Anda di halaman 1dari 46

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Fisika Skripsi Sarjana

2018

Analisis Citra BNO IVP (Buickhnier


Overzicht Intra Venous Pyelography)
dengan Computer Radiografi di Rumah
Sakit Umum H. Adam Malik Medan

Suramana, Albert Imanuel Sue


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7843
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS CITRA BNO IVP (BUICKHNIER OVERZICHT INTRA
VENOUS PYELOGRAPHY) DENGAN COMPUTER RADIOGRAFI DI
RUMAH SAKIT UMUM H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

ALBERT IMANUEL SUE SURAMANA


160821050

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

ANALISIS CITRA BNO IVP (BUICKHNIER OVERZICHT INTRA


VENOUS PYELOGRAPHY) DENGAN COMPUTER RADIOGRAFI DI
RUMAH SAKIT UMUM H. ADAM MALIK MEDAN
ABSTRAK

Telah dilakukan pemeriksaan BNO IVP dengan cara pemasukan zat kontra media
positif ke pembuluh vena , untuk mengetahui indikasi penyakit maka di gunakan zat kontras
media, dalam pemotretan ini dapat terlihat bahwa penyakit yang terdapat di pemeriksaan
BNO IVP tersebut adalah hydronefrosis. Maka dilakukan pemeriksan BNO IVP dengan
contras media. sebanyak pemotretan sebanyak 5 kali pemotretan, yaitu: bno polos (poto polos
abdomen) kemudia 5 menit, 15 menit, 60 menit, dan 120 menit. Pada menit ke 120 maka
terlihat blass sudah kosong.

Kata kunci : hydronefrosis (cairan atau udara pada ginjal)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iii

ANALYZE IMAGE WITH BNO IVP (BUICKNIER OVERZICHT


INTRAVENOUS PYELOGRAPHY) USE COMPUTER RADIOGRAFI IN
RSUP H ADAM MALIK MEDAN

ABSTRACK

Have done BNO IVP examination with positife media contras susbstance to vein to know,
indication of disease hance in use media contras agent, in this photo schoot can be seen that
disease which is in examination of BNO IVP is hydronefrosis. Hence doing BNO IVP
examination, with shooting 5 times , BNO , 5 minutes post injection , 15 minutes post
injection, 60 minute post injection and 120 minutes post injection

Keywords (hydronefrosis)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iv

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha esa dan
maha penyayang, dengan limpah karunianya penulis dapat penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul ANALISIS CITRA BNO
IVP (BUICKHNIER OVERZICHT INTRAVENOUS PYELOGRAFI)
DENGAN MENGGUNAKAN COMPUTER RADIOGRAFI DI RSUP. ADAM
MALIK MEDAN.

Terima kasih penulis sampikan kepada bapak Prof. Dr. Timbangen


Sembiring, M,Sc. Selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama
penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada bapak Dr. Perdinan Sinuhaji,
Ms selaku ketua departemen Fisika, dan seluruh staf dan dosen program studi
fisika medis, pegawai dan rekan rekan kuliah. Ibu dan ayah tercinta yang
senantiasa menghadirikan penulis disetiap doa, dukungan, semangat, materi,
pengorbanan yang besar dan kasih saying kepada penulis selama ini. Abang
penulis beserta seluruh keluarga terimakasih telah menjadi penyemangat bagi
penulis. Kepada Donaritha Febina Ginting, S.Tr,Ak., yang memberikan
bantuan, dukungan dan semangat kepada penulis. Dan juga permata carmenia
runggun GBKP KSD Tuntungan , yang telah memberi dukungan dan dorongan
agar skripsi saya selesai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


v

DAFTAR ISI

Halaman
PENGESAHAN SKRIPSI i
ABSTRAK ii
ABSTRACK iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Batasan Masalah 2
1.4. Tujuan Penelitian 2
1.5. Pembatasan Masalah 2
1.6 Mamfaat Penelitian 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3


2.1. Pengertian Pemeriksaan 3
2.2. Anatomi Fisiologi 3
2.3. Ginjal (kidney) 3
2.4. Fungsi Ginjal 4
2.5. Patologi 4
2.6. Tehnik Radiografi 4
2.7. Tehnik Pesawat Rontgen 5
2.8. Fisika Radiodiagnostik Dan Proteksi Radiasi 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vi

2.9. Computer Radiografi (CR) 13

2.10. Perlengkapan Operasional 14

2.11. Sistem Procesing X-ray Pada Computer Radiografi 15

2.12. Alur penelitian BNO IVP 17

BAB III METODE PENELITIAN 18


3.1. Jenis Penelitian 18
3.2. Subjek Penelitian 18
3.3. Pelaksanaan Pemeriksaan 18
3.4. Perlengkapan Pemeriksaan 18
3.5. Persiapan Pasien 18
3.6. Pengaturan Posisi 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26


4.1. Hasil 26
4.1.1. Tabel hasil pemeriksaan 27
4.2 . Pembahasan 28
4.2.2 Tabel pemeriksaan BNO IVP 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 30


5.1. Kesimpulan 30
5.2. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
2.1 Gambar tabung ronsen 5
3.1 Pesawat Rontgen RSUP Adam Malik Medan 18
3.2 Gambar Radiografi BNO 19
3.3 Gambar BNO IVP 5 Menit 20
3.4 Gambar BNO IVP 15 Menit 21
3.5 Gambar BNO IVP 60 Menit 22
3.6 Gambar BNO IVP 120 Menit 23
3.7 Alur Penelitian BNO IVP 25
4.1 Gambran Penyakit pada ginjal 26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1

