Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL

“ Pembersihan , Pengemasan , Penyimpanan Dan Sortasi Cabai”

KELOMPOK 8

 BONEFASIUS T LANGOTUKAN
 JECONIA U KAWUJI
 FRANSISKA PAHAT
 KRISTINA V.S LASTRI
 YOHANIS F.N.DENI
 YOHANES M LULU

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2018
BAB 1

LATAR BELAKANG

Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau
perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di
tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi
(Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen
(postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering
disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang
digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi
“segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya.

Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan,


kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan (secondary
processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk
lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak
dikehendaki atau untuk penggunaan lain. Ke dalamnya termasuk pengolahan pangan dan
pengolahan industri. Gambaran umum karakteristik komoditas hortikultura bersifat
volumunios (membutuhkan tempat yang besar) dan perishable (mudah rusak) seperti halnya
pada tanaman cabai sehingga dibutuhkan penanganan pasca panen yang cepat dan tepat. Hal
utama yang timbul akibat penanganan yang kurang tepat dan cepat tersebut adalah tingginya
kehilangan atau kerusakan hasil.

Pasca panen pada tanaman cabai merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman
budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan
hasil panen tanaman cabai tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah
disimpan untuk diproses selanjutnya. Penanganan pascapanen yang dibahas dalam tulisan ini
meliputi pengolahan primer, yaitu perlakuan mulai panen sampai komoditas dapat
dikonsumsi segar atau siap diolah, serta pengolahan sekunder, yaitu tindakan yang
mengubah hasil tanaman (dalam hal ini cabai) menjadi bentuk lain agar lebih awet
(Mutiarawati 2009).
1.2 TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaimana penanganan pasca panen pada tanaman cabai


2. Untuk mengetahui pengolahan primer pada pasca panen tanaman cabai
(seperti perlakuan mulai panen sampai komoditas dapat dikomsumsi segar
atau siap diolah.
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

Klasifikasi tanaman cabai :


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.

Morfologitanaman cabai

 Daun
Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang
berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang Ian- set. Warna permukaan daun bagian
atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan
permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau
hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran
panjang daun cabai antara 3 — 11 cm, dengan lebar antara 1 — 5 cm.
 Batang
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu. Biasanya,
batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak
percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang batang biasanya tidak melebihi
100 cm. Namun untuk jenis cabai besar, panjang batang (ketinggian) dapat mencapai
2 meter bahkan lebih. Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau
muda. Pada batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan
muncul wama coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari
pengerasan jaringan parenkim.
 Akar
Tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit dan hanya terdiri dari akar
serabut saja. Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis
dengan beberapa mikroorganisme. Meskipun tidak memiliki akar tunggang, namun
ada beberapa akar tumbuh ke arah bawah yang berfungsi sebagai akar tunggang semu.
 Bunga
Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu
berbentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas
Ateridae (berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam
keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat
2 — 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacam-macam, ada
yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 — 20 mm. Bunga
tanaman cabai merupakan bunga sempuma, artinya dalam satu tanaman terdapat
bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam
waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan
penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih baik,
penyerbukan silang lebih diutamakan. Karena itu, tanaman cabai yang ditanam di
lahan dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman cabai
yang ditanam sendirian. Pernyerbukan tanaman cabai biasanya dibantu angin atau
lebah. Kecepatan angin yang dibutuhkan untuk penyerbukan antara 10 — 20 km/jam
(angin sepoi-sepoi). Angin yang ter lalu kencang justru akan merusak tanaman.
Sedangkan penyerbukan yang dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik
mendekati bunga tanaman cabai yang menarik penampilannya dan terdapat madu di
dalamnya.
 Buah dan biji
Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan
memiliki banyak variasi. Buah cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu serrano,
cubanelle, cayenne, pimento, anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho,
banana, dan blocky bell. Hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai, di mana tipe elongate
bell dan blocky bell dianggap sama
 Pasca Panen Pengolahan Primer

