Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok otot tertentu
digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman. Dalam menggunakan
mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk
bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari system skeletal,
otot skelet, dan system saraf. Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang terutama digunakan
unutk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk postur/bentuk tubuh.

Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan gerakan nonverbal,
pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi.
Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system saraf, otot, dan skeletal
harus tetap utuh dan berfungsi baik.

Pada makalah ini, membahas tentang pengertian body mekanik, prinsip-prinsip body mekanik,
faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik, akibat body mekanik yang buruk, dan asuhan
keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan body mekanik?

1.2.2 Bagaimana prinsip-prinsip body mekanik?

1.2.3 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik?

1.2.4 Apa akibatnya body mekanik yang buruk?

1.2.5 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mendeskripsikan tentang pengertian body mekanik

1.3.2 Mendeskripsikan tentang prinsip-prinsip body mekanik

1.3.3 Mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik


1.3.4 Mendeskripsikan tentang akibat body mekanik yang buruk

1.3.5 Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan


aktivitas

1.4 Manfaat

Dengan adanya penyusunan makalah ini, diharapkan dapat mempermudah penyusun dan
pembaca guna memahami materi tentang pemenuhan kebutuhan mobilisasi. Dan diharapkan
penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan kemampuan penulis dalam membuat
sebuah karya tulis berupa makalah.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Body Mekanik

Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk
menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Mekanika tubuh
dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.

Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :

1. Body Aligement (Postur Tubuh)

Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.

1. Balance / Keseimbangan

Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of support.

1. Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)

Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.

2.2 Prinsip-prinsip Body Mekanik

Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat kesehatan
mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah
kecacatan.

Perawat menggunakan berbagai kelumpok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti
berjalan selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, dan
menggerakan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan tubuh. Jika
digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang
tidak benar dapat mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat, memindahkan, dan
mengubah posisi klien. Perawat juga mengganbungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis
dan patologis pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh. Prinsip yang digunakan dalam mekanik
tubuh adalah sebagai berikut :

1. Gravitasi

Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann mekanika tubuh dengan
benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor
yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:

 Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh


 Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat
gravitasi.
 Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan
istirahat untuk menopang atau menahan tubuh

1. Keseimbangan

Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan posisi
garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.

1. Berat

Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot benda
yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.

] Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh

Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum
melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di
antaranya :

1. Gerakan ( ambulating ).

Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada
saat orang berdiri dan saat orang berjalan kaki berbeda. Orang berdiri akan lebih mudah stabil
dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar
tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada
saat berjalan terdapat dua fase yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang akan
menghasilkan gerakan halus dan berirama.

1. Menahan ( squating ).
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai contoh, posisi orang yang
duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan tentunya juga berbeda dengan posisi
membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat
dalam menahan. Dalam menahan sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah
kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan.

1. Menarik ( pulling ).

Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda. Terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk menarik benda, di antaranya ketinggian, letak benda ( sebaiknya
berada di depan orang yang akan menarik ), posisi kaki dan tubuh dalam menarik ( seperti
condong kedepan dari panggul ), sodorkan telapak tangan dan lengan atas di bawah pusat
gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan
pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.

1. Mengangkat ( lifting ).

Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan otot – otot besar dari tumit, paha
bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah
tubuh bagian belakang.

1. Memutar ( pivoting ).

Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang.
Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak
memberi pengaruh buruk pada postur tubuh.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik Dan Ambulasi

1. Status kesehatan

Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa
penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain – lainnya.

1. Nutrisi

Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan
sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan
terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah
mengalami fraktur.

1. Emosi
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulansi
yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri
rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.

1. Situasi dan Kebiasaan

Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-benda berat,
akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.

1. Gaya Hidup

Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar
akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu koordinasi
antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan perubahan
mekanika tubuh.

1. Pengetahuan

Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk
mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya,
pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan
seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan muskulusletal.

2.4 Akibat Body Mekanik Yang Buruk

Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara
berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah
sbb :

1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam


sistem muskulusletal.
2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam
berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.

2.5 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan


Aktivitas

1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi

1. 1. Pengkajian
1. A. Riwayat Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain menilai adanya
kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit dari posisi berbaring ke posisi
duduk, kemudian bangkit dari kursi ke posisi berdiri, atau perubahan posisi. Selanjutnya menilai
adanya kelainan dalam mekanika tubuh pada saat duduk, berakivitas, atau saat pasien menglami
pergerakan serta pengkajian terhadap status ambulasi. Kemudian, menilai gaya berjalan untuk
mengetahui ada atau tidaknya kelainan dengan cara mengamati apakah gaya berjalan pasien (
mantap atau tegak lurus ), ayunan lengan atas ( pantas atau tidak ), kaki ikut siap pada saat
ayunan atau tidak, langkah jatuh jauh dari garis gravitasi atau tidak, serta berjalan apakah diawali
dan diakhiri dengan mudah atau tidak.

1. B. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik berfokus pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan kesejajaran tubuh,
cara berjalan, penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan gerak, kekuatan
dan massa otot, serta toleransi aktivitas.

v Kesejajaran tubuh

Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, atau berbaring.
Pengkajian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat pertumbuhan dan
perkembangan.
2. Mengdentifikasi penyimpanan kesejajaran tubuh yang disebabkan fostur yang buruk.
3. Memberi kesempatan klien untuk mengopservasi posturnya.
4. Mengidentifikasi kebutuhan belajar klien untuk mempertahankan kejajaran tubuh yang
benar.
5. Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot, atau disfungsi saraf.
6. Memperoleh informasi mengenai factor-faktor lain yang mempengaruhi kesejajaran yang
buruk, seperti kelelahan, malnutrisi, dan masalah psikologis.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menginspeksi pasien dari sisi lateral, anterior, dan posterior
guna mengamati apakah:

- Bahu dan pinggul sejajar

- Jari-jari kaki mengarah ke depan

- Tulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi yang lain

Langkah pertama mengkaji kesejajaran tubuh adalah menempatkan klien pada posisi istirahat
sehingga tidak tampak dibuat-buat atau posisi kaku. Jika mengkaji kesejajaran tubuh pasien
imobilisasi atau pasien tidak sadar maka bantal dan alat penopang di angkat dari tempat tidur lalu
klien diletakkan pada posisi telentang.
Berdiri. Perawat harus memfokuskan pengkajian kesejajaran tubuh pada klien yang berdiri
sesuai hal – hal berikut :

1. Kepala tegak dan midline


2. Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar.
3. Ketika dilihat dari arah posterior, tulang belakang lurus
4. Ketika klien dilihat dari arah lateral, Kepala tegak dan garis tulang belakang digaris
dalam pola S terbaik. Tulang belakang servikal pada arah anterior adalah cembung,
tulang belakang lumbal pada arah anterior adalah cembung.
5. Ketika dilihat dari arah lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan nyaman dan lutut
pergelangan kaki agak melengkung. Orang tampak nyaman dan tidak sadar akan lutut
dan pergelangan kaki yang fleksi.
6. Lengan klien nyaman di samping.
7. Kaki di tempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang, dan jari – jari
kaki menghadap ke depan.
8. Ketika klien dilihat dari arah anterior, pusat gravitasi berada di tengah tubuh, dan garis
gravitasi mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah antara kedua kaki.
Bagian lateral garis gravitasi dimulai secara vertikal dari tengah tengkorak sampai
sepertiga kaki bagian posterior.

Duduk. Perawat mengkaji kesejajaran pada klien yang duduk dengan mengobservasi hal – hal
sebagai berikut :

1. Kepala tegak, leher dan tulang belakang berada dalam kesejajaran yang lurus.
2. Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha.
3. Paha sejajar dan berada pada potongan horisontal.
4. Kedua kaki di topang di lantai. Pada klien pendek tinggi, alat bantu kaki digunakan dan
pergelangan kaki menjadi fleksi dengan nyaman.
5. Jarak 2 – 4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada
permukaan lutut bagian posterior. Jarak ini menjamin tidak ada tekanan pada arteri
popliteal atau saraf untuk menurunkan sirkulasi atau mengganggu fungsi saraf.
6. Lengan bawah klien ditopang pada penganan tangan, di pangkuan, atau di atas meja
depan kursi.

Hal penting mengkaji kesejajaran dalam posisi duduk yaitu pada klien yang mempunyai
kelemahan otot, paralisis otot, atau kerusakan saraf. Karena perubahan ini, klien mengalami
pengurangan sensasi di area yang sakit dan tidak mampu menerima tekanan ataupun penurunan
sirkulasi. Kesejajaran yang tepat ketika duduk mengurangi risiko kerusakan sistem
muskuloskeletal pada klien itu.

Berbaring. Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi normal terhadap
tekanan. Sehingga merekabiasa merasakan posisi nyaman ketika berbaring. Karena rentang
gerak, sensasi dan sirkulasi pada orang sadar berada dalam batas normal, mereka mengubah
posisi ketika mereka merasakan ketengangan otot dan penurunan sirkulasi.
Pengkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral pada klien dengan
menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya diangkat dari tempat tidur. Tubuh harus
ditopang oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus berada dalam kesejajaran lurus tanpa
ada lengkungan yang terlihat. Pengkajian ini memberi data dasar mengenai kesejajaran tubuh
klien.

 Cara berjalan

Istilah gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya saat berjalan ( Fish
& Nielsen,1993 ). Siklus berjalan dimulai dengan tumit mengangkat satu tungkai dan berlanjut
dengan tumit mengangkat tungkai yang sama. Interval ini sama dengan 100% siklus gaya
berjalan dan berlangsung 1 detik untuk kenyamanan berjalan ( Lehman et al, 1992 ). Dengan
mengkaji gaya berjalan klien memungkinkan perawat untuk membuat kesimpulan tentang
keseimbangan, postur, keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan.

Pengkajian cara berjalan dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera
akibat jatuh. Hal ini dilakukan dengan meminta klien berjalan sejauh kurang lebih 10 kaki di
dalam ruangan, kemudian amati hal-hal berikut :

1. Kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus


2. Tumit menyentuh tanah lebih dahulu daripada jari kaki
3. Kaki dorsofleksi pada fase ayunan
4. Lengan mengayun ke depan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi yang berlawanan
5. Gaya berjalan halus, terkoordinasi, dan berirama; ayunan tubuh dari sisi ke sisi minimal
dan tubuh ke depan, dan gerakan dimulai dan diakhiri dengan santai.
6. Kecepatan berjalan (normalnya 70-100 langkah per menit)

 Penampilan dan pergerakan sendi

Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah
satu dari tiga potongan tubuh, sagital, tfrontal, dan tranversal. Mobilisasi sendi tiap potongan
dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk
setiap potongan. Pada potongan sagital, gerakanya adalah fleksi dan ekstensi ( jari – jari tangan
dan siku ) dan hiperekstensi ( pinggul ). Pada potongan frontal gerakanya adalah abduksi dan
adduksi ( lengan dan tungkai ) dan eversi dan inverse ( kaki ). Pada potongan tranversal,
gerakanya adalah pronasi dan supinasi ( tangan ),rotasi internaldan eksternal ( lutut ),dan
dorsifleksi dan plantarfleksi ( kaki ).

Ketika mengkaji rentang gerak,perawat menanyakan pertanyaan yang mengobservasi dalam


mengumpulkan data tentang kekuatan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasn gerak dan
ketidakmampuan atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilisasi
yang dilakukan oleh perawat yaitu latihan rentang gerak pasif.

Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau rentang
gerak pasif. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
1. Adanya kemerahan atau pembengkakan sendi
2. Adanya deformitas
3. Perkembangan otot yang terkait dengan masing-masing sendi
4. Adanya nyeri tekan
5. Krepitasi
6. Peningkatan temperatur di sekitar sendi
7. Derajat gerak sendi

 Kemampuan dan keterbatasan gerak

Pengkajian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang adanya indikasi rintangan dan
keterbatasan pada pergerakan klien dan kebutuhan untuk memperoleh bantuan. Hal-hal yang
perlu dikaji antara lain:

1. Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak.


2. Adanya hambatan dalam bergerak (misalnya terpasang selang infuys atau gips yang
berat)
3. Kewaspadaan mental dan kemampuan klien untuk mengikuti petunjuk
4. Keseimbangan dan koordinasi klien.
5. Adanya hipotensi ortostatik sebelum berpindah tempat
6. Derajat kenyamanan klien
7. Penglihatan

 Kekuatan dan masa otot

Sebelum membantu klien mengubah posisi atau berpindah tempat, perawat harus mengkaji
kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak. Langkah ini di ambil utnuk menurunkan risiko
tegang otot dan cedera tubuh, baik bagi klien maupun perawat.

 Toleransi aktifitas

Toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat dilakukan seseorang.
Pengkajian toleransi aktivitas diperlukan jika ada perencanaan aktivitas seperti jalan, latihan
rentang gerak, atau aktivitas sehari-hari dengan penyakit akut atau kronik. Selain itu,
pengetahuan toleransi aktifitas klien dibutuhkan untuk merencanakan terapi keperawatan
lainnya.

Pengkajian toleransi aktivitas meliputi dua fisiologis, emosional, dan tingkat perkembangan.
Pengkajian ini dapat dipakai di semua klinik dan dilengkapi oleh perawat dengan segera.

Faktor yang Mempengaruhi Toleransi Aktivitas


FAKTOR FISIOLOGIS

Frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir.

Tipe penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir.

Status kardiopulmunar (mis, dispnu, nyeri dada).

Status musculoskeletal (mis,, penurunan massa otot).

Pola tidur.

Keberadaan nyeri, pengontrolan nyeri.

Tanda-tanda vital; frekuensi pernapasan dan nadi kembali ketingkat istirahat dalam 5menit
setelah latihan tekanan darah kembali setelah latihan tekanan darah kembali seperti semula
dalam 5-10 menit setelah latihan.

Tipe dari frekuensi aktivitas latihan.

Kelainan hasil labolatorium, seperti penurunan konsentrasi oksigen arteri, penurunan kadar
hemoglobin, kadare elektrolit yang tidak normal.

FAKTOR EMOSIONAL

Suasana hati (mood); depresi, cemas.

Motivasi.

Ketergantunagan zat kimia(mis., obat-obatan, alcohol, nikotin).

Gambaran diri.

FAKTOR PERKEMBANGAN

Usia.

Jenis kelamin.

Kehamilan

Perubahan massa otot karena perubahan perkembangan,

Perubahan system skeletal karena perubahan perkembangan.


Pengkajian ini bermanfaat untuk membantu meningkatakan kemandirian klien yang mengalami :

1. Disabilitas kardiovaskular dan respiratorik


2. Imobilisasi komplet dalam waktu yang lama
3. Penurunan massa otot atau gangguan muskuloskeletal
4. Tidur yang tidak mencukupi
5. Nyeri
6. Depresi,cemas, atau tidak termotivasi.

Alat ukur yang paling bermanfaat untuk meperkirakan toleransi klien terhadap aktivitas adalah
frekuensi, kekuatan, dan iramama denyut jantung; frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan
serta tekanan darah.

 Masalah terkait mobilitas

Pengkajian ini dilakukan melalui metode inspeksi, palpasi, dan auskultasi; pemeriksaan hasil tes
laboratorium; serta pengukuran berat badan, asupan cairan, dan haluaran cairan. Pemeriksaan ini
sebaiknya dilakukan segera setelah klien mengalalmi imobilisasi. Data yang diperoleh tersebut
kemudian menjadi standar yang akan dibandingkan dengan data selama periode imobilisasi.

1. 2. Penetapan Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara
lain :

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme


muskulusletal pada ekstremitas, nyeri akibat peradangan sendi, atau penggunaan alat
bantu dalam waktu lama.
2. Resiko cedera berhubungan dengan adanya paralisis, gaya berjalan tidak stabil, atau
penggunaan tongkat yang tidk benar.
3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.

Contoh Diagnosa Keperawatan NANDA untuk Ketidaktepatan Mekanika Tubuh dan


Hambatan Mobilisasi

Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan :

 Kesejajaran tubuh yang buruk


 Penurunan mobilisasi

Risiko cedera yang berhubungan dengan :

 Ketidaktepatan mekanika tubuh


 Ketidaktepatan posisi
 Ketidaktepatan teknik pemindahan
Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan :

 Penurunan rentang gerak


 Tirah baring
 Penurunan kekuatan

Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan :

 Statis sekresi paru


 Ketidaktepatan posisi tubuh

Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan :

 Penurunan pengembangan paru


 Penumpukan sekresi paru
 Kertidaktepatan posisi tubuh

Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan :

 Pola napas tidak efektif


 Penurunan pengembangan paru
 Penumpukan sekresi paru

Gangguan integritas kulit atau resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan :

 Keterbatasan mobilisasi
 Tekanan permukaan kulit
 Gaya gesek

Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan :

 Keterbatasan mobilisasi
 Risiko infeksi
 Retensi urine

Risiko infeksi yang berhubungan dengan :

 Statisnya sekresi paru


 Kerusakan integritas kulit
 Statisnya urine

Inkontinensia total yang berhubungan dengan :

 Perubahan pola eliminasi


 Keterbatasan mobilisasi
Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan :

 Penurunan asupan cairan

Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan :

 Pengurangan tingkat aktifitas


 Isolasi sosial

Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :

 Keterbatasan mobilisasi
 Ketidaknyamanan

1. 3. Perencanaan
1. Memperbaiki penggunaan mekanika tubuh saat melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Memulihkan dan memperbaiki ambulasi.
3. Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh.

1. 4. Implementasi

Dalam mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat, perawat mengangkat klien dengan benar,
menggunakan teknik posisi tepat, dan memindahkan klien dengan aman dari tempat tidur ke
kursi atau dari tempat tidur ke brankar. Prosedur-prosedur tersebut digambarkan dalam bagian
ini sebagai prinsip mekanika tubuh yang diperlukan untuk menjaga atau memperbaiki
kesejajaran tubuh.

Teknik Mengangkat. Angka cedera dalam pekerjaan meningkat pada tahun-tahun terakhir, dan
lebih dari setengahnya adalah cedera punggung yang langsung akibat teknik mengangkat dan
membungkuk yang tidak tepat (Owen dan Garg, 1991). Kebanyakan cedera punggung yang
terjadi adalah ketegangan pada kelompok otot lumbal, termasuk otot disekitar vertebra lumbal
(Owen dan Garg, 1991). Cedera otot di area ini berpengaruh pada kemampuan membungkuk
kedepan, kebelakang, dan kesamping. Selain itu, kemampuan memutar pinggul dan punggung
bagian bawah menurun.

Perawat berisiko mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat, memindahkan, atau
mengubah posisi klien imobilisasi. Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji kemampuan
mengangkat klien atau objek yang akan diangkat dengan menentukan kriteria dasar cara
mengangkat sebagai berikut :
1. Posisi beban.

Beban yang akan diangkat berada sedekat mungkin dengan pengangkat. Posisikan objek pada
keadaan seperti di atas ketika perawat menggunakan gaya mengangkat dikarenakan objek berada
dalam potongan sama (Stams, 1989).

1. Tinggi objek.

Tinggi yang paling baik untuk mengangkat vertikal adalah sedikit di atas jari tengah seseorang
dengan lengan tergantung di samping (Owen dan Garg, 1991).

1. Posisi tubuh.

Ketika posisi tubuh pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang berbeda, maka
petunjuk umum berikut mampu dipakai untuk sebagian besar keadaan. Tubuh diposisikan
dengan tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multipel bekerja sama dengan cara yang
sinkron.

1. Berat maksimum.

Setiap perawat harus mengetahui berat maksimum yang aman untuk diangkat-aman bagi perawat
dan klien. Objek yang terlalu berat adalah jika beratnya sama dengan atau lebih 35% berat badan
orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1 kg tidak mencoba
mengangkat klien imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. Meskipun nampaknya perawat mungkin
mampu melakukannya, hal ini akan berisiko klien jatuh atau menyebabkan cedera punggung
perawat.

Ketika mengangkat, perawat harus mengikuti prosedur yang dibuat untuk melindungi sistem
muskuloskeletal.

Mengangkat objek dari tempat tidur tinggi meningkatkan resikio karena lebih sulit
mempertahankan keseimbangan tubuh. Untuk meraih objek yang berada diatas kepala, orang
sering berdiri berjinjit dengan kakinya bersama sehingga menurunkan dasar topangan,
menaikkan pusat gravitasi dan pada akhirnya menurunkan keseimbangan mereka.

Teknik mengubah posisi. Klien yang mengalami gangguan fungsi sistem skeletal, saraf atau
otot dan meningkatkan kelemahan serta kekuatan biasanya membutuhkan bantuan perawat untuk
memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau duduk.
Banyak alat bantu dapat dipakai perawat untuk mempertahankan kesejajaran tubuh klien yang
baik selama diposisikan.

Mengangkat Yang Tepat

LANGKAH RASIONAL
1. Kaji berat posisi, tinggi objek, posisi tubuh, Menentukan apakah anda dapat
dan berat maksimum. melakukanya sendiri atau membutuhkan
bantuan.
1. Angkat objek dengan benar dari bawah pusat
gravitasi: Memindahkan pusat gravitasi lebih dekat
1. Dekatkan pada objek yang akan ke objek.
dipindahkan.
2. Perbesar dasar dukungan anda Mempertahankan keseimbangan tubuh
dengan menempatkan kedua kaki lebih baik, sehingga mengurangi risiko
agak sedikit terbuka. jatuh.
3. Turunkan pusat gravitasi anda ke
objek yang akan diangkat. Meningkatkan keseimbangan tubuh dan
4. Pertahankan kesejajaran yang tepat memungkinkan kelompok otot-otot bekerja
pada kepala dan leher dengan sama dengan cara yang sinkron.
veterbrae, jaga tubuh tetap tegak.
Mengurangi risiko cedera vetebra lumbal
1. Angkat objek dengan benar dari atas pusat dan kelompok otot.
gravitasi tempat tidur:
1. Gunakan alat melangkah yang aman Mencapai pusat gravitasi lebih dekat ke
dan stabil, jangan berdiri diatas objek.
tangga teratas.
2. Berdiri sedekat mungkin ke tempat Meningkatkan keseimbangan tubuh selama
tidur. mengangkat.
3. Pindahkan berat objek dari tempat
tidur dengan cepat pada lengan dan Mengurangi bahaya jatuh dengan
diatas dasar dukungan. memindahkan objek yang diangkat dekat
dengan pusat gravitasi diatas dasar
dukungan.

Bantal siap dipakai di rumah sakit juga fasilitas perawatan yang diberikan. Padahal ketika klien
di rumah, persediaan terbatas. Sebelum menggunakan sebuah bantal, perawat harus menentukan
apakah ukuranya tepat. Bantal tebal di bawah kepala klien meningkatkan fleksi servikal. Bantal
tipis di bawah bagian tubuh yang menonjol tidak adekuat melindungi kulit dan jaringan dari
kerusakan akibat tekanan. Ketika bantal tambahan tidak dapat dipakai atau jika ukuranya tidak
tepat, perawat dapat melipat seprai, selimut, atau handuk sebagai ganti bantal.

Papan kaki (footboard) diletakkan tegak lurus dengan matras, sejajar dan menyentuh permukaan
bawah kaki klien. Papan kaki mencegah footdrop dengan mempertahankan kaki dalam posisi
dorsifleksi. Setelah menempatkanya di atas tempat tidur, perawat perlu menentukan apakah
penempatanya benar, dengan kaki klien berada di papan dengan pas. Posey footguard dengan
merupakan alat bantu yang menggunakan struktur busa untuk mempertahankan posisi kaki klien
dorsifleksi. Cara lain yang umum adalah menggunakan tekhnik high-top tennis shoes.

Trochanter roll mencegah rotasi luar pada tungkai ketika klien berada posisi supine. Untuk
membentuk trochanter roll,selimut mandi katun dilipat panjang kain untuk lebar yang akan
melebar dari trochanter femur terbesar sampai batas bawah ruang popliteal. Selimut diletakkan di
bawah bokong dan kemudian digulung berlawanan dengan jalan jarum jam sampai paha berada
posisi netral atau rotasi dalam. Jika kesejajaran pinggul yang tercapai, maka patella langsung
menghadap ke atas.

Bantal pasir (sandbags) adalah tabung-tabung plastik berisi pasir yang dapat membentuk sesuai
bentuk tubuh. Sanbag dapat digunakan di tempatnya atau sebagai tambahan untuk Trochanter
roll. Alat-alat tersebut mengimobilisasi ekstremitas atau mempertahankan kesejajaran tubuh.

Gulungan tangan (hand rolls) mempertahankan ibu jari sedikit aduksi dan berada berlawanan
dengan jari-jari. Hand roll mempertahankan tangan, ibu jari, dan jari-jari dalam posisi
fungsional. Perawat mengevaluasi hand roll untuk meyakinkan bahwa tangan benar-benar berada
dalam posisi fungsional.

Pembebat pergelangan tangan (hand wrist splints) adalah pembentuk individual bagi klien untuk
mempertahankan kesejajaran ibu jari yang tepat (sedikit adduksi) dan pergelangan tangan
(sedikit dorsifleksi). Pembebat ini hanya digunakan oleh klien dimana pembebat tersebut dibuat
untuknya.

Trapeze bar adalah alat bantu berbentuk segitiga yang dapat turun dengan aman di atas kepala
yang di raih di tempat tidur. Hal ini memungkinkan klien menarik dengan ekstremitas atasnya
untuk meraih bagian bawah tempat tidur, membantu memindahkan dari tempat tidur ke kursi
roda, atau melakukan latihan lengan atas.

Restrain adalah alat bantu yang digunakan untuk imibilisasi, terutama pada klien binging atau
disorientasi. Jaket restrain umum yang digunakan adalah jaket posey. Ketika memakaikan jaket
pada klien, perawat menyusun satu sisi diatas sisi lain menyilang di punggung klien. Tali
diletakkan dibawah ikatan jaket dan diikat ke pinggir tempat tridur, kursi, atau kursi roda.
Restrain jangan pernah diikat ke sisi bergerak karena klien dapat cedera jika sisi bergerak lebih
rendah dari tempat restrain.

Pagar tempat tidur, pegangan diletakan sepanjang ssisi tempat tidur , memungkinkan klien aman
dan juga berguna meningkatkan metabolisme. Selain itu, memungkinkan klien lemah untuk
berputar dari sisi ke sisi atau di atas tempat tidur.

Papan tempat tidur adalah papan tripleks yang ditempatkan di bawah keseluruhan matras. Papan
ini berguna untuk meningkatkan sokongan dan kesejajaran punggungng, khususnya matras
lunak.

Meskipun setiap prosedur mempunyai petunjuk khusus, ada beberapa langkah umum yang harus
perawat ikuti untuyk klien yang memerlukan bantuan dalam mengubah posisi. Petunjuk berikut
ini mengurangi resiko cedera sistem muskuloskeletal ketika klien duduk atau berbaring.
Persendian yang tidak disokong akan mengganggu kesejajaran. Demikian juga, jika persendian
berada pada posisi tidak sedikit fleksi, maka mobilisasi menurun. Selama mengatur posisi
perawat juga mengkaji titik-titik tekan. Apabila terdapat area tekanan yang aktual atau potensial,
maka intervensi keperawatan meliputi penghilangan tekanan yang menurunkan resiko dikubitus
dan trauma sistem muskuloskeletal lebih jauh.
Posisi Penyokong Fowler. Pada posisi penyokong fowler, bagian kepala tempat tidur
ditinggikan 450 -600 dan lutut kilen sedikit ditinggikan tanpa tekanan untuk membatasi sirkulasi
dibawah tungkai. Sudut ketinggian kepala dan lutut serta lamanya klien paxda posisi Fowler
dipengaruhi oleh penyakit dan kondisi klien secara keseluruhan. Penyokong harus menjadi
pinggs menjadi pinggul maupun lutut fleksi, dan tepatnya kesejajaran garis vertebra servikal,
torakal, dan lumbal yang normal. Berikut ini masalah umum yang yerjadi pada klien dengan
posisi Fowler:

1. Meningkatnya fleksi servikal karena bantal di kepala terlalu tebal dan kepala terdorong
ke depan.
2. Ekstensi lutut memungkinkan klien meluncur kebagian kaki tempat tidur.
3. Tekaknan lutut bagian posterior, menurunkan sirkulasi ke kaki.
4. Rotasi luar pada pinggul.
5. Lengan menggantung di sisi klien tanpa disokong.
6. Kaki yang tidak tersokong.
7. Titik penekanan di sakrum atau di tumit yang tidak terlindungi.

Posisi terlentang. Posisi terlentang dengan klien menyandarkan punggungnya disebut posisi
dorsal rekumben. Pada posisi terlentang hubunganya dengan antar-bagian tubuh pada dasarnya
sama dengan kesejajajaran berdiri yang baik kecuali tubuh berada p-ada potongan horisontal.
Bantal trochanter roll dan gulungan tanagn atau pembebat lengan digunakan untuk meningkatkan
kenyamanan dan mengurangi cedera sisitem kulit maupun meukuloskeletal.

Mataras harus cukup kuat untuk menyokong vertebra ser roll dan gulungan tanagn atau
pembebat lengan digunakan untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi cedera sisitem
kulit maupun meukuloskeletal.

Mataras harus cukup kuat untuk menyokong vertebra servikal, torakal dan lumbal. Bahu yang
disokong dan siku sedikit fleksi mengontrol posisi bahu. Penyokong kaki digunakan untuk
mencegah footdrop dan mempertahankan kesejajaran tepat. Berikut ini bebrapa masalah umum
yang terjadi pada posisi terlentang:

1. Bantal di kepala terlalu tebal dapat meningkatkan fleksi pada servikal.


2. Kepala datar pada matras.
3. Bahu tidak disokong dan berotasi dalam.
4. Siku melebar.
5. Ibu jari tidak berlawanan dengan jari-jari lain.
6. Pinggul berotasi luar.
7. Tidak tersokongnya pinggul.
8. Titik penekanan di bagian oksiput kepala, vertebra lumbal, siku dan tumit yang tidak
terlindungi.

Posisi Telungkup. Klien berada pada posisi telungkup adalah berbaring dengan wajah
menghadap kebawah. Bantal kepala harus cukup tipis mencegah fleksi maupun ekstensi servikal
dan mempertahankan kesejajaran servikal lumbal. Penempatan bantal dibawah tungkai bawah
memungkinkan pergelangan kaki menjadi dorsifleksi di atas ujung matras. Perawat harus
menkaji dan memperbaiki potensial masalh yang terjadi, berikut ini:

1. Hiperekstensi leher.
2. hiperekstensi spinal lumbal.
3. Plantar fleksi pergelangan kaki.
4. Titik penekanan di dagu, siku, pinggul, lutut dan jari-jari kaki tidak terlindungi.

Posisi Miring. Pada posisi miring ( lateral) klien bersandar disamping, dengan sebagian besar
berat tubuh berada pada pinggul dan bahu. Kesejajran tubuh harus sama ketika berdiri.
Contohnya, struktur tulang belakang harus dipertahankan, kepala harus disokong pada garis
tengah tubuh, dan rotasi tulang belakang harus dihindari. Berikut ini masalah umum yang terjadi
pada posisi miring :

1. Flesi lateral pada leher.


2. Lengkung tulang belakang keluar dari kesejajaran normal.
3. Persendian bahu dan pinggul berotasi dalam, adduksi, atau tidak disokong.
4. Kurangnya sokongan kaki.
5. Titik penekanan di telinga, tulang ilium, lutut dan pergelangn kaki kurang terlindungi.

Posisi Sims. Posisi sims berbeda dengan posisi mirirng pada distribusi berat badan klien. Pada
posisi Sims berat badab berada pada tulang ilium anterior, humerus dan klavikula. Masalah
umum pada posisi Sims adalah sebagai berikut :

1. Fleksi lateral pada leher.


2. Rotasi dalam, adduksi, atau kurang soskongan di bahu dan pinggul.
3. Kurang sokongan di kaki.
4. Kurang perlindungan dari titik pertekanan di tulang ilium, humerus klavikula, lutut dan
pergelangan kaki.

Teknik Mmindahkan. Perawat harus memberi perawatan pada klien imobilisasi yang harus
diubah psisis, dipindahkan di atas tempat tidur dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke kursi
atau ke brankar. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan perawat untuk menggerakan,
mengangkat, atau memindahkan klien dengan aman dan juga melindungi perawat dari cedera
muskuloskeletal. Meskipun perawat menggunakan bebagai teknik memindahkan, berikut ini
merupakan petunjuk umum yang harus diikuti saat memindahkan pada setiap prossedur
memindahkan :

1. Naikan sisi bergerak [ada posisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat
untuk mencegah jatuh dari tempat tidur.
2. Tinggikan tempat tidur pada ketingian yang nyaman.
3. Kaji mobilisasi dan kekuatan klien untuk menentukan bantuan klien yang dapat
digunakan saat memindahkan.
4. Tentukan kebutuhan akan bantuan.
5. Jelaskan kaji kesejajajran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali
memindahkan.
Perawat yang melakukan teknik memindahkan atau menggerakan untuk pertama kalinya harus
meminta pertolongan untuk mengurangi resiko cedera pada klien dan perawat. Perawat juga
harus mengetahui kekuatan dirinya dan keterbatasanya. Memindahkan klien imobilisasi sendirian
merupakan hal yang sulit dan berbahaya.

Memindahkan Klien. Klien membutuhkan tingkat bantuan yang bervariasi untuk mengankat
dari tempat tidur, menggerakan ke posisi miring atau duduk di sisi tempat tidur. Contoh, wanita
muda dan sehatmembutuhkan sedikit bantuan untuk duduk pertam kali di sisi tempat tidur
setelah melahirkan, sedangkan lakitua mungkin membutuhkan bantuan satu atau lebih perawat
untuk melakukan hal yang sama 1 hari setelah appendik tomi.

Untuk menentukan apakah klien mampu melakukan sendiri dan beberapa banyak orang yang
dibutuhkan untuk membantu mengankat klien diatas tempat tidur, perawat mengkaji klien untuk
menentukan apakah penyakit klien .

Ada kontraindikasi dalam pengerahan tenaga (seperti penyakit kardiovaskuler). Kemudian,


perawat menentukan apakah klien memahami apa yang diharapkan. Contohnya, klien yang baru
saja mendapatkan pengobatan nyeri pascaoperasi mungkin terlalu lesu untuk mengerti instruksi,
sehingga untuk menjamin keamanan, dibutuhkan dua perawat untuk menggerakkan klien diatas
tempat tidur. Perawat kemudian menentukan tingkat kenyamanan klien. Perawat juga
mengevaluasi kekuatan pribadi dan pengetahuan prosedur. Pada akhirnya perawat menentukan
apakah klien terlalu berat atau tidak bisa bergerak sehungga perawat menyelesaikan prosedur
sendirian. Pada kasus yang meragukan, perawat harus selalu meminta bantuan orang lain.

Memindahakan Klien dari Tempat Tidur ke Kursi. Memindahkan klien dari tempat tidur ke
kursi oleh perawat membutuhkan bantuan klien dan tidak dilakukan Pada klien yang tidak dapat
membantu. Perawat menejlaskan prosedur pada klien sebelum pemindahan. Lingkungan juga
dipersiapkan dengan memindahkan penghalang jalan. Kursi ditempatkan dekat tempat tidur
dengan punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Penempatan kursi
memungkinkan perawat berputar dengan klien dan memindahkan berat badan klien dengan
cepat.

Pemindahan yang aman adalah prioritas pertama. Perawat yang ragu-ragu dengan kekuatannya
ataupun kemampuan klien untuk membantu, harus meminta bantuan. Klien harus duduk dan
menjutaikan kakinya di sisi tempat tidur untuk beberapa menit sehingga klien dapat dengan cepat
menurunkan punggungnya ke tempat tidur pada kasus pusing atau pingsan.

Ketika memindahkan klien imobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus
menggunakan mekanika tubuh yang tepat dan apabila memungkinkan kerjasama diperoleh
sebanyak mungkin dari klein.

Memindahkan Klien dari Tempat Tidur ke Brankar. Klien imobilisasi yang dipindahkan dari
tempat tidur ke brankar atau dari tempat tidur ke tempat tidur harus membutuhkan tiga orang
pengangkat. Tekinik ini bagus dilakukan jika orang-orang memindahkan mempunyai kesamaan
tinggi. Jika pusat gravitasi mereka sama, mereka mengangkat sebagai satu tim. Cara lain
memindahkan klien adalah dengan menggunakan kain pengangkat yang ditempatkan dibawah
klien. Kain pengangkat berguna sebagai “ayunan” ketika klien dipindahkan ke brankar. Pada
tekinik ini, perawat perlu berada di sisi berlawanan dari tempat tidur ditempatkan berdampingan
sehingga klien dapat dipindahkan dengang cepat dan mudah dengan menggunkan kain
perangkat.

Klien harus dipersiapkan untuk pemindahan dan minta bantuan jika memungkinkan, contoh,
dnegan melipat lengan diatas dada. Lingkungan harus bebas dari penghalang dan alat-alat yang
tidak dibutuhkan harus dipindahkan dari tempat tidur. Brankar harus ditempatkan seudut kanan
tempat tidur sehinggan pengangkat dapat berputar ke depan brankar dan memindahkan klien
dengan cepat.

Pada semua prosedur, keamanan merupaka proiritas. Keamanan dapat ditingkatkan pada tiga
orang pengangkat apabila bekerja sama. Oleh karena itu salah seorang harus memimpin.

v Mobilisasi Sendi

Untuk menjamin keadekuatan mobilitas sendi maka perawat dapat mengajarkan klien latihan
ROM. Apabila klien tidak mempunyai kontrol motorik volunter maka perawat melakukan latihan
gerak rentang gerak pasif. Mobilisasi sendi juga ditingkatkan dengan berjalan. Kadang kadang
klien membutuhkan alat bantu seperti kruk untuk membantu berjalan.

Latihan rentang gerak. Klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak mandiri. Keterbatasan ini dapat
diidentifikasi pada klien yang salah satu ekstremitas mempunyai keterbatasan gerakan atau klien
mengalami gangguan mobilisasi aktual atau potensil maka perawat menyusun intervensi yang
langsung mempertahankan mobilisasi sendi maksimum. Salah satu intervensi keperawatan
adalah latihan rentang gerak.

Untuk menjamin klien mendapatka latihan yang rutin, perawat membuat jadwal pada waktu
tertentu, mungkin bersamaan aktivitas keperawatan lain, seperti saat memandikan klien. Hal ini
memungkinkan perawat mengkaji secara sistematik dan meningkatkan rentang gerak klien.
Selain iti, memandikan atau mandi di tempat tidur selalu membutuhkan pemberian rentang
gerak penuh pada ekstremitas dan sendinya.

Latihan rentang gerak dapat aktif ( klien mengerakan semua sendinya degan rentang gerak tanpa
bantuan)pasif ( klien tidak dapat mengerakan secara mandiri sehimgga dibantu oleh erawat) atau
berada diantaranya. Contoh pada klien lemah perawat hanya memberi sokokngan semantara
klien melakukan sebagian besar gerakan, atau klien mampu mengerakan aktiif beberapa sendi
sementara perawat mengerakan yang lain secara pasif. Ertama kali perawat mengkaji
kemampuan klien melakukan latihan rentang gerak aktif dan kebutuhan bantuan perawat. Pada
umumnya latihan harus aktif pada kesehatan dan mobilisasi yang memungkinkan. Kontraktur
dapat terjadi pada sendi yang tidak digerakan secara periodik dan rentang gerak penuh.

Kecuali kontraindikasi, rencana keperawatan harus meliputi menggerakkan ekstermitas klien


dengan rentang gerak penuh. Latihan gerak pasif harus dimulai segerah pada kemampuan klien
mengerakan ekstremitas atau sendi menghilang. Pergerakan dilakukan secara perlahan dan
lembut sehingga tidak menimbutkan nyeri. Perawat jangan memaksakan sendi melebihi
kemampuan ya. Setiap gerakan harus di ulang 5 kali setiap bagian.

Ketika melakukan latihan rentang gerak pasiv,perawat berdiri disamping tempat tidur yang
terdekat dengan sendi yang dilatih. Jika ekstremitas digerakkan atau diangkat,perawat
menempatkan tangan dengan posisi seperti mangkok dibawah sendi untuk
menyokongnya,menyokong sendi dengan memegang bagian distal dan proksimal yang
berdekatan,atau menyokong sendi dengan satu tangan dan mengayun bagian distal ekstremitas
dengan lengan lainnya. Berikut ini menggambarkan gerakan yang khusus untuk sendi utama
tubuh.

Leher. Rentang gerak untuk leher dimungkinkan oleh fleksibilitas vertebra servikal dan
perputaran hubungn antara kepala dan leher. Kecuali kontra indikasi karena bedah spinal,trauma
medula spinalis,atau trauma saraf pusat lain,latihan gerak rentangharus dilakukan oleh klien yang
mengalami keterbatasan mobilisasi leher. Ketika terjadi kontraktur fleksi dileher,maka klien
leher menjadi fleksi permanen dengan dagu berada dekat atau terlihat menyentuh dada. Sehingga
kesejajaran tubuh berubah,lapang pandang berubah,dan tingkat fungsi kemandirian terganggu.

Bahu. Satu keistimewaan bahu disbanding sendi lain dalam tubuh adalah otot terkuat untuk
mengontrol,deltoid,berada dalam pemajangan penuh pada posisi normal. Tidak ada otot lain
yang menggunakan kekuatan penuh ketika berada dalam pemajangn penuh. Sehingga melatih
bahusecara efektif meningkatkan kekuatan deltoid dan rentang gerak. Untuk menyempurnakan
hal ini maka pertama kali bahu di abduksi.

Tujuan tindakan pada bahu adalah rentang gerak penuh. Gerakan bahu meliputi
fleksi,ekstensi,hiperekstensi,abduksi,adduksi,rotasi dalam maupun luar,dan sirkumduksi.
Rentang gerak penuh harus dipertahan kana tau dicapai untuk menghindari nyeri.

Ketika merawat klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi bahu,perawat harus menyusun
intervensi untuk menempatkan dan menyokong bahu dalam posisi adduksi. Hal ini dapat dicapai
dengan menggendong tangan jika klien berdiri atau duduk atau member bantal ketika klien
berada ditempat tidur. Memposisikan bahu dengan benar mencegah nyeri,dislokasi sendi,dan
perubahan kesejajaran tubuh lebih lanjut.

Siku. Fungsi optimal siku berada disudut 900 . siku yang tetap berada pada posisi yang ekstensi
penuh membuat ketidakmampuan dan membatasi kemandirian klien.

Lengan bawah. Sebagian besar fungsi tangan dilakukan oleh lengan bawah dalam posisi
setengah pronasi. Ketika lengan bawah tetap berada posisi supinasi penuh maka penggunaan
tangan klien terbatas. Untuk fungsi optimal maka lengan bawah harus mampu berputar drai
supinasi ke pronasi.

Pergelangan Tangan. Fungsi utama pergelangn tangan adalah memposisikan tangan sedikit
dorsifleksi yaitu posisi yang berfungsi. Oleh karena itu rentang gerak penuh tidak sebesar
prioritas seperti mempertahan kan pergelangan tangan pada posisi fungsional. Ketika
pergelangan tangan tetap berada posisi sedikit fleksi maka genggaman melemah. Pada klien
imobilisasi,posisi funsional pergelanagan tangan dapat di capai dengan menggunakan gulungan
tangan dan pembebat.

Jari tangan dan ibu jari. Rentang gerak pada jari tanagan dan ibu jari memampukan klien
melakukan aktivitas sehari hari dan aktivitas yang membutuhkan keterampilan motorik halus
seperti pekerjaan tukang kayu, menjahit, menggambar, dan melukis. Po0sisi fungsional jari
tanagan dan iu jari adalah ibu jari sedikit fleksi berlawana dengan jari tanagan. Pada klien yang
mengalami keterbatasan mobilisasi, gulungan tangan membantu memprtahankan posisi itu.

Pinggul. Karena ekstremitas bawah penting sebagai daya penggerak dan pembawa berat badan,
sehingga stabilitas sendi pinggul lebih penting daripada mobilisasinya. Sebagai contoh, apabila
salah satu pinggul tidak bergerak tetapi tetap berada posisi netral dan ekstensi penuh, hal ini
memungkinkan berjalan tanpa pincang yang bermakna.

Bagaimanapun, kontraktur sering menetap pada pinggul dalam posisi defernitas. Abduksi yang
berlebihan membuat kaki sakit tanpak terlalu panjang, sedangkan adduksi yang berlebihan
membuat kaki sakit tampak terlalu pendek. Pada kasus lain, klien memiliki daya penggerak yang
terbatas dan berjala dengan pincang. Kontraktur fleksi menyebabakan lordosis keyika orang
tersebut berdiri. Kontraktur rotasi dalam dan luar menyebabkan gaya berjalan yang tidak normal
dan tidak seimbang.

Lutut. Fungsi utama lutut adalah stabilitas, yang di capai oleh rentang gerak, ligament, dan otot.
Bagaimanapun, lutut tidak bertahan stabil dalam kondosi menyangga berat badan kecuali ada
kekuatan quadrisep yang adekat untuk mempertahankan lutut ekstensi penuh. Latihan rentang
gerak harus termasuk menahan lutut ke dalam ekstensi penuh.

Sendi lutut yang tidak bergerak menyebabkan ketidakmampuan yang serius. Derajat ketidak
mampuan tergantung posisi dimana lutut menjadi kaku. Jika lutut tetap berada ekstensi penuh
maka orang harus duduk dengan tungkai lurus ke depan. Ketika utut fleksi maka orang itu akan
pincang jika berjalan. Semakin besar fleksinya maka semakin besar kepincangan. Kontraktur
fleksi penuh mencegah seseorang berjalan tanpa walker atau kruk.

Pergelangan kaki dan kaki. Selama berjalan pergerakan sendi pergelangan kaki minimal.
Bagaimanapun sendi harus stabil dan dapat menahan berat badan, jika tidak seseorang akan
jatuh. Jika mobilisasi sendi terbatas, perawat harus mempertahankan sendi dalam posisi yang
diamana berjalan dapat di lakukan dengan gerakan memutar ke depan tumit ke kaki bawah.

Ketika seseorang rileks seperti ketika tidur atau koma maka kaki dalam keadaan rileks dan
berada pada posisi lantarfleksi. Hal ini adalah hasil rileksasi otot gatroknemius dan soleus, yang
mempertahankan dorsifleksi jika kaki tetap berada pada posisi plantarfleksi tanpa sokongan
maka kedua otot yaitu gastronemius dan soleus ini akan memendek dan otot dorsifleksi akan
mencoba mengkompensasi dengan reganagan yang berlebihan. Akibatanya kakai tetap dalam
posisi plantarfleksi (footdrop), yang mengganggu kemampuan berjalan.

Inversi dan eversi juga harus di hindari untukmemeungkinkan kaki menpak di atas lantai. kaki
harus datar sehingga memungkinkan menahan berat badan dan berjalan dengan benar.
Jari kaki . fleksi berlebihan di jari kaki menyebabkan kaki berada pada posisi menckar. Jika inim
menjadi deformitas permanen mka kaki tidak mampu menampak datar diatas lantai dank lien
tidak mampu berjalan dengan tepat. Kontraktur fleksi adalah defernitas paling umum yang
terjadi di kaitkan penururnan mobilitas sendi.

Rentang gerak adekuat member mobilisasi penting untuk melsakukan aktifitas sehari hari,
latihan, dan berhubungan aktifitas relaksasi. Selain itu, rentang gerak adekuat pada ektremitas
bawah akan memudahkan klien berjalan.

v Berjalan

Postur jalan normal adalah kepala tegak, vertebra servikal, thorakal, lumbal sejajar, pinggul dan
lutut berada dalam keadaan fleksi yang sesuai, dan lengan bebas mengayun bersama dengan
kaki. Penyakit atau trauma dapat mengurangi toleransi aktivitas, sehingga memerlukan bantuan
dalam berjalan. Selain itu, kerusakan temporer dan permanen pada sistem muskuloskeletal dan
saraf memerlukan penggunaan alat bantu untuk berjalan.

Membantu klien berjalan. separti prosedur lain,membantu klien untuk berjalan membutuhkan
persiapan. Perawat mengkaji toleransi aktivitas, kekuatan , nyeri, koordinasi, dan keseimbangan
klien untuk menentukan jumlah bantuan yang diperlukan.

Perawat menjelaskan seberapa jauh klien mencoba berjalan, siapa yang akan membantu, kapan
dilakukan kegiatan berjalan, dan mengapa berjalan itu penting. Selain itu perawat dank lien
menentukan berapa banyak kemandirian klen dapat berikan.

Perawat juga memeriksa lingkungan untuk memastikan tidak ada rintangan dijalan klien. Kursi,
penutup meja tempat tidur, kursi rida disingkirkan dari jalan sehingga klien memiliki ruangan
yang luas untuk berjalan.

Sebelum memulai, menentukan tempat berisitirahat pada kasus dengan perkiraan kurang
toleransi aktivitas atau klien menjadi pusing. Misalnya, jika diperlukan kursi dapat di tempatkan
diruangan yang dapat digunakan klien beristirahat.

Untuk mencegah hipotensi ortostatik, klien harus di bantu untuk duduk di sisi tempat tidur dan
harus beristirahat selama 1 sampai 2 menit sebelum berdiri. Demikian juga pada saat klien
setelah berdiri, klien harus tetap berdiri 1 sampai2 menitr sebelum bergerak. Keseimbangan
klien harus stabil sebelum berjalan. Sehingga perawat dapat dengan segera membawa klien yang
pusing kembali ke tempat tidur. Periode imobelitas yang lama memperbesar resiko hipotensi
ketika klien berdiri.

Perawat harus memberikan sokongan pada pinggang sehingga pusat gravitasi klien tetap berada
di garis tengah.hal ini dapat dicapai ketika perawat menempatkan kedua tangannya pada
pinggang klien atau menggunakan ikat pinggang berjalan(walking belt). walking belt adalah ikat
pinggang kulit yang melingkari pinggang klien dan memiliki pemegang yang dibuat bagi
perawat untuk dipegang.selama berjalan,klien seharusnya tidak bersandar di satu sisi karena hal
ini mengganggu pusat gravitasi,mengubah keseimbangan dan meningkatkan risiko jatuh.
Klien yang terlihat tidak siap atau mengeluh pusing harus dikembalikan ke tempat tidur atau
kursi terdekat.jika klien pingsan atau mulai jatuh,perawat harus memberikan sokongan dengan
dasar lebar yaitu satu kaki berada di depan yang lain,sehingga menyangga berat badan
klien.kemudian perawat harus menurunkan klien secara perlahan-lahan ke lantai,melindungi
kepala klien.meskipun menurunkan klien ke lantai tidaklah sulit,mahasiswa harus
mempraktekkan teknik tersebut dengan kawan atau dengan teman kelas sebelum mencoba pada
situasi klinik.

Klien hemiplegia(paralisis pada satu sisi)atau hemiparesis(kelemahan pada satu sisi)sering


memerlukan bantuan berjalan.perawat selalu berdiri di samping bagian tubuh klien yang sakit
dan menyokong klien dengan satu lengan memeluk pinggang klien dan lengan lain mengelilingi
lengan bagian inferior klien sehingga tangan perawat berada di bawah aksila klien.memberikan
sokongan dengan memegang lengan klien adalah salah,karena perawat tidak mudah menyokong
berat untuk menurunkan klien ke lantai jika klien pingsan atau jatuh.selain itu,jika perawat
memegang lengan klien yang jatuh dapat menyebabkan dislokasi sendi bahu.

Perawat yang tidak kuat dan tidak mampu memindahkan klien sendirian harus membutuhkan
bantuan.metode dua perawat membantu untuk mendistribusikan berat klien secara rata.dua
perawat berdiri di setiap sisi klien.setiap lengan terdekat perawat memeluk pinggang klien,dan
lengan lain mengelilingi lengan bagian inferior sehingga kedua tangan perawat menyokong
aksila klien.

Metode yang kedua membutuhkan perawat dank lien yang mempunyai kesamaan tinggi.perawat
berdiri di setiap sisi klien dengan lengan terdekatnya menyelip di bawah lengan klien ke arah
punggung.perawat kemudian menggenggam lengan klien lain.lengan klien diletakkan di atas
bahu perawat,dan perawat menstabilkan tangan klien yang lain dengan tangannya yang
bebas.teknik ini efektif untuk klien yang lemah atau klien yang berat.

Menggunakan Alat Bantu Berjalan.walker adalah suatu alat yang sangat ringan,mudah
dipindahkan,setinggi pinggang,terbuat dari pipa logam.walker mempunyai empat penyangga dan
kaki yang kokoh.klien memegang pemegang tangan pada batang di bagian
atas,melangkah,memindahkan walker lebih lanjut,dan melangkah lagi.

Tongkat adalah alat yang ringan,mudah dipindahkan,setinggi pinggang,terbuat dari kayu atau
logam.dua tipe tongkat umum adalah tongkat berkaki panjang lurus dan tongkat kaki bersegi
empat.tongkat berkaki lurus lebih umum dan digunakan untuk sokongan dan keseimbangan klien
yang kekuatan kakinya menurun.tongkat ini harus di pakai di sisi tubuh yang terkuat.untuk
sokongan maksimum ketika berjalan,klien menempatkan tongkat berada depan 15-25
cm,menjaga berat badan pada kedua kaki klien.kaki yang terlemah bergerak maju dengan
tongkat sehingga berat badan dibagi antara tongkat dan kaki yang terkuat.kaki yang terkuat maju
setelah tongkat sehingga kaki yang terlemah dan berat badan disokong oleh tongkat dan kaki
terlemah.untuk berjalan,klien mengulangi tahap ini secara terus menerus.klien diajarkan bahwa
kedua titik penopang tersebut,seperti dua kaki atau satu kaki dan tongkat,akan muncul di setiap
waktu.
Tongkat empat kaki memberi sokongan yang terbesar dan digunakan pada kaki yang mengalami
sebagian atau Keseluruhan paralisis ataupun hemiplegia. Tiga tahap yang sama digunakan oleh
tongkat berkaki lurus diajarkan pada klien.

Kruk sering digunakan untuk meningkatkan mobilisasi. Penggunaannya dapat temporer, seperti
pada setelah kerusakan ligamen di lutut. Kruk dapat digunakan permanen (mis. Klien paralisis
ekstremitas bawah). Kruk terbuat dari kayu atau logam. Ada dua tipe kruk, kruk lofstrand
dengan pengatur ganda atau kruk lengan bawah dan kruk aksila terbuat dari kayu. Kruk lengan
bawah memiliki sebuah pegangan tangan dan pembalut logam yang pas mengelilingi lengan
bawah. Kedua-duanya yaitu pembalut logam dan pegangan tangan diatur agar sesuai dengan
tinggi klien. Kruk aksila mempunyai garis permukaan yang seperti bantalan pada bagian atas,
dimana bereda tepat dibawah aksila. Pegangan tangan berbentuk batang yang dipegang setinggi
telapak tangan untuk menyokong tubuh. Kruk harus diukur panjang yang sesuai, dan klien harus
diajarkan menggunakan kruk mereka dengan aman, mencapai kestabilan gaya berjalan, naik dan
turun tangga dan bangkit dari duduk.

Mengukur kruk. Kruk aksila lebih umum digunakan. Ketika mempersiapkan klien
menggunakan kruk, perawat juga harus mengajarkan penggunaan kruk yang aman dan mengukur
kruk klien dengan benar. Pengukuran kruk meliputi tiga area: tinggi klien, jarak antara bantalan
kruk dan aksila dan sudut fleksi siku.pengukuran dilakukan dengan satu dari dua metode berikut,
dengan klien berada pada posisi supinase atau berdiri. Pada posisi telentang-ujung kruk berada
15 cm di samping tumit klien. Tempatkan ujung pita pengukur dengan lebar tiga sampai empat
jari (4-5 cm) dari aksila dan ukur sampai tumit klien. Berdiri-posisi kruk dengan ujung kruk
berada 14-15 cm di samping dan 14-15 cm di depan kaki klien. Dengan metoda lain, siku harus
difleksikan 15 sampai 30 derajat. Fleksi siku diperiksa dengan menggunakan goniometer. Lebar
bantalan kruk harus 3-4 lebar jari (4-5 cm) dibawah aksila.

Mengajarkan gaya berjalan dengan kruk. Gaya berjalan dengan kruk dimaksudkan
menopang berat pada satu atau kedua kaki dan pada kruk secara bergantian. Perawat pada
pemeriksaan bergantian. Gaya berjalan yang digunakan klien telah ditentukan oleh pengkajian
perawat pada pemeriksaan fisik, kemampuan fungsional, dan penyakit atau cedera.

Cara berdiri cara kruk adalah posisi tripod, dengan cara menemppatkan kruk 15 cm di depan dan
15 cm di samping setiap kaki klien. Posisi ini memberikan keseimbangan dengan dasar sokongan
lebih luas. Kesejajaran tubuh pada posisi untuk tripod meliputi kepala dan leher tegak, vertebrata
lurus,pinggul lutut dan lutut fleks. Berat badan tidak boleh ditahan aksila. Posisi tripod sebelum
kru berjalan.

Empat titik bergantian atau gaya berjalan empat titik memberikan kestabilan tetapi memerlukan
penopang berat badan dikedua kaki. Tiga titik penopang selalu berada di lantai. Klien
memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan klien yang berlawanan (mis. Kruk Dengan
kedua kruk di satu tangan klien menyokong berat badannya di kaki yang tidak sakit dan kruk.
Selama masih memegang kruk klien memegang lengan kursi dengan menahan tangannya dan
menurunkan tubuh. Untuk berdiri, maka prosedur dibalik dan klien ketika telah lurus harus
berada pada posisi tripod sebelum berjalan.
Mengintegrasikan Latihan Aktif Kedalam Aktifitas sehari-hari

 Menganggukkan kepala “ya” melatih leher (fleksi dan ekstensi).


 Mengelengkan kepala “tidak” melatih leher (rotasi).
 Mengerakan telinga kanan kebahu kanan melatih leher (fleksi lateral).
 Mengerakan telinga kiri kebahu kiri melatih leher (fleksi lateral).
 Meraih untuk menghidupkan lampu diatas kepala melatih bahu (abduptus).
 Menggaruk punggung melatih bahu (hiperekstensi dan rotasi dalam).
 Memutar bahu kearah dada melatih bahu.
 Memutar bahu kearah punggung melatih bahu.
 Makan, mandi,mencukur, dan berpakaian melatih siku (fleksi ektensi).
 Semua aktivitas yang memerlukan koordinasi motorik baik seperti menulis dan makan,
melatih jari dan ibu jari (fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, oposisi).
 Berjalan melatih pinggul (fleksi, ekstensi, hiperekstensi).
 Memutar ujung kaki kearah dalam melatih pinggul (rotasi dalam).
 Memutar ujung kaki kearah luar melatih pinggul (rotasi luar).
 Berjalan melatih lutut (fleksi, ekstensi).
 Berjalan melatih pergelangan kaki (dorsi fleksi, pelantar fleksi).
 Mengarahkan ujung kaki kearah kepala tempat tidur melatih pergelangan kaki
(dorsifleksi).
 Mengarahkan ujung kaki kearah kaki tempat tidur melatih pergeangan kaki
(plantarfleksi).
 Berjalan melatih kaki (ekstensi, hiperekstensi).
 Mengayun jari melatih jari (abduksi, adduksi).

Latihan rentang gerak aktif mempertahankan fungsi system muskulu sekeletal. Perawat juga
harus merencanakan interfensi untuk mengembalikan mobilisasi pada klien yang mampu
melaksanakan aktifitas normal bertahap.

Program latihan progresif digunakan untuk klien yang mengalami gangguan muskulo sekeletal,
neurologi, kardiopulmonal,ginjal,dan penyakit kronik lain. Sebelum melakukan program lakukan
latihan pemanasan kecuali pada mereka yang kontra indikasi.

System integument. Seperti yang telah di diskusikan sebelumnya, resiko utama pada kulit akibat
keterbatasan mobilisasi adalah dekubitus. Oleh karena itu interfensi keperawatan berfokus pada
pencegahan dan penatalaksanaan.

System eliminasi. Interfensi keperawatan untuk mempertahankan fungsi obtimal pada


perkemihan adalah menjaga hidrasi klien demgan baik tanpa menyebabkan distensi kandung
kemih dan setatis urine, terbentuk batu, dan infeksi.
Hidrasi yang adekuat mencegah pembentukan batu ginjal dan infeksi saluran kemih. Klien
dengan hidrasi baik harus berkemih sejumlah urine. Apabila klien jiga mengalami inkontinensia
maka perawat harus memodifikasi rencana keperawatan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
eliminasi urine.

Untuk mencegah distensi kandung kemih, perawat mengkaji frekuensi dan jumlah haluaran
urine. Klien dengan urine ysng menetes terus menerus dan kandungnkemih yang distensi
menunjukkan inkontinensia overflow. Jika klien imibilisasi tidak dapat mengontrol eliminasi
urinenya secara sadar maka perawat harus memasukkan kateter sementara atau menetap untuk
mencegah distensi.

Peawat juga harus mencatat frekuensi dan konsistensi defikasi. Diet kay buah buahan,sayur
sayuran dalam jumlah banyak mendukung peristaltic normal. Jika klien tidak mampu
mempertahankan pola eliminasi bowel noemal maka dokter memberikan pelunak feses, katartik,
atau enema.

Tindakan Pencegahan latihan Lansia


 Pastikan intensitas latihan rendah, 40%-70% dari perdiksi maksimun denyut jantung
dan kemajuan latihan sangat perlahan lahan.
 Gunakan usaha melatih irama jantung untuk memantau intensitas latihan.
 Latihan bertahap, perbanyak latihan pemanasan dan pendinginan untuk menurunkan
resiko hipotensi postural maupun arirmia jantung.
 Gunakan mekanika tubh yang benar, gunakan pakaian yang sesuai, sepatu latuhan
khusus, dan cukup hidrasi.
 Hundari gerakan memutar yang tiba tiba, gerakan cepat, dan gerakan transisi yang
cepat dari gerakan satu ke gerakan yang lain.
 Hindari gerakan mengganggu penglihatan dan keseimbangan.
 Hindari kontraksi isometric, yang bertahan lebih lama dari 10 detik.
 Hindari latiahan selama infeksi virus akut.
 Hentikan latihan jika terjadi angina, kontraksi ventricular, premature, atau sesak napas
yang berlebihan.
 Dapatkan persetujuan dokter dan program tertulis untuk pembatasan latihan fisik
spesifik sebelum memulai program latihan fisik.

1. 5. Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah mekanika tubuh
dan ambulasi adalah unyuk menilai kemampuan pasien dalam menggunakan mekanika tubuh
dengan baik, menggunakan alat bantu gerak, cara menggapai benda, naik atau turun, dan
berjalan.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan
keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan ambulasi merupakan cara menggunakan tubuh
secara efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi serta aman dalam
menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas.

Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :

1. Gravitasi
2. Keseimbangan
3. Berat

Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum
melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di
antaranya :

1. Gerakan ( ambulating ).
2. Menahan ( squating ).
3. Menarik ( pulling ).
4. Mengangkat ( lifting ).
5. Memutar ( pivoting ).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi diantaranya adalah

1. Status kesehatan
2. Nutrisi
3. Emosi
4. Situasi dan Kebiasaan
5. Gaya Hidup
6. Pengetahuan

Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara
berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah
sebagai berikut :

1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam


sistem muskulusletal.
2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam
berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.

3.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para
pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul,Aziz.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika

Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan ( Mobilisasi dan Imobilisasi Bab
37).Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai