BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG CEMPAKA,
RSUD dr.R.GOETENG TANOEDIBRATA
Di Susun Oleh :
Hepri Dwi Handayani
P1337420216042
1. Definisi Penyakit
A. Pengertian
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572)
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang
berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga
melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995 : 710)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus
terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang
terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga
pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh
eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di
lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai
infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit
yang melemahkan daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998)
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar
alveoli.
B. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia
diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap
virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas :
reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang
menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
C. Manifestasi klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di
saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal,
penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas
seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung
kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul
sianosis (Barbara C. long, 1996 :435).
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar
ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat) (Sandra
M. Nettina, 2001 : 683)
2. Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas
bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus
influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut
masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya
infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah
dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu
dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara
kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke
dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan
terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat
akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare
yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Pathways
Bakteri Stafilokokus aureus
Bakteri Haemofilus influezae
Penderita akit berat yang dirawat di RS
Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh
Kontaminasi peralatan RSSaluran Pernafasan Atas
Kuman berlebih di bronkus Kuman terbawa di saluran pencernaan Infeksi Saluran Pernafasan Bawah
Intake kurang
Gangguan keseimbangan cairan dan eletrolit Suplai O2 menurun
Hiperventilasi
Metabolisme anaeraob meningkat
Dispneu
Fatigue
Intoleransi aktivitas
4. Data Fokus Pengkajian
a. Wawancara
1. Identitas Pasien dan Penanggungjawab
Berisi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, agama,
hubungan dengan pasien, diangnosa, no RM.
2. Riwayat Keperawatan.
a) Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung
dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b) Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat
naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi.
c) Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
d) Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang
lainnya.
e) Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi
pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan
ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa
menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau
banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota
keluarga perokok.
f) Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah
karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk
melawan infeksi sekunder.
g) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Nutrisi., riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi
protein = MEP).
b. Pemeriksaan fisik
1. Sistem kardiovaskuler : Takikardi, iritability.
2. Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas,
pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif
atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak
teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah
terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan
keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
3. Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah.
Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin
belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan
personde.
4. Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin
belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi
(ringan sampai berat).
5. Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus
pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
6. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
7. Sistem endokrin : Tidak ada kelainan.
8. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral
hangat, kulit kering, .
9. Sistem penginderaan : Tidak ada kelainan.
c. pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina,
2001 : 684)
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang
spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis
dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen
infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435)
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi
dan status asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
2) Pemeriksaan Radiologi
f. Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C,
Long, 1996 : 435)
g. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan
nafas tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)
5. Analisa Data
No. Data Fokus Etiologi Problem
1. DS : Ibu Pasien Peningkatan Bersihan jalan
mengatakan sering produksi sputum nafas tidak efektif
batuk disertai dahak.
DO : Pasien terlihat
batuk
2. DS : Ibu pasien Proses inflamasi Pola nafas tidak
mengatakan sering dalam alveoli. efektif
bernafas cepat
DO : Pasien terlihat
bernafas cepat dan tidak
teratur
3. DS : Ibu pasien Kurang asupan Ketidakseimbangan
mengatakan sulit untuk makanan nutrisi : kurang dari
makan kebutuhan tubuh
DO : Pasien terlihat
lemas
6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
dalam alveoli
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan
7. Perencanaan
No. Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(NOC) (NIC)
1. Bersihan jalan Tujuan : Setelah 1) Auskultasi bunyi 1) Bersihan
nafas tidak dilakukan tindakan nafas, catat adanya bunyi jalan nafas yang
melakukan batuk
3) Batuk
efektif untuk 3) Observasi pola
biasanya
mengeluarkan sekret batuk dan karakter
- Menunjukkan mengeluarkan
sekret.
perilaku untuk sputum dan
memperbaiki mengindikasika
bersihan jalan nafas n adanya
Misalnya: batuk kelainan.
efektif dan
mengeluarkan sekret
3) Memposisikan
dengan cara
meninggikan kepala
3. Ketidakseimba Tujuan : Setelah 1) Identifikasi faktor 1) Untuk
ngan nutrisi : dilakukan tindakan yang menimbulkan mengetahui
kurang dari keperawatan 3x24 jam mual/ muntah. penyebab
kebutuhan pasien diharapkan terjandinya
tubuh nafsu makan kembali mual/muntah
berhubungan normal dengan kriteria 2) Berikan makan 2) Untuk
dengan kurang hasil : porsi kecil dan sering meningkatkan
asupan - Menunjukkan termasuk makanan masukan
makanan. peningkatan nafsu kering atau makanan makanana
makan yang menarik untuk meskipun nafsu
- Mempertahank pasien. makan mungkin
an/ meningkatkan lambat untuk
berat badan kembali
8. Evaluasi
a. Nafas dapat kembali normal dengan pengurangan sekret
b. Frekuensi pernafasan dapat kembali normal dengan irama yang
teratur
c. Nafsu makan dapat bertambah atau kembali nomal
DAFTAR PUSTAKA
- Doenges, Marilynn E. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan
:Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta :EGC
- Nettina, Sandra M. 2014 . Pedoman Praktik Keperawatan.
Jakarta :EGC
- Long, B. C.2013. Perawatan Madikal Bedah.. Bandung :Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
- Soeparma, Sarwono Waspadji. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta
:Balai Penerbit FKUI
- Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. 2013. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :EGC