Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


John Broades Watson dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan wafat di
New York City pada tanggal 25 September 1958.Ia mempelajari ilmu filsafat di University of
Chicago dan memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1903 dengan disertasi berjudul “Animal
Education”. Watson dikenal sebagai ilmuwan yang banyak melakukan penyelidikan tentang
psikologi binatang.
Pada tahun 1908 ia menjadi profesor dalam psikologi eksperimenal dan psikologi
komparatif di John Hopkins University di Baltimore dan sekaligus menjadi direktur
laboratorium psikologi di universitas tersebut. Antara tahun 1920-1945 ia meninggalkan
universitas dan bekerja dalam bidang psikologi konsumen.
John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat. Karyanya
yang paling dikenal adalah “Psychology as the Behaviourist view it” (1913). Menurut
Watson dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah menjadi ilmu yang obyektif, oleh
karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya diteliti melalui metode
introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang
mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Oleh karena itu, psikologi harus dibatasi dengan ketat
pada penyelidikan-penyelidikan tentang tingkahlaku yang nyata saja. Meskipun banyak kritik
terhadap pendapat Watson, namun harus diakui bahwa peran Watson tetap dianggap penting,
karena melalui dia berkembang metode-metode obyektif dalam psikologi.
Peran Watson dalam bidang pendidikan juga cukup penting. Ia menekankan pentingnya
pendidikan dalam perkembangan tingkahlaku. Ia percaya bahwa dengan memberikan
kondisioning tertentu dalam proses pendidikan, maka akan dapat membuat seorang anak
mempunyai sifat-sifat tertentu. Ia bahkan memberikan ucapan yang sangat ekstrim untuk
mendukung pendapatnya tersebut, dengan mengatakan: “Berikan kepada saya sepuluh orang
anak, maka saya akan jadikan ke sepuluh anak itu sesuai dengan kehendak saya”
Pentingnya filsafah keperawatan, mengapa pentingnya filsafah keperawatan ? dalam hal
ini filsafah keperawatan akan sangat membantu seseorang ataupun masyarkat luas untuk
memahami dunia kepada kita dan membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang
terjadi disekitar kita.

1
Fenomena dalam keperawatan adalah perilaku klien dalam menghadapi kepastian
kondisinya atau menghadapi ketidak nyamanan dari sebagian atau seluruh anggota tubuhnya
atau masalah-masalah yang muncul dalam bidang keilmuan tertentu.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui filsafahkeperawatanberdasarkan Jean Watson.
2. Mempelajarikonsep philosophy and science of caring

2
BABII
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Filosofi / Keyakinan
Keperawatan menurut Jean Watson adalah
“….Human science of person and human health-illness experiences that are mediated by
professional, personal, scientific, esthetic, and ethical human are transaction..”
Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkam pada asumsi bahwa human
science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan.
Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan
estetika, humanities, dan kiat/art (Watson, 1985). Sebagai pengetahuan tentang human care
fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti yang
dinyatakan oleh Watson (1985) “human care is the heart of nursing”. Pandangan tentang
keperawatan sebagai science tentang human care adalah komprehensif. Ini termasuk
pengembangan pengetahuan sebagai basis dalam area:
1. Pengkajian terhadap kondisi manusia
2. Implikasi dari pengalaman manusia dan responnya terhadap kondisi sehat sakit
3. Telah terhadap pengelolaan kondisi-kondisi yang menyertainya
4. Deskripsi dari atribut-atribut caring relationship
5. Studi tentang sistem bagaimana human care harus diwujudkan.

Dalam pandangan keperawatan Jean Watson, manusia diyakini sebagai person as a


whole, as a fully functional integrated self. Jean Watson mendefinisikan sehat sebagai
kondisi yang utuh dan selaras antara badan, pikiran, dan jiwa, ini berkaitan dengan tingkat
kesesuaian antara diri yang dipersepsikan dan diri yang diwujudkan. Dari beberapa konsep
sehat sakit di atas dapat dikemukakan beberapa hal prinsip, antara lain:
1. Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang sifatnya
multidimensional, yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi antara faktor-
faktor yang mempengaruhi.
2. Kondisi sehat dapat dicapai, karena adanya kemampuan seseorang untuk beradaptasi
terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal.
3. Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang terhenti pada titik tertentu,
tetapi berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi pada lingkungan
yang dinamis.

3
2.2 KONSEP CARING
Caring science merupakan suatu orientasi human science dan kemanusiaan terhadap
proses, fenomena, dan pengalaman human caring. Caring science, seperti juga science
lainnya, meliputi seni dan kemanusiaan. Transpersonal Caring mengakui kesatuan dalam
hidup dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam lingkaran caring yang konsentrik dari
individu, pada orang lain, pada masyarakat, pada dunia, pada planet Bumi, pada alam semesta
(Watson, 2004).
Watson (1988) dalam George (1990) mendefinisikan caring lebih dari sebuah
exisestensial philosophy, ia memandang sebagai dasar spiritual, baginya caring adalah ideal
moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi spiritualnya meningkat
ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kekuatan dari dalam
diri, intuitif. Caring sebagai esensi dari keperawatan berarti juga pertanggungjawaban
hubungan antara perawat-klien, dimana perawat membantu partisipsi klien, membantu
memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan.
Teori human caring yang dikembangkan oleh Watson antara tahun 1975-1979, hanya
berkisar pada sepuluh carative factors sebagai suatu kerangka untuk memberikan suatu
bentuk dan focus terhadap fenomena keperawatan. Watson menganggap istilah “factors”
terlalu stagnant terhadap sensibilitasnya di masa kini. Ia pun kemudian menawarkan suatu
konsep yang lebih sesuai dengan evolusi teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep
tersebut adalah “clinical caritas” dan “caritas processes”, yang dianggapnya lebih cocok
dengan ide-ide dan ara perkembangan teorinya (Watson, 2004).

2.3 ASUMSI DASAR SCIENCE OF CARING


Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar dari transpersonal
caring. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu.
Watson menyatakan tujuh asumsi tentang science of caring. Asumsi dasar tersebut yaitu:
1. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan dipraktekkan secara interpersonal.
2. Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya faktor carative yang menghasilkan
kepuasan pada kebutuhan manusia.
3. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan perkembangan
individu dan keluarga.
4. Respon asuhan keperawatan tidak hanya menerima seseorang sebagaimana mereka
sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nanti.

4
5. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan kemungkinan
perkembangan potensi dan member keleluasaan bagi sesorang untuk memilih
kegiatan yang terbaik bagi dirinya dalam waktu yang telah di tentukan.
6. Asuhan keperawatan lebih “healthgenic” (menyehatkan) daripada curing
(pengobatan). Praktek asuhan keperawatan terintegrasi antara pengetahuan biofisikal
dengan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan dan
membantu individu yang sakit. Ilmu caring melengkapi curing.
7. Praktek asuhan merupakan sentral keperawatan.

Dalam penilaian Watson, penyakit mungkin saja teratasi dengan upaya pengobatan.
Akan tetapi, tanpa perawatan, penyakit itu akan tetap ada dan kondisi sehat tidak akan
tercapai. Caring merupakan intisari keperawatan dan mengandung arti responsive antara
perawat dan klien. Caring dapat membantu seseorang lebih terkontrol, lebih berpengetahuan,
dan dapat meningkatkan kesehatan.

2.4 FAKTOR CARATIVE TEORI WATSON


Struktur ilmu caring dibangun dari 10 faktor carative, yaitu:
1. Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik.
Watson mengemukakan bahwa asuhan keperawatan didasarkan pada
nilai-nilai kemanusiaan (humastik) dan perilaku mementingkan kepentingan oranglain
diatas kepentingan pribadi (altruistik)
2. Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope).
Menekankan pentingnya obat-obatan untuk carative, perawat juga perlu memberi tahu
individu alternatif pengobatan lain yang tersedia (mis: meditasi, relaksasi atau
kekuatan penyembuhan oleh diri sendiri atau secara spiritual)
3. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan oranglain.
Perawat dituntut untuk mampu meningkatkan sensitivitas terhadap diri pribadi dan
oranglain serta bersikap lebih otentik.
4. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust).
Ciri hubungan helping-trust adalah harmonis (hubungan yang harus dilakukan secara
jujur dan terbuka), empati (perawat harus menunjukkan sikap dengan berusaha
merasakan apa yang dirasakan oleh klien) dan hangat (menerima oranglain secara
positif).

5
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positf dan negatif.
Perawat harus menerima persaan oranglain serta memahami perilaku mereka.
6. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan
keputusan.
Metode ini merupakan metode yang memnberikan control dan prediksi serta
memungkinkan koreksi diri sendiri.
7. Meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal.
Perawat harus mampu memahami ppersepsi klien dan meredakan situasi yang
menegangkan agar proses belajar-mengajar ini berjalan lebih efektif.
8. Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan memperbaiki
mental, sosiokultural dan spiritual.
Perawat dapat memberi dukungan situsional, membantu individu mengembangkan
persepsi yang lebih akurat serta memberi informasi sehingga klien dapat
menanggulangi masalahnya. Perawat juga harus menyalurkan perasaan nyaman,
aman, dan keleluasaan pribadi kepada klien.
9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Menurut hirarki kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan fungsional, kebutuhan
integrative, kebutuhan untuk tumbuh dan kebutuhan untuk mencari bantuan (seeking)
ketika individu kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya.
10. Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial-fenomenologis.
Kedua faktor ini membantu seseorang untuk mengerti kehidupan dan kematian serta
membantu seseorang untuk menemukan kekuatan atau keberanian untuk menghadapi
kehidupan dan kematian.

2.5 KONSEP UTAMA TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN


Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori pengetahuan
manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori
kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat
cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan di antaranya :

6
 Kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan
makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi.
 Kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan
istirahat, kebutuhan seksual.
 Kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk
berprestasi, kebutuhan organisasi.
 Kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan
aktualisasi diri.

Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia adalah
mahluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam
upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental
dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa
sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam meninggalkan
status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan
penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan
teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki 4 bagian kebutuhan dasar
manusia yang saling berhubungan antara kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain.

7
Berdasarkan dari empat kebutuhan tersebut, jean watson memahami bahwa manusia
adalah makhluk yang sempurna dan memiliki berbagai ragam perbedaan, sehingga dalam
upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental
sosial serta spiritual.

2.6 PARADIGMA KEPERAWATAN MENURUT WATSON


Jean Watson membagi konsep utama keperawatan dalam 4 (empat) bagian, yaitu:
Manusia Kesehatan

Keperawatan

LingkunganSosial

1. Kemanusiaan (Human Being)


Menurut pandangan Watson orang yang bernilai bagi dirinya atau orang lain dalam
memberikan pelayanan keperawatan harus dapat memelihara, menghargai, mengasuh,
mau mengerti dan membantu orang yang sedang sakit. Dalam pandangan filosofi umum,
manusia itu mempunyai fungsi yang kompleks yang terintegrasi dalam dirinya. Selain itu
manusia juga dinilai sempurna, karena bagian-bagian tubuhnya mempunyai fungsi yang
sempurna; tetapi dalam fungsi perkembangannya dia harus selalu beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya. Jika adaptasi tersebut tidak berhasil, maka akan terjadi
konflik (terutama konflik psikososial), yang berdampak pada terjadinya krisis
disepanjang kehidupannya. Hal tersebut perlu mendapatkan asuhan, agar dapat
ditanggulangi.

8
2. Kesehatan
Menurut WHO meliputi bagian positif dari fisik, mental , dan sosial yang baik. Akan
tetapi Watson juga mempercayai bahwa ada beberapa faktor lain yang dibutuhkan untuk
dimasukkan dalam definisi sehat ini, yaitu:
1. Fungsi manusia secara keseluruhan baik fungsi fisik, mental, dan sosial
seimbang/serasi.
2. Adaptasi secara umum terhadap pertahanan dirinya sehari-hari dengan
lingkungannya.
3. Tidak adanya penyakit.

Asuhan kesehatan yang benar fokusnya pada gaya hidup, kondisi sosial, dan
lingkungan :
1. Kesehatan adalah hubungan yang harmonis antara pikiran, tubuh, dan jiwa.
2. Kesehatan juga dihubungkan dengan tingkat kesesuaian antara apa yang dirasakan
dengan apa yang dialami.

3. Lingkungan sosial
Salah satu variabel yang mempengaruhi masyarakat saat ini adalah lingkungan sosial.
Masyarakat memberikan nilai yang menentukan terhadap bagaimana seharusnya
berkelakuan, dan tujuan apa yang harus dicapai. Nilai-nilai tersebut dipengaruhi
oleh lingkungan sosial, kultural, dan spiritual.
Asuhan keperawatan telah ada dalam masyarakat, karena setiap masyarakat biasanya
mempunyai seseorang yang care terhadap orang lain. Watson menyatakan bahwa
merawat, dan keperawatan itu ternyata sangat dibutuhkan oleh setiap lingkungan sosial
yang mempunyai beberapa orang yang saling peduli dengan yang lainnya. Sikap merawat
tidak diturunkan dari generasi ke generasi, melalui gen, tetapi diturunkan dari kebudayaan
profesi sebagai suatu koping yang unik terhadap lingkungan.

4. Keperawatan
Menurut Watson keperawatan fokusnya lebih pada promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, merawat yang sakit, dan pemulihan keadaan fisik. Keperawatan pada promosi
kesehatan awalnya sama dengan mengobati penyakit. Dia melihat keperawatan dapat
bergerak dari dua area, yaitu: masalah penanganan stres dan penanganan konflik. Hal ini

9
dapat menunjang tersedianya perawatan kesehatan yang holistik, yang dia percayai dapat
menjadi pusat dari praktik keperawatan.
Salah satu asumsi Watson mengatakan bahwa kondisi sosial, moral, dan ilmu
pengetahuan sangat berkontribusi terhadap kondisi kesehatan manusia dan masyarakat,
sehingga perawat perlu berkomitmen terhadap pemberian asuhan kesehatan yang ideal
melalui kajian teori, praktek, dan riset keperawatan.

Ada 10 faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan, antara lain:


1. Membentuk sistem nilai humanistik altruistik.
2. Membangkitkan rasa percaya dan harapan.
3. Mengembangkan kepekaan kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain.
4. Mengembangkan hubungan yang sesuai harapan pasien / “helping trust”.
5. Meningkatkan intuisi dan peka terhadap ekspresi perasaan baik positif, maupun
negative.
6. Menggunakan metoda ilmiah “problem solving” yang sistematik untuk mengambil
keputusan.
7. Meningkatkan hubungan interpersonal “teaching-learning”.
8. Memberi dukungan/support, melindungi, dan membantu memperbaiki kondisi mental,
fisik, sosial-kultural, serta spiritual.
9. Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia.
10. Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.

2.7 PROSES KEPERAWATAN DALAM TEORI CARING


Watson merekomendasikan suatu pendekatan penelitian keperawatan yang lebih dalam,
agar menghasilkan suatu hubungan keperawatan yang baik dengan keb utuhan manusia. Agar
hasilnya sempurna, maka perawat perlu melakukan metoda pemecahan masalah secara
ilmiah. Watson juga menyatakan proses keperawatan terdiri atas langkah-langkah yang sama
dengan proses ilmiah. Watson kemudian mengkolaborasikannya dalam dokumentasi (tulisan
yang dicetak miring mengidikasikan adanya keterkaitan dengan adanya penelitian dalam
proses keperawatan).
1. Pengkajian
1) Pengkajian meliputi: tindakan pengamatan, melakukan identifikasi, dan
menelaah masalah yang muncul melalui pengaplikasian dari hasil studi literature.

10
2) Untuk dapat menelaah dan memprediksi suatu masalah dengan baik
sesuai kerangka kerja yang telah dibuat, maka perlu menggali lebih
dalam pengetahuan yang terkait secara konseptual.
3) Dalam pengkajian juga mencakup formulasi hipotesis mengenai hubungan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah.
4) Selain itu juga dalam menilai situasi perlu mencantumkan definisi dari variable-
variable yang akan diperiksa dalam pemecahan masalah ini.

2. Perencanaan
1) Dengan perencanaan yang baik, maka akan membantu dalam menentukan
bagaimana variabel-variabel dapat diuji atau diukur.
2) Dalam merancang suatu pemecahan masalah yang mengacu pada rencana asuhan
keperawatan tetap melalui pendekatan konseptual.
3) Selain itu juga dalam perencanaan tercantum data-data yang telah dikumpulkan &
sesuai.

3. Intervensi
Merencanakan tindakan sesuai dengan masalah yang ditemukan.

4. Evaluasi
1) Evaluasi merupakan sebuah metoda dan proses untuk menganalisa hasil
pelaksanaan inter-vensi dari setiap masalah yang ada.
2) Disamping itu menurut Watson, evaluasi juga harus mampu memberikan
generalisasi terhadap hipotesa-hipotesa tambahan atau kejadian yang mungkin
akan terjadi untuk mendorong teori keperawatan secara umum didasarkan pada
studi pemecahan masalah.

11
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Kasus
Berikut ini akan diberikan sebuah contoh kasus. Pada kasus ini akan diterapkan proses
keperawatan berdasarkan teori Watson. Proses keperawatan pada kasus ini didasarkan pada
aplikasi teori Watson dalam George (1995). Adapun kasus tersebut adalah : Ny. S,70 tahun
dilarikan ke sebuah rumah sakit pemerintah oleh para tetangganya karena sesak nafas dan
batuk-batuk berdahak saat sedang mencuci pakaian di depan rumahnya. Ny. S tampak kurus,
kulit kering, badan lemah dan muka pucat. Para pengantar mengatakan selama ini Ny. S
tinggal sendiri di rumah dan tidak punya keluarga lagi. Ny. S termasuk kurang mampu. Ny. S
sehari-hari bekerja sebagai pengumpul botol-botol yang akan dijual kepada pabrik pengolah
plastik. Ny. S tinggal di rumah sempit dan kurang ventilasi. Dari hasil pemeriksaan saat
masuk rumah sakit didapatkan data tekanan darah 80/60 mmmHg, nadi 100 kali/menit, suhu
37 derajat Celcius, pernafasan 25 kali/menit, dan sklera tampak pucat. Hasil pemeriksaan
laboratorium darah didapatkan Hb 10 gr/dl, Ht 33%, leukosit 10000 ul dan trombosit 140.000
ul, dan albumin diperiksa dengan hasil 3 gr/dl. Dari hasil rontgen dada menunjukkan adanya
TB paru.
Proses keperawatan menurut teori Watson untuk kasus Ny. S adalah: Proses
Keperawatan Aplikasi Teori Pengkajian Kebutuhan derajat lebih rendah (Biofisik)
Bagaimana Ny. S melihat dirinya?Apakah tinggi badan, berat badan, hasil pemeriksaan fisik
Ny. S normal?Apakah Ny. S cukup makan dan minum untuk mempertahankan kondisi tubuh
yang normal?Apakah pola eliminasi dan pernafasan Ny. S normal? Kebutuhan derajat lebih
rendah (Psikofisik) Apakah citra tubuh Ny. S positif?Apakah dia berpartisipasi dalam
aktifitas yang biasa pada seusianya? Apakah evaluasi hasil nilai lab dalam batas
normal?Bagaimana kehidupanseksualitasnya? Kebutuhan derajat lebih tinggi (Psikososial)
Apakah hubungan Ny. S dengan sesama memuaskan?Apakah kondisi kurang mampu
membuatnya terhambat?Apakah lingkungannya memfasilitasi pertumbuhan dirinya?Apakah
dia merasa dicintai dan mencintai? Kebutuhan derajat lebih tinggi (Intrapersonal) Bagaimana
perasaan Ny. S tentang dirinya?Apakah Ny. S menyukai dunianya? Apakah Ny. S merasa
mencapai tujuannya? Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan sekret yang tebal dan kental, usaha batuk efektif lemah. Perencanaan dan
Implementasi Penggunaaan faktor karatif Membangun lingkungan caring melalui
Pemahaman empatik. Membangun hubungan saling melalui mendorong ekspresi.

12
3.2 Pembahasan
Empat derajat kebutuhan digunakan dalam tahap pengkajian dan sepuluh faktor karatif
digunakan dalam tahap perencanaan dan implementasi. Diagosa keperawatan yang diangkat
dan dibahas pada aplikasi dalam kasus ini hanya satu saja dengan maksud sebagai proritas
penyelesaian. Diagnosa keperawatan lain dapat saja dirumuskan dan diselesaikan dengan
menggunakan metode yang sama dengan diagnosa keperawatan yang dibahas dibawah ini.

13
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Konsep utama teori Jean Watson adalah “ Human Science and Human Care ”,
yang fokus utamanya dalam keperawatan adalah careative factor, dimana dia berasal
dari humanistic perspective yang dikombinasikan dengan dasar ilmu pengetahuan
ilmiah.
2. Hubungan teori Jean Watson ini dengan konsep utama keperawatan, yaitu adanya
unsur teori kemanusiaan dalam pandangannya yang mengatakan bahwa manusia
adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai ragam perbedaan.
3. Hubungan dengan proses perawatan, Jean Watson menganjurkan supaya penelitian-
penelitian di bidang keperawatan dapat dihubungkan dengan proses keperawatan,
sebab di dalam proses keperawatan langkah-langkahnya sama dengan proses ilmiah.
4. Hubungan dengan ciri-ciri teori, Jean Watson mengatakan bahwa sebuah teori
merupakan sebuah pengelompokan, ide-ide, pengalaman yang memberikan
penjelasan mengenai fenomena 40, dan dia menolak konsep tradisional.
5. Penerapan teori Jean Watson, terdiri dari: pengkajian, penentuan diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

4.2 SARAN
Kita sebagai perawat harus menerapkan filsafah keperawatan, maka seorang perawat
harus memahami ilmu tentang filsafah keperawatan dengan sempurna.

14
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.


Hidayat Aziz Alimul A. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konse, Proses dan Praktik
Edisi 4 Volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Potter, Patricia A. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 1. Jakarta: Salemba Medika
https://tillapranata.wordpress.com/2014/09/24/teori-watson-keperawatan-dasar-1/

15

Anda mungkin juga menyukai