Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bulimia nervosa merupakan kondisi psikiatri yang mempengaruhi banyak

remaja dan wanita dewasa muda. Gangguan tersebut adalah karakeristik

makan sebanyak-banyaknya dan tahap akhir dari proses makannya dengan

memuntahkan apa yang dimakan dan dapatmenyebabkan komplikasi medis.

Dengan demikian, pasien dengan bulimia nervosa sering hadirdalam keadaan

perawatan primer. Penanda bulimia nervosa yang berguna dalam membuat

diagnosis yaitu pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Di Amerika Serikat, gangguan makan mempengaruhi 5 sampai 10 juta

orang, terutama wanita muda antara usia 14 dan 40 tahun.Namun, bulimia nervosa

adalah gangguan umum yang lebih sulit untuk mengidentifikasi dalampengaturan

perawatan primer. Pada artikel ini, kami memberikan tinjauan tentang

bulimianervosa, terkait uji fisik dan laboratorium, temuan, dan diagnostik strategi

yang berkaitandengan praktek perawatan primer.

Dahulu bulimia nervosa termasuk dari varian anoreksia nervosa (Russell

pada tahun 1979).Namun, karena lebih banyak penelitian telah dilakukan dan

lebih pasien yang menderita bulimianervosa telah diidentifikasi, bulimia nervosa

dan anorexia nervosa yang sekarang dikenalsebagai 2 sindrom yang berbeda.


2

Menurut Diagnostik dan Statistik Manual untuk GangguanMental, Edisi Keempat

(DSM-IV), bulimia nervosa ditandai dengan episode berulang dari pestamakan

diikuti dengan 1 atau lebih perilaku kompensasi untuk menghilangkan kalori

(muntah,obat pencahar, puasa, dll) yang terjadi rata-rata minimal dua kali

seminggu selama 3 bulan ataulebih. pasien yang tidak memenuhi kriteria

frekuensi atau panjang dapat didiagnosis dengan DSM IV gangguan makan yang

tidak disebutkan secara spesifik.

Bulimia nervosa juga digambarkan menjadi 2 subtipe yang berbeda:

pembersihan dan tidak dibersihkan. Dengan subtipe membersihkan, pasien

melakukan beberapa metode untuk menghilangkan makanan berlebih dari tubuh

mereka. Hal ini yang paling sering dilakukan dengan menginduksi diri agar

muntah tetapi bisa termasuk penyalahgunaan laksatif, enema, atau diuretik.

bulimia nonpurgingmenggunakan latihan puasa atau berlebihan sebagai

kompensasi utama untuk binges tetapi tidak secara teratur membersihkan. terlepas

dari subtipe, pasien penderita bulimia memiliki evaluasi negatif sel, menempatkan

kepentingan tidak pantas di berat badan dan citra tubuh.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi, etiologi, epidemiologi, skining dan manifestasi klinis

bulimia nervosa ?

2. Bagaimanakah komplikasi dan komorbiditas pskiatrik bulimia nervosa?


3

3. Bagaimana penilaian fisik dan laboratorium serta penatalaksanaan bulimia

nervosa?

I.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi, etiologi, epidemiologi, skining dan manifestasi klinis

bulimia nervosa.

2. Mengetahui komplikasi dan komorbiditas pskiatrik bulimia nervosa.

3. Mengetahui penilaian fisik dan laboratorium serta penatalaksanaan

bulimia nervosa.

I.4 Manfaat

1. Memenuhi tugas makalah jurnal reading stase Psikiatri

2. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang bulimia nervosa.


4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Epidemiologi

Prevalensi anoreksia nervosa untuk wanita di Amerika Serikat adalah 0,5

% sampai 1, prevalensi bulimia nervosa adalah 2% sampai 3%, namun dapat

mencapai 10% pada populasi yang rentan, seperti perguruan tinggi yang

khusus untuk wanita. Kejadian ada pria hanya sepersepuluh dari wanita. Secara

demografis, sebagian besar pasien dengan bulimia nervosa

masih lajang, berpendidikan perguruan tinggi, dan dipertengahan usia 20

tahunan.

1. Bulimia nervosa lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pada laki-

laki, tetapi onsetnya lebih sering pada masa remaja dibandingkan pada masa

dewasaawal. Diperkirakan bulimia nervosa terentang dari 1-3 persen wanita

muda.

2. (1,2,4)

3. Banyak penderita bulimia nervosa memiliki berat badan yang normal

dankelihatannya tidak ada masalah yang berarti dalam hidupnya. Biasanya

merekaorang-orang yang kelihatannya sehat, sukses di bidangnya dan

cenderungperfeksionis. Namun, dibalik itu, mereka memiliki rasa percaya diri

yang rendah dansering mengalami depresi. Mereka juga menunjukkan tingkah

laku kompulsif,misalnya, mengutil di pasar swalayan, atau mengalami

ketergantungan pada alkoholatau lainnya.


5

4. (3,5)

Bulimia nervosa sering terjadi pada orang dengan angka gangguan mood

dangangguan pengendalian impuls yang tinggi. Juga telah dilaporkan terjadi

pada orang yang memiliki resiko gangguan berhubungan dengan zat

dan gangguan kepribadian,memiliki angka gangguan kecemasan dan gangguan

dissosiatif yang meningkat danriwayat penyiksaan seksua (5)

5. Bulimia nervosa sering terjadi pada orang dengan angka gangguan mood

dangangguan pengendalian impuls yang tinggi. Juga telah dilaporkan terjadi

pada orang yang memiliki resiko gangguan berhubungan dengan zat

dan gangguan kepribadian,memiliki angka gangguan kecemasan dan gangguan

dissosiatif yang meningkat danriwayat penyiksaan seksual

a. Definisi

Bulimia merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang

artinya “extreme hunger” alias lapar yang amat sangat. Ini sesuai dengan

gambaran para bulimics -orang yang bulimia-, mereka cenderung makan

dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat, seperti orang yang

kelaparan. Dan selanjutnya sebagai “kompensasi” dari pola makannya

tersebut, mereka akan melakukan berbagai cara yang intinya supaya berat

badan mereka tidak bertambah meski mereka sudah makan banyak. Bulimia

nervosa merupakan gangguan psikologis yang menyebabkan terjadinya

gangguan pola makan ditandai dengan makan terlalu banyak dan diikuti

dengan muntah yang dirangsang untuk mencegah bertambahnya berat

badan. Suatu studi menemukan bahwa para wanita yang mengalami bulimia
6

nervosa lebih mungkin melakukan makan makanan berlebihan ketika

mereka sedang sendirian atau pada saat siang hari. Kemudian mereka

biasanya akan menghindari makanan favorit mereka pada satu harian.

Setelah selesai makan berlebihan, akan timbul rasa jijik, rasa tidak

nyaman, dan takut apabila berat badan akan bertambah sehingga akan

memicu tahap kedua bulimia nervosa, pengurasan untuk menghilangkan

efek asupan kalori karena makan berlebihan dengan cara memuntahkannya

dengan sengaja. Hal yang paling sering mereka lakukan untuk memaksa diri

mereka agar muntah yaitu dengan mamasukkan jari-jari mereka ke

tenggorkan hingga tersedak, namun apabila mereka sudah sering melakukan

hal tersebut mereka akan lebih mudah memuntahkan makanan tersebut

tanpa harus membuat diri mereka tersedak terlebih dahulu. Penyalahgunaan

obat pencahar serta berpuasa dan olahraga yang berlebihan juga sering

mereka lakukan untuk mencegah bertambahnya berat badan. Pemantauan

jangka panjang pada para pasien bulimia nervosa mengungkapkan bahwa 70

persen memperoleh kesembuhan, walaupun sekitar 10 persen tetap

sepenuhnya mengalami simtomatik. Para pasien bulimia nervosa yang lebih

sering makan berlebihan dan muntah, komorbid dengan penyalahgunaan

zat, atau memiliki riwayat depresi memiliki prognosis lebih buruk dibanding

paseien tanpa faktor-faktor tersebut.

Penanganan biologis terhadap gangguan bulimia adalah karena bulimia

nervosa sering kali komorbid dengan depresi, gangguan ini ditangani

dengan berbagai antidepresan. Fluoksetin ternyata lebih memberikan hasil


7

dibanding plasebo untuk mengurangi makan berlebihan dan muntah, juga

akan mengurangi depresi dan sikap yang menyimpang terhadap makanan

dan makan.

2.2 kriteria diagnosis

untuk para penderita bulimia nervosa Menurut Buku Saku PPDGJ- III DSM- V,

Diagnostic and Kriteria Statistical Disorders,yaitu:

 Untuk diagnosis pasti, dibutuhkan semua berikut ini:

a) Terdapat preokupasi yang menetap untuk makan, dan ketagihan

(Craving) terhadap makanan yang tidak bias dilawa; penderita tidak

berdaya terhadap datangnya episode makan berlebih dimnaa

makanan dalam jumlah yang besar dimakan dalam waktu yang

singkat,

b) Pasien berusaha melawan efek kegemukkan dengan salah satu atau

lebih cara seperti:

 Merangsang muntah oleh diri sendiri,

 Menggunakan pencahar berlebih,

 Puasa berkala,

 Memakai obat-obatan seperti penekan nafsu makan, sediaan

tiroid atau diuretika. Jika terjadi pada penderita diabetes,

mereka akan mengabaikan pengobatan insulinnya.

c) Gejala psikopatologi-nya terdiri dari ketakutan yang luas biasa

akan kegemukkan danpenderita mengatur sendiri batasan yang


8

ketat dari ambang berat badannya, sangat dibawah berat badan

sebelum sakit dianggap berat badan yang sehat atau optimal.

Seringkali, tetapi tidak selalu, ada riwayat episode anoreksia

nervosa sebelumnya, interval antara ke dua gangguan tersebut

berkisar antara beberapa bulan sampai beberapa tahun. Episode

sebelumnya ini dapat jelas terungkap, atau dalam bentuk ringkas

yang tersembunyi dengan kehilangan berat badan yang sedang dan

atau suatu fase sementara dari amenor.

 Bulimia nervosa harus dibedakan dari gangguan depresif, walaupun

penderita bulimia sering mengalami gejala-gejala depresi.

2.3 Penyebab Bulimia nevosa

dapat dijelaskan dengan pendekatan beberapa jenis model yaitu

1. Model adikasi Bulimia Nervosa diyakini sebagai adiksi terhadap makanan dan

tingkah laku. Hal ini berhubungan dengan pengobatan Bulimia Nervosa yang

menekan kan pada penghentian, dukungan sosial dan mencegah kekambuhan,

dimana metode ini mirip dengan pengobatan adiksi terhadap alcohol maupun

obat-obatan. 2. Model keluarga Gangguan makan pada remaja berhubungan

dengan system interaksi antara keluarga. Oleh karena itu fokus pengobatan

penderita bulimia nervosa adalah disfungsi interaksi dalam keluarga. Penderita

bulimia nervosa pada umumnya memiliki riwayat kekerasan fisik maupun seksual

semasa kanak-kanak. 3. Model sosial budaya Publikasi media tentang hubungan

antara tubuh yang langsing dengan karier yang sukses telah merangsang para

remaja untuk melakukan diet supaya tubuhnya menjadi langsing. Banyak remaja
9

yang gagal mencapai keaadaan ini dan akhirnya menjadi penderita bulimia

nervosa. 4. Model kognitif dan tingkah laku Bulimia nervosa merupakan

implementasi tingkah laku yang irasional tentang bentuk tubuh, berat badan, diet

dan kepercayaan diri. Fokus pengobatan adalah mengidentifikasi disfungsi ini dan

membantu menumbuhkan keyakinan yang rasional. Penderita diberikan jadwal

makan yang jelas dan teratur. 5. Model psikodinamik Bulimia nervosa merupakan

usaha untuk mengendalikan atau menghindari dampak perasaan yang tertekan,

implusif dan kecemasan. Pengobatan psikodinamik adalah mencari proses yang

mendasari penderita bulimia nervosa terutama gambaran psikososialnya (Angelia,

2009). Penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi faktor-faktor yang diduga

berperan dalam terjadinya bulimia nervosa adalah : ·- Faktor psikososial Berupa

perkembangan individu, dinamika keluarga, tekanan sosial untuk berpenampilan

kurus serta perjuangan untuk mendapatkan identitas diri. - Faktor genetic Adanya

bukti bahwa bulimia banyak didapat pada penderita dengan riwayat keluarga

gangguan depresi dan kecemasan, serta lebih banyak pada kembar monozigot

dibandingkan dizigot. Faktor biologic Penurunan sintesis, uptake dan turnover

serotonin serta penurunan sensitivitas reseptor serotonin post sinaptik.

Berdasarkan studi ditemukan fakta bahwa genetik, hormon dan bahan kimia yang

terdapat di otak berpengaruh terhadap efek perkembangan dan pemulihan bulimia.

- Faktor budaya Kebanyakan orang menilai bahwa cantik identik dengan kurus

dan terkadang kondisi tersebut menjadi suatu tuntutan kerja. Anggapan ini pun

menjadi budaya yang berkembang di masyarakat. - Perasaan pribadi Penderita

bulimia senantiasa berputus asa terhadap dirinya sendiri, tidak percaya diri
10

sehingga mereka diet dengan cara menggunakan pil diet bahkan memuntahkan

makanan. Penilaian orang terhadapa dirinya menyebabkan kecemasan dan tekanan

yang dapat menyebabkan stress sehingga untuk mengatasinya mereka cenderung

ke arah bulimia (http://www.emedicine.com). Faktor lain yang mendorong

timbulnya bulimia nervosa adalah masalah keluarga, pubertas, gangguan adaptasi,

lingkungan dan penerimaan teman sebaya, media dan masyarakat serta krisis

identitas. Bulimia juga sering dihubungkan dengan depresi. Kebanyakan,

penderita bulimia berasal dari keluarga yang tidak bahagia, umumnya mereka

memiliki orang tua yang gemuk, atau mereka sendiri kegemukan pada masa

kanak-kanak. Namun hingga kini masih belum jelas apakah gangguan emosional

ini sebagai sebab atau akibat dari bulimia (7).

Ada tiga macam tindakan yang dilakukan oleh penderita untuk mengeluarkan zat

makanan dalam tubuhnya yaitu muntah yang dirangsang oleh dirinya sendiri,

mengkonsumsi obat pencahar dan diuretik (obat yang dapat merangksang sekresi

urine). Umumnya pasien bulimia nervosa dapat muntah tanpa adanya stimulasi

mekanik, tetapi semakin banyak frekuensi muntah, risiko terjadinya gangguan

kesehatan rongga mulut akan semakin berat

2.4 Tipe Bulimia

a. Bulimia Nervosa-Purging Type Tipe yang memuntahkan kembali makanan

setelah sangat kenyang (menggunakan purging medications). Dilakukan

dengan menusukkan jari ke tenggorokan, atau dengan menggunakan obat-


11

obatan laksatif, obat pencahar, maupun obat-obatan lain. Tujuannya agar

makanan tidak sempat dicerna oleh tubuh sehingga tidak menambah berat

badan.

b. Bulimia Nervosa-Non Purging Type Penderita berolahraga berlebihan

setelah makan atau berpuasa untuk mengontrol berat badan, namun tidak

muncul purging behaviors. Tujuannya agar energi yang dihasilkan dari

makanan dapat langsung dibakar dan habis. Berbagai teori mencoba

menjelaskan penyebab dari bulimia, ada yang menyebutkan kalau

penyebabnya adalah multifaktor. Genetik, beberapa penelitian menyebutkan

ada komponen genetik yang diturunkan pada gangguan perilaku makan ini.

Neurotransmitter tertentu, suatu senyawa kimia yang menghantarkan impuls

syaraf, pada orang yang bulimia kadarnya tidak normal sehingga para

peneliti ini beranggapan ada kelainan pada sistem syaraf pusat yang dapat

dipengaruhi oleh faktor genetik. Neurotransmitter yang abnormal tersebut

adalah serotonin, yang juga dipercaya sebagai neurotransmitter yang

berhubungan dengan gangguan mood. Kondisi keluarga berupa pelecehan

seksual terhadap anak atau orang tua yang mengikutsertakan anaknya dalam

kegiatan yang mengharuskan pengontrolan berat badan yang ketat seperti

balet, senam, modeling dapat sebagai faktor risiko timbulnya bulimia

nervosa. Pada anak yang mengalami pelecehan seksual ditemukan kadar

serotonin yang abnormal. Faktor sosiokultural merupakan salah satu faktor

yang cukup besar pengaruhnya terhadap timbulnya kelainan ini. Kita tahu

bahwa makanan yang banyak beredar serta disukai oleh banyak orang pada
12

masa ini adalah makanan seperti roti-roti, fast food, es krim, pizza yang

merupakan karbohidrat olahan. Setelah diteliti, mereka yang mengkonsumsi

makanan ini, kadar serotonin dalam darah mereka meningkat sementara

hingga 450 %. Coba lihat juga makanan yang ditawarkan oleh berbagai

gerai makanan yang ada di pusat perbelanjaan, sebagian besar merupakan

makanan karbohidrat olahan. Itulah salah satu alasan kenapa di negara-

negara maju angka kejadian bulimia pada gadis remaja atau wanita muda

nya cukup tinggi. Berbeda dengan mereka yang tinggal di negara

berkembang, yang pola konsumerisme berbeda, pola makan juga berbeda.

Di negara berkembang, orang lebih banyak mengkonsumsi makanan

berkarbohidrat bukan olahan -nasi, sayur, buah- yang efeknya jauh lebih

rendah dalam meningkatkan serotonin dalam darah. Tapi kalau di negara

berkembang yang mall-mall nya juga berkembang pesat, berarti perlu

diteliti lebih lanjut tentang kejadian bulimia nervosanya. Tidak

mengherankan data epidemiologi mengatakan bahwa wanita mengalami

gangguan ini 20 kali lebih banyak dari pada pria. Selain itu kebanyakan

awal gangguan ini adalah pada saat usia remaja yaitu antara rentang umur

14 sampai 18 tahun (Sidenfeld, 2001).

2.5 GEJALA DAN TANDA-TANDA BULIMIA

1. Gejala-gejala bulimia nervosa adalah : a. Rasa lelah dan lemah b.

Pembengkakan pada tangan dan kaki c. Sakit kepala d. Perut teras penuh e. Mual-

mual f. Haid tidak teratur g. Kram otot h. Nyeri dada dan ras terbakar i. Rambut
13

rontok j. Mudah mengalami perdarahan (karena hipokalemia atau disfungsi

platelet) k. Diare berdarah (pada penyalahgunaan laksan)

Gejala umum bulimia yaitu depresi, kepercayaan diri yang rendah,

penampilan yang tidak proporsional, hubungan keluarga yang terganggu, nafsu

makan berkurang, sulit mengontrol emosi, mudah terjangkit penyakit, berat badan

ringan dan kekurangan nutrisi.

Secara umum gejala fisik yang akan dialami penderita bulimia yaitu :

Abnormalitas fungsi usus, kerusakan gigi dan gusi akibat sifat asam muntah,

pembengkakan kelenjar saliva di dagu akibat tekanan pada perangsangan muntah,

luka di tenggorokan dan mulut, pembengkakan, dehidrasi, sering diare tanpa

sebab, kelelahan, kulit kering, detak jantung tidak teratur akibat

ketidakseimbangan kimiawi (defisiensi potasium), luka atau bekas luka di buku

jari/tangan akibat menusukkan jari ke tenggorokan, menstruasi tidak teratur atau

bahkan tidak mengalami menstruasi (amenorrhea). Seringkali tampak sehat dan

sukses bahkan cenderung perfeksionis, namun penderita bulimia merasa rendah

diri, tertekan, dan kadang berperilaku kompulsif. Seorang dokter di Amerika

Serikat menyebutkan sepertiga pasiennya sering mengutil dan seperempatnya

pernah terlibat penyalahgunaan alkohol.

Gejala lain yang berkaitan dengan masalah emosi yaitu : Terus menerus

melakukan pengaturan makan, merasa tidak dapat mengontrol kebiasaan makan,

akan hingga merasa sakit atau tidak nyaman, memakan dalam porsi yang jauh

lebih banyak dibanding yang lain, berolahraga berlebihan, menggunakan


14

laksative, diuretik atau pencahar, terus menerus mempermasalahkan berat dan

bentuk tubuh, body image negatif, pergi ke kamar mandi selama atau setelah

makan, menimbun makanan, depresi, dan sering terlihat gelisah (Tyas rara, 2008).

Penderita bulimia nervosa makan dalam jumlah sangat berlebihan (menurut riset,

rata-rata penderita bulimia nervosa mengonksumsi 3.400 kalori setiap satu

seperempat jam, padahal kebutuhan normal hanya 2.000-3000 kalori per hari).

Kemudian berusaha keras mengeluarkan kembali apa yang telah dimakannya,

dengan cara memuntahkannya kembali atau dengan menggunakan obat pencahar.

Di antara kegiatan makan yang berlebihan itu biasanya mereka berolahraga secara

berlebihan (Sidenfeld 2001)

2. Tanda-tanda Bulimia Nervosa adalah : · Makan Banyak berkelanjutan ·

Menguruskan badan dengan diet berlebihan, puasa, latihan berlebihan atau

memuntahkan kembali · Memaksakan diri secara berlebihan untuk kurus · Secara

berkelanjutan masuk ke kamar mandi setelah makan · Jari-jari memerah · Pipi

lembam · Selalu mengukur diri dengan bentuk badan dan berat badan · Depresi

atau emosi tidak stabil · Periode menstruasi yang tidak umum · Gigi bermasalah,

seperti gigi bolong · Mulas-mulas. Tanda-tanda lain dari bulimia nervosa adalah :

a. Perubahan kulit : terutama bagian dorsum jari berhubungan dengan penggunaan

jari untuk membuat muntah meliputi hiperpigmentasi, kalus atau luka parut. b.

Pembesaran kelenjar ludah, terutama kelenjar parotis bilateral tanpa nyeri. c. Erosi

email gigi (perimolisis), biasanya pada permukaan gigi bagian lingual, palatal dan

posterior. d. Berulang-ulang makan dalam jumlah sangat banyak (rata-rata dua

kali dalam seminggu selama sedikitnya tiga bulan). e. Merasa tidak dapat
15

mengontrol dirinya ketika sedang makan. f. Secara teratur menggunakan obat-

obatan untuk mencegah berat badannya naik, seperti obat perangsang muntah,

obat pencahar, berpuasa atau berdiet ketat, atau berolahraga secara berlebihan. g.

Sangat mencemaskan bentuk dan berat badannya

2.6 CIRI-CIRI BULIMIA

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang yang menderita Bulimia Nervosa

dapat diketahui dengan cara melihat beberapa perubahan perilaku, antara lain : 1.

Rata-rata menyikat gigi lebih dari dua kali sehari, bahkan mereka dapat saja

menyikat gigi sehabis muntah yaitu lebih dari 7-8 kali sehari. 2. Mengunyah

permen karet 7-8 bungkus / hari, dilanjutkan dengan pemakaian mouthwash, juga

mengkonsumsi minuman diet soda 10-12 kaleng/ hari, mengunyah es dan

mengigit kuku. 3. Mengeluh sering pusing, haus dan pingsan bahkan disertai

dengan dehindrasi yang hebat. 4. Mengeluh rasa kram pada otot dan kelelahan. 5.

Jantung terasa berdebar-debar dan sakit perut. 6. Rasa sakit pada tenggorokan dan

gigi lebih sensitif (iy@anz, 2009). Selain perubahan perilaku tersebut diatas, ciri-

ciri pasien bulimia nervosa juga dapat dilihat pada kondisi tubuhnya yaitu : 1.

Berat badan berkurang 5-20 pon (1/2-10 kg) perminggu. 2. Bibir dan kulit

didaerah sekitar mulut tampak kering. 3. Pembengkakan limfonodus dan glandula

parotis. 4. Pembuluh darah pecah disekitar mata akibat tarikan dan tegangan otot

karena muntah yang berulang kali. 5. Kulit kering pada daerah jari yang

digunakan untuk merangsang muntah (Himawari, 2009).


16

2.7 DAMPAK DARI BULIMIA

Dampak fisik yang umumnya terjadi pada mereka : 1.Kehilangan selera

makan, hingga tidak mau mengkonsumsi makanan apapun. 2.Luka pada

tenggorokan dan infeksi saluran pencernaan akibat terlalu sering memuntahkan

makanan. 3.Lemah, tidak bertenaga. 4.Sulit berkonsentrasi. 5.Gangguan

menstruasi. 6.Kematian. 7.Erosi dan lubang pada gigi serta penyakit gusi.

8.Dehidrasi. 9.Iritasi dan pembengkakan tenggorokan. 10. Pembengkakan pada

pipi. 11. Rambut rontok dan kulit kering. 12. Masalah pencernaan. Dampak fisik

secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kondisi psikis seseorang, sehingga

masalah psikologis yang muncul pada mereka adalah : 1. Perasaan tidak berharga

2. Sensitif, mudah tersinggung, mudah marah 3. Mudah merasa bersalah

Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain 5. Tidak percaya diri,

canggung berhadapan dengan orang banyak 6. Cenderung berbohong untuk

menutupi perilaku makannya 7. Minta perhatian orang lain 8. Depresi (sedih terus

menerus) Dampak fisik maupun psikis yang dialami oleh penderita gangguan

makan tersebut tentu saja tidak dapat diabaikan begitu saja. Mereka memerlukan

pertolongan segera dari psikolog, dokter, ahli gizi, dan tentu saja orangtua untuk

memulihkan masalahnya agar tidak membawa dampak yang lebih serius lagi,

yaitu kematian. Dampak jangka panjang dari bulimia yaitu tubuh kehilangan

kalsium sehingga tulang menjadi keropos, rapuh dan mudah patah. Penurunan

massa tulang dapat terjadi setidaknya memerlukan waktu 6 bulan, sedangkan efek

lain yaitu penurunan tekanan darah, kulit kekuningan dan penyusutan volume otak

Denyut jantung penderita biasanya tidak teratur, sehingga dapat memicu ke gagal
17

jantung bahkan kematian. Komplikasi jangka panjang lainnya meliputi kerusakan

pada tenggorokan dan esophafus (saluran dari mulut ke perut) berupa luka dan

perdarahan, berkurangnya kadar tulang dan jaringan otot, gejala kurang gizi dan

kelaparan, kerusakan ginjal akibat penyalahgunaan diuretika, dan gangguan

pencernaan akibat obat pencahar (WangMuba, 2009). Beberapa penelitian

menjelaskan bahwa pada penderita bulimia yang parah, kadar neurotransmiternya

(pengantar kimia pada otak), terutama serotonin yang berhubungan dengan

depresi dan gangguan obsesif-kompulsif cenderung lebih rendah. Bahan kimia

tersebut mengontrol tubuh dalam pembuatan hormon. Penderita bulimia memiliki

kadar neurotransmitter serotonin dan norepinephrine yang sangat rendah.

Keduanya berperan penting dalam mendorong kelenjar pituitari untuk membuat

dan melepaskan hormon yang mengontrol sistem neuroendokrin yang mengatur

emosi, perkembangan fisik, ingatan dan detak jantung. Ketika hormon tidak

terbentuk, kerja beberapa fungsi tubuh tersebut menjadi terganggu. Penelitian lain

menemukan rendahnya kadar asam amino triptofan dalam darah. Asam amino

triptofan merupakan sejenis zat dalam makanan yang penting untuk produksi

serotonin, yang bisa menyebabkan depresi dan mendorong terjadinya bulimia

Selain itu, gangguan pola makan juga dipengaruhi oleh komponen gentika lainnya

yakni neurochemistry. Para peneliti telah menemukan bahwa neurotransmitter

serotonin dan norepinefrin secara signifikan menurun pada pasien yang menderita

Anorexia dan Bulimia Nervosa akut. Neurotransmitter ini akan berfungsi secara

abnormal pada penderita depresi. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan

antara dua gangguan tersebut. Disamping menciptakan rasa kepuasan fisik dan
18

emosi, neurotransmitter serotonin juga menghasilkan efek kurang nafsu makan.

Bahan kimia otak juga telah diteliti pengaruhnya terhadap gangguan pola makan.

Ditandai dengan meningkatnya kadar hormon vasopressin dan kortisol. Kedua

hormone ini secara normal di keluarkan sebagai respon terhadap stress yang

dialami oleh penderita tersebut. Pada penelitian lain ditemukan bahwa tingginya

level neuropeptida dan peptide juga berpengaruh terhadap penderita Bulimia.

Kedua hormon tersebut menyebabkan rangsangan untuk makan pada uji coba

binatang.

2.8 Presentasi Klinis

Diagnosis dan pengobatan jangka panjang dari bulimia nervosa

memerlukan seorang praktisi yang memiliki wawasan dan pengalaman pasien

tentang berat badan, makanan, dan pola makan. Gejala utama dari bulimia

meliputi binge (makan berlebih) yang tidak sesuai/terkontrol dan perilaku

kompensasi yang tidak terkontrol, bukan berat badan yang rendah. Hal ini

mungkin pada pasien yang menderita bulimia nervosa dan berada pada atau di

atas berat badan normal. Untuk alasan ini, pasien normal dan gemuk tidak boleh

mengabaikan jika gejala lain atau tanda- tanda bulimia nervosa ada. Hal

ini diperlukan untuk memahami perilaku makan pasien, terutama yang

menyangkut binge.

Gagasan bulimia tentang binge mungkin tidak, dan kemungkinan besar tid

ak samadengan gagasan dokter tentang binge. Meskipun binge secara nyata didefi

nisikansebagai konsumsi besar kalori dalam waktu yang singkat, bulimia cenderu
19

ng mendefinisikan binge pada jenis makanan yang dikonsumsi,

keadaan suasana hati mereka saat mengkonsumsi, dan tidak perlu dengan asupan

kalori yang sebenarnya. Karena dalam sikap, makanan ringan dan

makanan penutup dipandang lebih sering sebagai makanan binge dari pada

makanan lainnya

Dalam kasus apapun, rasa kehilangan kontrol atas makan adalah ciri

penting dari bulimia nervosa. Binge didefinisikan bukan oleh jumlah

makanan yang dikonsumsi, tetapi oleh penilaian bahwa makanan yang

dimakan lebih dari seharusnya dikonsumsi serta rasa seiring

kurangnya control.

Selanjutnya, pola perilaku khas dapat dicatat saat episode binge.

Bulimia dapat mengalami pra-episode kebosanan, ketagihan, dan depresi

diikuti dengan pasca-episode depresi dan kurangnya pengendalian diri.

Bulimia umumnya binge secara pribadi, dan beberapa mungkin berencana

binge dan membersihkanya menurut waktu masalah haridan privasi.

Mereka dapat makan biasa di sekitar teman dan keluarga tetapi kemudian makanb

anyak di saat lain ketika sendirian.

Dalam kasus yang lebih parah, bulimia dapat mengubah jadwal harian unt

uk digunakan binging dan membersihkan. Mereka mungkin juga menghilangkan d

iri dari jam makanan untuk jam sebelum binge, dan di duga bahwa deprivasi

ini memainkan dalampola makan bulimia. Karena binges rutin

mungkin mahal, maka mungkin makanan dicuridari toko grosir dan membuat
20

kenyamanan. Tingkat berat keparahan dan sikap makan mungkindi pengaruhi

frekuensi perilaku bahan bakar binge dan membersihkan. Ini adalah perilaku

yangdapat menyebabkan komplikasi medis dan psikiatris serius.

2.9 Komplikasi Medis

Wanita dengan bulimia dan gangguan menstruasi disebabkan oleh karena

gangguan release hormon gonadotropin dan leptin. Gangguan GI track bisa terjadi

pada penderita bulimia, seperti perut kembung, flatulensi, konstipasi,

keterlambatan pengosonganlambung (peristaltik menurun), GERD, Mallory –

Weiss tears, Rectal prolaps, dan apabila hal initerjadi terutama pada kaum wanita

maka bulimia nervossa bisa dijadikan different diagnosa.Ipeca sering digunkan

oleh pasien bulimia untuk menginduksi muntah. Namun obat ini memiliki efek

samping yang cukup besar yakni kardiomiopati.

Pasien yang mengalami muntah berlebihan biasanya mengalami erosi pada

email gigi,terutama pada permukaan lidah , bagian belakang lidah (karena sering

terkena gesekan oleh jariuntuk menginduksi muntah) , dan sialadenosis

(noniflamatory saliva glands enlargement) sekitar10-66% yang biasanya

disebabkan oleh kelainan sistemik seperti diabetes mellitus, alakoholik, anoreksia

nervosa dan bullimia nervosa. Tidak seperti anoreksia nervosa, pada bulimia
21

nervosatidak terjadi gangguan densitas mineral tulang, hanya saja gangguan

densitas tuloang initergantung pada usia menarche, amenorrhhea, dan berat badan

(semakin kurus semakin beresiko)

2.10 Komorbiditas Psikiatri

Komorditas psikiatrik yang terkait dengan bulimia sangat mencolok.

Pasien bulimia ditandai dengan perfeksionis ekstrover yang kritis terhadap diri

sendiri, impulsif, dan emosionaltak terkendali. Tingkat prevalensi yang tinggi dari

setiap gangguan afektif (75%), gangguandepresi mayor (63%), dan gangguan

kecemasan (36%) telah dilaporkan. Sebagian besar pasienmelaporkan bahwa

presentasi awal dari depresi atau gangguan kecemasan terjadi sebelum presentasi

dari gejala bulimia. Dengan demikian, identifikasi awal positif dari gangguan

afektif atau kecemasan dapat memberikan kesempatan untuk mencegah

perkembangan gejala dangangguan makan, terutama di populasi berisiko

tinggi.Studi menggambarkan kejadian komorbiditas bulimia nervosa mungkin

menderita dari bias sampling, bias rujukan, dankurangnya kelompok kontrol yang

tepat.

Penyalahgunaan zat merupakan komorbiditas umum tambahan. Pusat

Nasional Penyalahgunaan Ketergantungan Zat dan di Columbia University

melaporkan bahwa 30% sampai 70% dari penderita bulimia memiliki masalah

penyalahgunaan zat. Zat penyalahgunaan meliputi tembakau, alkohol, dan obat

resep dan over-the-counter, seperti pil diet dan perangsang. Alkoholisme telah

dilaporkan mempengaruhi 31% dari penderita bulimia dan sering ditemukan


22

dengan penyakit depresi dan gangguan stres pasca trauma. Hubungan keluarga

yang kuat jugatelah diamati antara bulimia nervosa dan alkoholisme. Sebuah

komunitas studi sampel terkontrol membandingkan wanita bulimia nervosa

dengan kontrol normal dan kontrol dengan gangguan kejiwaan lainnya.

Meskipun saat ini alkoholisme adalah serupa antara kelompok, bulimia

memiliki tingkat lebih tinggi sengaja menyakiti diri dari kedua kelompok kontrol

dan penggunaan obat yang lebih gelap daripada yangnormal controls. Melukai diri

adalah kekhawatiran untuk pasien dengan bulimia nervosa. Dalam

sebuahpenelitian, 34% pasien penderita bulimia dilaporkan telah melukai diri

sendiri di suatu waktudalam hidup mereka, dan 21,3% dilaporkan telah melukai

diri sendiri dalam 5 bulan terakhir.Pasien paling sering melukai diri sendiri

dengan memotong atau menggaruk lengan, tangan, kaki,atau wajah, dan banyak

dari hasil cedera dalam perdarahan dan jaringan parut. Pasien dengan gangguan

kepribadian yang melukai diri sendiri lebih mungkin untuk juga menderita

bulimianervosa daripada mereka yang tidak melukai diri sendiri. Diagnosis

komorbid dari bulimianervosa dan gangguan kepribadian telah terbukti

meningkatkan risiko sering melukai diri sendiri,yang dapat mempengaruhi tingkat

usaha bunuh diri pada pasien.

Pasien bulimia paling mungkin berasal dari orangtua alkoholisme ,

hubungan dengan orang tua buruk dan harapan orang tua tinggi. meskipun gejala

utama dari gangguan ini adalah gangguan kebiasaan makan dan persepsi diri,

komorbiditas signifikan menyulitkan identifikasidan pengobatan bulimia nervosa.


23

2.11 Abnormalitas Laboratorium

Para penderita bulimia dengan berat badan normal atau overweight

(gemuk) mungkin tidak memiliki kelainan laboratorium yang signifikan. Kelainan

laboratorium menjadi lebih umumdengan penurunan berat badan dan

meningkatkan keparahan perilaku (membersihkan). Tingkat elektrolit yang paling

mungkin akan terpengaruh.

Hipokalemia, hypochloremia, hiperfosfatemia, dan alkalosis metabolik

adalah umum,terutama bulimia dengan berat badan yang rendah. Tingkat

keparahan hipokalemia danhypochloremia secara langsung berkaitan dengan

jumlah dan pengalaman pasien dalammembersihkan, terutama yang melibatkan

diuretik, pencahar, dan muntah berulang-ulang. Sebuahstudi kasus-kontrol terbaru

menyarankan bahwa rasio natrium urin untuk klorida urin adalahprediktor terbaik

untuk perilaku bulimia. Kehadiran alkalosis metabolik dan

hiperfosfatemiameningkatkan kecurigaan adanya muntah diam-diam yang

dilakukan pasien. Meskipun kadarkalium serum telah dianggap sebagai penanda

yang baik untuk pasien dengan perilaku bulimia,frekuensi yang relatif

(4,1% menjadi 13,7%) dari hipokalemia yang signifikan pada bulimiamenurunkan

sensitifitasnya sebagai test skrining.

Gambaran keseluruhan laboratorium pasien tergantung pada mekanisme

kompensasi.Pasien yang pembersihannya

dengan muntah dapat datang dengan alkalosis metabolik (peningkatan kadar

bikarbonat serum) karena kontraksi volume. Namun, pasien


24

pembersihannyadengan menyalahgunakan obat pencahar dapat datang dengan

asidosis metabolik (penurunankadar bikarbonat serum) karena kehilangan cairan

alkali dari usus. Pasien menggunakan lebihdari satu mekanisme pembersihan

dapat menampilkan temuan campuran asam-basa.Ketidakseimbangan elektrolit

memberikan kontribusi kelemahan, kelelahan, dan pada kasusberat, dapat

menyebabkan aritmia jantung dan kematian mendadak pada pasien.

Penentuan amilase serum dapat membantu untuk mendiagnosis dan

memantau bulimianervosa. Tingkat amilase tinggi mungkin menunjukkan bahwa

pasien telah muntah. Dalambeberapa kasus, maka akan diperlukan untuk

menyingkirkan penyebab organik kadar amilasetinggi atau muntah, seperti

pankreatitis. Ketika difraksinasi menjadi komponen-komponen serumdan saliva,

peningkatannya terkadang tidak proporsional, dengan amilase saliva tinggi

melebihiamilase pankreas pada pasien yang telah muntah. Karena itu tes

difraksinasi mungkin bermanfaatuntuk digunakan sebagai alat bantu diagnostik

dalam kasus dimana muntah ditolak danmemonitor terus muntah pada pasien yang

menjalani pengobatan.

2.12 Penilaian Fisik & Laboratorium

Tidak seperti anoreksia nervosa, yang mudah dilihat dari berat badan

rendah, variasi dalampresentasi berat badan pada bulimia membuat suatu kondisi

yang sulit untuk didiagnosis. Sebuahpenilaian awal untuk pasien dengan

gangguan makan yang meliputi beberapa elemen. Informasimasa lalu, riwayat


25

gangguan elektrolit, ketidakteraturan menstruasi, atau gejala GI sepertisembelit,

memberikan petunjuk penting jika ini merupakan penyebab yang tidak jelas

Mengingat kendala waktu di klinik perawatan primer, dokter dapat

memilih untuk menggunakan penilaian dengan 2 pertanyaan yang dibahas

sebelumnya atau dengan kasusgangguan Makan untuk pelayanan Primer. Skor

negatif pada instrumen ini tidak mengesampingkan kemungkinan gangguan

makan, seperti pasien yang ingin merahasiakankondisi mungkin tidak menjawab

pertanyaan dengan cara yang positif. Pemeriksaan fisik dapatmemberikan

petunjuk penting menunjukkan adanya bulimia nervosa, terutama

untuk menyingkirkan subtipe gangguan tersebut. Pada pemeriksaan, dokter

mungkin mencari tanda-tanda komplikasi medis disebutkan sebelumnya, termasuk

erosi gigi, jaringan parut atau abrasipada kuku-kuku jari, dan kelenjar parotis

bengkak.

Penyedia layanan kesehatan primer harus mempertimbangkan penggunaan

tes laboratoriumdi kedua evaluasi diagnostik dan tindak lanjut. Untuk pasien

kurus, pasien dengan dicurigaibulimia nervosa tetapi membantah, dan pasien

dengan gejala fisik dan tanda-tanda yang muncul,tes laboratorium mungkin

berguna untuk mengesampingkan gangguan lain atau juga dapatmendiagnosa

positif bulimia nervosa. Meskipun tidak ada panel standar dari tes yang

dijelaskan, jumlah elektrolit serum dan urin, penilaian asam-

basa, dan tingkat fosfor harus diperoleh daripasien kurus baik saat diagnosis atau

saat tindak lanjut. Pengujian amilase yang difraksinasimungkin bermanfaat dalam


26

mengevaluasi muntah pada pasien yang diduga menderita bulimianervosa dan

pada pasien yang menjalani perawatan dengan gangguan ini.

Monitoring elektrokardiogram harus dilakukan pada pasien bulimia

dengan kelainan elektrolit, jantungberdebar, nyeri dada, atau berat badan rendah.

Pasien bulimia dengan setidaknya dengan riwayat5 bulan berat badan rendah atau

anoreksia harus dilakukan penilaian kepadatan tulang. Pengujianlain, seperti

endoskopi GI atas atau bagian lebih rendah, harus dipertimbangkan, tergantung

padakonstelasi gejala dan tanda. Misalnya, kondisi lain yang dapat bermanifestasi

dengan gejala GI termasuk penyakit radang usus, celiac sprue, dan irritabel bowl

sindrom.

2.13 Penatalaksanaan

Terapi bulimia nervosa terdiri dari berbagai intervensi, termasuk Psikotherapi

individual dengan pandekatan kognitif perilaku, therapi kelompok, therapi keluarga dan

farmakotherapi.

1. Farmakoteraphy

Untuk penderita bulimia umumnya diberikan obat-obatan jenis antidepresan

bersama dengan pengobatan psikoterapi. Obat yang diberikan umumnya dari jenis

trisiklik seperti imipramine (dengan merek dagang Tofranil) dan desipramine

hydrochloride (Norpramin); atau jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)

seperti fluoxetine (Antiprestin, Courage, Kalxetin, Nopres, dan Prozac), sertraline

(Zoloft), dan paroxetine (Seroxat). Semua obat itu digunakan sebagai bagian dari suatu

program therapi yan g menyeluruh dengan psikotherapi. Khusus bagi pasien dengan
27

cemas dan agitasi dapat diberikan lorazepam (Ativan) 1-2 mg per oral atau IM.diet

chitosin lemak kolesterol sehat bulimia pola makan gangguan lebah madu Berat badan

kerap menjadi masalah bagi kebanyakan orang dan ini memicu kemunculan berbagai

cara untuk mengurangi atau mempertahankan berat badan. Tetapi, karena ingin

mengharapkan hasil instan, kebanyakan orang pun kemudian memilih cara singkat :

memuntahkan makanan yang baru saja dikonsumsi. Ini adalah salah satu tindakan yang

mengindikasikan kalau orang tersebut bulimia nervosa yaitu dilakukan untuk

menghindari penambahan berat badan.

1. Psikotherapi Umumnya dokter melakukan terapi kognitif, yang bertujuan

merubah persepsi dan cara berpikir pasien mengenai tubuhnya. Dokter mendorong

pasien untuk berpikir secara benar terhadap dirinya sehingga menjadi lebih obyektif

melihat suatu masalah, dan menghilangkan sikap serta reaksi yang salah terhadap

makanan Memberi kepercayaan kepada pasien sehingga pasien mau bekerjasama dalam

pengobatan. Pasien bulimia nervosa biasanya terlihat begitu antusias untuk menjalankan

pengobatan. Namun kenyataannya dia cenderung menggunakan caranya sendiri dan

tetap berusaha memoertahankan kebiasaannya. Jadi sebelum pengobatan sang dokter

harus memberikan kepercayaan dan meyakinkan pasien tentang pengobatan yang akan

dijalaninya. 2). Menghentikan kebiasaan makan yang salah dan episode muntah serta

diare. Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan jenis makanan pasien

bulimia nervosa. Namun sedikit sulit bila pasien tinggal dirumah tanpa pengawasan. 3).

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang sudah

membaik : a) Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya untuk

makan lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu merupakan
28

respon yang fisiologis Agar pasien mau makan, maka kita katakankepadanya bahwa rasa

lapar yang timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi. c) Kalau pengobatan

berhasil, maka pasien akan mengurangi ketergantungan terhadap kebiasaan jeleknya dan

gejala depresinya akan teratasi, ini dapat berlangsung untuk beberapa bulan. Oleh karena

kebiasaan makan yang jelek pada bulimua nervosa ini mudah berulang kembali, maka

pengobatan yang paling efektif adalah dengan memberikan rasa paercaya diri kepada

pasien terhadap penampilan dan berat badannya

3. Terapi oral yang dapat dilakukan penderita bulimia nervosa : · Untuk

mencegah erosi dan karies pada gigi, pasien dianjurkan tidak menyikat gigi lagi setelah

muntah, namun berkumur dengan sodium fluorida 0,05%, alkaline mineral water,

sodium bikarbonat, atau magnesium hidroksida untuk menetralkan asam pada rongga

mulut. · Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula atau karbohidrat, sebab

meningkatkan terjadinya risiko karies. · Mengunyah permen karet rendah gula untuk

meningkatkan produksi saliva atau menggunakan saliva sintetik seperti glosodane. ·

Gunakan pasta gigi, obat kumur, atau gel yang mengandung fluorida untuk mengurangi

rasa sensitif pada gigi dan sebagai pertahanan terhadap karies. · Menyikat gigi tiga kali

sehari dan melakukan flossing untuk mengurangi plak pada gigi

4. 5. Terapi nutrisi Ahli gizi dapat mengatur jadwal makan, memberikan

penjelasan mengenai tujuan terapi nutrisi, pentingnya diet sehat dan akibat buruk dari

pola makan yang salah terhadap kesehatan. Pengaturan diet untuk penderita bulimia

nervosa dilakukan secara bertahap tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya

komplikasi dengan penyakit penyerta. Kebutuhan energi disesuaikan dengan umur dan

jenis kelamin, dihitung berdasarkan berat badan ideal, bukan berat badan yang
29

sebenarnya. Selain dengan pengaturan makan yang sehat dan berimbang diperlukan juga

olahraga secara tepat dan teratur. Olahraga yang teratur dapat menormalkan kembali

kerja kelenjar yang abnormal sehingga akan diperoleh kadar serotonin yang sesuai

dengan kebutuhan penderita (Angelia, 2009).

2.14 I. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengamati

adatidaknya gejala pada keluarga maupun orang-orang terdekat. Ketika beberapa gejala

ditemui dapat dilakukan pendekatan secara interpersonal, berempati dan mendorong

untuk makan dan berolahraga secara normal, serta memberitahukan dampak negatif

bulimia. penderita bulimia tidak dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena itu

tindakan pertolongan yang harus segera diberikan yaitu disarankan untuk berkonsultasi

langsung ke para ahli kesehatan. Secara umum penderita penyakit ini jarang hingga

perlu dirawat di rumah sakit, kecuali keadaannya sudah terjadi komplikasi yang parah.

Pengobatan pun akan berbeda antar orang. Kesesuaian dengan seseorang belum tentu

akan sesuai pula dengan orang lain. Selama pengobatannya diperlukan kelompok terapis

dari berbagai keahlian, yang dapat membantu pasien dalam menghadapi masalah medis,

psikologis, dan gizi. Pencegahan terjadinya bulimia nervosa terdiri atas dua bagian : 1.

Program pencegahan primer Pencegahan ini langsung ditujukan pada populasi berisiko

tinggi seperti murid wanita SMP untuk mencegah timbulnya gangguan makan pada

mereka yang asimtomatik. Pencegahan yang dilakukan dapat berupa program

pendidikan mengenai sikap dan prilaku terhadap remaja. 2. Program pencegahan

sekunder Pencegahan ini bertujuan untuk deteksi dan intervensi dini, dengan
30

memberikan pendidikan pada petugas kesehatan di pusat pelayanan kesehatan primer.

Selain diatas untuk mencegah terjadinya gangguan makan berupa bulimia nervosa dapat

juga dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: 1. Rajin berkonsultasi dengan dokter

2.Tingkatkan rasa percaya diri 3. Tingkatkan dinamika lingkungan. Usahakan agar

tercipta suasana yang nyaman dan kondusif di lingkungan keluarga atau pekerjaan

4.Bersikap realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarkan oleh media

tentang berat dan bentuk badan ideal Prinsip penatalaksanaan Bulimia nervosa adalah :

1. Fokus utama pengobatan adalah menurunkan pola makan ala bulimic 2. Hindari

makanan yang merangsang pola makan binge seperti es krim 3. Obati depresi yang

niasanya menyertai bulimia 4. Libatkan para remaja dalam psikoterapi individu dengan

atau tanpa melibatkan keluarga 5. Latihan olahraga yang ringan samapi sedang diberikan

obat antidepresan 6. Terapi kelompok sangat membantu penyembuhan 7. Bila penderita

menggunakan diuretik, berikan diet rendah garam karena terjadi retensi cairan bila

diuretik dihentikan 8. Konsultasi ke dokter gigi untuk menangani kerusakan pada gigi
31

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

KESIMPULAN: Penyebab bulimia belum diketahui secara pasti hanya

saja secara umum dapat terjadi karena peran berbagai faktor (psikologis,

lingkungan, genetik). Sehingga penatalaksanaannya dilakukan dengan

menerapkan berbagai terapi antara lain : terapi nutrisi, konseling, dan psikoterapi.

SARAN: Bagi remaja yang mengalami bulimia nervosa hendaklah makan secara

normal, diet seimbang dan bila menginginkan penurunan berat badan, mulailah

dengan bimbingan ahli gizi. Yang paling penting bagi remaja adalah harus

percaya diri dengan apa yang terdapat pada dirinya.


32

DAFTAR PUSTAKA

1. FKM-UI, 2012o. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT.

RajaGrafindo Persada

2. Rushing Jona.M, B.S.; Laura E. Jones, M.S.; and Caroline P. Carney,

M.D., M.Sc.

3. 5. Kaplan H. I, Saddock B. J. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Penerbit

Widya Medika ; 175

4. 3.Sidenfeld, M.K. and Ricket. 2015. Impact of Anorexia, bulimia and

obesity on the gynecologic of adolescent . Mount sinai adolescent health.

New York

5. Ratnawati V, Sofiah D. 2012. Percaya Diri, Body Image dan

Kecenderungan Anorexia Nervosa Pada Remaja Putri. Persona, Jurnal

Psikologi Indonesia. 1 (2). 130-142

6. 13. Sidenfeld, M.K. and Ricket. 2001. Impact of Anorexia, bulimia and

obesity on the gynecologic of adolescent. Mount sinai adolescent health.

New York.

7. 14. Tyas rara. 2008. Bulimia Nervosa. http://www.bulimia_nervosa.com.

Diunduh pada tanggal 17 Desember 2008. 5:09 AM.

8. 16. Yudhi. 2008. Anoreksia versus Bulimia. http://www.Yudhi‟m.com.

Diunduh pada tanggal 29 Januari 2008

9. Cash, T. F & Pruzinsky, T. 2002. Body image : A handbook of theory,

research and clinical practice. Guilford Press.


33

10. Cash, T. F. 1994. Body image attitudes : Evaluation, investment and affect

: Perceptual motor skills. Journal of psychology, (78), 1168-1170.

11. Chase, M. E. 2001. Identitiy development and body image dissatisfaction

in college females. (50).

12. Dacey, J. & Kenny, M. 2001. Adolescent development (2th ed). USA:

Brown & Benchmark Publishers.

13. Darvill, W., & Powell, K. 2002. The Puberty Book. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama.

14. Davidson, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. 2006. Psikologi Abnormal.

Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Nasional (DEPDIKNAS). 2003. Kamus besar bahasa

Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Eating Disorders Venture.

2006. ”ProAnorexia Web Sites”, www.eatingdisor dershelpguide.com

Anda mungkin juga menyukai