Anda di halaman 1dari 8

Episiotomi

Apa itu episiotomi?


episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang dimulai dari cincin vulva
kebawah, menghindari anus dan muskulus spingter dimana insisi menyebabkan terpotongnya
selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia
perineum dan kulit sebelah depan perineum untuk melebarkan orifisium ( lubang / muara ) vulva
sehingga mempermudah jalan keluar bayi dan mencegah ruptur perinii totalis.

 Keterangan : Perineum adalah : daerah yang terletak antara vulva (organ genetalia
eksterna wanita) dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm, atau antara bagian bawah vagina
dengan bagian atas anus. Perineum meregang pada saat persalinan kadang perlu dipotong
(episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah robekan.
 Rupture Perinii adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan,
berbeda dengan episiotomy, robekan ini sifatnya traumatic karena perineum tidak kuat
menahan regangan pada saat janin lewat. Adanya tindakan epistomi ini bertujuan salah
satunya untuk mencegah terjadinya ruptur perinii.

Apa tujuan episiotomy?

 Tujuan episiotomi yaitu membentuk insisi atau sayatan bedah yang lurus, sebagai
pengganti robekan tak teratur yang mungkin terjadi akibat ruptur perineii.
 Episiotomi dapat mencegah vagina robek secara spontan, karena jika robeknya tidak
teratur maka menjahitnya akan sulit dan hasil jahitannya pun tidak rapi.
 Tujuan lain episiotomi yaitu mempersingkat waktu ibu dalam mendorong bayinya keluar
atau dengan kata lain mempercepat persalinan dengan melebarkan jalan lahir lunak atau
mempersingkat kala II
 Epistomy juga bertujuan mengurangi tekanan kepala anak sehingga dapat mencegah
trauma kepala pada janin akibat jalan lahir yang sempit dan juga mencegah kerusakan
pada spintcher ani akibat desakan kepala bayi

Kontra indikasi episiotomi antara lain adalah:

 Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam


 Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit kelainan
darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina.

Apa saja jenis episiotomi?

 Sayatan episiotomi umumnya menggunakan gunting khusus, tetapi dapat juga sayatan
dilakukan dengan pisau.
 Sebelumnya ada 4 jenis episiotomi berdasarkan arah insisinya yaitu; Episiotomi medialis,
Episiotomi mediolateralis, Episiotomi lateralis, dan Insisi Schuchardt. Namun menurut
Benson dan Pernoll (2009), sekarang ini hanya ada dua jenis episiotomi yang di gunakan
yaitu Episiotomi pada garis tengah (midline epuisiotomy) dan Episiotomi mediolateral

 Episiotomi pada garis tengah (midline epuisiotomy) atau median


o Sayatan yang di buat di garis tengah, dimana Insisi atau sayatan dimulai dari
ujung terbawah introitus vagina atau pada garis tengah komissura
posterior sampai batas atas otot- otot sfingter ani (tidak sampai mengenai serabut
sfingter ani)
o Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:
 Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena
daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.
 Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih
mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.
 Tidak akan mempengaruhi keseimbangan otot dikanan kiri dasar pelvis
 Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi tersebut mudah
dirapatkan.
 Tidak begitu sakit pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan
 Dispareuni jarang terjadi
o Kerugiannya adalah terjadi perluasan laserasi ke sfingter ani (laserasi median
sfingter ani) sehingga terjadi laserasi perinei tingkat III inkomplet atau laserasi
menjangkau hingga rektum (laserasi dinding rektum), sehingga terjadi ruptur
perineii komplit yang mengakibatkan kehilangan darah lebih banyak dan lebih
sulit dijahit.

 Episiotomi mediolateral
o Sayatan yang di buat dari garis tengah kesamping menjauhi anus yang sengaja
dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei tingkat
III, dimana insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina menuju ke
belakang dan samping kiri atau kanan ditengah antara spina ischiadica dan anus.
o Dilakukan pada ibu yang memiliki perineum pendek, pernah ruptur grade 3,
dengan Panjang sayatan kira-kira 4 cm dan insisi dibuat pada sudut 45
derajat terhadap forset posterior pada satu sisi kanan atau kiri tergantung pada
kebiasaan orang yang melakukannya.
o Keuntungan dari epistomi mediolateral adalah Perluasan laserasi akan lebih kecil
kemungkinannya mencapai otot sfingter ani dan rektum sehingga dapat
mencegah terjadinya laserasi perinei tingkat III ataupun laserasi perineum yang
lebih parah yang sampai pada rectum.
o Kerugian episiotomi mediolateral
 Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak
pembuluh darahnya. Daerah insisi kaya akan fleksus venosus
 Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar dan
penyembuhan terasa lebih sakit dan lama
 Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan) keseimbangan
dasar pelvis.
 Otot – ototnya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar (aposisinya
sulit), sehingga terbentuk jaringan parut yang kurang baik
 Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan kadang –
kadang diikuti dispareuni (nyeri saat berhubungan)

A. Definisi

Episiotomi adalah suatu tindakan operatif berupa sayatan pada perineum meliputi selaput lendir
vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fascia perineum dan
kulit depan perineum.

Episiotomi adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah rupture
penrineum totalis (FK UNPAD).

Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput
lender vagina, cicin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia
perineum dan kulit sebelah depan perineum (Ilmu Bedah Kebidanan).

Episiotomi membuat luka yang lurus dan rapi, sehingga mudah di jahit dan lebih cepat sembuh
daripada ruptura perineum.Mengurangi tekanan kepala pada janin. Mempersingkat kala II.
Episiotomi lateralis dan mediolateralis mengurangi ruptura perineum totalis

B. Jenis-jenis Episiotomi

1. Episiotomi medialis.

Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah tetapi tidak sampai
mengenai serabut sfingter ani.

1. Episiotomi mediolateralis

Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan
samping. Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan
orang yang melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4 cm.

1. Episiotomi lateralis

Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum
jam. Episiotomi ini sudah jarang dilakukan, karena banyak menimbulkan komplikasi.

C. Indikasi

Pada janin

1. Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang
berlebihan pada kepala janin.
2. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin besar.
3. Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti pada gawat janin,
tali pusat menumbung.

Pada ibu

1. Umumnya pada primigravida.


2. Perineum kaku dan riwayat robekan perineum pada persalinan yang lalu.
3. Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan misalnya pada persalinan
sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar.
4. Arkus pubis yang sempit.

D. Kontra Indikasi

1. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam.


2. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit kelainan
darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina.

E. Kelebihan dan Kekurangan

1.
1. Episiotomi Medialis

Kelebihan

Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena merupakan daerah yang
relatif sedikit mengandung pembuluh darah.

Kekurangan

Dapat terjadi ruptur perinei tingkat III inkomplit (laserasi m.sfingter ani) atau komplit (laserasi
dinding rektum).

1. Episiotomi Mediolateralis

Kelebihan

Mencegah ruptura perinei tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan
daerah yang banyak pembuluh darahnya.

Kekurangan

Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan
sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.

1. Episiotomi Lateralis
Jarang dilakukan karena luka sayatan dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah
pudendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang
terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.

F. Saat Melakukan Episiotomi

1. Bila episiotomi dilakukan terlalu cepat, maka perdarahan yang timbul dari luka
episiotomi bisa terlalu banyak, sedangkan bila episiotomi dilakukan terlalu lambat maka
otot-otot dasar panggul sudah sangat teregang sehingga salah satu tujuan episiotomi itu
sendiri tidak akan tercapai.
2. Berdasarkan hal-hal tersebut banyak penulis menganjurkan episiotomi dilakukan pada
saat kepala janin sudah terlihat dengan diameter 3 – 4 cm pada waktu his.Pada
penggunaan cunam beberapa penulis melakukan episiotomi setelah cunam terpasang
tetapi sebelum traksi dilakukan, dengan alasan bahwa bila dilakukan sebelum
pemasangan, akan memperbanyak perdarahan serta memperbesar resiko perluasan luka
episiotomi yang tidak terkontrol selama pemasangan cunam.
3. Pada persalinan letak sungsang, episiotomi sebaiknya dilakukan sebelum bokong lahir,
dengan demikian luasnya episiotomi dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

G. Resiko episiotomi

1. Kehilangan darah yang lebih banyak.


2. Pembentukan hematoma.
3. Kemungkinan infeksi lebih besar.
4. Introitus lebih lebar.
5. Luka lebih terbuka lagi.

Lapisan yang terinsisi pada tindakan episiotomi adalah :

1. Dinding posterior lapisan mukosa vagina.


2. Lapisan kulit perineum serta jaringan subkutisnya.
3. Muskulus bulbokavernosus.
4. Muskulus transversus perinei superfisialis.
5. Muskulus transversus perinei profundus.
6. Muskulus bulbococcygeus.

H. Robekan perineum dibagi atas 4 tingkatan :

Tingkat I

Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpamengenai kulit perineum.

Tingkat II

Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei transversalis tetapi tidak mengenai otot
sfingter ani.
Tingkat III

Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani.

Tingkat IV

Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rektum.

I. Prosedur Kerja

1.
1. Mempersiapkan alat
2. Memberitahukan pada ibu tentang apa yang akan dilakukan dan bantu agar ibu
tetap tenang atau merasa tenang.
3. Melakukan tindakan desinfektan sekitar perineum dan vulva
4. Anestesi lokal caranya :

a) Bahan anestesi (lidokain HCL 1% atau xilokain 10 mg/ml)

b) Tusukkan jarum tepat dibawah kulit perineum pada daerah komisura posterior
(fourchette).

c) Arahkan jarum dengan membuat sudut 45 derajat kesebelah kiri atau kanan garis tengah
perineum. Lakukan aspirasi.

d) Sambil menarik mundur jarum suntik, infiltrasikan 5 – 10 ml lidokain 1%.

e) Tunggu 1 – 2 menit agar efek anestesi bekerja maksimal sebelum episiotomi dilakukan.

J. Cara Melakukan Episiotomi

1.
1. Pegang gunting yang tajam dengan satu tangan.
2. Letakkan jari telunjuk dan tengah diantara kepala bayi dan perineum, searah
dengan rencana sayatan.
3. Tunggu fase puncak his, kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka
diantara jari telunjuk dan tengah.
4. Gunting perineum, dimulai dari komissura posterior 45 derajat ke lateral (kiri atau
kanan).
5. Lanjutkan pimpinan persalinan.

K. Penjahitan Episiotomi

1. cuci tangan secara seksama dan gunakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau
steril. Ganti sarung tangan jika ada terkontaminasi atau jika tertusuk jarum maupun
peralatan tajam lainnya.
2. pastikan dan bahan-bahan yang digunakan sudah didesinfeksi tingkat tinggi.
3. setelah memberikan anestesi local dan memastikan bahwa daerah tersebut sudah
dianestesi, telusuri dengan hati-hati menggunakan satu jari untuk secara jelas menentukan
batas luka. Nilai kedalaman luka dan lapisan jaringan mana yang terluka. Dekatkan tepi
laserasi untuk menentukan cara menjahitnya menjadi satu dengan mudah.
4. buat jahitan pertama kurang lebih 1cm diatas ujung laserasi dibagian dalam vagina.
Setelah membuat tusukan pertama, buat ikatan dan potong pendek benang yang lebih
pendek dari ikatan.
5. tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit kebawah kearah cincin hymen.
6. tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum kedalam mukosa vagina lalu kebawah
cincin hymen sampai jarum berada dibawah laserasi. Periksa kebagian antara jarum
diperineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum kepuncak luka.
7. teruskan kearah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur hingga
mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan jarak tiap jahitan sama dan otot yang terluka
telah dijahit. Jika laserasi meluas kedalam otot, mungkin perlu satu atau dua lapisan
jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan dan mendekatkan jaringan tubuh
secara efektif.
8. setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum keatas dan teruskan penjahitan
menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan subkutikuler. Jahitan ini akan
menjadi jahitan lapis kedua.Periksa lubang bekas jarum tetap terbuka berukuran 0,5 cm
atau kurang. Luka akan menutup dengan sendirinya pada saat penyembuhan.
9. tusukkan jarum dari robekan perineum kedalam vagina. Jarum harus keluar dari belakang
cincin hymen.
10. ikat benang dengan membuat simpul didalam vagina.potong ujung benang dan sisakan
sekitar 1,5cm. Jika ujung benang dipotong terlalu pendek , simpul akan longgar dan
laserasi akan membuka.
11. ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan tidak ada kasa taau
peralatan yang tertinggal didalam.
12. dengan lembut masukkan jari paling kecil kedam anus, raba apa ada jahitan pada rectum.
Jika teraba ada jahitan ulangi pemeriksaan rectum 6 minggu pascapersalinan, jika
penyembuhan belum sempurna, segera rujuk.
13. 13. cuci genetalia dengan lembut dengan sabun dan air desinfeksi tingkat tinggi. Bantu
ibu mencari posisi yang lebih nyaman .
14. nasehati ibu untuk

a. menjaga perineumnya selalu bersih dan kering

b. hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineum

c. cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai empat kali per hari
kembali dalam seminggu untuk memeriksakan penyembuhan lukanya. Ibu kembali lebih awal
jika mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari daerah luka atau
daerah tersebut menjadi lebih nyeri.

15. Komplikasi
1.
1. Nyeri post partum dan dyspareunia.
2. Rasa nyeri setelah melahirkan lebih sering dirasakan pada pasien bekas
episiotomi, garis jahitan (sutura) episiotomi lebih menyebabkan rasa sakit.
Jaringan parut yang terjadi pada bekas luka episiotomi dapat menyebabkan
dyspareunia apabila jahitannya terlalu erat.
3. Nyeri pada saat menstruasi pada bekas episiotomi dan terabanya massa .
4. Trauma perineum posterior berat.
5. Trauma perineum anterior
6. Cedera dasar panggul dan inkontinensia urin dan feses
7. Infeksi bekas episiotomi, Infeksi lokal sekitar kulit dan fasia superfisial akan
mudah timbul pada bekas insisi episiotomi.
8. Gangguan dalam hubungan seksual, Jika jahitan yang tidak cukup erat,
menyebabkan akan menjadi kendur dan mengurangi rasa nikmat untuk kedua
pasangan saat melakukan hubungan seksual.

Anda mungkin juga menyukai