Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN APLIKASI KLINIS KEPERAWATAN

FEBRIS

DI RUANG PERAWATAN MANYAR RSD KALISAT

oleh :

Maraytus Sissetyaningrul Putri


NIM 162310101166

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan aplikasi klinis keperawatan yang dibuat oleh:


Nama : Maraytus Sissetyaningrul Putri

NIM : 162310101119

Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Febris di Ruang Perawatan Manyar Rumah Sakit Daerah Kalisat

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :

Tanggal :

Penyusun Laporan

Maraytus Sissetyaningrul Putri

NIM 162310101119

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

__________________________ __________________________

NIP.............................................. NIP..............................................

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................

LAPORAN PENDAHULUAN .............................................................

A. Anatomi dan Fisiologi .......................................................


B. Definisi Penyakit ...............................................................
C. Etiologi ...............................................................................
D. Klasifikasi ..........................................................................
E. Patofisiologi .......................................................................
F. Manifestasi Klinik .............................................................
G. Pemeriksaan Penunjang ...................................................
H. Penatalaksanaan ...............................................................
I. Clinical Pathway ...............................................................
J. Asuhan Keperawatan .......................................................
K. Discharge Planing .............................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................


A. Anatomi Otak

Bagian-Bagian Otak

Otak melaksanakan semua fungsi yang disadari. Otak bertanggung jawab terhadap
pengalaman-pengalaman berbagai macam sensasi atau rangsangan terhadap
kemampuan manusia untuk melakukan gerakan-gerakan yang menuruti kemauan
(disadari), dan kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam proses mental,
seperti ingatan atau memori, perasaan emosional, intelegensia, berkomunikasi, sifat
atau kepribadian dan ramalan.

1. Otak besar (serebrum) Otak besar merupakan bagian terbesar dan terdepan
dari otak manusia. Otak besar mempunyai fungsi dalam mengatur semua
aktivitas mental, yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensia), ingatan
(memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar terdiri atas Lobus
Oksipitalis sebagai pusat penglihatan, Lobus temporalis yang berfungsi
sebagai pusat pendengaran, dan Lobus frontalis yang berfungsi sebagai
pusat kepribadian dan pusat komunikasi.
2. Otak kecil (serebelum) Otak kecil (serebelum) mempunyai fungsi utama
dalam koordinasi terhadap otot dan tonus otot, keseimbangan dan posisi
tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan
sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil juga berfungsi
mengkoordinasikan gerakan yang halus dan luwes.
3. Otak tengah (mesensefalon) Otak tengah terletak di depan otak kecil dan
jembatan varol. Otak tengah berfungsi penting pada refleks mata, tonus otot
serta fungsi posisi atau kedudukan tubuh.
4. Otak depan (diensefalon) Otak depan terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus
yang berfungsi menerima semua rangsang dari reseptor kecuali bau, dan
hipothalamus yag berfungsi dalam pengaturan suhu, pengaturan nutrien,
penjagaan agar tetap bangun, dan penumbuhan sikap agresif.
5. Jembatan varol (pons varoli) Jembatan varol merupakan serabut saraf yang
menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan. Selain itu,
menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

B. Definisi
Febris atau yang lebih sering disebut demam adalah
peningkatan titik patokan suhu hipotalamus (Elizabeth J. Corwin,
2010). Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari 37,5 o
C. Demama terjadi karena pelepasan pirogen eksogen yang dapat
berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu reaksi
umunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah
Noer, 2008).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal pada
biasanya, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau
oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. Menurut
Guyton (2000) demam dapat disebabkan karena kelainan otak
sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-peyakit karena bekteri, tumor, dehidrasi. Demam adalah
keadaan dimana tejadi kenaikan suhu hingga 38 o C. Sedangkan
suhu tubuh lebih dari 40 o C disebut demam tinggi atau
hiperpireksia (Julia, 2000).
Febris atau demam merupakan reaksi alamiah dari tubuh manusia
dalam usaha manusia untuk melakukan perlawanan terdapat beragam
penyakit yang masuk atau yang berada di dalam tubuh manusia. Normalnya
suhu tubuh manusia berkisar antara 360 -370C, di mana pada suhu tersebut
diartikan sebagai keseimbangan antara produksi panas tubuh yang
diproduksi dan panas yang hilang dari tubuh. Penyakit febris atau demam
Tidak hanya diderita pada anak-anak, tetapi pada manusia dewasa maupun
lansia juga, tergantung dari sistem imun setiap individu itu sendiri (Hidayat,
2008).

C. Etiologi
Penyebab utama terjadinya demam yaitu Infeksi virus, bakteri,
fungus dan parasit lainnya. Hal ini merupakan penyebab demam yang
utama (Munandar, 1979). Demam dihasilkan oleh pirogen endogen yang
bekerja pada mekanisme pengatur suhu tubuh di sistem saraf pusat.
Pirogen terpenting yang bertanggung jawab atas demam adalah
interleukin 1. Produksi hasil bakteri, virus, serta jamur merangsang
pelepasan interleukin 1 dari makrofag, serta juga produksi sitokin-sitokin
lain, sehingga menghasilkan demam dan manifestasi lain respon radang
(Rudolph, 2006).
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non
infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,
jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya
menimbulkan demam pada anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis,
osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial
gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi
saluran kemih, dan lain-lain (Graneto, 2010). Infeksi virus yang pada
umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia, influenza,
demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum
seperti H1N1 (Davis, 2011). Infeksi jamur yang pada umumnya
menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan
lain-lain (Davis, 2011). Infeksi parasit yang pada umumnya
menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan
helmintiasis (Jenson & Baltimore, 2007). Demam akibat faktor non
infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan
(suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, Universitas
Sumatera Utara keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis,
systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit
Hodgkin, Limfoma nonhodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-
obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin) (Kaneshiro &
Zieve, 2010). Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai
akibat efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari
(Graneto, 2010). Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi
penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan
otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan
lainnya (Nelwan, 2009).
D. Klasifikasi
Klasifikasi febris menurut Nelwan, Demam: Tipe dan Pendekatan,
2009 ) :
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkay yang lebih tinggi pada malam
hari dan turun kembali ketingkat normal pada siang hari. sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidakpernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam
septik
3. Demam intermiten
Suhu badan turun krtingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. bila demem seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajad. Pada
tingkat demam yang terus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam Siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode beba demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu sepeerti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit


tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Tipe demam
siklikdikaitkan dengan demam berdarah dengue. Kebanyakan para
pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarknya
merupakan suatu oenyakit self limiting seperti influenza atau oenyakit
sejenisnya, mungkin dapat dihubungkan dengan suatu sebab yang
jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria.

E. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)
anak terhadapinfeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila
ada infeksi atau zat asing masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau
zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang
berasal dari tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogrn eksogen) yang
bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi
imunologi terhadap benda asing (non infeksius). Zat pirogen ini dapat
berupa protein, pecahan protein dan zat lain terutama toksin polisakarida
yang dilepas oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan
tubuh menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Pada mekanisme ini akan dirangsang pelepasa asam arakidonat
serta menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara
menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menumbulakn demam
pada anak. Suhu yang tinggi akan merangsang tentara tubuh (sel makrifag
dan sel limfosit T) memerangu zat asing dengan meningkatkan proteolisis
yang mengahsilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi
atau sistem kekebalan tubuh dalam hipotalamus pirogen.
Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan
fase kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase
peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh
darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi
panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua
yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase ketiga
yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan
vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk
menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna kemerahan (Dalal &
Zhukovsky, 2006).

F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadi febris yaitu:
1. Anak rewel (suhu tinggi dari 37,8oC-40oC)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat ketika disentuh
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk nyeri, anoreksia dan
somnolen (penurunan kesadaran). Batsana mayor suhu tubuh lebih
tinggi dari 37,5Oc-40Oc, kulit hangat, takichardi sedangkan batasan
karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan
kedalaman pernafasan, menggigil atau merinding, perasaan hangat dan
dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum, keletihan, kelemahan
dan berkeringat (Carpenito, 2000)

Gejala klinis febris yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam
meliputi:
Fase 1 awal ( dingin/ menggigil) Tanda dan gejala
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Rambut pada kulit berdiri
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah

Fase 2 ( proses demam) tanda dan gejala


a. Proses mengigil lenyap
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Merasa tidak panas / dingin
d. Peningkatan nadi
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi
g. Kelemahan
h. Kehilangan nafsu makan (jika demam meningkat)
i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
Fase 3 (pemulihan) tanda dan gejala
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi (Ilmu kesehatan, 2013).

G. Pemeriksaan penunjang
Dapat dilakukan dengan tes darah, kultur urinr, pembiakan kuman
dari caran tubuh atau lesi permukaan atau sinar tembus rutin Dalam tahap
biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Dengan ultrasonografi,
endoskopi anginografi, aortografi, limfaniografi (Rahmansyah, 2010)

H. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologi
1. Parasetamol
Parasetamol dapat diberikan setiap 6 jam sesuai kebutuhan.
Dosis parasetamol berdasarkan BB bukan usia. Jenis obat yang
mengandung parasetamol sangat banyak seperti Tempra, Sanmol, Praxion,
Naprex,Bodrexin sirup, Dumin, Termorex, dll. Dosis 10-15 mg/kg berat
badan(BB) per kali pemberian, maksimal 60 mg/kg BB per hari. Obat ini
mempunyai banyak sediaan yaitu tablet, sirup, drop, dansuppositoria.
Sediaan drop diberikan pada bayi dengan BB dibawah 10 kg atau pada anak
dengan kesulitan minum obat karena volume pemberian relatif sedikit. Pada
anak dengan BB diatas 10 kg dapatdiberikan sirup. Tablet diberikan pada
anak usia diatas 12 tahun. Dari penelitian terbukti bahwa pemberian oral dan
suppositoria samaefektifnya. Sediaan suppositoria (melalui dubur)
diberikan bila pemberian oral tidak memungkinkan, contohnya anak dengan
muntah profuse, anak tidur, atau tidak sadar.Paracetamol (para
acetoaminophenol) suatu obat untuk mengurangidemam (antipiretik) dan
nyeri (analgetik). Obat ini aman untuk bayi dan anak sesuai kebutuhan,
karena itu dapat dibeli bebas. Obat inidimetabolisme di hati sehingga bila
dosis berlebih dapat menimbulkangangguan fungsi hati. Efek samping obat
(ESO) bersifat reversible, penghentian obat dapat memperbaiki keadaan
umum anak dan ESOakan berangsur-angsur hilang sehingga kondisi anak
kembali normal (Graneto, 2010)
2. Ibuprofen
Dosis obat ini adalah: 5-10 mg/kg BB setiap kali
pemberian,maksimal 40 mg/kg BB/hari. Contoh obat yang mengandung
ibuprofenantara lain Proris, Rhelafen, Fenris, Bufect, dll (Graneto, 2010)
3. Asetosal
Hati-hati peberian obat ini pada anak usia dibawah 12 tahun.Contoh
obat yang mengandung asetosal antara lain Aspilet, Bodrexintablet,
Contrexyn, Inzana (Graneto, 2010)

b. Non Farmakologi
Dikompres dengan air hangat karena yang terjadi adalah pusat pengatur
suhu akan menangkap sinyal bahwa disekitar tubuh hangat maka pusat
pengatur suhu akan menurunkan suhu tubuh untuk mengimbangi.Respon
pada tubuh akan terjadi vasodilatasi. Vasodilatasi ini yangmenyebabkan
pembuangan atau pelepasan panas dari dalam tubuh melaluikulit sehingga
suhu tubuh akan menurun. Inilah efek yang diinginkandalam penggunaan
kompres yaitu untuk menurunkan demam.
I. Pathway

Agen Infeksius, mediator Dehidrasi


inflamasi

Tubuh kehilangan cairan


Monosit atau makrofag

Sitokinin pirogen Penurunan cairan


intraseluler

Mempengaruhi DEMAM
hipotalamus anterior

Meningkatkan
Gangguan rasa nyaman
Peningkatan evaporasi metabolik tubuh

gelisah Tidak bisa


Resiko defisit volume kelemahan
tidur
cairan
Kurang
pengetahuan Gangguan
istirahat Intoleransi aktifitas
tidur
Peningkatan suhu tuubuh
ansietas
anoreksia

hipertermi Nutrisi kurang dari


kebutuhan Intake makanan berkurang
J. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Suku, Pekerjaan, Pendidikan,
Status Perkawinan, Alamat, Tanggal Masuk Rumah Sakit
2. Riwayat Kesehtan
a. Keluhan Utama
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan
pasien. Biasanya yang dikeluhkan adalah panas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan
pasien. sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita
oleh pasien.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita
oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak

2. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut : keadaan kepala klien ISK biasanya baik. Distribusi rambut
merata, warna rambut normah (hitam), rambut tidak bercabang,
rambt bersih, ketika di palpasi biasanya rambut lembut, tidak
berminyak dan halus
b. Mata : keadaan mata cekung. Mata simetris, sklera tidak ikterik,
konjugtiva anemis, pandangan tidak kabur.
c. Hidung : normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada secret, hidung
bersih
d. Telinga : normal, simetris kanan kiri , bentuk daun telinga normal,
tidak ada serumen, kebersihan telinga baik
e. Mulut : Mukosa bibir kering, keadaan dalam mulut bersih (lidah,
gigi, gusi)
f. Leher : normal. Inspeksi leher simetris, tidak tidak ada penonjolan
JVP.
g. Thoraks
Paru : inspeksi biasanya dada sismetris kanan dan kiri, pergerakan
dada sama, pernafasan cepat dan dangkal, tidak ada penonjolan
rusuk. Palpasi biasanya normal, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas
dan tidak ada edema. Perkusi : suara dulnes pada payudara dan suara
resonan pada intercosta. Auskultasi normal tidak terdapat suara
tambahan pernafasan
Jantung : biasanya pada klien normal. Tidak ada gangguan jantung
(kecuali memiliki riwayat sakit jantung). Teraba pulsasi pada ics 2
dan pada ics 3-5 tidak teraba. Suara jantung pada s1 dan s2 pada ics
3 normal dan pada ics 5 bunyi s1 lebih dominan dari pada s2.
h. Abdomen : inspeksi perut rata tidak ada pembesaran hepar yang
ditandai dengan perut buncit, tidak ada pembuluh darah yang
menonjol pada abdomen. Palpasi normal tidak ada nyeri tekan
Perkusi bunyi yang dihasilkan timpani. Auskultasi bising usus
terdengar
i. Ekstermitas : kekuatan ekstermitas atas dan bawah baik, dapat
melakukan pergerakan sesuai perintah, tidak ada nyeri dan bunyi
krepitasi
3. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
b. Resiko defisit volume cairan ditandai peningkatan evaporasi
c.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
makanan berkurang
d. Gangguan tidur berhubungan dengan tidak dapat tidur karena sakit
e. Intolerasni aktifitas berhubungan dengan kelemahan
d. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
NO DIAGNOSA NIC NOC
1 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan 1.Fever treatment
berhubungan keperawatan selama…x24jam a. Monitir suhu
dengan klien menunjukkan temperatur sesering mungkin
proses infeksi, dalam batas normal dengan b. Monitor IWL
proses kriteria hasil: c. Monitor warna dan
penyakit. a. Suhu Tubuh dalam batas suhu kulit
normal d. Monitor tekanan
b. Bebas dari kedinginan darah, nadi dan RR
c. Suhu tubuh stabil 36,50- e. Monitor penurunan
37,50c tingkat kesadaran
d. Termoregulasi dbn f. Monitor WBC, HB
e. Nadi dbn dan HCT
<1 bln : 90-170 g. Monitor intake dan
<1 thn : 80-160 output
2 thn : 80-120 h. Kolaborasikan
6 thn : 75-115 pemberian
10 thn : 70-110 antipiretik
14 thn : 65-100 i. Berikan
>14thn : 60-100 pengobatan untuk
f. Respirasi dbn mengatasi
BBL : 30-50 x/m penyebab demam
Anak-anak : 15-30 x/m j. Selimuti pasien
Dewasa : 12-20 x/m k. Berikan cairan
intravena
l. Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
m. Tingkatkan
sirkulasi udara
n. Berikan
pengobatan untuk
mencegah
terjadinya
menggigil
2. Temperature
regulation
a. Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
b. Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
c. Monitor TD, nadi
dan RR
d. Monitor warna dan
suhu kulit
e. Monitor tanda-
tanda hipertermi
dan hipotermi
f. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
g. Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
h. Diskusikan tentang
pentingnya
pengaturan suhu
dan kemungkinan
efek negative dari
kedinginan
i. Berikan antipiretik
bila perlu
3. Vital Sign
Monitoring
a. Monitor TD, nadi,
suhu dan RR
b. Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
c. Monitor VS pada
saat pasien
berbaring, duduk
atau berdiri
d. Monitor TD , nadi,
RR, sebelum,
selama dan
sesudah aktivitas
e. Monitor kualitas
dari nadi
f. Monitor frekuensi
dan irama dari
pernafasan
g. Monitor suara paru
h. Monitor pola
pernafasan
abnormal
i. Monitor warna,
suhu dan
kelembaban kulit
j. Monitor sianosis
perifer
k. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
l. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign

2. Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Fluid management:


defisit keperawatan selama …x24jam a. Pertahankan
volume volume cairan adekuat dengan catatan intake dan
cairan kriteria hasil: output yang akurat
a. Mempertahankan urine b. Monitor status
output sesuai dengan usia dehidrasi
dan BB, BJ urine normal, (kelembaban
HT normal membrane mukosa,
b. Tekanan darah, nadi, suhu nadi adekuat,
tubuh dalam batas normal tekanan darah
c. Tidak ada tanda- tanda ortostatik)
dehidrasi, elastisitas turgor c. Monitor vital sign
kulit baik, membrane d. Monitor asupan
mukosa lembab, tidak ada makanan/ cairan
rasa haus yang berlebihan. dan hitung intake
kalori harian
e. Lakukan terapi IV
f. Monitor status
nutrisi
g. Berikan cairan
h. Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
i. Dorong masukan
oral
j. Berikan
penggantian
nasogastrik sesuai
output
k. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
l. Anjurkan minum
kurang lebih 7-8
gelas belimbing
perhari
m. Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
memburuk
n. Atur kemungkinan
transfusi

3. ansietas Setelah dilakukan tindakan a. Kaji dan identifikasi


keperawatan selama 2x24jam serta luruskan
ansietas klien/keluarga hilang informasi yang
dengan kriteria hasil: dimiliki
a. Klien/keluarga dapat klien/keluarga
mengidentifikasi hal-hal mengenai hipertermi
yang dapat meningkatkan b. Berikan informasi
dan menurunkan suhu pada klien/keluarga
tubuh yang akurat tentang
b. Klien/keluarga mau penyebab hipertermi
berpartisipasi dalam c. Validasi perasaan
setiap tidakan yang klien/keluarga dan
dilakukan yakinkan
c. Klien/keluarga klien/keluarga
mengungkapkan bahwa kecemasan
penurunan cemas yang merupakan respon
berhubungan dengan yang normal
hipertermi, proses d. Diskusikan dengan
penyakit klien/keluarga
rencana tindakan
yang dilakukan
berhubungan dengan
hipertermi dan
keadaan penyakit

4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan a. Jelaskan


tidur keperawatan ...x 24 jam pentingnya tidur
diharapkan pasien tidak yang adekuat
mengalami gangguan tidur b. Fasilitas untuk
dengan kriteria hasil : mempertahankan
a. Pola tidur, kualitas aktivitas sebelum
dalam batas normal tidur (membaca)
b. Perasaan segar c. Ciptakan
sesudah tidur atau lingkungan yang
istirahat nyaman
c. Mampu d. Kolaborasikan
mengidentifikasikan pemberian obat
hal-hal yang tidur
meningkatkan tidur e. Diskusikan dengan
d. Jumlah jam tidur pasien dan
dalam batas normal keluarga tentang
6-8 jam/hari teknik tidur pasien
f. Instruksikan untuk
memonitor tidur
pasien
g. Monitor waktu
makan dan minum
dengan waktu tidur
h. Monitor/catat
kebutuhan tidur
pasien setiap hari
dan jam
i. Determinasi efek-
efek medikasi
terhadap pola tidur

K. DISCHARGE PLANNING
a. Ajarkan pada orang tua mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan
dokter/perawat
b.Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan
waktu
c. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
d. Instruksikan untuk control ulang
e. Jelaskan factor penyebab demand an menghindari factor pencetus
DAFTAR PUSTAKA

Abraham,M. Rudolph. 2006. Buku Ajar Pediatri, volume 2. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan. Editor Monica Ester.
Jakarta : EGC.

Dalal, S., and Zhukovsky D.S. 2006. Pathophysiology and Management of Fever.
J Support Oncol., 2006, (4), 9–16. [Available from:
www.supportiveoncology.net/journal/articles/0401009.pdf].

Davis, C.P. 2011. Fever in Adults. University of Texas Health Science Center at
San Antonio. [Available from :
http://www.emedicinehealth.com/script/main/art.asp?articlekey=58831].

Graneto, J.W. 2010. Pediatric Fever. Chicago College of Osteopathic Medicine of


Midwestern University. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/ 801598-overview. [Updated 24
Oktober 2015]

Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta:


Salemba Medika.

Jenson, H.B., and Baltimore, R.S. 2007. Infectious Disease: Fever Without a Focus.
In: Kliegman, R.M., Marcdante, K.J., Jenson, H.B., and Behrman, R.E., ed.
Nelson Essentials of Pediatrics. 5thed. New York: Elsevier.

Julia Klaartje Kadang, SpA. 2000. Metode Tepat Mengatasi Demam.


Jakarta : Universitas Indonesia

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 4, No 2 (2013): Jurnal Ilmu


Kesehatan Masyarakat page. 92-98. Publisher: Faculty of Public Health
Universitas Sriwijaya.

Kaneshiro, N.K., and Zieve, D. 2010. Fever. University of Washington.. Available


from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/en cy/article/000980.html].
Nelwan, R.H. 2009. Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: Sudoyo, A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing.

Sjaifoellah, Noer. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi III.
Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai