2012 Pengolahanairsungai-Resatek2
2012 Pengolahanairsungai-Resatek2
net/publication/306034728
CITATIONS READS
0 4,405
2 authors, including:
Reni Desmiarti
Universitas Bung Hatta
38 PUBLICATIONS 69 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Reni Desmiarti on 11 August 2016.
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Kata Sambutan Rektor ii
Panitia Penyelenggara iii
Susunan Acara iv
Daftar Isi ix
No Judul makalah
1. Penentuan Setting Waktu Rele Arus Pada Saluran Kabel Bawah TE - A
Tanah
Ija Darmana, Erliwati
2. Sistem Kendali Dtc (Direct Torque Control ) dengan Igbt (Insulated- TE - B
Gate Bipolar Transistor) pada Motor Winder 500v
Arnita, Ade Putra
3. Studi Analisis Pengaruh Jarak Pemasangan Lightning Arrester TE - C
Terhadap Transformator Daya 150 Kv Akibat Gelombang Surja
Ija Darmana, Cahayahati, Fandi Ahmad Pasaribu
4. E-learning for Improvement Quality of the Indonesian Human TE - D
Resources (IQIHR)
Rohani Jahja Widodo
5. The Role Of University In New And Renewable Energy TE - E
Rohani Jahja Widodo
6. Pengaruh Harmonik Terhadap Miniature Circuit Breakers (MCB) TE - F
Sebagai Proteksi Listrik Rumah Tangga
Zulkarnaini
7. Analisa Pengaruh Kapasitor Terhadap Arus Start Motor Induksi 3- TE - G
Fasa
Zuriman Anthony
x
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ReSaTek II-2012 ISSN. 2087-2526
xii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ReSaTek II-2012 ISSN. 2087-2526
xiii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ReSaTek II-2012 ISSN. 2087-2526
xv
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ReSaTek II-2012 ISSN. 2087-2526
xvi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ReSaTek II-2012 ISSN. 2087-2526
Reni Desmiarti, Erti Praputri, Eko Rahmat Saputra, Ike Yulia Rahmi
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bung Hatta
Jl. Gajah Mada No.19, Olo Nanggalo Padang-25143
Telp. (0751) 7054257; Fax. (0751) 7051341
e-mail: desmiarti@yahoo.com
Abstrak
Air sungai merupakan salah satu air baku air minum. Kualitas air sungai
saat ini sudah dalam kondisi tercemar berat. Studi kasus pada penelitian ini
dilakukan pada Sungai Gunung Sangku yang terletak di kawasan Kampus II
Universitas Bung Hatta. Sungai ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk
kegiatan irigasi, dan mandi cuci kakus (MCK). Besarnya aktivitas di sekitar
Sungai Gunung Sangku membuat air sungai tercemar dan berada di bawah
baku mutu air kelas II, sehingga perlu dilakukan pengolahan. Alternatif
pengolahan adalah kombinasi metode koagulasi, flokulasi dengan filtrasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi
koagulan pada proses koagulasi/ flokulasi terhadap nilai pH, MLSS dan
kekeruhan air sungai dan pengaruh variasi laju alir alat filtrasi terhadap
kualitas air sungai. Konsentrasi koagulan (tawas) divariasikan pada 20, 30
dan 40 ppm, dengan pH awal 5,7 dan 9. Efektifitas koagulasi/ flokulasi yang
baik diperoleh pada koagulan dengan konsentrasi 20 ppm dengan pH awal
7, yang dilihat dari penurunan kadar MLSS sebanyak 25,78% dan kekeruhan
menurun sebanyak 28,44%. Koagulan dengan konsentrasi 20 ppm diberikan
proses lanjutan (filtrasi) dan divariasikan laju alirnya yaitu 30, 50 dan 60
ml/mnt. Pada variasi ini nilai yang terbaik didapatkan pada laju alir 30
ml/mnt dengan nilai kekeruhan 2,07 NTU dan MLSS 203,5 ppm.