BAB I

1.1 Latar belakang


BNO-IVP adalah pemeriksaan traktus urinaria dengan cara memasukkan kontras media
positif kedalam traktus urinaria melalui pembuluh darah vena. Dimana untuk mengetahui ada
atau tidaknya kelainan dibutuhkan zat kontras media positif sebagai penegak diagnosa.
Yang kita ketahui zat kontras media positif memiliki densitas yang tinggi sehingga saat
pengambilan gambar akan terlihat jelas pada ginjal apakah ada kelainan pada ginjal apa
tidak.Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin mengkajilebih lanjut tentang teknik
pemeriksaan BNO-IVP dengan COMPUTER RADIOGRAFI dengan judul ANALISIS
CITRA BNO-IVPDENGAN COMPUTER RADIOGRAFI Mengigat proses pengambilan
foto atau pemeriksaan BNO IVP, cukup banyak maka proteksi pada pasien juga harus di
perhatikan. Karena mengingat pemotretan BNO IVP dilakukan sebanyak 5 sampai 6 kali.
Dan persiapan pasien juga harus di lakukan pada pemeriksaan BNO IVP tersebut. Dimana
pasien terlebih dahulu puasa kurang lebih selama 12 jam, tidak boleh merokok dan banyak
berbicara. 10-12 jam pasien diberi Laxantia, misalnya garam inggris, kemudian pada pukul
08:00 WIB, pasien dating ke unit radiologi untuk melakukan pemeriksaan, sebelum
pemeriksaan dilakukan pasien terlebih dahulu buang air kecil untuk pengosongan kandung
kemih.Kemudia dilakukan pemotretan pertama yaitu foto polos abdomen untuk melihan
sejauh mana persiapan puasa pasien. Jika hasil foto nya memungkinkan maka akan lanjut
dilakukan pemotretan. Maka akan di lanjutkan dengan pemasukan Zat kontras media melalui
vena, kemudian setelah di masu kan zat kontras maka di lakukan pemotretan 5 menit post
injeksi, kemudian dilanjutkan dengan pemotretan 15 menit post injeksi dan selanjutnya
hingga 120 meit post injeksi.

1.2 Rumusan Masalah


Sesuai dengan latar belakang masalahyang telah di uraikan penulis di atas,maka penulis
dapat merumuskan masalah yang timbul dalam pemeriksaan BNO-IVP dengan “Upaya
apa yang dilakukan agar dapat menampilkan BNO-IVP dengan menggunakan
computer radiografi ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

1.3 Batasan Masalah


Dalam penulisan ini dibahas “BNO-IVP Untuk memperlihatkan Rupturpada organ
ginjal dengan menggunakan pesawat konvesional . Adapun metode yang digunakan adalah
dengan pemasukan kontras media positif kedalam traktus urinaria melalui pembuluh darah
vena.

1.4 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui adanya kelainan atau penyakit pada ginjal dan mengetahui penyebab
kelainan tersebut dengan menggunakan zat kontras media.

1.5 Pembatasan Masalah


Penelitian ini dibatasi pada permasalahan tentang jumlah dosis yang diterima oleh pasien
pada pemeriksaan Bno Ivp . Hal ini bertujuan untuk mempersempit cakupan analisis
didalam penelitian ini sehingga penulisan dapat tersampaikan kepada pembaca dengan baik

1.6 Manfaat Penelitian


1. Memberikan masukan dan kajian lebih lanjut tentang pemeriksaan ini pada ruang
lingkup pasien yang mengalami gangguan ginjal sehingga dapat hasil yang cepat dan
tepat guna untuk pengobatannya dan tindakan selanjutnya.
2. Dapat informasi yang lebih jelas tentang penanganan pemeriksaan yang bersifat
segera, khususnya pada pasien trauma sehingga dapat membantu dalam penegakan
diagnosa dan bisa memberikan pelayanan yang baik terhadap pasien yang sangat
membutuhkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN PEMERIKSAAN

BNO-IVP (Buick Nier Overzick Intra Vena Pyelografi adalah pemeriksaan traktus
urinaria dengan cara memasukkan kontras media positif (Radioopaque atau gambaran putih
pada film radiografi). Kedalam tractus urinaria melalui pembuluh darah vena cubiti.

Tujuan dilakukan nya analisa pemeriksaan secara radiografi dari BNO-IVP dengan
computer radiografi adalah untuk memperlihatkan anatomi dari system urinaria dan adanya
gangguan terhadap organ sekitarnya
2.2 Anatomi Fisiologi

Anatomi ialah ilmu mempelajari bentuk dan susunan tubuh baik secara keseluruhan
maupun bagian-bagian serta hubungan alat tubuh yang satu dengan yang lain.

Fisiologi ialah ilmu yang mempelajari faal atau pekerjaan dari tiap-tiap jaringan tubuh
atau bagian dari alat-alat tubuh dan sebagainnya. Sistem urinaria atau disebut juga sebagai
sistem ekskretori adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan
urine

2.3 Ginjal (kidney)

Ginjal suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebreae lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang
abdomen.Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri
lebih besar dari ginjal kanan pada umumnya ginjal laki laki lebih panjang dari ginjal wanita.
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu korteks dan medula ginjal.
Korteks ginjal terletak lebih superfisial dan didalamnya terdapat berjuta-juta nefron. Nefron
merupakan unit fungsional terkecil ginjal. Medula ginjal yang terletak lebih profundus
banyak terdapat duktuli atau saluran kecil yang mengalirkan hasil ultrafiltrasi berupa urine.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

2.4 Fungsi Ginjal


Ginjal memerankan berbagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi kehidupan, yakni :
- menyaring (filtrasi) sisa hasil metabolisme dan toksin dari darah, serta
mempertahankan hemeostasis cairan dan elektrolit tubuh, yang kemudian dibuang
melalui urine.
- Mengontrol sekresi hormon aldosteron dan ADH (Anti Diurectic Hormon) yang
berperan dalam mengatur jumlah cairan tubuh.
- Mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D.
- Menhasilkan beberapa hormon, antara lain: eritroetin yang berperan dalam
pembentukan sel darah merah, renin yang berperan dalam mengatur tekanan darah,
serta hormon prostaglandin yang berguna dalam berbagai mekanisme tubuh.
2.5 Patologi
Patologi adalah ilmu mengenai struktur tubuh atau perubahan yang berkaitan dengan
penyakit atau cidera pada orang dewasa ginjal normal terletak pada daerah lumbal, di sebelah
tulang belakang, antara peritoneum parietale dan descia serta otot dinding perut tepatnya
di bagian belakang dengan perkataan lain letaknya adalah retroperitoneal beratnya lebih
kurang 150 gram. Sebagian besar pelvis terletak intratenal dan hanya corong yang sempit,
yang berhubungan dengan ureter, terletak eksternal penyesesuaian bentuk pelvis.

2.6 TEKNIK RADIOGRAFI


Pemeriksaan BNO-IVP (Buick Nier Over Zick Intravena Pyelografi) adalah pemeriksaan
secara radiologis terhadap tractus urinarius dengan menggunakan kontras media positif yang
disuntikkan melalui intravena.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi, letak, bentuk, dan ukuran kedua
ginjal, ureter dan kandung kemih.

2.2.1. Indikasi Pemeriksaan

a. Hydronefrosis
b. Nepritis (Radang pada ginjal)
c. Batu ginjal
d. Trauma: Ruptur ginjal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

2.2.2 Kontras Media

Kontras media adalah suatu bahan yang sangat radioopaque atau radiolusen apabila
berrinteraksi dengan sinar-X, sehingga dapat membedakan antara organ dan jaringan
sekitarnya.
Ciri-ciri kontras media yang ideal adalah:

a. Mempunyai konsentrasi iodium yang sangat tinggi


b. Larut dalam air
c. Stabil terhadap panas
d. Tekanan osmotiknya rendah
e. Viskositasnya tinggi
2.2.3 Persiapan alat dan bahan

a. Pesawat radiologi dihidupkan, kondisi di atur sesuai kebutuhan


b. Pakaian pasien
c. Spuit 20 cc, kapas, alkohol, kontras media positif, obat-obat anti elergi
d. Perlengkapan radiografi seperti, bucky, kaset, marker, dan processing X-ray film
2.2.4 Teknik Pemeriksaan

Sebelum dilakukan injeksi kontras media lewat intravena, pertama dilakukan foto
pendahuluan yaitu foto BNO dengan proyeksi AP supine.

2.7 TEKNIK PESAWAT RONTGEN


Pesawat rontgen adalah suatu pesawat / peralatan yang dapat menghasilkan sinar X,
di mana dalam bidang medik digunakan sebagai alat untuk mendiagnosa dan mengobati suatu
penyakit.Teknik pesawat rontgen adalah bagaimana tatacara penggunaan pesawat rontgen
tersebut untuk kelancaran jalannya pemeriksaan dengan hasil gambaran radiografi yang
optimal. Untuk pemeriksaan BNO-IVP dengan computer radiografi jenis pesawat rotgen
yang digunakan adalah jenis pesawat general X-ray unit dengan kapasitas relatif besar
sehingga bisa mendapatkan faktor exposi yang tepat dan gambaran radiografi yang optimal.
Dalam penggunaannya seorang radiografer harus memiliki keterampilan yang memadai
untuk mengoperasikan alat tersebut dan juga dalam perawatannya, sehingga alat tersebut
tetap awet.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Proses terjadinya sinar-X Filamen dipanaskan dengan mengalirkan listrik dari transfoma
tor dan menimbulkan elektron-elektron dari katoda yang terlepas sewaktu dihubungkan
dengan arus listrik tegangan tinggi, elektron-elektron akan di percepat gerakannya menuju
ke fokus filament di buat relative terhadap sasaran (target) dengan memilih potensial tinggi.
Awan-awan electron mendadak dihentukan pada sasaran sehingga terjadi panas 99 % dan
sinar x 1 % . Sebagai pelindung atau perisai untuk mencegah keluarnya sinar-X dari tabung
maka digunakan Pb sehingga sinar-X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui
window.Panas yang tinggi pada sasaran atau target akibat benturan electron oleh radiator
dingin.

Gambar 2.1 Gambar X-ray tube pada pesawat ronsen

Adapun Persyaratan tabung rontgen di antaranya adalah:


1. Mempunyai sumber elektron

Sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen pada katoda di dalam tabung pesawat
rontgen, pemanasan filamen dilakukan dengan suatu transformator khusus.
2. Gaya yang mempercepat elektron

Gaya tersebut tergantung pada tegangan yang dipasang pada tabung rontgen.
3. Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara diantara katoda dan anoda.

4. Alat pemusat berkas elektron

Alat ini menyebabkan elektron tidak bergerak terpencar-pencar tetapi terarah ke bidang
fokus
5. Penghenti gerakan elektron

Penghenti atau penghambat gerakan elektron

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Secara garis besar komponen general X-ray unit dapat dibagi atas beberapa bagian yaitu
2.7.1. Tabung rontgen ( X-ray Tube )
Tabung rontgen merupakan suatu wadah atau tempat komponen-komponen pembangkit
sinar -X untuk keperluan radiografi.

2.7.2. Tube housing ( Tabung Rontgen bagian luar )

Merupakan wadah pembungkus yang terbuat dari bahan metal dan dilapisi dengan
timbale (Pb). Fungsinya sebagai tempat insert tube supaya terhindar dari benturan
maupun goncangan, sebagai penahan sinar-X agar keluar melalui window dan
menyerap radiasi bocor.
Bagian-bagian dari tube housing yaitu :
1) window/jendela dilengkapi dengan box diafragma dan lampu kolimator.
2) Filter berfungsi untuk menyaring sinar-X yang menyebabkan berkas sinar-X men
jadi homogen . Filter terbuat dari bahan alumenium dengan ketebalan tertentu.
3) Oli pendingin terdapat di luar labu kaca yang fungsinya sebagai bahan isolasi dan
mendinginkan ( menyerap panas ).
2.7.3. Insert Tube ( tabung roentgen bagian dalam )
Tabung hampa udara yang terbuat dari gelas silinder, yang berfngsi untuk menepatkan
filament dan target.
Bagian-bagian dari insert tube yaitu :
1) Katoda yaitu elektroda yang bermuatan negative dari sebuah tabung rontgen .
Pada katoda terdapat filament yang merupakan sumber elektron untuk
membangkitkan sinar x yang terbuat dari kawat tungstate dan focusing tube yang
berfungsi untuk mengarahkan electron menuju bidang target dan letaknya
mengapit filament.
2) Anoda yaitu elektroda yang bermuata positif yang bentuk permukaannya miring
serta tempat tumbukan elektron (target). Target ini terbuat dari bahan wolfram
yang mempunyai nomor atom yang tinggi serta mempunyai daya tahan panas
yang tinggi. Fungsi dari target menghentikan electron yang berkecepatan tinggi
secara tiba-tiba.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

2.8 FISIKA RADIODIAGNOSTIK DAN PROTEKSI RADIASI

2.8.1 Fisika Radiodiagnostik

Gambaran foto rontgen yang dapat memberikan informasi yang baik dan jelas,
haruslah menunjukkan kontras. Berhubungan dengan judul penulis yaitu “Analisa BNO-IVP
dengan computer radiografi” maka penulis akan membahas tentang kontras gambar radiografi
dan penggunaan grid. Kontras adalah perbedaan kehitaman dari berbagai bagian dari gambar.

Ada 4 faktor utama yang menentukan kontras :

1. Ciri-ciri emulsi film


2. Lamanya pencucian film

3. Perbedaan sifat tembus sinar dari berbagai bagian badan


4. Mutu berkas sinar x
Kontras radiogfrafi dapat dibagi menjadi 2 bagian

2.8.2 Kontras objektif.

Kontras objektif adalah perbedaan densitas antara noda-noda hitam atau perbedaan antara
hitam dan putih yang dapat diukur secara objektif dengan alat pengukur densitometer.

1. Kontras subjektif.

Kontras subjektif adalah tergantung kepada mata orang yang melihatnya.


Perbandingan kontras ini diukur dengan factor perbandingan kontras K) :
kontras sinar x dengan grid
K=
kontras sinar x tanpa grid .....................................(2.1)

Grid adalah lapisan timah hitam yang disusun sedemikian rupa yang dapat ditembus
oleh sinar-X. Fungsi grid yaitu untuk menyerap sinar hambur agar tidak sampai ke
film.
2. Perlengkapan Radiografi

Perlengkapan radiografi adalah alat alat penunjang yang di gunakan untuk membuat foto
rontgen selain sinar-X demi terlaksana nya pemeriksaan. Perlengkapan radiografi tersebut
antara lain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

2.8.3 Film rontgen

Fungsi film rontgen adalah mencatat bayangan setelah intraksi sinar –X dengan objek.

Adapun lapisan lapisan film rontgen adalah sebagai berikut

1. Supercoat (lapisan pelindung), berfungsi untuk melindungi emulsi film terhadap


tekanan mekanik, terbuat dari gelatin.

2. Lapisan emulsi film, terbuat dari campuran perak bromida dan gelatin dan berfungsi
sebagai pencatat.

3. Substratum (lapisan perekat), berfungsi sebagai perekat antara emulsi dengan


alas film.Film base (lapisan dasar), berfungsi sebagai penunjang terbuat dari polyster

1. Analisa Dosis Radiasi

Radiasi merupakan sebuah partikel berenergi atau gelombang elektromagnetik. Jika


tubuh manusia terkena radiasi, maka akan terjadi interaksi (ionisasi, eksitasi dan lain-lain.)
antara atom penyusun tubuh dengan radiasi, sehingga sebagian atau seluruh energi radiasi
diserap oleh tubuh. Hal ini seperti ketika kita berada di dekat pemanas ruangan (stove) yang
memancarkan panas sehingga tubuh menjadi hangat, atau seperti ketika kita merasakan
getaran di tangan pada saat menangkap bola yang dilemparkan. Hal ini terjadi karena adanya
pemindahan energi radiasi, panas, dan getaran bola melewati medium.

A .Dosis Serap

Apabila sinar –x mengenai suatu bahan maka akan terjadi penyerapan energi di dalam
bahan tersebut melalui berbagai macam proses atau interaksi. Dosis serap didefinisikan
sebagai energi rata –rata yang diserap bahan per satuan massa bahan tersebut.

1. Gray

Kerusakan radiasi tergantung pada penyerapan energi dari radiasi, dan kira-kira
sebanding dengan konsentrasi energi yang diserap dalam jaringan. Untuk alasan ini, satuan
dasar dosis radiasi dinyatakan berkenaan dengan energi yang diserap per satuan massa dalam
jaringan. Satuan ini disebut Gray (Gy) dan didefenisikan sebagai Satu gray adalah dosis
radiasi yang diserap dalam satu joule per kilogram.

1 Gray( Gy) = 100 rad……………………..(2.2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

2. Rad

Sebelum penggunaan universal dari satuan-satuan SI, dosis radiasi diukur dengan
suatu satuan yang disebut rad (Radiation Absorbed Dose/Dosis radiasi yang
diserap).Walaupun gray merupakan satuan yang lebih baru, dan akhirnya akan menggantikan
rad, namun rad tetap dipergunakan secara meluas.

B. Dosis Setara

Kuantitas ini mempertimbangkan jenis radiasi yang diukur. Unit dosis setara adalah
sievert (Sv). Dimana WR (Radiation Weighting Factor) adalah Faktor Bobot Radiasi dan
dosis serap mengacu pada dosis rata-rata melalui jaringan atau organ. WR berhubungan
dengan efek biologis yang diakibatkan oleh paparan terhadap jenis yang berbeda radiasi.
Untuk X-ray, WR = 1 dan oleh karena itu dosis serap 1 gray (Gy) sinar x memberikan dosis
setara 1 sievert (Sv).

C. Dosis Efektif

Dosis efektif adalah kuantitas yang paling berarti untuk digunakan dalam
perlindungan radiasi karena berhubungan dengan dosis setara dengan jaringan atau organ
untuk seluruh tubuh diberi dosis radiasi.

Tabel 2.1. Satuan SI (Standard Internasional) dengan Non SI

Satuan
No Kuantitas Satuan SI Konversi
Lama
Roentgen
1 Paparan C kg-1 1 C kg-1 = 3876 R
(R)
2 Dosis Serap Gray (Gy) Rad 1 Gy = 100 rad

3 Dosis Setara Sievert (Sv) Rem 1 Sv = 100 rem


Dosis
4 Sievert (Sv) Rem 1 Sv = 100 rem
Efektif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

2. Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi adalah cabang ilmu pengetahuan atau teknik mempelajari masalah
kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan pembinaan perlindungan
kepada seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya.

Tujuan proteksi radiasi Untuk menekan dosis radiasi terhadap pasien sekecil mugkin
sesuai dengan kebutuhan klinis.Untuk menekan dosis terhadap personil serendah mungkin
dengan batas yang ditentukan dan membatasi dosis radiasi yang diterima oleh masyarakat
umum disekitar radiasi. mengingat dalam pembuatan foto BNO-IVP dilakukan beberapa kali
ekspose maka untukmenekan dosis radiasi terhadap :

2.1 Pasien

1) Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan dengan permintaan dokter


2) Mengatur kondisi penyinaran dengan tepat (kilo Volt, milli Ampere Second)
3) Mengatur luas lapangan penyinaran sesuai degan kebutuhan objek
4) Tidak terjadi pengulangan foto
2.2 Pada personil

1) Berada di belakang perisai Pb saat dilakukan expose


2) Menggunakan alat pencatat dosis personil seperti fim badge
3) Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan bocor / rusak perlengkapan
perlengkapan pelindung berlapis Pb
4) Bekerja dengan hati-hati dan penuh perhatian sehingga tidak terjadi
pengulangan foto.

2.3 Masyarakat

1) Menutup rapat pintu ruangan pemeriksaan saat pemeriksaan berlangsung


2) Tidak mengarahkan tabung sinar-x ke arah ruang tunggu
3) Dinding ruangan pemeriksaan dilapisi Pb sesuai dengan petunjuk aman untuk
proteksi radiasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

Ada 3 cara pengendalian tingkat pemaparan radiasi yaitu :


1. Jarak

Dengan mengatur jarak antara sumber radiasi dengan pasien seoptimal mungkin,
karena semakin jauh jarak maka dosis radiasi yang diterima semakn kecil
2. Waktu

Dengan mempersingkat waktu ekspose sehingga dosis radiasi yang diterima pun
dapat sekecil mungkin
3. Perisai

Pemakaian perisai atau alat-alat proteksi radiasi. Perisai ini dibuat dari timbal dan
beton, ada dua jenis perisai, yaitu :
1) Perisai primer
Memberi proteksi terhadap radiasi primer seperti tempat tabung sinar-x dan
kaca timbal pada tabir fluoroscopi
2) Perisai sekunder
Memberi proteksi terhadap radiasi sekunder (sinar hambur) seperti apron,
shielding, lead glass
Alat-alat proteksi radiasi yang biasanya digunakan yaitu :Apron ,Kaca timbal
Pelindung gonad, Sarung tangan timbal, Diafragma ,Pelindung ovarium dan
lain-lain
2.9 CR (Computer Radiografi)
Komputer radiografi adalah proses merubah sistem analog pada konvensional radiografi
menjadi digital radiografi . Pada sistem computer radiografi data analog di konvensikan
ke dalam data digital pada saat tahap pembangkitan energi yang terperangkap dalam imaging
plate dengan menggunakan laser, selanjutnya data digital berupa sinyal sinyal di tangkap oleh
Photo multipler Tube (PMT) kemudian cahaya tersebut di gandakan dan di perkuat
intensitasnya setelah itu di ubah menjadi sinyal elektrik yang akan di konversi ke dalam data
digital oleh analog digital converter (ADC). Pada penggunaanya radiografi konvensional di
gunakan penggabung antara film radiografi dan screen, akan tetapi pada komputer radiografi
menggunakan imaging plate. Walaupun imaging plate secara fisik terlihat sama dengan
screen konvensional tetapi memiliki fungsi yang sangat jauh berbeda, karena pada imaging
plateberfungsi untuk menyimpan energi sinar x kedalam photo stimulable phospor (PSP)
dan menyimpan informasi dalam bentuk data digital.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

a. Perlengkapan operasional
Kaset pada computed radiografi terbuat dari carbon fiber dan bagian belakang terbuat
dari alumunium, kaset ini berfungsi sebagai pelindung dari image plate. Phosphorscreen pada
kset analog berfungsi mengubah sinar-x menjadi sinar tampak (gadolinium oxysulfide atau
oxybromide). Kaset CR hanya berisi plate yang di lapisi phosphor. Bentuknya seperti IS

namun tanpa film sehingga dapat di pakai berulang ulang.

Cara kerja kaset CR :

- Storage phosphor screen di ekspose seperti biasa


- Phosphor menyerap radiasi pada derajat yang berbeda-beda tergantung pada
area anatomikalnya
- Phosphor di isi oleh radiasi, besarnya isian tersebut tergantung pada besarnya
energy sinar-x yang di serap
- Isian ini bertahan dalam materi phosphor sampai di hapus
Jenis jenis kaset CR

2. 10. Kaset general purpose

Terdiri dari jenis rigid screen dan flexible screen, yang pakai untuk radiografi
konvensional dengan menggunakan memori terpakai 9-15 MB / image, Terutama untuk
aplikasi chest pada MCU masal, rata-rata foto thorax berkapasitas 10 MB/ image, Rigid
screen, yang di transport oleh roller dan memakai single atau double phosphor layer, Resolusi
sekitar 70-115 micron dan ukuran nya bervariasi yaitu 15 x 30 cm , 18 x 24 cm , 24 x 30 cm ,
35 x 35 cm , dan 35 x 43 cm. Kaset Panjang (long leght/full spine) di pakai pada radiografi
pada tulang panjang, pada kasus chiropractic untuk melihat tulang, studyi scoliosis, dan
koreksi operasi, ukuran yang di pakai 35x84 cm (portable), 43x129 cm, atau sambungan dari
4 kaset 35x43 cm (wallfixed), dan memerlukan software khusus untuk menyatukan gambar.
Kaset resolusi Tinggi (HR/HER) bisa di pakai untuk mamografi yang memerlukan ketelitian
tinggi, resolusi 43,5-5 micron meter, ukuran 18x24 cm dan 24x30 cm, memori mencapai 30
MB/Image, sehingga waktu scanning lebih lama dari general purpose. Selain itu film
computed radiografi disebut juga film laser imaging. Film laser adalah film silver halide yang
sensitive terhadap cahaya merah yang dipancarkan oleh sinar laser .film laser merupakan
jenis film single emulsi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

2.11 Sistem Procesing X-ray pada CR

Computer radiografi merupakan suatu system atau proses atau mengubah system atau
proses atau mengubah system analog pada konvensional radiografi menjadi digital radiogrfi
computerradiografi mempunyai perlengkapan operasional yang terdiri dari :

1. Imaging Plate

Imaging plate merupakan media pencatat sinar-X pada computer radiografi yang
terbuat dari bahan photostimulable phosphor tinggi.Dengan menggunakan imaging plate
memungkinkan processor gambaruntuk memodifikasi kontras.Imaging plate berada dalam
kaset imaging.

Imaging plate adalah sebagai penangkap gambar dari objek yang sudah di sinar
(EKSPOSE) prosesnya adalah pada saat terjadi penyinaran, imaging plate akan menangkap
energi dan di simpan oleh bahan phosphor yang akan dirubah menjadi elektronik signal laser
scanner dalam image reader.

2. Image Reader

Imaging reader berfungsi sebagai pembaca dan pengolah gambar yang di proleh dari
imging plate.Semakin besar kapasitas memorinya maka semakin cepat waktu yang
dibutuhkan. Untuk proses pembacaan imaging plate dan mempunyai daya simpan yang besar.
Waktu tercepat yang di perlukan untuk membaca imaging plate pada image reader yaitu
selama 64 detik.

Selain tempat dalam proses pembacaan, image reader mempunyai peranan yang sangat
penting juga dalam proses pengolahan gambar, system transportasi iplateserta penghapusan
data yang ada di image plate. Image reader disebut dengan image console. Terdapat menu
yang sangat diperlukan dalam teknik radiofotografi yaitu kita bisa mempertinggi atau meng
urangi densitas,ketajaman, kontras dan detail dari suatu gambaran radiografi yang diperoleh.

3. Image recorder

Mempunyai fungsisebagai proses akhir dari suatu pemeriksaan yaitu media pencetakan
hasil. Gambaran yang sudah di peroleh dari awal yang sudah diproses dari awal penangkapan
sinar-X oleh image plate console terus di kirim ke image recorder untuk di lakukan proses

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

output dapat berupa media compact disc sebagai media penyimpanan. Atau dengan printer
lasser yang berupa lasserimaging film.

4. Personal Computer

Computer berasal latin yaitu computare yang berarti menghitung, computer adalah
system elektronik yang dapat menerima input data, dapat mengolah data, dapat menggunakan
program yang di memori computer . Adapun alur pemeriksaan BNO IVP dapat kita lihat pada
diagram alur penelitian sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

2.12 Adapun alur penelitian BNO IVP sebagai berikut :


:

Mulai

Rumah Sakit Bagian

Umum Radiologi

Pengambilan
/pengumpulan Data

Bno ivp polos

Pemasukan

Zat kontras media

Bno ivp
5,30,60,120 menit

Analisis Hasil

Selesai

Gambar 2.2 Diagram alur pemeriksaan BNO IVP

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Sebagai bahan evaluasi, penulis melaporkan hasil Analisa BNO-IVP dengan computer
radiografi di Badan Pelayanan Kesehatan RSUP. H. Adam Malik Medan:

3.2 Subjek Penelitian

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah pasien dengan klinis ada gangguan pada pada
ginjal , kemudian di lakukan pemeriksaan BNO IVP dengan pemasukan zat kontras media
positif di Instalasi RSUP HAJI ADAMALIK MEDAN

3.3 Pelaksanaan Pemeriksaan

3.3.1 Surat permintaan foto

Menerima surat permintaan foto dari dokter pengirim pasien yaitu mohon dilakukan
pemotretan dan pembacaan foto BNO-IVP.

1. Persiapan alat
a. Pesawat Rontgen
Pesawat Rontgen yang digunakan dalam pemeriksaan BNO-IV di Badan Pelayanan
Kesehatan RSUP. H. Adam Malik Medan mempunyai data sebagai berikut:

Type Pesawat : P-C-10 BH-B

Merk Pesawat : Hitachi

Kapasitas pesawat : 500 mA

5 second

100 Kv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Gambar 3.1 Pesawat rontgen RSUP H ADAM MALIK MEDAN

3.4 Perlengkapan Pemeriksaan

1) Kaset ukuran 30x40 cm dan 24 x 30 cm

2) Film ukuran 30x40 cm dan 24 x 30 cm, jenis film green sensitif

3) Intensifying screen jenis fast screen

3.5 Persiapan Pasien

Pertama pasien makan bubur kecap 1hari (24 jam) sebelum melakukan persiapan BNO-IVP
(buick nier overzeicht intra venous pyelografi) dilakukan. 10-12 jam sebelum melakukan
pemeriksaan di beri laxantia, misalnya garam inggris(magnesium sulfat) sebanyak 30 mg lalu
lakukan puasa, selama puasa pasien pasien di anjurkan agar tidak merokok dan banyak
bicarapasien klisma atau hukna tinggi selama 3 jam sebelum pemeriksaan, Pada pukul 08:00
wib pasien datang ke radiologi untuk di lakukan pemeriksaan di mulai dengan pasien di minta
untuk buang air kecil untuk pengosongan blass (kandung kemih), yang terakhir penjelasan
kepada keluarga pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan dan penanda tanganan surat
persetujuan di lakukan nya pemeriksaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

3.6 Pengaturan Posisi

Sebelum dilakukan injeksi kontras media lewat intravena, pertama dilakukan plain
foto yaitu foto BNO dengan proyeksi AP supine, untuk melihat apakah sudah memenuhi
syarat kriteria BNO yang baik. Setelah foto BNO diperiksa, maka kontras media disuntikkan
tetapi pasien di skin test dulu untuk mengetahui apakah pasien alergi terhadap zat kontras
yang akan diberikan. Bila tidak menimbulkan reaksi negatif dilakukan penyuntikan kontras
media sebanyak 20 cc atau sesuai kebutuhan melalui intra vena.

Hasil gambaran BNO IVP atau BNO polos dengan posisi

Posisi pasien : AP Supine


Focus Film Distance : 90 cm
Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Central point : Pada umbilikus
Kaset : 30 cm x 40 cm
Kondisi Penyinaran : 70 KV, 20 mAs

Gambar 3.2 Gambar radiografi BNO

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Keterangan gambaran ;

1. Untuk mengetahui keadaan abdomen (BNO). Apakah ada banyak udara/artefak yang akan
menganggu gambaran selama pemeriksaaan.

2. Untuk mengetahui keadaan awal dari abdomen sebagai bahan penilaian ekspertisi radiograf

3. Mengetahui factor ekspose yang tepat ( Tidak boleh ada pengulangan).

4. Jika radiograf baik maka pemeriksaan bisa di lanjutkan.

Hasil gambar BNO IVP 5 menit dengan posisi pasien

Posisi Pasien : AP Supine


Focus Film Distance : 90 cm
Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Central point : Setinggi Costal margin
Kaset : 24 cm x 30 cm
Kondisi Penyinaran : 70 KV, 20 mAs
Eksposi : Pada saat full ekspirasi
Kriteria gambar : Tampak kontras media mengisi pelvic renalis di daerah
1/3proksimal dari ureter

Gambar 3.3 Gambar radiografi BNO IVP 5 menit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

KETERANGAN GAMBAR :

1. Fase dimana kontras media memperlihatkan neufron, pelvis renalis dan ureter proximal
terisi maksimal,

2. Tidak ada bagian neufron yang terpotong.

3. Kontras mengisi bagian ginjal/calyx sampai ureter proximal.

Gambar dan keterangan BNO IVP 15 menit

Posisi Pasien : AP Supine


Focus Film Distance : 90 cm
Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Central point : Pada umbilikus
Kaset : 30 cm x 40 cm
Kondisi Penyinaran : 70 KV, 20 mAs
Eksposi : Pada saat full ekspirasi
Kriteria gambar : Tampak kontras media mengisi ginjal, pelvic renalis,
pelvic calises, ureter dan sebagian ke blass.

Gambar 3.4 Gambar radiografi BNO IVP 15 menit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

KETERANGAN GAMBAR :

1. Densitas baik

2. Tidak ada bagian ginjal yang terpotong

3. Kontras mengisi ginjal sampai ureter distal dan sedikit mengisi kandung kemih.

4. Opasitas mampu menampilkan organ/tractus urinarius.

Gambaran BNO IVP 60 Menit

Posisi Pasien : AP Supine


Focus Film Distance : 90 cm
Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
Kaset : 24 cm x 30 cm
Kondisi Penyinaran : 70 kv, 20 mAs
Eksposi : Pada saat full ekspirasi
Kriteria gambar : Tampak pengisian kontras media pada vesika urinary
( full blass ).

Gambar 3.5 Gambar radiografi BNO IVP 60 menit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

KETERANGAN GAMBAR:
1. Densitas baik
2. Tidak ada bagian ginjal yang terpotong.
3. Kontras mengisi kandung kemih hingga Vesica urinaria mengembang.
4. Opasitas mampu menampilkan organ vesica urinaria terisi penuh kontras media.
5. Sering disebut foto “Full blass”.

Gambaran BNO IVP 120 Menit

Posisi Pasien : AP Supine


Focus film distance : 90 cm
Arah sinar : Pertengahan antara puncak kedua crista illiaca
Kaset : 30 cm x 40 cm
Kondisi penyinaran : 70 kV , 20 mAs
Eksposi : Pada saat full ekspirasi
Kriteria gambar : Tampak pengosongan kontras media pada vesica urinaria

Gambar 3.6 Gambar BNO IVP 120 menit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

KETERANGAN GAMBAR:

1. Densitas baik

2. Tidak ada bagian ginjal yang terpotong atau vesica urinaria

3. Kontras keluar melalui kandung kemih hingg avesica urinaria terlihat kosong.

4. Opasitas mampu menampilkan organ.

5. Vesica urinaria terisi penuh kontras media.

6. Sering disebut post mixxi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Instalasi Radiologi BNO IVP Rumah Sakit
Umum Haji Adam Malik Medan,yaitu pemeriksaan ini di lakukan dengan pesawat ronsen
dengan type pesawat P-C-10 BH-B, dengan cara melakukan pemeriksaan sebanyak 5 kali
pemotretan. dengan tegangan 20 mAs dan 70 Kv, maka hasil gambaran yang di butuhkan pun
sesuai dengan derajat kehitaman dan kontras fotonya maka hasil akhir pada foto tersebut
memperlihatkan diagnosa penyakit yang di minta. Maka dari hasil penelitian yang terlihat
adalah pada menit ke 120 , dengan posisi pmotretan AP supine , kondisi penyinaran 70 Kv,
20 mas , dan kaset 30x40, maka dari hasil penelitian tersebut dapat memperlihatkan adanya
penyakit yaitu hydronefrosis.

Gambar 4.2 Gambar memperlihatkan adanya kelainan pada ginjal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Tabel 4.1 Hasil dan keriteria gambaran pemeriksaan BNO IVP.

Kondisi dan Pengaturan Penyinaran BNO


Kriteria Hasil BNO IVP
IVP

Hasil gambaran bagus dan siap untuk


Foto polos BNO
dilakukan
70 Kv, 20 mAs, pemeriksaan selanjutnya.
Hasil gambaran bagus , dan terlihat jelas
Foto 5 menit BNO IVP
zat
70 Kv, 20 mAs. kontras media

Foto 15 menit BNO IVO Tampak kontras media

70 Kv, 20 mAs . Mengisi ginjal, pelvic

Renalis, pelvic calises,

Ureter dan sebagian ke blass

Foto 60 menit BNO IVP Tampak pengisian

70 Kv, 20 mAs. Kontras media pada vesica

Urinaria (full blass)

Foto 120 Menit BNO IVP Tampak pengosongan

70 Kv, 20 mAs . Kontras media pada vesica

Urinaria

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan diperoleh jumlah dosis radiasi yang
di terima oleh pasien BNO IVP lebih besar dari pemeriksaan radiografi konvensional biasa
karna pemeriksaan BNO IVP, memerlukan waktu pemeriksaan sampai 5 kali waktu siar Dari
dosis radiasi yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa pada pemeriksaan BNO IVP
jumlah dosis radiasi yang diterima oleh pasien lebih tinggi dibandingkan dosis radiasi pada
pemeriksaan RADIOGRAFI BIASA. Pengaruh dosis radiasi pada pemeriksaan BNO IVP
lebih tinggi disebabkan oleh besarnya luas area pengambilan dan waktu penyinaran lebih
lama yaitu sampai 5 kali penyinaran.

Walaupun dosis yang diterima oleh pasien pada pemeriksaan bno ivp cukup besar
namun keselamatan radiasi harus tetap di perhatikan sebagai usaha untuk melindungi
seseorang dan keturunannya secara keseluruhan terhadap kemungkinan terjadinya efek
radiasi yang merugikan. Pemberian dosis yang dibuat serendah mungkin dengan
mempertimbangkan batas dosis yang tidak di lampaui, dengan demikian meskipun seseorang
menerima penyinaran secara terus menerus selama hidupnya maka dosis ambang yang
diterima tidak akan tercapai karena nilai batas dosis yang ditetapkan hanya didasarkan pada
penyinaran dalam keadaan normal.

Nilai batas dosis yang ditetapkan dalam ketentuan ini bukan batas tertinggi yang
apabila dilampaui maka seseorang akan mengalami hal yang merugikan secara nyata.
Meskipun demikian, karena setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindari dan
penerimaan dosis harus diusahakan serendah mungkin. Nilai batas yang ditetapkan dalam
ketentuan ini dimaksudkan sebagai dasar untuk merancang prosedur kerja, mendesain sistem
proteksi dan cara kerja serta untuk menentukan luas dan sifat tindakan kesehatan yang perlu
diberikan kepada seseorang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Adapun pembahasan dan kondisi serta, pengaturan kondisi pemotretan, fase foto, jenis dan
ukuran film, fokus film distance, keterangan. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Fase Kondisi Jenis dan Posisi


FFD Keterangan
Ukuran
Foto Penyinaran Pemotretan
Film
Non
Foto polos 70 kV , Film Fokus film Posisi pasien
kontras
Distance 90
Abdomen 20 mAS 30X40 Cm AP supine Media.
cm
Foto 5 menit 70 kV Film Focus film Posisi pasien Zat kontras
Distance 90
Bno ivp 20 mAs 30X40 Cm AP supine Media
cm
Foto1 5
70 kV Film Focus film Posisi pasien Zat kontras
menit
Distance 90
Bno ivp 20 mAs 30X40 Cm AP supine Media
cm
Foto 60
70 kV Film Focus film Posisi pasien Zat kontras
menit
Distance 90
Bno ivp 20 mAs 30X40 Cm AP supine Media
cm
Foto 120
70 kV Film Focus film Posisi pasien Zat kontras
menit
Distance 90
Bno ivp 20 mAs 30X40 Cm AP supine Media
cm

Tabel 4.2. Tabel tahap tahap pemeriksaan BNO IVP

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
Besarnya dosis radiasi yang diterima oleh pasien di pengaruhi oleh beberapa faktor (arus
tabung, luas area, dan waktu penyinaran).

1. Dosis radiasi yang diterima pasien pada pemeriksaan bno ivp lebih tinggi dibandingkan
dengan pemeriksaan konvensional lainnya karna bno ivp melakukan penyinaran sebanyak
5 kali.

2. Informasi dan pemberian informasi yang sangat di perlukan untuk memperlancar nya
pemeriksaan. Terutama informasi mengenai persiapan pasien. Pemilihan factor eksposi
yang tepat sangat menunjang dalam menghasilkan gambaran yang berkualitas

3. Kompresi di perlukan agar memberikan diagnose yang maksimal.

4. Setelah dilakukan penyinaran selama proses pemeriksaan maka dapat disimpulkan adanya
kelainan pada organ ginjal. Menurut Dr. Rudolf H Pakpahan, SpRad , yang bertugas
di RSUP Haji Adamalik Medan bahwa ada Hydronefrosis kanan batu ginjal kanan baru
pada 120 post injeksi kontrasdan ekskresi ginjal kiri normal.

5.2. Saran

Saran-saran yang dapat penulis kemukakakan sehubungan dengan pemeriksaan


BNO-IVP (buick nier overzicht intra venous pyelografi) antara lain :

1. Untuk memperlancar pemeriksaan sebaiknya pasien di beri informasi dan penjelasan


tentang maksud dan tujuan pemeriksaan dengan menggunakan bahasa yang mudah
di mengerti hingga pasien mengerti dan tau apa yang akan di lakukan.
2. Untuk memperoleh kualitas foto rontgen yang baik dan informasi diagnostic yang
diinginkan, sebaiknya seorang radiographer harus mampu mengambil tindakan yang
lebih akurat pada setiap keadaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

3. Sebaiknya dalam melakukan radiografi BNO-IVP terutama mid line tubuh terletak pada
pertengahan meja pemeriksaan agar tidak terjadi perubahan bentuk bayangan.
4. Sebaiknya tidak di lupakan proteksi radiasi pada pemeriksaan ini menggunakan shield
gonad.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

DAFTAR PUSTAKA

Adisti Gusmavita, 2009..Diaksesdari www.kompas.co.id. Pada tanggal 13 Juli 2018 pukul


:02.06

Arie. 2010. Pemeriksaan bno ivp. Diakses dari www.wordpress.

Akhadi, Muklis, (1997), Dasar-Dasar Proteksi Radiasi,Jakarta : Rineka Cipta

Buku Pendidikan & Pelatihan PPR Bidang Radiodiagnostik (BAPETEN).

Ballinger, W. Philip,(1995), Positioning and Radiologic Procedures, Volume One, London


:The Ohio State University Columbus Mosby

Bontranger, L Kenneth, (2001), Merlin For Texbook of Radiographic Positioning And


Related Anatomi,London : St louis Mosby

Chesney M.D. dkk (1970), Radiographic Photography Third Edition,London : Ninth


Edition The United Birmingham

Yanuar. 2010. Prinsip Kerja Computer radiograpi.Diakses dariwww.wordpress. Pada


tanggal 13 juli 2018 pukul: 02.30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Posisi pasien : AP Supine


Focus Film Distance : 90 cm
Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Central point : Pada umbilikus
Kaset : 30 cm x 40 cm
Kondisi Penyinaran : 70 KV, 20 mAs

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Posisi Pasien : AP Supine


Focus Film Distance : 90 cm
Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Central point : Setinggi Costal margin
Kaset : 24 cm x 30 cm
Kondisi Penyinaran : 70 KV, 20 mAs
Eksposi : Pada saat full ekspirasi
Kriteria gambar : Tampak kontras media mengisi pelvic renalis di daerah
1/3proksimal dari ureter

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Posisi Pasien : AP Supine


Focus Film Distance : 90 cm
Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Central point : Pada umbilikus
Kaset : 30 cm x 40 cm
Kondisi Penyinaran : 70 KV, 20 mAs
Eksposi : Pada saat full ekspirasi
Kriteria gambar : Tampak kontras media mengisi ginjal, pelvic renalis,
pelvic calises, ureter dan sebagian ke blass.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Posisi Pasien : AP Supine

Focus Film Distance : 90 cm

Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.


Kaset : 24 cm x 30 cm
Kondisi Penyinaran : 70 kv, 20 mAs
Eksposi : Pada saat full ekspirasi
Kriteria gambar : Tampak pengisian kontras media pada vesika urinary
( full blass ).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Posisi Pasien : AP Supine


Focus film distance : 90 cm
Arah sinar : Pertengahan antara puncak kedua crista illiaca
Kaset : 30 cm x 40 cm
Kondisi penyinaran : 70 kV , 20 mAs
Eksposi : Pada saat full ekspirasi
Kriteria gambar : Tampak pengosongan kontras media pada vesica urinaria

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai