Anae 12774
Anae 12774
OLEH:
RISKIA EKA PUTRI
H1AP012010
PEMBIMBING:
AKBP. DR. YALTA HASANUDDIN, SP.AN
1.2 Manfaat
Dari riwayat klinis dan pemeriksaan fisik dapat ditentukan pasien sehat yang tepat
untuk menjalani operasi, dan memilih pemeriksaan prabedah yang diperlukan. Setiap
pemeriksaan pre anestesi harus dilakukan dengan alasan tepat sehingga membawa
keuntungan bagi pasien dan menghindari efek samping potensial. Keuntungan yang didapat
1
termasuk waktu pelaksanaan anestesia atau pemakaian sumber yang dapat meningkatkan
keamanan dan efektivitas proses anestesia selama dan sesudah operasi.
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya pemeriksaan pre anestesi adalah untuk menilai status kesehatan
pasien dan segala penyulit sebelum dilakukannya tindakan anestesi agar perawat / dokter
anestesi dapat mempersiapkan semua kebutuhan untuk tindakan tersebut, dapat menilai
status kesehatan fisik pasien pre anestesi menurut American Society of
Anesthesiologists (ASA) dan dapat mengetahui penyulit saat dilakukannya tindakan anestesi
umum (intubasi) dengan Skor Mallampati.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anamnesis
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan berpedoman pada
empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven). Empat
pokok pikiran dalam anamnesis dengan cara mencari data berikut:
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah identitas pasien, yaitu
umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan.
3
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan terjadinya dan sudah
berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang
dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll).
5. Riwayat Anestesia
Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya sangatlah penting untuk
mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus,misalnya alergi,
mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak nafas pasca bedah,sehingga kita dapat merancang anestesia
berikutnya dengan lebih baik.
4
2.3 Pemeriksaan laboratorium
Uji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan penyakit yang sedang
dicurigai. Adanya pertimbangan yang tepat mengenai jenis pemeriksaan laboratorium sangat membantu pasien
dalam meminimalisir jumlah biaya yang dikeluarkan.
5
2.6 Penilaian Tampakan Faring dengan Skor Mallampati
Dalam anestesi, skor Mallampati digunakan untuk memprediksi kemudahan
intubasi. Hal ini ditentukan dengan melihat anatomi rongga mulut yang didasarkan pada
visibilitas dasar uvula, pilar faucial.
Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut terbuka maksimal dan lidah dijulurkan
maksimal menurut Mallampati dibagi menjadi 4 grade :
- Grade I : Pilar faring, uvula, dan palatum mole terlihat jelas
- Grade II : Uvula dan palatum mole terlihat sedangkan pilar faring tidak terlihat
- Grade III : Hanya palatum mole yang terlihat
- Grade IV : Pilar faring, uvula, dan palatum mole tidak terlihat
6
- Diberikan analgetik jika pasien merasa sakit preoperative atau dengan latar belakang
analgesia selama dan sesudah operasi
- Untuk menekan sekresi, khusus sebelum penggunan ketamin (dipakai atropine, yang
dapat digunakan untuk aktivitas vagus dan mencegah bradikardi, khususnya pada
anak-anak.
Obat-obatan premedikasi, dosisnya disesuaikan dengan berat badan dan keadaan
umum pasien. Biasanya premedikasi diberikan IM 1 jam sebelumnya atau peroral 2 jam
sebelum anestesi.
Analgesik opium: Morfin 0,15 mg/Kgbb, intramuskular
Petidin 1,0 mg/Kgbb, intramuskular
Sedatif pada dewasa: Diazepam 0,15mg/Kgbb, oral/intramuskular
Pentobarbital 3 mg/Kgbb per oral
atau 1,5 mg/Kgbb intramuskular
Sedatif pada anak: Prometazin 0,5 mg/Kgbb per oral
Kloral hidrat sirup 30mg/Kgbb
Vagolitik antisialogog: Atropin 0,02 mg/Kgbb, intramuskular atau
intravena pada saat induksi, maksimal 0,5mg
Antasida: Natrium sitrat 0,3 mol/liter, 10-20 ml
Suspensi aluminium hidroksida, 10-20 ml
7
8
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Sebelum dilakukannya anestesi dalam setiap tindakan operasi sebaiknya dokter dan
perawat anestesi melakukan evaluasi atau penilaian dan persiapan pra anestesi pada pasien-
pasien yang akan melakukan tindakan operasi.
Selain itu perlu diperhatikan pertimbangan-pertimbangan anestesi seperti
anamnesa pasien, mengetahui riwayat pasien sangatlah penting, yang termasuk riwayat
adalah indikasi prosedur operasi, informasi mengenai anestesi sebelumnya, dan pengobatan
saat ini.Pemeriksaan fisik pasien yang harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati tapi
fokus, perhatian ekstra ditujukan untuk evaluasi terhadap jalan napas, jantung, paru,
dan pemeriksaan neurologi dan juga dilakukan evaluasi resiko perdarahan dan thrombosis
serta evaluasi jalan nafas (mallampati). Pemeriksaan umum seperti tanda vital, kepala dan
leher, precordium, paru-paru, abdomen, ektremitas, punggung dan neurologi.
Pemeriksaan penunjang juga dilakukan jika ada indikasi tertentu yang didapatkan dari
anamnesa dan pemeriksaan fisik. Setelah itu baru dilakukan pengklasifikasian status fisik
pasien menggunakan ASA ( American Society of Anaesthesiologist) yang merupakan
klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai status fisik pasien pra-anestesi.
9
DAFTAR PUSTAKA
10