SEMESTER V
DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wata'ala
yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini yang berjudul “Manajemen
dan Sistem Informasi Kesehatan Serta Klasifikasi dan Kodefikasi
Penyakit,Masalah-Masalah Yang Berkaitan Dengan Kesehatan dan
Tindakan Medis (KKPMT) di RSUD Dr.H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
2018/2019”.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Era globalisasi telah menciptakan tantangan bagi instalasi pelayanan
kesehatan yang semakin besar, yang berupa kompetisi yang ketat dan
pelanggan yang semakin selektif serta berpengetahuan. Pelayanan
kesehatan di Indonesia tumbuh dan berkembang secara tradisional
mengikuti perkembangan pasar. Dokter, klinik dan rumah sakit pemerintah
maupun swasta sama-sama menggunakan sistem pembayaran jasa
perlayanan (free for service) karena secara tradisional sistem itulah yang
berkembang (Hatta, 2010). Rumah sakit sebagai salah sarana pelayanan
kesehatan dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan yang akan diberikan
kepada pelanggan sejalan dengan meningkatnya tuntutan masyarakat akan
pelayanan yang lebih baik, dan sesuai perkembangan teknologi. Hal ini
menjadi tolak ukur oleh masyarakat untuk mendapatkan rasa aman,
nyaman, bermutu dan efektif yang diberikan oleh pihak pelayanan
kesehatan. (Permenkes,2014).
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan meIiputi pelayanan promotif, preventif,
kurative dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat (Kepmenkes 2008).
Upaya dalam peningkatan mutu tersebut didukung dengan
memperhatikan standarisasi manajemen mutu rekam medis dan informasi
kesehatan terutama dalam lingkup pembiayaan kesehatan, Pembiayaan
kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan
yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka
mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu
negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses
(equitable access to health care) dan pelayanan yang berkualitas (assured
quality). (Mamik 2014).
Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan
pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah
upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan
yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar
dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya
tertuju pada pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih
penting adalah upaya-upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan
kesehatan (promotif) (Juanita,2002).
Proses pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkan dengan
pembiayaan kesehatan. Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang harus
disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai
upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat (Juanita 2002).
Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan yang memadai
(health care financing) akan menolong pemerintah di suatu negara untuk
dapat memobilisasi sumber-sumber pembiayaan kesehatan,
mengalokasikannya secara rasional serta menggunakannya secara efisien
dan efektif. Kebijakan pembiayaan kesehatan yang mengutamakan
pemerataan serta berpihak kepada masyarakat miskin (equitable pro poor
health policy) akan mendorong tercapainya akses yang universal. Pada
aspek yang lebih luas diyakini bahwa pembiayaan kesehatan mempunyai
kontribusi pada perkembangan sosial dan ekonomi. Pelayanan kesehatan itu
sendiri pada akhir-akhir ini menjadi amat mahal baik pada negara maju
maupun pada negara berkembang. Penggunaan yang berlebihan dari
pelayanan kesehatan dengan teknologi tinggi adalah salah satu penyebab
utamanya. Penyebab yang lain adalah dominasi pembiayaan pelayanan
kesehatan dengan mekanisme pembayaran tunai (fee for service) dan
lemahnya kemampuan dalam penatalaksanaan sumber-sumber dan
pelayanan itu sendiri (poor management of resources and services).
(Departemen Kesehatan RI, 2004).
Di Indonesia pengaturan pembiayaan kesehatan teruslah
berkembang,dimulai dari implementasi UU No. 40 tahun 2004 yang
mengatur tentang sistem jaminan sosial nasional (SJSN) dimana setiap
orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya
masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur (UU RI No.40 pasal
1 2004). Implementasi SJSN belanjut di tahun 2011, PT Askes (Persero)
resmi ditunjuk menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang
meng-cover jaminan kesehatan seluruh rakyat Indonesia yang tertuang
dalam UU BPJS Nomor 24 tahun 2011 dan terus berkembang mengikuti
eranya. (sumber: www.ptaskes.com).
Pada era saat ini sesuai dengan peraturan UU no 27 tahun 2014,
Indonesia telah menerapkan sistem reimbursement INA CBG’s dengan
sistem pembayaran case based groups yaitu berdasarkan diagnosis pasien
keluar perawatan sebagai kelanjutan dari DRG CBG’s baik rumah sakit
pemerintah maupun rumah sakit swasta sama-sama menerapkan sistem
reimbursement INA CBG’s. Rumah sakit Dr.H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin sebagai salah satu rumah sakit pemerintah berbasis pendidikan
yang juga menerapkan pelayanan kesehatan dengan pembiayaan sistem
paket INA-CBG’s.
