Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatn dalah keadan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pmeriksaan, Pengobatan, dan atu
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahtraan bangsa, yang
berarti memenuhi kebeutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang,
pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketentraman hidup.
Tujuan pembangunan kesehatan adlah tercapainya kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya
derajat kesehatan yang optimal berada ditangan seluruh masayarakat
indonesia, Pemerintah dan swasta bersama-sama. Salah satu usaha dalam
permerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat dan
pelaksanaanya bagaimna cara hidup sehat adalah dengan cara melakukan
pendidikan kesehatan yang tidak hany di dapat di bangku sekolah tapi juga
bisa dilakukan dengancara penyuluhan oleh tim medis yang basa di sebut
dengan Promosi Kesehatan ataupun Penyuluhan Kesehatan.
Mengingat tugas kita sebagai tim medis adalah salah satunya
memperkenalkan bagaimnaca adalah salah satunya memperkenalkan
bagaimna cara hidup sehat dengan masyarakat maka di dalam maklah ini
kami akan membahas tentang “ Promosi Kesehatan “. Pembangunan
kesehatan merupakan bagian intgral darai pembngunan nasional dalm
konstitusi organisasi kesehatan dunia tahun 1948 di sepakati antara lain
adalah di perolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak
yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama ,politik
yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Program pembngunan kesehatan
yang dilakasankan berhasil menigkatkan derajat kesehatan masyarakat secar

1
cukup bermakna, walaupun masih di jupai berbagai masalah Dan hambatan
yang mempengeruhi pelakasanaan pembngunan kesehatan. Oleh karena itu
diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi
ketimpangan hasil pembangunan kesehatan atar daerah dan antar oglongan,
Derajat Kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan dengan negar-negara
tetangga dan kurangnya kemandirian dalampembangunan kesehatan.
Reformasi di bidang kesehatan perlu di lakukan mengingat 5 Fenomena yang
berpengaruh terhadap ksehatan.
Pertama, perubhan pada dinamika kependudukan. Kedua, Temuan-temuan
ilmu dan teknologi kedokteran.Ketiga, Tantag global sebagi akibat dari
kebijkan perdagangan bebas, Revolusi informasi, Telekomunikasi dan
Trasnportasi. Keempat, perubhan lingkungan. Kelima, Demokratisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah Promosi Kesehatan ?
2. Apa itu Promosi Kesehatan ?
3. Apa Tujuan Promosi Keshatan ?
4. Apa Itu Etika dalam Promosi Kesehatan ?
5. Jelaskan Metode yang di Lakukan dalam Melakukan Promosi
Kesehatan ?
6. Jelaskan Visi dan Misi Promosi Kesehatan ?
7. Jelaskan Prinsip-prinsip Umum Promosi Kesehatan
8. Bagaimana Strategi yang di Lakukan dalam Promosi Kesehatan ?
9. Apa Saja Sasaran Promosi Kesehatan ?
10. Apakah Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ?
11. Bgaimana Hubungan Dengan Klaein dalam Etika Promosi Kesehatan
?
12. Bgaimana Kepedulian Dengan Determinan Sosial dan Hubnungan
Terhadap Kesehatan Dalam EtikanPromosi Kesehatan?
13. Bagaimna cara Merubah Prilaku Dalam Promosi Kesehatan ?

2
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas Tujuan penulisan makalh ini adalah
untuk menetahui pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dari Promosi Kesehatan

Sebelum menjadi promosi kesehatan pengertiannya di samakan dengan


pendididkan kesehatan, pada pendidikan kesehatan di tekankan pada
perubahan perilaku masyarakat dengan cara memberikan informasi kesehatan
melalui berbagai cara dan teknologi. Dari hasil studi yang di lakukan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli pendidikan kesehatan
didapati bahwa pengetahuan masyarakat tentang kesehatan meningkat tetapi
tidak di imbangi oleh perubahan perilakunya. Disadari bahwa pendidikan
kesehatan belum “memampukan” masyarakat tetapi baru dapat “memaukan”
Mengenai istilah Promosi Kesehatan sendiri juga mengalami perkembangan.
Mula-mula dicetuskan di Ottawa, Canada pada tahun 1986 merupakan
konferensi Internasional promosi kesehatan yang pertama kali dilaksanakan
yang berlangsung tanggal 17 sampai dengan 21 November 1986 dikenal
dengan Ottawa Charter.
Pada konferensi Internasional promosi kesehatan ini mengambil tema
Menuju Kesehatan Masyarakat Baru, namun pada konferensi ini tidak
terlepas dari Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Pelayanan Kesehatan
Dasar atauPrimary Health Care oleh WHO promosi kesehatan didefinisikan
sebagai: theprocess of enabling people to control over and improve their
health.

4
Tetapi definisi tersebut diaplikasikan ke dalam bahasa Indonesia
menjadiProses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara,Meningkatkan
dan melindungi kesehatannya. Definisi ini tetap dipergunakan, sampai
kemudian mengalami revisi pada konferensi dunia di Bangkok pada bulan
Agustus 2005, menjadi (Health promotion is the process of enabling people to
increase control over their health and its determinants, and thereby improve
their health) dan dimuat dalam The Bangkok Charter. Dan definisi baru ini
belum dibakukan bahasa Indonesia. Selain istilah Promosi Kesehatan,
sebenarnya juga beredar banyak istilah lain yang mempunyai kemiripan
makna, atau setidaknya satu nuansa dengan istilah promosi kesehatan, seperti:
komunikasi, Informasi dan Edukasi, Pemasaran social, Mobilisasi social dan
Pemberdayaan masyarakat, dll.

