tulus agar banyak. Nganggung adalah membawa makanan
kita termasuk orang bertaqwa. di dalam dulang atau talam yang ditutup
tudung saji ke masjid, surau, atau balai desa
Ada enam unsur yang digunakan dalam
untuk dimakan bersama setelah pelaksanaan
mandi Belimau yaitu Kunyit, Bonglai, Pinang,
ritual agama.
Mata Mukor, Arang Usang, Bawang Merah,
dan Jeruk nipis ke dalam dua buah gentong Dalam acara ini, setiap kepala keluarga
bertuliskan aksara Arab. Enam unsur itu membawa dulang yaitu sejenis nampan bulat
perlambang pertaubatan. Tujuh jeruk nipis sebesar tampah yang terbuat dari aluminium
yang mensyaratkan untuk dapat menguasai dan ada juga yang terbuat dari kuningan.
ilmu panglima Sayidina Usman dan kesaktian Untuk yang terakhir ini sekarang sudah agak
Akek Pok. Tujuh butir Pinang mensyaratkan langka, tapi sebagian masyarakat Bangka
kesucian Nabi Muhammad SAW, dan juga masih mempunyai dulang kuningan ini. Di
kesucian Batin seorang pendekar Depati dalam dulang ini tertata aneka jenis makanan
Bahrin. Tujuh iris Bonglai kering mensyaratkan sesuai dengan kesepakatan apa yang harus
keberanian Syaidina Ali dan kesaktian Akek dibawa. Kalau nganggung kue, yang dibawa
Jok mengusir jin iblis. Tujuh mata kunyit kue, nganggung nasi, isi dulang nasi dan lauk
mensyaratkan untuk rajin bekerja dihiaskan pauk, nganggung ketupat biasanya pada saat
pada sosok Syaidina Umar dan tauladan Akek lebaran. Dulang ini ditutup dengan tudung saji
Sak. Mata Mukot tujuh jumput dan bawang yang dibuat dari daun, sejenis pandan, dan di
merah tujuh biji mensyaratkan sosok Akek cat, tudung saji ini banyak terdapat di pasaran.
Daek dengan kepribadian penurut serta Dulang ini dibawa ke masjid, atau tempat acara
mendengar dan menerima nasehat serta Arang yang sudah ditetapkan, untuk dihidangkan dan
Usang mensyaratkan agar sabar dan bersatu dinikmati bersama. Hidangan ini dikeluarkan
dalam jihad Fisabilillah. Prosesnya dilakukan dengan rasa ikhlas, bahkan disertai dengan
dengan membasahi telapak tangan dari yang rasa bangga. Namun dalam perkembangannya
kanan, lalu telapak kiri, kemudian kedua sekarang kegiatan nganggung yang masih eksis
kaki kanan dan kiri diteruskan membasahi dipertahankan hanya pada saat memperingati
ubun-ubun dan kepala keseluruhan. Ritual hari besar agama Islam, dan menyambut tamu
diakhiri dengan kegiatan Nganggung di masjid kehormatan.
Limbung.

280 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Manfaat diadakannya Mandi Belimau memasuki bulan puasa. Sebenarnya upacara
ini antara lain untuk meningkatkan nilai bersih diri atau mandi menjelang masuk bulan
silaturahmi, sebab acara ini diikuti oleh ramadhan tidak hanya dimiliki masyarakat
keluarga Depati Amir yang berada di Kupang Kampar saja. Kalau di Kampar upacara ini
Nusa Tenggara Timur dan yang terpenting sering dikenal dengan nama Balimau Kasai,
adalah melepaskan diri dari pada azab. maka di Kota Pelalawan lebih dikenal dengan
nama Balimau Kasai Potang Mamogang.
Di masyarakat Jambi dikenal Mandi
Di Sumatera Barat juga dikenal istilah yang
Belimau Gedang sedangkan di Riau dikenal
hampir mirip, yakni Mandi Balimau. Khusus
Balimau Kasai yang berasal dari India yaitu
untuk Kota Pelalawan, tambahan kata potang
umat hindu di India. Balimau kasai ini dianggap
mamogong mempunyai arti menjelang petang
mirip dengan Makara Sankranti, yaitu saat
karena menunjuk waktu pelaksanaan acara
umat Hindu mandi di Sungai Gangga untuk
tersebut.
memuja dewa Surya pada pertengahan Januari,
kemudian ada Raksabandha sebagai penguat Tradisi Balimau Kasai di Kampar, konon
tali kasih antar sesama yang dilakukan pada telah berlangsung berabad-abad lamanya sejak
bulan Juli-Agustus, lalu Vasanta Panchami daerah ini masih di bawah kekuasaan kerajaan.
pada bulan Januari-Februari sebagai penyucian Upacara untuk menyambut kedatangan bulan
diri untuk menyambut musim semi. Penyucian Ramadan ini dipercayai bermula dari kebiasaan
disini maksudnya dengan mandi balimau kasai Raja Pelalawan. Namun ada juga anggapan lain
dosa-dosa mereka hilang bersama mengalirnya yang mengatakan bahwa upacara tradisional
air sungai tersebut dan kemudian agama itu ini berasal dari Sumatera Barat. Bagi
berkembang di Indonesia hingga sampai ke masyarakat Kampar sendiri upacara Balimau
pelosok negeri yang ada di nusantara dan sungai Kasai dianggap sebagai tradisi campuran
di kampar. Ini membuktikan bahwa adanya Hindu- Islam yang telah ada sejak Kerajaan
agama hindu sampai di kampar.apalagi dengan Muara Takus berkuasa.
ditemukannya gugusan candi di muara takus
Keistimewaan Balimau Kasai merupakan
yang terletak di XIII Koto Kampar. Dan setelah
acara adat yang mengandung nilai sakral
masuk di daerah pelalawan berkembangnya
yang khas. Wisatawan yang mengikuti acara
Budaya dan Tradisi dan budaya itupun masih
ini bisa menyaksikan masyarakat Kampar
berkembang hingga sekarang ini.
dan sekitarnya berbondong-bondong menuju
Balimau Kasai adalah sebuah upacara pinggir sungai (Sungai Kampar) untuk
tradisional yang istimewa bagi masyarakat melakukan ritual mandi bersama. Sebelum
Kampar di Provinsi Riau untuk menyambut masyarakat menceburkan diri ke sungai, ritual
bulan suci Ramadan. Acara ini biasanya mandi ini dimulai dengan makan bersama
dilaksanakan sehari menjelang masuknya yang oleh masyarakat sering disebut makan
bulan puasa. Upacara tradisional ini selain majamba..
sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan
Di samping sebagai luapan gembira,
memasuki bulan puasa, juga merupakan
upacara ini merupakan simbol pembersihan
simbol penyucian dan pembersihan diri.
diri. Balimau kasai itu sendiri adalah mandi
Balimau sendiri bermakna mandi dengan
dengan menggunakan air yang dicampur
menggunakan air yang dicampur jeruk yang
dengan limau atau jeruk. Limau yang digunakan
oleh masyarakat setempat disebut limau. Jeruk
bermacam-macam kadang limau purut,limau
yang biasa digunakan adalah jeruk purut, jeruk
nipis atau limau kapas. Balimau kasai/Mandi
nipis, dan jeruk kapas.
potang diwarnai dengan upacara adat yang
Sedangkan kasai adalah wangi-wangian mengandung nilai sakral yang unik. (Dinas
yang dipakai saat berkeramas. Bagi masyarakat Kebudayaan Kesenian Dan Pariwisata,2006)
Kampar, pengharum rambut ini (kasai)
Balimau Kasai bagi masyarakat Riau
dipercayai dapat mengusir segala macam
mempunyai makna yang mendalam yakni
rasa dengki yang ada dalam kepala, sebelum

Edisi Budaya | 281


bersuci sehari sebelum Ramadhan. Biasanya penguasaan terhadap ilmu sakti sebagai
dilakukan ketika petang sebelum Ramadhan mana penguasaan Akek Pok.
berlangsung. Dari kaum yang tua sampai kaum
o Pinang 7 Butir. Melambangkan kesucian
yang muda turun ke sungai dan mandi bersama.
batin pendekar, sebagaimana Depati
Balimau sendiri berasal dari bahasa ocu
Baherein
(bahasa Kampar ). Balimau artinya membasuh
diri dengan ramuan rebusan limau purut atau o Bonglai kering 76 iris. Melambangkan
limau nipis. Sedangkan kasai yang bermakna sikap pemberani, pemberantas jin dan
lulur dalam bahasa Melayu adalah bahan iblis, serta ahli politik sebagaimana sifat
alami seperti beras, kunyit, daun pandan dan dan keahlian Akek Jok.
bunga bungaan yang membuat wangi tubuh. o Kunyit 7 mata. Benda ini mempunyai
Tradisi ini berlangsung secara turun temurun arti bahwa orang yang rajin musuhnya
di kalangan Melayu Riau. Tradisi dilakukan iblis, dan orang malas kawannya iblis
hampir di seluruh kabupaten/kota yang ada, sebagaimana yang ditujukkan oleh Akek
dengan nama berbeda satu sama lain Sak.
Di Pekanbaru, tradisi ini dinamakan o Mata Mukot 7 jumput dan bawang merah
Petang Megang sedangkan di Indragiri Hulu 7 biji. Melambangkan sifat penurut
cukup dengan nama Balimau saja. Balimau sebagaimana sifat akek Daek.
Kasai artinya mensucikan diri baik lahir
dan batin, sebelum datangnya Ramadhan. o Arang using. Melambangkan sifat
Kebanyakan orang kegiatan Balimau Kasai ini sabar, pandai menyimpan rahasia,
merupakan ritual wajib yang harus dilakukan. dan kuat melakukan jihad fisabilillah.
Selain mandi di sungai dengan limau yang Sebagaimana ditunjukkan oleh Akek
dianggap sebagai penyucian fisik, ajang ini Dung. Kain lima warna yang dipajang
juga dijadikan sarana untuk memperkuat rasa ditempat pelaksanaan. Adapun warna dan
persaudaraan sesama muslim dengan saling maknanya adalah
mengunjungi dan meminta maaf. o Kain warna merah, mempunyai arti
panglima- Isrofil istana jantung Daging
Usman.
Proses Pelaksanaan
o Kain warna kuning mempunyai arti
Adapun peralatan dan bahan-bahan yang pengrajin- Mikail Istana Urat Umar.
digunakan dalam upacara ini adalah :
o Kain warna kelabu mempunyai arti
• Baju enam warna, yaitu : putih, hijau, pemberani- Isroil istana Jantung Tulang
merah, kuning, hitam dan kelabu. Pakaian Ali.
berwarna putih secara khusus digunakan
oleh pemimpin upacara. Sedangkan o Kain warna hitam mempunyai arti Sabar
sisanya digunakan oleh pembantunya. penyimpan Rahasia, Bersatu Jihad-Jibroil
Istana Lidah Darah Abu Bakar.
• Guci atau kendi. Guci yang digunakan
adalah guci khusus yang telah berumur o Kain warna putih mempunyai arti
ratusan tahun. Guci ini digunakan kesucian-titis Nur Muhammad SAW Al
sebagai tempat ramuan khusus yang akan Ulama Miswhatul Mursyid.
digunakan dalam upacara Mandi Balimau. Sementara itu tata cara pelaksanaan
• Ramuan khusus. Ramuan ini terbuat dari tradisi mandi Balimau Ini antara lain yaitu
campuran air yang diambil dari sumur Sehari menjelang pelaksanaan mandi Balimau,
kampung yang telah dibacakan mantera orang-orang mengadakan ziarah ke makam
dan dicampur dengan : tokoh masyarakat setempat yakni Makam
Depati Bahrein yang terletak di wilayah Lubuk
o Jeruk nipis 7 buah. Buah ini melambangkan Bunter sebagai bentuk Nampak tilas pada

282 | Ensiklopedi Islam Nusantara


perjuangan beliau. Setelah sasmpai dimakam, masjid. Dan setelah itu acara selesai. Adapun
para peziarah berdoa didampingi tokoh agama. doa dan mantra yang digunakan antara lain
Kemudian para peserta upacara langsung yaitu: Surat Yasin, ketika melakukan ziarah
menuju ke dermaga Lubuk Bunter lebih kurang ke makam Depati Bahrein Mantra untuk
3 meter dari lokasi makam. Selanjutkan membuat ramuan keramat Doa memulai
menyebrangi sungai Jada Sementara itu mandi·
sang pemimpin upacara menyiapkan ramuan
khusus, yaitu air yang diambil dari sumur
kampung yang telah dibacakan mantera dan Nilai Filosofis Dari Mandi Balimau
dicampur dengan ramuan yang terdiri dari Mandi Balimau kasai tersebut bukanlah
jeruk nipis, pinang, bonglai, kunyit, bawang termasuk sunnah rasulullah, melainkan hanya
merah, kenanga dan bunga mawar. Dimana sebagai tradisi semata yang memiliki nilai
ia juga harus menyiapkan 5 kain dengan filosofis yang tinggi bagi masyarakat pelalawan
warna berbeda yang melambangkan kekuatan dan sekitarnya. Selain untuk membersihkan
pengawal Depati Bahrein. Lalu ramuan diri secara zahir, mandi Balimau Kasai juga
keramat tersebut dibungkus dan dimasukkan merupakan momentum untuk menjalin
dalam tas berisi kain lima warna. silaturahmi dan acara saling maaf memaafkan
Pada hari berikutnya, pemimpin upacara dalam rangka menyambut tamu agung yaitu
menuju tempat pelaksanaan upacara dengan Syahru Ramadan Syahrus Siyam, jadi bukanlah
menggunakan pakaian putih dengan dikawal sebuah keyakian yang memiliki dalil naqli
oleh para pengawal yang mengenakan secara qat’i. tapi ini lebih kepada sebuah adat
pakaian berwarna hitam, abu-abu, kuning, yang bersendikan syara’ (Syariat Islam) syara’
merah dan hijau. Setelah semua persiapan bersandikan Kitabullah yang secara filosifisnya
cukup, acara balimau dimulai. Dan kemudian tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
peserta mengucapkan niat sebelum memulai. Tidak dapat kita pungkiri bahwa
Kemudian pemimpin upacara dengan kemajuan zaman hari ini secara langsung
didampingi lima laki-laki dengan mengenakan maupun tidak memberikan dampak negatif
kain hijau, merah, kuning, hitam dan kelabu terhadap kehidupan kita dalam kerangka adat
membaca doa dan memantrai air ramuan istiadat, banyak terjadi distorsi sejarah, salah
yang ada dalam kendi. Setelah itu air ramuan
tersebut disiramkan kepada warga.
Acara pemandian dimulai dengan
membasahi telapak tangan kanan
dan dilanjutkan dengan tangan
kiri, jika dalam upacara ini hadir
pejabat penting, maka para pejabat
tersebut dimandikan terlebih
dahulu. Kemudian dilanjutkan
dengan membasuh kaki kanan lalu
kaki kiri. Setelah itu membasahi
ubun-ubun. Kemudian dilanjutkan
dengan seluruh badan.
Setelah semua peserta
upacara selesai mandi. Kemudian
dipentaskan tarian Nampi.
Setelah itu dilanjutkan dengan
pelaksanaan tradisi adat Sepintu
Prosesi Ritual Mandi Belimau Sultan, Wabup: Mari Bersama
Sedulang, yaitu membawa makanan secara Pelihara Gedung Istana Sayap Pelalawan
bergotong-royong di suatu tempat, seperti Sumber: http://piramidnews.com/foto/pelalawan/

Edisi Budaya | 283


interpretasi terhadap nilai-nilai adat yang telah Namun tradisi ini mulai bergeser, dahulu
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam ada batasan antara lelaki dan perempuan,
kehidupan kita, termasuk mandi Balimau sekarang semua bercampur baur. Musik yang
Kasai. Bisa kita lihat dari tahun ke tahun dihadirkan pun bukan lah yang bernuansa
kegiatan mandi Balimau Kasai telah dinodai Islami, melainkan musik dangdut dengan
dengan tindakan yang yang berseberangan goyangan yang membangkitkan gairah.
dengan syariat islam di antaranya berhura- Sehingga tradisi ini dijadikan sebagai ajang
hura, berboncengan laki-laki dan perempuan untuk berkenalan dengan gadis dari daerah lain.
yang bukah muhrim, mandi massal yang Sehingga beberapa tokoh mengkhawatirkan
bercampur antara laki-laki dan perempuan, tradisi ini menodai Ramadhan (Prof Dr.Duski
mabuk-mabukan sampai kepada musik yang Samad:2011), seperti dalam balimau kasai
menjauhkan masyarakat dari mengingat Allah diharamkan mandi bareng karena itu bukanlah
Swt. tradisi yang Islami ( Mawardi:2011).
Padahal dulunya, tradisi ini merupakan Karena itu, Balimau kasai yang sebagian
hal yang tergolong urgen dan sakral. Sebelum besar masyarakat Kampar masih percaya
memasuki bulan puasa atau sebelum magrib, dengan upacara balimau kasai ini dan masih
anak kemenakan dan menantu atau juga melestarikan budaya ini hingga sekarang,
yang tua serta murid akan mendatangi orang perlu dijaga agar tidak melenceng dari tujuan
tua, mertua, mamak (paman), kepala adat, utamanya, yaitu penyucian diri dan saling
atau guru ngaji mereka datang dalam rangka bermaafan dalam masyarakat.
meminta maaf menjelang masuk bulan suci.
[Zainul Milal Bizawie]

Sumber Bacaan
Abdullah, Irwan, dkk., (ed.). 2008. Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global, Yogyakarta: Sekolah Pasca
Sarjana UGM
Ermiwati. 2007. “Dampak Adat Istiadat Terhadap Kehidupan Keagamaan Masyarakat Islam Suku Mapur Dusun
Pejem Desa Gunung Pelawan Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka”, Skripsi, Fakultas Dakwah STAIN Syaikh
Abdurrahman Siddik Bangka Belitung
Mandi Belimau Gaya SPA Melayu Tempo Dul”. Bappeda.Pekanbaru.go.id. Diakses tanggal 18 Mei 2014.20.00.
Ritual Mandi Belimau, Dusun Limbung Desa Jada”. RadarBangka.co.id. Diakses tanggal 18 Mei 2014.20.00.
Ramuan Air Mandi Belimau Melayu Asli”. Riaupos.co. Diakses tanggal 18 Mei 2014.20.25.
Dinas Kominfo, http://www.babelprov.go.id/
content/
gubernur-pertahankan-budaya-mandi-belimau#sthash.o8mggM7x.dpuf
Adriandro.Ritual Mandi Balimau.blogspot.com/ html. Diakses pada tanggal 1 Mei 2015
Indonesia Ultimate in diversity.2006.`Profil Pariwisata Riau. Pekanbaru :Dinas Kebudayaan Kesenian Dan Pariwisata.
Koentjaraningrat,Dkk.2007.Masyarakat Melayu Dan Budaya Melayu Dalam Mizaneducation.
Mandi Balimau Kasai. blogspot.com/html.Diakses pada tanggal 5 Mei 2015 Tim Penyusun, Provinsi Bangka Belitung;
Jembatan Menuju Kesejahteraan Rakyat,(Presidium Pembentukan Provinsi Bangka Belitung, 2000), hal. 47.
Zulkifli, Kontinuitas Islam Tradisonal di Bangka, (Sungailiat: Shiddiq Press, 2007),

284 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Metik

A
da beberapa perbedaan di dalam istilah Faktor ketiga yaitu perlawanan dari
dan praktiknya di masing-masing kelompok Islam puritan terhadap tradisi-
daerah, misalnya di Jawa Barat. Di tradisi masyarakat termasuk metik dengan
Jawa Tengah dan Yogyakarta, tradisi panen alasan bahwa tradisi-tradisi tersebut tidak
padi sering disebut dengan metik atau wiwid. memiliki dasarnya di dalam Islam, juga
Istilah metik lebih sering digunakan yang mengandung praktik pantheistik berupa
secara harfiah berarti menuai atau mencabut, pengakuan kepada makhluk gaib selain Allah
sementara wiwid berarti memulai. Kedua yang dianggap melanggar ketentuan asasi
istilah mengindikasikan memulai menuai. tentang tauhid.
Secara tradisional hampir seluruh penduduk
desa di Jawa mempraktikkan metik, terutama
di Jawa Tengah dan Yogyakarta, walaupun Asal usul Metik
beberapa mengabaikan bahkan menolak Melacak asal usul tradisi ini bukan
tradisi ini dengan berbagai alasan. Bagi mereka pekerjaan mudah dikarenakan tidak adanya
yang masih mempraktikkan metik, tujuannya bukti siapa yang memulai tradisi ini dan kapan
bisa dalam rangka melestarikan tradisi leluhur ia mulai dipraktikkan. Umumnya keberadaan
dan memastikan bahwa panen mereka tahun tradisi ini dikaitkan dengan sebuah legenda.
ini berhasil. Rahmat Djatnika (Rahmad, 163) menjelaskan
Ada beberapa alasan mengapa penduduk legenda tesebut yang ia dengar dari informan
pedesaan meninggalkan praktik metik. penelitiannya, walau asal usul legenda tersebut
Salah satu alasan umumnya sebagaimana juga tetap tidak diketahui. Legenda didasarkan
berlangsung pada negara-negara berkembang kepada cerita percintaan antara Tisnawati
berupa perubahan cara pandang dunia mereka (anak perempuan dari Dewa Bathara Guru,
dikarenakan faktor pendidikan dan kesadaran atau disebut Guru, atau dalam mitologi Jawa
akan perkembangan sains teknologi yang disebut Bathara Girinata, Raja Gunung, dalam
membawa kepada ketidakpercayaan kepada hal ini gunung Meru), dan Joko Sedono,
makhluk gaib. Penyebaran informasi dan manusia biasa. Mengetahui cerita cinta anak
perilaku yang demikian telah melahirkan perempuannya dengan seorang anak manusia
generasi baru yang cenderung rasional dan biasa, Bathara Guru menjadi murka dan
praktis. Beberapa warga bahkan cenderung mengusir anak perempuannya tersebut ke
merasa malu dengan praktik tradisional bumi.
mereka. Singkat cerita, keduanya pun menikah.
Alasan kedua di balik meninggalkan Dikarenakan kesulitan dalam menyesuaikan
praktik adalah pergeseran fungsi lahan diri untuk hidup sebagai manusia, Tisnawati,
pertanian yang sekarang banyak dijadikan yang tidak lain adalah manifestasi dari Dewi
sebagai zona industri. Sensus menunjukkan Sri, dewi padi, mengubah dirinya menjadi
angka penurunan setiap tahunnya terhadap setangkai padi. Mengetahui keadaan isterinya
lahan pertanian yang banyak berubah menjadi ini, maka Joko Sedono pun kemudian juga
pabrik, perumahan, dan perluasan jalan. mengubah dirinya menjadi setangkai padi agar
tetap dekat dengan isterinya dan tetap selalu

Edisi Budaya | 285


wali tidak melakukannya dengan kekerasan
namun lebih mengedepankan jalan damai.
Mereka menggunakan media pembelajaran
yang sampai hari ini masih digunakan yang
mengakibatkan ajaran-ajaran Islam dapat
diterima dengan mudah oleh masyarakat
Nusantara ketika itu. Para wali melakukan
akomodasi dan akulturasi ajaran Islam dan
budaya setempat tanpa menghilangkan esensi
dan ruh Islam.
Dalam kasus metik, para wali
tidak menghapusnya namun lebih
“mengIslamkan”nya dengan membiarkan
tradisi ini berlangsung namun pada saat yang
Gambar 1: Sejumlah makanan yang disiapkan dalam prosesi
tradisi metik, terdiri atas beberapa jenis makanan khusus dalam sama “mewarnai”nya dengan ajaran Islam. Ini
masyarakat Jawa seperti nasi, sayuran, buah seperti pisang, air misalnya terlihat dalam praktik memulai metik,
di dalam kendil. Makanan ini berfungsi sebagai “bancakan” atau
“selamatan” agar panen tahun ini berhasil dan mencukupi untuk para petani memulainya dengan membaca
memenuhi kebutuhan keluarga.
lafaz Basmalah “Bismillahirrahmanirrahim.”
Oleh karena itu tidak tepat penggunaan istilah
bersama. Pilihan keduanya menjadi setangkai sinkretisme dialamatkan kepada praktik ini
padi dipahami sebagai hadiah bagi manusia dan praktik-praktik akulturasi Islam dan
karena padi merupakan makanan pokok. budaya lokal lainnya, jika istilah sinkretisme
itu seperti dikatakan oleh Beatty “selalu
Oleh karena itu, untuk menghormati
berimplikasi pada penggabungan aspek-aspek
cinta sejati dan pengorbanan Tisnawati dan
penting, dengan kehilangan identitas mereka
Joko Sedono, beberapa petani melakukan
sendiri, suatu hal yang sebenarnya tidak bisa
“slametan” berupa suguhan makanan, walau
dianggap terjadi di dalam kasus orang Jawa.”
itu bukan sebuah kewajiban. Secara umum
(usually implies a substantial merging of
“slametan” bertujuan untuk melahirkan
types, with a loss of their separate identities,
keselamatan dan bebas dari segala gangguan
something that cannot be presumed in the
baik yang sifatnya tampak dan gaib.
Javanese case). (Andrew , 3)
Dalam melakukan metik, para petani
Sinkretisme itu, mengutip Stewart dan
pertama kali memetik dua tangkai padi
Andrew Beatty, “dalam pengertian yang lebih
sebagai simbol dari Tisnawati dan Joko
abstrak menunjuk kepada kesalingterkaitan
Sedono, dari sawah dan membawa keduanya,
elemen-elemen yang sistematik dari beragam
kemudian “mengawinkan” mereka. Kerelaan
tradisi, sebagai sebuah respons tertata
keduanya bertransformasi menjadi padi tidak
terhadap keragaman dan keberbedaan budaya.
saja diperingati karena memberikan manfaat
Kita akan lihat bahwa kesalingterkaitan ini
kepada manusia namun juga sebagai sebuah
tidak berimplikasi atau membentuk kepada
penyataan akan hakikat cinta perkawinan
terjadinya sebuah penggabungan; kasus orang
keduanya di mana kebaikan keduanya akan
Jawa sebenarnya lebih kompleks ketimbang
melimpah ke dalam kehidupan masyarakat
hal tersebut. Dalam hal ini, sinkretisme
yang lebih luas. Dengan demikian manifestasi
merujuk kepada proses yang dinamis dan
kekekalan cinta mereka akan selalu diingat
berulang, sebuah faktor yang terus menerus
oleh petani manakala mereka panen.
ada dalam reproduksi budaya, bukan hanya
Kehadiran Islam di Jawa dan penyebarannya sekedar masalah hasil yang tampak mapan.
oleh Walisongo telah mengubah dan mewarnai (in a more abstract sense to refer to a systematic
praktik metik ini dengan nuansa ajaran interrelation of elements from diverse traditions,
Islam. Dalam melakukan perubahan ini para an ordered response to pluralism and cultural

286 | Ensiklopedi Islam Nusantara


difference. We shall see that this interrelation hanya dua kali dalam setahun. Panen utama
need not imply or lead to fusion; the Javanese case yang di Jawa dikenal dengan nama panen
is rather more complicated than that. Syncretism, rendhengan dilakukan pada musim penghujan
in this sense, refers to dynamic, recursive process, dari bulan Januari sampai bulan April atau
a constant factor in cultural reproduction, rather Mei. Panen kedua disebut dengan panen gadhu,
than to a settled outcome).( Andrew , 3) dilaksanakan pada musim kemarau yang
banyak menghasilkan panen dibanding panen
pada musim penghujan.
Proses dan Pemaknaan
Pria dan wanita terlibat di dalam
Metik dilakukan satu hari sebelum panen semua proses bertani, mulai dari menanam
padi dilakukan yang di dalam praktiknya sampai memanen. Walaupun menanam dan
melekat banyak simbol yang mengandung memanen merupakan pekerjaan yang lebih
makna yang perlu dijelaskan. banyak dilakukan oleh wanita, sementara
Sekarang ini dimungkinkan untuk membuat tanggul, saluran air, membajak, dan
memanen padi tiga kali dalam setahun di desa- mencangkul merupakan pekerjaan para pria.
desa Jawa, walau pada umumnya rata-rata Satu hari sebelum metik dimulai,
makanan untuk acara ini disiapkan oleh para
wanita. Mereka membentuk sebuah miniatur
gudang padi yang dibentuk dari daun kelapa
muda (janur) yang menyimbolkan sesuatu
yang tahan lama atau kuat di mana padi yang
dipanen akan disimpan dan terjaga selama
setahun. Miniatur gudang padi ini mewakili
harapan akan panen yang subur yang kan
bertahan selama setahun kedepan.
Di hari saat metik dilakukan, isteri petani
membawa makanan yang telah disiapkan ke
sawah. Suami kemudian memetik tiga belas
pasang atau dua puluh enam tangkai padi.
Tiga belas tangkai padi pertama membentuk
“pengantin pria” yang mewakili Joko Sedono,
dan tiga belas tangkai padi kedua membentuk
“pengantin wanita” mewakili Trisnawati atau
Dewi Sri.
Setelah itu, sang suami membuat
gundukan api untuk memanggil danyang,
istilah Jawa untuk menyebut “makhluk halus”
yang menempati sawah tersebut. Dalam
pandangan dunia orang Jawa seluruh tempat
memiliki “penghuni” dan “penjaga” nya
masing-masing. Gundukan api merupakan
salah satu medium di samping media lainnya
untuk memanggil makhluk halus di tempat
tertentu untuk meminta izinnya sebelum
melakukan panen. Para petani berharap
Gambar 2: Informan: Bapak Sapawiro bahwa sang makhluk halus tidak mengganggu
Sapin dan isterinya Ibu Sakinem. Keduanya
bersiap-siap berangkat ke sawah. Sang isteri
produksi panen mereka yang karenanya akan
menggunakan pakaian tradisional Jawa. dapat memenuhi kebutuhan mereka pada

Edisi Budaya | 287


tahun berikutnya. Sang isteri kemudian ini menyimbolkan ketenangan dan keseriusan
mengambil dan melemparkan makanan untuk prosesi metik dari awal sampai akhir. Tatkala
sang makhluk ke empat sudut sawah sambil keduanya sampai di rumah, mereka membasuh
mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim: kaki mereka sebelum masuk ke dalam rumah
dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi dan kemudian meletakkan dua buntelan padi,
Maha Penyayang. “pengantin pria” dan “pengantin wanita”
di atas tempat tidur. Di sinilah akhir dari
Pada titik ini, akhir dari praktik di metik
prosesi metik, besoknya masyarakat memulai
dilakukan dengan penyerahan dua buntelan
memanen bersama-sama. Bagian dari tangkai
dari tiga belas tangkai padi kepada isteri, yang
batang padi yang membentuk “pengantin
kemudian membawa mereka ke rumah dengan
pria” dan “pengantin wanita” tadi kemudian
menggendongnya di punggung sang isteri.
diletakkan di dalam miniatur gudang padi
Dalam perjalanan pulang, masyarakat yang
yang telah dibuat sebelumnya.
menyaksikannya tidak dibolehkan menyapa
sang isteri. Dia tetap fokus pada tugasnya. Hal [Ismail Yahya]

Daftar Bacaan
Beatty, Andrew, Varieties of Javanese Religion; An Anthropological Account (UK: Cambridge University Press, 1999).
Djatnika, Rahmat, Pengaruh Islam Terhadap Hukum Adat di Aceh, Sumatera Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan
(The Influence of Islam to the Customary Law in Aceh, West Sumatra, East Java and South Celebes), Journal
Qualita Ahsana, IAIN Sunan Ampel (Surabaya: the State Institute of Islamic Studies “Sunan Ampel”, 1999)
Masdar Hilmy, The Genealogy of Javanese Islam: A Preliminary Study on the Acculturation of Islam to Java, Journal
Qualita Ahsana, IAIN Sunan Ampel, vol. 1 no. 2: October 1999 (Surabaya: the State Institute of Islamic Studies
“Sunan Ampel”, 1999)
Wawancara dengan informan.

288 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Meunasah

M
eunasah adalah salah satu warisan Meunasah Aceh di Saree Aceh Besar.
Sumber: Koleksi Mawrdi Hasan, http://www.panoramio.com/photo/80981899
kebudayaan khas Islam di Nusantara
yang terdapat di wilayah Aceh.
Meunasah adalah salah satu bentuk lembaga suatu bentuk lembaga pendidikan formal
pendidikan tradisional Islam di Aceh yang di mana transmisi dan pelestarian tradisi
sudah lestari sejak ratusan tahun lamanya. Islam berlangsung. Selama berabad-abad
Meski mirip dengan lembaga pendidikan lamanya, meunasah menjadi salah satu pusat
formal Islam lainnya yang terdapat di wilayah terpenting bagi kegiatan belajar-mengajar dan
Aceh, seperti dayah dan madrasah, namun transformasi pelbagai bidang dan cabang ilmu-
meunasah memiliki perbedaan dan kekhasan ilmu keislaman di Aceh secara khusus, dan di
tersendiri. Nusantara secara umum.
Kata “meunasah” sendiri, sebagaimana Di Aceh, meunasah hampir dapat
dikutip Sabirin (2014, 107) dari Safwan Idris, dijumpai di setiap gampong (perkampungan).
secara etimologi berasal dari kata “madrasah” Keberadaan meunasah sangat erat
yang berarti tempat belajar atau lembaga kaitannya dengan gampong, hampir tak bisa
pendidikan. Di Aceh, arti meunasah sebagai dipisahkan. Di mana ada gampong, di sana
mana di jelaskan di atas, dapat dijumpai dalam ada meunasahnya. Hampir semua gampong
istilah yang berbeda-beda, seperti “meulasah”, di Aceh memiliki meunasah. Kenyataan ini
“beulasah”, “beunasah”, atau “meurasah”. menunjukkan bahwa masyarakat Aceh sangat
menjunjung tinggi tradisi ilmu pengetahuan
Azyumardi Azra (dikutip Sabirin; 2014,
dan memiliki komitmen tinggi untuk terus
107) mengatakan bahwa meunasah merupakan
melestarikannya.

Edisi Budaya | 289


Di meunasah, anak-anak gampong gampong yang dikepalai oleh Keuchik dan usia
Aceh dapat belajar membaca al-Quran dan anak didik meunasah berkisar 6-7 tahun; (5)
dasar-dasar ilmu Islam seperti hadits, fikih, di meunasah juga diajarkan kesenian (sya’ir)
tauhid, akhlak, nahwu, sharaf, dan lain-lain. yang bernafaskan Islam seperti qasidah, rapai,
Pendidikan di meunasah dilakukan hanya dikê, seulaweut dan dalail khairat.
beberapa jam saja dalam sehari. Setelah belajar,
Setiap meunasah memiliki seorang
dan anak-anak gampong dapat kembali pulang
pemimpin yang mengelola keberadaan
ke rumahnya masing-masing untuk melakukan
setiap meunasah dan mengatur jalannya
aktivitas lainnya.
berbagai aktivitas kegiatan di sana. Pemimpin
Para orang tua di Aceh akan mengirim meunasah ini dikenal dengan “imeum
anak-anak mereka untuk belajar di Meunasah meunasah”, teungku imeum, atau imeum,
ini sejak usia dini. Para orang tua memiliki yang kesemuanya berarti pemimpin atau
kewajiban dan tanggung jawab untuk imam meunasah.
membekali anak-anak mereka akan ilmu-
Melongok pada kenyataan di atas,
ilmu keagamaan dan budi pekerti yang luhur
meunasah sangat mirip keberadaannya
yang kelak menjadi bekal dan pedoman hidup
dengan “kuttâb” di Mesir. Kuttâb adalah
mereka. Meunasah adalah wadah dan tempat
lembaga pendidikan formal-tradisional yang
penempaan dan pembekalan bagi anak-anak
hampir ada di setiap qaryah (desa) di Mesir
akan ilmu-ilmu tersebut.
sebagai tempat belajar anak-anak kecil akan
Meunasah memiliki akar sejarah al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu keislaman
yang cukup panjang. Muslim A. Jalil (?) lainnya. Jika di meunasah ada “imeum”-nya,
menyebutkan jika meunasah menjadi sebagai maka di “kuttâb” ada juga “syaikh al-kuttâb”
lembaga pendidikan Islam tradisional Aceh sebagai pemimpinnya.
sejak masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636
Seorang imeum meunasah masuk ke
M). Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar
dalam struktur pengurus gampong, menjadi
Muda, Kesultanan Aceh memiliki badan
bagian dari pimpinan gampong, dan salah satu
khusus yang secara terstruktur mengurusi
dari unsur “tuha peut” atau empat orang tetua
pendidikan.
pemimpin gampong. Keempat tetua itu adalah
Berdasarkan tingkatan dan jenjang “keuchik” atau kepala pemerintahan, “imeum”
pendidikan di Aceh diketahui lembaga- sebagai kepala urusan peribadatan dan
lembaga pendidikan Meunasah (tingkat dasar), kegiatan sosial, “hariya” sebagai sekretaris dan
Rangkang (tingkat menengah pertama), Dayah juru bicara gampong, dan tokoh masyarakat
(tingkat menengah atas), Dayah Teungku Chik sebagai perwakilan hampong.
(tingkat diploma) dan Jami’ah Bait al-Rahman
Keempat unsur tetua inilah yang
(tingkat universitas).
mengatur jalannya pemerintahan di sebuah
Sebagai lembaga pendidikan tingkat gampong, sekaligus membuat keputusan dan
dasar, meunasah memiliki sistem menentukan kebijakan di sana. Dalam tradisi
pembelajaran; (1) kurikulumnya lebih Aceh, antara “keuchik” dan “imeum” ibarat
difokuskan pada penguasaan bacaan al-Qur’an ayah dan ibu dalam sebuah keluarga besar
dan pengetahuan dasar agama; (2) Sistem masyarakat gampong.
pembelajarannya dengan sistem halaqah dan
Dalam perjalanannya kini, fungsi
sorogan, metodenya menggunakan metode
meunasah menjadi lebih luas lagi. Selain
mengeja untuk tahap awal dan menghafal pada
sebagai sebuah “markaz al-tarbiyyah” (pusat
tahap berikutnya, serta praktek ibadah; (3)
pendidikan), meunasah juga berfungsi sebagai
hubungan antara teungku dan murib/aneuk
“markaz al-tsaqâfah” (pusat kebudayaan),
miet beut (anak didik) bersifat kekeluargaan,
“markaz al-ma’lûmât” (pusat informasi),
yang terus berlanjut sampai murid menginjak
sekaligus “markaz al-ijtimâ’iyyah” (pusat
dewasa; (4) teungku dipilih oleh masyarakat
kegiatan sosial) di setiap gampong.

290 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Karena itu, meunasah juga kerap kadang dilengkapi dengan beranda yang agak
digunakan sebagai balai musyawarah gampong, rendah dan luas.
tempat membicarakan segala urusan gampong
Di sekeliling meunasah juga dibangun
dan masyarakatnya, tempat kenduri hari raya,
sumur, bak air, dan tempat keperluan buang
tempat menyerahkan zakat fitrah menjelang
air. Umumnya meunasah berlokasi di pinggir
hari raya Idul Fitri, tempat acara-acara dan
jalan, di tengah-tengah kampong, atau lokasi
upacara-upacara, pengajian umum, kegiatan
yang mudah dijangkau oleh masyarakat.
sosial-kemasyarakatan, tempat pelayanan
kesehatan, penyuluhan masyarakat, sampai Meunasah, sebagaimana bangunan-
kepada diskusi lepas. bangunan yang didirikan di Aceh pada masa
klasik, dibangun dengan memperhatikan
Halaman meunasah yang relatif luas,
aspek budaya Islam saat proses pendiriannya.
kerap juga digunakan oleh anak-anak dan
Pada proses pendirian meunasah, menurut
remaja sebagai tempat bermain dan berolah
masyarakat Aceh bergotong royong
raga, seperti bermain kelereng, petak umpet,
mengumpulkan bahan-bahan utama
bermain bola voli, bulu tangkis, bola takrau,
bangunannya baik dari kayu, bambu, daun
dan lain sebagainya.
rumbia, pelepah rumbia, dan bahan-bahan
Demikianlah, sebuah meunasah di lainnya.
gampong difungsikan seluas-luasnya agar
Setelah bahan-bahan terkumpul dan siap
dapat mewadahi segenap aktivitas masyarakat
didirikan masyarakat gampong mengadakan
dalam pelbagai aspek dan bidang, baik aktivitas
kenduri dan upacara berdoa bersama. Lewat
pendidikan, kebudayaan, informasi, dan juga
kenduri dan upacara itu, masyarakat Aceh
sosial-kemasyarakatan.
memohon kepada Allah agar bangunan
Secara fisik, meunasah berbentuk ini dapat digunakan untuk peribadatan
bangunan rumah panggung berukuran besar kepadaNya.
dengan halaman yang luas. Bentuk fisik
Untuk menyempurnakan pendirian, maka
meunasah seperti rumah tradisional Aceh
segala bentuk upaya agar bangunan yang
dengan beratap daun rumbia dan dindingnya
didirikan dapat tersinari cahaya Ilahi, maka
dibangun terbuka. Karena terbuat dari kayu,
bangunan (meunasah) dihiasi dengan berbagai
meunasah sering dipenuhi dengan berbagai
macam kaligrafi, yang di dalamnya terdapat
ukiran yang ada pada rumah tradisional
ajakan dan dakwah Islamiyah, juga petuah-
Aceh. Seperti halnya rumah adat atau rumah
petuah edukatif, agar siapa saja yang masuk ke
tradisional Aceh, meunasah dibangun dengan
dalamnya mendapatkan hikmah.
tiang-tiang kayu dan agak tinggi dari tanah
atau lantai. Di bagian depan meunasah kadang- [A Ginanjar Sya’ban]

Edisi Budaya | 291


Midodareni

M
idodareni diambil dari kata midodari merupakan mustika adicara pada malam
atau widodari yang berarti bidadari. Midodareni. Sejak malam Midodareni, kedua
Di kalangan masyarakat Jawa, ada mempelai tidak lagi disebut sebagai calon
mitos yang menyebutkan bahwa pada malam pengantin dalam tradisi penikahan Jawa.
Midodareni, para bidadari dari kahyangan
Hal ini didasarkan pada apa yang tertulis
turun ke bumi dan bertandang ke rumah calon
dalam primbon kuna yang menyebutkan:
pengantin wanita untuk mempercantik dan
“Ing bengi kebener Midodareni, iku wiwit jeneng
mempersiapkannya agar menjadi bidadari
penganten”. Oleh karena itu sorak sorai para
yang sempurna bagi calon suaminya.
kerabat pada malam Midodareni adalah
Prosesi Midodareni dilaksanakan pada teriakan: “Lha kae pengantene teka”. Karenanya
malam hari sebelum ijab-kabul dan acara sejak malam Midodareni, terutama setelah
Panggih Pengantin. Selain disebut Midodareni, menerima Kancing Gelung, kedua mempelai
prosesi ini juga terkadang disebut dengan sudah disebut sebagai pengantin, bukan
istilah Maleman, atau lengkapnya Malem lagi calon pengantin. Mereka berdua adalah
Midodareni. Ada juga yang menyebutnya mustika perhelatan yang ditunggu-tunggu,
Pangarip-arip, sebagaimana disebutkan oleh yang dalam bahasa Jawa disebut sebagai
Rama Sudi Yatmana, dalam Upacara Penganten Penganten, kusumaning adicara ingkang dipun
Tata Cara Kejawen. anti-anti.
Alkisah, dewi Nawangwulan bersama para Suwardjoko percaya bahwa ada peran
bidadari turun ke marcapada untuk memberi Wali Songo dalam proses Islamisasi tradisi
doa restu kepada dewi Nawangsih yang akan pernikahan Jawa ini. Wali Songo tidak serta
dipersunting oleh Bondhan Kejawan. Kesediaan merta mematikan tradisi Midodareni yang
Dewi Nawangwulan untuk merias sendiri dewi sebenarnya sarat dengan mitos. Kedua
Nawangsih ini disertai dengan syarat agar mempelai juga tetap diizinkan untuk disebut
pihak pengantin pria mempersembahkan sebagai pengantin sejak prosesi Midodareni,
Kembarmayang. Suwardjoko, dalam bukunya; tetapi belum diizinkan untuk tidur bersama
Makna, Tata Cara dan Perlengkapan Pengantin sebelum akad nikah. Bahkan pengantin pria
Adat Jawa, menyebut kisah-kisah ini hanyalah tidak disambut di dalam rumah pengantin
dongeng atau mitos belaka. putri, melainkan di beranda depan saja dan
belum diizinkan menemui pengantin putri.
Malam Midodareni adalah malam
Paes atau Pepaes, yang berarti berhias. Prosesi Midodareni ini didahului oleh
Mengutip Kalinggo Honggopuro, Suwardjoko prosesi lain di mana kedua calon pengantin
menyebutkan bahwa tradisi Paes ini bisa melakukan Jamas atau mandi keramas
dilacak sejarahnya dari jaman Mataram. menggunakan air kembang setaman, yang
disebut dengan prosesi siraman. Siraman
Meskipun menurut hukum agama dan
memiliki hubungan erat dengan Midodareni
negara kedua mempelai belum bisa disebut
dan menjadi syarat penting agar para bidadari
sebagai pasangan suami isteri sebelum akad
bersedia turun dari kahyangan untuk merestui
nikah, namun tradisi Jawa sudah menyebut
calon pengantin.
keduanya sebagai Sri Pengantin, yang

292 | Ensiklopedi Islam Nusantara


merasuk dalam diri
calon pengantin puteri.
Agar hal itu terjwujud
maka semua hal yang
berkenaan dengan
malam Midodareni
harus serba ganjil dan
belum genap atau
belum lengkap. Karena
apabila sudah genap
dan lengkap, justru pada
bidadari yang turun
dan bertandang ke
rumah calon pengantin
akan kembali lagi ke
Salah satu Prosesi Midodareni. kahyangan karena merasa sudah tidak ada
Sumber: https://ikawidyan.wordpress.com/2011/12/06
yang perlu disempurnakan.

Selain ada keharusan penggunaan


Perlengkapan Prosesi Midodareni
kembang setaman seperti mawar, melati,
A. Keluarga pengantin putri
bunga kanthil, dan kenanga, prosesi siraman
• Angsul-angsul
mengharuskan dipakainya air bersih dari
• Kancing Gelung (Cundhuk Ukel)
sumber mata air guna memurnikan dan
• Naskah Catur Wedha
menyucikan calon pengantin lahir dan
• Ayam betina muda (dhere), lambang
batin. Dengan demikian, para bidadaripun
pengantin putri
diharapkan akan bersedia turun dan
• Tempat duduk pengantin pria dilapisi
memberikan doa restu serta memberikan aura
dengan klasa kalpa
kecantikannya kepada calon pengantin.
B. Keluarga pengantin pria
Prosesi Midodareni dilaksanakan pada • Cengkir gadhing dihias janur berupa
malam hari setelah sholat Maghrib. Terdapat clorot, sepasang
tamsil tertentu pada penggunaan angka-angka • Kembarmayang, sepasang
ganjil dan serba tidak lengkap atau tidak • Ayam jantan muda (Jengger), lambang
genap pada laku adicara Midodareni. Bahkan pengantin kakung
orang yang menyiramkan air pada proses • Paningset serta kelengkapan (abon-
Siraman juga jumlahnya ganjil, biasanya tujuh aboning) paningset
atau sembilan orang. Paes atau riasan yang • Sanggan serta tanda asih (apa saja)
digunakan pada malam Midodareni juga hanya
berupa alub-alub atau cengkorongannya saja.
Busana yang digunakan juga sederhana, dengan Urutan prosesi pada malam Midodareni:
harapan bahwa para bidadarilah yang akan Jonggolan
menggenapkan atau menyempurnakannya.
Jonggolan berarti pisowanan, di mana
Pada malam yang sangat penting itu calon pengantin pria sowan atau hadir
para bidadari diharapkan turun dan manjing menghadap keluarga calon pengantin putri
atau menyatu dalam jiwa dan raga Sri untuk memberitahu bahwa ia telah siap lahir
Penganten yang disebut sebagai keadaan batin mengikuti seluruh adicara dalam proses
Hapsari Hangejawantah, yakni munculnya pernikahan.
aura kebidadarian pengantin yang telah
pecah pamor. Jika itu terjadi, artinya bidadari Prosesi ini juga disebut dengan nyantrik
yang turun dari kahyangan benar-benar telah atau nyantri karena aslinya dalam tradisi

Edisi Budaya | 293


Purna Jonggolan di lingkungan keraton, calon pada malam Midodareni, karena malam
penganten pria tidak hanya sekedar berkunjung ini bukan merupakan perjamuan agung.
dan menampakkan diri, melainkan langsung Sebagaimana disebutkan di atas, tata busana
mondok atau nyantrik di kasatrian dan dipingit pada malam Midodareni justru dianjurkan
di sebuah bangunan di lingkungan keluarga bersifat sederhana. Oleh karena itu dianjurkan
calon istrinya. Adapun di luar keraton, calon menggunakan busana beskap landhung tanpa
pengantin pria kembali pulang ke rumah keris.
setelah adicara Midodareni, namun demikian,
Tempat duduk pengantin pria pada adicara
tetap disebut nyantrik.
Jonggolan dilapisi dengan klasa kalpa. Hal
Jonggolan atau nyantrik pada zaman ini didasarkan pada kawruh kraton. Adapun
kuno dilakukan beberapa hari sebelum acara yang biasa (kaprah) terjadi di masyarakat, alas
inti. Calon pengantin dititipkan (ngenger) di duduk pengantin pria adalah klasa bangka atau
rumah calon mertuanya dan dipingit. Namun tilam lampus.
seiring perkembangan zaman, nyantrik
ini dilaksanakan bersamaan dengan acara
Midodareni. Tumuruning Kembarmayang

Tata lahir dan simbol-simbol yang terdapat Kembar berarti serupa dan mayang
dalam Jonggolan pada adicara Midodareni adalah bunga dari pohon pinang atau jambe.
memiliki beberapa makna, di antaranya: Kembarmayang adalah dua buah hiasan yang
terbuat dari pokok/debok pisang, yang dihias
• Menunjukkan bahwa semua persyaratan
dengan janur, aneka buah dan kembang
yang diperlukan dalam pernikahan sudah
pancawarna serta bunga jambe. Meskipun
terpenuhi
penggunaan Kembarmayang adalah pada saat
• Pengantin kakung sudah siap lahir dan prosesi Panggih Pengantin, namun ia telah
batin dibuat dan disimpan sejak malam Midodareni.
• Adanya sabdatama atau petuah untuk Kembarmayang juga memiliki beberapa
pengantin nama lain seperti Sekar Mantyawarna, Sekar
Adi Kalpataru, dan Klepu Dewadaru kaliyan
• Merupakan penilikan akhir terhadap
Jayadaru.
kesiapsediaan segala hal yang diperlukan
untuk melangkah menuju adicara Kembarmayang dipercaya sebagai hiasan
selanjutnya bunga dari para dewa yang dirangkai oleh
tujuh bidadari. Ia hanya merupakan pinjaman
Ada dua macam pakem busana yang
kepada pengantin pria untuk digunakan dalam
dikenakan pengantin pria pada saat njonggol
pernikahan. Setelah selesai digunakan, ia harus
atau sowan pada malam Midodareni.
dikembalikan kepada para dewa dengan cara
Menurut tradisi Yogya, calon pengantin
melarutkannya di sungai atau membuangnya
pria mengenakan busana kasatrian, yaitu
di perempatan jalan.
baju surjan, blangkon, kalung karset dan
mengenakan keris. Adapun dalam tradisi Kembarmayang merupakan perlambang
Surakarta, pengantin pria mengenakan busana restu dan keberkahan dari Yang Maha Kuasa
pangeranan yaitu jas beskap, kalung karset, dan kepada pengantin. Keberadaan mayang dalam
mengenakan keris. hiasan tersebut melambangkan pengantin
yang sedang memasuki dunia rumah tangga.
Namun diperbolehkan juga tidak
menggunakan pakem busana sebagaimana Makna dan kiasan yang terkandung dalam
disebutkan di atas. Pengantin pria boleh prosesi golek Kembarmayang adalah sebuah
menggunakan jas dan dasi pada saat ibarat atau pasemon bahwa mewujudkan
Jonggolan. Bahkan ada yang berpendapat segala macam cita-cita dan harapan haruslah
bahwa sebaiknya pengantin pria dan para diakukan dengan usaha, serta ada “harga”
pendampingnya tidak mengenakan keris yang harus dibayar; jer basuki mawa bea.

294 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Adapun gotong-royong dan kerjasama dalam dunia para muda mudi yang sedang jatuh cinta.
proses pembuatannya dan Tumuruning
Mugi kersoa angupadi tumuruning wahyu
Kembarmayang melambangkan sikap tolong-
jodho ingkang awujud sekar mancawarna ugi
menolong (sambat sinambatan). Hal ini pula
sinebatKembarmayang, kinarya jangkeping
menunjukkan bahwa perhelatan pernikahan
panggihing calon pinangantyan kekalih.
tersebut didukung oleh sanak kadang dan bolo
rewang, serta diiringi doa kepada yang maha Semoga bersedia mencari wahyu jodoh
kuasa. yang berwujud bunga warna-warni yang juga
disebut kembarmayang, untuk melengkapi
Nut carita duking nguni-uni
pertemuan calon pengantin berdua.
Ila-ila ujaring pra kina
Gung pinundhi prapteng mangke Tumuruning Kembarmayang
Kembarmayang puniku disebut juga dengan istilah “Miyosipun
Rinatikna in widadari Kembarmayang Saking Suwargo”, yakni
Minangka sung nugraha turunnya Kembarmayang dari surga. Istilah
Satria linangkung lainnya yang juga dipakai adalah “Panebusing
Ingkang asung bekti darma Kembarmayang”.
Labuh labet mring hyang kang maha luwih Mitos Jawa menyebutkan bahwa
Hambangun pala karma Kembarmayang merupakan pemberian dari
Terjemahan syair Jawa (tembang Sang Hyang Jagad Giri Nata. Adapun yang
dhandhang gula) di atas, sebagaimana ditulis membawanya ke bumi adalah para bidadari, di
oleh Meka Nitrit Kawasari adalah sebagai antaranya; Prabasini, Irim irim, Tanjung Biru,
berikut: Warsiki, Gagar Mayangm Leng Leng Sari, dan
Menurut cerita dahulu kala Leng Leng mandanu.

Tata cara menurut kisang orang tua Dalam mitos Jawa juga disebutkan,
Yang dilestarikan hingga kini Kembarmayang yang asli diturunkan oleh para
dewa terbuat dari bunga pohon Kalpataru;
Kembarmayang nan asri
pohon yang tumbuh di surga dan buahnya
Dirangkai oleh para bidadari menjadi santapan para dewa.
Sebagai anugerah
Saat ini Kembarmayang dibuat oleh para
Bagi pria pilihan nan gagah pemuda yang datang untuk rewang. Adapun
Yang akan melaksanakan darma bakti aslinya dalam tradisi Jawa, yang bertugas
Melaksanakan perintah ilahi membuat Kembarmayang adalah dua orang
wanita dewasa, dari pihak pengantin pria, lalu
Mengangkat seorang isteri
dibuatkan sesajen dan didoakan pada acara
Sebagaimana setiap prosesi dan adicara “Slametan Midodareni” sebagai pepeling atau
lainnya dalam tradisi pernikahan Jawa, pengingat bagi pengantin bahwa perkawinan
Kembarmayang sarat dengan makna dan bukan hanya bertemunya raga, tetapi juga
kiasan. Ada banyak versi tafsir dan tamsil pada perpaduan dua jiwa yang menyatu dalam
Kembarmayang dan proses pembuatan serta ikatan suci membangun sebuah keluarga.
keberadaannya pada pernikahan adat Jawa,
Prosesi Tumuruning Kembarmayang
yang beredar di masyarakat.
terdiri dari beberapa bagian yang dibawakan
Terdapat tembang sinom yang dalam adegan-adegan mirip adegan
menggambarkan perjalanan Sang Sarayajati pewayangan dan dipandu oleh seorang dalang.
menghadap kepada yang punya hajat. Tembang Adapun cerita yang dilakonkan adalah tentang
Sekar Sinom diperuntukkan bagi anak muda. pencarian, penebusan, dan pemboyongan,
Ia berasal dari kata Si yang berarti “isih” atau lalu dilanjutkan dengan prosesi penyerahan
masih dan Nom yakni “enom” atau muda dan Kembarmayang kepada pihak keluarga
memiliki sifat ramah yang melambangkan pengantin putri.

Edisi Budaya | 295


Dapukan atau pemeran dalam adegan- pengantin punya ketetapan hati dalam
adegan tersebut adalah Saraya jati (seorang mengarungi samudera kehidupan berrumah
ksatria yang ditugaskan untuk mencari tangga. Walang juga melambangkan kegesitan.
Kembarmayang), Hamengku Gati (Sebagai
Kembarmayang dalam pernikahan
ayah dari pengantin putri), dan Jati Wasesa
Jawa merupakan “replika” dari Dewadaru
(seorang pandhita dari padepokan Sidodadi,
dan Jayadaru, yaitu bunga dari pohon
tempat Kembarmayang disimpan).
Kalpataru. Ini merupakan perlambang
Sekar mancawarna pada Kembarmayang harapan agar pengantin kelak dapat bahagia
terdiri dari ron maneka warni atau ron apa- dalam kehidupan berrumahtangga seharum
apa; melambangkan keaneka ragaman isi bunga Dewadaru dan Jayadaru, serta segera
dunia dengan harapan agar pengantin kelak menghasilkan buah, yakni keturunan.
dapat menjalani kehidupan rumah tangga
Srah-srahan
yang penuh lika liku. Lalu ada bunga kanthil
dan melati yang melambangkan keharuman Adicara Tumuruning Kembarmayang
dengan harapan semoga perilaku pengantin kemudian dilanjutkan dengan prosesi srah-
kelak selalu harum seperti harumnya bunga srahan, yaitu penyerahan tanda kasih atau tali
melati dan menjadi teladan sebagaimana asih dari pihak pengantin pria kepada keluarga
bunga kanthil. pengantin putri. Wujudnya berupa berbagai
macam perhiasan, barang mentah, dan barang
Keris-kerisan janur pada Kembarmayang
jadi atau matang (raja peni, guru bakal, guru
merupakan perlambang pusaka yang dipakai
dadi).
oleh laki-laki dan menjadi pengingat atas
tanggungjawab seorang suami dalam hidup Raja peni dan guru dadi dibawa di dalam
berumah tangga. Manuk-manukan janur sebuah kotak yang disebut dengan jodhang.
atau burung menjadi pepeling agar pengantin Adapun guru bakal dibawa dengan dipikul.
mempunyai cita-cita yang tinggi setinggi Apabila salah satu orang tua dari pengantin
terbangnya burung. Nanas yang berada pada pria sudah meninggal, maka perangkat srah-
bagian atas Kembarmayang merupakan srahan ditambah dengan bendhe.
lambang tingginya derajat. Nanas ini Srah-srahan lengkap dalam pakem keraton
diletakkan pada bagian paling atas sebelum Surakarta berupa:
payung-payungan. Harapannya pengantin
agar selalu rukun, berdampingan dan tinggi - Paningset, yakni setagen, sesupe seser,
derajatnya. Adapun payung-payungan sinung truntum, serta sindur
janur yang memayungi Kembarmayang - Perlengkapan, yakni tebu wulung, jeruk
melambangkan pengayoman. Pecut-pecutan gulung, sedhah ayu, pisang ayu, dan sekul
janur sekawan yang berjumlah empat golong
melambangkan sadherek sekawan atau empat
- Pengiring, yakni raja peni (berupa aneka
saudara yang merupakan pengingat bagi
ragam perhiasan), guru bakal (berupa
pengantin tentang keberadaan mereka di
ternak, palawija dan sebagainya), guru
dunia mulai dari kelahiran sampai mati.
dadi (berupa busana, makanan dan
Peksi pada Kembarmayang melambangkan sebagainya)
perjodohan serta harapan agar pengantin
Catur Wedha
segera mendapatkan keturunan. Urang
melambangkan harapan agar pengantin Setelah semua tamu dari pihak pengantin
dalam menjalani hidup berumah tangga pria duduk di tempat yang disediakan, ayah
tidak kekurangan dan selalu tercukupi segala dari pengantin putri menghampiri pengantin
kebutuhannya. Walang melambangkan pria dengan maksud wawansabda untuk
harapan agar tidak dihantui rasa walangati/ memastikan terakhir kalinya bahwa pengantin
sumelang yakni gundah gulana. Harapannya, pria benar-benar telah siap lahir batin

296 | Ensiklopedi Islam Nusantara


menghadapi prosesi pernikahan selanjutnya, penyerahan dhuwung atau keris yang disebut
karena keesokan harinya adalah prosesi ijab- cundhuk Ukêl yang merupakan senjata
kabul yang membuat ikatan kedua mempelai andalan kaum wanita. Pusaka ini diberikan
sah menurut agama dan negara. kepada pengantin pria untuk melindungi isteri
dan keluarganya kelak.
Ayahanda pengantin putri lalu
memberikan wejangan Catur Wedha (empat Kancing Gelung yang diserahkan terdiri
norma) atau Catur Laksitatama (empat atas:
perilaku utama). Hal ini perlu dilakukan agar
• Dhuwung, yaitu pusaka milik penganten
ayahanda pengantin putri tidak ragu dan
putri pemberian ayahandanya berupa
khwatir lagi menyerahkan putrinya kepada
keris Cundhuk Ukêl. Pusaka ini sebenarnya
pria yang akan menikahinya.
hanya dititipkan kepada pengantin pria
Setelah wejangan Catur Wedha ini, kedua untuk melindungi keluarganya kelak.
pengantin dipingit di tempat masing-masing
• Ageman, yaitu busana agung yang akan
yang telah disediakan, atau disebut dengan
dikenakan pengantin pria pada waktu
prosesi nyantrik/nyantri. Pada saat nyantrik ini
dhaup atau panggih penganten.
kedua mempelai dilarang saling bertemu.
Adapun angsul-angsul adalah berbagai
Andrawina
macam hadiah, bisa berupa makanan, kue dan
Setelah acara wejangan Catur Wedha, lain-lainnya dari pihak keluarga pengantin
para tamu dipersilahkan makan bersama putri kepada rombongan penganten pria.
dan berramah tamah. Acara santap makan Angsul-angsul merupakan tanda tali asih
bersama dan ramah tamah ini disebut juga antara dua keluarga yang berbesanan.
dengan Kembul Bojana Andrawina. Adicara ini
Apabila rangkaian acara Midodareni
biasanya diisi pula dengan perkenalan anggota
sudah sampai pada penyerahan kancing
keluarga dari masing-masing pihak.
Gelung dan Angsul-angsul, itu adalah pertanda
Acara ini seharusnya dilakukan bahwa acara sudah akan berakhir. Hal ini juga
ketika larut malam. Tuan rumah akan merupakan isyarat bahwa pengantin pria
menghidangkan sekul asrep-asrepan. Yang dipersilakan segera meninggalkan rumah
unik pada acara ini adalah mendahulukan calon mertua (katundhung) untuk kembali ke
tamu wanita untuk makan. Hal ini dilakukan pondokan yang telah disediakan (sengkeran),
sebagai penghormatan kepada para bidadari bagi yang disediakan tempat untuk nyantrik.
sebagaimana dalam kisah pernikahan Jaka Atau pulang ke rumah bagi yang tidak tinggal
Tarub dan dewi Nawangwulan. di pondokan untuk nyantrik. Para pimpinan
rombongan pengantin pria harus tanggap dan
Seluruh acara di atas dilakukan dengan
segera mohon diri.
sangat kihdmat dan tenang. Bahkan dalam
berbicara pun para tamu dan tuan rumah Sejarah Dhuwung Cundhuk Ukêl
hanya melakukannya dengan suara lirih atau
Dalam tradisi keraton-keraton Jawa,
bisik-bisik. Namun demikian pada zaman
para puteri dari permaisuri raja diberi pusaka
sekarang, acara ini dilaksanakan dengan
andalan berupa keris atau curiga, yang diberi
meriah dan gegap gempita. Hidangan yang
nama Cundhuk Ukêl. Pusaka ini merupakan
disuguhkan juga bermacam-macam, terkadang
penanda bahwa wanita yang memilikinya
ditambah dengan hiburan tayuban. Waktu
adalah seorang puteri raja. Dhuwung Cundhuk
pelaksanaanya pun tidak terlalu larut malam.
Ukel ini merupakan pusaka yang diwariskan
Kancing Gelung dan Angsul-angsul turun temurun kepada anak perempuan.
Setelah selesai berramah-tamah dan Karena pusaka ini hanya untuk para puteri,
memakan hidangan, pemangku hajat maka sosok penampakannya (dhapuran), juga
kemudian menggelar prosesi penyerahan ferminin (mutreni). Bentuknya lebih kecil
Kancing Gelung. Kancing gelung adalah dari umumnya keris. Angsar-nya juga bersifat

Edisi Budaya | 297


kewanitaan, yakni ruruh, cinta asih, tenteram, majemukan adalah ungkapan syukur kepada
dan tenang. Cundhuk Ukêl bukan merupakan Tuhan yang maha kuasa atas terlaksananya
Dhuwung ageman (kelengkapan busana) acara dengan baik, serta doa semoga prosesi
karena sosoknya yang kecil, bahkan terkadang acara berikutnya berjalan lancar dan baik,
berbentuk mirip cundrik atau patrêm. nirbaya, nir-rubeda, tanpa ada halangan dan
gangguan apapun.
Pusaka inilah yang dititipkan kepada
menantu (putra mantu) pada prosesi Selain berdoa, acara majemukan berupa
penyerahan Kancing Gelung di malam makan bersama-sama hidangan berupa nasi
Midodareni. Pasemon dan isyarat dari hal ini wuduk berlauk ingkung ayam sebagai lambang
adalah pertanda bahwa ayahanda pengantin kebersamaan dan gotong royong, holopis kuntul
puteri telah memberikan kepercayaan kepada baris, bekerja bersama-sama agar terlaksana
pengantin pria untuk mempersunting seluruh hajat dengan sempurna. Selanjutnya
puterinya, dan bahwa pria tersebut akan melekan atau wungon, yakni berjaga semalam
melaksanakan pesan-pesan wejangan dalam suntuk, yang dilakukan oleh beberapa sesepuh
Catur Wedha. sambil berdoa atas kelancaran dan keberkahan
prosesi selanjutnya.
Apabila dalam perjalanan rumah tangga
kedua mempelai kelak ada halangan dan ketidak Meskipun secara keseluruhan prosesi
cocokan sehingga menyebabkan perceraian, malam Midodareni ini berasal dari tradisi kuno
maka Cunduk Ukêl harus dikembalikan kepada pra Islam, namun praktiknya hari ini rangkain
keluarga wanita, karana ia hanya titipan, acara ini syarat dengan nilai-nilai dan ritual
bukan pemberian. Oleh karena itu, apabila ada Islam. Acara Midodareni di kalangan orang
seorang pria mengembalikan Cundhuk Ukel, Jawa Islam hari ini dimulai dengan bacaan ayat-
itu artinya sebuah isyarat perceraian. ayat suci al-Quran dan selalu disertai dengan
doa-doa Islami. Darori Amin, dalam Islam dan
Majemukan
Kebudayaan Jawa, menyebutkan bahwa malam
Majemukan merupakan ritual penutup Midodareni di kalangan orang Jawa Islam diisi
dari rangkaian malam Midodareni. Dilakukan dengan bacaan-bacaan barzanji dan tahlilan.
larut malam ketika para tamu sudah
[Ali Mashar]
meninggalkan rumah pengantin putri. Inti dari

Sumber Bacaan:
H. M. Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, Gama Media, Yogyakarta, 2000.
K.P. Suwardjoko Proboadinagoro Warpani, Makna, Tata cara dan Perlengkapan Pengantin Adat Jawa, Kepel Press,
Yogyakarta, 2015.
Meka Nitrit Kawasari, Penggunaan Bahasa Jawa Pada Upacara Tumuruning Kembarmayang Sebagai Cermin Kearifan Budaya
Jawa, dalam Jee Sun Nam (ed.), Language Maintenance and Shift III, Revised Edition, Balai Bahasa Provinsi Jawa
Tengah, 2013.
Rama Sudi Yatmana, Upacara Penganten Tata Cara Kejawen, CV Aneka Ilmu, Semarang, 2001.
Suwarna Pringgawidagda, Tata Upacara dan Wicara Pengantin Gaya Yogyakarta , Kanisius, 2006.
Thomas Wiyasa Bratawidjaja, Upacara Perkawinan Adat Jawa, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2000.

298 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Mudik

M
udik telah menjadi tradisi dimaksudkan untuk berinteraksi dengan orang
masyarakat Indonesia yang pada yang masih hidup, tetapi juga berkomunikasi
umumnya dikaitkan dengan dengan orang yang sudah meninggal di tempat
perayaan hari lebaran. Kebiasaan ini bertumpu jasad terakhirnya bersemayam.
pada semangat menjaga tradisi lama yang
menjadi bagian penting masyarakat dalam
upaya mencari atau kembali ke jati diri. Pengertian
Dalam ritual tahunan ini, banyak hal muncul Secara etimologi, kata mudik berasal
sebagai fenomena sosial dan keagamaan di dari kata “udik” yang berarti selatan/hulu,
mana agama dan budaya melebur menjadi sebagai lawan kata dari ‘hilir’, yang bermakna
satu tarikan nafas. Melalui kegiatan mudik, utara. Di kalangan masyarakat Betawi zaman
masyarakat Muslim Indonesia memperagakan kolonial, suplai kebutuhan hasil bumi diambil
ajaran silaturahmi bersama keluarga, kerabat, dari wilayah luar tembok kota di selatan. Para
handai taulan serta sahabat. Dalam suasana petani dan pedagang melakukan transaksi
lebaran, masyarakat secara sistemik bermaaf- melalui sungai dari utara dan kembali ke
maafan, update perkembangan lingkungan selatan. Dari aktivitas ini kemudian muncul
sekitar, serta terhubung dengan masa lalu. istilah hilir mudik yang berarti bolak-balik.
Satu hal yang juga penting adalah bahwa
kepulangan ke kampung halaman tidak hanya Mudik juga dimaknai ‘menuju udik’ atau
pulang ke kampung halaman. Kata ‘udik’

Suasana Para Pemudik di Stasiun Kereta.


Sumber http://news.okezone.com

Edisi Budaya | 299


Mudik bareng yang diselenggarakan PBNU. Dalam mudik
bersama tersebut, sebanyak 35 bus disiapkan untuk oleh keluarga kerajaan. Sejak masuknya Islam,
memberangkatkan sekitar 1750 pemudik ke berbagai
wilayah di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur mudik dilakukan menjelang Lebaran.
Sumber: Tribunnews.com
Beberapa ahli berpendapat bahwa tradisi
mudik muncul karena masyarakat Indonesia
biasanya merujuk pada persepsi desa atau adalah keturunan Melanesia yang berasal dari
kampung tempat asal kelahiran seseorang. Yunan, Cina. Sebuah masyarakat yang dikenal
Ketika seseorang hidup dan berkarir di kota, ada sebagai pengembara. Mereka menyebar ke
tuntutan kultural untuk kembali ke ‘kampung berbagai tempat untuk mencari sumber
halaman’ di mana komunitas primordialnya penghidupan. Pada bulan-bulan yang dianggap
berada. Kepulangan seseorang ke kampung baik, mereka akan mengunjungi keluarga di
halaman pada umumnya dilakukan dalam daerah asal. Biasanya mereka pulang untuk
rangka merayakan lebaran atau hari libur melakukan ritual kepercayaan atau keagamaan.
lainnya. Konsep kampung halaman menjadi
dasar pijakan yang dikaitkan dengan konsep Tradisi mudik tidak hanya erat kaitannya
silaturahmi, ziarah kubur dan nostalgia. dengan perayaan Idul Fitri, melainkan juga erat
kaitannya dengan berbagai dimensi kehidupan
manusia. Paling tidak ada tiga dimensi yang
Sejarah dapat kita amati dalam tradisi mudik. Pertama,
mudik memiliki dimensi spiritual-kultural.
Tradisi mudik merupakan kebiasaan
Mudik dianggap sebagai tradisi warisan yang
masyarakat petani Jawa yang dikenal sejak
dimiliki sebagian besar masyarakat Jawa.
zaman Majapahit. Kebiasaan ini awalnya
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Umar
bertujuan untuk mengunjungi kuburan orang-
Kayam (2002) bahwa tradisi mudik terkait
orang yang telah meninggal dan memanjatkan
dengan kebiasaaan petani Jawa mengunjungi
doa bersama untuk memohon keselamatan
tanah kelahiran untuk berziarah ke makam
kepada dewa-dewa kahyangan. Aktivitas ini
para leluhur.
dilakukan setahun sekali, yang belakangan
dikenal dengan sebutan ‘nyekar’. Pada masa ini, Bagi sebagian besar masyarakat Jawa,
kegiatan mudik menjadi tradisi yang dilakukan kehidupan duniawi tidak dapat dilepaskan dari

300 | Ensiklopedi Islam Nusantara


kehidupan nanti di alam keabadian. Begitu pula ibadah puasa yang dilakukan selama satu bulan
ikatan batin antara yang hidup dan yang mati penuh. Spiritual-vertikal manusia ditempuh
tidak begitu saja lepas oleh hilangnya nyawa dengan ibadah dan akan sempurna jika
di jasad. Oleh karena itu, mereka menganggap dilanjutkan pada kesalehan sosial-horizontal.
bahwa berziarah dan mendoakan leluhur Silaturahim menjadi wujud konkret dalam
adalah kewajiban. Karena itu muncullah hal ini. Mudik seharusnya dimaknai dengan
tradisi berziarah dalam kurun waktu tertentu menyambung hubungan spiritual dengan
meskipun dipisahkan oleh kondisi geografis. para leluhur dan menyambut tali silaturahim
Nilai spiritual yang tertanam dalam tradisi dengan keluarga, saudara, kerabat, dan
berziarah inilah yang kemudian berdialektika sahabat. Bukan untuk kepentingan prestise
dengan kultur masyarakat yang kemudian sosial ataupun kepentingan material lainnya.
melahirkan tradisi mudik.
Dari sini tampak bahwa fenomena mudik
Dalam catatan Umar Kayam, mudik mengimplikasikan suatu heteronomi kultural.
sejatinya tradisi lama yang pernah menghilang. Para pemudik berada pada sisi tarik-menarik
Sejak Islam datang, mulai terkikisnya budaya antara situasi dan nilai-nilai baru dengan yang
syirik, ziarah menemukan momentum saat lama. Di satu sisi mereka tak bisa memungkiri
hari Lebaran. Apalagi kultur Jawa yang bahwa mereka hidup, bekerja, berdomisili, dan
kemudian diterima oleh kalangan Islam berumah di kota. Di sisi lain, mereka sangat
tradisional menghasilkan akulturasi budaya terikat dengan desa yang menjadi asal-usulnya.
yang harmoni. Perlahan ziarah kubur yang
Hal ini berarti bahwa tradisi mudik
dianggap sebagai syirik dapat diterima oleh
memperlihatkan betapa masyarakat kita sangat
kalangan tradisional dengan disisipi ajaran
dikendalikan oleh masa silamnya. Kepulangan
agama. Mudik pun menjadi salah satu tradisi
para pemudik ke desanya merupakan simbol
spiritual bagi masyarakat untuk melakukan
romantisme masyarakat kita. Tantangannya
ziarah ke makam leluhur.
terletak pada pengalaman bahwa romantisme
Said Aqiel Siradj (2006) menegaskan bahwa cenderung lebih bersifat reaktif ketimbang
makna tradisi Lebaran sebenarnya menyemai kreatif. Mudik berarti terhubung kembali
spirit spiritual-vertikal. Dalam arti orang- dengan jejaring tradisional dan menghidupkan
orang yang merayakan harus kembali pada ritual atau kenangan masa lalu.
kefitrian (kesucian) jati diri kemanusiannya
[Hamdani]
sebagai hamba Tuhan. Hal ini terkait dengan

Sumber Bacaan
Marcoes, Lies, dkk, Kembali Ke Jati Diri: Ramadhan dan Tradisi Pulang Kampung dalam Masyarakat Muslim Urban, Bandung:
Mizan, 2013.

Edisi Budaya | 301


Mukena
(Rukoh, Talakuang, Telekung)

Makna Kata Mekeno, tanpa mekeno, biasanya anak rambut

M
akan muncul di sekitar kepala. Padahal rambut
ukena, telekung atau rukoh adalah
itu adalah aurat. Mekeno biasanya selembar
baju atau kain panjang penutup
kain yang berbentuk segitiga atau kain handuk
aurat perempuan ketika shalat.
tipis memanjang, fungsinya untuk deleman
Sebutan mukena lebih didengar untuk orang
(orang sekarang memakainya juga kalau
Jakarta dan sekitarnya. Nama-nama di atas
memakai jilbab baik sebagai penambah asesori
menunjukkan suatu bentuk pakaian yang
maupun agar rambut tidak keluar dari garis
khusus dipakai untuk sholat. Dalam konteks
jilbab) jadi mekeno adalah pasangannya rukoh.
Indonesia dan negara-negara sekitarnya,
Mekeno Kata mekeno inilah yang kemudian
pakaian itu membedakan dari pakaian
dari pembicaraan-pembicaraan dihubungkan
sehari-hari. Di Indonesia terutama, hanya
berasal dari kata bahasa Arab miqna’ah (‫)ﻣﻘﻨﻌﺔ‬
dalam kira-kira lima tahun terakhir ini, ada
yang artinya tutup kepala.
kelompok-kelompok perempuan yang sudah
merasa cukup dengan pakaian muslimah yang Mukena popular di wilayah Melayu,
sehari-hari dipakai sekaligus pakaian untuk tak heran negara-negara jiran pun
sholat. Perubahan ini mengikuti trend busana mengenakannya. Pakaian ini pun disebut
muslimah Indonesia yang sama sekali berbeda dengan cara yang hampir sama, Talakuang,
pada abad-abad awal Islam masuknya Islam ke meski di sana sini terdapat sedikit perubahan.
Indonesia sampai pengaruh revolusi Iran pada Orang – orang Sumatra, yang identik dengan
tahun 1979. Dampak revolusi itu membuat kaum Melayu, menyebutnya Talakuang, itu
cara menutup aurat perempuan Indonesia di Sumbar. Namun untuk Sumatra Utara,
mirip dengan perempuan-perempuan Iran khususnya Tapanuli Selatan telekung biasanya
menutup tubuhnya. Kendatipun begitu pasar dinamakan “ Talokung” dan lebih populer di
model dan industri mukena tak ada matinya. kalangan masyarakat pedesaan. Masih sama-
sama Sumatra, Orang Palembang, Sumsel
Orang Jawa umumnya menyebut kain
menyebut mukena dengan Telkum. Nyaris
penutup aurat untuk shalat itu rukoh. Tak
serupa, orang-orang di NTB menyebutnya
pasti darimana atau asal kata apa rukoh itu,
Telekung.
mungkin juga kata rukuk, satu gerakan tubuh
yang hanya dilakukan dalam sholat. Rukoh, Namun bagaimana bentuk mukena
umumnya berbentuk panjang, bersambung pada kaum Melayu di atas, menurut sumber
kainnya dari kepala sampai menutup kaki, informasi orang Sumatra sendiri, mukena
yang kiranya kalau dia sujud, tidak kelihatan pocong (terusan, orang Cirebon menyebutnya
kakinya. Mirip pocong, kalau orang melihatnya mukena rekening) tak popular dan asing. Sejak
pertama kali. dulu hingga kini mukena itu potongan; atas
dan bawah, bukan terusan. Seperti berikut ini;
Dalam Bahasa Jawa, kata rukoh turun
menurun digunakan. Entah darimana akar Aurat Tubuh Perempuan dan Konsepsi
katanya. Namun sebenarnya orang Jawa yang Fikih
hendak sholat mengenakan rukoh tidak cukup.
Ketertutupan perempuan banyak dilihat
Karena rukoh itu ada pasangannya yaitu

302 | Ensiklopedi Islam Nusantara


menggerus cara bermukena dalam sholat.
Memang belum ada satu survey yang pasti
bahwa perkembangan model terbaru pakaian
muslim itu telah meminggirkan penggunaan
jilbab dalam shalat. Namun, seiring meroketnya
perkembangan busana muslim bahkan produk
Indonesia telah menjadi trendsetter dunia
busana, mukena pun didesain tak kalah
modisnya. Bukan hanya soal bentuknya tapi
juga asesorisnya, bahannya sampai nuansa
etnik dan tokoh public figure favourite, biasanya
artis. Jadi mukena kini, sangatlah modis.
Dulu kala, sejak mukena ada sampai era
90-an, mukena semuanya model terusan,
Gambar; butik bordir Kudus. dijahit dari kain bahan putih polos, terbuat
Sumber: butikbordir.com
dari bahan kafan (orang Jawa menyebutnya
mori) . Modelnya seperti pocong kata orang-
sebagai pembatasan aksesnya pada publik. orang , karena selain bersambung dari kepala
Jika sejenak ke negara-negara teluk, pakaian sampai menjulur menutupi kaki juga selalu
perempuan sehari-hari mereka adalah seperti berwarna putih. Sederhana, tanpa hiasan atau
mukena bahkan melebihnya, sebab niqab atau warna lain. Bahannya adem tanpa campuran
burqah telah menutup semua bagian wajah dan sintetis sehingga mudah sekali lecek. Mukena
hanya menyisakan dua bola mata sebagai alat inilah nampaknya yang selalu diingat orang
penting. karena lama bertahan dan dipakai sebagian
Jika Akbar S. Ahmed dalam Discovering besar masyarakat Indonesia. Bahwa mukena
Islam menyatakan setelah kecemerlangan itu putih dan lurus (terusan), nampaknya
perempuan di awal-awal Islam, seperti membumi di sebagian ingatan penduduk kita
eksistensi di antara istri nabi yakni; Khadijah dan kemanapun mereka pergi.
dan Aisyah, berikutnya ada Fatimah, Rabiah Kalau dilihat dari perjalanan sejarahnya,
al-Adawiyah dan lain-lain di negeri Islam, masuknya Islam di Indonesia dengan segala
maka sekarang ini keadaan telah jauh keunikannya, maka mukena atau rukoh
berubah. Menurutnya, pembatasan akses merupakan bagian tak terpisahkan dari
perempuan dimulai dari penutupan tubuhnya. konskuensi atau dampak dari cara ber-
Sekarang perempuan jauh tertinggal peran Islam di Indonesia. Dengan pakaian sehari-
dan kedudukannya dibanding pada masa hari perempuan Indonesia yang sudah
awal Islam, lihatlah bagaimana Anwar Al- ada, nampaknya para muballigh kita ingin
Sadat memenjarakan Nawa el-Saadawi karena mengenalkan Islam secara bertahap dan tanpa
kekritisan tulisannya. Perempuan pada masa gejolak. Maka dimulailah dengan mengajarkan
kini mundur jauh ke belakang dan seperti tata cara ibadah dengan segala syaratnya.
budak yang hidupnya ditentukan laki-laki. Inovasi dan strategi inilah yang kemudian
Bagaimana Indonesia? Benarkah melahirkan mukena, sebagai pakaian khusus
demikian, Indonesia barangkali adalah sholat. Dualisme pakaian, antara di dalam
pengecualian. Kalau menyimak perkembangan dan di luar sholat ini, telah melahirkan
model busana muslimah Indonesia dari waktu keunikan sendiri. Namun, lambat laun kita
ke waktu, ketertutupan tubuh perempuan mereka berubah Indonesia: berkebaya,
sepertinya dignity. Ketertutupannya kain berkerudung. Ataupun baju kurung.
menunjukkan identitasnya dan di banyak Penyebaran Islam yang berlangsung damai,
tempat itu tidak menghalanginya beraktifitas. telah mencoba mengakomodasi budaya-
Fashion baru itu lalu sedikit demi sedikit budaya Indonesia yang ada namun tetap dalam

Edisi Budaya | 303


bingkai bingkai prinsip ajaran Islam. hitung-hitungan ekonomi dan mengikuti pola
model.
Memang Walisongo dan banyak penyebar
Islam yang lain, banyak melakukan penyesuain Banyak yang dibuat dengan simplifikasi
dan strategi dakwah yang jitu di Indonesia. bahan, sehingga mukena mengabaikan
Mereka tidak memboyong budaya Arab atau konsep aurat. Akibatnya banyak mukena yang
negara-negara yang telah dahulu berislam. mini padahal yang mengenakan orangnya
Walhasil kita lihat Indonesia hari ini. jumbo, sehingga kaki kelihatan ketiika
sujud, punggung juga, karena minimnya dan
Tapi tahukah kita, bahwa sejarah mukena
pendeknya potongan atas. Jadi konsep seluruh
dan mungkin bagi mereka yang belajar
tubuh kecuali wajah dan telapak tangan
secara sederhana tentang Islam, menjadikan
tereduksi. Wajah yang menurut Imam Syafii
mukena sangat membekas. Sebagaimana
tidak termasuk dagu, malah dilonggarkan
orang-orang Jawa generasi tempo dulu yang
dalam pemakain-pemakain model baru.
dibawa ke Suriname dan masih menganggap
Telapak tangan melebar. Tak heran kalau hasil
bahwa shalat itu menghadap ke Barat bukan
salah satu musyawarah keagamaan di Pesantren
kiblat. Maka, begitupun dengan mukena,
Lirboyo, semacam bahtsul masail tidak
pernah mendengar tentang tenaga kerja
merekomendasikan mukena potonagn atas
tenaga kerja wanita kita yang menjadi buruh
bawah dan memberi gambaran cara memakai
migran? Mereka merantau ke negeri seberang,
mukena yang benar. Alasannya mukena
utamanya negara-negara yang berpenduduk
potong bawah mengandung potensi – potensi
etnis China seperti Hongkong dan Taiwan
terbukanya aurat. Ketika sujud karena banyak
beserta mukena putihnya. Apa yang terjadi?
yang ukurannya minim, dan baju atau kaos
Orang China sangat takut dengan warna
pemakai pendek, sering kelihatan. Belum lagi
putih sehingga ketika mereka lihat mukena
kaki waktu sujud dan tangan yang digerakkan
mereka kaget dan ketakutan. Menurut cerita
waktu takbir juga sering kelihatan. Semua itu
para buruh migran itu, lalu mereka dilarang
tidak sesuai dengan prinsip syarat menutup
mengenaknnya. Sebab warna putih itu bagi
aurat. Nampaknya ada kepentingan bisnis
mereka menyeramkan
yang tidak bertemu dengan ketentuan syariat.
Dengan pengajaran yang menekankan Walaupun banyak juga mukena yang didesain
bahwa mukeno adalah pakaian sholat, tepat sesuai kaidah dan tentu saja harganya
pengalaman sadar, seperti di kampung dan tidak bisa minimalis. Untuk memperjelas apa
terutama generasi 70an, mengendapkan cara yang dimaksud ditutup dan terbuka dalam
berpikir kalau sholat harus dengan mukeno fiqih, banyak pesantren melalui websitenya
.Padahal esensi sholat itu menutup aurat. memberi contoh bagaimana penggunaan
Tak mengejutkan kemudian bahwa sering mukena yang maksimal, maksimal ala fiqih.
berkembang desain mukena ini,
Bagaimana pun fenomena mukena
Ini rukoh atau rukuh klasik ( versi lama) amatlah unik, karena mengingatkan akan
dan sebagaian masih menggunakannya, pergerakan sejarah sebuah bangsa, agama
sekarang mengalami modifikasi disana sini dan juga perkembangan mode. Jika nanti
sehingga kelihatan tetap modis dan trendy. perempuan –perempuan ini ketemua dalam
Namun seiring dengan berkembangnya sebuah melting pot dunia: haji kita akan
industri mukena dan lahirnya desainer- melihat warna warni hamba bermunajat
desainer yang kreatif, konsep aurat yang kepada Tuhannya, bukankah mukena adalah
menjadi prinsip utama shalat tergerus karena wasilah belaka?
[Ala’i Nadjib]
Sumber Bacaan
Ishom Yusqi dkk, Islam Nusantara (Jakarta: Pustaka STAINU) Jakarta, 2015
Akbar S Ahmad, Discovering Islam, Making Sense of Muslim History and Society, London;Routledge.1996
Wawancara dengan informan dari daerah daerah.

304 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Muktabar(ah)

S
esuatu yang dapat dijadikan argumen kata ta’nis atau jamak taksir, maka disebut al-
/ penjelasan. Dalam tradisi NU, istilah mu’tabarah, seperti al-kutub al-mu’tabarah dan
muktabar atau muktabarah ini dikenal al-tariqah al-mu’tabarah.
dalam dua hal; pertama, kitab-kitab yang
Dalam tarekat, disebut muktabarah itu
disebut dengan istilah al-kutubul mu’tabarah
adalah tarekat yang bersambung sanadnya
(kitab-kitab muktabarah); dan kedua,
kepada Rasulullah Muhammad Saw. Nabi
tarekat, dengan nama al-tariqat al-mu’tabarah
Muhammad Saw. sendiri menerima dari
(tarekat muktabarah). Setiap kelompok atau
Malaikat Jibril As, dan malaikat Jibril As. dari
organisasi Islam di dunia, disadari atau tidak,
Allah Swt. Organisasi tarekat di NU, disebut
sesungguhnya menggunakan juga istilah
Jam’iyyah Ahl at-Tariqah al-Mu’tabarah al-
muktabarah ini, hanya saja tidak disebut secara
Nahdliyyah (JATMAN). Berbeda dengan al-
eksplisit. Rujukan-rujukan terhadap buku
kutub al-mu’tabarah tidak menggunakan al-
bacaan, tokoh panutan, dan aliran pemikiran
nahdliyah.
tertentu selalu menggunakan kriteria tertentu
berdasarkan kesepakatan kelompok atau
organisasinya. Batasan-batasan dengan Batasan Muktabarah
muktabarah ini sesungguhnya lumrah dan
lazim adanya untuk menghindari friksi dalam Seperti disebut dalam Kamus Istilah
organisasi atau kelompok tersebut. Keagamaan (2015) istilah muktbarah ini
terkait pada dua hal, yaitu aliran dalam tarekat
dan kitab-kitab standar yang diakui dan isinya
Asal Usul Muktabarah dianggap tidak menyimpang dari prinsip
ajaran Islam. Seperti disebut dalam beberapa
Dalam kamus Al-Munawwir karya Kyai
kitab dan aliran dalam agama Islam, kalau
Warson, kata al-mu’tabar diartikan yang
tidak selektif memang dapat menyesatkan
berhak, layak dihormati, yang dianggap,
atau menjerumuskan umat.
diperhitungkan dan dipertimbangkan. Oleh
karena kata al-mu’tabar disandingkan dengan Jika kitab dan aliran dalam Islam
tidak masuk kategori muktabar(ah), bukan
berarti aliran dan kitab itu tidak boleh
diikuti atan menjadi bacaan. Sebab, istilah
muktabar(ah) hanya untuk pembatasan
spesifik bagi kelompok-kelompok terbatas.
Diakui atau tidak, sebenarnya, setiap
kelompok atau organisasi keagamaan itu telah
membatasi diri dari kitab-kitab yang diakui
sebagai bacaannya. Bagi kelompok tertentu,
misalnya, kitab fiqh karya orang Syi’ah tidak
boleh dibaca, sekalipun kelompok ini tidak
pernah menggunakan istilah muktabar(ah).

Edisi Budaya | 305


Desember 1983. Adapun tarekat muktabarah
nahdliyah sendiri diputuskan pada Muktamar
NU ke-26 di Semarang, 5-11 Juni 1979.
Saat itu, KH. Sahal Mahfudh sebagai
salah seorang pemimpin sidang pada
Muktamar tersebut pernah menentang
pendapat terkait dengan kitab-kitab mu’tabar
tersebut. Pertama, kriteria muktabar yang
mengunggulkan pendapat imam tertentu
dan merendahkan pendapat yang imam lain,
sudah menyalahi kaidah al-ijtihad la yunqadhu
bi al-ijtihad. Kedua, semestinya gunakan
kaidah khudz ma shafa wa da’ ma kadara
(ambillah yang jernih dan tinggalkan yang
keruh). Namun, para kyai pada saat itu, lebih
menggunakan sikap syaddan li adz-dzari’ah
(preventif), supaya umat tidak terjerumus,
maka kitab-kitab seperti yang mengkritik
tawassul, praktik tarekat, antara lain Ibnu
Taimiyyah atau Ibnul Qayyim sebaiknya
dilarang. Ketiga, perlu dihindari fanatisme
bermadzhab, juga kitab-kitab yang ditolak itu
tidak semuanya bertentangan dengan sunni.
Sejarah Kata Muktabarah
Keempat, perlu tetap dipertimbangkan latar
Oraginasasi kelompok agama di Indonesia budaya masyarakat bisa diterima oleh semua
yang secara khusus menyebut istilah kitab- komunitas yang majemuk.
kitab muktabar(ah) dan tarekat muktabarah
adalah Nahdlatul Ulama (NU). Salah satu
organisasi Islam tertua di Indonesia tersebut, Masa Depan Term Muktabarah
menyepakati pengistilahan tersebut melalui Istilah muktabar(ah) adalah istilah
mekanisme organisasi,
seperti Musyawarah Nasional
Alim Ulama dan Muktamar
NU tingkat Pengurus
Besarnya, PBNU.
Kitab-kitab Muktabarah
di NU disebut dengan Al-
kutub al-mu’tabarah fi masa’il
al-diniyyah, yaitu kitab-kitab
‘ala al-mazhab al-arba’ah.
Demikian disebut dalam
hasil keputusan Munas Alim
Ulama PBNU di Situbondo, 21

Habib Luthfi bin Yahya, dalam


Musyawarah Nasional Jatman
2015 di Kalimantan Timur

306 | Ensiklopedi Islam Nusantara


yang netral, dan setiap kelompok organisasi termasuk tarekat tua di Indonesia adalah di
keagamaana juga berhak menggunakannya antara tarekat yang muktabarah. Perkembangan
di manapun. Secara fitrah, setiap orang/ tarekat muktabarah di Indonesia mutakhir
kelompok dengan sendirinya akan memilih memang hanya melalui JATMAN PBNU saja,
dan menentukan jenis kitab-kitab apa saja yang terlihat eksistensinya. Kharisma Ketua
yang sesuai dengan diri/kelompok tersebut. Umumnya KH. Habib Muhammad Luthfi bin
Yahya di JATMAN sungguh sangat memesona
Bagi kitab-kitab Muktabarah di NU selalu
bagi para pengikut tarekat. Dalam JATMAN
mengacu pada Imam Mazhab, jika berkaitan
sudah ada cerita/kategori tentang muktabarah
dengan fikih Islam, yakni Imam Malik, Imam
atau tidak. Akhirnya, dengan JATMAN, silsilah
Syafi’i, Imam. Hanafi, dan Imam Hanbali, serta
tarekat dan ajarannya semakin berkembang
para pengikutnya, seperti dalam sebutannya,
pesat lagi di Indonesia.
Syafi’iyyah, Malikiyah, Hanafiyah, dan
Hanabilah. [Mahrus el-Mawa]

Adapun dalam tarekat sendiri,


sekurangnya, tarekat Syatariyah misalnya,

Sumber Bacaan
El-Mawa, Mahrus, dkk. Kamus Istilah Keagamaan: (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Khonghucu). Jakarta: Puslitbang
Lektur dan Khasanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, 2015
Ni’am, Syamsun. Wasiat Tarekat Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2011
Masyhuri, Aziz. (editor). Permasalahan Thariqah: Hasil Kesepakatan Muktamar & Musyawarah Besar Jam’iyyah Ahlith
Thariqah al-Mu’tabarah Nahdlatul Ulama’, Surabaya: Khalista, 2006, cet. II.
Masyhuri, Aziz. Enskiklopedi 22 Aliran Tarekat dalam Tasawuf, Surabaya: Imtiyaz, 2011.
Mulyati, Sri(et.al.), Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2004
Tim PW LTN NU Jatim, Ahkamul Fuqaha: Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan Muktamar, Munas, dan
Konbes Nahdlatul Ulama (192602004), Jawa Timur: Khalista, 2007. Cet. III.

Edisi Budaya | 307


Munggah Molo

O
mah atau dalam bahasa Jawa omah, berhubungan dengan alam “yang lain”.
adalah bagian dari ruang budaya Sesajian dalam hal ini dapat dilihat sebagai
yang paling diakrabi manusia media berkomunikasi dengan Sang Pencipta
dalam meniti kehidupan. Bagian dari adat Jagad Raya ini (Purwadi, 2005: 103). Maka
nusantara yang dikemas dalam adat religi tradisi Munggah Molo perlu dipahami dalam
dan budaya telah melahirkan berbagai ritual konteks kosmologi Islam Jawa sebagai warisan
yang mencerminkan kedalaman batin dari Islam nusantara.
warganya. Hal ini juga tercermin dalam
prosesi omah-omah (mendirikan rumah), yang
salah satu tahapannya adalah ritual munggah Pelacakan Makna dan Perkembangannya
molo, yakni tahapan setelah buka pendemena Munggah molo adalah ritual selamatan
(pondasi), saat kayu-kayu penyangga akan yang mengiringi dinaikkannya atap tertinggi
dinaikkan. dari rumah yaitu bagian atas/atap (bubungan
Munggah molo menjadi salah satu wujud rumah) yang sedang dibangun. Ritual adat
upacara tradisional khususnya di Jawa. Orang ini diselenggarakan ketika bagian-bagian
Jawa tidak ingin kehilangan momentum bangunan yang mengelilingi rumah atau
atas suatu peristiwa atau momen yang dinding sudah berdiri tegak dan berbagai
sangat penting bagian dari hidupnya yang di ragam kayu penyangga genting dan joglo
dalamnya sarat simbol dan makna yang patut pencu siap untuk di pasang (Said, 2012: 90);
jadi tuntunan. Simbol memiliki peranan yang Ula, 2010; 4).
penting dalam sebuah upacara atau ritual Jawa Ritual munggah molo sering disebut
bagi umat Islam. Bahkan ritual-ritual dalam dengan munggah kayu (menaikkan kayu molo).
tradisi Jawa tersebut bisa berfungsi sebagai Dari bahasa Jawa munggah berarti “naik”.
alat penghubung antar sesama manusia juga Dalam tradisi munggah molo, naik disini
bisa befungsi sebagai penghubung antar berkaitan dengan menaikan tiang tertinggi
manusia dengan benda dan antar dunia nyata untuk atap rumah yang sering disebut sebagai
dengan dunia gaib (Purwadi, 2005: 126). ”blandar”. Simbol dari kata ”munggah” dalam
Apalagi dalam ritual Munggah Molo upacara munggah molo adalah peningkatan
juga sarat dengan simbol-simbol dalam kualitas makna hidup seseorang, yakni
perlengkapan upacara, yang diwujudkan calon pemilik rumah sekeluarga. Sementara
dalam bentuk sarana material khas Jawa bahasa Jawa molo diambil dari kata ”polo
yang tak terpisahkan dari sebuah tradisi (kepolo)” yang berarti kepala. Ada juga yang
upacara tersebut. Kesalahan atau kekurangan mengartikan juga sebagai ”otak”. Sementara
perlengkapan dalam suatu ritual Jawa molo sendiri diartikan sebagai bagian tertinggi
dianggap kurang sempurnanya suatu proses dari sebuah rumah. Seperti disebutkan tadi,
upacara yang berdampak pada maksud dan kata molo berasal dari kata polo yang berarti
tujuan penyelenggaraan upacara tidak tercapai ”otak” merupakan bagian anatomi tubuh yang
secara utuh. Sebagai makhluk spiritual, paling atas dan terpenting sehingga manusia
manusia selalu berusaha mencari jalan untuk bisa memiliki kemampuan berpikir yang

308 | Ensiklopedi Islam Nusantara


membedakannya dengan makhluk lain (Ula,
2010: 7). Demikian juga molo dalam konstruksi
rumah adalah bagian yang inti atau pusat yang
perlu diperhatikan karena akan terkait dengan
kekokohan sebuah rumah. Baik kokoh secar
lahir maupun batin.
Rumah yang kokoh secara lahir adalah
ketika konstruksi bangunan mengguanakan
bahan bangunan terpilih, termasuk ketika
menggukan kayu, bukan sembarang kayu,
kalau perlu kayu jati, dalam pengertian
“sejati” yang dianggap bermutu tinggi. Ibarat
peribahasa “tak ada rotan, akar pun jadi”.
Artinya tidak harus dipaksakan, kalaupun
beaya tidak bisa mencukupi, sehingga tidak bisa
menggunakan kayu jati, prinsip menggunakan Prosesi Pemasangan Uba Rampe
kayu terpilih selain jati yang tumbuh dari Munggah Molo
Gambar 2 (Sumber: dwialfirohmatin.web.unej.ac.id/):
kebun atau pekarangan juga dimungkinkan.
Zaman kuno sudah kebiasaan ketika ingin adalah pendidikan di rumah (keluarga) Namun
membangun rumah, biasanya kayu-kayu yang berbeda ketika zaman seudah berubah, tentu
dipergunakan adalah dari pekarangan sendiri ada pergeseran dan penyesuaian akan terjadi.
yang ditanam oleh nenek moyangnya. Dimana
Maka agar keberadaan rumah tersebut
ada penebangan pohon karena misalnya
nantinya biar benar-benar mampu membawa
untuk pembangunan, maka dibarengi dengan
keberkahan dan menaikkan derajat sosial
menanam pahon lain sebagai tambal sulam
dan spiritual dalam hidup bermasyarakat,
dari pohon yang ditebangi. Ini adalah wujud
maka dianggap perlu melakukan ritual
menjaga keseimbangan lingkungan.
munggah molo yang substansinya adalah
Sementara rumah yang kokoh secara batin sebuah kesadaran transendental dengan
adalah rumah yang mampu berfungsi sebagai berdoa penuh ikhlas agar impian dan harapan
media pemagangan kultural atas nilai-nilai segera tercapai. Kalaupun kemudian dalam
Islam yang dipentaskan dalam relasi sosial antar prakteknya memanfaatkan ubo rampe (barang-
anggota keluar dan lingkungan sekelilingnya. barang khusus), itu hanyalah sebagai wujud
Menjadikan rumah sebagai madrasah (tempat cara komunikas kepada Sang Pencipta dengan
belajar) bagi anggota keluarga dan masyarakat menjadikan ubo rampe sebagai bahasa simbolik
sekitar. Maka ada sebagian orang Jawa yang dalam sistem komunikasi khas Jawa.
menyebut omah atau rumah sebagai pondokan.
Maka perlu dipahami dengan ngelmu
Sekelompok orang Jawa kuno yang menyebut
rasa. Ngelmu rasa yang paling tinggi adalah
omah sebagai pondokan benar-benar berfungsi
rasa tauhid, yakni ilmu tentang keEsaan
sebagai wahana pewarisan nilai-nilai budi
Tuhan, suatu proses kepada penemuan kepada
pekerti yang adiluhing yang dipegang teguh
kegaiban Tuhan (Endraswara, 2016: 132).
oleh para leluhurnya. Bahkan mereka sudah
Dalam tasawuf sering disebut ma’rifatullah
merasa cukup mencerdaskan putra-putrinya
atau manunggaling kawuli ing Gusti dalam
di pondokan alias di rumah saja, sehingga
sufisme Jawa (Endraswara, 2016: 230). Maka
tak merasa penting menyekolahkan putra-
ritual munggah molo dalam pengertian itu,
putrinya ke sekolah formal (Said, 2012). Pola
dapat dipahami sebagai jalan ma’rifat dalam
pondokan seperti ini ketika sudah benar-benar
mementaskan rumah hunian yang sedang
bisa berfungsi sebagai pendidikan keluarga
didirikan tersebut agar benar-benar menjadi
yang kokoh, tidak perlu lagi sekolah formal.
media kasampurnan, menuju tatanan hidup
Apalagi pendidikan pertaman dan utama
keluarga yang lebih sempurna.

Edisi Budaya | 309


Aneka Ubo Rampe dan Pesan Simbolik
Begitu dalamnya makna omah-omah,
maka proses mendirikan omah itu laksana
punya gawe besar sehingga setiap tahapan
proses mendirikan atau membangun rumah
ada ritual dengan prosesi dan pesan tertentu.
Beberapa peralatan (ubo rampe) munggah molo
dalam mendirikan rumah itu antara lain:
(a) Klebet (bendera) warna merah putih
sebagai wujud kesadaran kebangsaan
dalam membangun rumah tangga adalah
Ingkung ayam jago dan tumpeng
bagian dari keluarga besar Indonesia. Gambar 3 (Sumber: gedangsari.com)

Warna merah menunjukkan perlunya


keberanian dalam mengambil keputusan
berumah tangga dengan tetap pada jalan ayam jago juga sarat dengan pesan, agar
yang benar yang disimbolkan dengan dalam berumah tangga siap menjaga
warna putih. kesetiaan atau rukun hingga akhir hayat.
(b) Tebu beserta daunnya yang bermakna Hal ini tentu tidak seperti ayam jago yang
anteping kalbu, yaitu kuatnya niat dan berganti-ganti pasangan, bahkan ketika
terbebas dari keraguan bahwa samudara bobon pasangannya sedang angkrem,
kehidupan harus segera dilalui dengan si jago tega-teganya mencari babon lain
penuh optimisme meskipun ancaman untuk memenuhi nafsu syahwatnya.
badai tetap ada. Maka nafsu kejagoan seperti itu harus
diikat atau dikendalikan agar dalam
(c) Anak pisang satu batang, sebagai simbol
mengarungi bahtera rumah tangga di
tunas yang mudah tumbuh-berkembang.
rumah baru tersebut penuh dengan
Karena itu diharapkan rumah tersebut
harmoni sebagai bagian dari falsafah
menjadi saran menumbuhkembangkan
hidup Jawa (Endraswara, 2016: 38).
generasi yang baik antara lain adanya
fungsi peturon. (e) Tumpeng dengan tujuh lauk-pauk: Tumpeng
yaitu penyajian nasi beserta lauk-pauknya
(d) Setandan pisang raja yang sebagian sudah
dalam bentuk kerucut seperti gunung.
matang; sebagai perlambang pentingnya
Olahan nasi untuk tumpeng umumnya
kepemimpinan (raja) yang tegas dalam
berupa nasi kuning, meskipun sering
keluarga yang harus dipatuhi oleh segenap
juga menggunakan nasi putih biasa
anggota keluarga selagi pada jalur jalan
atau nasi uduk. Penyajian tumpeng
yang benar.
biasanya di atas tampah (wadah bundar
(e) Padi dua unting (ikat): sebagai perlambang tradisional dari anyaman bambu) dan
kemakmuran agar mendapatkan dialasi daun pisang. Tumpeng merupakan
kemurahan rizki dari Yang Maha Memberi akronim dalam bahasa Jawa : yen metu
Rizki sehingga terpenuhi sandang pangan. kudu sing mempeng (bila keluar harus
(f) Ingkung. Ingkung adalah salah satu ubo dengan sungguh-sungguh). Disamping
rampe dalam ritual Jawa yakni berupa itu tumpeng juga mirip gunung merapi
ayam jago kampung yang dimasak utuh yang banyak ditemukan di Jawa. Dalam
dan diberi bumbu opor, kelapa dan daun kosmologi Jawa, puncak gunung sebagai
salam. Ingkung ada yang memaknai sudut tertinggi adalah simbol kesadaran
“ingkar” (mengingkari atau menjauhi). spiritual, sementara dua sudut bawah
Artinya mengingkari dan menjauhi sifat- adalah relasi manusia dengan alam yang
sifat sombong sok jagoan. Keberadaan tunduk kepada Sang Pencipta. Sedangkan

310 | Ensiklopedi Islam Nusantara


tujuh lauk mengambil makna angka tujuh melimpah kepada segenap keluarga lain di
yang dalam bahasa Jawa disebut pitu rumah (Ula, 2010: 5).
sebagai sebuah harapan akan pitulungane
Sementara pada pagi harinya perlengkapan
Gusti Allah. Makna tersebut dalam Islam
yang lain seperti pisang raja, seonggok padi
Jawa sering diambil dari QS. Al Isra:
yang sudah menguning dan seikat tebu,
80: “Ya Tuhan, masukanlah aku dengan
kesemuanya diikat dan digantungkan pada
sebenar-benarnya masuk dan keluarkanlah
kayu blandar. Dalam hal ini blandar-nya dihias
aku dengan sebenar-benarnya keluar serta
dengan ubo rampe tersebut, lalu dinaikkan dan
jadikanlah dari-Mu kekuasaan bagiku
dipasang pada posisinya. Sementara di tengah-
yang memberikan pertolongan” (Pustaka
tengah kayu tersebut dibungkus dengan kain
Ilmu Sunni Salafiyah, 2015: 934). Mak
merah putih (seperti bendera Indonesia)
berbagai kegiatan yang menggunakan
sebagai wujud kesadaran bagian dari keluarga
tumpeng, termasuk tradisi munggah molo,
Indonesia.
juga bagian dari slametan yang disebut
tumpengan. Warna putihnya sebagai simbol kesucian
dan sekaligus kebajikan yang senantiasa
(g) Paku emas: Emas ada logam mulia. Paku
harus diperjuangkan dalam meniti hidup
emas kuno dulu bukan sembarang orang
di rumah yang sedang dibangun tersebut.
yang membuat, tetapi seorang empu
Sehingga di rumah tersebut nantinnya bukan
yang memiliki kemuliaan budi pekerta
sekedar tempat untuk tidur (istirahat), tetapi
(Ula, 2010: 6). Sebagaimana sifat emas
sebagai wahana dalam memperjuangkan
juga yang mulia juga melambangkan budi
kebajikan sehingga rumah benar-benar bisa
perkerti manusia yang luhur, bijak, serta
meneduhkan bagi keluarga dan mampu
jujur.
menfasilitasi terajutnya kebahagian di dunia
dan akhiratnya. Sehingga rumah menjadi
surga bagi penghuninya.
Makna Proses Upacara Munggah Molo
Sementara seikat padi yang juga turut
Prosesi Munggah Molo biasanya
diikatkan pada kayu menandakan sebuah
dilaksanankan pada hari yang dianggap baik
harapan agar rumah tersebut nantinya
oleh orang pinter. Maka penentuan hari juga
memperlancar bagi penghuninya dalam
konsultasi dengan para sesepuh di kampung
mencari nafkah (golek pangupa jiwa) sebagai
tersebut. Pelaksanaannya biasanya malam
prasarat dalam mempertahankan hidup,
hari dengan mengundang mengundang para
sehingga penghuninya tidak akan kekurangan
tetangga sekitar rumah, termasuk para tukang
pangan dan selelu dalam kecukupan. Maka
yang mengerjakan membuat rumah, serta
ketika padi disandingkan dengan merah putih,
tidak lupa para sesepuh, atau Kiai kampung
hal ini menjadi sebuah visi berhuni yang
sebagai ”kidung” yang berarti ”kiai ndunga”
atau kiai berdoa.
Kalau jaman dahulu kidung diisi dengan
kidung (lagu) dan puji-pujian, sekarang
biasanya diisi dengan tahlilan, solawatan,
atau manaqiban. Manaqiban yang biasa dibaca
adalah manaqiban Syekh Abdul Qodir Jailani
dengan seperangkat ayam ingkung dan ubo
rampenya. Setelah doa selesai salah seorang
memotong-motong ayam yang kemudian
dimasukan ke piring atau bungkusan daun
pisang. Sebagian biasanya dinikmati di tempat,
dan ketika pulang juga tetap dibawakan bagian Suasana doa bersama dalam Ritual Munggah Kayu
untuk keluarga di rumah. Agar berkahnya juga Gambar 1 (Sumber: dwialfirohmatin.web.unej.ac.id/)

Edisi Budaya | 311


saling melengkapi bahwa rizki (pangan) yang atau menanamkan benih-benih (simbol pohon
didapatkan nantinya hendak diorientasikan tebu dan tunas pisang) kabajikan (putih) meski
pada penegakan kebajikan (putih) meski hambatan dan rintangan akan menghadang
dengan butuh semangat perjuangan yang sehingga butuh kobaran api perjuangan
membara (merah). (simbol warna merah).
Sementara pohon tebu segar yang masih Yang tidak lupa adalah ada pemasangan
berakar dan berdaun serta anak pisang yang paku emas, pada kayu blandar. Dalam istilah
turut dikat pada kayu juga sebagai penanda Jawa ”blandar” juga dipahami sebagai bos atau
bahwa pendirian rumah disadarai dengan juragan yang sangat berperan bagi anggota
tekad yang kuat (anteping kalbu, dilambangkan anak buahnya. Sebagaimana fungsi blandar
tebu) dan sekaligus isyarat awal penanaman dalam rumah juga penyangga utama yang
bibit positif (hal-hal yang baik) bagai tebu berhubungan dengan kekokohan bagian-
yang berakar dan berdaun sehingga tinggal bagian rumah sehingga kuat secara lahir dan
menancapkan pada lahan yang sudah batin (Said, 2012). Kayu ini biasanya lebih
disiapkan. Rumah adalah sebagai lahan besar dari kayu yang lainnya, karena menjadi
(wahana) atau dalam bahasa Jawa sebagai tumpuan dari kayu-kayu yang lainnya.
kawah candradimuka bagi generasi bangsa Pemasangan paku emas di blandar sebagai
agar mampu menumbuhkan kader-kader yang lambang kemuliaan agar rumah tersebut
bervisi merah putih. menjadi hunian dan sebagai pusat pemagangan
kultural bagi anggota keluarganya agar
Kombinasi wujud tebu yang berdaun dan
“terpaku” nilai-niai moral yang baik menuju
berakar, seikat padi dan dan kain merah putih
pribadi yang berkahlak mulia sebagai sifat
adalah ekspresi simbolik dalam ritual munggah
emas yang mulia. Itulah bagian dari upaya
kayu agar penghuninya selalu ingat visi
memperkuat dimensi batin dari rumah itu.
hidup dalam berhuni di rumah bahwa hidup
Sehingga sempurnalah rumah yang dihuni
bukanlah untuk makan saja, tetapi makan
diharapkan menjadi pusat pemagangan
adalah sekedar untuk mempertahankan hidup.
kultural dalam dimensi lahir maupun batin.
Sementara kehidupan yang bernilai tersebut
harus diorientasikan untuk menumbuhkan [Nur Said]

Sumber Bacaan
Endraswara, Suwardi, Prof. Dr., (2016). Falsafah Hidup Jawa, Menggali Kebijakan dari Intisari Filsafat Jawa. Yogyakarta:
Cakrawala
Purwadi. (2005). Upacara tradisional Jawa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah. (2015), Kumpulan Tanya Jawab Keagamaan, Jogja: PISS-KTB.
Said, Nur, (2012b). “Strategi Saminisme Dalam Membendung Bencana Perlawanan Komunitas Sedulur Sikep terhadap
Rencana Pembangunan Pabrik Semen di Sukolilo Pati,” dalam Agama, Budaya dan Bencana, Kajian Integratif, Ilmu,
Agama dan Budaya, Bandung: Mizan.
Said, Nur. (2012). Tradisi Pendidikan Karakter dalam Keluarga, Tafsir Sosial Rumah Adat Kudus. Kudus: Brillian Media
Utama.
Ula, Miftahul. (2010). “Tradisi Munggah Molo Dalam Perspektif Antropolagi Linguistik”, dalam Jurnal Penelitian, Volume
7, Nomor 2, Nopember 2010

312 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Muqoddaman

M
uqoddaman adalah sebuah tradisi
pembacaan Al-Quran di daerah
Jawa bagian tengah, terutama
di Yogyakarta. Tradisi ini serupa dengan
khataman atau khatmil Qur’an, yaitu
pembacaan Al-Qur’an hingga (khatam) 30 juz,
baik bin nadhar (membaca) maupun bil gaib
(hafalan). Dalam membaca atau menghafal Al-
Qur’an tersebut, seringkali juga didengarkan
oleh umat Islam lainnya yang hadir. Oleh
karena itu, muqaddaman, selain serupa dengan
khataman Al-Qur’an, juga seringkali disebut
dengan Semaan Al-Qur’an. Bagi umat Islam
yang tidak ikut dalam muqaddaman, maka sanah, dan perpisahan. Sehingga, sekalipun
dia hanya menyimak (semaan) Al-Qur’an saja. sebagai sebuah istilah itu independen, tetapi
Pelaksanaan muqaddaman ini selalu dilakukan dalam praktik di masyarakat selalu ada
awal sebelum acara-acara lain yang ikut serta, kegiatan lain. Oleh karena itu cakupan istilah
seperti mujahadah, halal bihalal, dan membaca muqaddaman tidak dapat dipisahkan dengan
shalawat.Waktu pelaksanaan itulah seringkali aktifitas lainnya.
sebagai pembeda dengan tradisi serupa,
seperti tadarus, khataman, dan semaan.
Konteks Muqaddaman
Sebagaimana penjelasan kata
Arti Muqaddaman
muqaddaman sebelum ini, maka definisi
Dalam kamus A Dictionary of Modern muqaddaman sesungguhnya tidak dapat
Written Arabic, disebutkan muqaddaman dilepaskan dari the living Qur’an. Umat Islam di
diartikan in advance dan beforehand. Kedua kata Indonesia pada dasarnya berharap Al-Qur’an
tersebut bermakna sama, yaitu sebelum acara itu dapat diamalkan isi dan ajarannya dalam
dimulai.Secara sosiologis, kata muqaddaman kehidupan sehari-hari dengan sebaik-baiknya.
ini menjadi tradisi baru bagi umat Islam di Muqaddaman sebagai tradisi pembacaan Al-
Indonesia setelah tradisi-tradisi sebelumnya Qur’an secara kolektif sebelum acara atau
dalam pembacaan Al-Qur’an. Istilah selama kegiatan dapat menjadi pintu masuk umat
ini untuk tradisi pembacaan Al-Qur’an dengan Islam dapat mengamalkan isi kandungannya.
bersama-sama masih terbatas dengan istilah
Sebagai contoh kasus, kegiatan
tadarus, semaan, dan khataman.
muqaddaman di MAN Wonokromo Bantul
Istilah muqaddaman dalam pelaksanaannya Yogyakarta. Kegiatan muqaddaman ini
selalui menjadi awal kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh seluruh sivitas akademik
menyertainya, seperti dies natalis, akhirus MAN Wonokromo. Seperti diberitakan oleh

Edisi Budaya | 313


Bacaan Al-Quran akan mampu melembutkan
hati. Siswa yang berhati lembut akan lebih
mudah untuk diajak dan diarahkan ke jalan
kebaikan.”

Sejarah Muqaddaman
Tradisi muqaddman, sekalipun termasuk
tradisi baru tetapi bukan tradisi yang baru
sama sekali. Sebab, tradisi serupa sebenarnya
sudah ada, seperti khataman al-Qur’an,
tadarus dan semaan Al-Qur’an. Muqaddaman
tersebut menjadi tradisi menarik bagi umat
Islam di Yogyakarta, karena meramu istilahnya
dengan menyertakan khataman dan semaan
Al-Qur’an.
website Kemenag Bantul, pemaknaan dan Sekitar akhir tahun 1980an di Yogyakarta,
tujuan muqaddaman sebagai berikut: majlis Zikrul Ghafilin bimbingan KH. Hamim
“Muqaddaman adalah kegiatan membaca Jazuli (Gus Miek), kyai dari Pesantren Lirboyo
al-Quran secara bersama-sama, satu orang Kediri, selalu mengadakan mujahadah secara
satu juz, hingga khatam 30 juz dalam satu rutin setiap bulan sekali. Dalam rangkaian
waktu. Pagi itu, lantunan Al-Quran gemuruh, mujahadah tersebut, semaan dan khataman Al-
menggema, membahana di kampus MAN Qur’an selalu menjadi kegiatan pembukanya.
Wonokromo. Setiap siswa dan guru seolah Muqaddaman menjadi sejarah baru bagi
berburu penuh semangat untuk segera warga Yogyakarta, terutama kelas ekonomi
mengkhatamkan Al-Quran satu juz. Siswa menengah muslimnya. Sebab, pada acara
yang mampu khatam lebih cepat segera tersebut inisiatornya dimulai dari keluarga
membantu teman lain yang masih kurang. keraton Yogyakarta.
Alhasil dalam waktu 45 menit siswa telah Muqaddaman ini selaras dengan semaan
berhasil menyelesaikan bacaannya.” Al-Qur’an, membaca Al-Qur’an, dan tadarrus
“Kegiatan muqaddaman ini bertujuan Al-Qur’an secara berjamaah/kelompok. Oleh
untuk mendekatkan anak terhadap Al-Quran, karena itu, dengan istilah-istilah serupa
semakin mencintai Al-Quran, dan berakhlak tersebut, muqaddaman akan lebih fleksibel lagi.
baik melalui barokahnya Al-Quran. Semangat Belakangan, muqaddaman diselenggarakan di
kebersamaan turut memotivasi siswa untuk sekolah dan kampus perguruan tinggi.
lebih sering mengaji dan mengkaji Al-Quran. [Mahrus el-Mawa]

314 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Mursyid

S
ebutan untuk seorang guru pembimbing Perbedaan kata mursyid dalam tasawuf dengan
dalam dunia tarekat yang telah mursyid dalam bahasa Arab yang biasa adalah
memperoleh izin dan ijazah dari guru jika mursyid dalam tasawuf, selain menjadi
mursyid di atasnya yang terus bersambung guru, juga menjadi pembimbing di dunia
sampai kepada guru mursyid shahibut untuk menuju kehidupan akherat yang abadi.
tarekat yang muasal dari Rasulullah Saw. Sehingga, antara mursyid dan murid, akan
untuk mentalqinkan dzikir/wirid tarekat terjalin hubungan bukan sekadar guru-siswa,
kepada orang-orang yang datang meminta tetapi juga pembimbing sipiritual.
bimbingannya (murid). Setiap tarekat
mempunyai sebutan sendiri, seperti dalam
tarekat Tijaniyyah dengan sebutan muqaddam. Sisi lain Term Mursyid
Sanad mursyid ini sejajar disamakan dengan Kehadiran mursyid atau guru sangat
wali Allah yang harus sampai kepada Rasulullah penting bagi seorang murid dalam laku
Saw. Oleh karena itu mursyid mempunyai tarekat. Murid artinya orang yang telah
kedudukan penting dalam tarekat. Mursyid membulatkan kemauan untuk memasuki
bukan sekadar guru biasa, seperti guru pada jalan. Pada saat itulah murid perlu seorang
sekolah atau madrasah saja, sebab bukan pemandu yang menuntunnya melalui
hanya mengajarkan ilmu dhahir, ilmu duniawi, berbagai persinggahan dan menunjukkan arah
tetapi juga ilmu batin dan ilmu ukhrawi yang tujuannya. Terdapat beberapa sebutan mulia
diperolehnya. Mursyid ini juga mempunyai yang diberikan kepada mursyid ini antara lain
silsilah kemursyidan hingga Rasulullah Saw. nasik, ‘abid, imam, syaikh, sa’adah. Nasik adalah
Dalam konteks Islam Nusantara, mursyid di orang yang sudah bisa mengerjakan mayoritas
sini berkaitan dengan tasawuf dan tarekat. perintah agama. ‘Abid adalah orang yang ahli
dan ikhlas mengerjakan segala ibadah. Imam
adalah orang yang ahli memimpin tidak saja
Arti Leksikal Mursyid
dalam segala bentuk ibadah syari’ah, tetapi
Dalam kamus bahasa Arab-Indonesia, Al- juga dalam masalah ‘aqidah/keyakinan. Syaikh
Munawwir, karya Kyai Warson, kata mursyid adalah orang yang menjadi sesepuh atau yang
berarti penunjuk, pemimpin, pengajar, dan dituakan dari suatu perkumpulan. Sa’adah
instruktur. Keempat arti leksikal tersebut adalah penghulu atau orang yang dihormati
adalah makna lain dari seorang guru atau dan diberi kekuasaan penuh.
syaikh. Dalam kamus Arab-Inggris, mursyid
Dalam kitab Tanwirul Qulub fi Mu’amalat
juga diartikan leader, guide to the right way,
‘Allam al-Guyub, mursyid/syaikh adalah orang
adviser, spiritual guide, informer, grand master.
yang sudah mencapai maqam rijal al-kamal;
Secara leksikal kata mursyid dijelaskan pula
seorang yang sudah mencapai sempurna suluk/
sebagai orang yang menunjukkan ke jalan yang
lakunya dalam syariat dan hakikat menurut
benar, guru agama, seperti dijelaskan dalam
Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Ijma’. Seorang
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
mursyid diakui keabsahannya itu sebenarnya
Selain istilah mursyid ini, digunakan tidak boleh dari seorang yang bodoh, yang
juga dengan istilah syaikh dan muqaddam. hanya ingin menduduki jabatan itu karena

Edisi Budaya | 315


didorong hawa nafsu belaka. 6. Mampu menjaga jarak pergaulan, seperti
dalam bercengkerama dan bersenda gurau
Seorang mursyid juga boleh melarang
dengan para muridnya. Hal itu berkait
sebagian muridnya untuk menerima bai’at
erat dengan bimbingan kepada muridnya
dari mursyid lainnya, jika dalam melarang itu
dalam beribadah kepada Allah Swt.
untuk mengarahkan kepada kemaslahatan
dengan amalan-amalan yang baik
seorang murid. Dalam istilah lainnya, mursyid
tidak boleh lengah dalam membimbing 7. Mengusahakan agar segala perkataannya
murid-muridnya kepada apa yang menjadikan bersih dari pengaruh nafsu dan keinginan,
kebaikan bagi diri mereka. Seorang mursyid terutama kata-kata yang dapat memberi
tidak boleh mengajarkan dan memba’iat para pengaruh batin muridnya.
murid tanpa mengajarakan ilmu-ilmu syariat,
8. Bijaksana, lapang dada, dan ikhlas.
jika sebagian murid masih dalam keadaan
bodoh, dan di tempat itu tidak ada orang 9. Memberikan petunjuk-petunjuk
yang mengajar dia tentang ilmu-ilmu syariat. tertentu dan pada kesempatan tertentu
Artinya, ilmu syariat menjadi ilmu yang harus memperbaiki ahwal para muridnya
menyatu pada seorang mursyid. 10. Memberikan perhatian yang khusus pada
kebahagiaan rohani yang sewaktu-waktu
dapat timbul pada diri muridnya yang
Pentingnya Mursyid
masih dalam bimbingan dan pengajaran
Tidak ada satupun tarekat dalam ilmu
11. Menjaga para murid supaya tidak takabbur
tasawuf tanpa seorang guru mursyid. Ada
karena telah memperoleh wirid-wirid
tanggung jawab berat bagi seorang mursyid
yang istimewa
kepada muridnya. Seorang murid tidak dapat
menjalankan ajaran-ajaran tarekat, tanpa 12. Mencegah para murid banyak makan,
bimbingan seorang mursyid. Oleh karena itu, karena hal itu dapat memperlambat
seorang mursyid harus memiliki kriteria dan tercapainya latihan-latihan ruhani yang
adab sebagai berikut: dia berikan kepada mereka.

1. Alim dan ahli di dalam memberikan irsyad 13. Tidak memalingkan muka ketika
kepada muridnya dalam masalah syari’ah/ ada seorang atau beberapa muridnya
fiqh, dan tauhid/aqidah dengan sebenar- menemuinya.
benarnya, sehingga tidak ada keraguan
dari seorang murid
Mursyid dan Konteks Saat ini
2. Arif dengan segala sifat kesempurnaan hati,
etika, dan segala penyakitnya sehingga Dengan memahami istilah mursyid seperti
mengetahui cara menyembuhkannya di atas, semestinya budaya baru tentang
kembali dan memperbaiki seperti semula belajar agama melalui searching di internet
(mbah goegle) dan komunikasi melalui media
3. Bersifat belas kasih dan lemah lembut sosial yang berisi berbagi pengetahuan Islam
terhadap semua orang Islam, terutama yang kadang tidak jelas sumbernya, haruslah
kepada mereka yang menjadi muridnya. diakhiri. Sebab, belajar agama tanpa guru akan
4. Mampu menyimpan rahasia para dapat menyesatkan pemahaman diri sendiri.
muridnya, tidak membuka aib mereka di Pentinngya guru agama, seperti dalam
depan khalayak. istilah mursyid ini harus menjadi pelajaran
5. Mampu menjaga amanah para muridnya, bagi keilmuan di luar tarekat. Pada dasarnya,
seperti tidak menggunakan harta benda belajar tarekat dalam Islam juga belajar agama
mereka dalam bentuk dan kesempatan secara umum. Sebab, tahapan-tahapan seorang
apapun serta tidak menginginkan apa mursyid dalam memberikan ilmu agamanya
yang ada pada mereka juga berangkat dari tauhid dan fikih, sebelum

316 | Ensiklopedi Islam Nusantara


kepada ajaran tarekat atau tasawuf (sufisme) Bidang akidah-akidah tauhid juga meliputi
dalam Islam. tentang etika bermasyarakat, etika beragama,
keyakinan terhadap Allah Swt., sifat-sifat-
Dalam kitab Jami’ al-Ushul fi al-Awliya’
Nya, percaya kepada ketentuan yang belum
disebutkan bahwa syarat mursyid adalah
terjadi ataupun yang sudah terjadi. Semua
‘alim, orang yang ahli pengetahuan terhadap
pengetahuan agama itu seorang murid akan
kebutuhan murid, baik dalam bidang fikih,
dituntun atau dibimbing oleh seorang mursyid.
akidah-akidah tauhid, supaya murid tidak
ragu-ragu sehingga benar-benar dapat Ketika persoalan akidah dan fikih
memahaminya. Dengan demikian, dalam dianggap selesai, maka seorang mursyid akan
tarekat, para murid tidak mungkin belajar meningkatkan pembelajaran ilmu keagamaan
sendiri, tanpa bimbingan seorang mursyid. para muridnya melalui zikir-zikir untuk
Bidang fikih adalah pengetahuan agama terkait lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt.
dengan cara melaksanakan ibadah shalat, Pembelajaran zikir ini juga bertahap, sekalipun
menunaikan zakat, pergi haji ke baitullah, bergantung dengan tarekat apa yang dipilih.
hubungan manusia dengan manusia lain, dst.
[Mahrus el-Mawa]

Sumber Bacaan
Jatim, Tim PW LTN NU. Ahkamul Fuqaha: Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan Muktamar, Munas, dan
Konbes Nahdlatul Ulama (192602004), Jawa Timur: Khalista, 2007. Cet. III.
Munawwir, Ahmad Warson Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997 cet. XIV
Masyhuri, Aziz. (editor). Permasalahan Thariqah: Hasil Kesepakatan Muktamar & Musyawarah Besar Jam’iyyah Ahlith
Thariqah al-Mu’tabarah Nahdlatul Ulama’, Surabaya: Khalista, 2006, cet. II.
_____. Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat dalam Tasawuf. Surabaya: Imtiyaz, 2011
An-Naqsyabandi, Ahmad Mustafa al-Kamsykhanawi. Jami’ al-Usul fi al-Awliya’. Surabaya: Haramain, t.tt.
Schimmel, Annemarie. Dimensi Mistik dalam Islam. Penterj. Sapardi Djoko Dmono, dkk. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009,
cet. III.
Wehr, Hans. A Dictionary of Modern Written Arabic Arabic-English. Mu’jam al-Lugah al-‘Arabiyyah al-Mu’ashirah ‘Arabi-
Inklizi. Beirut: Maktabah Lubnan, 1961.

Edisi Budaya | 317


318 | Ensiklopedi Islam Nusantara
N
Nazham
Ngabsahi
Ngelmu
Ngrasul
Nyadran
Nazham

S
ecara umum, bentuk karya sastra tersusun itu iramanya menjadi terpola.
di berbagai bangsa dan kebudayaan
Bertolak dari penggunaan kata naẓm
dapat dibedakan menjadi dua jenis:
dalam tradisi kesusastraan Arab, Ya‘qūb (2010:
prosa dan puisi. Meskipun demikian, dalam
447) mendefinisikan naẓm sebagai ungkapan
kesusastraan Arab, kategorisasi mengenai apa
berwazan dan bersajak. Ungkapan tersebut
yang dapat dinilai sebagai puisi tampaknya
disusun dengan cara menjaga aspek metrum
menyisakan persoalan tersendiri mengingat
dan keselarasan bunyinya. Sejalan dengan
keberadaan dua bentuk ungkapan puitik
akar etimologis kata naẓm, yakni merangkai
yang menurut konvensi kesusastraan Arab
permata, Ya‘qūb mengibaratkan keteraturan
tampak serupa, namun tidak sama, yakni
ungkapan dalam metrum dan keselarasan
naẓm dan syi‘r. Satu hal yang menarik,
bunyi itu bagaikan untaian butiran kalung
kedua istilah tersebut seringkali digunakan
permata (2010: 447).
secara bergantian dalam setiap pembahasan
mengenai pembagian jenis ungkapan (kalām) Jika diperhatikan, pengertian naẓm
yang berlaku dalam kebudayaan Arab. Dalam di atas tampak memperlihatkan sifat
membagi jenis ungkapan tersebut, sebagian umum yang dimiliki oleh ungkapan yang
ahli menggunakan istilah na£r (prosa) yang berbentuk naẓm, dalam arti mencakup semua
dihadapkan pada istilah naẓm (puisi), dan ungkapan yang berwazan dan bersajak tanpa
sebagian yang lain menggunakan istilah na£r mempertimbangkan muatan isinya. Akan
yang dihadapkan pada istilah syi‘r. Oleh karena tetapi, jika melihat konvensi yang berlaku
itu, dalam batas tertentu, tumpang-tindih dalam tradisi kesusastraan Arab, sifat umum
dalam penggunaan kedua istilah tersebut yang dimiliki naẓm tersebut ternyata tidak
memang tidak dapat dihindari. mutlak. Sebab, untuk ungkapan tertentu yang
juga terikat oleh wazn dan sajak, kalangan
Secara etimologis, naẓm merupakan
penyair dan kritikus sastra Arab tradisional
bentuk maṣdar (nomina verba) dari kata kerja
justru menyebutnya sebagai syi‘r.
naẓama, yang berarti mengatur atau merangkai
permata. Adapun secara terminologis, menurut Tidak berbeda dengan berbagai bangsa
at-Tūnj, kata naẓm memiliki dua pengertian. lain di dunia, bangsa Arab sudah lama
Pertama, sebagai istilah umum, kata naẓm mengenal tradisi kesusastraan, baik dalam
berarti menyusun kata dan kalimat dalam genre prosa maupun puisi. Dari kedua genre
keteraturan makna dan signifikasinya. Kedua, sastra tersebut, puisi Arab yang dikenal dengan
sebagai istilah dalam kesusastraan Arab, kata istilah syi‘r merupakan genre sastra tertua yang
naẓm berarti penyusunan puitik; dalam arti menempati kedudukan yang sangat penting
menyusun kata-kata sesuai dengan pola puitik dalam kehidupan sehari-hari orang Arab. Ibnu
tertentu. Pola puitik tersebut secara konsisten Khaldūn, seorang ahli sejarah kebudayaan
diikuti oleh pengarangnya menyangkut Arab, menggambarkan kedudukan syi‘r
kaidah-kaidah tertentu mengenai urutan dalam kehidupan orang Arab sebagai dīwān
kata dengan memperhatikan satuan irama (buku catatan) yang berisi perbendaharaan
dan ketentuan rimanya. Dengan demikian, pengetahuan orang Arab. Melalui syi‘r orang
jika kaidah-kaidah itu diikuti, ungkapan yang Arab merekam berbagai peristiwa penting yang

Edisi Budaya | 321


terjadi dalam kehidupannya serta memberikan syi‘r seperti yang diberikan oleh Ibnu Sina di
penilaian terhadap peristiwa-peritiwa itu. pihak lain, membuat Ibnu Khaldūn memberikan
pengertian dan batasan syi‘r yang tampaknya
Secara etimologis, kata syi‘r merupakan
mampu menyarikan berbagai pengertian syi‘r
bentuk maṣdar (nomina verba) dari kata kerja
yang diberikan oleh para kritikus sastra Arab
sya‘ara, yang berarti mengetahui, merasa,
sebelumnya. Dalam konteks ini, Ibnu Khaldūn
dan mengarang sebuah syi‘r. Adapun secara
(t.t.:669) memberikan pengertian syi‘r sebagai
terminologis, syi‘r tampaknya memperoleh
ungkapan yang balīg yang didasarkan atas
pengertian yang berbeda-beda di kalangan
metafora dan sifat-sifat rinci yang unsur-
ahli sastra Arab. Ibnu Qudāmah, misalnya,
unsurnya bersesuaian dalam hal pola irama
mendefinisikan syi‘r sebagai ungkapan yang
dan persajakannya dan yang sesuai dengan
berpola dan bersajak yang menunjukan
stilistika Arab.
suatu makna. Sejalan dengan pengertian syi‘r
tersebut, Ibnu Qudāmah menjelaskan unsur- Jika dicermati, sepintas pengertian syi‘r
unsur formal dari sebuah syi‘r, yakni lafal, yang diberikan oleh Ibnu Khaldūn di atas tidak
makna, wazn (pola irama), dan qafiyah (sajak). secara lugas memasukkan imajinasi sebagai
Dengan ketentuan dan batasan tersebut, salah satu unsur syi‘r. Akan tetapi, dengan
berbagai ungkapan yang tidak berwazan dan memasukkan sifat balīg yang didasarkan atas
tidak bersajak dengan sendirinya tidak dapat metafora yang susuai dengan stilistika Arab,
dimasukkan sebagai syi‘r. secara tidak langsung Ibnu Khaldūn telah
memasukkan imajinasi sebagai bagian dari
Tidak banyak berbeda dengan Ibnu
unsur syi‘r. Sebab, dalam perspektif retorika
Qudāmah, Ibnu Rasyīq memberi batasan
dan stilistika Arab, ungkapan-ungkapan
bahwa syi‘r itu terdiri atas lafal, makna,
metaforik merupakan perangkat bahasa
wazn, dan qafiyah, di samping keharusan
yang imajinatif (Syaraf dan Khafājī, 1987:
adanya unsur niat. Menurut Ibnu Rasyīq,
26). Dengan demikian, dalam banyak hal,
niat menjadi unsur penting bagi syi‘r karena
pengertian syi‘r yang diberikan oleh Ibnu
banyak ungkapan yang berpola dan bersajak
Khaldūn tersebut tampak sesuai dengan
serta mengandung makna, namun tidak dapat
pengertian syi‘r yang diberikan oleh Ibnu Sīnā.
disebut sebagai syi‘r; dalam hal ini, menurut
Ibnu Rasyīq, adalah beberapa ayat Alquran dan Melihat berbagai pengertian syi‘r yang
Hadis Nabi saw. diberikan oleh para kritikus Sastra Arab klasik
di atas, beberapa kritikus sastra Arab modern,
Semua pengertian dan batasan syi‘r di atas,
seperti asy-Syāyib (1964: 298), Amīn (1967: 79),
baik dari Ibnu Qudāmah maupun Ibnu Rasyīq,
dan Farūkh (1981: 41) memberikan batasan
tampak memperlihatkan penekanannya hanya
bahwa tolok ukur syi‘r —di samping batasan-
pada aspek formal syi‘r. Meskipun batasan syi‘r
batasan formal— adalah kemampuannya
yang diberikan oleh Ibnu Rasyīq di atas sudah
dalam menggugah perasaan (emosi). Dengan
mencakup aspek makna, akan tetapi batasan
batasan tersebut, berbagai ungkapan yang
makna yang dimaksud masih menyisakan
berpola, bersajak, dan bermakna yang kering
persoalan. Sebab, batasan makna seperti
dari unsur emosi tidak dapat disebut sebagai
itu dengan sendirinya dapat memasukkan
syi‘r. Sebaliknya, berbagai ungkapan tersebut
berbagai bentuk ungkapan yang mengandung
disebut sebagai naẓm (asy-Syāyib: 1964: 298;
ajaran ilmiah, seperti ilmu mengenai tata
Amīn: 1967: 80; Farūkh, 1981: 41). Dengan
bahasa, fikih, dan lain sebagainya ke dalam
demikian, menurut ketiga kritikus tersebut,
kategori syi‘r dengan syarat disusun dalam
faktor pembeda antara syi‘r dan naẓm dalam
ungkapan yang berpola dan bersajak.
tradisi kesusastraan Arab tradisional adalah
Kecenderungan formal dari pengertian emosi.
dan batasan syi‘r yang diberikan oleh kritikus
Tidak dapat dimungkiri, pembedaan
sastra Arab semacam Ibnu Qudāmah dan Ibnu
terhadap naẓm dan syi‘r yang dibuat oleh
Rasyīq di satu pihak, dan keumuman cakupan
para kritikus sastra Arab modern di atas jelas

322 | Ensiklopedi Islam Nusantara


sesuai dengan kenyataan yang berlaku dalam irama) tertentu dan qāfiyah (sajak). Dengan
tradisi kritik sastra Arab klasik di satu pihak demikian, wazn dan qāfiyah merupakan dua
dan tradisi penulisan kitab-kitab ilmiah di unsur terpenting yang membangun struktur
dunia Arab-Islam di pihak lain. Dalam konteks puisi Arab tradisional. Tanpa adanya wazn dan
tradisi kritik sastra Arab, meskipun pada qāfiyah, suatu ungkapan tidak dapat disebut
tataran teoritis ada perbedaan pandangan sebagai puisi, namun sebagai prosa.
mengeni pengertian dan batasan syi‘r di
Dalam sistem prosodi Arab, wazn adalah
kalangan kritikus sastra Arab klasik, akan
pola irama yang diikuti oleh penyair dalam
tetapi, menurut Ibnu Khaldūn, pada tataran
merangkai kata demi kata dalam bait-bait
praktis para kritikus sastra Arab klasik itu tidak
puisi sehingga menciptakan keindahan
mudah menilai semua jenis ungkapan yang
akibat adanya keserasian, keselarasan, dan
berwazan dan bersajak sebagai syi‘r. Dalam hal
kesimbangan rangkaian kata-kata yang
itu, menurut Ibnu Khaldūn (t.t.:669), naẓm
digunakan dalam puisi. Pola irama tersebut
karya al-Ma‘arrī dan al-Mutanabbī yang secara
disusun atas dasar satuan-satuan irama yang
formal sebenarnya juga terikat pada sistem
disebut dengan taf ‘īlah dalam setiap bait puisi.
prosodi puisi Arab sedikit pun tidak dapat
Dalam tradisi perpuisian Arab tradisional,
dinilai sebagai syi‘r oleh para kritikus sastra
dikenal ada sepuluh satuan irama: fa‘ūlun,
Arab klasik. Sementara itu, dalam konteks
mafā‘īlun, mufā‘latun, fā‘i lātun, fā‘ilun, fā‘ilātun,
tradisi penulisan kitab-kitab ilmiah, seringkali
mustaf ‘ilun, mutafā‘iilun, maf ‘ūlātun, dan
para pengarang kitab-kitab ilmiah itu terlihat
mustaf ‘ilun.
secara sadar menyebut karya-karya ilmiahnya
yang ditulis dengan mengikuti kaidah prosodi Satuan-satuan irama di atas yang diatur
Arab sebagai naẓm atau manẓūmah, bukan syi‘r. dengan pola tertentu menyangkut tinggi-
rendahnya irama dalam puisi pada gilirannya
Muatan ilmiah dalam naẓm di satu pihak
membentuk baḥr (metrum). Penamaan tinggi-
dan keterikatan naẓm dengan kaidah-kaidah
rendah pola irama dalam puisi Arab tradisional
prosodi sebagaimana yang berlaku dalam
sebagai baḥr, yang secara harfiah berarti laut,
penulisan syi‘r Arab di pihak lain, membuat
itu karena irama puisi Arab menyerupai tinggi-
beberapa kritikus sastra Arab, seperti ¬aif
rendahnya gelombang laut. Dengan demikian,
(1987: 318), Haddārah (1963:254) dan ar-
baḥr dalam puisi Arab tidak lain adalah pola
Rāfi‘ī (1997:137) tetap memasukkan naẓm
irama yang terbentuk akibat keteraturan
sebagai bagian khazanah syi‘r Arab. Menurut
satuan-satuan irama sesuai dengan tinggi-
para kritikus tersebut, naẓm ilmiah merupakan
rendahnya irama itu sendiri. Dalam tradisi
puisi didaktis (asy-syi‘r at-ta‘līmī) dalam tradisi
perpuisisan Arab tradisional, baḥr atau
kesusastraan Arab-Islam. Dalam konteks ini,
metrum yang berlaku jumlahnya mencapai 16:
naẓm ilmiah dimaksudkan untuk mengajarkan
aţ-ţawīl, al-madīd, al-basīţ, al-wāfir, al-kāmil,
kepada manusia mengenai berbagai ilmu
al-hazj, ar-rajz, ar-ramal, as-sarī‘, al-munsariḥ,
pengetahuan dengan tujuan mempermudah
al-khafīf, al-mu«āri‘, al-muqta«ib, al-mujta££, al-
untuk dihafal.
mutaqārib, dan al-mutadārik.
Berdasarkan uraian mengenai pengertian
Dari sekian banyak baḥr yang berlaku
syi‘r dan naẓm di atas, dapat disimpulkan
dalam perpuisisan Arab, tampaknya
bahwa perbedaan di antara syi‘r dan naẓm
baḥr rajaz merupakan baḥr yang paling
hanyalah terletak pada aspek isi: jika unsur
mudah penyusunannya dan paling sedikit
yang dominan adalah emosi, maka disebut
kesusaiannya dengan suasana perasaan. Oleh
dengan syi‘r, sedangkan jika unsur yang
karena itu, baḥr rajaz lebih sering digunakan
dominan adalah muatan ilmiah, maka
dalam naẓm yang unsur ilmiahnya dominan,
disebut dengan naẓm. Adapun jika dilihat dari
atau yang dikenal dengan asy-syi‘r at-ta‘līmī.
aspek bentuk, baik syi‘r dan naẓm tampak
memperlihatkan adanya kesamaan, yakni Secara historis, dari sekian banyak baḥr
sebagai ungkapan yang terikat oleh wazn (pola yang pernah berkembang dalam tradisi

Edisi Budaya | 323


perpuisian Arab tradisional, baḥr rajaz yang digunakan berbeda. Rajaz dengan pola
merupakan baḥr tertua, bahkan kemunculan persajakan ini dikenal dengan rajaz muzdawij
baḥr tersebut seiring dengan kelahiran puisi (Anīs, 1965: 133-138).
Arab itu sendiri. Meskipun demikian, dalam
Selain wazn, sebagaimana dikemukakan di
perkembangannya baḥr rajaz mengalami
atas, unsur terpenting lain yang membangun
pembaharuan berkaitan dengan pola irama
struktur puisi adalah qāfiyah. Di kalangan
dan rima bunyinya. Dalam hal itu, para
ahli prosodi puisi Arab, qāfiyah merupakan
penyair keturunan pada periode ‘Abbāsiyah
unit suara yang terletak di akhir bait puisi
memainkan peran penting dalam proses
yang harus diulang di setiap bait puisi (‘Atīq,
pembaharuan baḥr rajaz tersebut (Anīs, 1965:
1987: 134). Oleh karena itu, jika huruf akhir
127).
yang terdapat pada syaţr kedua permulaan
Sebagai baḥr tertua, dengan segala qaṣīdah berupa huruf nūn, misalnya, maka
karakteristik yang dimilinya, baḥr rajaz semua huruf terakhir syaţr kedua di semua
menempati kedudukan yang sangat penting bait qaṣīdah juga harus berupa huruf nūn.
dalam kesustraan Arab, yang tidak terbatas Kesamaan huruf akhir bait qaṣīdah tersebut
sebagai sarana ekspresi puitik, namun juga tidak hanya dalam segi jenisnya, namun juga
sebagai sarana merekam berbagai pengetahuan segi hidup dan matinya huruf, termasuk jenis
yang ada pada masa-masa pra Islam. Oleh harakatnya. Jika huruf akhir bait qaṣīdah
karena itu, seiring dengan kemajuan dunia berupa nūn mati, maka semua bait qaṣīdah juga
keilmuan Islam, tidak mengherankan jika baḥr harus diakhiri dengan huruf nūn mati. Jika
rajaz menjadi pilihan utama para ilmuwan akhir bait qaṣīdah berupa huruf hidup dengan
muslim untuk menazamkan berbagai disiplin harakat tertentu, maka semua akhir bait harus
ilmu pengetahuan. diakhiri dengan huruf hidup dengan harakat
yang sama dengan harakat huruf akhir bait
Dari segi pola irama, ada tiga variasi
yang terdapat di permulaan qaṣīdah. Dengan
pola irama baḥr rajaz. Pertama, rajaz tāmm,
demikian, pembahasan qāfiyah dalam puisi
yaitu rajaz yang satuan iramanya ada enam:
Arab selalu berpusat pada huruf dengan
mustaf ‘ilun + mustaf ‘ilun + mustaf ‘ilun –
berbagai kondisinya (‘Atīq1987: 135).
mustaf ‘ilun + mustaf ‘ilun + mustaf ‘ilun. Kedua,
rajaz mukhtaṣar, dalam hal ini ada tiga jenis. Dalam prosodi Arab, qāfiyah terbentuk
Rajaz majzū’, yaitu rajaz yang satuan iramanya dari huruf dasar yang yang menjadi pusat
ada empat: mustaf ‘ilun + mustaf ‘ilun – qāfiyah itu sendiri. Dalam koteks ini, ada enam
mustaf ‘ilun + mustaf ‘ilun, kedua, rajaz masyţūr, huruf yang dapat dijadikan pusat qāfiyah: rawī,
yaitu rajaz yang satuan iramanya ada tiga: waṣal, khurūj, radif, ta’sīs, dan dakhīl. Rawī
mustaf ‘ilun + mustaf ‘ilun – mustaf ‘ilun, dan adalah huruf shahih selain huruf huruf ha yang
rajaz manhūk, rajaz yang satuan iramanya ada terletak di akhir bait puisi; waṣal adalah huruf
dua: mustaf ‘ilun + mustaf ‘ilun (‘Atīq, 1987: 72). layyin yang timbul akibat pemanjangan harakat
rawī; khurūj merupakan huruf mad yang muncul
Dilihat dari segi pola persajakan, rajaz
akibat pemanjangan harakat ha waṣal; radf
mengenal tiga pola persajakan. ada tiga jenis.
merupakan huruf mad yang terletak setelah
Pertama, pola persajakan seperti kebanyakan
rawī; ta’sīs merupakan huruf alif sebelum rawī
puisi yang menggunakan baḥr selain rajaz,
yang dipisah oleh satu huruf; dakhīl merupakan
dalam arti hanya bait pertama yang setiap
huruf hidup yang memisahkan ta’sīs dan rawī
akhir bagian bait sajaknya sama, sementara
(al-Baḥrāwī, 1993: 86). Dari keenam huruf
bait-bait berikutnya hanya tiap syatr kedua
tersebut, rawī merupakan huruf qāfiyah yang
yang terikat oleh sajak. Kedua, rajaz yang
terpenting. Sebab, rawī merupakan huruf
setiap syaţr di setiap bait puisi terikat oleh
yang dijadikan dasar bangunan qaṣīdah dan
satu sajak. Ketiga, pola persajakan yang
sekaligus dasar penamaan qaṣīdah. Oleh
mengikat setiap syaţr bait puisi dengan qāfiyah
karena itu, jika rawī dalam satu qaṣīdah berupa
yang sama, namun di setiap bait puisi qāfiyah
huruf nūn, misalnya, maka qaṣīdah itu disebut

324 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dengan qaṣīdah nūniyyah (Syaraf dan Khafājī, tradisi sastra yang berasal dari bangsa-bangsa
1987:234). tersebut sedikit-banyak membawa pengaruh
terhadap kesusastraan Arab. Haddārah (1963:
Dalam sejarah perkembangan
354), misalnya, berasumsi bahwa orang Arab
kesusastraan Arab, perkembangan asy-syi‘r at-
baru mengenal jenis syi‘r ini seiring dengan
ta‘līmī itu seiring dengan kemajuan kehidupan
masuknya berbagai pemikiran pada masa
intelektual di dunia Arab-Islam. Akan tetapi,
‘Abbāsiyyah. Menurut Haddārah (1963:355),
yang menjadi pertanyaannya adalah kapan
dari berbagai kemungkinan adanya pengaruh
asy-syi‘r at-ta‘līmī tersebut muncul dalam
dari luar, kebudayaan India tampaknya yang
tradisi kususastraan Arab, dan apakah puisi
lebih memungkinkan membawa pengaruh
didaktis tersebut memiliki akar dari tradisi
terhadap kemunculan puisi didaktis tersebut
kesusastraan lain?
dalam tradisi kesusastraan Arab. Menurut
Tidak dapat dimungkiri, seiring perluasan Haddārah, pengaruh kesusastraan India
kekuasaan Arab-Islam, kontak kebudayaan itu lebih dimungkinkan karena, pertama,
antara bangsa Arab dan bangsa lain memang orang Arab sudah lama mengenal tradisi
tidak dapat dihindari. Sebagai konsekuensinya, kesusastraan India, dan kedua, adanya
kontak kebudayaan itu menimbulkan kesamaan karakteristik antara kesusastraan
pengaruh yang besar terhadap perkembangan Arab dan kesusastraan India, yakni kuatnya
kebudayaan bangsa Arab. Berbagai bangsa unsur mitologis dalam kedua tradisi sastra
yang menjalin kontak kebudayaan dengan tersebut. Selain itu, menurut Haddārah
bangsa Arab, seperti Persia, Yunani, dan India, (1963:356), faktor lain yang juga memperkuat
merupakan bangsa yang memiliki peradaban kemungkinan tersebut adalah hubungan
yang sangat tua. Oleh karena itu, masuknya antara Arab dan India yang semakin dipererat
beberapa unsur kebudayaan dari bangsa- oleh tradisi keilmuan India di bidang astronomi
bangsa tersebut ke dalam kebudayaan Arab dan hisab, di samping juga oleh banyaknya
dengan sendirinya meruapakan suatu hal yang penyair keturunan yang berasal dari India
alami. Bangsa Yunani, misalnya, di samping sebagai dampak dari proses asimilasi rasial
terkenal dengan tradisi filsafatnya, ia juga antara India dan Arab.
dikenal memiliki tradisi sastra yang sangat
Berbeda dengan Haddārah, ¬aif (t.t.:
tua, termasuk di dalamnya sastra didaktis.
190; 1994: 246) justru berpendapat bahwa
Setidak-tidaknya, pada abad ke-8 SM di
asy-syi‘r at-ta‘līmī merupakan jenis puisi yang
Yunani telah ada puisi didaktis yang mengenai
diciptakan oleh para penyair ‘Abbāsiyyah.
sejarah dewa-dewa dan berbagai pengetahuan
Pendapat ¬aif tersebut didasarkan atas bukti
yang menyangkut teknologi pertanian pada
banyaknya puisi-puisi yang diciptakan oleh
masa-masa tersebut (Haddārah, 1963: 355).
sejumlah penyair ‘Abbāsiyyah mengenai
Sementara bangsa Persia, suatu bangsa
berbagai ilmu pengetahuan, kisah, berita, dan
yang paling erat dalam menjalin hubungan
biografi para tokoh.
dengan bangsa Arab, terutama pada periode
‘Abbāsiyyah, juga dikenal kuat dengan tradisi Meskipun pada awalnya ¬aif menetapkan
sastranya, bahkan tidak sedikit karya sastra bahwa kemunculan asy-syi‘r at-ta‘līmī itu
Persia yang diterjemahkan ke dalam bahasa pada masa ‘Abbāsiyyah, akan tetapi dalam
Arab pada periode ‘Abbāsiyyah (Haddārah, studinya yang lain, ¬aif mencoba menelusuri
1963: 91). Adapun India, tidak banyak berbeda akar kemunculan asy-syi‘r at-ta‘līmī pada masa
dengan Persia dan Yunani, juga telah mengenal ‘Abbāsiyah tersebut. Melalui penelitiannya
puisi didaktis yang mengandung muatan terhadap teks-teks puisi pada masa Dinasti
ilmu pengetahuan tentang ilmu hitung dan Amawiyyah, ¬aif menyimpulkan bahwa asy-
astronomi (Haddārah, 1963: 355). syi‘r at-ta‘līmī sudah muncul pada awal abad
pertama hijriah, dan tepatnya pada akhir
Melihat kenyataan adanya kontak
Dinasti Amawiyyah, yang murni berasal dari
kebudayaan antara bangsa Arab dengan bangsa-
tradisi kesusastraan Arab. Dalam konteks ini,
bangsa lain di atas, bukan sesuatu yang aneh jika

Edisi Budaya | 325


¬aif mendasarkan argumennya atas temuan oleh para ilmuwan dalam bentuk puisi yang
bahwa pada akhir Dinasti Amawiyyah telah dikenal dengan sebagai manẓūmah atau naẓm.
ada beberapa matn tentang bahasa yang ditulis
Pertumbuhan dan perkembangan nazam
oleh Ru’bah, seorang ahli bahasa, dalam bentuk
pada masa Abbasiyah yang berkaitan erat
naẓm dengan metrum rajaz. Menurut ¬aif
dengan perkembangan lembaga penddidikan
(1987: 317-318), kemampuan Ru’bah dalam
Islam mengingat fungsinya sebagai sarana
menyusun matn kebahasaan dalam bentuk
menyampaikan ilmu pengetahuan yang
puisi tersebut membuat kalangan linguis pada
ditandai dengan banyaknya materi ilmu
masa Amawiyyah, seperti Abul Faraj, Abu ‘Amr
pengetahuan yang ditulis dalam bentuk nazam
bin ‘Ala’, dan Yūnus menghormatinya.
tampaknya juga terjadi di kawasan Nusantara.
Bertolak dari temuan di atas, ¬aif (1987: Dalam konteks ini, nazam juga digunakan
319) melihat bahwa sejumlah teks yang untuk sebagai sarana menyampaikan ilmu
disusun oleh Ru’bah itu merupakan matn pengetahuan yang diajarkan di berbagai
tentang bahasa dalam bentuk puisi yang tidak lembaga pendidikan Islam di Nusantara. Oleh
untuk mengungkapkan kebutuhan emosional karena itu, tidak mengherankan jika lembaga-
dan rasional penyairnya, tetapi justru untuk lembaga pendidikan Islam di Nusantara,
memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh seperti pesantren, dayah, dan surau, juga
lembaga pendidikan dan pengajaran bahasa. menggunakan kitab-kitab dalam bentuk
Dengan demikian, menurut, ¬aif, matan-matan nazam sebagai materi kajiannya sampai
berbentuk rajaz itu, atau yang disebut sebagai sekarang. Kitab-kitab berbentuk nazam
urjūzah, merupakan asy-syi‘r at-ta‘līmī pertama tersebut mencakup kitab-kitab mengenai
yang ditulis dalam bahasa Arab. Lebih jauh lagi akidah, syariah, dan ilmu alat serta balagah
¬aif (1987:323) menyimpulkan bahwa urjūzah (retorika). Kitab-kitab berbentuk nazam
yang ditulis oleh Ru’bah pada masa Dinasti tersebut biasanya dihafalkan oleh para
Amawiyyah itulah yang menginspirasi penyair- santri, dan pada momen tertentu diadakan
penyair ‘Abbāsiyyah dalam menazamkan puisi pembacaan nazam secara masal sehingga
didaktisnya. dikenal dengan nazaman.
Secara historis, perkembangan asy-syi‘r Hal yang menarik,ulama-ulama
at-ta‘līmī yang pesat pada masa ‘Abbāsiyyah itu Nusantara tidak hanya menggunakan kitab-
bukanlah tanpa sebab, namun juga didukung kitab berbentuk nazam untuk diajarkan di
oleh situasi kehidupan sosial intelektual pada pesantrennya, tetapi sebagian di antaranya
periode ‘Abbāsiyyah. Sebab, seiring dengan juga mampu mengarang kitab sendiri dalam
kemajuan kehidupan sosial-intelektual bentuk nazam, yang sebagian ditulis dalam
yang dicapai oleh umat Islam pada periode bahasa Arab dan sebagian lain ditulis dalam
‘Abbāsiyyah, berbagai lembaga pendidikan bahasa lokal. Dalam konteks Aceh, nazam
yang mengkaji dan mengembangkan berbagai disebut sebagai nalam yang ditulis dalam
ilmu pengetahuan pun bermunculan (¬aif, bahasa Melayu dengan fungsi yang sama
t.t.:98-108). Dalam situasi seperti itu, dengan fungsi nazam di dunia Arab-Islam,
kebutuhan terhadap adanya metode yang yakni sebagai media menyampaikan ilmu
efektif untuk kepentingan pengajaran pengetahuan agama. Ilmu-ilmu pengetahuan
mengenai berbagai ilmu pengetahuan menjadi yang ditlis dalam bentuk nalam untuk
terasa mendesak. Oleh karena itu, sejalan diajarkan di pesantren-pesantren di Aceh
dengan kedudukan puisi dalam kehidupan lainnya juga mencakup akidah, syariah, dan
orang Arab yang memang sangat penting, syi‘ir akhlak. Sementara itu, untuk kawasan Jawa,
menjadi salah satu alat untuk menyampaikan nazam tetap disebut dengan nazam, meskipun
pengajaran kepada pelajar Haddārah (1963: bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa,
356). Dengan demikian, tidak mengherankan dengan fungsi yang sama dengan nazam Arab.
jika pada periode ‘Abbāsiyyah berbagai ilmu Sejauh sumber-sumber tekstual yang ada,
pengetahuan sebagian di antaranya ditulis Kiai Ahmad ar-Rifai Kalisalak (1786-1870)

326 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dapat disebut sebagai kiai pesantren Jawa nazam melalui pengajaran ilmu arudh sebagai
yang pertama kali mengarang kitab berbentuk ilmu yang mengkaji prosodi puisi Arab dan
nazam dalam bahasa Jawa, yang dikenal balaghah sebagai ilmu yang, antara lain,
sebagai kitab tarajjumah. membahas stilistika Arab. Di samping faktor
talenta, berbekal ilmu-ilmu tersebut tidak
Kemampuan ulama Nusantara dalam
mengherankan jika ulama Nusantara mampu
mengarang kitab dalam bentuk nazam tentu
mengarang kitab berbentuk nazam, baik dalam
tidak dapat dilepaskan dari materi pengajian
bahasa Arab maupun maupun bahasa lokal.
dan pengkajian di pesantren yang memang
membekali para santri kemampuan mengarang [Adib M Islam]

Sumber Bacaan
Ibnu Khaldūn. al-Muqaddimah, t.t., hlm. 662-668; as-Sāyib, Ushul an-Naqd al-Adabi, 1964, hlm. 41; Farūkh, Tarikh al-Adab
al-‘Arabi, 1981, hlm. 44.
At-Tunji, al-Mu’jam al-Mufassal fil Adabi, 1993,
At-Tunji, al-Mu’jam al-Mufassal fil Adabi, 1993,.
Ya’qub, al-Mu’jam al-Mufassal fil ‘Arudh wa al-Qafiyah , 2010,
Braginsky, On the Qasida and Cognate the Potry in the Malay-Indonesian World, 1996,.
A. Teeuw, Indonesia antara Kelisanan dan Keberakasaraan. 1994, hlm. 50-51
Braginsky, Yang Indah, Berfaedah, dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu dalam Abad 7-9, 1988,
Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusatraan Melayu Klasik, 2011,
Karel A. Steenbrink, Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat, 1988,; Muzakka, Singir sebagai Karya Sastra Jawa, 2002,

Edisi Budaya | 327


Ngabsahi

N
gesahi, ngabsahi atau maknani Biasanya kiai akan menerjemahkan kitab
adalah tiga istilah berbeda dengan secara perlahan, kata demi kata sesuai
satu maksud yang sama. Ketiganya dengan aturan gramatikal bahasa Arab. Untuk
merupakan istilah yang digunakan di pesantren selanjutnya menerangkan secara bebas isi
Jawa untuk menandai tata cara pemberian kandungan itu menggunakan bahasa daerah
makna terhadap teks berbahasa Arab dalam masing-masing. Sementara itu santri dengan
kitab kuning (lihat entri kitab kuning) dengan seksama menyimak dan memperhatikan
menggunakan bahasa lokal masing-masing keterangan kiai dan mencatatnya sesuai
daerah. Di pesantren sunda istilah ini disebut dengan apa yang disampaikan. Dari sistem
dengan ngalogat. bandongan ini diharapkan santri memahami
kandungan teks secara menyeluruh, kata
Dalam praktinya ngabsahi merupakan
demi kata serta memiliki kepekaan praktis
kegiatan seorang santri memberi makna dan
terhadap kaidah-kaidah gramatikal bahasa
keterangan dalam kitab kuning yang berbahasa
Arab. Dalam kesempatan ini kegiatan maknani
Arab berdasarkan pada keterangan seorang
dapat diartikan dengan membubuhkan makna
kiai dengan menggunakan bahasa lokal demi
oleh santri terhadap teks bahasa Arab sesuai
mendapatkan pemahaman yang sempurna.
keterangan yang diperoleh dari kiai sekaligus
Dalam proses ngabsahi selalu mengandaikan
belajar menerapkan kaidah gramatikal bahas
dua pihak yang saling aktif antara kiai yang
Arab secara langsung.
memberikan keterangan secara ferbal dan
santri sebagai pendengar yang aktif menyerap Tradisi ngabsahi ataupun maknani lengkap
dan merubah keterangan tersebut menjadi dengan rumus dan kodenya ini merupakan
bentuk tulisan yang diletakkan di bawah warisan turun temurun dari para leluhur di
teks Arab dengan menggunakan rumus dan lingkungan pesantren semenjak zaman Sunan
kode tertentu yang telah disesuaikan dengan Ampel mendirikan pesantren di Surabaya pada
kaedah gramatikal bahasa Arab. Tulisan inilah abad ke 16 M hingga menyebar ke seluruh
yang kemudian disebut dengan makna gandul pelosok negeri. Saifuddin Zuhri (1987:32)
atau makna jenggot, artinya makna lokal yang menjelaskan betapa hal ini mempersatukan
ditulis bergelantungan di bawah teks Arab pola berpikir para santri dari Jawa Timur,
sebagaimana rambut jenggot yang menempel Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan, Nusa
pada dagu. Tenggara Barat, Sumatera, Sulawesi, hingga
maluku semua menggunakan sistem yang
Dengan demikian ngabsahi (juga maknani
seragam. Tentunya disertai fariasi kelokalan
ataupun ngalogat) berhubungan erat dengan
yang berbeda-beda.
sistem pembelajaran di pesantren yang
disebut dengan bandongan. Bandongan adalah Rumus dan kode ini telah dicetak dan
sistem pengajaran dengan mengumpulkan tersebar luas di pesantren, sebagaimana yang
sejumlah santri untuk mendengarkan telah dilakukan oleh penerbit dan toko kitab
seorang kiai membaca, menerjemahkan, Al-Hidayah Tulung agung (lihat gambar 1).
menerangkan dan mengulas isi kitab-kitab Secara ringkas di terangkan di sini adalah
berbahasa Arab (lihat entri bandongan). sebagai berikut:

328 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Para santri sedang ngabsahi hingga di luar gedung.

