PENDAHULUAN
Jantung koroner, telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Seperti dimaklumi
penyebabnya adalah terjadinya hambatan aliran darah pada arteri koroner yang menyuplai darah
ke otot jantung. Salah satu hambatan berupa plak, dan prosesnya memakan waktu yang amat
panjang. Salah satu faktor yang menyebabkan jantung koroner ini adalah stres psikologis
(Soeharto, 2004).
Jantung terkait dengan kadar emosi seseorang, karena jantung dianggap sebagai tempat
berpangkalnya emosi (the seat of emotion). Kecemasan adalah salah satu bentuk emosi yang
menyebabkan ketegangan jiwa dan bila hal ini tidak tersalurkan dengan baik,emosi yang tertekan
itu akan mencetuskan akibat-akibat yang negatif yang berhubungan dengan berbagai sistem
organ tubuh. Bila yang terkena adalah jantung, dampaknya akan luas. Karena itu kecemasan dan
ketegangan berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler yang dapat tercermin pada detak jantung
Banyak diantara pasien penyakit jantung koroner (PJK) memiliki kecemasan berlebihan te
rhadap penyakit ini ; mereka merasa cemas mengapa bisa terjangkit PJK, cemas akan
kemungkinan serangan jantung atau mati mendadak. Bagi pasien kurang mampu, kecemasan itu
harus ditambah satu lagi, yaitu cemas karena tidak mampu membeli obat-obat, atau tidak mampu
substansi-substansi ini meningkat di dalam tubuh, maka denyut jantung akan betambah cepat dan
kuat, pembuluh darah mengadakan vasokontriksi, kolesterol darah meningkat gula darah
meningkat, sel-sel darah cenderung bergumpal. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa stres
memegang peranan penting dalam proses terjadinya PJK dan juga komplikasi akibat PJK (Kabo,
2008).
Pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang strategis dan merupakan faktor yang paling
menentukan untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan
yang bermutu. Untuk mewujudkan asuhan keperawatan yang bermutu diperlukan beberapa
komponen yang harus dilaksanakan oleh perawat, diantaranya adalah dengan memperhatikan
Konsep caring dalam keperawatan adalah fundamental. Perawat dikatakan bermoral, jika
mereka bertindak menurut aturan yang benar. Caring adalah ide moral keperawatan yang
Hanna, 1991).
Dalam penelitian Watson, penyakit mungkin saja teratasi dengan upaya pengobatan. Akan
tetapi, tanpa perawatan, penyakit itu akan tetap ada dan kondisi sehat tidak akan tercapai. Caring
merupakan intisari keperawatan dan mengandung arti respon antara perawat dan klien. Caring
dapat membantu seseorang lebih terkontrol, lebih berpengetahuan, dan dapat meningkatkan
melayani, caring”, menunjukan bahwa keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak bisa
terpisahkan dan pada saat yang sama mengindikasikan bahwa beberapa aktivitas praktik
dilakukan dalam proses caring di lingkungan keperawatan (Burnard & Morrison, 2002).
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa caring seorang perawat sangat dibutuhkan
untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien dengan PJK, hal ini menggugah peneliti untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pernyataan tersebut. Dalam penelitian ini peneliti
memilih RSK Panti Waluyo sebagai tempat penelitian, pemilihan rumah sakit ini karena di
rumah sakit tersebut banyak ditemukan kasus PJK. Peneliti berfokus pada prilaku caring perawat
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
“Apakah caring seorang perawat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien dengan penyakit
jantung koroner”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh caring perawat terhadap tingkat kecemasan pasien dengan penyakit
jantung koroner.
2. Tujuan khusus
c. Mengetahui keterkaitan antara caring perawat dan tingkat kecemasan pasien dengan penyakit
jantung koroner.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Untuk Aspek Teoritis
Manfaat untuk aspek teoritis yaitu dimana penelitian beguna dalam mengembangkan teori untuk
memberikan jawaban yang pasti atas berbagai kemungkinan jawaban dari fenomena yang
ditemukan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengemukakan bahwa penelitian ini
bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan yaitu menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai pengaruh caring seorang perawat terhadap tingkat kecemasan pasien dengan penyakit
jantung koroner.
Meningkatkan pemahaman bahwa caring seorang perawat sangat diperlukan oleh pasien dengan
Dengan adanya pemelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pasien sehingga mereka
mengerti tentang penyakit yang dialami pasien sehingga dapat mengurangi kecemasannya.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengetahuan penulis penelitian yang serupa dengan judul penelitian yang akan
penulis teliti belum ada, namun ada beberapa penelitian lain yang berhubungan dengan
penelitian yang akan penulis teliti yaitu penelitian dengan judul Persepsi pasien tentang perilaku
caring perawat dalam pelayanan keperawatan dan Persepsi pasien tentang perilaku caring
keperawatan diteliti oleh Tri Wahyuningtyas, penelitian ini dilakukan di RS Mardi Rahayu
Kudus dan dipublikasian pada tahun 2009 dengan menghasilkan 3 tema yaitu: persepsi perawat
tentang caring, strategi dalam penerapan caring serta kendala dalam penerapan caring.
Sedangkan Penelitian mengenai Persepsi pasien tentang perilaku caring perawat dalam
pelayanan keperawatan diteliti oleh Magareta Mia Aji Saputri, penelitian ini dilakukan di RS
Mardi Rahayu Kudus dan dipublikasian pada tanggal 2008 dengan hasil bahwa pengetahuan
perilaku caring perawat menurut pasien adalah perawat memberi perhatian lebih kepada pasien
dan diangggap keluarga, perilaku caring perawat yang dirasakan pasien adalah perawat aktif
bertanya, berbicara lembut, memberi dukungan, responsif, terampil dan menghargai serta
menjelaskan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
paradigma atau model keperawatan yang meliputi empat komponen yaitu : manusia, kesehatan,
lingkungan dan perawat itu sendiri. Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena
memerlukan kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit.
Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat
harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh klien, selain itu seorang perawat dapat
memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin
Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus pemersatu untuk
praktek keperawatan. Perilaku caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang, memperbaiki
Caring juga merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya
memberi perhatian dan mempelajari kesukaan – kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang
berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan (Caring) secara sederhana tidak hanya sebuah
perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring merupakan kepedulian untuk
mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku caring bertujuan dan berfungsi membangun
struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yg berbeda pada satu tempat (
Dwidiyanti, 2007 ).
Maka kinerja perawat khususnya pada perilaku caring menjadi sangat penting dalam
mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama di rumah sakit, dimana kualitas
pelayanan menjadi penentu citra institusi pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan
Perilaku caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar. Caring adalah
(kelompok) melalui antisipasi bantuan untuk meningkatkan kondisi individu atau kehidupan
Leininger dalam Farland, (2002) mengemukakan juga bahwa caring adalah kebutuhan
dasar manusia yang esensial, caring adalah keperawatan, caring adalah penyembuhan, caring
adalah jantung dan jiwa keperawatan, caring adalah kekuatan, caring adalah ciri-ciri istimewa
Meskipun perkataan caring telah digunakan secara umum, tetapi tidak terdapat definisi
dan konseptualisasi yang universal mengenai caring itu sendiri Leddy (1998) dikutip dalam
Swanson (1991). Caring sulit untuk didefinisikan karena memiliki makna yang banyak, sebagai
kata benda atau kata kerja, sebagai sesuatu yang dapat dirasakan, sebagai sikap ataupun perilaku
Peran perawat menurut CHS Community Health Service (1989) dikutip dalam Zaidin
a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan. Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosa keperawatan agar
bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan
b. Sebagai advokat. Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya
dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga
dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak untuk menentukan
c. Sebagai edukator. Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit dan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan
e. Sebagai kolaborator. Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat
f. Sebagai konsultan. Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang diberikan tepat tujuan. Peran ini dilakukan atas permintaan pasien terhadap
g. Sebagai pembaharu. Peran disini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
Menurut Leininger (1981), dikutip dalam Kozier dkk (2004) menjelaskan bahwa
a. Caring meliputi tindakan-tindakan membantu, mendukung dan menfasilitasi orang lain atau
kelompok yang mempunyai kebutuhan yang nyata atau yang dipikirkan sebelumnya.
b. Caring berfungsi untuk meningkatkan kondisi manusia. Hal ini menekankan aktivitas yang
membantu dari seseorang dan kelompok yang didasarkan kepada model yang membantu
c. Caring sangat penting bagi perkembangan manusia, pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya.
d. Perilaku-perilaku caring meliputi rasa nyaman, perhatian, kasih, empati, minat, keterlibatan,
Caring merupakan kekuatan yang sangat penting dalam hubungan antara pasien dengan
perawat, dan suatu kekuatan untuk melindungi dan meningkatkan martabat pasien. Sebagai
contoh, dibimbing oleh kerangka kerja ini para perawat menggunakan sentuhan dan ucapan yang
jujur untuk menegaskan kepada pasien sebagai manusia, bukan objek-objek, dan membantu
mereka membuat pilihan-pilihan dan menemukan arti dalam pengalaman sakit mereka (Kozier,
2004).
a. Perhatian dan kasih sayang merupakan kekuatan batin yang utama dan universal.
b. Kasih sayang yang bermutu dan caring adalah penting bagi kemanusiaan, tetapi sering diabaikan
c. Kemampuan untuk menyokong ideologi dan ideal caring di dalam praktek keperawatan akan
masyarakat.
d. Caring terhadap diri sendiri adalah prasyarat bagi caring terhadap orang lain.
e. Keperawatan selalu memegang konsep caring di dalam berhubungan dengan orang lain dalam
rentang sehat-sakit.
f. Caring adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus utama dalam praktek keperawatan.
h. Pondasi caring keperawatan dipengaruhi oleh tekhnologi medis dan birokrasi institusi.
i. Penyediaan dan perkembangan dari human care menjadi isu yang hangat bagi keperawatan
j. Human care hanya dapat diterapkan secara efektif melalui hubungan interpersonal.
(Nurachmah, 2001).
a. Attachment (pertalian), empat tugas yang menandai pertalian yaitu recognisi (menyadari
kehadiran orang lain dan menerima orang ini dapat mempunyai arti), membuka diri (membagi
informasi yang beresiko rendah atau tidak mengancam), validasi (memberikan persetujuan pada
informasi yang dibagikan atau perilaku yang diperlihatkan) dan potensi (kehendak dan kekuatan
pada kerja menjalin hubungan kepedulian. Respek adalah perilaku atau tugas pertama dari
perbedaan dan permintaan orang lain. Selanjutnya potentiality, dimana recognisi diberikan pada
kemungkinan saling meningkatkan hubungan, yang tidak akan terjadi dengan mengorbankan
individualitas orang lain. Memperhatikan, melibatkan, mendengar dan menerima orang lain.
Menurut Murray dan Bevis ini merupakan salah satu aspek hubungan memperhatikan yang
paling penting. Kejujuran diperlukan agar hubungan menjadi terbuka, kejujuran dapat berupa
mengatakan kebenaran atau keinginan untuk tidak membahas sesuatu. Membuka diri terjadi
dalam dua tahap yaitu rasa tanggung jawab dan keberanian untuk maju.
c. Intimasi (melibatkan berbagi diri), tahap ditandai dengan hubungan fisik dan mental yang tepat.
Tugas dalam tahap ini memerlukan ketulusan (integritas, kepercayaan), membuka diri (yang
mempunyai arti menempatkan seseorang dalam posisi yang terbuka), wawasan (memiliki
pandangan yang cepat terhadap orang lain) dan perlibatan (orang lain dapat dilibatkan dalam
mempermudah hubungan memperhatikan, karena kemampuan untuk peduli dengan dasar yang
kepentingan pribadi (altruistik). Hal ini dapat dikembangkan melalui pemahaman nilai yang ada
pada diri seseorang, keyakinan, interaksi, dan kultur serta pengalaman pribadi. Semua ini dirasa
perlu untuk mematangkan pribadi perawat agar dapat bersikap altruistik terhadap orang lain.
Pemahaman ini diperlukan untuk proses carative. Selain menekankan pentingnya obat-
obatan untuk curative, perawat juga perlu memberi tahu individu alternatif pengobatan lain yang
tersedia (mis., meditasi, relaksasi, atau kekuatan penyembuhan oleh diri sendiri atau secara
Seorang perawat dituntut untuk mampu meningkatkan sensitivitas terhadap diri pribadi dan
orang lain serta bersikap lebih otentik. Perawat juga perlu memahami bahwa pikiran dan emosi
Ciri hubungan helping-trust adalah harmonis, empati, dan hangat. Hubungan yang harmonis
haruslah hubungan yang dilakukan secara jujur dan terbuka, tidak dibuat-buat.
Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan pasien.
Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan
kepada pasien.
h. Menyediakan lingkungan yang suportif, protektif, atau memperbaiki mental, fisik, sosiokultural,
dan spiritual.
Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal pasien terhadap
Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri dan pasien. Pemenuhan kebutuhan
Ketiga faktor ini membantu seseorang mengerti kehidupan dan kematian. Selain itu,
ketiganya dapat membantu seseorang untuk menemukan kekuatan dan keberanian untuk
5. Kecemasan
Kecemasan bukanlah suatu penyakit melainkan suatu gejala. Kebanyakan orang mengalami
sebagai reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan, dan arena itu berlangsung sebentar
atau kemalangan dimasa yang akan dating dengan perasaan khawatir. Kecemasan mungkin
penyerta yang normal dari pertumbuhan, perubahan,, pengalaman sesuatu yang baru dan belum
dicoba, dan dari identitasnya sendiri serta arti hidup (Durlan dan Barlow, 2006).
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan
sesuatu yang akan terjadi dengan penyebabnya yang tidak jelas dan dihubungkan dengan
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya objek/sumber
dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses
kognitif yang melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan
disebabkan oleh hal yang bersifat fisik dan psikologis ketika individu dapat mengidentifikasi dan
6. Penyebab Kecemasan
Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang
dan merupakan peringatan yang berharga dan penting untuk upaya memelihara keseimbangan
Kecemasan tidak dapat dihindari dari kehidupan individu dalam memelihara keseimbangan.
Pengalaman cemas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal.
Ada empat faktor utama yang memeprngaruhi perkembangan pola dasar yang menunjukan
a. Lingkungan
Kecemasan sering timbul bila seseorang merasa tidak aman dengan lingkungannya.
Kecemasan terjadi jika seseorang menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang
lama sekali.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.
d. Keturunan
Sekalipun gangguan emosi ada yang ditemukan dalam keluarga tertentu, ini bukan penyebab
a. Faktor internal
1) Pengalaman
Sumber-sumber ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan tersebut bersifat lebih umum.
Penyebab kecemasan dapat berasal dari berbagai kejadian di dalam kehidupan atau dapat terletak
di dalam diri seseorang, misalnya seseorang yang memiliki pengalaman dalam menjalani suatu
tindakan maka dalam dirinya akan lebih mampu beradaptasi atau kecemasan yang timbul tidak
Pada usia yang semakin tua maka seseorang semakin banyak pengalamnnya sehingga
pengetahuannya semakin bertambah. Karena pengetahuannya banyak maka seseorang akan lebih
4) Gender
Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers (1983) dalam Trismiati (2006)
mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-
laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian lain
b. Faktor eksternal
1) Dukungan keluarga
Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seorang lebih siap dalam menghadapi
2) Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar ibu dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih kuat dalam
menghadapi permasalahan, misalnya lingkungan pekerjaan atau lingkungan bergaul yang tidak
memberikan cerita negatif tentang efek negatif suatu permasalahan menyebabkan seseorang
8. Manifestasi Kecemasan
a. Manifestasi kognitif.
Yang terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali memikirkan tentang malapetaka atau
c. Perubahan somatik.
Muncul dalam keadaaan mulut kering, tangan dan kaki dingin, diare, sering kencing,
ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan
menunjukkan peningkatan detak jantung, respirasi, ketegangan otot dan tekanan darah.
d. Afektif.
Stuart dan Sunden (1998) memberikan suatu penilaian respon fisiologis dan respon perilaku,
a. Respon simpatis
1) Kardiovaskuler : palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meninggi, rasa mau pingsan,
2) Pernafasan : nafas pendek, nafas cepat, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan pada
rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal.
4) Gastrointestinal : kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen,
6) Kulit : wajah kemerahan, berkeringat setempat ( elapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin
1) Perilaku Afektif : Gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi,
cendrung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan intrpersonal, menghalangi, melarikan diri
2) Perilaku Kognitif : Perhatian terganggu, konsentrasi terganggu dan pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, preokupasi dan hambatan berfikir, kreatifitas dan prodoktifitas menurun,
bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektifitas, takut kehilangan
c. Kognitif : Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah dan tegang, nervus dan ketakutan, alarm, teror,
gugup, gelisah.
9. Tingkat kecemasan
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada
tingkat ini lahan persepsi melebar dab individu akan berhati-hati dan waspada. Individu
1) Respon fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada
2) Respon kognitif : Lapang persegi meluas, mampu menerima ransangan yang kompleks,
3) Respon perilaku dan emosi : Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-
kadang meninggi
b. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun/individu lebih memfokuskan pada
1) Respon fisiologis : Sering nafas pendek, nadi ekstra systole dan tekanan darah naik, mulut
2) Respon kognitif : Lapang persepsi menyempit, rangsang Luar tidak mampu diterima, berfokus
3) Respon perilaku dan emosi : Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), bicara banyak dan
c. Kecemasan berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu cenderung memikirkan hal yang
kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan
1) Respon fisiologis : Sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit
2) Respon kognitif : Lapang persepsi sangat menyempit, tidak mampu menyelesaikan masalah
3) Respon perilaku dan emosi : Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat, blocking
d. Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan
diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan.
1) Respon fisiologis : Nafas pendek, rasa tercekik dan berdebar, sakit dada, pucat, hipotensi
3) Respon perilaku dan emosi : Agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak,
Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Pertama kali digunakan pada tahun 1959,
yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran
kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran
tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating
Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya
symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms
yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5
a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung.
c. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada
binatang besar.
d. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi
buruk.
e. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
f. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak
g. Gejala somatik: nyeri patah otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.
h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa
lemah.
i. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang
sekejap.
j. Gejala pemapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan
k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri
l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan keneing, aminorea, ereksi lemah atau
impotensi.
m. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau
sakit kepala.
n. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka
Nilai Kategori
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah skor dan item 1-14 dengan
hasil :
Skor Hasil
(Nursalam, 2003)
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan
arteri koroner, mulai dari terjadinya aterosklerosis (kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi
penimbunan lemak atau plak (plaque) pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis atau
tanpa gejala sekalipun. Kelainan pada arteri koroner akibat aterosklerosis menyebabkan suplai
darah ke jantung tidak adekuat dan sel-sel otot jantung kekurangan komponen darah. Hal ini
menimbulkan ischemia pada otot-otot jantung sehingga pasien akan mengalami nyeri dada dan
pada kondisi ischemia yang berat dapat disertai dengan kerusakan sel jantung yang bersifat
150.000 orang di Inggris pada tahun 1995. Menurut National Heart, Lung and Blood Institute
(NHLBI, 2004), penyakit ini telah diderita oleh 13,2 juta orang di Amerika dan telah
menyebabkan kematian lebih dari 50.000 kematian setiap tahunnya (Gray,et al, 2002).
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian nomor satu di Indonesia. World
Health Organization (WHO) mencatat lebih dari 7.000 orang meninggal akibat penyakit jantung
koroner pada tahun 2002 dan jumlah ini diperkirakan terus meningkat.
ataupun pemeriksaan invasif. Pemeriksaan invasive yang dilakukan adalah kateterisasi jantung.
Prosedur kateterisasi jantung yang bertujuan untuk mengevaluasi anatomi pembuluh darah
koroner disebut dengan tindakan Coronary angiography. Tindakan ini untuk menilai adanya
gangguan pada pembuluh darah koroner, menilai keparahan penyakit serta untuk menentukan
coronary telah dijalani oleh 650 pasien pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 tindakan
Menjalani Coronary angiography insasif ini akan menimbulkan stres pada pasien baik
secara psikologis maupun fisiologis. Respon stres psikologis dapat berupa kecemasan,
ketakkutan, ketegangan, dan depresi. Banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien yang
menjalani prosedur Coronary angiography antara lain : cemas akan rasa nyeri, kematiam,
terpisah dari keluarga, serta cemas akan prognosa buruk yang mungkin terjadi (Mcaffrey &
Tailor, 2005).
Respon fisiologis terhadap stres adalah dengan mengaktifkan system saraf pusat untuk
mengaktivasi hipotalamus-pituitary-adrenal aksis dan sistem saraf simpatis yang ditandai dengan
peningkatan frekuensi nadi dan tekanan darah. Hal ini sangat berbahaya karena tingginya denyut
jantung dan tekanan darah akan memperberat sistem kardiovaskuler serta meningkatkan
kebutuhan oksigen dan kerja jantung sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi
(Underhill.et.al, 2005).
Komplikasi yang dapat terjadi pada kateterisasi jantung adalah gangguan irama jantung
juga dapat terjadi seperti sinus takikardia, sinus bradikardia, ekstrasistol ventrikel, takikardia
ventrikel, fibrilasi ventrikel, ekstrasisol atrial dan fibrilasi atrial (Underhill.et.al, 2005).
B. Kerangka Konsep
Ada hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien jantung
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
kesahiaan hipotesis. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian Cross Sectional yaitu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan
cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach) artinya setiap subyek penelitian hanya di observasi sekali saja (Notoatmojo,
1994:141).
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan 28 November – Febuari 2012 di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
a. Seluruh pasien dengan penyakit jantung koroner yang dirawat inap di Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta dalam kurun waktu 3 minggu terhitung 28 November – 17 Desember 2011
b. Perawat yang merawat pasien PJK di rawat inap Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta dalam
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 1998:57). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan
teknik Purposive Sampling dimana yang menjadi sampel mencakup 2 komponen, yaitu:
a. Seluruh pasien dengan penyakit jantung koroner yang dirawat inap di Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta dalam kurun waktu 3 terhitung 28 November – 17 Desember 2011 Kriteria
1) Kriteria Inklusi
Adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukan atau layak untuk diteliti. Kriteria inklusi
a) Pasien yang terdiagnosa jantung koroner yang dirawat inap di Rumah Sakit Panti Waluyo
Surakarta dalam kurun waktu 3 minggu terhitung mulai dari 28 November –17 Desember 2011
b) Pasien PJK (Penyakit Jantung Koroner) yang berusia diatas 17 tahun s/d 60 tahun.
f) Kooperatif.
2) Kriteria Eksklusi
b. Perawat yang merawat pasien PJK di rawat inap Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta dalam
1) Kriteria Inklusi
Adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukan atau layak untuk diteliti. Kriteria inklusi
a) Perawat ruangan yang merawat pasien PJK di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta dalam
b) Kepala ruang rawat inap pasien PJK di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta dalam kurun waktu
2) Kriteria Eksklusi
a) Perawat cuti
3. Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi (Nursalam, 2001:66). Teknik sampling adalah teknik yang dipergunakan untuk
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh, dimana
semua populasi dijadikan sampel. Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan biaya yang
dimiliki peneliti, sehingga tidak memungkinkan mengambil semua populasi terjangkau. Oleh
karena itu peneliti mengambil sampel dalam penelitian ini 20 pasien PJK dan 10 perawat.
1. Variabel
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmojo, 1993:67).
(Sugiyono,2002). Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah perilaku caring
perawat.
b. Variable terikat
Adalah variabel yang dipengaruhi / yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas
(Sugiyono,2002). Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan
2. Definisi Oprasional
a. Variabel bebas
keperawatan = 58 – 75
untuk caring
menolong perawat
dari masalah 57
kesehatan 3. Perilaku
misalnya perawat
perilaku kurang = 22
empati, – 39
suportif,
perasaan baru,
melindungi,me
mberi
pertolongan,
dan edukasi.
b. Variabel Terikat
No Variabel Definisi Skala Alat Output/
Oprasional ukur Hasil ukur
1. Tingkat Perasaan Ordinal Kuisioner 1. Tidak ada
kecemasan kuatir dan kecemasan =
pasien cemasan <6
jantung yang 2. Kecemasan
koroner dialami ringan= 7-14
pasien pada 3. Kecemasan
saat berada sedang=15-27
dalam 4. Kecemasan
proses berat=>27
perawatan
yang
diberikan
oleh rumah
sakit.
D. Instrument Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner.
1. Bagian pertama tentang data demografi meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, suku,
penghasilan.
2. Bagian kedua berisi 14 item pertanyaan menggambarkan tingkat kecemasan pasien dengan
penyakit jantung koroner (PJK). Kuisioner diadopsi dari Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating
Nilai Kategori
Skor Hasil
3. Bagian ketiga berisi 20 item pertanyaan yang menggambarkan perilaku caring perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan menggunakan jawaban yaitu ya dengan
nilai 2 dan tidak dengan nilai 1, maka skor tertinggi 40 dan skor terendah 20. Untuk mengetahui
perilaku caring, peneliti menggunakan metode statistik menurut Sudjana (2002).
Metode Statistic Menurut Sujanna
Rumus :
= 6,6 (jadi = 7)
4. Bagian keempat berisi 25 item pertanyaan yang disi oleh perawat yang menggambarkan
perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan
menggunakan jawaban yaitu tidak pernah dengan nilai 1, kadang-kadang dengan nilai 2, dan
selalu denga nilai 3, maka skor tertinggi 75 dan skor terendah 25. Untuk mengetahui perilaku
Rumus :
= 16,67
= 17
Perilaku Caring perawat baik 58 – 75
Perilaku Caring perawat cukup 40 – 57
Perilaku Caring perawat kurang 22 – 39
Keterangan :
Kategori Skor
Tidak pernah 1
Kadang-kadang 2
Selalu 3
E. Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer yaitu data yang diperoleh langsung
dari responden dan data skunder yaitu data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit
Panti Waluyo Surakarta.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
telah disusun oleh peneliti dan akan diisi oleh responden secara langsung, peneliti akan
menjelaskan maksud dan tujuan pengumpulan data tersebut serta menjelaskan cara mengisi
kuesioner, sebelum responden mengisi kuesioner terlebih dahulu peneliti akan memberikan
lembaran persetujuan menjadi responden.
F. Analisa Data
Didalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis bivariat (korelatif pearson) untuk
menganalisa data, dimana analisis ini digunakan untuk mengetahui interaksi dua variable.
G. Jalannya Penelitian
1. Pembuatan proposal
2. Pengajuan proposal
3. Pengesahan proposal
4. Melakukan pendataan penderita
5. Memilih sampel yaitu 10 pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.
6. Memberikan kuisioner untuk diisi perawat dan penderita.
7. Menyimpulkan hasil dan melakukan uji validitas
8. Kesimpulan hasil penelitian.
Lampiran
Kuesioner Penelitian
SURAKARTA 2011
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan teliti, kemudian berilah jawaban yang benar
menurut saudara/i.
2. Beri tanda cek-lis (√) pada salah satu kolom jawaban yang saudara pilih.
1. Data demografi
1. Inisial :
SMA
Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan : Petani
Wiraswasta
PNS
1. Perasaan Cemas
Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung.
biasanya.
2. Ketegangan
Item ini termasuk ketidakmampuan untuk bersantai, gugup, ketegangan tubuh, gemetar dan
kelelahan gelisah.
biasanya.
biasanya.
sehari-hari.
sehari-hari.
3. Ketakutan
Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada
binatang besar. Hal ini penting untuk dicatat apakah ada lebih banyak kecemasan fobia dari
biasanya.
mengatasinya.
hari.
pasien.
4. Gangguan tidur
Sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk. Catatan :
kedalaman tidur
24 jam.
5. Gangguan kecerdasan
sehari-hari.
keputusan
6. Perasaan depresi
Item ini mencakup baik verbal dan non-verbal kesedihan, depresi, putus asa ketidakberdayaan,
dan keputusasaan
biasanya.
saat wawancara.
7. Gejala somatik
Kelemahan otot, kekakuan, nyeri atau sakit yang nyata, lebih atau kurang difus lokal pada otot,
2 Nyeri
8. Gejala sensorik
Perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah. Item ini
mencakup peningkatan kelelahan dan kelemahan atau gangguan fungsional indera, termasuk
1 Diragukan
9. Gejala kardiovaskuler
Takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
sehari-hari.
Rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas
pendek.
sehari-hari.
4 Gangguan pernafasan yang timbul sangat
Sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan
sesudah makan, perasaan panas di perut, dispepsia (nyeri ulu hati atau sensasi terbakar di perut,
nyeri perut yang berhubungan dengan makanan, kepenuhan, mual dan muntah), gemuruh perut
dan diare.
sehari-hari.
Item ini termasuk gejala psikis seperti sering menahan kencing, ketidakteraturan menstruasi,
sehari-hari.
Mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
dari biasanya.
2 Satu atau lebih dari gejala vegetatif timbul dan pasien masih
mampu mengendalikan
Gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat
Penilaian
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak
memuaskan?
anda alami?
mereka?
derita?
perawat?
penyakit anda?
anda?
siapapun?
perawatan?
lainnya?
Kuesioner Penelitian
SURAKARTA 2011
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan teliti, kemudian berilah jawaban yang benar
menurut saudara/i.
2. Beri tanda cek-lis (√) pada salah satu kolom jawaban yang saudara pilih.
1. Data demografi
a. Inisial :
NO PERTANYAAN 0 1 2 3
keluarga ?
kebutuhan pasien ?
5. Apakah anda sebagai perawat selalu
anda ?
diatas ?
pribadi (altruistik) ?
tindakan keperawatan ?
penyakit pasien?
24. Apakah anda selalu mengenali kebutuhan
kebutuhan pasien ?
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, 2005. Konsep Dasar Pengobatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Blais, KK. 2007. Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Leininger, M. 2002, Transcultural Nursing, Concept, Theories, Research & Practice, Mc, Grow-Hill
Companies
Kozier, Barbara dkk. 2004. Fundamental of Nursing: Consepts and Procendures, California : Addison-
Nuracmah, E. 2001. Seminar Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit, Jakarta : Penerbit
Rothrock, J.T. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta :, Penerbit Buku
Kedoktoran EGC
Stuart dan sundeen.1998. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC