Proposal
OLEH
1102120098
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2013-2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan izin-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul Prevalensi
Hyperkolesterolemia Terhadap Kejadian Infark Miokard Pada Pasien di RS Ibnu Sina.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan dan penulisan proposal karya tulis ilmiah ini
masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman
peneliti. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan menambah ilmu
pengetahuan agar karya yang dihasilkan berkualitas.
Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada penulis selama
proses penyelesaian proposal, penulis mengucapkan banyak terimakasih dan semoga Tuhan
Yang Maha Esa memberikan imbalan pahala yang sebesar-besarnya.
Akhir kata dari penulis, semoga karya tulis ilmiah ini memiliki manfaat dan nilai bagi
kita semua dan dimasa yang akan datang kiranya dapat menjadi rujukan untuk penulisan yang
lebih baik.
PENDAHULUAN
Tujuan khusus :
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 PENDAHULUAN
Kolesterol adalah senyawa lemak yang lunak yang sebagian besra dibuat oleh
hati, tetapi kita juga mendapat tambahan kolesterol tubuh dibuat oleh hati, tetapi kita juga
mendapat tambahan kolesterol dari makanan seperti kuning telur, daging ayam, makanan
laut, susu, dan produk olahan susu. Kolesterol dari makanan merupakan hasil pencernaan
lemak, yang juga menghasilkan trigliserida dan asam lemak bebas. Semua senyawa
lemak ini diserap tubuh dari usus kedalam darah.
Dalam keadaan normal kolesterol dibentuk dalam tubuh sejumlah dua kali dari
kadar kolesterol didalam makanan yang dimakan. Kadar kolesterol dalam darah dan
jaringan digunakan sebagai komponen dari struktur sel, hormone, dan vitamin. Namun,
sebagian kolesterol kembali ke dalam hati untuk diubah menjadi asam empedu dan
garamnya. Pada akhirnya, sebagian akan dibuang melalui feses. Bila terjadi gangguan
dalam konsumsi kolesterol, maka tubuh akan mempertahankan keseimbangan dengan
mekanisme yang melibatkan faktor-faktor yang telah diuraikan diatas.
Koletserol sebenarnya tidak larut dalam darah, sehingga harus diangkut dalam
bentuk lipoprotein. Lipoprotein adalah molekul besar gabungan lipid (lemak) dan protein
yang bertugas mengangkut lemak, terutama koleterol dan trigliserida. Berdasarkan
densitasnya dan ukurannya terdapat lima jenis lipoprotein utama, mulau dari yang
terkecil yaitu kilomikron, very low-density lipoprotein (VLDL), intermediate-density
lipoprotein (IDL), low-density lipoprotein (LDL), dan high-density lipoprotein (HDL).
Kelainan pada salah satu tahap metabolisme lipoprotein dapat menyebabkan peningg ian
kadar kolesterol dan trigliserida, yang berperan dalam penyakit pembuluh darah.
Kolesterol yang menempel pada permukaan sebelah dalam dinding pembuluh darah mirip
karat yang makin menebal dalam alur pipa besi yang lambat laun mengeras dan
menyumbat pembuluh darah jantung, dan menyebabkan penyakit jantung koroner.
Sedangkan, sumbatan pembuluh darah dan pecahnya pembuluh darah diotak
mengakibatkan terjadinya penyakit stroke. Hal inilah yang perlu dikhawatirkan, karena
penyakit pembuluh darah merupakan penyebab kematian nomor satu didunia.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa kolesterol LDL dan HDL harus selalu berada
dalam keadaan seimbang karena keduanya bekerja berlawanan. LDL sering disebut
“kolesterol buruk”, karena ia bersifat sangat aterogenik, yaitu menyebabkan proses
aterosklerosis koroner(penyumbatan dan pengerasan). HDL yang dikenal sebagai
“kolesterol baik” bekerja sebaliknya, yaitu mencegah proses aterosklerosis dengan
membawa kolesterol dari pembuluh darah (atau jaringan lain) ke hati untuk dibuang
sebagai asam empedu. Bila keseimbangan terganggu, kadar LDL cernderung meninggi
dan kadar HDL cenderung makin rendah, sehingga aterosklerosis lebih mudah terjadi.
Kelainan kadar lemak darah seperti ini secara umu disebut dislipidemia. Yang perlu
diperhatikan adalah kolesterol total, apabila kolesterol total berada diatas ambang normal
maka proses aterosklerosis tampaknya tetap akan terjadi. Oleh kondisi sebaliknya apabila
kolesterol total normal-normal saja itu bukanm berarti seseorang bebas dari proses
penyumbatan pembuluh koroner sama sekali. Sebab pada kondisi kolesterol total normal,
ternyata tak jarang resiko kolesterol total/ HDL justru tinggi. Rasio kolesterol total/HDL
yang ideal bagi laki-laki seharusnya dibawah 4,5 dan wanita dibawah 4,0/.
Penyakit yang diturunkan ini terjadi akibat adanya defek gen pada reseptor LDL
permukaan membrane sel tubuh. Ketidakadaanya reseptor ini menyebabkan hati tidak
bisa mengabsorbsi LDL. Karena mengngaggap LDL tidak ada, hati kemudian
memproduksi VLDL yang banyak kedalam plasma. Pada pasien hyperkolesterolemia
familial ditemukan kadar kolesterol total mecapai 600 sampai 1000mg/dl atau 4 sampai 6
kali dari orang normal. Banyak pasien ini meninggal sebelum berumur 20 tahun akibat
infark miokard.
Pada tubuh manusia, reseptor LDL mengangkap LDL yang tidak teroksidasi dan
disimpan didalam sel tubuh. Jika sudah berlebih, LDL tidak masuk kedalam sel kemudian
dimetabolisme dihepar untuk menjadi asam empedu dan diekskresikan keluar. Pada
proses patologi, oksidan LDL ditangkap oleh makrofag dan kemudian menjadi sel busa
dan menumpuk didalam tubuh, tidak diekskresikan dan apabila menumpuk didalam
pembuluh darah akan menimbulkan plak aterome dan lama kelamaan menjadi
aterosklerosis.
1. Makanan
Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol dari makanan sehari-hari akan
meninggikan kadar kolesterol darah. Selain itu, kebiasaan kurangnya mengkonsumsi
jenis bahan makanan yang dapat membantu menurunkan kolesterol (hipokolesterolemik)
antara lain serat dari sayuran dan buah-buahan, kacang kedelai (tempe) juga dapat
memperngaruhi kadar kolesterol darah.
2. Berat badan
Kurangnya aktivitas fisik merupakan suatu faktor resiko untuk penyakit jantung.
Aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan kolesterol LDL dan menaikkan kolesterol
HDL disamping mengurangi berat badan.
6. Merokok
7. Stress
Tahap pertama dimulai dengan pembentukan fatty streak (lapisan lemak) yang
terutama terdiri atas sel darah putih (makrofag) yang berisis kolesterol LDL sehingga
tampak seperti busa (foam cells).
Tahap kedua adalah pembentukan fibrous cap yang merupakan lapisan jaringan
parut diatas inti lemak.
Tahap ketiga adalah pembentukan plak yang tak stabil yang mudah robek dan
memicu pembentukan bekuan darah (thrombosis). Pecahnya plak ini yang bertanggung
jawab atas berbagai gejala PJK (infark jantung, angina pectoris, dan kematian
mendadak). Berlawanan dengan kolesterol LDL, kadar kolesterol HDL harus cukup
tinggi untuk dapat menurunkan risiko PJK. Berbagai penelitian telah membuktikan
bahwa kadar HDL yang rendah meningkatkan risiko PJK dan kematian Karen PJK.
Penurunan kolesterol I-IDL 1% berkaitan dengan kenaikan risiko PJK 2-3%. Rendahnya
kolesterol HDL merupakan faktor risiko PJK yang berdiri sendiri, tidak bekerja sama
dengan faktor risiko lainnya. Berdasarkan pedoman terbaru, kadar dibawah 40 mg/dl
sudah dianggap sebagai faktor risiko utama PJK. Suatu penelitian epidemiologi yang
didukung oleh penelitian angiografi, melaporkan bahwa tingkat rendahnya HDL akan
memprediksi banyaknya cabang pembuluh darah yang terkena, dan setelah tindakan
balonisasi, penyempitan kembali (restenosis) lebih sering terjadi. Mekanisme antara
rendahnya kadar kolesterol HDL dan PJK belum sepenuhnya terkuak. HDL diduga dapat
menyedot lemak dilesi aterosklerotik dan membawanya kehati untuk dibuang. Faktor
yang mempengaruhi rendahnya kolesterol HDL ini antara lain :
II.1.8 Pencegahan
2. Aktivitas fisik
II.1.9 Infarkmiokard
Infark miokard adalh kematian otot jantung akibat suplai okseigen yang tidak
mencukupi (tidak ade kuat) dalam waktu yang cukup lama. Pada umumnya terjadi oklusi
thrombosis pada arteri koroner yang mengalami plak ateromatoes. Thrombosis
merupakan penyebab utama terjadinya iskemik akut baik pada angina pectoris tak stabil
maupun IMA. IMA merupakan keadaan berat yang terjadi akibat oklusi mendadak
pembuluh darah koroner atau pun cabangnya yang mengalami sklerosis. Oklusi tersebut
biasanya disbebkan oleh adanya perubahan pada plak ateroma yang menyebabkan
tetrutupnya lumen arteri koronaria secara mendadak.
Menurut WHO, didiagnosis IMA ditegakkan dengan adanya dua dari tiga criteria
yaitu gejala klinis dan nyeri dada yang menjurus ke miokard infark, perubahan EKG dan
parameter biokimiawi.
Gambaran klinis infark miokard umunya berupa nyeri dada substernum yang
terasa berat , menekan, seperti diremas-remas dan terkadang dijalarkan ke leher, rahang,
epigastrium, bahu, atau lengan kiri, atau hanya rasa tidak enak didada. Infark miokard
sering didahului oleh serangan angina pectoris pada sekitar 50% pasien. Namun, nyeri
pada Infarkmiokard biasanya berlangsung beberapa jam sampai hari, jarang ada
hubungannya dengan aktifitas fisik dan biasanya tidak banyak berkurang dengan
pemberian nitrogliserin, nadi biasanya cepat dan lemah, pasien juga biasanya mengalami
diaphoresis. Pada sebagian kecil pasien (20% sampai 30%) infark miokard tidak
menimbulkan nyeri dada. Silent AMI ini terutama terjadi pada pasien dengan diabetes
mellitus dan hipertensi serta pada pasien berusia lanjut.
1) Disfungsi ventricular
Ventrikel kiri mengalami perubahan serial dalam bentuk ukuran, dan
ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses ini
disebut remodeling ventricular yang sering mendahului berkembangnya gagal
jantung secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun pasca infark.
Pembesaran ruang jantung secara keseluruhan yang terjadi dikaitkan dengan
ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi terbesar pasca infark pada apeks
ventrikel kiri yang mengakibatkan penurunan hemodinamik yang nyata, lebih
sering terjadi gagal jantung dan prognosis lebih buruk.
2) Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan (pump failure) merupakan penyebab utama kematian
dirumah sakit . Perluasan nekrosis iskmia mempunyai korelasi dengan tingkat
gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan sesudahnya.
3) Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditemukan pada saat masuk (10%), sedangkan 90%
terjadi selama perawatan. Biasanya pasien yang berkembang menjadi syok
kardiogenik mempunyai penyakit arteri koroner multivesel.
4) Infark ventrikel kanan
Infark ventrikel kanan menyebabkan tanda gagal ventrikel kanan yang
berat ( distensi vena jugularis, tanda kussmaul, hepatomegali) dengan atau
tanpa hipotensi.
5) Takikardi dan fibrilasi ventrikel
Takikardi dan fibrilasi ventrikel dapat terjadi tanpa bahaya aritmia
sebelumnya dalam 24 jam pertama.
8) Fibrilasi atrium
9) Aritmia superventrikular
II.1.13 Aterosklerosis
II.1.15 Klasifikasi
Faktor resiko :
Jenis makanan
Merokok
DM tipe 2
Faktor genetik
Gender laki-laki
Etiologi :
Rupture plak
Spasme koroner
Gangguan hematologi
INFARK MIOKARD
AKUT
II.2 Kerangka konsep
Umur
Jenis kelamin
Suku
Hiperlipidemia
Faktor resiko yang dapat Hipertensi
dimodifikasi :
Kebiasaan
merokok
Konsumsi alcohol Aterosklerosis
Kebiasaan
olahraga
Obesitas
Infark miokard
II.3 Hipotesis
Pada setiap populasi, tiap individu anggota tersebut memiliki gambaran yang
berbeda-beda untuk setiap penyakit tertentu. Berdasarkan tinjauan pustaka, terdapat
berbagai macam karakteristik terjadinya hyperkolesterolemia yaitu : obesitas, umur, jenis
kelamin, riwayat keluarga, aktifitas fisik. Penentuan variable ini didasarkan pada
ketersediaan data dari rekam medik pasien, dengan tetap mengingat kepentingan
keterkaitan variable tersebut dengan kasus infarkmiokard.
BAB III
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita infarkmiokard diRS IBSI periode
2011-2013.