Anda di halaman 1dari 14

Pengendalian Demam Berdarah “Pilih dirawat atau dipenjara”│2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Kesehatan


merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan, sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada
masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi
Negara dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti
investasi bagi pembangunan negara.1
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan berlandaskan
kemampuan nasional dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Pembangunan
kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan dalam UU
No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.2
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan
Negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan prilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia.2
Maka untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharaan dan peningkatan melalui
upaya promosi kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Salah satu

1
Pengendalian Demam Berdarah “Pilih dirawat atau dipenjara”│2016

upaya kesehatan tersebut adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit


menular, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka
kesakitan dan kematian (UU Kesehatan No.23 tahun 1992).2
Dalam Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan bab V ,
pasal 22 ayat 3 disebutkan bahwa kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air
dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan
kebisingan, pengendalian vektor penyakit dan penyehatan atau pengamanan
lainnya.2
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
menular yang angka kesakitan dan kematiannya masih tinggi. Penyakit DBD
pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968. Sejak saat itu
penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980
seluruh provinsi di Indonesia telah terjangkit penyakit DBD. Berdasarkan data
Departemen Kesehatan, pada tahun 2007 tercatat dua provinsi menyatakan angka
prevalen luar biasa pada penyakit DBD, yaitu Banten dan Jawa Barat.
Berdasarkan laporan Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (P2PL), angka insidens DBD tahun 2003 sebesar 23,57 per 100.000
penduduk, naik menjadi 37,11 per 100.000 penduduk pada tahun 2004, dan pada
tahun 2007 meningkat menjadi 71,78 per 100.000 penduduk.3,4
Banyak faktor yang berkontribusi terhadap kejadian penyakit. Blum
(1974) menyatakan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor penentu
terjadinya penyakit. Berbagai studi telah dilakukan untuk mengkaji keterkaitan
antara faktor-faktor lingkungan dengan kejadian penyakit. Dalam beberapa
dekade terakhir, telah terjadi perubahan iklim secara bermakna. Perubahan
tersebut akan berpengaruh pula terhadap kemungkinan terjadinya penyakit.5
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai upaya pemberantasan penyakit
DBD serta kebijakan Pemerintah dalam penanggulangan penyakit ini. Agar
masyarakat sadar akan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan disekitarnya
dan mulai aktif memberantas vektor penyakit DBD ini. Sehingga angka kesakitan
dan kematian yang disebabkan penyakit ini dapat menurun.

2
Pengendalian Demam Berdarah “Pilih dirawat atau dipenjara”│2016

1.2 PERMASALAHAN

Sabtu (29/10) sore, petugas surveilans demam berdarah dengue (DBD) Dinas
Kesehatan Kota Semarang, Jawa Tengah, itu, mencari jentik nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus di permukiman warga Kelurahan Sambirejo,
Kecamatan Gayamsari. Selain survei rutin, penelusuran jentik jadi bagian
penegakan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Pengendalian Penyebaran DBD. Ketua RT 004 RW 006 Kelurahan Sambirejo
Setyandani mengatakan, sejak perda DBD diberlakukan, warga lebih getol
memberantas sarang nyamuk. "Mungkin karena takut dipenjara," ujarnya sambil
terkekeh.

Perda DBD mencantumkan, warga bisa didenda hingga Rp 50 juta atau


kurungan tiga bulan jika di rumahnya ditemukan jentik nyamuk. Jika ada jentik
nyamuk di rumah warga, pemilik rumah mendapat teguran tertulis hingga
penempelan stiker depan rumah. Jika tiga kali pemeriksaan ditemukan jentik
nyamuk, pemilik rumah dikenai sanksi pidana ringan. "Warga mesti takut dua hal
soal DBD. Pilih dirawat di rumah sakit atau masuk penjara? Kalau tak mau dua-
duanya, mesti rajin berantas sarang nyamuk," kata Setyandani. Kepala Dinas
Kesehatan Kota Semarang Widoyono menjelaskan, penegakan perda baru dimulai
tahun 2016 setelah sosialisasi sejak 2011-2015. Seiring gencarnya sosialisasi,
jumlah korban jiwa akibat DBD turun. Pada 2013, ada 2.364 kasus DBD dengan
27 korban jiwa, dan tahun 2015 ada 1.737 kasus dengan 21 korban meninggal..
Aturan itu bertujuan memacu semangat warga untuk bergerak mencegah
penyebaran DBD. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan M Subuh menegaskan, urusan kesehatan tak hanya
tanggung jawab pemda. Karena itu, intervensi, terlebih inovasi daerah, dalam
pengendalian DBD jadi penting.
Berdasarkan berita diatas terdapat poin utama permasalahan, yaitu:
1. Jumlah korban jiwa akibat kasus DBD tinggi.
2. Kesadaran warga untuk memberantas jentik nyamuk perlu ditingkatkan.
3. Perlunya intervensi dan inovasi pemerintah pusat ataupun daerah dalam
membangkitkan kesadaran masyarakat.

3
Pengendalian Demam Berdarah “Pilih dirawat atau dipenjara”│2016

1.3 EPIDEMIOLOGI DAN GEJALA DBD


Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak
ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia tenggara,
Amerika tengah,Amerika dan Karibia. Host alami DBD adalah manusia, agentnya
adalah virus dengue. Ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang
terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia.2,3,6
Penyebab penyakit DBD dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain
kondisi lingkungan, mobilisasi penduduk, kepadatan penduduk, adanya container
buatan ataupun alami di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) atau pun di
tempat sampah lainnya, penyuluhan dan perilaku masyarakat antara lain:
pengetahuan, sikap, praktik/tindakan pencegahan.7
Penyakit ini ditunjukan dengan melalui munculnya demam berdarah
secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan
arthralagia) dan ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang,
petekial, dan biasanya muncul dahulu pada bagian bawah badan-pada beberapa
pasien, ia menyebar hingga menyelimuti seluruh tubuh. Selain itu, radang perut
bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau
diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi ini perlu disikapi dengan
pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera
konsultasi ke dokter apabila pasien/penderita mengalami demam berdarah tinggi 3
hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi
fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut.7
Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan
puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Pada awal
sakit,penderita infeksi virus dengue timbul gejala panas, tidak dapat dibedakan
apakah akan menjadi varian klinis Demam Dengue atau Demam Berdarah Dengue
ditandai dengan penampilan klinis yang memburuk. Penderita tampak sakit berat,
gangguan hemostatik yang berupa gejala perdarahan menjadi lebih prominem
dan kebocoran plasma yang ditandai dengan adanya devisit cairan yang ringan
berupa peningkatan PCV 20% sampai gangguan sirkulasi/syok.7

4
Pengendalian Demam Berdarah “Pilih dirawat atau dipenjara”│2016

Empat tahapan derajat keparahan DBD yaitu derajat I dengan tanda


terdapat demam disertai gejala tidak khas dan uji torniket + (positif); derajat II
yaitu derajat I ditambah ada perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain,
derajat III yang ditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah
serta penurunan tekanan nadi (<20 mmHg), hipotensi (sistolik menurun sampai
<80 mmHg),sianosis di sekitar mulut, akral dingin, kulit lembab dan pasien
tampak gelisah; serta derajat IV yang ditandai dengan syok berat (profound shock)
yaitu nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur. 6

1.4 UPAYA PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD


Upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan dengan
cara tepat guna oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat yang meliputi8 :
1. PENCEGAHAN
Pencegahan dilaksanakan oleh masyarakat di rumah dan Tempat umum dengan
melakukan Pemberantasan sarang Nyamuk (PSN) yang meliputi:
a. menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali,
atau menutupnya rapat-rapat.
b. Mengubur barang bekas yang dapat menampung air
c. Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi)
d. Memelihara ikan
e. Cara-cara lain membasmi jentik.
2. PENEMUAN, PERTOLONGAN DAN PELAPORAN
Penemuan, pertolongan dan pelaporan penderita penyakit demam berdarah dengue
dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan masyarakat dengan cara-cara sebagai
berikut:
a. Keluarga yang anggotanya menunjukkan gejala penyakit demam berdarah
dengue memberikan pertolongan pertama (memberi minum banyak,
kompres dingin dan obat penurun panas yang tidak mengandung asam
salisilat) dan dianjurkan segera memeriksakan kepada dokter atau unit
pelayanan kesehatan.
b. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan, penentuan diagnosa dan

5
Pengendalian Demam Berdarah “Pilih dirawat atau dipenjara”│2016

pengobatan/perawatan sesuai dengan keadaan penderita dan wajib


melaporkan kepada puskesmas.
c. Kepala keluarga diwajibkan segera melaporkan kepada lurah/kepala desa
melalui kader, ketua RT/RW, Ketua Lingkungan/Kepala Dusun.
d. Kepala asrama, ketua RT/RW, Ketua Lingkungan, Kepala Dusun yang
mengetahui adanya penderita/tersangka diwajibkan untuk melaporkan
kepada Puskesmas atau melalui lurah/kepala desa.
e. Lurah/Kepala Desa yang menerima laporan, segera meneruskannya
kepada puskesmas.
f. Puskesmas yang menerima laporan wajib melakukan penyelidikan
epidemiologi dan pengamatan penyakit.
3. PENGAMATAN PENYAKIT DAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
a. pengamatan penyakit dilaksanakan oleh Puskesmas yang menemukan atau
menerima laporan penderita tersangka untuk:
1) Memantau situasi penyakit demam berdarah dengue secara teratur
sehingga kejadian luar biasa dapat diketahui sedini mungkin
2) Menentukan adanya desa rawan penyakit demam berdarah dengue.
b. Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan oleh petugas kesehatan dibantu
oleh masyarakat, untuk mengetahui luasnya penyebaran penyakit dan
langkah-langkah untuk membatasi penyebaran penyakit sebagai berikut:
1) Petugas Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi.
2) Keluarga penderita dan keluarga lain disekitarnya membantu
kelancaran pelaksanaan penyelidikan.
3) Kader, Ketua RT/RW, Ketua lingkungan, Kepala Dusun, LKMD,
membantu petugas kesehatan dengan menunjukkan rumah
penderita/tersangka dan mendampingi petugas kesehatan dalam
pelaksanaan penyelidikan epidemiologi.
c. Kepala Puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan
adanya kejadian luar biasa kepada Camat dan Dinas Kesehatan Dati II,
disertai rencana penanggulangan seperlunya.
4. PENANGGULANGAN SEPERLUNYA

6
Pengendalian Demam Berdarah “Pilih dirawat atau dipenjara”│2016

a. Penanggulangan seperlunya dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu


oleh masyarakat untuk membatasi penyebaran penyakit.
b. Jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan hasil penyelidikan
epidemiologi sebagai berikut:
1) Bila:- ditemukan penderita/tersangka demam berdarah dengue lainnya
atau - ditemukan 3 atau lebih penderita panas tanpa sebab yang jelas
dan ditemukan jentik dilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus
interval 1 minggu) disertai penyuluhan di rumah penderita/tersangka
dan sekitarnya dalam radius 200 meter dan sekolah yang bersangkutan
bila penderita/tersangka adalah anak sekolah.
2) Bila terjadi Kejadian Luar Biasa atau wabah, dilakukan penyemprotan
insektisida (2 siklus dengan interval 1 minggu) dan penyuluhan di
seluruh wilayah yang terjangkit.
3) Bila tidak ditemukan keadaan seperti di atas, dilakukan penyuluhan di
RW/Dusun yang bersangkutan.
c. Langkah Kegiatan
1) Pertemuan untuk musyawarah masyarakat desa dan
RW/Lingkungan/Dusun
2) Penyediaan tenaga untuk pemeriksa jentik dan penyuluhan untuk
dilatih
3) Pemantauan hasil pelaksanaan di tiap RW/lingkungan/Dusun.

1.5 KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN


PENYAKIT DBD
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue menyebutkan bahwa ”Upaya
pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan melalui kegiatan
pencegahan, penemuan, pelaporan, penderita, pengamatan penyakit dan
penyelidikan epidiomologi, penanggulangan seperlunya, penanggulangan lain dan
penyuluhan kepada masyarakat.” 9
Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pelacakan penderita/tersangka
lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah dengue

7
Pengendalian Demam Berdarah “Pilih dirawat atau dipenjara”│2016

di rumah penderita/ tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius


sekurang-kurangnya 100 meter, serta tempat umum yang diperkirakan menjadi
sumber penyebaran penyakit lebih lanjut. Sedangkan penanggulangan seperlunya
adalah penyemprotan insektisida dan/atau pemberantasan sarang nyamuk yang
dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi. 9
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/ 1992 juga
menetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan pemberantasan penyakit demam
berdarah dengue dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat di bawah koordinasi
Kepala Wilayah/Daerah.Dengan perkembangan kebijakan desentralisasi
kesehatan, pelaksanaan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue saat ini
di Daerah Tingkat II menjadi tugas dan wewenang Pemerintah Daerah,
sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1999 dan Peraturan
Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Pasal 2 ayat 10. 9
Pemberantasan vektor merupakan upaya yang mutlak untuk memutuskan
rantai penularan. Strategi yang dilakukan di Indonesia adalah Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN), pengasapan (fogging), dan larvasiding, yaitu
memusnahkan jentik nyamuk dengan menaburkan bubuk abate ke air yang
tergenang di dalam tampungan-tampungan air. Program yang dilakukan adalah
gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara massal dan nasional. PSN
dilakukan dengan menerapkan 3M (Menutup wadah-wadah tampungan air,
Mengubur atau membakar barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang
nyamuk, dan Menguras atau mengganti air di tempat tampungan air). Kegiatan
3M dihimbau untuk dilakukan oleh masyarakat satu minggu sekali. Gerakan ini
dicanangkan oleh Pemerintah setiap tahunnya pada saat musim penghujan di
mana wabah demam berdarah dengue biasa terjadi.9,10
Pada program pembangunan 2004-2005, pencanangan Gerakan PSN
dimulai sejak November 2004 dan ditegaskan kembali oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Februari 2005. Dalam program Indonesia
Sehat 2010, salah satu indikator kesehatan masyarakat adalah terbebasnya
masyarakat dari kejadian luar biasa demam berdarah dengue. Untuk itu ditetapkan
target bahwa pada tahun 2010, diharapkan angka kematian karena demam
berdarah dengue, tidak lebih dari 1% dari jumlah penderita demam berdarah. Data

8
Pengendalian Demam Berdarah “Pilih dirawat atau dipenjara”│2016

pada tahun 2000 menunjukkan angka kematian demam berdarah dengue masih
sebesar 22,1%.9 Kebijakan lainnya dalam upaya penanganan KLB-DBD9:
 Pemerintah menginstruksikan semua rumah sakit baik negeri maupun
swasta untuk tidak menolak pasien penderita DBD.
 Pemerintah merekomendasikan sejumlah rumah sakit milik pemerintah
untuk memberikan pengobatan gratis kepada penderita DBD yang dirawat
di ruang perawatan kelas III.
 Pemerintah merekrut juru pemantau jentik (”jumantik”) untuk memeriksa
jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti di setiap rumah tangga.
 Pemerintah melakukan penyuluhan masyarakat melalui iklan layanan
masyarakat di media massa, brosur dan penyuluhan melalui tenaga
kesehatan.
 Pemerintah melakukan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui
perkembangan virus dengue.
 Pemerintah menerapkan sistem peringatan dini dan menetapkan status
KLB pada wilayah yang mengalami ledakan kejadian DBD.
 Pemerintah memberikan perlakuan seperti pada penanganan KLB,
walaupun kejadiannya belum sampai pada kriteria KLB.
 Penegakan hukum dan keberpihakan pada masyarakat miskin. Penegakan
hukum juga diperlukan untuk mengawal dengan ketat pelaksanaan
kebijakan penanganan wabah penyakit yang berpihak pada masyarakat
yang tidak mampu (option for the poor). Ketika kebijakan pembebasan
biaya pengobatan bagi penderita yang dirawat di ruang perawatan kelas III
ditetapkan, namun tidak didukung oleh penegakan hukumnya, pihak
rumah sakit dapat tetap memungut biaya, yang akhirnya menghambat
upaya perawatan pasien penderita demam berdarah.
 Pemerintah menetapkan status wilayah yang terjangkit wabah penyakit
berdasarkan perhitungan angka kesakitan (morbidity) dan kematian
(mortalitas). Bila di suatu wilayah ditemukan jumlah penderita demam
berdarah melebihi jumlah penderita di bulan yang sama pada tahun lalu di
wilayah itu, atau angka kematiannya sudah melebihi 1%, status wilayah itu
dinyatakan telah terjadi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah.

9
Pengendalian Demam Berdarah “Pilih dirawat atau dipenjara”│2016

BAB II

PEMBAHASAN

Secara nasional penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia setiap


tahun terjadi pada bulan September s/d Februari dengan puncak pada bulan
Desember atau Januari yang bertepatan dengan waktu musim hujan.7 Namun
terkadang masyarakat kurang begitu memahami tentang hal ini, sehingga saat
musim penghujan tiba selalu terjadi peningkatan kasus DBD. Dimana hal ini
disebabkan banyak tempat-tempat yang menjadi genangan air hujan yang menjadi
tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes albopictus (nyamuk
pembawa virus DBD). Sehingga diharapkan dilakukannya upaya pencegahan
sebelum bulan penghujan yang dilakukan oleh masyarakat dan petugas kesehatan.
Sampai sekarang penyakit DBD belum ditemukan obat maupun
vaksinnya, sehingga satu-satunya cara untuk mencegah terjadinya penyakit ini
dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektor
penyakitnya. Tempat yang disukai sebagai tempat perindukannya adalah
genangan air yang terdapat dalam wadah (kontainer) tempat penampungan air
artifisial misalnya drum, bak mandi, gentong, ember, dan sebagainya; tempat
penampungan air alamiah misalnya lubang pohon, daun pisang, pelepah daun ke
ladi, lubang batu; ataupun bukan tempat penampungan air misalnya vas bunga,
ban bekas, botol bekas, tempat minum burung dan sebagainya.4
Sering gejala-gejala yang nampak sulit dideteksi sebagai gejala demam
berdarah.7 Hal ini dikarenakan gejalanya hampir menyerupai gejala penyakit akut.
Sehingga membuat orang tua menganggap bahwa gejala yang dirasakan hanya
gejala biasa. Sehingga diharapkan masyarakat lebih peka terhadap gejala-gejala
yang dirasakan saat merasa sakit, terutama gejala seperti panas tinggi. Mereka
harus meningkatkan rasa kewaspadaan terhadap gejala panas tinggi dan segera
memeriksakan kesehatannya, mereka harus memiliki rasa curiga jika itu adalah
gejala dari DBD.
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk, sehingga
pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan mungkin
ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa

10
Pengendalian Demam Berdarah “Pilih dirawat atau dipenjara”│2016

bagi penduduk di sekitarnya. Anak-anak cenderung lebih rentan dibandingkan


kelompok usia lain, salah satunya adalah karena faktor imunitas (kekebalan) yang
relatif lebih rendah dibandingkan orang dewasa.7 Sehingga diharapkan kepada
para orang tua untuk lebih memperhatikan kesehatan anak mereka dan menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan sekitar.
Upaya pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit Demam
Berdarah Dengue dilakukan untuk melindungi masyarakat dari tertularnya
penyakit, dan menurunkan angka kesakitan. Pemerintah telah melakukan berbagai
upaya dalam menanggulangi munculnya kasus-kasus Demam Berdarah Dengue,
namun pemerintah tidak dapat melaksnakan sendiri tanpa peran dari berbagai
pihak untuk melaksanakan tugasnya. Salah satu cara untuk menanggulangi
munculnya penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan dengan menggunakan
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Kepmenkes
No.581/Menkes/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
Dengue.
Dalam kebijakan publik yang berkaitan dengan risiko kesehatan
masyarakat, peran pemerintah menjadi signifikan karena kewenangan menyatakan
status wabah atau kejadian luar biasa (KLB) ada di pemerintah. Sesuai
pemberlakuan sistem desentralisasi dan otonomi daerah, pelaporan dan
penanganan wabah penyakit di tingkat daerah menjadi tugas dan wewenang
pemerintah daerah (Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Pasal 2 ayat 10).
Kebijakan penetapan status ”kejadian biasa” (”jumlah kecil, belum lebih dari
kejadian yang lalu”) dan ”kejadian luar biasa”, berpotensi terjadinya kesalahan
memperkirakan risiko terlalu kecil (under-estimate risk perception) karena
laporan data tidak akurat atau tidak transparan (menutupi, membantah, dan
mereduksi temuan). Dalam hal ini, manajemen risiko dan pengkomunikasian
risiko (risk communication) haruslah sungguh-sungguh menjadi perhatian.9

Bila tidak ada penegakan hukum dalam sistem peringatan dini, dalam
Kejadian Luar Biasa DBD dapat terbuka kecenderungan melalaikan atau
menutupi kasus ledakan kejadian penyakit demam berdarah di suatu wilayah.
Terkait sistem desentralisasi pemerintahan, Pemerintah Daerah bertanggung
jawab pada Pemerintah Pusat oleh karena itu, Pemerintah Daerah perlu membuat

11
Pengendalian Demam Berdarah “Pilih dirawat atau dipenjara”│2016

peraturan daerah mengenai pemberantasan penyakit DBD ini, seperti penegakan


Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pengendalian
Penyebaran DBD. Perda DBD ini memberdayakan masyarakat dalam upaya
pengendalian penyakit DBD dan mencantumkan sanksi bahwa warga bisa
didenda hingga Rp 50 juta atau kurungan tiga bulan jika di rumahnya ditemukan
jentik nyamuk

Partisipasi masyarakat terhadap tindakan pencegahan demam berdarah


sangat diperlukan dimana tindakan pencegahan demam berdarah harus dilakukan
berkala atau terus-menerus. Hal ini diharapkan dapat menjadi acuan oleh
masyarakat untuk membentuk suatu aturan baru contohnya seperti mengadakan
kerja bakti rutin dan membentuk PSN (Pemberantas Sarang Nyamuk)ataupun
“Jumantik” agar pemberantasan jentik nyamuk di setiap rumah diwilayahnya
dapat dipantau. kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab semua pihak,
pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah dan pemerintah daerah serta
masyarakat bertanggungjawab untuk melakukan upaya pencegahan, pengendalian
dan pemberantasan penyakit menular serta akibat yang ditimbulkannya.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kegagalan antisipasi penyakit DBD harus dicegah dengan pengawasan


pelaksanaan tugas pejabat kesehatan yang berwenang mengawasi upaya
pemberantasan wabah penyakit menular di daerahnya. Dalam kebijakan penetapan
status wabah dan kejadian luar biasa, perlu diwaspadai kesalahan memperkirakan
risiko terlalu kecil (under-estimate risk perception) Oleh karena itu
direkomendasikan agar sistem peringatan dini wabah dan kejadian luar biasa
seharusnya dilaksanakan dengan pengawasan pelaksanaan tugas dan wewenang
pejabat kesehatan di tingkat pemerintah pusat dan daerah untuk memantau sedini
mungkin dan setransparan mungkin kemungkinan berjangkitnya wabah demam
berdarah. Agar kewaspadaan dini terhadap wabah penyakit menular dapat

12
Pengendalian Demam Berdarah “Pilih dirawat atau dipenjara”│2016

ditingkatkan. kurangnya kesiagaan dan kepedulian akan situasi genting terhadap


KLB DBD harus diatasi dengan meningkatkan kepedulian pemerintah dan
masyarakat terhadap kasus berjangkitnya DBD walaupun belum masuk kategori
KLB DBD.
Maka untuk kesiagaan masyarakat dan kepedulian pada penderita
khususnya dan juga masyarakat umumnya, beberapa kebijakan yang telah dibuat
dan dilaksanakan yaitu Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
Kepmenkes No.581/Menkes/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit
Demam Berdarah Dengue dan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun
2010 tentang Pengendalian Penyebaran DBD. Agar pemerintah tidak segan-segan
memberlakukan sanksi yang tegas bagi anggota masyarakat yang melanggar
kebijakan pemerintah tersebut, karena dianggap membahayakan lingkungan.

3.2 SARAN

Hendaknya setelah ditetapkan dan diundangkannya Peraturan-peraturan


Tentang Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue, dapat segera
diimplementasikan,karena bila tidak segera diimplementasikan akan berpengaruh
terhadap derajat kesehatan masyarakat dan dengan disyahkannya Perda tentang
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue bisa segera dipakai sebagai
kebijakan pemerintah daerah untuk mengendalikan penyakit Demam Berdarah
Dengue sehingga angka kesakitan/endemis bisa diturunkan, dengan demikian
derajat kesehatan masyarakat daerah akan meningkat.
Bagi pemerintah dan pejabat kesehatan diharapkan untuk Meningkatkan
penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah Dengue dan
Memberikan motivasi kepada masyarakat dengan bekerja sama dengan kader
untuk memberikan informasi melalui media brosur tentang penyakit DBD kepada
setiap keluarga. Serta diharapkan kepada tokoh masyarakat untuk dapat mengajak
warganya untuk aktif dalam tindakan PSN serta masyarakat lebih meningkatkan
kewaspadaan terhadap gejala-gejala yang ditimbulkan oleh demam berdarah,
penanganan yang cepat dan tepat terhadap penderita, melakukan tindakan
pencegahan demam berdarah dengan lebih sering dan tepat, serta diharapkan

13
Pengendalian Demam Berdarah “Pilih dirawat atau dipenjara”│2016

dapat lebih berpartisipasi dalam tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),


3M dan kerja bakti warga.
Daftar Pustaka
1. Kemenkes RI. Pedoman Surveilans Penyakit Tidak Menular. Jakarta,
2013: 3
2. Suhardiono .Sebuah Analisi Faktor Risiko Perilaku Masyarakat
Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan
Helvetia Tengah,Medan,Tahun 2005. J Mutiara Kesehat Indonesia
2005; 1(2) : 48-9
3. Sitio A . Hubungan Perilaku Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk
dan Kebiasaan Keluarga dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di
Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Tahun 2008. Tesis.
Semarang: Universitas Diponegoro,2008: 1-18.
4. Depkes RI.Buletin Jendela Epidemiologi. Jakarta, 2010 : 3.
5. Athena et.al. Penelitian/Pengembangan Model/Sistem Surveilans
Dampak Kesehatan Perubahan Iklim. Bul. Penelit. Kesehat 2014; 42
(1) : 48 .
6. Candra A. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan
Faktor Risiko Penularan. Aspirator 2010; 2(2): 110-9
7. Fauzy S ,Sugiyanto Z, Nurjanah. Persepsi Masyarakat Terhadap Risiko
DBD dan Cara Pencegahannya di Kelurahan Sendang Mulyo
Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun 2014. J Kes Universitas
Dian Nuswantoro Semarang 2014 .
8. Kemenkes RI. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta,
2011:29-31

9. Sinaga SN. Kebijakan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah di


Indonesia. J Ilmiah “Research Sainis” 2015 ; 1(1) .

10. Fathi, Keman S , Wahyuni CU. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku
Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. J.
KesLing 2005; 2(1) : 2-3.

14

Anda mungkin juga menyukai