2.2 Pengertian Promosi Kesahatan


Promosi Kesehatan Adalah upaya untuk menigkatakan kemampuan
masyarakat mealalui pembalajaran diri oleh dan untuk masyarakat agar
dapat menelong didrinya sndiri serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung
oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes , 2011).
Banyak masalah kesehatan yang ada di negeri kita Indonesia,termasuk
timbulnya kejadian Luar Biasa ( KLB ) ynag erat kaitannya dengan prilaku
masyarakat itu sendiri. Sebgai cotoh KLB diare dimna penyebb utmanya
adalah rendahnya prilaku hidup bersih dan sehat seprti kesadaran akan
buang air besar yang belum benar ( Tidak di jamban ) Cuci tangan pake
sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak sehat, dan lain-lain.
Promosi kesehatan bukan hanya Proses penyadarn masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja,
tetapi juga disertai upaya-upaya mempasilitasi prilaku.
 Definisi Promosi Kesehatan Menurut Para Ahli

5
a. Lawrence Green, 1984
Promosi Kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan
kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik,
dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan
perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
b. Menurut Piagam Ottawa 1986
Promosi Kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka.
c. WHO,1984
Promosi Kesehatan adalah Proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan
mereka
d. Soekidjo Notoatmojo 2005
Pertama : promosi kesehatan dalam konsep Level and Clark (4
tingkat pencegahan penyakit) berarti peningkatan
kesehatan.
Kedua : upaya memasarkan, menyebarluaskan, memperkenalkan
pesan-pesan kesehatan, atau upaya-upaya kesehatan
sehingga masyarakat menerima pesan-pesan tersebut.

e. Maulana,2009
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang
untuk meningkatkan control dan peningkatan kesehatannya.
WHO menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu
proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan
kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya
berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.

6
2.3 Visi dan Misi Promosi Kesehatan

 Visi Promosi Kesehatan


Visi adalah impian, cita – cita atau harapan yang ingin dicapai oleh
suatu kegiatan atau program. Promosi kesehatan sebagai lembaga atau
institusi atau suatu program yang seyogianya mempunyai visi dan misi yang
jelas. Sebab dengan visi dan misi tersebut institusi atau program mempunyai
arah dan tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, visi promosi kesehatan
(khususnya Indonesia) tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan di
Indonesia, seperti yang tercantum dalam Undang – Undang Kesehatan RI
No. 36 Tahun 2009, yakni: “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi – tingginya, sebagai investasi sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”.
Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan
visi pembangunan kesehatan di Indonesia tersebut. Sehingga promosi
kesehatan dapat dirumuskan : “Masyarakat mau dan mampu memelihara
dan meningkatkan kesehatannya” (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
 Adapun visi promosi kesehatan antara lain :
1. Mau (willigness) memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
2. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
3. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah
penyakit, melindungi diri dari gangguan – gangguan
kesehatan.
4. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu
meningkatkan kesehatannya. Kesehatan perlu ditingkatkan
karena derajat kesehatan baik individu, kelompok atau
masyarakat itu bersifat dinamis tidak statis.

7
 Misi Promosi Kesehatan
Untuk mewujudkan visi promosi kesehatan yakni masyarakat mau
dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya diperlukan
upaya – upaya. Upaya – upaya untuk mewujudkan visi ini disebut misi
promosi kesehatan yaitu apa yang harus dilakukan untuk mencapai visi
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
 Menurut (Ottawa Charter, 1984) secara umum misi promosi
kesehatan ini ada 3 hal antara lain :

1. Advokat (Advocate)
Kegiatan advokat ini dilakukan terhadap para pengambil
keputusan dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan
kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah meyakinkan para pejabat
pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program
kesehatan yang akan dijalankan tersebut penting. Oleh sebab
itu, perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat
tersebut (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
2. Menjembatani (Mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai misi mediator atau
menjembatani antara sektor kesehatan dengan sektor yang lain
sebagai mitra. Dengan kata lain promosi kesehatan merupakan
perekat kemitran di bidang pelayanan kesehatan. Kemitraan
adalah sangat penting sebab tanpa kemitraan niscaya sektor
kesehatan tidak mampu menangani masalah–masalah
kesehatan yang begitu kompleks dan luas (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
3. Memampukan (Enable)
Sesuai dengan visi promosi kesehatan mau dan mampu
memelihara serta meningkatkan kesehatannya, promosi
kesehatan mempunyai misi utama untuk memampukan
masyarakat. Hal ini berarti baik secara langsung atau melalui

8
tokoh – tokoh masyarakat, promosi kesehatan harus
memberikan keterampilan – keterampilan kepada masyarakat
agar mereka mandiri di bidang kesehatan. Telah kita sadari
bersama bahwa kesehatan dipengaruhi banyak faktor luar
kesehatan seperti pendidikan, ekonomi, sosial dan sebagainya.
Oleh sebab itu, dalam rangka memberdayakan masyarakat di
bidang kesehatan, maka keterampilan di bidang ekonomi
(pertanian, peternakan, perkebunan), pendidikan dan sosial
lainnya perlu dikembangkan melalui promosi kesehatan ini
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

2.4 Tujuan Promosi Kesehatan


 Pada dasranya promosi kesehatan adalah untuk mencapai tiga hal,
yaitu :
1. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
2. Peningkatan prilaku masyarakat
3. Peningkatan status masyarakat
 Menurut Green, 1991 dalam Maulana, 2009. Tujuan promosi
kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu :
a. Tujuan proram
Refleksi dari fase sosial dan epidiomologi berupa pernyataan
tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang
berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini juga
disebut tujuan jangka panjang, Mortalitas akabat kecelakaan kerja
pada pekerja menurun 50% stelah promosi kesehatan berjalan
lima tahun.
b. Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang haris dicapai agar tercapai prilaku yang
diinginkan. Tujuan ini merupakan tujuan jangka menengah,
ontohnya cakupan angka kunjungan ke klinik perusahaan
meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.

9
c. Tujuan Prilaku
GambaranPrilaku yang akan di capai dalam mengatasi maslah
kesehatan. Tujuan Bersifat jangka pendek, Berhubungan dengan
pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan pekerja
tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% stelah
promosi kesehatan berjalan 6 bulan.

2.5 Etika Dalam Promosi Kesehatan


Etika kesehaan mencakup penilaian terhadap gejala kesehatan baik yang
disetujui meupunyang tidak disetujui, serta mencakup rekomendasi
bagaimana bersikap atau bertindak secara pantas dalam bidang kesehatan.
 Etika Dalam Promosi Kesehatan, Pada tahun 202, American Public
Health Assocation secara resmi mengadopsi dua belas prinsip praktek
Kode etik untuk umum. Du belas prinsip yang diuraikan adalah:
1. Kesehatan mayrakatterutma membahas peneyebab dasar penyakit
dan persyaratn untuk kesehatan, yang bertujuan untuk mencegah
hasil kesehatan yang merugikan.
2. Kesehatan masyarakat harus mencapai kesehatan masyarakat dengan
cara yang menghormati hak-hak inividu dalam masyarakat
3. Kebijakan kesehatan masyarakat, Program, dan prioritasharus
dikembangkan dan dievaluasi melalui proses yang menjamin
kesempatan untuk masukan dari anggota masyarakat
4. Kesehatan masyarakat harus mengadvokasi dan bekerja untuk
pmberdayaan dari pemuda anggota masyarakat, yang bertujuan
untuk mematikan bahwa sumber daya dasar dan kondisi diperlukan
untuk kesehatan dapat diakses oleh semua.

10
5. Kesehatan masyarakat mencapai informasi yang dibutuhkan utuk
melaksankan kebijakan yang efektif dan program yang melindungi
dan mempromosikan kesehatan.
6. Institusi kesehatan umum harus menyediakan masyarakat dengan
informasi yang mereka miliki yang dipelukan untuk keputusan
tentang kebijakan atau progam-program dan harus
mendapatkanpersetujuan masyarakat untuk pelakasanaanya.
7. Lembaga kesehatan publik harus bertindak seara tepat waktu pada
informasi yang mereka miliki dalam sumber daya dan mandat yang
yang diberikan kepada mereka oleh masyarakat.
8. Program kesehatan umum dan kebijakan harus menggabungkan
berbagai pendekatan yang mengantipasi dan menghormati nilai-nilai
yang beragam, keyakinan, dan budaya dalam masyarakat.
9. Program kesehatan umum dan kebijakan Lembaga kesehatan publik
harus dilaksanakan dengan cara yang paling meningkatkan
lingkungan fisik dan sosial.
10. Lingkungan ksehatan harus melindungi kerahasian informasi yang
dapat membawa kerugian bagi individu atau komunitas ka dibuat
publik. Pengecualian harus dibenarkan.
11. Atas dasar kemungkinan tinggi membahayakan signifikan terhadap
individu atau orang lain.
12. Lembaga kesehatan publik harus memastikan potensi Profesional
karywan merek.Karywan mereka harus terlibat dalam kolaborasi dan
afiliasi dengan cara yang membangun kepercayaan publik dan
efektivitas lembaga.
 Dalam melakukan promosi kesehatan adapun langkah-langkah etik yang
terurai sebagai besrikut :
1. Aanalisis Masalah Kesehatan dan Prilaku
 Identifikasi maslah ada 4 yaitu :
1. Latar Belakang

11
a. Letak Geografis ontohnya ; iklim,keadaan tanah,
pekerja.
b. Mata Pecahrian contohnya;
petani,nelayan,buruh,pekerja, dan lain-lain.
c. Prilaku Kesehatan Masyarakat ontohnya ; kebiasaan
buang air besar, kebiasaan merokok, dan lain-lain.
2. Status Kesehatan Masyarakat, dapat dilihat dari Vital
Statik contohnya; angka kemtian, angka kelahiran,
fertilitas, dan angka kesakitan/ moebiditas baik penyakit
infeksi dan non infeksi.
3. Sistem Laynan Kesehatan Masyarakat
a. Ketersedian Sumber Daya Manusia ( SDM )
Kesehatan.
b. Sarana prasarana ontohnya ; rumah sakit, puskesmas,
balai pengobatan baik negeri maupun swasta.
4. Sistem Sosial Masyarakat
a. Pola partisipasi masyarakat
b. Organisasi sosial
c. Organisasi keagamaan
2. Menetapkan Masalah dan Prilaku
1. Langkah- langkah :
a. Tentukan status
b. Tentukan pola pelayanan kesehatan
c. Temukan hubungan antara satatus dan pelayanan keshatan
2. Hal yang Perlu diPertimbangkan
a. Beratnya masalah
b. Akibat yang ditimbulkan
c. Sumber daya yang ada di masyarakat
3. Sumber Data
a. Dokumen dari pelayanan kesehatan ontoh ; puskesmas,
bidan desa dan lain-lain.

12
b. Langsung dari masyarakat
c. Petugas lapangan
d. Tokoh masyarakat formal dan non formal
4. Cara Pengumpulan Data
a. Key Information Approach : indepthy interview
b. Community from Approach : Forum diskuksi simple
c. Survey Approach : wawancara dan observasi

2.6 Prinsip – Prinsip Umum Promosi Kesehatan


 Prinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter for health
promotion (1986 mengemukakan ada tujuh prinsip pada promosi
kesehatan, antara lain :
a. Empowerment (pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk
memungkinkan seseorang untuk mendapatkan kontrol lebih besar
atas keputusan dan tindakkan yang mempengaruhi kesehatan
mereka.
b. Partisipative (partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil
bagian aktif dalam pengambilan keputusan.
c. Holistic (menyeluruh) yaitu memperhitungkan hal-hal yang
mempengaruhi kesehatan dan interaksi dari dimensi-dimensi
tersebut.
d. Equitable (kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau
kesetaraan hasil yang di dapat oleh klien.
e. Intersectoral (antar sektor) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan
instasi terkait lainnya atau organisasi.
f. Sustainable (berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari
kegiatan promosi kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka
panjang.
g. Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti
program kebijakkan.

13
 Sedangkan menurut Michael,dkk,2009 Prinsip-prinsip promosi
kesehatan antara lain sebagai berikut:
a. Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias
program intervensi dan turut terlibat dalam program tersebut.
b. Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus
terlibat dalam perencanaan dan implementasi intervensi.
c. Fokus intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat
didefinisikan serta dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi
pekerja.
d. Intervensi harus disusun sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan pekerja.
e. Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam
mengorganisasikan dan mengimplementasikan intervensi.
f. Evaluasi harus dilakukan juga.
g. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis
populasi maupun intervensi promosi kesehatan yang intensif
dengan berorientasi pada perorangan dan kelompok.
h. Intervensi harus bersifat kontinue serta didasarkan pada prinsip-
prinsippemberdayaan dan atau model yang berorientasi pada
masyarakat dengan menggunakan lebih dari satu metode.

2.7 Setrategi Promosi Kesehatan


Untuk mewujudkan promosi kesehatan, diperlukan suatu strategi yang
baik. Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai apa yang
diinginkan dalam promosi kesehatan sebagai penunjang program – program
kesehatan yang lainnya seperti pemberantasan penyakit menular, sanitasi
lingkungan, status gizi masyarakat, pelayanan kesehatan dan lain sebagainya.
Strategi ini diperlukan dalam mewujudkan visi dan misi dari promosi
kesehatan (Mubarak dan Nurul, 2009).

14
 Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara
global terdiri dari 3 hal yaitu :
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi yaitu kegiatan memberikan bantuan kepada
masyarakat dengan membuat keputusan dan penentu kebijakan
dalam bidang kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan yang
mempunyai pengaruh terhadap masyarakat (Mubarak dan Nurul,
2009).
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar
membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam
konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para
pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan
tingkat sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program
kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat
keputusan dapat berupa kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan
dalm bentuk undang – undang, peraturan pemerintah, surat
keputusan, surat instruksi dan sebagainya.
Kegiatan advokasi ini ada bermacam – macam bentuk, baik
secara formal atau informal. Secara formal misalnya, penyajian atau
presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin
diharapkan dukungan dari pejabat terkait. Kegiatan advokasi secara
informal, misalnya mengunjungi pejabat yang relevan dengan
program yang diusulkan, untuk secara informal minta dukungan,
baik dalam bentuk kebijakan, dana atau fasilitas lain. Dari uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah para pejabat baik
eksekutif dan legislatif diberbagai tingkat dan sektor yang terkait
dengan masalah kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
2. Dukungan Sosial (Social Support)
Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat
dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan
dari masyarakat antara lain berasal dari unsur informal (tokoh agama

15
dan tokoh adat) yang mempunyai pengaruh di masyarakat serta
unsur formal seperti petugas kesehatan dan pejabat pemerintah
(Mubarak dan Nurul, 2009).
Tujuan utamanya agar para tokoh masyarakat sebagai
jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program
kesehatan dengan masarakat (penerima program) kesehatan. Dengan
kegiatan mencari dukungan sosial melalui tokoh masyarakat pada
dasarnya adalah mensosialisasikan program – program kesehatan
agar masyarakat menerima dan mau berpartisipasi terhadap program
tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai
upaya membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk
kegiatan dukungan sosial ini anatara lian : pelatihan – pelatihan
tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh
masyarakat dan sebagainya. Dengan demikian sasaran utama
dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di
berbagai tingkat (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang
ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan utama
pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi
promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan anatara lain : penyuluhan
kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam
bentuk misalnya koperasi, pelatihan – pelatihan untuk kemampuan
peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill). Dengan
meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak
terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan contohnya,
terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya
polindes dan sebagainya. Kegiatan – kegiatan semacam ini di
masyarakat sering disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari

16
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan
masyarakat adalah masyarakat itu sendiri (Soekidjo Notoatmodjo,
2010).
 Konferensi internasional promosi kesehatan di Ottawa Canada pada tahun
1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Dalam Piagam
Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan yang
mencakup 5 butir, yakni :
1. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Healthy Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
para penentu atau pembuat kebijakan agar mereka mengeluarkan
kebijakan – kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan
kesehatan. Dengan kata lain, agar kebijakan dalam bentuk peraturan,
perundangan, surat – surat keputusan dan sebagainya, selalu
berwawasan atau berorientasi kepada kesehatan publik. Misalnya,
ada peraturan atau undang – undang yang mengatur adanya analisis
dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan rumah
sakit dan sebagainya. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat
publik harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan
kesehatan masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

2. Lingkungan yang Mendukung (Supporting Environment)


Hendaknya setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat
harus memperhatikan dampak pada lingkungan sekitar agar
mempermudah promosi kesehatan. Lingkungan yang dimaksud di
sini bukan saja lingkungan fisik, tetapi lingkungan non – fisik yang
kondusif terhadap kesehatan masyarakat (Mubarak dan Nurul,
2009).

17
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum
termasuk pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana –
prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat
bagi masyarakat atau sekurang – kurangnya pengunjung tempat –
tempat umum tersebut. Lingkungan yang mendukung bagi
kesehatan tempat – tempat umum antara lain : tersedianya tempat
sampah, buang air besar atau kecil, air bersih, ruangan bagi
perokok dan non perokok serta lain sebagainya. Jadi, para
pengelola tempat – tampat umum seperti pasar, terminal, stasiun
kereta api, bandara, pelabuhan, mall harus menyediakan sarana –
sarana untuk mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya.
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Helath Service)
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya, bahwa
dalam pelayanan kesehatan itu ada provider dan customer.
Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah
pemerintah, sedangkan swasta dan masyarakat adalah pemakai
atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman semacam
ini harus diubah dan dioreintasikan bahwa masyarakat bukan
hanya sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi
sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan baik
pemerintah ataupun swasta harus melibatkan, bahkan
memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan
bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan tetapi
sekaligus sebagai penyelenggra kesehatan masyarakat. Dalam
mereorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan
sangatlah penting (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

18
4. Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Diharapkan tiap – tiap individu yang berada di masyarakat
mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam
memelihara kesehatannya, mengenai penyebab penyakit, mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya dan mampu mencari
pengobatan yang layak jika mereka atau anak – anak mereka
sedang sakit (Mubarak dan Nurul, 2009).
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri
dari individu, keluarga dan kelompok – kelompok. Jadi, kesehatan
masyarakat akan terwujud apabila kesehatan individu, keluarga
serta kelompok dapat terwujud. Strategi untuk mewujudkan
keterampilan individu (personnel skill) dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari
peningkatan keterampilan dalam memelhara dan meningkatkan
kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman –
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara – cara
memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit,
mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional,
meningkatkan kesehatan dan sebagainya. Metode dan tekhnik
pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual daripada massa
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
5. Gerakan Masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau, mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam
visi promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri
harus ada gerakan atau kegiatan – kegiatan untuk kesehatan. Oleh
sebab itu, promosi kesehatan harus mendorong serta memacu
kegiatan – kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan
mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan,
niscaya terwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau

19
masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta meningkatkan
kesehatan mereka (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

2.8 Sasaran Promosi Kesehatan


Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi
dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan
menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan
menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak
sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini
sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki
kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan,
dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat
tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan
promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh
masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula
agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat
sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah
pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy
maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan
atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki
efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer
dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

20
2.9 Metode Promosi Kesehatan
Metode promosi kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: (Maryam
S, 2014)
1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Metode promosi kesehatan yang bersifat individual digunakan untuk
membina perilaku baru atau membina seseorang yang mulai tertarik pada
suatu perubahan perilaku atau inovasi. Metode ini meliputi:
a. Bimbingan atau Konseling
Metode ini berisi informasi yang erkenaan dengan pendidikan,
pekerjaan, pribadi dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk
pelajaran. Cara ini membuat kontak antara individu dan petugas
kesehatan lebih intensif. Setiap amsalah yang dihadapi oleh individu
dapat diteliti dan dapat dibantu penyelesaiannya sehingga individu
tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh
pengertian akan menerima perilaku tersebut (merubah perilaku).
b. Wawancara (interview)
Bertujuan untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau
belum menerima perubahan, apakah perilaku yang sudah atau akan
diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.
2. Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya
kelompok sasaran dan tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk
kelompok besar akan berbeda metodenya dnegan kelompok kecil.
Efektivitas suatu metode.Akan baergantung pada besarnya sasaran
pendidikan, kelompok besar adalah peserta atau sasaran berjumlah lebih
dari 25 orang. Berikut yang termasuk dalam metode promosi kesehatan
kelompok:
a. Ceramah
Adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara yang
dilakukan di depan sekelompok pendengar. Kelebihan metode ini

21
adalah dapat digunakan pada orang dewasa, menghabiskan waktu
dengan baik, digunakan pada kelompok besar, dapat digunakan untuk
mengulang atau member pengantar pada pelajaran atau aktivitas.
Kekurangan metode ini yakni menghalangi respons dari pendengar,
hanya sedikit pengajar yang dapat menjadi pembicara yang baik,
pembicara harus menguasai semua pokok bahasan, kurang menarik,
daya ingat terbatas serta sulit digunakan pada anak-anak.
b. Seminar
Adalah suatu penyajian dari satu atau beberapa ahli tentang
suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat. Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar
dengan pendidikan tinggi.
c. Diskusi kelompok
Adalah percakapan yan direncanakan atau dipersiapkan diantara
tiga orang atau lebih tentang topik tertentu dan salah seorang
diantaranya memimpin diskusi tersebut. Kelebihan metode ini adalah
memungkinkan saling mengemukakan pendapat, memperluas
pandangan, serta membantu mengembangkan kepemimpinan.
Kekurang metode ini adalah tidak dapat digunakan dalam kelompok
besar, peserta memperoleh informasi terbatas serta membutuhkan
pemimpin yang terampil.
d. Curah pendapat (brain storming),
Adalah pemecahan masalah ketika setiap anggota mengusulkan
dengan cepat sehingga memungkinkan adanya pemecahan maslah
yang dibahas. Kelebihan metode ini adalah membangkitkan pendapat
barum menghasilkan reaksi rantai dalam pendapat serta tidak menyita
banyak waktu. Kekurangan metode ini adalah mudah lepas kontrol
dan mungkin membuat peserta sulit mengerti bahwa segala pendapat
dapat diterima.
e. Bermain peran (role play)
3. Metode Pendidikan Massa

22
Metode ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan kesehatan yang
ditujukan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, sasaran metode ini bersifat
umum, dalam arti tidak membedakan golongan usia, jenis kelamin,
pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya.
Metode ini terbagi menjadi ceramah umum dan pidato.
 Metode promosi kesehatan dibagi menjadi 3 metode berdasarkan indera
penerima, yakni
a. Metode melihat/memperhatikan, dimana pesan diterima sasaran
melalui indera penglihatan seperti penempelan poster, pemasangan
gambar/photo, pemasangan koran dinding, pemutaran film.
b. Metode pendengaran yakni pesan diterima oleh sasaran melalui
indera pendengar, umpamanya penyuluhan lewat radio, pidato,
ceramah,
c. Metode “kombinasi”, yakni demonstrasi cara (dilihat, didengar,
dicium, diraba dan dicoba).

2.10 Hubungan Dengan Klien dalam Promosi Kesehatan


Tenaga kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan
klien/masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan pentingnya peran tenaga
kesehatan masyarakat menuju hidup bersih dan sehat. Program promosi
prilaku hidup bersih dan sehat yang biasa di kenal PHBS/Promosi Higiene
merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang
lain melalui pengabdosian perubahan prilaku oleh masyarakat luas. Program
ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan masyarakat
setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut (
Curtis V dkk,1997;UNICEF,WHO. Bersih, sehat dan sejahtera ).
Hubungan dengan klien merupakan pendekatan yang bertujan untuk
bekerja sama dengan klien agar dapat membantu mereka mengidentifikasi apa
yang mereka ketahui dan lakukan, Memilih dan membuat kepeutusan sesuai
dengan kepentingan serta keinginannya. Klien dianggap sejajar yakni
mempunyai pengetahuan, Keterampilan dan kemampuan berkonstribusi serta

23
mempunyai hak mutlak untuk mengontrol tujuan kesehatan mereka
sendiri.Sebagai contoh ; Isu anti merokok, dengan adanya isu tesebut
masyarakat di harapakan dapat mengidentifikasi apa yang inginmereka
ketahui dan kerjakan berkaitan dengan isu tersebut dan sebagainya.
Peran Promotor kesehatan sebagai fasilitator untuk membantu
masyarkat mengeidentifikasi kebutuhan- kebutuhan mereka, agar
memperoleh pengethuan dan keterampilan sesuai dengan masalah kesehatan
yang mereka temui.
 Ewles dan Simnett ( 1994 : 71- 75 dalam Heri 2009 Menyatakan
beberapa Prtimbangan dalam hubungan dengan Klien antara lain :
1. Lebih baik berkonsultasi dengan Klien ketika merencanakan dan
mengevaluasi kegiatan promosi kesehatan
2. Promosi harga diri dan anatomi di antara kelompok-kelompok
klien merupakan prinsif mendasar dari semua praktik promosi
kesehatan
3. Semua praktik promosi kesehatan harus mendorong sikap saling
mengahargai tanpa meamandang umur, kemampuan, kecactan,
susku agama, dan melawan deskriminasi jika ada. Promotor
kesehatan akan mendukung prinsip pemberian kesempatan yang
sama dan mengambil langkah posistif untuk mengurangi ketidak
merataan dalam kesehatan atau pelayanan kesehatan.

2.11 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan


Ruang Lingkup promosi kesehatan menurut Prof.Dr Soekidjo
Notoadmojo, Ruang Lingkup Promosi Kesehatan dapat di lihatdari dimensi
aspek pelayanan kesehatan, Dimensi Tatanan ( setting ) atau tempat
pelaksanaan Promosi Kesehatan tingkat Pelayanan.
1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masayarakat itu
mencakup empat aspek pokok yakni Prmotif, Pretentif, Kuaratif dan
Rehabilitatif. Ahli lain hanya membaginya menjadi 2 aspek yakni aspek

24
promotif pretentif dengan sasran kelompok orang yang sehat, dan aspek
kuatif ( penyembuhan beresiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok
yang sakit setelah dengan uraian ini maka ruang lingkup pendidikan
promosi kesehatan jga dikelompokkan menjadi 2 antara lain :
1. Pelayanan Promotif ( Peningkatan kesehatan )
Pelayanan bagi kelompok masyarakat yang sehat, agar
kelompok itu tetap sehat bahkan meningkat satatus
kesehatannya.
2. Pelayanan Kuratif ( Pengobatan )
Adalah pelayanan kelompok masyarakat sakit, agar klompok
ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih kesehatannya
 Pada Aspek pelayanan kuratif upaya promosi kesehatan
mencakup tiga upaya atau kegiatan yaitu :
a. Pencegahan Tingkat Pertama ( Primary Profesion )
promosi kesehatan pada asapek ini adalah kelompok
masyarakat beresiko tinggi ( high risk ), Misalnya Para
ibu hamil dan menyusui. Tujan dari Promkes pada
kelomok ini adalah agar mereka tidak sakit atau
terkena penyakit.
b. Pencegahan Tingkat Dua ( Teritay Prefention )
Promosi kesehatan pada aspek ini adalah para
penderita pnyakit kronis, misalnya asma, diabetes,
tubercolosis, rematik tekanan darah tinggi dan
sebagainya. Tujuan promkes pada kelompok ini adalah
penderita penyakit mampu mencegah penyakitnya
menjadi lebih baik
c. Pencegahan Tingkat Ketiga ( Teritary Profetion )
Promosi ksehatan pada aspek ini adalah klompok
pasien yang baru sembuh dari suatu
penyakit.Tujuannya agar mereka segera pulih kembali
ke kesehatannya.

25
2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan
Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
a. Promosi Kesehatan Pada Ttanan Keluarga ( Rumah Tangga )
Keluarga merupakan tempat dasar berkembangnya prilaku
manusia. Dalam pelaksanaan promosi kesehatan di keluarga saran
utamanya adalah orang tua ( ibu ), dimnana ibu merupkan
seseorang yang memberikan prilaku sehat kepada anak-anaknya
sejak lahir.

b. Promosi Kesehatan i Temapat Kerja


Sasaran Promosi kesehatan adalah karyawan, yang berperan
sebagai prootr kesehatan adalah pemimpin perusahaan dan sektor
kesehatan. Salah satnya denan memberikan fasilitas tempat
kesehatan yang baik bagi prilakau sehat karyawa atau pkerjaan.
c. Promosi Kesehatan Di Tempat-Tempat Umum
Di tepat umum ( seperti pesar terminal bus, stasiun ) perlu
dilaksanakan promosi kesehatan yaitu dengan cara menyediakan
fasilitas yang dapat mendukung prilaku sehat pengunjungnya,
bisa denan memberikan poster dan selebaran mengenai ara-cara
menjaga kebersihan.
d. Pendidikan Kesehatan di Institusi Pelayanan Kesehatan
Tempat-tempatprlayanan kesehatan seperti rumah sakit,
puskesmas, poliklinik. Merupakan tempat yang starategis untuk
melakukan pelayanan kesehatan. Pelakasanaan promosi ini
dapatdilakukan seara individual oleh para petugas kesehatan
kepada pasien atau keluarga yang ad ditempat pelayanan
kesehatan tersebut.
3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Pada ruang lingkup pelayanan kesehatan dapat dilakukan berdasarkn
lima tingkat pencegahan ( five level of prevention ) dari level and clark.
a. Prmosi Kesehatan ( Health Promotion )

26
Dalam tingkat inin dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya
dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup perbaikan sanitasi
lingkungan seperti pendian air rumah tangga yang baik,
perbaikan cara pembuanan sampah, kotoran air, limbah,
Hygieneperorangan, rekreasi sex eduatiaon, persipan memasuki
kehidupan pra nikah dan persipan monoupause. Usaha ini
merupakan pelayanan terhadap pemeliharaa kesehatan pada
umumnya .
 Bebebrapa Usaha DiAntaranya :
1. Penyediaaan makanan shat cuckup kwalitas maupun
kwantitasnya.
2. Perbaikan hygiene dan sanitasi linkungan, seperti
penyedian air rumah tangga yang baik, perbaikan cara
pembungan sampah, kotoran air limbah dan sebgainya.
3. Pendidikan kesehatan apa masyarkat
4. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan
kepribadian yang baik.
b. Perlindungan Khusus ( Specific Protection )
Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan
khusus, pendidikan kesehatan. Hal ini karena kesadarn
masyarakat tentang peningnya imunisasi sebagai
perlindunganterhadap penyakit pada dirinya maupun anak-
anaknya masih rendah. Selain itu pendidikan kesehatan
diperlukan sebagi pencegahan terjadinya kecelakaan baik di
tempat- tempat umum maupun di tempat kerja. Pengunaan
kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS, pegguanaan
sarung tangan dan masker saat bekerja sebagai tenaga
kesehatan. Beberapa usaha lain diantaranya :
1. Vaksinasi untuk mencgah penyakit-penyakit
tertentu.
2. Isolasi penderitaan penyakit menular.

27
3. Pencegahan terjadinya kecelakaan bauk di tempat-
tempat umum maupun di tempat kerja.
c. Diaknosis Dini dan Pengobatan Segera ( Early Diagnosis and
Prompt Treatment )
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadrn masyarakat
terhadap kesehatan dan penyakit, maka sering sulit
mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat.
Bahkan kadant-kadang masyarakat sulit tau tidak mau
diperiksa dan iobati penyakitnya. Hal ini dapat menyebabkan
masyarakat tidak memporoleh pelayanan kesehatan yang
layak. Oleh sebab itu pendidikan ksehatan sangat diperlukan
dalam tahap ini.
d. Pembatasan Cacat ( Disabilty Limitation )
Oleh karena kurangnya pengertia dan kesdaran masyaraka
tentang ksehtan dan penyakit, mka sering masyarakat tidak
melanjutkan pengobatnnya sampai tuntas dengan kata lain
mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang
komplit terhadap penyakitnya pengobatn yang tidak layak
dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan
cacat atau ketidak mampuan. Oleh karena itu, pendidikan
keshatan juga diperlukan pada tahap ini.
e. Rehabilitasi ( Rehabiltation )
Setelah sembuh dari penyakit tertentu, kadang-kadang
orang menjadi cacat, untuk memulihkan cacatnya tersebut
kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena
kurangnya pengertiandan kesadarn orang tersebut, ia tidak
akn segan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan
disamping ia orang cacat setelah sembuh dari penyakit,
kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering
terjadi pula Masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai
anggota masyarakat yang normal.Oleh sebab itu jelas

28
pendidikan kesehatan diperlukan buka saja untuk orang yang
caca tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehtan pada
masyarakat.

2.12 Faktor yang Mempengaruhi Prilaku Masyarakat


Faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pola prilaku umumnya ada
empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar mengubah
prilakunnya, Yaitu :
a. Fasilitasi, Yaitu bila prilaku yang baru membuat hidup masyarakat
yang melakukannya menjadi lebih mudah, Misalnya adanya
sumber air bersih yang lebih dekat.
b. Pengertian, Bila prilaku yang abru masuk akal bagi masyarakat
dalam kontek pengetahuan.
c. Persetujuan, Yaitu Bila toko panutan ( Seperti tokoh agama )
setempat meyetujui dan mempraktekkan prilaku yang dianjurakan.
d. Kesanggupan untuk mengadakan perubhan secara fisik misalnya
kemampuan untuk membanguna jamban dengan teknologi murah
namun tetpa guna sesuai dengan poensi yang ia miliki.
Pendekatan program promos menekankan aspek “ Bresama
masyarakat “, dalam artian :
a. Bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek
penting dalam kehidupan masyarakat untuk memahami apa yang
mereka kerjakan, Perlukan dan inginkan.
b. Bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan akternatif yang
menarik untuk prilakuyang beresiko misalnya jamban keluarga
sehingga buang air besar dapat dilakuka dengan nyaman dan nyaman
c. Bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi
kesehatan dan meamntau dampaknya secara trus menerus,
berkesinmbungan.

29
2.13 Merubah Prilaku Dalam Promosi Kesehatan
Hubungan kesehatan dengan prilaku sangatlah erat dan salinng
berkesinambungan,individu yang sehat akan tercermin dari prilaku yang
sehat pula.Sebaliknya juga begitu prilaku yang sehat akan mencerminkan
individu dengan kualitas hidup baik.
Manfaat dari hidup sehat yang palin penting adalah meningkatkan
produktivitas kita dengan segala kemampuan dan potensi diri kita. Untuk itu
konsep hidup sehat sperti tingkatakan PHBS ( Prilaku Hidup Bersih dan
Sehat ) harus dipupuk dari tiap individu untuk dapat meningkatkan kualitas
hidup yang sehat.
 Teori Prubahan Prilaku kesehatan
Teori Perubahan prilaku kesehatan ini penting dalam promosi
kesehatan yang bertujuan” Behvior Change”. Perubahan prilaku ini
diarahkan untuk :
1. Mengubah Prilaku negatif ( Tidak Sehat ) menjadi prilaku
positif ( sesuai dengan nilai-nilai kesehatan)
2. Pembentukan atau pengembangan prilaku sehat.
3. Memelihara prilaku yang sudah positif.
Menurut tori ini , penyebab terjdinya perubhan prilaku tergantung
kepada kualitas ransang ( Stimulus ) yang berkomunikasi dengan
organisme. Prilaku dapat berubah hanya apabila stimulus yang
diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula mampu
meyakinkan. Karena itu kualitas dari sumber komunikasi sangat
menetukan keberhasilan perubhan prilaku, misalnya gaya bicara,
kredibilitas pemimpin kelompok, dan sebgainya.
a. Dissonance Theory ( Fetinger : 1957 )
Ada suatu keadaan chognitive dissonance yang merupakan
ketidalseimbangan psikologis, yang diliputi oleh ketegangan diri
yang beruaha untuk mencapai keseimbangan
kembali.Dossonance terjadi karena dalam diri ndividu terdapat

30
elemen kognisi yang bertentangan, pengetahuan, pendapat atau
keyakinan. Apabila Terjadi penyesuaian kognitif, akan ada
perubahan sikap yang berujung perubahan prilakau.
Contonya:
Orang yang merokok merasaresah, dia tahu bahaya merokok
tapi merasa bukan laki-laki klau bukan merokok ( Dissonance ).
Akhirnya di memutuskan kalau kejantanan seseorang bukan
hanya dari merokok, tapi dari banyak hal. Akhirnya dia
memutuskan berhenti merokok (Consonance).
b. Teori Fungsi ( Katz: 1960 )
Menurut teori ini prilaku mempunyai fungsi :
1. Instrumental
2. Defence Metchnism
3. Penerima Objek dan pemberi arti
4. Nilai ekspresif
Prubahan prilaku individu tergantung kebutuhan stimulus
yang adapat memberi perubahan prilaku individu adalah
stimulus yang dapat di mengerti dalam konteks kebutuhan
orang tersebut
c. Teori Kurt Lewin ( 1970 )
Menurut KurLewin, Prilaku manusia adalah suatu keadaan
seimbang antara driving forces ( Kekuatan-kakuatan pendorong )
dan restrining Forces ( Kekuatan- kekuatan penahan ). Prilaku
dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua
kekuatan tersebut. Ada tiga kemungkinan terjadinya perubhan
prilaku :
1. Kekuatan Pendorong, Kekuatan Penahan tetap prilaku baru.
Contoh : Seseorang yang punya saudara dengan penyakita
kusta sebelumnya tidak mau memeriksakan saudaranya
karena malu dikira penyakit keturunan, dapat berubah
prilakaunya untuk memerikasakan saudaranya ke puskesmas

31
karena danya penyuluhan dari petugas kesehatan terdekat
tentang pentingnya deteksi didni kusta.
2. Kekuatan Penahan, pendorong tetap prilaku baru.
Misalnya pada ontoh diatas, dengan memberi pengertian
bahwa kusta bukan penyakit keturunan, maka kekuatan
penahan akan melemah dan akan terjadi perubahan prilakau.
3. Kekuatan penahan, Pendorong, perubhan prilaku.
Misalnya pada ontoh diatas dua-duanya dilakukan.
 Upaya Perubahan Prilaku Kesehatan
Hal yang penting di dalam prilaku kesehatan adalah masalah
pembentukan dan perunahan prilaku. Karena perubahan
prilaku merupakan tujuan dari pendidika kesehatan atau
penyuluhan kesehatan sebgai penunjang perogram kesehatan
lainnya. Perubahan yang di maksud bukan hanya sekedar
Covert Behavoir tapi juga Overt Behavior. Di dalam program-
program kesehatan, agar diperoleh perubhan prilaku yang
sesuai dengan norma-norma kesehatan diperlukan usaha-usaha
yang konkrit dan positif. Bebebrapa strategi untuk memperoleh
perubhan prilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian :
1. Menggunakan Kekuatan / Kekuasaan atau Dorongan
Dalam hal ini perubahan prilaku dipaksakan pada sasran
sehingga ia mau melakukan prilaku yang diharapkan.
Misalnya dengan perturan-perturan/ undang-undang yang
harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan
perubahan yang cepat akan tetapai biasanya tidak
berlangsung lama karena perubahan terjadi buakan
berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai Contoh adanya
perubahan di msayarakat untuk menata rumahnya dengan
membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa teapi
begitu lomba/ penilaian selesai banyak pagar yang kurang
terawat.

32
2. Pemberian Informasi
Adanya informasi tentang mencapai hidup sehat,
pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan
sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Selanjutnya diharapakan pengetahuan tadi menimbulkan
kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan
menyebabkan orang berprilaku sesuai pengetahuan yang
dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu
lama tapi perubaha yang di capai akan bersifat lebih
langgeng.
3. Diskusi Partisipatif
Cara Ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana
penyampaian informasi kesehatan ukan hanya searah tetapi
dilakuakn secara partisipatif hal ini berarti bahwa
masayarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga
ikut aktif berpartisispasi di dalam diskusi tentang informasi
yang diterimanya. Cra ini memkan waktu yang lebih lama
di banding cara kedua ataupun pertama akan tetpai
pengetahuan kesehatan sebagai dasar prilaku akan lebih
mantap dan mendalam sehingga prilakau mereka juga akan
lebih mantap.
Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan
prilaku akan terjadi ketika ada partisipasi sukarela dari
masyarakat, pemaksaan

33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatn dalah keadan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pmeriksaan, Pengobatan, dan atu
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahtraan bangsa,
yang berarti memenuhi kebeutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang,
pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketentraman hidup.
Tujuan pembangunan kesehatan adlah tercapainya kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya
derajat kesehatan yang optimal berada ditangan seluruh masayarakat
indonesia, Pemerintah dan swasta bersama-sama. Salah satu usaha dalam
permerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat dan
pelaksanaanya bagaimna cara hidup sehat adalah dengan cara melakukan
pendidikan kesehatan yang tidak hany di dapat di bangku sekolah tapi juga
bisa dilakukan dengancara penyuluhan oleh tim medis yang basa di sebut
dengan Promosi Kesehatan ataupun Penyuluhan Kesehatan.

34

Anda mungkin juga menyukai