Unit kerja rekam medis di RSUD Dr.H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin menyediakan loket tersendiri untuk layanan BPJS,dimana
pasien dengan layanan BPJS beserta SEP dilayani selesai saat itu juga.
Adapun uraian tugas UKRM lainnya telah terlaksana, sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 377 tahun 2007 tentang Kompetensi
Perkam Medis. Sebagai seorang perekam medis di haruskan oleh organisasi
profesi untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi sesuai dengan tujuh
kompetensinya. Ketujuh kompetensi tersebut, yaitu klasifikasi dan kodefikasi
penyakit (ICD-10) dan tindakan (ICD-9 CM), aspek hukum dan etika profesi,
manajemen rekam medis dan informasi kesehatan, menjaga mutu rekam
medis dan informasi kesehatan, manajemen unit rekam medis, serta
kemitraan profesi.
Melalui Praktek Kerja Lapangan (PKL) di RSUD H.Moch.Ansari Saleh
Banjarmasin ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
keterampilan serta pengetahuan dibidang yang berkaitan dengan rekam
medis, selain itu, berfungsi sebagai kegiatan pengembangan sumber daya
manusia untuk meningkatkan potensi dan produktivitas secara
optimal,mendapatkan wawasan,pengetahuan, serta keterampilan dibidang
rekam medis.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui manajemen dan sistem informasi
kesehatan serta klasifikasi dan kodefikasi penyakit, masalah-masalah
yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis (KKPMT) di
rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Mengidentifikasi manajemen rekam medis dan informasi
kesehatan di RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin yang
meliputi :
1) Konsep sistem pembiayaan di RSUD dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin
2) Macam jenis asuransi kesehatan di RSUD dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin
3) Reimbursement INA CBG’s
4) Implementasi sistem pembiayaan di RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin
5) Billing system di RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
b. Mengidentifikasi manajemen mutu rekam medis dan informasi
kesehatan yang meliputi :
1) Analisis kuantitatif di RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin
2) Analisis kualitatif di RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin
c. Mengklasifikasikan kode penyakit dan permasalahan kesehatan
serta kode tindakan pada sistem neoplasma, penyakit infeksi,
cidera/injury, keracunan/poisoning, penyebab luar/external cause
dan faktor-faktor terkait masalah kesehatan di RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin.
C. MANFAAT
Seiring tercapainya beberapa tujuan dari kegiatan PKL, maka akan
memberikan manfaat bagi berbagai pihak diantaranya bagi :
1. Mahasiswa
a. Dapat mengetahui manajemen rekam medis rumah sakit dan sistem
informasi kesehatan serta klasifikasi dan kodefikasi penyakit juga
dapat mengatahui cara menangani masalah-masalah yang berkaitan
dengan kesehatan dan tindakan medis.
b. Untuk menambah wawasan tentang manajemen dan sistem informasi
kesehatan serta klasifikasi dan kodefikasi penyakit, masalah-masalah
yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis (KKPMT) di
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
c. Sebagai pintu awal bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri
memasuki dunia kerja.
2. Program Studi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Sebagai bahan panduan pembelajaran ilmu rekam medis dan
sebagai masukan pembelajaran mengenai penyelenggaraan rekam medis
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Husada Borneo Banjarbaru.
Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan mahasiswa dalam
menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama pembelajaran, sehingga
dapat digunakan sebagai dasar penilaian dalam penentuan mutu dari
institusi pendidikan tersebut.
3. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
Sebagai masukkan dan pertimbangan dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi pasien di rumah sakit.
Sejak tahun 1980 hingga saat ini, Rumah Sakit Jiwa Banjarmasin
berubah menjadi RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin di jalan
Brig. Jend H. Hasan Basry. Adapun kegiatan operasional kegiatannya
dimulai sejak tanggal 22 Juli 1985 dan diresmikan pemakaiannya oleh
Bapak Menteri Republik Indonesia Dr. Soewardjo Soejaningrat pada
tanggal 3 September 1985.
1. Visi
Terwujudnya pelayanan prima dan unggul yang terintegrasi dengan
pendidikan dan penelitian.
2. Misi
Misi 1 pemerintah provinsi Kalimantan selatan tentang
mengembangkan sumber daya manusia yang agamis, sehat,
cerdas dan terampil :
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan.
b. Menyelenggarakan pengembangan pusat rujukan pelayanan
kesehatan dengan unggulan penyakit saraf, penyakit infeksi di
provinsi Kalimantan selatan.
c. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian untuk tenaga
kedokteran dan tenaga kesehatan lainnya.
d. Menyelenggarakkan tata kelola organisasi yang efisien, efektif
dan akuntabel.
B. Struktur Organisasi RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin.
Pada tahun 2001 diberlakukan otonomi daerah yang menyebabkan
pengelolaan RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin diserahkan ke
Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan yang di usulkan melalui
surat Gubernur Kalimantan Selatan Nomor : 061/00611/ORG, tanggal 30
April 2001 perihal usulan konversi Rumah Sakit Jiwa Banjarmasin Kelas B
Non-Pendidikan. Saat ini RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
dipimpin oleh Direktur dengan pangkat Eselon IIb yaitu Dr. Dr. Izaak
Zoelkarnain A. Sp.OT, FICS.
Jabatan Pangkat
Ruang unit rawat inap yang ada di RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin sebanyak 14 ruangan dengan jumlah TT (tempat tidur)
sebanyak 349 TT. Berikut adalah daftar ruangan dan TT yang efektif
berlaku sejak April 2018:
Kelas
1. GIOK 0 2 4 11 0 0 17
2. YAKUT 0 2 6 12 0 0 20
3. EMERALD III 20 0 0 0 0 0 20
(VIP)
4. MERAH 0 0 0 0 0 20 20
DELIMA +
NICU
5. NILAM Lt. 0 8 10 14 3 0 35
1(Alexandri)
6. NILAM Lt. 2 0 10 6 15 2 0 35
(Nilam)
7. NILAM Lt. 3 0 8 5 16 1 0 30
(Safir)
8. Alexandri Lt. 1 0 10 15 15 0 0 40
& 2 (Nifas)
9. Alexandri Lt. 3 0 10 11 0 4 0 25
(Berlian)
14. JAMRUD 0 0 8 11 0 0 19
3. Fasilitas Penunjang
RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin menyediakan fasilitas
penunjang untuk mempercepat pelayanan pasien. Selain itu, dengan fasilitas
penunjang di dalam lokasi rumah sakit, pasien tidak perlu mengunjungi
fasilitas kesehatan lain untuk mendapatkan pelayanan penunjang seperti :
a. IGD
b. Laboratorium
c. Radiologi
d. Depo Farmasi
D. Visi dan Misi Rekam Medis RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin
Secara umum visi adalah kemampuan memandang, kemampuan
memahami apa yang akan diwujudkan di masa yang akan datang; ide yang
ada dalam angan-angan tentang sesuatu (Dictionary Of Language and
Culture, Longman).
Misi adalah tugas khusus yang menjadi tanggung jawab seseorang
atau sekelompok orang – specifc task a person or group is charged –
(Webster Third New International Dictionary).
Adapun visi dan misi RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
khususnya di bagian unit kerja rekam medis adalah sebagai berikut :
VISI :
“ Memberikan informasi yang bermutu dan berkualitas serta pelayanan
prima”
MISI :
1. Mengumpulkan, mengolah, menyimpan data serta informasi yang
lengkap dan akurat
2. Mendukung terselenggaranya tertib administrasi
3. Memberi perlindungan hukum bagi pasien, profesi kesehatan dan
rumah sakit.
BAB III
MANAJEMEN REKAM MEDIS DAN INFORMASI
KESEHATAN
B. Asuransi Kesehatan
1. Pengertian
Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang secara khusus
menjamin biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut
jika mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan. Secara garis besar ada
dua jenis perawatan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan asuransi, yaitu
rawat inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (out-patient treatment) (Mukti,
Ali Ghufron 2008).
2. Produk asuransi kesehatan diselenggarakan baik oleh perusahaan
asuransi sosial, perusahaan asuransi jiwa, maupun juga perusahaan asuransi
umum. Di Indonesia, PT Askes Indonesia merupakan salah satu perusahaan
asuransi sosial yang menyelenggarakan asuransi kesehatan kepada para
anggotanya yang utamanya merupakan para pegawai negeri baik sipil
maupun non-sipil. Anak-anak mereka juga dijamin sampai dengan usia 21
tahun. Para pensiunan beserta istri ataupun suami juga dijamin seumur hidup.
Di luar golongan tersebut pemerintah juga menyediakan program asuransi
kesehatan kepada warga berpenghasilan rendah, kini disebut Jamkesmas
(Mukti, Ali Ghufron 2008).
3. Pada tahun 2010,120,2 juta dari sekitar 237 juta penduduk Indonesia
memiliki asuransi kesehatan disediakan baik oleh PT Askes Indonesia, PT
Jamsostek, PT Asabri maupun lewat program Jamkesmas atau asuransi lain.
(Jamkesmas 2010)
4. Beberapa perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa telah
memasarkan pula program-program asuransi kesehatan dengan berbagai
macam varian yang berbeda. Pada umumnya perusahaan asuransi yang
menyelenggarakan program asuransi kesehatan bekerja sama dengan
provider rumah sakit baik secara langsung maupun melalui institusi perantara
sebagai asisten manajemen jaringan rumah sakit. (Jamkesmas 2010)
Pada umumnya model asuransi mendorong munculnya apa yang disebut
sebagai moral hazard, moral hazard sendiri berarti moral atau karakter dari calon
tertanggung yang mentransfer resikonya ke perusahaan asuransi atau
respondensinya sebagai rincian contoh yaitu sebagai berikut:
a. Pada sisi tertanggung (pasien): adanya kecenderungan untuk
memaksimalkan pelayanan kesehatan karena semua biaya akan
ditanggung asuransi, dan kecenderungan untuk tidak melakukan tindakan
preventif
b. Pada sisi provider: mempunyai kecenderungan untuk memberikan terapi
secara berlebihan untuk memaksimalkan pendapatan. Sehingga beberapa
skema asuransi diatur sedemikian rupa untuk mengurangi terjadinya moral
hazard, misalnya dengan mengatur batasan paket pelayanan, mengatur
besaran kontribusi sesuai dengan tingkat resiko tertanggung
E. Billing Sistem
1. Pengertian Sistem Billing
Billing berasal dari bahasa Inggris yaitu bill (noun), yang artinya bukti
transaksi pembayaran. Maka billing dapat juga diartikan mengirimkan bukti
transaksi, atau mengumumkan bukti transaksi (Enterprise, Jubilee 2007).
2. Billing sistem rumah sakit.
Billing Sistem Informasi Rumah Sakit adalah sistem Informasi transaksi
pembayaran yang dihasilkan oleh sebuah sistem yang digunakan pada rumah
sakit bersangkutan. Software Sistem Billing Rumah Sakit adalah Software yang
berfungsi untuk menghitung transaksi pembayaran yang terjadi atau sebagai
bukti transaksi atau memberitahukan jumlah transaksi yang terjadi pada rumah
sakit baik yang berkaitan dengan obat, jasa dokter dan tindakan medis. (Tohir,
Muhammad 2016)
Analisis kuantitatif adalah telaah atau review bagian tertentu dari isi rekam
medis dengan maksud menemukan kekurangan khusus dari isi rekam medis
dengan maksud menemukan kekurangan khusus yang berkaitan dengan
pendokumentasian (pencatatan) rekam medis (Susanto,Edy 2017).
2. Tujuan
1) Mutakhir
Informasi dalam rekam kesehatan dicatat segera, tidak ditunda hingga ke hari
berikutnya. Bila ada korespondensi medis untuk pihak luar dikerjakan dalam
waktu kurang dari 7 hari.
2) Tulisan terbaca
Dapat terbacanya masukan informasi berupa abjad dan angka yang ditulis
dalam rekam kesehatan.
3) Singkatan baku
Penggunaan peristilahan medis yang sudah disepakati dalam dunia
kesehatan dan atau di sarana pelayanan kesehatan.
4) Menghindari sindiran
Tulisan medis dalam rekam kesehatan tidak saling menjatuhkan sesama
rekan.
5) Pengisian tidak senjang
Pencatatan dilakukan setiap pasien ke klinik tanpa adanya kekosongan meski
dalam keadaan darurat, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
6) Tinta
Rekam kesehatan hanya menggunakan tinta warna biru atau hitam dalam
penulisan.Khusus untuk suhu, nadi, pernafasan (grafik) boleh menggunakan
warna merah atau hijau.
7) Catatan jelas
Prosedur coding
1) Memberi kode penyakit pada diagnosa pasien yang terdapat pada
berkas rekam medis sesuai dengan ICD 10,
2) Menghubungi dokter yang menangani pasien yang bersangkutan
apabila diagnosa pasien tersebut kurang bisa dimengerti atau tidak
jelas
3) Melakukan pengolahan klasifikasi penyakit
4) Memberikan pelayanan kepada dokter atau peneliti lain yang akan
melakukan penelitian yang sesuai indek pe nyakit pasien,
5) Hasil diagnosis dari dokter, merupakan diagnosis utama maupun
sebagai diagnosa sekunder atau diagnosa lain yang dapat berupa
penyakit komplikasi, maka harus menggunakan buku ICD-10
(International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problems Tenth Revision). Untuk pasien yang dilakukan tindakan
operasi, nama operasi tersebut dilengkapi dengan kode-kode operasi
yang dapat ditentukan dengan bantuan buku ICOPIM dan ICD-9-CM
(Internasional Classification of Procedure in Medicine).
6) Dalam mencari kode penyakit dapat dicari berdasarkan abjad nama
penyakit yang dapat dilihat di dalam buku ICD-10 (International
Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems
Tenth Revision).
7) Lalu untuk indexing dilakukan dengan cara komputer. Juga
digunakan lembaran kode penyakit yang sering muncul untuk
mempermudah proses pengkodean.
B. Neoplasma
Neoplasma adalah pertumbuhan abnormal, namun bukan kanker
yang mungkin terjadi di berbagai bagian tubuh. Kata “neoplasma” berasal
dari kata Yunani “neo”, yang berarti baru, dan “plasma”, yang berarti
“pembentukan atau penciptaan”, dengan demikian berkaitan dengan
pertumbuhan abnormal jaringan baru. Neoplasma lebih sering disebut
sebagai tumor namun karena diklasifikasikan bersifat jinak, neoplasma
tidak menyebabkan kanker, seperti tumor pra-kanker atau ganas.
Neoplasma atau tumor juga dikenal dengan nama “nodul” atau “massa”,
tergantung pada ukurannya. Nodul adalah neoplasma yang berukuran
kurang dari 20 mm, sedangkan massa setidaknya berukuran 20 mm.
Tidak seperti tumor ganas, tumor jinak tumbuh lebih lambat dan
tidak diketahui dapat bermetastasis atau menyebar ke jaringan di
sekitarnya. Ketika terbentuk, tumor ini membawa karakteristik dari jaringan
asalnya dan dapat terbentuk sendiri atau berkelompok. Karena tidak
berbahaya bagi kehidupan penderitanya, seringkali tumor ini tidak
memerlukan pengobatan segera, namun masih harus dipantau karena
terkadang dapat tumbuh cukup besar dan menyebabkan masalah bagi
fungsi tubuh. Dua bahaya utama yang harus diperhatikan ketika tumor jinak
muncul adalah ketika neoplasia berkembang menjadi massa dan ketika
tumbuh pada daerah kecil tubuh di mana tumor dapat menyebabkan
obstruksi. Dalam kasus tersebut, tumor jinak juga mungkin mengancam
jiwa sehingga pengobatan mungkin diperlukan.
C. Penyakit Infeksi
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit infeksi atau
penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme
patogen, seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit. Penyakit ini bisa
menyebar secara langsung maupun tidak langsung dari satu orang ke
orang lainnya. Gejala yang disebabkan oleh masing-masing penyakit
infeksi dan langkah pengobatannya pun berbeda-beda tergantung
mikroorganisme apa yang menjadi pemicunya.
Beberapa contoh penyakit infeksi menular selain TBC dan Hepatitis,
yaitu campak, cacar air, chikungunya, meningitis, malaria, HIV/AIDS,
pneumonia, rabies, ebola, demam kuning, influenza, rabies, flu burung, dan
lain-lain.
D. Cidera / Injury
Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi
tubuh karena suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. Berbagai
macam ceder, Luka bakar adalah cedera yang diakibatkan oleh sesuatu
yang panas, Patah tulang atau fraktur, cedera pada tulang, Luka pada kulit
yang dapat mengakibatkan pendarahan atau hanya lecet, Memar adalah
pendarahan di dalam tubuh, di kulit terlihat warna kebiruan. Luka fisik
serius adalah luka pada tubuh (fisik) yang dapat berakibat kematian pada
korban
E. Keracunan / Poisoning
keracunan makanan adalah kondisi yang muncul akibat
mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi oleh organisme
menular, seperti bakteri, virus, dan parasit. Kontaminasi dapat terjadi saat
makanan sedang diproses atau dimasak dengan tidak benar. Kontaminasi
yang umumnya terjadi pada kasus keracunan makanan disebabkan oleh,
Bakteri Campylobacter, Salmonella, Escherichia coli (E. coli), Listeria,
Clostridium botulinum ( botulinum) dan Shigella, Norovirus dan rotavirus,
Parasit Cryptosporidium, Entamoeba histolytica, dan Giardia.
Daftar Pustaka :
http://ayotahu.Ardani,Alfian.com/2014/06/coding-system-sistem-koding-rekam-
medis.html
http://www.stikesmuhbojonegoro.ac.id/index.php/main/article/read/39/coding-
perekam-medis-dan-informasi-kesehatan
https://www.alodokter.com/penyebab-penyakit-infeksi-penyebaran-dan-tips-
pencegahannya
https://www.alodokter.com/keracunan-makanan.html