166 336 2 PB PDF
166 336 2 PB PDF
166 336 2 PB PDF
86 - 96
ISSN Cetak 2302-4178
Muhammad Ilham
E-mail: illanknhoezt@ymail.com
Universitas Sulawesi Barat
ABSTRAK
ABSTRACT
This research aims to know the influence of salinity towards the survival and
growth of the larvae of Tiger shrimp (Penaeus monodon). Expected to be utilized for tiger
shrimp larva seed activities especially on the post larval stadia. The experimental design
used was Complete Random Design (RAL) with 4 treatments, each treatment was repeated
three times, so that it consists of 12 units of the experiment. The treatment is salinity a) 25
ppt, b) 30 ppt (control), c). 35 ppt and d). 40 ppt. The observed variables is the survival
and growth of the larvae of tiger shrimp started post larvae 1 (PL 1) up on stadia post
larvae 15 (PL). In addition carried out measurements of water quality parameters such as
temperature, pH, and dissolved oxygen as supporting data research. The results showed
the level of survival rate of post larvae of Tiger shrimp retrieved on 25 ppt salinity of
Pengaruh Salinitas Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Larva Udang Windu (Penaeu monodon) 87
84.67% and the lowest at 40 ppt salinity of 49.33%. The growth of post larva shrimp also
at salinity of 25 ppt is 0.44 g with the rate of growth of 14.15 and lowest% on 40 ppt
salinity is 0.20 g, with a growth rate of 8.89%. So it can be inferred that the best salinity is
25 ppt to the survival and growth rate produces post larva shrimp Tiger. While the salinity
of 40 ppt givethe slowsurvivaland growth. Besides it causing high mortality.
Keywords: salinity, survival, growth, post larvae, shrimp Tiger.
terlarut. Suhu diukur dengan ppt) yakni 84,67%, dan terendah pada
menggunakan thermometer air raksa perlakukan D (40 ppt) yakni 49,33%. Hal
ketelitian 0,1 0C, pH diukur dengan ini disebabkan pada perlakuan salinitas
menggunakan pH meter ketelitian 0,1 dan 25 ppt dan 30 ppt cukup baik untuk
oksigen terlarut diukur dengan proses molting yang dapat memperlancar
menggunakan DO meter type YSI model proses osmoregulasi (pertukaran garam-
550 A. Pengukuran salinitas, suhu, pH garam air laut kedalam cairan tubuh
dan oksigen terlarut dilakukan setiap hari udang). Keberadaan cairan ini
sebanyak 2 kali, yaitu pukul 06.00 dan menyebabkan udang pada saat molting
18.00 Wita. dapat dengan mudah merobek cangkang
Data yang diperoleh dianalisis yang lama. Menurut Harefa (1996),
dengan analisis sidik ragam, bila faktor yang paling mempengaruhi tingkat
perlakuan berpengaruh nyata dilanjutkan kelulusan hidup post larva udang windu
dengan uji BNT. Adapun parameter yaitu kualitas air pada media
kualitas air dianalisis secara deskriptif pemeliharaan dan kualitas pakan.
berdasarkan kelayakan hidup post larva Kualitas air yang baik pada media
udang windu (Penaeus monodon). pemeliharaan merupakan faktor yang
mendukung proses metabolisme dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN proses fisiologi dan mempercepat ganti
kulit yang dapat memperlancar proses
1. Sintasan osmoregulasi.
Sintasan post larva udang windu Pada penelitian ini perlakuan A
(P. monodon) yang dipelihara pada (25 ppt) dan perlakuan B (30 ppt) pada
salinitas berbeda disajikan pada Tabel 1. saat pengamatan dijumpai post larva
Tabel 1 menunjukkan bahwa udang yang melakukan pergerakan
perlakuan A (25 ppt) tidak berbeda nyata dengan muncul ke permukaan dan
(p > 0,05) dengan perlakuan B (30 ppt), meloncat loncat. Sesuai dengan
tetapi berbeda nyata (p < 0,05) dengan pernyataan Haliman dan Adijaya (2004),
perlakuan C (35 ppt) dan D (40 ppt). menjelaskan bahwa molting pada udang
Sintasan post larva udang windu (P. ditandai dengan seringnya udang muncul
monodon) yang dipelihara pada salinitas ke permukaan air sambil meloncat-loncat.
berbeda tertinggi pada perlakuan A (25 Gerakan ini bertujuan untuk membantu
90 Syukri dan Ilham
pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan sebesar 14,15%, dan yang terendah
pernyataan Smith (1982) dalam salinitas 40 ppt sebesar 0,20 g
Wandiunaya (2013), semakin tinggi dengan laju pertumbuhannya sebesar
salinitas media makin rendah kapasitas 9,83%.
maksimum oksigen terlarut (DO) dalam 3) Salinitas 25 ppt dan 30 ppt (kontrol)
air. Pengukuran oksigen terlarut (DO) menghasilkan tingkat sintasan dan
selama penelitian besar dari >3 ppm. pertumbuhan post larva udang
Kisaran ini masih dikategorikan baik windu (Penaeus monodon) yang
dalam pembenihan udang. Menurut terbaik sedangkan salinitas 35 ppt
Fegan (2003), konsentrasi oksigen dan 40 ppt menghasilkan tingkat
terlarut selama pemeliharaan post larva sintasan dan pertumbuhan yang
udang windu berkisar antara 3-8 ppm. lambat dan kematian yang tinggi.
Nilai tersebut menunjukan bahwa
kandungan oksigen yang terdapat pada DAFTAR PUSTAKA
media pemeliharaan masih optimal dan
Adi, P. 2014. BAB II Tinjauan Pustaka
cukup baik dalam mendukung
Biologi Udang Windu. [Online].
pertumbuhan post larva udang.
http://digilib.unila.ac.id/5545/15/B
Wardoyo (1994) dalam Arafik
AB%20II.pdf. (diakses tanggal 01
(2009) menuturkan kandungan oksigen
Desember 2015).
terlarut dalam air dengan kisaran
terendah adalah 3 ppm agar dapat Anggoro, S. 1992. Efek Osmotik
mendukung keberlangsungan kehidupan Berbagai Tingkat Salinitas Media
organisme perairan secara normal. O2 terhadap Daya Tetas Telur dan
terlarut dalam air sangat mendukung Vitalitas Larva Udang Windu,
untuk kegiatan respirasi larva. Imai Penaeus Monodon Fabricius.
(1970) dalam Ari (2010), mengemukakan Disertasi. Program Pascasarjana,
bahwa kandungan oksigen terlarut yang Institut Pertanian Bogor, Bogor.
baik bagi pasca post larva udang adalah 6 230 hal.
- 9 ppm. Peran aerasi sangat penting Arafik 2009. Pembenihan Udang Windu
dalam menjaga kadar oksigen terlarut (Penaeus monodon). [Online].
agar tetap optimal selama penelitian. http://lamadiaquaculture.blogspot.c
o.id/2009/11/pembenihan - udang-
KESIMPULAN
windu-penaeus-monodon (diakses
1) Tingkat sintasan post larva udang tanggal 15 November 2015).
windu (Penaeus monodon) tertinggi Ari, W. I. 2010. Kelangsungan Hidup
pada salinitas 25 ppt sebesar 84,67 % Udang Windu (Penaeus monodon,
dan yang terendah pada salinitas 40 Fab.) Pasca Larva dalam Berbagai
ppt sebesar 49,33 %. Tingkat Aklimasi Salinitas.
2) Tingkat pertumbuhan post larva [Online].
udang windu (Penaeus monodon) http://repository.ipb.ac.id/bitstream/
tertinggi pada salinitas 25 ppt sebesar handle/123456789/399/C89IWA.pd
0,44 g dengan laju pertumbuhan
Pengaruh Salinitas Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Larva Udang Windu (Penaeu monodon) 95