Panen

Panen merupakan kegiatan akhir dari proses produksi di lapangan dan faktor penentu
proses selanjutnya. Pemanenan dan penanganan pasca panenpada tanaman cabai perlu
dicermati untuk dapat mempertahankan mutu sehingga dapat memenuhi spesifikasi yang
diminta konsumen. Penanganan yang kurang hati-hati akan berpengaruh terhadap mutu dan
penampilan produk yang berdampak kepada pemasaran (Rajab dan Taufik 2008). Panen
merupakan kegiatan awal dalam penanganan pascapanen. Pada tahap ini panen tanaman
cabai dilakukan pada tingkat kematangan yang tepatdan dengan hati-hati untuk menjaga mutu
produk (Gambar 1). Cabai dapatdipanen pada umur 60−75 hari setelah tanam untuk yang
ditanam di dataranrendah dan pada umur 3−4 bulan untuk yang di dataran tinggi. Cabai
dipanensetelah buahnya 75% berwarna merah (Moekasan et al. 2005; Sumarni 2009).Panen
dilakukan 3−4 hari sekali atau paling lambat satu minggu sekali, sampaitanaman berumur
4−7 bulan (15 kali panen) atau sesuai kondisi tanaman (Asgar et al. 2000; Sutarya et
al. 1995). Buah yang dipanen terlalu muda akan cepat layu, bobot cepat berkurang, cepat
rusak,dan kurang tahan guncangan waktu pengangkutan.

 Sortasi

Konsumen terutama pasar swalayan, restoran dan hotel lebih mengutamakan


spesifikasi produk yang mereka inginkan dan untuk ini mereka berani membayar lebih besar
jika dibandingkan dengan pasar tradisional (wet market). Penampilan produk yang seragam,
baik ukuran panjang, diameter, bentuk, permukaan, warna, maupun kekerasan buah, akan
memberikan penilaian yang lebih baik. Untuk itu diperlukan sortasi dan grading terhadap
buah cabai yang diinginkan konsumen, baik rumah tangga, kelompok konsumen swalayan,
restoran, hotel, industri pangan olahan tradisional maupun skala industri. Umumnya, sortasi
dan grading dilakukan oleh pedagang pengumpul.Sortasi terhadap warna menjadi hal yang
sangat penting bagi konsumen. Karenanya harus ada upaya untuk menstabilkan warna cabe
sebelum dikeringkan. Petani di Indonesia akan menghamparkan buah cabai yang sudah
dipetik di tempat teduh, dengan tujuan untuk mencegah pembusukan sebelum dijual ke pasar.
Tindakan seperti ini disebut curing yaitu mengondisikan buah cabe untuk dapat
menyesuaikan dengan keinginan dari pasar.
Dalam penelitian “Analisis Pendapatan Usaha Tani dan PenangananPascapanen Cabai
Merah” memaparkan bahwa beberapa kelompok konsumenseperti hotel, restoran, dan
pasar swalayan memberi harga yang berbeda pada cabai berdasarkan kelas mutu. Soetiarso
dan Majawisastra (1992) melaporkan,konsumen mempunyai preferensi yang berbeda dalam
menempatkan urutan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan
harga pembelian cabai merah. Buah cabai yang telah dipanen segera disortasi untuk
mencegah kerusakan. Penundaan sortasi akan mempercepat pembusukan. Cabai hasil sortasi
yang berkualitas kurang baik masih dapat dipasarkan, meskipun harganya rendah. Sortasi
yang dilakukan di petani berbeda yang dilakukan oleh industri (Asgar 2000). Petani
umumnya mengharapkan semua hasil panen dapat dijual. Cabai yang berkualitas baik dijual
ke pedagang atau pasar swalayan, sedangkan yang kualitasnya kurang baik dipasarkan
ke pedagang pengecer atau pasar tradisional. Demikian pula di tingkat pedagang, cabai yang
berkualitas baik dijual ke industry pengolah dan yang kurang bagus dijual ke pedagang
pengecer. Industri pengolahan menghendaki cabai yang berkualitasbaik agar hasil olahannya
berkualitas prima.

 Penyimpanan

Di Indonesia, cabai umumnya lebih banyak diperdagangkan dalam bentuk segar.


Karena itu, para produsen dan pengelola komoditas cabai berupaya supaya cabai tetap
kelihatan segar. Untuk itu diperlukan tindakan yang benar pada saat handling, pengemasan
dan penyimpanan agar mutu tetap stabil dan bisa diterima konsumen dengan harga yang
tinggi.Setelah pemetikan, proses fisiologi tetap berjalan, tergantung pada situasi luar, seperti
temperatur dan kelembaban. Proses fisiologi tetap dipertahankan tetapi lajunya harus
dikurangi. Caranya dengan menekan tingkat respirasi, yaitu mengatur temperatur dan
kelembaban udara di sekelilingnya dengan menempatkan produk dalam ruangan yang sistem
udaranya terkendali. Selain laju respirasi, harus juga ditekan laju transpirasi yaitu proses
penguapan dari buah cabai dengan cara meningkatkan kelembaban udara dan menurunkan
temperatur, atau dengan menempatkan buah cabai dalam kemasan tertentu untuk mengurangi
gerakan udara di sekeliling cabai.

