Anda di halaman 1dari 15

FARMAKOLOGI

Pengertian : ilmu yang mempelajari semua yang berhubungan dengan obat


dan interaksinya dengan proses kehidupan

 pengertian sangat luas , mencakup : sejarah, sumber, sifat kimia dan


fisik, komposisi, efek , mekanisme kerja , ADME dan penggunaan.

Sejarah :
- Penggunaan obat untuk tujuan sosial,keagamaan atau pengobatan 
sudah dikenal sejak lama  coba-coba  pengetahuan turun-temurun
pengetahuan empiris.
 Resep peninggalan orang Samaria ( 5000 th yg lalu ) menggunakan
akar, biji-2an, kulit pohon,garam.
 Jamur  antibiotik  di China sudah digunakan sejak 2500 th BC 
obat bisul.
 Resep  tidak masuk akal  buta : mata babi, madu, antimon
Masuk akal : orang Mesir mengobati rabun senja dengan hati
sapi  dipanggang  digerus
- Bahan alam  aktivitasnya tidak seragam  perkembangan ilmu-ilmu
lain
- Pertengahan abad 19  perkembangan  obat sintetis

Ilmu lain yg berkaitan dengan farmakologi :


- Farmakognosi dan galenika
- Farmasi
- Farmakokinetika
- Farmakodinamika
- Farmakoterapi
- Toksikologi

Tujuan mempelajari :
1. Supaya dapat menggunakan obat secara rasional
2. Supaya mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan
berbagai gejala penyakit

Obat :
1. Semua senyawa kimia yang mempengaruhi jaringan biologi

Sifat-sifat ideal obat :


3 sifat utama :
1. Efektif, mempunyai efikasi
2. Aman
3. Selektif
Aplikasi Pemberian Obat :
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam pemberian obat, yaitu :
1. Obat yang benar
2. Pasien yang benar
3. Dosis yang benar
4. Cara pemberian yang benar
5. Waktu pemberian yang benar
6. Pencatatan dan pelaporan yang benar ( administrasi )

Dalam memberikan obat, pemberi obat mempunyai peran dalam :


1. Patient Care
2. Patient education

Patient Care mencakup aspek :


1. Dosis dan cara pemberian obat
2. Meningkatkan efek terapetik
3. Memperkecil efek yang tidak dikehendaki
4. Memperkecil interaksi obat yang tidak dikehendaki
5. Identifikasi pasien dengan resiko tinggi
6. Dapat menanggulangi toksisitas obat

Patient education adalah pemberian informasi kepada pasien berupa :


1. Nama obat dan kategori terapetiknya
2. Besarnya dosis
3. Waktu pemberian obat
4. Rute dan teknik pemberian obat
5. Respons terapetik yang diharapkan dan waktu respons mulai
6. Lama obat dapat digunakan dan penyimpanannya
7. Efek yang tidak diinginkan dan cara mengurangi efek tsb
8. Memperkecil interaksi sesama obat yang tidak diinginkan
FARMAKOKINETIKA

Adalah proses dimana obat mengalami absorpsi, pengikatan dan distribusi


untuk sampai di tempat kerja dan timbul efek, kemudian dengan atau tanpa
biotransformasi obat diekskresi dari tubuh  berlangsung secara serentak.

Reseptor Depot jaringan

Terikat Bebas Terikat Bebas

Sirkulasi Sistemik

Obat Bebas Ekskresi


Absorps
i
Obat Terikat
Metabolit

Biotransformasi

ABSORPSI DAN BIOAVAILABILITAS


Absorpsi : proses penyerapan obat dari tempat pemberian, meliputi :
 kelengkapan
 kecepatan

Bioavailabilitas : jumlah obat yang dinyatakan dalam persen ( % ) terhadap


dosis yg dikonsumsi , yang dapat mencapai sirkulasi
sistemik dalam bentuk utuh atau aktif.

 tergantung pada : kelengkapan absorpsi, kecepatan absorpsi dan


adanya eliminasi prasistemik

Cara-cara pemberian obat :

1. Pemberian secara enteral


a. Per oral
- Keuntungan : mudah, aman, murah
- Kerugian : banyak faktor yg mempengaruhi bioavailabilitasnya, iritasi
sal cerna, perlu kerjasama dg pasien, efek timbul setelah beberapa
saat, tidak bisa diberikan kepada penderita yg muntah, tidak sadar.

b. Sublingual : tidak mengalami metabolisme lintas pertama

c. Per rektal :
 keuntungan : dapat dipergunakan untuk penderita yg muntah,
tidak sadar, pasca bedah dan metabolisme lintas pertama kecil
 kerugian : iritasi mukosa rektum, absorpsi tidak lengkap dan
tidak teratur.

2. Pemberian secara parenteral ( injeksi, suntik )


- keuntungan :
 efek timbul cepat dan teratur
 dapat diberikan pada penderita yg muntah, tidak sadar atau
tidak kooperatif
 sangat berguna dalam keadaan darurat

- kerugian :
 butuh cara asepsis
 bahaya penularan penyakit : hepatitis
 sukar dilakukan sendiri oleh penderita
 tidak ekonomis
 menimbulkan rasa nyeri
 lebih berbahaya dari pada per oral

3. Pemberian melalui paru-paru ( inhalasi )


- hanya untuk obat yg berbentuk gas atau cairan mudah menguap dan
obat dan obat yg dapat diberikan dalam bentuk aerosol
- absorpsi terjadi melalui epitel paru-2 dan mukosa sal nafas
- keuntungan :
 absorpsi cepat  karena permukaan absorpsi luas
 terhindar dari eliminasi lintas pertama
 pada penyakit paru ( asma bronkial )  obat langsung bekerja
pada bronkus
- kerugian :
 perlu alat dan metode khusus
 sulit dikerjakan
 dosis sukar diatur
 iritasi paru-2

4. Pemberian secara topikal


a. Pada kulit
- epidermis merupakan sawar yg baik dan dermis merupakan lapisan
yg permeabel
- ada beberapa senyawa kimia yg bisa menembus kulit utuh
- jumlah obat yg diserap tergantung pada luas permukaan kulit yg
terpajan dan kelarutan obat dalam lemak
- hal-2 yg dapat meningkatkan absorpsi obat :
 inflamasi dan keadaan lain yg meningkatkan aliran darah kulit
 membuat suspensi obat dalam lemak
 menggosokkan di atas kulit
 memakai penutup di atas kulit

b. Pada mata
- untuk mendapat efek lokal pada mata
- absorpsi melalui kornea dan akan lebih cepat bila kornea infeksi atau
trauma
- dapat menimbulkan efek sistemik yg tidak diinginkan  absorpsi
melalui sal nasolakrimalis  mis : beta blocker untuk glaukoma dapat
menimbulkan efek toksik sistemik

DISTRIBUSI

- Adalah proses penyebaran obat melalui sirkulasi darah ke seluruh tubuh


- Tergantung pada :
 aliran darah
 sifat fisiko-kimia obat
- Distribusi dipengaruhi oleh :
 kelarutan obat dalam lemak :
 Obat yg larut lemak  melintasi membran sel  distribusi di dl sel
 Obat yg tidak larut lemak  distribusi terutama dl cairan ekstrasel
 ikatan obat pada protein plasma :
hanya obat bebas yg dapat berdifusi
derajat ikatan ditentukan oleh afinitas obat thd protein , kadar obat
dan kadar protein plasma

Akumulasi
- Obat dapat terakumulasi dalam sel jaringan dengan mekanisme :
 adanya transport aktif
 ikatan dg komponen intrasel : protein, fosfolipid, nukleoprotein
 kelarutan di dalam lemak
- Contoh jaringan yg bisa menjadi tempat akumulasi :
 hati : penggunaan kuinakrin kronik
 Jaringan lemak : obat yg larut lemak ( mis: tiopental )
 Protein plasma :
 obat yg bersifat asam terikat pd albumin
 obat yg bersifat basa terikat pd α 1-glikoprotein
 Tulang : logam berat ( Pb, radium )
 Cairan lambung : obat yg bersifat basa lemah
 Sal cerna : reservoir untuk obat dl sediaan lepas lambat
- Obat yg terakumulasi  dl keseimbangan dg obat dl plasma  akan
dilepas waktu kadar dl plasma turun  memperpanjang kerja obat

