Anda di halaman 1dari 24



BAB II
DESKRIPSI PERUSAHAAN

2.1. Sejarah PDAM Tirta Kerta Raharja Tangerang


Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja (PDAM TKR)
merupakan perusahaan yang mengelola usaha pengadaan dan penyaluran air
minum Kabupaten Tangerang. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD), dan dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang.
Pada tahun 1923, pemerintah Hindia Belanda membangun sistem
penyediaan air minum di kota Tangerang dengan kapasitas 6 liter per detik.
Sistem ini dikelola oleh sebuah badan yang bernama “Water Leiding Bedrijf”.
Bedrijf
Pada tahun 1943, saat pembentukan Kabupaten Tangerang, pengelolaan
sistem penyediaan air minum dialihkan ke Bupati Tangerang, dan badan
pengelola "Water Bedrijf berada di bawah Dinas Pekerjaan Umum.
Water Leiding Bedrijf"
Tahun 1945, setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, nama
"Water Bedrijf diubah menjadi "Perusahaan Air Minum Kabupaten
Water Leiding Bedrijf"
Tangerang".
Tiga puluh tahun kemudian, pengelolaan penyediaan air minum menjadi
tanggung jawab dari Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat
II Tangerang ("PDAM"), sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Tangerang No. 10/HUK/1976 tanggal 13 April 1976. Perda ini
dilegalisasi oleh Gubernur Propinsi Jawa Barat sesuai dengan Keputusan
Gubernur No. 347/HK.011/SK/1976 tanggal 1 Agustus 1976.
Tahun 1999, melalui Keputusan No. 001.690/SK.108-HUK/1999 tanggal
27 Mei 1999, yang dikeluarkan oleh Bupati Tangerang, nama dan logo PDAM
dilegalisasi. Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II
Tangerang menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang.
Untuk memenuhi kebutuhan air wilayah pelayanan kota Tangerang,
dibangun IPA Cikokol pada tahun 1984. Tahap pertama dengan kapasitas 500
liter per detik dirancang oleh James M. Montgomery Consulting Engineers, Inc.



http://digilib.mercubuana.ac.id/


USA, serta dibangun oleh PT. Multi Structure (pekerjaan sipil) dan Biwater dari
Inggris (Mekanikal & Elektrikal) yang berasosiasi dengan PT. Mitra Napa.
Pada tahun 1996 sebuah instalasi paket baja berkapasitas 80 liter per
detik dibangun, dan dikerjakan oleh PT. Maswandi, dibiayai oleh Departemen
Pekerjaan Umum. Pembangunan tahap kedua dari instalasi - kapasitas 500 liter
per detik dirancang oleh PT. Ceria Konsulindo, dibangun oleh PT. Nindya Karya,
dan PT. Cahaya Murni Dirganusa untuk pekerjaan sipil, adapun peralatan
mekanikal, dan elektrikal di supply oleh Metax Engineering PTE Ltd. dari
Singapore. Proyek ini didanai oleh Asian Development Bank, dan selesai pada
tahun 1998.

2.2. Profil PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri


IPA Cikokol saat ini dikelola oleh PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri
(TKCM). TKCM adalah perusahaan patungan, antara PT. Tanah Alam Makmur
dan PT. Tirta Bangun Nusantara, untuk rehabilitasi, dan peningkatan kapasitas
Instalasi Pengolahan Air Minum Cikokol, termasuk operasi dan pemeliharaan
instalasi selama 15 tahun.
Perusahaan ini telah mendapat ijin dari Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM), tanggal 25 Agustus 2004 berdasarkan Undang-Undang
Penanaman Modal Asing (No. 565/I/PMA/2004), dan berdiri sebagai perusahaan
terbatas pada tanggal 8 September 2004. Selain itu, TKCM juga telah mendapat
persetujuan dari Departemen Hukum dan Hak Asazi Manusia pada tanggal 30
September 2004, dengan nomor ijin C-24321 HT.01.01. TH.2004, dan terdaftar
di Departemen Perdagangan dan Perindustrian tanggal 19 Oktober 2004.

Visi Perusahaan:
Menyediakan jasa pengelolaan air yang terbaik melalui pengembangan kualitas
sumber daya manusia dan teknologi yang inovatif.

Misi Perusahaan:
Misi perusahaan adalah memberikan pelayanan terbaik bagi PDAM Tirta Kerta
Raharja Kabupaten Tangerang, untuk rehabilitasi, peningkatan kapasitas (dari
900 liter per detik menjadi 1,275 liter per detik), pengoperasian, dan



http://digilib.mercubuana.ac.id/


pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Cikokol, termasuk memberikan jaminan


atas kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk serta terpemuhinya persyaratan
dan kewajiban kepada “stakeholders” perusahaan.

Nilai-Nilai Perusahaan:
1) Dedikasi terhadap penggunaan dana yang efektif, serta integritas, dan
transparasi dalam pengelolaan keuangan.
2) Mengembangkan teknologi melalui inovasi, dan keahlian.
3) Pengembangan sumber daya manusia, dengan mendorong karyawan
mencapai potensi terbaiknya, melalui program pelatihan yang ekstensif,
dan penghargaan atas kontribusi mereka.
4) Siap mengantisipasi resiko-resiko terhadap kesehatan, dan lingkungan.

PT. TKCM telah memperoleh sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO


9001:2008, dalam pelaksanaan operasional, dan pemeliharaan instalasi
pengolahan air Cikokol. Sertifikasi ini diperoleh dari lembaga auditor
internasional manajemen Loyld Register, pada bulan Oktober 2005, setahun
setelah proses pengambil alihan operasional IPA Cikokol dari PDAM TKR.
Masalah yang terjadi sebelum implementasi ISO 9001:2008 diantaranya adalah:
1) Minimnya kompetensi dan pelatihan bagi karyawan,
2) Terdapat banyak peralatan yang rusak,
3) Tidak mempunyai sistem, seperti standar operasi serta rendahnya
efisiensi dan efektifitas kerja,
4) Kualitas air yang rendah (terutama kekeruhan yang masih tingggi, dan
sisa chlor), serta tidak adanya personel untuk menangani dan
menindaklanjuti keluhan konsumen.

Untuk meningkatkan daya saing perusahaan, PT. TKCM juga telah


melakukan sertifikasi sistem manajemen kesehatan, dan keselamatan kerja,
OHSAS 18001:2007, pada bulan Oktober tahun 2012. Sertifikasi oleh Loyld
Register.



http://digilib.mercubuana.ac.id/


2.2.1. Struktur Organisasi PT. TKCM

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. TKCM


Sumber: Manual Sistem Manajemen PT. TKCM, Rev. 03 (2012)

http://digilib.mercubuana.ac.id/


2.2.2. Sumber Daya Manusia


Sesuai data terakhir pada tahun 2015, jumlah tenaga kerja yang ada di PT.
TKCM adalah 53 orang, yang terdiri dari 47 orang laki-laki dan 6 orang wanita.
Secara umum sebaran komposisi tenaga kerja tersebut berdasarkan tingkat
jabatannya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Sebaran Komposisi Tenaga Kerja PT. TKCM

Kualifikasi
No. Posisi Jabatan Jumlah Orang Pendidikan

1. Direksi 1 S1
2. Manajer 2 S1
3. Asisten Manajer 6 Min. D3
4. Supervisor 4 Min. SLTA
5. Staf 40 Min. SLTA
Sumber : Data bagian HRD PT. TKCM (2015)

Tingkat pendidikan dari komposisi tenaga kerja tersebut dapat dilihat pada
Gambar
ambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2. Komposisi Karyawan Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Sumber: Data bagian HRD PT. TKCM (2015)

2.3. Kerjasama PDAM TKR dengan PT. TKCM


Berkenaan dengan mendesaknya kebutuhan untuk memperbaiki
pelayanan air minum bagi masyarakat, maka PDAM Tirta Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang memilih PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri sebagai
pengelola Instalasi Pengolahan Air Minum Cikokol. Setelah mengevaluasi
berbagai pilihan, termasuk penawaran dari beberapa perusahaan swasta, PDAM
berpendapat bahwa, PT. TKCM memiliki sumber daya terbaik untuk



http://digilib.mercubuana.ac.id/


melaksanakan investasi, dan pengelolaan atas Instalasi Pengolahan Air Cikokol.


Mencakup pula operasi dan pemeliharaan instalasi selama jangka waktu 15 tahun.
Jumlah investasi yang telah dikeluarkan PT. TKCM selama 4 tahun
pertama operasinya adalah sebesar Rp. 62.3 miliar, yaitu untuk rehabilitasi
instalasi eksisting, dan peningkatan kapasitas produksi dari 950 liter per detik
menjadi 1,275 liter per detik. Dengan tambahan kapasitas produksi ini, PDAM
akan dapat menyalurkan kualitas air yang lebih baik, dan dapat meningkatkan
cakupan pelayanannya di wilayah Tangerang.
Perjanjian Kerjasama PDAM dengan PT. TKCM ditanda-tangani pada
tanggal 11 Juni 2004, antara Direktur Utama PDAM, Bpk. H. Utar Sutarya, dan
Mr. Hubert Broux, Presiden Komisaris PT. Enviro Nusantara (sebelum dialihkan
kepada PT. Tirta Bangun Nusantara). PT. Enviro Nusantara merupakan
pemegang 28% saham PT. TKCM), yang mewakili PT. TKCM.
Penandatanganan disaksikan oleh Bupati Tangerang.
Proses kerjasama bisnis antara PDAM TKR dan PT. TKCM dalam
pengelolaan IPA Cikokol selama masa perjanjian konsesi 15 tahun dari tanggal
20 September 2004 dapat penulis gambarkan dalam skema berikut.

Gambar 2.3. Skema Proses Bisnis Kerjasama Pengelolaan IPA Cikokol


Sumber: Hasil olahan penulis (2015)

Dari Gambar 2.3. tersebut air baku dari sungai Cisadane diproses di IPA Cikokol
oleh operator mitra swasta yaitu PT. TKCM. Hasil akhir air proses/olahan dengan
standar air minum dialirkan melalui pipa jaringan induk, dimana pipa jaringan ini
dikelola oleh PDAM TKR sendiri. Sebelum masuk pipa jaringan induk, air
minum tersebut dialirkan melalui meter induk utama. Pendapatan PT. TKCM



http://digilib.mercubuana.ac.id/


per-bulannya dihitung dari total air minum yang dialirkan ke pipa jaringan induk
utama. PDAM TKR akan membayar kepada PT. TKCM berdasarkan jumlah
meter kubik air yang dihitung oleh meter induk utama dikalikan besaran tarif
tahunan yang berlaku dalam perjanjian kontrak kerjasama. Sementara pendapatan
PDAM TKR sendiri berasal dari penjualan air yang dikonsumsi konsumen,
berdasarkan perhitungan volume air dari meter induk yang ada pada masing-
masing konsumen.

2.4. Instalasi Pengolahan Air


IPA Cikokol terdiri atas 2 (dua) bagian bangunan utama, yaitu:
1) Bangunan intake
2) Bangunan proses pengolahan
Bangunan intake, memiliki kelengkapan sebagai berikut:
1) Coarse bar screen
2) Kanal air baku
3) Penstock
4) Automatic fine screen
5) Pompa air baku



http://digilib.mercubuana.ac.id/


2 Bak Flokulasi Bak Sedimentasi Filter Pasir Cepat


M M
M
Static Mixer

Bak Kontorl Efluen Reservoir Air Olahan

5
Air Brsih
1 Untuk Distribusi
P

Pompa Distribusi

Bangunan Intake Pompa


P Air Baku P

Sungai Cisadane Pompa Pencucian Filter

Gambar 2.4. Diagram Alir Proses IPA Cikokol


Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013)

http://digilib.mercubuana.ac.id/


Adapun bangunan proses pengolahan berupa unit-unit pengolahan fisika dan


pengolahan kimiawi, yang terdiri dari:
1) Inline Static Mixer
2) Bak Flokulasi
3) Bak Sedimentasi
4) Bak Filter
5) Bak Kontrol Efluen
6) Reservoir, yang dilengkapi dengan Pompa Distribusi
7) Unit Pembubuhan Ko
K agulan : PAC
Koagulan
8) Unit Pembubuhan : Soda Abu
9) Unit Klorinasi : Gas Klor dan/atau Larutan Natrium Hipoklorit

Diagram alir proses IPA Cikokol diketengahkan pada Gambar 2.4. pada halaman
sebelumnya.

2.4.1. Proses Pengolahan Air


Tahapan-tahapan proses pengolahan air di IPA Cikokol secara umum
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Bangunan Intake
Dari Sungai Cisadane, air baku dialirkan secara gravitasi melalui coarse
bar screen dan automatic fine screen untuk menahan benda-benda
berukuran besar yang terbawa bersama air.
Selanjutnya air baku dipompakan menuju bangunan pengolahan air
minum.
2) Inline Static Mixer
Pembubuhan bahan kimia PAC sebagai koagulan dilakukan pada Inline
Static Mixer.
”Pre-chlorination” sebagai ”shock treatment” dilakukan pada periodik
tertentu untuk mencegah pertumbuhan alga di unit-unit pengolahan
khususnya di permukaan bak-bak sedimentasi. Pembubuhan klor
dilakukan setelah Inline Static Mixer.



http://digilib.mercubuana.ac.id/


3) Bak Flokulasi
Pengadukan lambat dalam bak flokulasi ini dilakukan secara mekanis.
Jumlah bak flokulasi adalah 6 (enam) unit. Tiap-tiap bak flokulasi terdiri
dari dua buah kompartemen yang dilengkapi oleh pengadukan mekanis
lambat.
4) Bak Sedimentasi
Flok-flok yang terbentuk dalam unit flokulasi terendapkan dalam unit bak
sedimentasi sehingga air yang keluar dari unit bak sedimentasi memiliki
kekeruhan kurang dari 3 NTU. Jumlah bak sedimentasi adalah 6 unit.
Unit bak-bak sedimentasi ini dilengkapi dengan tube settler, sludge
scraper dan sistem pembuangan lumpur.
Secara periodik, lumpur yang terendapkan di dasar bak sedimentasi
dibuang menggunakan katup-katup pembuangan lumpur ((sludge
extraction valve) menuju saluran pembuangan lumpur. Secara periodik
pula dilakukan pengurasan dan pembersihan untuk membuang seluruh
deposit dan sedimen di dasar bak.
5) Filter Pasir Cepat
Air yang keluar dari unit bak-bak sedimentasi telah memiliki tingkat
kekeruhan kurang dari 3 Nephelometric Turbidity Units (NTU), kemudian
disaring oleh media pasir dalam bak-bak filter pasir cepat.
Jumlah filter pasir cepat adalah 14 (empat belas) unit.
Fungsi unit bak-bak filter ini adalah untuk menyaring partikel-partikel
flok halus dan tersuspensi yang tidak mengendap dalam unit bak-bak
sedimentasi. Filtrat atau air olahan dari unit bak filter pasir cepat
diharapkan memiliki tingkat kekeruhan kurang dari 0,5 NTU.
Setelah filter beroperasi selama kurang lebih 30 jam, dilakukan pencucian
media filter dengan menggunakan udara (menggunakan air blower) dan
air (menggunakan pompa backwash). Air bekas pencucian filter tersebut
mengalir ke saluran pembuangan lumpur tercampur bersama lumpur dari
unit bak-bak sedimentasi.



http://digilib.mercubuana.ac.id/


6) Bak Kontrol Efluen


Filtrat dari filter pasir cepat selanjutnya mengalir ke bak kontrol efluen.
Dalam bak kontrol ini dilakukan dua pembubuhan bahan kimia, yaitu:
1) Soda abu (Na2CO3)
2) Gas klorin dan/atau larutan natrium hipoklorit
Pembubuhan soda abu dilakukan untuk pengaturan pH air sebelum
didistribusikan, pH air minum yang dijaga pada rentang 6.5 – 7.5.
Menurut data hasil analisis pemeriksaan air oleh PT. Sucofindo pada
periode antara Januari 2010 sampai dengan Desember 2012, pH air olahan
bervariasi dari 6.59 sampai dengan sampai 6.99.
Pembubuhan gas klorin dan/atau larutan kaporit dimaksudkan untuk
membunuh bakteri, virus dan mikroba patogen lainnya yang masih ada
dalam air. Dosis klor sebagai ”post-chlorination”
””post-chlorination” yang dibubuhkan di bak
kontrol ini agar sisa klor pada outlet IPA Cikokol tepat sebelum
memasuki jaringan distribusi air minum sekurang-kurangnya 0,5 mg/liter.
Menurut data hasil analisis kualitas air oleh PT. Sucofindo pada periode
antara Januari 2010 sampai dengan Desember 2013, sisa klor berkisar
antara 0.75 sampai dengan 1.2 mg/liter.
7) Reservoir
Air yang telah dibubuhkan bahan-bahan kimia kemudian mengalir ke
reservoir dan untuk selanjutnya dipompakan ke jaringan distribusi.
8) Unit Pembubuhan Kimia
Bahan-bahan kimia yang digunakan di IPA Cikokol pada saat ini adalah :
1) Poly Aluminium Chloride (PAC)
2) Soda abu (Na2CO3)
3) Gas klor (Cl2) dan/atau larutan natrium hipoklorit (NaOCl).
PAC dalam bentuk larutan dibubuhkan di jalur pipa tepat sebelum inline
static mixer. Adapun untuk IPA Paket, dibubuhkan di bak koagulasi.
Dosis rata-rata pembubuhan PAC adalah 35 mg/liter.
Soda abu (Na2CO3) dalam bentuk larutan digunakan untuk pengaturan pH
air olahan dibubuhkan di bak kontrol efluen.



http://digilib.mercubuana.ac.id/


Gas klor digunakan untuk ”pre-chlorination”, ”intermediate chlorination”


di filter pasir cepat dan ”post-chlorination” di bak kontrol efluen.
Sedangkan larutan natrium hipoklorit (NaOCl dengan konsentrasi 12%)
digunakan sebagai bahan kimia cadangan pengganti gas klor.

2.4.2. Sistem Pembuangan Lumpur


Pada IPA Cikokol terdapat dua unit proses pengolahan yang
menghasilkan sebagian besar pembuangan residu setiap harinya, yaitu
pembuangan lumpur dari bak-bak sedimentasi dan air bekas pencucian dari bak-
bak filter pasir cepat. Pada unit-unit pengolahan lainnya seperti bak flokulasi dan
reservoir juga terkumpul sedimen atau deposit, yang secara berkala dibuang ke
saluran pembuangan lumpur.
Pengukuran secara tepat untuk mengetahui volume lumpur baik di bak-
bak sedimentasi maupun air bekas pencucian dari filter pasir cepat belum
dilakukan. Sistem pembuangan lumpur untuk tiap bak sedimentasi:
1) Bak sedimentasi nomor 1, 2 dan 3
- Posisi atas: 3 buah katup pembuangan otomatis ukuran diameter Ø
200 mm
- Posisi bawah: 1 buah katup pembuangan otomatis ukuran diameter
Ø150 mm
2) Bak sedimentasi nomor 4, 5 dan 6
- Posisi atas: 2 buah katup pembuangan otomatis ukuran diameter Ø
200 mm
- Posisi bawah: 2 buah katup pembuangan otomatis ukuran diameter Ø
150 mm
Berdasarkan pengambilan sampel lumpur pada bak sedimentasi pada tanggal 22
November 2013, didapatkan hasil sebagai berikut:
- Konsentrasi TSS pada bagian bawah bak sedimentasi = 5,240 mg/liter
- Konsentrasi TSS pada bagian atas bak sedimentasi = 4,883 mg/liter
Perkiraan produksi lumpur yang dihasilkan dari proses sedimentasi berada pada
kisaran 2.000 – 2.200 m3/hari dengan konsentrasi TSS sebesar 3.000 sampai
6.000 mg/liter.



http://digilib.mercubuana.ac.id/


Lumpur yang dihasilkan dari unit bak-bak sedimentasi dari volume harian
dan tingkat konsentrasi suspended solid sangat terpengaruhi oleh kekeruhan dan
konsentrasi TSS dalam air baku. Volume lumpur harian akan bertambah bila ada
satu unit bak sedimentasi sedang dalam dikuras, dan dibersihkan.
Perkiraan air bekas pencucian bak-bak filter pasir cepat adalah 200 - 220
3
m /hari per filter dengan operasi filtrasi selama 24 sampai 36 jam. Dengan jumlah
filter pasir cepat sebanyak 10 – 12 unit dicuci setiap hari, maka diperkirakan air
hasil pencucian filter adalah 2.000 – 2.200 m3/hari dengan konsentrasi TSS
berkisar 200 – 400 mg/liter.

2.5. Penerapan Peraturan tentang Pengelolaan Limbah Cair


Dalam pengelolaan limbah cair telah diatur dan diterbitkan Undang-
undang dan Peraturan Peraturan Pemerintah terkait sebagai berikut:

2.5.1. Undang-undang dan Peraturan tentang Air Minum


Undang-undang tentang pemanfaatan air, yaitu Undang-undang Nomor 7
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Undang-undang ini mengamanatkan
untuk melaksanakan perencanaan, pemeliharaan, dan peningkatan kualitas air.
Salah satu hal pokok penting tentang pengelolaan sumber daya air sesuai UU No.
7 tahun 2004, yaitu pemanfaatan air sebagai sumber air baku untuk air minum.
Peraturan pemerintah tentang air minum yang diterapkan terkait dengan
penanganan residu dari IPA, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Sesuai Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Bagian Ketiga Pasal 9, Limbah
akhir dari unit proses pengolahan air baku menjadi air minum wajib diolah
sebelum dibuang ke badan air. Pasal 9 ini terdiri dari 3 ayat, yaitu sebagai berikut:
(1) Unit produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) merupakan
prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk mengolah air baku
menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/ atau biologi.
(2) Unit produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri dari
bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional,



http://digilib.mercubuana.ac.id/


alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan


penampungan air minum.
(3) Limbah akhir dari proses pengolahan air baku menjadi air minum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke sumber air baku dan daerah terbuka.

2.5.2. Undang-undang Tentang Pencemaran Air


UU No. 7 tahun 2004 mengamanatkan untuk melaksanakan perencanaan,
pemeliharaan dan peningkatan kualitas air. Salah satu hal pokok penting tentang
pengelolaan sumber daya air sesuai UU No. 7 tahun 2004, yaitu pengendalian
pencemaran air.

2.5.3. Peraturan Pemerintah tentang Kualitas Air dan Pencemaran Air


Peraturan pemerintah tentang kualitas air dan pencemaran air yang
diterapkan terkait dengan penanganan residu dari IPA, yaitu Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Sesuai PP No. 82 Tahun 2001
Pasal 8, Baku Mutu Kelas 1 , yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan
untuk air baku untuk air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama untuk kegunaan tersebut. Sesuai Lampiran PP No. 82 Tahun
2001 tentang Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas: Mutu Air Kelas 1 mencakup
beberapa tolak ukur mutu, yaitu:
1) Chemical Oxygen Demand (COD) maksimum 10 mg/liter,
2) Biochemical Oxygen Demand (BOD) maksimum 2 mg/liter,
3) Kandungan Total Suspended Solids (TSS) maksimum 50 mg/liter,
4) Konsentrasi oksigen terlarut minimum 6.0 mg/liter,
5) Konsentrasi besi maksimum 0.3 mg/liter,
6) Konsentrasi mangan maksimum 0.1 mg/liter.
Terkait dengan pengendalian pencemaran air tertuang pada PP No. 82
Tahun 2001 pasal 18 ayat 2, Pemerintah Propinsi melakukan pengendalian
pencemaran air pada sumber air lintas Kabupaten/Kota dan ayat 3, Pemerintah
Kabupaten/Kota melakukan pengendalian pencemaran air pada sumber air yang
berada pada Kabupaten/Kota.



http://digilib.mercubuana.ac.id/


2.5.4. Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Limbah B3


Setiap kegiatan industri dalam hal ini pengolahan air baku menjadi air
minum diwajibkan mengelola limbah yang dihasilkan. Limbah dari IPA harus
diuji karakteristik dan uji toksikologi untuk mengidentifikasi apakah limbah
tersebut sebagai limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Limbah B3 yang
dibuang langsung ke dalam lingkungan dapat menimbulkan bahaya terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah B3 yang diterapkan
terkait dengan penanganan residu dari IPA, yaitu Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Beracun
dan Berbahaya. Penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah B3 ini dapat
menggunakan baku mutu konsentrasi Toxic Concentration Leaching Procedure
(TCLP) pencemar organik dan anorganik.

Tabel 2.2. Baku Mutu TCLP Zat Pencemar dalam Limbah


No. Parameter Unit Baku Mutu
1. Arsenic As mg/liter 5.0
2. Barium Ba mg/liter 100.0
3. Boron Ba mg/liter 500.0
4. Cadmium Cd mg/liter 1.0
5. Chromium Cr mg/liter 5.0
6. Copper Cu mg/liter 10.0
7. Free Cyanide CN mg/liter 20.0
8. Fluoride F mg/liter 150.0
9. Lead Pb mg/liter 5.0
10. Mercury Hg mg/liter 0.2
11. Nitrate + Nitrite NO3 + NO2 mg/liter 1,000.0
12. Nitrite NO2 mg/liter 100.0
13. Selenium Se mg/liter 1.0
14. Silver Ag mg/liter 5.0
15. Zinc Zn mg/liter 50.0
Sumber : Lampiran II PP No. 85 Tahun 1999

2.5.5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang Limbah Cair


Baku mutu air limbah nasional telah ditetapkan oleh Menteri Negara
Lingkungan Hidup didasarkan pada teknologi pengolahan air limbah terbaik yang
mampu dilaksanakan oleh setiap sektor industri di Indonesia. Keputusan Menteri



http://digilib.mercubuana.ac.id/


Negara Lingkungan Hidup tentang pengelolaan limbah cair yang terkait


penanganan residu dari instalasi pengolahan air adalah Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995, yaitu Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Industri. Sesuai Lampiran C dari Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 51/MENLH/10/1995, baku mutu limbah cair ditetapkan sejumlah
parameter antara lain:
- pH dalam rentang 6.0 – 9.0
- COD maksimum 100 mg/liter
- BOD maksimum 50 mg/liter
- Kandungan Total Suspended Solids (TSS) maksimum 200 mg/liter

2.5.6. Peraturan Daerah tentang Limbah Cair


Pemerintah Propinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Peraturan
Daerah dapat menetapkan baku mutu air limbah daerah dengan ketentuan sama
atau lebih ketat dari baku mutu air limbah nasional yang ditetapkan oleh Menteri
Negara Lingkungan Hidup untuk diberlakukan di wilayah yang menjadi
kewenangannya. Peraturan daerah di tingkat kabupaten/kota tentang pengelolaan
limbah cair yang diterapkan terkait dengan penanganan residu dari IPA, yaitu
Peraturan Daerah Walikota Tangerang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Baku Mutu
Air Limbah Industri.
Dalam Peraturan Daerah Walikota Tangerang No, 16 Tahun 2009
tersebut, definisi baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur
pencemaran yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang
ke dalam sumber air dari suatu jenis usaha dan/atau kegiatan. Residu dari IPA
dikategorikan dalam baku mutu air limbah untuk kegiatan industri pengolahan air
bersih/air minum/air mineral, dan pabrik es.
Sesuai Lampiran I Perda Walikota No. 16 Tahun 2009, Tahapan
operasional implementasi Baku Mutu Air Limbah Industri meliputi dua bagian,
yaitu:
- Target operasional I, dilaksanakan selama 5 (lima) tahun pertama sejak
dikeluarkannya Peraturan Daerah ini dengan mengimplementasikaan
Baku Mutu Air Limbah Industri I.



http://digilib.mercubuana.ac.id/


- Target operasional II, dilaksanakan selama 5 (lima) tahun berikutnya


setelah Target Operasional I selesai dengan mengimplementasikaan Baku
Mutu Air Limbah Industri II.
Selain penetapan baku mutu air limbah, Ada 2 (dua) peraturan yang
diberlakukan terkait dengan pengelolaan air limbah di kota Tangerang yaitu:
- Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 18 Tahun 2003 tentang ijin
Pembuangan Limbah Cair.
- Peraturan Walikota Tangerang Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah.

Tabel 2.3. Baku Mutu Air Limbah Industri untuk Industri Pengolahan Air
Konsentrasi dalam
Limbah Cair
No. Parameter Baku Mutu Air Limbah Unit
Baku Mutu I Baku Mutu II

1. pH - 6.0 - 9.0 6.0 - 9.0


2. COD mg/liter 300 100
3. TSS mg/liter 200 150
4. Sisa Klor mg/liter 1.0 1.0
5. Aluminium mg/liter 5.0 2.0
6. Besi mg/liter 10.0 5.0
7. Sulfat mg/liter 800 700
8. Debit air limbah maksimum liter/m3 60 60
Sumber : Lampiran II Peraturan Walikota Tangerang No. 16 Tahun 2009

2.6. Metoda Pengolahan Lumpur dan Kriteria Perencanaan


Berbeda dengan limbah lumpur dari Instalasi Pengolahan Air Limbah
Domestik yang banyak mengandung endapan organik dan nutrien seperti nitrogen
dan fosfor, residu dari IPA memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:
- Sebagian besar mengandung presipitasi senyawa alum dan besi dengan
campuran material organik dan anorganik serta presipitasi hidroksida.
- Kandungan TSS yang tinggi.



http://digilib.mercubuana.ac.id/


- Kandungan nutrien yang rendah.


- Dalam sejumlah kejadian kandungan logam-logam berat dalam batas
tidak normal.
- Lumpur hasil koagulasi ini yang secara alami sulit untuk diproses
penghilangan kadar air dari lumpurnya (proses sludge dewatering).

Ada berbagai metoda pengolahan yang secara praktis umumnya


diterapkan untuk mengolah residu dari instalasi pengolahan air minum. Metode
pengolahan lumpur, dan pembuangan untuk residu dari instalasi pengolahan air
minum (IPA) secara garis besar terbagi menjadi 4 (empat) tahapan seperti pada
Gambar 2.5. berikut.




 
 






 





Gambar 2.5. Diagram Alir Sistem Pengolahan Lumpur


Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur
IPA Cikokol (2013)



http://digilib.mercubuana.ac.id/


Fungsi dari bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:


1) Sludge Thickening
Sludge thickening adalah proses peningkatan konsentrasi lumpur dengan
cara menjadikan lumpur menjadi lebih pekat. Bangunan proses yang
dipakai pada sistem sludge thickening ini adalah Lamellar Thickener.
Lamellar thickener merupakan bak berbentuk lingkaran atau segi empat,
dan memiliki prinsip kerja sama dengan bak sedimentasi dimana
pengendapan lumpur terjadi secara gravitasi. Kriteria perencanaan untuk
Lamellar Thickener diketengahkan pada Tabel 2.4. terlampir.

Tabel 2.4. Kriteria Perencanaan dari Lamellar Thickener

No. Deskripsi Nilai Kriteria yang Ditetapkan


1. Resirkulasi lumpur 10 – 25%
2. Kedalaman air 4.5 – 5 meter
3. Waktu detensi 4 – 8 jam
4. Hydraulic loading 30 – 60 m3 /m2 /hari
5. Solids loading 200 – 500 kg SS/m2/hari
6. Konsentrasi padatan hasil
3 – 5% DS
pemekatan
7. Solids capture 85 – 95%
Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan
Lumpur IPA Cikokol (2013)









Gambar 2.6. Prinsip Pengaliran dari Lamellar Thickener
Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur
IPA Cikokol (2013)



http://digilib.mercubuana.ac.id/


2) Sludge Conditioning
Sludge Conditioning adalah proses pengkondisian lumpur dengan
penambahan bahan-bahan kimia agar mudah diproses pada pengolahan
lumpur selanjutnya.
Sludge Conditioning dengan penggunaan bahan-bahan kimia dapat
dilakukan dengan dua macam bahan kimia:
- Penambahan koagulan
- Penambahan polimer
Kriteria perencanaan untuk penambahan koagulan seperti besi (III)
klorida atau FeCl3 (konsentrasi larutan 15-20%) untuk pengkondisian
lumpur, agar lumpur mudah diolah di unit sludge dewatering:
- pH mencapai 6.5 – 7.0.
- Dosis pembubuhan : 20 – 40 kg koagulan tiap ton Dry Solids
(DS).
- Pengadukan sempurna agar koagulan dan lumpur tercampur
homogen.
Kriteria perencanaan untuk penambahan polimer (konsentrasi larutan
0.1%) untuk pengkondisian lumpur, agar lumpur mudah diolah di unit
sludge dewatering:
- pH dalam rentang 6.5 – 9.0.
- Dosis pembubuhan : 2 – 6 kg polimer tiap ton DS.
- Waktu kontak pembubuhan adalah minimum 2 menit.
- Pengadukan sempurna agar polimer dan lumpur tercampur
homogen.

3) Sludge Dewatering
Sludge Dewatering adalah proses pengurangan atau penghilangan kadar
air dari lumpur hingga didapatkan lumpur padat dengan kadar padatan di
atas 20% DS. Bangunan proses yang digunakan dalam proses sludge
dewatering adalah Centrifuge atau Decanter.
Prinsip kerja dari decanter atau centrifuge adalah menggunakan gaya
sentrifugal untuk pemisahan antara padatan dengan cairan. Dalam solid
bowl centrifuge, lumpur yang masuk kedalam mangkok berputar dengan



http://digilib.mercubuana.ac.id/


aliran konstan. Dimana kemudian akibat putaran, dan gaya sentrifugal


terjadi pemisahan antara lumpur dan cairan dan terbentuk lumpur padat,
yang keluar pada bagian outlet, dan air jernih berupa “centrate” keluar
pada bagian outlet yang lain.
Dengan pengolahan awal sludge thickening dan sludge conditioning,
kadar padatan dalam lumpur padat setelah diolah dalam sebuah unit
decanter adalah 20 – 25% DS untuk limbah lumpur dari instalasi
pengolahan air.

Gambar 2.7. Prinsip dari Decanter


Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur
IPA Cikokol (2013)

4) Sludge Disposal/Pembuangan Akhir
Ada tiga kriteria untuk pembuangan akhir lumpur yang harus dipenuhi,
yaitu:
- Padatan lumpur bukan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3).
- Pemanfaatan lumpur tidak mencemari air tanah dan air
permukaan.
- Pembuangan lumpur tidak menimbulkan gangguan debu, bau dan
estetika lainnya terhadap masyarakat.



http://digilib.mercubuana.ac.id/


Residu dari IPA yang banyak mengandung unsur alum, dan besi tidak
dikategorikan sebagai limbah B3, pembuangan akhir padatan lumpur
dapat dilakukan dengan 2 (dua) metode:
1) Landfilling
Pembuangan padatan lumpur aman dibuang sebagai material urugan
ke lahan-lahan terbuka. Padatan lumpur yang dipersyaratkan adalah
lumpur dengan kandungan 20 – 40% DS, sehingga lebih mudah untuk
dipadatkan. Untuk landfilling, lumpur padatan tidak boleh digunakan
untuk urugan dari bangunan struktural.
2) Land Application
Padatan lumpur aman untuk ditebar di permukaan lahan-lahan
pertanian sekaligus memberikan keuntungan agronomis, dan sebagai
urugan di lahan-lahan pinggiran untuk reklamasi lahan.

2.7. Pendanaan Proyek


Proyek Pengolahan Limbah Lumpur ini akan dibangun oleh konsorsium
PT. ABC (PT. ABC nantinya merupakan “sister company” dari PT. TKCM) dan
PDAM TKR dengan skema kerja sama BOT. PT. ABC ini yang akan
menyediakan sejumlah dana yang diperlukan bagi investasi di proyek ini, dan
pihak PDAM TKR yang menyediakan aset lahan bagi rencana proyek ini.
Struktur pendanaan investasi proyek direncanakan akan dibiayai oleh
modal sendiri, dan pinjaman dari bank untuk mendapatkan biaya modal optimal,
dengan komposisi adalah: Modal Sendiri 30% dan Pinjaman 70%. Modal sendiri
akan disediakan oleh konsorsium PT. ABC yang terdiri dari PT. Tanah Alam
Makmur dan PT. Tirta Bangun Nusantara. Dimana andil dari pendanaan masing-
masing adalah PT. Tanah Alam Makmur (PT. TAM) sebesar 72% dan PT. Tirta
Bangun Nusantara (PT. TBN) sebesar 28%. Kebutuhan kredit jangka panjang
diasumsikan selama 8 tahun untuk masa repayment. Skema pendanaan proyek
Pengolahan Limbah Lumpur dapat dilihat pada Gambar 2.8. pada halaman
berikut.



http://digilib.mercubuana.ac.id/



Gambar 2.8. Struktur Pendaanaan Investasi Pengolahan Limbah Lumpur
Sumber: Hasil olahan penulis (2015)

2.8. Pengoperasian Proyek Instalasi Pengolahan Limbah Lumpur


Proyek Pengolahan Limbah Lumpur ini akan dibiayai, dibangun dan
dioperasikan oleh pihak konsorsium PT. ABC dengan skema BOT. Sebagai
penggantian atas biaya pembangunan proyek oleh pihak konsorsium, maka
PDAM TKR mengizinkan konsorsium PT. ABC untuk mengoperasikan proyek
Pengolahan Limbah Lumpur, dan berhak untuk menerima penghasilan dari hasil
pengolahan lumpur per-kg lumpur kering dari proyek tersebut, hingga masa
tertentu. Hal ini akan dituangkan dalam perjanjian antara konsorsium PT. ABC
dengan pihak PDAM TKR. Pada saat berakhirnya masa perjanjian, maka proyek
Pengolahan Limbah Lumpur akan dikembalikan kepada PDAM TKR.
Berdasarkan pada Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan No.
96/PMK.06/2007 tentang tata cara pelaksanaan kerjasama pemanfaatan barang
milik Negara, pada bagian V butir 3 menyebutkan bahwa Jangka waktu
kerjasama pemanfaatan Barang Milik Negara paling lama 30 (tiga puluh) tahun
sejak ditandatanganinya perjanjian, dan dapat diperpanjang. Mengacu pada
Peraturan tersebut masa konsesi pengoperasian Instalasi Pengolahan Limbah
Lumpur oleh pihak konsorsium PT. ABC disepakati bersama selama 15 tahun.



http://digilib.mercubuana.ac.id/




http://digilib.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai