Anda di halaman 1dari 1

Bermain dengan dunia underground

Dinginya malam tak lagi dapat kurasakan, hanya ditemani dengan kilatan cahaya
lampu jalanan. Kami saling menatap satu sama lain, perasaanku campur aduk tak karuan.
Badanku mulai mengkilat di bawah kuningnya cahaya.
Aku ingin berlari tapi tak bisa, seakan – akan kakiku tertanam di dalam semen dan aku
pun ingin berteriak meminta pertolongan, namun aku tak punya cukup tenaga untuk itu
bagaikan mulutku dikunci dengan gembok yang besarnya seukuran tangan pria raksasa yang
digenggam.
Dalam ketakutanku, aku penasaran siapa orang yang ada didepanku, “ Siapa kamu?”
tanyaku. Tapi dia tetap berdiri tegak mematung tak bergerak. Sebenarnya aku mempunyai
senjata di tanganku yang ntah dari mana dan bagaimana bisa ada disana. Aku pun mulai
mengingat apa saja yang aku lakukan sehingga ada orang yang mencoba membunuhku.
Sontak aku terkejut ketika teringat dengan Dunia Bawah yang 1 minggu ini aku berada
didalamnya “ apakah karena ini?,” bertanya kepada diriku sendiri.
Aku mulai mengingat bagaimana aku bisa masuk ke dunia yang gelap, penuh
kejahatan, pembunuhan dan penjualan organ tubuh manusia seakan tindakan yang
wajar.Hari itu, aku, Fajar, Taufiq dan Sugallu sedang bermain Counter Strike di warung
internet. “ Adit! Kamu pergi dan pancing mereka kedekat mobil yang rusak dibawah!”
perintah Sugallu padaku “siap!” jawabku dengan tegas. Sugallu adalah temanku yang paling
jago dalam bermain game ini, tepatnya ia hanya mempunyai kemampuan dalam hal
permainan online. “ gal, Fajar dan aku akan menyerang di antara 2 gedung didekat adit
memancing musuh!” Taufiq memberi tahu posisi mereka kepada sang kapten dengan mata
yang menjelolok ke layar komputer.
Dan pada akhirnya, kami tetap saja kalah dari tim musuh dikarenakan kami tak punya
senjata yang mumpuni. “ Cheeeaatteerrr!!” teriak Sugallu sambil menghempaskan keyboard
yang dihadapanya. “ bagaimana bisa kita kalah?” tegasnya. “mereka mempunyai senjata yang
canggih” kataku. “Tapi, apa kalian melihat pemain yang memakai dual chress tadi” tanya
Fajar. Kami pun menjawab layaknya tentara “ya, kami melihatnya”. “ itu merupakan senjata
keluaran terbaru yang tidak bisa dibeli dengan uang yang ada didalam game itu sendiri.”
Katanya sambil menunjukan harga asli senjata yang telah membuat kami kalah perang.
“Gendeng” sontak Taufiq. “larang cuk, larang!” tegasnya. “ sudahlah, jangan dibawak beban,
hanya satu kali kok!” kataku sambil menepuk pundak mereka semua. Dan akhirnya mereka
bertiga pulang kerumah mereka masing – masing.
Aku tetap melanjutkan bermain Counter Strike dan sebenarnya aku masih penasaran
bagimana pemain itu mendapatkan senjata legend itu. “ Pasti bapaknya seorang pejabat atau
keluarganya ada hubungan darah dengan Bill Gates?.” Semua pertanyaan itu terus kusimpan
didalam otakku. Pada akhirnya, niatan untuk membeli senjata itu keluar dari kepalaku. “ aku
harus punya uang, mendapatkan pekerjaan, kerja sampingan”.

Anda mungkin juga menyukai