Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhammad Irsan Camtiko

Nim : 05011281823063

Manfaat sifat individualis yang terkendali


Walau kita terpanggil untuk bersosial, bukan berarti meninggalkan sifat individualis yang
ada dalam diri masing-masing melainkan mampu menempatkan ego pada waktu dan situasi yang
tepat. Sebab ego yang kita miliki justru bermanfaat dalam beberapa hal seperti kami sampaikan
pada paragraf berikutnya. Oleh karena itu, mulailah belajar, melatih diri dan menambah
pengalaman agar mampu melampiaskannya pada hal-hal yang positif dan menghindari tebasan
yang berujung pada sisi negatif.

1. Memperteguh kebaikan kita untuk “hanya memberi tak harap kembali.”

Bila anda mampu mengekspresikan kebaikan yang egois niscaya setiap hal yang
dieskpresikan keluar begitu saja tanpa mengharapkan dan tanpa menantikan “entah sikawan
membalasnya, entah dia memperhatikannya, entah dia mempedulikannya dan lainnya.” Kasih
semacam ini sangat langka jaman sekarang sebab beberapa orang berbuat baik tetapi
menambahkannya dalam daftar utang bahkan menambahkan bunganya pula.

Mereka tidak peduli jika kebaikannya dibalas dengan pengabaian, tidak peduli jika
kebaikannya dibalas dengan ejekan/ sindiran, tidak peduli jika kebaikannya dibalas dengan
penghinaan, tidak peduli jika kebaikannya dibalas dengan kebencian; mereka akan tetap dan
terus berbuat baik hingga akhir hayatnya.

Ini adalah manfaat tertinggi dari sifat ego di dalam diri manusia. Sebab alasan seseorang
melakukan kebaikan telah teruji, dimurnikan dan dibersihkan dari segala niat yang tidak baik
alias tidak tulus. Melainkan seseorang berbuat baik dengan tujuan-tujuan untuk diri sendiri,
seperti:

o Saya berbuat baik karena Tuhan telah lebih dahulu berbuat baik kepada saya.
o Kami berbuat baik kepada orang lain untuk menyatakan kasih Allah kepada dunia.
o Karena setiap kebaikan yang saya lakukan, ditujukan kepada Tuhan sendiri.
o Kami sudah dibahagiakan Tuhan dan kamipun ingin orang lain merasakan hal yang sama.
o Saya sudah di sejahterakan Tuhan dan sayapun hendak membuat orang lain mengalami hal yang
sama.
o Kami berbaik hati agar kelak (di masa depan) Tuhan berkenan untuk bermurah hati bila kami
mengalami kesulitan.
o Pilihlah alasan-alasan dengan sudut pandang yang bersifat Alkitabiah karena hal-hal demikian
selalu berada dalam lingkaran persepsi positif.
2. Mampu bahagia sendiri.

Ini adalah salah satu manfaat terbaik dari sikap dengan ego tinggi yang terkendali.
Mereka adalah orang-orang yang mampu menemukan rasa senang sekalipun hanya seorang diri
saja. Orang seperti ini tidak butuh pujian, tidak butuh penghargaan, tidak butuh penghormatan,
tidak butuh popularitas, tidak butuh materi yang berlebihan untuk menjadi pribadi yang
berbahagia. Melainkan mereka mampu menciptakan rasa itu sekalipun tidak ada siapa-siapa
disekitarnya.

Kemampuan semacam ini barulah anda peroleh jikalau menemukan Tuhan yang benar.
Allah yang mengasihi manusia bukan dari tampangnya yang bagus, bukan dari bakatnya yang
banyak, bukan dari jabatannya yang tinggi dan bukan pula dari hartanya yang banyak. Melainkan
Allah kita mengasihi setiap orang apa adanya dan kemurahan hatinya berlaku bagi segala umat.
Jika anda selalu terhubung dengan Allah niscaya rasa bahagia itu selalu ada di dalam hati
sekalipun sedang sendiri bahkan sekalipun suasana di luar diri sedang kacau balau.

Ada banyak cara untuk selalu terhubung dengan Tuhan, salah satunya hidup menurut
perintah dan larangan-Nya. Dimana yang terbaik adalah saat pikiran sebagai pusat kehidupan
manusia selalu terhubung dengan Sang Khalik dalam doa, firman dan nyanyian pujian untuk
kemuliaan nama-Nya.

Untuk menepis egoisme yang berlebihan maka jangan hanya peduli dengan
kebahagiaan sendiri melainkan bahagiakanlah juga orang lain yang ada disekitarmu lewat
perkataan (ramah tamah), sikap (potensi, talenta) dan sumber daya yang dimiliki.

3. Mampu mandiri.

Kemandiriaan adalah suatu kesan dimana anda mampu mengurus segala sesuatu seorang
diri tanpa harus menunggu keputusan dan campur tangan orang lain. Pelajaran tentang
kemandirian dilatih terus-menerus. Ini dimulai sejak masih anak kecil yang diawali dari hal yang
kecil-kecil terlebih dahulu. Seperti bisa mengurus diri sendiri (mandi, berpakaian, makan,
minum dan lainnya bisa sendiri), mengurus kamar sendiri, mengurus rumah hingga mengurus
keungan sendiri bahkan mengurus orang lain juga (menikah dan mampu membiayai kehidupan
keluarga).

Tetap saja berhati-hatilah dalam sifat ini sebab mandiri yang kebablasan tidak diperlukan.
Misalnya, saat anda ditempatkan untuk bekerja dalam tim, sudah otomatis anda mengutamakan
kepentingan tim di atas kepentingan pribadi dan bukan malah sebaliknya.

Untuk menepis kemandirian yang berlebihan berbaurlah dengan orang lain, pedulilah
dengan masalah mereka dan bantulah orang lain untuk mandiri seperti anda.

4. Tidak candu terhadap hal-hal duniawi (materi dan gemerlapan duniawi) apapun.

Berhati-hatilah dengan ketergantungan anda di dunia ini. Apa yang membuat anda candu
beresiko tinggi menimbulkan kekecewaan hingga memancing rasa sakit di dalam hati. Oleh
karena itu, kenali apa-apa saja yang membuat anda candu. Biasanya saat ketergantungan dengan
suatu hal, pas berhenti langsung menimbulkan rasa sakit. Misalnya, saat kemana-mana biasanya
naik sepeda motor tetapi kali ini anda harus jalan kaki: terpaksa anda melakukannya dengan
penuh rasa kesal di hati. Contoh lainnya, biasanya anda mengkonsumsi lauk dari ikan basah
tetapi untuk kali ini hanya ikan asin yang ada: terpaksa anda menghabiskannya juga walau
dengan sedikit sungut-sungut.

Pada dasarnya hal-hal yang sudah terbiasa menyebabkan rasa sakit ketika itu berhenti
sama-sekali. Satu-satunya cara untuk mengantisipasi hal ini adalah dengan menikmati hidup
secara fluktuatif dimana kadang enak, kadang tawar, kadang mahal, kadang murahan dan
lain sebagainya. Ingatlah bahwa sekalipun cara kita menikmati hidup sifatnya fluktuatif tetapi
tetaplah konsisten dalam bersikap (berkata-kata dan berperilaku).

5. Si egois yang mampu menunggu dengan sabar.

Hidup ini penuh dengan proses menunggu. Kita terkadang tidak menyadarinya tetapi
semuanya ini berlangsung hampir dalam seluruh lini kehidupan. Itulah mengapa dikatakan
bahwa “kesabaran adalah atmosfer kehidupan manusia.” Tidak hanya saat menunggu antrian di
loket tertentu, ini juga bisa anda temukan saat menantikan panggilan surat lamaran kerja yang
telah dikirimkan ke instansi tertentu.

Mereka yang egonya tinggi mampu menunggu berlama-lama sambil memfokuskan


pikiran pada hal-hal yang positif. Entah itu pada pekerjaan yang sebelumnya dilakukan, bisa juga
dengan membahas-bahas pelajaran tertentu dan alternatif terbaik adalah dengan cara senantiasa
fokus kepada Tuhan sembari memuji dan memuliakan nama-Nya yang kudus.

Untuk menepis ego yang berlebihan saat menunggu, tidak ada salahnya jika anda
bercengkrama dengan orang yang anda kenal disana atau bisa juga dengan menyibukkan diri
dengan hal-hal positif yang ada disekitarmu.

6. Si egois dengan semangat kerja yang tidak mudah menyerah.

Kawan yang satu ini, egonya jelas tinggi. Sebab ia bekerja dan belajar sendiri-sendiri sampai
mencapai hasil yang maksimal. Semangat untuk bekerja luar biasa semata-mata bertujuan untuk
menggapai apa yang dicita-citakannya. Ia juga melakukannya demi menghidupi keluarga yang
dicintainya. Perjuangan yang penuh integritas, disiplin, tekun dan tidak kenal lelah sebab ia
melakukan hal-hal yang baik dan mendatangkan manfaat bagi sesama.

Untuk menyeimbangkan ego kerja yang tinggi sebaiknya bekerjalah dalam tim dan
utamakan kepentingan team di atas kepentingan pribadi.

7. Egois menghargai orang.

Sifat yang selalu menghargai siapapun sekalipun dirinya tidak pernah dihargai. Ini adalah
sikap yang tidak menuntut untuk dihargai tetapi selalu mengambil kesempatan untuk
menghargai. (Baca lagi poin satu).

8. Egois menghormati sesama.


Mereka yang selalu bisa menghormati siapapun sekalipun dirinya tidak pernah dihormati.
Ini adalah sikap yang tidak menuntut untuk dihormati tetapi selalu mengambil peran untuk
menghormati. (Baca lagi poin ke satu).

9. Egois memuji orang lain.

Orang yang memuji sesamanya pada waktu yang tepat sekalipun dirinya tidak pernah dipuji.
Merupakan sikap yang tidak menuntut untuk dipuji oleh sesamanya tetapi dengan ikhlas memuji
keunggulan orang lain. (Baca lagi poin ke satu).

10. Egois memperhatikan sesama.

Sifat yang peduli sebisanya kepada orang lain sekalipun dirinya tidak pernah sedikitpun
dipedukan orang. Ini merupakan sifat yang tidak mengharuskan dan menuntut untuk diperhatikan
orang lain tetapi memberi perhatian pada waktu yang tepat kepada sesama semampunya. (Baca
lagi poin ke satu).

11. Sikap egois terhadap ujian sosial.

Mereka yang merelakan diri untuk diuji oleh orang lain dan lingkungan sekitarnya tanpa
peduli siapa-siapa saja (nama, status, asal, latar belakang, alasan dan lain-lain) yang
mengujinya. Menjalani semuanya itu dengan penuh kesabaran, tetap tenang, diterima apa adanya
dan selalu santai. Sekalipun berulang-ulang kali dicobai, tidak ada satupun dendam di dalam hati
kepada orang lain seputar kejadian tersebut. Sebab mereka memandang semuanya itu sebagai
bagian dari pembentukan kepribadian menjadi lebih kuat dan bijak yang merupakan bagian dari
rencana Tuhan sendiri.

Apapun sikap egois yang anda miliki saat ini, selalu pastikan bahwa semuanya itu berada
di jalur yang benar. Jangan biarkan keegoisanmu menggiring anda untuk menyakiti orang lain
tetapi biarlah mereka menyakitimu untuk membentuk anda menjadi orang yang lebih baik, lebih
kuat, lebih tangguh dan lebih bijak hari lepas hari. Egoisme yang positif menempatkan anda
sebagai pusat dari semua yang dibutuhkan, dimana semuanya itu sudah terpenuhi, baik
kebutuhan jasmani (materi), mental (kebahagiaan dan ketenteraman hati) dan sosial (bergaul
karib dengan Allah – fokus Tuhan). Tetapi tetap mampu mengimbangi sikap ini dengan memberi
kesempatan untuk bercengkrama dengan sesama diwaktu-waktu tertentu.
Dampak buruk akibat sifat egois yang terlalu tinggi/
berlebihan dan tidak terkendali
Egois tinggi adalah pertanda orang yang tidak pernah disakiti. Sekalipun mereka
merasakan sakitnya hidup ini namun hal itu selalu dibawa pelarian kepada materi, hal-hal
duniawi bahkan hal yang jahat sekalipun (merokok, mabuk-mabukan, nge-drugs, free seks) akan
dijadikan sarana hiburan untuk melepaskan bebannya (katanya, padahal besoknya pasti balik
lagi tuh rasa sakitnya). Hal-hal duniawi memang dapat menahan rasa sakit itu tetapi hanya
sesaat saja. Lalu anda menggunakannya lagi >> efeknya hilang >> makai lagi >> manfaatnya
sesaat hilang >> dan seterusnya. Pada akhirnya semua itu akan membuatmu ketergantungan,
candu bahkan over dosis yang pada akhirnya menemui ajal sendiri atau net-netnya masuk panti
rehabilitasi.

Mari menata ulang penghiburan hati disaat stres lalu merefresh otak dalam doa, firman
dan nyanyian pujian kepada Tuhan. Temukanlah titik kenikmatan dan kedamaian saat menekuni
hal ini. Pada suatu waktu kelak anda akan kecanduan untuk selalu memusatkan pikiran kepada
Tuhan sehingga kadang terjadi secara otomatis. Candu untuk senantiasa fokus dalam doa, firman
dan nyanyian pujian membuat kita tenggelam di dalam hadirat Tuhan. Jadi sekarang, pilih yang
mana, kecanduan terhadap materi dan pengakuan dari dunia ini atau menjadi candu
memikirkan Tuhan dalam doa, firman dan puji-pujian.

Berikut ini beberapa hal bahaya sikap hati yang syarat dengan egoisme.

1. Jauh dari rasa kebersamaan.

Tahukah anda bahwa kebersamaan itu ajaib? Ada banyak hal-hal unik yang spesial terjadi
disana sekalipun tidak dapat dipungkiri ada suka dan dukanya. Asalkan kebersamaan yang kita
jalin dilandaskan untuk tujuan yang benar. Bisakah anda merasakannya? Kami sudah
merasakannya, temukan sendiri hal itu teman….

2. Lebih fokus untuk meraih pengakuan/ pujian/ penghargaan/ penghormatan dari sesama.

Orang yang begitu keakuan, menekuni hal tersebut bukan tanpa tujuan melainkan semua
ego yang rumit itu diekspresikan semata-mata demi pengakuan/ pujian/ penghargaan/
penghormatan dari orang lain. Bila tujuannya saja sudah tidak suci lagi (tidak tulus) maka ada
kecenderungan kedepannyapun akan menjadi lebih buruk lagi bahkan hal-hal yang jahat akan
dilegalkan demi tercapainya niatan itu.

3. Suka membanding-bandingkan manusia.

Terlalu fokus terhadap lingkungan adalah tidak baik bagi kesehatan mental. Salah satu
akibat jika kita terlalu fokus ke luar diri ini adalah kebiasaan/ kesukaan/ hobi membanding-
bandingkan si A dan si B dan yang lainnya. Sadarilah bahwa sikap yang semacam ini akan
menurunkan salah satu penyakit hati dalam diri anda yaitu kecemburuaan alias iri hati. Lagipula
kebiasaan ini membuat hati jauh dari kebahagiaan.
4. Meletakkan kepentingan pribadi lebih tinggi dari kepentingan bersama.

Bisa dikatakan bahwa dia menganggap bahwa dirinya sebagai pusat dari segala sesuatu
dan harus didahulukan sebelum orang lain. Kecemburuan, iri hati dan amarah akan meluap dari
dalam dirinya jikalau keberadaannya dilangkahi oleh orang lain.

5. Menganggap diri lebih baik dan orang lain lebih rendah.

“Aku-aku dan aku, tidak ada yang lebih baik selain saya”, demikianlah perkataan
manusia yang egonya tinggi. Selalu saja merasa (entah itu fakta atau sekedar opini) lebih baik
dari orang lain. Kecenderungan ini semakin kentara saja saat dia lebih berkonsentrasi
memikirkan keunggulan dan kelebihan sendiri dibandingkan dengan memusatkan pikiran pada
firman, doa dan nyanyian pujian.

6. Orang lain enggan berkawan atau tidak betah berlama-lama bersamanya.

Teman-teman pada tidak nyaman ketika mereka bersama-sama dengannya. Sebab


perkataannya cenderung tidak bersahabat dan keras juga terlalu sensitif terhadap gejolak. Juga
termasuk tidak bisa diajak bercanda oleh orang lain.

7. Kurang mampu bahkan tidak mampu bekerja sama.

Karena terlalu mengedepankan kekuatan dan kemampuan sendiri dan tanpa mengajak
anggota kelompok lainnya untuk bekerja sama. Karena dia bisa dan mampu maka semua
dikerjakan sendiri. Sesungguhnya bisa memberi kesempatan kepada yang lainnya untuk turut
berperan serta sehingga rasa kebersamaan itu lebih kental.

8. Cenderung “show power” dan tidak memberikan kesempatan untuk maju kepada orang
lain.

Apa perbedaan pamer dan biasa saja? Ada efek berlebihannya. Hal-hal yang lebay ini
bisa muncul karena telah dikuasai oleh keangkuhan sendiri. Kesombongannya telah benar-benar
berkuasa sehingga cenderung lupa diri untuk mengotrol emosi saat hendak mengatakan atau
melakukan sesuatu.

9. Maunya unggul sendiri dan bila perlu orang lain tidak diberi kesempatan.

Mau maju sendiri, itulah yang ada dalam benak orang yang egonya tinggi. Mereka
cenderung menghindari bahkan meminimalisir terjadinya tekanan lalu menikmati hidup di dalam
kesendiriaan. Kesempatan emas tidak akan disia-siakan namun ini dirahasiakan dari orang lain
sehingga lebih banyak peluang disana.

10. Menganggap diri sudah benar: perfeksionis.

Biasanya mereka yang hidup egois sangat sombong untuk mengakui kelebihan orang
lain. Justru mereka berupaya untuk mencari-cari kesalahan untuk menjatuhkan. Mereka
menganggap bahwa dirinya sudah benar dan orang lainlah yang salah. Sikap yang memandang
remeh orang lain dan cenderung tidak mau menerima kesalahannya lalu menganggap bahwa diri
sendirilah yang pantas dicontoh sebagai model yang sempurna.

11. Cenderung memaksakan kehendak.

Biasanya orang yang keakuannya tinggi ingin diikuti oleh orang lain padahal dia sendiri
masih terlalu minim sepak terjangnya dan sebelumnya tidak pernah mengikuti orang lain dengan
setulus hati. Mereka lebih cenderung pada sikap yang memaksakan kehendak kepada orang lain
sebab merasa diri sudah benar (perfeksionis).

12. Menertawakan kesalahan.

Saat seseorang menjadi egois maka ada kecenderungan untuk menilai segala sesuatu
secara sepihak. Ketika menurutnya seseorang telah melakukan kesalahan maka mulai muncullah
sungut-sungut, ejekan dan tertawaan dari dalam mulutnya.

13. Tidak mengakui perbedaan.

Karena terlalu menuntut orang lain menjadi seperti dirinya sendiri maka perbedaan sudut
pandang sekecil apapun sudah menjadi masalah yang menjadi sumber perdebatan sengit diantara
mereka.

14. Yang dapat membahagiakan hatinya adalah perlakuan lingkungan sekitar

Mereka sangat mementingkan apa yang kelihatan, cenderung tidak mau kalah dengan
orang lain hingga ia benar-benar menemukan apa yang dia inginkan. Bila hawa nafsu telah
menguasai seorang manusia maka tindakannya dan perkatannya dibutakan yang cenderung tidak
lagi terkendali.. Kebahagiaan mereka sifatnya sementara/ sesaat saja.

15. Mau menang sendiri dan enggan untuk dirugikan oleh orang lain.

Terbiasa tidak bekerja sama maka dialah orang yang hendak unggul untuk unjuk gigi
kepada yang lainnya. Jika dalam keadaan senang maka dia akan turut ikut serta akan tetapi ketika
kesusahan menimpa kelompok maka mulailah sikawan cari aman agar bisa menemukan cela
untuk menyelamatkan diri sendiri.

16. Menentang keras paham kesetaraan dan keadilan sosial.

Namanya juga egois, sudah barang tentu mereka yang menginginkan agar hanya dia yang
maju sedangkan orang lain dijadikan dasar pijakan untuk kepentingan sempit. Telah kehilangan
rasa belas kasihan sehingga cenderung menindas orang lain dengan kemampuan yang dimiliki.
Ini dilakukan secara diam-diam ditempat-tempat tersembunyi.

Anda mungkin juga menyukai