Anda di halaman 1dari 10

Ali & Waluyo/

LIMNOTEKLIMNOTEK 2015
(2015) 22 (1) :22
42(1) : 42 - 51
– 51

TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN UDANG GALAH


(Macrobrachium rosenbergii De Man) PADA MEDIA BERSALINITAS

Fauzan Ali dan Agus Waluyo


Pusat Penelitian Limnologi - LIPI
E-mail: fali_6262@yahoo.com
Diterima: 12 Maret 2015, Disetujui: 1 Juni 2015

ABSTRAK
Keterbatasan lahan budidaya air tawar (freshwater pond) merupakan salah
satu kendala pembesaran udang galah yang selama ini menjadi penyebab sedikitnya
produksi udang galah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh media bersalinitas terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang
galah, dengan memanfaatkan sifat euryhaline yang dimiliki oleh udang galah.
Hasilnya diharapkan bermanfaat bagi upaya pemeliharaan udang di tambak
(brackishwater pond) sebagai salah satu lahan yang bisa dimanfaatkan dalam
budidaya udang galah. Media yang digunakan sebagai perlakuan adalah air
bersalinitas 3 ppt, 6 ppt, 9 ppt, 12 ppt, 15 ppt, dan air bersalinitas 0 ppt sebagai
kontrol. Media ditempatkan pada akuarium berukuran (80x40x40) cm3. Udang uji
yang digunakan berumur 2 bulan dengan panjang total dan bobot awal masing-masing
4,87±0,448 cm dan 0,68±0,193 gr. Pada setiap akuarium diisi dengan 15 ekor udang
uji. Parameter utama yang diamati adalah tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan
bobot dan panjang, serta laju pertumbuhan hariannya. Dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Kelangsungan hidup tertinggi (P<0,05) diperoleh
dari perlakuan media bersalinitas 3 ppt, 6 ppt, 9 ppt dan 12 ppt. Sedangkan
pertumbuhan bobot tertinggi (P<0,05) diperoleh pada salinitas 0 ppt, 3 ppt, 6 ppt dan
9 ppt, sementara pada pertumbuhan panjang, laju pertumbuhan harian bobot serta
laju pertumbuhan harian panjang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05).
Kata Kunci: udang galah, salinitas, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan

ABSTRACT
SURVIVAL AND GROWTH RATE OF INDONESIAN GIANT FRESHWATER
PRAWN (Macrobrachium rosenbergii de Man) IN SALINE WATER. The scarcity
of freshwater pond is one of problems in the Indonesian Giant Freshwater Prawns
cultivation in Indonesia. This caused the decline of Giant Freshwater Prawn
productions all around the country. This research aims to understand the effect of
salinity to the survival of the prawns using the euryhaline property of them. The result
of this research is expected to be useful for the effort of prawns culture which uses
brackish water pond area as media. We utilize 3 ppt, 6 ppt, 9 ppt 12 ppt, and 15 ppt
saline water as variable treatments and 0 ppt water as control, and they were located
into each 80x40x40 cm3 aquarium. The prawn of 2 months-old with the size of
4,87±0,448 cm (length) and of 0,68±0,193 g (weight) were used as experimental
objects. Each aquariums was filled with 15 peaces of those prawns. The survival rate,
the length and weight growth rate, and the daily growth rate were observed. The
highest survival rate (P<0.05) is achieved on the medium of 3 ppt, 6 ppt, 9 ppt, and 12
ppt saline water. The highest weight growth rate (P<0.05) is achieved on the water of
0 ppt, 3 ppt, 6 ppt and 9 ppt saline water. However there were no significant
differences in growth of length, daily length, and daily weight in any treatmens.
(P>0.05).
Key words: Indonesia giant freshwater prawn, salinity, survival rate, gorowth rate.

42
Ali & Waluyo/ LIMNOTEK 2015 22 (1) : 42 - 51

PENDAHULUAN sifat euryhaline udang galah ini diharapkan


dapat menjadikan udang galah sebagai salah
Udang galah (Macrobrachium satu komoditas yang dapat digunakan pada
rosenbergii) merupakan salah satu program revitalisasi tambak yang sangat
komoditas perikanan budiddaya air tawar potensial guna mendukung program
yang memiliki nilai ekonomis tinggi peningkatan produksi perikanan nasional.
(Murtidjo, 1992). Peluang pasar udang galah Penelitian ini bertujuan untuk
masih terbuka luas, baik di dalam maupun di mengevaluasi derajat kelangsungan hidup
luar negeri (Anonim, 2012). Permintaan dan pertumbuhan udang galah yang hidup
udang galah di Indonesia baru terpenuhi 40 pada kondisi air berkadar garam (salinitas).
% saja dari seluruh permintaan yang ada
(Tambunan, 2009). Hal ini karena masih METODE
rendahnya jumlah produksi udang galah bila
dibandingkan dengan jenis udang lainnya Penelitian ini dilakukan di
seperti udang windu ataupun udang laboratorium Produktivitas Perairan Darat,
vannamei (Zuhri, 2012). Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga Ilmu
Pembesaran udang galah Pengetahuan Indonesia, pada bulan
membutuhkan kolam budidaya air tawar November 2012 sampai Maret 2013.
(freshwater pond). Luas kolam air tawar Bahan yang digunakan adalah udang
(freshwater pond) di Indonesia pada tahun galah berumur 2 bulan yang memiliki
2009 baru terealisasikan 146.557 ha dari panjang rata-rata 4,87 ± 0,448 cm dan bobot
potensi luas lahan yang ada yaitu 541.100 rata-rata 0,68 ± 0,193 gr. Peralatan yang
ha. Luas ini masih jauh di bawah luas digunakan adalah akuarium berukuran 80
tambak (brackishwater pond) di Indonesia cm x 40 cm x 40 cm lengkap dengan sistem
yang sudah mencapai angka 682.857 ha dari aerasi, timbangan analitik, serokan, jangka
potensi lahan yang ada yaitu 2.963.717 ha sorong, refractometer, water quality checker
(KKP, 2011). (WQC), gelas ukur dan sendok. Sebagai
Disamping terbatasnya jumlah lahan perlengkapan tambahan pada setiap
budidaya yang ada, sedikitnya produksi akuarium dilengkapi dengan shelter berupa
udang galah juga disebabkan karena teknologi “apartemen udang galah” milik
kurangnya produksi larva. Rentetannya Pusat Penelitian Limnologi LIPI.
produksi benur dan tokolan pun menjadi Rancangan percobaan yang
terbatas (Tambunan, 2009). digunakan pada penelitian ini adalah
Program revitalisasi tambak yang Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6
dilakukan Kementerian Kelautan dan taraf kadar garam dan 3 ulangan serta
Perikanan (KKP) tahun 2012 merupakan menggunakan uji lanjut BNT (Beda Nyata
upaya pemerintah dalam mengoptimalkan Terkecil) bila hasil penelitian berbeda
kembali kawasan pertambakan di Indonesia. nyata. Perlakuan yang diberikan adalah
Namun KKP baru menetapkan empat media pemeliharaan dengan kadar salinitas
komoditas industrialisasi yang akan yang berbeda, yaitu salinitas 0 ppt, 3 ppt, 6
digunakan, yaitu udang (windu dan ppt, 9 ppt, 12 ppt dan 15 ppt. Pembuatan
vanamei), bandeng, patin dan rumput laut media bersalinitas pada tiap-tiap akuarium
(Sakti, 2012). Udang galah mempunyai menggunakan rumus V1.N1 = V2.N2,
kemampuan untuk hidup di air pada kisaran dimana V1 adalah volume akuarium yang
kadar garam yang luas (euryhaline). Sifat akan diisi media, N1 adalah salinitas awal
euryhaline yang dimiliki udang galah air laut, sedangkan V2 adalah volume air
memungkinkan udang mampu tumbuh dan laut digunakan bila N2 sudah ditetapkan,
beradaptasi pada kondisi air berkadar garam. yaitu lebih rendah dari N1. Dari hasil V2,
Sifat inilah yang memungkinkan udang penggunaaan air tawar untuk menurunkan
galah dapat dipelihara pada tambak-tambak salinitas digunakan rumus V1 – V2. Air laut
(brackishwater pond). Penelitian tentang yang sudah ditambah air tawar

43
Ali & Waluyo/ LIMNOTEK 2015 22 (1) : 42 - 51

dihomogenkan dengan cara diaduk


menggunakan gayung dan diaerasi. Untuk α = (√ ) x 100%
memastikan tingkat salinitasnya, digunakan
alat ukur berupa refractometer atau dimana:
salinometer digital. α = Laju pertumbuhan harian panjang
Masing-masing media yang telah (%),
dipersiapkan dalam akuarium diberi aerasi lt = panjang rata-rata pada akhir perlakuan
dan dibiarkan selama kurang lebih 3 hari dan (hari ke – t) (cm),
dilakukan pengukuran salinitas setiap l0 = panjang rata-rata pada awal perlakuan
harinya untuk memastikan kestabilan kadar (hari ke – 0) (cm).
salinitasnya.
Udang galah ditebar pada media HASIL DAN PEMBAHASAN
melalu proses aklimatisasi dengan jumlah 15 Derajat Kelangsungan Hidup
ekor/akuarium. Udang galah dipelihara Derajat kelangsungan hidup yang
selama 90 hari, dengan pemberian pakan diperoleh pada 90 hari pemeliharaan pada
berupa pakan buatan sebanyak 5% dari semua perlakuan berkisar antara
bobot tubuh dengan frekuensi pakan adalah 42,22±26,94% hingga 84,22±13,88%.
3 kali sehari, yaitu pagi, siang dan sore hari. Berdasarkan hasil ANOVA dan uji lanjut
Pengambilan sampel udang dilakukan setiap BNT, pemeliharaan udang galah pada media
10 hari sekali untuk mengukur bobot dan bersalinitas 3 ppt, 6 ppt, 9 ppt dan 12 ppt
panjangnya. Pengukuran kualitas air menghasilkan tingkat kelangsungan hidup
dilakukan secara berkala setiap 3 hari sekali. yang tinggi (p<0,05) sampai akhir penelitian
Sedangkan untuk mengetahui tingkat (Tabel 1.)
kelangsungan hidupnya (SR) dihitung Kelangsungan hidup (SR) udang
berdasarkan rumus sebagai berikut galah pada 30 hari pertama masa
(Effendie, 1997) : pemeliharaan, nilai kelangsungan hidup
pada masing-masing perlakuan sudah
SR = x 100% mengalami penurunan. Menurunnya nilai SR
pada beberapa perlakuan, diduga kematian
dimana: terjadi diawal percobaan, disebabkan udang
SR = Tingkat kelangsungan hidup (%), galah masih beradaptasi dengan media
Nt = Jumlah individu pada akhir perlakuan pemeliharaan pada saat penelitian yang
(hari ke-t) (ekor), berbeda dari media pada saat aklimatisasi.
N0 = Jumlah individu pada awal perlakuan Berdasarkan hasil pengamatan visual pada
(hari ke-0) (ekor) 10 hari pertama terlihat sisa pakan dan sisa
Sedangkan Laju Pertumbuhan Bobot kulit saat molting. Hal ini menunjukkan
dan Panjang dengan rumus sebagai berikut udang mengalami stress karena perbedaan
(Zonneveld et al, 1991) : media pemeliharaan. Seperti yang
dikemukanan Boyd (1990), ketika salinitas
air pemeliharaan berubah lebih dari 10 %
α = (√ ) x 100% dalam beberapa menit atau jam, ikan dan
krustasea masih mampu mengimbangi. Ikan
dan krustasea mampu menyesuaikan diri
dimana: dengan perubahan salinitas yang jauh lebih
α = Laju pertumbuhan harian bobot (%), rendah atau lebih tinggi dalam jangkauan
wt = bobot rata-rata pada akhir perlakuan toleransi mereka, jika perubahan dilakukan
(hari ke – t) (gr), secara bertahap.
w0 = bobot rata-rata pada awal perlakuan
(hari ke – 0) (gr).

44
Ali & Waluyo/ LIMNOTEK 2015 22 (1) : 42 - 51

Tabel 1. Tingkat kelangsungan hidup udang galah (%) dalam media bersalinitas
Perlakuan Hari ke-
30 60 90
0 ppt 77,78±26,94 64,44±26,94 42,22±26,94a
3 ppt 91,11±3,85 86,67±9,43 80,00±0,00c
6 ppt 95,56±3,85 88,89±7,70 64,44±13,88bc
9 ppt 95,56±3,85 91,11±10,00 82,22±13,88c
12 ppt 93,33±0,00 88,89±7,70 84,44±10,18c
15 ppt 91,11±15,40 82,22±20,37 55,56±13,88ab
Keterangan : Superskrip huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05).

Menurut Qurata’ayun (2009) membutuhkan energi yang lebih besar pula


salinitas dapat mempengaruhi nafsu makan karena selain untuk pertumbuhannya, energi
udang, jika nilai salinitas tinggi maka juga dibutuhkan untuk proses osmoregulasi
konversi ratio pakan (FCR) akan tinggi. Hal tubuhnya. Hal ini pula yang akan
ini dikarenakan salinitas erat pengaruhnya mempengaruhi tingkat konsumsi pakan dan
dengan tekanan osmotik cairan tubuh kompetisi.
ikan/udang. Apabila tekanan osmotik media Sifat kanibalisme udang galah dapat
(salinitas) berbeda jauh dengan tekanan diminimalkan dengan penggunaan pelindung
osmotik cairan tubuh (kondisi tidak ideal) (shelter) pada wadah budidaya. Penggunaan
maka tekanan osmotik akan menjadi beban shelter yang tepat dapat melindungi udang-
bagi udang sehingga dibutuhkan energi yang udang yang lemah saat terjadi molting.
relatif besar untuk mempertahankan osmotik Telihat dari data pengamatan pada 60 hari
tubuhnya agar tetap pada keadaan yang masa pemeliharaan, tingkat kelangsungan
ideal. Oleh karena itu, salinitas media akan hidup udang galah masih relatif tinggi antara
mempengaruhi pembelanjaan energi untuk 64,44±26,94% - 91,11±10,00%. Shelter
osmoregulasi, yang disisi lain juga akan udang galah berupa teknologi “apartemen
mempengaruhi tingkat konsumsi pakan. udang galah” telah teruji mampu
Udang galah yang menjadi sampel mengurangi tingkat kanibalisme dan
penelitian ini adalah udang galah yang meningkatkan produksi.
berumur 2 bulan, di mana udang yang masih Sampai akhir penelitian (90 hari
berusia muda lebih sering berganti cangkang pemeliharaan), didapatkan nilai
(molting), dan kebutuhan calcium (Ca) dan kelangsungan hidup yang bervariasi (Tabel
phosphor (P) harus diperoleh cukup dari 1). Perbedaan nilai kelangsungan hidup ini
makanannya (Buwono, 1993). Pada masa diduga mulai dipengaruhi oleh tingkat
setelah molting, aktivitas makan udang akan pertumbuhan yang tidak seragam antar
meningkat akibat tahap starvasi (kelaparan) individu, sehingga individu yang tumbuh
selama masa molting. Hal ini didukung pula dengan cepat akan menguasai wilayah dan
apabila kondisi media yang mendekati iso- persaingan dalam memperebutkan makanan.
osmotik di mana pembelanjaan energi untuk Udang-udang yang lemah cenderung akan
osmoregulasi jumlahnya sedikit, sehingga susah mendapatkan makanan dan mudah
selera makan udang akan maksimal dan stress dan terserang penyakit, sehingga
memungkinkan terjadinya kompetisi dalam kanibalisme pun tidak dapat dihindari. Hasil
memperebutkan makanan sehingga Anova dan uji lanjut BNT menunjukkan
kanibalisme tidak dapat dihindari, terlebih bahwa perlakuan perbedaan salinitas pada
jika makanan tidak tersedia. Biasanya udang 90 hari pemeliharaan berpengaruh terhadap
yang diserang adalah udang yang sedang derajat kelangsungan hidup udang galah,
dalam keadaan molting, saat nafsu makan dimana nilai salinitas tertinggi untuk SR
dan daya renang udang menurun. Sementara (P<0,05) berada pada kisaran 3 ppt – 12 ppt
dalam keadaan media yang tidak iso- dan SR terkecil diperoleh pada salinitas 0
osmotik (Hipo/Hiper-osmotik), udang ppt dan 15 ppt.

45
Ali & Waluyo/ LIMNOTEK 2015 22 (1) : 42 - 51

Pengaruh media bersalinitas terhadap Pertumbuhan Bobot dan Laju


kelangsungan hidup juga diperlihatkan Pertumbuhan Bobot Harian
melalui hasil uji polynomial orthogonal yang Bobot rata-rata udang galah selama
menunjukkan bahwa perlakuan media pemeliharaan dalam media bersalinitas
bersalinitas berpengaruh sangat nyata mengalami peningkatan sampai akhir
(P<0,01) dan memberikan respon kubik penelitian. Bobot rata-rata udang galah
terhadap tingkat kelangsungan hidup udang berkisar antara 5,34±0,50 gram sampai
galah dengan persamaan Y = -0,012 X3 – 8,08±1,26 gram dan berdasarkan hasil
0,245 X2 + 7,231 X + 46,54 dengan ANOVA serta uji lanjut BNT menunjukkan
koefisien determinasi (R2) = 0,664 bahwa pemberian media bersalinitas
(Gambar 1), yang berarti pengaruhnya memberikan pengaruh yang nyata terhadap
terhadap tingkat kelangsungan hidup udang pertumbuhan bobot udang galah dimana
galah sebesar 66,4%, selebihnya dipengaruhi pertumbuhan bobot rata-rata tertinggi
oleh faktor lain. Seperti yang dikemukan (p<0,05) berada pada salinitas 0 ppt, 3 ppt, 6
Effendie (1997) dalam Beauty (2012), ppt dan 9 ppt (Tabel 2). Sedangkan laju
penurunan kelangsungan hidup disebabkan pertumbuhan bobot harian udang galah
oleh banyak faktor, salah satunya kepadatan sampai akhir penelitian, diperoleh data pada
tebar yang mengarah pada persaingan pakan, kisaran 2,34±0,31% sampai 2,78±0,44 %
ruang gerak dan konsumsi oksigen. Dari dan berdasarkan hasil ANOVA diketahui
persamaan tersebut pula, didapat bahwa nilai bahwa perlakuan media bersalinitas tidak
salinitas optimum untuk kelangsungan hidup memberikan pengaruh yang nyata terhadap
udang galah berada pada media bersalinitas laju pertumbuhan bobot harian udang galah
3,85 ppt. (P>0,05) (Tabel 2).

Gambar 1. Hubungan salinitas terhadap tingkat kelangsungan hidup udang galah

Tingkat kelangsungan hidup yang Berdasarkan hasil penelitian, selama


tinggi diduga dipengaruhi oleh kualitas air masa pemeliharaan tampak pertumbuhan
yang baik, keberadaan shelter, kecukupan bobot udang galah mengalami kenaikan
kebutuhan makanan yang diperlukan oleh pada setiap perlakuan. Kenaikan yang
tiap-tiap individu, dan pertumbuhan yang terjadi pada bobot harian udang galah dari
seragam yang membantu meminimalisir setiap perlakuan ini diduga karena udang
kanibalisme. pada setiap perlakuan sudah mampu
beradaptasi dengan baik pada lingkungannya

46
Ali & Waluyo/ LIMNOTEK 2015 22 (1) : 42 - 51

masing-masing sehingga udang mampu menunjukkan nilai salinitas yang optimum


mengoptimalkan pakan yang diberikan untuk pertumbuhan bobot udang galah,
untuk pertumbuhan bobotnya, seperti meski secara Anova dan uji BNT
pernyataan Hadie et al. (2002) yang pertumbuhan bobotnya tidak berbeda nyata
menyatakan bahwa pertumbuhan terjadi antara salinitas 0 ppt dengan salinitas 3 ppt,
pada makhluk hidup apabila jumlah 6 ppt dan 9 ppt.
makanan yang dimakan melebihi kebutuhan Tolok ukur keberhasilan dalam
untuk mempertahankan hidupnya. budidaya udang salah satunya adalah
Bentuk hubungan media bersalinitas menghasilkan pertumbuhan bobot yang
dan pertumbuhan bobot udang galah optimal. Berdasarkan hasil penelitian,
berdasarkan hasil uji polynomial orthogonal pertumbuhan bobot optimal terjadi pada
menunjukkan bahwa media bersalinitas media air tawar (salinitas 0 ppt), sementara
memberikan pengaruh yang sangat nyata pada media bersalinitas sendiri bila
(P<0,01) dan memberikan respon kuadratik dijelaskan secara grafik dan persamaan
terhadap tingkat pertumbuhan bobot udang (Gambar 2), semakin bertambahnya tingkat
galah dengan persamaan Y = -0,009 X2 – salinitas maka pertumbuhan bobot udang
0,017 X + 7,927 dengan koefisien semakin menurun. Kondisi ini diduga pada
determinasi (R2) = 0,961 (Gambar 2). Nilai 90 hari pemeliharaan, pakan yang diberikan
koefisien determinasi (R2) menunjukkan pada media salinitas 0 ppt lebih
tingkat keeratan hubungannya yang sangat dioptimalkan untuk pertumbuhan bobotnya
tinggi, ketika salinitas media meningkat dari pada pertumbuhan panjangnya. Akan
maka akan menurun pertumbuhan bobotnya. tetapi, pertumbuhan bobot yang kurang
Dari persamaan tersebut pula, salinitas 0 ppt optimal pada media bersalinitas bisa dipacu

Tabel 2. Pertumbuhan bobot rata-rata dan laju pertumbuhan bobot harian udang galah
Perlakuan Pertumbuhan Bobot (gr) Laju Pertumbuhan Harian (%)
0 ppt 8,08±1,26b 2,82±0,28
3 ppt 7,58±0,87b 2,77±0,01
6 ppt 7,30±0,25b 2,49±0,38
9 ppt 7,25±0,13b 2,64±0,14
12 ppt 6,33±1,05ab 2,55±0,03
15 ppt 5,34±0,50a 2,34±0,31
Keterangan : Superskrip huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05)

Gambar 2. Hubungan salinitas terhadap tingkat pertumbuhan bobot udang galah

47
Ali & Waluyo/ LIMNOTEK 2015 22 (1) : 42 - 51

dengan pemberian pakan dengan kualitas udang, penurunan nilai laju pertumbuhan
yang baik, waktu pemberian yang tepat dan bobot harian diduga akibat udang
jumlah takaran yang tepat. Seperti yang mengalami tekanan lingkungan dan direspon
dikemukakan Saparinto (2009), saat ini oleh udang dengan melakukan molting.
pertumbuhan ikan/udang yang cepat dapat Fingerman et al., (1997) dalam Azis
dipacu dengan memanfaatkan atau (2008) menyatakan bahwa salah satu faktor
memberikan pakan dengan gizi yang baik yang mempengaruhi molting adalah stress.
dan takaran yang optimal. Penyebab stress pada udang dapat berupa
Menurut Effendie (1997), Laju perubahan lingkungan (suhu, kepadatan,
pertumbuhan ikan/udang juga dipengaruhi salinitas, pH, polusi, penyakit, tekanan air,
oleh faktor internal yang berhubungan arus air, DO, dan ketersediaann makanan),
dengan keadaan ikan itu sendiri, seperti penanganan (handling) (pemindahan dengan
genetik dan keadaan fisiologis (kesehatan serok), serta penangkapan (pukat, gill net).
dan kematangan gonad) dan oleh faktor Udang yang stress dan sering melakukan
eksternal yaitu lingkungan tempat ikan molting akan berdampak pada pertumbuhan
hidup, seperti sifat kimia air, kimia tanah, yang tidak sempurna.
suhu air, sisa metabolisme, ketersediaan Meskipun dalam kondisi optimal,
oksigen dan ketersediaan pakan. Kualitas air kualitas air yang semakin memburuk pada
yang masih baik membuat udang pada media pemeliharaan juga akan
masing-masing perlakuan tersebut dapat mengakibatkan udang tidak mampu
mengoptimalkan pakan untuk pertumbuhan memaksimalkan energi yang didapatnya
bobotnya. untuk pertumbuhan, melainkan untuk
Laju pertumbuhan (panjang dan memenuhi kebutuhan mempertahankan
berat) harian erat kaitannya dengan proses hidupnya, terutama apabila udang terpapar
ganti kulit udang (molting). Proses ganti dalam waktu lama.
kulit tersebut merupakan salah satu sifat
biologis udang yang berlangsung secara Pertumbuhan Panjang dan Laju
periodik mulai dari telur, larva hingga Pertumbuhan Panjang Harian
dewasa. Proses timbulnya molting sendiri Pertumbuhan panjang rata-rata udang
dipengaruhi beberapa faktor yaitu pengaruh galah pada tiap-tiap perlakuan sampai 90
kondisi lingkungan (intensitas matahari, hari cenderung mengalami peningkatan
salinitas, suhu, DO, pH), pengaruh makanan (Tabel 3). Namun hasil Anova dan uji lanjut
dan aktivitas makan udang dan pengaruh BNT, menunjukkan media bersalinitas tidak
jenis kelamin serta umur udang dimana memberikan pengaruh yang nyata terhadap
interval molting antara udang muda lebih pertumbuhan panjang udang galah (P>0,05).
pendek daripada udang dewasa (Azis, 2008). Hubungan antara perlakuan media
Nilai pertumbuhan bobot yang tinggi bersalinitas pada pertumbuhan panjang
diduga disebabkan karena kondisi media udang galah, berdasarkan uji polynomial
pemeliharaan yang sesuai dengan tekanan orthogonal diperoleh persamaan kuadratik Y
osmotik tubuh udang, sehingga proses = -0.005 X2 + 0.027 X + 9.346 dengan
osmoregulasi dapat berjalan dengan baik. koefisien determinasi (R2) = 0,855 (Gambar
Kelancaran proses osmoregulasi akan 3). Dari persamaan tersebut, didapat bahwa
membantu udang dalam proses molting yang untuk mendapatkan pertumbuhan panjang
mengarah pada penambahan bobot dan optimal udang galah maka salinitas media
panjang. yang digunakan maksimal 2,7 ppt. Apabila
Laju pertumbuhan bobot udang galah penggunaan media salinitas melebihi nilai
hingga akhir penelitian berada pada kisaran tersebut, maka akan terjadi penurunan
2,34±0,31% sampai 2,82±0,28%, dan hasil pertumbuhan panjang udang galah. Tingkat
Anova membuktikan tidak terdapat keeratan hubungannya (R2) 85,5% yang
perbedaan yang nyata (P>0,05) antar berarti keragaman pertumbuhan panjang
perlakuan. Seiring bertambahnya umur udang galah yang dapat terjelaskan oleh

48
Ali & Waluyo/ LIMNOTEK 2015 22 (1) : 42 - 51

keragaman taraf salinitas media tubuh sehingga mampu mempertahankan


persentasenya cukup tinggi. tingkat tekanan osmotik yang mendekati
Untuk laju pertumbuhan panjang normal.
harian sampai akhir penelitian pada tiap-tiap Pada salinitas 15 ppt udang galah
perlakuan berkisar antara 0,65±0,08% - memiliki pertumbuhan panjang yang paling
0,75±0,11%, dan berdasarkan hasil ANOVA kecil dibanding salinitas dibawahnya. Hal ini
laju pertumbuhan panjang harian tidak diduga terkait dengan tingginya kadar
terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05) kalsium yang terkandung dalam media yang
(Tabel 3). mempengaruhi percepatan proses

Tabel 3. Pertumbuhan panjang dan laju pertumbuhan panjang harian udang galah
Perlakuan Pertumbuhan Bobot (gr) Laju Pertumbuhan Harian (%)
0 ppt 9,34±0,79 0,75±0,11
3 ppt 9,48±0,39 0,73±0,07
6 ppt 9,33±0,11 0,71±0,04
9 ppt 9,30±0,11 0,71±0,04
12 ppt 8,84±0,39 0,69±0,01
15 ppt 8,54±0,24 0,65±0,08

Gambar 3. Hubungan salinitas terhadap pertumbuhan panjang udang galah

Pertumbuhan dan laju pertumbuhan, pengerasan cangkang udang yang bisa


baik bobot maupun panjang udang, pada mempengaruhi proses molting, seperti yang
kondisi media bersalinitas faktor yang dikemukakan Holiday (1965) dalam
berpengaruh salah satunya adalah tekanan Darmansah (2011) yang menyatakan bahwa
osmotik yang dihadapi oleh udang selama dengan makin tingginya kalsium (Ca) dalam
pemeliharaan. Kondisi salinitias yang sesuai media akan mendorong proses pembentukan
tekanan osmotik cairan tubuhnya berdampak serta pengerasan kulit udang. Pengerasan
pada proses metabolisme yang baik dan cangkang terkadang bisa menyebabkan
pertumbuhan yang baik, seperti yang molting yang tidak sempurna (gagal molting)
dikemukakan Holliday (1969) dalam Hoar dan berpengaruh terhadap pertumbuhan baik
(1969) bahwa kemampuan ikan untuk panjang maupun bobot.
bertahan pada media bersalinitas tergantung Seperti yang telah dikemukakan
pada kemampuan untuk mengatur cairan sebelumnya, bahwa pertumbuhan dan laju

49
Ali & Waluyo/ LIMNOTEK 2015 22 (1) : 42 - 51

pertumbuhan baik panjang maupun bobot kelangsungan hidup udang galah dan
erat kaitannya dengan proses ganti kulit pertumbuhannya.
udang (molting) dimana proses timbulnya Tingkat kelangsungan hidup udang
molting sendiri dipengaruhi beberapa faktor galah tertinggi diperoleh pada media dengan
yaitu salah satunya pengaruh kondisi kisaran salinitas 3 – 12 ppt. Sedangkan
lingkungan. Salinitas yang menjadi media pertumbuhan bobot tertinggi berada pada
pemeliharaan udang galah dalam penelitian kisaran salinitas 0 – 9 ppt, sementara pada
ini memberikan pengaruh terhadap proses pertumbuhan panjang udang galah dan laju
molting tersebut. Molting dapat berlangsung pertumbuhan harian, media bersalinitas tidak
pada media bersalinitas tinggi maupun yang memberikan pengaruh yang signifikan.
bersalinitas rendah. Namun, pada salinitas Untuk mendapatkan tingkat
tinggi konsentrasi garam-garam air laut yang kelangsungan hidup yang optimal, media
sangat tinggi termasuk garam calcium dan salinitas yang digunakan tidak lebih dari
phosphor yang diperlukan udang untuk 3,85 ppt. Untuk pertumbuhannya, udang
pengerasan cangkang selama proses molting galah tumbuh dengan bobot optimal pada
akan mengakibatkan cangkang udang salinitas 0 ppt, sedangkan pertumbuhan
menjadi sangat keras. Kondisi cangkang panjangnya optimal pada salinitas 2,7 ppt.
yang cukup keras mengakibatkan proses
pergantian kulit berikutnya akan sulit DAFTAR PUSTAKA
dilakukan, yang terkadang bisa
mengakibatkan gagal molting (molting tidak Anonim. 2011. Teknik Monitoring
sempurna), sehingga hal ini juga akan Pengendalian Pertumbuhan Dalam
menghambat pertumbuhan udang. Kegiatan Budidaya Udang.
Sedangkan pada salinitas rendah, proses http://budidayaukm.blogspot.com/20
molting dapat berlangsung secara aman, 11/07/teknik-monitoring-dan-
tanpa mengganggu pertumbuhannya. Cairan pengendalian.html [9 Agustus
tubuh udang saat molting dapat 2013]
memperlancar proses osmoregulasi Anonim. 2012. Pola Pembiayaan Usaha
(pertukaran garam-garam air laut kedalam Kecil (PPUK): Budidaya Pendederan
cairan tubuh udang) yang memungkinkan dan Pembesaran Udang Galah.
udang dapat dengan mudah merobek Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM
cangkang yang lama pada saat molting Bank Indonesia, Jakarta
terjadi. Kekerasan cangkang dapat Aziz. 2008. Perangsangan molting
dilunakkan dengan kondisi media sekitarnya pascalarva lobster air tawar jenis
yang bersalinitas rendah (Anonim, 2011) capit merah (Cherax
Kenyataan bahwa sampai akhir quadricarinatus, Von Martens)
penelitian (hari ke-90) pertumbuhan dengan perlakuan suhu. Sekolah
panjangnya tidak terdapat perbedaan yang Pascasarjana, Institut Pertanian
nyata antar perlakuan mengindikasikan Bogor. Bogor.
bahwa udang galah bisa mengoptimalkan Boyd, C.E. (1990): Water Quality in Ponds
pakan untuk pertumbuhan panjangnya baik for Aquaculture. Birmingham
dalam keadaan air tawar maupun Alabama : Birmingham Publishing
bersalinitas. Co,
Buwono ID. 1993. Tambak Udang Windu
KESIMPULAN Sistem Pengelolaan Berpola Intensif.
Yogyakarta: Kanisius.
Bardasarkan hasil penelitian, dapat Darmansah MA. 2011. Pertumbuhan dan
diambil kesimpulan bahwa perbedaan Kelangsungan Hidup Lobster Air
salinitas pada media pemeliharaan Tawar (Cherax quadricarinatus)
memberikan pengaruh terhadap derajat pada Pendederan Di Dalam Bak
Dengan Padat Penebaran 100 Hingga

50
Ali & Waluyo/ LIMNOTEK 2015 22 (1) : 42 - 51

175 ekor/m2. Institut Pertanian Qurrota’ayun S. 2009. Pembuatan Alat Ukur


Bogor. Bogor. Kadar Garam (Salinitas) Dalam Air
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Berbasis Mikrokontroler. Universitas
Yogyakarta: Yayasan Pustaka Islam Negeri Malang.
Nusatama. Sakti I. 2012. Revitalisasi Tambak, KKP
Hadie W, Sumantadinata K, Carman O, Pacu Produksi Udang.
Hadie LE. 2002. Pendugaan jarak http://www.kkp.go.id/index.php/arsip
genetik populasi udang galah /c/7800/REVITALISASI-TAMBAK-
Macrobrachium rosenbergii dari KKP-PACU-PRODUKSI-UDANG/
sungai Musi, sungai Kapuas, sungai [15 Januari 2013].
Citanduy, dengan truss morphometric Tambunan LA. 2009. Gurihnya Laba Udang
untuk mendukung program Galah. www.lipi.go.id [17 November
pemuliaan. Jurnal Penelitian 2012].
Perikanan Indonesia, 8 (2): 1-5. Zuhri S. 2012. Produksi Udang: Tahun Ini
KKP [Kementrian Kelautan dan Perikanan]. Diprediksi Naik 10%.
2011. Kelautan dan Perikanan dalam http://www.bisnis.com/articles/produ
Angka 2011. Kementrian Kelautan ksi-udang-tahun-ini-diprediksi-naik-
dan Perikanan. Jakarta. 10-percent [14 November 2012].
Murtidjo BA. 1992. Budidaya Udang Galah
Sistem Monokultur. Yogyakarta:
Kanisius.

51

Anda mungkin juga menyukai