PENDAHULUAN
1
Berdasarkan posisi shell, bejana tekan dibedakan menjadi bejana tekan
vertikal dan horisontal. Posisi shell tergantung pada pertimbangan teknis,
fungsional, dan ekonomisnya. Sebagai contoh adalah distilling columns (tangki
penyulingan). Efek gaya gravitasi sangat diperlukan untuk proses pemisahan fasa
sehingga konstruksi bejana tekan vertikal akan sangat membantu. Pada heat
exchanger, pemilihan konstruksi dipengaruhi oleh rute aliran fluida dan
pertukaran proses panas yang berlangsung didalamnya.
Jika bejana tekan direncanakan dibangun di luar ruangan, beban angin
yang dialami oleh bejana tekan vertikal mungkin akan membutuhkan tebal shell
yang lebih dan pondasi yang jauh lebih kuat untuk mencegah gejala overturning
yang berlebihan. Untuk alasan ini, konstruksi horisontal akan lebih ekonomis.
Shell biasanya berbentuk bola, silinder, persegi dan obround (segi empat
yang sudut-sudutnya berbentuk kurva). Pemilihan bentuk meliputi pertimbangan
teknis, fungsional, dan ekonomis. Untuk tekanan yang sama, bentuk bola
memerlukan tebal plat yang hanya setengahnya, tapi proses pembuatannya jauh
lebih rumit dan mahal dibanding bentuk silindris.
Bentuk head yang ada antara lain setengah bola (hemispherical head), elip
(ellipsoidal head), torisperis (torispherical head), kerucut (conical head), dan rata
(flat head). Seperti halnya dengan shell, pemilihan bentuk head meliputi
pertimbangan teknis-fungsional-ekonomis. Bentuk rata (flat head) lebih mudah
dibuat tetapi hanya dapat menahan tekanan rendah. Bentuk hemispherical
(setengah bola) lebih kuat tapi pembuatannya rumit dan mahal. Tangki pengaduk
biasanya menggunakan bottom head (head bagian bawah) berbentuk rata untuk
lebih menjamin keseragaman hasil pengadukan dan mencegah penumbukan
pertikel yang diaduk pada dasar shell.
Selama beroperasi, bejana tekan ditumpu oleh support (tumpuan) yang
berbeda bentuknya. Bejana tekan vertikal yang pendek biasanya ditumpu oleh lug
support ataupun leg support dan yang tinggi disebut skirt support, sedangkan
bejana tekan horisontal biasanya menggunakan tumpuan sadel (saddle).
Shell dan saddle harus dirancang untuk dapat menahan beban baik oleh
beban bejana tekan itu sendiri, beban angin, beban gempa sampai batas-batas
2
optimum. Hal ini dikarenakan faktor kondisi alam yang sangat berpengaruh dalam
perancangan sebuah bejana tekan terutama yang ukuran sangat besar (kapasitas
jutaan liter) atau ketinggian diatas 10 meter, dimana pada ketinggian tersebut
kecepatan angin dan daerah gempa harus diperhitungkan faktor ekonomisnya.
Bejana tekan dibuat untuk keperluan yang berbeda, antara lain sebagai
tempat penyimpanan (storage tank), sarana pengangkut (transportation tank), dan
sebagai tempat proses dari rangkaian proses kimia. Hal ini menyebabkan tiap
bejana tekan memiliki instrument kelengkapan proses yang berbeda-beda. Bejana
tekan untuk proses secara umum memiliki instrument lebih banyak dibanding
tangki penyimpanan, misalnya nozzle inlet dan outlet fluida, manhole, indikator
tekanan, pressure safety valve, pressure transmitter, indikator temperatur,
indikator level dan drain.
3
FSRU akan dibangun sekitar 20 km ujung utara Banjir Kanal Timur
Semarang. Pembawa LNG yang berfungsi untuk mengangkut LNG dari terminal
pemuatan (Terminal Beban dari Bontang, Tangguh, Arun, dan Sakhalin) akan
mengangkut LNG ke FSRU.
Offloading LNG dari kapal LNG ke FSRU akan dilakukan oleh kapal ke
kapal sistem transfer pada kondisi kriogenik, dimana LNG cair akan disimpan
dalam tangki kriogenik terletak di FSRU. Kemudian LNG cair FSRU akan
dipompa dan akan melalui proses penguapan (cair terhadap perubahan fasa gas)
ke wilayah Landfall di ujung utara dari Banjir Kanal Timur.
FSRU dirancang untuk menyimpan LNG dan mengirimkan gas dengan
kecepatan aliran desain dari 390 MMSCFD. Gas ini kemudian ditransmisikan
melalui jaringan pipa lepas pantai sampai ke Onshore Receiving Facility (ORF).
Pada ORF, aliran gas dibagi menjadi dua arah, debit aliran pertama
sebesar 200 MMSCFD ke PLTGU Tambak Lorok dan sisanya 190 MMSCFD
melewati sepanjang Jalan Tol ke titik tie-in yang terletak sebelah selatan dari
Kereta Api KM 3 + 400 Muktiharjo (pedesaan kota Semarang). Dari titik tie-in,
50 MMSCFD aliran gas akan dikirim melalui pipa distribusi untuk Zona Industri
Semarang, sementara sisanya 140 MMSCFD akan ditransmisikan melalui pipa
menuju Cepu.
Selanjutnya pipa gas sepanjang ORF ke titik tie-in Cepu, akan dibangun
paralel dengan ROW (right of way) kereta api. Rute pipa akan melewati
Semarang, Demak, Grobogan, Blora, Bojonegoro, Lamongan, dan Gresik.
Kabupaten Cepu adalah lokasi titik tie-in dari gas yang akan
ditransmisikan oleh Mobil Oil Cepu sebesar 200 MMSCFD dan 50 MMSCFD
dari lapangan gas Gundih. Sisanya dari 140 MMSCFD gas dari FSRU ditambah
dengan 250 MMSCFD dari Mobil Oil Cepu dan Gundih kemudian ditransmisikan
ke Gresik. Skema dari pipa gas keseluruhan routing untuk Gresik-Semarang
proyek pipa Transmisi Pembangunan digambarkan pada gambar berikut ini.
4
Gambar 1.1 Diagram alir transmisi gas
5
Paket kompresor penguat harus disediakan di Cepu untuk memampatkan
gas yang masuk dari ORF dan pasokan gas selanjutnya dari Gundih dan Mobil Oil
Cepu ke tekanan yang dibutuhkan di Gresik (PT. Petrokimia / PLTGU Gresik)
sebesar 400 Psig.
Slug catcher adalah salah satu bejana tekan yang terdapat di ORF yang
berfungsi untuk memisahkan kondensat dan gas yang berasal dari FSRU.
Kondensat merupakan hasil kondensasi gas dalam pipa bawah laut dari FSRU ke
ORF. Gas yang berasal dari FSRU memiliki tekanan operasi sebesar 600 Psig
(4136.85 kPa) sehingga diperlukan desain yang kuat untuk menahan tekanan gas
tersebut. Desain slug catcher mengacu pada ASME VIII divisi 1.
6
2. Perancangan bejana tekan berdasarkan code ASME VIII divisi 1.
3. Perhitungan simulasi kekuatan nozzle terhadap beban eksternal perpipaan
berdasarkan pada code WRC 107.