1. PENDAHULUAN
Cakupan air minum di Sumatera Barat berdasarkan data Susenas mengalami
fluktuasi dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2010. Pada tahun 2006, proporsi rumah
tangga dengan air minum layak di Sumatera Barat mencapai 64,6% dan mengalami
kenaikan pada tahun 2009 menjadi 66,98%. Kenaikan proporsi rumah tangga dengan air
minum layak ini antara lain dikarenakan pelaksanaan program air minum berbasis
masyarakat (PAMSIMAS) pada 15 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat sejak tahun 2007
sd. 2009 kecuali pada 4 (empat) Kabupaten/Kota yang tidak menjadi lokasi PAMSIMAS
yakni Kota Solok, Kota Padang Panjang, Kota Bukitinggi dan Kabupaten Kepulauan
2. METODOLOGI
Kualitas air Sungai Gunung Sangku di bagian hulu dan hilir ditampilkan pada
Tabel 1. Kualitas air Sungai Gunung Sangku pada saat dilakukan pengamatan tergolong
keruh. Beberapa parameter seperti zat padat tersuspensi, BOD5, koliform tinja dan total
koliform telah melebihi ambang batas Kriteria mutu air kelas II berdasarkan PP No. 82
Tahun 2001. Hal ini disebabkan karena masyarakat sekitar masih banyak yang
memanfaatkan sungai sebagai MCK.
2.2 Percobaan
Pasir
Proses
Filtrasi Kerikil
Batu Koral
Proses
Koagulasi/flokulasi
Air Keluaran
3. PEMBAHASAN
Efektifitas koagulasi pada proses pengolahan air sungai. Aspek yang ditinjau
adalah pengaruh variasi konsentrasi koagulan dan pH terhadap efektifitas
koagulasi/flokulasi berdasarkan parameter pH akhir, MLSS, dan kekeruhan pada tiap
variasi konsentrasi dan pH ditampilkan pada Gambar 2, 3 dan 4.
pH adalah suatu ukuran untuk mengetahui berapa kadar asam atau tidak
berkadar asam (basis) air itu. Nilai pH mulai dari 0 sampai 14 dengan angka 7 sebagai
netral. pH yang kurang dari 7 menyatakan berkadar asam, sebaliknya yang lebih besar
dari 7 menyatakan basa. Karena pH dapat dipengaruhi oleh zat kimia dalam air, maka pH
merupakan petunjuk penting untuk air yang zat kimianya berubah.
Hasil penelitian pada Gambar 2 menunjukkan bahwa pada pH awal air 5,
penambahan koagulan 20 ppm, 30 ppm dan 40 ppm, pH akhir air berubah menjadi 5, 2;
5,5 dan 6. Pada kondisi pH 7, penambahan koagulan 20 ppm, 30 ppm dan 40 ppm, pH
akhir air berubah menjadi 7.1, 7.4, dan 7.6. Pada kondisi pH 9, penambahan koagulan 20
ppm, 30 ppm dan 40 ppm, pH akhir air berubah menjadi 9,2; 9,3, dan 9,4. Hasil yang
diperoleh menunjukkan semakin besar konsentrasi koagulan yang ditambahkan akan
menaikkan nilai pH air tersebut. Hal ini disebabkan kerena alum bersifat amfoter, yaitu,
zat yang pada suasana asam bersifat basa, dan pada suasana basa bersifat asam.
MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid) atau bahan padat tersuspensi (mg/l)
adalah banyaknya bahan padat yang tersuspensi dalam air/ cairan limbah. Efektifitas
koagulasi/flokulasi berdasarkan MLSS menyatakan persen penyisihan bahan padat
tersuspensi akibat proses koagulasi flokulasi, yang dihitung dengan persamaan :
Pemilihan dosis koagulan yang akan digunakan pada proses lanjutan ditentukan
berdasarkan nilai pH, MLSS dan kekeruhan. Dari hasil percobaan diperoleh hasil yang
bervariasi. Pada penambahan alum 20 ppm, kekeruhan rata-rata berkurang sebanyak 30%,
untuk nilai MLSS rata-rata berkurang sebanyak 25.59%, dan peningkatan pH kecil. Pada
penambahan alum 30 ppm, kekeruhan rata-rata berkurang sebanyak 30.5%, untuk nilai
MLSS rata-rata berkurang sebanyak 24.24%, dan nilai pH akhir rata-rata meningkat
sebanyak 5% dari nilai pH awal. Pada penambahan alum 40 ppm, kekeruhan rata-rata
berkurang sebanyak 31%, untuk nilai MLSS rata-rata berkurang sebanyak 22.02%, dan
nilai pH akhir rata-rata meningkat sebanyak 5% dari nilai pH awal.
Berdasarkan data yang didapatkan, maka konsentrasi koagulan yang paling
baik digunakan untuk proses lanjutan adalah alum 20 ppm. Karena peningkatan pH kecil
dan % penurunan MLSS lebih besar dibandingkan penambahan alum dengan konsentrasi
30 ppm dan 40 ppm.
3.3.1. Kinerja alat filtrasi berdasarkan variasi laju alir terhadap nilai pH, MLSS
dan kekeruhan
Gambar 5 menunjukkan nilai kekeruhan dan nilai MLSS yang paling rendah
diperoleh pada laju alir 30 ml/mnt, hal ini karena air lebih lama berkontak dengan
medium penyaringan sehingga jumlah partikel koloid yang ada pada air lebih banyak
tertahan dibandingkan dengan laju alir 50 ml/mnt dan 60 ml/mnt.
(c)
7.1 7.1
220 218.4
2.2 7.1 216.7
2.17
2.15
Turbidity (NTU)
7 215
MLSS (ppm)
2.15
pH akhir
6.9
210
2.1 2.07 6.8 6.7 203.5
205
6.7
2.05 6.6 200
6.5 195
2
30 30 50 30
50 ml/mnt 60 50 60
ml/mnt 60 ml/mnt ml/mnt ml/mnt
ml/mnt ml/mnt ml/mnt ml/mnt
Gambar 5 Pengaruh laju alir terhadap (a) pH, (b) MLSS dan (c)kekeruhan
3.3.2. Kinerja alat filtrasi berdasarkan nilai pH, ORP dan konduktivitas
Kinerja alat filtrasi berdasarkan nilai pH, ORP dan konduktivitas ditampilkan
pada Gambar 6. ORP (Oxidation Reduction Potensial) merupakan parameter untuk
mengukur kemampuan senyawa-senyawa peng-oksidasi yang terdapat dalam suatu
larutan. ORP akan bernilai positif apabila larutan punya kemampuan mengoksidasi
(memiliki sifat radikal bebas) dan akan bernilai negatif bila memiliki kemampuan sebagai
antioksidasi (antioksidan). Ini berarti makin rendah nilai ORP larutan makin baik kualitas
air tersebut. Sedangkan konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total
elektrolit di dalam air. Kandungan elektrolit merupakan garam-garam yang terlarut dalam
air, berkaitan dengan kemampuan air di dalam menghantarkan arus listrik. Semakin
banyak garam-garam yang terlarut semakin baik daya hantar listrik air tersebut. Hasil
penelitian pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa terjadi perubahan nilai pH, ORP dan
konduktifitas yang tidak konstan, hal ini dikarenakan kemampuan alat filtrasi yang belum
optimal.
(a) 30 ml/mnt 50 ml/mnt 60 ml/mnt
8
7
6
5
pH
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
waktu (jam)
(b) 30 ml/mnt 50 m/min 60 ml/mnt
250
200
150
ORP
100
50
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Waktu (jam)
(c)
30 ml/mnt 50 ml/mnt 60 ml/mnt
250
conductivity (s/cm)
200
150
100
50
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Waktu (jam)
Gambar 6. Kinerja alat filtrasi berdasarkan nilai (a) pH, (b) ORP dan (c) konduktivitas
Hasil pengolahan dari kombinasi proses koagulasi, flokulasi dan koagulasi ini
ditampilkan pada Tabel 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi air setelah proses
koagulasi/ flokulasi dan filtrasi memenuhi baku mutu air sanitasi. Kecuali untuk
parameter BOD dan DO, kondisi air setelah diolah melebihi baku mutu air sanitasi yaitu
untuk BOD diperoleh hasil 3.24 mg/l sedangkan yang masuk baku mutu adalah 3 mg/l.
Untuk DO diperoleh hasil 4.31 mg/l sedangkan yang masuk baku mutu adalah 4 mg/l.
Rendahnya kualitas air baku pada Gunung Sangku menunjukkan perlu penelitian lanjutan
seperti menggunakan koagulan lain Poly Aluminium Chloride (PAC) serta perlu
penambahan bahan adsorbsi karbon aktif, sehingga semua parameter air yang memenuhi
standar kesehatan.
Tabel 2 Tabel perbandingan hasil penelitian terhadap baku mutu air sanitasi
MLSS/TSS (mg/l) 24 22 20 50
4. PENUTUP
d. Konsentrasi alum yang baik digunakan untuk proses lanjutan (filtrasi) adalah
alum 20 ppm.
e. Dari ke-3 variasi laju alir yang diuji cobakan, laju alir yang baik digunakan untuk
proses filtrasi adalah laju alir 30ml/menit.
f. Kestabilan kinerja alat filtrasi ditentukan oleh nilai ORP, konduktivitas dan pH
akhir.
5. DAFTAR PUSTAKA