Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ANESTESI

PRE OPERATIVE CARE

OLEH:
RISKIA EKA PUTRI
H1AP012010

PEMBIMBING:
AKBP. DR. YALTA HASANUDDIN, SP.AN

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Manfaat............................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 3
2.1 Anamnesis ........................................................................................................................ 3
1. Riwayat Penyakit Sekarang, ............................................................................................. 3
2. Riwayat Penyakit Dahulu ................................................................................................. 4
3. Riwayat Penyakit Keluarga ............................................................................................. 4
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi ........................................................................................... 4
5. Riwayat Anestesia ............................................................................................................ 4
2.2 Pemeriksaan fisik .................................................................................................................. 4
2.3 Pemeriksaan laboratorium ....................................................................................................... 5
2.4 Penilaian Status Fisik Menurut ASA ............................................................................... 5
2.5 Masukan oral .................................................................................................................... 5
2.6 Penilaian Tampakan Faring dengan Skor Mallampati ..................................................... 6
2.7 Premedikasi Untuk Anestesi dan Operasi ........................................................................ 6
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan rutin pre anestesi, baik atas dasar indikasi sesuai gambaran klinis pasien
ataupun tidak, telah menjadi bagian praktek klinik selama bertahun-tahun. Tujuan
pemeriksaan tersebut adalah melakukan identifikasi kondisi yang tidak terduga yang
mungkin memerlukan terapi sebelum operasi atau perubahan dalam penatalaksanaan operasi
atau anestesia perioperatif, menilai penyakit yang sudah diketahui sebelumnya, kelainan,
terapi medis atau alternatif yang dapat mempengaruhi anestesia perioperatif, memperkirakan
komplikasi pascabedah, dan sebagai dasar pertimbangan untuk referensi berikutnya.
Penilaian pertama pre anestesi adalah riwayat kesehatan pasien. Masalah patologis
yang memerlukan operasi dan jenis tindakan operasinya juga penting dan kita harus tahu
kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan. Tanyakan kepada pasien riwayat operasi dan
anestesi yang terdahulu dan penyakit serius yang pernah dialami.
Di lain pihak telah disepakati oleh para konsultan dan anggota American Society of
Anesthesiologists (ASA) bahwa pemeriksaan pre anestesi sebaiknya tidak dilakukan secara
rutin. Pemeriksaan prabedah dapat dilakukan secara selektif untuk optimalisasi pelaksanaan
perioperatif. Indikasi dilakukannya pemeriksaan harus berdasarkan informasi yang
dikumpulkan dari rekam medik, anamnesis, pemeriksaan fisik, tipe dan tingkat invasif
operasi yang direncanakan dan harus dicatat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
tanpa adanya indikasi klinis, kemungkinan menemukan hasil abnormal yang bermakna pada
pemeriksaan laboratorium, elektrokardiografi dan foto toraks kecil.

1.2 Manfaat
Dari riwayat klinis dan pemeriksaan fisik dapat ditentukan pasien sehat yang tepat
untuk menjalani operasi, dan memilih pemeriksaan prabedah yang diperlukan. Setiap
pemeriksaan pre anestesi harus dilakukan dengan alasan tepat sehingga membawa
keuntungan bagi pasien dan menghindari efek samping potensial. Keuntungan yang didapat

1
termasuk waktu pelaksanaan anestesia atau pemakaian sumber yang dapat meningkatkan
keamanan dan efektivitas proses anestesia selama dan sesudah operasi.

1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya pemeriksaan pre anestesi adalah untuk menilai status kesehatan
pasien dan segala penyulit sebelum dilakukannya tindakan anestesi agar perawat / dokter
anestesi dapat mempersiapkan semua kebutuhan untuk tindakan tersebut, dapat menilai
status kesehatan fisik pasien pre anestesi menurut American Society of
Anesthesiologists (ASA) dan dapat mengetahui penyulit saat dilakukannya tindakan anestesi
umum (intubasi) dengan Skor Mallampati.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anamnesis
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan berpedoman pada
empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven). Empat
pokok pikiran dalam anamnesis dengan cara mencari data berikut:
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah identitas pasien, yaitu
umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan.

1. Riwayat Penyakit Sekarang,


Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah keluhan yang membuat
seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari pertolongan, misalnya : demam, sesak
nafas, nyeri pinggang, dll. Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan. Kemudian setelah
keluhan utama, dilanjutkan anamnesis secara sistematis dengan menggunakan tujuh butir mutiara
anamnesis, yaitu :
1. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
2. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.

3
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan terjadinya dan sudah
berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang
dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll).

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak keluarga (diabetes
mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.

4. Riwayat Sosial dan Ekonomi


Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan, pekerjaan pernikahan, kebiasaan
yang sering dilakukan (pola tidur, minum a lkohol atau merokok, obat- obatan, aktivitas seksual, sumber
keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan).
Kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan 1-2 hari sebelum nya untuk eliminasi nikotin yang
mempengaruhi sistem kardiosirkulasi, dihentikan beberapa hari untuk mengaktfkan kerja silia jalan
pernapasan dan 1-2 minggu untuk mengurangi produksi sputum. Kebiasaan minum alkohol juga harus
dicurigai akan adanya penyakit hepar.

5. Riwayat Anestesia
Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya sangatlah penting untuk
mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus,misalnya alergi,
mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak nafas pasca bedah,sehingga kita dapat merancang anestesia
berikutnya dengan lebih baik.

2.2 Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan keadaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar sangat penting untuk
diketahui apakah akan menyulitkan keadaan laringoskopi intubasi. Leher pendek dan kaku
juga akan menyulitkan laringoskopi intubasi.
Pemeriksaan rutin lain secara sistematik tentang keadaan umum tentu tidak boleh
dilewatkan seperti inpeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi semua sistem organ tubuh pasien.

4
2.3 Pemeriksaan laboratorium
Uji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan penyakit yang sedang
dicurigai. Adanya pertimbangan yang tepat mengenai jenis pemeriksaan laboratorium sangat membantu pasien
dalam meminimalisir jumlah biaya yang dikeluarkan.

2.4 Penilaian Status Fisik Menurut ASA


Skala yang paling luas adalah digunakan untuk memperkirakan risiko yaitu klasifikasi
status fisik menurut American Society of Anesthesiologists (ASA). Tujuannya adalah untuk
menilai kesehatan pasien sebelum operasi. Pada tahun 1963 ASA mengadopsi sistem
klasifikasi status fisik sebagai berikut:
- Kelas I : Pasien tidak memiliki penyakit sistemik, termasuk proses patologis dari
penyakit yang akan dioperasi dan proses operasinya terlokalisasi di satu bagian saja.
- Kelas II : pasien memiliki penyakit sistemik ringan hingga sedang.
- Kelas III : Pasien memiliki penyakit sistemik berat yang dsertai dengan adanya
keterbatasan aktivitas fisik
- Kelas IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat, tidak mampu melakukan aktivitas
fisik rutin, dan penyakit tersebut mengancam kehidupannya
- Kelas V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya
tidak akan lebih dari 24 jam.
- Kelas E : Pasien dengan keadaan emergency atau cyto.

2.5 Masukan oral


Refleks laring mengalami penurunan selama anestesia. Regurgitasi isi lambung
dan kotoran yang terdapat dalam jalan nafas merupakan risiko utama pada pasien-pasien
yang menjalani anestesia. Untuk meminimalkan risiko tersebut, semua pasien yang
dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anestesia harus dipantangkan dan masukan oral
(puasa)selama periode tertentu selama induksi anestesia.
Pada pasien dewasa umumnya puasa 6-8 jam, anak kecil 4-6 jam, dan pada bayi 3-4
jam. Makanan tak berlemak diperbolehkan 5 jam sebelum anestesia. Minuman bening dan
air putih diperbolehka sampai 3 jam sebelum anestesia.

5
2.6 Penilaian Tampakan Faring dengan Skor Mallampati
Dalam anestesi, skor Mallampati digunakan untuk memprediksi kemudahan
intubasi. Hal ini ditentukan dengan melihat anatomi rongga mulut yang didasarkan pada
visibilitas dasar uvula, pilar faucial.
Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut terbuka maksimal dan lidah dijulurkan
maksimal menurut Mallampati dibagi menjadi 4 grade :
- Grade I : Pilar faring, uvula, dan palatum mole terlihat jelas
- Grade II : Uvula dan palatum mole terlihat sedangkan pilar faring tidak terlihat
- Grade III : Hanya palatum mole yang terlihat
- Grade IV : Pilar faring, uvula, dan palatum mole tidak terlihat

Penampakan faring pada tes Mallampati

2.7 Premedikasi Untuk Anestesi dan Operasi


Premedikasi ialah pemberian obat-obatan 1-2 jam sebelum induksi anestesia dengan
tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan, dan bangun dari anestesia.
Pasien yang akan dioperasi biasanya diberikan premedikasi karena:
- Diberikan sedatif untuk mengurangi ansietas (meskipun ini tidak diperlukan pada
anak yang berusia kurang dari 2 tahun)
- Diberikan sedatif untuk mempermudah konduksi anestesi

6
- Diberikan analgetik jika pasien merasa sakit preoperative atau dengan latar belakang
analgesia selama dan sesudah operasi
- Untuk menekan sekresi, khusus sebelum penggunan ketamin (dipakai atropine, yang
dapat digunakan untuk aktivitas vagus dan mencegah bradikardi, khususnya pada
anak-anak.
Obat-obatan premedikasi, dosisnya disesuaikan dengan berat badan dan keadaan
umum pasien. Biasanya premedikasi diberikan IM 1 jam sebelumnya atau peroral 2 jam
sebelum anestesi.
Analgesik opium: Morfin 0,15 mg/Kgbb, intramuskular
Petidin 1,0 mg/Kgbb, intramuskular
Sedatif pada dewasa: Diazepam 0,15mg/Kgbb, oral/intramuskular
Pentobarbital 3 mg/Kgbb per oral
atau 1,5 mg/Kgbb intramuskular
Sedatif pada anak: Prometazin 0,5 mg/Kgbb per oral
Kloral hidrat sirup 30mg/Kgbb
Vagolitik antisialogog: Atropin 0,02 mg/Kgbb, intramuskular atau
intravena pada saat induksi, maksimal 0,5mg
Antasida: Natrium sitrat 0,3 mol/liter, 10-20 ml
Suspensi aluminium hidroksida, 10-20 ml

7
8
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Sebelum dilakukannya anestesi dalam setiap tindakan operasi sebaiknya dokter dan
perawat anestesi melakukan evaluasi atau penilaian dan persiapan pra anestesi pada pasien-
pasien yang akan melakukan tindakan operasi.
Selain itu perlu diperhatikan pertimbangan-pertimbangan anestesi seperti
anamnesa pasien, mengetahui riwayat pasien sangatlah penting, yang termasuk riwayat
adalah indikasi prosedur operasi, informasi mengenai anestesi sebelumnya, dan pengobatan
saat ini.Pemeriksaan fisik pasien yang harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati tapi
fokus, perhatian ekstra ditujukan untuk evaluasi terhadap jalan napas, jantung, paru,
dan pemeriksaan neurologi dan juga dilakukan evaluasi resiko perdarahan dan thrombosis
serta evaluasi jalan nafas (mallampati). Pemeriksaan umum seperti tanda vital, kepala dan
leher, precordium, paru-paru, abdomen, ektremitas, punggung dan neurologi.
Pemeriksaan penunjang juga dilakukan jika ada indikasi tertentu yang didapatkan dari
anamnesa dan pemeriksaan fisik. Setelah itu baru dilakukan pengklasifikasian status fisik
pasien menggunakan ASA ( American Society of Anaesthesiologist) yang merupakan
klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai status fisik pasien pra-anestesi.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. The Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland. 2007. Recommendations


For Standards Of Monitoring During Anaesthesia And Recovery.
2. Latief, SA, Suryadi, KA, Dachlan, MR. 2001. Penuntun Praktis Anestesi. Jakarta :
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.
3. Morgan, G. Edward Jr,. Maged, S. Mikhail, and Murray,Michael J,. 2013.
ClinicalAnesthesiology, 5th Edition. United States of America: Appleton & Lange.
4. Miller, Ronald D. 2005. Miller’s Anesthesia, 7th edition. United States of America:
Elsevier
5. Dobson, MB. 1994. Penuntun Praktis Anestesi. Jakarta: EGC.

10

Anda mungkin juga menyukai