Makalah Kuliah Anestesi Umum
Makalah Kuliah Anestesi Umum
Pembimbing :
Dr. Zulki Maulub Ritonga Sp.An
Disusun oleh :
RISKIA EKA PUTRI
H1AP12010
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Intensive Care
Unit (ICU) dan Persiapan Operasi” ini dengan baik dan selesai tepat waktu.
Penulisan referat ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat kelulusan
kepaniteraan klinik ilmu anestesi.
Selesainya referat ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan referat ini hingga selesai, terutama
kepada dr. Yalta Hasanudin, SpAn, dr. Zulki Maulub Ritonga, SpAn, dr Nurcholis
Sp.An, dan dr Aminuddin E Sp.An, selaku dokter pembimbing dan konsulen
anestesi di RSUD M. Yunus dan RS Bhayangkara yang telah membimbing dan
memberikan masukan dalam penyusunan referat ini. Penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sejawat serta pihak-pihak lain
yang telah membantu dalam penyusunan referat ini yang namanya tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa referat ini belum sempurna, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan referat ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan semoga referat ini dapat bermanfaat serta
menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1.3 Indikasi pasien ICU
Pasien yang dirawat di ICU adalah pasien yang memerlukan intervensi
medis segera oleh tim intensive care, pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi
sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat
dilakukan pengawasan yang konstan, serta pasien kritis yang memerlukan
pengawasan kontinyu dan tindakan segera untuk mencegah timbulnya
dekompensasi fisiologis.1 Pada dasarnya pasien yang dirawat di ICU adalah pasien
dengan gangguan akut yang masih diharapkan pulih kembali, mengingat ICU
adalah tempat perawatan yang memerlukan biaya tinggi dilihat dari segi peralatan
dan tenaga yang khusus.3
Apabila sarana dan prasarana ICU di suatu rumah sakit terbatas,
sedangkan kebutuhan pelayanan ICU meningkat, maka diperlukan mekanisme
untuk membuat prioritas. Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi
perawatan pasien di ICU. Pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1)
didahulukan dibandingkan pasien yang memerlukan pemantauan intensif
(prioritas 3). Penilaian objektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya
digunakan untuk menentukan prioritas masuk ke ICU.1,2,3
Prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan
terapi intensif dan tertitrasi, seperti : dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu
suportif organ atau sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif, obat anti aritmia,
serta pengobatan lain-lainnya secara kontinyu dan tertitrasi. Contoh pasien
kelompok ini antara lain : pasien pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat,
serta gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa.
Terapi pada pasien prioritas 1 (satu), umumnya tidak mempunyai batas.
Prioritas 2
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab
sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya
pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien
seperti ini antara lain penderita penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan
berat atau yang telah mengalami pembedahan mayor. Terapi pada pasien prioritas
2 tidak mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah.
3
Prioritas 3
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya (penyakit yang mendasarinya) secara sendirian atau
kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau manfaat terapi di ICU pada golongan
ini sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastatik
disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, atau pasien
penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat.
Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya
saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi
jantung paru.
Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa dan atas persetujuan kepala ICU, indikasi
masuk pada beberapa golongan pasien dapat dikecualikan, dengan catatan bahwa
pasien-pasien golongan demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU
agar fasilitas ICU dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, dan 3. Pasien yang
tergolong demikian adalah :
a. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan
hidup yang agresif dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak
menyingkirkan pasien dengan perintah “DNR (Do Not Resuscitate)”.
Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan
canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan
survivalnya.
b. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
c. Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien
seperti itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya
untuk kepentingan donor organ.1,3
4
contoh pasien telah sadar, airway stabil setelah ekstubasi, mampu bernafas
spontan, dan lain-lain, atau jika terapi mengalami kegagalan, prognosa
yang buruk dan sedikit kemungkinan bila perawatan intensif diteruskan,
contoh pasien dengan tiga atau lebih kegagalan sistem organ yang tidak
berespon terhadap pengelolaan.
b. Bila pada pemantauan intensif ternyata hasilnya tidak memerlukan
tindakan atau terapi intensif lebih lama
c. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU (keluar
paksa).
d. Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja, sedangkan ada
pasien lain yang lebih gawat yang memerlukan terapi dan observasi yang
lebih intensif. Pasien seperti ini hendaknya di usahakan pindah ke ruangan
yang khusus untuk pemantauan secara intensif yaitu HCU.3,4,5
5
2. ICU sekunder
Pelayanan ICU sekunder mampu memberikan ventilasi bantu lebih
lama, mampu melakukan bantuan hidup lain tetapi tidak terlalu kompleks.
Kekhususan yang dimiliki ICU sekunder:
Ruang tersendiri, letak dekat ruang kamar bedah, IRD & ruang
rawat lainnya
Memiliki persyaratan / kriteria pasien yang masuk dan keluar
Memiliki seorang kepala ICU yaitu dokter konsultan intensive care
atau bila tidak tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi
Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan RJP
Tenaga keperawatan lebih dari 50% bersertifikat ICU & minimal
berpengalaman kerja di unit penyakit dalam & penyakit bedah
selama 3 tahun
Mampu melakukan bantuan ventilasi, melakukan pemantauan
invasif dan usaha-usaha penunjang hidup
Mampu melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, rontgen
untuk kemudahan diagnostik selama 24 jam
Memiliki ruang isolasi
3. ICU tersier
Ruang perawatan ini mampu melaksanakan semua aspek perawatan
intensif, mampu memberikan pelayanan tertinggi termasuk dukungan atau
bantuan hidup multi sistem yang kompleks dalam jangka waktu yang tidak
terbatas serta mampu melakukan pemantauan kardiovaskular invasif dalam
jangka waktu terbatas. Kekhususan dari ICU tersier adalah:
Tempat khusus tersendiri di dalam rumah sakit
Memiliki persyaratan / kriteria pasien yang masuk dan keluar
Memiliki dokter spesialis dan sub spesialis yang dapat dipanggil
setiap saat bila diperlukan
Dikelola oleh ahli anestesiologi konsultan perawatan intensif atau
dokter ahli konsultan lainnya, yang bertanggung jawab penuh.
Dokter jaga yang mampu melakukan RJP
6
Tenaga perawat lebih dari 75% bersertifikat ICU & berpengalaman
pada ruang penyakit dalam & bedah selama 3 tahun
Mampu melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, rontgen
untuk kemudahan diagnostik selama 24 jam
Memiliki paling sedikit 1 orang yang mampu mendidik medis dan
perawat agar memberikan pelayanan yang optimal pada pasien.
Memiliki staf tambahan tenaga administrasi , tenaga rekam medik,
tenaga ilmiah dan penelitian.4
7
6. Pelaksanaan terapi Pelaksanaan terapi Pelaksanaan terapi
secara titrasi secara titrasi secara titrasi
7. Pemberan nutrisi Pemberan nutrisi Pemberan nutrisi
enteral dan parenteral enteral dan parenteral enteral dan parenteral
8. Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
laboratorium khusus laboratorium khusus laboratorium khusus
dengan cepat dan dengan cepat dan dengan cepat dan
menyeluruh menyeluruh menyeluruh
9. Memberikan Memberikan Memberikan
tunjangan fungsi vital tunjangan fungsi vital tunjangan fungsi vital
dengan alat –alat dengan alat –alat dengan alat –alat
portable selama portable selama portable selama
transportasi pasien transportasi pasien transportasi pasien
gawat gawat gawat
10. Kemampuan Kemampuan Kemampuan
melakukan fisioterapi melakukan fisioterapi melakukan fisioterapi
dada dada dada
11. - Melakukan prosedur Melakukan prosedur
isolasi isolasi
12. - Melakukan Melakukan
hemodialisis hemodialisis
intermiten dan intermiten dan
kontinyu kontinyu
8
- Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus.
- Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi.
- Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki ruangan
isolasi.
- Tempat dokter dan perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk
mengobservasi pasien.
Pelayanan ICU yang memadai ditentukan berdasarkan desain yang baik dan
pengaturan ruang yang adekuat. Desain berdasarkan klasifikasi pelayanan di ICU
yaitu :3
Tabel 2. Desain dan pengaturan ruang ICU
9
2.1.7 Jenis-jenis ICU
Adapun beberapa jenis ICU yang sudah masyarakat kenal, berikut ini akan
dijelaskan lebih lanjut mengenai masing-masing jenis ICU.6,7
- Intensive Coronary Care Unit (ICCU)
Merupakan unit perawatan intensif untuk penyakit jantung, terutama
penyakit jantung koroner, serangan jantung, gangguan irama jantung yang
berat, gagal jantung
- Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
NICU adalah unit perawatan intensif yang khusus merawat bayi baru lahir
yang sakit atau prematur.
- Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
PICU adalah unit perawatan intensif yang khusus merawat bayi yang sakit
kritis, anak-anak, dan remaja.
- Post Anesthesia Care Unit (PACU)
PACU adalah unit perawatan intensif pasca operasi dan stabilisasi pasien
setelah operasi bedah dan anestesi. Pasien biasanya berada dalam PACU
untuk waktu terbatas dan harus memenuhi kriteria sebelum ditransfer
kembali ke bangsal.
10
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah identitas
pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan. 8
1. Riwayat Penyakit Sekarang,
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah keluhan
yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari
pertolongan, misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dll. Keluhan utama ini
sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan. Kemudian setelah keluhan utama, dilanjutkan
anamnesis secara sistematis dengan menggunakan tujuh butir mutiara anamnesis,
yaitu8 :
1. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
2. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan terjadinya
dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit yang relevan
dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll)
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak
keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan, pekerjaan
pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum a lkohol atau merokok,
obat- obatan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan
kepercayaan).
Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya
sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu
mendapat perhatian khusus,misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal
11
atau sesak nafas pasca bedah,sehingga kita dapat merancang anestesia berikutnya
dengan lebih baik. Kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan 1-2 hari sebelum nya
untuk eliminasi nikotin yang mempengaruhi sistem kardiosirkulasi, dihentikan beberapa
hari untuk mengaktfkan kerja silia jalan pernapasan dan 1-2 minggu untuk mengurangi
produksi sputum. Kebiasaan minum alkohol juga harus dicurigai akan adanya penyakit
hepar.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan keadaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar
sangat penting untuk diketahui apakah akan menyulitkan keadaan
laringoskopi intubasi. Leher pendek dan kaku juga akan menyulitkan
laringoskopi intubasi.
Pemeriksaan rutin lain secara sistematik tentang keadaan umum
tentu tidak boleh dilewatkan seperti inpeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi semua sistem organ tubuh pasien.
6. Pemeriksaan laboratorium
Uji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan
penyakit yang sedang dicurigai. Adanya pertimbangan yang tepat mengenai jenis
pemeriksaan laboratorium sangat membantu pasien dalam meminimalisir jumlah biaya
yang dikeluarkan.
12
- Kelas IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat, tidak mampu melakukan
aktivitas fisik rutin, dan penyakit tersebut mengancam kehidupannya
- Kelas V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan
hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
- Kelas E : Pasien dengan keadaan emergency atau cyto.
13
Penampakan faring pada tes Mallampati
14
Vagolitik antisialogog: Atropin 0,02 mg/Kgbb, intramuskular atau
intravena pada saat induksi, maksimal 0,5mg
Antasida: Natrium sitrat 0,3 mol/liter, 10-20 ml
Suspensi aluminium hidroksida, 10-20 ml
15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
16
perawatan yang memerlukan biaya tinggi dilihat dari segi peralatan dan tenaga
yang khusus. Apabila sarana dan prasarana ICU di suatu rumah sakit terbatas,
sedangkan kebutuhan pelayanan ICU meningkat, maka diperlukan mekanisme
untuk membuat prioritas.
Dalam pelayanannya fungsi ICU meliputi memberi bantuan dan
mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan pelaksanaan spesifik
masalah dasar, pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap
komplikasi yang ditimbulkan, serta memberikan bantuan psikologis pada pasien
yang kehidupannya sangat tergantung pada alat/mesin dan orang lain.
17
DAFTAR PUSTAKA
18