Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam perekonomian modern setiap negara memiliki Bank Sentral atau setidak-
tidaknya ada salah satu bank atau lembaga yang bertindak dan menjalankan fungsi bank
sentral. Bank sentral memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengaturan ekonomi dan
moneter yang dalam kegiatannya dapat bertindak sebagai agen pemerintah.

Bank Sentral bertugas untuk melaksanakan fungsi-fungsi Pemerintah dalam bidang


Ekonomi dan Moneter, karena bank Sentral adalah juga bagian dari Pemerintah dan juga
Lembaga keuangan Negara yang mempunyai wewenang untuk Mengeluarkan alat
pembayaran yang sah, Merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, Mengontrol
kelancaran system pembayaran, dan Pengawasan Perbankan, serta Menjalankan fungsi
sebagai “Lender of the Last Resort”.

Sebagaimana diketahui bahwa negara Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi


yang berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu. Tingginya tingkat krisis yang dialami
negri kita ini diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas
inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak modal yang
dilarikan ke luar negeri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Kondisi seperti ini tak
bisa dibiarkan untuk terus berlanjut dan memaksa pemerintah untuk menentukan suatu
kebijakan dalam mengatasinya maka dengan itu munculah kebijakan moneter.

Kebijakan moneter dengan menerapkan target inflasi yang diambil oleh pemerintah
mencerminkan arah ke sistem pasar. Artinya, orientasi pemerintah dalam mengelola
perekonomian telah bergeser ke arah makin kecilnya peran pemerintah. Tujuan
pembangunan bukan lagi semata-mata pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi lebih
kepada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan


untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas
harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi
yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran
internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu,
maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh

1
kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian
ditransfer pada sektor riil.

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi


yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk
mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur
keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat
terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi
barang. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas
pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar
valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila
mengalami kesulitan likuiditas.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Sejarah Bank Sentral ?


2. Pngertian Bank Sentral ?
3. Tujuan Bank Sentral ?
4. Tugas dan Wewenang Bank Sentral ?
5. Stabilitas siatem keuangan !
6. pengertian kebijakan moneter ?
7. Fungsi kebijakan moneter ?
8. Tujuan kebijakan moneter ?
9. Pemulihan Ekonomi Melalui Kebijakan Moneter di Indonesia ?
10. Peran dan Dampak Kebijakan Moneter yang Dilakukan Indonesia ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. BANK SENTRAL
1. Sejarah Bank Sentral

Bank Indonesia atau BI adalah Pusat dari segala Bank di Indonesia, karena BI bisa
mencetak uang yang kita gunakan sehari hari. Kita mungkin belum banyak tahu tentang
Bank Indonesia secara keseluruhannya, yang kita tahu mungkin dari segi pembuatan uang
saja. Untuk itu kita sekarang coba untuk mengenal Bank Indonesia dari awal berdirinya.

Sejarah Bank Indonesia di awali Pada 1828 De Javasche Bank didirikan oleh
Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan
mengedarkan uang. Kemudian pada tahun 1953 Bank Indonesia mengalami perubahan
dengan perubahan nama De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia yang memiliki tiga
tugas penting yaitu di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaraan juga
melanjutkan tugas bank secara komersil dari DJB terdahulu

Kemudian pada tahun 1968 Bank Indoesia mengalami perubahan lagi dengan
mengeluarkan UU Bank Central yang berfungsi mengatur semua bank yang ada di
Indonesia dalam melayani masyarakat. Bank Indonesia juga membantu pemerintah dalam
mendorong pembangunan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperlancar
produksi

Pada tahun 1999 Indonesia mengalami krisis moneter yang berakibat tidak
stabilnya ekonomi itu membuat Bank Indonesia tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Perubahan lagi dilakukan pada Tahun 2004,Undang-Undang Bank Indonesia


diamandemen dengan fokus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas
dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatangovernance.

Pada tahun 2008, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti


Undang-Undang No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23
tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem
keuangan. Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional
dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas
Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.

3
2. PENGERTIAN BANK SENTRAL

Bank sentral adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga
stabilitas harga atau nilai suatu mata uang yang berlaku di negara tersebut, yang dalam hal
ini dikenal dengan istilah inflasi atau naiknya harga-harga yang dalam arti lain turunnya
suatu nilai uang.

3. TUJUAN BANK SENTRAL

Tujuan Bank Indonesia Dalam UU‐BI secara tegas dinyatakan dalam Pasal 7
bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
yang merupakan single objective Bank Indonesia. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksud
adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan
laju inflasi serta kestabilan terhadap mata uang negara lain yang tercermin pada
perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan Bank
Indonesia dalam bentuk single objective ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang
akan dicapai dan batasan tanggung jawab yang harus dipikul oleh Bank Indonesia. Hal ini
berbeda dengan tujuan Bank Indonesia dalam Undang‐undang Nomor 13 Tahun 1968
tentang Bank Sentral yang dirumuskan secara umum yaitu “meningkatkan taraf hidup
rakyat”.

4. TUGAS DAN WEWENANG BANK SENTRAL

a. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter.

Bank sentral melaksanakan kebijakan moneter dengan melakukan operasi pasar


terbuka, politik diskonto (menaikkan / menurunkan tingkat suku bunga) , dan
pengendalian kas pada bank umum ( di bank-bank umum harus ada uang minimal /
jumlah minimal uang yang ada di bank ).

b. Melakukan koordinasi dengan pemerintah.

Koordinasi kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah yaitu pengendalian inflasi dan
penguatan Protokol Manajemen Krisis ( PMK ) dalam rangka pencegahan dan
penanganan krisis.

c. Mengelola utang luar negeri.

d. Meningkatkan devisa hasil ekspor (DHE)

e. Mengeluarkan alat pembayaran yang sah.

4
f. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.

5. STABILITAS SISTEM KEUANGAN.

Definisi Stabilitas Sistem Keuangan

Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) sebenarnya belum memiliki definisi baku yang telah
diterima secara internasional. Oleh karena itu, muncul beberapa definisi mengenai SSK
yang pada intinya mengatakan bahwa suatu sistem keuangan memasuki tahap tidak stabil
pada saat sistem tersebut telah membahayakan dan menghambat kegiatan ekonomi. Di
bawah ini dikutip beberapa definisi SSK yang diambil dari berbagai sumber:

” Sistem keuangan yang stabil mampu mengalokasikan sumber dana dan menyerap
kejutan (shock) yang terjadi sehingga dapat mencegah gangguan terhadap kegiatan sektor
riil dan sistem keuangan.”

” Sistem keuangan yang stabil adalah sistem keuangan yang kuat dan tahan terhadap
berbagai gangguan ekonomi sehingga tetap mampu melakukan fungsi intermediasi,
melaksanakan pembayaran dan menyebar risiko secara baik.”

” Stabilitas sistem keuangan adalah suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi dalam
penetapan harga, alokasi dana dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik dan
mendukung pertumbuhan ekonomi.”

Arti stabilitas sistem keuangan dapat dipahami dengan melakukan penelitian terhadap
faktor-faktor yang dapat menyebabkan instabilitas di sektor keuangan. Ketidakstabilan
sistem keuangan dapat dipicu oleh berbagai macam penyebab dan gejolak. Hal ini
umumnya merupakan kombinasi antara kegagalan pasar, baik karena faktor struktural
maupun perilaku. Kegagalan pasar itu sendiri dapat bersumber dari eksternal
(internasional) dan internal (domestik). Risiko yang sering menyertai kegiatan dalam
sistem keuangan antara lain risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan risiko
operasional.

Meningkatnya kecenderungan globalisasi sektor finansial yang didukung oleh


perkembangan teknologi menyebabkan sistem keuangan menjadi semakin terintegrasi
tanpa jeda waktu dan batas wilayah. Selain itu, inovasi produk keuangan semakin dinamis
dan beragam dengan kompleksitas yang semakin tinggi. Berbagai perkembangan tersebut
selain dapat mengakibatkan sumber-sumber pemicu ketidakstabilan sistem keuangan

5
meningkat dan semakin beragam, juga dapat mengakibatkan semakin sulitnya mengatasi
ketidakstabilan tersebut.

Identifikasi terhadap sumber ketidakstabilan sistem keuangan umumnya lebih bersifat


forward looking (melihat kedepan). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi risiko
yang akan timbul serta akan mempengaruhi kondisi sistem keuangan mendatang. Atas
dasar hasil identifikasi tersebut selanjutnya dilakukan analisis sampai seberapa jauh risiko
berpotensi menjadi semakin membahayakan, meluas dan bersifat sistemik sehingga
mampu melumpuhkan perekonomian.

B. KEBIJAKN MONETER
1. Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi


agar dapat berjalan sesui dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang
beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan
inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.

Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu;

1. Kebijakan moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy

Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.

1. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy

Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policu)

Kebijakan moneter didefinisikan dengan rencana dan tindakan otoritas moneter


yang terkoordinasi untuk menjaga keseimbangan moneter, dan kestabilan nilai uang,
mendorong kelancaran produksi dan pembangunan, serta memperluas kesempatan kerja
guna meningkatkan taraf hidup rakyat. Jadi dapat disimpulkan dari pengertian di atas
bahwa kebijakan moneter adalah semua upaya atau tindakan bank sentral untuk
mempengaruhi perkembangan moneter (uang beredar, suku bunga, kredit dan nilai tukar)
untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu. Sebagai bagian dari kebijakan ekonomi makro,
maka tujuan kebijakan moneter adalah untuk membantu mencapai sasaran-sasaran
makroekonomi antara lain: pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, stabilitas

6
harga dan keseimbangan neraca pembayaran. Keempat sasaran tersebut merupakan
tujuan/sasaran akhir kebijakan moneter (final target).

Semua sasaran akhir kebijakan moneter harus dapat dicapai secara bersamaan dan
berkelanjutan. Namun, pengalaman di banyak negara termasuk di Indonesia menunjukkan
bahwa hal yang dimaksud sulit dicapai, bahkan ada kecenderungan bersifat kontradiktif.
Misalnya kebijakan moneter yang kontraktif untuk menekan laju inflasi dapat berpengaruh
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kesempatan kerja.

2. Fungsi Kebijakan Moneter

Dari pengertian kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh
pemerintah (Bank Sentral) untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar.

Sejak tahun 1945, kebijakan moneter hanya digunakan sebagai kebijakan ekonomi
untuk mencapai stabilitas ekonomi jangka pendek. Adapun kebijakan fiscal digunakan
dalam pengendalian ekonomi jangka panjang. Namun pada saat ini kebijakan moneter
merupakan kebijakan utama yang dipergunakan untuk pengendalian ekonomi jangka
pendek dan jangka panjang. Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah
dapat melakukan kebijakan uang ketat dan kebijakan uang longgar.

1. Tight Money Policy, yaotu kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar dengan cara :

a. Menaikan suku bunga

b. Menjual surat berharga

c. Menaikan cadangan kas

d. Membatasi pemberian kredit

2. Easy Money Policy, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk
menambah jumlah uang yang beredar dengan cara :

a. Menurunkan tungkat suku bunga

b. Membeli surat-surat berharga

c. Menurunkan cadangan Kas

d. Memberikan kredit longgar.

7
Macam-macam kebijakan moneter yaitu politik diskonto, politik pasar terbuka, kebijakan
Cadangan Kas, kebijakan Sanering dan kebijakan Devaluasi Tertra Revolusi.

3. Tujuan Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moeneter (Bank
Indonesia) untuk mempengaruhi jumlah yang beredar dan kredit yang pada akhirnya akan
mempegaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Kebijakan moneter bertujuan untuk
mencapai stablisasi ekonomi yang dapat diukur dengan:

a. Kesempatan Kerja

Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan peningkatan produksi.
Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal ini berarti
akan terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan kesehjateraan karyawan.

b. Kestabilan harga

Apabila kestablian harga tercapai maka akan menimbulkan kepercyaan di masyarakat.


Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan sama dengan harga
yang akan masa depan.

c. Neraca Pembayaran Internasional

Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi ekonomi di


suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang, maka pemerintah
sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kebijakan moneter dapat mencapai
keberhasilan dalam pelaksanaannya. Prasyarat tersebut meliputi:

 Indepensi Bank Sentral.

Sebenarnya tak ada Bank Sentral yang bisa bersifat benar-benar independen tanpa
campur tangan dari pemerintah. Namun demikian, ada instrumen kebijakan yang
tidak dipengaruhi oleh pemerintah, misalnya melalui kebijakan fiscal.

 Fokus terhadap sasaran.

Pengendalian inflasi hanyalah salah satu di antara beberapa sasaran lain yang hendak
dicapai oleh Bank Sentral. Sasaran-sasaran lain kadang-kadang bertentangan dengan
sasaran pengendalian inflasi, misalnya sasaran pertumbuhan ekonomi, kesempatan

8
kerja, neraca pembayaran, dan kurs. Oleh karena itu, seharusnya bank Sentral tidak
menetapkan sasaran lain dan berfokus pada sasaran utama pengendalian inflasi.

 Capacity to forecast inflation.

Bank Sentral mutlak harus mempunyai kemampuan untuk memprediksi inflasi


secara akurat, sehingga dapat menetapkan target inflasi yang hendak dicapai.

 Pengawasan instrumen

Bank Sentral harus memiliki kemampuan untuk mengawasi instrumen-instrumen


kebijakan moneter.

 Pelaksanaan secara konsisten dan transparan.

Dengan pelaksanaan target inflasi secara konsisten dan transparan, maka


kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan yang ditetapkan semakin meningkat.

4. Pemulihan Ekonomi Melalui Kebijakan Moneter di Indonesia

Kestabilan harga dan nilai tukar merupakan prasyarat bagi pemulihan ekonomi
karena tanpa itu aktivitas ekonomi masyarakat, sektor usaha, dan sektor perbankan akan
terhambat. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan kiranya jika fokus utama kebijakan
moneter Bank Indonesia selama krisis ekonomi ini adalah mencapai dan memelihara
kestabilan harga dan nilai tukar rupiah. Apalagi Undang-undang No. 23 tahun 1999
tentang Bank Indonesia secara jelas menyebutkan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang di dalamnya mengandung
pengertian kestabilan harga (laju inflasi) dan kestabilan nilai tukar rupiah. Dengan
perkataan lain, sesuai dengan UU No. 23 tahun 1999 sasaran kebijakan moneter Bank
Indonesia hanya satu (single objective), yaitu memelihara kestabilan nilai rupiah. Hal ini
berbeda dengan Undang-undang tentang Bank Sentral yang lama, yaitu UU No. 13 tahun
1968, yang menuntut Bank Indonesia untuk memenuhi beberapa sasaran sekaligus
(multiple objectives), yakni mendorong kegiatan ekonomi, memperluas kesempatan kerja,
dan memelihara kestabilan nilai rupiah, yang pencapaiannya pada hakekatnya dapat saling
bertolak belakang, terutama dalam jangka pendek.

Untuk mencapai tujuan di atas, Bank Indonesia hingga saat ini masih menerapkan
kerangka kebijakan moneter yang didasarkan pada pengendalian jumlah uang beredar atau
yang di kalangan akademisi dikenal sebagai quantity approach. Di dalam kerangka
tersebut Bank Indonesia berupaya mengendalikan uang primer (base money) sebagai

9
sasaran operasional kebijakan moneter. Dengan jumlah uang primer yang terkendali maka
perkembangan jumlah uang beredar, diharapkan juga ikut terkendali. Selanjutnya, dengan
jumlah uang beredar yang terkendali diharapkan permintaan agregat akan barang dan jasa
selalu bergerak dalam jumlah yang seimbang dengan kemampuan produksi nasional
sehingga harga-harga dan nilai tukar dapat bergerak stabil.

Dengan menggunakan kerangka kebijakan moneter seperti telah diuraikan di atas,


Bank Indonesia pada periode awal krisis ekonomi, terutama selama tahun 1998,
menerapkan kebijakan moneter ketat untuk mengembalikan stabilitas moneter. Kebijakan
moneter ketat terpaksa dilakukan karena dalam periode itu ekspektasi inflasi di tengah
masyarakat sangat tinggi dan jumlah uang beredar meningkat sangat pesat.

Di tengah tingginya ekspektasi inflasi dan tingkat risiko memegang rupiah, upaya
memperlambat laju pertumbuhan uang beredar telah mendorong kenaikan suku bunga
domestik secara tajam. Suku bunga yang tinggi diperlukan agar masyarakat mau
memegang rupiah dan tidak membelanjakannya untuk hal-hal yang tidak mendesak serta
tidak menggunakannya untuk membeli valuta asing.

Upaya pemulihan kestabilan moneter melalui penerapan kebijakan moneter ketat


yang dibantu dengan upaya pemulihan kepercayaan masyarakat kepada perbankan
nasional mulai memberikan hasil positif sejak triwulan IV 1998. Pertumbuhan uang
beredar yang melambat dan suku bunga simpanan di perbankan yang tinggi telah
mengurangi peluang dan hasrat masyarakat dalam memegang mata uang asing sehingga
tekanan depresiasi rupiah berangsur surut. Sejak pertengahan tahun 1998 nilai tukar rupiah
terhadap USD cenderung menguat dan kemudian bergerak relatif stabil selama tahun
1999.

Sesuai dengan sistem nilai tukar mengambang yang diterapkan sejak 14 Agustus
1997, perkembangan nilai tukar rupiah lebih banyak ditentukan oleh mekanisme pasar. Di
dalam sistem tersebut, penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi sejak pertengahan 1998
hingga akhir 1999 lebih banyak disebabkan oleh meredanya tekanan permintaan valas
sejalan dengan terkendalinya jumlah uang beredar dan turunnya ekspektasi inflasi.

Bank Indonesia hanya melakukan penjualan valas melalui mekanisme pasar pada
harga pasar untuk mensterilisasi atau menyedot kembali ekspansi moneter yang berasal
dari pembiayaan defisit anggaran pemerintah dan bukan terutama itujukan untuk
mengarahkan nilai tukar rupiah ke suatu tingkat tertentu. Pelaksanaan penjualan valas itu

10
pun tidak sampai membahayakan posisi cadangan devisa Bank Indonesia karena
menggunakan devisa yang berasal dari penarikan hutang luar negeri pemerintah yang
memang diperuntukkan untuk mendukung pembiayaan defisit anggaran pemerintah.

Nilai tukar rupiah yang menguat serta didukung oleh pasokan dan distribusi
barang-barang kebutuhan pokok yang membaik telah mendorong penurunan laju inflasi
sejak awal triwulan IV 1998. Bahkan, laju inflasi bulanan yang sempat mencapai 12,67%
pada bulan Februari 1998, mencatat angka negatif atau deflasi dalam bulan Oktober 1998.
Deflasi tersebut kemudian berlanjut sebanyak tujuh kali berturut-turut selama periode
Maret – September 1999. Dengan perkembangan tersebut, laju inflasi selama tahun 1999
hanya mencapai 2,0%, jauh lebih rendah daripada laju inflasi selama tahun 1998 yang
mencapai 77,6%. Berarti Indonesia telah berhasil mengelakkan bahaya hiperinflasi yang
sempat mengancam selama paruh pertama 1998.

Dalam perkembangan selanjutnya, laju inflasi yang sangat rendah dan nilai tukar
rupiah yang telah jauh menguat dibandingkan di masa puncak krisis telah memberikan
ruang gerak bagi Bank Indonesia untuk memperlonggar kebijakan moneter dan
mendorong penurunan suku bunga domestik. Sebagai cerminan kebijakan moneter yang
agak longgar, pertumbuhan tahunan sasaran indikatif uang primer yang sebelumnya terus
diturunkan hingga mencapai 11,2% pada Juni 1999, sejak awal semester II 1999 mulai
dinaikkan hingga mencapai 15,7% pada Maret 2000. Sejalan dengan itu, suku bunga SBI 1
bulan yang selama ini menjadi patokan (benchmark) bagi bank-bank terus menurun dari
level tertinggi 70,58% pada September 1998 menjadi 11,0% pada akhir April 2000.
Penurunan suku bunga SBI yang cukup tajam itu diikuti oleh suku bunga pasar uang
antarbank (PUAB) dan simpanan perbankan dengan laju penurunan yang hampir sama.

Adapun para ekonom sepakat ciri-ciri suatu Negara yang rentan terhadap krisis
moneter adalah apabila Negara tersebut:

 Memiliki jumlah hutang luar negeri yang cukup besar

 Mengalami inflasi yang tidak terkontrol

 Defisit neraca pembayaran yang besar

 Kurs pertukaran mata uang yang tidak seimbang

 Tingkat suku bunga yang diatas kewajaran

11
Jika ciri-ciri di atas dimiliki oleh sebuah negara, maka dapat dipastikan Negara tersebut
hanya menunggu waktu mengalami krisis ekonomi.

5. Peran dan Dampak Kebijakan Moneter yang Dilakukan Indonesia.

Kebijakan moneter yang dilakukan Indonesia dan dampaknya terhadap


Perekonomian Indonesia. Dalam sistem nilai tukar bebas dan perfect capital
mobility,kebijakan moneter lebih efektif dibandingkan kebijakan fiskal dalam upaya
mencapai keseimbangan dan stabilitas makroekonomi. Kebijakan moneter lebih berperan
dalam menstimulasi pemulihan ekonomi.Kebijakan moneter yang efektif menjanjikan
tercapainya inflasi yang rendah, stabilitas nilai tukar, dan suku bunga.

Salah satu dampak dari kapitalisme yakni uang berfluktuasi tak terkontrol tanpa ada
standar acuan yang baku. Konsep uang yang semula digunakan sebagai:

1. alat pertukaran atau media pembayaran

2. alat untuk menyimpan nilai

3. alat satuan hitung

4. juga dipakai sebagai alat spekulasi.

Para ekonom sepakat ciri-ciri suatu Negara yang rentan terhadap krisis moneter adalah
apabila Negara tersebut:

 memiliki jumlah hutang luar negeri yang cukup besar

 mengalami inflasi yang tidak terkontrol

 defisit neraca pembayaran yang besar

 kurs pertukaran mata uang yang tidak seimbang

 tingkat suku bunga yang diatas kewajaran

Jika ciri-ciri di atas dimiliki oleh sebuah negara,maka dapat dipastikan Negara tersebut
hanya menunggu waktu mengalami krisis ekonomi.

12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Bank sentral adalah lembaga keuangan yang paling besar dalam suatu Negara yang
memiliki fungsi untuk mengatur peredaran jumlah uang, tingkat bunga serta kebijakna
moneter.

Kebijakan Moneter adalah kebijakan ekomomi untuk mengarahkan perekonomian makro


ke kondisi yang lebih baik dan atau di inginkan dengan jalan mengubah-ubah jumlah uang
beredar. Tujuan dari kebijakan moneter adalah kondisi ekonomi makro yang lebih baik
dan atau di inginkan. Kondisi tersebut dapat di evaluasi dengan perkembangan indicator-
indikator ekonomi makro terutama sebagai berikut:

- Stabilitas pertumbuhan ekonomi

- Terciptanya lapangan pekerjaan

- Stabilitas harga umum (terkendalinya laju inflasi)

- Stabilitas nilai tukar mata uang

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu :

1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan


dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar

2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah suatu kebijakan


dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang
ketat (tight money policy)

Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stablisasi ekonomi yang diharapkan dapat
membuka peluang Kesempatan Kerja, Kestabilan harga, Neraca Pembayaran
Internasional.

13
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Bank Sentral
Dan Kebijakan Moneter”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik
dan saran dari pembaca yang membangu. Terimakasih.

Kerinci, April 2018

Penyusun

14
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
A. BANK SENTRAL
1. Sejarah bank sentral 3
2. Pengertian bank sentral 4
3. Tujuan bank sentral 4
4. Tugas dan wewenang bank sentral 4
5. Stabilitas sistem keuangan 5
B. KEBIJAKAN MONETER
1. Pengertian kebijakan moneter 6
2. Fungsi kebijakan moneter 7
3. Tujuan kebijakan moneter 8
4. Pemulihan ekonomi melalui kebijakan moneter di indonesia 9
5. Peran dan dampak kebijakan moneter yang dilakukan indonesia 12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Sri. 2000. “Perkembangan Moneter Perbankan Indonesia“. PT. Gramedia,


Jakarta.

Boediono, “Merenungkan Kembali Mekanisme Transmisi Moneter di Indonesia”,Buletin


Ekonomi Moneter dan Perbankan, Bank Indonesia, Volume 1, Nomor 1, Juli 1998.

Sarwono, Hartadi A., dan Perry Warjiyo, “Mencari Paradigma Baru ManajemenMoneter
dalam Sistem Nilai tukar Fleksibel: Suatu Pemikiran untuk

15
Penerapannya di Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, BankIndonesia,
Volume 1, Nomor 1, Juli 1998.

http://organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskal-instrumen-
serta-penjelasannya.

http://rizaldrezpect.blogspot.com/2011/03/makalah-permasalahan-kebijakan-moneter.html

16

Anda mungkin juga menyukai