Huruf ‫ ﻡ‬: menunjukkan kata utawi artinya Huruf ‫ﺵ‬ : menunjukkan kata
bermula (kedudukan gramatikalnya mubtada’) kelakuan artinya kelakuan (kedudukannya
Sya’n)
Huruf ‫ ﺥ‬: menunjukkan kata iku artinya
itu (kedudukannya khobar) Huruf ‫ ﻣﻂ‬: menunjukkan kata kelawan
artinya dengan (kedudukannya maful mutlak)
Huruf ‫ ﺝ‬: menunjukkan kata mongko
artinya maka (kedudukannya jawab) Huruf ‫ ﰎ‬: menunjukkan kata apane
artinya apanya (kedudukannya tamyiz)
Huruf ‫ﺣﺎ‬ : menunjukkan kata hale
atau tingkahe artinya halnya (kedudukannya Huruf ‫ﻅ‬ : menunjukkan kata
hal) ingdalem artinya pada (kedudukannya zhorof)
Huruf ‫ ﻉ‬: menunjukkan kata kerono Huruf ‫ﻧﻒ‬ : menunjukkan kata ora
artinya karena (kedudukannya ta’lil) artinya tidak (kedudukannya nafiyah)
Huruf ‫ ﻍ‬: menunjukkan kata senajan Huruf ‫ﺱ‬ : menunjukkan kata jalaran
artinya walaupun (kedudukannya ghoyah) artinya karena (kedudukannya sababiah)
Huruf ‫ ﻓﺎ‬: menunjukkan kata sopo artinya Huruf ‫ﺹ‬ : menunjukkan kata kang
siapa (kedudukannya fail aqil) atau sing artinya yang (kedudukannya shifat)
Huruf ‫ ﻑ‬: menunjukkan kata opo artinya Huruf ‫ ﺑﺎ‬: menunjukkan kata bayane
apa (kedudukannya fail ghoiru aqil) (artinya kondisinya (kedudukannya bayan)
Huruf ‫ ﻣﻒ‬: menunjukkan kata ing
artinya pada (kedudukannya maful bih)
Selain berfungsi untuk menunjukkan
Huruf ‫ﻧﻒ‬ : menunjukkan kata sopo, posisi gramatikal dalam bahasa Arab, rumus
opo, siapa artinya apa (kedudukannya naibul di atas juga sangat membantu para santri
fail) meringkas tulisan. Mengingat ketersediaan

Edisi Budaya | 329


ruang yang sangat sempit dan keterangan bisa dipungkiri bahwa pesantren memiliki
yang sangat luas. Karena itulah untuk tradisi pemahaman teks yang sangat kuat.
mempermudah penulisan digunakan alat Teks berbahasa Arab yang terdapat dalam
tulis dengan ujung yang sangat runcing yang kitab kuning menjadi fokus utama santri
dapat menghasilkan tulisan sekecil mungkin. dan kiai. Teks menjadi objek paling penting
Untuk keperluan ini, para santri zaman dahulu untuk dikaji. Karena teks menyimpan makna
biasanya menggunakan pen tutul. Yaitu sejenis dan pengetahuan yang mengatur hidup
pena dengan ujung sangat runcing yang terbuat seorang muslim dengan sesama manusia dan
dari kuningan atau besi dengan tintanya yang menuntunnya menuju Allah swt.
terpisah. Namun sekarang ini para santri dapat
Hingga kini tradisi ngesahi, ngabsahi,
menggunakan bolpoin modern dengan ujung
maknani ataupun ngalogat masih tetap ada
tinta sangat runcing sesuai dengan ukuran
di pesantren. tentunya dengan berbagai
yang dikehendaki (lihat gambar 1).
perubahan sistem dan tatacara serta media. Hal
Dengan demikian ngabsahi menjadi ini menjadi bukti betapa tingginya kecintaan
wahana peralihan sebuah pengetahuan dari orang pesantren dengan ilmu pengetahuan
kiai kepada santri. Kiai yang telah memiliki serta pentingnya dokumentasi terhadap
kecakapan dalam memahami teks Arab medium pengetahuan baik itu berupa naskah,
berusaha menularkan pemahamannya karya dan juga orang-orang yang terlibat di
kepada santri. Sebagaimana dahulu ia dalamnya.
mendapatkannya dari kiainya. Dalam hal tidak
[Ulil Hadrawi]

Sumber Bacaan
Saifuddin Zuhri, 1983. Berangkat dari Pesantren.
Ahmad Hifni Al-Manduri. Tanpa tahun. Kaifiyat Al-Ma’ani bi Al-Ikhtishar. Tulungagung: Toko Kitab Al-Hidayah.
Martin van Bruinessen, 1995. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat. Bandung: Mizan
Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS

330 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Ngelmu

N
gelmu merupakan turunan dari diklasifikasikan dalam lima kategori pokok.
kata Arab ilmu. Berbeda dengan Bagi orang Jawa, masyarakat dibagi ke dalam
pengertian ilmu dalam bahasa Arab lima bagian berdasarkan empat arah mata
yang menunjukkkan pengetahuan dalam angin dan titik pusatnya. Lima bagian itu
arti umum, ngelmu merupakan pengetahuan merupakan lima kategori pokok dalam asas
mengenai hal-hal yang gaib dan kekuatan- asosiasi prelogik. Klasifikasi berdasarkan
kekuatan supranatural. Dalam kebudayaan arah mata angin dan titik pusatnya tersebut
Jawa, ngelmu merupakan bagian dari sistem meresap dalam jiwa orang Jawa. Oleh karena
religi. Dilhat dari cara melakukannya, ngelmu itu, ada anggapan bahwa ada kaitan yang
memerlukan sikap tertentu dalam menghadapi erat antara berbagai gejala yang tampak yang
kekuatan-kekuatan gaib, sehingga berbeda terjadi secara bersamaan karena adanya
dengan religi. Jika dalam upacara religi kemiripan bentuk dan warna, meskipun
orang yang melakukannya mengambil sikap berbeda satu dengan lainnya dalam prinsip
penyerahan diri secara total kepada Tuhan dan fungsinya. Oleh karena itu, dalam praktik
dan melakukan permohonan kepada-Nya agar ngelmu gaib, dapat dipahami bahwa sebuah
segala hajat terkabu, maka dalam ngelmu orang nasi tumpeng dan gunung memiliki kaitan
yang mengamalkannya berusaha mencapai yang erat karena kemiripan bentuknya; padi
suatu tujuan dengan cara aktif, yakni dengan yang sudah masak yang warnanya kekuning-
cara menganggap bahwa ia mampu melakukan kuningan memiliki kaitan erat dengan emas
manipulasi dan pengendalian berbagai daun karena kesamaan warnya.
kekuatan gaib. Dalam praktiknya, sang pelaku
Dasar berpikir prelogik orang Jawa dapat
atau pengamal mengunakan mantra-mantra
menjadikan orang yang buta huruf meyakini
tertentu mencapai tujuannya.
bahwa tindakan-tindakan yang mirip atau
Dalam kebudayaan Jawa, diyakini ada serupa dengan sendirinya memiliki kaitan
hubungan yang saling berkaitan antara sebab-akibat. Oleh karena itu, tindakan
berbagai unsur dalam alam, lingkungan sosial, meniru sesuatu merupakan cara untuk
dan spiritualitas manusia. Untuk menjalin mencapai keadaaan yang diharapkan; dalam
hubungan dengan alam dan lingkungannya, hal ini berbagai upacara ilmu gaib yang sifatnya
orang yang menjalankan ngelmu harus meniru seringkali dilakukan oleh orang Jawa.
berpegang pada sistem klasifikasi simbolik Bagi orang Jawa, ada keyakinan bahwa dalam
yang dimiliknya berdasarkan asas asosiasi tubuh tertentu manusia, binatang, tumbuh-
prelogik.; dalam hal ini berbagai hal yang tumbuhan, benda-benda keramat, seperti
terdapat dalam lingkungan sosail dan budaya, pusaka dan jimat, ada kekuatan-kekuatan sakti
seperti organ tubuh, sifat-sifat kepribadian, (kasekten). Selain itu, kekuatan-kekuatan sakti
kondisi perasaan, hari-hari pasaran, makanan juga dapat dipancarkan melalui suara-suara
dan minuman, keselamatan, pekerjaaan, atau bunyi-bunyian tertentu yang memiliki
planet dan benda-benda runag angkasa sifat gaib, seperti japa mantra, dan bahkan
lainnya, serta makhluk-makhluk gaib lainnya melalui kutukan (sepata).

Edisi Budaya | 331


Dalam pandangan orang Jawa, kekuatan- positif, yang dgunakan untuk kebaikan
kekuatan sakti itu bisa mengandung aspek masyarakat luas. Meskipun demikian, ngelmu
positif dan bisa juga mengandung aspek gaib protektif juga mengandung unsur-unsur
negatif. Meskipun demikian, ada juga kekuatan yang sifatnya pribadi sebagai private magic,
sakti yang memang khusus positif, seperti seperti kebiasaan memelihara binatang,
pulung, wahyu, dan ndaru, dan kekuatan sakti memelihara benda-benda pusaka, dan
yang memang khusus negatif, seperti guntur perhiasan, dan batu-batuan yang berkhasiat.
dan teluh braja. Lebih dari itu, ngelmu mengeni penyembuhan
dan pengobatan merupakan yang pengetahuan
Dilihat dari penggunaannya, dalam
terpenting.
kebudayaan Jawa ngelmu gaib mempunyai
empat fungsi dan tujuan yang berbeda-beda: Berbeda dengan ilmu gaib produktif
menghasilkan sesuatu, melindungi sesuatu, dan protektif yang sifatnya positif, ilmu gaib
menyakiti atau menghancurkan sesuatu, desktruktif sifatnya negatif karena dapat
dan meramal masa depan. Oleh karena itu, membahayakan dan merugikan orang lain.
berdasarkan empat fungsi tersebut, ngelmu Biasanya pelaku ngelmu gaib desktruktif
gaib dalam kebudayaan Jawa dapat dibedakan adalah para dukun, sementara yang menjadi
menjadi empat jenis: ilmu gaib produktif, ilmu korbannnya adalah saingan dan musuh,
gaib protektif, ilmu gaib destruktif, dan ilmu tetangga atau sahabat yang dianggap
gaib peramal masa depan. mengancam kepentingan pelaku atau
pengguna jasa ngelmu gaib desktruktif.
Ilmu gaib produktif merupakan ngelmu
yamh dimaksudkan untuk menghasilkan Ilmu meramal dalam kebudayaan
sesuatu yang positif, seperti untuk kesuburan, Jawa disebut sebagai ilmu petangan. Pelaku
panen yang lebih baik, dan mendatangkan ilmu gaib jenis ini adalah dukun yang memiliki
hujan. Untuk memenuhi tujuan tersebut, kemampuan khusus untuk meramal masa
ngelmu gaib produktif tersebut diadakan depan seseorang melalui teknik-teknik yang
melalui upacara religiomagis secara kolektif sifatnya universal, seperti melalui perhitungan
dengan mekanisme yang melibatkan teknik- berdasarkan hubungan antarbintang, letak
teknik yang didasarkan atas asosiasi pikiran tulang-belulang yang berserakan, jatuhnya
primitif, keyakinan terhadap kasekten dan usus ayam yang ditaburkan, pengamatan
energi gaib yang timbul akibat pembacaan terhadap arah terbang dan suara burung.
mantra tertentu. Biasanya para peramal Jawa itu menggunakan
buku pegangan yang dikenal dengan primbon.
Sebagaimana halnya ngelmu gaib
produktif, ngelmu gaib protektif juga bersifat [Adib M Islam]

Sumber Bacaan:
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, 1984, hlm. 411

332 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Ngrasul

S
ecara bahasa Ngrasul berasal dari kata ingkung; Jawa, ayam bekakak; Melayu), lampu
Ngrasuk (asal katanya “rasuk” misalnya senthir dan lain-lain serta bersedekah (selawat)
“ia dirasuki bangsa halus” yang artinya berupa sejumlah uang koin yang diletakkan di
“ia diikuti makhluk halus”) dan Rasul yakni dalam mangkok berisi air.
Nabi Muhammad SAW. Ngrasul termasuk jenis
Ngrasul merupakan bagian dari tradisi
ritual dalam kategori niat dan do’a, seperti
Kenduri (Kanduri; Persia) yaitu upacara makan
halnya tolak balak/tolak bilahi, dan sebagainya.
bersama yang dihadiri handai taulan, saudara,
Sebagai contoh Ngrasul untuk “niatan tetangga dan kerabat, yang diantara mereka
selamatan” bagi seseorang yang memiliki wuku terdapat pemimpin doa dari unsure kiai, ustadz,
Warigagung, Pahang, dan Matkal. Wuku sendiri tokoh masyarakat, atau orang yang dituakan.
adalah nama sebuah kesatuan waktu dalam Permohonan doa yang dipanjatkan bertujuan
7 hari yang terdiri dari 30 pekan (wuku). Ide meminta keselamatan dan dikabulkannya
dasar perhitungan wuku ialah bertemunya suatu permintaan yang diinginkan. Perbedaan
dua hari dalam system pancawara (pasar) dan Ngrasul dengan Kenduri pada umumnya
saptawara (pekan) menjadi satu, misalnya adalah pada aspek do’a khusus yang dibacakan,
Sabtu-pon dalam wuku Wugu. Niat atau hajat yang dipanjatkan, tempat
yang digunakan, dan seperangkat uga-rampe
Wuku digunakan di Jawa dan Bali sebagai
atau seperangkat barang dan makanan yang
perlambang dari sifat-sifat manusia yang
dikeluarkan.
dilahirkan pada hari-hari tertentu, seperti
halnya horoskop atau perbintangan. Menurut Ngrasul dapat dipandang sebagai
kepercayaan tradisional Jawa dan Bali orang pemahaman dan pengamalan sinkretisme
yang lahir pada hari dan pasaran tertentu dan beragama orang-orang di Pulau Jawa
jatuh pada wuku tertentu pula, ia terdapat sesudah berpindah agama dari Hindu ke
hari nahasnya. Agar diberikan keselamatan, Islam. Ritual ini masih dipraktikkan sampai
orang-orang yang punya wuku Warigagung, sekarang di daerah-daerah se pulau Jawa.
Pahang, dan Matkal perlu diruwat dengan Misalnya di Tretep Temanggung Jawa Tengah
mengeluarkan seperangkat uga-rampe atau dengan sebutan Mule Ngrasul yang berarti
seperangkat barang dan makanan yang sudah “Memulai mengikuti Rasulullah”. Di kalangan
ditentukan, dan selawat (sedekah berupa uang) masyarakat Betawi juga dikenal Ngrasul yang
yang juga telah ditentukan, dengan bacaan dilaksanakan pada saat akan mengadakan
do’a khusus berupa Ngrasul. hajatan dan dilakukan di tempat penyimpanan
bahan pokok untuk resepsi.
Jadi, Ngrasul adalah upacara ritual dengan
mantra dan do’a-do’a khusus yang tujuannya Sebagai warisan budaya, nilai-nilai
memohon keselamatan melalui perantaraan yang lama tetap dijunjung tinggi akan
Rasul yakni Nabi Muhammad SAW dengan tetapi medianya digantikan sesuai dengan
seperangkat uga-rampe berupa bunga, nasi kepercayaan yang baru. Dalam hal ini,
tumpeng, nasi Golong (dikepal sehingga memohon keselamatan melalui perantara
membentuk bulat) daging ayam utuh (ayam Rasulullah Saw dengan cara Ngrasul adalah
cara “islamisasi” meminta perlindungan dari

Edisi Budaya | 333


“ruh leluhur” yang masih tetap dipertahankan. masa hidupnya akan mengambang dan sirna
Hanya saja penyebutan nama-nama leluhur terbawa arus kematian.
dalam Ngrasul diniatkan untuk kirim doa
Ayam Ingkung yakni ayam utuh yang
kepada leluhur, bukan meminta sesuatu
tidak dipotong-potong yang dibentuk seperti
kepada orang yang sudah meninggal dunia.
posisi perempuan yang sedang sujud. Dari
Begitu pula penggunaan perangkat kata “Ingsun manekung” (aku berdoa dengan
ritual, seperti nasi tumpeng, nasi golong/sega khidmat), Ingkung ditandai sebagai ungkapan
asahan/ambeng, ayam Ingkung, Pisang Raja seseorang yang bermunajat kepada Allah
sesisir, uang selawat, bunga wewangian, dan dengan penuh harap dan rendah hati.
lain-lain sebagai islamisasi menu hidangan
Sedangkan sesisir Pisang Raja berwarna
Kenduri keperpayaan agama sebelumnya,
kuning dimaknai kemuliaan hidup dapat
yakni berupa daging (mamsa), ikan (matsya),
terealisasi jika manusia selalu dekat dengan
minuman keras (madya), layanan seksual
Allah Swt., seperti berdekatannya buah pisang
(maithuna) dan Samadhi (mudra) atau biasa
satu dengan lainnya. Adapun selawat berupa
disebut Panca Makara.
uang koin yang ditaruh didalam mangkok
Nasi tumpeng dalam kepercayaan berisi air mengandung filosofi bahwa materi
orang Hindu dilambangkan sebagi gunung dunia yang disimbolkan dengan uang koin
Mahameru tempat suci para Dewa dan harus diperoleh dengan cara yang bersih dan
Brahmana. Tapi dalam kepercayaan orang halal sebagaimana air yang ada dalam wadah
Islam digambarkan sebagai dua telapak tangan mangkok.
yang merapat untuk memohon kepada Allah
Secara umum, berdasarkan bentuk ritual
Yang Maha Esa. Dari bahan dasar nasi putih
dan materi yang digunakannya tampak ada
dimaknai keikhlasan dan kesucian manusia
kaitan dengan apa yang diajarkan Rasulullah
yang berhajat kepada Allah.
Saw terutama mengenai bersedekah dan
Nasi golong/sega asahan (ambeng) yaitu berbagi kepada orang lain. Oleh sebab itu ritual
nasi yang dikemas berbentuk bulat. Sesuai ini disebut Ngrasul dengan maksud mengikuti
nama ambeng (ngambang), ini mencerminkan ajaran Nabi Muhammad Saw.
kehidupan manusia sesudah meninggal
[Ishom Saha]
dunia bahwa hasrat dan keinginan sewaktu

Sumber Bacaan
Abimanyu, Petir, Mistik Kejawen, Yogjakarta: Palapa, 2014
Bidiono, Herusatoto, Simbolisme dalam Budaya Jawa, Yogjakarta: Haninidita Graha Widia, 2005
Geertz, Clifford, Abangan, Santri dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Jakarta: Pustaka Jaya, 1981
Jamil, dkk., Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gema Media, 2002
Sutardjo, Imam, Kajian Budaya Jawa, Surakarta: Jurusan Sastra Daerah UNS, 2010
Pranowo, “Menyingkap Tradisi Besar dan Tradisi Kecil” dalam Majalah Pesantren, No. 3 Vol. 4, 1987

334 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Nyadran

N
yadran adalah suatu sistem tradisi sesaji menempati posisi yang sangat penting.
yang kompleks dan mengandung
Dalam kultur Jawa, nyadran atau sadran
berbagai unsur ritual yang dianggap
berkaitan erat dengan tradisi mengunjungi
penting menurut pengetahuan turun temurun
makam leluhur atau sanak saudara menjelang
dari suatu masyarakat yang meliputi sesaji,
datangnya bulan Ramadhan, yaitu bulan
do’a, makan bersama dan prosesi. Bentuk ritual
ruwah atau sya’ban dalam kalender hijriah.
yang dilaksanakan sangat tergantung pada
Pada sebagian komunitas masyarakat, nyadran
latar belakang budaya dan sejarah komunitas
berpusat pada aktivitas ziarah kubur, yang
yang bersangkutan. Di sejumlah daerah
merupakan ritual berupa penghormatan
pesisir, nyadran cenderung berbentuk sedekah
kepada arwah nenek moyang dan memanjatkan
atau pesta laut atau persembahan kurban,
doa selamatan.
sedangkan di daerah pedalaman, nyadran
hadir dalam ritual mengunjungi makam atau Seiring dengan gelombang Islamisasi
kuburan para leluhur. di tanah Jawa, nyadran seringkali dikaitkan
dengan kata sodrun, yang dalam bahasa Arab
Dalam tradisi nyadaran, terlihat
berarti dada atau hati. Pemahaman ini boleh
transformasi budaya lama ke dalam bentuk
jadi berhubungan dengan upaya masyarakat
dan pemaknaan budaya baru dimana pengaruh
Muslim untuk membersihkan hati menjelang
Islam baik secara perlahan maupun singkat
bulan Ramadhan. Nyadran juga sering
meresap ke dalam entitas kultural yang terus
dikaitkan dengan istilah nadzar, yaitu janji
menerus mencari bentuknya.
yang diikrarkan dan harus dipenuhi.
Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta,
sraddha yang artinya keyakinan atau
kepercayaan. Makna lain dari nyadran adalah Asal Usul
sadran, berasal dari kata ‘sudra’ sehingga Dalam sejumlah literatur, tradisi nyadran
nyadran berarti menyudra atau menjadi sudra dianggap berasal dari tradisi Hindu-Budha.
atau berkumpul dengan orang-orang awam. Hal Zoetmulder memperkirakan bahwa nyadran
ini mencerminkan nilai-nilai kultural bahwa muncul sejak zaman Majapahit ketika
berbaur dengan orang-orang kelas bawah masyarakat melakukan upacara mengenang
menjadi anjuran agama yang dilembagakan wafatnya Tribuana Tungga Dewi, penguasa
dalam ritual rakyat yang mengkondisikan ketiga Kerajaan Majapahit, pada tahun 1352
suasana komunal yang mencairkan perbedaan M. Penelusuran lebih awal menemukan bahwa
kelas dan status sosial. Dalam bahasa Jawa, nyadran telah dipraktekkan pada zaman
nyadran diduga berasal dari kata sadran yang Majapahit dengan istilah craddha. Praktek ini
artinya sesaji. Karena dalam pelaksanaannya, diperkirakan berlangsung sekitar tahun 1284

Edisi Budaya | 335


M. Ritual craddha menggunakan puji-pujian Unsur do’a dalam tradisi nyadran menjadi
dan sesaji dalam prosesinya. Masyarakat penanda Islamisasi budaya lokal karena do’a
pada saat itu percaya bahwa para leluhur yang dipanjatkan menggunakan do’a cara
yang telah meninggal, dapat mempengaruhi agama Islam dengan berbahasa Arab. Selain itu,
kehidupan anak cucu atau keturunannya, seringkali bacaan ayat Al-Qur’an dan kalimat-
mengganggu ataupun berhubungan dengan kalimat thoyyibah dilantunkan melengkapi
sanak keluarganya. ritual do’a. Sebagian orang mempraktekkan
tahlil, yaitu formula bacaan tertentu yang
Ritual nyadran tetap menjadi tradisi
terdiri atas pujian, shalawat dan bacaan-
masyarakat Jawa setelah Walisongo melakukan
bacaan tertentu dari ayat Al-Qur’an.
dakwah Islam di nusantara. Strategi khas
walisongo yang akomodatif terhadap budaya Sebagian masyarakat melakukan prosesi
lokal tidak serta merta menghapus budaya mandi yang dikenal dengan sebutan padusan.
nyadran yang pada dasarnya berbasis Ritual ini dimaksudkan untuk membersihkan
pemujaan roh. Para pendakwah sufi tersebut diri baik aspek lahir maupun batin. Aktivitas
merubah dan menyelaraskan praktek agama mandi ini biasanya dilakukan di sumber-
lama dengan ajaran Islam. Untuk itu, jalan sumber air yang disakralkan.
kompromi budaya dilakukan dalam rangka
Nyadran yang dipusatkan pada acara
menarik simpatik masyarakat lokal yang masih
kurban kepala kerbau atau sedekah laut
kuat memegang teguh tradisi sambil pelan-
memiliki variasi ritual yang agak berbeda
pelan mengisinya dengan pemaknaan yang
dengan nyadran mengunjungi makam. Tetapi
sesuai dengan ajaran Islam serta unsur-unsur
unsur do’a dan pemaknaan yang lebih Islami
ritualnya seperti pembacaan ayat Al-Qur’an,
tetap menjadi bukti Islamisasi budaya yang
tahlil dan do’a. Makna nyadran mengalami
sudah berlangsung selama berabad-abad.
pergeseran dari praktik pemujaan kepada
roh leluhur menjadi ritual penghargaan dan Praktik nyadran di Cirebon, misalnya,
penghormatan kepada leluhur yang dianggap merupakan paket ritual yang terpusat pada
berjasa dalam proses pembentukan masyarakat aktivitas sedekah laut di sejumlah titik muara
atau penyebaran agama Islam. Nyadran dalam sungai yang didahului dengan arak-arakan
perkembangannya dilaksanakan menjelang atau dikenal dengan ider-ideran (parade tokoh
Ramadhan. Ritual tahunan ini juga dipahami dan hewan lokal). Sedekah laut yang disajikan
sebagai bentuk interaksi manusia dengan dalam sebuah joli (usungan) berisi kepala
leluhurnya, sekaligus dengan Sang Maha kerbau dan aneka makanan untuk dihanyutkan
Pencipta. dan ditenggelamkan di kedalaman tertentu di
lepas pantai. Persembahan tersebut dibawa
dengan sebuah perahu yang dikawal oleh
Bentuk Ritual ratusan perahu lain yang dihias dan dilengkapi
dengan bendera merah putih. Upacara
Sebagai bagian dari budaya masyarakat
pelepasan sesajen ini didahului oleh lantunan
Jawa, nyadran diselenggarakan dengan
adzan dan do’a yang menggunakan Bahasa
melibatkan banyak orang dan cenderung
Arab.
menghabiskan biaya yang tidak sedikit.
Nyadran yang berpusat pada ziarah kubur atau Parade rakyat yang diselenggarakan
makam para leluhur biasanya diikuti dengan terkait dengan nyadran berisi iring-iringan
ritual lain seperti kegiatan membersihkan model dan ikon tokoh lokal serta tiruan atau
makam, menabur bunga atau wangi-wangian, boneka (ogoh-ogoh) aneka hewan laut yang
dan makan bersama (manganan). Sebagian mencerminkan kehidupan masyarakat pesisir.
masyarakat memeriahkan tradisi nyadran Dalam parade ini, ditampilkan berbagai tokoh
dengan berbagai kenduri, pawai atau kirab dan yang terkait dengan sejarah pembentukan
pementasan seni tradisional seperti gamelan, Islam di Cirebon sebagai bentuk perayaan
tayuban dan wayang. sekaligus edukasi untuk masyarakat. Iring-

336 | Ensiklopedi Islam Nusantara


iringan berjalan mulai dari Pasambangan Jati Misalnya saja dalam penyelenggaraan
atau Bukit Amparan menuju ke arah utara kenduri, besik (membersihkan makam
ke Desa Sirnabaya. Dalam perkembangan leluhur), penyediaan sesaji, makanan atau
terakhir, ider-ideran dimulai dari Komplek perlengkapan ritual. Sudah menjadi tradisi
Makam Sunan Gunung Jati menuju arah masyarakat pada umumnya bahwa ritual yang
selatan hingga bunderan Krucuk Kota Cirebon mereka selenggarakan menjadi sarana untuk
dan kembali ke tempat semula. saling bahu membahu dalam mewujudkan
kepentingan bersama. Aspek voluntarisme
Bentuk nyadran yang berisi persembahan
dan solidaritas masih kuat bersemayam dalam
kepala kerbau dengan cara melarung juga
diri masyarakat nusantara. Sehingga mereka
dilakukan oleh komunitas lain di Jawa. Seperti
dengan senang hati melakukan kegiatan
halnya yang dilakukan masyarakat Ngantru,
komunal yang dalam pandangan masyarakat
Trenggalek, Jawa Timur. Pelaksanaan ritualnya
menjadi kegiatan yang membahagiakan.
terdiri dari sejumlah hal seperti penyembelihan
kerbau, penyediaan sesajen, penyelenggaraan Aspek nyadran yang berorientasi
tahlil massal, pawai tradisional, makan pada komunikasi dengan arwah leluhur
bersama dan upacara ruwatan dengan merefleksikan gagasan penghormatan
menyelenggarakan pagelaran wayang kulit. kepada orang-orang yang telah berjasa
Unsur-unsur ritual dalam nyadran satu daerah dan berkontribusi besar dalam kehidupan
dengan daerah lainnya memiliki sejumlah masyarakat. Sikap mental yang masih
persamaan sekaligus perbedaan. mengingat dan tidak melupakan peran
orang-orang tertentu di masa lalu
menunjukkan keluhuran budi antar generasi
Aspek Sosial Nyadran yang dilembagakan dalam tradisi tahunan
Meskipun nyadran pada awalnya yang terus menerus dipertahankan. Nilai
merupakan tradisi nenek moyang yang berbasis kultural ini menjadi sesuatu yang berharga
pemujaan arwah melalui persembahan dan dalam penanaman nilai-nilai edukatif dan
pembacaan mantera, ritual tradisional ini pembentukan karakter bangsa. Dengan
dalam perkembangannya bergeser dengan berlangsungnya tradisi nyadran, penghargaan
pemaknaan yang berbeda. Kehadiran Islam sosial kepada seseorang tidak hanya pada
telah memalingkan pandangan teologis waktu mereka masih hidup, tetapi juga setelah
masyarakat sehingga komunikasi orang- mereka meninggalkan dunia yang fana.
orang yang hidup dengan orang yang sudah Aspek komunalisme yang muncul dari
meninggal ditujukan kepada Allah swt, Sang unsur-unsur nyadran seperti do’a bersama,
Pencipta dan Pemberi rizki. Walaupun pada makan bersama, tradisi ruwatan dengan
sebagian kasus tertentu belum sepenuhnya gamelan dan wayang kulit serta parade
terislamisasi, pemaknaan tradisi secara rakyat menjadi penanda kohesifitas sosial
lebih Islami pelan-pelan telah menunjukkan yang penting bagi upaya menjaga persatuan
tanda-tanda yang positif. Terlebih lagi, tradisi dan ketahanan sosial suatu masyarakat.
nyadran ini memiliki dampak sosial yang Dengan pelaksanaan nyadran, masyarakat
cukup signifikan terhadap pelestarian budaya saling berinteraksi, berkolaborasi, dan saling
yang bersifat meneguhkan jati diri sebagai memberi sehingga kegiatan tersebut berfungsi
masyarakat yang komunal. memperkokoh sendi-sendi pergaulan dan
Berbagai jenis tradisi nyadran hubungan kemasyarakatan dalam bingkai
menunjukkan kecenderungan mobilisasi kearifan lokal.
massa yang bersifat saling membantu Penyediaan makanan khas atau kuliner
dengan pola kerjasama yang telah mengakar lokal dalam kenduri atau slametan yang menjadi
dalam budaya masyarakat dan hampir bagian tradisi nyadran seringkali menyiratkan
berlangsung secara mekanik dalam gerakan makna filosofis yang memberikan nilai
yang dikenal dengan gotong royong. edukatif dan ikhtiar menciptakan keselarasan.

Edisi Budaya | 337


Keberadaan tumpeng (nasi berbentuk gunung), berarti permohonan ampun jika melakukan
misalnya, melambangkan sebuah pengharapan kesalahan. Kemenyan merupakan sarana
kepada Tuhan agar permohonan terkabul. permohonan pada waktu berdoa. Bunga,
Ingkung (ayam yang dimasak utuh) bermakna melambangkan keharuman do’a yang keluar
kepolosan manusia ketika masih bayi yang dari hati yang tulus. Seluruh gagasan filosofis
belum mempunyai kesalahan. Pisang raja tersebut bermuara pada upaya mewujudkan
melambangkan suatu harapan supaya kelak keselarasan manusia dengan Tuhan dan alam
hidup bahagia. Kombinasi unsur ketan, kolak, semesta.
dan apem, merupakan satu-kesatuan yang
[Hamdani]

Sumber Bacaan
Kastolani dan Abdullah Yusof, “Relasi Islam Dan Budaya Lokal Studi Tentang Tradisi Nyadran di Desa Sumogawe
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang,” Kontemplasi, Vol. 04, No. 01, Agustus 2016.
Partokusumo, Karkono Kamajaya, Kebudayaan Jawa, perpaduannya dengan Islam, Yogyakarta : Ikatan Penerbit
Indonesia, 1995.
Purwadi, Sejarah Walisongo, Yogyakarta: Ragam Media, 2009.
Subarman, Munir, “Pergumulan Islam Dengan Budaya Lokal di Cirebon (Perubahan Sosial Masyarakat Dalam Upacara
Nadran di Desa Astana, Sirnabaya, Mertasinga, Kecamatan Cirebon Utara)”, Holistik, Vol. 15, No. 02, 2014.
Suyitno, Widiyanto Tri, 2001, Jalan Membebaskan Leluhur dari Alam Menderita, Yogyakarta:Vihara Karangjati.
Zoetmulder, Petrus Josephus, Kalangwan: a survey of old Javanese Literature, 1974.

338 | Ensiklopedi Islam Nusantara


O
Omah-Omah
Omah-Omah

S
alah satu fase kehidupan sebagai penanda makna omah tereproduksi sehingga
kesempurnaan seseorang dalam bersosial meneguhkan kesadaran bahwa omah adalah
adalah omah-omah (berumah tangga) ruang yang paling diakrabi oleh setiap
yang ditandai dengan proses pernikahan keluarga. Maka salah satu penanda seseorang
(mantènan). Bagi orang Jawa dan bisa jadi yang sudah berumah tangga (omah-omah)
dalam berbagai suku bangsa di nusantara, dianggap mulai mapan harus memenuhi
omah-omah atau mantènan (berumah tangga) trilogi kebutuhan dasar yang meliputi sandang,
adalah klimaks dari trilogi ritus kehidupan pangan dan papan (kebutuhan pakaian, pangan,
yang meliputi, metu, mantèn, mati, atau lahir, dan tempat tinggal). Di sinilah omah begitu
nikah, mati (Santoso, 2000: 118; Said, 2012: urgen bagi setiap orang yang menginginkan
1). kesempurnaan minimal dalam berumah
tangga (omah-omah).

Penelusuran Istilah Omah


Makna dan Kontekstualisasi Omah
Istilah omah-omah dari bahasa Jawa
omah. Kata omah sendiri merupakan bagian Dalam kehidupan keluarga, omah (rumah)
dari bahasa Jawa tingkat terendah, ngoko, tidak sekedar sebagai tempat “omah-omah”
yang dengannya biasanya orang-orang Jawa (berumah tangga) dan berlindung dari panas
berpikir dan mengekpresikan secara spontan dan dingin, tetapi omah merupakan suatu
tentang tempat tinggal. Dari kata omah konsep orang Jawa dalam mengaktualisasikan
berkembang dalam menunjukkan makna diri baik secara pribadi maupun sosial sehingga
terkait kerumahtanggaan, seperti ngomahakè mencerminkan konsep budaya berhuni (Said,
(membuat kerasan atau menjinakkan), 2012: 2). Mendirikan rumah dalam tradisi
ngomah-ngomahakè (menikahkan), omah-omah Jawa memerlukan persiapan lahir maupun
(berumah tangga), pomahan (pekarangan batin secara matang. Maka orang Jawa bilang,
rumah), somah (rumah tangga), sèmah “tiyang ngedegake griya punika kados dene
(pasangan satu rumah). tiyang gadhah damel mantu” (orang mendirikan
rumah itu bagai orang yang akan punya gawe
Omah juga menunjukkan hubungan
besar), karenanya didahului dengan perhelatan
dengan kata dalam suku lain misalnya Bahasa
ritual sebagai wujud kesadaran sosial dan
Melayu Polenisaia Barat yang memiliki kata
transendensi diri yang tinggi agar menemukan
rumah, Bahasa Bali, Roti, Rindi dan Tetum
kemapanan dalam bertempat tinggal (Said,
memakai kata uma, bahasa Sawu menyebutnya
2012: 1).
amu, Aton um, Ema umar, Babar em, Buru
huma, dan Nuaulu numa. Kata-kata tersebut Kemapanan dalam bertempat tinggal
diambil dari akar kata Austronesia yang ini akan memungkinkan seseorang memiliki
bermakna suatu kelompok sosial yang bersatu kontrol teritorial sehingga dengan leluasa
dan mengklaim beberapa jenis asal-usul dan mendefinisikan keberadaan dan status
ritual yang sama (Fox, 1993: 10). seseorang atau kelompoknya. Kesadaran
diri dan ruang saling mengejawantahkan
Dari beberapa bahasa itulah kemudian

Edisi Budaya | 341


satu sama lain. Pengidentifikasian diri baik Posisi Sumur dan Kamar Mandi sebelah kiri Rumah Jawa
Gambar 1 (Koleksi Nur Said):
individual maupun kelompok secara spasial
melahirkan “konsep menghuni” (to dwell)
yang akan memungkinkan seseorang menjadi neraka katut yang melekat dalam tradisi Jawa
bagian dari suatu lingkungan dalam memaknai perlu dimaknai sebagai wujud kesetiaan
sekelilingnya (Norberg-Schulz, 1985: 5-6). pasangan mau dibawa pada jurang neraka
atau jalan ke surga tergantung pada kemauan
Ini berarti bahwa omah juga merupakan
pasangan yang bersangkutan secara bersama.
suatu kebudayaan yang terpentas melalui
ruang. Interpretasi terhadap makna ruang Hal ini juga selaras dengan tuturan bahasa
dalam dialektika sosial inilah yang kemudian Jawa lainnya, khususnya di lereng pegunungan
turut mengkonstruk perilaku hingga Kendeng Jawa Tengah yang menyebut
membentuk suatu identitas budaya yang pasangan dalam berumah tangga sebagau
unik dalam ruang sosial dalam suatu ‘budaya rukunan dari kata rukun (Said, 2012b). Rukun
berhuni’ atau berumah tangga (omah-omah). adalah suatu kondisi ketika keseimbangan
sosial itu terjadi baik dalam berbangsa,
Harapan besar omah-omah tak lain adalah
bermasyarakat maupun berkeluarga.
membina keharmonisan dan dan kerukunan
Kerukunan hidup akan terjadi ketika masing-
dalam berumah tangga dengan pembagian
masing individu tanpa memandang jenis
kerja yang harmonis antar pasangan. Itulah
kelamin, saling menghormati, sopan santun,
mengapa dalam tradisi Jawa, pasangan dalam
saling menghargai agar rumah laksana surga
rumah tangga disebut sèmah. Ini berarti bahwa
(Endaswara, 2016: 38).
siapapun yang sedang menjalankan aktivitas di
luar rumah baik karena alasan bekerja, belajar, Untuk itu entitas omah dalam omah-
dakwah dan lainnya dimana suatu saat akan omah setidaknya ada 5 (lima) hal mendasar
menemukan sosok yang lebih indah, lebih fungsional yang saling bersinergi yaitu
cantik dan atau lebih tampan, maka tetap harus kamar duduk (palenggahan), pakiwan, pawon,
ingat tempat kembali (mulih), ingat pasangan pesholatan dan peturon. Pertama, palenggahan
(sèmah) yang di rumah agar kerukunan dalam adalah tempat duduk. Duduk menunjukkan
berumah tangga tetap terjaga. Suwargo nunut posisi tubuh dengan pandangan lurus dan

342 | Ensiklopedi Islam Nusantara


menghadap ke depan yang merupakan posisi Fungsi ketiga dari omah adalah sebagai
ragawi yang diasumsikan menjalin komunikasi pawon (dapur). Pawon adalah ruang pemenuhan
dengan yang lain. Tempat duduk (palenggahan) kebutuhan untuk olah-olah pangan sebagai
yang dalam rumah tradisional Jawa sering bagian dari kebutuhan dasar setiap manusia.
disebut dengan Jaga Satru merupakan ruang Maka omah harus memiliki pawon secara
interaksi sosial secara formal dalam keluarga khusus agar setiap anggota keluarga dalam
ketika menerima tamu dari pihak luar (Said, berumah tangga bisa terpenuh kebutuhan
2012: 58-59). Palenggahan dalam hal ini makanannya secara baik dan sehat.
menjadi ruang kemapanan sementara dalam
Yang menarik dalam rumah adat Jawa,
posisi relatif di dunia yang saling berkaitan
posisi dapur pada umumnya terletak di sebelah
(Santoso, 2000: 205).
kiri sejajar dengan pelanggahan (joglo satru)
Maka dalam tutur sapa orang Jawa sering dan berdekatan dengan pakiwan, sumur dan
terdengar: “Lengahipun wonten pundi?” (dimana kamar mandi. Hal ini berbeda dengan posisi
Anda duduk?) berarti menanyakan keberadaan dapur pada rumah-rumah model sekarang
tempat tinggal seseorang. Dalam pengertian yang umumnya posisinya di belakang. Salah
yang lebih luas juga bermakna status sosial satu alasan mengapa dapur diposisikan di
seseorang. Namun kedua makna tersebut sebelah kiri sejajar dengan palenggahan adalah
dalam artian posisi kemapanan sementara, sebagai bentuk penghormatan kepada tamu
karena suatu saat bisa saja berubah atau hijrah agar pintu masuk ke dapur tidak melawati jogo
ke hunian yang lain. satru (ruang tamu) sehingga tidak mengganggu
ketika ada tamu. Hal ini juga sebagai isyarat
Fungsi kedua adalah pakiwan. Pakiwan dari
bahwa urusan dapur juga dianggap penting
bahasa Jawa kiwa (kiri). Dalam tradisi Jawa, kiri
sejajar dengan urusan penerimaan tamu
(kiwo) adalah sebagai lambang kemungkaran,
(palenggahan) yang bisa disinggahi oleh
kejahatan dan kekotoran. Sementara kanan
anggota keluarga yang laki-laki maupun
(têngên) melambangkan segala sesuatu
perempuan. Jadi urusan pawon (dapur) tidak
yang ma’rūf (baik), perilaku positif, amal
semata-semata urusan kaum perempuan
shaleh. Pakiwan dalam konteks omah Jawa
semata tetapi harus menjadi urusan bersama
dimaksudkan sebagai tempat pembersihan
antara laki-laki dan perempuan dalam omah-
diri dari segala yang jahat, mungkar, serta
omah (berumah tangga).
gangguan lain yang menyebabkan berbagai
penyakit. Fungsi keempat dari omah adalah
pashalatan, ruang untuk tempat bermunajat
Orang ketika masuk omah harus dalam
kepada Sang Pencipta sebagai wujud kesadaran
keadaan suci dari segala kotoran, maka tempat
sipiritual penghuninya. Sebagaimana telah
pakiwan posisinya selalu di luar, depan rumah
disinggung sebelumnya bahwa salah satu
sebelah kiri sejajar dengan pawon (dapur). Hal
misi omah-omah adalah membina kerukunan
ini dimaksudkan agar ketika penghuni omah
dalam tiga relasi sekaligus pertama adalah
tersebut mau memasuki rumah tidak ada
relasi dengan Allah, sesama manusia dan
lagi berbagai bentuk gangguan dan kotoran,
relasi dengan lingkungan. Kalau palenggahan
karena sudah melakukan proses pensucian diri
adalah lebih menonjolkan wujud bentuk
(bebersih) sebelumnya (Said, 2012: 72).
penghormatan kerukunan kepada sesama
Yang termasuk pakiwan adalah sumur, manusia, sementara pakiwan adalah wujud
kamar mandi, toilet dan padasan (tempat membangun kerukunan dengan lingkungan
berwudlu). Sumur, kamar mandi dan toilet dengan menjaga sumur tetap sehat sehingga
adalah sarana membersihkan dari kotoran bisa untuk bebersih, maka pashalatan ruang
yang bersifat lahiriah, sementara padasan dan spasial dalam omah dalam membangun
kamar mandi juga berfungsi sebagai sarana kerukunan dengan Allah, Sang Pencipta.
pembesihan dari kotoran yang bersifat batiniah
Maka dalam omah-omah perlu
(hadas kecil dan hadas besar).
mempersiapkan ruang atau tempat khusus

Edisi Budaya | 343


pashalatan yang diatur sedemikian rupa agar tempat tidur bagi orang-orang yang
para penghuninya betah untuk bermunajat dimuliakan. Namun pesarèyan juga bermakna
kepada Allah. Islam memang memberi kuburan. Maka dalam bahasa Jawa sering kita
kelonggaran sholat bisa dilakukan di manapun mendengar ketika sedang ada sanak saudara
karena dalam kaidah Islam “setiap sejengkal yang meninggal muncul pertanyaan; “...dipun
tanah bisa menjadi tempat bersujud (kullu ard} sarèaken wonten pundi?” (...akan dikubur di
in masjidun)”. Dengan demikian, kesadaran mana? Maka dengan mengingat peturon dan
omah-omah perlu dibarengi dengan kesadaran pesarèyan merupakan sebuah pesan bahwa
menfungsikan rumah sebagai sebagai bagian omah-omah adalah momentum untuk selalu
dari “sajadah panjang” untuk bersujud ingat sebuah ruang dimana kehidupan
kepada Sang Khalik. Prinsip inilah yang itu berasal dan kemana kehidupan akan
termanifestasikan dalam falsafah Jawa yang dilestarikan dan diakhiri (Endaswara, 2016:
dikenal dengan eling sangkan paraning dumadi 46; Roqib, 2007: 52-53; Santoso, 2000: 206-
(ingat asal dan tujuan hidup kepada Sang 207).
Pencipta).
Hal ini berarti bahwa omah-omah adalah
Dengan demikian fungsi pashalatan bagian dari proses meneguhkan sikap mental
dalam omah juga menunjukkan alam pikiran Jawa Islam dalam membangun keseimbangan
dan perilaku makrifat Jawa yang dikenal juga hidup yang harmonis dalam hubungan
sebagai manunggaling kawulo Gusti (kesatuan dengan Allah, sesama manusia, dan juga
hamba dengan Tuhan), seuatu konsep sekaligus dengan lingkungannya agar tergapai
pantheistik yang menganggap manusia dan kebahagian hidup di dunia dan akhirat
jagad raya merupakan percikan/pancaran sebagaimana digambarkan dalam dunia
cahaya Ilahi (Endaswara, 2016: 46; Roqib, tasawuf sebagai baitī jannatī (rumahku adalah
2007: 52-53). Maka dimanapan dan kapanpun surgaku).
manusia menjalankan peran kehidupannya
harus disadari bahwa kehadiran Ilahi akan
selalu terpancar jiwa dan raganya. Ritual Mendirikan Omah

Fungsi kelima dari omah adalah peturon Begitu dalamnya makna dalam omah-
dari bahasa Jawa ngoko turu (tidur). Tidur yang omah, maka proses mendirikan omah itu
dalam wujud spasialnya berupa kamar tidur laksana punya gawe besar sehingga setiap
adalah sebuah kondisi posisi tubuh berbaring tahapan proses mendirikan atau membangun
yang menunjukkan keadaan tubuh lebih tetap rumah ada ritual dengan prosesi dan pesan
dan mapan. Dipan, kasur, bantal, guling, tertentu. Beberapa proses ritual dalam
selimut dan sejenisnya adalah ikon-ikon yang mendirikan rumah itu antara lain:
merujuk pada proses bermukim dalam jangka 1) Ritual Buka Tableg
waktu permanen. Di peturon ini pula konotasi
mendasar dalam kehidupan domestik dimana Ritual ini merupakan prosesi ritual
proses generasi dan regenarasi pada tahap yang diselenggarakan sebelum penggalian
awal terjadi. Peturon menjadi media ketika pandeman (pondasi) rumah yang akan
pasangan suami dan istri (sèmah) melakukan dibangun. Hari pelaksanaan ritual Buka Tableg
hubungan intim dalam situasi dan kondisi bukanlah sembarangan, tetapi merupakan hari
paling rukun. Tanpa suasana kerukunan proses tertentu yang didapatkan dari “orang pintar”
reproduksi tidak akan sehingga regenerasi yang biasanya adalah kiai sepuh yang dianggap
gagal. Maka rukun agawe santoso (rukun akan memiliki kelebihan secara spiritual.
mengantarkan kehidupan yang sentosa), Ritual ini dilakukan dengan menggelar
demikian falsafah Jawa menegaskan. bancakan atau slametan yang biasanya diiringi
Peturon dalam bahasa Jawa Krama juga dengan doa rasulan (doa dengan wasilah
disebut pesarèyan. Pesarèyan merupakan Kanjeng Rasul Muhammad SAW) atau
istilah yang terhormat untuk menunjukkan manaqiban (doa dengan wasilah Waliyyulah

344 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Syaikh Abdul Qadir al-Jilani) di tempat menjalankan peran sebagai khalifatullah
yang akan didirikan rumah. Dalam acara agar bersama-sama tidak berbuat
ini biasanya dengan mengundang saudara/ kerusakan tetapi senantiasa menjaga
keluarga dan tetangga sebelah yang dipimpin bumi pertiwi tempat hidup manusia
oleh kiai Langgar atau kiai kampung dengan sebagaimana kebersamaan menikmati
maksud agar semua rencana pembangunan jajan pasar.
rumah bisa berjalan lancar, tidak ada halangan
e. Kembang setaman, yaitu bermacam-
serta mendapatkan kemudahan dalam
macam bunga (setaman) yang biasanya
menyelesaikan rumah tersebut. Keterlibatan
terdiri dari lima macam kemudian
keluarga dan tetangga sebelah dalam bancakan
dicampur dalam air di baskom juga sebagai
Buka Tablek tersebut sebagai wujud kesadaran
wujud persembahan kepada Yang Maha
sosial calon pemilik rumah bahwa dirinya
Indah. Bunga adalah simbol keindahan
tidak bisa hidup tanpa orang lain, maka dalam
dengan harapan agar kehidupan yang
mengawali pendirian rumah tersebut juga tak
akan dilalui melalui rumah tersebut
lepas dari peran orang lain.
bisa dinikmati dengan indah baik dalam
Beberapa sarana upacara Buka Tableg keluarga, dengan tetangga maupun dalam
tersebut antara lain: masyarakat yang lebih luas (Said, 2012:
89; Triyanto, 2001: 186-187).
a. Bubur abang-putih (merah-putih) sebagai
perlambang mengingatkan kejadian
manusia yang terdiri dari darah merah
2) Ritual Munggah Kayu (Tongcit) atau
dan darah putih.
Munggah Molo:
b. Ingkung ayam jantan, yaitu daging ayam
Ritual adat ini diselenggarakan ketika
matang yang diikat masih utuh dengan
bagian-bagian bangunan yang mengelilingi
dilengkapi air kuwah secukupnya dan baru
rumah atau dinding sudah berdiri tegak dan
diiris sesuai kebutuhan setelah dibacakan
berbagai ragam kayu penyangga genting
doa rasulan atau manaqiban. Hal ini
dan joglo pencu siap untuk di pasang. Ritual
sebagai wujud penghormatan kepada
Munggah Kayu adalah proses menjelang
Rasulullah Saw dan Waliyyullah, sebagai
penataan konstruksi rumah bagian atas/
Sang Pencerah dari kegelapan menuju
atap (bubungan rumah). Beberapa uba-rampe
dunia yang penuh hidayah-Nya.
(perlengkapan) yang disiapkan dalam upacara
c. Nasi tumpeng dan lauk-pauk secukupnya Munggah Kayu ini antara lain:
yang dihias mengitari tumpeng dilengkapi
a. Klebet (bendera) warna merah putih
kluban urap sayur alami dari kebun.
sebagai wujud kesadaran kebangsaan
Tumpeng yang terbuat dari nasi kuning
dalam membangun rumah tangga adalah
dengan dibuat meninggi sebagai wujud
bagian dari keluarga besar Indonesia.
kepasrahan total kepada Dzat Yang
Warna merah menunjukkan perlunya
Maha Tinggi (Al’Aliy) dan pemberi rizki
keberanian dalam mengambil keputusan
(Al Rozaq). Sementara lauk-pauk dan
berumah tangga dengan tetap pada jalan
kluban urap sebagai pengingat pentingnya
yang benar yang disimbolkan dengan
menjaga kesimbangan lingkungan
warna putih.
semesta alam baik dari dunia binatang
(fauna) maupun dunia tetumbuhan (flora). b. Tebu beserta daunnya yang bermakna
anteping kalbu, yaitu kuatnya niat dan
d. Jadah pasar, yaitu belanjaan jajan yang
terbebas dari keraguan bahwa samudara
dibeli dari pasar tradisional. Hal ini
kehidupan harus segera dilalui dengan
sebagai wujud persembahan kepada
penuh optimisme meskipun ancaman
Dzat pemelihara tanah dan bumi
badai tetap ada.
(Rabbul’ālamīn), agar manusia sebagai
penghuni bumi benar-benar bisa c. Anak pisang satu batang, sebagai simbol

Edisi Budaya | 345


Indonesia.
Warna putihnya sebagai simbol kesucian
dan sekaligus kebajikan yang senantiasa
harus diperjuangkan dalam meniti hidup
di rumah yang sedang dibangun tersebut.
Sehingga di rumah tersebut nantinnya bukan
sekedar tempat untuk tidur (istirahat), tetapi
sebagai wahana dalam memperjuangkan
kebajikan sehingga rumah benar-benar bisa
meneduhkan bagi keluarga dan mampu
menfasilitasi terajutnya kebahagian di dunia
Prosesi Pemasangan Uba Rampe Munggah Kayu dan akhiratnya. Sehingga rumah menjadi
Gambar 3 (Sumber: http://dwialfirohmatin.web.unej.ac.id/):
surga bagi penghuninya.
Sementara seikat padi yang juga turut
tunas yang mudah tumbuh-berkembang.
diikatkan pada kayu menandakan sebuah
Karena itu diharapkan rumah tersebut
harapan agar rumah tersebut nantinya
menjadi saran menumbuhkembangkan
memperlancar bagi penghuninya dalam
generasi yang baik antara lain adanya
mencari nafkah (golek pangupa jiwa) sebagai
fungsi peturon.
prasarat dalam mempertahankan hidup,
d. Setandan pisang raja yang sebagian sudah sehingga penghuninya tidak akan kekurangan
matang; sebagai perlambang pentingnya pangan dan selelu dalam kecukupan. Maka
kepemimpinan (raja) yang tegas dalam ketika padi disandingkan dengan merah putih,
keluarga yang harus dipatuhi oleh segenap hal ini menjadi sebuah visi berhuni yang
anggota keluarga selagi pada jalur jalan saling melengkapi bahwa rizki (pangan) yang
yang benar. didapatkan nantinya hendak diorientasikan
e. Padi dua unting (ikat): sebagai perlambang pada penegakan kebajikan (putih) meski
kemakmuran agar mendapatkan dengan butuh semangat perjuangan yang
kemurahan rizki dari Yang Maha Memberi membara (merah).
Rizki sehingga terpenuhi sandang pangan. Sementara pohon tebu segar yang masih
f. Ingkung dan seperangkat tumpeng (Said, berakar dan berdaun serta anak pisang yang
2012: 89-90). turut dikat pada kayu juga sebagai penanda
bahwa pendirian rumah disadarai dengan
Setelah diadakan prosesi berdoa tekad yang kuat (anteping kalbu=tebu) dan
seperlunya yang dipimpin oleh seorang kiai sekaligus isyarat awal penanaman bibit positif
setempat bersama uba rampe ingkung dan (hal-hal yang baik) bagai tebu yang berakar
tumpeng seperangkat pada malam harinya, dan berdaun sehingga tinggal menancapkan
maka tumpeng dan ingkung tersebut akhirnya pada lahan yang sudah disiapkan. Rumah
dibagi-bagi kepada khalayak yang hadir sebagai adalah sebagai lahan (wahana) atau dalam
wujud sedekah dan kebersamaan . bahasa Jawa sebagai kawah candradimuka bagi
Sementara pada pagi harinya perlengkapan generasi bangsa agar mampu menumbuhkan
yang lain seperti pisang raja, seonggok padi kader-kader yang bervisi merah putih.
yang sudah menguning dan seikat tebu, Kombinasi wujud tebu yang berdaun dan
kesemuanya diikat dan digantungkan pada berakar, seikat padi dan dan kain merah putih
kayu blandar. Dalam hal ini blandar-nya dihias adalah ekspresi simbolik dalam ritual munggah
dengan ubo rampe tersebut, lalu dinaikkan dan kayu agar penghuninya selalu ingat visi
dipasang pada posisinya. Sementara di tengah- hidup dalam berhuni di rumah bahwa hidup
tengah kayu tersebut dibungkus dengan kain bukanlah untuk makan saja, tetapi makan
merah putih (seperti bendera Indonesia) adalah sekedar untuk mempertahankan hidup.
sebagai wujud kesadaran bagian dari keluarga

346 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Sementara kehidupan yang bernilai tersebut mampu menempatkan diri sebagai “lampu
harus diorientasikan untuk menumbuhkan penerang” sehingga selalu mencerahkan bagi
atau menanamkan benih-benih (simbol pohon keluarganya sehingga terbangun keluarga yang
tebu dan tunas pisang) kabajikan (putih) meski harmonis dan rukun.
hambatan dan rintangan akan menghadang
Sementara tikar biasanya dibawa oleh
sehingga butuh kobaran api perjuangan
anak-anaknya yang turut serta mengikuti jejak
(simbol warna merah).
ayah emaknya dalam mulai menghuni rumah
baru. Dengan dibawanya tikar adalah sebagai
ekspresi simbolik bahwa di rumah tersebutlah
3) Ritual Ulih-ulihan
para penghuninya siap menggelar pentas
Ritual ini adalah sebagai ekspresi kesiapan kehidupan dengan penuh semangat dan
calon penghunia rumah ketika rumah yang harapan. Anak-anak juga harus turut tut wuri
dibangunnya sudah siap dihuni. Dalam ritual handayani, mengikuti visi berhuni kedua orang
Ulih-ulihan (dari kata bahasa Jawa mulih = tuanya yang telah memiliki landasan yang
pulang/kembali) ini calon penghuni diarak kuat. Maka rumah disamping sebagai tempat
(diantarkan) oleh sanak saudara, sahabat memulihkan (mulih) tenaga dan pikiran bagi
dan tetangga sebelah dari tempat asal (orang keluarganya setelah seharian menjalankan
tuannya) menuju rumah baru yang hendak rutinitas hidup, rumah juga dijadikan sebagai
dihuninya. Dalam tradisi ulih-ulihan ini semua “madrasah” (tempat belajar) untuk menemukan
anggota keluarga yang akan menempati rumah kesejatian hidup yang hakiki,
tersebut harus ikut bersama rombongan
Begitu semua sudah hadir di rumah yang
dengan membawa sejumlah barang-
baru tersebut, maka acara dilanjutkan dengan
barang sebagai ekspresi simbolik bagi calon
do’a bersama dipimpin oleh seorang kyai
penghuninya. Barang-barang tersebut antara
kampung dengan diikuti oleh para hadirin yang
lain berupa; sapu lidi, lampu teplok, tikar dan
ada. Do’a yang dibacakan oleh kyai biasanya
bantal-guling.
berbahasa Arab yang isi doa biasanya berisi
Begitu sampai di rumah yang akan harapan bersama agar calon penghuni tersebut
dihuni, calon penghuni langsung disambut diberkahi oleh Allah serta mendapatkan
oleh sebagian anggota keluarga lainnya yang limpahan rahmat dan kasih sayang dari-Nya,
sudah terlebih dahulu di rumah tersebut. sehingga keluarga dan generasi yang terbangun
Maka dengan ucapan salam; assalāmu’alaikum, di rumah tersebut menjadi sosok keluarga
calon penghuni memasuki rumah. Di teras yang sakīnah (ketenangan), mawaddah (kasih)
rumah tersebut, sang ibu menyapukan sapu dan rahmah (sayang). Keluarga demikianlah
yang dibawanya dilantai sebagai ekapresi yang diidam-idamkan bersama sehingga
simbolik pembersihan diri dari segala kotoran dari keluarga yang seperti inilah diharapkan
baik lahir maupun batin karena rumah model tercipta tatanan masyarakat yang sejahtera,
sekarang sumur sudah mulai banyak di dalam damai dan penuh ampunan dariNya yang
rumah. Pada rumah tradisional Jawa, ekspresi dalam bahasa Al Qur’an disebut baldatun t}
simbolik pembersihan diri dari segala kotoran ayyibatun warabbun ghafūr (QS. Saba: 15)
dilakukan dengan singgah di pakiwan, yakni
Kearifan omah-omah sebagaiman terurai
kamar mandi dan padasan yang biasanya
di atas menunjukkan bahwa dalam memahami
terletak dekat sumur di depan rumah sebelah
keragaman bahasa simbolik dalam berbagai
kiri.
ritual pendirian omah membutuhkan
Begitu jiwa dan raga dianggap suci maka kepekaan olah rasa karena bahsanya masih
kepala keluaga dengan membawa lampu teplok semu (tersamar). Simbol dan ungkapan
sebagai simbol penerang kehidupan dalam dalam tradisi Jawa Islam adalah manifestasi
keluarga mula memasukan rumah. Dengan pikiran, kehendak dan rasa Jawa yang halus.
lampu teplok tersebut diharapkan kepala Sebagaimana ungkapan yang populer Wong
keluarga harus selalu ingat bahwa dirinya harus

Edisi Budaya | 347


Jawa Ngone Semu. Ungkapan ini mengandung perenungan yang mendalam dan pembelajaran
pengertian bahwa orang Jawa dalam kritis atas rahasia dibalik bahasa simbolik
memandang realitas tak hanya menampilkan dalam kultur Jawa yang merupakan bagian
wadhag (kasat mata), namun penuh dengan dari warisan budaya Islam nusantara.
isyarat atau sasmita (Endaswara, 2016: 24).
[Nur Said]
Untuk bisa memahaminya memerlukan

Sumber Bacaan
Endraswara, Suwardi, Prof. Dr., (2016). Falsafah Hidup Jawa, Menggali Kebijakan dari Intisari Filsafat Jawa. Yogyakarta:
Cakrawala.
Fox, J.J., (1993). “Comparative Perspective on Austronesian Houses: An Introductory Essay”, dalam J.J. Fox (ed.), Inside
Austronesian Houses: Perspectives on Domestic Designs for Living, Canberra: The Australian National University.
Norberg-Schulz, Christian, The Concept of Dwelling: On the Way to Figurative
Said, Nur. (2012). Tradisi Pendidikan Karakter dalam Keluarga, Tafsir Sosial Rumah Adat Kudus. Kudus: Brillian Media
Utama.
Said, Nur, (2012b). “Strategi Saminisme Dalam Membendung Bencana Perlawanan Komunitas Sedulur Sikep terhadap Rencana
Pembangunan Pabrik Semen di Sukolilo Pati,” Agama, Budaya dan Bencana, Kajian Integratif, Ilmu, Agama dan
Budaya, Bandung: Mizan.
Santoso, Revianto Budi. (2000). Omah; Membaca Makna Rumah Jawa, Yogyakarta: Bentang Budaya, 2000.
Tjahyono, M.Arc., (2000). “Kata Pengantar”, dalam Revianto Budi Santoso, Omah; Membaca Makna Rumah Jawa,
Yogyakarta: Bentang Budaya
Triyanto. (2001). Makna Ruang & Penataannya dalam Arsitektur Rumah Kudus.Semarang: Kelompok Studi Mekar.

348 | Ensiklopedi Islam Nusantara


P
Palastren, Pawestren
Patitis
Peci
Pegon
Pengajian
Perang Ketupat
Pesantren
Petilasan
Pribumisasi Islam
Primbon
Pupuh
Palastren, Pawestren

S
alah satu ruang yang paling diakrabi oleh waktu shalat z}uhur. Lalu menyebut “paistrian”
umat Islam dalam menjalankan ritual menjadi Palastren atau Pawestren sebagai
ibadah adalah masjid. Tidak banyak yang wujud pengetrapan dengan dialek penutur
menyadari terutama dari kalangan outsider Jawa.
bahwa di bagian ruang masjid nusantara
terutama di Jawa, ada space khusus yang
diperuntukkan bagi jamaah muslimah (kaum Genealogi dan Pisisi Palastren
perempuan yang muslim) dalam menjalankan Palastren/Pawestren merupakan bagian
berbagai aktivitas ibadah di masjid tersebut. dari bangunan utama masjid khas nusantara
Di kalangan umat Islam terutama di Jawa terutama di Jawa dan tidak dapat dipisahkan
ruang tersebut sering disebut sebagai Palastren dari bangunan utamanya itu sendiri. Pada
atau sebagian ada yang menyebut Pawestren. masjid-masjid kuna di Indonesia posisi
Dalam bahasa Sunda disebut pangwadonan, Palastren/Pawestren biasanya terletak di
sementara dalam bahasa Jawa Cirebon disebut sebelah kiri atau sebelah selatan, sejajar
paestren dan pewadonan (Pijper, 1987: 33: dengan ruang utama masjid. Namun ada
Shohib, dkk., 2012: 15). juga Palastren/Pawestren pada masjid kuno
Terjadinya perbedaan penyebutan dalam yang letaknya di sebelah kanan atau utara
ruang ibadah kaum perempuan di masjid dari ruang utama masjid seperti di Masjid Al
tersebut tak lepas dari keragaman dialek dalam Aqsa, Menara Kudus. Hal ini berbeda dengan
berbagai kelompok penutur dari berbagai suku, masjid-masjid model sekarang yang sebagian
ras dan bahasa. Apalagi nama Palastren atau memposisikan jamaah kaum perempuan
Pawestren dalam berbagai masjid di nusantara terletak di belakang jamaah laki-laki yang
seringkali tidak ditulis atau disebutkan dalam hanya dipisahkan dengan satir atau hijab.
tata ruang yang ada, meskipun eksistensinya Di samping terdapat pada masjid,
ada. Yang sering dimunculkan dalam bagan Palastren atau Pawestren juga sering terdapat
penujuk masjid adalah “tempat wudlu wanita”, pada langgar (Jawa) atau musholla, yaitu pusat
nama Pawestren atau Palastren hanya dalam kegiatan ritual shalat, pengajian keislaman
dunia ingatan kaum muslimin nusantara. yang biasanya dibimbing oleh seorang kyai
Kata “Palastren” atau “Pawestren” kampung. Langgar berbeda dengan masjid.
berasal dari kata dalam Bahasa Jawa “èstri” Kalau Langgar biasanya sebagai pusat jamaah
yang berarti istri atau perempuan yang sholat dan ngaji para santri di kampung
kemudian mendapatkan imbuhan “pa - an’ terutama di Jawa, sementara masjid memiliki
yang menunjukan tempat sehingga menjadi fungsi lebih luas, di samping pusat kegiatan
“paistrian” yang bermakna tempat untuk ritual shalat, pengajian keislaman, kegiatan
kaum perempuan. Karena pengaruh struktur sosial budaya juga sebagai pusat ibadah Jum’at
bahasa setempat terutama bahasa Jawa, kata bagi kaum laki-laki.
paistrian berubah menjadi “Palastren” atau Pada masjid-masjid kuna di nusantara,
“pawestren” (kromo), pangwadonan (ngoko) terutama di Jawa, biasanya terdapat ruang
(Felisiani, 2009: 17; Aryanti, 2006: 73). Hal Palastren/Pawestren yang meyatu dengan
ini seperti sebagian orang Jawa menyebut kata bangunan utama masjid atau sebagian diberi
“z}uhur” menjadi “lohur”, maksudnya adalah batas atau bangunan khusus yang didirikan

Edisi Budaya | 351


di samping sebelah kiri atau di arah selatan dalam konstruksi Menata Kudus.
ruang utama masjid. Palastren/Pawestren
Sementara dalam perkembangan
biasanya memiliki keempat dinding, kecuali
berikutnya ketika Islam sudah mengakar
pada beberapa pawestren yang tidak memiliki
di Jawa, ada keinginan lebih kuat untuk
dinding pintu masuk seperti pada Palastren/
menjadikan kebudayaan Jawa kembali sebagai
pawestren Masjid Agung Demak dan pada
subyek sejarah baik melalui pendekatan
Masjid Agung Cirebon.
kultural maupun struktural. Inilah yang
Pada awalnya Palastren/Pawestren kemudian dikenal dengan “Jawanisasi Islam”
dibangun tidak sekedar hanya sebagai ruang yang antara lain dilakukan oleh beberapa
tambahan, tetapi juga menjadi sebuah Kesultanan Islam di Jawa seperti di Cirebon,
ruang permanen dengan segala macam Demak, Surakarta dan juga Yogyakarta.
kelengkapannya berupa jendela, ventilasi,
Semangat utama “Jawanisasi Islam”
ornamen yang terdapat di dalamnya dan yang
adalah merevitalisasi kebudayaan Jawa dengan
terpenting adalah ada pintu penghubung
mengakomodasi nilai-nilai ajaran Islam.
(akses) antara ruang utama masjid untuk
Sebagai konsekwensinya wajah Islam menjadi
jamaah laki-laki dengan Palastren/Pawestren,
semakin kontekstual, yang tak lepas pengaruh
untuk jamaah perempuan.
dari bukan saja sosio kultur masyarakatnya,
Kemunculan Palastren/Pawestren pada tetapi juga alam pikiran, atau pandangan dunia
masjid-masjid kuno di Jawa membawa makna Jawa dan politik kebudayaan pada masanya
dan keunikan tersendiri bagi umat Muslim di (Anashom, 2014). Demikian juga keberadaan
Jawa. Keberadaanya tak lepas dari situasi dan Palastren/Pawestren merupakan wujud
kondisi perempuan Jawa pada abad ke 15-20 akomodasi budaya antara proses “Islamisasi
M dalam pengaruh struktur sosial, budaya dan Islam” pada satu sisi dan “Jawanisasi Islam”
politik di suatu masa kerajaan atau kesultanan pada sisi lain sehingga menjadikan masjid
Islam. nusantara menjadi khas.
Pada masa periode kewalian abad ke 15– Sebagai sebuah perbandingan, beberapa
16, Walisongo memperkenalkan Islam dalam Palastren/Pawestren dalam berbagai Masjid
upaya “Islamisasi Jawa” dengan pendekatan Agung pada Kerajaan Islam di Jawa dapat
budaya Jawa yang kental sehingga populer diperhatikan dalam kisaran sejarah sebagai
prinsip dakwah yang ramah, Arab digarap, berikut (Felisiani, 2009: 5):
Jawa digawa (Said, 2005). Nilai-nilai Islam Tahun Tahun Pendirian
yang munculnya di Arab penting untuk digarap No Nama Masjid Pendirian Palastren/
atau diolah, namun perlu dibungkus dengan Masjid Pawestren
1 Masjid Agung Demak 1466 M Tidak diketahui
budaya Jawa agar tidak terjadi kekagetan
2 Masjid Agung Cirebon 1498 M 1934 M
budaya (culture shock). Maka muncul istilah 3 Masjid Al Aqso 1549 M Tidak diketahui
“syahadatain” menjadi “sekaten” sementara Menara Kudus
dari sisi arsitektur bangunan memberi 4 Masjid Agung Banten 1552-1570 M 1556 M
toleransi akulturasi lintas budaya seperti 5 Masjid Agung 1589 M Tidak diketahui
Mataram
(Kota Gede)
6 Masjid Agung 1763 M 1850 M
Mataram
(Surakarta)
7 Masjid Agung 1773 M 1839 M
Mataram
(Yogyakarta)

Dilihat dari sebaran tahun pendirian


Palastren/Pawestren pada masjid-masjid
Agung kerajaan Islam di Jawa, menunjukkan
bahwa berdirinya tidak serta merta
berbarengan dengan tahun berdirinya masjid.
Posisi Palastren di Sebelah Kiri Masjid Agung Demak
Gambar 1 (Koleksi Nur Said)
Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran

352 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Palastren/Pawestren merupakan respon atas masjid yang berlantai dua palastren/pawestren
perkembangan kebutuhan jamaah yang di biasanya berada di balkon atas bahkan tak
dalamnya memberi ruang kepada kaum jarang dilengkapi dengan perangkat elektronik
muslimah untuk menjalankan ibadah ritual di audiovisual yang canggih seperti di masjid
masjid. Hal ini selaras dengan falsafah hidup Daarut Tauhiid, Bandung.
orang Jawa yang mengedepankan nilai-nilai
Hal ini menunjukkan bahwa dinamika
harmoni dan kerukunan baik dalam relasi
perkembangan palastren/pawestren juga
dengan Sang Khalik, makhluk maupun dengan
dipengaruhi oleh perkembangan sosial, budaya,
alam sekitar, termasuk kerukunan dalam
tren arsitektur dan juga teknologi informasi.
relasi gender (Endraswara, 2016: 38). Hal ini
Namun kehadirannya menunjukkan bahwa
sekaligus sebagai wujud “Jawanisasi Islam” dari
keberadaan masjid tidak hanya dimonopoli
para pemangku Kesultanan Islam di Jawa yang
untuk kaum laki-laki tetapi kaum perempuan
mengembangkan masjid dan Palastren dengan
juga memiliki ruang untuk memakmurkan
alam pikiran atau pandangan dunia Jawa.
masjid di nusantara.
Maka dapat dipahami di sini bahwa
Palastren/Pawestren pada masjid-masjid kuno
berupa –dalam istilah arkeologi- disebut Harmoni Gender Palastren
fitur, yaitu benda budaya yang tidak dapat Salah satu falsafah orang Jawa adalah
dipindahkan karena mewujud dalam bangunan toleransi, kecenderungan sifat keterbukaan
permanen warisan budaya Islam yang masih (savior vivre), yakni sikap lapang dada
dilestarikan dan difungsikan hingga sekarang (Anderson, 2000: 1). Sikap lapang dada ini
(Simanjuntak. 2008: 3). dalam tradisi Jawa sebagai ikhtiar untuk
Dalam perkembangan berikutnya, selain membangun kedamaian atau kerukunan.
Palastren/Pawestren yang menyatu dengan Rukun adalah ketika kondisi dimana
masjid, adapula masjid wanita. Masjid keseimbangan sosial itu terjadi (Endaswara,
wanita ini didirikan sebagai satu bangunan 2016: 38).
yang utuh, menyerupai masjid tetapi lebih Hal ini berarti bahwa kerukunan
kecil dan dikelola oleh kaum perempuan hidup akan terjadi ketika masing-masing
khususnya untuk ibadah shalat dan pengajian individu tanpa memandang jenis kelamin,
keislaman lainnya. Masjid wanita ini lebih saling menghormati, sopan santun, saling
berkembangan di kalangan Muhammadiyah menghargai termasuk saling memberi
dan mulai dibangun ketika organisasi Aisyiyah ruang dalam menjalankan ibadah di masjid.
(perkumpulan wanita Muhammadiyah) lahir Kahadiran ruang spasial berupa Palastren/
di Yogyakarta dan mendirikan “Masjid Isteri” Pawestren di sejumlah masjid di Jawa adalah
di Kauman pada tahun 1922/1923 M. Selain bagian dari manisfestasi dalam membangun
di Yogyakarta “Masjid Istri” juga terdapat harmoni gender melalui tempat ibadah yang
di Pengkolan, Garut dan sebuah langgar paling sakral yakni masjid.
yang kemudian menjadi “masjid istri” di
Karangkadjen, Yogyakarta yang didirikan pada Keberadaan Palastren/Pawestren di
tahun 1927 M (Atmodjo, dkk, 1999: 8 dan masjid juga sekaligus wujud keterbukaan
Aboebakar, 1955: 396; Felisiani, 2009: 17). Islam di nusantara khususnya di Jawa bahwa
kaum muslimah juga memiliki akses untuk
Pada perkembangan terkini khususnya memanfaatkan bagian dari masjid dalam
masjid-masjid yang dibangun pada kisaran membangun pribadi bertaqwa (muttaqīn)
akhir abad ke-20 atau setelah memasuki yang menjadi pembeda kemuliaan seoarang
abad ke-21, sebagian besar posisi palastren/ manusia satu dengan yang lainnya, bukan
pawestren tetap ada. Posisinya disejajarkan karena jenis kelaminnya (Qs. al-Hujurāt: 13).
dengan ruang utama masjid, ada juga yang
diposisikan di bagian belakang ruang utama Kesadaran bahwa Allah tidak membeda-
masjid, namun hanya dipisahkan kain atau bedakan hambanya berdasarkan suku, ras,
kayu pembatas semacam gebyok. Untuk bahasa maupun gender tampaknya disadari
oleh para sesepuh Islam di nusantara sehingga

Edisi Budaya | 353


merasa penting keberadaan ruangan khusus persegi dan sama panjang serta memiliki
bagi perempuan, yakni berupa yakni Palastren/ ornamen yang relatif sama dengan yang ada di
Pawestren yang belum pernah ada sebelumnya. dalam ruang utama masjid.
Hal ini sebagai wujud apresiasi bahwa kaum
Hal ini seperti terlihat pada Palastren/
perempuan mempunyai hak dalam hal
Pawestren di Masjid Agung Demak dimana pada
ibadah dan memiliki ruangan umum (public
tiang penyangganya terdapat ukiran sulur-
sphere) untuk aktualisasi ibadah kepada Allah
suluran. Sementara pada Palastren/Pawestren
(Felisiani, 2009: 69: Aryanti, 2006: 73).
Masjid Agung Surakarta, terdapat beberapa
Sebagaimana fungsi utama utama pintu penghubung menuju ruang utama
Palastren/Pawestren baik yang terdapat di yang memilki ukiran motif sulur-suluran dan
masjid maupun di langgar, disamping untuk kaligrafi nan indah (Felisiani, 2009: 70).
menjalankan berbagai macam ibadah shalat,
Hal ini sekaligus menegaskan bahwa
tadārus (membaca dan menelaah) al Qur’an,
kaum perempuan Islam di nusantara diberi
belajar baca tulis Al Qur’an, juga untuk
keleluasaan melakukan ibadah di luar rumah
berbagai kegiatan pengajian keislaman lainnya
dalam hal ini di Palastren/Pawestren sebagai
khusus bagi kaum perempuan. Ini berarti
ruang publik yang terintegrasi dengan masjid.
kedudukan perempuan dalam lingkungan
Dalam pelaksanaannya tentu dalam bingkai
masjid di nusantara terutama pada zaman
jalinan harmoni dalam keluarga sehingga
Kesultanan Islam tidak hanya selalu berada
komunikasi dengan anggota keluarga juga
di belakang laki-laki, namun mereka memilik
tetap harus tetap terbangun dengan baik.
andil yang cukup besar dalam membangun
keshalehan ritual maupun keshalehan sosial Kalau masih ada sebagian kalangan
untuk kemaslahatan umat. yang menganggap bahwa kaum perempuan
kiprahnya hanya di ruang domestik
Dalam perspektif lain juga dapat
sebagaimana adigium yang bias gender;
dipahamai bahwa keberadaan Palastren/
sumur, kasur dan dapur, maka keberadaan
Pawestren yang sejajar dengan ruang utama
Palastren/Pawestren menjadi saksi bisu bahwa
masjid juga menyiratkan adanya keinginan
kaum perempuan sejak zaman Kesultanan
untuk memperlakukan kaum perempuan
Islam justru memiliki ruang terbuka sebagai
secara egaliter. Hal ini terlihat dari pembatas
sarana dalam berkiprah di ruang publik dalam
yang terbuat dari tembok atau kayu dan
membangun keshalehan individual maupun
keberadaanya merupakan bagian dari ruang
keshalehan sosial bersama kaum lelaki tentu
utama masjid yang dibuktikan dengan -pada
sejauh tidak bertentangan dengan etika Islam.
umumnya Palastren/Pawestren- berbentuk
[Nur Said]

Sumber Bacaan
Aboebakar, (1955). Sejarah Masjid dan Amal Ibadah di Dalamnya, Banjarmasin: Fa. Toko Buku Adil.
Anasom, HM. Drs. M.Hum, (2013). “Jawanisasi Islam dan Lahirnya Islam Sinkretik” dalam Majalah Ber-SUARA LAPMI
Cabang Semarang Edisi XXVI Desember 2013fM/1435 H
Anderson, Benedict R. O’G., (2000). Mitologi dan Toleransi Orang Jawa, Yogyakarta: Qolam.
Aryanti, Tutin. (2006). “Center vs the Periphery in Central Javanese Mosques Architecture”, dalam Dimensi Teknik
Arsitektur Vol. 34 No. 2 (Desember): 73-80.
Atmodjo, Junus Satrio, Peny., (1999)., Masjid Kuno Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaa.
Endraswara, Suwardi, Prof. Dr., (2016). Falsafah Hidup Jawa, Menggali Kebijakan dari Intisari Filsafat Jawa. Yogyakarta:
Cakrawala.
Felisiani, Thanti, (2009), “Pawestren Pada Masjid-Masjid Agung Kuno di Jawa: Pemaknaan Ruang Perempuan”, Skripsi,
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Arkeologi, Universitas Indonesia,
Mawardi, Kholid: “Langgar: Institusi Kultural Muslim Pedesaan Jawa:, dalam IBDA’, Jurna Kebudayaan Islam, Vol. 12, No.
1, Januari - Juni 2014
Said, Nur. (2005). Jejak Perjuangan Sunan Kudus dalam Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Brillian Media Utama.
Shohib, Muhammad, Drs.H., MA.,dkk., (2012). Masjid Bersejarah di Jawa. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al Qur’an.
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.
Simanjuntak, Truman Prof. Ris. Dr., APU., dkk [eds.]., (2008). Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Arkeologi Nasioanl, Badan Pengembangan Sumberdaya Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata.

354 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Patitis

P
atitis dalam bahasa Jawa-Sansekerta Pantes dadi jujugane sadhengah wong kang
berasal dari kata “titis” yang berarti; mbutuhake rembug kang prayoga”, artinya
Pertama, tujuan, seperti bunyi salah sesungguhnya orang yang suka berbicara
satu bait Serat Wedhatama yang dikarang Sri daripada mendengarkan biasanya yang
Mangkunegowo “Patitis tetesing kawruh. Meruhi dibicarakan tak ada isinya. Sebaliknya yang
marang kang momong” artinya Tujuan ajaran banyak mendengarkan, bicaranya sedikit tapi
ilmu ini untuk memahami yang mengasuh diri jelas dan berisi (ia) layak dimintai pendapat
(guru sejati/pancer). Patitis juga digunakan masyarakat yang membutuhkan masukan
masyarakat Bali dalam arti “tujuan” misalnya yang baik. Keempat, husnul khatimah seperti
“Ngerajengan, sahyang Agama, ninggilang tata kalimat Ranggawarsita dalam Serat Sabdojati
prawerining meagama, ngerajengan kasukertan “Amung kurang wolung ari kang kadalu, tamating
desa pkraman lan pawongan sekala niskala pati patitis, wus katon neng lokil makpul,
sebagai patitis (tujuan) pembuatan awig-awig Angumpul ing madya ari, Amarengi Sri Budha
(peraturan adat)”. Pon” artinya yang terlihat hanya kurang 8 hari
lagi, (Aku) meninggal dunia secara husnul
Kedua, tepat misalnya ungkapan
khatimah, jelas tertulis di Lauhil Mahfudz,
Mangkoenagoro IV dalam Serat Warayagnya
Kembali menghadap Tuhannya. Tepatnya pada
“Wong kang bakal palakrama iku kudu migatekake
hari Rabu Pon.
marang kukum serta kudu migunakake nalar
kang patitis sadurunge milih wong wadon” Berdasarkan pengertian di atas patitis
artinya orang yang mau berumah tangga harus mengandung pengertian inti atau sesuatu
memperhatikan hukum dan menggunakan yang mendalam (substansi) dari segala hal
nalar yang tepat sebelum memilih jodoh. yang diharapkan di dalam kehidupan dunia.
Begitu pula dalam karya Ranggawarsita yang Patitis juga dapat dipahami sebagai sesuatu
menyubut kata patitis berarti “tepat”; “Ana yang tidak semata-mata lahiriyah yang tampak
kang wus kadulu, suteng carik kadhinginan oleh mata, cocok dengan akal pikiran manusia,
tuwuh, ngaku putus patrape kurang patitis, akan tetapi yang paling hakiki. Misalnya ajaran
manut ngelmuning guying dul, amangeran yang mengajak manusia supaya tidak sekedar
luncung bodhol” artinya sesuatu yang sudah memiliki ilmu tapi juga ngelmu dan tujuan
terlihat, anak juru tulis yang berwatak terlalu berguru serta berilmu tidak sekedar menjadi
maju, mengaku ahli (tetapi) tingkahnya manusia yang “bener” (benar) tetapi yang
kurang tepat, mengikuti ilmunya santri yang terpenting menjadi manusia “panther” (lurus
mengaku-aku, mendewakan badut keparat. dan sejajar dengan arahan).
Ketiga, jelas, seperti bunyi salah satu Di samping itu Patitis juga bisa disama
pitutur (ajaran) Ki Padmasusastra dalam artikan dengan maqashid dalam ajaran Islam,
Serat Madubasa, “Yektine wong kang dhemen di mana segala sesuatu seharusnya tidak
ngumbar cangkeme tinimbang kupinge adate dipandang dari sudut lahiriyahnya semata
wicarane gabug. Suwalike sing akeh ngrungokake, tetapi yang terpenting adalah intisari atau
wicarane sithik nanging patitis lan mentes. tujuan utama yang terkandung didalamnya.

Edisi Budaya | 355


Sehingga dalam mempelajari Islam tidak denganlandasan taqwa. Mereka mempelajari
hanya aspek Syariah saja melainkan juga aspek ilmu karena Allah Swt. Mereka mengamalkan
hakikatnya. ilmu yang mereka pelajari untuk memperkokok
ketaqwaan mereka. Oleh kerana itu Allah Swt
Patitis dalam sinkritisme Jawa dipahami
menganugerahkan kepada mereka berupa ilmu
sebagai pusat orientasi kehidupan yang
dan pengetahuan yang tidak mereka pelajari
hendak dituju dan dicapai manusia. Jika
sebelumnya, berupa ilmu-ilmu langka dan
seseorang menginginkan hidup mulia di dunia
isyarat-isyarat yang sangat rahasia.”
maka segala perkatan dan perbuatannya harus
tepat dan persis (titis) dengan isi hatinya. Di antara pengetahuan dan isyarat
Jika ia ingin tujuan hidupnya berhasil maka yang rahasia itu ialah ia mengetahui kapan
gunakanlah ilmu yang “titis” , tidak saja datangnya ajal dan di mana ia akan meninggal.
“bener” tapi “panther” yang berorientasi Hal ini seperti yang dialami Ranggawarsita
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Untuk yang ia sebut dalam salah satu baitnya:
mencapai ilmu yang “titis” (ngelmu) manusia tamating pati patitis, wus katon neng lokil makpul
harus dapat memahami kehendak guru sejati yang berarti ia mengetahui terlebih dulu hari
(pancer). Dengan memahami pancer manusia kematiannya secara husnul khatimah sesuai
akan ditunjukkan jalan keluar dari kehidupan cacatan di lauhil mahfudz.
dunia yang fana menuju kehidupan yang kekal
Dalam persepsi pengikutnya, Pujangga
(patitis/husnul khatimah).
kenamaan Jawa itu dianggap sebagai orang
Prinsip ini sejalan dengan prinsip hidup spesial (khas) yang titis dalam segala ucapannya
kaum sufistik, sebagaimana dijelaskan karena dia sendiri merupakan tokoh yang
Al-Ghazali. Menurutnya, para ahli sufi patitis dalam perkataan dan perbuatan.
menyelesaikan persoalan hidup mereka
[Ishom Saha]

Sumber Bacaan
Kamajaya, Lima Karya Pujangga Ranggawarsita, Jakarta: Balai Pustaka, 1991
Steenbrink, Karel A., Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat: Kajian Kritis Mengenai Agama di Indonesia, Yogyakarta: IAIN
Sunan Kalijaga Press, 1988
Anasom, dkk., Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2000

356 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Peci
(KOPIAH/SONGKOK)

P
eci merupakan alat penutup kepala penutup kepala berbentuk persegi yang dibuat
bagi kaum laki-laki yang berciri khas dari bahan katun dan dikenakan dengan cara
Nusantara yang terbuat dari kain, dilipat pada bagian tengah menjadi berbentuk
bahan beludru atau bahan lain dan dibuat seegitiga. Kaffiyeh biasa dikenakan bersama
meruncing kedua ujungnya. Sebutan lainnya dengan Taqiyah atau topi kecil berwarna putih
adalah kopiah atau songkok. Sementara oleh yang dikenakan sebagai dalaman serta dengan
masyarakat di belahan Dunia lain, kopiah atau cara memasang Igal atau tali berwarna hitam
peci itu dikenal dengan nama Kufi, taqiyat, topi untuk menahan Kaffiyeh agar tidak lepas.
fez/fezzi, tarboosh, songkok, dan lain-lain. Dengan kata lain pemadanan kata Kopiah
dengan Kaffiyeh tidak menunjukkan bentuk
Meskipun ketiganya berfungsi sebagai
barang yang sama. Ada pula yang mengaitkan
penutup kepala akan tetapi asal usulnya
Kopiah dengan filosofi “Kosong di-Pyah”
berbeda. Peci yang di jaman Belanda ditulis
artinya kosong dibuang yang mengandung
“Petje” berasal dari kata “pet” (topi) dan “je”
makna kebodohan dan rasa dengki harus
yang mengesankan “sesuatu yang kecil” di
dibuang dari isi kepala manusia.
mana biasa dikenakan oleh bangsa Melayu.
Ada pula penjelasan yang mengidentikkan Sementara Songkok dalam bahasa Inggris
Peci dengan topi fez atau fezzi yang berasal dikenal istilah skull cap atau batok kepala
dari Yunani Kuno dan diadopsi oleh Kerajaan topi, sebutan oleh Inggris bagi penggunanya
Turki Utsmani. di Timur Tengah. Di wilayah Indonesia atau
Melayu yang sempat dijajah Inggris, kata
Terdapat pula keterangan bahwa Peci
tersebut mengalami metamorfosa pelafalan
merupakan rintisan dari Sunan Kalijaga yakni
menjadi skol kep menjadi song kep dan
berupa Kuluk yang memiliki bentuk lebih
akhirnya menjadi songkok. Ada pula yang
sederhana daripada Mahkota dan disematkan
menganggap Songkok dari singkatan “Kosong
pada saat pengukuhan Raden Patah/Sultan
dari Mangkok” yang artinya kepala ini seperti
Fattah diangkat menjadi Sultan Demak.
mangkok kosong yang harus diisi dengan ilmu
Bahkan ada juga yang mengaitkan Peci dengan
pengetahuan.
tutup kepala yang dipakai Laksamana Ceng
Ho. Dalam bahasa China, “Pe” artinya delapan Secara umum Peci, Kopiah, dan Songkok
dan “Chi” artinya energi, sehingga Pechi menjadi identitas orang Islam yang pada
merupakan alat untuk menutup bagian tubuh mulanya dikenalkan oleh para pedagang-
yang bisa memancarkan energinya ke delapan pedagang Arab dan India. Sebab, masyarakat
penjuru arah angin. pribumi dahulunya lebih mengenal ikat
kepala, semacam blangkon. Akan tetapi,
Sedangkan Kopiah diadopsi dari bahasa
seperti biasanya, proses transformasi budaya
Arab, Kaffiyeh atau Kufiya. Namun wujud
luar kedalam budaya Nusantara selalu
asli Kaffiyeh berbeda dengan kopiah. Di
menghasilkan adapsi dan asimilasi yang unik;
Timur Tengah, Kaffiyeh yang memiliki nama
sehingga terciptalah Peci, Kopiah, dan Songkok
lain Ghutra atau shemagh merupakan kain
khas Nusantara.

Edisi Budaya | 357


memakai Peci, Kopiah, dan Songkok berikut
serban/surban. Mereka umumnya lebih suka
memakai peci atau pengikat kepala sejenis
blangkon.
Di samping sebagai identitas, pemakaian
Peci, Kopiah, dan Songkok oleh para haji dan
santri juga menjadi perlambang kerendahan
hati mereka. Sebab membuka kepala sama
artinya seseorang bermaksud menunjukkan
kegagahannya, sedangkan menutup kepala
sama dengan menjaga marwahnya. Seseorang
yang menutupi kepalanya dengan Peci, Kopiah,
dan Songkok berarti ia dapat memelihara
Kopiah/songkok biasa dikenakan para santri di pesantren. muru’ah-nya.
Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017.

Sekalipun demikian, dalam


perkembangannya, Peci, Kopiah, dan
Sebagai identitas Muslim Nusantara, Peci, Songkok khas Nusantara juga dijadikan
Kopiah, dan Songkok dikenakan khususnya sebagai simbol nasionalisme pada saat
para haji dan santri. Sementara kiai, ajengan, berhadapan dengan bangsa Eropa. Kiai
atau abuya dibedakan dengan penambahan Sholeh Darat memasukkan misi perlawanan
atrubut berupa serban/surban yang dipakai kepada penjajah Hindia Belanda dalam Kitab
pada saat-saat tertentu, misalnya sewaktu Majum’at al-Syari’at al-Kifayat li ‘awam (1309
shalat, pengajian, dan lainnya. Kebiasaan ini, H/1892 M), dengan menganjurkan bangsa
menurut Snouck Hurgronje, dijadikan bukti pribumi Islam mengenakan peci dan atribut
bahwa para haji di Indonesia tidak terpengaruh lain yang bisa membedakannya dengan kaum
dengan cara berpakaian orang Arab karena penjajah. Ia mengingatkan: “Barangsiapa
mereka sudah memiliki tradisi tersendiri. ikut-ikutan dengan sesuatu maka ia termasuk
Orang-orang Indonesia sekembalinya pergi golongannya” (man syabbaha sya’an syubbiha
haji justru dianggap aneh jika kesehariannya ‘alaih). Sebab pada waktu itu banyak orang-

Para tamu mengenakan Kopiah/Songkok saat sowan ke Gusmus


(KH. Mustofa Bisiri), Rembang.
Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017.

358 | Ensiklopedi Islam Nusantara


orang pribumi yang meniru gaya berbusana bermunculan tokoh-tokoh pejuang yang selalu
orang-orang Eropa, seperti memakai pentolan, menggunakan Peci, Kopiah, dan Songkok
jas, dasi, dan topi. Padahal sebagimana sebagai ikon nasionalisme, yang diantaranya
disabdakan Rasulullah Saw: Laysa minna man adalah Soekarno.
tasyabbah bi ghair minna (Tidak termasuk
Pada pertemuan Jong Java di Surabaya
ummatku orang yang meniru golongan selain
pada Juni 1921, Soekarno untuk pertamakali
aku).
mengenalkan diri sebagai pemuda berpeci,
Pandangan serupa juga dikemukakan sekalipun mulanya ia khawatir ditertawakan
Sayyid Utsman al-Batawi --seorang mufti sahabat-sahabatnya. Ia berkata di hadapan
Betawi- dalam Kitab al-Qawanin al-Syar’iyyah teman-teman seperjuangannya: “Kita
li Ahl al-Majalis al-Hukmiyyat wa al-Ifta’iyyat memerlukan lambang daripada kepribadian
(1883 M). Ia mengkritik pegawai-pegawai Indonesia. Peci dipakai oleh pekerja-pekerja
bangsa pribumi di kantor-kantor pemerintah bangsa Melayu, dan itu asli kepunyaan rakyat
Belanda yang mengenakan pakaian serupa kita.”
yang dikenakan orang-orang Belanda. Orang-
Sampai sekarang, penggunaan Peci,
orang pribumi di kantor pemerintah saat
Kopiah, dan Songkok tidak dibatasi untuk
itu melepas peci sebagai penutup kepala
orang Islam dan tidak sekedar dipakai untuk
dengan diganti topi dan mengenakan baju
acara peribadatan saja. Peci, Kopiah, dan
berdasi agar dianggap sebagai bagian pegawai
Songkok juga dipakai dalam acara resmi
pemerintahan.
seperti pertemuan-pertemuan kenegaraan
Pengaruh fatwa ulama Indonesia ini oleh kalangan dan tokoh yang agamanya non-
berpengaruh besar terhadap pemakaian Peci, Muslim sekalipun. Hal ini dikarenakan Peci,
Kopiah, dan Songkok, serta blangkon. Sebab Kopiah, dan Songkok sudah menjadi identitas
yang merasa menjadi orang pribumi akan nasional.
menggunakannya, sekalipun mereka bukan
[Ishom Saha]
santri ataupun sudah pergi haji. Dari situlah

Sumber Bacaan
Adams, Cindy, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Jakarta: Yayasan Bung Karno, 1987
Hurgronje, C. Snouck, “Politik Haji?” dalam Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje VIII, Jakarta: INIS, 1993
Rozan Yunos, “The Orign of the Songkok or Kopiah, dalam The Brunei Times, 23/09/2007
Utsman, Sayyid, Al-Qawanin al-Syar’yyah li Ahl al-Majalis al-Hukmiyyah wa al-Iftaiyyah, Batavia, 1891.

Edisi Budaya | 359


Pegon

Istilah Kata Aksara Nusantara seringkali dikaitkan dengan

D
aksara hasil inkulturisasi kebudayaan India
alam Kamus Besar Bahasa Indonesia
sebelum berkembangnya Agama Islam di
(KBBI), pegon artinya aksara Arab
Nusantara dan sebelum kolonialisasi bangsa-
yang digunakan untuk menulis
bangsa Eropa di Nusantara. Berbagai macam
bahasa Jawad dan Sunda atau tulisan yang
media tulis dan alat tulis digunakan untuk
tidak dibubuhi tanda-tanda baca (diakritik).
menuliskan Aksara Nusantara. Media tulis
Kromopawiro sebagaimana dikutip Ibnu
untuk prasasti antara lain meliputi batu, kayu,
Fihri mendefinisikan kata pegon berasal dari
tanduk hewan, lempengan emas, lempengan
bahasa Jawa, pego, yang memiliki arti “ora
perak, tempengan tembaga, dan lempengan
lumrah anggone ngucapake” (tidak lazim dalam
perunggu; tulisan dibuat dengan alat tulis
mengucapkan). Hal ini dapat kita telusuri
berupa pahat. Media tulis untuk naskah antara
dari banyaknya kata-kata Jawa yang ditulis
lain meliputi daun lontar, daun nipah, janur
dalam huruf atau tulisan Arab yang aneh bila
kelapa, bilah bambu, kulit kayu, kertas lokal,
diucapkan. Bahkan orang Arab sendiri tidak
kertas impor, dan kain; tulisan dibuat dengan
akan mudah membaca Arab Pegon ini. (Ibnu
alat tulis berupa pisau atau pena dan tinta.
Fihri, 2014)
Secara periodik, perkembangan aksara
Menurut Titik Pudjiastuti, Pegon
Nusantara dapat ditelusuri berdasarkan
adalah jenis aksara Arab yang dimodifikasi
periodisasi sejarah kerajaan-kerajaan di
sedemikian rupa dengan cara menambah
Nusantara. Di masa Hindu-Budha, aksara
tanda diakritik tertentu untuk menulis teks-
Nusantara terdiri dari aksara Pallawa, Nagari,
teks berbahasa Jawa. (Pudjiastuti, 2006: 44)
Kawi, Malesung, Buda, Sunda Kuna, dan
Sementara menurut Purwadi dalam kamus
AKsara Proto-Sumatera. Begitu pula dengan
Jawa-Indonesia (2003), pegon berarti tidak
periode kerajaan-kerajaan Islam, aksara-
biasa mengucapkan. Kata lain dari “pegon”
aksara di Nusantara mengalami perkembangan
yaitu gundhil berarti gundhul atau polos.
dengan munculnya aksara pegon.
Sedangkan “huruf Arab pegon” digunakan untuk
menuliskan terjemahan maupun makna yang Pada titik ini, sejarah kemunculan
tersurat di dalam kitab kuning (Lihat dalam istilah Arab Pegon tidak bisa dilepaskan dari
entri Kitab Kuning) dengan menggunakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam
bahasa tertentu. di Nusantara. Beberapa orang mengatakan
bahwa arab pegon telah muncul sekitar tahun
1400 M dan digagas oleh Raden Rahmat atau
Latar Belakang Munculnya Aksara Pegon Sunan Ampel. Sebagian lain menisbatkan
Aksara Nusantara merupakan beragam Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati
aksara atau tulisan yang digunakan di sebagai penggagas awal arab pegon. (Ibnu
Nusantara untuk secara khusus menuliskan Fihri, 2014: 40)
bahasa daerah tertentu. Walaupun Abjad Arab Terlepas dari perdebatan siapa yang
dan Alfabet Latin juga seringkali digunakan pertama kali menciptakan aksara pegon, hal
untuk menuliskan bahasa daerah, istilah yang tentu tidak bisa dimungkiri adalah bahwa

360 | Ensiklopedi Islam Nusantara


kemunculan serta perkembangan aksara pegon
memiliki hubungan yang erat dengan proses
dakwah atau syiar Islam. Hal ini bisa dibuktikan
dengan munculnya karya-karya ulama
Nusantara dalam aksara pegon sebagai bentuk
upaya dari penyebaran ajaran agama Islam.
Pada abad ke-14 bangsa Aceh dan Melayu
mengambil alih cara menulis bangsa Arab
bersama dengan proses Islamisasi terjadi, pada
masa tersebut bangsa ini menggunakan abjad
yang sama seperti yang dipakai oleh bangsa
Arab dan para muslimin di beberapa tempat
lainnya seperti tulisan Parsi di Iran dan Iraq
(Semenanjung Arab) dan Urdu di India. Dapat
dimaklumi bahwa aksara Arab Jawi memainkan
peranan penting dalam perjalanan tradisi
tulis-menulis di Nusantara selama berabad- penyakit, dan pembuatan wifiq atau
abad, hal tersebut dapat dilihat bahwa aksara azimat (Noriah Ahmed, 2011). Di sejumlah
Arab Jawi sudah ada di bumi Nusantara pada pesantren-pesantren tradisional, proses
abad ke-16. (Hermansyah, 2010) pembelajaran kitab kuning yang juga sekaligus
bagian dari proses pembelajaran bahasa Arab
Namun, jika ukurannya adalah bukti menggunakan bahasa dan aksara pegon dalam
naskah dari karya-karya ulama Nusantara penyampaiannya. Mula-mula kitab kuning
yang ditulis dalam aksara pegon, maka dibacakan dan diterjemahkan ke dalam bahasa
(berdasarkan wawancara Uka Tjandrasasmita) lokal (Jawa, Sunda, Madura, dan Melayu) oleh
karya Sunan Bonang atau Syekh al-Barri seorang Kiai, lalu para santri yang mengikuti
yang berjudul Wukuf Sunan Bonang adalah pengajian ini memberikan makna dalam
yang tertua. Karya yang ditulis pada abad 16 kitab yang sedang dipelajarinya ini dengan
ini menggunakan bahasa Jawa pertengahan menggunakan aksara pegon.
bercampur dengan bahasa Arab. Manuskrip ini
merupakan terjemahan sekaligus interpretasi Aksara pegon bukan hanya terbatas
dari Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam al- pada bentuk pemaknaan atau penerjemahan
Ghazzali. Manuskrip ini ditemukan di Tuban, kitab kuning berbahasa Arab, melainkan juga
Jawa Timur. Dalam karyanya, Sunan Bonang digunakan sebagai aksara penulisan kitab-kitab
menulis, “Naskah ini dulu digunakan oleh para ulama Nusantara. Artinya, aksara pegon dalam
Waliyullah dan para ulama, kemudian saya sejarah dan tradisi pesantren di nusantara
terjemahkan dan untuk para mitran (kawan- bukan sesuatu yang bersifat sekunder atau
kawan) seperjuangan dalam menyebarkan bahkan pelengkap atas pengajaran keislaman
Islam di tanah Jawa.” Karya ini merupakan di Nusantara. Melainkan sebagai sesuatu yang
contoh bahwa pada abad 16, sebagai masa bersifat primer. Karya-karya ulama nusantara
pertumbuhan kerajaan Islam di Nusantara, yang menggunakan aksara pegon baik dalam
dalam waktu yang sama juga berkembang bentuk bahasa Jawa, Melayu, Sunda, dan
karya para ulama yang berperan besar dalam daerah-daerah lainnya sangat banyak.
penyebaran Islam di Nusantara. Menurut Saiful Umam (2015), Pegon
Huruf atau aksara pegon bukan hanya sebagai media untuk menulis juga sudah
digunakan sebagai salah satu sarana digunakan paling tidak pada abad ke-17. Hal
pengajaran dan transmisi keilmuan, melainkan ini dibuktikan dengan adanya manuskrip
juga digunakan wadah kelestarian hidup, Mukhtashar Bafadhal yang diyakini ditulis pada
mencari jodoh bagi pasangan yang hendak abad tersebut dan sekarang tersimpan di The
membangun rumah tangga, mengobati British Library. Dalam manuskrip tersebut,

Edisi Budaya | 361


terdapat terjemahan antarbaris dan beberapa ahli-ahli di bidang lain yang menerapkannya
catatan di bagian tepi yang ditulis dalam Pegon. bagi kajian sejarah, hukum, keagamaan dan
Memang dalam bentuk kitab utuh karya lokal kebudayaan (Uka Tjandrasasmita, 2006: 1)
sebagaimana contoh kitab Jawi di atas, kitab
Naskah tersebut ditulis oleh ulama-ulama
Pegon baru dijumpai pada abad ke-19, di mana
Nusantara dengan berbagai disiplin ilmu
Kiyai Ahmad Rifai Kalisalak (w. 1870) adalah
keislaman seperti tafsir, hadis, fikih, sejarah
orang yang sampai saat ini diketahui sebagai
nabi dan rasul, tasawuf dan lain sebagainya.
penulis pertama kitab Pegon.
Bahkan, pada zaman penjajahan Belanda,
sebelum tulisan latin diajarkan di sekolah-
sekolah, seringkali aksara Arab dipergunakan
Rumus Menulis dan Membaca Aksara
dalam surat menyurat, bahkan dikampung-
Pegon
kampung pada umumnya sampai zaman
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa aksara permulaan kemerdekaan, banyak sekali orang
pegon adalah aksara Arab yang telah dimodifikasi yang masih buta aksara latin tetapi tidak
dengan sedemikian rupa dengan penambahan- buta aksara Arab, karena mereka sekurang-
penambahan titik diakritik pada huruf-huruf kurangnya dapat membaca aksara Arab, baik
tertentu, maka aksara pegon pun memiliki ciri untuk membaca Al-Qur’an maupun menulis
dan cara baca tersendiri yang memiliki beberapa surat dalam bahasa daerah dengan aksara
perbedaan dengan cara menulis dan membaca Arab. (Juwairiyah Dahlan, 1992: 29)
huruf atau aksara Arab murni.
Usaha menyelamatkan naskah-naskah
Dalam Penulisannya, Pegon yang berupa Nusantara baik dalam aksara Arab, Jawa, Pegon,
huruf vokal diwakili dengan huruf-huruf maupun aksara lainnya terus dilakukan oleh
yang dalam tulisan Arab berfungsi untuk pemerintah, para ahli filologi, serta masyarakat
memanjangkan bacaan huruf, yakni alif pegiat naskah. Seperti diamanatkan dalam UUD
(‫)ﺍ‬, wawu (‫ )ﻭ‬dan ya (‫)ﻱ‬. Sedangkan huruf 1945, bahwa masyarakat bangsa dan Negara
konsonan ditulisan Arab Pegon diwakili oleh Republik Indonesia diwajibkan memelihara,
huruf-huruf hijaiyah yang mirip bunyinya, membina, dan mengembangkan kebudayaan
seperti «n» dengan huruf nun, “m” dengan yang berkesinambungan dan berkepribadian,
mim dan lain-lain. terutama mencegah unsur-unsur budaya yang
Misalnya kata makan dituliskan dengan negatif, baik dari dalam maupun luar. Untuk
huruf mim, alif, kaf, alif dan nun menjadi ‫ﻣﺎﻛﺎﻥ‬ menggali nilai-nilai kebudayaan bangsa yang
dan kata belajar dengan hurub ba, lam, alif, jim, berkepribadian itu naskah perul dipelajari dan
alif, dan ra’ ‫ ﺑﻼﺟﺎﺭ‬. Selain huruf yang sudah ada dikomunikasikan, baik melalui bahasa daerah
padanannya, untuk huruf yang tidak ada dalam
abjad hijaiyyah seperti bunyi sengau “ng” atau
dan huruf “c”, dipakai huruf tertentu dengan
menambahkan titik tiga: Ng dengan ghoin (‫)ﻍ‬
titik tiga dan c dengan jim (‫ )ﺝ‬titik tiga.

Naskah Pegon Nusantara


Naskah-naskah yang ditulis dengan
menggunakan huruf pegon tak terhitung
jumlahnya. Namun dari naskah atau
manuskrip bangsa kita yang jumlahnya banyak
dan isinya berlimpah informasi sesuai dengan
zamannya itu baru sebagian kecil, bahkan (Naskah Tarjuman al-Mustafid, karya tafsir terlengkap
mungkin masih jauh di bawah 10 persen, yang pertama dengan huruf pegon melayu yang ditulis oleh
Syekh Abdurrauf al-Singkeli)
dikaji oleh ahlinya di bidang filologi maupun

362 | Ensiklopedi Islam Nusantara


atau nasipnal sehingga mudah diakses, dibaca, menilai bahwa Nazam Tarekat yang ditulis
dan dimanfaatkan oleh masyarakat Dunia secara oleh Kiai Ahmad Rifai meskipun sifatnya
umu dan lebih khusus masyarakat Indonesia . hanya sebagai puisi didaktis yang sarat
dengan pengetahuan keislaman dari berbagai
aspeknya; akidah, syariat, dan tasawuf, hal
Aksara Pegon dan Perlawanan Terhadap yang menarik, nazam Tarekat juga sarat
Kolonial dengan berbagai kritik tajam kepada penguasa
Secara umum, sikap umat Islam dan kekuasaan masa kolonial.
di Nusantara terhadap kolonialisme Dengan demikian, nazam Tarekat
terbagi menjadi dua kubu: kooperatif dan yang ditulis oleh Kiai Ahmad Rifai bukan
konfrontatif. Perang Sabil di Aceh, Perang hanya sekadar puisi didaktis yang hendak
Menteng di Palembang, Perang Diponegoro menyampaikan pengetahuan kepada
di Jawa dan perlawanan-perlawanan serupa pembacanya, sebagaimana umumnya nazam-
terhadap kolonial yang terjadi di sejumlah nazam lain. Ia juga membawa fungsi sosial
daerah merupakan contoh dari sikap kaum tertentu berkaitan dengan situasi zaman
muslim yang mengambil bentuk konfrontatif penulisnya. Fungsi sosial yang dimaksud di sini
(perlawanan fisik) terhadap kaum penjajah. akan nampak jelas terlihat pada pembahasan
Selain sikap konfrontatif, sikap sebagian seputar tarekat. Dimana dijelaskan oleh Kiai
umat Islam di Nusantara mengambil bentuk Ahmad Rifai bahwa Tarekat bukan semata-mata
akomodatif-kooperatif terhadap penjajah. mengenai persoalan metode dan ritual tertentu
Sikap ini sebagaimana tergambar pada untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, tetapi
sejumlah tokoh yang mau bekerjasama dengan juga merngenai sikap terhadap persoalan sosial
pemerintah kolonial. Konon, sikap akomodatif dan politik di zamannya. Menurut Kiai Ahmad
ini tidak bisa dilepaskan dari strategi Rifai, tarekat yang benar adalah, antara lain,
pemerintah kolonial dalam melanggengkan menjaga jarak dengan penguasa yang fasik.
kekuasaanya atas nusantara. Model perlawanan yang dilakukan oleh
Di sisi lain, terdapat sejumlah tokoh Kiai Ahmad Rifai terhadap pemerintah
yang mengambil sikap perlawanan terhadap kolonial Belanda ini dianggap meresahkan
cengkraman kolonialisme yang melanda mereka. Dalam catatan sejarah, setidaknya
Nusantara dalam bentuk yang lain; menulis telah tiga kali Residen Pekalongan melaporkan
karya-karya anti kolonial (perlawanan non kegiatan yang dilakukan oleh Kiai Ahmad Rifai
fisik). Salah satunya adalah Kiai Ahmad Rifai kepada Gubernur Jenderal Belanda Hindia
Kalisalak (1786-1870 M)). Ia menulis sejumlah Belanda, yang berisikan permintaan agar Kiai
karya yang isinya sarat muatan perlawanan Ahmad Rifai diasingkan dari Kalisalak.
terhadap kaum penjajah. Dan salah satu Selain dalam kitab Nazam Tarekat, KH.
karyanya adalah Nazam Tarekat. Sebuah karya Ahmad Rifai Kalisalak juga menulis karya-
nazam berbahasa Jawa yang berisi ajaran karya lain yang berisi tentang doktrin protes
Tarekat dan terdiri atas 4864 bait puisi. terhadap pemerintah kolonial beserta aparat
Teks nazam Tarekat Kiai Ahmad Rifai ditulis feodal dan tradisionalnya dalam kitab-
dalam bahasa Jawa dengan menggunakan kitabnya yang berjudul Tarikh, Nadzam
aksara pegon. Melalui nazam Tarekat ini, Kiai Wikayah, Syarihul Iman, Bayan, Tafrikah,
Ahmad Rifai mencurahkan pemikiran dan Abyanul Hawaij, Tasyrihatul Muhtaj dan Riyatul
sikapnya terhadap kondisi sosial pada masanya. Himmah. (Ibnu Fihri, 15)
Kitab ini terdiri dari 24 tanbih (semacam judul,
arti tekstualnya peringatan). Standar Latinisasi Menggerogoti Aksara
Adib Misbahul Islam dalam bukunya, Puisi Pegon
Perlawanan dari Pesantren ; Nazam Tarekat Peradaban Nusantara lebih khusus Jawa
Karya KH. Ahmad Rifai Kalisalak (2016: 15), yang sudah mengenal lebih dulu keberaksaraan

Edisi Budaya | 363


juga menduduki posisi penting dalam yang lebih jelas dan lebih jauh. Seabad yang
pengembangan tradisi keilmuan, khususnya lalu, menjelang tahun 1880 aksara Arab
di lingkungan pesantren. Aksara pegon, yang masih digunakan luas untuk menuliskan
digunakan di Pesantren Jawa sebagai aksara Bahasa Melayu dan beberapa bahasa setempat
akademik memang sebenarnya menjadi (seperti Bahasa Aceh atau Minangkabau). Kini
karakteristik aksara Pesisiran. Sebab, di daerah keadaan teah berubah sama sekali. Hampir
pesisiran pulau Jawa inilah muncul pusat- semua yang dicetak di Jawa, ditulis dengan
pusat keislaman seperti pondok pesantren aksara latin. Beberapa teks langka, terutama
yang berfungsi sebagai tempat pendidikan yang bersifat keagamaan, yang beraksara Arab
agama Islam. Di tempat itulah lahir peradaban masih diajarkan di Pesantren, untuk keperluan
baru di Jawa; 1. aksara pesantren Jawa, yang membaca al-Quran, namun pengajaran aksara
disebut pegon, 2. bahasa Jawa-Islam, yang Sunda dan Jawa dapat dikatakan berhenti.
disebut sebagai bahasa Jawa-Kitabi, 3. teks-
Secara garis besar mutasi itu terjadi
teks keagamaan Islam atau kesusastraan
selama paro pertama abad ke-20 dan mulai
Islam, yang oleh Poerbatjaraka disebut sebagai
dari Jawa, di mana penggunaan bahasa
sastra Pesantren. (Moch.Ali, 2007)
Arab tak pernah seluas di Sumatra atau di
Pada akhir abad ke-20-an, aksara pegon Semenanjung. Setelah perdebatan panjang di
mengalami kemunduran. Tepatnya sejak antara ahli bahasa, terutama A.A. Fokker dan
tahun 1920-an, pemerintah kolonial Belanda C. Spat, sistem trasnkripsi yang diusulkan
secara pelan mulai menggantikannya dengan oleh Van Ophuysen diterima dan dinyatakan
aksara latin. Di tengah gempuran sekolah- sebagai ejaan resmi pada tahun 1901. (Denys
sekolah dan lembaga pendidikan modern, Lombar, 166)
aksara pegon hingga kini masih diajarkan di
Kebijakan latinisasi ini pada gilirannya
pesantren-pesantren di Indonesia. Hal ini
menggerus tradisi penggunaan aksara Pegon
cukup untuk membuktikan bahwa aksara
(di Jawa) atau aksara Jawi (Melayu). Dan
pegon masih menjadi salah satu aksara yang
sekarang, salah satu lembaga –bahkan bisa
digunakan oleh masyarakat Indonesia.
dikatakan satu-satunya lembaga- yang masih
Denys Lombard dalam bukunya Nusa setia menggunakan dan mempertahankan
Jawa: Silang Budaya (2005: 164-165) aksara pegon sebagai bagian dari proses
mengatakan bahwa latinisasi tulisan yang pembelajaran adalah pesantren.
digunakan secara merata membawa akibat
[M Idris Mas’udi]

Sumber Bacaan
A.Khoirul Anam, Ensiklopedia NU, Jakarta: Matabangsa, 2012, cet. II
Adib Misbachul Islam, Puisi Perlawanan Dari Pesantren; Nazam Tarekat Karya K.H. Ahmad ar-Rifai Kalisalak, Tangerang
Selatan: TransPustaka, 2016, cet. I
Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya, Batas-Batas Pembaratan, Jakarta: Gramedia, 2005, Cet. III
Ibnu Fihri, Aksara Pegon Studi Tentang Simbol Perlawanan Islam di Jawa Pada Abad XVIII-XIX, Semarang: IAIN Walisongo,
2014, hal. 40
Islah Gusmian, Bahasa dan Aksara Tafsir Al-Qur’an di Indonesia dari Tradisi, Hierarki hingga Kepentingan Pembaca, Jurnal
Tsaqafah, vol.6, no.1, April 2010
Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab, Surabaya, Penerbit Al-ikhlas, 1992,h. 29
Memed Sastrahadiprawira, Basa sareng Kasoesastran Soenda, Poestaka-Soenda (7 dan 8), hlm. 97-101.
Moch.Ali, Bahasa Jawa-Kitabi Dialek Madura Dalam Naskah Careta Qiyamat, Litera, Vol 6, Nomor 1, Januari 2007
Noriah Mohamed, Aksara Jawi; Makna dan Fungsi, Sari 19 (2011) hlm. 121
Uka Tjadrasasmita, Kajian Naskah-Naskah Klasik dan Penerapannya bagi Kajian Islam di Indonesia, Jakarta: Puslitbang
Lektur Balai Litbang dan Diklat Depag RI, 2006, cet.I
Saiful Umam, Jawi dan Pegon, http://www.uinjkt.ac.id/id/jawi-dan-pegon/
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/09/06/24/58687-abjad-arab-dalam-penulisan-bahasa-
melayu
https://sites.google.com/site/kurrotadzikra/home/jenis-jenis-naskah
http://www.hermankhan.com/2010/11/punahnya-tradisi-penulisan-arab-jawi.html
http://www.tokobukupesantren.com/2013/10/pegon-rahasia-sukses-belajar-tulisan.html

364 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Pengajian

P
engajian berasal dari kata kaji yang kehidupannya.
artinya pelajaran (agama, dan lain
Sedangkan jamaah pengajian adalah
sebagainya); penyelidikan (tentang
sekelompok atau gabungan dari beberapa
sesuatu). Mendapat awalan peng- dan akhiran
orang (Muslim) yang menyelenggarakan suatu
–an menjadi pengajian yang berarti kegiatan
kegiatan pembelajaran ilmu agama Islam yang
untuk melakukan pengajaran (agama Islam),
di pimpin oleh seorang dai melalui berbagai
menanamkan norma agama melalui dakwah;
media, seperti ceramah-ceramah agama
pembacaan Al-Quran.
yang diadakan di rumah-rumah, masjid,
Pengertian secara terminologis adalah perpustakaan dan sebagainya. Adapun sumber
penyelenggaraan atau kegiatan belajar agama ajaran utamanya adalah Al-Qur’an, Hadits dan
Islam yang berlangsung dalam kehidupan berbagai kitab karya ulama dari segala disiplin
masyarakat yang dibimbing atau diberikan oleh ilmu.
seorang guru ngaji (dai) terhadap beberapa
Dalam pengajian, dilaksanakan sebuah
orang. Kegiatan tersebut diselenggarakan
sistem pengajaran atau penyampaian ilmu
dalam waktu dan tempat tertentu, dengan
berasaskan ajaran Islam. Pengajian ini
tujuan agar orang-orang yang mengikuti
lebih banyak didominasi oleh unsur-unsur
dapat mengerti, memahami, dan kemudian
keislaman, sehingga bisa dikatakan bahwa
mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam
yang menjadi tujuan dari pengajian yaitu

Edisi Budaya | 365


membentuk kepribadian seseorang yang kualitas hidupnya secara integral. Baik lahiriah
menjadi insan kamil yang berpola takwa. dan batiniah, duniawi dan ukhrawiah secara
bersamaan (simultan), sesuai tuntunan ajaran
Diadakan kegiatan keagamaan seperti
agama Islam yaitu iman dan taqwa yang
pengajian mempunyai tujuan yang berbeda-
melandasi kehidupan duniawi dalam segala
beda sesuai dengan realitas orang yang
bidang kegiatannya. Fungsi demikian sejalan
memaknai atau mengartikannya. Tuty
dengan pedomana pembangunan nasional.
Alawiyah merumuskan tujuan pengajian
dilihat dari segi fungsinya. Pertama, Sebagai Dalam Islam, tujuan hidup umat
tempat belajar, maka tujuan pengajian adalah manusia tidak sebatas untuk mencapai
menambah ilmu dan keyakinan agama Islam kebahagiaan kehidupan dunia semata,
yang akan mendorong pengalaman ajaran namun juga pencapaian kebahagiaan
agama akhirat. Islam merupakan pencerah yang
membawa keseimbangan dalam kehidupan
Kedua, ebagai kontak sosial, maka
dunia dan akhirat, yakni Habluminallah dan
pengajian mempunyai tujuan sebagai tempat
Hablumminannas. Islam memberi penghargaan
silaturahmi. Ketiga, ebagai sarana mewujudkan
bagi orang-orang yang mau belajar dan
minat sosial, maka tujuannya adalah
mengajarkan Al Qur’an seperti tertuang dalam
meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan
hadits Nabi SAW sebagai berikut:
rumah tangga serta lingkungan jamaahnya.
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang
Selain itu, juga ikut menentukan
mempelajari Al Qur’an dan mengamalkannya.”
dalam membangkitkan sikap patriotisme
(HR. Bukhori dan Muslim)
dan nasionalisme sebagai modal mencapai
kemerdekaan Indonesia. Lembaga seperti Dilihat dari segi tujuan, pengajian
pengajian ini telah ikut serta menunjang termasuk sarana dakwah Islamiyah yang secara
tercapainya tujuan pendidikan nasional. self standing dan self disciplined mengatur dan
Dilihat dari bentuk dan sifat pendidikannya, melaksanakan berbagai kegiatan berdasarkan
lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut musyawarah mufakat untuk kelancaran
ada yang berbentuk langgar, surau, dan pelaksanaan pengajian sesuai dengan tuntutan
rangkang. pesertanya. Dilihat dari aspek sejarah sebelum
kemerdekaan Indonesia sampai sekarang,
Secara strategis, pengajian menjadi
banyak terdapat lembaga pendidikan Islam
tujuan, sarana dakwah dan tabligh yang
memegang peranan sangat penting dalam
berperan sentral pada pembinaan dan
penyebaran ajaran Islam di Indonesia.
peningkatan kualitas hidup umat agama Islam
sesuai tuntunan ajaran agama. Majelis ini Pengajian merupakan bentuk lembaga
menyadarkan umat Islam untuk memahami nonformal yang fleksibel dan merupakan
dan mengamalkan agamanya yang kontekstual lembaga pendidikan yang amat besar
di lingkungan hidup sosial budaya dan alam peranannya dalam menyebarkan risalah Islam,
sekitar masing-masing, menjadikan umat serta merupakan lembaga pendidikan yang
Islam sebagai ummatan wasathan yang berorientasi pada konsep dan pandangan
meneladani kelompok umat lain. pendidikan secara Islam.
Untuk tujuan itu, maka pemimpinnya
harus berperan sebagai penunjuk jalan
Materi pengajian
ke arah pencerahan sikap hidup Islami
yang membawa kepada kesehatan mental Materi dakwah merupakan faktor yang
rohaniah dan kesadaran fungsional selaku cukup penting dalam menentukan berhasil
khalifah dibuminya sendiri. Mengokohkan atau tidaknya palaksanaan pengajian. Materi
landasan hidup manusia muslim Indonesia yang tidak pas dengan kondisi masyarakat
pada khususnya di bidang mental spiritual adakalanya kurang diminati oleh jamaah,
keagamaan Islam dalam upaya meningkatkan sehingga akan melahirkan rasa enggan untuk

366 | Ensiklopedi Islam Nusantara


mengikuti pengajian. pemberian nasehat dengan mengungkapkan
sebab akibat atau baik buruknya suatu
Materi yang dipelajari dalam pengajian
perbuatan dilakukan, baik itu melalui
mencakup pembacaan Al Quran dan Tajwidnya
penuturan kisah-kisah keadaan umat pada
serta tafsirnya, fiqih serta apa saja yang
masa lalu, melalui pemberian peringatan
dibutuhkan para jamaah misalnya masalah
atau kabar gembira (ancaman/janji), melalui
kewajiban ibu rumah tangga, undang-undang
pelukisan, gambaran surga atau neraka, melalui
perkawinan, dan lain-lain.
pengungkapan perumpamaan-perumpamaan.
Penambahan dan pengembangan materi
Ketiga, dialog yang baik. Metode ini
dapat saja terjadi di pengajian melihat semakin
dilaksanakan dengan cara berdialog atau
majunya zaman dan semakin kompleks
bertukar pikiran karena adanya kontradiksi
permasalahan yang sedang aktual dan butuh
keyakinan dengan dakwah, baik perbedaan
penanganan yang tepat di masyarakat. Wujud
pemikiran dengan dakwah atau karena arah
program yang tepat dan aktual sesuai dengan
dakwah yang berlawanan dengan akidah
kebutuhan jamaah itu sendiri merupakan
atau keyakinan mereka. Jadi metode ini
suatu langkah yang baik agar pengajian tidak
dilaksanakan dalam rangka menjernihkan
terkesan kolot dan terbelakang. Pengajian
permasalahan dengan cara pertukaran
salah satu struktur kegiatan dakwah yang
argumen sebagai pemecahan masalah tentunya
berperan penting dalam mencerdaskan umat,
dilandasi dengan dasar-dasar tertentu.
maka selain pelaksanaan secara teratur
dan periodik, juga harus mampu membawa
jamaahnya ke arah yang lebih baik dalam
Ibu rumah tangga dan pengajian
bersikap dan berperilaku di tengah kehidupan
masyarakat. Pendidikan adalah tanggung jawab
bersama antara individu dan masyarakat,
dan dilaksanakan secara sadar baik dari pihak
Metode pengajian pendidik maupun pihak terdidik. Kesadaran
itu dibutuhkan untuk mencapai kedewasaan
Dalam berdakwah dan melakukan
dan kematangan berpikir. Jalan menuju
pengajian, memerlukan cara atau metode agar
kematangan itu dapat dilalui berbagai cara,
materi yang dibawakan menarik dan tidak
antara lain melalui proses pendidikan formal,
monoton. Di tengah penyampaian materi, juga
informal dan non-formal.
perlu diselipkan humor-humor terkini untuk
menyegarkan suasana. Apalagi pengaruh pendidikan agama
yang memiliki peran yang sangat besar dalam
Metode sebagai salah satu faktor yang
pembentukan perilaku manusia. Dengan
perlu dipikirkan dan diupayakan secara cermat
pendidikan agama yang kuat, maka akan
dan teliti. Metode yang tidak jelas atau tidak
terbentuk generasi yang mampu bertahan
pas dalam penyampaiannya akan berimbas
dalam perubahan zaman yang kian dinamis.
pada para jamaah, sehingga disini perlu
Pendidikan agama inilah yang harus
dilakukan langkah-langkah kreatif terkait
ditanamkan kepada para ibu-ibu rumah
dengan penerapan metode. Metode yang dapat
tangga agar tidak terpengaruh oleh pergaulan
diterapkan dalam pengajian antara lain yaitu:
dilingkungan yang dapat menjerumuskannya.
Pertama, Hikmah. Metode ini merupakan
Islam sebagai agama yang menjadi
metode dakwah dari seorang dai sebagai
pedoman hidup bagi manusia mencakup
refleksi dari kemampuannya dalam
seluruh kehidupan manusia. Di samping
melaksanakan dakwah dengan jitu karena
sebagai pedoman hidup, Islam menurut
pengetahuanya yang tuntas lagi tepat tentang
para pemeluknya juga sebagai ajaran yang
liku-liku dakwah.
harus didakwahkan dan memberikan
Kedua, mauidzah khasanah atau nasehat pemahaman berbagai ajaran yang terkandung
yang baik. Metode ini diterapkan dengan

Edisi Budaya | 367


di dalamnya. Sarana yang dapat dilakukan kegiatan yang bernuansa Islami mendapat
dalam mentransformasikan nilai-nilai agama perhatian dan dukungan dari masyarakat,
tersebut antara lain melalui aktivitas pengajian sehingga tercipta insan-insan yang memiliki
yang berfungsi memberikan pemahaman keseimbangan antara potensi intelektual dan
tentang nilai-nilai ajaran tersebut. mental spiritual dalam upaya menghadapi
perubahan zaman yang semakin global dan
Usaha keaktifan mengikuti pengajian
maju.
dalam membina ibu-ibu rumah tangga sering
dilakukan di luar pendidikan formal yang Tak jarang dari aktivitas pengajian yang
secara otomatis telah mendukung berbagai dilakukan oleh ibu-ibu ini memunculkan
teori yang didapat dari pendidikan nonformal, berbagai program dan langkah nyata
salah satunya adalah penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat, baik di bidang
pengajian ibu-ibu yang kerap dilakukan oleh agama, pendidikan, kesehatan, wirausaha,
berbagai organisasi perempuan di Indonesia. pengembangan ekonomi, dan lain-lain. Di titik
ini, pengajian mempunyai peran vital dalam
Tujuan utamanya adalah lahirnya ibu-ibu
meningkatkan kualitas hidup masyarakat
rumah tangga yang dinamis serta menjunjung
jika dikelola dengan baik. Melalui lembaga
tinggi nilai-nilai agama. Keberadaan pengajian
pengajian ini, ibu-ibu bisa menggandeng
sebagai salah satu cara pendidikan non-
berbagai elemen untuk meningkatkan peran
formal merupakan salah satu alternatif untuk
pengajian ke arah yang lebih bermanfaat
menangkal pengaruh negatif perkembangan
secara global, baik bagi anggota pengajian dan
globalisasi. Di samping itu, pengajian sebagai
seluruh masyarakat.
tempat pendidikan agama merupakan sarana
efektif untuk membina dan mengembangkan
ajaran agama Islam dalam upaya membentuk
Sejarah dakwah dan pengajian Wali
manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Songo
Berbagai aktivitas pengajian yang telah
Menurut catatan Dinasti Tang China
dilakukan merupakan proses pendidikan
pada abad ke-6 M, jumlah warga Muslim di
yang mengarah kepada internalisasi nilai-nilai
Nusantara (Indonesia) hanya kisaran ribuan
agama sehingga para ibu-ibu rumah tangga
orang. Dengan klasifikasi yang beragama
mampu merefleksikan tatanan normatif yang
Islam hanya orang Arab, Persia dan China.
mereka pelajari dalam realitas kehidupan
Para penduduk pribumi tidak ada yang mau
sehari-hari. pengajian adalah wadah
memeluk Islam.
pembentuk jiwa dan kepribadian yang agamis
yang berfungsi sebagai stabilisator dalam Bukti sejarah kedua, Marco Polo singgah
seluruh gerak aktivitas kehidupan umat Islam ke Indonesia pada tahun 1200-an M. Dalam
Indonesia, maka sudah selayaknya kegiatan- catatannya, komposisi umat beragama di
Nusantara masih sama persis dengan catatan
Dinasti Tang; orang Indonesia tetap tidak mau
memeluk agama Islam.
Bukti sejarah ketiga, dalam catatan
Laksamana Cheng Ho pada tahun 1433 masehi,
tetap hanya orang asing yang memeluk agama
Islam. Jika dikalkulasikan dari ketiga catatan
tersebut, sudah lebih dari 8 abad agama Islam
tidak diterima orang Indonesia. Agama Islam
hanya dipeluk segelintir orang asing.
Dalam sumber lain disebutkan pula
bahwa sebenarnya Islam masuk Nusantara
sejak zaman Rasulullah. Yakni berdasarkan

368 | Ensiklopedi Islam Nusantara


literatur kuno Tiongkok, sekitar tahun 625 M dibasmi. Bahkan budaya dan tradisi lokal
telah ada sebuah perkampungan Arab Islam itu mereka jadikan “teman akrab” dan media
di pesisir Sumatera (Barus). Kemudian Marco dakwah agama, selama tidak ada larangan
Polo menyebutkan, saat persinggahannya dalam nash syariat.
di Pasai tahun 692 H/1292 M, telah banyak
Wali Songo belajar bahasa lokal,
orang Arab menyebarkan Islam. Begitu pula
memperhatikan kebudayaan dan adat, serta
Ibnu Bathuthah, pengembara Muslim yang
kesenangan dan kebutuhan masyarakat. Lalu
ketika singgah di Aceh tahun 746 H/1345
berusaha menarik simpati mereka. Karena
M menuliskan bahwa Aceh telah tersebar
masyarakat Jawa sangat menyukai kesenian,
Madzhab Syafi’i. Tapi baru abad 9 H (abad 15
maka Wali Songo menarik perhatian dengan
M) penduduk pribumi memeluk Islam secara
kesenian, diantaranya dengan menciptakan
massal. Massa itu adalah masa dakwah Wali
tembang-tembang keislaman berbahasa Jawa,
Songo.
gamelan dan pertunjukkan wayang dengan
Para sejarawan dunia angkat tangan saat lakon Islami. Setelah penduduk tertarik,
diminta menerangkan bagaimana Wali Songo mereka diajak membaca syahadat, diajari
bisa melakukan mission impossible saat itu: wudhu, shalat, dan sebagainya.
membalikkan keadaan dalam waktu kurang
Wali Songo sangat peka dalam beradaptasi
dari 50 tahun atau setengah abad, padahal
dan memberikan pengajian, caranya
sudah terbukti 800 tahun lebih bangsa
menanamkan akidah dan syariat sangat
Nusantara selalu menolak agama Islam.
memperhatikan kondisi masyarakat. Misalnya,
Berbeda dengan dakwah Islam di Asia kebiasaan berkumpul dan kenduri pada hari-
Barat, Afrika dan Eropa yang dilakukan dengan hari tertentu setelah kematian keluarga tidak
penaklukan, Wali Songo berdakwah dengan diharamkan, tapi diisi dengan pembacaan
cara damai. Yakni dengan pendekatan pada tahlil, doa, dan sedekah. Bahkan Sunan Ampel,
masyarakat pribumi dan akulturasi budaya yang dikenal sangat hati-hati, menyebut shalat
(integrasi budaya Islam dan budaya lokal). dengan “sembahyang” (asalnya: sembah dan
Dakwah Wali Songo adalah dakwah kultural. hyang) dan menamai tempat ibadah dengan
“langgar” mirip kata sanggar untuk melakukan
Banyak peninggalan Wali Songo
pengajian sebagai sarana menginternalisasi
menunjukkan, bahwa budaya dan tradisi
nilai-nilai agama Islam.
lokal mereka sepakati sebagai media dakwah.
Hal ini dijelaskan, baik semua atau sebagian, Bangunan masjid dan langgar pun dibuat
dalam banyak literatur seputar Wali Songo dan bercorak Jawa dengan genteng bertingkat-
sejarah masuknya Islam di Indonesia. tingkat, bahkan masjid Kudus dilengkapi
menara dan gapura bercorak Hindu. Selain
Misalnya dalam Târikhul-Auliyâ’ karya
itu, untuk mendidik calon-calon dai, Wali
KH Bisri Mustofa; Sejarah Kebangkitan Islam
Songo mendirikan pesantren-pesantren yang
dan Perkembangannya di Indonesia karya KH
menurut sebagian Sejarawan mirip padepokan-
Saifuddin Zuhri; Sekitar Wali Songo karya
padepokan orang Hindu dan Budha untuk
Solihin Salam; Kisah Para Wali karya Hariwijaya;
mendidik cantrik dan calon pemimpin agama.
dan Kisah Wali Songo: Para Penyebar Agama
Islam di Tanah Jawa karya Asnan Wahyudi dan Para Sejarawan dunia sepakat bahwa cara
Abu Khalid MA. pendekatan dakwah melalui kebudayaanlah
yang membuat sukses besar penyebaran Islam
Dahulu di Indonesia mayoritas
di Indonesia. Namun demikian, mungkin ada
penduduknya beragama Hindu dan Budha,
benarnya bahwa pendekatan dakwah dengan
dan terdapat berbagai kerajaan Hindu dan
kebudayaan itu hanyalah bungkus luarnya
Budha, sehingga budaya dan tradisi lokal saat
saja. Yang benar-benar berbeda dan telah
itu kental diwarnai kedua agama tersebut.
sukses dalam menyebarkan agama Islam saat
Budaya dan tradisi lokal itu oleh Walisongo
itu adalah isi dari dakwah Wali Songo.
tidak dianggap “musuh agama” yang harus

Edisi Budaya | 369


Setelah berhasil mendirikan pesantren, kanuragan mumpuni dan berhasil membuat
langgar, maupun masjid, Wali Songo lawan tak berkutik, Wali Songo tetap tidak
melakukan dakwah melalui pengajian kepada pernah menyakiti orang yang bermaksud jahat
masyarakat yang telah memeluk Islam. Ajaran tersebut sehingga mereka pun sadar dengan
agama yang ramah dan meneduhkan membuat budi pekerti luhur mereka yang pada akhirnya
masyarakat Nusantara saat itu berbondong- ingin belajar banyak dari para Wali.
bondong ingin mengikuti pengajian yang
Tak jarang mereka yang selama ini
dilakukan oleh para Sunan. Tak pelak hal ini
bermaksud tidak baik terhadap pengajian
membuat beberapa kelompok saat itu merasa
agama yang dilakukan oleh Wali Songo
tidak senang sehingga dakwah Wali Songo pun
akhirnya turut bergabung dan ingin lebih
kerap kali mendapat intimidasi serius yang tak
dalam lagi mempelajari berbagai ilmu yang
jarang mengancam jiwa para penduduk dan
dimiliki oleh mereka, terutama mendalami
para Sunan itu sendiri.
ilmu agama Islam yang bersifat luhur dan
Namun, masalah tersebut selalu bisa menerima semua kalangan itu. Jadi, dalam
diatasi oleh para Sunan dengan tetap berlaku kondisi dijahati pun, para Wali tetap berlaku
lemah lembut kepada orang yang ingin berbuat luhur sebab walau bagaimana pun, kondisi
jahat. Dalam banyak literatur disebutkan, selain tersebut bisa menjadi sarana dakwah dan
bekal ilmu agama yang komplit, Wali Songo juga mengembalikan orang pada perbuatan yang
mempunyai kemampuan ilmu kanuragan yang lebih baik.
digunakan saat diri mereka mendapati bahaya
[Fathoni Ahmad]
penyerangan fisik. Meskipun mempunyai ilmu

Sumber Bacaan
Alawiyah, Tuty. Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Ta’lim. Bandung: Mirzan, 1997.
Amin, Mansur. Dakwah Islam dan Peran Moral. Yogyakarta: Al-Amin Press, 1997.
Darajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1998.
Departemen Agama RI. Motivasi Peningkatan Peranan Wanita Menurut Islam. Jakarta, 1994.
Husain, Muh. Metodologi Dakwah Dalam Al-Qur’an. Jakarta: Penerbit Lentera, 1997.
Mustofa, Bisri. Târikhul-Auliyâ’. Perpustakaan UIN Walisongo Semarang.
Poerwadarminto, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2006.
Sunyoto, Agus. Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo sebagai Fakta Sejarah. Jakarta: IIman. 2012.
Suyuthi, Jalaluddinas. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.
Wahyudi, Asnan dan Abu Khalid. Kisah Wali Songo: Para Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa.
Zein, Muhammad. Metodologi Pendidikan Agama Islam pada Lembaga Non-Formal. Yogyakarta: Sumbangsih, 1997.
Zuhairi, dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1997.
Zuhri, Saifuddin. Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia. Bandung: Al-Ma’arif, 1979.

370 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Perang Ketupat

P
erang Ketupat atau Perang Topat prosesi. Sebelum masuk pada inti acara, yakni
adalah tradisi perang periodik antara perang ketupat, pada malam hari sebelum
dua kelompok masyarakat dengan esoknya dilaksanakan perang ketupat, warga
menggunakan senjata ketupat. Jika perang sudah mengadakan penimbongan. Penimbongan
lazimnya menggunakan senjata mematikan adalah tarian-tarian yang dilaksanakan
dan didasari kemarahan, ambisi saling pada malam hari di tepi Pantai Pasir Kuning,
membinasakan, perang ketupat justru didasari Tempilang.
kecintaan pada sesama, berlangsung dengan
Tarian yang dipertontonkan bermacam-
suka cita, bagian upaya memelihat harmoni,
macam. Mulai dari tari seramo, tari serimbang,
dan ungkaoan syukur serta pengharapan
sampai tari kedidi, yakni tarian yang mirip
berkah pada Yang Maha Kuasa.
burung kedidi. Prosesi penimbongan awalanya
Di Indonesia, tradisi perang ketupat, dipimpin oleh seorang Keman atau tokoh
antara lain, ditemukan di Desa Tempilang, adat. Tokoh tersebut memulai prosesi dengan
Pulau Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Ada membaca mantra dan membakar dupa. Bila
lagi di Badung, Bali. Satu lagi di Lombok, Nusa abu dupa sudah melambung, hujan turun
Tenggara Barat (NTB). Tradisi perang ketupat seketika.
di Bali terkait agama Hindu.
Tujuan penimbongan adalah untuk
Di Bangka, perang ketupat berkaitan memberikan makanan kepada makhluk
dengan tradisi pra-Islam yang mengalami halus yang dipercaya bermukim di darat.
Islamisasi. Adapaun di Lombok, perang Esok harinya, dilaksanakan tradisi ngancak.
ketupat adalah tradisi bersama antara Islam Berupa pemberian sesaji kepada makhluk
dan Hindu, sebagai bagian upaya pemeliharaan halus oleh tiga dukun. Dukun darat, dukun
kerukunan beragama. laut, dan dukun senior. Ketiga dukun tersebut
membacakan doa dan memberikan sesaji
Perang Ketupat di Bangka, dilaksanakan di
kepada makhluk halus untuk meminta mereka
Tempilang, sebuah desa berjarak 80 kilometer
berdamai dengan warga.
dari Sungailiat, ibu kota Kabupaten Bangka.
Tradisi ini dilaksanakan dua pekan sebelum Usai acara tersebut, acara inti dimulai.
memasuki bulan Ramadhan atau pada bulan Dukun darat dan dukun laut berhadapan
Sya’ban. Tepatnya, dilaksanakan pada malam bersila di tengah medan pertempuran
nishfu Sya’ban pada tanggal 15 Sya’ban ketika membacakan doa. Setelah itu, dukun laut akan
bulan sedang bersinar terang. kerasukan arwah leluhur.
Masyarakat Tempilang, seperti Dukun yang sudah kerasukan arwah akan
masyarakat Jawa, menyebut bulan Sya’ban diminta untuk memberi sambutan acara.
dengan sebutan Ruwah. Maka itu, perang Leluhur yang merasuki tubuh salah satu dukun
ketupat di Tempilang sering pula dinamai tersebut dipercaya ingin menyaksikan acara.
Ruwah Tempilang. Seringpula tradisi ini Bila sudah begitu, maka dukun satunya lagi
dinamakan sedekah Ruwah dan taber kampung. yang memberi ceramah.
Ruwah Tempilang terdiri beberapa Perang ketupat kemudian dimulai. Sepuluh

Edisi Budaya | 371


ketupat ditaruh di masing-masing sisi. Sisi laut tradisi itu sedikit bergeser. Bila sebelumnya
dan darat. Sepuluh pendekar masuk ke dalam dukun menyajikan sesaji untuk dimakan
arena mengisi masing-masing sisi. Setelah makhluk halus, sesaji tersebut kini dikonsumsi
dukun mengucapkan sesuatu, maka masing- oleh warga sekitar secara bersam-sama atau
masing pendekar mengambil ketupat lantas kenduri.
melemparkan ke lawannya. Sampai situasi
Selain perang ketupat, pada hari itu juga
makin memanas, dukun kemudian memberi
dilaksanakan Sedekah Tempilang. Sedekah
aba-aba berhenti.
ini dilaksanakan di semua masjid di Desa
Kedua belah pihak lalu diminta untuk Tempilang. Sementara untuk perang ketupat
saling bersalaman dan berangkulan, dikhususkan di Pantai Pasir Kuning, Bangka.
demi terjaga perdamaian. Beberapa pihak
***
mengatakan bahwa ketupat yang dilempar
tersebut sama sekali tidak sakit. Hal itu terjadi, Bila di Bangka, tradisi perang ketupat
menurut kerpercayaan warga sekitar, karena telah diwarnai agama Islam, di Bali, perang
telah diberikan doa oleh sang dukun. ketupat dilaksanakan oleh pemeluk agama
Hindu dan dinamakan perang tipat-bantal.
Perang ketupat diadakan tiga babak.
Perang ketupat di Bali ada yang mengatakan
Jumlah pesertanya tidak ada ketentuan pasti.
sejak tahun 1970-an. Ada yang mengatakan
Yang pasti, jumlah kedua belah pihak yang
sejak abad ke-13 Masehi. Tidak ada data pasti.
berperang harus sama. Dan Berhenti ketika
dukun mengatakan selesai. Dilaksanakan setiap bulan keempat
penanggalan bali (sasih kapat), antara bulan
Perang ketupat ini memiliki muatan
September sampai Oktober. Ada dua buah
spirit perlawanan terhadap penjajah.
jenis ketupat. Ketupat pertama bentuknya
Pendekar yang menghadap ke laut dan
segi empat dari anyaman janur yang berisi
pendekar yang menghadap ke darat adalah
beras atau dinamakan tipat. Ketupat kedua
simbol perlawanan penjajah. Pendekar dari
adalah bantal, terbuat dari beras ketan yang
sisi laut menggambarkan warga lokal yang
dibungkus janur dengan bentuk lonjong. Di
melawan penjajah, sementara pendekar di
Jawa, sering disebut lepet.
sisi darat adalah gambaran Belanda yang
saat itu menjajah. Selain itu, keduanya juga Dua bentuk ketupat tersebut
disimbolkan sebagai hantu atau bajak laut. melambangkan feminin dan maskulin
semesta alam. Dalam konsep Hindu disebut
Pada acara ini, rumah warga terbuka
sebagai Purusha dan Predhana. Pertemuan
untuk umum. Setiap rumah menyajikan
tipat dan bantal ini yang kemudian dipercaya
ketupat dengan berbagai macam lauk sesuai
memberikan kehidupan pada makhluk di
kemampuan masing-masing. Dan pada hari
dunia. Kedua hal ini juga perlambang tumbuh
ini, satu-satunya situasi dalam setahun ketika
berkembanganya tanah, bertelur maupun
Bangka dilanda kemacetan.
dilahirkan berawal dari pertemuan dua simbol
Seusai acara perang ketupat, prosesi maskulin dan feminin.
selanjutnya adalah Taber Kampung. Warga
Selesai sembahyang di pura, mereka
menyebarkan air ke seluruh penjuru untuk
berkumpul dan terbagi dalam dua kelompok.
menjaga dan menambah berkah bagi
Masing-masing kelompok diberi tipat dan
kehidupan mereka.
bantal. Tipat dan bantal tersebut nantinya
Tidak ada catatan pasti sejak kapan perang digunakan untuk perang. Tradisi ini memiliki
ketupat dimulai. Namun perang ketupat ini makna bahwa pangan merupakan senjata
telah ada sejak Gunung Krakatau meletus utama untuk bertahan hidup.
tahun 1883. Orang asli yang mengadakan
Perang ketupat di Bali dilaksanakan di
acara ini adalah orang Lom.
Kampung Adat Kapal Kabupaten Badung.
Seiring masuknya Islam ke tanah Bangka, Sebelum acara dimulai, peserta perang ketupat

372 | Ensiklopedi Islam Nusantara


terlebih dahulu bersembahyang di Pura. Perang di kawasan Pura. Bangunan yang berdiri tidak
ketupat diselenggarakan sebagai ungkapan ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.
warga bersyukur kepada sang pencipta atas
Perang Topat adalah salah satu seremoni
segala rezeki yang telah dilimpahkan. Upacara
bersama umat Hindu dan Islam di Pura
ini dilaksanakan setiap hari punama kapat.
Lingsar. Acara itu merupakan simbol
*** kerukunan antarumat beragama, khususnya
masyarakat etnis Sasak yang beragama Islam
Di Lombok, tradisi Perang Topat
dan masyarakat etnis Bali yang memeluk
merupakan warisan budaya turun temurun
agama Hindu.
yang dilakukan sepeninggal penjajahan Bali di
Lombok. Dilakukan dengan cara saling lempar Tradisi Perang Topat ini digelar setelah
ketupat antara umat Islam dan umat Hindu panen raya, sebagai ungkapan syukur kepada
Lombok. Kelomp0ok muslim menggunakan Tuhan dan doa agar musim tanam berikutnya
pakaian adat khas Sasak dan kelompok Hindu mendapat kesuburan. Perang Topat (ketupat)
mengenakan pakaian khas adat Bali. berlangsung setahun sekali. Momentumnya
pada saat raraq kembang waru atau gugurnya
Upacara keagamaan ini dirayakan tiap
bunga waru.
tahun di Pura Lingsar, Kecamatan Narmada,
Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Ini Perang topat dimulai sejak pukul 15.45
pura terbesar di NTB dengan luas 26 hektar, dan berakhir ketika matahari terbenam. Seusai
peninggalan kerajaan Karangasem. Perang Perang Topat, masyarakat biasanya berebutan
topat dilaksanakan bertepatan dengan gugur membawa pulang ketupat sisa peperangan.
bunga waru atau dalam bahasa Sasaknya “rorok Ketupat itu ditebarkan di sawah agar tanahnya
kembang waru”, yaitu menjelang tenggelamnya subur.
sinar matahari sekitar pukul 17.30.
Malam hari sebelum perang ketupat,
Pura Lingsar berada di Desa Lingsar, warga melaksanakan syafaah berupa
Kabupaten Lombok Barat (Lobar). Pura Lingsar pembacaan surat Al Ikhlas sebanyak seribu
adalah lambang persatuan dan kerukunan kali. Esok harinya,ketika bunga waru mulai
beragama di Pulau Lombok, antara umat berguguran (rorok kembang waru) warga
Islam dan umat Hindu. Kedua umat beragama mulai melaksanakan perang topat. Manfaat
mengelola dan beribadah bersama-sama pada perang topat antara lain mewujudkan rasa
waktu-waktu tertentu di Pura Lingsar. syukur kepada sang pencipta, kemudian
menumbuhkan rasa kebersamaan antara suku
Pura Lingsar dibangun Raja Anak
Sasak yangmuslim dan Bali yang Hindu.
Agung Gede Ngurah tahun 1714. Dia adalah
keturunan Raja Karangasem Bali yang sempat Tradisi itu berkaitan dengan mata air
berkuasa di sebagian pulau Lombok pada abad Langser di samping kompleks Pura Lingsar.
ke 17 silam. Pura ini terbagi dua bagian. Di Nama Lingsar berasal dari mata air Lingsar.
sebelah utara terdapat tempat beribadah umat Di kalangan masyarakat Lingsar beredar
hindu, yakni pura Gaduh. Di bagian selatan kepercayaan, mata air itu berasal dari bekas
terdapat bangunan Kemaliq untuk umat Islam tancapan tongkat Raden Mas Sumilir, penyebar
beribadah dan ritual adat suku Sasak. agama Islam setempat pada abad ke-15.
Sebagai lambang pemersatu dua umat
beragama, di Pura ini terdapat aturan yang
Mata air Langser dapat mengairi lahan
harus ditaati para pengunjung dan setiap
pertanian di Lingsar sampai ke wilayah Lombok
orang yang menjalani ritual agama. Salah
Tengah. Petani yang lahannya menerima aliran
satunya, tidak boleh menyajikan sesaji dari
dari Langser bisa menanam dan memanen
babi dan sapi. Babi haram bagi umat Islam, dan
padi hingga tiga musim dalam setahun.
sapi dianggap suci bagi umat Hindu. Kedua
jenis binatang itu juga tidak boleh dipelihara Kegiatan ini sudah menjadi agenda

Edisi Budaya | 373


pariwisata. Ada pakem, wanita yang sedang saling lempar antara warga. Ketupat
haid tak boleh mengikuti acara ini.Sehari kemudian diperebutkan. Ketupat yang belum
sebelumnya ada upacara permulaan kerja atau dilemparkan tidak boleh dibawa pulang.
penaek gawe. Ada pula acara mendak berupa Walaupun ketupat itu sudah babak belur,
upacara menjemput tamu agung, terdiri roh tetap diambil orang, khususnya para petani,
gaib yang dipercaya berkuasa di Gunung untuk dibawa pulang dan ditaruh di pokjokan
Rinjani dan Gunung Agung. Dinas Pariwisata pematang sawah, di tanam dalam tanah atau
NTB biasanya menyumbangkan 1.000 ketupat digantung di pohon buah-buahan. Itu sebagai
untuk perang- perangan itu. doa agar tanaman tumbuh subur. ***
Dimulai dengan lemparan ketupat [Asrori S karni]
dari pelempar pertama. Kemudian diikuti

Sumber Bacaan:
Blongkod, Rauda, Studi Komparatif Tradisi Ketupat, Skripsi, Universitas Negeri Gorontalo, 2014.
Chandra, http://www.babelprov.go.id/content/wagub-bangga-terhadap-semangat-perang-ketupat
Dahnur, Heru. http://regional.kompas.com/read/2016/05/28/11491311/ sambut.ramadhan.warga.di.bangka.barat.
gelar.perang.ketupat
http://news.liputan6.com/read/354400/bersyukur-dengan-perang-tipat-bantal
http://news.liputan6.com/read/354400/bersyukur-dengan-perang-tipat-bantal
http://www.wisatadilombok.com/2013/05/tradisi-lebaran-ketupat-perang-topat-di.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Ketupat
Kelana, Aries, Perang Ketupat di Negeri Sasak, GATRA, 18 Januari 1997
Nursyamsyi, Muhammad, http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/12/13/oi4otr382-
perang-topat-tradisi-kerukunan-umat-islam-dan-hindu-di-lombok
Yudhistira, Cokorda, http://travel.kompas.com/ read/2014/11/06/ 125000027 / Perang.Tak.Bermusuhan
Zainab, Tradisi Perang Ketupat di Desa Tempilang, Bangka, Bangka Belitung, Skripsi, UIN Yogyakarta, 2008

374 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Pesantren

P
esantren yang merupakan “Bapak” tergantung kepada daya tarik tokoh sentral
dari pendidikan Islam di Indonesia, (Kiai atau Guru) yang memimpin, menuruskan
didirikan karena adanya tuntutan atau mewarisinya. jika pewaris menguasi
dan kebutuhan zaman. Hal ini bisa dilihat sepenuhnya baik pengetahuan agama, wibawa,
dari perjalanan sejarah, dimana bila dirunut ketermpilan mengajar dan kekayaan lainnya
kembali, sesungguhnya pesantren dilahirkan yang diperlukan. Sebaliknya pesantren akan
atas kesadaran kewajiban dakwah islamiyah, menjadi mundur atau hilang, jika pewaris
yakni menyebarkan dan mengembangkan atau keturunan Kiai yang mewarisinya tidak
Ajaran Islam, sekaligus mencetak kader-kader memenuhi persyaratan. Jadi seorang figur
Ulama atau Dai. pesantren memang sangat menentukan dan
benar-benar diperlukan.
Pesantren sendiri menurut pengertian
dasarnya adalah Tempat Belajar Para Santri. Biasanya santri yang telah menyelesaikan
Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat dan diakui telah tamat, diberi izin oleh Kiai
tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. untuk membuka dan mendirikan pesantren
Disamping itu kata “Pondok” juga berasal dari baru didaerah asalnya. Dengan cara demikian
bahasa Arab “Funduq” yang berarti “Hotel atau pesantren-pesantren berkembang diberbagai
Asrama”. daerah terutama pedesaan dan pesantren asal
dianggap sebagai pesantren induknya.
Pembangunan suatu pesantren didorong
oleh kebutuhan masyarakat akan adanya Pesantren di Indonesia memang
lembaga pendidikan lanjutan. Namun dan tumbuh berkembang sangat pesat.
demikian, faktor guru yang memenuhi Berdasarkan laporan pemerintah kolonial
persyaratan keilmuan yang diperlukan akan belanda, pada abad ke 19 untuk di Jawa
sangat menentukan bagi tumbuhnya suatu saja terdapat tidak kurang dari 1.853 buah,
pesantren. Pada umumnya berdiri suatu dengan jumlah santri tidak kurang 16.500
pesantren yang diawali seorang Guru atau Kiai. orang. Dari jumlah tersebut belum masuk
pesantren-pesantren yang berkembang di luar
Karena keinginan menuntut dan
jawa terutama di Sumatera dan Kalimantan
memperoleh ilmu dari Guru tersebut, maka
yang suasana kegiatan keagamaanya terkenal
masyarakat sekitar, bahkan dari luar daerah
sangat kuat.
datang kepadanya untuk belajar. Mereka lalu
membangun tempat tingggal yang sederhana
disekitar tempat tinggal guru tersebut.
Asal-usul pesantren: berbagai pendapat
Semakin tinggi ilmu seorang guru tersebut,
semakin banyak pula orang dari luar daerah Jauh sebelum masa kemerdekaan,
yang datang untuk mentut ilmu kepadanya pesantren telah menjadi sistem pendidikan
dan berarti semakin besar pula pondok dan Nusantara. Hampir di seluruh pelosok
pesantrennya. Nusantara, khususnya di pusat-pusat kerajaan
Islam telah terdapat lembaga pendidikan yang
Kelangsungan hidup suatu pesantren amat
kurang lebih serupa walaupun menggunakan

Edisi Budaya | 375


nama yang berbeda-beda, seperti Meunasah tentang posisi Arab—khususnya Mekkah dan
di Aceh, Surau di Minangkabau, dan Pesantren Madinah—sebagai pusat orientasi bagi umat
di Jawa. Namun demikian, secara historis awal Islam. Ia memberi contoh salah satu tradisi
kemunculan dan asal-usul pesantren masih kitab kuning di pesantren. Baginya, kitab
menyisakan kontroversi di kalangan para ahli kuning yang berbahasa Arab merupakan salah
sejarah. satu bukti bahwa asal usul pesantren dari
tanah Arab. Tentang kitab kuning ini. Lebih
Banyak penulis sejarah pesantren
lanjut, Bruinessen menulis sebagai berikut:
berpendapat bahwa institusi ini merupakan
lembaga pendidikan Islam hasil adopsi dari luar. “Tradisi kitab kuning jelas bukan tradisi
Sebut saja Karel A. Steenbrink dan Martin van dari Indonesia. Semua kitab klasik yang
Bruinessen yang memandang bahwa pesantren dipelajari di Indonesia berbahasa Arab,
bukanlah lembaga pendidikan Islam tipikal dan sebagian besar ditulis sebelum Islam
Indonesia. Jika Steenbrink—yang mengutip tersebar di Indonesia. Demikian juga banyak
dari Soegarda Poerbakawatja—memandang kitab syarah atas teks klasik yang bukan dari
pesantren diambil dari India, maka Bruinessen Indonesia (meskipun syarah yang ditulis ulama
berpendapat bahwa pesantren berasal dari Indonesia makin banyak). Bahkan, pergeseran
Arab. Keduanya memiliki pendapat untuk perhatian utama dalam tradisi tersebut sejalan
memperkuat pendapatnya masing-masing. dengan pergeseran serupa yang terjadi di
sebagian besar pusat dunia Islam. Sejumlah
Ada dua alasan yang dikemukakan
kitab dipelajari di pesantren relatif baru, tetapi
Steenbrink untuk memperkuat pandangan
tidak ditulis di Indonesia, melainkan di Mekah
bahwa pesantren diadopsi dari India, yaitu
atau Madinah (meskipun pengarangnya boleh
alasan terminologi dan alasan persamaan
jadi orang Indonesia sendiri).”
bentuk. Menurutnya, secara terminologis,
ada beberapa istilah yang lazim digunakan Selain bukti tradisi kitab kuning,
di pesantren seperti mengaji dan pondok, Bruinessen juga menunjukkan bukti lain yang
dua istilah yang bukan dari Arab melainkan menunjukkan bahwa asal-usul pesantren dari
dari India. Selain itu, sistem pesantren telah tanah Arab. Menurutnya, pola pendidikan
dipergunakan secara umum untuk pendidikan pesantren menyerupai pola pendidikan
dan pengajaran agama Hindu di Jawa. Selain madrasah dan zāwiyah di Timur Tengah. Jika
Islam masuk dan tersebar di Jawa, sistem dan madrasah merupakan lembaga pendidikan
istilah-istilah di atas kemudian diambil oleh Islam di luar masjid, maka zāwiyah merupakan
Islam. lembaga pendidikan Islam yang berbentuk
lingkaran dan mengambil tempat di sudut-
Sementara itu, dari segi bentuknya ada
sudut masjid. Kedua lembaga pendidikan Islam
persamaan antara pendidikan Hindu di India
tersebut merupakan tempat belajar para calon
dan pesantren di Jawa. Persamaan bentuk
ulama termasuk yang berasal dari Indonesia.
tersebut terletak pada penyerahan tanah oleh
Mengingat kiai-kiai besar hampir semua
negara bagi kepentingan agama yang terdapat
menyelesaikan tahap akhir pendidikannya
dalam tradisi Hindu. Persamaan lainnya
di pusat-pusat pengajaran Islam terkemuka
terletak pada beberapa hal yaitu seluruh sistem
di tanah Arab, maka pola pendidikan yang
pendidikannya bersifat agama, guru tidak
mereka kenal tersebut dikembangkan di tanah
mendapatkan gaji, penghormatan (ihtirâm)
air dalam bentuk pesantren.
yang besar terhadap guru, dan para siswanya
meminta sumbangan ke luar lingkungan Pendapat Steenbrik dan Bruinessen
pesantren. yang menyatakan bahwa asal usul pesantren
dari India dan Arab, perlu ditelaah kembali
Sementara itu, van Bruinessen berpendapat
kebenarannya. Mengingat beberapa istilah
bahwa pesantren yang merupakan lembaga
Jawa yang digunakan di pesantren, pendapat
pendidikan Islam tertua di Indonesia besar
bahwa asal-usul pesantren dari India atau
kemungkinan berasal dari Arab. Alasannya

376 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Arab tidak dapat diterima. Nurcholish Madjid kitab kuning yang dijadikan sumber belajar
mencatat ada 4 (empat) istilah Jawa yang di pesantren ditulis oleh penulis Indonesia
dominan digunakan di pesantren, yaitu: yang belajar dan menjadi syekh di Haramain,
santri, kiai, ngaji, dan njenggoti. Kata santri seperti Syekh Ahmad Khatib Minangkabau,
yang digunakan untuk menunjuk peserta didik Syekh Nawawi al-Bantani, dan Syekh Banjar.
di pesantren berasal dari bahasa Jawa cantrik Dengan demikian, perlu ditelaah kembali jika
yang berarti seseorang yang selalu mengikuti dikatakan bahwa tradisi kitab kuning sebagai
guru ke mana saja guru pergi dengan tujuan alasan untuk menyimpulkan bahwa pesantren
untuk mempelajari ilmu yang dimiliki oleh berasal dari Arab.
sang guru. Istilah lain untuk menunjuk guru
Hal penting lainnya adalah bahwa
di pesantren adalah kiai yang juga berasal
penggunaan kitab-kitab berbahasa Arab
dari bahasa Jawa. Perkataan kiai untuk laki-
di pesantren tidak dapat dihindari karena
laki dan nyai untuk perempuan digunakan
Mekkah dan Madinah merupakan kiblat bagi
oleh orang Jawa untuk memanggil kakeknya.
umat Islam Indonesia sejak masuk ke Indonesia
Kata kiai dan nyai dalam hal ini mengandung
sampai sekarang ini. Hal ini sebagai petunjuk
pengertian rasa ihtirām terhadap orang tua.
bahwa para kiai dalam mengembangkan Islam
Demikian juga kata ngaji yang digunakan di pesantren mengacu kepada model yang
untuk menunjuk kegiatan santri dan kiai di dicontohkan Rasulullah SAW. Bagi para kiai,
pesantren berasal dari kata aji yang berarti Rasulullah dipandang sebagai model universal
terhormat dan mahal. Kata ngaji biasanya yang harus diikuti umat Islam seluruh dunia
disandingkan dengan kata kitab; ngaji termasuk muslim santri Jawa itu sendiri.
kitab yang berarti kegiatan santri pada saat Selain Rasulullah Saw, para kiai, dalam
mempelajari kitab yang berbahasa Arab. Oleh mengembangkan pesantren juga mengacu
karena santri banyak yang belum mengerti kepada para wali yang berjumlah sembilan di
Bahasa Arab, maka kitab tersebut oleh kiai Jawa. Bagi para kiai, Walisongo di daerah Jawa
diterjemahkan kata demi kata ke dalam Bahasa dipandang sebagai model domestik yang perlu
Jawa. Para santri mengikuti dengan cermat dicontoh untuk pengembangan pendidikan
terjemahan kiainya dan mereka mencatatnya di pesantren. Ini berarti bahwa pesantren
pada kitab yang dipelajari, yaitu di bawah kata- merupakan lembaga yang unik di Indonesia,
kata yang diterjemahkan. Kegiatan mencatat sehingga dapat dianggap sebagai lembaga khas
terjemahan ini di pesantren biasa dikenal Indonesia.
dengan istilah njenggoti, karena catatan
Pendapat bahwa asal-usul pesantren dari
mereka itu menggantung seperti janggut pada
tradisi agama Hindu di India seperti yang
kata-kata yang diterjemahkan.
dikemukakan oleh Steenbrink di atas ternyata
Alasan lain yang menolak kesimpulan tidak memiliki alasan yang kuat. Pandangan
bahwa tradisi kitab kuning yang berbahasa bahwa keberadaan pesantren di Jawa
Arab berasal dari Arab adalah pendapat terpengaruh oleh tradisi India bisa dipahami.
Mahmud Yunus. Menurutnya, kitab kuning Namun demikian, hal ini bukan berarti bahwa
yang dijadikan materi ajar utama di pesantren asal-usul pesantren dari tradisi agama Hindu.
baru terjadi pada tahun 1900-an. Sebelum Tradisi pesantren sangat berhati-hati terhadap
itu para kiai menulis kitab-kitab dengan sinkretisme dan senantiasa memperbaharui
tangan mereka yang dijadikan bahan dalam kembali melalui sembernya sendiri.
pembelajaran di pesantren. Setelah percetakan Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa
mulai dikenal secara luas di dunia Islam sumber terpenting bagi Islam tradisional
dan beberapa kitab dicetak secara massal, Indonesia adalah kota suci Mekah—pusat
mulailah berdiri toko-toko kitab di Indonesia. orientasi semua dunia Islam. Orientasi kedua
Pada saat itulah, penggunaan kitab-kitab adalah Madinah—dimana Nabi membangun
kuning di pesantren mulai mengambil peran. masjid pertama dan wafat. Konsekuensinya
Kemudian, harus diakui bahwa beberapa adalah, hampir semua pengarang Islam dan

Edisi Budaya | 377


ulama Indonesia menghabiskan banyak 1. Memakai sistem tradisional yang
waktunya di Mekah, Madinah, dan pusat- mempunyai kebebasan penuh
pusat pengajaran di Timur Tengah. dibandingkan dengan sekolah modern,
sehingga terjadi hubungan dua arah
Selanjutnya, kapan kemunculan pesantren
antara santri dan kiai
sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia?
Beberapa sumber tidak menyebutkan secara 2. Kehidupan di pesantren menampakkan
gamblang tentang kemunculan pesantren semangat demokrasi karena mereka
di Indonesia. Namun demikian, dari hasil praktis berkerja sama mengatasi problem
pendataan yang dilakukan oleh Departemen nonkurikuler mereka.
Agama (sekarang Kementerian Agama)
3. Para santri tidak mengidap penyakit
pada tahun 1984-1985 diperoleh informasi
simbolis, yaitu perolehan gelar atau
bahwa pesantren tertua di Indonesia adalah
ijazah, karena sebagian besar pesantren
Pesantren Jan Tanpes II di Pamekasan Madura,
tidak mengelurkan ijazah.
yang didirikan pada tahun 1062. Informasi ini
dibantah oleh Mastuhu dengan alasan bahwa 4. Sistem pondok pesanten mengutamakan
sebelum adanya Pesantren Jan Tanpes II, kesederhanaan, idealisme, persaudaraan,
tentunya ada Pesantren Jan Tampes I yang persamaan, rasa percaya diri, dan
lebih tua, dan dalam buku Kementerian Agama keberanian hidup.
tersebut banyak dicantumkan pesantren tanpa 5. Alumni pondok pesantren tidak ingin
tahun pendiriannya. Jadi, mungkin mereka menduduki jabatan pemerintahan,
memiliki usia yang lebih tua. Selain itu, sehingga mereka hampir tidak dapa
Mastuhu menduga bahwa pesantren didirikan dikuasai oleh pemerintah.
setelah Islam masuk ke Indonesia.
Temuan Departemen Agama tentang
keberadaan pesantren tertua di Indonesia di Ciri khas pesantren
atas juga ditolak oleh Martin van Bruinessen. Sementara itu yang menjadi ciri khas
Menurut Bruinessen, Pesantren Tegalsari pesantren dan sekaligus menujukan unsur-
(salah satu desa di Ponorogo, Jawa Timur) unsur pokoknya, yang membedakannya
merupakan pesantren tertua di Indonesia dengan lembaga pendidikan lainnya, yaitu:
yang didirikan pada tahun 1742 M. Sepanjang
1. Pondok: merupakan tempat tinggal kiai
penelitiannya, Bruinessen tidak menemukan
bersama para santrinya. Adanya pondok
bukti yang jelas adanya pesantren (pada abad
sebagai tempat tingggal bersama antara
ke-19) sebelum berdirinya pesantren Tegalsari.
kiai dengan para santrinya dan bekerja
Bahkan, sebelum abad ke-20 belum ada
sama untuk memenuhi kebutuhan hidup
lembaga semacam pesantren di Kalimantan,
sehari-hari merupakan pembeda dengan
Sulawesi, dan Lombok. Pada umumnya, pada
lembaga pendidikan yang belangsung di
tahun-tahun sebelum abad ke-20, kegiatan
mesjid atau langgar (mushola).
pendidikan Islam di Jawa, Banten, dan luar
Jawa masih berbentuk informal dengan pusat 2. Adanya Mesjid: sebagai pusat kegiatan
kegiatannya di mesjid. ibadah dan belajar mengajar. Mesjid
yang merupakan unsur pokok kedua dari
pesantren, disamping berfungsi sebagai
Mekanisme pesantren tempat unuk melakukan sholat berjamaah
Dalam mekanisme kerjanya, sistem yang setiap waktu shalat, juga berfungsi sebagai
ditampilkan pondok pesantren mempunyai tempat belajar- mengajar.
keunikan dibandingkan dengan sistem yang 3. Santri: merupakan unsur pokok dari
diterapkan dalam pendidikan pada umumnya, sebuah pesantren, biasanya terdiri dari
di antaranya yaitu: dua kelompok, yaitu: santri mukim, ialah
santri yang berasal dari daerah yang jauh

378 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dan menetap dalam pondok pesantren; tersebut satu persatu, sehingga setiap santri
santri kalong, ialah santri-santri yang menguasinya.
berasal dari daerah-daerah sekitar Metode Bandongan atau Halaqah dan
pesantren dan biasanya mereka tidak sering juga disebut Wetonan, yaitu para santri
menetap dalam pesantren. Mereka pulang duduk disekitar kiai dengan membentuk
ke rumah masing-masing setiap selesai lingkaran, dengan cara bandongan ini, kiai
mengikuti suatu pelajaran di peantren. mangajarkan kitab tertentu pada sekelompok
4. Kiai: merupakan tokoh sentral dalam santri. Karena itu metode ini biasa juga
pesantren yang memberikan pengajaran. dikatakan sebagai proses belajar mengaji
Karena itu, kiai adalah salah satu unsur secara kolektif. Baik kiai maupun santri dalam
yang paling dominan dalam kehidupan halaqah memegang kitab masing-masing.
suatu pesantren. Kemasyhuran, Kiai membacakan teks kitab, kemudian
perkembangan dan kelangsungan menerjemahkannya kata demi kata, dan
kehidupan suatu pesantren banyak menerangkan maksudnya. Santri menyimak
bergantung pada keahlian dan kedalaman kitabnya masing-masing dan mendengarkan
ilmu, kharismatik dan wibawa, serta dengan seksama terjemahan dan penjelasan-
keterampilan kiai yang bersangkutan penjelasan kiai. Kemudian santri mengulang
dalam mengelola pesantrennya. dan mempelajari kembali secara mandiri.
5. Kitab-kitab Islam klasik (Thurats): populer Perkembagan berikutnya, disamping tetap
disebut kitab kuning. Unsur pokok ini mempertahankan sistem ketradisionalannya,
cukup membedakan pesantren dengan pesantren juga mengembangkan dan mengelola
lembaga pendidikan lainnya adalah sistem pendidikan madrasah. Begitu pula,
bahwa pada pesaantren diajarkan kitab- untuk mencapai tujuan bahwa nantinya para
kitab klasik yang dikarang para ulama santri mampu hidup mandiri, kebanyakan
terdahulu, mengenai berbagai macam saat ini pesantren juga memasukkan pelajaran
ilmu pengetahuan agama Islam dan keterampilan dan pengetahuan umum.
bahasa Arab.
Pada sebagian pondok, sistem
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
Sistem Pengajaran di Pesantren makin lama makin berubah karena
dipengaruhi oleh perkembangan kebijakan
Sejarah perkembangan pondok pesantren
pendidikan di tanah air serta tuntutan dari
memiliki model-model pengajaran yang
masyarakat di lingkungan pondok pesantren
bersifat nonklasikal, yaitu model sistem
itu sendiri. Kemudian sebagian pondok lagi
pendidikan dengan menggunakan metode
tetap mempertahankan sistem pendidikan
pengajaran sorogan dan wetonan atau
yang lama (salaf).
bandongan (menurut istilah dari Jawa Barat).
Secara garis besar, pesantren sekarang ini
Sorogan, disebut juga sebagai cara
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
mengajar per kepala, yaitu setiap santri
mendapat kesempatan tersendiri untuk 1. Pesantren Tradisional (Salafiyah): yaitu
memperoleh pembelajaran seara langsung pesantren yang masih mempertahankan
dari Kiai. Dengan cara sorogan ini, pelajaran sistem pengajaran tradisional, dengan
diberikan oleh pembantu Kiai yang materi pengbajaran kitab-kitab klasik
disebut “Badal”. Mula-mula Badal tersebut yang sering disebut kitab kuning. Di
membacakan matan kitab yang tertulis dalam antara pesantren ini ada yang mengelola
bahasa Arab. Kemudian menerjemahkan madrasah, bahkan juga sekolah-sekolah
kata demi kata ke dalam bahasa daerah, dan umum mulai tingkat dasar dan menengah,
menerangkan maksudnya. Setelah itu santri dan ada pula pesantren-pesantren besar
disuruh membaca dan mengulangi pelajaran yang sampai keperguruan tinggi. Murid-
murid dan mahasiswa diperbolehkan

Edisi Budaya | 379


Suasana Pesantren Termas
Pacitan Jawa Timur Pengajian kitab-kitab klasik tidak lagi
menonjol, bahkan ada yang cuma sekedar
tinggal di pondok atau di luar, tetapi pelengkap, tetapi berubah menjadi mata
mereka diwajibkan mengikuti pengajaran pelajaran atau bidang studi. Begitu juga
kitab-kitab dengan cara sorogan maupun dengan sistem yang diterapkan, seperti
bandongan, sesuai dengan tingkatan cara sorogan dan bandongan mulai
masing-masing. Guru-guru pada berubah menjadi individual dalam hal
madrasah atau sekolah pada umumnya belajar dan kuliah secara umum, atau
mengikuti pengajian kitab-kitab pada Stadium General. Kemudian dalam
perguruan tinggi. pertumbuhan dan perkembangannya
seiring dengan perkembangan zaman,
2. Pesantren Moderen (Khalafiyah):
tidak sedikit pesantren kecil yang berubah
merupakan pesantren yang berusaha
menjadi madrasah atau sekolah, atau
mengintegrasikan secara penuh sistem
karena kiai yang menjadi tokoh sentral
klasikal dan sekolah ke dalam pondok
meninggal dunia.
pesantren. Semua santri yang masuk
pondok terbagi dalam tingkatan kelas. [Fathoni Ahmad]

Sumber Bacaan
Anam, Choirul. Pertumbuhan dan Perkembangan NU. Surabaya: Duta Aksara Mulia, 2010.
Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Bandung: Mizan, 1994).
Bruinesses, Martin van. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan, 1995.
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia.
Jakarta: LP3ES, 2011.
Nordholt, Henk Schulte, dkk. Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2013.
Steenbrink, Karel A. Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Moderen. Jakarta: LP3ES, 1986.
Sunyoto, Agus. Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo sebagai Fakta Sejarah. Jakarta: IIman. 2012.
Vlekke, Bernard H.M. Nusantara: Sejarah Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2010.
Wahid, Abdurrahman. Islam, the State and Development in Indonesia, Jakarta: LIPI, 1980.
_________________. Asal-Usul Tradisi Keilmuan Pesantren, dalam Jurnal Pesantren, edisi Oktober-Desember, 1984.
_________________. Membaca Sejarah Nusantara: 25 Kolom Sejarah Gus Dur. Yogyakarta: LKiS. 2012.
_________________. Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, Yogyakarta: LKiS, 2007.
Yusqi, M. Isom, dkk. Mengenal Konsep Islam Nusantara. Jakarta: Pustaka STAINU, 2015.

380 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Petilasan

M
asyarakat secara khusus Jawa, cukup nuansanya pun, bagi orang-orang yang gemar
familiar dengan istilah petilasan. bertirakat petilasan adalah lokasi yang cocok
Kata ini merujuk pada “tilas” atau untuk mengambil/menyerap energi positif.
bekas. Suatu tempat yang pernah di datangi Tempat tersebut menjadi sakral-suci sehingga
atau ditinggali oleh seseorang yang memunyai perlu dijaga dari hal-hal yang menjauhkan dari
jasa besar bagi kehidupan. Dalam konteks ini makna sesungguhnya.
seseorang yang pernah tinggal dan mendatangi
Dalam alam pikiran yang logis saat ini,
suatu tempat merupakan orang penting. Dan
petilasan dapat dipahami sebagai tempat
karena itu terutama di tanah Jawa, tercatat
bersejarah yang patut untuk dijaga dan
cukup banyak petilasan yang pernah di tinggali
dilestarikan. Dengan begitu, ada makna
atau didatangi. Karena petilasan tersebut
tersirat dari sebuah petilasan untuk dapat
pernah ditinggali oleh orang penting maka
menjadi “tetenger” atau penanda (tanda)
dalam perkembangannya orang memandang
bahwa generasi sekarang tidak saja menikmati
bahwa lokasi tersebut wajib untuk dihormati
suasana fisik namun menangkap makna
dan dijaga. Walaupun begitu, ada saja orang
historis dari tempat dimana peristiwa tersebut
yang menggunakannya sebagai tempat untuk
terjadi. Hal ini penting, karena melihat laju
mencari sesuatu. Meminta sesuatu secara
perkembangan zaman saat ini sepertinya
instan, yang pada akhirnya menjadikan
menjauhkan diri dari apa yang dinamakan
petilasan tersebut mengalami pergeseran
“eling”. Eling atau ingat pada diri dan orang
makna sesungguhnya. Perkembangan ini
lain. “Eling”, karena dengan eling setiap
tidak lepas dari pengaruh budaya materi
manusia dapat menemukan jati diri. Yaitu jati
yang kian mendesak manusia, sehingga pada
diri sebuah bangsa yang dilatarbelakangi oleh
kenyataannya mengharapkan sesuatu secara
sebuah nilai (value) perjuangan.
instan. Sejatinya petilasan bukan dimaksudkan
untuk itu, melainkan menjadi tempat untuk
dapat diingat bagi generasi tersebut, bahwa di Petilasan, Batu tulis dan Makam
tempat itu pernah terjadi peristiwa penting.
Petilasan merupakan salah satu dari
Dalam hal mistik, petilasan cukup banyak peninggalan sejarah dan budaya Nusantara
mengandung penafsiran, yaitu tempat- selain batu bertulis dan makam. Batu Bertulis
tempat/petilasan yang pernah didatangi oleh merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan
orang penting mengandung energi positif kuno ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Di
bagi seseorang yang bisa merasakannya. Nusantara, kebanyakan batu-batu ini dibuat
Paling mudah adalah dengan merasakan pada masing-masing zaman kerajaan. Batu
suasana dan kesejukan hati disaat berada di diambil dari batu kali yang besar dan kokoh
petilasan tersebut selama beberapa menit. (agar awet tak lekang perubahan zaman) dan
Mengapa energi tersebut positif? Biasanya ditulis mengenai kejayaan dan kebesaran raja
orang penting tersebut memunyai kesaktian atau kerajaan. Contohnya Prasasti Batu Tulis
yang mana menurut paranormal diyakini Bogor. Dahulu wilayah batu tulis merupakan
masih berada di petilasan tersebut. Selain pusat kerajaan Padjajaran. Dibuat oleh Prabu

Edisi Budaya | 381


Surawisesa untuk mengenang kejayaan sosial, daya tarik mereka tidak hanya terbatas
ayahandanya Prabu Siliwangi dan kebesaran ketika mereka masih hidup di dunia ini, di
kerajaan Padjajaran, Batu Tulis Ciarunteun, alam barzakh pun dampak kontribusi mereka
Ciampea, Bogor. Yang menuliskan kebesaran tetap signifikan bagi pemberian spirit baru,
Raja Purnawarman dengan kerajaannya baik berupa spirit perjuangan, keagamaan,
Tarumanegara. kehidupan maupun spirit moralitas. Indikasi ini
bisa dilihat misalnya, daya tarik aura magnetik
Sedangkan makam baru ditemui pada
di kalangan komunitas para wali sanga yang
zaman kerajaan modern. Makam merupakan
telah ratusan tahun dimakamkan di kawasan
tempat dikuburkannya seseorang yang
pulau Jawa ini. Rentang waktu lamanya
telah meninggal dunia. Pemakaman yang
pemakaman para tokoh Islam tersebut dalam
telah ratusan tahun, biasanya banyak yang
realitasnya tidak mempengaruhi surutnya
berziarah. Contoh: Makam keluarga kerajaan
motivasi para peziarah yang berdatangan di
Riau di P.Penyengat, Tanjung Pinang, Kepri.
tempat itu.
Namun ada juga yang sering menyebut
Dalam perspektif sosiologis motivasi
sebagai petilasan Makam. Istilah makam,
ziarah itu adakalanya untuk membangkitkan
sebagaimana layaknya yang dipahami
semangat perjuangan keagamaan, meneladani
masyarakat adalah tempat pemakaman atau
nilai-nilai moralitas dan spiritualitas.
peristirahatan manusia yang telah dipanggil
Sementara itu secara teologis berfungsi
oleh Allah untuk memenuhi iradah dan
mengingatkan para peziarah terhadap
taqdir-Nya. Hampir di setiap komunitas
kematian. Tentu saja karena kesucian tokoh-
masyarakat di mana saja berada, maqbarah
tokoh yang didatangi, tempat itu diyakini
(tempat pemakaman) selalu disediakan oleh
mengandung nilai berkah yang secara
masyarakat setempat. Hal ini, karena mereka
langsung berpengaruh dalam kehidupan
menyadari bahwa semua manusia yang hidup
mereka. Adakalanya nilai berkah itu berupa
di dunia ini akan mengalami dan merasakan
ketenangan, kemudahan hidup dan rizki
kematian dan akan diperistirahatkan di
yang melimpah. Hal ini bagi peziarah yang
makam. Melalui kematian inilah, manusia
memahami agama secara mendalam dianggap
memasuki fase kedua yang disebut dengan
sebagai akibat dan bukan sebagai tujuan.
alam barzakh, alam penantian untuk memasuki
Sebagai akibat, ia tidak akan mempengaruhi
alam akhirat. Secara fisik, manusia yang telah
tujuan utama ajaran ziarah. Hanya saja
mengalami kematian ini akan berpisah dengan
tidak menutup kemungkinan akibat-akibat
kehidupan manusia yang berada di alam dunia,
langsung yang juga dirasakan oleh peziarah
namun secara psikis, jiwanya masih sanggup
awam perlu memperoleh penjelasan secara
berkomunikasi dengan kehidupan manusia di
teologis maupun sosiologis hikmah ziarah
dunia fana ini.
kubur tersebut.
Keberadaan manusia, dengan ilmunya
Motivasi sekunder inilah, tidak jarang
yang bermanfaat, amal saleh dan moralitasnya
membuat masyarakat awam, baik shari’ah
yang mulia di hadapan sesama, membuatnya
maupun aqidahnya mengalami bias teologis.
akan dikenang selamanya oleh masyarakat
Ziarah kubur hanya dimaknai untuk
manusia. Sebaliknya bagi manusia yang
kepentingan sekunder atau jangka pendek.
hidupnya tidak memiliki arti dan peran sosial
Pemahaman ajaran ziarah kubur, baik secara
apa-apa, keberadaannya akan terputus begitu
sosiologis maupun teologis telah mengalami
saja setelah ia mengalami kematian. Di sinilah
reduksi makna. Namun demikian keyakinan
garis batas yang membedakan antara manusia
sejenis juga tidak tiba-tiba muncul di tempat-
yang şaleh, muslih, suci dan manusia yang
tempat makam umumnya. Keyakinan mereka
taleh (jelek) yang tidak punya kontribusi apa-
seperti itu hanya muncul di beberapa tempat
apa di dunianya.
makam khusus, yaitu makam orang saleh
Bagi manusia yang saleh individu maupun individual (vertikal) dan sosialnya (horisantal).

382 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Tidak hanya itu beberapa makam para
ulama dan tokoh yang memiliki kontribusi
sosial dalam mengembangkan ajaran agama,
meluruskan moralitas dan membentengi
budaya dan peradaban dari berbagai
kemungkinan perilaku sesat, juga akan
memperoleh penghargaan dan penghormatan
sosial serupa. Jangankan makam seorang
bangsawan yang telah banyak berjasa kepada
bangsa, masyarakat maupun agamanya.
Dalam cerita, makam seorang dukun bayi pun,
karena keikhlasan dalam menjalankan tugas-
tugas sosial semasa hidupnya, makam dukun
bayi tersebut juga tidak surut dari kunjungan
masyarakat, karena dimitoskan akan nilai
berkahnya.
Singkatnya, daya tarik mereka di tengah
masyarakat adalah karena aura atau energi
yang memancar dari perilaku mereka sendiri
di masa hidupnya. Pemitosan, pelegendaan,
pengkultusan, pensakralan, pensucian
hingga pada bentuk pencitraan positif yang
bermacam-macam menurut versi dan istilah Petilasan Sunan Kalijaga di Cirebon.
yang muncul dari masyarakat, juga karena Sumber: http://akucintanusantaraku.blogspot.co.id/2014/01/

aura kesucian yang selalu memancar dari sebagai situs petilasan. Hening, meditasi,
jiwanya. Daya tarik ini tidak bisa dibuat-buat mengenal diri merupakan hal biasa dilakukan
dan direkayasa. Dalam sejarah para peziarah, sejak turun – temurun manusia di bumi
belum pernah dijumpai di antara mereka yang Nusantara. Di suatu wilayah yang leluhur-
sengaja mendatangi makam yang hampa dari leluhur bangsa ini mendapatkan makna atau
kenangan-kenangan historis, baik kenangan pengetahuan hasil dari heningnya, kemudian
teologis maupun sosiologis. Demikian juga mereka menandai dengan batu sederhana.
para peziarah objek wisata ritual Gunung Kawi. Perlu diketahui bahwa situs petilasan
Adapun, situs petilasan itu sendiri bukanlah makam. Karena sekarang sering
lebih luas daripada makam. Situs petilasan ditemui banyaknya situs petilasan yang
merupakan tanda dimana leluhur-leluhur dibenahi, namun dengan di rubah bentuk
besar bangsa ini pernah menginjakkan kaki seperti makam/tempat orang dikubur. Ada
dan mendapat makna atau pengetahuan luhur juga petilasan yang berbentuk patung-patung
di wilayah tersebut. Beberapa bentuk situs batu. Merupakan simbol dari leluhur itu
petilasan Lingga-Yoni. Lingga merupakan batu sendiri. Karena situs petilasan sejak dahulu
panjang seperti huruf Alif, dipancang tegak di merupakan tempat meditasi atau hening, maka
suatu wilayah. Lingga berarti makna kebenaran sampai sekarang fungsinya masih dijalankan.
sejati, jalan lurus, yang telah dimaknai oleh Contoh Situs petilasan Surya Kencana di G.
leluhur yang memancangnya. Terkadang di Bunder, Bogor, Petilasan permaisuri Prabu
wilayah Lingga, juga terdapat Yoni. Lingga- Siliwangi di tengah lingkungan Kebun Raya
Yoni merupakan makna keseimbangan langit Bogor, Puser Jawa, G. Ketep di Magelang Jawa
dan bumi. Keselarasan feminim dan maskulin. Tengah, Petilasan empat orang terdekat prabu
Contoh: Lingga-Yoni terdapat di wilayah Batu Siliwangi (mahaguru, pengawal dan emban),
Tulis Bogor dan Candi Sukuh di G.Lawu. Batu yang masih berlokasi di wilayah batu tulis
kecil yang dipancang sederhana, disebut juga Bogor.

Edisi Budaya | 383


Petilasan dan Mistiknya Sebagai Folklor sebagai pembentuk solidaritas sosial. Kadang-
kadang penyelenggaraan folklor berkaitan
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem
dengan ritual mistik. Tujuannya adalah untuk
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
memeperoleh ketentraman hidup.
dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik manusia dengan belajar. Salah Laku nenepi di makam Panembahan
satu unsur kebudayaan adalah sistem religi Senopati bertujuan untuk ngalap berkah
yang di dalamnya terkandung agama dan atau memohon berkah. Berkah yang ingin
kepercayaan. Menurut Tylor, mengenai budaya didapat dari pelaku nenepi diantaranya
sebagai berikut “Budaya atau peradaban yaitu, keberhasilan dalam usaha, menambah
adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari kekayaan, dan memohon keselamatan.
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, Menurut Bascom fungsi- fungsi folklor adalah:
adat istiadat, serta kemampuan-kemampuan 1) Sebagai sistem proyeksi (projective system),
dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia yakni sebagai alat pencermin angan-angan
sebagai anggota masyarakat.” suatu kolektif, 2) sebagai alat pengesahan
pranata-pranata dan lembaga kebudayaan-
Biasanya keyakinan akan kekeramatan
kebudayaan, c) sebagai alat pendidikan
situs petilasan diwariskan secara lisan serikut
anak (pedagogical device), dan d) sebagai alat
legenda atau cerita-cerita mistisnya. Cerita
pemaksa dan pengawas agar norma-norma
lisan tersebut dalam ilmu budaya dikena
masyarakat akan selalu dipatuhi anggota
folklor sebagai bagian dari budaya. Danandjaya
kolektifnya. Fungsi folklor tradisi laku nenepi
menyatakan bahwa “kata folklor adalah
makam Panembahan Senopati yaitu, sebagai
pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu
sarana pengembangan budaya yang telah
adalah kata majemuk, yang berasal dari dua
menjadi warisan leluhur. Salah satu folklor yang
kata dasar folk dan lore.” Menurut Danandjaya
masih dilestarikan oleh masyarakat berupa
budaya yang diwariskan secara lisan atau
tradisi laku nenepi di Petilasan Panembahan
melalui suatu contoh yang disertai dengan
Senapati, Kotagede, Bantul, Daerah Istimewa
gerak isyarat atau alat pembantu pengingat
Yogyakarta.
(mnemoniac device)…., folklor adalah sebagian
kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan Orang Jawa percaya bahwa jasad
diwariskan secara turun temurun, di antara leluhur patut mendapat penghormatan dari
kolektif macam apa saja, secara tradisional keturunannya atau ahli warisnya. Leluhur
dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk dipercaya masih terus menyertai kita dan
lisan maupun contoh yang disertai dengan dapat dimintai pertolongan. Diungkapkan
gerak isyarat atau alat pembantu pengingat ( Koentjaraningrat bahwa “makam nenek
mnemoniac device). moyang adalah tempat melakukan kontak
dengan keluarga yang masih hidup, dan
Seperti di suatu situs petilasannya
dimana keturunannya melakukan hubungan
Panembagan Senopati yang pernah melalukan
secara simbolik dengan roh orang yang
Laku nenepi. Tradisi laku nenepi telah turun
sudah meninggal”. Koentjaraningrat juga
temurun menjadi tradisi bagi masyarakat
menambahkan Keberadaan dan kedudukan
pendukungnya. Diwariskan oleh leluhur
suatu makam atau petilasan masih dianggap
mereka secara lisan, sehingga diteruskan
sebagai tempat yang keramat sehingga sering
masyarakat pendukungnya sesuai tradisi yang
dikunjungi oleh peziarah untuk memohon
sudah ada pada sebelumnya. Laku nenepi makam
doa restu, terutama bila seseorang akan
Panembahan Senopati merupakan folklor
menghadapi tugas yang berat, akan bepergian
yang sampai sekarang keberadaannya masih
jauh, atau bila ada keinginan yang sangat besar
diakui masyarakat pendukungnya. Purwadi
untuk memperoleh sesuatu.
menyatakan bahwa …folklor dilestarikan oleh
masyarakat pendukungnya dengan sukarela Dalam kesehariannya, manusia Jawa
dan penuh semangat, tanpa ada paksaan. Di sangat menghormati nenek moyangnya.
banyak tempat petilasan, folklor berfungsi Koentjaraningrat menegaskan bahwa orang

384 | Ensiklopedi Islam Nusantara


yang sudah meninggal dapat dihubungi oleh Mutlak, suatu upaya yang mencerminkan
kerabat serta keturunannya setiap saat jika hasrat jiwa manusia yang ingin mengenal
diperlukan. Penghormatan dapat berupa dan mendapatkan kesadaran langsung dari
pemberian sesaji tertentu yang berupa kebenaran mutlak. Mistik merupakan wacana
makanan, jajan pasar, buah-buahan, minuman budaya yang bertujuan untuk mendekatkan
kegemaran pada waktu masih hidup yang diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Istilah
diletakkan di suatu tempat khusus di dalam mistik dalam dunia Jawa pada dasarnya
rumah. Selain itu dengan penghormatan merujuk pada wacana budaya spiritual yang
terhadap makam, manusia Jawa dapat dianut oleh sebagian masyarakat Jawa. Mistik
memberi penghormatan dengan cara sebagai pengetahuan yang mempengaruhi
memberikan taburan bunga yang biasanya pola pikir manusia pada akhirnya akan muncul
berupa bunga mawar, melati, kanthil, dan dalam bentuk budaya. Mistik merupakan suatu
kenanga. Selain memberikan bunga, ada juga yang universal (hampir dipastikan di negara
yang menyiramkan air kelapa muda di atas manapun mempunyai keyakinan dalam bentuk
pusara atau petilasan, ada yang membakar mistik) dan seringkali merupakan suatu hal di
kemenyan atau dupa yang dapat menyebarkan luar kebiasaan manusia pada umumnya atau
bau harum. Aroma harum dipercaya dapat sebaliknya kemudian justru menjadi kebiasaan
menyenangkan leluhur. Selain dipercaya manusia. Bagi para pendukung mistik kejawen
memberi kesenangan pada arwah leluhur, kebiasaan yang sudah ada sejak dahulu
bunga, air, dan dupa atau kemenyan ini juga sampai sekarang masih dilaksanakan untuk
berfungsi sebagai sarana untuk meminta memperoleh ketentraman batin.
berkah. Karena itu, situs petilasan dipercayai
Koentjaraningrat menegaskan Menurut
memiliki kekuatan mistik yang dimitoskan
pandangan hidup ilmu mistik, kehidupan
secara turun temurun.
manusia merupakan bagian dari alam semesta
Mistik adalah upaya untuk mendekatkan secara keseluruhan dan hanya merupakan
diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan bagian yang sangat kecil dari kehidupan
perantara memuja roh dan kekuatan lain yang semesta yang abadi. Kehidupan manusia itu
dapat mendatangkan keselamatan hidup. diibaratkan mampir ngombe di dunia dalam
Stange menyatakan bahwa Mistik merupakan rangka perjalanan panjang untuk mencapai
fenomena psikis dan gaib yang mengacu tujuan akhir, yakni bersatu dengan Tuhan.
pada kebatinan, spiritual dalam pengalaman
Seperti Laku nenepi adalah laku mistik
religius, atau mengacu pada kepercayaan dalam
atau jalan spiritual yang dikenal dengan laku
aktivitas hidup, berkaitan dengan praktek-
tarekat dan hakikat untuk mencapai makrifat
praktek yang berakar pada tradisi kearifan
dengan hubungan langsung dengan Tuhan”.
spiritual pribumi yang sudah tua usianya.
Laku nenepi biasa disebut dengan semedi
Kepercayaan merupakan paham yang (berkontemplasi). Semedi memang melibatkan
secara keseluruhan dalam adat istiadat rasa yang dinamakan rasa sejati yang dapat
sehari-hari dari berbagai suku bangsa yang dicapai melalui diam, menjernihkan pikiran,
percaya dengan nenek moyang. Menurut merenung atau mawas diri dan suwung.
Endraswara, kepercayaan sumbernya menuju Langkah inilah yang disebut semedi sehingga
kepada Tuhan Yang Maha Esa, adapun pelaku mampu menemukan Tuhan di dalam hatinya.
budaya itu yang berusaha untuk mendekatkan
diri kepada Tuhan. Kepercayaan bahwa
pengetahuan tentang hakikat Tuhan dengan Situs Petilasan bagi Islam Nusantara
melalui kesadaran spiritual yang dilakukan Dalam Islam Nusantara, situs petilasan
para pelaku ritual mistik untuk mendapatkan memiliki unsur yang penting melengkapi
kemuliaan dari Tuhan. peninggalan-peninggalan Islam lainnya.
Dari beberapa pendapat, mistik juga Sebagai peninggalan fisik, petilasan dapat
dapat diartikan sebagai cinta kepada Yang dikaji dengan ilmu arkeologi. Arkeologi

Edisi Budaya | 385


merupakan suatu ilmu yang mempelajari Dengan demikian, studi arkeologi menjadi
kebudayaan manusia melalui material artifak salah satu wahana pokok untuk menemukan
yang ditemukan berdasarkan peninggalan peradaban yang mungkin telah terkubur
manusia di masa lampau. Kalau dulu, arkeologi selama berabad-abad. Untuk itu, arkeologi
didasarkan pada peninggalan fisik yang tidak bisa diartikan secara sempit hanya sebagai
tertinggal dengan penggunaan metode secara metode inventarisasi belaka. Studi arkeologi
teoritis dan filosofis. Sebagian besar, ilmu harus mengemban makna pokok, perumusan
ini termasuk dalam hubungan manusia dan kebudayaan dan penulisan sejarah, seperti
masih termasuk di dalam ilmu Antropologi. yang dikatakan ahli teori arkeologi Stuart
Bagian lain dari antropologi mendukung Piggot, “seorang penggali arkeologi tidak
penemuan arkeologi seperti antropologi menemukan benda, dia menemukan manusia”.
budaya, yang mempelajari tingkah laku, Hal ini berarti, suatu petilasan tidaklah hanya
simbolis, dan dimensi material dari suatu berupa benda saja, tapi sama saja menemukan
budaya. Berdasarkan sudut pandang tersebut, leluhur kita beserta budayanya.
Islam dapat dipahami dalam berbagai benda- Di tengah berlarut-larutnya suasana
benda peninggalan kebudayaannya. Betapa gamang yang mengarah pada pertentangan
banyak peninggalan kebudayaan umat Islam sentimen kebangsaan, kesukuan, agama,
hingga dalam perkembangannya sekarang, dan ras, pendekatan arkeologi sangat relevan
bisa dipelajari dengan berkaca kepada dikedepankan guna merekatkan semangat
peristiwa-peristiwa masa lampau, sehingga persatuan yang mulai memudar. Dengan
segala kearifan masa lalu itu memungkinkan menonjolkan kajian peninggalan budaya
untuk dijadikan alternatif rujukan di dalam material peradaban manusia dari abad ke
menjawab persoalan-persoalan masa kini. abad, arkeologi bisa membangkitkan kearifan
Di sinilah arti pentingnya peninggalan (wisdom) untuk saling menghormati sesama
budaya (arkeologi) bagi umat Islam pada manusia dan kembali ke alam, sehingga
khususnya untuk dijadikan pendekatan dalam tercipta tatanan sosial yang harmoni.
mempelajari agama.

Petilasan Sunan Kalijaga di Gresik.


Sumber : https://www.thearoengbinangproject.com/

386 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Pendekatan arkeologi dalam studi bersusun serta puncak stupa yang adakalanya
keagamaan dalam penelitian terhadap berbentuk susunan payung-payung yang
bangunan maupun non-bangunan tidak bisa terbuka. Contohnya masjid Agung Cirebon
dilihat dari bentuk dan arsitekturnya semata, misalnya mempunyai dua atap, sementara
melainkan dari aspek fungsional, struktural, Masjid Agung Demak tiga, dan Masjid Agung
dan behavioral pada konteks masyarakat yang Banten lima. Secara umum, bangunan masjid-
membuatnya. Salah satu aspek yang harus masjid kuno melanjutkan tradisi bangunan
diperhatikan benar adalah masalah rutinitas pra-Islam, terutama Hindu-Budha, namun
kegiatan keagamaan masyarakatnya dalam secara fungsional terdapat perbedaan yang
menciptakan tradisi penghormatan atas suatu jelas. Arah mihrab yang menuju kiblat, mimbar
situs arkeologi (baca: petilasan). yang digunakan khatib dalam berkhotbah, dan
menara tempat azan menunjukkan konsepsi
Masjid pada dasarnya juga merupakan
ibadat Islam.
petilasan para penyebar Islam awal sangat
penting dalam memahami suatu budaya Selain petilasan, peninggalan Islam dapat
masyarakat tertentu. Satu tokoh penyebar juga kita temui dalam bentuk karya seni
Islam biasanya mendirikan masjid di tempat seperti seni ukir, seni pahat, seni pertunjukan,
yang pernah disinggahi dalam penyebaran seni lukis, dan seni sastra. Seni ukir dan seni
Islam, seperti petilasan Sunan Kalijogo di pahat ini dapat dijumpai pada masjid-masjid
Cirebon dan Gresik. Masjid-masjid kuno di di Jepara. Seni pertunjukan berupa rebana
Jawa dan di beberapa tempat di luar jawa, dan tarian, misalnya tarian Seudati. Pada seni
mempunyai atap bersusun atau bertingkat aksara, terdapat tulisan berupa huruf arab-
yang bentuknya menyerupai limas, piramida melayu, yaitu tulisan arab yang tidak memakai
atau kerucut. Jumlah atapnya selalu ganjil, tanda (harakat, biasa disebut arab gundul).
bentuk ini mengingatkan kita pada bentuk atap
[Zainul Milal Bizawie]
candi yang denahnya bujur sangkar dan selalu

Sumber Bacaan
Ani Rostiyati, dkk, Moertjipto. (1994/1995). Fungsi Upacara Tradisional Bagi Masyarakat Pendukungnya Masa Kini . Daerah
Istimewa Yogyakarta: Proyek Pengkaijan dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan
Departemen Pendid.
Danandjaja, James. 1986. Folklor Indonesia. Cetakan ke- 2. Jakarta: Grafitipers.
Endraswara, 2003, Metodologi Penenlitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Koentjaraningrat, 1990, Sejarah Teori Antropologi. Jilid I.Jakarta: UI Press
Simuh, 1988, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita: Suatu Studi Terhadap Serat Wirid Hidayat Jati, Jakarta
: UI Press
Tilaar, H.A.R., 2002, Pendidikan. Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia; Strategi Reformasi Pendidikan Nasional,
Cet. III, Bandung: Remaja Rosdakarya

Edisi Budaya | 387


Pribumisasi Islam

I
stilah ‘Pribumisasi Islam’ terdiri dari jaringan makna yang selalu mengalami
dua kata yaitu pribumisasi dan Islam. perubahan. Menurut Gus Dur, agama (Islam)
Pribumisasi merujuk pada upaya atau bersumberkan wahyu dan memiliki norma-
proses menyatu dengan karakter atau kultur norma sendiri. Karena bersifat normatif, ia
masyarakat pribumi (asli) atau menjadi milik cenderung permanen. Sedangkan budaya
pribumi. Sedangkan Islam adalah agama adalah buatan manusia. Oleh sebab itu, ia
yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, berkembang sesuai dengan perkembangan
berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an dan zaman dan cenderung selalu berubah.
diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah swt. Perbedaan inilah yang menjadi kemungkinan
manifestasi kehidupan beragama dalam
Gagasan ‘Pribumisasi Islam’ dikemukakan
bentuk kebudayaan.
pertama kali oleh Abdurrahman Wahid pada
tahun 1980-an. Menurut Gus Dur, Pribumisasi Pada ranah kultural inilah Gus Dur
Islam adalah rekonsiliasi antara budaya dan menemukan penyebab proses Arabisasi dalam
agama. Rekonsiliasi ini menuntut umat Islam krisis identitas yang dialami oleh sebagian
memahami wahyu dengan mempertimbangkan muslim. Hal itu berangkat dari ketercerabutan
faktor-faktor kontekstual termasuk kesadaran sebagian umat atas akar kebudayaan
hukum dan rasa keadilannya. masyarakat yang melingkupinya. Artinya,
sebagian muslim yang tetap memaksakan
Dari kenyataan historis dan konstruksi
Islam universal ala Arab sesungguhnya tengah
teoritis yang diungkapkan oleh Gus Dur,
mengalami ketidakmampuan pembacaan atas
sesungguhnya konsep Pribumisasi Islam
identitasnya ketika dihadapkan pada realitas
merupakan upaya Gus Dur dalam menggerakkan
kebudayaan masyarakat yang ternyata tidak
kajian keislaman sebagai sebuah penelitian
sesuai dengan tipe ideal Islam. Dari sinilah
kebudayaan. Kajian ini memperluas studi
muncul kegairahan untuk mempersoalkan
tentang Islam ke permasalahan kebudayaan
manisfestasi simbolik Islam, sehingga identitas
secara luas, sehingga menemukan gambaran
Islam harus ditampilkan secara visual.
pergulatan pada tataran realitas, khususnya
antara doktrin normatif ajaran agama dengan Dalam perkembangannya, krisis ini telah
persepsi budaya masyarakat, di mana kaum membuahkan kesalahan penetapan skala
muslim berusaha melerai ketegangan antara prioritas dalam dakwah Islam. Menurut Gus
teks formal Islam dengan kenyataan kehidupan Dur, kesalahan tersebut mengacu pada belum
yang diusung oleh perubahan sosial. terjadinya kesepakatan mengenai tujuan utama
atau pandangan hidup (Weltanschauung) Islam,
Pada aspek ini, tawaran Pribumisasi
sehingga umat Islam terjebak pada penetapan
Islam Gus Dur menyasar kajiannya pada
agenda pinggiran (periferal) dan melupakan
kecenderungan mengenai ketegangan
agenda utama pengembangan masyarakat
kultural antara agama dan kebudayaan.
Islam secara kultural yang dapat diwujudkan
Agama merupakan jaringan aturan yang
dengan paradigma Islam sebagai etika sosial
tetap, sedangkan kebudayaan merupakan

388 | Ensiklopedi Islam Nusantara


di tengah normatifitas dan legalitas formalnya tersebut. Namun demikian, proses perlawanan
secara nash. diskursif ini menuai resistensi yang makin
kuat dari kelompok Islam yang sudah terpola
Dari dinamika ini, lahir quasi
dengan simbolisasi budaya Arab. Bahkan
Weltanschauung (syibh nadhariyyah ‘anil hayah)
mereka semakin merajalela dengan menuduh
yang menjelma ideologi semu, misalnya
sesat, bid’ah dan kafir atas ibadah-ibadah
gerakan Islam sebagai alternatif. Gerakan
yang dipadu dengan tradisi dan budaya lokal.
yang oleh Gus Dur dihubungkan dengan tokoh
Padahal itulah penerjemahan dari proses
seperti Abul A’la al-Maududi ini terjebak
pribumisasi Islam yang dimaksud Gus Dur.
pada utopia sloganistik nan simbolistik tanpa
Artinya, simbol pribumisasi Islam secara
menurunkan idealismenya pada tataran
semiotik mendapat perlawanan balik secara
operasional pemberdayaan umat, sehingga
radikal-simbolik oleh mereka yang mengusung
akhir dari gerakan itu hanya pemberian
lokalitas Arab dan menggerakkan Islam secara
kekuasaan absolut sebagian pemimpin politik
simbolik bukan substantif.
sebagai otoritas tertinggi kuasa keagamaan.
Intinya, pribumisasi Islam dalam
Dengan konsep pribumisasinya, Gus Dur
pemikiran Gus Dur memuat dua hal. Pertama,
berupaya mewujudkan metodologi keilmuan
pribumisasi Islam adalah kontekstualisasi
agama yang mampu menjembatani antara
Islam. Di dalam poin pertama ini, terdapat dua
ajaran agama yang absolut, universal, dan
pemahaman, yaitu: 1) akomodasi adat oleh
permanen dengan kebutuhan kebudayaan
fikih (al-‘adah muhakkamah). Misal, akomodasi
yang selalu mengalami perubahan, bersifat
hukum waris Islam atas adat waris lokal seperti
lokal dan relatif.
adat perpantangan (Banjarmasin) dan gono-gini
Gagasan ‘Pribumisasi Islam’ pada dasarnya (Yogyakarta-Solo). 2) pengembangan aplikasi
merujuk pada gagasan tentang dialektika nash. Misal, setelah lahir emansipasi wanita
norma ajaran Islam dengan kebudayaan yang (modern), dibutuhkan cara pandang keadilan
diciptakan oleh manusia tanpa kehilangan menurut keadilan suami, menjadi keadilan
identitasnya masing-masing. Proses dialog ini menurut istri dalam kasus poligami. Kasus ini
terjadi sebagai upaya menegasikan gagasan merujuk pada QS. Al-Nisa’ (4) ayat 3. Dengan
pemurnian Islam atau proses menyamakan adanya perubahan cara pandang atas keadilan,
keberagamaan suatu masyarakat dengan maka istri mendapat keadilan dengan cara
praktik keagamaan masyarakat Muslim di tidak dipoligami tanpa harus mengganti nash
Timur Tengah. Inti pribumisasi Islam adalah al-Qur’an itu sendiri.
kebutuhan, bukan untuk menghindari
Kedua, pribumisasi Islam sebagai
polarisasi antara agama dan budaya,
penempaan Islam dalam kerangka budaya.
sebab polarisasi demikian memang tidak
Poin inilah yang melahirkan manifestasi
terhindarkan.
(bentuk) Islam dalam kultur lokal. Contoh, atap
Pada titik ini, pribumisasi Islam Masjid Demak yang menggunakan atap ‘Meru’
memberikan solusi bagi ketegangan antara (Hindu-Buddha), bukan menggunakan kubah
normativisme agama dengan relativisme yang memang lokalitas Arab. Demikianlah Gus
budaya yang sebenarnya tidak mungkin Dur berusaha menjadikan pribumisasi Islam
dihindari karena sifatnya yang tumpang menjadi pandangan hidup (Weltanschauung)
tindih. Seperti yang dijelaskan Gus Dur Islam tanpa harus tercerabutnya tradisi dan
sendiri, bahwa model hubungan antara Islam budaya lokal nusantara.
dan budaya bersifat tumpang tindih karena
Dalam pribumisasi Islam tergambar
mempunyai independensi masing-masing.
bagaimana Islam sebagai ajaran normatif yang
Secara ekstern, pribumisasi Islam bersumber dari Tuhan diakomodasikan ke
mempunyai ‘musuh diskursif’ luar, yakni dalam kebudayaan yang berasal dari manusia
Arabisasi yang menyebabkan Gus Dur tanpa kehilangan identitasnya masing-masing,
melahirkan konsep pribumisasi Islam sehingga tidak ada lagi pemurnian Islam

Edisi Budaya | 389


atau proses menyamakan dengan praktik persoalannya terletak pada bagaimana subyek
keagamaan masyarakat Muslim di Timur yang berbicara itu menyesuaikan, menyiasati
Tengah. dan memaknai unsur-unsur luar.
Baso menegaskan bahwa pribumisasi Pribumisasi muncul ke permukaan akibat
berbeda dengan istilah-istilah akulturasi, adanya desakan-desakan energi yang kuat
konvergensi, inkulturasi, kontekstualisasi, untuk menyuarakan kalangan yang selama
yang lebih berupa penyesuaian diri yang ini terpinggirkan, tidak mendapat ruang dan
sifatnya pasif, tunggal, searah dan monolitik. dibungkam suaranya, kaum marjinal. Melalui
Pribumisasi merupakan proses timbal-balik upaya pribumisasi, masyarakat dapat mencipta
yang produktif dan kreatif yang melibatkan dan menghayati kebudayaannya. Dalam
subyek-subyek yang aktif melakukan konteks Islam, pribumisasi dapat mengambil
akomodasi, dialog, negosiasi maupun bentuk siasat-siasat untuk membuka ruang
resistensi. Pribumisasi merupakan arena kemungkinan-kemungkinan dalam ber Islam
kontestasi, tempat dipertarungkannya makna dengan mengapresiasi kreatifitas kultur lokal.
dan digugatnya ideologi dominan. Dalam Narasi ini menggugat model (ber)agama
konvergensi, akulturasi atau inkulturasi, “murni” dan berpolitik yang dikonstruk oleh
yang dominan adalah bagaimana unsur kaum puritan, modernis dan lembaga-lembaga
luar menyesuaikan diri dengan kebudayaan resmi agama maupun negara.
lokal. Sedangkan dalam konteks pribumisasi
[Hamdani]

Sumber Bacaan
Arif, Syaiful, Humanisme Gus Dur: Pergumulan Islam dan Kemanusiaan, Yogyakarta: Arruz, 2013.
Baso, Ahmad, Plesetan Lokalitas:Politik Pribumisasi Islam, Jakarta: Desantara, 2000.
Wahid, Abdurrahman, Pergulatan Negara, Agama dan Kebudayaan, Jakarta: Desantara, 2000.

390 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Primbon

P
rimbon adalah tulisan yang memuat adalah keyakinan mengenai hubungan antara
hal-hal yang berkaitan dengan salah manusia dan roh-roh halus. Sehingga primbon
satu bentuk sistem religi dalam budaya pada level tertentu menjadi media yang
Jawa. Primbon tidak hanya berisi ramalan mengantarkan manusia pada ikhtiar untuk
(perhitungan hari baik, hari nahas, dan mengetahui penampakan Yang Maha Kuasa
sebagainya), tetapi juga menghimpun berbagai secara tidak langsung.
pengetahuan kejawaan, rumus ilmu gaib (rajah,
Pada umumnya, primbon bersifat anonim.
mantra, doa, tafsir mimpi), sistem bilangan
Kalaupun ada nama yang disebutkan, sebagian
yang pelik untuk menghitung hari mujur
besar primbon hanya disebut penyusunnya
untuk mengadakan selamatan, mendirikan
saja. Kecuali seri Betaljemur Adammakna yang
rumah, memulai perjalanan dan mengurus
ditulis oleh pangeran Harya Tjakraningrat dari
segala macam kegiatan yang penting, baik
Kesultanan Yogyakarta.
bagi perorangan maupun masyarakat. Ia juga
membahas perhitungan untuk mengetahui Menurut Simuh, primbon merupakan
nasib dan watak pribadi seseorang berdasarkan tulisan (kesusasteraan) yang isinya
hari kelahiran, nama dan ciri-ciri fisik. mencerminkan perpaduan Islam dan budaya
lokal, yakni Jawa.
Secara etomologis, primbon berasal dari
kata dasar “imbu” yang berarti “memeram
buah agar matang”, dan kemudian mendapat Sejarah Perkembangan
imbuhan pari- dan akhiran -an sehingga
terbentuk kata primbon. Secara umum, Sejak kedatangan Islam, kepustakaan
primbon adalah buku yang menyimpan Jawa mendapatkan pengaruh yang cukup
pengetahuan tentang berbagai hal. Primbon signifikan melalui kepustakaan berbahasa Arab
juga dipahami sebagian sarjana berasal dari maupun Melayu. Ada dua kepustakaan yang
bahasa Jawa “bon” (“mbon” atau “mpon”). beredar di kalangan masyarakat Jawa, yaitu
“Bon” memiliki arti “induk”, lalu kata tersebut kepustakaan yang digunakan kalangan santri
mendapat awalan “pri-” (peri-) yang berfungsi dan kepustakaan yang merupakan perpaduan
meluaskan kata dasar. Jadi, buku primbon unsur Islam dan budaya Jawa.
dapat diartikan sebagai induk dari kumpulan- Berdirinya kerajaan Islam Mataram
kumpulan catatan pemikiran orang Jawa atau membuat kepustakaan Islam Kejawen tumbuh
induk ilmu pengetahuan. subur. Hal ini terjadi tidak hanya karena
Parimbon, perimbon atau primbon juga kecenderungan budaya Jawa yang sinkretis,
bermakna sesuatu yang disimpan atau tempat tetapi juga peran para sultan Jawa Muslim
simpan menyimpan, dalam hal ini berupa yang menaruh perhatian besar terhadap fusi
kitab atau buku. agama dan budaya. Dua Sultan Jawa yang
berperan mendamaikan Islam dan Jawa
Capt. RP. Suyono berpendapat bahwa adalah Panembahan Seda Krapyak (1601-
primbon adalah petangan yang dipakai oleh 1613) dan Sultan Agung (1613-1645). Sultan
orang Islam. Yang dimaksud petangan disini yang pertama mendorong kemunculan

Edisi Budaya | 391


berbagai serat atau suluk yang berisi mistik naskah. Kitab-kitab yang dihasilkan antara lain:
Jawa dan Islam, sementara Sultan yang (1) Kitab Primbon Bektijamal Adammakna,
kedua menciptakan kalender Jawa Islam yang (2) Kitab Adammakna, (3) Kitab Primbon
merupakan perpaduan tahun Saka dan Hijriah. Betaljemur, (4) Kitab Primbon Lukmanakim
Adammakna, (5) Kitab Primbon Atassadhur
Buku primbon yang tergolong awal muncul
Adammakna, (6) Kitab Primbon Bektijamal
adalah Primbon Jawa Abad Enam Belas (Een
Adammakna Ayah Betaljemur (7), Kitab
Javanse Primbon Uit De Zestiende Eeuw) yang
Primbon Shadhatsahthir Adammakna, (8)
berbentuk manuskrip tulis tangan, sezaman
Kitab Primbon Qoamarrulsyamsi Adammakna,
dengan Buku Sunan Bonang.
(9) Kitab Primbon Naklassanjir Adammakna,
Pada mulanya, primbon berisi catatan (10) Kitab Primbon Quraysin Adammakna,
pribadi yang diwariskan secara turun menurun. (11) Kitab Primbon Ajimantrawara Yogabrata
Penyebaran secara luas dilakukan baru pada Yogamantra, (12) Kitab Primbon Kunci
abad ke 20. Primbon cetakan paling awal yang Betaljemur dan (13) Primbon Betaljemur
berisi 36 halaman terbit pada tahun 1906 Adammakna.
oleh De Bliksem. Saat itu, kontennya belum
Dari berbagai macam primbon yang ada,
disusun secara sistematis. Primbon yang lebih
kesusasteraan Jawa ini paling sedikitnya
sistematis mucul pada tahun 1930an. Ia tidak
mengandung 11 topik yang meliputi:
hanya berisi catatan keluarga, tetapi diperluas
pranata mangsa (kalender musim), petungan
mencakup petunjuk praktis kehidupan. Salah
(perhitungan hari berbasis numerik), pawukon
satunya adalah Kitab Adammakna yang terdiri
(perhitungan wuku), pengobatan (terapi
atas beberapa seri dalam bahasa Jawa dan
tradisional), wirid (pesan, sugesti atau larang
Bahasa Indonesia.
bersifat mistik), aji-aji (mantera magis), kidung
(syair nasihat dan kata bijak), ramalan/jangka
Macam-macam Primbon (prediksi masa depan), tata cara slametan (tata
cara ritual Jawa), donga atau mantera (bacaan-
Berbagai macam primbon banyak bacaan dari Al-Qur’an) dan ngalamat atau
direproduksi oleh Pangeran Tjakraningrat atau sasmita gaib (pertanda atau isyarat gaib).
Patih Danuredjo VI sekitar abad ke 19 M melalui
upaya penyaduran, penulisan dan penyalinan [Hamdani]

Sumber Bacaan
Samidi, “Tuhan, Manusia, dan Alam: Analisis Kitab Primbon Atassadhur Adammakna” dalam Jurnal Shahih, Vol. 1,
Nomor 1, Januari-Juni 2016.
Simuh, 1988, Mistik Islam Kejawen R.Ng. Ronggowarsito, Jakarta: UI Press.
__________, 2000, Sufisme Jawa, Yogyakarta: Bentang Budaya.
Suseno, Frans Magniz, 1985, Etika Jawa Sebuah Analisis Falsafi tentang Kebijaksanaan Orang Jawa, Jakarta: Gramedia.

392 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Pupuh

B
agian dari suatu karangan atau karya bentuk-bentuk puisi, dalam setiap baitnya
sastra, yang sering disamakan dengan mempunyai jumlah baris tertentu. Orang yang
bab. Pupuh biasanya dikaitkan dengan menyanyikan pupuh disebut juru tembang atau
salah satu metrum, sebab dalam sastra Jawa juru mamaos. Istilah pupuh bagi sastra Sunda
kuno penulisan sastra selalu menggunakan sama dengan bait, lagu, dan tembang. Bahkan,
bentuk puisi. Pengertian pupuh tersebut biasa karya sastra yang dilagukan dapat pula disebut
dikenal di sastra Jawa, sedangkan dalam sastra sebagai pupuh dalam sastra Sunda. Berbeda
Sunda mempunyai beberapa arti, antara lain dengan sastra Jawa, pupuh disamakan dengan
disamakan dengan bait dalam karawitan Sunda, bab dalam suatu karangan karya sastra. Apa
disamakan dengan lagu, dan tembang.Contoh yang disebut sastra Sunda sebagai pupuh
dalam sastra Sunda, pupuh Kinanti sama tersebut dalam sastra Jawa lebih dekat dengan
dengan lagu Kinanti atau tembang Kinanti. sekar Macapat.
Istilah pupuh sering dikenal di daerah pulau
Jawa, baik Jawa Barat (termasuk Sunda), Jawa
Tengah, dan Jawa Timur (termasuk Madura). Pupuh dalam Sastra Sunda dan Jawa
Istilah pupuh ini ada beberapa kesamaan dan Perbedaan yang terlihat jelas, pupuh
perbedaan dalam sastra Jawa dan Sunda. dalam sastra Jawa itu bagian dari dari suatu
karangan atau karya sastra, yang dapat
disamakan juga dengan bab. Pupuh biasanya
Konteks Pupuh
dikaitkan dengan salah satu metrum. Setiap
Dalam kesustreraan Sunda dan Jawa, satu pupuh dalam macapat hanya digunakan
pupuh disamakan dengan tembang, yaitu satu jenis pola persajakan. Bahkan, kadang-
kadang terjadi kerancuan pengertian antara
pupuh dan nama pola persajakan (Saputra,
1992: 8 dan 19).
Kesamaan pupuh dalam sastra Sunda
sesungguhnya bisa dimaklumi, karena
menurut para ahli, pupuh itu asalnya dari
Jawa. Pembagian pupuh baik dalam sastra
Jawa, terbagi menjadi empat; sekar kawi
(Kakawin), sekar agung, sekar tengahan
dan sekar alit. Adapun dalam sastra Sunda,
sebagian membaginya dalam dua kategori;
sekar ageung dan sekar alit. Termasuk
dalam sekar Ageung jumlahnya ada 4
(empat); Kinanti, Sinom, Asmarandana, dan
Kumpulan lagu-lagu pupuh sunda mangkoko.
Dangdanggula. Adapun sekar alit, jumlahnya
Sumber : ttps://pemulungbukubekas.blogspot.co.id 13, yaitu Balabak, Durma, Gambuh, Gurisa,

Edisi Budaya | 393


Jurudemung, Ladrang, Lambang, Megatruh berniat minggat malam hari
(Magatru), Maskumambang, Wijil (Mijil), Harita emban talibra
Pangkur, dan Pucung. (Suryani, 2011: 69). saat itu emban tidur nyenyak
Perbedaan dengan pupuh dalam sastra Jawa, Dikira eta babari
jumlahnya 15 (lima belas), yang berbeda itu dikiranya mudah
Ladrang dan Lambang. Kaluar ti jero pura
keluar dari dalam pura
Henteu aya nu ningali
Sekilas Sejarah Pupuh dan Contohnya tidak ada yang melihat
Istilah pupuh berkembang di Sunda sekitar
abad ke-17. Sementara di Jawa, jika mengacu
Pupuh 3 Asmarandana
pada Macapat asli atau kidung, diperkirakan
pada tahun 1541 (abad ke-16). Pada masa
Pandita buda geus lami
itu adalah tahun-tahun kehidupan para wali
pandita Buddha sudah lama
songo. Terdapat beberapa naskah kuno yang
Di gunung singkep keur tapa
menjelaskan tentang wali songo tersebut.
bertapa di gunung Singkep
Salah satunya naskah Sajarah Lampahing Para
Tapi tacan aya keneh
Wali Kabeh, 12 Juni 1897. Disebutkan berikut
tetapi belum ada juga
ini, sekaligus sebagai contoh dari pupuh-
Eta the elmu sareat
pupuh yang disebutkan di atas.
yang disebut ilmu syareat
Kawantu pandita Buda
Pupuh 1 Dangdanggula maklum Pandita Buddha
Sujudna ka dewa agung
Dangdanggula bubukaning tulis bersujudnya kepada dewa
Dangdanggula pembuka tulisan Henteu aya tingal dua
Nu dianggit carita sajarah tidak memiliki pikiran lain
Yang digubah cerita sejarah
lampahing wali kabeh
Pupuh 4 Megatru
Perjalanan para wali
asalna anu di turun
Enggeus sidik Raden ningali ka luhur
Asal yang dikutip
Raden melihat ke atas jelas
basa Jawa tapi ku abdi
Taya antarana deui
Berbahasa Jawa, tapi oleh saya
Tidak ada batas antara
diganti basa Sunda
Eunteupna di luhur kayu
Diganti dengan bahasa Sunda
hinggap di atas kayu
pamarih nu kadangu
Pateep rapet tur pipit
Harapan bagi pendengar
rapat berhimpitan burung pipit
siteri pameget sadaya
Dahan kabeh menol bango
Lelaki perempuan semuanya
cabang melengkung dengan bangau
malah mandar aya mangfaat ka diri
Mudah-mudahan bermanfaat bagi diri
dunya rawuh aherat
Pupuh 5 Pucung
Di dunia dan akhirat
Syeh Nurjati eukeur prihatin kalangkung
Syekh Nurjati sdg prihatin sekali
Pupuh 2 Kinanti
Taya lian tingal
Rarasantang nu dicatur
tidak melihat yang lain
diceritakan Rarasantang
Ngan nyipta salira dewek
Niat ngalolos ti peuting
hanya memikirkan diri sendiri

394 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Anak-anak Sunda sedang bernyanyi pupuh.
Sumber : http://www.wacana.co/2015/09/pupuh-sunda/

Syeh Nur Bayan sidik eta geus uninga Di jalanna teu kawarti
Syeh Nur Bayan pasti tahu tidak diberitakan di jalannya
Enggalna eta geus cunduk
ringkas cerita sudah tiba
Pupuh 6 Mijil Enggeus datang ka Judah
sudah sampai di Jedah
Kira-kira sarebu jeungkal pasagi Sarta lajeng ka nagari
kira-kira seribu jengkal persegi lalu menuju ke negeri
Kitu cek cerios Enggeus dongkap eta ka Negara Mekah
begitulah menurut cerita sudah tiba di Mekah
Enggeus nyieun pager di dinya the
sudah membuat pagar di situ
Kandang jaga kitu deui Kontekstualisasi Pupuh
begitu juga pos jaga
Tembang, lagu, puisi, atau seirama
Sarta nyieun bumi
dengan hal-hal itu yang dapat menjelaskan
dan membangun rumah bagus
kelangsungan dari istilah pupuh saat ini. Dalam
di kanoman alus
beberapa literatur mutakhir, sejalan dengan
di kanoman
perkembangan ilmu pernaskahan di perguruan
tinggi, tampaknya pupuh-pupuh semacam itu
akan tetap lestari. Apalagi, di koran daerah
Pupuh 7 Sinom
(lokal) juga disediakan lembar khusus untuk
kelangsungan seni budaya semacam pupuh
Tapi eta garwana mah
ini. Dengan demikian kontekstualisasi pupuh
sedang isterinya
dapat dilakukan. Di antara beberapa contoh
Ka Mekah the henteu ngiring
dari Elis Suryani (2011), sebagai berikut:
tidak ikut ke Mekah
Ngantos bae di nagara
menunggu di negerinya
Pupuh Balakbak
Kocapkeun nu angkat deui
Aya monyet tingguntayang dina tangkal
dikisahkan orang yang bepergian
nerekel

Edisi Budaya | 395


Jalu bikang jeung anakna sukan-sukan Pupuh Gurisa
rarecet Ku Hyang geura laksana
Tingcalekroh-tingcalekroh ngakanan Tuh ka nu kempot pipina
mangga Jeun teuing lega tarangna
Nu asak teu repeh Kacipta the ku hipuna
Deungdeuleueun ku kembuna
Malah omong tatanggana
Pupuh Durma Majar teh ngaheungheum gula
Di mamana panjajah pada marudah Jeun teuing da kuring suka
Lantaran dikiritik
Ku ahli nagara
Yen eta lampah jahat Pupuh Jurudemung
Tatapi kalah muriding Ya Allah tobat pangeran
Ambek-ambekan Duh gusti nu Maha Agung
Dasar nu buta tuli Ampun diri abdi
Rumaos jalmi sarakah
Kaduhung saageung gunung
Pupuh Gambuh
Tuh itu beurit lintuh
Mani rendey anakna sapuluh Pupuh Landrang
Arilikan gambarna masing taliti Coba teguh masung telek telik
Anakna kabeh ngariung Eta gambar (eta gambar)
Saregep hormat ka kolot Sugan naon reujeng di mana ayana
[Mahrus el-Mawa]

Sumber Bacaan
Sapurtra, Karsono H. Pengantar Serat Macapat. Depok: FSUI, 1992
Suryani NS, Elis, Calakan, Aksara, Basa, Sastra, Katut Budaya Sunda. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011
Yunardi, H.E. Badri. Sajarah Lampahing Para Wali Kabeh. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan
Diklat Depag RI, 2009

396 | Ensiklopedi Islam Nusantara


R
Rahmatan Lil ‘Âlamîn
Rajaban
Rebo Wekasan
Riyadhah
Rukyah
Ruwahan
Rahmatan Lil ‘Âlamîn

K
lausul rahmatan lil ‘âlamîn terdiri dari bagi orang-orang yang beriman kepada
tiga kata yaitu rahmah, huruf jar; lâm Rasulullah, membenarkannya dan menaatinya
dan al-‘âlamîn. Kara rahmatan berasal saja. Kendati demikian, mayoritas ulama
dari rahima-yarhamu-rahmah yang secara menguatkan pendapat pertama. Karena itulah,
etimologi berarti ar-ra’fah (kasihsayang), ar- diksi yang digunakan Al-Qur’an adalah al-
riqqah (halus) dan at-ta’atthuf (lembut). Huruf ‘âlamîn bukan al-mu’minîn. Artinya rahmat dan
lâm berfungsi sebagai kata penyambung yang kasih sayang itu berlaku dan diberikan kepada
mengandung kemungkinan dua makna yaitu seluruh makhluk Tuhan. Ibnu Abbas, Ibnu
li at-tamlîk (menunjukkan makna kepemilikan Jarir ath-Thabari, Ali ash-Shabuni termasuk
[agar/untuk]) dan li at-ta’lîl wa as-sababîyah ulama yang memilih pendapat pertama.
(alasan/sebab [karena]). Sementara al-âlamîn
Dengan demikian Islam adalah
adalah bentuk plural dari al-‘âlam yang berarti
agama rahmatan lil ‘alamin. Artinya Islam
semesta, makrokosmos atau semua hal selain
merupakan agama yang membawa rahmat
Allah Swt (makhluk-Nya), (Ibn Manzhur,
dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta,
2000).
termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi
Terma rahmatan lil alamin kemudian manusia. Karena itulah baginda Nabi Saw
berkembang menjadi sebuah istilah yang melarang umatnya berlaku semena-mena
kerap dipakai untuk menyebut universalitas terhadap makhluk, sebagaimana sabdanya:
ajaran Islam yang dibawa baginda Muhammad
ً
��‫ﻋﺼﻔﻮرا ﻓﻤﺎ ﻓﻮﻗﻬﺎ ﺑﻐﺮﻴ ﺣﻘﻬﺎ إﻻ ﺳ‬ ‫ﻣﺎ ِﻣﻦ إﻧﺴﺎن ﻗﺘﻞ‬
Saw. Padahal secara tekstual terma tersebut
sejatinya diambil dari firman Allah Swt: ّ ّ ّ
:‫ وﻣﺎ ﺣﻘﻬﺎ؟ ﻗﺎل‬،‫ �ﺎ رﺳﻮل اﷲ‬:‫ ﻗ�ﻞ‬.‫ﻋﺰ وﺟﻞ ﻋﻨﻬﺎ‬ ‫اﷲ‬
َ ‫ح ًة ّل ِلْ َعالَم‬
.‫ي‬ َ ‫َو َما أَ ْر َسلْ َن‬
َ ْ ‫اك إ َّ� َر‬
ِ ِ ‫ )رواه‬.‫ وﻻ �ﻘ�� رأﺳﻬﺎ ��� ﺑﻬﺎ‬،‫���ﻬﺎ ﻓ����ﻬﺎ‬
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu (�‫ا��ﺴﺎ‬
(Muhammad), melainkan untuk (menjadi)
“Tak seorangpun yang dengan sewenang-wenang
rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyâ’ :
membunuh burung pipit, atau hewan lain yang
107)
lebih kecil darinya, kecuali Allah akan meminta
Di antara tujuan utama pengutusan Nabi pertanggungjawaban kepadanya. Dikatakan:
Muhammad Saw ke muka bumi adalah untuk Lalu apa haknya burung itu ya Rasul?, Rasul
membawa rahmat, menyebarkan ajaran kasih menjawab: disembelih lalu dimakan, maka jangan
sayang, kelembutan dan kesejahteraan bagi diputus lehernya dengan cara dilemparkan.” (HR.
segenap penghuni alam. Memang terjadi an-Nasâ’i)
perbedaan di kalangan mufasir mengenai
Hadis di atas menjadi salah satu bukti
makna rahmatan li al-‘âlamîn. Ada yang
kuat bahwa Islam adalah agama kasih sayang
mengatakan rahmat itu diperuntukkan bagi
dan rahmat bagi semesta. Jangankan berbuat
seluruh makhluk Allah Swt, baik dari jenis
zhalim kepada manusia, kepada hewan seperti
manusia, jin, hewan, tumbuhan dan lainnya,
burung pipit atau bahkan yang lebih kecil saja
baik yang beriman atau kufur. Ada juga
tidak diizinkan. Itulah ajaran rahmat dan kasih
yang memahami rahmat itu hanya berlaku

Edisi Budaya | 399


sayang Islam yang secara teknik-operasional secara hitam putih, tapi selalu diambil wajhul
dicontohkan oleh baginda Rasul dalam hikmahnya. Dengan demikian, dakwah Islam
segenap perjalanan hidupnya, sehingga tidak di Indonesia, khususnya di Jawa, berjalan
berlebihan bila beliau pernah mengatakan: cukup damai dan ramah lingkungan.
ّ
(‫ )رواه ا��ﻬ� ﻋﻦ أ� ﻫﺮﻳﺮة‬.‫إﻧﻤﺎ أﻧﺎ رﻤﺣﺔ ُﻣﻬﺪاة‬
Dalam konteks negara bangsa, umat
Islam Indonesia berhasil mengambil jalan
“Sesungguhnya aku adalah rahmat yang tengah antara sistem demokrasi dan sistem
dihadiahkan (oleh Allah).” (HR. al-Baihaqi) Islam dengan menjadikan Pancasila sebagai
Rahmatan lil alamin ini juga menjadi dasar sekaligus falsafah hidup berbangsa dan
karakter dakwah baginda Nabi Saw, sehingga bernegara. Pilihan Pancasila sebagai dasar dan
ketika salah seorang sahabat mengusulkan falsafah hidup merujuk antara lain kepada
agar beliau melaknat kaum kafir Qurays, Piagam Madinah yang dijadikan sebagai
baginda justru bersabda: dasar “negara” Madinah oleh Rasulullah Saw.
Artinya, secara teologis, Pancasila menemukan
ً ُ ُ‫ﻟﻢ أُﺑﻌﺚ ﻟَ ّﻌﺎﻧًﺎ إﻧﻤﺎ ﺑ‬
‫ )رواه ﻋﺒﺪ ﺑﻦ ﻤﺣ�ﺪ ﻋﻦ‬.‫ﻌﺜﺖ رﻤﺣﺔ‬ pijakan hukum yang sangat kuat dari praktek
kenegaraan yang praktekkan Nabi Saw. Selain
(‫ﻋﻜﺮﻣﺔ‬ memiliki akar keagamaan yang cukup kuat,
“Aku diutus bukanlah sebagai pelaknat (tukang Pancasila juga merupakan jalan tengah untuk
kutuk), tetapi aku diutus sebagai pembawa mendamaikan warga bangsa Indonesia di
rahmat.” (HR. ‘Abd bin Humaid) tegah pluralitas dan hiterogenitas bangsa.
Kemampuan mendialogkan agama dengan
Ajaran yang mulia ini kemudian
realitas kebangsaan adalah bagian dari
dilanjutkan oleh sahabat dan terus ditularkan
pengejawantahan konsep Islam rahmatan lil
kepada tabi’in dan para generasi setelahnya
‘alamin.
hingga sampai kepada umat Islam sekarang.
Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan,
Dalam konteks Indonesia, ajaran Islam
muslim Indonesia juga dikenal sebagai muslim
rahmatan lil ‘alamin yang dicontohkan
yang ramah dan santun. Keramahan dan
oleh baginda Rasul di atas kemudian
kesantunan muslim Indonesia ini terbentuk
diejawantahkan dalam semua lini kehidupan
selain karena faktor alam tropisnya, juga
masyarakat Muslim. Dalam konteks dakwah
karena faktor doktrin keagamaan yang selalu
misalnya, bangsa Indonesia diakui dunia
mengedepankan hikmah dan rahmah. Doktrim
secara aklamatif sebagai bangsa yang berhasil
keagamaan yang demikian itu muncul melalui
menyeberkan Islam secara damai dan santun.
konsep ortodoksi Islam yang dalam bidang
Santun dan damai dalam berdakwah itu
teologis mengikuti Imam Asy’ari dan Maturidi,
tentu tidak terlepas dari kadalaman ilmu dan
dalam bidang fikih memilih empat madzhab
samudera kearifan para pendakwahnya.
(Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali) dan dalam
Sebut saja misalnya wali sanga, bidang tasawuf berafiliasi kepada Imam al-
sembilan pendakwah awal di pulau Jawa, Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi.
dalam menjalan dakwah, mereka selalu
Tokoh-tokoh di atas adalah representasi
mengedepankan dialog dan kompromi
dari Islam moderat yang selalu menawarkan
daripada konfrontasi. Kendatipun terpaksa
jalan tengah sebagai resolusi konflik atas
melakukan jalan konfrontasi, maka cara yang
berbagai persoalan kehidupan umat. Praktek
dilakukannya pun tetap mengedepankan rasa
keagamaan berdasarkan rumusan para imam
persahabatan dan persaudaraan dalam bingkai
di atas, kemudian melahirkan prinsip sekaligus
kebangsaan ataupun kemanusiaan. Secara
sikap keagamaan yang tawassuth (moderat),
praksis, metode dakwah yang dikembangkan
tawâzun (seimbang), i’tidal (adil) dan tasâmuh
selalu mengawinkan antara kearifan lokal
(toleran). Dengan menerapkan prinsip-
dengan maqashid syari’ah agama Islam.
prinsip tersebut, umat Islam Indonesia dapat
Menyikapi sebuah persoalan tidak dipandang

400 | Ensiklopedi Islam Nusantara


menampilkan sekaligus mengaktualisasikan mengembangkan konsep ikatan sosial
ajaran Islam rahmatan lil ‘alamin. melalui konsep trilogi ukhuwah (tiga konsep
persaudaraan), yakni ukhuwah islamiyah
Di era modern ini, Ormas Islam yang
(sesama Islam), basyariyah (sesama manusia)
paling getol menkampanyekan konsep Islam
dan wathaniyah (sesama warga negara).
rahmatan lil ‘alamin adalah Nahdlatul Ulama
Bahkan belakangan ada yang menambah satu
(NU). Tercatat sejak periode kepemimpinan
bentuk ukhuwah lain yaitu ukhuwah khalqiyah
KH. Hasyim Muzadi hingga saat ini (periode
(persaudaraan sesama makhluk). Tawaran
kepemimpinan KH. Said Aqiel Siraj), NU terus
konsep tersebut tentu dalam rangka untuk
menggaungkan ajaran tersebut ke segenap
menjaga keberlangsungan kehidupan yang
penjuru Nusantara bahkan dunia.
rahmatan lil ‘alamin (damai dan harmonis) di
Secara konsepsional, selain mengajarakan bawah payung Islam dan kebangsaan.
empat prinsip tersebut di atas, NU juga
[Adib M Islam]

Sumber Bacaan
Asy’ari, Hadratus Syekh Hasyim. Risalah Ahlis-Sunnah wal Jama’ah: fi Haditsil Mawta wa Asyrathi Sa’ah wa Bayan Mafhumis
Sunnah wal Bid’ah, (Jombang: al-Maktabah al-Masruriyah Tebuireng, tt.).
Baso, Ahmad. NU Studies: Pergolakan Pemikiran antara Fundamentalisme Islam dan Fundamentalisme Neo-Liberal, (Jakarta:
Erlangga, 2006).
Ibnu Manzhûr. Lisân al-‘Arab, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1991).
Imarah, Muhammad. Karakteristik Metode Islam, (Jakarta 1994).
Madjid, Nurcholish. Islam, Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 2008)
al-Qardhawy, Yusuf. Pengantar Kajian Islam, terj. (Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar 2002).
al-Qurthubi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshârî. al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân. (Kairo: Maktabah al-Manar,
2000).
ath-Thahhan, Musthafa Muhammad. Pribadi Muslim Tangguh, terj. (Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar 2000).
Wahid, Abdurrahman. Islamku, Islam Anda, Islam Kita, (Jakarta: The Wahid Institute, 2006).

Edisi Budaya | 401


Rajaban

B
anyak sekali tradisi yang diwariskan Para Ulama terdahulu telah banyak
leluhur Jawa secara turun-temurun. mewariskan amalan-amalan besar yang biasa
Semua tradisi tersebut tidak bisa lepas mereka kerjakan di bulan Rajab. Hal tersebut
dari laku (tata cara) dan petung (perhitungan) merupakan manifestasi atas pengagungan
yang rinci. Berbagai macam ritual, prosesi terhadap bulan Rajab. Beragam amal kebaikan
ataupun upacara tradisional Jawa ini yang mereka lakukan memberikan satu
bertujuan agar mendapatkan keselamatan dan pelajaran penting kepada kita, bahwa bulan
kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat yang mulia harus diisi dengan tindakan-
(Bayuadhy, 2015: 5). Di dalam masyarakat tindakan yang mulia. Imam al-Ghazali dalam
Jawa khususnya, banyak jenis tradisi kenduri kitab Mukasyafatul Qulub, menceritakan
atau slametan yang masih dilaksanakan sebuah hikayat yang berkaitan dengan
sampai sekarang. Tradisi tersebut bermacam- keutamaan Bulan Rajab tersebut. Konon,
macam seperti tradisi yang berhubungan tersebutlah seorang wanita di Baitul Maqdis
dengan kehamilan, kelahiran, pernikahan Yerussalem, senantiasa membaca surat al-
dan kematian serta tradisi yang berhubungan Ikhlas sebanyak dua belas ribu kali setiap
dengan penanggalan. Dalam hubungannya harinya di bulan Rajab. Dan setiap bulan itu,
dengan penanggalan, masyarakat Jawa dia terbiasa memakai pakaian yang terbuat
melaksanakan tradisi kenduri yang telah dari wol. Hingga suatu ketika, wanita tadi jatuh
dilaksanakan secara turun-temurun sakit. Dan dalam sakitnya itu, dia berwasiat
sebagaimana pada tanggal 27 Rajab yang kepada sang anak agar jika meninggal, maka
dikenal dengan tradisi rajaban atau rejeban. dia harus dikafani dengan kain wol yang
biasa dia pakai. Singkat cerita, anak tadi lalai
Rajaban atau orang Jawa menyebutnya
dengan isi wasiat sang ibu. Hingga suatu
dengan istilah rejeban yakni perayaan Isra’
malam, datanglah sang ibu menyatakan tidak
Mi’raj, perjalanan Nabi menghadap Tuhan
rela atas perbuatan sang anak. Ketika sang
dalam satu malam (Geertz, 1983: 105). Hampir
anak bangun, dan bermaksud menjalankan
setiap daerah memiliki tradisi yang mungkin
wasiat sang ibu dengan menggali kuburannya,
berbeda istilah atau cara perayaannya. Secara
ternyata jenazah sang ibu sudah tidak ada
bahasa, kata Rajab (‫)ﺭﺟﺐ‬, diambil dari kata
lagi di dalamnya. Hingga terdengarlah suara
tarjiib (‫)ﺗﺮﺟﻴﺐ‬, secara bahasa bermakna
berujar “Tidak tahukan engkau, bahwa orang
mengagungkan (‫)ﺗﻌﻈﻴﻢ‬. Diungkapkan
yang taat kepada kami di Bulan Rajab, tidak
dalam kalimat rajabtu as-sya’ia (‫)ﺭﺟﺒﺖ ﺍﻟﺸﻴﺊ‬,
akan kami tinggalkan sendirian” (Al-Ghazali, t.t,
bermakna aku mengagungkannya (Al-Azhari,
255).
1964: 39). Rajab bisa bermakna al-ashab, yang
berarti dituangkan. Secara filosofis, pengertian Bulan Rajab termasuk dalam bulan
harfiyah ini menurut al-Ghazali sejalan dengan arba’atun hurum, yang merupakan empat
keutamaan Rajab, dimana pada bulan tersebut bulan yang dimuliakan (disucikan) dari dua
Allah menuangkan rahmat-Nya atas orang- belas bulan yang ada pada sisi Allah adalah
orang yang bertaubat (Al-Ghazali, t.t, 255). bulan Muharam, Zulqa’dah, Zulhijjah dan

402 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Rajab (Halim, 2002: 31). Pemuliaan terhadap terjadi pada masa kesedihan (Âm al-Huzni)
arba’atun hurum merupakan sebuah tradisi karena meninggalnya dua pelindung beliau;
yang telah dijalankan oleh kalangan suku-suku istrinya Siti Khadijah dan pamannya Abu
Arab sebelum Islam datang, dan ketika Nabi Thalib, sehingga perjalanan Isra’ Mi’raj ini
Muhammad saw. datang dengan membawa merupakan pelipur lara dari kesedihan Nabi
ajaran Islam dengan menggunakan Al-Qur’an tersebut (Rachman, 2006: 1211).
sebagai pedoman ajarannya. Berkenaan
Peristiwa Isra’ Mi’raj membuktikan
tentang arba’atun hurum memberi apresiasi,
bahwa ‘ilm dan qudrat Tuhan meliputi dan
yaitu melanjutkan dan mengabsahkan
menjangkau, bahkan mengatasi, segala yang
keberlakuannya. Apresiasi Al-Qur’an terhadap
finite (terbatas) dan infinite (tak terbatas)
tradisi penghormatan arba’atun hurum yang
tanpa terbatas waktu atau ruang. Pendekatan
mana tradisi tersebut merupakan tradisi
yang paling tepat untuk memahami peristiwa
jahiliyah akan tetapi Al-Qur’an masih
tersebut adalah pendekatan imaniy. Salah satu
mempertahankan dan mengabsahkan
hal yang menjadi pusat pembahasan Al-Qur’an
keberlakuan hukumnya (al-Sharqawi, 1986:
adalah masa depan rohani manusia demi
69).
mewujudkan keutuhannya. Uraian al-Qur’an
Rajaban, rejeban atau slametan 27 tentang Isra’ dan Mi’raj merupakan salah
Rajab diselenggarakan guna memperingati satu cara pembuatan skema rohani tersebut
peristiswa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw, (Shihab, 2013: 531).
setahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah
Peringatan rajaban merefleksikan gema
(Ahsin, 2006: 125). Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj
Kitab Suci dalam pikiran setiap orang muslim
tersebut, Rasulullah menerima wahyu berupa
yang memperingati atau mengerjakan
perintah melaksanakan shalat lima waktu dari
berbagai ibadah-ibadah suci lainnya seperti
Allah swt. Perintah tersebut merupakan salah
puasa, dzikrullah (Istighfar Rajab), dan
satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan
lain sebagainya di bulan suci itu. Dan pada
oleh seluruh kaum muslim (Aizid, 2015: 159).
gilirannya gema tersebut akan membuat
Kisah peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad
kenangan dalam pikiran dan jiwa orang-orang
saw. tersebut termaktub dalam QS. al-Isra’
yang melakukannya dengan hati yang ikhlash
[17]: 1 yang berbunyi “Maha Suci Allah, yang
karena Allah Ta’ala semata. “Karena keikhlasan
telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
inilah yang akan mengembalikan mereka pada
malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha
keadaan dengan kegembiraan dan keindahan
yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar
surgawi”. Di sinilah pengaruh kimiawi atas
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-
tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Kandungan yang ada di dalam ayat tersebut
secara implisit menjelaskan bahwa Allah swt,
Yang Maha Suci telah memperjalankan (meng-
Isra’ Mi’raj-kan) Nabi Muhammad saw. pada
malam hari dari Masjidil Haram di Makkah
ke Masjidil Aqsha di Yerussalem (Palestina)
untuk kemudian dinaikkan ke langit pertama
sampai langit ketujuh hingga sampailah beliau
di Sidratul Muntaha (al-Ghaithiy, 2000: 13)
guna menerima wahyu berupa perintah shalat
lima waktu yang sampai sekarang perintah
tersebut wajib dilaksanakan oleh seluruh umat
Islam dan menjadi salah satu rukun Islam. Pawai Rejeban di Yogyakarta 2015.
Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw. Sumber: http://www.rakosa-fm.co.id/

Edisi Budaya | 403


jiwa seseorang dalam menjalankan puasa dan tersebut merupakan aktualisasi dari pikiran,
memperbanyak dzikrullah (Istighfar Rajab) keinginan, dan perasaan jamaah untuk lebih
di bulan itu akan mempengaruhi jiwanya, mendekatkan diri kepada Tuhan. Upaya
terhadap adanya kebenaran. pendekatan diri tersebut dicapai melalui ritual
sedekahan, kenduri atau selamatan pada
Pada hakikatnya, Isra’ Mi’raj Nabi
perayaan rajaban.
Muhammad saw. yang termaktub pada ayat
pertama surah al-Isra’ ini mempunyai ‘ibrah Mayoritas umat Islam di Jawa
yaitu perintah melaksanakan shalat lima memperingati perayaan Isra’ Mi’raj Nabi saw.
waktu. Akan tetapi dalam praktiknya, terdapat guna mengingat kembali peristiwa agung yang
masyarakat yang mencoba memahami ayat dialami oleh Nabi Muhammad yang mana
tersebut ke dalam bentuk sebuah praktek yang dalam peristiwa tersebut beliau memperoleh
sudah menjadi salah satu tradisi keislaman wahyu dari Allah swt. berupa shalat lima
di Indonesia pada umumnya yakni dalam waktu. Perayaan tersebut sudah menjadi
bentuk tradisi atau ritual rajaban. Maka ketika tradisi dan syiar Islam yang turun menurun
bulan Rajab tiba, sebagian besar umat Islam dilakukan oleh nenek moyang terdahulu.
di Indonesia memperingati rajaban. Umat Dalam memperingati peristiwa Isra’ Mi’raj
Islam dari berbagai daerah, berbagai kalangan, Nabi Muhammad yang diperingati oleh
berbagai jamaah memperingati hari besar masyarakat Indonesia, Jawa pada khususnya,
Islam tersebut dengan menggelar pengajian diadakan dengan berbagai acara tertentu.
bersama-sama pada suatu tempat seperti di Misalnya dengan lantunan syair-syair dan
masjid, musholla atau lapangan. qasidah pujian, pembacaan kita suci Al-Qur’an
dan shalawat Nabi saw, mauidhah khasanah
Peringatan rajaban yang sejak zaman
yang berisikan hikmah peristiwa Isra’ Mi’raj
nenek moyang dulu sampai sekarang masih
Nabi Muhammad dan sebagainya.
diperingati umat Islam secara kontinyu
dan meriah. Dimana umat Islam bertemu, Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi
berkumpul bersama sambil membaca bagian- sendiri memperingati hari Isra’ Mi’raj. Cirebon
bagian al-Qur’an, dzikir, wirid, uraian tentang misalnya mempunyai tradisi Isra’ Mi’raj yang
hikmah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw. jatuh pada tanggal 27 Rajab dalam Kalender
dan diakhiri dengan doa khusus yang terkait Hijriah yakni bernama rajaban. Biasanya
dengan tujuan ritual tersebut. Rajaban masyarakat Cirebon berbondong-bondong
memegang peranan yang sangat penting. pergi berziarah ke Plangon, tempat dua makam
Peran tradisi Rajaban tersebut yaitu sebagai penyebar ajaran agama Islam yakni Pangeran
salah satu syi’ar Islam serta sebagai penguat Kejaksan dan Pangeran Panjunan. Selain itu
ukhuwah islamiyah dan ukhuwah basyariyah. tradisi rajaban juga biasa digelar di Keraton
Tradisi Rajaban dapat dikatakan sebagai salah Kasepuhan Cirebon. Keraton Kasepuhan
satu syi’ar Islam dikarenakan dalam rangkaian biasanya menggelar pengajian untuk umum
kegiatan tradisi tersebut terdapat penyampaian dan melakukan tradisi membagikan nasi
mau’izhah hasanah dalam hal ini da’wah bil lisan bogana kepada wargi keraton, kaum masjid,
yang diharapkan pesannya dapat sampai pada abdi dalem dan masyarakat mager sari. Nasi
jamaah yang mendengarkan. bogana itu terdiri dari kentang, telor ayam,
tempe, tahu, parutan kelapa dan bumbu
Kemudian hal tersebut berkolaborasi
kuning yang dijadikan satu.
dengan ritualitas sebagai wujud pengabdian
dan ketulusan penyembahan kepada Allah, Berbeda halnya di Yogyakarta, di kota
yang sebagian diwujudkan dalam bentuk gudeg ini tradisi rajaban telah ratusan tahun
simbol-simbol yang memiliki kandungan dilakukan di Kraton. Nama tradisi tersebut
makna mendalam. Simbol-simbol tersebut adalah Rejeban Peksi Buraq yang digelar
diantaranya adalah ubarampe (piranti dalam sehari sebelum peristiwa Isra` Mi`raj, tidak
bentuk makanan) yang disajikan dalam ritual lain yaitu pada tanggal 26 Rajab. Upacara
mampir dalam upacara selamatan rajaban. Hal ini dimaksudkan untuk memberi gambaran

404 | Ensiklopedi Islam Nusantara


“buraq” yang ditunggangi oleh Nabi menjalani ibadah puasa Ramadhan. Syiar
Muhammad saat berisra’. Hal itu disimbolkan Islam dapat saja dilakukan dalam bentuk
dengan dua ekor burung jantan dan betina acara acara seremonial. Khusus masyarakat
yang sedang bertengger di pohon buah-buahan Gorontalo dalam memperingati hari hari besar
di taman surga. Burung buraq dibuat dari buah Islam sangat syarat dengan acara tradisional.
manggis, rambutan jeruk bali dan juga tebu. Perayaan Isra’ Mi’raj bagi masyarakat
Pembuatan miniatur buraq ini dikerjakan Gorontalo di setiap ruang dan dimensi waktu
oleh para kerabat dekat Sultan, khususnya di bulan Rajab pelaksanaan secara tradisional
kaum putri. Nantinya, gundungan buah itu dengan membaca naskah yang diselesaikan
akan dibagikan kepada jamaah masjid usai sepertiga malam sama dengan perjalanan
pengajian (Yahya, 2009: 61-62). Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan
Isra’ Mi’raj. Naskah klasik Isra’ Mi’raj adalah
Di kelurahan Kampung Bukit, kelurahan
bentukan hasil pemikiran orang orang
Toboali, kecamatan Toboali, kabupaten Bangka
Gorontalo terdahulu yang tertulis dengan
Selatan, provinsi Bangka Belitung punya
huruf Arab Pegon versi Gorontalo sebagai hasil
tradisi untuk menyambut hari Isra’ Mi’raj.
budaya cipta yang secara substantif memuat
Nama tradisi itu adalah Tradisi Nganggung.
tulisan tentang ajaran Islam yang memuat
Nganggung adalah tradisi membawa makanan
sifattun Nabiyyun Muhammad SAW (sifat sifat
dari rumah masing-masing menggunakan
Nabi Muhammad SAW), memuat konsep Isra’
dulang atau rantang. Makanan yang dibawa
Mi’raj dan konsep wafati (cerita wafatnya Nabi
biasanya berupa kue, buah-buahan atau
Muhammad SAW) sekaligus doa keselamatan
nasi lengkap dengan lauk pauknya. Tradisi
manusia di dunia dan akhirat.
nganggung pada Isra’ Mi’raj biasanya tak
hanya dilaksanakan warga Kampung Bukit, Memperhatikan uraian tersebut di atas
tetapi juga warga desa lain di Bangka Selatan. mengantarkan kita kepada suatu etos di
kalangan para ulama yang amat patut untuk
Tradisi rajaban dilaksanakan oleh
kesekian kalinya kita renungkan, yaitu etos
masyarakat Gorontalo pada bulanRajab,
“al-muhâfadzah ‘ala al-qadîm al-shâlih wa al-
baik secara individual, kelompok atau dan
akhdzu bi al-jadîd al-ashlah” (memelihara yang
dilaksanakan oleh pengurus masjid, lembaga
lama yang baik dan mengambil yang baru
pendidikan sampai pada dinas instansi dan
yang lebih baik). Sedangkan perayaan Isra’
jawatan. Hasil penelusuran penulis di lapangan,
Mi’raj yang dilaksanakan secara tradisional
pada umumnya pada acara di tingkat lembaga
oleh masyarakat Gorontalo mempunyai syair
pendidikan dan instansi jawatan, institusi
tersendiri untuk mengingat kembali perjalan
kemasyarakatan, masjid, musholah, surau atau
Rasulullah yang oleh Atho Mudzhar dipandang
di lingkungan keluarga perayaannya melalui
bahwa kegiatan semacam ini dikategorikan
penyampaian hikmah oleh mubaligh dan
sebuah budaya Islam lokal yang syarat dengan
mubaligha serta doa dan dilanjutkan dengan
simbol-simbol dan penjabaran naskah-naskah
membaca naskah Isra’ Mi’raj yang bacaan
tua budaya keagamaan (Mudzhar, 1998: 20).
harus dihabiskan dalam sepertiga malam
sama dengan waktunya Nabi Muhammad SAW Di Pekalongan, Jamaah Ummahatur
melaksanakan Isra’ Mi’raj. Rifa’iyah melaksanakan tradisi rajaban tak
ubahnya seperti jamaah yang lain. Akan
Naskah Isra’ Mi’raj yang tertulis dengan
tetapi ada beberapa hal yang membedakan
bentuk huruf arab pegonversi Gorontalo
rajaban Jamaah Rifa’iyah dengan jamaah
sebuah bentuk budaya cipta yang lahir
yang lain. Salah satunya adalah bahwa yang
dari pemikiran dankreativitas orang orang
melaksanakan kegiatan atau tradisi rajaban
terdahulu yang menunjukkan syiar Islam
ini hanyalah Jamaah perempuan atau
yang dijabarkan dalam acara yang dimensi
disebut dengan Jamaah Ummahatur Rifa’iyah.
waktu di setiap bulan Rajab dilaksanakan
Beberapa acara yang dilaksanakan dalam
secara meriah sebagai tanda agar masyarakat
kegiatan rajaban tersebut, seperti diawali
segera membenahi diri untuk persiapan

Edisi Budaya | 405


dengan membaca kitab Arja’ (Salah satu kitab setiap bulan Rajab bagi masyarakat
karangan K.H. Ahmad Rifa’i yang di dalamnya Indonesia mencirikan karakter syiar Islam
dibahas mengenai hikayah Isra’ Mi’raj Nabi yang tidak mengabaikan unsur-unsur lokal
Muhammad saw), tilawah Al-Qur’an, membaca karena memberi nilai spiritual yang tinggi
shalawat Nabi saw, acara inti yakni pengajian dalam pandangan hidup masyarakat yang
(mauidhah khasanah) untuk kemudian secara kreatif terbukanya ruang gerak bagi
diakhiri dengan doa majlis. Upacara ritual individu untuk aktif mengkonstruk realitas
tradisi rajaban jamaah Ummahatur Rifa’iyah keberagaman dalam rangka mengkritisi konsep
merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Isra’ Mi’raj yang selama ini sangat familiar
Allah swt. yang termasuk dalam kategori di kalangan masyarakat Islam tradisional.
mencari ilmu sebagai bekal hidup di dunia dan Masyarakat Nusantara adalah masyarakat
di akhirat kelak. adat, yang menempatkan adat bersendikan
syara’ dan syara’ bersendikan kitabullah,
Rajaban dapat juga dikatakan sebagai hari
sehingga secara kultural, masyarakat kita
raya dan hari kasih sayang jamaah Ummahatur
sangat menghargai tradisi-tradisi baik secara
Rifa’iyah. Dikatakan demikian karena dalam
simbolik, yang bernuansa pesan-pesan moral
praktiknya usai rangkaian acara ditutup, para
yang islami tetap dipelihara dan dilestarikan.
jamaah saling tukar hadiah pada jamaah lain
dalam bentuk buah tangan (jajan) dalam ritual Adanya pelaksanaan ritual tradisi
mampir. Ritual mampir tersebut dilakukan rajaban akan menambah keyakinan serta
dengan cara mendatangi setiap rumah jamaah meningkatkan keimanan seseorang yang
yang dekat dengan masjid atau mushola tempat dengan khusyu’ memahami hakikat
diselenggarakannya tradisi rajaban. Tradisi pelaksanaan rajaban. Karena dari adanya
rajaban berperan sebagai penguat ukhuwah pelaksanaan rajaban tersebut mengingatkan
islamiyyah dan ukhuwah basyariyyah antar umat muslim bahwa Nabi Muhammad saw.
sesama umat Islam. Hal ini dapat dibuktikan telah di-Isra’ Mi’rajkan oleh Allah swt. dan
dengan melihat adanya ritual mampir setelah hasil dari peristiwa tersebut adalah perintah
seluruh rangkaian kegiatan dalam tradisi melaksanakan shalat lima waktu yang
rajaban selesai dilaksanakan. merupakan salah satu rukun Islam.
Semangat perayaan peringatan Isra’ [M Ulinnuha]
Mi’raj secara tradisional yang dilaksanakan

Sumber Bacaan
Aizid, Rizem. Islam Abangan dan Kehidupannya: Seluk Beluk Kehidupan Islam Abangan. Yogyakarta: DIPTA, 2015.
Azhari al-. Tahdzib al-Lughah, Juz 2. Kairo: Al-Dar al-Mishriyah, 1964.
Bayuadhy, Gesta. Tradisi-tradisi Adiluhung Para Leluhur Jawa. Yogyakarta: Dipta, 2015.
Geertz, Clifford. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa Terj. Aswab Mahasin dengan judul asli The Religion of
Java. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983.
Ghaithiy al-, Syekh Najmuddin. Menyingkap Rahasia Isra’ Mi’raj Rasuullah saw. terj. K.H. Abdullah Zakiy al-Kaaf dengan
judul asli Qishatul Mi’raj wa al-Mi’rajul Kabir. Bandung: CV Pustaka Setia, 2000.
Ghazali al-. Mukasyafatul Qulub (Rahasia Ketajaman Mata Hati). Surabaya: Terbit Terang, t.t.
Hafidz al-, Ahsin W. Kamus Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Amzah, 2006.
Halim, Abdul. Ensklopedi Haji dan Umrah Ed. I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Mudzhar, Atho. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka pelajar. 1998.
Rachman, Budhy Munawar. Ensiklopedi Nurcholis Madjid: Pemikiran di Kanvas Peradaban, Editor Ahmad Gaus AF, et.al.
Cet. I. Jakarta: Mizan, 2006.
Sharqawi al-, Effat. Filsafat Kebudayaan Islam, Terj. Ahmad Rofi’ Usmani. Bandung: Pustaka, 1986.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan,
2013.
Yahya, Ismail. Adat-adat Jawa dalam Bulan-bulan Islam Adakah Pertentangan. Solo: Inti Medina, 2009.
Gambar: Kirab Budaya Nyekar Leluhur bersama seluruh warga kampung Sagan dalam rangka Merti Kampung Gelar
Budaya Rejeban di Sagan, Gondukusuman

406 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Rebo Wekasan

S
ecara bahasa, “Rebo” merupakan Sebagian yang lain memahami kata kasan
nama hari dalam bahasa Jawa yang merupakan penggalan dari kata wekasan
sama maknanya dengan ‘hari rabu’ yang dalam bahasa Indonesia mempunyai
dalam bahasa Indonesia, ‫( أرﺑﻌﺎء‬Arab), atau arti pesanan. Berangkat dari teori ini istilah
‘Wednesday’ (Inggris); sedangkan “Wekasan” rebo kasan berarti hari Rabu yang spesial
dalam bahasa jawa berarti ‘akhir’ (the end / tidak seperti hari-hari Rabu yang lain. Seperti
��‫)���ﺎ‬. “Rebo Wekasan” berarti “Rabu Terakhir”. barang pesanan yang dibikin secara khusus dan
tidak dijual kepada semua orang. Kesimpulan
Secara etimologis, istilah rebo wekasan
ini bisa dipahami karena rebo kasan memang
berasal dari dua kata yaitu rebo dan wekasan.
hanya terjadi sekali dalam setahun dimana
Menurut Sudarmanto (2014: 275), kata rebo
para sesepuh manti–manti (wekas) agar hati-
berarti nama hari dalam bahasa Jawa, yaitu
hati pada hari itu. Selain kedua versi tersebut
Rabu dalam bahasa Indonesia, Wednesday
ada satu lagi yang mengasumsikan bahwa
(Inggris), ‫( أرﺑﻌﺎء‬Arab), Çarşamba (Turki),
kata kasan berasal dari kata bahasa Arab,
‫( ﭼھﺎرﺷﻨﺒﮧ‬Persia), atau hari keempat dalam
hasan yang berarti baik. Barangkali kata kasan
perhitungan satu minggu. Sedangkan wekasan
yang berarti baik sengaja dibubuhkan untuk
berasal dari bahasa Jawa ‘wekas’ (Achmadi,
memberi sugesti pada umat atau masyarakat
2013: 27-28) yang berarti yang paling akhir/
agar tidak terlalu cemas dengan gambaran
the end/��‫( ���ﺎ‬Pijper, 1984: 171). Rebo wekasan
yang ada pada hari rebo wekasan tersebut (al-
berarti hari Rabu yang terakhir dari bulan
Marbawi, 1987: 126).
Safar (bahasa Jawa: Sapar). Dalam kalender
Hijriyah, bulan Safar merupakan bulan kedua, Secara terminologi, rebo wekasan dapat
yaitu Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul didefiniskan sebagai bentuk ungkapan yang
Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, menjelaskan satu posisi penting pada hari
Sya’ban, Ramadhan, Syawwal, Dzulqa’dah, dan Rabu di akhir bulan khususnya pada akhir
Zulhijjah. bulan Safar untuk kemudian dilakukan
berbagai macam ritual seperti (1) shalat tolak
Istilah rebo wekasan disebut juga dengan
balak; (2) berdoa dengan doa-doa khusus; (3)
rebo kasan, rebo pungkasan dan dalam istilah
minum air jimat; dan (4) selametan, sedekah,
masyarakat Madura dikenal dengan rebbu
silaturrahim, dan berbuat baik kepada sesama,
bhekkasan. Istilah rebo wekasan sering
supaya terhindar dari berbagai musibah yang
digunakan oleh masyarakat Jawa Timur, sedang
turun pada hari Rabu akhir di bulan Safar.
istilah rebo kasan atau rebo pungkasan banyak
Menurut kepercayaan sebagian masyarakat,
digunakan oleh masyarakat Jawa Tengah dan
termasuk masyarakat Jawa dan Madura,
Jawa Barat. Kata kasan merupakan penggalan
sifat bulan Safar hampir sama dengan bulan
dari kata pungkasan yang berarti akhir dengan
sebelumnya yang merupakan kelanjutan dari
membuang suku kata depan menjadi kasan.

Edisi Budaya | 407


bulan Suro (Muharram), yang diyakini sebagai sedikit menggesernya menjadi sesuai dengan
bulan yang penuh bencana, balak, malapetaka tahun Hijriyah. Bulan pertama (Muharram)
dan kesialan (hadis Abu Daud: No. 3414). Hal di Jawa dinamakan Sura, berhubung dengan
ini membuat beberapa kalangan masyarakat hari perayaan kesepuluh (Asyura). Setelah
menganggap perlunya mengadakan tradisi berpuasa (puasa sunat) dihidangkan bubur
ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan sura, upacara yang harus dihubungkan di satu
dan sekaligus sebagai penghormatan kepada pihak dengan perayaan kesuburan zaman pra-
leluhur. Islam. Artinya sejarah mengatakan bahwa
saat Islam datang dan masuk ke dalam budaya
Rebo wekasan merupakan fenomena
Jawa, Islam sendiri tidak menghapus tetapi
yang terjadi di masyarakat karena faktor
menumpangi sehingga tidak menggeser
akulturasi budaya Jawa dengan Islam secara
kebudayaan di Jawa.
intensif. Islam di wilayah Jawa memiliki
karakter tersendiri karena banyak prosesi Upacara Rebo Wekasan atau sering
ritual keagamaan yang sebenarnya merupakan diperpendek Rebo Kasan merupakan ritual
produk animisme, dinamisme, Hinduisme dan yang dilaksanakan sekali dalam satu tahun,
Budhisme dipertahankan dalam bingkai dan yaitu setiap hari Rabu akhir pada bulan
nilai-nilai Islam, seperti dengan pemberian doa Safar, bulan kedua dari 12 bulan penanggalan
secara Islam dan tradisi kenduri, selamatan dan Hijriyah.
lain-lain. Faktor yang melatar belakangi rebo
Hari tersebut dipercaya sebagai hari
wekasan adalah pembingkaian adat dan tradisi
diturunkannya bala bencana ke alam
non Islam dengan nilai-nilai Islam tersebut
dunia. Atas dasar itulah dilakukanlah ritual
dapat terwujud karena warisan budaya Jawa
keagamaan berupa ibadah, doa-doa, dan
yang halus dapat dipertahankan dan menyatu
sedekah. Tradisi ini di Indonesia dikenal
apabila dipadukan dengan unsur-unsur Islam.
khususnya di Pulau Jawa, Bangka Belitung,
Menurut Denys Lombard bulan Safar dan beberapa daerah di Kalimantan Selatan.
(rebo wekasan) merupakan kutub negatif.
Tradisi upacara rebo wekasan ini adalah
Orang tidak keluar rumah dan menghindari
salah satu bentuk dari kepercayaan masyarakat
segala kegiatan, untuk mengenang Nabi
yang bisa dikatakan tradisi nenek moyang
Muhammad sakit. Hari itu juga merupakan
(Yusuf, 2011: 11). Sudah menjadi tradisi di
hari yang kurang baik menurut penanggalan
kalangan sebagian umat Islam terutama di
pra-Islam (Lombard, 1996: 240). Dikatakan
masyarakat Islam Indonesia, seperti halnya
dalam penanggalan-penanggalan pra-Islam
di Palembang, Lampung, Kalimantan Timur,
itu pertama-tama menunjukkan indikasi-
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
indikasi hari yang baik dan yang buruk. Suatu
Yogyakarta, dan kemungkinan sebagian kecil
indikasi waktu tertentu selalu akan tampak
masyarakat Nusa Tenggara Barat. Tradisi
mengandung potensi ini dan itu, dan orang
rebo wekasan dilaksanakan dengan beberapa
yang berkepentingan harus memperhitungkan
ragam cara. Ada yang merayakan dengan cara
dengan perhitungan “ala ayu” waktu karena
besar-besaran, melaksanakan haul sesepuh
itulah cara menghindari bencana yang
dan tahlilan bersama, ada yang merayakan
mengancam. Tetapi penanggalan Islam
secara sederhana dengan membuat makanan
sebaliknya, mencoba meratakan semua
yang kemudian dibagikan kepada tetangga,
ketidaksamaan itu dengan tujuan mengangkat
namun diawali dengan tahmid, takbir, zikir dan
persepsi waktu yang secara mendasar bersifat
tahlil serta diakhir dengan doa. Ada juga yang
netral, koheren dan seragam.
merayakan dengan melakukan shalat rebo
Satu hal yang menarik adalah melihat wekasan atau shalat tolak balak, baik dilakukan
bagaimana perayaan-perayaan Islam sendiri-sendiri maupun secara berjamaah.
menumpangi perayaan-perayaan yang terkait Bahkan ada yang cukup merayakannya dengan
dengan ritme tahun matahari, dan sedikit demi jalan-jalan ke pantai untuk mandi yang

408 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Wekasan adalah kitab-kitab klasik yang rata-
dimaksudkan untuk menyucikan diri dari
rata ditulis pada akhir abad 17 M dan awal
segala kesalahan dan dosa.
abad 18 M. Kitab-kitab rujukan ini adalah hasil
karya para cendekiawan Islam yang bukan
Sejarah berasal dari tanah Jawa. Oleh karena itu ada
yang berpendapat bahwa ritual Rebo Wekasan
Tradisi ritual Rebo Wekasan telah menjadi bukan budaya asli budaya Jawa meskipun
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan menggunakan istilah Jawa. Di antara kitab-
keagamaan masyarakat muslim di beberapa kitab rujukan yang digunakan adalah:
tempat di Jawa seperti Madura, Gresik, Mujarrabat al-Dairabi al-Kabir karya syekh
Probolinggo, Situbondo, Pasuruan (Jawa Ahmad al-Dairabi, Kanzun al-Najah karya
Timur), Yogyakarta (DIY), Demak, Cilacap Syekh Abd al-Hamid al-Qudsi, al-Jawahir al-
(Jawa Tengah), Cirebon, Tasikmalaya (Jawa Khams karya Syekh Muhammad Khatir al-Din
Barat), Pandeglang, Serang (Banten), dan al-Atthar, Syarah Sittin, Khazinat al-Asrar dan
sebagainya. lain-lain.
Kepercayaan atas keunikan Rebo Fenomena rebo wekasan dilatarbelakangi
Wekasan berkaitan dengan keyakinan bahwa adanya pendapat Abdul Hamid Quds yang
Allah menurunkan bala dan bencana pada dituangkan dalam kitab Kanzun Najah
hari tersebut. Atas dasar hal itu masyarakat wa-Surur fi Fadhail al-Azminah wa-Shuhur.
kemudian meyakini bahwa hari tersebut adalah Dijelaskan dalam kitab tersebut, setiap tahun
hari buruk untuk memulai atau melaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar, Allah
aktivitas tertentu. Mereka menghindari Rebo menurunkan 320.000 macam bala bencana
Wekasan dalam melangsungkan akad nikah, ke bumi. Hari tersebut dianggap sebagai
melakukan perjalanan, memulai membangun hari yang terberat sepanjang tahun. Maka
rumah, memulai usaha, dsb karena dipandang barangsiapa yang melakukan shalat 4 rakaat,
akan membawa dampak buruk pada hasil di mana setiap rakaat setelah surat al-Fatihah
yang akan dicapai. Sebagai gantinya, mereka dibaca surat al-Kautsar 17 kali, lalu surat al-
kemudian melakukan ritual-ritual agama Ikhlas 5 kali, surat al-Falaq dan surat an-Naas
seperti salat, doa-doa, dan sedekah dengan masing-masing sekali; kemudian setelah salam
harapan agar terhindar dari segala bala’ yang membaca do’a, maka Allah dengan kemurahan-
diturunkan pada hari tersebut. Nya akan menjaga orang yang bersangkutan
Disebutkan dalam beberapa sumber dari semua bala bencana yang turun di hari itu
referensi Islam Klasik bahwa salah seorang sampai sempurna setahun.
Waliyullah yang telah mencapai makom kasyaf Kegiatan serupa dalam mengartikan
(mendapatkan ilmu tentang sesuatu yang sulit bulan Safar sebagai bulan bencana adalah
dimengerti orang lain seperti hal–hal gaib) sebagaimana dikisahkan oleh al-Syeikh
mengatakan bahwa dalam setiap tahun Allah Muhammad bin Atwi al-Maliki al-Hasani, dalam
swt. menurunkan bala’ (penyakit, bencana, kitabnya Abwab al-Faraj, Pasal pengobatan
kejahatan, dsb.) sebanyak 320.000 macam dengan ayat syifa (penyembuh), mengkisahkan
dalam satu malam. Oleh karena itu Wali al-lmam al-Syeikh Abu al-Qashim al-Qusyairi
tersebut memberi nasehat mengajak pada Rahimahullah memiliki anak dalam kondisi
umat untuk mendekatkan diri kepada Allah sakit keras sehingga hampir berputus asa
dan memohon agar dijauhkan dari semua melihat anaknya. Dalam tidurnya ia mimpi
bala’ yang diturunkan pada hari itu dengan bertemu dengan Nabi dan ia menyampaikan
membaca doa-doa keselamatan dan tolak bala. kondisi sakit anaknya, dan Nabi berkata;
Atas dasar itulah ritual yang dilakukan pada “apakah engkau tidak mengetahui ayat-ayat
hari Rebo Wekasan bersifat bersifat tolak bala. syifa di dalam al-Qur’an?”. Kemudian al-lmam
Sumber-sumber rujukan yang biasa al-Syeikh Abu al-Qashim al-Qusyairi segera
digunakan sebagai landasan ritual Rebo mencari ayat-ayat yang dimaksud Rasulullah

Edisi Budaya | 409


tersebut. Ditemukanlah enam ayat dalam al- yang ada di masyarakat Yogyakarta dengan
Qur’an yang mengandung kata syifa, yaitu Gresik Jawa Timur. Tradisi rebo wekasan di
yang terdapat dalam surat at-Taubah (14), Yogyakarta dianggap sakral dan penting,
Yunus (57), surat al-Nahl (69), surat al-Isra karena menurut cerita pada hari Rabu terakhir
(82), dan surat al-Syu’ara (80). Kemudian tersebut merupakan waktu pertemuan antara
beliau menulis ayat-ayat tersebut di atas Sri Sultan Hamengkubuwono I dengan Mbah
kertas dan memasukkannya ke dalam air dan Kyai Faqih Usman, seorang ulama Islam
disuguhkan kepada anaknya untuk diminum terkenal di Yogyakarta. Tradisi rebo wekasan
sebagai penawar, maka kemudian sembuhlah atau rebo pungkasan dilaksanakan sebagai
anak tersebut dari penyakitnya. Adapun wujud ungkapan rasa syukur kepada Allah
ketujuh ayat yang disebut di dalam kitab Tajul SWT. Puncak acara dalam tradisi ini adalah
Muluk terdapat dalam surat Yasin (58), surat kirab lemper (makanan yang terbuat dari
ash-Shafat (79, 109, 120, 130), surat al-Zumar beras ketan), seperti halnya yang terjadi pada
(73), dan surat al-Qadar (5) (Arsyad, 2005: 9). masyarakat`desa Wonokromo. Lemper ini
dikirab dari masjid desa Wonokromo menuju
Atas dasar pendapat dan kisah tersebut,
balai desa Wonokromo (Mulyadi, 1983: 4).
sebagian masyarakat menyakini bahwa bulan
Safar adalah adalah bulan sial sehingga harus Asal-usul rebo wekasan dalam pandangan
mengadakan sebuah ritual untuk menolak bala masyarakat Gresik yaitu sejak sejarah
bencana sebagaimana tradisi-tradisi selamatan keberadaan upacara rebo wekasan pada zaman
lainnya yang diperingati untuk memperoleh Kanjeng Sunan Giri (Raden Paku) yang
keselamatan. Fenomena tersebut merupakan mensyukuri sebuah masjid serta sumber
bentuk pengalaman subjektif atau pengalaman air yang ditemukan di desa Suci pada hari
fenomenologikal terhadap kesadaran pokok Rabu akhir bulan Safar. Pada tengah malam
seseorang, dalam hal ini adalah pengalaman- itu Sunan Giri mengajak para santri dan
pengalaman ritual yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk mandi keramas
masyarakat yang menyakini turunnya bencana serta mengajak shalat dua rakaat secara
di bulan Safar. berjamaah pada hari Rabu terakhir, banyak
turun balak, maka untuk menghindarinya
Hal itu dikuatkan dengan pendapat-
mereka mengadakan selametan dan selametan
pendapat yang didapatkan sebagian besar
tersebut dikenal dengan rebo wekasan (Sa’adah,
dari cerita mulut ke mulut dari para orang
2011: 34-35).
tua ke generasi selanjutnya, sehingga tidak
ada yang dapat memastikan darimana ritual Setidaknya ada dua makna yang
perayaan ini berasal meskipun sudah tersebar terkandung dalam perayaan rebo wekasan bagi
dimana-mana. Bahkan mungkin ada sebagian masyarakat muslim, kedua makna tersebut
masyarakat Malaysia dan juga Pattani (sebuah adalah makna yang sangat sakral dan makna
provinsi bagian selatan Thailand) juga ulama ketenangan. Sebagian masyarakat muslim
Pattani yang menyebut tentang kena’asan kebanyakan mereka meyakini bahwa hari
Rabu terakhir. Menurut cerita (gugon tuhon), Rabu terakhir bulan Safar atau rebo wekasan
rebo wekasan adalah sebuah kepercayaan untuk mempunyai makna yang mendalam dan
memperingati hari berkabungan dimana nabi disakralkan karena dianggap hari nahas, hari
Muhammad SAW. sakit dan wafatnya tepat di dimana Allah SWT. menurunkan 320 ribu
hari Rabu akhir bulan Safar. Maka, terdapat balak, hari yang menakutkan atau hari yang
sebagian masyarakat yang menganggap pada bisa menjadikan seseorang mendapatkan
hari itu membawa kesedihan. bahaya. Kemudian sebutan hari nahas ini
menurut beberapa orang berdasarkan pada
Untuk cerita dari mulut ke mulut
tafsir QS. al-Qomar yang artinya
dari para orang tua, hal ini menimbulkan
perbedaan beberapa versi sehingga menjadi “Sesungguhnya Kami telah menghembuskan
berbeda nuansa ritualnya. Seperti kejadian kepada mereka angin yang sangat kencang pada

410 | Ensiklopedi Islam Nusantara


hari nahas yang terus menerus. (QS. al-Qomar bencana yang diturunkan.
[54]: 19)
4) Slametan. Pada sebagian masyarakat
disamping ritual-ritual di atas dilakukan
pula upacara slametan, yakni bersedekah
Bentuk Ritual
membagikan nasi pada tetangga dan saudara.
Pada dasarnya rangkaian ritual Rebo Di beberapa daerah dikenal pula ngapem
Wekasan dapat berbeda-beda di setiap daerah. (membuat kue apem) untuk disedekahkan.
Hal ini berkaitan dengan kearifan lokal Saat ini bahkan sedekah itu sudah bervariasi,
masyarakat setempat. Beberapa ritual umum tergantung kesanggupan misalnya berupa
yang dapat ditemui dalam upacara Rebo makanan ringan atau pun sekadar air minum.
Wekasan yaitu: Makanan-makanan yang akan disedekahkan
1) Solat Rebo Wekasan atau Solat Tolak itu umumnya di bawa ke suatu tempat umum
Bala (li daf ’i al-balā`), yaitu salat sunat mutlaq misalnya musalla dan kemudian dibagikan
sebanyak 4 rakaat. Pada setiap raka’at di atau dimakan bersama-sama setelah rangkaian
dalamnya membaca al-Fatihah 1 kali, Surat al- doa-doa selesai dilakukan. Sebagaimana ritual
Kautsar 17 kali, surat al-Ikhlash 15 kali dan al- lainnya, sedekah slametan juga dilakukan
Falaq-an-Nas 1 kali. Salat ini dilakukan dengan sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada
harapan untuk memohon agar dapat terhindar Allah dengan didasari harapan diselamatkan
dari bala bencana yang dipercayai diturunkan dari segala bentuk bala bencana.
Allah pada hari itu. Pelaksanaan tradisi ritual Rebo Wekasan
2) Zikir dan doa, yaitu rangkaian ritual berkisar antara setelah salat Subuh sampai
adat dengan cara membaca doa-doa yang setelah salat Ashar, kira-kira mulai pukul
khusus dipimpin oleh tokoh setempat yang 05.00 sampai 16.00. Pada masyarakat Madura,
tujuannya, selain untuk mengingat Allah salat Rebo Wekasan dilakukan pada waktu
juga untuk memohon agar bala bencana yang Duha. Hal ini dipandang lebih utama karena
diturunkan pada hari itu tidak mengenai perlindungan dari Allah swt diyakini turun
mereka. Saat ini, rangkaian zikir dan doa pada waktu tersebut. Selain di tempat ibadah
sering ditemukan dalam bentuk pembacaan seperti musalla, ritual Rebo Wekasan juga ada
Alquran Surah Yasin 3 kali atau al-Barzanji/al- yang melakukannya di rumah masing-masing,
Dzibai, selawatan, dsb. yang tujuannya adalah karena meskipun di pusatkan di musalla salat
untuk mendapatkan syafaat dari Nabi SAW Rebo Wekasan dilakukan secara sendiri-sendiri
agar terhindar dari segala bencana yang jatuh (tidak berjamaah). Hanya zikir dan doa-doa
pada hari Rebo Wekasan. yang biasanya dilakukan secara bersama-sama.

3) Minum air jimat, yaitu meminum Seperti muslim Jawa lainnya, sebagian
air yang telah direndam tulisan wifiq khusus masyarakat juga melakukan ritual-ritual
ke dalamnya. Wifiq yang tertulis dengan khusus pada hari rebo wekasan ini. Ritual ini
menggunakan angka-angka Arab merupakan merupakan suatu bentuk upacara tradisional
simbol nama empat malaikat, Jibril, Mikail, yang dilakukan dengan maksud untuk
Israfil dan Izrail dengan disertai tulisan ayat- menghindari marabahaya yang datang di
ayat salamah, yaitu tujuh ayat Alquran yang hari Rabu yaitu dengan melaksanakan shalat
diawali dengan lafal “Salāmun” : “Salāmun sunnah 4 rakaat dan membuang rajah di sumur
Qaulam-mir-robir-roḥīim, Salāmun ‘alā nūḥin (sumber air) sebagai tumbal agar terhindar
fil-‘ālamīn, “Salāmun ‘ala Ibrāhīm, “Salāmun dari segala marabahaya serta membaca bacaan-
‘alā Mūsā wa Hārūn, Salāmun ‘alā Ilyāsīn, bacaan tertentu dan bersedekah (Muthohar,
Salāmun ‘alāikum ṭibtum fadkhulū-hā khālidīn, 2012: 77-78). Berkenaan dengan shalat
Salāmun hiya ḥattā maṭla’il-fajr.” Meminum air sunnah, setelah rakaat pertama membaca
randaman doa-doa tersebut dipercaya dapat surat al-Kausar 11 kali, rakaat kedua membaca
menyelamatkan seseorang dari segala bala surat al-Ikhlas 11 kali, rakaat ketiga membaca

Edisi Budaya | 411


surat an-Naas 11 kali. Setelah salam, membaca Terdapat keunikan dalam praktik ritual
shalawat dan membaca doa yang intinya rebo wekasan di desa Sukoreno Jember, salah
mohon kepada Allah SWT. memberikan dan satunya adalah menuliskan ayat-ayat Al-
terhindar dari segala macam balak. Dengan Qur’an diatas piring porselen putih, kemudian
demikin maka penyakit, marabahaya tidak dicelupkan ke dalam air, dan diminum yang
akan pernah datang (Achmadi, 2013: 28). berkhasiat sebagai pencegah dari bencana-
bencana yang turun pada hari tersebut. Praktik
Setelah mereka melakukan ritual
penulisan ini disebut dengan pembuatan jimat.
sebagaimana di atas, mereka merasakan
Ayat-ayat yang terdapat dalam tulisan jimat
ketenangan dalam hati serta tidak was-was
merupakan potongan-potongan ayat dari
akan bahaya yang menimpanya. Dengan
beberapa surat Al-Qur’an, seperti surat Yasin
meyakini bahwa setelah melakukan ritual
ayat 8, as-Shaffat ayat 79-80, 109-110, 130-
dengan segala rangkaiannya ia merasa tenang
131, surat az-Zumar ayat 73, surat ar-Ra’d ayat
karena sudah berusaha dengan berdo’a, shalat
24 dan surat al-Qadr ayat 5 (Syamsudin, 2007:
li daf ’il bala’, melakukan sedekah yang menurut
xi-xiv).
keyakinan orang Islam sebagai penolak balak
karena berdasarkan hadis, bahwa shadaqah Rebo wekasan yang dirayakan oleh
akan menolak segala bahaya. Di samping itu, masyarakat Gresik dan Yogyakarta lebih
ia sudah merasa berusaha untuk meminum bernuansa kirab budaya dan rasa syukur atas
air yang telah diberikan wafaq atau rajah nikmat Allah yang mereka terima, karena asal-
yang berisi tulisan-tulisan Al-Qur’an, dengan usulnya berbeda. Sementara itu, secara umum
harapan mendapatkan berkah dari tulisan masyarakat justru perayaan rebo wekasan
tadi. Seandainya perbuatan yang mereka ini dengan nuansa perihatin karena diyakini
lakukan itu kurang ada tuntunannya menurut bahwa pada hari Rabu terakhir pada bulan
teks-teks Al-Qur’an atau hadis, mereka masih Safar Allah telah menurunkan 320 ribu balak
mengatakan itu sekedar ibadah afdhaliyatu (marabahaya) kepada umat manusia. Sehingga
a’mal dan tentu tetap mendapatkan pahala. pada hari itu umat manusia dianjurkan selalu
Dari keyakinan-keyakinan inilah mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
merasa puas bahagia, tenang, tentram tidak berdoa selamatan dan shalat tolak-balak.
merasa takut dalam menjalani hari-hari
Berbeda dengan tradisi rebo wekasan yang
mereka pada hari rebo wekasan (Muthohar,
dilaksanakan masyarakat desa Gambiran
2012: 78-80).
merupakan tradisi yang diwariskan secara
Dalam prosesinya sendiri terdapat turun-temurun, yang didasarkan atas
perbedaan antar daerah. Misalnya upacara keyakinan masyarakat bahwa pada Rabu
rebo wekasan di Cirebon, tradisi rebo wekasan terakhir di bulan Safar akan turun balak
diadakan dengan beberapa kegiatan, seperti dari langit sejumlah 320.000 macam balak.
doa tolak balak, ngirab mandi, tarwuji Keyakinan ini didasarkan atas sebuah kitab
(shadaqah), serta makan kue apem dan nasi yang bernama Kitab Tarjuman, yang dikarang
uduk bersama. Sedangkan di Gresik, tradisi oleh RKH. Abdul Hamid Bin Itsbat Banyuanyar,
rebo wekasan dirayakan dengan silaturahmi Pamekasan Madura. Adapun sampainya tradisi
kepada para tetangga dan diadakan pasar ini di desa Gambiran merupakan pengaruh
malam selama 1 minggu. Hal ini tidak lepas dari beberapa pondok pesantren yang juga
dari ritual doa bersama dan mandi di sumber. mengajarkan tradisi tersebut, seperti pondok
Di Banyuwangi, tradisi ini juga diperingati pesantren Raudlatul Ulum Sumberbringin dan
dengan mengarak hasil bumi yang kemudian pondok pesantren al-Wafa Tempurejo. Adapun
dilarung di pantai Cacalan. Di desa Gambiran pelaksanaan tradisi rebo wekasan di Desa
sendiri, tradisi rebo wekasan dilaksanakan Gambiran terdiri dari tiga bagian, yaitu shalat
dengan shalat lidaf ’il bala’, minum air azimat, lidaf ’il bala’, minum air suci, dan sedekahan.
dan sedekahan. Dalam tradisi ini, tidak ada penggunaan sesaji.
Hal ini merupakan ciri khas dari tradisi ini,

412 | Ensiklopedi Islam Nusantara


yaitu menonjolkan nuansa islami daripada serta aktivitas salat di dalamnya adalah
wilayah lain yang juga mengadakan tradisi rebo perbuatan bid’ah yang tidak boleh (haram)
wekasan ini. dilakukan karena tidak disyariatkan di dalam
Islam. Akan tetapi bagi para pendukungnya,
Sampai saat ini, tradisi tersebut masih
ritual Rebo Wekasan dipandang baik dilakukan
tetap terjaga. Hal ini tidak lepas dari para
karena inti di dalamnya diyakini sebagai sarana
kyai yang setiap tahunnya menyelenggarakan
untuk berzikir dan memohon perlindungan
tradisi ini. Walaupun hanya sederhana, namun
kepada Allah. Pendapat-pendapat mengenai
arti dan nilai-nilai di balik tradisi tersebut
hal tersebut dapat diringkas di bawah ini.
yang tetap dipertahankan. Seiring dengan
masuknya budaya-budaya moderen, hal ini Pertama, ritual Rebo Wekasan haram,
tidak membuat tradisi ini luntur. Bahkan tetap tidak boleh dilakukan. Perdapat ini didasari
bertahan sampai sekarang. Meskipun ada oleh argumentasi bahwa ritual dan doa-doa,
beberapa prosesi yang diubah seiring dengan apalagi salat, tolak bala yang dikhususkan pada
perubahan pola hidup masyarakatnya, namun hari Rebo Wekasan tidak diajarkan oleh Nabi
tidak mengurangi nilai-nilai dari tradisi Muhammad saw. Pendapat ini merupakan
tersebut. fatwa Lajnah Daimah li al-Buhuts al-Ilmiyyah
wa al-Ifta’ di Saudi dan diikuti oleh Markaz Al-
Secara umum, perkembangan upacara
Fatwa di Qatar. Kepercayaan akan hari naas
adat rebo wekasan banyak yang mengalami
yang bertapatan dengan Rabu dan bulan Safar
perubahan dalam bentuk pergeseran nilai,
itu itu telah ada sejak zaman Jahiliyah dan
bahkan penambahan bentuk upacara.
telah dihapus oleh Islam. Adapun hadis yang
Perubahan pola fikir masyarakat telah
menyatakan hari Rabu adalah hari naas adalah
berpengaruh pada pemaknaan nilai dalam
palsu, sebagaimana diungkapkan Ibn al-Jauzi
tradisi upacara adat rebo wekasan. Sehingga
dan diikuti oleh Syaikh Al-Albani.
mengakibatkan terjadinya pergeseran nilan
dari pemaknaan transenden ke pemaknaan Kedua, ritual Rebo Wekasan adalah mubah,
instrumen. Tradisi rebo wekasan yanga boleh dilakukan dan boleh tidak. Pendapat
awalnya bertujuan untuk dakwa islamisasi ini didasari argumentasi bahwa hadis/kabar
dan memohon keselamatan hidup kemudian adanya bala’ (hari naas) di Rebo Wekasan
bergeser sekedar menjadi alat untu memang tidak lepas dari pro dan kontra, tetapi
memperoleh keuntungan ekonomi dan alat ulama-ulama ‘Arifin melakukannya. Menurut
untuk memperoleh hiburan. Tetapi pergeseran pendapat ini, amaliah yang dilakukan orang-
itu memang mutlak karena kebutuhan daerah orang saleh boleh diikuti karena mereka telah
tertentu, misalkan adanya pendatang atau dianugerahi keistimewaan dan ketersingkapan
modernisasi (pola pikir), tetapi sejatinya batin yang tidak dimiliki oleh kebanyakan
tidak merubah esensi makna rebo wekasan itu manusia. Dalam pendapat ini, orang boleh tidak
sendiri. Ritual ini merupakan suatu bentuk sependapat dengan pendapat mereka selama
upacara tradisional yang dilakukan dengan tidak menghina ulama saleh. Rebo Wekasan
maksud untuk menghindari marabahaya yang berkaitan dengan keyakinan terhadap hal
datang pada hari Rabu akhir di bulan Safar. yang gaib, tidak ada kaitannya dengan hukum,
oleh karena itu dipandang boleh-boleh saja
dilakukan. Adapun tentang keyakinan akan
Seputar Pendapat adanya hari naas memiliki dasar hukum di
Sebagaimana ritual-ritual tradisi lainnya, dalam Alquran, khususnya ayat “Sesungguhnya
pelaksanaan ritual Rebo Wekasan ternyata juga Kami telah menghembuskan kepada mereka
tidak luput dari pro dan kontra di kalangan (kaum ‘Ad) angin yang sangat kencang pada hari
masyarakat, khususnya mengenai pelaksanaan nahas/sial yang terus menerus” (QS. al-Qamar
salat di dalamnya. Beberapa kalangan [54] : 19).
menganggap bahwa kepercayaan atas Rebo Ketiga, ritual Rebo Wekasan adalah sunah.
Wekasan merupakan takhayul dan khurafat Pendapat ini ditopang oleh beberapa hadis,

Edisi Budaya | 413


antara lain “Sesungguhnya dalam setahun ada saat terjadi sebab-sebab siksa langit yang
malam (riwayat lain, hari) yang didalamnya menakutkan seperti gerhana. Kehawatiran
turun wabah” (H.R. Muslim), hadis yang akan bencana pada Rabu Wekasan dikiaskan
dinyatakan sahih oleh Syaikh Al-Albani: dengan peristiwa tersebut, sebagaimana
“Sesungguhnya Kusta tidak muncul kecuali halnya disunahkan salat pada saat panik atau
malam Rabu atau hari Rabu”. Selain itu, Ibn keadaan takut seperti angin kencang, gelap
Rajab al-Hambali juga menyebutkan bahwa gulita, dan sebagainya.
Rasulallah saw memerintahkan untuk berbuat
[M Ulinnuha dan Dan A Ginanjar Sya’ban]
baik seperti salat, berdoa, bersedekah pada

Sumber Bacaan
Abdurrahman, Moeslim (2003). Islam sebagai Kritik Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Achmadi, Asmoro. Islam dan Kebudayaan Jawa. Surakarta: CV. Cendrawasih Asri Anggota Ikapi, 2013.
Al-Marbawi, Idris. Kamus Bahasa Arab Idris Marbawi. Semarang: Thoha Putra, 1987.
Aman, A. & Suwaidi, F. 2013. Ensiklopedia Syirik dan Bid’ah Jawa. Solo: PT. Aqwam Media Profetika
Arsyad, M. As’ad. Acara Ritual Mandi Safar dan Syukuran Nelayan. Jambi: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Tanjung
Jabung Timur, 2005.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Fathoni, Sulthon (2014). “Rebo Wekasan: Tradisi dan Hukumnya dalam Islam” diakses melalui www.kompasiana.com.
Hadis Riwayat Abu Daud. Sunan Abu Daud, Kitab Pengobatan, Bab Penjelasan Tiyarah. Nomor 3414.
Lombard, Denis. Nusa Jawa 2: Silang Budaya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1996.
Mulyadi dkk. Upacara Tradisional sebagai Kegiatan Sosialisasi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Depdikbud, 1983.
Muthohar, Ahmad. Perayaan Rebo Wekasan. Semarang: Lembaga Penelitian IAIN Walisongo Semarang, 2012.
Nuzori, Ahmad (2016). “Rebo Wekasan dalam Ranah Sosial Keagamaan di Kabupaten Tegal Jawa Tengah”. Jurnal An-
Nuha, vol. 3, No. 1, Juli 2016
Pijper, G. F. Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950. Jakarta: UI Press, 1984.
Sa’adah. Makna Tradisi Rebo Wekasan Menurut Masyarakat Desa Suci, Manyar, Gresik (Studi Teologi). Skripsi Jurusan
Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel, 2011.
Sudarmanto. Kamus Lengkap Bahasa Jawa (Jawa-Indonesia, Indonesia-Jawa). Semarang: Widya Karya, 2014.
Syamsudin, Shahiron. Ranah-ranah dalam Studi Al-Qur’an. Yogyakarta: TH. Press dan Teras, 2007.
Yusuf dkk, Mundzikirin. Islam dan Budaya Lokal. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2011.

414 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Riyadhah

K
ata riyadhah dalam bahasa arab artinya Makna riyadhah semacam ini mengalami
adalah latihan. Dikatakan dalam kamus sedikit pergeseran ketika digunakan para
yarudhu almuhra, ia sedang melatih anak santri di Nusantara. Sebagaimana dilaporkan
kuda. Yaitu melatih atau mengajarinya berlari oleh Bambang Pranowo dalam penelitiannya
dan melompat. Pada mulanya kata riyadhah bahwa praktik riyadhah di pesantren Tegalrejo
dalam konteks masyarakat Arab identik telah banyak dipengaruhi oleh tradisi Jawa.
dengan tema olahraga dan militer inilah yang Dalam riyadhah terkandung pula ritual puasa
disebut dengan ar-riyadhah al-badaniyah atau mutih (tidak makan apapun kecuali nasi
ar-riyadhah al-jasmaniyah. Yaitu latihan fisik putih, tapa lauk-pauk tanpa garam, dan hanya
untuk mencapai satu tingkat kemahiran minum air putih) dan ngrowot (hanya makan
tertentu. Namun dalam perkembangannya umbi-umbian). Hal ini sekaligus menunjukkan
kemudian riyadhah digunakan dalam wacana betapa nilai-nilai dalam kebudayaan Jawa
keislaman dengan makna yang sangat masyhur dapat saling bersetangkup dengan ajaran
sebagai proses melatih diri mengendalikan Islam.
hawa nafsu yang diistilahkan dengan riyadhah
Dalam tradisi Jawa, subtansi riyadhah
an-nafsi.
bukanlah hal baru. Semenjak dahulu masyarakat
Riyadhah merupakan proses pendisiplinan Jawa telah mengenal istilah bantingraga.
diri secara asketis yang akan menghantarkan Sebuah istilah yang dapat dikategorikan
seorang hamba mendekati Allah swt. Riyadhah sebagai padanan kata pengendalian nafsu.
adalah sebuah metode bukan tujuan. Karena Bantingraga biasa dilakukan masyarakat Jawa
metode itulah setiap sufi dapat mengisinya demi menjaga stabilitas jagad raya. Secara
sesuai pengalaman masing-masing. Al- harfiyah bantingraga berarti ‘menjatuhkan
Ghazali misalkan memulai keterangan diri’. Yaitu upaya menghalangi fungsi raga
dalam bab riyadhah an-nafsi dari pendidikan sebagaimana biasanya demi tercapainya
akhlak, hakikat akhlak yang mulia, hingga sesuatu maksud. Ada beragam bentuk dalam
berbagai macam penyakit hati dan cara banting raga diantaranya adalah tapa atau
penyembuhannya. Adapun sufi yang lain bertapa yaitu berdiam diri dalam waktu yang
menunjukkan cara-cara melatih ruhaninya ditentukan sesuai dengan perintah sang guru.
secara praktis dengan beristiqamah mendirikan Atau juga patigeni, yaitu bergadang sepanjang
shalat lima waktu berjamaah, melaksanakan hari da malam. Dan yang lumrah adalah
sunah-sunnah muakkad seperti shalat sunnah puasa. Namun ada berbagai macamnya puasa
rawatib, dhuha, tahajjud dan witir, ditambah ngalong yaitu puasa yang disaat berbuka hanya
shalat tasbih setiap malam jika memungkinkan, memperbolehkan makan buah-buahan seperti
berzikir setiap saat dan berpuasa dalam halnya binatang kalong (kelelawar). Ada juga
hari-hari yang memungkinkan. Inilah arti puasa mutih yaitu puasa yang ketika berbuka
riyadhah dalam tasawuf dan contoh praktis hanya boleh makan nasih putih saja. Ada juga
pengamalannya. puasa senin-kamis, yaitu puasa pada setiap

Edisi Budaya | 415


hari senin dan kamis. Ada juga puasa ngrowot inilah pola puasa yang pernah dilakukan Nabi
yaitu puasa yang ketika berbuka hanya makan Dawud AS. Yaitu melaksanakan puasa dengan
umbi-umbian saja. Dan masih banyak lagi cara bergantian hari, yakni sehari puasa sehari
jenis puasa yang lain. Intinya dalam banting tidak puasa. Demikain seterusnya dilakukan
raga adalah mengkosongkan perut untuk dalam jangka waktu tertentu sesuai petunjuk
menghindari makanan agar tidak terlalu kiai. Selama puasa dawud seorang santri harus
mudah terjatuh dalam kepulasan tidur. Karena mengamalkan berbagai bacaan doa yang
bergadang sepanjang malam adalah sebuah diberikan sang kiai.
anjuran. Demikian pentingnya mengosongkan
Demikianlah diantar bentuk riyadhah
perut dalam kebudayaan Jawa. Karena perut
yang ada di lingkungan pesantren. Dan
yang kosong dianggap mampu menahan nafsu
masih banyak lagi praktik riyadhah yang
dan menjernihkan pikiran. Sehingga berbagai
lainnya. Berbagai praktik riyadhah ini hanya
ngelmu dapat dicerna.
boleh dilaksanakan oleh santri, setelah ia
Pesantren sebagai lembaga pendidikan memperoleh ijazah dari seorang kiai. Iajzah
yang hidup bersama masyarakat, tidak bisa adalah semacam izin informal yang diberikan
melepaskan diri dari pengaruh lingkungannya. seorang kiai kepada santri untuk menjalankan
Meskipun pada mulanya konsep riyadhah satu amalan tertentu (lihat entri ijazah). Tidak
berisikan tentang ajaran tasawuf, tetapi sembarang santri boleh menjalankan praktik
dalam praktiknya telah diwarnai dengan corak riyadhah. Setiap riyadhah mengandaikan
riyadhah ala banting raga orang Jawa. Diantara beberapa syarat. Misalkan untuk ngrowot
praktik riyadhah adalah puasa ngrowot selama hanya boleh dilaksanakan oleh santri senior.
tiga tahun, yakni menghindarkan diri dari Santri yang telah mencapai tingkatan dan
makan beras dan berbagai jenis makanan umur tertentu. Begitu juga dengan puasa
yang berasal dari beras. Biasanya para santri dalalil, puasa dawud dan lain sebagainya. Setiap
yang melaksanakan puasa ngrowot hanya pesantren memiliki aturan berbeda mengenai
mengkonsumsi tepung gandum, gaplek batasan melaksanakan riyadhah.
(ketela yang dikeringkan), dan sayur-sayuran.
Sumber motivasi para para santri dalam
Selama puasa ngrowot para santri tidak boleh
melaksanakan riyadhah adalah keyakinan yang
melewatkan bacaan wajib setelah shalat
mendalam bahwa keberkahan hidup dapat
magrib, surat An-Nas, Al-Falaq dan Al-Kautsar
diraih dengan cara mendekatkan diri kepada
sebanyak tiga kali. Masing-masing psantren
Allah swt. Hidup yang berkah adalah hidup
biasanya memiliki konsep riyadhah yang
dengan bersahaja. Hidup yang penuh dengan
berbeda. Hal ini sangat tergantung pada kiai
kemanfaatan baik untuk masyaraat dan
sebagai penentu kebijakan di pesantren.
keluarga. Sukur-sukur memiliki lebihan harta,
Di sebagian pesantren praktik riyadhah ataupun sekedar cukup untuk kebutuhan
bisa berupa puasa dalail, yakni berpuasa hidup.
sambil mengamalkan doa dalail al-khairat
Demi mendekatkan diri kepada Allah
minimal satu hari satu kali atau tergantung
inilah, para santri harus terlebih dahulu mampu
pada aturan yang ditentukan oleh kiai. Puasa
mengendalikan dan menundukkan hawa nafsu
dalail dilaksanakan selama tiga tahun tidak
yang selama ini cenderung pada kemaksiatan.
boleh putus kecuali hari-hari yang diharamkan
Dengan berpuasa dan berzikir secara terus-
berpuasa oleh syariat Islam. Yaitu lima hari
menerus, nafsu yang liar secara perlahan
pada tanggal 1 Bulan Syawal dan tanggal 10,
akan menjadi jinak dan cenderung menuruti
11,12, 13 Bulan Dzulhijjah. Oleh sebagian
ajakan hati untuk mengabdi kepada ilahi.
santri dipercaya bahwa bulan Muharram
Harapan santri kemudian pada kemurahan-
adalah bulan yang tepat untuk memulai puasa
Nya, semoga Allah segera meletakkan bagian
dalail.
cahaya-Nya kedalam hati agar hilang semua
Dianatara bentuk riyadhah yang lain adalah penyakita hati, sehingga yang tersisa adalah
puasa dawud. Dinamakan demikian karena kejernihan hati yang terartikulasikan dalam

416 | Ensiklopedi Islam Nusantara


husnul khuluq tindakan dan tingkah laku yang Namun dalam konteks kekinian riyadhah
mulia. Inilah semangat utama para santri semacam ini menjadi satu barang langka.
melaksanakan riyadhah sebagaimana yang Modernisasi dan globalisasi yang melanda
telah diajarkan oleh para ulama terdahulu. bangsa ini cukup kuat menghujam. Kapitalisme
tidak hanya merambah dunia bisnis dan
Secara global praktik riyadhah memiliki
ekonomi, tetapi juga menyergap kehidupan
fungsi utama sebagai salah satu bentuk
petani di kampung dan juga santri-santri di
silatrrahim yang memperkokoh jejaring antar
pesantren. Di sini spiritualitas mendapatkan
pesantren. Fungsi ini dibangun semenjak
tantangannya. Sebagian besar pesantren
seorang santri datang kepada kiai untuk
tergerus arus, secara perlahan menggeser
memohon ijazah amalan riyadhah. Biasanya
arah kiblatnya. Menjadi pesantren modern
ijazah semacam ini didapat oleh seorang santri
dengan sistem pembelajaran, tatakelola dan
dari kiai lain di luar pesantrennya. Seorang
administrasi yang lebih rapi. Dan sebagain
kiai ahli hikmah yang masyhur pada masanya.
lain bertahan dalam keterbatasan dengan
Dalam proses inilah santri akan berkunjung
tetap mempertahankan nilai-nilai warisan
ke pesantren lain dan bertemu dengan santri-
leluhurnya. Sementara sebagian yang lain lagi
santri dari pesantren lain yang memiliki
selalu melakukan negosiasi, terkadang menang
maksud sama. Maka terjadilah interaksi dan
dan sering kali terkalahkan.
tukar informasi antar mereka. Seringkali
hal ini berlanjut hingga mereka kembali ke [Ulil Hadrawi]
kampung masing-masing.

Sumber Bacaan
Abu Hamid Al-Gazali, tanpa tahun. Ihya’ Ulumid Din Juz III. Singapura-Jeddah-Indonesia: Al-Haramain.
---------------------------, tanpa tahun. Mukasyafati Al-Qulub,
Amatullah Armstrong, 2001. Khazzanah Istilah Sufi, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf. Bandung: Mizan.
Bambang Pranowo, 2009. Memahami Islam Jawa. Jakarta: Insep dan Pustaka Alvabet.
Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka
Kodiran, 2007. Kebudayaan Jawa. dalam Koentjaraningrat, (2007). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
Djambatan
Marbangun Hardjowirogo, 1995. Manusia Jawa. Jakarta: Toko Gunung Agung
Said Hawwa, 1996. Jalan Ruhani, Bimbingan Tasawuf untuk Para Aktivis Islam. Bandung: Mizan

Edisi Budaya | 417


Rukyah

R
ukyah atau rukyatu al-hilal adalah cara menggunakan metode rukyah. Setiap tanggal
atau metode yang pertama digunakan 29 Sya’ban ada sekelompok orang Islam pergi
oleh umat Islam untuk menentukan ke pantai atau ke atas bukit untuk melihat hilal
datangnya bulan Ramadhan maupun bulan di ufuk barat setelah matahari terbenam. Jika
Syawal. Meskipun ilmu astronomi sudah ada hilal dapat dilihat, maka mereka menentukan
sebelum Islam datang—sehingga perjalanan bahwa malam itu dan keesokan harinya adalah
bulan dan matahari sudah dipelajari oleh tanggal 1 bulan Ramadhan. Dan jika mereka
para ilmuwan—namun nabi Muhammad saw tidak dapat melihah hilal, maka keesokan
memerintahkan umat Islam untuk melihat harinya adalah tanggal 30 bulan Sya’ban.
hilal dalam penentuan awal bulan puasa
Ketika kerajaan-kerajaan Islam sudah
maupun bulan syawal, dan jika hilal tidak
berdiri di Nusantara, kegiatan melihat hilal
dapat dilihat, maka umat Islam diperintahkan
ini lalu dikoordinasikan oleh para pejabat
untuk menggenapkan bulan Sya’ban menjadi
kerajaan. Adapun saat ini, urusan rukyatu al-
30 hari.
hilal dikoordinasikan oleh kementerian agama
Dalam satu riwayat, nabi Muhammad saw RI, meskipun beberapa ormas juga ada yang
juga mengatakan bahwa kaumnya adalah kaum melakukannya di beberapa daerah. Pengadilan
ummiy yang tidak biasa menulis dan berhisab. agama di bawah kementerian agama bahkan
Oleh karena itu untuk menentukan awal bulan diinstruksikan untuk melakukan rukyah
Ramadhan, rukyatu al-hilal menjadi pilihan sebanyak enam kali dalam setahun, yaitu
dan disyari’atkan. Dalam memahami hadis pada bulan-bulan Muharram, Rajab, Sya’ban,
ini dan hadis-hadis lain yang berhubungan Ramadhan, Syawal, dan Dzul Hijjah. Adapun
dengan penentuan awal bulan Ramadhan, departemen agama pusat melakukannya
para ulama, sebagaimana disebutkan oleh delapan kali setahun, dengan menambahkan
Imam Ibnu Hajar al-Asqollani, menyimpulkan bulan Robiul Awal dan Dzul Qo’dah.
bahwa hisab tidak pernah menjadi pilihan dan
Laporan rukyah bulan Ramadhan dan
pijakan syar’iy dalam menentukan awal bulan
Syawal disampaikan secara lisan sesaat setelah
Ramadhan. Bahkan ada pula yang berlebihan
pelaksanaan rukyah kepada sidang itsbat pada
dan mengatakan bahwa menentukan awal
setiap awal bulan Ramadhan atau bulan Syawal
bulan Ramadhan menggunakan hisab adalah
yang diselenggarakan sekitar pukul 18:30 WIB
bid’ah, seperti pendapat Ibnu Taimiyah.
dipimpin oleh menteri agama.
Di Nusantara, praktik rukyatu al-hilal
diyakini sudah dilakukan oleh umat Islam
sejak awal masuknya agama tauhid ini Pelaksanaan Rukyah
mengingat puasa Ramadhan adalah salah Pada mulanya rukyatu al-hilal dilaksanakan
satu rukun Islam, yang hanya bisa dilakukan dengan cara sederhana dan tradisional. Dari
apabila awal bulan Ramadhan diketahui, dan tempat yang tinggi atau pantai, orang-orang
cara mengetahuinya secara tradisional adalah yang ditugasi untuk melakukan rukyah

418 | Ensiklopedi Islam Nusantara


melihat ke arah barat di sekitar matahari tanpa lokasi diletakkan menghadap arah yang
mempergunakan alat perlengkapan seperti sudah ditentukan sebelumnya dengan teliti
teropong maupun data-data astronomi. berdasarkan data-data astronomi mengenai
Namun setelah ilmu astronomi dan ilmu falak posisi hilal.
mengalami perkembangan yang pesat dan
Pada dasarnya, untuk mempermudah
banyak orang Islam yang menguasainya, data-
kegiatan rukyah, ada beberapa hal yang
data astronomi kemudian digunakan untuk
sangat penting untuk diketahui, di antaranya
membantu pelaksanaan rukyah. Data-data
ketinggian hilal, berapa azimuthnya, dan
astronomi yang digunakan tersebut adalah
berapa kemiringan falak bulan dari ekliptika.
kapan terjadinya ijtima’, saat terbenamnya
matahari, ketinggian hilal, deklinasi matahari Bulan adalah benda langit yang tidak
dan hilal, serta azimuth matahari dan hilal. memiliki cahaya sendiri. Cahaya yang ada pada
bulan adalah pantulan sinar matahari yang
Seiring perkembangan zaman, peralatan
bisa dikatakan tidak begitu terang apalagi
astronomi juga digunakan dalam melakukan
pada awal kemunculannya pada hari pertama
rukyah, seperti teropong, kompas, rubu’
setiap bulan. Hal ini yang membuat kegiatan
mujayyab, gawang lokasi, serta tongkat istiwa’.
rukyah tidak mudah dilakukan. Pengamatan
Namun teropong berlensa dan binocular
hilal dilakukan beberapa saat setelah matahari
dianggap kurang efektif dibadingkan dengan
terbenam, tetapi pada saat itu langit masih
alat-alat lain yang tidak menggunakan lensa,
cukup terang sehingga bulan sabit baru yang
seperti gawang lokasi, sehingga ada beberapa
tipis sulit dilihat, bahkan ketika langit cerah
usulan untuk menggunakan teropong yang
tak berawan, karena pantulan cahaya matahari
dilengkapi dengan pembacaan skala derajat
pada bulan hampir sama dengan terangnya
teliti. Bahkan sudah ada ilmuwan yang
langit pada saat itu, meskipun matahari sudah
berusaha menciptakan teropong canggih yang
tenggelam.
bisa digunakan untuk melihat hilal meskipun
tertutup awan tipis. Sehingga apabila hilal Berikut ini adalah urutan metode rukyah
benar-benar sudah ada namun tidak dapat hilal tanpa teropong:
dilihat dengan mata telanjang, dengan 1. Persiapan. Yaitu mencari tahu posisi
teropong tersebut, hilal bisa dilihat. bulan setelah terbenamnya matahari
Saat ini, orang yang melihat hilal pada tanggal yang dimaksudkan, baik
juga menggunakan gawang lokasi yang dengan cara melakukan hisab sendiri atau
dilengkapi dengan data-data dari beberapa menggunakan data dari Badan Hisab dan
almanak astronomi internasional seperti Rukyat. Tinggi hilal dan selisih azimuth
almanak Nautika dan American Ephemeris. bulan dan matahari harus diketahui
Menggunakan gawang lokasi dengan data- supaya pengamatan lebih terarah.
data astronomi yang akurat, para orang yang 2. Menetapkan jam. Hal ini harus dilakukan
melakukan rukyah lebih mudah mengarahkan minimal 3 hari sebelum tanggal yang
pandangannya ke lokasi hilal, untuk kemudian ditentukan, dan harus dilakukan setiap
berusaha melihat hilal dengan mata telanjang. hari. Caranya adalah sebagai berikut:
Metode ini terbukti sangat efektif untuk
melakukan rukyatu al-hilal. • Menggunakan patokan jam dari
RRI pada pukul 19:00 WIB. Tanda
Gawang lokasi merupakan sebuah alat waktu tersebut terdiri dari enam kali
yang dibuat untuk membantu para observer nada tit. Nada tit terakhirlah yang
mengarahkan pandangan dengan tepat ke menunjukkan waktu tepatnya.
posisi hilal. Alat ini berupa dua buah tiang;
yang pertama tiang pendek dengan lubang • Penetapan waktu ini dilakukan lagi
pengintai, dan satunya lagi tiang panjang pada hari-hari berikutnya sambil
berbentuk gawang. Tidak ada lensa pada memperhatikan penyimpangan
alat ini. Pada saat mengamati hilal, gawang (percepatan atau perlambatan).

Edisi Budaya | 419


• Jika terjadi penyimpangan, berikan beberapa hal yang perlu dilakukan:
koreksi pada penujukan waktunya.
• Mempersiapkan kompas, dan
Misalnya jika jam itu terlambat 5
memastikan tidak ada benda-
menit, maka penujukan waktunya
benda yang mengandung magnet di
juga harus dikurangi 5 menit, dan
dekatnya.
seterusnya.
• Letakkan kompas pada tempat
• Jam itu digunakan untuk menyatakan
yang rata horizontal (tidak miring).
waktu pada saat matahari terbenam
Tepatkan jarum kompas utara
dan pada saat melihat bulan.
menunjuk pada azimut 0 derajat,
3. Menyatakan cuaca sebelum matahari dan jarum kompas selatan menunjuk
terbenam. Hal ini perlu dilakukan untuk tepat pada azimuth 180.
mendapatkan gambaran umum mengenai
• Tentukan arah menggunakan data
cuaca pada saat observasi dengan cara
azimuth bulan dan matahari. Tanda-
sebagai berikut:
tanda berupa benda seperti bangunan
• Periksa horizon barat di sekitar atau pohon pada horizon bisa
perkiraan tempat terbenamnya digunakan untuk mengingat arah.
matahari dan terlihatnya bulan.
• Dari data tinggi hilal, alat bisa
• Menyatakan keadaan cuaca menurut diarahkan ke perkiraan arah bulan,
tingkatannya. Tingkatan 1, horison sesuai dengan ukuran arah azimuth
bersih dari awan, dan birunya langit yang sudah didapatkan.
terlihat jelas. Tingkatan 2, apabila
5. Melihat hilal.
pada horison terdapat awan tapi
tidak merata sehingga langit di atas • Mencatat waktu terbenamnya
horison terlihat keputih-putihan atau matahari dengan cara mengamati
kemerah-merahan. Cuaca tingkat matahari dari saat ia belum terbenam.
3, apabila terdapat awan tipis yang Waktu dicatat tepat pada saat bagian
merata di sepanjang horison atau jika piringan atas matahari terbenam.
terdapat awan tebal sehingga warna • Memperhatikan daerah perkiraan
langit tak terlihat biru. letak bulan dan memulai pengamatan
4. Mengecek letak matahari dan pada titik itu.
memperkirakan letak bulan. Berikut ini

Sumber: http://pwnujatim.or.id/

420 | Ensiklopedi Islam Nusantara


• Mencatat waktu dengan tepat mendekatinya, namun dengan teknologi
ketika melihat hilal. Tinggi hilal dan seperti teleskop, manusia tidak harus
azimuthnya juga perlu dicatat. mendekati bulan untuk mendapatkan sudut
pandang yang lebih besar terhadapnya.
• Mencatat keadaan langit di sekitar
bulan pada saat itu menurut tingkatan Masalahnya cahaya yang sampai ke
cuacanya. mata manusia melalui cermin telah melewati
beberapa lapisan komponen optik, sehingga
6. Melaporkan hasil observasi. Hasil
intensitasnya berkurang dan menjadi
observasi dilaporkan kepada petugas
lebih redup. Jadi meskipun teropong bisa
dengan menyertakan formulir Laporan
memperbesar gambar yang kita lihat,
Hasil Observasi Bulan.
tetapi cahayanya berkurang. Perkembangan
teknologi kemudian berhasil memberikan
Penggunaan teknologi dalam solusi atas permasalahan melemahnya cahaya
pelaksanaan rukyah pada teropong. Para ilmuan menemukan
teknologi untuk melipat-gandakan cahaya
Mayoritas umat Islam masih berpandangan (light intensification) dengan menggunakan
bahwa penentuan awal bulan Ramadhan dan instrumen yang disebut dengan image
Syawal dengan rukyah itu boleh dilakukan intensifier. Dengan alat ini, intensitas cahaya
apabila langit (horizon) cerah. Jika langit dapat dilipat-gandakan sampai 50,000 kali.
mendung, maka bulan Sya’ban digenapkan Para ilmuan juga mengembangkan filter
menjadi 30 hari. Maka selama ini usaha untuk memblokir cahaya yang sewarna
pengembangan teknologi berkenaan dengan dengan cahaya rembang petang, yang disebut
rukyah hilal difokuskan pada penemuan alat dengan substraction filter. Kombinasi dua alat
bantu rukyah dalam keadaan langit cerah. ini terbukti sangat membantu pelaksanaan
Seandainyapun ada teknologi yang dapat rukyah hilal.
membantu melihat hilal dalam keadaan langit
mendung, akan tetap banyak umat Islam yang Beberapa peralatan yang biasa digunakan
tidak dapat menerimanya, karena dianggap dalam kegiatan rukyatu al-hilal adalah sebagai
bertentangan dengan petunjuk syari’ah. berikut:

Meskipun bulan sabit merupakan benda 1. Alarm Clock sebagai alat aba-aba memulai
langit paling besar yang dapat diamati pada dan mengakhiri pelaksanaan rukyat.
malam hari, tapi ia tetaplah sulit diamati 2. Altimeter, yaitu alat pengukur ketinggian
baik menggunakan mata telanjang maupun tempat.
teropong, kecuali teropong khusus. Hilal
3. Chronometer atau lonceng astronomi.
yang diamati untuk menentukan awal bulan
Alat ini adalah penunnjuk waktu yang
qomariyah adalah bulan sabit yang baru terbit
memiliki nilai ketepatan sangat tinggi,
rendah di atas ufuk, yang tidak lama kemudian
tidak seperti jam biasa.
tenggalam lagi, dan cahanyapun sangat lemah
jika dibandingkan dengan cahaya langit pada 4. Gawang lokasi.
saat terbitnya hilal baru.
5. Jarum pedoman atau kompas.
Selain itu, bulan berjarak sekitar 500,000
6. Mistar radial. Alat ini digunakan untuk
km dari bumi, sehingga diperlukan alat untuk
mengukur derajat posisi suatu benda
dapat membantu melihatnya dengan lebih
langit dari posisi yang ditentukan. Alat
jelas. Teleskop atau teropong dilengkapi
ini terbuat dari sebuah mistar atau benda
dengan komponen optik seperti lensa, cermin
lurus yang diberi skala milimeter atau
dan prisma yang fungsinya mendekatkan
centimeter.
pandangan atau memperbesar sudut pandang.
Tanpa teknologi, untuk memperbesar sudut 7. Pemotret bintang dan pesawat equatorial.
pandang terhadap sesuatu, manusia harus 8. Pesawat lingkaran meridian atau transit

Edisi Budaya | 421


theodolit. Ini adalah teropong yang hanya skala derajat. Alat ini hanya digunakan
dapat bergerak bebas sepanjang bidang untuk mengetahui “saat” setiap benda
meridian, arah utara selatan. Pada alat langit berkulminasi.
ini terdapat sebuah skala yang dipasang
10. Pesawat komunikasi.
vertikal dengan pembagian satuan derajat.
Pesawat ini digunakan untuk menentukan 11. Stopwatch.
saat dan tinggi suatu benda langit yang 12. Theodolit.
sedang berkulminasi.
13. Tongkat istiwa.
9. Pesawat pelaluan atau pesawat passage.
Alat ini seperti pesawat lingkaran 14. Teropong yang dilengkapi image
meridian tetapi tidak dilengkapi dengan intensifier dan subtraction filter.
[Ali Mashar]

Sumber Bacaan
Ahmad Ibn Ali Ibn Hajar al-Asqollani, Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari, Dar al-Royan li-alturots, 1986.
Almanak Hisab Rukyat, Direktorat Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung RI, 2007.
Farid Ismail, Selayang Pandang Hisab Rukyat, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat
Pembinaan Peradila Agama, 2004.
Farid Ismail dan Sriyatin Shadiq (ed.), Hisab Rukyat, Jembatan Menuju Pemersatu Umat, Yayasan Asy Syakirin Rajadatu
Cineam, Tasikmalaya, 2005.
Taqiyuddin Ibnu Daqiqil Ied, Ihkâm Al Ahkâm Syarhu ‘Umdat Al Ahkâm, Tahqiq Ahmad Muhammad Syakir, Dâr Ălam al-
Kutub, Beirut, 1407 H.
Yahya Ibn Syarf al-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, Mathba’ah al-Muniriyah, 1986.

422 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Ruwahan

S
alah satu bentuk dalam tradisi selametan kepada baginda Rasul: “Wahai Rasulullah,
adalah ruwahan. Nama ruwah ini terambil kenapa aku tidak pernah melihat Engkau
dari kata arwah, jamak dari ruh. Ruwah berpuasa sunah dalam satu bulan tertentu
juga mengacu pada nama bulan yang disebut yang lebih banyak dari bulan Sya’ban?” Beliau
oleh sebagian orang Jawa. Bulan Ruwah diapit SAW menjawab:
oleh Rejeb (Rajab) dan Poso (Ramadhan).
ْ َ َ ُ ْ َ ُ ُ ْ َ ُ َّ ُ ْ َ ٌ ْ َ َ َ
Ruwah merupakan bulan ke 8 dalam kalendar ‫ﺎس ﻗﻨﻪ َوﻫ َﻮ ﺷﻬ ٌﺮ ﺗ ْﺮﻓ ُﻊ ِﻓ� ِﻪ اﻷﻗ َﻤﺎل‬ ‫ذﻟِﻚ ﺷﻬﺮ ﻓﻐ ِﻔﻞ اﺠ‬
َ َ َ ْ َ ُ
ُ ‫ ﻓَﺄﺣ‬،‫ﻦﻴ‬
ّ َ ‫إﻰﻟ َر ّب‬
Jawa, sementara dalam penanggalan hijriyah
.‫ﺐ أن �ُ ْﺮﻓ َﻊ ﻋﻤﻲﻠ َوأﻧﺎ َﺻﺎﺋِ ٌﻢ‬ ِ
َ ‫اﻟﻌﺎﻟﻤ‬
ِ ِ ِ
sendiri disebut bulan Sya’ban. Tradisi ruwahan
sendiri sudah ada sejak zaman nenek moyang. “Ia adalah bulan di saat manusia banyak yang
Agak sulit sejak kapan pastinya, dimulainya lalai (dari beramal shalih). Ia adalah bulan
tradisi kebudayaan ini. Bukti yang kita lihat disaat amal-amal dibawa naik kepada Allah
adalah hingga kini tradisi itu dilakukan dalam Rabb semesta alam, maka aku senang apabila
berbagai macam cara. amal-amalku diangkat kepada Allah saat aku
mengerjakan puasa sunah.” (HR. Tirmidzi, An-
Selain ruwahan, orang Jawa juga menyebut
Nasai dan Ibnu Khuzaimah)
munggahan. Ada juga yang menyebutnya
megengan sebagaimana orang Aceh. Kata lain Karena begitu mulianya bulan Sya’ban ini,
bisa juga sedekah makam sebagaimana ada tidak berlebihan kiranya jika Rasul Saw kerap
di sebagian masyarakat Cirebon. Biasananya melaksanakan puasa sunnah, sebagaimana
mereka juga mengiriginya dengan tipar atau riwayat Aisyah: “Aku tidak pernah melihat
ngunjung buyut yaitu ziarah ke makam, Rasulullah SAW melakukan puasa satu bulan
penuh kecuali puasa bulan Ramadhan dan
Kata ruh dalam ruwahan, yang jamaknya
aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak
adalah arwah sendiri dimaksudkan sebagai
berpuasa sunah melebihi (puasa sunah) di bulan
penanda bahwa pada saat acara dilangsungkan,
Sya’ban.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
doa –doa dikirimkan dari yang hidup kepada
ruh, kepada mereka yang sudah meninggal. Pada bulan ini pula Allah akan
mengampuni dosa-dosa makhluk-Nya.
Bulan Sya’ban diyakini oleh umat Islam
sebagaimana diceritakan Abu Musa Al-Asy’ari
sebagai salah satu bulan yang istimewa.
bahwa Nabi Saw bersabda:
Sebab di dalamnya terjadi banyak peristiwa
fenomenal yang menentukan kehidupan ‫إن اﷲ ��ﻠﻊ �ﻠ� اﺠﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎن ﻓ�ﻐﻔﺮ �ﻤ�ﻊ‬
manusia. Di antara peristiwa itu misalnya
adalah perubahan arah kiblat umat Islam dari .‫ﺧﻠﻘﻪ إﻻ ﻤﻟﺮﺸك أو ﻣﺸﺎﺣﻦ‬
Masjidil Aqsa di Baitul Maqdis, Palestina, “Sesungguhnya Allah melihat pada malam
ke Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah. Di pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni
dalamnya juga terjadi peristiwa laporan amal semua makhluk-Nya, kecuali orang musyrik dan
perbuatan manusia kepada Allah Swt. orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah dan
Terkait dengan peristiwa yang terakhir, at-Thabrani)
sahabat Usamah bin Zaid pernah bertanya Karena begitu bertuahnya bulan

Edisi Budaya | 423


Syah’ban maka masyarkat muslim Nusantara, bersama-sama di halaman makam. Tradisi
khususnya Jawa, kerap menjadikan bulan ini ini disebut dengan Nyadran. Nyadran adalah
sebagai momentum untuk beramal saleh secara kegiatan makan bersama di dekat pemakaman
kolektif, seperti sedekah dan do’a bersama. setelah dibacakan doa bersama yang dipimpin
oleh kepada suku atau kyai. Pada momentum
Sementara dalam tradisi Jawa kuno, bulan
ini, biasanya semua anggota keluarga akan
Sya’ban ini dikenal dengan istilah bulan Ruwah
hadir untuk berziarah ke makam leluhur dan
atau bulan arwah. Sesuai dengan mananya,
bersilaturahim dengan sanak keluarga.
bulan ini dijadikan sebagai momentum untuk
mengingat dan menghormati para leluhur yang Sementara kenduri dan megengan
sudah meninggal dunia. Mereka melakukan (kirim hantaran makanan; yang dalam
ritual-ritual tradisi yang sangat naluriah dan tradisi Aceh harus berupa daging/meugang)
manusiawi untuk memuliakan orang-orang tua adalah manifestasi dari praktik do’a bagi
pendahulunya dengan mengunjungi makam, semua keluarga sanak saudaranya yang
membersihkan bahkan berdoa bersama di masih hidup dengan saling bersilaturahmi,
makam keluarga. Diantara tradisi ruwahan saling memaafkan dan membantu untuk siap
yang biasa dilakukan adalah besik, kenduri memasuki ibadah puasa dengan rasa yang suci
dan megengan serta nyadran. penuh suka cita.
Besik adalah membersihkan makam. Selain itu, pada pertengahan bulan Ruwah,
Kegiatan ini dilakukan baik secara gotong juga dilaksanakan sedekah ruwah. Pada hari
royong di makam kampung ataupun bersama ini disajikan beberapa jenis makanan seperti
keluarga di makam keluarga. Rumput liar nasi dan beras, bubur merah dan bubur putih,
atau apapun yang terlihat mengganggu ayam panggang, telor, kopi susu, teh manis,
pemandangan akan dibersihkan sehingga kopi pahit, rokok daun nipah dan serabi.
pada bulan Ruwah ini makam-makam akan
Nasi dan beras melambangkan kasih
terlihat bersih dan tidak terasa angker atau
sayang dan kebutuhan pangan bagi masyarakat
menakutkan karena dibersihkan oleh sanak
setempat. Sementara bubur merah dan bubur
keluarga dan keturunan mereka yang sudah
putih melambangkan bahwa makhluk ciptaan
meninggal dunia.
Tuhan memiliki 20 sifat, diantaranya manusia
Setelah itu, pada tanggal yang sudah diciptakan dari tanah, malaikat diciptakan dari
ditentukan di tiap makam atau kampung, cahaya yang dilambangkan dengan wana putih
warga melakukan tahlilan bersama di halaman bersih yang berarti kebaikan. Sementara jin
makam dengan membawa makanan maupun diciptakan dari api yang dilambangkan dengan
hasil bumi untuk dibagikan atau dimakan warna merah yang berati kejahatan.
Bagi masyarakat Melayu Bangka misalnya,
acara sedekah ruwah ini dirayakan lebih meriah
daripada Idul Fitri. Semua sanak saudara
dan segenap penduduk desa bahkan mereka
yang berada di luar desa, berduyun-duyun
datang untuk bersilaturahim dan sekaligus
menyaksikan upacara sedekah ruwah yang
dilaksanakan di pantai. Secara teknis, upacara
sedekah ruwah dimulai oleh masing-masing
kepala keluarga dari setiap warga desa dengan
membawa makanan secukupnya ke masjid
terdekat.
Secara filosofis, upacara ini dilaksanakan
untuk menyambut datangnya bulan
https://groupcahayaiman.wordpress.com Ramadhan. Untuk memeriahkan acara, maka

424 | Ensiklopedi Islam Nusantara


diadakan makan bersama sebagai wujud rasa Acara Ruwahan
syukur karena dapat berkumpul dan akan
Secara terus menerus ruwahan
dipertemukan kembali dengan bulan yang
berlangsung hingga kini dalam berbagai
suci. Akhirnya kegiatan semacam ini menjadi
bentuk budaya yang menarik. Di Jawa Tengah
tradisi yang diwariskan secara turun temurun
misalnya ruwahan bisa disebut juga megengan.
setiap bulan Sya’ban tahun Hijriyah.
Tak semua kota kota di Jawa punya cara yang
Sedekah ruwah dapat dipahami antara sama dalam budaya ini. Masyarakat muslim
lain sebagai momentum persiapan menyambut mereflesikan ruwahan biasanya dengan acara
puasa Ramadhan yang dianggap sebagai jihad inti doa dan mengantarkan makanan kepada
melawan hawa nafsu. Sebelum berangkat ke saudara atau tetangga dengan cara yang khas.
medan “perang” di sepanjang Ramadhan,
Tradisi yang sudah dilakukan sebelum
pembersihan diri dan doa restu para pendahulu
Islam datang ini, dalam pelaksanaannya
sangat dibutuhkan agar niat berpuasa sebulan
telah banyak mengalami banyak perubahan
mendapatkan kekuatan dan ridha dari yang
utamanya dalam relasinya dengan prinsip-
Maha Kuasa.
prinsip ajaran Islam. Pada awalnya mengirim
Sebagian ada yang memahami ritual makanan sebagai sesaji untuk para roh diganti
Ruwahan tersebut bertujuan untuk mendoakan dengan sedekah dan berkirim doa kepada
arwah leluhur yang telah meninggal. Selain keluarga yang sudah meninggal.
untuk mendoakan arwah leluhur, ritual
Tadisi ruwahan bagi orang Kudus Jawa
Ruwahan beserta tradisi yang ada di dalamnya
Tengah biasanya juga diikuti hantaran
memiliki maksud agar orang yang menjalankan
makanan kepada kerabatan atau tetangga
ibadah puasa di bulan Ramadhan sudah suci
yang disebut ater-ater, dulu biasanya nasi
secara lahir dan batin. Kemudian melalui
lengkap dengan lauk pauknya, atau popular
ritual ini, masyarakat juga mengharapkan agar
dengan berkat .Setelah itu ada acara nglumpuk
dalam menjalankan ibadah puasa diberikan
yaitu membawa nasi beserta lauknya ke
kelancaran dan keberkahan.

Tradisi masyarakat di Yogja dan jawa menjelang bulan ramadhan.


Sumber: http://seyogyanya.com/

Edisi Budaya | 425


mushola terdekat atau masjid untuk kemudian disampaikan informan dalam masa penelitian.
dibacakan tahlil dan doa serta ditutup dengan
Apem konon berasal dari kata afwan
makan bersama.
yang berarti minta maaf, harapan mendapat
Sementara, di Jepara Jawa Tengah, ampunan dari yang Allah Swt. terhadap
tepatnya di desa Tunahan, ruwahan bisa kesalahan-kesalahan kita. Sedangkan kolak
dilakukan dengan cara individual atau kolektif barasal dari kata kholik, yang artinya kita
. Mereka yang punya banyak dana biasanya harus selalu ingat sang kholik, Tuhan pencipta
mengadakan di rumah. Tuan rumah akan semata. Ada juga yang memaknai bahwa
mengundang para saudara dan tetangga, lalu kolak yang dibuat dari buah pisang dan buah
mereka berdoa bersama, dengan membaca yang menggantung pada pada pohonnya,
tahlil misalnya. Dalam doa tahlil itulah mengingatkan kita akan kesalahan pada orang
kemudian doa- doa dikirim, sohibul bait tua, saudara yang sudah mendahului dan yang
akan me-list nama-nama arwah yang dituju Maha Kuasa. Adapun ketan yang bersifat
dan biasnya seorang imam atau kyai akan lengket mengandung pesan senantiasa untuk
memimpin doanya. Dalam pertemuan itu menjalankan atau merekatkan silaturahmi.
bisa diisi tahlil, istighosah maupun sholat
Budaya ruwahan telah membentang
tasbih, beda daerah beda adat/ kebiasaan
sepanjang tanah nusantara, Kita lihat di
doanya. Nanti para undangan yang pulangi
Aceh, yang disebut Mengengan, Meugang,
masing – masing membawa berkat (biasanya
atau Makmeugang. Meugang tidak hanya
nasi atau kue-kue) dari tuan rumah. Adapun
diartikan ziarah kubur tapi juga mandi ramai
yang kolektif, hampir sama dengan di daerah
ramai membersihkan badan. Orang Jawa
lain, biasanya dikumpulkan di masjid atau
Tengah menyebutnya Padusan, Di Sumbar dan
musholla. Para penduduk disitu membawa
Riau mereka menyebutnya Mandi Balimau.
makanan lalu ada yang memimpin doa dan
Sedangkan di Tapanuli Selatan dinamakan
diaminkan jamaah yang hadir. Mereka lalu
Marpangir.
mengakhiri acara dengan makan bersama.
Makmeugang sendiri merupakan
Selain sedekah dan doa sebagaimana di
rangkaian aktivitas, membeli, mengolah
atas, ruwahan yang biasanya di minggu terakhir
dan menyantap daging sapi. Meski intinya
bulan Sya’ban, juga mempunyai kegiatan lain,
menghidangkan dan makan sapi namun,
yakni nyadran (ziarah kubur) dan bersih –bersih
mereka juga menambahkan ayam ataupun
desa. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
daging kambing.
pada ruwah adalah hari rayanya orang-orang
yang sudah wafat. Maka menengok tempat Menurut sejarawan Aceh, Amir Hamzah,
akhir dari kehidupan manusia yaitu maqbaroh, tradisi ini sudah terjadi sejak abad ke-14
berziarah kubur adalah keharusan. Kita akan yakni masa tersebarnya agama Islam kesana.
melihat fenomena bagaimana makam makam Mengengan biasanya dilakukan tiga kali
akan sangat ramai dan membuat jalan sampai setahun, 2 hari sebelum bulan puasa tiba, 2
macet pada Jumat terakhir bulan Sya’ban hari sebelum hari Raya Idul Fithri dan 2 hari
maupun hari terakhirnya. Adapun bersih sebelum idul adha. Bulan puasa dan tentu juga
– bersih desa merupakan cara menyambut dua hari raya itu adalah bulan yang baik. Mereka
kedatangan Ramadhan yang melambangkan ingin menghidangkan dan bersedakah dengan
silaturahmi dan kegotong royongan umat. makanan yang terbaik. Menurut A.Hasyimi
dan Lombard, Meugangan juga dirayakan
Ada yang unik dalam budaya ruwahan
oleh keluarga kerajaan Aceh Darussalam dan
ini, yakni kekhasan kue yang disediakan
diikuti dengan pembaikan sedekah kepada
pada ruwahan; Apem, ketan dan kolak.
fakir miskim.
Entah bagaimana asal usul kata ini dalam
kaitannya dengan ruwahan. Dalam banyak Dari Aceh menuju daerah lain, Bawean
literatur biasanya ungkapan atau makna kueh di ujung Jatim juga masih melaksanakan
itu berasal dari sumber –sumber lisan yang ruwahan dengan mengantar makanan kepada

426 | Ensiklopedi Islam Nusantara


para sudara dan handai taulan. Sementara di ziarahi. Tradisi ini bagi masyarakat Kabupaten
Lampung Timur diperingati dengan sholat Cirebon di bagian utara disebut juga sebagai
tasbih dan pemberian makanan kepada fakir ngunjung buyut (berkunjung kepada para
miskin. Adapun di Yogya, orang orang biasanya leluhur).
membuat nasi Ambeng dan kemudian dibawa
Tradisi ini sebagaimana di banyak
ke ketua dukuh (kepala kampung). Disitu lah
tempat dulu memang adalah budaya animism
mereka membaca doa dengan dipimpin oleh
dinamisme. Mereka biasanya membawa
ketua dukuh. Lalu dikuti ziarah ke makam
sesajen makanan yang dipersembahkan
bersama-sama.
kepada para roh agar terjadi keseimbangan
Jawa Barat pun punya tradisi unik, alam dan bentuk syukur. Intinya, bahwa
misalnya Cirebon. Keluarga kraton kasepuhan pada diri manusia itu, sadar akan eksistensi
biasanya memperingati ruwahan ini di dalam yang Maha yang di luar kekuasaannya, itulah
keratin dan tertutup untuk public. Namun kemudian yang mereka ekspresikan dalam
tahun mereka melakukannya di masjid agung tingkat akal yang mereka pahami.
sang cipta rasa dan dilanjutkan dengan ziarah
Namun kekuatan strategi yang digunakan
ke astana gunung jati. Dimana Sunan Gunung
oleh para wali atau penyebar Islam mempunyai
Jati disemayamkan.
kekuatan yang luar biasa dalam mengubah
Tradisi ruwahan sudah lama berlangsung, tradisi yang berlawanan dengan prinsip-prinsip
sejak Islam yang disiarkan oleh Sunan Gunung Islam ini. Mereka tidak serta melarangnya,
jati ke Cirebon. Jadi memperingatinya, dimana namun membentuk atau mewujudkan
diakhiri dengan ziarah adalah juga untuk justru dalam hal yang dianjurkan oleh Islam
mengingat perjuangan Sunan Gunung Jati. itu sendiri, ziarah, doa dan sedekah yang
Menurut Sultan, Keraton Kasepuhan didirikan dikemas dalam nama apa saja sesuai lokalitas
oleh Sunan Gunung Jati, karena itu tradisi – daerahnya.
tradisi yang ada disesuaikan dengan dengan
hari-hari besar Islam.
Mengapa Sya’ban?
Ruwahan keraton biasanya dilakukan
pertengahn bulan Sya’ban 15 berbarengan Bagaimanapun tradisi ruwahan dilakukan,
dnegan tradisi Nisfu Sya’ban. Karena pada setidaknya ada tiga pesan dalam peringatan
hari itu buku catatan amalan manusia ditutup. itu;
Maka pelaksanaanya biasanya dimulai dengan 1. Menyambut bulan suci Ramadhan
sholat sunat 2 rakaat diteruskan baca yasin
3 kali. Selanjutnya acara diisi oleh Penghulu Bulan Sya’ban atau Ruwah memang
Keraton, Kaum Masjid Agung dll. Dan seperti pintu bulan menuju bulan Ramadhan.
biasa ada tawasulan dan doa yang diakhiri Pada saat inilah umat Islam bersiap-siap
dengan makan nasi bogana. menyambut bulan mulia ini. Caranya bisa
banyak melakukan ibadah dan bersih –
Namun bagi masyarakat biasa, ruwahan bersih (diri maupun lingkungan). Pada
adalah bentuk syukur dari karunia dan rizki bulan itu sebagaimana dalam salah satu
yang selama ini diterima. Mereka mengadakan hadis yang diriwayatkan Usamah bin
ruwahan dengan sedekah makam. Biasanya Zaid, Rasulullah banyak berpuasa karena
setelah musim panen, namun mereka juga bis pada bulan itu amal manusia diangkat
amengadakan pada bulan Ruwah.Itu adalah kepada Allah, sehingga beliau ingin pada
wujud syukur masyarakat petani yang berhasil saat diangkat itu Rasululllah ingin dalam
panennya tapi juga diikuti oleh masyarakat keadaan berpuasa. Di bulan Sya’ban itulah
lain. kemudian ada malam nishfu Sya’ban, yaitu
Dengan dibacakannya doa doa pada malam ke 15 dimana doa - doa dibacakan
acara ruwahan itu, mereka berharap doa-doa karena pergantian buku catatan amal
mengalir kepada para ahli kubur yang mereka manusia.

Edisi Budaya | 427


Usamah bin Zaid bertanya kepada berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah
Rasulullah s.a.w.:’Wahai Rasulullah, aku kami dan saudara-saudara kami yang
tidak pernah melihatmu memperbanyak telah beriman lebih dahulu dari kami,
berpuasa (selain Ramadhan) kecuali dan janganlah Engkau membiarkan
pada bulan Sya’ban? Rasulullah s.a.w. kedengkian dalam hati kami terhadap
menjawab:”Itu bulan dimana manusia orang-orang yang beriman; Ya Tuhan
banyak melupakannya antara Rajab dan kami, sesungguhnya Engkau Maha
Ramadhan, di bulan itu perbuatan dan Penyantun lagi Maha Penyayang.“ (QS. Al
amal baik diangkat ke Tuhan semesta Hasyr: 10).
alam, maka aku ingin ketika amalku
3. Bersedekah
diangkat, aku dalam keadaan puasa”. (h.r.
Abu Dawud dan Nasa’i). Pelajaran atau hikmah ketiga dalam tradisi
ruwahan adalah bersedekah. Sedekah
2. Berkirim doa kepada arwah
atau berbagi kepada orang lain telah
Mendoakan kepada orang yang sudah membudaya sebelum Islam datang. Ketika
wafat merupakan salah satu pahala yang menemukan tradisi sedekah bagian dari
tidak putus bagi si mayat. Dalam acara ini, Islam, sebagaimana dalam salah satu
doa – doa biasanya ada dalam tahllil atau hadits Nabi; ‘sedekah itu menolak bala’:
istighosah yang ada dalam ruwahan ini. maka tradisi ini langsung bisa diadaptasi
Tentu saja ini sejalan dengan ajaran Islam dalam Islam. Jelas sekali dalam ruwahan
sebagaimana diriwayatkan dalam suatu itu, ada yang membagi-bagikan makanaan
hadits yang sudah popular. baik individual ataupun kolektif.
Jika seseorang meninggal dunia, maka 4. Merekatkan Silaturahmi
terputuslah amalannya kecuali tiga
Ruwahan juga bermakna silaturahmi,
perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang
sebab mereka saling mengunjungi. Kalau
dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh”
tidak mengundang yaruwahan masal dan
(HR. Muslim)
kolektif.
Dan orang-orang yang datang sesudah
[M Ulinnuha dan Ala’i Najib]
mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka

Sumber Bacaan
Amin, M. Darori. Islam dan Kebudayaan Jawa, (Yogyakarta: Gama Media, 2000).
Bratawijaya, Thomas Wiyasa. Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1997).
Hasil wawancara dari beberapa informan di daerah dearh yang disebut di atas.
Henri Chambert –Loir dan Claude Guillot dkk Ziarah dan Wali di Dunia Islam (terj.) Jakarta ,Serambi Ilmu Semesta,
April 2007
Irvan Fauzan, Tradisi Ruwahan di Desa Tunahan Jepara, 2016 (Penelitian tidak diterbitakn)
M.Hariwijaya, Islam Kejawen, Yogyakarta, Gelombang Pasang 2004
Rasyid, Harun Nur. Ensiklopedi Makanan Tradisional Indonesia (Sumatera), (Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata RI, 2004).
Tradisi Meugang http://melayuonline.com /ind/ culture/dig/2294/tradisi-meugang
Yusuf, Mundzirin, dkk. Islam dan Budaya Lokal, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Suka, 2005)

428 | Ensiklopedi Islam Nusantara


S
Samadiyah
Saman
Sambatan
Samenan
Sanad
Santri
Sarung
Sedekah Bumi
Selametan
Semakan
Serat
Seserahan
Sewelasan
Singir
Sinoman
Sorogan
Sowan
Suroan
Surau
Syair
Syawalan
Samadiyah

S
amadiyah adalah salah satu tradisi sangat kuat terpancar dalam ritual Samadiyah
khas Islam Nusantara yang berasal dari ini.
wilayah Aceh. Samadiyah dimaknai
Setelah upacara pemakaman jenazah,
sebagai sebuah upacara pasca kematian yang
masyarakat gampong melaksanakan ritual
berupa pembacaan doa dan beberapa ayat al-
doa bersama pasca kematian, terhitung sejak
Qur’an secara bersama-sama, yang dilakukan
malam pertama hingga malam ketujuh. Di
oleh warga gampong (kampong).
Aceh, tradisi berdoa untuk orang meninggal
Upacara ini berlangsung selama tujuh disebut “Khanduri Matee” (kenduri orang
malam berturut-turut, terhitung sejak hari meninggal). Semua ritual itu diselenggarakan
pertama mayat dikebumikan di dalam kubur. oleh ahli waris yang di tinggalkan. Juga dibantu
Upacara ini dimulai setelah selesai shalat oleh masyarakat gampong setempat.
maghrib dan setelah segenap warga gampong
Pada malam pertama setelah mayat
berkumpul.
dalam kuburan, para warga gampong akan
Tempat Samadiyah dilakukan adakalanya berdatangan ke rumah orang yang meninggal
di meunasah, masjid, atau rumah duka. itu untuk menggelar ritual Samadiyah.
Kegiatan ini dilakukan dengan sukarela dan Tentu, selain hendak ber-Samadiyah-an,
sebagai ungkapan turut berduka cita dari tujuan kedatangan mereka juga terutama
warga dan tetangga, serta sebagai bentuk hendak menghibur keluarga yang baru
dari spirit gotong royong, saling berbagi, dan ditinggal pergi oleh mendiang almarhum,
tolong menolong. berbagi meringankan perasaan duka dan
menghilangkan perasaan kesepian setelah
Samadiyah berasal dari salah sifat Allah,
ditinggal mati.
yakni “al-Shomad”, yang berarti tempat
bergantung. Upacara ini disebut dengan Para pengunjung yang datang akan
“Samadiyah” karena di dalamnya ditonjolkan membawa buah tangan yang terdiri dari
pembacaan surat al-Ikhlas, di mana surat itu berbagai jenis makanan ringan, seperti kue-
menyebut “Allahu-sh Shomad” (Allah tempat kue, gula, kopi dan teh, beras, hasil bumi, dan
bergantung) pada ayat kedua. lain-lain. Makanan ringan tersebut kemudian
dimakan bersama-sama. Ada juga sebagian
Di Jawa, ritual Samadiyah ini serupa
pengunjung lainnya yang memberikan sedekah
dengan ritual Tahlilan. Bacaan do’a dan
uang kepada keluarga duka. Pembawaan
petikan-petikan ayat al-Qur’an dalam
makanan ringan ini, terutama oleh kerabat
Samadiyah juga relatif sama dengan bacaan
orang yang meninggal itu, para tetangga
dan do’a Tahlilan. Hanya saja, dalam ritual
dan handai tolan, mempunya makna agar
Samadiyah, pembacaan surat al-Ikhlas
mengurangi beban dan menghibur keluarga
diperbanyak, biasanya sampai 33 atau 100 kali.
yang terkena musibah kematian.
Semangat ibadah, tepa salira, tolong
Sehubungan dengan jumlah kegiatan
menolong, saling berbagi, dan gotong royong

Edisi Budaya | 431


ini yang sebanyak tujuh malam itu, maka 1. Memulai oleh Imam secara sir dengan
persiapan-persiapan pun diusahakan untuk membaca (niat samadiyah).
mencukupi selama masa tersebut. Biasanya َ ْ ‫ِاﻰﻟ َﺣ‬
‫ﺮﻀ ِة اﺠﻲﺒ اﻤﻟﺼﻄﻰﻔ ﺤﻣﻤﺪ رﺳﻮل اﷲ ﻋﻠ�ﻪ‬
persiapan-persiapan itu terdiri dari jenis
makanan ringan dan makanan berat. Acara ‫وﺳﻠﻠﻢ وﺒﻟ ا� واﺻﺤﺎ ﺑﻪ وذرﻳﺎﺗﻪ وذوﺧﻪ واﻫﻞ‬
makan baik jenis kue-kue ataun makanan
‫ﺑﻴﺘﻪ اﻤﺣﻌﻦﻴ ﺷﻢ ﺧﺼﻮﺻﺎ اﻰﻟ اﻟﺮوح )ﻓﻼن ﺑﻰﻨ‬
berat seperti laksa, bubur, opor, dan lain-lain,
tampaknya berlangsung sangat sederhana. ..............................‫ﻓﻼن( ﻰﻓ اﻟﻘﺒﻮر اﻟﻔﺎﺤﺗﻪ‬
Usaha untuk melaksanakan persiapan 2. Membaca surat ‫ ﺍﻟﻔﺎﲢﺔ‬bersama-sama.
kenduri tersebut dilakukan oleh para sanak
‫اﻢﻬﻠﻟ اﻏﻔﺮ ﺠﺎ ذﻧﻮ ﺑﻨﺎ ﺻﻐﺮﻴا وﻛﺒﺮﻴا �ﺎر ﺣﻢ‬
famili almarhum yang ditinggalkan, dengan
dibantu oleh para tetangga dan handai tolan. ٣x...............‫راﻤﺣﻦﻴ‬
Dalam kegiatan upacara kenduri 3. Membaca Istighfar bersama-sama.
ً َ ْ َ ْ َ ِّ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ
ِ ‫ﺐ ﻋ ِﻈ� ِﻢ ا َّوﻻ‬
‫وآﺧ ًﺮا‬
Samadiyah ini, terlibat para tetua gampong,
mulai teungku imam meunasah, tuanku ٍ ‫اﺳﺘﻐ ِﻔﺮاﷲ اﻟﻌ ِﻈ�ﻢ ِﻣﻦ ﻞﻛ ذﻧ‬
َ َ ُ َْ َ ُ َ ً ََ ً ََ
َ َ� ‫ﺎﻟ ُﻔ ْﻮ ُر‬
gampong, dan lain-lain. Teungku imam ٣×.... ‫ﺎر ِﺣ�ْ ُﻢ‬ � ‫ﺎﻃﻨﺎ �ﺎاﷲ �ﺎرﻤﺣﻦ‬
ِ ‫وﻇﺎ ِﻫﺮا وﺑ‬
meunasah terlebih dahulu memberi tahukan
«Aku meminta keampunan akan ALLAH
kepada anggotanya terutama sekali orang-
yang megah, dari sekalian dosa besar, baik
orang yang pandai membaca al-Qur’an dan
pada awal, pada akhir, pada dhahir dan
Samadiyah. Karena acara yang paling puncak
pada bathin. Wahai ya ALLAH, yang maha
pada ritual ini adalah saat membaca al-Qur’an
pengasih, maha pengampun dan maha kasih
dan Samadiyah.
sayang».
Setelah selesai pembacaan Samadiyah, ِّ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ
ْ ‫ﻞﻛ َذﻧْﺐ َﻋ ِﻈ�ْ ِﻢ ِﻣ ْﻦ َﺳ َﻤ‬
kepada hadirin disuguhkan beberapa bahan ‫ﻰﻌ‬ِ ٍ ‫اﺳﺘﻐ ِﻔﺮاﷲ اﻟﻌ ِﻈ�ﻢ ِﻣﻦ‬
َُ َ ََ ْ َ ََ
makanan ringan dan juga makanan berat.
x ٣..................... ‫ﯩﻮﻓ َﺆ ِدى‬ ‫ﺮﺼى وﺎﻠﻛ ِﻣ‬
ِ ‫وﺑ‬
Setelah selesai makan, sang imam memohon
kepada keluarga duka untuk pulang ke rumah «Aku meminta keampunan akan ALLAH
masing-masing. yang megah, dari sekalian dosa besar,
baik dari pendengaranku, penglihatanku,
Samadiyah malam pertama orang
pembicaraanku dan dari hatiku».
meninggal biasanya dilakukan di rumah
َ َ َ َ َ ُ ََْْ
duka, atau bisa juga di meunasah sebagai ‫ﺎﺨﻳﻨَﺎ َو ِﺠﻟ َ ِﻤ�ْ ِﻊ‬ ِ ِ ‫وﻟِﻤﺸ‬ ‫ا�ﻧﺎ‬ِ ِ ‫اﷲ ﺠَﺎ َوﻟ ِ َﻮ‬ ‫اﺳﺘﻐ ِﻔﺮ‬
pusat aktivitas gampong. Lalu ada Samadiyah َ ْ ‫اﻟﺼﺎﺤﻟ‬ ُّ َ
َّ ‫اﻟﺸ َﻬ َﺪاء َو‬ َ ْ ُ ْ
َ ْ ‫ﻟﻤ ْﺴﻠﻤ‬
malam ketiga disebut “khanduri malam lhee” ‫ﻦﻴ‬ ِِ ِ ‫و‬ ‫ﻦﻴ َو ِﺠﻟ َ ِﻤ�ْ ِﻊ اﻻ ْو ِ�َﺎ ِء‬ ِِ ‫ا‬
(kenduri malam tiga), dimana saudara yang x ٣....
masih hidup datang ke rumah duka untuk
mendoakan yang meninggal dunia. Para tamu «Aku meminta keampunan akan ALLAH
yang datang membawa oleh-oleh ala kadarnya, bagi diri kami, ibu-bapak kami, orang-orang
semampunya. Sebelum berdoa, para tamu tua kami dan bagi sekalian orang muslim,
disuguhi makan malam bersama. bagi para auliya, para syuhada dan bagi
orang-orang yang shalih».
Seunujoeh adalah sebutan untuk
Samadiyah hari ketujuh. Seuneujoh �‫اﻢﻬﻠﻟ ﺻﻰﻠ ﺒﻟ ﺳ�ﺪن ﺤﻣﻤﺪاﺑﺪك ورﺳﻮﻟﻚ اﺠ‬
merupakan puncak daripada upacara kematian
setelah jenazah dikuburkan. Pada Samadiyah ٨x...........‫اﻻﻰﻣ وﺒﻟ ا� وﺻﺤﺒﻪ وﺳﻼم‬
Seunujoeh lebih ramai dari samadiyah 4. Membaca Shalawat.
sebelumnya, orang lebih banyak berdatangan.
‫اﻢﻬﻠﻟ اﻏﻔﺮ ﺠﺎ ذﻧﻮ ﺑﻨﺎ ﺻﻐﺮﻴا وﻛﺒﺮﻴا �ﺎر ﺣﻢ راﻤﺣﻦﻴ‬
Berikut ini adalah tata cara dan bacaan
Samadiyah; ٣x

432 | Ensiklopedi Islam Nusantara


5. Imam membaca : «Dengan nama ALLAH yang maha pengasih
ُ ْ َّ ُ َ َّ َ َ
‫اﷲ ِﻣﻨﺎ َو ِﻣﻨﻜ ْﻢ‬
lagi maha penyayang». «Katakanlah
‫ﻳﻘﺒﻞ‬
aku berlindung kepada tuhan manusia,
6. Jawaban Jama`ah bagi bacaan Imam : Raja manusia, Sembahan manusia, dari
keburukan Syaitan yang bisa bersembunyi,
‫ااﷲ �ﺘﻘﺒﻞ ا�� ﺋﻨﺎ و ا��ء�ﻢ‬
yang membisik kejahatah dalam dada
Kemudian langsung disambung dengan: manusia, dari kaum jin dan manusia».
َّ َ ُُْ َ َ ْ ِّ َ ِ ‫ﺤﻟ َ ْﻤ ُﺪ‬ْ َ ْ َّ
‫اﻟﺮ ِﺟ�ْ ِﻢ‬
َّ ‫اﻟﺸ�ْ َﻄﺎن‬
ِ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
ِ ‫ﷲ‬
ِ ِ ‫أﻋﻮ‬
‫ﺎا‬‫ﺑ‬ ‫ذ‬ * ‫ﻦﻴ‬ َ ْ ‫ﻟﻌﺎﻟَﻤ‬
ِ ‫ﷲ رب ا‬ ِ
ْ َّ
‫اﻟﺮﻤﺣ ِﻦ اﻟﺮ ِﺣ� ِﻢ * ا‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ِۢ ا‬
َّ ‫اﻟﺮ ْﻤﺣﻦ‬ َ
َ َّ�‫ﺎك ﻏ ْﻌﺒُ ُﺪ َوإ‬ ِّ ِ‫اﻟﺮﺣ�ْﻢ * َﻣﺎﻟﻚ �َ ْﻮم‬
َ َّ�‫ا��ْﻦ * إ‬ َّ ْ َّ َ
‫اﻟﺮ ِﺣ�ْ ِﻢ‬ ِ
َّ ‫ﷲ‬ِ ‫ِۢ ا‬ ‫ﺎك‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫اﻟﺮﻤﺣ ِﻦ‬
ْ َّ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ِّ ‫ﻦﻴ * ا ْﻫﺪﻧَﺎ‬ ُ ْ ‫ﻧ َ ْﺴﺘَﻌ‬
«Dengan nama ALLAH yang maha pengasih ‫ا�ﻓ َﻦ‬ ِ ‫اﻟﺮﺼاط اﻟﻤﺴﺘ ِﻘ� َﻢ * ِﺮﺻاط‬ ِ ِ ِ
lagi maha penyayang». َ‫اﻟﻀﺎﻟِّ ْﻦﻴ‬َّ َ َ ْ ْ َ َ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ
‫ﺮﻴ اﻟﻤﻐﻀﻮ ِب ﻋﻠ� ِﻬﻢ وﻻ‬ ِ ‫أﻏﻌﻤﺖ ﻋﻠ� ِﻬﻢ ﻟ‬
َ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ َّ ُ َ ٌ َ َ ُ َ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َّ َ َ َ ْ
‫ﺘ َوﻟ ْﻢ �ُ ْﻮ ْ� * َوﻟ ْﻢ‬ِ � ‫ﻗﻞ ﻫﻮ اﷲ أﺣﺪ * اﷲ اﻟﺼﻤﺪ * ﻟﻢ‬ * ‫* آ ِﻣﻦﻴ �ﺎ رب اﻟﻌﺎﻟ ِﻤﻦﻴ‬
ٌ َ ُ ُ َّ ُ
٣٣x ‫�َﻜ ْﻦ � ﻛﻔ ًﻮا أ َﺣﺪ‬ «Dengan nama ALLAH yang maha pengasih
lagi maha penyayang». «Segala puji bagi
«Katakan oleh mu wahai Muhammad,
ALLAH tuhan sekalian alam, maha pemurah
bahwa ALLAH itu satu, lagi allah adalah
lagi maha penyayang, yang menguasai
yang dibutuhkan, yang tidak pernah beranak
hari pembalasan, hanya kepada Engkaulah
dan diperanakkan, dan tiada satu pun yang
kami menyembah dan kepada Engkau kami
sama dengannya».
mohon pertolongan, tunjukilah kami kejalan
Langsung disambung dengan : yang lurus, yaitu jalan-jalan orang yang
َ ُ ‫ﻻ‬ َّ َ َ telah Engkau beri nikmat kepada mereka,
‫ﺤﻣﻤﺪارﺳﻮاﷲ‬ ‫اﷲ اﻤﻟﻠﻚ اﺤﻟﻖ اﻤﻟﺒﻦﻴ‬ ‫اﻻ ِا� ِإ‬ bukan jalan-jalan orang yang dimurkai, dan
٣x..............................‫ﺻﺎدق وﻋﺪ اﻣﻦﻴ‬ bukan pula jalan-jalan orang yang sesat».
«Terimalah do›a kami wahai tuhan seru
Kemudian disambung dengan : sekalian alam».
َ َْ ُ َ ُْ َّ ‫اﻟﺮ ْﻤﺣﻦ‬
‫اﻟﺮ ِﺣ�ْ ِﻢ * ﻗﻞ أ ُﻋ ْﻮذ ﺑِ َﺮ ِّب اﻟﻔﻠ ِﻖ * ِﻣ ْﻦ‬ ِ
َّ ‫ﷲ‬ ِ ‫ِۢ ا‬ Kemudian membaca ini
َ َ‫ﺮﺷ َﺬﻟﺳﻖ ا َذا َوﻗ‬
ِّ‫ﺐ * َو ِﻣ ْﻦ َﺮﺷ‬ ِّ َ ْ َ َ َ َ َ ِّ َ
ِ ٍ ِ ‫ﺮﺷ ﻣﺎ ﺧﻠﻖ * و ِﻣﻦ‬ ‫اﻢﻬﻠﻟ اﻏﻔﺮ �)ﻫﺎ(ورﻤﺣﻪ)ﻫﺎ(و�ﻓ�ﻪ)ﻫﺎ(واﻋﻔﻮ‬
َ َ َ َُْ َ َّ َّ
٣‫ﺎﺳ ٍﺪ ِاذا َﺣ َﺴﺪ‬ َ ِّ ْ
ِ ‫ﺎت ِﻰﻓ اﻟﻌﻘ ِﺪ * َو ِﻣﻦ ﺮﺷ ﺣ‬ ِ ‫اﺠﻔﺎﺛ‬ (‫ﻋﻨﻪ)ﻫﺎ(واﻛﺮﻳﻢ ﻧﺬ�)ﻫﺎ(¸ووﺳﻊ ﻣﺪﺧﻠﻪ)ﻫﺎ‬
................................…٣x ‫واﻏﺴﻠﻪ)ﻫﺎ(ﺑﺎﻤﻟﺎء واﻟﺴﻠﺞ واﻟﺮﺒدوﻧﻘ�ﻪ)ﻫﺎ(ﻣﻦ‬
«Dengan nama ALLAH yang maha pengasih ‫اﺨﻟﻄﺎ ﻛﻤﺎ�ﻨ� اﻟﺼﻮب اﻻﺑ�� ﻣﻦ ا�ﻧﺎس‬
lagi maha penyayang». «Katakanlan wahai
Muhammad, aku berlindung dengan tuhan ‫داره)ﻫﺎ(واﻫﻼﺧﺮﻴاﻣﻦ‬ ‫واﺑﺪ�)ﻫﺎ(دارﺧﺮﻴاﻣﻦ‬
yang menguasai subuh, dari kejahatan (‫زوﺟﻪ)ﻫﺎ(وادﺧﻠﻪ)ﻫﺎ‬ ‫اﻫﻠﻪ)ﻫﺎ(وزوﺟﺎﺧﺮﻴاﻣﻦ‬
makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam
apabila telah gelap gulita, dan dari ‫اﺠﻟﻨﺔواﻋﺪه)ﻫﺎ(ﻣﻦ اﻟﻌﺬاب اﻟﻘﺮﺒ وﻓﺘﻨﺘﻪ وﻣﻦ‬
kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang .‫ﻋﺬاب اﻛﺎر‬
menghembus pada buhul-buhul, dan dari
orang-orang yang dengki apabila ia dengki». (‫اﻬﻟﻢ ﻻ ﺤﺗﺮﻣﻨﺎاﺟﺮه)ﻫﺎ(وﻻ ﺗﻔﺘﻨﺎ ﺑﻌﺪه)ﻫﺎ‬
* ‫ﺎس‬ ِ ‫اﺠ‬ َّ ‫اﻟﺮ ِﺣ�ْﻢ * ﻗُ ْﻞ أَ ُﻋ ْﻮ ُذ ﺑ َﺮ ِّب‬
َّ ‫اﻟﺮ ْﻤﺣﻦ‬
َّ ‫ﷲ‬ ِ ‫ِۢ ا‬ ‫واﻏﻔﺮﺠﺎو�)ﻫﺎ(وﻟﻼﺧﻮاﻧﻨﺎا��ﻦ ﺳﺒﻘﻮن ﺑﺎﻻ�ﻤﺎن‬
ِ ِ ِ
َّ َ ْ ْ َ
ْ ِّ ‫اﺠﺎس * ﻣ ْﻦ‬ َّ ‫َﻣ ِﻠ ِﻚ‬
‫ﺎس‬ ِ ‫اس اﺨﻟﻨ‬ ِ ‫ﺮﺷ اﻟ َﻮﺳ َﻮ‬ ِ ِ َّ �ِ ‫ﺎس ِا‬ِ ‫اﺠ‬ ‫وﻻﺨﺗﻌﻞ ﻰﻓ ﻗﻠﻮﺑﻨﺎ ﻏﻞ ﻟ��ﻦ اﻣﻨﻮا رﺑﻨﺎ اﻧﻚ رؤف‬
َّ ْ َ َّ ‫ﻰﻓ ُﺻ ُﺪ ْور‬ ْ ‫� ْي �ُ َﻮ ْﺳﻮ ُس‬ َّ َ
‫ﺠﻟﻨ ِﺔ‬ِ ‫ﺎس * ِﻣﻦ ا‬ ِ ‫اﺠ‬ ِ ِ ‫* ا‬ .‫رﺣ�ﻢ‬
ِ ِ
..…..............…… ٣٣x * ‫ﺎس‬ ِ ‫اﺠ‬ َّ ‫َو‬

Edisi Budaya | 433


‫‪7.‬‬ ‫‪Membaca Zikir (tahlil).‬‬ ‫‪dan kema›rifahanMu».‬‬
‫‪-‬‬ ‫‪Imam membaca :‬‬ ‫‪8.‬‬ ‫‪Membaca Do`a oleh Imam.‬‬
‫َ ْ ُ ِّ ْ َ ْ َ َ َّ‬
‫اﻓ َﻀﻞ ا�ﻛ ِﺮ ﻓﺎﻋﻠ ْﻢ اﻧﻪ‬ ‫اﻢﻬﻠﻟ اﺟﻌﻞ ﺛﻮب ﻣﺎ ﻗﺮاﻧﺎه ﻲﻓ ﻫﺬا اﻣﺎﻜن ﻣﻦ اﻟﻘﺮان‬
‫‪«Ketahuilah bahwa sebagus-bagus zikir‬‬ ‫اﻟﻌﻀ�ﻢ وﻣﻦ ﺻﻼواﺗﻨﺎ وﻣﻦ ﺳﻮرة اﻻﺧﻼص‬
‫‪adalah».‬‬
‫وﺗﻬﻠ�ﻨﺎ ﻫﺪ�ﺔ ﺑﻠﻐﺔ ﻣﻨﺎ اﻟﻠﻨﻲﺒ اﻤﻟﺼﻄﻒ رﺳﻮل اﷲ‬
‫‪-‬‬ ‫‪Bacaan bersama :‬‬
‫ﺻﻰﻠ اﷲ ﻋﻠ�ﻪ وﺳﻼم و ﻋﻞ ﻋﻠﻪ واﺻﺤﺎﺑﻪ‬
‫ﻻ ُ‬‫َّ‬ ‫َ‬
‫اﷲ ‪٩٩x‬‬ ‫ﻻ ِا� إِ‬ ‫اﻤﺟﻌﻦﻴ‪ .‬واوﺻﻞ ﺛﻮاب ﻣﺜﻞ ﺛﻮاب ذﻟﻚ ﺣﺼﻮ ﺻﺎ‬
‫‪«Tiada tuhan yang‬‬ ‫‪berhak‬‬ ‫‪disembah‬‬ ‫اﻰﻟ اﻟﺮوح ﻓﻼن ﺑﻦ ﻓﻼن ﻰﻓ اﻟﻘﺮﺒ ﺑﺮﻤﺣﺘﻚ �ﺎرﺣﻢ‬
‫‪melainkan ALLAH».‬‬
‫رﻤﺧﻦﻴ‪ .‬اﻢﻬﻠﻟ اﻏﻔﺮ� وارﻤﺧﻪ و�ﻓ�ﻪ واﻋﻒ ﻋﻨﻪ‬
‫‪Disambung dengan :‬‬
‫َ َّ ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ُ‬ ‫ُ َ َّ ُ َّ ُ ْ ُ‬ ‫واﻛﺮﻳﻢ ﻧﺬ� واﺟﻌﻞ اﺠﻟﻨﺔ ﻣﺸﻮ ا�ﻪ‪ ,‬اﻬﻟﻢ ﻻ‬
‫ﻠﻛ َﻤﺔ َﺣ ٍّﻖ‬‫ﷲ ﺻﻰﻠ اﷲ ﻋﻠ� ِﻪ وﺳﻠﻢ ِ‬ ‫اﻟﺮﺳﻮل ا ِ‬ ‫ﺤﻣﻤﺪ‬
‫َ‬ ‫ﺑﻌﺪه)ﻫﺎ(‬ ‫ﺗﻔﺘﻨﺎ‬ ‫ﺤﺗﺮﻣﻨﺎاﺟﺮه)ﻫﺎ(وﻻ‬
‫ﺎء ُ‬
‫اﷲ‬ ‫َﻋﻠَ�ْ َﻬﺎ ﺤﻧ�َﺎ َو َﻋﻠ� َﻬﺎ ﻏ ُﻤ ْﻮت َوﺑ َﻬﺎ ﻏﺒ َﻌﺜ ْﻮا ِان ﺷ َ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ِ‬ ‫واﻏﻔﺮﺠﺎو�)ﻫﺎ(وﻻاﺧﻮاﻧﻨﺎا��ﻦ ﺳﺒﻘﻮن ﺑﺎﻻ�ﻤﺎن‬
‫َََ َ‬ ‫َ ْ َْ َْ‬
‫ﷲ وﻛﺮ ِﻣﻚ‬‫ﺖا ِ‬ ‫ِﻣﻦ ا� ِﻣ ِﻨﻦﻴ ﺑِ َﺮﻤﺣ ِ‬
‫وﻻﺠﺗﻌﻞ ﻰﻓ ﻗﻠﻮﺑﻨﺎ ﻏﻞ ﻟ��ﻦ اﻣﻨﻮا رﺑﻨﺎ اﺠﻚ رؤف‬
‫‪«Muhammad adalah utusan ALLAH, rahmad‬‬
‫‪dan sejahtera atasnya, itulah kalimat yang‬‬ ‫رﺣ�ﻢ‪ .‬اﻢﻬﻠﻟ اﺟﻌﻞ ﻗﺮﺒه روﺿﺔﻣﻦ رﻳﺾ اﺠﻟﻨﻪ‬
‫‪benar, di atasnya kita hidup dan atasnya kita‬‬ ‫وﻻﺠﺗﻌﻞ ﻗﺮﺒه ﺧﻔﺮة ﻣﻦ ﺧﻔﺮ اﺠﺮﻴان‪ ,‬اﻢﻬﻠﻟ ﺑﻠﻎ‬
‫‪mati dan dengannya pula kita dibangkitkan,‬‬
‫‪jika ALLAH mengkehendak kita sebagian‬‬ ‫ﺷﻮاب ذﻟﻚ ﻣﻦ ا�ﻪ)ﻫﺎ( واﺟﻌﻞ ﻧﻮرا ﻣﻨﺮﻴا ﺑﻦﻴ ا�ﺪ‬
‫‪dari orang-orang yang aman, dengan‬‬ ‫�ﻬﻢ وﻓﺎﻜ ﺎﻛ ﻬﻟﻢ ﻣﻦ اﺠﺎر �ﺎ ��� اﻟﺴﺎ ﺋﻠﻦﻴ‪ .‬وﺻﻰﻠ‬
‫‪rahmatnya dan kemuliaannya».‬‬
‫اﷲ ﺒﻟ ﺳ�ﺪ ﻧﺎ ﺤﻣﻤﺪ وﺒﻟ ا� واﺻﺤﺎ ﺑﻪ وﺳﻼم‪,‬‬
‫‪Disambung dengan :‬‬
‫َْ َ َ ْ ُ ْ ْ َ َ َ َ ْ ُْ َ‬ ‫ﺳﺒﺤﺎن رﺑﻚ رب اﻟﻌﺰة ﻋﻤﺎ �ﺼ�ﻔﻮن وﺳﻼم ﺒﻟ‬
‫� أ ْﻋ ِﻄ ْ‬
‫ﻰﻨ‬ ‫ﻟﻰﻬ أﻧﺖ ﻣﻘﺼﻮ ِدى ورﺿﺎك ﻣﻄﻠﻮ ْ‬ ‫ِا ِ ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اﻤﻟﺮ ﺳﻠﻦﻴ وﺤﻟﻤﺪ اﷲ اﻟﻌﺎ ﻤﻟﻦﻴ‪ ..‬اﻟﻔﺎ ﺤﺗﻪ‬
‫ْ َ َ‬ ‫ََ َ‬
‫ﺤﻣ َّﺒﺘَﻚ َو َﻣﻌ ِﺮﻓﺘَﻚ‬ ‫‪Sesudah do’a disunahkan membaca do’a‬‬
‫‪«Wahai tuhanku, Engkaulah yang aku‬‬ ‫‪salawat bersama sama.‬‬
‫‪maksudkan dan keridhaanMulah yang aku‬‬ ‫]‪[A Ginanjar Sya’ban‬‬
‫‪tuntut. Maka berikanlah daku kecintaanMu‬‬

‫| ‪434‬‬ ‫‪Ensiklopedi Islam Nusantara‬‬


Saman
(TARI)

S
alah satu jenis tarian khas dari daerah Cara menyanyikan lagu-lagu dalam
Gayo di Aceh Utara. Tarian ini dikenal tari saman dibagi dalam 5 macam, yaitu (1)
juga dengan nama “tarian seribu tangan” “regnum”, yaitu auman yang diawali oleh
dan identik sebagai tarian khas Aceh secara pengangkat, (2) “dering”, yaitu rengum yang
umum. Tari ini dimainkan oleh sepuluh orang, segera diikuti oleh semua penari, (3) “redet”,
tak boleh kurang dan tak boleh lebih. Delapan yaitu lagu singkat dengan suara pendek
orang berlaku sebagai penari, dan dua orang yang dinyanyikan oleh seorang penari pada
berlaku sebagai pemberi komando atau aba- bagian tengah tari, (4) “syekh”, yaitu lagu yang
aba sekaligus sebagai penyenandung nyanyian. dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara
panjang tinggi melengking, biasanya sebagai
Delapan orang penari itu akan
tanda perubahan gerak, dan (5) “saur”, yaitu
memperagakan berbagai macam gerak tari
lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari
yang unik, yang didominasi dalam gerak duduk
setelah dinyanyikan oleh penari solo.
dan bertepuk, utamaya tepuk tangan, dada,
paha, dan lantai. Karena kekuatan utama Tari Tari Saman dilakukan dengan tidak
Saman adalah pada gerak dan tepuk yang diatur menggunakan iringan alat musik, namun
dan dimainkan sedemikian rupa dan bertata hanya dengan menggunakan suara dari
aturan. Sementara, dua orang penyenandung para penari dan tepuk tangan mereka yang
akan menyanyikan lagu-lagu pengiring tarian dikombinasikan dengan memukul dada,
itu. pangkal paha, atau dinding lantai.
Di antara tepuk dan gerak yang dikenal Sebelum dimulainya tari, biasanya dipandu
dalam Tari Saman adalah gerak guncang, oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut
kirep, lingang, dan surang-saring. Sementara, syaikh. Sang syaikh akan terlebih dahulu
lagu-lagu yang disenandungkan sebagai memberikan sambutan dan petuah-petuah
pengiring tari adalah lagu-lagu khas Aceh yang ajaran kemuliaan dalam agama Islam.
bernafaskan religi dan kepahlawanan.
Para penari saman memakai kostum
Tari ini menuntut keseragaman formasi seragam khas Aceh: bulan teleng di kepala,
dan ketepatan waktu yang dilakukan oleh penutup leher, dan gelang di kedua pergelangan
kedelapan pelaku tari. Karena itu, sudah tangan. Sebelum menari, para penari duduk
menjadi sebuah keharusan bagi para pelaku berbaris memanjang ke samping dengan
tari yang memperagakan tarian ini untuk lutut ditekuk. Syeikh duduk di tengah‐tengah
memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan para penari lainnya kemudian menyanyikan
yang serius agar dapat tampil dengan baik. syair atau lagu yang diikuti dengan berbagai
gerakan oleh penari yang lain. Gerakan dan
Sementara itu, dalam menyenandungkan
lagu yang dinyanyikan memiliki hubungan
lagu pengiring tari, penyenandung tidak asal
yang dinamis, sinkron, dan memperlihatkan
menyenandungkan lagu begitu saja. Tetapi
kekompakkan. Tarian ini diawali dengan satu
ada aturan dan lagu-lagu tertentu yang
gerakan lambat, dengan tepuk tangan, tepuk
disenandungkan sesuai dengan masanya.
dada, dan paha, serta mengangakat tangan ke

Edisi Budaya | 435


Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/

atas secara bergantian. Semakin Nabi Muhammad di surau-surau atau masjid di


daerah Gayo, namun pada perkembangannya
lama, gerakan tarian ini semakin cepat
ia juga kemudian dimainkan pada acara-
hingga tari saman pun berakhir.
acara umum seperti acara pesta ulang tahun,
Sejarah Tari Saman berkaitan erat dengan pernikahan, khitan, dan acara lainnya hingga
proses dakwah Islam di wilayah tersebut, sekarang.
yaitu pada abad ke-14 M. Beberapa sumber
Dalam Tari Saman berpadu berbagai unsur
mengatakan jika tarian ini diciptakan oleh
nilai yang menakjubkan; keluhuran ajaran
Syaikh Saman, salah seorang juru dakwah
agama, kemurnian sejarah, kedalaman nilai
agama Islam pada masa itu dari dataran tinggi
budaya, keindahan seni tarik suara dan gerak
Gayo di wilayah utara Aceh, sebagai salah satu
tari. Selain itu, pada tarian ini juga tercermin
media dan strategi penyebaran agama Islam di
nilai-nilai luhur keagamaan, pendidikan, tata
sana.
krama, kepahlawanan, kebersamaan, gotong
Tari saman di masa Kesultanan Aceh royong, dan kekompakan.
hanya ditampilkan pada acara perayaan Maulid
[A Ginanjar Sya’ban]

436 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Sambatan

D
alam tradisi Jawa kata sambat memiliki keinginan berpartisipasi dalam sambatan.
banyak makna. Beberapa kamus Tidak ada batasan usia yang mengatur peserta
bahasa Jawa menerangkan bahwa kata sambatan. Mereka yang merasa mampu secara
sambat memiliki arti mengeluh minta tolong fisik boleh ikut sambatan.
dan gegayutan, sesambungan, gegandengan
Dalam konteks ilmu hikmah (semacam
(lihat Sudaryanto, 1991:275, Sastro Utomo,
ilmu gaib dalam Islam) yang berkembang di
2009: 411 dan Prawiraatmodjo, 1989: Jilid
pesantren di Jawa, kata sambatan digunakan
II/105). Masing-masing makna digunakan
untuk menunjuk sebuah asma yang berguna
sesuai konteksnya. Kata sambat yang berarti
sebagai media memanggil ruh seorang
mengeluh sering berhubungan dengan suatu
pendekar yang menguasai satu jurus tertentu
keadaan yang tidak sesuai harapan. Baik dalam
agar memasuki diri seseorang. Tersebutlah
hal ekonomi maupun kesehatan. Misalkan
beberapa istilah seperti asma sambatan
pada kalimat, wong-wong podo sambat mongso
karomah, sambatan khadam jurus, atau sekedar
pacekilik iki golek gawean angel. Artinya orang-
kata nyambat dan lain sebagainya. Semua istilah
orang ada mengeluh saat paceklik seperti
ini mengandaikan satu pemahaman yang sama
ini pekerjaan susah. Sementara makna
yaitu harapan datangnya sebuah bantuan
gegayutan, sesambungan dan gegandengan
dari alam gaib supaya dapat dimanfaatkan
(saling membantu, saling berhubungan,
sebagaimana tujuan. Makna ini hanya difahami
bersama-sama) lebih merupakan makna
oleh sedikit orang yang memiliki hubungan
kembangan yang menunjuk pada hilangnya
khusus dengan pengembangan dunia spiritual.
keluhan tersebut, inilah arti kata sambatan.
Dengan menambah akhiran ‘an’ persoalan Di Jawa (khususnya Jawa tengah, Jawa
yang dikeluhkan dalam kata sambat menjadi Timur dan sebagian Jawa Barat) kata sambatan
hilang. Artinya kata sambatan yang berarti digunakan untuk menunjuk kegiatan gotong
saling membantu merupakan solusi untuk royong dalam pembangunan fisik baik untuk
menghilangkan berbagai keluhan yang fasilitas umum seperti masjid, jembatan,
terdapat dalam kata sambat. langgar dan lain sebagainya, ataupun fasilitas
pribadi seperti rumah, gubug di tengah
Dalam bahasa Indonesia kata sambatan
sawah dan lain lain. Maka bisa dikatakan ayo
dapat diterjemahkan dengan gotong royong
sambatan omahnya si A (ayuk, gotong royong
atau saling membantu, dan bekerja sama. Kata
membangun rumh si A) atau ayo sambatan
sambatan yang diartikan dalam bahasa Jawa
mbangun langgar (ayuk, gotong royong
dengan kata-kata gegayutan, sesambungan,
bangun mushalla) dan lain sebagainya. Dalam
gegandengan menyimpan makna saling,
perkembangannya kemudian kata sambatan
saling gayut (saling bergantungan) sambung
juga digunakan untuk menjelaskan kegiatan
(saling berhubungan) dan gandeng (saling
saling membantu memasak, terutama ketika
bergandengan). Menunjukkan sifat aktif dua
datang hajat besar. Bisa karena pernikahan,
pihak antara yang meminta bantuan atau yang
hitanan ataupun keperluan lebih kecil seperti
dibantu (nyambatake) dan yang membantu
syukuran, tahlilan dan lain sebagainya.
atau para penyambat. Para Penyambat atau
Sambatan dalam ranah dapur di lakukan ketika
orang yang ikut serta dalam sambatan adalah
memerlukan aktifitas memasak yang tidak
semua anggota masyarakat yang memiliki

Edisi Budaya | 437


seperti memasak keseharian -extra ordinary para tetangga dekat.
cooking- tentunya pelaku samabatan dalam
Selain para penyambat, dalam setiap
konteks ini hanya diikuti oleh perempuan.
sambatan selalu ada tim inti yang terdiri para
Seperti halnya samabatan pembangunan yang
tukang. Tukang adalah tenaga ahli yang dibayar
didominasi para lelaki. Meskipun seringkali
secara profesional oleh tuan rumah (orang
terjadi gabungan antara sambatan di dapur dan
yang nyambatno). Dialah yang bertanggung
sambatan pembangunan. Mengingat semua
jawab penuh akan prosesi sambatan. Dia
aktifitas lelaki dalam sambatan pembangunan
pula yang akan membagi dan mengarahkan
membutuhkan konsumsi yang banyak yang
pekerjaan kepada setiap peserta sesuai
secara otomatis menuntun proses memasak
dengan kemampuan dan kebisaannya. Dalam
yang tidak seperti biasa. Oleh karena itu
masyarakat modern posisi tukang diisi oleh
seorang tetaangga dekat akan terlibat secara
para arsitektur. Berbeda dengan tukang sebagai
keseluruhan dalam proses sambatan. Seorang
pekerja profesional yang diupah, oleh tuan
istri ikut sambatan di dapur untuk memasak.
rumah para penyambat biasanya disediakan
Sementara suami ikut menjadi penyambat.
makan siang, snack dan juga minum2an. Tidak
Dalam konteks tertentu kata sambatan ada perbedaan fasilitas antar tukang dan para
juga digunakan untuk menunjukkan saling penyambat kecuali soal upah bayaran.
membantu secara finansial. Hal ini hanya
Pada dasarnya sambatan bersifat sukarela
dilakukan ketika terjadi sebuah musibah.
bukan sebuah kewajiban. Sambatan adalah
Contoh sambatan untuk membantu korban
kegiatan sosial yang dilaksanakan untuk
banjir, atau membantu keluarga korban
meringankan beban pembangunan. Oleh
kecelakaan dan lainnya. Istilah sambatan di
karena itu sesorang akan ikut serta dalam
sini lebih dekat pada iuran.
sambatan ketika memiliki waktu luang.
Pekerjaan dalam sambatan banyak Orang-orang yang terikat kerja dalam suatu
ragamnya. Mulai pekerjaan ringan, sedang perusahaan, dan perkantoran hanya bisa ikut
hingga yang berat. Penyambat bisa memilih nyambat sepulang kerja atau pada hari libur
sesuai dengan kemampuan dan keahlian saja. Namun bagi sebagian masyarakat petani
masing-masing. Orang-orang tua bisa iku yang waktu pekerjaannnya sangat fleksibel,
merendam batu bata. Mengangkatinya sambatan memiliki nilai lebih, sambatan dapat
secara perlahan ketempat yang ditentukan. mengalahkan pekerjaan harian mereka di
Anak-anak muda bisa ikut menaikkan dan sawah atau di ladang.
memasang genting sedangkan anak-anak kecil
Seiring perkembangan zaman kata
sering menjadi pesuruh hal-hal yang bersifat
sambatan kemudian difungsikan untuk segala
pelengkap. Mengambilkan palu, membeli
pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga.
paku atupun sekedar menyapu. Di daerah
Dalam masyarakat pertanian dengan sistem
tertentu sambatan untuk membangun sebuah
kekerabatannya sangat kental, sambatan juga
rumah tinggal dilakukan mulai titik nol
dilakukan untuk proses panen (menuai padi)
pembangunan hingga selesai. Sementara di
dan tandur (menanam benih padi). Dalam
daerah lain sambatan hanya dilakukan ketika
konteks ini para penyambat bisa para lelaki
membutuhkan tenaga ekstra, biasanya ketika
dan juga perempuan. Dalam masyarakat
melakukan pengecoran, menaikkan atap,
petani seperti ini sambatan akan terus
memasang genting dan lain sebagainya.
berjalan secara bergiliran. Di sinilah kemudian
Sambatan juga tidak mengenal batas sambatan mengandung pemahaman tentang
geografis administratif. Ada juga penyambat balas budi, atau hutang-piutang, yaitu hutang
yang datang dari lain desa. Para penyambat bantuan yang harus dibayar dengan bantuan.
ini biasanya diundang khusus oleh tuan Sistem inilah yang menjadikan sambatan
rumah. Entah karena hubungan persaudaraan tetap ada di tengah masyarakat Dan system
atau karena pertemanan. Para penyambat ini ini juga yang mengikat para individu untuk
jumlahnya tidak terlalu banyak dibandingkan tetap mengikuti sambatan. Karena norma

438 | Ensiklopedi Islam Nusantara


masyarakat akan menindak siapapun yang (lahir tahun 1470 M) dalam salah satu pepali
melanggar kesepakatan bersama. pitu (tujuh dasar ajaran) sebagai pedoman para
santri-santrinya dalam ber-Islam. Pada ajaran
Dari keterangan ini sesungguhnya
ketujuh Sunan Drajat mengatakan:
fokus makna dalam sambatan terletak pada
kandungan nilai untuk saling membantu Wenehono teken marang wong kang
dan saling peduli bukan besaran ataupun wuto // Wenehono mangan marang wong
rupa bantuan itu sediri. Sambatan menjadi kang luwe // Wenwhono busono marang
salah satu kegiatan yang ikut membangun wong kang wudo // Wenehono pangiyup
kerukunan masyarakat desa yang sangat marang wong kang kaudanan
bermanfaat untuk membangun solidaritas (berikanlah tongkat kepada orang
sebuah kelompok. Dalam jangkauan yang yang buta, berikanlah makanan
lebih luas, kerukunan kemudian menjadi satu kepada orang yang lapar, berikanlah
petanda khusus bagi kehidupan masyarakat pakaian kepada orang yang tak
jawa pada umumnya. berpakaian, berikanlah tempat
berteduh kepada orang yang
Konsepi sambatan sejalan dengan ajaran
kehujanan)
Islam untuk saling membantu dalam kebaikan.
Ajaran Sunan Drajat ini sangat terkenal di
Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an
kalangan santri dan pengikutnya. Ajaran ini
Surat Al-Maidah ayat 2, terjemahan secara
benar-benar menjadi pegangan mereka. Dalam
lengkap dikutip di bawah ini:
rangka mengabadikan, ajaran ini ditulis dan
Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) ditempel di tembok pemakaman Sunan Drajat.
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang- Dalam ajaran Sunan Drajat ini tidak terdapat
halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu batasan agama, suku maupaun ras. Seorang
berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong- muslim haruslah membantu siapa saja yang
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) buta, yang sedang lapar, yang tak berpakaian
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dan yang kehujanan, tidak peduli jenis agama
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan maupun sukunya.
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Konsepsi mengenai sambatan atau gotong
Allah amat berat siksa-Nya
royong dalam masyarakat Jawa bukanlah
Anjuran saling menolong dalam ayat di hal baru. Namun mendapatkan makna yang
atas tidak berbatas agama dan suku. Terutama lebih sebagai sebuah amal kebaikan yang akan
saling membantu antar tetangga dekat. diganjar di akhirat nanti setelah kedatangan
Sebagaimana diajarkan oleh rasulullah melalui Islam ke Jawa. Sekedar sebagai bukti
hadits-haditsnya yang banyak menerangkan keberadaan sambatan pada masa wali sanga
mengenai cara bertetangga yang baik, mulai adalah prosesi pembangunan Masjid Agung
tentang cara berbagi makanan, keamanan, Demak yang pada tahun 1481 M masih dalam
hingga informasi. Begitu pentingnya hingga proses penyelesaian.
Rasulullah saw pernah bersabda:
Maka tidak diragukan lagi keberadaan
Dari Aisyah r.a., dari Nabi Muhammad saw. sambatan yang menjadi salah satu bagian
bersada, “Tidak henti-hentinya Jibril memberikan hidup masyarakat Jawa mengandung banyak
wasiat kepadaku tentang tetangga sehingga aku fungsi sosial diantaranya adalah mempererat
menduga bahwa ia akan memberikan warisan kerukunan antar individu, menciptakan makna
kepadanya.” (Shahih Bukhari: 6014) bahwa rumah bukanlah sesuatu yang pantas
Baik Al-Quran maupun Al-Hadits, secara dibanggakan, karena sebagai hunian pribadi,
jelas memerintahkan seorang muslim untuk rumah dibangun dengan keringat bersama-
berbuat baik dan saling menolong sesama, sama. Sehingga terbangunlah perasaan saling
apalagi dengan tetangga. Dalil-dalil inilah yang memiliki yang dapat memperkokoh semangat
kemudian diterjemahkan oleh Sunan Drajat persaudaraan.

Edisi Budaya | 439


Citra pembangunan Masjid Demak yang dilakukan dengan proses sambatan.
Gambar diambil dari film Sunan Kalijaga Sutradara Sofyan Sharna produksi tahun 1983

Dalam perkembangannya kemudian, media menyampaikan pesan secara tersirat


sambatan sebagai sebuah aktifitas kebudayaan bahwa tuan rumah sudah mampu membangun
yang mengandalkan nilai-nilai kebersamaan rumah sendiri.
tidak luput dari ancaman modernisasi yang
Demikian pula dengan sambatan
meletakkan semangat individualisme sebagai
pembangunan fasilitas umum. Modernisasi
semangat hidup manusia. Sebuah pola pikir
dengan semangat efektifitas dan efisiensi
yang selalu mempertimbangkan kepentingan
telah memberikan pelajaran yang baik tentang
pribadi di atas kepentingan orang lain.
tata cara pembagian kerja, dan pengelolaan
Sambatan kini mulai menyesuaikan diri
keuangan. Sambatan untuk pembangunan
dengan keadaan.
masjid dan jembatan misalnya cukup
Di daerah-daerah perkotaan, seperti diartikulasikan melalui iuran bersama dengan
ibukota kabupaten dan sekitarnya sambatan sistem donasi. Tindakan pembangunan secara
tidak dapat lagi berlaku secara penuh. fisik selanjutnya diserahkan oleh panitia yang
Seperti halnya ritual lainnya, sambatan membawahi tim pemborong. Masyarakat
hanya dilakukan selama sehari selama proses cukup menerima laporan perkembangan
pembangunan rumah..Biasanya sambatan pembangunan dan penggunaan dana dari
dilakukan pada hari minggu ketika para paitia pada waktu yang disepakati.
tetangga memiliki waktu luang. Mereka
Tentunya gambaran semacam ini
hadir sesuai jam undangan di pagi hari.
tidaklah berlaku secara umum, ini hanyalah
Mereka datang sekedar basa-basi lalu pamit
salah satu bentuk perkembangan sambatan
pulang dengan berbagai alasan. Jarang sekali
di di tengah masyarakat urban. Yang pasti
peserta sambatan yang mengikuti proses
bentuk sambatan itu sendiri akan mengalami
pembangunan dari pagi sampai sore. Mereka
perubahan sejalan dengan perkembangan
berpikir semua telah dikerjakan para tukang,
zaman. Perbedaan ruang dan waktu selalu
pemborong dan arsiteknya. Di daerah seperti
mengandaikan perubahan bentuk sebuah
ini, sambatan hanya berlaku sebagai simbol
aktifitas kebudayaan.
kerukukan. Di sini sambatan berlaku sebagai
[Ulil Hadrawi]
Sumber Bacaan
Slamet Muljana, 2005. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara. Yogyakarta:
LKiS
Agus Sunyoto, 2013. Atlas Wali Songo, Buku Pertama yang Mengungkap Wali Sanga sebagai
Fakta Sejarah. Jakarta: IIMAN dan LTN PBNU
Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka
Prawiroatmojdo, 1989. Bausastra, Jawa-Indonesia. Jakarta: CV. Haji Mas Agung
Sudaryanto dkk. 1991. Kamus Indonesia-Jawa. Yogyakarta: Duta Wacana university Perss.
Sutrisno Sastro Utomo, 2009. Kamus Lengkap Jawa-Indonesia. Yogyakart: Kanisius

440 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Samenan
(IMTIHAN)

I
stilah “samenan” sebagai suatu istilah masih membudayakan kegiatan samenan
untuk menunjukkan pada pesta kenaikan diantaranya adalah kabupaten atau kota
kelas yang biasa diadakan dalam budaya Sukabumi, daerah Bogor, kawasan kabupaten
Sunda, bukan asli dari bahasa Sunda. Istilah atau kota Ciamis, Kuningan dan beberapa
tersebut diangkat dari bahasa Belanda, hal daerah Jawa Barat lainnya yang masih
ini dipengaruhi dengan sempat didudukinya tergolong masyarakat tradisional. Meskipun
Indonesia dibawah tangan kekuasaan Belanda memiliki konsep dan tujuan yang sama namun
dalam waktu yang cukup lama terutama di dalam pelaksanaannya kegiatan samenan
tanah Pasundan setelah kedudukan sekutu yang dilaksanakan di setiap daerah berbeda,
sehingga membuat bahasa Sunda memiliki contohnya samenan yang dilaksanakan di salah
banyak kalimat serapan yang berasal dari satu madrasah di desa Dewasari kabupaten
bahasa Belanda, salah satunya adalah samenan Ciamis, samenan dilaksanakan pada satu
yang berasal dari kata “samen”. hari satu malam yakni dengan rangkaian
kegiatan, pagi hari merupakan kegiatan yang
Dalam bahasa Belanda dikenal dengan kata
diperuntukkan bagi anak-anak PAUD atau TPA
“samen” yang artinya bersama. Karena pada
sedangkan kegiatan malam hari dari sehabis
pesta kenaikan kelas, semua guru dan orang
Maghrib diperuntukkan bagi anak yang lebih
tua serta seluruh murid “berkumpul bersama”
besar.
mengikuti acara, maka dikenalah sebutan
samen atau samenan. Menurut KH. Mansyur, Namun ada juga yang melaksanakan
SH (kepala Yayasan Alamatus Sa’adah), kegiatan samenan lebih dari satu hari, biasanya
samenan atau bisa disingkat samen merupakan ada yang tiga hari. Kegiatan inti dari acara
kegiatan tahunan sebagai acara kenaikan kelas samen ini, diantaranya hari pertama acara
yang dilakukan di sekolah-sekolah), sebelum pawai, dan hari kedua acara ngaleseng dari
memasuki bulan Ramadhan. Biasanya acara para murid dan acara perpisahan dari murid
samen ini berlangsung selama dua atau kelas enam. Hari pertama samen, dimulai
tiga hari. Berbeda dengan acara kenaikan dengan pawai arak-arakan yang menampilkan
kelas sekolah-sekolah negeri yang biasanya beberapa kreasi yang dibuat oleh warga
dilakukan setiap bulan Juni sebelum libur misalnya tumpengan, atau arak-arakan anak
semester. Hal ini tidak jauh berbeda bagi anak- anak yang akan melaksanakan samenan. Dalam
anak, karena samen memang dijadikan pula pawai tersebut, mereka berjalan sejauh lebih
sebagai kegiatan untuk menyambut lebaran dari lima kilo meter bersama murid-murid
yang segala sesuatunya harus dipersiapkan madrasah yang dibarengi dengan sekelompok
dengan matang. Marching Band untuk menambah suasana
keramaian saat melakukan pawai. Kebiasaan
Kegiatan samenan merupakan acara
pawai arak-arakan ini telah berlangsung sejak
tradisional yang masih dijalankan di
tahun 1950-an, namun bedanya pada waktu
daerah atau desa yang masih kental akan
itu pawai hanya sekedar berjalan saja yang
kebudayaannya, berbeda dengan di ibu
menempuh jarak lebih dari 2 km dan tak ada
kota yang budaya masyarakatnya sudah
yang memakai kendaraan. Mulai tahun 1980-
heterogen. Adapun daerah-daerah yang

Edisi Budaya | 441


an, pawai mulai menggunakan kendaraan dan
menampilkan beberapa kreasi hasil buatan
warga sekitar.
Dilanjutkan dengan acara pidato dari
anak-anak atau ngaleseng. Ngaleseng dilakukan
oleh murid-murid satu persatu dimulai
dari kelas satu sampai kelas enam tanpa
menggunakan teks. Biasanya naskah lesengan
berisi dakwah-dakwah. Kadang mengutip
ayat-ayat Al-Quran, diselingi hadist Nabi atau
syair Arab dan qaul ulama. Hampir selama 15
menit murid berdiri di atas panggung yang
sedang ngaleseng. Menjelang sore atau setelah
Ashar, para siswa kelas enam menggelar acara
perpisahan sebagai tanda perpisahan karena
mereka telah lulus dari madrasah dan akan Penglepasan Peserta Didik dan Samenan Tahun
Pelajaran 2011/2012
menjadi alumni, biasanya acara ini diselingi Sumber: http://islamiyah-mi.blogspot.co.id/

dengan nyanyian-nyanyian khas daerah Sunda


seperti, pileuleuyan dan sapu nyere peugat Di acara samenan ini orang tua siswa
simpai. Acara ini berlangsung khidmat dan biasanya menyediakan uang yang berlebih
bercampurnya rasa sedih dan bahagia bagi untuk menyawer yaitu memberikan uang dan
anak murid kelas enam. menyebarnya di atas panggung ketika ada
Samenan di beberapa tempat merupakan yang tampil dan mereka sukai. Penampilan
tradisi pengambilan raport dan perpisahan di panggung didahului dengan penampilan
kelas enam. acara ini sebagai bentuk apresiasi anak-anak. Anak-anak perkelas dilatih untuk
kepada guru-guru yang telah mengajar selama membawakan penampilan khusus kemudian
setahun dan kegiatan ini pula sebagai bentuk biasanya saat penampilan anak-anak mereka
perpisahan kelas atas. Pengambilan raportpun mereka akan maju keatas panggung dan
setahun sekali yang dihadiri orang tua adalah menyebar uang di sekeling anak itu. Anak-anak
pada saat samenan ini. Berbeda waktu ketika ada yang menampilkan drama, menampilkan
orang tua datang setiap semester untuk tari kreasi dan biasanya mereka bernyanyi dan
mengambil raport, disini masyarakat hanya diiringi penari latar dari teman-temannya,
sekali datang untuk mengambil raport yaitu ini membuat acara samenan menjadi meriah,
setiap samenan, adapun pembagian raport anak-anak disulap bak artis yang kemudian
setiap pertengahan semester biasa diberikan menghibur dan menghidupkan panggung.
langsung kepada murid-murid saja yang Uang itulah kemudian menjadi apresiasi
kemudian dibawa pulang untuk ditunjukkan kepada guru-guru. Uang saweran yang
ke orang tua mereka. terkumpul tidak tanggung-tangung bisa
mencapai 10 juta. Samenan seakan menjadi
Samenan merupakan kegiatan rutin pesta rakyat, orang yang bekerja di kota
tahunan yang diselenggarakan oleh semua biasanya pulang untuk meramaikan samenan
sekolah. Dalam kegiatan samenan itu banyak ini, mereka akan mendukung sanak familinya
ditampilkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya untuk menyawer, disini prestise dari keluarga
menghibur, pendidikan dan tausiah-tausyiah. si anak juga menjadi taruhan dalam besaran
Dalam kegiatan ini merupakan tolak ukur saweran yang dia keluarkan.
siswa selama dia belajar 1 tahun ke belakang,
untuk mengukur kemampuan si anak, apakah Namun dalam faktanya Acara samenan ini
dia berhasil atau tidak. Samenan diadakan ternyata bukan hanya sekedar pesta rakayat
sebagai hadiah penghibur bagi mereka yang saja akan tetapi mempunyai makna yang cukup
mendapatkan kesuksesan dalam belajarnya. dalam yakni memberikan semangat belajar

442 | Ensiklopedi Islam Nusantara


kepada para siswa. Seperti acara samenan yang sibuk bekerja dapat menyempatkan waktunya
dilaksanakan di Madrasah Diniyah Awaliyah untuk datang ke sekolah menyaksikan anaknya
mengadakan samenan di Kampung Cipining tampil di atas pentas atau mendampingi
dengan spirit samenan anak-anak mau anaknya pada saat pembagian raport, pada
bersekolah dengan sungguh, mendalami ilmu- saat pembagian raport ini pula orang tua
ilmu agama dan kelak dipraktikkan sehingga dapat bertanya secara leluasa kepada gurunya
menjadi generasi bisa dibanggakan dan Islami. tentang perkembangan anaknya di sekolah.
Tradisi samenan ini sejatinya menunjukan
Hingga saat ini masyarakat masyarakat
semangat silaturahmi di antara kelurga dan
masih sangat antusias dalam melaksanakan
antar warga desa yang kuat. Para orang tua yang
acara samenan, terbukti misalkan dengan
bangga melihat aksi dan prestasi para anak-
terganggunya arus lalu lintas di daerah
anaknya. Dalam samenan pula nilai gotong
Sukabumi. Acara kegiatan kenaikan kelas di
royong di antara murid, sekolah, orang tua,
seluruh tingkat sekolah dasar (SD), madrasah
dan masyarakat sekitar sekolah makin terlihat
ibtidaiyah (MI) dan diniyah takmiliyah
jelas dan tegas. Tanpa semangat gotong royong
awaliyah (DTA) wilayah kabupaten Sukabumi
hajat samenan mustahil bisa terlaksana.
menjadi agenda tahunan masyarakat. Bahkan,
dalam acara tahunan ini sejumlah sekolah Meskipun demikian, dalam prosesnya
melaksanakan acara dengan hiburan yang kegiatan samenan dari masa ke masa mengalami
mengakibatkan arus lalu lintas terganggu. perubahan baik dalam waktu pelaksanaannya
maupun dalam teknis pelaksanaannya itu
Acara utama samenan ini sebetulnya
sendiri, diantara perbedaan itu terlihat dari
pembagian raport pendidikan selama setahun.
jika dahulu samenan Pati diawali dengan
Saat yang menegangkan bagi semua murid.
kegiatan arak-arakan atau pawai pada zaman
Apakah dirinya naik atau tinggal kelas,
sekarang samenan lebih sering dilaksanakan
kalaupun naik rangking berapa tahun ini. Dan
kepada acara hiburan, selain itu jika pada
sebagai peringkat 1 sampai 3 biasanya si anak
zaman dulu diadakan kegiatan saweran yang
maju ke panggung untuk menerima hadiah.
memang dikhususkan dengan secara sengaja
Banyak hikmah yang diambil dari samenan ini
mengumpulkan dana saweran pada saat ini hal
karena dengan berkumpulnya masyarakat yang
itu mulai ditinggalkan, terkadang saweran itu
terkonsentrasi di sekolah akan menambah tali
diganti dengan pemberian hadiah berupa alat
silaturahim di antara mereka. Dengan adanya
tulis atau piagam penghargaan.
kegiatan samenan ini tali silaturahim antar
guru dengan orang tua siswa akan terjalin, Di luar kebudayaan Sunda bisa jadi
atau hubungan atara orang tua siswa dengan kegiatan samenan juga dilaksanakan dengan
siswa yang lainnya, bahkan hal ini juga menjadi cara dan bahasa yang lain, namun demikian
momentum timbulnya hubungan interaksi di kegiatan seperti ini layaknya diapresiasi dan
antara mereka. dilestarikan sebagai salah satu bentuk kearifan
local (local wisdom) bagi bangsa Indonesia.
Kegiatan samenan juga dapat menjadi
ajang orang tua dalam memberikan apresiasi [M Ulinnuha]
kepada anaknya dimana mereka yang biasanya

Sumber Bacaan
Dava, “Meriahnya Samenan di Madrasah Diniyah al-Fahrurroziyah’’, di akses dari http://bogorpos.com/2015/05/31/
meriahnya-samenan-di-madrasah-diniyah-al-fahruroziyyah/, pada tanggal 15 november 2016 pukul 13.00.
Reza Azhari, ‘’Samenan Sebagai Tradisi Hari Kenaikan Kelas Madrasah’’, diakeses dari http://reazhari.blogspot.
co.id/2013/08/artikel-samenan-sebagai-tradisi-hari.html, tanggal 15 november 2016 pukul 13.00.
Eko Budi Wibowo, ‘’Samenan’’, diakses dari https://indonesiamengajar.org/cerita-pm/eko-wibowo/samenan, tanggal 15
November 2016.
Wardan Amins, ‘’Samenan MDA Darun Najah Cipining Meriah’’, diakses dari http://darunnajah.com/samenan-mda-
darunnajah-cipining-meriah/. Tanggal 15 November 2015 pukul 14.00.
Ren, “Acara Samenan Bikin Sukabumi Utara Macet’’, diakses dari http://radarsukabumi.com/kabsukabumi/2016/05/28/
acara-samenan-bikin-sukabumi-utara-macet/, tanggal 15 November 2016 pukul 14.50.

Edisi Budaya | 443


Sanad

Definisi Sanad dan Ilmu Rijal adalah seseorang yang menyibukan dirinya

D
dengan mempelajari ilmu hadits, baik hadits
alam tradisi belajar-mengajar di
diroyah atau hadits riwayah serta mempunyai
kalangan umat Islam khususnya di
pengetahuan mendalam tentang berbagai
pesantren, sanad ilmu menjadi salah
riwayat dan derajat rawinya. Adapun al-hafid
satu unsur utama. Disiplin ilmu keislaman apa
secara definitif memiliki dua arti, yang pertama
pun, sanadnya akan bermuara kepada Nabi
adalah menurut mayoritas ulama hadits bahwa
Muhammad SAW. Sanad merupakan mata-
al-hafid adalah murodif dari al-muhaddits;
rantai transmisi yang berkesinambungan
yang kedua adalah bahwa derajat al-hafid
sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Ilmu
lebih tinggi dari al-muhadddits berdasarkan
hadits bermuara kepada beliau, begitupun
bahwa pengetahuannnya tentang berbagai
dengan ilmu tafsir, tasawuf, dan sebagainya.
thobaqot, tingkatan rawi lebih banyak dari
Sanad keilmuan secara umum berarti latar
yang tidak diketahuinya. Sedangkan al-hakim
belakang pengajian ilmu agama seseorang
menurut sebagaian ulama adalah seseorang
yang bersambung dengan para ulama setiap
yang menguasai mayoritas hadits riwayah dan
generasi sampai kepada generasi sahabat yang
diroyah.
mengambil pemahaman agama yang shahih
dari Rasulullah SAW. Sedangkan musnad secara etimologi
adalah isim maful dari sanada yang bermakna
Dalam pembahasan sanad, terdapat
menyandarkan sesuatu. Sedangkan secara
tiga istilah yang berkaitan erat dengannnya,
terminlogi adalah hadits yang sanadnya
yaitu isnad, musnad, dan musnid. Isnad,
bersambung sampai Rasul saw atau nama satu
sebagaimana ditulis Mahmud Thohan dalam
kitab hadits yang ditulis berdasarkan tartib
bukunya, Taisir Mustholah hadits mempunyai
nama-nama para sahabat rawi hadits, seperi
dua makna, yang pertama ‫ﻋﺰﻭ ﺍﳊﺪﻳﺚ ﺍﻟﻰ ﻗﺎﺋﻠﻪ‬
kitab Musnad Imam Ahmad.
‫ ﻣﺴﻨﺪﺍ‬artinya mengasalkan hadits kepada
orang yang mengatakan. Yang kedua adalah Penggunaan isnad ini sebenarnya telah
‫ ﺳﻠﺴﻠﺔ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﺍﳌﻮﺻﻠﺔ ﻟﻠﻤﱳ‬Artinya: Silsilah orang- ada di masa sahabat Rasulullah shallallohu
orang yang menghubungkan hadits kepada alaihi wasallam yaitu bermula dari sikap
matan. Jika kita memperhatikan definisi taharri (kehati-hatian) mereka terhadap berita
kedua yang dijelaskan Mahmud Thohan, maka yang datang kepada mereka. Hanya saja makin
istilah isnad adalah murodif dari sanad. banyaknya pertanyaan terhadap isnad dan
makin intensnya orang meneliti dan memeriksa
Musnid, sebagaimana pendapat
isnad, itu mulai terjadi setelah terjadinya fitnah
Jamaluddin Al-Qosimi adalah seseorang yang
Abdullah bin Saba dan pengikut-pengikutnya
meriwayatkan hadits dengan sanadnya, baik
yaitu di akhir-akhir kekhalifaan Utsman
dia mengerti apa yang diriwayatkannya atau
bin Affan r.a. dan penggunaan sanad terus
tidak. Berdasarkan penjelasan Jamaluddin
berlangsung dan bertambah seiring dengan
al-Qosimi tentang musnid, maka derajat
menyebarnya para Ashabul-ahwaa (pengikut
musnid lebih rendah dari muhaddits, hafid, dan
hawa nafsu) di tengah-tengah kaum muslimin,
hakim. Karena secara definitif, al-muhadits

444 | Ensiklopedi Islam Nusantara


juga banyaknya fitnah yang mengusung tingkatan rijal) yang mencakup 4 thabaqat
kebohongan sehingga orang-orang tidak mau (sahabat, taabi’un, atbaa’ut tabi’in dan
menerima hadits tanpa isnad agar supaya taba’ul atba’)
mereka mengetahui perawi-perawi hadits
2. Kitab-kitab Ma’rifah Ash Shohaabah
tersebut dan mengenali keadaan mereka.
melahirkan ilmu tentang ma’rifatush
Imam Muslim meriwayatkan dengan shohabah (pengenalan tentang sahabat-
isnadnya dari Muhammad bin Sirin bahwasanya sahabat Rasulullah shallallohu alaihi
beliau berkata, “Dahulu orang-orang tidak wasallam)
pernah menanyakan isnad, akan tetapi setelah
3. Kitab-kitab al jarh wat ta’dil melahirkan
terjadi fitnah maka dilihat hadits Ahli Sunnah
ilmu tentang al jarh wat ta’dil
lalu diterima dan dilihat haditsnya ahlil-bida’
lalu tidak diterima (ditolak)”. Ketiga jenis kitab rijal ini pertama kali
muncul di sekitar penghujung abad II H dan
Dalam konteks inilah muncul sebuah ilmu
pertengahan abad III H, setelah itu menjadi
Rijal yang merupakan buah dari berkembang
banyak dan meluas berkembang Kitab-kitab
dan menyebarnya penggunaan isnad serta
Tawarikh al Mudun (sejarah kota-kota/negeri-
banyaknya pertanyaan tentangnya. Dan setiap
negeri), yang memuat biografi para ruwaat
zaman, maka makin banyak dan panjang
(rijaalul hadits) pada suatu negeri/kota
jumlah perowi dalam sanad. Maka perlu
tertentu. Ilmu ini mulai muncul pada paruh
untuk menjelaskan keadaan perawi tersebut
kedua dari abad III H. Juga muncul kitab-kitab
dan memisah-misahkannya, apalagi dengan
Ma’rifatul Asmaa wa Tamyiizuha (pengenalan
munculnya bid’ah-bid’ah dan hawa nafsu serta
terhadap nama-nama perowi dan cara
banyaknya pelaku dan pengusungnya. Karena
membedakannya). Dan muncul kitab-kitab
itu tumbuhlah ilmu Rijaal yang merupakan
biografi rijaal al hadits yang terdapat pada
suatu keistimewaan ummat ini di hadapan
suatu kitab hadits atau beberapa kitab hadits
ummat-ummat lainnya.
tertentu. Kitab-kitab ini muncul belakangan
Akan tetapi kitab-kitab tentang ilmu Rijal dan mulai meluas setelah abad V H.
nanti muncul setelah pertengahan abad-2. Dan
Sedangkan Thobaqat dalam istilah
karya tulis ulama yang pertama dalam hal ini
Muhadditsin adalah suatu kaum yang
adalah kitab At Tarikh yang ditulis oleh Al Laits
berdekatan dalam umur dan isnad, atau dalam
bin Sa’ad (wafat 175 H) dan kitab Tarikh yang
isnadnya saja, yang mana syuyukh (guru) dari
disusun oleh Imam Abdullah bin Mubarak
seseorang adalah syuyukh juga bagi yang lain
(wafat 181 H). Imam adz Dzahabi menyebutkan
atau mendekati syuyukhnya yang lain. Asal
bahwa Al Walid bin Muslim (wafat 195 H) juga
mula pembagian perowi berdasarkan thabaqat
memiliki sebuah kitab Tarikh Ar Rijaal, lalu
adalah dari tuntunan Islam sendiri, dimana
secara berturut-turut muncul karya-karya
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
tulis dalam ilmu ini, dimana sebelum masa
dari Imran bin Hushain radhiyallohu anhu,
kodifikasi ini pembahasan tentang perowi
bahwasanya Rasulullah shallallohu alaihi
hadits dan penjelasan hal ihwal mereka
wasallam bersabda: “Sebaik-baik ummatku
hanya bersifat musyafahah(lisan), ditransfer
yang ada di zamanku, kemudian yang datang
sedemikian rupa oleh para ulama dari masa ke
sesudah mereka, kemudian yang datang
masa.
sesudah mereka…” Kata Imran radhiyallohu
Para penyusun kitab-kitab dalam ilmu anhu, “Saya tidak tahu apakah ia menyebut
Rijal pada masa-masa awal menempuh sesudah masanya dua masa atau tiga” (HR.
beberapa metode sehingga hal ini melahirkan Bukhari)
percabangan dalam ilmu rijal al hadits,
Penyusunan kitab-kitab yang berkaitan
diantaranya:
dengan ilmu ini terus berlanjut dan
1. Kitab-kitab tentang Thobaqat ar Rijal berkembang hingga akhir abad-9 H. Bahkan
melahirkan ilmu thobaqaat (tingkatan- muncul system pembagian thobaqat dalam

Edisi Budaya | 445


bidang keilmuan yang lain. Misalnya thabaqaat dipakai dalam periwayatan Alquran, seperti
al qurra, thobaqaat al fuqahaa, thobaqaat ash yang terlihat dari keharusan para perawinya
shufiyah, thobaqaat asy syu’ara dan sebagainya. mencampai jumlah sepuluh orang dalam
Ada empat thabaqat yang pokok bagi ruwaat/ setiap generasi. Dalam ungkapan lain, para
rijaalul (para perawi) hadits, yaitu Thobaqah perawinya harus mencapai tingkat mutawatir.
Sahabat, Thobaqah At Taabi’un, Thobaqah Berbeda dengan Alquran, jumlah perawi Hadis
Atbaa’ut Taabi’in, dan Thobaqah Taba’ul Atbaa’. tidak harus mencapai mutawatir dalam setiap
generasinya. Dengan demikian, jumlah perawi
Hadis bisa hanya tiga, dua, atau bahkan hanya
Sejarah istilah Sanad satu orang dalam setiap generasinya. Jumlah
Istilah sanad pada mulanya muncul perawi yang tidak sampai jumlah sebanyak
di kalangan ahli hadis. Secara etimologis, mutawatir disebut dengan ahad.
kata sanad berarti al-Mu’tamad (tempat Setelah Rasulullah wafat, para sahabat
bersandar). Hal ini karena sanad merupakan satu dengan yang lain saling meriwayatkan
tempat bersandarnya sebuah Hadis. Selain Hadis. Demikian juga yang berlangsung di
itu, sanad juga dijadikan sebagai sandaran kalangan sahabat yang meriwayatkan Hadis
oleh ahli Hadis untuk menilai kualitas hadis kepada para tabiin. Sebelum terjadi peperangan
sahih (valid) atau daif (lemah). Adapun secara di antara para sahabat, urgensi sanad belum
terminologis, sanad didefenisikan sebagai terlihat nyata. Akan tetapi, setelah terjadi
urutan para rawi yang kemudian berlanjut peperangan antarsahabat, terutama setelah
kepada matan, atau rangkaian mata rantai terbunuhnya sahabat Utsman, kepentingan
perawi yang meriwayatkan Hadis dari satu politik yang mengatasnamakan Nabi menjadi
perawi kepada perawi lainnya hingga sampai alasan penting adanya sanad Hadis yang dapat
pada sumbernya. Posisi sanad dalam Hadis dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu,
terbilang sangat penting mengingat dengan Ibnu Sirin dari kalangan tabiin menyatakan:
adanya sanad dapat diketahui apakah Hadis “Mereka tidak pernah bertanya mengenai
yang termaktub dalam kitab maupun yang validitas sanad. Namun ketika terjadi fitnah
kita dengar berasal dari Nabi atau bukan. (pertikaian di antara generasi awal Islam),
Dengan kata lain, sanad merupakan salah mereka mengatakan: “Sebutkanlah para perawi
satu cara bagaimana seorang pengkaji Hadis Hadis yang kalian riwayatkan. Jika mereka
dapat memastikan validitas Hadis yang ahli Sunah, maka kami akan menerima Hadis
ditelitinya. Setelah validitas perawi yang ada tersebut. Akan tetapi, jika mereka ahli bidah,
dalam rangkaian sanad sudah dipastikan maka tentu kami akan menolaknya.”
kredibilitasnya, maka seorang pengkaji Hadis
Al-Dhamini menjelaskan bahwa
dapat mengatakan bahwa, misalnya, sanad
pernyataan yang dinisbahkan kepada orang
ini sahih, hasan, atau daif. Dalam tradisi
lain tidak akan berguna (bernilai) apabila
agama samawi, sanad diklaim hanya dimiliki
tidak ada bukti yang menunjukan bahwa kita
agama Islam. Melihat betapa pentingnya
memang mendengar langsung dari orang
sanad, Ibnu al-Mubarak menegaskan bahwa
tersebut, baik bukti sejarah (imkân al-liqâ’,
sanad merupakan bagian dari agama. Dengan
kemungkinan bertemu antar perawi, misalnya)
demikian, jika tidak ada sanad, maka siapa pun
maupun sanad. Hadis yang diriwayatkan oleh
dapat berbicara seenaknya mengenai hadis
seorang rawi tidak akan memiliki nilai apa-apa,
sebagai sumber primer agama Islam.
jika hadis tersebut tidak memiliki sanad. Selain
Meskipun pada awalnya sistem sanad itu, sanad yang dinilai valid harus memenuhi
tampak khas dalam ilmu hadis, ada suatu syarat dan kriteria yang telah diformulasikan
sistem yang mirip dengan sistem sanad dalam oleh ulama hadis, seperti rawi bukan pendusta,
menyusun buku, seperti yang terdapat dalam kuat hafalan atau lengkap catatan mengenai
kitab Yahudi, Mishna, dan penukilan syair- Hadis yang diriwayatkannya (dhabith),
syair jahiliyah. Selain itu, sistem sanad juga ‘adâlah (kridibel), dan lain sebagainya. Oleh

446 | Ensiklopedi Islam Nusantara


karenanya, sebelum masuk kepada kajian
Ada empat pendekatan yang dapat digunakan
matan (teks hadis), sanad hadis harus diteliti
untuk menentukan ke-ittishal-an sebuah
terlebih dahulu agar diketahui bahwa hadis itu
sanad. Pertama, keterangan ahli hadis bahwa
memang berasal dari Rasulullah Saw.
A adalah murid B (al-tanshîh), kedua, data lahir
Menilai positif dan negatifnya perawi atau wafat perawi (târikh wafayât al-ruwât),
Hadis yang terdapat dalam sanad disebut ketiga, data tempat tinggal atau perjalan studi
dengan ‘Ilm al-Jarh wa al-Ta’dil. Upaya mencari perawi (mawâthin al-ruwât wa rihlatuhum) dan
informasi mengenai para perawi Hadis bisa keempat, redaksi periwayatan Hadis (shîgat
didapatkan dalam kitab-kitab tarajum (biografi al-tahdîts). Keempatnya dapat digunakan
para perawi), dan kitab-kitab jarh wa al- secara bersamaan atau terkadang hanya salah
ta’dil. Sekilas, tentu ada orang yang merasa satu diantara keempat pendekatan tersebut.
berkeberatan terhadap upaya pembukaan latar Informasi keempat pendekatan tersebut dapat
belakang para perawi yang terkesan membuka kita temukan di buku-buku tarâjum (buku
aib seorang Muslim di hadapan orang lain. biografi para perawi Hadis).
Tetapi jika dilihat bahwa sebenarnya al-Jarh
Terkait redaksi periwayatan Hadis,
wa al-Ta’dil itu tidak dimaksudkan untuk
implikasi perbedaan antara haddatsani (‫)ﺣﺪﺛﻨﻲ‬
memojokkan seorang perawi, melainkan
terminologi yang digunakan ketika perawi
untuk menjaga kemurnian dan otentisitas
mendapatkan hadis dari gurunya dengan
agama Islam dari campur tangan para
metode mendengarkan (sama/bandongan),
pendusta. Selain meneliti pribadi para perawi,
akhbarani (‫ )ﺃﺧﺒﺮﻧﻲ‬terminologi yang digunakan
upaya memastikan ketersambungan antara
perawi ketika ia mendapatkan hadis dari
satu perawi dengan perawi lainnya itu juga
gurunya dengan metode qira’ah, belum begitu
menjadi suatu kewajiban. Dengan kata lain,
diperhatikan oleh para sahabat, tabiin, dan
ketersambungan antara satu perawi dengan
ulama salaf. Hal ini disampaikan oleh al-
perawi lainnya disebut dengan itishal al-sanad.
Bukhari yang mengutip al-Humaidi, bahwa
Ibnu ‘Uyainah tidak membedakan terminologi
haddatsana, akhbarana, anba’ana, sami’tu.
Namun demikian, menurut Ibnu Hajar, ulama
salaf lainnya, seperti al-Syafi’i dan Muslim bin
al-Hajjaj lebih memilih membedakan implikasi
perbedaan redaksi tersebut yang tercantum
dalam sanad Hadis. Terlepas dari perdebatan di
atas, Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa sanad
para ulama Hijaz dalam meriwayatkan Hadis
lebih utama dibandingkan sanad yang diterima
dari ahli Hadis di wilayah lain. Hal ini karena
ulama Hijaz lebih ketat menerapkan syarat
dan ketentuan yang berlaku secara ketat.
Dalam perkembangan ulama generasi
berikutnya, metode menerima (tahammul
al-hadits) hadis berimplikasi pada redaksi
periwayatan Hadis (ada’ al-hadits) yang
terdapat dalam sanad. Azami menyebutkan
ada delapan metode menerima Hadis.
Pertama, sama (seorang murid mendengar
hadis dari redaksi seorang guru). Dalam
tradisi pesantren Jawa, metode ini disebut
dengan metode Bandongan. Kedua, ‘ard atau
qira’ah (seorang murid membacakan hadis

Edisi Budaya | 447


di hadapan seorang guru). Dalam konteks Tsauri mengatakan, “Penuntut ilmu tanpa sanad
pesantren Jawa, metode ini disebut dengan bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah
sorogan. Ketiga, ijazah (memberi kewenangan tanpa tangga.” Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-
pada seseorang untuk menyebarkan hadis atau Bustamiy, quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-
kitab yang sanad dimiliki oleh seorang guru). Kahfi: 60); “Barangsiapa tidak memiliki susunan
Keempat, munawalah (penyerahan materi guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi
hadis atau sebuah tulisan dari seorang guru niscaya gurunya syetan” (Tafsir Ruhul-Bayan
pada muridnya untuk disebarluaskan). Kelima, Juz 5 hal. 203). Ibnul Mubarak berkata :”Sanad
kitabah (seorang guru menuliskan hadis untuk merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan
para muridnya). Keenam, i‘lam (seorang guru karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa
memberitahukan hadis atau kitab kepada saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya
muridnya bahwa ia telah mendapatkan izin (dengan akal pikirannya sendiri).” (Diriwayatkan
meriwayatkan hadis yang dimilikinya). Ketujuh, oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah
washiyyah (seorang guru mempercayakan kitab Shahihnya 1/47 no:32). Imam Malik
muridnya untuk meriwayatkan kitabnya). ra berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu
Kedelapan, wajadah (menemukan kitab atau (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau
hadits yang di tulis seseorang dalam bentuk ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad
manuskrip yang tersimpan di perpustakaan ilmu)” Al-Hafidh Imam Attsauri rahimullah
tertentu atau di mana pun berada). mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad
adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap
rumah tanpa tangga”. Sedangkan di antara
Urgensi Sanad ulama masa belakangan yang sangat banyak
Pada perkembangan selanjutnya, sanad mengumpulkan sanad adalah Syaikh Yasin
tidak hanya terkait dengan ilmu hadis, Al-Fadani, yang digelari “Musnid Ad-Dunya”
melainkan juga digunakan dalam keilmuan karena begitu banyak sanadnya.
lainnya. Berdasarkan kepentingan sanad Maka jelaslah, tradisi menyusun sanad-
keilmuan inilah, para ulama menghimpunkan sanad keilmuan serta ijazah keilmuan, baik
sanad-sanad keilmuan mereka dan merangkum secara umum maupun khusus, baik ijazah
ilmu-ilmu agama dari sudut riwayah maupun riwayah maupun dirayah atau kedua-duanya,
dirayah, dari sudut manqul (yang dinukilkan) ijazah tadris wa nasyr (izin untuk mengajar
maupun ma’qul (yang dapat dipahami secara dan sebagainya), adalah untuk menjaga tradisi
akal), dan sebagainya, dalam kitab-kitab amalan para ulama terdahulu dan dalam
mereka. Sebagian ulama menyusun latar masa yang sama menjelaskan latar belakang
belakang keilmuan mereka, yaitu sanad keilmuan mereka. Bahkan, tradisi tersebut
keilmuan, dalam bentuk mu’jam asy-syuyukh, adalah tradisi amalan para ulama mu’tabar
yang menyenaraikan riwayat hidup dan latar yang tidak dapat diperselisihkan lagi, karena
belakang keilmuan para guru mereka. Sejarah ia terpelihara dari masa ke masa. Ukuran
penyusunan nama-nama guru atau syekh kelayakan keilmuan yang sebenarnya dalam
didapati pada kurun ketiga hijrah, seperti Al- neraca pembelajaran dan pengajaran ilmu-
Mu’jam Ash-Shaghir oleh Imam Ath-Thabarani, ilmu agama yang murni bukanlah pada ukuran
lalu terus berkembang seperti Mu’jam Syuyukh akademis modern, yang merupakan acuan dan
Abi Ya’la Al-Mushili dan lainnya. ukuran tradisi Barat, tetapi ukuran sebenarnya
Begitu pentingnya sebuah sanad, Ibn adalah pada sandaran keilmuan seseorang
Abdil Bar meriwayatkan dari Imam Al-Auza’i yang mengajar ilmu agama, baik sanad ilmiy,
bahwasanya ia berkata, “Tidaklah hilang ilmu ijazah tadris, maupun yang lainnya, yang
(agama) melainkan dengan hilangnya sanad- menjadi asal rujukan.
sanad (ilmu agama tersebut).” Imam Syafi’i Dengan demikian, sanad ilmu atau
ramimahullah mengatakan, “Tiada ilmu tanpa sanad guru sama pentingnya dengan sanad
sanad.” Sedangkan Al-Hafizh Al-Imam Ats- hadits. Sanad hadits adalah otentifikasi atau

448 | Ensiklopedi Islam Nusantara


kebenaran sumber perolehan matan atau Silsilah tarekat berkesinambungan satu
redaksi hadits dari lisan Rasulullah. Sedangkan sama lain ke atas sampai kepada Nabi saw
sanad ilmu atau sanad guru adalah otentifikasi atau bahkan sampai kepada Malaikat Jibril
atau kebenaran sumber perolehan penjelasan, dan Allah swt yang merupakan sumber dari
baik al-Qur’an maupun as-sunnah, dari lisan segala pengetahuan spiritual. Sebagaimana
Rasulullah. Konsep sanad tidak terbatas pada halnya sanad dalam hadis, silsilah yang
ilmu hadits. Namun, konsep sanad meluas berkesinambungan merupakan salah satu
dalam bidang-bidang ilmu agama yang lain. syarat terpenting bagi kesahihan otoritas
Ilmu-ilmu agama, khususnya yang melibatkan dalam keilmuan dan penerimaan tasawuf
sudut dirayah, juga sangat memerlukan latar atau tarekat sehingga tarekat tersebut dapat
belakang keilmuan atau sandaran keilmuan dipandang sah (mu‘tabarah). Silsilah tarekat
bagi seseorang yang berbicara tentang agama. ini juga turut membentuk jejaring ulama dan
Karena, tanpa berguru dengan guru, seseorang keilmuan dalam Islam.
tidak layak mengaku sebagai ahli ilmu atau
SANAD hadis dan silsilah tarekat
ulama, walaupun sudah membaca banyak
mempunyai peranan signifikan dalam
kitab. Adanya jalur sanad menunjukkan
menghubungkan para ulama yang terlibat
betapa Allah menjaga agama Islam dari upaya
dalam jejaring. Melalui telaah-telaah hadis,
menghilangkan dan mengubahnya. Hal ini
para guru dan murid-murid dalam jejaring
sebagai realisasi dari janji Allah SWT dalam
ulama terkait satu sama lain. Demikian pula,
menjaga adz-dzikr yang diturunkannya,
organisasi tarekat, melalui silsilah yang
sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Hijr,
berkesinambungan, menjadi sarana untuk
ayat 9.
menghubungkan ulama satu sama lainnya.
Lebih jauh, pembentukan jejaring Selain itu, dalam tradisi tahfidz juga dikenal
ulama dan keilmuan dalam Islam tampaknya sanad yang juga berjejaring dengan sanad
tidak dapat dipisahkan dari sistem jejaring hadis dan silsilah tarekat. Persinggungan
sanad (isnâd). Oleh karena itu, dalam proses di antara sanad-sanad keilmuan tersebut
penyebaran dan transmisi keilmuan terbentuk semakin memberkuat otoritas keilmuan dan
sebuah jejaring yang dikenal dengan “jalur otentitasnya.
sanad” (al-thuruq), yakni suatu jalinan yang
Lepas dari pentingnya sanad dan silsilah
menghubungkan antara guru dan murid.
sebagai faktor penting yang menimbulkan
Sistem jejaring sanad (isnâd), dengan demikian,
keterpaduan dalam jejaring ulama, pada
mendorong terbentuknya jejaring ulama.
dasarnya jejaring ulama yang terbentuk dan
Dalam perspektif sejarah ilmu-ilmu berkembang sepanjang sejarah Islam tidaklah
keislaman, sistem jejaring sanad (isnâd) terorganisasi secara formal, apalagi menjadi
ini juga diterapkan dalam berbagai cabang sebuah organisasi formal tertentu. Jejaring
keilmuan, seperti tafsir, fiqh, dan sejarah antara mursyid dan wakil mereka memang
Islam. Sebagai misal, dalam bidang tafsir seringkali terjalin melalui kerangka organisasi
terdapat sebuah corak penafsiran yang lebih tarekat, tetapi jejaring antar mereka tidak
mementingkan mata-rantai transmisi, yang terorganisasi secara formal. Karenanya jejaring
dikenal dengan tafsîr bi al-ma’tsûr atau tafsîr ulama lebih merupakan ikatan yang bersifat
bi al-riwâyah. Demikian pula, dalam studi longgar dan informal, tetapi karena berbagai
sejarah Islam, ditemukan model historiografi faktor ikatan itu menjadi cukup solid dan
dengan al-riwâyah. Sementara itu, studi fiqh efektif dalam mencapai tujuan keilmuan Islam
pada masa awalnya juga sangat mengandalkan khususnya dan penyebaran Islam umumnya.
sanad karena fiqh semula memang merupakan
Fenomena jalinan kelindan ini ditengarai
bagian yang tak terpisahkan dari hadis.
oleh Azyumardi sebagai determinan
Selain itu, penggunaan sanad yang lebih perkembangan intelektualisme Islam di Timur
luas ditemukan dalam tarekat. Sistem jejaring Tengah dan Nusantara. Sebagai murid dari
sanad dalam tarekat disebut dengan “silsilah”. al-Kurani sewaktu belajar di Mekkah (1640)

Edisi Budaya | 449


membawa al-Sinkili masuk dalam jejaring perorangan melalui guru tertentu, kalaupun
ulama Timur Tengah. Sebagaimana telah ada yang melalui lembaga, lembaga itu bukan
diketahui al-Kurani adalah guru sufi al-Singkili. khusus tahfizhul Qur’an, tapi sebagai pesantren
Dalam tradisi sufisme otoritas penyebaran ilmu biasa yang secara kebetulan terdapat guru
oleh seorang murid bisa dimiliki hanya atas (kiai) yang hafal Al Qur’an. Akan tetapi ada
dasar “ijazah” yang diberikan oleh sang guru. beberapa ulama yang merintis pembelajaran
Oleh karena itu, setelah menerima “ijazah” tahfidz dengan mendirikan pesantren khusus
dari guru sufinya itu, al-Sinkili berkewajiban tahfidzul Qur’an seperti Pesantren Krapayak
menyebarkan ilmu sesuai dengan rangkaian (Al Munawir) di Yogyakarta dan al-Hikmah di
perawi yang saling kait-mengkait. Salah satu Benda Bumiayu.
mata rantai perawi itu adalah Jalaluddin al-
Tradisi tahfidz dengan sanadnya tidak jauh
Suyuti, sehingga al-Sinkili diharapkan lebih
beda dengan tarekat, bahkan keduanya saling
dapat memilih Tafsir Jalalain dari pada karya-
bersinggungan. Tarekat menurut bahasa
karya tafsir yang lain. Kecenderungan untuk
mempuyai arti jalan. Sedangkan menurut
bersandar pada ulama dalam “jejaring” ini
istilah tasawuf, tarekat bisa diartikan jalan yang
juga terlihat jelas dari karya-karya al-Sinkili di
ditempuh seorang hamba (al-‘abdu) menuju
bidang fiqh, kalam dan tasawuf.
Ridlo Alloh SWT. Mubaya’ah (baiat) dalam
Mekanisme “jejaring” dalam arti talqin dzikir dari seorang guru mursyid
pengembangan ilmu-ilmu keislaman di kepada muridnya bukan mubaya’ah (janji setia)
Timur Tengah dan Nusantara ini setidaknya seperti yang dilakukan oleh Rasulullah kepada
memiliki dua akar historis yang menjadi sahabat-sahabatnya dalam Bai‘at ar-Ridhwan,
pijakannya. Pertama, tradisi oral (dakwah atau baiatnya seorang rakyat kepada imam
bil lisan) pada masa Rasulullah hingga masa atau kepala negara terpilih seperti baiatnya
tabi’in telah menciptakan mata rantai perawai para shahabat yang mengangkat Sayyidina
(da’i) yang saling berhubungan satu dengan Abu Bakar menjadi khalifah Rasulallah. Sebab,
lainnya. Kedua, fragmentasi sosial-keagamaan mubaya’ah dalam tarekat sufi adalah bentuk
pada masa sahabat, khususnya pada era talqin dzikir seperti yang dilakukan Rasulallah
kekhalifahan Utsman dan Ali, menyebabkan yang mentalqin dzikir para sahabatnya.
jejaring antar perawi tersebut bercirikan Adapun mubaya’ah para sahabat yang baru saja
“ideologi” dan menjadi dogmatis. Itu sebabnya disinggung di atas adalah mubaya’ah janji setia
mengapa terjadi “jejaring ulama” sesuai dengan menjalankan Islam atau janji setia dan tunduk
madzhab atau aliran dalam bidangnya masing- patuh kepada imam terpilih.
masing. Peter G. Riddel (2001: 9) mengatakan
Dalam perspektif ahli sejarah, para
bahwa transmisi dan respon terjadi karena di
penyebar Islam di Nusantara hampir
kalangan muslim Malaysia-Indonesia terdapat
seluruhnya adalah pemimpin-pemimpin
apa yang disebut dengan westward-facing
tarekat. Berbagai kualitas tarekat yang
orientation, yaitu bahwa Arab sebagai daerah
mampu menyerap pengikut dari bermacam-
pusat kelahiran Islam, sudahlah wajar jika
macam tingkatan kesadaran Islamnya,
Mekkah dan sekitarnya atau Timur tengah
merupakan ujung panah yang sangat efektif
dipandang sebagai “pusat” dunia Islam, apalagi
bagi penyebaran Islam di Nusantara (Dhofier:
peran Mekkah sebagai kiblat umat Islam.
223). Sebagai urad nadi penyebaran Islam di
SALAH satu usaha nyata dalam proses Nusantara, tentu saja pengajaran Islam tidak
terjaganya sanad adalah tradisi pemeliharaan bisa dipisahkan dari kiprah para ahli tarekat
menghafal Al-Qur’an (tahfidz). Nusantara yang juga hafidz al Qur’an. Tarekat adalah
merupakan salah satu negara yang mayoritas kelompok-kelompok pengikut ajaran tasawuf
penduduknya beragama Islam. Tradisi yang menekankan praktik-praktik ibadah
menghafal telah lama dilakukan di berbagai dan zikir secara kolektif yang diikat oleh
daerah di Nusantara. Usaha menghafal aturan-aturan tertentu, di mana aktifitasnya
al Qur’an pada awalnya dilakukan oleh bersifat duniawi dan ukhrawi. Dengan kata

450 | Ensiklopedi Islam Nusantara


lain, ia dapat dipahami sebagai suatu hasil yang bersambung ke penulis kitab tersebut,
pengalaman dari seorang sufi yang diikuti oleh jika tidak ditemukan bukti historis lainnya
para murid, menurut aturan/cara tertentu yang menyatakan bahwa kitab itu adalah milik
yang bertujuan untuk lebih mendekatkan diri penulisnya.
kepada Allah SWT. Karenanya, dalam tarekat
Sanad kitab ini didapatkan dengan
kedudukan mursyid sangat penting terutama
metode ijazah setelah para santri atau murid
dalam ketersambugan sanad /silsilah sampai
mengkhatamkan kitab yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW.
guru atau kiainya. Kiai Hasyim Asy’ari
Mursyid adalah seorang guru pembimbing mendapatkan dua sanad kitab Sahih al-
dalam tarekat. Menjadi guru tarekat (mursyid) Bukhari dari Kiai Mahfudz Termas dengan dua
tidak semudah seperti menjadi guru pada metode, sama (bandongan) dan qira’ah atau
umumnya. Seorang mursyid harus memiliki ‘ardh (sorogan). Jumlah perawi sanad kitab
kualifikasi khusus. Syekh Hasyim Asy`ari lebih banyak daripada sanad Hadis. Dalam
menetapkan syarat-syarat guru tarekat kasus sanad Sahih al-Bukhari yang didapatkan
adalah alim atas perintah-perintah syara`, Kiai Hasyim Asy’ari, perawi yang sampai
mengamalkannya, tegak di atas adab-adab pada penulis kitab Sahih al-Bukhari tersebut
tarekat serta berjalan di dalamnya, sempurna mencapai 23 orang. Hal ini berbeda jauh
pengetahuannya tentang hakekat dan sampai dengan jumlah perawi yang terdapat dalam
pada hakekat itu serta ikhlas dalam semua hal sanad Hadis, yang maksimal tidak lebih dari 7
tersebut. Syekh Hasyim Asy’ari juga mengutip orang. Kiai Mahfudz Termas sendiri menulis
ungkapan Imam Al-Junaidi ra, “Ilmu kita ini sanad kitab yang didapatkannya dari guru-
(tarekat) terikat oleh Al-Qur`an dan Assunnah. gurunya dalam bidang ilmu tafsir, fikih, hadis,
Siapa saja yang belum belajar Al-Qur`an dan gramatikal Arab, usul fikih. Buku sanad kitab
As-Sunnah dan tidak pula pernah duduk di itu bernama al-Mustafid lima ‘ala min al-Asanid.
depan para ulama (untuk menuntut ilmu) Selain Kiai Mahfudz, Syekh Yasin Padang juga
orang tersebut tidak boleh diikuti di dalam menuliskan sanad kitab dalam berbagai bidang
tingkah laku tarekat ini. keilmuan dalam bukunya al-Iqd al-Farid min
Jawahir al-Asanid.
Tujuan adanya sanad Hadis untuk diteliti
Sanad Kitab
validitas sebuah Hadis yang dinisbatkan
Pascakodifikasi Hadis dalam kitab-kitab kepada Rasulullah, sahabat, atau tabiin. Hal
induk Hadis yang berjumlah enam kitab (kutub ini berbeda dengan sanad kitab yang tidak ada
al-sittah), atau kitab hadis lainnya, periwayatan kaitannya sama sekali dengan validitas sebuah
Hadis secara lisan hampir tidak diperlukan kitab tersebut. Al-Qasimi menyebutkan
kembali. Hal ini karena semua sanad Hadis pendapat Ibnu Shalah yang menyatakan
sudah tercatat dengan baik dalam kitaab- bahwa melestarikan sanad kitab yang jauh dari
kitab hadis tersebut. Meskipun demikian, era salaf merupakan menjaga tradisi sanad
metode penerimaan dan periwayatan Hadis di yang merupakan salah satu keistimewaan
atas ternyata berpengaruh pada tradisi sanad yang diberikan pada umat Nabi Muhammad
kitab; dalam hal ini, kitab yang dimaksud Saw. Selain itu, al-Qasimi menyebutkan
bukan hanya kitab hadis saja, melainkan juga beberapa manfaat menjaga tradisi sanad kitab
kitab fikih, tafsir, gramatikal Arab, yang mata ini, di antaranya termotivasi untuk terus
rantai periwayatannya sampai pada penulis menjaganya agar tidak lupa atau pun hilang,
kitab tersebut. Tradisi sanad kitab tidak diajarkan kepada masyarakat umum ataupun
seketat seperti sanad Hadis. Dengan demikian, terbatas, termotivasi terus untuk mengkajinya,
keterputusan periwayatan dalam sanad kitab mengharagai jerih payah para pendahulu, dan
tidak berimplikasi pada penolakan terhadap isi lain sebagainya.
kitab. Keterputusan periwayatan dalam sanad
kitab dapat berimplikasi terhadap penisbatan

Edisi Budaya | 451


Sanad Tarekat seorang mursyid juga termasuk dalam kategori
sanad tarekat.
Sebagaimana sanad hadis, sanad tarekat
juga memiliki mata rantai yang bersambung Di Nusantara, sanad tarekat menjadi salah
hingga ke Rasulullah. Mata rantai semua sanad satu legitimasi bahwa tarekat yang diajarkan
tarekat di Nusantara dan dunia bersambung bersambung hingga ke Rasulullah Saw. Dalam
sampai ke Rasulullah melalu sahabat Ali, perkembangannya, tarekat-tarekat yang
kecuali sanad tarekat Naqsyabandiyah yang diakui di Nusantara lazim disebut dengan
bersambung sampai ke Rasulullah Saw. melalui tarekat muktabarah. Misalnya saja, Jamiyyah
sahabat Abu Bakar. Meskipun demikian, Ahluth Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyyah
terdapat perbedaam mendasar antara sanad (JATMAN) mencatat bahwa jumlah tarekat
hadis dan sanad tarekat. Paling tidak, ada tiga muktabarah di Indonesia saat ini berjumlah
perbedaan di antara keduanya. Pertama, sanad sekitar 45 tarekat. Di antara tarekat yang
tarekat tidak mengharuskan ketersambungan banyak diikuti oleh umat Muslim di Indonesia
mata rantai di antara perawinya dengan adalah tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyyah,
bertatap langsung. Artinya, seseorang mursyid Syatariyyah, Syadziliyyah, dan lain sebagainya.
yang mempunyai pengalaman spritual yang Sanad tarekat Qadiriyah di Nusantara didapat
tinggi, kemudian bermimpi bertemu Rasulullah melalui Syekh Ahmad Khatib al-Sambasi.
Saw. sudah dapat dibenarkan validitasnya. Sementara itu, sanad tarekat Syattariyah
Menurut mereka, mimpi bertemu Rasulullah ulama Nusantara di antaranya didapatkan dari
Saw. merupakan hal yang tidak dapat diserupai Syekh Abdurrauf al-Sinkily. Padahal teman
oleh setan. Ketersambungan sanad dalam seperguruannya, Syekh Yusuf al-Makasary
metode ulama Hadis tidak membenarkan hal justru menyebarkan tarekat Naqsyabandiyah.
demikian. Kedua, sanad tarekat tidak begitu Menurut Syekh Abdurrauf, tarekat Syattariyyah
memperketat pilihan redaksi penerimaan lebih tinggi derajatnya, berlandaskan Alquran
(tahammul) dan periwayatan (ada) sebagaimana dan Hadis, lebih mudah diamalkan, dan
dalam sanad Hadis. Ketiga, sanad tarekat tidak dilakukan oleh banyak sahabat Nabi. Sedangkan
terlalu memperhatikan urutan awal sanad sanad tarekat Syadziliyah di Nusantara
dan akhir sanad sebagaimana dalam sanad berasal dari Syekh Maulana Abdul Qadir
Hadis. Dalam sanad Hadis, mata rantai awal Khairi As-Sakandari, seorang ulama asal dari
itu sahabat, dan akhirnya adalah perawi kitab Iskandariyyah Mesir yang kini dimakamkan di
hadis (mukharrij). Sanad-sanad doa, hizib, makam auliya Desa Tambak, Kelurahan Ngadi,
wiridan yang didapatkan para murid dari Kecamatan Mojo, Kediri, Jawa Timur.
[Zainul Milal Bizawie dan Adib M Misbah]

Sumber Bacaan
Abdurrahman Wahid, Gus Miek Wajah Sebuah Kerinduan, dalam kumpulan tulisan Gus Dur, Kyai Nyentrik Membela
Pemerintah, (Yogyakarta: LKIS, 2000).
al-Bukhari, Jami’ al-Shahih al-Bukhari, (Cairo: Dar al-Hadits, 2004).
Al-Dhamini, Maqâyis Naqd Mutun al-Sunnah, (Riyadh: tt, 1983).
Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008).
As’ad, Aly, dkk, KH M. Moenawir, Yogyakarta: Pondok Krapyak Yogyakarta, 1975.
Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepualauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2007.
Barsani (al), Noer Iskandar. Tasawuf, Tarekat dan Para Sufi. Jakarta: Grafindo Persada, 2001.
Damanhuri, ‘Umadah al-Muhatajin: Rujukan Tarekat Syattariyah Nusantara, Jurnal Studi Kesilaman, Volume 17,
Nomor 2, Desember 2013.
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 1982.
Fata, Ahmad Khoirul, Tarekat, Jurnal al-Ulum, Volume 11, Nomor 2, Desember 2011.
Fathurahman, Oman. Tarekat Sattariyah di Minangkabau. Jakarta: Prenada Media Group, 2008.
Fathurrahman Karyadi, Mengkaji (Budaya) Sanad Ulama Tanah Jawa, Jurnal Thaqafiyyat, Vol. 14, No. 1, 2013.
Fathurrohman, M. Mas’udi, Romo Kyai Qodir: Pendiri Madrosatul Huffadh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak
Yogyakarta, Sleman: Tiara Wacana, 2011.

452 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Hadi, Murtadho, Tiga Guru Sufi Tanah Jawa: Abuya Dimyathi Banten, Syaikh Romli Tamim Rejoso, Syaikh Muslih Mranggen,
Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2011.
Hafiduddin, Didin. Tinjauan Atas Tafsir al-Munir Karya Imam Muhammad Nawawi Tanara, dalam Ahmad Rifa’i Hasan,
Warisan Intelektual Islam Indonesia. Bandung: Mizan Press, 1987.
HS, Matuki dan M. Isham El-Shaha (edt). Intelektualisme Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka, 2003.
HS, Muchayyar. KH. Muhammad Saleh Darat al-Samarani, Studi Tafsir Fayd al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik al-
Dayyan. Yogjakarta: Disertasi Program Paska Sarjana IAIN Sunan Kalijogo, 2000
Ibnu Hajar, Fath al-Bâri syarh Shahîh al-Bukhâri, (Beirut: Dar al-Ma’rifat, 1379 H).
Ibnu Khaldun, Tarikh Ibnu Khaldun, (Beirut: Darul Fikr, 1988).
Jalal al-Din al-Qasimi, Qawa’id al-Tadits min Funun Mushtalah al-Hadits, (Beirut: Dar al-Nafais, 1987).
M.M.Azami, Studies In Hadith Metodology And Literature, (Canada: Islamic Teaching Center Indianapolis, Indiana
M.S.A., tth).
Mahfudz al-Turmusi, al-Mustafid Lima ‘ala min al-Asanid, (Ttp: Dar al-Basyair al-Islamiyyah, 2008).
Mahmud al-Thahan, Taisir Musthalah al-Hadits, (tt: Dar al-Fikr, T.th). --------- Mahmud al-Thahan, Ushul al-Takhrij
wa Dirasah al-Asanid, (al-Riyadh: Maktabah al-Ma’arif, 1991).
Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia: Survey Historis, Geografis, dan Sosiologis (Bandung:
Mizan, 1996)
Mas’ud, Abdurrahman. Dari Haramain Sampai ke Nusantara, Jejak Intelektual Arsitek Pesantren. Jakarta: Prenada Media,
1996.
Muhammad Aliy al-Shâbûniy, al-Tibyân fî ‘Ulûm al-Qur’ân, (Beirut: „Âlam al-Kutub, 1405 H/1985 M)
Muhammad Husain al-Dzahabiy, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, (Kairo: Maktabat Wahbah, 1424 H/2003 M), juz I
Mulyati, Sri dkk. Memahami dan Mengenal Tarekat-Tarekat Mu’tabarah di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2006.
Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Ihya al-Turats al-‘Arabiy, T.th).
Nuruddin al-‘Itr, Manhaj al-Naqd fi Ulûm al-Hadîts, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1997).
Rosehan Anwar dan Muchlis, Biografi KH M Arwani Amin, Jakarta: Proyek Penelitian Keagamaan Depag, 1987.
Soffandi, Wawan Djunaidi, Mazhab Qiraat Asim Riwayat Hafsh di Nusantara; Studi Sejarah Ilmu, Tesis Program Pasca
Sarjana Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2004.
Sri Mulyati et al., Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005)
Syatibi AH, M. “Potret Lembaga Tahfiz Al-Qur’an di Indonesia: Studi Tradisi Pembelajaran Tahfiz,” Suhuf Vol. 1, No. 1,
2008
Tim Peneliti, Laporan Akhir Penelitian Biografi Huffaz, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009 - 2010.
Tim Penyusun, KH. M. Moenauwir Al-Marhum: Pendiri Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, Yogyakarta: Pondok
Pesantren Al-Munawwir Krapyak,t.th.
Van Bruinessen, Martin, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, Bandung: Mizan, 1995.
Yasin al-Fadani, al-‘Iqd al-Farid min Jawahir al-Asanid, (Surabaya: Dar al-Saqaf, 1401).
Yunal Isra, Tradisi Periwayatan Umat Islam: Studi Atas Sanad Hadis, Sanad Kitab, dan Sanad Doa, Jurnal Ulumul
Hadis, Volume 1 (Ciputat: Darus Sunnah, 2015).
Yusuf S, Bunyamin, Pendidikan Tahfizul-Qur’an Indonesia-Saudi Arabia, Yayasan AlFirdaus, Jakarta, 2006
Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1994)

Edisi Budaya | 453


Santri

K
ata santri menunjukkan seseorang masalah keagamaan pada masyarakat karena
yang sedang belajar ilmu agama. Bila situasi yang berubah –ubah. Santri memiliki
ditanya apa kata yang sangat popular potensi yang besar, karenanya selagi santri ia
dan melekat dalam dunia pendidikan Islam, layak menyandang wakil yang tepat.
mungkin kata santri inilah yang sangat popular.
Adapun huruf T, berarti tarkul ma’ashi
Kata santri sudah sangat lama digunakan
(meninggalkan kemaksiatan). Diharapkan
seiring denga kata pesantren yang menunjuk
dengan pelajaran keagamaan yang diterimanya,
pada lembaga pendidikan. Pada mulanya kata
seorang santri bisa konsisten mengamalkan
melekat pada orang yang tinggal di lembaga
agamanya dan menjauhi maksiat. arena sudah
itu dan mengikuti kyai. Tak pelak bahwa
mendapatkan pelajaran
kemudian beberapa orang dan cendekiawan
mencoba mengartikan apa makna filosofi Definisi yang lain datang juga dari KH
kanta santri ini, Hasani Nawawie, pengasuh Pesantren Sidogiri
Pasuruan Jawa Timur
Terdapat beberapa rumusan yang dapat
kita baca dari kata santri itu. Misalnya
almarhum, KH.Sahal Mahfudz pernah Santri itu...
menyampaikan bahwa kata santri berasal dari
bahasa Arab yang berarti santaro dan jamaknya Definisi Santri yang tidak pernah berubah
sanaatiir kata itu terdri dari huruf sin, nun, ta sepanjang zaman
dan ra’. Huruf-huruf itu mengandung makna,
‫اﻟﺴﻨﺮﺘي‬
sebagai berikut;
َ َّ َّ ْ َ ْ َْ َ ْ َ ْ َ ُ ‫ﺑ َﺸﺎﻫﺪ َﺣ‬
S = satrul aurah (menutup aurat) santri ‫ َو َﻳﺘ ِﺒ ُﻊ ﺳﻨﺔ‬، ‫ﻦﻴ‬ ِ ‫ﺎ� ﻫ َﻮ ﻣﻦ ﻓﻌﺘ ِﺼ ُﻢ ِﺤﺑﺒ ِﻞ ا‬
ِ ‫ﷲ اﻟﻤ ِﺘ‬ ِِ ِ ِ ِ
sebagaimana kita lihat pastu berpakaian ْ َ ُّ ً َ َُْ َ ًَْ ُ ُْ َ َ َ ْ َ ْ ْ ُ َّ
‫ﺖ‬ ٍ ‫ﻞﻛ وﻗ‬ ِ ‫ وﻻ � ِﻤ�ﻞ ﻓﻤﻨﺔ وﻻﻳﺮﺴة ِﻲﻓ‬، ‫ﻦﻴﷺ‬ ِ ‫اﻟﺮﺳﻮ ِل اﻻ ِﻣ‬
yang menutup auratnya. Aurat itu disini bisa
ُ َ ُ ُ َ َ ْ
ُ َّ ‫ﺮﻴ ِة َواﺤﻟَﻘ�ْﻘ ِﺔ ﻻ ﻓﺒَ َّﺪل َوﻻﻓ َﻐ‬ ّ ‫ َﻫ َﺬا َﻣ ْﻌﻨَ ُﺎه ﺑ‬، ‫َوﺣ ْﻦﻴ‬
َ ْ ‫ﺎﻟﺴ‬
bermakna dhahir dan batin. Menutup aurat ‫ﺮﻴ‬ ِ ِ ِ ٍ ِ
dhahir alah gambaran yang kita lihat, misalnya َ ْ َْ َ َ َْ ْ َْ َُ ْ َ ُ َ ًْ َ َ ً ْ َ
ِ ‫ﻗ ِﺪﻓﻤﺎ وﺣ ِﺪﻓﺜﺎ واﷲ اﻋﻠﻢ ﺑِﻨﻔ ِﺲ اﻻﻣ ِﺮ وﺣ ِﻘ�ﻘ ِﺔ اﺤﻟ‬
‫ﺎل‬
tercermin pada pakaian santri. Adapun secara
adalah batin makna yang terus dieksplorasi ”Santri, berdasarkan peninjauan tindak
karena batin adalah apa yang tidak nampak, langkahnya adalah orang yang berpegang teguh
tersirat. dengan al-Qur‘an dan mengikuti sunnah Rasul
SAW serta teguh pendirian“.
Sementara Nun diartikan sebagai na-ibul
ulama (wakil ulama). Berbeda dengan ulama Ini adalah arti dengan bersandar sejarah
yang merupakan pewaris Nabi, al-ulama dan kenyataan yang tidak dapat diganti dan
warasatul anbiya. Dalam konteks sebagai wakil, diubah selama-lamanya. Dan Allah-lah Yang
santri harusnya mencerminkan sikap-sikap Maha Mengetahui atas kebenaran sesuatu dan
yang dimiliki oleh ulama. Seperti peka dan kenyataannya.”
respon terhadap keadaan sekeliling. Mengikuti Namun cendekiawan Nurcholish Madjid
perkembangan zaman, karena ulama mempunyai pendapat lain, Menurutnya, kata
diantaranya harus memutuskan masalah-

454 | Ensiklopedi Islam Nusantara


santri itu asalnya dari bahasa Sansekerta, yakni dengan majlis taklimnya. Santri sebenarnya
sastri yang artinya orang yang bisa membaca. lebih pada kondisi seseorang seperti yang
Kedua, berasal dari bahasa Jawa, yaitu “cantrik”, dicerminkan dalam batasan arti kamus besar
artinya seseorang yang mengikuti kyai di mana bahasa Indonesia di atas. Jadi maknanya tidak
pun ia pergi dan menetap untuk menguasai dimonopoli oleh hanya mereka yang tinggal
suatu keahlian tersendiri. atau menetap di pesantren.
Dari banyak yang mengartikan, baik dari Sesungguhnya santri pun tidak hanya
bahasa Inggris, Arab maupun Sansekerta KBBI punya satu kyai saja, karena ia bisa berkeliling-
memberi makna santri yang kontekstual. keliling, berguru atau mondok dari satu kyai
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; Kata ke kyai lain. Mereka biasanya dipanggil sebagai
santri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kyai kelana. Ini karena kekhasan setiap kyai
(KBBI) berarti (1) orang yg mendalami agama terhadap ilmu tertentu. Jadi orang kalau mau
Islam; (2) orang yang beribadat dengan memperdalam ilmu hadits beliau pergi ke
sungguh-sungguh (orang yg saleh); (3)Orang KH. Hasyim Asy’ari, kalau mau belajar ilmu
yang mendalami pengajiannya dalam agama alat; nahu shorof pergi ke Kyai Manaf Lirboyo
islam dengan berguru ketempat yang jauh atau Cholil Bangkalan. Sedangkan belajar al-
seperti pesantren dan lain sebagainya Quran kepada kyai Arwani Kudus atau Kyai
Munawwir Krapyak. Sementara fiqih kepada
Kyai Zubair Sarang Rembang dan lain-lain.
Santri Kekinian
Santri sekarang banyak dikelompokkan
Jika dimaknakan bahwa santri adalah pada asal tempat mereka mondok, itulah
orang yang menetap pada satu pesantren yang kemudian disebut alumni pesantren A /
kyai. Realitasnya tidak demikian, karena mutakhorijin atau mutakhorijat. Dulu orang
sejatinya dari dulu ada yang disebut santri berpindah – pindah dari satu kyai ke kyai untuk
kalong, Yakni orang yang mengaji pada ahli memperdalam dan memperluas ilmunya. Salah
agama atau kyai namun tidak menetap di satu Kyai alim yang mempunyai banyak guru
pesantren, istilahnya ia pulang pergi. Banyak dan adalah Kyai Abbas bi abdul Jmail yang
para kyai atau yang mengajar ilmu agama pun, lebih dikenal dengan Kiyai Abbas Buntet.
tidak mempunyai pesantren, namun santri
Santri sekarang berbeda dengan di masa
kalongnya jumlahnya ribuan. Beliau bisa
lalu, ini tentu karena perubahan dan peran-
mengajar di rumah, di musholla atau di masjid.
peran pesantren yang mulai bergeser. Mayoritas
Bahasa orang sekarang, ia punya jamaah
pesantren punya sistem klasikal dalam
pembelajarannya. Dan sistem klasikalnya
mengikuti kurikulum pemerintah. Perubahan
ini tentu juga mempengaruhi output atau
kualitas santri, karena adanya batasan waktu
dan jenjang pendidikan. Walapun sebenaarnya
pesantren tidak membatasi waktu mereka
untuk tinggal di pesantren. Dengan adanya
sekolah yang menempel pada pesantren,
keilmuan di pesantren menjadi berbatas.
Kecuali pada pondok-pondok salaf. Banyak
santri yang pesantrennya ada sekolahnya,
sudah menamatkan pondok pesntrennya usai
pelajaran mereka selesai, entah pada tingkat
menengah pertama atau menengah atas.
Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada Fenomena ini emnjadi lebih banyak santri
Deklarasi Hari Santri Nasional, di Masjid Istiqlal, Jakarta
pada 22 Oktober 2015. yunior yang menghuni pesantren daripada
Sumber: http://setkab.go.id/
santri-santri tuwek yang tinggal.

Edisi Budaya | 455


Hari Santri
Namun apapun model santri, santri
kelana atau santri alumni, mereka mempunyai
kontribusi besar dalam mendirikan dan
membangun negeri ini.
Santri semakin menjadi pembicaraan
ketika Presiden Jokowi mengeluarkan Keppres
No.15 tahun 2015. Kaum santri dicatat sejarah
telah berperan besar dalam kemerdekaan
Indonesia. Menurut ketua RMI Abdul Ghaffar Para santri memperingati hari santri
Rozien, pada saat NU berusia 10 tahun dari dengan mengadakan Kirab .
sanitasi
Sumberyang gatal-gatal dan sarung-saung
http://www.republika.co.id/
berdirinya dan 9 tahun sebelum kemerdekaan,
kumal serta tangan yang tak berhentik
kiai-santri sudah sadar pentingnya konsep
mengaruk2 bila gatal. Pondok juga sekarang
negara yang memberi ruang bagi berbagai
banyak dibangun system dan uang infaq yang
macam kelompok agar dapat hidup bersama
wah, bahkan ada yang ada kolam renangnya
dan itu konsep yang luar biasa. Maka
di dalam.. Tentu saja ini merubah seseorang
memperjuangkan dan mempertahankan
yang dikirm nyantri untuk belajar mandiri
kemerdekaan itu adalah sesuatu yang niscaya.
dan prihatin, tapi justru malah pindah
Dengan Keppres itu, 22 Oktober rumah saja. Sikap-sikap itu sekarang sudah
ditetapkan sebagai hari santri. Tanggal itu terkikis dengan budaya konsumerisme. Mesti
dipilih menandai komando para kyai yang mungkin pondok menerapkan peraturan beda,
dipimpin oleh KH Hasyim Asy’ari untuk jihad tapi anak-anak butuh support yang luar biasa.
melawan penjajah Belanda. Semangat inilah Fenomena lain juga Nampak dari peluang yang
yang kemudian meletuskan perlawanan 10 santri dapat, Santri banyak mendapat peluang
November yang menggelora dan enyahnya beasiswa baik untuk ilmu agama maupun ilmu
Belanda dari Indonesia. Peristiwa yang heroik, eksakta
, monumental dan menandai babak baru untuk
Apa yang lebih 30 tahun lalu dikotak-
mengisi kemerdekaan Indonesia merdeka.
kotakkan oleh Clifford Gertz bahwa masyarakat
Hari itu pun ditetapkan sebagai hari Pahlawan.
(Jawa) itu terdiri dari tiga kelompok ; santri,
Pada kontek ini, Indonesia mengapresiasi dan
abangan dan priyayi, nampaknya sudah tidak
berterima kasih terhadap perjuangan para
cocok dipakai sebagai alat analisa, karena
santri dan kyai terhadap bangsa dan negara
definisi itu sudah melebur. Gertz nampaknya
ini. Karenanya setiap tanggal 22 Oktober, hari
hanya melihat Kediri tanpa melihat kampung
santri nasional diperingati.
santri yang lain,padahal santri banyak
Sekarang ini kecenderungan beragama variannya. Santri itu bisa priyayi sekaligus
meningkat. Walau harus ada daya ukurnya, atau sebaliknya. Jadi pengkategorian tiga
kecenderungan masyarakat ini bisa dilihat masyarakat Jawa di atas mereduksi makna dan
dari maraknya simbol-simbol agama dan peran santri secara keseluruhan. Lebih drai
meningkatnya politik identitias. Menjadi segala yang diuraikan di atas, santri adalah
santri kini sepertinya kebanggaan, pretise. salah satu soko / pilar bangsa.
Dulu ia identik dengan kejorokan system
[Ala’i Najib]

Sumber Bacaan
Ragam Ekspresi Islam Nusantar, Wahid Institute, Jakarta 2008
Widji Saksono, Mengislamkan Tanah Jawa , Mizan, Bandung, 1995
Martin Van Bruinesaan, Kitab Kuning,Pesantren dan Tarekat, Yogyakarta, Gading Press, 2012
Ensiklopedia Nahdlatul Ulama (4), Sejarah Tokoh dan Khazanah Pesantren, Mata Bangsa-PBNU, Jakarta 2014

456 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Sarung

S
arung sudah lekat dengan ciri khas masyarakat Muslim di Semenajung Arab
masyarakat muslim di Indonesia. Walau sangat tinggi. Tak heran, jika industri tekstil di
sesungguhnya pemakaian sarung tak era Islam memiliki pengaruh yang sangat besar
menunjuk pada identitas agama tertentu. terhadap Barat.
Karena sarung juga digunakan oleh berbagai
Dalam Ensiklopedia Britanica disebutkan,
kalangan di berbagai suku yang ada.
sarung telah menjadi pakaian tradisional
Dalam pengertian busana internasional, masyarakat Yaman. Sarung diyakini telah
sarung (sarong) berarti sepotong kain lebar diproduksi dan digunakan masyarakat
yang pemakaiannya dibebatkan pada pinggang tradisional Yaman sejak zaman dulu. Hingga
untuk menutup bagian bawah tubuh (pinggang kini, tradisi itu masih tetap melekat kuat.
ke bawah). Bahkan, hingga saat ini, futah atau sarung
Yaman menjadi salah satu oleh-oleh khas
Kain sarung dibuat dari bermacam-
tradisional dari Yaman.
macam bahan: katun, poliester, atau sutera.
Penggunaan sarung sangat luas, untuk santai Orang-orang yang berkunjung ke Yaman
di rumah hingga pada penggunaan resmi biasanya tidak lupa membeli sarung sebagai
seperti ibadah atau upacara perkawinan. Pada buah tangan bagi para kerabatnya. Sarung
umumnya penggunaan kain sarung pada acara awalnya digunakan suku Badui yang tinggal
resmi terkait sebagai pelengkap baju daerah di Yaman. Sarung dari Yaman itu berasal
tertentu. dari kain putih yang dicelupkan ke dalam
neel yaitu bahan pewarna yang berwarna
Menurut catatan sejarah, sarung berasal
hitam. Sarung Yaman terdiri dari beberapa
dari Yaman. Di negeri itu sarung biasa disebut
variasi, diantaranya model assafi, al-kada, dan
futah. Sarung juga dikenal dengan nama izaar,
annaqshah.
wazaar atau ma’awis. Masyarakat di negara Oman
menyebut sarung dengan nama wizaar. Orang Sebenarnya di dunia Arab, sarung
Arab Saudi mengenalnya dengan nama izaar. bukanlah pakaian yang diidentikkan untuk
melakukan ibadah seperti sholat. Bahkan di
Penggunaan sarung telah meluas, tak
Mesir sarung dianggap tidak pantas dipakai ke
hanya di Semenanjung Arab, namun juga
masjid maupun untuk keperluan menghadiri
mencapai Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika,
acara-acara formal dan penting lainnya. Di
hingga Amerika, dan Eropa. Sarung pertama
Mesir, sarung berfungsi sebagai baju tidur
kali masuk ke Indonesia pada abad ke-14,
yang hanya dipakai saat di kamar tidur.
dibawa oleh para saudagar Arab dan Gujarat.
Dalam perkembangan berikutnya, sarung di Di Indonesia, sarung menjadi salah satu
Indonesia identik dengan kebudayaan Islam. pakaian kehormatan dan menunjukkan nilai
kesopanan yang tinggi. Tak heran jika sebagian
Ahmad Y. al-Hassan dan Donald R. Hill
masyarakat Indonesia sering mengenakan
dalam bukunya bertajuk Islamic Technology:
sarung untuk sholat di masjid. Laki-laki
An Illustrated History Tekstil menyebutkan
mengenakan atasan baju koko dan bawahan
bahwa tekstil merupakan industri pelopor
sarung untuk sholat, begitu pula wanita
di era Islam. Pada era itu, standar tekstil

Edisi Budaya | 457


mengenakan atasan mukena dan bawahan tersebut berasal dari daerah yang berbeda di
sarung untuk sholat. Indonesia.
Bahan yang terbuat dari tenun, lebih
dikenal berasal dari area Indonesia Timur
Identitas bangsa saat zaman perang
seperti Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusat
Pada zaman penjajahan Belanda, sarung Tenggara Timur (NTT), Sulawesi, dan Bali.
identik dengan perjuangan melawan budaya Sedangkan songket, sangat identik dengan ciri
barat yang dibawa para penjajah. Para santri di khas adat Minangkabau dan Palembang, Ulos
zaman kolonial Belanda menggunakan sarung khas Sumatera Utara. Sementara tapis, kita
sebagai simbol perlawanan terhadap budaya mengenal bahan ini berasal dari Lampung.
Barat yang dibawa kaum penjajah. Kaum santri
Sarung tradisional tidak bermotif kotak-
merupakan masyarakat yang paling konsisten
kotak. Sarung yang terbuat dari tenun,
menggunakan sarung di mana kaum nasionalis
diciptakan paling sederhana. Cenderung lebih
abangan telah hampir meninggalkan sarung.
bermain warna, dibanding motif yang ‘ramai’.
Sikap konsisten penggunaan sarung juga Sedangkan tapis dan songket, sekilas terlihat
dijalankan oleh salah seorang pejuang Muslim sama.
Nusantara yakni KH Abdul Wahab Chasbullah,
Hanya, motif tapis memiliki unsur alam,
salah satu tokoh sentral di Nahdhatul Ulama
seperti flora dan fauna. Sedangkan motif
(NU). Suatu ketika, Abdul Wahab pernah
songket, terlihat lebih meriah dengan motif
diundang Presiden Soekarno. Protokol
yang mengisi seluruh isi bahan. Ada kesamaan
kepresidenan memintanya untuk berpakaian
diantara tapis dan songket, yaitu keduanya
lengkap dengan jas dan dasi. Namun, saat
terbuat dari benang emas dan perak.
menghadiri upacara kenegaraan, ia datang
menggunakan jas tetapi bawahannya sarung. Mengapa motif sarung kotak-kotak?
Padahal biasanya orang mengenakan jas Nilai filosofis motif sarung kotak-kotak
dilengkapi dengan celana panjang. mengartikan, setiap melangkah baik ke
kanan, kiri, atas ataupun bawah akan ada
Sebagai seorang pejuang yang sudah
konsekuensinya. Lihat gradasi bermotif
berkali-kali terjun langsung bertempur
papan catur seperti sarung bali. Saat kita
melawan penjajah Belanda dan Jepang, Abdul
berada di titik putih, melangkah ke manapun,
Wahab tetap konsisten menggunakan sarung
perbedaan menghadang. Sedangkan cara
sebagai simbol perlawanannya terhadap
amannya adalah melangkah secara gontai ke
budaya Barat. Ia ingin menunjukkan harkat
arah diagonal. Dampaknya, bukannya maju ke
dan martabat bangsanya di hadapan para
depan malahan menjauhi target. Jadi orang
penjajah.
yang berani menghadang cobaan adalah orang
Abdul Wahab menunjukkan pentingnya yang akan cepat menuai harapannya.
menggunakan sarung sebagai warisan
budaya dan identitas nasonalisme. Rupanya
perjuangan berat kaum pesantren untuk Beberapa kain sarung khas dari
menegakkan identitas sarung sebagai simbol Indonesia
perlawanan terhadap budaya kaum kolonialis
Sarung Poleng Bali
Belanda membuah hasil. Saat ini, sarung
menjadi simbol kehormatan dan kesopanan Sarung tenun Poleng (Kain Poleng)
yang sering digunakan untuk berbagai macam sudah menjadi bagian dari kehidupan religius
upacara sakral di tanah air. umat Hindu di Bali. Kain itu digunakan
untuk keperluan sakral dan profan. Di pura
Yang membedakan sarung Indonesia
digunakan untuk tedung (payung), umbul-
dengan sarung negara lain adalah sarung khas
umbul, untuk menghias palinggih, patung,
Nusantara terbuat dari kain tenun, songket,
dan kul-kul. Tidak hanya benda sakral, pohon
dan tapis. Masing-masing jenis bahan sarung
di pura pun banyak dililit kain poleng.

458 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Menurut penelitian, bentuk saput poleng sudah ada beberapa perajin sutera yang
beraneka ragam. Misalnya dari segi warna, meninggalkan Alat Tenun Bukan Mesin
ukurannya, hiasannya, hiasan tepinya, (ATBM), karena alasan mengejar produksi.
bahan kainnya, dan ukuran kotak-kotaknya. Dari 14 kecamatan di Kabupaten Wajo, 10
Berdasarkan warnanya, ada kain poleng kecamatan di antaranya seperti Kecamatan
yang disebut rwabhineda (hitam dan putih), Tempe, Tanasitolo, Majauleng, Sabbangparu,
sudhamala (putih, abu-abu, hitam), dan tridatu Pammana, dan Sajoanging, sebagian besar
(putih, hitam, merah). masyarakatnya menggantungkan hidup dari
hasil usaha persuteraan.
Kain poleng ini muncul dan digunakan
umat Hindu dalam kehidupan religius. Produksi sarung sutera yang dalam
Diperkirakan, kain poleng yang pertama ada bahasa Bugis-Makassarnya lipa sabbe, dipasok
dan digunakan umat Hindu adalah kain poleng dari empat daerah masing-masing Majene,
rwabhineda. Setelah itu barulah muncul kain Polewali, Wajo dan Soppeng. Namun yang
poleng sudhamala dan tridatu. lebih terkenal baik dalam skala lokal maupun
nasional, bahkan mancanegara adalah sarung
Perkembangan warna ini juga
sutera dari Kabupaten Wajo. Pasalnya,
mencerminkan tingkat pemikiran manusia,
baik corak maupun kualitasnya memiliki
yakni dari tingkat sederhana menuju
keunggulan yang lebih dibanding produksi
perkembangan yang lebih sempurna. Masing-
daerah lainnya.
masing warna memiliki makna filosofisnya
sendiri. Rwabhineda memiliki dua unsur warna.
Hitam pekat dan putih bersih; disamping itu
Sarung Ulos Khas Suku Batak
juga ada warna abu-abu dari unsur putih 50
persen dan unsur hitam 50 persen. Ulos atau sering juga disebut kain ulos
adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos
Namun pada dasarnya tetap hanya ada
secara turun temurun dikembangkan oleh
dua unsur warna yaitu hitam dan putih.
masyarakat Batak, Sumatera. Dari bahasa
Gelap-terang, kiri-kanan, laki-perempuan,
asalnya, ulos berarti kain.
baik-buruk. Kenapa kain poleng ini hanya
dikenakan bagi tokoh-tokoh tertentu; seperti Pada mulanya fungsi Ulos adalah untuk
sang Werkudoro/Bimasena, Anoman dan yang menghangatkan badan. Tetapi kini Ulos
lainnya dalam pewayangan? Tokoh-tokoh ini memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain
disimbolkan sebagai seorang yang bersifat dalam segala aspek kehidupan orang Batak.
jujur, terbuka, lugas, dan trasparan. Contoh, Ulos dianggap sebagai pengikat kasih
sayang diantara sesama. Ulos tidak dapat
Karena kontras hitam dan putih bermakna
dipisahkan dari kehidupan orang Batak.
suatu kejelasan, kejernihan, apa adanya.
Setiap ulos mempunyai ‘raksa’ sendiri-sendiri,
Sedangkan warna abu-abu mengandung
artinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan
makna, bahwa dalam setiap kesempatan selalu
hubungan dengan hal atau benda tertentu.
terkandung unsur baik dan buruk dalam kadar
yang sama, walau pada permukaannya tak jelas Dikalangan orang batak sering terdengar
atau barangkali tak kelihatan sama sekali bagi mengulosi yang artinya memberi Ulos,
mata hati kita yang tertutup penuh oleh debu atau menghangatkan dengan ulos. Dalam
keserakahan dan kepentingan ego. Ada juga kepercayaan orang-orang Batak, jika (tondi)
sarung tradisional Bali lainnya seperti sarung pun perlu diulos, sehingga kaum lelaki
model jumputa. yang berjiwa keras mempunyai sifat-sifat
kejantanan dan kepahlawanan, dan orang
perempuan mempunyai sifat-sifat ketahanan
Sarung Sutera Bugis untuk melawan guna-guna dan kemandulan.
Awalnya, tradisi tenun dikembangkan Warna dominan pada ulos adalah merah,
secara manual dan tradisional, namun kini hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam

Edisi Budaya | 459


tenunan dari benang emas atau perak. daratan Afrika dan Timur Tengah dari berbagai
Mulanya ulos dikenakan dalam bentuk corak dan ragam sarung tenun goyor.
selendang atau sarung saja. Kerap digunakan
pada perhelatan resmi atau upacara adat
Batak. Dalam hal mengulosi, ada aturan yang Sarung Tenun Betawi
harus dipatuhi, antara lain orang hanya boleh Sarung khas Betawi sarung yang
mengulosi mereka yang menurut kerabatan kebanyakan orang betawi asli bermotif kotak-
berada dibawahnya. Misalnya orang tua boleh kotak dengan motif warna yang soft (lembut)
mengulosi anak, tetapi anak tidak boleh dan ada juga motif lainnya.
mengulosi orang tua.
Bagi orang-orang betawi sarung mereka
Jadi dalam prinsip kekerabatan Batak yang biasa dikalungkan pada leher, dan itu sudah
disebut dalihan na tolu, yang terdiri atas unsur- ada sejak ajaran Islam masuk ke tanah Jawa
unsur hula-hula boru, dan dongan sabutuha. khususnya Betawi. Misal pada zaman kolonial
Seorang boru sama sekali tidak dibenarkan Belanda dulu tokoh pencak silat seperti, si
mengulosi hula-hulanya. Ulos yang diberikan pitung, abang jampang, dan tokoh-tokoh yang
dalam mengulosi tidak boleh sembarangan, lainnya, mereka selalu mengenakan sarung di
baik dalam macam maupun cara membuatnya. pundak atau melingakar di leher mereka.
Hingga sekarang pun kaum lelakinya selalu
Sarung khas Gresik mengenakan pakaian adat Betawi dengan kain
sarung yang selalu melingkar di leher mereka.
Sarung tenun tradisional khas Gresik
Jawa Timur dikenal kaya motif dan corak.
Dengan mempertahankan proses penenunan Sekilas tentang Batik
yang masih tradisional, sarung tenun tersebut
memiliki tempat tersendiri di kalangan Batik merupakan warisan budaya asli
masyarakat Nusantara. Bahkan saat ini batik telah
dikukuhkan oleh UNESCO sebagai salah satu
Seni kerajinan sarung tenun yang Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan
berwarna warni dan kaya akan motif ini masih dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral
dikerjakan secara tradisional. Motif dan corak and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2
khas sarung tenun Gresik adalah warnanya Oktober 2009 lalu (kini dikenal sebagai Hari
timbul dengan corak beragam diantaranya Batik Nasional). Bukan hanya oleh orang Jawa,
corak kembang, garis-garis, gunungan, hingga kain batik ternyata kini telah dikenakan oleh
corak laut biru dengan tiga jenis kain, yakni hampir seluruh masyarakat Indonesia.
sutera, fiber dan sisir.
Kain batik dianggap sebagai pakaian
Pembuatan sarung dengan peralatan semi resmi yang cocok dikenakan dalam acara
tradisional ini menciptakan hasil yang apapun. Di sini batik memang identik dengan
maksimal. Keistimewaan dari sarung tenun kain. Karena proses membatik dilakukan di
ini adalah pada kualitas benang serta nilai seni atas kain. Batik juga banyak melekat di dalam
yang tetap memperlihatkan ciri khas natural sarung, terutama sarung yang digunakan oleh
berupa motif kembang dan hiasan alam perempuan.
lainnya.
Menilik sejarah, asal usul batik bermula
sejak abad ke-17 Masehi. Pada masa itu, corak
Sarung Tenun Goyor batik ditulis-lukiskan pada daun lotar dan
papan rumah adat Jawa. Awalnya, pola atau
Sarung Tenun Goyor, Dari desa sederhana
motif batik hanya didominasi oleh gambar
yaitu desa Troso di Kecamatan Pecangaan,
tanaman atau binatang. Para pengrajin corak
Kabupaten Jepara. Sarung tenun goyor yang
batik juga masih sangat terbatas jumlahnya.
dihasilkan warga troso mampu mencapai
Mereka hanya membuat corak batik sebagai

460 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Terkait dengan teknik pembuatannya,
pada masa itu batik tulis merupakan satu-
satunya teknik yang digunakan. Dalam
proses pengerjaannya, pewarnaan pun masih
menggunakan bahan pewarna alami yang
dibuat dari sendiri menggunakan tanaman-
tanaman seperti daun jati, tinggi, mengkudu,
pohon nila, dan soga. Sedangkan untuk
bahan sodanya, para pembatik masa itu
menggunakan soda abu dan tanah lumpur.
Penggunaan kain batik yang sebelumnya
hanya terbatas di lingkungan keraton, lambat
laun mulai dikembangkan oleh rakyat jelata. Hal
Presiden RI Jokowi menikmati matahari terbit dengan memakai ini membuat corak batik kian beragam sesuai
sarung duduk di pinggir pantai Raja Ampat. dengan minat dan jiwa seni para pembuatnya.
Sumber: https://www.merdeka.com
Asal usul batik juga tak lepas dari perkembangan
wujud pelampiasan hasrat seni dan keisengan teknologi. Pada masa sebelumnya teknik batik
yang dilakukan untuk mengisi waktu luang. tulis menjadi satu-satunya cara yang bisa
dilakukan untuk membuat motif batik, setelah
Pada perkembangannya, asal usul batik
Perang Dunia I atau setelah modernisasi kian
mulai menarik perhatian pembesar kerajaan
menjamur, teknik batik cap dan batik printing
Majapahit. Motif-motif abstrak, motif candi,
pun mulai dikenal. Kedua teknik batik ini
awan, wayang beber, dan lain sebagainya
sendiri dianggap sebagai teknik pembatikan
mulai dikembangkan pada masa itu. Penulisan
yang sangat efisien dan tidak memakan banyak
batik pun mulai ditujukan pada media yang
waktu, meskipun secara kualitas dinilai kurang
berbeda. Kain putih atau kain-kain berwarna
memiliki nilai estetis.
terang menjadi pilihan utama karena dianggap
lebih tahan lama dan bisa digunakan untuk Sejarah perkembangan batik tidak hanya
pemanfaatan yang lebih banyak. berhenti sampai di situ. Di era sekarang,
batik bukan hanya dikenal sebagai corak
Kepopuleran kain batik kian bersinar.
pakaian semata. Berbagai pernik pelengkap
Pembesar-pembesar kerajaan Majapahit,
penampilan dalam kehidupan sehari-hari
Mataram, Demak, dan kerajaan-kerajaan
seperti tas, sepatu, dasi, hingga helm, juga
setelahnya menjadikan kain batik sebagai simbol
sudah menggunakan batik sebagai motifnya.
budaya. Khusus pada masa pengaruh Islam,
Bahkan, pakaian-pakaian sekolah, kedinasan,
motif batik yang berwujud binatang ditiadakan.
dan lain sebagainya juga menggunakan motif
Penggunaan motif ini dianggap menyalahi
ini sebagai pilihan utama.
syariat Islam sehingga tidak diperkenankan
kecuali dengan menyamarkannya menggunakan [Fathoni Ahmad]

lukisan-lukisan lain.

Sumber Bacaan
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta:
LP3ES, 2011.
Steenbrink, Karel A. Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Moderen. Jakarta: LP3ES, 1986.
Sunyoto, Agus. Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo sebagai Fakta Sejarah. Jakarta: IIman. 2012.
Bruinesses, Martin van. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan, 1995.
Wahid, Abdurrahman. Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, Yogyakarta: LKiS, 2007.
LTNNU Jawa Timur. Sarung dan Demokrasi: Dari NU untuk Peradaban Keindonesiaan. Surabaya: Khalista, 2008.
Nailal Fahmi. Di Bawah Bendera Sarung. Bandung: Pustaka Iman, 2014.
Rosinta. 65 Setelan Cantik Kain Sarung, Batik Encim, & Kebayanya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016.
Fitri, Putri. Kamus Sejarah dan Budaya Indonesia. Jakarta: Nuansa Cendekia, 2014.
Saifullah, Sejarah dan Kebudyaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Kartodirjdo, Sartono, dkk. Sejarah Sosial: Konseptualisasi, Model, dan Tantangannya. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013.

Edisi Budaya | 461


Sedekah Bumi

S
edekah Bumi merupakan upacara
tradisi yang dilakukan sebagai wujud
rasa syukur kepada Tuhan atas hasil
bumi yang telah diperoleh pada tahun-tahun
sebelumnya sebagai rizki, sekaligus bentuk
permohonan para kepada Tuhan agar hasil
bumi pada periode yang akan datang berhasil
dengan baik.
Upacara tradisi Sedekah Bumi banyak
ditemui pada masyarakat pulau jawa, khususnya
Kirab Tumpengan Hasil Bumi pada acara Sedekah Bumi
daerah pantai utara (Pantura). Upacara ini di Desa Brumbung Batangan Pati Jawa Tengah.
biasanya dilakukan oleh masyarakat yang Sumber : http://www.wartaphoto.net/

berprofesi sebagai petani atau berladang yang mereka. Maka meskipun dengan cara yang
menggantunggkan hidupnya dan keluarganya sederhana biasanya mereka melakukan dengan
dengan memanfaatkan kekayaan alam yang cara “pamer” hasil bumi yaitu dengan karnaval
ada di bumi untuk mencari rezeki. keliling desa dengan mengarak hasil bumi
Pada masyarakat petani, Sedekah Bumi berupa ketela pohon, mangga, jagung dan
bisanya diselenggarakan di sawah demplot sebagainya, tegantung hasil bumi yang mereka
(Inderamayu, Jawa Barat) yaitu sawah peroleh dari tanah yang mereka tanami.
percontohan milik perorangan yang dikelola Seiring dengan perkembangan zaman, upacara
secara bersama-sama.Jika suatu desa tidak tidak lagi didominasi dengan arak-arakan hasil
memiliki sawah demplot, maka upacara bumi, tetapi seringkali dengan sedekah “nasi
Sedekah Bumi diselenggarakan di sawah tumpeng” sebagai wujud rasa syukur.
yang letaknya strategis yaitu di pinggir jalan,
pematangnya yang luas, dan hasil sawahnya
baik. Selain di tempat tersebut, tempat lain Sejarah
yang digunakan adalah pendopo desa yaitu Upacara tradisi Sedekah Bumi
tempat dilaksanakannya keramaian berupa merupakan upacara tradisional masyarakat
pertunjukan wayang kulit purwa. Pertunjukan Jawa yang sudah berlangsung lama secara
wayang kulit purwa ini sebagai isyarat atau turun-temurun. Hal ini tidak terlepas dari
pengumuman kalau sudah waktunya para kepercayaan dari nenek moyang. Menurut
petani bersiap-siap untuk mengerjakan cerita dari para nenek moyang orang jawa
sawahnya masing-masing. terdahulu, tanah merupakan pahlawan yang
Melalui sedekah bumi, mereka percaya sangat besar bagi kehidupan manusia di
bahwa dengan bersyukur maka Allah SWT muka bumi. Maka dari itu tanah harus diberi
akan menambahkan kenikmatan-kenikmatan penghargaan yang layak dan besar. Dan ritual
lagi. Allah akan menambah hasil-hasil panen sedekah bumi inilah yang menurut mereka
mereka dan Allah akan menghilangkan sebagai salah satu simbol yang paling dominan
paceklik atau kegagalan panen hasil bumi bagi masyarakat jawa khususnya para petani
untuk menunjukan rasa cinta kasih sayang dan

462 | Ensiklopedi Islam Nusantara


sebagai penghargaan manusia atas bumi yang wayang kulit lakon yang dibawakan dalam
telah memberi kehidupan bagi manusia. acara sedekah Bumi ini adalah Bhumi Loka,
kemudian pada dipagi harinya diadakan
Upacara adat sedekah bumi ini berkaitan
ruwatan. Dalam lakon Bhumi Loka diceritakan
erat dengan kepercayaan orang-orang zaman
tentang dendam Arjuna atas kematian
dahulu jauh sebelum pengaruh Hindu dan
ayahnya yaitu prabhu Nirwata Kwaca.
Budha masuk di Nusantara, kita mengenal
Terjadilah peperangan dengan putra Pandawa
kebudayaan dan kepercayaan Kapitayan
yang dipimpin Gatotkaca. Prabu Kresna dan
yang sebagian besar dianut oleh penduduk
Semar mengetahui putra Gatotkaca mendapat
Nusantara lebih-lebih di tanah Jawa. Mereka
kesulitan untuk dapat mengalahkan mereka,
percaya bahwa pada tiap-tiap segala sesuatu
bahwa para putra manik Iman-imantaka tidak
yang menyangkut hajat hidup manusia
dapat mati selama menyentuh bumi. Maka
dikuasahi dan di jaga oleh dewa-dewa
semar menasehatkan agar dibuatkan Anjang-
(Sang Hyanng Bahureksa). Keyakinan atas
anjang di angkasa, dan menyimpan mereka
adanya para dewa atau roh penjaga tersebut
yang telah mati agar tidak dapat menenyentuh
diwujudkan dalam bentuk upacara sesaji di
bumi. Prabu Kresna memerintahkan Gatotkaca
tempat-tempat yang mereka percayai sebagai
untuk membuat Anjang-anjang tersebut di
tempat tinggal mereka. Dengan begitu mereka
angkasa dan menyerang mereka dengan ajian
berharap terhindar dari malapetaka alam yang
Bramusti. Mereka semua akhirnya terbunuh
murka dan kemudian mencapai hasil-hasil
oleh Gatotkaca , diatas Anjang-anjang yang
usahanya.
telah dipersiapkannya. Bhumi Loka mati
Pada sekitar abad ke 13, setelah pengaruh terbunuh kemudian menjadi Gludug lor dan
Islam masuk ke Nusantara, dan khususnya Gludug kidul. Lokawati terbunuh menjadi
setelah abad ke-15 setelah masa Wali Sanga, Udan Grantang. Loka Kusuma terbunuh
tradisi atau ritual menyembah dewa-dewa dan menjadi Kilap, loka sengara mati terbunuh
roh nenek moyang tersebut tidak serta merta menjadi Gledeg dan Lokaditya mati terbunuh
dihapus dari tengah-tengah masyarakat Jawa. menjadi Gelura. Habislah para putra Manik
Beberapa bentuk kearifan lokal kemudian Imantaka terbunuh oleh Gatotkaca dan
dimanfaatkan sebagai media dakwah untuk kematian mereka menjadi penyebab datangnya
menyampaikan ajaran Islam secara efektif. musim penghujan.
Kepercayaan akan para dewa dan roh suci
Dari mitos cerita di ataslah maka
digantikan dengan iman kepada Tuhan.
Sedekah Bumi dijadikan oleh kepercayaan
Menurut Islam, hanya Allah yang patut
masyarakat untuk menyambut datangnya
disembah. Aktivitas persembahan dalam
musim penghujan. Upacara adat Sedekah
kepercayaan terdahulu tidak dibuang sama,
Bumi sendiri dibuka dengan acara Srakalan,
dengan mengubah substansinya. Dalam
pembacaan kidung yang dilakukan oleh
usaha-usaha mengalihkan keparcayaan itulah
pemuka adat. Kemudian acara berikutnya
terbentuk upacara baru, yang dikenal dengan
adalah ritual pencungkilan tanah sebagai
sedekah bumi.
simbol bahwa mereka mencintai tanah sebagai
Upacara adat Sedekah Bumi di Cirebon tempat penghidupan sekaligus juga sebagai
misalnya, ditandai dengan Srakalan, ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta
pembacaan kidung, pencungkilan tanah, yang telah menganugerahi tanah yang subur.
kemudian diadakan arak-arakan yang diikuti Dan menjelang siang, acara dilanjutkan
oleh seluruh lapisan masyarakat dengan segala dengan arak-arakan yang melibatkan seluruh
bentuk pertunjukan yang berlangsung di Alun- lapisan masyarakat. Araka-arakan ini sendiri
alun Gunung Sembung, misalnya kesenian berfungsi sebagai ajang pesta rakyat di mana
rentena, reog, genjring, terbang, brahi, segala lapisan masyarakat ikut berpartisipasi
berokan, barongan, angklung bungko, wayang, dengan berbagai pertunjukan kesenian
bahkan sekarang ini ado pertunjukan tarling yang beragam. Dan seperti lazimnya sebuah
modern organ tunggal. Dalam pertunjukan pesta rakyat, maka segala jenis pertunjukan

Edisi Budaya | 463


kesenian ditampilkan di sini oleh rakyat dan 3) Pembacaan doa-doa dan upacara inti. Doa-
untuk rakyat. Kemudian pada pagi berikutnya doa dipimpin oleh pemuka adat / agama
barulah dilaksanakan upacara ruwatan sebagai setempat untuk memohon keselamatan
acara inti sekaligus juga sebagai penutup dari agar warga masyarakat dijauhkan dari
seluruh rangkaian upacara Sedekah Bumi. segala malapetaka, dimudahkan rezekinya,
serta diberikan kebajikan-kebajikan untuk
semua warga. Setelah doa-doa selesai,
Rangkaian Upacara Penting dilakukan upacara inti yaitu menanam
Sedekah bumi dilaksanakan setiap tahun bibit padi secara simbolik dengan prosesi-
sekali, biasanya pada sekitar bulan Mulud prosesi tertentu yang dapat berbeda
atau dapat disepakati secara bersama. Upacara antara satu daerah dengan daerah lainnya.
ritual adat ini umumnya dilakukan di Balai Menjadi bagian dari prosesi inti ini pula
Desa, lapangan RW, atau tempat strategis ritual simbolik membereskan irigasi.
lainnya yang menjadi tempat berkumpulnya 4) Pesta rakyat. Prosesi ini biasanya
masyarakat sekitar. Adapun rangkaian upacara merupakan bagian yang paling ditunggu.
adat Sedekah Bumi yang saat ini sering Pesta rakyat dalam Sedekah Bumi
ditemukan saat ini adalah: umumnya dilakukan dengan pergelaran
1) Sebelum menginjak ke pelaksanaan wayang kulit semalam suntuk. Pergelaran
upacara, pemuka desa bermusyawarah wayang kulit dianggap tepat karena di
untuk membicarakan pelaksanaan dalamnya mengandung nasehat-nasihat
upacara menjelang tanam padi. Usai yang berkaitan dengan kehidupan
musyawarah melakukan pengumpulan manusia, khususnya yang berkaitan
dana sumbangan sukarela dari warga, dengan kearifan hidup bertani.
tergantung kemampuan masing-masing.
2) Setelah waktu disepakati dan dana Bagi masyarakat umum, keberadaan
terkumpul, dilakukan pembuatan Sedekah Bumi saat ini lebih dipandang
perlangkapan pokok yaitu sesajen sebagai perayaan budaya sehingga banyak
(sesajian). Pada umumnya masyarakat pertunjukan dipergelarkan pada upacara adat
tradisional, sesajen ditempatkan di ini. Adapun bagi masyarakat pengusungnya
tempat-tempat penting di areal sawah Sedekah bumi lebih dipandang sebagai ajang
atau ladang yang dipandang sakral. sedekah. Warga masyarakat secara antusias
Tetapi, seiring dengan bermunculannya membuat tumpeng beserta lauk-pauknya dan
tuduhan musyrik terhadap budaya ini dan setelah selesai doa bersama, tumpeng tersebut
munculnya kesadaran akan nilai-nilai dibagikan kepada hadirin yang lain yang ikut
yang lebih bersifat sosial, ritual sesajen dalam acara tersebut.
sudah mulai ditinggalkan pada sebagian
[A. Ginanjar Sya’ban]
masyarakat.
Sumber Bacaan
Dinas Pariwisata Jawa Barat. Alam dan Seni Budaya Jawa Barat. Bandung: Dinas Pariwisata Daerah Tingkat I Jawa Barat.
Ekadjati, Edi Suhardi (1984). Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Bandung: Girimukti Pasaka.
Ma’mun, Titin Nurhayati, dkk. (2012). Inventarisasi dan Dokumentasi Upacara Ritual Adat: Manifestasi Sistem Religi
Orang Sunda di Provinsi Jawa Barat. PPKM-FIB Unpad.
Medikomonline (2011). Lestarikan Budaya Adat, Masyarakat Desa Larangan Gelar Sedekah Bumi [online], diakses melalui
medikomonline.wordpress.com
Prawirasuganda, A. (1982). Upacara Adat di Pasundan.Bandung: Sumur Bandung.
Proyek Sasana Budaya (Indonesia) (1977). Petunjuk Wisata Budaya Jawa Barat.Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Rostiyanti, A. (1995). Fungsi Upacara Tradisional bagi Masyarakat Pendukungnya Masa Kini. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Solikhin, Mat (2013). Kesalehan Sosial Ritual Nyadran. Semarang: Jurnal Dewaruci Jurnal Dinamika Islam dan Budaya
Jawa, edisi 21, Juli-Desember 2013.
Widyantoro, Bambang (1989). Pandangan Masyarakat Jawa Kuno Terhadap Lumbung dan Pemujaan Kepada Dewi Kesuburan,
Yogyakarta.

464 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Selametan

S
elametan sejatinya adalah sebuah Misalnya setelah dua kepercayaan itu dan
budaya yang sudah berlangusng lama sebelum Islam datang, ada agama yang dipeluk
di Indonesia. Acaranya biasanya oleh orang Indonesia yaitu Hindu atau Budha.
memanjatkan doa keselamatan dan diakhiri
Namun selametan sendiri adalah
makam bersama. Selamatan menandakan
sesuatu yang tidak dilarang dalam Islam dan
keunikan Islam di Indonesia. Meski sudah ada
mempunyai titik temu dalam perbuatan-
dan dijalankan sebelum Islam berkembang
perbuatan baik yang dianjurkan dalam Islam.
di Indonesia, selamatan tetaplah bukanlah
Terkait dengan itu, jika melihat perayaan, atau
bentuk baru dalam ritual Islam. Selametan
adat istiadat atau selametan di Indonesia,
sebagai kembang dari peradaban Islam di
maka ada beberapa kategori yaitu;
Indonesia sesungguhnya punya nilai yang
agung dan sangat dibutuhkan oleh manusia. Selametan biasanya dilakukan dalam
berbagai bentuk dan penanda; 1) Selametan
Kata selametan, sebagaimana banyak
karena kelahiran, kematian dan perkawinan.
bahasa Indonesia lain berasal dari bahasa
2) Selametan karena adanya suatu peristiwa
serapan, Arab; salamah yang berarti selamat,
yang berkaitan dnegan hari besar Islam 3)
tidak dalam bahaya.
Selamatan karena mempunyai barang – barang
Selamatan sendiri, meski sering dikaitkan baru atau peristiwa –peristiwa besar dalam
dengan tradisi sebelum Islam datang dalam hidupnya
berbagai bentuknya; ruwahan, suronan dan
Dalam konteks ini kita bisa melihat
sebagainya tetaplah tidak melanggar syariat
bahwa bangsa Indonesia adalah masyarakat
Islam itu sendiri. Bahwa ada bentuk bentuk
yang guyub, suka berkumpul, terbukti dengan
yang sinkretisme atau akulturasi budaya yang
banyaknya kegiatan atau acara selametan sejak
belum bisa memisahkan atau meninggalkan
seseoarng itu masih dalam kandungan sampai
sama sekali –unsur-unsur animism seperti
beberapa tahun dari kematiannnya. Satu hal
kepercayaan – kepercayaan pada ruh, mungkin
yang harus diingat adalah bahwa selametan
masih ada, mengingat itu semuanya tidak
dalam kontek ini bersifat sunnah, boleh dan
melulu berasal dari dinamisme dan animism.
bukan merupakan suatu kewajiban. Sebab,
selametan itu terkait bebrapa hal; makanan
yang harus disediakan oleh orang yang
mempunyai hajat selametan; waktu, tempat,
makanan dll.
Selamat sebagai penanda hidup bisa kita
lihat ;
1. Selamatan 4 bulanan atau tingkeban
7 bulanan
Proses penciptaan manusia memang luar
Ilustrasi Selametan zaman dulu.
biasa, dimulai dari saat pembuahan hingga
Sumber: http://www.kangrudi.com/ kelahirannya. Karena itu, amatlah sangat

Edisi Budaya | 465


dimengerti ketika manusia memanjatkan doa (menikah). Yang terakhir dalam proses hidup
memohon keselamatan akan tahapan-tahapan itu adalah kematian, saat itu memang banyak
itu. Dalam bentuk janin, bulan ke-4 adalah orang datang untuk takziah tapi bukan
waktu Tuhan meniupkan roh kepada sang merayakan seperti pada walimah-walimah
jabang bayi. Pada saat inilah kehidupan akan sebelumnya. Jika mereka gembira karena
dimulai. Umumnya masyarakat terutama Jawa kehadirannya, sekarang mereka menangis
mengadakan slametan 4 bulan ini dengan nama karena kepergiannya. Disitulah doa doa
ngupati (bulan ke 4). Mungkin di daerah lain dipanjatkan, dengan penuh pengharapan,
juga beda namanya seperti lolos atau nglolosi bahwa perjalanannya dalam keabadian
di Jabar. Keragaman nusantara akan tradisi diberikan ampunan dan kemudahan. Setelah
baik ritual upacara atau makananannya akan kematian itu aka nada doa-doa yang disebut
terlihat sekali dari makanan yang dimasak, tahlil dan biasanya ditandai hari; ke-3, ke-7,
dihidangakan atau di antar ke keluarga.Dari 40, 100, setahun (haul) dan seribu harinya.
mulai bentuk nasi tumpeng maupun bubur
atau aneka macam rujak. Intnya mereka
bersyukur dan berdoa atas keberlangsungan 2. Selametan yang Berkaitan dengan
janin yang sudah berusia 4 bulan dengan Hari Besar Islam
mengundang tetangga atau saudara bersama Biasanya peringatan ini berkaitan
–sama berdoa dan sepulangnya diberi berkat. dengan peristiwa-peristiwa besar yang ada
Setelah 4 bulanan, ada juga tradisi hubungannya dengan kerasulan dan juga hari
tingkeban atau mitoni. Saat itu kehamilan raya. Misalnya peringatan 27 Rajab, isra mi’raj
memasuki usia 7 bulan, 7 daam bahasa Jawa Nabi Saw. 1 Muharram, tahun baru Hijariyah.
adalah pitu. Maka selametan bulan ke-7 Ataupun 10 Muharam , yakni selamatnya
diharapkan dapat pitulungan atau pertolngan kapal Nabi Nuh dan umatnya dari banjir
dari Allah. Inilah waktu dimana janin bah dan ditandai dengan selametan bubur
sudah semakin kuat dan sudah dekat waktu merah. Peristiwa atau perayaan yang tak kalah
kelahiran. Dalam tingkeban biasanya ada besarnya adalah pada tanggal 12 Rabiul Awal,
upacara siraman atau mandi dengan salin atau yakni peringatan hari lahir Nabi. Itulah Maulid
ganti 7 kain dengan berbagai motif batik yang Nabi yang dirayakan dengan kegembiraan
menandakan symbol untuk doa kepada sang seluruh umatnya di dunia, kecuali yang tidak
jabang bayi kelak misalnya; batik dengan motif mau mengingatnya dengan cara itu: membaca
Parangkusumo riwayat hidupnya, bershalawat dan bersedekah
untuk terus meneladani kehidupannya yang
Parangkusumo mengandung makna
mulia. Berbagai cara yang unik dilakukan orang
bahwa kelak si bayi akan tumbuh menjadi
sedunia dalam mengingatnya sang uswatun
anak yang memiliki kecerdasan bagai tajamnya
hasanah ini terutama dalam mendekorasi
parang, tangkas bagai parang yang sedang
tempat maupun makanannya. Misalnya
digunakan oleh pesilat tangguh. Dan kelak
masyarakat Kudus Jawa Tengah menamaka
anak ini juga bisa mikul dhuwur mendem jero,
perayaan mauled dengan nama muludan atau
yaitu menjunjung harkat dan martabat orang
golok golok menthok, utamanya jika yang
tua dan mengharumkan nama keluarga.
merayakannya adalah anak-anak. Pada hari
Setelah 4 bulan dan nujuh bulan. Kelak muludan itu mereka membawa nanya –nanya
kalau sang jabang bayi lahir, ia masih akan (wadah makanan terbuat dari anyaman bambu
diselameti atau selametan dalam berbagai dan dihias kertas warna warni) atau cobek kecil
bentuk yang dalam 10 tahun terakhir ini dari tanah ynag juga dihias kertas berisi aneka
mengambil bahasa serapan arab, walimah makanan dan membawanya ke masjid atau
(aqiqah): seperti walimatul aqiqah (perayaaan mushola lalu mereka saling berbagi dnegan
atau tasyakuran kelahiran anak), lalu kalau teman-temannya setelah acara mauled selesai.
laki –laki walimatul khitan (sunat) dan
Peringatan hari besar lain dalam Islam
puncaknya sementara adalah walimatul ursy

466 | Ensiklopedi Islam Nusantara


yang ditunggu tunggu juga adalah Hari
Raya: Idul Fitri dan Idul Adha. Inilah dimana
umat Islam merayakan kemenangan setelah
menjalankan puasa sebulan penuh dan
Idul Adha juga adalah saat hari umat Islam
mengenang perintah Allah kepada Ibrahim
dan pada saat yang sama kaum muslim dari
berbagai penjuru dunia berkumpul melakukan
ibadah haji. Pada ibadah itu terjadi peristiwa
Nanya sebelum dihias Nanya yang sudah dihias
–peristiwa bersejarah bagi umat Islam. Dari dan diisi makanan
pertemuan Nabi Adam dan Hawa sampai masa
bayi Nabi Ismail. Peristiwa Haji sangat heroic
dan pergi belajar ke luar negeri pun juga
sehingga untuk pergi kesana, biasanya warga
lazim diadakan selametan. Jika ada peristiwa
membuat selametan, minta maaf kepada
yang menyangkut keberhasilan seperti
tetangga dan saudara agar lancar semua
suksesnya panen pun, masyarakat pun ada
ibadahnya.
yang mengadakan syukuran dengan makan
bersama. Bukan itu saja, ada juga bulan –
3) Selamatan karena mempunyai bulan tertentu dimana mereka mengadakan
barang – barang baru atau peristiwa selametan; seperti ruwahan, suronan
–peristiwa besar dalam hidupnya. syawalan, sedekah bumi, kenduri, selamatan
nadhar, selametan weton (hari pasaran) dll.
Selametan jenis ketiga ini biasanya
diadakan karena rasa syukur dan tolak balak Demikian lah khasanah kekayaan
(menghindari musibah). Sedekah sebagaimana nusantara dalam berbagai bentuknya.
disabdakan Nabi Saw, memang dapat Bila dilihat keseluruhannya, kita dapat
mencegah musibah. Selametan ini wujudnya menyimpulkan bagaimanapun asal usulnya
bermacam-macam, mislanya saat kelulusan dan bentuk kegiataannya, sesungguhnya
anak-anak dari masa belajarnya. Naik kelas, warga nusantara adalah mereka yang pandai
naik pangkat dsb. Orang Indonesia memang bersyukur, menyadari kekuasaan yang ghaib
kaya akan tradisi dan budaya. Selametan juga dan suka berderma. Seiring datangnya Islam,
diadakan saat pindah atau menghuni rumah semua tradisi tetap diakomodasi, ipelihara dan
baru. Seorang anak yang mendapt beasiswa diisi dengan ruh Islam.
[Ala’i Najib]

Sumber Bacaan
Ach.Nadlif dan M.Fadlun, Tradisi Keislaman , Surabaya; Al-Miftah tanpa tahun.
Sutiyono, Benturan Budaya Islam: Puritan dan Sinkretis, Kompas: Jakarta 2010
M.Hariwijaya, Islam Kejawen, Gelombang Pasang, Yogyakarta 2004
Zaini Muhtarom. Islam di Jawa dalam Perspektif Santri dan Abangan, Salemba Diniyah , Jakarta:2002
Mufijatul Hasanah, M.Sidqi , Selametan Tujuh Bulan / Tingkeban, STAI Pandanaran Yogyakarta, 2014 (tidak diterbitkan)

Edisi Budaya | 467


Semakan

S
ecara terminologis kata semakan berasal naskan itulah semakan ini dikenal dengan
dari nomina sam’an yang berarti kegiatan istilah semakan bil gaib. Istilah semakan bil gaib
mendengarkan, dengan bentuk verba ini kemudian menjadi petanda khusus untuk
sami’a yang berarti sudah mendengar, yasma’u semakan Al-Qur’an, bukan hafalan teks yang
sedang mendengarkan. Semakan merupakan lain. Sehingga jika dikatakan semakan bil gaib
kegiatan mendengarkan satu bacaan secara maka yang dimaksud adalah kegiatan semakan
seksama dengan tujuan tertentu. Dalam hafalan Al-Qur’an. Lain lagi istilahnya apabila
bahasa Indonesia kata ini berubah menjadi semakan ini dilakukan terhadap pembacaan
simak yang diartikan dalam KBBI dengan Al-Qur’an, maka disebut dengan bin nadhar.
mendengarkan baik-baik apa yang diucapkan Yaitu kegiatan mendengarkan secara seksama
atau dibaca orang. Maka dalam semakan pembacaan Al-Quran. Di sini pembaca sangat
harus ada yang dibaca dengan bersuara, orang tergantung pada naskah Al-Quran itu sendiri.
yang membaca (yang disemak), orang yang Baik semakan bil gaib ataupun bin nadhar,
mendengarkan (penyemak). keduanya mentargetkan pembacaan Al-Quran
secara penuh, tiga puluh juz. Pada dasarnya
Dalam tradisi islam di indonesia, semakan
semakan Al-Qur’an ini dilakukan untuk
memiliki banyak ragam. Dari sisi sifatnya
menjaga kesalahan ataupun kealpaan dalam
ada semakan hafalan dan semakan bacaan.
bacaan.
Sementara dari sisi objek yang disemak, ada
semakan Al-Quran dan semakan lainnya. Meskipun secara mayoritas kata
Sedangkan dilihat dari fungsinya dapat dibagi semakan ditujukan terhadap Al-Qur’an,
menjadi dua, fungsi praktis sebagai bentuk tetapi dalam perkembangannya semakan
ujian atau metode pembelajaran. Dan fungsi juga diterapkan untuk hafalan dan bacaan
sosial yang berhubungan dengan tradisi dan selain Al-Quran. Biasanya yang harus dihafal
kebudayaan. Berbagai klasifikasi ini bisa saling adalah materi pelajaran yang referensinya
beririsan antara satu dan lainnya. Sebagaimana berbentuk nadhaman seperti kitab ‘aqidatul
akan diterangkan berikut ini. awam, maqsud, alfiyah, lathaif isyarat dan
lain sebagainya. Di sebagian pesantren
Dilihat dari sifat pembacanya semakan
yang mensyaratkan hafalan pelajaran bagi
bisa dikategorikan menjadi dua, yakni semakan
para santri, kata semakan digunakan untuk
terhadap hafalan dan semakan terhadap
kegiatan menyemak hasil hafalan para santri
bacaan. Yang dimaksud dengan semakan
tersebut. Di dalam pesantren istilah semakan
terhadap hafalan adalah mendengarkan
juga digunakan untuk kegiatan menyimak
dengan seksama hafalan seseorang. Artinya
pembacaan kitab kuning (lihat entri kitab
dalam hafalan ini seorang pembaca tidak lagi
kuning). Seorang santri secara individual
membutuhkan kehadiran teks secara fisik.
meminta kepada kiai untuk menyimak dan
Di sini pembaca sebagai orang yang disemak
membenarkan jika terjadi kesalahan. Santri
tidak lagi menggantungkan bacaannya pada
sendiri akan berusaha membaca dengan baik
sebuah naskah. Karena teks naskah itu telah
dan benar, suai ketentuan tata bahasa Arab
berpindah dalam memorinya. ketidak hadiran

468 | Ensiklopedi Islam Nusantara


yang telah di pelajarinya. Sistem pembelajaran keberkahan. Karena di situlah seorang kiai akan
di pesantren semacam ini disebut juga dengan memberikan berkahnya kepada santri. Dalam
istilah sorogan (lihat entri sorogan). prosesi ujian itulah limpahan-limpahan berkah
dari kiai mengalir dalam diri santri. Mereka
Di beberapa pesantren yang menggunakan
tidak begitu peduli dengan nilai yang diperoleh
sistem kelas, semakan kitab difungsikan
dari banyaknya kesalahan dalam membaca dan
sebagai bentuk ujian akhir, yang dikenal
memahami teks, karena keberkahan adalah
dengan tes kitab. Tes kitab adalah ujian
tujuan utamanya. Sehingga apapun hasil
akhir yang menentukan kelulusan seorang
akhirnya akan diterima dengan lapang dada.
santri dari satu tingkat menuju tingkat
Inilah beberapa fungsi praktis dalam semakan
berikutnya. Artinya, tes kitab tidak diujikan
yang berlaku di beberapa pesantren. Sebagai
pada semua santri, hanya santri yang berada
evaluasi dari sistem pembelajaran yang ada.
di kelas terakhir dari tingkat tertentu yang
harus melewati tes kitab. Seperti santri kelas Adapun fungsi sosial semakan juga
terakhir tingkat ula (dasar) yang akan menuju dilakukan oleh para kiai secara bersama-sama.
tingkat wustha (menengah), santri kelas Di beberapa daerah seperti di wilayah Sukaraja,
terakhir tingkat wustha (menengah) yang semakan dilakukan ketika para kiai berkumpul
akan beranjak menuju tingkat ulya (atas), dalam satu pengajian terbuka. Di depan para
dan begitulah seterusnya. Setiap pesantren jamaah, seorang kiai yang didampingi oleh
memiliki sistem pengkelasan yang berbeda- beberapa kiai lainnya membaca kitab tertentu,
beda dalam setiap tingkatnya. Ada pesantren lalu menerangkan isinya. Sedangkan kiai
yang membagi setiap tingkat dalam tiga kelas, yang lain akan menyimak dengan sekasama
ada juga yang empat kelas atau dua kelas. dan memberikan masukan dan tambahan
bila di rasa perlu. Semua dilakukan dengan
Dalam tes kitab ini seorang kiai berlaku
penuh kebijakan, kebersamaan dan saling
sebagai penguji yang berhak menentukan teks
menghormati. Sementara para jamaah yang
yang akan diujikan kepada santri. Pemilihan
lain mengikuti pengajian dengan penuh hikmat
teks dilakukan secara spontan di depan santri
mendengarkannya dengan seksama. Semakan
yang diuji. Sebelumnya, pihak panitia ujian
semacam ini sesungguhnya lebih berfungsi
telah menyiapkan setumpuk kitab di ruang
sebagai media jejaring yang dapat memperat
ujian untuk dipilih secara acak oleh kiai. Setelah
hubungan silaturrahim antar kiai, juga
menentukan teks ujian pun dimulai. Kiai
merupakan pelajaran tentang keterbukaan
menyimak dengan seksama bacaan santri kata
untuk saling menghormati dan menghargai.
perkata lengkap dengan arti dan kandungan
maknanya sesuai tata bahasa Arab yang selama Menyimak atau semakan yang merupakan
ini dipelajarinya. Apabila terjadi kesalahan, bentuk lain dari membaca dan mendengarkan
kiai akan membenarkannya secara langsung. adalah inti dari tindakan pembelajaran.
Dan di akhir ujian kiai telah mengantongi nilai Membaca dan mendengarkan menjadi alat
dari hasil semakan ini yang akan menentukan ukur seberapa dinamiskah perkembangan
lulus tidaknya seorang santri. Tes kitab adalah sebuah lembaga pendidikan. Semakin waktu
momen penting bagi seorang santri. Karena penuh dengan kegiatan menyimak semakin
di sinilah hasil pembelajaran selama ini akan dinamis sebguah lembaga pendidikan. Begitu
terbukti secara nyata. Seberapa jauhkah juga sebaliknya.
penguasaan mereka terhadap teks Arab yang
Mengatasi itu semua, istilah semakan
menjadi sumber pengetahuan Islam? Dan
sendiri menjadi sangat populer di Indonesia
sedalam apakah pemahaman mereka terhadap
dengan diadakannya kegiatan semakan Al-
teks tersebut?
Qur’an Jantiko Mantab pada 1986 oleh KH
Namun demikian bagi sebagian santri Hamim Jazuli, yang lebh dikenal dengan
tes kitab bukanlah sekedar ujian pembuktian sebutan Gus Miek. Dia adalah putra KH Jazuli
kwalitas. Mereka meyakini bahwa tes kitab Usman, pengasuh pondok pesantren Al-Falah
merupakan momen sakral yang penuh Ploso Kediri yang dipercayai oleh masyarakat

Edisi Budaya | 469


pesantren sebagai salah satu wali Allah swt. masyarakat luas. Anti koler menjadi sesuatu
Pada mulanya kegiatan ini berlangsung secara yang harus diterangkan kepada masyarakat
bergilir bergantian dari rumah satu jamaah secara menerus. Karena itulah kemudian
ke jamaah yang lain setiap hari ahad pon dan isitilah Jantiko oleh Gus Mik diganti dengan
jumat pon. Kegiatan pembacaan Al-Quran kata Mantab yang berasal dari bahasa Arab
ini dilakukan oleh para penghafal Al-Quran Man Taaba yaitu jamaahnya orang-orang yang
(hiffadz) dan disemak secara seksama oleh bertaubat. Kini setelah berjalan lebih dari tiga
para jamaah yang hadir. Kegiatan semaan puluh tahun, Semakan Jantiqo diikuti oleh
ini dimulai dengan shalat subuh berjama’ah ribuan orang dan dilaksanakan tidak hanyan
hingga selesai pembacaan Al-Qur’an 30 juz, sebatas wilayah kediri dan sekitar Jawa Timur.
lalu disambung dengan doa dan bebrapa wirid Tetapi telah merambah ke Jawa Tengah,
yang telah di tentukan. Yogyakarta, Jakarta, Bantn dan daerah-daerah
lainnya.
Selama semakan berlangsung semua
jama’ah dianjurkan untuk ikut menyibukkan Kegiatan semakan Al-Quran semacam ini
diri dengan al-Qur’an, baik menyimak, memiliki akar sejarah panjang dalam Islam.
membaca ataupun sekedar mendengarakn Inilah salah satu tradisi yang diwariskan oleh
dengan khusuk sesuai kemampuannya. Semua Rasulullah saw. Sebagaimana keterangan satu
jamaah diharuskan mengikuti shalat lima hadis yang menggambarkan bahwa Rasulallah
waktu secara berjamaah di lokasi. Setelah saw gemar menyimak bacaan Al-Quran dari
shalat Magrib berjamaah, semua peserta harus para sahabat Beliau. Salah satunya Ibnu Mas’ud,
mengamalkan Dzikrul Ghofilin (rangkaian wirid yang Beliau perintah untuk membacakan Al-
yang disusun oleh tiga serangkai, Gus Miek, Quran sementara Beliau menyimak bacaannya
KH Ahmad Shiddiq, dan KH Hamid Pasuruan) (HR Bukhari – Muslim).
lalu disambung dengan sholat ‘Isya berjamaah.
Kilasan sejarah ini menjadi satu motivasi
Karena zikir inilah, nama semakan Jantiko
tersendiri bagi jama’ah peserta semakan.
Mantab kemudian dikenal juga dengan Jamaah
Selain itu para jama’ah memaknai semakan ini
Dzikrul Ghafilin. Selanjtunya, acara ditutup
sebagai semakan khusus. Semakan istimewa,
dengan bacaan doa bersama, bermunajat
bukan seperti umumnya semakan membaca
memohon kepada Allah untuk semua orang,
Al-Qur’an. Para jama’ah memposisikan
yang telah meninggal, yang masih hidup, dan
kegiatan semakan ini sebagai ruang spiritual
bahkan yang belum dilahirkan, yaitu semua
yang sangat sakral. Dalam ruang spiritual
keturunan anak-cucu (dzurriyah), saudara
ini (selama kegiatan berlangsung) tidak
sebangsa, rakyat Indonesia, muslimin dan
dibenarkan seorang jamaah menyibukkan diri
muslimat sedunia dan dan seluruh umat nabi
selain untuk mengingat dan berzikir kepada
Muhammad..
Allah swt. Semakan Jantiko Mantab ini
Istilah ‘Jantiko’ sendiri merupakan menjadi ruang bagi para jamaah untuk rehat
sigkatan dari Jamaah Anti Koler. Koler sejenak (hampir 20 jam) dari alam duniawi dan
adalah bahasa lokal yang berarti roboh atau menyerahkan segala urusannya kepada Yang
ambruk. Anti koler, berarti tidak ambruk atau Maha Kuasa. Suasana semakin mendukung
tahan banting, gagah dan tegar tidak mudah dengan adanya lantunan al-Qur’an yang dibaca
putus asa dalam menghadapi kehidupan. para huffadz, pembacaan zikrul ghafilin dan
Jantiko sebagai sebuah nama mencerminkan doa khatmil qur’an. Keadaan seperti inilah
semangat kegigihan para anggotanya dalam yang mampu merubah kondisi jiwa jamaah
menyongsong kehidupan, baik di dunia dari jiwa gersang menjadi sejuk. Mereka
maupun di akhirat. Pada masa-masa awal yang datang rasa gundah kudian akan pulang
istilah ini sangat tenar di wilayah kediri dan dengan membawa hati tentram dan jiwa
sekitarnya. Tetapi setelah Semakan Jantiko penuh semangat ketuhanan. Bagi jamaah,
berkembang pesat, istilah anti koler menjadi semakan Jantiko Mantab berlaku sebagai
sesuatu yang tidak mudah difahami oleh ruang pengisian kembali ruh ketuhanan

470 | Ensiklopedi Islam Nusantara


(recharging) setelah mengalami penurunan semata. Selain itu kegiatan semakan ini
karena kehidupan duniawiyah sehari-hari. harus disertai dengan husnul khuluq, kahlaq
mulia, sopan santun baik lahir maupun batin.
Hingga kini keadaan seperti ini tetap
Mengingat kegiatan ini selalu melibatkan
terjaga, meskipun terjadi beberapa perubahan
banyak pihak. Dan yang terpenting adalah
secara tehnis. Hal ini dikarenakan para penerus
nilai kesederhanaan. Yaitu kegiatan yang
yang selalu berpegang teguh pada wasiat Gus
tetap fokus kepada ibadah, tidak perlu banyak
Miek selaku pendiri Jantiko Mantab Dzikrul
unsur yang tidak penting, karena hal itu dapat
Ghafilin bahwa mereka yang terlibat dalam
memalingkan niat yang seharusnya.
kegiatan ini harus memiliki bersemangat
ikhlas. Semua dilakukan hanya karena Allah [Ulil Hadrawi]

Sumber Bacaan
Saifuddin Zuhri, 2008. Guruku Orang-Orang Pesantren. Yogyakarta: LkiS
Mastuhu, 1994.Dinamika Sistem Pendidikan Pesanten. Jakarta:INIS

Edisi Budaya | 471


Serat

S
ecara etimologis, kata serat berarti dari kawasan pesisiran, yaitu Tuban, seperti
tulisan, sementara penulisnya disebut yang ditunjukkan oleh keberadaan dua naskah
sebagai panyerat. Dengan demikian, tentang nasihat Sunan Bonang dan primbon
aktivitas nyerat berarti aktivitas menulis atau Islam. Kedua naskah tersebut ditulis dalam
membuat buku. Dalam tradisi tulis Jawa, bahasa Jawa tengahan dan bergenre prosa.
kata serat digunakan untuk menyebut semua Naskah pertama menceritakan tokoh Syaikh
tulisan, baik dalam genre prosa maupun puisi. Barri yang menyampaikan petuah kepada
Selain itu, kata serat juga berlaku umum untuk sahabatnya mengenai prinsip-prinsip suluk
menyebut semua jenis karya tulis, baik yang atau jalan menuju Tuhan, yang didasarkan atas
sifatnya sebagai karya asli sang pengarang kitab Ihya Ulumiddin dan kitab tentang tauhid.
maupun karya tulis hasil salinan orang lain. Sementara itu, naskah kedua berisi uraian
Dengan demikian, panyerat atau penulis mengenai beberapa ajaran pokok agama Islam.
serat dengan sendirinya tidak serta-merta
Selain dalam genre prosa, pada
merupakan pengarang sebuah serat, tetapi bisa
periode pertengahan ini juga ditulis karya
jadi merupakan penyalin naskah.
sastra Jawa Islam dalam genre puisi yang
Dalam konteks sejarah perkembangan menggunakan tembang kuna, seperti
sastra Jawa, penulisan serat atau buku-buku ditunjukkan oleh keberadaan naskah Suluk
kesusastraan Jawa mengalami beberapa Sukarsa, yang berisi uraian mengenai ajaran
beberapa periode: Periode Jawa Kuna, periode tasawuf. Berbeda dengan Suluk Sukarsa yang
Jawa pertengahan, dan periode Jawa Baru. menggunakan tembang kuna, naskah Kodja-
Dalam konteks ini, istilah serat tampaknya kodjahan yang juga ditulis pada periode Jawa
muncul pada periode pertengahan seiring pertengahan menggunakan tembang macapat.
dengan perkembangan sastra pesisiran Berbeda dengan suluk yang orientasinya
sebagai dampak perkembangan agama Islam di sufistik, naskah Kodja-djadjahan merupakan
kawasan Jawa, baik di kawasan pesisir pantai puisi naratif yang menceritakan seorang patih
utara Jawa maupun di kawasan pedalaman. Kodja-djadjahan yang taat kepada rajanya,
rajin beribadah, serta adil dan bijaksana.
Sebelum periode Jawa baru, agama
Islam memainkan peran penting dalam Sementara itu, jatuhnya Malaka ke
perkembangan sastra Jawa. Berawal dari tangan Portugis pada tahun 1511 membawa
jatuhnya kekuasaan Majapahit, kaum cendika pengaruh penting bagi perkembangan sastra
pada saat itu banyak yang masuk agama Islam, Jawa. Sebagai pusat kerajaaan Melayu, Malaka
dan kemudian memberi kontribusi penting dengan sendirinya menjadi pusat perdagangan
bagi lahirnya kebudayaan Jawa-Islam dan yang menjadi pusat lalu lintas perdagangan
terbentuknya pusat kebudayaan Jawa-Islam atara Gujarat dan Benggala di Barat dan Cina
tersebut. Dalam hal ini kawasan pesisir di timur. Ketika Jawa menjadi pemasok beras
menjadi pusat persemaian dan pertumbuhan bagi lalu lintas perkapalan internasional,
sastra Jawa Islam. Beberapa naskah Islam sementara Maluku menjadi pemasok rempah-
Jawa tertua yang berhasil ditemukan rempah. Kejatuhan Malaka tersebut membawa
menunjukkan asal produksinya yang berasal dampak perpindahan sejumlah pedagang

472 | Ensiklopedi Islam Nusantara


muslim dari Arab, Persia, India, dan Melayu dikenal sebagai suluk, sebuah puisi yang berisi
dari Malaka ke kawasan pesisir Jawa. Pada gagasan mengenai pokok-pokok ajaran mistik-
waktu itu kontak kebudayaan, sebagaimana sufistik yang ditulis dalam tembang macapat,
tercermin dalam kesusastraan antara Jawa seperti yang terlihat dalam penulisan Suluk
dan Melayu di pantai barat dan timur selat Malang Sumirang.
Malaka semakin intensif.
Seiring dengan berdirinya kerajaan
Pada perkembangannya, penyebaran Mataram Islam, tradisi penulisan sastra terus
Islam di kawasan pesisir pantai utara Jawa berlanjut pada periode Mataram, terutama
itu membawa dampak pada intensitas pada periode Sultan Agung. Politik ekspansi
penulisan karya sastra Islam di daerah- Sultan Agung yang berhasil menaklukkan
daerah yang menjadi kawasan pemukiman kawasan pesisir Surabaya dan Gresik membawa
orang-orang muslim, seperti daerah kauman, implikasi pada pertemuan budaya pesisir dan
dan daerah yang menjadi pusat pendidikan pedalaman. Sebagai hasilnya, berkembanglah
Islam, seperti pesantren. Oleh karena itu, tradisi yang khas Mataram sebagai konsekuensi
tidak mengeherankan jika dalam konteks dari pertemuan dua kebudyaan tersebut.
penulisan sastra, karya sastra pesisiran Sebagai raja yang ingin mengukuhkan
itu memperlihatkan sifatnya yang non- legitimasinya, Sultan Agung mengambil
aristokratik, sehingga untuk konsumsi inisiatif untuk mengembangkan kesuastraan
masyarakat luas ditulislah sejumlah teks prosa yang dapat mendukung pemerintahannya.
yang banyak mendapat inspirasi dari Arab- Oleh karena itu, teks-teks didaktis yang berisi
Persia. Serat Anbiya, Serat Raja Pirangon, Serat ajaran untuk menghormati, orang tua, guru,
Johar Manikam, Serat Ahmad Muhammad, dan pemerintah banyak ditulis pada periode
Serat Baginda Seh Mardan, Serat Abunuwas Mataram. Sultan Agung sendiri bahkan disebut
merupakan sejumlah teks prosa yang ditulis sebagai penulis Sastra Gending yang berisi
dan berkembang di kawasan pesisir Jawa ajaran didaktis-moralistik dan Nitipraja, yang
sebagai dampak dari kontak kultural antara berisi tuntunan hidup bagi para raja, pejabat,
Jawa, Melayu, Arab dan Persia. Beberapa teks dan rakyat. Selain itu, kehadiran Pangeran
naratif dalam bentuk puisi yang memadukan Pekik dari Surabaya juga ikut mewarnai
unsur-unsur romantis dan keagamaan juga perkembangan kesusastraan Jawa. Dalam hal
banyak ditulis, seperti Serat Yusuf yang ditulis ini, Pangeran Pekik menulis Serat Jayalengkara
dalam tembang macapat, Serat Raden Saputra, Wulang yang berisi cerita petualangan yang
yang memadukan Jawa dengan Persia, juga sarat dengan unsur-unsur didaktis-moralistik.
ditulis dalam tembang macapat.. Selain itu, Selain itu, Pangeran Pekik juga menulis
juga muncul cerita petualangan dengan unsur naskah suluk di samping juga memprakarsai
didaktis dalam bentuk dialog mengenai penggubahan cerita Melayu tentang Iskandar
asketisme yang menonjolkan unsur Jawa, Zulkarnain ke dalam bahasa Jawa.
seperti yang terlihat pada Serat Jatikusuma.
Pada periode Kartasura, tradisi
Selain memperlihatkan sebagai tulis sastra Jawa semakin berkembang, yang
belles-letteres, karya sastra yang berasal ditandai dengan penulisan kembali khazanah
dari kawasan pesisir juga menunujukkan sastra, baik yang berasal dari warisan pra-
sifatnya sebagai sebagai potret terhadap Islam maupun yang berasal pesisir, seperti
dinamika Islam di kawasan Jawa. Penulisan Serat Kandaning Ringgit Purwa, Serat Menak,
Serat Musawaratan Para Wali dalam bentuk Serat Rengganis, Serat Kuda Narawangsa,
puisi merupakan cermin diskusi yang hangat Panji Murta Smara, Serat Sewaka, Praniti Raja
di kalangan muslim Jawa mengenai segi- Kapa-kapa, Serat Jayabaya, Serat Manikmaya,
segi teologis dan sufistik berkaitan dengan Serat Yudanegara, dan beberapa karya yang
hubungan Tuhan dengan makhluk-Nya. Lebih berkaitan dengan dunia tulis-menulis, seperti
jauh lagi, tradisi tulis sastra di kawasan pesisir Serat Caraka Basa dan Serat Dasanama.
juga memunculkan genre sastra baru yang
Perkembangan berikutnya tradisi

Edisi Budaya | 473


tulis sastra Jawa berlangsung pada periode bagian menulis karya sastra. Sementara itu,
Surakarta. Berawal dari kemusnahan dari kalangan pujangga kraton, muncul nama
perpustakaan dan sejumlah naskah koleksi Carik Bajra, Yasadipura dan keturunannya
pribadi akibat perang Tionghoa, upaya yang membentuk dinasti kepujanggaan Jawa.
menghidupkan penulisan sastra Jawa kembali Karya-karya sastra yang dihasilkan pada
dihidupkan. Beberapa pujangga kraton, seperti periode Surakarta beragam, yang mencakup
Carik Bajra dan Yasadipura, memainkan peran penulisan kembali khazanah sastra Jawa Kuna,
penting dalam upaya menghidupkan kembali seperti Arjunawijaya, Ramayana, Bharatayudha,
sastra Jawa tersebut melalui penulisan dan Kakawin Darmasunya, Arjunawiwaha, versi
penyalinan khazanah sastra Jawa. Teks- tua cerita Dewa Ruci, dan Kakawin Nitisastra;
teks historiografi, seperti Babad Tanah Jawi, penulisan kembali khazanah sastra Islam
Babad Giyanti, Babad Palyan Negari, dan Babad yang berasal dari pesisir, seperti Serat Imam
Kartasura, ditulis. Demikia juga khazanah Nawawi, Serat Tajus Salatin, Serat Anbiya,
sastra Jawa Kuna warisan pra-Islam, seperti dan Serat Iskandar; teks-teks historiografi,
Arjunawijaya, Ramayana, Bharatayudha, seperti Babad Tanah Jawi, Babad Giyanti, Babad
Kakawin Darmasunya, Arjunawiwaha, versi tua Paliyan Negari, dan Babad Kartasura; cerita-
cerita Dewa Ruci, dan Kakawin Nitisastra, juga cerita romantis dan petulangan, seperti Panji
ditulis ulang. Priyambada, Serat Paniba, Serat Panji Angreni,
Serat Panji Dadap, Serat Panji Sekar, dan Serat
Di samping penulisan ulanag
Panji Raras; karya-karya didaktis-moralistik,
khazanah sastra Jawa Kuna, pada periode
seperti Serat Cabolek, Serat Wulangreh dan
Surakarta juga banyak karya sastra yang ditulis
Serat Wedatama; dan karya ensiklopedik Jawa,
oleh pujangga atau penulis yang berasal dari di
seperti Serat Centini
lingkaran kraton Surakarta sendiri, bahkan
beberapa raja Surakarta juga ikut ambil [Adib M Islam]

Sumber bacaan
T.E. Behrend, Serat Jatiswara: Struktur dan Perubahan di dalam Puisi Jawa 1600-1830,
Poebatjaraka dan Tardjan Hadidjaya, Kepustakaan Djawa, 1952,.
J.J. Ras, Masyarakat dan Kesusastraan Jawa, 2014,

474 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Seserahan
(HANTARAN)

S
eserahan merupakan salah satu ritual seserahan membuktikan bahwa tradisi
atau acara yang paling penting di acara ini bukan hanya simbolik semata, tetapi
pernikahan. Baik pernikahan tradisional substantif. Nilai (value) inilah yang membuat
maupun modern, karena acara ini merupakan masyarakat tetap mempertahankan tradisi
warisan nenek moyang yang diturunkan tersebut sehingga menjadi sebuah budaya.
secara turun menurun hingga bertahan Tradisi seserahan di seluruh daerah di
saat ini. Seserahan sendiri merupakan acara Indonesia mempunyai istilah-istilah yang
simbolik yang dilakukan dari pihak mempelai berbeda, tetapi secara substansi sama. Bahkan
laki-laki sebagai bentuk tanggung jawab ke dalam tradisi orang Indonesia yang beretnis
keluarga calon pengantin permpuan. Tradisi ini Tionghoa, tradisi ini juga dipertahankan.
dipraktikkan dalam rangkaian acara pernikahan
Berikut adalah beberapa barang yang pada
di Pulau Jawa, dan daerah-daerah lain.
umumnya disiapkan sebagai barang-barang
Seserahan biasanya dilangsungkan malam untuk acara seserahan:
hari sebelum akad nikah dilaksanakan pada
1. Alat sholat: Bagi pasangan muslim, ini
acara midodareni untuk adat Jawa sedangkan
merupakan barang yang selalu ada pada
untuk adat Sunda sendiri di namakan ngeyeuk
daftar urutan pertama, dan menjadi
seureuh. Tetapi tak menutup kemungkinan
simbol bahwa dalam hubungan rumah
bahwa acara seserahan ini juga dilakukan
tangga harus berpegang teguh pada ajaran
atau dilangsungkan pada saat acara resepsi
agama dan juga bisa dijadikan simbol
pernikahan dimulai. Namun, saat ini prosesi
sebagai pengingat kepada Tuhan.
seserahan telah berkembang mengikuti
perkembangan zaman. Terkadang justru pihak 2. Cincin nikah: Ini merupakan hal yang juga
dari mempelai wanita sendiri yang memilih tidak bisa dilepaskan. Dengan bentuk yang
barang apa saja yang akan dimasukkan ke bulat tanpa akhir, cincin dijadikan simbol
dalam prosesi seserahan itu sendiri. bahwa makna cinta kedua pasangan
tersebut tidak akan putus dan merupakan
Sejarah dimulainya tradisi ini masih belum
simbol pengikat bahwa hubungan kedua
diketahui sejak kapan. Tidak ada tulisan yang
pasangan akan terjalin selamanya hingga
menjelaskan asal muasal tradisi ini dimulai.
ajal memisah.
Diperkirakan sebelum agama Islam masuk ke
Pulau Jawa, tradisi ini sudah dimulai oleh para 3. Perhiasan: Biasanya, perhiasan yang
nenek moyang kita. Setelah agama Islam masuk digunakan dalam acara seserahan ini
pun, tradisi atau prosesi simbolis ini masih berupa emas. Namun tak terbatas
dipertahankan karena menyimpan nilai yang pada emas saja, Anda juga bisa
luhur dan moral tanggung jawab yang tinggi menggunakan intan atau berlian yang
dalam mengarungi bahtera rumah tangga ke bersinar. Bersinarnya perhiasan ini juga
depannya. Itu mengapa tradisi simbolis ini mengharapkan bahwa sang wanita akan
masih dipertahankan hingga saat ini. terus selalu bersinar dalam hubungan
rumah tangga.
Nilai yang terkandung dalam tradisi

Edisi Budaya | 475


4. Pakaian wanita: pakaian yang dimaksud ditentukan. Dalam acara ini, pihak laki-laki
di sini biasanya adalah busana wanita biasanya membawa berbagai macam barang,
tradisional, seperti batik dan jarik. Ini pakaian, uang bahkan perabot rumah tangga
memiliki makna bahwa setiap pasangan beserta ternak yang dimilikinya sebagai bahan
suami istri harus menjaga rahasia pesta pernikahan.
keduanya dari orang lain.
Mereka datang beramai-ramai dengan
5. Buah: Buah yang digunakan biasanya mambawa barang yang sudah dihias
adalah buah pisang yang mana buah ini sedemikian rupa agar terlihat bagus dan
selalu menjadi simbol kasih sayang dan indah. Adapun acara seserahan ini banyak
cinta bagi adat Jawa. yang dilakukan seminggu, sehari, atau bahkan
sekarang ini banyak yang melakukannya pada
6. Makanan tradisional: Makanan tradisional
saat atau bersamaan dengan hari pernikahan.
ini adalah makanan yang terbuat dari beras
Acara seserahan tersebut intinya adalah
ketan seperti wajik, jenang, kue lapis, atau
serah-terima calon pengantin dari pihak calon
jadah. Ini memiliki makna agar cinta dari
pengantin laki-laki yang diterima oleh pihak
kedua pasangan ini selalu lengket seperti
calon perempuan dan sebaliknya.
makanan tradisional tersebut.
Adat istiadat seserahan di Priangan
7. Suruh ayu: Suruh ayu adalah daun sirih
lazimnya adalah menyerahkan calon pengantin
yang mana daun sirih sendiri memiliki
laki-laki dengan bahasa atau silib siloka yang
makna keselamatan dan kebahagiaan dari
disamarkan untuk memanifestasikan si calon
kedua pengantin.
secara keseluruhan (jasmani dan rohani),
8. Makeup: Makeup di sini berarti sang suami mulai dari kepala hingga telapak kaki yang
bersedia menjaga penampilan istrinya. biasanya disampaikan dengan bahasa yang
9. Sepatu: Sepatu dalam seserahan juga disamarkan, ti luhur sabihas/sausap rambut ti
dijadikan simbol bahwa pasangan suami handap sausap dampal.
istri ini nantinya siap untuk menjalani Demikian juga dari pihak perempuan
kehidupan baru mereka. (sebagai penerima serta menyerahkan calon
Sembilan barang di atas merupakan pengantin perempuannya) dengan jawaban yang
barang yang biasanya wajib disediakan di disamarkan pula. Untuk acara ini, dibutuhkan
acara seserahan. Namun, mempelai juga bisa keahlian berbahasa dan tata krama yang baik
menambahkan barang lain sesuai dengan selera dari orang yang menyerahkan dan menerima
dari calon istri. Menurut tradisi yang sudah calon pengantin. Dengan kata lain, tidak
berjalan turun temurun, jumlah seserahan sembarangan orang yang dijadikan perantara
haruslah ganjil. Filosofi ganjil ini mempunyai untuk menyerahkan calon pengantin tersebut.
korelasi khusus terhadap penjelasan ayat Al-
Qur’an yang menyatakan bahwa Allah SWT
Seserahan Adat Padang/Minang
menyukai kebaikan dengan jumlah ganjil.
Didalam adat minang, ketika calon
Seserahan yang cukup populer saat ini
mempelai pria ingin memberikan seserahan
memang berasal dari tradisi Jawa. Namun
itu disebut acara Babako-Babaki. Yang disebut
demikian, masyarakat penting untuk
bako/baki ialah seluruh keluarga dari pihak
mengetahui tradisi klasik penuh makna
ayah. Sedangkan pihak bako ini menyebut
ini yang dilakukan oleh suku-suku lain di
anak-anak yang dilahirkan oleh keluarga
Indonesia. Berikut beberapa di antaranya:
mereka yang laki-laki dengan isterinya
dari suku yang lain dengan sebutan anak
Seserahan dalam Adat Sunda pusako. Tetapi ada juga beberapa nagari yang
menyebutnya dengan istilah anak pisang atau
Seserahan dilakukan setelah acara ujung emas.
meminang telah selesai dan tanggal telah

476 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Disinilah pada acara babako-babaki, benda yang bernilai ekonomis yang diberikan
terlihat kehidupan bergotong royong di antara pihak keluarga calon pengantin perempuan
masyarakat hukum adat berlangsung secara (anak daro) kepada pihak calon pengantin laki-
meriah, bahwa melepas seorang gadis menuju laki (marapulai) pada saat acara penjemputan
mahligai rumah tangga didukung oleh segenap calon pengantin pria (manjapuik marapulai).
kerabat baik kerabat dari pihak ibu maupun
Tradisi bajapuik. Tradisi ini bersumber
pihak ayah. Barang yang dibawa untuk
dari kisah pernikahan Rasulullah SAW.
keperluan acara babako adalah:
Rasulullah dulunya merupakan pemuda
1. Sirih lengkap dalam carano miskin yang bekerja dengan pedagang besar,
yaitu Siti Khadijah. Karena Muhammad
Di masa lalu daun sirih terkenal di
memiliki sifat mulia, dan mendapat gelar al-
kalangan wanita karena khasiatnya sebagai
amin atau orang terpercaya, Siti Khadijah pun
antiseptik pembersih organ intim wanita.
menaruh hati padanya. Akhirnya Siti Khadijah
Tidak hanya bermanfaat bagi organ yang satu
meminta temannya untuk menanyakan pada
itu, di desa-desa seperti pedalaman Sumatera,
Muhammad apakah bersedia menjadi suami
sirih dikonsumsi terutama oleh wanita paruh
Khadijah, namun Muhammad merasa kurang
baya untuk menyirih.
enak, karena ia hanya pemuda miskin yang tak
Menyirih diambil dari kata sirih yang punya apa-apa, mana mungkin dapat menikahi
mewakili komponen yang termasuk dalam Siti Khadijah yang kaya raya.
komposisi menyirih yang terdiri dari daun
Namun Siti Khadijah berniat menghormati
sirih tentunya, gambir, buah pinang, dan
Muhammad, ia pun memberikan sejumlah
rajangan daun tembakau kering. Ke semua
hartanya pada muhammad agar Muhammad
bahan-bahan tersebut dikunyah bersamaan,
dapat mengangkat derajatnya dari seorang
kecuali rajangan daun tembakau kering yang
pemuda miskin menjadi pemuda yang setara
digunakan untuk membersihkan gigi dari
dengan Siti Khadijah. Akhirnya Siti Khadijah
sempilan daun sirih, serta untuk menyerap air
dan Muhammad pun menikah. Siti Khadijah
liur yang berwarna merah.
pun setelah menikah sangat menghormati
2. Nasi kuning singggang ayam suaminya dengan memanggil gelarnya,
Hal ini mengisyaratkan hubungan kerja junjungannya.
sama antara suami istri harus selalu saling
menahan diri dan melengkapi. Ritual diawali
Seserahan dalam Adat Betawi
dengan kedua pengantin berebut mengambil
daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi Sehari sebelum upacara perkawinan
kuning. Bagian tubuh ayam yang terambil dilangsungkan, diadakan suatu acara yang
menandakan peranan masing-masing dalam disebut seserahan. Seserahan adalah upacara
rumah tangga. Kepala ayam artinya dominan mengantar bahan-bahan yang diperlukan
dalam perkimpoian. Dada ayam artinya untuk keperluan pesta pada esok harinya dari
berlapang dada dan penyabar. Paha dan sayap pihak si pemuda. Antaran tersebut berupa
berarti menjadi pelindung keluarga dan anak- beras, ayam, daging, kambing, sayur-mayur,
anaknya. bumbu-bumbu dapur, dan sebagainya.
Selain dua barang seserahan tersebut, juga Selain kambing dan ayam, semua barang
masih banyak lagi barang-barang seserahan antaran ditempatkan di dalam peti kayu
lain seperti lazimnya barang-barang seserahan yang disebut shie. Dalam perkembangan
dalam tradisi Jawa, dan lain-lain. selanjutnya, shie diganti dengan bentuk
parsel. Tiap macam bawaan dikemas dalam
Satu lagi yang menarik dari pernikahan
satu parsel. Oleh karena itu, semakin banyak
adat minang yaitu ada tradisi yang namanya
barang yang dibawa maka parselnya semakin
uang japuik. Uang jemputan (Uang Japuik)
banyak.
adalah sejumlah pemberian berupa uang atau

Edisi Budaya | 477


Kambing dituntun dan ayam ditempatkan pihak mempelai wanita.
dalam keranjang. Peti-peti tadi kemudian
Acara Sangjit biasanya dilakukan setelah
dipikul beramai-ramai sambil diarak.
lamaran dan sebelum upacara pernikahan,
Maksudnya agar orang mengetahui berapa
atau biasanya antara sebulan sampai minggu
jumlah shie untuk seserahan tersebut.
sebelum acara pernikahan secara resmi.
Upacara seserahan merupakan kewajiban Waktu pelaksanaan prosesi Sangjit umumnya
bagi pihak keluarga pengantin laki-laki untuk berlangsung pada siang hari.
membantu peralatan pesta yang berlangsung di
Berikut tata cara dalam prosesi Sangjit:
rumah pengantin wanita. Sementara itu, calon
pengantin wanita mulai dipingit di rumah dan 1. Calon mempelai laki-laki biasanya
dirias oleh seorang perias perempuan, serta mengenakan kemeja berwarna merah
dihibur oleh orang-orang tua khususnya kaum (atau terkadang mengenakan Cheongsam
ibu. Selain menghibur calon pengantin wanita, laki-laki), dan untuk calon mempelai
kaum ibu juga memberi nasihat sebagai bekal perempuan mengenakan dress berwarna
bagi kelangsungan hidup calon pengantin merah.
tersebut. 2. Wakil keluarga perempuan beserta para
Dalam tradisi seserahan masyarakat penerima seserahan (biasanya anggota
Betawi, tak kalah pentingnya bahkan wajib keluarga yang telah menikah) menunggu
yaitu roti buaya. Roti buaya adalah hidangan di depan pintu rumah.
Betawi berupa roti manis berbentuk buaya. 3. Dipimpin oleh anggota keluarga yang
Roti buaya senantiasa hadir dalam upacara dituakan, rombongan pria pun datang
pernikahan dan kenduri tradisional Betawi. membawa seserahan ke rumah si
Suku Betawi percaya bahwa buaya hanya kawin perempuan. Rombongan ini biasanya
sekali dengan pasangannya; karena itu roti ini wakil keluarga yang belum menikah yang
dipercaya melambangkan kesetiaan dalam menjadi pembawa nampan seserahan.
perkawinan. Dalam beberapa adat kebiasaan lain, orang
Pada saat pernikahan, roti diletakkan tua laki-laki tidak ikut dalam prosesi ini.
di sisi mempelai perempuan dan para tamu Teman terdekat diizinkan untuk ikut
kondisi roti ini melambangkan karakter dalam prosesi ini apabila kekurangan
dan sifat mempelai laki-laki. Buaya secara wakil dari keluarga.
tradisional dianggap bersifat sabar (dalam 4. Seserahan diberikan satu per satu secara
menunggu mangsa). Selain kesetiaan, buaya berurutan, mulai dari seserahan untuk
juga melambangkan kemapanan. Roti buaya ini kedua orang tua mempelai perempuan,
wajib ada saat pernikahan Betawi. Belakangan, lalu untuk mempelai wanita, dan
selain roti buata juga ada roti kepiting yang seterusnya.
mengantarkan calon mempelai pria ke rumah
wanita. 5. Barang seserahan yang sudah diterima
oleh pihak mempelai wanita, langsung
dibawa ke dalam kamar untuk diambil
Seserahan (Sangjit) dalam Budaya sebagian.
Tionghoa 6. Setelah itu dilanjutkan dengan ramah
Sangjit adalah salah satu prosesi tamah. Biasanya pihak keluarga mempelai
pernikahan dalam budaya Tionghoa. Sangjit perempuan menyiapkan makan siang.
dalam bahasa Indonesia berarti proses 7. Pada akhir kunjungan, barang-barang
seserahan atau proses kelanjutan lamaran seserahan yang telah diambil sebagian
dari pihak mempelai pria (dengan orang tua, diserahkan kembali pada para pembawa
saudara dan teman dekatnya yang masih seserahan. Dan sebagai balasannya,
single) dengan membawa persembahan ke keluarga wanita pun memberikan

478 | Ensiklopedi Islam Nusantara


seserahan pada keluarga pria berupa diambil jumlah belakang/ekornya saja,
manisan dan berbagai keperluan pria sisanya dikembalikan. Misalnya uang
(baju, baju dalam, dan lain-lain). pesta diberikan sebesar: Rp. 13.000.000
yang diambil hanya Rp. 3000.000. Apabila
Kenapa diserahkan kembali sebagian?
keluarga perempuan mengambil seluruh
Apabila keluarga wanita mengambil
uang pesta, artinya pesta pernikahan
seluruh barang yang ada, artinya
tersebut dibiayai keluarga perempuan.
mereka menyerahkan pengantin wanita
sepenuhnya pada keluarga pria dan tak 3) Nampan masing-masing berisikan
akan ada hubungan lagi antara si pengantin 18 buah (apel, jeruk, pir atau buah
wanita dan keluarganya. Namun bila yang manis lainnya sebagai lambang
keluarga wanita mengembalikan separuh kedamaian, kesejahteraan dan rezeki).
dari barang-barang tersebut ke pihak pria Nanti ini dikembalikan sebagian kepada
artinya keluarga wanita masih bisa turut pihak mempelai pria.
campur dalam keluarga pengantin.
4) Sepasang lilin merah yang diikat dengan
8. Wakil keluarga wanita juga memberikan pita merah sebagai simbol perlindungan
Angpao ke setiap pembawa seserahan, untuk menghalau pengaruh negatif.
maksudnya mendoakan agar para Biasanya yang dipakai lilin dengan motif
pembawa seserahan supaya enteng jodoh naga dan Burung Hong. Pihak wanita
dan segera menyusul. nanti mengambil 1 pasang, dan 1 pasang
lagi dikembalikan kepada pihak pria.
Dengan semakin berkembangnya zaman,
orang orang cenderung menginginkan 5) Makanan kalengan yang berjumlah 8-12
sesuatu yang simpel dalam persiapan untuk kaleng dan 6-12 kaleng kacang polong.
pernikahan mereka. Karena itu, Sangjit pun
6) Senampan berisikan kue mangkok
telah mengalami modernisasi, sehingga Sangjit
berwarna merah sebanyak 18
yang ada sekarang ini sudah tidak sekompleks
potong, sebagai lambang kelimpahan
seperti dahulu.
dan keberuntungan. Ini pun akan
Sesuai dengan tradisi Suku Hakka, dikembalikan sebagian ke pihak pria.
nampan isi brides’s daily things ditukar dengan
7) Senampan berisikan dua botol arak
groom’s daily things, yang artinya perhiasan
atau champagne. Pihak mempelai wanita
dari pihak mempelai wanita, ditukar dengan
mengambil semuanya, dan ditukar dengan
perhiasan dari pihak mempelai pria. Tradisi
dua botol sirup merah dan dikembalikan
pihak pria yang akan membawa nampan dan
ke pihak mempelai pria.
pihak wanita yang akan menukar isi nampan/
mengambil sebagian isi nampan. Catatan lain mengenai prosesi Sangjitan:

Adapun barang-barang yang umumnya 1. Untuk nomor 3-7 di atas diambil sebagian
dipersiapkan pihak mempelai pria biasanya oleh pihak perempuan dan sisanya dibawa
berisi: pulang oleh pihak laki laki.

1) Pakaian atau kain untuk mempelai wanita. 2. Pada saat dibawa pulang sekalian diberikan
Maksudnya adalah segala keperluan juga seperangkat pakaian untuk mempelai
sandang si gadis akan dipenuhi oleh si pria, termasuk dompet, belt, dan lain-lain.
pria. Disertakan juga kue-kue, permen atau
coklat (manisan) untuk diberikan ke pihak
2) Uang angpao (ada juga yang bilang uang
laki laki untuk dibawa pulang.
susu) dan uang pesta (masing-masing di
amplop merah). Pihak mempelai wanita 3. Untuk para pembawa nampan dari pihak
biasanya hanya mengambil uang angpao laki laki, ibu dari mempelai wanita akan
(uang susu) secara penuh/keseluruhan, memberikan/membagikan angpao untuk
sedangkan untuk uang pesta hanya hoki/keberuntungan. Kalau misalnya

Edisi Budaya | 479


akan melangkahi kakak dari mempelai barang-barang seserahan akan diletakkan
wanita, maka pihak laki-laki juga harus ataupun dikemas dalam nampan-nampan
membawa barang pelangkah, seperti 1 stel yang berjumlah genap, biasanya maksimal
pakaian. berjumlah 12 nampan. Pemilihan barang-
barang serahan juga tergantung dengan aturan
4. Ada pula mempelai wanita menyertakan
yang dianut oleh masing-masing keluarga.
pakaian untuk orang tua, tetapi bisa juga
pakaian orang tua diberikan pada saat tea Hal yang menarik dari proses Sangjit ini
pai. adalah setiap hal yang dipersiapkan dan proses
yang dijalankan memiliki maknanya masing-
5. Dalam beberapa acara seremony sangjit
masing. Tradisi Sangjit diatas hanyalah
yang sangat lengkap, dalam hantaran
sekadar tradisi saja. Dilakukan atau tidak,
juga ikut disertakan beberapa pasang
juga sebenarnya tidak menjadi permasalahan;
kemeja dan celana (untuk para pembawa
mengingat sekarang zaman sudah semakin
nampan, jumlahnya disesuaikan dengan
modern, yang menuntut orang untuk
jumlah pembawa nampan), sepasang
melakukan segala sesuatu dengan simple/
sepatu (mempelai wanita), sepasang
praktis. Apalagi jika salah satu pasangan
sandal (mempelai pria), dompet (diisi
pernikahan bukan berasal dari etnis tionghoa,
uang nantinya), belt/gesper, seperangkat
bisa menjadi rumit apabila tetap dipaksakan
kosmetik, parfum, jam tangan, sepasang
untuk diterapkan.
baju papa + sandal, sepasang baju mama
+ sepatu. Cuma agar lebih memudahkan, Sebagai catatan, hal-hal yang dipersiapkan
kadang biasanya diganti dengan dalam tradisi Sangjit ini kadang berbeda satu
bungkusan Angpao saja. sama lain. Mengikuti kebiasaan/adat daerah
masing-masing, juga kadang tergantung
kemauan dan kemampuan dari keluarga
Sebelum keluarga calon pengantin pria kedua mempelai. Jadi, segala macam item dan
memutuskan barang apa uang akan dibawa perlengkapan dalam list diatas hanya sebagai
dalam hantarannya nanti, ada baiknya contoh syang umum saja dan tidak bersifat
didiskusikan bersama pihak pengantin mutlak.
wanita terlebih dahulu. Setelah ditentukan,
[Fathoni Ahmad]

Sumber Bacaan:
Agoes, Artati. Sukses Menyelenggarakan Pernikahan. Jakarta: Garmedia Pustaka Utama, 2001.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sikap Kepercayaan dan Prilaku Generasi Muda Terhadap Upacara Perkawinan,
1999/2000.
Ghazali, Adeng Muchtar, Antropologi Agama, Bandung: Alfabeta, 2011.
Gitosaprodjo, R.M.S. Pedoman Lengkap Acara dan Upacara Perkawinan Adat Jawa. Surakarta: Cendrawasih, 2010.
Hadikusuma, Hilman. Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama. Bandung: Mandar
Maju, 1990.
HMA. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, Jakarta: Rajawali Pres, 2010.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Purwadi. Upacara Tradisional Jawa Barat, Menggali Untaian Kearifan Lokal. Bandung: Pustaka Pelajar, 2005
Raga, Rafarl. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Soekanto, Soerjono. Intisari Hukum Keluarga. Bandung: Sitra Aditya Bakti, 1992.
Suryani, Elis. Ragam Pesona Budaya Sunda. Bandung: Ghalia Indonesia, 2010.
Yatmana, R.M.A. Sudi. Upacara Pengantin: Tata Cara Kejawen. Semarang: Aneka Ilmu, 2001.

480 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Sewelasan

T
idak diketahui secara pasti kapan sirri (batin). Ketika zikir mereka terdengar
dan bagaimana ide serta gagasan mirip dengungan, orang-orang itu seperti
penyelenggaraan tradisi sewelasan ini ekstase. Jari tangan tak henti memetik butir
bermula. Namun secara antropologis dan tasbih. Ketika jari berhenti, zikir dilanjutkan di
sosiologis memperoleh pembenaran dengan dalam batin. Pada titik ini terjadi ”penyatuan”
semakin banyaknya orang yang merasa dengan Yang Maha Esa. Suluk ini merupakan
membutuhkan penyelesaian masalah-masalah sarana bagi jemaah untuk menyatukan
di dalam kehidupannya, seperti permasalahan diri dengan Tuhan. Lewat suluk ini akan
ekonomi, religiositas, kejiwaan dan lain-lain. mempertebal keyakinan kepada Allah SWT
Dalam acara sewelasan ini berisi kegiatan sehingga terjadi manunggaling raos dumateng
membaca manaqib serta doa-doa yang dalam Gusti.
hal ini mereka mengharapkan suatu barakah
dalam persepsi mereka masing-masing.
Sejarah Sewelasan
Sewelasan adalah sebutan untuk
pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qodir Ritual Suluk Sewelasan itu dinyatakan
Jailani R.A. yang dilakukan atau berlangsung sebagai meneruskan tradisi sejak zaman para
setiap bulan pada tanggal 11 (sebelas), adapun wali. Mereka mengaku sebagai ”Jawa deles”
susunan acara dari sewelasan tersebut selain (sejati) karena itu mereka memakai bahasa
pembacaan manaqib yang dibaca secara Jawa dalam salawatan sebab bahasa Jawa
bergantian antar anggota jam’iyah sewelasan dianggap lebih bisa mengartikulasikan gerak
(manaqiban) juga ditambah dengan pembacaan batin mereka. Adapun surat Al Quran dan hadis
tahlil dan mendo’akan orang-orang yang telah menggunakan bahasa Arab. Suluk Sewelasan
meninggal (arwah) dari ahlul bait (tuan rumah diawali Dedalane slamet iku ana lima/Sapa kang
) yang ditempati untuk penyelenggaraan acara nglakoni iku bakal beja/ Kaping pisan taat Allah
sewelasan ( manaqiban ) tersebut dan tempat Kang Kuasa/Kaping pindo taat maring Nabiira/
penyelenggaraannya pun dilakukan secara Kaping telu tunduk prentahe negara/Prentahe
bergilir dari rumah anggota satu ke rumah kang ora nglanggar ing agama/Kaping papat budi
anggota yang lain sampai merata / urut hingga luhur tata krama/Kaping lima ilmu amal kang
kesemua rumah anggota jam’iyah sewelasan ( piguna//.
manaqiban ) tersebut . Salawat di atas maknanya adalah pedoman
Tradisi Sewelasan tergolong ritual yang bagi umat Islam; taat kepada Allah, taat kepada
sudah langka dalam tradisi budaya Islam Nabi, tunduk kepada negara, berbudi luhur
di Jawa. Tradisi yang dibawa dari Persia ini dan tata krama, serta mengamalkan ilmu yang
untuk memperingati hari lahir Syekh Abdul bermanfaat bagi kehidupan.
Qadir Jaelani, tokoh sufi dari Baghdad, Irak, Tradisi budaya Islam di Jawa banyak
yang jatuh pada tanggal 11 (sewelas). Suluk yang memakai bahasa Jawa sebagai media
ini, dalam bahasa Jawa dan Arab, terdiri dari komunikasi. Bahasa Jawa yang digunakan
salawat dan zikir—zikir zahir (fisik) dan zikir cenderung sederhana dan merefleksikan

Edisi Budaya | 481


pemahaman tentang agama yang tak kelewat pembacaan kitab Nur al Burhan fî Manaqib al-
muskil, tetapi justru menjelma menjadi Syaykh ‘Abd al-Qadir al-Jilani, yaitu saduran
penghayatan yang personal. dari kitab al-Lujjayn al-Dani yang berisi kisah
perjalanan Syaikh ‘Abd al-Qadir Jilani (w
Islam yang beradaptasi dengan
.1166) (Mujib, 2009: 20-49).
kebudayaan Jawa itu dirintis Sunan Bonang
lalu dilanjutkan oleh Sunan Kalijaga. Islam Sewelasan merupakan sistem ta‘lim
yang berkembang di Indonesia kebanyakan yang digunakan kiai untuk trans-formasi
beraliran sufi atau tasawuf karena itu memang nilai, pengetahuan, dan pengalaman, pada
lebih mengena dengan kultur masyarakat santri/jemaah. Nilai-nilai diperoleh dari sirah
setempat, terutama di Jawa. Dalam bentuk (biografi) Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jilani dan
seni musik, adaptasi Islam dalam Jawa para awliya’ lainnya. Demikian juga, materi
itu juga terekspresikan lewat santiswaran pengetahuan dielaborasi dari sumber bacaan
(lagu puji-pujian), yang merupakan paduan buku manaqib. Sementara itu, pengalaman kiai
antara hadrah dan karawitan Jawa sehingga dalam menapaki suluk (per-jalanan) menuju
menghasilkan musik yang indah. Allah seringkali dipaparkan dalam sewelasan.
Di samping itu, sewelasan digunakan sebagai
Sewelasan (Manaqib) adalah Budaya yang
media latih dzikrullah secara bersama-
sejak lama telah berlangsung dan berjalan
sama. Media simbol, cerita tentang kisah
hingga sampai saat ini masih terus dilakukan.
perjalanan seorang Sufi, dialog, dan Tanya
Di suatu desa tidak hanya terdapat satu
jawab digunakan untuk menyampaikan materi
jam’iyah sewelasan ( Manaqiban ) saja tetapi
dalam sewelasan.
banyak sekali karena setiap RT terdapat satu
bahkan ada yang tidak hanya terdapat satu
saja teapi ada juga yang terdapat dua jam’iyah
Makna Tradisi Sewelasan
sewelasan (Manaqiban) dan yang kesemua
itu pelaksanaannya dilaksanakan serentak Tradisi Sewelasan Sebagai Tradisi Ritual
pada tanggal sebelas setiap bulan Qomariyah Keagamaan merupakan tradisi keagamaan
dan anehnya jam’iyah ini tidak pernah libur yang keberadaannya terbentuk secara turun
meskipun tanggal 11 bulan Syawwal yang temurun. Bentuk peringatan tradisi ini
artinya masih berdekatan dengan hari raya merupakan suatu wujud penghormatan
Idul Fitri dan tanggal 11 bulan dzul hijjah ( terhadap seorang tokoh sufi yang berjasa
besar ) yang masih termasuk pada kategori dalam penyebaran agama Islam. Kegiatan
hari tasyrik (11,12 dan 13 bulan dzul hijjah ) yang berlangsung setiap satu tahun sekali ini
dan masih berdekatan dengan Hari raya Idul memberikan pengaruh positif terhadap para
Adlha. santri secara khusus dan masyarakat di sekitar
pesantren secara umum.
Waktu pelaksanaann acara sewelasan
(manaqiban) pun selalu dilaksanakan setelah Tradisi sewelasan atau lebih jelasnya
selesai melaksanakan sholat isya’ atau sekitar peringatan haul Syeikh Abdul Qodir Jaelani
pukul 21.00 WIB dan biasanya berlangsung ini memberikan makna yang Islamis terhadap
sampai denga pukul 22.00 WIB, setelah acara pelakunya. Dalam prakteknya, kegiatan ini
sewelasan (manaqiban) tersebut selesai tidak melakukan berbagai amalan yang berorientasi
kesemua annggotanya yang langsung pulang pada ritual peribadatan guna meningkatkan
menuju rumah masing – masing, ada yang keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.
bercengkrama dengan teman satu jam’iyahnya Selain itu, peringatan haulyang pada dasarnya
dan ada pula yang langsung pulang menuju arti haulmerupakan suatu peringatan atas
rumahnya masing-masing. wafatnya seorang tokoh agama Islam, hal ini
memberikan suatu makna terhadap pelaku
Majlis Sewelasan ini menurut Suwito NS
tradisi sewelasanyang mana setiap manusia
(2011) yang selalu diikuti oleh hampir seribu
pada akhirnya akan kembali kepada yang maha
jemaah. Majlis ini berisi rangkaian acara
kuasa dan mempertanggungjawabkan segala

482 | Ensiklopedi Islam Nusantara


perbuatannya selama di dunia. Secara tidak
langsung, kegiatan ini akan mengingatkan
akan adanya tahap kematian pada manusia.
Dengan mengingat terhadap adanya kematian,
setidaknyamanusia akan senantiasa berhati-
hati dalam melakukan segala sesuatu, serta
selalu berbuat kabajikan dan senantiasa
beribadah kepada Allah SWT.
Di dalam kegiatan sewelasan, terdapat
beberapa amalan keagamaan yang pada
hakikatnya bernilai ibadah yang berguna
untuk peningkatan keimanan terhadap sang
pencipta. Di antaranya yaitu pembacaan
manaqib serta doa-doa yang ditujukan kepada
Acara Sewelasan di Pondok Pesantren Nurun Najih
sang pencipta Allah SWT, menganjurkan pada Mangkang Semarang.
hambaNya untuk senantiasa beribadah dan Sumber: http://nurunnajihmangkang.blogspot.co.id/

berdoa agar ditunjukkan jalan kebenaran,


seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat
Al-Baqarah ayat 186: Dari pernyataan hadits diatas sudah jelas,
bahwa kita dianjurkan untuk beramal dan
Artinya: Dan apabila hamba-hamba- menginfakkan sebagian harta kita walaupun
Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka hanya sedikit, selain itu dengan kita beramal
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. maka Allah akan memberikan imbalan kepada
Aku mengabulkan permohonan orang yang kita berupa rezeki yang setimpal.
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala Dalam agama Islam, sedekah merupakan
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman ibadah yang sangat dianjurkan, dimana
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kita bisa saling membantu orang-orang di
kebenaran.(Q.S. Al-Baqarah, 186). sekitar kita yang membutuhkan. Selain itu
dalam hadits juga telah disebutkan bahwa
Tradisi sewelasan juga mengandung unsur pahala sedekah atau amal jariah merupakan
sedekah. Bagi para santri kalongan yang ikut salah satu dari ibadah yang pahalanya
dalam kegiatan ini masing-masing membawa akan tetap mengalir walaupun orang yang
berkat (sajian) dari rumahnya. Berkat itu mengerjakannya sudah meninggal dunia. Nabi
berupa nasi dan lauk ayam kampung. SAW bersabda: “Apabila manusia mati, maka
Membawa makanan tersebut bertujuan terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara,
untuk mendapat berkah atas amal yang telah yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat
dilakukan. Selain itu, kita juga diharamkan dan anak sholeh yang mau mendoakan kedua
untuk bersifat bakhil antar sesama, karena orang tuannya.”
bakhil dapat mempersempit rezeki, seperti
yang disebutkan dalam hadits:
Tradisi Sewelasan Sebagai Perekat
Dari Asma’ binti Abu Bakar RA, dia Masyarakat
berkata, “Saya telah berkata, ‘Wahai Rasulullah
SAW, saya tidak memiliki sesuatu apapun Indonesia merupakan Negara kesatuaan
kecuali apa yang telah Zubair berikan pada yang terdiri lebih dari tujuh belas ribu pulau,
rumah tangganya, apakah aku memberikan lebih dari lima belas ribu suku yang mempunyai
sebagiannya? “ Beliau bersabda, “Maka keragaman budaya, dan terdiri dari enam
infakkanlah, dan janganlah kamu bakhil, agama resmi dan beragam kepercayaan.
sehingga Allah akan mempersempit rezeki- Keragaman ini menjadikan Indonesia
Nya kepadamu. “(shahih, Muttafaq Alaih)”. sebagai Negara yang besar dan keragaman

Edisi Budaya | 483


budaya tersebut menjadi tanda jati diri menghilangkan kebudayaan aslinya.
bangsa. Kedatangan Islam di nusantara dan
Perlu dipahami bahwa agama merupakan
penyebarannya kepada golongan bangsawan
sistem keyakinan yang dianut dan diwujudkan
dan rakyat umumnya dilakukan secara damai.
oleh penganutnya dalam tindakan-tindakan
Jika terdapat peperangan antar kerajaan, hal
keagamaan di masyarakat dalam upaya
itu bukan karena persoalan agama namun
memberi respon dari apa yang dirasakan dan
karena dorongan politis untuk menguasai
diyakini sebagai sesuatu yang sakral. Tradisi
kerajaan-kerajaan di sekitarnya.
sewelasan merupakan salah satu tindakan
Sewaktu Islam masuk ke tanah Jawa, keagamaan yang diyakini oleh masyarakat
masyarakat telah memiliki kebudayaan yang dan keberadaannya dianggap sakral. Agama
mengandung nilai dari agama sebelumnya mengandung ajaran dari nilai-nilai sosial
seperti agama animisme, dinamisme, hindu, pada penganutnya sehingga ajaran agama
dan budha. Maka dengan masuknya islam tersebut merupakan suatu elemen yang
ke indonesia kususnya tanah Jawa terjadi membentuk sistem nilai budaya. Sama halnya
perpaduan unsur-unsur pra hindu, budha, dan dengan tradisi sewelasan yang secara tidak
islam. langsung membentuk nilai budaya santri dan
masyarakat disekitarnya.
Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-
saluran Islamisasi yang berkembang ada Agama juga di pahami sebagai sistem
enam, yaitu saluran perdagangan, saluran yang mengatur hubungan antar manusia dan
perkawinan, saluran tasawuf, saluran tuhan, manusia dengan manusia lainnya, dan
pendidikan, saluran kesenian, saluran politik. manusia dengan lingkungannya, yaitu dalam
Pengajaran-pengajaran tasawuf atau para sufi, bentuk pranata-pranata agama. Adapun
mengajarkan teosofi yang bercampur dengan budaya dimaknai sebagai pola bagi kelakuan
ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yang terdiri atas serangkaiaan aturan-aturan,
Indonesia. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam resep, rencana, dan petunjuk yang di gunakan
yang diajarkan kepada penduduk pribumi manusia untuk mengatur tingkah lakunya.
mempunyai persamaan dengan alam pikiran Jadi kebudayaan bukanlah sesuatu yang
mereka yang sebelumnya menganut agama hadir secara alamiyah, melainkan ia disusun
Hindu, sehingga agama baru itu mudah oleh manusia itu sendiri. Manusia yang
dimengerti dan diterima. menciptakan ide, tingkah laku, dan pranata
sosial itu sendiri.
Dalam hal ini sudah terbukti dalam
catatan sejarah bahwasannya masyarakat Tradisi sewelasan diciptakan oleh
telah mengalami proses penerapan keyakinan. beberapa guru terdahulu. Dari adanya tradisi
Keyakinan tersebut berakulturasi dengan ini kemudian membentuk tingkah laku santri
kebudayaan yang kemudian menjadi pegangan dalam mengatur hubungannya dengan Allah
hidup bagi masyarakat. Sama halnya dengan dan manusia lain disekitarnya. Unsur budaya
tradisi sewelasan. Tradisi ini telah berefolusi yang terdapat dalam tradisi ini dapat dilihat
menjadi keyakinan yang berakulturasi dengan dari simbol-simbol sajian yang terdapat dalam
kebudayaan yang kemudian dipegang oleh tradisi sewelasan. Dalam tradisi ini diharuskan
para santri. membuat sajian berupa nasi dan lauk berupa
ayam kampung yang dimasak utuh (tidak
Akulturasi budaya diartikan sebagai
dipisahkan antara kepala, sayap, badan dan
suatu proses perubahan sebuah kebudayaan
kaki). Tidak ada ketentuan dalam Islam
karena kontak langsung dalam jangka waktu
mengenai jenis sajian yang diperuntukkan
yang cukup lama dan terus menerus dengan
dalam upacara haul. Akibat dari tradisi yang
kebudayaan lain atau kebudayaan asing
ada secara turun temurun menjadikan hal
yang berbeda. Kebudayaan tadi dihadapkan
tersebut menjadi keharusan dalam tercapainya
dengan unsur-unsur lain yang lambat laun
kesempurnaan dalam prosesi tradisi sewelasan.
diterimanya sebagai kebudayaan sendiri tanpa

484 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Tradisi Sewelasan Sebagai Media laki-laki bertugas dalam pemotongan dan
Sosialisasi pembersihan bulu-bulu ayam sedangkan bagi
santri perempuan bertugas memasak nasi
Manusia tidak dapat hidup dalam
dan memasak ayam yang sudah dipotong dan
lingkungan ini secara sendiri, antara satu
dibersihkan tersebut. Terdapat ratusan ekor
dengan yang lain pasti memiliki hubungan
ayam kampung yang dimasak dalam acara
timbal balik yang tidak dapat dipisahkan.
ini sehingga membutuhkan kerja sama yang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan
tinggi guna menyelesaikannya sebelum acara
hidup tanpa adanya bantuan orang lain, dan
sewelasan dimulai.
kita sering tidak sadar bahwa hidup kita
didapat dari pemberian orang lain. Selain itu, Makna sosial lain yang terkandung
manusia juga tidak dapat dipisahkan dengan dalam tradisi sewelasan ini yaitu nilai saling
lingkungannya. Oleh sebab itu manusia mengasihi dengan kegiatan beramal. Bagi
dikatakan sebagai satu kesatuan yang terpadu santri kalongan, untuk hidangan berupa nasi
atau yang biasa dikatakan sebagai sosial dan lauk ayam kampung tersebut mereka bawa
kemasyarakatan. sendiri dari rumahnya, itu sama halnya dengan
beramal untuk para santri lain yang kondisi
Tradisi sewelasan ini juga mengandung
ekonominya kurang terpenuhi. Jadi tradisi
nilai-nilai sosial. Pengertian dari sosial sendiri
sewelasansecara tidak langsung mengajarkan
adalah segala sesuatu mengenai masyarakat,
pada para santri terhadap kepedulian antar
dan peduli terhadap kepentingan umum.
sesama.
Secara tidak langsung tradisi sewelasan ini
dapat menumbuhkan rasa persaudaraan
bersama di lingkungan masyarakat. Bukti
Transformasi Ide Kiai Terhadap Para
konkritnya adalah dengan berkumpulnya para
Santri
santri dan masyarakat guna melakukan prosesi
tradisi sewelasan tersebut. Ketika mereka Tradisi sewelasan muncul di pesantren
berkumpul dalam satu tempat, tidak menutup berdasarkan atas transformasi yang diberikan
kemungkinan bagi mereka untuk melakukan oleh gurunya ketika beliau menimba ilmu di
kontak antara satu dengan yang lain. Para suatu pesantren, kemudian diterapkan kepada
santri berkumpul menjadi satu dari berbagai para santrinya sekarang. Dengan adanya
daerah dan berbagai lapisan masyrakat, guna penurunan ide kiai terhadap santri tersebut
mengikuti prosesi kegiatan tradisi sewelasan menjadikan tradisi sewelasan dapat bertahan
ini. Dengan berkumpulnya mereka tersebut dan lestari keberadaannya hingga sekarang.
maka hubungan sosial antara mereka dapat Dalam bukunya Islam Pesisir, Prof. Dr. Nur
terjalin.
Dalam kenyataan lain, tardisi sewelasan
ini juga mengandung nilai sosial yaitu
gotong royong. Ketika acara belum dimulai,
pagi hingga sore hari para santri bergotong
royong memasak untuk digunakan sebagai
hidangan ketika acara dilaksanakan. Bagi
santri kalongan ada yang membawa masakan
dari rumahnya dan bagi santri menetap juga
menyiapkan masakan bersama-sama di dalam
pesantren. Tak heran jika kegiatan gotong
royong itu dilakukan, karena hidangan yang
dimasak sangatlah banyak.
Hidangan yang dimasak yaitu nasi
dengan lauk ayam kampung. Bagi santri

Edisi Budaya | 485


Syam mengatakan tentang pelestarian suatu pegang dan ia jalani selama ini menjadi
tradisi sebagai berikut: tradisi yang diwajibkan. Berpegang pada
tradisi, dalam bahasa Jawa nguri-uri tradisi,
Setiap tradisi dilestarikan melalui proses
pada suatu masyarakat menjadi tanda
pelembagaan yang dilakukan oleh kaum
kuatnya ikatan pada hal-hal yang selama ini
elitnya. Dalam pelembagaan tradisi tersebut,
mereka jalankan. Dapat kita sadari bahwa
sesungguhnya dimaksudkan agar tradisi yang
kebudayaan merupakan sesuatu yang tidak
memiliki rangkaian panjang dengan tradisi
mudah berubah. Jika setiap pedoman bagi
sebelumnya tidak hilang begitu saja, akan
kehidupan tersebut berubah, maka kehidupan
tetapi menjadi bagian tak terpisahkan dari
manusia akan menjadi kacau. Mekanisme yang
generasi ke generasi berikutnya. Inilah yang
menahan perubahan-perubahan kebudayaan
disebut sebagai pewarisan nilai, kebiasaan,
tersebut adalah nilai-nilai budaya itu sendiri.
moral, dan ajaran-ajaran suci yang diabsahkan
Sebab, nilai-nilai budaya tersebut berisikan
melalui proses transformasi, sosialisasi, dan
keyakinan-keyakinan yang menjadi pedoman
enkulturasi.
bagi kehidupan masyarakat. Dan, bertahan
Dari definisi di atas dapat diartikan atau tidaknya suatu nilai budaya disebabkan
bahwa suatu tradisi akan dapat tetap eksis jika oleh kuat dan mendalamnya keyakinan-
terdapat pihak yang dinilai dapat berpengaruh keyakinan keagamaan yang mengejawantah
kepada masyarakat yang mampu memberikan dalam bentuk kebudayaan, karena pada
kesadaran terhadap mereka agar tradisi saat nilai-nilai budaya suatu kebudayaan itu
tersebut tetap dilakukan dan dapat lestari dari berintikan atau berasaskan keyakinan agama,
generasi ke generasi. Terdapat beberapa media ia bersifat sakral dan suci.
sebagai alat transformasi suatu tradisi dari
Dalam hal kebudayan, sebenarnya selalu
kiai terhadap para santri. Di antaranya yaitu
ada kemungkinan bahwa kebudayaan atau
melalui forum pengajian ketika di pesantren.
ideologi yang lebih tinggi akan mempengaruhi
Dalam pengajian tersebut, seoarang guru/
kebudayaan atau ideologi yang kurang kuat dan
kiai dapat menjelaskan kepada santri tentang
ideologi yang kuat akan merubah ideologi yang
seberapa penting tradisi tersebut harus
kurang kuat. Namun hal ini bergantung pada
dilakukan serta berbagai manfaat yang
situasi saat itu. Sama halnya dengan budaya
ditimbulkan dari melakukan tradisi itu. Melalui
tradisi sewelasan. Karena kuatnya ideologi
penjelasan dalam pengajian tersebut kemudian
yang ditransformasikan oleh kiai terhadap
menimbulkan penguatan-penguatan
santri tentang makna tradisi sewelasan
(reinforcement) terhadap adanya suatu tradisi.
ini, kemudian menjadikan mereka merasa
Melalui proses penguatan yang dilakukan
bahwa peringatan sewelasan ini perlu untuk
secara berkali-kali kemudian menjadikan hal
dilaksanakan dan dilestarikan agar budaya ini
tersebut sebagai tindakan yang disadari akan
tidak hilang atau berubah.
arti penting serta maknanya bagi kehidupan.
Selain itu, pemberian pengalaman kepada para Islam menggalakkan para pemeluknya
santri (enkulturasi) juga dapat berpengaruh agar selalu mengadakan barang yang belum
terhadap eksisnya suatu tradisi. Ketika para ada, merintis jalan yang belum ditempuh,
santri terlibat dalam prosesi tradisi sewelasan, membuat inisiatif dalam hal keduniaan
maka secara langsung atau tidak langsung akan yang memberi manfaat kepada masyarakat.
memberikan pengalaman terhadap para santri Meskipun kita mengerti dan pernah melakukan
tentang anggapan pentingnya pelaksanaan suatu tradisi dalam kebudayaan, namun tidak
sewelasan. menutup kemungkinan untuk kita seleksi
apakah tradisi tersebut berkontribusi positif
Ketika para santri sudah mengerti
atau tidak. Seperti yang disebutkan oleh
akan makna tradisi sewelasan serta telah
Endang Saifuddin dalam bukunya “Agama dan
mempraktekkannya, maka hal itu akan
Kebudayaan” tentang sikap yang seharusnya
menimbulkan pada sesuatu yang telah ia
dimiliki para muslim terhadap kebudayaan:

486 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Pertama, umat Islam memelihara Islam harus menyelenggarakan Islamisasi
unsur-unsur, nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan.
kebudayaan yang sudah ada yang positif; Kedua,
Dengan memahami secara benar, dari
umat Islam menghilangkan unsur-unsur, nilai-
segi ilmiah dan dari segi akidah-dieniyah,
nilai dan norma-norma kebudayaan yang
tentang agama Islam dalam kaitannya dengan
sudah ada yang negatif; Ketiga, umat Islam
kebudayaan (dan peradaban), berarti kita
menumbuhkan unsur-unsur, nilai-nilai dan
memelihara kesejatian dan orisinalitas agama
norma-norma kebudayaan yang belum ada yang
Islam sebagai agama wahyu, dan menempatkan
positif; Keempat, umat Islam harus bersikap
secara proposional kedudukan agama dan
receptive, selective, digestive, assimilative dan
kebudayaan pada posisinya sendiri-sendiri,
transmissive terhadap kebudayaan umumnya;
mendudukkan nisbah, relasi dan relevansi
Kelima, umat Islam harus menyelenggarakan
antara agama dan kebudayaan menurut garis
pengudusan atau penyucian kebudayaan,
akidah Islam.
agar kebudayaan tersebut sesuai,sejalan, atau
tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan [Zainul Milal Bizawie]

norma-norma Islam sendiri; tegasnya: umat

Sumber Bacaan
Ardus M Sawega , Seni Budaya Islam, Transformasi Tradisi dan Indahnya Beragama, Koran KOMPAS, Senin, 5 Oktober
2009
Suwito NS, TRADISI SEWELASAN SEBAGAI SISTEM TA‘LIM DI PESANTREN, STAIN Purwokerto
Mas’ud, Abdurrahman. 2004. Intelektual Pesantren Perhelatan Agama dan Tradisi. Yogyakarta: LKiS.
Mujib, Ahmad. 2009. “Tuhan, Alam, dan Manusia: Telaah atas Ajaran T asawwuf Syaykh ‘Abd al-Qadir al-Jilani”. Disertasi.
Jakarta: PPs UIN Syarif Hidayatullah.
Nizami, Khalid Ahmad. 2003. “Tarekat al-Qadiriyyah” dalam Seyyed Hossein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas
Islam: Manisfestasi. Terj. Tim Penerjemah Mizan. Bandung: Penerbit Mizan.
Wahid, Abdurrahman. 1999. “Pondok Pesantren Masa Depan” dalam Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan
Transformasi Pesantren, dalam Marzuki Wakhid dkk (Ed.). Bandung: Pustaka Hidayah.
Achmad Sunarto, Bekal Juru Dakwah, (Surabaya: Al-Hidayah, 1998)
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)
Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1984)
Kuntowijoyo dkk, Agama dan Pluralitas Budaya Lokal, (Surakarta: Penerbit Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2003)
Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: Shalahuddin Press dan Pustaka Pelajar, 1994)
Endang Saifuddin, Agama dan Kebudayaan, (Bandung: PT. Bina Ilmu Surabaya, 1979)
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998), 22.

Edisi Budaya | 487


Singir

S
ingir merupakan bentuk puisi Jawa baru itu, kitab-kitab yang diajarkan di pesantren
yang berkembang di kalangan masyarakat pun sebagian di antaranya berbentuk puisi
santri, terutama di daerah pesisiran. atau nazam. Dengan demikian, komunitas
Dilihat dari namanya, singir merupakan pesantren sudah lama mengenal ilmu prosodi
derivasi dari kata Arab, yaitu syi’r, yang berarti puisi Arab dan karya-karya puisi Arab atau
puisi. Meskipun demikian, akar etimologis syi’r.
kata singir yang berasal dari bahasa Arab
Tidak berbeda dengan puisi Arab dan
tersebut tidak berarti sumber kesastraannya
ilmu prosodinya yang sudah lama dikenal oleh
singir berasal dari Arab, tetapi dimungkinkan
masyarakat santri Jawa, kesusastraan Melayu,
berasal dari puisi Melayu yang dikenal sebagai
baik dalam genre puisi maupun prosa, juga
syair. Kemunculan singir tersebut dalam
sudah lama masuk ke Jawa, terutama di daerah
panggung sejarah kebudayaan Jawa telah
pesisiran. Beberapa karya sastra Melayu
memberi warna tersendiri bagi perkembangan
digubah dan diterjemahkan ke dalam bahasa
kesusastraan Jawa yang sebelumnya telah
Jawa, yang tersebar tidak hanya di kawasan
telah mengenal kakawin, geguritan, parikan,
pesisiran, tetapi juga di lingkungan kraton
dan tembang macapat.
Jawa. Dengan demikian, masyarakat santri
Dalam konteks sejarah perkembangan Jawa sudah lama mengenal syair Melayu.
puisi Jawa, pertumbuhan dan perkembangan
Pengenalan masyarakat santri Jawa
singir termasuk baru jika dibandingkan dengan
terhadap syi’r Arab dan syair Melayu tersebut
puisi Jawa lainnya, seperti kakawin dan
di atas diperkuat oleh kenyataan bahwa pola
macapat. Jika kakawin tumbuh dan berkembang
singir Jawa sebagian memang mengikuti pola
pada periode pra-Islam, sementara macapat
syi’r Arab dan sebagian yang lain mengikuti
diperkirakan tumbuh dan berkembang sejak
pola syair Melayu. Dalam hal ini, sebagian singir
abad ke-16, maka, berdasarkan bukti-bukti
Jawa mengikuti pola syair Melayu dilihat dari
tekstual, singir tumbuh berkembang di Jawa
segi sistem pembaitan dan rimanya, yakni tiap
pada abad ke-19. Adapun terkait dengan
bait terdiri atas empat larik, tiap larik umunya
sumber kesastraaannya, jika kakawin berakar
terdiri atas 12 suku kata, dan dengan pola rima
dari tradisi puisi India, sementara macapat
a-a-a-a; dan sebagian lagi mengikuti pola syi’r
merupakan puisi asli Jawa, maka singir, sesuai
Arab, yakni tiap bait terdiri atas dua paruh
dengan namanya, tampak memperlihatkan
bait (syatr) dengan pola rima a-a-b-b, yang
pertautannya dengan syi’r Arab di satu pihak
dikenal sebagai rima muzdawij yang umumnya
dan syair Melayu di pihak lain.
digunakan sebagai rima nazam Arab.
Pertautan singir dengan syi’r Arab
Perubahan dan perkembangan singir dari
tampaknya didukung oleh kenyataan bahwa
yang semula mengikuti pola syair Melayu
pertumbuhan dan perkembangan singir di
ke pola puisi Arab tampaknya, seperti yang
kalangan masyarakat santri dan pesisiran
terlihat pada bentuk singir pada abad akhir
berbanding lurus dengan pengajaran ilmu
ke-19, tampaknya tidak dapat dilepaskan dari
prosodi Arab yang dikenal dengan ilmu arudh
perkembangan pesantren sebagai institusi
di pesantren-pesantren di Nusantara. Selain
pendidikan Islam. Sebagaimana diketahui,

488 | Ensiklopedi Islam Nusantara


pesantren merupakan lembaga pendidikan ilmiah keagamaan, seperti singir tentang
Islam yang berakar pada kebudayaan lokal tajwid, sebagai materi pelajaran di pesantern
Nusantara, tetapi berorientasi internasional. atau madrasah diniyyah. Dalam konteks ini,
Dari yang semula tampak sebagai padepokan singir seperti itu serupa dengan nazam Arab
atau peguron, dalam perkembangannya, yang berisi pengetahuan ilmiah, seperti nazam
seperti yang tampak pada abad ke-18 Imrithi, Alfiyah, dan lain sebagainya, yang
dan ke-19, pesantren akhirnya mencapai menjadi materi pelajaran tata bahasa Arab di
kemapanannnya sebagai pusat transmisi Pesantren. Telah menjadi tradisi pengajaran
tekstual ilmu pengetahuan Islam, termasuk di pesantren, kitab-kitab yang ditulis dalam
ilmu-ilmu alat sebagai bantunya. Dalam hal bentuk nazam, terutama yang masuk dalam
ini, yang diajarkan di pesantren adalah ilmu- kategori ilmu-ilmu alat, cenderung dihafalkan,
ilmu ushuluddin, syariat, dan ilmu-ilmu alat, bahkan untuk pesantren tertentu wajib
seperti nahwu, sharaf, dan balaghah. dihafalkan dengan sistem setoran di hadapan
guru atau kyai pesantren. Dengan demikian,
Terlepas dari perbedan dua pola
pembacaan kitab nazam dengan cara hafalan
singir Jawa di atas, keberadaan singir bagi
merupakan tradisi pesantren yang tetap
masyarakat santri Jawa memiliki fungsi sosial
bertahan sampai sekarang.
sebagaimana umumnya fungsi sosial karya
sastra, yakni menghibur dan mendidik. Fungsi Hal yang menarik, di tengah kehidupan
menghibur terletak pada pola singir yang yang semakin modern, tradisi pembacaan
terikat oleh jumlah kata atau suku kata dan singir di sebagian masyarakat santri Jawa tetap
pola rimanya yang kemudian dilagukan dalam bertahan, baik di masjid, musalla, pesantren,
prosen pembacaan secara bersama-sama oleh maupun di majlis taklim untuk masyarakat
kalangan santri. Pembacaan singir tersebut luas. OJumlah bait singir yang tidak terlalu
dikenal sebagai singiran, dan biasanya dibaca panjang dan tekanan pada pada aspek bunyi
sebelum memulai pengajian, dan untuk singir seperti yang terlihat pada pola rima, baik
tertentu yang berisi puji-pujian bahkan dibaca pola a-a-a-a maupun a-b-a-b, membuat singir
sebelum shalat berjamaah di masjid atau di mudah dihafal dan enak dilagukan. Oleh
musalla sambil menunggu kedatangan imam karena itu, tidak mengherankan jika singir
shalat. Sementara itu, untuk fungsi mendidik digemari oleh masyarakat santri Jawa. Fungsi
dalam singir terletak pada gagasan atau isi sosial singir yang menghibur dan sekaligus
yang terkandung dalam singir, seperti cerita mendidik tampaknya menjadi faktor yang
atau sejarah tentang Nabi Muhammad, nasihat membuat tradisi pembacaan singir tetap
kepada para pelajar, dan lain sebagainya. Fungsi bertahan sampai sekarang.
didaktis singir semakin dominan jika isi yang
[Adib M Islam]
terkandung dalam singir adalah pengetahuan

Sumber Bacaan
Karel A. Steenbrink, Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat, 1988, hlm. 141; Muzakka, Singir sebagai Karya Sastra Jawa,
2002, hlm. 39-40.

Edisi Budaya | 489


Sinoman

Definisi Sinoman tujuan kebersamaan dan kegotong-royongan

S
membantu sesama. Sedangkan dalam kamus
ebelum membicarakan sinoman lebih
Jawa atau “Bausastro Jawi”, karangan WJS
lanjut, maka ada baiknya mengetahui arti
Poerwadarminta, kata “Sinom”, artinya:
atau definisi dari sinoman. Ada beberapa
pucuk daun, daun asam muda, bentuk rumah
versi dari pendefinisian arti kata ‘sinoman’
limas yang tinggi dan lancip, nama tambang
itu sendiri sebagai bentuk keanekaragaman
mocopat, dan nama bentuk keris. Tetapi,
opini masyarakat Jawa. Namun pada akhirnya
jika kata Sinom mendapat tambahan akhiran
kesemuanya itu akan membentuk, mengerucut
“an”, menjadi “Sinoman”, maka maknanya
pada satu kesimpulan yang sama, satu
menjadi: anak muda yang menjadi peladen
pengertian atau esensi yang sama. Pertama,
di kampung saat acara hajatan, peladen
bila dirujuk langsung pada pembentuk kata itu
pesta atau perhelatan, tolong menolong saat
sendiri sebagai kata dasar, ‘nom’ yang dalam
mendirikan rumah, kerukunan atau gotong-
bahasa Jawa berarti muda, maka kata sinoman
royong. Tetapi di balik semua makna itu,
bisa diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
terkandung suatu potret budaya yang amat
dengan para pemuda. Kedua, bila menilik
luhur dan terpuji. Sebab, kegiatan sinoman itu
atau mengambil versi dari salah satu tembang
adalah bekerjasama, bergotong-royong yang
macapat ‘sinom’, dalam serat Purwakara
dilakukan secara sukarela untuk kepentingan
diartikan sebagai seskaring rambut yang berarti
orang lain dan bersifat komunal.
anak rambut. Selain itu, sinom juga diartikan
‘daun muda’ sehingga kadang-kadang diberi Sesuai dengan asal-muasal kata
isyarat dengan lukisan daun muda. “Sinoman” adalah kumpulan anak muda yang
suka bergotongroyong, maka di sini kegiatan
Ketiga, bila dilihat dari bentuk kata
amal dan sosial harus diutamakan. Artinya,
kerjanya yaitu ‘nyinom’, maka kurang lebih
kegiatan sinoman, harus bertujuan untuk
artinya adalah sebuah perkumpulan atau
membantu sesama dan demi kepentingan
organisasi yang terdiri para pemuda untuk
bersama. Kecuali itu, kegiatan sinoman harus
membantu orang lain dalam mempunyai
mampu menghadapi tantangan zaman yang
hajat. Pendapat lain ada yang menyatakan
serba komersial dan bernuansa bisnis.
bahwa ‘sinom’ ada kaitannya dengan upacara-
upacara bagi anak-anak muda zaman dahulu. Berdasar catatan sejarah yang ada,
Dari pendapat-pendapat tersebut, maka dapat sinoman pada awalnya memang sekedar wadah
diambil kesimpulan sebagai pendefinisian untuk menampung keinginan sekumpulan
‘sinoman’ itu sendiri yaitu sebuah kegiatan anak muda. Mereka ini ingin memperoleh
yang dilakukan para pemuda dalam sebuah pengakuan sebagai insan yang dipercaya dalam
desa untuk membantu tetangganya yang bidang sosial. Karena kegiatan gotong-royong
sedang mengadakan hajatan atau syukuran, merupakan panggilan hati nurani, maka hal
baik syukuran pernikahan, sunatan, ataupun ini tidak sulit untuk diwujudkan. Walaupun
kematian. demikian, perlu ada pendorong yang mampu
menjadi pelopor sebagai penggerak. Jelas di
Sinoman memiliki pengertian sing para
sini, sinoman sebagai kegiatan anak muda,
nom-noman atau para pemuda yang memiliki
maka motor penggeraknya pun harus para

490 | Ensiklopedi Islam Nusantara


pemuda. Sudah menjadi hukum alam, bahwa Dalam bahasa Jawa atau Sansekerta, kuat
kaum muda merupakan tulang punggung karena rukun dan rukun karena kuat, disebut:
penggerak kegiatan dalam masyarakat. Tidak “Dharma Eva, Hato Hanti”. Kuat karena
hanya di bidang sosial dan rumahtangga, bersatu dan bersatu karena kuat. Jadi, motto
tetapi lebih jauh lagi, yakni sebagai patriot “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,
pembela bangsa dan negara. adalah sebuah kenyataan. Dan semua aspek
kerukanan,persatuan dan kegotong-royongan
Sinoman mempunyai beberapa tujuan
telah terwakili dengan adanya perkumpulan
yang baik dalam hubungan antar sesama
sinoman tersebut.
masyarakat. Pertama, Meringankan beban
orang lain yang mempunyai hajatan. Kedua, Pada tahun 1930-an di Surabaya kegiatan
Mewujudkan suatu bentuk gotong royong atau sinoman sudah tertata rapi. Mempunyai
sebuah kebersamaan bagi warga masyarakat pengurus tetap dan banyak inventaris.
di daerah tersebut. Ketiga, Merperkokoh tali Barang-barang milik sinoman itu diperoleh
silaturahmi antar warga masyarakat. Keempat, dari sumbangan dan bantuan warga secara
Memperluas jaringan bersosialisasi antar warga sukarela, maupun dibeli dengan uang kas.Jadi
masyarakat. Kelima, Menumbuhkan semangat dalam hal ini dapat dipahami bahwa sumber
kepemudaan bagi para sinoman itu sendiri. pendanaan organisasi ini adalah murni dari
Kelima, Membudayakan tradisi tersebut bagi iuran sukarela para anggotanya.
generasi muda agar kegiatan ‘sinoman’ tidak
Sinoman memiliki posisi sentral dalam
luntur seiring dengan perkembangan zaman
kehidupan masyarakat kampung. Seorang
yang semakin modern ini (Imam Sutardjo:
kepala sinoman atau pemimpin sinoman
2008).
merupakan jabatan yang lebih elite dan
prestisius bila dibandingkan dengan kepala
kampung dalam pandangan masyarakat
Sejarah dan Perkembangannya
Surabaya. Sehingga memperoleh jabatan
Istilah sinoman muncul pertama kali abad sebagai kepala sinoman merupakan suatu
14 di daerah pesisir utara dengan pembatasan kebanggaan tersindiri meskipun dalam
daerah dari Tuban sampai dengan Pasuruan. menjalankan kewajiban tersebut tidak digaji
Kemudian tradisi ini mulai tumbuh di setiap dan bersifat sukarela. Seorang kepala sinoman
kampung di Surabaya dengan memiliki dipilih secara umum, demokrasi, terbuka
kegiatan membantu warga yang tertimpa berdasarkan atas kemampuan kepemimpinan,
musibah seperti kematian ataupun warga yang berjiwa leadership serta dapat memahami
memiliki hajatan dengan menjadi peladen atau persoalan-persoalan dalam masyarakat.
pelayan dan sekaligus meminjamkan alat-
Sejalan dengan perkembangan tradisi
alatnya seperti keranda jenazah, gelas, piring,
sinoman dalam masyarakat kampung di
kursi, meja, tenda dan sebagainya. Kegiatan
Surabaya, sinoman mengalami pasang surut
lain Sinoman adalah penjagaan keamanan
yang terasa lazim terjadi. Sebagai sebuah
kampung atau pos ronda, acara keagamaan,
perkumpulan yang berisi para pemuda-pemudi,
peringatan hari kemerdekaan Indonesia,
sinoman tidak terlepas dan terpangaruh
kursus-kursus peningkatan kapasitas warga
sistem perpolitikan. Perkembangan sinoman
kampung di Surabaya.
di Surabaya dipengaruhi oleh situasi sosial,
Wujud dari kegiatan sinoman ini ekonomi dan politik. Sinoman mengalami
adalah bentuk kegotongroyongan sosial. kemajuan dan merasa dibutuhkan
Tujuannya untuk membina dan meningkatkan keberadaannya ketika masyarakat Indonesia
kerukunan. Semboyannya adalah: “Rukun (Jawa-Surabaya) mengalami krisis dan ini
Anggawe Santoso” yang berarti rukun untuk terjadi pada tahun 1930-an sampai tahun 1960-
menumbuhkan kesentosaan. Kita bisa kuat an. Sekitar tahun 1930-an, sewaktu gerakan
kalau kita rukun. Sebaliknya, bangsa yang toko-toko koperasi muncul di mana-mana,
jiwanya kuat dapat membangun kerukunan. Sinoman pun ikut bergerak dalam kegiatan

Edisi Budaya | 491


koperasi konsumsi dan koperasin kredit. Di korbannya. Hal yang sama juga dialami saat
sini Sinoman menyediakan kebutuhan sehari- pertempuran ١٠ November ١٩٤٥. Karena yang
hari dan membantu pengusaha kecil dengan tampil selalu anak-anak muda yang berjuang
kredit dengan bunga rendah. dan bekerja dengan sukarela, disebutlah
kelompok anak muda itu “poro nom-noman”,
Sinoman pada zaman Belanda itu, muncul
lalu menjadi “Si Nom-an” atau kumpulan anak
di kampung-kampung. Antar kampung yang
muda yang suka bergotong-royong untuk
berdekatan mendirikan “Raad Sinoman”.
kepentingan bersama.
Seperti Raad Sinoman kampung Plampitan,
Peneleh, Pandean, jagalan, Undaan, Genteng, Warga Surabaya, ternyata mampu
Bubutan, Maspati, Kawatan, Koblen, Tembok membuktikan ketahanan masyarakatnya
dan sebagainya. Tidak kurang dari 20 Raad membendung dan melakukan antisipasi
Sinoman waktu itu di Kota Surabaya. Kata terhadap gejala global itu. Sinoman
“Raad” berasal dari bahasa Belanda, yang mengalami kemajuan dengan adanya
artinya: dewan. Waktu itu, masyarakat Belanda peremajaan dan periodesasi kepengurusan. Ini
di Kota Surabaya mendirikan “Gemeente memperlihatkan, bahwa organisasi sinoman
Raad”, yaitu “Dewan Kotapraja”. Gemeente sudah menjadi bagian dalam kehidupan
Raad itu menentukan pajak-pajak yang harus masyarakat Surabaya.
dibayar oleh rakyat di kampung-kampung
Secara organisasi, sinoman dapat
yang disetorkan ke kantor Gemeente atau
menanamkan sendi-sendi berorganisasi.
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Agar
Ini dapat dilihat dengan adanya kesadaran
rakyat Surabaya tidak diperlakukan sewenang-
membayar iuran dan sumbangan sukarela
wenang, maka Raad Sinoman dibentuk untuk
pada saat tertentu. Dalam wujud nyata,
mengimbangi dan melawan Gemeente Raad.
sinoman yang di zaman pra-kemerdekaan
Di zaman penjajahan Belanda ini pula, sempat melibatkan diri dalam kegiatan politik,
sinoman sempat menjadi “musuh” warga sekarang “sudah bersih” dari pengaruh itu dan
keturunan Cina, karena mereka senang murni menjadi paguyuban sosial.
berlindung di balik penguasa. Waktu itu warga
Semangat sinoman Surabaya tumbuh
pribumi mulai dirangsang dan bangkit untuk
subur di Jakarta akibat adanya urbanisasi
merdeka. Kebencian terhadap Belanda, juga
besar-besaran kedaerah metropolitan
menimbulkan antipati terhadap etnis Cina.
tersebut. Sedang kultur masyarakat Surabaya
Warga keturunan ini diasumsikan sebagai
tidak bisa begitu saja hilang ketika mereka
warga a-sosial, sosialisasi kerakyatannya lemah
telah jauh meninggalkan tempat lahirnya.
dan cenderung tidak mau tahu persoalan yang
Sehingga kemudian para perantau yang berasal
berkembang di luar diri dan etnisnya. Tidaklah
dari Surabaya ternyata berhasil membentuk
mengherankan, kalau William H.Frederick,
paguyuban Sinoman Suroboyo bernama
melontarkan kalimat “Cina singkek” untuk
“Sinoman Keluarga Besar Surabaya Jawa
warga keturunan yang masa bodoh terhadap
Timur”. Hingga pada 1970-an, diciptakanlah
lingkungan sekitar itu. Konotasinya memang
lagu berjudul “Sinoman Suroboyo” Lagu
jelek, sehingga dalam hal tertentu sering
dan syair ini adalah karya H.Nur Azhar yang
dijadikan bahan ejekan.
diciptakannya pada bulan Maret 1979 di
Di zaman Jepang, Sinoman dipaksa untuk Jakarta. Inilah lirik dan syair lagu “Sinoman
membantu peperangan. Sekalipun dipaksa Suroboyo” tersebut:
menjadi “Tonarigumi”, yaitu Rukun Tetangga,
Sinoman Suroboyo Rek – paguyuban
namun usaha membela rakyat menghadapi
kanggu kepentingan amal ; kumpulanne sing
penindasan Jepang terus dikobarkan. Di balik
nduweni timbang roso. Tinggalane wong tuwo
itu ada hikmahnya, karena di zaman Jepan
Rek – ayo kudu diterusno. Sinoman Suroboyo
itulah, Sinoman atau “Tonarigumi” dapat
Cak – gotongroyong sing dadi tujuan utomo.
mendirikan pos-pos pemadam kebakaran
Mulane ojo’ lali Cak – iku prilaku sing mulyo, iku
terhadap bom-bom yang jatuh dan menolong

492 | Ensiklopedi Islam Nusantara


kepribadian bongso. yang biasanya menjadi bagian dari kegiatan
sinoman yang sepenuhnya bersifat sosial, ada
Kaping pisan: tulung tinulung, kaping pindo:
yang sudah beralih menjadi “ajang” bisnis atau
ndaweg sing rukun, kaping telu: tambah sedulur,
sekurang-kurang bernuansakan pamrih. Salah
kaping papat: ojo’ sok mbeda’-beda’no. Kabeh
satu contoh yang sangat mencolok adalah
mau margo Sinoman – ilingo sing kerepotan –
kegiatan pemakaman. Kalau dulu, setiap orang
kapan maneh urip ning ndonyo – sing sok ngadoh
terpanggil dan berebut untuk menggotong
– mburine tibo nelongso. Pancen apik seneng
keranda jenazah atau “penduso”, kini banyak
bergaul – semboyane mangan ndak mangan nek
yang berpangku-tangan, menyerahkan
kumpul.
kegiatan itu kepada perusahaan yang
Sinoman Sidomulyo Rek – sing nom- mengurus penguburan.
noman jo’ sembrono. Sinoman Margorukun
Tidak hanya di Surabaya, tradisi sinoman
Cak – sing mbegedut musti getun. Sinoman
juga terdapat di Jawa Tengah bagian selatan
Sidorame Ning – sing emanan isin dewe.
yaitu di Kabupaten Batang. Seperti yang
Sinoman Sukolilo Wak – abot enteng lakonono.
dipaparkan pada asal mula sinoman kegiatan
Demikian lirik, irama yang syahdu dapat sinoman di kabupaten Batang pun hampir
membangkitkan semanat persatuan, kesatuan sama yaitu gotong royong manakala ada
dan guyub untuk bergotongroyong dalam tetangga yang sedang mempunyai hajatan
nyanyian berbahasa Jawa dialeg Surabaya itu. seperti pernikahan atau khitanan. Salah
Pada tahun 1996 Sinoman Surabaya satu hal yang unik dari tradisi sinoman di
digunakan untuk sosialisasi politik kabupaten Batang adalah biasanya para
kepentingan oleh Sunarto ketika ia ingin sinoman memakai seragam. Dulu sinoman
terpilih lagi menjadi Walikota Surabaya. menggunakan atasan berupa kemeja/hem
Pendekatan Budaya yang dilakukan Sunarto berwarna putih dan bawahan berupa celana/
sama dengan yang dilakukan pemerintah rok berwarna hitam. Hal ini digunakan agar
Jepang ketika negara itu menginginkan para sinoman mudah dikenali oleh pemilik
dukungan warga masyarakat Kota Surabaya acara hajatan, panitia dan juga para tamu.
untuk mendukung dan mensukseskan Tetapi seiring dengan perkembangan zaman
program mobilisasi masa di kota Surabaya sekarang model atasan bawahan putih hitam
pada tahun 1942-1945. Peran penting digantikan dengan atasan batik dan bawahan
yang dimainkan Sinoman pada masyarakat hitam atau biasanya juga seragam disediakan
kampong di antaranya pada kegiatan sunatan dari yang mempunyai hajatan.
massal, perayaan hari keagamaan, kerja Hal unik lainnya adalah sinoman
bakti kampung, syukuran hari jadi kampung, dilakukan secara sukarela. Tidak ada kewajiban
konser dan aktivitas social kampong lainnya. bagi pemilik acara hajatan untuk membayar
Sebaliknya Sinoman mengalami kemunduran para sinoman meskipun terkadang ada yang
aktivitasnya di saat situasi masyarakat kota berbaik hati memberikan kompensasi berupa
Surabaya stabil secara social ekonomi. Hal uang atau rokok. Pekerjaan sinoman ini
ini terjadi pada tahun 1980-1996 disebabkan murni dilakukan untuk menolong tetangga
munculnya industrialisasi dan urbanisasi yang kita yang tengah membutuhkan bantuan
mengakibatkan munculnya budaya instan dan saja. Salah satu imbalan yang diberikan oleh
individual dengan menyerahkan semua urusan para pemilik acara hajatan biasanya adalah
pada penyedia jasa yang sebelumnya peran itu para sinoman dibebaskan untuk mengambil
dilaksanakan oleh para sinoman kampung. makan dan minuman sepuasnya. Sebelum
Kegiatan Sinoman terus berkembang dan acara hajatan digelar biasanya si pemilik hajat
juga berubah. Pola tradisional yang hidup di mengumpulkan remaja-remaja yang akan
kampung-kampung dalam Kota Surabaya, dimintai tolong untuk sinoman atau menjadi
mulai dipengaruhi gaya hidup masyarakat juru laden saat acara hajatan digelar atau
kota Metropolitan. Kegiatan kemasyarakatan sering di sebut dengan rapat sinoman. Dan

Edisi Budaya | 493


jika acara hajatan sudah selesai sang pemilik karna mata pencaharian sebagian besar
hajatan juga mengumpulkan remaja-remaja masyarakat Jawa adalah petani. Kedua,
sinoman lagi di rumahnya pada beberapa hari sinoman dana dan sambatan membangun
setelah hajatan digelar yaitu untuk mbubarne rumah, karena membangun rumah biasanya
sinoman. Pada acara mbubarne sinoman membutuhkan banyak biaya, maka mereka
tersebut orang yang punya hajat mengucapkan menabung terlebih dulu dengan tradisi
terima kasih kepada remaja-remaja atas segala sinoman ini. Tetangga yang mendirikan
tenaga dan waktu yang telah disumbangkan rumah terlebih dahulu dibantu oleh tetangga
demi terselenggaranya acara hajatan tersebut lain dengan menyumbangkan apa-apa yang
sehingga acara hajatan dapat berjalan lancar dibutuhkan oleh orang yang mendirikan rumah
dari awal hingga akhir. tersebut. Ketiga, sinoman pindah rumah,
ketika sebuah keluarga akan memisihkan
Meskipun tradisi ini sudah mulai di
diri dari induk keluarganya, maka biasanya
tinggalkan pada masa modern seperti ini
dalam tradisi di Jawa dirayakan dengan besar-
khususnya dikota-kota namun tidak jarang
besaran, dengan upacara selamatan, prosesi
juga masih ada yang menggunakan tradisi ini
pindahan dengan diiringi tetangga sekitar dan
dalam acara pernikahan atau hajatan lainnya.
mereka menjenguk orang yang baru pindahan
Dalam tradisi sinoman di kabupaten Batang
tersebut. Keempat, sinoman mempunyai hajat
ini walaupun tingkat partisipasi pemudanya
mantenan dan sunatan.
tidak sebanyak pada tahun-tahun yang dulu
tetapi dalam setiap acara pernikahan di Tradisi sinoman sudah melekat pada
kabupaten Batang selalu mengikutsertakan masyarakat Jawa, terutama setiap aktivitas
pemuda dalam partisipasinya sebagai sinoman dan kegiatan yang membutuhkan banyak
dari mulai yang bertugas melayani tamu orang. Menurut Kasdi, sinoman mempunyai
undangan hingga yang mengatur keamanan makna yang sangat penting, yaitu: pertama,
demi terselenggaranya acara hingga selesai. makna sosial. Tradisi sinoman dijadikan
Hal ini dilakukan agar tradisi jawa yang sudah sebagai media mempertemukan antar anggota
mulai tergerus oleh perkembangan zaman ini masyarakat. Ditinjau dari dimensi sosial,
tetap lestari. masyarakat Jawa meyakini bahwa sinoman
mampu menjadi perekat sosial. Sinoman dapat
mempertemukan masyarakat tanpa melihat
Memaknai Tradisi Sinoman status sosial dan mempertemukan mereka
Dengan demikian dapat dikatakan dalam satu kepentingan. Tidak ada perbedaan
sinoman bagi masyarakat Jawa adalah antara yang kaya dan yang miskin.
aktivitas memberikan sumbangan atau nitip Kedua, semangat gotong royong. Hal ini
barang dan menagihnya kembali ketika dapat diamati dari praktik sinoman itu sendiri,
sedang membutuhkan. Aturan mengenai dimana setiap anggota masyarakat saling
sinoman memang hampir tidak tertulis, membantu, tanpa melihat status seseorang.
tetapi tidak pernah terjadi pengingkaran Dengan demikian, suatu pekerjaan dan kegiatan
dan selalu terpenuhi ketika si penyimpan yang awalnya berat dan membutuhkan dana
membutuhkannya (Abdurrahman Kasdi, banyak, bisa menjadi ringan. Tidak ada suatu
2009). Tradisi seperti ini merupakan kegiatan yang tidak terlaksana hanya gara-gara
bagian dari upaya masyarakat dalam tidak ada dana atau tenaga yang membantu.
mengorganisasikan diri, menata kehidupan Tradisi sinoman ini sejalan dengan semangat
bersama dan menginternalisasikan budaya bangsa Indonesia, yakni semangat gotong
dalam kehidupan sehari-hari. royong. Bila tradisi ini dihidupkan terus maka
Menurut Abdurrahman Kasdi, sinoman akan mengurangi tingkat kemiskinan dan bisa
yang biasa dipraktikkan oleh masyarakat Jawa mengikis kesenjangan sosial.
mempunyai banyak bentuk. Di antaranya Ketiga, makna ekonomi. Ketika BBM
adalah pertama, sinoman menggarap sawah, naik yang dibarengi dengan kenaikan harga,

494 | Ensiklopedi Islam Nusantara


kebutuhan masyarakat semakin naik juga. Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan
Keempat, makna spiritual. Masyarakat Jawa Hulu Riau Sumatera yang masyarakatnya
mempunyai pandangan bahwa melaksanakan memiliki suatu tingkat saling tolong menolong
sinoman dapat mendekatkan diri pada dan toleransi yang tinggi di masyarakat. Mereka
agama. Tradisi sinoman yang dilakukan oleh tidak hanya hidup bersama dalam suatu desa
masyarakat Jawa merupakan bagian dari namun mereka juga saling membantu antara
kearifan lokal yang menunjukkan khasanah masyarakat yang satu dengan masyarakat
budaya bangsa. Budaya seperti ini patut kita yang lainnya. Apalagi jika ada salah satu
lestarikan bahkan dikembangkan karena selain anggota masyarakat yang akan melaksanakan
mempunyai muatan lokal, tradisi sinoman pesta pernikahan. Masyarakat akan serta-
juga mempunyai makna yang signifikan dalam merta membantu dan meringankan biaya
kehidupan bermasyarakat (Abdurrahman dalam bentu bahan makanan dalam persiapan
Kasdi, 2009). prosesi pesta pernikahan yang nantinya akan
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Di
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan
masyarakat desa Pasir Jaya ini saya melihat
bahwa tradisi sinoman merupakan tradisi yang
ada suatu tradisi sinoman atau masyarakat
memupuk rasa kekeluargaan, kebersamaan,
sekitar sering menyebut nyinom yang artinya
serta gotong royong di masyarakat. Hal
membantu. Arti nyinom itu sendiri berbeda-
ini menunjukkan bahwa masyarakat kita
beda tergantung pemaknaan yang berkembang
masih menjaga tradisi tersebut, dan hal ini
di masyarakat tesebut dimana dia mereka
patut dilestarikan, karena tradisi daerah
berada.
seperti tradisi sinoman merupakan akar dari
kebudayaan nasional, yang merupakan buah Tradisi ini muncul di masyarakat desa
mahakarya Indonesia (Bahrul Ulum, 2015). Pasir Jaya ini karena dibawa oleh masyarakat
suku Jawa yang bertransmigrasi ke desa
ini. Pada awalnya tradisi ini dilakukan
Tradisi Sinoman dan Perekonomian oleh sekelompok kecil masyarakat suku
Rakyat jawa dan mulai berkembang sesuai dengan
Tidak hanya di Jawa, di luar Jawa juga perkembangan zaman. Pengertian sinoman itu
ada tradisi Sinoman sepeti di desa Pasir Jaya sendiri sebenarnya kalau diartikan ke dalam
bahasa jawa adalah kelompok muda-mudi yang

Edisi Budaya | 495


bekerja sama dengan sukarela, juga disebut pertukaran (exchange).Pertukaran semacam
pramuladi untuk membantu penyelenggaraan ini tidak hanya mempunyai fungsi ekonomi,
dan pelaksanaan upacara pernikahan adat dalam arti memenuhi kebutuhan akan hidup,
jawa. tetapi juga mempunyai fungsi hukum, moral,
keindahan, keagamaan dan sebagainya.
Bentuk bantuan beragam jenisnya,
Pastinya kegiatan pertukaran seperti inilah
namun ditunjukkan hanya berbentuk barang
yang menggerakkan seluruh sistem sosial
tanpa berbentuk uang, bentuk bantuannya
suatu masyarakat. Fungsi dan makna dari
yaitu seperti rokok, minyak goreng, daging
pertukaran dalam suatu masyarakat hanya
ayam, daging sapi, mihun, telur dan bahan
dapat dipahami, kata Marcel Mauss dalam
makanan lainnya yang diperlukan keluarga
buku klasiknya Gift (1925), jika masyarakat
yang akan menggelar pernikahan. Pertukaran
tersebut di pandang sebagai satu keseluruhan
ini berbentuk bahan makanan yang nilai
yang kompleks, dimana setiap unsur dalam
ekonomisnya sangat tinggi dan cukup
keseluruhan tersebut berkaitan satu sama lain
membantu. Jumlah sinoman yang akan
secara fungsional (Amri Marzali, 2005: 150-
diberi pun bermacam-macam tergantung
151)
semampu seseorang ingin membantunya
dan tergantung tingkat ekonomi seseorang. Masyarakat desa Pasir Jaya ini
Bantuan yang diberi sekarang akan berbalik menganggap tradisi sinoman sebagai suatu
lagi dengan jumlah yang sama walaupun harga tabungan buat masa depan ketika suatu saat
dahulu lebih murah ketimbang harga saat ini. masyarakat akan menggelar pesta pernikahan.
Walaupun begitu namun masyarakat suku Sedikit demi sedikit mereka kumpulkan untuk
jawa tidak merasa rugi dan malah mereka menaruh ke tetangga jika ada tetangga yang
sangat terbantu dengan adanya tukar menukar menggelar pernikahan. Biasanya ibu-ibu yang
ini dan masyarakat juga menilai bahwa tradisi memikirkan jika suatu saat nanti mereka akan
sinoman sebagai suatu tabungan dimasa yang menikahkan anaknya, apalagi jika anak mereka
akan datang dan akan digunakan ketika akan banyak, pastinya sangat membutuhkan
menggelar pernikahan. biaya yang besar untuk menggelar pesta
pernikahan. Tradisi sinoman ini berfungsi
Setiap pernikahan yang dilangsungkan
untuk pemenuhan perlengkapan persiapan
di desa ini, masyarakat secara bersama-sama
pesta pernikahan.
bergotong royong dan bekerja sama untuk
kepentingan individu atau dari kita untuk dia. Dalam proses pertukaran ada suatu
Karena itu tolong menolong dalam pelaksanaan perjanjian yang tidak mungkin diingkari oleh
pernikahan selalu ada dan yang punya masyarakat, apabila perjanjian itu diingkari
hajat (gawe) selalu meminta tolong dengan makan masyarakat mendapat hukuman dari
sopan santun yang tetap, seperti dikatakan masyarakat berupa cemooh dan tidak di percaya
Koentjaraningrat, karena yang punya hajatan lagi oleh masyarakat, sehingga mereka enggan
pernikahan itu meminta kesediaan orang untuk saling tukar menukar. Dan hal itu nyata
lain untuk membantunya, meskipun dalam terlihan dan dengan sendirinya masyarakat
kesempatan lain pertolongan itu akan di balas berasumsi seperti itu. Sinoman ini biasanya
secara setimpal (Kolff. 1936). Asas Recipocity berupa bahan makanan pokok yang nilai
atau Timbal Balik, dengan menggunakan asas ekonomisnya sangat tinggi seperti telur, gula,
ini kita akan melihat perbedaan antara gotong minyak, daging ayam, daging sapi, rokok serta
royong, artinya siapa yang pernah menolong bahan pokok lainnya. Jumlahnya biasanya
tentu akan menerima pertolongan balik dari tergantung kondisi masyarakat, kebanyakan
pihak yang menolongnya. masyarakat menaruh per 10 kg setiap tetangga
sekitar akan menggelar pernikahan dan barang
Sama halnya dengan pelaksanaan
tersebut akan kembali lagi dengan jumlah yang
pernikahan kita menolong orang yang
sama kepada kita ketika kita akan menggelar
mempunyai hajatan tentu kita akan di tolong
pernikahan, walaupun harga dahulu jauh
kembali. Biasanya di kategorikan ke dalam jenis

496 | Ensiklopedi Islam Nusantara


berbeda dengan jaman sekarang namun tetap mereka masih punya tabungan di tetangga-
mereka tidak keberatan dengan hal itu. tetangganya jika suatu saat akan menikahkan
anaknya. Dengan demikian, tradisi sinoman
Masyarakat di desa ini tidak memikirkan
telah menjadi suatu pertukaran sosial yang
untung dan rugi, yang mereka fikirkan
mempunyai nilai ekonomis yang sangat
hanyalah sinoman itu untuk tabungan di masa
tinggi yang sangat berguna masyarakat dan
depan ketika akan menggelar pernikahan
sangat membantu sekali dalam pelaksanaan
anaknya. Dengan adanya tradisi sinoman
pernikahan.
ini masyarakat sedikit bernafas lega karena
[Zainul Milal Bizawie]

Sumber Bacaan
Abdurrahman Kasdi, Memaknai Tradisi Sinoman, Koran Suara Merdeka 3 Oktober 2009
Bakhrul Ulum, Tradisi Sinoman Sebagai Mahakarya Indonesia, Indonesiakaya,com 24 Juni 2015.
Drs. Imam Sutardjo, M. Hum. 2008. Kajian Budaya Jawa. Surakarta: FSSR UNS.
Iman Firdaus. 2012. Pesta Adat Pernikahan Di Nusantara. Jakarta: Multi Kreasi Satu Delapan.
Iwan Swandi. 2008. Dalam skripsi sistem perkawinan masyarakat minangkabau. Jurusan sosiologi fakultas ilmu sosial
dan ilmu politik Universitas Riau.
Linda Retno Tri Ambarwati dan Hesti Asriwandar, Tradisi Sinoman Sebagai Sistem Pertukaran Sosial Di Dalam Pelaksanaan
Pesta Pernikahan Adat Jawa (Studi Pada Masyarakat Transmigrasi Di Desa Pasir Jaya Kecamatan Rambah Hilir
Kabupaten Rokan Hulu)
M. Ikhsan Alkhariri. 2012. Upacara Pernikahan Adat Jawa di Tinjau dari Sudut Pandang Etika dan Relevansinya Terhadap
Gaya Hidup Remaja. Jurusan Filsafat Universitas Gadjah Mada.
Maryono Dwiraharjo, Dkk. 2006. Kamus Istilah Perkawinan Adat Jawa Gaya Surakarta. Surakarta: Jurusan Sastra Daerah
Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Miko Saputra. 2011. Dalam skripsi Perubahan Tata Cara Perkawinan Pada Masyarakat Sungai Pinang kecamatan hulu
kuantan kabupaten kuantan singingi. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau.
Purwadi, Enis Niken. 2007. Upacara Pengantin Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka Yogyakarta.
Sri Wahyuni Aldani. 2008. Tata Cara Perkawinan Di Kanagarian Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam
Provinsi Sumatra Barat.Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau.
Sumarsono. 2007. Tata Upacara Pengantin Adat Jawa. Jakarta: PT. Buku Kita.
Zesladesrani. 2010. Sistem Adat Perkawinan Pada Masyarakat Di Kenegrian Rokan Kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten
Rokan Hulu. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau.

Edisi Budaya | 497


Sorogan

S
ebuah sistem pendidikan pasti mana kemampuan dan penguasaan santri
mengandaikan keberhasilan proses terhadap kitab tersebut. Metode pengajaran
belajar mengajar yang dijalankan. Dalam sorogan menekankan pada pengajaran
dunia pendidikan klasik seperti pesantren, alat individual (individual learning), belajar tuntas
ukur keberhasilan atau capaian pendidikan (master learning) dan belajar berkelanjutan
tidaklah diukur dengan angka –angka yang (continuous progress).
dihasilkan dari teori dan dapat dibunyikan.
Pengajian sorogan biasanya dilakukan di
Suatu keberhasilan dilihat dari apa yang dilihat
ruang kelas, masjid, atau pendopo rumah kiai.
oleh pengajar/kyai, kepada anak didiknya
Biasanya di situ terdapat tempat duduk kiai
dengan cara atau ala pesantren.
atau ustadz dan meja kecil menghadap santri.
Salah satu metode yang digunakan oleh Para santri berkumpul di ruangan tersebut
lembaga pendidikan yang paling tua, pesantren dengan membawa kitab masing-masing. Satu
adalah metode sorogan dan bandongan atau persatu santri diundang menghadap kiai
bandungan. Sorogan berasal dari kata sorog atau ustadz dengan membawa kitab yang
dalam bahasa Jawa artinya menyodorkan. sudah ditentukan. Kemudian kiai atau ustadz
Maksudnya seorang santri menyodorkan diri menyuruh santri tersebut untuk membacakan
kepada kyai atau ustadz untuk menyimak salah satu bab dalam kitab tersebut sekaligus
bacaan kitabnya. Lawan dari sorogan adalah disuruh mengartikannya. Sang kiai hanya
Bandongan dalam bahasa Sunda disebut juga menyimak dan memperhatikan bacaan dan
Bandungan. Bandongan artinya Berbondong pemahaman santri. Jika ada bacaan atau
bonding mendatangi pengajian kyai. Metode pemahaman santri yang salah maka akan
ini lawan dari Sorogan, karena sorogan bersifat dibetulkan dan diluruskan oleh kiai.
individual sementara Bandongan bersifat
Sorogan juga bisa dilakukan secara
kelompok.
individual maupun kelompok kecil santri.
Sorogan berasal dari bahasa Jawa “sorog” Mereka berkumpul mengelilingi kiai atau
yang artinya “menyodorkan” (Imam Banawi, ustadz dengan menyodorkan kitab pelajaran.
1993: 97). Dalam pengajaran “sorogan” Kiai atau ustadz membacakan naskah kitab
para santri satu persatu menghadap dan tersebut, mengartikannya kalimat demi
membacakan kitab di hadapan kiai atau kalimat, serta menerjemahkan kata demi kata.
ustadz. Kiai atau ustadz langsung mengecek Sebab, pada umumnya, kiai mengajarkan kitab
keabsahan bacaan santri, baik dalam konteks gundul (tanpa harakat). Maka, mula-mula
makna maupun bahasa (Affandi Mochtar, yang harus dipelajari adalah cara membacanya,
2009:35). Sorogan artinya belajar secara intonasinya. Sehingga, mau tak mau santri
individual di mana seorang santri berhadapan harus belajar dan menguasai tata bahasa
dengan seorang guru, terjadi interaksi Arab. Dalam metode sorogan, perhatian
saling mengenal antara keduanya (Mastuhu, dan pengasuhan kiai sangat kuat. Kiai dapat
1997:61).Tujuannya untuk mengetahui sejauh memengaruhi dan mengontrol kemajuan

498 | Ensiklopedi Islam Nusantara


masing-masing santri berbeda-beda sesuai
dengan tingkat kemampuan dan bakat santri
bersangkutan. Karena itu, keberagaman materi
dan tingkat kemampuan santri tercermin
dalam pola pembelajaran kitab kuning dengan
metode pembelajaran ini. (Fathan, 1998:71 )
Metode ini hingga ini dianggap cara yang
efektif untuk mengevaluasi bacaan santri.
Sebagaimana kita ketahui, dalam pesantren
dimana pengajaran dengan membaca kitab
kitab kuning sangat ditekankan, kemampuan
Suasana para santri yang sedang antri sorogan.
membaca dan menggunakan literature itu
Sumber: http://www.mzbach.com/ sangatlah ditekankan.

santri terkait dengan kemajuan belajar dan Sorogan Bandungan dan Musyawarah
pengetahuannya tentang tata bahasa Arab. atau Munadharah
Sebaliknya, santri hanya bisa menerima Dalam pembelajaran di pesantren
pelajaran secara pasif, mencatat terjemahan sebagaimana disebut di atas, biasanya kyai
atau keterangan kiai secara singkat dan membacakan kitab tertentu. Sang Kyai lalu
sederhana. (Zimek, 1986:168) memberi makna atau arti dari kitab –kitab
Kemajuan pelajaran dinilai menurut berbahasa Arab itu. Selain memberi arti,
jumlah naskah dasar berbahasa Arab (kitab Kyai juga menerangkan makna-makna atau
kuning) yang dikuasai oleh seorang santri. kandungan dalam isi kitab itu. Dari situlah
Metode pelajaran individual ini memberikan kita bisa mendengarkan keluasan ilmu kya,
kebebasan kepada para siswa untuk mengikuti karena nanti santri atau murid bisa mendapat
pelajaran menurut prakarsa dan perhitungan isi yang lebih luar dari apa yang tertulis di
sendiri, menentukan bidang jurusan dan teks. Keterangan kyai itu biasanya lalu disebut
tingkat kesukaran buku pelajarannya sendiri mensyarahi, jika tekun sang santri dapat
serta mengatur intensitas belajar menurut mengumpulkan syarah ini yang dia tulis dalam
kemampuan menyerap dan motivasinya kitab pegangannya sendiri, menjadi sebuah
sendiri. kitab karya kyai. Bandongan banyak diikuti
orang, itulah mengapa disebut Bandongan
Manfaat langsung yang didapat dari karena orang-ornag berbondong bondong
metode ini adalah setiap santri memperoleh datang ke tempat pengajian. Bandongan
perlakuan dan perhatian berbeda dari seorang disebut juga wetonan, dari kata weton, karena
kiai atau ustadz. Perlakuan dan perhatian hanya waktu waktu tertentulah pengajian
ini disesuaikan dengan tingkat kemampuan bandongan itu digelar (tidak smeua pesantren
santri, sehingga bisa memberikan kesempatan atau lembaga pendidikan sejenis) .Kalau hanya
kepada santri untuk mengembangkan mengalamai dan ikut ngaji bandongan, tidak
kemampuannya masing-masing berdasarkan yang tahu apapkah snag santri mendengar
kerja keras dan kesungguhan setiap santri. kyai mencatat makna-maknanya tau
Interaksi personal-individual antara mendnegarkan dengan seksama Yang jelas
santri dan kiai ini merupakan ciri khas ketika sorogan dijalankan, maka kyai dapat
pola pembelajaran sorogan. Dalam pola menyimak dan memeriksa langsung tingkat
pembelajaran ini tampak adanya transformasi kepandaina membaca kitab kuning atau kitab
nilai-nilai kesabaran kiai atau ustadz juga klasik itu. Biasanya dalam sorogan itu para
keteladanan seorang kiai atau ustadz bagi kyai atau ustdaz akan memanggil santri-snatri
santri-santrinya. Kitab-kitab yang dipelajari untuk menghadapinya dan langsung membaca

Edisi Budaya | 499


halaman kitab . kuningnya. Pada penyimaan meninggakn dan mengevaluasi kemampuan
individual, verifikasi yang ketat untuk santri; sorogan dan musyawarah.
dievaluasi adalah penggunaan alat baca dalam
bahasa Arab; nahu shorof atau grammatical
benar-benar ditegakkan oleh kyai. Drai sini Pembelajaran metode sorogan
Kyai tahu bagaimana kemampuan sang santri Pada dasarnya metode sorogan merupakan
teks Arab yang kelak snagat membutuhkan bentuk aplikasi dari dua metode yang sangat
kitab –kitab, akan tahu bagaimana hasilnya. berkaitan, yaitu metode membaca (reading
Saat Sorogan inilah saat intim relasi antara Kyai method) dan metode gramatika terjemah
dan santri. Kalau sang murid mampu berarrti (gramer translation method) yang disajikan
dia berhak menjadi utusan atau duta pondok dengan sistem tutorship dan mentorship.
keluar madrasah, mislanya perlombaab. (Acep Hermawan, 2011: 193)
Pembacaan kitab atau sorogan namapknya a. Metode membaca (reading method)
seperti tanpa atnrian. Para santri cukup
hormat dan tahu diri terhadap kyai. Sorogan Metode membaca merupakan suatu
menjadi seperti ulangan lisan pada ulangan metode pengajaran bahasa yang
harian. menyajikan materi pelajaran yang diawali
dengan mengutamakan aspek membaca,
Adapun sorogan memnag benar-benar yakni guru mula-mula membacakan topik-
untuk mengecekk bacaan snatri. Dulu sorogan topik bacaan kemudian diikuti oleh siswa
itu dipakai juga di Langgar atau Meunasah. anak didik. Tapi terkadang guru menunjuk
Tidka hanya untuk membaca kitab kuning tapi langsung anak didik untuk membacakan
juga untuk mengaji al-Quran. pelajaran tertentu lebih dulu, dan siswa
Jika ia dinyatakan mahir dan dapat lain memperhatikan dan mengikutinya.
dipertanggungjawabkan baca kitabnya, maka Metode membaca selain menekankan
snag snatri bisa direkomendasikan untuk ikut kemampuan membaca, juga memandang
lomba –lomba, yang biasanay diadakan di luar, penting kemampuan mengucapkan
skalao local, daerah dan nasional. Kegiatan yang benar. Sehingga kemampuan ini
ini sejalan dengan MQK, Musabaqah Qiroatul dipandang dapat membantu para pelajar
Kutub. dalam pengungkapan lisan
Selain sorogan dan bandongan, ada b. Metode gramatika terjemah (gramer
juga cara kegiatan di pondok yang disebut translation method)
musyawarah atau munadzarah. Di Jawa
Tengah biasanya dikenal musyawarah atau Metode gramatika terjemah merupakan
bahtsul masail. kombinasi antara metode gramatika
dan metode terjemahan. Yaitu metode
Musyawarah dalam pesntren sangat pembelajaran bahasa Arab yang terfokus
diperlukan selain untuk memecahkan masalah- pada pengkajian kaidah-kaidah tata
masalah kebekuan dna tantangan umat Islam, bahasa dan penerapannya di dalam
biasanay dikemas dengan cara seperti bahtsul penerjemahan suatu paragraf bacaan
masail. Jadi ada soal-sioal atau maslah di dari satu bahasa ke dalam bahasa lain.
sekitar kita yang perlu jawab lalua dhimun. Ba’labaki menjelaskan bahwa dasar
Dan allau diusulkan kepada kyai dna santri pokok metode ini adalah hafalan kaidah,
untuk memutskan amana masail yang akan analisa gramatika terhadap wacana, lalu
dipiajukan dalam musyawrah. Musyawarah terjemahannya ke dalam bahasa yang
yang diikuti anak-anak snatri biasnaya untuk digunakan sebagai pengantar pelajaran.
latihan. Sebab nanti biasanay ada musyawarah
antar pondok. Terdapat dua aspek penting dalam
metode gramatika terjemahan: pertama,
Hingga hari dan sejak pondok pesnatren kemampuan menguasai kaidah tata bahasa,
ada, metode ini dianggap efektif untuk

500 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dan kedua, kemampuan menerjemahkan. Termasuk metode pengajaran sorogan.
Dua kemampuan ini adalah modal dasar
Bila dipandang dari segi waktu dan tenaga
untuk mentransfer ide atau pikiran ke dalam
mengajar, metode sorogan dianggap kurang
tulisan bahasa asing dan modal dasar untuk
efektif, karena membutukan waktu yang
memahami ide atau pikiran yang dikandung
relatif lama, apalagi santri yang belajar sangat
tulisan dalam bahasa asing yang dipelajarinya.
banyak. Tentunya akan membutukan waktu
Secara teknis, Ditpekapontren, yang sangat panjang dan banyak mencurahkan
Departemen Agama RI (2003: 73-86) tenaga untuk mengajar. Metode sorogan hanya
menguraikan teknik pembelajaran dengan efektif ketika jumlah peserta didik tidak terlalu
metode sorogan sebagai berikut: banyak. Keterbatasan jumlah pengajar akan
menjadi kendala dalam penerapan motede ini.
1. Seorang santri yang mendapat giliran
menyoroggkan kitabnya menghadap Metode sorogan banyak menuntut
langsung secara tatap muka kepad kiai kesabaran, kerajinan, ketekunan, keuletan,
atau ustadz pengampu kitab tersebut. dan kedisiplinan pribadi seorang kyai (ustadz).
Kitab yang menjadi media sorogan Tanpa ada sifat-sifat tersebut di atas, maka
diletakkan di atas meja atau bangku kecil proses pembelajaran dengan menggunakan
yang ada di antara mereka berdua. metode sorogan tidak akan tercapai secara
maksimal.
2. Kiai atau ustadz tersebut membacakan
teks dalam kitab dengan huruf Arab Sistim sorogan dalam pengajaran
yang dipelajarinya baik sambil melihat ini merupakan bagian yang paling sulit
(bi nadhar) maupun secara hapalan (bil dari keseluruhan sistim pendidikan Islam
ghaib), kemudian memberikan arti atau tradisional.
makna kata per kata dengan bahasa yang
Namun demikian, metode pengajaran
mudah dipahami.
sorogan memiliki sisi keunggulan. Salah
3. Santri dengan tekun mendengarkan satunya untuk mengukur kualitas individu.
apa yang dibacakan kiai atau ustadznya Kemajuan individu lebih terjamin karena
dan mencocokkan dengan kitab yang setiap santri dapat menyelesaikan program
dibawanya. Selain mendengarkan belajarnya sesuai dengan kemampuan
dan menyimak, santri terkadang juga individu masing-masing. Dengan demikian
membuat catatan-catatan seperlunya. kemajuan individual tidak terhambat oleh
keterbelakangan santri yang lain. di camping
4. Setelah selesai pembacaannya oleh kiai
itu, metode sorogan memungkinkan perbedan
atau ustadz, santri kemudian menirukan
kecepatan belajar para santri, sehingga
kembali apa yang telah disampaikan
ada kompetisi sehat antar santri. Juga
di depan, bisa juga pengulangan ini
memungkinkan seorang guru mengawasi dan
dilaksanakan pada pertemuan yang
membimbing secara maksimal kemampuan
selanjutnya sebelum memulai pelajaran
seorang murid dalam menguasai pelajarannya.
baru. Dalam peristiwa ini, ustadz
atau kiai melakukan monitoring dan Sorogan juga memiliki ciri penekanan
koreksi seperlunya atas kesalahan atau yang sangat kuat pada pemahaman tekstual
kekurangan bacaan santrim atau literal. Dan, sistim ini terbukti sangat
efektive sebagai taraf pertama bagi seorang
santri untuk belajar ilmu agama.
Kekurangan dan Kelebihan Metode
Meskipun metode ini sangat klasik,
Sorogan
pengajaran menggunakan sistem sorogan
Tidak ada sister stay metode pendidikan terbukti sangat efektif dan terbukti berhasil.
di manapun yang sempurna. semuanya pasti Ternyata, sistem pendidikan pesantren yang
memiliki kekurangan dan kelebihan, baik tradisional ini, yang biasanya dianggap sangat
sistem atau metode klasik maupun modern.

Edisi Budaya | 501


statis dalam mengikuti sistem sorogan dan Sistem ini bertujuan untuk memberikan
bandongan dalam menerjemahkan kitab- latihan khusus kepada santri dan membantu
kitab islam klasik ke dalam bahasa Jawa, mereka mengembangkan dan mendalami
dalam kenyataannya tidak hanya sekadar pengetahuan atau keahlian tertentu
membicarakan bentuk (form) dengan
Kerangka acuan yang digunakan oleh
melupakan isi (content) ajaran yang tertuang
para kiai untuk melaksanakan evaluasi
dalam kitab-kitab tersebut. Para kiai sebagai
pada umumnya tidak menggunakan angka-
pembaca dan penerjemah kitab tersebut,
angka sebagaimana dikenal dalam lembaga
bukanlah sekadar membaca teks, tapi
pendidikan formal yang menganut sistem
juga memberikan pandangan-pandangan
persekolahan (schooling). Para kiai tidak
(interpretasi) pribadi, baik mengenai isi
pernah menilai kemajuan santri dengan
maupun bahasa pada teks. Dengan kata lain,
seperangkat nilai hasil belajar. Pada umumnya,
para kiai juga memberikan komentar atas
mereka memberikan evaluasi dari metode
teks sebagai pandangan pribadinya. Oleh
sorogan ini dengan mengadakan lomba baca
karena itu, para penerjemah tersebut haruslah
Kitab Kuning yang diselenggarakan setiap
menguasai tata bahasa Arab, literatur dan
akhir tahun, biasanya sebelum masuk bulan
cabang-cabang pengetahuan agama Islam yang
Ramadhan.
lain. (Zamakhsyari, 2011:88)
Dalam lomba tersebut akan terpilih secara
Sistem sorogan merupakan bagian paling
objektif beberapa santri pembaca kitab yang
sulit dari keseluruhan metode pendidikan
dianggap kompeten dan bisa digolongkan
Islam tradisional, sebab menuntut kesabaran,
sebagai pembaca (qari’) yang baik. Dengan
kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi dari
pola evaluasi seperti ini, mereka yang merasa
santri. Dalam metode ini, santri yang pandai
belum pandai tidak akan berani mengikuti
mengajukan sebuah kitab kepada kiai untuk
lomba tersebut.
dibaca di hadapan kiai tersebut. Kalau dalam
membaca dan memahami kitab tersebut Selain sistem sorogan, di pesantren
terdapat kesalahan, maka kesalahan tersebut juga menggunakan sistem bandongan dan
langsung akan dibenarkan kiai. (ensiklopedia khalaqah. Bandongan artinya belajar secara
NU, 2014: 124) kelompok yang diikuti oleh seluruh santri.
Biasanya kiai menggunakan bahasa daerah
Biasanya metode ini diikuti oleh santri
setempat dan langsung menerjemahkan
dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, dan
kalimat demi kalimat dari kitab yang
kiai menjelaskan isi kitab secara detil. Untuk
dipelajarinya. Sedangkan halaqah artinya
mempercepat pemahaman santri, seorang kiai
diskusi untuk memahami isi kitab, bukan
seringkali menyuruh santri yang bersangkutan
mempertanyakan kemungkinan benar
untuk membaca kajian sebelumnya, sebagai
salahnya apa-apa yang diajarkan oleh kitab,
semacam pasca ujian kepada santri. Ini adalah
tetapi untuk memahami apa maksud yang
bagian dari cara kiai dalam mempersiapkan
diajarkan oleh kitab. (Mastuhu,1994:61)
seorang santri untuk menjadi seorang kiai.
[Ala’i Nadjib dan Jamaluddin Muhammad]

Sumber Bacaan
Affandi Mochtar, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren, (Bekasi: Pustaka Isfahan, 2008)
A. Khoirul Anam dkk, Ensiklopedia Nahdlatul Ulama: Sejarah, Tokoh, dan Khazanah Pesantren, (Jakarta: Mata Bangsa dan
PBNU, 2014)
Ach. Fathan, Model Pengajaran Sorogan, (Malang: FPK, 1998)
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Rosda Karya, 2011)
Dr. Manfred Ziemek, Pesantren dan Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1986)
Imam Banawi, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993)
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS: 1994)
Zamachsari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP٣ES ٢٠١١)

502 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Sowan

Definisi dan Latar belakang sejarah Sowan pada mulanya merupakan

S
perilaku berkunjung bagi masyarakat Jawa
owan, merupakan tradisi yang tetap
kepada seseorang yang dianggap lebih (dalam
terjaga selama beribu-ribu tahun dan
hal ini dukun) dengan budaya animisme-
dilakukan oleh masyarakat Indonesia
dinamismenya. Baru setelah agama Budha-
khususnya Jawa. Sowan berasal dari bahasa
Hindu masuk, perilaku ini berubah menjadi
Jawa Verba (kata kerja) yang atinya menghadap;
perilaku berkunjung kepada resi-resi di
bertamu; berkunjung (kepada orang yang
biara yang juga dilakukan oleh para raja-
dianggap harus dihormati, seperti raja, guru,
raja terdahulu (Lombard, 2005, 64). Ketika
atasan, orang tua)(KBBI, ٢٠١٤). Sowan adalah
agama Islam masuk, maka perilaku ini juga
berkunjung ke seseorang yang dihormati atau
mengalami perubahan menjadi berkunjung
lebih tua. Berkunjung memberikan makna
kepada Kyai yang pada saat itu merupakan
bahwa seseorang menjalin dan menjaga ikatan
tokoh dan sosok yang berpengaruh bagi
antar manusia, yang pada praktiknya untuk
perkembangan Islam di Jawa (Bashori,2014).
mewujudkan harmoni dan keseimbangan
Hal tersebut membuat istilah Sowan ini
hubungan antarumat manusia yang lebih baik.

Para santri sowan ke kediaman KH. Maimun Zubair, Sarang, Jawa Tengah.
Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017.

Edisi Budaya | 503


mengalami penambahan menjadi Sowan Kyai, menjaga hubungan antar sesama manusia
karena perilaku berkunjung yang semula (Abdurrahman, 2009, h.1). Dua istilah yakni
kepada dukun/resi, menjadi kepada Kyai. Sowan dan Silaturrahmi, akhirnya menjadi
Pengaruh Kyai yang begitu besar dengan satu pemaknaan dalam masyarakat Jawa.
sebuah lembaga Pesantren yang dipimpinnya, Hadirnya sebuah pesantren karena adanya
membuat perilaku ini juga menjadi tradisi para santri dalam pengertian sowan, membuat dua
Santri yang ingin memohon petunjuk kepada istilah ini menjadi satu pemaknaan.
Kyainya.
Dalam sejarah Islam, peristiwa isra’ mi’raj
Sebagai tradisi yang telah dilakukan adalah napak tilas Nabi kepada para Nabi
turun-temurun oleh masyarakat Jawa, dalam sebelumnya dengan ziarah sekaligus visualisasi
ilmu komunikasi, sowan memiliki nilai umat dahulu dan masa mendatang. Oleh sebab
spiritual dalam hubungan antar manusia ini itu, sowan juga dilakukan para santri dan
telah ada bahkan sebelum agama Hindu-Budha umat Islam kepada ulama dan tokoh agama
masuk dalam wilayah Nusantara. Karenanya, dalam arti berziarah ke makam auliya’. Sebab
di kerajaan-kerajaan Jawa dikenal tradisi kisah isra’ dan mi’raj mencontohkan itu. Dan
Pisowanan. yang paling mulia adalah, para Nabi sangat
sayang kepada Muhammad dan umatnya
Pisowanan adalah sebuah tradisi dalam
sehingga menghasilkan hikmah berkurangnya
kerajaan-kerajaan Jawa, di mana bawahan-
shalat yang asalnya 50 menjadi 5 waktu.
bawahan raja/sultan datang (sowan) ke
Itulah hikmah dari berziarah atau sowan serta
istana untuk melaporkan perkembangan
tawadlu’ kepada para Nabi sebelumnya atau
daerah yang dipimpinnya. Pisowanan
para kekasih Allah.
boleh dikatakan merupakan sebuah wujud
pertanggungjawaban pemimpin-pemimpin
daerah kepada raja. Setelah mendengarkan
Sowan, Pesantren dan Cium Tangan
laporan dari para bawahannya, raja/sultan
biasanya akan memberikan nasihat, teguran, Sekalipun Sowan merupakan budaya
ataupun perintah (titah) bagi masing-masing masyarakat Jawa, ternyata Islam melihat
pemimpin daerah. budaya ini sebagai suatu perilaku yang juga
diperintahkan dengan nama Silaturrahim.
Namun, pada perkembangannya sebagai
Said (2014) menyatakan bahwa Sowan pada
salah satu sarana komunikasi pisowanan
dasarnya berasal dari sabda nabi Muhammad
menjadi melebar dan jauh dari konteks
Shalallahu alaihiwassalam yang berbunyi :
aslinya. Hal ini dapat terlihat dari peristiwa
Pisowanan Agung Rakyat Yogyakarta pada “Barang siapa beriman kepada Allah dan
tanggal 28 Oktober 2008 ketika Sri Sultan hari akhir, hendaklah ia bersilaturahim” [H.R.
Hamengkubuwono X menyatakan dirinya siap Bukhari dari Abu Huraira]
maju sebagai calon presiden. Hal ini membuat Perintah tersebut merupakan sebuah
pisowanan yang awalnya adalah sebuah perintah wajib agar setiap muslim
warisan tradisi Jawa menjadi sebuah peristiwa menyambung tali silaturrahmi dengan sesame
politik. manusianya. Hal ini pun juga dipertegas dalam
Sedangkan sowan dalam budaya Islam Al-Qur’an surah An-Nisaayat 36 yang artinya
di Nusantara dikenal sebagai tradisi santri Sembahlah Allah dan janganlah kalian
berkunjung kepada kyai dengan harapan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
mendapatkan petunjuk atas sebuah Serta berbuat baiklah kepada kedua orangtua,
permasalahan yang diajukannya, atau karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
mengharapkan doa dari kyai atau sekedar miskin, tetangga dekat, tetanggajauh, teman,
bertatap muka silaturahim saja (Ubudiyah, musafir dan hamba sahaya yang kalian miliki.
2012). Padahal Silaturahim merupakan Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong
suatu istilah dalam Islam yang bermakna dan membanggakan diri (Q.SAn-Nisa’:36)

504 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Di beberapa daerah tradisi sowan manusia pada umumnya. Karena itulah para
memiliki momentumnya ketika idul fitri tiba. santri sangat mengharapkan do’a dari para
Sowan ini menjadi salah satu daya tarik atau kyai. Karena do’a itu niilainya lebih dari
alasan utama dalam tradisi mudik yang telah segudang harta. Inilah yang oleh orang awam
menjadi tradisi khas masyarakat muslim di banyak diisitilahkan dengan tabarrukan,
Nusantara. Biasanya, seorang kyai sengaja mengharapkan berkah dari do’a kyai yang
mempersiapkan diri menerima banyak tamu mustajab karena kezuhudannya, ke-wirai-
yang sowan kepadanya. Mereka yang sowan annya dan kealimannya. Dengan demikian
tidaklah sebatas para santri yang pernah optimism dalam menghadapi kehidupan
berguru kepadanya, namun juga masyarakat, dengan berbagai macam permasalahannya
tetangga dan bahkan para pejabat yang tidak merupakan nilai posittif yang tersimpan
pernah berguru langsung kepadanya. Mereka di balik tradisi sowan. Sowan model inilah
datang dengan harapan mendapatkan berkah yang dianjurkan oleh Rasulullah saw yang
dari kealiman seorang kyai. Pada bulan syawal, dilestarikan dalam tradisi Islam Nusantara.
sowan kepada kyai merupakan sesuatu yang ْ َ َّ َ َ ْ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ َ َّ َ
utama bagi kalangan santri. Hampir sama ‫ﺐ أن‬ ‫اﺑ ﺻﻰﻠ اﺑ ﻋﻠ�ﻪ ِوﺳﻠﻢ ﻗﺎل ﻣﻦ أﺣ‬ ِ ‫أن رﺳﻮل‬
ْ
َُ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ
pentingnya dengan mudik untuk berjumpa
ِ ‫�ُﺒ َﺴ َﻂ ُ� ِﻲﻓ ِرزﻗِ ِﻪ َو ُﻳﻨ َﺴﺄ ُ� ِﻲﻓ أﺛ ِﺮهِ ﻓﻠ� ِﺼﻞ ر‬
‫ﻤﺣﻪ‬
keuarga dan kedua orang tua. Karena kyai
bagi santri adalah guru sekaligus berlaku “Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya
sebagai orang tua. Oleh karena itu sering kali dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia
mereka yang kembali pulang dari perantauan menyambungkan tali persaudaraan” (H.R.
menjadikan sowan kepada kyai sebagai alasan Bukhari-Muslim).
َّ ّ َّ َ َ ً ُ َ َّ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ ُّ َ َ ْ َ
‫ﻲﺒ َﺻﻰﻠ‬
penting mudik di hari lebaran. Bagi santri yang
telah jauh berkelana mengarungi kehidupan, ِ ِ ‫ﻮب ر َ ِ� اﷲ ﻗﻨﻪ أن ُرﺟﻼ ْﻗﺎل ﻟِﻠﻨ‬ �‫ﻗﻦ أ ِ� ﻛ‬
kembali ke pesantren dan mencium tangan َ‫اﺠﻟ َ َّﻨ َﺔ ﻗَ َﺎل َﻣﺎ َ ُ� ﻣﺎ‬ ْ ُ َ َ ْ ْ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ
‫اﷲ ﻋﻠ� ِﻪ وﺳﻠﻢ أﺧ ِﺮﺒ ِﻰﻳ ﺑِﻌﻤ ٍﻞ �ﺪ ِﺧﻠ ِﻲﻨ‬
kyai merupakan momen mengisi ulang energi َ ‫ﺎ� َﻳ ْﻌﺒُ ُﺪ‬
‫اﷲ‬ ُ ‫اﷲ َﻋﻠَ�ْ ِﻪ َو َﺳﻠَّ َﻢ أَ َر ٌب َﻣ‬
َ ُ ‫ﻲﺒ َﺻ َّﻰﻠ‬
ُّ ‫اﺠ‬َّ ‫َ ُ� َوﻗَ َﺎل‬
(recharger) untuk menghadapi perjalanan ِ
ُ َ َ َ َ َّ ْ ُ َ َ َ َّ ُ ُ َ ً ْ َ ُْ ََ
hidup ke depan. Seolah setelah mencium ‫ﺮﺸ ُك ﺑِ ِﻪ ﺷﻴﺌﺎ وﺗ ِﻘ�ﻢ اﻟﺼﻼة وﺗﺆ ِﻲﺗ اﻟﺰﺎﻛة وﺗ ِﺼﻞ‬ ِ ‫وﻻﺗ‬
tangan kyai dan bermuwajjahah dengannya
semua permasalahan di depan pasti akan . ‫رواﻫﺎﻛﺨﺎري‬. “‫اﻟﺮ ِﺣ َﻢ‬ َّ
teratasi. Semua itu berlaku berkat do’a orang Dari Abu Ayyub Al-Anshori r.a bahwa ada seorang
tua dan kyai. berkata kepada Nabi saw., “Beritahukanlah
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan kepadaku tentang satu amalan yang memasukkan
Imam Nawawi sebagai mana dinukil oleh Ibn aku ke surga. Seseorang berkata, “Ada apa dia?
Hajar al-Asqolani dalam fathul Bari Ada apa dia?” Rasulullah saw. Berkata, “Apakah
dia ada keperluan? Beribadahlah kamu kepada
َ ْ َّ ‫ ﺗﻘﺒ�ْ ُﻞ �َ ِﺪ‬: ‫اﺠ َﻮاو ْي‬ ْ ‫ﻗﺎل اﻻ َﻣ‬ َ
‫اﻟﺮ ُﺟ ِﻞ ُﻟﺰﻫ ِﺪ ِه َو َﺻﻼ ِﺣ ِﻪ‬ ِ ِ
َّ ‫ﺎم‬
ِ
ْ َ ُ ْ َ َ َْ َْ َ َْ ْ َ
‫ا��ْﻨِ َّ� ِﺔ ﻻ�ُﻜ َﺮ ُه‬
ِّ ‫ﻻ ُﻣ ْﻮر‬
ِ ‫ا‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
ِ ‫ﻚ‬ ِ ‫ﻟ‬ ‫ذا‬ ‫ﻮ‬
ِ ‫وﻋﻠ ِﻤ ِﻪ اوﺮﺷﻓِ ِﻪ اوﺤﻧ‬
ُّ ‫ﺤ‬
.‫ﺐ‬ َ َ‫ﺑَﻞ ﻳ ُ ْﺴﺘ‬
“Imam Nawawi berkata : mencium tangan
seseorang karena zuhudnya, kebaikannya,
ilmunya, atau karena kedudukannya dalam agama
adalah perbuatan yang tidak dimakruhkan,
bahkan hal yang demikian itu disunahkan.”
Tradisi sowan ini berlangsung hingga
sekarang. Para santri meyakini benar bahwa
seorang kyai yang alim dan zuhud jauh lebih Gus Dur ketika Sowan kepada Abah Anom
dekat kepada Allah swt dibandingnkan Sumber: http://www.gusdurfiles.com

Edisi Budaya | 505


Allah jangan kamu menyekutukan-Nya dengan Sowan dan Budaya Komunikasi Politik
sesuatu apapun, tegakkan shalat, tunaikan zakat,
Sowan dalam pemaknaan Silaturrahim
dan ber-silaturahimlah.” (Bukhari).
menjadi perilaku yang dianjurkan dalam
Artinya hanya silatrrahim yang bernilai ajaran Islam, agar umat Islam tetap menjaga
positiflah yang akan diganjar oleh Allah hubungan dengan sesama manusia dengan
sebagaimana dijanjikan Rasulullah dalam janji pahala yang melimpah (Abdurrahman,
kedua haditsnya. Bukan silaturrahim yang 2009, h.1). Dalam hubungan sesama manusia
bernilai negatif yaitu silaturrahim yang tersebut tentu terdapat proses interaksi
melanggar aturan syariat Islam. Dengan dimana komunikasi memiliki fungsi sosial
demikian, di dunia pesantren, sowan (Mulyana, 2007, h.6). Adanya interaksi dan
merupakan tradisi santri berkunjung kepada hubungan sosial dalam perilaku Sowan Kyai,
kyai dengan harapan mendapatkan petunjuk membuat perilaku Sowan Kyai memiliki
atas sebuah permasalahan yang diajukannya, dimensi komunikasi karena adanya proses
atau mengharapkan doa dari kyai atau sekedar interaksi. Ilmu yang berasal dari perspektif
bertatap muka silaturrhim saja. Tradisi ini barat ini, tentu belum menjelaskan bagaimana
merupakan ejawantah dari anjuran Rasulullah dan mengapa Sowan (yang dalam prakteknya
saw bahwa bersilaturhim dapat menjadikan terjadi antara orang yang dituakan dengan
umur dan rizqi bertambah panjang. Sowan murid atau masyarakat lain) mampu terjadi
dapat dilakukan oleh santri secara individu dan terjaga dalam masyarakat Jawa hingga
atau bersama-sama. Bisanya seorang kyai saat ini.
akan menerima para tamu dengan lapang
Chu dalam Hair (2014, h.3) menjelaskan,
dada. Bagi wali santri yang hendak menitipkan
“Teori komunikasi barat bersifat
anaknya di pesantren, sowan kepada kyai
individualistik. Hal ini bertolak belakang
sangat penting. Karena dalam kesempatan
dengan perilaku orang-orang timur yang
ini ia akan memasrahkan anaknya untuk
cenderung kolektif.“ Adanya penjelasan
dididik di pesantren oleh sang kyai. Begitu
tersebut, membuat perspektif teori komunikasi
pula dengan calon santri, inilah kali pertama
Barat tentu saja bisa berubah karena belum
ia melihat wajah kyainya yang akan menjadi
mampu menjelaskan praktek komunikasi
panutan sepanjang hidupnya. Sowan tidak
yang ada dalam kehidupan masyarakat timur
hanya dilakukan oleh santri yang masih belajar
khususnya Jawa. Hadisuprapto (2010, h.66)
di pesantren. Banyak santri yang telah hidup
menjelaskan bahwa konsep dan penunjukkan
bermasyarakat dan berkeluarga mengunjungi
kasih sayang dalam budaya Jawa berdasarkan
kyainya hanya sekedar ingin bersalaman
norma dari sebuah interaksi yang tidak ada
semata. Atau sengaja datang membawa
dalam masyarakat Barat, sebagai kepercayaan
permasalahan yang hendak ditanyakan
yang diinternalisasi melalui kasih sayang dan
kepada kyai tentang berbagai masalah yang
interaksi satu sama lain. Inilah yang akhirnya
dihadapinya. Hal ini menjadikan bahwa
para sosiolog menyimpulkan bahwa Perilaku
hubungan kyai santri tidak pernah mengenal
politik dipengaruhi oleh faktor budaya yang
kata putus. Kyai tetap menjadi guru dan santri
dianut serta proses komunikasi politik yang
tetap menjadi murid. Dalam dunia pesantren
dilaluinya (Muhtadi, 2008, h.21).
istilah alumni hanya menunjuk pada batasan
waktu formal belaka, dimana seorang santri Adanya perintah dalam Islam yang sesuai
pernah belajar di sebuah pesantren tertentu. dengan perilaku masyarakat Jawa, membuat
Tidak termasuk di dalamnya hubungan perilaku Sowan Kyai mengalami sebuah
guru-murid. Meskipun telah manjadi alumni akulturasi dalam perkembangannya. Hal
pesantren A, seseorang akan tetap menjadi tersebut terjadi karena adanya pandangan
santri atau murid Kyai A. masyarakat Jawa yang melihat kehidupan
orang-orang Islam menjadi lebih baik, sehingga
mereka berbondong-bondong masuk Islam

506 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dan melakukan perintah ini pula. Didukung menggunakan simbol-simbol dan perilaku
dengan sosok Kyai yang kharismatik, berilmu yang terintegras itersebut, juga memunculkan
tinggi, dan dianggap sebagai seseorang yang suatu budaya dan tradisi yang dianggap efektif
lebih dekat dengan Tuhan pula, Sowan Kyai dan efisien untuk mendapatkan dukungan dan
menjadi sebuah budaya yang melekat kuat bagi kepercayaan masyarakat.
masyarakat Islam-Jawa. Sehingga Kyai dengan
Mendefinisikan Komunikasi Politik
segala kelebihannya, sangat berpengaruh
sebagai komunikasi yang diarahkan kepada
terhadap kehidupan sosial-politik masyarakat
pencapaian suatu pengaruh sedemikian
Jawa.
rupa, sehingga dapat mengikat semua
Pengaruh yang begitu besar akan sosok warganya. Sowan sebagai budaya yang ada di
Kyai terhadap masyarakat Jawa, tentu masyarakat, dengan besarnya pengaruh kyai
menjadi peluang besar bagi dunia politik di pada masyarakat Indonesia khususnya Jawa,
Indonesia. Bahkan, kondisi politik pun juga membuat budaya ini juga digunakan para
dipengaruhi oleh sosok Kyai ini. Terbentuknya pelaku politik untuk mendapatkan dukungan
Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah tersebut. Sehingga, Sowan dalam perilaku
kemerdekaan 17 Agustus 1945, memunculkan politik juga menjadi tradisi yang terus dilakukan
banyak aktor politik-aktor politik handal yang hingga saat ini. Lebih lanjut Kasyfurrahman
pada prinsipnya menggunakan segala cara (2009,h.28) menjelaskan bahwa komunikasi
untuk mendapatkan dukungan, simpati, dan politik pada dasarnya merupakan bagian dari,
kepercayaan dari masyarakatnya. Hal ini pun dan dipengaruhi oleh, budaya politik suatu
juga tak lepas dari tradisi Sowan Kyai yang juga masyarakat. Pada saat yang sama, komunikasi
memiliki esensi tersendiri bagi masyarakat politik juga dapat melahirkan, memelihara
Indonesia khususnya Jawa. Keterlibatan para dan mewariskan budaya politik. Sehingga
Kyai dalam proses pemilihan Kepala Daerah dengan memperhatikan struktur pesan serta
secara langsung tidak bisa dihindarkan, pola-pola komunikasi politik yang diperankan
karena mereka adalah potensi lokal yang dapat masyarakat, maka dapat dianalisis budaya
memberikan kontribusi atau memberi warna poltik suatu masyarakat (Kasyurrahman,
tersendiri bagi perpolitikan (Wafa, 2012, 2009, h.30).
h.64).
Budaya yang ada dalam komunikasi
Indonesia, yang mengalami transisi politik tersebut, tentu tidak akan lepas dari
pemerintahan mulai dari Orde Lama, Orde suatu tujuan untuk mendapatkan simpati,
Baru, Reformasi ini, tentu membuat banyak kepercayaan, dan dukungan masyarakat.
perubahan makna pada perilaku berbudi luhur Manajemen Komunikasi Politik sebagai
khususnya Sowan dalam rangka mendapatkan komponen penting, tentu juga diharapkan
tujuan yang diinginkan bagi para calon membentuk kesan yang akan muncul pada
penguasa. Fenomena komunikasi politik yang masyarakat. Perilaku Sowan Kyai yang
dilakukan oleh para calon pemimpin dalam dilakukan para calon pemimpin untuk maju
perilaku sowan kepada Kyai, pada akhirnya dalam pemilu, merupakan sebuah simbol yang
menjadi tradisi wajib ketika menjelang Pemilu. semata-mata untuk memperoleh kesan di
masyarakat bahwa sosok tersebut telah diakui
Komunikasi Politik sebagai bagian
oleh Kyai sebagai sosok yang amanah. Banyak
terpenting dalam perkembangan Politik
orang di Indonesia (terutama pejabat), yang
suatu negara, tentu memunculkan suatu
memandang kekuasaan sebagai riil, nyata,
perilaku-perilaku yang dilakukan oleh para
objektif, bagaikan barang nyata yang bisa
pelaku politik didalamnya. Sumarno dalam
dipindah-pindah, atau diwariskan, seperti
Kasyfurrahman (2009, h.28) mengatakan
dalam kekuasaan raja-raja di Jawa, sehingga
bahwa Komunikasi politik adalah suatu sikap
banyak orang memperebutkan kekuasaan
dan perilaku politik yang terintegrasi ke dalam
tersebut dengan berbagai cara (Mulyana, 2013,
suatu system politik dengan menggunakan
h.7).
simbol-simbol yang berarti. Dengan

Edisi Budaya | 507


Biasanya menjelang Pemilu tradisi sowan Para Kyai sebagai sosok yang lebih tinggi
kepada kyai mengalami penyemputan makna dan diagungkan, memiliki pemaknaan yang
sebagai bentuk pencarian dukungan karena berbeda dalam perilaku Sowan Kyai ini.
adanya pengaruh sosok Kyai yang besar Para Kyai memaknai perilaku ini sebagai
di masyarakat. Dalam praktiknya, Sowan sebuah perilaku ibadah karena adanya nilai-
Kyai yang digunakan untuk mendapatkan nilai yang juga diperintahkan dalam ajaran
dukungan dilakukan dengan berbagai etika Islam. Kyai sebagai seseorang yang ilmu
dan tata cara layaknya seorang Santri. agamanya lebih tinggi dari masyarakatnya,
Sehingga dalam Sowan Kyai ini, perilaku untuk tentu akan berperilaku dengan niat untuk
mendapat dukungan berjalan bersama dengan menjalankan nilai-nilai agamanya. Sowan Kyai
aturan, nilai dan norma yang ada di dalamnya yang didasarkan pada nilai-nilai Islam, tetap
(dalam hal ini Islam). Terdapat berbagai aspek dijalankan oleh para Kyai meskipun terdapat
pemaknaan yang ada dalam pemaknaan para kepentingan-kepentingan politik di dalamnya.
Caleg ini, yakni adanya sebuah ikatan budaya di Kepentingan-kepentingan politik yang ada
masyarakatnya, sebuah penentu kemenangan, dalam Sowan Kyai menjelang Pemilu tersebut
kepercayaan-kepercayaan yang bersifat dihiraukan dan nilai-nilai agama dijadikan
ketokohan dan mistisisme Islam, sebagai sebagai acuan dalam berperilaku. Sehingga
modal untuk kampanye dan perlawanan black dalam perilaku ini terdapat sebuah hubungan
campaign, dan sebagai persiapan mental dan spiritual sekalipun untuk kepentingan politik.
spiritual. Nilai, norma, dan aturan-aturan
Komunikasi Politik sebagai sebuah perilaku
dalam perilaku Sowan Kyai ini menunjukkan
komunikasi untuk tujuan-tujuan politik, pada
adanya sebuah hubungan assimetris bagi
akhirnya sangat dipengaruhi oleh budaya
para pelakunya. Sehingga dalam praktiknya,
yang ada dalam masyarakatnya. Islam sebagai
terdapat sebuah hubungan yang lebih tinggi
agama yang berpengaruh bagi masyarakat
dan lebih rendah.
Jawa, juga mempengaruhi perilaku-perilaku

Sowan para santri ke kediaman Gus Mus (KH. Mustofa Bisri) Rembang.
Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017.

508 | Ensiklopedi Islam Nusantara


masyarakatnya terutama Sowan Kyai. Para silaturrahmi. Sowan Kyai menjelang Pemilu
Calon Legislatif di Jawa Timur sebagai pelaku, ini, menghasilkan dua proposisi tentang
memaknai perilaku Sowan Kyai ini sebagai konsep Sowan Kyai menjelang Pemilu.
bentuk pencarian dukungan sekaligus mencari Proposisi pertama, terdapat hubungan spiritual
doa dan keberkahan dari Kyai. pada perilaku Sowan Kyai dalam konteks
Komunikasi Politik. Sedangkan proposisi
Sowan Kyai sebagai perilaku komunikasi
kedua, terdapat dimensi hubungan assimetris
masyarakaat Jawa, memiliki perbedaan
antara seseorang dengan orangyang ilmu
pemaknaan dari para pelaku Sowan Kyai
spiritualnya lebih, sehingga memunculkan
ketika dilakukan pada masa Pemilu (yakni para
simbol-simbol tertentu dalam perilaku Sowan
calon pemimpin dan para Kyai). Para Calon
Kyai menjelang Pemilu ini. Seseorang yang
Pemimpin memaknai perilaku ini sebagai
memposisikan lebih rendah dari orang yang
suatu bentuk pencarian dukungan, dengan
lebih tua dan ilmu spiritualnya lebih, menjadi
tetap mengakomodasi aspek etika, norma,
suatu dimensi yang kuat dalam perilaku Sowan
dan nilai-nilai spiritual dalam Islam dan Jawa.
Kyai ini.
Sedangkan para Kyai memaknai perilaku
ini sebagai bentuk perilaku ibadah, dengan [Zainul Milal Bizawie]
dasar ajaran Islam untuk menyambung tali

Sumber Bacaan
Muhammad Alfien Zuliansyah, BUDAYA SOWAN KYAI, SEBUAH STRATEGI DALAM KOMUNIKASI POLITIK
(Komunikasi Politik Calon Legislatif di JawaTimur), Penelitian di Universitas Brawijaya.
Abdurrahman, Syaikh Khalid binH usain bin.(2009). Silaturahim, Keutamaan, dan Anjuran Melaksanakannya. (M.I Ghazali,
Terjemahan). Indonesia, Islamhouse
Al – Qur’an Terjemah. (2005). Jakarta: Al– Huda
Astuti.(2014,24April). Minta Doa Kiai, Kalau Betul–Betul “Nyalon” Bismillah. Jakarta. Diakses padaSenin 11 Agustus
2014, dari http://www.nefosnews.com/ post/berita-analisa/minta-doa-kiai-kalau-betul-betul-nyalon-bismillah
Hadisuprapto, P. (2010). Attachmentand Deliquency in Javanese Society. Universitas Diponegoro Semarang
Hair, A. (2014). Taqqiyah, Strategi Komunikasi dalam Penghindaran Isolasi (Skripsi, Universitas Brawijaya, 2014)
Herusatoto,B. (2008).Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Ombak
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2014). Jakarta : Indonesia, tersedia dalam :http://kbbi.web.id/sowan
Kasyfurrahman, Z. (2009). Komunikasi Politik Kyai (Skripsi, Universitas Islam Negeri Malang,2009)
Lombard,D.(2008). Nusa Jawa: Silang Budaya (Bagian III: Warisan Kerajaan–Kerajaan Konsentris). Jakarta: Gramedia
Muhtadi,A.(2008).Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca Orde Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyana,D. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ubudiyah.(2012). Sowan dan MenciumTangan Kyai.Diaksespad aRabu17Juli2014,dari http://m.nu.or.id/a,public-
m,dinamic-s,detail-ids,10-id,39396-lang,id-c,ubudiyah-t,Sowan+dan+Mencium+Tangan+Kyai-.phpx
Wafa,M.(2013).Peran Politik Kyai di Kabupaten Rembang Dalam PemiluTahun1994-2009. Journal ofIndonesian History
Vol.1. Universitas Negeri Semarang.

Edisi Budaya | 509


Suroan

B
agi masyarakat Jawa, bulan Suro sebagai II telah membuat penyesuaian antara sistem
awal tahun Jawa dianggap sebagai bulan kalender Hirjiyah dengan sistem kalender
yang sakral atau suci, bulan yang tepat Jawa pada waktu itu.
untuk melakukan renungan, tafakur, dan
Waktu itu, Sultan Agung menginginkan
introspeksi untuk mendekatkan dengan Yang
persatuan rakyatnya untuk menggempur
Maha Kuasa.
Belanda di Batavia, termasuk ingin
Saat malam 1 Suro tiba, masyarakat “menyatukan Pulau Jawa.” Oleh karena itu,
Jawa umumnya melakukan ritual tirakatan, dia ingin rakyatnya tidak terbelah, apalagi
lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan disebabkan keyakinan agama. Sultan Agung
tuguran (perenungan diri sambil berdoa). Hanyokrokusumo ingin menyatukan kelompok
Bahkan sebagian orang memilih menyepi santri dan abangan. Pada setiap hari Jumat legi,
untuk bersemedi di tempat sakaral seperti dilakukan laporan pemerintahan setempat
puncak gunung, tepi laut, pohon besar, atau di sambil dilakukan pengajian yang dilakukan
makam keramat. oleh para penghulu kabupaten, sekaligus
dilakukan ziarah kubur dan haul ke makam
Ngampel dan Giri. Akibatnya, 1 Muharram (1
Sejarah Suroan Suro Jawa) yang dimulai pada hari Jumat legi
Ritual 1 Suro telah dikenal masyarakat ikut-ikut dikeramatkan pula, bahkan dianggap
Jawa sejak masa pemerintahan Sultan Agung sial kalau ada orang yang memanfaatkan hari
(1613-1645 Masehi). Saat itu masyarakat tersebut di luar kepentingan mengaji, ziarah,
Jawa masih mengikuti sistem penanggalan dan haul.
Tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu. 1 Syura adalah awal tahun Muharam,
Sementara itu umat Islam pada masa Sultan tahun Islam yang telah ditranskulturisasi
Agung menggunakan sistem kalender dengan tradisi ritual Jawa kuno. Karaton
Hijriah. Sebagai upaya memperluas ajaran Mataram menerima dan mengembangkan ide
Islam di tanah Jawa, kemudian Sultan Agung transkulturasi terutama sejak Sultan Agung
memadukan antara tradisi Jawa dan Islam dari Karaton Yogyakarta. 1 Syuro menjadi
dengan menetapkan 1 Muharram sebagai bagian penting dari sebuah siklus kehidupan
tahun baru Jawa. manusia.
Dalam Islam, latar belakang dijadikannya Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro sebagai
1 Muharam sebagai awal penanggalan awal tahun Jawa juga dianggap sebagai bulan
Islam oleh Khalifah Umar bin Khathab, yang sakral atau suci, bulan yang tepat untuk
seorang khalifah Islam di jaman setelah Nabi melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi
Muhammad wafat. Awal dari afiliasi ini, konon untuk mendekatkan dengan Yang Maha Kuasa.
untuk memperkenalkan kalender Islam di
Cara yang biasa digunakan masyarakat
kalangan masyarakat Jawa. Maka tahun 931 H
Jawa untuk berinstrospeksi adalah dengan
atau 1443 tahun Jawa baru, yaitu pada jaman
lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu.
pemerintahan kerajaan Demak, Sunan Giri

510 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Lelaku malam 1 Suro, tepat pada pukul Islam dan sekaligus juga menjadikannya
24.00 saat pergantian tahun Jawa, diadakan sebagai awal perjuangan umat Islam melalui
secara serempak di Kraton Ngayogyakarta wadah kepemimpinan Nabi Muhammad saw.
dan Surakarta Hadiningrat sebagai pusat
Momentum tanggal 1 Muharram selalu
kebudayaan Jawa.
dijadikan penyemangat untuk membangun
kesadaran akan kejayaan Islam di masa lalu.
Bagi kebanyakan umat Islam yang memiliki
Tradisi Suroan Dalam Islam
kesadaran sejarah Islam di masa lalu, selalu
Sebagai awal tahun, bulan Muharram menjadikan Muharram sebagai bulan untuk
memiliki makna yang sangat mendalam bagi kembali mengingat tentang peradaban Islam
kaum muslimin. Bulan Muharram merupakan di masa lalu yang agung luar biasa. Makanya,
bulan yang memiliki makna perjuangan tanggal 1 Muharrom selalu saja dimaknai
umat Islam. Bulan Muharam menandai awal adanya keinginan yang kuat dari umat Islam di
perjalanan Umat Islam bersama Rasulullah seluruh dunia untuk bangkit dari keterpurukan
saw untuk memperjuangkan Islam. Bulan dan membuka kembali kontribusi dunia Islam
Muharram menandai hijrahnya Nabi bagi peradaban dunia.
Muhammad saw ke Madinah dan menandai
Di Nusantara, Perayaan 1 Muharram,
awal perjuangan Islam dalam kancah
rasanya telah menjadi simbol ritual tahunan
kehidupan umat manusia.
yang ditandai dengan berbagai upacara
Hijrah Nabi Muhammad saw dari Mekkah penyambutan dan hingar bingar kegiatan
ke Madinah merupakan titik balik bagi di masyarakat Indonesia. Sekali lagi, bahwa
perkembangan umat Islam. Jika di Mekkah tanggal 1 Muharram dianggap sebagai simbol
Nabi dimusuhi dengan berbagai cara agar kebangkitan umat Islam. Namun demikian, ada
Muhammad saw menghentikan dakwahnya sebuah pertanyaan yang kiranya dapat menjadi
untuk menyebarkan Islam sebagai agama yang renungan kita semua. Pertanyaan itu adalah
hanif. Muhammad saw mendakwahkan Islam bagaimana menjadikan Muharram sebagai
kepada kaum non Muslim di Mekkah dalam kebangkitan hakiki umat Islam. Bukan hanya
rentang waktu yang cukup lama. Akan tetapi simboliknya yang mengedepan, akan tetapi
perkembangan Umat Islam tidak sebanding adalah makna hakikinya yaitu umat Islam
dengan upaya yang dilakukan Nabi Muhammad sudah mengedepankan Islam sebagaimana
saw dan para sahabat-sahabatnya. Setelah Nabi yang diinginkan Nabi Muhammad saw, yaitu
Muhammad saw ditinggalkan oleh istrinya Islam yang damai, sejahtera, berkemajuan dan
yang sangat mencintainya (Khadijah RA) yang memberikan berkah bagi umat manusia.
sangat mendukung usaha-usaha dakwahnya,
Tentu ada perbedaan dalam menentukan
lalu juga ditinggalkan oleh Pamannya (Abu
kapan tanggal 1 Muharram tersebut. Ada yang
Thalib), maka posisi dakwah Nabi Muhammad
menggunakan hitungan tahun Saka, ada yang
Saw., dalam nuansa genting. Beliau tidak lagi
menggunakan hitungan tahun Aboge, dan
memiliki pendamping dan pendukung dari
sebagainya. Namun demikian di antara mereka
Bani Quraisy yang terkemuka. Dari sinilah
yang berbeda pendapat tersebut tidak saling
sesungguhnya hijrah Nabi Muhammad saw ke
mencaci dan merendahkan. Mereka semua
Madinah dapat dilihat ulang.
memahami bahwa perbedaan adalah bagian
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw dari sunnatullah yang harus dipahami secara
inilah yang kemudian ditahbiskan sebagai mendalam.
awal tahun baru Islam. Sehingga tanggal 1
Orang Jawa ada yang mengikuti hitungan
Muharram ditetapkan sebagai hari dalam
tahun baru Islam sebagaimana hitungan hisab
tahun pertama untuk menandai hijrah Nabi
dan rukyat, sementara yang lain menggunakan
Muhammad saw yang sangat fenomenal
hitungan tahun Saka dan juga Aboge. Orang
tersebut. Hijrah Nabi Muhammad saw ke
Jawa memang memiliki tradisinya sendiri di
Madinah merupakan awal bagi penyebaran

Edisi Budaya | 511


dalam merayakan tahun baru Islam atau bulan oleh Kebo Bule Kyai Slamet sebagai Cucuking
Muharram. Orang Jawa menyebutnya sebagai Lampah. Kebo Bule merupakan hewan
bulan Suro. Di bulan inilah sesungguhnya kesayangan Susuhunan yang dianggap
orang Jawa melakukan berbagai macam keramat. Konon kerbau ini bukan sembarang
upacara yang intinya untuk memohon agar kerbau. Dalam buku Babad Solo karya Raden
Allah swt memberikan perlindungan dari Mas (RM) Said, leluhur kebo bule adalah
segala mara bahaya yang bisa saja hadir di hewan klangenan atau kesayangan Paku
tahun berlangsung. Dengan demikian, bagi Buwono II. Maka dari itu, kebo bule ini
orang Jawa bahwa bulan Suro bukanlah bulan dianggap sebagai pusaka keraton. Adapun
untuk bersenang-senang, akan tetapi bulan kirab itu sendiri berlangsung tengah malam,
untuk merenung dan bermunajat kepada Allah tergantung ‘kemauan’ dari kebo Kyai Slamet.
agar keselamatan terus menyelimuti bumi Di belakang Kebo Bule barisan berikutnya
(Nursyam; 2009). adalah para putra Sentana Dalem (kerabat
keraton) yang membawa pusaka, kemudian
Pada Orang Jawa banyak hal yang
diikuti masyarakat Solo dan sekitarnya seperti
bisa dicermati dan dikaji terkait dengan
Karanganyar, Boyolali, Sragen dan Wonogiri.
bulan Muharram atau wulan Suro. Orang
Jawa memiliki tradisinya sendiri di dalam Uniknya, dalam kirab ini, orang-orang
merayakan bulan Muharram atau bulan Suro. sekitar Keraton akan berjalan mengikuti kirab.
Berbeda dengan umat Islam pada umumnya Mereka saling berebut dan berusaha menyentuh
yang merayakan bulan Muharram, misalnya tubuh kebo bule. Tak cukup menyentuh,
dengan Puasa, Baca doa, Baca Yasin atau Baca bahkan orang-orang tersebut terus berjalan
Surat Al Ikhlas, sampai sedekah kepada fakir di belakang kerbau, menunggu sekawanan
miskin dan anak yatim, maka Orang Jawa kebo bule buang kotoran. Bila kotoran jatuh,
menyelenggarakan upacara Suroan dengan mereka saling berebut mendapatkannya.
tradisi yang lebih unik. Orang-orang itu beranggapan bahwa kotoran
tersebut sebagai tradisi ngalap berkah, atau
mencari berkah Kiai Slamet.
Ritual Suroan di Jawa
Sedangkan ritual di Yogyakarta berbeda
Satu suro biasanya diperingati pada malam lagi. Di istana Sultan Hamengkubuwono, itu
hari setelah magrib pada hari sebelum tanggal setiap malam satu Suro digelar acara mengarak
satu biasanya disebut malam satu suro, hal benda pusaka mengelilingi benteng keraton
ini karena pergantian hari Jawa dimulai pada yang diikuti oleh ribuan warga Yogyakarta dan
saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, sekitarnya. Selama melakukan ritual mubeng
bukan pada tengah malam. Satu Suro memiliki beteng tidak diperkenankan berbicara seperti
banyak pandangan dalam masyarakat Jawa, halnya orang sedang bertapa. Inilah yang
hari ini dianggap kramat terlebih bila jatuh dikenal dengan istilah tapa mbisu mubeng
pada jumat legi. Untuk sebagian masyarakat beteng.
pada malam satu suro dilarang untuk ke
Tapa Bisu atau mengunci mulut dilakukan
mana-mana kecuali untuk berdoa ataupun
dengan cara diam, tidak mengeluarkan kata-
melakukan ibadah lain.
kata selama ritual. Mereka melakukan untuk
Cara yang biasa digunakan masyarakat memohon perlindungan dan keselamatan
Jawa untuk berinstrospeksi adalah dengan kepada Allah SWT dengan harapan diberikan
lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu. yang terbaik untuk Kota Yogyakarta. Tapa
Lelaku malam 1 Suro, tepat pada pukul Bisu, atau mengunci mulut yaitu tidak
24.00 saat pergantian tahun Jawa, diadakan mengeluarkan kata-kata selama ritual ini. Yang
secara serempak di Kraton Ngayogyakarta dapat dimaknai sebagai upacara untuk mawas
dan Surakarta Hadiningrat sebagai pusat diri, berkaca pada diri atas apa yang dilakoninya
kebudayaan Jawa. Di Kraton Surakarta selama setahun penuh, menghadapi tahun
Hadiningrat kirab malam 1 Suro dipimpin baru di esok paginya.

512 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Selain di Kraton, ritual 1 Suro juga Jawa sepanjang bulan Suro.
diadakan oleh kelompok-kelompok penganut
Salah satu ritual paling popular malam
aliran kepercayaan Kejawen yang masih banyak
satu Suro adalah ngumbah keris (membersihkan
dijumpai di pedesaan. Mereka menyambut
keris). Ritual ini adalah tradisi mencuci/
datangnya tahun baru Jawa dengan tirakatan
membersihkan keris pusaka bagi orang yang
atau selamatan. Tirakat dari kata ‘Thoriqot’
memilikinya. Dalam tradisi masyarakat Jawa,
atau Jalan, yang dimaknai sebagai usaha
ngumbah keris menjadi sesuatu kegiatan
mencari jalan agar dekat dengan Allah.
spiritual cukup sakral. Tiap malam satu Suro
Tirakatan ini digelar setiap malam satu Suro
kebanyakan orang Jawa atau para kolektor
oleh kelompok-kelompok penganut aliran
pusaka selalu ‘ngumbah gaman/keris’ karena
kepercayaan Kejawen yang masih banyak
1 Muharram adalah malam penuh keramat,
dijumpai di pedesaan. Mereka menyambut
malam penuh dengan kekuatan magis.
datangnya tahun baru Jawa dengan tirakatan
Karena pusaka-pusaka itu juga dikeramatkan,
atau selamatan.
makanya perlu dirituali di malam 1 Suro, agar
Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa kekuatan gaibnya bertambah.
meyakini untuk terus bersikap eling (ingat) dan
Tradisi lainnya adalah Kungkum atau
waspada. Eling artinya manusia harus tetap
berendam di sungai besar, sendang atau sumber
ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya
mata air tertentu, Yang paling mudah ditemui
sebagai ciptaan Tuhan. Sedangkan waspada
di Jawa khususnya di seputaran Yogyakarta
berarti manusia juga harus terjaga dan waspada
adalah Tirakatan (tidak tidur semalam suntuk)
dari godaan yang menyesatkan. Karenanya
dengan tuguran (perenungan diri sambil
dapat dipahami jika kemudian masyarakat
berdoa) dan Pagelaran Wayang Kulit. Di antara
Jawa pantang melakukan hajatan pernikahan
tradisi tersebut ada juga sebagian masyarakat
selama bulan Suro.
yang menggunakan malam satu suro sebagai
Terlepas dari mitos yang beredar dalam saat yang tepat untuk melakukan ruwatan.
masyarakat Jawa berkaitan dengan bulan
Suro, namun harus diakui bersama bahwa
introspeksi menjelang pergantian tahun Dialeketika Tradisi Islam dan Jawa
memang diperlukan agar lebih mawas diri. Memang, masih ada sekelopompok orang
Inilah esensi lelaku yang diyakini masyakarat yang membedakan antara Islam dan Jawa.

Kebo Bule Kyai Slamet Keraton Solo ketika diarak sewaktu acara Suroan.
Sumber: https://bagusdikalasenja.wordpress.com

Edisi Budaya | 513


Bagi mereka Jawa dan Islam merupakan dua (pembuat keris) seperti Empu Gandring
entitas yang masing-masing berdiri sendiri- dalam cerita Kerajaan Tumapel, atau Empu
sendiri. Islam adalah suatu hal tersendiri, Supo dalam cerita Walisongo dan sebagainya.
demikian juga Jawa adalah sesuatu hal yang Bahkan di setiap wilayah juga menyimpan
lain. Sebagai entitas kebudayaan, maka Islam tradisi senjata-senjata sakti, seperti Rencong
dan Jawa merupakan suatu hal yang berbeda. di Aceh, Tombak dan Keris di Jawa, dan
Sementara itu juga ada sebagian masyarakat sebagainya.
yang menyatakan bahwa Islam dan Jawa
Kedua, Tradisi melakukan puasa-puasa
merupakan dua entitas yang sudah menjadi
khas. Misalnya pada bulan Suro penganut
satu. Keduanya telah lama membangun
Islam Jawa melakukan puasa patigeni, puasa
dialog kebudayaan yang saling memberi dan
mutih, puasa ngrowot, puasa ngebleng dan
menerima. Pandangan kedua inilah yang
sebagainya. Puasa patigeni dilakukan dengan
kiranya menjadi arus utama akhir-akhir ini.
cara tidak memakan makanan hasil perapian,
Dengan demikian, antara Islam dan Jawa puasa mutih artinya hanya makan nasi putih
sudah merupakan suatu entitas kebudayaan dan air putih saja saat berbuka, puasa ngrowot
yang menyatu, dan tidak terpisahkan. Ibaratnya dilakukan dengan hanya memakan buah-
mata uang koin, maka sisi yang satu adalah buahan, puasa ngebleng dilakukan dengan
Islam dan sisi lainnya adalah Jawa. Jadi tidak menanam dirinya di tanah dan sebagainya.
bisa dipisahkan. Dalam pandangan seperti Puasa-puasa ini tentu saja dilakukan dengan
ini, maka Islam dapat berkolaborasi dengan tujuan untuk melatih kejiwaan dan kekuatan
tradisi Jawa, sehingga Islam dan Jawa dapat batin agar dekat dengan Allah sing agawe
membangun demokrasi dan kemoderenan. urip (Tuhan yang mencipta kehidupan).
Keduanya saling memberikan sumbangannya Urip iku urup artinya bahwa hidup itu adalah
dalam satu kesatuan untuk membangun pengabdian kepada Tuhan untuk kepentingan
peradaban yang agung dan mendunia. kemanusiaan.
Islam dan Jawa memang merupakan Bulan Suro di kalangan Orang Jawa
entitas budaya yang dapat memberikan dikenal sebagai bulan tirakatan. Tirakat yang
warna khusus Islam dibanding dengan Islam dilakukan oleh Orang Jawa tentu agak berbeda
di tempat lain. Kekhususan itu terletak pada dengan tarekat dalam pengertian organisasi
berbagai upacara yang dalam banyak hal tidak kaum sufi. Tirakatan artinya adalah tindakan
dijumpai pada praktek Islam di tempat lain, untuk pendekatan khusus kepada Allah swt,
bahkan di pusat sumber orisinalitas Islam melalui puasa, berdzikir atau eling kepada
di Timur Tengah. Makanya, ada beberapa Allah, melanggengkan ritual-ritual khusus
hal yang kiranya dapat dipahami mengenai yang dianggap sebagai cara atau jalan agar bisa
perilaku Orang Islam Jawa, terkait dengan berdekatan dengan Tuhan.
perayaan tanggal 1 Muharram atau 1 Suro
Ketiga, Tradisi memandikan pusaka yang
Nursyam, 2009).
dianggap memiliki kesaktian. Mungkin ada di
Pertama, Tradisi mencintai dan antara kita yang tidak meyakini bahwa pusaka
menghormati keris atau benda-benda pusaka (keris, tombak, bahkan batu akik) memiliki
lainnya. Keris atau benda-benda pusaka kekuatannya sendiri. Kekuatan khusus yang
lainnya tentu bukanlah tradisi genuine hanya dimiliki oleh benda-benda tersebut.
Islam. Hampir di semua kerajaan Islam Kekuatan itu adalah anugerah Allah kepada
dijumpai benda-benda pusaka. Bahkan para alam. Ada keistimewaan yang dimiliki oleh
Wali juga memiliki benda-benda pusaka. Di benda-benda tersebut karena sesungguhnya
dalam cerita, misalnya Kanjeng Sunan Giri adalah representasi dari kekuasaan Allah.
memiliki Kyai Kolomunyeng, kemudian Raja Orang Jawa meyakini bahwa ada representasi
Mataram memiliki Kyai Sengkelat, ada juga kekuasaan Allah pada benda-benda di alam ini.
Kyai Nogososro Sabuk Inten dan sebagainya.
Menurut Nursyam, keyakinan tersebut
Ini tentu melengkapi kehebatan para empu

514 | Ensiklopedi Islam Nusantara


tidak sama dengan konsep dinamisme di dalam semakin banyak. Ritual ziarah makam suci
agama-agama primitive, yang beranggapan dilakukan dengan harapan bahwa Allah akan
bahwa setiap benda memiliki kekuatan memberikan keselamatan dan keberkahan
sehingga bisa disembah. Di dalam tradisi hidup selama setahun berlangsung. Mereka
Islam-Jawa, bahwa benda-benda itu adalah mempercayai bahwa para Waliyullah adalah
representasi Tuhan untuk menunjukkan washilah yang baik agar doanya diterima oleh
tentang tanda-tanda kebesaran Allah bisa Allah. Mereka bukan berdoa kepada arwah
terdapat di antara kita semua. Bukan untuk Waliyullah, akan tetapi menjadikan orang suci
disembah, akan tetapi dijadikan sebagai bukti ini sebagai perantara yang baik untuk doa yang
bahwa Allah itu maha kuasa dan berkuasa dilantunkannya kepada Allah swt.
untuk menjadikan benda atau apa saja bisa
Kelima, Tradisi sedekah juga mewarnai
memiliki ciri khas yang berbeda dengan
bulan Suro. Ada keyakinan bahwa bulan
lainnya.
Muharram adalah bulan yang sangat baik
Para empu yang membuat keris atau untuk sedekah. Orang yang banyak sedekah
tombak atau senjata lainnya tentu tidak hanya kepada orang miskin dan anak yatim akan
menggunakan kekuatan fisikalnya, akan tetapi dihindarkan oleh Allah dari marabahaya.
dengan lelaku atau tirakat atau riyadhah yang Mereka meyakini bahwa melalui sedekah
sangat mendasar. Mereka mencipta pusaka kepada anak yatim pada tanggal 10 Muharram,
tersebut dengan semedi (upacara-upacara maka Allah akan menurunkan keselamatan
khas) untuk meminta kepada Allah agar yang dan keberkahan kepada yang melakukannya.
diciptakannya menjadi penjaga alami bagi Itulah sebabnya, banyak orang yang berlomba-
yang memilikinya. Di dalam tradisi Jawa, maka lomba mengeluarkan sedekah pada bulan
pembuatan pusaka-pusaka istimewa dilakukan Muharram ini.
sampai berbulan-bulan karena banyaknya
Bulan Suro atau Bulan Muharram
upacara ritual yang harus diselenggarakan.
merupakan bulan yang dianggap sebagai
Orang Jawa sangat menghargai prosesi itu,
bulan keramat. Makanya, orang Jawa banyak
sehingga memuliakannya.
melakukan ritual-ritual untuk memperoleh
Keempat, Tradisi Ziarah kubur para Orang keselamatan dan keberkahan.
Suci. Ziarah kubur sekarang sudah merupakan
Kita tentu tidak bisa memvonis apakah
bagian dari tradisi Islam Indonesia. Tidak
pelaksanaan upacara-upacara ini memiliki
hanya Orang Jawa yang melakukan ritual
dalil naqli atau tidak, akan tetapi satu hal
ziarah kubur para wali atau penyebar Islam.
yang penting adalah adanya keyakinan bahwa
Akan tetapi makin banyak orang yang
di bulan Suro ini segala keprihatinan dan
melakukan ziarah Wali. Di Jawa dikenal ziarah
tirakatan harus dilakukan. Keyakinan tersebut
Wali Songo ( Wali Sembilan). Wisata ziarah ini
terus dijaga oleh Orang Jawa yang tentu
dilakukan secara berjamaah. Meskipun dewasa
menggambarkan bahwa Orang Jawa memang
ini ziarah Maqam Wali tidak terbatas pada
memiliki ritualitas yang menarik untuk
bulan-bulan tertentu, namun demikian khusus
dicermati.
bulan Muharram kuantitas peziarahnya
[Zainul Milal Bizawie]

Sumber Bacaan
Nursyam, Tradisi Muharram (Suroan) di Nusantara, Kumpulan opini tahun 2009-2016 di situs pribadi Nursyam.
Endang Saifuddin, Agama dan Kebudayaan, (Bandung: PT. Bina Ilmu Surabaya, 1979)
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998)

Edisi Budaya | 515


Surau

P
erjalanan Islam ke berbagai wilayah telah pelengkap rumah gadang, adat. Bangunan ini
melahirkan bentuk bentuk baik cara fungsinya untuk bertemu, berkumpul, rapat
beribadah maupun tempat – tempat suci, serta tempat tidur bagi anak anak lakl-laki
kedatangan Islam yang menjadi perdebatan yang sudah akil baligh dan kaum lakil-laki
soal asal, waktu dan agen ke Indonesia, telah yang sudah udzur. Anak laki-laki yang sudah
melahirkan Islam Indonesia yang sangat akil baligh itu dianggap memalukan jika masih
unik dan berbeda-beda performance-nya. tidur di rumah.
Salah satunya adalah tempat ibadah dan
Istilah surau ini juga dikenal di
tempat pendidikan. Orang Arab atau Timur
Semenanjung Malaya Malaysia. Di sana
Tengah hanya mengenal Masjid sebagai pusat
perbedaan fungsi antara surau dan masjid
peribadatan di mana sholat Jumat dan hari
tidak begitu terang. Ada pembedaan, tetapi
raya diselenggarakan. Di sana tempat untuk
administratie saja, surau besar dan surau kecil.
shalat di tempat publik namanya masjid,
Fungsinya hampir sama dengan masjid di
tidak dikenal turunannya (Badri yatim: 2010).
Indonesia. Yang besar untuk fungsi keagamaan
Adapun di Indonesia kita mengenal, ,rangkang,
yang lebih besar. Tapi bukan untuk pendidikan
langgar, surau, meunasah tajuk, dan lain-lain.
Islam. Adapun yang kecil dipakai belajar agama
yang juga sebagai tempat ibadah publik. Semua
agama yang dasar. Patani (Thailand Selatan)
istilah itu menggambarkan betapa kayanya
pun menggunakan istilah surau sebagai bagian
keragaman Islam lokal di Indonesia.
dari pusat keagamaan.
Mini masjid, karena punya fungsi yang
Sementara di Minangkabau, Tanah Batak,
terbatas dari masjid, terutama tidak digunakan
Sumatera Tengah, Sumatera Selatan pun surau
untuk Sholat Jumat menjelma menjadi bentuk
melegenda. Di Minangkabau, surau dibedakan
langgar. Kata ini banyak digunakan di Jawa,
berdasarkan daya tampung kapasitasnya.
Madura dan Kalimantan. Adapun Surau,
Surau kecil, bisa dipakai 20 murid; surau
lebih dikenal di Minangkabau Sumatra Barat.
sedang, kapasitasnya sampai 80 murid; dan
Sedangkan Istilah Rangkang dan Meunasah
yang besar antara 100 sampai 1000 orang.
lazim digunakan di Aceh.
Fungsi surau kecil itu kira-kira sama
dengan langgar di Jawa atau di Minangkabau.
Arti Kata Surau besar dan sedang yang ada di Malaysia
bisa dikatakan berfungsi seperti pesantren
Istilah surau sendiri sudah muncul
di Indonesia dalam hal penyelenggaraan
sebelum Islam datang ke Indonesia Menurut
pendidikan. Ia bisa menjadi atau berfungsi
AA. Navis fungsi surau pada waktu itu adalah
seperti masjid karena ada khatib, imam, bilal
tempat belajar dan menginap anak-anak laki-
dan lain-lain.
laki yang sudah baligh.
Surau sebenarnya juga berarti bangunan
kebudayaan (semacam balai) bagi masyarakat Surau dalam Lintasan Sejarah
setempat di mana masyarakat berkumpul
Seperti dikatakan di atas, di mana surau
sebelum kedatangan Islam. Tempat itu bagi
sudah dikenal sebelum Islam, seiring dengan
masyarakat adalah milik kaum atau suku,

516 | Ensiklopedi Islam Nusantara


kedatangannya, peran dan fungsi surau mulai ulama ulama Minangkabau. Surau ini
diperluas. Ia tidak lagi hanya menjadi pusat nantinya akan menjadirpusat pendidikan di
kegiatan menekuni ilmu pengetahuan dan Minangkabau. Tempat ini dianggap sebagai
ketrampilan tetapi juga pengembangan Islam tempat penyebaran ilmu pengetahuan yang
di mana anak didik tinggal. lebih teratur. Dari surau ini, lahirlah ulama-
ulama yang dikader Syekh Burhanudin dan
Surau, menurut Badri Yatim, dalam hal
mendirikan tempat serupa di daerah asalnya.
ini mengalami Islamisasi. Yang hanya untuk
Mereka terus menyempurnakan kekuarang
menginap anak lajang sekarang menjadi tempat
dan melengkapi fungsi surau ini. Salah satu
pengembangan Islam, seperti pengajaran al-
contoh penting itu adalah murid beliau,
Quran. Sehinggn guna dan fungsinya seperti
Tuanku Mensiangan Nan Tuo. Ia mendirikan
masjid mini. Meski kecil, surau amatlah
surau serupa di kampungnya, Paninjauan.
penting bagi orang Minangkabau.
Seiring zaman, surau terus berkembang,
Ada aktor penting yang membawa
perkembangan pertama adalah dalam soal
Islamisasi surau ini, yaitt Syekh Burhanudin
kependidikan, Syekh Abdarrahman (1777-
Ulakan (1641-1691), murid Abdur Rauf al-
1899) mendirikan surau besar di Batuhampar
Singkili. Al-Singkili, waktu itu, menjabat
Payakumbuh. Ia mendirikan model baru surau.
sebagai qadi dan mufti kesultanan Aceh
Setelah 48 tahun mengembara mencari ilmu,
Darussalam. Ketika kembali dari belajar ilmu
Sang syekh di usianya yang ke 63, beliau
di Kutaraja Aceh, Syekh Burhanudin Ulakan
mendirikan surau besar. Mengapa? Karena
mendirikan surau di kampungnya, Ulakan
suara ini dikelilingi oleh surau-surau kecil. Jadi
Pariaman. Di Surau inilah ia menakader ulama
surau besaa semacam surau induk. Jadi fungsi
dan mengembangkan ilmu-ilmu keIslaman
pendidikan sangat menonjol dalam bangunan
yang kelak akan saagat berpengaruh buat
ini.

Surau di Solok Sumbar yang dibangun pada 1657.


Foto diambil oleh M. Jihad Hizbullah

Edisi Budaya | 517


Pendidikan di surau Syekh Abdurrahmai ibunya, kecuali sedang sakit. Meunasah selain
dimulai dari membaca al-Quran dan kemudian tempat bermusyawarah juga tempat menginap
tilawahnya dengan berbagai irama. Karena uleebalang, jika bepergian bersama pangeran
keahlian beliau itu, surau ini mendatangkan Sagi. Ketika Islam datang, fungsinyaiberubah
daya tarik bagi masyarakat di luar Payakumbu. menjadi tempat ibadah. Seperti untuk shalat
Seperti Bengkulu, Pelembang, Bangka, riau dan belajar ilmu agama. Karenanya kepala
dan Jambi. Konskuensinya, surau tak lagi meunasah mestilah seorang yang tahu ilmu
basa menampung para peminat ilmu itu. agama, ia memimpin penunaian zakat, sunat,
Syekh Abdurrahman lalu membangui komplek pernikahan, memandikan jenazah dan lain-
surau lagi, tak tanggung-tanggung, 30 surau lail. Ia disebut Teungku.
berukuran 7 x 8 meter, bertingkat dua dan
Selain surau, masyarakat Aceh punya
lokasinya mengelilingi bangunan induk. Nama
Dayah. Namun dayah lebih mirip pesantren.
surau-suaru itu pun disesuaikan dengan
Meskipun di meunasah diajarkan juga ilmu
daerah asal para murid yang mendiaminya.
agama, tetapi pelajaranid ayah lebih tinggi
Seperti Surau singkil Surau Riau dan lain-
materinya. Dayah didirikan tanpa tiang, tetapi
lail. Dalam konteks Jawa, fenomena ini mirip
pondasi temboknya ditinggikan dan di atasnya
dengan gothaan (ruang/kamar) di pesantren.
diberikan turapan semen. Hamzah Fansuri,
Sementara itu materi pengetahuan yang Syamsuidn as-Sumatrani, Nurudin al-Raniri,
diajarkan di surau pun meningkat, tidak Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf al-Singkili
hanya baca tulis al-Quran tetapi juga fikih, adalah tokoh-tokoh Dayah. Dayah ing kelak
tauhid, tasawuf dan tarekat. Jika di pesantren, berkembang menjadi pusat pendidikan tinggi
para pencari ilmu disebut santri, para pelajar Islam.
di sura, disebut urang siak. Kebanyakan
Karena Dayah menjadi pusat penyebaran
mereka menginap di surau. Pemilik surau
ilmu dan banyak yang datang dari luar kota,
yang sekaligus pemimpinnya disebut syekh.
maka dibangunlah tempat menginap atau
Gelar yang menunjukkan derajat keulamaan
asrama yang disebut rangkang. Rangkang
nan ketinggian ilmu yang tertinggi. Jika di
dibuat sederhana tidak seperti umumnya
pesantran ada sorogan dan bandongan, maka
rumah orang Aceh yang memiliki tiga lantai.
di surau disebutnya halaqah. Sang Syekh
Ia hanya satu lantai dengan kamar kamar
biasanya memberikan pendidikan secara lisan,
kecil yang bias ditempati satu sampai tiga
semantara urang siak duduk menggilininya,
orang. Rangkang itu dipimpin oleh seorang
melingkar. Materinya ditentukan saag Syekh,
teungku rankang yang menjadi guru bantu
tetap diiesuaikan deegan para urang siak.
dan pembimbing murid. Teungku ini semacam
Biasaaya sesuai umurnya. Meskipun berbagai
lurah pondok kalau di pesantren.
pelajaran agama diajarkan sebagaimana
disebut di atas, tetapi fikih amatlah ditekankan. Istilah yang hampir sama fungsinya
Karena itu secara praktis sangat dibutuhkan adalah Langgar. Langgar yang selama ini
oleh masyarakat. dikenal sebagaidmasjid mini di Jawa –Madura
(tidak untuk sholat Id dan Jumatan) ternyata
Tempat seperti surau banyak terdapat
terdapat juga di Kalimantan Selatan. Di
di daerah lain, tetapi dengan nama yang
Kerajaan Banjar, lembaga pendidikan pertama
berbeda, misalnya Meunasah. Meunasah
itu disebut langgar. Adalah Syekh Muhammad
lebih dikenal di Aceh atau Samudra Pasai.
Arsyad al-Banjari, yang dikenal pertama kali
Sejak abad XIV Meunasah sebagai tempat
menjalankan fungsi pendidikan di dalamnya.
menginap pria dewasa dan tidak menikah di
Beliau adalah ulama berpengaruh di Banjar
gampong (kampung). Meunasah juga untuk
yang pernah belajar beberapa tahun di Mekah.
pria dari luar kampung tersebut atau yang
Lokasi langgar yang didirikan beliau terletak
ibunya tinggal di gampong lain. Intinya,
di pinggiran ibu kota kerajaan. Daerah ini
semua pria tidak boleh menginap di rumah
kemudian terkenal denga nama kampung
lain yang bukan istrinya, meski itu rumah
dalam pagar. Dan sebagaamana alumni surau

518 | Ensiklopedi Islam Nusantara


serta dayah, para murid yang belajar di Langgar untuk ulama nusantara dan meninggalkan
pun mereka setelah pulang mendirikan langgar sejarah yang tak dapat dilupakan hingga kini.
langgar di kampungnya
Menguatkan tentang kedudukan surau di
Kesamaan nama langgar dengan yang ada Minangkabau, Azyumardi Azra mengatakan
di Jawa dan di banyak tempat lain, mungkin bahwa surau disana sudah seperti pesantren
juga karena jaringan para ulama yang dahulu di Jawa. Pasca kemerdekaan, eksistensinya
kala berlajar di Haramain seperti Syekh Arsyad berangsur surut karena lembaga pendidikan
yang belajar dan mengajar selama 25 tahun Islam di Indonesia tunduk pada aturan
di Mekah dan 5 tahun di Madinah.Sebutan pemerintah.
Ulama Jawi bagi para perantau Indonesia dan
[Ala’i Nadjib]
ulama yang disegani disana sebagai sebutan

Sumber Bacaan
Azyumardi Azra, (1985). Surau Di Tengah Krisis: Pesantren Dalam Prespektif Masyarakat. Jakarta: PM3
Azyumardi Azra, (1999). Pemikiran Islam Tradisi dan Modernitas Menuju Milinium Baru. Ciputat: Logos.
Mohammad Kosim, Langgar Sebagai Institusi Pendidikan Keagamaan , Jurnal Tadrîs. Volume 4. Nomor 2. 2009 STAIN
Pamekasan
Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah; Pendidikan Islam dalam Kurun Modern Jakarta; LP3ES, 1994
Badri Yatim, Surau dalam Arus Besar Sejarah Indonesia, dalam Indonesia dalam Arus Sejarah Fakta dan Indeks. Jakarta,
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2012
Azyumardi Azra, Ensiklopedi Nasional Indonesia (Jakarta; Delta Pamungkas, 1997),
Azyumardi Azra, Surau; Pendidikan Islam Tradsional dalam Transisi dan Modernisasi (Jakarta: Logos, 2003

Edisi Budaya | 519


Syair

S
yair merupakan puisi Melayu klasik. dengan rubai Persia. Rubai Persia merupakan
Istilah syair berasal dari bahasa Arab, puisi yang berdiri sendiri, sedangkan pola
yakni syi’r, yang berarti puisi. Berbeda rubai dalam syair Hamzah Fansuri keempat
dengan istilah “syair” dalam bahasa Arab yang larik syair merupakan bagian dari rangkaian
berarti penyair, istilah syair dalam tradisi puisi Melayu yang panjang, yang jumlahnya
kesusastraan Melayu justru berarti karya baitnya bervariasi antara 13 dan 21 bait.
puisi yang dikarang oleh penyair. Dari segi
Dalam perkembangannya, bentuk
kaidah dan konvensinya, syair terdiri atas
syair yang diciptakan oleh Hamzah Fansuri
sejumlah bait; setiap bait terdiri atas empat
mendapat penerimaan yang luas dari kalangan
larik; sedangkan dari jumlah suku kata setiap
penyair Melayu untuk menulis puisi dengan
larik dalam satu bait terdiri atas 9 hingga 12
berbagai kecenderungan tematiknya. Dalam
suku kata. Adapun dari segi jumlah kata, satu
konteks ini, penyebaran syair di dunia Melayu
larik terdiri atas empat kata. Sementara itu,
itu tampaknya dipengaruhi, pertama, oleh
berkaitan dengan pola rima, syair Melayu
kegiatan kaum sufi yang berlangsung intensif
berpola a-a-a-a, b-b-b-b, c-c-c-c, dst.
pada abad ke-16 dan ke-17, dan kedua oleh
Secara historis, syair tumbuh dan kenyaaan bahwa syair memiliki kemiripan
berkembang di dunia Melayu pada abad ke-16; bentuk dengan puisi rakyat Melayu.
dalam hal ini sufi dan penyair besar Melayu,
Perkembangan syair Melayu dan
yakni Hamzah Fansuri, dinilai sebagai pencipta
penerimaannya yang luas di dunia Melayu
genre syair Melayu. Latar belakang intelektual
dengan sendirinya membawa implikasi pada
Hamzah Fansuri yang mengenal dengan baik
perkembangan bentuk persajakan syair Melayu
tradisi intelektual Arab dan Persia serta akar
jika diukur dengan bentuk persajakannya pada
etimologis kata “syair” yang berasal dari Arab
tahap awal kemunculannya. Tahap awal, atau
menimbulkan beragam hipotesis mengenai
tahap Hamzah Fansuri, berlangsung dari
sumber kesastraan yang menjadi dasar
akhir abad ke-16 hingga paruh pertama abad
penciptaan syair Melayu; sebagian pendapat
ke-17, sedangkan tahap kedua, tahap pasca-
melihat bahwa puisi Persia, yakni Rub’i,
Hamzah Fansuri, berlangsung dari akhir abad
menjadi prototipe syair Melayu; sebagian
ke-17 hingga abad ke-19. Perbedaan bentuk
pendapat melihat puisi Arab-lah yang menjadi
persajakan syair tersebut dapat dilihat dari
prototipenya; dan sebagian berpendapat
tingkat isosilabisme dalam larik, jenis rima
bahwa puisi lisan Melayu, yang dikenal dengan
yang ada, dan kekhasan rima yang sering
sebagai “nyanyi”, merupakan prototipe syair
digunakan dalam syair. Pada tahap pasca-
Melayu.
Hamzah Fansuri, umumnya kecenderungan
Meskipun sebagai pencipta syair Hamzah isosilabisme lebih mencolok daripada tahap
Fansuri menyebut puisinya sebagai rubai, Hamzah Fabsuri karena pertimbangan
tetapi pola rubai yang digunakan oleh Hamzah kesadaran estetik yang didasarkan atas
Fansuri dalam syair karangannya tidak sama kesamaan jumlah suku kata. Selain itu, pada

520 | Ensiklopedi Islam Nusantara


tahap pasca-Hamzah Fansuri, jenis rima juga tumbuh-tumbuhan, seperti ikan, burung,
mengalami perubahan yang nyata, dari rima bunga, dan buah-buahan. Penggunaan cerita
berselang ke rima bersinambung. binatang dan tumbuh-tumbuhan tersebut
merupakan kiasan dari peristiwa tertentu,
Terlepas dari aspek bentuk persajakan
seperti Syair Ikan Terubuk untuk menyindir
dan perkembangannya, dari segi isinya
peristiwa anak Raja Malaka yang meminang
syair Melayu dapat dikelompokkan menjadi
putri Siak; Syair Burung Pungguk untuk
lima kelompok: syair panji, syair romantis,
menyindir pemuda yang ingin mempersunting
syair kiasan, syair sejarah, dan syair agama.
seorang gadis yang jauh lebih tinggi status
Meskipun demikian, pengelompokan tersebut
sosialnya.
tampaknya merupakan pengelompokan
sederhana, yang tidak didasarkan atas ciri-ciri Berbeda dengan tiga jenis syair Melayu
puitiknya, dan bahkan lebih didasarkan atas tersebut di atas, syair sejarah merupakan puisi
pengamatan para pakar sastra Melayu, dan Melayu yang didasarkan atas peristiwa sejarah,
oleh karena pengelompokan tersebut sifatnya termasuk peristiwa peperangan, baik yang
eksternal. terjadi di kawasan Melayu maupun di kawasan
lain. Syair Perang Mengkasar merupakan syair
Sebagai kelompok syair Melayu, syair
yang menceritakan peperangan yang terjadi
panji sebagian besar berasal dari karya prosa,
di Makassar antara tahun 1668-1669; Syair
seperti Syair Panji Semirang yang merupakan
Kaliwungu merupakan syair yang menceritakan
olahan dari Hikayat Panji Semirang; Syair
perang yang terjadi di Semarang tahun
Anggreni yang merupakan saduran dari Panji
1763; Syair Perang Palembang merupakan
Anggreni. Di antara kelompok syair panji,
syair yang menceritakan serangan Belanda
Syair Ken Tambuhan merupakan syait yang
terhadap Palembang pada tahun 1819-1821
paling popular sehingga menarik perhatian
yang menyebabkan kejatuhan Kesultanan
sejumlah sarjana untuk menilitinya. Syair
Palembang.
tersebut banyak menyerap kata-kata Jawa
Kuna dan unsur-unsur mitologis agama Hindu. Di antara kelopok syair Melayu, syair
Penyerapan unsur-unsur Jawa Kuna dan agama merupakan kelompok syair yang
mitologi Hindu dalam Syair Ken Tambuhan itu dinilai paling penting. Dalam konteks ini,
tidak mengherankan mengingat cerita yang Hamzah Fansuri merupakan dinilai sebagai
terkandung dalam syair tersebut memang orang pertama yang mengarang syair, yang
berasal dari Jawa; dalam hal ini adalah cerita kemudian diikuti oleh penyair-penyair lainnya.
mengenai negeri yang dikalahkan oleh Ratu Dilihat dari muatan isinya, syair agama dapat
Kuripan yang berlomba-lomba memberikan dibagi ke dalam beberapa jenis yang berkaitan
persembahan kepada Sang Ratu. dengan ajaran agama Islam itu sendiri: syair
tentang akidah, syair tentang syariat, syair
Syair romantis merupakan jenis syair yang
tentang tasawuf, dan syair tentang tentang
sangat digemari di Melayu sebagai puisi naratif
eskatologi Islam.
yang termasuk dalam cerita penglipur lara.
Syair Bidasari, Syair Yatim Nestapa, Syair Abdul Syair Perahu, Syair Dagang, Syair Bahr an-
Muluk, Syair Sri Banian, Syair Sinyor Kosta, Syair Nisa’, Syair Kiamat, Syair Ta’bir Mimpi, dan Syair
Cinta Berahi, Syair Mambang Jauhari, Syair Tajul Raksi merupakan contoh-contoh syair Melayu
Muluk, Syair Sultan Yahya, dan Syair Putri Akal yang masuk dalam kelompok syair agama. Syair
merupakan contoh-contoh dari syair romantis Perahu menggambarkan kehidupan manusia
Melayu. seperti perahu yang berlayar di tengah lautan
dengan berbagai rintangan yang dihadapinya,
Sebagai karya sastra Melayu,
seperti ikan hiu dan ikan paus serta badai angin
perkembangan syair Melayu juga ditandai
topan. Syair Dagang menceritakan nasib anak
dengan berkembangnya syair kiasan atau syair
dagang yang mencari emas di negeri rantau
simbolik. Dalam hal ini cerita yang terdapat
dengan berbagai suka-dukanya; jika sedang
dalam syair dikisahkan melalui binatang dan

Edisi Budaya | 521


mendapat emas banyak, ia pun banyak didekati pertautannya dengan syi’r Arab di satu pihak
orang, sedangkan jika sedang sulit mendapat dan syair Melayu di pihak lain.
emas, ia dijauhi orang. Syair Bahr an-Nisa’
Pertautan singir dengan syi’r Arab
menggambarkan perkawinaan sebagai lautan,
tampaknya didukung oleh kenyataan bahwa
sehingga orang yang ingin melangsungkan
pertumbuhan dan perkembangan singir di
perkawinaan seperti berlayar di lautan, dan
kalangan masyarakat santri dan pesisiran
oleh karena itu pasang-surut gelombang
berbanding lurus dengan pengajaran ilmu
niscaya akan ditemuinya dalam pelayarannya
prosodi Arab yang dikenal dengan ilmu arudh
di lautan. Syair Kiamat menceritakan tanda-
di pesantren-pesantren di Nusantara. Selain
tanda datangnya hari kiamat dan berbagai
itu, kitab-kitab yang diajarkan di pesantren
perisriwa yang akan terjadi pada hari kiamat.
pun sebagian di antaranya berbentuk puisi
Syair Ta’bir Mimpi berisi mengenai uraian
atau nazam. Dengan demikian, komunitas
mengenai tafsir atas mimpi yang dialami
pesantren sudah lama mengenal ilmu prosodi
oleh seseorang. Adapun Syair Raksi berisi
puisi Arab dan karya-karya puisi Arab atau
prediksi mengenai peristiwa yang akan terjadi
syi’r.
berkaitan dengan perjodohan.
Tidak berbeda dengan puisi Arab dan
ilmu prosodinya yang sudah lama dikenal oleh
3. SINGIR masyarakat santri Jawa, kesusastraan Melayu,
baik dalam genre puisi maupun prosa, juga
Singir merupakan bentuk puisi Jawa baru
sudah lama masuk ke Jawa, terutama di daerah
yang berkembang di kalangan masyarakat
pesisiran. Beberapa karya sastra Melayu
santri, terutama di daerah pesisiran. Dilihat
digubah dan diterjemahkan ke dalam bahasa
dari namanya, singir merupakan derivasi
Jawa, yang tersebar tidak hanya di kawasan
dari kata Arab, yaitu syi’r, yang berarti puisi.
pesisiran, tetapi juga di lingkungan kraton
Meskipun demikian, akar etimologis kata
Jawa. Dengan demikian, masyarakat santri
singir yang berasal dari bahasa Arab tersebut
Jawa sudah lama mengenal syair Melayu.
tidak berarti sumber kesastraannya singir
berasal dari Arab, tetapi dimungkinkan berasal Pengenalan masyarakat santri Jawa
dari puisi Melayu yang dikenal sebagai syair. terhadap syi’r Arab dan syair Melayu tersebut
Kemunculan singir tersebut dalam panggung di atas diperkuat oleh kenyataan bahwa pola
sejarah kebudayaan Jawa telah memberi warna singir Jawa sebagian memang mengikuti pola
tersendiri bagi perkembangan kesusastraan syi’r Arab dan sebagian yang lain mengikuti
Jawa yang sebelumnya telah mengenal pola syair Melayu. Dalam hal ini, sebagian
kakawin, geguritan, parikan, dan tembang singir Jawa mengikuti pola syair Melayu dilihat
macapat. dari segi sistem pembaitan dan rimanya, yakni
tiap bait terdiri atas empat larik, tiap larik
Dalam konteks sejarah perkembangan
umunya terdiri atas 12 suku kata, dan dengan
puisi Jawa, pertumbuhan dan perkembangan
pola rima a-a-a-a; dan sebagian lagi mengikuti
singir termasuk baru jika dibandingkan dengan
pola syi’r Arab, yakni tiap bait terdiri atas
puisi Jawa lainnya, seperti kakawin dan
dua paruh bait (syatr) dengan pola rima a-a-
macapat. Jika kakawin tumbuh dan berkembang
b-b, yang dikenal sebagai rima muzdawij yang
pada periode pra-Islam, sementara macapat
umumnya digunakan sebagai rima nazam
diperkirakan tumbuh dan berkembang sejak
Arab. Perubahan dan perkembangan singir
abad ke-16, maka, berdasarkan bukti-bukti
dari yang semula mengikuti pola syair Melayu
tekstual, singir tumbuh berkembang di Jawa
ke pola puisi Arab tampaknya, seperti yang
pada abad ke-19. Adapun terkait dengan
terlihat pada bentuk singir pada abad akhir
sumber kesastraannya, jika kakawin berakar
ke-19, tampaknya tidak dapat dilepaskan dari
dari tradisi puisi India, sementara macapat
perkembangan pesantren sebagai institusi
merupakan puisi asli Jawa, maka singir, sesuai
pendidikan Islam. Sebagaimana diketahui,
dengan namanya, tampak memperlihatkan
pesantren merupakan lembaga pendidikan

522 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Islam yang berakar pada kebudayaan lokal ilmiah keagamaan, seperti singir tentang
Nusantara, tetapi berorientasi internasional. tajwid, sebagai materi pelajaran di pesantern
Dari yang semula tampak sebagai padepokan atau madrasah diniyyah. Dalam konteks ini,
atau peguron, dalam perkembangannya, singir seperti itu serupa dengan nazam Arab
seperti yang tampak pada abad ke-18 yang berisi pengetahuan ilmiah, seperti nazam
dan ke-19, pesantren akhirnya mencapai Imrithi, Alfiyah, dan lain sebagainya, yang
kemapannnnya sebagai pusat transmisi menjadi materi pelajaran tata bahasa Arab di
tekstual ilmu pengetahuan Islam, termasuk Pesantren. Telah menjadi tradisi pengajaran
ilmu-ilmu alat sebagai bantunya. Dalam hal di pesantren, kitab-kitab yang ditulis dalam
ini, yang diajarkan di pesantren adalah ilmu- bentuk nazam, terutama yang masuk dalam
ilmu ushuluddin, syariat, dan ilmu-ilmu alat, kategori ilmu-ilmu alat, cenderung dihafalkan,
seperti nahwu, sharaf, dan balaghah. bahkan untuk pesantren tertentu wajib
dihafalkan dengan sistem setoran di hadapan
Terlepas dari perbedaan dua pola
guru atau kyai pesantren. Dengan demikian,
singir Jawa di atas, keberadaan singir bagi
pembacaan kitab nazam dengan cara hafalan
masyarakat santri Jawa memiliki fungsi sosial
merupakan tradisi pesantren yang tetap
sebagaimana umumnya fungsi sosial karya
bertahan sampai sekarang.
sastra, yakni menghibur dan mendidik. Fungsi
menghibur terletak pada pola singir yang Hal yang menarik, di tengah kehidupan
terikat oleh jumlah kata atau suku kata dan yang semakin modern, tradisi pembacaan
pola rimanya yang kemudian dilagukan dalam singir di sebagian masyarakat santri Jawa tetap
prosen pembacaan secara bersama-sama oleh bertahan, baik di masjid, musalla, pesantren,
kalangan santri. Pembacaan singir tersebut maupun di majlis taklim untuk masyarakat
dikenal sebagai singiran, dan biasanya dibaca luas.OJumlah bait singir yang tidak terlalu
sebelum memulai pengajian, dan untuk singir panjang dan tekanan pada pada aspek bunyi
tertentu yang berisi puji-pujian bahkan dibaca seperti yang terlihat pada pola rima, baik
sebelum shalat berjamaah di masjid atau di pola a-a-a-a maupun a-b-a-b, membuat singir
musalla sambil menunggu kedatangan imam mudah dihafal dan enak dilagukan. Oleh
shalat. Sementara itu, untuk fungsi mendidik karena itu, tidak mengherankan jika singir
dalam singir terletak pada gagasan atau isi digemari oleh masyarakat santri Jawa. Fungsi
yang terkandung dalam singir, seperti cerita sosial singir yang menghibur dan sekaligus
atau sejarah tentang Nabi Muhammad, nasihat mendidik tampaknya menjadi faktor yang
kepada para pelajar, dan lain sebagainya. Fungsi membuat tradisi pembacaan singir tetap
didaktis singir semakin dominan jika isi yang bertahan sampai sekarang.
terkandung dalam singir adalah pengetahuan
[Adib M Islam]

Daftar Bacaan
A Teeuw, Indonesia antara Kelisanan dan Keberakasaraan. 1994,
Braginsky, Yang Indah, Berfaedah, dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu dalam Abad 7-9, 1988, hlm. 226-231.
A. Teeuw, hlm. 55; Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusatraan Melayu Klasik, 2011, hlm. 564
Karel A. Steenbrink, Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat, 1988, hlm. 141; Muzakka, Singir sebagai Karya Sastra Jawa,
2002, Pusat Rujukan Persuratan Melayu, link online di http://prpm.dbp.gov.my/Search.aspx?k=perenjis
Suwira Putra, Makna Upacara Tepuk Tepung Tawar pada Pernikahan Adat Melayu Riau di Desa Pematang Sikek, Kecamatan
Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, e-journal Jurusan Ilmu Komunikasi, Program Studi Ilmu
Komunikasi, FISIPOL, Universitas Riau, 2014,
Ria Mustika, Analisis Tepuk Tepung Tawar pada Prosesi Pernikahab Adat Melayu Desa Dendun, Kabupaten Bintan, artikel
e-journal, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung
Pinang, 2013,
Tenas Effendy, Pemakaian Ungkapan dalam Upacara Perkawinan Orang Melayu, hlm. 15-16, http://malaycivilization.ukm.
my/idc/groups/portal_tenas/documents/ukmpd/tenas_42867.pdf
Akmal, Kebudayaan Melayu Riau (Pantun, Syair, Gurindam), Jurnal Risalah, Vol. 26, No. 4, Desember 2015:
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen; sinkritisme, Simbolisme dan Sufisme Dalam Budaya Spiritual Jawa (Jogjakarta, Narasi,
2006)
http/www.insklopedia.com/Pemkab Klaten
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, 1984, hlm. 411

Edisi Budaya | 523


Syawalan

Istilah Kata masing-masing keraton. Mereka tiba di sana

T
masih dengan pakaian resmi keraton. Sekembali
radisi Syawalan, atau lebih dikenal oleh
darirziarah, kerumunan orang berusaha
masyarakat sebagai lebaran ketupat
menjabat tangan mereka. Sultan Kanoman
(Bakdo Kupat), yang digelar tujuh hari
dan keluarganya, khususnya, mengadakan
setelah Idul Fitri pada setiap tahua, merupakan
slametan yang dihadiri oleh penjaga Astana.
salah satu tradisi yang masih bertahan dan
Kegiatan tahunan ini biasanya dihadiri
berlangsung semarak di berbagai daeraa
sekitar 150.000 orang yang datang dan pergi
di Indonesia. Istilah syawalan umumnya
dari pemakaman, alun-alun, masjid, Makam
merujuk pada sebuah tradisi silaturahmi
Gunung Jati, ataupun di jalan. Mayoritas
antar-masyarakat Islam sebagai kelanjutan
masyarakat yang mengikuti acara Syawalan
darn idul fitri. Bila silaturahmi di hari idul fitri
ini, selain melakukan ziarah dan berdoa,
hanya terbatas di lingkungan keluargg, maka
lebih menyukai untuk memanfaatkannya
silaturahmi di lebaran syawalan (atau lebaran
dengan berekreasi menikmati kebersamaan
ketupat) bisa sampai antar-daerah.
dan melihat panorama pantai yang indah
Dalam tradisi Syawalan ini hubungan dari puncak Gunung Jati. Kehadiran Sultan
antara agama dan budaya sangat tampak di acara Syawalan memang menarik perhatian
jelas. Syawalan yang pada mulanya ditujukan masyarakat untuk turut mengikuti acara ini.
sebagai media silaturahmi ini pada gilirannya Akan tetapi yang lebih penting adalah dua
memiliki cakupan makna yang lebih luasg di lawang pungkur (pintu belakang) di sayap kiri
antaranya adalah mewujudkan kerukunan dan kanan yang menuju komplek makam
umat manusia. Tradisi ini terjadi di berbagai Ka atau Nyi Gede. Kedua lawang ini dibuka,
daerah di Nusantara dengan sebutan sehingga masyarakat bisa naik dan turun
bermacam-macam; Syawalan, Kupatan, Bakda di sekitar komplek pemakaman di Gunung
Ketupat, dan lain sebagainya. semuanya Sembung dari satu lawang pungkur di sayap
memiliki kesamaan, yaitu perayaan umat timur ke pintu lainnya di sayap barat. Oleh
Islam di hari ketujuh setelah idul fitri dengan karena itu, masyarakat yang datang ke
berbagai macam bentuknya. Astana Gunung Jati di hara Syawalan ini juga
Di Cirebon, misalnya, tradisi syawalan bertujuan untuk melakukan ziarah di tiga
ini juga merupakan bagian dari kegiatan makam: makam Sunan Gunung Jati, Ki/Nyi
yang dilakukan oleh keraton yang melibatkan Gede di Gunung Sembuung, dan kemudian
masyarakat dalam perayaannya. Tradisi menyeberang ke jalan utama yang mendaki
Syawalan di Cirebon dilaksanakan pada ke pegunungan Jati, menuju makam Syaikh
hari kedelapan di bulan Syawwal dengan Datuk Kahfi, guru Sunan Gunung Jati yang
mengunjungi astana gunung jati (Makam Sunan dikenal sebagai juru dakwah Islam pertama di
Gunung Jati) untuk melakukan ziarah. Pada Cirebon. (Muhaimin AG, )
hari Syawalan ini, makam Sunan Gunung Jati Tidak jauh berbeda dengan tradisi
dibuka untuk memberi jalan bagi tiga Sultan Syawalan di Cirebon, perayaan Syawalan di
dari Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan daerah Kendal Jawa Tengah juga dilakukan
beserta keluarga untuk melakukan ziarah oleh masyarakat setempat dengan melakukan
ke makam Sunan Gunung Jati. Ziarah ini ziarah ke makam Kyai Guru Asy’ari, desa
dilakukan setelah menghadiri upacara di Protomulyo, Kaliwungu. Di bukit Kuntul

524 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Melayang atau Tegal Syawalan tempat jasad wisata alam sendang Bulus Jimbung. Konon,
kyai Guru dimakamkan, terdapat komplek menurut cerita penduduk, sejak dahulu kala
pemakaman suci para ulama dan tokoh tidak di sebut tanggal dan tahunnya) ada
penyebar agama Islam di Kaliwungu seperti upacara getekan di Rowo Jombor tersebut
Sunan Katong, Kyai Mustofa, dan wali yang bertepatan dengan upacara Syawalan di
Musyafa’. Sendang Bulus Jimbung.
Syawalan di Boyolali Jawa Tengah Acara dilaksanakan dengan melaksanakan
dilakukan dengan mengadakan kenduri di kirab ketupat menuju jombor yang terletak
masjid-masjid terdekat dengan membawa di Bukit Sidhoguro. Prosesi kirab melibatkan
ketupat. Ketupat-ketupat itu kemudian puluhan orang termasuk perangkat desa dari
dibawa kembali ke rumah. Mereka kemudian dua desa tersebut. Ketupat tersebut setelah
bersilaturahim ke rumah-rumah tetangga. didoakan kemudian disebar kepada warga
Warga mengeluarkan sapi atau kambing masyarakat yang berebut mendapatkannya.
milik mereka ke jalan. Beberapa di antaranya Syawalan diramaikan pula berbagai pagelaran
dikalungi ketupat dan diberi makan ketupat. pertunjukan kesenian seperti tari-tarian
Menurut warga setempat, hal tersebut tradisional dan hiburan lainnya.
dilakukan karena sapi di Boyolali sudah berjasa
banyak dalam kehidupan. Di sentra-sentra
sapi di Kabupaten Boyolali, pada hari ketujuh Syawalan di Kawasan Jatim
setelah Lebaran warga mengadakan syawalan Tujuh hari setelah Idul Fitri, masyarakat
dan mengarak sapi-sapi mereka ke luar rumah. di wilayah Jawa Timur merayakan Hari Raya
Masyarakat Klaten khususnya yang Ketupat. Perayaan Hari Raya Ketupat ditandai
bermukim di dua desa dan dua kecamatan tradisi “ather-ather” atau mengantar makanan
(Desa Krakitan, Kecamatan Bayat dan Desa ke rumah tetangga dan saudara. Setiap
Jimbung, Kecamatan Kalikotes) masih makanan yang diantar harus menyertakan
memegang teguh tradisi sebar ketupat yang satu ketupat. Sementara di Ngawi, Jawa Timur,
konon diyakini membawa berkah dari para puluhan warga merayakan syawalan dengan
leluhurnya atau para pendahulunya di lokasi terlibat perang nasi. Tujuannya mensyukuri
sendang. Dalam pelaksanaan tahun-tahun hasil panen dan bersilaturahmi saat Lebaran.
berikutnya di dipindahkan ke Bukit Sidhoguro, (http://berita.liputan6.com/read/245566/
tak jauh dari Rowo Jombor, Jimbung yang oleh posting_komentar).
masyarakat Klaten juga dikenal sebagai obyek

Tradisi Syawalan di Luar Jawa


Walau tradisi Syawalan identik
dengan masyarakat Jawa, tetapi di
daerah lain di Indonesia ternyata
terdapat juga budaya Syawalan
ini. Warga Desa Mamala dan
Desa Morela, Kecamatan Laihitu,
Kabupaten Maluku Tengah, Maluku
misalnya. Mereka memiliki tradisi
unik berupa ritual Pukul Sapu yang
berlangsung sejak ratusan tahun
silam dan dilaksanakan secara
turun-temurun. Budaya ini digelar
sebagai simbol kemenangan setelah
melaksanakan ibadah puasa selama
Garebek Joko Tingkir di Puncak Acara Pekan sebulan dan puasa 7 Syawal. Tradisi
Syawalan di TSTJ Solo. ini juga dimaknai sebagai peringatan untuk
Sumber: http://solo.tribunnews.com/
mengenang perang Kapahaha yang dipimpin

Edisi Budaya | 525


Kapitan Achmad Leakawa alias Telukabessy
pada zaman penjajahan dulu.
Tradisi Syawalan yang cukup unik justru
terjadi di Palembang, Sumatera Selatan.
Ratusan pengantin remaja asal Kayuagung
ibukota Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)
dengan iringan musik Tanjidor melakukan
kirab dengan berjalan kaki sejauh 5 km.
Tradisi yang disebut dengan midang morge siwe
ini konon telah digelar secara turun temurun
oleh sembilan marga masyarakat Kayuagung.
Tradisi ini memberikan pertanda telah Grebeg syawalan jadi simbol kemenangan usai
berakhirnya status mereka sebagai seorang ramadan di Solo.
Sumber: http://soloevent.id/
bujang dan gadis untuk diketahui secara luas
oleh masyarakat setempat. Dengan status menggunakan daun kelapa muda dan dibentuk
mereka yang baru tersebut sebagai pasangan seperti prisma segi empat, lalu ditanak sampai
suami-istri, diharapkan tingkah laku mereka masak seperti halnya memasak lontong.
harus terjaga. Tradisi kupatan dipercaya oleh masyarakat
Di Kampar tradisi Syawalan dilaksanakan sebagai tradisi warisan wali songo, penyebar
melalui pelestarian tradisi, seperti di ajaran Islam di Tanah Jawa yang terkenal
Kamparkiri, Kabupaten Kampar, Riau, dengan dakwah kulturalnya.
warganya memeriahkan Idul Fitri dengan Beberapa orang memberikan makna-
menghelat acara pacu sampan antarsuku. makna filosofis terhadap tradisi kupatan.
Kegiatan semacam ini pun rutin digelar setiap Di antaranya adalah bahwa kupat dikaitkan
tahun. Dalam pelaksanaan lomba, setiap dengan makna simbolik yang diambil dari
sampan maksimal diisi enam pendayung dan bahasa Arab; kafa-kufat yang bermakna cukup.
wajib berasal dari satu suku. Kegiatan pacu Ketupat juga kadang dimaknai dengan simbol
sampan ini diikuti oleh tujuh suku. Yakni Suku dari bahasa Jawa, ngaku lepat, yang berarti
Melayu Daek, Suku Piliang, Suku Mandailing, mengaku salah atau mengakui pernah berbuat
Suku Caniago, Suku Patopang, Suku Domo, salah. Karena saling mengaku salah, maka
dan Suku Melayu mereka harus saling memaafkan.
Sedangkan dalam cara perayaannya,
Definisi, cakupan dan kompleksitas lebaran kupat memiliki perbedaan di setiap
istilah daerah. Sebagian daerah merayakan lebaran
kupat dengan berkumpul di masjid dengan
Lebaran ketupat merupakan penamaan membawa ketupatnya kemudian berdoa
lain dalam tradisi Syawalan. Dinamakan bersama. Di tempat lain, upatan dirayakan
dengan lebaran ketupat, sebab di hari raya dengan cara membagi ketupat yang dibikinnya
Syawalan ini sejumlah masyarakat di daerah kepada saudara dan tetangga-tetangganya
merayakannya dengan membuat ketupat. sebagai bentuk dari sedekah dan berbagi
Ketupat berasal dari bahasa Jawa, kupat. kepada sesamanya.
Kupat atau ketupat adalah makanan yang [M Idris Mas’udi]
terbuat dari beras yang dibungkus dengan

Sumber Bacaan
Muhaimin AG, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal
Ensiklopedia NU
http://www.beritaindonesia.co.id/budaya/memaknai-tradisi-syawalan
http://ramadan.okezone.com/read/2011/09/04/335/498597/lomba-pacu-sampan-antar-suku-tradisi-syawalan
http://berita.liputan6.com/read/245566/posting_komentar
regional.kompas.com/read/2011/09/07/10160615/Warga.Antusias.Ikuti.Syawalan.Sapi

526 | Ensiklopedi Islam Nusantara


T
Tabayun
Tabut
Tadarus
Tahlil
Takbir Keliling
Tarekat
Tarhim
Tasrifan
Tawajjuh
Tawassuth
Tawazun
Tembang
Tembang Macapat
Tepung Tawar
Tirakat
Topeng
Tabayun

K
egiatan untuk melakukan penjelasan, kontradiksi ini tidak lazim digunakan dalam
klarifikasi atas berita untuk kebenaran konteks kehidupan manusia, termasuk di
suatu peristiwa atau pemikiran. Indonesia.
Biasanya, istilah ini digunakan ketika berita
Kata lain tabayun dalam bahasa Arab,
yang disampaikan bernada fitnah, hasutan,
dengan huruf ya bertasydid, tabayyun berarti
atau sesuatu yang diragukan kebenarannya
penjelasan, klarifikasi. Kata tabayun terakhir
atau kurang jelas apa yang dimaksudkannya,
inilah yang sering digunakan dalam peristiwa-
bahkan berita palsu. Dalam konteks Indonesia
peristiwa di Indonesia, termasuk yang akhir-
saat ini, istilah tabayun lebih dikenal lagi
akhir ini didengungkan oleh semua orang
karena terkait dengan pemberitaan melalui
Islam di Indonesa, termasuk Ketua Umum
media sosial, terutama WA, Facebook, twitter,
PBNU, KH. Said Aqil Siradj tentang berita
dan semacamnya yang sering disebut dengan
palsu, fitnah, hoax, dan provokasi melalui
berita sampah, berita tidak jelas asal usulnya
media massa.
atau hoax. Perselisihan dan perbedaan
pendapat oleh beberapa tokoh publik atau Oleh karena itu, orang Islam harus
masyarakat awam dengan sesamanya, metode kembali pada ajaran yang termaktub dalam Al-
tabayun dapat digunakan untuk melerai atau Qur’an surah al-Hujurat: 6;
َ َ َ َ ْ ُ ُ َ َ َّ ‫�َﺎ َﻛ ُّﻓ َﻬﺎ‬
‫ﺎﺳ ٌﻖ ﺑِﻨﺒَﺄ ٍ ﻓﺘَﺒَ ّ�َﻨُﻮا أن‬ َ
sebagai solusinya, supaya terdapat titik temu
di antara mereka. Padahal secara historis, ِ ‫ا��� آﻣﻨﻮا ِإن ﺟﺎءﻛﻢ ﻓ‬ ِ
َ‫ﺒﻟ َﻣﺎ َﻓ َﻌﻠْﺘُ ْﻢ ﻧَﺎدﻣﻦﻴ‬ ََ ُ ْ َُ َ ََ ً َْ ُ ُ
‫ﺗ ِﺼ�ﺒﻮا ﻗﻮﻣﺎ ِﺠﺑﻬﺎﻟ ٍﺔ ﻓﺘﺼ ِﺒﺤﻮا‬
tabayun juga sudah pernah digunakan dalam ِِ
Al-Quran.
“Wahai orang-orang yang
beriman; jika seseorang
Tabayun dalam Kamus dan yang fasik datang kepadamu
Al-Qur’an membawa suatu berita, maka
telitilah kebenarannya, agar
Tabayun, demikian asal
kamu tidak mencelakakan
kata dari bahasa Arabnya,
suatu kaum karena kebodohan
dengan huruf ba berharakat
(kecerobohan), yang akhirnya
panjang. Dalam kamus bahasa
kamu menyesali perbuatanmu
Arab-Indonesia, Al-Munawwir
itu”.
dan kamus Arab-Inggris, A
Dictionary of Modern Written Kata fatabayyanu
Arabic, kata tabayun diartikan menjadi istilah penting,
perbedaan (difference), yaitu tabayun, dalam hal
berlawanan, kontradiksi, penerimaan suatu berita bagi
unlikeness, dissimalirity, orang yang beriman. Ayat ini
disparity. Penggunaan jelas menyebutkan, wahai
kata tabayun dengan arti perbedaan atau orang yang beriman dan agar kamu tidak

Edisi Budaya | 529


mencelakakan suatu kaum. Selanjutnya, dalam serta pesantren. Tabayun Gus Dur pertama
ayat itu juga disebutkan bahwa tindakan tentang pendirian forum demokrasi, adakah
orang tersebut adalah fasiq dan karena hubungannya dengan Pemilu 1992? Terakhir,
kebodohannya, setelah itu akan disesali tabayun tentang NU ke depan, mulai dari
perbuatannya. keikutsertaannya pada BPR, hingga sastra
Islam dan sastrawan-sastrawannya. Akhirnya,
Dengan kedua arti di atas, Kamus Besar
dengan membaca buku Tabayun Gus Dur, kita
Bahasa Indonesia juga mengartikan tabayun
dapat memahami pemikiran progressif Gus
dalam dua arti pertama, penjelasan dan
Dur dan kita dapat meneladaninya.
pemahaman; kedua, perbedaan, kontradiksi,
ikhtilaf. Adapun klarifikasi dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia diartikan penjernihan,
Tabayun dan Implikasi Kebangsaan
penjelasan, dan pengembalian kepada apa
yang sebenarnya. Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan
bahwa kemunculan istilah tabayun memang
untuk mendudukkan sesuatu pada tempatnya.
Pentingnya Tabayun Dalam konteks kemanusiaan dan kebangsaan,
kita dapat mencontoh model tabayun Gus Dur.
Pada tahun 2012, ada sebuah buku yang
Dalam kaitan dengan Islam Nusantara, tentu
dapat menjelaskan istilah “tabayun” ini,
saja, istilah tabayun menjadi sesuatu yang
berjudul Tabayun Gus Dur: Pribumisasi Islam,
khas dan menarik, baik dalam pengembangan
Hak Minoritas, dan Reformasi Kultural. Buku ini,
bahasa Indonesia, maupun etika pergaulan.
berisi tentang kumpulan hasil wawancara KH.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari berbagai Dengan menjadikan tabayun sebagai
sumber, seperti majalah Detik, Tempo, D&R, metode dalam hubungan sosial kemanusiaan
dst. dan kebangsaan, semestinya hubungan sesama
manusia dan sesama anak bangsa maka tidak
Dari sub judul buku saja kita dapat
ada lagi penyesatan pada organisasi Islam dan
mengetahui apa saja yang akan diberikan
kebangsaan. Pada dasarnya Islam mengajarkan
penjelasan oleh Gus Dur, yaitu tentang tema-
umat manusia untuk berhati-hati dalam
tema kontroversial pada masa itu, dan mungkin
menerima informasi, apakah sumbernya dapat
juga masih kontroversial untuk saat ini bagi
dipercaya atau tidak, begitupun dengan isi
bangsa Indonesia. Walaupun sebenarnya
beritanya, perlu ada dicek lagi, apalagi terkait
karena diungkapkan dengan wawancara maka
dengan warga negara dan bangsa.
bahasan yang diulas cukup luas, seperti sepak
bola, calon presiden RI, pengganti Soeharto, [Mahrus el Mawa]
forum demokrasi, dan perkembangan NU

Sumber Bacaan
Abdurrahman Wahid, Tabayun Gus Dur: Pribumisasi Islam, Hak Minoritas, dan Reformasi Kultural, Yogyakarta: LKiS, 2012

530 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Tabut

B
anyak orang meyakini bahwa istilah mereka, seraya meratap menyebut Ali! Ali!
tabut di daerah Pariaman Sumatera Husain! Husain!
Barat disebut dengan tabuik, sementara
Ketika perayaan berlangsung, sekumpulan
di daerah Bengkulu disebut dengan tabot,
anak laki-laki dan terkadang juga perempuan,
berasal dari kata bahasa Arab ‫ ﺗﺎﺑﻮﺕ‬yang secara
menggeluyur di jalanan, meniupkan bunyi
literal sebagaimana dijelaskan di dalam Kamus
ledakan di dalam bambu yang berlobang,
Lisan al-Arab berarti menyerupai kotak (peti:
yang lain didahului oleh pemain drum
trunk atau peti kayu: crate) tempat menyimpan
dan disiapkan secara fantastis, meminta
barang, dengan kata lain bahwa barang
sumbangan dari penjaga dan pemilik toko.
tersebut tertulis dan ditempatkan di dalam
Pada hari berikutnya, bentuk prosesi menjadi
kotak tersebut.
baru secara umum di waktu pagi. Antusiasme
Namun sumber lain menyebutkan bahwa di waktu malam menguap di bawah sinar
ia berasal dari ritual kesedihan atau duka cita matahari. Tabut kemudian dibawa ke tepi laut
mengenang wafatnya cucu Nabi Muhammad atau pinggiran sungai kemudian dilemparkan
SAW di Karbala, Husain. Beberapa hari sebelum ke air.
perayaan dimulai, para tukang kayu sibuk
Memang istilah tabut ini muncul di dalam
membangun kuburan tiruan dari bambu, yang
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 248 yang
nantinya ditutupi dengan kertas perak (tinsel)
artinya:
dan warna-warni, Di India utara ini disebut
dengan ta’ziyah, sementara di India barat “Dan Nabi mereka mengatakan kepada
ini disebut dengan tabut. Ini dimaksudkan mereka: Sesungguhnya tanda ia akan menjadi
sebagai gambaran dari kuburan para syuhada. raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di
Kemudian sebuah kain surban halus dan baju dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu
baja mahal diletakkan di belakang untuk dan sisa dari peninggalan keluarga Musa
mewakili kebesaran dan kemuliaan Husain dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh
yang dibunuh di tanah penuh darah, Karbala. Malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang
Sebuah bangunan untuk perayaan selama
yang beriman.”
sepuluh hari (Asyura Khana) didirikan. Setiap
malam selama perayaan, khalayak ramai Menurut tafsir Ibnu Katsir dengan
berkumpul dalam majelis atau pertemuan mengutip berbagai sumber, makna “sisa dari
duka cita, di mana sebuah kelompok musik peninggalan keluarga Musa dan keluarga
menyanyikan Marsiya, puisi penghormatan Harun” itu adalah tongkat Nabi Musa dan
untuk Husain. Seorang pemimpin kemudian tongkat Nabi Harun, juga jubah Nabi Musa
membacakan dengan gaya yang syahdu cerita dan Nabi Harun serta serta potongan papan
kematian Husain yang tragis dan menyedihkan, yang memuat Taurat.
sementara para hadirin menggoncangkan Lain halnya di dalam tradisi Syiah
tubuh mereka dan memukul-mukulkan dada seperti yang diceritakan di atas, tabut erat

Edisi Budaya | 531


kaitannya dengan peti mati (coffin) yang perubahan makna dan bentuk tabut dari yang
mempresentasikan kembali peti jenazah disebutkan oleh Al-Qur’an yang kemudian
Husain, cucu Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ditransformasikan ke dalam perubahan
yang terjadi pada tahun 680 bertepatan dengan makna dan bentuk di dalam tradisi Syiah,
10 Muharam tahun 61 Hijriah yaitu perang yang kemudian akhirnya menjadi tradisi di
Karbala di Irak antara Yazid dari Bani Umayyah Sumatera Barat (tabuik) dan Bengkulu (tabot).
dengan Husain bin Ali cucu Nabi Muhammad
Dalam praktiknya, perayaan tabut yang
saw. Perang yang tidak seimbang ini atau lebih
terjadi di Indonesia tidak semata-mata
tepat disebut sebagai pembantaian terhadap
dikarenakan peristiwa perang Karbela, namun
Husain dan rombongannya, meninggalkan
sudah bercampur dengan tradisi lokal orang
duka yang mendalam bagi penganut Syi’ah.
Nusantara. Bahkan bagi masyarakat Pariaman,
Kebesaran nama dan penghormatan perayaan tabut ini tidak menjadi suatu masalah
terhadap Husain dilakukan oleh umat Islam keyakinan atau akidah, tapi hanya semata-
Syi’ah di seluruh dunia, dan tak terkecuali juga mata merupakan upacara memperingati
dari umat Islam Sunni di berbagai kawasan kematian Husain. Bahkan, tabuik sudah
Asia Tenggara, termasuk di berbagai tempat dijadikan sebagai peristiwa budaya dan pesta
di Indonesia yang didasarkan kepada kekuatan budaya Anak Nagari Piaman (Pariaman).
budaya lokalnya, seperti yang masih dapat
Walaupun masyarakat Pariaman
dijumpai di kawasan pantai barat Sumatera.
penganut Islam Sunni, namun bagi penganut
Di Pariaman dan Bengkulu, peringatan Sunni, mencintai keluarga Rasulullah bukan
kematian tragis cucunda Nabi tersebut yang saja menjadi hak para penganut Syi’ah, tetapi
diperingati pada 1-10 Muharam ditandai juga berlaku bagi semua umat Islam, tanpa
dengan mengusung tabut, yaitu berupa artefak kecuali, hanya saja cara untuk melakukannya
dalam berbagai bentuknya sesuai dengan tidak sama. Dengan demikian, masyarakat
tradisi masing-masing daerah. Upacara tabut Pariaman tidak mempermasalahkan mengenai
merupakan upacara tradisional masyarakat asal muasal Tabuik Piaman dari kalangan
Pariaman dan Bengkulu yang diadakan untuk Islam Syi’ah, yang penting bagi mereka adalah
mengenang kisah kepahlawan Husain bin Ali bagaimana Tabuik dijaga dan dilestarikan
bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW, sebagai warisan budaya.
yang wafat dalam peperangan di padang
Lebih lanjut, menurut Asril, di Pariaman
Karbala, Irak.
tabuik divisualisasikan dalam bentuk upacara
Dari segi sejarah asal-usul tradisi tabut ini, dengan mengusung dua benda berbentuk
beberapa sumber menyebutkan bahwa tradisi menara setinggi 10-12 meter. Sementara di
tabut atau tabot dibawa oleh para pekerja Islam Bengkulu tabot ditafsir dari mimpi seorang
Syi’ah dari Madras dan Bengali, India bagian leluhur keturunan tabot di Karbala. Ia melihat
selatan, yang dibawa oleh tentara Inggris bangunan istana raja berbentuk piramida.
untuk membangun Benteng Marlborough Mimpi itu kemudian diwujudkan dengan
(1713-1719). Mereka kemudian menikah bentuk artefak seperti menara setinggi
dengan penduduk setempat dan meneruskan sekitar 4-8 meter, yang memiliki unsur seperti
tradisi ini hingga ke anak-cucunya. Sementara piramida.
tabuik yang ada di Pariaman, menurut satu
sumber, berasal dari tradisi tabot Bengkulu.
Imam Senggono alias Syekh Burhanuddin Waktu Prosesi Tabut
yang berasal dari India membawa tradisi ini ke Menurut Asril, waktu prosesi tabut baik
Bengkulu. Kadar Ali, seorang pemuka agama di Pariaman dan Bengkulu dilaksanakan
Islam lainnya, kemudian membawa tradisi ini pada bulan Muharram, dengan sedikit
dari Bengkulu ke Pariaman. perbedaan waktu. Di Bengkulu, waktu prosesi
Dengan demikian, jelas telah terjadi dilaksanakan pada tanggal 1-10 Muharram,

532 | Ensiklopedi Islam Nusantara


sedangkan di Pariaman dilaksanakan pada Selain kerangka menara ini, artefak
tanggal 1-11,12,13, dan 14 Muharam, dengan keduanya adalah daraga sebuah istilah dari
memperhitungkan bahwa puncak prosesi Hindustan yang berasal dari Persia, bermakna
dilaksanakan bertepatan pada hari Minggu. peti mati. Di dalam daraga terdapat bangunan
Pertimbangan praktis lebih mengemuka berbentuk makam atau pusara yang kira-
di balik terjadinya pergeseran waktu ini kira berukuran 1x1 meter yang setiap sisinya
baik karena kepentingan penyelenggara di pagari dengan bambu-bambu kecil, pada
(pemerintah, tokoh masyarakat, dan pemilik bagian atas pusara dibentangkan kain putih
tabuik) dan kepentingan masyarakat penikmat. sebagai penutup.
Dalam proses pembuatan tabut, sebagai
fase awal dari keseluruhan prosesi tabut,
Prosesi Tabut di Pariaman
tabut dibuat dalam tiga bagian: bagian dasar,
Dikarenakan tradisi tabut ini terjadi di bagian tengah, dan bagian atas. Selanjutnya
dua daerah yang berbeda, maka deskripsi dipasangkan kerangka Buraq yang dilapisi
bagaimana prosesi kedua tradisi ini dengan kain berudu yang berwarna. Untuk
berlangsung menjadi tidak terelakkan. kepala Buraq dipasangkan sebuah kepala
Di Pariaman, prosesi tabut terdiri dari boneka berwajah perempuan dengan rambut
beberapa rangkaian acara di antaranya terurai yangtelah dipakaikan kerudung untuk
pembuatan tabut, mengambil tanah, penutup kepalanya. Bangunan tabut ini secara
mengambil batang pisang, maantam, mangarak keseluruhan merupakan gambaran dari artifak
jari-jari, mangarak sorban, tabut naik pangkek, kendaraan yang dipercaya membawa Husain
maoyak tabut dan tabut dibuang ke laut. ke langit.

Tabut yang digunakan dalam tradisi ini Fase kedua berupa pengambilan tanah
berjumlah dua: yaitu tabuik pasa dengan pusat di sungai yang dilakukan pada tanggal 1
aktivitasnya di Kampung Perak, Pasir, dan Muharram setelah shalat Ashar sebagai simbol
pasar Pariaman (nagari Pasar Pariaman), dan kelahiran dan kesyahidan Husain, juga sebagai
tabuik subarang dengan pusat aktivitasnya di simbol pengambilan jenazah Husain yang
Kampung Pondok, Kampung Jawa, Kampung tertinggal di Karbela.
Cina, dan Jawi-Jawi (nagari Lima Koto Air Fase ketiga berupa pengambilan batang
Pampan). Kedua tabut ini menggambarkan pisang yang dilakukan pada tanggal 5
dua kelompok yang sedang berseteru, yang
dianalogikan dengan pasukan Husain dan
pasukan Yazid yang sedang berperang di
Karbala.
Prosesi dilaksanakan selama 10 hari,
dimana 5 hari merupakan kegiatan inti,
sedangkan hari-hari lain merupakan kegiatan
pembuatan tabut. Sebelum hari pelaksanaan,
para panitia dan masyarakat setempat sudah
menyiapkan peralatan atau perlengkapan
yang diperlukan untuk berjalannya tradisi ini
berupa pembuatan bangunan tabut berbentuk
menara dengan tinggi yang beragam, namun
antara 6 sampai 15 meter. Bagian kerangkanya
terbuat dari bambu, kayu, rotan, kain, dan
kertas warna warni. Kerangka bangunan tabut
itu sebenarnya terdiri atas dua bagian yaitu
Hari terakhir upacara, tabuik dibuang ke laut
bagian atas dan bagian bawah. (sumber Asril, 2013: 314)

Edisi Budaya | 533


Muharram yang kemudian dibawa ke daraga. 13.00 setelah shalat Zuhur yang merupakan
Mengambil batang pisang bertujuan untuk acara puncak dari tradisi tabut. Mahoyak tabut
melindungi pusara atau kuburan dari sengatan di tandai dengan musik gandang dengan lagu
matahari selain itu juga menggambarkan hoyak tabut. Lagu ini dimainkan dengan musik
kejadian di Padang Karbela saat Husain tempo cepat guna untuk membangkitkan
dipancung oleh tentara Yazid. semangat para pembawa tabuik dan pendukung
tabut lainnya. Para pembawa tabut melakukan
Fase keempat disebut dengan maatam
atraksi dengan menggoyang-goyayangkan,
dilaksanakan pada tanggal 6 Muharram. Fase
merebahkan, membawa tabut berlari menuju
kelima disebut dengan mengarak jari-jari yang
tabut lawan sambil berkata hoyak Husein,
dilaksanakan pada tanggal 7 Muharram.
hoyak Husein, hoyak Husein, yang dilakukan
Fase keenam berupa mengarak sorban berulang-ulang kali dengan suara yang keras
dilaksanakan pada tanggal 8 Muharram dan serempak. Mahoyak tabut ini dilakukan
sebagai simbol dari gambaran kekejaman oleh kedua pembawa tabut, yaitu tabut pasa
pasukan Yazid yang tega memenggal dan tabut subarang secara bergantian. Dalam
kepala Husein. Kegiatan ini berlasung di pelaksanaan mahoyak tabut ini terjadi unsur
sekeliling kota dengan mengarak sorban saling menyerang yang diiringi oleh lagu hoyak
yang diletakkan dalam sebuah peti kecil yang tabut sehingga sering kali terjadi bentrok fisik
terbuat dari kayu. Mengarak sorban bertujuan antara kedua belah pihak.
untuk menciptakan semangat yang dapat
mengangkat harkat martabat serta harga diri
dan mendorong keinginan untuk membela Prosesi Tabot di Bengkulu
kebenaran yang ditujukan kepada Husein Adapun ritus-ritus yang terdapat dalam
dalam memperjuangkan atas haknya. Upacara Tabot menurut Hamidy (1991/1992:
Fase ketujuh tabut naik pangkek yang 66-73) sebagai berikut:
dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram “(1) Mengambik tanah (mengambil
ini merupakan kegiatan menggabungkan tanah). Tanah yang diambil adalah tanah yang
antara dua bagian tabut, bagian atas dan dianggap mengandung nilai magis; (2) Duduk
bagian bawah yang masing-masingnya penja (jari-jari). Penja adalah benda berbentuk
berukuran 6-7 meter, sehingga menjadi satu telapak tangan manusia lengkap dengan jari-
bagain dengan mencapai ketinggian 12-15 jarinya.
meter. Kegiatan tabut naik pangkek ini juga
merupakan kegiatan yang ditunggu-tunggu Penja disebut juga dengan jari-jari. Penja
oleh para pengunjung, karena kegiatan ini menurut keluarga Sipai adalah benda keramat
merupakan kegiatan yang sangat sulit dan yang mengandung magis, maka harus dicuci
banyak mengakibatkan resiko yang buruk. dengan air bunga dan air limau [jeruk] setiap
Oleh karena itu, pada ketika penggabungan tahunnya. Setelah dicuci penja diletakkan di
pangkek atau bagian tabut disatukan, pangkek gerga; (3) Menjara artinya mengandun atau
bagian atas diangkat secara gotong royong saling berkunjung mendatangi kelompok tabot
untuk disatukan pada pangkek bagian bawah, lain untuk beruji dol (bertanding membunyikan
dengan menggunakan alat bantu seperti tiang- musik perkusi dol); (4) Meradai, berjalan
tiang, tali yang diikatkan pada bagian tabut, mengitari kampong dilakukan oleh anak-anak
yang kemudian ditarik secara bersamaan dari usia 10-12 tahun dalam rangka pengumpulan
berbagai arah. Jika penggabungan itu gagal dana untuk pembuatan tabot. Peserta meradai
dilaksanakan seperti jatunya pangkek atas, disebut jola. Meradai dilaksanakan pada
maka bagian dari tabut tersebut akan hancur tanggal 06 Muharam dari pagi sampai
dan tidak dapat dipakai lagi. sore; (5) Arak penja: atau disebut juga arak jari-
Fase kedelapan mahoyak tabut yang jari dilaksanakan pada tanggal 08 Muharam
dilaksanakan pada tanngal 10 Muharram jam mulai pukul 19.00- 21.00 dengan menempuh
rute yang telah ditentukan. Acara dimulai di

534 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Tabuik di Pariaman dihoyak pada upacara Arak-arakan tabot di Bengkulu pada
puncak dari siang sampai sore hari puncak acara 10 Muharram
(sumber Asril, 2013: 314) (sumber Asril 2013: 316)

lapangan Merdeka Bengkulu (lapangan Tugu arakan ini disebut dengan arak gedang (pawai
Provinsi) dan selesai kembali di lapangan Tugu akbar). Di lapangan Merdeka, tabot-tabot itu
Peovinsi. Pelaku upacara adalah anak-anak dan dibariskan seperti bershaf, sehingga disebut
remaja; (6) Arak serban: dilakukan pada tanggal pula dengan tabot besanding (tabot bersanding).
09 Muharam pada malam hari dari pukul 19.00- Upacara dimulai pada pukul 19.00-21.00.
21.00. Arak serban berupa prosesi membawa Selama upacara tabot besanding berbagai
serban (sorban) putih yang diletakkan pada hiburan dan kesenian rakyat ditampilkan
tabot coki (tabot kecil), dilengkapi dengan untuk menghibur para pengunjung; (9) Tabot
bendera atau panji-panji berwarna putih, h tebuang: upacara tabot tebuang dimulai dari
au atau biru yang bertuliskan “Hasan dan lapangan Merdeka, sekitar pukul 11.00 arak-
Husen” dengan kaligrafi Arab; (7) Gam: yaitu arakan tabot menuju Padang Jati dan berakhir
masa tenang yang ditentukan tidak boleh di kompleks pemakaman umum, Karabela.
ada kegiatan apapun yang berkaitan dengan Di lokasi ini dimakamkan Imam Senggolo,
tabot. Gam dimulai dari pukul 07.00-16.00; pelopor upacara tabot. Upacara tabot tebuang
(8) Arak gedang: yaitu prosesi kelompok tabot dipimpin oleh dukun tabot dan dipandang
yang dimulai dari markas masing-masing bernilai magis.Selesai ritual tabot tebuang,
menuju lapangan Merdeka. Menyatunya tabot-tabot itu dibuang di sekitar makam”.
kelompokkelompok tabot dalam satu arak- [ Ismail Yahya]

Sumber Bacaan
Ibnu al-Manzur, Lisan al-‘Arab.
Lucia C. G. Grieve, The Muharram in Western India, hlm. http://opensiuc.lib.siu.edu/ocj/vol1910/iss8/3/
Tafsir ibnu Katsir,
Asril, Perayaan Tabuik dan Tabot: Jejak Ritual Keagamaan Islam Syi’ah di Pesisir Barat Sumatra, Jurnal Panggung,
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M), Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung,
2013, http://simlitmas.isbi.ac.id/e-jurnal/index.php/panggung/article/view/144/144
Endang Rochmiatun, Tradisi Tabot pada Bulan Muharram di Bengkulu: Paradigma Dekonstruksi, 3024, hlm. 49. Lihat
link:
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/article/download/131/116.
Maezan Kahlil, Tradisi Tabuik di Kota Pariaman, JOM FISIP Vol. 2, No.2 Oktober 2015
Asril, Dinamika Kebelangsungan Tabuik Pariaman, http://journal.isi-padangpanjang.ac.id
Lidya Lestari, Peranan Pemerintah dan Masyarakat Mempertahankan Perayaan Tradisi 10 Muharram di Pariaman 1992-
2013, Skripsi, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014

Edisi Budaya | 535


Tadarus

K
egiatan membaca Al-Qur’an, terutama Ngaji dan Nderes Al-Qur’an
pada bulan Ramadhan, baik secara
Ada sedikit perbedaan antara mengaji
perorangan maupun secara bersama-
atau ngaji Al-Qur’an dan nderes atau tadarus
sama. Tiada hari dalam bulan Ramadlan tanpa
Al-Qur’an. Ngaji Al-Qur’an itu berarti sedang
melakukan tadarus. Bagi para santri di pondok
belajar membaca Al-Qur’an dengan seorang
pesantren, orang Islam lelaki dan perempuan
guru khusus Al-Qur’an. Karena belajar Al-
baik di rumah atau tempat lainnya untuk
Qur’an, maka kita harus mengetahui nama
selalu tadarus al-Qur’an. Istilah tadarus sering
huruf hijaiyahnya, hukum membaca huruf
disebut juga nderes (bahasa Jawa) Al-Qur’an.
satu dengan huruf lainnya, baik hukum bacaan
Maksud dari tadarus yang nderes ini adalah
tanwin, tasydid, nun/mim mati, termasuk
untuk melancarkan bacaan dan menjaga
panjang pendeknya huruf dalam kata Al-
hafalan Al-Qur’an-nya. Waktunya juga tidak
Qur’an. Pembelajaran semacam itu disebut
harus nunggu bulan Ramadlan, tetapi setiap
dengan ngaji tajwid.
hari dan waktu-waktu khusus.
Berbeda lagi dengan nderes atau tadarus
Al-Qur’an, karena untuk dapat tadarus,
Arti dan Konteks Tadarus orang harus sudah dapat membaca Al-Qur’an
terlebih dahulu. Praktik tadarus terbagi dalam
Tadarus berasal dari bahasa Arab, tadarasa
beberapa kategori, yaitu personal-one man
dengan huruf dal berharakat fathah dibaca
show dan kolektif-subtitutif. Dalam kategori
panjang, yang berarti mempelajari bersama.
personal, biasanya dari segi bacaan tajwid
Hal itu sesuai dengan definisi tadarus
dan kelancaran membacanya sudah tidak
pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu
diragukan lagi. Dia sudah dapat mengajarkan
pembacaan Al-Qur’an secara bersama-sama
ke yang lainnya. Adapun kategori kolektif-
(pada bulan puasa).
subtitutif, yaitu tadarus yang dilakukan secara
Bagi orang Islam, membaca Al-Qur’an bersama-sama, saling bergantian bacaannya
adalah suatu “kewajiban”. Sebab, tanpa sesuai dengan kesepakatan, misalnya satu
membaca Al-Qur’an rasanya sulit sekali untuk kaca (lembaran) untuk setiap pembaca Al-
dapat menjalankan ibadah, terutama ibadah Qur’annya. Kategori kedua inilah yang sering
shalat sehari lima waktu. Dalam setiap shalat, dilakukan pada saat bulan Ramadlan di
setiap rakaat harus membaca Surah atau ayat- mushalla, masjid, majlis taklim atau pondok
ayat tertentu dari Al-Qur’an. Apabila umat pesantren. Makna tadarus yang sesungguhnya
Islam tidak dapat membaca Al-Qur’an dan itu kategori kedua tersebut.
menghafalkannya, maka sungguh sulit untuk
dapat mendirikan shalat setiap waktu. Tadarus
adalah salah satu cara untuk dapat menghafal ODOJ: Pola Baru Tadarus
ayat-ayat Al-Qur’an. Jika orang membaca
One day one juz (odoj) adalah fenomena
Al-Qur’annya terus-menerus, maka dengan
baru di kalangan umat Islam menengah dan
sendirinya orang akan hafal sendiri.
di kota sebagian umat Islam Indonesia. ODOJ

536 | Ensiklopedi Islam Nusantara


termasuk gerakan baru dalam dunia baca Al- dalam bis kota atau kereta commuter line
Qur’an di Indonesia. Pola ODOJ ini memang beberapa orang sambil berdiri atau duduk
lebih fleksibel dibanding dengan tadarus yang sambil membaca Al-Qur’an dengan model
selama ini berkembang. Umat Islam yang ODOJ. Pola ODOJ yang seperti itu tentu
ikut dalam kegiatan ODOJ lebih terorganisir saja mempunyai kelemahan, yakni tidak ada
dan sistematis. Akan tetapi, tetap saja ada orang yang bisa memberikan koreksi jika ada
kekurangan di dalamnya. kesalahan bacaannya. Belakangan, ODOJ juga
mulai memasuki program di pondok pesantren
Dari segi sosiologis, tadarus Al-Qur’an
khusus tahfizh (hafal al-Qur’an). Sehingga,
dilakukan bakda shalat maktubah, antara lain
ODOJ menjadi bagian tak terpisahkan dari
bakda magrib, bakda isya atau bakda subuh,
program tahfizh pesantren tertentu.
sedangkan gerakan ODOJ tidak mengenal
waktu, dan tempat. Seringkali terlihat di [Mahrus el-Mawa]

Edisi Budaya | 537


Tahlil

Istilah kata tahlil juga tidak hanya dilakukan di masjid

T
atau tempat ibadah lainnya seperti mushalla
ahlil secara istilah berasal dari suku
ataupun langgar. Ia juga dikerjakan oleh
kata dalam bahasa Arab yang bermakna
seseorang yang melakukan ziarah kubur, atau
membaca kalimat La ilaha illa Allah.
dalam upacara selametan yang diadakan di
Sedangkan dalam konteks masyarakat Islam
rumah-rumah duka atau dalam rangka haul.
Indonesia tahlil bukan hanya pembacaan
kalimat la ilaha illa Allah saja, melainkan Tahlil adalah salah satu ritual yang tidak
sebuah amalan yang mengandung bacaan baik asing bagi kelompok Islam tradisional yang
ayat-ayat al-Quran (seperti surat al-ikhlas, berada di lingkungan pedesaan. Meskipun
surat yasin, dll), kalimat la ilaha illa Allah atau demikian, bukan berarti masyarakat kota dan
tahlil, kalimat alhamdu lillah atau tahmid, modern tidak mengamalkan tahlil. Sebab,
kalimat subahana Allah wabihamdihi atau di kota-kota besar juga tidak sulit untuk
tasbih, astaghfirullahal Adzim atau istighfar, menemukan acara tahlilan sebagaimana
maupun dzikir-dzikir lainnya. di kampung-kampung. Salah satu yang
membedakan tahlil di kampung dan kota
Membaca tahlil, membaca surat Yasin,
mungkin adalah dalam proses mengundang
terutama ditujukan kepada orang tua atau
ke acara tahlilannya di mana acara tahlil di
sanak kerabat dan jamaah Islam yang sudah
kampung terlihat sangat guyub antar tetangga
meninggal adalah tindakan terpuji. Anak salih
satu dengan yang lainnya. Hal ini sulit
yang mau mendoakan kepada orang tuanya
ditemukan di daerah-daerah kota.
yang telah meninggal adalah idaman bagi
orang Islam. (Nur Syam, 250) Ditilik secara kebahasaan, kata tahlil
memiliki dua arti, yakni “pengucapan la
Meskipun ritual tersebut tidak hanya
ilaha illallah” dan “ekspresi kesenangan” atau
pembacaan tahlil (kalimat la ilaha illa Allah)
“ekspresi keriangan”. Umat Islam Indonesia
saja melainkan juga terdapat ragam bacaan
memaknai tahlil pada definisi pertama.
lainnya, namun ritual ini dinamakan tahlil.
Kegiatan tahlil yang meliputi pembacaan
Hal ini karena melihat bahwa bacaan tahlil-
yasin, ayat kursi, lantunan tasbih, tahmid dan
lah yang paling banyak dibaca. Sebagaimana
istighfar memiliki keterikatan dengan struktur
tasbih dalam penamaan sebuah shalat sunnat,
sosial khususnya masyarakat pedesaan. Tahlil
dinamakan tasbih karena dalam salat tersebut
bagi masyarakat pedesaan memilliki makna
yang paling banyak adalah bacaan tasbih.
religious dan makna sosial pedesaan.
Selain itu, penamaan ini juga didasari bahwa
kalimat tahlil merupakan zikir yang paling
utama. (Madchan Anies, Tahlil dan Kenduri,
Dzikir Kematian
Pustaka Pesantren, 2009: 2-3)
Ritual tahlil biasanya dilakukan pada hari-
Pembacaan tahlil dilakukan oleh
hari tertentu setelah kematian anggota keluarga
masyarakat Islam di Indonesia tidak hanya
di masyarakat. Bagi masyarakat di Jawa Timur,
sebagai amalan yang dilakukan secara
misalnya, ritual tahlilan ada yang dilakukan
individual, melainkan juga sebuah amalan
sejak hari pertama wafatnya anggota keluarga
yang dikerjakan secara berjamaah. Amalan

538 | Ensiklopedi Islam Nusantara


meninggal dengan cara memberi bantuan
amal saleh berupa bacaan-bacaan dan doa-
doa dalam Tahlilan. Dengan kata lain, Tahlilan
adalah upaya untuk memperingan perjalanan
orang yang meninggal menuju persinggahan
terakhir.
Kegiatan yang turut mengiringi tahlil
adalah ziarah kubur. Baik tahlil maupun ziarah
kubur, biasanya dilakukan oleh masyarakat
foto : foto.detik.com
sebagai medium refleksi dan evaluasi diri.
Bahwa semua makhluk yang bernyawa di
selama tujuh hari berturut-turut. Tahlil dunia ini akan mengalami kematian. Bahwa
juga dapat diselenggarakan setelah tiga hari kematian adalah pintu masuk kehidupan
kematian (nelung dino), kemudian dilanjutkan baru. Ibarat kita bepergian jauh, pun dengan
pada hari ke tujuh (mitung dino). Pada empat kematian juga harus dipersiapkan.
puluh hari kematian pihak keluarga biasanya
juga menyelenggarakan tahlil kembali (matang
puluh), dilanjutkan dengan pelaksanaan tahlil Dari Tahlil ke Aksi Sosial
di hari ke-100 (nyatus). Setelah melewati hari Sosiolog asal Prancin Emile Durkheim
ke-100, anggota keluarga menyelenggarakan jauh-jauh hari telah mengemukakan tesisnya
ritual tahlil kembali pada peringatan haul (1 tentang agama dan solidaritas social dalam
tahun) kematian dan diakhiri dengan tahlil di ranah ilmu social. Jika dilihat dari proses
hari ke-1000 (nyewu). ritualnya, tahlil dapat dikategorikan seremonl
Menurut Syaukanie (2010), kalangan keagamaan seperti dimaksudkan oleh Emile
Islam tradisional di pedesaan meyakini adanya Durkheim. Ketika penulis melakukan studi
prosesi perjalanan yang harus dilalui oleh lapangan di daerah Kabupaten Jombang
seseorang setelah kematiaannya. Prosesi Jawa Timur (Januari 2012), ritual keagamaan
pertama adalah ujian di liang kubur. Pada dalam tradisi tahlil dalam perjalanannya
prosesi ini seorang hamba akan ditanyakan telah membuahkan aksi social. Ritual tahlil
seputar keimanan oleh Malaikat (man rabbuka merekatkan setiap anggota masyarakat. Dalam
= siapa tuhanmu, man nabiyuka = siapa nabimu istilah sosiologi kerekatan disebut solidaritas,
dan lain sebagainya). Usai prosesi ini dilalui, yang terbentuk atas dasar perasaan moral,
seorang hamba akan melewati “jembatan keyakinan serta pengalaman emosional yang
lurus” (sirathal mustaqim). Gambaran sirathal sama.
mustaqim dijelaskan seperti helai ramput Tiap kali mendengar kabar kematian,
dibelah tujuh. Di bawah jembatan yang secara sepontas anggota masyarakat
panjangannya tak bisa dipikirkan manusia pedesaan “melayat” dan pada malam harinya
itu adalah bara api yang suhunya melebihi menggelar acara “tahlilan”. Berbondong-
permukaan matahari, itulah neraka jahanam. bondong masyarakat datang ke keluarga yang
Adanya prosesi pasca kematian tersebut, anggotanya meninggaa dunia. Mereka datang
tahlilan dan kirim doa oleh sanak keluarga dengan membawa hasil bumi. Dari bahan-
yang ditinggalkan dimaksudkan memperingan bahan mentah, anggota masyarakat memasak
perjalanan menuju persinggahan terakhir. secara bersama-sama untuk suguhan para
Kaum muslim tradisional berpegang pada pelayat dan jam’ah yang ikut tahlil di malam
hadit nabi yang menyatakan bahwa ketika hari. Di beberapa tempat bahkan tidak sedikit
seorang hamba meninggal dunia maka anggota masyarakat yang membawa makanan
semua amal ibadah akan terputus kecuali siap saji, ada kue dan juga lauk pauk. Ada
doa anak sholeh. Kaum Muslim tradisional semacam “sangsi social” jika hal ini dilanggar.
mencoba memperingan perjalanan orang yang Dalam konstruk fungsionalisme structural,

Edisi Budaya | 539


ritual tahlil telah membentuk semacam norma Rangkaian bacaan tahlil pada umumnya
yang mengikatkan anggota masyarakat. diawali dengan membaca surat al-fatihah yang
Selain takut adanya “sangsi social”, budaya dihadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW
spontanitas muncul juga karena menyadari dan keluarganya, sahabat Nabi, para tabi’in,
bahwa di waktu yang lain mereka akan tabiut tabi’in, para ulama salafussaleh, dan
mengalami kematian. Ada pengharapan yang orang tua yang telah wafat. Kemudian secara
tinggi akan adanya aksi timbal balik jika ada di khusus bacaan al-fatihah ditujukan kepada
antara anggota keluarga meninggal dunia. orang yang dimaksud secara khusus dalam
acara tahlilan (bila sedang berziarah, maka
Ritual tahlil dalam beberapa komunitas
yang dikhususkan adalah ahli kubur yang
telah membentuk semacam kelembagaan
sedang diziarahi, dan bila dilakukan di rumah
lokal. Bahkan di daerah Jombang Jawa Timur,
orang yang mengadakan tahlilan maka yang
kegiatan tahlil tidak semata dilakukan untuk
dikhususkan adalah orang yang dimaksud oleh
waktu-waktu tertentu seperti termaktub di
tuan rumah, dan seterusnya).
atas. Kelembagaan tahlil menjadi bagian dari
kehidupan social masyarakat. Tahlil qubro Selepas pembacaan surat al-fahihah,
misalnyaa ini dilaksanakan setahun sekali oleh biasanya dilanjut dengan pembacaan surat
ribuan jam’ah majlis ta’lim. Dalam pelaksanaan al-ikhlas, surat al-muawwidzatain, ayat ke
tahlil qubro, setiap jam’ah menyumbangkan 1 sampai 6 surat al-baqarah lalu ayat kursi.
rizkinya. Tidak ada patokan dalam besaran Setelah itu baru membaca tahlil; la ilaha illa
uang sumbangan. Besaran minimal sumbangan Allah, dilanjut membaca tasbih; subhanallah
yang diberikan anggota masyarakat ketika wabihamdihi subhanallahil adzim, istighfar;
studi lapang ini dilakukan adalah Rp. 1000,- astagfirullahal Azhim. Kemudian diakhiri
. Tidak ada inisiator dalam kegiatan tahlil dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh
qubro kecuali anggota masyarakat yang seorang kiai dan diaminkan oleh para jamaah.
mempercayakan Muslimat NU sebagai Susunan tahlil ini tidak mesti sama. Terkadang
organisasi social keagamaan sebagai fasilitator bisa berbeda-beda sesuai dengan kiai yang
yang mengumpulkan ribuan umat Islam dalam memimpinnya. Biasanya perbedaan susunan
ritual pembacaan doa-doa tahlil. tahlil disebabkan transmisi (jalur) penerimaan
sanad tahlil dari guru-guru kiai tersebut yang
Bak rapat akbar, ritual tahlil qubro
berbeda. Meski demikian, secara umum, pola
menjadi momentum gerakan social. Dana
tahlil tidak ada perbedaan.
yang terkumpul dari sumbangan suka rela
diserahkan langsung oleh masyarakat secara Bacaan-bacaan dalam rangkaian tahlil
simbolis untuk pembangunan fasilitas publik. dinilai sebagai ibadah, sebab bacaan tersebut
Ketika studi lapang dilakukan, ada dua fasilitas merupakan rangkaian dari ayat-ayat al-Quran,
publik yang telah terbangun yakni Rumah dzikir, dan doa. Beberapa bagian bacaan
Sakit Nahdlatul Ulama dan Panti Asuhan, tahlil bahkan diperintahkan untuk dibaca
keduanya berdomisili di Kabupaten Jombang dalam kondisi dan waktu tertentu. Misalnya,
Jawa Timur. Kedua fasilitas public tersebut soal pembacaan surat al-Ikhlas sebagaimana
di bangun di atas tanah yang juga didapatkan diriwayatkan oleh Imam Daruquthni, “barang
dari sumbangan (wakaf) anggota masyarakat. siapa melewati kuburan kemudian membaca qul
Dari sini kita dapat belajar, kuatan social huwa Allah Ahad (surat al-Ikhlas) sebelas kali,
dalam ritual tahlil kini tak lagi digandrungi maka Allah akan berikan pahala sebanyak orang
oleh muslim tradisional pedesaan semata. mati.” (Ensiklopedia NU, 156)
[M Idris Mas’udi]

Sumber Bacaan
Madchan Anies, Tahlil dan Keduri, YogyakartaPustaka Pesantren, 2009
Nur Syam, Islam Pesisir, Jogjakarta: LKi,
A.Khoriul Anam, dkk, Ensiklopedia N, Jakarta : PBNU, 20

540 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Takbir Keliling

L
antunan takbir pada malam lebaran halaman makin menggebu. Seruan untuk
dengan nada dan irama khasnya terasa mengagungkan kebesaran Allah SWT pada
mendayu meluluhkan kalbu. Diselingi malam Idul Fitri dan Idul Adha dijalankan
tabuhan beduk yang menderu, suara takbir dengan menyemarakkan malam takbiran.
bergema, bersahutan dari berbagai masjid Tak cukup di masjid dan mushalla, semarak
dan mushalla di bebagai sudut desa dan takbiran juga digelar dengan cara takbir
kota. Berbagai kanal televisi pun diramaikan keliling.
beragam acara takbiran.
Takbir keliling adalah seremoni
Hati bergetar, bercampur suka cita dan mengumandangkan takbir secara kolektif
kesedihan. Gembira lantaran Idul Fitri segera pada malam lebaran, dengan cara berkeliling
tiba esok hari. Silaturahim dengan kerabat desa atau kota, menyusuri jalanan utama dan
dan tetangga dalam suasana gembira ria pinggiran. Ada yang berjalan kaki sembari
langsung terbayang. Namun terlntas pula menenteng obor. Ada pula yang mengendarai
perasaan sedih karena kesyahduan Ramadhan kendaraan bermotor. Takbir keliling adalah
jadi terasa singkat dan cepat berlalu, sembari pengembangan kreasi malam takbiran. Tidak
penuh harap, bisa jumpa kembali Ramadhan sekedar berdiam di masjid atau mushalla,
tahun depan. tetapi dengan bergerak di luar, berkililing,
sehingga syiarnya lebih bergema.
Bunyi lafaz takbiran adalah:
Takbiran dilakukan baik pada malam
‫اﷲ أﻛﺮﺒ اﷲ أﻛﺮﺒ اﷲ أﻛﺮﺒ ﻻ ﻪﻟ إﻻ اﷲ اﷲ أﻛﺮﺒ اﷲ‬ Idul Fitri maupun Idul Adha. Tapi takbir
keliling sedikit sekali terjadi pada malam
‫أﻛﺮﺒ وﷲ اﺤﻟﻤﺪ‬
Idul Adha, lebih marak diselenggarakan pada
“Allah Maha besar, Allah Maha Besar, Allah Maha malam Idul Fitri. Masyarakat dengan suka
Besar, tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Allah cita berbondong-bondong mengikuti takbir
Maha Besar, Allah Maha Besar dan segala puji keliling. Takbir keliling biasanya dimulai
hanya milik Allah.” setelah shalat isya atau sekitar pukul 20.00
Pengulangan lafadz takbir dalam takbiran, waktu setempat.
ada yang tiga kali. Ada pula yang hanya dua Takbir keliling dapat mempererat tali
kali. Kalangan Nahdliyin menggunakan tiga persaudaraan antar anggota masyarakat. Pada
kali dengan mengacu Imam Syafi’i. Sementara mulanya, takbir keliling dilaksanakan dengan
elemen Islam yang lain, baik yang bermadzhab cara sederhana. Warga bertakbir keliling
maupun tidak, biasanya hanya dua kali desa dengan hanya membawa obor, alagt
mengulang takbir. Selain pengulangan, tidak penerangan yang terbuat dari bambu. Bahan
ada perbedaan. bakarnya dari minyak tanah yang dimasukkan
Mereka yang jauh dari keluarga, sedang dalam lobang bambu. Sumbunya berupa sabut
di perantauan, tengah studi atau bekerja di kulit kepala atau kain dari pakaian bekas.
luar negeri, takbiran pada malam lebaran Obor menjadi salah satu ciri khas
membuat rindu pada keluarga dan kampung takbiran keliling. Obor digunakan sebagai

Edisi Budaya | 541


alat penerangan, terutama di kampung dan Hadis Nabi, tapi lebih sebagai inovasi
yang aliran listriknya belum merata. Takbir masyarakat Islam Nusantara, terhadap seruan
keliling sebagian bertujuan agar masyarakat untuk mengagungkan nama Allah. Improvisasi
tidak bosan dengan takbiran yang biasanya dari seruan memperbanyak dzikir, takbir, doa
dilakukan hanya di masjid-masjid atau di dan istighfar pada malam Id.
mushola-mushola.
Banyak literatur Islam lebih membahas
Di Jakarta, takbir keliling menyambut seputar shalat Id ketimbang takbiran. Baik
Hari Raya Idul Fitri adalah tradisi yang sudah seputar status shalat Id sebagai ibadah
beratus tahun berlangsung di kalangan sunnah muakkad, pelaksanannya dengan cara
masyarakat Betawi. Malam takbiran adalah berjamaah, sampai pembahasan tempatnya, di
budaya khas Islam di Indonesia yang tidak masjid atau lapangan. Takbir memang identik
ditemukan di negara lain. Di Arab Saudi dengan Id. Shalat Id takbirnya lebih banyak
dan negara Islam lain tidak ada seremoni dari shalat lainnya. Rakaat pertama diawali
takbiran keliling. Itu ungkapan kegembiraan dengan 7 kali takbir. Rakaat kedua dengan 5
masyarakat muslim untuk mencapai Hari kali takbir.
Kemenangan setelah sebulan berpuasa.
Takbiran, pada sebagian kalangan, mulai
Malam takbiran dan takbiran keliling digelar setalah adzan maghrib, sembari
oleh seorang peneliti disebut sebagai bagian menunggu shalat berjamaah. Ada pula yang
Pesta Lebaran. Dimulai sejak malam Idul Fitri dimulai seusai shalat maghrib pada hari terakhr
pada hari terakhir bulan Ramadhan. Ditandai puasa, dan berakhir sampai salat Id esok
dengan semarak kumandang takbir di berbagai harinya. Ada yang semalam suntuk takbiran di
masjid, mushalla dan titik kumpul lainnya. masjid. Bergantian antar kelompok usia, mulai
anak-anak, remaja sampai orang tua. Ada pula
Salah satu ayat Al-Quran yang memberi
yang tak sampai semalam suntuk, berhenti
panduan mengisi malam Idul Fitri adalah
tengah malam, dan disambung kembali
Surat al-Baqarah ayat 185:
menjelang shalat subuh.
ُ َّ َ ُ َ ُ َ َ َّ ْ ُ ْ ُ َ
َ ٰ َ َ ‫�ﺑ‬
‫ﺒﻟ َﻣﺎ ﻫ َﺪﯨٰﻜ ْﻢ َوﻟ َﻌﻠﻜ ْﻢ‬ َ َّ �‫ﺮﺒوا‬
ُ ِّ ‫ﻜ‬ ‫و ِﺤﻛﻜ ِﻤﻠﻮا� �ﻟ ِﻌﺪة و ِﺤﻛ‬ Di Jawa, takbiran bisa samapai 13 jam,
َ ُ َْ
‫ﺗﺸﻜ ُﺮون‬ dari jam 18.00 sampai jam 07.00 esoknya.
Di Jawa, dikenal dengan sebutan Malem
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangan Takbiran. Karena malam kemenagan, takbiran
(hari terakhir Ramadan, 30 hari) dan kamu berlangsung penuh semangat. Takbiran
mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk- menjadi semacam proklamasi selesainya
Nya yang diberikankepadamu, agar kamu puasa.
bersyukur.”
Malam Takbiran itu adalah malam
Imam Al-Nawawi dalam kitab al-Majmu’, kebahagiaan, tapi juga sekaligus ada kesedihan,
mengatakan, “Ashhab kami (ulama Syafi’iyah) karena Ramadhan telah berakhir dan ada
berkata, dianjurkan menghidupkan malam perasaan belum ada jaminan akan ketemu
dua hari raya dengan shalat atau amaliyah- Ramadhan berikutnya. Namun rasa kesedihan
amaliyah ketaatan yang lainnya. Ulama kami itu kemudian dikalahkan oleh rasa gembira.
berhujjah dengan hadits Abi Umamah dari Nabi Malam Takbiran juga dikenal dengan malam
Shallallahu ‘alayhi wa Sallam, “Barangsiapa kemenangan.
yang menghidupkan malam hari raya, hatinya
Ada pula yang masuk Islam setelah
tidak akan mati ketika matinya semua hati.”
tersentuh lantunan takbir. Seorang karyawan
asal Tangerang Banten masuk Islam karena
Malam Lebaran Khas Nusantara sering mendengar takbir. Matanya yang
tadinya minus 6 sebelah kiri dan silinder
Malam takbiran dan takbir keliling tentu 4,5 mnjadi sembuh. Ia kemudian memilih
saja tidak berasal dari pesan spesifik Al-Quran pembinaan pada seorang Kiai di Bandung.

542 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Bagi anak-anak, takbir keliling adalah dini hari, sambil mengurusi pembagian zakat
momentum yang sangat ditunggu-tunggu fitrah. Takbir kemudian dilanjutkan usai shalat
denga suka cita. Takbiran dinilai penting bagi subuh sampai shalat Idul Fitri dimulai.
pembinanan anak. Komisi Perlindungan Anak
Seiring berjalannya waktu dan
Indonesia (KPAI) pernah minta pengurus
perkembangan kepemilikan kendaraan di
masjid dan mushala untuk memfasilitasi
pedalaman, takbir keliling juga berubah.
kegiatan takbir keliling yang menyenangkan
Penduduk tidak lagi berjalan kaki untuk
bagi anak-anak di sekitarnya.
berkeliling kampung, mereka menggunakan
Malam takbiran dinilai KPAI bisa kendaraan. Luasan kawasan takbiran keliling
menjadi momentum rekreasi religi bagi anak tidak lagi terbatas di desa-desa, mereka bahkan
untuk mengartikulasikan keberagamaan. takbir sampai di pusat-pusat keramaian daerah
Kegiatan tersebut bagi anak-anak tetap perlu dan perkotaan.
pendampingan orang tua agar anak dapat
Untuk takbiran berkeliling kota, umumnya
melewati malam takbiran dengan khidmat
warga menggunakan mobil bak terbuka.
untuk menginternalisasi nilai-nilai Idul Fitri
Karena masing-masing desa takbir keliling ke
kepada anak.
kota, bukan lagi terbatas di desanya, maka
Anak-anak perlu diberi ruang leluasa kota atau pusat-pusat keramaian menjadi
untuk ikut takbir, baik di masjid maupun penuh kendaraan berisi rombongan takbiran.
takbir keliling, sambil bermain, namun Dari sinilah mulai ada larangan takbir keliling
tetap di bawah pengawasan, pendampingan menggunakan mobil bak terbuka. Takbir
dan pembimbingan orang tua serta orang keliling kemudian dianggap sebagai sumber
dewasa di sekitarnya. Pemerintah dan aparat kemacetan di malam takbiran.
keamanan juga didorong memfasilitasi
Selain dianggap sumber kemacetan,
kegiatan keagamaan di malam Idul Fitri yang
di beberapa daerah takbir keliling dilarang
menyenangkan bagi anak, bersifat edukatif,
karena disalahgunakan untuk kegiatan kurang
berciri fun, serta menjamin keamanan dan
bermanfaat. Seperti di Pamekasan, Madura,
kenyamanan.
takbir keliling justru disalhgunakan sebagai
Pembacaan takbir Idul Fitri dimulai sejak ajang mabuk-mabukan oleh segelintir anak
matahari terbenam di hari terakhir bulan muda. Takbir keliling yang umumnya menjadi
Ramadhan, dan terus berlangsung sepanjang simbol semangat keagamaan ternoda oleh
malam, hingga shalat Idul Fitri dimulai pada kericuhan dan kekurangtertiban. Kota-kota
esok harinya. Sementara waktu membaca yang menyebut diri sebagai kota Islami pun
takbir Idul Adha lebih panjang. sebagian mulai menutup diri terhadap takbir
keliling. Di Jakarta, takbir keliling juga sempat
Dimulai sejak terbenamnya matahari pada
dilarang Gubernur. Kontroversi pun meluas.
hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah sampai habis
waktu shalat ashar di akhir hari tasyrik tanggal Di Banyuwangi Jawa Timur, ada lomba
13 Dzulhijjah. Belum ditemukan dokumen yang takbiran pada malam Idul Fitri. Peserta lomba
menjelaskan kapan takbir keliling pertama kali takbiran menghabiskan dana jutaan rupiah
dimulai. Warga umumnya menjelaskan, tradisi untuk menyewa sound system dan ditaruh
ini sudah ada sejak mereka masih kecil. di atas truk fuso. Suasana menjadi sangar
semarak. Namun ada juga efek samping
keresahan warga sekitar. Ada warga yang
Lokasi dan Instrumen bagian rumahnya pecah karena kerasnya
Takbir keliling dulu dilaksanakan hanya di frekuensi susunan speaker satu truk fuso yang
kampung dan desa. Warga, terutama anak-anak berkeliling kampung.
dan remaja, membawa obor bambu berkeliling Dalam sebagian momentum lebaran,
kampung sambil mengucapkan takbir. Orang semarak takbiran mengalami penurunan
tua takbiran tetap di dalam masjid sambpai antusiasme ketika makin sering terjadi

Edisi Budaya | 543


perbedaan penentuan Idul Fitri antar membantu menyukseskan acara keagamaan
ormas Islam tetentu dengan Sidang Itsbat warga lain yang berbeda agama. Ketika hari
Kementerian Agama. Persiapan takbiran pun Paskah, giliran masyarakat muslim yang
terasa jadi terganggu. membantu menyiapkan beberapa keperluan.
Di daerah Dompu, Nusa Tenggara Barat,
malam takbiran diperingati dengan membakar
Variasi Berbagai Daerah
Ilo Sangguri atau obor. Di Jawa, dinamakan
Beberapa insiden tersebut tidak membuat oncor. Pendduduk percaya, dengan adanya
antusiasme takbiran keliling secara nasional Ilo Sangguri, malaikat dan roh leluhur akan
terganggu. Gema takbir keliling masih datang. Namun seiring maraknya penerangan
berlangsung di berbagai daerah. Di Aceh, takbir listrik, Ilo Sangguri semakin jarang ditemukan.
keliling didukung penuh pemerintah daerah.
Pasa zaman penjajahan Belanda, takbir
Pemerintah Aceh menyediakan mobil-mobil
keliling di Dompu digunakan sebagai sarana
dinas untuk digunakan sebagai kendaraan
mengumpulkan masa untuk melawan
pawai takbir keliling. Pemerintah daerah juga
Belanda. Takbir disertai tahlil dipakai untuk
menyediakan bus dalam jumlah yang tidak
mengorbankan semangat rakyat. Mereka
sedikit.
sekaligus bertekad untuk syahid di jalan Allah
Takbiran yang tidak kalah menarik ada SWT.
di Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi
Sedangkan Gorontalo melaksanakan
Kepulauan Riau. Hampir setiap kampung
takbir dengan cara berbeda. Gorontalo
di Anambas mengadakan lomba pawai
menyambut malam takbiran sejak seminggu
takbiran atau takbir keliling. Peserta takbiran
sebelumnya dengan mengadakan acara
diharuskan berjalan kaki keliling kampung
tumbilotohe. Ini adalah malam pasang lampu.
dan tetap membawa obor. Prestasi kelompok
Tujuan awalnya untuk menerangi jalanan yang
pawai diukur dari kerapihan barisan. Semakin
digunakan jamaah ketika akan melaksanakan
rapi semakin baik.
ibadah tarawih di malam hari.
Takbiran serupa di Anambas juga
Semakin hari tradisi ini semakin ramai.
dilaksanakan di Kabupaten Slamen, D.I.
Di lapangan-lapangan penuh berisi botol
Yogayakarta. Kompetisi takbiran di Sleman
kecil yang berisikan minyak tanah dan ada
terlaksanan belakangan. Takbiran keliling juga
sumbunya untuk dinyalakan api. Botol inilah
dilaksanakan pada malam hari raya Idul Adha.
yang digunakan dalam malam tumbilotohe.
Warga berebutan menjadi pemenang agar
mendapatkan hadiah tiga ekor kambing. Salah satu tradisi takbiran yang berbeda
dibanding daerah lainnya ada di Muara
Takbir keliling tak kalah kreatif
Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumbar.
ditunjukkan warga muslim minoritas di Kupang
Bila pada daerah lain takbir keliling hanya
NTT. Mereka menjamin bahwa takbiran tidak
dilaksanakan malam hari, di Seberut, takbir
membuat macet jalan raya. Tentu saja, karena
juga dilaksanakan pagi hari. Banyak muallaf di
masyarakat muslim melaksanakan takbiran
sana yang antusias ikut takbiran.
di atas perahu di patai. Dinamakan Takbir
Samudera. Rute takbir dimulai dari Masjid Kutoarjo, Purworejo, Jateng memaknai
Nurul Mubin di Pantai Namosain sampai takbir keliling secara berbeda. Di sini,
wilayah patai dekat Kelapa Lima, Kota Kupang. tepatnya di Desa Wurun, takbir keliling
Jaraknya sekitar 10 kilometer. disebut pengajian takbir keliling. Kegiatan ini
dilaksanakan di rumah-rumah warga secara
Uniknya lagi, peserta takbiran itu bukan
rutin setiap malam Sabtu dua minggu sekali.
hanya warga muslim. Warga yang beragama
Pesertanya remaja desa. Penentuan tuan
kristen juga ikut memeriahkan takbiran
rumahnya dengan mengundi, apabila nama
karena profesi mereka sebagai nelayan1.
yang tercantum keluar, maka nama itu wajib
Warga Kupang memang sudah terbiasa saling

544 | Ensiklopedi Islam Nusantara


menjadi tuan rumah di pengajian selanjutnya. 5 juta. Untuk membuat enam buah, maka
dibutuhkan dana Rp. 30 juta. Syarat untuk
Waktu pengajian dilaknakan setelah
mengikuti festival meriam karbit, minimal
shalat isya dengan jumlah peserta 20 orang
menggunakan lima meriam karbit.
yang terdiri dari murid tingkat SMP dan SMA.
Sebelum memulai pengajian, diadakan shalat Salah satu meriam harus berbahan kayu.
berjamaah dengan diimami kiai desa setempat. Meriam berasal dari kayu atau kelapa yang
disusun sedemikian rupa sehingga berbentuk
Pengajian ini dimulai dengan membaca
tabung. Agar rapat, meriam tersebut dikelilingi
tahlil untuk leluhur. Kemudian dilanjutkan
dengan rotan, agar meriam tidak pecah.
simakan Al-Quran atau tadarus Al quran yang
dipimpin seorang Ustad yang bertujuan agar Takbir keliling unik lainnya berlangsung di
usia remaja tidak melupakan kitab suci Al Bengkulu. Kota di Sumatera bagian Selatan ini
Quran dan menambah pengetahuan dengan memiliki tradisi khas yang diberi nama Bakar
cara yang benar serta memahami arti yang Gunung Api. Gunung Api yang dimaksud
terkandung di dalam Al Quran. adalah batok kelapa yang disusun meninggi.
Susunan batok kelapa itu diletakkan di depan
Sang ustad memberikan materi berupa
rumah atau di halaman belakang masing-
fikih seperti tata cara shalat wajib, sunnah,
masing warga. Bila malam tiba, susunan itu
shalat jenazah dan lain sebagainya. Setelah
dibakar dengan api. Tradisi ini merupakan
utadz rampung, ceramah dilanjutkan dengan
wujud syukur kepada Allah SWT dan doa
wejangan kiai agar peserta remaja mendapat
kepada keluarga yang sudah wafat agar
ilmu pengetahuan agama yang mencukupi.
tenteram di kuburnya.
Tuan rumah menyediakan konsumsi sehingga
menambah kenyamanan pengajian di tempat Suku yang melaksanakan Bakar Gunung
tersebut. api adalah Suku Serawai. Suku ini merupakan
suku terbesar kedua di Bengkulu. Suku
Perayaan malam takbiran Idul Fitri dengan
ini percaya bahwa api adalah media yang
cara berbeda dilaksanakan di Pontianak,
menyambungkan diri mereka dengan arwah
Kalbar. Di kota ujung barat kalimantan ini,
yang mendahului mereka. Sayangnya,
takbiran dilaksanakan dengan meriam raksasa.
seiring berkurangnya pasokan kelapa dan
Meriam tersebut rata-rata berdiameter 80
meningkatnya aliran listrik, tradisi ini semakin
centimeter. Panjangnya mencapai tujuh meter.
sepi dan kian ditinggalkan.
Oleh warga pontianak, meriam ini dinamakan
meriam karbit. Belakangan, dikarenakan sering terjadi
perbedaan penentuan hari lebaran membuat
Festival meriam karbit ini bermula sejak
semarak takbiran agak berubah. Mereka yang
zaman Sultan Syarif Abdurrahman Al Kadrie
berbeda dengan mainstream, hanya takbiran
(1771-1808). Kala itu, sultan melontarkan dua
di masjid, tidak takbir keliling ke jalanan.
peluru meriam. Peluru pertama jatuh di tengah
Di masjid pun tidak menggunakan pengeras
hutan dan kini menjadi Istana Al Kadrie.
suara.
Peluru kedua jatuh di samping sungai yang kini
menjadi Masjid Jami’ Sultan Abdurrahman. Walhasil, ekspresi malam takbiran di
Tafsiran lain menyatakan bahwa tujuan nusantara, berlangsung secara kreatif dan
Sultan melontarkan meriam adalah mengusir variatif. Ragam seremoninya potensial
kuntilanak. Dulu warga menyebut kuntilanak dikembangkan sebagai obyek distinasi wisata
dengan puntianak. Dan dari sinilah nama kota religi. Era desantralisasi memberi peluang
Pontianak berasal. bagi berbagai daerah untuk berkompetisi
menyajikan dan mengembangkan keunikan
Dana meriam karbit biasanya berasal dari
masing-masing model takbiran kelilingnya.
APBD. Untuk membuat satu meriam karbit
dari bahan kayu dibutuhkan dana sekitar Rp. [Asrori S Karni]

Edisi Budaya | 545


Sumber Bacaan
Abdurrohim, http://www.madinatuliman.com/3/2/525-anjuran-menghidupkan-malam-hari-raya-dan-komentar-
ulama.html
Abidin, Mas’oed. 1997. Islam dalam pelukan Muhtadin Mentawai. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.
Agmasati,Silvita. http://ramadhan.kompas.com/story/read/2016/07/06/140500427/8.Festival.Unik.di.Indonesia.Saat.
Lebaran.
Andre Moller, Ramadan di Jawa: Pandangan Dari Luar, Nalar Jakarta, Sepember 2005
Budiwanti, Erni. 1995. The Crescent behind the thousand holy temples: an ethnographic study of the minority Muslims of
Pegayaman, North Bali. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hediawati, Rini. 2009. Budaya Takbir Keliling Pada Bulan Ramdhan di Indramatu Jawa Barat. Universitas Gunadharma.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/07/05/o9ubdb280-kpai-minta-masjid-fasilitasi-takbir-
keliling-bagi-anakanak
http://www.daaruttauhiid.org/berita/read/838/mendengar-takbir-perempuan-ini-masuk-islam.html
Lubis, Firman. 2008. Jakarta 1950-an: Kenangan Masa Remaja. Jakarta: Masup Jakarta.
Madjid, Nurcholis. 2007. Renungan di Bulan Ramadlan. Jakarta: Mizan.
Maksum, Ali. 2006. Risalah Ramadhan. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Maruto, Riski. http://bengkulu.antaranews.com/berita/38392/bakar-gunung-semarakkan-takbiran-di-bengkulu
Ratomo, Unggul Tri. http://ramadhan.antaranews.com/berita/571547/remaja-masjid-kupang-libatkan-warga-kristen-
dalam-gema-takbiran-samudra
Shafa, Faela. http://travel.detik.com/read/2015/08/27/072331/3002465/1519/kuntilanak--meriam-begini-asal-
muasal-kota-pontianak
Shafa, Faela. http://travel.detik.com/read/2015/08/27/072331/3002465/1519/kuntilanak--meriam-begini-asal-
muasal-kota-pontianak
Siahaan, Daniel. 2006. Berlebaran di Kantong Kristen. Reforma Edisi 46: 16-31 Oktober.
Subky, Badruddin Hasyim. 2012. Misteri Kedua Belah Tangan dalam shalat, dzikir, dan doa.. Depok: Swadaya Group.
Wacana, Lalu dan Abdul Wahab. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Nusatenggara Barat. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Wacana, Lalu. 1978. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Widiyanto, Danar. http://krjogja.com/web/news/read/9178/Unik_Di_Plosokuning_Takbiran_Berhadiah_Kambing

546 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Tarekat

J
alan atau cara untuk mendekatkan diri pribadi dan perilaku yang dilakukan oleh
kepada Allah Swt. (taqarrub ila allah) seorang mursyid kepada muridnya. Tarekat
berdasarkan ajaran dari para guru disebut juga dengan ordo sufi, karena menjadi
(mursyid). Jalan ini adalah perwujudan dari bagian penting dari ajaran-ajaran para guru
ajaran tasawuf (sufisme) dalam Islam sesuai tasawuf.
dengan pemahamaa atas Al-Qur’an dan As-
Dalam kitab Kifayah al-Azkiya’, tarekat
Sunnah. Di Indonesia, sejak pertama kali
adalah memilih perilaku yang lebih berhati-
Islam berkembang di Nusantara, tarekat telah
hati, seperti wira’i, ‘azimah (memilih hukum
menjadi salah satu cara untuk berdakwah.
yang utama, bukan yang gampang), dan riyadlah
Jumlah tarekat yang berkembang di Nusantara
untuk menghindari kemewahan duniawi.
sangat brragam dan sebagian memahaminya
Selanjutnya, tarekat juga kebergantungan
dengan pendekatan aspek lokalitas. Para
pelaku suluk pada keadaan yang berat, seperti
tokoh sufi di Nusantara selalu tidak tunggal
riyadlah yaitu meminimalisir nafsu dengan
jenis tarekat yang diikutinya. Tidak jarang,
cara makan dan minum sedikit saja serta
bagi seorang mursyid mempunyai lebih dari
menjauhi hal-hal yang mubah yang tidak
satu tarekat, misalnya Abdurrauf As-Sinkili
bermanfaat. Adapun dalam Tanwir al-Qulub,
menjadi mursyid tarekat Syatariyah, tapi juga
tarekat adalah menjauhi hal-hal yang haram,
tarekat Qadiriyah, dan yang lainnya. Pada
yang makruh, dan hal-hal yang mubah yang
masa Indonesia kontemporer, tarekat-tarekat
tidak berguna, serta melaksanakan hal-hal
tersebut diseleksi oleh Nahdlatul Ulama
yang wajib, dan sekuat tenaga melaksanakan
(NU) sebagai representasi ulama tarekat di
hal-hal yang sunat, di bawah asuhan seorang
Nusantara. Bagi tarekat yang terseleksi maka
mursyid yang arif yang maqamnya tinggi.
disebut tarekat muktabarah an-nahdliyyah.

Konteks Tarekat
Asal Kata Tarekat
Tarekat berasal dari suatu ajaran tasawuf
Tarekat berasal dari kata bahasa Arab,
atau sufisme Islam tertentu. Tasawuf adalah
tariqah. Secara etimologis kata ini mempunyai
falsafah hidup dan metode tertentu dalam suluk
beberapa arti, yaitu jalan, cara (kaifiyyah),
yang dilakukan manusia untuk merealisasikan
metode, sistem (uslub), mazhab, aliran,
kesempurnaan akhlak, pemahaman tentang
dan keadaan (halah). Secara istilah dalam
hakekatnya, dan kebahagiaan ruhaninya.
tasawuf, tarekat juga mempunyai beberapa
Menurut Syekh Ibn Ajiba (1809), sufisme
definisi sesuai pendapat para tokohnya.
adalah pengetahuan yang dipelajari
Menurut Syaikh Ahmad al-Kamsyakhnawi
seseorang agar dapat berlaku sesuai dengan
an-Naqsyabandi dalam Jami’ al-Ushul, tarekat
kehendak Allah melalui penjernihan hati
adalah cara tertentu yang dilakukan para
dan membuatnya riang terhadap perbuatan-
pelaku suluk menuju kepada Allah Swt.,
perbuatan yang baik (Haeri, 2000: 4). Tasawuf
dengan menempuh beberapa pos dan maqam
selaras dengan sufisme, nama lain dari mistik
(tingkatan). Adapun secara umum tarekat
Islam (Schimmel, 2009: 1).
dipahami untuk menyebut suatu bimbingan

Edisi Budaya | 547


kepada Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu,
silsilah (rangkaian periwayatan) juga dapat
memberikan legitimasi dan otentisitas, serta
dapat menghubungkan guru dengan murid
dalam tradisi tarekat.

Latar Belakang Munculnya Tarekat


Praktik keagamaan dalam Islam
yang mengedepankan nilai-nilai zuhud dan
zikir kepada Allah Swt. merupakan bagian tak
terpisahkan dari ajaran tasawuf. Oleh karena
itu, tidak mengherankan jika praktik tarekat
sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Saw.
Para Sahabat Nabi Saw. juga dikenal sebagai
orang yang sangat menjaga diri dari keduniaan.
Dalam suatu hadis disebutkan, pada saat
itu Islam telah berkembang luas dan umat
Islam tengah merasakan kemakmurannya,
berkunjunglah sahabat Umar bin Khatab ke
rumah Rasulullah Saw. Pada saat masuk ke
Al-Taftazani mencatat karakteristik dalam rumahnya, sahabat Umar tertegun
(khasa’is) tasawuf ada 5 (lima) hal: pertama, al- melihat isi rumah Nabi, hanya ada sebuah
taraqi al-akhlaqi (peningkatan moral); kedua, meja dan jalinan daun kurma kasar sebagai
al-fana’ fi al-haqiqah al-mutlaqah (kesirnaan alasnya, lalu di dinding tergantung hanya
dalam hakekat (realitas) yang mutlak. sebuah griba (tempat air) yang biasa digunakan
Inilah ciri tasawuf dengan maknannya yang untuk berwudlu. Tanpa disadari sahabat Umar
mendalam; ketiga, al-‘irfan al-zauqi al-mubasyir terharu dan berlinang air matanya, Rasulullah
(pengetahuan intuisi langsung). Aspek ini Muhammad Saw. mendekat dan menegurnya,
pembeda secara epistemologis dengan filsafat. ”Apa yang membuatmu menangis, wahai
Jika dalam filsafat realitas dipahami sesuai sahabatku?”, Umar menyahut, “Bagaimana aku
dengan metode-metode rasional (manahij al- tidak meneteskan air mataku, ya Rasulallah,
‘aql), dalam tradisi suf, terdapat realitas di hanya ada seperti yang kulihat dalam rumah
balik pengetahuan indrawi (al-hiss) yang sering Baginda, tak ada perkakas rumah tangga
disebut dzauq (intuisi) ataupun kasyf, dst. dan kekayaan kecuali sebuah meja dan griba,
Kasyf ini datangnya sangat cepat; keempat, padahal dalam genggaman Baginda kunci
al-tuma’ninah au al-sa’adah (ketenangan atau dunia Timur dan Barat, serta kemakmuran
kebahagiaan); dan kelima, al-ramziyah fi al- telah melimpah”. Rasulallah Saw. menimpali,
ta’bir (simbolisme dalam pengungkapannya). “Wahai Umar, aku ini Rasulallah, aku bukan
Dari kelima karakteristik tasawuf itulah seorang kaisar dari Romawi dan bukan pula
sesungguhnya tarekat mempunyai prinsip seorang Kisra dari Persia. Mereka hanya
sendiri untuk menunjukkan kemandirian mengejar duniawi, dan aku mengutamakan
sesuai dengan para gurunya. Dalam tradisi ukhrawi”. Peristiwa-peristiwa serupa sering
tarekat, silsilah merupakan bagian yang tak terjadi pada diri Rasulullaw. yang dapat
terpisahkan keberadaannya. Istilah silsilah dijadikan sumber praktik tarekat.
dalam tarekat setara dengan istilah isnad Pada perkembangan awalnya, dalam
(rangkaian periwayatan) dalam tradisi ilmu tarekat belum dikenal istilah silsilah dan
hadis. Suatu hadis disebut sahih apabila dalam tasawuf, karena langsung berguru kepada
rangkaian periwayatannya sampai langsung Nabi Muhammad Saw. dan para muridnya

548 | Ensiklopedi Islam Nusantara


adalah Sahabat Nabi. Akan tetapi, seiring fa qad tafassaq, wa man tasawwafa wa tafaqqah
dengan dinamika umat Islam, mulai dari friksi fa qad tahaqqaq”. Pernyataan ini masih berlaku
kepemimpinan selama Khulafa’ur Rasyidin, hingga sekarang. Kaidah itu memang hanya
Daulah Bani Umayyah, dan pemerintahan menjelaskan tentang tasawuf, tanpa tarekat,
Daulah Bani Abbasiah, kelompok umat Islam tetapi makna yang terkandung di dalamnya,
yang mengikuti praktik keagamaan Nabi Saw. apa yang dilakukan berkaitan dengan tarekat
seperti di atas, disebut dengan zuhhad, nussak, haruslah tidak melepaskan fikih. Sebab, jika
dan ubbad. fikih ditinggalkan maka amaliah dalam tarekat
masuk dalam kategori zindik.
Sejak abad ke-3-4 Hijriyah, tarekat mulai
berkembang meskipun masih sederhana, Sesuai dengan penjelasan di atas, tarekat
seperti Taifuriyah yang mengacu kepada tidak dapat dilepaskan dari tasawuf dan
Abu Yazid al-Bustami, al-Khazzaziyah, yang fikih. Sebab, pada dasarnya, tasawuf adalah
mengacu pada Abu Sa’id al-Khazzaz. Tarekat fenomena kemanusiaan universal dalam
mengalami perkembangan pada abad ke-6-7 setiap agama dan kebudayaan. Tasawuf
Hijriyah. Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jailani (471- diumpamakan sebagai filsafat kehidupan dan
561 H) dianggap sebagai peletak dasar tarekat metode tertentu dalam perjalanan manusia
(Shihab, 2009:183-184) dengan Tarekat untuk memperoleh hakikat kesempurnaan
Qadiriyah. Setelah itu, kelembagaan tarekat akhlak, pengetahuan hakiki, dan kebahagiaan
berkembang terus sesuai dengan kehadiran ruhani (Zaqzuq, 2009).
para sufi, antara lain
Berdasarkan definisi
Tarekat Suhrawardiyah
yang disebutkan di atas,
berasal dari Syihab al-Din
dan juga yang terdapat
Abu Hafs al-Suhrawardi
dalam kitab-kitab
(539-632 H), Tarekat
tasawuf dan tarekat,
Rifa’iyah yang mengacu
seperti ditulis Syaikh
pada Ahmad bin ‘Ali Abu
Zakaria al-Ansari, Syaikh
al-‘Abbas ar-Rifa’i (w. 578
Ahmad Zaruq, dan Ibn
H), Tarekat Syaziliyah
Ajibah, dapat dirumuskan
yang dinisbatkan kepada
bahwa tasawuf adalah
Abu al-Hasan bin ‘Abd
ilmu untuk mengetahui
Allah asy-Syazili (593-
pembersihan jiwa
632 H), Tarekat Kubrawiyah yang mengacu
(tazkiyat an-nufus), pensucian akhlak (tasfiyat
pada Najm ad-Din Kubra (540-618 H), dan
al-akhlaq), pensucian batin (tasfiyat al-
Tarekat Naqsabandiyah yang dinisbahkan
bawatin), kedamaian hati (islah al-qulub),
kepada Baha’ ad-Din an-Naqsaband (717-791
memahami kebaikan tindakan (islah al-‘amal),
H). Termasuk dalam perkembangan tarekat
dan bagaimana cara-cara suluk menuju sang
yang maju itu adalah Tarekat Syatariyah yang
raja diraja, Allah swt. untuk memperoleh
diacu kepada ‘Abd Allah asy-Syattari (w. 890
kebahagiaan abadi dan mengetahui hakikat
H.). Seperti dijelaskan Trimingham (1971),
dengan bukti-bukti, seperti ilmu kedokteran
perkembangan tarekat di belahan dunia sampai
untuk menjaga badan. Sementara itu, sufi
dengan abad ke-19-20, mulai dari Mesir, Iran
adalah orang yang mensucikan hatinya
hingga ke Asia, pada dasarnya tarekat tidak
untuk Allah dan pensuciannya itu untuk
dapat dilepaskan dari silsilah dan ajaran.
mu’amalahnya, hubungan manusia dengan
sang Pencipta yang agung. Ringkasan definisi
tasawuf tersebut tercantum dalam kitab
Tarekat, Tasawuf, dan Ruang Lingkupnya
Haqa’iq ‘an at-Tasawwuf (Isa, 2001: 17-19).
Imam Ghazali pernah menyatakan, bahwa
Pendapat para sufi tentang tasawuf
“man tasawwafa wa lam yatafaqqah fa qad
juga sudah dikumpulkan secara ringkas oleh
tazandaq, wa man tafaqqaha wa lam yatasawwafa
Annemarie Schimmel (2009: 15-18). Dari

Edisi Budaya | 549


berbagai pendapat tersebut, ada beberapa Tarekat Nabawiyah dan Tarekat Salafiyah.
kutipan penting dari Kitab al-Luma’ fi at- Tarekat nabawiyah disebut juga tarekat
Tasawwuf sebagai berikut:“Tasawuf berarti muhammadiyah, yaitu amalan yang berlaku
tak memiliki apa pun dan tak dimiliki apa pada masa Rasulullah Muhammad saw.
pun”. “Tasawuf adalah kebebasan dan Sementara itu, Tarekat Salafiyah adalah cara
kedermawanan, dan tiadanya paksaan diri”. beramal dan beribadah pada masa Sahabat
“Kaum sufi adalah orang-orang yang lebih suka dan Tabiin dengan maksud memelihara dan
kepada Allah daripada apapun dan Allah lebih membina syariat Rasulullah Muhammad Saw.
suka kepada mereka daripada apa pun”. setelah abad ke-2 Hijriah, Tarekat Salafiyah
ini berbeda karena sudah dipengaruhi oleh
Untuk sampai pada pemaknaan tentang
pemikiran filsafat dan hubungan manusia
tasawuf tersebut diperlukan beberapa cara.
dengan manusia lainnya yang berbeda bangsa
Tarekat adalah cara yang ditempuh para sufi
dan negaranya. Oleh karena itu, amalan
dan digambarkan sebagai jalan yang berpangkal
para sufi yang bertujuan untuk kesucian itu
dari syariat. Dalam bahasa Arab, jalan utama
dilakukan melalui empat hal, yaitu syari’at,
itu disebut syar’ , dan anak jalan disebut tariq.
tarekat, hakikat, dan ma’rifat. Tujuan akhir
Dalam perjalanan pengembaraannya (suluk),
para sufi adalah mencapai ma’rifat, yakni
seorang tariq ditemani oleh salik melalui
mengenal hakikat Allah, zat, sifat, dan
berbagai persinggahannya (maqamat), baik
perbuatan-Nya (Said, 1999: 9-10).
cepat ataupun lambat, sehingga dia mencapai
tujuannya, yaitu tawhid sempurna. Mengingat tarekat sebagai cara atau jalan
menuju Allah Swt., pada dasarnya, jenis tarekat
Menurut Schimmel, jalan tritunggal
itu tak terbatas jumlahnya. Pada prinsipnya,
kepada Allah dijelaskan dalam suatu hadis
setiap manusia semestinya harus mencari dan
Nabi. Saw., “Syariat adalah perkataanku
merintis jalannya sendiri sesuai dengan bakat
(aqwali), tarekat adalah perbuatanku (a’mali),
dan kemampuan tingkat kebersihan hatinya
dan hakikat adalah keadaan batinku (ahwali).
(Simuh, 1996:40). Akan tetapi, seiring dengan
Pernyataan serupa diungkapkan dalam Kasyful
perkembangannya, tarekat menjelma seakan-
Mahjub karya Al-Hujwiri, seperti dikutip
akan menjadi suatu kelembagaan sendiri.
Schimmel (2009: 123-4).
Dalam kitab Khazinah al-Asrar disebutkan
“Hukum tanpa kebenaran adalah
orang yang silsilah/sanadnya tidak
pamer dan kebenaran tanpa hukum
bersambung ke hadirat Nabi Saw. itu terputus
adalah kemunafikan. Hubungannya
dari pancaran rohani dan ia bukanlah pewaris
yang timbal balik dapat diumpamakan
Rasulullah Saw. serta tidak boleh membaiat dan
hubungan antara tubuh dan roh; kalau
member ijazah. Dalam kitab Usul at-Tariq juga
roh meninggalkan tubuh, tubuh hidup
dijelaskan, semua ulama salaf sepakat bahwa
berubah menjadi mayat dan roh hilang
orang yang silsilahnya tidak bersambung
bagaikan angin. Kesaksian iman seorang
kepada guru-guru tarekat dan tidak mendapat
muslim mencakup keduanya: kata-
izin untuk memimpin umat di majlis tarekat,
kata “Tiada Tuhan melainkan Allah”
tidak boleh menjadi mursyid, tidak boleh
adalah kebenaran, sedangkan kata-kata
membaiat, tidak boleh mengajarkan zikir dan
“Muhammad adalah utusan Allah adalah
amalan-amalan lain dalam tarekat (Masyhuri,
Hukum. Barangsiapa mengingkari
edit. 2006: 14-15)
Kebenaran adalah kafir dan barangsiapa
menolak Hukum adalah penyeleweng”. Berkaitan dengan itu, organisasi Islam di
Indonesia yang sangat dekat dengan nuansa
Dengan demikian, tauhid tetap menjadi
tarekatnya, Nahdlatul Ulama telah membuat
sesuatu yang sangat penting dalam tarekat,
kriteria tarekat mu’tabarah (standar) dan gairu
selain syari’at, dan hakikat. Menurut
mu’tabarah pada Muktamar ke-3 pada tahun
perkembangannya, pada permulaan Islam,
1928. Ada empat kriteria tarekat muktabarah.
tarekat terbagi dalam dua jenis, yaitu
Pertama, berdasarkan syari’at Islam dalam

550 | Ensiklopedi Islam Nusantara


pelaksanaannya. Kedua, berpegang teguh Syatariyah Naqsabandiyah, Syatariyah
kepada salah satu dari mazhab fikih yang Rifa’iyah, dan Syatariyah Muhammadiyah.
empat (Maliki, Syafi’i, Hanafi, dan Hanbali).
Ajaran-ajaran tarekat secara umum, berisi
Ketiga, mengikuti haluan Ahlussunnah
tentang 1), istigfar; 2), shalawaat Nabi; 3), zikir;
Waljama’ah. Keempat, memiliki ijazah dengan
4), muraqabah; 5), wasilah; 6), rabithah; 7),
sanad muttasil, yaitu silsilah guru yang
suluk dan uzlah; 8), zuhud dan wara’; 9), wirid;
berkesinambungan dengan Nabi Muhammad
10), hizib; 11), khataman atau khususiyah;
Saw. (Shihab, 2009: 189).
12), ataqah atau fida’; 13), istighatsah; 14),
Di antara tarekat yang masih berkembang manaqib, dan 15), ratib.
di dunia, antara lain tarekat Khistiyah di
Para tokoh tarekat di Nusantara sejak abad
India, tarekat Mawlawiyah di Turki, tarekat
ke-15/16 hingga abad ke-20 yaitu Walisongo;
Nikmatullah di Persia, dan tarekat Sanusiyah
Maulana Malik Ibrahim, Sunan Bonang, Sunan
di Afrika Utara. Adapun tarekat-tarekat
Ampel, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan
yang berkembang pesat di Indonesia, antara
Kudus, Sunan Muria, Sunan Drajat, dan Sunan
lain tarekat Qadiriyah, tarekat Syadziliyah,
Gunung Jati; lalu Hamzah Fansuri, Abdurrauf
tarekat Naqsyabandiyah, tarekat Khalwatiyah,
As-Sinkili, Yusuf al-Makassari, Ahmad Khatib
tarekat Syatariyyah, tarekat Samaniyah,
Sambas, Burhanudin Ulakan, Abdul Muhyi
tarekat Tijaniyah, dan tarekat Qadriyah
Pamijahan, Abdullah bin Abdul Qahhar, Hasan
wa Naqsyabandiyah. Tarekat-tarekat lain
Maolani Lengkong, Ahmad Rifa’i Kalisalak,
yang juga diamalkan umat Islam antara lain
Asy’ari Kaliwungu, Muqayyim Buntet,
Suhrawardiyyah, Rifa’iyyah, Naqsabandiyah
Anwarudin Kriyani Buntet, dan Pangeran
Haqqaniyah, Malamatiyah, Khalwatiyah,
Jatmaningrat Kaprabonan Cirebon.
Idrisiyah, Haddadiyah, Ghazaliyah, Dasuqiyah,
Aidrusiyah, Ahmadiyah Badawiyah, Alawiyah, [Mahrus el-Mawa]

Sumber Bacaan
Bruinessen, Martin van. Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat, penterj. Farid Wajdi. Jogjakarta: Gading, 2012
‘Isa, ‘Abd al-Qadir. Haqa’iq ‘an at-Tasawwuf. Suriah: Dar al-‘Irfan, 2001.
Masyhuri, Aziz. Enskiklopedi 22 Aliran Tarekat dalam Tasawuf, Surabaya: Imtiyaz, 2011.
Mulyati, Sri (et.al.), Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2004
Said, H.A. Fuad. Hakikat Tarikat Naqsyabandiyah. Jakarta: Alhusn Zikra, 1999.
Schimmel, Annemarie. Dimensi Mistik dalam Islam. Penterj. Sapardi Djoko Damono, dkk. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009.
Shihab, Alwi. al-Tasawwuf al-Islami wa Asaruhu fi al-Tasawwuf al-Indunisi al-Mu’asir. Diterjemahkan Idy Subandi Ibrahim
dan Tholib Anis. Antara Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi: Akar Tasawuf di Indonesia. Depok, Iman, 2009.
Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita: Suatu Studi Terhadap Wirid Hidayat Jati. Jakarta: UIP, 1988.
Al-Taftazani, Abu al-Wafa, Madkhal ila al-Tasawwuf al-Islami. Kairo: Dar as-Saqafah, 1983.
______. Sufi dari Zaman ke Zaman: Suatu Pengantar tentang Tasawuf. Penterj. Ahmad Rafi’ Utsman. Bandung: Pustaka,
1985.

Edisi Budaya | 551


Tarhim

T
arhim ialah bacaan yang karya Syaikh Mahmud Khalil al-Khusshariy
dikumandangkan dari masjid yang berisi puji-pujian kepada Rasulullah
atau mushala dengan maksud Muhammad saw. Shalawat tarhim sering di
membangunkan kaum muslimin untuk kumandangkan sepuluh menit menjelang
persiapan shalat Subuh. Lebih dari itu, tarhim subuh, setelah imyak atau kadang juga
juga membantu membangunkan mereka yang berkumandang menjelang azan shalat lima
ingin menjalankan shalat tahajud, karena waktu. Tidak hanya di masjid tapi juga di radio-
shalat ini dapat dikerjakan pada saat itu. radio, terlebih pada bulan Ramadhan.
Tarhim banyak didengar terutama saat bulan
Shalawat tarhimnya Syaikh Mahmud
suci Ramahan. Bacaan yang dikumandangkan
Khalil al-Khusshariy disebut dalam dua versi,
umumnya bervariasi, ada yang berisi seruan
memakai huruf ‫( ﺡ‬tarhim) dan memakai
agar kaum muslimin bangun dan siap
huruf ‫( ﺥ‬tarkhim). Hal ini dapat dimaklumi,
melakukan shalat shubuh, ada juga yang
karena sebagian orang terutama orang Jawa
mengingatkan pentingnya shalat tahajjud, ada
biasa mentransliterasikan huruf ‫ ﺡ‬menjadi
juga mengucapkan sahur... sahur… dan lain-
“kh”. Namun, Kyai Mathari Mansur juga
lain.
membenarkan variasi penulisan “tarkhim”
Tarhim dikenal juga sebagai pembacaan sebagai transliterasi dari ‫ ﺗﺮﺧﻴﻢ‬yang mengacu
syair yang berisi pengagungan kepada Allah pada lantunan zikir yang sama. Menurut
SWt dan doa atas nikmat yang diberikan lalu beliau, tarkhim dengan huruf ‫ ﺥ‬memiliki
bersyukur. Usai pembacaan tarhim biasanya makna mengagungkan Allah Swt.
masyarakat melaksanakan shalat tahajud
Kaum muslimin yang pada
hingga menjelang waktu subuh. Tujuan
memilikirkewajiban untuk mandi besar
lain dari tarhim adalah menyerukan kaum
atau rutin mandi sunnah sebelum subuh
muslimin agar mengisi sepertiga malam
diuntungkan dengan adanya tarhim, begitu
terakhir yang banyak keutamaan di dalamnya
pula bagi mereka yang berniat puasa sunnah
seperti bermunajat, shalat sunah tahajut,
di hari biasa maupun puasa wajib di bulan
shalat hajat, istikharah dan sebagainya.
Ramadhan. Kumandang tarhim akan menjadi
Selain itu dikenal pula istilah shalawat penanda masuknya waktu sahur dan imsak,
tarhim. Shalawat tarhim merupakan shalawat kegiatan tarhim merupakan ciri khas warga
yang biasa didengar dari pengeras suara di NU yang dapat dijadikan sebagai indentitas
masjid-masjid atau musholla sebelum azan Islam Nusantara.
Subuh dengan irama yang mendayu-dayu.
Akan tetapi akhir-akhir ini masjid dan
Shalawat tarhim diputar sebelum azan subuh
mushala lebih banyak memilih memutar
dikumandangkan sebagai penanda masuknya
kaset ayat-ayat Al-Qur’an karena lebih praktis
waktu imsak. Shalawat ini sangat populer
ketimbang mendatangkan seseorang yang
di kalangan masyarakat muslim Indonesia,
bersedia mengumandangkan alunanutarhim.
khususnya yang tinggal di desa-desa.
Dulu, orang-orang yang mampu
Shalawat tarhim ini merupakan puisi mengumandangkan tarhim dapat didatangkan

552 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Duhai penuntun petunjuk Ilahi, duhai makhluk
yang terbaik

‫اﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم �ﻠ�ﻚ‬

‫�ﺎ ﻧﺎﺮﺻ اﺤﻟﻖ �ﺎ رﺳﻮل اﷲ‬


Shalawat dan salam semoga tercurahkan
atasmu
Duhai penolong kebenaran, ya Rasulullah

‫اﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم �ﻠ�ﻚ‬

‫�ﺎﻣﻦ أﺮﺳى ﺑﻚ اﻤﻟ��ﻤﻦ �ﻼ‬


Shalawat dan salam semoga tercurahkan
padamu
Wahai Yang Memperjalankanmu di malam hari,
Dialah Yang Maha Melindungi
dari luar daerah dengan upah yang cukup,
ditambah dengan hadiah sarung atau baju ‫ﻧﻠﺖ ﻣﺎ ﻧﻠﺖ واﻷﻧﺎم ﻧ�ﺎم‬
koko, Seiring perkembangan zaman,gpara
pengumandang tarhim ini pun sudah tidak ‫وﺗﻘﺪﻣﺖ ﻟﻠﺼﻼة ﻓﺼﻰﻠ ﻞﻛ ﻣﻦ ﻲﻓ اﻟﺴﻤﺎء وأﻧﺖ اﻹﻣﺎم‬
banyak ditemui karena diganti kaset Al-
Qur’an yang diputar kurang lebih 30-60 menit Engkau memperoleh apa yang kau peroleh
sebelum waktu azan. sementara semua manusia tidurSemua penghuni
langit melakukan shalat di belakangmu dan
engkau menjadi imam
Teks Shalawat Tarhim
‫وإﻲﻟ اﻤﻟﻨﺘﻰﻬ رﻓﻌﺖ ﻛﺮﻳﻤﺎ‬
‫اﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم �ﻠ�ﻚ‬
‫وﺳﻤﻌﺖ اﺠﺪاء �ﻠ�ﻚ اﻟﺴﻼم‬
‫�ﺎ إﻣﺎم اﻤﻟ�ﺎ�ﺪ�ﻦ �ﺎ رﺳﻮل اﷲ‬ Engkau diberangkatkan ke Sidratul Muntaha
Shalawat dan salam semoga tercurahkan karena kemuliaanmuDan engkau mendengar
padamu suara ucapan salam atasmu
Duhai pemimpin para pejuang, ya Rasulullah ‫�ﺎ ﻛﺮﻳﻢ اﻷﺧﻼق �ﺎ رﺳﻮل اﷲ‬
‫اﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم �ﻠ�ﻚ‬ ‫ﺻﻲﻠ اﷲ �ﻠ�ﻚ وﺒﻟ آﻟﻚ وأﺻﺤﺎﺑﻚ أﻤﺟﻌﻦﻴ‬
‫�ﺎ ﻧﺎﺮﺻ اﻬﻟﺪى �ﺎ ﺧﺮﻴ ﺧﻠﻖ اﷲ‬ Duhai yang paling mulia akhlaknya, ya
RasulullahSemoga shalawat selalu tercurahkan
Shalawat dan salam semoga tercurahkan
padamu, pada keluargamu dan sahabatmu
padamu
[Ismail Yahya]

Edisi Budaya | 553


Tasrifan

T
asrif ‫))ﺗﺼﺮﻳﻒ‬ lainnya.
dalam ilmu tata
Untuk perubahan
bahasa Arab
bentuk kata dengan
artinya perubahan
cara penambahan saja
kata (Ar. Kalimat), dari
masih dibagi menjadi
satu bentuk (mashdar
banyak ragam. Dari
atau fi’l madhi) ke
perubahan-perubahan
berbagai bentuk lain
bentuk itu, satu kata
yang berbeda-beda
bisa berubah menjadi
sehingga memiliki
berpuluh-puluh
makna yang bervariasi.
kata turunan yang
Kebanyakan ulama
memiliki arti berbeda-
tidak membedakan
beda. Demikian juga
antara Tasrif dan
dengan penghapusan,
Shorf, sehingga ilmu Isi Kitab Shorof, Amtsilah tashrifiyah. penggantian, dan
shorf ‫ ))ﺻﺮﻑ‬dan ‫))ﺗﺼﺮﻳﻒ‬ Sumbr: http://ilmusorrof.blogspot.co.id/
lain-lainnya. Seluruh
dianggap sama.
variasi perubahan di atas ini adalah perubahan
Ilmu shorf membahas tentang aturan dari segi istilahi, dan dari perubahan istilahi ini,
pembentukan kata (‫)ﺍﻟﺒﻨﻴﺔ ﻭﺍﻟﺼﻴﻐﺔ‬. Di masing-masing dari puluhan variasi perubahan
antaranya tentang wazn atau timbangan itu masih ditasrif lagi kedalam perubahan
kata (pola). Kata yang digunakan sebagai lughowi jika ingin menggunakannya untuk
wazn dalam tata bahasa Arab adalah kata subyek-subyek yang berbeda.
yang terdiri dari huruf fa’, ‘ain, lam, (‫ )ﻓﻌﻞ‬dan
Artinya setiap kata harus drubah lagi
berbagai bentuk perubahannya. Setiap kosa
bentuknya mengikuti wazn atau polanya
kata dalam bahasa Arab kemudian dibentuk
sesuai dengan jumlah subyeknya; satu, dua,
atau di-tasrif menggunakan wazn tersebut.
atau jamak, dan apakah subyek tersebut pria
Kata ‫(ﻗﺘﻞ‬membunuh) misalnya, jika bentuknya
atau wanita, dan apakah subyek tersebut orang
dimodifikasi dennan menambahkan alif
pertama, orang kedua, atau orang ketiga.
setelah huruf pertama makan akan menjadi ‫ﻗﺎ‬
Belum lagi jika dikaitkan dengan waktu; masa
‫ ﺗﻞ‬yang berarti pembunuh.
lalu, sekarang, atau akan datang, serta bentuk
Perubahan bentuk kata (‫ )ﻛﻠﻤﺔ‬dalam tata kata perintah yang juga berbeda.
bahasa Arab memiliki variasi yang sangat
Karena sifatnya yang demikian ini, maka
banyak; ada bentuk penambahan (‫)ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‬,
para ulama menyebut ilmu shorf atau tasrif
penghapusan (‫)ﺍﳊﺬﻑ‬, perentangan (‫)ﺍﻟﺘﻄﻮﻳﻞ‬,
sebagai induk atau ibunya ilmu, karena di
pemendekan (‫)ﺍﻟﺘﻘﺼﻴﺮ‬, peleburan (‫)ﺍﻻﺩﻏﺎﻡ‬,
dalam disiplin ilmu-ilmu ke-Islaman, terutama
pembalikan (‫)ﺍﻟﻘﻠﺐ‬, penggantian (‫)ﺍﻻﺑﺪﺍﻝ‬,
yang berhubungan dengan tafsir, hadis, dan
pencacatan (‫)ﺍﻻﻋﻼﻝ‬, dan masih banyak lagi

554 | Ensiklopedi Islam Nusantara


fikih, pengetahuan tentang akar kata dalam irama tertentu baik sendirian maupun
tatanan bahasa Arab adalah sangat penting. bersama-sama. Tasrifan merupakan tradisi
Di dalam tradisi ilmiah di kalangan para khas pesantren, namun demikian ada juga
ulama, pembahasan terhadap sesuatu harus beberapa madrasah non-pesantren dan tempat-
dimulai dari definisi (‫ )ﺗﻌﺮﻳﻒ‬kata, karena tempat pengajian yang menggunakannya.
tanpa definisi yang jelas, maka pembahasan
Keberadaan pesantren, khususnya di
mengenai suatu masalah bisa jadi melenceng
Jawa bisa dilacak sejarahnya hingga ke masa
dan tidak tepat sasaran, yang pada gilirannya
Maulana Malik Ibrahim. Santri-santri yang
bisa menyesatkan.
belajar kepada Maulana Malik Ibrahim ini
Ketika mendefinisikan suatau kata atau kemudian menyebarkan Islam dan mendirikan
istilah tertentu, para ulama terlebih dahulu pesantren-pesantren di beberapa tempat .
akan membahau arti kata tersebut menurut Sejak awal keberadaanya pesantren menjadi
bahasa atau etimologi. Perbedaan pendapat tempat menimba ilmu-ilmu ke-Islaman,
mengenai akar suatu kata sering terjadi di selain pengetahuan-pengetahuan lainnya.
kalangan para ulama. Padahal akar kata yang Mempelajari ilmu-ilmu Islam seperti tafsir,
berbeda—meskipun huruf dan jumlahnya hadis, fikih, tauhid, dan lain-lainnya tidak bisa
sama—bisa mengakibatkan bentuk tasrif yang dilakukan tanpa mempelajari bahasa Arab
berbeda dan tentu saja memiliki makna yang beserta tata bahasanya.
berbeda pula. Biasanya para ahli yang berbeda
Pengajaran bahasa Arab dan tata
pendapat ini menjadikan syair-syair kuno
bahasanya, termasuk nahwu-sharf di
sebagai pijakan dan dalil, selain ungkapan-
Nusantarapun sudah mulai dilakukan sejak
ungkapan dalam bahasa Arab yang terkenal
lembaga-lembaga pendidikan semacam
dan lazim digunakan dimasyarakat. Setelah itu
pesantren berdiri.
mereka masih harus membahasnya lagi dari
sisi makna terminologi atau istilah. Snouck Hurgronje menyebut ada dua
metode pengajaran nahwu-shorf yang
Sebagian ulama menganggap ilmu Sharf
berkembang di Nusantara. Pertama adalah
atau Tasrif merupakan bagian dari ilmu
metode lokal (native method), dan yang kedua
nahwu—ilmu yang mempelajari tentang
adalah metode Makkah (Meccan Method). Yang
perubahan-perubahan i’rab setiap kata, yang
dimaksud dengan gaya native oleh Hurgronje
biasanya ditandai dengan perubahan harakat
adalah menulis makna gandul pada sela-sela
atau huruf hidup pada akhir kata. Sebagian
teks kitab. Menurut Hurgronje, dulu para kiyai
ulama lain membedakan antara ilmu Tasrif/
tidak mengajarkan nahwu sharf dulu kepada
Sharf dengan ilmu nahwu, meskipun keduanya
murid-muridnya ketika membacakan (mbalah)
tidak bisa dipisahkan dalam tata bahasa Arab.
kitab kepada para santri.
Kebanyakan ulama sepakat bahwa orang
Para santri tidak harus pandai nahwu-
yang pertama kali memisahkan ilmu Tasrif/
sharf dulu untuk mengikuti pengajian kitab-
Sharf dari ilmu nahwu, untuk menjadi disiplin
kitab yang diajarkan oleh para kiyai. Para
ilmu tersendiri adalah Mu’adz bin Muslim al-
santri menulis saja terjemahan yang diucapkan
Harra’ yang wafat di Baghdad pada tahun 87
oleh para kiyai dalam bentuk makna gandul.
Hijriyah.
Metode ini bisa dikatakan semacam “belajar
sambil jalan.” Dalam pengakuanya, Hurgroje
bertemu dengan jamaah haji dari Ponorogo
Tasrifan Pesantren
dan Pacitan yang bisa menerjemahkan teks
Tasrifan adalah istilah yang digunakan kitab fikih ke dalam bahasa Jawa dengan
di pesantren-pesantren Jawa yang artinya sangat baik. Keduanya belajar menggunakan
melakukan tasrif atas mufradat-mufradat metode native.
bahasa Arab. Untuk memudahkan menghafal,
Adapun yang dimaksud dengan metode
biasanya para santri mengucapkannya dengan
Makkah adalah mengajarkan ilmu nahwu-

Edisi Budaya | 555


sharf secara terpisah sebelum mengajarkan
kitab-kitab berbahasa Arab. Mula-mula mereka
diajarkan dulu cara mengeja atau disebut
juga belajar kitab alip-alipan atau kitab abjad.
Kemudian mereka diminta menghafalkan
mufradat-mufradat dalam tabel seperti dalam
tabel bayanul hudud yang dilengkapi dengan
arti kata dalam bahasa Melayu atau Jawa.
Setelah mereka hafal mufradat-mufradat
dalam tabel, kemudian mereka diminta
menghafalkan bentuk-bentuk perubahannya, Sumber: https://irilaslogo.wordpress.com

juga dalam tabel. Selain menghafal perubahan Syaviq Muqoffi, dalam penelitiannya
bentuk kata, mereka juga sekaligus mengatakan bahwa kitab Al-Amtsilah al-
menghafalkan dan melafalkan makna dari Tasrifiyyah karya Kiyai Ma’sum Ali merupakan
masing-masing kata yang berubah. Hurgronje pengembangan dari kitab Matn al-Binak dan
misalnya menyebut bahwa (‫ ﻓﻌﻞ‬artinya adalah) Al-Tasrif al-‘Izzi. Kitab ini sangat membantu
ma’nane wus agawe wong lanang siji ghoib. para pelajar dalam memahami perubahan-
Adapun kitab-kitab sharf/tasrif yang perubahan kata dalam bahasa Arab,
digunakan dan dijadikan rujukan dalam karena dibuat dengan bentuk tabel dengan
mempelajari ilmu sharf/tasrif di Nusantara pengelompokan jenis-jenis kata dan wazn atau
sebelum abad ke-19 adalah kitab-kitab polanya. Dalam buku ini, setiap kata disusun
karangan ulama dari Timur Tengah seperti berjejer mulai dari fi’il madhi sampai isim alat,
Nazm al-Maqsud, Syarh Kailani al-‘Izzi, Matn al- dalam tasrif istilahi. Adapun untuk tasrif
Bina’, dan Talkhisu al-Asas fi ‘Ilm al-Sharf. Kitab- lughawi, tiap kata disusun dari atas ke bawah,
kitab ini dibawa oleh para ulama Nusantara mulai dari bentuk kata kerja dengan subyek
yang belajar di Makkah dan kota-kota lain di orang ketiga pria tunggal sampai kata kerja
Timur Tengah. dengan subyek orang pertama jamak.

Pada abad ke-19, sebagaimana dikatakan Sejak abad ke-19 hampir semua tasrifan
Bruinessen, kitab Al-Amtsilah al-Tasrifiyyah yang dilagukan oleh para santri menggunakan
karya Kiai Ma’sum Ali menjadi sangat populer model yang ditulis oleh Kiyai Ma’shum Ali ini.
dan digunakan di pesantren-pesantren, Bahkan menurut penelitian Muqoffi, istilah
menggantikan kitab-kitab yang dibawa oleh tasrif lughawi dan tasrif istilahi adalah ciptaan
para ulama sebelumnya dari Timur Tengah. Kiyai Ma’shum Ali.
Sampai hari ini, kitab ini masih menjadi buku Selain kitab Al-Amtsilah al-Tasrifiyyah
tabel paling diandalkan dalam pelajaran ilmu karya Kiyai Ma’sum Ali, di kalangan pesantren
shorf di berbagai pesantren, tidak hanya juga ada kitab lain karya ulama Nusantara yaitu
pesantren tradisional/salaf, tetapi juga di kitab Al-Sharf al-Wadih yang disusun oleh Kiyai
beberapa pesantren modern, bahkan di Ali Ma’shum. Namun kitab ini kalah populer
beberapa lembaga pengajaran bahasa Arab dibandingkan dengan kitab Al-Amtsilah al-
non-pesantren. Tasrifiyyah karya Kiyai Ma’sum Ali.
[Ali Mashar]
Sumber Bacaan
Ali ibn Mu’min ibn Muhammad al-Hadromi Abu al-Hasan, Ibn Asfour, Al-Mumti’ al-Kabir fi al-Tasrif, Maktabah Lubnan,
1996.
Martin Van Bruinese, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Gading Publishing, Yogyakarta, 2012.
Muhammad bin Makram bin Ali Jamaludin Ibn Mandhur, Lisanu al-‘Arab, Dar Shodir, Beirut, 1414 H.
G.W.J. Drewes, The Study of Arabic Grammar in Indonesia, in P.W. Pestman (ed.), Acta Orientalia Neerlandica, EJ. Brill
Publisher, Leiden, 1971.
Syafiq Muqoffi, Saraf Tasrif Pesantren (Genealogi dan Karakteristik Kitab Tasrif karya KH. Ma’sum Ali dan KH. Ali Ma’sum),
Tesis, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2016 (tidak terbit).

556 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Tawajjuh

Arti kata dan Istilah Tarekat rabithah, dan bagi murid yang berpengalaman,

I
sosok ruhani Syekh merupakan penolongnya
stilah tawajjuh berasal dari bahasa Arab
yang efektif di kala Syekhnya tidak hadir –
yang merupakan derivasi dari akar kata;
sama seperti ketika Syekhnya ada di dekatnya.
tawajjaha yatawajjahu tawajjuhan yang
Tetapi, pada umumnya, tawajjuh berlangsung
bermakna menghadap. Sementara dalam
selama dilakukan dzikir berjamaah di mana
disiplin ilmu tasawuf, tawajjuh adalah sebuah
Syekh ikut serta bersama murid-nya. Di
proses spiritual dan kontemplasi di mana
beberapa daerah di Indonesia, zikir bersama
hanya mengkhususkan diri kepada Allah SWT
itu sendiri disebut tawajjuh.
(Ahmad Tarmizi Abdul Rahman, 2010: 77).
Hal ini sebagaimana firmah Allah SWT:
“Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) Tawajjuhan di Pesantren
yang menciptakan langit dan bumi dengan
Di dalam dunia pesantren yang secara
penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang
umum berbasis tarekat, seringkali kita
benar, dan aku bukanlah termasuk orang-
menemukan kegiatan yang dikenal dengan
orang musyrik” (Q.S. al-An’am/6: 79)
istilah tawajjuhan, yaitu pertemuan langsung
Menurut GF al-Haddad (2007), antara sang guru (Syekh) dengan sang murid
tawajjuh secara harfiah berarti adalah orientasi (Salik) untuk melakukan kegiatan ketarekatan.
yang mengacu pada di balik dari hati seseorang Dalam tawajuhan terdapat beberapa ajaran
kepada Allah Yang Maha Tinggi. Dalam Tarekat atau materi yang diberikan oleh seorang
Naqsabandiyah Tawajjuh merujuk kepada Syekh kepada Salik. Ajaran dan materinya
seorang murid dalam mendekatkan diri kepada pun berbeda-beda tergantung tarekat yang
Allah SWT. Hal ini mirip dengan kewaspadaan diajarkannya di masing-masing pesantren,
(Muraqaba) atau mengacu pada panduan dari meski demikian pada hakikatnya, yaitu tetap
sang Mursyid kepada murid-muridnya. mengarahkan sepenuhnya kepada Allah.
Sementara menurut Martin Van Martin (1994: 176-177) dalam catatan
Bruinessen (1994: 86) Tawajjuh adalah penelitiannya menyebutkan pesantren
merupakan perjumpaan di mana seorang Manbaul Hikam Mantenan Udanawu Blitar
membuka hatinya kepada Syekhnya, dan merupakan salah satu pesantren yang
kemudian sang Syekh membawa hati tersebut telah lama melakukan kegiatan tawajjuhan.
ke hadapan Nabi Muhammad SAW. Tawajjuh Menurutnya, pesantren didirikan pertamakali
ini dapat berlangsung sewaktu terjadinya oleh Kiai Ghafur dan mendapatkan ijazah
pertemuan pribadi antara murid dan mursyid tarekat Naqsyabandiyah dari Kiai Yahya ini
atau dikenal juga dengan istilahnya ba’iat. berhasil mengislamkan (“mentarekatkan”)
Sedang ba’iat merupakan kesempatan sebagian besar daerah yang sebelumnya
pertama dari proses tawajjuh, Meskipun dikenal sangat abangan. Ketika Kiai Ghafur
dalam tawajjuh sangat memungkinkan terjadi wafat (1952), ia digantikan oleh putranya,
ba’iat. Bahkan ketika sang Syekh secara fisik Mirza Sulaiman Zuhdi yang lebih dikenal
tidak hadir, hubungan dapat dilakukan dengan dengan panggilan Kiai Zuhdi dan meninggal

Edisi Budaya | 557


pada tahun 1974. Sepeninggal Kiai Zuhdi, 1. Pembukaan dan pengajian syariat
tampuk kepemimpinan pesantren dan 2. Pembacaan suarat al-Fatihah
tarekat Naqsyabandiyyah dilanjutkan oleh 3. Tahlil
adiknya yang bernama Kiai Zubaidi. Dua kali 4. Bimbingan pengamalan tarekat
dalam seminggu, pada hari Selasa dan Jumat 5. Salat Duhur berjamaah (Panitia Perayaan
petang diadakan pertemuan zikir berjamaah Seabad, 2001: 23)
(tawajjuhan dan khataman), yang diikuti oleh
Berbeda dengan Pesantren Futuhiyyah
penduduk desa Mantenan. Menurut sang Kiai,
Mranggen Demak, Mbah Kiai Arwani
yang hadir pada acara tersebut berkisar antara
Kudus, terkesan seperti memisahkan antara
500 sampai 1000 orang, baik laki-laki maupun
pengajaran di pesantren dengan kegiatan
perempuan. Tiga kali dalam satu tahun (pada
tarekatnya. Hal ini seperti terlihat dalam
bulan Suro atau Muharram), Rajab dan Puasa
pembangunan lokasi baru di luar Pondok
(Ramadhan) ada suluk Mantenan. Kegiatan ini
Pesantren Huffadz Yanbaul Quran (PHYQ)
berkisar antara 10 hingga 20 hari, bergantung
yang dikhususkan untuk kegiatan tarekat
pada sang murid sendiri.
pada tahun 1973. Lokasi zawiyah yang disebut
Selain di pesantren Mantenan Udanawu “pasulukan” berada di daerah Kwanaran desa
Blitar, sejumlah pondok pesantren di Indonesia Kajeksan dengan luas 3.000 m2, berdampingan
juga menggelar acara tawajjuhan. Salah dengan mushalla dan makam keramat Mbah
satunya yang cukup terkenal adalah pesantren Wanar, salah seorang badal Sunan Kudus,
Futuhiyyah Mranggen Demak dengan Kiainya yang konon merupakan asset Desa (Ahmad
yang kesohor akan kemursyidannya, yaitu Kiai Dimyati, 2016: 54).
Muslih Abdurrahman.
Sejak memiliki pasulukan sendiri, jamaah
Pengajian tawajjuhan di pesantren tarekatnya juga terus bertambah. Dalam
Futuhiyyah Mranggen ini merupakan kegiatan kegiatan suluk selama sepuluh hari yang
wajib diikuti para santri. Pengajian tersebut dilaksanakan tiga kali dalam satu tahun,
diadakan pada hari Senin dan Kamis. Hari pesertanya selalu meluber, sehingga dibatasi
Senin khusus bagi santri laki-laki. Sedangkan sesuai kapasitas ruangan penginapannya,
hari Kamis bagi santri perempuan. Adapun (hanya diterima sebanyak 600 jamaah pria dan
waktu pelaksanaannya adalah pada pukul 600 jamaah wanita). Waktu pelaksanaan suluk
09.00 WIB dengan susunan acara sebagai dilaksanakan pada:
berikut: 1. Tiap tanggal 1-10 bulan Muharram
2. Tiap tanggal 1-10 bulan Rajab
3. Tiap tanggal 1-10 bulan Ramadhan
Sedangkan dzikir tawajjuhan dilaksanakan
setiap hari Selasa siang dengan susunan acara
sebagai berikut:
Pukul 09-10 pengajian kitab
Pukul 10-11 Salat sunnah dilanjutkan dzikir
tawajjuh
Pukul 11-12 istirahat
Pukul 12-13 Salat Dzuhur dilanjutkan dzikir
Selain kegiatan tawajjuhan yang bertempat
di pasulukan dengan jumlah terbatas tersebut,
kegiatan tawajjuh juga dilakukan di sejumlah
cabang. Sejak tahun 1975 M mulai dibuka
cabang-cabang dzikir tawajjuh. Awal pertama
dibuka di Masjid Hidayatul Abidin Desa Besito
Sumber: http://www.ahbaburrosul.org/ kecamatan Gebog dengan jarak 7 KM dari

558 | Ensiklopedi Islam Nusantara


lokasi pusat ke arah utara. Jadwal acara dzikir seperti khalifah atau orang yang sudah
tawajjuh di Besito ditentukan tiap hari Kamis mencapai tingkat tahlil. Dari sepuluh buah
Legi. Artinya memiliki waktu putaran tiap 35 batu, 6 di antaranya diletakkan di sebelah
hari sekali, dan di Jawa dikenal dengan istilah kanan Syekh, 4 buah lainnya di sebelah
“selapanan” (Ahmad Dimyati, 55). kirinya. Dan batu-batu kecil sebanyak 21
buah diletakkan di hadapannya.
5. Semua peserta menutupi kepalanya
Tawajjuhan dalam Tarekat
dengan sorban atau sehelai kain, tunduk
Setiap lembaga tarekat mempunyai menekurkan kepalanya ke lantai,
tradisi tersendiri di dalam mengarahkan memejamkan mata dengan khusyu’.
para murid, sebagaimana dengan apa
6. Berkhatam tawajjuh dimulai dengan
yang ada dalam tarekat Naqsyabandiyah
ucapan “astagfirullahal azhim” sebanyak
Kholidiyah. Mengenai kegiatan tawajuhan
tiga kali dan diikuti oleh para peserta,
juga ada kemungkinan perbedaan model
yang kemudian disusul dengan bacaan
dan juga sistem yang digunakan. Dalam
berikut:
tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah kegiatan
tawajuhan yang dilaksanakan dengan a. Membaca al-Fatihah 10 kali. Bacaan
mengambil bentuk pemberian siraman rohani dilakukan oleh orang yang menerima
dan pengarahan khusus kepada para murid pembagian batu besar saja
dengan menggunakan kitab-kitab tarekat dan
b. Shalawat 79 kali
kitab-kitab salaf sebagaimana tersebut di atas,
yang intinya adalah zikir. c. Membaca surat al-Insyirah 79 kali

Menurut ajaran Syekh Abdul Wahab Rokan d. Membaca surat al-Ikhlas 100 kali.
al-Khalidi Naqsybandi tuan guru Babussalam Dan setiap orang membacanya sesuai
Langkat (1811-1926) sebagaimana dalam jumlah batu yang diterimanya
Fuad Said (2007), setiap pengikut tarekat e. Shalawat lagi kepada Nabi
Naqsyabandiyah harus berkhatam tawajjuh, Muhammad SAW bersama-sama
baik ia sedang melakukan suluk ataupun tidak.
f. Apabila Syekh menyebut Rabbal
Mengenai adab berkhatam tawajjuh, ‘Alamin maka seorang dari peserta
seorang pengamal tarekat Naqsyabandiyah membaca sepotong ayat Alquran.
harus melakukan hal-hal sebagai berikut: Sampai di situ berakhirlah upacara
1. Suci dari hadas kecil dan hadas besar berkhatam tawajjuh.

2. Duduk tawaruk kebalikan dari duduk Selesai berkhatam tawajjuh, di tempat


tawaruk dalam shalat, dalam sebuah yang sama, dilanjutkan dengan zikir menurut
majlis dzikir yang berbentuk lingkaran tingkat yang telah ditentukan oleh Syekh
dengan pintu tertutup (mursyid). Sekurang-kurangnya 5000 kali
dzikir ism al-dzat (menyebut asma Allah) dalam
3. Syekh atau mursyid duduk menghadap
hati dengan kaifiat sepuluh sebagaimana
kiblat, didampingi khalifah-khalifah.
berikut:
Khalifah yang paling tua duduk di sebelah
kanan mursyid dan khalifah-khalifah 1. Menghimpun segala pengenalan dalam
lainnya di sebelah kirinya. hati

4. Disediakan batu kerikil yang bersih 2. Menghadapkan diri (perhatian) kepada


sebanyak 110 buah dan 10 buah dengan Allah
ukuran agak besar. Batu-batu itu dibagi- 3. Membaca istighfar sekurang-kurangnya 3
bagikan oleh petugas kepada setiap kali
peserta. Petugas yang membagi-bagikan
itu harus orang yang tinggi tingkat zikirnya 4. Membaca al-Fatihah dan Surat al-Ikhlas

Edisi Budaya | 559


5. Menghadirkan ruh Syekh Tarekat 8. Membaca shalawat 100 kali lagi
Naqsyabandiyah
9. Membaca sebuah doa yang cukup panjang
6. Menghadiahkan pahala bacaan kepada untuk ruh Nabi Muhammad SAW dan para
Syekh Tarekah Naqsyabandiyah Syaikh tarekat-tarekat besar, khususnya
‘Abd Khaliq, Bahauddin, Abdullah ad-
7. Memandang Rabithah
Dahlawi, Maulana Khalid dan terakhir
8. Mematikan diri sebelum mati kepada silsilah pengarang, Utsman
9. Munajat dengan mengucapkan; ilahi anta Sirajuddin, Umar dan Muhammad Amin
maqshudi wa ridhaka mathluubi sendiri

10. Berzikir dengan mengucapkan “Allah”. 10. Membaca bagian-bagian tertentu dari
“Allah” dalam hati, dalam keadaan mata Alquran
terpejam, duduk tawaruk kebalikan dari Adapun penjelasan berkhatam dan
duduk tawaruk dalam shalat, mengunci tawajjuh dilaksanakan pada waktu berikut:
gigi, menongkatkan lidah ke langit-langit
1. Sesudah salat Isya dan Subuh
mulut dan menutupi kepada dan muka
dengan selubung. (Fuad Said, 2007: 62) 2. Sesudah salat Ashar, hanya berkhatam
saja
Mengenai kaifiyyah atau tatacara
melakukan khatam ini terdapat sejumlah 3. Sesudah salat Duhur tawajjuh saja, kecuali
perbedaan. Berbeda dengan Syekh Abdul hari Jumat.
Wahab Rokhan, Syekh Muhammad Amin al-
4. Pada hari Jumat setelah salat Jumat
Kurdi (520) dalam karyanya Tanwir al-Qulub,
diadakan berkahatam dan tawajjuh.
menjelaskan urutan khataman ini sebagai
berikut: 5. Sesudah salat Magrib tidak ada
berkhatam dan tawajjuh. Murid-murid
1. 15 atau 25 kali istighfar yang didahului
biasanya mendengarkan pengajian yang
dengan sebuah doa pendek
disampaikan oleh Syekh sampai masuk
2. Melakukan rabithah bi al-Syaikh, sebelum waktu Isya’.
berzikir
Untuk melakukan khatam yang lengkap
3. Membaca surat al-Fatihah 7 kali dibutuhkan waktu yang cukup lama. Biasanya
yang dilaksanakan adalah khatam dalam
4. 100 salawat, misalnya dengan
bentuk yang sudah diringkas, atau bagian yang
mengucapkan Allahumma Shalli ‘ala
sangat penting, yang tidak dapat ditinggalkan
Sayyidina Muhammadin an-Nabiyyi al-
dalam keadaan apa pun, yakni adalah doa.
Ummiyyi wa ‘ala alihi wa shahbihi wasallam
Dalam doa, setiap Syekh menyebutkan
5. Membaca surat al-Insyirah 79 kali nama-nama wali yang paling penting dalam
6. Membaca surat al-Ikhlas 1001 kali silsilahnya sendiri (Martin, 1994: 86)

7. Membaca surat al-Fatihah 7 kali [M Idris Mas’udi]

Daftar Bacaan
Ahmad Dimyathi, Dakwah Personal: Model Dakwah Kaum Naqsyabandiyyah, Yogyakarta: Deepublisher, 2016
Ahmad Tarmizi Abdul Rahman , Khalwah: A Solitary Sufi Retreat., Sabah: Universiti Malaysia Sabah, 2010
H. A. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsyabandiah, Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2007
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Bandung: Mizan, 1994, cet. II
Muhammad Amin al-Kurdi, Tanwir al-Qulub, Kairo 1929
Panitia Perayaan Seabad, Sejarah Seabad Ponpes Futuhiyyah, Kudus: Team Panitia, 2001
http://www.livingislam.org/k/ttsr_e.html

560 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Tawassuth

S
ecara bahasa Tawasut berarti tengah-
tengah/menengahi/moderasi (I’tidal
atau tawassath fi al-haq wa al-‘adl)
dari kata dasar (a) al-wasath (sedang/pas),
misal Syai’ wasath yang artinya sesuatu yang
sedang atau pas-pasan; (b) al-awsath (tengah-
tengah), missal Awsath al-syai’ yang artinya
tengah di antara sesuatu. Di dalam Alqur’an
terdapat ayat dalam QS. Al-Baqarah: 143, yang
menyebut kata Ummat Wasath yang berarti
ummat penengah.
Secara istilah kata Tawassuth dipopulerkan
pertamakali oleh Mohammad Fajrul Falach
salah seorang pengurus PBNU (1994-1999)
dalam tulisan-tulisanya, seperti “NU dan Cita-
cita Masyarakat Madani” dan “Pemberdayaan
Masyarakat Madani dalam NU” sejak tahun
1996. Ia menjadikan patokan keputusan-
keputusan Muktamar NU baik di Situbondo membantah pandangan banyak kalangan yang
tahun 1984 maupun Cipayung tahun 1994 menyebut NU sebagai “kawula yang setia pada
untuk memperkuat argumentasi “NU dan Negara patrimonial” yang oportunistik dan
Cita-cita Masyarakat Madani. akomodasionis, dan lebih tertarik kepada
Dalam keputusan Muktamar NU ke-29 di isu-isu yang sepenuhnya religious sehingga
Cipasung, Nahdlatul Ulama telah menegaskan meraih sukses besar dalam mempertahankan
hubungan antara agama dan Negara dan jatidirinya. Ia menyebut empat sikap
memposisikan umat beragama (Islam) kemasyarakatan NU yakni Tawassuth wa
dengan tanggungjawab sebagai warga Negara I’tidal, tasamuh, tawazun, dan amar ma’ruf nahy
(Indonesia) secara jelas dan proporsional. munkar sebagai sikap sosial NU.
Konsep kembali ke Khittah 1926, dan Gagasan ini lalu dikuatkan dengan
pandangan Nahdlatul Ulama tentang Pancasila Keputusan Bahtsul Masail al-Diniyyah al-
serta paham tri ukhuwah secara terpadu: Maudhu’iyyah Muktamar ke-30 NU di Pesanten
Ukhuwah Islamiyyah, Ukhuwah Wathaniyyah, Lirboyo Kediri Jawa Timur 21 sampai 27
dan Ukhuwah Basyariyah merupakan pedoman Nopember 1999. Pengertian Tawassuth
dasar yang dirasakan sangat gayut atau relevan secara istilah adalah sikap moderat yang
bagi pelaksanaan kehidupan berbangsa dan berpijak pada prinsip keadilan serta berusaha
bernegara bagi warga Nahdlatul Ulama. menghindarkan segala bentuk pendekatan
Dari sini ia membaca Khittah Nahdliyyah dengan tatharruf (ekstrim).
NU sebagai cita-cita sosial NU sekaligus untuk Apakah penggunaan istilah Tawassuth di

Edisi Budaya | 561


lingkungan NU dipengaruhi naskah promosi Alqur’an dan hadits. Vonis murtad dan kafir
Guru Besar ulama Mesir, Nasir Hamid Abu diafirmasikan oleh Pengadilan sehingga Abu
Zayd yang berjudul Al-Imam al-Syafi’I wa Ta’sis Zayd terancam pidana mati dan keharusan
al-Idiyuluji al-Wasathiyyah pada tahun 1993, bercerai dengan istrinya.
mengingat sebelumnya belum pernah dikenal
Istilah Tawassuth yang digunakan
peristilahan Tawassuth di tengah lingkungan
cendekiawan Nahdliyyin lebih banyak terilhami
Nahdlatul Ulama, termasuk di dalam Qanun
dari gagasan QS. Al-Baqarah: 143, yang
Asasy NU?
menyebut kata Ummatan Wasathan yaitu umat
Tampaknya tidak demikian! Apa yang penengah yang moderat. Nahdlatul Ulama
diungkapkan Abu Zayd dengan al-Idiyuluji senantiasa menghindari sikap tafrith (radikal
al-Wasathiyyah-nya itu lebih menyoroti cara kiri) yang ingin menggulingkan kekuasaan
berpikir anologi (qiyas) yang diterapkan Imam obsolut dalam jalur ketuhanan maupun
Syafi’I sebagai pendekatan istidlal sekaligus kekuasaan. Begitupun Nahdlatul Ulama
istinbath hukum Islam. Sekalipun ada menjahui sikap ifrath (radikal kanan) yang
tambahan catatan dari Abu Zayd bahwa Imam selalu ingin mengkooptasi kebenaran dengan
Syafi’I dalam pandangan pribadi Abu Zayd lebih memberikan cap sesat dan kafir terhadap
memepertimbangkan aspek semantik sumber kelompok yang berseberangan.
hukum Islam sebagai jalan memperoleh alasan
Atas dasar itu, secara resmi dalam
(illat) di dalam peng-qiyas-an.
Keputusan Musyawarah Nasional (Munas)
Karena pemikiran kontroversialnya ini, Alim-ulama dan Konfrensi Besar (Konbes) NU
Abu Zayd dikritik tajam dan bahkan di-takfir- di Surabaya tahun 2006, Tawassuth dimasukkan
kan dengan alasan menghasut umat Islam menjadi salah satu dari 5 (lima) fikrah ASWAJA
untuk bebas dari belenggu kekuasaan teks al-Nahdliyyah (karakter berpikir ASWAJA NU),

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj membacakan deklarasi NU yang secara garis besar membawa semangat Islam
Nusantara yang mengedapankan Tawassuth/moderat di JCC Senayan 2016.
Sumber : http://news.metrotvnews.com/

562 | Ensiklopedi Islam Nusantara


yang masing-masing ialah: senantiasa mengunakan kerangka berpikir
yang mengacu kepada manhaj yang telah
a. Fikrah tawassuthiyyah (pola pikir moderat),
ditetapkan oleh Nahdlatul Ulama.
artinya Nahdlatul Ulama senantiasa
bersikap tawazun (seimbang) dan I’tidal Sebagai salah satu perwujudan Manhaj al-
(moderat) dalam menyikapi berbagai fikr, di internal NU Tawassuth selalu dijadikan
persoalan. Nahdlatul Ulama senantiasa pendekatan dalam upaya penafsiran kembali,
menghindari sikap tafrith (radikal kiri) penemuan kembali (recovery) dan reaktualisasi
atau ifrath (radikal kanan); atas ajaran-ajaran, praktik-praktik atau
tradisi-tradisi yang memiliki relevansi dengan
b. Fikrah tasamuhiyah (pola pikir toleran),
kehidupan bermasyarakat, beragama dan
artinya Nahdlatul Ulama dapat hidup
bernegara. Misalnya bagaimana melakukan
berdampingan secara damai dengan pihak
interpretasi terhadap konsep umat sehingga
lain walaupun aqidah, cara pikir, dan
ia lebih inklusif. Begitu pula dengan cara
budanya berbeda.
pandang Tawassuth, misi Islam Rahmatan lil
c. Fikrah Ishlahiyah (pola pikir reformatif), ‘alamin dapat tersebar luas.
artinya Nahdlatul Ulama senantiasa
Transformasi fikrah Tawassuthiyyah
mengupayakan perbaikan menuju ke
yang dipelopori Nahdlatul Ulama kini telah
arah yang lebih baik (al-ishlah ila ma huwa
mengundang daya tarik masyarakat dunia
ashlah);
terhadap Islam Indonesia. Sebab Muslim
d. Fikrah Tathawwuriyah (pola piker Nusantara adalah laboratorium pengamalan
dinamis), artinya Nahdlatul Ulama kehidupan Islam yang sesungguhnya, bahwa
senantiasa melakukan kontekstualisasi Islam merupakan agama yang cinta damai
dalam merespon berbagai persoalan; dan mampu memberikan kasih sayang kepada
e. Fikrah Manhajiyyah (pola piker seluruh alam semesta.
metodologis), artinya Nahdlatul Ulama [Isom Saha]

Sumber bacaan
Baso, Ahmad, Civil Soceity versus Masyarakat Madani: Arkeologi Pemikiran “Civil Society” dalam Islam Indonesia, Jakarta:
Pustaka Hidayat, 1999
Chalim, Asep Saifuddin, Membumikan ASWAJA Pegangan Para Guru NU, Surabaya: Khalista bekerjasama dengan PP
PERGUNU, 2012
Fadeli, Soeleiman dan Mohammad Subhan, Antologi NU: Sejarah, Istilah, Amaliah, dan Uswah Surabaya: Khalista
bekerjasama dengan LTN-NU, Jawa Timur, 2010
Mahluf, Louis, Al-Munjid fi al-Lughat wa al-A’lam, Libanon, Dar El-Machreq Sarl Publishers, 1994
PBNU, Tim Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN), Ahkamul Fuqaha: Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan Muktamar,
Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2010 M), Surabaya: Khalista bekerjasama dengan Lajnah Ta’lif wan
Nasyr (LTN) PBNU, 2011

Edisi Budaya | 563


Tawazun

S
ecara bahasa Tawazun berarti seimbang Pertama, adanya kekhawatiran dari
atau keseimbangan (ta’adul) kata ini sebagian umat Islam yang berbasis pesantren
berasal dari kata dasar; (a) wazn (al- terhadap gerakan kaum modernis yang berusaha
mitsqal: berbobot/bernilai), misalnya Dirham meminggirkan mereka. Kedua, sebagai respon
wazn yaitu Dirham yang bernilai; Rajul Rajih al- ulama-ulama berbasis pesantren terhadap
wazn artinya lelaki yang berbobot pandangan pertarungan ideologis yang terjadi di dunia
dan pikirannya. (b) Zinah/Wizan yang berarti Islam pasca keruntuhan kekhalifahan Turki
sebanding dan seimbang dalam takaran. Usmani, munculnya gagasan Pan-Islamisme
yang dipelopori oleh Jamaluddin Al-Afghani
Istilah Tawazun dipopulerkan pertamakali
dan gerakan Wahabi di Hijaz. Gerakan kaum
oleh Mohammad Fajrul Falach salah seorang
reformis yang mengusung isu-isu pembaruan
pengurus PBNU (1994-1999) dalam tulisan-
dan purifikasi membuat ulama-ulama yang
tulisanya, seperti “NU dan Cita-cita Masyarakat
berbasis pesantren melakukan konsolidasi
Madani” dan “Pemberdayaan Masyarakat
untuk melindungi dan memelihara nilai-nilai
Madani dalam NU” sejak tahun 1996. Hal ini
tradisional yang telah menjadi karakteristik
seperti telah dijelaskan dalam pembahasan
kehidupan mereka.
TAWASSUTH.
Dari situlah lahir misi Nahdlatul
Pengertian Tawazun secara istilah lalu
Ulama, yakni: al-Muhafadhat al-qadim al-
ditetapkan dalam Keputusan Bahtsul Masail
shalih wa al-akhzd bi al-jadid al-ashlah atau
al-Diniyyah al-Maudhu’iyyah Muktamar ke-30
mempertahankan tradisi yang baik dan
NU di Pesanten Lirboyo Kediri Jawa Timur
mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik.
21 sampai 27 Nopember 1999. Tawazun
Inilah sebenarnya landasan Tawazun yang
adalah sikap seimbang dalam berkhidmat
diperjuangkan Nahdlatul Ulama sebelum
demi terciptanya keserasian hubungan antara
ditetapkannya Tawazun sebagai bagian
sesama umat manusia dan antara manusia
Khashaish Fikrah Nahdliyyah.
dengan Allah SWT. Sebab Islam pada dasarnya
adalah agama yang menekankan spirit Fikrah Nahdliyyah adalah kerangka berpikir
keadilan dan keseimbangan dalam berbagai yang didasarkan pada ajaran Ahlussunnah
aspek kehidupan. wal Jama’ah yang dijadikan landasan berpikir
Nahdlatul Ulama (Khittah Nahdliyyah) untuk
Tawazun termasuk khashaish (ciri-ciri)
menentukan arah perjuangan dalam rangka
cara pandang NU (fikrah Nahdliyyah) yang
ishlah al-ummah (perbaikan ummat). Salah
senantiasa bersikap tawazun (seimbang) dan
satunya ialah dengan bersikap tawazun
I’tidal (moderat) dalam menyikapi berbagai
(seimbang) dan I’tidal (moderat) dalam
persoalan. Nahdlatul Ulama senantiasa
menyikapi berbagai persoalan, di mana
menghindari sikap tafrith (gegabah) atau ifrath
Nahdlatul Ulama senantiasa menghindari
(ekstrim). Hal ini sesuai dengan latar belakang
sikap tafrith (gegabah) atau ifrath (ekstrim).
pembentukan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama,
yang dilandasi oleh dua faktor dominan. Dasar yang dijadikan pegangan dalam
meletakkan Tawazun ialah bahwa manusia

564 | Ensiklopedi Islam Nusantara


merupakan makhluk yang diciptakan oleh Tawazun merupakan ciri kosmopolitanisme
Allah SWT dalam bentuk yang sempurna (fii Islam Nusantara yang punya relevansi dengan
ahsani taqwiim, QS. Al-Thin:4). Di samping pengembangan masyarakat madani. Tawazun
itu manusia diberi akal budi dan hati nurani juga menjadi potensi kultural umat Islam di
untuk mengembangkan fungsi kekhalifahan, Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan
yaitu mengatur kehidupan untuk mewujudkan tradisi civil society yang berkembang di dunia
kemakmuran di muka bumi (QS. Al-Baqarah: Barat.
30-34 dan al-An’am: 165).
Cara pandang (Fikrah) Tawazun
Tawazun dalam perkembangannya diantaranya diterapkan dalam menyikapi
dijadikan sebagai prinsip dasar berpikir masalah kesetaraan gender. Pada gelaran
ala NU dalam hal perlindungan hak-hak Muktamar ke-30 NU di Lirboyo dibahas tema
dasar, keadilan dan sikap seimbang, yang “Islam dan Kesetaraan Gender” yang pada
perlu diaktualisasikan dalam kondisi pengantarnya ditulis: “Islam pada dasarnya
masyarakat plural di negeri ini. Pluralitas adalah agama yang menekankan spirit keadilan
atau kemajemukan dalam hidup merupakan dan keseimbangan (tawazun) dalam berbagai
rahmat yang harus dihadapi dengan sikap aspek kehidupan. Relasi gender (perbedaan
ta’aruf, membuka diri dan melakukan dialog laki-laki dan perempuan yang non kodrati)
secara kreatif untuk menjalin kerjasama dan dalam masyarakat yang cenderung kurang adil
kebersamaan atas dasar saling menghormati merupakan kenyataan yang menyimpang dari
dan saling membantu serta bekerjasama. spirit Islam yang menekankan pada keadilan.”
[Isom Saha]

Sumber bacaan
Baso, Ahmad, Civil Soceity versus Masyarakat Madani: Arkeologi Pemikiran “Civil Society” dalam Islam Indonesia, Jakarta:
Pustaka Hidayat, 1999
Chalim, Asep Saifuddin, Membumikan ASWAJA Pegangan Para Guru NU, Surabaya: Khalista bekerjasama dengan PP
PERGUNU, 2012
Fadeli, Soeleiman dan Mohammad Subhan, Antologi NU: Sejarah, Istilah, Amaliah, dan Uswah Surabaya: Khalista
bekerjasama dengan LTN-NU, Jawa Timur, 2010
Mahluf, Louis, Al-Munjid fi al-Lughat wa al-A’lam, Libanon, Dar El-Machreq Sarl Publishers, 1994
PBNU, Tim Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN), Ahkamul Fuqaha: Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan Muktamar,
Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2010 M), Surabaya: Khalista bekerjasama dengan Lajnah Ta’lif wan
Nasyr (LTN) PBNU, 2011

Edisi Budaya | 565


Tembang

T
embang merupakan kesenian macam pupuh, yakni; Asmaradana,
tradisional Jawa yang dalam tradisi Dhandhanggula, Durma, Gambuh, Kinanti,
Sunda disebut Pupuh. Tembang dalam Maskumambang, Megatruh, Mijil, Pangkur,
bahasa Jawa berarti nyanyian atau lagu Pocung, dan Sinom. Ciri-ciri tembang Macapat
sebagai bentuk kesantunan dan etika sekaligus adalah; (a) Terikat dengan Guru Lagu atau
estetika berkomunikasi dalam menyampaikan aksara vocal yang terdapat di akhir baris, Guru
pesan atau wejangan kepada orang lain, agar Wilangan atau banyaknya kata atau ungkapan
mudah dicerna dan dipahami, serta tidak dalam satu baris, dan Guru Gatra. Dalam
melukai hati. Secara umum Tembang Jawa Tembang Jawa, tiap baris bait disebut Gatra.
kuno dikelompokkan menjadi 4 (empat), Dhandhanggula terdiri dari 10 Gatra; Kinanti
yakni; Tembang Macapat, Tembang Tengahan, terdiri dari 6 Gatra; Pangkur terdiri dari 7 gatra,
Tembang Gedhe, Tembang Dulanan. Gambuh terdiri dari 5 gatra; Megatuh terdiri
Pertama, Tembang Macapat pada mulanya dari 5 gatra; Sinom terdiri dari 9 gatra; (b)
merupakan salah satu karya pujangga di mana Tembang Macapat menggunakan bahasa Jawa
penyebarannya melalui lisan secara turun Kuno; (c) Berisi pitutur/nasehat, dongeng atau
temurun. Macapat dalam penggunaannya lebih cerita wayang.
menekankan unsur suara untuk menghibur Kedua, Tembang Tengahan adalah jenis
dan maknanya hanya disampaikan sekilas Tembang puitis Macapat yang berkembang
saja. Dengan kata lain Tembang Macapat khusus di daerah Jawa Tengah. Oleh sebab
merupakan tradisi yang melisankan karya itu disebut Tembang Tengahan atau Tembang
sastra yang tertulis. Jawa Tengah-an. Tembang Tengahan terbagi
Tembang Macapat diperkirakan lahir menjadi 4 (empat)), yaitu; Balabak, Girisa,
pada akhir masa Majapahit dan dimulainya Jurudemung, Wirangrong. Akan tetapi ada
pengaruh Walisanga. Mengenai usia Macapat yang menambahkan jenis-jenisnya, seperti;
terdapat dua versi pendapat yang berbeda, Kuswaraga, Palugon, Pangajabsih, Pranasmara,
terutama yang berhubungan dengan kakawin Sardulakawekas, Sarimulat, dan Rarabentrok.
atau puisi tradisional Jawa Kuno. Prijohoetomo Ketiga, Tembang Gedhe atau Kakawin
berpendapat bahwa Macapat adalah turunan yang merupakan sajak atau puisi Jawa Kuno.
Kakawin dengan tembang Gedhe sebagai Tembang ini biasa dipakai untuk mengiringi
perantara. Akan tetapi pendapat itu dibantah pementasan Wayang Kulit. Tembang Gedhe
oleh Poerbatjaraka dan Zoetmulder yang juga banyak dikolaborasikan dengan gendhing-
keduanya berpendapat bahwa Macapat sebagai gendhing Jawa, khususnya untuk bawa dan
metrum puisi asli Jawa yang lebih tua usianya buka gendhing. Ciri-ciri Tembang Gedhe
daripada Kakawin. adalah; (a) Setiap bait terdiri dari 4 baris/gatra
Dalam perkembangannya Tembang atau 4 wanda pada pala (pala lingsa); (b) Dua
Macapat dikembangkan ke dalam berbagai gatra atau dua pala disebut satu pala dirge;
(c) Empat gatra disebut juga dengan dua pala

566 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dirge atau sapa deswara atau satu pala iswara; Tembang Gedhe atau Kakawin. Kemudian ada
dan (d) Tiap-tiap pala atau gatra jumlah satu Suluk Wujil yang sudah mengalami pergeseran
kata adalah sama, yang biasa disebut laku atau dari model sajak Kakawin menjadi Macapat,
lampah. yaitu menggunakan Tembang Dhandhanggula
terkecuali baris/gatra 56 yang memakai
Tembang Gedhe sendiri memiliki banyak
Tembang Mijil dan baris/gatra 55 yang
ragam, yaitu; Lebdajiwa, Kusumawacitra,
memakai Tembang Gedhe Asyawalaita.
Basanta, Manggalagita, Sukarini, Nagabanda,
Citramengeng, Kusumastuti, Mintajiwa, Secara garis besar, dalam klasifikasi
Tebukasol, Merakang, Banjaransari, antara tembang priyayi dengan tembang
Tepikawuri, Pamularsih, Bremakrasa, rakyat jelata, tembang Macapat lebih banyak
Sudirwicitra, Madurenta, Kuswarini, Sarapada, digunakan para penyebar agama Islam di Jawa
Candrakusuma, dan Pamularsih. untuk menyampaikan pesan-pesan moral,
pendidikan dan dakwah Islam. Sedangkan
Keempat, Tembang Dolanan bersifat
model tembang rakyat jelata oleh para wali
unik karena tergolong nyanyian rakyat
digunakan untuk jenis Tembang Dolanan
yang berbeda dengan tembang Jawa pada
karena lebih sederhana dan pesannya lebih
umumnya. Pada dasarnya Tembang Dolanan
mudah dicerna.
memiliki ciri-ciri khusus, yaitu; bahasa yang
digunakan sederhana, cengkoknya sederhana, Penggunaan Tembang Macapat dalam
jumlah baris/gatra terbatas, dan berisi hal-hal penyampaian pesan moral dilandasi nilai
yang selaras dengan keadaan anak. Lirik dalam filosofis yang terkandung di dalamnya. Oleh
Tembang Dolanan tersirat makna religius, sebab itu wejangan dan pitutur tentang
kebersamaan, kebangsaan, dan nilai-nilai kehidupan manusia yang disampaikan lewat
estetis. Sebagai contoh, Tembang Dolanan tembang biasa disesuaikan dengan jenis
“Sluku-Sluku Bathok”, Ilir-Ilir, Padhang Bulan, Tembang Macapat, sebagaimana berikut:
Jaranan, Gundhul-Gundhul Pacul, Dhondhong
a. Maskumambang menggambarkan suasana
Opo Salak, dan sebagainya.
kehidupan manusia di alam ruh atau masa
Pada masa awal perkembangan Islam di mengambang, di mana pada saat itu Allah
tanah Jawa, tembang menjadi media penting bertanya kepada manusia; Apakah Aku ini
dalam strategi berdakwah para wali untuk Tuhan-mu. Maka manusiapun menjawab;
menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat “Benar, kami bersaksi.”
Indonesia. Penggunaan media tembang dalam
b. Mijil merupakan ilustrasi dari proses
berdakwah juga mempengaruhi perkembangan
kelahiran manusia; mijil/mborojol/keluar;
tembang di Jawa itu sendiri. Hal ini dapat
ditelusuri melalui sumber sejarah berupa c. Kinanthi masa pembentukan jati diri dan
Suluk dan Serat. meniti jalan menuju cita-cita. Kinanthi
berasal dari kata “kanthi” atau tuntun yang
Pigeaud dalam bukunya, Literature of Java
berarti manusia membutuhkan tuntunan
menulis seputar sastra Jawa yang mengandung
atau jalan yang benar agar sampai pada
nilai agama. Menurutnya, Kata “Suluk” untuk
tujuan yang dicita-citakan;
puisi agama di Jawa bukan berasal dari kata
Arab, “suluuk”, tetapi barangkali memiliki d. Asmaradana atau masa-masa manusia
persamaan dengan suluk dalam wayang, yaitu dirundung asmara dan jatuh cinta. Cinta
puisi yang dinyanyikan pada saat-saat tertentu sendiri adalah anugerah mulia dari sang
yang ditentukan dalam cerita. Maksudnya, Khaliq kepada umat manusia agar muncul
perkembangan sastra Suluk dan Serat ada harmoni dan kedamaian;
hubungannya dengan perkembangan tembang e. Gambuh dari kata jumbuh/bersatu yang
di Jawa. berarti komitmen untuk mengikatkan
Sebagai contoh Suluk Sukarsa, modelnya diri dalam hubungan suami-istri untuk
mirip dengan pakem yang dipakai dalam membina keluarga yang sakinah,

Edisi Budaya | 567


mawaddah dan rahmah; i. Megatruh atau megat ruh berarti
terpisahnya nyawa dari jasad manusia.
f. Dhandhanggula suatu gambaran dari
Terlepasnya ruh adalah perjalanan akhir
kehidupan manusia yang telah mencapai
manusia menuju alam keabadian, baik
kemapanan, melewati batas ambang hidup
abadi dalam surge atau abadi dalam
aman karena tercukupi pangan, sandang,
neraka.
dan papan.
Dengan demikian, tembang dapat dipahami
g. Durma sebagai wujud syukur kepada Allah
sebagai ungkapan estetis keberagamaan orang
yang memberi kecukupan kepada manusia
Jawa khususnya dan Muslim Nusantara
sehingga dilakukanlah amal berdarma.
umumnya, dalam hubungannya dengan sang
h. Pangkur atau mungkur artinya hawa nafsu Pencipta maupun terhadap sesama manusia
angkara murka harus dikalahkan manusia dan seluruh makhluk ciptaan-Nya.
dengan banyak mengingat kepada Allah
[Isom Saha]
SWT;

Sumber bacaan
Darnawi, Soesatyo, Pengantar Puisi Jawa, Jakarta: Balai Pustaka, 1964
Endraswara Suwardi, Tradisi Lisan Jawa: warisan Abadi Budaya Leluhur, Yogyakarta: Narasi, 2005
Saputra, K.H., Pengantar Sekar Macapat, Depok: Fakultas Sastra UI, 1992
Steenbrink, Karel A., Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat: Kajian Kritis Mengenai Agama di Indonesia, Yogyakarta: IAIN
Sunan Kalijaga Press, 1988
Suwarna dan Suwardi, Integrasi Pendidikan Budi Pekerti dalam Buku Teks “Tataran Wulang Basa Jawa”, Yogyakarta: Lemlit
IKIP Yogyakarta, 1996

568 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Tembang Macapat

Makna Etimologis panca, dan pathokan. Dari jarwo dhosok ini

S
tersirat bahwa dalam dakwah permulaan yang
ecara etimologis, maca-pat berarti cara
harus diperhatikan adalah Rukun Iman, Rukun
maca (baca) yang papat-papat (empat-
Islam, yang lima (panca) sebagai pedoman
empat). Hal ini selaras dengan Serat
(patokan).
Mardowalagu karangan R. Ng. Ronggowarsito
(1802-1887), juga menurut Serat Centhini
karya Paku Buwana V, yang menyatakan bahwa
Makna Terminologis
di Jawa Tengah terdapat 4 (empat) macam lagu
sekar, yakni: Tembang adalah puisi atau prosa yang
1. Maca Sa lagu, termasuk dalam Tembang terdiri dan diikat oleh aturan jumlah baris
Gedhe Kapisan dalam satu bait, jumlah suku kata dalam satu
baris, dan rima tetap pada tiap ujung baris.
2. Maca Ro lagu, dalam Tembang Gedhe
Menurut Madyaratri (2001) yang merujuk
Kapindo
pada Darnawi (1964), tembang merupakan
3. Maca Tri lagu, dalam Tembang Tengahan puisi klasik Jawa, tergolong puisi Jawa utama,
4. Maca Pat lagu, masuk dalam Tembang karena mempunyai arti sebagai buku yang
Cilik/Alit ditulis mengenai kesusastraan, sejarah, dan
filsafat pendidikan. Sedangkan dalam ENI
Suwardi (2008: 19), juga menguatkan
(1991), Tembang disebut tidak hanya sebagai
pandangan ini dengan menyatakan bahwa
puisi dalam kesusastraan Jawa, melainkan
makna kata “macapat” semula adalah
juga ada dalam kesusastraan suku bangsa lain
berkumpul dengan menyuarakan puji-pujian.
di Indonesia, namun lebih dominan ada di
Makna ini berasal dari jarwa dhosok (otak-
suku-suku bangsa di kawasan Pulau Jawa dan
atik) bahwa macapat berasal dari kata ma
sekitarnya.
(menuju) dan capet (maya atau ghaib). Artinya,
puji-pujian kepada yang ghaib, yaitu Tuhan. Menurut Setiyadi (2012), Tembang
Makna tersebut juga relevan dengan situasi Macapat merupakan corak kesenian dalam
masyarakat Jawa ketika belum masuk agama budaya tradisional yang secara kolektif
Islam. Ada juga yang mengartikan “diwaca dimiliki, dikenal, dan banyak mengandung
cepet”, dengan perubahan kata capet menjadi pengetahuan, serta kearifan lokal (local
cepet (cepat). Cepat yang dimaksud adalah wisdom) masyarakatnya. Selain itu, juga sarat
tidak banyak luk. dengan kaidah, serta berisi petuah, nasihat,
dan berbagai kearifan pandangan hidup
Suwardi juga menambahkan bahwa
Jawa. Tembang Macapat adalah salah satu
macapat dapat pula berasal dari kata
jenis kesenian yang memadukan antara puisi
“mancapat” yang merupakan akronim dari
dengan musik, baik musik tradisional maupun
man, ca, dan pat. Penjelasan ini juga berangkat
modern. Pilihan bentuk perpaduan antara
dari jarwo dhosok (otak-atik) dari kata iman,

Edisi Budaya | 569


tembang dengan musik itu tidak lepas dari yang bejumlah lima jenis, yaitu Bhâlabâk,
kesenangan nenek moyang etnik Jawa untuk Ghâmbhu, Jurudemong, Maghâttro, dan
melantunkan tembang. Ini terbukti pula Wirangrong. (3) Tembhâng Rajâ hanya satu,
dengan adanya berbagai alat musik tradisional yaitu Giriso.
Jawa yang telah diciptakan oleh mereka.
Dari segi perbedaan masa dan
Menurut Mardimin (1991), tembang karakteristik antara tiga macam tembang di
disebut juga dengan istilah Sekar. Awal mulanya atas, ENI (1991) menyatakan bahwa Tembang
digunakan sebagai waosan, maksudnya untuk Gedhe berkembang pada zaman Hindu di
membaca buku-buku yang berbentuk tembang. Jawa, zaman Mataram sampai dengan zaman
Selain itu, di lingkungan masyarakat Sunda Majapahit, sekitar abad ke-8 sampai abad ke-16,
khususnya, tembang disebut juga dengan sehingga bahasa yang dipakai dalam tembang
istilah Wawacan. Hal ini tidak lepas dari tradisi ini adalah bahasa Jawa Kawi. Tembang Gedhe
masyarakat yang berbasis tradisi lisan (oral) terdiri atas berbagai bentuk tembang, seperti
sehingga menjadi lebih menarik jika membuat Puksara, Gurnang, Kumaralalita, Wastra,
informasi, baik yang berisi nasihat petuah Jaraga Tatagati, Rukmarata, Rukmawati,
ataupun yang lainnya, dalam bentuk tembang. Citrakusuma, Basanta, Patrasuratma,
Gandakusuma, dan lain-lain. Setiap bentuk
Dengan demikian dapat disimpulkan
memiliki aturan, ciri watak atau suasana, serta
bahwa secara terminologis, Tembang Macapat
lagu-lagunya (cengkok) sendiri.
dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk puisi
Jawa Baru yang menjadi pengantar dan diikat Adapun Tembang Tengahan yang
oleh pola persajakan yang meliputi guru gatra, berkembang pada zaman akhir Majapahit
guru wilangan, dan guru lagu. Setiap bentuk (sekitar abad ke-16) diciptakan dalam bahasa
Tembang memiliki jenis lagu tersendiri yang Jawa Tengahan. Bentuk tembangnya pada
suasana lagunya sesuai dengan kandungan arti saat itu lazim disebut Kidung. Tembang
bentuk tembang tersebut. Misalnya, bentuk Tengahan juga terdiri dari berbagai bentuk
tembang Asmaradana yang mengandung tembang, seperti Jurudemung, Wirangrong,
suasana haru, cinta, terpikat, dan sebagainya, Balabak, Pranasmara, Pangajapsih, Palugon,
yang berhubungan dengan suasana kasmaran. dan sebagainya. Kemudian Tembang Macapat
muncul pada zaman berkembangnya kerajaan-
kerajaan Islam di Jawa, sekitar awal abad ke-
Rumpun Geneologis 17. Bahasa yang dipakai dalam tembang ini
Dalam kebudayaan-kesusastraan Jawa, adalah bahasa Jawa Baru. Menurut Mardimin
tembang terbagi dalam beberapa jenis atau (1991), sebagai model kesenian yang mulai
tingkatan, yang secara umum digolongkan berkembang di abad ke-17, Tembang Macapat
dalam tiga jenis tembang, yakni 1) Tembang dapat dikatakan menduduki puncak tangga
Ageng atau Tembang Gedhe atau Tembang dalam kelompok seni keraton Jawa pada kurun
Kawi, 2) Tembang Tengahan atau Tembang waktu abad ke-18.
Dagelan atau Tembang Dolanan, dan 3) Selain itu, Darnawi (1982: 19) memiliki
Tembang Alit atau Tembang Cilik atau pandangan bahwa penggunaan kata berbahasa
Tembang Macapat. Jawa Kuna dalam tembang sangat penting
Hal ini kurang lebih sama dengan yang ada untuk memenuhi nilai estetis. Hal ini sesuai
di suku bangsa Madura, sebagaimana pendapat juga dengan pendapat Hardjowirogo dalam
Sastrodiwirjo (2008:4) yang menyatakan bahwa bukunya Pathokaning Nyekaraken (1952: 22),
tembang di Madura dikategorikan dalam tiga sekar ingkang tanpa kawi punika cemplang,
jenis, yaitu : (1) Tembhâng Kènè’ (Tembhâng tembang tanpa bahasa Kawi (Jawa Kuna)
Macapat) yang terdiri dari sembilan jenis, itu kurang indah. Meskipun demikian,
yaitu Artatè, Dhurma, Kasmaran, Kènantè agar tembang menjadi komunikatif dengan
(Salangèt), Maskumambang, Mèjhil, Pangkor, pembacanya, penggunaan bahasa Kawi harus
Pucung, dan Sènom. (2) Tembhâng Tengnga’an dibatasi pada kata-kata yang biasa atau sudah

570 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dikenal umum. Darnawi (1982: 60) juga 1. Dhandhanggula
menyebutkan pendapat Pigeaud (1967: 21), 2. Sinom
bahwa beberapa nama Tembang Macapat ada 3. Kinanthi
hubungannya dengan sejarah masa lampau 4. Asmaradana
di Jawa, seperti misalnya Dhandhanggula 5. Pangkur
yang merupakan sinonim dari kata 6. Mijil
Dhandhanggendhis, nama seorang Raja Kadiri 7. Pocung
pada awal abad ke-13. 8. Durma
9. Maskumambang
10. Megatruh
Diciptakan oleh Walisanga 11. Gambuh
Menurut Serat Purwakanthi karya Namun menurut Serat Mardowolagu
M. Ng. Mangun Widjaja (1922), Serat Titi dan menurut Serat Centhini, Tembang Cilik
Asri karya Supardal Hardosukarto (1925), (Macapat) hanya ada 8 (delapan) macam,
dan Serat Pathokaning Nyekar karya R. yakni:
Hardjowirogo (1925), Tembang Macapat ini 1. Dhandhanggula
diciptakan oleh para Walisanga. Contohnya, 2. Sinom
tembang Durma oleh Sunan Bonang, Pucung 3. Kinanthi
oleh Sunan Muryapada, Mijil oleh Sunan 4. Asmaradana
Gesang, dan Sekar Kinanthi oleh Sunan 5. Pangkur
Pajang. Artinya, Tembang Macapat ini tumbuh 6. Mijil
pada akhir masa Majapahit memasuki awal 7. Pocung
masa Demak. 8. Durma
Suwardi (2008: 20), dengan merujuk pada Sedangkan 3 (tiga) selanjutnya, yakni
Salam (1960:2), menyatakan bahwa Tembang Maskumambang, Megatruh, dan Gambuh
Asmaradana dan Pucung adalah ciptaan (Kacatur atau Keempat) sebenarnya masuk ke
Sunan Giri. Sedangkan Tembang Sinom dan dalam Tembang Tengahan. Demikian menurut
Kinanthi ialah ciptaan Sunan Muria. Hal ini Gunawan Sri Hastjarja, mpu tembang dari
sejalan dengan asumsi Hasyim (1974: 34-35), Surakarta. Tembang Gambuh sendiri, terdiri
namun ia menambahkan bahwa Tembang Mijil dari 7 (tujuh) jenis, yakni Gambuh Kapisan,
diciptakan oleh Sunan Kudus, Dhandhanggula Gambuh Kapindho, dan seterusnya hingga
oleh Sunan Kalijaga, Durma oleh Sunan Gambuh Kapitu. Ketujuh macam Tembang
Bonang, Maskumambang oleh Sunan Kudus, Gambuh itu secara umum mirip dengan Sekar
Pangkur oleh Sunan Drajat, sedangkan atau Tembang Ageng, hanya Gambuh Kacatur
Gambuh dan Megatruh tidak dijelaskan. atau Kapat yang mirip dengan lagu dalam
Sedangkan Poedjosoebroto (1978: 194- Tembang Macapat. Oleh karena itu, Gambuh
207) menjelaskan, Pocung dan Mijil ciptaan yang nomer empat ini sering dibaurkan ke
Sunan Gunung Jati, Megatruh, Gambuh, dan dalam Tembang Macapat.
Kinanthi ciptaan Sunan Giri. Maskumambang Sementara di Bali, Tembang Macapat
ciptaan Sunan Majagung. Persamaannya yang lebih sering disebut dengan pupuh
terletak pada Asmaradana, Durma, dan terbagi menjadi beberapa jenis, seperti Pupuh
Dhandhanggula. Sinom, Pupuh Semarandana, Pupuh Pangkur,
Pupuh Pucung, Pupuh Ginada, Pupuh Ginanti,
Pupuh Durma, Pupuh Maskumambang,
Klasifikasi Tembang Macapat Pupuh Dandanggula, dan Pupuh Mijil. Pupuh
Berdasarkan ciri-ciri lagunya, menurut yang dirangkai dalam sebuah cerita disebut
Mardimin (1991), Tembang Macapat dibagi geguritan. Akan tetapi, selanjutnya muncul
menjadi 11 (sebelas) macam: beberapa pupuh baru yang berasal dari kidung,
seperti Jurudemung (Demung), Gambuh,

Edisi Budaya | 571


Magatruh, Tikus Kapanting dan Adri (Budiyasa nanti. Gambuh, artinya tahu. Masa ini orang
dan Purnawan, 1998: 8). Jawa menyebut “gambuh salwiring kawruh”,
artinya sudah banyak makan garam. Oleh
sebab itu ia sering “mendhita” dan banyak
Tembang Macapat sebagai Wawasan memberi petuah ketika “momong” anak
Hidup cucu. Durma, usia tua biasanya telah mundur
Menurut Suwardi (2008: 21-22), (menghindar) dari segala keinginan (nafsu)
Tembang Macapat juga dijadikan sebagai yang kurang baik. Perhatiannya dicurahkan
wawasan hidup berdakwah yang berisi anjuran untuk “nggayuh” kesempurnaan hidup.
tentang “metode” berdakwah, yakni: dakwah Maskumambang, manusia sudah “ngambang”
hendaknya mengingat empan papan, hati-hati (menjelang kematian), mungkin hidupnya
mengeluarkan (Mijil) kata, jangan menyimpang tinggal menunggu waktu dan kurang berarti.
(pangkur) dari Alqur’an dan Hadit, Kepasrahan pun terjadilah. Megatruh, artinya
menjaga (kinanthi) agar tidak bermusuhan, perpisahan jiwa dan raga (mati). Pada saat
disampaikan secara enak (dhandhanggula), ini, manusia akan ada tanda~tanda khusus
memberi harapan agar awet muda (sinom), menjelang kematiannya. Pocung, artinya jika
mendorong agar suka mengeluarkan infak orang telah mati akan dipocong atau dibungkus
(Asmaradana), mendorong agar menjauhkan seperti pocongan. Pangkur, manusia telah
hawa nafsu (Megatruh), mendorong agar “mungkur” (pergi) dari dunia. Namun, ia
menghindarkan molimo (Durma), memberi masih harus melewati dua alam lagi, yaitu alam
pengertian agar tidak merasa berat pangrantunan dan alam rambangan (yaumul
(Maskumambang) beribadah, menunjukkan hisab), dan akhirnya berakhir tugas manusia
jalan mencapai kesempurnaan (Pucung). di alam akherat.

Selain itu, Tembang Macapat juga


menjadi wawasan perjalanan hidup yang Ciri-ciri Struktural Tembang Macapat
mengisyaratkan bahwa hidup itu bergerak/
Ciri-ciri struktural Tembang Macapat,
berproses dari sebelum “ada” sampai “tidak
meliputi ketentuan jumlah gatra, guru
ada”. Perjalanan hidup manusia itu: Mijil hidup
wilangan (jumlah suku kata dalam tiap baris),
bermula dari pria/wanita tertarik kepada lawan
dan guru lagu (yang dalam sastra melayu
jenis), mengeluarkan ‘isi hati’, menyerahkan
lama disebut sajak). Jumlah gatra/larik/baris
segalanya, dan menanamkan benih kasih
masing-masing Tembang Macapat, menurut
sehingga terjadi kelahiran. Sinom, usia muda,
Wardimin (1991), adalah sebagai berikut:
sering mudah goyah, membutuhkan tauladan,
1. Dhandanggula sebanyak 10 gatra/larik/
dan sering berhias. Asmaradana, usia remaja
baris
biasanya butuh hiburan, dan ingin hidup yang
2. Sinom sebanyak 9 gatra/larik/baris
enak. Kinanthi, usia menginjak dewasa, ia
3. Kinanthi sebanyak 6 gatra/larik/baris
mulai ragu-ragu memilih jodoh, dan jika telah
4. Asmaradana sebanyak 7 gatra/larik/baris
menemukan kekasih yang seimbang, keduanya
5. Pangkur sebanyak 7 gatra/larik/baris
akan memasuki pelaminan, menanamkan
6. Mijil sebanyak 6 gatra/larik/baris
“rasa sejati”. Dhandanggula, masa jaya-
7. Pocung sebanyak 4 gatra/larik/baris
jayanya seseorang, ia benar-benar merasakan
8. Durma sebanyak 7 gatra/larik/baris
manisnya (nikmat) hidup. Pada saat telah
9. Maskumambang sebanyak 4 gatra/larik/
hidup berumah tangga, pasangan itu akan
baris
bebas memadu kasih untuk mendapatkan
10. Megatruh sebanyak 5 gatra/larik/baris
buah ‘asih’/anak yang mursid. Namun bukan
11. Gambuh sebanyak 5 gatra/larik/baris
mustahil jika saat itu pula ada gangguan
keluarga yang menyedihkan. Situasi ini Dan dalam masing-masing gatra/larik/
justru merupakan ujian bagi pasangan untuk baris tersebut, terdapat aturan mengenai guru
segera memikirkan bekal yang akan dibawa wilangan dan guru lagu sebagai berikut:

572 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Ciri-ciri Non Struktural Tembang e. Pangkur; wataknya ‘sereng’ dan
Macapat ‘greget’. Cocok digunakan untuk
memberi petuah. Menurut Karsono
Selain ciri-ciri struktural dalam Tembang
(1992: 21-43), mengandung perasaan
Macapat terdapat juga ciri-ciri non struktural
hati yang sungguh-sungguh, nasehat
sebagai berikut:
yang sungguh-sungguh, atau puncak
1. Aspek Lagu Winengku Sastra untuk rindu dendam asmara.
Tembang Macapat dan Tembang f. Mijil; wataknya sedih dan prihatin.
Tengahan. Artinya aspek sastra lebih Cocok digunakan untuk cerita sedih
dipentingkan dibanding aspek lagunya. atau hal yang mengerikan. Menurut
Dengan kata lain, lagunya lebih sederhana Karsono (1992: 21-43), mengandung
jika dibandingkan dengan isi atau nasehat, melahirkan perasaan sedih
sastranya. Sebaliknya, untuk Tembang atau perasaan kasih yang sendu.
Ageng, yang berlaku adalah Sastra
g. Pocung; wataknya ‘sareh’, cocok
Winengku Lagu atau aspek lagu lebih
untuk cerita yang seenaknya.
dipentingkan daripada isinya.
Menurut Karsono (1992: 21-43),
2. Watak atau Karakter dari tiap-tiap jenis santai dan jenaka tapi berisi untuk
tembang dalam Macapat bervariasi: mengungkapkan nasehat yang
a. Dhandhanggula; wataknya luwes ringan.
dan menyenangkan sehingga cocok h. Durma; wataknya ‘sereng’, nafsu, dan
untuk segala hal. Digunakan untuk ‘gregetan’. Cocok untuk cerita perang.
membuka dan menutup karangan. Menurut Karsono (1992: 21-43),
Menurut Karsono (1992: 21-43), wacana yang bermakna keras, bengis,
membingkai wacana yang bermakna kasar, atau nasehat/peringatan keras.
pada satu harapan atau tujuan yang i. Maskumambang; wataknya sedih,
baik. kecewa, dan mengerikan. Cocok
b. Sinom; wataknya ‘canthas’ dan ‘ethes’, untuk cerita kesedihan. Menurut
cocok untuk memberi petuah dan Karsono (1992: 21-43), bersifat lara,
biasa juga digunakan untuk menutup prihatin, dan iba.
karangan. Menurut Karsono (1992: j. Megatruh; wataknya sedih, kecewa.
21-43), berdialog dengan penuh Cocok untuk menggambarkan
persahabatan untuk melahirkan kesedihan.
cinta kasih dan untuk menyampaikan
k. Gambuh; wataknya persaudaraan dan
amanat atau nasehat.
cocok untuk memberi petuah.
c. Kinanthi; wataknya ‘sumanak’ dan
menyenangkan. Cocok untuk atur 3. Sasmita dalam Tembang Macapat juga
pambagya, piwulang, atau sebagai bervariasi. Istilah sasmita ini berasal dari
pembuka cerita. Menurut Karsono bahasa Kawi yang berarti semu, tanda,
(1992: 21-43), mengandung makna atau pasemon (Wardimin, 1991: 155).
bercumbu rayu, memberi nasehat Sasmita, selain digunakan langsung
ringan, dan membeberkan hati yang dalam lirik atau syair tembang, bisa juga
riang. digunakan dalam wasana (suasana) cerita
yang digambaran dalam pupuh tembang
d. Asmaradana; wataknya sedih,
tersebut. Variasi tersebut yakni:
prihatin, dan kasmaran. Cocok dan
a. Dhandhanggula; manis, memanise,
biasa digunakan untuk kisah cinta.
sarkara, artati, dhandhang, dll
Menurut Karsono (1992: 21-43),
b. Sinom; kanoman, ngenomi, taruna,
mempunyai sifat sedih atau perasaan
weni, pangrawit, srinata, roning
yang mendalam karena api asmara
kamal, dll
atau untuk merayu.

Edisi Budaya | 573


c. Kinanthi; kanthi, kekanthen kaprawiran dèn kèsthi | pêsunên sariranira |
gandheng, ginandheng, dll cêgahên dhahar lan guling ||
d. Asmaradana; kingkin, brangta,
Asmaradana
brangti, wuyung, asmara, kasmaran,
dll padha nêtêpana ugi | kabèh parentahing
e. Pangkur; pungkur, mingkur, wuntat, sarak | têrusna lair batine | salat limang wêktu
kawuntat, wuri, dll uga | tan kêna tininggala | sapa tinggal dadi
f. Mijil; mijil, wijiling, mios, metu, dll gabug | yèn mingsih rêmên nèng praja ||
g. Pocung; kaluwak, wohing pocung. Pangkur
h. Durma; ngunduri, durcara, duraka, kang sêkar pangkur winarna | lêlabuhan
durmuka, dll kang kanggo wong ngaurip | ala lan bêcik
i. Maskumambang; kentir, timbul, puniku | prayoga kawruhana | adat waton
kumambang puniku dipun kadulu | miwah ta ing tatakrama
j. Megatruh; pegat, duduk, anduduk | dèn kaèsthi siyang ratri ||
k. Gambuh; tumambuh, anggambuh,
tambuh-tambuh, dll Mijil
poma kaki padha dipun eling | ing
pitutur ingong | sira uga satriya arane | kudu
Contoh Tembang Macapat
antêng jêtmika ing budi | ruruh sarwa wasis |
Contoh Tembang Macapat ini dikutip dari samubarangipun ||
Sêrat Wulang Rèh yang disusun oleh Sunan
Pocung
Pakubuwana IV:
wong sadulur nadyan sanak dipun rukun
Dhandhanggula | aja nganti pisah | ing samubarang karsane
pamêdhare wasitaning ati | cumanthaka |[6] padha rukun dinulu têka prayoga ||
aniru pujôngga | dahat mudha ing batine
Durma
| nanging kêdah ginunggung | datan wruh
yèn akèh ngèsêmi | amêksa angrumpaka | dipun sami ambanting sariranira | cêgah
basa kang kalantur | tutur kang katula-tula dhahar lan guling | darapon sudaa | nêpsu
| tinalatèn rinuruh kalawan ririh | mrih kang ngômbra-ômbra | rêrêma ing tyasirèki |
padhanging sasmita || dadi sabarang | karsanira lêstari

Sinom Maskumambang
ambêke kang wus utama | tan ngêndhak nadyan silih bapa biyung kaki nini |
gunaning janmi | amiguna ing aguna | sadulur myang sanak | kalamun muruk tan
sasolahe kudu bathi | pintêre dèn alingi | bêcik | nora pantês yèn dèn nuta ||
bodhone dinèkèk ngayun | pamrihe dèn inaa | Gambuh
mring padha-padhaning janmi | suka bungah sêkar gambuh ping catur | kang cinatur
dèn ina sapadha-padha || polah kang kalantur | tanpa tutur katula-tula
Kinanthi katali | kadaluwarsa katutuh | kapatuh pan
padha gulangên ing kalbu | ing sasmita dadi awon || (Dawam Multazam)
amrih lantip | aja pijêr mangan nendra | ing [Dawam Multazam]

Sumber Bacaan
Setiyadi, Putut. 2012. “Pemahaman Kembali Local Wisdom Etnik Jawa dalam Tembang Macapat dan Pemanfaatannya
sebagai Media Pendidikan Budi Pekerti Bangsa”, dalam Magistra No. 79 Th. XXIV Maret 2012
Sastrodiwirjo. 2008. Tembhȃng Macapat Madhurȃ. Surabaya: Karunia.
Suwardi. 2008. Wawasan Hidup Jawa dalam Tembang Macapat
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 16 dan 17. 1991. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka.
Mardimin, Yohanes. 1991. Sekitar Tembang Macapat. Semarang: Penerbit Satya Wacana.
Madyaratri, Juniarti. 2001. Suntingan Teks dan Analisis Metrum Tembang Naskah Koleksi Bambang Irianto. Skripsi
Universitas Indonesia.
Darnawi, Soesatyo. 1982. A Brief Survey of Javanese Poetics. Jakarta: PN Balai Pustaka

574 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Tepung Tawar

D
i beberapa daerah dalam kawasan bulan), naik haji bahkan menyambut tamu.
kebudayaan Melayu, istilah Tepung Sehingga makna Tepuk Tepung Tawar yang
Tawar ini disebut juga dengan tepuk sesungguhnya adalah rasa terima kasih dan
Tepung Tawar yang secara harfiah berarti syukur kepada Yang Maha Kuasa. Tepuk
menepuk-nepukkan bedak pada punggung Tepung Tawar tidak lain bermakna sebagai
telapak tangan dan telapak tangan lalu sebuah wujud doa kepada Allah Yang Maha
‘merenjis-renjiskan’ (memercikkan) air mawar Kuasa sebagai perlambang dalam mencurahkan
pada orang yang akan dilumuri tepung tawari, rasa kegembiraan dan sebagai rasa syukur atas
dan dilengkapi dengan menabur-naburkan keberhasilan, hajat, acara atau niat yang akan
bunga rampai, beras putih, dan beras kuning dilaksanakan.
ke seluruh badan orang yang bersangkutan
Dalam pelaksanaannya, bahan-bahan
atau yang ‘ditepung tawari’, kemudian diakhiri
yang digunakan dalam Tepung Tawar terdiri
dengan doa oleh alim ulama.
atas ramuan penabur dan ramuan perenjis:
Dalam praktiknya, tepung tawar dilakukan
1. Ramuan penabur
untuk mengikhlaskan bahwa semua kegiatan
akan menjadi tawar dalam pengertian tidak Bahan-bahan yang digunakan pada
ada yang tidak suka, dan tidak enak, dan ramuan penabur ini terdiri dari beras
segala bentuk ketidak ridhaan lainnya. Dengan putih, beras kuning, bertih (padi
demikian, kalau tepung tawar dilaksanakan digoreng), bunga rampai, dan tepung
di dalam pesta perkawinan misalnya, maka beras. Bahan-bahan ini ketika proses
semua yang melakukan tepung tawar secara Tepung Tawar dilakukan, diletakkan di
tulus telah ikhlas memberi restu kepada kedua atas pahar (dulang tinggi) dan wadah
mempelai. terpisah. Secara simbolik, bahan-bahan
yang digunakan dalam ramuan penabur
Selain bermakna memohon doa restu
ini memiliki makna sebagai berikut: beras
dari hadirin, tepung tawar juga bermakna
putih berarti lambang kesuburan, beras
menghindarkan diri dan keluarga dari
kuning berarti suatu kemajuan yang baik,
marabahaya, menghadirkan kegembiraan atau
bunga rampai bermakna keharuman
kesenangan, serta membuang penyakit (Ishak
nama, sedang tepung beras memiliki arti
Thaib, 2009:63 dalam Hulul Amri 4).
kebersihan hati.
Dalam masyarakat Melayu Riau, tradisi
2. Ramuan Perenjis
tepung tawar begitu bermakna, karena
dalam setiap pelaksanaan sebuah acara Bahan-bahan yang digunakan pada
yang dilakukan selalu diiringi dengan acara ramuan perincis dalam Tpung Tawar
Tepuk Tepung Tawar seperti pada upacara terdiri atas semangkuk air, segenggam
perkawinan, khitanan, pemberian nama bayi beras putih dicampur jeruk purut (limau
yang baru lahir, menaiki rumah baru, menaiki mungkur) yang diiris-iris, ditambah
kendaraan baru, nempah bidan (menujuh dengan satu ikat daun yang terdiri atas

Edisi Budaya | 575


Sumber: http://buletinborneo.blogspot.co.id/

7 macam daun yaitu: daun kalinjuhang misalnya bahan untuk perenjis (daun setawar,
(lambang tenaga magis kekuatan ghaib), daun sedingin, daun rubu-ribu, daun sepulih,
daun pepulut atau pulutan (lambang daun juang-juang, daun ganda rusa dan daun
kekekalan sesuai sifatnya yang lengket), ati-ati) diganti dengan daun pandan, daun
daun ganada rusa (lambang perisai ganda rusa dan daun ribu-ribu saja.Ketiga jenis
gangguan alam), daun jejeruan (lambang daun yang terakhir ini lebih mudah ditemukan.
kelanjutan hidup sebab sukar dicabut),
daun sepenuh (lambang rezeki), daun
sedingin (lambang menyejukkan, Proses Pelaksanaan Tepung tawar
ketenangan, kesehatan), rumput sambau Orang yang hendak ditepung tawari
dan akarnya (lambang pertahanan karena biasanya didudukkan pada tempat khusus.
akarnya sukar dicabut). Di sumber lain Kalau dalam prosesi pernikahan, Tepuk Tepung
disebutkan bahwa daun-daun yang Tawar dilaksanakan pada saat mempelai
digunakan yaitu daun setawar, daun duduk satu-satu dan ada pula ketika kedua
sedingin, daun ribu-ribu, daun sepulih, mempelai duduk berdua sekaligus. Dilakukan
daun juang-juang, daun ganda rusa dan dengan duduk satu-satu pertimbangannya
daun ati-ati. bahwa kedua mempelai belum melaksanakan
3. Pedupaan mahar bathin (belum bersatu), sedangkan
Tepuk Tepung Tawar duduk berdua sekaligus
Dalam acara Tepung tTawar juga
dapat dilakukan dengan pertimbangan kedua
disediakan pedupaan (dupa) tempat
mempelai sudah menikah.
kemenyan atau setanggi dibakar yang
tujuannya hanya untuk memberikan Adapun tata cara menepuk Tepung
keharuman. Tawar yaitu yang pertama dengan mengambil
sejemput beras kunyit, beras putih dan
Dalam praktiknya di beberapa daerah,
bertih lalu ditaburkan melewati atas kepala,
karena pertimbangan ketersediaan, bahan-
ke bahu kanan dan kiri dan pengantin
bahan bisa digantikan dengan bahan lainnya,
maksudnya sebagai ucapan selamat dan

576 | Ensiklopedi Islam Nusantara


bersifat ganjil contoh Asmaul Husna, jumlah
lafaz zikir. Tidak jarang lantunan salawat
kepada Nabi Muhammad SAW dibacakan
ketika prosesi Tepung Tawar berlangsung.
Di beberapa daerah Melayu di Riau bisa
ditemukan bacaan syair ketika prosesi Tepuk
Tepung Tawar berlangsung, seperti di bawah
ini:
Tepung tawar untuk penawar
Sumber: https://www.flickr.com/photos/najeep/2151036898 Supaya hidup tidak bertengkar
Wabah penyakit tidak menular
gembira. Beras kunyit (beras kuning) warna Semua urusan berjalan lancar
kuning melambangkan raja/sultan, lambang
kebesaran dan mempunyai makna keagungan Tepung tawar berberas bertih
dan kebesaran Melayu. Pada saat ini dilafazkan Supaya hati menjadi pengasih
Shalawat Nabi 1 kali, ramuan penabur boleh Tabah menahan pahit dan pedih
ditabur satu-satu atau digabung sekaligus. Sampai tua sayang berlebih
Yang kedua dengan mengambil
(mencecahkan daun perenjis dalam air tepung Tepung tawar berdaun sedingin
tawar lalu ditepukkan (direnjis) di atas dahi Supaya selamat kedua pengantin
(kening), maksudnya berfikirlah sebelum Imannya teguh bekerja pun rajin
bertindak, bahu kanan dan kiri maksudnya Mau bersusah tahan berlenjin
memikul beban dan rasa tanggung jawab,
lalu belakang telapak tangan kanan dan kiri Tepung tawar berberas kunyit
(dengan posisi telapak tangan pengantin Supaya menjauh segala penyakit
telungkup) maksudnya dalam mencari rezeki Berlapang dada di dalam sempit
hendaklah berikhtiar dan berusaha dalam Mensyukuri nikmat walau sedikit
menjalankan bahtera kehidupan.
Tepung tawar berbunga rampai
Yang ketiga mengambil sebutir telur lalu
Supaya niat semuanya sampai
menggolekkan, meletakkan sebentar di bibir
Dikasihi oleh sahabat handai
pengantin dan diputar di sekitar muka (wajah)
Berumah tangga rukun dan damai
pengantin dan kemudian telur tersebut
diletakkan di tempatnya kembali maksudnya
Tepung tawar berbeas basuh
meneruskan keturunan dan ketulusan hati
Supaya hidup tidak berumusuh
yang sakinah mawaddah warrahmah.
Mana yang buruk akan menjauh
Yang keempat dengan mengambil Berumah tagga takkan bergaduh
sejumput inai yang berada pada semberip kecil
(dulang atau talam berkaki) lalu dioleskan Tepung tawar mengandung inai
di telapak tangan kanan dan kiri yang telah Balak dan bala tidakkan sampai
dialasi dengan bantal. Posisi tangan pengantin Niat terkabul hajat pun sampai
telentang maksudnya menandakan mempelai Sehingga mati barulah bercerai
perempuan sudah berakad nikah dan diakhiri
dengan doa selamat sebagai penutup agar Tepung tawar menuruti adat
mendapatkan berkah dari Allah SWT. Intinya doa memohon rahmat
Tepuk Tepung Tawar biasanya dilakukan Kepada Allah hati bertobat
oleh 3 orang, 5 orang dan 7 orang (dalam Supaya sentosa dunia akhirat
hitungan ganjil). Makna dari hitungan ganjil
yaitu karena Allah menyukai hal-hal yang

Edisi Budaya | 577


Tepung tawar kita lakukan Supaya sejahtera suami isteri
Bersuami isteri seiring jalan Kalau berpisah bercerai mati.
Sampai mati berkasih-kasihan
Di kebudayaan Melayu syair memegang
Beranak bercucu ia berkekalan
kedudukan penting. Karena bentuk sastra
ini lazim mengandung kisah-kisah yang
Tepung tawar banyak maknanya
mengasyikkan atau mengandung nilai-nilai
Doa dan restu ada di dalamnya
nasihat dan tunjuk ajar yang kental dan bernas.
Semoga bahagia rumah tangganya
Para orang tua Melayu masa silam menjadikan
Diridhoi Allah selama-lamanya
syair sebagai bacaan penting dan kebanggaan.

Tepung tawar adat sejati [Ismail Yahya]

Mohon rahmat Ilahi Rabbi

Sumber Bacaan
Pusat Rujukan Persuratan Melayu, link online di http://prpm.dbp.gov.my/Search.aspx?k=perenjis
Suwira Putra, Makna Upacara Tepuk Tepung Tawar pada Pernikahan Adat Melayu Riau di Desa Pematang Sikek, Kecamatan
Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, e-journal Jurusan Ilmu Komunikasi, Program Studi Ilmu
Komunikasi, FISIPOL, Universitas Riau, 2014, hlm. 3.
Ria Mustika, Analisis Tepuk Tepung Tawar pada Prosesi Pernikahab Adat Melayu Desa Dendun, Kabupaten Bintan, artikel
e-journal, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung
Pinang, 2013, hlm. 2.
Tenas Effendy, Pemakaian Ungkapan dalam Upacara Perkawinan Orang Melayu, hlm. 15-16, http://malaycivilization.ukm.
my/idc/groups/portal_tenas/documents/ukmpd/tenas_42867.pdf
Akmal, Kebudayaan Melayu Riau (Pantun, Syair, Gurindam), Jurnal Risalah, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: 161.
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen; sinkritisme, Simbolisme dan Sufisme Dalam Budaya Spiritual Jawa (Jogjakarta, Narasi,
2006) hlm. 129-135
http/www.insklopedia.com/Pemkab Klaten

578 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Tirakat

K
ata tirakat dalam bahasa Indonesia makan selain nasi putih; puasa nglowong,
merupakan serapan dari bahasa Arab yaitu berpuasa pada hari tertentu menjelang
yang berasal dari akar kata taraka. Akar hari besar Islam menurut perhitungan Jawa
kata ini memiliki makna dasar ‘melepaskan diri Islam, seperti bulan Bakda Besar atau bulan
dari sesuatu apa pun’. Dalam bahasa Arab, harta Sura. Selain itu, bentuk tirakat lain yang biasa
warisan peninggalan orang yang meninggal dijalani oleh orang Jawa adalah mengurangi
disebut dengan tirkah. Dalam bahasa Indonesia, makan, dengan cara makan hanya sekepal
kata tirkah ini berubah bunyi menjadi tirakat. nasi untuk jatah makan satu atau dua hari
Kata tirakat dalam bahasa Indonesia memiliki dan puasa ngebleng, yaitu berpuasa sambil
dua makna; (1) menahan hawa nafsu, seperti mnyendiri dalam ruangan, bahkan jika
berpuasa, berpantang, dan (2) mengasingkan diperlukan menyendiri dalam ruangan yang
diri ke tempat yang sunyi. Kata serapan ini gelap yang tidak terkena cahaya, atau yang
memiliki korelasi makna dengan kata asalnya dikenal dengan patigeni.
yang berbahasa Arab. Untuk kategori makna yang
Adakalanya tirakat dilakukan pada waktu-
pertama, tirakat berarti menahan (melepaskan)
waktu yang khusus, semisal menghadapi tugas
diri untuk tidak makan atau melakukan hal
berat, atau sedang mengalami krisis keluarga,
yang dipantang. Sementara itu, makna yang
karier, atau bahkan sedang menghadapi
kedua dari tirakat berarti meninggalkan orang
masalah dengan orang lain, bahkan tirakat
terdekat untuk menyendiri di tempat yang
kalau diperlukan dilakukan untuk kepentingan
sunyi, sebagaimana jenazah meninggalkan
masyarakat atau negara. Dalam situasi seperti
harta, keluarga, dan lain sebagainya. Tirakat
itu, tirakat merupakan laku prihatin yang
juga identik (sinonim) dengan kata riadat yang
sangat penting untuk menghadapi marabahaya.
berarti ‘perihal bertapa dengan mengekang hawa
nafsu’, seperti memantang berbagai makanan Di samping puasa, bertapa juga merupakan
dan lain sebagainya. Kata riadat ini juga laku tirakat yang dianggap penting oleh
merupakan serapan dari bahasa Arab riyadhah orang Jawa. Tapa ngalong, yaitu bergantung
yang berarti ‘menundukkan, menjinakkan, dan terbalik dengan dua kaki diikat pada dahan
melatih’. Ketika dikatakan radha al-syakhshu sebuah pohon, tapa ngluwat, yaitu bersemadi
al-dabbata berarti ‘seseorang itu menjinakkan di makam leluhur atau orang keramat dalam
hewan ternaknya’. jangka waktu tertentu, tapa bisu, menahan diri
untuk tidak berbicara dengan orang lain, tapa
Dalam kebudayaan Jawa, tirakat
bolot, yaitu tidak mandi dan membersihkan
mendapat tempat sendiri sebagai bagian dari
diri untuk jangka waktu tertentu, dan tapa
upaya mencapai tujuan-tujuan keagamaan
ngramban, yaitu menyendiri di hutan dengan
dan penyelesaian berbagai problem hidup.
hanya makan tumbuh-tumbuhan, tapa
Dalam menjalani tirakat, orang Jawa mengenal
ngambang, yaitu merendam diri di tengah
berbagai cara atau laku tirakat yang secara
sungai selama beberapa waktu, tapa ngeli, yaitu
lahiriah tampak sebagai upaya secara sengaja
bersemadi di atas rakit dengan membiarkan
melakukan kesengsaraan. Dalam hal ini,
diri terhanyut oleh arus air, tapa tilem, yaitu
berbagai laku tirakat yang dikenal dalam
tidur dalam jangka waktu tertentu tanpa
kebudayaan Jawa sebagai berikut. Puasa
makan apa-apa, tapa mutih, hanya makan nasi
mutih, yaitu berpuasa dengan berpantang
saja tanpa lauk-pauk, dan tapa mangan, yaitu

Edisi Budaya | 579


laku tanpa tidur tetapi boleh makan. Semua terhadap muridnya ini sebagimana peran
itu merupakan praktik bertapa yang dikenal dokter terhadap pasiennya. Resep tirakat
dalam kebudayaan Jawa. yang diberikan mursyid kepada muridnya pun
berbeda-beda sesuai dengan hasil diagnosa
Meskipun berbagai bentuk tirakat yang
kiai atau mursyid terhadap “gejala penyakit”
dikenal dalam kebudayaan Jawa itu sebagian
yang dialami muridnya. Untuk yang terbiasa
merupakan warisan pra-Islam, namun seiring
rakus makanan, biasanya mursyid menyuruh
dengan masuknya Islam ke Jawa dan luasnya
tirakat puasa; untuk yang suka berdebat,
penerimaan Islam di kalangan masyarakat
biasanya diperintah untuk tirakat tidak banyak
Jawa, berbagai laku tirakat tersebut tidak
berbicara; untuk yang gila harta atau jabatan
dihilangkan. Mengingat Islam yang masuk
biasanya dilakukan dengan cara mengasingkan
ke Jawa adalah Islam sufistik, berbagai
diri dan zuhud; dan untuk yang suka tidur,
laku tirakat itu justru dijadikan instrumen
biasanya dilatih untuk terbiasa melek malam.
untuk menjalani riyadhah ‘latihan rohani’
sebagaimana yang diajarkan dalam tradisi Pada dasarnya, tirakat ini dilakukan
tasawuf. Oleh karena itu, mengingat laku untuk mengendalikan hawa nafsu. Setelah
tirakat sifatnya hanyalah instrumen atau melakukan tirakat, diharapkan seseorang yang
sarana belaka, maka dalam pelaksanan tirakat melakukannya mencapai tingkatan tertinggi di
yang dijadikan acuan adalah ketentuan syariat sisi Allah, dan terhindar dari sifat-sifat buruk
atau fikih. Dengan demikian, sepanjang yang mengotori hati. Dalam menjalankan
laku tirakat itu tidak bertentangan dengan tirakat, biasanya ada tempat khusus untuk
fikih, maka hukumnya juga boleh dilakukan. para murid yang langsung dibimbing oleh
Dalam kasus puasa misalnya, selama tidak mursyidnya. Ibnu Ajibah menyebutkan bahwa
dilakukan di waktu-waktu yang diharamkan berkumpul bersama orang yang sama-sama
puasa, seperti dua hari raya dan hari tasyriq, sedang tirakat dan dibimbing oleh murysid
atau selama dari sudut pandang fikih tidak merupakan syarat utama yang paling penting.
masuk dalam kategori puasa wishal, yaitu Hal ini karena tasawuf itu memiliki tiga
menyambung puasa dua hari atau lebih tanpa pondasi dasar yang sangat penting, yaitu
berbuka, maka tirakat dalam bentuk puasa berkumpul dalam satu majelis (al-ijtima’),
dengan berbagai jenisnya boleh dilakukan. memperhatikan petuah mursyid (al-istima’),
dan meniru perilaku mursyid (al-ittiba’).
Sebagai upaya untuk pengendalian diri,
di kalangan santri Jawa tirakat merupakan Dalam perkembangannya, tradisi tirakat di
manifestasi lokal terhadap riyadhah yang kalangan Muslim Jawa tidak hanya digunakan
dikenal dalam tradisi sufi. Dalam konteks dalam konteks menjalani riyadhah sufi, tetapi
ini, laku tirakat dimaksudkan untuk juga dilakukan untuk menjalani ilmu-ilmu
mengendalikan nafsu dan menyucikannya hikmah, seperti untuk kesalamatan dan
dari segala sifat, perilaku, dan perbuatan yang pemenuhan segala hajat dalam hidup, dengan
menjauhkan seorang hamba dari Allah. Oleh mengamalkan wirid-wirid tertentu, baik yang
karena itu, formula tirakat yang dijalankan bersumber dari Alquran maupun peninggalan
oleh santri Jawa itu mengikuti bimbingan kiai ulama dan sufi.
atau mursyid tarekat. Peran kiai atau mursyid
[Adib M Islam]

Sumber Bacaan
Ana Katifah, Kepercayaan Masyarakat terhadap Upacara Tradisi Satu Sura di Desa Traji Kecamatan Parakan Kabupaten
Temanggung, (Semarang: UIN Walisongo, 2014).
Fahmi Kamal, Perkawinan Adat Jawa dalam Kebudayaan Indonesia, Jurnal Khasanah Ilmu, Vol V N0 2, September 2014.
Ibnu Ajibah, al-Futuhat al-Ilahiyyah, (Mesir: al-Azhar, t,th).
Ibnu Faris, Maqayis al-Lughah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979).
Ibnu Manzhur, Lisan al-‘Arab, (Beirut: Dar Shadir, 1414 H).
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, aplikasi luring resmi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
http://www.nu.or.id/post/read/46505/tradisi-quotmalam-tirakatanquot-tumbuhkan-semangat-persatuan

580 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Topeng

P
enutup muka atau wajah disebut seni pahat. Terkait dengan budaya, topeng
dengan kedok. Topeng merupakan dapat dimaknai sebagai cerminan karakter
salah satu ekspresi karya seni tertua dan watak manusia. Bahkan, disebutkan,
sepanjang peradaban dunia. Topeng digambar- sejak masa prasejarah, seni topeng sudah ada.
(menggambar)-kan sifat-sifat dan karakter Oleh karena itu, kehadiran seni topeng sejalan
manusia, sekalipun pada umumnya, raut dengan kehadiran umat manusia, sehingga
muka dalam topeng itu dilebih-lebihkan untuk tradisi topeng merupakan kesenian yang ada
memperoleh citra yang berkesan. Sebagai di belahan dunia manapun.
gambaran karakter manusia, seni topeng ada
Dalam konteks Nusantara, sejak abad ke-
di belahan dunia manapun. Kesenian sejenis
10-11 M. telah dikenal tokoh cerita Panji atau
topeng di Indonesia antara lain seni buroq dan
Raja-raja pada zaman Raja Lembu Amiluhur
ondel-ondel.
atau Prabu Panji Dewa di Jenggala, di mana
Ketika Islam berkembang di Nusantara, wilayahnya meliputi Jawa dan Bali. Topeng
topeng juga menjadi bagian dari strategi dakwah merupakan salah satu seni yang diajarkan dan
para mubalig, terutama pada era Walisongo. dikembangkan pada saat itu. Tidak heran jika
Untuk saat ini, pemaknaan terhadap topeng hingga saat ini, terdapat beberapa daerah yang
dan jenis-jenisnya tidak jarang dikaitkan pula masih mengembangkan seni topeng, seperti
dengan ajaran-ajaran tasawuf dalam Islam. Cirebon, Jogjakarta, Surakarta, Malang,
Topeng bukan sekadar seni atau kebudayaan Madura, dan Betawi.
lokal semata-mata, tetapi juga dapat dimaknai
Cirebon merupakan salah satu daerah
dengan tradisi keilmuan dalam Islam.
penting di Indonesia saat ini terkait dengan
topeng dan Islam Nusantara. Pada saat
Cirebon menjadi salah satu pusat dakwah
Asal Usul dan Jenis Topeng
Islam, Sunan Gunung Jati sebagai penguasa
Secara harfiah, topeng (mask) adalah Cirebon, bersama Sunan Kalijaga menjadikan
penutup muka. Dalam pandangan kesenian, seni wayang dan topeng sebagai tontonan di
topeng dapat disebut sebagai seni tari dan Keraton, sekaligus juga bagian dari tuntunan

Edisi Budaya | 581


dalam dakwah Islam. Dalam Babad Cirebon Menurut tradisi lisan, topeng Cirebon
disebutkan, Sunan Panggung adalah pelopor dikembangkan oleh Sunan Kalijaga dan Sunan
dari seni pertunjukkan topeng. Pagelaran Panggung. Keahlian tari topeng diwariskan
topeng setelah menjadi kesenian rakyat kepada muridnya, Pangeran Bagusan.
semarak dilakukan, seperti pada saat mapag Selanjutnya diwariskan kepada anak-anaknya
sri, sedekah bumi, ruwatan, dst. yang tinggal di Bagusan, Trusmi dan Losari.
Menurut kepercayaan para ahli topeng di
Pertunjukkan tari topeng di Cirebon
Cirebon, terdapat 4 (empat) tingkatan; syari’at,
mempunyai 5 (lima) jenis; pertama, Panji;
tarikat, hakikat dan ma’rifat. Tingkat ma’rifat
kedua, Pamindo; ketiga, Rumyang; keempat,
ini lebih dekat pada tari topeng Panji. Tingkat
Tumenggung; dan kelima, Klana atau Rahwana.
Hakikat lebih dekat kepada tari topeng Pamindo
Wajah topeng Panji berwarna putih berseri
atau Samba. Tingkat tarekat lebih dekat pada
menggambarkan kebersihan dan kesucian,
tari topeng Tumenggung atau patih. Tingkat
bagaikan bayi yang baru dilahirkan, dengan
syariat lebih dekat kepada tari topeng Kelana
karakter halus dan alim. Tarian topeng Pamindo
atau Rahwana. Bagi penari sendiri, tingkatan
menggambarkan seseorang yang memasuki
tersebut mempunyai karakter dalam dirinya.
masa remaja yang cenderung emosional.
Wajah topengnya putih berseri dihiasi rambut Tahapan-tahapan tersebut saat ini,
keriting (ikal) pada dahinya, dengan karakter memang tidak semua penari topeng dapat
genit dan lincah. Tarian topeng Rumyang melakukannya. Kartini (41 tahun) sebagai
menggambarkan seseorang yang semangatnya penari topeng dari Losari mengakui hal
selalu optimis dan percaya diri. Wajah itu. Dirinya pernah melakukan tahapan-
topengnya berwarna orange sebagai peralihan tahapan serupa itu dengan penghayatan yang
dari remaja ke masa dewasa dengan karakter mendalam, hanya ada satu tahapan yang belum
agak genit bercampur alim. Tarian topeng dilaluinya, yaitu puasa 40 hari 40 malam, tidak
Tumenggung menggambarkan seseorang boleh berbuka puasa dan hanya berdiam diri di
yang mempunyai kedudukan dan tanggung atas langit-langit rumah sambil memanjatkan
jawab sesuai tingkat kedewasaannya. Wajah doa kepada Allah SWT. Tahapan-tahapan yang
topengnya berwarna merah, berkumis tipis dimaksud; pertama, mengunjungi makam
dengan karakter gagah dan tangguh. Tarian keramat, atau makam nenek moyang untuk
topeng Klana atau Rahwana menggambarkan meminta restu agar dapat menari dengan
seseorang yang serakah, angkuh, murka, baik; kedua, puasa mutih; ketiga, mandi bunga
dan tidak dapat mengendalikan diri atau tujuh rupa, sebagai pensucian seorang penari;
gambaran manusia yang selalu berkelana dan keempat, membaca mantra dan doa-doa.
dalam kebebasan akibat pengaruh hawa nafsu. Kartini kini mendirikan dan mengembangkan
Wajah topeng Klana berwarna merah padam tari topeng melalui sanggar “Purwa Bhakti
berkumis tebal menyeramkan dengan karakter Losari” di desa Barisan Kecamatan Losari
gagah dan besar. Kelima jenis topeng tersebut Kabupaten Cirebon.
disebut dengan “Panca Wanda”.
Tari topeng dapat dikatakan mempunyai
sifat sakral yang ditunjukkan oleh para dalang
topeng dengan mempertunjukkan tarian-
Topeng dan Pemaknaan Keislaman
tariannya. Salah satu sifat sakral itu tercermin
Dalam seni tari, tari topeng juga memiliki dalam doa/mantra yang dibaca. Di antara doa/
beberapa jenis, seperti topeng Panji, topeng mantranya, sebagai berikut:
Samba, topeng Rumyang, topeng Tumenggung
Sumerah maring Allah
dan topeng Kelana. Jenis tari topeng lainnya
Sakapindo maring Rasulullah
sesuai dengan asal daerahnya, seperti topeng
Kang anane ning wetan
Cirebon, topeng Bali, topeng Malang, topeng
Sunuhun Gunung Djati
Betawi.
Kang sume kang ana Gunung Djati

582 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Nyi Rangga Asmara syarat-syarat khusus yang
Kang anama Sang Hyang harus dipenuhi.
Permana
Topeng bagi masyarakat
Kang ana ing kulon
Cirebon merupakan kesenian
Sang Tunggul Putih
yang tak terpisahkan dari
Kang anama Kesamadtullah
seni lainnya, seperti wayang.
Kula titip pandita 40
Oleh sebagian budayawan,
Kang asih nikmat ting badan
wayang dipahami masyarakat
Kula titip maring Abdulmutalib
Cirebon sebagai gambaran
Cuan lamon ora dijaga bending
sareat (syariat), sedang
Kenang bendunge Allah Ta’ala
topeng gambaran tarekat.
Allahumma bisrokhman
Adapun tingkat hakikat ada
Mil suci saking umat
pada seni Barongan atau
Kangjeng Nabi Muhammad
Berokan, dan makrifat ada di
Allahuma Sotiamin
ronggeng. Akan tetapi dalam
Nyuwun ning Pangeran Bonang
Babad Cirebon, wayang dipahami sebagai
Pangeran Panggung minta diraksa
syariat, topeng sebagai hakikat, dan ronggeng
Sajabane sajerone panggung
tetap makrifat.
Dalam perkembangan mutakhir, topeng
Di balik tari topeng yang sangat indah juga tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan
dan kreatif tidak lepas dari peran seorang dan kesenian kontemporer, seperti ondel-
dalang topeng. Topeng memang tidak berbeda ondel di Betawi dan seni buroq di Cirebon.
dengan wayang, di mana wayang tidak mungkin Pertunjukkan seni buroq dalam praktiknya
bergerak tanpa ada dalang. Begitupun dengan mirip dengan ondel-ondel di Betawi, di mana
penari topeng, maka dalang topeng itu penari kesenian tersebut diperagakan di tengah
sendiri. Dalang topeng dapat menjadi guru dari keramaian sebagai tontonan umum sambil
para penari topeng lainnnya yang belum sampai mengelilingi kampung, seperti tasyakur
pada tingkatan dalang. Oleh karena itulah sunatan (khitan), 17-an, Syawalan, dst. Kedua
dalang topeng, tidak bisa dilepaskan dari musik- seni tersebut, sekalipun bukan tari topeng
musik yang mengiringinnya. Dalang topeng yang dikenal selama ini, tetapi menjadi
ini disebut juga sebagai seorang pendakwah kesenian serumpun dengan topeng. Dengan
Islam dalam sejarah penyebaran Islam pada model kesenian semacam itu, topeng lebih
masa kewalian. Pada awalnya tidak semua dikenal lagi oleh masyarakat luas dengan
orang dapat menjadi penari topeng, karena ada keragamannya.
[Mahrus el-Mawa]

Sumber Bacaan
Dahuri, Rokhmin, dkk., Budaya Bahari: Sebuah Apresiasi di Cirebon. Jakarta: PPNRI, 2004.
Habibah, Sri. “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Keseharian Penari Topeng (Studi Tokoh Ibu Kartini Penari Topeng
Losari Cirebon Jawa Barat)”, Tesis. Cirebon: ISIF, 2014
Hamidah, Dedeh Nur. “Pengaruh Tarekat Tari Topeng Cirebon”. Laporan Hasil Penelitian. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati,
2010.
Sumardjo, Jakob. Arkeologi Budaya Indonesia: Pelacakan Hermeneutis-Historis terhadap Artefak-Artefak Kebudayaan
Indonesia, Yogyakarta, Qalam: 2002.
Ross, Laurie Margot. Journeying, Adaptation, and Translation: Topeng Cirebon at the Margins. New York: New York
University, 2002.
Sumber Gambar
https://mulpix.com/post/1120225097409522423.html
https://saputra7376.wordpress.com/2014/07/18/topeng-cirebon/
http://mytopenglosari.blogspot.co.id/2015/09/mengenal-ibu-kartini.html

Edisi Budaya | 583


584 | Ensiklopedi Islam Nusantara
U
Ulih-Ulihan
Ulih-Ulihan

M
ulih (pulang) adalah sesuatu yang Tradisi ulih-ulihan memang sangat kental
sangat dirindukan bagi setiap terutama bagi orang Jawa pesisiran, baik dari
insan yang sedang mengembara. kalangan santri maupun kejawen. Kebanyakan
Namun Ulih-ulihan bukan sekadar pulang orang Jawa pesisiran masih sangat percaya
(mulih) dalam pengertian kembali dari suatu dengan konsep kadang papat limo pancer (empat
perjalanan jauh lalu pulang ke rumah. Ulih- saudara, yang kelima sebagai pusatnya).
ulihan ada hubungannya dengan prosesi Empat saudara pancer itu adalah: (1) sirrullah
omah-omah (mendirikan rumah) impian untuk (sir), yaitu keinginan yang kuat karena adanya
sebuah hunian jangka panjang. niat (sir); (2) nurullah, yakni pembimbing niat
berupa wahyu, pengetahuan; (3) rohullah,
Kata ulih-ulihan, memang berasal dari
adalah semangat jiwa yang kuat; (4) jalullah,
bahasa Jawa, mulih, yang berarti pulang.
merupakan aba-aba dalam bertindak. Keempat
Namun ulih-ulihan sudah menjadi tradisi Jawa
saudara manusia tersebut akan bergerak
sebagai prosesi upacara atau ritual budaya
tergantung pada pancer, dalam arti watak dan
yang khas bagi calon penghuni rumah yang
kepribadian (Endraswara, 2016: 17).
baru saja selesai dibangun. Ritual ini sebagai
wujud ekspresi kesiapan calon penghuni Ritual ulih-ulihan dalam hal ini adalah
rumah ketika rumah yang dibangunnya sudah sebagai upaya penguatan watak dan kepribadian
siap dihuni. yang tangguh dengan menggunakan sarana
perabotan rumah tangga dan ubarampe
Ulih-ulihan menjadi salah satu ritual
sesajian sebagai media komunikasi dengan
dalam tradisi Islam Nusantara terutama di
Sang Pencipta agar menjadi lebih dekat
Jawa, sebagai wujud kesadaran transendental
dan makrab dalam menyampaikan pesan
bahwa menempati sebuah hunian bukan
kepada Sang Pencipta. Semua itu merupakan
sekedar pindah lahiriah saja, namun dimensi
simbol dalam menggapai hidup sejati, dalam
batin jauh lebih penting untuk dikondisikan.
mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai
Apalagi kebanyakan orang Jawa juga sangat
tujuan akhir hidupnya.
percaya dengan adanya makhluk halus (alam
ghaib). Maka sering dikenal ada tempat wingit Ulih-ulihan sekaligus akan mempertegas
atau angker, yaitu, suatu tempat yang diyakini bahwa setiap saat manusia akan senantiasa
dihuni oleh makhluk ghaib (tidak tampak memiliki kerinduan untuk mulih (kembali),
oleh mata orang biasa), tapi berpengaruh tempat mulih yang sementara adalah rumah
pada kehidupan manusia. Maka untuk yang akan dihuni tersebut, sedangkan mulih
mengurangi ketakutan atau menjinakkan yang sejati adalah kembali kehadirat Allah
makhluk-makhluk halus yang mengkin SWT untuk selama-lamnya. Inilah yang dalam
pernah menghuni tempat di mana rumah itu pandangan hidup Jawa disebut sebagai sangkan
dibangun, maka dilakukan ritual ulih-ulihan paraning dumadi (ingat asal dan tujuan hidup).
dengan berbagai doa dan pujian kepada Allah Ungkapan Jawa ini mengandung nasihat agar
SWT dengan suatu prosesi ritual yang sarat seseorang selalu waspada, hati-hati, serta eling
dengan pesan moral (Santoso, 2000; Said, (ingat) terhadap sangkan (asal) manusia dan
2012: 92-93). paran (tujuan akhir) dari perjalanan manusia

Edisi Budaya | 587


agar manusia tetap eling (ingat) dan waspadha upaya mengaktifkan kesadaran batin dalam
(waspada) terhadap perjalanan hidupnya. menempuh hidup baru pada hunian yang baru
Hal ini sekaligus membangun kesadaran tersebut.
bahwa urip ana sing nguripake (hidup ada yang
menghidupkan), urip mung mampir ngombe
(hidup hanya ibarat numpang minum) yang Persiapan Ubarampe dalam Ulih-ulihan
bermakna hidup di dunia hanya sementara Memang tidak secara ketat ubarampe
(Susetyo, 2016: 55). harus ada, tetapi setidaknya ada 2 (dua)
Kesadaran mulih (pulang) juga sudah kelompok ubarampe yang biasanya disiapkan,
terukir dalam tembang Dhandanggula warisan yaitu ubarampe ketika proses boyongan pindah
para leluhur yang sampai sekarang masih terus dari orang tua (rumah lama) ke rumah baru dan
dilestarikan: ubarampe ketika slemetan saat sudah sampai
di rumah yang baru. Ubarampe yang harus
Kawruhana sejatining urip
tersedia dalam prosesi boyongan biasanya
Urip ana jroning alam donya
berupa alat-alat rumah tangga utama yang
Bebasane mampir ngombe
mewakili kebutuhan hidup dalam keluarga
Umpama manuk mabur
yaitu berupa sapu lidi, lampu teplok, tikar/
Lunga saka kurungan neki
sajadah, bantal-guling, ember, wajan, serok
Pundi pencokan benjang
dan sejenisnya.
Awja kongsi kaleru
Umpama lunga sesanja Ubarampe sebagaimana tersebut di atas
Najan-sinanjan ora wurung bakal mulih mewakili perabot dari 5 (lima) fungsi utama
Mulih mula mulanya rumah yang tidak boleh dilupakan yaitu yaitu:
(1) palenggahan yakni tempat menerima
(Ketahuilah sejatinya hidup,
tamu atau sering disebut (jogo satru); (2)
Hidup di dalam alam dunia,
pakiwan, yaitu tempat bebersih berupa
Ibarat perumpamaan mampir minum,
sumur, kamar mandi, tempat wudlu dan
Seumpama burung terbang,
pembuangan akhir; (3) pawon, yakni berupa
Pergi dari kurungannya,
dapur tempat mempersiapkan makanan sehat
Di mana hinggapnya besok,
yang dibutuhkan oleh anggota keluarga; (4)
Jangan sampai keliru,
pesholatan, yakni ruang sembahyang (sholat)
Umpama orang pergi bertandang,
untuk bermunajat kepada Allah SWT; (5)
Saling bertandang, yang pasti bakal pulang,
peturon, yakni kamar tidur, ruang istirahat
Pulang ke asal mulanya)
untuk memulihkan segala kepenatan yang ada.
Sungguh indah kesadaran mulih dalam
Sementara ubarampe kelompok kedua
tradisi Islam Nusantara, yang antara lain
adalah untuk kepentingan slametan atau
dituangkan dalam berbagai karya sastra
bancakan dengan berbagai pilihan mulai dari
tembang Jawa. Kesadaran batin yang penuh
yang paling sederhana berupa empat cawik/
dengan nilai-nilai Islam tersebut tidak hanya
cawan bubur merah putih atau versi yang lebih
berhenti pada tataran ide. Ibarat iman tak
lengkap berupa ingkung, yakni masakan opor
sekedar diucapkan (iqrarun billisan), tetapi
ayam jago yang masih utuh sebagai sarana
dibenarkan dalam hati (tas}diqun bil qalbu) dan
manaqiban atau rasulan setelah rombongan
dilakukan dengan tindakan (‘amalun bil arkan).
boyongan sudah sampa rumah baru yang
Maka sejak berhuni yakni ketika ditempati. Seringkali juga dilengkapi dengan
memulai menempati rumah baru, orang- persembahan tumpeng dengan tujuh macam
orang Jawa ingin meneguhkan kesadaran lauk-pauk dan kuluban dari berbagai dedaunan
batin yang indah tersebut melalui suatu ritual khas kampung.
yang dikenal dengan ulih-ulihan. Dengan
Empat cawan bubur merah putih
demikian ulih-ulihan bisa dikatakan sebagai
diasosiakan sebagai simbol keberanian (warna

588 | Ensiklopedi Islam Nusantara


merah) dalam menegakkan kebenaran (warna sebagai pengiring bersiap-siap untuk boyong/
putih). Sedangkan jumlah empat bubur pindah ke rumah baru. Kalau jaraknya dekat,
sebagai wujud asosiasi atas empat sahabat maka dilakukan dengan jalan kaki, tapi kalau
Nabi atau empat mazhab sebagai pedoman jaraknya agak jauh, bisa diantar dengan
dan teladan dalam aqidah dan syariah Islam kendaraan. Namun ketika sudah mau sampai
yang telah menghantarkan risalah Nabi akan turun dan bersamarombongan berjalan
Muhammad SAW kepada umat manusia kaki.
di dunia. Sedangkan bubur yang lengket
Dengan iringan bacaan
diharapkan bisa merekatkan persaudaraan
bismillahirrahmanirrahim atau pembacaan
dalam keluarga hingga akhir hayat. Sedangkan
surat al-Fatihah, calon penghuni diiring
kuluban, diasosiakan dari bahasa Arab Qulubun
beramai-ramai (diantarkan) oleh sanak
jamak dari qolbun yang bermakna hati, dan
saudara, sahabat dan tetangga dari tempat
diasosiasikan agar senantiasa bisa menjaga
asal (orang tuannya) menuju rumah baru
kesucian hati dalam hidup berumah tangga.
yang hendak dihuninya. Dalam tradisi ulih-
Dalam Islam, hati adalah kompas kehidupan,
ulihan ini semua anggota keluarga yang akan
kalau hatinya bersih dan sehat (qalbun salim)
menempati rumah tersebut harus ikut bersama
maka akan membuahkan perilaku yang baik.
rombongan dengan membawa sejumlah
Sebaliknya kalau hatinya kotor/sakit (qalbun
barang-barang sebagai ekspresi simbolik bagi
marid), maka perilaku yang bersangkutan juga
calon penghuninya. Barang-barang tersebut
menjadi jahat alias munkar,
antara lain berupa; sapu lidi, lampu teplok,
Ingkung ayam jago diasosiakan sebagai tikar/sajadah, wajan dan serok, bantal-guling
semangat njungkung (bersujud) dalam dan sejenisnya.
beribadah kepada Allah SWT antara lain
Sejumlah ubarampe yang dibawa tadi
mengubur sifat sok jagoan (takabbur)
diasosiakan bahwa setiap anggota keluarga
sebagaimana sifat ayam jago, yang selalu
perlu memiliki peran sesuai ubarampe yang
berkokok mencari lawan. Sifat ayam jago
dibawanya tanpa memandang jenis kelamin
juga sering berganti-ganti pasangan, bahkan
ubarampe meliputi minimal lima fungsi
ketika babon sedang mengeram juga ayam jago
rumah sebagaimana disebutkan di atas yakni:
masih mencari pasangan untuk melampiaskan
(1) palenggahan, (2) pakiwan, (3) pawon, (4)
nafsunya. Sifat-sifat kebinatangan seperti
pesholatan, (5) peturon. Setiap anggota keluarga
itu harus dihindarkan dan dikubur jauh-jauh
perlu bertanggung jawab dan memerankan diri
agar tercipta keluarga yang harmonis, bahagia
sesuai tugasnya agar rumah bisa bermanfaat
dunia dan akhiratnya.
dan berfungsi secara maksimal dengan saling
asah, asih dan asuh.
Prosesi Ritual Ulih-ulihan dan Begitu sampai di rumah yang akan dihuni,
Pemaknaannya calon penghuni langsung disambut oleh
sebagian anggota keluarga lainnya yang sudah
Sebagaimana ritual tradisi Jawa lainnya,
terlebih dahulu tiba di rumah tersebut. Maka
pelaksanaan ulih-ulihan juga didasarkan pada
dengan ucapan salam; assalamu’alaikum, calon
hari yang terpilih dan atas petunjuk dari
penghuni memasuki rumah. Di teras rumah
sesepuh atau kiai kampung yang dianggap
tersebut, sang ibu, bapak, kakak atau nenek
memiliki pengetahuan tentang pithungan Jawa
yang sudah lebih awal berada di rumah baru
atau minimal mendapatkan restu darinya.
tersebut menjawab salam dan menyapukan
Pelaksanaannya biasa dilakukan setelah salat
sapu yang dibawanya di lantai sebagai ekprresi
Magrib di rumah lama yakni rumah di mana
simbolik pembersihan diri dari segala kotoran,
yang semuala disinggahi sementara bersama
baik lahir maupun batin. Pada rumah tradisional
orang tua. Sehabis Magrib, semua anggota
Jawa, ekspresi simbolik pembersihan diri dari
keluarga shohibul hajah yakni suami, istri dan
segala kotoran dilakukan dengan cara singgah
anak, yang diikuti sebagian anggota keluarga

Edisi Budaya | 589


di pakiwan, yakni kamar mandi dan padasan salah satu anjuran dalam doa menjelang tidur
yang biasanya terletak dekat sumur di depan adalah: “Dengan menyebut nama-Mu, Ya Allah,
rumah sebelah kiri. aku hidup dan dengan menyebut Nama-Mu aku
mati.” Sementara doa setelah tidur adalah:
Begitu jiwa dan raga dianggap suci maka
“Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami
kepala keluaga dengan membawa lampu teplok
kembali setelah mematikan kami dan kepada-Nya
sebagai simbol penerang kehidupan dalam
(kami) akan dibangkitkan.”
keluarga mulai memasuki rumah. Dengan
lampu teplok tersebut diharapkan kepala Maka ketika dalam boyongan ulih-ulihan
keluarga harus selalu ingat bahwa dirinya harus membawa bantal guling, hal itu sesungguhnya
mampu menempatkan diri sebagai “lampu memberi pesan kepada calon penghuni rumah
penerang” sehingga selalu mencerahkan bagi agar sejak menempati hunian baru tersebut
keluarganya sehingga terbangun keluarga yang seluruh keluarga justru harus menjadi keluarga
harmonis dan rukun. yang cerdas, yakni selalu ingat akan kematian,
itulah fungsi rumah sebagai peturon (pesarean),
Sementara tikar dan sajadah biasanya
tempat mempersiapkan diri dengan bekal
dibawa oleh anak-anaknya yang turut serta
secukupnya, dan sebaik-baik bekal adalah
mengikuti jejak ayah ibunya pada saat mulai
taqwa.
menghuni rumah baru. Dibawanya tikar dan
sajadah adalah sebagai ekspresi simbolik Anak-anak juga harus turut setia
bahwa di rumah tersebutlah para penghuninya mengikuti visi kedua orang tuanya yang telah
siap menggelar pentas kehidupan dengan memiliki landasan yang kuat. Maka semua
penuh semangat dan harapan sebagai sarana anak juga ikut boyongan dengan membawa
untuk bersujud kepada Allah SWT. Kehidupan perangkat rumah tangga masing-masing
di rumah laksana sajadah panjang yang digelar sebagai bentuk dukungan dan kekompakan
oleh orang tua sehingga tiada hari tanpa sujud dalam keluarga. Maka rumah di samping
atau ibadah kepadaNya. sebagai tempat memulihkan (mulih) tenaga
dan pikiran bagi keluarganya setelah seharian
Ubarampe seperti wajan, serok (alat
menjalankan rutinitas hidup, rumah juga
penggoreng) dan ember dibawa oleh anggota
dijadikan sebagai “madrasah” (tempat belajar)
keluarga yang lain sebagai pesan bahwa sejak
untuk menemukan kesejatian hidup yang
saat menempati rumah baru maka dapur siap
hakiki.
mengepul, siap mandiri dalam mensajikan
kebutuhan makan keluarga, tidak lagi Begitu semua sudah hadir di rumah
menggantungkan kepada orang tua. Tekad yang baru tersebut, maka acara dilanjutkan
sudah bulat dalam menyediakan kebutuhan dengan do’a bersama, yang dipimpin oleh
makan dan minum secara mandiri. seorang kiai kampung dengan diikuti oleh para
hadirin yang ada. Sebelum berdoa terkadang
Sedangkan anggota keluarga yang
didahului dengan pembacaan Manaqib Syekh
membawakan bantal guling memberi isyarat
Abdul Qadir Jilani, sebagai wujud cinta kepada
bahwa salah satu fungsi rumah adalah untuk
kekasih Allah SWT dan tawasul kepadanya.
peturon (tempat tidur) yang dilambangkan
Do’a yang dibacakan oleh kiai biasanya
dengan bantal guling. Tidur dalam bahasa
berbahasa Arab yang berisi harapan bersama
krama adalah sare. Paturon maknanya
agar calon penghuni tersebut diberkahi oleh
sama dengan pesarean, tempat tidur, untuk
Allah serta mendapatkan limpahan rahmat
melepaskan segala kepenatan lahir dan batin.
dan kasih sayang dari-Nya, sehingga keluarga
Pesarean juga bermaka kuburan. Tidur dalam
dan generasi yang terbangun di dalam rumah
Islam juga sering disebut sebagai kematian
tersebut menjadi sosok keluarga yang sakinah
yang menunjukkan hubungan dekat diantara
(ketenangan), mawaddah (kasih) dan rahmah
keduanya, hingga tidur seolah adalah saudara
(sayang). Keluarga demikianlah yang diidam-
kandung dari kematian. Karena saat tidur akal
idamkan bersama sehingga dari keluarga yang
dan gerakan kita hilang laksana mati. Maka
seperti itulah diharapkan tercipta tatanan

590 | Ensiklopedi Islam Nusantara


rumah yang sedang bersyukur
atas rumah barunya.
Pembacaan Salawat al-
Barzanji dan juga Manaqib
Syekh Abdul Qodir Jilani,
yang di dalamnya sarat
dengan kisah-kisah teladan
Nabi Muhammad SAW,
menunjukkan bahwa nilai-
nilai keteladanan para wali dan
nabi diharapkan bisa mewarnai
dalam menjalani biduk rumah
tangga di samping sebagai
media komunikasi dalam
mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Dengan begitu
masyarakat yang sejahtera, damai dan penuh rumah yang ditempati bisa menjadi sarana
ampunan dari-Nya yang dalam bahasa Alqur’an untuk menenteramkan hati dengan senantiasa
disebut baldatun thayyibatun warabbun ghafur eling lan waspada sebagaimana diteladankan
(QS. Saba: 15). oleh para wali, nabi dan Rasulullah SAW.
Begitu doa selesai, maka semua ubarampe Dengan demikian tradisi ulih-ulihan
yang berupa makanan dipersembahkan sebagaimana terurai di atas menunjukkan
kepada semua orang yang hadir dalam ritual bahwa dalam memahami keragaman bahasa
itu, tidak hanya kaum laki-laki tetapi juga simbolik membutuhkan kepekaan olah rasa
kaum perempuan. Sebagian sajian makanan karena bahannya masih semu (tersamar).
berupa ingkung dan nasi juga dibagikan kepada Simbol dan ungkapan dalam tradisi Jawa
tetangga sebelah sebagai wujud solidaritas Islam adalah manifestasi pikiran, kehendak
sosial dan terima kasih atas gotong royong dan rasa Jawa yang halus. Sebagaimana
dalam mendirikan rumah dari buka tableg, ungkapan yang populer, Wong Jawa Nggone
munggah molo hingga siap dihuni. Semu. Ungkapan ini mengandung pengertian
Sementara malam harinya sehabis Isyak, bahwa orang Jawa dalam memandang realitas
biasanya dilanjutkan dengan pembacaan tak hanya mengandalkan yang wadhag (kasat
salawat al-Barzanji, yang dihadiri oleh mata), namun penuh dengan isyarat atau
undangan dari tetangga terdekat dan remaja sasmita (Endaswara, 2016: 24). Untuk bisa
masjid atau langgar/mushalla. Biasanya yang memahaminya diperlukan perenungan yang
berperan aktif dalam salawat al-Barzanji mendalam dan pembelajaran kritis atas
ini adalah pemuda masjid karena memang rahasia di balik bahasa simbolik dalam kultur
melibatkan beberapa orang dalam pembacaan Jawa yang merupakan bagian dari warisan
secara bergantian. Setelah selesai diakhiri budaya Islam nusantara.
dengan doa dan dilanjutkan dengan sajian [Nur Said]
makan sekadarnya sebagai wujud sedekah tuan

Sumber Bacaan
Al-Qur’an al Karim
Endraswara, Suwardi, Prof. Dr., (2016). Falsafah Hidup Jawa, Menggali Kebijakan dari Intisari Filsafat Jawa. Yogyakarta:
Cakrawala.
Said, Nur. (2012). Tradisi Pendidikan Karakter dalam Keluarga, Tafsir Sosial Rumah Adat Kudus. Kudus: Brillian Media
Utama.
Santoso, Revianto Budi. (2000). Omah; Membaca Makna Rumah Jawa, Yogyakarta: Bentang Budaya, 2000.
Susetyo, Wawan. (2016). Empat Hawa Nafsu Orang Jawa. Yogyakarta: Narasi.

Edisi Budaya | 591


592 | Ensiklopedi Islam Nusantara
W
Wali
Walimahan
Wangsit
Wayang
Wirid
Wali

W
ali merupakan di tempat makam para
s e b u t a n Walisongo tersebut,
untuk orang mulai dari Cirebon,
suci dalam dunia Islam. Demak, Kudus, Tuban,
Rinkes (1996) menyebut Lamongan, Gresik,
ada sembilan orang hingga Surabaya. Tradisi
suci di Jawa (nine saints ziarah bagi umat Islam
of Java). Hanya saja, Indonesia, senyatanya,
sembilan orang suci ini, tidak hanya dilakukan
berbeda dengan nama- kepada para Walisongo
nama yang disebut saja, tetapi juga para
dalam Walisongo, orang suci lainnya,
antara lain masuk juga seperti Mbah Kuwu
Syaikh Abdul Muhyi (Pangeran Cakrabuana)
dari Pamijahan, Ki di Cirebon, Syaikh Abdul
Pandan Aran, dst. Dalam Muhyi di Pamijahan,
konteks lebih luas, di Tasikmalaya, dan
dunia Islam, Chamber- tempat-tempat para
Loir dan Guillot (2010) mursyid tarekat di
juga menyebutkan tempat lainnya.
beberapa nama wali yang http://majelisalmunawwarah.blogspot.co.id/2014/05/manaqib-syeikh-abdul-qadir-al-jaelani.html
Berangkat dari
dikenal sebagai ahli sufi dan orang suci, seperti
praktik ziarah di atas dan pemahaman tentang
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan ada juga wali
wali dari buku Le culte des saints dans le monde
dari perempuan, seperti Zainab, dan Fatimah
musulman atau Ziarah & Wali di Dunia Islam
an-Nabawiyah.
(2010 cet. II), hanya ada 2 orang suci di
Dari kedua buku tersebut, sebutan Nusantara yang disebut dalam buku tersebut,
wali yang dikenal secara popular selama yaitu Sunan Gunung Jati di Cirebon Jawa Barat
ini ternyata mempunyai perbedaan makna dan Kyai Telingsing atau Sunan Sungging di
dan pemahaman. Akan tetapi, ada juga Kudus di Jawa Tengah.
kesamaannya, yaitu bahwa salah satu bentuk
kewalian yang diakui umat Islam adalah selalu
dikunjungi makamnya oleh para peziarah. Asal Kata dan Istilah Wali

Kekhasan sebutan wali di Indonesia, salah Dalam bahasa Indonesia, kata wali
satunya disebut dengan Walisongo (Sembilan mempunyai arti sangat banyak dengan
wali). Walisongo ini memang dikenal hanya konteks yang berbeda-beda. Dalam Kamus
di Jawa, tetapi penyebarannya dikenal juga di Besar Bahasa Indonesia, wali yaitu orang
seluruh Indonesia, atau di Nusantara. Hampir yang menurut hukum (agama, adat) diserahi
setiap saat selalu ada peziarah yang datang kewajiban mengurus anak yatim, sebelum

Edisi Budaya | 595


anak itu dewasa; orang yang menjadi penjamin arti sebagai kesetiakawanan antarsesama umat
dalam pengurusan dan pengasuhan anak; Islam, dan perlindungan yang diberikan Allah
orang yang berhak menikahkan anaknya pada kepada umat. Dalam Alquran juga dibedakan
saat pernikahan; orang saleh (suci); penyebar kata awliya’ Allah (QS. Yunus: 62), yakni
agama; dan kepala pemerintahan. Oleh karena mereka yang tidak akan pernah mengalami
itu dalam bahasa Indonesia, bermunculan “ketakukan ataupun kesedihan”, dari awliya’
kata-kata wali seperti, wali Allah, wali hakim, asy-syaithan (kawan-kawan setan, QS. an-
wali kelas, wali kota, wali mujbir, wali murid, Nisa: 76. Dengan kata “wali Allah” awliya’
wali Negara, wali negeri, dan wali rumah. Hal Allah tersebut, seringkali ditafsirkan hanya
itu belum lagi jika kata wali disandingkan diberikan kepada kelompok elite spiritual,
dengan kata depan dan belakang, seperti sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi,
perwalian, mewalikan, atau memperwalikan. “Ketahuilah bahwa di antara hamba-hamba
Sehingga, kata wali itu sangat bergantung Allah ada juga bukan nabi, bukan syuhada’,
dengan konteksnya. Penjelasan kata wali dalam dan bahwa para nabi dan syuhada iri karena
bahasa Indonesia tersebut sudah menjadi kata mereka dekat dengan Allah (…) itulah awliya’-
serapan dari bahasa Arab. awliya’Allah. Penjelasan sistematis tentang
wali yang sering dikutip orang, antara lain
Mempertimbangkan kata-kata wali dalam
pemikiran dari Ibn ‘Arabi (1165-1240) tentang
Bahasa Indonesia dan mengacu pada arti wali
“kewalian”. Akan tetapi, pemahaman Ibn
seperti yang sudah disebut sebelumnya, maka
‘Arabi ini lebih dikenal dalam kajian tasawuf
kata wali berasal dari bahasa Arab, terdiri dari
atau tarekat dalam Islam.
tiga huruf, w-l-y dengan kata jamakn awliya’.
Kata wali yang berasal dari bahasa Arab ini Dengan demikian, sebagai suatu istilah
juga ternyata tidak tunggal artinya, seperti yang berkembang di masyarakat Indonesia,
disebut dalam Alquran. Adapun makna dasar wali dikenal tidak hanya dalam tradisi tasawuf,
w-l-y adalah kedekatan. Dalam konteks w-l-y fiqih, tapi juga dalam kehidupan sosial dan
dengan walayah disebut 2 (dua) kali, QS. al- pendidikan kemasyarakatan. Dalam bahasan
Anfal: 72 dan QS. al-Kahfi: 44, dan mempunyai ini, tentu saja konteks wali sebagai orang suci,

http://news.okezone.com/read/2016/06/09/510/1410634/mengungkap-fakta-lain-tentang-wali-songo

596 | Ensiklopedi Islam Nusantara


bukan hanya diukur dari kuburannya yang berbeda-beda, sebagaimana dalam naskah
dikeramatkan, petilasan atau pasujudan-nya kuno Sajarah Lampahing Para Wali Kabeh
juga dikeramatkan, seperti pasujudan Sunan dalam bahasa Sunda dengan aksara pegon.
Bonang. Sebelum Sunan Gunung Jati menyebarkan
Islam di Jawa Barat, sudah ada para guru
Istilah-istilah serupa dengan wali atau
agama Islam, seperti Syekh Nurjati atau Syekh
orang suci dalam dunia Islam antara lain
Qura di Karawang yang masuk dalam istilah
mrabet, siyyid, sunan, shalih, syaikh, pir, dan
wali. Syekh Siti Jenar juga termasuk dalam
shah. Penamaan itu bergantung pada daerah
orang suci Sembilan di Jawa, seperti dalam
atau negeri di mana para orang suci dilahirkan
buku Nine Saints of Java.
dan dibesarkan. Sebab, tidak sedikit para
wali atau pendakwah Islam juga berasal dari Tipologi wali di dunia Islam pada setiap
negeri China atau sebangsanya. Begitu pula daerah atau negara atau bangsa juga berbeda-
dengan para pendiri tarekat atau sufi-sufi beda, sebagaimana istilah yang digunakannya.
besar yang termasuk dalam kategori wali, Secara istilah kata waliyullah dalam Islam tidak
atau orang suci. Hal serupa juga terjadi di ada perbedaan, sebab istilah ini lebih dekat
Indonesia, di mana para pendiri pesantren kepada para pendakwah atau mubalig dalam
yang keilmuannya diakui, seperti Hadratusy penyebaran Islam yang lebih mudah dikenal
Syaikh Hasyim Asy’ari. Dalam tradisi para masyarakat, dan buktinya adalah dengan
wali dikenal pernyataan, la ya’rif al-wali illa adanya makam yang kerap diziarahi setiap
al-wali, yaitu hanya para wali saja yang tahu waktu. Para muballig dalam kategori waliyullah
seseorang disebut wali. Para muballig dan wali ini memang lebih dekat kepada istilah yang
di Nusantara, hampir dipastikan mempunyai digunakan dalam tarekat atau sufisme, meski
tempat mengajar untuk para santri atau umat sebenarnya kurang tepat. Sebab waliyullah
Islam, apakah berbentuk pondok pesantren, dapat diperoleh oleh siapa saja atas kehendak
pesanggrahan, mushalla, masjid, pendopo, Allah dan diabadikan oleh umat Islam setelah
ataupun nama lainnya. meninggalnya melalui ziarah kubur.
Tradisi ziarah kepada para wali, dalam
perkembangannya tidak hanya dilakukan di
Waliyullah di Nusantara dan Dunia Islam
makamnya saja, tetapi juga tempat-tempat
Dalam buku Tarikh al-Awliya’ (1942) yang penting persinggahannya, seperti pasujudan
berbahasa Jawa dengan aksara pegon, Kiai Sunan Bonang, Pangeran Pesarean, Sunan
Bisri Mustafa menyebutkan bahwa kehadiran Kali Jaga, dst. Ziarah pada pasujudun itu juga
para Walisongo tidak dapat dilepaskan dari bagian dari ngalap berkah dan mengenang
kerajaan Champa sekitar tahun 1300-an perjuangan dakwah Islam para wali atau
Masehi. Di antara keterikatan itu antara lain ahli agama pada masanya. Hal itu berbeda
adanya seorang tokoh ulama penyebar Islam dengan para penggagas khilafah di Indonesia,
bernama Ibrahim Asmaraqandi atau masyhur misalnya, ketika menjelaskan Walisongo dalam
dengan nama Ibrahim Asmara di Champa. analisisnya sebagai titisan dari khilafah yang
Dalam dakwahnya itu ternyata Raja/Ratu pernah berkembang di Timur Tengah atau
Champa masuk agama Islam. Pernikahannya daerah Arab. Perspektif khilafah semacam ini
dengan keturuan Ratu Champa, Asmaraqandi dapat “menyesatkan” informasi yang sudah ada
mempunyai tiga putra; Raja Pendeta, Raden dan berkembang di masyarakat serta berbagai
Rahmat, dan Siti Zaenab. Raden Rahmat literatur di dunia Islam dan Nusantara. Para
inilah yang dikenal sebagai Sunan Ampel. waliyullah tidak pernah menjadi “utusan”
Silsilah Walisongo yang terkenal itu tidak khusus dari suatu pemerintahan Islam di
dapat dilepaskan dari keturunan Ibrahim dunia, apalagi dengan istilah by design untuk
Asmaraqandi. pendirian khilafah di Jawa atau Nusantara.
Seperti disebut di awal, dan disebutkan Dengan demikian, tradisi ziarah yang sangat
pada beberapa buku, nama Walisongo juga kultural di mata masyarakat dapat pula

Edisi Budaya | 597


https://id.wikipedia.org/wiki/Pasujudan_Sunan_Bonang

menangkis analisis para pejuang khilafah di politik, budaya, dst. Oleh karena itu, di tengah
Indonesia. era krisis global, karena penyalahgunaan
informasi tentang Islam melalui media
Para peziarah lebih percaya pada
sosial, praktik ziarah ke makam orang-orang
suatu hadis, al-ulama’ warasah al-anbiya’,
suci dapat menjadi salah satu pembelajaran
dibandingkan dengan ulama sebagai penerus
penting untuk mengetahui langsung silsilah
khilafah. Keberkahan ulama yang menjadi
dan sejarah para pendakwah Islam di dunia
pewaris Nabi dianggap lebih mulia, karena
Islam, khususnya Nusantara. Paket wisata
hanya untuk kepentingan dakwah Islam. Fakta
religi belakangan ini, selain ziarah Walisongo,
lainnya, para wali di Nusantara hanya sedikit
juga paket umrah dengan ziarah ke makam-
saja yang bersentuhan dengan pemerintahan
makam orang suci, seperti makam Imam
atau keraton.
Syafi’i, Syekh Abdul Qadir Jailani, Imam al-
Sejalan dengan fenomena ziarah ke Ghazali, dst. dapat menjadi alternatif penting
makam orang-orang suci, sebenarnya bukan untuk mengikis pemahaman kurang tepat
semata-mata untuk kepentingan spiritual tentang para wali dan orang-orang suci.
saja, tetapi juga ada faktor sejarah, ekonomi,
[Mahrus el-Mawa]

Sumber Bacaan
Bisri Mustafa, Tarikh al-Awliya’, Tarikh Wali Sanga, Kudus: Menara Kudus, 1952
H.E. Badri Yunardi, Sajarah Lampahing Para Wali Kabeh, Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Depag RI, 2009
Henri Chambert-Loir & Claude Guillot (penyunting), Ziarah & Wali di Dunia Islam, (Judul asli, Le Culte des Saints dans le
Monde Musulman), Depok: Komunitas Bambu, 2010.
Rachmad Abdullah, Walisongo Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa (1404-1482 M.), Solo: al-Wafi, 2016, cet. II
Rinkes, D.A., Nine Saints of Java, Malaysia: MSRI, 1996
Widji Saksono, Mengislamkan Tanah Jawa, Bandung: Mizan, 1995.

598 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Walimahan
(URS, KHITAN, SAFAR)

Istilah Kata Dan Ragam Walimah 3. Walimatussafar

K
ata walimah adalah kata serapan Walimatussafar adalah perjamuan
dari Bahasa Arab yang makna makan yang disediakan oleh pihak tuan
asalnya adalah jamuan makan yang rumah kepada para tamu dalam rangka
disediakan untuk para tamu sebagai bentuk tasyakuran acara pemberangkatan haji.
rasa syukur. Sedangkan dalam Kamus Besar Tujuan diadakannya walimatussafar ini
Bahasa Indonesia, kata walimah memiliki agar orang yang hendak berangkat haji ini
arti perjamuan dalam rangka tasyakuran didoakan oleh masyarakat agar selamat
pernikahan, khitanan, maupun karena pergi dalam perjalanan dan memperoleh haji
haji. Jadi, makna dasar walimah sendiri masih mabrur.
sangat umum.
4. Walimah Wakirah
Kemudian untuk mengkhususkan
Walimah wakirah adalah perjamuan makan
makna yang masih umum tersebut ditambah
yang disediakan oleh pihak tuan rumah
keterangan di belakang kata walimah.
kepada para tamu undangan dalam rangka
1. Walimatul Urs tasyakuran acara penempatan rumah atau
bangunan yang baru didirikan. Tujuan
Walimatul urs adalah perjamuan makan
diadakannya walimah jenis ini adalah juga
yang disediakan oleh tuan rumah untuk
sebagai rasa syukur atas rumah baru yang
para tamu. Pada sebuah acara pesta
akan ditempati.
pernikahan. Tujuan dari walimah ini di
samping untuk memberitahu khalayak Sebenarnya masih terdapat beberapa jenis
juga untuk mendoakan kedua mempelai walimah lain, hanya saja keempat walimah
sekaligus bentuk rasa syukur keluarga ini yang berlaku di masyarakat secara umum
kedua mempelai atas berlangsungnya dan khususnya di Indonesia. Sebagaimana
ٌ َ ْ َ َ َ َ ْ َّ
pernikahan tersebut. disebutkanَ dalam nadzam (syair):‫ﺮﺸة‬ ‫ِإن اﻟﻮﻻﺋِﻢ ﻋ‬
َ ْ َ ّ َ ْ َ َ َّ َ ْ َ َ ْ َ
‫اﺣ ٍﺪ * ﻣﻦ ﻋﺪﻫﺎ ﻗﺪ ﻋﺰ ﻲﻓ أﻗﺮاﻧِ ِﻪ‬ ِ ‫ﻣﻊ و‬
2. Walimatul Khitan
َ ‫ار‬ ُ ‫ﻷ ْﻋ َﺬ‬َ َْ ْ ّ ٌ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ ُْ َ
Walimatul khitan adalah perjamuan makan ‫ﻋﻨﺪ ِﺧﺘَﺎﻧِ ِﻪ‬ ‫ﻠﻄﻔ ِﻞ وا‬ ِ ِ ‫ﻓﺎﺨﻟﺮس إِن ﻧ ِﻔﺴﺖ ﻛﺬاك ﻋ ِﻘ�ﻘﺔ * ﻟ‬
yang disediakan oleh tuan rumah kepada ْ ُ َ ْ َ َ ْ َْ َ َ ُْ ْ َ
‫ ِﺤﻟَﺬﻗِ ِﻪ َو َﺑ�َﺎﻧِ ِﻪ‬،‫اﺤﻟﺬاق‬ ِ ‫اب ﻟﻘﺪ* ﻗﺎل‬ ٍ ‫آن وآد‬ٍ ‫ﺤﻟﻔ ِﻆ ﻗﺮ‬ ِِ ‫و‬
para tamu dalam rangka tasyakuran acara
َ ْ ََ ْ ُ ْ َ ٌ ْ َ ْ ُ
khitanan. Tujuan diadakannya walimatul ‫ ﻓﺎﺣﺮص ﺒﻟ ِإﻋﻼﻧِ ِﻪ‬،‫ﻋ َّﻢ اﻟ ِﻤﻼ ُك ِﻟ َﻌﻘ ِﺪهِ َو َو ِ�ْ َﻤﺔ * ِﻲﻓ ُﻋ ْﺮ ِﺳ ِﻪ‬
khitan adalah untuk mendoakan anak yang َ ٌَْ َ َ
‫ﺮﻴة ِ ِﻛﻨَﺎﺋِ ِﻪ ﻟ ِ َﻤﺎﻜﻧِ ِﻪ‬ ‫ﺐ �ُ َﺮى * و و ِﻛ‬ َ َ َ ٌََُْ َ َ َ َ
dikhitan agar menjadi anak yang saleh ٍ ‫و ﻛﺬاك ﻣﺄدﺑﺔ ﺑِﻼ ﺳﺒ‬
serta sebagai ritual yang menandakan ‫ﺮﻴاﻧِ ِﻪ‬ َ ْ ‫َو ﻧَﻘ�ْ َﻌ ٌﺔ ِﻟ ُﻘ ُﺪ ْو ِﻣ ِﻪ َو َوﺿ�ْ َﻤ ٌﺔ * ِﻣ ْﻦ أَﻗْﺮ َﺑﺎ ِء اﻟ ْ َﻤ ّ�ﺖ أَ ْو ﺟ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
anak-lelaki telah berani menghadapi ْ َ َْ َ َ َ ْ ُ ْ ٌ ْ َ َ ْ َ ّ َ َ
‫ﺟﺎءت ﻫ ِﺪ�ﺖ ﻛﺬا ﻟ ِ ِﺮﻓﻌ ِﺔ ﺷﺄﻧِ ِﻪ‬ َ * ‫ﺮﻴة‬ َ ‫ِﻷ َّول اﻟﺸﻬﺮ اﻷ َﺻ ّﻢ ﻋﺘ‬ ‫و‬
tantangan kehidupan. Sebab, khitanan ِ ِ ِ ِ
adalah lambang keberanian seorang anak Artinya:”Sesungguhnya macam-macam
laki-laki. (Nur Syam, 2005: 174) Walimah itu ada 10 ditambah satu. Siapa saja

Edisi Budaya | 599


yang menghinggakannya, maka ia sungguh SAW berikut:
mulia di kalangan teman-temannya. 1. ٌ َ َ َ ْ َ َ ُ ُ ُ ْ َّ ُ ْ َ َ َ َّ َ
Walimah al-Khurs ketika wanita nifas, 2. ‫ َﻋ ِﻦ اﺑ ْ ِﻦ‬،‫ﺮﺒﻧﺎ َﻣﺎﻟِﻚ‬ ‫ أﺧ‬،‫اﺑ ﻧﻦ �ﻮﺳﻒ‬ ِ ‫ﺣﺪﻋﻨﺎ ﻗﺒﺪ‬
َُّ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َْ
Walimah Aqiqah bagi anak, 3. Walimah I’dzar
‫ ﻛﻧﻪ‬،‫ ﻗﻦ أ ِ� ﻫﺮﻳﺮة ر ِ� اﺑ ﻗﻨﻪ‬،‫ َﻋ ِﻦ اﻷﻋ َﺮ ِج‬،‫ﺎب‬ ٍ ‫ِﺷ َﻬ‬
َ
ُ َ�‫ �ُ ْﺪ َﻰﻋ ﻟ َ َﻬﺎ اﻷ ْﻏ ِﻨ‬،‫اﻟﻮ ِ� َﻤ ِﺔ‬ ُ َُ َ َ
waktu mengkhitannya, 4. Walimah hafal
‫ﺎء‬ َ ‫ﺎم‬ُ ‫اﻟﻄ َﻌﺎمِ َﻃ َﻌ‬َّ ‫»ﺮﺷ‬ ُّ َ :‫ﻮل‬ ‫ﺎﻛن ﻓﻘ‬
Alquran, dan adab sungguh dikatakan oleh
َُ ُ َ َ َ َّ َ ْ َ َ َ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ُ ُ َ ْ ُ َ
para ulama cerdik, 5. Walimah Hizaq untuk
�‫ا�ﻋ َﻮة ﻓﻘﺪ َﻋ� اﺑ ورﺳﻮ‬ ‫ وﻣﻦ ﺗﺮك‬،‫وﻳﺮﺘك اﻟﻔﻘﺮاء‬
kecerdikan dan menjelaskan Alquran, 6. َّ ْ َ ُ ‫َﺻ َّﻰﻠ‬
Walimah Milak untuk akad nikah, 7. Walimah ‫اﷲ َﻋﻠ� ِﻪ َو َﺳﻠ َﻢ« روه اﻛﺨﺎرى‬
Ursi pada resepsinya bersemangatlah dirimu Artinya: Abdullah bin Yusuf telah menceritakan
untuk mengumumkannya, seperti demikian kepada kami dan Malik memberitakan
yang ke-8 Walimah Ma’dubah walimah tanpa kepada kami, dari Ibnu Syihab, dari A’raj, dari
sebab yang diketahui, 9. Walimah Wakirah Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa
untuk bangunan rumah yang ditempati, 10. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,
Walimah Naqi’ah yaitu untuk kedatangan dari “Seburuk buruk makanan adalah makanan
seseorang yang berpergian jauh, 11. Walimah walimah (pesta) di mana yang diundang hanyalah
Wadhi’ah yaitu karena mendapatkan musibah orang orang kaya sedangkan orang orang fakir
dan jamuannya dari tetangganya.” tidak diundang, siapa yang tidak memenuhi
undangan walimahan, maka ia durhaka kepada
Allah dan Rasulnya”. (H.R. Bukhari)
Hukum Mengadakan dan Menghadiri
Walimah Sedangkan para ahli fikih berbeda
pendapat terkait hukum menghadiri
Konsep walimah urs setidaknya telah
undangan walimah apakah ia merupakan suatu
dijelaskan cukup rinci dalam buku-buku
kewajiban yang bersifat individual (fardhu ‘ain)
fikih. Baik dari segi hukum mengadakan,
atau kewajiban yang bersifat komunal (fardhu
hukum mendatangi, maupun hukum memberi
kifayah). Adapun udzur atau halangan untuk
amplop bagi mempelai. Bahkan cukup banyak
menghadiri walimah yang diperbolehkan
pula kitab-kitab yang telah ditulis oleh para
secara syar’i adalah bilamana di acara tersebut
ulama baik ulama masa lalu hingga ulama
terdapat hal-hal yang diharamkan. Bahkan
kontemporer yang membahas tentang etika
hukum mendatangi acara walimah bisa menjadi
mengadakan walimah.
haram bila terdapat faktor-faktor yang bisa
Dalam hukum fikih Islam, hukum mendatangkan kemafsadatan atau bila pihak
mengadakan walimah adalah sunnah muakkadah tuan rumah misalnya secara diskriminatif
(kesunahan yang sangat dianjurkan). Hal hanya mengundang orang-orang tertentu.
ini merujuk pada apa yang telah dilakukan (Ibn Rushdi, Bidayatul Mujtahid, Beirut: Dar al-
oleh Nabi Muhammad SAW dan juga Fikr, tt ) Vol.2, hlm. 45
perintah beliau kepada para sahabatnya
yang hendak melangsungkan pernikahan
untuk mengadakan walimah. Dalam sebuah
hadis riwayat Imam Bukhari, Nabi bersabda;
“Selenggarakanlah walimah meski hanya dengan
seekor kambing.”
Fikih juga mengatur perihal undangan
kepada orang-orang yang diundang dalam
acara walimah. Di antaranya adalah tidak
diperkenankan melakukan diskriminasi dalam
membuat undangan. Misalnya hanya orang-
orang kaya saja yang diundang dalam walimah.
Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad Walimatul Ursy

600 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Walimah di Indonesia
Dalam tradisi sebagian masyarakat Islam
di Indonesia, walimah bukan hanya sekadar
sebuah pesta pernikahan. Ia merupakan
acara permohonan doa dan restu dari seluruh
masyarakat sebagai rasa syukur atas karunia-
Nya. Bahkan di beberapa tempat, acara
walimah ini biasanya dipungkasi dengan acara
tahlil bersama dan barzanjian (lihat dalam entri
Barzanji) untuk mendoakan pengantin secara
berjamaah. Tidak dapat diketahui secara pasti
sejarah awal walimah di Indonesia. Meski Walimah Safar
demikian, yang jelas, walimah adalah salah
satu dari ajaran dan tradisi Islam. Dengan anak yang hendak dikhitan dimandikan
demikian, sejarah awal walimah tidak bisa dan dipakaikan baju kebangsawanan atau
dilepaskan begitu saja dari sejarah masuk dan baju Muslim yang bagus. Ia diperlakukan
berkembangnya Islam di Nusantara. seperti seorang raja atau pengantin, yang
Meskipun hukum mengadakan walimah disebut dengan penganten sunat. Kemudian,
adalah sesuatu yang sangat dianjurkan dalam dengan dipimpin oleh seorang sesepuh, anak
ajaran agama Islam, namun mengenai prosesi didudukkan di punggung kuda atau kadang
gelaran walimah tidak diatur secara rinci oleh juga becak hias yang akan dipakai untuk
syariat. Dalam hal ini, Islam memberikan mengunjungi dan menabur bunga (ngembang)
keluasan kepada para pemeluknya untuk sekaligus ziarah ke makam keluarga ayah dan
mengadakan walimah sesuai dengan adat ibunya. Pada kesempatan ini, ketika pergi dan
dan tradisi yang berlaku di masyarakat. pulang dari kompleks pemakaman, si anak
Kendati demikian, acara walimah tidak mutlak dipertontonkan kepada masyarakat umum
dibebaskan begitu saja. Sebagaimana dijelaskan dengan arak-arakan, biasanya diringi dengan
di atas, acara prosesi atau perayaan walimah, tetabuhan (genjring) atau lainnya. Seperti
baik walimah ursy, walimah khitan, maupun pawai, sang penganten sunat ini diarak dan
yang lainnya tidak boleh bertentangan dengan diiringi oleh teman-teman sebayanya. Untuk
aturan-aturan syariat seperti misalnya dengan meramaikan suasana, biasanya keluarga
mengadakan pesta meminum minuman keras menyiapkan uang recehan yang kemudian
dan lain sebagainya. ditaburkan di sepanjang jalan sebagai bentuk
sedekah. Umumnya, acara khitanan dilakukan
Tradisi walimah khitan di Nusantara sendiri
pada malam hari setelah “ngembang” atau
sepertinya memiliki keunikan yang mungkin
ziarah ke makam keluarga ayah dan ibu sang
tidak ditemuikan di daerah lain. Di Cirebon,
anak atau juga pagi hari keesokan harinya.
misalnya, setelah keluarga telah sepakat dalam
Ketika itu, pertama-tama anak dimandikan,
penentuan tanggal perayaan walimah khitan,
dipakaikan baju dan ditempatkan di tempat
maka seminggu sebelum acara, pihak keluarga
khitanan. (Muhaimin AG, 210)
yang akan mengadakan walimatul khitan
memberitahu dan mengundang tetangga dan Sedikit berbeda dengan perayaan walimah
sanak famili untuk datang di acara walimatul khitan, dalam upacara walimatul ursy, setelah
khitan. Setelah mereka mendapatkan akad nikah selesai, kedua mempelai dirias lalu
pemberitahuan dan undangan tersebut, ditempatkan di tempat yang telah disediakan,
tetangga dan kerabat datang beberapa hari kemudian para tamu undangan yang hadir
sebelum hari-H untuk memberikan bantuan berbaris untuk memberikan ucapan selamat
berupa bahan pokok seperti beras, gula, dan mendoakan kedua mempelai.
minyak goreng, telor, dan lain sebagainya. Pada malam hari tepatnya setelah Magrib,
Menjelang sore, sehari sebelum khitanan, di beberapa daerah di Indonesia biasanya

Edisi Budaya | 601


mempelai pria diarak keliling kampung di mana Dan untuk prosesi walimatussafar terbagi
walimatul ursy digelar. Arak-arakan biasanya menjadi dua. Ada yang melakukan walimah
dimulai dari masjid desa diiringi oleh pawai sebelum keberangkatan haji. Adapula yang
lampu, obor, dan lain sebagainya serta diiringi melakukan walimatussafar seusai pulang
dengan tetabuhan seperti genjring atau rebana. dari tanah suci. Dasar pijakan dari tradisi
Dari masjid, acara arak-arakan pengantin pria walimatussafar ini adalah hadis yang menjadi
ini menuju tempat acara walimatul ursy dan dasar kesunahan I yang salah satunya
disambut oleh keluarga mempelai wanita diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari sahabat
dan pengantin wanita. Hiburan-hiburan khas Jabir RA.bahwa Rasulullah SAW ketika pulang
masyarakat Islam seperti gambus, rebana dari Madinah melakukan penyembelihan
dan sejenisnya biasanya disediakan oleh tuan kambing atau sapi.
rumah untuk menghibur kedua mempelai dan
para tamu undangan.
Sumbangan dan Hadiah Walimah
Keesokan harinya, baik dalam walimatul
ursy maupun walimatul khitan, diadakan Salah satu hal unik lain dalam tradisi
selametan atau kenduri (lihat dalam entri walimah baik walimatul ursy, walimah khitan
kenduri), dengan hanya mengundang tamu pria dan walimatussafar, kecuali walimah wakirah,
yang berasal dari tetangga-tetangga terdekat adalah memberikan hadiah atau sumbangan
dan sanak saudara. Dalam acara tersebut kepada pengantin (walimatul ursy), penganten
diadakan pembacaan tahlil dan barzanjian sunat (walimatul khitan), dan calon haji
secara bersama-sama untuk mendoakan baik (walimatussafar), yang hingga kini masih
pengantin walimatul ursy maupun penganten berlangsung. Uang sumbangan atau dalam
sunat dalam walimatul khitan. istilah lain disebut kondangan ini sempat
menjadi pembicaraan yang menarik di kalangan
Sedangkan untuk acara walimah
para sarjana Islam. Apakah status sumbangan
wakirah atau walimah yang diadakan sebagai
tersebut adalah sedekah, hutang atau
tasyakuran dalam menempati rumah baru
pinjaman? Dalam tradisinya uang sumbangan
ini biasanya juga mengundang para tetangga
atau kado yang diberikan saat acara walimah
dan kerabat untuk ikut mendoakan rumah
itu nantinya akan dikembalikan lagi kepada
yang akan ditempati. Jika rumah yang hendak
pemberi pada saat si pemberi mengadakan
ditempati ini masih dekat atau satu kampung,
walimah. Sisi negatif dari tradisi ini kadang
biasanya dilakukan dengan jalan kaki. Orang
uang sumbangan menjadi beban bagi orang
yang dianggap sesepuh kampung memimpin
yang diundang. Terlebih bila yang diundang
rombongan dengan diikuti oleh para tetangga
sedang tidak memiliki uang yang cukup untuk
dan kerabat dengan membawa sejumlah
membeli kado atau memberikan amplop berisi
makanan. Tetua atau sesepuh kampung yang
uang kepada yang menggelar acara walimah.
memimpin acara pindahan rumah itu berada
Sisi negatif lainnya adalah bila barang serupa
di depan rombongan dengan membawa damar
atau uang dengan nilai serupa yang sudah
atau lampu. Sesampainya di rumah baru yang
disumbangkan tadi tidak dikembalikan pada
hendak ditempati itu kemudian dilakukan
saat si pemberi mengadakan walimah. Dan
doa bersama agar rumah yang akan ditempati
hal ini tidak jarang memicu konflik atau
tersebut membawa keberkahan. Setelah
keretakan dalam hubungan persahabatan atau
prosesi doa selesai dilanjutkan acara makan
kekeluargaan.
bersama.
[M Idris Mas’udi]
Sumber Bacaan
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Ibnu Rushdi, Bidayatul Mujtahid, Beirut: Dar al-Fikr, tt
Muhaimin AG, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal, Tangerang Selatan: Logos, 2002, cet. II
Nur Syam, Islam Pesisir, Yogyakarta: LKiS, 2005, cet. I
http://www.sarkub.com/macam-macam-walimah/
http://www.nu.or.id/post/read/69905/ini-dasar-hukum-tradisi-walimatus-safar-haji

602 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Wangsit

A
rti kata wangsit dalam Kamus Besar Semedi Upaya Memperoleh Wangsit
Bahasa Indonesia adalah pesan
Salah satu upaya memperoleh wangsit
atau amanat gaib. Sementara dalam
adalah dengan melakukan laku spiritual
Baoesastra Djawa, istilah ‘wangsit’ mempunyai
bernama semedi atau bersamadi. Sebuah laku
arti pitoedoeh, piweling, wedaraning dewa
spiritual yang dilakukan dengan cara menyepi
lan sapiturute sing diwisikake, yang berarti
di sebuah tempat tertentu dan biasanya
petunjuk bisikan yang berasal dari para dewa
tempat keramat, sembari melakukan wirid-
dan sebagainya.
wirid tertentu. Untuk memperoleh wangsit
Wangsit sering pula diistilahkan sebagai yang diinginkan tentunya si pelaku harus
ilham, petunjuk, sabda, tuntunan atau dhawuh khusyuk dalam persemediannya.
(perintah), juga wisik (bisikan) gaib dari Tuhan
Berbicara mengenai hasil semedi, hasil
Yang Maha Esa. Wangsit diterima seseorang
yang diperoleh antara satu orang dengan yang
saat sedang melaksanakan sujud menyembah
lainnya tidak selalu sama. Tujuan setiap orang
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tidak sembarang
dalam melakukan semedi pun tidak sama.
orang dapat menerima wangsit. Hanya mereka
Namun, tidak setiap pelaku semedi selalu
yang terpilih yang mampu menerimanya.
berhasil mencapai tujuan semedinya tersebut.
Orang terpilih tersebut umumnya adalah orang
Berhasil atau tidaknya, semua tentu kembali
yang tekun menjalankan apa yang diistilahkan
kepada kuasa Sang Pencipta. Manusia hanya
dengan laku, yaitu menjalankan berbagai
bisa berdoa dan berusaha. Pelaku semedi yang
bentuk puasa seperti tidak makan dan minum
telah berhasil melakukan hubungan kontak
untuk jangka waktu tertentu, mutih (puasa
batin biasanya akan diberi isyarat-isyarat atau
dengan berbuka hanya makan nasi putih
wangsit tertentu dan yang diinginkan. Isyarat-
dan air putih), ngrowot (hanya makan buah-
isyarat tersebut dapat berupa sebuah mimpi
buahan), dan lain-lain (Ening Herniti, 2012).
atau tanda-tanda khusus lainnya. (Sirilin
Dalam komentarnya atas buku Wangsit Megaluh, 2012: 80)
Prabu Siliwangi karya Rokajat Asura (2016),
Selain melalui semedi di tempat-tempat
Peter Carey mengatakan bahwa wangsit
keramat, upaya memperoleh wangsit juga
sebagai petunjuk atau nasihat sudah lama
dapat diperoleh melalui perantara para wali.
dikenal dalam sejarah Indonesia. Hidup orang
Sebagaimana dijelaskan oleh Gus Nuril
bijak dan pelopor bangsa seperti Pangeran
(2010) bahwa makam wali yang dianggap
Diponegoro dibentuk dan diarahkan oleh
sebagai pembawa berkah karena hal itu
petunjuk.
berkaitan dengan isi mistik Islam-Jawa yang

Edisi Budaya | 603


terdiri dari wahyu atau wangsit, kasekten, diterimanya dari Mbah Petruk mengenai
dan keramat. Wahyu, yang dalam Islam- prediksi akan terjadinya bencana alam berupa
Jawa disebut wangsit, diadopsi dari bahasa meletusnya Gunung Merapi.
Arab wahy. Dengan wahyu, seseorang dapat
Peristiwa meletusnya Gunung Merapi
berkomunikasi dengan para nabi yang menurut
menyisakan banyak peristiwa. Sebelum
tradisi Islam-Jawa menurun kepada para wali.
Gunung Merapi meletus, ada seorang warga di
Para wali inil merupakan kekasih Allah, yang
lereng Merapi, terutama di wilayah Kawasan
dengan perantaraan para wali inilah, biasanya
Rawan Bencana (KRB) III di Dukuh Takeran,
wahyu (wangsit) turun.
Desa Tlogolele, Selo, Boyolali, mengaku diberi
wangsit oleh Mbah Petruk (seorang tokoh yang
dianggap penjaga Merapi). Wangsit tersebut
Wangsit dan Mitologi Orang Jawa dan
didapat melalui mimpi, untuk memprediksi
Sunda
hal-hal yang akan terjadi. Menurut wangsit
Sistem berpikir orang Jawa, menurut dari Mbah Petruk, warga setempat harus
Dawami dalam Suwardi (2003:6) suka menggelar kenduri agar selamat dari bahaya
dengan mitos. Segala perilaku orang Jawa, Merapi. Dalam mimpi tersebut, Mbah Petruk
seringkali memang sulit dilepaskan dari aspek meminta agar kenduri dilengkapi dengan
kepercayaan kepada hal-hal tertentu. Itulah berbagai ubarampe, seperti sega cagak atau
sebabnya sistem berpikir mistis akan selalu tumpeng nasi tawar, tumpeng nasi gunung
mendominasi perilaku hidup orang Jawa. atau nasi jagung, palawija, jajan pasar, dan
Sementara dalam lingkaran pandangan tumpeng kendhit. Di samping itu, warga juga
dunia Jawa, menurut Magnis (1993: 84), dunia diminta untuk membaca Surat Yasin, tahlil,
luar dihayati sebagai lingkungan kehidupan dan doa untuk keselamatan warga sekitar
individu yang homogen, di dalamnya ia (Ening Herniti, 2012: 12).
menjamin keselamatan dengan menempatkan Soma menjelaskan bahwa Niti
diri dalam keselarasan terhadap dunia itu. memperoleh wangsit dari Mbah Petruk yang
Dunia itu terlebih adalah dunia petani, tetapi saat itu mengenakan jubah serba putih. Dalam
juga pada umumnya dunia orang sederhana mimpi tersebut, Mbah Petruk meminta agar
yang jika pun tinggal di kota besar biasanya kenduri dilengkapi dengan berbagai ubarampe,
masih mempunyai hubungan erat dengan seperti sega cagak atau tumpeng nasi tawar,
daerahnya. Ciri-ciri pandangan dunia ini tumpeng nasi gunung atau nasi jagung,
adalah penghayatan terhadap masyarakat, palawija, jajan pasar dan tumpeng kendhit.
alam dan aalam kodrati sebagai kesatuan yang Selanjutnya, ubarampe itu dibawa sebagai salah
tak terpecah-belah. Dari kelakuan yang tepat satu ritual dalam kenduri yang harus diikuti
terhadap kesatuan ini, tergantung keselamatan oleh seluruh warga Takeran.
manusia.
Sementara bagi orang Sunda, wangsit
Salah satu tradisi mistis masyarakat Jawa memiliki keterkaitan dengan sejarah dan
yang berkaitan dengan dunia luar (gaib) adalah tradisi masyarakat mereka, terlebih dengan
wangsit. Wangsit yang sering pula diistilahkan salah seorang tokohnya yang terkenal yakni
dan disepadankan dengan ilham, dalam Prabu Siliwangi. Kisah mengenai wangsit
mitologi orang Jawa memiliki kedudukan Prabu Siliwangi ini dikenal dengan Uga Wangsit
yang cukup tinggi. Artinya, di samping orang Siliwangi. Uga Wangsit Siliwangi jika dijabarkan
yang memperoleh wangsit adalah orang yang secara harfiah adalah petunjuk atau wasiat
berkedudukan tinggi dan mempunyai laku terakhir Prabu Siliwangi sebelum akhirnya
spiritual khusus, penerimaan orang Jawa “ngahiang” atau tiada. Wasiat itu merupakan
terhadap isi atau berita dari wangsit juga tulisan berbahasa Sunda Buhun (kuno) yang
sangat besar. Hal ini sebagaimana tergambar bagi masyarakat Sunda merupakan petuah dan
dalam penerimaan wangsit yang diperoleh menyiratkan makna yang sangat luhur serta
oleh seorang penduduk Desa Tlogolele yang

604 | Ensiklopedi Islam Nusantara


memiliki relevansi antara masa lalu dengan ia berhenti mengunjungi pesantren dan
masa kini. meninggalkan kawasan berpenduduk untuk
menempuh kehidupan dengan cara menyepi
Mengenai Uga wangsit berisi mengenai
dan bersamadi. Pada saat itu dimulailah suatu
ramalan jalan kehidupan politik dan
tahap yang sangat menentukan perkelanaan
pemerintahan negara kita, dimulai dari
Diponegoro tatkala ia mencari tempat-tempat
hilangnya Padjajaran sampai hari ini. Di
keramat dan suci yang berkaitan dengan
dalam Uga ini kita semua akan menyaksikan
Wangsa Mataram. Penampakan perdana
bagaimana keluhuran ilmu Prabu Siliwangi,
terjadi pada saat Pangeran Diponegoro
Raja Padjajaran, yang bisa “melihat ke masa
bersamadi di Gua Song Kamal di daerah
depan” dan mengetahui mengenai berbagai
Jejeran arah Selatan Yogya. Sunan Kalijogo,
peristiwa yang akan terjadi terhadap
seorang di antara wali sembilan, muncul
masyarakat Sunda khususnya dan bangsa
di hadapan Pangeran Diponegoro dalam
Indonesia umumnya. Bagaimana sikap kita,
bentuk seseorang “yang bersinar bagai bulan
apakah harus mempercayai Uga ini atau tidak?
purnama”. Penampakan itu memberitahu
Mengenai hal ini tergantung kepada pribadi
pangeran bahwa, sudah ditentukan oleh Allah
masing-masing. Tapi yang harus kita pikirkan,
SWT, suatu waktu nanti ia akan menjadi raja
Uga ini adalah salah satu warisan luhur
(ratu). Sesudah menyampaikan ramalan ini,
budaya –terutama budaya Sunda– yang sangat
penampakan tersebut menghilang.
berharga dan dapat dijadikan cermin bahwa
kita yang hidup di jaman sekarang sedikitnya Wangsit-wangsit yang diterima oleh
harus mengakui bahwa ilmu leluhur ternyata Pangeran Diponegoro bukan hanya datang
tidak kalah dengan ilmu modern. dari salah satu Walisongo, seperti yang
diperolehnya dari Sunan Kalijogo. Melainkan
juga datang dari Ratu Kidul, sebagaimana
Wangsit Pangeran Diponegoro penuturannya dalam Babad Diponegoro yang
Cerita-cerita mengenai wangsit yang dikutip oleh Peter Carey (174):
diperoleh Pangeran Diponegoro dituturkan Seusai perjumpaan pertama dengan Ratu
sendiri olehnya dalam Babad Diponegoro. Kidul yang membuatnya terperangah di Gua
Sebagaimana diulas dengan baik oleh Peter Langse, Diponegoro menggambarkan dalam
Carey bahwa selama beberapa kali masa babad karyanya bagaimana ia turun ke tepi
laku spiritualnya, Pangeran Diponegoro laut dan berjalan kembali sepanjang pantai
melakuka ziarah ke sejumlah tempat yang di Parangtriris di mana ia mandi dalam gua sumber
antaranya adalah Pantai Selatan, tepatnya di air tawar. Ia kemudian tidur di Pangkusumo,
Parangkusumo. boleh jadi di pondok kecil terbuka yang
Di usianya yang terbilang masih relatif didirikan oleh Sultan kedua. Malam harinya
muda, Pangeran Diponegoro sudah menjalani Pangeran Diponegoro kembali mendapatkan
laku spiritual di Parangkusumo Pantai Selatan, suara gaib yang menunjukkan suatu bentuk
di mana saat itu ia berusia dua puluh tahun. “wangsit” yang barangkali datang dari Sunan
Dalam tidurnya ia mendengar suara gaib Kalijogo itu, dan berisi pemberitahuan
yang terdengar nyaring: Engkau sendiri hanya tentang akan datangnya penghancuran kota
sarana, namun tidak lama, untuk disejajarkan Yogyakarta dan awal keruntuhan Tanah Jawa
dengan leluhur (Carey, 84). Suara gaib pertama “wiwit bubrah tanah Jawa” tidak sampai
diperolehnya saat usianya masih cukup belia, tiga tahun lagi. Dalam wangsit itu, Pangeran
dan kemudian berlanjut dengan wangsit- Diponegoro diminta untuk mengubah nama
wangsit lainnya di tengah proses tirakatnya. agamisnya dari Ngabdurahim (Abdurrahim)
ke Ngabdulkamit (Abdul Hamid) dan suatu
Sebagaimana diceritakan pula oleh Peter tanda akan diserahkan kepadanya berupa
Carey (154) bahwa Pangeran Diponegoro panah Sarutomo. Panah ini segera tampak
dalam babad karyanya menyatakan bahwa olehnya berupa selarik kilatan cahaya yang

Edisi Budaya | 605


menembus batu sandarannya begitu ia bangkit Artinya: (Tidak ada yang lain/ Engkau
dari limbungnya. Kemudian suara itu berakhir sendiri Cuma sarana/ namun tidak lama/
dengan pernyataan yang sarat teka-teki: Tan hanya untuk disejajarkan dengan leluhur/
ana malih-malih/ nanging sira srananipun/ Ngabdulkamit, selamat jalan, engkau harus
mapan iku tan dawa/ nanging kinarya leluri/ pulang ke rumah!
Nagdulkamit wus porna sira muliya
[M Idris Mas’udi]

Sumber Bacaan
Ening Herniti, Kepercayaan Masyarakat Jawa Terhadap Santet, Wangsit, Dan Roh Menurut Perspektif Edwards Evans-
Pritchard, Jurnal ThaqafiyyaT, Vol. 13, No. 2, Desember 2012
E. Rokajat Asura, Tafsir Wangsit Siliwangi dan Kebangkitan Nusantara, Depok: Imania, 2016
Frans Magnis Suseno, Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa, Jakarta: Gramedia, 1993
Gus Nuril Soko Tunggal dan Khoerul Royadi, Ritual Gus Dur dan Rahasia Kewaliannya, Yogyakarta: Galangpress, 2010
Peter Carey, Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855, Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia dan KITLV, 2002
Sirilin Megaluh, Makna Ritual Semedi dalam Budaya Jawa: Studi Kasus di Pandan Kuning Petanahan Kebumen, Depok:
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
Suwardi Endrasaswara, Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme dan Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa, Yogyakarta:
Narasi, 2003
http://www.solopos.com/2010/10/22/peroleh-wangsit-mbah-petruk-warga-takeran-gelar-kenduri-65069
http://indonesiana.merahputih.com/budaya/2016/03/10/hubungan-uga-wangsit-siliwangi-terhadap-bangsa-
indonesia/39122/

606 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Wayang

W
ayang merupakan seni pertunjukan Di tangan para pendakwah Islam awal,
klasik masyarakat Nusantara yang wayang menjelma menjadi medium dakwah
tumbuh dan berkembang sebagai yang efektif dengan gubahan cerita yang
sarana penyampaian pesan, ritual kepercayaan kreatif dan sarat pesan-pesan sufistik. Aspek
serta hiburan. Dalam kesenian tradisional ini mistik yang yang melekat dalam pertunjukan
terkandung falsafah hidup masyarakat yang dan lakon wayang telah diolah menjadi
disampaikan melalui cerita dan penuturan ajaran-ajaran sufistik yang mengarahkan
sang dalang yang digali dari berbagai sumber audiens kepada pesan-pesan simbolik
cerita rakyat, wiracarita populer maupun untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
naskah gubahan. Pementasan wayang juga Tanpa kreativitas, kearifan dan penguasaan
memiliki dimensi keagamaan yang berbasis wacana keislaman yang mendalam dari para
pada kepercayaan lama yang dikaitkan dengan penganjur Islam Nusantara, sulit rasanya
keberadaan roh nenek moyang, peristiwa mempertemukan praktik budaya lokal yang
penting dalam hidup ataupun ungkapan telah mengakar dalam kehidupan masyarakat
rasa syukur atas keberhasilan seseorang. dengan kebutuhan adanya media dakwah yang
Perpaduan berbagai unsur seni di dalamnya paling familiar dengan kehidupan mereka.
telah menjadikan wayang sebagai hiburan Perubahan fungsi dan bentuk wayang selama
rakyat yang adiluhung dan bersifat mendidik. berabad-abad menjadi bukti transformasi
keagamaan dan budaya masyarakat Nusantara
Sebagai “budaya asli” Nusantara,
yang terus menerus mencari bentuknya.
wayang telah menunjukkan pola adaptasi
dan modifikasi yang berlangsung selama
berabad-abad. Perubahan ini pada dasarnya
Pengertian
merefleksikan watak masyarakat Nusantara
yang memiliki kemampuan adaptasi yang Secara etimologi, ‘wayang’ berasal dari
tinggi dan inovasi yang terus menerus kata ‘wewayangan’ yang artinya bayangan.
dilakukan dalam menyikapi tantangan zaman. Akar katanya adalah ‘yang’, seperti dalam
Keunikan watak ini tidak hanya menghasilkan kata ‘layang’ yang bermakna terbang. Hal itu
unsur-unsur “budaya asli” yang khas ketika menggambarkan bahwa ia tidak stabil, tidak
menghadapi lingkungan sekitar, tetapi juga pasti, tidak tenang, terbang, kian-kemari. Kata
pada tahap tertentu, memperkaya unsur- wayang juga diduga berasal dari kata “hyang”
unsur budaya asli. Dalam hal ini, pengaruh atau “dahyang” yang merujuk pada roh-roh
budaya dari luar terbukti tidak akan diterima yang dipuja-puja nenek moyang masyarakat
begitu saja, tetapi diolah dan disesuaikan Nusantara. Pemujaan ini didasarkan atas
dengan keadaan. Dalam wayang ini tidak kepercayaan bahwa roh atau arwah orang
hanya tergambar kepiawaian para pelaku yang meninggal tetap hidup dan bisa memberi
budaya menyerap anasir-anasir budaya luar, pertolongan pada mereka yang masih hidup.
tetapi juga kemampuannya menggubah anasir Para hyang ini dalam perkembangannya
budaya luar ke dalam wujud kenusantaraan. dimanifestasikan dalam bentuk gambar,
patung atau tiruan-tiruan sejenisnya.

Edisi Budaya | 607


telah ada di Jawa sebelum
masuknya peradaban
Hindu yang memberikan
pengaruh kuat terhadap
pembentukan budaya
masyarakat Nusantara.
Pertunjukan wayang
dimulai sekitar sebelum
tahun 400 M, yaitu ketika
animisme Jawa asli masih
mempunyai pengaruh
yang tidak hanya terbatas
di Jawa dan saat itu belum
bercampur dengan unsur-
unsur Brahmanisme atau
Budhisme (Mulyono, 51).
Sumber: http://tourdeasean.blogspot.co.id/ Namun dalam bentuk yang
Istilah wayang juga didasarkan pada paling sederhana, seni pertunjukan wayang
kenyataan pergelaran wayang kulit di mana diperkirakan muncul pada 1500 SM yang
penonton hanya menyaksikan gerakan berkaitan dengan ritual animisme.
wayang melalui bayangan yang jatuh pada Masyarakat asli Nusantara mempercayai
kelir atau secarik kain yang dibentangkan bahwa roh atau arwah orang yang meninggal
memanjang sebagai layar yang menangkap tetap hidup dan bisa memberi pertolongan
bayangan wayang. Drama pertunjukan pada mereka yang masih hidup. Mereka
ini menggunakan kelir sebagai pembatas menyebut roh-roh yang dipuja dengan sebutan
antara dalang yang memainkan wayang dan “hyang” atau “dhayang”. Para hyang ini oleh
penonton yang berada di balik kain putih masyarakat setempat diwujudkan dalam
tersebut. Pada masa pembentukan wayang bentuk patung atau gambar. Melalui pemujaan
awal, pertunjukan seni ini hanya diiringi oleh inilah pertunjukan wayang bermula (Solichin,
seperangkat gamelan sederhana yang terdiri 2013:4).
atas saron, todung (sejenis seruling) dan
Tidak ada satu datapun yang mendukung
kemanak (gending). Pesinden dan gamelan lain
dugaan bahwa pertunjukan bayang-bayang
belum ada (Bambang Harsrinuksmo, 1991:
Jawa mengambil alih unsur kebudayaan asing.
275). Dr. Hazeau berpendapat bahwa wayang
Di lain pihak tidak pula ada alasan untuk
berarti walulang inukir (kulit yang diukir) dan
menolak hipotesa bahwa wayang sepenuhnya
dilihat bayangannya pada kelir, sebagaimana
diciptakan oleh orang Jawa, baik mengenai
adanya dalam pertunjukan wayang kulit. Dari
tatanannya maupun namanya.
sisi pergerakannya, wayang mengandung
pengertian “berjalan kian-kemari, tidak Sebagian pengamat budaya menganggap
tetap, sayup-sayup (bagi substansi bayang- bahwa pertunjukan bayang-bayang atau
bayang), (Mulyono:h. 11). Seni wayang kulit wayang bukanlah semata-mata sesuatu
dipahami masyarakat sebagai gambaran atau yang dangkal. Mereka sepakat bahwa aspek
tiruan orang dan sejenisnya yang dibuat dari keasliannya ini bukan hanya berpijak pada
kulit untuk mempertunjukkan suatu lakon. hiburannya belaka, tetapi juga mempunyai
Pertunjukan tersebut dihantarkan dengan arti keagamaan atau suatu upacara yang
teratur oleh instrumen gamelan terutama berhubungan dengan kepercayaan.
slendro. Sebagai media penyampai pesan, wayang
Sejarah telah mengalami perubahan yang sangat
dinamis sesuai perubahan tatanan sosial,
Banyak pihak berkeyakinan bahwa wayang

608 | Ensiklopedi Islam Nusantara


politik dan keagamaan. Pertunjukan seni penyebaran Islam, hingga zaman merdeka dan
masyarakat ini berubah dari waktu ke waktu pasca kemerdekaan. Dinamika pewayangan ini
mengikuti arus masuknya berbagai peradaban juga menunjukkan daya tahan dan daya kreasi
dunia. Pada masa animisme, wayang berfungsi yang tinggi.
sebagai upacara menyembah arwah nenek
moyang, di zaman Hindu menjadi sarana
menyebarkan agama Hindu. Begitu pula pada Perubahan Wayang: Refleksi Perubahan
masa masuknya Islam ke Nusantara melalui Tatanan Politik
Demak, wayang Kulit Purwa dikembangkan Menurut Prof. Poerbacaraka, pengaruh
oleh para wali untuk sarana dakwah Islam kebudayaan Hindu pada wayang hanyalah
(Solichin, 2013:12). berjalan kurang lebih 500 tahun, kalau tidak
Sejak abad ke 11 M, keberadaan wayang boleh dikatakan “hanya merupakan lapis kulit
telah dibuktikan dengan munculnya Kakawin luar belaka” (Mulyono, 75).
Arjuna Wiwaha karya Empu Kanwa. Kitab Runtuhnya kerajaan Majapahit
ini ditulis pada masa keemasan kerajaan mengakibatkan semua paralatan kerajaan
Kahuripan di bawah pemerintahan Raja diboyong ke Demak, termasuk wayang
Erlangga. Saat itu wayang sudah menjadi (Mulyono, 78).
tontonan yang amat digemari masyarakat,
sehingga menjadi sarana transformasi nilai- Para penguasa Demak gemar menggelar
nilai moral. Dari catatan sejarah yang lebih kesenian daerah sehingga secara aktif mereka
awal, ada indikasi bahwa wayang dipentaskan mengadakan penyempurnaan dan perubahan
untuk menghormati para leluhur. Prasasti bentuk, cara pertunjukan dan alat pertunjukan
Canggal yang ditulis pada masa pemerintahan pada wayang kulit Purwa yang berasal dari
Raka I Panangkaran tahun 973 menyebutkan Majapahit. Mengingat sikap dan pandangan
bahwa Sigaligi mementaskan lakon Bima keagamaan Muslim serta kreativitas para
Kumara sebagai bentuk penghormatan kepada pegiat seninya, dunia pewayangan mendapat
roh leluhur . pengaruh yang signifikan antara lain:

Setelah zaman Hindu berlalu, wayang 1. Bentuk wayang dibuat pipih menjadi dua
mengalami perubahan besar pada masa dimensi dan digambar miring sehingga
Kesultanan Demak. Semula wayang dan tidak menyerupai relief candi. Selain itu,
gamelan disejajarkan dengan lukisan, patung polesan artistik dengan cita rasa tinggi
dan piranti karya seni lain, yang dianggap yang dibentuk oleh para seniman handal
bersifat syirik. Namun atas upaya Sunan telah memperindah penampilan wayang
Kalijaga, wayang dapat diterima menjadi saat itu. Perkembangan ini terjadi sekitar
sarana dakwah yang penting. Di tangan tahun 1518-1521 M.
budayawan yang mumpuni dalam fikih dan 2. Wayang dibuat dari kulit kerbau yang
tasawuf, wayang menjadi seni budaya yang ditatah dengan halus.
berjasa dalam proses Islamisasi Nusantara.
3. Kulit bahan wayang diberi warna dasar
Padahal sebelumnya, Sunan Giri dan Bonang
dan ditaburi bubuk tulang (gerusan balung)
menentang seni budaya wayang sebagai sarana
yang berwarna putih sedangkan gambar
dakwah. Namun kemudian mereka berbalik
pakaian diberi warna hitam.
mengikuti jejak Sunan Kalijaga dengan
mengapresiasi budaya lokal. 4. Gambar muka wayang dibuat miring
dengan tangan masih menjadi satu
Seni perwayangan ini merefleksikan etos
dengan badan (irasan), diberi gapit untuk
budaya Nusantara yang setia mempertahankan
menancapkan pada kayu yang diberi
tradisi lama sambil terus menerus menyerap
lubang khusus untuk itu.
nilai maupun bentuk-bentuk baru. Watak
budaya ini nampak pada perkembangan 5. Bentuk dan gambar wayang pada
wayang dari zaman Hindu dan Budha, zaman umumnya meniru gambar wayang dari

Edisi Budaya | 609


wayang beber Majapahit. Tetapi kemudian dan juga memakai celana.
gambar-gambar tersebut dipisah, satu
2. Aneka senjata diciptakan sebagai asesoris
persatu untuk dapat disimpan pada
yang menarik bagi pementasan, antara
kanan-kiri dalang.
lain; gada, bindi, alugara dan sebagainya.
6. Penyempurnaan bentuk wayang dilakukan
3. Perubahan jadwal pertunjukan yang
pada tahun 1521 sambil menambah
sebelumnya banyak dilakukan malam
jumlahnya sehingga dapat dipergunakan
hari, pada masa ini, wayang dipentaskan
untuk memainkan cerita Ramayana
pada waktu siang hari.
maupun Mahabarata selama semalam
suntuk. Tambahan wayang yang dimaksud Pada masanya Sunan Kudus telah
antara lain: Wayang Ricikan, yang berupa menciptakan wayang yang terbuat dari kayu
gambaran binatang, perampokan dan berbentuk pipih yang disebut Wayang Purwa.
gunungan. Juga tambahan peralatan Wayang jenis ini persis seperti wayang kulit,
seperti kelir, kotak, gedebog pisang, lampu tetapi bentuk tangannya tetap dibuat dari
blencong. Selain itu wayang disimpan kulit. Pertunjukan ini tidak memakai kelir,
pada bagian kanan-kiri dalang. Pada saat hanya memakai gawang saja. Wayang ini
ini, sulukan-sulukan dan patetan mulai kemudian disebut Wayang Krucil atau Wayang
diatur secara lebih rapih. Wayangan dibuat Golek Purwa.
semalam suntuk dengan gamelan Slendro. Pada masa Sutawijaya yang bergelar
Pada masa transisi kekuasaan kerajaan Senopati Ing Ngalaga, ada sedikit penambahan
Islam dari Demak ke Pajang, wayang juga wayang yaitu: binatang-binatang hutan,
mengalami perubahan. Sekitar tahun 1556, tatahan wayang yang disempurnakan, rambut
Jaka Tingkir bersama dengan seniman- wayang ditatah gempuran serta Wayang Gedog
seniman lokal membuat wayang yang lebih ditambah memakai keris.
kecil ukurannya dari wayang yang biasa Pada masa Pangeran Seda Krapyak,
dipentaskan. Wayang jenis ini disebut dengan muncul wayang baru dengan babon Wayang
“Wayang Kidang Kencanan”. Setelah itu Kidang Kencana dan membuat Wanda
muncul Wayang Gedog dengan cerita Panji yang Arjuna yang disebut Wanda Jimat. Selain itu
dibuat oleh Sunan Giri. Wayang ini dibuat pada diciptakan wayang-wayang dagelan. Dari segi
tahun 1563 dan pementasannya menggunakan pembuatannya, wayang mulai digapit secara
gamelan Pelog. lebih baik. Ada tambahan senjata yaitu panah,
Sultan Pajang menaruh perhatian yang keris dan senjata tajam lainnya. Mulai saat
cukup besar terhadap pertunjukan wayang ini, Murwakala mempergunakan wayang kulit
dengan memberikan sentuhan-sentuhan gaya Purwa.
dan perlengkapan yang membuat pementasan Pada masa pemerintahan Sultan
semakin menarik. Modifikasi yang dilakukan Agung Hanyakrakusuma, berbagai macam
antara lain: penyempurnaan dilakukan, antara lain:
1. Berbagai macam pakaian diperkenalkan wanda dan mata wayang dibedakan. Ada mata
untuk membedakan masing-masing kedondong, mata liyepan dsb. Diciptakan
kelas. Misalnya raja memakai “makuta/ Arjuna Wanda Mangu. Setelah Wayang Arjuna
tropong”, sedangkan satria mengenakan ini jadi, disebut Kyahi Mangu.
gelung atau ngore, terkadang “kain dodot” [Hamdani]

Sumber Bacaan
Mulyono, Sri, Wayang: Asal-usul, Filsafat dan Masa Depannya, Jakarta: Gunung Agung, 1982.
Solichin, Gatra Wayang Indonesia, Jakarta: Sena Wangi, 2013.
Stange, Paul, Politik Perhatian:Rasa Dalam Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: LKiS, 1998.
Suseno, Dharmawan Budi, Wayang Kebatinan Islam, Bantul: Kreasi Wacana, 2009.

610 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Wirid

S
ecara etimologi, wirid berasal dari bahasa kepada Allah dalam kondisi apapun. Seorang
Arab warada-yaridu-wirdan/– ‫ﻭﹶﺭﹶﺩﹶ – ﻳ ﹶ ﹺﺮﺩﹸ‬ hamba yang hatinya selalu mengingat dan
‫ ﹺﻭﺭﹾﺩﺍ ﹰ‬yang berarti antara lain sampai ke wushul kepada-Nya, maka ia akan menjadi
sumber air (QS. Al-Qashash: 23), sebagian pribadi yang tenang dan bahagia. Wajar jika
waktu malam yang digunakan untuk salat, kemudian Alquran kerap mengajak manusia
dan bagian dari Alquran atau bacaan zikir yang untuk selalu mengingat Allah SWT, seperti
dirapal. Jika kata wird dimaknai semacam yang terekam pada QS. Âli ‘Imrân [3]: 190-191;
ini maka bentuk jamaknya adalah aurâd/‫ﺃﹶﻭﹾﺭﹶﺍﺩﹲ‬. QS. Al-Baqarah [2]: 152; QS. Ar-Ra’d [13]: 28;
Kata al-wird juga diartikan dengan al-wushûl QS. Al-Ahzab [33]: 41; QS. Al-Munâfiqûn [63]:
(sampai) dan ad-dukhûl (masuk) sebagaimana 9 dan masih banyak lagi.
dalam QS. Hûd: 98. Dalam Kamus Besar
Dalam rangka mengimplementasikan
Bahasa Indonesia, wirid diartikan sebagai
perintah tersebut, baginda Rasul SAW dalam
kutipan-kutipan Alquran yang ditetapkan
sepanjang hidupnya tidak pernah lepas dari
untuk dibaca; dzikir yang diucapkan sesudah
membaca wirid berupa do’a-do’a dan amal
salat; dan pelajaran (ilmu keagamaan).
saleh. Abdullah bin Umar berkata: “Saya
Sementara secara terminologis, istilah mendengar Rasul Saw membaca do’a tiap petang
wirid biasanya digunakan untuk menyebut dan pagi tanpa putus hingga beliau meninggal
kegiatan zikir (mengingat Allah) yang dilakukan dunia”. Doa yang dimaksud adalah:
secara mudâwamah (rutin) dan istiqâmah
(kontinu/terus menerus). Pengertian seperti �� ‫ اﻢﻬﻠﻟ‬،��‫اﻢﻬﻠﻟ �� أﺳﺄﻟﻚ اﻟﻌﺎ��� ﻲﻓ ا���ﺎ وا�ﺧ‬
ini mirip dengan kata hizib, di mana keduanya
،‫أﺳﺄﻟﻚ اﻟﻌﻔﻮ واﻟﻌﺎ��� ﻲﻓ ��ﻲﻨ و���ﺎ� وأﻫﻲﻠ وﻣﺎﻲﻟ‬
mengandung unsur mudâwamah dan istiqâmah.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan ‫ اﻢﻬﻠﻟ اﺣﻔﻈﻲﻨ ﻣﻦ ﺑﻦﻴ‬،��‫ وآﻣﻦ �و‬،�‫اﻢﻬﻠﻟ اﺳﺮﺘ ﻋﻮ�ا‬
bahwa wirid adalah kumpulan zikir, do’a,
،�‫ وﻣﻦ �ﻮ‬،‫ وﻋﻦ ﺷﻤﺎﻲﻟ‬،‫ وﻋﻦ �ﻤ�ﻲﻨ‬،‫ وﻣﻦ ﺧﻠﻲﻔ‬،���
dan bimbingan amaliah yang telah dirangkai
sedemikian rupa untuk mendekatkan diri .‫وأﻋﻮذ ﺑﻌﻈﻤﺘﻚ أن أﻏﺘﺎل ﻣﻦ ﺤﺗﻲﺘ‬
kepada Allah SWT, berlindung agar dijauhkan “Ya Allah, aku mohon kesehatan di dunia dan
dari keburukan dan kejahatan, memohon akherat. Ya Allah, aku mohon ampunan dan
kebaikan, memohon tumbuhnya berbagai kesehatan pada agamaku, duniaku, keluargaku
ilmu dan pengetahuan, dengan menyatukan dan hartaku. Ya Allah, tutuplah auratku,
hati kepada Allah SWT secara konsisten dan jauhkanlah dari rasa takut. Ya Allah, jagalah aku
kontinu. Kegiatan melakukan amaliah wirid dari depan, dari belakang, dari kanan, dari kiri,
disebut dengan wiridan. dari atas dan aku berlindung kepada keagungan-
Tujuan utama wiridan adalah agar hati Mu agar aku tidak diserang dari bawah.” (HR.
menjadi tenang, dekat kepada Allah SWT dan Abu Daud, an-Nasa’I, Ibn Majah, Ibn Hibban,
tetap kuat di dalam keimanan. Secara spiritual, al-Hakim dan Ahmad)
wiridan akan menjadikan hati seorang selalu Bahkan dalam riwayat lain beliau
ingat (zikir) dan wushûl (sampai/connected)

Edisi Budaya | 611


bersabda: Dengan demikian, tradisi wirid memiliki
َّ ْ َْ َ ُّ َ َ
َ ‫اﻷ ْﻗ‬
akar sejarah yang cukup kuat dari agama
(‫ )رواه اﻛﺨﺎري‬.‫ﺎل إﻰﻟ اﷲ أد َو ُﻣ َﻬﺎ َوإن ﻗﻞ‬
ِ ‫ﻤ‬ ‫أﺣﺐ‬ Islam. Bahkan menjadi bagian yang inheren
“Amal yang paling dicintai Allah adalah amalan dalam diri setiap Muslim, karena kesadaran
yang dilakukan secara kontinu (istiqamah) yang mendalam bahwa kebahagiaan hakiki
kendati ia sedikit (jumlahnya).” (HR. al-Bukhari) bagi seorang Muslim adalah ketika ia mampu
mendekat dan ber-’âsyiq ma’syûq dengan Dzat
Karena itulah maka para sahabat, tabi’in yang Menciptakannya, Allah SWT.
dan generasi setelah mereka melakukan wiridan
secara konsisten dan kontinu, baik berupa Di Indonesia sendiri, wirid/wiridan sudah
amal saleh seperti salat, zakat, puasa, sedekah menjadi tradisi sebagain besar umat Islam dari
maupun berupa lantunan do’a dan zikir. Tidak generasi ke genarsi. Wiridan kerap dilakukan
berlebihan kiranya jika ulama seperti Ibn Hajar sesudah salat fardhu dengan membaca
al-Asqallani pernah mengatakan: “Konsisten berbagai macam do’a-do’a dan zikir. Saking
melakukan amal kebaikan walaupun nilainya kecil pentingnya wiridan bagi umat Islam Indonesia,
itu jauh lebih utama daripada melakukan amal bahkan muncul pameo, jika seseorang setelah
yang nilainya besar tapi tidak dilakukan secara salat kemudian langsung pergi tanpa terlebih
konsisten.” Bahkan menurut kesaksian Ibn al- dahulu membaca wirid dan zikir, maka kelak
Qayyim, Ibn Taimiyah –yang dikenal sebagai di alam kubur ia akan menjadi seekor monyet.
tokoh kontra tasawuf- pernah mengatakan: Terlepas dari benar tidaknya pameo itu,
“Barangsiapa membiasakan diri melantunkan yang jelas, hal itu menunjukkan pentingnya
[yâ hayyu yâ qayyûm lâ ilâha illâ anta] tiap hari membaca wirid pasca salat fardhu.
antara salat fajar dan Subuh, maka Allah akan Adapun lafaz-lafadz wirid setelah salat
menghidupkan mata hatinya.” fardhu banyak sekali bentuknya, di antaranya
Karena itu, terutama di kalangan sufi, yang paling popular adalah membaca basmalah,
wirid dipercaya sebagai instrumen awal untuk ta’awwudz, istighfar (3 x), surat al-Fatihah, ayat
mendatangkan wârid. Warid adalah hidayah Kursi (QS. Al-Baqarah:255), membaca surat
yang diturunkan dalam hati seseorang tanpa al-Ikhlâsh, al-Falaq dan an-Nâs, lalu membaca
diminta. Pengarang kitab al-Qirthâs Syarh tasbih (33 x), tahmid (33 x), takbir (33 x), tahlil
Râtib al-‘Aththâs, Habib Ali bin Hasan al- (33 x) dan do’a-do’a lainnya.
Aththas, mendefinisikan wârid sebagai sesuatu Selain itu, ada juga wirid-wirid khusus yang
yang datang kepada batin seorang hamba yang biasa diamalkan dan dirapal oleh umat Islam
terdiri dari perasaan yang amat halus, cahaya, di seantero Nusantara, antara lain membaca
sirr (rahasia), dan kasyf (penguakan tabir- 2 ayat terakhir dari surat at-Taubah:128-129,
tabir), hingga hatinya merasa lapang, tenang, membaca salawat-salawat kepada Nabi
bermandikan cahaya Ilahiyah dan rahasia- SAW seperti salawat nariyah, munjiyat, dan
Nya. Orang yang melalaikan wirid tidak akan
mendapat warid.
Dalam konteks ini, tidak berlebihan bila
Imam an-Nawawi menganjurkan kepada
mereka yang lalai terhadap bacaan wirid atau
amalan yang biasa dilakukan agar segera
men-qadla’-nya. Senada dengan itu, Imam
asy-Syaukani juga mengatakan bahwa para
sahabat-pun ketika lalai membaca zikir-zikir
yang biasa dilakukan, mereka segera meng-
qadla’-nya. Data dan fakta di atas semakin
mempertegas posisi wirid bagi para pencari
(murid) mahabbah dan makrifat Allah. Sumber: https://alkarsani.wordpress.com

612 | Ensiklopedi Islam Nusantara


thibbil qulub, membiasakan tahlilan, yasinan, banyak keistemewaan. Kitab yang anonym
membaca Wirid Sakran yang diajarkan oleh ini tidak hanya memuat doa-doa harian yang
Imam Abu Bakar as-Sakran bin Abdurrahman dibutuhkan sejak kanak-kanak hingga dewasa,
Assegaf, Wirdul Lathîf dan Râtib al-Haddâd kitab ini juga menyajikan bacaan-bacaan suci
yang dikarang oleh Habib ‘Abdullah bin ‘Alawi untuk amalan-amalan khusus pada waktu-
al-Haddad. waktu tertentu. Singkat kata, Majmu’ Syarif
adalah kitab panduan beribadah malalui
Wirid lisan berupa do’a sebagaimana
lantunan doa bagi umat Islam sepanjang
disebutkan di atas adakalanya diperoleh dari
zaman di wilayah Nusantara.
ijazah langsung (simâ’ dan qira’ah) dari guru
atau kiai, ada pula yang diperoleh melalui Jika karya-karya di atas berisi tentang
ijazah bil munâwalah (pemberian) atau bil wirid lisan, maka di Jawa ada sebuah kitab
kitâbah (tulisan) dari buku-buku seperti dari yang berisi tentang wirid amalan, yaitu Serat
kitab Miftâh as-Sa’âdah wa al-Falah fî Adzkâr Wirid Hidayat Jati karya Ranggawarsito. Buku
al-Masâ‘ wa ash-Shabâh, dan An-Nubdzah ash- ini menjelaskan nasehat-nasehat luhur dari
Shughrâ fî Adzkâr ash-Shabah wa al-Masâ‘ para wali di tanah Jawa, sepeninggal Kanjeng
karya Habib ‘Abdullah bin ‘Alawi al-Haddad. Susuhunan ing Ngampel Denta (Sunan Ampel).
Kendatipun kumpulan wirid tersebut berasal Sesuai dengan namanya, karya ini berisi wirid
dari Yaman, namun umat Islam Nusantara (pengetahuan) sekaligus amalan-amalan yang
kerap memakainya dan mengamalkan isinya. dapat mengantarkan seorang murîd (pencari
Tuhan) mencapai ilmu makrifat. Karya
Selain buku di atas, dikenal juga sebuah
itu diawali dengan doa-doa yang menjadi
kitab yang berisi kumpulan do’a dan amalan-
intisari nasehat para wali yang di dalamnya
amalan ibadah tertentu yaitu Kitab Majmu’
menggambarkan ilmu kesempurnaan yang
Syarif. Selama berabad-abad Majmu’ Syarif
kesemuanya disusun berdasarkan dalil-dalil
telah menjadi kitab do’a yang paling banyak
hadis, ijma’ dan qiyas.
digunakan umat Islam di seantero Nusantara.
Kendati belakangan mulai banyak dikritisi oleh [M Ulinnuha]
banyak orang, namun buku ini tetap memiliki

Sumber Bacaan
al-‘Asqallani, Ibn Hajar. Fath al-Bârî, (Kairo: Dâr al-Hadîts, 2004)
Eka Widianto, Zikir dalam Pustaka Centini, (Yogyakarta: Fak. Ushuluddin UIN SUKA, 2005)
Endraswara, Suwardi. Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme, dan Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa, (Yogyakarta:
Narasi, 2006), Cet. IV
Ibn al-Qayyim, Madârij as-Sâlikîn, (Kairo: Dâr al-Hadîts, 2005)
Mulyanti, Siti. Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006)
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Krapyak, 1984).
Musthafa, Ibrahim. dkk. Al-Mu’jam al-Wasîth, (Kairo: Majma’ al-Lughah al-Arabiyah, 2004).
an-Nawawi, Syarafuddin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf, al-Adzkâr, (Kairo: Dâr at-Turats, 1999).
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir dan Doa, (Jakarta: Lentera Hati, 2006)
al-Shiddiqy, Hasbi. Pedoman Dzikir dan Do’a, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982)
asy-Syaukani, Muhammad bin Ali. Tuhfat adz-Dzâkirîn, (Kairo: ats-Tsaqafiyah, 1988).
Thalib, Muhammad. Seratus Do’a dalam al-Qur’an dan Penjelasannya, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 1998).
Tim Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Kemdikbud, 2008)
Yahya, Muhammad Taufiq Ali. Wirid Harian: Sejarah, Nasihat Dan Amalan-Amalannya, (Jakarta oleh Lentera, 2008)
Sumber: alkarsani.wordpress.com
Sumber: http://www.alnabaa.net/607488

Edisi Budaya | 613


614 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Y
Ya Qowiyu
Ya Qowiyu

Pendahuluan percaya pada roh-roh nenek moyang.

S
alah satu tradisi yang keberadaannya Di antara Walisongo tersebut terdapat
terus dikembangkan oleh masyarakat Sunan Kalijaga yang memiliki pemikiran dan
Jatinom Kabupaten Klaten, Provinsi sikap sangat akomodatif terhadap budaya lokal.
Jawa Tengah adalah tradisi upacara “Ya Dalam keyakinan masyarakat Jawa, Sunan
Qowiyu”. Inti upacara ini adalah peringatan Kalijaga inilah Walisongo yang merupakan
hari meninggal dunianya (haul) Ki Ageng asli keturunan orang Jawa, bukan Arab, sebab
Gribig, tokoh penyebar Islam di wilayah itu. wali yang lain merupakan keturunan Arab
Tetapi dalam perkembangannya kegiatan dari Timur Tengah. Tradisi slametan, sekaten,
ini menjadi ritual penyebaran kue apem dan nyadran, wayang, gending Jawa banyak
diperebutkan oleh pengunjung yang hadir. dihubungkan sebagai karya Sunan Kalijaga
Acara ini diadakan rutin setiap tahunnya, di dalam mengembangkan dakwah Islam di
pada hari Jumat yang paling dekat dengan tanah Jawa. Legenda yang berkembang di
tanggal 15 bulan Safar pada penanggalan masyarakat Jawa, Sunan Kalijaga inilah yang
Hijriah. Tujuan utama dari upacara ini adalah berhasil mengislamkan Raja Amarta yang
memperingati haul Ki Ageng Gribik, ulama memiliki senjata Jamus Kalimasada.
yang diyakini sebagai tokoh yang sangat berjasa
Dalam pewayangan Jawa diceritakan
bagi masyarakat Jatinom, Klaten. Dengan haul
bahwa Raja Amarta Prabu Puntadewa
tersebut diharapkan masyarakat Jatinom bisa
merupakan raja yang sangat alim dan
meneladani kesederhanaan, kemuliaan budi
bijaksana, raja yang sangat jujur dan ikhlas.
pekerti, kebijaksanaan dan keteladanan hidup
Raja Puntadewa merupakan raja yang
dari Ki Ageng Gribik.
menyimpan senjata Jamus Kalimosodo, sebuah
senjata yang tidak ada lawannya. Ketika perang
Sejarah Baratayuda telah selesai dan usianya telah tua,
ia tidak juga meninggal dunia. Dalam sebuah
Walisongo merupakan majelis para wali di cerita, ia baru akan meninggal dunia jika
tanah Jawa yang terdiri dari sembilan ulama senjatanya Jamus Kalimosodo sudah dibaca
terkenal yaitu Sunan Maulana Malik Ibrahim, orang. Akhirnya raja bijak ini bertapa, setelah
Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, ribuan tahun baru kemudian bertemu dengan
Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Sunan Kalijaga yang diminta membacakan
Jati, Sunan Derajat, Dan Sunan Muria. pusaka Jamus Kalimosodo tersebut. Isi senjata
Kesembilan mubaligh ini mengajarkan agama itu adalah dua kalimah syahadat: Asyhadu alla
Islam di tengah masyarakat Jawa yang saat itu ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar
masih beragama Hindu dan Budha. Bahkan rasulullah. Setelah dua kalimah syahadat
banyak di antara masyarakat Jawa waktu itu tersebut dibaca maka meninggalah sang raja
yang masih menganut kepercayaan dinamisme bijak ini. Cerita rakyat ini telah menjadi cerita
atau percaya pada benda-benda keramat yang yang turun temurun sampai sekarang.
memiliki kekuatan gaib dan animisme atau

Edisi Budaya | 617


Termasuk juga ceritra rakyat yang sampai
sekarang dipercaya masyarakat Jawa yang erat
kaitannya dengan Sunan Kalijaga antara lain
legenda Sunan Pandan Arang, Syeh Dumbo,
Syeh Siti Jenar dan legenda Sunan Geseng.
Semua cerita rakyat tersebut menegaskan
betapa pentingnya posisi Sunan Kalijaga
dalam mengkonstruksi budaya Jawa yang
berkembang sampai dengan saat ini.
Kisah Ya Qowiyu ini berawal dari salah
seorang ulama yang diyakini masyarakat
sebagai seorang waliyullah murid dari Sunan
Kalijaga. Ulama tersebut bernama Sunan
Geseng yang nama aslinya adalah Ki Cokrojoyo.
SEBARAN APEM - Warga berebut apem dalam
Ki Cokrojoyo ini pekerjaannya setiap hari sebaran apem di Oro-oro Tarwiyah, Jatinom di Klaten.
adalah penyadap nira untuk dijadikan Sumber. Joglosemar.com

gula kelapa. Dikisahkan, dalam sebuah


perjalanannya, Sunan Kalijaga mendengar Kalijaga kemudian memerintahkan santrinya
orang membawakan gending dengan sangat untuk membakar semak belukar tersebut.
indah. Sunan Kalijaga tertarik dan mencari Setelah itu terlihatlah tubuh Ki Cokrojoyo
orang tersebut, dan bertemulah sang Sunan yang hangus atau dalam bahasa Jawa geseng
dengan Ki Crokrojoyo yang bernyanyi merdu (gosong) terbakar. Ki Cokrojoyo masih dalam
sambil menyadap nira. Sunan Kalijaga kondisi sujud sambil terus berzikir kepada
menghampiri Ki Cokrojoyo dan mengatakan Allah SWT sebagaimana yang dipesankan
bahwa suara Ki Cokrojoyo sangat bagus. oleh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga meminta Ki Cokrojoyo juga membangunkannya dan memberinya nama
melantunkan zikir kepada Allah, Tuhan Yang Sunan Geseng. Kemudian oleh Sunan Kalijaga,
Maha Esa yang hanya Dia-lah yang pantas Sunan Geseng diutus untuk menyebarkan
untuk disembah dan diagungkan. Namun Ki agama Islam di Desa Jatinom sekarang, sekitar
Cokrojoyo sempat menolak hal tersebut, sebab 10 kilometer dari kota Klaten arah ke utara.
Ki Cokrojoyo tidak beragama Islam. Sunan Geseng oleh penduduk Jatinom
Sunan Kalijaga terus meyakinkannya, juga disebut dengan nama Ki Ageng Gribik.
dan ketika Ki Cokrojoyo berzikir, mendadak Nama ini diambil dari pilihan Sunan Geseng
gula yang ia buat dari nira itu berubah jadi untuk tinggal di rumah beratap gribik yaitu
emas. Petani ini sangat keheranan dan takjub, anyaman daun kelapa. Hal ini berbeda dengan
akhirnya ia ingin berguru kepada Sunan kebiasaan masyarakat yang menggunakan
Kalijaga. Sunan Kalijaga bersedia menjadi guru genting dari tanah atau siarab kayu sebagai
Ki Cokrojoyo dengan syarat: teguh hatinya dan genting rumahnya. Ki Ageng Gribik lebih
sabar. Sebagai ujian pertama untuk menguji senang menggunakan anyaman daun kelapa,
keteguhan dan kesungguhan hati Ki Cokrojoyo, sebab sebelum menjadi murid Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga memintanya bersujud dan ia pernah menjadi penyadap nira. Selama
terus berzikir tanpa berhenti sampai Sunan bertahun-tahun Ki Ageng Gribik dengan sabar
Kalijogo datang menghentikannya. dan tekun menyebarkan ajaran Islam bagi
masyarakat Jatinom. Suatu hari masyarakat
Setahun kemudian Sunan Kalijaga berniat Jatinom Klaten mengalami kekeringan yang
membangunkan Ki Cokrojoyo dari zikirnya, panjang sehingga banyak sawah yang tidak
namun Sunan Kalijaga terkejut sebab tempat bisa ditanami padi. Wabah kelaparan dan
yang dulu digunakan berzikir oleh Ki Cokro penyakitpun mulai berjangkit.
telah berubah menjadi hutan dan banyak
ditumbuhi rumput dan alang-alang. Sunan Saat itu Ki Ageng Gribik baru pulang

618 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dari menunaikan ibadah haji. Ia menyaksikan upacara nyekar kemudian dilanjutkan dengan
penduduk Jatinom banyak yang meninggal pengajian di Masjid Gede.
karena kelaparan dan kekurangan air. Ki Ageng
Puncak acara Ya Qowiyu diawali dengan
Gribik kemudian berikhtiar membagikan
semua warga masyarakat desa Jatinom
apem yang dibawanya dari Mekkah kepada
Klaten berkumpul di Masjid Gede untuk
penduduk yang kelaparan. Apem adalah
melaksanakan salat Jumat bersama. Salat
makanan yang dibuat dari beras, mirip seperti
Jumat ini dimulai tepat tengah hari atau jam
roti. Anehnya semua penduduk kebagian apem
12.00 WIB dan selesai pada pukul 12.30 WIB.
dan memakannya sampai kenyang. Ketika
Setelah salat Jumat selesai, dua gunungan
membagikan apem Ki Ageng Gribik meminta
apem yang telah dipersiapkan yaitu gunungan
warga yang kelaparan memakan apem seraya
lanang, dikenal dengan nama Ki Kiyat, dan
mengucapkan zikir Ya Qowiyyu (Allah Yang
gunungan wadon, dikenal dengan nama Nyi
Mahakuat).
Kiyat, yang sebelumnya telah disemayamkan
Atas kejadian tersebut masyarakat semalaman di dekat masjid diarak menuruni
kemudian menghidupkan legenda Ki Ageng tangga menuju panggung di lapangan Sendang
Gribik itu dengan menyelenggarakan upacara Plampeyan. Sendang Plampeyan berupa tanah
‘’Ya Qowiyu’’ pada setiap bulan Safar. Tradisi lapang yang berada di pinggir Kali Soka,
ini terus berlangsung dengan beberapa terletak di selatan masjid dan makam Ki Ageng
perubahan. Pada masa lalu, perayaan Ya Gribig.
Qowiyu belum menggunakan gunungan
Di Sendang Plampeyan ini telah didirikan
apem yang sangat besar. Masyarakat hanya
dua panggung yang tingginya mencapai 5
merayakannya dengan tumpengan dan jumlah
meter, digunakan sebagai tempat membagi
apem tidak terlalu banyak, hanya cukup untuk
apem kepada para pengunjung. Pangung ini
dibagi bagi para masyarakat di sekitar yang
juga dihiasi dengan berbagai dekorasi dari
hadir. Baru pada tahun 1974, bersamaan
janur (daun kelapa yang masih muda) dengan
dengan dipindahnya lokasi sebaran apem dari
berbagai motif. Nantinya di panggung ini
halaman Masjid Gede ke sendang Plampeyan
akan ditempati beberapa orang yang bertugas
di sebelah selatan masjid dan makam Ki Ageng
membagikan apem kepada masyarakat.
Gribik, acara ini menggunakan gunungan
Masyarakat sendiri berada di bawah panggung
apem yang sangat banyak.
tersebut untuk memperebutkan apem yang
dibagai dengan cara melemparkannya kepada
pengunjung.
Prosesi
Penyusunan gunungan diatur seperti
Upacara Ya Qowiyu dilaksanakan setiap
sate yaitu apem disusun menurun 4-2-4-4-3
tahunnya pada hari Jumat terakhir pada bulan
maksudnya seperti jumlah rakaat dalam salat
Safar. Upacara ini dilaksanakan setelah selesai
Isya, Subuh, Zuhur, Asar, dan Maghrib. Di
salat Jumat di depan Masjid Gede peninggalan
antara susunan itu terdapat kacang panjang,
Ki Ageng Gribik. Rangkaian acara Ya Qowiyu
tomat, dan wortel yang melambangkan mata
diawali dengan berbagai persiapan di hari
pencaharian masyarakat sekitarnya yang
Kamis, sehari sebelum hari pelaksanaan.
hidup dari pertanian. Di puncak gunungan
Pada hari Kamis tokoh-tokoh masyarakat,
terdapat mustaka (seperti mustaka masjid)
ulama, melakukan upacara ziarah kubur
yang di dalamnya berisi ratusan apem. Dalam
atau nyekar (menabur bunga) dilanjutkan
bentuknya ada perbedaan antara gunungan
dengan pembacaan Yasin, tahlil dan doa di
lanang dan wadon. Gunungan wadon lebih
makam Ki Ageng Gribig. Hal ini dimaksudkan
pendek dan berbentuk lebih bulat. Gunungan
sebagai permohonan kepada Allah SWT akan
lanang lebih tinggi dan di bawahnya terdapat
keselamatan, kesejahteraan dan doa untuk
replika kepala macan putih dan ular.
Ki Ageng Gribik khususnya dan masyarakat
Jatinom pada umumnya. Setelah selesai Upacara ini dimulai dengan arak-

Edisi Budaya | 619


Sumber: https://i.ytimg.com/vi/CY6j-It_-Vg/maxresdefault.jpg

arakan dari masjid Ki Gede yang terdiri dari untuk selalu menyembah Allah SWT,
peraga (pemeran) Ki Ageng Gribig, Bupati, menjalankan kewajiban salat, berpuasa,
Muspida, kedua gunungan, Putri Domas, dan bersedekah, mencari rezeki yang halal dan
para pengawal. Kemudian peraga Ki Ageng menolong sesama manusia. Sebagai murid dari
Gribig yang biasanya diperankan oleh ulama Sunan Kalijaga, wali yang memiliki toleransi
setempat memimpin doa bersama yang berisi sangat tinggi terhadap budaya Jawa, Ki Ageng
permohonan kepada Allah untuk keselamatan, Gribik juga sangat toleran terhadap aspek
kesejahteraan dan keberkahan hidup bagi budaya lokal, namun mengisinya dengan nilai-
masyarakat Jatinom khususnya dan seluruh nilai yang Islami. Beberapa budaya lokal yang
masyarakat Indonesia pada umumnya. dikembangkan oleh Ki Ageng Gribik adalah
Selanjutnya, peraga Ki Ageng Gribik ini tradisi slametan dan nyekar. Slametan di masa
menyerahkan apem yang ditempatkan dalam lalu merupakan upacara persembahan kepada
panjang ilang (keranjang terbuat dari janur) makhluk halus, jin dan roh leluhur. Namun di
kepada Bupati Klaten atau pejabat daerah yang tangan Ki Ageng Gribik di “Islamkan” menjadi
hadir dalam upacara ini. Bupati mengawali upacara sedekah mendoakan para leluhur, agar
upacara penyebaran dengan melempar apem diberi ampunan dan kebaikan oleh Allah SWT.
dalam panjang ilang kepada pengunjung.
Slametan juga dimaksudkan sebagai doa
Kemudian, petugas penyebar yang berada
untuk orang yang masih hidup agar diberi
di dua menara segera mengikutinya dengan
keselamatan, kekuatan dan keberkahan dalam
melemparkan ribuan apem. Suasana rebutan
hidup. Sebagaimana slametan, nyekar juga
apem benar-benar meriah, tidak sampai satu
dijadikan sebagai media mengingat kematian.
jam apem yang sangat banyak itu dilemparkan
Sebab dengan selalu mengingat mati orang
dan diperbutkan oleh para pengunjung.
akan lebih berhati-hati dalam menjalani hidup
dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Jadi,
nyekar bukan memberi makanan pada jin atau
Makna
leluhur yang telah meninggal dunia.
Semua simbol dalam upacara Ya Qowiyu
Secara khusus, makna simbolis dari upacara
berasal dari ajaran hidup Ki Ageng Gribik.
ini antara lain; apem merupakan makanan
Sebagai seorang Muslim yang saleh Ki Ageng
yang dulu pernah dibagikan oleh Ki Ageng
Gribik mengajarkan masyarakat Jatinom

620 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Gribik ketika masyarakat Jatinom mengalami kesuburan yang mereka dapatkan di daerah
kekurangan pangan, sehingga masyarakat Jatinom Klaten ini.
ingin mengenang peristiwa tersebut. Apem
yang disusun menyerupai gunungan dengan
susunan seperti sate melambangkan makna Nilai
bahwa manusia harus selalu ingat pada Allah Aspek positif dari upacara Ya Qowiyu
yang menciptakan (menitahkan) manusia. ini adalah; pertama upacara tersebut bisa
Cara mengingat Allah itu dilakukan dengan menjadi media dakwah secara kultural kepada
cara menjalankan kewajiban salat lima waktu: masyarakat Jawa dalam menerima Islam
Isya, Subuh, Zuhur, Asar, Maghrib. Puncak dari sebagai agama mereka. Kedua, masyarakat Jawa
gunungan adalah lancip ke atas, mengandung sangat menghormati leluhurnya, orang yang
makna bahwa kepada Allah-lah kita semua berjasa pada dirinya. Oleh sebab itu, upacara Ya
akan menuju atau kembali. Sedangkan Qowiyu bisa menjadi media mengenang jasa Ki
sayuran, wortel dan lainnya merupakan simbol Ageng Gribik dan orang orang setelahnya yang
dari kehidupan masyarakat yang memiliki menyebarkan ajaran Islam di daerah Jatinom,
budaya agraris (pertanian). Masyarakat Klaten. Ketiga, dengan upacara ini diharapkan
Jatinom mengeluarkan sedekah berupa bahan bisa menjadi usaha memperkuat kerukunan di
makanan dari hasil pertanian, sebagai wujud masyarakat. (Ismail Yahya)
syukur kehadirat Allah atas keberkahan dan
[Ismail Yahya]

Sumber Bacaan
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen; sinkritisme, Simbolisme dan Sufisme Dalam Budaya Spiritual Jawa (Jogjakarta, Narasi,
2006).
http/www.insklopedia.com/Pemkab Klaten

Edisi Budaya | 621


622 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Z
Zapin
Ziarah
Zapin

Z
apin adalah seni hiburan khas Melayu Dalam pengertiannya yang parsial, zapin
yang merupakan perpaduan dari unsur juga merujuk pada seni musik Melayu tanpa
musik, tari dan teks/lirik yang menyatu melibatkan pementasan tari. Pola menabuh
dalam sebuah pementasan. Seni hiburan rakyat gendang marwas dilakukan dengan tiga
ini seringkali dipentaskan dalam berbagai acara kali pukulan, sedangkan pukulan keempat
seperti upacara perkawinan, khitanan, festival, sifatnya mengisi kekosongan. Terkadang
hari besar agama Islam dan pesta budaya pengisian ini mengarah pada teknik singkopasi
lainnya. Instrumen pengiringnya terdiri atas dan menengah. Perpaduan tiga pukulan ini
dua alat musik yang utama yaitu alat musik melahirkan bunyi yang harmonis. Dari tiga
petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh bentuk pukulan yang dikenal, ada pukulan yang
gendang kecil yang disebut marwas. Gerakan sering disebut sebagai ‘senting’ atau ‘dogoh’
tarinya sangat beragam antara satu daerah dan ‘angkat’. Ketiga istilah ini lazim digunakan
dengan daerah lain berdasarkan konteks oleh pemain atau penabuh marwas yang dari
alam dan suasana kehidupan masyarakatnya. sudut teori musik, pukulan klimaks ini disebut
Tari zapin biasa dilakukan oleh rakyat pesisir forte atau fortesismo. Pukulan puncak ini
Timur dan Barat Sumatera, Kepulauan Riau, hanya terdapat pada marwas saja, sedangkan
Semenanjung Malaysia, pesisir utara Jawa, pada alat musik perkusi tradisi lainnya tidak
pesisir Kalimantan, Sarawak dan Brunei menggunakan sebutan ini. Peran gambus
Darussalam. Daerah-daerah pesisir tersebut dalam musik zapin juga memberikan warna
merupakan wilayah pengaruh Islam ketika dan corak yang khas serta berfungsi sebagai
gelombang Islamisasi memasuki kawasan melodi. Bentuk gambus yang menggelembung
Nusantara. sedemikian rupa menyebabkan nada-nada
yang terkandung dalam musik gambus
Zapin berasal dari bahasa Arab yaitu
cenderung bernada minor. Misalnya dalam
“zafn”, yang mempunyai arti pergerakan kaki
lagu ‘Bismillah’, ‘Sahabat Laila’ dan ‘Pulut
cepat mengikut rentak pukulan. Kata tersebut
Hitam’.
kemungkinan juga berasal dari kata ‘zaffa’,
yang berarti gerakan mempelai laki-laki ketika
membimbing mempelai wanita dalam prosesi
Sejarah Perkembangan
pernikahan. Spekulasi yang lain mengatakan
bahwa zapin berasal dari kata ‘zafah’, yang Seni zapin dibawa oleh para pedagang
bermakna perkawinan atau ‘zafana’ yang Arab yang berlayar memasuki Nusantara
berarti tarian dalam perkawinan. Menurut pada sekitar abad ke-15 M. Mengikuti rute
Jähnichen, bisa jadi zapin berasal dari kata penyebaran Islam, kesenian Arab Hadramaut
‘yazfinun’ yang bermakna menari dengan ini diterima dengan tangan terbuka oleh
menggerakkan kaki ke depan dan belakang. rakyat pesisir kepulauan di Nusantara.
Istilah ini telah tersebar di seluruh dunia Arab Perkembangan zapin ini tidak bisa dilepaskan
terutama atas jasa para pedagang Hadramaut dari watak masyarakat pesisir yang reseptif
Yaman yang diduga menjadi agen penyebar terhadap gagasan dan budaya baru untuk
zapin ke Nusantara. memperkaya atau menciptakan kesenian baru

Edisi Budaya | 625


yang ditempa melalui proses pribumisasi. hiburan dan sebagai media mengajak pada
Dengan meminjam musik dan instrumen Arab jalan agama (dakwah). Pola yang pertama
seperti ‘ud’ (gambus asli), tambur dan dok seringkali mengambil inspirasi tariannya dari
(gendang) serta marwas, masyarakat pesisir kehidupan alam sekitar misalnya gemuruh
Nusantara menciptakan kembali tradisi tari ombak di laut, kehidupan nelayan dengan
baru melalui penggabungan estetika Melayu samudera, gambaran manusia disengat hewan
dan musik Arab. Penerimaan dan adaptasi berbisa, kegiatan masyarakat mengangkut air
yang beragam terhadap seni pertunjukan ini dan lain sebagainya. Sedangkan pola kedua
dibuktikan dengan penyebutan istilah zapin sarat dengan nasihat-nasihat keagamaan,
secara berbeda, dari mulai Jipin, Jepin, Zafin pesan-pesan yang mengingatkan kepada
dan bahkan Dana. Tuhan serta pesan moral lainnya. Pola ini
kerapkali berbentuk aktivitas riyadhah yang
Meskipun awalnya dipentaskan oleh
dilakukan di rumah-rumah pengajian Alquran
penari laki-laki, saat ini sudah jarang
atau hari-hari besar dalam kalender Islam.
ditemukan pertunjukan zapin dilakukan
oleh sepasang penari laki-laki. Trend yang Karakter dasar tari zapin adalah gerakan
berkembang adalah kelompok tari yang yang gemulai sekaligus enerjik sehingga
dimainkan oleh laki-laki dan perempuan dalam cocok dengan karakteristik anak muda
formasi yang berpasangan. Penari perempuan yang cenderung bergerak aktif. Ekspresi
mengenakan baju kurung atau sarung kebaya persaudaraan antarpemain serta antara
dengan hiasan selendang. Kadang mereka pemain dengan pemusik menciptakan tarian
menggunakan hiasan rambut atau bunga yang bergairah dan penuh energi. Inti dasar
di kepala. Pemakaian hiasan kepala dalam gerakannya bukan berpusat pada tangan dan
perkembangannya juga bergeser menjadi pinggul, tetapi berporos pada kaki sehingga
jilbab seiring dengan perkembangan busana menggerakkan bagian pinggul hingga kepala.
Muslim yang merambah ke hampir semua Musik pengiringnya pun merupakan alat
lapisan masyarakat. Pakaian penari laki-laki sederhana yang terdiri dari dua alat utama,
antara lain songkok dengan baju Melayu atau yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah
baju Teluk Belanga. alat musik tabuh gendang kecil yang disebut
marwas.
Lagu yang dibawakan dalam seni zapin
pada mulanya banyak didominasi oleh lagu- Struktur zapin konvensional terdiri dari
lagu berbahasa Arab. Dalam perkembangannya, tiga bagian. Pertama, taksim yaitu improvisasi
lagu-lagu tersebut juga diisi oleh lirik dalam atau penampilan musik gambus solo (tunggal)
bahasa Melayu. Dimulai dengan lagu puji- yang mengawali sebuah pementasan.
pujian, diikuti oleh nyanyian dan pantun- Bagian ini membuka acara dengan petikan
pantun masyarakat serta lirik yang sarat gambus yang bernuansa padang pasir
dengan pesan kasih sayang. Beberapa lagu dengan ‘Sistem Maqam’ yaitu sistem melodi
zapin berbahasa Melayu yang cukup populer yang memiliki sejumlah aturan komposisi
antara lain lagu Anak Ayam Turun Sepuluh, tertentu. Kedua, permainan melodi dengan
Lancang Kuning, Ya Ladan dan sebagainya. kopak, yaitu gendang marwas yang berfungsi
menyambungkan ritme dengan suara nyaring
atau terdengar sambung menyambung. Ketiga,
Karakter Zapin Nusantara wainab atau tahtim yang merupakan bagian
Sejak masyarakat Nusantara menerima penutup dengan memberikan porsi permainan
kehadiran zapin, seni tradisional ini melodi yang cukup lama dan pola gendang
dikembangkan berdasarkan kepentingan, kopak yang riuh.
konteks kehidupan dan kondisi alam
masyarakat setempat. Paling tidak ada dua
Macam-macam Zapin
pola gagasan yang muncul dari pengembangan
seni rakyat ini yaitu dalam rangka memberikan Berbagai macam zapin yang berkembang

626 | Ensiklopedi Islam Nusantara


di Nusantara sangat dipengaruhi oleh karakter laki-laki secara sejajar atau bershaf yang
daerah setempat, misalnya zapin Riau, melambangkan kedudukan manusia yang
Kalimantan, Siak, Deli-Serdang, Palembang, setara satu dengan yang lain. Sebagaimana
Jambi, Sarawak, Sumatera Utara, Johor dan zapin lain, zapin Siak dimulai dengan salam atau
Singapura. sembah pembuka yang ditujukan kepada orang
yang dihormati di antara penonton. Posisi
Zapin Riau ditarikan dalam bentuk
penari di tengah-tengah dikelilingi penonton
gerak yang banyak menitikberatkan pada
yang menyaksikan dalam bentuk lingkaran
langkah kaki. Sedangkan gerakan tangan
atau berbentuk telapak kuda. Gerakan tarinya
kurang ditonjolkan. Diawali dengan gerak
mengikuti hitungan satu sampai delapan di
alif sembah, melambangkan huruf alif dalam
mana hitungan satu dan lima, ujung kaki
hijaiyah yang mengingatkan orang pada ajakan
jinjit dan pada hitungan keenam, kaki yang
mempelajari Al-quran. Tema tariannya bisa
sama dilangkahkan. Pada hitungan empat dan
juga tentang deburan ombak laut, sebagaimana
delapan, langkah kaki mendapat tekanan yang
tercermin dalam zapin ranggam tongkah yang
disesuaikan dengan suara gendang marwas
menggambarkan sebuah perahu melawan
pada bunyi “tung”. Selanjutnya para penari
arus ombak dan seorang nelayan yang hidup
mengikuti tahapan gerak ragam atau bunga
bersama laut. Gerakan kaki dalam tarian ini
tari zapin yang akan dibawakannya, misalnya
menggunakan hitungan delapan, sedangkan
ragam alif menyambar, mata angin ataupun
gerakan tangan kurang ditekankan. Posisi
ragam pecah lapan.
tangan kiri membentuk siku, dirapatkan di sisi
dada sebelah kiri dan jari tangan digenggam Zapin Deli-Serdang banyak bertumpu
sejajar dengan dada. Sedangkan posisi tangan pada gerakan kaki dengan memindahkan
kanan bebas bergerak sesuai dengan gerak kaki berat badan dari kaki yang satu ke kaki yang
yang melangkah. Pertunjukan tari diakhiri lain dengan meninggi-rendahkan posisi
dengan isyarat gerakan yang menunjukkan badan melalui tekukan kaki. Dalam tata cara
ragam ‘minta tahto’ sebagai penutup. pementasannya, tarian ini dimulai dengan
gerakan alif sebagai pembuka, kemudian
Zapin Kalimantan dimulai dengan tahtim
gerakan yang sama secara berlawanan
(salam), sebagai gerakan pembuka maupun
sebagaimana layaknya orang bercermin. Bila
penutup. Salah satu ragam gerak langkah
yang satu memulai dengan tangan kanan dan
zapin khas Kalimantan adalah sembada, yaitu
kaki kiri, maka penari pasangannya melakukan
gerakan yang menyerupai sengatan serangga
gerakan yang sama dengan tangan kiri dan
berbisa. Gerakannya seperti memijak paku
kaki kanan. Biasanya pergerakan dimulai pada
yang runcing atau penari kelihatan seperti
posisi berjongkok bersikap seperti memberi
melompat-lompat di atas bara api. Pesan moral
hormat kepada penonton. Kemudian berdiri
dari tarian ini adalah makhluk sekecil apapun
dan melakukan gerakan alif sambil mundur
jika diganggu, pasti akan memberikan reaksi
atau maju. Kemudian mereka melakukan
untuk mempertahankan martabat dan harga
gerakan secara bersama-sama maju atau
dirinya. Selain zapin tradisional, ada juga zapin
mundur. Setelah itu baru penari berpisah,
kreasi baru yang kurang menitikberatkan pada
baik ke hadapan dan ke belakang maupun
gerak. Aspek penamaannya justru dikaitkan
ke kiri dan ke kanan masing-masing. Seperti
dengan nama properti tarinya. Jika menari
zapin pada umumnya, musik pengiringnya
menggunakan kipas, maka disebut Jepin Kipas.
gambus. Perkusinya gendang kecil yang
Jika mengunakan tempurung kelapa, maka
disebut marwas. Selain itu ada juga suling,
dinamakan Jepin Tempurung Kelapa.
harmonium, akordion, tamborin dan marakas.
Zapin Siak ditampilkan dengan iringan Lagu yang biasa mengiringi tarian ini antara
musik gambus yang terdiri dari sebuah lain: Lancang Kuning, Salabat Laila, Naam
gambus, lima buah atau lebih gendang marwas Saidi dan sebagainya.
dan sering pula dilengkapi dengan tamborin
Zapin Jambi dikenal dengan sebutan
dan mandolin. Ditarikan oleh dua orang

Edisi Budaya | 627


tari Dana. Spekulasi yang berkembang
menyebutkan bahwa istilah Dana berasal dari zapin Serawak banyak menegaskan kepada
kata ‘din’ yang berarti agama. Bisa jadi karena pergerakan kaki. Pada dasarnya, gerakan kaki
tarian ini berhubungan erat dengan misi dakwah lebih aktif dari pada gerakan tangan. Misalnya
Islam di tanah Melayu. Seni pertunjukan ini dalam tarian Pak Haji Kombok, gerakannya
berfungsi sebagai tari pergaulan dan hiburan dibuat seakan-akan badan melambung.
rakyat yang diajarkan oleh para orang tua Peranan sebelah kaki yang terletak pada lantai
bersamaan dengan seni bela diri. Awalnya, menggerakkan teknik ini. Hal ini dilakukan
gerak tari Dana sangat sederhana. Hanya dengan mengangkat tumit kaki tersebut lalu
bergerak maju, mundur, ke samping kiri dan diayun ke depan ketika kaki sebelah lagi ikut
kanan serta gerakan berputar. Gerak langkah terangkat tanpa memberi kesan yang kasar
yang ditampilkan mirip dengan gerak langkah pada keseluruhan gerak. Dalam keadaan kaki
silat Melayu Jambi. Ragam gerak tarinya menyilang gerakan ini dilakukan. Gerakan
dilakukan secara berulang-ulang dengan cara tangan digunakan untuk penyeimbang badan
menari di tempat secara berhadapan atau dan kaki. Dengan melihat perkembangan
sama-sama menghadap atau membelakangi berbagai macam zapin di daerah Kampung
penonton. Adakalanya sama-sama maju Sindang, Kampung Badarsah, Kampung
ke arah penonton dan sama-sama mundur Sebat, Kampung Melango dan Kampung Hiir,
kembali ke tempat semula. Setiap akhir gerak nampak paling tidak ada tiga komponen inti
maju dan mundur dilakukan putaran badan. yang menjadi bagian penting dalam tarian
Pada saat tertentu penari berhadapan dan zapin yaitu: bagian sembah, bagian pokok
melakukan gerak berselisih, bertukar tempat, dan bagian waina wailid atau waina tahtim
kemudian kembali ke tempat semula dengan (penutup). Lagu yang populer dinyanyikan
langkah mundur. Dalam perkembangannya, dalam tari zapin Sarawak antara lain: Anak
gerakan-gerakan tari Dana lebih bervariasi Ayam, Lagu Nasib, Lela Majnun, Taman Cabai,
dalam berbagai macam kreasi seperti Gerak Aduh Lanang, Air Pasang, Air Surut, Alai ya
Lian Pintu Empat, Sembah, Timbuk Upih, Solai, Selamat Sultan, Air Amboi, Lagu Panjang
Si Alang-alang, Si Amang Bejulat, Salimpat dan masih banyak lagi.
Empat, Salimpat Lapan dan Tahto. Dengan
menggunakan ‘tor’ (sejenis rebana), kemudian
Aspek Spiritual Zapin
juga gendang, marwas, gambus, biola dan
akordion lagu-lagu tradisional dilantunkan Dalam dunia tasawuf, hampir semua
seperti lagu Anak Ayam, Dendang Beranyut, aspek kehidupan bisa dijadikan sarana untuk
Cerai Kasih, Dana dan Apo Dayo. mendekatkan diri kepada Allah SWT. Apa
yang dianggap dapat menjauhkan manusia
Zapin Serawak dinamakan tarian Zapin
dari Tuhan, justru bisa bermakna sebaliknya
Asli. Sebagaimana pola tarian zapin lain,
di kalangan pelaku sufi. Aktivitas tari yang
oleh para praktisi syari’at dihindari, oleh para
sufi justru didekati. Karena melalui gerak
tari, manusia bisa menemukan kekhusyu’an
bersama-Nya dalam nuansa dan sensasi
yang lebih menyenangkan. Tidak heran jika
sejumlah tarekat menggunakan tari zapin
sebagai media zikir yang cukup digandrungi.
Kaum Ba’lawi di Hadramaut, misalnya,
telah lama mempraktekkan zikir ala Tarekat
Alawiyah melalui Zapin Arab. Di Asia Tenggara,
praktek zikir dengan zapin juga dilakukan
oleh para pengamal tarekat Naqsyabandiah
Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/
di wilayah sekitar Selat Malaka mulai dari

628 | Ensiklopedi Islam Nusantara


Langkat, Deli dan Serang di Sumatera Utara meniatkan gerakan tubuhnya atau bunyi
hingga kepulauan Riau, termasuk sebagian musik sebagai untaian zikir yang diucapkan
Semenanjung Melayu yang merupakan wilayah secara pelan. Itu dilakukan sambil berzapin
tarekat Khalidiyyah-Naqsyabandiyah. tanpa terganggu dengan gerakan tubuh yang
mengalir di mana pinggang bagian atas harus
Meski demikian, tidak semua penari zapin
tetap tegap dengan posisi tangan di belakang
mempraktekkan zikir saat mementaskan
atau di depan perut penari laki-laki, sambil
tariannya. Sebab praktek menari zapin
membiarkan tangan yang lain bergerak bebas.
sambil berzikir memerlukan skill dan latihan
Bagian yang paling penting ditandai, dengan
tersendiri. Intinya, saat berzapin penari
tidak adanya gerakan pada pukulan gendang
mengingat Tuhan melalui zikir dengan
marwas nada tinggi yang pertama. Gerakan
menyebut nama-Nya dan membaca syahadat
tari hanya bisa dimulai pada pukulan rampak
secara berulang-ulang menekankan aspek
kedua yang memberikan nada rendah karena
batin memikirkan keberadaan Tuhan dan
ia menimbulkan bunyi kinemik. Gerakan
Kuasa-Nya, membentuk korpus penguatan
dimulai dengan kaki kiri yang melangkah
zikir tauhid dalam zapin. Namun, ia tetap
ke depan sejajar di bagian tengah, diikuti
merupakan praktik esoterik yang diamalkan
oleh langkah kaki kanan ke arah depan kiri
dengan cara zikir sunyi atau tak bersuara.
bagian tengah pada pukulan gendang ketiga
Menurut Anis MD Nor, nuansa tampilan
dan diakhiri dengan gerakan kaki kiri yang
Melayu-Islam sangat jelas terlihat pada zapin
diulang seperti di awal. Ucapan zikirnya tidak
Melayu Selat Malaka melalui perwujudan
terdengar orang lain yang juga membacanya. Ia
artistik yang mudah diakui telah menyerap
dilakukan sebagai zikir sunyi ketika lagu-lagu
dan mengabadikan gagasan tauhid, esensi
zapin atau qasidah dinyanyikan oleh satu dari
ajaran Islam yang menegaskan keesaan Allah
dua penyanyi. Pola penari empat ketukan dari
SWT, Sang Maha Kuasa dan Pencipta, serta
bunyi bacaan zikir menyusun unit tarian dasar
Penguasa, terlihat dalam manifestasi artistik
yang diiringi oleh suara musik instrumen
pribumi/lokal berdasarkan pada penggabungan
seperti gendang marwas dan gendang dok. Pola
konsep abstraksi, penyesuaian dengan zaman,
ritme berulang dari tiga atau lebih pukulan
dan pengulangan yang dipersonalisasi melalui
marwas disahut oleh gendang dok sebanyak 16
abstraksi (mujarad).
pukulan membentuk motif tarian.
Menari atau bermain musik zapin bisa
[Hamdani]
menjadi zikir yang tersembunyi jika pelakunya

Bahan Bacaan
Berg, Birgit, “Presence and Power of the Arab Idiom in Indonesian Islamic Musical Arts,” Conference Paper on Music in
the world of Islam, Assilah, 8-13 August 2007.
Capwell, Charles, Contemporary Manifestations of Yemeni-Derived Song and Dance in Indonesia, Yearbook for Traditional
Music, Vol. 27 (1995), h. 76-89.
Jähnichen, Gisa, “Al-Gahazali’s Thoughts on the Effects of Music and Singing upon the Heart and the Body and their Impact
on Present-Day Malaysian Society”, International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 2 No. 9, May 2012.
Muhammad Takari Bin Jilin Syahrial, “Zapin Melayu Dalam Peradaban Islam:Sejarah, Struktur Musik, dan Lirik.” ???
Nor, Mohd Anis Md, “The Spiritual Essence of Tawhid (Oneness-Peerlessness) in Zapin Dance Performance by The
Beholders of The Tariqat Naqsabandiah in Southeast Asia”, Jati, Vol. 14, Desember 2009.
--------- (ed), Zapin Melayu di Nusantara, Johor Baru: Yayasan Warisan Johor, 2010.
--------, Zapin, folk dance of the Malay world, Singapore, New York: Oxford University Press, 1993.

Edisi Budaya | 629


Ziarah

Z
iarah berasal dari bahasa Arab, ziyarah penghormatan dan doa. Sebagian mereka
yang artinya mengunjungi. Ziarah dalam percaya bahwa arwah orang shaleh atau wali
adat masyarakat Indonesia berorientasi Allah ketika meninggal dunia, sesungguhnya
mengunjungi makam atau kuburan seseorang masih menetap di kuburnya. Sehingga peziarah
yang memiliki hubungan dekat/khusus atau yang memanjatkan doa untuk para wali Allah
orang yang dianggap suci. Aktivitas ziarah berharap wasilah (perantara) dalam doa yang
dalam kebiasaan masyarakat Jawa juga disebut mereka sampaikan.
nyekar, yang berarti menabur bunga di atas
makam. Di kalangan masyarakat Madura,
tradisi ziarah ini dikenal dengan sebutan Etika dan Aktivitas Ziarah
nyalase. Saat memasuki gerbang atau komplek
Selain dilakukan secara individual, pemakaman, seorang peziarah atau
ziarah kubur juga sering dilakukan secara pengunjung makam dianjurkan untuk
berkelompok. Di kalangan masyarakat menyampaikan salam kepada para penghuni
tradisional, ziarah ke makam Walisongo kubur. Hal ini juga berlaku ketika seseorang
menjadi pilihan favorit yang memiliki daya yang sedang berkendaraan melewati komplek
tarik tersendiri. Rangkaian kunjungan ke pemakaman. Ucapan salam yang biasa
makam para wali yang tersebar di Jawa Timur, dilafalkan adalah “Assalamu’alaikum ya ahlal
Jawa Tengah dan Jawa Barat telah menjadi kubur”. Ditambah dengan doa memohon
wisata rohani yang masih tetap lestari. ampunan bagi penghuni kubur. Etika ini
menjadi pengetahuan dasar seorang Muslim
Dalam konteks ibadah mahdhah, baik
kaitannya dengan adab mengunjungi makam.
umrah ataupun haji, ziarah ke makam Nabi
Muhammad dan situs-situs bersejarah lain Doa-doa yang dipanjatkan seseorang
menjadi salah satu unsur penting yang dalam aktivitas ziarah bermacam ragamnya.
memiliki makna religius bagi pelakunya. Di kalangan masyarakat Muslim tradisional,
Ziarah ke tanah suci merupakan kunjungan membaca tahlil sudah menjadi praktik yang
spiritual ke makam orang-orang suci yang lumrah di atas kubur. Bacaan tahlil yang
memiliki jasa besar bagi pembentukan serta dimaksud meliputi kombinasi sejumlah
penyebaran agama Allah. bacaan ayat Alquran, kalimat tayyibah, tasbih,
tahmid, shalawat dan doa untuk penghuni
Tradisi ziarah tetap bertahan dalam kurun
kubur. Sebagian orang juga membacakan surat
waktu yang lama karena memang masyarakat
Yasin yang diniatkan sebagai hadiah penyejuk
tradisional memiliki kepercayaan kuat
bagi arwah yang didoakan.
mengenai interaksi manusia dengan arwah
nenek moyang atau orang-orang yang sudah Aktivitas doa yang dilakukan seorang
meninggal. Di kalangan masyarakat Jawa, Muslim di atas kuburan tentunya memiliki
ziarah ke makam wali atau orang suci dilakukan maksud dan tujuan. Selain merupakan
untuk mengharap keberkahan melalui interaksi antara yang hidup dan yang mati,
mendoakan seseorang yang telah meninggal

630 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dengan keberadaan makam tersebut. Misalnya
di makam Sunan Gunung Jati Cirebon, para
peziarah cenderung meningkat pada hari
ke-7 bulan Syawal atau bulan ke-10 dalam
kalender Hijriah. Hal yang sama juga terjadi
di makam Sunan Kalijaga di Kadilangu
Demak. Di komplek pemakaman ini, peziarah
menunjukkan antusiasmenya yang tinggi pada
10 Dzulhijjah.
Para peziarah di sejumlah pemakaman juga
mengalami peningkatan pada bulan Ruwah
atau Sya’ban atau satu bulan sebelum puasa
Ramadhan. Pada bulan ini aktivitas ziarah
Ziarah ke makam KH. Imam dan KH. Cholil (tokoh NU) di di sejumlah daerah disebut dengan sadranan
Wonokromo, Yogyakarta.
Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017 atau nyadran, yakni sebuah kepercayaan yang
diduga berasal dari kebiasaan masyarakat
dunia tentunya berharap pahala yang sangat
Hindu di mana seorang yang berkasta Sudra
dianjurkan dalam agama.
dianjurkan oleh Brahmana untuk melakukan
Dalam sebuah penelitian etnografi, ziarah dan mengirim sesaji ke makam para
ditemukan sejumlah motif peziarah yang sangat leluhur. Dalam ajaran Hindu kepercayaan
beragam. Mereka melakukan ziarah dengan ini disebut Sraddha. Meski demikian, proses
motif tidak hanya terkait ahli kubur seperti Islamisasi menyebabkan pemaknaan terhadap
mengenang kehidupannya, mendoakan, dan aktivitas mengunjungi makam ini bergeser
mengadukan masalah kepada penghuni kubur, menjadi aktivitas yang diisi dengan doa-doa
tetapi juga hal lain yang dianggap relevan. dan ritual yang bersumber dari ajaran Islam.
Sebagian peziarah berharap berkah dan
Malam Satu Sura atau awal bulan
menjadikan wasilah dalam menyampaikan doa
Muharam biasanya juga menjadi pilihan para
serta terhindar dari malapetaka. Mereka juga
peziarah. Harapan mereka didasarkan pada
meniatkan ziarahnya sebagai refleksi tentang
keyakinan bahwa Allah SWT akan memberikan
kematian atau alam akhirat. Selain itu, banyak
keselamatan dan keberkahan hidup selama
juga ziarah yang didasarkan pada motif wisata
setahun ke depan. Mereka juga percaya bahwa
rohani.
para wali atau orang yang disucikan adalah
wasilah yang baik agar doanya diterima
Pilihan Waktu Ziarah oleh Allah. Tetapi mereka bukan berdoa dan
memuja para waliyullah. Mereka menjadikan
Di kalangan masyarakat Jawa, pilihan orang-orang suci ini sebagai perantara yang
waktu berziarah menjadi faktor yang penting baik untuk doa yang dipanjatkan kepada Allah
untuk menjadi perhatian. Malam Jumat SWT.
pada umumnya dianggap waktu yang baik
untuk berziarah ke makam. Masyarakat Waktu lain yang dianggap penting adalah
Jawa Timur cenderung memilih Jumat Legi, pada hari lebaran atau 1 Syawal. Masyarakat
sedangkan masyarakat Jawa Tengah Jumat yang mudik ke kampung halaman biasanya
Kliwon. Pilihan Jumat Kliwon di kalangan menyengaja untuk mengunjungi makam orang
sebagian masyarakat Jawa, didasarkan atas tua, keluarga atau kerabat sebagai bentuk bakti
kepercayaan bahwa pada hari itu para arwah dan penghormatan kepada mereka yang telah
diberi kebebasan pulang ke rumah mereka berjasa atau mewarnai kehidupan mereka.
masing-masing. Interaksi dengan orang-orang yang telah
meninggal dunia pada hari lebaran ini menjadi
Tetapi pada intinya setiap tempat salah satu kegiatan yang dianggap penting di
memiliki hitungan tersendiri yang terkait kalangan masyarakat nusantara.

Edisi Budaya | 631


Ziarah: Ngalap Berkah sebagai hasil yang didapat setelah melakukan
ziarah. Ia diyakini berasal dari Tuhan, baik
Ada konsep yang berkembang di kalangan
langsung maupun melalui perantara, yaitu para
muslim tradisional terkait dengan ziarah,
wali. Berkah dianggap sebagai sesuatu yang
yaitu ‘ngalap berkah’. Konsep ini merujuk
suci dan bisa jadi diperoleh dengan cara yang
pada persepsi seseorang untuk mendapatkan
tidak kasat mata. Dalam meraih keberkahan,
kebaikan atau kemaslahatan yang lebih besar
para peziarah juga melibatkan simbol-simbol
dalam berbagai bentuk, baik material maupun
yang digunakan dalam aktivitas ziarah, seperti
spiritual. Ia bisa berupa kekayaan, kesuksesan
bunga, air dan kemenyan (dupa). Keberadaan
dan prestasi keduniaan lainnya, walaupun bisa
kemenyan dalam praktik ziarah di kalangan
juga berbasis kepuasan rohani atau ketenangan
sebagian masyarakat dipahami sebagai
batin. Praktik ‘ngalap berkah’ ini menjadi salah
pewangi dan pengusir serangga yang banyak
satu tujuan penting di kalangan peziarah
berkeliaran di sekitar makam. Sebagian
untuk mendapatkan keinginan-keinginan
lain menganggap bahwa kemenyan menjadi
yang menjadi sasarannya.
perlambang ajaran bagi manusia bahwa
Dalam kebuntuan pendekatan rasio, memanjatkan doa haruslah menengadah
masyarakat nusantara seringkali memilih ke atas, sebagaimana dilambangkan asap
pendekatan supra rasional yang diharapkan kemenyan yang membumbung ke udara.
memberikan jalan atas suatu masalah. Pada
Kisah ngalap berkah dari suatu makam
titik ini, ‘ngalap berkah’ dari kunjungan ke
keramat sering menjadi kisah yang dijadikan
suatu makam menjadi pilihan yang populer.
bukti empiris di kalangan masyarakat yang
Keberkahan yang dimaksud biasanya meliputi
menghubungkan sebuah kesuksesan pasca
kemudahan dalam memecahkan masalah,
kunjungannya ke suatu makam. Sebagaimana
petunjuk penting yang mencerahkan, ataupun
kisah peziarah di makam Nyi Mas Gandasari
hal-hal lain yang tidak terduga.
di Cirebon yang merasa keinginannya terkabul
Berkah atau barakah biasanya dipahami setelah berziarah ke makam tokoh penting

Para peziarah sedang berkhidmat mendo’akan Kiai Hasyim bin Yahya


bin Umar, Pekalongan.
Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017.

632 | Ensiklopedi Islam Nusantara


dalam sejarah pembentukan Islam Cirebon makam para wali adalah manifestasi silang
tersebut. Atas keberkahan yang diperolehnya, budaya Jawa dan Islam yang dalam hal ini
ia kemudian memberikan sumbangan yang mengandung nilai spiritualitas yang dianggap
sangat besar bagi proyek renovasi makam. bagian dari pemenuhan kebutuhan spiritual
masyarakat. Sebagai sebuah tradisi spiritual,
Menurut James Fox, tradisi ziarah
praktek ziarah orang-orang suci juga bisa
absah sebagai budaya Islam karena ritual
ditemukan di berbagai negara di dunia, mulai
kultural ini dikawal dengan prosesi yang
dari Timur Tengah, Afrika Selatan, Balkan,
serba Islami, kecuali beberapa hal yang masih
Asia Selatan, Cina hingga Asia Tenggara.
bisa diperdebatkan. Tradisi ‘ngalap berkah’ di
[Hamdani]

Sumber Bacaan
Henri Chamber dan Claude Guillot, Ziarah dan wali di Dunia Islam (terj.) (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 1995).
Jamhari, “The Meaning Interpreted: The Concept of Barakah in Ziarah” dalam jurnal Studia Islamika, Vol.8, No.1/2001.
J.J. Fox, “Ziarah Visit To The Tombs of Wali, The Founder of Islam on Java” dalam M.C. Ricklefs (ed), Islam in Indonesian Social
Context (Melbourne: CSEAS Monash University, 1991).
Muhaimin, Abdul Ghaffir, The Islamic Traditions of Cirebon: Ibadat and Adat Amon Javanese Muslims, Disertasi di
Department of Antropology, The Australian National University, 1995.
Nor Syam. Islam Pesisir, (Yogyakarta: LKIS, 2006).

Edisi Budaya | 633


634 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Anda mungkin juga menyukai