Anda di halaman 1dari 34

Insenerator dan Studi Kasus

Penerapannya dalam Usaha


untuk Mengurangi Sampah
Dr. Ir. A Zainal Abidin

Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran


Prodi Teknik Kimia – Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Bandung
GARIS BESAR
 I. Pendahuluan
 II. Klasifikasi Insenerator
- Pembagian Insenerator berdasarkan sampah
 III. Perkembangan Insenerator di berbagai
negara
- Fakta-Fakta
-Perbandingan berbagai negara
 IV. Studi Kasus Penerapan Insenerator
- Studi Kasus Insenerator di Taiwan
- PLTSa Gede Bage
- Analisis dan Masalah Sosial
I. PENDAHULUAN
 Insenerator  Pembakaran Sampah 
Panas  Energi;

 Insenerator mengubah umpan sampah 


bottom ash (abu), gas buang, partikulat, dan
panas;

 Metode ini adalah Waste to Energy, (contoh


lainnya gasifikasi, pirolisis, anaerobic
digestion)
KERUGIAN (ANALISIS)

Dampak Lingkungan???
Dulu, pembakaran sampah yang tidak dipilah-
pilih (sampah berbahaya, material dapat di
daur ulang, material sulit dibakar, dll).
Hal ini menjadi ancaman serius bagi kesehatan
(pekerja maupun lingkungan)
Terutama berbahaya adalah gas buang
insenerator.
KEUNTUNGAN (Analisis)
1. Mereduksi volume hingga 95-96%
Landfill tak tergantikan, tapi dapat dikurangi secara
signifikan
2. Dapat menangani berbagai macam sampah
3. Menjadi solusi bagi sampah dengan sifat
patogen dan beracun (hanya bisa ditangani
T tinggi)
4. Dapat diambil kembali energi dari sampah
(bisa untuk listrik)
II. Klasifikasi Insenerator
1. Moving Grate Incenerator
 Umpan yang dimasukkan bergerak sepanjang bilik
pembakaran
 Kapasitas ± 39 ton/jam, dapat beroperasi 8000 jam dengan
satu kali pemeliharaan berkala selama satu bulan.
 Insenerator ini harus mencapai T=850oC dalam 2 detik 
alat bakar cadangan (biasanya BBM)
 Gas keluaran dengan T tinggi didinginkan dalam
superheater  dipindahkan untuk membangkitkan steam
(400oC, 40 bar) sebagai penggerak turbin.
 Gas buangan akan dilakukan sistem pembersihan dulu.
2. Fixed Grate Incenerator
 Insenerator panggangan tetap;
 Terdiri dari sebuah panggangan besi yang berada di atas lubang
buangan abu;
 Insenerator ini banyak digunakan skala rumah tangga;
 Inseneraor ini punya lubang di atas dan di samping untuk akses
sampah dan lubang lain untuk mengeluarkan sampah yang tak
terbakar;
 Sekarang banyak diganti oleh MSWIs skala besar;
 Sampah yang diolah sampah padat perkotaan.
Saran Insinerator untuk Skala Rumah Tangga

8
3. Rotary Klin
 Digunakan untuk skala besar;
 Memutar limbah di dalam ke dalam kontainer silinder melalui
pencampuran dengan udara
 Operasi batch, lebih fleksibel dari kontinu; Mudah dipindahkan;
 Toperasi: 1500-3000 F; (Tahan pada T tinggi)
 Mampu mengolah sampah cair, lumpur, padatan, atau gas dalam jumlah
besar
 Sampah yang diolah tidak perlu dipisahkan;
 Abu hasil pembakaran jatuh melewati panggangan;
 Sisa abu di gas dibakar lagi.
4. Fluidized Bed Incenerator (FBI)
 Limbah: cairan organik, gas, padatan;

 T operasi: 1400-2000 F

 Cara kerja: Limbah dalam kondisi terfluidakan

 Dapat menggunakan limestone yang menangkap zat halogen,


mengurangi asam di gas buang.

 Limbah harus dipisahkan dulu dari bahan yang dapat meleleh


(kaca, logam bertitik didih rendah), karena slag menganggu
fluidisasi.
5. Multiheat Furnace
 T operasi: 1400-1800 F;

 Terdiri dari rak baja, tungku berbentuk lingkaran disusun seri

 Limbah proses: memeliki padatan min 14-50%-w;

 Limbah < 14%-w akan mengalir dalam tungku rabble jadi


tidak efektif;

 Limbah >50% lumpur padat, menutup rabble.

 Sisa abu yang keluar: tak beracun dan inert, bisa digunakan
sebagai bahan baku (Contoh: batu bata).
Gambar: Multi Hearth Furnace
6. Aqueous Waste Injection
 Terdiri dari nozel yang akan mengontaminasi limbah yang
akan dibakar, dan alat penunjang lainnya;

 Limbah: Cair dan lumpur yang dapat dipompa;

 T bakar: 1300 – 3000 F;

 Limbah yang dibakar diatomisasi (40-100μm) dan


disemburkan ke ruang bakar.
KESIMPULAN
Penggunaan Klasifikasi Insenerator

Sampah Sampah Tidak Sampah


Kering Dipisahkan Terpisahkan

• Fixed Grate • Rotary Klin • Aqueous


Waste
• Moving • Fluidized Injection
Grate Bed • Multihearth
Furnace
III. Perkembangan Insenerator
di Berbagai Negara
FAKTA:
 Makin maju zaman, makin maju kehidupan,
makin banyak SAMPAH!!!!!
 Solusi  Landfill ???
 ??? Keterbatasan lahan karena penduduk kota
meningkat.
 Landfill bukan solusi tepat untuk masa depan.
Solusi yang ditawarakan:
INSENERASI

Keunggulan insenerator:
 Efektif
 Reliability
 Safety
 Effieciency

Topik: Waste to Enery with Inceneration!!!!


Waste to Energy Incenerator in Many Countries
Tonnes/year Kilograms Thermal Electric
Country energi energi
(in 1999) /capita
(gigajoules) (gigajoules)
Austria 450,000 56 3,053,000 131,000
Denmark 2,562,000 477 10,543,000 3,472,000
France 10,984,000 180 32,303,000 2,164,000
Germany 12,853,000 157 27,190,000 12,042,000
Hungary 352,000 6 2,000 399,000
Italy 2,169,000 137 3,354,000 2,338,000
Netherlands 4,818,000 482 9,130,000
Norway 220,000 49 1,409,000 27,000
Portugal 322,000 32 1,000 558,000
Spain 1,039,000 26 1,934,000
Sweden 2,005,000 225 22,996,000 4,360,000
Switzerland 1,636,000 164 8,698,000 2,311,000
UK 1,074,000 18 1,000 1,895,000
Total 154.5
40,484,000 109,550,000 40,761,000
reported (average)
Waste to Energy Incenerator in Many Countries
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Kton/year (1999) Kg/capita Thermal E (gigaJoule) Electric E(gigaJoule)


IV
STUDI KASUS PENERAPAN INSENERATOR
DALAM PENGOLAHAN SAMPAH
A. Studi Kasus Insenerator di Taiwan
 Terbatasnya lahan di Taiwan merupakan
alasan utama digunakannya proses
insenerasi.
 Insenerasi dilakukan di suatu pulau khusus
untuk program insenerasi.
Tahap Awal : Klasifikasi Sampah
Klasifikasi sampah berdasarkan:
 Recycleable
 Mudah dan sulit terbakar
 Kertas, plastik, logam
 Daur ulang yang dapat di daur ulang
Sistem Insenerator
 Refused feed system
 Incenerator main combustion system
 Heat Exchanger
 Waste management after combustion
 Electronic control and gas monitoring
system
Hasil Program Insenerasi
 Berkapasitas total 18.615 metrik ton
MSW perhari (85% kapasitas design)
 Listrik 1,85x10^6 megawatt-hours
pertahun atau $47 juta
Edukasi masyarakat Taiwan
 Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang
insenerasi dengan cara memberikan pendidikan
kepada masyarakat.
 Meletakkan unit insenerasi jauh dari lingkukan
penduduk yakni dengan menempatkannya di pulau
khusus.
 Menerapkan teknologi yang tepat dan efisien dalam
pembakaran sampah.
B. Studi Kasus Kelayakan Pembangunan
PLTSa Gede Bage

Fakta-fakta :
 Dicanangkan awal tahun 2007, tetapi belum
direalisasikan.

 Kendala utamanya adalah karena masih banyak


pro-kontra tentang pembangunan PLTSa di
Gede Bage.
Argumen Pro-Kontra Pembangunan
PLTSa
Banyak pendapat dari para ahli dan tokoh
masyarakat seputar masalah ini. Ada pihak
yang mendukung dan menolak
pembangunan PLTSa.
Dari tokoh politik, hingga warga yang
bertempat tinggal di dekat lokasi
pembangunan.
Argumen Pendukung PLTSa
 Sudah diterapkan di banyak negara maju
 Polusi yang dapat dikontrol menjadi sangat
rendah
 Mengurangi volume sampah dengan efektif
 Masalah dioksin sudah dapat diatasi
 Menyerap tenaga kerja
 Tidak mengganggu warga sekitar PLTSa
Argumen Penolak PLTSa
 Energi yang dihasilkan tidak sesuai biaya
 Polusi (gas and ash) yang dilepaskan
berbahaya
 Beban anggaran yang sangat tinggi
 Mengganggu warga sekitar
 Topografi Bandung yang kurang baik (tidak
rata, banyak cekungan)
Analisis
 Topografi Bandung bukan masalah karena
ada PLTSa di Jerman yang didirikan di
daerah perbukitan yang tidak rata.
Pendapat : Dioksin berbahaya setelah asap buang mengalami pendinginan.

PLTSa Swedia yang dibangun di daerah mengalami musim dingin


 PLTSa memiliki tujuan utama mengurangi
sampah, sehingga jika energi yang dihasilkan
tidak sesuai dengan biayanya itu bukan masalah
yang besar
 Teknologi yang ada saat ini sudah cukup untuk
mengurangi resiko polusi yang berbahaya
 Masalah PLTSa Gede Bage lebih merupakan
masalah sosial daripada teknologi
Masalah Sosial
 Ketidaktransparanan penunjukan PT. BRIL
sebagai kontraktor yang membangun PLTSa
Gede Bage
 Warga yang merasa terancam karena
pembangunan PLTSa
 Kurang sosialisasi terhadap warga sekitar
 Warga terganggu karena tumpukan sampah di
Gede Bage
 Munculnya pihak-pihak yang merasa dirugikan
karena pembangunan PLTSa Gede Bage

Anda mungkin juga menyukai