Disusun Oleh:
MULTI ZAMIYATI
1810206109
B. ETIOLOGI
Menurut Sylvana (2005) STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada
lokasi injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi
dan akumulasi lipid.
1. Penyempitan arteri koroner nonsklerolik
2. Penyempitan aterorosklerotik
3. Trombus
4. Plak aterosklerotik
5. Lambatnya aliran darah didaerah plak atau oleh viserasi plak
6. Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
7. Penurunan darah koroner melalui yang menyempit
8. Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur
9. Spasme otot segmental pada arteri kejang otot.
Menurut Kasuari, 2002 ada beberapa etiologi / penyebab terjadinya infark miokard akut
yaitu :
1. Faktor penyebab
a. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard yang disebabkan oleh tiga faktor:
1) Faktor pembuluh darah :
a. Aterosklerosis
b. Spasme
c. Arteritis
2) Faktor sirkulasi:
a) Hipotensi
b) Stenosis aorta
c) Insufisiensi
3) Faktor darah:
a) Anemia
b) Hipoksemia
c) Polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat: ·
a) Aktivitas yang berlebihan · Makan terlalu
banyak
b) Emosi
c) Hipertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miokard meningkat, pada:
a) Kerusakan miokard
b) Hipertropimiokard ·
c) Hipertensi diastolik
2. Faktor predisposisi
a. Faktor resiko biologis yang tidak dapat dirubah: · Umur
lebih dari 40 tahun
1) Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah
menopause
2) Hereditas
3) Ras: insiden pada kulit hitam lebih tinggi
b. Faktor resiko yang dapat dirubah:
1) Mayor:
a) Hipertensi
b) Hiperlipidemia
c) Obesitas
d) Diabetes
e) Merokok
f) Diet: tinggi lemak jenuh, tinggi kalori
2) Minor:
a. Kepribadian tipe A (agresif, ambisius, emosional, kompetitif)
b. Stress psikologis berlebihan
c. Inaktifitas fisik
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar, ditindih
benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang berlangsung ≥ 20
menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala yang menyertai : berkeringat,
pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas.
2. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
3. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung akut.
4. Bisa atipik:
a) Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
b) Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal jantung bisa
tanpa disertai nyeri dada.
(Elizabeth, 2008; Subagjo et al., 2011)
D. PATOFISIOLOGI
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah
oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri
koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI
karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu (Mansjoer, 2000). STEMI terjadi
jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian
besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan
jika kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural
pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histology
menunjukkan plak koroner cenderung mengalami rupture jika mempunyai vibrous cap yang
tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core) (Sylvana, 2005).
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai endokardium
sampai epikardium,disebut infark transmural, namun bisa juga hanya mengenai daerah
subendokardial,disebut infark subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya sumbatan,infark
sudah dapat terjadi pada subendokardium,dan bila berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam telah
terjadi infark transmural. Kerusakan miokard ini dari endokardium ke epikardium menjadi
komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun nekrosis miokard sudah komplit,proses
remodeling miokard yang mengalami injury terus berlanjut sampai beberapa minggu atau
bulan karena daerah infark meluas dan daerah non infark mengalami dilatasi (Price &
Wilson, 2006).
E. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien STEMI menurut (Jackson & Jackson, 2011;
Sjamsuhidayat & Jong, 2010; Smeltzer & Bare, 2001; Suyono, 2001), adalah:
1. Disfungsi ventrikuler
Setelah STEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial dalambentuk,
ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses
inidisebut remodeling ventikuler dan umumnya mendahului berkembangnya gagal
jantung secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun pasca infark. Segera setelah
infark ventrikel kiri mengalami dilatasi.Secara akut, hasil ini berasal dari ekspansi
infark al ; slippage serat otot, disrupsi sel miokardial normal dan hilangnya jaringan
dalam zona nekrotik.
Selanjutnya, terjadi pula pemanjangan segmen noninfark, mengakibatkan penipisan
yang didisprosional dan elongasi zona infark. Pembesaran ruang jantung secara
keseluruhan yang terjadi dikaitkan ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi tersebar
pasca infark pada apeks ventikrel kiri yang yang mengakibatkan penurunan
hemodinamik yang nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis lebih buruk.
Progresivitas dilatasi dan konsekuensi klinisnya dapat dihambat dengan terapi inhibitor
ACE dan vasodilator lain. Pada pasien dengan fraksi ejeksi < 40 % tanpa melihat ada
tidaknya gagal jantung, inhibitor ACE harus diberikan.
2. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama kematian di rumah
sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik dengan
tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal ( 10 hari infark ) dan sesudahnya.
Tanda klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi jantung S3 dan
S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti paru.
3. Gagal jantung
4. Syok kardiogenik
5. Perluasan IM
6. Emboli sitemik/pilmonal
7. Perikardiatis
8. Kelainan septal ventrikel
9. Disfungsi katup
10. Aneurisma ventrikel
11. Sindroma infark pascamiokardias
F. PENATALAKSANAAN
Menurut Subagjo et al. (2011) penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan
STEMI berdasarkan masalah yang muncul adalah:
1. Syok kardiogenetik
Penatalaksana syok kardiogenetik:
a) Terapi O2, Jika tekanan darah sistolik <70 mmHg dan terdapat tanda syok diberikan
norepinefrin.
b) Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg dan terdapat tanda syok diberikan dopamin
dosis 5-15 ug/kgBB/menit.
c) Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg namun tidak terdapat tanda syok diberikan
dobutamin dosis 2-20 ug/kgBB/menit.
d) Revaskularisasi arteri koroner segera, baik PCI atau CABG, direkomendasikan
pada pasien <75 tahun dengan elevasi ST atau LBBB yang mengalami syok dalam
36 jam IMA dan ideal untuk revaskularisasi yang dapat dikerjakan dalam 18 jam
syok, kecuali jika terdapat kontraindikasi atau tidak ideal dengan tindakan invasif.
e) Terapi trimbolitik yang diberikan pada pasien STEMI dengan syok kardiogenik
yang tak ideal dengan trapi invasif dan tidak mempuyai kontraindikasi trombolisis.
f) Intra aortic ballo pump (IABP) direkomendasikan pasien STEMI dengan syok
kardiogenik yang tidak membaik dengan segera dangan terapi farmakologis, bila
sarana tersedia.
2. Infark Ventrikel Kanan
Infark ventrikel kanan secari klinis menyebabkan tanda gejala ventrikel kanan yang
berat (distensi vena jugularis, tanda kussmaul s, hepatomegali) atau tanda hipotensi.
Penatalaksana infark ventrikel kanan:
a) Pertahankan preload ventrikel kanan.
b) Loading volume (infus NaCL 0,9 %) 1-2 liter cairan jam I selanjutnya 200ml/jam
(terget atrium kanan >10 mmHg (13,6cmH20).
c) Hindari penggunaan nitrat atau diuretik.
d) Pertahankan sinkroni A-V dan bradikardial harus dikoreksi. Pacu jantung
sekuensial A-V pada blok jantung derajat tinggi simtomatik yang tidak repon
dengan atropin.
e) Diberikan inotropik jika curah jantung tidak meningkat setelah loading volume.
f) Kurangi afterload ventrikel kanan sesuai dengan disfungsi ventrikel kiri.
g) Pompa balon intra-aortik.
h) Vasolidator arteri (nitropospid, hidralazin)
i) Penghambat ACE
j) Reporfusi
k) Obat trombolitik
l) Percutaneous coronari intervention (PCI) primer
m) Coronary arteru bypass graft (GABG) (pada pasien tertentu dengan penyakit
multivesel).
3. Takikardia dan Vibrilasi Ventrikel
Dalam 24 jam pertama STEMI, takikardia dan vibrilasi ventrikular dapat terjadi
tampa tanda bahaya aridmia sebelumnya.
Penatalaksana Takikardia vebtrikel:
a) Takikardia vebtrikel (VT) polimorvik yang menetap (lebih dari 30 detik atau
menyebabkan kolaps hemodinamik) harus diterapi dengan DC shock
unsynchoronizer menggunakan energi awal 200 j; jika gagal harus diberikan
shock kedua 200-300 J;, dan jika perlu shock ketiga 360J.
b) Takikardia vebtrikel (VT) monomorfik, menetap yang diikuti dengan angina ,
edema paru dan hipotensi (tekanan darah<90 mmHg ) harus diretapi dengan shock
synchoronized energi awal 100 J. Energi dapat ditingkatkan jika dosis awal gagal.
c) Takikardia vebtrikel (VT) monomorfik yang tidak disertani angina, edema paru
dan hipotensi (tekanan darah<90 mmHg) diterapi salah satu regimen berikut:
Lidokain: bolus 1-1-5mh/kg. Bolius tambahan 0,5-0,75mg/kg tiap 5-10 menit
sampai dosis loding total maksimal 3 mg/kg. Kemudian loading selanjutnya
dengan infus 2-4 mg/ menit(30-50 ug/lg/menit).
Disopiramid: bolus 1-2 mg/kg dalam 5-10 menit, dilanjutkan dosis
pemeliharaan 1 mg/kg/jam.
Amiodaron: 150mg infus selama 5-10 menit atau 5 ml/kgBB 20-60 menit,
dilanjutkan infus tetap 1 mg/menit selama 6 jam dan kemudian infus
pemeliharaan 0,5 mg/menit.
Kardioversi elektrik synchoronized dimulai dosis 50 J ( anestasi sebelumnya).
4. Penatalaksana fibrilasi Ventrikel
a) Fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel pulseless diberikan terapi DC shock
unsynchoronized dengan energi awal 200 J jika tak berhasil harus diberikan shock
kedua 200 sampai 300 J dan jika perlu shock ketiga 360 J ( klas I)
b) Fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel pulseless yang refraksi terhadap shock
elektrik diberika terapi amiodaron 300 mg atau 5/kg. IV bolus dilanjutkan
pengulangan shock unsynchoronized. (klas Iia)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrokardiografi (EKG) Adanya elevasi segmen ST pada sadapan tertentu
a. Lead II, III, aVF : Infark inferior
b. Lead V1-V3 : Infark anteroseptal
c. Lead V2-V4 : Infark anterior
d. Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral
e. Lead I, aVL : Infark high lateral
f. Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas
g. Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral
h. Adanya Q valve patologis pada sadapan tertentu.
2. Ekokardiogram
Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung khususnya fungsi
vertrikel dengan menggunakan gelombang ultrasoouns
3. Laboratorium- Peningkatan enzim CK-MB, CK 3-8 jam setelah sernagan puncaknya
10-30 gram dan normal kembali 2-3 hari- Peningkatan LDH setelah serangan
puncaknya 48-172 jam dan kembali normal 7-14 hari- Leukosit meningkat 10.000 –
20.000 kolesterol atau trigliserid meningkat sebagai akibat aterosklerosis
4. Foto thorax roentgenTampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihat pada
bendungan paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan hipertropi ventrikel
5. Percutaneus Coronary Angiografi (PCA) Pemasangan kateter jantung dengan
menggunakan zat kontras dan memonitor x-ray yang mengetahui sumbatan pada arteri
koroner
6. Tes TreadmillUji latih jantung untuk mengetahui respon jantung terhadap aktivitas
PENGERTIAN MANIFESTASI KLINIS
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah MIND MAP 1. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral
rusaknya bagian otot jantung secara permanen yang berat , seperti rasa terbakar, ditindih
akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas,
degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak dipelintir, tertekan yang berlangsung ≥ 20
faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, menit, tidak berkurang dengan pemberian
peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada nitrat, gejala yang menyertai : berkeringat,
pemeriksaan EKG (Subagjo et al., 2011; Sylvana, pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan
2005) lemas.
2. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti
jantung atau gagal jantung akut.
STEMI INFERIOR
ETIOLOGI
1. Penyempitan arteri koroner nonsklerolik
2. Penyempitan aterorosklerotik KOMPLIKASI
3. Trombus 1. Disfungsi ventrikuler
4. Plak aterosklerotik 2. Gangguan hemodinamik
5. Lambatnya aliran darah didaerah plak atau 3. Gagal jantung
oleh viserasi plak PENATALAKSANAAN 4. Syok kardiogenik
6. Peningkatan kebutuhan oksigen 1. Syok kardiogenetik 5. Perluasan IM
miokardium 2. Infark Ventrikel Kanan 6. Emboli sitemik/pilmonal
7. Penurunan darah koroner melalui yang 3. Takikardia dan Vibrilasi 7. Perikardiatis
menyempit Ventrikel 8. Kelainan septal ventrikel
8. Penyempitan arteri oleh perlambatan 4. Penatalaksana fibrilasi 9. Disfungsi katup
jantung selama tidur Ventrikel 10. Aneurisma ventrikel
9. Spasme otot segmental pada arteri kejang 11. Sindroma infark pascamiokardias
otot.
1.
PATHWAY STEMI INFERIOR
PATHWAY STEMI INFERIOR
Keadaan iskemik
Peningkatan kebutuhan Penurunan fungsi jantung jantung berkembang
suplai O2 cepat menjadi infark
Paru-paru
Sesak napas dan MK: Nyeri akut
pernapasan tidak
stabil
Tidak mampu mentoleransi
aktivitas tertentu
MK: Pola napas
tidak efektif
(Mansjoer, 2000; Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare, 2001)
(Subagjo, Achyar, & Ratnaningsih, 2011)
PENGKAJIAN
I. PENGKAJIAN PRIMER
A. Airway
Tidak terdapat sumbatan jalan nafas
B. Breathing
RR: 25 x/menit, Reguler, SpO2: 96, terpasang nasal kanul 3 Lpm, tidak menggunakan
otot bantu pernafasan.
C. Circulation
TD : 96/53 mmHg
Nadi : 71 x/ menit
Suhu : 37oC
MAP : 65
Akral hangat, tidak ada perdarahan, mukosa kering.
Capilarry refill: >2 detik
D. Disability
Nilai GCS: E3 V5 M6
Pupil: isokor
Gangguan motorik : normal
Gangguan sensorik : normal
Mata R L
Ukuran pupil 3 3
Reaksi cahaya + +
7. System Penglihatan
Penglihatan : Baik
Sclera : Baik, tidak ikterik
Konjungtiva : Pucat
Alat bantu : Tidak ada alat bantu penglihatan
8. System Pendengaran
Pendengaran : Tidak terdapat gangguan pendengaran pada pasien
Alat bantu : Klien tidak memakai alat bantu pendengaran
9. System Urinaria
Nyeri pinggang : Tidak
Terpasang DC : Tidak
Warna :-
Warna urine: kuning keruh, Volume urin: 70 cc/jam
Kandung kemih: teraba penuh
F. Pemeriksaan penunjang
Tanggal pemeriksaan Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan
6 januari 2019 Rongent Thorax
DO: -
PRIORITAS DIAGNOSA
1. Penurunan curah jantung berhungan dengan perubahan irama jantung yang ditandai dengan DO
dan DS.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis yang ditandai dengan DO dan DS
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai dan kebutuhan
oksigen yang ditandai dengan DS dan DO
PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA HARI/ PERENCANAAN
KEPERAWATAN TANGGAL TUJUAN INTERVENSI
1 Penurunan curah Senin, 7 Januari Setelah dilakukan asuhan keperawatan Cardiac Care
jantung berhubungan 2019 selama 2x 24 jam diharapkan curah a. Evaluasi adanya nyeri dada
dengan perubahan jantung pasien kembali normal dengan (intensitas,lokasi, durasi)
irama jantung criteria: b. Catat adanya disritmia jantung
DS: - 1. Cardiac Pump effectiveness c. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
DO: 2. Circulation Status putput
TD: 95/53 mmHg 3. Vital Sign Status d. Monitor status kardiovaskuler
Terdapat kelainan Kriteria Hasil: e. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
pada Lead II, III, 1. Tanda Vital dalam rentang normal jantung
AVF (Tekanan darah, Nadi, respirasi) f. Monitor abdomen sebagai indicator penurunan
2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak perfusi
ada kelelahan g. Monitor balance cairan
3. Tidak ada edema paru, perifer, dan h. Monitor adanya perubahan tekanan darah
tidak ada asites i. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
4. Tidak ada penurunan kesadaran antiaritmia
Vital Sign Monitoring
a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
d. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
e. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
f. Monitor kualitas dari nadi
g. Monitor adanya pulsus paradoksus
2 Nyeri akut Senin, 7 Januari Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain management
berhubungan dengan 2019 selama 2x 24 jam diharapkan nyeri a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
agen cedera biologis berkurang dengan kriteria hasil: termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Pasien Pain Control kualitas dan faktor presipitasi
mengatakan nyeri 1. Mampu mengontrol nyeri(penyebab b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
dada seperti nyeri, mampu menggunakan teknik c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
tertindih benda nonfarmakologi untuk mengurangi mengetahui pengalaman nyeri pasien
berat dan nyeri, mencari bantuan) d. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
menjalar 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang e. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
kelengan kiri dengan menggunakan manajemen nyeri tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
Pasien 3. Mampu mengenali nyeri f. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
mengatakan nyeri (skala,intensitas frekuensi dan tanda nyeri seperti suhu ruangan, percahayaan dan
tidak hilang pad nyeri ) kebisingan
saat istirahat 4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri g. Kurangi faktor presipitasi nyeri
Nyeri lebih dari berkurang h. Pilih dan lakukan penanganan nyeri ( farmakologi,
20 menit non farmakologi dan interpersonal )
DO: -
3 Intoleransi Aktivitas Senin, 7 Januari Setelah dilakukan asuhan keperawatan Activity therapy
berhubungan dengan 2019 selama 4 x 24 jam diharapkan klien dapat Observasi :
Ketidakseimbangan meningkatkan aktivitas dengan kriteria a. Observasi TTV sebelum dan sesudah melakukan
antar suplai dan hasil: aktivitas
kebutuhan oksigen Toleransi terhadap aktivitas(0005): b. Monitor respon emosi, fisik, spiritual terhadap
Klien 1. Saturasi oksigen ketika aktivitas aktivitas
mengatakan sulit 2. Frekuensi nadi ketika beraktivitas Mandiri :
beraktivitas 3. Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas a. Pertimbangkan kemampuan klien dalam
DO: 4. Kemudahan bernapas ketika beraktivitas berpartisipasi melalui aktivitas
Kondisi lemah 5. Tekanan darah sistolik ketika beraktivitas b. Pertimbangkan komitmen klien untuk
Pasien tampak 6. Tekanan darah diastolik ketika meningkatkan frekuensi dan jarak aktivitas
pucat dan beraktivitas c. Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi
keringat dingin kelemahan dalam level aktivitas tertentu
d. Anjurkan klien istirahat bila terjadi kelelahan,
kelemahan, dan anjurkan klien melakukan aktivitas
semampunya
Edukasi :
a. Intruksikan klien dan keluarga untuk
mempertahankan aktivitas yang susai atau yang
telah ditentukan
b. Intruksikan klien dan keluarga untuk
mempertahankan fungsi dan kesehatan dalam
beraktivitas
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO HARI/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL KEPERAWATAN
1. Selasa, 8 Januari Penurunan curah jantung Mengukur EKG S: -
2018 berhubungan dengan Memonitor status pernafasan O: klien tampak lebih segar
yang menandakan gagal jantung
Jam: 09.00 WIB perubahan irama jantung KU: CM
DS: - Mencatat adanya tanda dan GCS : E4 V5 M6
gejala penurunan curah jantung
DO: Terpasang O2 3 l/m
TD: 95/53 mmHg Terpasanag infsu RL di tangan kanan
Memantau TTV
Terdapat kelainan pada Lead TD: 108/58
Memberikan oksigen 3
II, III, AVF N: 77
liter/menit
RR: 19
Memberikan Aspilet dan CPG
(Clopidogrel) S: 36,7 oC
SpO2: 99
Balance cairan: +194
IWL: 306,25
A: Penurunan curah jantung tertasi ssebagian
P: lanjutkan intervensi
Observasi TTV tiap jam
Manag. Cardiorespiratory
Monitor Balance cairan
Monitor intake dan output
Memonitor status pernafasan yang menandakan
gagal jantung
TTD
(MULTI Z.)
2. Selasa, 8 Januari Nyeri akut berhubungan Mengatur posisi semi fowler S: pasien mengatakan nyeri berkurang dengan
2018 dengan agen cedera biologis Mengobservasi lokasi,karakter, skala 2
Jam: 09.00 WIB Pasien mengatakan nyeri durasi, dan intensitas nyeri Pasien mengatakan lemas
dada seperti tertindih benda dengan menggunakan skla nyeri O: ekspresi wajah rileks
berat dan menjalar kelengan (0-10) KU: CM
kiri Kaji gejala seperti mual dan GCS : E4 V5 M6
Pasien mengatakan nyeri diaphoresis TD: 108/58
tidak hilang pad saat Memberikan oksigen 3 N: 77
istirahat liter/menit RR: 19
Nyeri lebih dari 20 menit Mengajarkan tehnik relaksasi S: 36,7 oC
DO: - Memberikan ISDN (Isosorbide SpO2: 99
Dinitrate) Valisanbe
A: Nyeri akut teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Observasi TTV tiap jam
Berikan obat sesuai indikasi
TTD
(MULTI Z.)
3. Selasa, 8 Januari Intoleransi Aktivitas Membenatu aktivitas ADL S: klien mengatakan lemes berkurang
2018 berhubungan dengan Membantu klien BAK dengan O: klien tampak lebih segar
Jam: 09.00 WIB Ketidakseimbangan antar urinal di atas tempat tidur Klien bedrest
suplai dan kebutuhan oksigen Memberikan obat Lactulac KU: CM
Klien mengatakan sulit GCS : E4 V5 M6
beraktivitas TD: 108/58
DO: N: 77
Kondisi lemah RR: 19
Pasien tampak pucat dan S: 36,7 oC
keringat dingin SpO2: 99
A: Intoleransi Aktivitas teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Observasi TTV tiap jam
Monitor Balance cairan
Monitor intake dan output
Kelola pemberian terapi
Bantu ADL
TTD
(MULTI Z.)
NO HARI/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL KEPERAWATAN
1. Rabu, 9 Januari Penurunan curah jantung Mengukur EKG S: -
2018 berhubungan dengan Memonitor status pernafasan yang O: klien tampak lebih segar
menandakan gagal jantung
Jam: 08.30 WIB perubahan irama jantung KU: CM
DS: - Mencatat adanya tanda dan gejala GCS : E4 V5 M6
penurunan curah jantung
DO: Terpasang O2 3 l/m
TD: 95/53 mmHg Terpasanag infsu RL di tangan kanan
Memantau TTV
Terdapat kelainan pada TD: 110/60
Memberikan oksigen 3 liter/menit
Lead II, III, AVF N: 77
Memberikan Aspilet dan CPG
(Clopidogrel) RR: 20
Monitor Balance cairan
S: 36,6 oC
Monitor intake dan output
SpO2: 97
IWL: 306,25
Balance cairan: +180
A: Penurunan curah jantung tertasi ssebagian
P: lanjutkan intervensi
Observasi TTV tiap jam
Manag. Cardiorespiratory
Monitor Balance cairan
Monitor intake dan output
Memonitor status pernafasan yang menandakan
gagal jantung
TTD
(MULTI Z.)
2. Rabu, 9 Januari Nyeri akut berhubungan Mengatur posisi semi fowler S: pasien mengatakan nyeri berkurang dengan
2018 dengan agen cedera Mengobservasi lokasi,karakter, durasi, skala 2
Jam: 08.30 WIB biologis dan intensitas nyeri dengan Pasien mengatakan lemas
Pasien mengatakan menggunakan skla nyeri (0-10) O: ekspresi wajah rileks
nyeri dada seperti Memberikan oksigen 3 liter/menit KU: CM
tertindih benda berat Mengajarkan tehnik relaksasi GCS : E4 V5 M6
dan menjalar kelengan Memberikan ISDN (Isosorbide TD: 110/60
Dinitrate) Valisanbe
kiri N: 77
Pasien mengatakan Memonitor TTV RR: 20
nyeri tidak hilang pad S: 36,6 oC
saat istirahat SpO2: 97
Nyeri lebih dari 20 IWL: 306,25
menit A: Nyeri akut teratasi sebagian
DO: - P: lanjutkan intervensi
Observasi TTV tiap jam
Berikan obat sesuai indikasi
TTD
(MULTI Z.)
3. Rabu, 9 Januari Intoleransi Aktivitas Membenatu aktivitas ADL S: klien mengatakan lemes berkurang
2018 berhubungan dengan Membantu klien BAK dengan urinal O: klien tampak lebih segar
Jam: 08.30 WIB Ketidakseimbangan antar di atas tempat tidur Klien bedrest
suplai dan kebutuhan Memberikan obat Lactulac KU: CM
oksigen GCS : E4 V5 M6
Klien mengatakan sulit TD: 110/60
beraktivitas N: 77
DO: RR: 20
Kondisi lemah S: 36,6 oC
Pasien tampak pucat SpO2: 97
dan keringat dingin IWL: 306,25
Balance cairan: +180
A: Intoleransi Aktivitas teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Observasi TTV tiap jam
Monitor Balance cairan
Monitor intake dan output
Kelola pemberian terapi
Bantu ADL
TTD
(MULTI Z.)
TTD
(MULTI Z.)
2. Kamis, 10 Nyeri akut berhubungan Mengatur posisi semi fowler S: pasien mengatakan nyeri berkurang
Januari 2018 dengan agen cedera biologis Mengobservasi lokasi,karakter, durasi, dengan skala 2
Jam: 08.30 WIB Pasien mengatakan nyeri dan intensitas nyeri dengan Pasien mengatakan lemas
dada seperti tertindih benda menggunakan skla nyeri (0-10) O: ekspresi wajah rileks
berat dan menjalar kelengan Memberikan oksigen 3 liter/menit KU: CM
kiri Mengajarkan tehnik relaksasi GCS : E4 V5 M6
Pasien mengatakan nyeri Memberikan ISDN (Isosorbide TD: 112/65
Dinitrate) Valisanbe
tidak hilang pad saat N: 90
istirahat RR: 21
Nyeri lebih dari 20 menit S: 36,5 oC
DO: - SpO2: 88
IWL: 306,25
A: Nyeri akut teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Observasi TTV tiap jam
Berikan obat sesuai indikasi
TTD
(MULTI Z.)
3. Kamis, 10 Intoleransi Aktivitas Membenatu aktivitas ADL S: klien mengatakan lemes berkurang
Januari 2018 berhubungan dengan Membantu klien BAK dengan urinal O: klien tampak lebih segar
Jam: 08.30 WIB Ketidakseimbangan antar di atas tempat tidur Klien bedrest
suplai dan kebutuhan oksigen Memberikan obat Lactulac KU: CM
Klien mengatakan sulit GCS : E4 V5 M6
beraktivitas TD: 112/65
DO: N: 90
Kondisi lemah RR: 21
Pasien tampak pucat dan S: 36,5 oC
keringat dingin SpO2: 88
IWL: 306,25
Balance cairan: +205
A: Intoleransi Aktivitas teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Observasi TTV tiap jam
Monitor Balance cairan
Monitor intake dan output
Kelola pemberian terapi
Bantu ADL
TTD
(MULTI Z.)
No. Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Ketidakefektif Setelah diberikan asuhan Beri/atur posisi semi fowler Meningkatkan ekspansi paru-paru dan
an pola nafas keperawatan selama 2x 24 jam Berikan oksigen memudahkan pernafasan
berhubungan diharapkan keadaan pasien mencapai: Ajarkan teknik bernafas dan Penambahan suplai oksigen
dengan infark. Airway manajemen relaksasi Memlatih nafas pasien
Indikator Awa Target Observasi frekuensi kedalaman Kecepatan pernafasan biansanya
l pernafasan termasuk meningkat dispnea dan terjadi peningkatan
Sesak napas penggunaan otot bantu kerja nafas dan kedalaman nafas
Penggunaan
O2
RR: 20x/m
Pernapasan
cupign
hidung
Penggunaan
otot bantu
pernapasan
2 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Pantau TTV Perubahan nadi, TD menunjukkan adanya
berhubungan keperawatan selama 1x 24 jam Anjurkan teknik relaksasi perubahan tingkat nyeri pasien
dengan diharapkan masalah nyeri akut progresif dan latihan nafas Teknik relaksasi dan distraksi berguna
iskemia mencapai: dalam untuk mengalihkan perhatian pasien
dan infark jari Manajemen nyeri Delegatif dalam terhadap nyeri
ngan miokard Indikator Awa Target pemberian obatanalgetik Pemberian obat analgetik untuk penahan
l Observasi lokasi, karakter, nyeri
Nyeri durasi, dan intensitas, nyeri, Dengan mengobservasi tingkat nyeri
berkurang dengan menggunakan skala pasien dapat ditentukan sejauh mana
Tidak nyeri 0 (tidak nyeri) sampai 10 nyeri yang dirasakan dan untuk
meringis (nyeri hebat). Kaji gejala memudahkan member intervensi
Mampu berkaitan, seperti mual dan selanjutnya.
mengontrol diaporesis.
nyeri
Nadi 60-90
x/m
3 Intoleransi Setelah diberikan asuhan Membantu aktivitas ADL Pasien sedikit bisa melakukan aktivitas
aktivitas berh keperawatan selama 1x 24 jam Tingkatkan aktivitas secara Meningkatkan toleransi aktivitas pasien
ubungan diharapkan toleransi aktivitas pasien bertahap Mencegah kontraktur
dengan adany meningkat dengan outcome: Ubah posisi pasien (miring kiri,
a iskemik jari Manajemen nutrsi miring kanan) dan latih ROM
ngan miokard Indikator Awa Target (Ring Of Motion)
l
Pasien
tidak
lemas
Pasien
mampu
beraktivita
s
Nadi : 60-
90 x/m
DAFTAR PUSTAKA
4.