1. Al-Qur’an
Dalil hukum jual beli di dalam Al-Qur’an, diantaranya terdapat pada ayat-ayat berikut ini:
“Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS Al-Baqarah:275)
1 Jual beli a dalah dua kata yang berlawanan artinya, namun masing-masing sering digunakan untuk
arti kata yang lain secara bergantian. Oleh sebab itu, masing-masing dalam akad transaksi disebut
sebagai pemb eli dan penjual. Rosulullah SAW bersabda,”Dua orang yang berjual-beli memiliki hak
untuk mene ntukan pilihan, sebelum mereka berpindah dari lokasi jual beli.” Akan tetapi bila
disebutkan secara umum, yang terbetik dalam hak adalah kata penjual diperuntukkan kepada orang
yang mengeluarkan barang dagangan. Sementara pembeli adalah orang yang mengeluarkan
pembayaran. Penjual adalah orang yang mengeluarkan barang miliknya. Sementara pembeli adalah
orang yang menjadikan barang itu miliknya dengan kompensasi pembayaran.
2. As-Sunah
Di dalam As-sunah, disyariatkannya jual beli terdapat pada hadits-hadits berikut:
• Rasulullah SAW ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik. Beliau
menjawab,”Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual-beli yang
mabrur” (HR . Bajjar, Hakim menyahihkannya dari Rifa’ah Ibn Rafi’ ).
Maksud mabrur dalam hadits di atas adalah jual beli yang terhindar dari tipu-
menipu dan merugikan orang lain.
• ”Jual beli harus dipastikan saling ridla .” ( HR. Baihaqi dan Ibnu Majah )
3. Ijma’
Dalil kebolehan jual beli menurut Ijma’ ulama adalah:
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia
tidak akan mempu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun
demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti
dengan barang lainnya
a. Jual beli umum, yaitu menukar uang dengan barang.
b. Jual beli ash-sharf atau money changer , yaitu penukaran uang dengan uang.
c. Jual beli muqayadhah atau barter, yaitu menukar barang dengan barang. yang sesuai
2. Klasifikasi Jual Beli dari Sisi Cara Pembayaran
a. Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran secara langsung.
b. Jual beli dengan pembayaran tertunda.
c. Jual beli dengan penyerahan barang tertunda.
d. Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran sama-sama tertunda.
4. Khiyar Ta’yin, yaitu hak pilih yang dimiliki oleh pembeli untuk menentukan sejumlah
benda sejenis dan sama harganya. Keabsahan khiyar ini menurut Hanafiyah harus
memenuhi 3 syarat yaitu:
• Maksimal berlaku pada tiga pilihan obyek
• Barang yang dibeli setara dan seharga
• Tenggang waktu khiyar ini tidak lebih dari 3 hari
IHTIKAR
Definisi ihtikar yaitu melakukan penimbunan barang dengan tujuan spekulasi, sehingga
ia mendapatkan keuntungan besar di atas keuntungan normal atau dia menjual hanya
sedikit barang untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi, sehingga mendapatkan
keuntungan di atas keuntungan normal.
Rasulullah saw telah melarang praktek penimbunan ini. Dalam sebuah hadits dari
Ma’mar bin Abdullah bin Fadhlah, katanya, Aku mendengar Rasulullah Saw
bersabda, ”Tidak melakukan ihtikar kecuali orang yang bersalah (berdosa) ”.
( H.R.Tarmizi )
MARAJI’:
Ad-Duwaisy, Ahmad bin Abdurrazzaq. Fatwa-Fatwa Jual Beli . Cetakan pertama.
Pustaka Imam asy-Syafi’i. Bogor. 2004
Al-Jaziri, Abdurrahman. T.th. Al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah . Beirut: Sar al-Qalam
Al-Mushlih, Abdullah dan Shalah ash-Shawi. Fikih Ekonomi Keuangan Islam . Darul
Haq. Jakarta. 2004
Muslim, Imam. Shahih Muslim : Bab Buyu’ . Riyadh. Darus Salam. 1998
Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah . Edisi 1. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2005