Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Cipta @2018
PERANGKAT
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS KOMPETENSI
BAGI PENYULUH KELUARGA BERENCANA
Edisi Pertama Tahun 2018
Tim Penyusun :
Dra. Robertha Suparyanti, MM
Dra. Elly Emalia, MPd
Afif Miftahul Majid, S.Sos
Khaeri Marifah, S.Psi., M.Psi
Moh. Tohirin Hasan, MPd
Nilam Kemuning HP., SPd
Robert Ainslie, MA - JHCCP
Dinar Pandan Sari, MA - JHCCP
Arief Mochamad - JHCCP
Herni Suwartini - JHCCP
Bahtiar Fitanto - Konsultan JHCCP
Pengarah :
Drs. Ipin Zaenal Arifin Husni, MPA
Penanggung Jawab :
Jainuddin, SE
Uswatun Nisa., S.Sos, MAPS
Pelaksana Teknis :
Desnita Ekaratri Wulandari, SS, MPH
Editor :
Yufi Wini Astuti, SKM
Dewi Andayani, SPd, MSi
Hendy Noor Irawan, S.Sos, MSc
Diterbitkan oleh :
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
PO. BOX : 296 JKT 13013
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, maka perangkat Pendidikan dan Pelatihan Kompetensi Teknis bagi Penyuluh
KB dapat terselesaikan. Perangkat diklat ini disusun sebagai upaya pengembangan kinerja,
mengefektifkan dan mengharmonisasi rancang bangun program diklat KKB yang berstandar
sesuai dengan kebutuhan unit kerja pengguna.
Kaitan dengan hal tersebut di atas, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
berupaya untuk mendukung program KKBPK melalui penguatan yang diperlukan tenaga-
tenaga Penyuluh KB yang handal dan mampu memerankan fungsinya secara optimal di
tingkat lini lapangan.
Saya menyambut baik diterbitkannya perangkat diklat Penyelenggaraan Training of Trainer
Pendidikan dan Pelatihan Kompetensi Teknis bagi Penyuluh KB ini sebagai upaya penting
dan strategis dalam rangka memperkuat, menyiapkan dan meningkatkan keahlian tenaga
fasilitator atau pengajar dalam memfasilitasi diklat teknis tersebut.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu diucapkan terima kasih atas
kontribusi, masukan, saran dan koreksi hingga tersusunnya Perangkat Pendidikan dan
Pelatihan Teknis ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi upaya kita dalam mengelola
Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga secara
profesional hingga terwujudnya Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera, dapat berjalan sesuai
harapan.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, taufiq
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan perangkat diklat
Penyelenggaraan Training of Trainer Pendidikan dan Pelatihan Kompetensi Teknis bagi
Penyuluh KB sebagai salah satu kepentingan menjaga kualitas penyelenggaraan dan
standarisasi program diklat yang telah ditetapkan.
Sejalan dengan agenda prioritas pembangunan nasional tahun 2014 - 2019 pemerintahan
Presiden RI - Bapak Ir. Joko Widodo mengamanatkan dalam rancangan program 8 (delapan)
Agenda Nawa Cita.
BKKBN melalui mandat dalam rancangan strategis memiliki 3 (tiga) kesinambungan Agenda
Nawa Cita yaitu pada poin ke - 3 (tiga) membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan; dan poin ke - 5
(lima) meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas
pendidikan dan pelatihan dengan program “Indonesia pintar”, serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan program “Indonesia Kerja” dan “Indonesia Sejahtera”
dengan mendorong land reform dan program untuk rakyat di tahun 2019, serta Nawa Cita
ke - 8 (delapan) melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali
kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti
pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air,
semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
Khususnya pendekatan dari Money Follow Function menjadi Money Follow Program serta
perubahan pendekatan perencanaan pembangunaf nasional yang Holistik, Integrasi,
Tematik dan Spesial (HITS) dan adanya perubahan kewenangan pemerintah yang tercantum
dalam UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka perlu dilakukan
penyesuaian dan penyempurnaan pada RENSTRA BKKBN 2015 - 2019. Penyempurnaan
tersebut ditujukan untuk mempertajam strategi pelaksanaan program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK), agar dapat diimplementasikan
secara operasional hingga ke lini lapangan sebagai upaya peningkatan kualitas hidup
manusia Indonesia, sesuai agenda prioritas pembangunan nasional (Nawa Cita).
Dalam konteks, Holistik, program KKBPK dilaksanakan sinergi dengan mobilisasi seluruh
potensi dan sumber daya baik di lingkungan BKKBN maupun secara bersama-sama dengan
pemangku kepentingan dan mitra kerja di seluruh kegiatan wilayah. Integrasi bahwa BKKBN
mengembangkan keterpaduan dan sinergitas program kegiatan dengan lintas sektor serta
difokuskan pada wilayah Kabupaten/Kota, Kecamatan dan desa/kelurahan atau wilayah
tertentu yang menjadi prioritas. Tematik, program BKKBN difokuskan pada penurunan
angka
Fertilitas Total (TFR) untuk mengendalikan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan
mewujudkan keluarga berkualitas. Spasial dimaksudkan bahwa BKKBN lebih fokus pada
wilayah penggarapan program KKBPK pada Kabupaten/Kota, Kecamatan dan
desa/kelurahan yang tingkat pencapaiannya di bawah standar pencapaian wilayah
diatasnya. Dalam hal ini, BKKBN menetapkan wilayah legok untuk setiap indikator target
sasaran yang telah ditetapkan pada RPJMN dan RENSTRA BKKBN 2015 - 2019.
iii
iv
KATA PENGANTAR
Selama lebih dari tiga dekade, Johns Hopkins Center for Communication Programs (JHCCP)
telah menjadi mitra kerja BKKBN [Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana) di
Indonesia. Suatu kebanggaan bagi Kami untuk dapat terus melanjutkan kolaborasi ini.
Kerjasama yang panjang ini telah membuktikan sinergi yang dapat memberikan nilai
manfaat berlebih untuk masyarakat Indonesia, terutamanya kolaborasi yang terjadi di
bidang penguatan kapasitas, advokasi, dan komunikasi perubahan perilaku. Terdapat
banyak inovasi yang digagas dan dilaksanakan yang kemudian menjadi referensi bagi
pemangku kepentingan lainnya.
Sejak tahun 2015, BKKBN dan JHCCP telah bersama-sama melaksanakan Program Pilihanku
di empat provinsi percontohan di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan capaian
Keluarga Berencana dan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. BKKBN dan
JHCCP berserta organisasi mitra telah melakukan penguatan-penguatan kapasitas kader
untuk menjadi motivator lapangan yang dapat mendorong perubahan perilaku setiap
Pasangan Usia Subur di Indonesia agar memiliki kesadaran untuk merencanakan
keluarganya demi terbangunnya generasi penerus yang berkualitas di masa akan datang.
BKKBN dan JHCCP merangkul dan secara aktif mengoptimalkan pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK), seperti pemanfaatan aplikasi telepon genggam, media
sosial, dan jejaring online lainnya agar dapat menjangkau lebih banyak lagi masyarakat
Indonesia yang membutuhkan informasi yang bermanfaat bagi dirinya.
Pelatihan Petugas KB yang tertuang dalam kesempatan ini adalah sebuah upaya untuk
mengangkat pembelajaran lapangan dan mengintegrasikannya ke dalam praktek di tingkat
nasional.
Kami berharap agar kemitraan yang erat antara JHCCP serta pemerintah Indonesia akan
terus berlanjut hingga tahun-tahun yang akan datang.
Terima kasih.
Fitri Putjuk
Kepala Perwakilan
Johns Hopkins Center for Communication Programs (CCP)
di Indonesia
DAFTAR ISI
BAB 1
Pendahuluan .......................................................................... 1
BAB 2
Advokasi Program KKBPK ..................................... 5
A. Pengantar Advokasi ........................................................................ 6
B. Pengertian dan Tujuan Advokasi .................................................... 8
C. Perbedaan Advokasi dan KIE ........................................................... 10
D. Rangkuman ..................................................................................... 11
E. Latihan ............................................................................................ 12
BAB 3
KKBPK Sebagai Isu Lintas Sektor .................................... 15
A. Dampak KKBPK terhadap Sektor Lain ............................................. 16
B. Kaitan antara Target KKBPK dengan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan ......................................................... 17
C. Rangkuman ..................................................................................... 19
D. Latihan ............................................................................................ 19
BAB 4
Langkah-langkah Menyusun Strategi .............................. 21
A. Merumuskan Isu Strategis .............................................................. 22
B. Menentukan Tujuan dan Sasaran yang SMART .............................. 23
C. Identifikasi Mitra Strategis & Pengambil Keputusan/Kebijakan ..... 24
D. Kenali Pengambil Keputusan/Kebijakan ......................................... 26
E. Merumuskan Permintaan ............................................................... 27
F. Menyusun Rencana Kegiatan .......................................................... 29
G. Rangkuman ..................................................................................... 31
H. Latihan ............................................................................................ 33
vi
BAB 5
Perencanaan dan Penganggaran Desa/Kelurahan ........... 35
A. Pendahuluan Kompetensi Sosial Kultural ....................................... 36
B. Proses Penyusunan Anggaran ......................................................... 37
C. Peran Penyuluh KB dalam Perencanaan dan Penganggaran
Desa/Kelurahan, Kecamatan dan Daerah ....................................... 47
D. Pemetaan Sumber Daya Daerah ..................................................... 47
E. Rangkuman .................................................................................... 48
F. Latihan ........................................................................................... 48
BAB 6
Penutup .................................................................. 51
A. Kesimpulan ..................................................................................... 52
B. Evaluasi ........................................................................................... 52
vii
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
BAB
PENDAHULUAN
1
1
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
A. Latar Belakang
Keberhasilan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK) antara lain ditandai dengan adanya
penurunan laju pertumbuhan penduduk, penurunan tingkat fertilitas,
peningkatan kesadaran masyarakat tentang makna keluarga kecil, bahagia
dan sejahtera. Hal ini mencerminkan betapa besarnya peran Penyuluh
Keluarga Berencana (PKB) dalam melaksanakan kegiatan Advokasi,
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)/Penyuluhan KKBPK di wilayah binaan
pada tingkat desa/kelurahan.
PKB sebagai ujung tombak program sangat strategis perannya dalam
melakukan pembinaan langsung kepada individu, keluarga dan masyarakat di
tingkat desa/kelurahan. Selain itu PKB juga perlu memastikan lingkungan
yang kondusif agar program KKBPK dapat berjalan dengan baik. Seperti
tersedianya biaya operasional PPKBD dan Sub-PPKBD, biaya untuk
mendukung kegiatan KIE di masyarakat, ada dukungan dari Kepala Desa dan
lintas sektor terkait di level desa. Oleh karena itu para PKB perlu dibekali
pengetahuan dalam melakukan pembinaan kepada individu, keluarga dan
masyarakat di tingkat desa/kelurahan, melakukan KIE/Penyuluhan KKBPK dan
melakukan advokasi di tingkat desa/kelurahan dengan mudah dan percaya
diri.
Modul Advokasi, ini dimaksudkan untuk menyiapkan PKB sebagai advokat
KKBPK di level desa/kelurahan agar dapat menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi kegiatan KKBPK di tingkat desa/kelurahan serta mendukung
juga upaya advokasi di level kabupaten/kota.
B. Deskripsi Singkat
Modul ini membahas konsep advokasi, perbedaan advokasi dan
KIE/Penyuluhan, langkah-langkah melakukan advokasi di desa/kelurahan.
Pada akhir pembelajaran peserta diharapkan mampu melakukan Advokasi,
sesuai dengan kondisi masyarakat dan daerah yang berbeda di Indonesia.
C. Manfaat Modul
Modul ini diharapkan bermanfaat bagi para peserta diklat untuk
membekali pengetahuan tentang advokasi, sehingga dapat meningkatkan
profesionalisme sebagai advokat KKBPK di tingkat lapangan.
2
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
D. Standar Kompetensi
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan mampu melakukan
advokasi untuk program kependudukan dan Keluarga Berencana di tingkat
desa/kelurahan
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari modul ini, maka peserta dapat:
a. Memahami konsep advokasi, isu prioritas, tujuan advokasi,
menentukan sasaran advokasi dan mengemas pesan advokasi
b. Mengemas KKBPK sebagai isu lintas sektor
c. Memahami mekanisme perencanaan dan penganggaran
desa/kelurahan
d. Melakukan pemetaan sumber daya manusia, program dan kegiatan
yang ada di desa/kelurahan
E. Materi Pokok
1. Advokasi program KKBPK
2. KKBPK sebagai isu lintas sektor
3. Mekanisme perencanaan dan penganggaran desa/kelurahan
4. Pemetaan sumber daya manusia, program dan kegiatan yang ada di
desa/kelurahan
F. Petunjuk Belajar
Untuk mencapai hasil pembelajaran, peserta pelatihan perlu mengikuti
beberapa petunjuk antara lain sebagai berikut:
1. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Pahami dengan benar materi
pada tahap awal. Lakukan pengulangan pada halaman tersebut
sampai Saudara benar-benar memahaminya.
2. Jika Saudara mengalami kesulitan dalam memahami materi pada
halaman atau sub bahasan tertentu, diskusi dengan rekan peserta
lainnya atau fasilitator yang mengampu materi modul ini.
3. Setelah selesai memahami materi pada setiap bab, saudara dapat
melakukan latihan dan/atau melakukan pengembangan kasus yang
sesuai.
3
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
4
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
BAB
5
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
A. Pengantar Advokasi
Untuk mencapai RPJMN BKKBN, program KKBPK dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten,
kecamatan dan desa, harus memastikan:
1. Tidak adanya hambatan dari sisi kebijakan dan peraturan yang dapat
menghambat pelaksanaan program KKBPK secara efektif dan maksimal
2. Tersedianya kebijakan dan peraturan yang mendukung program KKBPK
3. Tersedianya sumber daya yang dibutuhkan, baik dari segi anggaran,
kecakapan, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang
mendukung pelaksanaan program
4. Terselenggaranya kerja sama dan koordinasi dengan baik dari segi kebijakan
maupun program/aktivitas di tingkat lapangan
Hal diatas menjadi tantangan besar karena terdapat perubahan tata kelola pemerintahan
yang berimplikasi pada perlunya strategi baru untuk meresponnya, yakni kebijakan
desentralisasi termasuk di dalam kelembagaan BKKBN. Kebijakan ini menimbulkan
konsekuensi OPD KB di tingkat kabupaten/kota dibiayai dan diatur oleh pemerintah
setempat. Kondisi ini membawa pada situasi yang tidak kondusif untuk mengembangkan
program KB yang efektif. Dari sisi pengembangan program, BKKBN nasional tidak dapat
sepenuhnya mempengaruhi keputusan di tingkat kabupaten.
advokasi
advokasi
Berdasarkan temuan lapangan, diskusi dan pengalaman implementasi program advokasi
yang tertuang dalam buku Strategi Komunikasi dan Advokasi BKKBN Tahun 2017 disebutkan
bahwa problem yang dihadapi di daerah adalah:
1. Tidak banyak pimpinan daerah yang memberi prioritas pada program KKBPK
sehingga alokasi anggaran program KKBPK juga di banyak daerah tidak mencukupi
kebutuhan program dan besar masalah KKBPK di daerah itu serta bentuk lembaga
KKBPK di daerah yang masih banyak digabungkan dengan sektor lain.
6
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
2. Oleh pemangku kepentingan daerah Program KKBPK belum dilihat sebagai program
yang berdimensi dan memiliki kemanfaatan lintas sektor, ia hanya dilihat sebagai
program alokon saja.
3. Dari sisi SDM, rekrutmen pimpinan OPD KB juga kerap tidak mempertimbangkan
kapasitas di bidang KKBPK, sehingga para pengelola kurang cakap dalam merancang
dan mengelola program. Kadang staff yang sudah terlatih, mengalami mutasi ke
kantor lain.
4. Terdapat potensi dana di daerah yang berpotensi menutup kekurangan anggaran
APBD untuk program KKBPK namun belum termanfaatkan misalnya dana-dana di
desa (dana desa, anggaran dana desa, CSR dll)
5. Masih perlu dimaksimalkannya pemanfaatan potensi besar sumber daya yang ada
di daerah selain potensi anggaran, misalnya potensi sumber daya penggerakan
(contoh: jejaring berbagai organisasi yang dapat merespon situasi kurangnya
penggerakan KB akibat tidak idealnya jumlah penyuluh KB yang tersedia), sumber
daya kecakapan (contoh: kepakaran pengembangan program komunikasi di
perguruan tinggi), sumber daya media (contoh: media yang dikelola jejaring
Kominfo), dll.
Awal Tahun 2016 Pemerintah Indonesia meluncurkan Kampung KB yang dicanangkan oleh
Bapak Presiden pada tanggal 14 Januari 2016. Tujuan dari pelaksanaan Kampung KB adalah
meningkatkan kualitas hidup masyarakat pada lokasi yang terpilih melalui percepatan
kegiatan program KKBPK yang inovatif di tingkat lapangan yang diintegrasikan dengan
kegiatan sektor pembangunan lainnya. Kondisi ini akan sulit tercapai karena jumlah
penyuluh KB saat ini di Indonesia sebanyak 15.131 orang dengsan rasio 1:5 berbanding
jumlah desa/kelurahan. Dengan kondisi tersebut penyuluh KB perlu berjejaring dengan
mitra potensial yang ada di lapangan agar dapat melaksanakan program dan kegiatannya
untuk sama-sama meningkatkan kualitas hidup manusia.
Salah satu indikator BKKBN yang menunjang kualitas hidup manusia adalah jumlah rata-
rata wanita yang melahirkan selama masa reproduksinya (TFR). Hasil laporan sementara
SDKI Tahun 2017 menunjukkan angka TFR mengalami penurunan dari SDKI 2012 yaitu 2,6
menjadi 2,4 yang berarti seorang wanita di Indonesia rata-rata melahirkan 2,4 anak selama
masa reproduksinya. Tetapi TFR wanita di perkotaan (2,3) lebih rendah 0.3 dibanding di
pedesaan (2,6), artinya rata-rata wanita Indonesia yang tinggal di pedesaan rata-rata
melahirkan lebih banyak dari pada wanita Indonesia yang tinggal di perkotaan.
Berdasarkan kondisi tersebut penting untuk meningkatkan berbagai upaya mulai dari
peningkatan permintaan, memastikan pelayanan dan rantai pasok, serta menciptakan
lingkungan yang kondusif di pedesaan. Disisi lain kondisi desa sebagai tumpuan
keberhasilan pembangunan disebabkan:
7
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Salah satu problem utama dari aspek advokasi adalah masih banyaknya salah pengertian
mengenai pengertian advokasi. Masih banyak pengelola program dan mitra yang
menyamakan pengertian advokasi dengan KIE. Padahal secara garis besar, kedua hal ini
berbeda secara konseptual sehingga berbeda pula dalam pengembangan strategi maupun
perancangan program/kegiatannya.
Di dalam buku Strategi Komunikasi dan Advokasi BKKBN Tahun 2017 disebutkan secara
umum kegiatan advokasi di tingkat lapangan yang kurang berhasil, umumnya disebabkan
karena:
1. Menyamakan Advokasi dengan KIE
2. Advokasi diimplementasikan hanya dengan rapat/pertemuan/audiensi saja. Setelah
pertemuan. Advokat tidak memberikan bahan yang dibagikan (pertinggal, lembar
kebijakan atau policy brief) untuk dibaca kembali oleh sasaran khalayak advokasi.
3. Lebih banyak mengungkap fakta ketimbang mendefinisikan permintaan (Fact sheet
disamakan dengan Policy brief).
4. Permintaan tidak didukung data atau konsekuensi tidak dituangkan secara kongkrit
5. Sasaran advokasi salah, karena tidak memetakan sasaran advokasi dengan akurat.
Sehingga sasaran tersebut tidak bisa mengambil keputusan yang diharapkan.
6. Menuntut saja, tidak memikirkan situasi/kondisi/kepentingan/hambatan, dll dari
sisi sasaran advokasi.
8
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah
aksi strategis yang ditujukan untuk menciptakan kebijakan publik yang bermanfaat
bagi masyarakat atau mencegah munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan
masyarakat.
Sumber McKee et al., 2000, McKee, 199
9
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
10
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
sebelumnya, dapat dilihat berdasarkan sasaran, dampak, metode dan pelakunya seperti
yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
DAMPAK: DAMPAK:
• PUS menjadi akseptor, memiliki • Disetujuinya alokasi anggaran untuk
maksimal dua anak program KKBPK
• Mengunakan metoda kontrasepsi • Membuat peraturan yang mendukung
yang paling sesuai untuk dirinya program KKBPK
• Remaja menunda pernikahan dan • Tersedianya sumber daya yang
merencanakan hidup mendukung program KB
• Lansia mendukung PUS menjadi • Adanya koordinasi dan sinergi antar
akseptor dan remaja dapat program
merencanakan hidup
METODE: METODE:
• Penjangkauan dan penggerakan • Pembentukan kelompok advokat lintas
masyarakat sektor
• Promosi melalui komunikasi tatap • Menyampaikan lembar kebijakan
muka, pertemuan masyarakat, • Memberi masukan spesifik terhadap
pengajian dan kegiatan keagamaan keputusan yang akan diambil
lainnya, pertemuan PKK dan lain-lain • Advokasi melalui media pertemuan
advokasi,
Alat bantu: • Pemberian penghargaan
Leaflet, poster, iklan layanan masyarakat,
APBK, Aplikasi Smartphone/tablet Alat bantu:
lembar kebijakan, paparan singkat
D. Rangkuman
11
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Hal diatas menjadi tantangan besar karena terdapat perubahan tata kelola pemerintahan
yang berimplikasi pada perlunya strategi baru untuk meresponnya, yakni kebijakan
desentralisasi termasuk di dalam kelembagaan BKKBN. Kebijakan ini menimbulkan
konsekuensi OPD KB di tingkat kabupaten/kota dibiayai dan diatur oleh pemerintah
setempat. Kondisi ini membawa pada situasi yang tidak kondusif untuk mengembangkan
program KB yang efektif. Dari sisi pengembangan program, BKKBN nasional tidak dapat
sepenuhnya mempengaruhi keputusan di tingkat kabupaten.
Salah satu problem utama dari aspek advokasi adalah masih banyaknya salah pengertian
mengenai pengertian advokasi. Masih banyak pengelola program dan mitra yang
menyamakan pengertian advokasi dengan KIE. Padahal secara garis besar, ke dua hal ini
berbeda secara konseptual sehingga berbeda pula dalam pengembangan strategi maupun
perancangan program/kegiatannya.
Advokasi adalah aksi strategis yang ditujukan untuk menciptakan kebijakan publik yang
bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah munculnya kebijakan yang diperkirakan
merugikan masyarakat, meningkatkan sumber daya untuk program KKBPK baik berupa
anggaran, manusia, kecakapan, fasilitas, dll. Koordinasi dan sinergi antara program
pemerintah dan meningkatkan visibilitas isu KB.
tujuan advokasi:
1. Peningkatan sumber daya untuk program KKBPK baik berupa anggaran,
manusia, kecakapan, fasilitas, dll
2. Menghilangkan hambatan dari sisi kebijakan dan aturan serta tersedianya
3. kebijakan dan aturan yang mendukung program KKBPK
4. Koordinasi dan sinergi antara program pemerintah
5. Meningkatkan visibilitas isu KB
Program komunikasi perubahan perilaku atau kerap disebut KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi) serta program mobilisasi sosial yang selama ini dijalankan oleh pelaku program
KKBPK, sangat membutuhkan dukungan advokasi yang kuat.
E. Latihan
12
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
2. Menurut hasil laporan sementara SDKI Tahun 2017, menunjukkan angka TFR
mengalami penurunan dari SDKI Tahun 2012 yaitu sebesar...
a. 2,6
b. 0,2
c. 2,4
d. 0,3
e. 2,7
3. Secara garis besar sebuah kampanye komunikasi suatu program pembangunan
memiliki tiga komponen yang saling berkait, saling mempengaruhi dan saling
mendukung, yaitu....
a. Komunikasi perubahan perilaku, mobilisasi sosial, advokasi
b. Komunikasi, perubahan perilaku, mobilisasi sosial
c. Advokasi, komunikasi, perubahan perilaku
d. Perubahan perilaku, sosial, advokasi
e. Komunikasi, mobilisasi sosial, advokasi
4. Tujuan advokasi antara lain adalah sebagai berikut, kecuali...
a. Peningkatan sumber daya untuk program KKBPK
b. Menghilangkan hambatan dari sisi kebijakan dan aturan
c. Tersedianya kebijakan dan aturan yang tidak mendukung program KKBPK
d. Koordinasi dan sinergi antara program pemerintah
e. Meningkatkan visibilitas isu KB
5. Sasaran advokasi adalah sebagai berikut, kecuali...
a. Kepala desa
b. Pimpinan Lembaga
c. Ketua RT/RW
d. Tokoh Agama
e. Remaja
13
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
14
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
BAB
15
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
3000000
2000000 Tahun
0
tidak ada perubahan yang berarti dalam Tahun
1
2010
2
2011
3
2012
4
2013
5
2014
6
2015
Jumlah Penduduk 3,111,602 3,181,924 3,253,836 3,327,372 3,402,571 3,479,469
program KKBPK
16
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Seandainya program KKBPK berhasil dan kelahiran bayi yang dapat dicegah sebanyak
51.339 selama lima Tahun di Kabupaten XXX, maka :
Pemerintah daerah dapat menghemat dana untuk imunisasi bayi sekitar Rp. 30 M selama
lima Tahun.
Diagram yang dikembangkan oleh Bappenas dibawah ini, menunjukkan keterkaitan antara
program KKBPK dengan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Dalam gambar
dibawah terlihat 10 dari 18 tujuan pembangunan berkelanjutan sangat erat kaitannya
dengan program KKBPK.
10 tujuan yang erat kaitannya dengan pencapaian KKBPK antara
lain:
1. Tujuan pertama: Mengentaskan segala bentuk kemiskinan
2. Tujuan kedua: Menghentikan kelaparan, meningkatkan ketahanan pangan dan
nutrisi serta mempromosikan pertanian yang berkelanjutan
3. Tujuan Ke tiga: Menjamin kehidupan yang sehat dan mempromosikan
kesejahteraan bagi semua penduduk dalam segala usia
4. Tujuan Keempat: Menjamin pendidikan inklusif dan merata serta mempromosikan
kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua
5. Tujuan kelima: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua
perempuan dan anak perempuan
6. Tujuan ke-enam: Menjamin ketersediaan dan manajemen air bersih serta sanitasi
yang berkelanjutan untuk semua
17
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Kaitan antara Target KB dengan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Goal 9:
Membangun
Keluarga Goal 4:
Menjamin Kualitas
Pendidikan yang
Berencana
Infrastruktur yang
Tangguh, Inklusif dan Merata
Mempromosikan serta
Industri yang Inklusif Mempromosikan
dan Berkelanjutan Kesempatan Belajar
serta Mendorong Sepanjang Hayat bagi
Inovasi Goal 7: Semua
Mempromosikan
Keberlanjutan Goal 5:
Pertumbuhan Goal 6: Mencapai Kesetaraan
Ekonomi yang Inklusif Menjamin Gender dan
dan Berkelanjutan, Memberdayakan
Kesempatan Kerja
Ketersediaan dan
Manajemen Air Semua Perempuan
yang Produktif dan
Menyeluruh, serta Bersih serta Sanitasi dan Anak Perempuan
Pekerjaan yang Layak yang Berkelanjutan
Bagi Semua untuk Semua
18
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Hal-hal diatas hanya bisa terjadi, jika dilakukan upaya yang sistematis dan terukur untuk
mendapatkannya. Upaya itu berupa program advokasi KKBPK yang berdimensi lintas
sektoral. Hal ini mengingat peran strategis KKBPK dimana keberhasilannya akan memberi
fundamen yang kuat bagi pencapaian tujuan program di sektor lain, sebaliknya tujuan
pembangunan di sektor lain ini akan sangat sulit dicapai jika program KKBPK tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
C. Rangkuman
Upaya itu berupa program advokasi KKBPK yang berdimensi lintas sektoral. Hal ini
mengingat peran strategis KKBPK di mana keberhasilannya akan memberi fundamen yang
kuat bagi pencapaian tujuan program di sektor lain, sebaliknya tujuan pembangunan di
sektor lain ini akan sangat sulit dicapai jika program KKBPK tidak berjalan sebagaimana
mestinya.
D. Latihan
19
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
2. Dampak positif dari adanya efesiensi anggaran antara lain adalah sebagai berikut,
kecuali...
a. Peningkatan fasilitas pendidikan
b. Pengingkatan jumlah pengangguran
c. Peningkatkan kualitas sumber daya manusia
d. Peningkatkan kualitas layanan kesehatan
e. Peningkatkan SDM dan IPM
3. Dalam diagram yang di kembangkan oleh Bappenas, berapakah tujuan yang erat
kaitannya dengan pencapaian KKBPK?
a. 13
b. 18
c. 10
d. 6
e. 12
20
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
BAB
LANGKAH-LANGKAH
MENYUSUN STRATEGI
advokasi
Indikator Keberhasilan:
4
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan
dapat Memahami isu strategis, menentukan tujuan dan sasaran
yang SMART, identifikasi mitra advokasi dan pengambil
keputusan/kebijakan, kenali pengambil keputusan, merumuskan
permintaan advokasi, menyusun rencana kerja.
21
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Dalam merumuskan isu strategis, kita perlu mengenali masalah yang ada dalam KKBPK dan
apa yang menyebabkan masalah itu terjadi. Masalah bisa dilihat dari pencapaian program
KKBPK dibandingkan target berdasarkan RPJMD. Misalnya capaian CPR Kabupaten XXX 55%
dibandingkan target RPJMD Kabupaten XXX sebesar 60%. Berdasarkan kondisi yang ada,
dicari apa yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi, mengapa masalah itu terjadi dan
bagaimana menyelesaikan masalah tersebut.
Untuk mencari penyebab masalah di dalam setiap program apapun termasuk program
KKBPK area intervensinya tidak terlepas dari 3 hal antara lain:
22
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Contoh:
Rendahnya CPR di kabupaten XXX dibandingkan target RPJMD hal ini
disebabkan beberapa hal antara lain:
1. Terbatasnya anggaran operasional PPKBD dan Sub PPKBD
2. Kemampuan Poktan (kelompok Kegiatan) melakukan konseling kespro
dan konseling KB masih rendah.
3. Terbatasnya jumlah penyuluh lapangan
4. Belum terlatihnya bidan desa untuk melakukan layanan KB MKJP
Keempat faktor tersebut menjadi isu strategis untuk masalah Rendahnya CPR
di Kabupaten XXX dibandingkan target RPJMD.
23
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
2. Menghilangkan hambatan dari sisi kebijakan dan aturan serta tersedianya kebijakan
dan aturan yang mendukung program KKBPK
3. Koordinasi dan sinergi antara program pemerintah
4. Meningkatkan visibilitas isu KB
Contoh :
1. Pembiayaan kegiatan penjangkauan KKBPK melalui dana di desa sebesar
Rp xxxx per desa pada Tahun xxxx untuk pelatihan poktan dan
operasional PPKBD dan Sub PPKBD.
2. Bekerja sama dengan organisasi XX, YY, ZZ dalam melatih kader-kadernya
mengenai KIE KB serta mekanisme operasional KB pada Tahun xxxx
3. Menaikkan anggaran KB di OPD KB menjadi Rp xxxx dan OPD Kesehatan
menjadi Rp xxx untuk produksi materi KIE, peningkatan kualitas
penjangakuan dan konseling pada Tahun xxxx
4. Mengembangkan forum koordinasi antara organisasi yang bekerja di
bidang KB untuk memaksimalkan kegiatan penjangkauan dan layanan
pada Tahun xxxx
Didalam melakukan advokasi kita seringkali perlu mengajak mitra yang dapat mendukung
tercapainya tujuan advokasi. Kriteria dalam memilih mitra advokasi antara lain:
Orang-orang yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan advokasi, orang-orang yang
dihormati yang secara strategis dan selektif menginformasikan kepada pengambil
keputusan/kebijakan dan memperkuat komitmen mereka terhadap tindakan kebijakan.
Orang-orang dengan pengaruh, koneksi, dan akses terhadap pengambil
keputusan/kebijakan yang penting untuk mencapai perubahan kebijakan yang signifikan.
Orang-orang yang mempunyai keahlian secara profesional, seperti yang ahli dalam
perencanaan keluarga, pembuatan kebijakan, manajemen rantai pasok, layanan KB.
Mereka adalah informan kunci yang mengidentifikasi peluang advokasi dan memberikan
bukti terkait kebijakan berdasarkan pengalaman dan keahlian mereka.
Para petugas di Lini lapangan, Orang-orang yang mempunyai pengalaman di lini lapangan
yang bekerja sehari-hari untuk isu KKBPK. Mereka mempunyai keterampilan dan
kemampuan untuk mengatur dan memotivator para stakeholder potensial, melaksanakan
24
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
rencana advokasi agar tujuan jangka panjang program KKBPK tercapai dan menerapkan
perubahan kebijakan untuk program KKBPK.
Langkah-langkahnya:
1. Identifikasi stakeholder yang mempunyai pengaruh terhadap pencapaian tujuan, orang-
orang yang mempunyai keahlian, orang-orang di lini lapangan.
Berdasarkan contoh tujuan advokasi seperti yang disebutkan sebelumnya yaitu:
Pembiayaan kegiatan penjangkauan KKBPK melalui dana di desa sebesar Rp xxxx/ per
desa pada Tahun xxxx untuk pelatihan poktan dan operasional PPKBD dan Sub PPKBD.
langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi stakeholder yang mempunyai pengaruh, mempunyai keahlian dan
petugas lini lapangan terhadap pencapaian tujuan tersebut antara lain:
Camat, TP PKK, Kepala Desa, Tokoh masyarakat, Tokoh agama, PPKBD, Sub
PPKBD, Pendamping Desa, Bidan Desa, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa,
Dinas KB, Bupati
b. Tentukan siapa yang akan dijadikan mitra advokasi dan pengambil keputusan
berdasarkan identifikasi stakeholder tersebut.
Kriterianya:
1) Siapa saja stakeholder yang sudah mendukung dan siap bertindak untuk
pencapaian tujuan advokasi dijadikan mitra advokasi.
2) Siapa stakeholder yang pengaruhnya besar untuk mengeluarkan kebijakan dan
mengambil keputusan terkait pencapaian tujuan advokasi dijadikan sasaran
advokasi.
Misalnya didalam contoh diatas:
a) Mitra advokasi antara lain: TP PKK, Tokoh masyarakat/Tokoh agama, PPKBD,
Sub PPKBD dan pendamping desa, Kasie Advokasi
b) Pengambil keputusan/kebijakan:Bupati, Camat, Kepala Desa, Kepala Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kepala Dinas OPD KB
2. Selanjutnya berdasarkan pemetaan tersebut terutama pemetaan pengambil
keputusan/kebijakan, petakan relasi hubungan antar stakeholder. Siapa berpengaruh
terhadap siapa terutama untuk memotivasi pengambil keputusan/kebijakan bergerak.
Bisa saja stakeholder yang mampu mempengaruhi pengambil keputusan/kebijakan
bertindak bisa berasal dari mitra advokasi.
3. Apabila pengambil keputusan ada beberapa tentukan siapa pengambil
keputusan/kebijakan akhir, misalnya untuk advokasi dana desa dapat dipergunakan
untuk mendukung program KKBPK. Jawabannya adalah Kepala Desa. Namun perlu di
lihat lagi siapa yang dapat mempengaruhi dan memotivasi kepala desa dalam membuat
keputusan/kebijakan. Misalnya kepala desa akan tergerak untuk membuat
kebijakan/keputusan bahwa dana desa bisa untuk mendukung program KKBPK ketika
adanya Payung Hukum yang jelas seperti Peraturan Bupati tentang pengelolaan dana
di desa, sehingga sasaran utama advokasi untuk tujuan advokasi pembiayaan kegiatan
penjangkauan KKBPK melalui dana di desa sebesar Rp xxxx per desa pada Tahun xxxx
untuk pelatihan poktan dan operasional PPKBD dan Sub PPKBD. adalah Bupati.
25
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
4. Petakan OPD mana yang mempunyai peran dalam menyusun Peraturan Bupati terkait
pengelolaan dana di desa secara rutin setiap Tahun. Biasanya Dinas Pemberdayaan
Masyarakat Desa (PMD). Dinas PMD merupakan sasaran antara untuk advokasi dana di
desa.
5. Selanjutnya setelah mengetahui sasaran antara advokasi dana di desa adalah Dinas
PMD maka untuk berkoordinasi perlu melakukan advokasi kepada Dinas KB Kabupaten
6. Bentuk kelompok/tim kerja yang terdiri dari Mitra Advokasi. Kelompok kerja ini bisa di
level Desa, Kecamatan maupun Kabupaten untuk memudahkan proses advokasi.
Catatan:
Di dalam melakukan advokasi Penyuluh KB tidak bekerja sendiri,
apabila advokasinya ke Kepala OPD lain atau ke Bupati silahkan
berkoordinasi dengan OPD KB Kabupaten atau ke Pokja/Tim Kerja
Advokasi Kabupaten/Kota apabila sudah ada Kelompok/Tim Kerja
Advokasi tingkat Kabupaten/Kota
Setelah ditentukan siapa pengambil keputusan/kebijakan yang akan kita advokasi terkait
tujuan advokasi, kita perlu mengenal siapa pengambil keputusan/kebijakan tersebut.
Lakukan pemetaan pengambil keputusan/kebijakan sebagai berikut:
26
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Catatan:
E. Merumuskan Permintaan
advokasi
Berdasarkan informasi sebelumnya kita mengenali pembuat keputusan/kebijakan,
selanjutnya tentukan bagaimana pesan yang telah disusun tersebut akan disampaikan.
1. Argumentasi secara rasional: menggunakan data-data yang berhubungan (evidence
based) yang dapat dituangkan kedalam lembar kebijakan (Policy brief)
2. Argumentasi secara emosional: menggunakan foto, cerita atau video
3. Argumentasi secara etika: menggunakan pendekatan berdasarkan hak asasi
manusia
27
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Setiap pengambil keputusan/kebijakan dibuat satu rangkaian informasi yang lengkap
seperti ini.
Selanjutnya tetapkan siapa yang akan menyampaikan pesan terhadap pengambil
keputusan/kebijakan tersebut.
Contoh:
1. Identifikasi pengambil keputusan/kebijakan: Bapak Aman Kepala Desa Siaga
2. Hal-hal yang menjadi perhatian utama Bapak Aman: pembangunan desa dan
kesejahteraan masyarakat
3. Hal-hal yang menjadi keberatan dan tanggapan atas keberatan Bapak Aman:
a. Keberatan: Perlu payung hukum yang jelas,
b. Tanggapan:
1) Akan disiapkan Peraturan Bupati terkait pengelolana dana Desa, di
dalamnya ada pasal yang mencantumkan bahwa dana di desa bisa untuk
mendukung kegiatan Keluarga Berencana.
2) Sudah ada Permendes PDTT no 19 Tahun 2017 mengenai pengelolaan
dana di desa dan di dalam lampiran menyebutkan bahwa dana di desa
bisa untuk mendukung kegiatan Keluarga Berencana
4. Rumuskan permintaan/pesan advokasi yang SMART: Kepala desa mengalokasikan
pembiayaan kegiatan penjangkauan KKBPK melalui dana di desa siaga sebesar Rp
xxxx pada Tahun xxxx untuk pelatihan poktan dan operasional PPKBD dan Sub
PPKBD.
5. Rumuskan manfaat apa yang didapat oleh pengambil keputusan/kebijakan
terhadap keputusan/kebijakan yang akan diambil. Apabila masyarakat Desa YYY
sudah mengikuti program KB maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
pembangunan desa berkelanjutan dan kinerja Bapak Aman sebagai Kepala Desa
dinilai bagus oleh masyarakat. Hal ini akan memberi peluang untuk terpilih lagi
pada periode Pilkades berikutnya.
28
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
29
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Catatan:
Sebuah proses advokasi adalah proses yang panjang sampai tujuan,
beberapa hasil cepat yang diperoleh pada saat melaksanakan rencana
kerja advokasi perlu dicatat sebagai keberhasilan-keberhasilan kecil untuk
memotivasi tim/kelompok kerja advokasi.
Misalnya:
1. Kepala desa menyetujui akan mengalokasikan dana desa untuk
mendukung program dan kegiatan KKBPK
2. Kepala Dinas PMD menyetujui untuk menambahkan pasal yang
menyebutkan dana desa bisa untuk mendukung kegiatan KKBPK
3. Draft Peraturan Bupati tentang pengelolaan dana desa sudah selesai
dikonsultasikan ke bagian hukum
Susun rencana kegiatan advokasi berdasarkan tujuan/sasaran SMART.
Monitoring dan evaluasi:
1. Apa tindakan segera kita setelah pertemuan ini?
2. Meninjau tugas dan langkah berikutnya
3. Menindaklanjuti kemajuan melalui telepon atau bertemu langsung
4. Mengevaluasi kemajuan dibandingkan dengan ukuran keberhasilan, untuk memastikan
bahwa kita berada dijalur yang tepat
Format rencana kerja advokasi:
Output:
Aktivitas:
Output:
Aktivitas:
Output:
Aktivitas:
Output:
Aktivitas:
Output:
30
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Contoh kegiatan advokasi pemanfaatan dana di desa untuk Program KKBPK di desa:
Persiapan Advokasi Pasca Mendapatkan Hasil
G. Rangkuman
31
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
KKBPK
Lingkungan Layanan
yang dan Rantai • Kualitas konseling
mengenai metoda KB yang
kondusif Pasok tepat untuk klien?
• Peraturan/Kebijakan? • Kecakapan petugas
• Nilai, norma di masyarakat? kesehatan dalam memberi
layanan KB? MKJP? KBPP?
• Pembiayaan kegiatan?
• Ketersediaan alokon yang
• Regulasi terkait peningkatan memadai
kapasitas SDM • Ketersediaan sarana dan
• Koordinasi dengan program lain prasarana kesehatan yang
meadai
Setelah merumuskan isu strategis dalam menyusun strategi advokasi perlu menentukan
tujuan jangka panjang, sasaran jangka pendek yang SMART. (Specific, Measurable,
Attainable, Relevant, Time bound).
Tujuan Jangka Panjang: Sebuah hasil jangka panjang untuk menggambarkan keseluruhan
misi atau tujuan suatu program, biasanya didukung oleh beberapa tujuan jangka
pendek/sasaran yang SMART.
Sasaran yang SMART: Pernyataan singkat yang menggambarkan hasil spesifik yang
diinginkan dalam jangka pendek untuk mendukung tujuan program jangka panjang
Langkah selanjutnya adalah mengenal pengambil keputusan/kebijakan dan merumuskan
permintaan/pesan advokasi yang SMART dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi pengambil keputusan/kebijakan
2. Hal-hal yang menjadi perhatian utama pengambil keputusan/kebijakan
3. Hal-hal yang menjadi keberatan pengambil keputusan/kebijakan terhadap tujuan
advokasi, siapkan tanggapan terhadap keberatan tersebut
4. Rumuskan permintaan/pesan advokasi yang SMART
5. Rumuskan manfaat apa yang di dapat oleh pengambil keputusan/kebijakan terhadap
keputusan/kebijakan yang akan diambil
32
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
H. Latihan
33
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
34
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
BAB
PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN
DESA/KELURAHAN,
KECAMATAN DAN
Indikator Keberhasilan:
5
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan
dapat memahami mekanisme perencanaan dan penganggaran
desa/kelurahan, kecamatan dan daerah, Peran Penyuluh KB
dalam perencanaan, pengangaran desa/kelurahan, kecamatan
dan daerah, Pemetaan sumber daya program dan kegiatan
35
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Dengan diterbitkannya UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(KIP), ada kewajiban pemerintah dan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi
mengenai anggaran pemerintahan sesuai dengan koridor yang telah ditetapkan.
Pemerintah dituntut untuk membuka informasi pembangunan, khususnya memberikan
informasi anggaran dan membuka peluang bagi partisipasi masyarakat dalam proses
pembangunan, sedangkan masyarakat diharapkan dapat menelaah informasi anggaran
yang disampaikan dan berpartisipasi dalam memberikan masukan pemikiran, tenaga, dan
kontribusi lainnya sebagai bagian dari proses pembangunan itu sendiri.
Dengan demikian selain perlu dipastikan keterbukaan atau transparansi yang harus
dilaksanakan oleh pemerintah dalam penganggaran, sementara masyarakat perlu
mengetahui apa itu penganggaran, bagaimana mekanismenya, dan seberapa jauh dapat
berpartisipasi dalam proses pembangunan terkait dalam perencanaan dan penganggaran.
Modul ini disusun untuk memberikan informasi tersebut agar dapat terjalin kerjasama dan
partisipasi yang seimbang antara pemerintah dan masyarakat secara umum dalam bidang
penganggaran.
36
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Penyuluh KB salah satu tupoksinya melakukan advokasi untuk mendapatkan dukungan
kebijakan, anggaran, jejaring dan lain-lain. Sehubungan advokasi untuk mendapatkan
dukungan pendanaan, penyuluh KB perlu mengetahui mekanisme perencanaan dan
penganggaran mulai dari desa, kecamatan sampai daerah.
Salah satu tantangan terbesar advokasi adalah kalender perencanaan dan penganggaran.
Dengan memahami mekanisme perencanaan dan penganggaran desa, kecamatan dan
Daerah penyuluh KB bisa mengetahui kalender perencanaan dan penganggaran kapan
harus berkomunikasi tentang apa dan berhubungan dengan siapa.
Proses penyusunan anggaran diawali dengan penyusunan KUA PPAS (Kebijakan Umum
Anggaran dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara). KUA mengadopsi program dan
kegiatan dari RKPD, PPAS merupakan plafon anggaran per program yang berdasarkan
estimasi pendapatan pada Tahun rencana. KUA dan PPAS sebagai acuan bagi K/L atau OPD
dalam menyusun RKA K/L atau OPD dengan memperhatikan Renja K/L atau OPD yang telah
disusun sebelumnya.
Seluruh RKA K/L atau SKPD dan rencana pembiayaan lainnya akan menjadi Rancangan APB
untuk kemudian disampaikan kepada legislatif (Dewan) untuk pembahasan akhir. Dari hasil
pembahasan dengan Dewan, dilakukan beberapa penyesuaian sebelum RAPBN/D menjadi
37
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
APBN/D. Berdasarkan hasil pembahasan akhir APBN/D, unit kerja menyusun kembali RKA
untuk kemudian menjadi bahan bagi penyusunan Penjabaran APBN/D.
Alur Perencanaan Program dan Penganggaran
2. Peran masyarakat dalam proses penganggaran
anggaran?
Dalam proses perencanaan dan penganggaran, terjadi komunikasi dan mekanisme kerja
yang sinergi antara pemerintah, masyarakat atau perwakilan masyarakat, dan legislatif atau
DPR. Pada bagan di bawah, terlihat bagaimana mekanisme penyusunan dokumen
perencanaan dan penganggaran yang secara teknis disusun oleh pihak eksekutif,
disampaikan dan dibahas dengan pihak legislatif, juga melibatkan masyarakat atau
perwakilan masyarakat secara partisipatif.
Dalam proses perencanaan dan penganggaran, eksekutif menyiapkan data, program dan
kegiatan, dan rencana pembiayaan untuk kemudian diinformasikan kepada masyarakat
untuk mendapatkan masukan dan informasi terkait dengan kebutuhan atas pelayanan
dasar, pembangunan infrastruktur, dan pengembangan ekonomi lokal untuk diintegrasikan
dengan rencana induk program pemerintahan dan pembangunan (daerah). Sarana yang
digunakan adalah melalui Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) baik di
tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan juga di tingkat nasional, selain itu juga
melalui sarana lainnya seperti pertemuan resmi antara pemerintah dan masyarakat, talk
show di televise, radio, maupun sarana media massa dan internet.
38
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Peran Warga, Pemerintah dan DPRD dalam Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif
• Konsolidasi
partisipan
• Agregasi
kepentingan
• Memiliki preferensi
• Memiliki delegasi
Secara umum, peranan masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran adalah;
a. Menerima informasi rancangan awal perencanaan dan penganggaran
b. Konsolidasi partisipan untuk menyikapi informasi yang diterima
c. Melakukan agregasi kepentingan terkait dengan informasi dan kebutuhan atas
pelayanan dasar dan pembangunan
d. Memilih preferensi di antara beberapa alternatif untuk kemudian disampaikan dan
diusulkan dalam proses perencanaan pembangunan dan penganggarannya
e. Memilih delegasi yang akan mewakili masyarakat baik untuk proses perencanaan
(musrenbang Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Nasional} dan proses
pembiayaannya atau penganggaran dalam forum stakeholder atau KL/SKPD
f. Delegasi melakukan komunikasi politik dengan legislatif untuk kemudian
mempengaruhi secara positif proses pengambilan keputusan dan kesepakatan
dengan pihak pemerintah dalam proses awal dan akhir perencanaan pembangunan
dan penganggarannya, seita memastikan tetap terjalinnya komunikasi politik dengan
legislatif untuk pengesahan anggaran pembangunan.
3. Hal yang perlu diperhatikan dalam penganggaran
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan dan penganggaran
partisipastif antara lain dibawah ini:
39
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
40
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
UU 23 Tahun 2014
U R U S A N P E M E R I N TA H A N YA N G D I O T O N O M I K A N
WAJIB
PILIHAN
berkaitan
dengan tidak berkaitan dengan
pelayanan dasar pelayanan dasar
1. penataan ruang;
1. Pendidikan; 2. pertanahan;
3. pembangunan daerah; 1. kelautan dan
2. Kesehatan; 4. koperasi, usaha kecil, dan perikanan;
3. Pekerjaan menengah; 2. pariwisata;
umum; 5. penanaman modal; 3. pertanian;
6. kepemudaan dan olah raga;
4. Sosial; 7. pemberdayaan masyarakat;
4. kehutanan;
5. ketentraman dan 8. pemberdayaan perempuan; 5. energi dan
ketertiban umum 9. lingkungan hidup; sumberdaya
10.ketahanan pangan; mineral;
serta 11. kependudukan dan pencatatan 6. perdagangan;
perlindungan sipil;
7. perindustrian;
masyarakat; dan 12.keluarga berencana;
13.tenaga kerja; dan
6. Perumahan 14.perlindungan anak; 8. transmigrasi.
15.Perhubungan
16.statistik;
17.persandian;
18.kebudayaan;
19.Perpustakaan;
20.kearsipan; dan
21.Kawasan Perbatasan Antar Negara
22.komunikasi dan informatika
Masyarakat perlu memastikan bahwa urusan wajib dilaksanakan dan disampaikan oleh
pemerintah (daerah) yang merupakan hak bagi masyarakat untuk mendapatkan
pelayanannya minimal secara standar nasional (SPM). Urusan pilihan juga perlu
dipertimbangkan disesuaikan dengan potensi, kondisi sosial ekonomi saat ini dan ke
depan, serta kapasitas fiskal dan SDM yang ada. Lebih lanjut juga perlu diperhatikan
pembagian kewenangan antara pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam pemberian
pelayanan. Contohnya adalah untuk pelayanan pengadaan dan perbaikan jalan dan
jembatan. Ada jalan lingkungan yang menjadi kewenangan wajib kabupaten/kota, ada
jalan penghubung antar kabupaten/kota yang menjadi kewenangan provinsi, dan ada
jalan penghubung antar provinsi yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat
(Kementerian Pekerjaan Umum). Dalam menyampaikan usulan atau advokasi program
dan kegiatan terhadap pemerintah, perlu diperhatikan dan dipisahkan yang merupakan
kewenangan dan kewajiban masing masing tingkatan pemerintahan sehingga hasilnya
menjadi lebih efektif.
c. Pelayanan Dasar (SPM) dan Non Pelayanan Dasar Pelayanan Dasar adalah jenis
pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan. Pelayanan dasar adalah
merupakan fungsi utama adanya pemerintahan sebagai sarana untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat melalui sumber pembiayaan negara (kekayaan alam,
tambang, mineral) dan yang diperoleh dari masyarakat (pajak, cukai, retribusi).
41
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Dari sekian banyak pelayanan dasar tersebut, terdapat beberapa pelayanan dasar yang
ditetapkan sebagai pelayanan dasar yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah dengan
standar pelayanan pada tingkat minimal yang telah ditentukan. Pelayanan dasar yang
ditentukan tersebut disebut sebagai SPM atau Standar Pelayanan Minimal. Sampai
dengan saat ini SPM ditetapkan dalam 14 sektor pelayanan. SPM adalah adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib
daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. SPM ditetapkan oleh
pemerintah melalui kementerian teknis terkait, dan dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah.
Pemerintah Provinsi wajib melaksanakan 6 sektor SPM dan Pemerintah Kabupaten dan
Kota wajib melaksanakan 15 sektor SPM yang telah ditetapkan tersebut. SPM sebagai
salah satu pengukuran kinerja, wajib dimasukkan dalam program perencanaan dan
penganggaran pemerintah (daerah). Dengan demikian, SPM juga akan menjadi program
dan kegiatan yang disusun, diajukan, dan ditetapkan dalam dokumen perencanaan
(Renja SKPD, Renstra SKPD, RKPD, RPJMD) dan dokumen penganggaran (KUAPPAS,
RAPBD, APBD, dan RKA-SKPD). Lebih lanjut program dan kegiatan SPM akan menjadi
bagian yang tak terpisahkan dalam pelaksanaan anggaran dan pertanggung jawabannya.
Sebagai pelayanan dasar yang bersifat wajib, SPM harus menjadi prioritas utama untuk
disusun dan disahkan program dan kegiatan serta alokasi anggarannya, setelah alokasi
anggaran belanja umum (gaji, belanja operasional dan pemeliharaan umum), karena
merupakan hak dasar masyarakat untuk mendapatkan pelayanannya dari pemerintah.
4. Perencanaan dan Penganggaran Desa/Kelurahan
Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan
oleh pemerintah desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), lembaga
desa, dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian
sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.
Sebagai konsekuensi dari pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan, desa
harus menyusun perencanaan pembangunan sesuai dengan kewenangannya dengan
mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten. Dokumen rencana pembangunan
desa merupakan satu-satunya dokumen perencanaan di desa dan sebagai dasar
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa). Perencanaan
pembangunan desa diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat desa melalui
musyawarah perencanaan pembangunan desa (Musrenbang desa).
Musrenbang desa akan menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan
pembangunan desa yang didanai oleh APB Desa, swadaya masyarakat desa, dan/atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota berdasarkan penilaian
terhadap kebutuhan masyarakat desa.
42
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Perencanaan pembangunan di desa dan penyusunan RKP Desa dapat dilihat pada diagram
di bawah ini, perkiraan waktu akan disesuaikan kembali di daerah:
MUSRENBANGDES
•DILAKSANAKAN OLEH BPD
BERSAMA PEMERINTAH DESA
DAN LEMBAGA KEMASY.
DESA, PADA BULAN JUNI • PRIORITAS
•HASIL à KESEPAKATAN • PROGRAM
PERENCANAAN PEMB DESA • KEGIATAN
• KEBUTUHAN
• USULAN
MUSYAWARAH DESA
OUT
PUT
RANCANGAN:
RKPDESA à Akhir 1.RPJMDESA 6 THN
JULI
September (PERDES) 2.RKPDESA 1 THN
Sumber: Kemendesa PDTT
43
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
PEMDES
MUSRENBANG DESA
RANCANGAN RKPDESA
10 Penetapan
1 Perda APBD
Aspirasi Kepentingan
Musrenbang
Warga/Masyarakat Kelurahan Politis
Sumber: Bahan paparan Bappeda Kota Medan
44
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
45
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Musyawarah desa Dilakukan dengan diskusi kelompok secara terarah yang dibagi
berdasarkan bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Diskusi kelompok membahas sebagai berikut:
a. Laporan hasil pengkajian keadaan desa;
b. Prioritas rencana kegiatan desa dalam jangka waktu 6 (enam) Tahun;
c. Sumber pembiayaan rencana kegiatan pembangunan desa;
d. Rencana pelaksana kegiatan desa yang akan dilaksanakan oleh perangkat desa, unsur
masyarakat desa, kerjasama antar desa, dan/atau kerjasama Desa dengan pihak ketiga.
Output: Hasil kesepakatan dalam musyawarah desa dituangkan dalam berita acara dan
menjadi pedoman bagi pemerintah desa dalam menyusun RPJM Desa.
9. Penyusunan Rancangan RPJM Desa
Tahapan:
a. Tim penyusun RPJM Desa menyusun rancangan RPJM Desa berdasarkan berita acara
hasil kesepakatan desa dan dituangkan dalam format rancangan RPJM Desa dan
dilampiri dokumen rancangan RPJM Desa.
b. Berita acara disampaikan oleh tim penyusun RPJM Desa kepada kepala desa.
c. Kepala desa memeriksa dokumen rancangan RPJM Desa yang telah disusun oleh
d. Tim Penyusun RPJM Desa, jika ada perbaikan rancangan RPJM Desa dikembalikan
kepada tim penyusun RPJM Desa. Dalam hal rancangan RPJM Desa telah disetujui oleh
kepala desa, dilaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan desa.
Rancangan RPJM Desa memuat visi dan misi kepala desa, arah kebijakan pembangunan
desa serta rencana kegiatan yang meliputi Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
Pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa.
10. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa melalui Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa
Kepala desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan desa yang
diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa. Musyawarah
perencanaan pembangunan desa diikuti oleh pemerintah desa, Badan Permusyawaratan
Desa, dan dan unsur masyarakat (tokoh adat, agama, masyakarakat, pendidikan,
perwakilan kelompok tani, nelayan, pengrajin, perempuan, dan lain-lain sesuai kondisi
sosial budaya masyarakat). Musyawarah perencanaan pembangunan desa membahas dan
menyepakati rancangan RPJM Desa dan dituangkan dalam berita acara.
46
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
47
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
E. Rangkuman
Transparansi anggaran secara umum telah mulai menggeliat sejak
Reformasi pada tahun 1997 dengan dikeluarkannya UU Nomor 22
Tahun 2000 mengenai Otonomi Pemerintahan Daerah. Tuntutan atas
peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya dalam
perencanaan dan penganggaran telah meningkatkan kebijakan dan
pelaksanaan transparansi dan partisipasi masyarakat. Mekanisme perencanaan juga telah
mengakomodir transparansi dan partisipasi masyarakat dalam wadah Musrenbang baik di
tingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, sampai dengan di tingkat nasional.
Forum SKPD juga wajib untuk menyertakan masyarakat ataupun perwakilan masyarakat
sebagai pemangku kepentingan dalam penentuan perencanaan program dan kegiatan,
pengalokasian anggaran, sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya untuk bidang terkait.
Dalam proses perencanaan dan penganggaran, terjadi komunikasi dan mekanisme kerja
yang sinergi antara pemerintah, masyarakat atau perwakilan masyarakat, dan legislatif atau
DPR. Pada bagan di bawah, terlihat bagaimana mekanisme penyusunan dokumen
perencanaan dan penganggaran yang secara teknis disusun oleh pihak eksekutif,
disampaikan dan dibahas dengan pihak legislatif, juga melibatkan masyarakat atau
perwakilan masyarakat secara partisipatif. Masyarakat perlu memastikan bahwa urusan
wajib dilaksanakan dan disampaikan oleh pemerintah (daerah) yang merupakan hak bagi
masyarakat untuk mendapatkan pelayanannya minimal secara standar nasional (SPM).
Urusan pilihan juga perlu dipertimbangkan disesuaikan dengan potensi, kondisi sosial
ekonomi saat ini dan ke
depan, serta kapasitas fiskal dan SDM yang ada. Lebih lanjut juga perlu diperhatikan
pembagian kewenangan antara pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam pemberian
pelayanan.
48
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
F. Latihan
1. Menurut UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (KIP), ada kewajiban pemerintah dan hak
masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai......
a. Pembangunan
b. Anggaran
c. Kebijakan
d. Kinerja Pemerintah
e. Bencana alam
2. Proses penyusunan anggaran diawali dengan penyusunan....
a. Rencana jangka panjang KB pasca
b. Rencana jangka menengah keguguran
c. Rencana janga pendek adalah
d. Rencana kerja pemerintah pelayanan KB
e. KUA PPAS yang diberikan
setelah
3. Peranan masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran adalah sebagai
penanganan
berikut, kecuali... keguguran saat
a. Konsolidasi partisipan untuk menyikapi informasi yang diterima di faskes atau 14
hari pasca
b. Membuat informasi rancangan awal perencanaan dan penganggaran
keguguran
c. Memilih preferensi di antara beberapa alternatif untuk kemudian disampaikan
dan diusulkan
d. Menerima informasi rancangan awal dalam proses perencanaan dan
penganggaran
e. Memilih delegai yang akan mewakili masyarakat
4. Tim penyusun RPJM Desa terdiri dari berikut ini, kecuali...
a. Kader pemberdayaan masyarakat desa
b. Kepala desa
c. Sekretaris desa
d. Ketula lembaga pemberdayaan masyarakat
e. Lansia
49
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
5. Tim/Kelompok kerja advokasi membuat pemetaan sumber daya baik program dan
kegiatan sampai di tingkat desa/kelurahan yang bertujuan untuk...
a. membantu perencanaan dan penanggaran di desa dan kelurahan
b. melakukan adovasi kepada kepala desa/lurah/camat
c. mendampingi kepala desa/lurah/camat pada saat musrenbang dalam rangka
sinergi lintas program dan kegiatan
d. menyusun strategi dan rencana kerja advokasi
e. berkoordinasi dengan Bappeda
50
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
BAB
PENUTUP
6
51
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
A. Kesimpulan
Tujuan advokasi antara lain untuk: Peningkatan sumber daya untuk program KKBPK baik
berupa anggaran, manusia, kecakapan, fasilitas, dll, Menghilangkan hambatan dari sisi
kebijakan dan aturan serta tersedianya kebijakan dan aturan yang mendukung program
KKBPK, Koordinasi dan sinergi antara program pemerintah dan Meningkatkan visibilitas isu
KB.
Permasalahan dari sisi pengelolaan program KKBPK ini berdampak pada situasi dan capaian
program KKBPK baik secara subnasional maupun nasional. Ini pada gilirannya, akan
memberi dampak pada sektor pembangunan lain.
B. Evaluasi
52
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
53
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
54
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
12. Menurut UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP),
ada kewajiban pemerintah dan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi
mengenai......
a. Pembangunan
b. Anggaran
c. Kebijakan
d. Kinerja Pemerintah
e. Bencana alam
13. Proses penyusunan anggaran diawali dengan penyusunan....
a. Rencana jangka panjang
b. Rencana jangka menengah
c. Rencana janga pendek
d. Rencana kerja pemerintah
e. KUA PPAS
14. Peranan masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran adalah sebagai
berikut, kecuali...
a. Konsolidasi partisipan untuk menyikapi informasi yang diterima
b. Membuat informasi rancangan awal perencanaan dan penganggaran
c. Memilih preferensi di antara beberapa alternatif untuk kemudian disampaikan
dan diusulkan
d. Menerima informasi rancangan awal dalam proses perencanaan dan
penganggaran
e. Memilih delegai yang akan mewakili masyarakat
15. Tim penyusun RPJM Desa terdiri dari berikut ini, kecuali...
a. Kader pemberdayaan masyarakat desa
b. Kepala desa
c. Sekretaris desa
d. Ketula lembaga pemberdayaan masyarakat
e. Lansia
16. Tim/Kelompok kerja advokasi membuat pemetaan sumber daya baik program dan
kegiatan sampai di tingkat desa/kelurahan yang bertujuan untuk...
a. membantu perencanaan dan penanggaran di desa dan kelurahan
b. melakukan adovasi kepada kepala desa/lurah/camat
c. mendampingi kepala desa/lurah/camat pada saat musrenbang dalam rangka
sinergi lintas program dan kegiatan
d. menyusun strategi dan rencana kerja advokasi
e. berkoordinasi dengan Bappeda
55
Advokasi Efektif untuk Pengintegrasian Program
KKBPK dalam Perencanaan dan Penganggaran
di Tingkat Desa/ Kelurahan
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat
pada bagian akhir modul ini. hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi.
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓
𝑻𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒕 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒖𝒂𝒔𝒂𝒂𝒏 = 𝒙𝟏𝟎𝟎%
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒐𝒂𝒍
Arti tingkatan penguasaan : 90 – 100% = Baik Sekali
80 – 89% = Baik
70 – 79% = Cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dianggap telah
memahami materi. Selamat! Jika masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi
materi ini, terutama pada materi yang belum dikuasai.
56