Cabai yang telah dipanen dapat disimpan di lapangan atau di ruang tertutup,
yaitu bangunan berventilasi, ruang berpendingin atau ruang tertutup yang konsentrasi gasnya
berbeda dengan atmosfer. Penyimpanan yang baik dapat memperpanjang umur dan kesegaran
cabai tanpa menimbulkan perubahan fisik atau kimia. Cara yang biasa digunakan
adalah menyimpan cabai segar pada suhu dingin, sekitar 4OC. Menurut Asgar
(2009),pendinginan bertujuan menekan tingkat perkembangan mikroorganisme dan
perubahan biokimia. Penyimpanan pada suhu rendah merupakan cara terbaik untuk
mempertahankan kesegaran cabai. Suhu optimal pendingin bergantung pada varietas cabai
dan tingkat kematangannya. Pendinginan denganmenggunakan refrigerator umumnya lebih
mudah dibandingkan dengan caralainnya. Namun, cara ini sulit diterapkan di tingkat petani
karena biayanya mahal. Penyimpanan dengan modifikasi atmosfer atau udara terkendali
dapat memperlambat respirasi dengan mengurangi kandungan O2 serta meningkatkan
kandungan CO2 dan N2. Dengan cara ini, aktivitas metabolisme bahan akan berkurang
sehingga memperlambat proses kerusakan danmemperpanjang masa simpan. Pantastico et
al. (1975) serta Dasuki dan Muhamad (1997) menyatakan, penyimpanan dengan udara
terkontrol dan dimodifikasi dapat menghambat metabolisme sehingga menunda pematangan
dan pembusukan buah. Oleh karena itu, cabai yang akan disimpan hendaknya sehat, seragam
kematangannya, dan dikemas dengan baik.

 Pengemasan

Pengemasan bertujuan untuk melindungi mutu produk cabai dari kerusakan mekanis,
fisik dan fisiologi pada saat handling, pengangkutan dan bongkar muat. Kemasan yang ideal
harus kuat, memiliki daya lindung yang tinggi terhadap kerusakan, mudah di-handle, aman
dan ekonomis. Wadah kemasan dapat dibuat secara tradisional berupa keranjang bambu atau
rotan, karung plastik polietilen dan kardus berventilasi. Para petani dan pedagang cabai untuk
pasar tradisional biasanya mengemas cabai dengan karung plastik berlubang-lubang.
Sementara itu, pasar swalayan menghendaki kemasan dalam kardus.

Pengemasan bertujuan untuk melindungi mutu cabai sebelum dipasarkan.


Pengemasan yang baik dapat mencegah kehilangan hasil, mempertahankan mutu
dan penampilan, serta memperpanjang masa simpan bahan. Kemasan yang biasa digunakan
untuk memudahkan penyimpanan dan pengangkutan cabai di pasar domestik
adalah keranjang bambu, peti kayu, dan plastik. Kemasan yang ideal adalah yang
mudah diangkat, aman, ekonomis, dan dapat menjamin kebersihan produk. Kemasan lain
yang biasa digunakan pedagang adalah jala dengan kapasitas 9−100 kg. Kemasan ini sangat
praktis, tetapi tidak dapat melindungi cabai dari kerusakan mekanis dan fisiologis, terutama
pada saat ditimbang dan di dalam alat angkut. Volume kemasan sebaiknya tidak melebihi 25
kg karena kemasan yang terlalu besardapat menurunkan mutu cabai, terutama yang berada di
bagian bawah (Setyowatidan Budiarti 1992). Kemasan yang baik dapat menekan benturan,
mempermudah pertukaran udara, dan mengurangi penguapan. Prinsip pembuatan kemasan
adalah ekonomis, bahannya tersedia, mudah dibuat, ringan, kuat, dapat
melindungi komoditas, berventilasi, dan tidak bau.

 Pengangkutan

Pada tahap ini transportasi memiliki peranan penting untuk memindahkan cabe dari
lapangan ke tempat pengolahan (sertasi dan grading), kemudian ke pasar dan gudang.
Selama proses pengangkutan perlu dicermati penanganannya.Pengangkutan dengan truk
konvensional seperti kendaraan bak terbuka berbeda dengan sistem non konvensional seperti
kontainer dengan sistem udara terkendali. Pengangkutan dengan sistem non konvensional
cabe relatif lebih aman dari kerusakan fisik, fisiologis maupun mekanis. Namun,
pengangkutan dengan kontainer baru digunakan oleh perusahaan besar yang mendapat
kontrak dengan pasar swalayan. Sementara itu, untuk pasar tradisional, buah cabe lebih
sering diangkut dengan mobil bak terbuka.Pengangkutan merupakan mata rantai penting
dalam penanganan pascapanen dan distribusi cabai. Untuk memperpanjang kesegaran,
biasanya pedagang memerlukan alat angkut yang cocok untuk memperlancar pemasaran. Jika
jumlah cabai yang dipasarkan sedikit, biasanyapetani/pedagang menggunakan
pikulan, sepeda atau gerobak. Selama pengangkutan, cabai dapat mengalami kerusakan
mekanis karena kontak dengan wadah atau dengan cabai yang lain akibat goncangan.
Kerusakanfisiologis juga bisa terjadi akibat gangguan metabolisme dalam bahan. Proses
respirasi yang masih berlangsung dalam cabai yang ditumpuk menghasilkan H2O, CO2,
dan energi dalam bentuk panas. Jika panas yang dihasilkan berlebihan akan
mengakibatkan cabai menjadi layu, respirasi makin cepat, dan jaringan sel mati. Menurut
Hartuti dan Sinaga (1993), pengangkutan cabai jarak jauh dengan menggunakan keranjang
bambu, dapat menekan susut bobot hingga 0%, tingkat kerusakan 1,30%, dan kesegaran
cabai cukup baik. Kemasan karton/kardus dengan kapasitas 20 kg dapat digunakan bila
dipadukan dengan karung jala yang dimasukkan ke dalam kardus berventilasi.Pengemasan
cabai yang kurang baik dapat menyebabkan kerusakan dan kehilangan hasil selama
pengangkutan. Menurut Sutarya et al. (1995), pengangkutan cabai dalam jarak lebih dari 200
km dengan kemasan karung berkapasitas 90 kg menyebabkan kerusakan hingga 20%.
 Pemasaran

Pemasaran produk pertanian khususnya cabai masih belum memiliki kepastian,


terutama harga. Saat ini, harga produk pertanian masih dipengaruhi oleh banyaknya suplai di
pasar, musim dan event-event tertentu seperti hari raya keagamaan.Jika suplai cabai di pasar
terlalu banyak, harganya akan turun. Jika suplai sedikit harganya akan meningkat dari harga
rata-rata. Faktor yang paling mempengaruhi harga cabai di pasaran adalah pengaruh musim.
METODE PRAKTIKUM

A. Judul : Pembersihan dan Sortir cabe,pengemasan dan penyimpanan


B. Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana cara peyertiran,pengemasandan
penyimpanan
C. Tempat dan Waktu :Praktikum di laksanakan pada tanggal 9 november 2018 di
Samping Lab TPHP
D. Alat dan Bahan :

1. Timbangan Analitik

2. Piring Sterofoam

3. Wrapping plastic

4. Cabai

E. Langkah Kerja :

1.Sortir buah cabe yang berdasarkan ukuran yang sama

2.Pisahkan buah yang sama warnanya

3.Timbang

4.Kemas dengan menggunakan piring stirofoam

5.Bungkus dengan Warpping plastic

6.Beri Label

7.Simpan pada suhu ruang dan suhu dingin

8.Amati setiap selang 3 hari apa yang terjadi,timbang setiap kali melakukan
pengamatan
BAB III
PEMBAHASAN

1. Hasil pengamatan
 Perlakuan I (suhuruang)

HARI BAHAN PARAMETER


BERAT (g) WARNA TEKSTUR KESEGARAN
1 Cabai hijau 2 51 Hijau ### ###
Cabai hijau 3 88 Hijau Orange ### ###
Cabai merah 1 153 Merah ### ###
Cabai merah 2 157 Merah ### ###
2 Cabai hijau 2 46 Hijau Orange ### ###
Cabai hijau 3 80 Merah ### ###
Cabai merah 1 146 Merah ## ##
Cabai merah 2 148 Merah ## ##
3 Cabai hijau 2 38 Hijau orange ## ##
Cabai hijau 3 72 Merah ## ##
Cabai merah 1 134 Merah ## ##
Cabai merah2 137 Merah ## ##
4 Cabai hijau 2 33 Orange ## ##
Cabai hijau 3 65 Merah ## ##
Cabai merah 1 125 Merah # #
Cabai merah 2 130 Merah # #
5 Cabai hijau 2 27 Coklat # #
Cabai hijau 3 55 Coklat # #
Cabai merah 1 112 Coklat # #
Cabai merah 2 118 Coklat # #
Keterangan :

Tekstur: ###(Keras)

##(AgakLembek)
#(Lembek)
Kesegaran: ###(Segar)
##(Kurang Segar)
#Layu)
 Perlakuan II (suhudingin)

HARI BAHAN PARAMETER


BERAT (g) WARNA TEKSTUR KESEGARAN
1 Cabai hijau 1 61 Hijau ### ###
Cabai hijau 4 91 Orange ### ###
Cabai merah3 162 Merah ### ###

Cabai merah4 144 Merah ### ###

2 Cabai hijau 1 60 Hijau ### ###

Cabai hijau 4 89 Orange ### ###

Cabai merah 3 159 Merah ### ###

Cabai merah 4 141 Merah ### ###

3 Cabai hijau 1 58 Hijau ### ###

Cabai hijau 4 86 Orange ### ###

Cabai merah 3 156 Merah ### ###

Cabai merah4 138 Merah ### ###

4 Cabai hijau 1 56 Hijau ### ###

Cabai hijau 4 83 Orange ### ###

Cabai merah 3 152 Merah ### ###

Cabai merah 4 135 Merah ### ###

5 Cabai hijau 1 51 Hijau ### ###

Cabai hijau 4 80 Orange ### ###

Cabai merah 3 147 Merah ### ###

Cabai merah 4 129 Merah ### ###


Keterangan :
Tekstur :###(Keras)
Kesegaran :### (Segar)

2. Pembahasan
 Sortasi
Sortasi bahan merupakan penanganan bahan pangan pasca panen yang
sangat penting untuk meningkatkan daya jual produk, daya terima
konsumen dan membantu konsumen untuk memilik produk yang
diinginkan sesuai dengan kemampuannya. Sortasi dilakukan untuk
memisahkan bahan yang baik dengan bahan yang sudah mengalami
penurunan mutu, ini bisa dilakukan secara manual dengan menggunakan
tangan, ayakan atau menggunakan mesin berjalan /conveyor belt
(Astawan, 2004).
 Penyimpanan
Di Indonesia, cabai umumnya lebih banyak diperdagangkan dalam
bentuk segar. Karena itu, para produsen dan pengelola komoditas cabai
berupaya supaya cabai tetap kelihatan segar. Untuk itu diperlukan tindakan
yang benar pada saat handling, pengemasan dan penyimpanan agar mutu
tetap stabil dan bisa diterima konsumen dengan harga yang tinggi. Setelah
pemetikan, proses fisiologi tetap berjalan, tergantung pada situasi luar,
seperti temperatur dan kelembaban. Proses fisiologi tetap dipertahankan
tetapi lajunya harus dikurangi. Caranya dengan menekan tingkat respirasi,
yaitu mengatur temperatur dan kelembaban udara di sekelilingnya dengan
menempatkan produk dalam ruangan yang sistem udaranya terkendali.
Selain laju respirasi, harus juga ditekan laju transpirasi yaitu proses
penguapan dari buah cabai dengan cara meningkatkan kelembaban udara
dan menurunkan temperatur, atau dengan menempatkan buah cabai dalam
kemasan tertentu untuk mengurangi gerakan udara di sekeliling cabai.
Cabai yang telah dipanen dapat disimpan di lapangan atau di ruang
tertutup, yaitu bangunan berventilasi, ruang berpendingin atau ruang
tertutup yang konsentrasi gasnya berbeda dengan atmosfer. Penyimpanan
yang baik dapat memperpanjang umur dan kesegaran cabai tanpa
menimbulkan perubahan fisik atau kimia. Cara yang biasa digunakan
adalah menyimpan cabai segar pada suhu dingin, sekitar 4OC. Menurut
Asgar (2009),pendinginan bertujuan menekan tingkat perkembangan
mikroorganisme dan perubahan biokimia. Penyimpanan pada suhu rendah
merupakan cara terbaik untuk mempertahankan kesegaran cabai. Suhu
optimal pendingin bergantung pada varietas cabai dan
tingkat kematangannya. Pendinginan
denganmenggunakan refrigerator umumnya lebih mudah dibandingkan
dengan caralainnya. Namun, cara ini sulit diterapkan di tingkat petani
karena biayanya mahal. Penyimpanan dengan modifikasi atmosfer atau
udara terkendali dapat memperlambat respirasi dengan mengurangi
kandungan O2 serta meningkatkan kandungan CO2 dan N2. Dengan cara
ini, aktivitas metabolisme bahan akan berkurang sehingga memperlambat
proses kerusakan danmemperpanjang masa simpan. Pantastico et
al. (1975) serta Dasuki dan Muhamad (1997) menyatakan, penyimpanan
dengan udara terkontrol dan dimodifikasi dapat menghambat metabolisme
sehingga menunda pematangan dan pembusukan buah. Oleh karena itu,
cabai yang akan disimpan hendaknya sehat, seragam kematangannya, dan
dikemas dengan baik.
 Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk melindungi mutu produk cabai dari
kerusakan mekanis, fisik dan fisiologi pada saat handling, pengangkutan
dan bongkar muat. Kemasan yang ideal harus kuat, memiliki daya lindung
yang tinggi terhadap kerusakan, mudah di-handle, aman dan ekonomis.
Wadah kemasan dapat dibuat secara tradisional berupa keranjang bambu
atau rotan, karung plastik polietilen dan kardus berventilasi. Para petani
dan pedagang cabai untuk pasar tradisional biasanya mengemas
cabai dengan karung plastik berlubang-lubang. Sementara itu, pasar
swalayan menghendaki kemasan dalam kardus.
Pengemasan bertujuan untuk melindungi mutu cabai sebelum dipasarkan.
Pengemasan yang baik dapat mencegah kehilangan hasil, mempertahankan
mutu dan penampilan, serta memperpanjang masa simpan bahan. Kemasan
yang biasa digunakan untuk memudahkan penyimpanan dan
pengangkutan cabai di pasar domestik adalah keranjang bambu, peti kayu,
dan plastik. Kemasan yang ideal adalah yang mudah diangkat, aman,
ekonomis, dan dapat menjamin kebersihan produk. Kemasan lain yang
biasa digunakan pedagang adalah jala dengan kapasitas 9−100
kg. Kemasan ini sangat praktis, tetapi tidak dapat melindungi cabai dari
kerusakan mekanis dan fisiologis, terutama pada saat ditimbang dan di
dalam alat angkut. Volume kemasan sebaiknya tidak melebihi 25 kg
karena kemasan yang terlalu besardapat menurunkan mutu cabai,
terutama yang berada di bagian bawah (Setyowatidan Budiarti 1992).
Kemasan yang baik dapat menekan benturan, mempermudah pertukaran
udara, dan mengurangi penguapan. Prinsip pembuatan kemasan
adalah ekonomis, bahannya tersedia, mudah dibuat, ringan, kuat, dapat
melindungi komoditas, berventilasi, dan tidak bau.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan Penyimpanan cabai rawit pada suhu ruang


mengalami perubahan berat cabai yang sangat signifikan, tekstur, warna dan
kesegaran juga mengalami perubahan yang signifikan sedangkan penyimpanan cabai
rawit pada suhu dingintidak mengalami perubahan mulai dari tekstur, warna dan
kesegaran . Jadi ruangan pendingin lebih cocok untuk menyimpan cabairawit dari
pada ruangan terbuka.
LAMPIRAN

Suhu Ruang
Pengamaan pada tanggal 12 November 2018

Merah 1 Merah 2

Hijau 2 Hijau 3
Pengamatan tanggal 27 November 2018

Merah 1 Merah 2

Hijau 2 Hijau 3
Suhu Dingin
Pengamatan pada tanggal 12 November 2018

Hijau 1 Hijau 4

Merah 3 Merah 4
Pengamatan tanggal 27 November 2018

Hijau 1 Hijau 4

Merah 3 Merah 4

Anda mungkin juga menyukai