KELOMPOK 8
BONEFASIUS T LANGOTUKAN
JECONIA U KAWUJI
FRANSISKA PAHAT
KRISTINA V.S LASTRI
YOHANIS F.N.DENI
YOHANES M LULU
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2018
BAB 1
LATAR BELAKANG
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau
perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di
tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi
(Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen
(postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering
disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang
digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi
“segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya.
Pasca panen pada tanaman cabai merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman
budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan
hasil panen tanaman cabai tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah
disimpan untuk diproses selanjutnya. Penanganan pascapanen yang dibahas dalam tulisan ini
meliputi pengolahan primer, yaitu perlakuan mulai panen sampai komoditas dapat
dikonsumsi segar atau siap diolah, serta pengolahan sekunder, yaitu tindakan yang
mengubah hasil tanaman (dalam hal ini cabai) menjadi bentuk lain agar lebih awet
(Mutiarawati 2009).
1.2 TUJUAN
TINJAUN PUSTAKA
Morfologitanaman cabai
Daun
Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang
berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang Ian- set. Warna permukaan daun bagian
atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan
permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau
hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran
panjang daun cabai antara 3 — 11 cm, dengan lebar antara 1 — 5 cm.
Batang
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu. Biasanya,
batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak
percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang batang biasanya tidak melebihi
100 cm. Namun untuk jenis cabai besar, panjang batang (ketinggian) dapat mencapai
2 meter bahkan lebih. Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau
muda. Pada batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan
muncul wama coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari
pengerasan jaringan parenkim.
Akar
Tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit dan hanya terdiri dari akar
serabut saja. Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis
dengan beberapa mikroorganisme. Meskipun tidak memiliki akar tunggang, namun
ada beberapa akar tumbuh ke arah bawah yang berfungsi sebagai akar tunggang semu.
Bunga
Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu
berbentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas
Ateridae (berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam
keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat
2 — 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacam-macam, ada
yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 — 20 mm. Bunga
tanaman cabai merupakan bunga sempuma, artinya dalam satu tanaman terdapat
bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam
waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan
penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih baik,
penyerbukan silang lebih diutamakan. Karena itu, tanaman cabai yang ditanam di
lahan dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman cabai
yang ditanam sendirian. Pernyerbukan tanaman cabai biasanya dibantu angin atau
lebah. Kecepatan angin yang dibutuhkan untuk penyerbukan antara 10 — 20 km/jam
(angin sepoi-sepoi). Angin yang ter lalu kencang justru akan merusak tanaman.
Sedangkan penyerbukan yang dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik
mendekati bunga tanaman cabai yang menarik penampilannya dan terdapat madu di
dalamnya.
Buah dan biji
Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan
memiliki banyak variasi. Buah cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu serrano,
cubanelle, cayenne, pimento, anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho,
banana, dan blocky bell. Hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai, di mana tipe elongate
bell dan blocky bell dianggap sama
Pasca Panen Pengolahan Primer
Panen
Panen merupakan kegiatan akhir dari proses produksi di lapangan dan faktor penentu
proses selanjutnya. Pemanenan dan penanganan pasca panenpada tanaman cabai perlu
dicermati untuk dapat mempertahankan mutu sehingga dapat memenuhi spesifikasi yang
diminta konsumen. Penanganan yang kurang hati-hati akan berpengaruh terhadap mutu dan
penampilan produk yang berdampak kepada pemasaran (Rajab dan Taufik 2008). Panen
merupakan kegiatan awal dalam penanganan pascapanen. Pada tahap ini panen tanaman
cabai dilakukan pada tingkat kematangan yang tepatdan dengan hati-hati untuk menjaga mutu
produk (Gambar 1). Cabai dapatdipanen pada umur 60−75 hari setelah tanam untuk yang
ditanam di dataranrendah dan pada umur 3−4 bulan untuk yang di dataran tinggi. Cabai
dipanensetelah buahnya 75% berwarna merah (Moekasan et al. 2005; Sumarni 2009).Panen
dilakukan 3−4 hari sekali atau paling lambat satu minggu sekali, sampaitanaman berumur
4−7 bulan (15 kali panen) atau sesuai kondisi tanaman (Asgar et al. 2000; Sutarya et
al. 1995). Buah yang dipanen terlalu muda akan cepat layu, bobot cepat berkurang, cepat
rusak,dan kurang tahan guncangan waktu pengangkutan.
Sortasi
Penyimpanan
Cabai yang telah dipanen dapat disimpan di lapangan atau di ruang tertutup,
yaitu bangunan berventilasi, ruang berpendingin atau ruang tertutup yang konsentrasi gasnya
berbeda dengan atmosfer. Penyimpanan yang baik dapat memperpanjang umur dan kesegaran
cabai tanpa menimbulkan perubahan fisik atau kimia. Cara yang biasa digunakan
adalah menyimpan cabai segar pada suhu dingin, sekitar 4OC. Menurut Asgar
(2009),pendinginan bertujuan menekan tingkat perkembangan mikroorganisme dan
perubahan biokimia. Penyimpanan pada suhu rendah merupakan cara terbaik untuk
mempertahankan kesegaran cabai. Suhu optimal pendingin bergantung pada varietas cabai
dan tingkat kematangannya. Pendinginan denganmenggunakan refrigerator umumnya lebih
mudah dibandingkan dengan caralainnya. Namun, cara ini sulit diterapkan di tingkat petani
karena biayanya mahal. Penyimpanan dengan modifikasi atmosfer atau udara terkendali
dapat memperlambat respirasi dengan mengurangi kandungan O2 serta meningkatkan
kandungan CO2 dan N2. Dengan cara ini, aktivitas metabolisme bahan akan berkurang
sehingga memperlambat proses kerusakan danmemperpanjang masa simpan. Pantastico et
al. (1975) serta Dasuki dan Muhamad (1997) menyatakan, penyimpanan dengan udara
terkontrol dan dimodifikasi dapat menghambat metabolisme sehingga menunda pematangan
dan pembusukan buah. Oleh karena itu, cabai yang akan disimpan hendaknya sehat, seragam
kematangannya, dan dikemas dengan baik.
Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk melindungi mutu produk cabai dari kerusakan mekanis,
fisik dan fisiologi pada saat handling, pengangkutan dan bongkar muat. Kemasan yang ideal
harus kuat, memiliki daya lindung yang tinggi terhadap kerusakan, mudah di-handle, aman
dan ekonomis. Wadah kemasan dapat dibuat secara tradisional berupa keranjang bambu atau
rotan, karung plastik polietilen dan kardus berventilasi. Para petani dan pedagang cabai untuk
pasar tradisional biasanya mengemas cabai dengan karung plastik berlubang-lubang.
Sementara itu, pasar swalayan menghendaki kemasan dalam kardus.
Pengangkutan
Pada tahap ini transportasi memiliki peranan penting untuk memindahkan cabe dari
lapangan ke tempat pengolahan (sertasi dan grading), kemudian ke pasar dan gudang.
Selama proses pengangkutan perlu dicermati penanganannya.Pengangkutan dengan truk
konvensional seperti kendaraan bak terbuka berbeda dengan sistem non konvensional seperti
kontainer dengan sistem udara terkendali. Pengangkutan dengan sistem non konvensional
cabe relatif lebih aman dari kerusakan fisik, fisiologis maupun mekanis. Namun,
pengangkutan dengan kontainer baru digunakan oleh perusahaan besar yang mendapat
kontrak dengan pasar swalayan. Sementara itu, untuk pasar tradisional, buah cabe lebih
sering diangkut dengan mobil bak terbuka.Pengangkutan merupakan mata rantai penting
dalam penanganan pascapanen dan distribusi cabai. Untuk memperpanjang kesegaran,
biasanya pedagang memerlukan alat angkut yang cocok untuk memperlancar pemasaran. Jika
jumlah cabai yang dipasarkan sedikit, biasanyapetani/pedagang menggunakan
pikulan, sepeda atau gerobak. Selama pengangkutan, cabai dapat mengalami kerusakan
mekanis karena kontak dengan wadah atau dengan cabai yang lain akibat goncangan.
Kerusakanfisiologis juga bisa terjadi akibat gangguan metabolisme dalam bahan. Proses
respirasi yang masih berlangsung dalam cabai yang ditumpuk menghasilkan H2O, CO2,
dan energi dalam bentuk panas. Jika panas yang dihasilkan berlebihan akan
mengakibatkan cabai menjadi layu, respirasi makin cepat, dan jaringan sel mati. Menurut
Hartuti dan Sinaga (1993), pengangkutan cabai jarak jauh dengan menggunakan keranjang
bambu, dapat menekan susut bobot hingga 0%, tingkat kerusakan 1,30%, dan kesegaran
cabai cukup baik. Kemasan karton/kardus dengan kapasitas 20 kg dapat digunakan bila
dipadukan dengan karung jala yang dimasukkan ke dalam kardus berventilasi.Pengemasan
cabai yang kurang baik dapat menyebabkan kerusakan dan kehilangan hasil selama
pengangkutan. Menurut Sutarya et al. (1995), pengangkutan cabai dalam jarak lebih dari 200
km dengan kemasan karung berkapasitas 90 kg menyebabkan kerusakan hingga 20%.
Pemasaran
1. Timbangan Analitik
2. Piring Sterofoam
3. Wrapping plastic
4. Cabai
E. Langkah Kerja :
3.Timbang
6.Beri Label
8.Amati setiap selang 3 hari apa yang terjadi,timbang setiap kali melakukan
pengamatan
BAB III
PEMBAHASAN
1. Hasil pengamatan
Perlakuan I (suhuruang)
Tekstur: ###(Keras)
##(AgakLembek)
#(Lembek)
Kesegaran: ###(Segar)
##(Kurang Segar)
#Layu)
Perlakuan II (suhudingin)
2. Pembahasan
Sortasi
Sortasi bahan merupakan penanganan bahan pangan pasca panen yang
sangat penting untuk meningkatkan daya jual produk, daya terima
konsumen dan membantu konsumen untuk memilik produk yang
diinginkan sesuai dengan kemampuannya. Sortasi dilakukan untuk
memisahkan bahan yang baik dengan bahan yang sudah mengalami
penurunan mutu, ini bisa dilakukan secara manual dengan menggunakan
tangan, ayakan atau menggunakan mesin berjalan /conveyor belt
(Astawan, 2004).
Penyimpanan
Di Indonesia, cabai umumnya lebih banyak diperdagangkan dalam
bentuk segar. Karena itu, para produsen dan pengelola komoditas cabai
berupaya supaya cabai tetap kelihatan segar. Untuk itu diperlukan tindakan
yang benar pada saat handling, pengemasan dan penyimpanan agar mutu
tetap stabil dan bisa diterima konsumen dengan harga yang tinggi. Setelah
pemetikan, proses fisiologi tetap berjalan, tergantung pada situasi luar,
seperti temperatur dan kelembaban. Proses fisiologi tetap dipertahankan
tetapi lajunya harus dikurangi. Caranya dengan menekan tingkat respirasi,
yaitu mengatur temperatur dan kelembaban udara di sekelilingnya dengan
menempatkan produk dalam ruangan yang sistem udaranya terkendali.
Selain laju respirasi, harus juga ditekan laju transpirasi yaitu proses
penguapan dari buah cabai dengan cara meningkatkan kelembaban udara
dan menurunkan temperatur, atau dengan menempatkan buah cabai dalam
kemasan tertentu untuk mengurangi gerakan udara di sekeliling cabai.
Cabai yang telah dipanen dapat disimpan di lapangan atau di ruang
tertutup, yaitu bangunan berventilasi, ruang berpendingin atau ruang
tertutup yang konsentrasi gasnya berbeda dengan atmosfer. Penyimpanan
yang baik dapat memperpanjang umur dan kesegaran cabai tanpa
menimbulkan perubahan fisik atau kimia. Cara yang biasa digunakan
adalah menyimpan cabai segar pada suhu dingin, sekitar 4OC. Menurut
Asgar (2009),pendinginan bertujuan menekan tingkat perkembangan
mikroorganisme dan perubahan biokimia. Penyimpanan pada suhu rendah
merupakan cara terbaik untuk mempertahankan kesegaran cabai. Suhu
optimal pendingin bergantung pada varietas cabai dan
tingkat kematangannya. Pendinginan
denganmenggunakan refrigerator umumnya lebih mudah dibandingkan
dengan caralainnya. Namun, cara ini sulit diterapkan di tingkat petani
karena biayanya mahal. Penyimpanan dengan modifikasi atmosfer atau
udara terkendali dapat memperlambat respirasi dengan mengurangi
kandungan O2 serta meningkatkan kandungan CO2 dan N2. Dengan cara
ini, aktivitas metabolisme bahan akan berkurang sehingga memperlambat
proses kerusakan danmemperpanjang masa simpan. Pantastico et
al. (1975) serta Dasuki dan Muhamad (1997) menyatakan, penyimpanan
dengan udara terkontrol dan dimodifikasi dapat menghambat metabolisme
sehingga menunda pematangan dan pembusukan buah. Oleh karena itu,
cabai yang akan disimpan hendaknya sehat, seragam kematangannya, dan
dikemas dengan baik.
Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk melindungi mutu produk cabai dari
kerusakan mekanis, fisik dan fisiologi pada saat handling, pengangkutan
dan bongkar muat. Kemasan yang ideal harus kuat, memiliki daya lindung
yang tinggi terhadap kerusakan, mudah di-handle, aman dan ekonomis.
Wadah kemasan dapat dibuat secara tradisional berupa keranjang bambu
atau rotan, karung plastik polietilen dan kardus berventilasi. Para petani
dan pedagang cabai untuk pasar tradisional biasanya mengemas
cabai dengan karung plastik berlubang-lubang. Sementara itu, pasar
swalayan menghendaki kemasan dalam kardus.
Pengemasan bertujuan untuk melindungi mutu cabai sebelum dipasarkan.
Pengemasan yang baik dapat mencegah kehilangan hasil, mempertahankan
mutu dan penampilan, serta memperpanjang masa simpan bahan. Kemasan
yang biasa digunakan untuk memudahkan penyimpanan dan
pengangkutan cabai di pasar domestik adalah keranjang bambu, peti kayu,
dan plastik. Kemasan yang ideal adalah yang mudah diangkat, aman,
ekonomis, dan dapat menjamin kebersihan produk. Kemasan lain yang
biasa digunakan pedagang adalah jala dengan kapasitas 9−100
kg. Kemasan ini sangat praktis, tetapi tidak dapat melindungi cabai dari
kerusakan mekanis dan fisiologis, terutama pada saat ditimbang dan di
dalam alat angkut. Volume kemasan sebaiknya tidak melebihi 25 kg
karena kemasan yang terlalu besardapat menurunkan mutu cabai,
terutama yang berada di bagian bawah (Setyowatidan Budiarti 1992).
Kemasan yang baik dapat menekan benturan, mempermudah pertukaran
udara, dan mengurangi penguapan. Prinsip pembuatan kemasan
adalah ekonomis, bahannya tersedia, mudah dibuat, ringan, kuat, dapat
melindungi komoditas, berventilasi, dan tidak bau.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suhu Ruang
Pengamaan pada tanggal 12 November 2018
Merah 1 Merah 2
Hijau 2 Hijau 3
Pengamatan tanggal 27 November 2018
Merah 1 Merah 2
Hijau 2 Hijau 3
Suhu Dingin
Pengamatan pada tanggal 12 November 2018
Hijau 1 Hijau 4
Merah 3 Merah 4
Pengamatan tanggal 27 November 2018
Hijau 1 Hijau 4
Merah 3 Merah 4