Anda di halaman 1dari 9

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN FISIKA SMA NEGERI DI KOTA

MANOKWARI
Physics Study Learning Characteristics of State Senior High School in Manokwari City

Muhammad Yunus Abdurrahman1, Mujasam2, dan Alberto Yonathan Tangke Allo3*

1,2,3
Jurusan Pendidikan Fisika, FKIP UNIPA, Manokwari, 98314, Indonesia
Email: yunusabdurrahman08@gmail.com, sam.prafi@gmail.com, jhntn909@gmail.com / a.allo@unipa.ac.id

ABSTRACT

The purpose of this research is to identify the relationship between the school laboratory
facilities to students' learning outcomes of State Senior High School in Manokwari City. The
method that used in this research is quantitative research method with descriptive technique.
The type of this study is an associative quantitative research. Data collection techniques used
in this study using a validated questionnaire. The process that was done to provide a
questionnaire sheet to the learners to fill. Questionnaires was used to identify the school
laboratory facilities. The results showed the laboratory facilities used as a supporter of physics
learning throughout State Senior High School in Manokwari City are in the category of medium
and high criteria. The relationship between laboratory facilities on learning outcomes State
Senior High School 1 Manokwari, State Senior High School 2 Manokwari, and State Senior
High School 3 Manokwari are no significant relationship.

Keywords: Characteristics, Physics learning, Laboratory facilities

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi hubungan antara sarana laboratorium sekolah
terhadap hasil belajar peserta didik SMA Negeri di kota Manokwari. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan teknik deskriptif. Adapun Jenis
penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif asosiatif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket yang telah divalidasi. Proses yang
dilakukan yaitu memberikan lembar angket kepada peserta didik untuk diisi. Angket digunakan
untuk mengidentifikasi sarana laboratorium di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berdasarkan data yang didapat, sarana laboratorium yang digunakan sebagai pendukung
pembelajaran fisika di seluruh SMA Negeri di Kota Manokwari berada pada kategori kriteria
sedang dan tinggi. Hubungan antara sarana laboratorium terhadap hasil belajar pada sekolah
SMA Negeri 1 Manokwari, SMA Negeri 2 Manokwari, dan SMA Negeri 3 Manokwari, tidak
terdapat hubungan yang signifikan.

Kata kunci: Karakteristik, Pembelajaran fisika, Sarana laboratorium

PENDAHULUAN
Ilmu fisika merupakan hakikat pembelajaran sains yaitu hakikat yang meliputi produk,
proses, dan sikap ilmiah (Taufik, 2010). Pembelajaran fisika menurut Mundilarto (Murtono,
2014) untuk mendidik dan melatih para peserta didik agar dapat mengembangkan kompetensi
observasi, eksperimentasi, berpikir, dan bersikap ilmiah. Sehingga pembelajaran fisika
seharusnya dapat memberikan pengalaman langsung pada peserta didik sehingga menambah
kemampuan dalam mengkonstruksi, memahami, dan menerapkan konsep yang telah dipelajari.
Dengan demikian, peserta didik akan terlatih menemukan sendiri berbagai konsep secara
holistik, bermakna, otentik serta aplikatif untuk kepentingan pemecahan masalah. Sejalan
dengan penelitian Murni (2018) Pembelajaran fisika yang ditekankan pada keterampilan proses
sains dapat melatih siswa menentukan suatu konsep, prinsip, dan teori. Oleh karena itu dalam
pembelajaran fisika dibutuhkan sarana dan prasaran, The Liang Gie (Werdayanti, 2008: 79)
menyatakan bahwa untuk belajar yang baik hendaknya tersedia fasilitas belajar yang memadai,
antara lain ruang tempat belajar, penerangan cukup, buku-buku pegangan, kelengkapan
peralatan. Sehingga apabila fasilitas memadai, guru pun akan memanfaatkan untuk melakukan
proses pembelajaran yang lebih baik. Menurut Rosivia (2014) mengungkapkan bahwa sarana
adalah semua peralatan dan perlengkapan yang secara langsung menunjang kegiatan
pendidikan. Seperti kursi, meja, buku, papan tulis, komputer, alat-alat tulis, alat peraga.
Sedangkan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang
jalannya proses pendidikan atau pengajaran, di antaranya halaman, taman sekolah, jalan menuju
sekolah, tetapi dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar. Penggunaan
laboratorium menjadi aspek yang sangat penting. Laboratorium adalah suatu tempat yang
digunakan untuk melakukan kegiatan praktikum ataupun percobaan. Decaprio (2013:17)
mengatakan bahwa salah satu fungsi utama dari laboratorium adalah memberikan keterampilan
kerja ilmiah bagi para peneliti, baik siswa, mahasiswa atau pun peneliti lainnya. Alat sederhana
yang digunakan dalam pembelajaran fisika di laboratorium dapat memberikan pengalaman
langsung pada peserta didik sehingga dapat menemukan konsep fisika melalui pengamatan,
menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan, dengan tahapan tersebut
terbangun konsep ilmiah siswa dan dapat mereduksi miskonsepsi pada dirinya (Allo, 2015).
Paradigma yang masih terjadi saat ini, pelajaran fisika masih menjadi ilmu yang ditakuti
oleh peserta didik. Alasan yang selalu diungkapkan bahwa pelajaran fisika terlalu banyak
rumus, rumit, susah dimengerti, dan masih banyak alasan-alasan lain yang membuat pelajaran
fisika kurang diminati. Alasan tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru mata
pelajaran fisika. Karena apabila hal tersebut masih tertanam di pikiran peserta didik, maka
minat belajar terhadap pelajaran fisika akan menurun. Oleh karena itu peran guru sangatlah
penting, karena harus dituntut untuk memiliki kemampuan yang dapat digunakan tidak hanya
untuk mengajar tetapi juga untuk mendidik. Tugas utama guru dapat diintisarikan menjadi
beberapa hal yaitu sebagai perencana, sebagai pelaksana, sebagai pembimbing peserta didik,
sebagai pemantau kesulitan peserta didik, serta sebagai penilai apa yang seharusnya dinilai
(Bektiarso, 2015: 6).
Karakteristik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ciri khusus yang
mempunyai sifat khas sesuai perwatakan tertentu. Karakteristik menggambarkan suatu sifat
yang menjadi ciri pada suatu perihal atau objek tertentu. Sehingga apabila dibahas terkait
karakteristik pembelajaran, maka dapat disimpulkan bawah karakteristik pembelajaran
merupakan suatu ciri yang menggambarkan proses kegiatan interaksi antara guru dengan
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Karakteristik pembelajaran fisika dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya kompetensi guru, minat belajar peserta didik,
dan sarana prasarana sekolah. Dalam penelitian ini karakteristik pembelajaran fisika dibatasi
pada sarana laboratorium sekolah sebagai pendukung pembelajaran fisika. Karena kesuksesan
pelaksanaan kegiatan laboratorium ditentukan oleh fasilitas yang mencakup alat dan bahan,
ruang, dan laboran yang selalu siap dalam pelaksanaan kegiatan laboratorium (Yusuf &
Widyaningsih, 2018). Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran fisika, digunakan angket.
Angket atau kuesioner merupakan alat evaluasi yang paling banyak digunakan karena memiliki
keunggulan yaitu efisiensi pada segi waktu, efektivitas biaya, kemudahan aplikasi, dan
keahliannya terbukti efisien dengan pertanyaan-pertanyaan tertutup (Kisandari, Dharmastiti, &
Wijaya, 2016).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri di Kota Manokwari yaitu
SMA Negeri 1 Manokwari, SMA Negeri 2 Manokwari, dan SMA Negeri 3 Manokwari pada
karakteristik pembelajaran fisika pada masing-masing guru fisika, diperoleh secara umum
masalah yang sering terjadi yaitu paradigma dari peserta didik tentang pelajaran fisika yang
dinilai sulit, minat belajar peserta didik terhadap pembelajaran fisika yang masih kurang,
pemanfaatan sarana laboratorium oleh guru yang masih kurang, dan penggunaan model
pembelajaran yang kurang bervariasi. Berdasarkan permasalahan tersebut dalam penelitian ini
dibatasi pada bagaimana pemanfaatan sarana laboratorium dalam pembelajaran fisika dan
hubungan antara sarana laboratorium terhadap hasil belajar peserta didik. Sehingga tujuan
penelitian ini yaitu dukungan sarana laboratorium terhadap kegiatan pembelajaran fisika di
sekolah dan hubungan antara sarana laboratorium sekolah terhadap hasil belajar peserta didik
SMA Negeri di kota Manokwari.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan teknik
deskriptif. Kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian dengan
analisis statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2014:
8). Populasi dalam penelitian ini yaitu peserta didik kelas X dan XI IPA pada masing-masing
sekolah. Penentuan sampelnya menggunakan random sampling yaitu memberikan kesempatan
yang sama pada semua elemen kelas untuk dapat dipilih sebagai sampel. Responden berjumlah
162 orang yang terdistribusi ke SMA Negeri 1 Manokwari berjumlah 72 orang, SMA Negeri 2
Manokwari berjumlah 72 orang dan SMA Negeri 3 Manokwari berjumlah 18 orang, pada tahun
ajaran 2017/2018.
Adapun rancangan perlakuan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tahap perencanaan, meminta surat perizinan dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Manokwari kemudian meneruskan ke pihak sekolah bersangkutan untuk
persetujuan melakukan penelitian. Langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu: Observasi
awal, dilakukan untuk mengetahui tentang informasi yang berkaitan dengan sekolah.
Informasi tersebut berupa sarana yang tersedia serta penggunaannya berkaitan dengan
pembelajaran fisika di sekolah. Penyusunan perangkat/instrumen, berupa angket kuesioner
yang digunakan untuk pengambilan data penelitian. Validasi perangkat/instrumen,
digunakan untuk menguji kelayakan dari perangkat yang telah dibuat apakah sudah bisa
digunakan atau masih perlu diperbaiki lagi.
2. Tahap pelaksanaan, pengambilan data penelitian. Pengambilan data yang dilakukan dengan
membagikan langsung angket kepada responden ke sekolah dan mengumpulkan angket
tersebut pada hari itu juga. Peneliti juga akan mengambil data yang berkaitan dengan hasil
belajar peserta didik yaitu nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) peserta didik untuk
mengetahui adakah hubungan yang signifikan terhadap sarana laboratorium dengan hasil
belajar.
3. Tahap Akhir, pengolahan data dan penarikan kesimpulan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2014: 142).
Proses yang dilakukan yaitu memberikan lembar angket kepada peserta didik untuk diisi.
Setelah diisi kemudian angket tersebut dikumpul untuk dianalisis.
Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif untuk mengidentifikasi sarana
laboratorium yang digunakan sebagai pendukung pelajaran fisika di sekolah. Sedangkan untuk
melihat hubungan antara minat peserta didik dan sarana laboratorium terhadap hasil belajar
peserta didik digunakan uji hipotesis dengan cara regresi linier.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Validasi konten angket sarana laboratorium pendukung pembelajaran fisika di sekolah
pada aspek petunjuk di angket, cakupan angket, dan bahasa di angket dinyatakan valid
berdasarkan kriteria CVR (Content Validity Ratio) dan CVI (Content Validity Index). Setelah
dilakukan validasi konten kemudian dihitung tingkat reliabilitasnya, yaitu r_11= 0,8903.
Berdasarkan tabel kriteria reliabilitas, masuk dalam kategori derajat reliabilitas tinggi, sehingga
dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliabel.
Angket sarana laboratorium pendukung pembelajaran fisika, terdiri dari 3 indikator di
antaranya ketersediaan alat dan bahan di laboratorium, kondisi ruangan laboratorium, dan
kegiatan di laboratorium.

50
40
Respon Peserta Didik

sangat
30 setuju
setuju
20
10 tidak setuju

0 sangat tidak
3 4 7 9 10 11 1 2 5 8 6 12 setuju
ketersediaan alat dan bahan lab kondisi ruangan lab kegiatan
Indikator di lab
Gambar 1. Hasil angket sarana laboratorium SMA Negeri 1 Manokwari
60
50
sangat setuju

Respon Peserta Didik


40
30 setuju
20 tidak setuju
10
0 sangat tidak
setuju
3 4 7 9 10 11 1 2 5 8 6 12
ketersediaan alat dan bahan kondisi ruangan lab kegiatan
lab Indikator di lab
Gambar 2. Hasil angket sarana laboratorium SMA Negeri 2 Manokwari

20

15
Respon Peserta Didik

sangat setuju
10
setuju
5
tidak setuju
0
3 4 7 9 10 11 1 2 5 8 6 12 sangat tidak
setuju
ketersediaan alat dan bahan lab kondisi ruangan lab kegiatan
Indikator di lab
Gambar 3. Hasil angket sarana laboratorium SMA Negeri 3 Manokwari

Data deskriptif persentase sarana laboratorium fisika di masing-masing SMA yaitu di


SMA Negeri 1 Manokwari rata-rata berada pada kriteria sedang dengan 52,78%, di SMA
Negeri 2 Manokwari rata-rata berada pada kriteria tinggi dengan 66,67%, dan SMA Negeri 3
Manokwari rata-rata berada pada kriteria sedang dengan 55,56%.
Hasil signifikansi uji normalitas data variabel menggunakan kolmogorof-smirnov,
didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil uji normalitas
Sekolah Hasil Belajar Sarana laboratorium
SMAN 1 Manokwari 0,000 0,550
SMAN 2 Manokwari 0,525 0,053
SMAN 3 Manokwari 0,751 0,490

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai signifikansi sarana laboratorium lebih besar dari
α = 0,05 sehingga terdistribusi normal, sedangkan untuk hasil belajar lebih kecil α = 0,05 maka
dapat dikatakan tidak terdistribusi normal. Pada sekolah SMA Negeri 2 Manokwari dan sekolah
SMA Negeri 3 Manokwari, nilai signifikansi sarana laboratorium lebih besar α = 0,05 sehingga
dapat dikatakan data tersebut normal. Sedangkan SMA Negeri 1 Manokwari, datanya tidak
terdistribusi normal maka dilakukan uji nonparametrik menggunakan analisis Rank Spearman
dengan hasil yang didapat sebagai berikut:
Tabel 2. Data hasil korelasi sarana laboratorium SMA Negeri 1 Manokwari
Hasil Belajar Sarana laboratorium
Correlation
1.000 .042
Coefficient
Hasil Belajar
Sig. (2-tailed) . .727
Spearman's N 72 72
rho Correlation
.042 1.000
Sarana Coefficient
laboratorium Sig. (2-tailed) .727 .
N 72 72

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,727 lebih besar dari 𝛼 = 0,05 yang
berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan.

Pembahasan
Hasil data angket sarana laboratorium yang diperoleh dari SMA Negeri 1 Manokwari
pada indikator ketersediaan alat dan bahan laboratorium diperoleh yang dominan pada
pernyataan “9. Jumlah alat yang tersedia di laboratorium sudah memenuhi kebutuhan peserta
didik dalam belajar” dengan jawaban tidak setuju. Jadi rata-rata ketersediaan alat dan bahan
dalam kategori cukup. Indikator ruangan laboratorium diperoleh yang dominan pada
pernyataan “2. Tersedia listrik dalam ruangan laboratorium” dengan jawaban setuju. Jadi rata-
rata kondisi laboratorium dalam kategori sangat baik. Indikator kegiatan di laboratorium
diperoleh yang dominan pada pernyataan “12. Jarang melakukan praktikum di laboratorium”
dengan jawaban sangat setuju. Jadi rata-rata kegiatan laboratorium dalam kategori sangat jarang
dilaksanakan. Hasil data angket sarana laboratorium yang diperoleh dari SMA Negeri 2
Manokwari dan SMA Negeri 3 Manokwari pada umumnya hampir sama yaitu pada indikator
ketersediaan alat dan bahan laboratorium diperoleh yang dominan pada pernyataan “11. Alat
dan bahan di laboratorium masih layak untuk digunakan” dengan jawaban setuju. Jadi rata-
rata ketersediaan alat dan bahan dalam kategori cukup. Indikator ruangan laboratorium
diperoleh yang dominan pada pernyataan “2. Tersedia listrik dalam ruangan laboratorium”
dengan jawaban setuju. Jadi rata-rata kondisi laboratorium dalam kategori sangat baik.
Indikator kegiatan di laboratorium diperoleh yang dominan pada pernyataan “12. Jarang
melakukan praktikum di laboratorium” dengan jawaban sangat setuju. Jadi rata-rata kegiatan
laboratorium dalam kategori sangat jarang dilaksanakan. Secara umum ketersediaan alat dan
bahan pada laboratorium di SMA Negeri 1 Manokwari dan SMA Negeri 2 Manokwari dalam
kategori cukup, sedangkan di SMA Negeri 3 Manokwari dalam kategori kurang. Kondisi
laboratorium di tiga sekolah dalam kategori baik. Dan kegiatan laboratorium di tiga sekolah
dalam kategori sangat jarang dilaksanakan.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa untuk pembelajaran yang terjadi di seluruh SMA
Negeri di Kota Manokwari masih belum sepenuhnya memanfaatkan sarana laboratorium yang
tersedia di sekolah dan hasil analisis tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sarana
laboratorium dengan hasil belajar. Artinya sarana laboratorium pendukung pembelajaran fisika
tidak memiliki pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Hal tersebut disebabkan karena
kurangnya aktivitas peserta didik pada kegiatan laboratorium, pembelajaran yang selama ini
hanya di lakukan dalam kelas tanpa disertai dengan kegiatan praktikum di laboratorium, dan
alat bahan yang tersedia di laboratorium masih belum sepenuhnya membantu guru dalam
kegiatan pembelajaran.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan:
1. Sarana laboratorium yang digunakan sebagai pendukung pembelajaran fisika di seluruh
SMA Negeri di Kabupaten Manokwari berada pada kategori sedang dan tinggi. SMA
Negeri 1 Manokwari dan SMA Negeri 3 Manokwari berada pada kriteria sedang dengan
persentase laboratorium masing-masing 57,78% dan 55,56%. SMA Negeri 2 Manokwari
berada pada kriteria tinggi dengan persentase laboratorium 66,67%.
2. Hubungan antara sarana laboratorium terhadap hasil belajar peserta didik pada sekolah
SMA Negeri 1 Manokwari, SMA Negeri 2 Manokwari, dan SMA Negeri 3 Manokwari
tidak terdapat hubungan yang signifikan.
3. Karakteristik pembelajaran fisika yang ada pada SMA Negeri di Kabupaten Manokwari
berkaitan pemanfaatan sarana laboratorium yang tersedia dalam menunjang pembelajaran
masih sangat kurang.

DAFTAR PUSTAKA
Allo, A. Y. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Guided Discovery
Learning Menggunakan Alat Sederhana untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa SMA
pada Materi Fluida Statis. Jurnal Penelitian Pendidikan Sains, 769-778.

Aritonang, Keke T. "Minat dan motivasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa". Jurnal
Pendidikan Penabur, 7(10) (2008): 11-21.

Bektiarso, Singgih. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Laksbang pressindo, 2015.


Decaprio, Richard. 2013. Tips Mengelola Laboratorium Sekolah. Jogjakarta: Diva Press

Kisandari, A., Dharmastiti, R., & Wijaya, A. R. (2016). Pengembangan Kuesioner untuk
Mengevaluasi Usabilitas E-Learning. Jurnal Ergonomi Indonesia, 1-8.

Martawijaya, M. A. (2015). Karakter Peserta Didik dan Hubungannya dengan Keterampilan


Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Fisika SMP. Journal of EST, 1-7.

Murni. “Profil Keterampilan Proses Sains Siswa dan Racangan Pembelajaran untuk
Melatihkannya”. Jurnal Berkalah Pendidikan Fisika, 6(1), 2018

Murtono. “Pengembangan Instrumen Evaluasi dengan Teknik Simulasi Sebagai Asesmen


Alternatif dalam Pembelajaran Fisika Materi Mekanika Fluida Sma Kelas XI”. Jurnal
Inovasi dan Pembelajaran Fisika, 1(1), 2014.

Rosivia. “Peningkatan Pengelolaan Sarana Prasarana Pendidikan di SMP Negeri 10 Padang”.


Jurnal Administrasi Pendidikan, 2 (1), 2014: hal 661-668.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2014.

Taufik, Mohammad. “Desain Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan


Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran IPA (Fisika) Sekolah Menengah Pertama di
Kota Bandung”. Jurnal Berkala Fisika, 13 (2), 2010: E31-E44.

Werdayanti, Andaru. “Pengaruh Kompetensi Guru dalam Proses Belajar Mengajar di Kelas
dan Fasilitas Guru Terhadap Motivasi Belajar Peserta didik”. Jurnal Pendidikan
Ekonomi 3 (1), 2008: 79-92.

Yusuf, I., & Widyaningsih, S. W. (2018). Implementasi Pembelajaran Fisika Berbasis


Laboratorium Virtual Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Presepsi Mahasiswa.
Berkalah Ilmiah Pendidikan Fisika, 18-28.

Anda mungkin juga menyukai