SRAGEN
SKRIPSI
“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Tri Wahyuni
NIM S10045
SURAKARTA
2014
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena berkat rahmat
Allah dan petunjuk-petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
naskah skripsi yang berjudul :
“Pengaruh Posisi Miring 30 Derajat Menggunakan Absorbent Triangle Pillow
Terhadap Dekubitus Grade I pada Pasien Gangguan Penurunan Kesadaran”
Dalam penyusunan naskah skripsi ini penulis menyadari bahwa tanpa
dorongan, bimbingan dan motivasi-motivasi dari berbagai pihak niscaya penulis
tidak akan mampu menulis naskah skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta, yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku ketua Prodi S1
Keperawatan, yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada semua
mahasiswanya.
3. Ibu bc.Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku pembimbing utama, dan Ibu Yuana
Dwi Anggraini, S.Kep., Ns selaku pembimbing pendamping, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak Oktavianus S.Kep., Ns yang berperan memberi arahan serta masukan
untuk penulis dengan penuh kesabaran sehingga proposal skripsi dapat
terselesaikan dengan baik.
5. Bapak dan Ibu Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah
memberikan segenap ilmu dan pengalamanya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Direktur RSUD Sragen yang telah memberiakan izin kepada peniliti
sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan di RSUD Sragen.
v
iv
vi
DAFTAR ISI
JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
SURAT PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
DAFTAR SINGKATAN xii
ABSTRAK xiii
ABSTRACT xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 5
1.4 Manfaat Penelitian 6
1.5 Keaslian Penelitian 7
BAB V PEMBAHASAN
viii
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan 55
6.2 Saran 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
ix
DAFTAR TABEL
ix
x
DAFTAR GAMBAR
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
xii
DAFTAR SINGKATAN
xii
xiii
Tri Wahyuni
Abstrak
xiii
xiv
Tri Wahyuni
Abstract
References: 32 (2000-2013)
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
dan utuh. Kerusakan integritas kulit dapat berasal dari luka karena trauma dan
waktu lama yang menyebabkan iritasi dan akan berkembang menjadi luka
karena adanya kompresi jaringan lunak diatas tulang yang menonjol dan
adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu lama yang menyebabkan
gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan. Kondisi yang
menjadi empat stadium. Stadium 1 yaitu ada perubahan dari kulit yang dapat
meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringan subkutan atau lebih dalam, tapi
tidak sampai pada fascia. Stadium 4 yaitu hilangnya lapisan kulit yang
1
2
lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan, kerusakan pada otot,
di RS Dr. Sardjito Yogyakarta di Ruang A1, B1, C1, D1, dan B3 IRNA
periode bulan Oktober 2001 dari 40 pasien tirah baring didapatkan insiden
dekubitus 40%.
2013 di instalasi rawat inap diperoleh hasil bahwa dari 113 pasien tirah baring
yaitu dengan angka kejadian dekubitus <5% (Narni et al, 2008). Angka ini
relatif tinggi dan akan semakin meningkat serta menimbukan komplikasi jika
hanya saat pasien dilakukan mandi dimiringkan dan setelah itu tidak
yaitu faktor tekanan dan toleransi jaringan. Faktor yang mempengaruhi durasi
toleransi jaringan dibedakan menjadi dua yaitu faktor ekstrinsik dan faktor
intrisik. Faktor instrisik yaitu faktor yang berasal dari pasien, sedangkan yang
2011). Pasien yang berbaring terus menerus di tempat tidur tanpa mampu
(Sari 2007).
berbaring terus menerus di tempat tidur tanpa mampu untuk mengubah posisi
ini setiap dua jam sekali dilakukan miring kiri, terlentang dan miring kanan
selama 3 hari. Terinspirasi dari penelitian yang ada dibuat absorbent triangle
Daerah Sragen.
Daerah Sragen.
Penelitin ini dapat menjadi data dasar bagi peneliti lainnya untuk
meningkat.
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
aferen. Keseluruhan impuls aferen dapat disebut input susunan saraf pusat
dan keseluruhan dari impuls aferen dapat disebut output susunan saraf
(Muttaqin 2008).
yaitu penilaian kulitatif dan kuantitatif. Penilaian secara kualitatif antara lain
respons yang cukup terhadap stimulasi yang diberikan. Apatis adalah pasien
adalah pasien yang meliliki kesadaran yang lebih rendah, ditandai dengan
pasien tampak mengantuk, selalu ingin tidur dan tidak responsif terhadap
yang kuat. Sopor adalah pasien yang tidak memberikan respons ringan
yang kuat dengan adanya refleks pupil terhadap cahaya yang yang masih
9
10
positif. Coma adalah pasien yang tidak dapat bereaksi terhadap stimulasi
atau rangsangan apapun sehingga refleks pupil terhadap cahaya tidak ada.
2.1.2 Dekubitus
2.1.2.1 Pengertian
yang menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam
pada suplai darah pada daerah tertekan. Apabila ini berlangsung lama, hal
yang menonjol, sebagai akibat dari tekanan dalam jangka waktu lama yang
2.1.2.2 Penyebab
Mobilitas
Aktivitas Tekanan
Persepsi sensori
Perkembangan
Faktor Ekstrinsik :
luka
Kelembapan
Gesekan
Tenaga yang
merobek Toleransi jaringan
Faktor instrinsik :
Nutrisi
Umur
Tekanan ateriolar
Faktor hipotesis
lain :
Stress Emosional
Merokok
Temperatur Kulit
Nursalam (2011) mengatakan ada dua hal yang utama yang berhubungan
dengan risiko terjadinya dekubitus, yaitu faktor tekanan dan toleransi jaringan.
Faktor yang memengaruhi durasi dan intensitas tekanan di atas tulang yang
yaitu faktor ekstrinsik dan faktor instrinsik. Faktor instrinsik yaitu faktor yang
berasal dari pasien, sedangkan yang dimaksud dengan faktor ekstrinsik yaitu
faktor-faktor dari luar yang mempunyai efek deteriorasi pada lapisan eksternal
dari kulit. Dibawah ini adalah penjelasan dari masing-masing faktor diatas :
Pasien yang berbaring terus menerus di tempat tidur tanpa mampu untuk
tulang yang menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan
a. Kelembapan
inkontinensia urin karena adanya bakteri dan enzim pada feses dapat
jaringan, pembuluh darah, serta struktur jaringan yang lebih dalam yang
berdekatan dengan tulang yang menonjol. Contoh yang paling sering dari
tenaga yang merobek ini adalah ketika pasien diposisikan dalam semi
fowler yang melebihi 30 derajat. Pada posisi ini pasien bisa merosot ke
darah kulit, serta kerusakan pada jaringan bagian dalam seperti otot namun
c. Pergesekan (friction)
a. Nutrisi
dan empat dari dekubitus pada orang tua berhubungan dengan penurunan
berat badan, rendahnya kadar albumin, dan asupan makanan yang tidak
mencukupi.
b. Usia
Pasien yang sudah tua memiliki resiko yang tinggi untuk terkena
dekubitus karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan.
kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini beserta faktor penuaan
lain akan membuat toleransi kulit terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga
a. Stres emosional
dekubitus.
b. Merokok
c. Temperatur kulit
1. Stadium satu
dibandingkan dengan kulit yang normal, akan nampak salah satu tanda.
lunak), perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada orang yang berkulit
16
Sementara itu pada orang berkulit gelap luka akan kelihatan sebagai
2. Stadium dua
3. Stadium tiga
nekrosis dari jaringan subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada
4. Stadium empat
luas, nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang dan tendon. Adanya
lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV
dari dekubitus.
mengobservasi staging dan warna menurut Crisp & Taylor (2006) yaitu :
wounds
3. Luka dengan fase active healing dan lebih bersih, tampilan warna mulai
dari merah muda sampai granulasi berwarna merah dan jaringan epitel
4. Perpanduan dari berbagai warna, contoh 25% yellow wounds. 75% red
wounds
faktor suhu, tampilan “orange peel”, kontur kulit, data laboratorium, dapat
pasien dengan warna kulit yang lebih gelap (Crisp & Taylor 2006).
beberapa hal harus diperhatikan. Luka yang tertutup oleh jaringan nekrotik
Taylor, 2006).
18
luka dekubitus :
permukaan. Adapaun lokasi yang paling sering adalah bokong, tumit, dan
berkurangnya sirkulasi darah pada area yang tertekan dan lama kelamaan
tekanan kapiler melebihi dari tekanan darah dan struktur pembuluh darah
pada kulit, maka akan terjadi kolaps. Dengan terjadi kolaps akan
Hal lain juga bahwa aliran limpatik menurun, ini juga menyokong terjadi
2004).
Iskemik
Nekrosis
yang lebih ekstrim lagi yakni pasien meninggal akibat kompliksi luka
tekan tersebut. Hal ini di dukung dari pernyataan Ayello (2007) bahwa
bahkan kematian.
dan beberapa kasus mencapai tahunan. Dampak yang serius dari luka
fungsi akan lebih luas pengaruhnya tidak hanya pada pasien namun juga
terbukti bahwa luka tekan dapat dicegah. Salah satu rekomendasi yang
21
jaringan kulit dan kelembapan sehingga tidak terjadi luka tekan. Pada saat
pasien diposisikan semi fowler yang melebihi 30 derajat, pada posisi ini
pada pembuluh darah kulit, serta kerusakan pada jaringan bagian dalam
pada pasien guna mencegah terjadinya luka tekan. Prosedur awalnya yaitu
pembuluh darah serta struktur jaringan yang lebih dalam yang berdekatan
dengan tulang yang menonjol. Contoh yang paling sering adalah ketika
pasien diposisikan semi flower yang melebihi 30 derajat. Pada posisi ini
busa berbentuk limas segitiga dan dilapisi perlak serta diberikan sarung
bantal dan diberikan kapas empuk yang berfungsi sebagai absorbent yang
terbuat dari bahan pempers. Absorbent triangel pillow dibuat dengan lebar
Lebar 30 cm
Panjang
22,5 cm
Tinggi 15 cm
30º
Pasien gagguan
kesadaran
Imobilisasi/tirah
baring
Kerusakan/trauma pada
kulit
Faktor yang
Resiko dekubitus mempengaruhi
Nutrisi
Temperatur
Sebelum dilakukan
Pemberian posisi intervensi
miring 30 derajat
Resiko
menggunanakan
dekubitus
absorbent triangle
pillow
Setelah dilakukan
intervensi
penurunan kesadaran
penurunan kesadaran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
post test with control. Rancangan penelitian quasy experiment ini berupaya
26
27
Tabel 3.1 Desain Penelitian one group pretest-post test with control
K-A 0 + 01-A
K-B 0 - 01-B
Keterangan :
triangle pillow
kontrol)
3.2.1 Populasi
3.2.2 Sampel
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik total sampling dengan
suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Sedangkan kriteria
Kriteria inklusi :
sopor, coma
6. Pasien meninggal
Peneltian ini dilakukan selama 28 hari yaitu 21 April 2014 sampai 18 Mei
Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel Independen dan Dependen
Independen
Penyanggah
ditempatkan
dibawah area
sakral dengan
durasi selama
2 jam sekali
dengan kepala
dielevasikan
setinggi 30
derajat untuk
mencegah agar
tubuh tetap
dalam posisi
stabil.
Dependen
somnolen, sopor, coma yang tidak terjadi dekubitus dan diberikan posisi
kontrak dan hubungan saling percaya kepada keluarga klien, yang kedua
menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga klien, yang ketiga
observasi.
bantal untuk menyanggah kepala dan leher dengan sudut ketinggian tidak
ke kiri, terlentang, ke kanan tiap dua jam secara bersamaan mulai dari
absorbent triangle pillow pada sudut antara bokong dan matras (yang paling
utama dibawah area sakral), mengusahakan area tumit tidak tertekan, dapat
medis, jenis kelamin, kesadaran, hari rawat, tanggal dimulai penelitian dan
cara mencentang bila terjadi, serta mengisi paraf apabila telah dilakukan
miring tiap 2 jam pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesuai
Prihartono 2003).
kesesuaian data. Mulai dari identitas responden dan penilaian pretest dan
data mentah kedalam bentuk yang mudah dibaca untuk pengolahan data.
bilangan atau angka. Kode data yaitu untuk jenis kelamin 1 adalah laki-
meminimalkan kesalahan.
5. Clearing (Pembersihan)
dengan cara mengecek kembali apakah ada kesalahan atau tidak, untuk
dari tiap variable dan dinarasikan meliputi jenis kelamin, usia dan
kesadaran.
berikut :
peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh posisi miring 30
diperoleh selama penelitian yang dilakukan 28 hari yaitu dari tanggal 21 April
2014 sampai 18 Mei 2014, pasien gangguan penurunan kesadaran yang memenuhi
selama 2 jam dimiringkan kanan, 2 jam terlentang dan 2 jam dimiringkan kiri.
Intervensi dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan melakukan pre test dan
dilakukan langsung oleh peneliti dan asisten penelitian. Data yang memenuhi
38
39
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol di ICU RSUD Sragen
21 April 2014 sampai 18 Mei 2014
(N=9)
f % f % F %
Usia
pada kelompok intervensi paling banyak berada pada kelompok usia middle age
responden paling banyak pada kelompok kontrol berada pada usia elderly (usia
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol di ICU RSUD Sragen
21 April 2014 sampai 18 Mei 2014
(N=9)
f % f % F %
1 Laki-laki 4 80 3 75 7 77.8
2 Perempuan 1 20 1 25 2 22.2
berdasarkan jenis kelamin pada kedua kelompok memiliki jumlah responden laki-
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Kesadaran pada Kelompok
Kontrol dan Intervensi di ICU RSUD Sragen
21 April 2014 sampai 18 Mei 2014
(N=9)
f % f % F %
Somnolen 1 25 0 0 1 11.1
Sopor 0 0 1 20 1 11.1
Coma 3 75 4 80 7 77.8
kontrol dan intervensi yang paling banyak adalah coma yaitu 7 responden
(77.8%).
Tabel 4.4
Distribusi Responden Menurut Kejadian Luka Tekan Sebelum
dan Sesudah Dilakukan Perlakuan pada Kelompok Kontrol
dan Intervensi di ICU RSUD Sragen
21 April 2014 sampai 18 Mei 2014
(N=9)
dilakukan perlakuan, pada kelompok intervensi tidak didapatkan luka tekan (0%)
dan pada kelompok kontrol didapatkan 4 responden (100%) mengalami luka tekan
42
Tabel 4.5
Distribusi Lokasi Luka Tekan Responden Sesudah diberikan Posisi Miring 30
Derajat Menggunakan Absorbent Triangle Pillow pada Kelompok Kontrol
dan Intervensi di ICU RSUD Sragen
21 April 2014 sampai 18 Mei 2014
(N=9)
Pada tabel 4.5 memperlihatkan lokasi luka tekan sesudah diberikan posisi
intervensi hanya 1 responden yang mengalami hangat pada tumit. Pada kelompok
kontrol 4 responden terjadi luka tekan yaitu responden pertama terjadi hangat,
kemerahan, kontur lembek pada sakrum dan bahu; responden kedua terjadi
43
hangat, kemerahan dan kontur lembek di bahu dan siku; responden ketiga hangat,
kemerahan dan kontur lembek pada sakrum dan bahu; responden keempat hangat
kemerahan dan kontur lembek terjadi pada sakrum. Berdasarkan NPUAP luka
derajat menggunakan absorbent triangle pillow serta lokasi luka tekan, baik
Pillow
Tabel 4.6
Pengaruh Posisi Miring 30 Derajat Menggunakan Absorbent
Triangle Pillow dengan Luka Tekan pada Kelompok
Kontrol dan Intervensi di ICU RSUD Sragen
21 April 2014 sampai 18 Mei 2014
(N=9)
Luka Tekan
Kelompok Luka Tekan Tidak Luka Tekan
N % N % 0.003
Kontrol 4 100 0 0
Intervensi 0 0 5 100
44
Pada tabel 4.6 didapatkan hasil analisis hubungan antara perlakuan posisi
(0%) terjadi luka tekan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0.003, disimpulkan
kelompok intervensi dan kontrol di ruang ICU RSUD Sragen. Pada kelompok
PEMBAHASAN
interpretasi dan diskusi hasil penelitian dengan merujuk kepada tujuan penelitian,
tinjauan literatur dan juga penelitian yang ada sebelumnya serta keterbatasan
penelitian.
5.1.1.1 Usia
rentang usia elderly (55.6 %). Menurut Nursalam (2011) usia tua memiliki
resiko yang tinggi untuk terkena dekubitus karena kulit dan jaringan akan
berubah seiring penuaan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang
45
46
dirawat dengan tirah baring total di ruang rawat inap Rumah Sakit Puri
Cinere Depok adalah responden dengan umur lebih dari 60 tahun. Menurut
dekubitus, hal ini disebabkan pada usia lanjut terjadi perubahan kualitas
dermis.
miring tiap 1 jam sekali yang berjenis kelamin laki-laki sejumlah 63,3 %
47
kelamin bukan termasuk faktor risiko dekubitus. Hal ini didukung dengan
luka tekan.
48
absorbent triangle pillow tidak terjadi luka tekan. Hasil uji chi-square
yang menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam
pada suplai darah pada daerah tertekan. Apabila ini berlangsung lama, hal
grade I atau stadium satu adalah adanya perubahan dari kulit yang
nampak salah satu tanda. Tanda yang muncul adalah perubahan temperatur
kulit (lebih dingin atau lebih hangat), perubahan konsistensi jaringan (lebih
49
keras atau lunak), perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada orang yang
Sementara itu, pada orang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai
menerus ditempat tidur tanpa mampu untuk merubah posisi beresiko tinggi
struktur jaringan yang lebih dalam yang berdekatan dengan tulang yang
menonjol. Contoh yang paling sering dari tenaga yang merobek ini adalah
dilakukan Suriadi tahun 2003 di salah satu rumah sakit di Pontianak juga
(2006) menegaskan bahwa luka tekan sering ditemukan pada orang dengan
menghilangkan tekanan.
yang menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan
miring kanan, terlentang dan miring kiri tiap 2 jam sekali dilakukan
tidak ada perbedaan yang bermakna antara keefektifan alih baring 1 jam
sekali dan alih baring 2 jam sekali dalam penurunan resiko dekubitus alih
baring 1 jam sekali dan alih baring 2 jam sekali sama efektifnya dalam
terjadi luka tekan. Ketika pasien diposisikan dalam semi fowler yang
kulit, serta kerusakan pada jaringan bagian dalam seperti otot namun
2011).
52
beda saat pasien diatas tempat tidur, dari kesepuluh posisi itu, didapatkan
derajat dengan bantal busa terbukti dapat menjaga posisi pasien terbebas
dari penekanan pada area trokanter dan sakral (NPUAP 1996). Hal ini juga
dimana luka tekan pada area trokanter dan sakral dapat dieliminir dengan
intervensi hanya 1 responden yang terjadi hangat pada tumit dan pada
pertama terjadi hangat, kemerahan, kontur lembek pada sakrum dan bahu;
responden kedua terjadi hangat, kemerahan dan kontur lembek di bahu dan
siku; responden ketiga hangat, kemerahan dan kontur lembek pada sakrum
53
dan bahu; responden keempat hangat kemerahan dan kontur lembek terjadi
pada sakrum.
Hasil uji chi square didapatkan p value = 0.003 yang berarti ada pengaruh
triangle pillow ini sangat bermakna dalam mencegah terjadinya luka tekan.
klien atau IMT, edema pada klien dan riwayat merokok responden yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Perlunya jangka waktu yang lama
dalam proses penilitian ini untuk mendapatkan responden yang lebih banyak.
Pada saat proses penelitian ada beberapa pasien sudah melakukan informed
54
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.1.2 Jenis kelamin responden sebagian besar adalah laki-laki yaitu sebanyak
77.8 % (7 responden).
55
56
6.2 Saran
positif bagi rumah sakit sebagai upaya pencegahan dekubitus dan dapat
bagi institusi pendidikan sebagai suatu wadah yang tepat dalam membekali
calon-calon perawat profesional yang tanggap akan situasi dan kritis dalam
pemecahan masalah.
kreatif yang dapat diteliti untuk mengatasi kejadian luka tekan yang
fenomenal seperti analisa faktor sub skala braden terhadap kejadian luka
menambah jumlah sampel yang lebih besar lagi guna hasil yang lebih
representatif.
57
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz 2008, Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan, Edisi 2, Jakarta,
Salemba Medika.
Ayello, E 2007, ‘Predicting pressure ulcer risk, Try this: Best practice in nursing
care to older adult’, Issued No. 5, diakses 2 Mei 2014,
http://consultgerirn.org/uploads/File.
Ayello, E & Lyder, C.H. 2008, ‘Pressure ulcers: A patient safety issue’, Chapter
12 diakses 5 Mei 2014 http://www.ahrq.gov/qual/nurseshdbk/docs.
Braden, BJ, Bergstrom, N 2000, ‘A conceptual schema for the study of th etiology
of pressure sores, Rehabilitation nursing’, 25, hal. 105-110, diakses 29 Juli
2013, http://www.ebscohost.com/uph.edu.
Defloor, T., Vanderwee, K., Wilborn, D., Dassen, T. 2006, ‘Pressure ulcer
prevention and repositioning’, diakses 2 Mei 2014,
http://www.ahrq.gov/qual/nursehdbk/pdf.
Dian Martini, Asiandi & Diyah, YH 2010, ‘The impact of the lying change in
protecting the risk of dekubitus on the patients at RSUD Banyumas’, di
akses 29 Juli 2013.
Huda, N 2012, ‘Pengaruh posisi miring untuk mengurangi luka tekan pada pasien
dengan gangguan persyarafan’ vol. 3, no. 2, hal. 29-33.
Laporan rekam medis RSUD Sragen 2013, Kejadian dekubitus RSUD Sragen,
Medical Record Department RSUD Sragen.
59
Muttaqin, Arif 2008, Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem persarafan, Jakarta, Salemba Medika
NPUAP (National Pressure Ulcer Advisory Panel 1996, ‘Quick reference guide’,
diakses 29 Juli 2013, www.npuap.org/guidelin es.
Purwaningsih, 2000, ‘Analisis dekubitus pada pasien tirah baring di ruang A1, B1,
C1, D1 dan ruang B3 IRNA Dr. Sardjito Yogyakarta’, Skripsi, Yogyakarta
Sari, Y 2007, ‘Luka Tekan: Penyebab dan Pencegahan’, diakses 29 Juli 2013,
www.ppni.com
Spilsbury, K., Nelson, A., Cullum,N., Iglesias, C., Nixon, J., Mason, S 2007,
‘Pressure ulcers and their treatment and effects on quality of life: Hospital
inpatient perspectives’, Journal of advanced nursing vol. 57, No. 5 Hal.
494-504, diakses 29 Juli 2013. http://www.ebscohost.com/uph.edu
Stephen & Haynes, 2006, ‘NICE pressure ulcer guideline: Summary and
implications for practice’, Journal of wound care, diakses 29 Juli 2013,
http://www.ebscohost.com/uph.edu.
Tarihoran, DET 2010, ‘Pengaruh posisi miring 30 derajat terhadap kejadian luka
tekan grade 1 (Non Blanchable Erythema) pada pasien stroke di Siloam
Hospitals’, tesis, Universitas Indonesia.
Young, 2004, ‘The 30 ° tilt position vs the 90 ° lateral and supine positions in
reducing the incidence of non blanching erythema in a hospital inpatient
population’, Journal of tissue viability, Vol. 14 No. 3, diakses 29 Juli
2013, http://www.ebscohost.com/uph.edu.
Yusuf, Saldy 2010, Konsep dasar luka dekubitus, Kumpulan materi kuliah,
Yogyakarta, UGM