Sawar
- Adalah pertahanan spesifik pada jaringan tertentu sehingga sulit
ditembus oleh mol obat
- Ada 2 sawar penting :
1. sawar darah-otak ( Blood Brain Barrier )
2. sawar uri
BIOTRANSFORMASI
- Adalah perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan
dikatalisis oleh enzim
- Molekul obat akan dirubah  lebih poler  lebih mudah larut air 
lebih mudah diekskresikan
- Perubahan aktifitas :
 obat menjadi tidak aktif  kerja obat berakhir
 obat tetap aktif, lebih aktif, lebih toksik
- Metabolit yg aktif :
 Langsung diekskresikan
 mengalami biotransformasi lebih lanjut  diekskresikan
 kerja obat berakhir

- Reaksi :
1. Reaksi Fase I = Reaksi Non-sintetik
 berupa reaksi : oksidasi, reduksi, hidrolisa
 tidak perlu energi
 metabolit : tidak aktif, kurang aktif, lebih aktif

2. Reaksi Fase II = Reaksi sintetik


 konjugasi obat atau metabolit hasil reaksi fase 1 dengan
substrat endogen ( asam glukuronat, asam sulfat, asam asetat,
asam amino )
 metabolit tidak aktif
 metabolit lebih poler  mudah larut air  mudah diekskresi
 perlu energi

EKSKRESI
- Obat diekskresi dalam bentuk molekul asal atau metabolit
- Jalur ekskresi :
 Ginjal  yang terpenting
 ekskresi melalui ginjal akan menurun bila terjadi
gangguan fungsi ginjal  dosis obat harus diturunkan
atau interval diperpanjang
 Empedu  usus  feses atau dari empedu  siklus
enterohepatik  metabolisme kembali  ginjal
 Jalur lain ; saliva, ASI, air mata, rambut  sangat kecil
FARMAKODINAMIKA
- Mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat dan mekanisme kerjanya

Mekanisme Kerja Obat


- Efek obat timbul karena terjadi interaksi antara obat dengan reseptor
pada sel  timbul perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan
respons yang khas bagi suatu obat

O + R OR Efek

- Semakin baik ikatan O-R  aktifitas semakin baik


- Reseptor :
 Berupa komponen makromolekul fungsional ( protein ; komponen
paling penting )  enzim atau gugus fungsional sel
 Ada sekelompok reseptor tertentu yang selain berperan sebagai re
septor obat, juga berperan sebagai resepor bagi ligan endogen
( hormon, neurotransmitor )
 substansi yang efeknya menyerupai efek senyawa endogen 
efek agonis
 substansi yang tidak mempunyai aktifitas intrinsik, tetapi
menghambat secara kompetitif efek agonis di tempat ikatan
agonis  efek antagonis

Reseptor Obat
- Sifat kimia
 komponen yang paling penting : protein
 Asam nukleat : reseptor untuk obat sitostatika

- Hubungan Struktur dan Aktifitas


 Struktur kimia obat menentukan sifat-2 farmakologinya : afinitas obat
terhadap reseptor dan aktifitas intrinsiknya
 Perubahan struktur  perubahan sifat farmakologi

Interaksi Obat – Reseptor


 Ikatan antara obat dengan reseptor  ikatan lemah / non-kovalen
 Hubungan antara dosis dengan intensitas efek
 Intensitas efek berbanding lurus dengan jumlah reseptor yang
diikat oleh obat, dan efek akan maksimal bila seluruh resepor
diikat oleh obat
 Hubungan antara dosis obat dengan besarnya efek  kurva
dosis-intensitas efek ( Dose – effect curve = DEC )  bentuk
hiperbola  diambil bentuk log dosis  kurva berbentuk sigmoid 
lebih mudah membandingkan DEC
 Variabel hubungan dosis – intensitas efek
Ada 4 variabel : potensi, efek maksimal, kecuraman ( slope ) dan
variasi biologik.
1. Potensi : menunjukkan rentang dosis yang menimbulkan efek,
besarnya ditentukan oleh :
a. kadar obat yang mencapai reseptor
b. afinitas obat terhadap reseptor

2. Efek maksimal : respons maksimal yang ditimbulkan oleh obat bila


diberikan pada dosis yang tinggi  pada penggunaan klinik , dosis
dibatasi oleh timbulnya efek samping

3. Kecuraman : menunjukkan batas keamanan obat

4. Variasi biologik : variasi antar individu dalam besarnya respons


terhadap dosis yang sama dari suatu obat.
 bisa berlaku untuk satu orang pada satu waktu
 bisa merupakan nilai rata-2 dari populasi

Kerja obat yang tidak diperantarai reseptor


Ada beberapa jenis obat yang untuk bisa menimbulkan efek, tidak perlu
berikatan dengan reseptor.
Kerja obat ini mungkin dengan cara :
1. Mengubah sifat cairan tubuh :
 Perubahan sifat osmotik
Mis : diuretik osmotik ( urea , manitol )  meningkatkan
osmolaritas filtrat glomerulus  mengurangi reabsorpsi air pada
tubuli  efek diuretik
 Perubahan sifat asam-basa
Mis : antasid  menetralkan asam lambung

2. Berinteraksi dengan molekul kecil atau ion :


 Mis : Ca Na EDTA ( chelating agent ) akan mengikat Pb menjadi
kelat yang tidak aktif  pada keracunan Pb

3. Masuk ke dalam komponen sel dan kemudian bertindak sebagai


antimetabolit.
 obat yang merupakan analog purin atau pirimidin dapat masuk ke
dalam asam nukleat  fungsi terganggu , mis : 6-merkaptopurin,
flusitosin, antikanker
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RESPONS PENDERITA TERHADAP OBAT

DOSIS YANG DIBERIKAN


( RESEP )

- Kepatuhan penderita
- Kesalahan medikasi

DOSIS YANG DIMINUM

Faktor-2 Farmakokinetik

- Kondisi fisiologik
- Kondisi patologik
- Faktor genetic
- Interaksi obat
KADAR OBAT DI - Toleransi
TEMPAT KERJA

Faktor-2 Farmakodinamik

INTENSITAS EFEK FARMAKOLOGIK


( RESPONS PENDERITA )
KONDISI FISIOLOGIK

1. Anak
Pada neonatus dan bayi terdapat perbedaan respons yang disebabkan
karena berbagai fungsi farmakokinetik dan farmakodinamik yang belum
sempurna :
a. Absorpsi :
 produksi asam lambung masih sedikit  pH lambung >
 peristaltik lambat  laju absorpsi lambat  O.o.a lambat
 metabolisme lintas pertama kurang
b. Distribusi :
 kapasitas ikatan protein plasma rendah
 sawar darah otak dan sawar kulit belum sempurna
 ada jaringan yang sedang tumbuh yang peka terhadap obat-2
tertentu
c. Biotransformasi : terutama glukuronidasi dan hidroksilasi belum
sempurna
d. Ekskresi : fungsi ekskresi ginjal lebih rendah

Harus diperhatikan pada penggunaan obat :


a. Sulfonamid, salisilat, vit K sintetik ( K3 ) : kernikterus karena
 obat mendesak ikatan antara bilirubin dengan protein plasma
 kapasitas ikatan protein plasma masih rendah
 glukuronidasi bilirubin oleh hepar turun
 sawar darah otak belum sempurna
b. Heksaklorofen : neorutoksisitas karena sawar kulit belum sempurna
c. Kloramfenikol : sindrom bayi abu-2 , karena :
 glukuronidasi oleh hepar rendah
 filtrasi obat utuh oleh ginjal rendah
 kadar obat dalam jaringan tinggi
d. Aminoglikosida : intoksikasi karena filtrasi glomerulus rendah
e. Morfin, barbiturat IV : depresi pernafasan karena sawar darah – otak
belum sempurna
f. Tetrasiklin : perubahan warna gigi yang permanen

2. Usia lanjut
Faktor-2 yang menyebabkan terjadinya perubahan respons obat :
a. Absorpsi : diperlambat karena aliran darah ke GIT dan motilitas
berkurang  absorpsi diperlambat  mula kerja obat tertunda
b. Distribusi :
 cairan tubuh berkurang  kadar obat dalam darah dan jaringan
>>
 rasio lemak terhadap air >>  obat yg larut lemak dapat
terakumulasi
 jumlah albumin berkurang  jumlah obat bebas >>
c. Biotransformasi :
 penurunan produksi enzim
 penurunan aliran darah hati
 penurunan fungsi hati total
 penurunan metabolisme  waktu paruh diperpanjang
d. Ekskresi : penurunan aliran darah ginjal dan penurunan laju filtrasi
glomerulus ( 40-50% ) penurunan ekskresi
e. Perubahan farmakodinamik : peningkatan sensitivitas reseptor ,
terutama reseptor di otak
f. Adanya berbagai penyakit  penggunaan banyak jenis obat 
kemungkinan interaksi >>

Yang perlu diperhatikan pada pemberian obat pada usila :


a. Berikan obat hanya dengan indikasi yang paling tepat
b. Pilih obat yang paling menguntungkan dan tidak berinteraksi
c. Mulai dengan dosis separuh lebih sedikit daripada dosis dewasa
muda
d. Berikan regimen dosis yang sederhana ( 1x sehari ) dan sediaan
yang mudah ditelan
e. Periksa secara berkala obat yang dikonsumsi penderita, hentikan
obat yang tidak diperlukan lagi

Perubahan respons obat yang sering terjadi :


a. Digoksin : intoksikasi, karena berat badan turun, filtrasi glomerulus
turun, gangguan elektrolit dan penyakit kardiovaskuler yang lanjut
b. Tiazid, furosemid : hipotensi, hipokalemia, hipovolemia, hiperglikemia,
hiperurikemia karena bert badan turun, fungsi ginjal turun, meknisme
homeostatik kardiovaskuler turun.
c. Barbiturat : gelisah sampai psikosis karena sensitivitas otak
meningkat dan metabolisme hepar turun
d. Diazepam, nitrazepam, flurazepam : depresi SSP meningkat karena
meningkatnya sensitivitas otak dan metabolisme menurun

Ketidakpatuhan pada usila menimbulkan masalah khusus , sebab-2 :


a. menurunnya daya ingat
b. Berkurangnya mobilitas dan keluwesan gerak
c. Gangguan penglihatan dan pendengaran
d. Efek samping merugikan dari obat
e. Tidak mengerti tujuan penggunaan obat

KONDISI PATOLOGIK
1. Penyakit saluran cerna
- mengurangi kecepatan dan / atau jumlah obat yang diabsorpsi p.o,
melalui :
 perlambatan pengosongan lambung
 percepatan waktu transit dalam sal cerna
 malabsorpsi
 dan/ atau metabolisme dalam sal cerna
- Prinsip pemberian obat :
 hindarkan obat yang bersifat iritan pada keadaan stasis /
hipomotilitas sal cerna
 hindarkan sediaan lepas lambat dan sediaan salut enterik pada
keadaan hiper atau hipomotilitas
 dosis disesuaikan berdasarkan respons klinik

2. Penyakit kardiovaskuler
- Dapat mengurangi distribusi obat dan aliran darah ke hepar dan ginjal
 kadar obat dalam darah >>
- Prinsip pemberian obat :
 turunkan dosis awal dan penunjang
 sesuaikan dosis berdasarkan respons klinik

3. Penyakit hepar
Terutama pada penyakit hati yang parah , karena hati mempunyai
kapasitas cadangan yang besar
- Mengurangi metabolisme dan sintesa protein plasma  kadar obat
bebas dalam plasma >>
- Meningkatkan sensitivitas reseptor di otak terhadap obat-2 : depresan
( sedatif-hipnotik, analgesik narkotik ), diuretik yang menimbulkan
hipokalemia, dan obat yang dapat menimbulkan konstipasi.
 pencetus ensefalopati hepatik
- Berkurangnya sintesa faktor pembekuan darah  respons terhadap
antikoagulan >>
- Obat-obat yang dapat menyebabkan retensi cairan ( antiinflamasi
non-steroid, kortikosteroid, kortikotropin ) memperburuk udem dan
asites.
- Obat-2 hepatotoksik yang berhubungan dengan dosis, sudah akan
menyebabkan toksisitas pada hepar pada dosis rendah
- Prinsip pemberian obat :
 Pilih obat yang ekskresi utama melalui ginjal
 Hindarkan penggunaan obat-2 depresi

4. Penyakit ginjal
- mengurangi ekskresi melalui ginjal
- Mengurangi kadar protein plasma atau mengurangi ikatan protein
plasma ( ureum dan FFA dalam darah >> ), akibatnya :
 kadar obat bebas dalam darah >>
 terjadi perubahan keseimbangan elektrolit dan asam basa
 meningkatkan sensitifitas atau respons jaringan terhadap obat-2
tertentu
 mengurangi atau menghilangkan efektifitas beberapa jenis obat
- Prinsip pemberian obat :
 Pilih obat yang eliminasinya terutama melalui hati
 Hindarkan penggunaan tetrasiklin, diuretik merkuri, diuretik
hemat kalium, diuretik tiazid, antidiabetik oral dan aspirin
 Gunakan dosis lebih rendah dari normal, terutama untuk obat-2
yang eliminasi utama melalui ginjal
FAKTOR GENETIK
- Farmakogenetik : cabang farmakologi yang mempelajari perubahan
respons obat karena pengaruh faktor genetik
- Perbedaan farmakokinetik dan farmakodinamik tergantung pada gen,
yang disebabkan oleh kekurangan, kelebihan atau polimorfisme enzim
tertentu, yaitu pada pembentukan isoenzim dengan aktifitas enzim yang
berubah  terjadi sejak lahir
- Idiosinkrasi : hipersensitifitas bawaan terhadap senyawa tertentu
- Contoh : defisiensi enzim Glukosa-6-fosfat-dehidrogenase  pemberian
obat-2 antimalaria, sulfonamid dan nitrofurantoin  anemia hemolitik
( orang negro, penduduk L tengah, India )

FAKTOR LAIN
1. Interaksi obat
2. Toleransi  T. Farmakokinetik dan T. farmakodinamik
3. Pengaruh lingkungan :
Mis : kebiasaan merokok  mempercepat metabolisme obat-2
tertentu ( mis. Teofilin )  respons penderita <<
EFEK SAMPING

- Adalah efek selain efek utama suatu obat


- Sifat :
1. Diinginkan atau tidak diinginkan
Mis : reserpin ( antihipertensi ) yg mempunyai efek samping sedasi,
sehingga :
 penggunaan pada pasien dengan hipertensi karena faktor psikis
 menguntung
 penggunaan pada pasien depresi  merugikan

2. Tidak merugikan atau parah


 Eritromisin  mual
 Bleomisin  fibrosis paru-2

3. Dapat diperkirakan sebelumnya atau tidak


 Asam mefenamat  agranulositosis
 Reaksi-2 alergi

4. Tergantung pada dosis atau tidak

Yang termasuk efek samping :


1. Efek toksik
 Tergantung pada dosis dan sifatnya spesifik pada masing-2 obat
 Penggunaan obat pada dosis besar  efek toksik pasti terjadi
 Kadang-2 bisa terjadi pada penggunaan obat dengan dosis terapi
 variasi biologik
 Efek toksik dapat berupa :
a. Gangguan pada GIT dan SSP
b. Kerusakan sel-2 parenkim hati dan ginjal
c. Perubahan pembentukan sel-2 darah
d. Mutagen, karsinogen
 Penyakit karena obat : suatu keadaan atau penyakit yang timbul
setelah penggunaan obat tertentu, yang tetap ada walaupun
pemakaian obat telah dihentikan
mis : Streptomisin  tuli

2. Reaksi alergi
- Adalah suatu keadaan dimana terjadi perubahan reaksi organisme
terhadap senyawa tertentu
- Sifat :
 tidak tergantung pada dosis
 tidak spesifik pada suatu senyawa
 terjadi karena ada reaksi antigen – antibodi
- Syarat : harus ada kontak pertama  sensibilisasi
- Faktor -2 yang mempercepat timbulnya alergi :
 Genetik
 Frekuensi pemakaian
 Cara pemakaian
- Jenis reaksi alegi :
 Jenis reaksi segera  anafilaktik
 Jenis reaksi lambat  reaksi tuberkulin
 Bentuk khusus  Sindrom Stevens – Johnson

3. Efek samping sekunder


Akibat yang tidak diinginkan dari kerja utama obat  penyakit lain

4. Efek samping pada kehamilan


Dapat berupa :
 kematian janin
 teratogen
 kerusakan lain : cacat pendengaran, anomali gigi, maskulinisasi
fetus perempuan.

5. Ketergantungan obat
Adalah suatu keadaan psikis dan fisik yang terjadi karena interaksi
obat dengan organisme, yang dikarakterisasi melalui reaksi perilaku,
antara lain selalu terpaksa menggunakan obat secara periodik atau
berulang untuk mengalami efek psikisnya dan untuk mencegah efek
yang tidak enak karena kehilangan obat tsb

Tahap-2 :
 Habituasi ( pembentukan kebiasaan ) : kebutuhan untuk
menggunakan obat tertentu secara teratur untuk mencapai
suatu keadaan euforia  sifat ketergantungan : psikis
 Toleransi : setelah pemberian berulang suatu obat, maka dosis
harus ditingkatkan untuk mendapatkan efek yang sama 
ketergantungan fisik
 Adiksi : ketergantungan psikis dan fisik

Anda mungkin juga menyukai